Eklampsia

Page 1

Eklampsia Eklampsia adalah serangan kejang pada kehamilan, persalinan, atau masa nifas sehingga dapat menyebabkan koma pada penderitanya. Eklamsia biasanya didahului oleh Preeklampsia, yaitu kondisi tekanan darah yang tinggi (tekanan darah>140/90 mmHg) dan terdapat protein pada urin pada usia kehamilan diatas 20 minggu. Tahukah Anda, bahwa angka kejadian preeklampsia dan eklampsia masih tinggi di negara berkembang? Ternyata, eklampsia menempati urutan kedua dari tiga penyebab utama kematian maternal, yakni perdarahan (30%), eklampsia (25%), dan infeksi (12%) (Bappenas, 2007). Oleh karena itu, mari kita bahas lebih lanjut mengenai preeklampsia dan eklampsia. Mengapa preeklampsia dapat terjadi? Penyebab pasti preeklampsia sejauh ini masih belum diketahui, adapun beberapa teori mengenai eklampsia namun teori tersebut masih belum memuaskan, yakni adanya peran mediator-mediator kimia dalam tubuh yang menyebabkan kerusakan pembuluh darah, peran sistem kekebalan tubuh, dan faktor keturunan, lalu dari peran-peran faktor tersebut terjadi mekanisme yang kompleks sehingga pembuluh darah menyempit dan akan terjadi peningkatan tekanan darah agar kebutuhan oksigen tubuh tetap tercukupi. Ada beberapa faktor yang dapat menunjang terjadinya preeklampsia dan eklampsia, antara lain gizi buruk, terlalu gemuk, dan gangguan aliran darah ke rahim. Faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya preeklampsia dan eklampsia antara lain kehamilan pertama, kehamilan di usia remaja, dan pada wanita diatas usia 40 tahun, riwayat tekanan darah tinggi yang lama sebelum kehamilan, riwayat preeklampsia sebelumnya, riwayat preeklampsia pada ibu atau saudara perempuan, mengandung lebih dari satu bayi, riwayat kencing manis, gangguan pada ginjal, lupus, dan reumatoid artritis. Jika saat kehamilan tekanan darah meningkat hingga lebih dari 140/90 mmHg, padahal sebelum kehamilan minggu ke-20 tekanan darahnya normal, terdapat protein dalam urin, waspadai preeklampsia. Jika preeklampsia sudah berat, dapat disertai dengan pusing, mual, muntah, gangguan penglihatan, dan gangguan fungsi hati. Oleh karena itu, segeralah periksakan diri ke dokter spesialis kandungan untuk ditangani dan dievaluasi, sebelum terjadi komplikasi eklampsia. Penanganan preeklampsia ringan antara lain istirahat, diet cukup dan seimbang, kurangi konsumsi karbohidrat, lemak, dan garam. Jika dalam satu minggu tidak ada perbaikan, preeklampsia ringan dianggap preeklampsia berat, sehingga penanganannya harus mempertimbangkan usia kehamilan dan gejala-gejala preeklampsia berat yang muncul, yakni dengan mengakhiri kehamilan ditambah pemberian obat, atau mempertahankan kehamilan ditambah pemberian obat. Mengakhiri kehamilan disini maksudnya adalah menginduksi kelahiran. Jika preeklampsia tidak dapat dikontrol, kemungkinan terjadi eklampsia sangat besar, dan itu sangat berbahaya bagi ibu dan anak. Mengapa demikian? Karena saat kejang, aliran oksigen pada jalan napas terganggu sehingga apabila oksigen tidak adekuat, dapat merusak organ-organ tubuh, terutama otak, serta membahayakan janin. Penanganan eklampsia adalah dengan pemberian magnesium sulfat. Beberapa komplikasi preeklampsia bagi ibu antara lain gagal ginjal, stroke, hipertensi kronik, hingga kematian, dan komplikasi bagi janin antara lain bayi lahir prematur, pertumbuhan janin terhambat, hingga kematian. Di puskesmas, Anda akan mendapatkan pelayanan berupa skrining dengan pemeriksaan tekanan darah dan urin serta menggali informasi dari ibu hamil apakah ada tanda-tanda eklampsia berat. Sementara dengan dokter spesialis kandungan, ibu hamil akan mendapat pelayanan skrining


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.