Newsletter Pariwisata Indonesia, Edisi 50 - February 2014

Page 1

Vol. 5 n5No. 5049 n Februari n No. n Januari2014 Vol. 2014

Dimana, Bagaimana Kita Bersaing

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 50 n Februari 2014

1


Indonesia kehilangan sosok besar dalam dunia pariwisata. Joop Ave telah berpulang ke peristirahatan terakhirnya pada Rabu 4 Februari 2014 dan dikremasikan di Bali, Sabtu 8 Februari 2014. Indonesia dan masyarakat kepariwisataan di dunia mengenang ketajaman pemikiran dan gagasan-gagasannya, langkah-langkah serta pergaulannya memajukan pariwisata di Indonesia, negara berpenduduk lebih dari 200 juta jiwa, maupun di dunia internasional. Gagasan dan langkah-langkahnya membangun fondasi, memberi inspirasi dan warna baru dalam sejarah memajukan pariwisata di negeri ini.

Isi Nomor ini

Pengarah: Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Penanggungjawab: Direktur Jenderal Pemasaran Pariwisata Wakil Penanggungjawab: Direktur Pengembangan Pasar dan Informasi Pariwisata Penerbit/Pemimpin Redaksi: Arifin Hutabarat Dewan Redaksi: Direktur Promosi Pariwisata Dalam Negeri; Direktur Promosi Pariwisata Luar Negeri; Direktur Konvensi, Insentive, Even dan Wisata Minat Khusus; Direktur Pencitraan Indonesia; T. Burhanuddin; Wisnu B. Sulaiman. Reporter: Benito Lopulalan Alamat: Direktorat Jenderal Pemasaran Pariwisata Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Jl. Medan Merdeka Barat No.17, Lantai 3 Jakarta 10110 Telp : 021 383 8220 Fax : 021 380 8612, Email : jurnal@indonesia.travel Jika Anda mem足 punyai infomasi dan pendapat untuk Newsletter ini, 足silakan kirim ke alamat di atas.

2

Meningkatkan Daya Saing Kita Budaya Toraja yang Unik dengan Transformasi sedang Berlangsung Vakantiebeurs di Belanda, Menjual Tur dan Kuliner Meningkatkan Lagi Daya Saing Antisipasi ASEAN Open Sky, dan Kemungkinan juga dengan UE Susur Sungai di Kalteng Kini www.newsletter-pariwisataindonesia.com

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 50 n Februari 2014

4 9 11 16 21 28


Hal.

4

Saatnya pula Indonesia memperhatikan ‘daya saing’ kepariwisataan negeri ini di tengah dinamika persaingan kepariwisataan dunia. Menteri Parekraf Mari Elka Pangestu membuka memulai diskusi pada forum bertema:

Indonesia Tourism Outlook and Challenges 2014.

Hal.

7

Wamen Parekraf memberikan key notes. Para peserta mendapatkan marketing approach untuk pengembangan pariwisata, mengandung pendekatan meningkatkan daya saing pariwisata daerah, dan

industri kreatif.

Hal.

28

Operatornya sendiri tentu telah memasarkan termasuk via internet. Tapi bukankah terbuka peluang bagi peminat yang bisa menjualkan? Bagaimana Anda bisa memogram agar wisatawan mengklik kata kunci ‘river cruise Indonesia’ maka produk semacam ini tampil? Menengok kembali

wisata cruise sungai di Kalimantan.

Hal.

13

Jika seluruh rute

Tour de Singkarak

sepanjang lebih 1.000 kilometer harus memenuhi syarat kualitas jalan raya seperti tampak pada gambar ini, itu mencerminkan salah satu manfaat besar dan utama dari penyelenggaraan even internasional di daerah. Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 50 n Februari 2014

3


Utama

S

lide pertama yang ditampilkan di layar besar di hadapan sekitar 200 hadirin adalah grafis memperlihatkan tingkat daya saing pariwisata Indonesia di tengah kepariwisataan dunia saat ini. Menteri Parekraf Mari Elka Pangestu mempresentasikannya ketika membuka memulai forum bertema: Indonesia Tourism Outlook and Challenges 2014. Berlangsung di Balairung ­Kemenparekraf, 6 Februari 2014. Pejabat dari berbagai kementerian, tokoh­tokoh pariwisata, pimpinan puncak dari

Meningkatkan Daya Saing Kita u­ nsur-unsur industri pariwisata, asosiasi pelaku pariwisata dan ekonomi kreatif, media, dan pemangku kepentingan pariwisata Indonesia mengambil bagian dalam forum yang berlangsung sekitar dua jam itu. Indonesia berhasil mencapai jumlah kun­­jung­ an wisman tahun 2013, sebanyak 8,8 juta lebih. Itu berada di atas target yang 8,6 juta. Itu pula mengindikasikan destinasi Indonesia sedang ­berada di posisi a good shape. Menteri Parekraf memancarkan wajah gembira dan menyemangati hadirin, ketika me-

nayangkan data dan ilustrasi perkembangan mutakhir pariwisata dan ekonomi kreatif Indonesia. Benang merahnya, saatnya kini Indonesia sungguh meningkatkan lagi koordinasi antarpemangku kepentingan pariwisata di Indonesia, karena peluang untuk berkembang membesar sedang membayangi kita. Terkait itu, melihat dan mendasarkan pemikiran dan langkah-langkah lanjutan, saatnya pula Indonesia memperhatikan ‘daya saing’ kepariwisataan negeri ini di tengah dinamika persaingan kepariwisataan dunia.

Bagaimana World Economic Forum mengukur dan memperbandingkan peringkat daya saing... TTCI (Travel and Tourism Competetiveness I­ ndex) yang diterbitkan oleh World Economic ­Forum (WEF) didasarkan pada tiga kategori besar variabel yang memfasilitasi atau mendorong daya saing T & T (Travel and Tourism). Kategori-kategori ini dirangkum ke dalam tiga subindeks dari Indeks: (1) subindex kerangka kebijakan dan peraturan di bidang T & T; (2) sub­ index lingkungan bisnis dan infrastruktur T & T; dan (3) subindex manusia, budaya, dan sumber daya alam T & T . Subindeks pertama menangkap unsur­unsur terkait dengan kebijakan, ini umumnya di bawah lingkup pemerintah; subindeks kedua menangkap unsur-unsur lingkungan bisnis dan ­infrastruktur ‘keras’ dalam masing-masing ekonomi; dan subindeks ketiga menangkap ‘perangkat lunak’ dalam sumber daya manusia, budaya, dan unsur-unsur alami yang mendukung sumber daya masing-masing negara. Masing-masing dari ketiga subindeks pada gilirannya terdiri dari sejumlah pilar daya saing ­T & T, yang seluruhnya ada 14 poin, yakni: 1. Peraturan-peraturan dan kebijakan-kebijakan 2. Kelestarian lingkungan 3. Keselamatan dan keamanan 4. Kesehatan dan kebersihan 5. Pengutamaan Travel & Pariwisata 6. Infrastruktur transportasi udara 7. Infrastruktur transportasi darat 8. Infrastruktur pariwisata 9. Infrastruktur ICT (Information and Commu- nica­tion Technology) 10. Harga-harga di T & T industri

4

Daya Saing Kepariwisataan Indonesia

Sumber: Kemenparekraf/WEF report 2011–2013

11. Sumber daya manusia 12. Ketertarikan untuk Perjalanan & Pariwisata 13. Sumber daya alam 14. Sumber daya budaya. (Skor WEF untuk indeks daya saing global ini diukur dengan range 1–7). Masing-masing pilar tersebut terdiri dari ­sejumlah variabel tersendiri. Kumpulan data ini meliputi data survei dari Survei Opini Eksekutif Forum Ekonomi Dunia tahunan dan data kuantitatif dari sumber-sumber yang tersedia di publik, organisasi internasional, dan institusi T & T serta

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 50 n Februari 2014

para ahli (misalnya IATA, IUCN, UN-WTO, WTTC, UNCTAD, dan UNESCO). Survei dilakukan kepada para kepala pejabat eksekutif dan pemimpin bisnis top di semua ­negara yang dicakup dalam penelitian ini. Mereka ini yang membuat keputusan ­investasi di negara masing-masing. Survei menyediakan data yang unik pada banyak isu-isu kualitatif kelembagaan dan lingkungan bisnis, serta masalah-masalah spesifik terkait dengan ­industri T & T dan kualitas lingkungan alam.


Menparekraf Mari Elka Pangestu di hadapan stakeholders pariwisata nasional.

Utama Pilar-pilar yang menentukan peringkat daya saing pariwisata internasional, menunjukkan dengan jelas di mana pekerjaan yang perlu diintensifkan, bahkan difokuskan, dan itu memicu pada ‘pekerjaan rumah kita’, —ungkapan dari Menteri Parekraf Mari Pangestu—, bagaimana selanjutnya menyikapi dan melakukannya.

Dari forum 6 Februari 2014

Menteri Parekraf menguraikan, untuk mengetahui potensi dan tantangan dari kepariwisataan di Indonesia, marilah kita menilai daya saing ­Indonesia itu seperti apa. Ini salah satu ­penilaian dari World Economic Forum yang menunjukan posisi kita di 2013. Kita di posisi tinggi pada daya

saing harga, berarti value for money. Kita pun tinggi di nomor 9 dari 139 negara dari sumber daya alam. Berarti daya tarik kita ada di sumber daya alam dan sumber daya budaya. Dan ini juga cukup menarik. Prioritas kepariwisataan yang diberikan oleh pemerintah dan ini menjadi prioritas negara.

Yang harus kita prioritaskan setelah bom Bali adalah perbaikan dari urusan keselamatan dan sudah jauh membaik. PR kita dimana? Infrastruktur dan juga di ­kesehatan dan kebersihan, di situ rangking kita masih relatif rendah. Ini yang menjadi ­tantangan kita: keberlanjutan lingkungan. Jadi ini juga PR

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 50 n Februari 2014

5


Utama

yang harus kita atasi dalam menghadapi tantang­ an ke depan. Secara keseluruhan rangking kita ada di pe­ ringkat 70, membaik dari peringkat 74 di tahun 2011. Indonesia dalam proses membaik walaupun masih lebih rendah dibandingkan Malaysia, Singapura maupun Thailand. Tapi tetap di atas negara ASEAN yang lain seperti Philipina dan Vietnam dan Kambodia. Bagaimana kita mengukur sektor pariwisata itu penting atau tidak? Kontribusi terhadap ekonomi yaitu sekitar 3% dan bahwa di 2013 saat perekonomian nasional tumbuh 5,78%, sektor pariwisata yang terdiri dari hotel, restauran dan hiburan tumbuh 6,5% atau lebih tinggi dari pertumbuhan nasional. Sektor pariwisata di tahun 2013 menyerap 10,18 juta orang atau 9% dari dari total tenaga kerja. Satu dari setiap 11 orang pekerja bekerja di sektor pariwisata. Investasi bertumbuh luar biasa di tahun 2012, hampir USD 900 juta, merupakan 5% dari total investasi di negeri ini. Tahun 2013 lebih rendah sedikit tapi di level USD 600 juta; yang jauh lebih tinggi terjadi di ta-

Perbandingan Daya Saing Indonesia vs Negara-negara ASEAN

Sumber : presentasi Menparekraf

Kita tidak bekerja sendiri, kata Menteri, kita bekerja sama antara lain dengan Kementerian Perhubungan dan pemda untuk pengembangan pelabuhan. Pariwisata tidak bisa berkembang kalau SDM nya tidak berkembang. Ini terkait dengan aspek pendidikan dan sertifikasi kompetensi untuk SDM di sektor pariwisata. Ini erat kaitannya de­ngan persiapan kita menghadapi ASEAN ­Economic Community di 2015. Sampai dengan 2013, sudah 58.627 tenaga kerja sudah tersertifikasi di 32 bidang profesi sektor pariwisata. Untuk tahun 2014 ditargetkan 20 ribu lagi. Berarti dapat bersaing dengan tenaga kerja dari ASEAN.

Pasar China, Jepang, Korea

hun 2009, memang USD 300 juta, tapi itu dua kali lipat daripada tahun tahun sebelumnya. Sektor pariwisata banyak sekali diminati oleh investor. Bukan hanya di kota utama tapi second tier city dan third tier city mulai berkembang dari segi ­hotel restauran maupun jasa hiburan. Apa yang dibelanjakan oleh seorang ­wisman atau seorang wisnus? Pembelanjaan yang terbesar adalah akomodasi, kedua, makanan dan minuman dan di luar itu belanja dan souvenier. Maka itu kita mendorong wisata kuliner dan shopping. Salah satu yang menjadi target adalah salah satu minat khusus, wisata kapal pesiar yang kelihatan sekali meningkatnya tinggi karena kita punya strategi khusus dalam mengembangkan wisata jenis ini. Misalnya di 2009 itu baru 100 ribu sekian julah wismannya, di 2013 sudah dua kali lipat mencapai 200 ribu. Di 2014 sudah hampir mencapai 400 ribu. Targetnya nanti di 2016 akan mencapai 600 ribu.

6

Tenaga Kerja Berserfikat

Di tahun 2014 perkembangan perekonomian global lebih baik, tapi masih ada risiko. Asia tetap menjadi sumber pertumbuhan, Eropa dan Amerika ada tanda-tanda membaik. Contohnya, pertumbuhan wisman dari Jerman ke Indonesia tahun lalu mencapai hampir 10%. Pertumbuhan dari pariwisata dunia adalah 5% di mana ASEAN mengalami pertumbuhan tertinggi dan China menjadi market terbesar di seluruh dunia dengan pasar 90-an juta dan pe­ ngeluaran 102 miliar USD, maka mereka menjadi number one tourism market. Mengapa kita mengalami pertumbuhan yang baik? Antara lain karena konektivitas penerbang­ an berkat penambahan seat capacity 2,7 juta di tahun lalu. Pada tahun 2014 ini akan ada penambahan 2,3 juta. Kita memang paling tinggi di pasar Australia dan ASEAN. Tapi penetrasi pasar kita seperti ke Jerman masih kecil sekali ataupun ke China yang sangat besar tapi penetrasi kita masih kecil. Dari China untuk kita masih dibawah 1 juta wisatawan, padahal Kambodia sudah 2 juta. Jadi ini harus menjadi PR kita untuk meningkatkan target pasar.

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 50 n Februari 2014

Untuk tahun 2014, ujar Menteri, saya berharap dukungan stake holder dan para mitra di sektor pariwisata. Kalau di tahun 2013 kita telah mencapai 8,8 juta dengan pertumbuhan hampir 10% (riel 9,4%) maka untuk 2014 target kita 9,3 sampai 9,5 juta dengan pertumbuhan 6–8%. Jumlah wisnus diperkirakan antara 250–252 juta dan devisa dari wisman mencapai 11 miliar USD. Kita melakukan promosi intensif ke 16 pasar utama, terutama China, Jepang dan Korea. Eropa sangat penting, mereka adalah sumber outbound yang tetap besar. Perbaikan infrastruktur dan peningkatan pe­nerbangan akan sangat berarti. Antara lain Garuda telah membuka rute penerbangan timur dan barat ke kota lebih kecil dan sangat membantu turis dari Eropa dan Jepang yang memang mencari penerbangan yang diakui oleh asuransi mereka. Ke pasar China, sejak tahun lalu sudah dibuat strategi: pertama, mengadakan perjanjian antar­ pemerintah, kedua, setelah itu mendorong kemitraan antarindustri pariwisata. Ketiga, melakukan promosi intensif di Tiongkok termasuk kita sudah punya website dalam bahasa Mandarin yang dikhususkan bagi pasar mereka. Kita dorong konektivitas. Misalnya Hainan Air baru membuka rute baru, ada beberapa rute baru di luar Garuda yang sudah mencakup 3 kota, se­ tiap hari beroperasi penerbangan langsung. Ternyata kunjungan dari Tiongkok 50% ke Bali dan 35% ke Jakarta. Jadi 85% hanya ke dua kota itu. Kalau kita perlebar destinasinya, akan bertambah lagi. Kita akan dorong Lombok, Labuan Bajo, dan Yogyakarta. Tidak hanya dari Beijing, juga beberapa tempat. Satu lagi PR kita, perlu lebih banyak guide yang bisa berbahasa Mandarin. Jadi SDM lagi... Koordinasi dengan Kementerian lain. Apa ­tantangan ketika berkoordinasi dengan lintas sektoral? Dengan Kementerian Perhubungan dan PU untuk pembenahan infrastruktur perlu didukung, kata Menteri. n Lihat juga halaman 16, dan seterusnya


Daya Saing Daerah

Wamen Parekraf Sapta Nirwandar (kanan) menginspirasi.

Contoh Sedang Berproses: Satu seminar tiga jam mengisi kegiatan Toraja International Festival sebelum dibuka, 28 Desember 2013 di Makale, ibukota Kabupaten Tana Toraja. Tampil lima pembicara, Wamen Parekraf memberikan key notes. Para peserta men­ dapatkan marketing approach untuk pengembangan pariwisata, mengandung pendekatan meningkatkan daya saing daerah.

I

ni langkah pertama membuat sesuatu di Toraja... Mengapa? Karena Toraja memiliki faktor kompetitif dan komparatif. Pariwisata tidak bisa dilepaskan dari dua faktor. Nature and culture itu pasti bagian dari pariwisata, bahkan UNESCO sudah sepakat one of effective tools to preserve culture is tourism. Ini sudah diseminarkan ratusan kali. Paling tidak sekarang sudah terbukti interconecting antara dua hal itu, dan Toraja tentu saja punya keduanya. Yang ketiga yang penting, human resourse atau capacity building. Kita baru saja menyelesaikan pelaksanaan Festival Danau Toba. Setiap kali mempersiapkan sesuatu even di daerah, niscaya ditemukan perbedaan dalam pendekatan, dalam mengadakan hubungan dan kerja bersama. Di Danau Toba terkait dengan 11 kabupaten, pendekatan awal di sana tentu berbeda dengan di Toraja. Itu dijalani saat mempersiapkan penyelenggaraan Toraja International Festival 2013. Untuk yang lain saya juga mencatat penga­ laman, di Ternate contohnya. Berbeda lagi. Tapi itulah kekayaan budaya kita yang harus ­dikembangkan. Kita akui perbedaan di antara daerah menjadi bagian yang nyata dalam upaya meningkatkan fungsi-fungsi di dalam masyarakat. Kita lihat di trend global, pariwisata sudah menjadi one of the biggest industries in the world.

Mengapa? Karena pariwisata is easy way untuk membangun suatu daerah. Mudah sebetulnya. Kalau bicara infrastruktur, itu pasti perlu. Paling tidak di daerah tertentu yang infrastrukturnya belum terbangun. Contohnya (di salah satu daerah), sebenarnya wisman rela menempuh perjalanan darat rata-rata 7 hingga 8 jam untuk mencapai tempat menikmati surfing. Sekarang di dunia sudah lebih dari 1 miliar orang yang berwisata, membelanjakan rata-rata USD 1.000. Berapa triliun dolar yang berkeliaran 1 tahun di muka bumi ini untuk wisata termasuk ke Indonesia? Kita baru memperoleh sekitar 8,6 juta wisman (target 2013) dengan nilai total sekitar USD 9,5 miliar. Atau mendekati 95 triliun rupiah. Nomor 5 sebagai penghasil devisa nasional, walaupun kuantitas wisman ke Indonesia belum sebanyak seperti Malaysia atau Singapura. Tapi pariwisata punya lingkage untuk meng­ angkat sektor lain. Contohnya apa? Begitu ada info Festival Toraja, paling tidak dikabarkan info bahwa wisatawan domestik atau lokal akan datang sekitar 500 orang. Bayangkan kalau demikian. Ketika 1.000 orang saja datang dan hanya minum Aqua berarti perlu 1.000 botol. Kalau minum kopi paling tidak perlu 1.000 gelas kopi Toraja diminum per hari, kalau 3 kali sehari itu berjumlah 3.000 gelas per hari. Itu turn over income yang berharga. Lanjutkan dengan keperluan makan, per orang satu

Toraja

telur omelet, atau dua saja tiap pagi. Seminggu berarti 14 kali 1.000 total 14.000. Jadi demikianlah multimanfaat atau multiplier effect dari pariwisata. Sangat besar. Bahkan juga bisa terkait dengan wisata agro, bisnis argo termasuk sayuran dan bunga-bungaan. Bunga sendiri merupakan industri kreatif. Setiap ada meeting berapa banyak rangkaian bunga dibutuhkan. Orang datang untuk melihat, lalu menikmati dan akhirnya menjadi kenangan manis. Karena itu diingatkan oleh Sapta Nirwandar, kalau sebaliknya muncul too much complain, maka itu menjadi the bad news. Nah, ini yang kita lihat dan bahkan saya akui yang bisa tahan terhadap krisis ekonomi lainnya. World Tourism Organization menegaskan pariwisata tahan terhadap krisis global 1998 dan 2004 dan seterusnya. Kenapa begitu? ­Karena pariwisata sudah bertransformasi dari basic needs kebutuhan dasar seperti orang Indonesia bersilturahim, Natal, Tahun baru sebagai satu keharusan. Visit family and relatives itu wajib. Kini wisata menjadi bagian life style. Fakta itu banyak menggerakkan ekonomi ­Indonesia. Karenanya kalau kita tidak mengge­ rakkan pariwisata berarti kita membuat idle alam kita. Coba lihat sekitar Toraja, betapa indahnya. The real green area. Dan scenery di pariwisata mahal sekali. Coba mana ada industri yang bisa menjualkan scenery, cuma pariwisata. Pemiliknya Tuhan Maha Pencipta. Saya pernah bertemu dengan the best ­writers from USA, mereka berbaring-baring saja dua ­minggu di Maldives. Pagi keluar untuk tidur­tiduran, lalu dapat inspirasi, bayangkan ­kamarnya

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 50 n Februari 2014

7


Jonathan Parapak (kiri) dan moderator Amin Abdullah.

Daya Saing Daerah

per malam USD 2.000. Begitu hasil tulisannya masuk best seller, semua ongkosnya terbayar. Jadi, pemandangan alam itu begitu penting. Tentunya dia tak puasa, nah, masuklah culinary business. Culinary, juga industri kreatif. Manusia tidak bisa terlepas. Kalau orang datang ke Toraja dan tidak mencoba minum kopi Toraja, itu namanya kelewatan sekali. Masuk ke Toraja jelas perlu makanan. Jadi, kulineri perlu diangkat, itu bagian dari wisata. The best coffee kata orang Sturbuck, tapi itu kopinya impor dari Indonesia. Dari Gayo, Mandailing dan Toraja. Bicara budaya, pasti Toraja punya keunikan budaya, yang adiluhur baik values maupun yang masuk ke creative industry. Di Toraja, ukiran dan lukisannya sangat ­spesifik. Justru ini yang perlu kita kembangkan dan padukan ke dunia pariwisata. Kalau ada yang berekspresi tapi tak ada yang membeli tentu akan menghasilkan kesusahan. Saya pernah didaulat juga oleh para pelukis. Pak Sapta itu ahli marketing tapi bukan ahli jualan, selling. Kenapa? Kalau marketing cuma teriak teriak — beli, beli — tapi tak ada yang beli. Tapi kalau selling, maka harus meneruskan produksi lagi. Dan repro dan seterusnya. Jadi, Bapak-bapak, kami tentunya mendukung (Toraja International Festival) karena ini penting untuk creative industry. Dengan berbagai ­tujuan, setidaknya paling bawah, paling gampang, ­contohnya suvenir. Itu kata dari bahasa Prancis, artinya mengingat sesuatu. Saya pertama kali ke sini (Toraja) tahun 1975. Waktu itu naik bis, bis Abri, jangan bayangkan berapa jam. Dari Makassar subuh sampai ke Toraja subuh. Ihwal suvenir tadi, itu merupakan merchandising yang sesungguhnya mahal. Kalau kita tak mengerti how to manage, (jangan kaget) sebentar lagi ada wisatawan membeli di toko, tapi

8

Stani Silaus

begitu beli, lukisan Toraja-nya made in China. Ya, bukankah banyak hal kini sudah diindustrikan? Jelaslah bahwa interaksi antarkultur itu menurut saya sangat penting dan kita mempunyainya. Kita punya alam dan budaya yang sangat mendukung, dan kita punya orang-orang. Yang akhirnya diperlukan ialah kemasan—packaging—dan promosi. Mengapa kita lakukan Festival? Karena Festival itu salah satu yang mudah mempromosikan destinasi. Ada dua macam festival, yang satu lagi ialah olah raga atau sport tourism. Itu juga salah satu media untuk mempromosikan pariwisata. Lihatlah New York Marathon. Kota New York yang sudah begitu hebatnya, menarik 50.000 peserta tahun ini untuk datang, berlari, padahal harus membayar 350 dollar untuk charity dan lain-lainnya. Tapi itu promosi bagi New York begitu hebatnya. Berapa hotel dan restauran yang fully booked, the broadway full. Itu pengaruhnya besar sekali. Jadi menyelenggarakan festival sa­ ngat efektif untuk promosi. Ada dua macam direct promotion di situ, satu, news value-nya sehingga wartawan memberitakan. Kedua, ada direct income. Kini di Palembang beroperasi 32 ­penerbangan setiap hari termasuk mengangkut lima ton ­pempek. Mari kita hitung, 32 flight rata-rata berkapasitas 100 penumpang, kalau diisi 50 orang saja dan masing-masing membawa 5 kilogram pempek, sudah berapa nilainya?

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 50 n Februari 2014

Dini Yusuf

Demikianlah peran dan manfaat destinasi. Makanya kita mengangkat festival, untuk Toraja walaupun baru pertama kali, nanti kita lanjutkan dengan kolaborasi, kita daya gunakan Toraja International Festival. Ketika kelak telah mengInternasional, menjadi salah satu festival centers, saya rasa pengunjung akan banyak, juga nilai beritanya untuk dipublikasikan. Pasti masyarakat akan senang sejahtera karena kedatangan itu pasti membawa sesuatu dan memberikan ­sesuatu. Bersamaan itu tentu yang lain dipersiapkan, infrastruktur selain menggerakkan supply juga cenderung menciptakan industri. Jalan-jalan diperbagus, orang pun mudah datang. Atau orang kin datang setelah diperbaiki. Semua orang di sini harus menyadarinya. Bupati, walikota, dan seterusnya. Kalau kita mau memperkuat budaya lokal, terhadap budaya itu sendiri pasti ada infiltrasi atau pengaruh dari luar. Lingkungan juga akan terpengaruh, namun daya dukungnya harus kuat. Sehingga yang tergerus sedikit tapi yang tidak tergerus mungkin besar. Justru akulturasi itu juga memberikan dampak yang positif buat budaya lokal. Untuk Toraja International Festival yang pertama kali ini, tahun berikutnya akan dilaksanakan lebih baik lagi dan semakin membawanya ke internasional. Ke Italia baru-baru ini saya datang menyaksikan pameran seni yang telah berumur 110 tahun. Jadi bapak-bapak, dari tahun pertama ini, we have a long way to go. n


Budaya Toraja yang Unik dengan Transformasi sedang Berlangsung

L

ima pembicara pada seminar tiga jam me­ngisi kegiatan Toraja International Festival itu, terdiri atas: Jonathan Parapak, ber­bicara tentang strategi pengembang­an pariwisata berbasis budaya. Pengalamannya di pariwisata dan budaya dan dari segi pendidikan, dan rektor di Universitas Pelita Harapan. Prof Stani Silaus, tentang budaya Toraja apa sebetulnya yang menjadi kekuat­ an dari budaya dan pemikiran masyarakat Toraja yang sudah berkembang selama ratusan tahun. Dini Yusuf, bergerak di lapangan ­dengan ‘branding’ Toraja Melow-nya ­telah berhasil memasarkan produk kerajinan Toraja di luar negeri. Stevanus Bodo, ahli yang bergerak di cyber media, bukankah media dunia maya ini kini ­sa­ngat penting dan berperan ujung tombak promosi di pelbagai bidang, termasuk pariwisata internasional? Dan Tino Sarunggalo, bekerja di bidang film dokumenter, sedang membuat film mengenai perkampungan yang hendak menunjukkan potensi luar biasa bagi program pengembangan pariwisata Toraja untuk lima tahun ke depan. Wamen Parekraf Sapta Nirwandar memberi­ kan key notes mengawali pembukaan forum itu. Dirjen Pengembangan Destinasi, Firmansyah Rahim, menyampaikan pandangan-pandangannya. Stakeholders pariwisata setempat tampak serius mengikuti dan bersilang tanya jawab.

Transformasi budaya di Toraja

Apa kata Jonathan Parapak? Mengajak ­ emahami transformasi bidang budaya di ­Toraja. m Itu erat kaitannya dengan ­pengembangan pariwisata. Tahun 2009 diadakan International Conference on Toraja dengan peneliti dari berbagai ­penjuru dunia yang melihat budaya seperti etalase. ­Apakah itu yang kita inginkan? Saya lahir di Toraja dalam suasana yang miskin dekat Desa Ketekesu, saya bagian dari Tongkonan Kete tapi mengalami transformasi melalui pendidikan. Bersekolah di Australia, pernah menjadi Dirut Indosat, jadi ketua Dewan Gubernur Satelit Dunia dan pernah menjabat Sekjen di Departemen Pariwisata Pos dan Telekomunikasi. Ketika di forum tahun 2009 itu, saya lontarkan di depan para profesor dunia, saya tidak setuju bahwa budaya Toraja hendak dipertahankan seperti yang digulirkan para antropolog, yang melihat dari pariwisata.

Tongkonan di Kete Kesu.

Saya mengatakan bahwa budaya adalah seluruh ekspresi pikiran, perkataan dan perbuatan dari manusia, jadi itu harus dinamis. Budaya yang tidak dinamis adalah budaya yang akan tetap menjadikan manusianya terbelakang. Dan itu tidak kita inginkan. Sebagai manusia Toraja jika lebih banyak berkumpul begini akan lebih baik untuk melihat manusia Toraja ke depan bagaimana? Sudah terjadi dalam diri saya transformasi dari manusia Toraja yang ikut menyembah pohon. Yang ikut Taluk Todolo dan sebagainya, kini mengalami transformasi.

Yang kita ingingkan yaitu dinamika budaya ini mengalami transformasi sehingga nilai luhur dalam budaya itu tetap kita pelihara dan menjadi bagian yang penting dari kehidupan masyarakat. Sehingga menjadi bagian yang sangat menarik. Sentra dari budaya (Toraja) ini adalah Tongkonan. Di situlah falsafah Toraja se­sungguhnya dikembangkan. Kalau saya ditanya, apakah kita ingin melestarikan Tongkonan? Jawabnya, iya. Tapi Tongkonan yang bagaimana? Sebagai bagian dari sejarah, itu oke. Tetapi apakah orang Toraja akan tinggal disitu, tentu tidak.

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 50 n Februari 2014

9


Daya Saing Daerah Kecuali kalau ada acara Rambu ­Solok atau Rambu Tuka biasanya selalu dilaksanakan di Tongkonan. Jadi poin kedua yang ingin saya sampaikan adalah bahwa budaya Toraja yang berpusat pada Tongkon­an ini juga mengalami transformasi. ­Karena 90% lebih dari orang Toraja sudah menerima injil. Tahun ini adalah 100 tahun Toraja menerima injil. Maka berkembang pemikiran, transformasi Tongkonan itu diakui dalam agama kristiani bahwa disitulah Tongkonan di mana kita yang melakukan ibadah, hidup bersama, kita belajar falsafah dan lain sebagainya. Kekerabatan hidup di situ, maka kita pelihara. Dan saya pikir kekerabatan orang Toraja sangat lekat melalui ­Tongkonan, Itu perlu kita lestarikan. Yang menarik lagi, transformasi dalam ­suasana modern di mana orang yang dulu sesungguhnya tidak punya hak punya Tongkonan yang diukir, sekarang kalau bapak ibu ke desa semua Tongkonan telah ikut diukir. Kami perantau kalau ada

yang membangun Tongkonan, boleh diukir. Tapi dalam latar belakang yang lama Tongkonan ini berbeda tergantung pada strata sosial. Jadi terjadi transformasi, Tongkonan menjadi simbol kehadiran keluarga yang mau mengatakan kita bagian dari Toraja tetapi kita bukan dari Toraja yang lama. Ini yang penting. Sehingga yang diterapkan adalah banyak Tongkonan ba­ ngunan baru. Seperti saya kalau menikah saya berhak Tongkonan yang baru bukan berarti saya tinggalkan yang lain. Budaya Toraja pasti tertransformasi. Naif kalau kita katakan orang Toraja tetap seperti 100 tahun yang lalu. Tidak mungkin. Orang Toraja ke depan bagaimana?

Sekarang bicara pariwisata...

Dari dulu kita sudah berkali-kali mengembangkan RIPDA (Rencana Induk Pembangunan Daerah) pariwisata. Tapi mohon maaf, banyak membuat rencana tapi tidak terlaksana apalagi kalau tidak melibatkan masyarakat. Manusianya justru nomor satu, lalu ke dua, pariwisata. Pariwisata di sini memang budayanya yang paling menarik. Budaya yang sudah ­mengalami transformasi. Tugas kami termasuk saya bagai­ mana mengawal transformasi ini. Yang kedua adalah memang alamnya Toraja termasuk best in

the world jadi above the heaven, dan seterusnya. Masyarakatnya relatively ready untuk mene­ rima orang asing karena ada kaitannya dengan tradisi injil masuk Toraja itu melalui orang asing sehingga menjadi terbiasa dengan orang asing. Yang utama adalah akses. Kalau harus 10 jam perjalanan darat untuk ke Toraja (dari Makassar), tidak attractive, will waste time, di dunia modern ini tidak wajar. Tahun 1998 atau sebelumnya pernah mencapai jumlah wisatawan 100 ribu berkunjung ke Toraja akhirnya anjlok di bawah 10 ribu. Security sangat mempengaruhi, ada isu bahwa Toraja menjadi target teroris. Kalau isu ini tidak hilang maka orang akan ragu datang. Dan, memang SDM harus mendapat perhatian. Jika disimpulkan, kata Parapak, pariwisata besar potensinya dalam konteks jangan Toraja dianggap atau dikerdilkan di dalam adat masa lalu. Harus ada modernisasi. Tugas kami sebagai orang Toraja adalah mengawal transnformasi ini sehinga tetap menarik menjadi bagian dari pengembangan pariwisata. Pariwisata berperan komprehensif, tapi kami prihatin selalu ada dampak negatif. Tugas kita membereskan. Semakin banyak orang mengambil prakarsa, maka pariwisata Toraja akan kembali maju, kata Jonathan Parapak. n

Wisman ke Sulsel via Makassar Kebangsaan

Realitas Menuju Peningkatan Daya Saing

D

ari mana sajakah wisman yang ber­ kunjung ke Toraja dewasa ini? Belum ada data persisnya, namun indikasinya dapat dilihat dari jumlah ­wisman yang tercatat masuk ke destinasi ­Sulawesi Selatan melalui pintu masuk penerbangan langsung dari luar negeri dan mendarat di bandara Makassar. Wisman ke Makassar tentu saja bukan hanya langsung dari luar negeri, tetapi sebagian berkunjung dengan penerbangan dalam negeri, misalnya dari Bali atau Jakarta. Yang mendarat di Makassar, diperkirakan sebagian besar destinasi akhinyra adalah Toraja, sebagian kecil ke Pantai Bira dan Bulukumba. Menggembirakan bahwa tahun 2013 jumlah wisman mendarat langsung di Makassar 17.730, meningkat 28 % dari 13.881 di tahun 2012. Siapa saja mereka? Ternyata tahun 2013 terbanyak dari Malaysia 9.801 orang, terbanyak kedua warga Singapura 970, menyusul Perancis 475, Jerman 441,

10

B­ elanda 346, Amerika Serikat 316, Australia 196, Jepang 167, China 159. Dari Thailand bahkan 132 dan Filipina 121. Heterogen kebangsaan itu, cukup menarik, bukan? Padahal penerbangan langsung ke Makassar masih terbatas dari Kuala Lumpur dan Singapura. Itu boleh jadi mengindikasikan, ketika ­capacity building bidang pariwisata, termasuk peningkatan kemampuan SDM dan infrastruktur setempat dipacu, maka dengan promosi yang tepat, peningkatan jumlah wisman dari berbagai kebangsaan itu tak diragukan akan terjadi. Memang, meningkatkan daya saing travel and tourism di Indonesia kini sudah saatnya harus dilaksanakan dari inisiatif pihak daerah. Pemda dan pemangku kepentingan setempat. Dari pemerintah pusat tentulah selalu dengan kebijakan, strategi, inspirasi, insiasi, fasilitasi dan kepemimpinan yang mendukung.

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 50 n Februari 2014

(Sumber : diolah dari BPS)

Singapura

Malaysia

Makassar 970 9,801

Jepang

167

Korea Selatan

30

Taiwan

39

China

159

India

84

Philippina

121

Hong Kong

49

Thailand

132

Australia

196

Amerika Serikat

316

Inggris

262

Belanda

346

Jerman

441

Perancis

475

Rusia

51

Saudi Arabia

1

Mesir

-

Uni Emirat Arab

-

Bahrain

-

Lainnya

4,090

2013

17,730

2012

13,881


Konsumen bertemu penjual di Vacantie Beurs 2014.

Promosi Luar Negeri

Vakantiebeurs di Belanda, Menjual Tur dan Kuliner

V

akantiebeurs 2014 berlangsung pada 14–19 Januari 2014 di Jaarbeurs, Utrecht. Paviliun Indonesia menempati lahan seluas 140 m2 yang terletak di Hall 3 nomor C 066. Ini kegiatan bursa pariwisata tahunan di Belanda. Hari pertama merupakan B-to-B show, dan 5 hari berikutnya Consumer Show. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif di situ melaksanakan kegiatan-kegiatan ­awareness campaign, media workshop, cultural performance, coffee corner, cooking demo. Itu mencakup pe­ ngenalan 30 Ikon Kuliner Tradisional Indonesia, pelayanan informasi pariwisata, dan pendistribusian bahan promosi serta ­appointment ­meeting dengan Wamen Parekraf Sapta Nirwandar dan Dirjen Pemasaran Pariwisata Esthy Reko ­Astuty. Industri Pariwisata Indonesia yang bergabung pada Paviliun Indonesia adalah: Buitenzorg Reizen; Java Indonesie Travel; Smaragd Reizen; 888 Pure Travel; Adventure Sumatera; Aerowisata; Antar Anda Tour; Bali Exotic Holidays; Budi Tours (PT. ; sli Budi Tours & Travel); Domestic Asia; Happy Holiday; Panorama Destination; Sunda Trails;

Wawancara TV dengan Dirjen Pemasaran Pariwisata.

­Synergi Ravelino Tour & Travel; Tari Travel. Pada hari pertama (14 Januari 2014), Indonesia kembali berpartisipasi pada Media Workshop yang diselenggarakan oleh TMC World. Indonesia diwakili oleh Direktur Jenderal Pemasaran Pariwisata dan General Manager for the Netherlands Garuda Indonesia. Satu hari Kamis, 16 Januari 2014, diadakan Cooking Workshop di Cookery Noordwijkerhout, yang diikuti oleh lebih dari 100 peserta perwa­ kilan hotel, department store di Belanda, pemilik restoran Indonesia, asosiasi chef, importir produk Indonesia, media, dan beberapa pihak lainnya. Workshop tersebut dipimpin oleh Chef Vindex Tengker dan Sous Chef Darius Tjahja. Usai workshop, Direktur Pengembangan Wisata Minat Khusus, Konvensi, Insentif dan Event, Akhyarudin Yusuf, mempresentasikan lalu mem­buka diskusi mengenai kebijakan Pemerintah Indonesia dalam mempromosikan 30 IKTI. Selama pelaksanaan Vakantiebeurs 2014, kecuali tanggal 16 Januari 2014, Paviliun Indonesia menyajikan masakan yang termasuk di dalam 30 Ikon Kuliner Tradisional Indonesia (IKTI) seperti

rendang, nasi tumpeng, lumpia semarang, nasi liwet, sate maranggi, sate lilit bali, dan ayam bumbu rujak. Pengunjung paviliun Indonesia dapat menyicipi masakan yang disiapkan oleh Chef dan tim. Selagi menunggu penyiapan masakan, pengunjung juga diberi informasi mengenai bahan serta cara pembuatannya. Pada Paviliun Indonesia juga terdapat mini stage yang digunakan untuk penampilan tim kesenian. Tim ini didukung oleh KBRI Den Haag dan industri peserta Paviliun. Tari tradisional dari Bali, Jawa Tengah dan DKI Jakarta, dan live band pada hari Sabtu dan Minggu, itulah yang semakin menarik perhatian pengunjung. Tamu-tamu pun disuguhi kopi oleh barista dari Asosiasi Kopi Spesial Indonesia. Semerbaklah di situ aroma kopi Wamena (Papua), kopi Bali dan Kopi Toraja. Barista sengaja menyediakan espresso saja agar pengunjung dapat menghirup aroma dan rasa khas kopi Indonesia tanpa tercampur rasa susu. Untuk semakin menarik lagi perhatian pe­ ngunjung, penampil dari Solo Batik Carnival berkeliling venue membagikan leaflet tourist map

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 50 n Februari 2014

11


Promosi Luar Negeri Indonesia. Banyak pengunjung Vakan­tiebeurs tertarik de­ngan kostum Indonesia dan meng­ ajak penampil Solo Batik Carnival untuk berfoto bersama.

Wisman Mencari Apa?

Sebanyak 117.520 orang pengunjung dari masyarakat umum alias konsumen, di ­pameran ini ada 1.208 peserta. Nah, konsumen yang berkunjung itu, 22% mencari informasi untuk keperluan merencanakan liburan di dalam ­negeri sendiri, 69% mencari informasi destinasi di ­Eropa, dan 57% mencari negeri-negeri destinasi di luar Eropa.

Belanda ke Indonesia Melalui Pintu Mana? Pintu Masuk

Periode Jan-Des Jan-Des 2012 2013

Soekarno-Hatta 60,713 Ngurah Rai 66,797 Kualanamu (ex-Polonia) 6,860 Batam 3,734 Juanda 2,622 Sam Ratulangi 1,172 Entikong 164 Minangkabau 151 Adi Sumarmo 399 Makassar 237 BIL 717 Sepinggan 163 Sultan Syarif Kasim II 62 Tanjung Priok 8 Tanjung Pinang 248 Adi Sucipto 931 Husein Sastranegara 585 Tanjung Uban 2,091 Balai Karimun 50 Jumlah 147,704 Pertumbuhan (%) -6.30

64,141 72,149 5,997 4,087 2,962 1,212 179 161 334 346 1,036 180 59 552 296 1,254 694 1,867 84 157,590 6.69

Sumber : diolah dari BPS

Data statistik ini menunjukkan wisman dari Belanda memang sebagian terbesar tujuannya ke Bali; kendati nomor dua terbanyak masuk melalui Jakarta, namun dapat diperkirakan bahwa sebagian dari mereka pun tujuan liburannya ke Bali. Sebagaimana umumnya wisman dari Barat, di musim puncak libur mereka, ketika ke Indonesia bisa menghabiskan dua–tiga minggu, dan cenderung tur ke Bali and beyond. Mereka masuk nyaris ke hampir semua bandara. Adalah sayang kalau pasar ini tidak dioptimalkan oleh pelaku bisnis wisata inbound di kota-kota destinasi, di luar Bali dan Jakarta. Indikasinya jelas, wisman Belanda mau berkunjung.

12

Promosi kuliner Indonesia di Vacantie Beurs 2014.

Apa dan bagaimana yang dicari oleh wisman kini? Penyelenggara Vacantie Beurs mengutip survei yang menyebutkan preference wisman dalam mencari destinasi masa kini. Yaitu umumnya menyatakan: ‘I am looking for a unique, active and intense experience, with a bigger focus on the activities on offer than the destination itself.’ ‘I am mainly looking to be inspired and want to have fun during the preparations as well.’ ‘Tasting the country’: I want to experience it all! See, hear and taste!’ Lalu, bagaimana pelaku bisnis kita merespons dan melayani tren minat dan perilaku tersebut? Pihak penyelenggara Vacantie Beurs sendiri usai pelaksanaan evennya Januari lalu, telah mengumumkan akan melakukan penyesuaian lebih tepat lagi demi upaya memenuhi apa yang dicari oleh masyarakat konsumen, pada penye-

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 50 n Februari 2014

lenggaraan evennya tahun depan, 2015. Sementara itu hasil questionaire yang ­dibagikan kepada peserta Paviliun Indonesia menunjukkan bahwa dari keseluruhan 192 ­appointment ­de­ngan jumlah perolehan rata-rata 814 wisman, maka diperkirakan hasil langsung Vakantiebeurs 2014 adalah: 15 (perusahaan peserta) x 814 = 12.210 wisman. Asumsi ­pengeluaran wisman Belanda per orang per kunjungan (2012) US$ 1658.79 maka total devisa yang akan dihasilkan berkisar US$ 20.253.826 atau Rp 247.09 Miliar ­($ 1 = Rp. 12.200). Mempromosikan wisata kuliner khas ­Indonesia melalui penyajian makanan khas Indonesia yang termasuk 30 Ikon Kuliner Tradisional Indonesia (IKTI) seperti nasi tumpeng, rendang, lumpia semarang, nasi liwet, dan kue lapis Surabaya serta soto Lamongan. n


Event

A

da satu ‘kelebihan’ yang ­dimiliki oleh Kota Padang, ibukota Provinsi ­Sumatra Barat. ­Beberapa sungai dan anakanaknya yang membelah-­belah kota itu, meng­ alirkan air yang tampak bersih, tak dibebani oleh ­sampah-sampah terapung. Tak heran dan tak menyulitkan bagi penyelenggara even lomba dragon boat. Tengoklah foto ini: sekalipun momen ­matahari hendak tenggelam di horison, air sungai di mana selalu even dragon boat dilaksanakan, air ­sungainya mengalir tenang tanpa sampah. ­Pinggir sungai tertata rapih. Jika ditanya masyarakat sekitarnya, jawaban yang didapat ialah, masyarakat sejak lama sudah berkesadaran kolektif untuk tidak membuang sampah atau benda apapun ke air sungai. Ketika kepada Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Sumbar, Burhasman kita tanyakan, dari ­perspektif daerah, apa sajakah yang dihasilkan sebagai manfaat dari telah terselenggaranya lima tahun berturut-turut Tour de Singkarak (TDS)? J­awabannya antara lain, kualitas infrastruktur jalan yang terpelihara, sehingga memperlancar mobilitas barang dan jasa. Investasi di sektor pariwisata ternyata me­ ning­kat ±10%, dengan pertumbuhan jumlah kamar hotel lebih dari 2000 kamar. Load factor pe­numpang penerbangan di Bandara International Minangkabau dilaporkan rata-rata 85%. Sektor ekonomi kreatif pun karenanya semakin tumbuh, di kabupaten dan kota-kota. Itu terkait dengan lingkungan kegiatan bisnis. Adapun terkait dengan aspek kelembagaan, menurut Disparda Provinsi Sumbar, telah ­tumbuh sinergi yang solid antara provinsi dan kabupaten/ kota di tengah-tengah eforia otonomi daerah. Meningkat kesadaran Peme­rintah ­Dae­rah ­tentang pentingnya arti dan nilai pemberita­an oleh ­media bagi perkembangan daerah (news value), di mana peristiwa TDS tentu saja ­memperoleh ­liputan yang disiarkan oleh banyak media. Dari sudut sosial kemasyarakatan, ­berkembang mindset pemahaman masyarakat tentang ­kepariwisataan. Secara khusus ditandai dengan tidak adanya lagi keluhan masyarakat ter­hadap kegiatan TDS ketika sebagian jalur jalan-jalan raya harus ditutup saat berlangsungnya TDS. Semenjak TDS ke-3 tahun 2011 tidak ada lagi keluhan atau protes.

Buah dari TdS Semakin ‘Matang’

Sungai yang membelah kota Padang.

Jika seluruh rute TdS sepanjang lebih 1.000 kilometer harus memenuhi syarat kualitas jalan raya seperti tampak pada gambar ini, itu mencerminkan salah satu manfaat besar dan utama dari penyelenggaraan even internasional di daerah. Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 50 n Februari 2014

13


Event

Dan inilah salah satu ‘modal’ terbaik kini yang dimiliki oleh destinasi Sumbar: MIA— Minangkabau International Airport. Yang terpenting, menyenangkan dan efisien dirasakan oleh masyarakat pengguna bandara, kesan pertama saat tiba atau layanan lancar ketika hendaka berangkat.

Tahun 2014

Wisman Yang Tiba di Bandara MIA 2013 Kebangsaan

Singapura

Malaysia

Minangkabau 947 36,254

Jepang

232

Korea Selatan

33

Taiwan

24

China

536

India

99

Philippina

91

Hong Kong

43

Thailand

131

Australia

2,275

Amerika Serikat

304

Inggris

309

Belanda

161

Jerman

245

Perancis

458

Rusia

36

Saudi Arabia

9

Mesir

6

Uni Emirat Arab

Bahrain

3

Lainnya

1,939

2013

44,135

2012

32,768

Pertumbuhan

34,69%

14

Tour de Singkarak ke-6 tahun 2014 akan di­ selenggarakan pada tanggal 2–10 Juni 2014, itu sudah tercantum dalam UCI Road Calendar, 2013–2014 Season, Asia Tour. Kemenparekraf bersama Pemerintah Provinsi Sumatera Barat dan pihak pelaksana even te­ ngah mempersiapkan agenda survei fisik dan pertemuan koordinasi awal. Pihak daerah sendiri, dinyatakan oleh ­Disparda Provinsi Sumbar bahwa selain upaya peningkatan terus menerus kualitas gelaran Tour de Singkarak, Pemprov Sumbar c/q Dinas Kebudayaan dan Pariwisata terus mendorong dan mendukung eveneven daerah yang berskala lokal yang digelar oleh kabupaten dan kota. Ini tentu terinspirasi juga oleh kemajuan-kemajuan tahun demi tahun terlaksananya TdS. Even lokal dimaksudkan seperti Sawahlunto Internaional Music Festival/SIMFEST, Pacu JawiTanah Datar, Mentawai International Surfing Competition, Fun and Fly Exhibition Agam, Equatorial Festival Bonjol, Dragon Boat Padang, dan Pekan Budaya. Itu mencakup sisi pendukungan pembiayaan maupun pengelolaan gelaran sehingga even-even yang sebelumnya hanya bersifat lokal dari sisi pengelolaan dan penonton ditingkatkan menjadi berstandar nasional dan internasional sehingga Sumatera Barat dikenal dari even Tour de Singkarak serta even-even lain. Program-program secara garis besar di ­bidang kepariwisataan dari sisi supply adalah mendo­rong pembangunan prioritas daya tarik kepariwisataan dan dari sisi demand melaksanakan kegiatan promosi bersama secara terintegrasi dengan Asosiasi Pariwisata di daerah termasuk ASITA, BPPD, PHRI dan pemerintah kabupaten dan kota. Antara lain mengikuti pasar wisata yang bersifat B to B serta menfasilitasi ­Familiarization Trip bagi me-

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 50 n Februari 2014

dia dan operator perjalanan yang mulai tertarik memasukkan Sumatera Barat ke dalam paketpaket perjalanan, sebagai salah satu akibat pemberitaan media tentang even Tour de Singkarak. Operator dan agen perjalanan yang terdaftar di ASITA Sumbar terdata sebanyak 224 perusahaan di mana 90%-nya aktif dan 15% dari anggota ASITA adalah inbound operator. Adapun tour guide yang terdata di HPI (Himpunan Pramuwisata Indonesia) Sumatera Barat kini sebanyak 101 orang pramuwisata, di antara mereka 85%-nya pemandu berbahasa Inggris dan lainnya terbagi pemandu-pemandu yang menguasai bahasa Belanda, Perancis, Jepang, Italia dan Jerman.

Siapa Wisman ke Sumbar?

Di bandara Minangkabau tahun 2012 BPS (­Badan Pusat Statistik) mencatat sebanyak 32.768 orang wisman mendarat langsung dari luar negeri, di tahun 2011 jumlah itu 30.585 orang, berarti pertumbuhan 7,14%. Tetapi di tahun 2013 melonjak mencapai 44,135 wisman, pertumbuhannya tergolong fantastis, 34,69%. Adalah menarik diperhatikan bahwa wisa­ tawan Australia yang mengunjungi Sumbar telah mencapai lebih 2.000 orang, boleh jadi mencapai 3.000-an. Yang tercatat di imigrasi bandara MIA tentulah yang mendarat dari penerbangan langsung dari luar negeri, dalam hal ini dengan pe­ nerbangan dari Singapura dan Kuala Lumpur. Sebagai dimaklumi bahwa sebagian wisman juga masuk ke destinasi wisata di daerah-daerah setelah terlebih dahulu mendarat pertama dari luar negeri di bandara lain, Jakarta atau Bali, lalu dari sana meneruskan perjalanan dengan penerbangan domestik di dalam negeri Indonesia. Aspek lain yang menarik diperhatikan, dan ber­peluang dikembangkan lebih luas, ialah ke-


nyataan bahwa lebih dari 21 kewarganegaraan wisman telah mengenal dan berwisata ke Sumatra Barat. Lihatlah statistik dari BPS tersebut. BPS pun pernah mengumumkan, bahwa rata-rata pengeluaran per kunjungan wisman di Indonesia tahun 2011 jumlahnya USD 1.118,26 dan di tahun 2012 malahan meningkat ke USD 1.133,81. Dasar perhitungan itu diperoleh dari data rata-rata pengeluaran per hari per wisman tahun 2011 nilainya USD 142,69 dan tahun 2012 menjadi USD 147,22. Jika diasumsikan data tahun 2012 berlaku sama pada tahun 2013, maka, kunjungan 44.135 wisman ke Sumbar itu menghasilkan berkisar 44.135x USD 1.133,81 sama dengan USD 5.004.0704,35. Wamen Parekraf Sapta Nirwandar, yang adalah penggagas TdS, memimpin langsung selaku Executive Chairman Tour de Singkarak. “Dengan sejumlah pertimbangan, TDS 2014 masih dilaksanakan di kelas 2.2. Kami ingin meluruskan sejumlah pernyataan salah dari pihakpihak yang muncul di pemberitaan media belakangan ini, seperti pernyataan Tour de Singkarak 2013 telah digelar di kelas 2.1. Itu sama sekali salah!” kata Wamen Parekraf. Kemajuan dan keberhasilan TdS sedari awal hingga kini, adalah buah kerja keras dari banyak pihak dan masyarakat Sumatera Barat, bukan oleh satu individu semata. Sapta begitu bersyukur saat presentasi awal gagasan ini di tahun 2009, disambut dengan antusias oleh Gubernur Sumatera Barat saat itu, Gamawan Fauzi. Dalam dua tahun, di tahun 2009, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi ­Kreatif bersama Pemerintah Provinsi Sumatera Barat dan 4 kabupaten dan kota di Sumatera ­Barat baru akhirnya mampu mewujudkan Tour de Singkarak pertama.

Sementara itu, Gubernur Sumatera Barat, Irwan Prayitno mengatakan perkembangan pesat yang terjadi di Tour de Singkarak sejak ­tahun pertama hingga tahun ke-5 pelaksanaan, telah membuahkan dampak positif di berbagai bidang. Tour ini telah menjadi platform dan cara yang fantastis untuk mempromosikan Sumatera Barat ke mancanegara. Untuk Tour de Singkarak 2014, masyarakat dan pemerintah Provinsi Sumatera Barat siap kembali menjadi tuan rumah yang baik. Pembaca, bersiaplah kembali ­menyempatkan diri menyaksikan TdS edisi 2014. n

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 50 n Februari 2014

15


Utama

Meningkatkan Lagi Daya Saing

P

Kapasitas Penerbangan Langsung Ke Indonesia Tahun 2014 ditandai dengan penambahan seat capacity penerbangan langsung dari sumber pasar ke Indonesia sebanyak 2.743.624 seats, sehingga total ketersediannya tahun ini sebanyak 21.624.928 seats.. Data BPS menunjukkan bahwa 71% wisman

ke Indonesia melalui udara.

Sumber : Kemenparekraf

16

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 50 n Februari 2014

ada forum bertema sentral Indonesia Tourism Outlook and Challenges 2014, di Kementerian Parekraf, Menteri Parekraf Mari Elka ­Pangestu, ketika membuka dengan paparannya, menekankan kembali strategi pengembangan 16.7.16, yakni 16 destinasi, 7 wisata minat khusus atau wisata tematik, dan 16 fokus pasar yang disasar. Dengan menunjukkan kaitannya dalam proses supply and demand lalu diperlihatkannya salah satu dukungan utama yang diperlukan yakni kapasitas penerbangan langsung dari luar negeri ke Indonesia, maka terbawalah kita pada penalar­an di mana dan bagaimana diharapkan meningkatkan lagi daya saing pariwisata Indonesia. Berbicara kemudian di situ: wakil-wakil dari ­Kementerian Perhubung­an, Kementerian Peker­jaan Umum, ­wakil-wakil ­industri pariwisata antara lain dari Tanjung Lesung, Pano­ rama Tour Travel, Group Hotel Accor, dari perguruan tinggi, dan lain-lain. Grafis yang ditayangkan memperlihatkan, pada 3 pilar daya saing tertinggi Indonesia tahun 2013 ada di sumber daya alam (5,6), prioritas kepariwisataan (5,4) dan daya ­saing harga (5,3). Adapun skor daya saing terendah, yang diindeks oleh WEF (World Economic Forum) itu ber­ada di bidang infrastruktur yang terdiri dari infrastruktur pariwisata, infrastruktur information and communication ­technology, infrastruktur transportasi darat dan udara, beberapa aspek infra­struktur ini berada di skor antara 2,1—3,5. Pilar kesehatan dan kebersihan juga berada di skor 2,9 ­sedangkan sumber daya budaya pada skor 3,5. (Skor WEF untuk indeks daya saing global ini diukur dengan range 1—7).Jadi, pilar yang terlemah mengindikasikan Indonesia harus fokus membangun dan mengembangkannya. Pada sektor infrastruktur transportasi itu, apakah yang sedang berlaku sekarang? Kementerian Perhubungan pada forum itu menyajikan dan menunjukkan, betapa keterkaitan langsung programnya dengan pariwisata sudah dan tengah berlangsung. Diungkapkan, Kemenhub: menjalankan program dengan fokus prioritas yang terdiri dari: 4Peningkatan pelayanan sarana dan prasarana sesuai ­dengan standar pelayanan minimal (SPM); 4Mendukung peningkatan daya saing sektor riil dan Pariwisata. 4Meningkatkan kerjasama pemerintah dan swasta (KPS). Satu di antara empat isu strategis bidang transportasi yang tengah ditangani oleh Kemenhub ialah: Belum optimalnya penyediaan fasilitas di Pelabuhan Laut & Bandara di Kawasan Indonesia Timur yang menjadi Destinasi Tujuan Wisata.


Sumber : Kemenparekraf

Sumber : Kemenparekraf

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 50 n Februari 2014

17


Utama

Bagaimana Kemenhub menunjang pariwisata? Kegiatannya yang sedang berlangsung dinyatakan sebagai berikut: Angkutan jalan dan ASDP: Penyediaan trayek dan angkutan jalan umum/khusus; Penyediaan feeder; Penyediaan angkut­an pada lintas dominan pariwisata. Angkutan Perkeretaapian: Kereta api Wisata Uap Bergerigi; Kereta api Wisata Uap. Angkutan Laut: Pengembangan pelabuhan main gate port bagi wisatawan mancanegara. Angkutan Udara: Peningkat­an kinerja pelayanan transportasi udara. Diakui adanya tantangan sektor transportasi dalam mendukung pariwisata, yaitu: 4Transportasi darat: Keterbatasan kapasitas dan kualitas ruas jalan; Belum terintegrasinya jaringan aksesibilitas dan moda angkutan/transportasi, khususnya di titik hub untuk mendukung kemudahan pergerakan wisatawan antar destinasi pariwisata; Terbatasnya jaringan jalan menuju daya tarik wisata dari pusat kota/hub wilayah; Keterbatasan moda angkutan darat untuk memberikan kemudahan dan kenyamanan perjalanan wisatawan menuju lokasi-lokasi daya tarik wisata. 4Transportasi udara: Belum optimalnya fasilitas di bandara dan kualitasnya untuk mendukung kenyamanan penumpang sebagai bandara internasional (kebersihan dan modernisasi fasilitas); Belum optimalnya peningkatan kualitas multimoda, sebagai fasilitas untuk mempermudah jangkauan ke daya tarik wisata. 4Transportasi laut: Kedalaman pelabuhan tidak mencukupi untuk disinggahi Cruise Ship berukuran besar/kapa­ sitas > 1.000 orang; Belum optimalnya peningkatan kualitas multimoda dari pelabuhan yang masuk dalam jalur Cruise ­Internasional ke daya tarik wisata; Keterbatasan perlengkapan keselamatan di kapal-kapal kecil menuju daya tarik wisata; Perlunya pengembangan sistem keselamatan di seluruh angkutan penyeberangan menuju daya tarik wisata. 4Perkeretaapian: Belum optimalnya penyediaan sarana, prasarana dan moda perkeretaapian yang dapat mendukung kepariwisataan; Belum adanya pengembangan sarana, prasarana dan moda perkeretaapian di Destinasi ­Tujuan Wisata. Kemenhub memfokus pembangunan transportasi laut dan udara dengan memilih 15 destinasi pariwisata, di Sumatra, Jawa, Bali, NTB, NTT, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua.

What do they say?

Sebenarnya situasi dan kondisi objektif di Indonesia telah dirasakan benar memerlukan peran lebih proaktif kini dari kalangan daerah untuk memajukan pariwisata. Tercakuplah dalam konteks itu upaya untuk meningkatkan daya saing. Para praktisi dan ahli di forum tadi, selain berulang menyebut ihwal kelemahan infrastruktur, dan, SDM, benang merah lain muncul berupa keinginan peran daerah agar semakin maju. Jhoni Sugiarto, CEO El John, antara lain mengatakan: Terobosan mungkin bisa dilakukan melalui kerja sama ­dengan Kementerian dan Pemda. Daerah mempunyai banyak SDA. Tapi mereka belum punya kemampuan mengembangkan destinasi atau tidak tahu bagaimana mengembangkan. Keterbatasan jelas di infrastruktur, demikian juga kalau mau

18

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 50 n Februari 2014

l

Pembangunan Transporta • !89:8;<;==9)>=9)!89N8;89::=D==9) O8:A=B=9)>A)!8;=@F?=9),=@=9:)G+HI 5P7#K) • !89:8;<;==9)>=9)!89N8;89::=D==9) O8:A=B=9)>A)!8;=@F?=9))/?<EC8FL=Q8) G+HIRPJ#K)

• !89N8; ,8:A9B • !89:8D G+HIZU • /=9VFB= $=B=9

• !89:8DFE=9)%;FD)S))O<;=L)!8;=@F?=9) $8;=Q=9)G+HITU#K) • !89:8;<;==9)>=9)!89N8;89::=D==9)O8:A=B=9) >A)!8;=@F?=9))OF=;=)*=9VF9:)G+HI5P2#K)

• • *?8)(D:89B)+8?=@A;AB=W<9)!D<V8XB)<Y) *=9VF9:)!DA<E)!<DB)G/=9VFB=9) !8L@=9:F9=9)M=CH8;K)G+HIT75#K)

• /=9VFB=9)!8L@=9:F9=9)M=CH8;)/=FB) !=9:=9>=D=9)G+HI7Z#K) • !89:8;<;==9)>=9)!89N8;89::=D==9) O8:A=B=9)>A)!8;=@F?=9)+=BF)+HI5P2#K)

• !89:8;<;==9 O8:A=B=9)>A)! G+HI5PT#K) • /=9VFB=9)!8L *=9VF9:)*8L J6#K) • !89N8;8C=A=9 /=FB)$D=9B=)

investasi di daerah, masalah listrik menjadi kendala. Aryo Kondo, Vice President Research Development Accor, bergerak di bidang perhotelan: Kami punya sebuah approach, kalau kita punya hotel di sebuah destinasi kita mencoba kerja sama dengan Pemda setempat untuk menjual destinasinya. Sehingga kita berharap, kita bisa ikut menjual destinasinya. Binis perhotelan sudah sedemikian pesat perkembangannya. Sekarang tentu harus diimbangi dengan kualitas. Ahli pendidikan dan akademisi, Rektor Universitas Pelita Harapan, Jonathan Parapak: SDM tentu saja perlu menjadi prioritas. Kini hanya 24 ribu lulusan pendidikan tinggi per tahun yang siap masuk ke sektor tenaga kerja di industri pariwisata, padahal sejumlah peluang kerja demikian terbuka. Bila industri mengambil tenaga kerja yang tidak qualified tentu citra yang kurang baik pula bagi kepariwisataan.


!"#$%&'(&%&)*+%&,!-+*%,.)/%(*)) 0.)12)0",*.&%,.)!%+.3.,%*%)*%4(&)5617)

asi Laut di 15 destinasi pariwisata tahun 2014

;8C=A=9)!8L@=9:F9=9)M=CH8;)*8;FE) BF9:)G+HI76#K) DFE=9)%;FDSE<;=L)!8;=@F?=9)OFL=A) U#K) =9)!8L@=9:F9=9)M=CH8;);=FB) 9VF9:)G+HI56#K)

• /=9VFB=9)!8L@=9:F9=9)M=CH8;)/=FB) !=;=D=9)G+HI52#K) • !89:8DFE=9)%;FDSO<;=L)!8;=@F?=9) ,=L=DA9>=)G+HIZU#K) • /=9VFB=9)!8L@=9:F9=9)M=CH8;)/=FB) !89=V=L)!=CAD)G+HIR6#K) • /=9VFB=9)!8L@=9:F9=9)Y=CH8;)#=;<NS ,=9:EF;AD=9:)G\!-K)G+HI26#K) • /=9VFB=9)!8L@=9:F9=9)M=CH8;)/=FB)OF=;=) ,8L@<V=)G+HI76#K) • /=9VFB=9)!89:8L@=9:=9)M=CH8;)/=FB) $ABF9:)G+HIZ2#K) • !89N8;8C=A=9)!8L@=9:F9=9)M=CH8;)/=FB) #=9=><)G+HI15PZ#K)

• !89:8;<;==9)>=9)+8?=@A;AB=CA) $D8=E)3=B8D)!8;=@F?=9) #=E=CC=D)G+HI1J#K) • !89:8L@=9:=9))M=CH8;)/=FB) !=<B8D8)G+HI12#K)

• +8?=@A;AB=CA)M=CH8;)/=FB)*=9VF9:)"L=C)G+HI 52#K) • !89:8DFE=9)=;FD)H8;=N=D=9),8L=D=9:)G+HI ZU#K) • !89N8;8C=A=9)!8L@=9:F9=9)M=CH8;)/=FB) O=DALF9)[=Q=)G+HI57#K) • ;=9VFB=9)!8L@=9:F9=9)M=CH8;)/=FB)[8H=D=) G+HI52#K)

9)>=9)!89N8;89::=D==9) !8;=@F?=9)!=CFDF?=9)

L@=9:F9=9)M=CH8;)/=FB) L@=:=S)!D<@<;A9::<)G+HI

9)!8L@=9:F9=9)M=CH8;) )G+HI2#K)

• !89:8;<;==9)>=9)!89N8;89::=D==9) O8:A=B=9)>A)!8;=@F?=9)O89>=DA) G+HI2PR#K) • /=9VFB=9)!8L@=9:F9=9)M=CH8;) /=FB)$F9:EFB<E<)G+HI71#K)

• /=9VFB=9)!8L@=9:F9=9))M=CH8;)/=FB)$AL=) G+HIRU#K) • !89:8L@=9:=9)!8L@=9:F9=9)M=CH8;) /=FB)/8L@=D)G+HI52#K) • !89:8;<;==9)>=9)!89N8;89::=D==9) O8:A=B=9)>A)!8;=@F?=9),=H8)G+HI1PU#K)

• !89:8DFE=9)%;FD)!8;=N=D=9)!8;=@F?=9) $89<=)G+HIZ5#K) • !89:8;<;==9)>=9)!89N8;89::=D==9) O8:A=B=9)>A)!8;=@F?=9)!=>=9:)$=A)G+HI RP5#K) • !89:8;<;==9)>=9)!89N8;89::=D==9) O8:A=B=9)>A)!8;=@F?=9)'A;AL=9FE)G+HI RP5#K)

Arief Suditomo pemimpin redaksi Sindo TV: Menentukan media apa yang harusnya kita gunakan, format seperti apa, lalu apakah itu akan menjangkau global, regional atau lokal saja, dan caranya seperti apa? Harus disusun strateginya untuk manfaat riil bagi kepariwisataan. Selain persoalan bagaimana mendatangkan wisatawan dari luar negeri, ada juga persoalan bagi para pelaku yang bertanya bagaimana mensinergikan upaya dengan Pemda. Mungkin media juga bisa berperan untuk itu? Purnomo Siswo Prasetyo, CEO dari Pasific Asia Travel ­Association PATA Indonesia: Kami diberi kesempatan oleh PATA internasional untuk mengembangkan 100 destinasi di Indonesia, agar bisa di promote dan di support oleh PATA internasional, untuk dikembangkan sebagai destinasi internasional dan layak dikunjungi wisatawan internasional.

• !89:8L@=9:=9)M=CH8;)/=FB) %D=D)]),<D<9:)G+HI12#K) • !89N8;8C=A=9))!8L@=9:F9=9) M=CH8;)/=FB)M=E]Y=E)G+HI56#K)

• !89N8;8C=A=9)!8L@=9:F9=9)M=CH8;)/=FB)) *89=F)OFH=9:)G+HI76#K) • !89N8;8C=A=9)!8L@=9:F9=9)M=CH8;)/=FB) 3=A9:=HF)&FC=9B=D=)G+HI16#K) • /=9VFB=9)!8L@=9:F9=9)M=CH8;)/=FB) %B=HFHF)G+HI56#K) • /=9VFB=9)!89:8L@=9:=9)M=CH8;)/=FB) /=@F=9)$=V<)G+HIR#K)

Sumber : Kemenhub

Dari 16 destinasi yang disebut, ada yang sudah kami masukkan dalam list dan tahun ini kami memang akan segera memasukkannya ke dalam list PATA internasional, di antaranya Jogja, Tanjung Lesung, Cirebon. Dari pihak destinasi dibutuhkan juga kepastian hukum bahwa destinasi tersebut memang layak dikembangkan bersama dari sisi infrastrukturnya, pengembangannya didukung dengan konsistensi dari berbagai pihak. Di luar kawasan Jawa Bali, yang potensial dikembangkan antara lain di Palembang, Medan dan daerah Sumatera yang masuk dalam destinasi tersebut, dan tentunya untuk potensi menjadi destinasi wisata saya sodorkan kepada PATA se­ hingga dapat dipromosikan lebih luas lagi. Mr. Joe Nikson adalah seorang investor asal Swedia: “We found the variety of the people, culture, national environment, Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 50 n Februari 2014

19


0.)12)0",*.&%,.)!%+.3.,%*%)*%4(&)5617)

Pembangunan Transportasi Udara di 15 destinasi pariwisata tahun 2014

Bandara Cut Nyak Dien – Nagan Raya, Lasikin –Sinabang, Cut Ali – Tapak Tuan, Maimun SalehSabang, Rembele –Takengon (Rp. 357 M)

l

Bandara Temindung – Samarinda, Melak, Long Ampung, Datah Dawai, Juwata – Tarakan,Kalimarau, Tjg.Harapan, Long Bawan, Nunukan, Malinau (Rp. 571 M)

Medan Baru,, Silangit Siborongborong, FL. Tobing – Tapanuli Tengah, Aek Godang, Gng. Sitoli, Lasondre - PP.Batu (Rp. 157 M)

Bandara Tjilik Riwut-Palangkaraya, Tumbang Samba, H.Asan-Sampit, Iskandar-Pangk.Bun, Kuala Kurun, Beringin-Muara Teweh, Kuala Pembuang, Sanggu-Buntok (Rp. 351 M)

Bandara Cakrabuwana – Cirebon (Rp. 15 M)

Naha Tahuna , Melongguane (Rp. 183 M)

Bandara Hassanuddin, Pongtiku-Tana Toraja, Andi Jemma Masamba , Bone, Rampi, Seko (Rp. 333)

Bandara Dewandaru – Karimun Jawa, Ahmad Yani - Smrg, Tunggul Wulung (Rp. 54 M) Bandara Ngurah Rai (Rp. 31 M)

Banyuwangi, Abdulrahman Saleh – Malang, Trunojoyo (Rp. 171 M)

Bandara Rendani – Manokwari, Merdey, Kebar, Wasior, Bintuni, Kaimana, DEO, Sorong, Teminabuan, Kambuaya, Inanwatan, Ayawasi, Babo (Rp. 644 M0

Bandara Halu Oleo –Kendari, Betoambari Bau-Bau – Buton, Sugimanuru-Muna (Rp. 159 M)

Bandara Mali – Alor, Gewayantana – Larantuka, Soa – Bajawa, Wunopito-Lewoleba), Haliwen – Atambua,Tardamu – Sabu, Frans Sales Lega-Ruteng (Satartacik), H.H. Aroeboesman-Ende, Komodo –Labuhan Bajo, Frans Seda Maumere (Waioti), Umbu Mehang Kunda-waingapu (Mauhau),Tambolaka-Waikabubak (Rp. 415 M)

Bandara M.Salahuddin Bima, Brangbiji – Sumbawa Besar (Rp. 48 M)

Sumber: Kemenhub

Utama

20

marine environment, biggest diverse. So such an exciting place to be, but on top of that in tourism there is unique environment place and eco tourism I think Indonesia should take that opportunity. Tourism must care the environment. We work together with the local people in various culture.” Ketua REI (Real Estate Indonesia) Rudi Hasyim Pasri: Dua tiga tahun ini, hotel yang dikembangkan melalui anggota kami itu sekitar 300 hotel periode 2011–2014. Ini akan bertumbuh terus. Memang kami harapkan ada perhatian dari pemerintah daerah. Untuk investor mau diajak masuk ke daerah ter­ pencil, perlu ditempuh suatu terobosan terutama kebijakan insentif yang bisa diberikan pemda. Kalau ada investor yang berani meng-invest katakanlah hotel bintang 5 atau 4 di daerah terpencil, itu mungkin saja dengan diberikan semacam keringanan pajak, sehingga mempertimbangkan pengembalian dari modalnya akan lebih cepat. Itu pula akan mengangkat pariwisata setempat makin dikenal oleh dunia melalui properti yang dibangun berkelas dunia Menteri Mari Pangestu, di ujung diskusi menggaris bawahi: Kalau bisa daerah menjadi sejahtera karena pariwisata mereka juga akan happy. Maka tentunya sangat ­penting bagi pemerintah daerah, menyangkut semua ­jajarannya. Bukan hanya koordinasi dengan pusat masalahnya, tapi daerah memahami pentingnya pariwisata dan bagaimana itu bisa mengembangkan daerahnya dan mensejahterakan masyarakat setempat. Oleh karena itu hendaknya mereka memperhatikan bagaimana pariwisata itu berkelanjutan, tidak merusak ling-

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 50 n Februari 2014

kungan, budaya dan tatanan sosial setempat dan dampak ekonominya yang langsung kepada masyarakat setempat. Then how do we get there, tadi ada beberapa masukan klasik, berkaitan infrastruktur baik fisik dan non fisik termasuk pelayanan, pelabuhan dan bandar udara, peran dari imigrasi, bea cukai, karantina mengingat fungsinya sebagai pintu masuk. Tentu kita perlu kerja sama dengan imigrasi, Pelindo, bea cukai, Angkasa Pura. Satu PR lagi, ihwal SDM. Ada 54 standar usaha di industri pariwisata. Sampai sekarang baru 21 telah selesai, saya sedang menyelesaikan 54 yang sebetulnya dapat selesai tahun ini, sehingga kita harus melakukan sertifikasi karena dikejar oleh ASEAN Economic Community akhir tahun depan. Menteri lalu mengingatkan kembali peran pemerintah daerah karena semua lokasi wisata berada di daerah. Wisata bahari, penting karena 80% dari wilayah Indonesia merupakan laut. Beberapa kita prioritaskan dalam kerangka wisata bahari, wisata kapal pesiar dan wisata Yacht (kapal layar). Tiap tahun kita melakukan sail event dan ternyata itu mendorong kunjungan ke berbagai daerah. Kita punya one stop service untuk para Yachter yang keluar masuk wilayah Indonesia. Artinya seorang pelayar ­datang dari Australia, misalnya, cukup datang ke satu tempat mendapatkan perijinannya. Selain itu ada 600 diving spot. Salah satu yang best in the world adalah Raja Ampat. Maka itu tahun ini Sail Raja Ampat akan digelar. Bagaimana kita menjaga keberlanjutan dari wisata bahari. Kita harus lindungi terumbu karang, kita harus mengembangkan wisata bahari yang tidak merusak laut di atas dan di bawah laut. n


Penerbangan

B

oleh dikatakan tak lama lagi wilayah udara semakin lapang dan memberi kesempatan maskapai penerbangan beroperasi lebih leluasa dari ASEAN ke Uni Eropa. Kedua belah pihak sudah jelas ­sedang menyusun langkah ke arah terealisasinya kebijakan open sky antardua kawasan. Di dunia penerbangan sebagai dimaklumi ada dua langkah penting yang utama dalam hal memajukan hubungan atau konektivitas angkut­ an udara sipil. Pertama, bilateral air agreement, perjanjian antardua negara untuk mengatur kebijakan hubungan penerbangan. Setelah itu, bilateral air service agreement, di situ diatur bersama secara lebih teknis ­hitungan-hitungan hak kapasitas, frekuensi pe­nerbangan, dan seterusnya. Pada tahap ini lazimnya melibatkan langsung maskapai penerbangan dari kedua belah pihak. Uni Eropa telah menandatangani apa yang disebut perjanjian transportasi udara bilateral tersebut (disebut juga perjanjian horizontal) dengan beberapa negara anggota ASEAN, yakni dengan Singapura (2006), Malaysia (2007) , ­Vietnam (2010), dan Indonesia (2011). Saat ini sedang dipersiapkannya agreement serupa ­dengan Filipina dan Kamboja . Bilateral air agreement Indonesia sendiri sebenarnya telah pernah ditandatangani dengan setidaknya 50 negara. Namun lazim pula terjadi, tindak lanjut air service agreement tak kunjung bisa dilakukan disebabkan beberapa kemungkinan antara lain, operator penerbangan dari masing-masing negara bersangkutan belum ada yang bisa beroperasi. Maka, ketika suatu waktu setelah melampaui periode tertentu, telah siap atau ada operator penerbangan nasional akan melayani rute penerbangan kedua negara, bilateral air agreement pun diperbarui alias ditandatangani kembali, mungkin dengan beberapa perubahan isi sesuai perkembangan yang sedang berjalan. Tetapi dari pihak UE kesungguhannya hendak ‘merayu’ ASEAN untuk masuk ke tahap ‘open

Antisipasi ASEAN Open Sky, dan Kemungkinan juga dengan UE

sky’ antardua region ini, diperlihatkan melalui ­berbagai cara dan pendekatan. Tentu saja ­elegan. Termasuklah Uni Eropa mendanai proyek kerja sama teknis dan bantuan yang mendu-

kung penciptaan Pasar Tunggal Penerbangan ASEAN, The ‘ASEAN Air Transportation Integration ­Project’ ­(AATIP). Dukungan itu diluncurkan tahun 2012 dengan anggaran sebesar € 4,7 juta untuk ­periode 2012–2016. Dan bukan dari sepihak

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 50 n Februari 2014

21


Penerbangan

saja. Kondisi objektif memberi alasan kuat pula bagi ASEAN. Sebuah laporan yang mengkompilasi me­ nga­pa ASEAN dan Uni Eropa akan menjadi ­mitra yang baik dalam penerbangan, antara lain meng­uraikan seperti ini: Uni Eropa dan ASEAN memiliki pasar penerbangan yang dinamis yang menawarkan peluang baru bagi kerja sama di sektor ini. Ada banyak keuntungan di kedua sisi,

Pangsa Pasar Penumpang Dari mana sajakah wisman yang masuk ke tiga negara ASEAN, Malaysia, Thailand dan Vietnam selama tiga tahun terakhir, dapat dilihat pada tabel di bawah. Statistik di bawah ini berdasarkan ­country of residence dari wisman, yang diolah dari statistik masing-masing destinasi. Tiga negara destinasi tersebut merupakan, di satu sisi sebagai destinasi saingan dalam Indonesia mengha­ dapi pasar mancanegara,—di sisi lain sebagai potensi dalam kemungkinan kombinasi destinasi (multileg tour package) ketika memasarkan ASEAN sebagai satu destinasi. Menparekraf Mari Elka Pangestu pada kesempatan berbicara di ASEAN Travel Forum (ATF) pada Januari 2014, menyampaikan inter­vensi mengenai posisi dan komitmen

Indonesia dalam rangka terus meningkatkan pembangunan pariwisata kawasan untuk ­kesejahteraan bersama komunitas ASEAN. Dalam hal ini, Menparekraf menekankan pentingnya konektivitas intra-ASEAN dalam mendorong pertumbuhan pariwisata di kawasan serta fasilitasi visa bagi warga negara non ASEAN yang memudahkannya mengunjungi ASEAN sebagai destinasi tunggal. Sekitar 46% dari wisman yang ke ASEAN berasal dari ASEAN (intra-ASEAN) dan 32% dari Asia lainnya terutama RRT, Jepang, Korea dan India. Para pelaku bisnis pariwisata di daerahdaerah destinasi diperlukan lebih jeli dan gesit memanfaatkan peluang-peluang dari pangsa pasar tersebut.

dengan kerjasama yang erat. Dengan jumlah penduduk ASEAN 600 juta, pertumbuhan ekonomi yang tinggi di kawasan ini — diproyeksikan sebesar 5% per tahun ­selama 10 tahun ke depan — dan proses integrasi pasar dan liberalisasi yang terus-menerus, ASEAN ­menawarkan peluang menarik bagi ­penerbangan Uni Eropa, bandara dan industri manufakturnya. Airlines di ASEAN diharapkan akan mengambil pengiriman hampir 3.000 pesawat senilai hampir € 500 miliar hingga tahun 2032. Ada juga kebutuhan untuk ekspansi besar-besaran bandara dan infrastruktur manajemen lalu lintas udara serta produk lain yang berhubungan de­ngan penerbangan dan layanan seperti perawatan pesawat, perbaikan dan overhaul. ASEAN sedang dalam proses integrasi regional lebih lanjut, mengarah pada realisasi Komunitas ASEAN termasuk Komunitas Ekonomi ASEAN (AEC) pada tahun 2015. Penerbangan merupakan pilar utama yang mendukung pembentukan AEC melalui fasilitasi pergerakan bebas, efisien, aman bagi angkutan orang dan barang bahkan berpotensi hubungan dengan luar ASEAN. Bersamaan dengan tahap-tahap ­pematangan yang berlangsung, proses integrasi regional Uni Eropa dan ASEAN memiliki banyak kesamaan, termasuk di sektor penerbangan di mana kedua­ nya menciptakan pasar penerbangan tunggal di wilayah masing-masing. ASEAN tengah bersiap menerapkan satu Pasar

Sumber: Diolah dari statistik negara masing-masing

22

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 50 n Februari 2014


Tunggal Penerbangan ASEAN (ASAM) tahun 2015, artinya ASEAN open sky, yang akan memiliki banyak kesamaan dengan pasar penerbangan regional yang terbuka di Eropa. Ini menawarkan peluang baru bagi kerjasama antara Uni Eropa dan ASEAN dalam penerbangan. Pengembangan area penerbangan tunggal di negara-negara ASEAN akan didasarkan pada aturan umum dan pembukaan pasar. Itu memang telah dilakukan oleh Uni Eropa dalam dua dekade terakhir, yang dinyatakan sebagai menciptakan apa yang sekarang jadi contoh yang sukses dari pasar penerbangan regional di dunia, menciptakan manfaat yang signifikan bagi konsumen Uni Eropa, industri penerbangan Uni Eropa dan ekonomi Uni Eropa secara keseluruhan.

Kalangan maskapai penerbangan kita, di tengah pertumbuhan kuantitatif luar biasa bisnis penerbangannya sendiri, agaknya te­ ngah ber­upaya mengatasi tantangan tersebut. Dari dimensi kuantitatif, pertumbuhan dunia ­pe­nerbangan Indonesia beberapa tahun terakhir sedemikian fenomenal. Di dunia diwacanakan kebangkitan empat negara ‘tertinggi’ di bidang

penerbangan, yakni TIMS, Turki, ­Indonesia, ­Meksiko dan South Africa (negara-negara ­dengan pertumbuhan tinggi ekonomi digabungkan ­dengan singkatan yang terkenal kini sebagai BRIC, Brazilia, Rusia, India, China). Dari sudut pariwisata, Indonesia tengah menyongsong peluang besar dengan ASEAN Open Sky, dan jika beberapa tahun kemudian juga akan terjadi open sky dengan UE—dalam berita-berita sementara ini disebut—Sebuah perjanjian penerbangan Uni Eropa—ASEAN yang komprehensif akan menghasilkan manfaat yang signifikan bagi kedua belah pihak tidak hanya dalam hal liberalisasi pasar, tetapi juga dalam memastikan konvergensi regulasi, persaingan yang adil , dan perdagangan serta investasi yang kian meluas. Seberapa besarkah penerbangan antara UE dan ASEAN, ditunjukkan melalui grafis di bawah ini (dikutip dari Travel Impact Newswire):

Tantangan baru bagi Indonesia

Sepanjang yang berkaitan dengan penerap­ an ASEAN Open Sky yang telah berada di depan mata, Indonesia punya satu kesiapan, bahwa keterbukaan leluasa itu akan berlaku pada lima bandara internasional Indonesia, yakni Jakarta, Denpasar, Surabaya, Medan dan Makassar. Tantangan yang masih mengganjal terletak pada larangan terbang ke Eropa masih berlaku terhadap airlines Indonesia, kecuali Garuda, ­Mandala, Indonesia AirAsia dan Airfast. Kendati ganjalan tersebut pada praktiknya tak berpengaruh besar lantaran memang hanya satu operator yang mampu beroperasi ke Eropa hingga saat ini, yakni Garuda Indonesia, namun dari sudut citra atau image penerbangan Indonesia tentulah terbawa-bawa juga. Bahwa belum sepenuhnya bisa diterima oleh pihak UE. Permasalahannya memang terkait tingkat air safety yang dinilai oleh otoritas penerbangan ­kawasan masing-masing. Di AS otoritas itu di tangan FAA (Federal Aviation Administration), namun penilaiannya berlaku menjangkau dunia. Sebuah berita awal Februari ini misalnya menyebutkan, FAA telah menurunkan tingkat—down grade—sehingga, disebutkan di berita itu, “India menjadi sama level-nya dalam hal air safety dengan Zimbabwe dan Indonesia.” Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 50 n Februari 2014

23


Jakarta

Ke Museum Nasion

S

Museum Nasional

24

eekor gajah berdiri berlatar belakang gedung bercat putih megah dengan bendera Merah Putih berkibar di depan­ nya. Lebih dari 130 tahun sang gajah berdiri sendiri menjadi saksi perjalanan panjang seruas jalan dari bernama Koningsplein West sampai menjadi Jalan Medan Merdeka Barat. Hingga setahun terakhir dia ditemani oleh asa dan keyakinan bahwa bangsa ini benar-benar akan mampu berdiri sama tegak dan duduk sama rendah dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Sekitar pertengahan abad XVII, meledak Revolusi Intelektual di Eropa yang dikenal dengan The Age of Enlightenment. Gelombang pemikiran ilmiah dan pengetahuan berkembang pesat dan melanda banyak negara di benua biru termasuk Belanda. Ketika De Hollandsche Maatschappij der Wetenschappen (Perkumpulan Ilmiah Belanda) didirikan pada tahun 1752 di Harleem, orangorang Belanda di Batavia pun turut terdorong mendirikan organisasi sejenis di sini. Pemerintah Hindia Belanda kemudian membentuk Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Weterschappen (BG) pada 24 April 1778. Salah seorang pendirinya, J.C.M. Radermacher, menyumbangkan rumahnya di Jalan Kalibesar, sebagian koleksi benda-benda budaya dan bukubuku miliknya. Ketika Inggris menguasai Hindia Belanda untuk sesaat, di bawah Letnan Gubernur Sir Thomas Stamford Raffles, dibangun gedung Societeit de Harmonie, sekarang diganti gedung Sekretariat Negara, untuk museum dan ruang pertemuan bagi Literary Society. Akhirnya pemerintah Hindia Belanda membangun sebuah gedung khusus untuk museum di Koningsplein West atau Jalan Medan Merdeka Barat sekarang. Pertama kali dibuka untuk umum tahun 1868, dipergunakan hingga sekarang. Adapun sang ikon, patung gajah dari perunggu pemberian Raja Chulalongkorn (Rama V) dari Thailand yang pernah berkunjung ke museum itu tahun 1871. Sebagai penghormatan atas relasi Indonesia-Thailand di dalam museum disediakan sebuah ruangan khusus, Thai Room, yang memamerkan benda-benda dan gambar-gambar arsitektur kuil-kuil Budhisme di sana. Ada kemiripan dengan yang berkembang di Indonesia. Sayangnya, informasi mengenai koleksi yang dipamerkan ditulis dalam huruf Thai(?). Setelah Indonesia merdeka, BG diubah menjadi Lembaga Kebudayaan Indonesia (LKI) pada

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 50 n Februari 2014

26 Januari 1950. LKI menyerahterimakan penge­ lolaan museum sepenuhnya kepada pemerintah pada 17 September 1962 dan menjadikannya Museum Pusat. Dengan dikeluarkannya SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.092/O/1979 pada 28 Mei 1979 statusnya diubah dan diresmikan menjadi Museum Nasional. Luas kompleks museum 26.500 m2, terdiri dari gedung A, bangunan lama sebagai ruang pa­meran dan penyimpanan (storage) koleksi. Gedung B adalah tambahan baru untuk ruang pameran, kantor museum, ruang konferensi, laboraturium, perpustakaan, hingga ruang inter­ aktif untuk anak-anak. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meresmikannya 20 Juni 2007. Sekarang sedang dibangun satu gedung baru berkonsep terbuka di tengah-tengahnya. Museum Nasional memiliki 141.000 koleksi dari artefak zaman prasejarah, arkeologi, ­numismatik, heraldik dan keramik, etnografi, sejarah, dan geografi. Terbuka untuk umum hari Selasa–Minggu pukul 8.30–16.00. Tiket masuk pengunjung domestik Rp 5 ribu dewasa dan Rp 2 ribu anak-anak. Harga khusus rombongan minimal 20 orang adalah Rp 3.000,00 (dewasa) dan Rp 1.000,00 (anak-anak). Warga negara asing dikenakan biaya Rp 10 ribu. Dua tahun terakhir jumlah pengunjungnya meningkat. Tahun 2012 total pengunjung 173 ribu, 27 ribu di antaranya ialah wisman. ­Tahun 2013 sebanyak 192 ribu orang, 29 ribu di antaranya dari mancanegara. Dari mancanegara, perbandingan yang datang melalui biro perjalanan dengan individual (FIT) sekitar 50 : 50. Yang paling banyak datang berasal dari Belanda, Amerika, Inggris, Perancis, Spanyol dan negara-negara dari Eropa Timur. Pemandu lokal tetap berstatus pegawai ­negeri sipil berjumlah 3 orang yang dibantu oleh 9 orang tenaga pemandu kontrak. Mereka berbahasa Inggris, bahasa lain yang dikuasai adalah bahasa Belanda, Perancis, dan Arab. Selain itu adapula bantuan dari para sukarelawan yang tergabung dalam Indonesian Heritage Society (IHS). Mereka menjadi museum guide yang mengantarkan dan menjelaskan kepada tamu dengan bahasa native masing-masing. Lalu siapakah sang Asa dan Keyakinan yang menemani sang gajah setahun terakhir ini? Dia adalah karya seni rupa yang lahir dari salah seorang perupa terkemuka di Indonesia, I ­Nyoman Nuarta. Karyanya berjudul Kuyakin Sampai


al dan Museum BI di Sana. Wujudnya berupa manusia-manusia yang berada di dalam ombak (gelombang air). Maknanya, manusia senantiasa hidup di dalam pusaran gelombang kehidupan (masalahmasalah) namun demikian manusia juga punya keyakinan bisa melaluinya dan akan mencapai keberhasilan.

Museum Bank Indonesia

Di depan Stasiun Kota ada dua museum bank yang menempati gedung-gedung tua syarat sejarah, Museum Bank Mandiri dan Museum Bank Indonesia. Dengan warna putih bersih kemegah­ an gedung Museum Bank Indonesia tampak lebih mencolok. Gedung itu sendiri sudah di sana sejak sekitar tahun 1800. Pertama kali dipergunakan sebagai rumah sakit, Bienen Hospital. Kemudian diambil alih oleh De Javache Bank (DJB). Setelah Indonesia merdeka, gedung tersebut sempat menjadi kantor pusat Bank Indonesia sebelum akhirnya digunakan menjadi museum sejak 15 Desember 2006. Guna mewujudkan sebuah museum, Bank ­Indonesia (BI) membentuk tim khusus yang mempersiapkan pembangunanya sejak tahun 1999. Waktu itu timnya masih berada di bawah Departemen Logistik yang menangani gedunggedung milik BI. Karena dirasakan memerlukan konsentrasi khusus, dibentuklah Unit Khusus ­Museum Bank Indonesia (UKMBI) tahun 2005. Meskipun koleksi belum lengkap, museum dapat dikunjungi sejak pertengahan Desember 2006. Akhirnya Presiden Susilo Bambang ­Yudhoyono resmi membuka Museum Bank Indo­nesia pada 21 Juli 2009. Pengelola Museum BI namanya Departemen Museum BI dengan personil 40 orang termasuk pemandu lokal. Mengenai segala kebutuhan fisik gedung seperti mechanical engineering dan keamanan masih dilaksanakan dalam lingkup Departemen Logistik. Dari sisi software-nya ditangani oleh Departemen IT Bank Indonesia. Museum BI bukanlah bagian dari Corporate ­Social Responsibility (CSR) tapi sepenuhnya di­ kelola oleh Humas BI. Museum ini menjadi bagian dari aktivitas humas bank sentral. Visinya adalah memperkenalkan dan meng­ edukasi masyarakat apa fungsi dan tugas bank sentral dalam suatu negara. Waktu dibuka pertama kali tahun 2006 jumlah pengunjung hanya sekitar 7 ribu orang. Un-

tuk memperkenalkannya lebih luas, Museum BI berinisiatif ‘jemput bola’ dengan menyediakan bis kepada calon pengunjung. Setiap tahun jumlah pengunjung meningkat, tahun 2012 mencapai hampir 250 ribu. Wisman yang datang ada tapi jumlahnya relatif masih sedikit. Bisa jadi angkot-angkot yang berhenti lama di shelter di depan Museum BI mengurangi ketertarikan wisman untuk me­ ngunjunginya. Di bulan Januari 2013 telah dijalin kerja sama dengan ASITA pusat. Museum BI sudah lama menjalin hubungan baik dengan komunitas­komunitas yang sering melakukan kegiatan di sekitar Kota Tua. Maksud dari kerja sama itu adalah untuk mendatangkan pengunjung asing lebih banyak dalam sebuah program wisata. Banyak biro perjalanan melihat kendala ­utama membawa tamu ke Museum BI atau Kota Tua adalah kemacetan. Kadang-kadang, turis datang ke Jakarta di hari terakhir sesaat sebelum pulang. Jadi biro perjalanan masih merasa khawatir apabila membawa tamunya ke sini, terjebak macet, lalu telat tiba di bandara. Wisman datang tidak selalu di akhir pekan tapi biasanya di hari-hari kerja yang nyaris selalu macet di daerah sini. Hari Senin museum tutup. Sebagai pengganti, biro perjalanan membawa tamu-tamunya hanya sampai di Monas dan ­Museum Nasional saja. Pemandu lokal berbahasa Indonesia 7 orang dan yang berbahasa Inggris ada 4 orang. Selain itu museum telah menyiapkan audio multi­ bahasa yang bisa didengarkan dengan head phone. Tersedia dalam bahasa Perancis, Belanda, dan ­Inggris. Juga dalam bahasa Indonesia untuk anak-anak. Bagi anak-anak dibuatkan dengan gaya bahasa anak dengan penjelasan yang mudah dimengerti dan ringan. Pengunjung bisa menyewanya dengan tarif Rp 50 ribu per kunjungan dan potongan harga hingga 50% bagi pelajar yang hendak menyewanya. Yang sedang dikembangkan di sini sejak ­tahun lalu adalah bagaimana menyebarkan informasi maupun program museum melalui media ­internet atau disebut cyber museum. Yang sudah berjalan sekarang melalui media sosial Facebook dan Twitter, serta komik digital dalam menu P­ ojok Anak di website Bank Indonesia. Penyampaian melalui komik bukan hanya menarik untuk dibaca oleh anak-anak tapi juga oleh orang dewasa. n

Museum Bank Indonesia

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 50 n Februari 2014

25


Bisnis

Untuk Orang Muda?

P

ada forum Indonesia Tourism Outlook and Challenges 2014 di Jakarta, ada dialog menarik tentang bagaimana Budi Setyadarma, sebagai Direktur Utama PT Panorama Group menceritakan ringkas tentang upaya menarik wisman ke Indonesia. Apakah dari Asia atau dari Eropa. Industri pariwisata adalah kegiatan menyenangkan tetapi juga kompetitif, katanya. Pertama bagaimana kita mendatangkan turis mancanegara, kita harus aktif dan konsisten. Dalam memasarkan produk-produk wisata Indonesia, haruslah update, transparan, supaya setiap network mendapatkan informasi yang sebenarnya. Kemudian dalam membangun jaringan di pariwisata, menurut ­pe­nga­lamannya, di dalam, apalagi di pasar luar negeri, khusus untuk pasar luar negeri maka peran agen kita di luar sana sangat penting. Yang statusnya kantor-kantor cabang, prioritasnya ialah melakukan road show di pasar. Itu termasuk aktif pada travel show di luar negeri. Intinya adalah kita membina semua ­jaringan pemasaran. Last but not least, kita juga harus membangun rasa saling percaya (trust). Apa yang harus dilakukan untuk membangunnya? Kita harus bicara dengan industri di luar negeri secara transparan, apa adanya untuk suatu hubungan industri yang tidak hanya sekedar mengirim tamu lalu selesai. Inbound Tourism adalah long term relationship. It takes passion, It takes time. Seberapa lama waktu yang dibutuhkan untuk itu? Apa saja yang harus dilakukan dan berapa lama diperlukan untuk mengembangkan destinasi wisata yang baru bisa ditawarkan kepada turis di luar negeri? Indonesia punya banyak potensi. Pertama kita mesti bicara market ­feasibility terlebih dulu untuk mendatangkan tamu ke destinasi yang baru. Lalu, kita harus mengerti pasarnya seperti apa? Antara tamu dari Eropa dan dari Asia berbeda kebutuhan mereka. Kita harus memahami. Mana yang didahulukan? Tidak mungkin mendatangkan wisman dari Asia, Eropa langsung, ketika dibuka destinasi baru? Betul konektivitas menentukan, dan Indonesia punya natural resources yang besar. Turis punya interest yang berbeda-beda. Turis Eropa lebih suka yang heritage, alam, budaya. Untuk turis Asia senangnya kuliner, dan berbelanja. Penting sekali, bagaimana caranya Anda bisa menawarkan kepada turis di dalam dan di luar negeri bahwa Indonesia itu penting? Untuk berkunjung ke Indonesia wisatawan tentu sebelumnya ‘mendengar’ tentang Indonesia. Tapi tidak langsung minggu berikutnya datang ke Jakarta. Prosesnya bisa 2 bulan lagi, 3 bulan lagi, atau tahun depan. Lalu kalau dia senang akan bercerita kepada teman-temannya. Atau menulis di media sosial, nah, mengajak rekannya untuk kelak bersama datang ke Indonesia atau menjadi repeater di masa yang akan datang.

Orang Muda di Daerah

Cerita kompeten itu membuka cakrawala bagi kaum muda terutama di daerah-daerah destinasi yang sedang berkembang, atau hendak dikembangkan. Bukankah itu berarti terbuka peluang bagi ‘pemain-pemain baru’ di bisnis pariwisata, di samping pemain lama yang telah senior atau perusahaannya telah ‘mapan’? Pemasaran ke mancanegara belakangan ini banyak menggunakan ­jaringan cyber, sehingga biaya operasional pemasaran pun relatif kian murah, dan, semakin cepat berlangsungnya. Piawai bermain cyber berpotensi berkombinasi dengan ‘pengusaha’. Untuk mengenal pasar pada tahap awal, fakta dan data tentu perlu ­ditelaah. Beberapa statistik di sini mengindikasikan pilihan, bagi setiap daerah destinasi, pasar mana terlebih dahulu yang sebaiknya dijajaki. Data empiris tentu merupakan pijakan awal, untuk meneruskan langkah­langkah selanjutnya. Inilah beberapa contoh statistik sebagai indikator :

Wisatawan asal Singapura periode 2012–2013

Sumber: diolah dari BPS

26

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 50 n Februari 2014


Wisatawan asal Malaysia periode 2012–2013

Sumber: diolah dari BPS

Wisatawan asal Cina periode 2012–201

Sumber: diolah dari BPS

Wisatawan asal Korsel periode 2012–2013

Sumber: diolah dari BPS

Wisatawan asal Australia periode 2012–2013

Sumber: diolah dari BPS

Wisatawan asal Jepang periode 2012–2013

Sumber: diolah dari BPS

Wisatawan asal Amerika Serikat periode 2012–2013

Sumber: diolah dari BPS

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 50 n Februari 2014

27


Pemasaran Destinasi

Operatornya sendiri tentu telah memasarkan termasuk via internet. Tapi bukankah terbuka peluang bagi peminat yang bisa menjualkan? Bagaimana Anda bisa memprogram agar wisatawan mengklik kata kunci ‘river cruise Indonesia’ maka produk semacam ini tampil? Atau Anda menjual khusus ke segmen niche market yang Anda punyai? Peluang kerja sama operator, agen, tenaga pemrogram internet hingga pemandu dengan kualitas profesional tertentu, dalam hal ini tentu diperlukan.

Kapal Lasang Teras Garu di dermaga Tugu Soekarno.

A

Susur Sungai

da yang mengatakan wisata menyusuri sungai di Indonesia belum bisa disebut dengan river cruise. Namun sepertinya itu mulai dijawab oleh Kalimantan Tengah. Berawal dari kapal-kapal liveaboard dari ­hasil modifikasi kapal-kapal sungai ­tradisio­nal di ­kawasan Taman Nasional Tanjung Puting. Sekarang di ibukota Provinsi Kalimantan ­Tengah Palangkaraya juga sudah tersedia sarana wisata menyusuri sungai-sungai yang membelah kota itu.

Dari liveaboard hingga kelotok

The Spirit of Borneo, salah satu kapal KTD (atas). KTD menawarkan salah satu program saat menyusuri sungai adalah kuliah singkat mengenai orangutan Kalimantan oleh BOS, Borneo Orangutan Survival (bawah).

28

Di Palangkaraya kini ada 5 kapal untuk ­ e­nyusuri Sungai Kahayan yang membelah kota m Palangkaraya dan Sungai Rungan. Kelima kapal itu dioperasikan oleh dua operator, ­Kalimantan Tours Destination (KTD) dan Central Borneo ­Adventure. KTD beroperasi sejak tahun 2008 yang menandai dimulainya wisata menyusuri sungai di Palangkaraya dan sekitarnya. Kini operator itu memiliki dan mengoperasikan 3 kapal. Kapal pertamanya, Rahaii Pangun, mampu mengakomodasi 11 penumpang dalam 5 kabin dan 11 tempat tidur. Tiga kabin diantaranya adalah kabin besar terdiri dari dua kabin twin bed, dua kabin double bed. Dan satu kabin tipe ­superior yang lebih kecil. The Spirit of Kalimantan, kapal lainnya dijadikan luxury cruiser. Di dalamnya terdiri dari dua kabin berpendingin udara, ruang tamu dan ­kamar mandi di bawah. Di bagian atasnya sebuah dek pribadi terbuka. Kapal ini bisa mengakomodasi 4 orang penumpang.

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 50 n Februari 2014

Kapal barunya, Ruhui Rahayu, berukuran lebih kecil daripada dua kapal di atas dengan ruangan yang fleksibel terdiri dari 1 double cabin ­dilengkapi folding door yang langsung meng­hadap ke dek. Di dek masih bisa memuat empat orang. Kapal tersebut khusus untuk private charter yang bisa dimanfaatkan menjadi luxury honey moon boat, atau untuk keluarga dengan harga sewa yang lebih murah. Harga sewa private charter lebih mahal daripada menyewa kapal terbesar Rahaii Pangun. Operator Central Borneo Adventure (Wisata ­Susur Sungai) beroperasi sejak Februari 2009. Kapal pertamanya, KM Lasang Teras Garu berkapasitas 25 orang, milik Provinsi Kalimantan Tengah ­(Kalteng). Kapal ini cukup besar karena dilengkapi kabin-kabin, kamar mandi, dan dek terbuka di atasnya. Tahun 2010, operator ini membangun kapal yang lebih kecil, kapasitas 10 orang, MG Tahasak Danum. Kapal itu tidak memiliki kabin dan tetap bisa menyusuri sungai saat air surut. Beroperasi kini 30 kelotok milik masyarakat yang telah mendapat bantuan dari Pemkot ­Palangkaraya. Kelotok-kelotok itu selain digunakan untuk keperluan penyeberangan seharihari juga digunakan untuk berwisata menyusuri ­Sungai Kahayan.

Paket wisata menyusuri sungai

Kalau di Singapura, menyusuri sungai kita bisa hop on hop off, di Chao Phraya di Bangkok, Thailand, bisa menikmati makan malam romantis atau mengunjungi Wat Arun. Di Palangkaraya wisatawan diajak berkenalan dengan hutan tropis Kalimantan, orangutan, dan


Wisatawan lokal dan domestik mulai melirik wisata ini.

di Kalteng Kini kehidupan masyarakat sungai di Kalimantan. Kelotok bermesin tempel memang suaranya cukup berisik. Tapi dengan badannya yang kecil memungkinkan wisatawan lebih mendekati rumah-rumah dengan keramba budidaya ikan di ‘halaman depan’-nya, hingga warung dan toko kelontong terapung. Pun bisa berinteraksi langsung dengan penduduk yang tinggal di sepanjang tepian sungai. Kelompok kelotok wisata sudah membuat ­paket dalam bentuk rute. Rute penuh selama satu jam berawal dari jembatan Kahayan–berbelok di terusan Kudung-dermaga Rambang–kembali lagi ke bawah jembatan. Rute yang lebih pendek selama 30 menit dari bawah jembatan Kahayan-berbelok di terusan Kudung–langsung kembali ke bawah jembatan. Atau, dari bawah jembatan Kahayan–dermaga Rambang–kembali lagi ke bawah jembatan. Rute penuh dikenakan tarif Rp 175 ribu per kelotok berkapasitas 5–10 penumpang. Bila ada tamu memilih rute penuh dengan tambahan hingga ke Pulau Hampapak untuk melihat orangutan, tarifnya menjadi Rp 200–250 ribu per kelotok. Sedangkan rute pendek berkisar Rp 100 ribu per kelotok. Bila saat menyusuri sungai penumpang ingin berhenti dahulu di restoran di tepi sungai juga dilayani. Kelotok akan menunggunya. Paket tur paling populer dari KTD adalah pesiar di akhir pekan selama 2 hari 2 malam. Tamu berlayar pada hari Sabtu pagi dan kembali Senin pagi. Program lain yang tak kalah populer tur di pertengahan pekan selama 4 malam 4 hari dari Selasa pagi sampai Sabtu pagi. Dari Sungai Kahayan di Palangkaraya kemu-

dian masuk menyusuri Sungai Rungan. Berhenti saat melewati Pulau Hampapak untuk melihat orangutan. Di sore hari, para tamu akan dibawa ke beberapa danau yang begitu banyak di sepanjang sungai dengan jukung, sampan kayu dengan dayung. Kapal akan berhenti di dua atau tiga desa, memberi kesempatan kepada tamu turun dan berinteraksi langsung dengan penduduk desa. Contoh di Desa Marang, para tamu diajak menanam kembali pohon karet yang bibitnya dipelihara masyarakat. Selama perjalanan, tamu akan menginap di atas kapal. Selain itu, bagi yang berminat ada program mengunjungi tempat Program Reintroduksi Orangutan Kalteng sebelum pelepasliaran orang­utan (pongo pygmeaus) di Nyaru Menteng, Palangkaraya, dan trekking ke Bukit Tangkiling selama 10–40 menit untuk menikmati momenmomen matahari terbenam. Central Borneo Adventure menawarkan dan menjual beberapa paket. Paket city tour menyusuri sungai di Palangkaraya selama 3 jam kemudian dilanjutkan berkeliling kota menggunakan mobil mengunjungi situs-situs sandung di daerah kota lama di Palangkaraya. Harga paket sudah termasuk mobil dan kapal serta lunch dan snack khas Dayak. Paket menyusuri sungai dengan menginap di atas kapal selama 3 hari 2 malam. Paket lain yang cukup diminati, khususnya oleh wisnus, adalah paket sunrise atau sunset di atas sungai. Sekarang di kawasan dermaga Tugu ­Soekarno sedang direncanakan untuk membangun kawas­ an pariwisata terintegrasi dengan kapal-kapal menyusuri sungai sebagai ikonnya. n

Menyusuri terusan Kudung dengan kelotok wisata.

Kafe di dermaga Tugu Soekarno, Palangkaraya yang baru saja dibuka Januari 2014.

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 50 n Februari 2014

29


Cruise Ship di Pare-pare

Punya Gedung Terminal Baru

P

elabuhan Pare-pare, Sulawesi Selatan, di satu senja hari akhir Desember 2013. Gedung terminal penumpang (tampak di sisi kanan dalam gambar) belum lama diresmikan penggunaannya dan dibangun oleh Pelindo, pengelola pelabuhan laut. Itu memberikan kenyamanan bagi wisatawan kapal cruise ketika pertama-tama menjejakkan kaki di daratan Sulsel. Welcome greeting terhadap tamu pun di situ akan lebih mengesankan. Sekiranya jalan raya

dari Pare-pare sampai ke Tana Toraja kelak jauh lebih baik dari keadaan sekarang, agar perjalanan berkendara mobil tidak harus memakan ­empat jam one way, tentulah akan kian berdaya tarik bagi kapal pesiar berukuran besar. Pihak kapal umumnya memberi waktu delapan jam bagi penumpang wisatawan untuk turun dan berpesiar ke darat di setiap pelabuhan laut yang disinggahi. Pare-pare juga tak lama lagi akan menjadi pelabuhan konteiner terbesar kedua di Sulsel setelah Makassar. n

(Foto: mari-netraffic.com)

Kapal pesiar Artania ini merapat di pelabuhan Sabang pada 22 ­Februari 2014, dan merapat di pelabuhan Pare-pare, Sulawesi Selatan, menurut website-nya, dijadwalkan pada 3-2-2014 dan 11 Januari 2015 dan 4 Februari 2015. Gambar menampilkan ketika Artania tengah docking di pelabuh­an Southampton, England.

Sumber : Kemenparekraf

30

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 50 n Februari 2014

15 Pelabuhan Berpotensi Periode 2005–2012 kapal-kapal cruise internasional telah menyinggahi 15 pelabuhan laut di Indonesia, tersebar dari Sabang sampai Ambon. Semua pelabuhan itu berpotensi untuk berkembang bisa menerima puluhan kunjungan kapal dalam setahun, kelak menjadi port of calls yang ramai. Empat pelabuhan yang terbanyak dikunjungi hingga kini ialah Benoa, Padang Bay, Komodo dan Semarang. Adapun 15 pelabuhan disebutkan tadi, terdiri atas : 1. Ambon 2. Belawan 3. Benoa 4. Celukan Bawang 5. Jakarta 6. Karimunjawa 7. Komodo 8. Kumai

9. Lembar 10. Makassar 11. Pare Pare 12. Probolinggo 13. Sabang 14. Semarang 15. Surabaya


Dermaga kargo di Pelabuhan Sabang dengan panjang 180 meter.

Setidaknya, Sekali-Dua Sebulan

Cruise Ship di Sabang

D

ua buah dermaga sudah berdiri di kawasan Teluk Sabang sekarang. Pelabuhan alam merupakan salah satu keunggulan kota ini, terkenal dengan deep sea water, tak perlu pengerukan. Dermaga lama digunakan untuk kepentingan ­komersial dan Angkatan Laut. Masing-masing panjang dermaganya 180 meter. Sebuah bangunan gudang baru juga telah disiapkan. Kapal-kapal pesiar kecil dan ukuran sedang masih memanfaatkan dermaga ini. CT3, dermaga yang baru selesai dibangun, panjangnya 423 meter dengan kedalaman (draft) 22 sampai 35 meter dan diperuntukan bagi kapal-kapal peti kemas hingga 14 ribu TEUS dan kapal-kapal ­pesiar besar (mega cruise). Pelabuhan tersebut bisa melayani kapal-kapal dengan bobot lebih dari 10 ribu DWT.

k­ apal datang, meningkat lagi menjadi 5 kapal di tahun 2013. Seabourn Legend yang sandar pada 31 ­Desember 2013 sudah merencanakan akan kembali lagi di tahun ini. Awal 2014, MS ­Artania berbendera Bermuda merapat di pelabuhan CT3 pada 22 Januari, membawa 1.200 wisatawan dan 520 kru dari Pelabuhan Colombo, Srilangka, sebelum bertolak ke Agus Salim Phuket, Thailand. Kapal pesiar Princess sudah mengirimkan renWaterfront city Sabang cana cruise call akan membawa mega cruise shipTahun 2010, BPKS dan Kementerian ­Pariwisata nya sepanjang 324 meter dan berkapasitas 3.000 menandatangani MoU perihal Sabang dijadi- lebih penumpang untuk menyinggahi Sabang kan destinasi kapal pesiar. Hasilnya, tahun 2011 dengan rutenya dari Australia bulan April ini. ­singgah 1 kapal pesiar, di tahun berikutnya 4 BPKS tampak optimis Sabang menjadi “Sebagai pelabuhan kalau tidak ada arus ­ekspor tidak akan bisa hidup. Di Sabang itulah yang tak ada. Semua barang berada di daratan (Pulau Sumatera, red.). Akhirnya kami berpikir untuk ‘mengawinkan’ pelabuhan yang sudah jadi dengan pariwisata hingga lahirlah destinasi cruise,” Agus Salim, Director of Investment Badan Pengusahaan Kawasan ­Sabang (BPKS), m ­ engungkapkan.

Cruise Call ke Sabang 2011–2013 Nama Kapal Albatros Seabourn Pride Seabourn Legend Albatros Seabourn Pride Clipper Odyssey Silver Whisper Amadea Caledonian Sky Seabourn Legend

ETA 18-Mar-11 23-Feb-12 3-Mar-12 18-Mar-12 1-Apr-12 10-Jan-13 12-Mar-13 14-Apr-13 12-Oct-13 31-Dec-13

Jumlah Penumpang (pax) 350 377 383 876 203 60 610 804

Cruise Call ke Sabang 2014–2016 Jumlah Route Penumpang (pax) Artania 22-Jan-14 1200 Genoa–Marseille Seabourn Legend 11-Feb-14 Sin–HK Amadea 21-Jan-15 Dubai– Hochiminh Silver Wind 27-Jan-15 Sin–Sin Albatros 28-Mar-15 Sin–Dubai Silver Shadow 2-Jan-16 Sin–Sin Artania 7-Apr-16 HK–Dubai Nama Kapal

ETA

Sumber: diolah dari http://www.cruisetimetables.com

108

Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Sabang

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 50 n Februari 2014

31


Cruise Ship di Sabang d­ estinasi mega cruise bagi Indonesia selain Pelabuhan Benoa, Bali. Mega cruise ship membutuhkan kedalaman minimal 18 meter. Pelabuhan Sabang sudah mengikuti dan mengantongi sertifikat ISPS Code yang menjamin keamanan di ­pelabuhan. Tidak ada kasus kehilangan apapun dari pe­ numpang yang turun di sini bisa menjadi ­jaminan ­keamanan. Meskipun belum dilengkapi prasarana dan sarana layaknya sebuah terminal kapal pesiar, upacara penyambutan dengan suguhan tari-tarian tradisional dan suasana yang akrab telah menjadi satu hal yang menarik bagi kapalkapal yang telah singgah. Sama seperti di daerah lain, Aceh ini tak kekurangan obyek wisata dan cerita yang bisa dibawa pulang oleh wisatawan. Obyek-obyek wisata itu memang dalam keadaan apa adanya, belum dikelola dan dikemas lebih baik, itu dilihat dari perspektif tamu. Operator tur lokal belum beroperasi di sini. Di sisi pemandu wisata tampaknya juga belum banyak yang berminat untuk menemani wisman dari segmen ini. Sementara itu kunjungan kapal pesiar sudah dirasakan banyak manfaatnya oleh masyarakat secara langsung. Becak motor bisa mendapat penghasilan Rp 300 ribu, dan sopir-sopir taksi bisa meraih Rp 500 ribu dalam sehari. Para penjual suvenir yang berjualan di pelabuh­an dan sekitarnya bisa mendapat omset sampai dengan Rp 5 juta. Ini belum termasuk pendapatan yang diperoleh oleh warung kopiwarung kopi di Jalan Perdagangan. Agus Salim juga mengatakan kapal Silver Whisper pernah belanja membeli aneka buah, kentang, sayuran sekitar dua peti kemas untuk kebutuhan di atas kapal. Kapal-kapal yang singgah di sini rata-rata selama 11 jam. Biasanya akan membeli air, ­kadang mereka juga membuang sampah dengan pe­ ngawasan dari karantina. Penumpang yang mau menyelam atau snorkeling, selain bisa meng­ aksesnya melalui jalan darat, juga bisa langsung naik kapal-kapal kecil menuju Gapang dan Iboih sebagai spot. “Semenjak MoU itu, kapal pesiar sudah luma­ yan yang masuk ke Sabang. Makanya kami berpikir bagaimana membuat program agar bisa mendatangkan kapal-kapal pesiar setiap bulannya. Sekali mereka masuk, multiplier effect-nya luar biasa. Kita harapkan yang kecil-kecil dulu seperti Seabourn yang berpenumpang sekitar 100 orang, tapi datang secara rutin,” katanya lagi. Berdasarkan fakta lapangan ini, bisa dilayani

32

Dermaga baru CT3 dengan panjang 423 meter dan kedalaman lautnya berkisar 22–35 meter.

setidaknya sekali atau dua kapal pesiar berkunjung setiap bulan. Pelaku bisnis di darat dan masyarakat setempat tentu akan terpacu bertumbuh bersamanya. Satu program telah selesai dibuat perencanaannya di tahun 2013 dan akan mulai dilaksanakan tahun 2014, yakni hendak mengarahkan pembangunan Sabang water front city.

Pulau Weh Tahun 2014 ini ada investor yang akan membangun hotel lengkap dengan fasilitas ruang convention. Akomodasinya akan dibangun meng­hadap Teluk Sabang, dan diharapkan cukup re­presentatif untuk penyelenggaraan even-even internasional. Di pelabuhan CT3, dermaga baru di ­kawasan pelabuhan Sabang, akan mulai dibangun ­gedung-gedung perkantoran khususnya untuk CIQ pelabuhan dan cruise terminal. Di terminal kapal pesiar akan disiapkan tenda-tenda tempat penjualan suvenir dan tempat istirahat bagi pejabat dan kru kapal. Ini sebagai tanggapan atas pertanyaan para kapten dan kru yang mencari tempat berisitirahat yang berada di dekat laut. BPKS juga akan melanjutkan pembangunan jetty dan jembatan, dalam skala kecil, untuk yacht dan kapal-kapal kecil bisa parkir di depan

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 50 n Februari 2014

plaza yang sudah selesai dibangun di kawasan Sabang Fair, dimana dimaksudkan akan menjadi waterfront Kota Sabang. Karena di musim-musim tertentu ombak cukup tinggi maka di sana akan dibangun break water agar kapal-kapal yang tambat posisinya aman. Marina akan dibangun di Lhok Wing yang akan dilengkapi dengan sarana outbound. BPKS sudah mengagendakan bertemu dengan Cruise Asia ­Organization sekaligus mempromosikan ­Sabang di Singapura. Tujuannya hendak menggaet kapal pesiar dan yacht yang berbasis di sana. Selain itu, Sabang sebagai destinasi kapal pesiar sudah saatnya untuk aktif mendekati para official tour operator cruise ship di Indonesia. Dari pengamatan di lapangan, penumpang yang turun di sini ialah mereka yang ingin diving dan snorkeling, lantaran memang Sabang

Peta Provinsi Aceh


1

d­ ikenal sebagai kawasan menyelam dan snorkeling. ­Sebagian wisman suka berjalan kaki ingin melihat heritage di Kota Sabang seperti bangunan-ba­ngunan dan makam Belanda, atau bersantai menikmati hangatnya sinar matahari dan mandi di laut di kawasan resor di Sumur Tiga dan Anoi Itam. Ada wacana menggabungkan daya tarik Sabang dan wisata tsunami di Banda Aceh. Tapi jaminan keamanan di daratan tampaknya masih menjadi kendala. Sabang mendapat julukan ‘kota 1.000 benteng’. BPKS, dalam hal ini terkait dengan menyediakan infrastruktur pariwisata, bisa saja membantu dari sisi finansial mendukung program Pemerintah Kota Sabang untuk merestorasi dan merevitalisasi benteng-benteng peninggalan Belanda dan Jepang salah satunya. Apabila benteng-benteng itu sudah diresto­ rasi, Sabang akan memberi added value, bukan hanya cerita yang berasal dari bawah lautnya saja tapi juga daratannya yang mengandung cerita tak kalah menarik dengan tempat Jendral McArthur sempat berisitirahat di Maluku Utara. “Dalam master plan kami, awalnya p­ elabuhan barang menjadi prioritas. Dari realitas di ­lapangan, sekarang kami menempatkan pariwisata di urutan pertama. Kami bisa membantu dalam mendukung program-program pemerintah kota khususnya terkait dengan penyediaan infrastruktur tapi untuk menyelenggarakan even-even meskipun itu terkait dengan pariwisata, itu di luar kewenangan kami,“ Agus Salim menjelaskan. Tren kedatangan kapal-kapal pesiar secara rutin tiga tahun terakhir membuat Sabang cukup optimis memasang target mendatangkan 2 juta wisatawan, mancanegara dan nusantara, per ­tahun dalam 2 hingga 3 tahun ke depan.

Deretan gazebo dan pedestrian di sepanjang kawasan Sabang Fair (1). Di depan plaza ini akan dibangun jetty dan dermaga untuk menambatkan yacht dan kapal-kapal kecil dan menjadi waterfront city Sabang (2).

Bukannya tidak mungkin jika Pemerintah Kota Sabang dan Provinsi Aceh, BPKS, DMO/ LWG ­Sabang, para pelaku industri pariwisata di Sabang dan Aceh dan masyarakat di Pulau Weh mencapai kesamaan visi dan misi untuk menempatkan pariwisata menjadi prioritas utama. Di era 1970 sampai dengan 1980-an, ­Sabang dikenal sebagai‘surga’pelabuhan dan perdagang­ an bebas. Berbagai macam barang kebutuhan masuk dan keluar melalui pelabuhan di ujung barat Indonesia ini. Status Free Trade Zone (FTZ) masih disandang­nya hingga kini seperti Batam. Status tersebut diperkuat dengan dikeluarkannya UU No.37/2000, UU No. 11/2006, dan PP No. 83/2010. Sabang punya empat sektor unggulan, yakni pelabuhan, pariwisata, perikanan, dan industri dan perdagangan. BPKS dibentuk dan ditunjuk selaku pengelola kawasan perdagangan dan pelabuhan bebas dengan tugas utamanya adalah membangun infrastruktur untuk kepentingan pelabuhan, pariwisata, perikanan, dan industri. Kemenparekraf menginisiasi pengenalan satu even internasional, Sabang International Regatta (SIR) di tahun 2011. Even pertama itu diikuti 26 yachters dari beberapa negara, 13–25 ­September 2011. Para yachter wisman itu berangkat dari Phuket, Thailand dan Langkawi, Malaysia pada 19 September menuju Sabang. Di kota ini ­mereka mengikuti beberapa kategori lomba, dan, menikmati pariwisatanya. Pemda dan masyarakat Sabang, ibarat kata pepatah, mestinya, sekali layar terkembang, ­surut kita berpantang. Wisata bahari di sini ­sungguh berpotensi menghidupkan. n

2

3 4

Pelabuhan penyeberang Balohan di Sabang (3). Pelabuhan kargo dan gudang baru beratap biru serta dermaga baru CT3 dari atas (4).

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 50 n Februari 2014

33


Indi

Realisasi Wisman Bulanan Januari–Desember 2013 Bulan

JANUARI FEBRUARI MARET APRIL M E I J U N I J U L I AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER NOVEMBER DESEMBER GRAND TOTAL

2013

2012

614,328 652,692 678,415 592,502 725,316 658,602 646,117 626,100 700,708 650,883 789,594 695,531 717,784 701,200 771,009 634,194 770,878 683,584 719,903 688,341 807,422 693,867 860,655 766,966 8,802,129 8,044,462

+/–

Selisih

-5.88% 14.50% 10.13% 3.20% 7.65% 13.52% 2.37% 21.57% 12.77% 4.59% 16.37% 12.22% 9.42%

-38,364 85,913 66,714 20,017 49,825 94,063 16,584 136,815 87,294 31,562 113,555 93,689 757,667 Sumber: BPS

Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara Menurut Pintu No

Kebangsaan

Soekarno- Ngurah Rai Hatta Bali Banten (U) (U)

Kualanamu (U)

Batam Kep. Riau (L+U)

Sam Entikong MinangJuanda Ratulangi kabau Kalbar Jatim Sulut Sumbar (D) (U) (U) (U)

1. Singapura

181,829

138,320

18,253

753,611

21,584

2. Malaysia

315,672

199,178 143,822

187,088

3. Jepang

207,927

207,829

2,693

23,130

4. Korea Selatan

Adi Makassar Sumarmo Sulsel Jateng (U+L) (U)

BIL, NTB (U)

1,950

195

947

1,373

970

5,416

50,023

600

19,921

36,254

4,639

9,801

8,232

7,371

1,357

45

232

166

167

755

102,611

134,406

2,609

56,655

3,472

243

108

33

51

30

1,546

5. Taiwan

67,744

127,428

2,708

4,219

8,833

40

301

24

6

39

62

6. China

246,076

387,515

8,081

31,717

14,459

905

1,019

536

143

159

982

7. India

69,805

64,408

2,215

38,129

3,571

145

138

99

191

84

398

8. Philippina

42,057

29,757

1,196

37,274

2,011

265

164

91

60

121

205

9. Hong Kong

34,511

37,319

1,168

1,991

4,024

548

166

43

30

49

317

10. Thailand

45,691

34,708

3,887

5,510

5,099

260

65

131

137

132

151

11. Australia

75,441

814,889

4,270

11,762

3,118

1,092

237

2,275

159

196

7,062

12. Amerika Serikat

82,298

100,420

3,823

11,916

5,832

1,696

120

304

325

316

1,084

13. Inggris

57,594

118,457

3,297

15,415

2,689

1,053

138

309

217

262

3,257

14. Belanda

64,141

72,149

5,997

4,087

2,962

1,212

179

161

334

346

1,036

15. Jerman

42,412

99,054

4,032

4,222

3,205

2,037

80

245

671

441

1,957

16. Perancis

43,531

124,922

2,329

3,618

2,441

915

33

458

3,991

475

2,068

9,647

79,238

489

569

251

164

11

36

15

51

358

17. Rusia 18. Saudi Arabia

111,761

3,296

111

157

207

6

19

9

5

1

21

19. Mesir

3,681

2,060

75

122

28

-

1

6

1

-

13

20. Uni Emirat Arab

8,869

560

2

47

25

5

-

-

-

-

-

809

210

9

35

18

-

-

3

-

-

-

426,395

465,766

14,484

145,156

21. Bahrain 22. Lainnya

83,818

5,424

1,916

1,939

5,224

4,090

5,460

Jumlah 2013

2,240,502 3,241,889 225,550 1,336,430 225,041

19,917

24,856

44,135

17,738

17,730

40,380

Jumlah 2012

2,053,850 2,902,125 205,845 1,219,608 197,776

19,111

25,897

32,768

21,612

13,881

17,032

4.22%

-4.02%

34.69%

-17.93%

27.73%

137.08%

Pertumbuhan (%)

9.09%

11.71%

9.57%

Kunjungan Wisman melalui Pintu Masuk Lainnya

9.58%

13.79%

Total Kunjungan Wisman melalui seluruh Pintu Masuk Catatan : l Keterangan jenis pintu masuk: U (Udara), L (Laut), D (Darat).

34

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 50 n Februari 2014


kator Realisasi Wisman Berdasarkan Fokus Pasar Desember 2013 vs 2012

Realisasi Wisman Berdasarkan Fokus Pasar Januari–Desember 2013 No.

Fokus Pasar

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

SINGAPURA MALAYSIA AUSTRALIA CINA JEPANG KORSEL AS INGGRIS TAIWAN INDIA PERANCIS JERMAN BELANDA TIM-TENG FILIPINA RUSIA LAINNYA GRAND TOTAL

2013

2012

1,379,596 1,239,219 938,279 747,921 479,305 324,560 221,897 220,935 217,624 204,756 196,837 167,340 157,590 132,679 129,223 93,622 1,950,746 8,802,129

1,271,443 1,133,430 909,176 618,223 445,066 303,856 207,010 203,625 180,642 177,194 178,888 152,401 147,704 98,270 113,635 94,330 1,809,569 8,044,462

+/–

Selisih

8.51% 9.33% 3.20% 20.98% 7.69% 6.81% 7.19% 8.50% 20.47% 15.55% 10.03% 9.80% 6.69% 35.01% 13.72% -0.75% 7.80% 9.42%

108,153 105,789 29,103 129,698 34,239 20,704 14,887 17,310 36,982 27,562 17,949 14,939 9,886 34,409 15,588 -708 141,177 757,667

No.

Fokus Pasar

1 SINGAPURA 2 MALAYSIA 4 AUSTRALIA 3 CINA 5 JEPANG 6 KORSEL 9 INDIA 10 AS 7 INGGRIS 8 TAIWAN 12 BELANDA 11 PERANCIS 14 FILIPINA 15 JERMAN 13 RUSIA 16 TIM-TENG LAINNYA GRAND TOTAL

+/–

2013

2012

182,979 152,856 83,010 52,237 39,413 29,139 20,696 19,997 17,363 14,174 12,266 12,134 11,641 11,172 9,944 9,617 182,017 860,655

165,782 10.37% 127,917 19.50% 84,637 -1.92% 47,281 10.48% 40,780 -3.35% 24,277 20.03% 18,849 9.80% 18,766 6.56% 16,603 4.58% 14,446 -1.88% 10,586 15.87% 10,279 18.05% 9,524 22.23% 9,085 22.97% 11,530 -13.76% 6,980 37.78% 149,644 21.63% 766,966 12.22%

Selisih 17,197 24,939 -1,627 4,956 -1,367 4,862 1,847 1,231 760 -272 1,680 1,855 2,117 2,087 -1,586 2,637 32,373 93,689 Sumber: BPS

Sumber: BPS

Masuk dan Kebangsaan — Periode : Januari–Desember 2013 Sepinggan Kaltim (U)

Sultan Tanjung Tanjung Syarif K II Priok Pinang Riau DKI Jakarta Kep. Riau (U) (L) (L)

Adi Sucipto DIY (U)

Husein Sastranegara Jabar (U)

Tanjung Uban Kep. Riau (L)

Tjg. Balai Karimun Kep.Riau (L)

Total 2013

Pertumbuhan (%)

Total 2012

3,560

3,257

20

71,000

11,358

38,221

92,227

35,505

1,379,596

1,271,443 8.51%

4,196

17,721

3

13,349

32,976

122,585

12,684

60,475

1,239,219

1,133,430 9.33%

507

153

1

308

1,646

1,479

23,477

62

479,305

445,066 7.69%

211

128

1

391

626

898

20,493

48

324,560

303,856 6.81%

71

261

2

277

261

178

4,966

204

217,624

180,642 20.47%

463

847

52

2,922

1,340

962

49,259

484

747,921

618,223 20.98%

954

653

100

2,208

1,141

1,274

17,653

1,590

204,756

177,194 15.55%

458

168

121

2,064

745

547

11,311

608

129,223

113,635 13.72%

139

45

4

273

171

259

6,239

30

87,326

75,302 15.97%

154

369

12

192

2,364

924

882

722

101,390

89,142 13.74%

1,312

299

58

580

1,310

1,437

12,620

162

938,279

909,176 3.20%

901

596

315

589

2,127

1,365

7,812

58

221,897

207,010 7.19%

613

153

116

905

1,851

765

13,524

320

220,935

203,625 8.50%

180

59

552

296

1,254

694

1,867

84

157,590

147,704 6.69%

435

164

37

365

1,822

575

5,534

52

167,340

152,401 9.80%

834

105

1

496

2,911

532

7,076

101

196,837

178,888 10.03%

33

44

7

42

570

33

2,061

3

93,622

94,330 -0.75%

2

5

-

5

19

109

77

102

115,912

86,645 33.78%

17

3

-

9

28

23

19

9

6,095

4,789 27.27%

-

-

-

-

-

26

32

-

9,566

5,931 61.29%

-

9

-

-

-

5

8

-

1,106

905 22.21%

1,864

907

63,825

3,322

21,500

3,427

28,333

4,270

1,287,120

1,168,044 10.19%

16,904

25,946

65,227

99,593

86,020

176,318

318,154

104,889

8,327,219

7,567,381

16,828

21,387

66,168

103,785

58,926

146,736

336,547

107,499

0.45%

21.32%

-1.42%

-4.04%

45.98%

20.16%

-5.47%

-2.43%

10.04

479,910

477,081

0.59

8,807,129

8,044,462

9.48

Sumber : Ditjen Imigrasi dan BPS (diolah kembali oleh Pusdatin Kemenparekraf)

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 50 n Februari 2014

35


Even, Pemasaran Pariwisata

Even Utama di Dalam Negeri, Mengusung Promosi Pariwisata, Menjangkau Tanah Air dan Menggemakannya ke Mancanegara.

Toba na uli, artinya, Danau toba nan indah.

Beberapa di antara even utama promosi pariwisata di dalam negeri, yang diselenggarakan dan yang didukung oleh Kemenparekraf tahun 2013 :

Festival Budaya Lembah Baliem

Informasi :

36

Telp. 021-3838220 u Fax. 021-3208612 u Website: www.indonesia.travel u Email: kncn@indonesia.travel Direktorat Promosi Pariwisata Dalam Negeri u Direktorat Jenderal Pemasaran Pariwisata Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 50 n Februari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi2014 Kreatif RI u Jalan Medan Merdeka Barat No. 17, Jakarta


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.