Newsletter Pariwisata Indonesia, Edisi Maret 2013

Page 1

Vol. 4 l No. 39 l Maret 2013

‘Menjual’ S Kota Tua

ebelum masuk ke dalam Toko Merah, Lili, seorang dosen, anggota KJB, menjelaskan secara singkat siapa saja pernah tinggal di gedung bangunan tahun 1730 itu. Salah satunya Gustaaf Willem Baron van Imhoff Gubernur Jendral VOC. Tampak benar paduan arsitektur Eropa dan Cina, dari luar dan di dalam gedungnya.

Pengelolaan Even di Daerah halm. 7

Booking Becak Melalui Jejaring Sosial halm.

14

Dari Pelaksanaan Festival Pasola 2013 halm.

23

Kebun Raya Bogor, Obyek Wisata Jakarta halm.

18

Vol. 4 l No. 39 l Maret 2013 www.newsletter-pariwisataindonesia.com


Utama

Kita dan Dunia

Memang terkenal karena façade bata merahnya. Gedung ini terdiri dari dua ruangan yang luas. Di sini pernah berdiri akademi maritim pertama di dunia, dimanfaatkan sebagai kantor bank, pernah menjadi tempat tinggal Gustaaf Willem Baron van Imhoff Gubernur Jendral VOC 1743–1750, lalu digunakan sebagai hotel dan toko kelontong milik keluarga keturunan tionghoa bermarga Koe. Tapi di dalam gedung yang dibangun pada tahun 1730 ini perpaduan arsitektur Eropa dan Cina sangat terasa. Syukurnya, salah satu gedung teramat tua ini kini aset milik PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI). Selama tahun 2012 gedung ini ditutup untuk dikonservasi, kini dibuka dengan fasilitas sebuah kafe di ruangan depan, dan ruangan lainnya bisa disewa, misalnya untuk pameran. Sebelum kita tiba di Toko Merah ini, para pengunjung Kota Tua Jakarta, memulai per­ ja­lanan keliling dari Musium Bank Indonesia, atau Musium Sejarah Jakarta Fatahillah. Patut disyukuri pula, namanya saja Kota Tua, tentu di situ terdapat sekaligus beberapa museum. Telah sejak puluhan tahun silam industri pariwisata Indonesia merasa tertatih-tatih ber­upaya memasarkan kawasan ini sebagai satu daya tarik ‘istimewa’ dari ibukota Jakarta. Mari mengikuti satu perjalanan Kota Tua ­Jakarta dewasa ini, dan gambaran upaya ­pemasarannya. Pengarah: Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Penanggungjawab: Direktur Jenderal Pemasaran Pariwisata Wakil Penanggungjawab: Direktur Pengembangan Pasar dan Informasi Pariwisata Penerbit/Pemimpin Redaksi: Arifin Hutabarat Dewan Redaksi: Direktur Promosi Pariwisata Dalam Negeri; Direktur Promosi Pariwisata Luar Negeri; Direktur Konvensi, Insentive, Even dan Wisata Minat Khusus; Direktur Pencitraan Indonesia; T. Burhanuddin; Wisnu B. Sulaiman. Reporter: Benito Lopulalan Alamat: Direktorat Jenderal Pemasaran Pariwisata Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Jl. Medan Merdeka Barat No.17, Lantai 3 Jakarta 10110 Telp : 021 383 8220 Fax : 021 380 8612, Email : jurnal@indonesia.travel www.newsletter-pariwisataindonesia.com Jika Anda mempunyai informasi dan pendapat untuk Newsletter ini, silakan kirim ke alamat di atas.

2

Dari Berlin ke Sukses 2013 Museum Bank Mandiri (kiri), dan Museum BI.

Jelajah Kota Toea

Pagi hari Minggu, 17 Maret 2013 di lantai satu Museum Bank Mandiri di Jalan Lapangan Stasiun No 1 Kota Tua Jakarta, sekelompok orang berbaris rapih di depan salah satu loket jadul (jaman dulu). Mereka sedang registrasi mengikuti kegiatan yang diadakan oleh salah satu komunitas di kawasan Kota Tua Jakarta. Komunitas Jelajah Budaya (KJB) yang diketuai Kartum Setiawan, hari itu tengah tur. Judulnya, ‘Street Hunting, Arsitektur Tempo Doeloe’. Diawali dengan workshop fotografi 1,5 jam di dalam gedung Museum Bank Mandiri itu. Seorang fotografer, Sri Sadono, memaparkan materi sekaligus memberikan tip-tip singkat kepada para peserta. Peserta berjumlah 80 orang. Sebelum rombongan memulai penjelajahan, Kartum yang juga menjadi tour leader dan guide menjelaskan rute tur dan gedung-gedung yang akan dilihat dan dimasuki. Penjelajahan dimulai pada pukul 9.30. Di pintu sebelum keluar gedung, dia berhenti seraya menjelaskan mengenai ihwal gedung dan sejarah singkat Bank Mandiri. Kali ini peserta kebanyakan penghobi fotografi. Sambil mendengarkan penjelasan, mereka mulai ­hunting spot untuk dibidik kamera. Dari sana, menuju Museum BI, letaknya persis bersebelahan. Rombongan harus mengantri di pintu masuk karena security scanner hanya ada satu unit. Pengunjung diminta menyimpan tas di penitipan. Di dalam, resepsionis dengan senyum menyambut dan menyerahkan tiket

Vol. 4 l No. 39 l Maret 2013

kepada peserta tur KJB. Satu demi satu ruang pamer yang menjelaskan sejarah berdirinya bank sentral Republik Indonesia hingga keberadaan, peran, fungsi dan tugasnya di masa sekarang. Setiap materi yang dipamerkan ada kuratorial dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Meskipun demikian, Kartum senantiasa menjelaskan apa yang ada di dalam museum dan dengan sabar menjawab pertanyaan peserta tur. Museum ini masih memperbolehkan pe­ ngunjung membawa kamera, jadi peserta tur bisa berfoto dalam museum sekaligus menikmati spot-spot menarik yang bisa direkam. Keindahan arsitektur gedung museum bukan hanya tampak dari luar, di dalamnya pengunjung bisa merasakan kemegahan gedunggedung Eropa seperti yang biasa dilihat di televisi. Bagi penggemar fotografi, inilah saat yang ditunggu-tunggu. Keluar dari Museum, hari sudah semakin panas. Peserta tur orang tua dan muda tetap semangat menjelajahi Kota Tua, mendengarkan penjelasan dari tour leader, dan lensa kamera selalu siap membidik obyek. Dari sana, menyeberang dan berhenti di depan gedung Nationale Handelsbank. Ini masih digunakan secara aktif oleh Bank Mandiri, jadi, tidak bisa masuk. Penjelajahan diteruskan memasuki kawasan Taman Fatahillah. Rombongan berhenti sebentar di depan gedung Escompto Bank. Gedung ini kosong. Lantai duanya dimanfaatkan menjadi lapangan futsal dalam ruang oleh masyarakat setempat. Sayangnya, ada satu titik lubang udara yang merusak logo-logo tua di dinding gedung. Tanaman palem menjulang di depannya juga menghalangi logo-logo lain sehingga

D

ari beberapa kegiatan utama dan apa yang dicapai dalam dua bulan pertama 2013, Menteri Parekraf Mari Elka Pangestu memberikan indikasi-indikasi yang diharapkan mendo­ rong motivasi lebih kuat bagi ­stakeholders pariwisata Indonesia demi mencapai target 9 juta wisman di tahun ini.

“Target optimis kita harus 10%. Target realis­ tiknya 5–6% seperti tahun lalu. Dengan medium scenario dari 8 juta bisa dicapai 8,6 juta, itu, mudah-mudahan dengan kerja keras di sisa tahun

Kiri-kanan: Saat acara pembukaan ITB Berlin 2013, Klaus Wowereit (Governing Mayor of Berlin), Mari Elka Pangestu (Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI), dan Ernst Burgbacher (Parliamentary State Secretary in the Federal Ministry of Economics and Technology Jerman).

ini, hasil-hasil dari promosi yang kita lakukan di awal-awal tahun seperti ITB Berlin, semoga itu bisa meningkatkan hasil lagi,” kata Menteri. Ketika di ITB Berlin awal Maret 2013, di mana Indonesia sebagai country partner, gaungnya dimeriahkan dengan kehadiran Presiden RI dan Kanselir Jerman. Mungkin itu pertama kali terjadi dua kepala negara hadir di even besar promosi pariwisata dunia. Acara Indonesia disam­ but meriah, dan paviliunnya memenangkan 2nd best di kawasan Asia Pasifik. Diyakini aktivitas country partner itu berdampak pada peningkat­ Momen di acara pembukaan ITB Berlin 2013.

peserta harus mendekati gedung ketika pemandu menerangkannya. Berlanjut menyusuri salah satu lorong di ­Taman Fatahillah menuju tepian Kali Besar. Sepanjang lorong berjajar pedagang kaki lima (PKL) yang menjajakan berbagai macam makanan dan minuman di satu sisi. Terbayang, andaikan gedung-gedung kosong yang meng­ apit lorong itu diperbaiki dan difungsikan menampung para PKL, selain pengunjung bisa menikmati keindahan gedung-gedung tua juga akan menambah keindahan kawasan di sekitar Taman Fatahillah. Aneka makanan dan minuman yang saat ini dijual seperti nasi soto ayam, mie baso dan es teller, bila ditambah dengan

aneka kuliner Betawi seperti es selendang mayang, kerak telor, nasi ulam dan tauge goreng, tentunya suasana di lorong ini akan semakin meriah. Museum dan Taman Fathillah sebenarnya sempat dibuat seakan jadi ikonnya Kota Tua ­Jakarta. Satu rombongan wisatawan lain kita ikuti menyaksikannya. Kesan pertama saat memasuki Museum Sejarah Jakarta, disebut juga Museum Fatahillah, baik gedung maupun koleksinya, tampak tak terawat. Ini ­mungkin disebabkan banyak pengunjung maupun masyarakat belum tahu museum ini sekarang ini dalam tahap persiapan konservasi. Rombongan berhenti sejenak untuk meng­

abadikan gedung yang dulu digunakan ­Chartered Bank India, Australia dan China, dan Toko Merah yang diceritakan tadi. Terakhir rombongan menuju Galeri Melaka di Jalan Malaka No 7–9 Roa Malaka, Tambora, Jakarta Barat. Galeri ini baru diresmikan pada 22 Februari 2013. Di dalamnya ditampilkan sejarah dan perkembangan Negeri Melaka, Malaysia, khususnya di bidang pariwisata yang mempunyai persamaan dengan Jakarta, yakni keberadaan gedung-gedung peninggalan Belanda dan Inggris. Tak lupa brosur-brosur mengenai pariwisata di Melaka juga disediakan di sini. Acara ‘Street Hunting, Arsitektur Tempo Doeloe’ berakhir pukul 12.30. Rombongan kem-

Vol. 4 l No. 39 l Maret 2013

3


Kita dan Dunia an kunjungan wisatawan ke Indonesia. Hasil dari ITB Berlin akan menyumbangkan angka-angka. Di antaranya, Meyer Far East Se­ minar akan mendatangkan 270 operator tur dan 10 media, serta para buyer besar dari ­Jerman dan Eropa ke Bali pada 21–23 April 2013. Meyer itu wholesaler bisnis travel terbesar dari Jerman. Tentu pertemuan bisnis besar seperti itu akan menghasilkan penambahan kunjungan wisman minimal pada summer atau akhir tahun. Pegasus Touristic dari Rusia akan meningkatkan charter flight untuk masuk ke Solo dan Bali. “Tidak hanya ke Bali, tapi juga Solo,” Menteri menegaskan. Jadi, diversifikasi destinasi ter­ hadap pasar Rusia. Lagi, dua MoU investasi ditandatangani termasuk dengan Accor yang ketika di ITB Berlin bertemu dengan Presiden. Dan kelompok ­Renaissance akan membangun hotel. Investasi di pariwisata jelas meningkat. DI ITB Berlin pun diacarakan promosi tourism investment. Pas pula waktu itu World Economic Forum mengeluarkan Travel & Tourism Competitiveness Trecking terbaru. Indonesia naik dari peringkat 74 tahun 2012 ke 70. Dari sisi value for money kita di peringkat 9 dari 138 yang diperingkatkan, naik 4 pangkat, selain itu, pada cultural heritage bali ke Museum Bank Mandiri untuk beristirahat sambil makan siang. Kartum menutup kegiatan hari itu dengan mengumumkan trip KJB berikutnya. Ke mana? Meninjau kota tua di Cirebon!

Museum Sejarah Jakarta

Sebenarnya ini sempat dibuat seakan jadi ikonnya Kota Tua Jakarta. Satu rombongan wisatawan lain kita ikuti menyaksikannya. Kesan pertama saat memasuki Museum Sejarah Ja-

Kita dan Dunia

Meninjau paviliun (kiri-kanan): Ernst Burgbacher, Parliamentary State Secretary in the Federal Ministry of ­Economics and Technology and Commissioner for Middle Class and Tourism; Raimund Hosch, President & CEO, Messe Berlin GmbH; Sapta Nirwandar, Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI; dan Klaus Wowereit, Walikota Berlin.

dan rich cultural resources berada di peringkat 38, naik 1 peringkat daripada tahun lalu di pe­ ringkat 39. Untuk nature berada di peringkat 6, dari tahun 2012 di peringkat 17.

Di Jakarta, kepada pers Menteri menguraikan capaian Januari–Februari 2013. Beberapa pertumbuhan yang negatif (Februari 2013) ha­ rus diperhatikan seperti wisman dari Korsel dan

karta, disebut juga Museum Fatahillah, baik gedung maupun koleksinya, tampak tak terawat. Ini mungkin disebabkan banyak pengunjung maupun masyarakat belum tahu museum ini sekarang ini dalam tahap persiapan konservasi. Gedung ini pertama kali dipugar tahun 1973–1974. Dibuka menjadi museum oleh Gubernur Ali Sadikin. Saat itu gedung ini di­ konservasi total. Museum mendapat bantuan penelitian dari pemerintah Belanda dalam

proses konservasi sekarang. Dalam konservasi sekarang, yang sudah dilakukan baru di bagian atap. Selain itu, konservasi terhadap kolam air mancur di Taman Fatahillah yang masih bagian dari pengelolaan museum dan bunker di depan museum. ­Bunker sudah ditutup dengan kaca, dipasang pompa air dan dilengkapi dengan CCTV. Ruangan itu direncanakan akan digunakan sebagai ruang pamer. Koleksi museum dalam dua tahun terakhir bertambah sekitar 100 buah, total koleksi saat ini tercatat 23.100. Beberapa koleksi ditambah dengan foto, peta, dan film agar tampil lebih atraktif. Film-film dokumenter tersebut akan ditampilkan setelah konservasi selesai. Setelah itu alur di dalam museum akan ditata ulang sesuai dengan alur sejarah Jakarta. Museum ini dikelola oleh Unit Pengelola Mu­seum Sejarah Jakarta di bawah Disparbud Jakarta. Staf pengelola museum hanya delapan orang termasuk seorang local guide museum. Ada empat orang voluntir sebagai local guide

Penjelajahan dimulai dari Museum Bank Mandiri (kiri), dan workshop fotografi (kanan).

4

Vol. 4 l No. 39 l Maret 2013

Rusia karena tahun lalu pertumbuhannya cukup baik. Berita baiknya, Jepang pertumbuhannya 7%. “Kami baru dari Jepang,” kata Menteri, “di sana ada semacam mood yang cukup baik, ada Abenomics. Itu semacam optimisme yang harus diambil momentumnya.” Wisman dari Malaysia tumbuh 15%, India 14,7%, Jerman tumbuh 10% ini masih konsisten dengan tahun lalu, Amerika tumbuh 8% juga konsisten dengan tahun lalu.Tapi kata Menteri, “Kita harus bekerja lebih keras.” Menteri Mari Pangestu menyebut 2013 sebagai tahun MICE Indonesia. Akan ada eveneven besar seperti APEC, WTO, Miss World, World Toilet Organization, World Cultural Forum. Pokoknya cukup banyak international meeting tahun ini. “Yang masih kendala bagi kita adalah infra­ struktur. Ini memang PR untuk teman-teman kita di destinasi untuk berkoordinasi dengan daerah dan PU (Pekerjaan Umum),” ujar Menteri. Adapun wisnus memang sudah on target. Tahun 2012 sudah mencapai 245.088.000, di atas target, dengan angka 88 ribunya. Pertumbuhannya sekitar 3%. Kalangan investor melihat pertumbuhan wisnus tidak kalah dengan wisman, jadi sama pentingnya.

Ekonomi Kreatif :

Di ekonomi kreatif, tentang musik, pe­me­ rintah telah menetapkan 9 Maret sebagai Hari Musik. Dari tanggal 9 Maret sampai April atau awal Mei, puncaknya, akan dilakukan berbagai macam acara demi meningkatkan ­sosialisasi mengenai musik maupun fokus kelompok di­s­ kusi dengan semua stake holder musik dengan tujuan mengembangkan road map musik. Dalam rangka itu bukan hanya membuat program tapi ke arah menyusun road map, pengembangan setiap kelima belas subsektor di Ekraf ini. Yang relatif sudah maju ada di film. Yang sudah hampir rampung adalah fashion, yang sedang dikembangkan adalah animasi, permainan inter­ aktif, musik, kuliner, dan seni pertunjukan. Untuk kuliner dengan 30 kuliner ikonik, ­basisnya akan dibuatkan menu, buat cerita, buat promosi. Di ITB Berlin semua dipamerkan, Indonesia tuan rumah, dan, kata Menteri, “Makanannya banyak, orang tidak mau pulang, sekitar 5.500 yang datang.” Di Jakarta kerja sama menyelenggarakan ­Jakarta Fashion Week belum lama ini, menghasilkan program Indonesia Fashion Forward. Dengan British Council, akan ­diselenggarakan beberapa workshop untuk memberikan pen-

dampingan kepada para fashion designer ­supaya bisa menjual produknya ke retail; ­bagaimana membuat koleksi, mempromosikan hingga me­ yakinkan pembeli, dan seterusnya. Sejumlah delapan fashion designer telah ­dilatih dan baru-baru ini salah satu menorehkan deal dengan Harvey Nichols, sebuah toserba bergengsi, mereknya Major Minor. Diraihnya penghargaan label desainer paling progresif. Harga bajunya dijual di situ Rp 1–3 juta. “Kita sudah pastikan pada labelnya ditulis ‘made in Indonesia’, ujar Menteri. Seharusnya sih ditulis ‘created in Indonesia’, karena bukan hanya dijahit tapi juga diciptakan di Indonesia. Kemudian PicMix, itu seperti instagram untuk menggabungkan foto apapun dan bisa di-framing. Dari Project Eden, anak-anak muda Indonesia, yang mendapat subscriber worldwide delapan juta, 35% dari Indonesia dan 65% dari luar negeri. Pada 5 April akan ditanda tangani MoU dengan Intel, kerja sama ecosystem of ­digital creative economic in Indonesia, untuk soft application, dan sebagainya. Jadi, pada ekonomi kreatif program Kemenparekraf berterkaitan dengan me­ngembangkan road map untuk beberapa sektor, kendati belum mencakup keseluruhannya. Tapi minimal 7-8

dari komunitas yang dibina museum, Batavia Guide Service. Kendala utama yang dihadapi adalah keter­ batasan jumlah sumber daya manusia yang mengelola. Visinya ke depan agar bisa menjadi standar di seluruh Indonesia baik standar ­museum, pengelolaan, dan koleksinya. Museum juga ingin melakukan banyak kegiatan nanti­nya. SDM paling dibutuhkananya, pertama

yang paham IT, karena dari sana bisa ber­pro­mosi dan mensosialisasikan keberadaan museum. Lalu kehumasan, yang bukan hanya menerima tamu di depan, tapi juga aktif meng­hubungi pihak-pihak lain seperti biro perjalanan dan lain sebagainya. Bayu Niti Permana, Kepala Seksi Pameran dan Edukasi Museum ­Sejarah Jakarta, mem­ berikan data perbanding­an seperti ini :

Di antara koleksi di beberapa museum tersebut, masih banyak informasi yang belum tergali. Data dari koleksi masih sebatas koleksi apa dan dari siapa, masih ada yang belum diketahui, mi­ sal, dibuat dimana. Informasi yang ditampilkan saat ini masih singkat. Maka, Indonesia ­Heritage Society dan Museum Community membantu mendeskripsikan dan meneliti koleksi-koleksi yang tidak bisa dilakukan sendiri. Museum juga akan memberdayakan komunitas-komunitas. “Dulu pernah ada kerja sama dengan travel agent. Tapi sekarang agak sulit. Karena membayangkan menuju ke sini lalu lintas macet, makanya yang khusus datang ke sini masih minim. Jadi sekarang tidak ada kerja sama dengan mereka. Jika ada wisatawan datang itu karena inisiatifnya sendiri. Memang ada rencana mau mengikat kerja sama dengan tavel agent tapi kami harus membuat paket terlebih dahulu,” Bayu menjelaskan. Ada dua paket yang sedang dikembangkan Museum Sejarah Jakarta yang nantinya akan diluncurkan sebagai paket reguler.

Perbandingan Jumlah Staf Pengelola Museum di Beberapa Daerah

Museum

Provinsi

Jumlah Staf (orang)

Museum Jawa Tengah 95 Manusia Purba Sangiran

Museum Tsunami Aceh

Nangroe Aceh Darussalam

Museum Sejarah Jakarta

DKI Jakarta

54 orang PNS, 41 orang honorer

47

Museum Bank Indonesia DKI Jakarta 40

Keterangan

8

ditambah tenaga outsourcing PNS

Vol. 4 l No. 39 l Maret 2013

5


Kita dan Dunia

Event

Mengelola Event Sukses di Daerah

t­ elah dikembangkan dan tentunya “bagaimana kita meleluasakan ­kreatifitas bagi komunitas kreatif sehingga bisa berbisnis,” ujar Menteri. Tak hanya meningkatkan awareness, me­ne­­rima penghargaan, tapi bagaimana mereka bisa berkembang sampai menjadi sustainable business. Memang, perlu kerja keras terus demi sukses lagi di tahun 2013. n

Giliran Danau Toba dan Jakarta Marathon

S

Dengan Pengusaha dan Wartawan Asing

atu tim kecil berangkat ke Medan terus ke Parapat, kota di tepi Danau Toba. Di Medan, tim dari Kemenparekraf yang dipimpin oleh Berman Lubis, berhadapan ­dengan sekitar 50 orang dalam satu rapat membicarakan tentang gagasan rencana penyelenggaraan Festival Danau Toba. Hadirin, mulai dari Plt (Pelaksana Teknis Gubernur Sumatra Utara) beserta praktis semua SKPD (Satuan Kerja Pemerintahan Daerah) hingga wakil instansi imigrasi, bea cukai, kepolisian dan ­stakeholders lainnya.

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Mari Elka Pangestu, menjadi pembicara pada pertemuan AMCHAM Indonesia (American Chamber of Comerce in Indonesia) di Jakarta, 15 Maret 2013. Sebulan sebelumnya pada 13 Februari 2013 Menteri berbicara menceritakan pariwisata dan ekonomi kreatif Indonesia di hadapan jurnalis asing yang bergabung dalam Jakarta Foreign Correspondent’s Club juga di Jakarta.

Penjual kulinari Betawi tauge goreng, kerak telor, dan es selendang mayang. Seandainya ditempatkan lebih baik, tentulah wisman pun mau mencicipinya.

Pertama, paket wisata kota tua. Tahun lalu ­kegiatan wisatanya mulai dari Kota Tua ­sampai dengan Jatinegara Kaum tempat makam ­Pangeran Jayakarta. Sepanjang perjalanan, peserta di­ajak melihat gedung-gedung tua dan kampung-­kam­ pung tua di Jakarta. Tahun ini rutenya mengelilingi Sunda Kelapa sampai ke Kuil Petak Sembilan. Ini nanti akan dinamakan Wisata Kampung Tua Jakarta. Tahun lalu dilaksanakan empat kali, tahun ini rencananya lima kali. Paket kedua, jelajah malam, night at ­museum. Ini mengambil tempat di sekitar museum dan

6

T­ aman Fatahillah saja karena belum banyak peminatnya. Selama sedang dirintis sekarang, pemda turut membiayainya. Kegiatan wisata kampung tua dan jelajah malam sudah dimulai sejak tahun 2010. Tahun 2010 dan 2011 masing-masing diadakan satu kali, dan tahun 2012 diadakan empat kali. Jika peminatnya sudah banyak, baru akan diluncurkan menjadi paket wisata reguler. Dengan adanya paket wisata reguler diharapkan pengunjung akan bertambah. Saat ini harga tiket masuk ke museum sudah naik. Biaya tiket masuk umum dewasa, mahasiswa, dan anak-anak/pelajar masing-masing Rp 5 ribu, Rp 3 ribu, dan Rp 2.000. Tiket masuk rombongan minimal 30 orang biayanya, dewasa Rp 3.750, mahasiswa Rp 2.250, dan anak-anak/ pelajar Rp 1.500 per orang. Wisman yang datang ke museum ini relatif

tetap. Sering tampak datang dari Korea dan Cina meskipun relatif lebih sedikit daripada wisman dari Eropa. Mereka tidak mempunyai relasi sejarah, hanya curiosity. Wisman dari Eropa datang langsung bersama pemandunya. Sayangnya, memang, wisman dalam rombongan jumlah besar belum ada yang datang. “Memang pengelola museum harus jeli menangkap pasar. Sekarang kami lebih berkonsentrasi membenahi di dalam museumnya dulu. Setelah ini rapi dan siap dijual, baru dipromosikan. Sambil dirapikan, museum tetap menerima tamu,” lanjut Bayu. Dia mengakui Museum Sejarah Jakarta belum banyak melakukan kegiatan promosi luar ruang ­sehingga banyak orang tidak tahu apa saja yang ada di museum selain koleksi dan meriam. Web museum sudah ada tapi belum banyak yang meng­ akses. Umumnya pengunjung mencari informasi melalui Wikipedia. Dia berharap program pengelolaan website museum tahun ini bisa berjalan. Tahun ini museum menambah alat-alat ke­ amanan guna menghindari vandalisme dan

Daftar Pengunjung Museum Sejarah Jakarta Wisatawan

Wisman Wisnus Total

Sumber: UP Museum Sejarah Jakarta

Vol. 4 l No. 39 l Maret 2013

Jumlah (orang) Tahun 2011 Tahun 2012 30,181 428,986 459,167

28,100 436,538 464,638

Keterangan FIT+grup FIT+grup

Wisman dari Malaysia di Pulau Samosir, pada Desember 2012.

Resepsionis (kiri) dan materi audio visual sebelum menuju ruang pamer di Museum BI.

me­nempatkannya di beberapa bagian tertentu yang memang tidak bisa terlewatkan dari sisi keamanannya. Jumlah personel keamanan pun akan ditambah melalui outsourcing. Pihak ­museum masih berupaya mensosialisasikan pen­ tingnya melindungi cagar budaya agar pengunjung yang datang tidak mencorat-coret dinding museum dan mematuhi larangan memotret di dalam museum. Kota Tua itu sendiri Revitalisasi Kota Tua Jakarta dicanangkan sejak tahun 1975 semasa Gubernur Ali Sadikin. Sempat terhambat hingga tahun 2005, kemudian diluncurkan kembali pada September 2007. Ada Ketua Komunitas Jelajah Budaya (KJB), Kartum Setiawan, melihat revitalisasinya amat cenderung ke arah fisik, sisi pelestariannya masih kurang. Mestinya bukan kegiatan sesaat tapi bagaimana setelah itu perekonomian tetap hidup di sana. Kesemrawutan yang terlihat saat ini lantaran

tidak ada antisipasi manakala banyak pe­ngunjung berdatangan yang malah mengundang berduyunduyun pedagang berjualan. Akhirnya, pengunjung tidak merasakan kenyamanan lagi, khususnya di kawasan Taman Fatahillah. Ada pula Asep Kambali, founder Komunitas Historia Indonesia (KHI) yang juga berprofesi sebagai guru, mengharapkan, koordinasi pelaksa­ naan teknis seperti pekerjaan umum, penerangan, taman, kebersihan, perhubungan, keamanan dan lain-lain. Hasil revitalisasi ada-lah sebuah harmonisasi antara keberadaan ba­ngunan-bangunan tua dengan paving block di jalan-jalannya, lampulampu penerangannya, taman-tamannya dan lain-lain, yang mengembalikan keadaan kota tua seperti pada waktu dulu sehingga pengunjung betul-betul bisa melihat dan merasakannya. ­Komunitas sekitarnya kemudian dilibatkan untuk menghidupkan kawasan heritage ini menjadi kawasan ekonomi yang bisa membawa dampak Vol. 4 l No. 39 l Maret 2013

positif pada masyarakat. Ada lagi pendapat, dengan luas kawasan mencapai 846 hektar yang meliputi dua wilayah administrasi berbeda, Kota Tua membutuhkan sebuah badan independen yang me­miliki otonomi khusus dan langsung berada di bawah gubernur. Badan ini terdiri dari wakil semua instansi terkait dengan peremajaan dan perawatan kawasan heritage baik pemda maupun pemerintah pusat, pemilik dan pe­ngelola bangunan, pelaku ekonomi termasuk pelaku pariwisata, dan masyarakat/­ komunitas. Dia berperan menjadi wadah ­aspirasi seluruh stakeholders dalam kawasan heritage yang mengintegrasikan koordinasi seluruh ke­ giatan dalam mengelola kawasan tersebut. Dia diberi wewenang untuk menyusun dan menge­ lola anggarannya serta menentukan jumlah sumber daya manusia yang dibutuhkan. Atau, menguatkan posisi lembaga pengelola kawasan yang ada saat ini secara kebijakan, aturan main, pendanaan dan jumlah sumber daya manusianya. Yang mesti diingat, kawasan heritage semacam Kota Tua Jakarta merupakan sebuah destinasi yang dinamis. Keberadaan pedagang kaki lima (PKL) khususnya di kawasan Taman Fata­hillah perlu diatur, ditentukan jenis produk yang boleh dijual di kawasan Kota Tua. Produk kreatif berupa kerajinan tangan untuk suvenir yang dihasilkan masyarakat setempat, dan kulinari, dijadikan prioritas. Produk lainnya bisa ditempatkan di pusat-pusat perbelanjaan yang lokasinya sangat berdekatan dengan kawasan ini.

7


Event

Event

Wagub, bupati, walikota se-Sumatra Barat demi TDS 2013, Rakor dipimpin Wamen Parekraf Sapta Nirwandar bersama Dirjen Pemasaran Pariwisata dengan jajarannya, di Jakarta.

Tim dari Jakarta membawa tugas untuk meneliti ke arah menyusun suatu rencana Festival Danau Toba. “Wakil Menteri Sapta Nirwandar menugaskan kami, agar menyusun rencana yang paling tepat guna menyelenggarakan ke­giatan even di Danau Toba. Bukan satu kali, tapi haruslah ditelaah dan disusun konsep untuk penyelenggaraan setidaknya lima tahun berturut-turut,” begitulah menurut Berman Lubis. Jika membuat even, hendaknya berdimensi jangka panjang. Sebelumnya, tim itu melaksanakan desk ­research, menelaah dan bertemu beberapa tokoh dan ahli tentang seni budaya masyarakat, maupun potensi lain di kawasan sekitar Danau Toba.

Dari situ ditemukan suatu konsep dasar untuk Festival Danau Toba. Sebagai Festival, suatu even pada dasarnya merupakan kegiatan masyarakat ­setempat. Maka di tahap awal yang diajak untuk membahasnya adalah tokoh dan unsur masyarakat sendiri. Konsep awal, Festival Danau Toba dapat di­ selenggarakan berdurasi sekitar tujuh hari. Dalam kegiatan selama seminggu itu, setelah digali akan ditampilkan seni budaya ­tradisional setidaknya dari empat suku Batak : Toba, Simalungun, Karo, Dairi Fakfak. Selain itu, lomba olahraga danau, antara lain semacam dragon boat races, di Tapanuli perahu

lomba itu disebut Sopubolon atau perahu panjang, kemudian lomba canoing alias perahu biasa, seni musik dan tari pun akan diperlom-bakan. Bobot utama dalam seni musik ialah pelombaan musik perkusi internasional, juga lomba olahraga air internasional. Musik perkusi akan diikuti peserta dari beberapa negara di dunia yang memiliki seni musik perkusi yang kuat; olahraga akan di­ ikuti oleh negara-negara ASEAN dan Hong Kong. Jadi, Festival Danau Toba, diproyeksikan pada bulan September 2013, akan langsung bersen­ tuhan bukan saja pada skala nasional, tapi juga internasional. Gaung ke mancanegara itu tentu demi mengembalikan citra Danau Toba sebagai

Memperbaiki gedung-gedung tua yang tak lagi digunakan, lalu memanfaatkannya. Rata-rata gedung-gedung di situ kosong, khususnya di sekitar Taman Fatahillah, berlantai dua hingga tiga. Kembali pada pedagang ‘informal’, mereka dibina, memang perlu pendekatan human interest. Beberapa komunitas telah melakukannya. KHI memberikan pelatihan dasar ­kepramuwisataan kepada para pengemudi ojek sepeda ontel. Sambil diajak berkeliling Kota Tua, mereka

dibekali dengan informasi sejarahnya. Sikap ketika mengiringi tamu, seperti tidak meludah sembarangan, tidak menerima telepon, membersihkan diri dan berpakaian rapi dan lain-lain pun diajarkan. Tambah lagi pengalaman Komunitas Sakata. Ini berusaha melakukan pendekatan dan membina anak-anak jalanan, seperti para pengamen, anak-anak punk, regae, termasuk homoseksual yang turut menambah kesan ‘kumuh’ di mata pen-

gunjung khususnya di sekitar Taman Fatahillah. “Mereka ini berada di sekitar kawasan ­Taman Fatahillah yang telah menjadi lingkungan pariwisata namun belum ada yang menyentuhnya. Komunitas yang saya bentuk bukan untuk me­ ramaikan kawasan ini, tapi menyentuh ­kepada masyarakat yang ada di sekitarnya,“ kata Daeng Mansur Amin, Ketua Sahabat Kota Tua (Sakata) dan Ketua Umum Sunda Kelapa ­Heritage (SKH). Pelatihan membuat kerajinan oleh komunitasnya dilakukan di lingkungan penduduk. Yang sedang berjalan di daerah Timur Ujung, Pade­mangan. Di sana diberikan pelatihan kerajinan kulit telur, kulit kerang, dan pengolahan limbah botol minuman kaca dan plastik. Komunitas bekerja sama dengan Karang Taruna K­ ecamatan Pademangan. Wisatawan pun kelihatannya suka sekali men­ datangi komunitas. Dia mengaku, “Tur kami lumayan banyak diikuti oleh orang-orang dari Malaysia.” Satu lagi aspirasi dari masyarakat. Kota Tua boleh jadi perlu dikelola oleh semacam Badan Otoritas, serupa ketika Batam diawali dengan pemebangunan di bawah Badan Otoritas Pem-

Atrium Museum Bank Indonesia.

8

Vol. 4 l No. 39 l Maret 2013

salah satu destinasi wisata utama di Indonesia. Destinasi ini memang pernah mencatat jumlah kunjungan wisman nomor tiga atau empat di ­Indonesia setelah Bali, Yogya dan Jakarta. Ketika di kota Parapat, Danau Toba, di pagi hari tim terlebih dahulu khusus bertemu de­ngan tokoh-tokoh dan ahli adat dari masyarakat suku batak di sekeliling Danau Toba. Siangnya, dilanjutkan dengan pimpinan dari 11 pemerintah kabupaten dan kota yang mengelilingi Danau Toba, semuanya diharapkan akan terlibat sedari awal dalam perencanaan Festival tersebut. Dibicarakan di situ aset-aset seni budaya tradisional batak, yang ‘cocok’ untuk diangkat dan ditampilkan. Juga yang akan diperlombakan. Ini memang pada tahap ide. Tentu saja terbayang, kegiatan itu akan menghidupkan dan memelihara keunikan tradisi-tradisi dengan nilai-nilainya, sebagai motivasi ke sisi internal masyarakat. Ke sisi eksternal, kegiatan itu akan ‘meng­ undang’ pengunjung untuk menyaksikan hingga ‘mengalami’, sebagaimana tren perjalanan wisata di dunia masa kini. Sebagai dasar, menurut ­Berman Lubis, di Amerika Serikat saja terdaftar jutaan warga suku Batak; di Malaysia hampir satu juta; sejumlah warga itu niscaya akan ‘kangen’ untuk menyaksikan jika mende­ngar acara Festival Danau Toba ini. Konsep yang disusun itu nantinya akan dilaporkan ke Wamen Parekraf yang menugaskan kami, ujar Berman.

Bagaimana konsep mengelolanya? Menurut Berman, sesuai arahan dari Wamen Parekraf, dalam organisasi pelaksana, setiap seksi ­kegiatan, seni, budaya, olahraga, lomba, pameran, dan lainlain, haruslah dipimpin oleh Direktur yang ahli atau profesional di bidang masing-masing. Even pariwisata semacam ini memang perlu memba­ngun dan menghasilkan respek, atau wibawa, yang akan mengangkat citra destinasi sebagai daerah yang memiliki layanan-layanan profesio­nal di ­bidang pariwisata. Giliran Jakarta Marathon Setelah beberapa sebagai contoh atau ­‘model’, Tour de Singkarak, Musi Triboatton, ­Festival Jazz, dan beberapa lainnya, metode pengelolaan even demi menciptakan success story, dikembangkan oleh Wamen Parekraf Sapta Nirwandar ke Provinsi DKI Jakarta. Ibukota ini, menurut Sapta, layak mempunyai even berkaliber seperti ‘even marathon kotakota dunia’. Sebutlah New York Marathon, Tokyo ­Marathon, Sydney hingga Honolulu Marathon, dan seterusnya. Even bernama ‘Marathon’ telah menjadi ibarat gula yang mengundang ribuan wisman berdatangan untuk ikut serta. Termasuk pelari profesional mancanegara. Bersamaan itu, menjadi ikon yang mempromosikan kota destinasi tersebut. Menurut Wamen Sapta Nirwandar, ke­kuat­

an pariwisata Ibukota Jakarta sebagai destinasi, dari sudut faktor Atraksi, sebenarnya adalah Kota Tua Jakarta. Tentulah dimaksudkannya, Kota Tua ini perlu dikelola pula untuk memenuhi apa yang diperlukan oleh kegiatan bisnis pariwisata masa kini. Maka Wamen pun menggelontorkan ide penyelenggaraan Jakarta Marathon. “Kita mengundang, mensponsori dia berkunjung untuk liburan di Bali,” kata Wamen Parekraf Sapta Nirwandar. Siapa dia? Pelari dunia, juara New York City (NYC) Marathon 2011, ­Firehiwot Dado Tufa. Dia berada di Bali 27 Januari hingga 1 Februari 2013, bersama tunangannya. Kamis malam (31/1/2013), Sapta Nirwandar menjamunya makan malam. ‘Jakarta Marathon’ kini tengah dipersiapkan, diungkapkannya. Liburan sang juara New York Marathon itu diberikan sebagai hadiah dari ­Kementerian Parekraf selaku salah satu sponsor kejuaraan maraton bergengsi kelas dunia itu. Pelarinya asal Etiopia. Jadi, sejak tahun 2011 ide tersebut telah dilahirkan. Nah, Jakarta akan memiliki Internasional ­Jakarta Marathon, kata Wakil Menteri Parekraf, Sapta Nirwandar, setelah kemudiannya bertemu dengan Gubernur DKI Jakarta, Joko ­Widodo. ­Gubernur DKI menanggapi dengan ­antusias. Diberitakan, dia menawarkan hadiah sebesar Rp 4 miliar (atau sekitar US $ 400.000), dan ‘akan ikut serta berlari’.

Inilah pemandangan di tepi Kali Besar tahun 2013 ini. Indah, bukan?

bangunan Batam. Benarkah? Museum Bank Mandiri dulu pernah bekerja sama dengan satu operator tur besar di Jakarta tapi tidak berkelanjutan. Operator besar ­cenderung terbatas mengunjungi Fatahillah, Museum Wayang dan Sunda Kelapa, bukan ke museum bank. Setelah itu umumnya langsung membawa wisatawan menuju Bogor dan Bandung. Wisatawan asing biasanya datang secara individual alias FITs dan mencari informasi sendiri.

Ada orang Jepang yang bekerja di daerah Cikarang mengikut tur KJB dari informasi di internet. Dia pernah mengikut tur melalui biro perjalanan tapi sudah jenuh dengan itinerary yang sama. Keba­ nyakan wisatawan yang mengikuti tur bersama komunitas karena mereka ingin melihat sisi lain Jakarta. Definisi wisata kota tua adalah wisata yang berada di kawasan kota tua. Bobot sesungguhnya terletak pada nilai-nilai historis yang berada di

dalamnya. Wisata kota tua dan heritage tourism mempunya tujuan sama. Kota Tua jadinya terasa membutuhkan proses cukup panjang sampai menjadi siap dijual. ­Kawasan inipun belum siap menjadi tuan rumah even besar. Dengan kondisi saat ini, paling tidak masih membutuhkan dua tahun hingga kawasan ini benar-benar layak dijual sebagai sebuah kawasan heritage dan wisata. Tapi, ya, bagaimana mengakselerasinya? n

Vol. 4 l No. 39 l Maret 2013

9


Event Kategori full marathon akan mencakup 42,2 kilometer, melewati 9 dari landmark ibukota yang tersebar di Jakarta. Perkiraan awal, diharapkan menarik peserta antara 5.000 sampai 10.000 pelari, termasuk atlet dari 20 negara. Terbuka untuk semua, dari profesional sampai anak-anak. Kategorinya termasuk ­ma­raton penuh, ­setengah maraton, lari anak-anak hingga lomba lari kursi roda, kata Sapta. Desainnya, akan mulai dari Regatta Pluit di Jakarta Utara, melewati Batavia Old Square, pusat perbelanjaan Pasar Baru, Jakarta Concert Hall alias Gedung Kesenian, Masjid Istiqlal dan gereja Katedral Katolik, Balai Kota Jakarta, bundaran Hotel Indonesia, dan ­finish di Gelora Bung Karno di Senayan. Untuk acara tersebut, jalan-jalan rute lomba akan ditutup selama 12 jam dari lalu lintas kendaraan bermotor, untuk waktu persiapan, pelaksanaan perlombaan itu sendiri hingga waktu untuk membersihkan jalan-jalan sete­ lah acara. Dan demi kualitas internasional sedari awal, Kemenparekraf akan bekerja sama dengan Indonesia ­Athletics Association (PASI) dan Amaury Sports Organization (ASO), yang juga co-penyelenggara tahunan yang sukses Tour de Singkarak di Sumatera Barat. Ide lanjutannya datang dari Dinas Pariwi­

Event sata DKI Jakarta. Agar membedakan ­Jakarta dari seri marathon lain seperti Tokyo, Paris, Chicago dan New York, yang di Jakarta akan diselengarakan bersama-sama dengan Karnaval Budaya, dimana pesertanya meramaikan dari unsur karnaval yang sudah dikenal seperti Festival Jember dan Festival Solo. ­Bukankah Indonesia memiliki beragam kekayaan tradisi budaya? Alhasil, Jakarta Marathon akan ­menjadi maraton internasional pertama di Asia ­Tenggara, dengan Tokyo sebagai kota pertama di Asia. Seperti ditekankan oleh Wakil Menteri ­Sapta Nirwandar, International Jakarta ­Marathon dan Karnaval akan ­meningkatkan citra ibukota Indonesia, menampilkan beberapa monumen kota terbaik dan ­buildings. Ini akan menarik peningkatan jumlah pe­ ngunjung ke Jakarta. Dan Sapta mengingatkan, even semacam Jakarta Marathon ini pun hendaknya ber­ orientasi menjadi calendar of event Ibukota Jakarta untuk puluhan hingga ratusan tahun ke depan. Bukan sekadar even sekali dua kali. Dan peserta akan menjadi repeaters, ­datang ikut serta berulang kali, di ­samping tiap tahun menarik peserta baru,— manakala even sendiri berlangsung dengan berkualitas dan mengesankan. n

Membangun dan Memelihara

Success Story

A

pa kata Wamen Parekraf, Sapta Nirwandar, tentang upaya membangun success story, yang akan mengakselerasi dan memelihara pengembangan dan pertumbuhan pariwisata? Success story satu sebutan untuk lebih mediatif, mudah dicerna. Tapi tentu harus punya leverage, punya outcome yang jelas, itu terukur. Bisa saja sukses menurut kita, tidak bagi yang lain, tapi, yang penting punya out come yang jelas. Untuk itu dibutuhkan pelaksana lapangan yang berkualitas. Success story itu berangkat dari pekerjaan mengemas evennya. Di Tour De Singkarak, tadinya berawal 4 kabupaten kota, kemudian bertambah menjadi 9, dan terakhir 14 kabupaten kota, itu terukur. Awalnya pe­ ngunjung sedikit, sekarang 17 ribu. Ini success

Cap Go Meh di Singkawang

B

erkenaan penyelenggaraan even pariwisata, sebagai dimaklumi ada tiga kategori. Pertama, yang diselenggarakan oleh ­Kemenpa­rekraf, dimana terbuka kemungkinan kerja sama dengan pemda atau pihak-pihak lain. Kedua, diselenggarakan oleh pihak lain (pemerintah atau swasta), di mana Kemenparekraf bisa ikut sebagai salah satu peserta. Ketiga, even yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah, untuk mana Kemenparekraf memberikan pendukungan. Demikianlah misalnya even Cap Go Meh, yang dilaksanakan setiap tahun di kota Singkawang. Tahun 2013 ini, acara puncaknya berupa pawai tatung Festival Cap Go Meh dilaksanakan pada 24 Februari 2013, diikuti oleh 751 tatung, dihadiri penonton sekitar 13.000 orang.

10

Acara tersebut diawali dengan persembahan tarian NKRI, kemudian kata sambutan dari Wali Kota Singkawang, Gubernur Kalimantan Barat, Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, serta Menko Kesra. Selanjutnya Menko Kesra, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif serta Wali Kota Singkawang secara bersama-sama membuka secara resmi Pawai Tatung Festival Cap Gomeh 2013 ditandai dengan pemukulan tambur barongsai. Wisatawan nusantara dan mancanegara berduyun menyaksikan. Di tribun tampak beberapa Duta Besar, Duta Besar Afganistan, Brunei Darussalam, Cambodia, Iran, Kuba, Kenya, Laos, Myanmar, Polandia, Seychelles, Somalia, Spanyol, Sri Lanka, Thailand, dan Zimbabwe dan

Vol. 4 l No. 39 l Maret 2013

Direktur UNESCO untuk Indonesia. Di lapangan atraksi, tampak ikut me­me­ riahkan 78 peserta lomba off road yang menggunakan 25 mobil, mereka berasal dari Malaysia. Tapi di balik itu, Wamen Sapta ­Nirwandar yang juga menghadiri, sebelumnya telah memesankan kepada ‘delegasi Kemenparekraf’ agar memanfaatkan momen berkunjung ke situ untuk mengunjungi beberapa daya tarik wisata di Pontianak dan Singkawang. Sehari sebelumnya, pada 23 Februari 2013, anggota rombongan yang antara lain terdiri dari Hermawan Kartajaya, Todung Mulya Lubis, wartawan dari Metro TV, Trans TV, Kompas, dan tnol Asia, mengenali seraya menikmati sarap­an kuliner khas Kota Pontianak (antara lain bubur ikan, keladi bumbu dan haikeng) di ­Hotel Kar-

story yang punya dorongan terhadap ekonomi. Berikutnya, yang intangible, citra orang tadinya Sumatra Barat itu rusak dihantam tsunami, kini tidak lagi. Kita telah menciptakan TDS, festival-festival jazz ‘meledak’, bahkan di Sabang, demikian pula even Triathlon, Festival Sentani. Itu cuma menyebut beberapa kabupaten. Maka, sedang dirancang dengan bantuan para ahli dan profesional, antara lain, penyelenggaraan Festival Erau di Kalimantan Timur, agar lebih beda, Festival Toraja sedang didesain juga agar lebih bagus. Untuk merancang seperti itu, pendekatannya melalui tiga elemen, pertama dari referensi, kedua, observasi, dan pengalaman. Di kantong-kantong di daerah satu sama lain berbeda termasuk dengan yang di Jakarta. Seperti Festival Danau Toba (selama ini disebut Pesta Danau Toba), sebenarnya sudah 17 ­tahun usianya. Tapi rupanya isinya seakan tarian tor-tor saja. Maka kita mestinya membangun konsep untuk penyelenggaraan 5 tahun, kita rapatkan bersama, sesudah itu, di Perdakan. Jika diadakan setiap tahun, maka tiap tahun perlu terjadi improvement. “Biar orang rindu kapan lagi ada TDS,” Sapta mengibaratkan. Pertama harus meyakinkan yang punya

Wamen Sapta Nirwandar saat meresmikan peluncuran Calendar of Events Provinsi Bengkulu, di Balairung Sapta Pesona, Kemenparekraf, Jakarta (14/3/2013).

jalan-jalan raya, lalu pihak PASI (Persatuan Atletik Seluruh Indonesia). Bagaimana supaya cepat terkenal? Perlu digandeng nama terkenal. Strategi marketing 40 step a head. Bukan 1 step head. There is no free lunch asal win-win solution. Festival Legu Gam sudah sembilan tahun usianya. Ide-ide mereka kita berikan ­tambahan. Maka, balik lagi ke success story dan leverage, itu harus dibangun terus. Konsistensi, kuncinya.

Adapun di konsep Festival Danau Toba, ­secara khusus hendak diadakan satu hari ‘bersihbersih’. Yakni seluruh daerah peserta Festival di salah satu hari akan melakukan kegiatan bersihbersih lingkungan. Tentu maknanya untuk mensosialisasikan betapa kebersihan lingkungan pun patut dipelihara dan ditingkatkan. Memang, destinasi yang sukses dalam praktiknya didukung juga oleh ATB, kedengarannya sederhana, Aman, Tertib dan Bersih. n

Vol. 4 l No. 39 l Maret 2013

11

tika, di tepian Sungai Kapuas. Selanjutnya menyusuri Sungai Kapuas di atas perahu wisata menuju ke Tugu Khatulistiwa. Kegiatan ‘meninjau on the spot’ ini didukung oleh Dinas Pariwisata Kota Pontianak. Di Kota Singkawang, rombongan mengunjungi Pantai Pasir Panjang dan Obyek Wisata Rindu Alam. Dapatlah dimaknai bahwa potensi lokal, antara lain wisata di sungai, kuliner, lokasi titik garis ka­ tulistiwa, dan Pantai Pasir Panjang, bagi Pontianak dan Singkawang, perlu dikelola untuk dipasarkan, sehingga wisatawan ke daerah ini tak hanya datang sekadar saat Cap Go Meh berlangsung. Seperti dinyatakan oleh Wamen, setiap kali even promosi pariwisata, di benak para pelaku bisnis di daerah mestilah berpikir: bagaimana mendatangkan wisatawan setelah dan sebelum even berlangsung? n


Asean

Jepang

Memperhatikan dan Memanfaatkan

Hasil dari Forum-forumnya

D

irektur Pengembangan Pasar dan Informasi Pariwisata, Francesca Nina Soemitro, mendampingi Dirjen Pemasaran Pariwisata, Esthy Reko Astuty, melakukan promosi di China dan bertemu para industri di negeri yang dewasa ini amat lucrative sebagai pasar outbound traveler. Terhadap pasar ASEAN, Indonesia melancarkan langkah pertama awal tahun ini, dengan memanfaatkan keikutsertaan di Travel Exchange ATF, Januari 2013 di Laos bersama industri wisata Indonesia, menargetkan peng­ga­rapan tiga pasar utama anggota ASEAN, yaitu Singapura, Malaysia dan Filipina. Indonesia tahun lalu menerima kunjungan 1,2 juta wisatawan Singapura, Malaysia 1,1 juta dan Filipina 113 ribu wisatawan. “Setelah penyelenggaraan ATF 2013 ini, Kemenparekraf mematok target wisman dari ketiga negara ini menjadi 1,7 juta orang dari Singapura, 1,4 juta orang dari Malaysia, dan 315.000 orang dari Filipina,” kata Francesca Nina. Adalah relevan memperhatikan pula bahwa antara ASEAN dan Cina, tengah berlangsung proses saling berupaya meningkatkan pariwisata, antara lain rencana open sky policy antara ASEAN dengan Cina. Itu akan meningkatkan kapasitas layanan penerbangan langsung. Secara historis, kunjungan wisman dari tiga negara tersebut yang paling signifikan di wilayah Asia Tenggara, merupakan pasar tradisional kami, kata Nina. “Berdasarkan data Kemenparekraf, total jumlah kunjungan wisman ke Indonesia dari Singapura tahun lalu merupakan yang terbanyak yakni 1,2 juta orang. Sedangkan wisman dari ­Malaysia dan Filipina masing-masing 1,1 juta orang dan 113.635 orang,” ujarnya. Dikatakan, total pengeluaran para wisman ini mencapai US$ 1,7 miliar. Dirinci wisatawan asal Singapura menghabiskan US$ 890 juta, ­Malaysia US$ 810 juta, dan Filipina US$ 89 juta. Ditambahkannya, ATF dan Travel Exchange (Travex) 2013 ini sangat diharapkan menambah jumlah kunjungan wisman ASEAN.

Forum-forum ASEAN Forum-forum ASEAN pun kini memerlukan perhatian dan pemanfaatan lebih dari sebelumnya. Kalangan pelaku bisnis pariwisata di setiap

12

Francesca Nina

Negara anggota ASEAN, haruslah bersiap-siap menyongsong berlakunya ASEAN Single Market, termasuk di bidang pariwisata dan penerbangan yang akan menerapkan kebijakan open sky, dua tiga tahun mendatang. ASEAN menyelenggarakan kembali ­pertemuan Tourism Working Groups/Committee, kali ini di Laos, mengambil tempat di kota Pakse, di sebuah provinsi bernama Champasak. Berlangsung 18–22 Maret 2013, dihadiri oleh semua negara anggota ASEAN, I Gede Pitana, Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Parekraf, memimpin ­delegasi Indonesia yang terdiri dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, dan, Kementerian Luar Negeri. Pertemuan itu membahas kerja sama ASEAN dalam lima kelompok kerja dan topik: ASEAN ­Tou­rism Marketing and Communication; ASEAN Tourism Professionals Monitoring; Quality Tourism; Product Development; dan Tourism Integration and Budget. Anggota delegasi Indonesia, Francesca Nina Soemitro, Direktur Pengembangan Pasar dan ­Informasi Pariwisata Kemenparekraf, secara khusus mencatat apa yang dicapai dalam ASEAN Marketing and Communication Working Group (AMCWG) Meeting pada 19 Maret 2013. “Pertemuan menghasilkan tujuh agenda prio­ ritas dalam rangka pelaksanaan ASEAN Tourism Marketing Strategy (ATMS) 2012–2015,“ kata Francesca Nina. Yaitu: (agar memanfaatkan) keberadaan situs resmi pariwisata ASEAN www. aseantourism.travel; kampanye pariwisata digi­ tal untuk pasar Cina; strategi distribusi dan ­kampanye pasar wisata kreatif dan wisata penga­ Vol. 4 l No. 39 l Maret 2013

laman, strategi pasar petualangan, strategi pasar perjalanan bisnis, strategi pasar pensiunan—­ ketiganya sedang didesain; dan kerja sama ­dengan sektor publik atau swasta. ASEAN sudah menjalin kerja sama promosi dengan PATA dan ASEAN-China Center. Dan akan bekerja sama de­ ngan Digital Innovation Asia di Bangkok, Thailand melalui pertemuan pada 23–26 April 2013 yang akan datang. Dari itu, menurut Francesca Nina, Indonesia perlu segera menyampaikan daftar tour operators yang menjual multi country packages berikut linksnya dengan mencantumkan logo ASEAN Tourism pada situs masing-masing, kepada Koordinator Marketing AMCWG. Lalu, mengikuti akun situs Weibo dalam situs www.aseantourism.travel dan mendaftarkan nama yang menangani pasar Cina di Ditjen Pemasaran kepada Koordinator Marketing. Mengenai kerja sama ASEAN-China Center, sebelumnya Kemenparekraf telah sepakat untuk memfasilitasi empat grup famtrip bagi kru televisi Cina yakni dari Ch1, Ch4, Ch9 dan Ch10 selama t­ujuh hari meliput destinasi wisata di Indonesia.

Standar kompetensi MICE akan disusun dengan sasaran awal pada level staf, penyelia, dan manajerial di bidang administrasi, finansial, operasio­ nal, pemasaran dan risiko. Quality Tourism Working Group, telah menyusun standar ASEAN green hotel, pelayanan spa, homestay, dan toilet umum. Manual audit untuk hotel, spa, dan homestay sudah selesai dan disahkan oleh para menteri pariwisata ASEAN dalam ATF 2013 di Vientiane. Itu nantinya akan menjadi pedoman bagi industri pariwisata bidang hotel, spa, dan homestay dalam rangka mencapai produk pariwisata yang berkualitas dan mewujudkan ASEAN sebagai destinasi pariwisata tunggal. Manual checklist standar toilet umum masih dalam proses penyusunan dan direncanakan akan selesai pada September 2013.

Pelbagai Bidang Dalam keseluruhan, selama lima hari berlangsungnya pertemuan ASEAN Tourism Working Groups/Committee, dibentuk komite-komite lebih kecil membahas topik yang lebih spesifik. Dari ASEAN Tourism Professional Monitoring Committee, dalam rangka implementasi ASEAN Mutual Recognition Arrangement (MRA), pengembangan ASEAN Qualifications Equivalent Matrix (AQEM) akan membantu mempermudah negara anggota untuk mem-bandingkan kualifikasi yang dimiliki negara tersebut dengan kualifikasi yang dimiliki negara-negara ASEAN lainnya. Maka akan dibentuk ASEAN Tourism Professio­ nals Registration System (ATPRS) yang berfungsi mencatat dan memberikan informasi mengenai tenaga kerja pariwisata ASEAN yang bekerja di wilayah regional ASEAN baik di negara sendiri (original country) maupun di negara lain (host country). Dan sebagai lembaga registrasi bagi Master Trainer dan Master Assessor. Ini akan didukung dengan penyusunan standar kompetensi tenaga kerja pariwisata ASEAN di bidang housekeeping, FO, F & B, dan food production, serta biro perjalanan/operator tur.

Dari Product Development Working Group, dihasilkan sebagai berikut: Perlu dibuat ASEAN ­Ecotourism Strategic Plan. Tujuannya, menilai ke­rangka kerja institusional dari manajemen dan promosi destinasi ekowisata; mengaudit pengembangan, manajemen dan promosi lokasi ­ekowisata; mempelajari best practice perencanaan, manajemen, dan opera­ sional lokasi eko­wisata; merekomendasikan kebijakan strategi, rencana aksi guna memperbaiki perencanaan, manajemen, dan penyelenggaraan lokasi ­ekowisata, produk dan jasa di ASEAN. Malaysia sedang menyusun sebuah buku me­ ngenai ASEAN Parks and Gardens yang akan berisi foto-foto dan informasi mengenai taman dan kebun di negara-negara anggota ASEAN. Indonesia sudah mengajukan tiga untuk dimasukkan ke dalam buku, yakni Taman Bunga Cibodas, Kebun Raya Bogor dan Taman Bunga Nusantara. Berdasarkan data yang disampaikan oleh negara-negara anggota, pengelompokan produk pariwisata budaya dan sejarah sebagai berikut: Kelompok museum terdiri dari Brunei Museum, Royal Regalia, Brunei Technology Museum, The

Pelaku Bisnis Meriset Sendiri

M

r Ryo Nishikawa, Researcher, Research Dept Japan Travel Bureau (JTB) Foundation, dari Tokyo, dilayani oleh Ganda ­Sumantri, Kasubdit Perancangan ­Pariwisata, Ryo Nishikawa (kanan) Kemenparekraf, di Jakarta 22–24 Maret dipandu Ganda Sumantri 2013. Hari Jumat di kantor Kemenparekraf, ­Nishikawa-san melaksanakan tugasnya meng­gali ­informasi mengenai kebijakan pariwisata di Indonesia, strategi, pemasaran dan promosi. Esoknya, Ganda mempertemukan dan menemaninya bertukar informasi dengan beberapa travel agent/tour operator di Jakarta. Ya, hari Sabtu itu beberapa pimpinan pelaku bisnis pariwisata Indonesia tidak libur. Dia wawancara, bertukar fakta dan data. Sebaliknya, justru Ganda menggali informasi tentang pasar Jepang dari sang periset. “Kendati kami utamanya sekarang mengharap banyak dari pasar Negara ASEAN, khususnya yang berlokasi terdekat seperti Malaysia dan Singapura, dan China, namun Jepang juga dalam titik perhatian dan sasaran besar,” kata Ganda. Maka Nishikawa pun memberikan informasinya. Informasinya memang banyak sudah dimaklumi, bahwa kebanyakan wisman Jepang mengetahui, dan bepergian ke destinasi Bali. Destinasi lain di Indonesia relatif sedikit sekali diketahui, apalagi digandrungi. Bagaimana dengan destinasi Jakarta? Nah, ternyata si Rearcher dari JTB ini, katanya banyak membaca tentang Jalan Surabaya, dan, tentang Pasar Baru. Dia pun ditemani oleh Ganda meninjau ke sana. Tampak enjoy, pengalamannya di Jalan Surabaya, berbelanja barang antik, rasanya sama eksotik dengan apa yang diketahuinya dari buku-buku petunjuk pariwisata. Tapi kemudian, dia menggelengkan kepala kalau ditanya tentang Kota Tua Jakarta. Tak terlintas di memorinya tentang tourist spot Jakarta ini. Boleh jadi lantaran belakangan ini Kota Tua itu jarang ditulis orang di luar negeri, dan, agaknya tak efektif sebagai spot dalam itinerary tur ibukota yang dipasarkan oleh operator tur. Tapi bagaimana pun, riset yang dilakukan oleh periset JTB ini, baik berkaitan bisnis inbound maupun outbound, oleh Ganda telah dimanfaatkan secara timbal balik, selama tiga hari itu di Jakarta. JTB merupakan operator tur terbesar di Jepang. Nishikawa-san sebelum ke Jakarta juga telah meriset on the spot pasar di Singapura, Malaysia dan Vietnam. Ya, praktisi bisnis pun memang perlu melakukan sendiri pemeriksaan apa yang sungguh ­diinginkan oleh konsumen wisatawan dari luar negeri. n

Complex of Hue Monument. Kelompok temple & archeological park akan menampilkan Angkor Wat, Sambor Preikuk, Preah Vihear temple, Candi Borobudur dan Prambanan, Situs Manusia Prasejarah Sangiran, Sukhothai Historical Park, Ban Chiang Archeological Site. Sedangkan heritage district/city akan mena­ warkan Luan Prabang City, Bandar Hilir Melaka, Georgetown, Bagan Nyaung U, Mandalay, Mrau U, Colonial District Trail, Hanoi, Hoy An Ancient Town. Desa wisata akan difokuskan di Sarawak Cultural Village, Herit-age Village Phillippinas, Kalimudan Cultural Village St Cruz. Cultural landscape di Ifugao rice terrace, serta cultural dan heritage trail

untuk program cultural tour dan peranakan trail. Hasil dari pelaksanaan Small Regular ­Passenger Exit Survey (PES) mengenai ASEAN Brand Awareness disampaikan dalam forum ASEAN itu. Hasilnya, dari responden yang disurvey, yang banyak berkunjung ke kawasan regional ASEAN adalah pria berusia 25–34 tahun (61,6%), dari kawasan Asia Pasifik (55,3%) dan Eropa (32,32%). Ratarata mereka menginap selama 1–7 hari, menda­ patkan informasi dan melakukan pemesanan me­lalui internet. Mereka sangat berminat pada wisata budaya dan alam. Tapi, mereka tidak me­ ngenal tag line pariwisata ASEAN ‘Southeast Asia Feel the Warmth’. n

Vol. 4 l No. 39 l Maret 2013

13


Yogyakarta

Yogyakarta

Booking Becak Melalui Jejaring Sosial Ini rasanya bukan sesuatu yang ‘baru-baru’ amat. Menggunakan telekomunikasi modern, di banyak kota, penjual sayur, penjual ikan, sudah menggunakan handphone ber-SMS ria dengan para pelanggan, lazimnya ibu-ibu rumah tangga di kompleks perumahan. Para ibu memesan bahan sayur atau lauk pauk untuk dimasak di rumah, pesannya via SMS, kemudian pedagang sayur dan ikan telah tahu apa yang hendak dibawanya ke rumah si ibu. Namun ketika bicara pemasaran produk wisata, seperti ini, tentu akan semakin menginspirasi.

R

ealitas dari cerita ini membawa pesan, mengingatkan: internet sungguh harus dimanfaatkan oleh para pelaku bisnis pariwisata di daerahdaerah destinasi. Memasarkan produk dan pela­ yanan pariwisata dapat mencapai calon-calon wisman ke pelosok bumi ini. Ongkos pemasaran pun menjadi amat sangat minim. Terlebih lagi, jika yang dipasarkan adalah ‘atraksi’ unik, mungkin terunik di dunia. Contoh, berkeliling kota ­Yogya menunggang becak: becak lokal! Naik becak itu sendiri bisa berfungsi atraksi selain alat transportasi atau aksesibilitas lokal. Berawal ketika Blasius Haryadi, itu namanya, mengantar seorang wisatawan dari Amerika keli­ ling kota Yogya menunggang becaknya, ternyata si wisman ingin tetap menjalin hubungan setelah kembali ke negaranya. Sang wisatawan memper­ kenalkannya dan memberi pelajaran singkat meng­gunakan internet di akhir tahun 1990-an.

Blasius Haryadi (kiri), dan ini dari: twitter@becakcitytour (kanan). Becak wisata di kawasan Prawirotaman. Sebagai gambaran, ongkos becak dari sekitar Jl Mayjend Sutoyo atau Jokteng timur yang berdekatan dengan Prawirotaman ke Jl Malioboro, atau sebaliknya, Rp 20 ribu sekali jalan.

Diajarinya membuka akun surat elektronik (surel). Dari hanya sekedar membuka kotak masuk surel, Haryadi mulai menelusuri dunia maya de­ ngan hanya mengikuti petunjuk yang tertera. Dari sana mulai menambah kebisaan bahasa Inggris, chatting melalui Yahoo Messanger (YM) dan MiRC, serta mulai bergaul di jejaring sosial yang saat itu sedang tren, Friendster (FS). “Saya ini hanya tukang becak tapi keranjingan internet, wah, rugi waktu dan uang. Tapi kemudian saya lihat peluang dari pertemanan di jeja­ ring sosial meskipun pada awalnya dicap sebagai pembohong. Mereka mulai percaya ketika salah

Tampilan akun Facebook untuk Jogja Becak Adventure.

14

Vol. 4 l No. 39 l Maret 2013

seorang kenalan di chatting dan FS dari Belanda datang ke Yogya. Itu tahun 2003. Dia datang, kami bertemu dan dia naik becak keliling kota bersama saya. Cerita dan foto-fotonya yang di up-load meyakinkan yang tidak percaya itu,” lanjutnya. Harry pun mulai intens bersosialisasi di dunia maya dan memanfaatkan jejaring sosial ­untuk ‘mencari’ calon penumpang. Dia mengikuti per­ kembangan tren media jejaring sosial. Terinspirasi kesuksesan Barack Obama dalam pemilu AS tahun 2004 yang memanfaatkan Facebook (FB), dibuatlah akun Jogja Becak Adv di FB. Eh, ampuh menjaring penumpang. Ketika lebih banyak orang menggunakan Twitter, dia pun memanfaatkannya dengan akun @becakcitytour. “Saya mencari jejaring sosial yang banyak diminati dan anggotanya banyak. Karena saya mencari market, ya harus mencari yang benar-benar banyak diikuti oleh orang,” jelasnya. Memang, belum menjadi bisnis besar. Booking becak yang diterima Pak Harry untuk Becak Yogya Adv tahun 2012 dibukukannya: FIT 2 dari Australia, 1 dari Jerman, 1 dari Inggris dan 5 dari Belanda. Grup : 13 orang dari Perancis, 9 dari ­Perancis, dan 11 juga dari Perancis. Wisnus: 3 orang dari Jakarta. Untuk Januari–April 2013 ini, sudah diterima buking dari FIT 1 dari Australia, 1 dari Belanda. Grup: 18 orang dari Belanda. Dari Jakarta melonjak: grup I jumlah 20 orang; grup kedua 45 orang,

dan grup ketiga 54 orang. Tapi tunggu dulu. Siapa ini Haryadi? Dia pernah terpaksa berhenti kuliah karena kekurangan biaya. Tadinya berusaha mencari biaya kuliah de­ngan menarik becak di malam hari. Namun tak tercukupi juga, aktivitas kuliah terganggu, ­akhirnya dia memutuskan berhenti dan tetap menarik becak. Sebelum mangkal di Prawirotaman, Yogyakarta, dia menarik becak di kawasan-kawasan lain kota wisata dan kota gudeg ini. Singkat ­cerita, dia bersama beberapa penarik becak sampai pada satu tahap baru: berhimpun dalam satu paguyuban lokal. Dan dia memasarkan apa yang dia kasih branding : Jogya Becak Adventure. Inilah yang dilakukan oleh Jogja Becak Adventure: wisman atau wisnus yang mau ke Yogya akan mengontaknya, sekarang ini lebih sering via akun Twitter-nya. Dia akan tanyakan kapan, berapa lama akan tinggal, apakah sudah mendapat tempat menginap, berapa becak yang dibutuhkan, dan jika membutuhkan transportasi lain selain becak selama di Yogya. Jika calon tamu sudah memiliki itinerary sen­ diri, dia akan menawarkan tempat lain untuk dikunjungi. Jika calon tamu sama sekali belum tahu mau ngapain di Yogya, dia akan memberi saran. Jika dibutuhkan lebih dari satu becak, dia akan mengajak teman-temannya. Harga pun dinegosiasikan. Setelah deal, saat tamu tiba di Yogya tinggal dilaksanakan saja: happy becak city tour. Sementara paket becak city tour masih ­dalam tahap dirintis, mereka melayani dengan cara seperti itu. Ada 15 becak, semua mangkal di

Prawirotaman, bergabung dalam Jogja Becak ­Adventure. Dari kelima belas anggota hanya beberapa mempunyai akun Twitter, dan akunnya yang paling eksis. Harry dan penarik becak lainnya berharap ada perda atau apapun namanya, yang melarang atau mengurangi bisbis wisata masuk ke tengah kota. Jikapun harus masuk agar parkir di tempattempat yang telah disediakan di dalam hotel atau pusat parkir. Dari sana, wisatawan bisa memanfaatkan transportasi lokal seperti becak, andong, ojek, taksi atau bis kota menuju obyek wisata. Semua pelaku transportasi lokal pasti akan menikmati dampak ekonomi pariwisata, selain akan mengurangi kemacetan lalu lintas di kota, ter­ utama saat musim liburan, yang telah membuat warga setempat menjadi tidak nyaman. Dia yakin, biro perjalanan pun akan menyesuaikan diri dan tidak perlu takut menjadi tuan rumah yang tegas. Tapi ide itu mungkin tak sepenuhnya tepat di­terapkan. Maka di situ fungsi mengelola dari regulator, fasiltator, dan stakeholders bisa duduk bersama demi mengembangkan satu aspek secara berimbang dengan aspek lain dalam pariwisata itu. Dia tidak meminta semua penarik becak bergabung dalam paguyuban yang digagasnya, dan tidak keberatan pula jika ada yang mengikuti langkahnya. Dia berusaha menciptakan kerja sama lintas paguyuban becak di Yogya. Semuanya dilakukan demi mengembalikan citra becak di kota itu. Dan tentu saja memelihara becak sebagai atraksi dan transportasi di kota destinasi ini, sebab berpotensi menjaring wisman semua segmen. Vol. 4 l No. 39 l Maret 2013

Mengelola dan Memasarkan Jadi, setiap daerah tentu punya keunikankeunikan khas. Perlu dikelola, dan, dipasarkan via internet. Kendati becak bukan monopoli Yogyakarta, namun punya riwayat yang khusus menarik. Cikal bakal becak wisata berawal di kawasan bernama Prawirotaman dan Sosrowija­ yan. Sebelum dibangun ba­ nyak hotel berbintang di ­Yogya, tempat menginap wisatawan, manca­negara maupun nusantara, hanya tersedia di wilayah Prawirotaman dan Sosrowijayan—salah satu jalan di kawasan Malioboro. Keduanya sempat dikenal sebagai kampung internasional. Becak­becak di kedua kawasan ini tidak mau beroperasi dengan taktik ‘membanting atau menggenjot harga.’ Ketika wisatawan datang dalam rombongan, turun dari bis, biasa mereka ditawari berkeliling kota naik becak dengan ongkos Rp 2–5 ribu. Jika wisatawan belanja, penarik becak akan senang meskipun hanya dibayar Rp 2 ribu. Tapi, jika wisatawan tidak belanja, meskipun ongkosnya ditambah, ada yang lalu bersikap kurang sopan pada penumpangnya. Wisatawan lalu ‘diminta’ ongkos yang kemudian membuat mereka me­ ngeluh terlalu mahal. Konon, itu jadi sumber pencitraan tidak baik terhadap becak kota ini. Harry mengakui tidak ada aturan baku menentukan tarif becak di Yogya. Masih bergantung pada negosiasi antara penumpang dengan penarik becak. Kenyataannya, penumpang bingung berapa ongkos yang sebenarnya. Tipsnya: jika penarik becak gembira berarti ongkos yang dibayarkan sesuai. Tapi, ini bisa rawan terhadap praktek ‘genjot’ harga. Kedua, dengan patokan kilometer. Kesepa­ katan tak tertulis diantara penarik becak di Yogya, jarak 1 kilometer seharga Rp 5.000–7.500. Jangan kaget, dia juga menulis ihwal becak ­Yogyakarta. Dalam The Becak Way, buku yang ditulisnya, ada beberapa faktor yang mempengaruhi tarif becak di Yogya: waktu, cuaca, kondisi jalan, dan jumlah penumpang. Tidak ada kesepakatan baku atau tertulis, hanya berdasarkan kesepakatan bersama dan masyarakat diasumsikan sudah tahu. Berbeda dengan komunitas becak yang mangkal di depan hotel-hotel besar. Di sana ada ­daftar harga ongkos ke daerah-daerah wisata, ­daftar

15


Yogyakarta

Persaingan Online

nama anggota dalam paguyuban, dan daftar antrian becak. Harga yang tertera di sana adalah harga standar ongkos becak di Yogya. Becak-becak di luar kota, atau di beberapa tempat dalam kota seperti pasar, karena jaraknya pendek dan bisa menarik becak 10–20 kali sehari, ongkos antarnya murah. Tapi di tengah kota dan tempat-tempat wisata tidak bisa lagi menarik sebanyak itu, dalam sehari hanya bisa sekali dua kali saja, kadang-kadang tidak sama sekali. Menurutnya, citra becak Yogya akan tetap negatif jika wisatawan hanya tahu ongkos semua becak di Yogya hanya Rp 2–5 ribu. Dibandingkan sekitar 15 tahun lalu, tampilan becak di Yogya sekarang lebih ‘cantik’. Sekarang banyak penarik becak memiliki becak sendiri jadi lebih leluasa menghiasinya. Trennya dimulai awal tahun 2000-an. Dahulu, becak dimiliki juragan becak. Jadi kurang memperhatikan kondisi dan tampilan, selama kendaraan bertenaga manusia itu masih bisa dijalankan dan membayar setoran. Dia melihat becak-becak di kawasan Prawirotaman dan Sosrowijayan paling siap menjadi becak wisata baik becaknya maupun penariknya. Paguyuban becak mulai banyak dan berke­ lompok berdasarkan tempat mangkal. Hotel di ­Yogya yang mempunyai pangkalan becak umumnya dekat dengan pusat kota seperti di sekitar Malioboro, Ambarukmo, dan Prawirotaman. Selain itu, paguyuban becak pasti ada di sekitar terminal, stasiun dan pasar. Alhasil, kini dirumuskan, becak wisata adalah becak yang khusus digunakan untuk wisata dan pengemudinya berfungsi memberikan informasi kepada penumpangnya, baik di jalan ataupun di lokasi wisata. Penarik becak menjadi garda ter­ depan dunia pariwisata kota Yogya. Karena me­ reka bersinggungan langsung dengan wisatawan harus dibekali dengan ilmu dan keterampilan yang memadai. Pelatihan paling utama adalah memberikan pelayanan yang baik dan jujur. Sasaran utamanya, paguyuban-paguyuban di kantong-kantong parkir dan sekitar kawasan Malioboro. Pelatihan bahasa perlu meskipun itu tidak harus. “Pemda sering melaksanakan pelatihan,” menurut Haryadi. Andaipun belum ada atau belum cukup pela­ tihan-pelatihan, di berbagai destinasi dan untuk keunikan-keunikan yang berbeda, terasa diperlukan munculnya praktisi model Haryadi ini. Intinya, ketika produk sudah tersedia untuk dipasarkan, maka pasarkan melalui media di internet, fokus, tekun, sabar, dan membangun kepercayaan. Kemudian tinggal memupuk kepercayaan sebagaimana layaknya bisnis penjualan jasa. n

Peluang On line Travel di Daerah

16

D

i Indonesia statistik menunjukkan sekitar 97,7 juta pelanggan pengguna handphone di tahun 2011, jauh meninggalkan 15,9 juta pelanggan pengguna telepon biasa. Pengguna internet di tahun itu mencapai 18 juta. Adapun pelanggan fixed broadband internet sekitar 11 di antara 1.000 penduduk Indonesia. Badan PBB ESCAP (Economic and Sosial Commission for Asia and the Pacific) yang me­ rilis data itu, menujukkan pula, lebih separuh dari jumlah pengguna internet di dunia ini, berada di Asia Pasifik. Dengan lebih 1,1 miliar pengguna internet tahun 2011 di Asia Pasifik, berarti sekitar 49,7 persen dari jumlah 1,3 milyar pengguna internet di dunia. Lagi pula, tahun 2005–2010 rata-rata bertumbuh lebih tinggi dari pertumbuhan di dunia yang 13 persen. Tapi memang secara keseluruhan tercatat 27 persen di antara 100 penduduk Asia Pasifik pengguna internet, masih di bawah rata-rata dunia yang 33 persen. Mari mencatat pula, di tahun 2011 lebih dari 30 juta pelanggan baru fixed broadband internet bertambah di Cina saja, itu berarti sekitar 50 persen dari penambahan di dunia yang dicatat berkisar 60 juta. Se-Asia Pasifik rata-ratanya masih 67 pengguna per 1.000 penduduk. Sedangkan di Amerika Utara ratarata 291 dan di Eropa 251.

Pelaku Bisnis di Daerah

Bagaimana pun, itulah justru ­menunjukkan, jika memasarkan produk Anda melalui internet, maka memang saluran pemasaran dan distribusi terpangkas, biaya pemasaran dan promosi dihemat, tentu dengan catatan, bersungguhsungguh dan tekun ­menjalankannya. Dan sasaran pasar di Asia Pasifik tak perlu diragukan lagi. Baik major destinations di Bali dan Pulau Jawa yang katakanlah relatif sudah ‘mapan’, maupun justru destinasi-destinasi di luarnya termasuk NTB, NTT, Sulawesi, Sumatra, bahkan hingga di Papua, para pemain alias ‘business player’, yang perusahaan besar hingga yang small player,-- pemanfaatan jejaring media di internet amatlah berperan mampu mempercepat pengembangan bisnis.

Vol. 4 l No. 39 l Maret 2013

Maka Kemenparekraf pun semakin mendorong masyarakat pelaku bisnis untuk memanfaatkan jejaring melalui website resmi www.indonesia.travel. Penghujung tahun 2012 web ini meluncurkan kembali wajah baru, dan, sambutan dari kalangan pengguna menggembirakan. Dipuji isinya lebih lengkap, lebih rapi dan menarik, keselururhan isi menjadi kian komprehensif dalam mempromosikan demikian luas dan beragamnya destinasi pariwisata di negeri ini. Ratna Suranti, Deputy Director for Electronic and Digital Communications Media (mulai April 2013 menjadi Direktur Pencitraan Indonesia) pada Ditjen Pemasaran Pariwisata, menjelaskan, “Para travelers kini dapat mengakses langsung hotel, agen perjalanan, restoran hingga toko-toko suvenir di destinasi, sehingga mereka pun dapat memesannya sendiri kamar hotel dan paket tur yang diinginkan, bahkan sampai ke lokasi-lokasi yang ‘jauh.” Di Tahun 2011, www.indonesia.travel itu dikunjungi rata-rata oleh sejumlah 4.700 orang per hari, pada 2012 meningkat tajam menjadi 6.000, per pengunjung alias pembaca membuka rata-rata 3–4 pages dengan durasi rata-rata empat menit, kata Ratna Suranti. Tahun 2013 ini akan ditambah versi bahasa Mandarin, setelah selama ini tersaji dalam ­bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Bagi pemain atau pelaku bisnis, justru website itu menawarkan kesempatan untuk mentautkan web, blog, facebook dan seterusnya, tentu saja dengan sasaran bahwa para caloncalon wisman dari mana saja, dapat dengan mudah mendapatkan informasi produk wisata, di daerah yang terpencil sekalipun. Terpencil dalam pengertian, adalah destinasi berada di luar major destinations Bali dan Pulau Jawa, atau destinasi yang tak langsung

Persaingan Online

memiliki aksesibilitas penerbangan langsung dari luar negeri. Para pelaku bisnis di pantai Sabang (Pulau Weh, Aceh), di pantai Tanjung Setia (jaraknya enam jam berkendara mobil dari bandara Bandar Lampung), hingga paguyuban penarik becak di kota Yogya-karta dan pelaksana tur off the beaten track ke puncak Cartenz di Papua Barat, dan guide yang merangkap agent menyusur sungai ke pedalaman Kalimantan, mereka telah berhasil mendatangkan wisman dalam jumlah per tahun yang ‘mampu mengembangkan selanjutnya bisnis pariwisata’ mereka. Booking online telah mereka rasakan efektifitasnya.

Berlomba-lomba

Nah, perlombaan-perlombaan pun mulai diluncurkan belakangan ini, kalau bukan lomba, katakanlah ajang pemilihan ‘the best’ sebagaimana layaknya telah dikenal selama ini seperti pemi­ lihan the best hotel, the best beach, the best destinations, atau the best airlines, dan seterusnya. Adalah satu bernama HotelTravel.com, belum lama ini dinobatkan sebagai 2013 Best Online Travel Agent melalui satu even The 10th Annual Budgie$ & Travel Awards. Even itu diselenggarakan di Singapura. Pemilihan tersebut diadakan bertujuan menemukan ‘the leaders, innovators and pioneers’ dari kalangan pelaku LCC dan industri perjalanan di Asia. Pemilihannya melalui sistim voting global online yang khusus tujuannya untuk ini, dimana dibuka kesempatan bagi para operator penerbangan dan pemain bisnis ‘travel’ di seluruh dunia memberikan pernyataan. Pada pemilihan tahun 2013 ini, bebe­ rapa ­finalis lainnya adalah OTA Expedia, Make MyTrip, Rajakaman, Skyscanner dan Wego. Perkembangan ini semua mengingatkan stra­tegi Kemenparekraf, sebagaimana diungkapkan oleh ­Wamen Parekraf Sapta Nirwandar, ketika “­menciptakan dan menyelenggarakan even-even di daerah”, hendaknya ber­ konsep membangun success story. Maka setiap kali even terlaksana sukses, pasca even yang penting ialah para pelaku bisnis wisata melanjutkan dengan memasarkan produk di destinasi setempat. Dalam konteks itu di jaman persaing­an melalui pemasaran online, juga terbuka ‘­peluang’ menda-tangkan wisatawan ke destinasi yang telah di­promosikan melalui even tadi. n

Wamenparekraf Sapta Nirwandar menganjurkan sangat agar para pelaku bisnis pariwisata di Indonesia memperhatikan sungguh-sungguh dan agar ‘aktif’ menerapkan apa yang kini dikenal dengan ‘On Line Travel Agent’, popular kini disebut OTA, atau E-Travel. Wamen menganjurkan para pelaku bisnis, khususnya travel agent dan tour operator di Indonesia, agar jangan sampai ‘ketinggalan’mengikuti fenomena ETravel dalam pemasaran pariwisata dan praktik bisnis tersebut. Memang, di kalangan bisnis akomodasi, cukup banyak perhotelan di Indonesia telah menerapkannya. Selain oleh manajemen sendiri melalui website dan pemasaran online masing-

masing, juga dengan jalan bergabung pada berbagai agen-agen reservasi hotel yang berskala dunia. Bahkan juga dengan airlines.

Wisman Perancis di penginapan pantai Pulau Weh, Sabang.

Deretan ‘villa’ di Tanjung Setia, pantai Lampung Barat, yang dipenuhi wisman melalui booking online.

TDS, Tour de Singkarak yang telah menjadi success story, meninggalkan peluang bagi unit-unit usaha wisata menjual produk via internet.

Vol. 4 l No. 39 l Maret 2013

17

Sumber : UN-ESCAP


Pemasaran Destinasi

Pemasaran Destinasi

Kebun Raya Bogor, Obyek Wisata Jakarta Revitalisasi memadukannya dengan spot Kota Tua dan TMII.

S

atu setengah tahun terakhir ini Kebun Raya Bogor (KRB) terlihat berbenah diri. Tapi, per 1 Maret 2013 tarif tiket masuknya dinaikkan. Tadinya Rp 9.500/ orang menjadi Rp 15 ribu/orang untuk pengunjung lokal dan pengunjung warga negara asing menjadi Rp 25 ribu/orang. Tiket itu termasuk ke Museum Zoologi-sekarang menjadi bagian dari Kebun Raya Bogor. Pemanduan (local guide) untuk wisatawan ­asing 1–10 orang naik dari Rp 75 ribu menjadi Rp 100 ribu/guide/jam, dan grup lebih dari 10 orang tarifnya Rp 125 ribu/guide/jam. Pemanduan bagi pengunjung pelajar Rp 40 ribu/guide/jam. Kenaik­ an ini mengacu pada peraturan pemerintah ter­ baru, PP No. 106/2012. Berbeda dengan pusat-pusat lainnya di bawah Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), mi­ salnya pusat biologi, KRB sebagai salah satu instansi di bawah LIPI menyumbang Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dari tiket masuk dan retribusi, jasa pemanduan, menyewakan tenda, juga dari guest house yang bisa disewa oleh umum. Kebun Raya itu kini dikepalai oleh Ir Mustaid Siregar, M.SE, sebelumnya bertugas memimpin Kebun Raya Bali dimana kapasitas untuk pariwisatanya lebih dominan. Jadi fasilitas dan pelayanan kepada pengunjung terasa lebih diperhatikan. “Selama ini kami lihat, meskipun harga tiket

masuk naik, wisatawan tidak turun. Malah terlihat semakin ramai setiap hari dibandingkan dengan tahun lalu,” kata Kapat Yuriawan, Koordinator Pemandu Kebun Raya Bogor. Jumlah Pengunjung Kebun Raya Bogor tahun 2011–2012 Sumber: diolah dari matrik Data Pe­ ngunjung Kebun Raya Bogor tahun 2011–2012 Praktisi bisnis wisata, memang, masih saja merasa keberatan dengan kenaikan harga tiket yang tak seberapa itu. Para biro perjalanan ­mengeluhkan kenaikan ini karena menurut mereka tidak ada fasilitas baru yang ditawarkan.

Tapi, dari sisi fungsi utama KRB sebagai tempat penelitian dan konservasi, kenaikan tarif tiket masuk bisa juga mengontrol jumlah pengunjung. Ada kekhawatiran jika jumlah pengunjung terlalu banyak akan mengganggu konservasi lingkungan yang dibebankan dan dijalankan oleh KRB. “Itulah sebabnya prioritas pariwisata ditaruh di paling bawah. Karena fungsi utama sebenarnya konservasi lingkungan. Kalau banyak pengunjung datang, lalu membuang sampah sembarangan dan ekses lain, itu malah akan merusak hutan yang ada di sini,” lanjutnya.

Pengunjung senantiasa diingatkan tidak membuang sampah sembarangan. Caranya, melalui poster, spanduk, pengumuman melalui pengeras suara dari pusat informasi, di setiap koleksi atau titik tempat kerumunan telah disiapkan tempat sampah. Ada dua kegiatan CSR (Corporate Social Responsibility) yakni dari Coca-Cola dan Accor, dilakukan di sini dengan membantu penyediaan tempat sampah. Tinggal lagi diharapkan kesadaran pengunjung berpartisipasi menjaga kebersihan dan keindahan kebun raya. Jadi, KRB, satu ikon besar kota Bogor, lokasi­

nya strategis, mudah dicapai dan tiket masuknya relatif murah. Ada keinginan agar seperti Singapore ­Botanical Garden dan berbagai kebun raya lainnya, dimana kegiatan konservasi dan pariwisata bisa berjalan beriringan. Di Singapura, masuk ke Botanic Gardens alias Kebun Rayanya memang tak perlu bayar, maka jumlah pengunjungnya setahun bisa lebih 4 juta, termasuk wisman dan wisatawan domestiknya. Hanya ke National Orchid Garden tiket masuk dewasa S$ 5 ( Rp 40.000), student dan senior citizens S$ 1, anak bebas.

Fasilitas baru Bawah: Rombongan anak sekolah memanfaatkan meeting point di sekitar Monumen Raffles untuk ber­istirahat sambil mendengarkan dan praktek boneka horta. Monumen Sawit (samping).

Sebenarnya dua fasilitas baru, pertama, dua fasilitas meeting point di sekitar Monumen Raffles yang tidak jauh dari pintu gerbang utama, dibangun dengan conblock, dilengkapi tempat-tempat duduk dan beberapa tempat sampah bisa digunakan bagi pengunjung dalam jumlah besar untuk beristirahat sambil makan siang setelah berkeliling.

Jumlah Pengunjung Kebun Raya Bogor tahun 2011–2012

Sumber : Diolah dari matrik Data Pengunjung Kebun Raya Bogor tahun 2011–2012.

Kedua, Monumen Kelapa Sawit baru dibangun di lokasi sekitar kelapa sawit ditanam pertama kali di kebun ini, jadi, tertua di Indonesia. Di sana juga ada anjungan berupa dek kayu dan bebe­ rapa bangku. Tidak sebesar kedua meeting point ­sebelumnya, tapi bisa dimanfaatkan juga untuk meeting point dan beristirahat sejenak. Terpikir pula hendak membangun air mancur berbentuk bunga bangkai (Amorphophalus titanum Becc).

Meeting point Monumen Raffles di dalam KRB.

18

Vol. 4 l No. 39 l Maret 2013

Vol. 4 l No. 39 l Maret 2013

19


Pemasaran Destinasi

Di depan pintu gerbang utama Kebun Raya Bogor (Maret 2013). Lingkungan radius jarak berjalan kaki sekeliling KRB pun perlu diperindah oleh Pemerintah Kota.

Kendati tak berkaitan, kebetulan saja belum lama ini datang para peneliti dari Korea Selatan yang mengawetkan bunga bangkai di sini. Bunga tersebut akan dipamerkan pada International Horticulture Korea di Goyang, Korea Selatan, 27 April–12 Mei 2013, dimana Indonesia turut berpartisipasi dengan tema ‘Little Sumatera’. Usai dari Korea, itu akan dikembalikan dan akan dipamerkan di sini. Sebenarnya KRB menyediakan program Wisata Flora, tapi dirasakan belum tersosialisasi maksimal, namun dinyatakan lumayan peminatnya meningkat setiap tahun. Acaranya, mulai dari nonton film, presentasi materi, praktek hingga keliling melihat koleksi umum kebun raya. Sekarang ditambah lagi dengan mengunjungi Museum Zoologi. Sasarannya, terutama pelajar meskipun bisa ‘dibeli’ oleh pengunjung umum. Pembedaan paketnya pada materi yang diberikan. Beda untuk pelajar sekolah dasar yang dibagi lagi untuk kelas 1–3 dan kelas 4–6; dan paket untuk pelajar sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas. Ini merupakan implementasi fungsi ketiga KRB, pendidikan lingkungan. Sayangnya, pengun-

jung umum belum pernah ada yang mengambil manfaatnya. Tahun 2012, jumlah wisman pengunjung KRB tercatat 34.400, meningkat dari tahun sebelumnya 27.695. Frekuensi FIT, perorangan atau ke­ lompok kecil lebih banyak. Wisman grup rata-rata tercatat empat kali per minggu. Yang FIT setiap hari 2-3 kali kunjungan. Yang paling banyak membawa wisman ­dalam grup adalah operator tur Panorama, Pacto, Jackal Holiday, Marine, dan Asia Link. Wisman dari ­Belanda, Jerman, dan Perancis tercatat paling banyak, disusul wisman dari negara-negara Asia seperti Korea dan Jepang. Kategori grup adalah jumlah lebih dari 10 orang, bisa 15, 21, dan ­kadang-kadang hingga 32 orang. Umumnya wisman datang saat peak season, Juni–September. Memang itulah bedanya, FIT ­datang sepanjang tahun dan ketika peak season jumlahnya bertambah. Enam orang local guide berkemampuan bahasa Inggris dan Belanda, 1 orang berbahasa Jepang, 1 orang berbahasa Inggris dan Perancis, ditambah pensiunan yang membantu pemanduan dalam bahasa Jerman dan semua berlisensi. Tahun 2012, mereka mengantongi sertifikasi

Wisata Flora.

Rumah anggrek dan koleksinya.

20

Vol. 4 l No. 39 l Maret 2013

Wisata Flora

Event dari Badan Sertifikasi Nasional. Petunjuk tempattempat wisata yang disebar di kota Bogor sudah mulai dirasakan pengaruhnya. Pos Polisi ­pariwisata yang berlokasi di sekitar Tugu Kujang, sepelemparan batu jaraknya dari pintu gerbang KRB, minta supply peta KRB. Itu tentu karena para wisatawan pun tak jarang datang bertanya, layaknya pos polisi itu berfungsi Tourist ­Information Center. Ada beberapa rute kedatangan wisman dalam grup. Pertama, jika mendarat sore hari di bandara Jakarta, mereka langsung menginap di hotel. Baru esok paginya city tour Jakarta, bisa ke Kota Tua, TMII, kemudian menuju KRB. Jika tiba di pagi hari, langsung dibawa city tour Jakarta kemudian menginap di hotel, dan keesokan paginya ke KRB, makan siang di Puncak, setelah itu ke Bandung. Itu rute pertama. Kedua, melalui pintu Sumatera, biasanya overland tour mulai dari Medan, Sumatera Utara. Masuk ke Jakarta, Bogor, Bandung, Yogya, dan berakhir di Bali. Biasanya, KRB menjadi destinasi pertama sebelum mereka overland di Pulau Jawa. Sesungguhnya sih, jumlah wisman 34 ribu per tahun ke KRB itu rasanya masih terlalu rendah. Bandara Soekarno-Hatta mencatat lebih dua juta warganegara asing yang tiba tahun 2012. Meskipun geografis di Jawa Barat, tapi ­contohnya seperti Candi Borobudur di wilayah provinsi Jawa Tengah dan menjadi obyek wisata utama bagi pengunjung Yogyakarta, demikian ­pulalah KRB itu sebagai obyek wisata Jakarta, mestinya ‘marketable’ dipadukan dengan Kota Tua. Lagi pula, dari Jakarta ke Bogor lebih convenient ketimbang dari Bandung, yang juga telah menjadi kota international gateway yang relatif padat. ­Kalau pengunjung warga Indonesia, katakanlah wisnus mencapai hampir sejuta orang setahun, dapat dipastikan umumnya datang di akhir pekan atau hari libur kerja, maka wisman cenderung akan mengisinya di week days tak bergantung hari libur nasional. Apa pendapat Anda? n

Mendukung Even dari Daerah ke Daerah

Gubernur Bengkulu dan tokoh masyarakatnya menjelaskan pada pers Ibukota, dipimpin Wamen dan Dirjen Pemasaran, (kanan ke kiri) usai meresmikan peluncuran Calendar of Events Pariwisata Semarak Pesona Bumi Rafflesia Provinsi Bengkulu 2013 di Balairung Soesilo Soedarman, Ke-menparekraf, 14 Maret 2013. Gubernur Junaidi Hamsyah mengakui, promosi pariwisata yang dilakukan itu merupakan yang pertama kali. Pihaknya belum menargetkan jumlah kunjungan wisman dan wisnus ke Bengkulu, “Kami fokus mempromosikan destinasi pariwisata dan mempersiapkan objek wisata, akses dan akomodasi Bengkulu,” katanya. Dirjen Pemasaran Pariwisata menyambutnya. Pihaknya siap mendukung promosi pariwisata Bengkulu, nasional dan internasional. “­Sebaiknya, promosi pariwisata Bengkulu disesuaikan dengan keadaan alam dan masyarakat Bengkulu. Masyarakat yang akan mendapat ­manfaat dari pembangunan pariwisata Bengkulu,” jelasnya.

Setiap even pariwisata pada dasarnya berfungsi sebagai media komunikasi, sekaligus pesan-pesan komunikasi itu sendiri. Demi mendayagunakan komunikasi pemasaran, dan mendukung pemasaran destinasi daerah-daerah, Kemenparekraf secara strategis dan berkesinambungan memberikan dukungan. Salah satu jalannya dengan memfasilitasi kegiatan ‘peluncuran’ hingga jumpa pers nasional di Jakarta, di samping mendatangkan pers Ibukota meliput ke daerah. Bahkan mendatangkan wartawan dan penulis dari mancanegara pada even tertentu. Tentulah tujuannya agar even yang di­ selenggarakan oleh daerah, juga memperoleh pemberitaan di media nasional. Menggemakan kegiatan sekaligus membangun citra destinasi daerah. Dari sisi pemasaran pariwisata, Wamen Parekraf Sapta Nirwandar dan Dirjen Pema­ saran Pariwisata Esthy Reko Astuty selalu siap

Bupati Kabupaten Landak Adrianus Asia Sidot dan Wagub Kalbar Christiandy ­Sanjaya bersama Wamen Parekraf dan Dirjen Pemasaran Pariwisata (kiri ke kanan). Di situ Wamen menggemakan: kenapa pak Bupati pak Wagub ini sibuk dengan pariwisata? Kan daerahnya punya intan dan padinya melimpah ruah. Ternyata ­mereka visioner, bahwa pariwisata merupakan salah satu sumber kesejahteraan yang berkelanjutan. Yang bisa berjalan terus menerus. Lalu, Dirjen: Kalau melihat potensi daerahnya terdapat sumber-sumber untuk wisata ­special interest, meskipun Kabupaten Landak belum termasuk prioritas, namun potensi alam dan ­budaya itu bisa kita bantu promosikan. Posisinya dekat dengan Malaysia sebagai cross border, Singapura hanya 45 menit perjalanan dengan pesawat. Salah satu implementasi UU nomor 9 tahun 2010 perlu dibuat Rencana Induk Pembangunan Pariwisata di daerah, dan kita punya ­Riparnas yang harus diturunkan dalam Riparda, ini perlu implementasi di provinsi. Itu perlu kami tambahkan pada kesempatan ini. Kegiatan hari itu adalah Expose Pariwisata Kabupaten Landak, di gedung Kemenparekraf ­Jakarta pada 20 Maret 2013.

memimpin pertemuan dengan pers ­ibukota, ketika gubernur, wakil gubernur, bupati atau walikota datang untuk maksud tersebut. Sejak tiga tahun terakhir kegiatan ini me­ ningkat, boleh jadi tahun berikutnya akan tiada minggu tanpa jumpa pers yang ‘menggaungkan’ even di daerah. Untuk even bersifat dan berskala nasional hingga internasional di daerah, Menteri Parekraf Mari Elka Pangestu pun ­berangkat ke daerah lokasi even berlangsung demi mendukung bobot dan penggemaan kegiatan even. Pariwisata di Indonesia memang memerlukan langkah simultan dalam menyemangati seraya melaksanakan, mendidik masyarakat akan sadar wisata, dan konsep kenali negerimu cintai negerimu. Bersamaan itulah kualitas pelaksanaan even dan meningkatkan dampak promosi menggerakkan kegiatan ekonominya diharapkan kian efektif.

Vol. 4 l No. 39 l Maret 2013

Festival dan pesta rakyat di daerah-daerah tak sedikit yang merupakan tradisi, oleh masyarakat untuk masyarakat. Ada yang berkaitan dengan adat istiadat, atau sekadar tradisi pencermin nilai gotong royong yang hidup di masyarakat kampung dan perkotaan, belakangan muncul festival yang mulai bersentuhan dengan pariwisata. Karapan sapi di Madura, Tabuik di Sumatra Barat, Galungan dan Ngaben di Bali, itu menyebutkan beberapa saja dari demikian banyak tradisi-tradisi unik di setiap daerah, kemudian disusul lahirnya festival Danau Sentani, dan akhirnya yang paling baru kini kabupatenkabupaten cenderung menciptakan even pariwisata. Semua berupaya mengartikulasikan sumber-sumber potensi dari kekayaan alam dan seni budaya tradisional. Proses mempariwisatakan sumber-sumber itu kini sedang berlangsung relatif cepat.

21


Event

Event

Dari Pelaksanaan

Festival Pasola 2013 Bupati Kutai Kartanegara Rita Widyasari (kanan), dan Wamen Parekraf Sapta ­Nirwandar jumpa pers tentang Festival Erau, Kalimantan Timur, bertempat di ­Kemenparekraf, Jakarta.

R­ ealitasnya ada yang skala masih lokal, ada yang mulai regional, kemudian nasional hingga internasional. Skala dalam arti besaran kuantitatif, dan daya tarik untuk menarik pengunjung alias wisatawan, dan tingkat kualitas serta profesionalitas penyelenggaraan, apakah telah ‘marketable’ ke pasar nasional dan internasional. Kemenparekraf telah mengambil posisi ‘memimpin’ arus yang sedang mengalir ini. Dan menciptakan even-even yang langsung bertingkat internasional, Tour de Singkarak, festival jazz, kegiatan olahraga sungai Musi Triboatton hingga Regatta di Sabang, mengembangkan destinasi wisata bahari setelah beberapa Sail Indonesia telah mulai mendunia. Misalnya, “Kami sangat menghargai promosi pariwisata yang dilakukan oleh Bapak Bupati Kabupaten Landak dan Gubernur Kalimantan Barat. Besar ­hara-pan kami agar promosi semacam ini juga dilakukan oleh pemerintah daerah lain,” kata Wamen Sapta Nirwandar. Memang, seperti kata Dirjen ­Pemasaran Pariwisata Esthy Reko ­Astuty: meski Kabupaten Landak belum prioritas...bisa kita bantu promosikan... bisa win-win membantu target kita mencapai 9 juta wisman...target wisnus 250 juta, tidak hanya dari Jakarta tentunya tapi daerah lain seperti Makassar, dan seterusnya... Terhadap pariwisata, menciptakan dan mengelola even membawa setidaknya dua hasil. Secara langsung berupa hasil sejumlah wisatawan berkunjung. Dan, even yang sukses serta ‘berwibawa’ alias respected, secara langsung ­membangun

22

Dirjen Pemasaran Pariwisata Esthy Reko Astuty dan Walikota Tidore ­Achmad Mahifa, usai jumpa pers menjelaskan Festival Tidore, Maluku Utara, di ­Kemenparekraf, ketika masih dimintai keterangan tambahan oleh pers Ibukota.

citra destinasi. Tak selalu wisman datang hanya untuk even. Dengan citra yang terbangun oleh pemberitaan suksesnya even, destinasi yang ATB atau aman, tertib, bersih, wisatawan akan datang berkunjung ada atau tidak ada even khusus. Bahkan kemudian menjadi repeating visitors,

­datang berulang kali. Setiap daerah dengan keunikan yang spesifik, dan, setiap even yang digemari oleh segmen masyarakat tertentu, betatapun relatif kecilnya, akan berarti masing-masing meng-generate dan merebut niche market di antara luasnya pasar wisatawan global. n

Kru TV dari Korea tampak merekam.

T Bupati Banyuwangi Abdullah (kanan) dengan Wamen Parekraf menunjukkan pada pers program Festival Banyuwangi.

anggal 7 Maret 2013 di Desa Wai­ nyapu, Sumba Barat Daya, dilaksanakan Festival Pasola, merupakan yang terakhir dari serangkaian festival ini untuk tahun 2013. Untuk menyaksikannya ke Wainyapu, hari pertama mendarat di pulau ini tanggal 6 Maret, dari bandara Tambulaka, kota Waitabula, setengah jam berkendara mobil mampir sebentar di salah satu desa sepi, tapi di situ berlokasi satu pusat studi dan pengembangan budaya Sumba.

Salut patut diberikan kepada para inisiator pusat studi ini. Mereka adalah pastor, dan didukung oleh program CSR salah satu perusahaan besar dari Jakarta, didirikan di situ dua bangunan yang rapih. Bangunan yang menampilkan rumah tradisional Sumba, bangunan layaknya rumah panggumg besar. Ciri utamanya beratap menjulang tinggi ke atas mencapai sekitar 20 meter. Pusat studi itu kemudian berkembang, telah disediakan pula di situ beberapa kamar untuk penginapan, kini bisa menampung sampai

10 orang wisatawan. Idenya, bila wisatawan menginap sehari di situ, akan dapat mendengar cerita menarik tentang kehidupan tradisional masyarakat Sumba. Salah satu ruangan bangunan itu ditampilkan sebagai museum mini, di dalamnya dipamerkan barang-barang peninggalan budaya Sumba yang akan diceritakan. Di luar itu, bisa berjalan-jalan menyaksikan kehidupan cara tradisional masyarakat. Desa di Sumba diisi oleh kelompok-kelompok rumah tradisional, amat sederhana dan serba murni ­alamiah: Ratu Boki Nita Budhi Susanti, istri Sultan Mudaffar Syah menjelaskan Festival Legu Gam, di hadapan Wamen Parekraf, Dirjen Pemasaran Pariwisata dan ­jajarannya, serta stakeholders pariwisata, di Kemenparekraf.

Wamen Parekraf Sapta Nirwandar dan tokoh Sumatra Utara TB Silalahi (ke-6 dan 7 dari kiri) bersama lima bupati dari ketika membahas ihwal festival Danau Toba di kantor Wamen Parekraf.

Vol. 4 l No. 39 l Maret 2013

kawasan Danau Toba, dengan Dirjen Pengembangan Destinasi (ke-2 kiri)

Vol. 4 l No. 39 l Maret 2013

23


Event

b­ angunan rumah panggung hampir 100 persen terbuat dari bambu, rumah tanpa pintu sehingga praktis tak berdinding. Per kelompok tampak berjumlah sekitar 10 rumah, masing-masing rumah rata-rata berukuran antara 12 X 12 meter selain ada yang lebih kecil atau lebih besar. Di satu rumah memang bisa dihuni oleh lebih dua keluarga. Ruangan bawah berlantai tanah tentulah untuk memelihara dan menyimpan ternak: mulai dari kuda, babi, ayam, dan seterusnya. Di lantai atas, umumnya sekitar 1,5 meter di atas tanah, berdiam keluarga. Ada di bagian tengah dibuat lantai atas lagi, di situ tempat menyimpan bahan makanan atau hasil panen. Lantai tengah ini tampak menjadi landasan penyanggah untuk atap yang menjulang tinggi. Dan seluruh atap itu dibuat dari rumbia. Nah, tampilan rumah-rumah adat tradiosional tersebut, ingin hendak dipertahankan. Antara lain, aspirasi sebagian masyarakat yang tak ingin mengganti rumbia dengan seng, apalagi bahan bangunan modern lainnya. Bangunan adat tradisional itu seakan tak terpisahkan dari budaya ‘Marapu’, yang mengandung nilai-nilai dan cara hidup masyarakat ini, yang berada di luar kebiasaan-kebiasaan agama lain. Salah satunya perihal ‘kuburan’. Di setiap perkampungan adat tradisional tadi, di bagian tengah pekarangan atau di hadapan rumah-rumah,tampak kuburan-kuburan berupa bangunan empat persegi yang tertutup rapat dengan tembok. Ukuran rata-rata 1,5 x 1,5 x 1,5 meter. Ada tadinya pintu kecil disediakan, tapi setelah jenazah dimasukkan untuk bersemayam di dalamnya, pintu itu ditutup disemen rapat. Jenazah di dalam kuburan itu di­ semayamkan dalam posisi duduk. Pada setiap kuburan itu bisa ditempatkan

24

Event

Pertandingan Pasola tengah berlangsung. Tombak yang digunakan sudah ‘ditumpulkan’.

jenazah turun temurun dari garis keluarga. Kelazim­an lainnya, orang cenderung menyiapkan bangunan kuburan untuk diri sendiri, sejak semasa masih hidup. “Itu bangunan kuburan yang baru saja diba­ ngun, disiapkan kepala desa untuk dirinya,” begitulah guide seraya mengarahkan telunjuknya ke salah satu bangunan kuburan yang tampak masih bersih berwarna putih semen.

Salah seorang petanding yang ber-siap, pria berumur 25 tahun. Dia telah mengikuti Pasola selama enam tahun berturut-turut.

Vol. 4 l No. 39 l Maret 2013

Pertandingan Pasola Adapun Pasola, merupakan salah satu tradisi yang etniknya amat kental. Disebutkan sebagai festival, tentulah pada dasarnya merupakan ke­ giatan masyarakat sendiri. Perangkat desa adat berperan boleh dikatakan mutlak dalam peng­ organisasiannya. Dan festival Pasola itu telah berlanjut mungkin ratusan tahun. Hanya belakangan, apalagi berkaitan dengan pariwisata, --dimana festival Pasola berangsur dijadikan ‘daya tarik’,-- beberapa penyesuaian telah diterapkan. Misalnya, tombak yang aslinya runcing tajam dan biasanya digunakan dalam festival demi melukai ‘lawan bermain’, kini telah dibuat tumpul. Luka yang ditimbulkannya, kalau pun terjadi, menjadi jauh lebih moderat. Selain itu, aparatur keamanan diikutkan membantu ketertiban dan keamanan. Karena, ada pula kebiasaan sebelumnya, festival cenderung ber­ ujung dengan pertikaian hingga ‘tawuran’ dari kelompok peserta, yang di masa lalu, menurut cerita penduduk, selalu ada saja jatuh korban. Korban luka hingga korban nyawa. Ke Desa Wainyapu, misalnya, kalau dari bandara Tambulaka, dicapai sekitar dua setengah jam perjalanan mobil. Di desa itu memang tersedia lapang­ an luas, tampaknya dua hingga tiga kali luasnya lapangan sepak bola. Ada pula tribune untuk penonton. Di situlah selalu Festival Pasola dilaksanakan. Di sebelahnya berlokasi kompleks perumahan

adat tradisional, berjumlah lebih dari 20 bangun­ an besar. Tak jauh dari lapangan itu baru saja ‘investor’ memulai membangun satu penginapan bergaya vila, seluruhnya juga terbuat dari bambu. Setiap tidur (kasur di atas lantai bambu saja) dilengkapi kelambu. Dinamakan Pasola Resort, jika semua rampung, akan bisa menerima hingga 50 orang tamu menginap. Dari penginapan ini, esoknya kita berjalan kaki ke lapangan menyaksikan ‘pertandingan Pasola’ yang unik itu. Bagaimana adegannya? Mulai pukul sembilan pagi berangsur peserta dan pengunjung tiba di lapangan itu. Selanjutnya, inilah ‘perangperangan di atas kuda Pasola’. Kelompok yang satu di sisi kiri lapangan melawan kelompoak lainnya di sisi kanan, para anggotanya menunggang kuda dengan kencang, dan beberapa meter jaraknya ketika saling berha­dapan, satu sama lain melemparkan tombak, seperti lembing, terbuat dari kayu, namun ujungnya ditumpulkan. Mereka itu menunggang kuda

Pusat Lembaga Studi dan Pelestarian Budaya Sumba, di desa tak jauh dari kota Waitabula.

tanpa sadel, sebagian besar bertelanjang kaki. yang akan bisa membahagiakan semua pihak. Tombak tumpul dari batangan kayu—disebut Harapan yang sedang berkembang, hendak memhola—itu memang disasarkan ke tubuh lawan ajukan pariwisata Sumba berdasarkan daya tarik atau kuda mereka. Pria yang jatuh atau kudanya alam dan budaya etniknya. Tahun 2013 ini Festival Pasola dilaksanakan di yang ter­jerembab, tidak boleh diserang. Tetapi begitulah ‘permainan’ ini, dilatar bela- Desa Kodi Bangedo tanggal 5 Februari, di Bondo kangi ‘kepercayaan’ setiap darah yang mengalir Kawango, Kodi 7 Februari, di Rara Winyo juga Kodi diyakini menyuburkan tanah dan menguntung- pada 8 Februari, dan yang terakhir di Desa Wai­ nyapu tersebut tadi. kan panen berikutnya. Sejumlah wisnus dan wisman tampak datang Jadi, turnamen ini merupakan bagian dari kepercayaan tradisional ‘Marapu’ di Sumba, di mana menyaksikan, serta beberapa awak media dari luar Pasola merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan dalam negeri, TV, fotografer, selain media cetak. dari ritual tahunan, yang diselenggarakan dalam hubungannya dengan ritual Bau Nyale atau kedatangan seaworms alias cacing laut di tepi pantai Sumba dan Lombok. Itu biasanya terjadi pada bulan Februari dan Maret. Selama ratusan tahun Sumba dikenal sebagai Pulau Cendana, salah satu pulau di Provinsi Nusa Tenggara Timur, —berdampingan dengan ­Pulau Komodo dan Flores,— kudanya merupakan keturunan beberapa kuda terbaik Indonesia. Di Sumba kudanya merupakan hasil persilangan antara kuda Arab dan lokal, badannya lebih besar Rumah adat tradisional dan sederetan makam di tepi pantai. daripada kuda Sumbawa. Kemenparekraf kembali memberikan dukung­an terhadap penyelenggaraan Festival Pasola 2013 di Pulau Sumba ini. Suatu kombinasi kebijakan dan kearifan nasional dan daerah, lintas sektoral, agaknya diperlukan bersimbiosis menuju pada pengolahan dan pengelolaan Festival Pasola. Selain Pasola sudah merupakan ‘kebahagiaan tersendiri bagi budaya masyarakat se­ tempat’, pengelolaannya yang bijak untuk masuk ke tengah dunia pariwisata yang modern, tentulah perlu dikembangkan dengan kecermatan Ada penerbangan setiap hari dari Bali ke kota Waingapu di Sumba Timur dan ke Tambolaka di Sumba Barat. Pulau ini juga bisa dicapai dari Maumere di Flores, pada hari yang sama bergantian antara dua kota. Modernitas teknologi informasi sebenarnya telah menyentuh, dimana informasi pun telah disediakan di internet, di: www.komodo-tours. travel, telanjang-sumbatravel.blogspot.com, www.floresexotictours.com, dan Website Resmi Pariwisata Provinsi Nusa Tenggara Timur: www. goseentt.com. n Vol. 4 l No. 39 l Maret 2013

25


Kita dan Dunia

Event

Foto kiri: Mrs Dale S ­ heppard Floyd (kedua dari kiri) ketika disambut, Taleb Rifai (kedua dari kanan). Foto kanan: Sang turis dan mural penyambut di kota Madrid.

Wisman yang ke-1 Miliar

T

ercapailah angka ‘psikologis’ 1.000.000.000 bagi pariwisata dunia itu sebelum tahun 2012 berakhir. Wisatawan mancanegara yang ke satu milyar, resminya dicatat di hari tanggal 13 Desember 2012. Bagaimana memastikan seseorang yang sedang mendarat di bandara atau pelabuhan laut merupakan dia yang ke satu miliar itu? Dia hendak dinobatkan dan dirayakan. Mungkin dia sedang berbaris di deretan wisman di depan konter imigrasi terminal kedatangan inter­ nasional bandara Jakarta? Tapi tentu saja tidak mungkin untuk tahu persis di mana ‘dia’ akan mendarat. Beberapa negara memutuskan saja merayakan momen tersebut dengan menyambut wisatawan yang tiba pada tanggal 13 Desember. World Tourism Organization (WTO) mengadakan acara penyambutan. Badan PBB itu sebelumnya telah melancarkan kampanye disebut ‘Peluang Satu Milyar’, dengan tujuan mengingatkan lagi pada dunia betapa pariwisata dapat menciptakan miliaran peluang untuk pertumbuhan dan pembangunan di ­seluruh dunia. Sekretaris Jenderal WTO, Taleb Rifai, rupanya memilih kota Madrid, Spanyol, untuk perayaannya. Bersama Menteri Perindustrian, Energi dan Pariwisata Spanyol, José Manuel Soria, dan Walikota Madrid, Ana Botella, mereka menarik salah seorang turis Inggris saat mengunjungi Madrid, di hari tanggal 13 Desember itu. Mrs Dale Sheppard-Floyd nama sang turis. Turis yang sedang beruntung ini dinobatkan, dirayakan, direkam, simbolik sebagai wisman ke satu miliar di dunia dalam tahun 2012. Peristiwanya dijadikan di sebuah acara di Madrid Museo del Prado, satu lokasi daya tarik wisata yang pa­

26

ling banyak dikunjungi di kota itu. Perayaan pun berlangsung di hadapan perwakilan UNWTO dan para pejabat serta industri pariwisata Spanyol dan, keramaian pengunjung museum itu yang datang dari berbagai penjuru dunia. Besar dan luasnya dampak positif pariwisata bagi ekonomi dan bagi masyarakat di setiap ­ne­gara, disuarakan dengan lantang pada acara sambutan menerobos angka psikologis hebat satu milyar wisman dalam satu tahun. “Hari ini, kami menyambut kedatangan sim­ bolis dari wisata satu miliar,” kata Rifai. “Mrs Dale WTO mencatat akhirnya jumlah wisman di dunia mencapai 1,035 milyar sepanjang tahun 2012, menghasilkan nilai devisa US$ 1,2 triliun bagi negeri penerima wisman. Dan tahun 2013 ini diramalkan international tourist arrivals akan tumbuh 3–4 persen. Besar dan luasnya dampak positif pariwisata bagi ekonomi dan bagi masyarakat di setiap negara, disuarakan dengan lantang. Sheppard-Floyd dari Inggris, mengunjungi Spanyol selama tiga hari. Selama waktu itu ia akan mengalami budaya baru, bertemu orang baru, mendukung ekonomi lokal dan membantu untuk mempertahankan pekerjaan pelayan, pemandu wisata dan lebih bayak lagi mereka yang ­bekerja di bidang pariwisata, serta semua orang yang pekerjaannya secara tidak langsung terkait de­ ngan pariwisata seperti sopir taksi, produsen makanan atau penjaga toko. Jika kita kalikan dampak ini dengan satu miliar, kita mulai memahami arti besar untuk mencapai ‘tonggak’ ini.“ Menteri José Manuel Soria, tentu saja berVol. 4 l No. 39 l Maret 2013

terima kasih UNWTO telah memilih Spanyol untuk melaksanakan perayaan resmi kampanye interna­ sional itu sambil menekankan bahwa “Spanyol adalah salah satu tujuan utama pariwisata dunia, di mana sektor ini merupakan 11% dari perekonomian negara.” Dia menguraikan pentingnya pariwisata dalam pembangunan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja. Spanyol diperkirakan akan mencapai 58 juta kedatangan wisatawan internasional selama tahun 2012. Spanyol sejak lama berniat untuk meningkatkan dan mempertahankan jumlah wi­ sa­tawan yang mengunjungi negaranya, dengan upaya memberikan wisman beragam pengalam­ an dengan atraksi pariwisata. “Dewan Kota Madrid senang menjadi tuan rumah acara ini, tindakan simbolis, karena memperkuat reputasi kota sebagai salah satu tujuan besar di dunia pariwisata. Pariwisata merupakan salah satu pendorong utama perekonomian Madrid. Memang, saat ini dalam rencana strategis, Biro Pariwisata dan Konvensi Madrid bertujuan hendak mengubah pariwisata menjadi pilar kekayaan dan penciptaan lapangan kerja untuk kota,“ kata Walikota Madrid, Ana Botella. Acara penyambutan simbolik wisman kesatu miliar itu sendiri diselenggarakan sebagai bagian dari kampanye UNWTO, Satu Miliar Wisatawan: Satu Miliar Peluang. Kampanye itu menyerukan wisatawan memperhatikan perbedaan ketika bepergian ke luar negeri dan bahkan mengingatkan bahwa dampak positif dari kegiatan terkecil para turis pun dapat dikalikan dengan satu miliar. Suasana di luar Prado, terkenal dengan Plaza Utama Madrid, foto-foto wisatawan yang berkunjung ditambahkan ke satu mural raksasa, seraya mengingatkan bahwa mereka adalah bagian dari satu miliar dan bahwa semua kegiatan mereka memberi arti.… n

Festival P

Fokuskan supaya Orang Datang

ada salah satu hari, ada juga, berkaitan mendukung. Dengan civil society bisa juga peme­ perihal mengelola dan mengembangkan rintah mendukung karena pemerintah akan menda­ even di daerah, pertemuan formatnya patkan banyak hal, termasuk penduduk memperoleh FGD, Focus Group Discussion. Memang, kerja, ada ruang eskpresi, pemerintah menerima pahampir semua momen jumpa pers atau peluncuran jak dan lain-lain. even atau ekspos dari daerah yang dilaksanakan di Ketiga, kalendernya dipromosikan ke seluruh Kemenparekraf, Jakarta, kebanyakan menjadi forum ­Indonesia, ada sih kalender even, cuma belum tertadiskusi setidaknya tukar informasi dan pengalaman, ta dengan baik. Sekarang kami sedang mendukung yang berorientasi pemasaran pariwisata. Festival Venice Bieanniale, di Italia, kata Wamen, itu Bupati Banyuwangi, Abdullah, di satu perte­mu­ pameran lukisan atau perupa yang berkelas dunia, an mengatakan: “Bertemu Pak Wamen spirit kami even pameran itu telah berusia 150 tahun. tambah kuat. Kita bungkus festival dengan BanyuBayangkan kalau kita punya konsep begitu wangi Festival. Tahun lalu berhasil. Belum ada spon- dan berlangsung berulang kali, lalu menjadi ikon sor. Tahun ini (2012) sponsor antri, anggarannya Rp kota atau daerah. Seperti dunia perfilman punya 600 jutaan. ­Hollywood dan Canes Festival. Ada juga sport activiKetika kerja sama dengan Telkomsel dan Honda, ties. Kita sekarang sudah menggagas Jakarta Maradi bandara Juanda tampak iklan even ini, kalau kita thon, Women Clasical Tennis. harus bayar itu Rp 300 juta. Infrastruktur bandara sedang diperpanjang 1.800 meter dengan APBD. Tahun 2012 apron diperpanjang dan selesai sebelum festival akhir November. Jalan desa kami ba­ngun 250 km dengan hot mix maka konektivitas antar destinasi wisata akan terbangun. Untuk strategi pemasaran kami perlu advise terus belajar seperti dengan Kementerian ini. Promosi telah dilakukan dengan media sosial twitter, dan berIklan Indonesia di satu majalah di Kanada. hasil. Tour de Ijen, dengan 3 etape. Peserta 20 tim, 10 tim dari dalam negeri, 10 tim dari luar negeri. Di lain hari lagi, datang dua bupati, Toraja dan Wamen Sapta Nirwandar lalu memberi pen- Kutai Kertanegara. Kita harapkan action plan 3 jelasan. Kemenparekraf berperan sebagai pionir, ­tahun, 5 tahun dan bila perlu di Perdakan dan panifasilitator memberi dukungan terhadap even ­seperti tia ditetapkan, ujar Wamen. ini. Banyuwangi sudah maju, kita promosikan di Tentang penyelenggaraan festival masa kini, Waluar negeri tahun depan, dan membantu publisitas men mengingatkan, “kita fokuskan supaya orang di press. Lama-lama akan kita lepas. Banyuwangi datang.” Contohnya Jember, dulu tak banyak diketa­sudah bagus. hui, sejak ada Festival Jember maka orang kenal dan Satu ketika Wamen mengemukakan ‘­pengarahan’. mau ke Jember. Sebenarnya Toraja lebih terkenal Banyak festival budaya dilakukan di daerah dari ­Sabang daripada Jember. Maka Banyuwangi misalnya, pusampai Merauke, kita memang mempunyai apa saja nya kawah Ijen, kita ingin festival menjadi ikon dan juga ada. Penyelenggaraannya, ada yang swadaya mendorong orang datang berkunjung. masyarakat, atau ada dukungan juga dari kita. Yang perlu disortir ialah aktivitas unggulan Yang berkaliber international boleh dikatakan sebagai prioritas. Yang ingin berpartisipasi dari inbelum ada, ‘baru sayup-sayup’, istilah dari Wamen. dustri musik dan pertunjukan, perfilman, seni rupa, Menyebut contoh Festival Rio de Jenerio yang telah ­Kemenparekraf juga bisa mendukung. Sepanjang mendunia, juga Festival di Madrid, itu baru be- ada potensi yang bisa dikembangkan di daerah, berapa. Kita banyak festival tapi belum bisa sekelas kemudian diperlukan konsep populer yang bisa itu karena beberapa hal. Pertama, cara mengelola kita jual ke sponsor, ke kalangan perbankan, BUMN, tradisional, kemasan belum bagus. Isi dan barang- demi mengangkat festivalnya. barang di festival boleh serba tradisional, tetapi pe­ Wamen mengingatkan juga: “Saya dituntut mengelolaannya jangan! Bahan-bahannya tradisional lihat pariwisata sebagai satu kesatuan”. Maksudnamun pengemasannya modern. nya, jangan terjebak pemecahan oleh geografi dan Kedua, pengelolaannya terstruktur dan saling administrasi. Danau Toba, misalnya, itu satu danau Vol. 4 l No. 39 l Maret 2013

dimiliki 11 kabupaten. Kaltim mungkin tak memerlukan prioritas pariwisata, karena duitnya banyak dari pertambangan. Tapi ketika tambangnya habis? Diungkapkannya, paling tidak sampai 2014 ada tiga yang akan kita angkat menjadi even internasional, yakni Toba Festival di Sumatera, Toraja Festival di Sulawesi, dan Festival Erau di Kalimantan Timur. Memang, pemda terinspirasi dari peristiwa atau even yang telah dilaksanakan sebagai tradisi di daerah. Maka selanjutnya bagaimana membuatnya modern. Pada dasarnya pemda bisa melakukannya untuk masyarakat tapi diadakan yang bisa dijual ke internasional. Kemasannya dibuat rasional namun akarnya dari tradisi yang hidup di masyarakat. Pilihlah potensi yang bisa diangkat agar menjadi festival berkelas! Dalam rangka itu Kemenparekraf memperbantukan para ahli. Konten tiap konsep harus realistis. Kembali pada topik Festival Toraja, Dirjen Pemasaran Pariwisata, Esthy Reko Astuty, pun mengingatkan, sambil memilah-milah potensi tadi, tapi harus difokuskan dulu, yang penting jadwal waktunya harus cukup untuk disampaikan melalui calender of event. Kita bantu di web dalam bahasa Inggris dan Indonesia. Kalau memang sambil berjalan ada satu yang membuat festival lebih modern, kita bisa dahulukan mengangkatnya ke internasional, untuk dapat dijadikan obyek menarik wisman. “Kami siap promosikan dari Pemasaran,” ujar Dirjen. Ketika berbicara tentang succsess story perlu bagi pengembangan pariwisata ­Indonesia, Wamen ­Sapta mengibaratkan populernya martabak Ban­dung, kalau sudah sukses, tidak akan ada yang berani membuat Martabak Lampung. Pada TDS di Sumatra Barat, pemerintah provinsi berinvestasi Rp 30–40 miliar untuk per­ baikan jalan. Festival Sentani di Papua, bupatinya memandang festivalnya tempat rakyat berekspresi. Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Kutai Karta­ negara, di satu pembahasan, menerangkan tahun 2013 ini diadakan kerja sama dengan pihak swasta melaksanakan ‘Erau International Art Festival’. Seti­ daknya 8 negara akan ikut di antaranya Thailand, Amerika, Senegal, Taiwan, Turki. Diadakan juga ‘Kutai Kartanegara Art and Craft Expo’, berbasis pada produk kerajinan. Pada upacara pembukaaannya, 200 partisipan dari 10 negara akan ikut berparade, melalui jalanjalan dalam kota menuju stadion utama. ­Mereka pun akan menyaksikan sendratari, ada kemasan yang berbeda. Publikasi pun berbeda, mulai tahun ini kita kerja sama dengan Jakarta Post, kita buat pameran bersama dengan pusat kebudayaan Belanda, promosi di Jakarta bulan Maret, April di Discovery Mall Bali, bulan Mei di Pekan Wisata diagendakan Kemenparekraf. Ada beberapa perubahan, kata dia Wamen Sapta Nirwandar menanggapi: “Good news, itu berarti ada langkah yang baik.” n

27


Pemasaran Destinasi

Catatan-catatan Mutakhir tentang Kota Tua Jakarta Contoh model bagi daerah-daerah

W

isata Kota Tua lazimnya me­ ngandung wisata sejarah. Di beberapa tempat juga sekaligus wisata budaya. Dan, museum juga biasa menjadi bagian utamanya, sementara bangunan-bangunan dan fasilitas fisik yang dikunjungi pada dasarnya telah dengan sendirinya berfungsi museum hidup. Di Indonesia, sebagian kota wisata telah me­ nyadari dan muncullah upaya-upaya menghidupkan kegiatan wisata ke Kota Tua. ­Selain Jakarta, upaya mengelola dan menghidupkan wisata kota tua telah dimulai di Semarang dan Surabaya, dan Makassar. Di tengah keterbatasan yang dihadapi pemerintah setempat dalam ‘­mempercepat’ menghidupkan wisata kota tua, adalah disyukuri, muncul upaya-upaya dari kalangan

masyarakat. Di Surabaya, ada perusahaan swasta yang menyediakan dan mengoperasikan bus wisata berjadwal setiap hari; wisatawan disilahkan naik bus gratis, bus nya cukup representative terhadap wisnus dan wisman; rutenya menjalani kawasan-kawasan yang merupakan kawasan kota tua. Bus wisata kota di Solo, diperlakukan seperti transportasi umum, penumpang perlu membayar. Di Semarang, tahapnya baru­ berada pada upaya mensosialisasi­ kan, sementara kondisi fisik di kawasan kota tua itu tengah di­ rancang perbaikannya oleh pemda. Nah, kawasan Kota Tua Jakarta berpeluang menjadi contoh atau model, bukan saja untuk prospektif masa depan, tetapi justru juga permasalahan-permasalahan riil hari-hari ini. Kawasan kota tua di Jakarta, ­selain luasnya paling besar dibandingkan di kota-kota lain, nilai-nilai sejarah, budaya, hingga arsitektur dan lain sebagainya, dimiliki lebih

28

Vol. 4 l No. 39 l Maret 2013

Pemasaran Destinasi banyak oleh Batavia Old Square. Tapi hingga kini belum juga mencapai tahap layaknya ‘obyek wisata berwibawa, yang mestinya menjadi daya tarik utama orang berwisata ke Ibukota’. Di tengah rancangan demi rancangan selama ini diumumkan oleh pemerintah DKI, rupanya, tanpa banyak terberitakan, pariwisata Malaysia pun memanfaatkannya. Mereka ­memelihara satu lokasi di mana terpampanglah nama ‘Malaka’. Di situ bangunan peninggalan sejarah zaman Portugis berada di Malaka, yang dekat Johor Bahru di Malaysia, dan dengan kesamaan peninggalan sejarah itu, tampilan Malaka di Kota Tua Jakarta, dengan sendirinya menjadi media dan pesan promosi pariwisata Malaysia. Malaysia mencitrakan diri di sini. Mereka manfaatkan ruangan gedung milik PPI menjadi museum, letaknya di belakang Toko Merah. Namanya Galeri Malaka.

hanya batik dan keris? Tidak adakah budaya lainnya di Indonesia?” Menurut dia, yang terjadi di dalam pariwisata di Kota Tua yang terlihat kumuh dan PKL semrawut, di Candi Borobudur pun demikian. Masyarakat belum aware, apalagi pengungjungnya. Menyangkut Kota Tua Jakarta, lanjutnya, “Banyak akar masalah yang harus diurai. Kemudian kita selesaikan. Itu terus dipaparkan oleh Komunitas Historia Indonesia. Ini yang selalu menjadi perhatian dan concern kita. Bagaimana mengangkat wisata sejarah dan budaya di

1

Mengajak Masyarakat

Ihwal peran dan inisiatif ma­sya­ rakat itu antara lain ditampilkan oleh semacam ­‘perhimpunan’. Salah satu bernama Komunitas Historia. Digunakannya internet sebagai media sosial5 isasi. Tak disangka, komunitas yang satu lorong berdiri secara resmi tahun 2003, ang- 1. Salah di Taman Fatahillah. gotanya kini sekitar 23 ribu orang, di 2. Salah satu gedung tua yang terawat di tepi dalam, dan, di luar negeri. Tentu saja kurang Kali Besar. terbanyak di Jakarta. 3. Salah satu sudut cantik di Kali Besar. Pendirinya dan masih konsis- 4. Café Batavia dua lantai, ten melaksanakan kegiatan, Asep tempat makan minum ­Kambali, selama 10 tahun telah internasional. 5. Nationale Handelsbank. merasakan pengalaman bagaimana para peminat wisata Kota Tua, yang berusia ­Indonesia, terutama di Jakarta dan salah satunya muda maupun yang senior, sama menikmati adalah Kota Tua, bisa benar-benar terwujud?” Yang namanya Kota Tua, tak cukup dilihat dari dan menghargai tipe wisata ini. Maka setidaknya sekali sebulan, kadang dua sisi fisiknya saja, seperti halnya di Jakarta. Gekali, tur wisata itu terselenggara dengan jumlah dungnya sebagian punya masyarakat, jadi me­ grup mendekati seratus orang. Wisman yang reka pun perlu disentuh. Di sisi lain, apakah kalau sudah mengenal pun komunitas yang berdiri anda ke museum di Indonesia, contoh di Jakarta, secara resmi tahun 2003 ikut serta melalui pe- pernahkah mendapatkan sapaan di sana ketika tiba dan hendak masuk? Apakah anda disambut sanan di internet. Memang ada komentarnya yang tak sedap ‘selamat pagi, selamat datang di museum kami’? didengar. Dalam hal pariwisata sejarah dan Jadi, SDM itu penting. Di luar itu, pedagangnya budaya, Kota Tua itu hanya sebagian kecil dari jangan sampai membuat kumuh. Jadi, bukan hanya infrastruktur yang harus ribuan destinasi yang harusnya bisa diangkat. “Ketika saya ke Amsterdam dan Paris, mereka diperbaiki di Kota Tua, tapi juga SDM-nya. Pemidi sana itu protes dan bertanya apa Indonesia lik gedung, pengelola museum, komunitas dan Vol. 4 l No. 39 l Maret 2013

unsur masyarakat, walaupun sebagian pendatang dari daerah, namun baik diberdayakan. Komunitas Historia pernah memberikan pe­­ latihan kepada para penarik ojek sepeda. Sebenarnya jumlah sepeda tidak perlu berlebih­an, bisa ditetapkan idealnya berapa. Namun jangan dibiarkan. Pelatihan diberikan dengan meng­ajak pengojek sepeda berkeliling Kota Tua. Mereka diinformasikan sekilas sejarah. Ada juga kegiat­ an di dalam ruang seperti saat mem­bekalkan mereka pengetahuan sederhana: tidak boleh meludah saat membawa tamu, ­kalau mau kerja agar mandi dulu. Pernah juga diberikan buku informasi kecil agar tidak salah ketika menerangkan sesuatu kepada para tamu. Standar internasional dan nasional, ISO 9001, jangan heran, itu pun bisa diterapkan pada para 2 tukang ojek ontel. Dalam standar internasional, misalnya ditentukan, pemandu tidak boleh menerima telepon saat bersama tamu, hal-hal semacam itu telah ditransferkan kepada mereka. Ini mengingatkan kita pada laporan di PI ini beberapa waktu yang lalu, tentang Beca di 3 ­tengah kota Frankfurt. Pelatihan semacam itu perlu lebih gencar dilakukan. Tak cukup setahun sekali. Banyak pihak membutuhkannya, kalau Kota Tua digadang berkembang pesat. Museum tidak punya Twitter, baiknya ditempatkan anak muda di situ, supaya 4 komunikasi museum juga menyentuh kaum muda. Di museum sesungguhnyalah perlu resepsionis, dan petugas security kalau perlu me­ ngenakan baju ‘jadul’ alias pakaian tradisional agar pengunjung tertarik dan terhibur berfoto bersama. Sekarang adanya hanya di Museum Mandiri. Jika di sekitar museum dipasang wifi, tentu anak muda senang, bisa menceritakan kembali secara langsung sehingga ada ketersambungan dengan pengunjung. Jadi, lagi-lagi, nyatanya masalah utama di sana tampaknya SDM dan manajemen. Perlu pengaturan dan pengelolaan yang menyeluruh, langsung dari pemda DKI ke Kota Tua, rencana induknya, bagaimana manajemennya, guideline lapangan, dan seterusnya. n

29


Sulawesi

Sulawesi

Toraja Dewasa Ini Desa Adat, dan Yayasan Mengelola

R

eporter penulis ini mengunjungi Tana Toraja di Provinsi Sulawesi ­Selatan menjelang akhir tahun 2012. Di sana, tiga desa adat di bagian Toraja Utara dimasukkan dalam itinerary utama tur, yakni Desa Kete’kesu, Lemo dan Londa. Di masing-masing tiga desa ini dibentuk yayasan yang mengelola desa adat. Wisatawan bisa melihat ‘display’ budaya Toraja yang telah dipersiapkan dengan cukup baik oleh masyarakat setempat. Petunjuk menuju ke tiga desa adat tersebut jelas terpampang.

Kete’kesu Desa adat ini paling banyak direkomendasikan untuk dikunjungi. Luasnya 95 km2. Lokasinya dijadikan obyek wisata utama. Wisatawan datang menyaksikan deretan ‘tongkonan’, rumah adat ­tradisional yang awalnya didirikan sejak abad ke-8 (jadi, sama seusia candi Borobudur?). Salah satu tongkonan telah mengalami tiga Petunjuk di jalan raya Rantepao-Makale. kali pemugaran, kini berusia 400 tahun. Rata-rata kayu yang digunakan belum ada satupun yang narik para wisatawan mengeksplor obyek-obyek diganti. menarik lain di sekitarnya dan akan memperlama Mengelola desa adat Kete’kesu sebagai obyek waktu tinggal. wisata diterapkan dengan landasan berbadan huSelain itu, dia berharap pemerintah bisa kum. Yakni Yayasan Ketekesu didirimenyampaikan kepada biro perkan tahun 1991. Ketua Yayasannya jalanan, operator tur maupun Layuk Sarungallo, mengakui, pemandu wisata, mengenai tata “Yang pertama harus dibangun cara dalam adat budaya Toraja ter­ adalah kesadaran, lalu kerja sama.” utama dalam praktek penempatan Dengan sikap terbuka untuk wisatawan saat upacara adat berbekerja sama de­ngan pihak lain, langsung. Agar masyarakat yang maka contohnya, sejumlah temsedang meng­adakan upacara tidak pat sampah disumbangkan oleh merasa terganggu dan wisatawan sebuah perusahaan swasta yang pun tetap bisa mengikuti dan Layuk Sarungallo mau membantu mengembangkan ­menikmatinya. daerah ini. Begitupun jalan setapak Kegiatan operasional dan penge­ dan tangga yang telah dibangun. lolaan obyek wisata di Kete’kesu sehari-hari dilakMenurutnya, obyek wisata di Toraja masih sanakan oleh keluarga yang tinggal di sini. Ada memerlukan akses jalan yang lebih nyaman bagi pengawasan dari pemerintah setempat. Para angwisatawan untuk menjangkaunya. Itu akan me- gota keluarga di­atur secara bergiliran dan secara

30

Vol. 4 l No. 39 l Maret 2013

Deretan tongkonan di Kete’kesu.

Jalan setapak menuju tempat makam goa di Kete’kesu.

tak langsung meng­ajarkan mereka menjadi tuan rumah yang baik. Desa adat ini telah memberlakukan entrance fee sejak tahun 1976. Harapan Layuk ­Sarungallo, “Bagaimanapun kami ingin ada pemasukan. Mi­ nimal retribusi pariwisata dikembalikan lagi untuk membangun masyarakat di sini. Sejak tahun 1991 sampai sekarang, kami hanya mendapatkan share 50% dari entrance fee.” Pemerintah Indonesia sudah mengusulkan Kete’kesu ke dalam daftar UNESCO, sedang diperjuangkan agar registrasi sementara nomor 1038 bisa disahkan oleh badan PBB itu.

pat-tempat khusus penyembahan, benteng pertahanan peninggalan kerajaan Gowa di atas bukit, serta pohon tempat makam bayi. “Kami akan mengusahakan benteng itu direvitalisasi. Sekarang sedang persiapan dan akan dimasukkan ke dalam obyek wisata di Londa. Jadi, jika suatu saat ada pengembangan atau bantuan, kami sudah siap. Londa sendiri sudah terdaftar di UNESCO,” kata Ketua Pengurus Harian Yayasan Sang Petayanan Londa Reni Sarapang. Dia menjelaskan lagi masing-masing obyek wisata di Toraja sudah membuat yayasan. Masya­rakat setempat mengelolanya dan mendapat pengawasan dari dinas pariwisata daerah, seperti untuk pengelolaan tiket masuk. “Kami bekerja sama dengan pemda. ­Keluarga kami melaksanakan kegiatan operasional sehari-hari, termasuk penjaga di loket masuk, dan lembar tiket masuknya disediakan

Londa Jarak obyek wisata di desa adat Londa dari jalan raya Makale sekitar dua kilometer. Namun dari jalan yang dipasangi petunjuk tidak ada transportasi menuju obyek, ojek motor berada di daerah ­alang-alang sekitar 100 meter dari tempat petunjuk yang dipasang di tepi jalan. Obyek wisata di sini merupakan cluster pertama dari dua cluster yang sedang direncanakan. Itu goa alam seluas satu hektar. Keberadaannya diakui tidak lepas dari dukungan masyarakat Londa keturunan dari To’lengke’ dan To’pangra’pa’ bersaudara yang konon sudah mendiami daerah ini sejak 800 tahun lalu. Kini tengah dipersiapkan obyek-obyek wisata penunjang lain beserta aksesnya agar menjadi desa wisata yang lengkap. Nanti wisatawan bukan hanya dapat melihat makam di dalam goa tapi juga bisa menyaksikan batu-batu dan tem-

tawan, terutama wisman, melakuoleh pemda,” kata dia. kan wisata trekking: Ketekesu– Hasil penjualan tiket masuk 40% Londa berjarak 4–5 kilometer, atau diperuntukkan bagi penda­patan Londa–Lemo berjarak 5 kilometer. daerah dan 60% penda-patan Sepanjang rute trekking mereka obyek wisata. Dari share 60% tersebisa menik­mati panorama keindah­ but, 10% digunakan untuk meman alam dan budaya Toraja. bayar pegawai yang melaksanakan kegiatan operasional. Masyarakat Pengembangan Even juga memperoleh penghasilan Reni Sarapang Di Pusat, Kemenparekraf telah tam­bahan setiap kali menyewakan mengambil inisiatif guna mempersenter atau lampu petromak sebesar Rp 25 ribu, serta tip memandu wisatawan me- siapkan langkah-langkah untuk mengembangmasuki dan menyusuri goa, serta menjual suvenir kan even-even budaya yang selama ini sudah pernah diselenggarakan di ­kawasan Toraja. Undan minuman ringan. tuk itu telah diajak para ahli dan akademisi yang Lemo memiliki kompetensi bidang seni budaya daerah, Dari ketiga obyek utama di Toraja di sekitar membahas dan merancang konsep yang akan daRantepao, akomodasi penginapan dan hotel ber­ ada di sekitar kota ini, Desa Lemo berjarak cukup jauh. Seperti kedua obyek wisata sebelumnya, masyarakat mengelola obyek wisata dalam wadah Yayasan Masyarakat Lemo. Kelompok-kelompok perajin pun sudah terbentuk dan memiliki kios-kios di depan pintu masuk. Di pintu itu seorang warga berjaga. ­Mereka bergiliran. Harga karcis masuk Rp 20 ribu per orang untuk wisman dan Rp 10 ribu per orang untuk wisnus. Desa ini dikenal pusat pembuat tau-tau, bo­ 1 neka kayu representasi orang yang meninggal

2

Pemandangan sepanjang trekking Ketekesu-Londa-Lemo (foto 1,2,3).

di Toraja. Yang dibuatkan tau-tau biasanya para bangsawan atau pemangku adat dan keturunannya. Bahan bakunya dari kayu uru. Pembuat tautau sehari bisa menyelesaikan dua buah patung. Selain jajaran kios di pintu masuk, masyarakat memanfaatkan gubuk-gubuk peristirahatan di tepi atau tengah sawah sebagai workshop sekaligus kios.

Wisata trekking 3

Posisi obyek-obyek wisata utama di ­sekitar Rantepao relatif berdekatan. Tak jarang wisa­ Vol. 4 l No. 39 l Maret 2013

pat membangun festival ­budaya setempat, dengan konsep berdimensi jangka pendek, menengah dan panjang. Wamenparekraf Sapta Nirwandar memandang dua kawasan di tengah Indonesia, Toraja dan Erau di Kalimantan Timur, memiliki sumber daya etnisiti yang kuat, berpotensi besar untuk menjadi ‘perhatian’ wisatawan. Maka festival budaya yang ‘lebih terekspos’ untuk pemasaran ke mancanegara dan di dalam negeri, untuk tahun 2013 ini, dipandang perlu dipersiapkan sedari dini. Sebuah tim telah bekerja mempersiapkannya dengan didukung oleh kompetensi keahlian dan kepiawaian. Pemda dan industri sepakat even paling cocok dilakukan di Toraja adalah yang berhubungan dengan alam, budaya dan berbau petualangan. Satu even pada prinsipnya dikonfirmasi mendapat dukungan dari Kementerian Parekraf, yakni Festival Toraja yang hendak diselenggarakan di bulan Juli 2013. Kegiatannya akan berlangsung di Makale, Tana Toraja dan Rantepao, Toraja Utara. Itu digagas akan menjadi puncak kegiatan pariwisata di Toraja dan akan dijadikan program tahunan. n

31


Aksesibilitas

Aksesibilitas Market Size between ASEAN Cities v.v 2011

Jangan Ketinggalan dari

ASEAN Open Sky

K

alangan industri pariwisata khususnya, bahkan segenap pemangku kepenngan di sektor pariwisata umumnya, sungguh perlu memperhakan kesiapan-kesiapan menghadapi berlakunya open sky di bidang penerbangan di ASEAN. Para operator penerbangan nasional pun kini melihat masa waktu dua tahun sejak sekarang, bukanlah periode yang panjang. ASEAN open sky policy akan diterapkan akhir tahun 2015, tepatnya efektif mulai awal 2016. Industri penerbangan ­Indonesia, seluruhnya se­ kitar 39 maskapai yang tergabung dalam satu ­asosiasi penerbangan, telah bersepakat dengan pemerintah dalam hal ini Kementerian Perhu­bungan, untuk membuka cukup lima bandara ­internasional utama yang akan diberlakukan

32

bagi Open Sky ASEAN. Tadinya, satu dua anggota ASEAN berikhar agar open sky ASEAN dimaknai terbukanya semua kota-kota di ASEAN yang berstatus bandara internasional bagi penerapan­ nya, termasuk kota-kota di Indonesia. Bagi industri pariwisata Indonesia, perkembangan menarik terletak pada rincian-rincian besarnya pasar dari sudut jumlah ­penumpang atau

air travelers. Ukuran besarnya pasar ­pe­numpang antar Negara ASEAN, dan antar kota-kota ­ASEAN, telah diamati dengan teliti dan sudah barang tentu setiap operator pe­nerbangan mulai ­memasang kuda-kuda untuk melangkah memanfaatkan keterbukaan pasar ASEAN. Salah satu proyeksi pasar air travelers di ­ASEAN terlihat seperti ini :

Market Size between ASEAN Countries v.v 2011

2012

Sumber: www.pax-is.com

Vol. 4 l No. 39 l Maret 2013

Gap antara penyediaan tenaga kerja dan jumlah 2012 dibutuhkan sejak sekarang hingga beberapa tahun ke depan, juga dihadapi untuk tenaga kerja awak kabin, teknisi atau mekanik pesawat terbang, dan jajaran staf di darat. Terlihat pada kegiatan pendidikan dan pelatihan tenaga kerja penerbangan pun di Indonesia terbuka luas dan dibutuhkan mendesak. Tampaklah, open sky ASEAN plus kondisi objekf yang sedang berlaku di Indonesia sendiri, di mana pertumbuhan industri penerbangannya tengah ranum seperti bunga sedang mekar, maka peluang komersial terbuka relatif luas, paralel antara pertumbuhan jumlah penum­ pang dan arus wisatawan. Kalau di industri penerbangan nasional ­Indonesia berkembang wacana agar maskapai nasional tetap menjadi tuan di rumahnya sen­ diri, menjadi pertanyaan bagaimana para pelaku industri wisata apakah menginginkan aspirasi serupa? Demikian pula, bagaimana dengan keSumber: www.pax-is.com  siapan-kesiapan para pelaku bisnis dan tenaga kerja di bidang paiwisata dan mata rantai lapa­ Number of Existing  ngan usaha yang tak berhubungan langsung? Flying Schools    Open sky di ASEAN pada akhirnya menuntut Di dunia industri penerbangan nasional     tampak   peningkatan aspek kualitas, di samping kuanti­Indonesia, bahwa kesiapan diperlukan          tas, dari berbagai stakeholders untuk memenuhi oleh operator nasional, kalangan policy maker,     infrastruktur   sumcitra dan profesionalisme berkelas dunia. regulator, kebandaraan dan       Data di atas mencerminkan antar negara dan ber daya manusia.   antara pelaku bisnis, tak terelakkan persaingan Polapikir seperti itu tampaknya sama dibu  akan semakin keras. tuhkan bagi para pelaku bisnis pariwisata,  berkaitan  Open sky ASEAN sesungguhnyalah liberali-sasi dan, yang secara langsung dan tak     penerbangan secara regional, namun ­Indonesia langsung. dimaklumi, kenyataannya  Sebagai        mempertahankan prinsip lima poin Indonesia adalah sebagai pasar maupun seba     pembukaan  saja yakni: Jakarta,  Surabaya, Denpasar, Medan gai desnasi di antara anggota ASEAN,       terbesar     dan Makassar. Itu secara rasional akan diterima dari sudut jumlah penduduk, luas geografi, dan,       semua pihak. macam ragamnya kekayaan alam dan budaya.     Di dalam negeri sendiri, telah menjadi ke­ Kalangan penerbangan juga sudah mem    nyataan ekspansi penerbangan ke wilayah pertihakan serius dan sedang mengatasi serba    tengah dan mur Indonesia, baik penerbangan kekurangan di sumber daya manusia. Pilot,    berjadwal maupun dak berjadwal. Prasarana misalnya, saat ini sedang dibutuhkan sekitar    dan sarana untuk kepentingan industri pener700–800 pilot per tahun. Sementara sekolah   bangan sedang diupayakan dan dibangun oleh sekolah pilot di dalam negeri dewasa ini berke   pemerintah. Armada pesawat terbang sedang mampuan menghasilkan maksimal 400 pilot. bertumbuh tergolong ‘luar biasa’. Menurut run down pelaksanaan Open Sky Shortages of Pilots and Technicians  ASEAN, mulai 1 Januari 2016 diberlakukanlah  freedom ke-3, ke-4, dan ke-5, untuk semua kota-kota di ASEAN. Namun Indonesia hanya memberikan lima kota tersebut tadi. Yang jelas, market size yang dimiliki IndoneSumber: Boeing Market Outlook sia relaf paling menggiurkan. n Vol. 4 l No. 39 l Maret 2013

33


Indikator

Indikator

Kunjungan Wisman Wisnus 2013

Tumbuh Lagi

“K

ita akan terus melakukan berbagai upaya melalui promosi dan even pariwisata untuk meningkatkan kunjungan. Kemenparekraf juga akan meningkatkan upaya pembangunan destinasi untuk mempersiapkan daya tarik wisata Indonesia menjadi lebih baik. Selain itu, Kemenparekraf akan mendorong pe­ ngembangan industri kreatif di destinasi wisata, karena melalui wisman, produk kreatif Indonesia akan diperkenalkan kepada Dunia. Destinasi wisata merupakan etalase produk kreatif Indonesia,” kata Menteri Parekraf Mari Elka Pangestu. Mari Pangestu menyatakan bahwa kenaikan wisman bulan Februari 2013 harus dilihat sebagai momentum untuk terus meningkatkan jumlah kunjungan dan kualitas wisman mengingat ­Indonesia tahun ini menargetkan 9 juta wisman. Tahun 2012 jumlah kunjungan wisman men­ capai 8,044,462 atau naik 5,2% dibandingkan 2011. “Kelas menengah naik maka ekonomi ma­ syarakat juga naik dan tentunya daya beli ­mereka juga naik termasuk dalam pariwisata. Berarti mereka bisa berwisata”, ungkap Wakil Menteri Parekraf Sapta Nirwandar. Jumlah kelas menengah di Indonesia naik ­setiap tahunnya dengan rata-rata sekitar 7 juta jiwa. Berdasarkan data Bank Indonesia (BI) pada tahun 2012 jumlah kelas menengah di Indonesia mencapai 60% dari jumlah penduduk Indonesia atau sekitar 135 juta jiwa, hal ini dilihat dari Produk domestik bruto perkapita 2012 yang diperkirakan mencapai 3.850 dolar AS. Bulan Februari 2013 jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang berkunjung ke Indonesia mengalami kenaikan. Kunjungan wisman melalui seluruh pintu masuk pada Februari 2013 sebanyak 678.415 wisman, berarti pertumbuhan ­sebesar 14,5% dibandingkan Februari 2012 sebesar 592.502 wisman. Secara akumulatif kunjungan wisman pada Januari–Februari 2013 sebanyak 1.292.743 wisman atau mengalami pertumbuhan sebesar 3,8% dibandingkan Januari–Februari 2012 sebanyak 1.245.194 wisman. Menurut analisa Direktorat Pengembangan

Pasar dan Informasi Pariwisata Kemenparekraf, ­kenaikan tersebut antara lain karena adanya liburan hari raya Imlek yang tahun ini jatuh pada bulan Februari. Ini bisa dilihat dari naiknya kunjungan wisman yang berasal dari Singapura, ­Malaysia, Taiwan, RRT, maupun Hongkong. Dalam menyambut liburan hari raya Imlek pada Februari 2013, sejumlah perusahaan ­penerbangan nasional antara lain Lion Air, Sriwijaya Airlines, maupun Garuda Indonesia gencar melakukan promosi. Garuda Indonesia membuat Promo ­Imlek 2013 di Cina. Begitu pula pemerintah daerah seperti Dinas Pariwisata Provinsi Kalimantan Barat (Kalbar) bersama perusahaan biro perjalanan wisata melakukan promosi antara lain dengan menggelar Festival Cap Gomeh yang berlangsung pada 23 Februari di Pontianak, Kalimantan Barat. Terkait dengan Meeting, Incentives, ­Convention, dan Events (MICE), sepanjang ­bulan Februari 2013 terdapat sejumlah even internasional yang berkontribusi terhadap peningkat­ an jumlah wisman ke Indonesia. Even internasional yang di­selenggarakan selama bulan Februari, yaitu: konser musik di Jakarta antara lain: konser U-Kiss, konser ­Dennis Ferrer, konser Pierce the Veil, The Stone Roses; ­Indonesia Fashion Week 2013. Sementara untuk kegiatan konvensi di Bali seperti The 3rd Asian Congress on Schizopherenia Research, 3rd Asian Society for Neuroanesthesia and Critical Care (ASNACC), maupun 2nd Annual ­Indonesia Mining 2013 Conference. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) dan Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), pada Februari 2013 dibandingkan Februari 2012 kenaikan kunjungan wisman yang tertinggi berasal dari RRC dan Hongkong, yang pertumbuhannya masing-masing mencapai 73,1% dan 84,3%. Selanjutnya, kenaikan wisman yang cukup tinggi juga berasal dari Uni Emirat Arab (35,4%), Taiwan (32,8%), India (26,7%), Singapura

34

Vol. 4 l No. 39 l Maret 2013

(25,5%), dan Malaysia (15,6%). Sedangkan secara kumulatif pada Januari– Februari 2013 dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mengalami pertumbuhan ­tertinggi adalah Uni Emirat Arab (59,8%), India (14,7%), Bahrain (12,2%), Malaysia (12,1%), dan Mesir sebesar (10,6%). Kenaikan kunjungan wisman juga dapat diindikasikan dari wisman yang masuk ke I­ ndonesia melalui pintu masuk Ngurah Rai, Bali, dan ­Soekarno Hatta, Jakarta. Bila dibandingkan de­ ngan Februari 2012, maka wisman yang masuk melalui Ngurah Rai pada periode Februari 2013, meningkat sebesar 13,3% sedangkan SoekarnoHatta meningkat 16,7%. Wisatawan nusantara (wisnus) pada 2012 terjadi pertumbuhan sebesar 3,52%, dari sebanyak 236.751.599 perjalanan tahun 2011 meningkat menjadi 245.083.699 perjalanan pada 2012. Per orang frekuensinya rata-rata 1,97 kali perjalanan.

Dari ITB Berlin 2013 Awal bulan Maret Indonesia sukses menjadi Official Partner Country ITB Berlin 2013 yang acara pembukaannya dihadiri oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Kanselir Jerman ­Angela Merkel. Berdasarkan hasil kuesioner yang ­dibagikan ke-93 peserta Paviliun Indonesia, ITB Berlin 2013 diperkirakan akan menghasilkan devisa Rp 3,34 triliun. Estimasi ini berasal dari rata-rata ­business appointment yang tercatat mencapai 27 ­dikalikan rata-rata perolehan 11.896 pax/wisman dan asumsi pengeluaran wisman perkunjungan USD1.133.

Peringkat Daya Saing Sektor pariwisata Indonesia mendapat angin segar setelah peringkat daya saingnya naik dari 74 menjadi 70 dari 140 Negara di dunia. Menurut data The Travel and Tourism Competitiveness Index yang dilansir oleh World Economic Forum 2013, selain naik 4 tingkat, untuk keindahan alam (natural resources) dan faktor harga (price competitiveness) Indonesia merupakan negara yang kompetitif, yakni berada di peringkat 6 dan 9. Dengan demikian, kata Menteri Parekraf, pariwisata Indonesia sangatlah berpotensi untuk dikembangkan, terlebih jika diperkuat dengan industri kreatif dalam lingkungan destinasi wisata untuk mengembangkan cinderamata, seni pertunjukan, fesyen, musik, dan bahkan film. Indonesia tentunya akan menjadi lebih menarik bagi wisatawan dunia. n

Perkembangan Kunjungan Wisman Menurut Pintu Masuk Februari Januari Februari Jan–Feb Jan–Feb 2012 2013 2013 2012 2013 (kunjungan) (kunjungan) (kunjungan) (kunjungan) (kunjungan)

Pintu Masuk

Perubahan Feb 2013 thd Feb 2012 (%)

Perubahan Perubahan Feb 2013 thd JanFeb 2013 Jan 2013 (%) thd 2012 (%)

1. Soekarno-Hatta 2. Ngurah Rai 3. Polonia 4. Batam 5. Sam Ratulangi 6. Juanda 7. Entikong 8. Adi Sumarmo 9. Minangkabau 10. Tanjung Priok 11. Tanjung Pinang 12. Selaparang/BIL 13. Makassar 14. Sepinggan 15. Sultan Syarif Kasim II 16. Adi Sucipto 17. Husein Sastranegara 18. Tanjung Uban 19. Tanjung Balai Karimun Jumlah 19 Pintu 20. Lainnya

154.698 209.160 14.843 83.089 1.171 14.290 1.787 1.622 2.561 4.409 6.869 871 1.048 1.836 1.720 3.447 10.667 23.440 8.123 545.651 46.851

160.998 229.561 14.405 89.250 1.108 16.869 1.368 1.079 2.307 5.880 5.539 1.077 808 1.502 1.550 4.251 13.782 22.921 7.599 581.854 32.474

180.453 236.971 16.419 105.380 1.552 16.718 2.291 1.104 4.295 6.619 8.533 1.734 972 1.482 1.962 5.558 11.966 27.756 10.330 642.095 36.320

311.352 458.888 30.227 185.719 2.998 28.490 4.111 3.104 5.063 9.858 16.393 2.101 2.112 2.993 3.128 7.242 20.267 53.986 17.578 1.165.610 79.584

341.451 466.532 30.824 194.630 2.660 33.587 3.659 2.183 6.602 12.499 14.072 2.811 1.780 2.984 3.512 9.809 25.748 50.677 17.929 1.223.949 68.794

16,65 13,30 10,62 26,83 32,54 16,99 28,20 -31,94 67,71 50,12 24,22 99,08 -7,25 -19,28 14,07 61,24 12,18 18,41 27,17 17,68 -22,48

12,08 3,23 13,98 18,07 40,07 -0,90 67,47 2,32 86,17 12,57 54,05 61,00 20,30 -1,33 26,58 30,75 -13,18 21,09 35,94 10,35 11,84

Total Pintu Masuk

592.502

614.328

678.415

1.245.194

1.292.743

14,50

10,43

9,67 1,67 1,98 4,80 -11,27 17,89 -10,99 -29,67 30,40 26,79 -14,16 33,79 -15,72 -0,30 12,28 35,45 27,04 -6,13 2,00 5,01 -13,56 3,82 Sumber : BPS

Peran Penerbangan LCC

Ke mana ekonomi Indonesia sedang menuju? Kalangan bisnis penerbangan nasional Indonesia memperhatikan D<%E4F*01.4/*1G%-4*:(2%("/'1* proyeksi yang ditampilkan oleh Mc Kinsey, seperti ini:

Saat3-<<"(4* Ini HI4FJ$1<)"/4* KL*M'$$'%(* LNO* PKO* LL*M'$$'%(* QRSL*4<'$$'%(*

2030URNR* P4F*$1<)"/4* HNL*M'$$'%(* PHO* TIO*

'()*)+,&-*& ./'&0)123&

Operasi penerbangan Low Cost Carrer (LCC) menunjukkannya sebagai salah satu pendorong peningkatan travelers, ><%&%<7%(*%0*@<1#"$$"</*F1#"*-/"2*^-2)"4*+'<$'("/** dan ketika dilihat di Asia Pasifik, Proporsi Konsumen Pengguna LCC tampak sebagai berikut :

'()*)+,&-*&./'& 0)123&

+'+4'15&)6&./'& ()*57+-*8&(2955&

+'+4'15&)6&./'& ()*57+-*8&(2955&

)6&./'&:):729;)*&-*&(-;'5& :1)37(-*8&

)6&./'&:):729;)*& -*&(-;'5&:1)37(-*8&

)6&<=>&

,'()%

HHN*M'$$'%(* QHST*4<'$$'%(*

B91@'.&)::)1.7*-.,&-*&()*57+'1& 5'1C-('5D&981-(72.71'&9*3&E5/'1-'5D& 1'5)71('5&9*3&'37(9;)*&

-%&%#

)6&<=>&

?@-22'3&0)1@'15&-*&./'& A*3)*'5-9*&'()*)+,&

?@-22'3&0)1@'15&-*&./'& A*3)*'5-9*&'()*)+,&

!"#$%&'()

.#/'#)2"% .#/"%

B91@'.&)::)1.7*-.,&-*&()*57+'1& 5'1C-('5D&981-(72.71'&9*3&E5/'1-'5D& 1'5)71('5&9*3&'37(9;)*&

*+"#%

  0123(%4"%

!"#$%&'()%(./01&2(

9:

;9:

<9:

5)"21()67(%8)44)(2

Jumlah pesawat yang akan dioperasikan maskapai penerbangaan nasional akan meningkat signifikan, seperti ini :

=9:

>9:

?9:

@9:

B9:

A9:

C12"#)2267(%8)44)(2

!"#$%&'(!#$)&*("+(,-./,(0123(43%2+2%(5$3)&66&$1-(0#7#18(9:,9

=!>5?/0@(4>&(:#4#$&(/0(31/5(*5%/A%B((















 

 

 

 

 





















 





















F = forecast (proyeksi) AOC 121 = pesawat kapasitas lebih dari 30 tempat duduk AOC 135 = pesawat kapasitas kurang dari 30 tempat duduk Sumber : Kementerian Perhubungan

   

Vol. 4 l No. 39 l Maret 2013

35


2013

Even tahun ini membuka peluang para pelaku bisnis pariwisata sebagai peserta, bahkan sebagai sponsor atau pendukung.

Bersiaplah sedari sekarang. Promosi Fasilitasi Penjualan :

1. Direct Promotion di Medan, Bandung, Jakarta,Bali, Surabaya, Batam, Makassar 2. Pesona Borneo ke-2 Banjarmasin 3. Kemilau Sumatera ke-8 Bengkulu 4. Kemilau Sulawesi ke-8 Manado 5. Toraja Expo Jakarta 6. Mutumanikam Nusantara Indonesia Jakarta 7. Pasar Wisata Indonesia (TIME) ke-19 Padang

Even Pariwisata dan Olahraga :

1. Tour de Singkarak ke-5 2. Musi Triboatton ke-2 3. Lomba Sumpit International ke-3

Sumatera Barat Sungai Musi-Sumatera Selatan Kalimantan Timur

FESTIVAL DANAU SENTANI

Festival Budaya Lembah Baliem

Informasi : Telp. 021-3838220 u Fax. 021-3208612 u Website: www.indonesia.travel u Email: kncn@indonesia.travel Direktorat Promosi Pariwisata Dalam Negeri u Direktorat Jenderal Pemasaran Pariwisata Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI u Jalan Medan Merdeka Barat No. 17, Jakarta

36

Vol. 4 l No. 39 l Maret 2013


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.