Newsletter Pariwisata Indonesia Juni 2013

Page 1

Vol. 4 l No. 42 l Juni 2013

B to B Table Top di Thailand.

Fashion show pakaian kebaya di Istana Bückeburg.

Promosi Dari Banyak Sisi Fashion Show Kebaya yang dilaporkan ini, peristiwanya di sebuah istana kerajaan di Jerman. Ketika promosi pariwisata menyasar kepada ‘high ends’, akan berdampak pada peliputan dan publikasi luas oleh media setempat.

Saingan Terhadap BRIC halm.

33

Daerah Bersuara tentang Festivalnya halm.

25

Jogya Sabar Mulai Berhasil halm.

16

Timur Majulah! halm.

10

Vol. 4 l No. www.newsletter-pariwisataindonesia.com 42 l Juni 2013


Kemenparekraf memang telah memupuk terus terjalin­ nya kerja sama dengan ba­ nyak KBRI, Konsulat Jenderal RI dan kantor-kantor perwakilan RI di luar negeri. Ini salah satu, dengan kegiatan mempromosikan pariwisata Indonesia di Jerman. Sementara itu sales mission dikirim oleh ­Kemenparekraf melakukan road show berjualan di pasar ASEAN. Di Tanah Air, tiga kru TV Travel Channel didatangkan dari London, dibawa me­ liput ke Danau Toba, Jakarta dan Yogyakarta. Ada juga kegiatan yang sebenarnya ­di­laksana­kan dalam rangka Promosi ­Pariwisata Dalam Ne­geri, namun diefektifkan dengan sekaligus mendatangkan agen-agen dari Malaysia–­Singapura, dan, terjadi transaksi bisnis mendatangkan ­inbound tourists. Jadi, tak sema­ ta-mata bisnis wisnus, walau ini tentu dimung­ kinkan ­karena evennya mengambil tempat di perbatasan ne­gara, yakni di Batam. Berikut ini newsstory-nya. Landpartie atau Pesta Rakyat, lengkapnya di­ sebut Landpartie Schloss Bückeburg adalah even pameran yang diselenggarakan oleh pihak istana Bückeburg, di Jerman, dua kali setahun setiap awal musim panas dan menjelang perayaan ­Natal, setiap kali mengangkat tema tertentu. ­Tahun 2013 ini temanya: Wonderful Indonesia. Selama pameran 30 Mei–2 Juni 2013 itu, logo Wonderful Indonesia tertera di berbagai ­ruang Istana Buckeburg yang kompleksnya ­seluas

Utama

Pengarah: Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Penanggungjawab: Direktur Jenderal Pemasaran Pariwisata Wakil Penanggungjawab: Direktur Pengembangan Pasar dan Informasi Pariwisata Penerbit/Pemimpin Redaksi: Arifin Hutabarat Dewan Redaksi: Direktur Promosi Pariwisata Dalam Negeri; Direktur Promosi Pariwisata Luar Negeri; Direktur Konvensi, Insentive, Even dan Wisata Minat Khusus; Direktur Pencitraan Indonesia; T. Burhanuddin; Wisnu B. Sulaiman. Reporter: Benito Lopulalan Alamat: Direktorat Jenderal Pemasaran Pariwisata Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Jl. Medan Merdeka Barat No.17, Lantai 3 Jakarta 10110 Telp : 021 383 8220 Fax : 021 380 8612, Email : jurnal@indonesia.travel www.newsletter-pariwisataindonesia.com Jika Anda mem­ punyai informasi dan pendapat un­ tuk Newsletter ini, ­silakan kirim ke alamat di atas.

2

Pangeran Alexander berfoto dengan Red Batik Carnival.

340 km2, dihiasi dengan berbagai ornamen ­Indonesia. Landpartie itu menyajikan open house Istana Buckeburg, ada kegiatan temu bisnis retail, dan pameran serta pertunjukan seni dan budaya, dan VIP Cocktail Reception. Kali ini pameran diikuti oleh 200 peserta. Ba­ rang-barang yang ditampilkan harus mendapat persetujuan dari kurator Schloss Buckeburg. Pe­ ngunjung membayar tiket masuk €14 per orang. Di hari kedua dan ketiga ada sekelompok pen­ cinta mobil kuno (rata-rata mobil produksi tahun 1920-an) yang berkunjung tetapi sekaligus men­ jadi bagian atraksi. Mereka memarkir kendaraan­ nya di depan pintu kastil. Kemenparekraf sendiri cukup mengambil satu stan seluas 16 m2. Dengan efisien memamerkan produk mebel dan hiasan interior khas Indonesia, di situ tempat pemberian informasi dan distribusi bahan promosi pariwisata, letaknya pun bersebe­ lahan dengan stan Tour Operator dari Indonesia yang menjual paket-paket wisata ke Indonesia. Prince Alexander of Schaumburg-Lippe dan Princess Nadja Anna of Schaumburg-Lippe, meresmikan pembukaan even. Nah, Putri Batik Indonesia, Sekar Sari, bertugas selaku MC se­ raya mendampingi sang Pangeran dan Puteri. Malam harinya VIP Cocktail Reception berlang­ sung di Istana Bückeburg, dikemas ekslusif ber­ tema Tur Budaya Indonesia. Para tamu berkeliling ke setiap bagian istana di mana disuguhkan pertunjukan seni dan bu­ daya Indonesia. Satu demi satu dilewati hingga akhirnya semua tamu berpindah ke ballroom istana. Di situ tampil fashion show pakaian pesta

Vol. 4 l No. 42 l Juni 2013

yang mengambil inspirasi dari kebaya hasil ran­ cangan desainer Ferry Sunarto. Gadis-gadis Jerman memperagakannya, di­ iringi oleh dentingan piano dari Shanti dan Sonja Sungkono dan lagu Melati Putih yang dinyanyikan oleh Diathra Zulaikha, warga n­egara Indonesia yang sedang menuntut ilmu olah vocal di Jerman. Acara dilanjutkan kembali di ruangan yang berbeda, pertunjukan keseniannya tari Topeng Kelana dan tari Merak dengan diiringi pemain gamelan Jawa yang khusus didatangkan oleh KJRI Hamburg. Acara VIP Cocktail Reception ditutup di courtyard dengan pertunjukan musik seriosa dari sopranos dan tenoris Jerman dengan hidangan finger food khas Indonesia yang dimasak oleh Tim dari Wiliam Wongso seperti sate pentul tuna Bali, nasi rendang, sate ayam Madura, lumpia Semarang, dan lain-lain. Baik dicatat, sebelumnya, ketika bertemu khusus dengan pimpinan delegasi Indonesia, Prince dan Princess Schaumburg-Lippe telah me­ nyatakan akan datang ke Indonesia bersama keluarganya untuk lebih mengenal Indonesia se­ cara langsung dan ingin bertemu dengan Sultan Yogyakarta. Setiap hari tim promosi pariwisata Indonesia menyelenggarakan pertunjukan musik di pang­ gung utama, itu pun dinamakan Plaza Merdeka, diisi oleh penyanyi jazz Diah Ayu Lestari dan Vocal Group Bahagiya, dan itu tadi, fashion show pa­kaian batik rancangan Dian Pelangi dan pakaian kebaya rancangan Ferry Sunarto, serta parade Red Batik Carnival yang berkeliling Istana


Event

Siapkan Masyarakat untuk

Suksesnya Sail Komodo 2013

Lalu Menyongsong Wonderful Adventure Indonesia Asia-Pasific 2014

K

e sebuah desa bernama Melo, tak jauh dari Labuan Bajo, Menteri Parekraf Mari Elka Pangestu berkunjung. Di sana berdialog dengan masyarakat. Labuan Bajo, pintu ke pulau habitat komodo, akan menjadi pusat puncak acara Sail Komodo dan akan ramai dikunjungi wisman dan wisnus pada bulan September 2013. Untuk rangkaian even Sail itu, sebelumnya juga akan mengalir ke­ datangan wisatawan manakala Yacht Rally ber­ langsung pada 1 Agustus–17 September 2013. Rute rally akan dimulai dari Darwin, Australia– Labuan Bajo/NTT, bertujuan akhir di Filipina. Keseluruhan acara Sail Komodo akan menjadi pusat mempromosikan Nusa Tenggara Timur sebagai destinasi wisata bahari, ekowisata dan wisata budaya. Menteri berjalan-jalan meninjau pengembangan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif di Labuan Bajo dan pada Selasa, 28 Mei 2013, menyaksikan penduduk mengerjakan ke­ rajinan tangan dan menenun ikat. Berinteraksi langsung dengan penduduk desa. Menparekraf berpesan agar masyarakat mau menjaga alam dan budaya setempat yang men­ jadi modal utama pengembangan pariwisata

Bücke­burg. Tampak sekali apresiasi dari pengunjung. Dekorasi panggung utama dihiasi dengan foto Candi Borobudur, yang setiap harinya selain diisi oleh penampilan dari Indonesia juga diisi pertunjuk­ an opera berbahasa Jerman. Perhatikan pula, temanya tentang mimpi seorang istri untuk ber­ libur ke Indonesia. Demikianlah menurut catatan dari panitia, selama 4 hari itu pengunjung mencapai jumlah 35.000 orang. Mereka datang dari wilayah Jer­ man sendiri maupun dari daerah-daerah Eropa lainnya antara lain Austria, Belanda, Slovenia, dan lain-lain.

Utama

Menteri Parekraf Mari Elka Pangestu berdialog dan memberi semangat pada masyarakat pelaku ekonomi kreatif di Desa Melo, Labuan Bajo. NTT.

dan ekonomi kreatif. Kepada masyarakat NTT, Menparekraf meng­ ingatkan lagi akan adanya dua perhelatan besar di NTT, yakni Sail Komodo 2013 dan Wonderful Adventure Indonesia Asia-Pasific 2014. “Nanti akan banyak orang yang datang ke NTT, ada baiknya agar masyarakat membiasakan diri untuk bersikap ramah terhadap tamu yang da­ tang. Saya sarankan, agar masyarakat menyam­ but setiap tamu yang datang dengan senyum dan sapaan ramah,” himbaunya. Akan halnya even Yacht Rally itu, sedang

diupayakan untuk bisa juga melalui Thailand, ­Filipina, Singapura dan New Zealand, sebagai­ mana dijelaskan Dirjen Pengembangan Destinasi Pariwisata, Firmansyah Rahim. Sail Komodo boleh dikatakan sebagai induk promosi wisata bahari Indonesia ke dunia tahun 2013, dilaksanakan oleh satu Panitia Nasional yang didukung banyak Kementerian dan instansi pemerintah. “Belajar dari Sail Banda, promosi pariwisata Sail Komodo diharapkan bisa menstimulasi kun­ jungan jumlah wisatawan dan pembangunan in­

Indonesia dinilai spektakuler serius dalam upaya mempromosikan pariwisata dan kesenian. Berbagai media lokal serta nasional Jerman me­ muat besar-besar pemberitaan acara tersebut dan Indonesia pada khususnya. Stasiun TV NDR 1 menayangkan secara langsung berbagai atraksi Indonesia setiap harinya. Selain itu berbagai TV Nasional Jerman seperti RTL, ZDF, Staz 1 serta ARL juga meliput acara ini. Publisitas oleh media di pasar wisman di­ percaya membangun persepsi kuat tentang destinasi yang hendak dipasarkan. Ini termasuk dalam strategi pemasaran pariwisata Indonesia. Manakala persepsi masyarakat lebih luas bisa dicapai dan dibentuk, maka giliran berikutnya

tentulah bagi industri pelaku pariwisata yang memasuki pasar dengan penjualan produk. Promosi pariwisata semacam di Jerman ini telah merupakan salah satu wujud kerja sama dan saling mendukung dengan kantor-kantor perwakilan Indonesia di luar negeri. Khusus­ nya kali ini, bermula dari Konsul Kehormatan RI untuk Austria, Christian Bradach, melakukan pendekatan agar Wonderful Indonesia dapat menjadi tema pada Landpartie Schloss Buckeburg. Peluang itu disampaikan kepada Wamen Parekraf, Sapta Nirwandar, yang menyimpul­ kan agar ditindaklanjuti. Jadi, inisiatif peluang promosi bisa datang dari berbagai sisi, sasaran pun bisa ke berbagai sisi dan segmentasi. n

Vol. 4 l No. 42 l Juni 2013

3


frastruktur seperti lapangan terbang, per­baikan homestay, pela­buhan laut, perbaikan jalan, dan sebagainya,” kata Menko Kesra, Agung Laksono. Kepanitiaan nasional Sail Komodo terdiri atas Kementerian Kesra, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Kementerian Polhukkam, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Pertahanan, Kemen­ terian Sekretaris Negara, Kementerian Keuangan, Kementerian Kehutanan, Kementerian Komu­ nikasi dan Informatika, Kementerian Kesehatan, Kementerian Sosial, Kementerian ESDM, Ke­ menterian Perdagangan, Kementerian Dikbud, Kementerian Negara Pora, Kementerian Negara BUMN, Kementerian negara PPN/Kementerian Negara Ristek, Kementerian Negara Lingkungan Hidup, Kementerian Negara Koperasi dan UKM, Sekretaris Kabinet, TNI dan Polri. Kegiatannya antara lain yacht rally disebu tadi, gelar bakti so­ sial, show mobil pintar, rumah pintar, penyuluhan kesehatan dan KB, lintas pemuda, dan lain-lain.

Event

Wisata Komodo dan Bahari

Sekarang ini habitat komodo di dua pulaunya hidup sekitar 3.000 ekor, menurut Bupati Mang­ garai Barat, Agustinus Ch. Penyelenggaraan even besar dalam ­strategi

Utama

F

ormat pameran, festival, pada dasarnya berfungsi membangun dan memperkuat citra, membentuk persepsi positif di kalangan khalayak sasaran pemasaran. Ketika melalui pameran dan festival dapat ditampilkan peristiwa dan news makers, maka news value menjadi sasaran antara dari aktifitas kita di dalam peristiwa tersebut. Media menyam­ paikannya pada masyarakat luas. Landpartie Schloss Bückeburg—Pesta Rakyat dari tradisi kerajaan di Jerman itu— tak menghe­ rankan mendapat peliputan yang ‘luas dan ­besar’. Suratkabar memberi tempat di halam­an utama sementara siaran TV menayangkan aspek yang banyak mengandung human interest story ­tersebut. Di situ Wonderful Indonesia memperoleh peluang memperkuat citra destinasi ­Indonesia. Bagaimana pun persepsi masyarakat Jerman kian tertarik terhadap perkembangan wisata kontemporer Indonesia. Dari situ pula diharap­

4

pemasaran, oleh Wamen Parekraf Sapta ­Nirwandar, selalu dikaitkan dengan upaya ak­ selerasi pengembangan destitnasi. Itu terutama bersentuhan dengan kebutuhan akan sarana dan prasarana yang memenuhi requirements alias persyaratan teknis. Namun sebelum dan seusai penggunaannya selama hari-hari H pelaksanaan even, sarana dan prasarana tersebut akan ber­ manfaat besar bagi masyarakat dalam melancar­ kan dan menggiatkan kegiatan ekonomi sosial. Mengenai pembangunan, Bupati Agustinus mengatakan bahwa landasan Bandara Mutiara II di Labuan Bajo yang luasnya 1850 m2 akan ditam­bah dengan 400 m2. Memang, bagi NTT, apalagi yang lebih pen­

ting daripada meningkatkan sarana prasarana bagi pengembangan wisata bahari. Wisatawan yachter, ketika mereka bisa leluasa berlayar dari ujung barat NTT (Labuan Bajo) ke ujung timur NTT mencakup Kupang, Lembata, Maumere, dan seterusnya, tentu akan mendarat juga. Dan mereka akan berbelanja selain bahan makanan minuman, niscayalah barang produk lokal, mulai dari suvenir hingga kain dan pakaian. “Pengembangan sektor pariwisata daerah timur Indonesia merupakan salah satu prioritas pemerintah pusat,” Menteri Parekraf menegas­ kan. Pelaksanaannya juga tercakup dalam ­konsep MP3EI (Masterplan Perluasan dan Percepatan Pengembangan Ekonomi Indonesia). n

Citra, Persepsi dan Penjualan kan wisman dari Jerman akan tertarik lagi secara spesifik. Seperti kunjungan Presiden AS Barack Obama yang direncanakan dalam bulan Juni 2013 ke ­Afrika, negara-negara benua itu me­ ngakui bahwa publisitas kunjungan itu saja dipercaya akan mempengaruhi minat orang Amerika untuk mengalihkan lebih banyak wisata manca­negara mereka ke benua hitam itu, yang dirasakan sekian lama terasa diabaikan oleh dunia dari perspekstif pariwisata. ”Pencitraan dari kegiatan ini sangat efektif, kegiatan Pangeran Alexander of Schaumburg Lippe diliput oleh televisi nasional Jerman dan berita tentang partisipasi Indonesia di Landpartie Schloss Bückeburg, muncul setiap hari di harian lokal di Hannover,” begitulah dilaporkan oleh Nia Niscaya, Direktur Promosi Pariwisata Luar Negeri. Sebenarnya bagi kalangan pelaku bisnis pariwisata Indonesia terbuka ke lapangan gerak

Vol. 4 l No. 42 l Juni 2013

dari hasil proses pencitraan demikian. Manakala pelaku bisnis di pasar dan segmen konsumennya telah ‘dibangun persepsi mereka’ tentang desti­ nasi Indonesia, tinggallah pelaku bisnis Indone­ sia ‘mempenetrasi’ lebih dalam dengan proaktif menawarkan produk-produk wisata baru. Di zaman serba cepat sekarang, penawaranpenawaran melalui online bisa menjangkau langsung ke ruang-ruang rumah tangga, para calon pembeli paket tur. Dari sisi lain lagi, KBRI di Inggris, bekerja sama dengan Kemenparekraf, membawa tiga orang kru Travel Channel International dari Lon­ don, ­dengan target mereka akan menayangkan tempat-tempat wisata dan seni budaya di des­ tinasi DKI Jakarta, DI Yogyakarta dan Sumatera Utara—Danau Toba. Dalam strategi pemasaran pariwisata Indo­ nesia, kegiatan ini termasuk salah satu Familiari­ zation Trip khusus untuk media dari luar negeri. Yang ini dilaksanakan tanggal 15–22 Mei 2013.


Event

K

emenparekraf telah memberikan per­ hatian dan dukungan terus-menerus terhadap even-even yang dicoba diperkenalkan dan dikembangkan oleh pemda di provinsi ini. Kepulauan NTT jelas kaya akan potensi bahari, maka, pariwisatanya pun mestilah dikembang­ kan berbasis potensi itu. Kabupaten Lembata bisa dijadikan satu contoh kali ini. Jumlah penduduknya saat ini tercatat per 31 Desember 2012 sebanyak 170 ribu lebih, terdiri dari 9 kecamatan, 444 desa dan kelurahan dengan pendapatan perkapita diperkirakan 400 USD di tahun 2013. Target PAD sebanyak 26 mi­liar rupiah lebih untuk angggaran tahun 2013 dan kontribusi terbesar PAD dari sektor pertanian. Di sebelah utara berbatasan dengan Flores, sebelah selatan dengan Laut Sawu, di situlah tempat tradisi penangkapan ikan paus. ­Sebelah timur berbatasan dengan Selat Alor, sebelah

Satukan Lembata, Alor, Kupang, hingga Ende dan Kelimutu barat berbatasan dengan Selat Bone dan Kabu­ paten Flores Timur. Jumlah rumah tangga miskin tahun ­2011–2012 sebanyak 16.556 rumah tangga dan tahun 2010 sebanyak 67% sedangkan tahun 2011–2012 berkurang. Bupati Lembata, menguraikan: ­penekanan pada 3 sektor yang berpotensi, yakni sektor per­ tanian, sektor kelautan dan perikanan. Sektor pariwisata akan didorong menjadi pendorong ekonomi yang penting di kabupaten ini. Pemda telah menetapkan sektor pariwi­ sata sebagai core sektor atau inti dalam APBD ­2011–2016. Hal ini berdasarkan potensi kein­ dahan alam dan kekayaan budaya yang tersedia serta memiliki branding wisata, yakni tradisi pe­ nangkapan ikan paus dengan kearifan lokal Desa Lamalera yang hanya ada di Kabupaten Lembata. “Saya sangat optimis bahwa pariwisata bisa menjadi daya ungkit ekonomi,” kata bupati.

Dia nanti tentu tak susah mengukur. Relatif tak banyak, 16.556 rumah tangga miskin, seberapa banyak nanti bisa dientaskan, baik yang secara langsung maupun tak langsung sebagai hasil dari kegiatan pariwisata dan ekonomi kreatif? Pemikiran yang diajukan oleh Bupati ­Lembata memang bersifat terbuka. Dia mengambil sasar­ an Komodo karena diakui­nya Komodo telah men­ jadi ikon pariwisata di Nusa Tenggara Timur. “Kita akan membuka interkoneksi trans Flores dari Labuan Bajo sampai Flores Timur, dengan feri maupun pesawat udara. Itulah koridor in­ terkoneksi pariwisata, sementara interkoneksi ekonomi Lembata dengan Jawa dan khususnya dengan Makassar, Sulsel, secara nasional melalui MP3EI, hingga ke Papua supaya hasil produksi kita bisa jual ke daerah tersebut,” kata dia. Kepada Wamen Parekraf, Bupati Kabupa­ten Lembata melaporkan, untuk menyukses­kan Sail Komodo dan Rally Wisata Bahari pemerintah

cara dengan pemilik pabrik dan membuat acara lomba makan kerupuk yang diolesi saos cabe. Karyawan pabrik dan peserta fam trip (Mr Julian Hanton) memperagakannya.

Kemudian di Taman Mini Indonesia ­Indah, hingga akhirnya makan siang sate ayam/ kam­bing di Cileungsi. Pada hari lain di desti­ nasi ­Yogyakarta, makan malam seraya shooting ­Ramayana Ballet. Pagi harinya mengelilingi Kera­ ton Yogyakarta, terus ke Jalan Malioboro, kocak dan ceria mereka naik beca khas setempat, masuk ke pasar tra­disional, belanja blankon, kemeja dan celana batik yang nantinya dipakai waktu shooting di Candi Borobudur.

Produk Saluran TV itu punya acara Asian Times, program ini selalu memperkenalkan tempat-tempat wisata dan budaya dari pelosok dunia, khususnya lagi dari berbagai tempat wisata di wilayah Asia. Program ini di­ tayangkan dalam 21 bahasa ke 125 negara. Seharian mereka shooting di Pelabuhan Sunda Kelapa, Jakarta, kesibukan bongkar muat barang Kapal Phinisi, lalu ke Museum Fatahilah, di sini menyewa sepeda berkeliling di kawasan kota tua itu. Dan, lihatlah, mereka ke SDN Menteng di mana dulu masa kecilnya Presiden AS Barack Obama bersekolah di SD itu. Tentu saja direkam patung Obama, suasana kelas dan bangku di mana Obama kecil dulu duduk, suasana halam­ an sekolah tempat bermain dan berolahraga. Setelah itu, niscaya unik dari sudut kuliner, mereka merekam proses pembuatan Saos Cabe Cap Payung/Soka di Cileungsi, Bekasi, wawan­

Vol. 4 l No. 42 l Juni 2013

5


daerahnya pun menggelar ke­ giatan. Bekerja sama dengan para off roader. Direncanakan akan datang masuk ke Lem­ bata sekitar 400 mobil off roader. Saat ini pemda fokus pada pengem­bangan atraksi wisata Festival Baleho, mountain trekking, diving spot, fishing rally, serta wisata kuliner. Wamen Parekraf Sapta Nirwandar tampak terus menerus berupaya membangun pemaham­ an betapa, promosi destinasi itu ada dua rumus­ nya; melalui festival olahraga, dan melalui fes­ tival budaya. Masih ada cara lain, memang, tapi hasilnya tak sama. Even olahraga World Cup 2014 di Brazil, ­hotel-hotel sudah fully booked. Acara besar dunia menurut survei setelah evennya usai, bisa menaik­kan jumlah pengunjung 10–15%, gainnya lebih tinggi daripada saat menyelenggarakan festivalnya. Level even kita belum ada yang internasional, festival budaya juga belum ada yang sekelas Festival Rio de Janeiro. Yang ada baru kecil-kecilan. Even seperti Tour de France menjadi industri, su­ dah dilaksanakan 100 tahun lebih. Kini semua kita bicara Komodo. Tahun 1982 komodo Indonesia dianugerahi World Heritage sebagai the last dragon.

Event

Memang, sore harinya sambil terpesona, mereka menyoroti kemegahan Candi Borobudur, diselimuti sinar matahari yang tengah terbenam. Masih dite­ ruskan pada keramain sepeda hias di Alun-alun Selatan Yogyakarta, dimana para pe­ngunjung dapat menyewa andong berkeliling. Mr Julian memilih satu permainan anakanak yang ceria pula, menyiratkan suasana care free Yogyakarta. Tentu maksudnya permainan itu akan unik dan menarik bagi para pemirsanya. Ketika di Medan, mendarat pukul 13.10, lang­ sung sightseeing kota, merekam Mesjid Raya M­edan, Istana Maimun, lalu tanpa berhenti lang­ sung berangkat ke Berastagi. Di sini pasar tradi­ sional jadi sasaran topiknya, lalu singgah di kaki Gunung Sibayak meliput pemandangan alam ber­ kunjung ke Desa Dokan, merekam suasana desa dan rumah adat Batak yang unik dan masih asli. Setibanya kemudian di Parapat di tepi ­Danau Toba, menyeberang danau ke Pulau Samosir, maka sibuklah mereka merancang story, action, memainkan kamera, dan bercengkarema ­dengan masyarakat Danau Toba. Kita bisanya ber­imajinasi bagaimana nanti akan menjadi cerita penarik

Peta Alor dan Sekitarnya

Sebagai Jurasic Park-nya Indonesia, dimana ada di dunia ini peninggalan warisan dari abad dinosaurus? Cuma di Flores, NTT. Ke Flores Timur, setiap bulan April akan dipenuhi pengunjung menghadiri Misa Agung, di situ ada pula pe­ninggalan Benteng ­Portugis. Nah, menyeberangi laut sedikit, tibalah di Lembata.

Di situ ditemukan tantangan. ­Menyeberangnya ­susah, belum memadai alat transportasi pe­ nyebe­rangan, kalaupun ada kapal Pelni, itu masih on and off. Coba dari Manggarai Barat bisa overland hingga ke Flores Timur, lalu menyeberang ke satu pulau lagi, Lembata. Seberangnya lagi Alor.

Utama

6

Mereka di Danau Toba.

perhatian pemirsanya di mancanegara. Membawa TV Travel Channel International dari London ini, bagi tujuan mempromosikan pariwisata Indonesia, ibarat kata pepatah, naik perahu sekali merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampaui. Artinya efisien efektif, menjangkau

Vol. 4 l No. 42 l Juni 2013

sekaligus jutaan khalayak di puluhan negara, dan beberapa destinasi Indonesia sekaligus ter­ tayangkan. Yang datang itu terdiri dari Mr Julian ­Hanton, Host and Producer, Mr Ian Hart, Director, dan Mr Justin Hawkes, selaku Director juga. n


Wamen pernah meninjau ke Alor, akses ke sana dari Kupang beroperasi penerban­ gan sehari dua kali. Musik bambu dari Alor kemudian diundang untuk dipertunjukkan di Festival Musik Bambu di JCC, Jakarta. Wamen lalu ‘meng-exercise’ hitungan ekonomis. Sudah disurvei terdapat 90 titik untuk diving. Kalau satu titik saja bisa meng­ hasilkan 500 juta rupiah, bukankah demikian besar yang dihasilkan? Sebagai referensi, diving spot di Raja Ampat per tahun diperuntukkan bagi 300 orang, har­ganya per malam tinggal di sana 250 Euro. Aturannya dipatuhi, tidak boleh mengambil apa-apa. Menyelam, memotret, makan minum, memancing, berlayar, semua disediakan setempat. Rasakan lobsternya ketika telah dimasak asam manis. Di Bali, makan menu lobster ukuran kecil saja Rp 475 ribu per orang, na­ mun wisman Jepang sabar mengantri. Jadi, ke Alor ada pe­nerbangan dua kali sehari, tapi hingga sekarang baru dilayani oleh Susi Air, dengan pesawat kapasitas 12 pe­ numpang saja. Jika dipetakan sementara ini, pari­wisata dalam MP3EI koridor 5 di Bali, NTB, dan NTT. Bali sudah maju, NTB sudah lumayan, sekarang NTT memulainya.

Mereka bekerja saat senja hari di Borobudur.

Wamen Parekraf Sapta Nirwandar meresmikan pameran Astindo, Asosiasi Agen Ticket Indonesia, di Jakarta, di mana diuraikan demikian tingginya pertumbuhan wisata di dalam negeri, tak lain diangkat oleh pertumbuh­an kelas menengah di masyarakat kita.

Mengajak Kelas Menengah

“K

alau kelas menengah naik maka ekonomi masyarakat juga naik dan tentunya daya beli mereka juga naik termasuk dalam pari­ wisata. Berarti mereka bisa berwisata”, demikian Wakil Menteri ­Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sapta ­Nirwandar, dalam pembukaan Astindo Fair 2013 di Assembly Hall, Jakarta Convention Center (22/3). Jumlah kelas menengah di Indonesia naik setiap tahunnya dengan rata-rata sekitar 7 juta jiwa. Data Bank Indonesia (BI) pada tahun 2012 menunjukkan jumlah kelas mene­ngah di Indonesia mencapai 60% dari jumlah penduduk atau sekitar 135 juta jiwa, PDB per kapita 2012 diper­ kirakan 3.850 dolar AS. Tahun lalu jumlah wisnus 245 juta per­ jalanan. “Tahun 2013 ini diperkirakan 255 juta perjalanan,” ujar Wamenparekraf. Masyarakat Indonesia kian banyak yang berwisata ke mancanegara. Dari 6,8 juta di tahun 2011 menjadi 7 juta di tahun 2012. Dari sudut itulah terasa kembali mendesaknya himbauan, sebaiknya para wisatawan Indonesia memper­banyak ter­ lebih dahulu berwisata di dalam ­negeri, sebelum bepergian ke manca­negara. Berwisata ke mancanegara di satu sisi bermanfaat bagi meningkatkan kualitas hidup, tapi di sisi lain mengurangi devisa

Vol. 4 l No. 42 l Juni 2013

Tahun lalu jumlah wisnus 245 juta perjalanan. Tahun 2013 ini diperkirakan 255 juta perjalanan. negara. ­Namun argumen yang lebih rea­ listis ialah, di dalam negeri cukup banyak keunikan atau daya tarik wisata yang baik diketahui, se­hingga meningkatkan penge­ tahuan dan memperkaya pengalaman. Pengalaman dan pengetahuan itu, akan bermanfaat diceritakan pada setiap kesempat­an bertemu dan bergaul dengan masarakat di negeri lain. Wisata dalam negeri pun berarti sekali me­ningkatkan kegiatan ekonomi, kenaikan investasi di hotel dan usaha lain, peluang kerja. Industri penerbangan di Indonesia de­ wasa ini bertumbuh dengan tingkat ter­ tinggi di dunia, bersama negara Turki, ­Meksiko, dan Filipina, cenderung memben­ tuk TIMP, me­ninggalkan tingkat pertum­ buhan BRIC (­Brazilia, Rusia, India, China). Negara-negara berpenduduk besar (dan kaya pun) belakangan ini dengan sengaja berupaya meningkatkan terus wisata do­ mestik masing-masing; Cina, Saudi Arabia, AS, India, juga Uni Eropa. n

7


Apa yang tidak ada di sana? Cukup tersedia yang unik-unik di NTT, salah satu­ nya ya Komodo. Berkaitan dengan pemeliharaan lingkungan, Wamen ­Sapta Nirwandar mengingatkan perlu dihidup­ kan kearifan lokal. Harus diadakan kriteria, dalam hal kegiatan memancing, misalnya. Di Australia Barat, menurut Wamen, ­lobster yang ditangkap hanya boleh dibawa jika me­ menuhi ukuran tertentu, harus sekian centi­meter, yang lebih kecil haruslah dilepas kembali. Jadi dari Kupang bisa terbang ke Alor, sudah nyaman terbang sekitar satu jam. Di Alor, juga tersimpan keunikan sendiri. Di Laut Alor terjadi pertemuan arus air laut yang ‘panas’ dan ‘dingin’. Unik bukan? Maka yang terbayang kini ialah, kalau ­Labuan Bajo dibuat lebih maju, dari sana wisatawan dibawa ke Lem­bata. Atau melalui

Event

Anak-anak dari Kecamatan Kebola, Kabupaten Alor, Provinsi Nusa Tenggara Timur, menampilkan kesenian tradisional Alor Pitung Dal (bambu bernyanyi) dalam rangkaian Festival Kemilau Budaya dan Wisata Alor 2012 yang berlangsung 7–10 Juli.

Kupang, dan itu diramu dalam satu paket wisata. Di Labuan Bajo sekarang beberapa hotel telah beroperasi. Kembali contoh Lembata. Kehidupan ikan paus dan tradisi penangkapannya oleh penduduk me­ rupakan the one and only hanya ada di Lembata. Penduduk di desa-desa hidup dengan ke­kentalan adat istiadat yang telah berusia ­ratusan tahun. Alat musik tradisionalnya pun tampak unik. Nah, ini kita sedang perjuangkan, menurut Wamen Sapta Nirwandar, semua itu perlu dipromosikan terus, tak kenal maka tak sayang. Tapi baiknya disatukan lagi dalam kegiatan pari­ wisata, dengan obyek Danau Kelimutu, tempat sejarah Bung Karno di Ende, menyaksikan pe­ ninggalan benteng-benteng zaman kuno. Pelaku bisnis wisata setempat bisa membuat hitungan-hitungan komersial yang membuka lapangan usaha dan peluang kerja.

Antara telur dan ayam

Kadang terasa dilematis. Mana yang terlebih dulu, apakah perlu dipromosikan dulu atau perlu dilakukan perbaikan alias penyiapan obyekobyek wisatanya? Yang jelas , ‘Rally Wisata Bahari’ itu akan mem­ buka cakrawala baru, bahwa Lembata memiliki potensi yang besar. In term of distance, jaraknya cukup dekat. “Saya perkirakan bisa berwisata dua hari di Lembata, dengan pesawat kurang dari 1 jam dari Labuan Bajo Komodo. Masih ada beberapa lain lagi, di Pulau Rote misalnya dulu belum terkenal namanya. Musik tradisionalnya yang unik, Sasando, kami sudah coba perkenalkan ke

beberapa tempat, sekarang sudah lahir bentukbentuk baru Sasando. Itu juga keunikan. Di dunia ini mana ada yang memiliki Sasando kecuali di Pulau Rote. Untuk konkretnya, begitulah diceritakan oleh Sapta Nirwandar, kita bikin Sasando in concert di Kupang tahun lalu. Kita akan bikin Sasando in concert pada bulan Desember ini di Jakarta. Dan tempatnya tak tanggung-tanggung, di Ritz ­Carlton Jakarta. Teringat bulan Desember 2012 ketika Kemenparekraf mendatangkan 110 orang pemusik langsung dari Ambon untuk meniup bambu dalam konser musik bambu Blowing from East, menjadi konser kolaborasi musik tradisional dan modern dengan menampilkan penyanyi dari sana, Glenn Fredly dan Bob Tutupoli. Alhasil, amat unik. Pariwisata adalah keunikan, diferensiasi, ­disitulah nanti kita angkat. Lembata punya ke­ unikan. Pertama ikan, kedua tempat mancing, alamnya yang berbukit seimbang. Tak semua ingin berpiknik berwisata dengan kategori luxurious, ada adventure, semi adventure, ada yang naturalis. Contohnya, ke Raja Ampat itu perlu terbang 4–5 jam, sekarang sudah maju, jangan lupa, di­ dorong oleh penyelenggaraan festival. Menurut Wamen Sapta Nirwandar, Lemba­ ta dalam satu dua tahun ini aksesnya akan makin maju, akan tambah pesawat, dan tambah jalanjalan darat. Nanti hotel akan tumbuh, disana be­ lum ada hotel, baru ada home stay. Buatlah hotel yang ramah lingkungan, yang kecil, maupun yang mahal. n

Pria asal Pulau Alor, Nusa Tenggara Timur (NTT) me­ngenakan pakaian yang berasal dari kulit kayu dalam sebuah festival budaya di Alor belum lama ini. Pakaian kulit kayu menggambarkan kehidupan masyarakat NTT di masa lampau.

8

Vol. 4 l No. 42 l Juni 2013


D

irjen Pemasaran Pariwisata, Esthy Reko Astuty, membuka buku catatan, membaca sejenak, lalu menyebutkan angka-angka jumlah wisatawan yang berkun­ jung ke destinasi Kabupaten Jayapura, di situ berlokasi Danau Sentani. Saat itu Dirjen bersama Bupati Jayapura, ­Matius Awoitauw, sedang bertanya jawab dengan wartawan Ibukota, di Kemenparekraf. Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Jayapura, Jairus Ohee menerangkan, selama tahun 2012 tercatat wisman berkunjung ke Jayapura ber­ jumlah 9.256 orang dan wisnus 14.713 orang. Untuk jumlah wisman, meningkat sekitar 9 persen dari tahun sebelumnya. Agar fokus mengetahui jumlah wisman yang berkunjung saat gelaran Festival Danau Sentani, maka Dirjen Esthy Reko Astuty membuka catatan datadatanya tadi. “Ke Festival Danau Sentani tahun 2010 tercatat kunjungan 663 wisman, itu meningkat menjadi 670 tahun berikutnya, tahun 2012 me­ lonjak hingga mencapai lebih 800 orang,” Esthy Astuty melengkapi keterangan tersebut. Lebih lengkap lagi, hotel di Jayapura meningkat cukup pesat, kini beroperasi di sana 22 hotel bintang, dan 27 hotel non bintang, dengan total jumlah kamar 1.232 berisi 1.789 tempat tidur. Festival Danau Sentani tahun 2013 dilaksana­ kan tanggal 19–22 Juni 2013. Ini yang keenam kali dilaksanakan, setiap tahun, dan, selalu kon­ sisten dipertahankan pada jadwal yang sama. Festival ini unik dari beberapa segi. Pertama, seakan tak terlalu berambisi untuk mendapatkan kunjungan wisatawan langsung dalam jumlah besar pada tahun-tahun pertama, tetapi berupaya konsisten menyelenggarakan ­setiap tahun dengan meningkatkan ‘kualitas’ pengelolaan, dan mengharapkan peningkatan wisman dan wisnus yang berkunjung setiap ­tahun akan meningkat. Kedua, festival itu telah memacu perbaikan infrastruktur, ada jalan raya sepanjang sekitar 3 kilometer yang menuju lokasi danau tempat fes­ tival, dibangun dan dirapikan. Sebelum festival diciptakan, selama beberapa tahun permintaan untuk membangun memperbaiki jalan raya itu, diakui tak memperoleh tang­ gapan. Setelah festival tahun 2008, jalan itu dis­ empurnakan. Lalu? Sepanjang jalan itu, ketika festival sedang berlangsung, para pelaku bisnis lokal menjaja­ kan dagangan, mulai dari hasil kerajinan, produk makanan minuman hingga pakaian. Festival itu sendiri tumbuh dari motivasi

Event

Festival Danau Sentani

Dirjen Esthy Reko Astuty dan Bupati Jayapura Matius Awoitauw memberi penjelasan kepada wartawan di Jakarta (atas), dan suasana Festival Danau Sentani tahun lalu (bawah).

masyarakat, yang nyaris dari semua pelosok ­Papua, otomatis masing-masing mempersiapkan diri untuk datang dan selalu mengikuti festival. Dalam kata-kata Wamen Parekraf Sapta Nirwandar ketika mengomentari Festival ­Danau Sentani tahun lalu, “Mereka masyarakat lokal ber­ kesadaran sendiri ingin ikut meramaikan festival.” Lokasi sepanjang 3 km jalan raya itu ­dikelola langsung oleh masyarakat sekitarnya. Saat festi­ val berlangsung selama 5 hari tahun lalu, ditaksir 80 ribu orang datang, masyarakat me­ngendarai motor dan mobil berlalu-lalang di situ, peka­ rangan-pekarangan rumah jadi lahan parkir. Masuklah uang parkir, mama-mama berjualan di warung, dan, akhirnya tercatat transaksi seki­ tar Rp 6 miliar di tahun 2011, semua langsung

Vol. 4 l No. 42 l Juni 2013

masuk pendapatan masyarakat. Tahun-tahun sebelumnya omzet di situ masih berkisar Rp 2 miliar lebih. Tentu saja, termasuk, ketika pengunjung itu sebagian naik perahu ­bayar, menikmati kuliner, ada papeda bakar, salah satu makanan khasnya. Ada lagi tambahan infrastruktur. Sejak festival itulah lampu listrik masuk di kawasan ini. “Sejak awal penyelenggaraan tahun 2008, Kemen­ parekraf memberi dukungan terus pada Festival Danau Sentani,” ujar Dirjen Esthy Astuty. Pada jumpa pers di Kemenparekraf 11 Juni 2013, Bupati Jayapura Matius Awoitauw me­ nyatakan komitmen pemda melaksanakannya setiap tahun terus menerus sebagai calendar of event yang tetap. n

9


Timur, Majulah!

A

ntik, tema yang dipakai untuk Festival Danau Sentani 2013, seorang wartawan berbisik. Apa itu? Kegiatan ini mengambil tema: ‘Bertahan dalam Guncangan Badai’. Lalu apa saja isi fes­ tival kali ini? Acara-acaranya, Lomba Menari di Atas Air, Pagelaran Tari Musik Tradisional, menggelar Cerita Rakyat, ada Pa­meran Bu­ daya dan Kuliner, lomba lari 10K. Ada fashion show, kemudian pawai budaya. “Diharap even ini bisa menarik wisatawan dari mancanegara dan domestik, untuk itu perlu diperhatikan pengemasan paketnya,” ujar Dirjen Esthy Reko Astuty. Adapun tema Bertahan Dalam Guncangan Badai, latar belakangnya, rupanya di Kabu­ paten Jayapura dirasakan banyak kebudayaan dari luar mengalir masuk, dan dirasa budaya lokal pernah tergoncang. Jadi, yang dimaksud badai bukan air tapi badai budaya. Kebetulan pula pada Maret yang lalu di danau mengalami pasang naik sampai 1,5 meter. Nyaris semua rumah pen­ duduk di Danau Sentani terendam oleh air dan juga—lokasi di mana tempat festival biasanya dilaksanakan. Pohon sagu mulai juga terancam karena beberapa kegiatan pembangunan. Ada jem­

Event

10

batan putus. Maka disimpulkanlah meng­ ambil tema tersebut. “Kami sedang dilanda badai yang bukan hanya gelombang, tapi juga budaya,” Kepala Dinas Pariwisata Jayapura, menerangkan. “Kami seminarkan membicarakannya, ter­ nyata tema itu diterima. Kami bisa memper­ tanggungjawabkannya,” ujar ­Jairus Ohee. Tahun ini tamu lokal yang diundang ialah dari Kabupaten Keerom, Kota Jayapura, Kabupaten Sarmi, ­Ya­limo, Yahukimo, itu yang akan hadir. Seluruhnya ber­ jumlah 29 kabupaten di Papua, yang berdekatan dengan Jayapura. Selain itu, masyarakat yang hidup di pegunung­an, mereka biasa datang dari ­Asmat. Meski tidak di­undang, tetap­ lah mereka hadir ikut menyemarak­ kan kegiatan. Ya dari ­Nabire, Wamena, ­Mappi, Waropen, “kami memberikan waktu untuk mereka menyumbangkan atraksi,“ kata Fritz Felle, Ketua Panitia Pelaksana. Baik juga diperhatikan, kalangan mas­ kapai penerbangan nasional dewasa ini sedang menambah terus frekuensi dan rute ­pe­nerbangan ke arah kawasan timur ­Indonesia. Bagai­manakah pemain agen perjalanan dan tur mengemas paket-paket dengan harga yang ‘terjangkau’, demi men­ dukungnya? n

Vol. 4 l No. 42 l Juni 2013


Promosi pariwisata dalam negeri

B

erbeda dari festival atau sebagian pameran, kegiatan yang disebut DP (Direct Promotion) dilaksanakan oleh Direktorat Promosi Pariwisata Dalam Negeri, dipastikan menjadi ajang terjadinya jual beli produk wisata. Sama seperti pada kegiatan promosi melalui Promosi Pariwisata Luar Negeri, ajang jual beli itu disebut Table Top (Business to Business). Tak kurang 40 sellers (airlines, hotel, agen perjalanan dan pemilik obyek wisata) dari Jawa Timur, Bali dan Lombok dipertemukan dengan 50 buyers. Sasaran pasar yang dituju adalah masyarakat Batam, maka dipilih lokasinya di kota perbatasan ini. Justru lantaran merangkap sebagai perbatasan dengan pasar utama wisman yakni Singapura dan Malaysia, diberlakukan pula di sini pepatah tadi: sekali merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampau. Dalam bahasa pemasaran menjadi penerapan prinsip low budget high impact. Ke ajang DP Jatim & Beyond itu, 27 buyers da­ tang dari Singapura, 5 dari Johor Baru, Malaysia, dan 18 dari Batam sendiri. Pengaturannya ialah: sellers meet buyers. Para pembeli diatur wak­ tunya menghampiri para penjual. Lalu mereka langsung berunding. Demikian seterusnya ber­ gantian. Di akhir ajang, dari formulir konfirmasi yang diisi oleh para peserta, terpantaulah transaksi yang terjadi. Bahwa pada saat Table Top, jumlah total transaksi antara penjual dan pembeli men­ capai sekitar Rp 2.179.355.285,00. Masih ada lagi di luar itu, yakni pemesanan dan negosiasi yang terus berlanjut, diperkirakan potensial transaksinya bisa mencapai 5 miliar rupiah. Beberapa paket perjalanan yang banyak ­diminati tercatat adalah Bromo, agrowisata petik apel di Malang, Ijen, Bali dan Rinjani. Jadi, walaupun kegiatan DP ini sesungguhnya pelaksanaan strategi promosi pariwisata dalam negeri, namun pemikiran daya guna dan daya hasil diterapkan untuk sekaligus merangkap pro­ mosi luar negeri. Artinya, di samping ajangnya mempromosikan dan mempertemukan penjual dan pembeli dari destinasi Jawa Timur (dan seki­ tarnya) dengan pelaku bisnis di Batam, sekalian juga didatangkan pembeli dari negara jiran— Singapura dan Malaysia.

Jatim & Beyond

di Batam

Banner promosi berjejer di sepanjang jalan sekitar mal dan menyemarakkan kegiatan.

Para peserta Table Top pada momennya selalu tampak serius, berjual beli produk wisata.

Dalam suasana pameran seperti ini, para pengunjung umum, selain mencari informasi, juga mencari dan membeli produk-produk hasil industri kreatif.

Vol. 4 l No. 42 l Juni 2013

11


Dari sudut promosi pariwisata dalam negeri, sedang berkembang kebiasaan positif baru. Tim­ bul dari minat yang tumbuh dari kalangan indus­ tri sendiri. Ajang DP untuk Jawa Timur sebagai destinasi, diadakan di Batam untuk menarik wis­ nus dari kota yang ‘produktif’ itu—informasinya sampai ke telinga pelaku pariwisata di Bali dan Lombok. Tanpa ragu mereka meminta untuk bisa ikut serta sebagai sellers. Mereka ikut berangkat. Maka Lombok dan Bali pun terjual di DP, selain target wisnus, ya itu tadi, juga diperoleh pembeli pasar Singapura dan Malaysia. Daerah destinasi lain bolehlah memperhati­ kan peluang-peluang seperti ini. Table Top dipe­ runtukkan khusus bagi para pelaku bisnis. Tapi setiap kegiatan DP juga diadakan pameran. Ini menyajikan selain bahan-bahan informasi yang disediakan untuk masyarakat umum, alias ‘kon­ sumen’, juga para prosuden dan pedagang ba­ rang suvenir, kerajinan tangan, pokoknya umum­ nya barang produksi kreatif dari daerah destinasi, mengisi stan pameran. Pengunjung berbelanja. DP dan Pameran di Batam kali ini, tanggal 8 dan 9 Juni 2013, mengambil tempat di lantai dasar Mall Batam City Square (BCS). Stan diisi oleh maskapai penerbangan Garuda, Citilink dan Merpati Nusantara, industri pariwisata dan kera­ jinan batik dari Malang, Kediri, Surabaya dan te­ nun ikat Bali. Apa yang terjadi? Para peserta melaporkan perolehan hasil tran­ saksi penjualan langsung sebesar Rp 577.285.660,00 selama 2 hari pam­ eran. Pengunjung yang datang diper­ kirakan 5.000 orang. Berdasarkan laporan dari seluruh peserta pameran, transaksi potensial diprediksi mencapai 2 miliar rupiah. Sudah barang tentu pameran di­ meriahkan dengan pertunjukan kes­ enian daerah serta musik akustik dari komunitas Jawa Timur. Ada juga pem­ bagian beberapa macam voucher. Ide baru muncul. DP Jawa Timur ta­ hun 2014, diusulkan tempatnya pin­ dah lagi, agar ke ­Kalimantan Timur. Pertimbangannya, keter­sediaan sa­ rana transportasi, potensi daya beli masyarakat dan jumlah penduduk. Untuk dapat mengakomodasi se­ mua peluang terjadinya pembelian (transaksi), maka sebaik­nya pada setiap kegiatan DP diharapkan pe­ sertanya lebih bervariasi lagi, agar diperbanyak lagi dari kalangan usaha transportasi laut, darat dan udara, kerajinan dan seterusnya. n

12

Promosi pariwisata luar negeri

Misi Penjua

Table Top di Thailand.

L

Di Malaysia (atas) dan di Singapura (bawah).

Vol. 4 l No. 42 l Juni 2013

ain lagi dengan Direktorat Pro­ mosi Pariwisata Luar Negeri yang mengirimkan Sales Mission ke luar negeri. Salah satunya ke ASEAN (Singapura-Malaysia-Thailand) yang dilaksana­ kan pada 2–7 Juni 2013. Kali ini Kemenparekraf membawa delegasi Indonesia berjumlah 57 orang, di antaranya 34 industri pariwisata Indonesia, 8 Tim Kesenian, 4 orang dari PCO, lalu dari Disbudpar Provinsi Ja­ tim, Disbudpar Kota Malang. Di Singapura, 32 buyers Singapura dipertemu­ kan dengan 33 sellers, di situ juga aktif ber­ gerak Garuda Indonesia dan VITO (Visit Indonesia ­Tourism Officer) Singapura, dan didukung oleh KBRI Singapura. Di Kuala Lumpur, Malaysia, acaranya ­diikuti oleh 87 undangan terdiri dari: 51 buyers, 34


lan ke ASEAN

Persembahan tari Indonesia.

Pariwisata Nasional) dan 7 wisata mi­ nat khusus, yang sedang difokus oleh ­Indonesia. Pertemuan bisnisnya sendiri dilaksanakan dengan sistem sellers meet buyers dalam format classroom. Se­ tiap seller mendatangi buyer secara ber­ gantian dengan alokasi waktu 5 menit se­ hingga to­ tal waktu yang digunakan selama table top lebih kurang 160 menit. Bersamaan itu di layar besar di­ tayangkan film Wonderful Indonesia dan looping destinasi pariwisata Indonesia, me­ nampilkan pencitraan keenam belas KSPN dan 7 minat khusus diuraikan tadi. Bahan promosi pariwisata Indonesia didistri­ busikan kepada para buyers: goody bag, tourist map, DVD, Booklet General Information, Eco­tou­ rism, Adventure, Diving, Spa, Shopping, Cullinary, Tourism Village, Booklet Java, Sumatera, Bali, Maluku & Papua, Sulawesi, serta suvenir.

Penjualan

Penyerahan Tanda Mata dari Presiden TTAA dan GM Garuda Indonesia di Thailand.

s­ ellers, perwakilan KBRI serta VITO Kuala Lumpur. Di Bangkok, Thailand, hadir 85 undangan terdiri dari: 66 buyers, 31 sellers, perwakilan KBRI Bang­ kok, General Manager dan perwakilan Garuda Indonesia, serta Presiden dan perwakilan Thai Travel Agents Association (TTAA). Kegiatan di masing-masing negara itu selalu diawali dengan uraian product knowledge, baru kemudian table top, dilanjutkan jamuan makan malam. Saat itulah dipersembahkan pertunjuk­ an seni budaya Indonesia. Pada setiap uraian product knowledge, di­ jelaskan tentang 16 KSPN (Kawasan Strategis

Dari aktifitas misi penjualan di 3 negara terse­ but, para sellers memasukkan laporan kontak dan kontrak bisnis yang mereka tanda tangani. Total mencapai sekitar 7.090 pax dengan nilai transaksi sebesar Rp 14,22 miliar, dengan rin­ cian: Singapura 2.372 pax (nilai kontrak Rp.4,57 miliar), Malaysia 2.720 pax (Rp 5,24 miliar), dan Thailand 1.998 pax (Rp 4,41 miliar). Destinasi yang paling diminati oleh Singapura dan Malaysia adalah Jakarta/Bandung, Bali, Yog­ yakarta dan Surabaya sedangkan oleh Thailand dominasinya ke Bali, Yogyakarta, dan Jakarta/ Bandung. Beberapa sellers Indonesia juga mem­ perkenalkan paket-paket wisata minat khusus berupa recreational sport seperti rafting, diving, elephant riding, dan trekking. Antusiasme buyers cukup tinggi, terlihat dari kehadiran mereka, dan, laporan tentang tran­ saksi dari sellers dengan estimasi nilai penjualan. KBRI dan Garuda Indonesia mendukung dan ­bekerja sama baik. Garuda Indonesia di Singapura dan Bangkok

Vol. 4 l No. 42 l Juni 2013

menyedia­ kan doorprize berupa tiket ­penerbangan pp dengan pilihan rute ke Surabaya, Bali, Yogya­ karta, dan Makassar. Di Thailand kegiatan itu pun diliput oleh media pariwisata: TV Travel Channel dan Air Sea Guide

Magazine. Tahun lalu misi serupa ini dilaksanakan juga. Ternyata hasil transaksi yang dilaporkan oleh para sellers cukup bagus tahun ini (7.090 pax dengan nilai transaksi Rp 14,22 miliar) meningkat sebe­ sar 63% pada jumlah pax apabila di­bandingkan dengan hasil tahun lalu (2012) yang mencapai 4.348 pax. Disimpulkanlah Sales Mission ASEAN di tiga negara ini merupakan sarana promosi yang ­efektif dan efisien dengan mempertemukan, mempromosikan dan menjual paket-paket ­wisata serta meningkatkan jalinan kerja sama di bidang pariwisata antara sellers Indonesia ­dengan buyers. Malahan diharapkan agar pasar Thailand da­ pat digarap dengan lebih gencar lagi, terutama dalam rangka memperkenalkan destinasi lain beyond Bali, Yogyakarta dan Jakarta/Bandung, mengingat destinasi yang dikenal oleh wisman Thailand masih terbatas pada daerah-daerah tersebut. Juga perlunya dukungan awareness campaign baik melalui media cetak maupun elektronik serta media luar ruang. Dalam upaya promosi pariwisata di Thailand, selain melalui kegiatan Sales Mission ASEAN 2013, Kemenparekraf akan berpartisipasi pada Thai ­International Travel Fair #13 yang akan di­ laksanakan di Queen Sirikit Convention Centre, Bangkok pada tanggal 15–18 Agustus 2013. n

13


Festival Borobudur International

H

ujan sedang mendera, namun masyarakat penonton malah kian merapat tak menghirau­ kan basah. Mereka tampak ter­ pesona. Mata seakan tak berkedip mengarahkan pandang ke pusat panggung. Tari Bodhi Hybridity dipersembahan oleh Ke­ men Parekraf, kemudian bisa disebut paling istimewa. Tarian ini berkonsep kolaborasi enam tarian unggulan dari lima kota pusaka. Yakni Semarang dengan tari seribu tangan. Surakarta dengan tarian wayang. Ke­ mudian tarian khas Pangkalpinang, Palembang, Kota Singkawang, dan Jakarta Barat. Keenam tarian terse­ but di­lebur ke dalam tarian baru yang ­eksotik, rancak, anggun dan disebut­ kan, teramat indah. Dinamai tari Bodhi Hybridity, me­ ngandung makna peleburan budaya lokal dengan unsur Budism. Ya, pemen­ tasannya di Candi Borobudur. Satu penulis melaporkan, satu jam tarian ini berlangsung ribuan penonton memadati Taman Lumbini Candi Borobudur. Semua terdiam se­ mentara para penari dari enam kota pusaka itu teratur dinamis bergerak di panggung, dalam warna warni mempesona. Sebagian rela hujanhujanan demi mendapatkan sudut pandang yang menarik. Begitu tarian seribu tangan dari Semarang menutup pementasan, tepuk tangan penonton langsung bergemuruh memberikan apresiasi. Pemrakarsa tarian Bodhi Hybridity, Direktur Pengembangan Seni Pertunjukan dan Industri

14

Inspirasi Daerah Menjualnya Sebagai Paket Wisata Musik Kemen Parekraf, Juju Masunah, terse­ nyum lebar. Dia kemudian menerima penga­ lungan bunga, mengucapkan terima kasih atas apresiasi tinggi dari penonton. “Bodhi Hybridity hasil kolaborasi tarian enam kota pusaka,” ulangnya menjelaskan. “Sedang­ kan Borobudur peninggalan sejarah yang memi­ liki jejak Budism,” kata Juju Masunah. Jejak peradaban masa lalu mempunyai ba­nyak keunikan, dan kekayaan budaya. Pementasan

k­ olaborasi ini membuktikan bahwa jejak-jejak Budism bisa digali lebih dalam untuk mencip­ takan ruang kreatif baru dan diangkat ke dalam seni pertunjukan modern. Indonesia ­memiliki jaringan 48 kota pusaka yang masing-masing menyimpan warisan sejarah panjang dengan jejak-jejak Budism. Juju mengaku terinspirasi hendak menggabungkan lagi satu karya dengan karya lain. Kemen Parekraf bahkan membawa konsep baru ini keliling dunia untuk promosi wisata. *** Ini satu festival lagi di Tanah Air, Borobudur

Vol. 4 l No. 42 l Juni 2013

International Festival (BIF). Wamen Parekraf Sapta Nirwandar, Jumat, 14 Juni 2013 malam, melangkah menaiki panggung, memukul gong, meresmikan pembukaannya, bersama Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo. Setelah diawali dengan tari ‘Borobudur Spirit of Central Java’ tadi, festival malam itu dimeriah­ kan lagi dengan kesenian tari tradisional China, tari Brunei Darussalam, tarian tradisi minum teh Slovakia serta tari tradisonal dari Thailand. Duta Besar 36 negara sahabat dari ­Jakarta datang hadir menyaksikan malam peresmian pembukaan. BIF 2013 diselenggarakan lima hari 13–17 Juni 2013 di Taman Lum­ bini ­Taman Wisata Candi Borobudur. Tak kurang semuanya 4.000 seniman lokal dan mancanegara terlibat, menampilkan pertunjukan setiap hari siang sampai malam, sehingga pada penutupannya, diperkirakan lebih 100 ribu wisatawan datang menyaksikan selama hari-hari festival. Festival pada hakekatnya berfungsi membangun dan memperkukuh citra destinasi, tetapi BIF tahap sekarang lebih diproduktifkan dengan menggabungkan pelaksanaan Borobudur Travel Mart (14–16 Juni) dan International Heritage Seminar (14–15 Juni). BIF 2013 diakui memberi inspirasi baru bagi pemprov Jawa Tengah. Pada BIF yang akan da­ tang Pemprov akan menjual BIF sebagai salah satu paket wisata andalan Jawa Tengah. Pemprov yakin BIF akan bisa menaikkan tingkat kunjungan wisatawan karena ternyata animo masyarakat


Wamen Parekraf Sapta Nirwandar.

selalu tinggi. Pertama kali diadakannya di tahun 2003, yang kedua baru terlaksana tahun 2009, enam tahun kemudian. “BIF berikutnya akan kita jual sebagai paket wisata, idealnya memang harus begitu,” kata Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaaan Jateng, Prasetyo Ari Wibowo. Rencana berikutnya tahun 2017. Itu akan dirancang lebih dini sekitar 2 tahun sebelum kegiatan berlangsung. Pemprov berencana menggandeng sejumlah agensi wisata untuk memasarkan agendanya. ”Sekitar 2–3 tahun sebelum BIF harus sudah kita tentukan waktu pelaksanaan, acara, serta kesenian apa saja yang akan tampil. Ini untuk memudahkan biro perjalanan menjual BIF,” kata Prasetyo. *** Best practices seperti itulah yang tiada henti dianjurkan oleh Wamen Sapta Nirwandar ke­ pada daerah-daerah destinasi. Wamen meresmikan pembukaan festival ini dengan menegaskan, “BIF ini merupakan salah satu ajang untuk mengenalkan lebih luas potensi wisata Jateng pada masyarakat khususnya pada turis mancanegara.” “Kami berharap BIF dapat menarik wisatawan untuk berkunjung ke Jawa Tengah,” kata Sapta. Borobudur Travel Mart (BTM) dikombinasikan pelaksanaannya dengan BIF, 14–16 Juni di ­Magelang, dan terdaftar sebanyak 106 pelaku usaha wisata sebagai penjual. Ketua Penyelenggara BTM, Sugeng ­Sugiantoro mengatakan, jumlah peserta yang akan hadir yakni 106 seller dan 85 buyer. Katanya, dua pertiga seller datang dari Jawa Tengah, se­ dangkan lainnya dari Yogyakarta, Surabaya, Bali, Malang, Batu, Bogor, Palangkaraya, dan NTB. Siapa saja buyer yang datang? Mereka ber­asal

dari 14 kota di Indonesia dan dari empat negara. Dari luar negeri berasal dari Malaysia, Singapura, Arab Saudi, dan Filipina. Dari Malaysia 11 perusa­ haan, dari Singapura 8, dan masing-masing satu dari Arab Saudi dan Filipina. Tentu saja seller terbanyak datang dari ­Semarang, 14 perusahaan, dari Magelang 8 pe­ rusahaan, Solo 7 perusahaan, Yogyakarta 10 perusahaan, dan lainnya dari berbagai kota di Jateng yakni Kudus, Ungaran, Pemalang, Peka­ longan, Banjarnegara, dan Wonosobo. “Berjumlah 85 buyer dari dalam negeri dan luar negeri,” katanya. Mereka pelaku bisnis wisata dari Bali, Bandung, Banyuwangi, Jakarta, Medan, Palembang, Surabaya, Pekanbaru, Tasikmalaya, dan Cirebon. Jadi, even ini berfungsi pemasaran di dalam negeri dan luar negeri. Khusus seksi ekspo, kemudian tercatat meng­ hasilkan transaksi senilai Rp 249,3 juta. Ya, seba­ gai festival, peristiwa ini disemarakkan dengan berbagai kegiatan lain yakni pameran seni rupa, pasar murah, pengobatan gratis, dan panggung hiburan rakyat.

Pengertian

Pada setiap kesempatan seperti itu, ke ­hadapan publik tingkat atas, pelaku bisnis, dan masyarakat umum, Wamen Parekraf pun ber­ upaya membangun pengertian tentang perkem­ bangan pariwisata mutakhir. Krisis ekonomi di Eropa mendorong Pemer­ intah Indonesia merevisi target kunjungan turis asing selama 2013, ujar Wamen saat meresmikan pembukaan BIF. Ditargetkan 9 juta wisatawan mancanegara (wisman) tahun 2013 ini, tetapi dengan kemung­ kinan direvisi menjadi 8,6 juta wisman. Wamen Sapta Nirwandar mengatakan, tingkat kunjungan wisman sangat dipengaruhi

Vol. 4 l No. 42 l Juni 2013

kondisi ekonomi di Eropa. Mengapa? Kawasan tersebut merupakan salah satu penyumbang terbesar jumlah wisatawan dunia. “Kami punya tiga skenario untuk mencapai target kunjungan wisman ke Indonesia tahun 2013,” kata Sapta. Tiga skenario target kunjungan wisman terse­ but melihat pada situasi global, terutama kondisi ekonomi Eropa. Skenario pertama, jika kondisi ekonomi Eropa baik sekali maka target 9 juta wisman diyakini tercapai. Skenario kedua, jika kondisi perekonomian Eropa tak lebih baik dari kondisi sekarang maka diperkirakan 8,6 juta wis­ man ke Indonesia bisa dicapai. Namun jika kondisi ekonomi Eropa tidak segera membaik maka diperkirakan target terca­ pai berkisar 8,3 juta wisman. “Target-target itu sudah bagus karena ber­ pijak pada perhitungan kenaikan rata-rata 10 persen dari tahun lalu,” katanya. Meski demikian, kata dia, Indonesia tidak akan mengandalkan wisatawan Eropa saja. Indonesia akan terus mengembangkan wisata ke Australia, China, Jepang, Korea, Malaysia, Singapura, dan Filipina. Selama ini, animo masyarakat di negaranegara tersebut untuk berkunjung ke Indonesia sangat besar. Jika potensi ini digarap dengan baik diyakini jumlah wisman akan terus mening­ kat naik. Menurut Sapta, Indonesia harus fokus me­ ngembangkan pariwisata karena bisa menda­ tangkan devisa negara dan membawa kesejah­ teraan bagi masyarakat. Disebutkan dasar penghitungan, bahwa dengan 9 juta wisatawan mancanegara ke sini, “Setiap satu turis rata-rata mengeluarkan lebih US$ 1.000. Uang ini untuk beli tiket, makan, hotel, transportasi, suvenir dan lainnya.” kata Wamen. n

15


J

ogyakarta, me­ mang cukup sabar menjalani penye­ lenggaraan even wisata olah raga jalan kaki dengan nama Jogya International Heritage Walk (JIHW) sejak tahun 2008. Itu secara rutin tiap tahun digelar di Jogja dengan ­bekerja sama dengan Japan Walking ­Society, hingga kemudian 2 kali di­ tinjau oleh juri dari The IML ­Walking Association atau Asosiasi Jalan Kaki Internasional yang berpusat di Perancis. Barulah penyelenggaraan JIHW dinilai konsisten, profesional, dan sesuai dengan standar The IML Walking Assosiation. Prosedur berikutnya dipenuhi. Jogja sebagai pelaksana JIHW mendaftarkan diri untuk menjadi kandidat ­anggota The IML Walking Association. Maka diundanglah Yogya untuk hadir dan menyam­paikan presentasi dalam Sidang IML yang berlangsung tanggal 7–8 Mei 2013 di ­Chantonnay, Perancis. Se­ lanjutnya 9–12 Mei mengikuti acara Jalan Kaki yang jumlah pesertanya mencapai 5.000 orang. Dalam sidang IML ini, Yogja diwakili oleh ­Tazbir, Kepala Dinas Pariwisata DIY. Presiden The IML ­Walking Association, Mr Ron Hendrik memimpin sidang, hadir 25 negara anggota. Sidang me­ nyepakati Jogya mewakili Indonesia diterima menjadi anggota Asosiasi. Dengan begitu maka Indonesia negara ASEAN pertama yang masuk jadi anggota The IML Walking Association. Anggota keseluruhan dari Asia kini terdiri atas Jepang, Cina, Korea, Taiwan dan Indonesia. Status anggota itu memberi hak menggunakan bendera IML dan logo IML dalam pelaksanaan JIHW mulai tahun 2013, yang direncanakan akan berlangsung tanggal 23–24 November 2013. Ini satu lagi sports event, JIHW tahun 2013 ­kembali akan digelar dengan mengambil tempat satu hari di kawasan Candi Prambanan dan satu hari di kawasan Imogiri, Jogya. Jarak tempuh da­ lam ajang ini terbagi tiga yakni 5, 10, dan 20 kilo­ meter. (Info lebih lanjut dapat dilihat melalui situs jogjaheritage-walk.com) Keuntungan lain dari keanggotaan tentulah pada aspek promosi. JIHW 2013 telah langsung tampil terdaftar dalam website IML sebagai even internasional. Kemudian, Panitia JIHW telah me­ nerima email dari beberapa komunitas pejalan kaki negara-negara Eropa yang hendak datang ke Jogya untuk mengikuti JIHW 2013. Apalagi harapan ke depan? JIHW akan dapat berkontribusi dalam upaya meningkatkan jum­ lah kunjungan wisatawan asing ke Jogya dan ke ­Indonesia pada umumnya. Dirjen Pemasaran Pari­ wisata Kemenparekraf, PT Taman Wisata Pram­ banan serta KBRI Paris memberikan dukungan dan apresiasi kepada JIHW. n

Sports Event

16

Jogya Sabar Mulai Berhasil

Presentasi ke pusat asosiasi di Perancis.

Sidang 25 negara anggota.

Ketua Delegasi 5 Negara Asia yang menjadi anggota The IML Walking Association, Cina, Jepang, Korea, dan Taiwan.

Vol. 4 l No. 42 l Juni 2013


S

trategi pema­ saran desti­ nasi yang di­ terapkan oleh Kemenparekraf kian ‘berbunyi’, yaitu antara lain semakin banyak daerah dan even berformat fes­ tival diciptakan dan dilancarkan. Buatlah daftar, tahun 2013 ini mencatat se­ jak awal hingga penghujung tahun sambung menyambung dari daerah ujung timur hingga barat Indonesia, festival demi festival. Berbeda dari masa-masa lalu, festival dan ‘pesta rakyat’ yang tradisional, maupun yang kontemporer, kini menyandang orientasi baru: pengembangan pariwisata! Festival, merujuk KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) artinya: hari/pekan gembira dalam rangka peringatan peristiwa penting dan berse­ jarah; pesta rakyat; perlombaan. Di dunia populer dimaknai festival sebagai kegiatan yang berawal dari masyarakat sendiri. Di berbagai negara beberapa festival yang tadi­ nya pesta tradisional rakyat, berkembang men­ jadi peristiwa dan kegiatan yang mengundang wisatawan datang menyaksikan. Belakangan berkembang lagi, wisatawan bu­ kan hanya datang sekedar menonton, tetapi jika mungkin, sekaligus ‘terlibat’. Pergerakan wisman sendiri telah melahirkan motivasi baru, yakni ke­ inginan terlibat dalam aktivitas masyarakat lokal di destinasi. Pemasaran pariwisata Indonesia memasuki peluang itu dengan menciptakan dan mendu­ kung ajang demi ajang mulai dari musik, olah­ raga, seni budaya, di darat, di atas air, hingga Gunung Bromo. We are on the right track. Menurut Wamen Parekraf Sapta Nirwandar, even-even yang banyak tersebut, memang ada yang skala dan sifatnya lokal, ada yang sudah meningkat men­ jangkau regional atau antardaerah, hingga ber­ skala nasional, dan Kemenparekraf menginisiasi even yang langsung berskala internasional. Festival berskala internasional membawa double function dan dampak ganda yang lebih panjang; selain fungsinya membangun penci­ traan mengenai destinasi daerah khususnya dan negeri Indonesia umumnya, sekaligus pada saat even berlangsung bisa mendatangkan sejumlah wisman dan wisnus. Itu secara langsung meng­ gerakkan kegiatan eonomi masyarakat setempat. Pada peran pemerintahan, terjadi akselerasi pem­ bangunan dan atau peningkatan infrastruktur. Orientasi pariwisata dari setiap festival, me­ mang menuntut perbaikan dan penyempurnaan tata kelola dan pemasarannya, dari tahun demi tahun. Sebab, untuk wisatawan mau datang

Event

Menteri Parekraf Mari Elka Pangestu (keempat kiri), Gubernur Kaltim Awang Faroek Ishak (kedua kiri) me­ mukul gendang meresmikan peluncuran Festival Derawan, di sisi kanan Wamen Parekraf Sapta Nirwandar (kedua kanan) dan Dirjen Pemasaran Pariwisata Esthy Reko Astuty (ujung kanan), bertempat di Kemen­ parekraf Jakarta pada 19/6-2013. Rangkaian Festival Derawan berlangsung bulan Juni–September 2013, ini berkaitan dan menjadi bagian dari even besar Sail Komodo 2013.

Mencipta, Mengolah, Mendatangkan Wisatawan berkunjung dan jumlahnya meningkat, tergan­ tung dari ketersediaan fasilitas dan pelayanan yang memadai. Tapi potensi berkembangnya pariwisata, me­ luasnya pemasaran pariwisata, akan terdorong kuat melalui festival-festival yang dikelola de­ ngan rapi dan terjadwal baik. Kita telah punya demikian banyak: Festival Pasola, Festival Danau Sentani, Festival Lembah Baliem, Fetival Teluk Jailolo, Festival Legu Gam, Festival Ternate, Festival Cap Go Meh, Lomba Sumpit Internasional, even olahraga Triboatton, Tour de Singkarak, Sail Indonesia, Sail Down Under Rally, akan datang ­Jakarta Marathon, ada juga Ubud Writers & Readers Festival, Jazz Festival, Festival Raja Ampat, Festival Bahari Bangka Belitung, Borobudur International Festival, Festival Budaya Jakarta, dan seterusnya. Contoh semangat di Provinsi Bengkulu saja, tahun ini ada tiga: Festival Bumi Rafflesia, Festival Pantai Rafflesia, dan terakhir nanti Festival Tabot. Yang terakhir itu memang agenda tahunan sejak

Vol. 4 l No. 42 l Juni 2013

‘jaman dulu’. Bertema Derawan Untuk Masa Depan (Derawan For Future), Festival Derawan 2013 ini berisi perlombaan nasional olahraga selam, under ­water photography hingga atraksi terjun payung dan pemecahan rekor penyelam senior. Derawan mulai terkenal dengan ­keindahan alam bawah lautnya, habitat Penyu Pung­ gung Hijau untuk bertelur, ini dilindungi dan ­dapat ditemukan hampir setiap hari, daya tarik tersendiri bagi wisatawan. “Kami mendukung penuh Festival Derawan ini,” kata Menteri Parekraf Mari Elka Pangestu. Gubernur Kalimantan Timur, Awang Faroek Ishak: “Kami tengah membangun 3–4 hotel dan beberapa cottage dan rumah-rumah penduduk diperbaiki yang akan memberikan kemudahan bagi para wisatawan.” Bupati Berau, Makmur HAPK menambah­ kan, tahun 2014 satu hotel berbintang akan mu­ lai beroperasi di kawasan Kepulauan Derawan. n

17


Promosi dari

Semua Sisi Seni Budaya Boleh jadi bagi sebagian kita pernak-pernik warna-warni ini tampak biasa-biasa. Tapi men­ jadi lain ketika mata dan kamera fotografer, apalagi dari luar negeri sendiri, merekam dan mengedarkannya di media, website atau blog. Ini dari malam Unjuk Bakat Pemilihan Putra dan Putri Pariwisata Kalteng dalam rangkaian acara Festival Isen Mulang 2013, di Palangkaraya, me­ nyingkap kekayaan kebudayaan Dayak kepada publik, khususnya dari subsuku-subsuku Dayak yang ada di Kalteng. Dari kebudayaan di pedalaman hingga pen­ garuh kebudayaan Melayu dalam kebudayaan Dayak pesisir. Ada tarian, musik, pakaian adat dan masih banyak hal lain mengenai Dayak yang belum pernah terpublikasikan ditampilkan di sini. Itu yang dirasakan David Metcalf, fotografer profesional yang memotretnya. Bisa dikatakan nyaris semua provinsi di Indonesia menyeleng­

18

garakan festival masing-masing sekarang. Yang perlu dipraktikkan kini adalah meren­ canakan dan mengelolanya secara profesional, baik dalam materi acara, waktu, maupun tem­ pat penyelenggaraan, dan mempromosikannya di media online dan offline. Bagi daerah yang telah memiliki infrastruktur aksesibilitas yang lebih baik, menggandeng perusahaan transpor­

Vol. 4 l No. 42 l Juni 2013

tasi (maskapai penerbangan, kapal laut, kereta maupun jasa travel) akan memberikan kontribusi dalam mendatangkan pengunjung ke festival. Kemana pengunjung itu akan pergi, akomodasi dan agen perjalanan/operator tur wisata akan mengikutinya. Kemenparekraf memperhatikan betul perkembangan festival-festival daerah, sisi promosi kekayaan seni budaya di samping alam.


Peran Foto Foto ‘serupa’ ini, manakala bertebaran luas di mediamedia, media cetak, broadcast atau cybernet, tentulah menerbitkan selera orang di luar negeri (tentu juga di dalam negeri), terhadap tiga hal (sedikitnya). Bahwa Singkarak diakui sebagai tempat ajang sports event yang berkelas internasional. Singkarak itu destinasi tropis, di tengah kota pun pohon kelapa melambaikan nyiurnya, kota tampak rindang. Masyarakatnya tergolong antusias. Citra yang dihasilkan oleh kamera para fotografer profesional biasa mengandung bobot promosi, bisa menampakkan sua­ sana gairah, romantik, atau sentimental, atau aktifitas yang membangun nuansa mengundang pengunjung boleh ikut terlibat di dalamnya. Memang begitulah ketika daerah destinasi mengada­ kan aktifitas untuk diikuti, ditonton, oleh wisatawan, kemudian wisatawan menikmati alam dan seni budaya yang hidup dalam keseharian, the living culture. Fotografi dan hasil kerja fotografer pun berdampak fungsi promosi dan pemasaran, terutama foto-foto yang berbicara sendiri, speaking pictures.

Respek

Ini di tarmak bandara internasional Ngurah Rai, Bali, pertengahan Mei 2013. Bandara itu tak lama lagi akan rampung pembangunan renovasi dan perluasannya, dan sejak kini sudah terbayang betapa bagusnya nanti tam­ pak wujud dan fasilitas kebandaraan internasional ini. Penumpang terkadang memperhatikan ‘kekurang­ canggihan’ pengaturan arus penumpang, antara lain,

karena tak memberlakukan sistem antri. Budaya antri telah menjadi standar internasional di semua bandara. Alangkah elegan sekiranya saat-saat seperti ini, ada petugas operator penerbangan atau ground handling di bandara, membantu mengalirkan penumpang dalam antrian yang teratur, ketika mereka baru saja turun dari tangga pesawat dan hendak me­ naiki bus yang akan mengantar ke gedung terminal kedatangan penumpang. Percayakah kita, bahwa situasi tak tertib sekalipun mungkin bu­ kan masalah serius berat, namun mengandung promosi negatif? Kesan yang ditimbulkannya bagi wisman dari negara maju, ialah citra destinasi di mana kehidupan sehari-hari tak tertib, tak normal menurut ukuran mereka. Psikologis menurunkan respek. Dan bagaimanapun itu ujung dampaknya bersifat counter productive. Sifat dasar destinasi untuk dipromosikan ialah: Aman, Tertib, Bersih.

Vol. 4 l No. 42 l Juni 2013

19


Jepang yang menjual Wisata Syariah, pena­ nganannya barulah terbatas oleh satu dua agen tur. Jika inerary-nya berwisata di kawasan Kan­ sai, dengan pusatnya kota Osaka, biasa dibawa sedaknya pada satu kesempatan tur di Kobe, singgah dan shalat di masjid Kobe. Kota Kobe dengan pantainya merupakan salah satu tourist spot yang menarik, di samping biasanya wisman dibawa ke kota-kota Kyoto dan Nara, juga di kawasan sekitar Osaka. Di masjid Kobe, praktis hampir setiap waktu shalat, ada saja musafir alias wisatawan yang

mampir dan melaksanakan ibadah. Setiap Ju­ matan, sekitar 300-an jamaah tertampung. Di seberangnya, dua restoran halal buka untuk jad­ wal makan siang dan makan malam. Di ruang berwudhu, lihatlah, disediakan pula bangku permanen tempat duduk bagi masingmasing orang saat mengambil air wudhu, me­ mudahkan dan menyenangkan, tentunya. Pesan dari foto ini: berupayalah selalu sedapat mungkin memberikan kemudahan bagi peng­ guna. Kita sedang bersiap memajukan wisata syariah.

Bandara Frans Kasiepo, Jayapura (kiri) dengan terminal penumpangnya telah da­ lam kondisi yang amat memadai ­kendati berada nun jauh di ujung timur Tanah Air. Bandara ini tampak siap untuk maju. Industri penerbangan Indonesia dimak­ lumi sedang memperbanyak operasi melayani wilayah tengah dan timur Indo­ nesia, setelah di wilayah barat kepadatan telah mulai mencapai puncak. Baik diperhatikan bahwa hampir se­ mua bandara di wilayah timur Indonesia dewasa ini tengah menjalani perbaikan, atau up grading fasilitas, atau bahkan per-

20

Vol. 4 l No. 42 l Juni 2013


Tak beda apakah penulis dan fotografer dari media cetak, atau reporter dan kamerawan dari media TV, dari dulu hingga sekarang pun ­mereka hampir selalu meminta dibawa ke pasar tra­ disional. Juga tak beda apakah mereka sedang berada di destinasi wisata terkenal seperti Bali, Yogya­ karta, atau di Berastagi kota puluhan kilometer dari Kota Medan, mereka pun meminta program tersebut. Sama juga apakah mereka dari Jepang atau Korea, atau Eropa dan Amerika. Petugas pen­ damping untuk berkeliling, dari Kemenparekraf, harus siap untuk itu. Sesungguhnyalah itu meng­ungkapkan, bahwa cerita tentang pasar tra­disional di Indonesia telah banyak menarik perhatian masyarakat di mancanegara. Sekurang-kurangnya, cerita-cerita yang ditu­ lis tentang pasar bahan kebutuhan dapur ibu-ibu di Indonesia, itu telah menggoda mereka ingin menyaksikan. Kru TV dari Inggris, bulan Mei yang lalu di­ bawa oleh Kemenparekraf berkeliling ke desti­

nasi ­Danau Toba, Yogyakarta dan DKI Jakarta. ­Mereka memang tak lupa: meninjau dan mer­ ekam adegan-adegan aksi sang reporter di tengah kesibukan ‘inang-inang’ tawar menawar

dengan pembeli. Alangkah elegan pula jika pasar tradisional meru-bah tradisinya sendiri, untuk lebih bersih, rapih, tentu tak perlu ‘menjadi modern’.

Bersiap untuk Maju Bandara El Tari, Kupang, siap dengan terminal untuk transit penumpang penerbangan internasional.

luasan sekalipun relatif bukanlah berskala besar-besaran. Salah satu di antaranya bandara Tambolaka di Pulau Sumba (foto kanan). Bandara paling timur di Wamena, saat ini sedang membangun terminal penumpang, karena selama ini memang tak punya terminal kecuali sebentuk ‘pon­ dok beratap seng’. Seyogianya Wamena bersiap men­ erima kemajuan pariwisata. Festival Lembah Baliem dan newsstory menarik hati tentang Wamena lumayan luas rasanya tersebar. Termasuk kopi Papua Wamena yang namanya pun telah mendunia.

Vol. 4 l No. 42 l Juni 2013

21


Wisata Nusantara

Bicara Museum Gedung kantor PTPN XI di Jalan Merak. Kontruksi bangunan sudah dirancang tahan gempa, dinding bagian luar dari batu impor dari Italia, dan seluruh dinding foyer bagian depan dilapisi porslen dari Delf, Belanda.

Trackers yang mengikuti tur tematik ‘Surabaya Insight’ di minggu ke-2 Juni 2013 di Gang Kraton II (kiri). Warga Kota Surabaya mungkin banyak juga yang tidak tahu taman kecil di Jalan Pahlawan ini dulunya alun-alun selatan keraton (kanan).

S

elama bulan Juni 2013, Surabaya Heritage Track menggelar tur tematik ‘Surabaya Insight’ pada hari Selasa hingga Minggu pukul 15.00–16.30 WIB. Ini terkait dengan ulang tahun Kota Surabaya setiap tanggal 31 Mei, yang tahun ini berusia 710 tahun. Rutenya berkunjung ke Kampung Kraton di sekitar Jalan Pahlawan, Balai Kota dan Gedung Cak Durasim yang dahulu merupakan Istana ­Kanoman. Sayangnya, hari Sabtu minggu ke-2 Juni 2013 akses ke kedua bangunan tersebut sedang ditu­ tup karena ada acara. Sebagai gantinya, trackers diajak ke Kampung Bubutan di Jalan Bubutan dan ke kantor PTPN di Jalan Merak. Bila kita masuk ke Gang Kraton II, di ujung gang yang menghadap taman kecil masih di Jalan Pahlawan, berdiri semacam bangunan tua mirip gerbang kecil. Bila diperhatikan, di atasnya

22

ada sebuah ruangan yang konon dulu digunakan sebagai tempat mengintai ke area di luar gerbang selatan keraton. Dan, area di sekitar taman kecil itu dulunya adalah alun-alun selatan keraton. Di Kampung Bubutan tidak ada gerbang kecil seperti yang di Kampung Kraton. Pramuwisata menjelaskan, kawasan kampung ini dan Jalan Bubutan adalah gerbang keraton bagian barat. Di zaman kolonial, sejak Belanda menghapuskan peraturan pembagian wilayah di Surabaya ­tahun 1930, banyak orang Belanda dan Arab yang ­bermukim di wilayah utara pindah ke daerah Bubutan. Di kampung ini masih banyak rumah-rumah tua milik etnis Arab dan Eropa yang tampak ­terawat dan ditempati. Jika rumah tersebut mempunyai dua pintu masuk—pintu utama dan pintu samping, itu rumah orang Arab. Pintu ­utama rumah untuk laki-laki dan pintu di

Vol. 4 l No. 42 l Juni 2013

samping untuk perempuan. Sampai sekarang, belum pernah ditemukan etnis Tionghoa bermukim di sekitar kampung ini. Dia menambahkan, kawasan kantor gubernuran Jatim dan Tugu Pahlawan merupakan pintu ger­ bang dan alun-alun sebelah utara keraton. Sebelum kembali ke HOS, kami diajak melihat indahnya gedung milik PTPN yang dibangun se­ lama 10 tahun sejak tahun 1911 dan diresmikan pada 18 April 1924.

Museum kawasan

“Sebagai museum privat atau swasta, koleksi kami tidak sebanyak koleksi museum nasional atau daerah. Karena itu, kami bekerja sama ­dengan Pemkot Surabaya untuk membuat mu­ seum kawasan, juga bekerja sama dengan para pemilik bangunan cagar budaya. Lalu dibuatlah bis, Surabaya Heritage Track


Kawasan di Surabaya

Bangunan tua seperti ini masih tampak berderet di Jalan Bubutan, Surabaya (kiri). Sebuah rumah milik etnis Eropa di Kampung Bubutan. Penandanya, bentuk atap terlihat simetris. Tak lupa trackers mejeng dulu di depannya (kanan atas). Salah sebuah rumah milik etnis Arab di Kampung ­Bubutan. Biasanya ditandai dengan pintu kecil di samping kanan rumah (tak tampak dalam foto).

(SHT), yang akan berkeliling dan membawa wisatawan berkunjung ke tempat-tempat seja­ rah dan budaya di kota ini. Itu menjadi bagian dari program museum kawasan. Wisatawan akan mendapatkan cerita sejarah dari pemandu kami. Turnya sekitar 1–1,5 jam dan gratis. Tamu-tamu yang sedang meeting di sini mungkin hanya memiliki waktu 1–2 jam ­untuk jalan-jalan di kota. Makanya kami ber­ usaha memfasilitasi itu. Setelah mereka mengikuti tur dengan bis kami, ketika mereka pulang ke Jakarta misal­ nya, sudah bisa menceritakan tentang Surabaya. ­Jangan sampai pulang tanpa cerita mengenai kota ini. Di sini sudah cukup sukses. Karena pe­ ngunjung yang mengikuti tur akhirnya men­ ceritakan kembali museum dan tempat-tempat yang dikun­jungi. Tidak hanya mengenai HOS

yang ­diceritakan tapi juga mengenai Kota ­Surabayanya. Yang mereka ceritakan, banyak tempat ber­ sejarah yang masih bagus loh di Surabaya, dan lain-lain. Bahkan, warga Surabaya sendiri yang nyaris tak mengenali kotanya, akhirnya lebih ­kenal. Jika warga sudah mengenali kotanya sendiri, ketika dia kedatangan tamu pasti akan menceritakannya,” Ina Silas, General Manager House of Sampoerna, menjelaskannya dalam sebuah diskusi bersama 17 museum di Yogya­ karta yang sedang mengadakan studi banding di pertengahan Juni 2013. Museum bukan hanya sebuah bangunan yang khusus memamerkan artefak-artefak peninggalan masa lalu yang dikelola sebuah institusi. Bangunan-bangunan dan peninggalan-pening­ galan lainnya yang mempunyai cerita menarik di sekitarnya, apalagi terkait erat dengan perkem­

Vol. 4 l No. 42 l Juni 2013

bangan daerah dan warganya, akan menjadi pe­ nunjang keberadaan museum tersebut. Ina Silas mengingatkan tiga tujuan utama museum, yakni education, study, dan enjoyment. Peminatnya bukan hanya pelajar sekolah/maha­ siswa, karena kebutuhan kurikulum pendidikan, atau peminat wisata sejarah, budaya dan arsitek­ tur, tapi juga yang mencari alternatif wisata unik dan murah meriah. Yang terakhir itu, dari anak-anak sampai lan­ sia, dari warga lokal, wisnus hingga wisman. Itu sudah dibuktikan oleh para pegiat komunitas menjelajahi Kota Tua Jakarta, SHT di Surabaya, maupun para pengunjung, biasanya individu atau kelompok kecil, yang secara mandiri melakukan turnya dengan cara blusukan. Gerakan Kunjungi Museum sudah saatnya disinergikan dengan kegiatan Kenali Negerimu, Cintai Negerimu. n

23


S

udahkah mendengar, atau bahkan pernah meng­ alami sendiri? Di Thailand, dan belakangan juga di Vietnam, lumayan banyak pramuwisata di sana lancar berbahasa Indonesia. Mereka dengan ‘fasih’ bercakap dalam bahasa Indonesia ketika mengantarkan wisatawan dari Indonesia yang sedang berkunjung. Hampir semua dari mereka pernah sengaja datang belajar bahasa Indonesia dan tinggal di Indonesia. Sedari awal tujuannya pun hendak menjadi guide, pramuwisata, untuk melayani pasar Indonesia. Belakangan ini, strategi mereka memasarkan produk wisata, juga ditempuh melalui online marketing, menyebar penawaran melalui surat elektronik ke alamat-alamat individu sebagai sasaran calon konsumen. Lagi, mereka melancar­ kan ‘serangan penjualan’ itu juga dengan meng­ gunakan bahasa Indonesia. Selanjutnya dilayani dalam bahasa Indonesia. Jadi, para pelaku bisnis wisata di Thailand dan Vietnam, bukan hanya kini menanti wisatawan mancanegara yang tiba lalu dilayani dalam ba­ hasa sang tamu. Mereka kini tampak menyerbu pasar dalam bahasa masing-masing wisatawan yang dikiriminya penawaran tertulis. Sebuah contoh diterima via email dari Vietnam berbunyi seperti ini: Kepada yang terhormat Bapak/Ibu. Salam dari Vietnam Star Travel ! Atas nama Vietnam Star Travel, saya kirimkan beberapa paket tur dengan biaya agen yang terjangkau. Bila Anda memiliki pertanyaan atau memerlukan bantuan silakan menghubungi saya. Harap-harapan kita kerja sama yang baik. Saya ucapkan terima kasih atas perhatiannya dan semoga kesuksesan terus menyertai Anda. Hormat saya, Ms. Le Hoai - +84-948 943 818 Email: vietnamstartravel_lehoai@yahoo.com VIETNAM STAR TRAVEL CO., LTD Saigon Office: Suite 401,19 Ba Huyen Thanh Quan-Ward 6, Dist 3, Hochiminh-Vietnam. Tel : + 84-8 3930 4118. +84 8 3930 3119 Fax : + 84-3930 4119 Hanoi Office: Suite 610,142 Le Duan Dong Da Dist-Hanoi-Vietnam. Tel: +84-3 3972 1983. Fax: + 84-4 3972 5861 www.vietnamstartravel.com/ vietnamstartravel@hotmail.com

Persaingan

Dilampirkannya beberapa pilihan paket tur dan itinerary. Saigon-Hanoi-Halong 5 malam 6 hari, sampai program tur yang seri masing-

24

Pasar Sensitif: Lancarkan Pemasaran Online

­ asing 3 hari 2 malam, dan ada juga yang seka­ m lian mencantumkan penerbangan LCC AirAsia yang digunakannya, seraya menjelaskan bahwa warga Indonesia tidak memerlukan visa untuk masuk ke Vietnam. Belum diketahui sejauh mana peningkatan wisman dari Indonesia ke Vietnam, namun pihak Thailand mengumumkan tingkat pertumbuhan wisatawan dari Indonesia ke Thailand hingga April 2013 mencapai sekitar 31 persen.

Pasar Yang Sensitif

Yang juga diperhatikan oleh pelaku bisnis wisata adalah sifat fragile-nya pasar belakangan ini, terhadap perubahan kurs mata uang. Dilapor­ kan, defisit pariwisata Korea Selatan menyentuh level tertinggi dua tahun ini pada kuartal per­ tama, karena kejatuhan yen Jepang versus mata uang lokal. Menurut data oleh Bank of Korea, defisit pari­ wisata negara itu mendekati US$ 2.040.000.000 pada kuartal pertama, terbesar sejak kuartal ke-2 tahun 2011 ketika defisit US$ 2.250.000.000. Perluasan defisit pariwisata di kuartal pertama ini terutama disebabkan oleh penurunan jumlah wisatawan Jepang ke Korea Selatan dan kenaikan jumlah wisatawan Korea Selatan ke Jepang.

Vol. 4 l No. 42 l Juni 2013

“Penurunan yen terhadap won Korea Selatan dipicu oleh Abenomics pada bulan Oktober tahun lalu menyebabkan jumlah wisatawan Jepang ke Korea Selatan anjlok,” Lee Sungtae, seorang peneliti di Institute Kebudayaan dan Pariwisata Korea. “Sebaliknya, jumlah wisatawan Korea ke Jepang naik 30 persen pada kuartal pertama dibandingkan dengan tahun lalu.” Abenomics mengacu pada kebijakan ekonomi yang dianjurkan oleh Shinzo Abe, Perdana Men­ teri Jepang. Won Korea Selatan naik menjadi ratarata 1,161.10 won per 100 yen pada Maret, naik sekitar 20 persen dibandingkan dengan rata-rata 1,400.86 won pada bulan Oktober tahun lalu. Sementara itu, agen perjalanan lokal berge­ gas meningkatkan kegiatan pemasarannya un­ tuk memikat wisatawan lebih banyak dari Korea ke Jepang. Modetour Network Inc, agen perjalanan ter­ besar kedua Korea Selatan, melihat jumlah klien yang melakukan perjalanan ke Jepang naik 76 persen pada April dibandingkan dengan tahun lalu. Interparktour, biro perjalanan lokal online terbesar, mengatakan jumlah pemesanan pener­ bangan ke Jepang melonjak 70 persen bulan lalu dari tahun sebelumnya. n


Danau Sentani

Indonesia Timur

D

irjen Pemasaran Pariwisata Esthy Reko Astuty memulai sesi tanya jawab wartawan dengan Bupati Jayawijaya. Saat itu adalah jumpa pers tentang akan diselenggarakannya Festival Danau Sentani 2013. Dari situ pula menarik mengikuti bagaimana suara dari daerah kini memperdengarkan jalan pikiran, pandangan dan pengalaman dari pe­nyelenggaraan festival di destinasi. Kita saripatikan dialog tersebut. Ketua Panitia Penyelenggara Festival Danau Sentani, Fritz Felle: Even ini sejak dulu dijadi­ kan calendar of event, karena kami punya concern mempromosikan minat khusus. Karena kalau kita jual Jayapura, luar biasa alam dan budayanya. Itulah alasannya kita mendukung terus program ini. Karena kalau kita jual satu destinasi, misal­ nya Jayapura, pasti akan berakibat pada destinasi lain di sekitarnya. Kalau tidak maka pengunjung tidak akan maksimal memperoleh pengalaman. Bupati Kabupaten Jayapura, Mathius ­Awoitauw: Berkait dengan masa depan wisata di Papua, kami sedang kerjakan penyusunan tata ruang, memposisikan potensi baik dari sumber daya alam, maupun budaya. Kabupaten Jayapura sendiri berada di alam yang menghadap lautan Pasifik, di situlah Danau Sentani. Ada gunung, kami sedang mengkaji tata ruangnya. Danau Sentani lokasinya tak jauh dari tepi lautan. ­Belum lama ini datang satu lembaga dunia mengusul­ kan Perda Perlindungan Kawasan, sementara ada informasi mengusahakannya untuk menjadi warisan dunia. Danau Sentani tak pernah sebelumnya ­mengalami musibah seperti terjadi baru-baru ini. Tak pernah terjadi pasang air danau naik dan bertahan sampai satu bulan. Telah dilakukan pengkajian secara ilmiah, apa penyebabnya. Pemerintah kini berencana melaksanakan

Daerah Bersuara tentang Festivalnya

(Kanan-kiri): Bupati Jayapura Mathius Awoitauw, Dirjen Pemasaran Pariwisata Esthy Reko Astuty, Ketua Panitia Festival Danau Sentani Fritz Felle, dan Konsultan Pariwisataa Kabupaten Jayapura Mian ­Simanjuntak, saat bertanya jawab dengan pers Ibukota di Kemenparekraf, Jakarta.

pengembangan perikanan, mengingat luasnya hampir 10 ribu hektar. Itu potensi besar bagi pengembangan komoditas unggulan. Potensi ini cepat populer dan menonjol. Selain itu, kita tingkatkan usaha-usaha ukiran dan kerajinan tangan lain masyarakat asli. Untuk itu kami berharap potensi ini akan menjadi nilai jual bagi dunia wisata sebab Kabupaten Jaya­ pura, berfungsi pintu masuk ke Papua. Kita bangun pelabuhan besar untuk Papua bagian barat. Ini akan mengundang investasi yang lain. Saya lihat ke depan ini akan meng­ hasilkan. Tadi saya ada pertemuan dengan Menko Kesra, dibicarakan suatu proposal akan diajukan untuk pembangunan seperti Kawasan Raja Ampat, dan merancang suatu festival dengan Kepres. Mian Simanjuntak, Konsultan Pariwisata bagi Kabupaten Jayapura: Garuda Indonesia su­

Vol. 4 l No. 42 l Juni 2013

dah menetapkan Makassar sebagai hub airport. Sudah terdengar niatnya terbang ke Papua, se­ bab sekarang Singapura tertarik dengan Papua. Jadi ketika Garuda membuka layanan dari Kuala Lumpur dan Singapura, pasar di timur ­Indonesia ini akan jadi booming. Situasi di ­Jayapura positif sekali, komponen akomodasi kita sudah punya, transportasi ke dan dari ­Wamena 30 menit dengan berbagai penerbangan reguler atau charter. Itu antara lain penerbangan Susi Air, Trigana Air. Tampaknya potensi budaya dan alam di dae­ rah Papua disukai pasar Eropa. Karena itu untuk akomodasi kami tidak mengutamakan homestay. Karena Festival Danau Sentani berkembang, maka kami utamakan hotel. Perkembangan cukup pe­ sat, beberapa hotel dibangun. Memang, pemda juga memanfaatkan ­hotel. Tamu-tamu dari Jakarta menginap di hotel.

25


Indonesia Timur Hotel bintang di Jayapura kini berjumlah 22 dan non bintang 27. Jumlah total kamar hotel 1.232 dengan 1.789 tempat tidur. Home stay tersedia di desa wisata. Wisman yang telah tercatat ke Papua antara lain pe­ megang paspor Jerman, Rusia, datang dalam grup. Wisatawan individual datang dari Spanyol, Jepang, Belanda. Ada di antara mereka pernah bersekolah di Jayapura, sudah kembali ke negara asal. Kami yakin Jepang akan menjadi market kita nanti, selama ini keba­nyakan dari Eropa. Cikal bakal Festival Danau Sentani itu dimulai tahun 2008. Setiap tahun festival ini semakin populer. Maka setiap tahun kita lahirkanlah ­destinasi-destinasi seperti Desa Tablanusu.

Tablanusu sendiri bagi kami kini sudah luar biasa. Pak Sapta Nirwandar sudah kesana, dari Komisi A DPR sudah memberikan bantuan­bantuan, begitu juga dari beberapa negara ter­ masuk dari Vatikan. Setiap tahun pula dibawa dipromosikan ke ITB Berlin. Saat ini di Desa Tablanusu sudah hidup homestay. Beberapa grup turis masuk menggunakan­ nya. Jadi apa yang kita bicarakan tahun 2007, Jayapura becomes a destination. Yes, itu terjadi. Kami berharap Kemenparekraf mem-back up terus festival ini. Tahun lalu dari Belanda ada yang datang khusus hendak menyaksikan festival ini. Kita adakan semacam reuni, bagi yang tadinya ­pernah bersekolah di Papua dan telah pulang berdomisili ke negerinya. Ada kreasi dalam upaya ‘To let ­peole coming to Papua’. Adapun untuk festivalnya sendiri dari kabupaten lain selalu mendukung, dari Fakfak, Wame­ na akan datang memberi atraksi, sehingga even ini menjadi salah satu sarana penarik kehadiran para turis.

Sejumlah penari membawakan tarian adat yang ditampilkan dalam Festival Danau Sentani (FDS) ke-6, tahun 2013 di Pantai Wisata Khalkote, Distrik Sentani Timur Kabupaten Jayapura, Papua.

26

Vol. 4 l No. 42 l Juni 2013

Kelihatan apa yang kita lakukan selama lima tahun di sana sungguh mengalami growth. Set­ elah adanya Festival Danau Sentani, kini telah beroperasi 5 chain hotel internasional. Mereka in­ gin sekali membangun pariwisata maka investasi masuk. Swissbel, Accor. Keinginan masyarakat dan investor tampak luar biasa. Dari sisi transpor­ tasi, Garuda kini 3 kali sehari, dari sebelumnya hanya Merpati, Lion pun 3 kali, beberapa pen­ erbangan menyatakan akan terbang, termasuk Ekspress Air. Pernah kami mencoba mendobrak pasar dari Port Moresby, sesuai data yang ada turis Amerika dan Australia berkunjung di Port Moresby. Memang operator airlines swasta tidak lama bisa mempertahankannya. Adalah di kampung bernama Asei, dari situ telah populer produk ku­ lit kayu, kita bawa promosi di ITB 2009, luar biasa minat pengunjungnya. Itulah salah satu kegiatan positif dari Papua. Papua menjadi tourism area, yang biasanya da­ lam tanda petik terkenal akan kekerasan dan lain-lain. n


Kiri: lukisan dan grand piano di lobi hotel; kanan: beranda awal hotel yang sekarang menjadi Café 1910.

Pemasaran Destinasi

W

acana tentang ­pelestarian, pengembangan dan peman­ faatan Kota Tua di Jakarta be­ lumlah selesai. Perhatian khusus akhir-akhir ini yang diberikan padanya mem­ bawa makna kawasan yang berpotensi hebat itu, -- dari sudut pariwisata --, tak lama lagi akan mendapatkan sentuhan yang lebih komprehensif dan kongkrit. Mestinya itu sungguh menjadi ‘ikon’ kota ­Jakarta, menjadi a must visit bagi setiap wisman dan wisnus. Atau, wisatawan mau datang ke ­Jakarta antara lain dimotivasi keinginan melihatlihat di Kota Tua Jakarta itu, seperti wisman ke Beijing mau melihat Great Wall, ke Frankfurt pasti berkeliling di kawasan Domer, ke Paris berjalanjalan di sekitar Eiffel dan Champs Elisse. Kita lihat sejenak Kota Tua di Surabaya. Ini pun menyimpan sejarah yang niscaya menggelitik kekaguman ketika telinga wisman ­mendengar uraian cerita pemandu wisata (guide), saat berkeliling di beberapa spot. Menarik hati pula, salah satu hotel tua ber­ sejarah, menyediakan diri menjadi tourist spot, boleh dimasuki oleh wisatawan dari mana saja, yang sedang berkunjung ke kota pahlawan ini. Predikatnya sebagai Kota Pahlawan mau tidak mau mencitrakan Kota Surabaya sebagai sebuah kota kaya cerita dan peninggalan seja­ rah. ­Terutama di kawasan kota tuanya di bagian utara, gedung-gedung peninggalan sejarah

Kota Tua Gaya Surabaya relatif masih banyak berdiri tegak, terawat, dan dimanfaatkan. Wisata heritage termasuk special interest. Cara menikmatinya tidak melulu dengan kegiatan se­ rius atau dengan berpanas-panasan menjelajahi jalan dan gang sempit. Disadari atau tidak, kota ini sebenarnya telah memberikan pilihan kepada pengunjungnya un­ tuk tetap dapat menikmati heritage tour. Salah satunya dengan menginap di tempat akomodasi yang menempati dan memanfaatkan bangunanbangunan peninggalan masa lampau. Tersedia dari kelas butik dan bintang 5 hingga kelas melati.

Excursion tour di Hotel

Pada dinding di belakang sebuah grand piano di lobi hotel, tergantung sebuah lukisan yang menggambarkan peristiwa penurunan bendera merah-putih-biru sebelum 10 November 1945. Ruang lobi bergaya art deco itu menampakkan bangunan tambahan. Ketika guest relation officer (GRO) Hotel Majapahit, berperan juga sebagai pe­ mandu, mulai bercerita, terbayanglah—mung­ kin—Pangeran Leopold III dari Belgia sedang berdansa dengan Putri Astrid dari Swedia diiringi dentingan piano oleh Charlie Chaplin saat pem­ bukaan lobi hotel di tahun 1936. GRO membawa peserta tur ke sebuah ruang yang dulunya merupakan beranda awal, waktu itu, namanya---Oranje Hotel. Di atasnya dipam­

Vol. 4 l No. 42 l Juni 2013

pang plakat yang menandakan bangunan ini dibangun tahun 1910. Manajemen hotel men­ jadikannya sebuah kafe, Café 1910. Duduk di sini sambil menikmati suasana, interior hingga fur­ nitur yang sengaja dikembalikan seperti aslinya ditemani poffertjes dan es degan (es kelapa muda). Dari situ kita diajak menyusuri lorong yang menghadap herb garden. Berhenti di depan pintu kamar yang berada di pojok. Tirai belum dibuka, hanya sedikit cahaya dari luar masuk, ruangan pun sedikit temaram. Roeslan Abdul Gani dan beberapa rekannya sedang bertemu di dalam kamar membahas permintaan penjelasan kepada Belanda menge­ nai penaikan bendera merah-putih-biru di atas hotel. Pertemuan rahasia itu bocor dan diketa­ hui pihak Belanda, tentara menyerbu ke dalam kamar, sekelompok arek-arek Suroboyo melihat bendera tersebut di luar langsung naik ke atap hotel, me­robek bagian berwarna biru, mengibar­ kannya kembali hanya dengan warna merah dan putih. Peristiwanya, tanggal 19 September 1945. Sekitar sembilan tahun sebelumnya, Charlie Chaplin menginap di kamar yang sama. Inilah Merdeka Room, kamar bernomor 33 yang ter­ kenal itu, salah satu suite room di hotel ini. Jika sedang vacant, peserta tur bisa masuk meninjau ke dalam kamar. Kembali ke lorong, kali ini menghadap sebuah taman tropis cukup luas, nord garden. Bangunan

27


Pemasaran Destinasi yang tampak di seberang taman adalah presidential suite, terdiri dari dua lantai dengan balkon menghadap taman, luasnya 806 m2, terluas di Asia Tenggara. Lalu kita naik ke lantai dua, ka­ rena akses keamanan hotel, tidak dibolehkan mendekati tiang bendera bersejarah itu. Hanya bisa melihat dari bawah di luar lobi hotel. Karena bangunan hotel sama sekali tidak boleh diubah, perluasan kafe di lantai dua dirancang sama dengan bangunan lamanya. GRO mengajak para peserta kembali ke lobi hotel dan memperli­ hatkan foto-foto replika asli peristiwa 19 Septem­ ber 1945. Tur di dalam hotel pun berakhir. Tur terbuka bagi tamu hotel maupun yang tidak menginap. Paket seharga Rp 65 ribu net untuk tur selama 15 menit dalam grup kecil 5–10 orang, dan paling lama 30 menit dalam grup be­ sar sekitar 20 orang. Manajemen hotel tidak menentukan jumlah peserta, hanya perlu pemesanan tur dilakukan beberapa hari sebelumnya. Biaya itu termasuk untuk sajian snack tradisional Belanda dan Indo­ nesia, serta sepenggal cerita yang mungkin tak akan ditemui dalam buku pelajaran sejarah.

Herbs garden (atas). Living room dalam Merdeka Room saat ini. Di tempat ini Roeslan Abdul Gani dan kawan-kawan berkumpul (bawah).

Bekas gudang gula

Hotel Ibis Rajawali Surabaya berada tepat di jantung kota tua Surabaya. Sebagian hotel ini menempati bangunan cagar budaya. Ruang yang sekarang ditempati lobi, restoran dan delapan ruang pertemuannya dahulu adalah gudang gula milik PTPN. Didirikan tahun 1916 rupanya masih bagian dari bangunan di sebelahnya, Gedung Cerutu, yang berhadapan langsung dengan Jem­ batan Merah, saksi bisu peristiwa 10 November 1945. (Sebagian kawasan Jembatan Merah bela­ kangan ini telah berfungsi menjadi pusat tempat wisman berbelanja, terutama dari Malaysia) Bangunan lama yang dipakainya termasuk ­cagar budaya kelas B sehingga tidak boleh meng­ ubah bagian depan. Bagian dalamnya sudah direnovasi sambil mempertahankan beberapa bagian interior lama seperti ceruk-ceruk di din­ ding di lobi dan restoran hotel. Dengan menem­ patkan patung dalam ceruk, ditambah penca­ hayaan, menciptakan nuansa simple chic. Semua kamar hotelnya berada di bangunan baru menyesuaikan standar grup Accor. Tamu juga bisa menikmati landscape kota tua dari atas. Hanya lantai 1 dan 2 dari bangunan lama yang masih dipakai sedangkan lantai 3 tidak dipakai

28

Charlie Chaplin menempati kamar yang sama sembilan tahun sebelumnya, Room #33 (kanan).

lagi karena alasan keamanan. Wisatawan menginap di sini rata-rata tertarik dengan arsitektur dan sejarah kota. Letaknya membuat kebanyakan wisatawan memilih ber­ jalan kaki menuju Tugu Pahlawan, Gedung Gra­ hadi, Balai Pemuda, Mesjid Cheng Ho, kawasan wisata religi Ampel, House of Sampoerna, hingga naik angkot ke candi di Kenjeran.

Vol. 4 l No. 42 l Juni 2013

Saudagar Arab dan Kapitan Cina

Hotel Djagalan Raya di Jalan Jagalan hanyalah sebuah hotel melati berkonsep ‘hotel untuk keluarga’, telah berdiri selama 43 tahun. Resep­ sionis, restoran dan beberapa kamar menempati bangunan rumah tua peninggalan sejarah juga. Pemiliknya konon saudagar Arab yang kebetulan bermukim di tengah kawasan Pecinan. Pekara­


Foto-foto replika peristiwa 19 September 1945 di lobi hotel (atas). Pemandangan dalam hotel dari lantai dua (bawah).

Hotel di Surabaya dengan wajah ‘tempo doeloe’.

ngan belakangnya sudah dimanfaatkan menjadi kamar-kamar. Hotel melati lain yang juga memanfaatkan bangunan tua dan pekarangannya adalah Hotel Ganefo di Jalan Kapasan. Beberapa kamar, beranda dan ruang tamu sekaligus berfungsi menjadi lobi yang menem­ pati bagunan utama merupakan rumah seorang

kapitan Cina. Bangunannya perpaduan arsitektur Belanda dan Cina. Pemiliknya tampak belum melakukan banyak pe­ rubahan. Lokasinya hanya sekitar 50 meter dari Klenteng Boen Bio, satu-satunya klenteng ­ajaran Kong Hu Chu di Asia Tenggara. Belanda sengaja menempatkan seorang kapitan di sana untuk mengawasi komunitas imigran dari Tiongkok yang rutin berlatih kungfu di belakang klenteng, selain berupaya agar mereka mau ‘diatur’. Sejak dulu, kawasan Jalan Kembang JepunKapasan saat ini, telah menjadi pusat dari ka­

Vol. 4 l No. 42 l Juni 2013

wasan Pecinan di kota tua Surabaya. Sayangnya, martial art asli Tiongkok itu bisa dikatakan sudah punah sekarang. Bangunan, suasana, dan cerita unik itu, ­bukan­kah niscaya menarik bagi imajinasi pe­ ngunjung? Tapi tampaknya ini belum diman­ faatkan betul oleh pelaku bisnis pariwisata, menawarkannya lebih luas dan lebih banyak ke pasar wisman. Sementara itu bandara Surabaya semakin sibuk melayani peningkatan jumlah penerbang­ an yang keluar masuk, termasuk dari Singapura, Kuala Lumpur, bahkan dari Taiwan dan China. n

29


A

n i t a Mendiratta dari CNN Task Group meng­ gambarkan heritage ho­tel sebagai alat mem­ bangun masa depan dengan menjaga masa lalu, dalam ­artikel yang ditulisnya dan dipublikasikan dalam eTN edisi 12 Juni 2013. Menurutnya, sektor perjalanan dan pariwisata memiliki kemampuan menggerakkan ekonomi dan masyarakat untuk maju, mengubah per­saingan ­industri menjadi kolaborator menemukan kesamaan pemahaman lintas batas, mengembalikan kebang­ gaan dan gairah warga setempat untuk produktif, menahan proses degradasi lingkungan dan budaya, membuka program untuk pembangunan dan seba­ gai inspirator visi pemersatu masa depan. Pendeknya, sektor ini tidak hanya melestarikan masa lalu, tapi memberi masa depan terhadap masa lalu. Artinya, menampilkan harmonisasi seja­ rah bersama modernitas, menawarkan wisatawan mengakses dunia lama, memberikan konteks kepada kota-kota dan komunitas, menjaga dan menghargai seni dan seniman, mempertahankan dan meregenerasi keterampilan dan pekerjaan kuno, dan yang terpenting ialah melindungi aset berharga masa lalu dengan memberikannya arti di masa sekarang. Wisatawan yang mencari kedalaman di dalam kemegahan sejarah, seni, budaya, selera, tradisi, dan sentimen dari bab sejarah suatu bangsa atau daerah, hotel warisan, banyak yang sudah menjadi Situs Warisan Dunia UNESCO sekarang, menawar­ kan peluang. Dalam hal ini, wisatawan dapat mengunjungi dan tinggal di properti, lalu menjalani cara-cara tradisional di dalam rincian dekorasi, layanan, dan rasa masakan otentik dengan tuntutan modern ­Wi-Fi dan ruangan ber-AC. Yang bisa dimaafkan di sini hanyalah pengala­ man ‘hospitality theatre’. Demi alasan ini pula, nilai sektor ini secara komersial dan strategis telah jelas diidentifikasi dan dianut oleh para pemimpin pari­ wisata, investor, dan pengembang. Seperti diung­ kapkan HotelNewsNow.com: Saat dilihat itu sebagai kuno, artinya tempat buruk berinvestasi, namun beberapa bangunan tertua di India telah mene­ mukan kehidupan baru sebagai hotel warisan, sebuah segmen akomodasi baru yang menjanjikan wisatawan merasakan pengalaman unik di dalam tempat bersejarah. Indian Heritage Hotel Association beranggotakan 170 hotel terdiri dari sekitar 8.000 kamar. Secara nasional, jumlah heritage rooms di India kurang dari 10% dari total pasokan kamar hotel, jadi masih ter­ buka luas peluang untuk tumbuh. The Economic Times menggemakan keyakinan bahwa bangunan lama dapat menghasilkan ke­ kayaan, profit baru, dengan menyatakan, “Mereka memiliki royalti dan keagungan, hotel warisan di India sekarang mencari cara baru mendapatkan

Kita dan Dunia

30

Membangun Masa Depan

Menjaga Masa Lalu

uang besar. Sementara, di luar bisnis konferensi yang masih berada di puncak, menjadikannya se­ bagai lokasi syuting film dan sinetron juga akan memberikan pendapatan yang besar. Tentu saja, pernikahan tetap menjadi acara favorit. Sebagian besar, itu dijadwalkan pada low season, telah ter­ bukti, shooting film dan konferensi meningkatkan hunian kamar hampir 15–20%, kata para ahli.” Hotel heritage bisa menjadi ‘penjaga masa lalu dan tuan rumah saat ini’. Maksudnya, properti bertindak sebagai kendaraan untuk mempertahankan bukan hanya sejarah lokal, tetapi juga masyarakat lokal—penduduk, pengrajin, petani, penyedia layanan, dan lain-lain. Bangunan cagar budaya menghadirkan tan­ tangan dalam bisnis perhotelan. Perjalanan desain rekayasa, fasilitas perbaikan, dan amenities banyak menghabiskan waktu dan mahal. Belum lagi kebu­ tuhan menyediakan layanan kelas dunia bagi seg­ men mewah di properti yang bukan hanya menge­ nai ruang, tetapi juga harta karun, pernak-pernik, cerita, dan fakta untuk diceritakan. Bagaimanapun, sebuah kehormatan menjadi bagian dari properti seperti ini dengan signifikansi tersebut dapat membuatnya layak bangkit meng­ hadapi tantangan ini. Girish Sehgal, General Manager di The Central Court Palace Hotel, dikutip oleh Anita Mendiratta di dalam artikelnya, bahwa membawa sebuah istana hidup lagi kepada tamu bukan hanya mempertahankan struktur properti tapi juga tentang semangatnya. “Istana ini memiliki sejarah yang khas dan sig­ nifikan kembali ke tahun 1800-an. Segala upaya dilakukan untuk menawarkan pengalaman mewah yang akan membedakannya dan layanan unggul­ an sesuai dengan keramahan legendaris Nizams.

Vol. 4 l No. 42 l Juni 2013

Dalam istana besar ada custom made chandelier dari Venesia, furnitur langka, keajaiban arsitektur berupa tangga marmer besar, gemericik air mancur, patung-patung yang tak ternilai, jendela kaca yang menakjubkan, sketsa unik dan mural terbungkus dalam bingkai berukir, satu-satunya jenis lukisan ilusi di dinding, koleksi kristal kelas dunia, dan benda-benda berharga lainnya. Keterlibatan karyawan yang tinggi sangat penting untuk memberikan layanan khusus, pe­ ngalaman yang dirancang mewujudkan sema­ngat hotel istana yang khas pula. Selain memiliki tim yang bergairah dan ber­ dedikasi, juga penting untuk mengidentifikasi dan mengembangkan keberadaan seniman yang sangat sedikit itu untuk mau melanjutkan kesenian ­tradi­sional, misalnya pekerjaan plesteran, seni lukisan ilusi optik yang langka dengan pewarna alami keselu­ruhannya. Itu demi mengidentifikasi dan menyebarkan seniman, serta memastikan tampilan otentik dan mempertahankan nuansa istana. Kurang dari dua tahun sejak pembukaan, hotel istana ini telah menerima beberapa penghargaan bergengsi internasional, seperti The Asia and Indian Subcontinent’s Best Hotel, Top Five Hotels in the World in the ‘Best of Best’ dalam daftar Conde Nast Tra­veller’s Reader’s Travel Awards 2012, dan diakui oleh The New York Times sebagai salah satu Top 20 Tempat di Dunia untuk dikunjungi”. Itulah sebabnya saat ini, tujuan wisata di se­ luruh dunia berinvestasi dan berharap dalam membangun tujuannya bisa mengantisipasi yang terbentang di depan. Identifikasi kekayaan masa depan terbaik dimulai dengan melihat kekayaan masa lalu. Pariwisata akan menjaga sejarah sebagai harta masa depan. n


Indonesia Tengah

G

ubernur Kalimantan Tengah Agustin Teras Narang, terde­ngar meng­ ucapkan de­ngan yakin: mesti berani bermimpi dan mewujudkannya ber­ sama-sama. Saat itu dia menandatangani perjanjian kerja sama Provinsi Kalteng dan Sustainable Management Group (SMG) di Jakarta, Mei 2013. Di tempat berbeda, Wamen Parekraf Sapta Nirwandar menegaskan, pulau yang luas itu me­ nyimpan potensi luar biasa. Tiga unsur utamanya: masyarakat dan kebudayaan Dayak, peluang ber­ kembangnya wisata susur sungai, dan alam hu­ tannya yang merupakan paru-paru dunia. Gubernur bulan Mei lalu membicarakannya dengan keterusterangan, yang mestinya mence­ rahkan bagi masyarakat di Pulau Kalimantan. Idenya menjangkau dimensi waktu jauh ke de­ pan. Khususnya lagi berkenaan pengembangan pariwisata di pulau itu. Adalah tugas kita bersama, dia membuka sam­

Keterusterangan Membangun Kalimantan butannya saat itu, menjaga dan mempertahankan hutan yang ada dengan memperhatikan peme­ liharaan lingkungan hidup, dan tidak kalah pen­ tingnya, mensejahterakan kehidupan masyarakat yang berada di dalam dan sekitar hutan. Maka kami kembangkan pariwisata berbasis alam di kawasan hutan yang ada, dengan harap­ an akan memberi manfaat bukan saja untuk saat ini tetapi juga di masa yang akan datang. Hutan adalah bagian dari kehidupan kita, dia menjadi bagian dari paru-paru dunia, berman­ faat bagi dunia pendidikan sehingga generasi mendatang bukan hanya sekedar mendengar cerita keberadaan kayu ulin/besi, ramin, meranti, dan lainnya, tetapi mereka masih bisa melihat­ nya dulu, sekarang, dan di masa depan. Pariwisata di Kalteng merupakan suatu hal baru. Tidak gampang mengubah cara berpikir dan kebiasaan dari masyarakat yang tidak pernah menerima tamu kemudian tiba-tiba harus menerima tamu. Sangat berbeda dengan

­saudara-saudara kita di Bali. Kami dulu terbiasa menerima tamu yang da­ tang untuk menebang pohon dan mengalirkan log-log kayu di sungai-sungai. Sekarang, kami mesti mengubah pikiran itu. Tamu yang datang akan membawa rezeki, jadi, harus bisa memeli­ hara hutan yang dimiliki. Sekarang masyarakat diminta membuka pintu sambil tersenyum, kemudian menyajikan ­minuman, mempersilahkan tamu untuk home stay di rumahnya dengan suasana yang bersih dan nyaman, dan penuh keramahtamahan. Di­ tambah lagi, mereka harus bisa menyapa dengan mengucapkan “selamat pagi” atau “good morning sir/madam”. Saya yakin, kata gubernur, orang datang ke Kalteng karena dia mau sesuatu yang special. Pendekatan kepada masyarakat, mengubah cara berpikir dan kebiasaannya sehingga menjadi masyarakat yang lebih ramah-tamah adalah tu­ gas pemerintah.

Beginilah gambaran menyusuri sungai di Palangkaraya, dari kamera David Metcalf, professional photographer/travel writer, yang dimuat dalam majalah Now Jakarta edisi Februari 2013 (www.nowjakarta.co.id).

Vol. 4 l No. 42 l Juni 2013

31


Cara ­pendekatannya, bekerja sama dengan masyarakat, mengajak orang dari luar Kalteng datang ke sini melalui even-even besar dan atraksi menyusuri sungai dengan tujuan mem­ perkenalkan dulu kepada masyarakat. Dengan kalian datang, kalian bisa melihat cara mereka bercocok tanam, melihat kehidupan sosial sehari-harinya dan lain lain. Oleh karena itu, sekarang ini ada yang namanya muatan lokal (mulok) dalam pendidikan dari SD, SMP, SMA di Kalteng, yang terdiri dari 12 kriteria, di antaranya seni tari, ukir-mengukir, dan sebagainya. Agar mereka lebih mengenal lagi kebudayaannya. Dan tentunya sebagai salah satu dukungan untuk pariwisata di Kalteng, termasuk wisata susur sungai. Kepada Dewan Adat Masyarakat Dayak kita juga beritahukan, sekarang sudah berada di era terbuka. Penandatanganan kerja sama dengan SMG untuk membantu mengatasi keterbatasan yang dihadapi. Posisi SMG berada dalam rangka mengembangkan obyek yang sudah tersedia. Mereka ini sudah berpengalaman dan mema­ hami dari sisi teknisnya. Potensi SDA hutan luar biasa apalagi ditun­ jang dengan keberadaan tiga taman nasional di provinsi ini. Jadi memang hutan itu sesuatu yang harus dipelihara, dimanfaatkan untuk ‘di­ jual’ potensi keindahan dan keunikannya. Kenapa berpikir seperti itu, agar bisa mengubah mindset tadi. Dari hanya sekedar taman nasional yang dipelihara begitu saja, sekarang kami akan mem­ buat sesuatu yang ‘eye catching’ sehingga orangorang tertarik dan mau datang. Saat ini pengembangannya difokuskan pada Taman Nasional Tanjung Puting (TNTP), kemu­ dian TN Sebangau. Langkah berikutnya adalah TN Bukit Baka Bukit Raya. Konsepnya akan lebih unik dari yang ada di Afrika. Potensi sudah pasti punya. Taman nasional ini ibarat ‘barang’ yang sudah ada tinggal dipercantik. Direncanakan, di sana akan dibangun cottage terapung dan ­cottage di atas pohon (semacam tree house). Di TNTP, wisata menyusuri sungai sudah lama berjalan dan, di TN Sebangau sangat mungkin untuk hal yang sama. Untuk mengembangkan­ nya memang memerlukan keahlian khusus, ketekunan, dan kerja sama. Pembangunan ini satu paket, katanya. Kami mengembangkan itu dengan memanfaatkan keberadaan sungai-sungai dan kawasan hutan. Orang lain pun bisa menikmati keindahan di kiri-kanan sepanjang sungai. Selain itu juga bisa menginap di atas sungai.

Indonesia Tengah

32

Jadi, menyusuri sungai itu akan menjadi salah satu ikon pariwisata Kalteng. Fokusnya tetap pada memanfaatkan hutan agar berkelanjutan dan menjadi ekowisata yang berkelas dunia. Menurutnya, SMG, selain berpengalaman dan mempunyai kemampuan, juga memiliki ­networking yang luas, maka itulah digandeng. “Tentu kami juga akan punya kebijakan­kebijakan terkait dengan itu, kalau tidak untuk apa Ketua DPRD datang dalam penandatanganan

perjanjian kerja sama ini,” ujarnya. Dia pun berterus terang, “Siapapun yang memimpin Kalteng, ini harus tetap berlanjut. Ini manfaatnya luar biasa. Kita manfaatkan hutan sehingga punya nilai jual lebih, namun di sisi lain hutannya tetap terpelihara dengan baik. Ini me­ merlukan komitmen dari semua pihak. Era boleh berubah. Namun, hutan, lingkungan hidup, dan masyarakat yang hidup di dalam dan sekitar hu­ tan tidak akan berhenti.” n

Peta Ilustratif Rute Penerbangan Intra Kalimantan yang Akan datang Brunei

Sarawak/Malaysia Putusibau Singkawang

Tarakan

Palangkaraya Pontianak

Balikpapan Tanjung Puting Banjarmasin Jalan raya darat

Rute penerbangan (peluang)

Hopping Tour Antarkota Pengusaha top penerbangan nasional, Rusdy Kirana, Dirut Lion Air membuka satu cakrawala baru. Diungkapkan rencananya: penerbangan intra-daerah di setiap pulau besar seperti Kalimantan, belum disentuh. Maka untuk itu, antara lain proyeksi me­ ngapa dia membeli sekaligus ratusan pe­ sawat terbang dalam satu kontrak masingmasing dengan pabrik pesawat Boeing (AS) dan Airbus (Eropa). Dia menyebut yang belum terwacana­ kan: maskapainya akan menjadikan ban­ dara Batam dan Manado sebagai hub, masing-masing untuk pengembangan ope­ rasionalnya di kawasan barat dan kawasan timur Indonesia. Sementara maskapai nasional lainnya

Vol. 4 l No. 42 l Juni 2013

hampir semua telah memilih Medan, Sura­ baya, Makassar sebagai hub airport. Antarko­ ta di pulau-pulau besar jelas memerlukan koneksi penerbangan, itulah diungkapkan oleh Rusdy Kirana dalam satu wawancara khusus dengan media akhir Mei yang lalu. Lion Air harus mengoperasikan ratu­ san pesawatnya, bahkan mencari ‘tempat parkir’, setiap tahun puluhan armadanya bertambah terus. Dan, airlines lain pun de­ mikian kendati tak sebanyak armada yang dipesan oleh Lion. Proyeksi imajinatif tetapi ekonomis se­ rupa ilustrasi peta di atas, perlu disongsong oleh stakeholders pariwisata di daerah. Di Kalimantan, Sumatera, Sulawesi hingga Papua. n


Aksesibilitas

Saingan Terhadap

BRIC

I

ni kedengarannya satu kejutan, namun demikian faktanya. Tak begitu terperha­ tikan di Tanah Air, tapi disorot oleh kaca­ mata di luar negeri. Bahwa di bidang transportasi udara, Indonesia seakan memben­ tuk satu kelompok baru, yang menyaingi BRIC, Brazil, Rusia, India dan China. Dalam hal kapasitas tempat duduk pener­ bangan, tingkat pertumbuhannya, BRIC telah dikalahkan oleh Turki, Indonesia, Meksiko dan Filipina, lalu ini disebut TIMP. Menurut OAG, (the market leader in aviation intelligence) FACS (Frequency and Capacity Trend Statistics), laporannya bulan Juni 2013, menunjukkan, dalam lima tahun terakhir, negara-­negara TIMP telah mencapai pertumbuhan tahunan rata-rata kapasitas penerbangan domestik 6%, dibanding­ kan dengan 10% di negara-negara BRIC. Bahkan, perkiraan Dana Moneter Internasio­nal menunjukkan kenaikan produk domestik bruto tahun ini sebesar 3,5% untuk Turki dan Meksiko, 4,8% untuk Filipina dan 6,3% untuk Indonesia. Dalam dekade terakhir, China dan India memi­ liki rata-rata pertumbuhan tahunan 12% di pasar domestik mereka. Sementara Brazil dan Rusia mengalami tingkat pertumbuhan tahunan ratarata 9% dan 8% masing-masing. Namun, tingkat rata-rata pertumbuhan tahunan kapasitas do­ mestik di Turki dan Indonesia, sebesar 21% dan 14% masing-masing selama periode yang sama.

Jumlah Penumpang Berangkat Rute Domestik 2012 Menurut Airlines Airlines

Orang People

Pangsa pasar Market Share %

Lion Air 29.441.502 41,22 Garuda Indonesia 15.304.472 21,43 Sriwijaya Air 8.100.475 11,34 Batavia Air 6.972.749 9,76 Merpati Nusantara 2.520.971 Sumber : Kemenhub 3,53 Mandala Airlines 130.289 0,18 Indonesia AirAsia 2.170.705 3.04 Wings Air 2.597.850 3,64 Trigana Air Service 930.765 1,30 Kalstar Aviation 548.402 0,77 Travel Express Air 342.876 0,48 Pelita Air Service 5.582 0,01 Indonesia Air Transport 10.566 0,01 Trans Nusa Aviation 202.318 0,28 Aviastar 179.310 0,25 Travira Air 1.609 0,00 Asi Pujiastuti 274.801 0,38 Pacific Royale 10.503 0,01 Citilink Indonesia 1.444.830 2,02 Sumber : Kemenhub

Pertumbuhan kapasitas kursi internasional juga telah kuat bagi negara-negara TIMP dalam lima tahun terakhir, setelah mencatat pertum­ buhan rata-rata 10% per tahun, dibandingkan dengan 8% untuk BRICs. Salah satu kontributor terbesar untuk per­ tumbuhan kapasitas ini adalah posisi geografis masing-masing negara. Turki dan Meksiko memanfaatkan lokasi di titik tengah dari rute per­ dagangan utama—Eropa ke Asia dan Amerika Utara ke Amerika Selatan—sedangkan Indone­ sia juga posisi yang baik untuk mengambil keun­ tungan dari ASEAN-China Free Trade Area, yang efektif menuju tahun 2020.

Peran LCC

Tiga dari empat negara TIMP (dikecualikan Filipina) telah menjalani pertumbuhan dua digit

Bandara Labuanbajo.

Vol. 4 l No. 42 l Juni 2013

dalam kapasitas kursi domestik dalam enam bu­ lan pertama tahun 2013 dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Kursi domestik di Indonesia telah meningkat sebesar 20% year-on-year pada paruh pertama tahun 2013. Kursi domestik Turki telah mening­ kat sebesar 18% selama periode yang sama dan Meksiko telah mencatat jumlah kursi domestik meningkat sebesar 14%. Dijelaskan, kenaikan ini sebagian besar dapat dikaitkan dengan ekspansi yang cepat dari ope­ rator penerbangan murah (LCC). Di Indonesia, Lion Air memiliki 52% dari kapa­ sitas domestik dan untuk year-to-date telah me­ nambahkan 5,2 juta kursi dibanding 2012. Pada tahun lalu, Indonesia AirAsia telah me­ ningkatkan kapasitas tempat duduk sebesar 62% dan telah menambahkan lebih 2 juta kursi sejauh tahun 2013. Di Meksiko, maskapai berbiaya rendah telah menambahkan 1,8 juta kursi sejauh pada 2013, sementara maskapai penerbangan bertarif ren­ dah Pegasus telah menambahkan hampir 1 juta kursi penerbangan domestik di Turki sejauh ta­ hun 2013 dibandingkan dengan 2012. Meningkatnya peran LCC dalam ­pertumbuhan secara keseluruhan dalam kapasitas kursi di negara TIMP lebih lanjut disorot dengan perbandingan pangsa kursi antara LCC dan operator layanan penuh (full service). Di Filipina, 86% dari semua kursi intra-regional disediakan oleh LCC, sementara angkanya 63% di Indonesia. Meksiko dan Turki mengikuti proporsi serupa dengan LCC menawarkan 59% dan 53% dari semua kursi intraregional masing-masing.

Tinggal Selangkah Lagi?

Bagi Indonesia sendiri, merujuk data yang diumumkan tersebut, seakan memberi pesan, bahwa tinggal selangkah lagi, sekiranya operator penerbangan Indonesia menambah langkah ke penerbangan regional, maka pariwisata Indone­ sia pun akan kian ramai. Kendati, kalangan penerbangan melihat potensi lebih terfokus pada peluang Indonesia sebagai pasar outbound,—namun tetaplah peluang pasar inbound semakin terbuka luas. Statistik menunjukkan, di dalam negeri, Lion Air telah jauh melampaui jumlah penumpang yang diangkutnya daripada Garuda Indonesia. Namun untuk penerbangan internasional, agaknya Garuda Indonesia dengan rencana ­penambahan pesawat besar dan perluasan jangka panjang long haul flights-nya, ditambah aliansi­nya, akan memimpin penerbangan na­ sional Indonesia meningkatkan jumlah wisman ke negeri ini. Dari berbagai penjuru dunia. n

33


Indikator Jumlah Wisatawan Mancanegara yang Datang ke Jawa Timur Melalui Pintu Masuk Juanda Tahun 2011, 2012 dan Januari–April 2013 25000 20000 15000 10000 5000 0

Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun

Jul

Agt

Sep

Okt

Nov

Des

Sumber: Berita Resmi Statistik Provinsi Jawa Timur No.37/06/35/Th. XI, 3 Juni 2013

Jumlah Wisatawan Mancanegara Melalui Pintu Masuk Juanda Menurut Kebangsaan — April 2013

Sumber: Berita Resmi Statistik Provinsi Jawa Timur No.37/06/35/Th. XI, 3 Juni 2013

34

Vol. 4 l No. 42 l Juni 2013


Indikator Jumlah Pergerakan Pesawat dan Penumpang di Bandara Int’l Juanda Surabaya 2008–2013

Sumber : PT Angkasa Pura I Bandara Internasional Juanda Surabaya

Kapasitas Terminal Domestik dan Internasional Tahun 2013 (orang)

Sumber : PT Angkasa Pura I Bandara Internasional Juanda Surabaya

Pergerakan Penumpang dan Pesawat sampai dengan Mei 2013

Sumber : PT Angkasa Pura I Bandara Internasional Juanda Surabaya

Jumlah Hotel yang Ada & yang Baru Dibuka/akan Dibuka 2010–2014

Sumber : Dewan Pariwisata Indonesia (DEPARI) Jawa Timur

Rata-rata Lama Menginap Tamu Asing dan Indonesia Menurut Klasifikasi Bintang Bulan April 2013

Sumber: Berita Resmi Statistik Provinsi Jawa Timur No.37/06/35/Th. XI, 3 Juni 2013

Vol. 4 l No. 42 l Juni 2013

35


Even Utama di Dalam Negeri, Mengusung Promosi Pariwisata Menjangkau Tanah Air Sekaligus Pasar Mancanegara

( Dalam

s t i v a l E r a u , F e s t i v a l To To b a , F e raja u a n a ) lD a v i t es F : an nyiap e p s prose

Beberapa di antara even utama promosi pariwisata di dalam negeri, yang diselenggarakan dan yang didukung oleh Kemenparekraf tahun 2013 :

FESTIVAL DANAU SENTANI

Festival Budaya Lembah Baliem

Informasi : Telp. 021-3838220 u Fax. 021-3208612 u Website: www.indonesia.travel u Email: kncn@indonesia.travel Direktorat Promosi Pariwisata Dalam Negeri u Direktorat Jenderal Pemasaran Pariwisata Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI u Jalan Medan Merdeka Barat No. 17, Jakarta

36

Vol. 4 l No. 42 l Juni 2013


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.