Buku Panduan Ramadhan

Page 1

Ramadhan BUKU PANDUAN


PKPU Lembaga Kemanusiaan Nasional @pkpu

PKPU_LKN

021 8778 0015

www.sharefee.id


AMALIYAH RAMADHAN


AMALIYAH RAMADHAN Tidak lama lagi kita akan kedatangan tamu yang mulia lagi terhormat, bulan Ramadhan yang senantiasa dirindukan kedatangannya dan disayangkan kepergiannya. Bulan yang datang dengan berjuta berkah dan maghfirah yang akan membersihkan noda-noda dalam jiwa sang pendosa. Ramadhan adalah kekasih hati, ia bagaikan darah segar yang membangkitkan kembali semangat yang mulai mengendor, ia ibarat oase di tengah padang sahara pelepas dahaga bagi sang pengembara di bawah teriknya sang mentari. Hanya orang fasik dan zhalim yang mengabaikan kehadiran bulan Ramadhan, bahkan mereka mencela, membenci, dan menganggapnya sebagai penjara jiwa yang mengekang hawa nafsu yang senentiasa diperturutkannya. Namun demikian kita tetap bersyukur, masih banyak kaum muslimin yang melaksanakan puasa, meski harus kita akui dengan jujur bahwa masih banyak pula diantara mereka yang menyambut dan mengisi hari-harinya di bulan Ramadhan dengan penyimpangan-penyimpangan.

Panduan Ramadhan [1]


Diantaranya ada yang menyambutnya dengan pesta, pawaipawai, bahkan diantara mereka ada yang mempersiapkan acara begadang yang diisi dengan hal-hal yang tidak bermanfaat bahkan menjurus kepada kemaksiatan. Sehingga benarlah apa yang disinyalir oleh Rasulullah dalam sabda beliau : “Betapa banyak orang yang berpuasa bagian yang ia dapatkan (hanyalah) lapar dan dahaga� (HR. Ahmad dan Ibnu Majah). Oleh karena itu sebagai seorang muslim hendaklah mengetahui hal-hal yang perlu dilakukan di dalam menyambut bulan suci Ramadhan serta amalanamalan yang disyariatkan oleh Allah dan Rasul-Nya.

Bagaimana Kita Menyambut Bulan Ramadhan. 1.

Memperbanyak do'a kepada Allah Generasi yang shalih dari pendahulu kita memperbanyak do'a sebelum masuknya bulan Ramadhan, sehingga diriwayatkan diantara mereka ada yang memohon kepada Allah agar dipertemukan kembali dengan bulan Ramadhan sejak 6 bulan sebelumnya. Mereka juga memohon

Panduan Ramadhan [2]


kepada Allah agar diberikan kekuatan dan pertolongan di dalam melaksanakan ibadahibadah di dalamnya seperti puasa, qiyamul lail, sedekah dan sebagainya. 2.

Bersuci dan membersihkan diri Yaitu kebersihan yang bersifat maknawi seperti taubat nasuha dari segala dosa dan maksiat. Pantaskah kita menyambut tamu yang agung dan mulia dengan keadaan yang kotor? Pantaskah kita menyambut bulan Ramadhan yang dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya dengan gelimangan dosa? Bagaimana kita ber-puasa sedangkan shalat masih sering kita lalaikan? Bagaimana kita menahan diri dari segala yang mubah (makan dan minum) kemudian berbuka dengan sesuatu yang haram? yang merupakan hasil riba, suap dan harta haram lainnya. Oleh karena itu sebelum pintu taubat tertutup, sebelum matahai terbit dari sebelah barat, sebelum nyawa sampai di tenggorokan maka

Panduan Ramadhan [3]


bersegeralah bertau-bat dengan taubat yang sebenar-benarnya. Allah berfirman: “Hai orangorang yang beriman bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang sebenar-benarnya...� (QS. At Tahrim:8) 3.

Mempersiapkan jiwa Yaitu dengan memperbanyak amal-amal shalih pada bulan Sya'ban karena pada bulan ini bulan diangkatnya amalan-amalan pada Allah. Sebagaimana hadits Usamah bin Zaid

yang

diriwa-yatkan oleh Imam An Nasa'i dan Ibnu Khuzaimah yang dihasankan oleh Syaikh Al Albani bahwasanya Rasulullah

berpuasa sepanjang

bulan Sya'ban atau beliau memperbanyak puasa di dalamnya kecuali hanya beberapa hari saja beliau tidak melakukannya. 4.

Bertafaqquh (mempelajari) hukum-hukum puasa dan mengenal petunjuk Nabi Sebelum memasuki puasa seperti mempelajari syarat-syarat diterimanya puasa, hal-hal yang

Panduan Ramadhan [4]


membatalkannya, hukum berpuasa di hari syak (meragukan), perbuatan-perbuatan yang dibolehkan dan dilarang bagi yang berpuasa, adab-adab dan sunnah-sunnah berpuasa, hukumhukum shalat tarawih, hukum-hukum yang berkaitan dengan orang yang memiliki udzur seperti me-ngadakan perjalanan, sakit, hukumhukum yang berkaitan dengan zakat fitri dan lainlain. Maka hendaknya kita ber-ilmu sebelum memahami dan mengamal-kannya. Sebagaimana firman Allah “Maka ketahuilah, bahwa sesungguh-nya tidak ada sesembahan yang berhak untuk disembah melainkan Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mu'min, lakilaki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan termpat tinggalmu� (QS. Muhammad :19) Didalam ayat ini Allah mendahulukan perintah berilmu sebelum berkata dan berbuat.

Panduan Ramadhan [5]


5.

Merencanakan sebaik-baiknya program di bulan Ramadhan. Bila seorang tamu yang agung datang berkunjung ke rumah kita kemudian kita menyambutnya dengan baik tentu kita akan mendapatkan pujian serta balasan dari tamu tersebut, begitu pula dengan bulan Ramadhan yang datang dengan membawa berbagai macam keutamaan. Jika kita menyambutnya dengan persiapan serta programprogram untuk tamu agung ini tentu kita akan mendapatkan keutamaan - keutamaan tersebut. Maka dari itu hendaklah kita mengisi bulan suci ini dengan memperbanyak ibadah shalat sunnat, membaca Al Qur'an, memperbanyak tasbih, tahmid, takbir dan istighfar dan lebih peduli kepada nasib orang fakir dan miskin, berbakti kepada kedua orang tua, menyambung tali silaturrahmi, memuliakan tamu, menjenguk orang sakit dan ibadah-ibadah lain yang semisal dengan itu guna meraih gelaran mulia dari Allah, yaitu

Panduan Ramadhan [6]


“Taqwa” dimana ia merupakan simbol sejati bagi hamba-hamba Allah yang senantiasa mengikhlaskan hati dan memurnikan iman yang terpatri lewat amalan ibadah yang relevan dengan hukum syar'i.

Keutamaan Puasa Ramadhan Berpuasa di bulan Ramadhan selain ia suatu kewajiban individu bagi yang memenuhi syarat, namun ia juga menyimpan banyak keutamaan di balik semua itu, diantaranya : 1.

Puasa adalah rahasia antara hamba dengan Tuhannya. Dalam hadits qudsi Allah berfirman: “Tidaklah seorang anak Adam melakukan suatu amalan kebaikan, kecuali akan dituliskan baginya sepuluh hingga tujuh ratus kali lipat (pahala) kebaikan. Kecuali puasa maka sungguh puasa adalah untuk-Ku dan Aku yang me-nentukan ganjaran (pahala)nya” (HR. An Nasaa'i).

Panduan Ramadhan [7]


2.

Mendapat Dua Kegembiraan Rasulullah bersabda : “Bagi orang yang berpuasa dua kegembiraan, kegembiraan ketika ia berbuka serta kegembiraan ketika ia menemui Rabbnya” (HR. Bukhari dan Muslim)

3.

Pengampunan Dosa Rasulullah saw bersabda: “Barang siapa yang berpuasa Ramadhan karena iman dan mengharap ridha Allah, diampuni dosa-dosa nya yang telah lalu” (HR. Bukhari dan Muslim)

4.

Bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah dari pada aroma misk (minyak wangi). Rasulullah saw bersabda: “Dan bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah dari pada aroma misk (minyak wangi)” (HR. Bukhari dan Muslim)

5.

Terdapat waktu Mustajab. Rasulullah saw : “Sesungguhnya orang-orang yang berpuasa pada saat berbuka mempunyai waktu dimana

Panduan Ramadhan [8]


do'anya tidak tertolak” (HR. Ibnu Majah) Ya Allah kami rindu dengan bulan Ramadhan, maka pertemukanlah kami dengannya dan berilah kami kekuatan untuk beribadah didalamnya sebagai-mana yang Engkau cintai dan ridhai…Amiin. _________________________________________________

SEBAB-SEBAB AMPUNAN DI BULAN RAMADHAN “Laki-laki dan perempuan yang berpuasa ... Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar”. (QS. Al-Ahzab ayat 35) “Orang-orang yang sabar (terhadap bencana) dan mengerjakan amal-amal saleh mereka itu beroleh ampunan dan pahala yang besar”. (QS. Hud ayat 11) Dari Salman al-Farisi ra. ia berkata bahwa Rasulullah di akhir bulan Sya`ban berkhutbah kepada kami, beliau bersabda, "Wahai manusia, telah datang kepada kalian bulan yang agung dan penuh berkah. Di dalamnya terdapat satu malam

Panduan Ramadhan [9]


yang nilai (ibadah) di dalamnya lebih baik dari 1.000 bulan. Allah menjadikan puasa pada siang harinya sebagai sebuah kewajiban, dan menghidupkan malamnya sebagai perbuatan sunnah (tathawwu`). Barangsiapa (pada bulan itu) mendekatkan diri (kepada Allah) dengan satu kebaikan, ia seolah-olah mengerjakan satu ibadah wajib pada bulan yang lain. Barangsiapa yang mengerjakan satu perbuatan wajib, ia seolah-olah mengerjakan 70 kebaikan di bulan yang lain. Ramadhan adalah bulan kesabaran, dan kesabaran itu balasannya surga. Ia (juga) bulan tolong-menolong, di mana di dalamnya rezki seorang Mukmin bertambah (ditambah). Ramadhan adalah bulan yang permulaannya rahmat, pertengahannya maghfirah (ampunan) dan akhirnya pembebasan dari api neraka." (HR Baihaqi) Khutbah Nabi SAW yang diriwayatkan dari seorang Sahabat mulia, Salmân al-FârisÎ di atas mengandung (secara implisit) beberapa stimulan dalam menyongsong bulan Ramadhan. Nabi SAW dalam khutbahnya tersebut menginginkan agar umat Islam benar-benar memahami kualitas tamu agung yang akan mendatangi umat Islam. Salah satu yang ada

Panduan Ramadhan [10]


dalam bulan Ramadhan adalah ampunan (maghfirah) Allah SWT. Dalam bulan Ramadhan banyak sekali sebab-sebab turunnya ampunan. Di antara sebab-sebab itu adalah : 1.

Melakukan puasa di bulan ini. Rasulullah SAW

bersabda: "Barangsiapa puasa

Ramadhan karena iman dan mengharap pahala Allah, niscaya ia diampuni dosanya yang telah lalu." (Hadits Muttafaq 'Alaih) 2.

Melakukan shalat tarawih dan tahajiud di dalamnya. Rasulullah SAW bersabda: "Barang siapa melakukan shalat malam di bulan Ramadhan karena iman dan mengharap pahala Allah, niscaya diampuni dosanya yang telah lalu. " (Hadits Muttafaq 'Alaih)

3.

Melakukan shalat dan ibadah lain di malam Lailatul Qadar. Yaitu pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. Ia adalah malam yang penuh berkah, yang di dalamnya

Panduan Ramadhan [11]


diturunkan Al-Qur'anul Karim. Pada malam itu pula dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah. Rasulullah SAW bersabda:

"Barangsiapa melakukan

shalat di malam Lailatul Qadar karena iman dan mengharap pahala Allah, niscaya ia diampuni dosanya yang telah lalu . (Hadits Muttafaq 'Alaih) 4.

Memberi ifthar (makanan untuk berbuka) kepada orang yang berpuasa. Rasulullah SAW bersabda: "Barangsiapa yang di dalamnya (bulan Ramadhan) memberi ifthar kepada orang berpuasa, niscaya hal itu menjadi sebab) ampunan dari dosa-dosanya, dan pembebasan dirinya dari api Neraka. " (HR. Ibnu Khuzaimah dan al-Baihaqi)

5.

Beristighfar Meminta ampunan serta berdo'a ketika dalam keadaan puasa, berbuka dan ketika makan sahur. Do'a orang puasa adalah mustajab (dikabulkan), baik ketika dalam keadaan puasa ataupun ketika berbuka Allah SWT memerintahkan agar kita berdo'a dan Dia menjamin mengabulkannya.

Panduan Ramadhan [12]


Allah berfirman: "Dan Tuhanmu berfirman: "Berdo'alah kepada-Ku, niscaya Aku mengabulkannya untukmu" (QS. Ghaafir ayat 60). Dalam sebuah hadits disebutkan: "Ada tiga macam orang yang tidak ditolak do'anya. Di antaranya disebutkan, "orang yang berpuasa hingga ia berbuka" (HR. Ahmad, at-Tirmidzi, an-Nasaa'i dan Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban dalam kitab Shahih mereka masing-masing, dan At-Tirmidzi mengatakannya hadits ini Hasan Shahih.) Karena itu, hendaknya setiap muslim memperbanyak, dzikir, do'a dan istighfar di setiap waktu, terutama pada bulan Ramadhan, ketika sedang berpuasa, berbuka dan ketika sahur, di saat turunnya Allah SWT di akhir malam. Nabi SAW bersabda: "Tuhan kami Yang Mahasuci dan Maha tinggi turun pada setiap malam ke langit dunia, (yaitu) ketika masih berlangsung sepertiga malam yang akhir seraya berfirman "Barangsiapa berdo'a kepada-Ku, niscaya Aku kabulkan untuknya, barangsiapa memohon kepada-Ku, niscaya Aku memberinya dan barangsiapa memohon ampunan kepada-Ku, niscaya Aku mengampuninya. " (HR.Muslim).

Panduan Ramadhan [13]


Di antara sebab-sebab ampunan yaitu istighfar (permohonan ampun) para malaikat untuk orangorang berpuasa, sampai mereka berbuka. Demikian seperti disebutkan dalam hadits Abu Hurairah di muka, yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad. Jika sebab-sebab ampunan di bulan Ramadhan demikian banyak, maka orang yang tidak mendapatkan ampunan di dalamnya adalah orang yang memiliki seburuk-buruk nasib. Kapan lagi ia mendapatkan ampunan jika ia tidak diampuni pada bulan ini Dahulu, ketika datang bulan Ramadhan, umat Islam senantiasa berdo'a: "Ya Allah, bulan Ramadhan telah menaungi kami dan telah hadir maka selamatkanlah ia dari kami (dari keburukan amal kami), dan selamatkanlah kami dengannya (dengan barokah bulan Ramadhan). Karuniailah kami kemampuan untuk berpuasa dan shalat di dalamnya, karuniailah kami kesungguhan, semangat, kekuatan dan sikap rajin dalam bulan Ramadhan. Lindungilah kami didalamnya dari berbagai fitnah�.

Panduan Ramadhan [14]


Mereka berdoa kepada Allah selama enam bulan agar bisa mendapatkan Ramadhan, dan selama enam bulan (berikutnya) mereka berdo'a agar puasanya diterima. --------------------------------------------------------------------------------

MERAIH BERKAH RAMADHAN Perputaran waktu ini menyadarkan kita kembali bahwa kehidupan ini akan berlalu dan fana, bahwa kehidupan ini adalah sementara bukan abadi dan bahwa kita harus mengisi ruang-ruang kehidupan ini dengan banyak beramal shalih. Kesadaran ini adalah kunci sukses untuk menggapai kehidupan yang penuh berkah khususnya pada bulan suci Ramadhan ini. Makna Barakah Barakah, berkah dan atau berkat (hasil kondangan atau kenduri) secara etimologi berarti “namaa” (tumbuh kembang) , “dawaamul khair” (langgengnya kebaikan) dan “katsratul khair” (banyaknya kebaikan). Artinya hidup yang berkah itu jika nilai kebaikan semakin tumbuh kembang,

Panduan Ramadhan [15]


kebaikan ini terus mewarnai dan langgeng dalam seluruh dimensi kehidupan. Oleh karenanya Rasulullah SAW mengajarkan kepada kita untuk memohon keberkahan di setiap awal bulan Rajab. Beliau selalu berdoa: “Ya Allah, berkahi kami di bulan Rajab, Sya'ban dan di bulan Ramadhan (dalam riwayat lain “temukan kami dengan bulan Ramadhan)…” HR Imam Ahmad.

3 Faktor Kunci Menggapai Hidup Yang Berkah Dalam beberapa ayat al-Quran tersurat bahwa untuk sukses menggapai kehidupan yang berkah, harus ada 3 faktor; Keilmuan, Keimanan dan Amal Shalih. Coba kita perhatikan beberapa ayat di bawah ini: “Barang siapa yang mengerjakan AMAL SHALIH, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan berIMAN, Maka Sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan Sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” QS 16:97 “Dan barang siapa yang taat kepada Allah dan rasul-Nya dan

Panduan Ramadhan [16]


takut kepada Allah dan bertaqwa kepada-Nya, Maka mereka adalah orang-orang yang mendapat kemenangan.â€? QS.24:52 â€œâ€Ś.niscaya Allah akan meninggikan orangorang yang beriman di antaramu dan orangorang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.â€? QS 58:11 ________________________________________________

OPTIMALISASI Ramadhan Oleh karenanya momentum Ramadhan ini sangat pas bagi kita untuk mengoptimalkan hari dan malamnya untuk menguatkan tiga faktor di atas, agar benar-benar kehidupan kita lebih berkah dan bermakna. Tentunya, memiliki isti'ab (penguasaan) yang baik tentang apa-apa yang berkaitan dengan ibadah Ramadhan ini, sangat membantu langkah kita untuk mencapai target dan output yang telah ditentukan. Yaitu hidup yang berkah dan bermakna.

Panduan Ramadhan [17]


Fiqh Puasa Puasa atau yang disebut “shiyaam dan shaum” dalam bahasa Arab, secara etimologi berarti al-imsak (menahan diri) dari sesuatu baik dalam bentuk perkataan maupun perbuatan. Pengertian ini bisa kita lihat dalam ayat Allah sebagai berikut; “Maka makan, minum dan bersenang hatilah kamu. Jika kamu melihat seorang manusia, maka katakanlah: “Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusia pun pada hari ini”. (QS 19:26) Secara terminology Ulama fikih sepakat mendefinisikan puasa dengan “menahan diri dengan niat ta'abbud dari makan, minum, hubungan biologis dan segala perbuatan yang membatalkan sejak terbitnya fajar sampai terbenamnya matahari”.

Sejarah Diwajibkan Puasa Puasa tidak hanya diwajibkan kepada Umat Muhammad

Panduan Ramadhan [18]


SAW saja, akan tetapi ibadah puasa merupakan kewajiban yang telah dipergilirkan Allah kepada setiap umat dan Nabinya sebelum datangnya Islam.

Rasulullah SAW -

sebelum diwajibkan puasa Ramadhan- selalu melakukan puasa tiga hari setiap bulan, hingga Allah SWT mewajibkan kepada Umat Islam berpuasa di bulan Ramadhan. Sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Al-Quran dalam surat Al Baqarah; “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orangorang sebelum kamu agar kamu bertaqwa.� (QS 2:183) Ayat ini diturunkan pada hari Senin di bulan Sya'ban tahun 2 H, setelah dua tahun umat Islam berada di kota Madinah Munawwarah.

Landasan Syar'i Hukum wajib berpuasa pada bulan Ramadhan didasarkan kepada beberapa sumber hukum Islam, yaitu Al-Quran, AsSunnah dan Al-Ijma'

Panduan Ramadhan [19]


1. Al-Quran: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS 2:183) 2. Hadits: “Hadits Jibril yang bertanya kepada Rasulullah tentang “al-Islam” (HR Al-Bukhari Muslim) “Islam dibangun di atas lima dasar; bersaksi bahwasanya tidak ada tuhan selain Allah dan sesungguhnya Muhammad Rasulullah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, menjalankan ibadah haji dan puasa Ramadhan.” (Muttafaqun Alaih) 3. Al-Ijma': Semua Ulama sepakat bahwa berpuasa pada bulan Ramadhan hukumnya fardlu Ain yang harus dilakukan oleh seorang muslim yang telah memenuhi sarat wajib dan sahnya berpuasa. ________________________________________________

Panduan Ramadhan [20]


HIKMAH PUASA Ada beberapa hikmah dalam berpuasa yang bisa kita konklusikan sebagai berikut; Hikmah Ruhiyah (Spiritual) : 1.

Penguatan iman dan ketaqwaan

2.

Melahirkan bentuk ketundukan secara totalitas

3.

Menahan diri dari mengikuti hawa nafsu

4.

Medan pelatihan kesabaran, kejujuran dan

5.

Melahirkan rasa solidaritas yang tinggi sesama muslim

6.

Sebagai media pemersatu umat, karena semua

kedisiplinan Hikmah Ijtima'iyah (sosial)

muslim melakukan ibadah ini secara bersamaan dan serentak 7.

Mempererat tali ukhuwah islamiyah

8.

Membiasakan menjalankan aturan-aturan Ilahiyah atau menumbuhkan kedisiplinan dalam merespon hukum-hukum Islam

9.

Mengeliminir tindakan kriminal dan bentuk-bentuk kemaksiatan

Panduan Ramadhan [21]


Hikmah Shihat (Kesehatan): 1.

Membersihkan kembali usus-usus

2.

Memperbaiki alat pencernaan

3.

Mengurangi berat badan

4.

Menjaga hukum keseimbangan badan “Berpuasalah kamu, niscaya kamu akan sehat (HR Abu Dawud, Abu Nu'aim dandihasankan As-Suyuthi)

_________________________________________________

KEUTAMAAN PUASA 1.

Media peleburan dosa-dosa kecil “Shalat lima waktu, shalat Jum'at ke Jum'at yang lain, Ramadhan ke Ramadhan yang lain mampu melebur dosa-dosa yang ada di antaranya selama dijauhi dosadosa besar.” (HR Muslim)

2.

“Barang siapa yang berpuasa Ramadhan karena iman dan hanya mencari ridlo Allah semata, maka dosadosanya yang berlalu akan diampuni.” (Muttafaqun alaih)

Panduan Ramadhan [22]


3.

Benteng api neraka “Barang siapa yang berpuasa sehari karena Allah Azza wa Jalla, maka Allah akan menjauhkan wajahnya dengan puasa tersebut dari api neraka selam tujuh puluh tahun.” (Muttafaqun alaih) “Puasa adalah benteng dari api neraka bagaikan benteng kamu di dalam peperangan.” (HR Ahmad dan yang lain)

4.

Sarana dikabulkan do'a “Sesungguhnya do'a menjelang berbuka bagi orang yang sedang berpuasa tidak pernah ditolak.” (HR Ibnu Majah dan al-Hakim)

5.

Sarana mendapatkan pintu “Ar-Rayyan” “Sesungguhnya di dalam surga ada sebuah pintu yang disebut “Ar-Rayyan”, yang mana semua orang yang berpuasa masuk dari pintu tersebut pada hari kiamat. Dan selain mereka tidak diperbolehkan masuk dari pintu tersebut…” (HR Muttafaqun alaih)

Syarat-Syarat Puasa Tidak semua orang harus melakukan ibadah puasa, kecuali telah memenuhi syarat-syarat berikut ini; 1.

Islam, puasa tidak sah dilakukan oleh orang-orang

Panduan Ramadhan [23]


kafir 2.

Baligh, anak-anak yang belum mencapai usia baligh tidak wajib melakukan ibadah puasa, akan tetapi apabila ia berpuasa maka hukumnya sah

3.

Berakal, orang-orang yang tidak berakal seperti orang gila, sakit ayan dan yang hilang akalnya tidak diwajibkan melakukan ibadah puasa. Rasulullah Saw bersabda: “Qolam (beban hukum itu) dihilangkan dari tiga golongan; orang yang gila sampai ia sembuh, orang yang tidur sampai ia bangun dan anak kecil sampai ia baligh.” (HR Ahmad dan Abu Dawud)

4.

Sehat dan mukim (tidak wajib bagi yang sakit dan musafir) (QS 2:184)

Sunah-Sunah Puasa 1.

Menyegerakan berbuka. “Manusia (yang berpuasa) senantiasa dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka.” (HR Muttafaqun Alaih) “Sesungguhnya Rasulullah tidak melakukan shalat maghrib dulu sehingga ia berbuka, meskipun dengan

Panduan Ramadhan [24]


seteguk air.” (HR At-Tirmidzi) 2.

“Berbuka dengan ruthab (kurma tangkai yang masih muda), kurma dan atau air “(HR Ahmad, At-Tirmidzi dan Abu Dawud)

3.

Berdo'a menjelang berbuka; “Sesungguhnya do'a orang yang puasa saat berbuka tidak tertolak” (HR Ibnu Majah)

4.

Sahur dan mengakhirkan sahur; “Bersahurlah kamu, karena sesungguhnya sahur itu mengandung keberkahan.” (HR Muttafaqun Alaih) “Umatku senantiasa dalam kebaikan selama menyegerakan buka dan mengakhirkan sahur.” (HR Ahmad)

Pembatal Puasa Modern Para ulama telah sepakat atas empat pembatal. 1. Makan 2. Minum 3. Jima' 4. Haidh dan nifas

Panduan Ramadhan [25]


1. Ventolin Inhaler (Obat Semprot Penderita Asma) Obat ini terdiri dari tiga unsur; air, oksigen dan sebagian bahan obat-obatan farmasi. Apakah obat semprot ini membatalkan puasa? Para ulama di zaman ini telah berselisih pendapat tentang hal ini: Pendapat pertama: Tidak membatalkan ataupun merusak puasa. Ini adalah pendapat Syaikh Abdulaziz bin Baz – rohimahulloh –, Syaikh Muhammad al-Utsaimin – rohimahulloh -, Syaikh Abdullah bin Jibrin – rohimahulloh – dan al-Lajnah ad-Da`imah lil Ifta`. Dalil mereka: a. Seorang yang sedang berpuasa dibolehkan u nt u k b e r k u m u r- k u m u r d a n i s t i n s ya q (menghirup air lewat hidung, ketika wudhu). Dan ini adalah ijma' (kesepakatan para ulama). Jika seseorang berkumur, pasti akan tersisa sedikit bekas air , dan bersamaan dengan ludah yang tertelan akan masuk juga ke dalam perut. Sedangkan yang masuk dari Inhaler ini menuju kerongkongan kemudian menuju perut, sangat sedikit sekali. Maka ini bisa dianalogikan dengan

Panduan Ramadhan [26]


air yang tersisa dari berkumur-kumur. Penjelasannya, bahwa kemasan obat yang kecil ini mengandung 10 ml obat cair. Dan ukuran ini diletakkan untuk 200 kali semprotan. Maka satu semprotan mengeluarkan 0,05 ml. Ini adalah ukuran yang sangat kecil. b. Selain itu, masuknya sesuatu ke dalam perut dari Inhaler tidak bisa dipastikan, namun masih diragukan. Maka hukum asalnya masih berlaku, yaitu tetapnya puasa dan sahnya puasa tersebut. Karena sesuatu yang yakin tidak bisa hilang dengan keraguan. c. Bahwa hal ini tidak menyerupai makan dan minum, akan tetapi menyerupai pengambilan darah untuk diperiksa dan suntikan yang bukan untuk pengganti makanan (infus). d. Para dokter telah menyebutkan bahwa siwak m e n g a n d u n g d e l a p a n u n s u r k i m i aw i . Sedangkan siwak secara mutlak dibolehkan bagi orang yang berpuasa, menurut pendapat yang kuat. Dan tidak ragu lagi bahwa dari siwak ini

Panduan Ramadhan [27]


pasti akan ada sesuatu yang turun menuju perut. Maka turunnya cairan obat semprot sama seperti turunnya bekas dari siwak itu. Pendapat kedua: Seorang yang berpuasa tidak boleh menggunakannya. Jika dia butuh kepadanya, maka dia bisa menggunakannya dan mengqodho puasanya. Mereka berdalil bahwa kandungan obat semprot ini akan sampai kepada perut melalui jalan mulut. Oleh karena itu, hal ini membatalkan puasa. Jawaban atas argumentasi ini, bahwa jika memang hal itu akan masuk turun ke dalam perut, maka sesungguhnya yang turun itu adalah sangat sedikit sekali, sehingga bisa disamakan hukumnya dengan bekas kumur-kumur yang telah kami sebutkan. Maka pendapat yang kuat adalah pendapat yang pertama.

Panduan Ramadhan [28]


2. Tablet yang diletakkan (dikemam) di bawah lidah (sublingual) Maksudnya, tablet yang diletakkan di bawah lidah untuk mengobati sebagian serangan penyakit jantung. Obat ini langsung diserap dan dibawa oleh aliran darah menuju jantung sehingga berhentilah serangan jantung yang mendadak itu. Hukumnya adalah boleh, karena tidak ada sesuatu pun darinya yang masuk ke dalam rongga perut, akan tetapi hanya diserap di dalam mulut. Dengan demikian, maka ia tidak termasuk yang membatalkan puasa. 3. Endoscopy Yaitu sebuah peralatan medis yang dimasukkan melalui mulut, kemudian ke faring, kerongkongan dan perut. Fungsi peralatan ini, memotret keadaan lambung, apakah ada luka atau untuk mengambil sebagian dari bagian lambung untuk diperiksa, atau untuk kegunaan medis lainnya. Para ulama terdahulu telah membicarakan permasalahan yang serupa dengan ini. Yaitu dalam permasalahan: jika masuk

Panduan Ramadhan [29]


sesuatu ke dalam perut selain makanan; seperti kerikil, potongan besi atau semacamnya. Sedangkan endoscopy ini termasuk yang semacam itu. Apakah membatalkan puasa? Mayoritas (jumhur) ulama berpendapat bahwa hal itu membatalkan puasa. Segala sesuatu yang masuk ke dalam perut membatalkan puasa. Kecuali kalangan madzhab Hanafiyah, mereka mensyaratkan menetapnya barang yang masuk ke dalam perut itu sehingga dihukumi membatalkan puasa. Namun ulama lain tidak mensyaratkan demikian. Mereka berdalil, bahwa Nabi – shollallohu 'alaihi wa sallam – memerintahkan untuk menghindari celak bagi orang yang berpuasa. Dengan demikian, jumhur ulama berpendapat bahwa endoscopy membatalkan puasa, sedangkan menurut pendapat madzhab Hanafiyah, tidak membatalkan puasa, karena alat ini tidak menetap dalam perut. Pendapat kedua, bahwa puasa tidak batal dengan sebab masuknya benda-benda yang tidak

Panduan Ramadhan [30]


memberikan asupan makanan, seperti jika memasukkan besi atau kerikil. Ini adalah pendapat pilihan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah – rohimahulloh – dan juga pendapat sebagian kalangan madzhab Malikiyah dan al-Hasan ibnu Shalih. Oleh karena itu, secara dzahir

endoscopy tidak

membatalkan puasa. Akan tetapi dikecualikan darinya, jika dokter meletakkan pada alat endoscopy ini zat lemak untuk memudahkan masuknya alat ini ke dalam perut, maka ini membatalkan puasa. 4. Obat Tetes (Hidung) Yaitu yang digunakan melalui jalan hidung, apakah membatalkan puasa? Para ulama kontemporer memiliki dua pendapat. Pendapat pertama : Membatalkan puasa, ini pendapat Syaikh Ibnu Baz dan Ibnu Utsaimin – rohimahumalloh -.Mereka berdalil dengan hadits Laqith bin Shobroh, yang diriwayatkan secara marfu' (disandarkan kepada Nabi – shollallohu 'alaihi wa sallam -), “Berlebih-lebihanlah dalam istinsyaq (menghirup air

Panduan Ramadhan [31]


lewat hidung ketika wudhu) kecuali jika kamu berpuasa.� Maka ini dalil bahwa hidung adalah saluran yang terhubung ke perut. Jika demikian, maka menggunakan obat tetes (hidung) dilarang oleh Nabi – shollallohu 'alaihi wa sallam -.Selain itu, larang Nabi – shollallohu 'alaihi wa sallam – dari berlebihlebihan dalam istinsyaq mengandung larangan memasukkan segala sesuatu melalui jalur hidung, meskipun sedikit. Karena sesuatu yang masuk ketika berlebih-lebihan (dalam istinsyaq) adalah sesuatu yang sedikit. Pendapat kedua : tidak membatalkan. Mereka berdalil dengan analogi terhadap apa yang tersisa dari kumur-kumur, sebagaimana telah lalu penjelasannya. Dan yang sampai ke dalam perut dari obat tetes ini sangatlah sedikit. Satu tetes hanyalah 0,06 cm3.Kemudian satu tetes ini akan masuk ke hidung, dan tidak akan sampai ke perut kecuali jumlah yang sangat sedikit, sehingga dimaafkan. Selain itu, hukum asal adalah sahnya puasa,

Panduan Ramadhan [32]


sedangkan keberadaan barang ini sebagai pembatal puasa masih diragukan. Maka pada asalnya, puasanya itu masih berlaku. Karena yang yakin tidak bisa dihilangkan dengan keraguan. Dan dua pendapat ini, masing-masing memiliki sisi kuatnya. 5. Nasal Spray (Semprot Hidung) Pembahasan tentang hal ini sama dengan pembahasan tentang obat ventolin inhaler, maka hal ini tidak membatalkan puasa. 6. Obat tetes telinga Maksudnya adalah obat farmasi yang diteteskan pada telinga. Apakah membatalkan puasa ataukah tidak? Dahulu para ulama telah membicarakan suatu permasalahan, “Jika seseorang mengobati dirinya dengan air yang dia tuangkan ke dalam telinganya.� Jumhur ulama memandang hal itu membatalkan puasa. Hanabilah (pengikut madzhab hanbali) memandang hal itu membatalkan puasa jika sampai kepada otak.

Panduan Ramadhan [33]


Pendapat kedua milik Ibnu Hazm, bahwa hal itu tidak membatalkan puasa. Alasannya, karena apa yang diteteskan di telinga tidak akan sampai ke otak, namun hanya akan sampai kepada pori.Dan kedokteran modern telah menjelaskan bahwa tidak ada saluran antara telinga dan otak yang bisa menghantarkan benda cair kecuali pada satu keadaan, yaitu jika terjadi kerusakan (celah) pada gendang telinga. Berdasarkan hal ini, maka yang benar adalah bahwa obat tetes telinga tidak membatalkan puasa. 7. Obat tetes mata Hal ini diperselisihkan oleh para ulama. Dan perselisihan ini dibangun atas perselisihan yang te l a h l a m a , ya i t u te nt a n g ce l a k , a p a k a h membatalkan puasa ataukah tidak? Pendapat pertama: Tidak membatalkan puasa. Ini pendapatnya kalangan madzhab Hanafiyah dan Syafi'iyah. Mereka berdalil dengan tidak adanya jalan antara mata dengan perut. Jika memang demikian,

Panduan Ramadhan [34]


maka tidak membatalkan puasa. Pendapat kedua: Pendapat kalangan madzhab Malikiyah dan Hanabilah. Bahwa celak membatalkan puasa. Pendapat ini dibangun atas pendapat yang menyatakan bahwa ada jalan antara mata dengan perut.Oleh karena itulah, para ulama belakangan berselisih pendapat tentang obat tetes mata ini. Pendapat pertama: Bahwa obat tetes mata tidak membatalkan puasa. Ini pendapat Ibnu Baz dan Ibnu Utsaimin – rohimahumalloh – dan para ulama yang lain.Mereka berdalil bahwa satu tetes obat mata ini = 0,06 sentimeter kubik. Dan ukuran ini tidak akan sampai ke dalam perut. Karena tetesan ini dalam perjalanannya melewati saluran air mata akan diserap seluruhnya dan tidak akan sampai pada tenggorokan. Jika kita katakan akan ada yang masuk ke dalam perut, maka itu adalah sangat sedikit sekali. Dan sesuatu yang sangat sedikit bisa dimaafkan. Sebagaimana dimaafkannya air yang tersisa dari kumur-kumur. Demikian juga, obat tetes ini bukanlah perkara yang ada nashnya, dan tidak pula

Panduan Ramadhan [35]


yang semakna dengan perkara yang ada nashnya. Pendapat kedua: Obat tetes mata membatalkan puasa, karena dianalogikan kepada celak. Dan yang benar, bahwa obat tetes mata tidak membatalkan puasa. Meskipun ilmu kedokteran telah menetapkan bahwa ada sambungan antara mata dan perut, akan tetapi kita katakan bahwa tetesan ini akan diserap ketika melewati saluran air mata, sehingga tidak akan sampai sedikit pun darinya ke tenggorokan. Dan tentunya tidak akan sampai kepada perut. Jika pun sampai ke perut, maka itu adalah jumlah yang sangat sedikit sekali yang bisa dimaafkan sebagaimana dimaafkannya air yang tersisa dari kumur-kumur. Adapun analogi terhadap celak, maka tidak bisa dibenarkan: 1. Karena celak sendiri belum jelas apakah membatalkan puasa, sedangkan hadits yang ada tentangnya adalah hadits yang dhoif (lemah). 2. Karena itu adalah analogi terhadap sesuatu perkara yang masih diperselisihkan.

Panduan Ramadhan [36]


3. Dan karena dalil-dalil yang telah disebutkan pada pendapat yang pertama. 8. Minyak, salep dan koyo (terapi pengobatan dengan sesuatu yang ditempel) Kulit pada bagian bawahnya terdapat pembuluh darah yang akan menyerap segala sesuatu yang diletakkan padanya, melalui kapiler. Dan penyerapan ini sangat lambat sekali. Berdasarkan hal ini, apakah sesuatu yang diletak k an pada k ulit bisa membatalkan puasa? Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah – rohimahulloh – telah membicarakannya, dan dia berkata, tidak membatalkannya. Ini juga pendapat Majma' al-Fiqhi al-Islami. Bahkan sebagian mereka telah menghikayatkan adanya ijma' (konsensus) ulama-ulama kontemporer atas hal tersebut.

_________________________________________________

Panduan Ramadhan [37]


RAIH LAILATUL QADAR Selayaknya bagi setiap mukmin untuk terus semangat dalam beribahadah di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan lebih dari lainnya. Di sepuluh hari terakhir tersebut terdapat lailatul qadar. Allah Ta'ala berfirman, “Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan” (QS. Al Qadar: 3). Lailatul qadar adalah malam yang penuh kemuliaan. Telah terdapat keutamaan yang besar bagi orang yang menghidupkan malam tersebut. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa melaksanakan shalat pada lailatul qadar karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari no. 1901) An Nakho'i mengatakan, “Amalan di lailatul qadar lebih baik dari amalan di 1000 bulan.” (Lihat Latho-if Al Ma'arif, hal. 341). Mujahid, Qotadah dan ulama lainnya berpendapat bahwa yang dimaksud dengan lebih baik dari seribu bulan adalah shalat dan amalan pada lailatul qadar lebih baik dari shalat dan puasa di 1000 bulan yang tidak terdapat lailatul qadar (Zaadul Masiir, 9/191).

Panduan Ramadhan [38]


Kapan Lailatul Qadar Terjadi? Lailatul Qadar itu terjadi pada sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan sebagaimana sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, “Carilah lailatul qadar pada sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari no. 2020 dan Muslim no. 1169) Terjadinya lailatul qadar di malam-malam ganjil lebih memungk ink an dar ipada malam-malam genap, sebagaimana sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, “Carilah lailatul qadar di malam ganjil dari sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari no. 2017)

Tidak Perlu Mencari Tanda Sebagian orang sibuk mencari tanda kapan lailatul qadar terjadi. Namun sebenarnya tanda tersebut tidak perlu dicari. Tugas kita di akhir Ramadhan, pokoknya terus perbanyak ibadah. Karena kalau sibuk mencari tanda malam tersebut, kita malah tidak akan memperbanyak ibadah. Walaupun memang ada tanda-tanda tertentu kala itu. Tanda tersebut

Panduan Ramadhan [39]


di antaranya: Pertama, udara dan angin sekitar terasa tenang. Sebagaimana dari Ibnu Abbas, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Lailatul qadar adalah malam yang penuh kemudahan dan kebaikan, tidak begitu panas, juga tidak begitu dingin, pada pagi hari matahari bersinar tidak begitu cerah dan nampak kemerah-merahan.� (HR. Ath Thoyalisi dan Al Baihaqi dalam Syu'abul Iman, lihat Jaami'ul Ahadits 18/361, shahih) Kedua, malaikat turun dengan membawa ketenangan sehingga manusia merasakan ketenangan tersebut dan merasakan kelezatan dalam beribadah yang tidak dirasakan pada hari-hari yang lain. Ketiga, manusia dapat melihat malam ini dalam mimpinya sebagaimana terjadi pada sebagian sahabat. Keempat, matahari akan terbit pada pagi harinya dalam keadaan jernih, tanpa sinar yang menyorot. Dari Ubay bin Ka'ab, ia berkata, “Malam itu adalah malam yang cerah yaitu malam ke dua puluh tujuh (dari bulan Ramadlan). Dan tandatandanya ialah pada pagi harinya matahari terbit berwarna

Panduan Ramadhan [40]


putih tanpa sinar yang menyorot.” (HR. Muslim no. 762)

Jika Engkau Dapati Lailatul Qadar Sangat dianjurkan untuk memperbanyak do'a pada lailatul qadar, lebih-lebih do'a yang dianjurkan oleh suri tauladan kita –Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallamsebagaimana terdapat dalam hadits dari Aisyah. Beliau radhiyallahu 'anha berkata, ”Wahai Rasulullah, apa pendapatmu jika aku mengetahui suatu malam adalah lailatul qadar. Apa yang mesti aku ucapkan saat itu?” Beliau menjawab, ”Katakanlah: 'Allahumma innaka 'afuwwun tuhibbul 'afwa fa'fu anni' (Ya Allah sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf yang menyukai permintaan maaf, maafkanlah aku).” (HR. Tirmidzi no. 3513, Ibnu Majah no. 3850, dan Ahmad 6/171, shahih)

Lebih Giat Ibadah di Akhir Ramadhan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam terlihat lebih rajin di akhir Ramadhan lebih dari hari-hari lainnya, sebagaimana

Panduan Ramadhan [41]


disebutkan dalam hadits, “Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sangat bersungguh-sungguh pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan melebihi kesungguhan beliau di waktu yang lainnya.” (HR. Muslim no. 1175) Nabi saw memberi contoh dengan memperbanyak ibadahnya saat sepuluh hari terakhir Ramadhan. Beliau pun tidak lupa mendorong keluarganya dengan membangunkan mereka untuk melakukan ketaatan pada malam sepuluh hari terakhir Ramadhan. 'Aisyah ra mengatakan, “Apabila Nabi saw memasuki sepuluh hari terakhir (bulan Ramadhan), beliau mengencangkan sarungnya (untuk menjauhi para istri beliau dari berjima'), menghidupkan malam-malam tersebut dan membangunkan keluarganya.” (HR. Bukhari no. 2024 dan Muslim no. 1174). Imam Nawawi rahimahullah berkata, “Disunnahkan untuk memperbanyak ibadah di akhir Ramadhan dan disunnahkan pula untuk menghidupkan malam-malamnya dengan ibadah.” (Al Minhaj Syarh Shahih Muslim, 8:71) Sufyan Ats Tsauri mengatakan, “Aku sangat senang jika memasuki sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan untuk

Panduan Ramadhan [42]


bertahajud di malam hari dan giat ibadah pada malammalam tersebut.” Sufyan pun mengajak keluarga dan anakanaknya untuk melaksanakan shalat jika mereka mampu. (Latho-if Al Ma'arif, hal. 331)

Menghidupkan Malam Penuh Kemuliaan Adapun yang dimaksudkan dengan menghidupkan lailatul qadar adalah menghidupkan mayoritas malam dengan ibadah dan tidak mesti seluruh malam. Bahkan Imam Asy Syafi'i dalam pendapat yang dulu mengatakan, “Barangsiapa yang mengerjakan shalat Isya' dan shalat Shubuh di malam qadar, ia berarti telah dinilai menghidupkan malam tersebut”. (Latho-if Al Ma'arif, hal. 329). Menghidupkan malam lailatul qadar pun bukan hanya dengan shalat, bisa pula dengan dzikir dan tilawah Al Qur'an ('Aunul Ma'bud, 4/176). Namun amalan shalat lebih utama dari amalan lainnya di malam lailatul qadar berdasarkan hadits, “Barangsiapa melaksanakan shalat pada malam lailatul qadar karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR.

Panduan Ramadhan [43]


Bukhari no. 1901).

Jika seorang meraih lailatul qadar dengan i'tikaf, itu lebih bagus. Namun i'tikaf bukanlah syarat untuk dapati malam kemuliaan tersebut. Begitu pula bukanlah syarat mesti di masjid untuk dapati lailatul qadar. Juwaibir pernah mengatakan bahwa dia pernah bertanya pada Adh Dhohak, “Bagaimana pendapatmu dengan wanita nifas, haidh, musafir dan orang yang tidur (namun hatinya tidak lalai dalam dzikir), apakah mereka bisa mendapatkan bagian dari lailatul qadar?� Adh Dhohak pun menjawab, “Iya, mereka tetap bisa mendapatkan bagian. Siapa saja yang Allah terima amalannya, dia akan mendapatkan bagian malam tersebut.� (Latho-if Al Ma'arif, hal. 341). Semoga Allah beri taufik kepada kita sekalian untuk terus perbanyak ibadah di akhir-akhir Ramadhan dan moga kita juga termasuk hamba yang mendapatkan malam penuh kemuliaan, lailatul qadar.

Panduan Ramadhan [44]


Lailatul Qadar dan I'tikaf Makna Qadar Kata Qadar (‫ )قدر‬sesuai dengan penggunaannya dalam ayatayat Al Qur'an dapat memiliki tiga arti yakni : 1.

Penetapan dan pengaturan sehingga Lailat AlQadar dipahami sebagai malam penetapan Allah bagi perjalanan hidup manusia. Penggunaan Qadar sebagai ketetapan dapat dijumpai pada surat Ad Dukhan ayat 3-5 : Sesungguhnya Kami menurunkannya (Al-Quran) pada suatu malam, dan sesungguhnya Kamilah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan semua urusan yang penah hikmah, yaitu urusan yang besar di sisi Kami

2.

Kemuliaan. Malam tersebut adalah malam mulia tiada bandingnya. Ia mulia karena terpilih sebagai malam turunnya Al-Quran. Penggunaan Qadar yang merujuk pada kemuliaan dapat dijumpai pada surat Al An’am (6): 91 yang berbicara tentang kaum musyrik: Mereka itu tidak memuliakan Allah

Panduan Ramadhan [45]


dengan kemuliaan yang semestinya, tatkala mereka berkata bahwa Allah tidak menurunkan sesuatu pun kepada masyarakat 3.

Sempit. Malam tersebut adalah malam yang sempit, karena banyaknya malaikat yang turun ke bumi, seperti yang ditegaskan dalam surat Al Qadr . Penggunaan Qadar untuk melambangkan kesempitan dapat dijumpai pada surat Ar Ra’d ayat 26: Allah melapangkan rezeki yang dikehendaki dan mempersempit (bagi yang dikehendaki-Nya)

Keistimewaan Dalam Al Qur’an , tepatnya surat Al Qadar

malam ini

dikatakan memiliki nilai lebih baik dari seribu, bulan .Pada malam ini juga dikisahkan Al Qur'an diturunkan, seperti dikisahkan pada surat Ad Dukhan ayat 3-6. Waktu Terdapat pendapat yang mengatakan bahwa terjadinya malam Lailatul Qadar itu pada 10 malam terakhir bulan

Panduan Ramadhan [46]


Ramadan, hal ini berdasarkan hadits dari Aisyah yang mengatakan : " Rasulullah ShallAllahu 'alaihi wa sallam beri'tikaf di sepuluh hari terkahir bulan Ramadan dan beliau bersabda, yang artinya: "Carilah malam Lailatul Qadar di (malam ganjil) pada 10 hari terakhir bulan Romadhon" " (HR: Bukhari 4/225 dan Muslim 1169) Terkait dengan berbagai tanda-tanda Lailatul Qadar yang disebutkan beberapa hadits, Syeikh Yusuf al Qaradhawi mengatakan, �Semua tanda tersebut tidak dapat memberikan keyakinan tentangnya dan tidak dapat memberikan keyakinan yakni bila tanda-tanda itu tidak ada berarti Lailatul Qadar tidak terjadi malam itu, karena lailatul qadar terjadi di negeri-negeri yang iklim, musim, dan cuacanya berbeda-beda. Bisa jadi ada diantara negerinegeri muslim dengan keadaan yang tak pernah putusputusnya turun hujan, padahal penduduk di daerah lain justru melaksanakan shalat istisqo'. Negeri-negeri itu berbeda dalam hal panas dan dingin, muncul dan tenggelamnya matahari, juga kuat dan lemahnya sinarnya. Karena itu sangat tidak mungkin bila tanda-tanda itu sama di seluruh belahan bumi ini. (Fiqih Puasa hal 177 – 178)

Panduan Ramadhan [47]


Perbedaan Waktu Antar Negara Lailatul qadar merupakan rahasia Allah swt. Untuk itu dianjurkan agar setiap muslim mencarinya di sepuluh malam terakhir, sebagaimana sabda Rasulullah saw,”Carilah dia (lailatul qadar) pada sepuluh malam terakhir di malammalam ganjil.” (HR. Bukhori Muslim). Dari Abu Said bahwa Nabi saw menemui mereka pada pagi kedua puluh, lalu beliau berkhotbah. Dalam khutbahnya beliau saw bersabda,”Sungguh aku diperlihatkan Lailatul qadar, kemudian aku dilupakan—atau lupa—maka carilah ia di sepuluh malam terakhir, pada malam-malam ganjil.” (Muttafaq Alaihi) Pencarian lebih ditekankan pada tujuh malam terakhir bulan Ramadhan sebagaimana diriwayatkan oleh Bukhori Muslim dari Ibnu Umar bahwa beberapa orang dari sahabat Rasulullah saw bermimpi tentang Lailatul Qadar di tujuh malam terakhir. Menanggapi mimpi itu, Rasulullah saw bersabda, ”Aku melihat mimpi kalian bertemu pada tujuh malam terakhir. Karena itu barangsiapa hendak mencarinya maka hendaklah ia mencari pada tujuh malam terakhir.”

Panduan Ramadhan [48]


Dari Ibnu Umar bahwa Rasulullah saw bersabda,�Carilah ia di sepuluh malam terakhir. Jika salah seorang kalian lemah atau tidak mampu maka janganlah ia dikalahkan di tujuh malam terakhir.� (HR. Muslim, Ahmad dan Ath Thayalisi) Malam-malam ganjil yang dimaksud dalam hadits diatas adalah malam ke- 21, 23, 25, 27 dan 29. Bila masuknya Ramadhan berbeda-beda dari berbagai negara—sebagaimana sering kita saksikan—maka malammalam ganjil di beberapa negara menjadi melam-malam genap di sebagian negara lainnya sehingga untuk lebih berhati-hati maka carilah Lailatul Qadar di setiap malam pada sepuluh malam terakhir. Begitu pula dengan daerahdaerah yang hanya berbeda jamnya saja maka ia pun tidak akan terlewatkan dari lailatul qadar karena lailatul qadar ini bersifat umum mengenai semua negeri dan terjadi sepanjang malam hingga terbit fajar di setiap negeri-negeri itu. Karena tidak ada yang mengetahui kapan jatuhnya lailatul qadar itu kecuali Allah swt maka cara yang terbaik untuk menggapainya adalah beritikaf di sepuluh malam terakhir

Panduan Ramadhan [49]


sebagaimana pernah dilakukan oleh Rasulullah saw dan para sahabatnya.

Ciri-ciri Orang Yang Mendapatkan Lailatul Qadar Didalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhori dari Abu Hurairoh bahwa Rasulullah saw bersabda, ”Barangsiapa melakukan qiyam lailatul qadar dengan penuh keimanan dan pengharapan (maka) dosa-dosanya yang telah lalu diampuni.” Juga doa yang diajarkan Rasulullah saw saat menjumpai lailatul qadar adalah ”Wahai Allah sesungguhnya Engkau adalah Maha Pemberi Maaf, Engkau mencintai pemaafan karena itu berikanlah maaf kepadaku.” (HR. Ibnu Majah) Dari kedua hadits tersebut menunjukkan bahwa dianjurkan bagi setiap yang menginginkan lailatul qadar agar menghidupkan malam itu dengan berbagai ibadah, seperti : shalat malam, tilawah Al Qur'an, dzikir, doa dan amal-amal shaleh lainnya. Dan orang yang menghidupkan malam itu dengan amal-amal ibadah akan merasakan ketenangan hati, kelapangan dada dan kelezatan dalam ibadahnya itu karena

Panduan Ramadhan [50]


semua itu dilakukan dengan penuh keimanan dan mengharapkan ridho Allah. _________________________________________________

I'TIKAF Sepertiga terakhir bulan Ramadhan adalah saat-saat yang penuh dengan kebaikan dan keutamaan serta pahala yang melimpah. Di dalamnya terdapat malam yang lebih baik dari seribu bulan. Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam dahulu bersungguh-sungguh menghidupkan sepuluh hari terakhir dengan berbagai amalan melebihi waktu-waktu lainnya. Aisyah radhiyallahu 'anha juga mengatakan, “Apabila Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam memasuki sepuluh hari terakhir (bulan Ramadhan), beliau mengencangkan sarungnya (untuk menjauhi para istri beliau dari berjima', pen), menghidupkan malam-malam tersebut dan membangunkan keluarganya.� (HR. Bukhari & Muslim)

Panduan Ramadhan [51]


Legalitas Syar'i Akan I'tikaf Dalam sepuluh hari terakhir ini, kaum muslimin dianjurkan (disunnahkan) untuk melakukan i'tikaf. Sebagaimana Abu Hurairah mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam biasa beri'tikaf pada setiap Ramadhan selama 10 hari dan pada akhir hayat, beliau melakukan i'tikaf selama 20 hari. (HR. Bukhari)

Makna I'tikaf Dalam kitab Lisanul Arab, i'tikaf bermakna merutinkan (menjaga) sesuatu. Sehingga orang yang mengharuskan dirinya untuk berdiam di masjid dan mengerjakan ibadah di dalamya disebut mu'takifun atau 'akifun. (Lihat Shohih Fiqh Sunnah II/150)

Waktu Dan paling utama adalah beri'tikaf pada hari terakhir di bulan Ramadhan. Aisyah radhiyallahu 'anha mengatakan bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam biasa beri'tikaf pada

Panduan Ramadhan [52]


10 hari terakhir di bulan Ramadhan sampai Allah 'azza wa jalla mewafatkan beliau. (HR. Bukhari & Muslim). Beliau juga pernah beri'tikaf di 10 hari terakhir dari bulan Syawal sebagai qadha' karena tidak beri'tikaf di bulan Ramadhan. (HR. Bukhari & Muslim)

I'tikaf Boleh di Masjid Mana Saja I'tikaf disyari'atkan dilaksanakan di masjid berdasarkan firman Allah Ta'ala, “(Tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri'tikaf dalam masjid.” (QS. Al Baqarah [2]: 187). Demikian juga dikarenakan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam begitu juga istri-istri beliau melakukannya di masjid, dan tidak pernah di rumah sama sekali. Menurut mayoritas ulama, i'tikaf disyari'atkan di semua masjid karena keumuman firman Allah di atas (yang artinya) “Sedang kamu beri'tikaf dalam masjid”. Adapun hadits marfu' dari Hudzaifah yang mengatakan, “Tidak ada i'tikaf kecuali pada tiga masjid”, hadits ini masih diperselisihkan apakah statusnya marfu' atau mauquf. (Lihat Shohih Fiqh Sunnah II/151)

Panduan Ramadhan [53]


Wanita Boleh Beri'tikaf Dibolehkan bagi wanita untuk melakukan i'tikaf sebagaimana Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mengizinkan istri tercinta beliau untuk beri'tikaf. (HR. Bukhari & Muslim). Namun wanita boleh beri'tikaf di sini harus memenuhi 2 syarat: [1] Diizinkan oleh suami dan [2] Tidak menimbulkan fitnah (masalah bagi laki-laki). (Lihat Shohih Fiqh Sunnah II/151-152)

Waktu Minimal I'tikaf I'tikaf tidak disyaratkan dengan puasa. Karena Umar pernah berkata kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, “Ya Rasulullah, aku dulu pernah bernazar di masa jahiliyah untuk beri'tikaf semalam di Masjidil Haram?” Lalu Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mengatakan, “Tunaikan nadzarmu.” Kemudian Umar beri'tikaf semalam. (HR. Bukhari dan Muslim) Dan jika beri'tikaf pada malam hari, tentu tidak puasa. Jadi puasa bukanlah syarat untuk i'tikaf. Maka dari hadits ini

Panduan Ramadhan [54]


boleh bagi seseorang beri'tikaf hanya semalam, wallahu a'lam.

Yang Membatalkan I'tikaf Beberapa hal yang membatalkan i'tikaf adalah: [1] Keluar dari masjid tanpa alasan syar'i atau tanpa ada kebutuhan yang mubah yang mendesak (misalnya untuk mencari makan, mandi junub, yang hanya bisa dilakukan di luar masjid). [2] Jima' (bersetubuh) dengan istri berdasarkan Surat Al Baqarah: 187 di atas. (Lihat Shohih Fiqh Sunnah II/155-156)

Amalan Semasa I'tikaf Perbanyaklah dan sibukkanlah diri dengan melakukan ketaatan tatkala beri'tikaf seperti berdo'a, dzikir, dan membaca Al Qur'an. Semoga Allah memudahkan kita untuk mengisi hari-hari kita di bulan Ramadhan dengan amalan sholih yang ikhlas dan sesuai dengan petunjuk Nabi shallallahu

'alaihi

wa

Panduan Ramadhan [55]

sallam.


AMALAN SETELAH RAMADHAN Allah Yang Maha Memberi Nikmat telah memberikan kesempatan untuk merasakan sejuknya beribadah puasa. Sungguh suatu kebanggaan, kita bisa melaksanakan ibadah yang mulia ini. Janji yang pasti diperoleh oleh orang yang berpuasa jika dia menjalankan puasa dengan dasar iman kepada Allah dan mengharapkan ganjarannya telah disebutkan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dalam hadits berikut, “Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan karena iman dan mengharap pahala dari Allah maka dosanya di masa lalu pasti diampuni.� (HR. Bukhari no. 38 dan Muslim no. 760) Setelah kita melalui bulan Ramadhan, tentu saja kita masih perlu untuk beramal sebagai bekal kita nanti sebelum dijemput oleh malaikat maut. Pada tulisan kali ini, kami akan sedikit mengulas mengenai beberapa amalan yang sebaiknya dilakukan seorang muslim setelah menunaikan puasa Ramadhan. Semoga kita mendapatkan ilmu yang bermanfaat.

Panduan Ramadhan [56]


1. Menjaga Shalat Lima Waktu dan Shalat Jama'ah Bulan Ramadhan sungguh sangat berbeda dengan bulanbulan lainnya. Orang yang dulu malas ke masjid atau sering bolong mengerjakan shalat lima waktu, di bulan Ramadhan begitu terlihat bersemangat melaksanakan amalan shalat ini. Itulah di antara tanda dibukanya pintu surga dan ditutupnya pintu neraka ketika itu. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Allah 'azza wa jalla berfirman, 'Aku wajibkan bagi umatmu shalat lima waktu. Aku berjanji pada diriku bahwa barangsiapa yang menjaganya pada waktunya, Aku akan memasukkannya ke dalam surga. Adapun orang yang tidak menjaganya, maka aku tidak memiliki janji padanya'.” (HR. Sunan Ibnu Majah no. 1403. Syaikh Al Albani dalam Shohih wa Dho'if Sunan Ibnu Majah mengatakan bahwa hadits ini hasan) Shalat jama'ah di masjid juga memiliki keutamaan yang sangat mulia dibanding shalat sendirian. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Shalat jama'ah lebih utama dari shalat sendirian sebanyak 27 derajat.” (HR. Bukhari no. 645 dan Muslim no. 650)

Panduan Ramadhan [57]


Namun yang sangat kami sayangkan, amalan shalat ini sering dilalaikan oleh sebagian kaum muslimin. Bahkan mulai pada Hari Raya 'Ied (1 Syawal) saja, sebagian orang sudah mulai meninggalkan shalat karena sibuk silaturahmi atau berekreasi. Begitu juga seringkali kita lihat sebagian saudara kita karena kebiasaan bangun kesiangan, dia meninggalkan shalat shubuh begitu saja. Padahal shalat shubuh inilah yang paling berat dikerjakan oleh orang munafik sebagaimana sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, “Tidak ada shalat yang paling berat dilakukan oleh orang munafik kecuali shalat Shubuh dan shalat Isya'. Seandainya mereka mengetahui keutamaan keduanya, niscaya mereka akan mendatanginya walaupun sambil merangkak.” (HR. Bukhari no. 657 dan Muslim no. 651) Saudaraku, ingatlah ada ancaman keras dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bagi orang yang meninggalkan shalat. Dari Tsauban radhiyallahu 'anhu -bekas budak Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam-, beliau mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Pemisah antara seorang hamba dengan kekufuran dan keimanan adalah shalat. Apabila dia meninggalkannya, maka dia telah melakukan kesyirikan.” (HR.

Panduan Ramadhan [58]


Ath Thobariy dengan sanad shohih. Syaikh Al Albani mengatakan hadits ini shohih. Lihat Shohih At Targib wa At Tarhib no. 566) Shalat jama'ah mungkin kelihatan ramai di bulan Ramadhan saja. Namun, ketika bulan Ramadhan berakhir, masjid sudah kelihatan sepi seperti sedia kala. Memang dalam masalah apakah shalat jama'ah itu wajib atau sunnah mu'akkad terjadi perselisihan di antara para ulama. Namun berdasarkan dalil yang kuat, shalat jama'ah hukumnya adalah wajib (fardhu 'ain). Di antara dalil yang menunjukkan hal ini adalah hadits dari Abu Hurairah di mana beliau radhiyallahu 'anhu berkata, “Seorang laki-laki buta mendatangi Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, lalu dia berkata, 'Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku tidak memiliki orang yang menuntunku ke masjid'. Kemudian pria ini meminta pada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam agar diberi keringanan untuk shalat di rumah. Pada mulanya Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam memberi dia keringanan. Namun, tatkala dia mau berpaling, beliau shallallahu 'alaihi wa sallam memanggil

pria tersebut dan berkata, 'Apakah engkau

mendengar adzan ketika shalat?' Pria buta tersebut menjawab,

Panduan Ramadhan [59]


'Iya.' Lalu beliau shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, 'Penuhilah panggilan tersebut'.” (HR. Muslim no. 653) Lihatlah pria buta ini memiliki udzur (alasan) untuk tidak jama'ah di masjid, namun Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam tidak memberikannya keringanan, dia tetap diwajibkan untuk shalat jama'ah di masjid. Namun, lihatlah walaupun dengan berbagai udzur ini karena pria buta ini mendengar adzan, dia tetap wajib jama'ah di masjid.

2.Memperbanyak Puasa Sunnah Selain kita melakukan puasa wajib di bulan Ramadhan, hendaklah kita menyempurnakannya pula dengan melakukan amalan puasa sunnah. Di antara keutamaannya adalah disebutkan dalam sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berikut, “Maukah kutunjukkan padamu pintu-pintu kebaikan?; Puasa adalah perisai, …” (HR. Tirmidzi no. 2616. Syaikh Al Albani mengatakan dalam Shohih wa Dho'if Sunan Abu Daud bahwa hadits ini shohih) Puasa dalam hadits ini merupakan perisai bagi seorang

Panduan Ramadhan [60]


muslim baik di dunia maupun di akhirat. Di dunia, puasa adalah perisai dari perbuatan-perbuatan maksiat, sedangkan di akhirat nanti adalah perisai dari api neraka. Keutaman lain dari puasa sunah terdapat dalam hadits Qudsi berikut. Banyak puasa sunnah yang dapat dilakukan oleh seorang muslim setelah Ramadhan. Di bulan Syawal, kita dapat menunaikan puasa enam hari Syawal. Juga setiap bulan Hijriyah kita dapat berpuasa tiga hari dan lebih utama jika dilakukan pada ayyamul bid yaitu pada tanggal 13, 14, dan 15. Kita juga dapat melakukan puasa Senin-Kamis, puasa Arofah (pada tanggal 9 Dzulhijah), puasa Asyura (pada tanggal 10 Muharram), dan banyak berpuasa di bulan Sya'ban sebagaimana yang dicontohkan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Dan jika ada yang punya kemampuan boleh juga melakukan puasa Daud yaitu sehari berpuasa dan sehari tidak.

3.Berpuasa Enam Hari di Bulan Syawal Hendaklah di bulan Syawal ini, setiap muslim berusaha

Panduan Ramadhan [61]


untuk menunaikan amalan yang satu ini yaitu berpuasa enam hari di bulan Syawal. Puasa ini mempunyai keutamaan yang sangat istimewa. Hal ini dapat dilihat dari sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dari Abu Ayyub Al Anshoriy, beliau shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka dia berpuasa seperti setahun penuh.” (HR. Muslim no. 1164) Bagaimana cara melakukan puasa ini? An Nawawi dalam Syarh Muslim, 8/56 mengatakan, “Para ulama madzhab Syafi'i mengatakan bahwa paling afdhol (utama) melakukan puasa syawal secara berturut-turut (sehari) setelah shalat 'Idul Fithri. Namun jika tidak berurutan atau diakhirkan hingga akhir Syawal maka seseorang tetap mendapatkan keutamaan puasa syawal setelah sebelumnya melakukan puasa Ramadhan.”

Faedah Puasa Enam hari di bulan Syawal? Ibnu Rojab rahimahullah menyebutkan beberapa faedah di antaranya:

Panduan Ramadhan [62]


1.

Berpuasa enam hari di bulan Syawal setelah Ramadhan akan menyempurnakan ganjaran berpuasa setahun penuh.

2.

Puasa Syawal dan puasa Sya'ban seperti halnya shalat rawatib qobliyah dan ba'diyah. Amalan sunnah seperti ini akan menyempurnakan kekurangan dan cacat yang ada dalam amalan wajib. Amalan sunnah inilah yang nanti akan menyempurnakannya.

3.

Membiasakan berpuasa setelah puasa Ramadhan adalah tanda diterimanya amalan puasa Ramadhan. Karena Allah Ta'ala jika menerima amalan hamba, maka Dia akan memberi taufik pada amalan sholih selanjutnya.

4.

Karena Allah telah memberi taufik dan menolong kita untuk melaksanakan puasa Ramadhan serta berjanji mengampuni dosa kita yang telah lalu, maka hendaklah kita mensyukuri hal ini dengan melaksanakan puasa setelah Ramadhan. Sebagaimana para salaf dahulu, setelah malam

Panduan Ramadhan [63]


harinya melaksanakan shalat malam, di siang harinya mereka berpuasa sebagai rasa syukur pada Allah atas taufik yang diberikan. (Disarikan dari Latho'if Al Ma'arif, 244, Asy Syamilah) Penjelasan penting yang harus diperhatikan: Lebih baik bagi seseorang yang masih memiliki qodho' (tanggungan) puasa Ramadhan untuk menunaikannya daripada melakukan puasa Syawal. Karena tentu saja perkara yang wajib haruslah lebih diutamakan daripada perkara yang sunnah. Alasan lainnya adalah karena dalam hadits di atas, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mengatakan, “Barangsiapa berpuasa ramadhan�. Jadi apabila puasa ramadhannya belum sempurna karena masih ada tanggungan puasa, maka tanggungan tersebut harus ditunaikan terlebih dahulu agar mendapatkan pahala semisal puasa setahun penuh. Apabila seseorang menunaikan puasa syawal terlebih dahulu dan masih ada tanggungan puasa, maka puasanya dianggap puasa sunnah muthlaq (puasa sunnah biasa) dan tidak mendapatkan ganjaran puasa syawal karena kita kembali ke perkataan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam tadi,

Panduan Ramadhan [64]


“Barangsiapa berpuasa ramadhan.� (Lihat Syarhul Mumthi', 3/89, 100)

4.Menjaga Shalat Malam Inilah penyakit yang diderita oleh kaum muslimin setelah Ramadhan. Ketika Ramadhan masjid terlihat penuh pada saat qiyamul lail (shalat tarawih). Namun coba kita saksikan setelah Ramadhan, amalan shalat malam ini seakan-akan hilang begitu saja. Orang-orang lebih senang tidur nyenyak di malam hari hingga shubuh atau pagi tiba, dibanding bangun untuk mengambil air wudhu dan mengerjakan shalat malam. Namun, ibadah shalat malam ini mungkin hanya ibadah musiman saja yaitu dilaksanakan hanya di bulan Ramadhan. Padahal keutamaan shalat malam ini amatlah banyak, di antaranya: [1] Shalat malam adalah sebaik-baik shalat setelah shalat wajib. Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Sebaik-baik puasa setelah puasa

Panduan Ramadhan [65]


Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah –Muharram-. Sebaik-baik shalat setelah shalat wajib adalah shalat malam.” (HR. Muslim no. 1163) [2] Orang yang melakukan shalat malam dijamin masuk surga dan selamat dari adzab neraka. Dari Abdullah bin Salam radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Wahai manusia! Sebarkanlah salam, jalinlah tali silturahmi (dengan kerabat), berilah makan (kepada istri dan kepada orang miskin), shalatlah di waktu malam sedangkan manusia yang lain sedang tidur, tentu kalian akan masuk ke dalam surga dengan penuh keselamatan.” (HR. Tirmidzi no. 2485 dan Ibnu Majah no. 1334. Syaikh Al Albani dalam As Silsilah Ash Shohihah no. 569 mengatakan bahwa hadits ini shohih) [3] Orang yang melakukan shalat malam akan dicatat sebagai orang yang berdzikir kepada Allah Dari Abu Sa'id dan Abu Hurairah, Rasulullah shallalahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Apabila seseorang bangun di waktu malam, lalu dia membangunkan istrinya, kemudian keduanya mengerjakan shalat dua raka'at, maka keduanya akan dicatat

Panduan Ramadhan [66]


sebagai pria dan wanita yang banyak berdzikir pada Allah.” (HR. Ibnu Majah no. 1335. Syaikh Al Albani mengatakan dalam Shohih wa Dho'if Sunan Ibnu Majah bahwa hadits ini shohih). Hadits ini menunjukkan bahwa suami istri dianjurkan untuk shalat malam berjama'ah. [4] Orang yang bangun di malam hari kemudian berwudhu dan melakukan shalat malam, dia akan bersemangat di pagi harinya. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Setan membuat tiga ikatan di tengkuk (leher bagian belakang) salah seorang dari kalian ketika tidur. Di setiap ikatan setan akan mengatakan, “Malam masih panjang, tidurlah!” Jika dia bangun lalu berdzikir pada Allah, lepaslah satu ikatan. Kemudian jika dia berwudhu, lepas lagi satu ikatan. Kemudian jika dia mengerjakan sholat, lepaslah ikatan terakhir. Di pagi hari dia akan bersemangat dan bergembira. Jika tidak melakukan seperti ini, dia tidak ceria dan menjadi malas.” (HR. Bukhari no. 1142 dan Muslim no. 776) Dari 'Abdullah bin 'Amr bin Al 'Ash radhiyallahu 'anhuma, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berkata padaku,

Panduan Ramadhan [67]


“Wahai 'Abdullah, janganlah engkau seperti si A. Dulu dia biasa mengerjakan shalat malam, namun sekarang dia tidak mengerjakannya lagi.� (HR. Bukhari no. 1152) Sebaik-baik orang adalah yang mau mengerjakan shalat malam jika tidak berhalangan karena kecapekan atau ingin mengulang pelajaran sebagaimana Abu Hurairah. “Sebaikbaik orang adalah Abdullah bin Umar, seandainya dia biasa mengerjakan shalat malam.� (HR. Bukhari no. 1122 dan Muslim no. 2479) Padahal shalat malam itu mudah dikerjakan, bisa dengan hanya mengerjakan shalat tahajud 2 raka'at dan ditutup witir 1 raka'at, namun sebagian orang enggan mengerjakan shalat yang utama ini.

5. Amalan yang Kontinu (Ajeg), Amalan yang Paling Dicintai Kalau memang kita gemar melakukan shalat malam atau amalan sunnah yang lainnya, maka hendaklah amalanamalan tersebut tetap dijaga. Kalau biasa mengerjakan shalat malam 3 raka'at dan dilakukan terus menerus

Panduan Ramadhan [68]


(walaupun jumlah raka'at yang dikerjakan sedikit), maka itu masih mending daripada tidak shalat malam sama sekali. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Bebanilah diri kalian dengan amal sesuai dengan kemampuan kalian. Karena Allah tidaklah bosan sampai kalian merasa bosan. (Ketahuilah bahwa) amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah amalan yang kontinu (ajeg) walaupun sedikit.” (HR. Abu Daud, An Nasa'i, Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah. Syaikh Al Albani dalam Shohihul Jami' no. 1228 mengatakan hadits ini shohih) Ingatlah bahwa rajin ibadah bukanlah hanya di bulan Ramadhan saja. Ulama salaf pernah ditanya tentang sebagian orang yang rajin beribadah di bulan Ramadhan, namun jika bulan suci itu berlalu mereka pun meninggalkan ibadah-ibadah tersebut. Dia pun menjawab, “Alangkah buruknya tingkah mereka; mereka tidak mengenal Allah melainkan hanya di bulan Ramadhan!” (Lihat Latho'if Ma'arif, 244) Kenalilah Allah di waktu lapang, niscaya Allah akan mengingatmu di waktu sempit. Rasulullah shallallahu 'alaihi

Panduan Ramadhan [69]


wa sallam bersabda, “Kenalilah Allah di waktu lapang, niscaya Allah akan mengenalimu ketika susah.� (HR. Hakim. Syaikh Al Albani dalam Shohih wa Dho'if Al Jami' Ash Shogir mengatakan bahwa hadits ini shohih)

Bid'ah di Bulan Syawal Ada beberapa bid'ah yang sebaiknya dijauhi oleh setiap muslim di bulan Syawal: 1. Beranggapan sial jika menikah pada bulan Syawal Mungkin bid'ah semacam ini jarang terjadi di tempat kita. Malah kebanyakan kaum muslimin di negeri ini melaksanakan hajatan nikah ketika Syawal karena pada saat itu adalah waktu semua kerabat berkumpul berlebaran. Mengenai anggapan sial nikah di bulan Syawal, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam sendiri telah membantah hal ini. Sebagaimana terdapat riwayat dalam Sunan Ibnu Majah (haditsnya dishohihkan oleh Syaikh Al Albani) bahwa beliau shallallahu 'alaihi wa sallam

Panduan Ramadhan [70]


menikahi 'Aisyah radhiyallahu 'anha pada bulan Syawal dan keluarga beliau tetap harmonis. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam juga telah menyatakan bahwa beranggapan sial seperti ini termasuk kesyirikan. Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Beranggapan sial termasuk kesyirikan, beranggapan sial termasuk kesyirikan. (Beliau menyebutnya tiga kali, lalu beliau bersabda), tidak ada di antara kita yang selamat dari beranggapan sial. Menghilangkan anggapan sial tersebut adalah dengan tawakkal (pada Allah).� (HR. Abu Daud no. 3912. Dikatakan shohih oleh Syaikh Al Albani dalam Silsilah Ash Shohihah no. 429. Lihat penjelasan hadits ini dalam Al Qoulul Mufid – Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah)' 2.

Idul Abror ('Ied pada 8 Syawal atau Lebaran Ketupat) Ini adalah bid'ah yang terjadi di beberapa daerah di negeri kita. Entah namanya apa, tetapi maksud dari acara tersebut itu sama.

Panduan Ramadhan [71]


Sebelumnya mereka melaksanakan puasa di bulan Ramadhan. Lalu mereka berbuka (tidak berpuasa) pada tanggal 1 Syawal. Setelah itu –mulai tanggal 2 Syawal-, mereka melaksanakan puasa enam hari di bulan Syawal. Lalu pada hari kedelepan dari bulan Syawal, mereka merayakan 'ied (yang di kalangan Arab dikenal dengan 'Idul Abror). Abror di sini bermakna orang baik lawan dari orang fajir yang gemar berbuat maksiat. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah membantah perayaan Ied semacam ini dengan mengatakan, “Adapun melaksanakan perayaan tertentu selain dari hari raya yang disyari'atkan (yaitu Idul Fithri dan Idul Adha, pen) seperti perayaan pada sebagian malam dari bulan Rabi'ul Awwal (yang disebutkan dengan malam Maulid Nabi), perayaan pada sebagian malam Rojab, hari ke-8 Dzulhijjah, awal Jum'at dari bulan Rojab atau perayaan hari ke-8 Syawal -yang dinamakan orang yang sok pintar (alias bodoh) dengan Idul Abror-; ini semua adalah bid'ah yang

Panduan Ramadhan [72]


tidak dianjurkan oleh para salaf (sahabat yang merupakan generasi terbaik umat ini) dan mereka juga tidak pernah melaksanakannya.” (Majmu' Fatawa, 25/298) Beliau rahimahullah juga mengatakan, “Adapun perayaan hari ke-8 Syawal, maka itu bukanlah 'ied (yang disyari'atkan). Ini bukanlah 'ied bagi abror (orang sholih/baik) atau pun orang fajir (yang gemar bermaksiat). Tidak boleh bagi seorang pun meyakini perayaan ini sebagai 'ied. Janganlah membuat 'ied yang baru selain 'ied yang sudah ada dalam agama ini (yaitu Idul Fithri dan Idul Adha).” (Al Ikhtiyarot Al Fiqhiyyah, 199) *** *** *** Optimalisasi 10 Hari Terakhir Ramadhan Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW pernah bersabda: “Barang siapa yang mendirikan Lailatul Qadar dengan iman dan ketakwaan, maka Allah akan menghapuskan semua dosanya yang telah lalu”. (HR. Bukhari dan Muslim). Mendirikan malam Lailatul Qadar bermakna mengisi malam

Panduan Ramadhan [73]


itu dengan berbagai ibadah dan menjauhkannya dari semua perbuatan maksiat, hingga dia benar-benar menjadi malam yang penuh kebaikan dan keberkahan. Ada beberapa amalan ibadah yang dilakukan oleh Rasulullah saw dan sahabat pada malam-malam akhir Ramadhan untuk mengisi dan mendirikan Lailatul Qadar diantaranya: Pertama, mandi, berpakaian indah dan memakai harumharuman. Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Asim bahwa Huzaifah pernah mengerjakan qiyam (ibadah malam) Ramadhan bersama Rasulullah dan melihat bahwa Rasulullah SAW mandi pada malam itu. Ibnu Jarir pula berkata bahwa sahabat menyukai mandi pada malam-malam akhir bulan Ramadhan. Demikian pula beberapa riwayat dari sahabat seperti Anas bin Malik dan ulama pada masa Tabi'in menyatakan bahwa mereka akan mandi, memakai baju indah dan memakai harum-haruman apabila berada pada akhir bulan Ramadhan. Apa yang dilakukan oleh Rasulullah SAW, sahabat dan tabi'in

Panduan Ramadhan [74]


ini adalah satu upaya untuk menyambut dan merayakan dengan gembira kedatangan Lailatul Qadar, sembari berdo'a untuk mendapatkan keampunan dan keberkahan malam itu. Kedua, melaksanakan shalat sunnah, I'tikaf serta memperbanyak membaca Al-Qur'an. Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan satu hadits dari Siti Aisyah ra, berkata: “Adalah Rasulullah apabila telah masuk 10 akhir dari Ramadhan, maka Baginda akan menghidupkan malammalamnya, membangunkan keluarganya dan mengikat pinggangnya”. Para sahabat dan ulama berbeda pendapat dalam memberikan penafsiran terhadap hadits diatas. Akan tetapi mereka sepakat bahwa Rasulullah melebihkan ibadahnya pada 10 malam yang terakhir di bulan Ramadhan. Ibadah yang biasa dilakukan pada malam Ramadhan adalah shalat Tarawih dan Witir serta membaca Al-Qur'an. Dalam salah satu hadits yang diriwayatkan oleh Abu Daud dari Amru bin Ash berkata: “Barang siapa yang shalat pada malam Ramadhan dan membaca 10 ayat dari Al-Qur'an maka dia tidaklah dicatat sebagai orang yang lalai”.

Panduan Ramadhan [75]


Mengerjakan dan melaksanakan shalat serta membaca AlQur'an di malam 10 hari akhir Ramadhan sangatlah penting, hingga dalam satu riwayat dikatakan bahwa Rasulullah SAW melakukan shalat pada 10 akhir malam Ramadhan dan membaca Al-Qur'an dengan tertib. Rasulullah tidak akan melalui (dengan membaca) ayat-ayat rahmat kecuali berharap Allah SWT memberikan rahmat itu dan tidak melalui (dengan membaca) ayat-ayat adzab kecuali mohon perlindungan kepada Allah SWT dari azab itu. Shalat berjamaah juga sangat diutamakan pada 10 malam terakhir bulan Ramadhan sehingga Imam Malik dan Imam Syafi'i berkata: “Siapa yang shalat isya' dan subuh berjamaah pada malam Lailtul Qadar, dia telah mengambil bagiannya dari malam itu. Artinya orang yang mengerjakan shalat isya' dan subuh saja dianggap telah mendapat sebagian dari Lailatul Qadar, apalagi mereka mengisinya dengan amalan lain sepanjang malam itu�. Selain shalat dan membaca Al Qur'an, 10 hari terakhir Ramadhan ini, biasanya diisi oleh Rasulullah dengan beri'tikaf di masjid dan tidak tidur bersama isteri-isterinya. Hal

Panduan Ramadhan [76]


ini berdasarkan hadits dari Siti Aisyah yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim, Berkata: Bahwa Rasulullah beriktikaf pada 10 hari terakhir hingga Rasulullah wafat. Ketiga, dengan memperbanyak doa. Rasulullah bersabda: “Doa adalah otak segala ibadah. Doa juga kunci dari semua ibadah. Siti Aisyah diperintahkan oleh Rasulullah untuk memperbanyak doa pada 10 hari malam terakhir Ramadhan. Dalam satu hadits dari Siti Aisyah diriwayatkan Imam AtTirmizi, Siti Aisyah diajarkan oleh Rasulullah SAW membaca doa pada malam Lailatul Qadar. Ulama bersepakat bahwa doa yang paling utama pada malam Lailatul Qadar itu adalah doa yang meminta keampunan dan ke-ma'afan dari Allah SWT sebagaimana doa yang diajarkan Rasulullah kepada Siti Aisyah. Doanya berbunyi: Allahumma innaka afuwun tuhibbul afwa fa fu anni (artinya, Ya Allah, sesungguhnya Engkaulah Maha Pengampun, maka ampunilah aku ini). Pada malam itu Allah SWT akan mengabulkan semua permohonan dan doa, terkecuali terhadap empat golongan

Panduan Ramadhan [77]


manusia. Ibnu Abbas berkata: "Semua doa pada malam itu diterima terkecuali doa orang meminum arak, anak yang durhaka kepada ibu bapak, orang yang selalu bertengkar dan mereka yang memutuskan silaturahim�. Demikianlah amalan ibadah, sebaiknya dilakukan pada malam 10 hari terakhir. Semoga kita termasuk orang yang mendapat keberkahan ibadah di malam 10 hari terakhir hingga selepas Ramadhan, seakan-akan anak yang baru lahir dari rahim ibunya, bersih dari segala dosa (fitrah).

Panduan Ramadhan [78]


PANDUAN PRAKTIS BERZAKAT


PA N D U A N P R A K T I S D A L A M BERZAKAT INFAQ SHODAQOH ZAKAT

DEFINISI Dalam Islam dikenal 3 istilah yang memiliki makna yang hampir serupa tetapi memiliki perbedaan, bahkan sebagiannya merupakan bagian dari kata lainya. Jika dibuatkan diagram maka bentuknya adalah sebagai berikut :

Panduan Ramadhan [80]


Infaq itu lebih umum sifatnya baik infak secara materi maupun non materi bahkan berinfak fi sbilillah atau di jalan selain jalan Allah. Firman Allah swt : “Dan orang-orang yang beriman mereka menginfakkan hartanya di jalan Allah sedangkan orang-orang kafir mereka menginfakkan hartanya di jalan thagut….” QS. Al-Anfal : 36 Infak itu adalah pembelanjaan harta secara umum, hanya dalam islam infak itu harus didasari oleh iman dan di jalan Allah atau fi sabilillah. Lebih khusus dari infak adalah shadaqah, kalau shadaqah tidak ada yang di jalan selain Allah, karena shaqadah itu motifasinya adalah al-qurbah pendekatan kepada Allah swt untuk menunjukkan (-ash shidqu-) kesejatian dan kejujuran sebagai seorang yang beriman. Secara bahasa Shadaqah ً ْ ِ ‫ﺼﺪق‬ ُ ُ ْ َ‫ﺻﺪق ﯾ‬ yang artinya benar, dan berasal dari kata ‫ﺻﺪﻗﺎ‬ َ َ​َ َ َ ‫َو اﻟ ﱠ‬ dalam sebuah haditsnya Rasulullah saw bersabda ُ‫ﺼﺪﻗـﺔ‬ ٌ‫ﺮھﺎن‬ َ ْ ُ‫ ﺑ‬yang bermakna “dalil” bukti kesejatian dan kebenaran iman seseorang. Shadaqah yang sifatnya umum itu bermuara pada zakat, zakat itu bagian dari shadaqah, shadaqah ada yang mafrudhah dan ada yang muqaddarah atau yang ditentukan kadarnya (2,5%, 5%, 10%, atau 20%). Karenanya terdapat

Panduan Ramadhan [81]


ayat yang disebutkan dalam Al Quran tentang shadaqah namun maknanya adalah Zakat. Seperti yang terdapat dalam surat At Taubah : 60, ”Sesungguhnya shadaqah (zakat) itu hanyalah untuk orangorang fakir, orang miskin, amil zakat, yang dilunakkan hatinya (mualaf), untuk memerdekakan hamba sahaya (riqab), untuk membebaskan orang yang berhutang (gharimin), fi sabilillah dan untuk orang yang sedang dalam perjalanan (ibnu sabil), sebagai kewajiban dari Allah. Allah Maha Mengetahui, Maha Bijaksana.” Dan disebutkan juga dalam surat At Taubah ayat 103, “Ambillah dari sebagian harta orang kaya sebagai shadaqah (zakat), yang dapat membersihkan harta mereka dan mensucikan jiwa mereka, dan do'akanlah mereka karena sesungguhnya do'amu dapat memberi ketenangan bagi mereka. Dan Allah maha mendengar lagi maha mengetahui.” Dan secara konotatif juga kesejatian iman itu akan membawa kepada kesucian jiwa dan kebersihan harta serta pengembangan dari harta itu sendiri dan itu adalah makna daripada zakat. Zakat secara bahasa berasal dari kata ‫ زﻛﻰ ﯾزﻛـﻰ زﻛـﺎة‬yang artinya tumbuh dan berkembang, sedangkan secara istilah

Panduan Ramadhan [82]


LANDASAN SYAR'I Al-Quran “Dan laksanakanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan rukuklah bersama orang yang rukuk.” QS. Al Baqarah : 43 “Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian.” QS. Adz Dzariat : 19 ”dan orang-orang yang dalam hartanya disiapkan bagian tertentu. Bagi orang (miskin) yang meminta dan yang tidak meminta.” QS. Al Ma'arij : 24-25 “Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya (amanah). Maka orangorang beriman di antara kamu dan menginfakkan (hartanya di jalan Allah) memperoleh pahala yang besar” QS. Al Hadid : 7 “ Wahai orang- orang yang beriman, infak kanlah (zakatkanlah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik, dan sebagian dari apa yang kami keluarkan dari bumi

Panduan Ramadhan [83]


adalah mengeluarkan sebagian harta dalam waktu tertentu (haul atau ketika panen), nilai tertentu (2,5%, 5%, 10% atau 20%,) dan sasaran tertentu (faqir, miskin, amil, muallaf, riqab, gharimin, fi sabilillah dan ibnu sabil) seperti yang tertuang dalam surat At-Taubah ayat 60. Zakat juga berfungsi untuk : 1. Membersihkan jiwa dari sifat bakhil, selfish dan menyembah harta 2. Membersihkan harta dari terkontaminasi hak orang lain 3. Zakat berfungsi memperkembangkan harta Dalam sebuah hadits Rasulullah saw. Bersabda : Artinya, �Tidak akan berkurang harta yang dikeluarkan untuk bershadaqah, dan tidaklah Allah Swt menambah maaf seorang hamba kecuali ia akan menjadi mulia dan tidaklah seseorang itu tawadhu' kepada Allah kecuali Allah akan mengangkat derajatnya�. (HR. Tirmidzi ; Hadits Hasan Shahih) _________________________________________________

Panduan Ramadhan [84]


untukmu. Janganlah kamu memilih yang buruk untuk kamu keluarkan, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memicingkan mata(enggan) terhadapnya. Dan ketahuilah bahwa Allah Maha Kaya Maha Terpuji” Q.S. Al Baqarah : 267 Al-Hadits Dari Abu Abdurrahman Abdullah bin Umar bin Al Khattab semoga Allah meridhoi keduanya dia berkata : saya mendengar Rasulullah saw bersabda : ”Islam dibangun di atas 5 perkara ; bersaksi tiada Illah yang berhak disembah melainkan Allah dan bahwa Nabi Muhammad saw utusan Allah swt, menegakkan shalat, menunaikan zakat, melaksanakan haji dan berpuasa di bulan Ramadhan.” HR. Tirmidzi dan Muslim “Bila suatu kaum enggan mengeluarkan zakat, Allah akan menguji mereka dengan kekeringan dan kelaparan.” H.R. Thabrani “Bila zakat bercampur dengan harta lainnya maka ia akan merusak harta itu.” H.R. Al Bazar dan Baehaqi.

Panduan Ramadhan [85]


Ijma' Kesepakatan ulama baik salaf maupun khalaf bahwa zakat merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh umat Islam dan haram mengingkarinya. Ancaman bagi orang yang tidak berzakat Firman Allah swt. : “… Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menginfakkannya di jalan Allah swt. maka beritahukanlah kepada mereka (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih. Pada hari itu dipanaskan emas dan perak tersebut di neraka jahanam, lalu disetrika dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka, (lalu dikatakan) kepada mereka : ”Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang (akibat dari) harta yang kamu simpan.” QS. At Taubah : 34-35. ”Katakanlah (Muhammad), ”Aku ini hanyalah seorang manusia seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku bahwa Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa, karena itu tetaplah kamu (beribadah) kepada-Nya dan mohonlah ampunan

Panduan Ramadhan [86]


kepada-Nya. Dan celakalah bagi orang-orang yang mempersekutukan-Nya. (yaitu) orang-orang yang tidak menunaikan zakat dan mereka ingkar terhadap kehidupan akhirat.� QS. Fushilat : 6-7 _________________________________________________

SYARAT HARTA WAJIB ZAKAT 1. 2. 3. 4. 5. 6.

Milik sempurna ( Milkun Taam) Cukup nishab Berlalu satu tahun atau haul (bagi sebagian harta) Harta yang halal Lebih dari kebutuhan pokok (surplus minimum). Berkembang (An Nama) Nishab dan Miqdar (tarif/ kadar zakat) Nishab Nishab adalah istilah Fikih tentang jumlah tertentu dalam harta kekayaan yang wajib dikenakan zakatnya, contohnya 20 mitsqal atau 85 gram emas, 5 wasaq atau 653 kg beras dan lain-lain. Penentuan nishab mempertimbangkan (at-ta'ab) atau

Panduan Ramadhan [87]


tenaga yang digunakan untuk menghasilkan harta tersebut. Jika dalam mendapatkan harta tersebut diperoleh nyaris tidak ada tenaga maka tidak ada nishabnya, berapapun harta yang didapat maka dikeluarkan zakatnya. Seperti hibah. Jika harta tersebut diperoleh ada ta'ab nya tapi tidak seberapa besar (minimal) ketika menanamnya maka nishabnya adalah nishab hasil tani zuru' 5 wasaq. Jika dalam memperoleh harta tersebut ta'ab nya besar, maka nishabnya adalah nishab naqdain 85gr. Miqdar (tarif/ kadar zakat) Miqdar zakat mempetimbangkan tingkat al kulfah biaya yang dikeluarkan 20%, 10%, 5% dan 2,5%. Semakin rendah biaya yang dikeluarkan semakin rendah kadar yang harus dikeluarkan. Tentang nishab dan kadar ini terdapat hadits-hadits Rasulullah saw, yaitu sebagai berikut : �Apabila anda memiliki dua ratus dirham dan telah berlalu waktu satu tahun maka wajib zakat atasnya lima dirham. Anda tidak mempunyai kewajiban zakat emas, sehingga anda memiliki dua puluh

Panduan Ramadhan [88]


-

-

-

-

dinar dan berlaku waktu satu tahun, dan zakatnya sebesar setengah dinar. Dan jika lebih, maka hitunglah berdasarkan kelebihannya. Dan tidak ada pada harta, kewajiban zakat sehingga berlalu waktu satu tahun.” HR. Abu Dawud ”Ambillah oleh kalian 1/40 nya (2,5%) dari setiap empat puluh dirham....”HR. Abu Dawaud ”Tanaman yang diairi hujan atau sungai wajib dikeluarkan zakatnya sepersepuluh dan yang diairi dengan disirami maka zakatnya separuh dari sepersepuluh atau lima persen” HR. Bukhori ”Dalam tanaman yang diairi air sungai atau air hujan, terdapat kewajiban zakat sepersepuluh, sedangkan dalam tanaman yang diairi melalui pengangkutan (saniyah) terdapat kewajiban seperduapuluh” HR. Muslim ”Tidaklah pada hasil tanaman (pertanian) yang kurang dari lima wasaq ada kewajiban zakat. Tidak pula pada unta yang kurang dari lima ekor ada zakat. Dan tidak pula pada perak yang kurang dari lima awaq ada kewajiban zakat.” HR. Bukhori. Rasulullah saw ditanya tentang barang temuan, beliau menjawab : ”Apabila ditemukan pada jalan yang ramai atau pada daerah yang berpenghuni, maka umumkanlah selama satu tahun. Jika datang pemiliknya (maka itu haknya), jika tidak maka

Panduan Ramadhan [89]


menjadi milikmu. Tapi jika ditemukan pada jalan mati (tanah tak bertuan) atau daerah yang tak berpenghuni, maka pada barang temuan tersebut dan juga pada rikaz wajib dikeluarkan seperlima (20%).� HR. An Nasai JENIS ZAKAT Zakat terbagi menjadi dua : Zakat Fitrah (Nafs) Zakat Harta (Maal) ZAKAT FITRAH Pengertian Zakat fitrah adalah zakat (shadaqah) jiwa, istilah tersebut diambil dari kata fitrah yang merupakan asal dari kejadian. Dari Ibnu Umar ra. Beliau berkata : �Rasulullah saw. Telah memfardhukan zakat fitrah 1 sha' dari kurma atau gandum atas budak,orang merdeka, laki-laki danperempuan, anak kecil dan orang tua dari seluruh kaum muslimin. Dan beliau perintahkan supaya dikeluarkan sebelum orang-orang keluar untuk shalat 'Ied.� HR. Bukhori. Besaran

yang harus dikeluarkan adalah 2,176 kg atau

dibulatkan menjadi 2,5kg beras yang dikonsumsi.

Panduan Ramadhan [90]


Waktu pembayaran 1. Waktu sempit (al mudhayyiq) yaitu Wajib membayar zakat fitrah yaitu ditandai dengan tenggelamnya matahari di akhir bulan Ramadhan 2. Waktu luas (al muwassi') yaitu Boleh mendahulukan atau mempercepat pembayaran zakat fitrah dari waktu wajib tersebut. Untuk kepentingan efektiitas pengelolaan dan efektifitas manfaat distribusi, dianjurkan untuk membayarkannya pada waktu luas Waktu Distibusi Adalah waktu yang mashlahat bagi penerima, jika dapat dibagikan sebelum shalat ied itu lebih baik, dan jika tidak maka dapat dibagikan seseudahnya dari amil kepada para mustahik. Dalil-dalil A. Hadits Rasulullah saw. 1. Dari Ibnu Umar ra. Ia berkata: “Rasulullah saw. mewajibkan zakat fitrah di bulan Ramadhan 1 sha' dari kurma atau 1 sha' dari gandum atas seorang hamba maupun merdeka, laki-laki maupun

Panduan Ramadhan [91]


perempuan, anak-anak maupun dewasa, dari umat Islam.” HR. Jama'ah 2. Dari Ibnu Umar ra. ”Sesungguhnya Rasulullah saw. Memerintahkan mengeluarkan zakat fitrah sebelum orang-orang keluar untuk melaksanakan shalat.” HR. Jama'ah kecuali Ibnu Majah. 3. Dari Ibnu Abbas ra. Ia berkata: “Rasulullah saw. mewajibkan zakat fitrah sebagai pembersih bagi yang shaum dari perbuatan sia-sia dan kotor, dan untuk dinikmati oleh orang miskin, barang siapa membayarnya sebelum shalat maka ia termasuk zakat yang diterima, dan barang siapa yang membayarnya setelah shalat maka ia termasuk shadaqah.” HR. Abu Daud dan Ibnu Majah. Hadits-hadits tersebut di atas menunjukan bahwa penunaian zakat (ta-diyah) dari muzaki kepada amil mesti sebelum shalat, adapun pendistribusian (tauzi') dari amil kepada mustahik

dapat

didistribusikan setelahnya. B. Realita yang berlaku di beberapa negara, kaum muslimin menunaikan zakat fitrah di hari Ied itu sendiri menjelang shalat, maka dapat dipastikan mereka mendistribusikan setelah shalat

Panduan Ramadhan [92]


C. Kebutuhan para mustahik saat ini tidak lagi terbatas makan pada Hari Raya Ied, tetapi ada macammacam kebutuhan lainnya.

ZAKAT MAAL Pengertian Zakat Maal adalah zakat yang dikenakan atas harta (maal) yang dimiliki oleh seseorang atau lembaga dengan syaratsyarat dan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan. Pengertian Maal Menurut Jumhur Fuqaha : �kullu ma yutamawwalu bihi wa yamilu ilaihi athb'u wa yubahu intifa'u bihi syar'an�, dari definisi tersebut terdapat 3 hal kriteria harta atau Maal, yaitu : 1. Mempunyai nilai ekonomi yaitu nilai tukar, bukan sesuatu yang gratis untuk mendapat-kannya boleh dibantu dengan imbalan kecuali kalau sesuatu itu di tabarru' kan 2. Setiap orang cenderung menyukainya dan

Panduan Ramadhan [93]


3.

memerlukannya Dibenarkan pemanfatannya secara syar'i

Ketiga hal inilah yang membedakan harta di dalam Islam dan harta di luar Islam. Dengan demikian, maka aset-aset yang tidak dibolehkan untuk dimanfaatkan secara syar'i walaupun mempunyai nilai ekonomi yang besar dan disenangi banyak orang, tidak dikategorikan sebagai harta dan tidak mejadi objek zakat. Seperti narkoba. Klasifikasi harta Semua yang termasuk harta apapun juga bentuknya merupakan objek harta. Harta ada yang berupa nuqud / uang, ada yang berupa 'urudh / barang, ada yang berupa huquq/ hak-hak atau jasa. Dengan demikian maka objek zakat itu ada yang berupa uang, barang dan hak seperti hak cipta, hak atas kekayaan intelktual, hak paten, ketika dijual dan jadi uang atau jasa

Panduan Ramadhan [94]


Macam – Macam Zakat Maal A. ZAKAT EMAS DAN PERAK Syariat Islam memandang emas dan perak merupakan harta yang potensial disamping dapat berfungsi sebagai perhiasan yang indah, emas juga dapat berfungsi sebagai alat tukar dari masa ke masa. Dalam fiqih emas ini merupakan nilai ats-tsaman, nilai harta diukur standar emas dan perak oleh karenanya sifat emas sebagai harta ini sangat jelas, bahkan disebut annaqdain / cash atau ats-tsamanain/ dua pilar mata uang yang merupakan lata ukur dan standar nilai. Imam Ghazali : siapa yang memiliki emas dan perak seolah olah dia memiliki dunia ini ; karena apapun dapat dibeli dengan emas dan perak. Dengan sifat harta emas dan perak yang merupakan alat ukur dan nilai tersebut maka harta emas dan perak menjadi salah satu objek zakat. Oleh sebab itu syariat Islam memandang perlunya dikeluarkan zakat emas dan perak ini. Bahkan dalam Alquran disebut secara khusus dalam surat At-Taubah : 34-35, â€œâ€Ś Dan orang-orang yang

Panduan Ramadhan [95]


menyimpan emas dan perak dan tidak menginfak k annya di jalan Allah swt. mak a beritahukanlah kepada mereka (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih. Pada hari itu dipanaskan emas dan perak tersebut di neraka jahanam, lalu disetrika dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka, (lalu dikatakan) kepada mereka : �Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang (akibat dari) harta yang kamu simpan�. Ketentuan Zakat Emas dan Perak Zakat Emas 1. Nishab zakat emas 85 gram emas 2. Haul selama 1 tahun Hijriyah 3. Kadar yang wajib dikeluarkan zakatnya adalah 2,5% 4. Perhiasan yang wajib dikeluarkan zakat adalah perhiasan yang disimpan dan tidak dipakai, selain itu maka tidak wajib dikeluarkan zakat.

Panduan Ramadhan [96]


Cara Menghitung Zakat Emas dan Perak Contoh: Ibu Fatma memiliki perhiasan emas sebanyak 150 gram, yang biasa dipergunakan adalah sebanyak 40 gram, setelah berjalan 1 tahun, berapa zakat yang harus dikeluarkannya ? Jumlah perhiasan emas 150 gram Yang dipergunakan

40 gram

Emas yang disimpan 150 – 40 = 110 gram Nishab zakat emas adalah 85 gr Perhiasan emas yang dimiliki oleh ibu Fatmah sudah wajib dizakati karena melebihi nishab dan mencapai haul. Cara menghitungnya adalah : 110 x 2,5% = 2,75 gram atau jika dnilai dengan uang adalah sebagai berikut : Jika harga 1 gram emas adalah Rp 500.000,- maka 110 gram emas = Rp 55.000.000,-, maka zakatnya adalah 55.000.000 x 2,5 % = Rp 1.375.000,Jadi zakatnya adalah 2,75 gr atau Rp 1.375.000,

Panduan Ramadhan [97]


Zakat Perak 1. Nishab zakat perak adalah 595 gram 2. Haul selama 1 tahun 3. Kadar yang wajib dikeluarkan zakatnya adalah 2,5% 4. Cara penghitungan sama dengan penghitungan zakat emas. Contoh : Ibu Fatma memiliki perhiasan perak sebanyak 700 gram, yang biasa dipergunakan adalah sebanyak 40 gram, setelah berjalan 1 tahun, berapa zakat yang harus dikeluarkannya ? Jumlah perhiasan perak 700 gram Yang dipergunakan

40 gram

Perak yang disimpan 700 – 40 = 660 gram Nishab zakat perak adalah 595 gram Perhiasan perak yang dimiliki oleh ibu Fatmah sudah wajib dizakati karena melebihi nishab dan mencapai haul.

Panduan Ramadhan [98]


Cara menghitungnya adalah : 660 x 2,5% = 16,5 gram atau jika dnilai dengan uang adalah sebagai berikut : Jika harga 1 gram perak adalah Rp 100.000,- maka 660 gram perak = Rp 66.000.000,-, maka zakatnya adalah 66.000.000 x 2,5% = Rp 1,650,000,Jadi zakatnya adalah 16,5 gr atau Rp 1,650,000, B.

ZAKAT PERTANIAN

Banyak ayat menyebutkan bahwa hasil Pertanian merupakan kebutuhan asasi bagi manusia. Bahkan sebagian ulama menyebut bahwa pertanian itu merupakan soko guru kekayaan dari masyakarat, karena awal dari kekayaan itu adalah pertanian, kemudian ditemukan emas lalu selanjutnya ditemukan perniagaan. Firman Allah swt. : “Wahai orang-orang yang beriman, infakkanlah (zakatkanlah) sebagian dari hasil usahamu yang baikbaik, dan sebagian dari apa yang kami keluarkan dari

Panduan Ramadhan [99]


bumi untukmu. Janganlah kamu memilih yang buruk untuk kamu keluarkan, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memicingkan mata (enggan) terhadapnya. Dan ketahuilah bahwa Allah Maha Kaya Maha Terpuji� Q.S. Al Baqarah : 267 Ketentuan zakat pertanian 1. Nishab zakat pertanian adalah 5 wasaq sama dengan 653 kg beras. Dari Jabir Rasulullah saw. Bersabda : “Tidak wajib dibayar zakat pada kurma yang kurang dari 5 Ausuq.� (HR. Muslim) Ausuq jamak dari wasaq, 1 wasaq = 60 sha', sedangkan 1 sha' = 2,176 kg, maka 5 wasaq adalah 5x 60 x 2,176 = 652,8 kg. Jika diuangkan maka ekuivalen dengan nilai dari 653 kg beras. Jika menghitung dengan gabah atau padi yang masih ada tangk ainya mak a mempertimbangkan timbangan berat dari beras ke gabah kurang lebih sekitar 35% sampai dengan 40% hingga nishab untuk gabah adalah kurang lebih 1 ton. Atau mempertimbangkan timbangan 2.

berat dari beras ke padi yang masih bertangkai. Kadarnya sebanyak 5% jika menggunakan irigasi

Panduan Ramadhan [100]


(mengeluarkan biaya) atau 10% dengan pengairan alami (tadah hujan) dan tidak mengeluarkan biaya. Hadits Nabi saw. : ”yang diairi dengan air hujan, mata air tanah zakatnya sepersepuluh (10%), sedangkan yang disirami zakatnya seperduapuluh (5%). 3. Dikeluarkan ketika panen Firman Allah swt. ”…Dan bayarkanlah zakatnya di hari panen ….”QS. 6 : 34 Cara penghitungan Zakat Pertanian Contoh 1 : Bpk. Abdullah adalah seorang petani, sawahnya yang berjumlah 2 Ha ia tanami padi. Selama pemeliharaan ia mengeluarkan biaya sebanyak Rp 500.000,-. Ketika panen hasilnya sebanyak 10 ton beras. Berapa zakat yang harus dikeluarkannya ? Jawab : Ketentuan zakat hasil tani : Nishab 653 kg beras

Panduan Ramadhan [101]


-

Tarifnya 5% Waktunya : Ketika menghasilkan ( Panen )

Jadi zakatnya : Hasil panen 10 ton = 10.000 kg (melebihi nishab) 10.000 x 5% = 500 kg Jika dirupiahkan ; Jika harga jual beras adalah Rp 2.000,- maka 10.000 x 2.000 = Rp 20.000.000 20.000.000 x 5% = Rp 1.000.000,Contoh 2 : Bpk. Abdullah adalah seorang petani, sawahnya yang berjumlah 2 Ha ia tanami padi. Selama pemeliharaan ia mengeluarkan biaya sebanyak Rp 500.000,-. Ketika panen hasilnya sebanyak 50 ton gabah. Berapa zakat yang harus dikeluarkannya ? Jawab : Ketentuan zakat hasil tani : Nishab 653 kg beras di konversi ke gabah dengan

Panduan Ramadhan [102]


-

kenaikan timbangan berat kurang lebih 35% - 40% atau dibulatkan menjadi 1 ton gabah Tarifnya 5% Waktunya : Ketika menghasilkan ( Panen )

Jadi zakatnya : Hasil panen 50 ton (melebihi nishab) 50 x 5% = 2.5 ton gabah C. ZAKAT PERNIAGAAN Pengertian Zakat perniagaan adalah zakat yang dikeluarkan dari harta niaga. Harta niaga adalah harta atau aset yang diperjualbelikan dengan maksud untuk mendapatkan keuntungan. Dengan demikian maka dalam harta niaga harus ada 2 motivasi, 1. Motivasi untuk berbisnis (diperjualbelikan) dan 2. Motivasi mendapatkan keuntungan. Apabila tidak ada 2 motifasi tersebut maka tidak termasuk dalam harta atau aset niaga Hal yang penting untuk diperhatikan dalam menghitung zakat

Panduan Ramadhan [103]


perniagaan adalah membedakan antara aset niaga dan bukan aset niaga. Jika termasuk aset niaga maka harus dizakati tetapi jika tidak termasuk maka tidak wajib dizakati. Misalnya, jika ada seseorang yang jual rumah atau tanah hanya sekali saja atau membeli tanah tidak untuk diperjualbelikan melainkan hanya untuk saving saja maka tidak termasuk aset niaga oleh karenanya tidak wajib dizakati. Tetapi jika menjual atau membeli rumah kemudian beli untuk dijual lagi dan begitu seterusnya dengan 2 motivasi tersebut di atas, maka yang demikian itu termasuk harta niaga oleh karenanya wajib dizakati. Diantara yang termasuk aset perniagaan adalah tanah yang diperjualbelikan, aset yang belum terjual seperti aset inventori yang barangnya masih di dalam gudang. Ketentuan zakat perniagaan 1. Nishab zakat niaga adalah senilai dengan 85 gram emas 2. Usaha tersebut telah berjalan selama 1 tahun Hijriyah

Panduan Ramadhan [104]


3. 4. 5.

Kadar yang dikeluarkan adalah 2,5% Dapat dibayarkan dengan uang atau barang Dikenakan pada perdagangan maupun perseroan

Cara penghitungan : (Modal diputar + keuntungan + piutang) – (hutang + kerugian) x 2,5% = Zakat Contoh : Ibu Azizah seorang pedagang kelontong, walaupun tokonya tidak begitu besar ia memiliki aset (modal) sebanyak Rp 6.000.000,- setiap harinya ia mendapatkan keuntungan bersih sebesar Rp 3.000.000,- /bulan. Usaha itu ia mulai pada bulan Januari 2005, setelah berjalan 1 tahun pada bulan tersebut ia mempunyai piutang yang dapat dicairkan sebesar Rp 3.000.000,dan hutang yang harus ia bayar pada bulan tersebut sebesar Rp 3.100.000,-. Jawab Zakat dagang dianalogikan kepada zakat emas, nishabnya adalah 85gr emas, mencapai haul dan

Panduan Ramadhan [105]


dengan tarif 2,5%. Aset atau modal yang dimiliki Rp 6.000.000,Keuntungan setiap bulan Rp 3.000.000,- x12 = 36.000.000,Piutang sejumlah Rp 3.000.000,Hutang sejumlah Rp 3.100.000,Penghitungan zakatnya adalah (Modal + untung + piutang ) – (hutang ) x 2,5%= zakat (6.000.000 + 36.000.000 + 3.000.000) – (3.100.000,-) x 2,5% = Rp 1.047.500,Jadi zakatnya adalah Rp 1.047.500,D. ZAKAT PROFESI Pengertian Zakat profesi atau zakat pendapatan adalah zakat harta yang dikeluarkan dari hasil pendapatan seseorang atau profesinya bila telah mencapai nishab. Seperti karyawan, dokter, notaris, konsultan, pengacara, dosen, dan lain-lain.

Panduan Ramadhan [106]


Landasan syar'i zakat profesi Dalil Umum “Ambillah dari sebagian harta orang kaya sebagai shadaqah (zakat), yang dapat membersihkan harta mereka dan mensucikan jiwa mereka, dan do'akanlah mereka karena sesungguhnya do'amu dapat memberi ketenangan bagi mereka. Dan Allah maha mendengar lagi maha mengetahui.” QS. At Taubah : 103 Dalil Khusus “Wahai orang-orang yang beriman, infakkanlah (zakatkanlah) sebagian dari hasil usahamu yang baikbaik, …” Q.S. Al Baqarah : 267 Ayat diatas menunjukan lafadz atau kata yang masih umum; dari hasil usaha apa saja, “…infakkanlah (zakatkanlah) sebagian dari hasil usahamu yang baikbaik, …” dan dalam ilmu fiqh terdapat kaidah “Al “ibrotu bi Umumi lafdzi laa bi khususi sabab”, “bahwa ibroh (pengambilan makna) itu dari keumuman katanya bukan dengan kekhususan sebab.” Dan tidak ada

Panduan Ramadhan [107]


satupun ayat atau keterangan lain yang memalingkan makna keumuman hasil usaha tadi, oleh sebab itu profesi atau penghasilan termasuk dalam kategori ayat diatas. Harta pendapatan dari hasil Profesi dikeluarkan zakatnya dikarenakan, dari sifat hartanya pendapatan dari hasil profesi termasuk ke dalam 3 kriteria harta atau maal, yaitu : 1. Harta Profesi mempunyai nilai ekonomi yaitu nilai tukar, bukan sesuatu yang gratis untuk mendapatkannya boleh dibantu dengan imbalan kecuali kalau sesuatu itu di tabarru' kan 2. Harta Profesi disukai semua orang bahkan banyak yang memerlukannya 3. Harta Profesi yang dizakati adalah harta dibenarkan pemanfatannya secara syar'i Karena termasuk ke dalam kriteria harta atau maal, maka harta yang didapatkan dari hasil profesi termasuk ke dalam jenis harta yang wajib dizakati. Bahkan pada kenyataannya pendapatan seseorang dari hasil profesi jauh lebih banyak dari pada pendapatan hasil pertaniannya khususnya di negara-negara non agraris

Panduan Ramadhan [108]


E. ZAKAT UANG SIMPANAN ATAU DEPOSITO Uang Simpanan Uang simpanan dikeluarkan zakatnya dikarenakan, dari sifat hartanya uang simpanan termasuk ke dalam 3 kriteria harta atau maal, yaitu : 1. Uang simpanan mempunyai nilai ekonomi yaitu nilai tukar 2. Uang simpanan disukai semua orang bahkan banyak yang memerlukannya 3. Uang simpanan yang dizakati adalah yang dibenarkan pemanfatannya secara syar'i Bahkan karena uang simpanan itu merupakan surplus maka lebih layak dikenakan zakat dibandingkan dengan hasil penghasilan yang bisa jadi surplus bisa juga tidak. Uang simpanan dikenakan zakat dari jumlah saldo akhir bila telah mencapai nishab dan berjalan selama 1 tahun. Besarnya nishab senilai 85 gram emas. Kadar zakat yang dikeluarkan adalah 2,5%.

Panduan Ramadhan [109]


Contoh . Seorang karyawati di sebuah perusahaan swasta terkenal membuka rekening tabungannya pada awal bulan Oktober 2013 sebesar Rp 30.000.000,- pada tanggal 24 Oktober ia menyimpan sebanyak Rp 2.000.000,- kemudian dua hari setelah itu ia menyimpan kembali sebanyak Rp 500.000,- pada bulan November ia mengambil untuk sebuah keperluan sebesar Rp 2.000.000,- lalu mulai bulan Januari sampai bulan September ia menyisihkan uangnya untuk ditabung setiap bulannya sebesar Rp 300.000,Jawab : Zakat tabungan dianalogikan dengan zakat emas nishabnya adalah 85 gr emas dan mencapai haul dengan tarif 2,5% dihitung dari saldo akhir.

Panduan Ramadhan [110]


Saldo awal bulan Oktober 2003 Rp 30.000.000,Menabung pada 24 Oktober Rp 2.000.000,Menabung pada 26 Oktober Rp 5.000.000,Diambil pada bulan November Rp 2.000.000,Dari Januari s/d September Rp 1.000.000,- x 9 = Rp 9.000.000,-

Panduan Ramadhan [111]


Penghitunga zakatnya adalah saldo akhir 44.000.000 x 2,5% = 1.100.000,Jadi zakatnya adalah Rp 1.100.000, F. ZAKAT PERUSAHAAN Perusahaan pada umumnya bergerak di 2 bidang yaitu perusahaan yang bergerak dalam jual beli barang (trading) dan perusahaan bergerak di bidang jasa. Perusahaan dikenakan zakatnya karena termasuk dalam kategori maal atau harta. 1. Mempunyai nilai ekonomi 2. Disukai semua orang 3. Perusahaan yang dizakati adalah yang bergerak di bidang halal, jika bergerak di bidang jual beli barang tentunya barangbarang yang halal begitu juga dengan jasa, maka jasanya adalah yang halal. Biasanya saham perusahaan tidak dimiliki oleh satu orang melainkan dimiliki oleh beberapa orang. Oleh karenanya maka dalam mu'amalah Islam perusahaan digolongkan kedalam syirkah (perkongsian) dan ketika mengeluarkan zakat perusahaan digolongkan kepada syakhsyiyah i'tibariyah (badan hukum yang di anggap

Panduan Ramadhan [112]


orang). Mengenai hal Rasulullah saw besabda : ”Sesungguhnya Allah swt berfirman: ”Aku adalah pihak ketiga dari dua orang yang berkongsi (berserikat) selama salah satunya tidak berkhianat kepada yang lainnya. Jika terjadi pengkhianatan maka aku akan keluar dari mereka.” HR. Abu Dawud. Dalam riwayat lain Beliau bersabda ”...Dan janganlah disatukan (dikumpulkan) harta yang mula-mula terpisah, sebaliknya jangan pula dipisahkan harta yang pada mulanya bersatu, karena mengeluarkan zakat.” HR. Bukhori ”...Dan harta yang disatukan dari dua orang yang berkongsi maka dikembalikan kepada keduanya secara sama.” HR. Bukhori Perusahaan yang akan mengeluarkan zakat hendaknya membuat kesepakatan antar pemegang saham bahwa hasil dari perusahaan tersebut akan dikeluarkan zakatnya, dengan tujuan agar terjadi keridhoan dan keikhlasan ketika mengeluarkannya. Dari sisi kepemilikan, terkadang tidak semuanya muslim. Jika terdapat dalam perusahaan tersebut hak non muslim, maka ketika akan mengeluarkan zakat dikeluarkan terlebih dahulu hak yang non muslim baru

Panduan Ramadhan [113]


kemudian dikeluarkan zakatnya. Cara mengeluarkan zakat Perusahaan Karena inti dari kegiatan perusahaan itu adalah kegiatan perdagangan maka penghitungan zakatnya dianalogikan kepada zakat perniagaan. Dengan Nishab senilai 85 gr emas, kadar 2,5% dan sudah masuk haul. G.

ZAKAT INVESTASI ) ‫( زﻛﺎة اﻟﻤﺴﺘﻐـﻠﺔ‬

Zakat investasi adalah zakat yang dikeluarkan dari hasil investasi. Investasi adalah menyediakan barang untuk dijual manfaatnya bukan dijual fisiknya seperti mobil, rumah , tanah yang disewakan atau hotel. Dengan demikian zakat investasi dikeluarkan dari hasilnya bukan dari modalnya. Hasil investasi dikeluarkan zakatnya karena hasil investasi merupakan bagian dari maal atau harta yag terpenuhi 3 kriteria nya : 1. Mempunyai nilai ekonomi yaitu nilai tukar, bukan sesuatu yang gratis untuk mendapatkannya boleh dibantu dengan imbalan kecuali kalau sesuatu itu di tabarru' kan 2. Setiap orang cenderung menyukainya dan

Panduan Ramadhan [114]


3.

memerlukannya Dibenarkan pemanfatannya secara syar'i

Karena adanya kemiripan yang berlaku antara hasil tani dengan investasi maka penghitungan zakat investasi dilakukan dengan cara menganalogikan kepada zakat hasi tani dengan ketentuan sebagai berikut : 1. Nishab zakat investasi adalah 5 wasaq sama dengan 653 kg beras. Jika beras per kg nya adalah Rp 5.000,- maka 653 x 2.

3.

Rp 5.000,- = Rp 3.265.000,Kadarnya sebanyak 5% dari penghasilan bruto atau 10% dari penghasilan netto atau setelah dikurangi beban operasional yang terkait dengan investasi tersebut. Dibayarkan ketika panen/ menghasilkan

Contoh. Hj. Azmi adalah seorang yang kaya raya, ia memiliki rumah kontrakan berjumlah 20 pintu, karena sifatnya yang dermawan, arif dan bijaksana, ia menyewakan rumah kontrakannya tidak terlalu mahal, perbulannya seharga Rp 200.000,-/ rumah. Setiap bulannya Hj Azmi mengeluarkan Rp 500.000,- untuk biaya perawatan

Panduan Ramadhan [115]


seluruh rumah kontrakannya. Jawab. Penghasilan dari rumah kontrakan dianalogikan dengan zakat investasi, yaitu nishabnya senilai 653 kg beras dengan tarif 5% dari bruto dan 10% dari netto. Setiap bulannya Hj. Azmi memiliki penghasilan sebanyak 20 x 200.000 = Rp 4.000.000,Ada 2 cara dalam menghitung zakatnya Bruto Rp 4.000.000 x 5% = 200.000 jadi zakatnya adalah Rp 200.000,Netto 4.000.000 – 500.000 = 3.500.000 x 10% = 350.00, jadi zakatnya adalah Rp 350.000,H.

ZAKAT HADIAH DAN SEJENISNYA

Nisab Hadiah : Tdk Memiliki Nisab Haul

: Ketika Menghasilkan

Kadar

: 2,5 %, 5-10 %, dan 20 %

2,5 % Jika cara memperolehnya memerlukan keterlibatan secara penuh baik tenaga / pikiran. 5% - 10 %

Panduan Ramadhan [116]


Jika cara memperolehnya minim keterlibatannya secara penuh 20 % Jika cara memperolehnya tdk terduga- duga I.

ZAKAT PETERNAKAN

Hewan ternak yang dikenakan zakatnya adalah hewan ternak yang dipelihara dengan niat atau tujuan memperbanyak keturunannya (beranak pinak) bukan dengan niat untuk diperjualbelikan. Jika beternak hewan dengan niat atau tujuan diperjualbelikan dan mendapatkan keuntungan, maka yang demikian itu termasuk dalam zakat perniagaan. Dan jika beternak hewan dengan niat atau tujuan beranak pinak, maka hal tersebut masuk dalam kategori zakat peternakan, yang penunaiannya mengikuti ketentuan yang telah ditetapkan. Faktor niat atau tujuan disini sangat penting, sebab sangat berpengaruh dalam menentukan pola pengeluaran zakatnya. Syarat-syarat zakat hewan ternak

Panduan Ramadhan [117]


1. 2. 3. 4.

Mencapai nishab telah dimiliki selama satu tahun Digembalakan Tidak dipekerjakan

A. Zakat Unta

Panduan Ramadhan [118]


B. Zakat Kambing

C. Zakat Sapi

_______________________________________________

Panduan Ramadhan [119]


Beberapa Pertanyaan Seputar Zakat 1.

Bolehkah dana zakat untuk program kesehatan, dan bea siswa pendidikan ?

Jawaban :

Pada dasarnya zakat disalurkan kepada mereka yang berkekurangan khususunya fakir miskin, oleh si penerima (mustahik) dapat digunakan untuk menunjang kehidupannya, termasuk kesehatan dan pendidikan. Dengan demikian LAZ atau Amil Zakat dibenarkan untuk langsung mengalokasikannya dalam program kesehatan bagi kalangan yang tidak mampu atau beasiswa pendidikan anak-anak yang tidak mampu, jika diberikan langsung berupa uangnya dikhawatirkan akan habis untuk biaya konsumtif.

2.

Bolehkah dana zakat disalurkan melalui transfer, dan SMS zakat ? lalu bagaimana dengan ijab kabulnya ?

Jawaban :

Bagi si muzakki bisa menyalurkannya melalui saluran apapun yang menjamin zakat sampai kepada

Panduan Ramadhan [120]


Lembaga Amil atau mustahik secara langsung termasuk melalui sms, transfer dan sms zakat. Sebagai ijabnya adalah ketika melakukan transfer dan qabulnya adalah secara hukum ketika diterima oleh lembaga dan secara syakli (bentuk) ketika diumumkan atau dikonfirmasi kembali. 3.

Bisakah dana zakat diperuntukan untuk biaya renovasi masjid / musholla yang sedang terhutang oleh pihak matrial ? Jawaban :

Kalau pembangunan masjid di daerah minus dapat ditunjang oleh dana zakat, adapun kalau di daerah yang tingkat kesadaran beragama dan sosial ekonomi sudah relatif baik, sebaiknya tidak mengalokasikan dana zakat. Hal ini untuk menggerakkan semangat infak dan wakaf kaum muslimin sedangkan zakat dapat difungsikan untuk pemberdayaan fakir miskin.

4.

Bisakah dana zakat diberikan untuk modal bergulir ?

Jawaban :

Kepemilikan mustahik atas harta zakat itu adalah

Panduan Ramadhan [121]


kepemilikan kolektif bukan orang perorang. Pemanfaatan kepemilikan yang bersifat kolektif itu dapat dialokasikan secara fisik dan berupa manfaatnya. Pembagian manfaat dapat disalurkan dalam bentuk modal bergulir, tidak harus secara fisik berupa uangnya. Jika hal tersebut dipandang lebih mashlahat dan mendidik bagi mustahik. 5.

Lebih baik mana, dana zakat disalurkan secara sendiri ( langsung kepada yang membutuhkan ) atau melalui Amil zakat ?

Jawaban :

Lebih afdhol kepada lembaga amil, karena : A. Lebih sesuai dengan Firman Allah swt. QS. Al Maidah : 103 B. Dicontohkan oleh Rasulullah saw dan para Sahabatnya, setiap yang dicontohkan oleh Rasulullah saw dan para Sahabatnya tentunya menunjukan hal yang lebih baik. C. Muzaki lebih dapat memelihara keikhlasannya. D. Amil lebih dapat konsentrasi dalam mengelola dana zakat. E. Pemerataan yang proporsional F. Doa dari Amil.

Panduan Ramadhan [122]


G.

Mustahik lebih terjaga harga dirinya.

6.

Kenapa masih banyak orang yang mengatakan bahwa zakat profesi tidak ada dalam Al Qur'an dan Sunnah ?

Jawaban :

Istilah zakat profesi memang tidak ada dalam Al-Quran dan Hadits karena sejatinya ia merupakan bagian dari zakat maal. Dan ayat tentang kewajiban mengeluarkan zakat maal sudah jelas. Dari sisi penghasilan, profesi merupakan zakat pendapatan (kasab) dan ayat tentang zakat pendapatan (kasab) sudah jelas di dalam Al Quran surat Al Baqarah ayat 267. Dari sisi keadilan, petani yang menghasilkan 1 ton padi dikenakan zakatnya sedangkan para profesional yang gaji bulanannya jutaan kalau tidak dikenakan zakatnya tidak mencerminkan keadilan.

7.

Jika kami pengurus LAZ perusahaan, dapatkah dana zakat yang kami kelola habis untuk ke satu asnaf ? lalu bagaimana dengan asnaf yang lain ?

Jawaban :

Pengurus LAZ sebagai pemegang amanah harus

Panduan Ramadhan [123]


berbuat adil dan proporsional dalam mengalokasikan dan mendistribusikan zakat. Kalau rasa keadilan mengharuskan untuk membagi zakat untuk beberapa ashnaf yang ada, itulah yang harus dilakukan, tetapi kalau sudah terlanjur membagi ke 1 ashnaf saja tidak mengakibatkan batal, namun untuk periode berikutnya harus mempertimbangkan prinsip keadilan. 8.

Mengapa pada zakat investasi 10 % terletak pada Netto sedangkan 5 % pada bruto ? katanya dianalogikan dengan pertanian tetapi sebaliknya tidak beranalogi dengan pertanian ?

Jawaban :

Dalam zakat pertanian kadar 5% mempertimbangkan adanya beban biaya termasuk didalamnya pestisida dan pupuk, sedangkan 10% jika tidak memasukan pertimbangan beban biaya tersebut. Dalam zakat investasi 5% dari bruto jika harus memasukan beban biaya yang dibayarkan, dan 10% dari netto jika tidak ada beban biaya yang harus dibayarkan.

Panduan Ramadhan [124]


9.

Apakah bagi hasil pada uang simpanan juga di hitung zakatnya ?

Jawaban :

Bagi hasil dalam zakat uang simpanan termasuk komponen yang dihitung zakatnya, karena bagi hasil pada uang simpanan menjadi hak kepemilikan yang bersangkutan.

10.

Apakah asuransi harus dikeluarkan zakatnya ?

Jawaban :

Asuransi dikeluarkan zakatnya ketika pembayaran klaim - Jika klaim asuransi yang diterima jauh lebih besar dari nilai premi yang dibayarkan, afdholnya mengeluarkan zakat sebesar 5%, karena mendapatkan klaim melebihi tidak melalui jerih payah. - Premi yang ada di perusahaan asuransi yang dibayarkan ke perusahaan asuransi tidak lagi menjadi kepemilikan peserta, tetapi menjadi hak milik perusahaan bagi asuransi konvensional atau menjadi hak milik para anggota bagi asuransi syariah dengan demikian kepemilikan peserta /nasabah atas premi yang dibayarkan

Panduan Ramadhan [125]


bersifat tidak sempurna, karena itu tidak wajib dizakati. 11.

Apakah dana tunjangan pensiun dikeluarkan zakatnya ?

Jawaban :

Dana pensiun yang diterima merupakan penghasilan, apabila mencapai nishab dikeluarkan zakatnya 2,5%.

12.

Orang tua saya seorang pegawai dalam sebuah perusahaan, dalam aturan kepegawaian jika seorang pegawai meninggal dunia, ahli warisnya akan m e n d a p at k a n t u n j a n g a n d a r i p e r u s a h a a n , pertanyaannya, apakah tunjangan teresebut dikeluarkan zakatnya ?

Jawaban :

Tunjangan pegawai yang meninggal dunia yang diterima oleh ahli warisnya merupakan bagian dari warisan. Harta warisan apabila nilainya mencapai nishab setelah dikeluarkan kewajiban dan biaya-biaya yang terkait dengan almarhum, maka dikeluarkan zakatnya, lebih afdhol sebelum dibagikan kepada tiap ahli waris, sesuai dengan kaidah bahwa harta bersama

Panduan Ramadhan [126]


tidak dibagikan dahulu jika akan berdampak pada tidak direalisasikannya zakat. 13.

Saya seorang dokter, bukan pegawai di suatu rumah sakit, jadi penghasilan tergantung dari hasil praktek tiap hari. Jumlahnya tidak menentu dan tidak dapat diperkirakan. Bagaimana cara mengitung zakat profesi saya?

Jawaban

Dapat dihitung dengan cara menghitung rata-rata pasien yang datang atau berapa penghasilan yang diterima, lalu diakumulatif selama satu bulan x 2,5%. Jika sulit memperkirakannya sebaiknya dibuat perkiraan kasar akan lebih baik jika dibuat lebih besar untuk preventif, atau yang

lebih aman dengan

mencatat semua pendapatan dari praktek dan diakumulasi selama sebulan baru dikeluarkan zakatnya sebesar 2,5%. 14.

Siapakah penerima zakat yang sesungguhnya? Bolehkah saya membaginya kepada adik saya yang tergolong yang tidak mampu? Apakah pemberian kepada orang tua dapat dapat menggunakan zakat

Panduan Ramadhan [127]


saya ?

Jawaban 1.

Penerima zakat atau disebut juga dengan mustahik secara tegas disebutkan oleh Allah swt dalam surat At-Taubah ayat 60, Allah berfirman : “Sesungguhnya shadaqah (zakat) itu hanya untuk orang-orang fakir, miskin, amil zakat, muallaf, riqab (hamba sahaya), gharimin (orang yang berhutang), fi sabilillah dan ibnu sabil “.

Mustahik yang tersebut dalam ayat di atas bukan mewakili individu, tetapi merupakan segmented/kelompok atau golongan. Fakir adalah kelompok adalah fakir, miskin adalah kelompok miskin, amil adalah kelompok amil dan seterusnya. Siapa saja yang termasuk dalam kelompok tersebut maka berhak mendapatkan zakat.

2.

Adik termasuk kedalam kategori kerabat, para ulama ada yang membolehkan dan yang melarang memberikan zakat kepada kerabat. Namun pendapat DR. Yusuf AlQardhawi dalam

Panduan Ramadhan [128]


bukunya Fiqh Zakat dapat kita jadikan rujukan. Menurut beliau zakat boleh diberikan untuk kerabat dengan alasan : -

Keumuman nash yang menjadikan orang-orang fakir sebagai sasaran zakat, tanpa membedakan antara kerabat dengan orang lain.

-

Adanya nash-nash lain yang mendukung hal tersbut, sabda Rasulullah saw : “sedekah bagi orang miskin adalah sedekah saja, sedangkan sedekah kepada kerabat mengandung dua hal, yaitu sedekah dan mempunyai nilai persaudaraan� HR. Imam yang lima kecuali Abu Dawud.

3.

Orangtua tidak boleh dijadikan sasaran zakat, karena memberikan nafkah/ kebutuhan kepada orangtua merupakan kewajiban seorang anak. Jika anak memberikan zakatnya kepada orang tua sama saja dengan dia memberikan zakat kepada dirinya sendiri. Selain itu harta anak adalah harta orang tua juga sebagaimana sabda

Panduan Ramadhan [129]


Rasulullah saw : “Kamu dan hartamu itu untuk anakmu� HR. Imam Ahmad 15.

Apakah dalam meyalurkan zakat ada prioritas sesuai situasi dan kondisi setempat atau waktunya, jadi tidak ke seluruh 8 mustahik?

Jawaban

Distribusi zakat dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut : a. Dibagikan kepada semua ashnaf jika harta zakat banyak dan kebutuhannya ( relatif ) sama. b. Jika semua ashnaf ada, tidak wajib menyamaratakan pembagiannya, tergantung jumlah ashnaf dan kebutuhannya. c. Untuk kemashlatan, boleh memberikan semua harta zakat kepada ashnaf tertentu saja. d. Prioritas sasaran adalah fakir dan miskin. e. Bagi mustahik produktif dan punya potensi, dana zakat diberikan untuk modal usaha. f. Dapat dibagikan secara fisiknya (uang) atau dengan memberikan kemanfaatannya

Panduan Ramadhan [130]



Panduan Ramadhan [132]


Panduan Ramadhan [133]


Panduan Ramadhan [134]


Panduan Ramadhan [135]


Panduan Ramadhan [136]


PAKET LEBARAN

350.000 / Unit Panduan Ramadhan [137]


Panduan Ramadhan [138]


Panduan Ramadhan [139]



Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.