Newsletter Pariwisata Indonesia Edisi 51, Maret 2014

Page 1

Vol.55nnNo. No.49 51nnJanuari Maret 2014 Vol. 2014

Ihwal ‘Success Story’

Bandung

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 51 n Maret 2014

1


J

alan raya akses antara ban­ dara Kualanamu dan Kota ­Medan hingga sekarang masih bermasalah lantaran belum sepenuhnya selesai­ ­dibangun, namun stasiun keretapi khusus di Kualanamu ini tampak ‘sempurna’. Ini sangat patut diintensifkan penggunaannya dengan ­pengelolaan yang ‘perfect’ pula, sehingga me­ nyenangkan masyarakat pengguna. Bandara ke Kota Medan ditempuh ­sekitar 32 menit satu arah. Mungkin stasiunnya di Kota perlu disediakan ruang parkir yang teratur rapi baik bagi taksi, beca, bahkan ojek sehingga setiap orang tak segan-segan naik keretapi yang tarifnya Rp 80.000, dalam gerbong sejuk, bersih dan rapih. Saatnya kini para pengelola usaha menunjukkan bisa ‘memelihara’ se­ suatu yang baik.

Isi Nomor ini

Pengarah: Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Penanggungjawab: Direktur Jenderal Pemasaran Pariwisata Wakil Penanggungjawab: Direktur Pengembangan Pasar dan Informasi Pariwisata Penerbit/Pemimpin Redaksi: Arifin Hutabarat Dewan Redaksi: Direktur Promosi Pariwisata Dalam Negeri; Direktur Promosi Pariwisata Luar Negeri; Direktur Konvensi, Insentive, Even dan Wisata Minat Khusus; Direktur Pencitraan Indonesia; T. Burhanuddin; Wisnu B. Sulaiman. Reporter: Benito Lopulalan Alamat: Direktorat Jenderal Pemasaran Pariwisata Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Jl. Medan Merdeka Barat No.17, Lantai 3 Jakarta 10110 Telp : 021 383 8220 Fax : 021 380 8612, Email : jurnal@indonesia.travel Jika Anda mem­ punyai infomasi dan pendapat untuk Newsletter ini, ­silakan kirim ke alamat di atas.

2

Melongok ‘Success Story’ Bandung Meluaskan Penetrasi ke China, Eropa Timur hingga Afrika Perhatian pada Afrika Peluang Besar Tampak Datang dari Udara Dimulai dari Surabaya Di Solo dan Bandung

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 51 n Maret 2014

www.newsletter-pariwisataindonesia.com

4 12 15 17 21 22


Sumber Daya Manusia (SDM) Pariwisata yang terus berkembang untuk me­ningkatkan

kualitas dan kuantitas yang berdaya saing Hal.

5

dikarenakan peranannya sangatlah p­ enting bagi keberlangsungan pariwisata, menjadi tema dalam Indonesia Tourism Outlook and Challenges 2014, pada Kamis, 6 Februari 2014 di Balairung Soesilo Sudarman, Gedung Sapta Pesona. Acara dipimpin oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Mari Elka Pangestu, didampingi para Pejabat Eselon I dan dihadiri pemangku kepen­tingan pariwisata dan ekonomi kreatif.

Wamen Parekraf Sapta Nirwandar melakukan

Hal.

7

audiensi de­ngan Paus ­Franciscus di Vatikan

pada Rabu 12 Februari 2014, dan menyampaikan per­kembangan kerja sama antara Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dengan Museum Etnhology Vatikan yang telah dimulai sejak 2011.

Di dalam negeri, upaya menggalakkan bisnis MICE, meeting, incentives, convention and exhibition,

tiada henti dilancarkan,

Hal.

10

sementara ke luar negeri kegiatan promosi diluaskan secara geografis, diperluas menurut segmen dan minat khusus wisata internasional.

Dirjen Pemasaran Pariwisata Esthy Reko Astuty meresmikan Festival Teluk Ambon 2013.

Hal.

18

Pagi hari di ibukota Jakarta, di depan pusat perbelanjaan S­ arinah di Jalan MH Thamrin Jakarta Pusat, tampak bebe­rapa orang menunggu di halte bis dengan penanda sebuah gambar bis bertingkat dan tulisan

city tour

di bawahnya. Lalu sebuah bis berwarna ungu dan kuning yang tampak lebih jangkung daripada bis-bis lainnya muncul. Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 51 n Maret 2014

3


Utama

Melongok ‘Success Story’ Bandung Jalannya peristiwa, sehari di kota wisata itu. Kacamata pelaku bisnis melengkapinya.

J

am menunjukkan hampir pukul sembilan pagi satu hari pertengahan minggu pertama Maret 2014 di Bandar Udara Internasional Husein Sastranegera Bandung. Deretan mobil mengantri di zona drop off di depan Terminal Keberangkatan. Calon penum­pang ber­ desak-desakan di depan pintu masuk dan antriannya meluber hingga sedikit ­mengganggu arus kendaraan yang lewat. Para penjemput berdatangan memasuki Terminal Kedatangan. Di landasan pacu, pesawat-pesawat Citilink dan Airasia ­Indonesia sedang bersiap-siap hendak take off membawa pe­ numpang menuju Medan dan Denpasar. Jadwal masing-masing berturut-turut pukul 9.05 dan 9.50. Sekitar setengah jam sebelumnya, pesawat A320 Airasia ­Malaysia sudah tinggal landas menuju Kuala Lumpur. Jadwal penerbangan pertama di hari itu adalah Airasia Indonesia ­dengan rute Bandung—Pekanbaru, take off pukul 5.40. Susi Air baru saja memulai mengubah operasi­nya menjadi penerbangan berjadwal, dengan menggunakan pesawat Cessna C208B, menerbangkan penumpang menuju Bandara Nusawiru di Kabupaten Pangandaran, jadwal berangkatnya pukul 8.05. Masih di runway, berturut-turut pesawat-pesawat Express Air, Silkair, Lion, Airasia mendarat membawa pe­numpang masing-masing dari ­Padang, Singapura, Sura­ baya, dan ­Denpasar dalam kurun waktu antara pukul

Bandara Husen Sastranegara tampak dari depan.

4

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 51 n Maret 2014

8.30 dan 9.30. ­Airasia dari Kuala Lumpur adalah pesawat ­dengan rute internasional pertama yang mendarat pukul 8.05. Penumpang yang baru saja mendarat mulai keluar dari ­Terminal Kedatangan. Suasana pe­numpang domestik, percakap­ an dalam bahasa Melayu khas Semenanjung Malaysia, beberapa orang Kaukasian mengenakan kemeja dan celana lapangan, be­ berapa wajah India dan Timur ­Tengah bercampur aduk masingmasing menunggu para penjemputnya. Para koki dan pelayan di deretan restoran dan kafe cepat saji tampak sibuk luar biasa. Mereka sebenarnya berlokasi ber­ seberangan dengan terminal penumpang. Situasinya sama saja dengan keramaian dalam terminal penumpang. Taksi yang di­ operasikan oleh Koperasi AU berjejer rapi di halaman parkir yang tidak terlalu luas di sebelah kiri dari Terminal Kedatangan. Di sini pun tidak kalah sibuknya, bagusnya, tampak rapih teratur ­urutan taksi yang berangkat demikian pula para penumpang teratur memesan dari konter taksi tadi sejak mereka sudah berada di Terminal Kedatangan.

Singapura meningkat pesat

Wisatawan dari Singapura datang ke ­Bandung semakin b­ ertambah banyak. Tahun 2012 jumlah mereka mendarat di ­Husein Sastranegara Bandung 26.016 orang menjadi 38.221 di tahun 2013. Peningkatannya 47%. Ini tentu berkaitan ­dengan ­penambahan frekuensi dan bertambahnya ­operator ­penerbangan yang melayani rute Bandung—Singapura. Saat ini frekuensinya 3 atau 4 kali sehari, sama dengan frekuensi pe­nerbangan yang melayani rute Bandung—Kuala Lumpur dan Johor Bahru, ­Malaysia. General Manager Jack Tour berbasis di ­Bandung, Jack ­Febrian, mengaku perusahaannya mene­rima permintaan dan jadwal kunjungan cukup tinggi dari Singapura selama Januari–Februari 2014 terutama dari grup-grup besar. Perminta­an dari Singapura meningkat cukup tajam sejak Silkair terbang ke Bandung bulan Oktober 2011.


SDM Indonesia,

M

Bersiaplah

enteri Parekraf Mari Elka Pangestu mem­ beri perhatian dan mengingatkan secara khusus perihal Sumber Daya Manusia (SDM) di negeri kita. Pariwisata yang terus berkembang untuk meningkatkan kualitas dan kuan­ titas yang berdaya saing memerlukan peran yang sangat penting dari sumber daya manusia, bagi keberlangsungan pariwisata itu sendiri. Menteri meng­ ulangnya kembali pada forum Indonesia ­Tourism Outlook and Challenges 2014, pada Kamis, 6 Februari 2014 di Jakarta. ­Menteri memimpin pertemuan itu, di­ dam­pingi para Pejabat Eselon I dan di­ hadiri pemangku kepentingan pariwisata Mari Elka Pangestu, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. dan ekonomi kreatif. Aspek pendidikan dan sertifikasi kompetensi kap Mari Pangestu. Pada 2013, penyerapan tenaga kerja untuk bagi SDM di lingkup pariwisata erat kaitannya dalam menghadapi ASEAN Economic Commu- sektor pariwisata adalah 10,18 juta orang atau nity (AEC) 2015. Menurut Menteri, sampai 2013 9% dari total tenaga kerja nasional atau ­dengan di Indonesia telah bersertifikasi 58.627 tenaga kata lain 1 dari setiap 11 orang yang bekerja. kerja di 32 bidang profesi sektor pariwisata, dan Bidangya pastilah di sektor pariwisata. Jadi, “Untuk tahun 2014 kita targetkan 20.000 lagi ujar Menteri, ini sektor sangat penting dari segi SDM pariwisata yang memenuhi sertifikasi ,“ ujar ekonomi dan penyerapan tenaga kerja, di mana Menteri. Jadi, di sektor tenaga kerja pun dunia kita memiliki penduduk yang besar, punya po­ tensi yang besar pula. pariwisata bersaing di tengah dunia. Di antara yang hadir, Johny Sugiarto, CEO “Ketika ASEAN Economic Community berlaku, kita akan mampu mengirim tenaga kerja” ung­ El John menambah masukan dan pengamatan

Meskipun tingkat pertumbuhan wisman dari Singapura tam­ pak lebih tinggi, katakanlah perkembangannya lebih agresif dibandingkan dengan Malaysia, namun secara keseluruhan ­jumlah absolut wisman dari Malaysia ke Bandung tetap yang paling banyak. “Tapi, bagi agen-agen operator tur di ­Bandung, bisnisnya sudah mulai menggejala stuck alias mandek atau stagnan. ­Destinasi Bandung bukan lagi single destination bagi wisman dari Malaysia. Kota ini mesti dipasangkan dengan ­Jakarta, atau Bali, atau Yogyakarta. Betul, wisman dari Malaysia jumlahnya nomor satu terbanyak. Namun sebagian sudah merupakan kedatang­an yang kedua kali, atau bahkan ketiga kali dan seterusnya, nah, ­mereka ­cenderung tidak lagi menggunakan jasa operator tur di ­Bandung. Tapi ya pasar wisatawan Malaysia masih cukup besar. Kalau pun kita lihat pasar dari ­Singapura bertambah itu karena ber­ tambahnya airlines yang masuk,” Reza Novaldy, Direktur Tama Tours and Travel mengamati dari p­ engalaman bisnisnya.

pada forum tersebut. Masalah SDM dari pengalaman bisnisnya, cukup pelik, kata dia. Saat ini banyak SDM dari luar ­negeri bekerja di Indonesia. Kalau ­ditanya, ­mereka di luar negeri itu levelnya mung­ kin supervisor. Datang ke sini menjadi manajer. Tahun depan, pekerja luar negeri mudah masuk ke Indonesia. Saya kuatir, kata Johny Sugiarto, kualitas SDM kita tidak cukup mampu bersaing. Kita masih kekurangan. (Syukurlah) tahun 2014 akan ada lagi 20 ribu orang yang akan disertifikasi. Diakuinya bahwa kekurangan SDM membuat perusahaan saling membajak, utamanya level manajer. Ini saya pikir memang perlu ditangani secara serius, sehingga kita dapat memberikan kontri­ busi bahwa pekerjaan tersebut dapat diberikan kepada masyarakat Indonesia. Jangan sampai nanti manajernya diisi oleh tenaga asing, itulah masukan dari praktisi. Ada juga pengamatan dari Aryo Kondo, Vice President Research Development Accor yang bergerak di bidang perhotelan, mengakui SDM menjadi salah satu masalah. Saat para investor ingin menanamkan dananya salah satu yang mereka concern adalah SDM nya, kata dia. Ahli pendidikan dan akademisi Rektor Universitas Pelita Harapan, Jonathan Parapak

Pola masuknya wisman dari Singapura dan Malaysia mirip. Mereka bukan hanya datang langsung dari Singapura, Kuala Lumpur dan Johor Bahru, tapi juga diperkirakan 20% datang melalui Jakarta. Atau, bisa jadi mereka datang melalui pintu di Bali, Yogyakarta, dan Surabaya. Totok Sugiharto adalah Wakil Ketua I Himpunan ­Pramuwisata Indonesia (HPI) DPD Jawa Barat. Dia coba menghimpun penga­ laman para pramuwisata Kota Bandung. Dari 105 anggota HPI Jabar yang aktif di Kota Bandung, ratarata setiap bulan November dan Desember, bahkan sampai ­dengan Februari lalu, sekitar 55% dari anggotanya menangani tamu dari Malaysia dan Singapura. Masing-masing dalam satu bulan rata-rata menangani grup dari Malaysia dan Singapura di mana tiap grup berjumlah mulai dari 8 pax, 16 pax, dan pernah terbesar sampai 200 pax. Frekuensi ­guiding ­paling tinggi terjadi di bulan November dan Desember, kemudian di bulan Januari hingga Februari frekuensinya menurun sekitar setengah dari musim puncak. Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 51 n Maret 2014

5


juga diundang memberikan perspektifnya. Satu hal perlu digaris bawahi, menurutnya, pari­ wisata adalah satu industri yang menyediakan ­lapangan kerja dari orang kampung sampai ke­ pada ­profesor, ini khas sekali artinya menyentuh keseluruhan masyarakat. Satu lagi perlu digaris bawahi, katanya lebih lanjut, ke depan menunjang apa yang Ibu Men­ teri tadi sampaikan, bahwa kita membutuhkan lebih banyak tenaga yang profesional mengenai pariwisata. Artinya, kalau kini sudah bekerja 11 juta orang di pariwisata, lalu 10% saja dari itu diperlukan setiap tahun, maka 1 juta lebih yang diperlukan oleh program-program pada studi pariwisata. Menteri Parekraf kemudian menyambut, ­bahwa kalau bisa daerah-daerah menjadi ­sejahtera karena pariwisata, mereka tentu akan

happy. Maka Pemerintah Daerah perannya ­menyangkut semua, bukan hanya koordinasi dengan pusat. Untuk daerah memahami pen­ tingnya pariwisata dan bagaimana itu bisa mengembangkan ­dae­rahnya dan mensejahtera­ kan masyarakat setempat. Oleh karena itu hendaknya mereka memperhatikan bagaimana pariwisata itu berkelanjut­an, tidak merusak lingkungan, budaya dan ­tatanan sosial setempat dan dampak ekonominya yang langsung kepada masyarakat setempat. Di ujung pembahasan dalam forum itu, Men­ teri Mari Elka Pangestu mengingatkan, bahwa kita memiliki semuanya dari alam budaya sampai SDM, tapi bagaimana bisa mencapai... kita Wonderful Indonesia. Kita perlu SDM yang profesional dan kompeten maka itu justru kita harus menambah

Pintu masuk keberangkatan di bandara Bandung.

Ruangan check-in penumpang.

6

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 51 n Maret 2014

sekolah yang mengajarkan ilmu pariwisata yang mandiri. Itu adalah ilmu tersendiri. Dan kita menuju untuk jadi destinasi wisata yang berkelanjutan. Kita bersaing dengan real sector sebetulnya, ujar Menteri. Kita pun mengambil tenaga dari bidang luar pariwisata. Menteri menambahkan, di samping standa­ risasi dan sertifikasi terhadap SDM, sebenarnya juga perlu standarisasi usahanya. Ada 54 standar usaha di industri pariwisata. Sampai tahun ini 21 telah selesai, maka sedang dalam penyelesaian seluruh 54 tersebut, diharapkan dapat selesai tahun ini. Kita harus melakukan serifikasi (SDM dan perusahaan) karena kita dikejar oleh ASEAN Econonic Community akhir tahun depan. Menteri mengharapkan, “Kita kerja keras untuk mencapai itu.” n

Bila sedang peak season khususnya di bulan November– Desember, overland guide yang ­biasanya menangani tamu-tamu dari Eropa pun diminta bantuannya. Alasan utama wisman dari Singapura dan Malaysia pergi ke Bandung adalah Bandung is ­shopping paradise. Apabila datang ke Bandung pada Senin hingga Kamis, mereka akan senang kar­ ena relatif tidak terlalu bermasalah dengan kemacetan lalu lintas di dalam kota. ­Situasinya akan berbeda bila kedatangan mereka di akhir minggu dan berbaur dengan wisatawan ­domestik. Alasan berikutnya adalah Bandung is very simple dibanding­ kan dengan destinasi Jakarta, Yogya, bahkan Bali sekalipun. Di Kota Bandung, pergi dari satu tempat belanja ke tempat belanja lainnya relatif mudah dilakukan lantaran letak satu lokasi ke yang lainnya berdekatan sehingga bisa mengunjungi banyak tempat dalam satu kali perjalanan dalam kota. Terutama bagi wisman dari etnis Chinese Singapura, mereka juga berminat dengan bu­ daya masyarakat Bandung yang menurutnya lebih friendly dan dekat ­dengan kehidupan sehari-hari, berkunjung ke tempat per­ tunjukan seperti Saung Angklung Udjo pun mereka suka. Ada tiga kategori wisman Malaysia dilihat dari etnisnya, yaitu Melayu, Chinese, dan India. Persentase jenis wisata yang disukai diestimasi sebagai berikut: etnis Melayu 90% berwisata ­belanja dan 10% saja leisure-nya. Sebaliknya, bagi etnis Chinese dan India 90% adalah leisure dan 10% untuk wisata belanja. Di tempat shopping, bisa diamati etnis Melayu hampir semua menyukai berbelanja di Pasar Baru. Bagi etnis Chinese dan India, berbelanja di FO lebih mereka sukai dengan pertimbangan akan kualitas barang yang hendak dibeli. Kuantitas belanjanya mungkin tidak banyak tapi barangbarang yang dibeli berkualitas lebih baik. Dari kelas menengah atas, mereka juga suka main golf di Bandung. Tamu segmen ini cenderung memilih tempat menginap di hotel bintang 4. Tetapi akhir-akhir ini, semenjak Bandung dibanjiri wisatawan dari Malaysia, banyak sekali hotel-hotel budget dibangun. Yang tadinya saat akhir pekan susah sekali mendapatkan kamar di


Utama

Kita di Vatikan

R

abu 12 Februari 2014, di Vatikan, Wamen Parekraf Sapta Nirwandar melakukan audiensi de­ngan Paus ­Franciscus. Wamen menyampaikan per­ kembangan kerja sama antara Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dengan Museum Etnhology Vatikan yang telah dimulai sejak 2011. Paus Fransiskus me­ nyambut gembira dan menyatakan senang atas pelaksanaan kerja sama tersebut. Esoknya 13 Februari 2014, dilaksanakan pembukaan ‘ruang pamer sementara’ Indonesia. Itu untuk menandai selesainya pengerjaan ruang pamer sementara tersebut dan sebagai un­ gkapan terima kasih kepada pemerintah Indonesia yang sudah berkontribusi dalam pembiayaan merestorasi koleksi museum dan ruang pamer. Di Museum Ethnology Vatikan, dibuatkan ruang pamer sementara seluas 400 m2 untuk memamerkan benda-benda

h­ otel-hotel berbintang, sekarang situasinya malah terbalik, me­ reka tidak sungkan menurunkan harga di akhir pekan. Sedang­ kan di hotel budget, umumnya harga kamar relatif stabil namun sudah ada kecenderungan mulai membedakan harga antara weekend dan weekdays. Bandung sebenarnya nyaris tidak punya obyek daya tarik wisata yang ‘istimewa’, menurut kacamata para guide. Kreatifitas warga yang ternyata sungguh menciptakan obyek-obyek wisata, ­terutama wisata shopping dan kuliner, menjadikannya sebagai destinasi yang menarik bagi ‘pendatang’.

koleksi Indonesia, ­gambar-gambar yang mencitrakan tema kehidupan antarumat ­beragama yang harmonis, ekologi dan budaya gunung, ekologi dan budaya bahari, dan tradisi budaya dari suku-suku bangsa di Indonesia. Pameran sementara itu sendiri bertema sentral Indonesia the Land of Harmony. Agar lebih menciptakan Indonesia ambiance di ruang pamer sementara tersebut, dilengkapi juga tampilan layar DVD tentang pariwisata Indonesia, sticker bermotif batik untuk menutup cahaya luar yang mengarah ke layar DVD serta musik tradisional Indonesia, penjor dan payung Bali yang di­ pasang pada pintu masuk. Pejabat tinggi Vatican setingkat menteri, yaitu, Cardinal

Audiensi Wamen Sapta Nirwandar dengan Paus Fransiskus di Vatikan, 12 Februari 2014.

dan Perancis. Mereka ini umumnya datang dari pasar leisure high end atau kalangan business. Orang-orang Eropa yang datang ke Bandung ataupun ke ­Jakarta, umumnya tidak murni berwisata libur namun lebih ­banyak untuk berbisnis. Ada juga sebagian yang datang berlibur meng­ikuti European season yang dimulai dari bulan Juni hingga akhir Desember, atau

Overland Tour bagi wisman Eropa

Wisatawan dari Eropa terutama Belanda ­tampak berjalanjalan menikmati tur di kota Bandung, walaupun ‘kuantitasnya semakin ber­kurang’, menurut para operator tur ­Bandung. Terasa bagi operator tur khususnya di Kota ­Bandung dan Provinsi Jawa Barat, daya beli pasar Eropa tidak lagi sehebat pasar Asia. Kecuali yang mengikuti tur dalam grup series besar, wisman Eropa yang datang umumnya tidak tinggal di hotel bintang 5, mereka pun sekarang bisa tinggal di hotel-hotel kecil atau bahkan di losmen. Faktor ‘kelebihan’ dari mereka yang masih bisa diandalkan adalah jarak perjalanan yang ditempuh dan lama waktu ting­ galnya yang lebih panjang. Grup-grup series dengan daya beli yang masih bagus, artinya jumlah pengeluaran ­mereka selama tur di Indonesia cukup tinggi, berasal dari pasar Jerman, Swiss

Suasana Cihampelas di sekitar Mal Cihampelas Walk atau Ciwalk.

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 51 n Maret 2014

7


Utama Giuseppe Bertello (President of the Governorate of Vatican City State), Duta Besar RI untuk Vatican, ­Budiarman Bahar, Duta Besar RI di Roma, Agus Parengkuan, dan Direktur ­Museum Etnhology Vatican dengan 350 ­undangan terdiri dari para Duta Besar, korps diplomatik untuk Takhta Suci Vatican dan para kongregasi Katolik, menghadiri acara peresmian tersebut. Sore dan malam itu Indonesia menampilkan kesenian yang bernafaskan Hindu dari ­Sumatera Selatan, yaitu Gending Sriwijaya dan Shiwa ­Kandela. Tari ini dipilih untuk memberikan pesan bahwa budaya agama Hindu masih tetap ber­ dampingan dengan keragaman agama di Indo­ nesia sampai dengan saat ini. Ruang pamer sementara sejak itu terbuka untuk umum sampai ­dengan September 2014. Direncanakan saat itu selesai penataan ruang pa­ mer permanen lalu diresmikan pembukaannya. Museum Etnhology Vatikan setiap tahun dikun­ jungi oleh 5,5 juta pengunjung, maka masyarakat setempat dan dari mancanegara dapat melihat benda-benda koleksi Indonesia, budaya dan des­ tinasi pariwisatanya. Jadi, Indonesia kini telah punya ruang ­promosi tetap di Museum ­Etnhology Vatican, ini satu ­terobosan untuk meningkatkan citra pariwisata dan ekonomi kreatif Indonesia langsung pada sekitar 5,5 juta orang dari berbagai penjuru ­dunia. Indonesia, memang, negara ASEAN pertama dan satu-satunya yang memperoleh ­kesempatan un­ tuk berpromosi di Museum Etnhology Vatican. n

Tarian Pembuka Gending Sriwijaya.

Penyerahan Sirih oleh penari sebagai tanda Selamat Datang.

setelah musim dingin dan masuk ke musim panas di Eropa. Mengenai destinasi Bandung di pasar wisman Eropa, menu­ rut pengalaman Reza Novaldy, ”Bandung ini salah satu desti­ nasi yang dijual di ITB Berlin tahun lalu, Bandung dijual untuk overland market, yakni wisman akan masuk melalui Jakarta, tur jalan darat di Pulau Jawa dan keluar meninggalkan Indonesia dari Bali. ­Bandung mendapat porsi 1 hingga 2 malam saja. Di ITB Berlin 2012, Indonesia dipasarkan oleh para tour operator besar di Eropa seperti Kuoni dan El Tour yang mempunyai grup-grup besar ­terutama dari pasar Belanda yang mana Bandung menjadi produk wisata nostalgia.” Dimaklumi bahwa sekitar 2,2 juta warga di Belanda mem­ punyai keterikatan sejarah dan hubungan emosional dengan Indonesia. Di ­Bandung, terdaftar 26 orang pramuwisata yang menguasai bahasa Belanda. Tapi ya bagi wisatawan dari Belanda pun Bandung ­dikunjungi juga sebagai salah satu tempat transit. Tujuan utama wisman tetap ke Bali atau Jogja.

8

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 51 n Maret 2014

Travel and Trade Tourist (T3)

Secara nasional, kedatangan wisman berke­bangsaan Cina sudah mencapai 747.921 orang di tahun 2013, dan menem­ pati peringkat ke-4 sampai dengan akhir tahun 2013, dalam hal jumlah wisman terbanyak ke Indonesia. Tapi yang tercatat ber­ wisata ke Bandung belum mencapai seribu orang, kendati sudah masuk dalam 10 ­besar. Seperti apakah wisman Cina yang datang ke kota ini? “Yang pernah saya handle, karakter FIT-nya tidak murni ­datang untuk tur. Di antara mereka sekalian mencari pe­ luang ­bisnis,” itu menurut pengalaman Joseph Sugeng Irianto, ­Direktur Rex Tours. Sewaktu dia mengikuti lawatan promosi ke Beijing bersama dengan Badan Promosi Pariwisata Kota Bandung, ada beberapa calon wisatawan yang setelah menanyakan rute-rute tur, misal­ nya rute Bandung—Jogja—Bali, dia minta diperkenalkan den­ gan para pengusaha yang kiranya berminat dengan produknya di masing-masing kota yang dikunjungi. Berbeda dengan


Salah satu sudut jalan di kawasan Dago yang tertata cukup rapi. Banyak wisatawan lokal dan mancanegara yang menyempatkan mengunjungi kawasan ini saat melintasi Bandung. Dago juga dijadikan tujuan utama wisatawan di Bandung.

wisatawan asal Taiwan, mereka datang ke sini memang untuk berlibur. Menurut dia, gejala serupa itu terdengar juga terjadi di Batam, Tanjung Pinang, dan Tanjung Uban. Para pekerja warga negara Cina di Singapura dan Malaysia suka berwisata ke pulau-pulau tersebut, yang memang telah tumbuh menjadi destinasi pariwisata internasional. Di antara ­mereka ada yang menggabungkan perjalanan wisata berlibur sekaligus untuk keperluan transit dan memenuhi urusan keimi­ grasian mereka. Tapi demikianlah hakekat bisnis pariwisata kini, saling men­ dorong dan saling mengisi antarkawasan berdekatan telah menunjang dan menumbuhkan pariwisata di dunia. Bersamaan itu pertumbuhan ekonomi di Cina yang sangat mengesankan melahirkan banyak ‘orang kaya baru’. Salah satu cara membelanjakan uangnya adalah dengan pergi berwisata. Mereka mengenal nama ‘Bandung’ dari sejarah Perdana Menteri China Chou En Lai, yang memimpin ­delegasi Cina menghadiri Konferensi Asia Afrika 1955 di ‘kota kembang Bandung’. Tadinya, me­reka tidak paham betul letak kota yang namanya Bandung itu ada di mana. Itu bisa terjadi karena sebelumnya kurangnya promosi me­ ngenai Bandung dan tidak ada brosur pariwisata Indonesia da­ lam bahasa Cina. Maka agar bisa membuka pasar Cina mau tidak mau mesti dilakukan dalam bahasa yang ­mereka ­pahami, itulah yang dipahami oleh Joseph ­Sugeng Irianto. Dalam kaitan itu sebenarnya VITO (Visit Indonesia Tourism Officer) di Beijing dan Guangzhou, telah memainkan peran yang amat membantu bagi pelbagai destinasi di Indonesia. Informasiinformasi berbahasa Mandarin mereka layani. Bahkan sekarang Indonesia telah membuka ­website khusus berbahasa Mandarin, dan ini di­percaya akan semakin meningkatkan dan memperluas penetrasi pasar wisatawan di negeri China. Yang menjadi kebutuhan mendesak ­dewasa ini, dari penutur­ an agen operator tur ini, di ­Bandung baru tersedia dua orang pra­

muwisata yang menguasai bahasa Cina. Para operator tur yang menangani wisman Malaysia dan ­Singapura yang meminta guide berbahasa Mandarin pun seringkali kesulitan mendapatkannya. Totok Sugiharto membenarkan hal itu. “Kami sedang beru­ saha menjaring guide berbahasa Mandarin. Rencananya tahun ini, kita akan siapkan 20 orang lagi guide. Sementara ini memang baru 2 orang itu saja. Pemandu yang tersedia di Kota Bandung ada 8 orang berbahasa ­Jerman, yang menguasai bahasa Belanda 26 orang, dan selebihnya berbahasa Inggris.” Wisman Cina yang bertujuan ke Bandung mengesankan se­ bagian besar menginginkan harga-harga paket wisata yang relatif murah. Beberapa travel agent yang mengikuti pameran di CITM mengemukakan bahwa nyaris tidak ada yang mau mem­ beli paket seharga $100–200. Karena paket yang dijual semurah

Perdana Menteri China Chou En Lai (kiri) dan Presiden Soekarno (kanan), pada 1965. Dalam sejarah, China mengenal nama ‘Bandung’ dari Chou En Lai, ketika memimpin ­delegasi Cina saat menghadiri Konferensi Asia Afrika 1955 di ‘kota kembang’ teresebut.

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 51 n Maret 2014

9


MICE

Melangkah Tiada Henti

D

i dalam negeri, upaya menggalak­ kan bisnis MICE, meeting, incentives, convention and exhibition, tiada henti dilancarkan, sementara ke luar negeri kegiatan promosi diluaskan secara geografis, diperluas menurut segmen dan minat khusus wisata internasional. Dirjen Pemasaran Pariwisata, Esthy Reko Astuty, memimpin jajaran Kemenparekraf pada Indonesia Corporate Meeting and Incentive ­Travel Mart, dilaksanakan di Semarang, tanggal 1– 4 Mei 2013.

Hari Pariwisata Dunia tanggal 27 September dikaitkan pada Festival Teluk Ambon 2013. Dirjen Pemasaran Pariwisata Kemparekraf, Esthy Reko Astuty meresmikan festival itu, berlangsung 10–15 September 22013, ini yang ke-8 kali konsisten dilaksanakan setiap tahun.

Utama

mungkin maka pengusaha operator tur sebagai handling agent akan berharap adanya tambahan penghasilan dari pengeluaran wisatawan yang dibelanjakan turis saat tur di destinasi. Menurut mereka, sangat dibutuhkan ­kreatifitas dan keje­ lian membuat gimmick dalam menciptakan paket-paket tur yang ditawarkan. Dalam menciptakan produk untuk pasar Cina dibutuhkan kerja sama antara para pemasok ­seperti usaha transportasi, pusat perbelanjaan, restoran, obyek wisata dan lain sebagainya. ­Misalnya, diatur semacam sub­ sidi silang antarpemasok, dengan itu tentulah harga paket yang ditawarkan bisa relatif kian murah dan para wisman mau membeli dan datang ke destinasi. Tapi langkah tersebut dinyatakan bukanlah tanpa risiko. Itu juga membuka peluang sangat lebar bagi terjadinya praktik-praktik tidak menyenangkan dan berisiko menim­ bulkan keluhan-keluhan dan tuntutan balik dari wisatawan. Pemerintah Cina pun memberikan perhatian dan memantau situasi itu dalam rangka kebijakan perlindungan terhadap wisatawannya yang bepergian ke luar negeri.

Jumlah Penumpang Maskapai Penerbangan Terjadwal, Bandara Intl Husein Sastranegara Bandung per Januari 2014

Sumber: PT Angkasa Pura 2, Bandara Intl Husein Sastranegara, Bandung

10

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 51 n Maret 2014

Timur Tengah, Australia dan lainnya

Negara asal para wisman yang datang ke Bandung sung­ guh kian bervariasi. Salah satu travel agent di Bandung menangani ‘lumayan’ banyak tamu dari Timur Tengah sejak tahun 2011. Mereka datang ke Bandung dari Bali, tinggal di kota parahyangan ini selama 3 hari 2 malam dan menginap di akomodasi bintang 4. Mereka umumnya bepergian dalam kelompok kecil FIT, honeymooners atau rombongan keluarga yang sedang meng­ habiskan waktu liburan. ­Kebanyakan datang dari Dubai, ada juga dari beberapa negara Timur Tengah lainnya, dan di sini membeli paket Free & Easy. Agen lainnya yang menangani tamu dari ­Australia ber­ cerita, wisman Australia berkulit putih memang tampak sedikit yang datang ke Bandung, tetapi warga negara ­Australia keturunan Asia seperti India dan Pakistan rupanya tertarik datang untuk berbelanja. Setelah berlibur di Bali atau tiba di Jakarta, mereka akan tinggal di Bandung selama 3 hari 2 malam. Agen melihat ini sebagai hasil pemasaran dan penjualan ­program-program tur semacam Garuda ­Holidays dan Qantas Holidays. Ada lagi pengalaman menarik dari sebuah agen per­ jalanan besar yang mempunyai cabang di Bandung. Kantor cabangnya di Bali rutin melakukan sales mission termasuk antara lain ikut serta ke ITB Berlin, NATAS, MATTA dan lainlain. ­Umumnya, tamu akan terbang langsung menuju Bali terlebih dahulu. Namun dua tahun terakhir, agen ini mulai mengembang­ kan pemasaran dengan ‘menarik’ wisman asal Timur Tengah yang tengah berwisata di Kuala Lumpur, Malaysia. Caranya, ketika wisman dari Timur Tengah itu menikmati liburan di


Ajang ini memang memperlihatkan antu­ siasme bisnis. Sebanyak 114 sellers dan 96 ­buyers aktif di situ. Pada hari pertama 1 Mei 2013 ­Dinas Pariwisata Provinsi Jawa Tengah menjamu ­Welcome Dinner. Tentu dibuka dengan tarian ­tradisional khas Jawa Tengah. Pada kesempatan itulah Dirjen Pemasaran Pariwisata menyatakan harapan agar kegiatan ICMITM berdampak positif terhadap kepariwi­ sataan daerah yang menjadi destinasi maupun dampaknya secara nasional. Acara table top pada tanggal 2 Mei 2013 di­ mulai pukul 08.00, di mana 96 buyers dan 114 sellers dari 99 perusahaan dengan sistem round robin. Hari pertama tanggal 2 Mei para buyers yang menghampiri meja-meja sellers (buyers meet sellers), ­sedangkan keesokan harinya ­giliran para sellers yang menghampiri meja buyers

(­sellers meet buyers). Rangkaian acara pada 2 Mei 2013 diakhiri dengan Gala Dinner yang dilaksanakan di Balai Kota Semarang sekaligus perayaan HUT Kota ­Semarang yang ke-466. Pada 3 Mei 2013 kembali dilaksanakan table top selama setengah hari yang ­dilanjutkan ­jamuan makan siang oleh Dinas Pariwisata Provinsi Sumatera Barat. Mengapa Sumatra Barat? Provinsi ini akan menjadi tuan rumah ­ICMITM tahun 2014. Ajang ini tetap punya ukuran hasil. Perkiraan jumlah transaksi yang dicapai pada penyeleng­ garaan ICMITM kali ini yaitu Rp 3.889.550.000 (tiga miliar delapan ratus delapan puluh sembi­ lan juta lima ratus lima puluh ribu rupiah). Selanjutnya, Semarang City Tour dilaksanakan setelah makan siang. Obyek daya tarik wisata

yang dikunjungi yaitu Lawang Sewu, Sam Poo Kong, Kampung ­Semarang serta Kota Lama. ­Acara City Tour diakhiri dengan menonton ­Semarang Night Carnival yang dilanjutkan dengan pesta rakyat di Simpang Lima. Waktu yang tersedia masih diproduktifkan lagi. Rangkaian kegiatan ICMITM ­ditutup dengan Post Tour ke Museum Kereta Api Ambarawa dan Taman Jamu Nyonya Meneer. Di Museum Kereta Api Ambarawa, para ­peserta dijelaskan tentang jenis-jenis Kereta Api yang ada di Indonesia, sedangkan di Taman Jamu Nyonya Meneer, ­delegasi dijelaskan mengenai berbagai tanaman yang bermanfaat bagi kesehatan. Jadi, meluaskan terus pemahaman ­seraya mempromosikan MICE, ditempuh ­dengan ­beberapa kombinasi pendukung acara dan ­agenda programnya sendiri. n

Malaysia selama 5D4N (5 days 4 night), mereka diarahkan untuk menjajal paket JPB (Jakarta—Puncak—Bandung). Suatu ketika agen tersebut kebetulan mena­ngani tamu dari Asia Selatan, Srilangka. Wah, makanan bercita rasa India seperti kari masih cukup sulit ditemukan di Bandung. Untunglah masa­ kan Padang ternyata bisa mengatasi p­ ersoalan.

Nyaman = Daya Tarik

Selanjutnya, yang sangat perlu dipikirkan sekarang ada­ lah bagaimana menjaga agar orang dari daerah lain dan dari ­mancanegara akan tetap tertarik datang ke Bandung. Kesan­kesan pertama yang diperoleh wisatawan, adalah hal paling utama yang menentukan ketika mendatangi suatu tempat. Indo­ nesia sesungguhnya juga sudah punya ‘jurus’, yakni membangun dan menciptakan ‘sapta pesona’ bagi para wisatawan. Dan, des­ tinasi dinyatakan semakin berhasil dalam hal memuaskan turis jika pengunjung mau datang dua kali atau menjadi repeaters. Di lapangan, para pemandu wisata mengaku bekerja keras agar menciptakan dan menjaga kenyamanan wisatawan dari mancanegara ­maupun domestik. Namun ada masalah. Pengamen dan penjual asongan belakangan ini menyasar bisbis pariwisata terutama yang diparkir di sekitar Pasar Baru. HPI Jabar sepakat mensosialisasikan Perda Kota Bandung kepada wisatawan me­ngenai denda yang akan dikenakan kepada yang berbelanja di kawasan terlarang dan yang memberikan uang ke­ pada pengamen dan pengemis. Usut punya usut, di dalam satu bis pariwisata yang dinaiki oleh pengamen, dia bisa mendapatkan penghasilan mulai dari Rp 50 ribu sampai Rp 200 ribu dibandingkan dengan penda­patannya dari mengamen di bis-bis umum yang hanya Rp 10 ribu. Meski­ pun perda sudah mulai disosialisasikan dan membatasi jumlah

uang yang diberikan (maksimal Rp 1.000), kadangkala ada pengamen yang menyanyi dengan bagus dan membuat tamu merasa senang bahkan ikut menyanyi juga. Ini menjadi sisi lain dari cerita-cerita pengalaman turis. Apalagi yang bisa dipetik dari cerita ‘success story’ Bandung? Selain infrastruktur yang harus ditingkatkan dan selalu ­ditambah, baik dipertimbangkan keberadaan polisi pariwisata di kawasan-kawasan obyek wisata utama, di Pasar Baru misalnya, itu dibutuhkan. Polisi pariwisata bukan hanya diperlukan saat akhir pekan saja tapi selama tujuh hari dalam seminggu. Kemudian, terus meningkatkan kesadaran mulai dari ­pemerintah di level lapangan lokasi obyek daya tarik wisata, polisi, stakeholder dari operator tur, pemandu, pemilik usaha FO, sopir, pelayan di toko, restoran dan ­seterusnya, terhadap ke­ pentingan yang sama yakni menciptakan iklim pariwisata yang ­nyaman. n Lihat juga halaman 24 dan 31

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 51 n Maret 2014

11


Meluaskan Penetrasi ke Eropa Timur hingga Promosi Luar Negeri

Menteri Parekraf bersama undangan komunitas Tiongkok.

P

romosi luar negeri Indonesia telah membuka ‘penetrasi’ pasar ke hampir semua jurusan pasar yang potensial masa kini dan yang prospektif untuk masa-masa yang akan datang, meluas

Angklung Interaktif pada acara Indonesian Week.

12

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 51 n Maret 2014

secara geografis dan mendalam secara segmentasi, dari high end segmen ke lapisan-lapisan budget travelers. Para pelaku bisnis wisata baik dengan konsisten pula menelusuri, lalu mengikutinya. Bukan hanya perusahaan yang sudah ‘jadi’, tetapi justru terutama para ‘pemain baru’, bahkan pemula di bidang inbound tourism. Begitulah ketika tahun lalu dilaksanakan Indonesian Week 2013 di pasar China. Itu diadakan keenam kalinya sejak ­penyelenggaraan pertama tahun 2008. Bekerja sama dengan Komunitas Indonesia-Tionghoa (INTI), penyelenggaraannya terbesar dengan diikutsertakan pameran UKM dan kuliner. Kegiatan ini merupakan inisiatif dari Perhimpunan ­Indonesia-Tionghoa (INTI), bekerja sama dengan Pemerintah Fuqing dan Kemenparekraf RI. Adapun pemilihan kota Fuqing untuk ­Indonesian Week, mengingat banyaknya orang Indonesia keturunan ­Tionghoa berasal dari kota Fuqing dan telah sukses menjadi ­pengusaha. Pameran Pariwisata dan UKM Indonesia, seminar Kebu­ dayaan Tionghoa Perantauan “Posisi dan Peran Tionghoa Perantauan dalam Interaksi Budaya Lintas Negara” , pameran kuliner serta Indonesian Cultural Night, dilaksanakan pada 7–10 November 2013. Banyaknya pengunjung dan pembeli pada pameran UKM dan kuliner serta penonton Indonesian


China, Afrika Night, menunjukkan besar­nya perhatian masyarakat RRT ­terhadap budaya dan kuliner Indonesia. Delegasi Indonesia dipimpin langsung oleh Menteri Parekraf, Mari Elka Pangestu, yang ­didampingi oleh ­Sekretaris Direktorat Jenderal Pemasaran Pariwisata, Tim Arumba, dan Konduktor Angklung, serta penari dari warga Guangzhou keturunan Indonesia. Lain lagi dengan masyarakat Hainan. Indonesia ­melakukan bidding tahun 2012. Hasilnya? The 13th World Congress ­Federation of Hainan Association merupakan pertemuan ­tahunan komunitas keturunan Hainan yang bermukim di ­seluruh dunia termasuk di seluruh daerah di Indonesia. ­ Mereka menjatuhkan pilihan melaksanakan kongres di Medan, menghadirkan 2.500 orang wisatawan asing dari 25 negara dan 500 orang dari seluruh daerah di Indonesia pada 26– 27 Oktober 2013.

Ke Afrika Selatan

Di bulan September 2013 kita memasarkan kembali ke ujung selatan benua Afrika, tetapi negeri yang justru dewasa ini tengah ikut menarik gerbong pasar pariwisata di benua itu, ­yakni ­Afrika Selatan. Satu Sales Mission dilaksanakan ke tiga kota, Johannesburg, Pretoria, dan Cape Town selama 2–4 September 2013. Industri pariwisata Indonesia diwakili Bhara Tour, Nusa Dua Beach Hotel & Spa, dan Aston Bali Beach Resort & Spa. Sebelumnya delegasi Indonesia ini juga mengikuti ajang The Getaway Show 2013 yang merupakan pameran multi­ produk terbesar di Johannesburg. Delegasi Indonesia dipimpin langsung oleh Wakil Menteri Parekraf Sapta Nirwandar, ­mengadakan kegiatan business meeting, pela­yanan informasi dan pendistribusian bahanbahan promosi pariwisata. Partisipasi Indonesia dalam The Getaway Show 2013 ­adalah untuk memperkenalkan dan mempromosikan po­ tensi destinasi wisata Indonesia kepada calon wisman dari Afrika Selatan. Wamen Parekraf berharap agar partisipasi ­Indonesia ­dalam penyelenggaraan pameran berikutnya, terutama di tahun 2014, bukan hanya Kemenparekraf saja tetapi juga dari Kementerian Perdagangan, Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, BKPM dan pemerintah daerah.

Dan ke Tunisia

Di sana ada ajang Marche International du Tourisme (MIT) 2013 berlangsung pada 24–27 April 2013. KBRI Tunisia men­ catat selama tahun 2010 adanya 410 permohonan visa, ­tahun 2011 meningkat menjadi 500 visa, dan 617 permo­honan visa pada tahun 2012. Pertanda dasar ada pasar di sana. Kita

Wamen Parekraf memimpin delegasi ke Afrika Selatan.

Table top di Johannesburg.

mengirimkan 2 sellers ke ajang promosi itu. Para peserta yang berpartisipasi dalam MIT ialah para industri pariwisata terkemuka di Tunisia dan negara-negara sekitarnya. Di situ kegiatannya mempromosikan sekaligus menjual produk dan paket wisata Indonesia kepada para ­operator tur/biro perjalanan pariwisata dan masyarakat ­Tunisia. Lebih khusus lagi menyasar liburan panjang musim panas pada bulan Juni sampai dengan September. KBRI Tunisia pun setelah itu berencana meng­adakan ­kegiatan famtrip ke Indonesia untuk 10 orang travel agent/ tour operator dan 2 orang jurnalis asal Tunisia agar lebih ­mengenal potensi pariwisata di Indonesia. Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 51 n Maret 2014

13


Promosi Luar Negeri

Cultural performance Indonesia di Afrika.

14

Ke Eropa Tenggara

Ke Eropa Tenggara, ke Beograd, Yugoslavia, Wamen Parekraf Sapta Nirwandar memimpin delegasi pemasaran pariwisata. Ini satu tero­bosan lagi. Tahun 2014 ini Indonesia akan menjadi partner resmi penyelenggaraan International Fair of Tourism (IFT) di Beograd. Pameran pariwisata terbesar di kawasan negara-negara Balkan. Indonesia tampil dan ‘mempenetrasi’ pasar di Serbia, itu diharapkan menjadi pemicu tumbuhnya kerjasama pari­ wisata dengan negara-negara sekitar. Wamen Parekraf sepakat bahwa kawasan Eropa Teng­ gara merupakan pasar dengan potensi yang besar. Negaranegara di kawasan itu sedang booming dengan tingkat ­pertumbuhan yang lumayan. Dengan negara-negara bekas Yugoslsvia khususnya, Indonesia memiliki hubungan khusus terkait hubungan Presiden Soekarno dengan Presiden ­Yugoslavia, Josip Broz Tito. “Bung Karno sudah berkali-kali ke Yugoslavia di zaman itu, keduanya termasuk pendiri Gerak­an Non blok,” kata Sapta.

Sebagian masyarakat negeri itu niscaya sudah ‘­mendengar’ nama Indonesia, atau Bandung, seperti halnya sejarah ­Konferensi Asia Afrika Bandung yang membuat masyarakat di China mengenal nama Bandung dari sejarah kedua ­negara. Bahkan ke satu negara lainnya, Ukraina, mulai mem­ penetrasi. Kali ini Indonesia memasarkan ke Ukraina. Pada International Travel & Tourism (UITT) yang merupa­ kan bursa pariwisata internasional terbesar di Ukraina, di ibukotanya Kiev pada 27–29 Maret 2013. Itu langkah demi menarik minat calon wisman internasional terutama wis­ man asal Ukraina untuk melakukan perjalanan wisata ke ­Indonesia; meningkatkan pemahaman dunia internasional terhadap kondisi dan perkembangan kebudayaan dan pari­ wisata ­Indonesia; meningkatkan minat buyer internasional terhadap produk-produk wisata Indonesia; dan meningkat­ kan jumlah kunjungan wisman internasional terutama wis­ man asal negara Ukraina dan sekitarnya. (Jika saat ini sedang dilanda suasana ‘perang’ dan gejolak politik, tentu akhirnya kembali normal dan bisnis wisata biasanya cepat kembali bergerak).

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 51 n Maret 2014

Rusia

Ke Eropa Timur apalagi khususnya Rusia, pengembangan pasarnya juga ditempuh dengan mendatangkan famtrip (familiarization trip), ke Medan dan Belitung, 3–14 Oktober 2013. Jadi, agar wisman dari sana tak hanya ke satu destinasi. Tiga operator tur dan tiga orang jurnalis dari Rusia diajak ke Medan, Sumatera Utara dan ­Pulau Belitung. Kedua destinasi tersebut relatif baru bagi salah satu pasar di Eropa Timur ini. Di Pulau Belitung, mereka meninjau dan menikmati ­keindahan dari pantai ke pantai, berenang, berjemur, ber­ santai, dan mengambil foto. Setelah tiba di Medan, peserta famtrip langsung menuju Bukit Lawang untuk melihat orangutan sumatera (pongo abelii) setelah trekking selama 40 menit. Kemudian me­ nikmati kekayaan budaya Batak.

Bagaimana pemain bisnis menalarkan ini? Pebisnis memang pada dasarnya tak memerlukan ‘digurui’. Namun kehebatan komunikasi melalui internet termasuk media sosial, membuka kesempatan pemasaran ke pasar-pasar baru hingga tempat yang jauh sekalipun. Memulainya sebelum ‘ramai, salah satu cara to capature the market. Pariwisata di Afrika belakangan ini bangkit atau ­tengah dibangkitkan. Nelson Mandela juga meninggalkan ­inspirasi bagi masyarakatnya empat bulan setelah mening­ galnya, diluncur­kan Nelson Mandela inspired tourism map of South ­Africa yang bertujuan untuk mendorong wisatawan dari seluruh dunia untuk datang dan ‘menapak tilas’ jejak tokoh bersejarah itu. Menteri Pariwisata Afrika Selatan, Marthinus van Schalkwyk, diberitakan, meluncurkannya di lokasi Lembaga Pemasyarakatan Drakenstein Centre di Cape Town—lokasi penahanan terakhir Mandela sebelum ia berjalan menuju kebebasan pada tanggal 11 Februari 1990. Peta wisata baru dimaksud, yang dikembangkan dalam kemitraan dengan Nelson Mandela Centre of Memory, me­ nyoroti lokasi wisata bersama dengan tempat-tempat umum yang menarik di empat provinsi utama yang ditampilkan dalam kehidupan Mandela Eastern Cape, Gauteng, KwaZulu Natal dan Western Cape. Ini upaya untuk membuatnya ‘semudah mungkin’ bagi wisatawan untuk menapaktilas cerita Mandela pribadi, menurut van ­Schalkwyk. Termasuk juga Robben Island di mana ­Mandela dipenjarakan, rumahnya di Soweto bersama ­dengan atraksi yang kurang dikenal seperti ­Kilptown Open Air Museum, juga di Soweto, tempat masa pemuda Nelson Mandela serta Heritage Centre di Qunu. “Tahun ini kami merayakan 20 tahun demokrasi dan ­kebebasan dan kami menantikan kehadiran banyak wisa­ tawan dari seluruh dunia untuk berbagi cerita dan ­warisan Mandela dengan kami.“ Peta ini tersedia untuk mitra ­dagang. n


Kita dan Dunia

Perhatian pada

Afrika

B

ersamaan itu, perhatian ke benua Afrika kian menarik dengan pan­ dangan mulainya menggejala ­bahwa suatu ketika kelak akan menjadi pusat pariwisata dunia. Pandangan hipotesis ini ber­ dasarkan kekayaan alam flora fauna seni budaya heritage dan berbagai macam tampilan serta peninggalan sejarah di bumi ini yang belum per­ nah terjamah manusia modern, rasanya demikian lengkap sehingga bukan mustahil tak lama lagi bisa jadi mengubah geografis dominasi pola per­ jalanan wisata di dunia. Kedengarannya terlalu dini berprasangka baik demikian, namun sema­ ngat yang tengah hidup di antara negara-negara di Afrika di sektor pariwisata patut diikuti. Hingga kini Eropa dan Amerika dominan di dunia pariwisata, baik sebagai pasar sumber wisatawan maupun sebagai destinasi wisata yang didatangi oleh wisman dari sudut-sudut bumi. Namun pertumbuhan di Asia Pasifik se­ dang tinggi, terutama di sektor outbound, artinya sebagai pasar sumber wisatawan. Yang menjadi unik ialah Afrika memiliki karakter alam, flora fauna, budaya masyarakat yang jauh ‘tertinggal’ dari modernitas, dan itu berpotensi menjadi daya

Kelompok Kerja Menteri-menteri Uni Afrika (UA) .

Wisatawan menikmati suasana padang safana serta ganasnya kehidupan alam Afrika Selatan beserta satwa-satwa liar khas Afrika, salah satunya singa afrika (panthera leo krugeri).

tarik bagi wisatawan dari barat dan dari timur. Lagi pula pengalaman menunjukkan, destinasi wisata bertumbuh ketika pemerintahan dan pelaku bisnis setempat menyadari lalu mening­ katkan pengelolaan dan pemasaran destinasin­ ya. Apalagi investor dari negeri maju lalu melirik dan meng-generate pembangunan, mulai dari akomodasi, transportasi dan pelbagai fasilitas. Indonesia sendiri sebagai negeri kepulauan terluas di bumi ini syukurnya memiliki flora fauna tropis yang juga unik, dalam jumlah, macam jenis, di tengah masyarakat yang terdiri dari ratusan suku bangsa dan berkarakter etnik. Namun dari sudut perkembangan, menghadapi juga persaingan pemasaran dalam merebut hati wisatawan untuk tak mengabaikannya. Kembali melongok gejala dan semangat di Afrika. “Sangat penting bagi kita sebagai orang Afrika untuk lebih menghubungkan negara kita untuk menciptakan peluang bersama,“ Menteri Pariwisata Alain ST Ange dari Republik Seyche­ les menyatakan. Dia menunjukkan bahwa Afrika memiliki potensi wisata yang besar dalam semua aspek sektor seperti keajaiban alam lingkungan, satwa liar dan tanaman eksotis, budaya kuno

dan peninggalan bersejarah. Semua ini belum dimanfaatkan dengan baik dan dipromosikan ke tingkat menghasilkan manfaat yang sepadan dengan negara-negara Afrika. Menteri Pariwisata dan Kebudayaan ­Republik Seychelles itu menyatakan, berharap bahwa kelompok kerja Menteri Uni Afrika (UA) akan menyiapkan strategi jangka panjang yang kuat pada pariwisata di Afrika yang akan memperkuat peran sektor swasta dan memperhitungkan pro­ mosi konektivitas udara antara infrastruktur lain­ nya di benua itu. Sebuah presentasi tentang Agenda Uni Afrika 2063 (untuk periode 2013–2063) dikedepankan selama satu pertemuan Kelompok Kerja Menteri UA tentang Pariwisata. Menurut agenda terse­ but, kelompok kerja Menteri dipanggil untuk mengidentifikasi dan menerapkan intervensi yang diperlukan untuk mengoptimalkan peran pariwisata sebagai mesin dan katalis bagi pem­ bangunan ekonomi dan pertumbuhan di Afrika. Beberapa contoh disebutkan, dalam Agenda UA 2063 itu framework yang disorot seperti: melakukan pemasaran bersama termasuk ke­ masan dan promosi atraksi wisata lintas batas; mempromosikan proyek bersama untuk pemba­ ngunan infrastruktur dan investasi—misalnya, mempromosikan investasi lintas—perbatasan Afrika di hotel, bandara, jalan, pelabuhan, pe­ ningkatan kapasitas bagi orang yang bekerja di industri pariwisata, dan menghapus kendala visa terhadap pariwisata. Kelompok Kerja Menteri-menteri Uni Afrika (UA) ketika bertemu lagi pada 14 Maret 2014 di Seychelles, membicarakan strategi pengembangan sektor pariwisata, dan menyimpulkan pandangan untuk menyusun strategi tentang ­bagaimana membuat sebuah brand Afrika mela­ lui pariwisata sekaligus menarik pengunjung un­ tuk memilih Afrika sebagai tujuan utama. n

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 51 n Maret 2014

15


Kita dan Dunia

B

aik juga melihat di mana posisi kota-kota di Indonesia di antara 100 Top Cities yang diukur oleh Euro Monitor tahun 2011, ukurannya ber­ dasarkan jumlah kedatangan turis. Kendati bukan pemeringkatan

namun bermanfaat sebagai pedoman untuk melakukan peninjauan lebih mendalam. Dua kota di Indonesia, Jakarta dan Denpasar termasuk dalam 100 kota dengan pertumbuhan tinggi di dunia.

Top City Destinations Ranking 2011 Country Hong Kong, China Singapore United Kingdom Malaysia China Thailand Turkey China USA Turkey China France United Arab Emirate China USA Saudi Arabia Thailand Italy USA Spain Taiwan China USA Thailand Hungary Netherlands Russia USA Czech Republic Germany Austria Turkey Vietnam Spain Ukraine Poland Ireland Egypt Turkey China India China Argentina USA Russia South Korea Mexico Japan Canada India

16

City Hong Kong Singapore London Kuala Lumpur Macau Bangkok Antalya Shenzhen New York City Istanbul Guangzhou Paris Dubai Shanghai Miami Mecca Pattaya Rome Las Vegas Barcelona Taipei Beijing Los Angeles Phuket Budapest Amsterdam Moscow Orlando Prague Berlin Vienna Mugla Ho Chi Minh Madrid Kiev Warsaw Dublin Cairo Edirne Zhuhai Chennai Hangzhou Buenos Aires San Francisco St Petersburg Seoul Mexico City Tokyo Toronto Delhi

Arrivals 2011 Growth Rank 2011(000s) (%) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50

21830.2 8.8 19818.1 8.7 15106.1 2.7 13315.4 16.0 12925.2 8.4 12357.4 12.5 12052.4 13.3 10894.6 6.8 10038.0 3.5 9765.2 20.2 8875.5 8.9 8403.5 3.5 7741.0 -0.1 6911.7 -5.8 6461.8 7.1 6412.1 4.7 6002.9 10.5 5966.2 4.5 5387.1 4.2 5366.4 4.0 5256.6 51.3 5152.7 5.1 4918.4 8.1 4893.9 9.5 4376.9 8.5 4201.9 12.8 4170.0 11.5 3825.2 4.1 3759.5 0.0 3711.3 7.5 3690.0 4.8 3592.1 11.9 3533.3 45.1 3431.0 0.8 3371.7 6.6 3351.2 35.0 3250.0 -6.7 3248.9 -35.0 3181.3 9.3 3179.9 -2.2 3174.5 14.0 3148.7 14.2 2967.7 9.2 2924.3 2.9 2900.0 16.0 2857.1 1.7 2847.4 3.7 2748.2 -28.0 2737.4 0.3 2702.6 15.0

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 51 n Maret 2014

Country Australia Indonesia Mexico Peru China Romania India Belgium Dominican Republic South Africa Germany France New Zealand Portugal India Italy India Morocco Egypt Saudi Arabia Syria Canada Indonesia Bulgaria Syria Italy Philippines Italy Bulgaria Kenya USA Greece Vietnam New Zealand United Arab Emirate Brazil China Australia Brazil Thailand USA Saudi Arabia Azerbaijan Turkey China Bulgaria Kyrgyzstan Belarus India Switzerland

City Sydney Denpasar Cancún Lima Suzhou Bucharest Mumbai Brussels Punta Cana Johannesburg Munich Nice Auckland Lisbon Agra Milan Jaipur Marrakech Sharm el Sheikh East Province Damascus Vancouver Jakarta Burgas Aleppo Venice Manila Florence Varna Nairobi Honolulu Athens Hanoi Christchurch Abu Dhabi Rio de Janeiro Guilin Melbourne São Paulo Chiang Mai Washington DC Riyadh Baku Izmir Nanjing Sofia-City & Greater Are Issyk-Kulskaya Oblast Minsk Kolkatta Zurich

Arrivals 2011 Growth Rank 2011(000s) (%) 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100

2626.0 0.2 2559.5 0.5 2492.9 9.1 2442.4 30.0 2365.8 14.0 2350.0 10.0 2349.0 7.0 2285.0 2.1 2232.9 11.0 2180.3 8.4 2134.6 4.0 2134.1 2.6 2100.0 7.7 2099.8 5.4 2085.4 15.0 2074.5 4.8 2061.7 16.0 2052.3 1.2 2005.2 -21.6 1996.5 6.4 1988.1 -18.4 1894.3 -6.6 1893.2 0.3 1859.7 7.7 1856.5 -12.3 1832.7 4.7 1821.5 23.0 1817.2 4.5 1813.9 7.4 1812.0 40.3 1801.0 2.8 1786.6 2.0 1750.0 41.5 1735.0 -0.5 1725.0 6.3 1722.7 7.0 1698.9 14.3 1677.0 14.4 1648.0 3.0 1632.0 6.3 1615.8 2.6 1610.1 6.5 1589.9 8.6 1532.9 27.1 1497.9 14.4 1468.0 9.7 1450.5 57.6 1437.7 2.8 1431.6 9.0 1424.0 3.3


Aksesibilitas

Peluang Besar

K

Tampak Datang dari Udara

ejayaan Indonesia di pariwisata kian terbayang dari sudut peran aksesibilitas udara, jika diikuti proyeksi maskapai Lion Air yang telah memesan dan akan mengoperasikan ­sekitar 700 pesawat terbangnya. Sebanyak 700 pesawat itu termasuk 234 pesawat jenis ­Airbus, 60 ­pesawat Avions de Transport Régiona (ATR), selebihnya jenis Boeing dipesannya untuk ­delivery tahun 2007–2027. Tahun 2015 ini diperkirakan jumlah penum­ pang penerbangan di dalam negeri naik lagi menjadi sekitar 100 juta, setelah tahun 2013 yang lalu jumlahnya 72 juta. Tahun 2014 ini, Dirut Lion Air, Rusdi Kirana, mengumumkan perkiraan jumlah ­penumpang yang diangkutnya mencapai 40 juta orang ­setelah tahun 2013 diangkutnya 38 juta, berarti 42 persen dari keseluruhan jumlah penumpang penerbangan domestik. Dalam hal jumlah penumpang dalam negeri, Garuda Indonesia telah ditinggalkannya dengan pangsa pasar 22 persen. Rusdi juga menambah­ kan, Lion Group tertarik untuk membeli pesawat buatan PT Dirgantara Indonesia, di Bandung, ­sebanyak 50–100 unit tipe N219. Asosiasi penerbangan nasional ­Indonesia ­(Inaca) beranggotakan 32 maskapai pener­ bangan, secara menyeluruh dalam tiga tahun mendatang ini jelas akan menambah jumlah pesawat terbang pada armada mereka lebih dari 200 pesawat. Jumlah armada pesawat terbang maskapai nasional di Indonesia sedang tumbuh rata-rata 8 persen per tahun dari jumlah total 707 pesa­ wat tahun 2011. Order dan kontrak pembelian pesawat oleh Lion Air dan Garuda Indonesia yang jumlahnya besar, itu saja akan menambahkan 200 pesawat baru selama tiga tahun mendatang ini. Garuda Indonesia akan mengoperasikan pe­ sawat mencapai jumlah 159 tahun 2015, bahkan Lion Air tengah menuju ke jumlah armada 1.000

pesawat terbang tahun 2030. hindar dari pertanyaan bagaima­ Sekjen INACA (Indonesia Nana hebatnya finance engineering tional Air ­Carrier Association), yang dilakukan oleh Lion Air. Tengku Burhanuddin, meng­ Dari mana pembiayaannya? ungkapkan data dan perkemban­ Rusdi Kirana sendiri men­ gan tersebut. Diuraikannya data erangkannya. Di­beritakan, unt­ yang demikian signifikan, kendati tuk 700 pesawat, Lion meng­ ringkas, dalam mengundang ka­ investasi berkisar USD 40–50 langan ­industri penerbangan miliar. Untuk mencapai 1.000 untuk mengikuti pertemuan Aero pesawat dibutuhkan investasi Leasing Indonesia Summit di Ja­ hingga US$ 70 miliar. Sumber Tengku Burhanuddin karta, pada 5–6 Maret 2014. pendanaannya, diperoleh antara Diproyeksikan 180 juta penumpang pener­ lain dari pinjaman perbankan asing. bangan di dalam negeri tahun 2018, kata ­Tengku Pariwisata di Indonesia untuk kegiatan Burhanuddin. Indonesia menjadi nomor lima ­inbound, artinya memasukkan wisman ke dalam terbesar dalam jumlah penumpang dan pertum­ negeri, Direktur Pengembangan Pasar dan Infor­ buhan tinggi di bidang ­penerbangan, ­setelah masi Pariwisata Kemenparekraf, ­Fransesca Nina Amerika Serikat, China, Jepang dan ­Brazilia, mengutip statistik yang menunjukkan akhir-­akhir ­lanjutnya. ini sebanyak 71 persen wisman ­datang ke Indo­ Dengan rencana perluasan armada, banyak nesia dengan melalui udara alias meng­gunakan maskapai penerbangan nasional perlu memusat­ penerbangan. kan perhatian pada aspek keuangan dan sewa Data dari Kementerian Perhubungan juga pesawat dengan biaya yang tepat, untuk meya­ mengindikaskan bagaimana setiap tahun kini, kinkan mereka mengoperasikan jenis pesawat kapasitas angkut penerbangan langsung dari luar yang tepat di tengah persaingan pada rute-rute negeri Indonesia cenderung terus ­meningkat, penerbangan jarak pendek di Indonesia dan di kendati peningkatannya masih bergerak landai. ASEAN. Maka seluruh anggota Inaca mengikuti Tetapi jika digabungkan proyeksi penambahan Summit tersebut. armada pesawat tersebut tadi, dengan pekerjaan Beberapa tahun terakhir di Indonesia telah pemerintah dewasa ini yang menambah kapasi­ meningkat kebutuhan akan pesawat narrow tas dan pembangunan bandara-bandara di ber­ body dan turbo props (pesawat non jet), yang bagai daerah, maka porsi sekitar 70 persen wis­ ­cocok bagi operasi jarak pendek dan bisa men­ man berkunjung ke Indonesia dengan angkutan darat di bandara kecil dengan landasan pacu udara, akan menghasilkan angka absolut jumlah yang pendek. wisman semakin meningkat tajam. Untuk itu Aero Leasing Indonesia Summit Sebenarnya pada masa-masa sebelum me­ akan mempertemukan para pejabat, ahli dan lonjaknya jumlah wisman masuk ke Pulau Batam ­profesional dengan segenap kalangan ­industri dan Bintan, porsi angkutan udara memasukkan penerbangan nasional dan pemangku kepenting­ wisman ke Indonesia berkisar 85 persen, ketika an. INACA beranggotakan 32 maskapai berjadwal itu bahkan pintu masuk penerbangan dari luar dan tidak berjadwal. negeri terbatas melalui dua bandara, Jakarta dan Yang memperhatikan langkah ‘berani’ Lion Air Bali. Bukan mustahil porsi tersebut akan kembali dengan lompatan jumlah armadanya itu tak ter­ lagi pada beberapa tahun mendatang. n Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 51 n Maret 2014

17


Halte bis wisata kota di depan Sarinah Jalan MH Thamrin, Jakarta (kiri & kanan).

Jakarta Mengejar Ketertinggalannya

S

Sepuluh menit menjelang pukul 10.00 pagi hari di ibu­ kota Jakarta awal Maret 2014. Di depan pusat perbelanjaan ­Sarinah di Jalan MH Thamrin Jakarta Pusat, tampak bebe­ rapa orang menunggu di halte bis dengan penanda sebuah gambar bis bertingkat dan tulisan city tour di bawahnya. Setelah menunggu sekitar 10 menit, sebuah bis berwarna ungu dan kuning yang tampak lebih jangkung daripada bis-bis lainnya muncul. Wah, ternyata yang mau naik lumayan banyak juga di pagi hari week day di awal minggu itu. Seorang petugas di atas bis, asisten pengemudi, menyapa setiap penumpang yang akan naik dan turun dengan ramah, dan, penuh senyum. Naik bis bertingkat di ibukota membawa kenangan penulis sekitar 30 tahun lalu di mana Jakarta pernah mempunyai bis umum bertingkat berwarna biru. Tujuan pertama adalah ingin duduk di kom­ partemen di atas. Ternyata sudah banyak penumpangnya meskipun dari 41 kursi tidak semua terisi. Ketika bis hendak memutar di Bundaran HI, tiba-tiba terdengar suara anak-anak kecil yang duduk di baris depan bertanya kepada se­ orang ibu, “Okusan, ima doko desuka?” (Ibu, sekarang kita di mana?) Sang ibu agak sedikit kesulitan menjelaskan kepada anak-anak itu dan malu-malu bertanya kepada penulis. Oh, rupanya kedua orang ibu itu warga negara Jepang yang ­tinggal di Indonesia mengikuti suami-suami mereka yang sedang bertugas.

18

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 51 n Maret 2014

Penumpang yang naik-turun di halte.


Anak-anak Jepang menikmati naik bis bertingkat di Jakarta.

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 51 n Maret 2014

19


Siska dan Eno, pelajar yang sedang magang mengisi waktu istirahatnya dengan naik bis wisata.

Pengemudi dan pemandu wisata di bis wisata Jakarta.

Jembatan di Jalan Veteran sebelum berbelok ke kawasan Pecenongan.

20

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 51 n Maret 2014

Mereka membawa anak-anaknya jalanjalan naik Jakarta city tour bus. Kesannya? “Kono basu wa? Tanoshii desu,” kata ibu-ibu itu. (“Bis ini? Menyenangkan ya.”) Tak lama mereka turun di halte ­Bundaran HI di depan Plaza Indonesia. Tampak ibu-ibu itu menelepon, mungkin driver-nya, untuk menjemput mereka di situ. Dua orang remaja putri berseragam sekolah duduk di kursi paling belakang di kompartemen atas. Mereka rupanya sedang magang dan kebetulan sedang pada jam istirahat. Siska, salah seorang di antaranya mengatakan, dia dan temannya sudah tiga kali naik bis wisata itu di waktuwaktu istirahat. “Ini yang ketiga kali. Rasanya? Seneng banget,” kata Siska dan Eno hampir seren­ Gereja Katedral Jakarta. tak dengan senyum yang riang. Di kompartemen bawah yang berka­ pasitas 19 kursi tampak ­penumpangnya lebih sedikit. Asisten pengemudi dan seorang polisi pariwisata berjaga di pintu. Mereka ini yang menyapa dan membantu penumpang naik dan turun bis. ­Pemandu berdiri di samping pengemudi perempuan. Pemandu akan memberikan keterangan dalam bahasa Indonesia, yang juga dapat didengar di kompartemen di atas. Suaranya terdengar ber­ cerita ketika melewati lokasi di titik-titik tertentu. Apabila kondisi lalu lintas seperti di pagi hari itu yang kebetulan relatif tidak padat, perjalanan mulai dari depan Sarinah—Bundaran HI—Museum Nasional—Harmoni–Jalan Veteran—Pecenong­ an—Gedung Kesenian Jakarta—Pasar Baru—Istana Merdeka di Jalan Merdeka Utara—Gereja Katedral-Mesjid Istiqlal—Monas— Balai Kota Jakarta dan kembali ke Sarinah di Jalan Thamrin, itu me­ makan waktu sekitar 50 menit saja. Tapi saat-saat lalu lintas padat maka waktu tempuhnya bisa mencapai 60 menit atau lebih. Begitulah rute yang dijalani bis wisata keliling kota Jakarta saat ini. Armada yang beroperasi baru sebanyak 5 unit bis. Antara pem­ berangkatan satu dengan berikutnya berjarak 15 sampai 20 menit. Jadwal operasionalnya dari pukul 09.00 sampai 19.00 setiap hari tanpa libur. Sejak Januari 2014, selama 3 bulan, bis wisata ini tidak me­ mungut bayaran. Untuk selanjutnya masih belum ada keterangan. ­Informasi bisa diunduh dari akun Twitter: @CityTourJakarta. Sepertinya, informasi mengenai letak halte-haltenya masih perlu disosialisasikan. Kemudian rute-rute dan titik-titik menarik yang dilalui juga perlu dibuatkan route map. Semuanya itu bukan hanya dalam bahasa Indonesia tapi juga dalam bahasa asing mini­ mal ­bahasa Inggris. Perjalanan selama 50 menit itu mestinya lebih menarik jikalau bisa diceritakan lebih banyak lagi oleh pemandu. Cerita apa saja yang pernah terjadi di Jalan Merdeka Barat, Museum Nasional dan apa arti nama Sarinah—pusat perbelanjaan pertama di Indonesia, dan seterusnya. Memang tidak mesti sepanjang jalan pramuwisata bicara terus. Atraksi menarik ini perlu mengeksplorasi kisah-kisah tentang ­Jakarta karena secara fisik sekarang ini nyaris tak bisa dikenali lagi, terutama bagi generasi yang lebih muda yang mungkin saja tidak


Dimulai dari Surabaya Ketika itu satu perusahaan swasta, tentu saja perusahaan besar, ­mengenalkan layanan wisata dengan bis gratis, berkeliling kota, khusus­ nya menjalani jalur-jalur yang melewati ‘kota tua Surabaya’. Satu saja bis yang disediakannya, tetapi konsisten memenuhi jadwalnya setiap hari tiada henti, terpelihara bersih rapih, maka wisnus dan wisman yang mengetahui keberadaannya pun tiada henti menggunakannya. Dalam hal itulah Jakarta kini seakan mengejar keterting­ galannya ­karena ke­ mudian yang meng­ ikuti langkah itu lebih dulu malah Kota Solo. tahu ada apa di kawasan yang dilaluinya setiap hari. Jika layanan bis wisata kota ini dikenal oleh wisman, tak ­diragukan mereka pun akan memanfaatkaannya. Membandingkan ­dengan apa yang sudah lazim di berbagai ibukota negara, tak selalu wisata bis semacam ini harus disediakan gratis. Masalahnya, ­memang memerlukan pengelolaan dan pengelola yang mumpuni, dengan petugas-petugas yang mumpuni pula. Petugas yang ­dedicated to excellence, mereka adalah front liners bagi ­pembangunan citra ­pariwisata ibukota. Percayakah kita, bahwa kemacetan lalu lintas yang sering meng­ ganggu, bisa diolah menjadi ‘fun’ dan ‘joyment’ meminjam istilah bahasa Inggris? Hingga kelak isu itu tak lagi terlalu menegatifkan Ibukota Jakarta? n

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 51 n Maret 2014

21


Di Solo dan Bandung

Bis wisata Werkudara di Solo disukai mulai dari anak-anak hingga orang tua tapi belum bisa menarik wisman yang sedang ke kota ini. Atap di atasnya bisa dibuka tutup secara manual sedangkan di kompartemen bawah dilengkapi pendingin udara. Tiketnya hanya Rp 20 ribu per orang.

Manakala kita sungguh hendak memberikan kenyamanan dan kesenangan bagi wisatawan, tentu baik memaklumi suasana ‘psikologis’ mereka dalam menggunakan bis wisata kota. Di negeri lain, seperti kota Frankfurt, Jerman (gambar kiri), atau bahkan di Kuala Lumpur, Malaysia, (gambar kanan), perhatikanlah kondisi bisnya, gayanya, hingga tempat pemberhentian di mana wisatawan akan naik

22

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 51 n Maret 2014

dan turun. Rapih, bersih, tenang, teratur, bisa juga ditambahkan efisien pelayanannya antara saat hendak membeli tiket hingga menaiki bis, adalah suasana yang sudah amat terbiasa. Di Frankfurt tarif tiketnya Euro 11, tapi di Kuala Lumpur ada bis yang disediakan untuk tur gratis berjadwal bagi tamu-tamu yang menginap di hotel tertentu.


Bis wisata keliling kota, Bandung Tour on Bus atau disingkat Bandros (di Bandung bandros adalah nama sejenis kue tradisional terbuat dari tepung beras dan kelapa) yang diluncurkan pada Januari 2014. Sekarang ini baru ada satu unit yang merupakan CSR dari Telkomsel. Bandros direncanakan akan dioperasikan mulai pertengahan tahun ini. Bis ini mulai dari rancangan, suku cadang hingga perakitannya dibuat di Bandung,oleh urang Bandung. (Sumber foto: Eristine E.)

Di Eropa, bis-bis wisata tur kota dilengkapi sound system dengan 8 bahasa berbeda bagi wisatawan untuk mendengarkan penjelasan-penjelasan dari suara guide tur yang sudah terekam. Di Malaysia dan Singapura, guide sudah dengan sendirinya fasih berbahasa Inggris, maka terdengar pemanduan mereka pun amat piawai, lancar, maklumlah, bahasa Inggris merupakan bahasa kedua secara

nasional di masing-masing negara itu. Suasana yang diciptakannya, itulah sesungguhnya persaingan, atau daya tarik, dari setiap ibukota negara yang menyediakan fasilitas bis wisata keliling kota. Andaikan bis wisata di ibukota kita terpelihara dengan pengelolaan yang efisien, bersih rapih dan tampil ‘piawai dan manusiawi’, isu kemacetan lalu lintas boleh jadi malahan menjadi satu ‘fun’ bagi wisatawan. Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 51 n Maret 2014

23


Bisnis

Bandung Mirip Bali

M

ajunya suatu destinasi wisata dalam perbandingan ­dengan dae­rah lain pun ternyata berkait dengan latar belakang sejarah­ nya. Kita harus menerima realitas sejarah bahwa Pulau Jawa hingga Bali dan sebagian kecil lokasi di Pulau Sumatera sejak sekitar 100 tahun silam telah diarahkan oleh pemerintah kolonial Belanda menjadi tujuan wisata. Itu merupakan pengakuan betapa alam di negeri ini mempunyai potensi sumber daya pariwisata yang ditunjang dengan budaya dan manusianya. Ada aspek historis yang bisa jadi tak perlu membuat daerah destinasi lain terlalu heran akan success story Bandung belakangan ini. Punya ­sejarah mirip destinasi Bali, jika dibalik kembali ke tahun-tahun 1920-an manakala Bali dijadikan oleh Belanda satu destinasi bagi pari­ wisata internasional. Di Pulau Jawa pertama kali diketahui didirikannya perhimpunan-perhimpunan pariwisata, Tourist Association Garoet, tahun 1923, dan ada Tourist Association Magelang, didirikan tahun 1926, lalu Bandung Vooruit, sejak tahun 1926. Beberapa hotel menerbitkan guide book bagi para tamunya, antara lain: Guide to see Dieng Plateau, dikeluarkan oleh Hotel Dieng dan Guide to West Java, dikeluarkan oleh Hotel Savoy Homann. Waktu itu, —sejarah menceritakan— peme­ rintah kolonial Belanda merancang kota-kota baru di Jawa untuk menjadi objek wisata, ­seperti Bandung, Candi (Semarang) dan Malang. Kesan yang ingin diciptakan waktu itu adalah Hindia Belanda juga layak dikunjungi oleh orangorang Eropa, para calon wisatawan (Belanda, Perancis dan Inggris) yang saat itu sedang tum­ buh ketertarikan sangat besar untuk berlibur di ­tempat-tempat wisata terkenal di Eropa. Ketika itu pemerintah kolonial ingin men­ ciptakan citra ‘Holland Tropis’ atau ‘Het Paradijs der Tropen’ dan menciptakan nama-nama eropa ­untuk kota-kota di Jawa: Zwitserland van Java ­untuk Garut, Parijs van Java untuk Bandung, ­Venetie van Java untuk Batavia, Parijs van East

24

Java untuk Malang, Giblartar van Java untuk ­Semarang, sebagaimana dicatat A Sunjayadi ­dalam bukunya (2007). Latar belakang sejarah panjang itu se­ rasa memberikan ‘bakat’ pada Bandung untuk berkembang sebagai kota wisata internasional. Dengan demikian, bukankah masyarakat Bandung dan sekitarnya selayaknya menghiduphidupkan sejarah yang pernah dialami itu, dalam hal memelihara dan mengembangkan pariwisa­ tanya? Kalau Bandung bisa cepat maju belakang­ an ini, maka selayaknya memelihara momen­ tum dengan ide-ide cerdas menuruti dinamika perkembangan dunia bisnis wisata. Dan daerah lain memperhatikannya sebagai perbandingan.

Menjadikannya Value for Money

Dalam satu pertemuan di awal Maret 2014, Ketua ASITA DPD Jawa Barat periode 2014–2018 Budijanto Ardiansjah mensarikan pariwisata di Bandung dan Jawa Barat terkini kepada PI, dari kacamata dia selaku pelaku bisnis. Adanya tourism board dipandang sangat mendukung. Mereka berpromosi tapi bukan untuk menjual. Karena kami ini, ASITA, adalah kumpulan perusa­ haan penjual paket-paket wisata dan perjalanan maka kami inilah ujung tombaknya. Semua pihak mesti saling mendukung, antara badan promosi yang mempromosikan Jawa Barat dan Bandung dengan kami yang harus bisa menciptakan dan menjual paket-paket yang bisa ditawarkan ke­ pada wisatawan, dan kawan-kawan lain dalam industri pariwisata. Selain kerja sama dan koordinasi, kami juga butuh dukungan nyata dari pemerintah dan pemerintah daerah. Saat ini kita tidak bisa lagi berbicara mengenai konsep-konsep yang tam­ paknya sulit direalisasikan. Pertama, kita memerlukan peran pemda dalam menciptakan obyek wisata-obyek wisata baru, atau meng-upgrade yang sudah ada, sehingga

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 51 n Maret 2014

bisa dijadikan obyek wisata baru. Kalau obyek wisata terus bertambah turis akan tetap datang. Kedua, payung hukum yang melindungi ­usaha-usaha industri pariwisata. Sekarang ini banyak usaha-usaha wisata dan perjalanan beroperasi dengan atau tanpa izin resmi. Peme­ rintah harus tegas mengatur, dalam konteks kepentingan usaha-usaha yang mengikuti pera­ turan dan kepentingan konsumen terlindungi. Program-program yang telah dibuat bersama juga perlu dipromosikan bersama-sama. Sebagai bagian dari stake holder pariwisata, pemda di­ harapkan turut mendukung dalam pendanaan. Asosiasi belum mempunyai data pasti sebe­ rapa besar pemesanan paket inbound maupun outbound secara B to B (antaragen perjalanan) dan yang langsung memesan secara online mela­ lui travel agent/tour operator website atau OTA. Rasa-rasanya sampai saat ini, jumlah peme­ sanan paket wisata secara online belum menca­ pai lima persen. Sebagian besar wisman yang datang ke sini mengunjungi sendiri langsung agen-agen di negaranya yang sudah bekerja sama ­dengan agen-agen di Indonesia. Baik wisman dari ­negara-negara Barat maupun dari Asia dan ASEAN, mereka memang lebih berhati-hati. Kalau ada yang tidak sesuai dengan harapan, ­mereka tahu harus complaint ke mana. Belum banyak yang berani memesan langsung secara online. Outbound pun begitu. Masyarakat kita kebanyakan menggunakan jasa biro perjalanan dan datang sendiri. Ada pembelian paket-paket wisata secara online untuk jarak-jarak yang tidak terlalu jauh misalnya ke Singapura dan Malaysia. Selain itu, pemesanan secara online lebih banyak dilakukan untuk kamar hotel. Perbandingan transaksi penjualan paket wisata untuk inbound dan outbound diperkirakan sekitar 20% online dengan 80% offline. Kecuali rute-rute perjalanan dekat di kawasan ASEAN bisa mencapai 50 : 50. Mengenai Bandung sebagai kota wisata in­


ternasional, ada beberapa aspek utama yang perbaikan infrastruktur oleh pemda untuk men­ menentukan sebuah kota menjadi tujuan wisata jadikan Bandung value for money. internasional. Pertama, punya history. Kota Bandung pernah menyelenggarakan Konferensi Destinasi Inbound Asia Afrika pada tahun 1955. Itu menjadi infor­ Sekaligus Pasar Outbound Kota Bandung berpenduduk lebih dari 4 juta masi promosi yang bagus sekali bagi kota ini. jiwa dan secara ekonomis meru­ Kemudian, seperti disebut tadi, pakan potensi pasar outbound. Bandung dirancang menjadi Grup-grup series sangat ramai. kota resor, tempat peristirahat­ Maskapai-maskapai penerban­ an, oleh Belanda. gan dari ­Singapura seperti Silkair Kedua, punya obyek-obyek dan Tiger membuka rute ke yang bisa dikunjungi, dan itu ­Bandung karena melihat potensi diperbaharui terus-menerus. itu. Orang Bandung sendiri um­ Beri­kutnya adalah tersedia ako­ umnya bepergian ke ­Singapura modasi yang memadai dan citra dan Malaysia selain untuk ber­ keamanan yang baik. libur juga sebagian bertujuan Lalu sarana dan prasarana hendak berobat. bagi wisatawan. Salah satunya, Budijanto Ardiansjah Suradi, Branch Manager bagaimana dari satu titik ke titik lainnya di dalam kota bisa dicapai dengan mu­ Dwidaya Tour, merasa kaget melihat aktivitas dah, tidak sulit. Kita mesti memperhatikan bah­ kantor cabang yang baru berjalan selama dua wa tidak semua turis datang dalam rombongan. bulan di Bandung, di mana rata-rata sudah men­ Rencana dioperasikannya Bandros, bis wisata girimkan 80 orang keluar negeri saat low seakeliling Kota Bandung, di pertengahan tahun son. Vietnam menjadi destinasi paling diminati 2014 ini, merupakan ide yang bagus. Seluruh mengingat kondisi Bangkok kurang kondusif. “Kalau kita berbicara perbandingan outbound stakeholders pariwisata di Kota Bandung ditun­ tut lebih kreatif selain perlu ditunjang dengan dan inbound jelas outbound kita lebih banyak

daripada inbound-nya,” Suradi mengaku Promosi yang dilakukan oleh tourism board negara-negara lain begitu gencar di Indonesia. Mereka kerap mengadakan kegiatan-kegiatan semacam travel fair di sini. Alhasil, dari perspek­ tif pelaku bisnis wisata, inbound dan outbound sama pentingnya bagi mereka. Bila dilihat dari sisi pengeluaran tampaknya Indonesia banyak kehilangan devisa, tetapi secara tidak langsung mendorong infrastruktur, terutama transportasi udara, untuk diperbaiki kualitasnya dan diting­ katkan jumlahnya terus-menerus. Reza Novaldy melihatnya seperti ini, “Ka­ lau sekarang kita berharap dari inbound saja mungkin pesawat-pesawat dari luar negeri itu tidak akan bisa terpenuhi setengah kapasitas tempat duduknya. Maskapai-maskapai pener­ bangan bagaimanapun akan terus berdatangan karena Indonesia merupakan pasar yang besar. ­Maskapai-maskapai di Indonesia sendiripun tidak akan cukup menampung mobilitas per­ jalanan domestik. Jumlah penduduk Indonesia sangat besar, kapasitas seluruh pesawat tidak akan cukup menampungnya. Jadi inbound dan outbound sama-sama pen­ ting. Akan semakin banyak investasi masuk dan diharapkan infrastruktur juga semakin baik.” n

Peta kota Bandung memperlihatkan pusat kegiatan bisnis masih terpusat di tengah, dan di sekitar itu pulalah wisatawan pengunjung berlalu lalang. Jarak dari satu lokasi wisata ke lainnya relatif dekat. Maka tantangannya ialah perlu pengelolaan yang mumpuni terkait melancarkan arus lalu lintas, arus pergerakan manusia, dan fasilitasi kenyamanan selain keamanan bagi wisatawan. Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 51 n Maret 2014

25


Pengembangan Pasar

Famtrip dan Sinergi

T

ahun 2013 yang lalu, sebenarnya di­ peristiwa alam berupa banjir, mengingatkan kembali pada targetkan 550 orang dari mancane­ gempa dan gunung meletus, mereka produk eko­wisata dan gara untuk program familiarization hingga masalah asap. Di Medan petualangan. Dari soft trekking trip (famtrip) ke Indonesia. Itu sesuai misalnya, pemda dan industri di Bukit Lawang untuk melihat dengan Renstra Pemasaran Pariwisata. Famtrip setempat diliputi kekawatiran orangutan sumatera (pongo itu membawa jurnalis, penulis, fotografer, media arus wisman akan berkurang. abelii), elephant riding gajah elektronik. Ada juga unsur agen perjalanan atau ­sumatera (elephas maximus Maka satu program khusus operator tur, hingga public figures, yang juga dirancang, mendatangkan me­ sumatranus) binaan Taman memanfaatkan celebrity. Ini termasuk misi mar- dia-media dengan famtrip dari ­Nasional Gunung Leuser. keting public relations tentunya. Dan dari sudut Malaysia dan Singapura. “Pasar Dari stasiun TV Malaysia, TV3, organisasi Kemenparekraf, merupakan bagian utama Sumatra Utara itu kan diundang famtrip ke Surabaya, Francesca Nina dalam upaya pengembangan pasar. Jawa Timur. ­Selama 6 hari, ­18–23 Singapura dan Malaysia. Akses Ternyata tahun lalu, ”Kita bisa melaksanakan penerbangan langsung dengan Mei 2013, mereka mengambil untuk 700-an peserta famtrip,” demikian diung­ Malaysia saja tiap hari ada 7 kali penerbangan. shooting untuk keperluan pengambil­an gambar kapkan oleh Francesca Nina, Direktur Pengem­ Kuala Lumpur dan Penang,” Nina mengingatkan. program satu acara serial TV. Mereka merekam bangan Pasar dan Informasi Pariwisata (PPIP) Maka bersama Visit Indonesia Tourism Officer matahari terbit di Gunung Bromo, di kawasan Kemenparekraf. (VITO) di Singapura dan Kuala Lumpur, dilakukan Taman ­Nasional Bromo Tengger Semeru (BTS), Terus tahun 2014 ini? Target 300 peserta koordinasi pelaksanaannya. terus ke kota Batu dan Malang. Di sana melihat famtrip, memang turun dibandingkan tahun Media yang utama dari Singapura dan agro­wisata dan mencicipi kuliner berupa berba­ sebelumnya, itu terkait dengan kenyataan ang­ ­Malaysia perlu di up date liputan mereka melihat gai macam kripik buah dan sayur. garan memang turun. Bahwa dalam praktiknya obyek Danau Toba, Brastagi dan sekitarnya. Brast­ Garuda Indonesia membuka rute ­penerbangan nanti bisa tercpai lebih seperti halnya tahun lalu, agi lokasinya dekat dengan Sinabung. ­Kawasan baru dari Penang ke Medan. Dilakukan kerja sama itu mungkin bisa dengan upaya meningkatkan itu sudah bisa dikunjungi, kita ajak nanti biar lagi sinergi dengan berbagai pihak. Lebih dari itu, ­mereka mengkomunikasi­ kemungkinan ada para sponsor yang tertarik dan kan di pa­sar dan negara melaksanakan juga program famtrip. masing-masing. Selain me­ Sebelumnya tahun 2012 tercatat juga target dia juga didatangkan agenjumlah orang untuk famtrip pariwisata tercapai agen per­jalanan dan tur. di atas target. Beberapa tahun ini telah berkem­ bang sinergi dan pemahaman lebih banyak Tahun 2013 Tahun 2013 antara lain 10 kalangan akan penting dan perlunya kegiatan famtrip tersebut bagi pengembangan pasar, orang operator tur yang aktif pengembangan bisnis, atau lebih spesifik lagi menjual paket wisata Indone­ kepentingannya bagi usaha angkutan udara dan sia di ­Belanda dibawa famtrip akomodasi perhotelan. Bahkan dari kalangan ke Sumatera Utara dan Su­ kedutaaan, konjen, di luar negeri dan pemerin­ matera Barat selama 10 hari, tah daerah di dalam negeri, ada juga upaya men­ 19–28 April 2013. Di ­Sumatera go, USA. dukung program famtrip dengan mendatangkan Utara, memperkenalkan dan Famtrip dari Chica media dan pelaku bisnis wisata dari luar negeri. Kemenparekraf untuk Inaugural Flight, mengundang 11 orang konsisten terus menggalang jurnalis dan 8 travel agents mengikuti famtrip kerja sama. pada 1–3 Juni 2013. Tapi Fransesca Nina meng­ Dari China beberapa kali, satu di antaranya akui, harus lebih selektif dalam dari stasiun TV CCTV4 yang mengirimkan 2 memilih ‘orang-orang’ untuk ­kameraman, seorang make up artist dan seorang mengikuti famtrip. Diupayakan selebriti wanita sebagai pembawa acara ke Bali pesertanya efektif bermanfaat. selama 5 hari pada 7–11 Juni 2013. Di sana “Pilihan terhadap peserta yang membuat story adat dan budaya masyarakat bisa mendukung target kita,” ujar serta mencicipi kuliner khas Bali dalam rangka Nina. seeing, feeling and believing. Termasuk shooting Januari–Februari 2014 pada aktivitas membatik corak khas Bali dan melukis batas tertentu bisa dianggap Famtrip dari China. kaos di satu lokasi bernama Batik Bidadari. ada situasi krisis, dari banyaknya

26

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 51 n Maret 2014


dengan Banyak Kalangan

Famtrip dari Inggris.

Pembawa acara dan kru juga terlibat untuk mencoba membatik dan merasakan kaos yang sedang dikenakannya dilukis langsung. Dari Inggris, adalah Travel Channel salah satu stasiun televisi Inggris berdaya jangkau hingga ke wilayah daratan Eropa dan sebagian Amerika. Stasiun TV ini khusus menayangkan berbagai ­liputan khas dari seluruh destinasi wisata dunia. Tiga orang jurnalis televisi tersebut difasilitasi famtrip ke Indonesia dalam rangka pengambilan gambar untuk program Asia Times Series. Mereka berada di sini selama 8 hari mengunjungi Jakarta, Yogyakarta dan Medan pada 8–14 Juni 2013. Kembali contoh kerja sama dengan operator penerbangan. Silk Air membuka rute penerbang­ an baru dari Singapura ke Semarang dan Makas­ sar. Acara Inaugural Flight-nya diselenggarakan dua kali di dua kota yang berbeda. Penerbangan perdana Silk Air ke Semarang dilaksanakan pada 29 Juli 2013 dan penerbangan perdana ke Makas­ sar pada 1 Agustus 2013. Untuk mengapresiasi penerbangan perdana ke Semarang, diselenggarakan famtrip pada 29–31 Juli 2013 dengan mengundang 4 travel agents, 9 orang jurnalis dan 2 orang dari perwakilan Silk Air Singapura. Dan dari Rusia. Pada 3–10 ­Oktober 2013 tiga operator tur dan tiga orang jurnalis dari Rusia diajak ke Medan, Sumatera Utara dan ke Pulau Belitung di Provinsi Bangka Belitung.

Kedua destinasi tersebut relatif baru bagi Rusia, salah satu pasar utama di Eropa ini. Demikianlah antara lain sebagian dari pelak­ sanaan bagaimana famtrip untuk media, opera­ tor tur, newsmakers dan seterusnya dari pasarpasar wisatawan di luar negeri diprogramkan ke berbagai destinasi di Indonesia. Tujuannya juga untuk mengembangkan pemasaran berbagai destinasi wisata di Indonesia, Bali and beyond, di bagian barat, tengah dan timur negeri kepulauan Indonesia. Kaitan program famtrip dengan anggaran yang turun, memang, menurut Fransesca Nina, membawa kita mempertajam prioritas pasar. Saat ini Kemenparekraf menetapkan prioritas 4 pasar, China, Jepang, Korea Selatan dam Taiwan. Namun tetap plus Eropa. Di Eropa sendiri prioritas 5 pasar, Inggris, Jerman, Belanda, Prancis, Rusia. Jadi sebetulnya 9 prioritas. Targetnya keseluruhan wisman tahun 2014 ini berjumlah sekitar 9,5 juta. Itu peningkatan significant dari capaian 8,8 juta tahun 2013 men­ jadi ke 9,5 juta. “Nah itu kenaikan sekitar 7% tapi secara angka absolut harus bisa memberi tam­ bahan wisman 700 ribu. Kita tetap menerapkan strategi 16.16.7 (prioritas pengembangan 16 pasar utama, 16 destinasi dan 7 wisata minat khusus), saat ini upayanya lebih intensif ke yang 9 pasar tadi, kata Nina.

Merangkul kalangan airlines merupakan salah satu upaya. Diketahui 71% wisman masuk ke ­Indonesia by air. Maskapai penerbangan kan pu­ nya kepentingan agar pesawatnya jangan sampai kosong. Juga punya anggaran promosi. Itu sebe­ tulnya yang perlu dirangkul. Program promosi mereka tentu bisa dikombinasikan ­dengan kita, itu bisa memperkuat. Harusnya partnership, co marketing dan co in promotion. Itu logic-nya. Kasat mata sudah terlihat, peluang promosi bareng. Kemenparekraf sudah punya nota kerja sama resmi dengan Garuda Indonesia dan Singapore Airlines. Dengan Air Asia ada kerja sama tapi tidak terdokumentasikan. Secara operasional sudah beberapa kali melakukan kerja sama. Dengan salah satu maskapai penerbangan nasional lain­ nya, saat ini sedang dalam saling pendekatan. Memang, perlu “Buka selebar-lebarnya ke­ mungkinan kerja sama dengan airlines, karena dasarnya 71% wisman itu by air. Sejumlah 71% dari 9,5 juta sudah berkisar 7 jutaan. Dan ­tahun ini airlines akan menambah cukup banyak tambah­ an seat. Itu yang membuat kita optimis ­dengan target 9,5 juta. Tambahannya cukup banyak 2,7 juta seat setahun,” tambahnya. Alhamdulilah semua itu tentu ikut andil ­dalam pencapaian 8,8 juta wisman tahun 2013, dan, akan ikut andil lagi demi mencapai 9,5 juta wisman tahun 2014 ini. n

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 51 n Maret 2014

27


Wisata Bahari

S

Jadilah Plaza Bermain

ampai di mana gerangan perkembang­ an upaya hendak menjadikan laut di Indonesia menjadi playing ground bagi puluhan ribu yachter mancane­ gara yang setiap saat berlalu lalang di sekitar laut di luar wilayah Tanah Air? Satu hari bulan lalu diceritakanlah kepada satu forum wartawan di Kemenparekraf, oleh tiga orang yang paham betul. Achyaruddin, Direktur Pengembangan Wisata Minat Khusus Konvensi Insentif dan Event Kemenparekraf, Edy Putra Irawady, Deputy Menko Perekonomian, dan Raymon Lesmana yang telah puluhan tahun mengurusi even-even Sail Indonesia. Achyaruddin: Yacht, kapal layar yang dige­ rakkan dengan angin, walaupun di dalam kapal­ nya ada mesin. Di Australia, di kawasan Eropa Selatan, Prancis Selatan, sebagian besar Amerika, di sana luar bisa banyak yacht-nya. Mereka selalu mencari laut yang ada tempat singgah. Di Prancis Selatan mulai dari Marseilles, kapal yacht mengisi semua tepi lautnya. Kita pelajari sejak tahun 2003, kapal layar itu mampu mengantarkan orang ke Indonesia. Setelah dapat informasi, memang luar biasa. Rata-rata yachter sudah mendekati usia senja. Mayoritas dari mudanya sekolah lalu bekerja ke­ mudian menikmati kehidupan di atas yacht. Mereka itu adventurer. Ingin tahu seperti apa dunia ini, tapi dengan efisien efektif ingin enjoy. Tanya saya: Selama ini Anda berlayar kemana? Pasifik? Saya ke sana, lalu bertanya kenapa tidak ke Indonesia? Nah itu ada sejarahnya. Kami pernah lakukan, bersama mereka masuk dari Darwin dan Dili, waktu itu masih di bawah negara Indonesia. Begitulah Darwin Ambon Yacht

Race diselenggarakan, kala itu harus menggunakan mesin. dengan melewati birokrasi yang Ketika mendarat tentu men­ ruwet hingga kemudian sampai­ cari alat-alat dan benda kecil lah ke Bali. Mereka bersileweran yang diperlukan. Kalau kapal­ ke wilayah di luar sekitar Indo­ nya mengalami kerusak­an, itu nesia itu ada lebih dari 10.000 ­paling repot. Sering disandar­ yacht. Bukannya mereka tidak kanlah ­kapalnya yang menurut­ nya terjamin safety dan ada bisa masuk ke Indonesia, hanya pengamanan. mengalami sulitnya masuk ke Di Indonesia memang ‘se­ wilayah sini. Sementara itu panjang orang ­kampung diberi mereka sadar alam Indonesia Achyaruddin tahu’, alias dititip, amanlah. dan budayanya, iklimnya semua Pemiliknya minta tolong kapal­ serba bagus. Itu kisah 2004. Kemudian dicoba mencari solusi agar kapal- nya dijaga ­dengan ongkos jaga. Dalam dolar USD kapal layar itu mau masuk ke Indonesia, jangan 100, USD 200. Inilah yang meyakinkan kalau bisa datangnya hanya lantaran ada even Darwin digerakkan maka ekonomi masyarakat di daerah ­Ambon Yacht Race. Langkah pertama membuka pesisir akan ikut maju. Kenyataan lain, yachter cenderung maunya jalur Darwin ­Kupang Yacht Rally. Jadi bukan race masuk ke daerah remote. Nah, Indonesia negara atau lomba tapi rally. Kenapa kami di Kementerian Pariwisata ini ­ingin kepulauan. Kalau di wilayah Pasifik berlayarnya sekali menggerakkannya? Pertama kalau mereka untuk mencapai Palau saja, keluar dari Darwin masuk bermain ke Indonesia, pasti perlu makan bisa berbulan-bulan. Bisa 3 minggu, 4 minggu, minum. Di darat, melihat keindahan, budaya, su­ baru ketemu daratan. Tapi begitu masuk perairan laut Indonesia, rasanya seperti tinggal menye­ venir. Terakhir ya, membawa pulang kenangan. Para yachter walaupun sudah melakukan per­ berang saja, akan ketemu daratan. Ah, capek nih, singgah saja dulu, maka dalam jalanan luar biasa di tengah gelombang lautan, begitu mendarat niscaya cari makan minum, tur tempo seminggu dia sudah sampai ke daratan. Itu dan suvenir. Tambah kapalnya, perlu air tawar, bedanya kalau mereka main di Pasifik. Makanya tambahan persediaan bensin, solar, dan lain-lain. Indonesia ini sebenarnya diinginkan oleh mereka Yachter rata-rata berada di laut 6 bulan. Bisa menjadi plaza permainan yachter dunia. Itu su­ terjadi orangnya saja kembali ke negara asalnya, dah cita-cita mereka. Pertanyaannya, bagaimana terbang, sedangkan kapalnya ditinggal alias di­ kita mampu me manage menuju ke sana? Setelah itu diupayakanlah habis-habisan tambatkan di pelabuhan singgah. Mereka istira­ oleh Kementerian Pariwisata. Di masa itu yang hat dari laut. Kemudian kembali lagi. Dalam perjalanan berlayar yacht memanfaat­ agak kesulitan di bidang CIQP (Custom Imigration kan angin, hanya sekali-sekali kalau terpaksa ­Quaranteen Port). Birokrasi demikian sulit bagi mereka yang hendak memasuki wilayah Indo­ nesia. Ada aturan mengharuskan Yacht memiliki CAIT (Clearance Approval of Indonesia Terithory). Tentu perlu melampirkan pelbagai dokumen sampai ke luar CAIT-nya, teoritis 1,2, 3 hari na­ mun dalam prakteknya bulanan baru selesai. Semua menjadi masalah maka digagaslah satu aturan main, produk hukum yang bisa mem­ berikan kemudahan dan hospitality namun aspek security tetap tinggi. Maka keluarlah Peraturan Presiden No. 79 Tahun 2011 tentang Kemudahan Kunjungan Yacht Asing ke Indonesia. Itulah jalan merintis. Pernah, pertama meng­ gagas di tahun 2004, Indonesia Marine Tournament. Pertama kali mengundang yachter. Semua urusan formalitas dokumen masuk ke Indonesia dijaga oleh sistem yang dibangun oleh Peme­ rintah. Jadi mereka tak repot, tak sibuk cari agen

ARENA BAHARI TERBESAR DI DUNIA

28

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 51 n Maret 2014


bagi Para Yachter Dunia pengurus lagi. Masuklah kapal mulai ke Kupang. Dari Darwin, Kupang, ke Karimun Jawa, lalu keluar dari Batam. Itu disebut even Sail Indonesia. Darwin Ambon Yacht Race pernah mati angin karena ada kerusuh­ an tahun 1998 di Ambon. Kemudian dihidupa­ kan kembali Darwin Ambon Yacht Race itu bekerja sama dengan Pemerintah Propinsi Maluku. Kemudiannya lagi Kementerian Pariwisata meng-gagas Sabang International Regata, lalu Freementle to Bali and Beyond. Sekarang 2014 digagas lagi satu yang baru, pada Juli 2014 namanya Wonderful to Sail Indonesia. Itu dari ­Auckland, New Zealand, Saumlaki dan lanjut ke semua marina di Indonesia. Untuk yang terbaru ini sudah terdaftar hen­ dak masuk Indonesia di New Zealand, sebanyak 80 kapal. Masih bertumbuh, karena start sail mmang Juli 2014 dari Aucland. Saat ini sedang diproses pula di Maluku hendak melaksanakan Sail Maluku. Indonesia akan luar biasa setelah keluar Perpres No. 79, kata kuncinya di situ. Kementerian Dalam Negeri, Perhubungan makin semangat. Menteri Keuangan makin se­ mangat, Mabes TNI makin semangat. Kemenlu makin semangat. Ini perlu disebarluas­kan secara kontinu, Indonesia sebagai play ground bagi para yachter dunia. Ditarget di tahun 2019 akan masuk 10.000 kapal yacht ke Indonesia akan bisa tercapai. Rata-rata pengeluaran uang untuk transpor­ tasi mereka kalau sudah turun di darat 30 USD per hari. Beli air, beli bensin atau solar, minta dibantu-bantu, pengeluaran mereka per hari 123 USD rata-rata. Ini memang berdasarkan ngobrol, belum melalui riset. Boleh ditulis gede-gede, sebagian anak yang hidup di remote area ada yang diangkat mer­ eka sebagai anak angkat yang disekolahkan, mereka tidak menuntut apapun. Jadi rata-rata pengeluar­an mereka Rp 1,4 juta kalau kurs Rp 12.000. Belum lagi mereka memberi charity. Ada pula kegiatan memancing, sang yachter akan membayar untuk rakyat di kampung,­Rp 50.000– Rp 100.000. Grafik pertumbuhannya, berdasarkan data dari Kementerian Perhubungan, berdasarkan CAIT untuk mana 3 institusi yang terlibat, ­Kemenlu, Mabes TNI, Kementerian Perhubungan, di tahun 2004 jumlah yang masuk 93 melalui even, yang masuk mandiri 75, dan 2013 menjadi 196 yang mengikuti beberapa even. Tapi keseluruhannya telah 800 kapal masuk tanpa even. Ini berarti berhubungan dengan agen tertentu karena me­

Mereka datang bisa meningkat­ reka harus berhubungan dengan kan kapasitas penduduk setem­ orang Indonesia untuk memper­ pat, diajarkan bahasa asing, skill mudah CAIT. tertentu. Bahkan mereka tidak Dari data empiris ditemukan, mau belanja di ­supermarket, setiap kali tiga bulan yachter mencoba asimilasi dengan ber­ada di Indonesia, di antara­ masyarakat. Wisata itu untuk nya 40 hari mereka di darat. Jika menyenangkan dan sharing. per orang satu juta rupiah sehari Dalam setahun sekarang lagi pula per kapal rata-rata 5–9 jumlah kapal yang masuk su­ orang muatannya, sedemikian dah mendekati 1.000. Nah, besarlah belanja mereka di ping­ Edy Putra Irawady diharapkan kalangan media gir-pinggir pantai Indonesia. mengkordinasikan pelaksanaan Secara umum Indonesia sebe­ kebijakan dan sinergi program. “Ini yang selalu narnya punya lebih dari 150 titik exit entry. Melalui kebijakan Perpres 79, dibatasi saja 18 saya kejar,” ujar Edy Putra. Jadi, ada UU Pariwisata, ada Perpres, UU titik. Itu antara lain Sabang, Belawan, Padang, Bin­ tan, Belitung, Jakarta, Dumai, Nunukan, Tarakan, ­Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, UU Nomor 1 ta­ hun 2014 dan perubahannya, hal ijin-ijin lokasi Belitung, Sorong, Ambon, Biak, dan lain-lain. Di delapan belas exit entry ini, berlaku relak­ pemanfaat­an ruang perairan pulau kecil dan sasi pelaksanaan izin masuk. Lalu, sejak 2004 pengelolaannya. Kemudian ada lagi UU berkaitan dengan per­ sampai 2013 daerah-daerah telah diyakinkan untuk membuka titik singgah, sekarang ada 50 dagangan, UU pelayaran. Di UU Pelayaran itu, lebih titik singgah bagi yachter yang ingin ber­ apapun tempat di atas air dianggap kapal, diper­ main di Indonesia. Di setiap titik singah sudah samakan dengan kapal. Jadi kalau meminta bikin ditaruh semacam voulenteer yang punya nomor kabin atau pondok, kafe di atas laut harus pakai handphone dan email. Sebelum yachter masuk, ijin pelayaran. Kemudian belum lagi tata ruang. Mengenai tata ruang perlu segera mengkor­ sudah bisa menghubungi HP tersebut. Misalnya SMS: “Saya mau masuk ke wilayah Anda tolong dinasikannya. Begitu juga program mendukung bantu saya, nama kapal saya adalah ini. Di titik Kemenpora untuk mendorong atraksi orang di kawasan pelayaran. Di sisi lain BKPM harus mem­ ini ada dua orang yang minta dibantu”. Tapi contact person utama adalah Dinas Pari­ promosikan investasi untuk marina. Hingga seka­ wisata setempat. Itu sudah diedarkan ke komu­ rang baru ada 3 marina. Urusan BKPM, persiapan nitas yachter dunia. Kepres 79 sudah sosialisasi pengadaan distribusi barang hingga ke pantai, walaupun memang tidak semudah membalik perdagangannya, semua harus dikoordinasikan telapak tangan untuk pelaksanaan di lapangan. lebih lanjut. Kini karantina kepabeanan harus ada di 18 Bupati meminta kalau bisa Kabupaten saya di­ singgahi yacht. Jadi antusiasme daerah sudah se­ point. Efisiensi dan efektifitasnya nanti hendak makin hebat. Yang belum hebat adalah kemam­ dibicarakan lagi. Dari perspektif perekonomian pariwisata menjadi satu yang dihandalkan bu­ puan kita mengembangkan Marina. Edy Putra Irawady: Tinggal upaya opti­ kan hanya devisa tapi akses kemakmuran yang malisasi pelaksanaan Perpres itu sendiri. Saat merata bagi masyarakat di sekelilingnya. ini tahapnya bagaimana mengefektifkannya. Tanggal 6 Maret 2014 ada rapat penyelesaian Pariwisata berbeda, memerlukan bukan hanya masalah bersangkut dengan pelabuhan dan lain­ pemikiran tapi juga perimbangan antara jiwa nya. Kita buat satu sistem mengamankan praktek seni. Untuk pariwisata harus dipilih destinasinya di lapangan itu sendiri. Supaya kebijakan Perpres apa saja, atraksi apa saja, daya tariknya. Untuk di lapanganya sama. menuju tempat yang memikat bagaimana? Baru Kalau ditanya kapan policy ini sungguh efektif, kita bicara daya saing. Edy Putra yakin tahun ini (2014) akan selesai Sementara ini ekspor menurun, balance of semua. Kemudian kapan pembangunan marina trade defisit, juga curent and services defisit. Maka yang 15 lagi? Nah itu kita harus buat atraksi su­ kita mengharapkan dari wisata. Yacht ini ber­ paya investasi masuk. peran meningkatkan sumber daya masyarakat “Saya berjanji akan selesai tahun ini. Lalu pesisir. Biasanya para yachter memberikan pe­ kita akan promote 15 marina. Dunia sudah tahu ngalaman pengetahuan pada masyarakat pesisir. bahwa Indonesia sudah dibuka. n Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 51 n Maret 2014

29


Promosi Pariwisata Dalam Negeri

A

Meningkatkan Kualitas Even di Daerah

dalah baik sama-sama mengkritisi bahwa sebagian even yang dilak­ sanakan di daerah, perencanaan dan pengelolaannya hingga atrak­ sinya tak jarang terkesan kurang rapi, misalnya pengunjung atau pendatang saat mencari tem­ pat parkir susah. Alur orang bergerak untuk mengalir dan tak teraturnya parkir membuat situasi serba tidak layak, akibat lainnya ialah suasana atau jalannya kegiatan even pun tak tertib. Bisa pula terjadi, tokoh daerah sendiri yang mestinya menghadiri upacara, tak bisa tiba di tem­ pat lantaran terhambat oleh jalan yang ­tersumbat macet karena lalu lintas dipadati pe­ngunjung yang juga hendak masuk ke tempat acara. Di suatu even dengan peserta dari manca­ negara, pernah dialami, pengaturan bis-bis penjemput dan pengantar peserta antara venue dengan hotel, tak sesuai jadwal sehingga peserta menumpuk di tempat tunggu hingga semua ­terlambat ke ruang sidang. Apalagi terjadi ber­ ulang kali. Semangat memajukan pariwisata lewat eveneven promosi di daerah tak jarang ‘dikalahkan’ oleh kekurangan pahaman mengenai sensitifnya pengelolaan yang kurang profesional terhadap kerugian citra destinasi. Direktur Promosi Pariwisata Dalam ­Negeri, ­Tazbir, kita ajak berbincang. Dia mengata­ kan, “Kita berharap kualitas even di daerah tidak jauhlah berbeda dengan yang di negara ­tetangga.” Bagaimana sebaiknya? Dengan daerah-­daerah diajak saling mem­

beritahu, kalau ada kurang ba­ Kita bisa mengukur sebuah gus maka diperbaiki, jadi lamaeven salah satunya melalui lama kua­litas even kita menjadi tingkat hunian hotel yang bagus, kata Tazbir. ­me­ningkat. Para praktisi travel Di daerah itu menurut pe­ agent mestinya bilang “Untuk ngalamannya, ­kadang koordina­ even ini kami bisa menjual si perlu dimulai sejak dari ­camat, ­paket”. lurah, Koramil dan seterus­nya. Maka, ketika mempersiapkan Menambah pengetahu­an bagi even, di daerah boleh bertanya kalangan di daerah bagaima­ pada travel agent bisakah men­ na sebaik­nya membuat dan jual paket wisatanya? Dengan menge­lola even, memang perlu begitu akan ­sampailah ke ta­ Tazbir diperluas. Kita berada di posisi hap mereka katakan layak jual, mengevaluasi, even-even yang dan ‘ada potensi wisatawan dilaksanakan oleh daerah. mau membeli paket ini.’ Kemudian hotel menya­ Alangkah tepatnya jika semua daerah takan okupansi menaik.Selanjutnya bisa meli­ ­masing-masing punya even unggulan. Tapi sung­ hat dampak dari even ter­hadap pertumbuhan guh bergengsi, sehingga mampu meningkatkan ekonomi setempat. kunjungan orang ke daerah. Contohnya Tour de Kita bersyukur, kata Tazbir, hampir semua Singkarak di Sumatra Barat, katanya. daerah kini berbicara pariwisata. Maka perlu me­ “Kemudian di daerah lain ada Festival apa lihat kembali daerah memiliki potensi apa yang atau even apa? Masing-masing harusnya bisa besar. Kalau setiap provinsi punya satu even ung­ menggerakkan atau menarik orang untuk datang gulan, secara nasional menjadi 35 even setahun. melihat. Orang kemudian rindu akan evennya,” Menurutnya,mungkin diperlukan lokakarya atau ujar Tazbir. semacamnya, dengan melibatkan orang pemda, Kalau hendak mencanangkan tahun Visit, perguruan tinggi, bupati, DPRD, dan pelaku ­bisnis misalnya, tentu harus disiapkan aspek-aspek supaya bisa membuka wawasan. ­kebersihan di daerah, detilnya, tong sampah ­harus Kita perlu meningkatkan daya saing ke dunia tampak menejaga kebersihan, dan ­seterusnya, internasional. Salah satu cara meningkatkan perilaku masyarakat pun terarah menyambutnya. daya saing adalah destinasi siap dengan manaje­ Amatlah sayang kalau hanya terbatas atau men pariwisata yang memenuhi standar. menonjol ceremony saja dari suatu even. Itu Nah, dari situ kita masuk bertahap. Kita hanya ditonton oleh orang setempat, maka susah ­bicarakan kalau membuat dan mengelola even mengukurnya. sebaiknya bagaimana? Kalau pemula bagai­mana. Tentu akhirnya bisa bikin kriteria-kriteria. Misalnya berbicara desa wisata, memang banyak desa wisata, namun tentulah ada yang terlihat sudah siap didatangi orang asing, orang asing menginap di situ, ada yang baru siap ­untuk wisatawan domestik atau bahkan ada yang ­cocoknya baru untuk masyarakat lokal, kendati semuanya disebut desa wisata. Ada yang sudah sukses. Ada yang terus ber­ upaya maju. Sebagian even daerah mengalami kemajuan tahun demi tahun. Tetapi sebagian lainnya lambat kemajuannya. Ide menambah pengetahuan teknis me­ ngelola even di daerah, bagi daerah sendiri, jadinya memang diperlukan. n Tour de Singkarak di Sumatra Barat, salah satu even unggulan daerah yang bergengsi.

30

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 51 n Maret 2014


Pemasaran Destinasi

B

agi travel agent/tour operator di Bandung, bisnis online dan offline sekarang ini dirasakan berimbang komposisinya. Tapi setiap tahun tetap diperlukan memelihara awareness dan ­eksistensi bisnis, salah satu caranya dengan mengikuti berbagai macam even yang sifatnya offline seperti menghadiri NATAS, MATTA Fair yang setahun dua kali, dan sales mission. Itu memang investasi yang cukup besar tapi mau tidak mau harus dilakukan agar promosi dan penjualan yang dilakukan secara online (melalui website misalnya, catatan red.) juga dapat ber­ jalan dengan baik. “Bagi kami travel agent lokal di Bandung, ajang kegiatan dan promosi B to B tetap diperlu­ kan. Promosi online akan efektif bagi yang fokus bisnisnya di inbound agar bagaimana caranya bisa dibaca dan dikenal di seluruh dunia. Tapi ­kalau fokusnya di pasar lokal ya website atau ­online kurang efektif. Untuk inbound market yang saya tangani, lumayan tamu-tamu FIT dari Singapura yang bermain golf di sini. Untuk paket golf banyak yang datang dari pemesanan mereka melalui website,” Arie Asgari, Direktur Matahati Travels ­menerangkan. Bagi perusahaan perjalanan yang sudah besar dan mapan seperti Dwidaya Tour, membentuk satu divisi khusus yang menangani bisnis se­ cara online sama pentingnya dengan membuka kantor-kantor cabang di banyak daerah. Menu­ rut Suradi, ”Kami sudah melihat bisnis booking online sangat besar potensinya, tapi di dalam negeri Indonesia sepertinya tidak akan terjadi dalam 2–3 tahun ini, mungkin masih perlu wak­ tu hingga 5–10 tahun ke depan. Bisnis retail dan langsung datang ke kantor masih digandrungi publik saat ini. Itu mengapa kami membuka cabang-cabang baru di Bandung, Medan, Palem­ bang, Balikpapan, dan Banjarmasin. Termasuk membuka kantor-kantor cabang di dalam malmal yang ada di Jakarta. Yang sudah beroperasi di Bali, Surabaya, dan Makassar. Sekarang ini kami ekspansi dulu di bagian barat.” Para agen juga tampak mulai merasa was-was akan berlakunya ASEAN FreeTrade Area (AFTA) dan Masyarakat Ekonomi ASEAN di akhir tahun 2015.

Bandung:

Online, Offline dan Strategi Konsorsium Pedestrian di Jl.Merdeka

Andaikan semua pedestrian di kota Bandung, bahkan di setiap kota destinasi wisata di Indonesia, rapi seperti ini, niscaya wisatawan merasakan ‘respek’ terhadap kota, terbangun citra nyaman dan fasilitas yang manusiawi, dan kunjungan wisata pun akan meningkat. Kualitas kehidupan masyarakat dalam keseharian tentu juga terbawa oleh suasana yang menyenangkan itu.

Pedestrian di Jl. Ir. H. Juanda, Dago

“Kalau kita tidak siap dengan networking, kita akan habis. Kami membuka banyak cabang juga untuk memperkuat brand,” begitulah para agen di Indonesia ada yang bersiap-siap. Jack Tour bisa dikatakan satu dari sedikit pe­ rusahaan perjalanan berbasis online. Menurut pengalamannya permintaan secara online tetap tinggi. Diingatkannya juga bahwa porsi perpu­ taran uang dalam bisnis pariwisata online secara global semakin meningkat setiap tahun.

Bandung, kota wisata dunia

Ihwal Bandung menjadi kota wisata dunia, cerita yang menariknya, di antara 500 kota wisata di dunia yang dinominasikan, Kota Bandung akh­ irnya terpilih dan menjadi anggota World Tourism City Federation (WTCF) pada Desember 2013.

Setelah menjadi anggota WTCF diharapkan Pemkot Bandung segera memacu ­pembangunan infrastruktur baik kualitas maupun kuantitasnya agar indeks-indeks persyaratan sebuah kota pariwisata internasional di kota ini bisa dipenuhi. “Tugas utama kami adalah mempromosikan kota Bandung. Kami sudah bekerja sama dengan Beijing Tourism Board dan Lizhou Tourism Board di Cina sejak bulan Mei 2013. Lalu kami meluncur­ kan program I talk dan membuat Bandung Consortium yang khusus menangani wisatawan dari Cina,” itulah pemahaman Firmansyah mewakili Badan Promosi Pariwisata Kota Bandung (BP2KB) atau Bandung Promotion Tourism Board (BPTB). Bandung juga masih kekurangan media promosi berbahasa Mandarin. Beberapa liputan dari media massa di sana

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 51 n Maret 2014

31


Pemasaran Destinasi memperlihatkan respon dari Cina atas promosi Jabar yang juga Wakil Ketua BPPD Jabar. di bulan Mei tahun lalu. Yang pertama, 16 orang TPK di sejumlah hotel yang berada di lokasi jurnalis pada bulan September 2013, lalu kru dari strategis (dekat dengan pusat perbelanjaan atau TV Shandong di bulan Desember 2013. Di luar obyek-obyek wisata utama), mempunyai fasilitas itu, appointed agent dari Silkair dan cowriter dari dan pelayanan yang bagus, dan promosinya lebih India dan Nepal datang untuk meliput selama 5 banyak, bisa mencapai 70% tapi tidak bisa lebih hari di bulan Oktober 2013. dari itu. Kami juga telah menandatan­ Akomodasi yang letaknya gani MoU joint marketing den­ jauh dari pusat kota dengan gan Silkair pada Januari 2014. fasilitas seadanya, pelayanan E-magazine yang kami buat di­ yang masih di bawah standar targetkan bisa dimasukkan juga pariwisata, dan tidak ada pro­ ke dalam situs Silkair. mosi rata-rata hanya terisi seki­ Selain ke Cina, BP2KB ber­ tar 30%. promosi ke India dan Belanda Seperti yang bisa dilihat dari di even Vacantieburs. “Kami TPK rata-rata hotel di Pangan­ tidak berpromosi ke Malaysia daran hanya 29% per tahun. Ka­ dan Singapura agar tidak terjadi wasan wisata tersebut ditempuh Herwianto Muchtar duplikasi dengan yang telah di­ selama 7 jam berkendara mobil lakukan oleh Badan Promosi Pariwisata Jabar di dari Bandung dan dari Jakarta selama sekitar 10 sana,” Firmansyah mengatakan. jam. Rata-rata TPK se-Jawa ­Barat belum menca­ Pada saat lawatan ke Cina di pertengahan pai lebih dari 37 persen. ­tahun 2013, setelah melihat kondisi di ­lapangan, Tamu-tamu dari Malaysia dan Singapura se­ Bandung perlu membuat suatu konsorsium. cara keseluruhan yang masuk dan menginap di Maka dibentuklah Bandung China Consortium Jawa Barat diperkirakan sebanyak 20% masuk Travel Agent (BCCTA) untuk menangani para dari Jakarta selain yang langsung datang dari travel agent dari Cina. Kuala Lumpur dan Singapura. Itu belum ter­ Yang tergabung dalam konsorsium itu di hitung dengan sejumlah wisman dari Timur antaranya Nawang Tour, Tama T & T, Bee Holidays, ­Tengah, Cina, Jepang, dan Eropa yang datang ke Wita Tour, Bima T & T, Pesona T & T, Muara T & T, Jawa Barat melalui Kuala Lumpur. dan beberapa perusahaan perjalanan lainnya. Pembangunan hotel baru di tahun 2014 di Kota Sebagai langkah awal, pada saat kunjungan Bandung adalah hotel-hotel yang perizinannya yang kedua kali ke sana adalah menyampaikan sudah dikeluarkan sejak tahun 2013. Diperkira­ informasi dahulu dengan membagi-bagikan flyer kan, Kota Bandung akan mendapat tambahan berisi paket-paket wisata di kota Bandung. sekitar 3.000 kamar dalam tahun 2014 ini. Namun seiring dengan perkembangan dan perjalanannya, konsorsium ini tidak akan hanya menggarap pasar Cina saja tapi juga pasar-pasar lain. Dan sekarang namanya diubah menjadi Bandung Consortium Travel Agent (BCTA). Me­ mang, bentuk konsorsium sebelumnya sudah lebih kuat dan telah berjalan di pasar outbound.

TPK Akomodasi di Jabar Masih Stagnan

Ketika kita melihat ke dalam bisnis akomo­ dasi, ditemukan keadaan umum rata-rata Ting­ kat Penghunian Kamar (TPK) di kota Bandung sampai dengan tahun 2013 masih di angka 50% menurut perhitungan PHRI Jawa Barat. “Sulit naiknya. Saya pikir tahun ini pun akan lebih sulit lagi meningkatkannya,” itu ­pengamatan dari Herman Muchtar, Ketua PHRI

32

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 51 n Maret 2014

Online Travel Agent (OTA)

“Jelas, website sangat bermanfaat. Tahun 1994, kami tidak menerima pemesanan kamar, hanya menerima tamu walk-in. Seiring dengan persaingan hotel yang semakin ketat khusus­ nya di kota Bandung, contohnya di kawasan Cihampelas sekarang sudah ada sekitar 19 hotel di mana dulunya hanya 3 hotel, mau tidak mau kami juga harus berusaha bagaimana kamarkamar terus terisi. Jadi, selain kami berpromosi melalui website sendiri, juga melalui online travel agent (OTA) di antaranya Agoda, Booking.com, dan lain-lain. Banyak agen lokal yang mulai melakukan bisnis serupa. Bahkan saya lihat semakin ke sini lebih banyak yang melalui internet daripada yang walk-in,” Herwianto Muchtar, Managing Director Cihampelas Hotel Group menerangkan. Menurut pengalamannya, pemesanan kamar melalui situs Agoda bisa mencapai 20 sampai 30 persen. Angka tersebut memang tidak bisa dipukul rata untuk semua akomodasi. Bagi ako­ modasi di sekitar Cihampelas mungkin jumlah booking dari OTA bisa mencapai 30% dari jumlah seluruh pemesanan. Tetapi di kawasan-kawasan lain seperti Dago, Pasteur dan lain-lain tamu walk-in juga masih banyak. Peran OTA sangat besar dan membantu akomodasi yang letaknya tidak di pusat kota. Dengan menggunakan OTA juga diversifikasi negara asal tamu bisa terjadi. Sehingga hotel harus mau meningkatkan standar fasilitas dan pelayanannya. Meskipun di sisi lain, persaingan harga yang dihadapi di antara hotel-hotel dan jenis akomodasi lain kadangkala nyatanya tidak rasional lagi.

WTCF dan Badan Promosi

Kota Bandung menjadi anggota WTCF, ada BP2KB dan West Java Tourism Board, tentu juga fasilitasi dan pendukungan melalui programprogram promosi secara nasional dari Kemen­ parekraf selama ini, semua itu turut membantu promosi pelaku industri pariwisata di Bandung dan Jawa Barat. Herman Muchtar menegaskan bahwa ­promosi tetap harus ditingkatkan terus. Juga ba­ gaimana Bandung dan Jawa Barat bisa menarik wisman lain yang sedang berada di Singapura dan Kuala Lumpur agar mau datang ke sini. Kami sedang membidik potensi besar tersebut, kata dia. Malaysia dan Singapura akan tetap menjadi


Jumlah Usaha Jasa Makan dan Minum di Kota Bandung per Tahun 2013 pasar utama Bandung. Yang sekarang dibutuh­ kan adalah kreatifitas dari pemda, dari pelaku industri mulai dari akomodasi, biro perjalanan/ operator tur, obyek wisata, restoran dan lain-lain untuk menciptakan daya tarik-daya tarik baru sehingga kota ini bisa mempertahankan minat orang mau berkunjung sekaligus memper­ tahankan daya saing antardestinasi di tingkat antardaerah maupun antarnegara. Pembenahan dan pembangunan infrastruk­ tur menjadi hal yang mesti diutamakan untuk membangun sebuah destinasi yang bagus. ­Untuk membenahi dan membangun infrastruk­

tur tersebut diperlukan pemahaman yang sama dari semua pihak atas potensi wisata yang dimiliki daerah. Toh pada dasarnya infrastruktur pariwisata merupakan infrastruktur umum yang dibutuhkan oleh warga setempat. Contoh dalam pembenahan akomodasi yang sudah ada di Jawa Barat, tidak lebih dari 78 hotel yang sudah diklasifikasikan dari ­sekitar 1.600 ­hotel. Bandung dan Jawa Barat juga masih kekurangan sumber daya manusia ­bidang ­kegiatan akomodasi. Pertumbuhan SDM tidak sebanding dengan pertumbuhan jumlah ­ako­modasi. n

Sumber: Disbudpar Kota Bandung

Jumlah Wisman ke Bandung Berdasarkan Warga Negara, Tahun 2010–2013

Sumber: Disbudar Kota Bandung, Kantor Imigrasi Bandung

Jumlah Akomodasi di Jawa Barat Tahun 2009–2012

Sumber: http://jabar.bps.go.id

Usaha Perjalanan Wisata yang Terdaftar di Kota Bandung per Tahun 2013

Sumber: Disbudpar Kota Bandung

Jumlah Akomodasi di Kota Bandung Tahun 2013

Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 51 n Maret 2014

33


Indi

Realisasi Wisman Bulanan Januari–Desember 2014

Sumber: BPS

Realisasi Wisman Berdasarkan Pasar Utama Januari 2014 VS 2013

Sumber: BPS Berdasarkan Kebangsaan pada 19 Pintu

34

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 51 n Maret 2014


kator

Kunjungan Wisman berdasarkan 19 Pintu Masuk Januari 2014

Sumber: BPS Berdasarkan Kebangsaan pada 19 Pintu

Target Wisman 2014 dan Seat Capacity

Sumber: Dit. PPIP Kemenparekraf dan Direktorat Angkutan Udara, Kemenhub. Periode Winter 2013/2014

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 51 n Maret 2014

35


Even Pemasaran Pariwisata 2014 Dalam Negeri Daftar Kegiatan Direktorat Promosi Pariwisata Dalam Negeri No.

Nama Kegiatan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

Direct Promotion Direct Promotion Sumatera Barat di Bali Direct Promotion Sumatera Selatan di Medan Direct Promotion Kep. Bangka Belitung di Yogyakarta Direct Promotion DKI Jakarta di Yogyakarta Direct Promotion Jawa Barat di Padang Direct Promotion Sulawesi di Bali Direct Promotion Kalimantan di Surabaya Direct Promotion Jawa Timur di Batam Direct Promotion Nusa Tenggara Barat di Balikpapan Direct Promotion Nusa Tenggara Timur di Bali Direct Promotion Maluku dan Maluku Utara di Bali Direct Promotion Papua dan Papua Barat di Bali Direct Promotion Kep. Riau di Balikpapan

Tempat Pelaksanaan

Waktu Pelaksanaan

Denpasar Bandung

Juni 2014 April 2014

Yogyakarta Yogyakarta Padang Denpasar Surabaya Batam

Maret 2014 April 2014 Maret 2014 Mei 2014 Mei 2014 Juni 2014

Balikpapan Denpasar

Mei 2014 Juli 2014

Denpasar

Mei 2014

Denpasar Balikpapan

Juli 2014 Mei 2014

Penyelenggaraan Event Berskala Nasional dan Internasional 1 Festival Danau Toba Samosir September 2014 2 Promosi Pariwisata di Perbatasan Batam Juni 2014 3 TIME di Batam Batam Oktober 2014 4 Kemilau Sumatera Tjg Pinang September 2014 5 Kenduri Melayu Batam November 2014 6 Promosi Pariwisata dan Budaya Bambu Nusantara Lampung Mei 2014 7 Pemilihan Putri Pariwisata Indonesia Jakarta September 2014 November 2014 8 Pameran Mutumanikam Nusantara Indonesia Jakarta 9 Promosi Pariwisata Borobudur International Festival Borobudur Juni 2014 10 Festival Tangkuban Perahu di Jawa Barat Bandung Mei 2014 11 Putra Putri Batik Nusantara IV Jakarta Agustus 2014 12 Kemilau Sulawesi Gorontalo Agustus 2014 13 Toraja Festival Toraja Juni 2014 14 Festival Erau Samarinda Mei 2014 15 Borneo Extravaganza Bali Agustus 2014 16 Wisata Remaja 2014 Singkawang Agustus 2014 17 Festival Rakyat Mataraman Pacitan Oktober 2014 18 Festival Danau Kelimutu Ende, NTT Agustus 2014 19 Festival Komodo Labuan Bajo Mei 2014 20 Festival Timoresia Malaka, NTT Oktober 2014 21 Lombok Sumbawa Pearl Festival Mataram Awal Juni 2014 22 Festival Danau Batur di Kintamani Kintamani Minggu II September 2014 23 Festival Seni Jembrana 2014 Jembrana Maret 2014 24 Bali Beyond and Travel Fair Nusa Dua Juni 2014 25 Internasional Sumpit Festival Pontianak September 2014 26 Gebyar Angin Mamiri Makassar September 2014 27 Festival Bumi Raflesia Bengkulu September 2014 28 Festival Bono Riau Oktober 2014 29 Festival Candi Muaro Jambi Jambi Mei 2014 30 Festival Cibaliung Banten Juni 2014 31 Solo Batik Karnival Surakarta Juni 2014 32 Apresiasi Wonderful Indonesia 2014 Jakarta Desember 2014 33 Festival Lagu Daerah Nusantara Jakarta Maret 2014 34 Indonesia Coffee Festival Bandung Agustus 2014 35 Festival Kota Lama Semarang Semarang Mei 2014

Tempat Waktu Pelaksanaan Pelaksanaan Pendukungan Event Seni, Budaya dan Pariwisata Daerah 1 Dukungan Event Pariwisata Provinsi Aceh Banda Aceh Juli 2014 2 Dukungan Event Pariwisata Provinsi di Kepri Kepri Agustus 2014 3 Dukungan Event Pariwisata Provinsi Sumbar Padang Agustus 2014 4 Dukungan Event Pariwisata Provinsi Riau Riau Mei 2014 5 Dukungan Event Pariwisata Provinsi Jambi Jambi November 2014 6 Dukungan Event Pariwisata Provinsi Bengkulu Bengkulu Juli 2014 7 Festival Radin Jambat IX Lampung Maret 2014 8 Dukungan Festival Way Kambas Lampung Oktober 2014 9 Dukungan Festival Lampung Begawe Lampung Juli 2014 10 Gebyar Budaya dan Wisata Nusantara Jakarta Mei 2014 11 Drama Wayang Gedung Kesenian Jakarta Jakarta April 2014 12 the 37th Jazz Goes to Campus Depok Desember 2014 13 Dukungan Drama Wayang Teater Koma Jakarta April 2014 14 Dukungan Federasi Teater Indonesia Jakarta Maret 2014 15 Dukungan Kemilau Nusantara Oktober 2014 16 Dukungan Layang-Layang Internasional Pangandaran Juli 2014 17 Dukungan Jawa Barat Travel Exchange September 2014 18 Dukungan Promosi Parekraf Jawa Tengah Solo Juli 2014 19 Dukungan Promosi Parekraf Yogyakarta Yogyakarta Juli 2014 20 Dukungan Festival Cap Gomeh Singkawang Februari 2014 21 Erau Forklore Internasional and Art Festival Tenggarong, Kaltim Juni 2014 22 Dukungan Festival Seni Budaya Perbatasan Nunukan Juni 2014 23 Dukungan Festival Taglong dan Banjarbaru, Bagarakan Sahur ke-15 Kalsel Juli 2014 24 Dukungan Festival Danau Tondano Tondano Agustus 2014 25 Dukungan Festival Wakatobi Wakatobi, Sultra September 2014 26 Dukungan Sandeq Race Mamuju Agustus 2014 27 Dukungan Festival Losari Makassar November 2014 28 Dukungan Promosi Pariwisata NTB Mataram September 2014 29 Dukungan Legian Beach Festival Legian Juni 2014 30 Dukungan Kuta Karnival Kuta Oktober 2014 31 Dukungan Festival Banyuwngi Banyuwangi November 2014 32 Dukungan Event Pariwisata Lembata 2014 Lembata Agustus 2014 33 Dukungan Malang Flower Festival Malang November 2014 34 Dukungan Festival Teluk Ambon Ambon September 2014 35 Dukungan Festival Tidore Tidore, Maluku Utara April 2014 36 Dukungan Festival Budaya Teluk Humboltd Jayapura Agustus 2014 37 Dukungan Festival Budaya Fak-Fak Fak-Fak, November 2014 Papua Barat 38 Dukungan Festival Legu Gam Ternate April 2014 39 Dukungan Festival Jailolo Jailolo, Halbar Mei 2014 40 Dukungan Festival Danau Sentani Sentani Juni 2014 41 Dukungan Festival Kora-Kora Ternate Desember 2014 42 Dukungan Festival Kei Kei, Maluku Tenggara Oktober 2014 43 Dukungan Festival Asmat Agats, Papua Oktober 2014 44 Dukungan Festival Sail Raja Ampat Waisai, Raja Ampat Juni 2014 45 Dukungan Promosi Pariwisata Provinsi Sumatera Selatan

No.

Informasi :

36

Nama Kegiatan

Telp. 021-3838220 u Fax. 021-3208612 u Website: www.indonesia.travel u Email: kncn@indonesia.travel Direktorat Promosi Pariwisata Dalam Negeri u Direktorat Jenderal Pemasaran Pariwisata Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 51dan n Maret 2014Kreatif RI u Jalan Medan Merdeka Barat No. 17, Jakarta Kementerian Pariwisata Ekonomi


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.