Newsletter Pariwisata Indonesia Edisi 53 - Mei 2014

Page 1

n No. n Mei 2014 n Januari Vol.Vol. 5 n5No. 49 53 2014

Menuju Destinasi Wisata Syariah Dunia

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 53 n Mei 2014

1


D

i Di Flores, Kabupaten Sikka, tradisi menenun ikat diajarkan ­untuk menurunkan keahlian dari nenek moyang agar bisa ­dilanjutkan orang muda, terutama tentunya generasi muda kaum perempuan. Mereka bisa mengerjakan mulai dari memintal benang dari kapas, merajut dan menenun, hingga finishing. Kalau pengajaran, pendidikan dan pelahan dak diprogram, tradisi ­kerajinan tangan yang mengandung nilai seni budaya lokal, tentu tak lama lagi bisa hilang dari kehidupan dan kearifan lokal sehari-hari. ­Padahal ­hasil seni budaya yang ‘tangible’ itu sejanya juga membawa nilai ekonomi, ­harga kain tenun ikat bukanlah tergolong murah. Kesadaran masyarakat dan pemerintah setempat, tinggal butuh ­dukungan lanjut dari pelaku bisnis khususnya para pemasar. Berkembangnya pariwisata dengan meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan, juga akan memberi jaminan pasar alias konsumen. Pengarah: Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Penanggungjawab: Direktur Jenderal Pemasaran Pariwisata Wakil Penanggungjawab: Direktur Pengembangan Pasar dan Informasi Pariwisata Penerbit/Pemimpin Redaksi: Arifin Hutabarat Dewan Redaksi: Direktur Promosi Pariwisata Dalam Negeri; Direktur Promosi Pariwisata Luar Negeri; Direktur Konvensi, Insentive, Even dan Wisata Minat Khusus; Direktur Pencitraan Indonesia; T. Burhanuddin; Wisnu B. Sulaiman.

Isi Nomor ini Menjadi Destinasi Wisata Syariah Dunia Mengoptimalkan Upaya di Negeri Sendiri Sampai Dimanakah Kita?

Reporter: Benito Lopulalan

Memilih dan Memilah Langkah Kongkrit

Alamat: Direktorat Jenderal Pemasaran Pariwisata Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Jl. Medan Merdeka Barat No.17, Lantai 3 Jakarta 10110

Festival Bambu Nusantara Dibawa ke Kabupaten Pringsewu

Telp : 021 383 8220 Fax : 021 380 8612, Email : jurnal@indonesia.travel Jika Anda mem­ punyai infomasi dan pendapat untuk Newsletter ini, ­silakan kirim ke alamat di atas.

2

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 53 n Mei 2014

Sulsel Memperlihatkan Minat Besar Dari Embrio Menuju Destinasi Internasional www.newsletter-pariwisataindonesia.com

6 9 12 14 16 27 31


Ibu Menteri, Mari Elka Pangestu, di tangannya membawa satu buket bunga,

menyanyikan lagu Panjang Umurnya.... dan

Hal.

Hal.

4

15

Maka Wamen Sapta Nirwandar, di sampingnya berdiri, Nyonya Kuntari Sapta Nirwandar, tampak diam terpaku. Suasana panggung pun bercampur antara kampanye pemasaran pariwisata dengan refleksi emosi dan sentimental semangat kebersamaan personil di lingkungan kementerian kepariwisataan dan ekonomi kreatif saat itu.

Dirjen Pemasaran Pariwisata Esthy Reko Astuty mengumumkannya

kepada para wartawan

pada medio April, dua bulan sebelum even Bali and Beyond Travel Fair dilaksanakan.

Pulau Belitung relatif kecil. Daya tarik yang membuat wisatawan

Hal.

Hal.

18

24

masih terbatas

. mau datang Jarang pengunjung mau datang kembali (repeater). Bagaimana membuat orang kangen ingin kembali lagi, itulah yang kini 足tengah dipikir-pikir oleh beberapa pelaku pariwisata setempat.

Penandatanganan kerja sama Kemenparekraf dengan GIZ, adalah proyek pengemba足ngan studi dan dokumen strategis mengenai aspek-aspek tertentu

p足 ariwisata berkelanjutan dan hijau yang

dari pengembangan

relevan bagi Indonesia dan diseminasi good practices.

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 53 n Mei 2014

3


Bapak Pemasaran

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Mari Elka Pangestu, di tangannya membawa satu buket bunga, diikuti oleh pejabat-pejabat Kementerian Parekraf (bawah).

T

anggal 13 Mei 2014 di main atrium Kota Kasablanka, ­Jakarta. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Elka Pangestu tiba-tiba muncul. Wamen Parekraf Sapta ­Nirwandar tengah di ujung paparannya tentang ­pemasaran pariwisata. Di atas panggung bersama ­Hermawan Kertajaya, CEO MarkPlus penyelenggara even. Sore hingga malam itu jadwalnya puncak ­acara yang sekaligus hendak menutup telah terlaksananya Jakarta Marketing Week. Dari balik panggung di sisi kanan, cahaya lampu temaram tapi dari situ muncul berbaris paling depan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Mari Elka Pangestu, diikuti oleh pejabat eselon I Kementerian Parekraf. Ibu Menteri di tangannya membawa satu buket bunga, dan para ‘peserta baris’ di belakangnya melangkah mengikuti berwajah cerah seraya bertepuk tangan dan... menyanyikan lagu Panjang Umurnya.... Maka Wamen Sapta Nirwandar, di sampingnya berdiri, Nyonya Kuntari Sapta Nirwandar, tampak diam ­terpaku. Setelah melongok ke kanan, terpana bebe­ rapa detik, lalu ‘surprised’ membalik badan ke arah kanan menyambut Ibu Menteri menyerahkan seikat kembang dan menyalami. Demikianlah beberapa menit suasana panggung bercampur antara kampanye pemasaran pariwisata dengan refleksi emosi dan sentimental semangat kebersamaan personil di lingkungan kementerian kepariwisataan dan

4

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 53 n Mei 2014


Pariwisata

Beberapa saat sebelumnya, di venue Kota Kasablanka itu, di hadapan publik yang praktis dipenuhi hadirin orang-orang muda Indonesia, berlangsung kegiatan bertema Tourism through Digital Marketing.

Dua bola matanya tampak berkaca-kaca di balik kacamatanya. Terima kasih, terima kasih‌ ucapnya. Tapi tersendat. Tampak mau mengucapkan kata lagi. Tapi suaranya tercekat. Dua kalimat pendek beberapa kata saja kemudian bisa terdengar. Saya tak pernah menangis. Tapi kali ini saya menangis‌. Setelah satu kalimat pendek terucap lagi, Pak Wamen mengangkat mengayunkan tangan kiri ke atas lalu melepas jatuh. Menyerah. Disalaminya lagi Ibu Menteri. Nyonya Kuntari Sapta Nirwandar dan hadirin terdiam sejenak, lalu tepuk tangan pun memenuhi ruangan terbuka di main atrium Kota Kasablanka yang sedang dipenuhi pengunjung itu.

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 53 n Mei 2014

5


Dari kantor pusat UN-WTO di Jenewa, Swiss, Dirjen WTO Thalib Rizal bersama jajarannya, merekam senyum dan pesan Happy Birthday, mereka ucapkan “Selamat Ulang Tahun Pak Sapta…”

ekonomi kreatif. Malam penutupan resmi Jakarta Marketing Week jatuh tanggal 13 Mei 2014. Pas tanggal lahir Sapta Nirwandar, memasuki usia 60 ­tahun. Berarti, pensiun sebagai pegawai negeri. Hanya di kantornya, di lantai 17 Gedung Sapta Pesona, siang hari itu beberapa teman datang dan beberapa pejabat menyalaminya. Lalu, ­masing-masing disuguhi makan siang nasi bungkus alias lunch box di ruangan rapat. Tapi rupanya Bu Menteri siang itu tengah

Utama

P

ertama kali konferensi internasional tentang wisata syariah diadakan di Indonesia, tanggal 2–3 Juni 2014 ini. Gema wisata syariah ke dunia luas akan semakin menggaung dari ­Indonesia. Dalam kata-kata Wamen Parekraf Sapta ­Nirwandar, kita menggagas karena kita pernah mengikuti konvensi khususnya pertemuan menteri pariwisata anggota OIC (Organisasi Kerjasama ­Negara-negara Islam). Kita datang ke sana dan setelah itu kita datang lagi ke konsensus di Dubai, bahwa kita mulai membangun wisatawan muslim. ­Mengapa? ­Karena punya peran yang sangat penting in term of jumlah, dan seterusnya. Kenapa kita tidak meng­adakan pertemuan? Untuk memperkuatnya, bukan saja untuk kepentingan internasional tetapi juga kepentingan nasional, Indonesia. Indonesia selama ini selalu dijadikan source

6

mempersiapkan surprise yang hendak diberikan pada acara yang tak disangka-sangka itu. HUT bersamaan pada kegiatan Marketing Week yang hendak ditutup oleh Wamen Parekraf. Pada video show yang menayangkan kilas balik selintas ‘riwayat kiprah Sapta Nirwandar’, tampil satu teks, Sapta Nirwandar, Bapak ­Pemasaran Pariwisata. Sesaat sebelum Bu Menteri muncul bersama barisannya, Sapta Nirwandar memang baru saja meluncurkan resmi terbitan buku yang ditu-

lisnya bersama dengan Hermawan Kertajaya. Judulnya: Tourism Marketing 3.0. Dan beberapa saat sebelumnya lagi, di venue Kota Kasablanka itu, di hadapan publik yang praktis dipenuhi diisi orang-orang muda Indonesia, berlangsung kegiatan bertema Tourism through Digital Marketing. Pengalaman dan karya kreatif orangorang muda Indonesia, yang bisa mendukung ­pemasaran pariwisata, ditampilkan pada sesisesi yang terbuka, sehingga ramai, seru, dan tampak menginspirasi. n

Menjadi Destinasi market alias sasaran tembak sebagai pasar. Jika menjadi destinasi, malah bisa menjadi ­leading sector. Artinya memanfaatkan kehadiran ­Indonesia lebih banyak. Pada konferensi itu, akan berlangsung upaya menyamakan pendapat, tukar pikiran sekaligus untuk meningkatkan perjalanan tourist moslem bukan hanya dari Timur Tengah, tapi juga di Eropa, dari Amerika, dari China. Forum dua hari itu, yang pertama akan tampil para keynote speakers, dilanjutkan forum-forum sesi panelis dan seterusnya. Pesertanya dari anggota OIC, organisasi yang beranggotakan 57 negara, dan 60–75 % sudah menyatakan akan ikut serta. Dari Indonesia? Tentu saja diminta para ­pemerintah daerah yang kuat syariahnya ­seperti Provinsi Aceh, Sumatra Barat, Palembang, ­Medan, Lampung hingga Nusa Tenggara Barat,

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 53 n Mei 2014

Jawa Barat dan seterusnya. Duta besar Saudi Arabia di Jakarta dalam mewakili seluruh ambassador anggota OKI meng­ ucapkan terima kasih atas upaya Indonesia ini. Bagi Indonesia sendiri, bahasan dalam seminar ini akan sangat bermanfaat, memang fokusnya khusus, namun itu bukan berarti “kita akan me­ ngurangi yang lainnya”, ujar Sapta Nirwandar. Justru hasilnya akan menambah terhadap apa yang sudah dicapai, seperti di destinasi Bali telah mulai ada hotel syariah. Untuk memenuhi kebutuhan client, kenapa tidak? Dubes Arab Saudi malahan tergerak ingin mengetahui dan menyaksikannya lebih banyak. Korea pun menerbitkan buku wisata ­syariah. Mempromosikan restoran dan halal food, ­intensif melalui web, sementara masyarakat di ­destinasinya sendiri 97,5 % Budha dan 2,5 % lain-lain.


Beberapa event besar yang dicetuskan oleh Sapta Nirwandar sejak posisinya Dirjen ­Pemasaran Pariwisata hingga Wamen Parekraf, ditampilkan ulang sekilas, seperti adegan Tour de Singkarak ini. Sedaknya 12 even digagasnya dan berkembang tahun demi tahun, sebagai implementasi dari action oriented yang diterapkan dan didorongnya untuk berkembang di daerah-daerah dalam kebijakan dan strategi memasarkan destinasi pariwisata. Dapat diduga perasaan haru dan gembira bersama kian bercampur baur ketika tayangan rekaman video di ‘layar lebar malam itu’ menampilkan Menteri Pariwisata dan Ekonomi kreatif, Mari Elka Pangestu, tampak memimpin para pejabat koor menyanyikan Selamat Ulang Tahun, Panjang Umurnya...

Wisata Syariah Dunia Dirjen Multilateral Kemlu, Hasan Kleib, ­menyatakan tidak ada satu negara pun di luar OKI yang akan mempertanyakan ada ­maksud apa dengan forum ini? Mengingat yang ­mengadakan lndonesia—mungkin akan berbeda kalau ­diadakan oleh negara di luar OKI. Kita ber­ bicara muslim bukan hanya negara OKI, ­namun men­cakup seluruh dunia dari mulai Amerika Latin, ­Afrika dan Eropa di mana juga banyak ­muslimnya. OKI itu sendiri tadinya merupakan Organisasi Konferensi Islam, sejak 2 tahun yang lalu telah diubah menjadi Organisasi Kerjasama lslam. Anggotanya antara lain tiga di Asia Tenggara, Indonesia, Malaysia dan Brunei, di Asia Selatan seperti Pakistan, Bangladesh. Dari Afrika Utara mulai Mesir sampai Maroko, Algeria, Libya dan Afrika bagian bawah termasuk Zambia dan Timur Tengah dan beberapa negara dari Asia Barat

­seper Kazakhstan dan tetangga-tetangganya. Jadi memang sudah saatnya untuk duduk bersama antarnegara OKI, kebetulan ada wadah untuk 57 negara anggotanya. Tujuannya berbeda dengan pertemuan menteri pariwisata maka dalam konteks ini lebih pada action orientation efforts. Itu akan menekankan pada lesson learn, best practice, information sharing and ­knowledge antar­negara. Bagaimana negara A melakukan promosi wisata muslim, bagaimana tantangannya dan mungkin bisa keluar dengan ­kesepakatan peningkatan capacity building atau pe­ning­­katan kapasitas antarnegara OKI. “Kemenlu mendukung penuh,” ujarnya saat jumpa pers bersama Wamen Parekraf Sapta ­Nirwandar di Jakarta, dua minggu menjelang hari konferensi tersebut. Dirjen Hasan menceritakan pengalaman

terbarunya. Ada teman dari London mengirimkan foto headline salah satu surat kabar di sana, tulisannya berjudul besar Millions are eating halal food without knowing it. Jadi, kata dia, jutaan orang makan halal food tanpa ­sepengetahuannya. Pertemuan di Jakarta ini akan memberi refleksi bagaimana moslem community, Indonesia dianggap sebagai negara yang menunjukkan antara demokrasi dan islam go hand in hand. Menjawab pertanyaan wartawan, Wamen Sapta Nirwandar menjelaskan, Indonesia ­tengah mempersiapkan aspek-aspek legal ­wisata syariah. Ada beberapa pedoman dari ­Kemenparekraf dengan Majelis Ulama ­Indonesia (MUI). Memang belum terlalu maju... to late ­better never. Puluhan hotel syariah termasuk di Solo, di Bandung, memang belum populer, ­namun maju terus.

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 53 n Mei 2014

7


Beginilah wisata syariah atau wisata Muslim dipasarkan untuk paket-paket dengan ke destinasi Spanyol, Portugal, dan negara Afrika Maroko. Penjualan ini di saat pameran wisata di Kuala Lumpur tahun 2013. Ada juga paket wisata muslim ke Korea, Jepang dan RRT.

Utama Maka, forum awal Juni di Hotel Borobudur, J­ akarta itu, akan mencakup bukan saja G ot G, juga B2B bahkan B2G, dijelaskan oleh Wamen Parekraf. Khususnya mengenai pertemuan B2B, menurut Sapta, forum ini istimewa. Yang datang nanti bukan perwakilan pemerintah saja, tapi mereka membawa pelaku bisnis, maka tinggal bagaimana kita bisa menjual sesuatu di forum ini dan kemudian mem-follow up di pelbagai event berikutnya. Di antara mata acara, ada Ceo ­Summit, ini merupakan B2B.

Menuju pariwisata islami global

Konferensi internasional pertama tentang wisata syariah ini sebagai tindak lanjut dari pertemuan para menteri pariwisata ­negara-negara anggota OKI di Banjul, Gambia pada 6 Desember 2013 lalu, dihadiri oleh Wamen Parekraf Sapta Nirwandar. Kemudian digagas suatu forum yang akan

8

membahas pengembangan wisata syariah di antara negara-negara OKI. Ini juga mengingat peran pentingnya dalam mendukung pariwisata global. Pertemuan ter­ sebut menyetujui akan ­dilaksanakannya The 1st OIC International Forum on Islamic Tourism di ­Indonesia pada 2014. Forum ini diselenggarakan untuk menjelas­ kan bahwa wisata syariah (Islamic ­Tourism) adalah salah satu kunci sukses dalam mendukung per­ekonomian global sehingga dipandang perlu wisata ini dibawa menjadi arus utama dalam industri perjalanan dan pariwisata ­global. Mengidentifikasi potensi bisnis yang dapat dikembangkan dalam produk wisata syariah dan meningkatkan kerja sama di antara negaranegara OKI khususnya dalam meningkatkan dan mengembangkan wisata syariah. Para pembicara yang akan hadir dalam forum tersebut: Wamen Parekraf Republik Indonesia,

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 53 n Mei 2014

Sapta Nirwandar; Menteri Pariwisata dan ­Budaya Republik Gambia, Fatou Mas JobeNjie; Menteri Pariwisata dan Budaya Malaysia, Dato Seri Mohamed Nazri bin Abdul Azis; Wakil Menteri Pertanahan, Infrastruktur, Transportasi dan Pariwisata Jepang, Manabu Sakai; Direktur Jenderal Pusat Pariwisata Islam Malaysia, Zulkifly Md. Said; Direktur Jenderal ­Pengembangan ­Destinasi Pariwisata RI, ­Firmansyah Rahim; ­Ketua Otoritas Jasa Keuangan RI, Dr. ­Muliaman D. Hadad; CEO Thomson Reuters, Dr. Sayd ­Farook; Rektor Unipdu Jombang, Dr. ­Ahmad Zaro; Presiden Komisaris Sofyan Hotel Tbk, ­Riyanto Sofyan; Direktur Manufakturing Martina Berto Tbk, Kunto Widarto; perancang baju muslim dari Indonesia, Dian Pelangi; Deputy Marketing KPJ Healthcare Berhad, Noor Hafizan Mohd Noor; GM Ogilvy Public Relation, Aries Nugroho, dan CEO Dinar Standard, Rafi Uddin Shikoh. n


Utama

Mengoptimalkan Upaya

di Negeri Sendiri

W

amen Sapta Nirwandar berupaya sekali membangun pengertian publik di negeri sendiri. Ditulisnya satu tulisan ‘kolom’ di majalah Gatra edisi medio Mei 2014 ini. Intinya, digambarkan bagaimana populasi umat Islam di seluruh dunia lebih dari 1,6 miliar jiwa atau 25% dari 6,9 miliar jumlah penduduk dunia pada tahun 2012. Populasi muslim di dunia diprediksi akan mencapai 2,2 miliar atau 26,4% dari total penduduk dunia sebanyak 8,3 miliar jiwa pada 2030 (Pew Research Center Forum on Religion and Public Life). Populasi ini juga memiliki pertum­ buh­an ekonomi cepat dengan kom­ posisi kalangan menengah dominan. Di ­beberapa negara Islam atau negaranegara dengan jumlah penduduk muslim besar seperti Arab Saudi, Uni Emirat Arab, ­Indonesia, Malaysia dan Turki mencatat ­pertumbuhan ekonomi relatif tinggi di atas 5 ­persen. Laporan Thomson Reuters Corporation (State of the Global Islamic Economy 2012) dan Dirham International Consultant menyebutkan, umat ­Islam sa­ngat prospektif membawa dampak pada perekonomian global. Di dalam laporan tersebut ditunjukkan tujuh sektor penting yang menjadi acuan. Sektor pertama adalah perbankan dan ­keuangan syariah yang memberikan kontribusi USD 1.354 miliar pada tahun 2012 dan berpotensi menyumbangkan USD 4.095 miliar atau 3,3% dari aset perbankan global di tahun 2018. Industri makanan dan minuman halal menjadi sektor kedua. Sektor ini memberi kontribusi sebesar USD 1.088 miliar pada 2012 dan diprediksi me­ningkat menjadi USD 1.626 miliar pada 2018. ­Kemudian, industri fesyen menempati urutan ­ketiga de­ngan besaran kontribusi mencapai USD 244 miliar pada 2012 dan diprediksi akan me­ningkat jadi USD 322 miliar pada 2018. Industri media muslim dan rekreasi serta industri perjalanan wisata umat Islam berturutturut menempati posisi keempat dan kelima. Kontribusi industri media muslim dan rekreasi pada tahun 2012 sebesar USD 151 miliar dan potensinya akan meningkat jadi USD 205 miliar

pada 2018. Sedangkan industri perjalanan wisata umat Islam, di luar perjalanan Haji dan Umroh, meraup USD 137 miliar pada 2012 dan diprediksi akan mencapai USD 181 miliar pada 2018. Dua sektor terakhir adalah industri farmasi dan kosmetik halal. Industri farmasi halal menjadi sektor keenam dengan kontribusi sebesar USD 70 miliar di tahun 2012 yang dapat ditingkatkan menjadi USD 97 miliar hingga 2018. Dan terakhir, sektor ketujuh, industri kosmetik halal dengan kontribusi USD 26 miliar pada 2012 dan ­berpotensi meningkat menjadi USD 39 miliar sampai 2018.

Jumlah wisatawan internasional secara global sebesar 1,087 miliar orang pada 2013, tumbuh sebesar 5% dibandingkan dengan tahun 2012 ­sebanyak 1,035 miliar orang. Kontribusi ­pariwisata global sebesar 9% dari total GDP dan meraup USD 1,3 triliun terhadap total ekspor dunia pada tahun 2013. Sejalan dengan perkembangan pertumbuhan perekonomian negara-negara Islam, pertumbuhan turis muslim di luar perjalanan haji dan umroh terus meningkat. Pertumbuhan tersebut ditopang dengan konsep wisata syariah tidak hanya berkembang di negara-negara Islam atau yang penduduknya mayoritas muslim. Wisata ini juga berkembang di Selandia Baru, Gold Coast Australia, dan Kanada. Bahkan, negara-negara Asia timur seperti Jepang, Korea Selatan dan Cina terang-terangan mempromosikan perjalanan ramah bagi pejalan muslim dari Indonesia akhirakhir ini. Di negara-negara non muslim tersebut dise­ diakan fasilitas sederhana untuk tempat ber­

ibadah di hotel dan restoran bersertifikat halal. Bahkan gerai McDonald di kota Melbourne sudah ber­label halal. Malaysia, negara di Asia yang relatif lebih dulu maju dalam memfasilitasi kebutuhan wisatawan muslim terutama dari Timur Tengah dan Cina. Contoh, di kawasan Bukit Bintang terdapat ­toko-toko dan restoran yang buka sampai pukul 04.00 guna memberi kesempatan bagi keluarga dari Timur Tengah yang terbiasa belanja pada malam hari. Negara itu mempunyai pejabat setingkat ­direktur jenderal khusus menangani pariwisata Islam dan memiliki pusat pariwisata ­islami ­(Islamic Tourism Center) yang melayani ­kebutuhan wisatawan ­muslim. Sampai saat ini, ­Malaysia memiliki 366 hotel bersertifikat ­halal dari majelis ulama setempat. Sebanyak 273 hotel berbintang 3 hingga 5, hotel bintang 1 dan 2 ada 53 unit, dan 40 budget hotel yang semuanya dilengkapi ­dengan restoran-restoran bersertifikasi halal. Beberapa tahun terakhir Malaysia menyelenggarakan International Islamic Travel Mart, kegiatan besar yang mempertemukan para stakeholder industri wisata berbasis ­syariah. Selain itu, pemerintahnya menunjuk 5 biro wisata sebagai official travel agent yang ber­ kompeten dalam menangani Islamic Tourism ­Package. Ada 6 juta wisatawan muslim (25%) dari total 23 juta wisatawan asing yang berkunjung ke Malaysia selama tahun 2013.

Pejalan muslim domestik sudah eksis

Di Indonesia, wisata syariah lebih dipahami sebagai wisata religi dan spiritual. Banyak juga yang memahaminya sebagai wisata ziarah ke makam para wali, ulama, dan wisata ke mesjidmesjid tua bersejarah. Sebenarnya, wisata syariah ­mengandung konsep dan praktik lebih luas daripada itu. Wisata ­syariah juga dapat menjangkau praktik wisata alam, budaya, dan saling mengunjungi. ­Beberapa ayat Alquran seperti Surat Al Jumu’ah ayat 10 dan Surat Qaaf ayat 7–8 dapat dijadikan

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 53 n Mei 2014

9


Utama

Muslim Population & Tourism 4In 2012 25% out of world population is Muslim, representing 1.7 billion out of 6.8 billion world populations (pew research center, USA). 4The rising consciousness of halal products and services. 4Global Muslim travelers spending have reached to around US$ 137 billion in 2012 (State of The Global Islamic Economy 2013).

rujukan sebagai dasar filsofi dan aplikasi konsep wisata syariah. Tercatat 200 juta pemeluk Islam di ­Indonesia atau 85% dari 240 juta jiwa penduduk. Pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5% pada 2012 dan meningkat lagi jadi 6% di tahun 2013. Ini berdampak pada pertumbuhan golongan ­ekonomi menengah sebagai pasar potensial ­industri wisata. Pergerakan wisnus di Indonesia tercatat 245 juta orang pada 2012 dan meningkat 1,1% menjadi 248 juta orang pada 2013. Jika diasumsikan 88,1% yang melakukan perjalanan ialah penduduk muslim berarti ada 215 juta pejalan ­muslim domestik dengan pengeluaran sekitar USD 129,37 miliar atau sekitar Rp 142,3 triliun. Melihat data-data tersebut maka tidak meng­ herankan pula Indonesia menjadi pasar meng­ giurkan bagi pasar wisatawan Islam global terutama untuk paket perjalanan Umroh ­dengan tambahan paket-paket perjalanan wisata ke ­negara-negara yang kaya dengan sejarah ­keislaman. Wisatawan asal Indonesia ke manca­ negara saat ini diperkirakan mencapai 7 juta orang setahun. Indonesia pun berpotensi menarik wisatawan muslim dari mancanegara. Di sini banyak obyek dan daerah destinasi wisata syariah seperti NAD, Sumbar dan NTB.

10

“It is not just about Muslim needs and preference, but for those who seek ethical trade, quality products and good experiences.” Thomson Reuters: the State of Global Islamic Economy Report, 2013 Selama tahun 2013 diperkirakan 1,2 juta wisman muslim mancanegara berkunjung ke sini. Rata-rata besaran pengeluarannya selama di Indonesia USD 1.200 (per orang) atau total USD 1,4 miliar. Meskipun diakui sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, tidak sedikit tantangan di lapangan yang masih dihadapi oleh Indonesia. Pertama, perlu menyediakan fasilitas wisata syariah lebih banyak. Misalnya dukungan dari sektor perhotelan, termasuk hotel berjaring­ an internasional, untuk menyediakan fasilitas dan pelayanan kebutuhan wisatawan muslim baik dari mancanegara maupun domestik.

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 53 n Mei 2014

Wisata syariah membutuhkan dukungan fasilitas lain dari berbagai sektor seperti restoran, obyek yang dikunjungi, pemandu wisata, even, fasilitas perbelanjaan hingga spa dan terapi ­kesehatan berbasis sumber alam. Fasilitas-fasilitas tersebut tentunya harus berstandar pelayanan syariah dan bersertifikasi halal. Selain mempermudah wisatawan muslim dari mancanegara yang berkunjung ke ­Indonesia, hal tersebut sekaligus menjawab kebutuhan wisatawan muslim domestik juga. Prinsipnya, fasilitas syariah memberikan pelayanan kepada wisatawan dengan dua penawaran sekaligus, yakni fasilitas berstandar syariah dan konvensional. Untuk itu, Kemenparekraf telah menyiapkan pedoman (guideline) terkait dengan standardisasi dan kompetensi SDM dan peraturan lainnya guna memudahkan dan meningkatkan produkvitas di sektor pariwisaata syariah. Kemudian, menyediakan program sertifikasi dan standardisasi bagi industri pariwisata yang ingin menjalani bisnis berbasis syariah. Semua itu dilakukan secara bertahap dan bersifat ­opsional (voluntary). Dan terakhir, mensosialisasikan dan menyediakan informasi bagi masyarakat luas terkait dengan fasilitas-fasilitas wisata syariah yang dimiliki Indonesia. n


Muslim Travel Market Kepada para wartawan Wamen Parekraf Sapta Nirwandar dalam satu jumpa pers bulan Mei ini menyajikan data-data mutakhir tentang luasnya realitas hingga sekarang, dan prospek yang demikian menjanjikan bagi pengembangan wisata syariah di dunia. Indonesia perlu mengarkulasikan ‘tantangan dan peluang’ pada setiap aspek dari kenyataan objektif tersebut.

Source: State of the Global islamic Economy Report 2013; Expenditure data Baselined from 2011 UNWTO data + DinarStandard Analysis; IMF Outllook 2012 Database for projections; Muslim market estimates and Value chain from DinarStandard; Airport data from Airports Council International; OIC = Organization of Islamic Cooperation (57 member countries)

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 53 n Mei 2014

11


Sampai Dimanakah Kita?

“B

anyak pihak diharapkan akan bersama merasa gembira membaca laporan ini,” begitulah di­ nyatakan oleh Dirjen Pemasaran Pariwisata, Esthy Reko Astuty, sebagai bagian dari pengantarnya pada buku laporan berjudul Pencapaian Pariwisata Indonesia 2013. Capaian-capaian di bidang pariwisata, me­ nurut Dirjen, membawa dampak ganda positif yang panjang, pada penerimaan devisa negara, pada dunia usaha industri pariwisata, ­terutama juga secara langsung pada penghasilan di berbagai aspek kegiatan yang diterima oleh masyarakat luas. “Direktorat Jenderal Pemasaran Pariwisata ­dalam melaksanakan strateginya antara lain melalui pelaksanaan metode penyelenggaraan even-even promosi pariwisata, jalinan kerja sama dan saling mendukung berbagai pihak, mulai dari unsur-unsur industri pariwisata dan ­peme­rintahan di pusat dan daerah, hingga ­kalangan asosiasi, profesional dan diplomat, di luar negeri dan di dalam negeri.” Laporan tahunan itu menguraikan sampai di mana pariwisata Indonesia telah bergerak, dan dampak-dampak sosial ekonomi yang dihasilkannya hingga tutup tahun 2013.

Menurut Dirjen Esthy Reko Astuty, ­melalui laporan dari kegiatan setahun penuh itu, diharapkan terbangun pengertian dan ­pemahaman bersama yang lebih luas di antara segenap ­stakeholders pariwisata Indonesia. Capaian yang menggembirakan di pariwisata dinyatakan termasuk hasil dari upaya dan kerja yang dilaksanakan oleh jajaran Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif bersama dengan berbagai pihak tersebut.

Mata Rantai Dampak Ekonomi Pariwisata

Pajak Tak Langsung Pariwisata 2013 Wisman Wisnus Investasi Promosi dan Pembinaan Wisnas

12

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 53 n Mei 2014

“Pengertian dan pemahaman bersama itulah yang di­rasakan diperlukan di mana tahuntahun mendatang dunia pariwisata akan berha­ dapan dengan tantangan-­tantangan baru, juga ­berhadapan dengan potensi hambatan tetapi sekaligus peluang-peluang baru,” demikian di­ nyatakan Dirjen. Secara khusus diakui betapa kerja sama dan dukungan yang diberikan oleh kalangan media berperan penting.


“Telah dialami dan terbukti bahwa dukungan dan kerja sama yang terjalin ber­kesinambungan dari kalangan media, berperan penting bagi kepariwisataan,”. Diharapkannya, bagi segenap ­stakeholders pariwisata di Indonesia, buku Laporan ­Pencapaian Pariwisata 2013 itu akan menambah lebih ­banyak dan lebih lengkap informasi yang stra­ tegis nilainya bagi masing-masing pihak untuk merencanakan program-program yang lebih maju, efisien dan efektif. Tahun 2013, pariwisata Indonesia menghasilkan sekitar 3,76 persen dari ­keseluruhan pajak tak langsung di negeri ini; meng­ kontribusi 3,88 persen terhadap PDB (Produk ­ Domestik Bruto); sekitar 10,18 juta orang ­bekerja di sektor kepariwisataan; kepariwisataan Indonesia membayar sekitar 4 persen atau Rp

112,46 triliun dari seluruh pembayaran upah/ gaji secara nasional. Kontribusi dari sektor pariwisata tahun 2013 tersebut, terkait dengan dicapainya jumlah kunjungan wisman sebanyak 8.802.129 orang, dan jumlah wisnus sekitar 248 juta perjalanan. Jumlah kunjungan wisman terkait pula ­dengan kapasitas angkutan penerbangan langsung dari luar negeri, di tahun 2013 tercatat 18.835.128 seat pada periode Maret–Oktober 2013, diban­ dingkan 16.510.624 seat pada ­periode sebelumnya, Oktober 2012–Maret 2013. Adapun angkutan udara di dalam negeri ­selama tahun 2013 beroperasi dengan kapasitas total 107.919.491 tempat duduk pe­numpang dibandingkan kapasitas 99.734.544 seat tahun 2012. Tahun 2011 bahkan kapasitasnya barulah 81.174.652 tempat duduk. n

Dirjen Esthy Reko Astuty

Dampak terbesar sektor kepariwisataan 2013 terjadi pada penyerapan tenaga kerja :

Wisman Wisnus Wisnas Investasi Promosi dan Pembinaan

PDB Pariwisata 2013

Wisman Wisnus Wisnas Investasi

Upah/Gaji Pariwisata 2013

Wisman Wisnus Wisnas Investasi Promosi dan Pembinaan

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 53 n Mei 2014

13


Pengembangan Daerah

P

ihak-pihak di daerah seluruh Indo­ nesia kini sungguh perlu meng­ idenfikasi dan mengklasifikasi per­ kembangan yang sudah dicapai­nya di bidang pariwisata. Dengan penenalan diri sendiri, tentu akan bisa lebih terarah dan realistis dalam rencana-rencana pengembangan hingga pemasaran destinasinya untuk pariwisata. Lagi pula, dari sudut perekonomian nasional, peranan daerah pun telah luas diwacanakan. Bahwa, saatnya kini daerah mengupayakan ­gerakan sendiri dalam pembangunan, selain mengiku pola-pola dan kebijakan nasional yang diterapkan oleh pemerintah pusat. Jadi, wacana tentang pariwisata sudah meluas, kesadaran kolektif cukup kuat, bahwa pariwisata membuka lapangan usaha dan kerja, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, maka yang perlu kini ialah akselerasi pelaksanaan kongkrit. Itu untuk sungguh membawa para praksi pariwisata terutama operator dan pelayan wisatawan, dan para ‘pemasar’ pariwisata, bergerak berupaya menarik wisman, dan wisnus, agar berkunjung ke desnasi mereka. Jika dibuatkan suatu skala prioritas, maka yang terutama saat ini perlu berpacu adalah kota-kota yang mempunyai hubungan penerbangan langsung dari luar negeri. Dan, kota-kota yang punya hubungan penerbangan ‘banyak’ dari kota-kota lain di dalam negeri. Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) mulai berlaku akhir tahun depan. Akan bebas me­ ngalir kesempatan berbisnis tersebut. Adalah merupakan kondisi objekf bahwa daerah-daerah ­haruslah bisa memacu diri sendiri, dan tak terlalu selalu menggantungkan diri pada pusat. Lihatlah OJK (Otoritas Jasa Keuangan) menganjurkan daerah menerbitkan surat utang alias obligasi. Maknanya pemda bisa dan perlu membangun kemampuan dan kekuatan di bidang keuangan, sebutlah ‘finance engineering’. Memang kenyataan hingga kini lebih 50% di antara keseluruhan pemda menghabiskan 50–70 % APBD untuk biaya run kepegawaian, menurut Kemendagri, jadi relatif sedikit alokasi dana kegiatan pembangunan. Dengan konteks itu pula maka perlu juga sikap dan manajemen finance engineering di daerah dalam kerangka pelaksa-

14

Memilih dan Memilah Langkah Kongkrit

Menteri Parekraf Mari Elka Pangestu (kiri) di hadapan peserta Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia.

naan kongkrit gagasan dan wawasan pariwisata daerah. Tentu disesuaikan realitas dan potensi yang sudah dimiliki, dan memprojeksi manfaat sosial ekonomi yang akan bisa diraih secepatnya. Pergerakan bisnis di pariwisata memberi keniscayaan akhirnya akan bermuara pada PAD (Pendapatan Asli Daerah). Satu dasar bagi pengembangan pariwisata ialah azas tetap melaksanakan sustainable ­tourism.

Tingkat Kabupaten

APKASI (Asosiasi Pemerintah Kabupaten S­ eluruh Indonesia) menyelenggarakan International Trade and Investment Summit (AITIS) 2014 di Jakarta pada 14 April 2014. Sungguh langkah dan upaya yang relevan dengan perkembangan. Maka keka berbicara di hadapan peserta saat pembukaannya, Menteri Parekraf Mari Elka Pangestu menekankan: “Setiap daerah yang secara serius mengembangkan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif, akan merasakan dampak langsung, seperti peningkatan kesejahteraan dan pengurangan angka pencari kerja. Salah satu yang dilakukan adalah dengan mengidenfikasi produk unggulan di daerah.”

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 53 n Mei 2014

Kata kuncinya tentu terletak pada anjuran Menteri untuk ‘mengidenfikasi produk unggulan di daerah’. Insiatif lain yang telah dilaksanakan oleh ­Kemenparekraf dicontohkan pada upaya pe­ ngembangan ekonomi kreatif di daerah. Pada 3 Desember 2012, ditandatangani Nota ­Kesepahaman antara Asosiasi Bank Pemba­ ngunan Daerah (ASBANDA) dengan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif tentang Peranan Bank Pembangunan Daerah dalam Pengembang­ an Ekonomi Kreatif. Nota Kesepahaman ini dibuat atas dasar perkembangan bahwa dalam rangka memperkuat perekonomian daerah, perlu dilakukan upaya penguatan daya saing dan kelembagaan BPD agar lebih efektif dalam menjalankan fungsinya sebagai agent of development daerah; bahwa Pemanfatan BPD sebagai fasilitator ­un-tuk menumbuhkembangkan industri ­kreatif bagi masyarakat luas utamanya anak muda yang kreatif untuk mengembangkan usahanya; dan bahwa koordinasi dan kerja sama yang erat di­antara berbagai instansi yang terkait perlu dilakukan agar peranan BPD dalam pengembangan ekonomi kreatif dapat terlaksana dengan baik.


Nota Kesepahaman ditandatangani oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreaf, Mari Elka Pangestu dan Ketua Umum ASBANDA, Eko Budiwiyono. Berlaku dua tahun, dan dapat diperpanjang atas kesepakatan para pihak. Ihwal situasi kondisi dan perkembangan pariwisata di era otonomi daerah ini, sudah sejak awal (beberapa tahun yang lalu) telah dipetakan oleh Wamen Parekraf Sapta Nirwandar. Pemetaan itu menunjukkan kekuatan, kele-

mahan dan peluang yang dimiliki oleh daerah-daerah otonomi di ­Indonesia, yang antara lain disebutkan seperti ini:

Langkah Bisnis,

Bali & Beyond Travel Fair

D

an inilah kini salah satu langkah kongkritnya. Nama evennya Bali and Beyond Travel Fair, tentu saja merupakan nama even yang langsung membawa pesan: hendak memasarkan daerahdaerah desnasi lain setelah Bali. Jadi, lebih tepat kembang jika dikatakan “Beyond Bali”, ini berisiko pengeran yang bisa keliru, seolah hendak memasarkan desnasi di luar Bali saja. Even ini juga membawa pesan bahwa saatnya kini kalangan daerah di luar Bali, baik pemda maupun para pelaku bisnis di daerah, sungguh perlu mengambil langkah-langkah kongkrit ­bagaimana pariwisata sebagai kegiatan bisnis bisa diterapkan oleh kalangan pemangku kepentingan di daerah-daerah, yang ­menginginkan kunjungan wisman. Bali and Beyond Travel Fair (BBTF) untuk pertama kali akan diselenggarakan pada 10–14 Juni 2014 ini. Kemenparekraf mengambil inisiaf dengan bekerjasama dengan ASITA Bali, dan ­Badan Promosi Pariwisata Daerah. Even ini bertema ‘Gateway to Indonesia Creave Tourism’. Kemenparekraf berperan sebagai fasilitator. Di situ akan dipertemukan sejumlah buyers dengan seller, kata Dirjen Pemasaran Pariwisata, Esthy Reko Astuty. Para buyer dan seller dari domestik dan internasional sekaligus dihadirkan di even tersebut. Menurut Ketua Asita Bali yang adalah Ketua Penyelenggara BBTF, diharapkan akan hadir 360 buyers, antara lain dari China, India, Australia, tour operator besar asal Eropa juga sudah me-

Dirjen Pemasaran Pariwisata Esthy Reko Astuty mengumumkannya kepada para wartawan pada medio April, dua bulan sebelum even dilaksanakan.

nyanggupi untuk datang. Maka diharapkannya, daerah lain juga ber­ peran aktif dalam mempromosikan pariwisatanya melalui even ini. Diselenggarakan di Bali, mengingat kenyataan objekf destinasi pariwisata ini sudah sangat

p­ opuler dan banyak dikunjungi wisatawan, maka diharapkan even promosi tersebut dapat efektif meningkatkan kunjungan wisatawan ke ber­ bagai daerah tujuan wisata di Indonesia. “Even ini bisa berkelanjutan,”ujar Dirjen ­Esthy. Maksudnya, akan digelar setiap tahun. n

A

dalah sebagai panelis, Menteri Dalam ­Negeri Gamawan Fauzi, Wakil Ketua MPR, ­Hajriyanto Y Thohari, Ketua Tim Ligasi DPD I, Wayan Sudirta, Ketua Asosiasi Peme­ rintahan Provinsi Seluruh Indonesia, Syahrul Yasin Limpo, dan Profesor Riset LIPI, Siti Zuhro, pada diskusi yang di­ selenggarakan oleh surat kabar Kompas awal Maret 2014. Laporan dari hasilnya, ditulis di halaman ­utama koran tersebut, di bawah judul Saatnya Mem-bangun Indonesia dari Daerah. Ini juga ­semakin memperkuat, bahwa di bidang pariwisata dan ekonomi kreatif pun, peran inisiatif dan kreafitas dari masyarakat di daerah untuk memajukan destinasi pariwisata masing-masing, juga semakin relevan. Apalagi jika semua sepakat, bahwa aktivitas pariwisata merupakan satu sektor yang telah terbuk membawa langsung hasil ekonomi, sosial, dan budaya, dalam arti keseluruhannya meningkatkan taraf kesejahteraan masyarakat. Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 53 n Mei 2014

15


Pengembangan Daerah

Festival Bambu Nusantara Dibawa ke Kabupaten Pringsewu

Wakil Menteri Parekraf, Sapta Nirwandar (tengah), memainkan Gamolan, adalah alat musik tradisional L­ ampung.

D

engan penuh semangat, ­Kabupa­ten Pringsewu berhasil menjadi tuan rumah Festival Bambu Nusantara ke-8, yang digelar pada 15–16 Juni 2014. Sebanyak 15.000 tamu undangan dan warga Kabu-paten Pringsewu tumpah ruah menyaksikan prosesi pembukaan Festival ini. Bupatinya Sujadi menyatakan, sesuai dengan namanya, maka Pringsewu ke depan diharapkan akan menjadi tujuan wisata bambu di Indonesia. Nantinya akan ada perkampungan bambu dengan hutan raya bambu, museum bambu. Jadi, sentra bambu di Indonesia akan dibangun di sini. Wakil Menteri Parekraf, Sapta Nirwandar mengatakan, ”Ini adalah city branding buat Pringsewu, dengan festival ini, datang artis dari Jakarta—Pringsewu akan dikenal—dicari oleh pemain musik bambu—produsen bambu. Orang akan cari tahu di mana ­Pringsewu, lalu

Gamolan, salah satu identitas alat musik khas tradisional dari Lampung.

16

p­ ariwisatanya jalan, dan begitu dan ­seterusnya.” Acara pembukaan diisi oleh sebanyak 400 pelajar memainkan gamolan yang diapresiasi oleh Rekor MURI sebagai pertunjukan dengan pemain Gamolan terbanyak. Gamolan adalah alat musik tradisional ­Lampung. Alat musik ini diperkirakan dibuat pada abad ke-4 Masehi dan mengalami puncak perkembangan pada abad ke-5 Masehi. Sebagai Tabuhan alat musik gamolan pekhing dalam jumlah pemusik terbanyak, memecahkan rekor MURI. jenis alat musik xilophone yang telah di ekspor ke Asia Tenggara sampai man komposer internasioal menungu diundang.” Afrika pada masa perkembangannya, ternyata “Dengan Festival ini, maka nama Pringsewu reliefnya pun ditemukan di Candi Borobudur bisa diwujudkan. Untuk itu Festival ini harus ­tepatnya pada abad ke-8 Masehi. digelar setiap tahun di kabupaten ini, meski buMenurut Sapta, Gamolan sebagai alat musik kan skala nasional,” kata Sjachroedin, Gubernur bambu dapat dijaga keasliannya. Bahkan gamo- Provinsi Lampung. lan bisa berdiri sendiri dan bagus. Musik tradi­ Sapta Nirwandar menggagas festival ini sional bukan musik masa lalu tapi musik masa t­ahun 2007 di Jakarta, lalu berpindah ke ­Bandung depan berkat kemampuan adaptasi dengan jazz, kemudian dibawa lagi ke Jakarta. rock, dan tetap terjaga ke khasannya. Sebelumnya hanya diadakan di dua kota Sapta menambahkan, “Sebagai bagian revita­ ­tersebut secara bergantian. Biasanya dilaksanalisasi, di Jepang kini pemudanya main alat tradi­ kan di dalam gedung pertemuan, seperti di hosional maka harusnya kita juga demikian. Tiap tel. Kali ini digelar di ruang terbuka, di lapangan ­tahun digelar acara ini bahkan belum semua komplek perkantoran Pemda Pringsewu, Kecayang ada di Indonesia ter undang. Bila siap, seni- matan Gadingrejo, Pringsewu.

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 53 n Mei 2014


Area festival dikelilingi 1.000 meriam bambu yang dinyalakan sepanjang acara. Bunyi meriam yang mengudara menambah semarak acara. ­Sedangkan saat peresmian, masyarakat berbaur dengan tamu undangan menyaksikan pelepasan 100 lampion di udara, diiringi pertunjukan musik kolaborasi berbagai aliran musik dengan instrumen bambu. Beberapa artis ibu kota tampil di situ, antara lain Dwiki Darmawan, Ita Purnamasari, Kerispatih, Putri Ayu, dan kelompok musik lokal dari Bandar Lampung, juga pertunjukan musik dari jauh persembahan Pemda Propinsi Kalimantan Selatan,Yogyakarta, dan lain-lain. Bagi Kabupaten yang baru berusia 5 tahun, kegiatan ini merupakan kali pertama terselenggaranya acara skala nasional, di mana datang tamu dari berbagai provinsi untuk mengisi pameran seperti dari Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan, Jawa Tengah, Jawa Barat dan Provinsi, Kabupaten lain di Lampung. Mereka datang untuk menunjukkan hasil kreafitas dari bambu, mulai dari kuliner, furnitur, permainan anak, juga alat musik dan asesoris wanita dari bambu. Sementara itu Prof Elizabeth Widjaya, pakar bambu Indonesia yang juga hadir saat peresmian acara mengatakan, kegunaan bambu sangat banyak yang dak diketahui masyarakat. Salah satu di antaranya, menjaga keseimbangan lingkungan. Dari hasil peneliannya telah dipublikasikan 43 jenis bambu yang ditemukan. Dari 160 jenis yang dikenali dan dikelompokkan, 80 jenis bambu diantaranya adalah hasil penelitiannya. Sesungguhnya dia khawatir, 20 tahun lagi masyarakat Indonesia belum tentu bisa melihat bambu lagi akibat penebangan besar-besaran tanpa ada upaya budi daya yang seimbang. Maka menurutnya festival ini akan meng­ angkat pamor bambu yang masih kurang diban­ dingkan dengan kayu. Dan memulihkan kembali peran bambu yang cukup besar bagi kehidupan masyarakat. n

Festival dan Lomba Cipta Lagu Pop Daerah

K

ementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif bersama dengan Ikatan Alumni SMA 6 Yogyakarta, kembali menyelenggarakan Lomba Cipta Lagu Pop Daerah (LCLPDN) 2014. Mal-am finalnya akan berlangsung di Studio Metro TV Jakarta, pada 26 November 2014 dan dimeriahkan oleh antara lain Mike Mohede, Sammy Simorangkir, Regina, Tompi dan Intan Sukoco. Penyelenggaraan LCLPDN 2014 memasuki tahun ketiga dengan hadiah total Rp 84 juta. Lomba diselenggarakan untuk menggugah kembali kecintaan masyarakat terhadap lagu-lagu daerah sekaligus menggali potensi kreatif para musisi daerah. Selain itu, Wamen Parekraf Sapta ­Nirwandar mengatakan, penyelenggaraan lomba ter­ sebut setahun sekali dan menjadi even tahunan agar masyarakat dan kalangan remaja khususnya mencintai kembali dan bangga terhadap lagu-lagu daerahnya. Panitia telah menerima 108 lagu dari pencipta lagu yang berasal dari 28 provinsi dari seluruh Indonesia. Pada tahap pertama, lagulagu yang telah masuk ke panitia akan ­diseleksi. Dalam tahap kedua, Tim Seleksi akan memilih 28 lagu pop daerah yang mewakili seap provinsi. Di tahap ketiga, Tim Seleksi akan memilih 10 lagu terbaik dan 6 lagu pop daerah yang menjadi finalis akan disiarkan oleh Metro TV. Keenam lagu Pop Daerah Nusantara tersebut pun akan dikompilasikan dalam sebuah album berbentuk cakram padat (CD) agar dapat dinikmati oleh masyarakat luas. Dewan Juri terdiri dari musisi (komposer, pengarang lagu, dan penyanyi profesional), wakil dari Kemenparekraf, pakar olah vokal, pemerha musik tradisional, produser rekaman musik studio, dan music director. Duduk sebagai Dewan Juri tahun ini antara lain Dwiki Dharmawan, Trie Utami, Bens Leo, Remi Sylado dan Rahayu Nagaswara. Penetapan pemenang akan dilakukan dalam Gelar Babak Final di Studio Metro TV Jakarta pada 26 November 2014. Kriteria penilaian sama dengan tahun lalu, yakni peserta menyerahkan karya lagu dalam bentuk CD, karya bernafaskan khas daerah atau berbahasa daerah sesuai dengan potensi yang dimilik provinsi yang diwakilinya, dan tema lagu berkaitan dengan potensi wilayah, budaya, keindahan alam serta mengandung unsur nasionalisme. Lagu bersifat hiburan dengan irama lagu bebas (pop, dangdut, campursari, langgam, dan lain-lain). Karya lagu tidak menyinggungg SARA, tidak terkait dengan partai atau unsur polik tertentu, dak berhubungan dengan suatu produk, dan tidak mengandung pornografi. Alat musik pengiring minimal satu jenis dan bebas. Karya yang diikutsertakan adalah hasil karya sendiri, belum pernah dipublikasikan dan berdurasi maksimal 5 menit. Detil informasi mengenai pelaksanaan lomba bisa diakses melalui www. cintalagudaerah.com.

Dwiki Darmawan, salah satu artis yang ikut tampil dalam festival ini.

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 53 n Mei 2014

17


Pemasaran Destinasi

Melihat Kembali ke

B

andar udara H. AS. Hanandjoeddin di Tanjung Pandan, Pulau Belitung, adalah salah satu pintu masuk ke pulau tetangga, Pulau Bangka dan pulau-pulau kecil di sekitarnya. Dibandingkan dengan kondisinya menjelang penghujung ­tahun 2012, fasilitas untuk penumpang di bandara ­tampak tak terlalu banyak berubah. Tapi lebih bersih, terlihat lebih rapih dan resik. Terminal kedatangan langsung terasa penuh begitu sebuah pesawat mendarat. Di dinding bagian atas terpampang beragam nama unitunit akomodasi, dan di pojok dinding di sebelah kanan dari pintu keluar terlihat ucapan ‘Selamat Datang di Negeri Laskar Pelangi’. Sebuah counter Tourist Information Center (TIC) Provinsi Bangka Belitung berada persis di depan pintu keluar penumpang di Terminal ­Kedatangan. Di layar LCD diputar film menampilkan ­obyek-obyek wisata, seorang petugas terlihat sedang mem­benahi susunan brosur di atas meja. Begitu pesawat ­pertama hari itu mendarat pukul tujuh pagi, TIC ini sudah dibuka. Jumlah taksi dan kendaraan sewaan pun tampak semakin banyak. Umumnya penumpang yang baru keluar langsung dihampiri oleh para driver, menawarkan jasa mengantar ke tempat tujuan dan pada akhirnya mereka akan menawarkan penyewaan mobil untuk tur di pulau. Sedikit berjalan ke arah kanan dari pintu ­keluar, ada kantin. Koperasi karyawan mengelolanya. Di situ calon penumpang dan penjemput sarapan. Ruangannya terbuka, bisa melihat langsung kegiatan di apron. Masyarakat Belitung yang menjemput dan mengantar juga bisa melihat kegiatan di seputar pesawat selagi parkir. Kepala Bandara, Suparno, menjelaskan bahwa panjang landas pacu bandara sekarang sudah mencapai 2.225 meter. Sudah bisa me­ nerima pesawat tipe A-320 dan Boeing seri 737. Kekuatan landasan akan lebih dingkatkan tahun ini, ­sehingga siap menerima pesawat tipe A-320 dan NG dalam kapasitas penuhnya. Tahun depan direncanakan panjang runway akan mencapai 2.500 meter. Sekarang kapasitas terminal penumpang di ­Terminal Keberangkatan dan ­Kedatangan ­maksimal 330 orang saat puncak arus ­penum­pang. “Saat pesawat datang bersamaan, kami bisa menampung hingga 330 orang, makanya diatur jadwal penerbangan yang berdekatan hanya ada 2,” Suparno mengatakan.

18

Data Bandara H.AS. Hanandjoeddin

Sumber: UPT Dirjen Perhubungan Udara, Bandara H.AS.Hanandjoeddin

Jumlah Penumpang di Bandara H AS Hanandjoeddin 2008–2013 (orang)

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 53 n Mei 2014

Sumber: UPT Dirjen Perhubungan Udara, Bandara H.AS.Hanandjoeddin


Belitung, Embrio Destinasi Maskapai Penerbangan, Rute, dan Frekuensi Penerbangan di Bandara H AS Hanandjoeddin

Sumber: UPT Dirjen Perhubungan Udara, Bandara H.AS.Hanandjoeddin

Suparno

Data Pergerakan Pesawat di Bandara H.AS. Hanandjoeddin 2008–2013 *

*) Pergerakan datang dan berangkat. **) Persentase dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Memang, secara fisik bandara domestik atau internasio­nal boleh jadi tampak sama saja. Yang membedakannya adalah keberadaan dan ­kesiapan fasilitas CIQ di bandara internasional. Bea Cukai dan Imigrasi sudah bersedia menempatkan perso­nel di bandara dengan status stand by on call. Di karantina masih terkendala, sebab jumlah personelnya masih sedikit. Saat ini, personel karantina di pelabuhan bekerja 4 orang, semuanya paramedis, tapi dokternya belum ada. Pesawat internasional ­bukan pesawat pe­

Sumber: UPT Dirjen Perhubungan Udara, Bandara H.AS.Hanandjoeddin

numpang, termasuk pesawat charter, yang telah mendapat izin dari pusat bisa mendarat di sini. Pernah ber­operasi penerbangan langsung dari Batam ke Tanjung Pandan namun itu hanya bertahan s­ elama satu bulan saja. Penumpang bertujuan langsung ke Batam dari Belitung rata-rata hanya ­se­kitar 3 orang, sebagian besar penum­pang turun di Pangkal Pinang. Maka rute pener­bangannya menjadi Tanjung Pandan–Batam melalui ­Pangkal Pinang di Bangka. “Dari segi keterhubungan tidak ada kendala.

Dari Jakarta ke sini juga mudah. Frekuensinya yang perlu ditambah. Saya kira itu juga tergantung dari pasar,” katanya menambahkan. ­Maskapai penerbangan pasti menyesuaikan ope­ rasi ­dengan permintaan konsumen. Pulau Belitung relatif kecil. Kunjungan ber­ durasi dua hari satu malam sudah bisa me­ ngelilingi pulau dari sisi barat hingga timur. Daya tarik yang membuat wisatawan mau datang masih terbatas. Jarang pengunjung mau datang kembali (repeater). Bagaimana membuat orang kangen ingin kembali lagi, itulah yang kini ­tengah dipikir-pikir oleh beberapa pelaku pariwisata setempat. Bandaranya sendiri terus berbenah. Merevisi master plan-nya yang melibatkan seluruh stake holder di bandara, termasuk pemerintah daerah dan pusat. Sekarang ini pekerjaannya sedang ditenderkan.

Bandara Tanjung Pandan. Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 53 n Mei 2014

19


Pemasaran Destinasi

Tarsius belitung (tarsius bancanus saltator), ikon TWA Batu Mentas. Perbedaan dengan tarsius sulawesi (tarsius tarsier), ukuran tubuhnya sedikit lebih besar dan suka berada di bawah daun bukan di dalam lubang pada batang pohon (kiri). Lokasi Batu Mentas (kanan).

Kejenuhan

Kini terdapat 34 akomodasi hotel keselu­ ruhannya 1.045 kamar, yang berbintang dan non bintang di Kabupaten Belitung. Malahan tahun ini 20 unit akomodasi sedang dalam proses pembangunan. Kenaikan jumlah turis mulai dirasakan sejak tahun 2009. Sebelumnya, rasanya tak banyak orang sadar di mana Pulau Belitung. Setiap kali

Jumlah Kunjungan Wisatawan di Kabupaten Belitung 2012–2013*

* Dihitung dari jumlah wisatawan yang menginap.

mempromosikannya harus menjelaskan bahwa pulau ini berada diantara Pulau Sumatera dan Kalimantan. Kemudian muncul novel tetralogi Laskar ­Pelangi karya Andrea Hirata. Hobi membaca belum meluas di kalangan masyarakat Indo­nesia sehingga efeknya belum seramai ketika novel tersebut diangkat ke media film lalu ditayangkan. Jadi orang-orang yang banyak berdatangan

Jumlah Tamu Menginap di Hotel Berbintang di Kabupaten Belitung Periode Agustus–September 2013 (orang)

Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Belitung

Tingkat Penghunian Kamar (TPK) di Hotel Berbintang di Kabupaten Belitung Periode Agustus–September 2013 (persen)

Sumber: diolah dari data di http://belitungkab.bps.go.id

20

ke sini disebabkan telah menonton film Laskar Pelangi dan ingin melihat lokasi pengambilan gambar filmnya. Sebelum Laskar Pelangi ‘meledak’, novel maupun filmnya, yang banyak datang ke sini dari komunitas fotografer. Seiring dengan Belitung dikenal semakin luas, sekarang pesona Laskar ­Pelangi mulai memudar, pantai dan laut di ­Belitung lebih dikenal.

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 53 n Mei 2014

Sumber: diolah dari data di http://belitungkab.bps.go.id

Rata-rata Lama Menginap Tamu di Hotel Berbintang di Kabupaten Belitung Periode Agustus–September 2013 (hari)

Sumber: diolah dari data di http://belitungkab.bps.go.id


Perkembangan Penumpang Angkutan Udara di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I 2013–Triwulan I 2014

Sumber: http://babel.bps.go.id, Berita Resmi Statistikk BPS Babel

Suasana dan gaya di Belitung ini memang tampak kental pedesaan.

P

Bedanya dengan Bangka

ulau Belitung dan Pulau Bangka adalah dua pulau besar yang membentuk Provinsi Bangka Belitung. Geografinya 80% laut dan 20% daratan. Jumlah penduduknya sekitar 1,4 juta jiwa terdiri atas etnis China, Arab dan Melayu. Meskipun perairan lautnya sejak dahulu sampai sekarang menjadi bagian dari jalur pelayaran domestik dan internasional, aksesibilitas udaranya baru terhubung dengan jalur domestik, Jakarta, Palembang dan Batam. Yaitu bandara di Pangkal Pinang, Bangka, dan Tanjung ­Pandan, Belitung. Kenaikan jumlah penumpang di bandara H.AS. Hanandjoeddin di ­Tanjung Pandan, Belitung, berkat penambahan penerbangan dari ­Jakarta langsung ke Pulau Belitung sejak pertengahan tahun 2013. ­Selain itu, juga berkat ekspos keindahan pantai-pantai di pulau ini ­dalam berbagai media. Penumpang bertujuan ke Pulau Bangka lebih banyak pejalan bisnis dan profesional. Pulau Bangka sudah punya Parai Beach Resort and Spa di pantai Parai Tenggiri, Sungailiat Bangka, sejak 20 tahun di atas lahan seluas 6,5 ­hektar. Resor ini berada di tepi pantai dengan karakter pantai mirip dengan pantai-pantai di bagian barat-utara Pulau Belitung. Batubatu granit besar bagaikan terserak di pantai meskipun ukurannya tidak semasif dan jumlahnya pun tidak sebanyak di Pulau Belitung. Akibat kegiatan penambangan pasir laut di sekitar perairan dekat

Resor di pantai Pulau Bangka.

P­ arai Tenggiri, sekarang resor terpaksa meniadakan paket snorkeling dan melihat ikan dengan glass boat di perairan pantai Parai Tenggiri sejak 2012 lalu. n

Jumlah Tamu Asing dan Indonesia pada Hotel Berbintang di Bangka, Semester II tahun 2013

Sumber: diolah dari Berita Resmi Statistik Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 53 n Mei 2014

21


Pemasaran Destinasi “Sebelum tahun 2009, tamu kami hanya 400 orang dalam setahun. Tahun 2007 masih ­400-an tamu, tahun 2008 langsung naik jadi 750 orang, kemudian tahun 2009 naik tajam menjadi ­1.600-an orang. Kami masih merasakan kenaikan tamu hingga tahun 2010. Tapi, setelah tahun itu kenaikannya tidak terlalu drastis lagi,” Agus ­Pahlevi dari Levi Tour yang juga Ketua ­Asosiasi Pelaku Pariwisata Indonesia (ASPPI) Bangka ­Belitung berbagi pengalamannya. Keadaan tersebut tampak disebabkan wisatawan mulai jenuh. Pada umumnya, wisatawan bila sudah berkunjung dua kali dan melihat hal yang sama, tentu tidak akan datang lagi. Nah, bagusnya, sejak tahun 2010, pemda dan ada satu di antara LSM yang menamakan diri ­Kelompok Pecinta Lingkungan Belitung (KPLB)—dimotori oleh Budi Setiawan—memulai inisiasi dan mempersiapkan obyek-obyek lain agar Belitung tidak hanya dikenal dengan laut dan pantainya saja. Melalui konservasi sekaligus dipersiapkan ecotourism. Tak lama kemudian, jumlah penumpang pe­ nerbangan meningkat, sejalan dengan penam­ bahan frekuensi penerbangan. Sejak tahun 2012 hingga sekarang wisatawan akan memenuhi ­pesawat pada akhir pekan. Di hari-hari biasa ­penumpang wisatawan sekitar 30% saja dan ­hanya di hari Jumat jumlah penumpang wisatawan bisa mencapai 60 persen. Ratarata lama tinggal wisatawan di sini dua malam. ­Diperkirakan sekitar 40% tamu hotel yang menginap ialah wisatawan.

Menuju destinasi internasional

Levi Tour pernah mengadakan survei kepada tamu-tamunya selama 1,5 tahun. Umumnya mereka mengetahui tentang Belitung dari ­teman. ‘Kata teman’ ini bisa merujuk pada komunitas dengan segmentasi pasar yang sudah jelas. “Segmen pasar utama Belitung ialah yang tinggal di Jawa bagian barat seperti Bandung dan Jabodetabek karena aksesnya mudah ­hanya ­sekali naik pesawat. Di luar itu, orang akan ­berpikir. Biaya ke Belitung sekitar Rp 3 juta. Dari Yogya beroperasi penerbangan langsung ke ­Singapura yang memungkinkan tur selama 3 hari 2 malam hanya dengan biaya Rp 2,5 juta,” kata Agus. Wisman potensial ke Belitung agaknya wisa­­ tawan nostalgia. Tanpa promosi, ­mereka itu

22

Pantai Tanjung Tinggi, pantai berpasir putih lembut dengan laut berwarna biru kehijau-hijauan ini merupakan

mendapat informasi dari lingkomunikasi. Tambang ­timah di kungan keluarga. Tapi, sampai dunia hanya berada di Bangka sekarang dari Belanda ada Belitung dan beberapa negara ­p er­k umpulan-perkumpulan kepulauan kecil. yang setiap tahun mengadaWarga asli Belitung tidak kan pertemuan. Mereka yang akan pernah menambang lahir di Semarang, di Yogya, di ­timah dan pasir laut di laut. Di Batavia (sekarang DKI Jakarta), sisi lain juga belum siap mengdi Bangka Belitung dan Sikep gantungkan hidup sepenuhnya yang menjadi satu perkum­ dari sektor pariwisata. pulan, kelahiran Medan dan Dari sisi industri, seorang Agus ­Pahlevi lain-lain. Di Pulau Belitung ada peneliti yang sedang melakuyang lahir di Klapakampit, Tankan penelian di Belitung, me­ jung Pandan dan daerah-daerah lain. nye­butkan beberapa hal yang dapat dikerjakan Mereka yang kelahiran Belitung telah mening­ dalam pembangunan pariwisata di pulau ini. galkan pulau sejak tahun 1950-an saat penyerah­ Pertama, mensosialisasikan hakikat pariwisata an perusahaan Belanda kepada Indonesia (­PN dan Sapta Pesona di masyarakat. Timah). Mereka ini dirasakan kini belum digarap Sosialisasinya dilakukan secara terprogram, dengan baik. berkesinambungan dan berkelanjutan. ­Misalnya, Pemain travel agent besar berskala nasional dua bulan pertama program pengenalan Sapta sudah cukup lama menjual bumi Laskar Pelangi Pesona, dievaluasi, bulan berikutnya membuat namun frekuensinya dua bulan hingga tiga ­bulan rencana bersama, lalu pelaksanaan, dan di­ sekali seperti Antatour yang sejak tahun 2008 evaluasi lagi bersama-sama. Sosialisasi akan ­telah menjual Belitung. efektif bila disampaikan secara informal melaPendekatan informal Belitung tidak bisa terpi- lui pende­katan tradisi yang biasa dilakukan sahkan dari tambang. Karena timah masih diper- masyarakat dan menggunakan bahasa yang lukan di seluruh dunia dalam jumlah besar teru- dikenalinya. Contoh, mengenai masalah kebertama dalam industri perangkat elektronik dan sihan, dimulai dengan bercerita kegiatan sehari-

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 53 n Mei 2014


Taman Wisata Alam Batu Mentas, Badau, Belitung yang diinisiasi oleh Kelompok Pecinta Lingkungan Belitung (KPLB) bersama masyarakat di sekitarnya sekarang. Selain tarsius atau pelile’an dalam bahasa Belitung, di sini juga ada rusa, kijang, luwak, dan burung. Semua hewan tersebut ada di Pulau Belitung.

tempat syuting film Laskar Pelangi di Belitung.

hari bagaimana warga menjaga kebersihan di rumahnya baru kemudian itu dibawa ke dalam konteks pariwisata. Kedua, perlu segera dibuat guide line atau suatu garis besar kepariwisataan sehingga memberikan aturan main yang jelas kepada ­pemangku kepentingan pariwisata , baik ­industri, pemerintah, maupun masyarakat. Sekaligus mempersatukan misi, visi, dan tujuan pariwisata di ­Belitung. Ketiga, memutuskan fokus dan target pasar. Ini terdiri dari menentukan apa saja yang akan dijual dan di daerah mana. Kedua hal tersebut dilakukan secara bertahap dengan fokus pada satu daerah/kawasan sehingga sampai pada keadaan menjadi obyek yang berkualitas dan berkelanjutan sebelum mempromosikan dan menjual daerah/kawasan lain berikutnya. Lalu ditentukan kepada siapa obyek dan destinasi dipromosikan dan dijual sambil di dalamnya dipersiapkan obyek-obyek wisatanya. Keempat, yang tak kalah penting, koordinasi dan sinergi di antara seluruh stake holder pariwisata. Pemda pun mesti lebih sering turun ke lapangan guna mengawasi kualitas jasa kepariwisataan yang diberikan kepada wisatawan. Dengan demikian, antara pemerintah daerah dan pelaku industri pariwisata menjadi mitra.

Museum Timah ini menjadi salah satu destinasi wisata sejarah yang menarik bagi wisatawan, karena merupakan satu-satunya museum timah yang ada di Indonesia bahkan satu-satunya di dunia. Museum Timah juga menjadi daya tarik luar biasa bagi wisatawan yang pernah memiliki ada hubungan emosional dengan Bangka Belitung, seperti orang-orang Belanda yang dulu pernah bekerja di Belitung.

Sebagian masyarakatnya sudah aware tentang pariwisata, bahkan mulai tumbuh rasa bangga menjadi bagian dalam kegiatan pariwisata. Orang tua merasa bangga jika anak-anaknya bekerja di bidang pariwisata misalnya membawa tamu (guiding). Mereka pun mau berinvestasi ­untuk kegiatan pariwisata. Bagaimanapun, ­mereka masih memerlukan arahan dan bim­ bingan terutama dalam membangun SDM (capacity ­building). DMO juga diperlukan di sini. Selain sudah berdiri dua sekolah pariwisata setingkat SMA (SMKP, Sekolah Menengah ­Kejuruan Pariwisata), satu di Tanjung Pandan dan satu lagi di Belitung Timur, contoh lain ­antusiasme masyarakat, ada yang mengajukan

proposal kepada pemda memohon bantuan memperbaiki mesjid karena bis-bis dan mobilmobil pariwisata sudah masuk ke desanya. Pramuwisata aktif, yang berprofesi sebagai pemandu wisata, di Belitung ‘terdaftar’ 40 orang. Guide diartikan semua orang yang membawa tamu dari luar daerah meskipun orang itu tidak bekerja sebagai professional guide. Repeater ke Belitung maksimal hanya 2 kali kunjungan. Apabila Belitung tidak bisa menawarkan sesuatu yang baru, meskipun di obyek yang sama, maka diperkirakan pariwisata hanya akan bertahan hingga 2 tahun ke depan. Tamu yang datang sekarang lebih banyak dari liburan insentif, liburan yang dibiayai perusahaan. n

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 53 n Mei 2014

23


Kelembagaan

Kerja sama untuk dan oleh Daerah-daerah

B

uku berjudul Lembaga-lembaga Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, diterbitkan oleh Kemen Parekraf awal tahun 2014 ini. Daftar lem­baga-lembaga dimaksud, yang ada di dalam negeri dan luar negeri, tercantum di situ. Dan beberapa contoh pelaksanaan kerja sama. Membaca buku ini semakin membuka wawasan, ­terutama bagi kalangan pemangku kepentingan pariwisata dan ekonomi kreatif, betapa terbuka peluang dan manfaat kerja sama dengan pelbagai lembaga, bagi pembangunan dan kegiatan pengembangan di daerah, oleh kalangan daerah juga. Pada level nasional, contoh manfaat kerja sama ­dengan lembaga-lembaga di luar negeri antara lain, ketika Menteri Parekraf menandatangani Nota Kesepahaman dengan Menteri Ekonomi Kreatif Pemerintah Inggris tentang kerja sama yang hendak mengembangkan ekonomi kreatif Indonesia. Nota Kesepahaman tersebut kemudian ditindaklanjuti oleh direktorat dan bagian-bagian yang relevan di struktur organi­sasi Kementerian. Dalam kaitan itu bisa jadi diadakan kerja sama pelaksanaan teknis dengan organisasi-organisasi lain di luar Kementerian. Lain lagi, Menteri Parekraf dan Menteri Ekonomi Swiss bertindak sebagai saksi ketika penanda­tanganan MoU yang dilaksanakan antara Direktur Jenderal Pengembangan Destinasi Kemenpa­rekraf dengan Duta Besar Swiss di Jakarta, mengenai Pengaturan Proyek Fase II dengan Konfederasi Swiss pada 28 Oktober 2013. Dalam perjanjian tahap pertama yang ditanda­ tangani di Kupang, Nusa Tenggara Timur, pada 16 September 2010, SECO (Swiss Contact) sebagai lembaga pelaksana memberikan dana bantuan sebesar 5 juta Swiss Franc (sekira Rp 62 miliar). Dana ini digunakan untuk memperkuat pembentukan DMO (Destination Management Organization) lokal dan regional. Untuk fase kedua tersebut dana yang diberikan oleh SECO sebesar 8.970.000 Swiss Franc (sekira Rp 110,7 miliar), itu hendak digunakan untuk perencanaan pembangunan di Flores, Wakatobi, Toraja, dan Tanjung Puting. Contoh lain lagi adalah MoU antara Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dengan TNI Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI), mengenai ­pelaksanaan

24

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 53 n Mei 2014

kegiat­an promosi Wonderful Indonesia melalui ­program ALRI. Ketika operasi Jala Krida ALRI tahun 2013 hendak dilaksanakan, dengan menggunakan pelayaran KRI ­Dewaruci, kerja sama ditandatangani pada Selasa, 13 Agustus 2013 di atas geladak KRI Dewaruci di Surabaya, Jatim. Itu didahului dengan penandatanganan Piagam Kese­pakatan Bersama (PKB) No. PK.38/PS.001/ MPEK/2013 oleh Kasal Laksamana TNI dan Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreaf. Kemudian dilanjutkan dengan pe­nandatanganan Perjanjian Kerja Sama (PKS) No. PK.06/KS.001/D.PMS/KPEK/2013 oleh ­Panglima Komando ­Armada RI Kawasan Timur dan Direktur Jendral Pema­saran Pariwisata Kemenparekraf. Kapal Dewaruci kemudian dilepas berlayar menuju Australia, membawa serta misi promosi pariwisata ke salah satu pasar utama, benua Australia, dan New ­Zealand.

Terbaru

Yang paling baru terjadi di Lombok, kerja sama d­ engan Gesellscha Fur Internationale Zusammenarbeit (GIZ), yakni lembaga negara Jerman yang bergerak di bidang sosial. Kerja sama Kemenparekraf dengan lembaga Jerman ini bukanlah pertama kali, sebelumnya sudah pernah ­untuk revitalisasi pasca bencana di Pangandaran pada tahun 2006. Proyek tersebut, rencananya akan berakhir pada 5 Mei 2014. “Beberapa hal yang telah dilakukan terkait ­dengan ­revitalisasi Pangandaran pasca bencana adalah ­pena­naman coral, peningkatan pemanfaatan efisiensi ­listrik, serta pengembangan kepariwisataan,”ujar Dirjen ­Pe­ngembangan Destinasi Pariwisata, ­Firmansyah ­Rahim, menerangkan kepada pers awal April yang lalu. Ruang lingkup kerja sama itu mencakup pengemba­ ngan Nusa Tenggara Barat, khususnya pariwisata berkelanjutan dan hijau dan Low Carbon Destination. Kerja sama lain dengan GIZ adalah proyek pengemba­ngan studi dan dokumen strategis mengenai aspek-aspek tertentu dari pengembangan ­pariwisata berkelanjutan dan hijau yang relevan bagi Indonesia dan diseminasi good practices. Juga pembelajaran dari negara-negara lain dan hasil kerja sama di tingkat ­nasional dan daerah. Pengembangan pariwisata berkelanjutan ini dimaksudkan agar dapat mempertahankan daya tarik objek wisata dalam kurun waktu yang panjang.


Penandatanganan kerja sama Kemenparekraf dengan GIZ, satu lembaga dari Jerman di bidang sosial, disaksikan Dirjen Pengembangan Destinasi Firmansyah Rahim (paling kanan).

Sementara itu Frank Bertelmann, Principal ­Advisor RED sebagai pelaksana di lapangan menjelaskan, pihaknya telah memberikan bimbingan teknis pada ­industri pariwisata dan masyarakat setempat. “Kami mengajarkan penggunaan ­energi, manajemen sampah, meningkatkan dan mengembangkan kapasitas SDM di bidang pariwisata berkelanjutan (­sustainable tourism) dan pariwisata hijau (green ­tourism),” ujarnya.

Asosiasi dan Tingkat Daerah

Adapun pada tingkat asosiasi dan pemda di daerah, tercatat antara lain dengan lembaga atau organisasi non pemerintah, di bidang pemasaran pariwisata. ­Kemenparekraf menjalin kerja sama dengan ASO (Amaury Sport Organization) Perancis, dan dengan ISSI (organisasi ­sepeda seluruh Indonesia), dengan PASI (Persatuan Atlelik Seluruh Indonesia), Persatuan Olahraga Dayung Seluruh Indonesia, dan lain-lain, untuk menyelenggarakan sport tourism event di beberapa daerah di Indonesia. Dengan itulah dilaksanakan even Tour de Singkarak di Sumatra Barat, Jakarta Marathon di Jakarta, dan Musi Triboatton di Sumatra Selatan. Di Yogyakarta, pemda setempat melalui Dinas ­Pariwisata Daerah menjalin kerja sama dengan ­Interna­tional Marching League (IML), atau IML Walking Association, sehingga telah berhasil menyelenggarakan lima kali berturut-turut setiap tahun even yang menarik datangnya wisatawan mancanegara sebagai peserta, dengan nama even International Heritage ­Walkings. ­Setiap tahun jumlah pesertanya meningkat dari ratusan orang ­wisman dari berbagai negara. WTO bekerja sama dengan Kementerian Parekraf melaksanakan satu projek Sustainable Tourism through Energy Efficiency with Adaptation and Mitigation ­Measures in Pangandaran. Bantuan dari WTO ini bertujuan memba­ngun satu model dalam pembaruan meng­atasi dan meng­adaptasi upaya-upaya mengha­ dapi perubahan iklim di Indonesia dan di ASEAN.

Upaya-upaya dimaksud termasuk penyelenggaraan beberapa seminar dan lokakarya untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan pemangku kepenting­ an pariwisata setempat; menerapkan efisiensi penggunaan energi dan teknologi energi terbarukan pada perhotelan dan bangunan-bangunan publik; peralatan­peralatan untuk merencanakan pariwisata dengan karbon rendah; dan penerapan upaya rehabilitasi hutan bakau dan coral reefs yang secara alamiah menyerap dan menyimpan emisi karbon. Dengan proyek kerja sama tersebut, dimaksudkan kawasan Pangandaran akan meningkatkan daya tahan terhadap perubahan iklim, dan daya saingnya di bidang pariwisata, serta sebagai model bagi destinasi lain di ­Indonesia dan di Asia Tenggara. Adalah satu organisasi nirlaba, Indecon, yang berdiri sejak 1995 telah aktif di bidang kegiatan fasilitasi upaya ecotourism di Indonesia, telah menjalani akfitas dan ­pe­ngalamannya di beberapa daerah termasuk di Bali. Dengan Indecon, Kemenparekraf menjalin kerja sama memasarkan destinasi ini. Kemudian di sini terbentuk DMO (Destination Management Organization). Pariwisata di Pangandaran selanjutnya begerak maju.

Daftar Lembaga

Ditulis dan disusun oleh Syamsul Lussa, Staf Ahli Menteri Parekraf bidang Hubungan Lembaga, memuat daftar lembaga yang berkaitan langsung dan tak langsung dengan kepariwisataan dan ekonomi kreatif. Tersusun lembaga kepariwisataan level nasional, ­pemerintahan dan non pemerintah; tingkat inter­ nasional yang berlingkup multirateral, regional dan bilateral. Demikian pula Lembaga Ekonomi Kreatif tingkat ­nasional, dari pemerintahan dan non pemerintah, ­skala internasional juga berlingkup multilateral, ­regional dan bilateral. Para stakeholders pariwisata dan ekonomi ­krea­tif ­rasanya perlu memiliki dan memproduktifkan ­man­faatnya. n Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 53 n Mei 2014

25


Pengembangan Daerah

Satu Lagi, Hash 2014 di Bali dan Labuan Bajo

S

Satu lagi contoh pemasaran destinasi Bali and Beyond oleh Kemenparekraf dengan menginisiasi penyelenggara­an even bertajuk... Wonderful Adventure Indonesia: Asia Pacific Hash 2014. ­Peristiwanya di Bali dan di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur (NTT) pada 9–11 Mei 2014. Bagi Kemenparekraf ini merupakan pelaksanaan flagship (fokus pengembangan) wisata minat khusus. Ribuan peserta mendaftar melalui website asiapacific2014.com. Mereka dari Australia, ­Inggris, Brunei, China, Belanda, Jerman, India, Jepang, Malaysia serta Selandia Baru. Penetapan lokasi penyelenggaraan di Bali dan NTT merupakan bagian dari upaya memperkenal­ kan destinasi wisata olahraga potensial di Indonesia kepada masyarakat dunia. Menteri Parekraf Mari Elka Pangestu ­mengharapkan WAI-ASPAC ini sebagai ­kegiatan bertaraf internasional akan memacu ­pemerintah ­untuk meningkatkan aksesibilitas dan ­konekvitas. Penyelenggaraannya memang bersama dengan Pemerintah Daerah Provinsi Bali, Kota Denpasar, Kabupaten Badung, Kabupaten Gianyar, Kabupaten Klungkung, Kabupaten Tabanan, serta ­Kabupaten Manggarai Barat, Kabupaten Ende dan Kabupaten Sikka.

26

Salah satu sudut pemandangan alam di pulau Komodo.

Segenap pemerintah daerah yang terlibat menyatakan kesanggupannya untuk memberikan dukungan welcoming party maupun cultural performance bagi seluruh peserta. Panitia penyelenggara berharap pihak-pihak yang memiliki kewenangan dapat memberikan rasa aman dan nyaman bagi peserta, terutama ketersediaan sarana transportasi yang memadai untuk membawa peserta dari Bali menuju ­Labuan Bajo hingga ke Pulau Komodo. Seperti telah kita catat selama ini, manfaatnya tidak terbatas pada aspek ekonomi saja tetapi juga proses edukasi bagi seluruh kalangan di daerah dalam penyelenggaraan even-even berskala internasional. Selain itu diharapkan terjadi peningkatan peran serta pemerintah daerah dan stakeholder lain dalam meningkatkan kesiapan destinasi dan sumber daya pendukung pariwisata lainnya. Panitia penyelenggara juga menyiapkan ­charity activity, di mana peserta secara mandiri ­menyelenggarakan Red Dress Run, yakni sejumlah nominal uang yang terkumpul digunakan untuk memperbaiki sarana-sarana umum, termasuk sekolah-sekolah. Hash sebenarnya dapat diartikan sebagai bentuk olahraga rekreasi berupa aktivitas jalan dan lari mengiku petunjuk kertas atau tepung

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 53 n Mei 2014

yang disebar dengan jarak tertentu. Lokasinya mengambil daerah yang masih alami seper pedesaan dan perbukitan atau daerah pegunungan, khususnya daya tarik wisata. Indonesia telah berpengalaman menjadi tuan rumah even olahraga Borobudur Interhash 2012, sebuah even internasional 2 tahunan yang dihadiri oleh para hasher seluruh dunia. Borobudur Interhash 2012 ­diselenggarakan di Magelang dan Yogyakarta, mengusung Candi Borobudur sebagai ikon kegiatan, serta memadukan olahraga hash dengan bermacam ­pilihan rute seperti sungai, gunung, pedesaan dan persawahan, dengan jumlah peserta mencapai kurang lebih 5.000 orang. Bagi daerah-daerah, pengembangan wisata olahraga merupakan salah satu pilihan yang tersedia, tentu disesuaikan dengan potensi sumber daya alam masing-masing. Maklum bukan? Setiap kali penyelenggaraan even, tidak hanya peserta yang akan datang, tetapi juga ­rombongan para pengurusnya, keluarga hingga supporter peserta atau diislahkan, juga para cheer leaders. Tantangannya ialah, mengelola pelaksanaan even dengan standar kualitas yang diterima secara internasional, jika hendak mendatangkan wisman. n


Suasana diseminasi informasi pasar di Makassar.

Pengembangan Pasar & Informasi Pariwisata

D

iseminasi Informasi Pasar Luar ­Negeri dilaksanakan di Makassar oleh Direktorat Pengembangan Pasar dan Informasi Pariwisata Kemenparekraf. Itu untuk menyampaikan dan menyebarkan informasi terkini tentang perkembangan pasar wisman, yang meliputi antara lain 16 pasar ­utama, target wisman, potensi pasar utama. Memberikan informasi tentang pencapaian target wisman tahun 2014 sebanyak 9,5 juta, memberikan informasi tentang kegiatan pemasaran, tentang peluang dan peran kepada daerah agar mendapat pemahaman bagaimana mensinergikan peran dan program daerah ­program pusat dan untuk meningkatkan kerja sama program. Kali ini berlangsung di Makassar pada 23–24 April 2014. Hadir di sana Disbudpar Provinsi ­Sulsel 16 orang, Disbudpar Kota Makassar 2 orang, Disbudpar Kabupaten Toraja Utara 1 orang, BPS Provinsi Sulsel 1 orang, Imigrasi Provinsi Sulsel 1 orang, Bea Cukai Provinsi Sulsel 1 orang, dari asosiasi biro perjalanan ASITA 2 orang, asosiasi hotel PHRI 2 orang dan 9 orang dari industri per­hotel­ an, 3 orang dari Airasia dan Silkair, serta instansi pemerintah lainnya. Hasil dari kegiatan adalah menyebarkan informasi perkembangan pasar luar negeri khususnya di 16 pasar utama di Provinsi Sulsel. Meningkatkan kerja sama antara pusat dengan kabupaten-

Sulsel

Memperlihatkan Minat Besar kabupaten dan Kota Makassar di Provinsi Sulsel dalam kegiatan promosi pariwisata Indonesia baik di dalam maupun luar negeri dalam rangka mendukung pencapaian target wisman tahun 2014. Meningkat pemahaman di Provinsi Sulsel mengenai perkembangan informasi pasar luar negeri dalam rangka mendorong pengembangan pasar di daerah. Dan meningkatkan keterpaduan informasi yang sinergis tentang perkembangan pasar luar negeri antara pusat, provinsi dan kabupaten/kota.

Telaah singkat pariwisata Sulsel

Kunjungan wisman ke Sulsel melalui pintu masuk Makassar pada bulan Januari–Februari tahun 2014 sebesar 2.920 orang, naik 64,04% (+1.140 orang) dibandingkan bulan Januari– Februari tahun 2013 sebesar 1.780 orang. Kenaikan sebesar itu menunjukkan bahwa destinasi Sulsel merupakan destinasi yang ­stra­tegis, mengingat Makassar merupakan pintu utama sebagai hub untuk wilayah Indonesia Timur yang kaya akan alam dan budayanya yang khas. Sehingga destinasi Toraja, Wakatobi, Taka Bonerate, Selayar, Ambon, Ende, Raja Ampat, menjadi desnasi pilihan bagi wisman. Sementara, sesuai data dari BPS dan Pusdan Kemparekraf tahun 2012, pasar utama ­Makassar adalah Malaysia, Singapura, Inggris, Filipina,

Italia, Jerman, Australia, China, Perancis, dan Amerika Serikat. Jika dicermati lebih lanjut, pasar kontributor terbesar bagi Makassar adalah Malaysia dan ­Singapura, sedangkan untuk pasar Eropa ­cenderung menyebar ke Toraja dan destinasi lainnya di Indonesia Timur. Makassar diterbangi oleh maskapai asing Air Asia Berhad rute Kuala Lumpur–Makassar ­sebanyak 4 kali per minggu, dan Silk Air rute Singapura–Makassar sebanyak 3 kali per ­minggu. Penerbangan langsung dari 2 maskapai internasional tersebut merupakan nilai tambah ­tersendiri bagi Sulsel, khususnya kota ­Makassar sebagai pintu gerbang penghubung untuk ­daerah Indonesia Timur bagi wisman. Cukup banyak event promosi pariwisata ­Indonesia sebagai daya tarik wisata yang di­ selenggarakan di Sulsel, antara lain Gebyar Angin Mamiri, Fesval Danau Tondano, Maminasa, Festival Wakatobi, Festival Losari, Rambu Solo, dan Rambu Tuka di Toraja, Lovely Desember, Toraja International Festival. Kegiatan promosi tersebut menjadi aset Sulsel untuk menarik kunjungan wisman dan wisnus. Jika kegiatan-kegiatan promosi tersebut difasilitasi oleh dinas pariwisata provinsi, kabupaten/ kota tentunya akan menjadi langkah strategis guna menjaring wisman maupun wisnus berkunjung ke Sulsel. n

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 53 n Mei 2014

27


Kita dan Dunia

Wisata kota:

Transformasi Atraksi

K

ota-kota di dunia seperti New York dengan patung Liberty, London dengan Big Ben, Paris yang romantis di bawah cahaya gemerlap dari Menara Eiffel, Los Angeles—The City of Angels, Roma dengan peninggalan Romawi, patung singa bertubuh ikan Merlion di Singapura, Opera House di Sydney, dan kuil-kuil di Bangkok, selama bertahun-tahun menjadi kota-kota ikonik yang telah mengisi imajinasi setiap orang dengan gambar tempat-tempat yang terasa begitu akrab melalui televisi, komputer dan layar ponsel. Kota-kota tersebut tidak hanya menjadi ­tujuan liburan, tapi juga dijadikan simbol status ­seseorang.

Jaminan kepuasan pengalaman

Atas: setiap hari warga lokal, ekspatriat, turis mancanegara, bercampur baur di Garden by the Bay, Singapura untuk melakukan berbagai aktivitas. Bawah: Sungai Chao Phraya dan kota Bangkok dari Wat Arun.

28

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 53 n Mei 2014

Anita Mendiraa, CNN Task Group, dalam artikelnya Iconic city destinations: I see, therefore I am (eTN,13/8/2013) menceritakan, di kota-kota ikonik itu ditawarkan begitu banyak dan lebih dari sekedar kesempatan melihat situs-situs terkenal saja. Bagi banyak wisatawan, terutama bagi wisatawan pertama kali, yang paling penting mereka akan mendapatkan jaminan pengembalian investasi. Investasi yang jauh melampaui uang yang dihabiskan di perjalanan, sebab ini mengenai: waktu yang disisihkan untuk perjalanan, usaha yang dilakukan untuk bepergian; dan investasi dari mimpi untuk melakukan perjalanan. Lyndill Cilliers, Travel Expert di Flight Centre (Pty) Ltd mengatakan bahwa wisatawan pergi ke tujuan ikonik karena pengalaman yang dijamin. Dia mencontohkan wisatawan yang berkunjung ke kota New York. Mereka pasti akan melihat Patung Liberty, lalu pergi ke Central Park, di mana semua atraksi/obyek itu ramah turis sebab dapat dicapai dengan nyaman. Khususnya bagi wisatawan yang baru pertama kali, ingin sekali mengalami apa yang setiap wisatawan lain telah alami, dan hal ini mungkin sekali dicapai di kotakota ikonik tersebut. President dan Chief Execuve Officer Kempinski Hotels and Resorts Reto Wiwer menyimpulkannya, ”Bagi wisatawan yang baru pertama kali, berkunjung ke kota-kota ikonik karena ingin mencari pengalaman baru yang mereka asosiasikan dengan kota-kota berserta ikon-ikonnya. Kota-kota seperti New York, London dan Paris


Ikonik ke Pengalaman Ikonik

Kiri: lambang kota Surabaya di Taman Skate menjadi obyek yang dicari di kalangan wisnus. Kanan: anak-anak dan remaja bermain sepeda dan skateboard di taman ini. Lokasinya persis di belakang sebuah mal dan dak jauh dari Monkalsel.

menjadi rumah bagi landmark budaya internasional. Patung Liberty, Big Ben dan Menara Eiffel memiliki kekuatan menangkap imajinasi turis. Mereka adalah bagian dari identitas kota-kota tersebut.”

Belajar dari New York City

Status kota iconic memiliki potensi memberikan model bisnis yang sangat berharga bagi kota/wilayah. Menjadi ikonik bukan berarti menjadi stas. Tantangan dan kesempatannya adalah untuk tetap segar, relevan, mengundang dan bersifat ‘masa kini’ sekaligus menjadi sesuatu yang abadi. Inovasi sangat penting baik produk dan tingkat pelayananannya. Apakah itu dalam wujud pramuniaga yang melayani dalam bahasa Mandarin, atau membuat acara-acara bermuatan budaya lokal dan mancanegara, sehingga menjadi ‘undangan’ agar pengunjung tetap berdatangan dan menjadi magnet menuju destinasi lainnya. Pimpinan NYC & CO’s, George Fera menggambarkannya begini: “Pariwisata selalu menjadi ­industri penng bagi New York City. Dalam beberapa tahun terakhir secara dramas ini telah tumbuh menjadi landasan perekonomian. Pendapatan dari pariwisata mencapai rekor tertinggi dan memberikan dampak ekonomi sebesar US$ 55,3 miliar. Kota ini menerima kunjungan tertinggi

sepanjang waktu, 52 juta orang, dan mempekerjakan lebih dari 363.000 warga New York. Pengunjung kami dak hanya bagian dari tulang punggung perekonomian kota, mereka juga menambah gairah, energi dan keragaman NYC. Kami mempersiapkan diri mencapai tujuan tahun 2015, yakni dengan mengeksplorasi cara-cara baru dan inotivaf untuk mempromosikan lima borough dan menjangkau audiens baru. Industri kami, dengan tenaga kerja dari seluruh kota 363.000 orang dan terus berkembang, akan mencari dukungan karena mereka berusaha untuk menyambut lebih banyak pengunjung dan menyediakan pengalaman paling mengesankan yang pengunjung akan ingat selamanya.”

ecoresort yang spesifik, misalnya. Hal ini dapat ditemukan di suatu tempat di Afrika atau bisa ­berada di suatu tempat di Amerika Selatan. ­Faktor pendorongnya ialah wisatawan haus akan pengalaman. Ini bukan berar kota-kota ikonik akan dinggalkan, tetapi bermakna bahwa tujuan baru akan dicari berdasarkan apa yang mereka miliki dan tawarkan,” menurut Reto Wiwer. “Pernah berada di sana, pernah melakukan ini—itu, kemudian mengunggahnya di media sosial” adalah nilai perjalanan yang hanya akan tumbuh sebab itu menjadi sebuah kepetinngan. Bagi jutaan wisatawan di seluruh dunia, keberadaannya di tempat-tempat ikonik merupakan pencapaian personal dan prestise.

Mengubah atraksi ikonik menjadi pengalaman ikonik

Kota juga masa depan pariwisata

“Kota ikonik akan selalu menarik wisatawan, baik untuk berbisnis atau perjalanan liburan, itu sudah pas. Tapi saya pikir, di masa depan wisatawan akan kurang fokus pada daerah tujuan dan akan lebih fokus pada ide-ide dan ­konsep-konsep yang penng bagi ­mereka dan pengalaman perjalanannya. Beberapa wisatawan tertarik pada keberlanjutan dan lingkungan sehingga para pelancong dan wisatawan mungkin akan mencari tujuan yang berinvestasi dalam ecotourism, atau untuk

Abad ke-21 tidak akan didominasi oleh n­ egara-negara berkembang seperti BRICS, MINTS, atau SLIMMAs tetapi dengan kota-kota. Di seluruh Eropa, pertumbuhan wisata kota melampaui pertumbuhan pariwisata internasional sebesar 20% pada tahun 2013. Penelitian terbaru oleh ABTA menunjukkan hampir setengah dari warga berusia 25–34 tahun berwisata di kota pada 2013. Kota, pariwisata kota, dan pasar untuk pariwisata kota sedang berkembang. CEO ETOA Tom Jenkins mengatakan, “Peran pengunjung di dalam ekonomi perkotaan me-

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 53 n Mei 2014

29


Kita dan Dunia mainkan peran penng dan dipersiapkan untuk berkembang menjadi suatu kepenngan. Pariwisata menciptakan lapangan kerja, mendorong ekspor dan membiayai pembangunan infrastruktur. Kenaikan 91% wisatawan ke Liverpool di tahun-tahun setelah kota itu ditetapkan menjadi Ibukota Budaya Eropa tahun 2008 adalah bukti bagaimana kota dapat mengontrol lingkungannya dan memanfaatkannya untuk kepenngan wisata modern.” Asosiasi Operator Tur Eropa (ETOA) akan mem­ pertemukan para stakeholders terkemuka di bidang pariwisata dan studi perkotaan dalam sebuah konferensi untuk mengeksplorasi hubung­ an antara profil wisata baru dan ­lingkungan perkotaan pada tanggal 17 Juni 2014. Konferensi ini disponsori bersama oleh Visit England dan The March Market place. Ini terjadi berkat kerja sama dari Liverpool Vision, European Cies Marketing, dan European Travel Commission and Tourism Alliance. Konferensi bertema Turis, Kota dan Masa ­Depan akan membahas pertumbuhan wisata kota, bagaimana menanganinya, dan ­bagaimana ­perencana kota harus meresponnya. ­Konferensi diselenggarakan berdasarkan kenyataan per­kem­ bangan yang sedang terjadi dan menentukan penngnya pariwisata di kota-kota, memahami dinamika turis serta mengestimasikan apa yang perlu dilakukan kota-kota.

Hal-hal tersebut merupakan topik penting bagi industri untuk ­did­iskusikan bersama dengan pemerintah daerah. Seberapa ikonik kota Anda?

Ikon Ibukota Jakarta, Monas, baru saja selesai dibersihkan dan sudah dibuka kembali untuk umum. Dikelilingi dengan taman luas, landmark ibukota Republik Indonesia ini sebenarnya akan semakin menarik jika tidak ada pagar pembatas dan semua warga mau disiplin dengan tidak berjualan di sembarang tempat sebagai sikap menghargai fasilitas umum. Bis keliling wisata di Jakarta cukup membantu melihat apa yang ada di pusat kota termasuk Monas dan pusat-pusat perbelanjaan. Kreafititas warga Bandung tidak perlu diragukan lagi. Sebagai surga wisata belanja dan ­kuliner, kota ini selalu menawarkan beragam produk dan

30

Jakarta perlu berjuang untuk menjadikan Kota Tua sebagai ikonnya yang menampilkan karakter.

hal baru. Banyak kawasan dan ­bangunan kaya sejarah dan cerita menarik di sini. Sayangnya, itu belum menjadi sumber inspi­ rasi dan media berkreasi utama dengan semakin banyak bangunan-bangunan peninggalan ko­ lo­nial yang diruntuhkan dan digan dengan bangun­an-bangunan baru. Berkurangnya ruang terbuka hijau telah meningkatkan suhu udara di kota yang sekitar 12 tahun lalu masih terasa di­ngin di siang hari. Aneka kembang, ikon Ban­ dung, semakin tak terlihat di tengah lalu lintas teramat padat. Daripada menjadi kota ikonik, Bandung kini berisiko semakin kehilangan ruh. Yogya dan Bali relatif masih bisa mempertahankan keunikannya, sehingga tetap menjadi ikonik. Dari yang tampak kasat mata seperti bangunan-bangunan, hingga kebiasaan dan tradisi lokal yang masih hidup dalam masyarakatnya meskipun kini kedua daerah tersebut juga tidak luput dari kemacetan, kesemrawutan dan masalah-masalah perkotaan lainnya. Pelancong dan wisatawan domesk dan mancanegara masih tetap tertarik datang. Sebab mereka mendapat sesuatu sesaat dan sesudah dari sana Taman-taman di Kota Surabaya perlahan tapi pas menjadi ikon kota metrpolitan kedua di ­Indonesia. Jarak diantara taman mudah dicapai, beberapa diantaranya bisa diakses dengan berjalan kaki melalui pedestrian lebar yang nyaman di jalan-jalan utama di tengah kota. Bangunan-bangunan peninggalan ­kolonial re­latif lebih banyak dalam kondisi bagus ­sehingga pusat belanja dan perkantoran pun tak sungkan memanfaatkannya. Sudah ada dua bis wisata keliling kota yang bisa dimanfaatkan para pelancong dan wisatawan. Dari ­Taman Tekno ­pengunjung bisa menyusuri sungai dengan perahu sewa. Patung Sura dan Baya di Taman Skate

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 53 n Mei 2014

bersebelahan dengan situs Monumen Kapal Selam (Monkalsel) semakin menarik minat pe­ ngunjung meskipun berada di belakang sebuah pusat perbelanjaan besar dan melewa lahan parkir untuk menuju ke sana. Kota ini masih perlu memikirkan bagaimana akses yang lebih user friendly ke taman-taman tematik dan situs-situs seperti Tugu Pahlawan, Monkalsel agar terintegrasi dengan pusat-pusat perbelanjaan, kuliner, perkantoran, akomodasi dan transportasi. Misalnya, di setiap perempatan jalan lampu pengatur lalu lintas juga mengatur dan memberikan kesempatan kepada para pejalan kaki. Parking lot yang bersih, teratur dan aman di kawasan pusat perkantoran dan perbelanjaan yang berdekatan dengan daya tarik wisata dan taman. Cukup banyak kota-kota lain berpotensi menjadi kota ikonik. Banda Aceh, Medan, Palembang, Makassar untuk menyebut beberapa di antara­ nya. Kota memang pusat perekonomian, peme­ rintahan dan jasa. Namun bukan berar semua infrastruktur pendukung peran dan fungsi kota mesti dibangun dan diganti dengan yang baru. Kota-kota ikonik dunia dibangun dari ­investasi keberanian berkreasi dan memanfaatkan yang sudah ada. Inovasi dan teknologi modern di­ tambahkan agar yang sudah ada menjadi ‘baru’ kembali dan sejalan perkembangan zaman. Bangunan-bangunan baru menjadi tambahan penopang dinamika kota. Seorang turis dari Jerman bercerita penga­ lamannya, dia sengaja berhen di beberapa kota dalam perjalanan dari Makassar ke Toraja. Dia melihat kota-kota yang disinggahinya walaupun lebih besar dari kota Rantepao tapi menurut dia dak memperlihatkan karakter. Berbeda sekali ketika dia turun dari bis di Rantepao di mana ­nuansa Toraja langsung dirasakannya. n


Bisnis

Dari Embrio Menuju Destinasi Internasional

Tenda safari di Batu Mentas Tarsius Sanctuary and Ecolodge.

Pemandangan dari beranda tenda safari.

R

my Lanz datang ke Belitung pertama kali tahun 1985. Beberapa tahun kemudian dia membangun tenda safari di Belitung, di Batu Mentas dan Pulau Kepayang, selesai sekitar pertengahan tahun 2012. Yang di Batu Mentas selesai lebih dahulu, sedangkan yang di Pulau Kepayang lebih lambat karena banyak kendala yang dihadapi di antaranya kekurangan daya listrik sehingga tekanan untuk air panas kurang dan sebagainya. Dia pernah membangun tenda safari pertama kali di daerah Sulawesi Selatan, ­Bantimurung, lokasinya sekitar 2,5 jam perjalanan dari ­Makassar pada tahun 2011. Sayangnya itu sudah rusak dan tidak bisa dipakai lagi. Bantimurung pun pernah sebagai obyek daya tarik wisata di mana bisa disaksikan kawasan habitat kupukupu, wisman dari mancanegara datang ke sana menyaksikan, memotret, mengagumi. Akhir ­tahun ini, dia juga akan membangun satu tenda safari lagi di ­Siladen, Manado, persis menghadap Taman ­Nasional Bunaken. Apa Tenda Safari itu? Sejatinya bukan lagi hal baru. Pertama kali dicetuskan di Afrika Selatan di mana turis datang dan melakukan perjalanan ke kawasan konservasi dan taman nasional untuk melihat singa dan hewan lainnya yang disebut safari. Akomodasi berupa tenda yang dibangun di sekitar kawasan tersebut dinamakan tenda safari. Kemudian, tenda seperti ini muncul di Aus­ tralia. Bentuk akomodasinya unik, cenderung kental dengan rasa petualangan tanpa me­ ngurangi kenyamanan, dan penghuninya akan ­merasa menyatu dengan alam di sekitarnya. Kelebihan lain, dia mudah dibangun dan dirubuhkan juga mudah dipindah-pindahkan. Tenda safari ini bisa dibangun di mana saja yang mempunyai keunikan alam dan budaya. Di Batu Mentas, tenda ini berdiri di tepi kawasan hutan lindung, banyak rumpun pohon bambu, bisa mandi di sungai berair jernih di mana tidak banyak tempat seperti ini. Jika pergi ke Pulau Kepayang, rasanya seperti pulau pribadi di mana tamu bisa menikmati pemandangan batu-batu besar di tepi pantai seperti yang ada di pantaipantai Belitung dari tenda. Tidak ada special ­requirement untuk membangun tenda safari. Jika semua sudah siap, bahan-bahan ­material dan tendanya, bisa dikerjakan dalam waktu ­sebulan. Tenda cukup dirakit, pondasinya bisa di­ kerjakan sendiri oleh orang-orang lokal, kayu bisa didatangkan dari daerah lain jika kayu ­setempat tidak cukup atau kurang memenuhi ­kriteria, dipastikan listrik dan air sudah tersedia. “Saya pribadi ingin membangunnya lebih banyak di berbagai daerah tapi itu kan butuh

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 53 n Mei 2014

31


Bisnis

Mr. Remy Lanz

i­nvestasi, juga mesti dipastikan ini laku dijual. Selain itu, kita harus betul-betul bisa mempe­ lajarinya karena setiap daerah mempunyai masalah berbeda-beda. Contoh, tenda safari di Kepayang mulai saat membangun hingga sekarang banyak sekali masalah yang timbul dan menjadi pelajaran berharga bagi kami untuk membangun tenda yang lebih baik dan menyesuaikan dengan ­karakter alam setempat,” Remy Lanz, Developer Indo Safari Tent yang memba­ ngun tenda-tenda safari itu mengatakan. Dia lebih suka menyebutnya ecolodge. “To me, it’s like a big and cozy bungalow. Something like this, I call it an eco, because it’s built in the eco­ tourism area like Batu Mentas. It’s a tent, the model is like the origin from Africa, and then ecolodge because it’s something unique. It also has hot water inside. So to people who wants to go back to nature, but still want to get comfort, then it’s a safari tent,” lanjutnya. Dia dan Budi beserta staf lokal yang me­ ngelola Batu Mentas Tarsius Santuary and Ecolodge dan Pulau Kepayang memilki persama­ an visi yakni memberikan total experience kepada tamu-tamu yang datang. Itu berarti sejak tamu dijemput di bandara, ditransfer ke Pulau ­Kepayang atau Batu Mentas, tamu akan melihat semua dalam keadaan bersih, teratur, makanan yang enak dan bervariasi, aneka akfitas yang bisa dilakukan selama tinggal, mereka juga bisa mandi air panas dan seterusnya, semua diorgani­ sasikan dengan baik dan sempurna sehingga ketika kembali ke bandara mereka akan membawa cerita ­penga­laman yang sebenarnya. Target utamanya ialah orang-orang asing yang berada di Jakarta karena mereka, paling tidak, sudah tahu bahasa Indonesia dan sudah mengenal masakan Indonesia jadi tidak akan ter-

32

Atas-bawah: fasilitas yang disediakan di dalam tenda safari tidak mengurangi kenyamanan tamu meskipun menginap di pinggir hutan. Semua fasilitas dalam keadaan bersih dan dirawat.

lalu kaget keka datang ke sini. Mereka yang datang ingin melihat monyet, tarsius yang berkeliaran di atas pohon di kawasan Batu Mentas, ingin melihat penyu di pantai di ­Kepayang. Saat bangun di pagi hari tidak terde­ngar suara bising dari kendaraan melainkan ­hanya suara aneka burung dari segala penjuru. Dia menyayangkan banyak orang Indonesia belum bisa menghargai hal-hal seperti itu karena yang complaint di Pulau Kepayang berasal dari tamu Indonesia sebab tidak ada TV di sana. “I have a friend from Australia, who has project in Bali, they want to bring people from Australia to come here. But I said, tunggu dulu. Imagine, if you

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 53 n Mei 2014

have people dari Eropa, dari Australia langsung datang ke sini, with no one word of bahasa, the shock would be too much,” Remi menerangkan alasannya. Di Australia, tenda safari yang persis sama dengan yang ada di Belitung dihargai AUS$ 250 per malam, itu hanya untuk tenda saja. Dilengkapi dengan sebuah restoran vegetarian yang fantastis dan terkesan mewah, wisatawan dari Eropa langsung berdatangan. Tingkat okupansinya mencapai 95%. Tentu saja di sini belum bisa memberlakukan tarif semahal di sana karena kita belum bisa memberikan garansi total experience kepada tamu.


Atas: sungai kecil di depan tenda safari menjadi natural swimming pool. Bawah: tamu bisa menjajal Fying fox di tepi hutan, kemudian dilanjutkan dengan river tubing dari atas bukit dan berakhir di sini.

Remy sangat berharap baik pemerintah daerah dan pelaku industri pariwisata di ­Belitung bisa memanfaatkan momen ketika film The ­Philosopher, atau kemungkinan judulnya diganti menjadi After the Dark, dimana Cinta Laura— aktris Indonesia—turut bermain di dalamnya, ditayangkan. Film yang berlokasi di Prambanan, Bromo, dan Belitung akan mengiklankan ketiga destinasi tersebut ke seluruh dunia. Dia mengakui Belitung sangat unik dan ­sangat menyerupai Pulau Seychelles di Afrika Timur sana. Seychelles mentargetkan high class ­tourist sehingga di sana banyak dibangun high class resorts. Belitung dengan segala keunikan yang

dimilikinya sangat mungkin bersaing ­dengan Seychelles dan Bali. Rupanya, Remy pernah menyusun suatu blueprint pariwisata Belitung hingga tahun 2020. Di dalam pendahuluannya dia menyebutkan ­Belitung sebagai Bali Kedua dan lebih bagus. Asalkan, di pulau ini dibangun lebih banyak bungalow yang mengedepankan konsep ­individual privacy, di mana tamu benar-benar bisa menikmati keindahan alam dan budaya Belitung. Bagi wisatawan asing, terutama dari Barat, mereka menginginkan privacy, tidak suka tinggal saling berdekatan hingga kapasitas maksimal. Lebih menyerupai kondisi di Bali tahun 1970-an.

Dia menjelaskan kosep privacy-nya seperti ini: The concept of privacy that I plan is not high class but not lower class. It’s for medium class. It’d not cost USD 200–250. I think USD 100 is reasonable, but it’d not be at the bacpacker rate USD 20–25. The people who exactly have work, already make a good pay, between 25–40 years old, this should be the main market, they can afford the rate. This range of age, people may still have children so they haven’t been on the stage of the gaia, they cannot spend USD 200–250 per night for the accomodation yet, but people like this would pay for USD ­50–100 per night rate. Just for a little short holiday. If you usually spend the holiday in Bali, why don’t you fly to Belitung and spend the night here that would give you an experience. With ­reasonable price, reasonable location and facility. Jika mengimpor seluruh material tenda dari luar negeri, biaya yang dikeluarkan akan 3 sampai 4 kali lebih mahal daripada harga awalnya sekitar AUS$ 8,000. Tenda safari yang dipakai di Bantimurung, Belitung, dan nanti di Siladen, Manado dibuat di Indonesia. Tantangan yang dihadapinya adalah mencari bahan berkualitas sama dengan produk buatan Australia agar yang diproduksi di Indonesia bisa memiliki ketahanan yang sama. Sekarang, produk Indonesia hanya mampu bertahan 3–4 tahun sedangkan produk Australia bisa bertahan hingga 10 tahun. “Yes, Indonesian can make like this one, but the quality must be improved. The thing is we have to adopt with the environment, the tropical climate, which make it more complicated, each time you have to learn it again every year, fixing which is not right and so on,” Remy menutup percakapan dengan Pariwisata Indonesia di teras tenda safari di Batu Mentas menjelang akhir April 2014. Dan ini mengingatkan kita pada riwayat ­Belitung tahun 1980-an. Ketika itu maskapai penerbangan Garuda Indonesia berniat hendak membangun hotel di sana, untuk kemudian mempromosikan pariwisatanya. Lalu melakukan survei. Ketika itulah beberapa warga asing yang terlibat, melihat banyaknya pantai berpasir putih nan indah. Kendati terdengar berseloroh, tapi mereka seakan serentak menemukan julukan bagi nama Pulau Belitung. Apa? Kita sebutkan saja Balitu Island. Dengan pronouncing (pengucapan) dalam bahasa Inggris, terdengar menjadi ‘Bali Two’, Maksud mereka, kekayaan pantai pulau ini membuatnya serasa menjadi Bali yang kedua. Ini mengingatkan lagi akan Wakatobi dan Raja Ampat. Kini terkenal mendunia, awalnya ­dibangun dengan ketekunan, oleh usahawannya, bertahun-tahun berjemur dan berhitam kulit, di laut itu. Sebelum akhirnya berstatus ­destinasi utama. Nah, hmmm… n

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 53 n Mei 2014

33


Indi

Kunjungan Wisman berdasarkan 19 Pintu Masuk Maret 2014 No.

Pintu Masuk

1 Bali 2 Jakarta 3 Batam 4 Tanjung Uban 5 Bandung 6 Surabaya 7 Medan 8 Tanjung Pinang 9 Tanjung Balai Karimun 10 Tanjung Priok 11 Yogyakarta 12 Lombok. NTB 13 Padang 14 Pekanbaru 15 Entikong. Pontianak 16 Manado 17 Balikpapan 18 Makassar 19 Surakarta Pintu Lainnya Total Wisman

2014 268.418 194.720 122.019 27.009 21.463 18.776 18.493 9.057 8.945 8.767 8.234 5.987 4.327 2.130 1.699 1.340 1.244 1.159 1.114 40.706 765.607

2013 247.024 186.548 120.271 29.844 16.745 19.113 17.932 9.823 9.854 4.992 6.309 2.258 4.005 2.039 2.291 1.695 1.395 1.455 1.290 40.433 725.316

(+/–)

Selisih

8,66% 4,38% 1,45% -9,50% 28,18% -1,76% 3,13% -7,80% -9,22% 75,62% 30,51% 165,15% 8,04% 4,46% -25,84% -20,94% -10,82% -20,34% -13,64% 0,68% 5,55%

21.394 8.172 1.748 -2.835 4.718 -337 561 -766 -909 3.775 1.925 3.729 322 91 -592 -355 -151 -296 -176 273 40.291 Sumber: BPS

Kunjungan Wisman menurut 19 Pintu Masuk Januari–Maret 2014 No.

Pintu Masuk

1 Bali 2 Jakarta 3 Batam 4 Tanjung Uban 5 Medan 6 Bandung 7 Surabaya 8 Tanjung Balai Karimun 9 Tanjung Pinang 10 Yogyakarta 11 Tanjung Priok 12 Lombok, NTB 13 Padang 14 Pekanbaru 15 Entikong, Pontianak 16 Manado 17 Makassar 18 Balikpapan 19 Surakarta Pintu Lainnya Total Wisman

2014 816.470 562.205 338.518 80.910 55.302 52.280 52.122 25.662 23.425 23.221 19.130 15.954 12.713 6.646 4.843 4.113 4.079 3.296 2.691 117.772 2.221.352

2013

(+/–)

713.556 14,42% 527.999 6,48% 314.901 7,50% 80.521 0,48% 48.756 13,43% 42.493 23,03% 52.700 -1,10% 27.783 -7,63% 23.895 -1,97% 16.118 44,07% 17.491 9,37% 5.069 214,74% 10.607 19,85% 5.551 19,73% 5.950 -18,61% 4.355 -5,56% 3.235 26,09% 4.379 -24,73% 3.473 -22,52% 109.227 7,82% 2.018.059 10,07%

Selisih 102.914 34.206 23.617 389 6.546 9.787 -578 -2.121 -470 7.103 1.639 10.885 2.106 1.095 -1.107 -242 844 -1.083 -782 8.545 203.293 Sumber: BPS

34

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 53 n Mei 2014


kator Realisasi Wisman Bulanan Januari–Maret 2014 Bulan

2014

2013

+/–

Selisih

JANUARI 753.079 614.328 22,59% 138.751 FEBRUARI 702.666 678.415 3,57% 24.251 MARET 765.607 725.316 5,55% 40.291 JAN-MAR 2.221.352 2.018.059 10,07% 203.293 APRIL 646.117 MEI 700.708 JUNI 789.594 JULI 717.784 AGUSTUS 771.009 SEPTEMBER 770.878 OKTOBER 719.903 NOVEMBER 807.422 DESEMBER 860.655 TOTAL 8.802.129 Sumber: BPS

Realisasi Wisman Berdasarkan Pasar Utama Maret 2014 vs 2013 No.

Pasar Utama

1 SINGAPURA 2 MALAYSIA 3 AUSTRALIA 4 CINA 5 JEPANG 6 KORSEL 7 AS 8 INGGRIS 9 INDIA 10 TAIWAN 11 TIM-TENG 12 JERMAN 13 PERANCIS 14 BELANDA 15 FILIPINA 16 RUSIA LAINNYA* GRAND TOTAL

2014

Maret

137.320 108.799 79.209 71.927 37.564 25.711 20.810 18.651 18.430 16.539 15.703 14.164 13.956 12.069 10.961 8.052 155.742 765.607

2013 127.577 102.654 68.629 54.359 42.681 25.083 19.186 18.776 16.710 17.525 8.880 14.174 12.223 9.680 10.532 10.346 166.301 725.316

(+/–)

Realisasi Wisman Berdasarkan Pasar Utama Januari–Maret2014

Selisih

No.

7,64% 9.743 5,99% 6.145 15,42% 10.580 32,32% 17.568 -11,99% -5.117 2,50% 628 8,46% 1.624 -0,67% -125 10,29% 1.720 -5,63% -986 76,84% 6.823 -0,07% -10 14,18% 1.733 24,68% 2.389 4,07% 429 -22,17% -2.294 -6,35% -10.559 5,55% 40.291

Pasar Utama

2014

1 SINGAPURA 2 MALAYSIA 3 CHINA 4 AUSTRALIA 5 JEPANG 6 KORSEL 7 AS 8 INDIA 9 TAIWAN 10 INGGRIS 11 TIM-TENG 12 PERANCIS 13 BELANDA 14 JERMAN 15 RUSIA 16 FILIPINA PASAR LAINNYA GRAND TOTAL

349.114 315.693 257.304 233.378 110.401 88.999 55.816 53.266 51.322 48.871 41.889 35.860 33.405 35.170 28.967 30.676 451.221 2.221.352

2013 306.836 281.610 194.580 205.133 114.628 81.905 50.564 47.341 50.267 47.109 26.362 32.276 29.861 33.573 31.647 27.242 457.125 2.018.059

(+/–)

Selisih

13,78% 12,10% 32,24% 13,77% -3,69% 8,66% 10,39% 12,52% 2,10% 3,74% 58,90% 11,10% 11,87% 4,76% -8,47% 12,61% -1,29% 10,07%

42.278 34.083 62.724 28.245 -4.227 7.094 5.252 5.925 1.055 1.762 15.527 3.584 3.544 1.597 -2.680 3.434 -5.904 203.293 Sumber: BPS

Sumber: BPS Berdasarkan Kebangsaan pada 19 Pintu

Kunjungan Wisman ke Indonesia 2011–2014 900,000 850,000 800,000 750,000

2014

700,000

2013

650,000

2012

600,000

2011

550,000 500,000 2014 2013 2012 2011

JAN 753.079 614.328 652.692 548.821

Jan

FEB 702.666 678.415 592.502 568.057

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun

Jul

Agt

Sep

Okt

Nov

Des

MAR APR MEI JUN JUL AGT SEP OKT NOV DES 765.607 725.316 646.117 700.708 789.594 717.784 771.009 770.878 719.903 807.422 860.655 658.602 626.100 650.883 695.531 701.200 634.194 683.584 688.341 693.867 766.966 598.068 608.093 600.191 674.402 745.451 621.084 650.071 656.006 654.948 724.539

TOTAL 2.221.352 8.802.129 8.044.462 7.649.731 Sumber: BPS

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 53 n Mei 2014

35


Kegiatan Promosi Pariwisata Luar Negeri 2014 No.

Nama Kegiatan

Waktu

Tempat

ASEAN 1 1 Bursa Pariwisata Internasional ASEAN Tourism Forum (ATF) 2014 20–23 Januari Kuching, Sarawak - Malaysia 2 2 Bursa Pariwisata Internasional NATAS Travel Fair 2014 28 Februari–2 Maret Singapore Expo - Singapura 3 3 Bursa Pariwisata Internasional MATTA Fair Kuala Lumpur Maret 2014 14–16 Maret PWTC, Kuala Lumpur - Malaysia 4 4 Sales Mission Consumer Selling Selangor 2014 18–20 April Selangor, Malaysia 5 5 Bursa Pariwisata Internasional Malaysia International Travel Mart (MITM) 2014 8–10 Agustus Mid Velley ,Malaysia 6 6 Bursa Pariwisata Internasional NATAS Holiday Fair 2014 Agustus Singapore Expo - Singapura 7 7 Festival Indonesia Festival Indonesia di ASEAN 2014 Agustus Kuala Lumpur, Malaysia 8 8 Bursa Pariwisata Internasional International Travel Expo (ITE) HCMC 2014 11–13 September Saigon Exhibition & Convention Center, Ho Chi Minh City 9 9 Bursa Pariwisata Internasional ITB Asia 2014 29–31 Oktober Suntec - Singapura 10 10 Bursa Pariwisata Internasional BIMP-EAGA Oktober Davao, Filipina ASIA 10 1 Bursa Pariwisata Internasional South Asia Tourism & Travel Expo (SATTE) 2014 29–31 Januari Pragati Maidan, New Delhi, India 11 2 Festival Indonesia PWI Melalui Pelayaran KRI TNI AL di Asia Timur 2014 20–24 April Qingdao, RRT 12 3 Festival Indonesia PWI di RRT dalam Rangka China-Indonesia 1–2 Mei Shanghai Tourism Year 2014 10–11 Mei Hangzhou 7–8 Juni Shenzhen 18–19 Mei 2014 Ningbo 24–25 Mei 2014 Nanjing 31 Mei–1 Juni 2014 Guangzhou 13 4 Sales Mission Sales Mission Jepang 2014 15 Mei Tokyo, Jepang 14 5 Bursa Pariwisata Internasional Hana Tour 2014 23–25 Mei Seoul, Korsel 15 6 Bursa Pariwisata Internasional Korea Travel Fair (KOTFA) 2014 29 Mei–1 Juni COEX Convention & Exhibition Center, Seoul - Korea 16 7 Sales Mission Sales Mission Taiwan 2014 5–6 Juni Taipei dan Taichung 17 8 Bursa Pariwisata Internasional International Travel Expo (ITE) Hongkong 2014 12–15 Juni Hong Kong Convention & Exhibition Centre 18 9 Sales Mission Sales Mission Asia Selatan, Tengah dan Barat 2014 24–29 Agustus Ahmadabad, Kalkuta dan Hyderabad 19 10 Sales mission Sales Mission Korea 2014 15–18 September Seoul dan Busan 20 11 Bursa Pariwisata Internasional Busan International Travel Fair (BITF) 2014 19–22 September Busan, Korea 21 12 Bursa Pariwisata Internasional JATA Travel Showcase (JTS) 2014 25–28 September Tokyo Big Sight, Tokyo - Jepang 22 13 Bursa Pariwisata Internasional China International Travel Mart (CITM) 2014 23–26 Oktober Kunming International Convention & Exhibition Center, Kunming - RRT 23 14 Bursa Pariwisata Internasional Taipei International Travel Fair (TITF) 2014 7–10 November Taipei World Trade Exhibition Center, Taipei - Taiwan AMERIKA & PASIFIK 24 1 Bursa Pariwisata Internasional Los Angeles Travel and Adventure Show 2014 18–19 Januari LA Convention Center 25 2 Bursa Pariwisata Internasional Perth Holiday & Travel Expo 2014 15–16 Februari Crown Perth, Burswood - Perth 26 3 Bursa Pariwisata Internasional New York Times Travel Show 2014 28 Februari–2 Maret Jacob K. Javits Convention Center, New York 27 4 Bursa Pariwisata Internasional Melbourne Travel Expo 2014 29–30 Maret Carltons Garden, Melbourne 28 5 Bursa Pariwisata Internasional Sydney Holiday & Travel Show 2014 5–6 April Hordern Pavilion, Moore Park, Sydney 29 6 Festival Indonesia PWI Melalui Indofest Adelaide 2014 12–14 April Adelaide, Australia 30 7 Sales Mission Sales Mission Australia 2014 15–19 Juni Sydney, Melbourne dan Perth 31 8 Festival Indonesia PWI di Darwin 2014 Agustus Darwin 32 9 Festival Indonesia Tournament of Roses 2014 1–2 Januari Pasadena, AS TIMUR TENGAH & AFRIKA 33 1 Festival Indonesia Journey to Indonesia 2014 28–30 Maret Rabat, Maroko 34 2 Bursa Pariwisata Internasional Kuwait Travel Market 28–30 April Kuwait City 35 3 Sales Mission Sales Mission Arab Saudi 2014 28 April–1 Mei Mekkah, Madinah, & Jeddah - Arab Saudi 36 4 Bursa Pariwisata Internasional Arabian Travel Mart (ATM) 2014 5–8 Mei Dubai International Convention and Exhibition Center, Dubai - UEA 37 5 Bursa Pariwisata Internasional The Getaway Show 2014 29–31 Agustus Coca Cola Dome, Johannesburg, Afrika Selatan 38 6 Sales Mission Sales Mission Afrika Selatan 2014 September Afrika Selatan EROPA 39 1 Bursa Pariwisata Internasional Vakantiebeurs 2014 14–19 Januari Utrecht, Belanda 40 2 Bursa Pariwisata Internasional Pameran Pariwisata di Museum Vatikan 2014 13 Februari Vatikan, Roma, Italia 41 3 Bursa Pariwisata Internasional International Fair of Tourism (IFT) 2014 27 Februari–2 Maret Beograd, Serbia 42 4 Bursa Pariwisata Internasional Internationale Tourismus Borse (ITB) Berlin 2014 5–9 Maret Berlin, Jerman 43 5 Sales Mission Sales Mission Eropa Timur & Tengah 2014 Juni Rep. Ceko dan Polandia 44 6 Festival Indonesia Promosi Wonderful Indonesia di Trafalgar Square (Hello Indonesia) 31 Mei London, Inggris 45 7 Festival Indonesia Tong Tong Fair 2014 29 Mei–9 Juni Den Haag, Belanda 46 8 Festival Indonesia Promosi Wonderful Indonesia di Austria September Wina, Bratislava 47 9 Bursa Pariwisata Internasional Otdykh Leisure 2014 16–19 September Moskow, Russia 48 10 Bursa Pariwisata Internasional Top Resa 2014 23–26 September Paris, Perancis 49 11 Bursa Pariwisata Internasional World Travel Market (WTM) London 2014 3–6 November London, Inggris

36

Contact Person : Tanjung (njung.ah@gmail.com) & Novi (novirahayu82@gmail.com) William (bill.kalua@gmail.com) & Yan (yan.permana@ymail.com) Eva (eva.agustineaf@gmail.com) & Lanny (lanny.5982@gmail.com) Muchlasin (muchlaselba@gmail.com) & Fehmiu (fehmiu.octavino@gmail.com) Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 53 n Mei 2014 Risha & Ayu (eropa.kemparekraf@gmail.com)

3838 305 3838 315 3838 315 3838 308 3838 308


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.