Vol. Vol.55n nNo. No.49 49nnJanuari Januari2014 2014
Toraja, Sulawesi Selatan
Memanggil
Bersiap membawakan tari tradisional Toraja.
Membesarkan Kue Bisnis 1 9
Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 49 n Januari 2014
Hal.
Masih sekitar satu jam lagi acara baru akan dimulai, dan hujan gerimis sedang turun, namun masyarakat di desa kecamatan Kete Kesu, ini sudah duduk menunggu, tetap menunggu hingga akhirnya semua bangku dan lapangan terisi penuh oleh penonton. Acara pembukaan resmi International Toraja Festival pun dilakukan oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, 28 Desember 2013 malam. Air hujan berhenti turun tak lama setelah itu, dan acara berlangsung kian marak hingga pukul sembilan malam. Ketika pulang, warga melangkah tampak dengan wajah puas. Kete Kesu itu obyek wisata berlokasi di pinggir kota Makale, Toraja.
Pengarah: Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Penanggungjawab: Direktur Jenderal Pemasaran Pariwisata Wakil Penanggungjawab: Direktur Pengembangan Pasar dan Informasi Pariwisata Penerbit/Pemimpin Redaksi: Arifin Hutabarat Dewan Redaksi: Direktur Promosi Pariwisata Dalam Negeri; Direktur Promosi Pariwisata Luar Negeri; Direktur Konvensi, Insentive, Even dan Wisata Minat Khusus; Direktur Pencitraan Indonesia; T. Burhanuddin; Wisnu B. Sulaiman. Reporter: Benito Lopulalan Alamat: Direktorat Jenderal Pemasaran Pariwisata Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Jl. Medan Merdeka Barat No.17, Lantai 3 Jakarta 10110 Telp : 021 383 8220 Fax : 021 380 8612, Email : jurnal@indonesia.travel Jika Anda mem punyai infomasi dan pendapat untuk Newsletter ini, silakan kirim ke alamat di atas.
2
Isi Nomor ini KSPN di Bali Toraja International Festival Tournament of Roses dan Penetrasi Pasar Ke Rusia Para Pemain Perlu ‘Mengarah’ Kembali La Galigo Makassar sebagai Perbandingan? Lovely December Mengimbau Kita ke Toraja Tahapnya Perlu Inspirasi dan Kreativitas Menengok Pinisi Sunda Kelapa di 2014 Lovely December Mengimbau Kita ke Toraja
www.newsletter-pariwisataindonesia.com
Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 49 n Januari 2014
3 8 10 12 16 22 24 30 22
Hal.
18
Hal.
19
Akhir Tahun 2013
Jumpa Pers Kemenparekraf di Gedung Sapta Pesona, 24 Desember 2013. Menteri Parekraf Mari Elka Pangestu, Wakil Menteri Parekraf Sapta Nirwandar, bersama pejabat eselon I dan wakil-wakil dari organisasi pelaku pariwisata serta pelaku industri kreatif.
industri kreatif
, misalnya Dalam pengembangan bidang desain, Kemenparekraf melalui direktorat terkait telah memberikan program dan kegiatan pelatihan bidang desain di beberapa daerah.
Hal.
21
Bagaimana Anda sebagai travel business player
memposisikan diri dalam
setiap benak konsumen. Apakah hanya tetap mengandalkan produk saja atau akan merambah sisi human spirit sebagai faktor pembeda di antara pemain lainnya.
Hal.
14 Banda Aceh
Bisakah Menjual dengan ikon ringan ‘Kota 1001 Kedai Kopi’ ?
Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 49 n Januari 2014
3
Utama
P
ukul sembilan pagi kami berangkat meninggalkan kota Makassar, supir menjalankan mobil Avanza dengan kecepatan cukup menyenangkan untuk perjalanan seharian itu, sehingga akhirnya tiba di hotel tempat menginap, di bukit pinggir kota Makale, itu sudah pukul delapan malam. Sepanjang perjalanan pemandangan alam Sulawesi Selatan bervariasi; menyusur pantai di atas jalan yang baru dibeton antara Makassar dan kota Pare-pare, berlanjut mendaki dan menelusuri alam pegunungan hijau, diselingi hamparan pemandangan rimbun, gunung dan lembah silih berganti. Sempat berhenti ‘ngopi’, dan makan siang, lalu ngopi lagi di sore hari di sebuah lokasi populer disebut Bukit Nona. Tentu saja mendengar cerita ini terbayang perjalanan melelahkan. Di zaman serba ‘cepat’ sekarang oleh peradaban teknologi komunikasi, informasi dan transportasi, bukankah ini mengesankan kontradiktif? Masih maukah orang ber susah payah menghabiskan waktu sekedar hendak mencapai satu destinasi wisata? Ah, tapi begitulah pariwisata. Ketika wisa tawan memasuki jenis special interest tourism, —wisata minat khusus—, boleh jadi tak mempersoalkan benar jarak dan ‘experience’ seperti itu. Bicara Toraja? Data tak resmi menyebutkan sekitar 385 ribu wisatawan berkunjung tahun 1996 ke Sulawesi Selatan, kemudian menurun drastis. Tahun lalu disebutkan sekitar 45.000 wisatawan, di antaranya diperkirakan 60 persen datang ke Toraja. Jonathan Parapak, tokoh nasional asal Sulsel menyebutkan mendekati jumlah 100 ribu wisman ke Toraja sebelum 1998. Kita tentu maklum, krisis multidimensi yang dialami Indonesia sejak 1998 itu memang berdampak besar terhadap penurunan jumlah kunjungan wisman ke Indonesia. Destinasi Bali relatif cepat tumbuh kembali. Tapi ya itu tadi, masa lalu tak membuat wisman dari Eropa, Amerika, yang gemar akan wisata etnis, tak keberatan ‘mengalami’ perjalanan darat enam hingga sepuluh jam untuk mencapai lokasi yang diinginkan.
Ringkasan masa lalu
Toraja memang menyebarkan magnit, yang menurut satu penulis kritis dari Amerika,
4
Toraja, Sulawesi Selatan
Memanggil
Jalan lintas darat Rute penerbangan
b ermula di awal tahun 1970-an. Volkman Toby, antropolog, periset, penulis dari Columbia University yang punya nama itu, menulis antara lain: In the early 1970s, the West suddenly discovered the Toraja. Within a decade, Toraja sculpture was exhibited in major North American museums (1981), and tour groups led by well known Anthropologists and Social Scientists visited the regency described by a Museum of Natural His tory brochure as ‘the land of the heavenly kings of
Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 49 n Januari 2014
Tana Toraja.’ All this was the outcome of a shift in Indonesian government policy in the late 1960s, when the government embarked upon a vigorous promotion of tourism as a means of generating foreign exchange. In 1971, about fifty European visitors attended rituals in the northwestern corner of Tana Toraja (known as Tator in acronymical Indonesian). In 1972, more than 400 tourists visited the area, where many witnessed the funeral ceremony for
Menteri Parekraf Mari Elka Pangestu dengan Gubernur I Made Mangku Pastika (kiri-kanan).
KSPN di Bali enteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Elka Pangestu mengadakan rapat KSPN (Kawasan Strategis Pariwisata Na sional) dengan Gubernur Bali, I Made Mangku Pastika, di Bali, medio Januari 2013.
M
Pengembangan pariwisata Indonesia hingga 2015 telah ditetapkan dalam Peraturan Peme rintah (PP) No. 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Pembangungan Kepariwisataan Nasional (RIPPARNAS) Tahun 2010–2025. Ripparnas mengamanatkan 88 KSPN yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia, untuk periode 2012–2104 ditetapkan prioritas 16 KSPN, di antaranya kawasan Kuta–Nusa Dua–Sanur. Menteri menggarisbawahi betapa wilayah ini memberikan kontribusi 37% terhadap total kepariwisataan nasional serta merupakan pintu masuk utama bagi wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia. Menteri mengingatkan
the Puang of Sangalla, believed to have been the highest ranking nobleman in the land. The Puang’s death rite became the first international media event to emanate from these highlands; recorded by a British film crew (financed by Ringo Starr), it was televised in several European countries. In the same year, the first of a spate of small publica tions in English and Indonesian appeared, naming, describing, and interpreting Toraja ritual and cul ture for the outsider. In 1976, 12,000 tourists may have visited the regency. The number of tourists has grown dra matically since then, as witnessed by the growth of hotels, Chinese restaurants, and souvenir shops in the two major towns, and by the opening of an airport in the regency. Why tourism in Tana Toraja? Some of the answers are obvious. For one, Jakarta’s own campaign has been complemented by the promotion of Euro pean tourist agencies, particularly in France and Germany, which sponsor package group tours. Secondly, the area is blessed with magnificent,
lush scenery and a cool mountain climate. With cascading rice terraces, immensely tall bamboo stands, and misty mornings at altitudes between 3000 and 6000 feet, Tator is a sensory delight and a refuge from the tropical lowlands. Thirdly, perhaps most intriguingly, Toraja has been billed as a more remote, unspoiled alterna tive to Bali (now old hat to seasoned tourists), and, more fundamentally, as an alternative to the mun dane, secular world of the West. The chance to be in close contact with some version of the Other, the Exotic, the Primitive. Most tourists from most countries tend to regard the Toraja as a ritual being, specifically as a funeral being. In part this is coincidence, for Toraja death rituals traditionally occur in June, July, and Au gust, after the harvest, nicely corresponding with the Western vacation calendar; and, for a variety of historically and cultural reasons, the Toraja strongly emphasize death ceremonies. Sekarang, hampir dua generasi telah berlalu, tentu saja ‘perkembangan’ dan ‘perubahan’ di
Bali Selatan dihadapkan pada tantangan yang besar berupa potensi yang bisa menurunkan kualitas kepariwisataannya. Maka, perlu ditata dengan lebih baik. Ada keprihatinan. Banyak fasilitas bangunan yang dikonversi menjadi fasilitas akomodasi sehingga tidak sesuai peruntukan ruang, masalah kebersihan yang semakin menurun, pengembangan pariwisata yang kurang memperhatikan kapasitas daya dukung wilayah pariwisata, dan signane serta papan reklame yang tidak tertata dengan baik. Gubernur Bali juga mengungkapkan kepri hatinan akan beberapa masalah antara lain adanya biro perjalanan dan pemandu wisata yang seringkali merugikan wisatawan dan hal ini tentunya dapat memperburuk citra Indonesia secara nasional di mata dunia. Menteri ketika di Bali itu mengadakan rapat koordinasi khusus juga dengan Bupati Badung, Anak Agung Gde Agung, bersama para pejabat daerah, Setda, Bapeda, Dinas Pertanian, Peternakan dan Perikanan, Dinas Pariwisata, Dinas Koperasi dan UKM, serta sejumlah pejabat Kementerian Pekerjaan Umum (Kemen PU), perwakilan Provinsi Bali, akademisi, serta para tokoh masyarakat.
Tiga wisman dari Jerman ini sedang meninjau obyek wisata Kete Kesu di Toraja, sang guide terdengar fasih mengalirkan cerita dan dialog tentang Toraja dalam bahasa Jerman. Wisman ke Toraja beberapa tahun terakhir ini cenderung datang dalam kelompok kecil dan bukan lagi dalam grup besar sebagaimana di tahun 1980-1990-an.
Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 49 n Januari 2014
5
Menteri Mari Elka Pangestu memimpin rapat koordinasi KSPN dengan Bupati Badung, Bali, bersama para pejabat daerah.
Kemenparekraf akan memfasilitasi penyu sunan perencanaan dan perancangan inisiatif pembangunan sebagai quick wins dengan pendekatan bottom up dan top down secara holistik, adaptif dan dinamis serta berorientasi pada penerapan secara nyata di masyarakat. Menteri Mari Pangestu menekankan lagi, pemerintah pusat terus mendorong upaya pengembangan KSPN di berbagai wilayah seluruh Indonesia terutama di kabupaten/kota yang telah memiliki Perda tentang Rencana Tata
Ruang dan Wilayah (RTRW). Hal ini didasarkan pada kebutuhan untuk mengakselerasi pelaksanaan pengembangan kepariwisataan tanpa menimbulkan masalah baru di kemudian hari. Bupati pun menyatakan, KSPN perlu di bicarakan secara terbuka oleh semua pihak guna meningkatkan pengetahuan pemerintah daerah dan masyarakat, agar berkurang dampak negatif dari pengembangan kepariwisataan, misalnya, alih fungsi lahan yang sering terjadi,
Panorama pagi hari dalam kamar tidur salah satu hotel di Makale, Tana Toraja.
6
Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 49 n Januari 2014
yang akhirnya dapat merusak tatanan kehidupan masyarakat di Bali. Inisiatif pengembangan yang akan dilakukan di KSPN ini antara lain penataan pantai, pengembangan kegiatan wisata bersepeda, pengelolaan sampah pantai secara terpadu, penataan signage dan papan reklame. Menteri mengatakan, kunci keberhasilan pe ngembangan kepariwisataan sangat bergantung pada komitmen seluruh pihak untuk bekerja bersama-sama. n
berbagai aspek sosial budaya juga berlangsung. Tetapi beberapa elemen esensial tampaknya tetap asli: nilai-nilai, alam indah, sebagian tradisi, dan sebagian lagi bertransformasi menjadi heritage. Zaman teknologi komunikasi dan informasi yang ‘super modern’ sekarang pun tak mengurangi adanya segmen wisatawan yang tetap mencari ruang dan waktu di mana mereka bisa menyaksikan heritage yang mewakili dan menceritakan kembali nilai-nilai hingga tradisi etnik lama. Bahkan bukti-bukti sejarah dari zaman megalitik. Di tahun 1970-an hingga awal 1990-an, betul, lumayan kapasitas penerbangan langsung dari Amerika dan Eropa ke Indonesia, bahkan pernah dioperasikan oleh maskapai dunia Pan American, Lufthansa, British Airways, KLM dan lainnya. Bersamaan itu operator Garuda Indonesia di dalam negeri melayani lanjutan penerbangan wisman dari Jakarta ke berbagai destinasi di
Atas: pasangan wisman dari Perancis ini, sibuk memotret sesaat sebelum dimulainya acara pembukaan International Toraja Festival di Kete Kesu, Toraja (28/12/2013). Kanan: Dua wisman dari Austria dan seorang wisnus baru saja keluar dari dalam gua di mana mereka menyaksikan sendiri makam dan jenazah yang tidak dikubur. Patung replika jenazah tersusun di lereng bukit di atas pintu masuk ke gua. Lokasi obyek wisata ini bernama Londa.
Utama
daerah: termasuk ke Toraja, Danau Toba, Manado hingga Ambon. Pemain travel/tourism business player Indonesia kala itu pandai mengefektifkannya. Sempat terkenal nama tur ke Toraja disebut Toraja Rapsody. Produk itu antara lain menarik wisman ke Toraja, hotel di Tator lalu bertumbuh, kendati bandaranya belum juga mampu menerima pesawat terbang komersial, namun para turis dalam grup per grup menikmati perjalanan darat yang panjang. Tiap grup tur masa lalu bisa berjumlah 20 hingga 40 orang. Dari Makassar menuju Toraja, mampir di Bantimurung menyaksikan ribuan kupu-kupu beterbangan di habitatnya. (Kupu-kupu itu kini tak tampak lagi). Tak banyak kemajuan fasilitas wisata ditumbuhkan, sepanjang jalan darat sekitar 200 kilometer Makassar–Parepare, dan jarak sama pula dari Parepare hingga ke Tana Toraja.
Ringkasan masa kini
Lalu teringat pada hukum supply and demand. Kalau ada supply, maka yang perlu dicari atau dibangkitkan, tentu demand. Siapa yang berminat pada tur semacam ke Toraja, dan menumbuhkan demand? Atau sebaliknya, kalau sudah berhasil membangkitkan demand, maka destinasi sebagai supplier perlu berupaya ‘melayani dan memuaskan’-nya. Sepasang suami isteri warga Perancis, tampak sibuk menengok ke sana ke mari, lalu menjepret
dengan kamera dan perekam video. Itu di tengah masyarakat Toraja di Desa Kete Kesu, yang sedang berkumpul hendak menyaksikan acara malam pembukaan International Toraja Festival 2013. Apa yang membawa Anda kemari? Perta nyaan untuk si turis. Spontan dia jawab: “To see civilization”. Tampak dia ingin menjelaskan lebih banyak, tapi agaknya dibatasi oleh bahasa Inggrisnya. Andai berbahasa Perancis, bahasa tubuhnya mengisyaratkan dia cenderung mau bicara lebih panjang. Dua nona dari Austria, meminta ikut memasuki gua di Desa Londa, di dalam gua itulah wisatawan ditemani oleh pemandu lokal membawa lampu penerang petromaks, menyaksikan kerangka dan tengkorak manusia peninggalan jenazah yang disemayamkan di situ. Panjang gua itu sendiri dari pintu masuk hingga ke ujung yang ditempuh hanya berkisar 30 meter. Di atas pintu masuk gua pada lereng bukit, tampak dijajarkan patung replika dari almarhum/almarhumah yang jenazahnya ditaruh di dalam gua. Dua nona itu tinggal dan berwisata di Toraja katanya dua malam tiga hari. Saat di Londa itu, salah satu di antara obyek wisata Toraja, mereka sempat lama tak berbuat apa-apa dan menonton saja, lantaran tiada papan informasi menerangkan bagaimana caranya mereka memasuki gua, sementara dilihatnya wisnus Indonesia keluar masuk. Wisnus Indonesia pun tampak dengan berbagai tampilan: dari anak sekolah, orang muda, orang tua, laki perempuan, hingga yang berjilbab.
Fee untuk pemandu dengan petromaks cukup Rp 20.000 saja. Kalau mau kasih tip, “Terserah bapak/ibu”, kata si pemandu. Di banyak lokasi obyek wisata di Toraja, masa kini, perlu adanya papan-papan petunjuk me nerangkan tentang tata cara bagaimana kalau ingin ‘mengalami’ dan ‘menikmati’ obyek wisata yang tersedia itu. Tentu saja, sejumlah pemandu yang bisa berbahasa asing, setidaknya bahasa Inggris, selalu siap. Itu pula salah satu perbedaan jauh daripada pariwisata satu-dua generasi yang lalu. Dahulu, kegiatan pariwisata didominasi mass tourism atau organized tour. Kini, FIT atau kelompok kecil yang berwisata sendiri, mandiri mencari akses, services, dan aktivitas di tempat tujuan, tampak lebih menguasai. Di sinilah tuan rumah sebagai pihak ‘supplier’ dituntut lebih aktif berperan. Belakangan ini beberapa pemain bisnis inbound tour memasarkan paket-paket dengan menambahkan tur ke pantai Bira dan ada yang sampai ke Bulukumba, ke arah ujung selatan Pulau Sulawesi. Di sana wisatawan menyaksikan the living culture, masyarakatnya membangun kapal-kapal pinisi sang pengarung samudera, hanya dengan pengetahuan ukur mengukur dan pengalaman tukang secara alamiah, turun temurun. Paket-paket wisatanya memang mulai di tawarkan melalui media internet. Durasi 8 hari ke Sulawesi Selatan akan mencakup empat hari ke arah Bira dan Danau Tempe, dan empat hari lanjut ke Tana Toraja. Kalau hanya ke Tana Toraja, durasi paket tur umumnya empat hari. n
Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 49 n Januari 2014
7
Utama
Toraja International
Panggung Toraja International Festival, di pucuk bukit Gentengan, di ketinggian 900-an meter di atas permukaan laut, di antara kota Makale dan Rantepao. Seniman musik dan tari tradisional selama dua hari (29–30 Desember 2013) bermain di situ. Mereka dari Toraja, Toraja Utara, Palu, Aceh, Manado, Makassar, Bali, Jakarta, Kazakhstan, Italia, Amerika, Zimbabwe, Senegal, dan Kanada.
T
ahun 2011 Wamen Parekraf Sapta Nirwandar mengambil satu inspi rasi baru, untuk memberi corak baru, dan tentu saja, diharapkan menularkan virus inspirasi baru lagi pada kalangan stake holders pariwisata di Sulawesi Selatan umumnya, dan khususnya bagi Tana Toraja. Satu tim dibentuk, meneliti kembali hingga menyusun suatu program even Toraja Interna tional Festival (TIF). Even itu terlaksana pada 28–30 Desember 2013. Menteri Parekraf Mari Elka Pangestu me resmikan pembukaannya pada 28 Desember malam, bersama Wamen Sapta Nirwandar dan Gubernur Sulsel Syahril Yasin Limpo, serta para
8
bupati setempat. Warga di sekitar Kecamatan Ke’te Kesu, berlokasi antara kota Rantepao dan kota Makale, di mana upacara pembukaan berlangsung, tampak antusias menyambut. Ini perhelatan pertama diikuti tujuh negara peserta, tampak juga memberikan pengalaman pertama bagi warga. Juga kebanggaan daerah. Masing-masing kelompok musisi dan seni man dari mancanegara dan beberapa daerah, menampilkan musik (etnik, dan sebagian di dukung tari). ”Kita mengharapkan festival ini semakin mampu menarik minat wisatawan mancanegara untuk datang ke Tana Toraja,” kata Menteri Parekraf.
Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 49 n Januari 2014
TIF 2013, selama dua hari 29–30 Desember, diselenggarakan di sebuah puncak bukit ber nama Gentengan, ketinggian sekitar 900 meter di atas permukaan laut. Pemandangan lepas terhampar dari sini ke pegunungan dan lembah hijau yang mengelilinginya. Di situ dibangun panggung tenda di mana para peserta memainkan musikmusik etnis dan kolaborasi. Selain Debu, kelompok musisi tradisional dari Saleum (Aceh), Rebana Betawi (Jakarta), Duo Kolintang (Sulawesi Utara), dan Batara Gowa (Makassar), seniman musik dan tari kecak dari Palu dan dari Bali, beserta seniman asal Zimbabwe (Supa Kalulu), Vieux Cissokho (Sene
Festival gal), Orchid House Orchestra (Italia), Jeannette Lambert (Kanada), Gilles Saissi (Perancis), dan Aigul Elkenbayeva (Kazakhstan) dan Indonesian National Orchestra. ”Kita harapkan Toraja International Festival bisa dihadirkan setahun sekali,” katanya. Pengalaman pertama ini tentu berharga sekali untuk meningkatkan kualitas dan ‘impact’-nya pada tahun-tahun mendatang, ujarnya. Menurut Franki Raden, tahun 2014 kemungkinan dari sudut jadwal akan diubah pelaksanaannya ke bulan Agustus. Pertimbangannya antara lain bulan Desember tinggi risiko musim hujan untuk pergelaran outdoor, bulan Juni–Juli tahun 2014 jatuh pada bulan puasa, kendati bulan Juli–Agustus merupakan pula musim puncak
Membesarkan Kue Bisnis Makassar ke Toraja, jalan darat berjarak 328 KM. Jika terbang, lebih kurang 45 menit, ke Pontiku, bandara yang sudah ada, sekitar 800-an meter di atas permukaan laut. Jika minat pengunjung Toraja semakin me ningkat pasca-penyelenggaraan acara TIF 2013, tak mustahil infrastruktur Bandara Pontiku di Toraja untuk pesawat komersial dengan rute penerbangan reguler dihidupkan kembali. Selama ini, landasan tersebut hanya digunakan untuk pesawat-pesawat tertentu yang disewa saja. Demikian ditegaskan juga oleh Wamen Parekraf Sapta Nirwandar. Landasan pacu di bandara Pontiku hingga kini memang panjangnya 1,049 x 21 meter. Pesawat yang banyak digunakan oleh Garuda, Lion dan Sriwijaya, untuk melayani penerbangan komersial berjadwal rute pendek ke bandara kota kabupaten, di dalam negeri, seperti pesawat tipe ATR72 berkapasitas 70 penumpang, sebenarnya memerlukan landasan pacu sekitar 1.500 meter. Pemda kini bertekad mempercepat perpan jangan landasan pacu itu. Terbuka peluang operasi penerbangan reguler antara Makassar dan Pontiku, sementara Makassar telah dihubungkan dengan demikian banyak bandara dalam negeri, dan Kuala Lumpur dan Singapura. Penambahan jumlah kunjungan wisnus dan wisman pun dari sudut ketersediaan aksesibili-
Wamen Parekraf Sapta Nirwandar (tengah), dan Franki Raden konsultan dan pelaksana ITF (kiri), serta Luther Barrung ketua DMO Toraja meninjau kesiapan venue sebelum pagelaran dimulai esok harinya.
arus wisman. Wamen Sapta mengingatkan kembali, menciptakan even yang ‘sesuai’ dengan daerah, lalu diinternasionalkan, akan menggerakkan inspirasi, implementasi, dan pengembangan sumber-sumber daya setempat termasuk mem-
percepat pengembangan infrastruktur. Gubernur Sulsel Syahril Yasin Limpo me ngatakan, “Saya mengharapkan agar tidak ada lagi masalah pembebasan lahan di wilayah bandara,” terkait keinginan memperpanjang landasan pacu bandara secepatnya. n
Penerbangan langsung dari/ke Makassar: Balikpapan Manokwari Ternate Palu
Manado
Luwuk
Mamuju
Kendari
Makassar
Ambon
Surabaya
Jayapura
Denpasar
Sorong
Mataram Medan
Jakarta Singapura
tas tidak diragukan lagi akan mendukung upaya menarik wisatawan di satu sisi, seraya mendorong pelaku bisnis wisata menjual paket tur, di sisi lainnya. Kendati ada kekhawatiran akan berkurang peluang usaha angkutan darat, penyewaan mobil-mobil yang belakangan cukup ‘lumayan’ dikonsumsi oleh wisatawan ke Toraja, namun diakui juga sesungguhnya bagi Toraja khususnya dan Sulsel umumnya, pada tahap sekarang tinggal berupaya memperbesar ‘kue bisnis’. Ketika penerbangan 45 menit Makassar–Pontiku tersedia secara reguler, bukanlah akan me
Kuala Lumpur ngurangi jumlah wisatawan penyewa kendaraan darat, tetapi justru akan meningkatkan volume kunjungan, menambah segmen konsumen, berarti membesarkan kue bisnis. Pembesaran kue itulah yang akan terbagi, dan kebutuhan angkutan darat untuk wisata bahkan boleh jadi akan bertambah. Dan demikianlah pada aspek lainnya: penambahan kesempatan kerja. Caranya antara lain, tentulah memasarkan seluas-luasnya melalui media online dan mobile seperti situs web dan media sosial. n Lihat juga halaman 22
Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 49 n Januari 2014
9
Promosi Luar Negeri
Tournament of Roses dan
D
ari Amerika Serikat belum ada layanan penerbangan langsung ke Indonesia, namun jumlah wisman AS ke Indonesia setiap tahun meningkat. Bukan itu saja, jumlah absolutnya pun ter golong tinggi di antara berbagai kebangsaan wisman yang mengunjungi Indonesia, khususnya dari pasar negara-negara Barat, Amerika dan Eropa. Beberapa data perbandingan ini b erbicara: Wisman/ Tahun
2013 Jan-Nov
2012 Jan-Nov
2011 Jan-Nov
Amerika Serikat 201.900 188,244 174,458
Inggris
203.572 187,022 178,163
Jerman
156.168 143,316 132,820
Belanda
145.324 137,118 145,795
Perancis
184.703 168,609 160,274 Diolah dari BPS
Ekonomi yang sedang galau di Amerika dan Eropa pada tahun-tahun itu tak mengurungkan niat warga mereka berkunjung ke Indonesia, padahal hanya satu penerbangan langsung dari/ ke Indonesia yakni Amsterdam, Belanda, oleh Garuda. Hasil tersebut sudah barang tentu berkaitan dengan strategi dan konsistensi pemasaran yang dilancarkan setiap tahun, dan senantiasa cenderung menimbulkan akumulasi hasil yang konsisten pula di tahun-tahun berikutnya. Ke AS, Indonesia dalam even Tournament of Roses (ToR) 2014 di Pasadena, Amerika Serikat pada 1 Januari 2014, merupakan kali ketiga tampil setelah 16 tahun sempat absen. Direktur Jenderal
10
Pemasaran Pariwisata Kementelah dibangun berkat kegiat parekraf Esthy Reko Astuty an promosi pariwisata seperti memimpin delegasi Indonesia ToR. Kita juga berpromosi pada ke sana, lalu melakukan sekeikutsertaan di beberapa rangkaian kegiatan: decoration even khusus lain di AS seperti week dan news media briefing, Seatrade di Miami, yang merufiesta VIP reception, public and pakan satu pasar terbesar di VIP viewing, Indonesia gala dunia untuk wisata cruise ship, dinner, judging of float, hingga dan wisata bahari umumnya. post parade menampilkan “Amerika Serikat dengan acara cultural performance. jumlah penduduk 313,8 juta Esthy Reko Astuty Perkembangan ini mengmerupakan pasar potensial dan indikasikan betapa pasar Amerika amat sangat sangat strategis dilakukan promosi pariwisata ke perlu digarap oleh industri wisata Indonesia lebih sini, kontribusinya terhadap kunjungan wisman intensif lagi, menyongsong tahun 2015, di mana ke tanah air cukup besar, dari tahun ke tahun me Garuda Indonesia menurut rencananya akan me- ningkat,” kata Dirjen. mulai penerbangan langsung. Survery PES (Pasangger Exit Survey) 2011 Tanpa adanya penerbangan langsung pun, terhadap wisman AS menunjukkan rata-rata konsistensi promosi pariwisata Indonesia ke sana lama tinggal mereka 10,98 hari dengan rata-rata telah berhasil menarik kunjungan wisman yang pengeluaran US$ 1.553,22/orang per kunjungan, relatif besar mengingat situasi ekonomi umum sehingga penerimaan devisa pariwisata dari wisdi sana sedang dihadapkan dengan perlambatan man AS tahun 2011 sebesar US$ 317,28 juta. ekonomi, sekaligus mengindikasikan kesediaan Destinasi Bali and Beyond rasanya akan men wismannya datang ke Indonesia dengan pener dapat respons baik dari pasar Amerika, setidaknya bangan melalui negara-negara ketiga. Suatu berdasarkan pertimbangan bahwa penerbangan penerbangan langsung, efeknya bukan hanya langsung AS-Indonesia oleh Garuda tahun 2015, menambah daya dalam menarik (pull) tetapi punya potensi kuat mendistribusikan perjalanan juga menambah daya dorong (push) terhadap wisman dengan penerbangan lanjutan ke destiunsur-unsur industri di pasar dalam memasarkan nasi daerah di luar Bali. dan menjual produk-produk wisata Indonesia. Di samping itu, kondisi pasar Amerika ini Industri wisata Indonesia tahun 2014 sekarang mirip dengan Inggris. Tanpa adanya berpeluang meningkatkan penetrasi ke pasar penerbangan langsung, jumlah wisman ke Amerika melalui online marketing and selling, Indonesia malahan di atas jumlah wisman AS. antara lain dengan memanfaatkan citra yang Bulan Maret ini Garuda Indonesia memulai
Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 49 n Januari 2014
Penetrasi Pasar o perasi rute langsung London–Jakarta. Maka, potensi penetrasi pasar ke sana pun sedari sekarang mestinya diperluas oleh para tourism business player Indonesia.
Lagi, Director’s Trophy
Tournament of Roses itu telah berlangsung s etiap awal tahun sejak 1890 dengan tahun ini yang ke-125 kali, maka jadilah ia acara yang ditunggu oleh masyarakat Amerika Serikat khususnya dan masyarakat di luar AS. Gelaran paradenya disiarkan secara langsung oleh stasiun televisi internasional ke seluruh kawasan AS dan seluruh belahan dunia dengan potensi penonton sebanyak 450 juta, termasuk 38 juta masyarakat AS yang menyaksikan siaran langsung dari televisi serta 1 juta penonton yang menyaksikan langsung pada hari pelaksanaan parade. Kali ini Indonesia menampilkan kendaraan hias (float) mengusung tema Wonderful Indo nesia Paradise on Earth, dengan menampilkan desain Komodo sebagai main float serta didukung destinasi Derawan, Kalimantan Timur sebagai satellite float beserta penampilan penari Kaltim. Float Indonesia berukuran panjang 18,3 meter dan lebar 6,7 meter, menempati parade urutan ke-59 dari 90 peserta. ToR diikuti oleh berbagai instansi yang berasal dari seluruh negara bagian di Amerika Serikat dan beberapa Negara di dunia dan tahun ini mengangkat tema sentral Dream Come True. Dan, kali ini kembali Float Indonesia melalui penampilan dengan tema Wonderful Indonesia
Paradise on Earth, meraih penghargaan Director’s Trophy sebagai float dengan Outstanding Artistic Merit in Design and Floral Presentation. Pada tahun 2012 dan 2013, secara berturutturut Indonesia membawa pulang President’s Trophy, yaitu penghargaan tertinggi bagi peserta non komersial untuk kategori peserta dengan penggunaan bunga yang paling efektif dengan presentasi yang baik. Sejak tahun 1990 hingga 1995, Indonesia berturut-turut tampil di ToR Pasadena dengan mem-
peroleh penghargaan International Trophy (1990, 1993, dan 1994), Isabella Colemen Trophy (1991), dan Grand Marsal Trophy (1992 dan 1995). Sementara pada 2012, Indonesia tampil lebih besar dengan dua float Garuda Wisnu Kencana (main float), dan Putri Bunga Kota Pagar Alam Sumatara Selatan (satellite float), serta pada 2013 tampil dengan main float Wayang Golek (Arjuna, Krisna dan Gatot Kaca) dan stupa serta perangkat gamelan dari Jawa Tengah sebagai satellite float. n
Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 49 n Januari 2014
11
Promosi Luar Negeri
Ke Rusia Para Pemain Perlu ‘Mengarah’ Kembali
Lebih dari 50 juta wisatawan asal Rusia bepergian keluar negeri selama 2013 setelah mencatat 48 juta outbound traveler pada tahun 2012. Destinasi utama dan paling populer di musim panas ialah Turki, Yunani, Italia, dan Spanyol. Peningkatan jumlah wisatawan Rusia yang menempuh perjalanan penerbangan longhaul telah tercatat di berbagai negara. Mereka juga menyebutkan destinasi-destinasi yang eksotis dan winter sun destinations untuk musim liburan autumn, winter, dan spring.
Tim dari Kemenparekraf bertemu dengan VITO Rusia, Nikolay Dergachev (kanan).
K
emenparekraf mengirimkan satu tim untuk mempersiapkan suatu kerja sama promosi pariwisata di Rusia. Tim itu berada di Moskow dan St Petersburg tanggal 21–26 Desember 2013. Koordinasi pun dilakukan dengan KBRI di Moskow mengenai persiapan pelaksanaan Kerja sama Promosi Pariwisata di Rusia; lalu disiapkan koordinasi dengan VITO (Visit Indonesia Tourism Officer) di Rusia, dan Trans Aero selaku travel agent terbesar yang juga operator penerbangan dengan jaringan rute yang luas di Rusia. Setelah bertemu dengan Duta Besar RI untuk Federasi Rusia, Djauhari Oratmangun beserta jajaran, pertemuanpun dilangsungkan di kantor VITO Rusia bersama dengan Nikolay Dergachev selaku Account Manager. Pertemuan itu membahas peluang dan tantangan pariwisata di Rusia mengingat jumlah kunjungan wisatawan dari Rusia yang datang ke Indonesia untuk tahun 2013 diprediksi tak mencapai target. Dari target tahun 2013 sebesar 110.000 wisman, posisi sampai dengan bulan
12
Penyerahan simbolik souvenir dan bahan promosi pariwisata Indonesia bahasa Rusia.
Oktober baru tercapai sekitar 76.000 wisatawan. Keesokan harinya pertemuan dilanjutkan kembali di kantor KBRI Moskow, kali ini dipimpin oleh Moenir Ari Soenanda selaku Wakil Duta Besar Indonesia untuk Federasi Rusia. Dibahas lagi mengenai potensi wisatawan Rusia. Meskipun terjadi krisis ekonomi di belahan Eropa, namun kunjungan wisman Rusia yang datang ke negara-negara Asia cukup besar jumlahnya, seperti kunjungan ke Thailand dan Filipina, sehingga Indonesia masih berpotensi besar untuk menarik wisatawan dari Rusia. Ada peluang lain di samping ihwal jumlah wisatawan. Perkembangan hospitality dalam pariwisata di Rusia kurang bagus sehingga muncul wacana dari KBRI di Moskow untuk mengadakan kerja sama antara Rusia dengan Indonesia terkait pembekalan pengembangan hospitality bagi pelaku pariwisata di negeri itu. Salah satunya kemungkinan kerja sama dengan sekolah-sekolah tinggi pariwisata di Indonesia. Pertemuan bisnis tersebut juga dihadiri agen perjalanan terbesar di Rusia, Trans Aero, yang di-
Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 49 n Januari 2014
wakili oleh Maria Shamolina, Product Manager for China and South-East Asia, dan Elena Rabe, Director of Asia and Africa. Di dalamnya dibahas beberapa destinasi yang bisa digarap oleh agen perjalanan itu. Sebagai operator penerbangan sudah diselenggarakannya penerbangan scheduled charter Moskow–Denpasar beberapa tahun ter akhir ini. Tim dari Jakarta ini dipimpin Sasmito Hadi Wibowo selaku Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa, dari Badan Pusat Statistik. Dari Kementerian Parekraf antara lain Ganda Sumantri, Kasubdit Perancangan Pemasaran Pariwisata; dan Syukurni, Kepala Bagian Perencanaan dan Kerjasama, Ditjen Pemasaran Pariwisata. “Ternyata sekitar 10% wisman dari Rusia berangkat keluar negeri melalui Moskow,” kata Ganda. Selebihnya dari St Petersburg dan dari berbagai kota lainnya. Bagi orang Rusia, pergi ke Bali rupanya telah menjadi satu prestige tersendiri. Ini tentu
Jumlah Bulanan Wisatawan Rusia ke Indonesia 14.000 12.000 10.000 2013 2012 2011
8.000 6.000 4.000 2.000 2013 2012 2011
Jan JAN 12,579 12,366 12,943
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Ags
FEB 8,722 9,463 8,777
MAR 10,346 9,940 8,486
APR 8,819 6,965 6,287
MAY 5,463 4,797 4,992
JUN 5,888 4,706 3,990
JUL 5,511 5,660 4,941
Sep
AUG 7,346 5407 5,637
Okt
SEP 5.179 5,439 4,728
Nov
Wisatawan Rusia ke Indonesia Januari–Oktober 2013 dan pertumbuhannya dibanding periode sama 2012 Destination
Des
OCT NOV DEC TOTAL 6.802 76.655 9,151 8,916 11530 94,330 6,337 8,746 13,732 89,596
Jan–Oct 2013
+/-
Bali
65,497
5.04%
Jakarta
7,443
-6.85%
Bintan
1.656
-12.33%
Batam
459
19.84%
Diskusi dengan perwakilan Trans Aero didampingi Nikolay Dergachev.
erupakan hasil terbangunnya citra Bali sebagai m destinasi yang mereka kagumi. Kebanyakan paket yang dijual diarahkan untuk kalangan menengah ke atas. Mereka kurang berminat menjual paket tour ke Bali kepada kalangan menengah ke bawah, karena ditakutkan nanti malah Bali tidak lagi menjadi suatu prestise bagi orang Rusia. Dibahas juga tentang kendala orang Rusia menggunakan bahasa Inggris, sehingga ketika datang ke Indonesia mereka memerlukan tour guide yang bisa berbahasa Rusia, akan tetapi masalahnya adalah di Indonesia sendiri masih kekurangan pramuwisata yang bisa berbahasa Rusia. Nah, aspek yang praktis itu antara lain para business player Indonesia perlu memberi perhatian. Siapkan tenaga pramuwisata untuk menarik kembali wisatawan Rusia lebih banyak. Profil dan karakter wisatawan Rusia dewasa ini antara lain: menyukai tinggal di hotel berbintang; spending yang besar; royal; menyukai kehangatan matahari; mengutamakan kenyamanan dan keamanan; menyukai wisata
belanja dan kuliner; dan wisata kesehatan/spa serta budaya. Adapun waktu liburan wisatawan Rusia: Oktober, November (libur panjang) dan Februari. Sumber wisatawannya berasal dari St Petersburg, Yakaterinburg, dan Moscow. Segmen Pasar: Free Independent Travelers, Honeymooners dan Business Travelers. Bagaimana penetrasi selanjutnya? Menurut Global Blue Refund, wisatawan Rusia merupakan ‘biggest spender’ nomor dua di dunia setelah wisatawan Cina. Misalnya di Austria, total yang mereka habiskan untuk berbelanja men capai 52,4 juta Euro selama semester pertama tahun 2012. Thailand tampak luar biasa. Wisatawan Rusia mengunjungi destinasi itu 197.258 di satu bulan November 2013, berarti naik 12,54 persen dari capaiannya bulan November 2012 sebanyak 175.279. Jadi, kunjungan per bulan dari Rusia rata-rata lebih dari 170 ribu. Siapa pula itu Trans Aero? Sebagai maskapai penerbangan Rusia, operator ini menjelajahi
b anyak negeri menyebar dari Afrika, Eropa, Amerika dan Asia. Ke Asia dilayaninya penerbang an langsung, ada yang berjadwal, banyak yang scheduled charter termasuk operasinya yang ke Indonesia. Scheduled charter itulah yang mestinya didekati oleh para pelaku bisnis Indonesia, untuk mereka mau menambah rute selain ke Bali, juga ke beberapa destinasi lain yang cukup exotic bagi wisatawannya. Trans Aero itu dewasa ini terbang ke Asia antara lain: Beijing, Sanya, Hong Kong, Tokyo, Delhi, Goa, Maldives, Singapura, Bangkok, Phuket, dan Denpasar Bali. Yang dihentikannya beroperasi adalah tujuan ke Afrika Selatan, Brazilia, Kanada, India (Amritsar, Chennai, Mumbai), Strasbourg di Perancis, Findel di Luxembourg, London Gatwick, dan Sydney. Dia hanya mengurangi frekuensi penerbangannya ke Indonesia. Di situlah peluang kita untuk mengembalikannya menambah lagi bukan hanya jadwal, juga destinasi daerah di luar Bali. Daerah mana kah yang mau mengambil inisiatif? n
Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 49 n Januari 2014
13
Pemasaran Destinasi
Bisakah Menjual Banda Aceh dengan merek ‘Kota 1001 Kedai Kopi’ ?
14
Melongok Sejenak Aceh
S
atu pagi di bandara Sultan Iskandar Muda, Banda Aceh, adalah empat orang di antara puluhan penumpang yang baru mendarat dengan penerbangan dari Kuala Lumpur. Kemudian, setelah check-in di hotel, mereka menyewa mobil, ditemani supir yang merangkap pemandu, tur keliling kota. Hari itu mereka dapat mengunjungi dua lokasi, termasuk Museum Tsunami. Menjelang sore sebelum menuju kembali ke hotel, mereka minta dibawa dulu untuk ‘ngopi’. Supir meluncurkan mobilnya menuju ke Ulee Kareng. Betah, mereka nongkrong menikmati kopi Aceh di situ lebih dari satu jam. Sebenarnya bukan kopi itu saja, suasana santai dan citra warung kopi Aceh yang mungkin mengayun dalam imajinasi mereka sambil bercakap-cakap, dan mata mereka melirik gaya kehidupan warga Aceh dalam hidup keseharian. Sejak dari bandara keempat orang itu langsung bertanya-tanya, di manakah tempat ngopi yang telah lumayan banyak diomongkan orang? Maksudnya dua tempat ‘kedai kopi’ yang ter hindar dari kehancuran ketika terjadi hantaman tsunami, yakni di Ulee Kareng dan Brawe. Dua hari kemudian, ada lagi satu rombongan 20 orang wisman juga dari Malaysia. Setelah tiba, agen perjalanan membawa mereka tur di dalam kota salah satunya mengunjungi kapal di atas rumah di Lampulo. Kemudian makan siang di restoran yang menyajikan masakan Aceh. Solat dhuhur dulu di Mesjid Raya Baiturrahman. Setelah itu, ditawarkan minikmati kopi Aceh di warung kopi. Berada di warung kopi selama lebih dari satu jam, rombongan yang terdiri dari bapak-bapak dan ibu-ibu yang ramai bercakap dalam bahasa Melayu itu, sembari menikmati kopi dan kue-kue tradisional yang beberapa diantaranya sudah sulit sekali ditemukan di pasar, seolah merasa masih berada di semenanjung Malaysia. Sebagaimana layaknya setiap destinasi atau obyek daya tarik wisata sepatutnya memiliki satu atau dua ciri khas atau simbol. Kota Banda Aceh mungkin bisa menjadikan ‘ngopi gaya Aceh’ menjadi salah satu yang ‘diimpikan’ oleh setiap wisatawan yang datang. Tak salah men dompleng popularitas kopi Gayo yang sudah go international. Kopi Indonesia yang sudah mendunia antara lain kopi Gayo Aceh, Sidikalang dan Mandailing dari Sumatra Utara, Toraja dari Sulawesi, Kinta-
Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 49 n Januari 2014
Teras kedai kopi, ada yang beratap, ada yang dibiark
mani dari Bali, Wamena dari Papua dan lain-lain. Maklum, bukan? Berkumpul di kedai kopi me rupakan bagian dari hidup keseharian ras Melayu. Tak heran sebenarnya, mengapa di Indonesia, beberapa daerah yang kental pengaruh Melayu memiliki persamaan dalam hal ritual di kedai kopi itu. Di Aceh, Medan, dan Pontianak. Yang membedakan ialah cara pengolahan hingga penyajian kopinya, serta makna atas ritual minum kopi itu sendiri. Orang Malaysia yang datang kemari tidak mesti di hari-hari besar, di luar itu pun ada yang datang. Mereka jarang sendiri-sendiri, pasti rombongan, 2–3 orang sampai 20 orang. Mereka menyukai kopi hitam dan kopi sanger. Apa p ulakah itu? Kopi sanger dan kopi susu sebenarnya campuran kopi dan susu. Bedanya, susu di kopi sanger hanya sedikit kemudian ditambahkan gula. Sebaliknya kopi susu, takaran kopi lebih sedikit dibandingkan susu dan biasanya tanpa diimbuhi gula. Tiga menu kopi selalu ditawarkan, kopi hitam, kopi sanger, dan kopi susu. Disajikan penuh dalam gelas seukuran 200–300 ml atau dalam gelas berukuran mini, mirip gelas sloki. Kopi dalam sloki disebut pancung yang artinya setengah. Kopi hitam dan sanger paling sering dipesan tamu laki-laki sedangkan yang perem-
untuk Wisatawan Melayu Budaya ngopi pasca tsunami
kan terbuka lepas (kiri). Beginilah kopi Aceh dibuat, dengan ‘ditarik-tarik’. (kanan).
puan lebih memilih kopi sanger atau teh. Sebelum beranjak hendak pulang mereka membeli bubuk kopinya sebagai buah tangan. Ini mengingatkan kesuksesan Bandung dan Palembang sebagai kota kuliner, di mana setiap wisatawan niscaya membawa pulang berkotakkotak brownies kukus dan empek-empek. Wisman dari Malaysia yang mendarat di bandara Bandung meningkat terus setiap tahun, di bulan Oktober 2013 saja tercatat 95.709, sehingga Januari–Oktober 2013 keseluruhan wisatawan Malaysia ke Indonesia mencapai 948.498 wisatawan Malaysia. Wisman dari Malaysia ke Indonesia paling banyak mendaratnya di bandara Soekarno-Hatta, Jakarta, di bulan Oktober 2013 itu saja tercatat 241.781, terbanyak ke dua di bandara Bali. Bagaimanakah cara untuk mengikuti jejak suksesnya Bandung? Ke Aceh, yang berkunjung dalam jumlah besar selalu diantar oleh agen perjalanan. Yang datang dengan kendaraan sewa dari bandara biasa langsung menuju Kedai Kopi Solong. Wisatawan Melayu selain dari Kuala Lumpur juga berasal dari Penang dan Kedah. Ketika Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berkunjung ke Aceh pada 20 Agustus 2009, adalah untuk meresmikan pembukaan Pekan Kebudayaan Aceh atau Aceh Cultural Week. Even itu
merupakan yang kelima kali setelah dilaksanakan setiap tahun. Aceh kaya seni budaya untuk diapresiasi oleh segmen tertentu wisatawan mancanegara. Dengan kata lain, ‘ngopi di 1001 kedai kopi’, bukti sejarah dan penambah pengetahuan perihal tsunami, kekayaan seni budaya yang khas, alam yang indah justru di kawasan penghasil kopi di Takengon dan Aceh bagian tengah, dan ‘wisata syariah’ antara lain merupakan sumber-sumber daya lain bagi peningkatan pariwisata Aceh.
Solusi kopi
Di Kota Banda Aceh kini ngopi dimaknai kegiatan bersosialisasi dan berkomunikasi. Segala topik dibicarakan, dan ‘masalah’ seakan bisa diselesaikan di kedai kopi. Bagi masyarakat biasa, mahasiswa, akademisi, pengusaha, birokrat, hingga tokoh masyarakat. Mahasiswa menyukai tempat yang dilengkapi wifi. Dengan segelas kopi sanger pancung (disebut ‘sangmin’, sanger mini) yang harganya lebih murah seribu rupiah, mereka berdiskusi sekaligus menyelesaikan tugas-tugas kuliah. Pekerja kantoran, pebisnis turut memanfaatkan, mulai dari presentasi, negosiasi hingga deal bisnis bisa berjalan lancar gara-gara segelas kopi. Ada juga mengadakan rapat-rapat.
Konon mahasiswa laki-laki sehari bisa lima kali menyambangi kedai kopi. Bisa juga sekali kunjung tinggal lebih dari dua jam. Sudah jamak pula, usai satu urusan di satu kedai, dilanjutkan ke kedai lain untuk urusan yang lain lagi. Maka nya mereka lebih memilih kopi sanger pancung. Mahasiswi cenderung sekali sehari ke kedai dengan durasi sekitar dua jam saja; memilih teh biasa, atau lebih suka kopi sanger, yang menyediakan wifi dan sofa menjadi favorit. Warung kopi tradisional di pagi hari disambangi oleh kaum orang tua, keluarga—bersama anak-anak—, dan pekerja kantoran. Di sore hingga malam hari, kedai tradisional maupun yang modern sama ramainya. Warga Aceh kalau ditanya akan menceritakan, merebaknya kedai kopi terjadi pasca-tsunami dan gempa tahun 2004. Dahulu, lokasi utamanya di Ulee Kareng dan Brawe. Saat-saat pasca-tsunami aktivitas di kota nyaris tidak ada, banyak orang dari luar Aceh dan mancanegara datang. Warung kopi yang tersisa hanya di Ulee Kareng dan Brawe yang tidak terhantam tsunami. Ketika kegiatan perekonomian mulai pulih, semakin tumbuh warung kopi. Perempuan bisa ngopi di kedai juga dimulai tahun 2006. Sempat awalnya menimbulkan kontroversi. Perempuan betul-betul ‘boleh’ ngopi di tempat publik sejak 2009 seiring masuknya teknologi wifi, para mahasiswi juga membutuhkannya. Namun ini hanya berlaku di kota-kota besar seperti Banda Aceh dan Lhoksumawe. Di kampung-kampung, tabu sosial itu masih berlaku. Aktivitas toko, warung kopi, kantor-kantor akan ‘berhenti seketika’, sementara saat azan berkumandang menandakan waktu solat. Jika pengunjung lagi ngopi, sang pemilik akan menyisakan sedikit pintu terbuka tapi tidak melayani pesanan. Yang tengah duduk di luar akan segera masuk ke dalam atau segera membayar kopi dan pergi untuk melaksanakan solat. Jeda itu biasanya berlangsung sekitar setengah jam. Perhatikanlah, kedai menyediakan nyaris separuh dari kapasitas kursinya, tersusun di teras kedai, alias di bagian depan luar yang terbuka. Tengoklah dari luar, seperti di Eropa pada musim summer, kursi-kursi resto dan kafe di susun di bagian luar depan. Tapi begitulah salah satu ciri kota Banda Aceh kini. Setiap ciri berpotensi diciptakan menjadi ‘tourist spot’ dan pramuwisata yang piawai membuatnya sebagai cerita yang mengesankan pula. n
Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 49 n Januari 2014
15
Museum
Persis di sebelah pintu masuk utama, ruangan sekitar 6 x 6 meter ini tampak siap menunggu pengunjung museum dalam grup, di situ greeting selamat datang, dan, penjelasan pada tamu dapat diberikan, sebelum selanjutnya berkeliling menikmati museum. Seluruh ruangan berpenyejuk udara, dan, lihatlah ruangan peraga yang tersusun rapih, pencahayaan yang cukup, di beberapa ruangan kombinasi lampu sorot pun ikut menyejukkan mata dan perasaan ketika memperhatikan satu demi satu benda-benda artefak dan peragaan benda-benda museum.
16
La Galigo Makassar
M
useum La Galigo di kota Makassar itu secara ďŹ sik ukurannya relatif kecil, namun dari sudut pandang ďŹ sik ini pula, boleh jadi dapat dijadikan model atau contoh mengelola museum. Museum yang punya ruangan penyambut tamu dan mampu menampung grup turis dalam jumlah 20 orang atau lebih, dengan suasana nyaman, dilengkapi proyektor guna menayangkan short presentation, rasanya baru terdapat di mu-
Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 49 n Januari 2014
seum La Galigo ini, dan di obyek wisata Gunung Bromo, Jawa Timur. Di dalam museum La Galigo, pengunjung terbawa oleh keheningan dan ketenangan, menatap dari satu koleksi ke koleksi lain. Barang peninggalan sejarah tersusun rapih, sebagian terbuka tanpa etalase dalam kaca. Praktis tiada display yang tanpa penjelasan tertulis. Semua dua bahasa, Indonesia dan Inggris. Lebih dari itu, serangkaian susunan etalase
sebagai Perbandingan?
Sebagian di antara tampilan display.
menampilkan barang dan gambar-gambar didampingi cuplikan sejarah peradaban manusia di Sulawesi Selatan. Museum berlantai dua itu memanjang sekitar 50 meter dan menempati satu sisi depan di salah satu gedung di dalam kompleks Fort Rotterdam. Ruang museum khusus sejarah bahari ditempatkan pada salah satu gedung lain di seberang museum utama. Kunjungan ke Kota Makassar tak lengkap tanpa datang ke museum La Galigo, sekaligus menyaksikan benteng zaman Belanda yang dinamakan Fort Rotterdam ini. Lokasinya di pantai
menghadap ke laut, tak jauh pula dari water足 front Losari yang telah dibuat sebagai landmark Makassar. Museum ini menurut salah satu petugasnya ternyata menganggarkan per bulan Rp 43 juta khusus untuk biaya listrik. Seluruh pegawai yang bekerja di situ sekitar 35 orang termasuk tenaga ahli. Karcis masuk ke La Galigo Rp 5 ribu bagi orang dewasa, Rp 3 ribu anak-anak, tapi untuk setiap wisatawan asing harganya Rp 10 ribu.Nah, cuplikan sejarah museumnya sendiri ditampilkan pula di salah satu display ini :
Berkeliling di dalam La Galigo, dengan nyaman dan rasa menyenangkan akan selintas membayangkan sejarah kebudayaan dan lintas peradaban, zaman Paleolitik, Mezeolitik, Neolitik, Megaitik hingga imigrasi berbagai etnik ke Makassar enam abad silam, etnik Melayu, China kemudian zaman kolonial. Pengunjung wisnus atau wisman niscaya menyenanginya.
Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 49 n Januari 2014
17
Komunikasi Membangun
Pemahaman, Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
J
umpa Pers Akhir Tahun 2013 Kemenparekraf di Gedung Sapta Pesona, 24 Desember 2013. Menteri Parekraf Mari Elka Pangestu, Wakil Menteri Parekraf Sapta Nirwandar, bersama para pejabat eselon I dan Direktur Jenderal Kemenparekraf dan wakil-wakil dari organisasi pelaku pariwisata serta pelaku industri kreatif memberikan penjelasan. Puluhan wartawan hadir. Capaian tahun 2013 diuraikan, tanya jawab terbuka. Demikianlah kinerja dan permasalahan terberitakan luas demi diketahui oleh masyarakat, tetapi bukan itu saja, meluaskan pemahaman publik juga dibangun terus mengenai upaya-upaya pengembangan pariwisata dan industri kreatif. Pola komunikasi pariwisata dengan masyarakat seperti ini agaknya baik juga diterapkan di daerah-daerah oleh pemda atau instansi terkait. Setiap awal bulan Kementerian me laksanakan jumpa pers serupa itu, sehingga perkembangan setiap bulan pun terpantau di media massa. Menteri memimpin langsung pertemuan bulanan tersebut, atau dipimpin oleh Wakil Menteri. “Tahun ini (2013) merupakan tahun dimana kita semua bekerja keras sehingga memberikan kontribusi bagi dunia pariwisata dan ekonomi kreatif. Sejauh ini, pencapaian sektor pariwisata dan ekonomi kreatif terus menunjukkan prestasi,” kata Menparekraf, Mari Elka Pangestu, pada jumpa pers akhir tahun 2013.
18
Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 49 n Januari 2014
Setiap wakil dari pelaku bisnis pariwisata dan industri kreatif, dipersilahkan oleh Menparekraf menjelaskan perkembangan masing-masing. Dipersilahkan juga berdialog langsung dan terbuka manakala para wartawan menginginkan penjelasanpenjelasan lebih jauh.
Beberapa indikator utama
Penerimanaan PDB dari pariwisata pada tahun 2013 mencapai Rp347,35 triliun, serta kontribusi sektor ekonomi kreatif terhadap PDB mencapai Rp641,82 triliun. Penyerapan tenaga kerja di sektor ekonomi kreatif tercatat sebanyak 11,87 juta orang (10,72%). Studi terbaru UNWTO dan WTTC menyebutkan bahwa upaya fasilitasi visa akan berdampak pada tambahan 2,6 juta lapangan kerja di kawasan ekonomi APEC ditambah dengan estimasi devisa sebesar US$ 89 miliar yang dihasilkan dari tambahan 57 juta wisman yang berkunjung ke negara-negara APEC. Dengan penambahan penerbangan langsung dan penambahan infrastruktur di daerah-daerah, maka akan berdampak pada meningkatnya konektivitas yang akan berdampak positif pada pergerakan kunjungan wisman dan wisnus. “Penerbangan langsung yang sudah mulai diberlakukan cukup membantu promosi pariwisata, misalnya penerbangan langsung yang diberlakukan dari Jakarta menuju Labuan Bajo. Hal ini tentunya memudahkan promosi pariwisata Beyond Bali yang selama ini kami giatkan,”kata Menparekraf. Yanti Sukamdani selaku ketua DPP PHRI dan BPPI menyatakan bahwa terjadi peningkatan hunian hotel dari tahun lalu yakni menjadi 69% dengan jumlah rate mencapai Rp1.074.000,00 sementara itu, kota dengan tingkat hunian terbanyak adalah Bali dan Jakarta. Khusus di bidang pariwisata, di awal Desember sudah kuat perkiraan bahwa target jumlah kunjungan wisman ke Indonesia sekitar 8,6 juta wisman akan tercapai. n
Maraknya Industri Kreatif
D
i sektor ekonomi kreatif, tahun 2013 menampilkan kinerja yang mencerminkan kuatnya saling dukung antarsektor ini: pertumbuhan di pariwisata memperkuat dan meningkatkan perkembangan industri kreatif. “Saya berharap wisata bahari dapat menumbuhkan sektor ekonomi kreatif masyarakat di pesisir pantai untuk membantu meningkatkan kesejahteraan,” kata Wakil Presiden RI, Boediono, saat memberikan sambutan pada puncak peringatan Hari Nusantara 2013 di kawasan wisata Teluk Talise Palu, Sulawesi Tengah, Minggu (15/12). Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Mari Elka Pangestu yang juga sebagai Ketua Panitia Pusat Hari Nusantara 2013 melaporkan, tema dari Peringatan Hari Nusantara ke-13 Tahun 2013 adalah Setinggi Langit Sedalam Samudera Potensi Pariwisata dan Kreativitas Nusantara Yang Tak Terhingga. Tema ini, menurut Mari, menggambarkan bagaimana menggali kekayaan bahari tanpa merusak yang berada di dalam laut atau dengan kata lain bahwa pembangunan harus berkelanjutan, “Bagaimana memanfaatkan anugerah kekayaan alam tersebut untuk kesejahteraan masyarakat.” Dalam industri kreatif, misalnya pengembangan bidang desain, Kemenparekraf melalui direktorat terkait telah memberikan program dan kegiatan pelatihan bidang desain di bebe rapa daerah, misalnya di Labuan Bajo. Di bidang musik dan film, Menparekraf menyatakan bahwa pihaknya akan terus memfasilitasi pengembangan industri kreatif musik dan film ini, antara lain melalui pembinaan, dan fasilitasi bagi para seniman untuk bisa tampil di ajang-ajang kelas nasional maupun internasional. Melalui penyelenggaraan Indonesia Performing Art Market, para seniman mendapat kesempatan pelatihan dan pembinaan dari pihak-pihak yang berkompeten. Program seperti itu akan terus didorong dan didukung oleh Kemenparekraf. “Selain pengembangan tersebut, kami juga melakukan sejumlah pembinaan yang diberikan kepada pelaku kreatif, seperti yang kami lakukan dalam bidang fashion, melalui pembinaan Jakarta Fashion Week dan Indonesia Fashion Week. Selain pembinaan, kami juga memerlukan keberpihakan dari retail dan pengelola mal untuk memberikan ruang bagi karya para desainer da-
lam negeri,” kata Menparekraf. Bidang kuliner? Menteri menyatakan bahwa promosi kuliner khususnya untuk kancah internasional harus dilakukan secara terus menerus. Branding kuliner khas Thailand telah dilaksanakan selama 10 tahun sebelum akhirnya bisa diterima oleh masyarakat dunia. Menteri lalu menyampaikan ajakan pada seluruh pihak terkait untuk terus mempromosikan kuliner khas Indonesia secara konsisten. Sumbangan paling besar ekonomi kreatif
pada pariwisata adalah kuliner, kerajinan, juga fashion. “Jika pariwisata berkembang, ekonomi kreatif juga berkembang,” tambah Mari.
Berkesinambungan
Untuk bidang industri kreatif di tahun 2013, pun seakan tiada bulan tanpa kegiatan yang meluaskan promosi, dan meningkatkan hasil. Sambung menyambung dan silih berganti tema, format dan isi dari peristiwa-peristiwa yang dilancarkan.
Fashion Show Tenun Khas Buton
Di Pantai Buton, Sulawesi Tenggara, industri kreatif pun menggeliat. Fashion Show Tenun Buton karya Ian Adrian dilaksanakan pada minggu kedua Desember 2013. Waktu itu Menparekraf Mari Elka Pangestu, Sekjen Kemenparekraf Ukus Kuswara, Bupati Buton Samsu Umar dan Walikota Baubau AS Tamrin memperhatikan khusus dan menyaksikan sendiri jalannya show. Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 49 n Januari 2014
19
Salah satu panggung di PPKI 2013. Refleksi semangat tak kunjung padam, kreatifitas lintas generasi, menggerakkan industri kreatif: Indonesia Creative Power.
Sebutlah Biennale Desain & Kriya Indonesia 2013, peringatan Hari Nusantara 2013 di kawasan wisata Teluk Talise Palu, Sulawesi Tengah, Fashion Show Tenun Khas Buton, Festival Film Indonesia 2013, Pekan Produk Kreatif Indonesia (PPKI), Jakarta Fashion Week dan Indonesia Fashion Week, dan lain-lain. PPKI 2013 diprakarsai oleh Kemenparekraf bekerjasama dengan 15 kementerian dan Peme rintah Provinsi DKI Jakarta, Dewan Kerajinan Nasional Indonesia dan Kamar Dagang dan Industri Indonesia. Itu wujud fasilitasi pemerintah pada orang kreatif dan seluruh stakeholder sebagai upaya membangun kesadaran dan pemahaman terhadap potensi industri kreatif. “PPKI tahun ini (2013) melibatkan lebih dari 1.750 orang kreatif. Dengan total pengunjung mencapai 85.000 dan total transaksi mencapai Rp355 juta. Sementara, hasil yang diperoleh dan bersifat tidak langsung, antara lain: 2 orang angel investor untuk investasi bagi 3–6 startups, terjadi kolaborasi antarpelaku kreatif, pertemuan 28 startup dengan angel investor, distribusi hasil karya lomba cipta lagu dan komik, dan lain-lain,” ucap Sekjen Kemenparekraf, Ukus Kuswara, saat melaporkan penyelenggaraan PPKI 2013, (1/12). PPKI menyajikan daya kreativitas sekaligus mengembangkan potensi ekonomi kreatif dari 15 sektor, yaitu arsitektur, desain, fashion, film, video dan fotografi, kerajinan, musik, teknologi informasi, permainan interaktif, seni rupa, percetakan dan penerbitan, seni pertunjukan, periklanan, penelitian dan pengembangan, kuliner, serta televisi dan radio bertujuan untuk membuka wawasan masyarakat mengenai ekonomi kreatif sebagai salah satu sumber kekuatan ekonomi, sosial dan budaya Indonesia.
20
Diharapkan, tercipta kesadaran masyarakat untuk mengelola industri kreatif secara bijak sehingga memberi dampak baik bagi peningkatan perekonomian bangsa. PPKI telah diadakan sebanyak tujuh kali dan sudah terlihat keunggulannya. Meski demikian diakui oleh Menteri pekerjaan rumah yang harus dikerjakan masih banyak. Dalam pelaksanaan PPKI, orang kreatif dimungkinkan melakukan pertemuan, kola borasi, dan perluasan jaringan di masing-masing komunitas dan interaksi untuk membangun bisnis kreatif yang kuat dan berdaya saing.
Yang paling penting dalam dunia desain dan kriya adalah value creation dan added value karena desain dan kriya tidak hanya berkreasi tapi juga menciptakan nilai tambah. “Mengenai pembiayaan untuk pengembang an industri kreatif, kami akan mengupayakan kerjasama dengan Bank Indonesia dengan terlebih dahulu membuat penelitian serta mengkaji sejumlah tantangan yang ada. Karena industri kreatif sifatnya tak benda, maka ada kesulitan untuk melakukan prediksi resiko dan sebagai nya,” ungkapnya lagi. Adapun Biennale Desain & Kriya Indonesia 2013 yang diadakan di Gedung Sapta Pesona, Kantor Kementerian Pariwisata dan Ekonomi
Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 49 n Januari 2014
Kreatif dijelaskan bahwa ajang ini berbeda de ngan pameran-pameran industri kreatif biasa nya, biennale adalah sebuah forum pengkajian dan pengukuran pengembangan yang diselenggarakan secara berkala dua tahunan. “Biennale bukan memamerkan produkproduk yang sudah jadi di pasar, tapi menampilkan produk yang berkaitan dengan desain yang kreasinya masih pada awal proses, awal penelitian dan juga menjadi ekspersi awal dari suatu produk yang berlanjut,” begitu diungkapkan oleh Irvan Noe’man, salah satu kurator Biennale De sain & Kriya Indonesia 2013. “Kami mengajak 8 disiplin desain dan arsitektur, jika dikaitkan dengan industri kreatif 8 bidang ini sebetulnya 8 kategori yang mendukung industri kreatif. Jika kita melihat angka ekonomi disiplin ini sebetulnya sudah memberikan kontribusi hampir 70 persen terhadap grafik industri kreatif,” tambah Irvan. “Ini adalah ide yang brilian apalagi baru di selenggarakan pertama kali. Tentunya kita akan mendukung acara ini, terlebih lagi dapat mendorong ekspresi kreativitas di bidang desain dan kriya,” kata Wamen Parekraf Sapta Nirwandar dihadapan wartawan. Biennale Desain & Kriya Indonesia 2013 di laksanakan di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta, menampilkan karya 93 peserta dari 8 sub sektor yaitu bidang arsitektur, interior, mebel, produk, kriya tekstil, desain interior, mode dan grafis yang terbagi menjadi 13 karya kolaborasi dan 53 karya perseorangan. Seperti kata Wamen Sapta Nirwandar, yang paling penting dalam dunia desain dan kriya adalah value creation dan added value karena desain dan kriya tidak hanya berkreasi tapi juga menciptakan nilai tambah. n
Persaingan
Untuk Travel Business Player
S
atu pertanyaan menarik belakangan ini diangkat oleh profesional pariwisata internasional yang jika disadur berbunyi seperti ini: Is it a good policy to be all things to all men in a general and generic way or should ‘each country’ specialize as well? Markets are changing and marketing efforts also need to change. “Country” should be cogni zant not to just focus on destination but to also emphasize unique, new experiences that cannot be found elsewhere. Pertanyaan aslinya diajukan oleh Andrew J Wood, National President of Skal International Thailand dan eTN Correspondent di negeri itu, ketika bertukar pikiran tentang pemasaran destinasi dewasa ini, di tengah era yang serba ber kecepatan dan bervolume tinggi. (eTN 15 Oktober 2013) Pariwisata Indonesia secara filosofis diungkap kan oleh Wamen Parekraf Sapta Nirwandar, berpeluang besar untuk mewujudkan kualitas hidup bangsa, didukung oleh kekayaan aset pariwisata sebagai karunia Tuhan. Di tengah perjalanan pariwisata pada perte ngahan 2013, muncul satu light star, ketika Sugeng Saryadi Syndicate membuka satu acara dialog di TVRI: Indonesia berpeluang menjadi adi daya di bidang pariwisata. Rujukannya tentu pada kekayaan berbentuk benda dan tak benda, tangible dan intangible, yang dimiliki jauh lebih banyak dibandingkan milik negaranegara yang mengelilingi Indonesia secara geografis. Seakan satu rumus, arah kebijakan pengembangan pariwisata nasional di sebut 16.16.7, yakni prioritas pengembangan 16 KSPN, dengan sasaran 16 pasar utama dan 7 wisata minat khusus. Maka Menteri Parekraf mengingatkan, dalam pelaksanaan melalui Ripda di daerah-daerah, haruslah dihidupkan mekanisme top down sekaligus bottom up management. Tiap daerah tentu punya keunggulan, maka itulah yang perlu dipelihara dan dikembangkan. Dalam pelaksanaan strategi pemasaran pariwisata, Sapta Nirwandar antara lain menerapkan penciptaan inspirasi, lalu melaksana-
kan dengan leadership dan juga menularkan inspirasi lagi. Dalam konteks itu diorganisasi even-even baru seperti Tour de Singkarak, Jazz Festival, Musi Triboatton, Festival Musik Bambu, Festival Danau Toba, Sabang International Regatta, dan menyu sul Toraja International Festival, dan seterusnya. Even yang berasal bottom up dan potensial, diberikan dukungan tiada henti, mulai dari Festival Lembah Baliem, Festival Danau Sentani, Festival Raja Ampat di Papua terus ke kawasan tengah Indonesia hingga Festival Mutiara di Lombok dan even-even daerah lainnya di Sulawesi,
Kalimantan, Jawa dan Sumatera. Setiap daerah yang berpotensi dan ingin menjadi destinasi pariwisata yang ‘laris’, agar menarik wisman (sebenarnya juga wisnus), maka eveneven tersebut memberi makna bahwa produk unggul setiap daerah mestilah bertolak dari core product yang dimiliki. Dari situ kian menarik dan ‘inspiratif’ manakala buku berjudul Tourism Marketing 3.0 dibaca halaman demi halaman. Di awal buku itu ditulis: “Kami men deskripsikan dalam buku ini mengenai perubahan-perubahan apa saja yang terjadi di dunia sehingga membuat tourism berubah, mulai dari product oriented, ke customer oriented dan akhirnya menuju hu man spirit. Di ujung buku pada halaman 232 disimpulkan: “Buku ini menawarkan berbagai macam kemungkinan untuk penerapan dalam dunia pariwisata mulai dari culture, nature dan adventure yang telah disusun dalam suatu bentuk matrix. Tergantung bagaimana Anda sebagai travel business player memposisikan diri dalam setiap benak konsumen. Apakah hanya tetap mengandalkan produk saja atau akan merambah sisi human spirit sebagai faktor pembeda di antara pemain lainnya.” Buku itu memang penuh dengan practical guidance sehingga berguna bagi pemangku kepentingan pariwisata, bagi travel business player. Menerapkan konsep Marketing 3.0 ke dunia pariwisata, Hermawan Kartajaya bersama para konsultan Mark Plus meng ajak Wamen Sapta Nirwandar menuliskan konsep tersebut ke konteks pariwisata Indonesia. Buku itu diterbitkan oleh PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Saat membacanya teringat ihwal dimunculkannya proyeksi ‘adi daya pariwisata’ untuk I ndonesia, dalam diskusi TVRI tadi. Panca Radhar Dahana, seorang budayawan, spontan menjawab pertanyaan, menurut dia apa kendala pariwisata kita kini? “Kurangnya the business player.” Sugeng Saryadi yang memimpin diskusi dengan Wamen Sapta Nirwandar, memancarkan wajah serius memperhatikan jawaban dan wajah Panca Dahana. n (AH)
Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 49 n Januari 2014
21
Lovely December pun Mengimbau
S
iang 28 Desember 2013, Menteri Parekraf Mari Elka Pangestu memberi sambutan untuk menutup resmi rangkaian kegiatan Lovely December 2013, di Makale, Tana Toraja. Ratusan penari, musisi serba tradisional dan peserta memeriahkan upacara di tengah lapangan. Tenda disekeliling pun tampak cerah, dan, masyarakat Toraja antusias mennyaksikan. Lovely December sudah enam kali dilaksanakan. Bulan penghujung tahun dibuat ‘cantik’, evennya berlangsung sebulan sejak 30 November hingga 28 Desember 2013. Setidaknya 17 gelaran: Moto Track Wisata; Lomba Penulisan Blog Pariwisata Toraja; Jet Set Automation; Festival Musik Bambu dan Drumband; Toraja Art; Pagelaran Musik/ Film Roman; Festival Musik Kelong Toraja; Lomba Fox Hunting Wisata; Permainan Rakyat, lomba antarkecamatan; Pameran Seni Sandapura; Lomba Lampu Hias dan Pohon Natal; Cross Country Sepe
da Wisata; Toraja Night Festival; Tarian Massal; Karnaval Budaya Toraja; Puncak Acara Lovely December dengan Kembang Api. Yang disebut terakhir itulah berlangsung siang 28 Desember 2013. Tempat pelaksanaan bergantian antara Rantepao, ibukota Kabupaten Toraja Utara dan Makale, ibukota Kabupaten Tana Toraja. Anggota masyarakat Toraja yang merantau, di bulan Desember biasa sengaja pulang berlibur di kampung halaman. Demi menyemarakkan dan untuk kian menarik para perantau, sejak 2008 diciptakanlah even bertajuk Desember Cantik alias Lovely December. Kemenparekraf memberi dukungan. Maka berkembanglah peristiwa itu maju tahun demi tahun. Di Puncak acara sekaligus hari penutupannya itu muncul ‘simpanan kekayaan seni budaya’ masyarakat Toraja. Tampil pakaian serta atribut dalam warna warni tradisional.
Serba kostum gaya tradisional di upacara Lovely December 2013.
22
Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 49 n Januari 2014
Lovely December telah menjadi tradisi baru dan berdaya tarik bagi penambahan kunjungan ke Toraja, bukan saja bagi perantau, tapi juga bagi wisnus dari luar dua kabupaten ini. Malam harinya setelah acara puncak dan program sebulan itu ditutup, Menteri Parekraf meresmikan pembukaan Toraja International Festival (TIF), di mana pesertanya datang dari beberapa negara. TIF itu digagas dan diinisiasi oleh Kemenparekraf. Tentu saja konsepnya menjangkau ‘pasar internasional’ dalam konteks mempromosikan dan ‘memanggil’ kembali wisman untuk berkunjung ke Toraja. Bupati Tana Toraja, Theofilus Allorerung, kepada Menteri Parekraf dengan suara pasti me ngatakan, pemerintah Kabupaten Tana Toraja siap bersama Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dan Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan dan pemerintah Kabupaten Toraja Utara untuk
Promosi Wisnus
menjadikan Toraja International Festival tersebut sebagai kalender pariwisata tahunan di Toraja. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Elka Pangestu didampingi Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sapta Nirwandar, Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo, dan Bupati Toraja Utara memukul gendang secara simbolis untuk pembukaan Toraja Internasional Festival di Kete Kesu, Kabupaten Tanah Toraja, Sulawesi Selatan, 28 Desember 2013 pukul tujuh malam. Dua kabupaten itu sedang mengimbau agar wisnus dan wisman datang berkunjung. Bersama kota Makassar sebagai pintu masuk utama me lalui udara, dan kota itu pun ibarat ‘living room’ bagi wisatawan yang melintas antara barat dan timur Indonesia, maka, kombinasi Toraja dan Sulawesi Selatan, jadilah satu destinasi yang mestinya bisa melayani tamu pengunjung berdurasi enam hingga delapan hari. n
I
ni tanda kemajuan besar di kepariwisataan Indonesia, melihat pada kenyataan bagaimana maskapai penerbangan nasional sejak setahun lalu, dan pada beberapa bulan terakhir ditambah oleh perusanaan ‘korporasi non airlines’, menampilkan tema promosi destinasi pariwisata dalam negeri dalam mereka berkampanye niaga. Airlines menampilkannya dalam iklan-iklan komersial di media massa, dan ada korporasi yang menampilkannya melalui public relations publicity melalui kegiatan CSR (corporate social responsibility). Dua contohnya tampak pada gambar di sebelah ini. Semakin banyak maskapai penerbangan dan korporasi menempuh cara berpromosi seperti itu, tentu akan semakin mendorong pertumbuh an wisnus. Lagi pula tampak indikasi kecende rungan di masyarakat yang menginginkan informasi teratur dan lebih banyak tentang destinasi dan obyek-obyek wisata di dalam negeri. Nyaris tak ada saluran TV dalam negeri kini yang tidak menyajikan program tayangan teratur tentang berwisata di daerah-daerah. Satu iklan dari operator penerbangan, tampak mempromosikan dengan menarik destinasi Labuan Bajo. Itu tentulah terkait dengan pe nerbangannya yang melayani rute ke tujuan wisata tersebut. Sponsored article yang satu mengulas obyek daya tarik wisata di Lombok, kaki Gunung Rinjani. Tentu pula tema itu relevan dengan arah operasional ke mana korporat tersebut tengah meningkatkan kegiatannya. Pola-pola demikian bisa menjadi inspirasi bagi operator jasa-jasa di bidang lain, baik yang berkaitan langsung maupun tak langsung dengan pariwisata. Simbiose mutualisme yang memajukan semua pihak yang terlibat. n
Bermitra di Pariwisata
D
i destinasi atau obyek-obyek daya tarik wisata, terbuka kemungkinan bermitra antara pemilik atau pengelola dengan para pemangku kepentingan setempat. Gambar ini menyajikan contoh mitra yang dibina oleh pihak kepolisian, dengan menyumbangkan sejumlah tong tempat sampah, dibangunkannya rapih bersih, ditaruh di beberapa tempat dan pojok-pojok. Itu adanya di lokasi bernama Kete Kesu, Toraja, merupakan obyek daya tarik wisata di mana satu kompleks rumah adat tradisional ‘tongkonan’ selalu dikunjungi wisatawan. Sebenarnya terlihat juga ada papan-papan informasi lainnya yang penyediaannya didukung oleh kepolisian setempat pada lokasi tersebut. n Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 49 n Januari 2014
23
Bisnis
1
Becak motor di Kota Banda Aceh, juga untuk wisman.
2
Gunongan, taman dan pertirtaan Putri dari Pahang setelah dinikahi Sultan Iskandar Muda.
Malaysia, salah satu di antara 16 fokus pasar atau Pasar Utama dalam strategi pemasaran pariwisata Indonesia. Perhatian ke pasar Malaysia perlu diintensifkan. Adapun destinasi Aceh tidak termasuk dalam 16 KSPN (Kawasan Strategis Pariwisata Nasional) dewasa ini, tetapi penerbangan langsung dari Malaysia tampak beroperasi dengan stabil. Dalam hal pariwisata bahari, di Pulau Weh, Sabang, tampak stabil berkembang pelan. Wisata bahari termasuk dalam salah satu di antara tujuh ‘wisata minat khusus’ yang sedang diprioritaskan pengembangannya. Kemenparekraf bahkan telah menginisiasi pengenalan satu even internasional, Sabang International Regatta, yang diikuti peserta dari beberapa negara. Menarik pula mengikuti perkembangan bisnis dan para pelakunya di Aceh.
24
1
Tahapnya Perlu Inspirasi dan Kreativitas
K
ota Banda Aceh khususnya dan Aceh pada umumnya terhubung langsung dengan Kuala Lumpur dan Penang di Malaysia. Rute ini dihubungkan oleh Airasia dan Firefly. Tiga tahun lalu frekuensi penerbangan Airasia hanya empat kali seminggu dan sekarang menjadi sehari sekali setiap hari. Frekuensi FireFly empat kali seminggu. Sejak tahun 2012, kedua rute langsung tersebut 80% diisi oleh penumpang wisatawan dari Malaysia. Mereka tertarik datang ke Aceh umumnya terkait citra hubungan erat kesejarahan dan kekerabatan, ditambah dengan kesukaan terhadap kulinari Aceh. Banda Aceh tak termasuk di antara 19 bandara yang setiap bulan diumumkan khusus oleh BPS (Badan Pusat Statistik), tentu lantaran jumlah wisman yang mendarat di bandaranya relatif terlalu kecil. Empat bandara yang termasuk dalam 19 pintu masuk utama tersebut yang jumlah wismannya terkecil periode Januari–November 2013 menunjukkan sebagai berikut: Manado, bandara Sam Ratulangi 18.417 orang; Solo, bandara Adi Sumarmo 16.801 orang; Makassar, bandara Sultan Hasanuddin 16.211 orang; dan
Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 49 n Januari 2014
Balikpapan, bandara Sepinggan 15.736 orang. Namun Aceh masuk dalam 23 provinsi yang dihitung BPS dalam hal tingkat penghunian kamar (TPK) hotel, misalnya: pada hotel berklasifikasi bintang di 23 provinsi, di Provinsi Aceh okupansi hotel pada November 2012 tercatat 50,24 persen, pada November 2013 meningkat menjadi 58,91 persen. Length of stay rata-rata wisman di bulan November 2012 tercatat 4,57 hari; pada Oktober dan November 2013 tercatat 4,17 dan 2,49 hari. Jadi menunjukkan gejala agak labil. Rata-rata lama tinggal wisnus: November 2012 tercatat 1,87; sedangkan Oktober dan November 2013 dicatat 1,90 dan 1,82 hari. Gejalanya relatif stabil. “Sejak dilaksanakan Visit Banda Aceh 2011 hingga Visit Aceh 2013 lalu, kami rasakan kunjungan semakin meningkat, industri pariwisata terasa tumbuh, dan hotel bertambah. Memang hotel berjaringan belum masuk ke sini. Lama tinggal rata-rata wisman Malaysia di sini tiga hari. Kami akan meningkatkan kesiapan di sini, infrastruktur di obyek wisata, pemandu wisata, dan lain-lain,“ itu menurut Reza Pahlevi, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Banda Aceh.
2
Geliat bisnis pariwisata
Sejak pelaksanaan Visit Banda Aceh 2011, kemudian dilanjutkan Visit Aceh 2013, dirasakan oleh pelaku bisnis tren wisatawan meningkat. Sekretaris Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Provinsi Aceh, Mujiburizal, menurut pantauannya di lapangan, umumnya wisman Malaysia itu mengetahui informasi mengenai Aceh dari mulut ke mulut. Di saat peak season, bulan Juni dan November–Desember, jumlahnya bisa mencapai dua kali lipat dari biasanya. Di antaranya sekitar 90% etnis Melayu dan muslim, sementara yang 10% etnis Tionghoa dan lainnya. Mereka datang dalam grup besar dan kecil, maupun FIT. Tak hanya sekali berkunjung, tapi sebagian r epeater yang 2–3 kali datang. Totok Julianto, General Manager BP Travel di Banda Aceh menaksir 80–90% wisman Malaysia pasti tujuannya ke Banda Aceh, dan sebagian kecil ke Sabang. Daerah tujuan di Aceh yang sudah siap mene rima kunjungan wisman memang Banda Aceh, Sabang, dan Kabupaten Aceh Besar. Di seluruh Aceh dinyatakan ada 880 obyek wisata, tetapi yang layak dikunjungi hanya 10%, di mana sudah tersedia fasilitas umum seperti toilet, restoran, akomodasi, dan lain-lain. Yang paling siap Kota Banda Aceh. Jumlah kamar hotel dan restoran mulai bertambah, tempat berbelanja mulai tersedia, dan pemandu wisata pun bertambah.
Paket Yang Dijual
Yang paling banyak dibeli oleh wisman alaysia adalah paket 3 hari 2 malam, 4 hari 3 M malam, dan yang paling sedikit dibeli adalah paket 5 hari 4 malam. Selama 3 hari 2 malam biasanya cukup untuk menjalani city tour, obyek-
paket 5 hari 4 malam ke Sabang disukai terutama oleh etnis China karena mereka menyukai diving dan snorkeling. Adapun etnis Melayu yang pergi ke sana biasanya lantaran terdapat di antara anggota keluarga yang menyukai kegiatan snorkeling. Tapi grup besar dari Malaysia umumnya tidak akan pergi ke sana. Jadi, wisman dari Kuala Lumpur dan Penang punya minat yang sama yakni berwisata religi, sebagian sekalian beramal, dan mengunjungi situs-situs sejarah Islam dan yang menunjukkan hubungan Aceh dan Malaysia. Tercatat 32 anggota ASITA di Provinsi Aceh, tidak lebih dari 10 agen perjalanan yang aktif melaksanakan inbound tour, di kota Banda Aceh hanya 5 agen, yakni BP Tour, Nuansa Tour, Sabang Tour, Adiguna Tour, dan Aceh Great Wall. Di Provinsi Aceh terdaftar sekitar 100 orang pemandu wisata yang sudah bersertifikasi dan 20 orang di antaranya berada di Banda Aceh. Semuanya tergabung dalam HPI. obyek Mesjid Raya Baiturrahman, situs-situs ”Penjualan tur dalam grup besar yang kami tsunami seperti Museum Tsunami, PLTD Apung, tangani berjalan bagus selama tahun 2011–2012, kapal di atas rumah di Lampulo, makam Syah memang gejalanya sedikit menurun di tahun Kuala, Kampung Jackie Chan, atau Kampung 2013. Trennya permintaan grup besar menurun Turki, mengunjungi Mesjid Rahmatullah di ka- tapi permintaan grup kecil naik. Sekarang kami wasan pantai Lampuuk yang selamat dari ter banyak menangani grup-grup kecil 4, 8, sampai jangan tsunami dan pantai Lhok Nga. 10 orang. Grup-grup besar hanya datang 2 kali Yang memilih paket 4 hari 3 malam, selain city dalam setahun di musim puncak liburan pada tour, ada beberapa pilihan yang ditawarkan. Per- pertengahan dan akhir tahun. Satu grup besar tama, mengunjungi situs Kerajaan terdiri dari 40 orang. Di musim Pasai di Lhokseumawe. Kedua, itu selama sebulan bisa sampai kunjungan ke pesantren atau rudua kali grup besar datang. Di luar mah yatim piatu, biasanya di sekiitu, rata-rata yang datang dalam tar kabupaten Aceh Besar. Di sana grup 4–10 orang per bulan. Saya mereka menyaksikan suasana pemelihat permintaan dari sana santren, mengikuti pengajian dan masih ramai meskipun mungkin memberikan sumbangan berupa ketika sampai di sini bukan kami barang, makanan atau uang. Keyang menangani. Jumlah yang tiga, menyeberang ke Sabang di datang ke sini rasanya stabil. Pulau Weh, untuk tur sehari. Hingga 2–3 tahun ke depan prosTotok Julianto Paket 5 hari 4 malam, selain pek wisatawan Malaysia ke Aceh menawarkan city tour, program menginap di masih bagus,“ Totok Julianto menerangkan Sabang, mengunjungi situs Kerajaan Samudera lebih lanjut. Pasai di Lhokseumawe, atau mengunjungi perkeGeneral Manager Hotel 61 Apri Al Amin, salah bunan kopi di dataran tinggi Gayo. satu hotel di Banda Aceh yang sering menerima Disebut paket khusus ialah paket kurban dan tamu dari Malaysia mengatakan, dalam memiliih merayakan Idul Adha atau melaksanakan akikah. akomodasi wisatawan Malaysia cenderung ke Mereka yang hendak berkurban di sini akan akomodasi bintang 3 dan 2. membeli sapi dan daging kurbannya dibagikan Lama tinggal juga hanya 2 sampai 3 malam. langsung ke masyarakat di sekitar tempatnya Feedback mereka terhadap akomodasi di kota berkurban. Wisatawan bisa mengontak lang- ini pada umumnya bagus tapi dia melihat sesung panitia kurban atau menyerahkan sebagian makin banyak yang meminta agar pelayanan urusannya kepada agen perjalanan. Atau, semua ditingkatkan. “Kita harus akui, SDM di sini belum keperluan dan urusan berkurban serta per- sepenuhnya siap,” katanya. jalanannya selama di Aceh dipersiapkan oleh Wisatawan yang datang ke Aceh umumnya agen perjalanan. berusia 40 tahun ke atas, berprofesi sebagai Kiswoyo dari Essential Tour menerangkan, guru atau pensiunan, dari hampir seluruh negara Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 49 n Januari 2014
25
Bisnis
bagian Malaysia kecuali Sabah yang berada di Pulau Kalimantan. Pengeluaran rata-rata mereka pun relatif tak besar, berkisar RM 300–400 saja karena belum banyak tempat berbelanja di sini. Tampaknya, peluang bisnis suvenir khas Banda Aceh dan Provinsi Aceh, apakah dalam bentuk kerajinan atau kulinari, belum banyak diperhatikan pelaku bisnis.
Kegiatan promosi Aceh
Ada perkembangan baru. Tiga stasiun TV dari Malaysia melakukan peliputan di Aceh selama tahun 2013. Stasiun televisi Astro/Oasis datang dalam rangka shooting untuk 2 program dokumenternya, yakni Salam Muslim, yang mengangkat tema kultur Islam termasuk wisata syariah, dan sebuah film dokumenter mengenai Aceh mulai dari budaya, perekonomian hingga pariwisata. Acara hiburan berlatar belakang tempat wisata di TV Alhijrah kali ini mengambil lokasi di Aceh. Satu lagi adalah dari TV1. Dari media cetak, harian Utusan Malaysia, Sinar Harian, Berita Harian, dan majalah Anis, yang masing-masing mempunyai suplemen wisata Islami mempublikasikan artikel-artikel mengenai Aceh. Itu semua dipublikasikan di Malaysia selama bulan Desember 2013 sehubungan dengan peringatan tsunami Aceh. Rencananya, stasiun televisi dari Malaysia juga akan datang lagi untuk pengambilan gambar di Aceh tahun 2014 ini. Para pelaku industri pariwisata, terutama biro perjalanan, menyatakan memanfaatkan jaringan bisnis dan kenalan mereka di Malaysia. Menjual paket wisata ke wholesaler di Malaysia dirasakan lebih efektif. Nyatanya memang baru beberapa perusahaan biro perjalanan di Banda Aceh yang membuka situs di internet. Di Banda Aceh dan Aceh pada umumnya belum banyak pengguna internet dibandingkan dengan daerah lain, lagipula SDM yang mempunyai kemampuan IT yang mumpuni pun masih kurang. Yang membangun optimisme dewasa ini adalah semakin banyak travel agent dari Malaysia langsung menghubungi travel agent di Aceh dan ingin meningkatkan bisnis. Tentu ini sinyal agar operator tur di Aceh menigkatkan kemampuan.
Keamanan, Syariah dan gempa
General Manager Hermes Palace Hotel Banda Aceh, Oktowandi, mengatakan, ”City occupancy di kota Banda Aceh sudah mencapai rata-rata 50%. Eskalasi MICE di sini pun cukup tinggi di tahun 2013. Dari tingkat hunian, kami merasa kan peningkatan sekitar 20%. Saya melihat perkembangan hotel khususnya di Banda Aceh meningkat belakangan ini. Masih banyak pe
26
Bandara Sultan Iskandar Muda, di Aceh, itu indah. Ini tampak ruang tunggu kedatangan, counter check-in, dan menuju ruang tunggu boarding. Landasan pacunya dapat didarati pesawat berbadan lebar hingga B-747-400.
luang berinvestasi di sini.” “Kenaikan penjualan kamar kami dari tahun 2012 ke 2013 tidak sampai 10%,” kata Apri Al Amin. Pertumbuhan hotel di Kota Banda Aceh masih lambat. Hanya muncul 4 hotel kecil baru selama 2012–2013, diperkirakan penambahan kamar hanya 100 saja. Jumlah total di Kota Banda Aceh sekitar 1.000 kamar, dan jumlah kamar hingga Kabupaten Aceh Besar yang mengelilingi kota itu diperkirakan mengoperasikan sampai 2.000 kamar. Oktowandi merasakan masih ada salah pemahaman khususnya mengenai implementasi syariah di kalangan para pelaku pariwisata di Aceh, khususnya yang bergerak dalam bisnis akomodasi, dan pada publik di luar Aceh. Dia mencontohkan, ketika media mengekspos besar-besaran hukuman cambuk di Aceh, citra itu tertanam di benak publik di luar Aceh. Mereka tidak memperoleh informasi akurat mengenai pemberlakuan hukuman cambuk itu seperti apa dan bagaimana. Kerap kali dia mendapat pertanyaan mengenai keamanan, pemberlakuan hukum syariah, dan gempa di Aceh yang datang
Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 49 n Januari 2014
dari para hoteliers. Di sisi lain dia sendiri merasa senang adanya informasi mengenai hotel-hotel di Aceh dan bisa diakses di internet seperti bisnis online internasional Agoda dan lain-lain. “Hotel-hotel di Sabang rata-rata sudah memiliki website sendiri. Tapi yang di Kota Banda Aceh memang masih terbatas. Reservasi melalui online baru 5% dan selebihnya langsung menghubungi hotel,” dia menjelaskan. Pelaku industri pariwisata di sini tampak sepakat bahwa penting sekali sosialisasi ke luar wilayah Aceh tentang informasi bagaimana berwisata di sini. “Kami sebagai operator tur selalu menyampaikan hal itu, tapi jangkauan kami terbatas hanya kepada tamu-tamu yang kami tangani. Bagaimana dengan tamu-tamu yang datang sendiri, seperti yang mau ke Sabang?” Kiswoyo malah bertanya. Totok Julianto mengingatkan sudah mulai muncul kejenuhan konsumen apabila tidak dimunculkan paket yang baru, baik berdasarkan obyek maupun kemasan. Adapun Basajan (Banda Aceh–Sabang–Janto/ Aceh Besar) cenderung untuk wisata petualang an. Apabila itu bisa dikemas kreatif dan disiner gikan dengan city tour yang sudah ada, maka paling tidak itu akan bisa memperlama waktu tinggal wisatawan. Jadi, terpulang pada travel business player kini perlu menularkan inspirasi dan kreatifitas, ya? n
Pasar Malaysia
A
Memasukinya dengan Konsorsium
da empat waktu liburan di Malay- saya bayangkan masih ada kesan-kesan tsunami, sia. Selain peak season di bulan tapi sesampainya di sana, semua nampak normal Juni dan November–Desember, seperti tak pernah terjadi tsunami. Kemudian di ada waktu liburan lain di bulan kunjungan kedua di bulan November tahun lalu Maret dan September. Specific season hampir saat mengikuti famtrip, semua nampak bagus, tidak ada kecuali di bulan Ramadhan yang agak membangun kembali bagus sekali lah. Of course berkurang. Sama dengan orang Indonesia, orang lah selama ini kami tahu informasi mengenai Malaysia tidak banyak bepergian saat bulan pua- Aceh dari internet.” sa. Yang datang dari Malaysia bisa Wisman Malaysia yang datang individu, keluarga, dan kelompok ke Aceh umumnya berusia 40 teman atau sejawat. sampai 50 tahun. Profesi mereka Etnis mayoritas di Malaysia macam-macam. Persamaannya, adalah Melayu. Kebiasaan bermereka ini sudah mempunyai wisata orang Melayu tiap satu penghasilan cukup dan ingin begrup bisa terdiri dari 3 keluarga, ramal sebanyak-banyaknya. Mermasing-masing membawa 3 atau ekapun ingin melihat situs-situs 4 orang anak, mereka juga mendari bencana besar gempa dan gajak mertua, membawa adik, tsunami seperti mesjid yang tetap belum lagi keluarga inti dalam kokoh berdiri dan kapal terdampar Sura Mohd Sani keluarga besar yang ingin turut di atas rumah. serta. Satu family group wisatawan Melayu asal CEO Honey Vacation T & T, Abu Hasan Ahmad, Malaysia bisa menggunakan 1 bis. membagi pengalamannya begini, ”Malaysian Selain itu, banyak perusahaan dari Malaysia who wants to go to Aceh is 40s to 50s. What is yang memberikan perjalanan insentif. Ini me- possible for Aceh? It is humanity or charity tourism mang program membagikan bonus kepada within the big theme tsunami. Tsunami menjadi karyawan. product wisata di Aceh. Seperti product Jakarta Sura Mohd Sani, Office Manager TLM T & T mesti dikombinasikan dengan Bandung. Yang mengatakan, ”Kami tak tahu banyak tentang selalu kami tawarkan untuk destinasi Aceh adaAceh. Selama ini kami hanya tahu Medan, lah liburan sambil membantu anak-anak yatimJakarta, dan Bandung. But now, piatu di sana.” we are pushing Aceh. Kami sen Paket-paket semacam itu diri sudah melaksanakan famtrip bisa customized selain ada juga dan melihatnya. Aceh, especially paket standar. Tapi harga paket for moslem market, is very good. customized biasanya agak mahal. Waktu sembahyang semua orang Paket tur tersebut ada yang dapergi shalat, semua toko tutup. lam grup besar terdiri dari 50 Di Mesjid Raya Baiturrahaman pax. Grup-grup yang mengimemanggil-manggil orang untuk kuti tur itu biasanya datang dari solat. It’s good, it feels like mini perkumpulan-perkumpulan di Mecca. Ya, suasana takut masih mesjid-mesjid misalnya grup Ilham Saad terasa juga. Di malam pertama pengajian. Setiap grup dibimbing famtrip kami merasakan gempa. Sebelum pergi seorang guru yang akan membimbing. kami masih berpikir, Aceh is tsunami.” Program akan diawali dengan city tour kemuIlham Saad, Direktur PHP T &T mengemu- dian mengunjungi panti-panti. Honey Vacation kakan ,”Sebelumnya saya tak tahu macam apa T & T mengajak tamu-tamunya mengunjungi itu Aceh, tak interest pergi ke sana. Tapi selepas panti-panti yatim piatu. Peserta yang ingin 5 tahun tsunami, saya pergi ke sana. Waktu itu beramal akan mengumpulkan uang lalu dibeli-
kan barang-barang yang diperlukan seperti bahan pangan, susu, buku-buku dan sebagainya. Barang-barang tersebut dibeli dan disiapkan oleh biro perjalanan di Aceh. Setelah kunjungan, sang guru yang memimpin rombongan akan memberikan penerangan (ceramah) kepada para peserta sesampainya di hotel. “Per grup mencapai 40 hingga 50 orang, bisa dua atau tiga bulan sekali. Ke Aceh, kami lebih banyak membawa bahan pangan because the food is important untuk anak-anak especially di panti-panti yatim. Travel agent di Aceh yang mempersiapkan dan membeli barang-barang yang dibutuhkan dan dibawa saat berkunjung ke sana,” Abu Hasan Ahmad menerangkan lebih lanjut. Populasi etnis Melayu di Malaysia sekitar 16 juta jiwa dan 60% penduduk memeluk Islam. Dari total outbound traffic Malaysia sebanyak 60% dari penduduk kelas meAbu Hasan Ahmad nengah. Country Manager VITO Malaysia, Muhammad Shafie Obet, mengingatkan kembali tipikal wisatawan Malaysia ialah short stay selama 3 malam dan paling lama 4 malam. Pola perjalanannya, setelah sarapan mereka keluar hotel jalan-jalan, kembali ke hotel untuk menaruh barang bawaan, mandi dan istirahat. Berbeda dengan wisatawan dari barat yang lebih senang bersantai di pinggir kolam renang sambil berjemur sehingga mereka menginginkan fasilitas akomodasi yang lebih. Itu pula sebabnya wisatawan dari Malaysia lebih memilih akomodasi bintang 3 dan 2 dengan fasilitas kamar yang bersih dan aman. Jumlah hotel di Aceh, khususnya di Banda Aceh, dirasakan masih kurang. Hotel berjaringan nasional maupun internasional belum ada. Inilah yang dirasakan oleh peserta famtrip travel agent dari Malaysia November 2013 lalu. Menurut para travel agent Malaysia, wisata
Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 49 n Januari 2014
27
Beberapa media cetak di Malaysia.
wannya akan merasa senang jika di sekitar hotel terdapat tempat makan yang nyaman dan enak serta tempat berbelanja. Sight seeing sih oke-oke saja. Bagaimana menggarap pasar ini? Di televisi, iklan ditayangkan sekilas. Melalui internet, tidak semua pandai menggunakannya terutama di wilayah secondary cities. Beriklan di media cetak harian dianggap paling efektif. Harganya lebih murah, jangkauannyapun luas. Harian Metro, Berita Harian, Utusan Malaysia adalah beberapa media cetak yang jangkauan pembacanya seluruh Malaysia. Ada satu media cetak memberlakukan tarif RM 1,25 untuk 1 baris di edisi weekdays dan RM 1,50 per baris dalam tayangan edisi weekend. “My experience for advertisement to sell package to Indonesia, we put it in Metro, Berita Harian, and Utusan Malaysia. Yang paling banyak merespon dari Metro,” Sura Mohd Sani membagi penga lamannya. Harian Metro dibaca oleh semua lapisan masyarakat. Pembacanya mencapai 1 juta orang. Harian ini memasuki kampung-kampung. Konsumen di secondary cities banyak membaca ko-
28
ran dan majalah. Media cetak tak terbatas oleh waktu. Setelah mereka dipasok informasi wisata dari jenis media ini, kemudian mereka mencari biro perjalanan yang menjualnya. Di tengah zaman elektronik dan internet kini, tidak semua terbiasa dengannya. Brosur pun masih dibutuhkan pasar. Promosi offline melalui media cetak. Agar bisa menggarap ceruk pasar seperti ini menayangkan iklan setiap dua minggu sekali selama 4 bulan dan hasilnya akan terlihat dari sana. Agar tak memberatkan dari sisi pembiayaan, kerja sama dan sinergi dalam sebuah konsorsium antara stakeholders pariwisata sebagai seller dengan travel agent di Malaysia merupakan peluang langkah strategis dan bisa berkesinambungan.
Paket Tur dan Informasi
Rata-rata harga paket ke Aceh tak lebih dari RM 1.000 (+ Rp 3,6 juta) untuk perjalanan selama 4 hari. Apabila orang Malaysia dihadapkan dengan dua pilihan berwisata, ke Aceh dan Vietnam misalnya, dengan uang yang dimilikinya RM
Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 49 n Januari 2014
1.500, bisa jadi dia lebih tertarik ke Vietnam. Keturunan Campa di sana ialah orang-orang muslim yang sudah mensertifikasikan kehalalan restorannya, sudah bisa memproduksi kerudung dan telukung (mukena) dengan kualitas bagus, desain menarik dan harga kompetitif, hiburan pun ada. Jarak yang lebih dekat dari Malaysia, harga-harga mulai dari transportasi hingga akomodasi yang kompetitif, menjadikannya sebagai kompetitor nyata bagi seluruh destinasi di Indonesia saat ini. Karenanya, meskipun permintaan ke Bandung masih ramai, misalnya, tapi gejala-gejala penurunan sudah tampak. Selain harga-harga yang lebih tinggi, kian hari pengalaman kemacetan lalu lintas kota Bandung semakin menggerus minat berkunjung. Adapun di Aceh, makanan dan service is good. Kelemahannya, kekurangan tempat shopping yang disukai oleh wisman Malaysia. Untuk menutupi kekurangan itu, paling tidak obyekobyek wisata di Aceh, apalagi berhubungan erat dengan sejarah kedua negara, dibuat menarik dengan berbagai macam informasi yang bisa dilihat dan dibaca pengunjung. Contoh di Gunongan, tempat mandi putri Pahang yang dinikahi oleh Sultan Iskandar Muda. Berikutnya mengenai pelaksanaan hukum syariah di Aceh. Ini pun mesti diinformasikan dan disosialisasikan bahkan di pasar Malaysia sekalipun. Apa yang boleh dan tidak boleh selama berkunjung di Aceh. Seperti halnya di Indonesia, tak semua muslim di Malaysia berpakaian muslim. Generasi muda di Malaysia mengesankan kurang tertarik terhadap destinasi Aceh. Ada yang merasa takut ditangkap jika tak memakai kerudung dan mengenakan jeans, adapula yang berpikir tak ada hiburan di provinsi itu. Provinsi lain yang punya hubungan angkutan udara langsung ke Malaysia, bolehlah merencanakan ulang, dengan strategi konsorsium dari pihak seller, disebutkan tadi. n
Kita dan Dunia
T
Krisis Thailand,
Kita Berhasil, dan Bersiaplah ke Pasar AS dan Perancis via Online
adinya sebagian destinasi di antara negara-negara berdekatan dengan Thailand memperkirakan akan terjadi sebagian pengalihan arah perjalanan wisman dari Thailand, sebagaimana di masa lalu ketika krisis terjadi di negeri gajah putih itu. Tapi rupanya kali ini, tidak. Tidak terjadinya pengalihan (sementara) itu, termasuk ke Indonesia, sebenarnya di sisi lain mengindikasikan bahwa Indonesia sendiri berhasil meningkatkan jumlah kunjungan wisman dengan upaya sendiri yang telah menghasilkan pertumbuhan tanpa harus mendapat tail wind atau wind profit yang tak disangka sebelumnya berupa pergeseran tujuan wisman lantaran krisis politik di Thailand. Sebuah laporan menguraikan, meskipun terkena gangguan politik di November 2013, Thailand masih mencatat 2,39 juta kedatangan wisman bulan itu, naik 11,9% dibandingkan November 2012. Secara total, angka untuk Januari–November 2013 2013 adalah 24.130.000 kedatangan, naik 21,1% dibandingkan periode yang sama tahun 2012. Sementara itu ASEAN mencatat rekor akan mencapai 98 juta wisman inbound tahun 2013, mendekati 100 juta yang segera akan dicapai untuk pertama kali. Jumlah inbound di ASEAN sekitar 98 juta itu berarti pertumbuhan sepuluh persen lebih dari tahun 2012. Meskipun banyak pembatalan perjalanan liburan ke Bangkok, tujuan upcountry menguat. Para operator tur menawarkan program tur Plan B yang mengalihkan klien mereka jauh dari Bangkok. Sumber pasar utamanya China, negara-negara ASEAN, India dan Rusia tetap
tumbuh dengan kuat. Wilayah Asia Pasifik (termasuk Asia Selatan dan Australia/Selandia Baru) sekarang menghasilkan 60%+ pangsa pasarnya dan naik terus. Negara-negara ASEAN telah me ngalahkan Eropa dalam hal pangsa pasarnya. Bangkok akan tetap menjadi titik distribusi utama bagi pengunjung ke Thailand, tapi tujuan upcountry seperti Chiang Mai, Samui, Thailand Timur Laut, dan, di masa depan, tempat-tempat sepanjang perbatasan dengan Myanmar akan mendapatkan peluang yang cukup besar.
Penetrasi pasar AS melalui tablet
Perkembangan baru di AS baik diperhatikan oleh para pelaku bisnis Indonesia. Penggunaan komputer tablet meroket di kalangan pelancong AS, memicu perubahan dramatis perilaku dalam membeli online paket-paket perjalanan. Menurut laporan PhoCusWright Inovasi Edisi baru, 44% dari wisatawan AS sekarang memiliki tablet, dan tahun 2014 ini diproyeksikan tambahan empat di antara 10 oang akan membeli komputer tablet. Dengan penetrasi smartphone di tingkat 75%, di antaranya meningkat pesat penggunaan tablet yang meningkatkan pertumbuhan wisatawan membeli perjalanan online dengan perangkat penggunaan web. Pada 2013, sepertiga dari wisatawan AS memiliki smartphone, laptop dan tablet, naik dari tadinya kurang dari seperempat pada tahun 2012 . “Sekali seorang musafir membeli tablet, kita melihat penggunaan web mobile mereka hampir dua kali lipat, lima puluh persen dari waktu yang dihabiskan saat online itu ialah membuka web mobile. Kelompok wisatawan AS pengguna tablet terus tumbuh, bahkan diasumsikan bahwa ber-
interaksi untuk merencanakan perjalanan online melalui web desktop mungkin tidak lagi berlaku.” Tujuh dari sepuluh pemilik tablet menilai, merencanakan liburan secara online melalui tablet sangat mudah . Meskipun sebagian besar pemilik tablet juga memiliki smartphone, mereka lebih cenderung mengandalkan tablet untuk pemilihan tujuan, belanja dan pemesanan membuat tablet elemen penting dari strategi perjalanan ponsel pada tahun 2014. Survei Teknologi bagi Wisatawan dilakukan oleh PhoCusWright tahun 2013 dan hasilnya kini tersedia, isinya memberikan bagi perusahaan perjalanan dan pemasar pandangan yang komprehensif tentang bagaimana perangkat terbaru, fungsi mobile dan jaringan sosial yang membentuk proses perencanaan perjalanan liburan konsumen di AS. Penelitian ini memberikan wawasan yang kaya dalam perencanaan perjalanan dengan multi device dan memberikan pandangan mendalam bagaimana wisatawan menggunakan platform sosial dan perangkat mobile sebelum, selama dan setelah perjalanan mereka.
Perancis Agak Ekstrim
Satu studi mutakhir di Perancis mengindikasikan bahwa 51% penduduk negeri itu pertamatama akan melihat suatu destinasi di website, dan 41% melakukan booking melalui agen-agen online. Penjualan melalui agen-agen tradisional tinggal 10%. Ketika wisatawan Perancis ingin memesan akomodasi, 51% di antara mereka akan pertama-tama melihat dulu website hotel yang hendak mereka tuju untuk menginap. Demikian pula 41% lalu menggunakan saluran online untuk melakukan pemesanan, dan mereka yang cenderung memesan langsung dengan menelepon hotel tersebut adalah 39%. Hanya 10% dari warga yang menghubungi agen travel tradisional, dan 2% melakukan pemesanan dengan menggunakan aplikasi di telepon genggam. Study itu mengindikasikan lagi bahwa sekitar 87% warga Perancis menyatakan bahwa mereka mengenal sedikitnya satu website untuk online booking. Sekitar 71% warga, dan 88% pengelola hotel, mempersepsikan website dengan fitur online booking berperan sentral kini di industri pariwisata Perancis. Nah, bersiaplah mempenetrasi pasar AS dan Perancis melalui online. n
Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 49 n Januari 2014
29
Menengok Pinisi
Pemasaran Destinasi Jakarta
A
da yang mengatakan di sinilah the mother of Jakarta, ibunya Ibukota Negara Republik Indonesia. Salah satu penandanya adalah Tugu Nol kilometer kota Batavia yang ada di pekarangan Menara Syahbandar tak jauh dari pelabuhan rakyat Sunda Kelapa. Usianya lebih tua daripada usia ibukota sendiri. Dari peta-peta lama hingga sisa-sisa peninggalan yang ada saat ini, tampak tanda-tanda kawasan ini tadinya memang hendak dibangun untuk menjadi waterfront city. Sebelum keluar UU No.17/2008, ada dua jenis pelabuhan di Indonesia, yakni pelabuhan yang diusahakan dimana pengelolaannya dilaksanakan oleh PT Pelindo, dan pelabuhan yang tidak diusahakan, ini murni dikelola oleh Kementerian Perhubungan dalam hal ini Dirjen Perhubungan Laut (Hubla) melalui Unit Penyelenggara Pela buhan (UPP). Sunda Kelapa itu pelabuhan yang diusahakan, dimana Pelindo di bawah Kementerian Negara BUMN sebagai penyelenggara/pengelola operasionalnya. Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) di bawah Kementerian Perhubungan yang membuat, melaksanakan, memonitor pelaksanaan regulasi di pelabuhan. Perairan di Sunda Kelapa dahulunya cukup dalam sehingga kapal-kapal dagang besar dari Portugis dan Belanda bisa merapat. Tapi kini kedalamannya hanya 6,5 meter saat air laut pasang dan 5,5 meter saat surut. Maka kapalkapal besar dialihkan ke pelabuhan Tanjung Priok. Pelabuhan Sunda Kelapa dikategorikan sebagai pelabuhan pengumpul, artinya muatan dari berbagai daerah dikumpulkan di situ baru ditransfer ke Tanjung Priok—termasuk kategori pelabuhan utama—untuk dikirim keluar negeri. Atau sebaliknya. Kelasnya termasuk pelabuhan kelas 3. Berikut data teknis Pelabuhan Sunda Kelapa :
Pelabuhan Sunda Kelapa sekarang.
Pelabuhan laut pun membutuhkan master plan. Pelabuhan rakyat (pelra) merupakan salah satu komponen di dalam pelabuhan. KSOP bersama Pelindo tengah merancang master plan pelabuhan Sunda Kelapa. Di dalam rancangannya, pelabuhan rakyat ini akan dibagi ke dalam tiga koridor: pelabuhan rakyat, pelabuhan nasional, dan pelabuhan pariwisata, di sinilah beradanya Marina Batavia yang dikelola oleh swasta. Pelabuhan pariwisata ini terkait dengan Perpres No. 79/2011 dimana nama Sunda Kelapa dicantumkan sebagai salah satu titik pelabuhan masuk-keluar di Indonesia. Penerapan peraturan kepelabuhanan internasional (ISPS Code) di pelabuhan rakyat di Indonesia, terutama di pelabuhan heritage seperti Sunda Kelapa memang belum bisa sepenuhnya dijalankan. Apabila peraturan itu betul-betul diterapkan dan dijalankan saat ini, dikhawatirkan itu bisa
Deskripsi
Uraian
Luas perairan Luas pelabuhan (darat)
12.090.000 m (dari Muara Karang-Ancol) 669.678 m2
Panjang dermaga: a. Pelabuhan rakyat b. Nasional (dalam negeri) Kedalaman kolam Jarak ke Tanjung Priok
1.445 m (1,445 km) 1.405 m (1,405 km) - 4 LWS 7 km, +/- 1 jam perjalanan
30
2
Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 49 n Januari 2014
menghapus sejarah dan heritage-nya. Terkait dengan peraturan di pelabuhan rakyat, semua regulasinya mengacu kepada UU No. 17/2008, PP No. 61/2009 tentang kepelabuhanan, khusus Sunda Kelapa diperkuat dengan Kepmen nomor 36/2012. Semua peraturan tersebut merujuk pada peraturan internasional yang dikeluarkan oleh IMO (International Maritime Organization). Dan itu semua demi kepentingan keselamatan di pelabuhan dan pelayaran. Dalam perkembangannya, pelabuhan Sunda Kelapa bukan hanya tempat aktivitas ekonomi yang dicirikan dengan masih berlangsungnya kegiatan bongkar muat barang semimanual, tapi juga telah ditetapkan menjadi salah satu obyek wisata dalam kawasan Kota Tua Jakarta, salah satu dari 16 destinasi unggulan di Indonesia. Meskipun menjadi kawasan heritage, belum ada keputusan mengenai apa saja yang termasuk
Sunda Kelapa di 2014 Peta Pelabuhan Sunda Kelapa
Prasarana a. Mobil PMK b. Mesin pompa air minum - Kapasitas c. Listrik d. Luas tanah Pos VI e. Gudang swasta Pos VI - Luas f. Mobil tangki BBM
cagar budaya di sini. Pun belum ada titik-titik tertentu bagi para pelancong bisa leluasa. Tetapi KSOP Sunda Kelapa sudah mempersiapkan lahannya. Bahkan bekerja sama dengan PT Pelindo II cabang Sunda Kelapa sedang berusaha mencari investor yang mau membangun prasarana dan sarana pariwisata.
Mulai 2014
Di dalam rancangan master plan akan ditetapkan batasan-batasan kawasan di dalam pelabuh足 an. Penataan zonasi masih dalam proses. Di tahun 2013 sudah dimulai dengan pengambil足 alihan bangunan-bangunan yang sudah berakhir masa kontraknya. Mulai tahun 2014, semua bangunan di sekitar dermaga akan dibersihkan dan akan digunakan kembali sebagai tempat penumpukan barang. Perkantoran akan dikonsentrasikan di zona 2 di
: : : : : : : :
1 unit 2 unit 150 T/M2 414 KVA 144.304,5 m2 38 unit 36.936 m2 4 unit
f. Panjang kade - Kade pelra - Kade pel. dalam negeri g. Luas daratan h. Panjang jalan i. Luas lapangan penumpukan j. Gudang milik Pelindo - Gudang penumpukan - Luas Gudang penumpukan
12.090.000 m2
Dermaga Khusus
Sarana a. Luas perairan : b. Fasilitas navigasi - Suar masuk : - Suar penuntun : c. Panjang dam/break water : d. Luas kolam pelabuhan - Luas kolam pel. Pelra : - Luas kolam pel. dalam negeri : e. Kedalaman kolam pelabuhan :
2 set 1 unit 1.956 m 100.712 m2 138.728 m2 -4 LWS
belakang zona 1. Untuk pengunjung/wisatawan akan diba足 ngunkan tempat berkumpul. Apabila mereka mau masuk ke dalam pelabuhan melihat kapal dan sebagainya akan ditemani oleh pemandu. Zona dan titik-titik station itu yang kini sedang diusahakan hendak dibicarakan oleh otoritas dan pengelola pelabuhan dengan instansi terkait pariwisata di pemerintah DKI Jakarta.
a. Marina Terpadu - Jumlah tambatan - Kedalaman - Luas kolam - Break water b. Pantai Mutiara - Jumlah tambatan - Kedalaman
: 1.445 m : 1.405 m : 669.678 m2 : 3.936,25 m : 36.212 m : 11 unit : 8.305 m2
: 19 unit : -3 LWS : 50.000 m2 : 414 m2 : 109 unit : -1,5 LWS
Tengah dirancang, tamu akan parkir dan turun/berkumpul di satu rest area. Di sana akan disediakan kursi dan meja, tempat makan dan minum, bersantai. Bagi yang ingin jalan-jalan, di kawasan pelabuhan akan disarankan naik shuttle. Atau, bisa menikmati pemandangan di pelabuhan dengan naik ke atas menara, akan dibangun juga di situ, untuk pengunjung ber足 kegiatan potret-memotret.
Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 49 n Januari 2014
31
Pemasaran Destinasi Jakarta Sekarang ini, tamu datang, memarkir kendaraan di sekitar depan kantor Pelindo Sunda Kelapa, kemudian berjalan menyebar, meng ambil gambar, lalu kembali pulang. Karena tidak ada tempat beristirahat, tidak ada toilet, tidak ada yang menjual makanan dan minuman, dan tidak ada pusat informasi bagi pengunjung. “Keadaan itu sudah sangat mengganggu ke giatan operasional di pelabuhan. Kami takut sekali jika tiba-tiba pengunjung tertimpa peti kemas atau kargo lainnya. Kita juga tidak diam saja. Para fotografer mungkin berpikir telah menemukan tempat yang bagus untuk membidikkan kameranya, tapi menurut kami tempat tersebut tidak aman. Saya pernah lihat ada yang sedang memotret kegiatan bongkar muat semen, kalau tiba-tiba talinya putus, bagaimana?” Ferry Akbar, Kepala KSOP Sunda Kelapa. Mengedukasi pengunjung pada praktiknya juga tidak mudah. Naik ke kapal-kapal itu bukannya tidak boleh tapi saat ini aksesnya berupa tangga dari sebilah kayu dengan elevasi yang cukup tinggi dari dermaga ke kapal. Jadi, itu belum cukup aman bagi pengunjung umum. Pernah terjadi pengunjung yang terpeleset dan jatuh tercebur ke laut. Data PT Pelindo II cabang Sunda Kelapa menunjukkan pengunjung mancanegara yang datang ke sini periode Januari–November 2013 hanya sekitar 1.500 orang. Jumlah pengunjung lokal memang semakin meningkat, terutama anak murid sekolah. Total jumlah wisatawan yang datang setiap tahun mencapai 30 ribuan. Biaya masuk yang dikenakan oleh Pelindo sebagai pengelola hanya Rp 3.000 per orang. Pass masuk kendaraan untuk bis Rp 9 ribu dan mobil Rp 5 ribu. Biaya per orang belum sepenuhnya bisa dike-
Tempat parkir kendaraan pengunjung.
nakan terutama bagi yang menggunakan ken daraan pribadi, karena masih belum bisa diidentifikasi, mana yang pengunjung dan mana yang pekerja, atau yang datang berjalan kaki. Biaya per orang baru diambil dari bis-bis wisata karena biasanya mereka akan mengontak sebelum datang ke Pelindo. Di tahun 2013 per bulan rata-rata 4–5 rombongan wisata yang didatangkan oleh biro perjalanan, di antaranya membawa wisman. Tamutamu itu menggunakan bis-bis ukuran 36 pax meskipun hanya diisi 16–20 orang. Selain itu ada juga yang diantar dengan menggunakan mobil biro perjalanan. Tampak juga yang datang berjalan kaki dari Taman Fatahillah, Kota Tua Jakarta, ternyata jumlah mereka lebih
Wisatawan
2012
2013
Mancanegara
3300
1558
32900
32170
Domestik
Sumber: Laporan Bulanan Kunjungan Turis Asing dan Domestik di Pelabuhan Sunda Kelapa PT Pelindo II Sunda Kelapa.
banyak lagi. Rata-rata lama tinggal pengunjung di pelabuhan Sunda Kelapa tidak lebih dari 30 menit. Jarang sekali yang sampai 1 jam. Dari panjang dermaga pelra 1,4 kilometer yang dijalani oleh pengunjung umumnya sekitar 50 meter saja. Tapi perhatikanlah, wisatawan mancanegara yang berjalan kaki sering tampak sabar menge lilingi pelabuhan itu sepanjang pantainya. Pendeknya waktu berkunjung wisatawan, terkait juga dengan kenyataan di sini hanya ada empat orang pemandu wisata lokal. Itu pun hanya dua orang yang betul-betul memahami kapal pinisi dan sejarah pelabuhan. Masih kekurangan fasilitas dan sumber daya manusia yang bisa menceritakan kisah panjangnya. Dengan profil seperti itu, agak sulit menarik investor yang mau membangun infrastruktur pariwisata di sini. Return of inverstment juga cukup lama.
Ya, di sini lihat Pinisi
Inilah yang sesungguhnya membedakan dan membuat Sunda Klapa terunik, boleh jadi di
Jumlah Kunjungan Asing dan Domestik Pelabuhan Sunda Kelapa sampai dengan November 2013 No.
Asal Pengunjung
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
1 Amerika 5 4 2 5 10 5 10 15 8 6 8 0 2 Eropa 6 5 10 6 8 10 12 16 10 8 9 0 3 Australia 8 4 6 4 12 6 12 8 20 16 18 0 4 Afrika 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5 Asia 80 80 110 125 180 160 140 90 110 90 101 0 Sub total 1,558 Wisnus 6 1142 2308 2430 1750 2928 2263 3953 3375 3802 3629 4590 0 Total keseluruhan (wisman dan wisnus) Sumber: Laporan Bulanan Kunjungan Turis Aing dan Domestik di Pelabuhan Sunda Kelapa PT Pelindo II Sunda Kelapa. Data di atas adalah data tamu rombongan yang melapor kepada Pelindo Sunda Kelapa. Data wisman tersebut yang diorganisasikan oleh biro perjalanan. Realisasi di lapangan bisa lebih dari itu.
32
Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 49 n Januari 2014
Total 78 100 114 0 1,266
32,170 33,728
Kiri–kanan: Kegiatan bongkar-muat barang masih tetap berlangsung hingga sore hari. Karena fokus kegiatan pelabuhan rakyat ini ialah bongkar-muat barang, wisatawan pengunjung terpaksa berjalan di pinggir dermaga di antara truk-truk yang sedang parkir. Kegiatan tersebut nyaris tidak ada di akhir pekan, namun pengunjung yang datang ke sini tak kenal waktu. Yang datang di hari-hari biasa bisa menyaksikan langsung kegiatan dari dekat (malahan terlalu dekat) dan ber interaksi langsung dengan masyarakat. Tetapi selama berada di sini, mereka harus menahan terik sinar matahari, debu, dan sesekali bebauan yang kurang enak. Barang-barang yang dibongkar-muat itu mulai dari semen hingga bahan pangan.
dunia. Jumlah kapal kayu ‘tradisional pengarung lautan’ Pinisi, yang biasa bersandar di pelabuhan ini memang tinggal berkisar 100-an unit yang dioperasikan oleh 41 perusahaan kapal kayu. Rupanya para pengusaha kapal kayu dewasa ini mengeluh, betapa sulit membangun kapal, lantaran ketersediaan bahan baku berkurang, ditambah lagi peraturan yang sangat ketat setelah marak kasus illegal logging dan tingginya harga BBM. Muatan yang diangkut kapal-kapal pinisi itu pun mulai dikonversi dari tadinya didominasi muatan kayu ke barang-barang seperti semen dan beras. Menurut catatan KSOP Sunda Kelapa, selama tahun 2013 pelabuhan ini hanya mene rima muatan sampai dengan 3.000 ton. Dengan adanya kegiatan pariwisata di sini diharapkan bisa membantu dalam memasarkannya, karena di situlah kelemahan para pe ngusaha kapal kayu. Syukurnya, sudah ada komunitas Sunda Kelapa Heritage (SKH), komunitas swadaya masyarakat di kawasan Sunda Kelapa. Belum lama ini me reka membentuk tim khusus untuk meneliti dan menelusuri jejak kapal pinisi langsung di Sulawesi Selatan. Para pembuat kapal pinisi di sana mengakui, yang betul-betul namanya kapal pinisi bisa dikatakan hampir punah. Nah, ini memerlukan perhatian! Para pengusaha kapal di Bulukumba dan pantai Bira, Sulawesi Selatan, hanya memba ngun kapal-kapal dengan body pinisi tapi sudah disekat-sekat menjadi kamar, guna dipakai untuk keperluan turis di Lombok dan Raja Ampat. Menurut mereka, kapal pinisi asli buatan Indonesia terakhir mengalami karam di tengah perjalanan berlayar menuju Kanada. Itulah agaknya yang hendak direvitalisasi di Bira dan Bulukumba, kegiatan membangun
k apal pinisi ‘tradisional’. Dua tempat itu namanya mendunia dengan citra para ‘insinyur alami’, yaitu tanpa pendidikan resmi secara turun temurun membuat kapal pinisi dari kayu, kapal pe ngarung samudera. Apa gerangan ciri kapal pinisi asli? Bagian depan dan belakangnya sama, serta mempunyai 2 tiang layar (haruan) dengan 7 layar kecil. Sekitar tahun 1980-an, kapal-kapal pinisi mendapat bantuan mesin dari pemerintah namun sebenarnya itu tidak cocok dengan desain kapal pinisi asli. Kapal pun dimodifikasi dengan desain kapal lambo—salah satu jenis kapal dari Sulawesi Selatan juga—untuk disesuaikan dengan penggunaan mesin. Hasilnya adalah kapal-kapal pinisi lambo seperti yang saat ini masih bersandar di Sunda Kelapa. Menurut Muslimin, salah seorang generasi penerus pengusaha kapal, kapal pinisi asli ter lihat di pelabuhan Sunda Kelapa terakhir kali tahun 1980. Dia menjelaskan lagi, sejak memakai mesin, kedua tiang layar sebenarnya tidak diperlukan lagi. Jika pun masih digunakan sekarang, itu manakala satu tiang layar berfungsi ketika mesin bermasalah di tengah laut, dan tiang layar lainnya sebagai tempat sandar kemudi kapal. Baik otoritas, pengelola maupun komunitas di sekitar Sunda Kelapa berharap, bukan hanya kapal kayu yang diilihat sebagai heritage, tapi lebih luas lagi adalah kebudayaan maritim yang hidup dan berkembang sejak abad ke-5 M—zaman Kerajaan Tarumanegara—hingga saat ini. Di dermaga pelra sepanjang 1,4 km kapalkapal pinisi lambo bersandar dengan cara susun sirih, gaya dan cara ini pun hanya terdapat satu di dunia. Dermaga sepanjang itu bisa memuat 20–25 kapal tergantung dari lebar kapal yang sedang sandar. KSOP menyerahkan mereka me
ngatur sendiri sandarnya meskipun izin masuk dan berlayar tetap dari syahbandar. Jadi, Sunda Kelapa, the living heritage. Kawasan pelabuhan sendiri boleh jadi berubah dan berkembang. Di sini juga masih bisa ditelusuri jejak beragam suku di Indonesia dari Makassar, Sunda, Jawa, Padang, Bali dan sebagainya yang membentuk masyarakat kota Jakarta s ekarang. Polarisasi tempat tinggal yang disebut Kampung Japat sebagai rumah-rumah para pemilik dan pengusaha kapal dan Kampung Luar Batang bagi para awak kapal tetap hidup tenteram. Khususnya pengunjung lokal, sebagai wisnus mereka juga menikmati menyusuri kanal di sepanjang dermaga pelra naik sampan tradisio nal. Tersedia 50 sampan masyarakat yang aktif disewakan. Dengan jumlah pengunjung rata-rata 50 orang per hari, kebutuhan infrastruktur pariwisata se perti pedestrian khusus pengunjung, toilet yang layak, ada shelter dan tempat beristirahat yang nyaman di mana pengunjung bisa bersantap atau sekedar meneguk kopi dan teh tapi tetap bisa menikmati panorama kapal-kapal kayu yang sedang sandar, Tourist Information Center (TIC) yang selalu siap membantu pengunjung. Apalagi ditambah dengan keberadaan pemandu lokal dengan pengetahuan yang piawai dan sajian film dan foto-foto mengenai sejarah Sunda Kelapa dan kawasan sekitarnya, kebutuhan akan semua itu kini sangat mendesak. Bukankah di sini bisa tertampilkan wajah Jakarta dan Indonesia sebenarnya? Terlebih mengaitkannya dengan upaya pengembangan dan promosi Kota Tua Jakarta di sekitar museum Fatahillah. Kota Tua dan Sunda Kelapa layak sebagai ‘dwi tunggal’ dalam kategori tourist spots kebanggaan kota Jakarta. n
Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 49 n Januari 2014
33
Indi
Jumlah Kunjungan Wisman berdasarkan 19 Pintu Masuk November 2013 No.
Pintu Masuk
2013
2012
1
Bali
296,990
237,874
2
Jakarta
199,511
185,112
Perubahan thd 2012 24.85%
Selisih 59,116
7.78%
14,399
3
Batam
123,835
101,881
21.55%
21,954
4
Medan
24,784
21,112
17.39%
3,672
5
Tanjung Uban
24,557
25,003
-1.78%
-446
6
Surabaya
22,986
19,995
14.96%
2,991
7
Bandung
18,116
14,901
21.58%
3,215
8
Yogyakarta
9,482
6,598
43.71%
2,884
9
Tanjung Pinang
8,980
7,985
12.46%
995
10
Tanjung Balai Karimun
8,969
8,989
-0.22%
-20
11
Padang
5,404
3,637
48.58%
1,767
12
Lombok. NTB
5,386
1,745
208.65%
3,641
13
Tanjung Priok
5,069
5,972
-15.12%
-903
14
Pekanbaru
3,559
2,421
47.01%
1,138
15
Entikong, Pontianak
2,330
2,761
-15.61%
-431
16
Manado
1,627
1,364
19.28%
263
17
Makassar
1,554
1,440
7.92%
114
18
Surakarta
1,405
736
90.90%
669
19
Balikpapan
1,293
1,445
-10.52%
-152
Pintu Lainnya
41,585
42,896
-3.06%
-1,311
Total Wisman
807,422
693,867
16.37%
113,555 Sumber: BPS
Jumlah Kunjungan Wisman menurut 19 Pintu Masuk, Januari–November 2013 No.
Pintu Masuk
2013
2012
1
Bali
2.948.928
2.637.759
2
Jakarta
2.051.497
1.876.515
1.182.633 286.225
Perubahan thd 2012 11,80%
Selisih 311.169
9,32%
174.982
1.082.240
9,28%
100.393
305.523
-6,32%
-19.298
3
Batam
4
Tanjung Uban
5
Surabaya
203.994
180.821
12,82%
23.173
6
Medan
197.602
184.146
7,31%
13.456
7
Bandung
152.113
128.591
18,29%
23.522
8
Tanjung Balai Karimun
94.196
96.394
-2,28%
-2.198
9
Tanjung Pinang
89.265
93.013
-4,03%
-3.748
10
Yogyakarta
75.165
51.988
44,58%
23.177
11
Tanjung Priok
60.114
59.758
0,60%
356
12
Padang
38.589
28.605
34,90%
9.984
13
Lombok, NTB
32.697
14.505
125,42%
18.192
14
Pekanbaru
22.542
19.302
16,79%
3.240
15
Entikong, Pontianak
21.908
22.796
-3,90%
-888
16
Manado
18.417
17.500
5,24%
917
17
Surakarta
16.801
20.838
-19,37%
-4.037
18
Makassar
16.211
12.476
29,94%
3.735
19
Balikpapan
15.736
15.611
0,80%
125
Pintu Lainnya
416.841
429.115
-2,86%
-12.274
Total Wisman
7.941.474
7.277.496
9,12%
663.978 Sumber: BPS
34
Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 49 n Januari 2014
kator
Jumlah Wisman Berdasarkan Fokus Pasar Januari–November 2013 No.
Fokus Pasar
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
SINGAPURA MALAYSIA AUSTRALIA CINA JEPANG KORSEL INGGRIS TAIWAN AS PERANCIS INDIA JERMAN BELANDA TIM-TENG FILIPINA RUSIA LAINNYA GRAND TOTAL
2013 1.196.617 1.086.363 855.269 695.684 439.892 295.421 203.572 203.450 201.900 184.703 184.060 156.168 145.324 123.062 117.582 83.678 1.768.729 7.941.474
2012
+/–
Selisih
1.105.661 1.005.513 824.539 570.942 404.286 279.579 187.022 166.196 188.244 168.609 158.345 143.316 137.118 91.290 104.111 82.800 1.659.925 7.277.496
8,23% 8,04% 3,73% 21,85% 8,81% 5,67% 8,85% 22,42% 7,25% 9,55% 16,24% 8,97% 5,98% 34,80% 12,94% 1,06% 6,55% 9,12%
90.956 80.850 30.730 124.742 35.606 15.842 16.550 37.254 13.656 16.094 25.715 12.852 8.206 31.772 13.471 878 108.804 663.978
Jumlah Wisman Bulanan Januari–November 2013 Bulan
2013
JANUARI 614,328 FEBRUARI 678,415 MARET 725,316 APRIL 646,117 M E I 700,708 J U N I 789,594 J U L I 717,784 AGUSTUS 771,009 SEPTEMBER 770,878 OKTOBER 719.903 NOVEMBER 807.422 JAN–NOV 7.941.474 DESEMBER GRAND TOTAL
2012
+/–
652,692 -5.88% 592,502 14.50% 658,602 10.13% 626,100 3.20% 650,883 7.65% 695,531 13.52% 701,200 2.37% 634,194 21.57% 683,584 12.77% 688.341 4,59% 693.867 16,37% 7.277.496 9,12% 766.966 8.044.462
Selisih -38,364 85,913 66,714 20,017 49,825 94,063 16,584 136,815 87,294 31.562 113.555 663.978
Sumber: BPS
Sumber: BPS
Jumlah Penumpang Penerbangan Domestik Airport 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Kualanamu-Medan Soekarno Hatta-Jakarta Juanda-Surabaya Ngurah Rai-Denpasar Hasanuddin-Makassar Others Total
Cummulative Passengers Jan–Nov 2012 Jan–Nov 2013 (000 people) (000 people) 2 933.6 17 927.8 6 141.1 3 408.6 2 775.9 16 480.0 49 667.0
2 966.2 18 417.3 6 640.1 3 839.1 3 185.0 15 259.4 50 307.1
Change (%) 1.11 2.73 8.13 12.63 14.74 -7.41 1.29 Sumber: BPS
Jumlah Penumpang Penerbangan Internasional Airport 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Kualanamu-Medan Soekarno Hatta-Jakarta Juanda-Surabaya Ngurah Rai-Denpasar Hasanuddin-Makassar Others Total
Cummulative Passengers Jan–Nov 2012 Jan–Nov 2013 (000 people) (000 people) 681.6 5 309.2 630.8 2 986.3 36.4 1 175.9 10 820.2
794.1 5 770.3 776.6 3 168.1 57.8 1 193.9 11 760.7
Change (%) 16.51 8.68 23.10 6.09 58.79 1.53 8.69 Sumber: BPS
Jumlah Penumpang Kereta Api Airport 1. 2.
Jawa a. Jabodetabek b. Non-Jabodetabek Sumatera Total
Cummulative Passengers Jan–Nov 2012 Jan–Nov 2013 (000 people) (000 people) 182 051 123 649 58 402 4 024 186 075
190 107 141 666 48 441 3 570 193 677
Change (%) 4.43 14.57 -17.06 -11.28 4.09 Sumber: BPS
Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 49 n Januari 2014
35
Even, Pemasaran Pariwisata Even Utama di Dalam Negeri, Mengusung Promosi Pariwisata, Menjangkau Tanah Air dan Menggemakannya ke Mancanegara.
Beberapa di antara even utama promosi pariwisata di dalam negeri, yang diselenggarakan dan yang didukung oleh Kemenparekraf tahun 2013 :
Festival Budaya Lembah Baliem
Informasi :
36
Telp. 021-3838220 u Fax. 021-3208612 u Website: www.indonesia.travel u Email: kncn@indonesia.travel Direktorat Promosi Pariwisata Dalam Negeri u Direktorat Jenderal Pemasaran Pariwisata Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 49 n Januari 2014 Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI u Jalan Medan Merdeka Barat No. 17, Jakarta