Muamalah untuk Anak V3 - Chapter 1 (Free Sample)

Page 1

Riba yang Dianggap Biasa

Kata Pengantar: Dr. Erwandi Tarmizi, M.A.

EE LE FR MP SA

Muhammad Ibrahim Saleh, Lc dan Tim Sekolah Muamalah Indonesia


Muhammad Ibrahim Saleh, Lc dan Tim Sekolah Muamalah Indonesia

MUAMALAH UNTUK ANAK Riba yang Dianggap Biasa

Kata Pengantar: Dr. Erwandi Tarmizi, M.A.


Kata Pengantar Alhamdulillahi Rabblil ‘alamin. Wa shallallahu wa sallam ‘ala Nabiyyina Muhammadin, Wa ‘ala alihi wa shahbihi ajma’in, Amma ba’du: Hadirnya Buku Harta Haram Muamalat Kontemporer yang mendapat sambutan hangat dari kaum muslimin, menjadi inspirasi bagi Tim Sekolah Muamalah Indonesia untuk membuat buku bergambar Muamalah untuk Anak. Dengan gambar yang menarik dan bahasa yang lebih mudah dimengerti anak, besar harapan fikih muamalat ini dapat dipahami dan menjadi panduan bagi anak serta orang tua dalam menghadapi permasalahan yang hadir di tengah masyarakat umumnya, khususnya yang bersentuhan langsung dengan dunia anak-anak. Semoga buku ini bermanfaat bagi setiap anak dan orang tua yang membacanya dan menjadi amal jariyah bagi penulis dan segenap pihak yang ikut mendukungnya. Wallahu Waliyyut Taufiq Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Gunung Putri, Bogor 15 Rabiul Akhir 1438H /14 Januari 2017

Dr. Erwandi Tarmizi, M.A. (Penulis Buku Harta Haram Muamalat Kontemporer, Pakar Muamalah dan Pembina SMI)


Zaid Zaid adalah seorang anak yang sangat cerdas. Ia lugas dalam menyampaikan pendapat dan perasa, namun sedikit ceroboh. Ia senang membaca dan berkreasi.

Si Pitik

Pitik adalah hewan peliharaan Zaid, seekor anak ayam yang sangat lucu. Zaid suka mengajak Pitik bermain dan membawanya ketika pergi bersama Ayah atau temantemannya.

Erwin

Erwin adalah teman dekat Zaid. Ia memiliki sifat lemah lembut dan baik terhadap sesama. Sikapnya sopan, tetapi kurang bisa mengambil keputusan. Hobinya bermain basket dan senang sekali makan buah-buahan.


Hamzah

Hamzah adalah teman sekelas Zaid yang tegas, keras, dan juga pemberani. Namun, ia mudah tersinggung dan emosi. Ia memiliki cita-cita menjadi seorang tentara.

Ardi

Ardi adalah teman Zaid yang pintar di sekolah. Namun, kadang-kadang ia sedikit sinis dan sombong. Ardi selalu memperhatikan pakaian yang dikenakannya setiap hari.

Ilham

Ilham adalah teman Zaid yang jujur, namun kadang-kadang terlalu polos dan lambat untuk memahami masalah sulit. Ia senang hidup bersih dan sehat.



RIBA TITIP BELI C E R I TA K E - 1


Pagi ini Zaid berolahraga bersama Erwin dan Hamzah di halaman rumah Zaid. Walaupun hari libur, mereka tidak suka bermalas-malasan.


Olahraga di pagi hari sudah menjadi hal yang biasa bagi Zaid dan teman-temannya. Terkadang mereka melakukannya bersamasama, namun di lain waktu mereka berolahraga di rumah masing-masing. Kali ini hanya ada Zaid, Erwin, dan Hamzah.


Ayah sudah pergi sejak selesai

shalat subuh berjamaah. Ayah mengunjungi peternakan ayam miliknya.

Sementara Bunda menyiapkan sarapan.


“Zaid, Erwin, Hamzah! Kalau sudah selesai berolahraga, minum air putih dan makan buahnya ya,” kata Bunda sambil membawa hidangan di pendopo halaman rumahnya. “Baik!” jawab mereka kompak dan semangat.


“Zaid!, apa di dekat rumahmu ada warung? Aku tiba-tiba ingin makan snack kesukaanku,” tanya Hamzah.

“Ada kok, tidak jauh dari sini. Apa kamu mau titip? Aku juga mau beli sesuatu,” kata Zaid.


Erwin dan Hamzah berkata, “Kami berdua titip ya.” “Tapi pakai uangmu dulu ya, Zaid. Aku lupa bawa uang. Nanti aku kasih upah jalan deh. Hehehe,” tambah Hamzah.


Zaid beranjak dari pendopo halaman rumahnya. Lalu, masuk rumah untuk mengambil uang sembari meminta izin Bunda untuk pergi ke warung. Karena setiap Zaid pergi keluar rumah, dia selalu meminta izin. “Bunda, aku pergi dulu ke warung ya, Hamzah dan Erwin titip beli snack,� kata Zaid.


“Bunda boleh tanya dulu?” Senyum Bunda terlihat saat berkata kepada Zaid. “Boleh, Bun,” jawab Zaid Lalu, Bunda pun mengajak bicara sejenak.


“Kamu dititipi uang mereka atau mereka pinjam uang kamu dulu?� Bunda bertanya.


Zaid pun menjawab, “Hamzah memintaku pakai uangku dulu, Bun. Tapi kalau Erwin sudah menitipkan uangnya kepadaku. Ini uangnya.� Zaid memperlihatkan uang dari Erwin.


“Kalau seperti itu silakan belikan semua titipan mereka, tapi kamu tidak boleh menerima lebihan dari Hamzah ya,” kata Bunda. Zaid terheran-heran lalu bertanya, “kenapa hanya Hamzah, Bun? Apakah kalau dari Erwin aku boleh menerima upah jalan?”


“Kalau dari Erwin boleh. Karena Erwin telah menyerahkan uangnya kepadamu. Kalau upah dari Hamzah itu terlarang, Nak. Kamu tahu kenapa?� Zaid menggelengkan kepalanya karena tidak tahu.


“Karena kondisi Hamzah sekarang adalah berutang kepadamu. Jadi…..” Bunda sengaja menghentikan omongannya. Dengan sigap Zaid menyambungkan perkataan Bunda, “…itu riba ya, Bun? Karena upahnya itu menjadi lebihan utangnya Hamzah yang harus dibayar ke aku.” “Maa syaa Allah, tepat sekali. Baarakallaahu fiyka anak Bunda tersayang.” Bunda tersenyum lebar.


“Sekarang kamu kembali ke Hamzah dan bilang ke dia untuk tidak memberikan apapun kepadamu. Perbaiki dahulu semua baru berangkat ke warung,” kata Bunda “Baik, Bun,” jawab Zaid.


Zaid pun menjelaskan kepada Hamzah dan Erwin persis seperti apa yang dikatakan Bunda. Mereka pun paham dengan jelas apa yang dikatakan Zaid.


Setelah itu, Bunda pun datang dengan membawa sesuatu. Sesampainya di pendopo, Bunda mengeluarkan apa yang ada di dalam goodie bag belanjaannya dan ternyata isinya adalah …… snack kesukaan mereka. “Coba kalian tebak, kalau ada orang yang memberikan seperti ini disebut apa hayooo…?”


“Hadiaaaahhh…..,” jawab Erwin dan Hamzah begitu semangat.


“Alhamdulillah. Cerdasnya kalian. Sekarang makanlah semua. Ini buat kalian bersama. Jangan rebutan, jangan makan sambil berdiri dan harus baca bismillaah sebelum makan ya,” kata Bunda. “Baik. Terima kasih dan Jazakumullah khairan ya, Zaid dan Bibi.” Erwin dan Hamzah terlihat begitu riang.


Mereka senang bisa makan snack bersama, tapi mereka jauh lebih senang karena sudah belajar hal yang besar untuk menghindari dosa besar yang bernama riba.


Kalian ingin juga menghindari dosa riba? Yuk, belajar bersama.


Hikmah Cerita 1 Ayah Bunda yang kami cintai! Dalam cerita ini kami hadirkan sebuah kegiatan yang bukan saja berjalan pada orang dewasa namun buah hati kita pun pernah bahkan sering melakukannya. Kegiatan titip beli ini memang kerap kali kita lakukan, karena memang banyak manfaat yang bisa kita dapatkan, khususnya bila kita sibuk atau memiliki kendala untuk membeli sesuatu yang kita inginkan secara langsung. Asal dari kegiatan ini adalah mubah. Karena memang tidak ada larangan dari syara ’ seputar kegiatan ini. Cukuplah kaidah ini kita jadikan landasan pada bahasan singkat ini:

‫اَألَ ْص ُل ِف اْألَشْ َيا ِء اْ ِإل بَا َحة َح َّتى يَدُ َّل اْلدَّ لِ ْي ُل َع َل ال َّت ْح ِر يْ ِم‬ “Hukum asal dari sesuatu (muamalah) adalah mubah sampai ada dalil yang melarangnya” (Al Asybaah Wan Nazhoo’ir Fi Qowaa’idi Wa Furuu’i Fiqhis Syaaf i’iyah Karya Al-Imam As-Suyuthiy) Yang perlu kita pahami adalah, jika kita menitipkan uang kita terlebih dahulu kepada teman kita, maka hal ini termasuk dalam wakala h yaitu kita mewakilkan kegiatan jual beli kepada teman kita. Dalam akad ini kita diperbolehkan memberikan uang tambahan untuk teman kita yang sudah susah payah membantu kita. Pemberian tersebut bisa dijanjikan di awal maupun diberikan sebagai hadiah yang tidak dijanjikan di akhir.


Namun jika kita menggunakan uang teman kita, maka hal ini terhitung sebagai hutang. Di mana kita meminjam uang teman kita terlebih dahulu untuk kemudian dibelikan sesuatu yang kita inginkan. Dalam keadaan seperti ini patutnya kita tidak memberikan lebihan atas pembayaran yang sudah dilakukan teman kita. Jika harga tersebut senilai Rp.10.000,- maka yang kita bayarkan adalah Rp.10.000,- agar terhindar dari riba dayn (hutang). Kita akan dihadapkan kepada kaidah ini:

‫ﻛ ﱡُﻞ َﻗ ْﺮ ٍض َﺟ ﱠﺮ َﻣ ْﻨ َﻔ َﻌ ًﺔ َﻓ ُﻬ َﻮ ِر ًﺑﺎ‬

“Setiap pinjaman yang mendatangkan keuntungan (bagi si peminjam), maka itu adalah riba.” (Majmu’ah Al Fatawa, 29/533) Mari kita perhatikan kembali akad yang kita gunakan. Jika ingin memberikan upah maka gunakan akad wakalah, namun jika sudah terlanjur menggunakan akad hutang berikan sesuai dengan nilai barang. Wallaahu A’lam.


Ingin tau cerita Zaid lainnya? Beli Printed Book

Riba yang Dianggap Biasa

di muamalahanak.com


Riwayat Hidup Penulis Nama

: Muhammad Ibrahim Saleh

Riwayat Pendidikan

:

Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 27 April 1988 -SD Negeri Pengasinan 1 Bekasi -SMP Negeri 16 Bekasi

-SMA Negeri 06 Bekasi

-D2 Utsman bin Affan, 2007-2008 Jakarta

-S1 STAI Shalahuddin Al-Ayyubi, 2008-2010 -S1 Syariah LIPIA, 2010-2014

-S2 STMIK Nusa Mandiri, 2011-2013 Pekerjaan

:

-Pengajar Pondok Pesantren Darul Huffazh, Bekasi.

-Wirausaha.


Allah Subhaanahu Wa Ta’aalaa telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba dalam Al-Qur’an, demikian juga Rasuulullaah Shallallaahu ‘Alaihi Wa sallam melarang dalam haditsnya. Ketika Islam melarang, tentu ada solusi, hikmah dan keburukan bagi pelakunya baik pada kehidupan pribadi, keluarga maupun masyarakat. Mengenalkannya kepada buah hati sedini mungkin adalah ikhtiar setiap orang tua agar keluarga yang kita cintai terhindar dan selamat dari keburukan melakukan riba.

@muamalahanak


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.