Edisi April 2013
ULUL
albab
tiada yang dapat mengambil pelajaran kecuali mereka yang berpikir
APATISME
KAUM INTELEKTUAL Oleh: Azhar Lujjatul Widad kehidupan bangsa ini, saya justru melihat Ketua PW Hima Persis Jakarta, paradoks yang nyata. Di tengah banyaknya Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. kaum intelektual di negeri ini, distorsi sosial, patologi sosial, dan kesenjangan sosial justru ak, belajar yang bener. Jangan menyerang sendi-sendi kehidupan di negeri sampai putus sekolah ya. Belajarlah ini. Negeri yang katanya menganut asas terus sampai kau jadi sarjana. demokrasi ini ternyata telah berubah menjadi Itulah perkataan yang sering negara feodal. Semua ini terjadi karena apatisme diungkapkan para orang tua kepada anak-anaknya. Kata-kata itu kurenungi. Lalu sebagian kaum intelektual terhadap kondisi aku melihat realitas. Memang telah banyak sosial yang ada. Mereka masih bingung, anak-anak yang telah memenuhi harapan dengan seperangkat teori dan konsep yang orang tuanya itu. Mereka bekesempatan mereka miliki, ketika dihadapkan problematika mengenyam pendidikan formal sampai meraih bangsa ini. Mereka mendalami ilmu hanya untuk gelar sarjana, magister, bahkan doktor hingga memperoleh jabatan guru besar. Mereka lalu kepentingan pribadi. Ilmu yang mereka pelajari muncul sebagai kaum intelektual. hanya agar mereka bisa bekerja, hidup nyaman; Kenyataan di atas sekaligus membantah tanpa peduli dengan orang lain, tanoa peduli pendapat umum publik dunia tentang dengan apa yang terjadi di lingkungan mereka Indonesia. Banyak orang mengatakan bahwa sendiri. Otak mereka penuh dengan teori negeri kita masih terbelakang dan tertinggal dari negara-negara maju. Tidak sedikit pelajar dan konsep tetapi hati mereka kosong dari yang telah mengharumkan bangsa Indonesia kepedulian terhadap sesama. “Ironi� itulah kata dengan menjuarai berbagai kompetisi di tingkat yang tepat untuk mengungkapkan fenomena tersebut. Entah sampai kapan apatisme internasional, misalnya olimpiade fisika. Hal ini mengindikasikan bahwa dalam sebagian kaum intelektual ini akan berakhir. tubuh bangsa ini masih terdapat warga Apakah harapan munculnya kepeduliaan kamu negara yang memiliki perhatian terhadap dunia intelektual hanya sekedar utopia semata? pendidikan intelektual. Namun saat aku melihat Wallahu A’lam.
N
Buletin Ulul Albab -
1