Newsletter Pariwisata Indonesia Edisi 47 - November 2013

Page 1

Vol. 4 l No. 47 l November 2013

Perhatian Khusus Pasar China Sementara Pengembangan Berlangsung Di Wilayah Tengah Indonesia

Gres! Dan Wisata Syariah Siap Berkembang halm.

6

Tiga tema utama di pariwisata sangat menarik kini didalami. Menggarap pasar China dengan upaya khusus, sementara di kawasan tengah Indonesia sedang terjadi pertumbuhan yang berputar dari kegiatan penerbangan, dan, kualitas SDM terkait dengan pelayanan di bidang pariwisata.

Lelang Istimewa dari Asmat Papua halm.

15

International Heritage Walk di Jogja

Vol. 4 l No. 47 l November 2013

halm.

20

Jangan Hanya Masa Keemasan di Tanjung Emas halm.

28

www.newsletter-pariwisataindonesia.com


Utama

Puslitbang Kebijakan Pariwisata Kemenparekraf melakukan salah satu penelitian ialah meng-eksplore pasar wisatawan China. Antara lain terungkap apa yang diinginkan wisatawan China ketika menginap di hotel.

K

ita saat ini tengah berupaya ­memperssiapkan langkah-langkah khusus untuk bisa memasuki dan menggali pasar wsman dari China. Terlalu sayang kalau kita ketinggalan kereta, tahun 2012 yang lalu wisatawan outbound dari China telah mencapai jumlah 83 juta. Akan ­menaik terus. Potensi hebat dari pasar wisatawan China itu dibeberkan dalam pelbagai laporan di dunia. Persaingan merebut kunjungan mereka pun terbentang dari hampir semua negara industri maju Eropa, sampai Amerika dan Australia. Tentu saja juga dari negara-negara destinasi tetangga Indonesia. Kita harus memaklumi salah satu laporan berikut ini. Dengan meningkatnya pendapatan pribadi dan standar hidup, wisata outbound China tumbuh dengan pesat. Orang China ­sangat ingin pergi jalan-jalan ke luar negeri yang menciptakan pasar besar bagi beberapa negara di dekatnya. Tujuan populer mereka dewasa ini di­sebut Amerika Serikat, Rusia, Perancis, Australia, Jepang, Korea Selatan, Malaysia, Singapura, Thailand dan Maladewa, dan lain-lain. Pada tahun 2012, jumlah wisatawan outbound total 83.182.700, naik 18,41% dibandingkan ­dengan 2011. Saat ini, Cina telah mengijinkan Pengarah: Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Penanggungjawab: Direktur Jenderal Pemasaran Pariwisata Wakil Penanggungjawab: Direktur Pengembangan Pasar dan Informasi Pariwisata Penerbit/Pemimpin Redaksi: Arifin Hutabarat Dewan Redaksi: Direktur Promosi Pariwisata Dalam Negeri; Direktur Promosi Pariwisata Luar Negeri; Direktur Konvensi, Insentive, Even dan Wisata Minat Khusus; Direktur Pencitraan Indonesia; T. Burhanuddin; Wisnu B. Sulaiman. Reporter: Benito Lopulalan Alamat: Direktorat Jenderal Pemasaran Pariwisata Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Jl. Medan Merdeka Barat No.17, Lantai 3 Jakarta 10110 Telp : 021 383 8220 Fax : 021 380 8612, Email : jurnal@indonesia.travel www.newsletter-pariwisataindonesia.com Jika Anda mem­ punyai informasi dan pendapat un­ tuk Newsletter ini, ­silakan kirim ke alamat di atas.

2

Apa yang diinginkan wisatawan China dari hotel? 1

Free Wi-Fi as their most common request from Chinese guests, once in their hotel.

84%

2

A kettle for tea-making.

44%

3

Translated travel guides.

41%

4

Smoking rooms (40%).

40%

5

Chinese TV programmes.

33%

6

Translated hotel website.

31%

7 Translated welcome materials in house Mandarin speakers.

26% and 25%

8

8%

The least requested item is feng shui rooms (3%) and Chinese room service options.

tujuan luar negeri bagi warganya ke-114 negara dan wilayah lain di dunia. Pada tahun 2012, pasar wisata outbound ­China terus tumbuh dan negara itu menjadi pasar terbesar pariwisata outbound di dunia, melebihi Jerman dan Amerika. Bagusnya pasar wisata China ialah kenyataan mudah dan lengkapnya data bisa diperoleh. Sistem penghimpunan data di sana pun telah amat maju. Tahun lalu itu, total pasar wisata out­ bound mencapai nilai 102 miliar USD. Pada saat yang sama, bahasa Cina memperoleh eksposur yang lebih besar. Dewasa ini 58,9% dari wisatawan pergi ke luar negeri untuk per­tama kalinya, turun 4,66 persen dari 2011, ­sedangkan persen wisatawan multi exit meningkat. Pertumbuhan destinasi baru mulai berkurang. Pada tahun 2012, tujuan wisata baru bertambah tiga, mencapai 114. Jumlah wisatawan yang menghabiskan lebih

Vol. 4 l No. 47 l November 2013

dari 5.000 Yuan telah berkurang banyak, itu menunjukkan bahwa wisata ke luar negeri menjadi lebih populer di kalangan penduduk yang lebih luas , dan orang-orang menjadi lebih cerdas dalam memilih perjalanan dan belanja. Kebutuhan perjalanan menjadi lebih ­beragam. Tujuan perjalanan termasuk jalan-jalan, perjalanan bisnis, dan liburan wisata. Wisatawan tidak hanya bergabung dengan kelompok wisata besar, tetapi juga men-gorganisir kelompok keluarga kecil dan tur pribadi. Pada tahun 2012, agen-agen perjalanan mem­bantu 28.305.700 orang bepergian ke luar negeri, naik 39,99% dari tahun sebelumnya. Total pendapatan mereka dari wisata outbound adalah 93.606.000.000 Yuan, naik 40,11 persen dari 2011. Keuntungan wisata outbound yang dibukukan oleh agen perjalanan bernilai 4.467.000.000 Yuan, naik 24,25% dari 2011. Pada 2013, wisata outbound China masih


Pasar RRT

Rencana Aksi Strategis

M

enteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Mari Elka Pangestu dalam kunjungan ­kerja di Tiongkok (RRT) melakukan pertemuan bilateral dengan Pemerintah Provinsi Fujian dan membuka serta menghadiri acara tiga hari promosi Wonderful Indonesia di kota Fuqing. Indonesia sedang memasuki pe­ netrasi pasar pariwisata ke kota-kota sekunder di negeri raksasa itu. Dengan Wakil Gubernur Provinsi Fujian, di­­ bahas di antaranya dukungan bagi Fujian Com­

akan tumbuh dengan cepat. Diperkirakan bah­wa wisatawan ke luar ­negeri akan meningkat menjadi 94.300.000 pada ­tahun 2013, naik 15% dari 2012; konsumsi keluar akan mencapai 117.600.000.000 USD, sedangkan pertumbuhan inbound melambat, defisit perda­gangan wisatanya akan lebih besar, mencapai 68.300.000.000 USD. Memang, berdasarkan laporan mereka, 10 tujuan wisata luar negeri yang terbanyak langsung dikunjungi wisatawan dari China daratan yang dicatat oleh Travel Agencies pada tahun 2012 dan jumlah wisatawannya ke setiap tujuan itu digambarkan begini: Hong Kong 6.281.317 wisatawan, Macau 3.275.065, Taiwan 2.761.160,

Menparekraf Mari Elka Pangestu menjelaskan ke publik di RRC melalui pers setempat.

modities Fair yang akan diselenggarakan di Indonesia; kerja sama bidang perdagangan, ­investasi dan pariwisata; dan peningkatan hubungan melalui program sister province antara Jawa ­Tengah–Fujian, sister city antara Surabaya–­ Fuzhou, dan kota Chengzhou-Palembang. Promosi Wonderful Indonesia selama tiga hari

(8–10 November 2013) di kota Fuqing itu berkat kerja sama Perhimpunan Indonesia–Tionghoa (INTI) dengan Kemenparekraf, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), dan Pemerintah Kota Fuqing. Kegiatan bernama Indonesia Week itu memamerkan potensi pariwisata Indonesia yang

Thailand 2.698.199, Korea Selatan 2.249.438, Singapura 1.358.139, Jepang 1.162.770, Malaysia 1.105.669, Vietnam 635.100, Prancis 631.651. Pada akhir 2012, ada 24.944 agen ­perjalanan di Cina daratan, naik 5,29% dibandingkan ­periode yang sama tahun 2011. Total aset ­mereka 83.955.000.000 Yuan, naik 18,05% dari tahun 2011. Total pendapatan oleh agenagen perjalanan di tahun 2012 mencapai Yuan 337.475.000.000, naik 17,51% ­dibanding tahun sebelumnya. ­Total keuntungan yang Yuan 14.828.000.000, naik 11,82% ­dibandingkan 2011. Pendapatan dari ­pariwisata domestik ­adalah Yuan 187.833.000.000, naik 12,35%

dibanding­kan 2011; di antara itu, Yuan 8.701.000.000 ­merupakan keuntungan, naik 9,75%. Pendapatan dari wisata outbound adalah Yuan 93.606 juta, naik 40,11% dari tahun sebe­lumnya, di antara itu, Yuan 4.467.000.000 sebagai keuntung­an, meningkat sebesar 24,25% dibandingkan tahun 2011. Pendapatan dari pariwisata inbound adalah Yuan 28.236.000.000, turun 1,46% dibandingkan periode yang sama tahun 2011, di antara itu, Yuan 1.659.000.000 adalah keuntungan, mengalami penurunan sebesar 4,43% dibanding 2011.

Wisata outbound China masih akan tumbuh dengan cepat.

Vol. 4 l No. 47 l November 2013

Pendidikan SDM

Di akhir 2012, di China terdapat total 2.236 perguruan tinggi pariwisata, dengan ­pendaftaran total 1.073.400 siswa. Diantaranya, 1.097 merupakan perguruan tinggi pariwisata dan ­universitas, 18 berkurang dari 2011 ­dengan pendaf­taran total 576.200 siswa, mengalami penurunan sebesar 23.600. Sisanya 1.139 terdiri atas perguruan tinggi menengah kejuruan pariwisata, bertambah 46 dari tahun 2011, dengan pendaf­taran total 497.200 siswa, bertambah 13.800 dari tahun 2011. Jumlah personil aktif di pariwisata yang menerima pelatihan yang ­relevan mencapai 44.684.000 orang, 111.900 orang lebih dari pada tahun sebelumnya, naik 2,6% . n

3


Pasar RRT dikemas dalam branding Wonderful Indonesia serta Indonesia ­kreatif. Di situ antara lain ditam­ pilkan pa­meran industri kuliner dan kerajinan produk usaha kecil dan menengah (UKM). “RRT merupakan pasar utama pariwisata kita yang setiap tahun tumbuh pesat (double digit), memberikan kontribusi cukup besar terhadap kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia,” kata Mari Pangestu. Kegiatan tersebut merupakan bagian dari tindak lanjut hasil MoU di bidang pariwisata yang telah ditandatangani oleh Menparekraf dan CNTA (China National Tourism Administration) pada 2 Oktober 2013 di Jakarta, di mana kedua negara bertekad ingin meningkatkan kunjungan wisatawan timbal balik hingga 2 juta wisatawan pada tahun 2015 mendatang. Diselenggarakan juga forum diskusi antara pengusaha kedua negara, pameran kuliner dan pertunjukan kesenian dalam Malam Kesenian Indonesia, menampilkan musik arumba, angklung interaktif, serta seni tari: tari Semarak Metropoli-

Utama

D

irektorat Pengembangan Pasar dan Informasi Pariwisata Kemen­ parekraf menyelenggarakan Fo­ rum Group Discussion (FGD) di ­Jakarta pada 6 November 2013, bertema Pro­ gram Promosi Pasar China. Tujuan pertemuan untuk mempertajam program kegiatan promosi Kemenparekraf untuk pasar China di tahun 2014. Pesertanya terdiri atas unsur pelaku bisnis pariwisata dari agen perjalanan dan perhotelan, serta pemangku kepentingan termasuk wakil pengelola bandara-bandara di Indonesia. Pada kesempatan itu diungkapkan fakta dan data mutakhir tentang pasar wisman yang ada di China. Sementara itu Puslitbang Kebijakan Pariwisata melaksanakan salah satu kegiatan penelitian dengan mengambil topik Penelitian ­Eksplorasi Pasar Wisatawan China. Hasil sementara penelitian itu pun dibawakan ke satu pertemuan diseminasi yang diadakan di Jakarta pada 19 November 2013. Di situ didiskusikan pula fakta dan data hasil penelitian, yang bermuara pada bagaimana mendekati pasar wisatawan China dilihat dari karakteristik, budaya dan kebiasaan wisatawan

4

RRT merupakan pasar utama pariwisata Indonesia yang setiap tahun tumbuh pesat, memberikan kontribusi cukup besar terhadap kunjungan wisatawan mancanegara ke negeri ini.

tan (Jakarta), Gebyar Jaipong (Surabaya), Kerlap Kerlip (Surabaya), dan tarian Dinding Badinding (Sumbar), serta dua model Solo Batik Carnival. Pada kesempatan sama beberapa seni pertunjukan Tiongkok ditampilkan oleh artis setempat. Hadir Walikota Fuzhou, Mr Yang Yi Min, dan

perwakilan pemerintah kota Fuqing, serta para pengusaha dan masyarakat Fuqing. Rencana Aksi Selama kunjungan kerja di RRT 11–14 November 2013, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, meluncurkan rencana aksi strategis pariwisata Indonesia untuk penetrasi

Bersama Pelaku Bisnis, Indonesia’s Share of China Outbound 2006–2012

Sumber: Euromonitor dan BPS

China dewasa ini. Permasalahan di Indonesia yang diungkapkan dari penelitian eksploratif itu ialah termasuk bagaimana profil outbound Cina?; bagaimana profil wisman Cina yang ke Indonesia?; bagaimana prospek mereka ke depan?; dan bagaimana memenangkan persaingan memperoleh wisman Cina? Aspek-aspek yang sering mengecewakan

Vol. 4 l No. 47 l November 2013

wisatawan China, dinyatakan dari penelitian itu: Kualitas pelayanan, dan waktu; kekecewaan yang paling banyak terkait dengan kualitas pelayanan dan kondisi bandara dan kualitas pelayanan hotel. (Merasa didiskiminasikan, staf hotel tidak ramah dan tidak paham dengan budaya dan ­keinginan orang China.) Makanan mengecewakan mereka. Keluhan ditujukan pada kualitas


lebih luas dan dalam ke pasar wisatawan negeri China. Dalam MoU antara Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dan China National Tourism Administration (CNTA), disepakati untuk meningkatkan arus kunjungan dua arah wisatawan antarkedua negara untuk mencapai 2 juta pada tahun 2015. Dalam rangka itu Menteri Mari Pangestu mengunjungi Beijing dan kota Jinan di Provinsi Shandong, serta Shanghai dan Guangzhou di Provinsi Guangdong. Menteri mengadakan konferensi pers untuk menjelaskan kerja sama tersebut. Pada kesempatan itu Menteri menyampaikan respons Indonesia terhadap Undang-Undang Pariwisata yang baru di RRT. Pada kunjungan ke empat kota itulah Menteri meluncurkan rencana aksi strategis Indonesia untuk promosi di RRT. Di konferensi pers tersebut diluncurkan website Indonesia yang telah dirancang khusus untuk pasar RRT dalam bahasa ­Mandarin. Isinya menampilkan features yang sesuai dengan pasar RRT. Nama domain: cn.indonesia.travel. Situs web Mandarin tersebut merupakan bagian terpadu dari website promosi

pariwisata yang dimiliki Kemenparekraf, yaitu www.indonesia.travel. Dimaklumi, sebagian besar wisman dari RRT melakukan riset terlebih dulu di internet untuk memilih tempat kunjungan wisata, lagi pula ­telah terjadi pergeseran pola dari perjalanan dengan grup ke perjalanan individual atau FITs dan kelompok-kelompok berjumlah kecil. Ruang lingkup MoU meliputi peningkatan fasilitasi perjalanan, peningkatan komunikasi dan perjalanan wisatawan RRT ke Indonesia; pengembangan konten pariwisata, informasi dan statistik antara RRT dan Indonesia, promosi bersama lebih pada platform pemasaran termasuk di website masing-masing, serta mempromosikan investasi pariwisata. Rencana Aksi strategis dimaksud mencakup fasilitasi kemitraan antara industri pariwisata kedua Negara. Mari Pangestu juga menyaksikan Letter of Intent antara operator wisata utama outbound di 3 wilayah RRT, yaitu Shanghai, Jinan dan Guangzhou, di tahap pertama ini dengan Panorama Oriental, yang merupakan salah satu operator perjalanan terkemuka di Indonesia. ­Letter of Intent tersebut akan diikuti juga di

wilayah lainnya. Perjanjian ini untuk memastikan konsumen terlindungi sesuai dengan UU Pariwisata baru RRT. Dengan demikian, wisatawan RRT akan memiliki pengalaman yang baik ketika bepergian dan menikmati liburan mereka di Indonesia, melalui pelaksanaan kerja sama ini pada tingkat yang lebih teknis. Ke depan akan ada lebih ­banyak Business to Business meetings. Selanjutnya akan diikuti dengan Road­ show dari Indonesia oleh industri pada ­November–Desember 2013, yang mencakup promosi di Shanghai 16–17 November; Guangzhou 23–24 November dan Shenzhen 30 November–1 Desember. Pada tahun 2014, Rencana Aksi dalam menggarap pasar Tiongkok meliputi familiarization trips ke Indonesia, termasuk untuk tujuan ‘di luar Bali’ bagi media dan agen perjalanan dari RRT, kampanye yang lebih banyak pada media plat­ form baru seperti Weibo, WeChat selain melibatkan pembuat opini/blogger. Tahun 2014 akan berujung dengan Roadshow 6 kota di RRT antara Agustus hingga September 2014. n

Ada juga Penelitian Visitor Arrivals from China The arrival of tourists from ­China experienced sustained positive growth since 2001. A surprising growth occurred in 2005 which increased by 120,55% over the previous year. Source: Statistical Report on Visitor Arrivals to Indonesia 2012

Seat Capacity China 2013 Nama Maskapai

Rute Penerbangan

Nasional Garuda Indonesia Shanghai-Jkt Beijing-Jkt

makanan bukan pada pelayanannya. Pelayanan guide dan itinerary yang dianggap buruk juga bagian yang banyak mengecewakan dan pelaksanaan pengaturan-pengaturan juga mengecePersyaratan : jalan raya rapih, smooth. wakan mereka. n

Jumlah Seat Winter 2013

Canton-Jkt 80.808 80.808

Frekuensi Frekuensi Jumlah Seat Frekuensi Perubahan Winter 2013 Winter 2013 Winter 2013 Summer 2013 seat

58.968 7 7

7 80.808 80.808

58.968 7 7 44.772 19.500 76.440 14.352 25.584 4

Asing

China Southern Guangzhou-Jkt Air China Xiamen-Jkt China Eastern Shanghai-Bali Sichuan Airlines Nanning-Bali Xiamen Airlines Xiamen-Jkt Fuzhou (FOC)-Jkt -

44.772 19.500 - 14.352 - -

7 3 - 2 - 34.112

TOTAL

299.208

(Frekuensi = per minggu)

Vol. 4 l No. 47 l November 2013

7 7 3 5 2 3 34.112

435.344

-

76.440 25.584 136.136 Sumber: Kemenhub

5


Wisata Syariah

M

inggu 17 November 2013, pagi hari di kawasan Silang Monas Jakarta. Presiden Susilo ­Bambang Yudoyono meluncurkan Gerakan Ekonomi Syariah, disingkat GRES. Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi pusat ekonomi syariah di dunia. Perkembangan dan pertumbuhan ekonomi syariah di Indonesia beberapa tahun ini cukup fenomenal. Kenyataannya ekonomi syariah mengurangi kerentanan antara sistem keuangan dengan sektor rill, se­ hingga menghindari penggelembungan ekonomi; keberadaan ekonomi syariah dapat menghindarkan pembiayaan yang bersifat fluktuatif; dan dapat mem-perkuat pengaman sosial. Di tengah masyarakat bersama Presiden SBY dalam peluncuran GRES itu, Kemenparekraf menampilkan program ‘wisata syariah’. Wakil Menteri Pariwisata Sapta Nirwandar pun menjelaskan betapa kemajuan-kemajuan telah dicapai dalam hal Indonesia mengembangkan wisata syariah. Wisata syariah akan menjadi salah satu kegiatan

Dan Wisata ekonomi syariah yang kuat di negeri ini. Pada 20 Desember 2012 di Surabaya, Wamen Sapta Nirwandar memimpin melaksanakan ‘soft launching’ pariwisata syariah Indonesia. ­Ketika itu digaungkannya: “Pariwisata syariah dunia omsetnya bisa mencapai USD 2 T. Inilah yang ingin kita arahkan. Orang muslim di dunia berjumlah sekitar 1,8 miliar, di Indonesia sendiri juga ada sekitar 230 juta. Market yang sangat ­besar,” katanya waktu itu. Kemenparekraf aktif mendukung gerakan GRES. Di tengah peluncuran itu tampak ‘tenda’ alias booth pariwisata. Di situ, bersantai dengan masyarakat dan pers, Wamen Sapta pun menjelaskan lagi, Indonesia jelas memiliki potensi yang besar dalam hal wisata syariah. Pemerintah saat ini telah dan tengah me­ ngembangkan wisata syariah, mengatur fasilitasi dan penyebaran informasi mengenai seluk beluk wisata syariah. Di satu sisi masyarakat diharapkan semakin lebih memahami wisata syariah, di sisi lain, apa

Wisata syariah, di pasar internasional dipromosikan dengan sebutan Muslim Packages, ada Islamic Travel, ada pula dengan sebutan Halal Tourism. Foto menunjukkan salah satu stan di tengah ramainya pasar wisata internasional di MATTA Fair 2013 di Kuala Lumpur, September 2013.

6

Vol. 4 l No. 47 l November 2013

yang telah dan tengah dilakukan Kemenparekraf mencakup upaya pemasaran wisata syariah dengan Indonesia sebagai destinasi. Hebatnya wisata syariah ini, kini juga disasar oleh pemasar pariwisata dari berbagai negeri termasuk Jepang, Korea dan China dan lain-lain. Menurut Sapta, orang Indonesia perlu secepatnya memahami dan mendukung pelaksanaan wisata syariah. Dan menikmatinya. Kemenparekraf bersama beberapa pihak terkait telah menyepakati pedoman wisata syariah, antara lain standar yang harus dipenuhi oleh hotel, restoran, biro perjalanan, pemandu wisata, yang sesuai dengan syariah. Pedomannya telah ­dipraktekkan di hotel-hotel seperti penyediaan alat sholat, petunjuk arah kiblat, penyediaan makanan bersertifikasi halal, dan seterusnya.

Penyebarluasan di daerah

Pada perkembangan lain, dua minggu sebelumnya, di Pekanbaru diadakan focus group dis­ cussion oleh Direktorat Pengembangan Pasar dan Informasi Pariwisata. Program itu sebenarnya merupakan salah satu dari dua kali kegiatan tahun 2013 berkenaan dengan program Asistensi Pengembangan Pasar dengan dinas-dinas pariwisata daerah. Di Pekanbaru itu, dipilih ‘wisata syariah’ sebagai contoh utama dalam membicarakan pengembangan pasar, dari sudut kreatifitas dalam pemasaran dan realitas pasarnya yang sedang terbuka luas di dunia. Jadi, ihwal penggalangan potensi dan penyu­ suan pedoman mengembangkan wisata syariah tengah digencarkan secara sistimatis oleh Kemenparekraf. Sejak awal mulai mengenalkan konsep wisata syariah, tahun 2012 lalu, Wamen Sapta Nirwandar mengungkapkan, ketika kita pertama kali memutuskan ini tentunya ada perasaan waswas. Karena berbicara mengenai pariwisata seringkali dikaitkan dengan kemaksiatan. Ada kalangan di beberapa tempat yang skeptis dengan wisata. Tapi kemudian, berkembang cukup pesat dalam pengembangan pemahamannya. Aceh melaunching Visit Aceh Year. Tentu saja pariwisata di


Syariah Siap Berkembang Presiden Susilo Bambang Yudoyono dan Wamen Parekraf Sapta Nirwandar di tengah peluncuran GRES, 17 November 2013 di Kawasan Silang Monas, Jakarta.

sana akan menyesuaikan dengan keadaan yang ada di Aceh. Di negara seperti Maldives yang 100% Islam dan negara Islam, menurut Sapta, telah menjalankan wisata syariah dan menjadi obyek wisata yang sangat terkenal di dunia. Di sana juga diberlakukan praktek syariah. Di dalam negeri, di Sumbar juga sudah dimulai. Uraian tentang wisata syariah kemudian diperdalam dan diperluas lagi, bekerja sama dengan berbagai kalangan ahli dan yang ber­­kompeten. Di Indonesia bahkan hotel dan restoran telah berhimpun dalam satu Asosiasi Hotel dan Restoran Syariah Indonesia (AHSIN). Ketua Umumnya Riyanto Sofyan. Dia sendiri Komisaris Utama kelompok Sofyan Hotels yang telah mentransformasi semuanya menjadi hotel syariah. Di Pekanbaru pada 28 Oktober 2013 pun dia sosialisasikan kepada dinas-dinas pariwisata daerah melalui forum yang dilaksanakan oleh Kemenparekraf disebutkan tadi. Pariwisata Syariah sudah lama berkembang di Indonesia, dapat ditelusuri sejak berjalannya paket paket Wisata Religi, dalam bentuk di antaranya: Wisata Ziarah lalu Wisata Spiritual. Prof Dr TC Chang, seorang peneliti ­­geo­grapher

pariwisata dari National University Singapura, mengemukakan tren industri pariwisata dunia sebagai berikut: 1970/80s: MICE travelers 1990s: Honeymooners & Cruise tourists 2000s: ­Education & Medical tourists 2005 onwards: ­Islamic/Muslim travelers. Ekonomi syariah berkembang dan ber evolusi mulai dari industri produk dan makanan ­halal, kemudian berkembang ke industri keuangan, sekarang merambah ke industri Life Style. ­Dikutipnya: The concept of Sharia Tourism is not limited to reli­ gious tourism, but it extends to all forms of tourism except those that go against ­Islamic values. (Sha­ kiry, 2006).

Vol. 4 l No. 47 l November 2013

Pariwisata Syariah dapat berupa: Wisata Alam, Wisata Budaya, dan Wisata Buatan, yang dibingkai dalam nilai-nilai Islam. Esensi dari menerapkan prinsip prinsip Syari-ah adalah memandu agar semua elemen yang berbahaya dan merusak bagi kehidupan manusia dan lingkungannya, dibuang atau dijauhi. ­Sehingga, semua produk dan jasa yang memenuhi ketentuan syariah atau halal, adalah baik untuk muslim ataupun umum. Potensi global industri pariwisata syariah digambarkan dengan ringkas sebagai Wisatawan Muslim (muslim travellers) yang sudah berkontribusi sekitar US$ 126 miliar pada tahun 2011 Jumlah itu juga lebih tinggi dari pengeluaran wisatawan Jerman yang mencapai US$111 miliar (Rp 1.077 triliun), lebih tinggi dari total uang yang dikeluarkan seluruh wisatawan Amerika Serikat yang mencapai US$ 93 miliar (Rp 902 triliun) atau Cina yang mencapai US$ 65 miliar (Rp.630 triliun). Miles Young, CEO of Ogilvy & Mather World­ wide membuat statement: “…Yes this is the mar­ ket bigger than India and China is….” Ketika dibandingkan, penerimaan devisa dari

7


Wisata Syariah

wisman muslim ke Indonesia pada tahun 2011 diperkirakan sebesar US$ 1,6 miliar dari total US$ 8,5 miliar penghasilan devisa dari wisman, atau sekitar 1,2 % dari potensi pasar ‘MuslimTraveller’ dunia. Karakteristik wisatawan muslim pun sudah diidentifikasi; Yang dari Timur Tengah, mereka cenderung pada wisata alam dan resor: gunung, pantai dan spa, dengan shopping dan harus ter­ sedia kuliner Mereka mengkonsumsi hotel bintang 4 dan 5, bepergian dengan keluarga besar, dan tidak mau repot, semua maunya diuruskan. Wisatawan muslim Nusantara dikategorikan terdiri atas Malaysia, Indonesia, Brunei, Singa­

8

Begitu pun Vietnam menginginkan wisata syariah, memasarkannya ke mancanegara.

pore, mereka ini cenderung pada sight seeing, shopping, wisata ziarah jejak Islam, wisata spiritual, pengajian, wisata Hari Raya Qurban, wisata alam, dan lain-lain. Adapun wisatawan muslim dari China dan India, mereka lebih suka sight seeing, shopping, wisata heritage atau sejarah peninggalan Islam, dan wisata alam. Muslim Eropa dari Jerman, Perancis, Inggris, Turki dan Rusia: suka akan sight seeing, shopping, wisata alam, wisata budaya dan peninggalan, Eco Tourism dan Adventure Tourism.

Vol. 4 l No. 47 l November 2013

Bagaimana potensi domestik wisata syariah?

Wisatawan Nusantara (Wisnus) pada tahun 2011 sudah sebesar 239 juta perjalanan dengan total perputaran ekonomi sebanyak Rp 158 tri­ liun. Dengan populasi 88% muslim, Wisnus Muslim dapat diperkirakan akan meningkat terus. Maka, dengan meningkatnya jumlah ‘sharia conscious consumers’ di Indonesia, sekarang sudah banyak para wisnus yang menuntut jaminan kehalalan dan suasana yang Islami pada tempattempat yang dikunjungi dalam perjalanannya. Jadi, dalam mengembangkan wisata syariah, tiga aspek utama perlu diperhatikan dan dikelola, yaitu aspek Produk, lalu SDM dan Kelembagaan, dan program Promosinya. n


Wisata Syariah

Untuk Suara dari Daerah

“S

aya dari Aceh. Terima kasih pada teman-teman yang be­ kerja keras mengadakan acara ini dan memberikan perhatian mengungkapkan masalah pemasaran pariwisata dan terkait wisata syariah. Di daerah kami pariwisata potensinya besar, budaya, alam, dan juga (agama) masyarakatnya sangat mendukung.” Dia sedang berbicara di tengah sesi ­pertemuan Asistensi Pengembangan Pasar di Pekanbaru,­ ­Oktober 2013. Riyanto Sofyan baru saja menyelesaikan uraianuraiannya. Taoi itu, kata dia, belum tentu men­ jamin dilakukannya secara optimal wisata syariah. Di daerahnya hidup kebiasaan ‘ngopi bersama’, maka terkenal punya julukan ‘1.000 warung kopi’. Terkadang berdampak kurang bagus juga. Di situ anak muda nong­ krong melampui batas waktu. Sehingga waktu untuk sholat pun terlupakan, berganti dengan kegiatan hiburan. Di satu sisi lainnya, terasa kurangnya pemanfaatan potensi pariwisata dari bermacam makanan minuman khas. Jadi, terasa dilematis. Bagaimanakah konsep dan mengelola wisata syariah dengan kondisi masyarakat seperti itu? Di Aceh, konsep Islam kuat. Tapi kita melihat keadaan tadi terjadi di depan mata. Konsep syariah tampak merupakan salah satu cabang jalan, maka sekiranya konsep itu diterapkan dan berhasil, tentulah akan ditiru. Kita punya hotel bertaraf bintang 4, kata dia lagi, tapi konspenya masih jauh dari syariah. Ada karaoke atau diskotiknya, dilematis, satu sisi klasifikasinya bintang 4, namun syarat syariahnya tak diikuti, sedangkan kita ingin yang syariah. Jadi kami masih agak belum mengerti juga. Bagaimana kalau ada yang membuat sample usaha berdasarkan syariah? Menurut Riyanto Sofyan, ketika hendak mengembangkan wisata syariah dengan sema­ ngat menyongong wisatawan muslim dengan memenuhi kebutuhannya, baik diperhatikan adanya persepsi yang menganggap bahwa syariah itu harus sepenuhnya syariah compliance. Yang tengah dikembangkan ialah wisatawan muslim yang akan berkunjung ke obyek wisata yang ada di seluruh dunia. Maka, setidaknya perlu yang memenuhi minimal compliance. ­Cukup standarnya saja yang dipenuhi. Misalnya sistem makanan halal kemudian toilet ada fasili-

tas ­bersuci dan lain sebagainya, ada mushola. Itu yang standar, tak ada karakter sendiri. Kita juga harus melihat kalau memang itu syariah compliance, seperti dicontohkan, “Ngopi gak akan terjadi sampai meninggalkan sholat. Contohnya spa syariah salah satu persyaratannya bila menyusun jadual untuk terapi jangan sampai melewati waktu sholat. Si pasien tidak terpaksa melalaikan sholat.” Dengan kata lain penerapan wisata syariah harus dirancang tidak akan mengganggu kehidupan seorang muslim untuk beribadah. Jangan sampai menyusun kegiatan wisatawan diadakan jadual kosong tapi pada jadwal jatuhnya waktu sholat kegiatannya dibuat padat. Demikian pula tempat dikunjungi yang mana yang paling tepat. Itulah yang baiknya diperkenalkan untuk menyambut wisatawan muslim. Dengan semangat yang serupa, bisa juga langsung diterapkan full compliance seraya memperkenalkan budaya di luar yang Islami. Itu bisa dikembangkan. Pasar memang meminta. Ada yang cuma sightseeing, tak begitu memasalahkan dengan nilai islami, dia mau berlibur, tapi ada makanan halal. Ada juga ingin masuk ke dalam kehidupan setempat, ­beraktifitas melakukan kegiatan sosial, beramal sambil wisata. Dengan kata lain lagi, intinya, terdapat

Vol. 4 l No. 47 l November 2013

k­ riteria-kriteria dan inilah yang sedang dirumuskan oleh Kemenparektaf dengan dewan syariah ­nasional Indonesia. Pertanyaannya, bagaimana kita bisa mengembangkan hingga menarik bagi segmen yang berbeda. Perlu inovasi masingmasing kita sendiri. Yang dikemukakan disini, standar kriteria bagaimana agar wisatawan syariah bisa dibentuk. Bagaimana supaya kian menarik lagi, itu terserah pelaku industri dan destinasi sehingga menjawab kebutuhan wisatawan. Riyanto Sofyan kemudian memaparkan ­indikator peningkatan industri dan perda­ gangan syariah di Indonesia. Dikemukakannya, tingkat pertumbuhan Bank Syariah dalam 5 tahun ter­akhir rata-rata 45% per tahun. Data LPPOM MUI tahun 2010 menunjukkan jumlah produk halal yang didaftarkan 21.837 meningkat lebih dari 2 kali ­lipat dibanding tahun 2009 yang hanya 10.550. Begitu pula ­Indeks Kepedulian Masyarakat terhadap Produk Halal meningkat menjadi 92,2% pada tahun 2010, dari hanya 70% pada tahun 2009. Wardah ­Cos-metics meningkat rata-rata 75% pertahun dalam 4 tahun terakhir, padahal menurut AC Nielsen rata-rata industri ini hanya meningkat 15 % pertahun. Sempat masuk kelompok 5 besar sementara 4 produk lainnya adalah produk luar negeri. Masuk jaringan Carrefour, Hypermart, Century dan Matahari. Indonesia, negeri kepulauan terluas di dunia yang terbentang di sepanjang garis khatulistiwa ini sangat kaya akan daya tarik (obyek) wisata dari alamnya memiliki daya saing Sumber Daya Alam peringkat 17 dari 139 negara. Budayanya dengan 300 ragam suku dan etnis dan 742 bahasa dan dialek, memiliki 8 World Heritage Cultural Sites. Menduduki peringkat 39 dari Cultural Heritage di antara 139 negara oleh WEF. Dapat menjadi tempat penyelenggaraan pameran dan ­festival internasional dan industri kreatif yang kuat. ­Indonesia mempunyai populasi muslim terbesar di dunia sehingga kondusif bagi wisman muslim dengan meningkatnya jaminan halal dan sharia compliance. Alhasil, Indonesia sangat berpotensi untuk meningkatkan kedatangan wisman muslim dan menjadi destinasi utama pariwisata syariah dunia. n

9


Lagu Daerah

Terus Memajukan Bahasa Daerah Juga

K

onsisten, sekali lagi kon­sisten. Itu merupakan pesan yang tampaknya dimaknai dari setiap kali Wamen Sapta Nirwandar meluncurkan even-even di dalam negeri, baik yang diinisiasi oleh Kemenparekraf maupun yang didukung atas upaya dari daerah-daerah mempromosikan pariwisata masing-masing. Berbagai tema dan isi kegiatan pun bervariasi dari yang seni ­budaya tradisional, kontemporer hingga yang berisi kegiatan olahraga. Intinya, di mana keterlibatan masyarakat secara langsung bisa digalang. Tahun ini Lomba Cipta Lagu Daerah digelar lagi di Jakarta untuk kedua kali, setelah yang pertama tahun lalu. Seperti Musi Triboatton tahun ini juga yang kedua kali, sementara Tour de Singkarak memasuki pelaksanaan kelima kali. Di ujung timur di Papua, Pesta Budaya Asmat tahun ini merupakan penyelenggaraan ke 29 kali oleh daerah, ualng— ini yang ke-29 kali. Pada November 2013, Lomba Cipta Lagu Pop Daerah, disebut juga lagu pop nusantara, menghasilkan 10 Finalis Inilah lagu-lagunya :

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.

10

Sapta Nirwandar

“Supaya masyarakat dan kalangan remaja mencintai dan bangga terhadap lagu-lagu dae­ rah,” kata Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sapta Nirwandar. Ketika meluncurkan untuk pertama kali ke­ giatan lomba cipta lagu pop daerah ini, Wamen bahkan telah menyebut peluang lomba-lomba ini dan popularitas yang dibangunnya bisa jadi mengarah final goal terciptanya ikon lagu D-Pop. Mungkin I-Pop. Layaknya Korea punya K-Pop dan Jepang punya J-Pop, mengapa orang muda ­Indonesia tidak? Pokoknya, berkemungkinan mempopulerkan lagu daerah di dalam negeri hingga ke manca­ negara. Sebanyak 108 lagu daerah telah terjaring dalam lomba tahun ini, berasal dari 28 provinsi. Dewan Juri akhirnya mengerucutkan hingga mencapai finalis 10 lagu terbaik. Grand final ­kemudian berlangsung pada 26 November 2013 di studio MetroTV, Jakarta. Dwiki Dharmawan yang bertindak sebagai ketua dewan juri pun berharap festival tersebut bisa mengangkat kembali eksistensi bahasa-

Abutku Nang Edo (asal Dayak, Sugianto) Gadih Minang (Minang, Chquita Meidy) Gandong (Ambon, Janjte Suripatty) Horas Indonesia (Batak, Dhany Nugraha) Lio Lio (Bengkulu, Henderman) Nosarara Nosbatutu (Palu, Fahmy Arsyad Said) Panatang Ku Lo Kau (Taliwang, Sumbawa, Gading Suryamaja) Papua Yedi Indonesia (Papua, Ronald Wilson dan Nova Anugrah Hani) Sepenggal Cerito (Melayu Jambi, Yanuar Ershad) Urip Ing Desa (Jawa, Ksetra Sukoco).

Vol. 4 l No. 47 l November 2013

bahasa daerah. Diakuinya,banyak penulis lagu berbakat yang belum mendapatkan kesempatan untuk menggali dan merealisasikan potensi. Wamen Sapta Nirwandar mengingatkan, kita prihatin demikian banyak stasiun televisi yang saling bersaing ketat merebut rating melalui program musik yang tak satupun bernuansa kedaerahan. Imbasnya remaja tak lagi mengenal lagu-lagu yang berasal dari tanah kelahiran masing-masing. Jadi, melalui D-Pop pun bahasa daerah dan lagu-lagunya dimajukan terus agar tak tertinggal. Caranya? Berupaya terus dengan memelihara konsistensi. *** Tahun lalu, 30 Oktober 2012, di studio ANTV, Jakarta, dilaksanakan final Lomba Cipta Lagu Pop Daerah Nusantara yang pertama. Kemenparekraf mendukung kegiatan ‘pertama kali’ itu, yang ­diprakarsai oleh Ikatan Alumni SMAN VI ­Yogyakarta. Tahun lalu itu, tahap pertama, yang terjaring sebanyak 80 lagu. Penjaringan peserta dan publikasi dilakukan terbuka melalui website www. cintalagudaerah.com, media elektronik, facebook, twitter, suratkabar, radio atau melalui pemda. Tahap kedua, berdasarkan hasil penilaian tim seleksi, dipilih 33 lagu pop daerah sebagai seleksi awal. Tahap ketiga, dipilih 10 lagu terbaik, yang di dalamnya terdapat enam lagu pop daerah sebagai finalis. Yang finalis itu yang kemudian disiarkan melalui saluran televisi. Konsistensi itu pula yang dilakukan tahun 2013 ini, sebagai kali yang kedua. n


Penalaran di Masyarakat

D

irjen Pemasaran Pariwisata Esthy Reko Astuty menyaksikan pelaksanaan pemasaran di lapangan, ketika berada di tengah China Inter­ national Travel Mart 2013 (CITM). Ajang tersebut merupakan salah satu even terbesar bidang pemasaran pariwisata dunia di negeri raksasa China, di mana Indonesia menggelar Panggung Indonesia selama Mart 24–27 Oktober 2013 itu. Dirjen di situ mengungkapkan antara lain, diperlukan beberapa terobosan untuk ­menggarap pasar wisatawan China. Tujuan wisatawan China di Indonesia perlu diperluas ke wilayah di luar Bali. Tahun 2014 nanti Indonesia akan meningkatkan promosi wisata destinasi Lombok, Yogyakarta, Pulau Komodo, dan Manado. Sementara itu di dalam negeri tengah berlangsung proses penguatan daya tampung pariwisata terutama di sektor aksesibilitas. Operator penerbangan nasional hampir semua kini membuka dan menambah rute serta frekuensi penerbangan di kawasan tengah dan timur Indonesia. Bahkan, maskapai besar Garuda Indonesia telah menerobos pembukaan rute-rute ke kotakota tingkat kabupaten. Dengan menggunakan tipe pesawat AR72 dan CRJ1000, dimasukinya kini kota seperti Tanjung Redep di Kabupaten ­Berau, Kalimantan Timur, kota Banyuwangi di ­Kabupaten terujung Jawa Timur. Dirutnya Emirsyah Satar telah mengumumkan pesawatpesawat serupa akan segera mengisi rute-rute pendek antarkota di Nusa Tenggara dan di ­Maluku hingga Papua. Pemangku kepentingan pariwisata Indonesia amatlah patut menalarkan perkembangan yang

Ke Kawasan Tengah Indonesia

Dirjen Esthy Reko Astuty

tengah terjadi di kawasan tersebut. Bandara International Lombok kini telah dilayani oleh penerbangan langsung dari luar negeri yakni AirAsia dari Kuala Lumpur, Jetsstar dari Perth, Australia dan Silk Air serta Tigerair dari Singapura. Untuk penerbangan dalam negeri dioperasikan oleh Citilink, Garuda Indonesia, IAT, Lion Air, Merpati, Sky Aviation, Trans Nusa Air, Wings Air. Perhatikan pula Labuan Bajo, yang bandaranya kini mulai dikenal sebagai Bandara Komodo. Lion Air, Aviastar, Wings Air Trans Nusa, melayani destinasi ini sedikitnya delapan penerbangan setiap hari. Bandara Manado memang tampak agak lambat perkembangan penerbangan langsung luar negerinya, di mana hingga kini tetap hanya dihubungkan dengan Singapura oleh Silk Air.

Ada penerbangan langsung ke/dari Davao ­Filipina oleh Fil-Asian Airways. Namun tak kurang ­delapan penerbangan dalam negeri setiap hari kini beroperasi di bandara Manado: Batik Air, Express Air, Garuda Indonesia, IAT, Lion, Merpati, Sriwijaya Air dan Wings Air. Khususnya bicara Makassar, pusat distribusi operasi penerbangan di kawasan tengah Indonesia, pertumbuhannya tampak menggairahkan dilihat dari kuantitatip jumlah penumpang. Statistik dari BPS menunjukkan, jumlah pe­ numpang internasional di bandara Hasanuddin Makassar, periode Januari–September 2013 men­capai peningkatan 47,64% dari periode yang sama tahun 2013, yakni dari 30,7 ribu menjadi 45,3 ribu. Penumpang rute domestik meningkatnya 12,58% yaitu dari jumlah penumpang 2.293,7 ribu menjadi 2.582,3 ribu pada periode-periode tersebut tadi. Kalau sekarang dan seterusnya wisatawan dari China hendak ditarik lebih ­banyak untuk berkunjung, maka, setidaknya, para ­industri pariwisata menalarkan kebijakan dan strategi pemasaran itu ke dunia praktek: misalnya, para industri menyiapkan lebih banyak pramuwisata alias guide yang mahir berbahasa China. Dan ­seterusnya. n

Perkembangan Penumpang Angkutan Udara Internasional, September 2013

Sumber : BPS

Vol. 4 l No. 47 l November 2013

11


Pengembangan Pasar

S

atu hari 28 Oktober 2013 di Pekanbaru dilaksanakan pertemuan bertema Asistensi Pengembangan Pasar Pariwisata Dalam dan Luar negeri. Diikuti oleh dinas-dinas pariwisata daerah dan pemaangku kepentingan dari Sumatra dan ­Kalimantan.

Peserta Luar Negeri Membuat Komitmen

Direktur PPIP, Francesca Nina Soemitro (kanan), memimpin pertemuan berformat FGD di Pekanbaru.

Asistensi pengembangan pemasaran semacam ini tahun 2013 ini dilaksanakan dua kali oleh Direktorat Pengembangan Pasar dan Informasi Pariwisata (PPIP), Ditjen Pemasaran Pariwisata. Salah satu fokus materi mendiskusikan tentang pelaksanaan kegiatan Familiarization Trip atau Famtrip. “Target untuk famtrip 2013 akan diikuti oleh 550 orang dari luar negeri. Puji Tuhan kami bisa mencapai 678 sampai saat ini. (Oktober),” kata Elizabeth Hutagaol, Kasubdit Hubungan Lembaga dan Widyawisata, yang membidangi pelaksanaan Famtrip. Menurut Elizabeth, dengan biaya minimalis, berusaha mengakomodir permintaan dari DinasDinas Daerah, misalnya, untuk Sumatera telah berhasil didatangkan lebih 80 orang peserta Famtrip. Yusri, dari Dinas Pariwisata Kabupaten Rokan Hulu, menguraikan pengalamannya. Telah tiga

12

kali famtrip didatangkan ke daerahnya. Yang ke dua terlaksana pada tahun 2012, ketika kabupatennya dikunjungi oleh National Geografic, Travel Club, dan Sumatera & Beyond. Dia bisa memberikan gambaran mengenai pusat informasi dan potensi alam dan budaya. Bahkan kemudian diberi peluang menulis tentang alam, tentang kupu-kupu, dimasukkan dalam penerbitannya oleh National Geographic. Begitulah dengan penerbitan lainnya. Dia beri konsep tulisan tentang daerahnya, dan mediamedia tersebut memuatnya. Kabupatennya me­ rasakan manfaat dan keuntungan dari adanya Famtrip. Pada Agustus yang lalu, dia sendiri ditetapkan menjadi pegawai konservasi teladan ttingkat nasional tahun 2012. Fransisca Nina, Direktur Pengembangan Pasar dan Informasi Pariwisata lalu menyambut; ”Dengan keterangan dari Pak Yusri itu memperkuat apa yang sudah kita bicarakan, bahwa

Vol. 4 l No. 47 l November 2013

bagaimana dunia semakin memperhatikan destinasi yang concerned terhadap ­sustainability, dan pelestarian lingkungan. Penjelasan tadi memperkuat, begitu bicara alam maka banyak yang memberikan respon,” ujarnya. Orang sering bertanya apa sih famtrip? Atau siapakah yang tak mau diajak jalan-jalan untuk famtrip, gratis? “Tapi tidak seperti itu untuk famtrip yang Kemenparekraf tangani,” Elizabeth menerangkan. Pengertian famtrip adalah kegiatan membawa orang atau sekelompok orang untuk me­ ngunjungi daerah pariwisata dengan tujuan untuk pengenalan ataupun promosi pariwisata. Jadi, berharap mulai saat ini, selalu bersiap apa daya tarik di tempat yang baru? Tujuan famtrip untuk apa? Untuk meningkatkan wawasan jurnalis tentang berbagai destinasi pariwisata tadi, perlunya dalam rangka mempromosikan kira-kira apa yang tepat untuk dijual


supaya wisatawan datang dari famtrip-nya berbiaya total Rp manca negara, dan meningkatkan 58.120.000 Dia memuat di terus pergerakan wisnus. ­halaman cover depan majalahnya, Bersamaan itu, meningkatkan dengan artikel 2 jalaman. product knowledge para meeting Nah, kalau jumlah halaman itu planners, atau asosiasi internadihitung harus dibayar, berupa sional. iklan misalnya, maka satu artikel Tadinya tren MICE untuk wisnus saja tarifnya Rp 758 590.676. Jadi saja, kenapa tidak negara tetangdalam rupiah nilainya berarti 13 ga, misalnya Malaysia, Singapura, kali lipat dari pengeluaran kita. kita bawa meeting ke Indonesia? Kelihatan sekali sangat efektif Karena memang fasilitas yang te­untuk mempromosikan destinasi. lah cukup tersedia memungkinkan Sementara itu yang dari travel untuk menampung kegiatan MICE agent, mereka mengirimkan con­ lebih banyak lagi. toh brosur yang dibuat sebagai Belakangan ini tren MICE dari hasil dari famtrip ke Padang. Nilai luar negeri ke Indonesia sudah ‘keuntungan’ yang diperoleh juga mulai tertarik. Melalui famtrip juga 13 kali lipat. Biaya yang dikeluarmeyakinkan klien untuk memilih kan 49 juta rupiah sedangkan nilai Indonesia sebagai destinasi MICE. total pemuatan iklan seperti broMeningkatkan product knowledge sur tersebut di media sekitar Rp para travel agent dan travel writer 646 juta rupiah. sehingga mereka mampu ikut Demikian pula untuk ­televisi, men­jual Indonesia secara lebih sama cara menghitung nilainya. efektif. Pernah ke Larantuka di Flores, “Meningkatkan travel agent berkisar perayaan Paskah di­da­ yang menjual paket wisata tangkan jurnalis dari Eopa. Ter­nyata Sekelompok pesereta famtrip ini ketika dibawa ke objek daya tarik wisata, ­Indonesia, itu harapan kita,” kata dan, kuliner di Bali. di Eropa mendapat sam­butan, ­Elizabeth. populer di kalangan pembacanya, Ditegaskannya, Kemenparekraf mendatang- dua bulan setelah pelaksanaan famtrip. Itu sudah padahal di kita sendiri tidak sedemikian. kan travel agent dan travel writer supaya ada baku, maka daerah-daerah yang dikunjungi meApakah persyaratan dalam mengundang pepening­katan dan penjualan paket di daerah tu- mang menerima hasil kemudiannya dari famtrip serta mengikuti famtrip kita? juan wisata. ke daerah mereka. Syaratnya, menurut Elizabateh, akan di­ Mendukung kegiatan jurnalistik dan perKemenparekraf biasanya berkordinasi dengan ajukan ke Dinas-dinas, antara lain pemilihan jalanan wisnus, memberikan bukti nyata tentang Dinas agar mendukung famtrip untuk datang ke yang tepat untuk meng­ikuti Famtrip tersebut. kondisi Indonesia mutakhir, aman dan nyaman. destinasi. Koordinasi itu memintakan ke daerah Bisa travel agent, jurnalis, tour operator, asosiasi Itulah dasarnya. tentang objek mana saja di daerah tujuan famtrip internasional, public figure. Tapi diseleksi. DiperAda syarat yang harus disepakati bersama hendak diperlihatkan, lalu dikonsolidasi, seperti lukan gambaran tentang jurnalis dan medianya, oleh mereka yang diundang mengikuti famtrip. detail penerbangan apa digunakan dalam men- tentang travel agent yang hendak diundang. Strategi tetap memasarkan 16, 16, 7. Maksud- datangkan peserta famtrip tersebut. Kemudian, ada syaratnya yang harus di sepakati nya? Itu berbicara tentang strategi pemasaran Nah, pesertanya harus diseleksi yang sesuai bersama. pariwisata yang mencakup 16 fokus pasar di luar antara pasar yang dituju dengan destinasinya. Salah satu yang utama ialah, kesediaan pihak negeri, memasarkan fokus 16 destinasi KSPN Misal, fokus pasar Malaysia dan Singapura, ­cocok media untuk memuat publikasi dari hasil meng­ (Kawasan Strategis Pariwisata Nasional. Dan 7 untuk destinasi Pekan Baru. “Mohon maaf, ­jangan ikuti famtrip. Bagi travel agent, kesediaan untuk produk unggulan). ke pasar Eropa,” kata Elizabeth. menciptakan paket wisata yang akan dipasarMemang kami berpedoman dengan destinasi Pada kesempatan itu diperlihatkn beberapa kannya di negerinya, setelah mengikuti famtrip. prioritas tersebut, tapi tentu bukan berarti ke video yang dihasilkan dari famtrip. Itu ­merupakan Jadi, setiap peserta famtrip dari luar negeri metempat yang tidak termasuk dalam KSPN, tidak testimony. Dari majalah yang diundang, dari mang perlu membuat komitmen terlebih dahulu, dipasarkan. ­suratkabar Australia, ada juga dari google ­online. barulah kemudian dilaksanakan ­kunjungannya. Para peserta famtrip dari agen-agen meng­ Dari saluran TV, tadinya dijanjikan disiarkan Dalam pelaksanaan, Indonesia sebagai peng­ ajukan informasi paket wisatanya kepada Ke- sekali, namun karena banyak peminat maka di- undang tentu akan memberikan pengaturan menparekraf sebagai tindak lanjut dari setiap tayangkan beberapa kali. dan pelayanan yang terbaik, efisien dan mengekali famtrip usai dilaksanakan, tidak lebih dari Satu orang diundang dari Belanda untuk sankan. n

Vol. 4 l No. 47 l November 2013

13


Kita dan Dunia

Bandara Jakarta Masuk 10 Tersibuk di Dunia

A

sia sungguh sedang memasuki fase yang akan melampaui supremasi Amerika dan Eropa setidaknya di bidang penerbang­ an. Dan Indonesia khususnya Jakarta dengan Bandar udaranya, segera masuk dalam peringkat 10 besar di dunia. Sebuah laporan OAG bulan Agustus 2013 ­mengungkapkan Facts (Frequency and ­Capacity Trend Statistics) di sepuluh bandara di dunia de­ngan kapasitas kursi penerbangan masing­masing, yang penghitungannya dengan menggunakan data tren pertumbuhan selama tiga tahun ter­akhir, lalu mengekstrapolasi dari pe­ ringkat bulan ini untuk menunjukkan situasi yang potensial akan terjadi pada bulan Agustus 2016. Berdasarkan proyeksi OAG, ini sebuah ­lembaga terkemuka di bidang intelijen pasar penerbang­ an, bandara top dunia yakni Atlanta akan disusul oleh arus nomor dua banyaknya penumpang yakni bandara Beijing. Adapun Jakarta, Singa­ pura dan Hong Kong akan masuk top 10 bandara global di samping yang sudah termasuk dari Asia yaitu bandara Tokyo Haneda. Lonjakan naiknya peringkat Asia ­diproyeksikan terutama lantaran melambatnya Amerika Serikat, yang akan tergelincir pada pangsa global top 10, tergelincir meliwati empat sampai dua bandara. Eropa diperkirakan akan mengalami pengu­ rangan yang lebih kecil, dari tiga hingga dua bandara, itu berkat munculnya Istanbul, yang diperkirakan akan membuat debut dramatis dalam papan pemimpin bandara 2016, sebagai bandara terbesar ketiga di dunia. Top 10 bandara terbesar dengan kapasitas kursi menurut data FACTS OAG untuk Agustus 2013 dan ekstrapolasinya menunjukkan pemering­katan yang potensial akan berlaku pada Agustus 2016. Sepuluh peringkat bandara tersibuk di dunia akan seperti ini :

14

2013 1. Atlanta 2. Beijing 3. London Heathrow 4. Tokyo Haneda 5. Los Angeles 6. Chicago O’Hare 7. Dubai 8. Frankfurt 9. Paris Charles de Gaulle 10. Dallas Fort Worth

2016 1. Beijing 2. Atlanta 3. Istanbul 4. Dubai 5. Jakarta 6. Los Angeles 7. Tokyo aneda 8. London Heathrow 9. Singapura 10. Hong Kong

John Grant, wakil presiden eksekutif, OAG, mengatakan:“Kami tahu keseimbangan ­kekuatan ekonomi bergeser ke arah timur, namun proyeksi tiga tahun kami menunjukkan betapa dramatisnya transportasi udara Asia berkembang. Bulan ini (November), Atlanta masih memimpin di atas Beijing dengan kapasitas tempat duduk pener­ bangan 465.000 kursi, tapi pada tahun 2016 Beijing akan menyusulnya. “Selain itu, kami berharap akan melihat pendatang baru yakni Jakarta, Singapura dan Hong Kong mendorong keluar kemapanan bandara Chicago, Dallas, Frankfurt dan Paris Charles de Gaulle. Eropa akan terhindar hanya dengan kenaikan yang luar biasa di bandara Istanbul, yang diharapkan akan meroket ke nomor tiga. ***** Prihatinnya situasi ekonomi Amerika Serikat berimbas dan tercermin pula pada ­keprihatinan yang melanda masyarakatnya. Satu survey dilakukan dan ditemukanlah keprihatinan ­ekonomi yang berujud pada penghematan luar biasa dalam rencana warga merayakan suasana akhir tahun. Warga Amerika Serikat berencana untuk me­ rayakan musim liburan ini tanpa ribut-ribut, menurut temuan survey tentang rencana Belanja

Vol. 4 l No. 47 l November 2013

Liburan Tahun Baru. Kartu hadiah adalah hadiah yang paling populer untuk musim ini , baik untuk memberi dan menerima, maupun rencana mayo­ ritas warga untuk mengabaikan hiruk-pikuk perjalanan liburan. Menghibur diri di rumah adalah cara favorit Amerika untuk merayakan akhir tahun, dengan perencanaan ber-Hari Natal di rumah saja. Survei menunjukkan proyeksi itu untuk malam Natal, 35 persen, Malam Tahun Baru, 25 persen, dan Hari Tahun Baru, 21 persen. Untuk liburan tersebut, konsumen mencari cara agar tetap bisa meriah tanpa merepotkan keuangan, 41 persen akan menghabiskan antara $ 100 dan $ 300, dan 22 persen akan menghabiskan antara $ 300 dan $ 500 saja. Mereka mengendalikan kekayaan, sebagai: konsumen menjaga agar liburan dan pertemuan-pertemuan biarlah sederhana saja. Orang Amerika demi mengelola biaya liburan musim ini, banyak orang akan mengundang tamu-tamu mereka untuk berkontribusi dalam kegembiraan. Enam puluh dua persen mengatakan mereka akan mengundang para tamu ke pesta untuk membawa piring sendiri, dan 39 persen akan mengundang tamu mereka ke pesta bersama untuk membawa minuman sendiri. Konsumen juga akan menghemat dengan cara lain, termasuk pemotongan biaya ongkos kirim dengan mengirimkan email undangan bukan undangan kertas, 24 persen, dan menawarkan makanan kecil saja di pesta-pesta dan bukan makanan lengkap, kelompok ini 21 persen. Wah, sebenarnya masih panjang alternatif cara-cara menghemat ini, berdasarkan survei tadi. Tapi yang dikutip di atas cukup menyampaikan pesan, situasi kondisi ekonomi AS tampaknya cukup memberatkan warganya. Masalahnya, ekonomi AS yang ‘galau’ itu, berpotensi bisa kian berat. Dampaknya bisa pula mengimbas ke banyak negara-negara lain di dunia. Pesan itu seakan mengatakan perlunya tiap negara lain mengambil sikap waspada dan kehati-hatian yang tinggi. n


Event

Lelang Istimewa dari Asmat, Papua

K

ita patut menyampaikan salut pada masyarakat Papua di Kabupaten Asmat. Pesta Budaya Asmat tahun ini merupakan penyelenggaraan ke-29 kali, ulang—yang ke-29 kali! Berarti digelar sejak ­tahun 1981, dan, istimewanya, agendanya tetap dan pasti, ­setiap Minggu Kedua bulan Oktober. Di situ pula dilakukan ­lelang. Lelang apa? Pada puncak kegiatan pesta budaya itu, dijadikan satu tradisi dan ciri khas, melelang barang produk ukiran dan anyaman dari hasil kerja masyarakat. Pada pesta tahun ini lelangnya diselenggarakan 12 Oktober 2013. Para wisatawan mancanegara dari antara lain Italia, Australia dan AS, selain wisnus, ikut mengambil bagian dan membeli barang-barang ukiran dan anyaman itu. Lelang hari itu ditutup dan mencatat transaksi total Rp 1,67 miliar dengan nilai tertinggi pelelangan patung panel sebesar Rp 20 juta. Termasuk hebat, bukan?

Vol. 4 l No. 47 l November 2013

15


Event

Pesta budaya Asmat itu sendiri menampilkan kearifan lokal melalui seni budaya daerah, seni ukir dan kerajinan masyarakat suku Asmat dari 12 rumpun atau kelompok suku yang berada di 19 distrik di Kabupaten Asmat. Pelaksanaannya berkat kerjasama pihak Keuskupan Agats dengan dukungan Pemda Kabupaten Asmat. Kemenparekraf tentu saja memberikan terus dukungan terhadap kegiatan ini. Dilaporkan, kegiatan yang tahun ini berlangsung 6 hari (9–14 Oktober 2013), melibatkan banyak generasi muda untuk tarian dan nyanyian tradisional serta selalu dipenuhi oleh masyarakat yang datang menonton kegiatan tersebut. Diikuti oleh total 493 peserta yang terdiri dari 62 orang penganyam, 200 pengukir dan 140 penari (7 kampung), 18 perahu (91 orang) dari 19 distrik dan seluruhnya 200 ukiran dipamerkan sekaligus dilelang. Itu merupakan nominasi dari 1000 ukiran yang diikutkutsertakan dalam seleksi ukiran tingkat distrik yang telah dilaksanakan sebelumnya, 1–14 September 2013. Tambah lagi dengan 62 kerajinan terbaik yang merupakan karya cipta mama-mama Asmat yang ternominasi dari 1.500 anyaman pada seleksi tingkat distrik. Barangnya terdiri dari noken/tas, pengikat kepala, cawat, anyaman dinding dan lainnya. Lalu, lomba mendayung perahu Asmat di Sungai Assuwetsjt tampak begitu unik dan menarik. Pesertanya mendayung di atas perahu kecil, 5 orang yang mendayung sambil berdiri, jumlah pesertanya 18 perahu, lebih banyak lagi dari tahun lalu yang hanya 9 perahu. Ada juga pameran foto bertema Amazing Asmat oleh Asmat Fotographer/Asmat Social Documentary Community. Di luar tempat pelelangan juga digelar dan dijual ukiran dan kerajinan dari masyarakat yang tidak lolos seleksi. Perhatikan pula lebih lanjut upaya-upaya ­stakeholders setempat. Mereka menjalin kerja sama dengan WWF, kini telah terbentuk Asosiasi Pengukir ‘Wou Jipits’ Kabupaten Asmat, ditetapkan dengan SK Bupati, dan kini menunggu dilantik. Lain dari itu, dijalin kerja sama dengan USAID (United States of America Aid) untuk mengembangkan ecotourism dan ecology, dan untuk tahun 2014–2015 akan membangun homestay. Uskup mengajak tim dari Kemparekraf untuk melihat lokasi baru Pesta Budaya Asmat seluas 2.000 meter dan lokasi Museum baru dengan ­ukuran 140 x 400 meter yang sudah mulai dilaksanakan pembangunannya. Diproyeksikan tempat itu nanti bisa menampung 1.000 orang di atas tanah rawa dan direncanakan bangunan utama sudah akan selesai tahun depan. Pesta Budaya Asmat dibuka secara resmi pada

Peserta memperlihatkan salah satu ukiran Asmat yang dilelang.

Anyaman dan ukiran khas Asmat dipamerkan lalu dillelang.

16

Vol. 4 l No. 47 l November 2013


10 Oktober 2013 di Lapangan Yos Sudarso Agats oleh Wakil Bupati Asmat, Yulius Patandianan bersama Uskup Agats, Mgr Aloysius Murwito, yang ditandai dengan upacara tradisional me­ naburkan kapur putih yang terbuat dari kerang kepada peserta dan pengunjung lalu diikuti bunyibunyian tifa dan nyanyian tradisional. Pada pembukaan itulah pawai peserta festival berkeliling kota Agats sambil menari dan membawa hasil karya seni ukir dan kerajinan ­mereka. Malam harinya diadakan penabuhan tifa dan ­eksebisi tarian. Sebelum acara pelelangan dimulai dibacakan jenis ukiran yang dilombakan yaitu Patung Ceritera, Patung Besar, Patung Sedang, Patung Kecil, Ukiran Tradisional dan Patung Panel serta masing-masing kategori juara. Hasil ukiran yang mendapat juara dimasukkan dalam Museum Budaya Asmat. Tahun lalu nilai tertinggi lelang ditetapkan Rp 17 juta, namun tahun ini diturunkan menjadi Rp 10 juta agar dapat dibeli oleh masyarakat ­penggemar seni secara luas. Toh, lelang kali ini total mencapai omzet Rp1,67 miliar. Tanggal 12 Oktober telah diadakan pertemuan bersama antara Disbudpar Asmat, WWF Region Sahul Asmat dan UNAID. Dalam pertemuan itu Disbudpar menginformasikan kerja sama dan dukungan WWF sejak tahun 2008 untuk mendorong masyarakat agar menjaga dan melestarikan seni ukir & ­anyaman, menanam kayu putih & kayu pit sebagai bahan dasar untuk produk ukiran, pembentukan asosiasi pengukir Asmat, peningkatan SDM dan regulasi HAKI di bidang seni ukir. Sedangkan yang akan ­dilak­sa­nakan tahun 2014 adalah menggali potensi sosiologi dan ekologi serta penguatan kurikulum muatan budaya lokal seni ukir dan kerajinan di SD bekerja sama dengan Kembuddiknas. Kini dirasakan penambahan penerbangan ­regular setiap hari ke Asmat sangat diperlukan ­berhubung hanya ada pesawat Trigana Air (2 kali semingu) dan selebihnya charter flight Ama Air, MAF atau John Lie. Selain itu diperlukan juga ­transportasi kapal ferry yang setiap hari bisa melayari rute Timika–Asmat agar memudahkan ­kunjungan. Demikianlah rangkaian pesta itu diisi perlombaan men­dayung perahu di Sungai Assuwetsjt, demonstrasi mengukir dan ­menganyam, lelang, eksibisi tarian, perayaan syukur di Gereja ­Katedral, audiensi dengan pemda — tamu lelang dan ­eksebisi tarian. Selain kegiatan di atas juga ada pameran foto: Amazing Asmat oleh Asmat photographer/Asmat Social Documentery Community. Di luar tempat pelelangan digelar dan dijual ukiran dan kerajinan dari masyarakat yang tidak lolos seleksi. n

Demonstrasi mengukir.

Pesta Budaya Asmat ramai dikunjungi wisnus dan wisman.

Vol. 4 l No. 47 l November 2013

17


Even Mengubah Tradisi Masyarakat

pada yang Lebih Baik

R

umah ini difoto dengan satu alasan khusus. ­Posisi bangunan rumahnya menghadap ke ­sungai. Kebetulan lokasinya persis bersebelahan dengan dermaga di mana dijadikan tempat untuk pelepasan start lomba di Musi Triboatton 2013, di salah satu kota kecamatan bernama Muara Kelingi. Mengapa menghadap ke sungai? Ya, itu mencerminkan pemiliknya, salah satu anggota masyarakat yang bertempat tinggal di pantai sungai terbesar dan terpanjang di Sumatera itu, telah mengubah tradisi kental dengan pembaruan demi keadaan lebih baik. Rumah yang dibangun menghadap ke pantai, berarti tentulah bertolak belakang dengan kebiasaan, di mana tradisi rumah-rumah pinggir sungai di negeri kita, ­selalu ‘membelakangi’ bibir sungai. Dan selalu tampak, berjejer sepanjang pantai di mana kelihatan bangunan rumah berbaris, tampak pula pondok mini berfungsi toilet seakan terapung di atas air. Dan air sungai sekitarnya menjadi bidang ­pembuangan sampah harian. Nah, rumah yang dipotret ini, tak lagi seperti gambaran lama, bukan? Even semacam Musi Triboatton di mana empat kabupaten dan satu pemerintah kota (Palembang) secara langsung ikut ambil bagian untuk melaksanakannya, berfungsi lebih dari

18

memberikan tontotan dramatis lomba-lomba dayung di ­sungai. Sejak awal lintasan di hulu Kabupaten Empat Lawang, hingga melalui Kabupaten Musi Rawas, Musi Banyuasin, Banyuasin sampai akhir di Palembang, masyarakat di pedalaman itu serasa mendepat kursus kilat bergaul dengan pendatang dari jaun, para atlit nasional hingga dari luar negeri. Pemda dan masyarakat akar rumput seakan memperoleh kursus kilat bagaimana mengelola even. Lebih dari itu, terjadi proses me-masyarakatkan pariwisata seraya mempariwisatakan masyarakat. Murid-murid sekolah SMP pun tak sungkan mengerubuti ‘bule-bule’ peserta Triboatton meminta tandatangan, Meng­ ajak bercengkerama. Bahkan kemudian muda-mudi dan ibuibu dan bapakbapak pun ada yang minta berfoto bersama. Orang luar seakan ‘alien’ alias makhluk asing yang menye­ nangkan. Itu boleh jadi kesan yang timbul, tapi di zaman televisi masuk hingga ke desa sekarang ini, kesan itu tak terasa lagi. Justru masyarakat pedesaan pun tanpa terasa telah menjalani pula transformasi mengenal lebih dekat pariwisata, tak sungkan lagi bertegur sapa mencoba-coba sepatah dua kata bahasa Inggris. Dengan senyuim ramah. Inferioriti tak berbekas. Ketika even semacam Musi Triboatton digelar di kota hingga pedesaan, dampak lain selain promosi pariwisata, sesungguhnya terletak pada pendidikan kilat bagi masyarakat dalam bergaul dengan masyarakat luar khsusnya wisman. Termasuk itu tadi, bahwa kelak rumah-rumah di pinggir sungai pun akan menghadap ke sungai. Dan sungai akan kian terjamin bersih secara higienis, dan elok dipandang mata. Sejak awal merancang even Musi Triboatton tiga empat tahun yang lalu, Wamen Parekraf Sapta Nirwandar memang berulang kali mengemukakan salah satu ‘cita-cita’ dari gagasan menciptakan Musi Triboatton. Agar semua bangunan rumah di semua pingir sungai di seluruh Indonesia, mengubah kebiasaan lama dan membuat kebiasaan baru: menghadap ke pantai sungai. Indonesia kaya dengan potensi sungai untuk menjadi salah satu aktifitas pariwisata: susur sungai. n

Vol. 4 l No. 47 l November 2013


Vol. 4 l No. 47 l November 2013

19


Sport Tourism

P

eristiwa olahraga pariwisata dan berskala internasional kian ­merebak di bumi nusantara. Strategi Kemen­ parekraf berkaitan ini rasanya se­makin bergema dan menjadi rangkaian kenyataan. Yogyakarta menampilkannya pula. Begitulah kegiatan jalan santai sebenarnya tidak asing bagi masyarakat Indonesia. Mungkin banyak di antara kita yang belum tahu, kegiatan yang kelihatannya sepele ini mempunyai organisasi di tingkat dunia, di mana evennya diselenggarakan di berbagai negara dan diikuti oleh berbagai kalangan dari berbagai bangsa. Layaknya even marathon internasional yang bisa diikuti hingga ribuan peserta, begitupun dengan kegiatan yang satu ini. Dan, di situ menampak pula satu strategi: membina dan mengembangkan hubungan antarlembaga dan antarorganisasi, yang belakangan juga ditularkan oleh Kemenparekraf melalui penyelenggaraan berbagai even olahraga pariwisata. Berjalan kaki merupakan olahraga paling murah dan bisa dilakukan oleh semua orang dari berbagai tingkat usia dan gender. Di dalam kompetisi atletik ada cabang jalan cepat baik di lintasan maupun di jalan raya. Tapi, kegiatan yang diwadahi dalam International Marching League (IML), atau sekarang disebut dengan IML ­Walking Association, adalah kegiatan berjalan kaki nonkompetisi selama dua hari atau lebih (multiple days), di mana peserta berjalan kaki sesuai kemampuannya, menyusuri rute di alam bebas atau di kawasan sub-urban. Sepasang suami istri Jepang-Indonesia yang tinggal di Yogya menjadi penggagasnya di Yogyakarta. Sempat empat kali awal penyelenggaraan—tahun 2010 ditunda karena erupsi Gunung Merapi—, jumlah peserta sekitar 100-an orang asing saja dan kebanyakan dari Jepang. Kontinuitas penyelenggaraan even serta dukung­ an dari pemda DI Yogyakarta dan Keraton Yogyakarta sejak awal, menghantarkan provinsi ini, dan Indonesia, resmi menjadi anggota IML pertama di kawasan ASEAN pada 8 Mei 2013. Maka pada tahun kelima penyelenggaraannya, The 5th Jogja International Heritage Walk 2013 (JIHW 2013), yang sudah memiliki kalendar penyelenggaraan tetap setiap bulan November, langsung diikuti 300 peserta dari 17 negara dan 600 peserta dari dalam negeri.

20

International Heritage Walk di Jogja

Peserta mancanegara mendominasi di rute 20 km sebanyak 152 orang, kemudian rute 5 km 89 orang dan 59 peserta mengikuti rute 10 km. Peserta dari dalam negeri mendominasi rute terpendek 5 km. Tahun 2013 ini, even berjalan kaki selama dua hari, 23–24 November 2013, berlangsung di dua tempat, di kawasan Candi Prambanan dan dae­rah Imogiri. Even dimulai sejak pukul 7 pagi dan ber­ akhir sekitar pukul 12 sampai 1 siang setiap hari penyelenggaraannya, dibuka oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Elka ­Pangestu, Menteri Pemuda dan Olahraga Roy Suryo, dan Menteri Perdagang­an Gita ­Wiryawan serta disaksikan oleh GKR ­Pembayun selaku Ketua Umum Jogja Walking Association dan Dubes Jepang Yoshinori Katori. Hari pertama JIHW 2013 dimulai dan berakhir di kompleks Candi Prambanan. Di awal rute, baik kelompok 20 km, 10 km, dan 5 km, menyusuri bagian timur dalam kawasan kompleks candi. Kemudian memasuki perkampung­an di dalam

Vol. 4 l No. 47 l November 2013

kota dan melewati kebun-kebun sayur penduduk. Di seperempat, atau seperlima, dari rute peserta melewati Candi Plaosan. Lalu, ladang-ladang dan sawah di antara rumah-rumah penduduk dengan latar belakang Gunung Merapi, yang pada hari Sabtu itu menunjukkan dirinya dengan anggun, ‘menemani’ para peserta menuntaskan perjalanan di hari pertama. Meskipun sinar matahari bersinar dengan terik, peserta yang kebanyakan sudah lansia, tetap semangat berjalan kaki melihat peninggalan sejarah bangsa ini, mengagumi berbagai jenis buah dan bunga-bunga yang tumbuh di pekarangan rumah penduduk maupun di pinggir jalan, dan sesekali berinteraksi dengan warga yang antusias menontonnya. Di hari kedua peserta diajak berjalan kaki di Imogiri, tempat makam raja-raja di Yogyakarta. Ada dua tempat start. Rute 20 km dan 10 km memulainya dari lapangan di Desa Girirejo. ­Sedangkan rute terpendek 5 km dimulai dari SD Kedungmiri.


4

1

Sebagian dari peserta (1–3). Salah satu view di lintasan (4).

2

3

Nama-nama negara peserta JIHM 2013

Jepang

Swedia

Belgia

Perancis

Belanda

Jerman

Italia

Lithuania

Rusia

Denmark

AS

Australia

Finlandia

Malaysia

Thailand

Taiwan

Korea Selatan

Cuaca relatif lebih bersahabat di sini. Meski­ pun jalurnya tidak selandai di hari pertama, pepo­honan yang rindang, bukit-bukit hijau, aliran Sungai Oyo, petani yang sedang bekerja di sawah, ibu-ibu yang sedang mengerjakan pekerjaan rumah tangga memberi ‘rasa’ cukup berbeda dari rute di hari pertama dan peserta bisa sedikit melupakan rasa lelahnya. Bila di hari pertama finishers disambut dengan

musik keroncongan, maka finishers di hari kedua disambut dengan musik campur sari di lapangan Selopamiyoro. Kemeriahan ala ndeso. Tapi penulis ini yakin, mereka tidak akan menemukannya di negara lain. Even jalan kaki tidak terlalu mensyaratkan jalan yang mulus tapi tetap landai dengan ­batas elevasi ketinggian tertentu. Di hari pertama, ­seperempat atau seperlima dari rute melewati

Vol. 4 l No. 47 l November 2013

pematang sawah dan ladang. Di hari kedua, peserta melewati jembatan gantung berlantai kayu di atas Sungai Oyo. Even jalan santai lebih leluasa untuk dikreasikan. Berjalan kaki pun tubuh kita akan mengeluarkan keringat, sebagian dari cairan di tubuh akan hilang. Maka, dalam even ini diperlukan pos-pos, diistilahkan dengan check point, dimana para peserta akan memberikan kartunya untuk dicap yang akan memberinya nilai untuk mendapatkan medali, dan bagi penyelenggara itu menjadi alat untuk mengecek keberadaan peserta. Di setiap check point sudah tersedia air minum, buah-buahan dan makanan ringan, tempat sampah, toilet dan tim medis. Di setiap persimpangan jalan ada petugas siap berdiri di samping petunjuk arah. Polisi dikerahkan untuk membantu ­peserta menyeberang bila melalui jalan raya. Di ­beberapa titik check point dimainkan musik ­untuk menggembirakan peserta yang beristirahat sekaligus menyemangatinya. n

21


Wisata Modern

Sejarah Bali

K

ali ini kita melihat sejenak dan sekelumit riwayat pariwisata Bali. Tampaknya statistik pertama tentang jumlah wisman yang me­ ngunjungi Pulau Bali sebagai destinasi wisata, telah muncul di tahun 1926. Sebuah penelitian akademis yang tengah dilakukan seorang sarjana Indonesia di luar negeri untuk doktoralnya, antara lain mengungkapkan kembali, jumlah turis yang mengunjungi Bali pada 1928 sebanyak 927, dan dalam laporan tahun 1929 memperlihatkan peningkatan, menjadi 1428 turis. Waktu itu VTV (Vereeniging Touristen Veeker badan pariwisata yang dibentuk dengan SK Gubernur Jenderal Belanda tanggal 13 April 1908 di Weltevreden–Batavia—Sunjayadi, A. 2007 p.32) lalu melihat pentingnya mendidik sejumlah pemandu turis di Bali. Statistik jumlah kunjungan wisman ke HIndia Belanda sebenarnya sudah ada sejak tahun 1908. Para pemandu wisata dimaksudkan itu kebanyakan berasal dari keturunan orang Tionghoa kelahiran Bali yang paham dan mampu berbicara bahasa Inggris. VTV menilai perkembangan turisme di Bali tidak hanya baik untuk wisatawan asing yang datang tapi juga para penduduk Bali karena para turis asing membeli hasil kerajinan tangan penduduk. Hal tersebut tentunya akan meningkatkan perekonomian penduduk setempat. Dengan semakin meningkatnya jumlah turis yang datang ke Bali dari tahun ke tahun,

Jumlah Turis yang Mengunjungi Bali 1926–1936

VTV memperkirakan jumlah turis yang akan ­mengunjungi Bali pada tahun 1928 juga akan meningkat. Oleh karena itu VTV sangat berterima kasih pada resident Bali dan Lombok yang memberikan dukungan terhadap pengembangan turisme di Bali, antara lain dengan membangun dan memperlebar jaringan jalan mobil, salah satunya adalah jaringan jalan dari barat ke selatan Bali. Setelah itu, wakil VTV di Bali pada saat pelantikannya mengatakan bahwa ia mendapatkan tugas yang tidak mudah. Salah satu tugasnya adalah meningkatkan kualitas pemandu wisata sehingga mampu melayani para turis asing ­dengan baik. Alasannya, dalam waktu yang singkat para pemandu tersebut harus mampu menjelaskan/menerangkan kepada para turis tentang daerah-daerah yang menarik, ­bangunan-bangunan pura, adat istiadat, agama, sehingga para wisatawan asing akan terkesan dan untuk mencapai itu tidaklah mungkin jika tanpa para pemandu wisata yang telah memiliki pengetahuan yang baik. Di sisi lain, semakin meningkatnya jumlah turis yang datang ke Bali ada pula kekhawatiran dari sebagian kalangan bahwa penduduk Bali akan kehilangan ciri khasnya. Namun kekhawatiran itu waktu itu terlalu dini karena jika melihat perbandingan antara luas Bali ± 4.500 km² dan jumlah penduduknya saat itu sekitar 1 juta orang ­dibandingkan dengan jumlah wisatawan yang datang

Total 1931 Total 1930 1558 Total 1932 1435 1428

berkisar hanya ratusan orang. Apalagi para turis tersebut hanya tinggal di Bali tidak lebih dari 5 hari, ditambah lagi mereka tidak menguasai bahasa Bali. Sebuah even Exposition Coloniale di Paris 1931, memberikan informasi yang lebih lengkap tentang Bali bagi orang-orang di Eropa. Roelof Goris yang dianggap mengetahui banyak tentang Bali, diminta untuk membuat sebuah bro­ chure yang menceritakan Bali selama pameran tersebut, Brochure tersebut diberi nama Observa­ tion on the Custom Life of the Balinese (yang kemudian diterbitkan kembali pada tahun 1939). Sejak itu banyak sekali tulisan-tulisan tentang turisme Bali, baik dalam bahasa Inggris maupun bahasa Belanda, namun ada juga yang ditulis dalam bahasa melayu, untuk para pelancong nusantara oleh Soe Lie Piet (keturunan Tionghoa dari Jawa) dengan judul Pengoenjoekan Poela. Bali Atawa Gids Bali (Pickard, M. 2006, p.32) Jumlah turis yang mengunjungi Bali ­1926–1936 terlihat kenaikan yang signifikan dari tahun ke tahun ­sebagaimana terlihat pada tabel yang diTotal 1936 kutip di sini.

2880

Total 1935 2540 Total 1934 2139

Total 1933 1735

Total 1928 927 Total 1926 445

Total 1927 680

Sumber: Jaarverslag van Vereeniging Toeristenverkeer, 1928-1929 (Batavia:Javasche Boekhandel & Drukkerij); Indisch Verslag 1931 (s’Gravenhage: Landsdrukkerij), Indisch Verslag 1937 (s’Gravenhage: Landsdrukkerij)

22

Vol. 4 l No. 47 l November 2013


Sejak 1920-an Masa depresi ekonomi dunia di tahun ­1930-an tampaknya tak berpengaruh banyak terhadap jumlah wisatawan yang berkunjung ke Bali. Yang menarik adalah adanya pelarangan ­Misionaris (guna penyebaran agama Kristen) masuk ke Bali oleh pemerintah Hindia Belanda, dengan alasan untuk melindungi keaslian budaya Bali dari pengaruh luar. Namun tindakan ini mendapat kritikan dari beberapa kalangan ilmuwan seperti Prof. P.G. Groenen, Dr. V.E. Korn, Dr. C. Lekkerkerker, saat mereka mengadakan pertemuan Indish Genootschap 16 Desember 1932, mereka meng­ anggap usaha pemerintah tersebut cenderung menampilkan Bali hanya sebagai living museum,

bahkan Dr. V.E. Korn meng­angap bahwa itu ­hanyalah usaha pemerintah memenuhi harapan turis untuk menemukan ‘Dream Paradise’. Bali tentu sudah tak asing bagi kebanyakan orang, apalagi bagi orang-orang pencinta perjalanan wisata. Sebagai daerah tujuan wisata, Bali kerap dijadikan barometer keberhasilan perkembangan pariwisata. Bali sebagai destinasi internasional telah dikenal di mancanegara sejak tahun 1920-an. Baik sebagai antropolog maupun sebagai seniman, ­seperti halnya Van Kol, anggota parlemen ­Belanda yang datang ke Bali 4 Juli 1920, ­Frederich yang menulis buku Civilization of

Bali, Gregor Krauss dengan foto-fotonya yang diterbitkan tahun 1920 dalam buku berjudul Bali in 1912, Walter Spies (1927), Vicki Baum, yang menulis A Tale of Bali pada tahun 1937. ­Covarubias menulis buku Island of Bali dan ­istrinya Jane Belo yang menulis A House in Bali (1947). Sejarah Bali juga diramaikan oleh kehadiran Rudolf Bonet serta pelukis Belanda, Le Mayeur de Perpres serta penari California, yaitu Jack and Katrene Mershon (1930) (Arismayanti, Ketut N, 2010, p.177). Ya, demikianlah rupanya antara lain bagian dari riwayat panjang perkembangan pariwisata di Pulau Dewata. n

Jumlah turis yang berkunjung ke Hindia Belanda selama 1908-1918 1908

1909

1910

1911

1912

1913

1914

1915

1916

1917

1918

Jan

16

71

140

449

476

587

639

42

94

90

122

Feb

27

129

126

394

487

583

661

27

63

83

122

Mar

21

103

177

249

378

594

649

38

69

44

115

Apr

18

91

96

207

245

556

477

34

64

70

106

Mei

13

65

109

168

294

435

495

27

130

64

124

Jun

17

86

109

290

278

356

485

38

61

67

127

Jul

18

82

175

315

232

396

799

41

114

48

153

Ags

15

78

168

173

299

404

175

22

60

80

111

Sept

11

56

163

205

225

378

61

29

41

52

111

Okt

9

65

202

189

222

285

23

23

48

58

159

Nov

19

63

212

224

170

595

27

28

47

23

113

Des

24

118

259

406

378

410

25

31

44

63

148

Total

208

1007

1936

3269

3684

5579

4516

380

835

742

1511

Sumber: Elfer Jaarverslag 1918 Vereeniging Touristenverkeer (Batavia:Javanesche Boekhandel & Drukkeruj, 1919),

Vol. 4 l No. 47 l November 2013

23


Pasar RRT

Mencari Jurus Jitu Mencapai Minat Wisman

Narasumber di FGD: Budihardjanti, Ngurah Putra dan Khoo Shao Tze (kanan-kiri).

K

etika satu Focus Group Discussion (FGD) tentang program promosi ke pasar China, tengah bertanya jawab, 6 November 2013 di Jakarta, dari peserta operator tur terdengar usulan, bahwa ada satu peluang kita meningkatkan Jakarta dengan fokus Kepulaun Seribu yang indah dan sebenarnya bisa kita jual ke pasar China. Tapi sekali­ gus peserta yang mengusulkan itu mengakui, banyak kekurangan di Jakarta ini, seperti standar pelayanan para pelaku hotel dan restauran masih belum mencukupi. FGD itu diikuti oleh sejumlah pelaku bisnis pariwisata, dari agen travel dan perhotelan, serta instansi lain termasuk wakil dari penge­ lola bandara API I dan AP II. Dipimpin ­Ngurah Putra, Sekditjen Pemasaran Pariwisata, dan ­Budiharjanti, Kasubdit Informasi Pasar Pariwisata Luar Negeri Direktorat Pengembangan Pasar dan Informasi Pariwisata, narasumber Khoo Shao Tze, personal advisor Menparekraf. Dalam diskusi itu kemudian terungkap, bahwa hingga tahap sekarang, Jakarta tampaknya belum bisa merebut perhatian dan keinginan wisatawan China, untuk dikunjungi. Bali memang sudah mendapat tempat yang kuat di perhatian masyarakat China. Maka wacana di diskusi itu mencuatkan kemungkinan menjadikan destinasi Bali, pada tahap sekarang dan beberapa tahun ke depan, sebagai distribution point dari mana wisman dari China dibawa ke destinasi lain di sekitarnya. Bisa ke Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur, hingga ke

24

Sulawesi Selatan dan Sulawesi Utara. Tersebutlah destinasi Labuan Bajo untuk melihat komodo, dan destinasi Lombok. Dalam kata-kata Mr Yze, “They go to Bali for two nights and the other nights go to Lom­ bok, LabuanBajo, Yogyakarta. So we have direct ­product to sell.” Kata dia dalam diskusi itu, “The nearest product that we would like to promote will be Bali and Yog­ yakarta, Bali and Lombok, Bali and Labuan Bajo. We also selling Yogya and Solo, but in other to sell spesific product of course Borobudur the most sig­ nificant monument in the world like Prambanan. So you have UNESCO’ s heritage site in a city. You have Solo, there UNESCO’s site like Sangiran and so on, you have also Batik collection over there. Yogyakarta also great for shopping not shopping you find in Bangkok and Hongkong. Shopping that unic in Indonesia. We spoke to the tour operator they like the product. Now we are encouraging them to fly direct so what we are tryng to do is to speak to the government of Solo to subsidise some of the charges.” Ratna Suranti, Direktur Pencitraan Indonesia mengungkapkan apa antara lain yang sudah dan tengah dilakukan di pasar China. “Kami melakukan seperti di WTM London ­tahun lalu di mana kita memasang Wonderful Indonesia di taxi, kalau di China memang kami pasang di subway, kemudian ada di billboard, pintu eskalator. Namun dibandingkan negara lain mereka menempatkan bukan hanya di sub­ way, taxi, bus, flyer juga jauh lebih banyak tem-

Vol. 4 l No. 47 l November 2013

pat yang mudah dilihat publik, dimana-mana.” Ratna selanjutnya menceritakan, fokus Indonesia tahun 2014 nanti adalah promosi melalui online. Kita punya strategi sendiri dan lebih efektif. Kita sudah melangkah ke sana, dan yakin kalau web khusus Indonesia untuk pasar China, akan bisa berjalan karena dikelola bersama tim di China dan di Indonesia. Diingatkannya, jika ada iklan dari industri, bisa dimuat tanpa dipungut bayaran. Keuntungannya adalah sebetulnya mengelola web dalam bahasa China itu ada kesulitan mencari penulis. ”Jadi kami membangunnya dari sana, kami dibantu oleh INTI juga. Kalau memang dijadikan medium oleh industri, kami akan memasukkan promosi pemasaran mereka. Di situs www.indonesia. travel juga sudah masuk promosi industri tanpa bayaran apapun,” ujarnya. Dari Perhimpunan Hotel dan Restoran ­Indonesia (PHRI) malahan menyuarakan satu ide penjualan. Di tahun 2014, bagaimana kalau,— dilancarkan promosi satu tahun, untuk setiap turis pemegang paspor China yang masuk ke Indonesia, diberikan diskon otomatis 30% pada beberapa hotel-hotel tertentu. Dikemukakannya, jika web site Indonesia tersebut menyediakan kesempatan berpromosi online, anggota PHRI akan bersedia berpartisipasi, bahkan tak keberatan jika toh ada biaya. “For every Chinese travelers from January 1, 2014 to January 1, 2015 automatically entitle to 30% discount even more, we can talk about that. That would be very specific program,” ujarnya. n


Pertemuan Working Group Pertama Indonesia-Perancis di Yogyakarta.

Kerjasama Luar Negeri

Meningkatkan Kualitas Dengan Perancis

T

he First Working Group Meeting on Tourism antara Indonesia dan ­Perancis dilaksanakan di Yogyakarta pada 21 November 2013. Kegiatan ini merupakan tindak lanjut implementasi dari MoU bidang pariwisata diantara kedua negara. Delegasi Indonesia dipimpin oleh Ni Wayan Giri Adnyani, Kepala Biro Kerja Sama Luar ­Negeri Kementerian Pariwisata dan Ekonomi ­Kreatif dan delegasi Perancis dipimpin oleh Mireille ­Pannetier, Head of International Partnership, DGCIS, Ministry for Craft Industries and Trade and Tourism. Ada empat topik dibahas dalam Working Group pertama ini, yaitu: Policy and Framework for Tourism Standards, Classifications of Tourism Accommodation, Quality Control and Tourism Clientel, Training and Education, dan Sustainable

Tourism focused on Borobudur. Mengenai Borobudur yang menjadi fokus utama, Perancis akan memberikan pening­ katan kapasitas kepada pihak Indonesia dalam hal pengembangan DMO Borobudur sehingga tidak saja dapat meningkatkan wisatawan ­manca­negara berkunjung ke Borobudur tapi menjadikannya sebagai destinasi pariwisata berkelanjutan. Indonesia dan Perancis telah ­meluncurkan Joint Declaration on Strategic Partenership ­between Indonesia and France pada tanggal 1 Juli 2011 lalu, ketika Perdana Menteri Perancis Francois Fillon melakukan kunjungan resmi ke Indonesia. Perancis sendiri masih terus mencari cara meningkatkan kualitas dan penawaran pariwisatanya. Maka, untuk menjamin dan me­

Vol. 4 l No. 47 l November 2013

ningkatkannya, salah satu cara yang dilakukan ­dengan pemeringkatan atau pelabelan. Misalnya, penilaian terhadap pemeringkatan hotel, tahun 1986 ada 30 kriteria penilaian. Pada tahun 2009 meningkat menjadi 246 kriteria. Menciptakan sebuah destinasi yang menarik bukan hanya soal infrastuktur yang baik, obyek wisata yang bagus, tapi juga bagaimana pelayanan diberikan kepada turis. Contoh lainnya, untuk menilai sustainable tourism, itu dinilai dari manajemen lingkungannya, ecotourism management, berdampak sosial langsung kepada masyarakat, dan bagaimana mempromosikan di daerah sekitarnya. Frederick Meyer dari Atout France mengatakan, “Doing the classement will help you to ­improve the quality of your tourism, less com­ plaints, and gives the institution priority.” Marc Steinmeyer dari Tauzia Management mengungkapkan pandangannya di dalam ­forum tersebut: “I think, Indonesia needs to clarify and fix on this matters. I know what is 3 stars or 2 star ­hotels, but it is confusing for the market as ­customers. Sometimes they don’t understand whether they have to pay Rp 500 thousand is for 3 stars or 2 stars. People don’t get it anymore.” Dalam kurun waktu 10 tahun hotel ekonomis dan bujet booming di Indonesia. Di tahun ­1990-an, booming hotel bintang 4 dan 5. Dia juga mengingatkan bisnis hotel bujet akan mengalami rebooming di Indonesia. Yang terpenting di sini adalah ketaatan dan penegak­ an hukum. Pemerintah Perancis telah menetapkan stra­tegi prioritas utama pada bulan Juli 2012, yang terdiri dari: meningkatkan kualitas pariwisata guna meningkatkan citra Perancis yang lebih atraktif, mendiversifikasikan obyek wisata, mengoptimal­kan penyerapan tenaga kerja dan membuka lapangan kerja baru dalam industri pariwisata, juga untuk menjelaskan social ­tourism dan membuat pariwisata bagi semua orang yang diimplementaasikan dalam program ‘holiday for all’. Salah satu cara yang digunakannya adalah dengan menerapkan sertifikasi dan pelabelan kepada sektor swasta terkait dengan akomodasi,

25


Delegasi Perancis mendengarkan penjelasan budidaya jamur merang (chevignon) dari masyarakat di Desa Wisata Candirejo (kiri). Rombongan delegasi kedua negara di Desa Pentingsari (kanan).

Kerjasama Luar Negeri catering, kantor-kantor pariwisata, obyek wisata, kegiatan di luar ruang dan lain-lain. Pelabelan berdasarkan pada standar nasional dan umpan balik dari wisatawan termasuk ­keluhan dan kepuasan. Hal tersebut juga membantu yang sudah ada dan dapat diperbaiki ­dengan memberikan pelatihan, mengorgani­ sasikan situs di internet dan lain sebagainya. Bagaimana pelabelan ini diberikan bergantung pada komitmen nasional. Ketua delegasi Perancis, Mireille ­Pannetiere, menerangkan bahwa masih ada warga Perancis yang tidak pernah berlibur. Itulah alasan peme­ rintah Perancis mengeluarkan kebijakan ‘holiday for all’. Program tersebut merupakan inisiatif dan fasilitas dari pemerintah agar warganya mau pergi berlibur. Jadi itu tidak berhubungan dengan krisis Euro di Eropa. Mengenai cara Perancis memperbaiki dan meningkatkan kualitas pariwisatanya dia menjelaskannya sebagai berikut, ”We collect feedback from tourist through internet. There is a website of local authority which they will collect any com­ plaints, including tourist satisfaction. They will gather it and we will review it. We do it by internet and questioneres.” Diakuinya, wisatawan yang datang ke Perancis masih didominasi dengan kunjungan ke tujuantujuan wisata utama di Paris, Coute d’Azzure, dan pegunungan Alpen. Itulah juga mengapa mereka sampai kepada mengembangkan ‘destination contract’.

26

Idenya, agar daerah/kawasan lain di sekitarnya juga lebih dikenal oleh wisatawan. Itu ­berarti stake holders pariwisata di daerah/­ kawasan tersebut harus bekerja sama dan membangun pariwisata yang lebih baik di daerah/ kawasannya. Tujuan dari destination contract ialah mencapai tujuan bersama. Karena itu peran stake holders swasta dan pemerintah sangat penting untuk membangun perencanaan regional dan mempromosikan daerahnya. Yang perlu diingat, ini merupakan bagian dari strategi road map. Benefit yang Indonesia peroleh dari Working Group ini bisa dilihat dari area wilayah kerja samanya. Dari area kerja sama itu ada yang diprioritaskan lebih dulu. Dengan Perancis, Indonesia lebih mengedepankan pengembangan destinasi dan pariwisata berkelanjutan. “Asistensi yang diterima oleh pemerintah ­Indonesia secara langsung dari Perancis memang belum ada. Tapi, lembaga-lembaga ­pendidikan seperti Sahid sudah mengadakan kerja sama ­dengan lembaga-lembaga pen­ didikan di ­Perancis. Selain itu, beberapa lembaga ­pendi­dikan pariwisata di Perancis juga sudah menjalin kerja sama dengan Universitas Udayana dan UI. Program semacam exchange student ­sudah berlangsung. Kemenparekraf sendiri ­telah me­ngirim beberapa staf untuk belajar di ­Perancis,” Ni Wayan Giri Adnyani mengatakan.

Vol. 4 l No. 47 l November 2013

Warga Perancis ingin ke Indonesia

Frederick Meyer menggambarkan wisa­ tawan dari Perancis menginginkan waktu berelaksasi dan bersenang-senang lebih banyak. Baru setelah itu menikmati budayanya. Dia menyarankan, apabila Indonesia hendak meningkatkan kunjungan dari Perancis, pasar pertama yang perlu dibidik adalah pasangan ­bulan madu, keluarga, kemudian warga senior. Warga senior di Perancis termasuk yang menyukai berwisata dengan kapal pesiar karena mudah dijalani. Bila ingin jalan-jalan bisa turun dari kapal, bila lelah cukup tetap tinggal di ­kapal. Perancis merupakan pasar yang penting bagi Indonesia. Berdasarkan data statistik, wisatawan Perancis yang berkunjung ke Indonesia pada Agustus 2013 mencapai 26.507 wisatawan, ini mengalami kenaikan sebesar 3,22% daripada bulan Agustus 2012 sebanyak 25.680 orang. Perancis juga negara penerima fasilitas Visa on Arrival. Apa yang dikatakan oleh Dubes Perancis untuk Indonesia, Corrine Breuze, ”The interest of France people coming to Indonesia is high and growing. Indonesia should promote itself in France. I think, Indonesia should promote itself in TV or visually in subway or the buses to make Indonesia more known within France,” kiranya itu perlu lebih diperhatikan karena bukanlah sekedar harapan bagi Indonesia. n


Famtrip

Mereka Dari Chicago, AS

T

our Operator dan jurnalis dari Chicago, AS, didatangkan ke Indonesia mengunjungi Jakarta dan Bali, pada 20–24 Oktober 2013. Rombongan itu 8 orang bersama satu orang dari KJRI Chicago. Mereka ialah: 1. Ms Zhou Xiao Feng (Travel Con­ sultant, Nexus Holidays USA Group); 2. Mr ­Michael Oz (Editor in Chief, Vacation Magazine); 3. Ms Natalie Veprinsky (Owner Best World Travel Inc) 4. Ms Ann Kristine Aquino (Travel ­Consultant Travel USA Inc); 5. Ms Yu Maria ­Violeta Kaw (Midwest Regina Manager, USA Gateway Travel); 6. Ms Gilma Patricia ­Salgado Izquierdo (Sales manager, USA Gateway Travel); 7. Ms Claire Jisun Lee (Supervisor Passanger Sales, Asiana Airlines); 8. Ms Ping Lai Yu ­(Passanger Sales Senior Ma­ nager, Asiana Airlines); 9. Ms Bernadeta Julia Pratiwi (First Secretary and Consul, KJRI Chicago/ Pendamping). Dari Kemenparekraf mendampingi selama kunjungan mereka ialah Atju Saleh Hidayat (Kasi Widya Wisata). Dimulai dengan meninjau Taman Mini Indonesia Indah, Monumen Nasional, Grand Indonesia Shopping Center di hari pertama di Jakarta. Esoknya mereka ke Pelabuhan Sunda Kelapa, Museum Fatahilah, Museum Wayang dan tea break di Batavia Resto, di tengah kawasan Kota Tua Jakarta. Di destinasi Bali, keesokan harinya, di pantai Jimbaran menyaksikan pemandangan matahari terbenam (sunset) dan makan malam dengan menu berbahan ikan lokal, dan, ini yang unik bagi pandangan mareka, menikmati hiburan yang disuguhkan oleh pengamen musik ‘­profesional’ a la Jimbaran. Ketika dibawa berkunjung ke Desa Wangaya, pengalaman unik lain mereka saksikan; melihat petani membajak sawah dengan media hewan kerbau dan melihat cara menanam padi setelah dibajak, kemudian makan siang di bukit, di te­ ngah sawah, dengan menu khas masakan Bali pula. Pengalaman lain dibandingkan paket tur

Seafod dan sunset a la Jimbaran, Bali.

biasa mereka jajagi, dan itu merupakan salah satu dari maksud tujuan famtrip, yakni mengenalkan sesuatu yang baru dan khas. Sesudah itu perjalanan dilanjutkan ke Tanah Lot untuk melihat pantai, dan pura Tanah Lot di atas karang bolong. Demi mengefisienkan waktu kunjungan fam­ trip seperti ini, di hari terakhir tanggal 24 Oktober 2013 seharian penuh mereka bepergian ke Batu Bulan untuk menyaksikan dan meliput tari Barong yang populer dan menarik wisman, selanjutnya ke obyek wisata Kintamani melihat pemandangan alam Danau Batur dan Gunung Batur yang masih aktif, kemudian ke galeri lukisan khas Bali di Ubud, makan siang di Duck Restoran. Dari situ mereka langsung transfer ke bandara Ngurah Rai Bali untuk penerbangan ke Jakarta dan dilanjutkan kembali ke Chicago dengan penerbangan midnight dari bandara Soekarno-Hatta. Para peserta famtrip operator tur dari Chicago menyimpulkan tertarik untuk mengemas dan men­jual paket wisata Indonesia, khususnya Bali

Vol. 4 l No. 47 l November 2013

sebagai destinasi wisata keluarga, tur kelompok, honeymooners, MICE dan lain-lain. Begitu pula jurnalis dari Vacation magazine akan mempromosikan destinasi Jakarta dan Bali khususnya di Travel Radio Show Chicago dan di Vacation ­Magazine TV. TV itu ditayang dalam dua bahasa, yakni ­Inggris dan Rusia, yang dapat menjangkau pemirsa dari USA dan negara-negara Eropa Timur. Berdasarkan informasi dari peserta famtrip dan pejabat KJRI Chicago, promosi pariwisata ­Indonesia di Chicago dirasakan masih kurang. Chicago merupakan kota di negara bagian terbesar ketiga di Amerika Serikat yang berpenduduk sekitar 2,7 juta jiwa. Penduduknya cukup makmur dan banyak melakukan perjalanan wisata keluar negeri (outbound). Maka Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dalam hal ini Direktorat Promosi Luar Negeri dapat mengembangkan pemasaran/promosi destinasi Indonesia ke sana. Pelaku bisnis pariwisata pun seyogianya mengikuti jejak langkah ini. n

27


Wisata Kapal Pesiar

Jangan Hanya Masa

H

ari Rabu tanggal 6 November 2013. Jarum jam menunjuk pukul 6 pagi. Kapal pesiar Caledonian Sky berbendera Bahamas sandar di dermaga samudera pelabuhan Tanjung Emas. Beberapa penumpang tampak menikmati sinar mentari pagi kota Semarang dari balkon kamar dan sebagian lainnya masih menikmati sarapan di dek atas. Beberapa raut wajah terlihat ­penasaran, dan sepasang orang tua tampak tidak sabar ingin segera turun dari kapal. Pukul tujuh gangway dari kapal diturunkan. Caledonian Sky membawa 99 penumpang, tak butuh waktu lama untuk clearance kapal. Kedua orang tua tadi mendekati personel Merapi Tour yang menjadi official tour operator pada hari itu dan menanyakan bagaimana mereka bisa pergi ke Solo. Staf operator tur dengan ramahnya menjelaskan dan mengarahkan mereka ke meja sewa kendaraan di depan terminal penumpang. Selang beberapa menit, turunlah satu per satu penumpang yang hendak mengikuti paket tur. Penumpang peserta tur langsung menuju tiga bus berukuran sedang yang telah siap di area parkir di depan terminal penumpang. Dua orang pedagang asongan menghampiri menawarkan topi dan suvenir berupa boneka wayang dari kayu kepada penumpang yang akan naik ke bus. Pukul 08.15 semua bus berangkat meninggalkan pelabuhan. Berdasarkan surat ­pemberitahuan Dirjen Perhubungan Laut Kemenhub Nomor AL.203/525/7/51/13, kapal berbobot 4.200 GT milik Salen Ship Management menyinggahi ba­ nyak destinasi di Indonesia. Kapal Caledonian Sky mulai berlayar dari Malaka, Malaysia dan akan kembali lagi ke pelabuhan yang sama, memulai pelayarannya di Indonesia dari pelabuhan Belawan, Sumatera Utara (masuk pada tanggal 24 Oktober 2013). Kemudian pelabuhan-pelabuhan yang disinggahinya berturut-turut sebelum Tanjung Emas di Semarang adalah Sinabang/Sabang-Aceh; ­Teluk Dalam/Gunung Sitoli, Nias-Sumatera Utara; Muara Siberut/Teluk Bayur-Sumatera Barat; ­Pulau Baai di Bengkulu; Tanjung Priok, Jakarta; dan berlabuh dulu di Cirebon-Jawa Barat. Dari Semarang menuju Probolinggo, lalu ke Bima, Komodo/Ende dan Maumere di NTT, dan terakhir ke Kalabahi sebelum kembali lagi ke Malaka, Malaysia. Persis di depan pintu terminal penumpang pelabuhan Semarang itu dua meja disiapkan. Dua orang stand by di situ. Rupanya staf agen tur

28

lokal dan penyewaan kendaraan. Hari itu 12 mobil taksi siap disewa. Sarif, koordinator, menerangkan penyiapan jumlah mobil disesuaikan dengan jumlah penumpang kapal. Biasanya operator tur (official ground handling) menginformasikan berapa jumlah penumpang yang akan mengikuti paket tur dan berapa yang tidak ikut, serta jumlah kru kapal. Rata-rata 50 persen mobil yang disiapkan terpakai. Amatlah disenangi pembayaran oleh tamu dengan mata uang dolar. Harga yang tercantum di dalam daftar yang disodorkan masih bisa ditawar. Durasi sewa bervariasi, rata-rata sehari 7–8 jam dim-ulai pukul 8.00. Mobil-mobil sewaan itu milik anggota ­Koperasi Taksi Pelabuhan yang beranggotakan 130 orang. Mobil yang tersedia: Xenia, Avanza, APV, Luxio, dan Kijang kapsul. “Semuanya berpendingin udara,” kata Sarif. Lanjutnya, ada juga yang tidak berpendingin udara, itu diparkir di terminal domestik, ken­ daraannya jenis Colt Elf dan minivan Espass. Karena sudah tahu penumpang yang dibawa sedikit dan jumlah krunya pun tidak banyak, hanya ada tiga orang pedagang suvenir yang berjualan pada hari itu. Mereka itu rata-rata ­sudah

Vol. 4 l No. 47 l November 2013

berjualan di pelabuhan Tanjung Emas lebih dari 10 tahun. Kapal pesiar yang datang ke Tanjung Emas pernah mencapai 50 calls selama setahun penuh dari Januari hingga Desember, atau rata-rata sekitar 7 kapal sebulan, di tahun 2005. Mereka merasakan di tahun 1990-an omset penjualan kepada tamu kapal pesiar lebih baik daripada penumpang domestik. Namun saat ini, pembelian oleh penumpang domestik jauh lebih baik daripada oleh tamu dari kapal pesiar. Selain jumlah kapal yang masuk tidak sebanyak dahulu, para penumpang dari kapal sudah mendapat informasi lebih banyak tentang cara tawar menawar harga-harga di ­Indonesia. Para penjual itu menjual barang dengan harga satu daster $9 sampai $10 (sekitar Rp 90 hingga 100 ribu) per potong, dan kaos $5 (Rp 50 ribu). Keuntungannya 2 hingga 3 kali lipat daripada jika pembeli wisatawan domestik, atau bisa untung hingga Rp 25 ribu per potong. Tapi harga yang ditawarkan kepada kru sedikit di bawahnya. Menurut para penjual, mereka tidak bisa mengambil untung banyak dari kru karena umumnya mereka pandai menawar dan seringkali minta harga yang sama dengan


Keemasan di Tanjung Emas hanya bisa memamerkan barang seadanya, menjual pernak-pernik seperti wayang kayu, blankon dan topi, hiasan ukiran dari kayu dan lain-lain, serta baju (daster,kaos,kemeja santai), tas, dan sepatu etnik ketika Caledonian Sky merapat. Barang-barang yang dijual di sini kebanyakan diambil dari Yogya.

Mengembalikan masa puncak keramaian kapal pesiar di Jateng

Riwayatnya, tahun 1987 merupakan awal cruise masuk di Tanjung Emas Semarang. Terus bertambah sampai peristiwa Bom Bali tahun

Wisman turun di dermaga Samudera Tanjung Emas Semarang disambut tarian (atas). Penumpang turun dari kapal Caledonian Sky di awal November 2013 (kiri bawah). (foto: dokumentasi Nusantara T &T)

penumpang domestik. Harga yang ditawarkan kepada kru untuk barang yang sama, misalnya daster, sekitar $6–7 per potong. Keuntungan dari penjualan kepada kru kapal sekitar Rp 10 ribu per potong atau hampir sama dengan keuntungan dari pembelian oleh wisatawan domestik. Rupanya para penjual suvenir yang sudah lama berada di terminal penumpang di pelabuh­ an Tanjung Emas lebih menyukai desain gedung terminal penumpang yang lama. Sampai pertengahan 2013 kios-kios di dalam terminal mempunyai dua pintu, satu menghadap terminal domestik dan pintu lainnya menghadap terminal VIP atau terminal yang biasa dilalui oleh penumpang dari kapal pesiar. Jadi, selain menjual aneka barang suvenir, mereka pun sekaligus

berjualan minuman ya minuman ringan dan bir, serta makanan seperti mi instan. Gedung baru saat ini, terminal untuk wisa­ tawan mancanegara dari kapal dan VIP dipisahkan dari terminal penumpang domestik. Pernah pengelola pelabuhan membuatkan tempat di luar bangunan terminal, tapi tetap dekat ke dermaga, tempatnya seperti arena bazaar. Sayangnya, itu tidak lama karena rusak akibat rob. Para penjual itu berharap bisa mendapatkan tempat berjualan seperti dulu lagi karena semua kios letaknya sejajar menghadap ke terminal ­domestik maupun ke terminal internasional. Para pedagang tampak kompak, tidak tampak saling iri hati. Lantaran keterbatasan tempat itu, mereka

Vol. 4 l No. 47 l November 2013

2002. Dari tahun 1987 hingga sekitar tahun 2002 bisa dikatakan menjadi masa puncak keramaian kapal pesiar yang singgah di Semarang, Jawa Tengah. Selama kurun waktu tersebut dalam seminggu bisa 2 sampai 3 kapal masuk berlabuh. Pernah terjadi 2 kapal datang bersamaan. Rentang jumlah penumpang yang dibawa ber­ bagai tipe dan ukuran kapal mulai dari 500 hingga 1.500 pax. Mereka mau turun di Semarang karena ingin melihat Borobudur. Itu berlaku hingga sekarang. Menyusul peristiwa Bom Bali I dan II, pariwisata kapal pesiar secara umum vakum, hingga keadaan betul-betul dipandang aman barulah kapal-kapal itu masuk lagi. Kapal mulai kembali datang sekitar tahun 2005. Sediyono dari Electra T & T, salah satu sub tra­ vel agent yang pernah menangani cruise, mengatakan, “Yang kita jual di sini kan Borobudur. Dulu, waktu kami masih aktif menangani penumpang dari kapal pesiar, perjalanan ke sana perlu waktu 2,5 hingga 3 jam. Sekarang perlu 3–4 jam.” Pengalamannya, yang mengikuti city tour biasanya 2–3 bis berkapasitas masing-masing sekitar 30 orang. Wisman lanjut usia malas turun mengingat tur ke Borobudur pp berkisar hingga 9 jam.

29


Wisata Kapal Pesiar Ground handling Semarang dan Yogya

Operator tur yang menangani di darat di pelabuhan Tanjung Emas bukanlah appointed agent langsung dari kapal. Operator tur (ground handling) di luar Bali, misalnya di Semarang, ­bekerja sama dengan agen di Bali yang sudah ditunjuk langsung oleh cruise operator. Ningtyas S, Sales Manager MICE and Corporate operator tur di Semarang itu menjelaskannya ­begini: Kami hanya appointed agent dari agen di Bali. Kontrak tur dengan kapal dibuat oleh agen dari Bali. Ground handling di Semarang, kami ­semua yang menangani dan menyiapkannya mulai dari kapal datang hingga tur di darat. Agen dari Bali mengawasi saja saat kapal sandar di Tanjung Emas. Kami mengurusi mulai dari perizinan dengan Pelindo dan semua pihak di pelabuhan. Izin kapal masuk diurus oleh agen shipping-nya, Pelni atau Djakarta Lloyd. Di Semarang tidak ada appointed agent langsung dari kapal. Memang kapal pesiar sudah masuk ke Semarang sejak 1980-an. ­Namun agen-agen di Bali yang paling mengerti alur bisnis wisata kapal pesiar. Kapal biasanya hanya akan berkorespondensi dengan satu agen. Cruise operator cukup berkorespondensi sekali dengan agen di Bali yang nantinya akan mensubkan operasional di darat ke agen lokal dimana kapal berlabuh. Ini berhubungan erat dengan administrasi pelayaran. Nusantara T & T Semarang mempunyai bebe­ rapa kerja sama dengan beberapa agen di Bali.

agen di Bali seperti Bali Prestige, Intercruises, dan Jan’s tour. Agen di Bali membeli paket-paket yang ditawarkan oleh agen-agen lokal. Ada proses bidding yang harus dilalui. Subagen yang paling sering menangani wisatawan kapal pesiar di Semarang adalah Merapi Tour dan Angsa Tour dari Yogya dan hanya satu agen dari Semarang, Nusantara T & T. Wisatawan yang mengikuti shore excursion bergantung dari jumlah penumpang kapal. Contoh kapal Seven Seas yang berpenumpang 700 orang, yang ikut tur rata-rata sekitar 500 orang. Lain lagi dengan Pacific Sun yang ber­kapasitas 1.850 penumpang, yang turun ke darat bisa mencapai 1.000 pax. Antara 50%–70% penumpang mengikuti excursion di Jateng. Terbanyak mengambil tur ke Borobudur. Paket lain yang ditawarkan dan

Wisman dari kapal pesiar mengikuti tur ke Gedong Songo di Semarang. (Sumber: dokumentasi Nusantara T &T)

30

Vol. 4 l No. 47 l November 2013

cukup diminati adalah berwisata naik steam old locomotive di Ambarawa yang berkapasitas 175–200 orang. Biasanya paket tersebut dibagi ke dalam dua trip. Paket ini termasuk coffee ­plantation tour. Di coffee plantation wisatawan diberi kesempatan melihat pembuatan kopi secara tradisional dan mencicipinya. Gambaran umum itinerary ke Borobudur berdurasi 8 jam adalah sebagai berikut: Perjalanan pergi-pulang masing-masing 2,5 jam dengan 15 menit toilet stop. Di Borobudur selama 1,5 jam, dan makan siang di kaki gunung menghadap Candi Borobudur selama 1 jam. Sambil santap siang wisatawan disuguhi pertunjukan ­kesenian. Bila ada yang ingin berbelanja akan diarahkan ke Borobudur silver sehingga total durasi turnya menjadi maksimal 9 jam. Di dalam tur Old Loco and Coffee Plantation tour, biasanya operator tur akan melihat jumlah peserta. Apabila pesertanya banyak akan dibagi dalam 2 kelompok. Masing-masing kelompok mengikuti tur Old Loco dan Coffee Plantation ­secara bergantian. Di Old Loco dan Coffee Plantation tour, di Tlogo misalnya, hanya 1 jam, dan makan siang selama 1 jam sebelum kembali ke pelabuhan. Ada dua paket di sekitar Semarang. Paket pertama kunjungan ke Gedong Songo, 2 jam perjalanan dari pelabuhan. Dari tempat parkir, wisatawan naik dengan menggunakan local transport menuju Candi Gedong Songo. Di sana wisatawan dibebaskan mau naik kuda atau berjalan kaki. Durasi di obyek wisata selama


Di candi Borobudur.

Mengikuti tur di Kepulauan Karimun Jawa.

1,5 jam. Kuda-kuda dan coffee break sudah disiapkan di sana. Sebelum kembali ke pelabuhan, makan siang dulu di resort and spa. Yang kedua tentunya city tour di Kota Semarang. Wisatawan akan diajak ke Sampokong, kota lama, Mesjid Agung Jawa Tengah, Museum Ronggowarsito, dan Vihara Watugong. Karena durasi city tour biasanya half day 3–4 jam maka yang ditawarkan hanya 3–4 obyek saja. Inti city tour untuk menyampaikan gambaran kehidupan harmonis di Semarang. Di kota lama diperlihatkan tempat Matahari, julukan matamata (spion) yang legendaris dicari-cari di seluruh dunia, menari di Marabunta. Kalau berlabuh di Kepulauan Karimun Jawa, wisatawan turun menggunakan sekoci, di situ bebas melakukan aktivitas, pulaunya disewa untuk itu. Tahun 2014 ada konfirmasi wisman kapal pesiar akan kembali lagi ke sana. Seberapa banyak wisatawan cruise yang menjalani tur di darat bergantung dari jumlah pe­ numpang di kapal. Gambaran umumnya seperti berikut ini: tur ke Borobudur biasanya hingga 8 bis. Ke Steam Old Loco dan Coffee Plantation bisa mengunakan 3–4 bis, dan Semarang City Tour rata-rata 4–6 bis. Tur ke Gedong Songo biasanya hanya 2 bis saja. Bis diatur dengan melihat jam berapa grup pertama berangkat. Misalnya, grup pertama berangkat pukul 8 menuju Borobudur, semua bis di sana akan diparkir lebih dahulu. Operator tur akan memilih menempatkan semua bisnya di halaman parkir di terminal pe­ numpang. Bis akan diparkir di dermaga hanya ketika cuaca hujan saat kapal sandar di Semarang.

Sumber: dokumentasi Nusantara T &T

Rata-rata kapal sandar atau labuh di Semarang selama 10 jam. Rute dalam paket mengikuti berapa lama kapal bersandar. Umumnya rute tur ke Borobudur 8 jam, ke Old Loco and Coffee Plan­ tation 6 jam, city tour 4 jam, dan ke Gedong Songo 6 jam. Penumpang di kapal pesiar bercampur. Dari negara mana yang paling banyak bergantung dari tempat dari mana memulai pelayarannya. Kapal Seven Seas penumpangnya kebanyakan dari Eropa, kapal Pacific Venus sudah pasti semua penumpangnya dari Jepang. Ningtyas mengingatkan, tiga tahun lalu ada kapal pesiar yang ditanganinya tidak bisa masuk dan sandar di Semarang. Kala itu, di kedalaman 8 meter dasar kapal mennyentuh dasar laut. Kapal stucked selama 1 jam, setelah bisa bergerak langsung kembali ke Singapura. Semua yang sudah disiapkan batal dan operator tur selaku ground handling harus menanggung semua kerugian. Jadi, dari sisi operator tur di pelabuhan Tanjung Emas tidak punya kendala. Pelindo telah mulai memperbaiki fasilitas-fasilitas di pelabuhan. Dari dinas pariwisata selalu menyiapkan brosur setiap kali kapal pesiar sandar di pelabuhan.

Vol. 4 l No. 47 l November 2013

TIC juga disiapkan di sana baik oleh disbudpar kota maupun provinsi. Tinggallah bagaimana membina usaha penyewaan kendaraan-kenda­ raan pribadi itu. Kendaraan lebih kecil seperti minivan yang disewakan kepada penumpang FIT ditangani oleh Papes, semacam koperasi di pelabuhan. Setiap kali kapal pesiar masuk, operator tur akan meeting dengan Pelindo, ADPEL termasuk juga Papes. Selalu diingatkan, tur di darat harus tepat waktu. Operator tur kerap meminta ­police escort di titik-titik rawan macet agar bis-bis lancar melewatinya. Hal ini pun sudah dibicarakan ­dengan pengelola kendaraan sewa, tur ke Borobudur hanya 8 jam. Tapi, masih ada saja yang mengantar selain ke tujuan utama dalam rentang waktu tersebut hingga akhirnya pe­ numpang ditinggal kapal. Yang sekarang mesti terus diusahakan adalah bagaimana Jateng lebih dikenal oleh cruise ­operators. Itu dengan antara lain mengerahkan bujet di daerah mengundang orang dari luar Jateng terutama untuk site inspection agar ­mereka lebih mengerti, di sini bukan hanya Borobudur dan old loco. n

31


What do They say... 78 Tahun, 4 km Setiap Hari Perempuan Jepang berusia 78 tahun ini namanya Suzuki Michiko. Tinggal di Shizuoka, Jepang. Sebelumnya dia meng­ ikuti even yang sama di Kamboja. Selama even di sana selalu hujan makanya dia suka sekali ketika berjalan kaki di Jogja cuaca sangat cerah. Mengikuti JIHW 2013 merupakan kesempatan pertama ­kalinya datang ke Jogja dan Indonesia. Setelah mengikuti jalan kaki santai, dia dan rombongan akan pergi ke Bali baru kemudian kembali ke Jepang. “Kalau ada uang, mungkin tahun depan saya akan kembali berjalan kaki lagi di sini. Saya masih ingin pergi ke Cina, ­Taiwan dan masih banyak tempat lainnya. Di sini sangat indah dan menarik,” begitulah kata Michiko. Orang-orang Jepang yang mengikuti rute 20 km—umumnya sudah lanjut usia—hebat, katanya lagi. Dia sendiri sudah tidak kuat jadi hanya mengikuti rute 10 km. Di Jepang, dia berjalan sepanjang 4 km setiap hari mengelilingi lingkungan tempat tinggalnya.

Suzuki Michiko dari Shizuoka, Jepang

Bendera Jejak Telapak Di Jogja International Heritage Walk 2013 tampak dua orang selalu membawa dan membentangkan bendera bergambar jejak telapak kaki dengan logo International Marching League (IML), ke manapun mereka berjalan. Lumayan menarik mata orang-orang lain ­mengarah ke mereka. Selain itu mereka bawa dan kibar-kibarkan bendera ­negara Belgia. Ya mereka peserta yang datang dari Belgia. Hmmmm, rupanya me­ reka ­datang jauh-jauh Bendera International Marching Leage (IML) dari Eropa ikut even yang diusung, dan bendera negara Belgia. wisata olahraga, sekalian mempromosikan ­negerinya dengan lembut. Raut wajah mereka jelas menyatakan warga senior alias senior citizens. Ditemui sesaat sebelum start di lapangan Girirejo di Imogiri pada hari kedua even (24/11/2013), komentar mereka singkat, “Jogja is a nice place to walk.”

32

Vol. 4 l No. 47 l November 2013


Wisata Sehat

Retno Widiastuti (berkerudung) beserta suami dan anak-anaknya di garis finish JIHW 2013 di Imogiri.

Retno Widiastuti sudah dua kali mengikuti even JIHW, tahun lalu dan tahun ini. Tahun lalu dia mengikutinya bersama teman-teman namun tahun ini dia mengajak keluarganya—suami dan dua orang anaknya. Mereka tinggal di Jogja. Dia tidak mengikuti penuh even ini, hanya sehari dari dua hari penyelenggaraan. Ikut jalan kaki jarak 5 km sudah cukup baginya. “Even seperti ini seharusnya menarik lebih banyak orang. Karena ini adalah wisata murah dan sehat. Semua orang bisa melakukannya. ­Selain itu, kita akan melihat dan menemukan banyak hal selama perjalanan. Pengorganisasian­ nya pun bagus,” komentar Ibu Retno. Dia menyukai even ini karena di ­sepanjang jalan bisa langsung berinteraksi dengan ma­ syarakat dan sesekali bisa berbelanja produk segar yang baru dipetik dari kebun atau sekedar jajan penganan tradisional yang dijual oleh masyarakat di rute yang dilalui.

Dari Irlandia Berniat Investasi Pembawaannya selalu tampak ­gembira dengan wajah ceria, di tengah ­kerumunan masyarakat yang menyakskan Musi Tri­boat­ ton di sepanjang Sungai Musi, ­selama enam hari tanggal 16–22 November 2013. “Panggil saja saya John,” ucapnya. ­Warga Irlandia ini mengikuti lomba di Musi ­Triboatton 2013, baginya ini pertama kali ke Pulau Sumatera. Kalau ke Bali, jangan ­ditanya, kata dia, sudah berulang kali ke sana. Bahkan pernah tinggal lumayan lama, ­beberapa bulan. Bagi dia sepanjang rute sungai Musi yang diikutinya itu, alamnya amat mengesankan dan dia suka Panggil sekali. saya John Omong punya omong ternyata dia sedang mempelajari dan memasang niat hendak membuka usaha di Indonesia. Maksudnya, mau masuk penanaman modal asing? Dia jawab, iya. Dia melihat peluang bisnis yang dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia. Daur ulang atau recycling. Dimana-mana ada limbah plastik jadi bahan bakunya banyak sekali.

Vol. 4 l No. 47 l November 2013

Dia sendiri dari Irlandia, maka untuk timnya berlomba di Musi Triboatton itu, dia dibantu diperkuat oleh anggota tim pen­dayung yang ‘di-supply’ oleh Podsi (­Persatuan Olahraga Dayung Indonesia). “Mereka anggota tim saya itu pro­ fesional,” ujarnya dengan wajah yang, lagi-lagi menampilkan rasa gembira dan senang-senang. Ihwal even itu sendiri dia menyata­ kan salut. Dia sampai jauh ke pedalaman ­Sumatera Selatan dengan alamnya yang mengesankan, dan, masyarakatnya, melalui even ini. Kendati dia cukup repot setiap kali anak-anak menghampirinya meminta tandatangan. Sebagian meminta berfoto bersama, anak-anak itu memotret di ka­ mera HP masing-masing. Yang diperlukan kelak bagaimana agar tersedia hot water untuk mandi, dan, toilet yang ‘memadai’. Itu komentarnya. Bukan yang mewah, ulangnya seakan ingin sekali meyakinkan, bahwa membuat running hot water untuk wisman bisa dengan macammacam cara. Hmmmm, dia memang berterus terang. Dan menikmatinya. n

33


Indi

B

erdasarkan data BPS dan Pusat Data dan Informasi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, jumlah kedatangan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia bulan September 2013 mencapai 770.878 wisman, naik 12,8% dibandingkan September 2012 yang jumlahnya 683.584 wisman. Secara kumulatif, periode Januari–September 2013, jumlah wisman telah mencapai 6.414.149 atau tumbuh 8,8% dibandingkan periode yang sama tahun 2012 sebanyak 5.895.288 wisman. Pada bulan September 2013 kenaikan ter­ tinggi berasal dari wisman asal RRT, Taiwan, dan Hong Kong yang masing-masing naik 45,6%

(naik dari 47.653 menjadi 69.392), 40% (naik dari 16.591 menjadi 23.234), dan 31,65% (naik dari 6.102 menjadi 8.033) dibandingkan bulan yang sama tahun sebelumnya. Kenaikan yang cukup tinggi juga ­didapatkan dari negara tetangga dari kawasan ASEAN yang rata-rata kenaikannya dua digit. Kenaikan terbesar wisatawan dari ASEAN berasal dari ­Filipina (naik 26,1% dan Singapura naik 17,8% dari 98.104 menjadi 115.850. Menarik diperhatikan bahwa terindikasi pertumbuhan yang relatif tinggi terjadi di kawasan tengah Indonesia seperti Makassar dan ini cukup kuat mengindikasikan pula damapaknya yang sama pada kawasan timur Indodnesia. Jumlah

penumpang internasional di bandara Makassar periode Januari–September 2013 meningkat 47,64% dari periode yang sama tahun 2012, kendati di bulan September 2013 sendiri terjadi penurunan 20,51% dibanding bulan Agustus sebelumnya. Pertumbuhan tinggi ke kawasan timur ­Indonesia telah diharapkan sejalan dengan pertumbuhan yang didorong oleh perluasan ­jaringan penerbangan oleh maskapai nasional ke arah timur. Bersamaan itu strategi pemasaran pariwisata juga telah memperkuat daerah-daerah menyelenggarakan kegiatan yang bersifat promosi ­dengan konsisten dan berkesinambungan.

Perkembangan Penumpang Angkutan Udara Internasional, September 2013

Sumber : BPS

Perkembangan Penumpang Angkutan Udara Domestik, September 2013

Sumber : BPS

34

Vol. 4 l No. 47 l November 2013


kator TPK Menurut Klasifikasi Bintang di 23 Provinsi di Indonesia

Sumber : BPS

Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara Menurut Pintu Masuk, Januari–September 2013

Sumber : BPS

Vol. 4 l No. 47 l November 2013

35


Even, Pemasaran Pariwisata Even Utama di Dalam Negeri, Mengusung Promosi Pariwisata Menjangkau Tanah Air Sekaligus Pasar Mancanegara

Beberapa di antara even utama promosi pariwisata di dalam negeri, yang diselenggarakan dan yang didukung oleh Kemenparekraf tahun 2013 :

Festival Budaya Lembah Baliem

36

Informasi : Telp. 021-3838220 u Fax. 021-3208612 u Website: www.indonesia.travel u Email: kncn@indonesia.travel Direktorat Promosi Pariwisata Dalam Negeri u Direktorat Jenderal Pemasaran Pariwisata Vol. 4 l No. 47 l November 2013 Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI u Jalan Medan Merdeka Barat No. 17, Jakarta


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.