D-SIGN NEWSLETTER

Page 1

EDISI 10 MEI 2018

IN THIS pg.

BAU HAU Sdan pengaruhnya

pg.

MUSI KALI T A Stipografi

pg.

AT U RAN MAI Ntipografi

{{

PENERBIT D-SIGN GROUP PENANGGUNG JAWAB NADIA HALIM TEAM REDAKSI NADIA HALIM

ALAMAT REDAKSI JALAN RAYA NO.2 ALAM SUTERA TANGERANG EMAIL REDAKSI DSIGN@GMAIL.COM WEBSITE REDAKSI DSIGN-NEWS.COM

TULISAN TULISAN SEBAGAI SEBAGAI AWAL AWAL BERKEMBANGNYA BERKEMBANGNYA TIPOGRAFI TIPOGRAFI Tipografi pada dasarnya mengakarkan dirinya pada perkembangan peradaban baca tulis. Bahasa tulis mempunyai posisi unik di antara bahasa verbal dan visual dan merupakan perkembangan mendasar dan bahasa gambar dan tanda yang dibunyikan berupa piktograf (simbol yang menggambarkan obyek) dan ideograf (simbol yang merepresentasikan gagasan yang lebih kompleks) serta fonograf (tanda atau huruf yang menandakan bunyi)’. Tulisan yang kita gunakan sekarang ini merupakan sistem alfabet yang disempurnakan oleh bangsa Romawi, yang mulanya diadaptasi dan alfabet Phoenician dan oleh bangsa Yunani dijadikan sistem alfabet dengan struktur anatomi huruf yang lebih teratur dengan penerapan bentuk-bentuk geometris. Jadi, pada hakikatnya tipografi adalah sebuah upaya menyampaikan gagasan berkenaan dengan huruf dan tulisan. Huruf dalam tulisan mempunyai nilai fungsi dan estetik yang dengan desain dan bahasa yang baik dan tepat, akan dapat melahirkan sebuah komunikasi yang interaktif antara penyampai pesan dan penerimanya. Tipografi atau desain rancangan huruf, dalam perjalanan sejarahnya, tidak pernah lepas dan pengaruh faktor kebudayaan dan kemajuan teknologi. Berangkat dan awalnya manual di atas berbagai permukaan seperti kulit, batu, kertas, mesin cetak Gutenberg, hingga teknologi digital seperti desktop publishing dan internet, dalam hal ini tipografi menyimpan catatan perjalarian sejarah tersendiri. Bagaimana sebuah

huruf dan tulisan didesain menurut tuntutan dan kebutuhan zamannya masing- masing, hingga munculnya genre-genre desain huruf yang spesifik pada kurun waktu tempattertentu serta ditujukan bagi khalayak tertentu, tipografi adalah subyek yang dengan setia mengikuti perubahanperubahan itu tanpa kehilangan esensi dan eksistensinya sendiri.

“Pernahkan sang desainer kini mempertanyakan asal - usul sense dan taste-nya?”


PENGARUH BEBERAPA

Sebelum berangkat lebih jauh, kita perlu menyamakan persepsi mengenai arti istilah modern. Dalam artikel ini, modern bukanlah masa kini melainkan sebuah periode dalam kebudayaan Barat yang dimulai sejak Renaissance pada abad ke-15 dan mencapai puncaknya pada masa revolusi industri abad ke 18. Menurut banyak pendapat, mulai ditutup pada sekitar tahun lima

DESAIN MODERN (1920 - 4960) puluh sampai enam puluhan. Ciri utama kebudayaan modern Barat adalah dominannya rasio, sains, dan teknologi dalam berbagai aspek kehidupan. Secara sederhana, dapat dikatakan bahwa semangat zaman pada era modern adalah rasionalitas yang ditandai oleh berpalingnya orang Barat dan kepercayaan, mitos, tradisi ke logika rasional dan fakta ilmiah. Periode sepanjang

lima abad itulah yang telah menghasilkan berbagai perubahan dan penemuan dalam bidang mulai dan filsafat, sains, teknologi, seni, desain dan industri sampai ke bentuk masyarakat modern yang kita kenal pada masa sekarang. Indonesia yang terletak di belahan Timur dunia pun merupakan tempat yang tidak luput dan pengaruh modernitas Barat akibat terjadinya proses

globalisasi. Dalam dunia seni rupa Barat, periode Modern Art dimulai pada akhir abad ke-19 yang dipelopori oleh aliran impresionisme. Modern Art atau seni rupa modern adalah periode seni rupa Barat yang mengenal abstraksi atau konseptualisasi dan meninggalkan dominasi realisme di masa sebelumnya. Desain modern merupakan sebuah periode desain yang dimulai

pada awal abad ke - 20 di saat kebudayaan modern Barat mulai mencapai abad mesin pascarevolusi industri dan dilatarbelakangi oleh beberapa aliran Modern Art khususnya Constructivism (1913), Dada (1915) dan De Stijl (1917). Desain modern dimulai sejak aliran Art Deco (1918) dan yang paling menonjol sebetulnya adalah Bauhaus (1919). Selanjutnya, muncul ‘isme’ New York School tahun dua puluhan

disusul Swiss Style tahun lima puluhan. Beberapa aspek paham desain modem yang disebutkan tadi masuk ke dunia pendidikan dan praktek desain di Indonesia. Untuk itu, perlu dibahas beberapa pengaruh paham atau ‘isme’ desain Barat modem tersebut pada konsepsi desain kita

H

NEW YORK SCHOOL DAN PENGARUHNYA Ciri-ciri pengaruh New York School Kecenderungan pada proyek-proyek perikianan dan gratis korporasi. Pengintegrasian berbagai teori atau metode marketing massal. Desain bersifat research-based dan ditujukan untuk menjual.

Lebih mementingkan ide-ide yang bersifat ‘nakal’ atau witty ketimbang eksperimen gratis. Penerapan berbagai metode berpikir kreatifdalam mencari ide. Kecenderungan abstraksi (New, York School terkena pengaruh New Bauhaus). Kecenderungan pada lay-out dan lypografi yang fungsional.

SWISS STYLE DAN PENGARUHNYA Paham terakhir era modern tahun lima puluhan adalah International Typography Style atau Swiss International Style dan Swiss yang banyak dipengaruhi aspek rasionalitas desain Bauhaus. Hampir sama seperti pendahulunya tadi, para desainer dan pengajar dan Swiss juga mengklaim telah menemukan bahasa visual yang universal dan diperkuat argumen-argumen ilmiah. Awalnya, paham ini hanya berkutat.di seputar Eropa namun akhirnya berskala internasional setelah masuk dan diterima di Amerika Serikat kemudian disebarkan ke berbagai penjuru dunia lewat korporasi besar. Gaya Swiss

International Style kerap menjadi pakem standar untuk corporate graphics dan information graphics. Swiss Style juga memberi kesan profesi desain sebagai intelek dan ‘tinggi’ seperti dikutip Katherine McCoy dan Massimo Vignelli: “Cara kerja yang rasional dan sistematis itulah yang membedakan profesi desainer dan pengrajin.” Pengaruh Swiss Style masuk Indonesia lewat literatur-literatur desain, beberapa institusi pendidikan desain dan corporate identity para PMA (Penanam Modal Asing) asal Eropa dan Amerika Serikat pada era pembangunan Orde Baru.

Pada periode tahun dua puluh sampai lima puluhan, desain grafis Amerika Serikat didominasi The New York School of Advertising dengan metode “The Big Idea” yang sangat menonjol. Mereka sering menyebut desain grafis sebagai Commercial Art karena paham dan pekerjaan mereka yang berkisar pada dunia perdagangan komersial. Kalangan desain grafis dan New York (East Coast) yang dipengaruhi New Bauhaus dalam beberapa aspek ini memberi warna kental pada desain gratis dan perikianan modern seluruh Amerika Serikat setelah pengaruhnya sampai ke daerah Pantai Barat (West Coast). Di sisi lain, New York School juga memancarkan semacam aura akan profesi desain yang ‘berkelas

Ciri-ciri pengaruh Swiss International Style:

tinggi’ dan mahal. Hal itu merupakan cermin kondisi Amerika Serikat yang bangkit dar krisis ekonomi pasca perang dunia lewat cara industri kapitalis. Industri yang mencapai sukses finansial mengganjar desainernya dengan sukses yang sama Pengaruh New York School di Indonesia masuk lewat literatur, perusahaan perikianan, dan pendidikan desain yang mengacu pada periklanan. Tokoh-tokohnya Raymond Loewy, Bradbury Thompson, Paul Rand, Will Burtin, Gene Frederico (East Coast), Lester Beall, Saul Bass (West Coast).

Kecenderungan abstraksi, khususnya pada logo.

Kecenderungan pada proyek-proyek industri, corporate, dan information graphics.

Penggunaan grid system secara ketat.

Penekanan pada desain yang fungsional, rasional, dan metode yang sistematis.

Kecenderungan pada jenis huruf Sans Serif yang awalnya diklaim bersifat ‘universal’ dan netral (mulai dan Akzidens Grotesk, Haas Grotesk, Helvetica sampai Univers).

Penerapan teori Semiotik Visual (triadik Charles Morris: semantik, sintaktik, dan pragmatik)

Penekanan pada legibility, clarity dan menolak visual chaos.

Tokoh-tokoh Swiss Style Emil Ruder, Max Bill, Karl Gerstner, Herbert Matter, Armin Hoffman, Josef Muller-Brockman (Swiss) Massimo Vignelli (Amerika Serikat).

2

Maxx Bill


Herbert B

BAUHAUS ayer DAN PENGARUHNYA

MEMPERTANYAKAN KONSEPSI KITA TENTANG

DESAIN GRAFIS YANG

IDEAL

Bauhaus adalah sebuah institusi pendidikan di Jerman yang meletakkan dasar-dasar konsep desain dan tipografi barat modern. Lewat filosofinya, Bauhaus berusaha menggabungkan antara seni, kerajinan, dan desain dengan sains dan teknologi serta menolak pembedaan antara seni murni dan seni terapan. Suatu karya desain dapat bernilai estetis dan ilmiah. Desain yang memenuhi prinsip-prinsip Bauhaus, karena sudah dibebaskan dan berbagai ornamen yang bernuansa ‘sentimen borjuis’, diklaim bersifat universal, rasional, dan komunikatif

untuk sernua sasaran. Pada masa perang dunia II, para pendiri Bauhaus yang dikejar oleh Nazi berimigrasi dan membuka New Bauhaus di Chicago, Amerika Serikat. Di tempat baru itu, mereka berbaur dengan komunitas desain Amerika dan memberi pengaruh kuat pada karakter visual tokoh desain modern seperti Paul Rand dan Saul Bass. Prinsip dasar desain Bauhaus banyak diadopsi ke dalam silabus pendidikan dasar desain grafis di berbagai penjuru dunia termasuk Indonesia.

Ciri- ciri pengaruh Bauhaus Penggunaan modul geometris sebagai struktur sebuah gambar, lay-out atau desain.

Penerapan abstraksi (Bauhaus sendiri sangat dipengaruhi beberapa aliran Modern Art).

Penggunaan golden section, grid berbagai sarana matematis lainnya untuk mencapai proporsi yang ideal.

Penekanan pada prinsip legibility, clarity, dan hirarki typografI.

Penerapan prinsip-prinsip dasar seni rupa. Penerapan teori warna secara rasional.

Penekanan pada desain yang metodologis dan rasional/fungsional Tokoh-tokohnya Laszlo Moholy-Nagy, Herbert Bayer, Wassily Kandinsky, dan Josef Albers

CATATAN TENTANG TENTANG CATATAN CATATAN TENTANG DESAIN MODERN DESAIN DESAIN MODERN MODERN Desain gratis Amerika Serikat dengan New York School dan Commercial Art penlu mendapat perhatian khusus karena pengaruhnya cukup besar mengingat literatur desain gratis di negara kita umumnya berbahasa Inggris dan seringkali berasal dan kalangan mereka. Pengaruh mereka tidak hanya sampai pada tataran visual namun juga sampai ke wilayah paradigmatic sehingga sebagian kalangan desain kita ada yang menganggap desain gratis sebagai Commercial Art. Commercial Art pernah diperdebatkan sebagai nama resmi profesi desain

gratis pada konferensi ICOGRADA (International Council of Graphic Design Associations) tahun 1964 antara wakil dan Amerika Serikat Will Burtin dengan wakil-wakil lain dan Eropa. Sebelumnya, editor senior majalah Graphic Design dan Jepang, Masaru Katsumi sudah menolak terlebih dulu dengan menyatakan bahwa akar profesi desain gratis adalah seni cetak.Yang lebih ironis, jika kita membandingkan Commercial Art dengan profesi desain grafis di tanah kelahirannya, yakni Eropa. Di Eropa, desain gratis ternyata tidak hanya

berkisar pada kegiatan komersial seperti Rusia yang menerapkan desain Constructivism dalam propaganda politik. Jadi, sebenarnya sampai saat mi belum pernah ada konsensus internasional mana pun yang menerima Commercial Art sebagai istilah resmi profesi desain gratis. Namun, perlu disadari pula bahwa pengaruh-pengaruh dari desain Modern Akhir atau Late Modernism tahun enam puluhan sampai delapan puluhan yang masuk ke Indonesia juga banyak diisi oleh desain gratis Amerika Serikat lewat tokoh-tokoh

seperti Waltor Landor (pemilik Landor Associates yang mengerjakan proyek redesain logo Garuda Indonesia,) Herb Lubalin, Milton Glaser (Push Pin Studio), dan Woody Pirtle (Pentagram Design) yang sening dijadikan referensi oleh desainer gratis lokal. Maka, pengaruh Desain Modern Akhir Amerika yang beraroma New York School dan Commercial Art itu tetap hadir di Indonesia. Beberapa pengaruh desain gratis Barat Iainnya dan era Modern Akhir dan (atau) Post Modern akan dibahas berikut ini.

3


MUSIKALITAS TIPOGRAFI MUSIKALITAS TIPOGRAFI MUSIKALITAS TIPOGRAFI MUSIKALITAS MUSIKALITAS TIPOGRAFI TIPOGRAFI ASAL-USUL Ingatan merupakan medium penyimpanan terbesar manusia sebagai tempat dialokasikannya ilmu pengetahuan yang diperoleh sepanjang hidupnya. Pemikiran serta pengetahuan manusia itu kemudian dituturkan turun-temurun dan mulut ke mulut melalui bahasa verbal. Di kala itu juga, manusia telah menyuarakan kata-kata terucap ke dalam lambang-lambang, tanda-tanda atau bahasa visual. Pengetahuan tidak lagi hanya berdasarkan ingatan-ingatan perorangan, tetapi manusia telah menemukan medium penyimpanan barunya melalui gambar-gambar, simbol, dan lambang serta tanda-tandanya. Manusia kemudian menyempurnakan peradabannya itu sebagai medium baca dan belajar dan masa ke masa sampai sekarang ini hingga kita mengenal peradaban sejarah tulisan, sebagaimana perkembangan sejarah manusia itu sendiri.

TULISAN SEBAGAI AWAL BERKEMBANGNYA TIPOGRAFI Tipografi pada dasarnya mengakarkan dirinya pada perkembangan peradaban baca tulis. Bahasa tulis mempunyai posisi unik di antara bahasa verbal dan visual dan merupakan perkembangan mendasar dan bahasa gambar dan tanda yang dibunyikan berupa piktograf (simbol yang menggambarkan obyek) dan ideograf (simbol yang merepresentasikan gagasan yang lebih kompleks) serta fonograf (tanda atau huruf yang menandakan bunyi)’. Tulisan yang kita gunakan sekarang ini merupakan sistem alfabet yang disempurnakan oleh bangsa Romawi, yang mulanya diadaptasi dan alfabet Phoenician dan oleh bangsa Yunani dijadikan sistem alfabet dengan struktur anatomi huruf yang lebih teratur dengan penerapan bentuk-bentuk geometris. Jadi, pada hakikatnya tipografi adalah sebuah upaya menyampaikan gagasan berkenaan dengan huruf dan tulisan. Huruf dalam tulisan mempunyai nilai fungsi dan estetik yang dengan desain dan bahasa yang baik dan tepat, akan dapat melahirkan sebuah komunikasi yang interaktif antara penyampai pesan dan penerimanya. Tipografi atau desain rancangan huruf, dalam perjalanan sejarahnya, tidak pernah lepas dan pengaruh faktor kebudayaan dan kemajuan teknologi. Berangkat dan awalnya manual di atas berbagai permukaan seperti kulit, batu, kertas, mesin cetak Gutenberg, hingga teknologi digital seperti desktop publishing dan internet, dalam hal ini tipografi menyimpan catatan perjalarian sejarah tersendiri. Bagaimana sebuah huruf dan tulisan didesain menurut tuntutan dan kebutuhan zamannya masing-masing, hingga munculnya genre-genre desain huruf yang spesifik pada kurun waktu tempat tertentu serta ditujukan bagi khalayak tertentu, tipografi adalah subyek yang dengan setia mengikuti perubahan-perubahan itu tanpa kehilangan esensi dan eksistensinya sendiri.

4

KONTEMPORER Melalui perkembangan desain grafis dewasa ini, tipografi semakin dirasakan penting dalam pengolahan komunikasi visual. Keistimewaan kekuatan visual sekaligus verbal yang ada pada huruf-huruf dirasakan manakala tipografi bukan lagi sekadar desain dan abjad dan pengaturannya dalam bidang. Hampir dalam semua komunikasi visual baik di jalan-jalan, ruangan-ruangan, media cetak maupun media elektronik digital, tipograti berkembang menjadi begitu mandiri selayaknya tulisan tangan pribadi tiap-tiap individu. Makin besarnya pemakaian komputer personal, perangkat lunak yang terus-menerus disempurnakan dan kecepatan mikroprosesor yang terus meningkat, maka memilih dan mengatur huruf dengan sebuah software grafis dirasa semakin mudah saja. Tinggal meng-install, pilih, dan aturlah huruf-huruf kesukaan Anda. Setelah

selesai, cetak atau kirim secara digital pada partner kerja atau orang yang Anda sukai. Sifat tipografi kini menjadi begitu personal. Kalau dahulu kita hams tergantung dengan ketersediaan huruf pada mesin cetak, sekarang tidak lagi, asalkan kita menguasai perangkat lunak grafis, maka segala sesuatu rnenjadi begitu mudah, singkat, dan cepat, baik bagi yang amatiran hingga yang profesional. Narnun dibalik segala kemudahan itu, sesungguhnyalah tipografi menyimpan sebuah kekuatan komunikasi visual yang menanti untuk digali kembali ke akar dan dasar dalam mendesain sebuah komunikasi visual. Para tipografer, desainer dengan huruf, dan desainer grafts sendiri yang selalu terlibat dengan penanganan huruf sebaiknya menambahkan kepekaannya lagi pada tipografi dengan mengembangkan berbagai sentuhan-sentuhan altenatif lainnya bagi komunikasi visual.


TIPOGRAFI, DAN PUISI

Tulisan dan eksperimentasi seorang tokoh penyair Futuris Italia bernama Filippo Tomasso Marinetti (1876-1944) telah mewujudkan dengan penuh semangat sejumlah alternatif kemungkinan komunikasi grafts. Marinetti memusatkan perhatiannya kepada potensi bahasa dan semua penjelajahan tipografinya ia lakukan untuk hal itu. Semangat kaum Futuris dan Dadais masa itu mencoba untuk mendobrak hampir segala aspek verbal dan visual dalam berkesenian. Semangat itu tampaknya terus-menerus berulang kali memberi cahaya inspirasi hingga saat ini. Perlu disadari bahwa tipografi rnempunyai keistimewaan pada verbal dan visual yang sama baik dan uniknya. Pada prinsipnya, tipografi memiliki hal-hal mendasar dalam mendesain seperti keseimbangan (balance), harmoni, irarna/ritme (rhythm), repetisi/pengulangan (repetition), arah gerak (movement), komposisi, proporsi, hierarki, dan kesatuan (unity). Contohnya dalam sebuah acara musik, alangkah baiknya bila poster acara dan undangan tidak didesain secara serampangan tanpa memperhatikan wama musik yang akan dibawakan nanti. Desain sampul sebuah kaset lagu sangatlah penting untuk menyuarakan secara visual karakter bermusik dan penyanyi album rekaman tersebut. Tipografi tidak adalah sebuah upaya seseorang dalam menyampaikan sebuah gagasan yang tidak hanya dinilai dan sekadar tingkat keterbacaannya, tetapi apa yang ditangkap audiensi melalui indera penglihatan untuk membawa mereka lebih dalam lagi memahami gagasan atau pesan yang disampaikan. Misalnya bagaimana sebuah lagu yang dinyanyikan dengan iringan musik khas tertentu dapat diterjemahkan ke dalam sebuah poster dengan bidang yang serba terbatas itu? Bagaimanakah caranya agar seseorang dapat mengkomunikasikan hal itu pada audiens lewat pencerapan indera penglihatan mata? Dalam hal itulah, seorang komunikator visual perlu mengkaji kembali secara mendalam unsur-unsur dan prinsip-prinsip desain yang harus ia kembangkan dalam membuat rancangan alternatif tipografi untuk memberi pengalaman dan pemaharnan visual baru kepada khalayak yang melihatnya. Selain itu, seringkali sebuah puisi pun dapat dirancang sedemikian rupa agar para pembaca dapat lebih apresiatif menikmatinya secara visual sebelum mendengarkan sang penyair bersuara, atau bila para pembaca itu hendak menyuarakannya sendiri, Ditinjau dan sisi ekstrimnya, puisi yang tertulis itu mampu hadir untuk dirinya sendiri tanpa pembacaan dan sang penyair. Syair-syair dalam puisi itu didesain agar mampu berbicara lewat rancangan tipografi yang atraktif, menstimuli secara visual mata yang melihat dan membawa alam pikiran pada kondisi tertentu yang diinginkan melalui bait-bait syair puisi tersebut.

PRINSIP PRINSIP DESAIN DESAIN DALAM TIPOGRAFI DALAM TIPOGRAFI Tipografi merupakan sebuah seni sebagaimana sebuah kompisisi musik dan syair puisi yang dapat menggugah indera pendengaran melalui nada-nada dan kata-kata, maka tipografi pun dapat menyentuh perasaan manusia melalui stimuli yang terjadi pada indera penglihatan mata. Sebagaimana desainer menyusun bentuk-bentuk karakter abjad, pengaturan spasi antar baris, leading antara kata dengan kata dan huruf per huruf. Permainan komposisi dan proporsi kata-kata atau teks yang diolah secara tipografis dapat menciptakan irama pembacaan yang beraneka ragam sehingga diperoleh hasil interpretasi yang lebih mengena.

Dipengaruhi oleh literatur teoritis kaum poststrukturalis, Katherine McCoy, desainer dan juga pengajar di Cranbrook, USA, menolak pembagian tradisional antara membaca dan melihat dan desainer seharusnya berperan aktif memadukan kedua pengalaman itu di mana sebuah gambar dapat dibaca sementara kata-kata tertulis dapat menjadi obyek

visual. Bertolak dan pemahaman sesuatu yang dilihat dapat dialami bagai sebuah bacaan, dan sesuatu yang dibaca bagaikan sebuah gambaran, maka dengan mengintegrasikan indera pendengaran, dapat ditambahkan pula dalam tulisan mi, sesuatu yang terlihat, baik sebagai bacaan maupun gambaran, di desain sedemikian rupa sehingga membeni getaran seolah-olah mendengar dan dalam hati sebagai basil dan sebuah proses interpretasi dan pencerapan. Sebagaimana benar adanya penggalan pepatah yang mengatakan, “ dan mata turun ke hati”, efek tipografi tidaklah sekadar membuat sebuah desain berhenti berputar hanya dalam pikiran-pikiran, tetapi bagaimana dapat menyentuh ke dalam hati dan perasaan, yang mungkin selanjutnya dapat pula menggerakkan seseorang untuk bersikap dan mengambil tindakan. Wolfgang Weingart, pembawa wabah “New Wave Typography” menekankan pentingnya keterkaitan antara sintaktik, semantik,

dan pragmatik dalam tipografi yang ia perlihatkan baik melalui karya-karyanya maupun metode pengajarannya di Basel, Swiss. Dalam pandangannya, semantik adalah maksud atau makna rujukan dan sebuah tanda. Secara sintaktik, bagaimana tanda itu terkomposisi agar tercapai kesatuan di antara elemen-elemen desain yang ada sehingga dapat dilihat, dibaca, dan dimengerti orang. Bagaimana mencapai ‘efek’ penenimaan dan tanda yang hedak disampaikan itulah yang merupakan area pragmatiknya. Bagi Weingart, saat mi pemahaman dimensi sintaktik tipografi sangat penting, karena di dalamnya terdapat hal-hal yang terjelajahi, kosakata visual yang menakjubkan, dan memiliki banyak cara efektif untuk mendesain kembali informasi. Tipografi merupakan relasi berbentuk segitiga antara ide desain, elemenelemen tipografis, dan teknik mencetak hasilnya. Dari pembahasan itu, terdapat beberapa prinsip mendasar yang penting diketahui dalam perancangan tipografi. Melalui buku Tipografi dalam Desain

Grafis, Danton Sihombing menjabarkan beberapa prinsip-prinsip tersebut. Menurutnya, proses perancangan dengan menggunakan huruf merupakan tahapan yang paling menentukan dalam solusi masalah tipografi. Pada tahap vital dalam proses kreatif sebuah perancangan tipografi, seorang desainer akan bertindak sebagai komunikator visual yang memiliki berbagai peluang mengontrol setiap keputusan kreatif yang kelak dapat memperkuat efektivitas dan efisiensi dan sebuah pesan yang akan disampaikan kepada khalayak penerima. Sintaksis tipografi memiliki pengertian sebagai sebuah proses penataan elemen-elemen visual dalam kesatuan bentuk yang kohesif. Studi terhadap sintaksis tipografi dimulai dan elemen komposisi terkecil, yaitu huruf, kata, garis, kolom, dan marjin. Persepsi visual adalah kunci untuk memahami tendensi mata dalam melihat sebuah pola visual. Melalui penerapah prinsip persepsi visual in seorang desainer grafis dapat menciptakan seuah kesatuan visual yang mudah

dipahami oleh pelihat. Focal point adalah hagaimana desainer menarik perhatian pelihat dengan menciptakan suatu pola rancangan visual yang secara tepat dapat menstimulasi mereka lewat pusat penekanan dalam sebuah desain. Grid systems adalah perangkat yang memudahkan penciptaan sebuah kompisisi visual yang sistematik guna menjaga konsistensi dalam melakukan repetisi. Ia dimaksudkan pula untuk menciptakan suatu desain yang komunikatifdan memuaskan secara estetik. Alignment atau perataan teks berperan penting sebagai penunjang legibility serta estetika dan desain. Perataan atau disebut juga flush dapat dilakukan bermacam-macam, seperti rata kin, rata kanan, rata tengah, rata kiri-kanan, dan asimetri tanpa perataan yang konstan.

5


TIPOGRAFI VISUAL Sebelum melangkah lebih lanjut ke dalam eksperimental dan eksplorasi tipografi, pastikan dahulu bahwa segala aturan-aturan konvensional yang berlaku telah benar-benar dipahami maksud dan tujuannya. Aturan-aturan itu terdiri dan bagaimana menghasilkan tingkat keterbacaan yang optimum seperti menghindari kombinasi jenis huruf yang terlalu mirip atau juga terlalu banyak variasi yang mengurangi kejelasan dalam membaca, manfaat huruf kapital dan kecil, penentuan ukuran huruf, tebal tipis, lebar rapat dan kombinasinya, spasi antarhuruf, kata, dan baris serta panjaganya kalimat, juga warna dan nada gelap terangnya. Lalu, perlu juga dipahami bagaimana tipografi desainer dapat menciptakan dan inenekankan tekstur, bentuk, dimensi kedalaman, arah, dan irama untuk menguatkan komunikasi visual dan desain tipografi yang dibuat. Desainer Karl Gestner mempelopori sebuah morfologi logis berdasarkan bahasa formal dan huruf. Menurut Weingart sendiri, segala macam hal berpotensi untuk dikaitkan dan menginspirasi tipografi dalam praktis. Dengan menggunakan kategori morfologi, beberapa faktor atau variabel tipografis dapat dipakai oleh desainer sebagai alat efektif untuk mengeksplorasi kemungkinan tipografis dan mencari altematif-alternatif baru. Sarana bagaimana bermain dan bereksplorasi dengan tipografi itu ibarat bermain musik, namun bukan hanya dimainkan sekenanya saja melainkan dengan berbagai improvisasi dan penuh semangat. Dengan semangat itu, kita akan mengalami kesenangan sejati dan berekspresi dengan tipografi sehingga mata dan pikiran kita terbuka untuk meniti jalan baru dalam memecahkan beragam persoalan tipografis. Dalam buku Experimental Typography, Rob Carter, seorang pengajar tipografi dan desain grafis di Virginia Commonwealth University, USA, menerapkan faktor atau variabel tipografis tersebut ke dalam emapt kategori. Kategori itu sebagai berikut. - TipogrĂĄfi berkaitan dengan pengolahan abjad huruf dan kata-kata, seperti huruf kapital, huruf kecil, serif sans ser/ script, eksentrik, miring, tipis, sedang, tebal, kurus-tinggi, gemuk-lebar, serta berbagai kombinasi kemungkinan lainnya. - Form melibatkan pengubahan bentuk-bentuk asal tipografis yang sebelumnya, seperti gradasi linear/adial, distorsi, fragmentasi, diputar, dimiringkan, dilengkungkan, ditarik melar, diburamkan, elaborasi dengan penambahan atau pengurangan bentuk, pengolahan garis fisik dan huruf, diberi tekstur kasar atau halus, pemberian dimensi kedalaman atau volume, gelap-terang atau kontras warna, serta kemungkinan pengubahan bentuk Iainnya. - Space menempatkan bagaimana elemen-elemen secara fisik berkaitan satu sama lainnya dalam sebuah

..... ..... .....

6

halaman, seperti komposisi keseimbangan simetri/asimetri, arah vertikal, horizontal, diagonal, melingkar, pengolahan latar belakang, pengelompokan yang teratur aau tidak teratur, pengaturan jarak antarhuruf, kata dan bans kalimat, pengulanganpengulangan, irama dan rotasi. - Support memasukkan elemen-elemen non tipografis yang menambah kualitas bentukbentuk tipografis, di mana elemen dasar seperti garis, bentuk geometris, simbol, bahkan gambar dapat kita tambahkan.

.....

Penerapan variabel tipografis itu bukan dimaksudkan sebagai satu-satunya posibilitas yang mungkin terjadi dalam pengolahan tipografi, tetapi berdasarkan itulah setiap desainer komunikasi visual yang ingin memaksimalkan tipografi dalam desain-desainnya harus meningkatkan pengkajian posibilitas eksprimentasinya melalui pengembangan wawasannya. Eksperimental tipografis ini bukan saja berpeluang melihat ke masa depan, tetapi juga sebuah peluang untuk memasukkan unsur-unsur lokalitas kultur visual di sekeliling kita. Tesis Marshall McLuhan, seorang media guru, meramalkan bahwa masa depan merupakan kurun waktu berlambang gambar. Artinya, kalau kita yakin dengan ramalan itu, maka apa saja yang kita rasakan dan alami selalu mempunyai kemungkinan untuk kita komunikasikan lewat bahasa visual. Sintaksis antara verbal dan visual dalam tipografi memperlihatkan kemungkinan bagaimana tipografi dapat dimainkan seperti musik. Orkestra musik merupakan sebuah komposisi nada-nada dan sekumpulan alat-alat musik, mulai dan yang paling tradisional hingga yang paling modem sekali pun. Semuanya tergantung bagaimana seorang komposer menata permainan musik yang ingin ia perdengarkan pada audiensinya. Komposer menciptakan mood dan memainkan perasaan pendengarnya lewat komposisi yang dimainkan. Ia menggiring aundiensi memasuki dunia yang Ia ciptakan lewat musiknya, diajaknya mereka bertualang ke dalam dentingan nada-nada yang kadang lembut memelas, kadang cepat-menghentak, dan ketika semuanya selesai, komposisi yang telah diriikmati itu membekas di dalam hati audiens. Nada-nada itu masih bermain-main di hati mereka dan seolah masih terngiang di telinga. Seorang desainer grafis yang bertindak sebagai tipografer ibarat seorang komposer musik dalam tipografi. Ia mempunyai pesan yang harus disampaikan pada audiensi. me-rebut hati mereka, membuat mereka mengikuti pesan itu, dan bertanggung jawab atas balk atau buruknya penerimaan pesan yang Ia komunikasikan itu. Desain tipografi adalah komposisi musiknya. Melalui itu, ia membawa audiensi memperhatikan pesan

yang dikomunikasikan itu. Dia memilih huruf bukan sembarang huruf tetapi yang bentuk dan olahannya mampu membangkitkan keingintahuan pelihatnya serta menyusun kata per kata, seolah-olah itu adalah nada-nada yang ia lantunkan sendiri. Ketika pesan harus dikatakan dengan keras, ia akan menyampaikannya dengan keras, seperti dengan warna, ketebalan, atau mengubah bentuk dasarnya. Ia mengatur alur konsentrasi pembacanya dengan memperhatikan jarak, keseimbangan dalam komponen desain tipografinya. Dia juga melakukannya berdasarkan karakteristik audiens, dari kultur visual yang berkembang di sekelilingnya, musik dan lagu yang Ia dengar pada siaran radio, televisi, satelit, dan pesta, serta dan apa-apa yang ia baca mulai cerpen picisan sampai karya sastra peraih nobel, yang kemudian ia serap dan persepsikan kembali. Sebuah desain menyimpan makna-makna asosiasi yang menanti audiensi untuk menangkapnya. Dalam sebuah puisi, tipografi diartikan sebagai tatanan larik, bait, kalimat, frase, kata, dan bunyi guna menghasilkan bentuk fisik yang mampu mendukung isi, rasa, dan suasana. Penyusunan kata dalam kalimat dengan mengatur kerning dan leading, dapat menimbulkan efek pembacaan yang berirama. Penggalan kata atau kalimat, huruf-huruf yang di balik, dipisahkan atau dihilangkan, akan menimbulkan ekspresi yang berbeda-beda. Dengan merujuk pada puitisasi, tipografi mengajak audiens untuk merasakan apa yang Ia baca dan apa yang ia lihat,


ATURAN M A I N

Repetisi yang digunakan dalam rancangan tipografi mirip sekali dengan repetisi dalam sebuah puisi atau bagaimana efek-efek dan bunyi itu mempenga-ruhi kenikmatan pembaca. Tipografi memberi gambaran mental dan pesan, sementara puitisasi memberikan pelafalannya sehingga desain yang diciptakan membawa masuk pesan yang akan dikomunikasikan ke audiensi dengan lebih utuh agar penyimpangan makna dapat diredam seminimal mungkin atau pun sebaliknya, sebuah pesan diharapkan mempunyai multi-interpretasi dan terhindar dan pemaknaan yang tunggal. McCoy menambahkan commercial vernacular sebagai ekspresi dan kultur Amerika ke dalam pengajaran desainnya. Gert Dumbar dan Belanda, merumitkan kosa kata visual desain Swiss dengan merujuk pada tipografi klasikal dan lukisan zaman Baroque, dengan memakai dramatisasi fotografi still life panggung sebagai latar untuk menempa dengan lebih baik lagi komposisi tipografis. Dengan memperhatikan dan menggali kondisi psikososial di sekitarnya, seorang komunikator visual dapat meningkatkan tingkat apresiatif masyarakat pada desain-desain tipografisnya, sebagaimana yang dimaksud oleh McCoy. Selain itu, komunikator visual dapat pula mempelajari kembali seni-seni peninggalan generasi terdahulu dan kemudian menerapkan dengan bentuk baru yang lebih kontemporer, seperti yang dicontohkan oleh Dumbar.

Selama berpuluh-puluh bahkan beratus-ratus tahun, prinsip typografi telah dikembangkan untuk menghasilkan konsistensi dan kompetensi dalam desain, untuk menjaga keindahan dan legibilitas typografi, serta untuk memastikan bahwa typografi mampu merepresentasikan ide yang ada di balik kata-kata dengan sejernih-jernihnya. Meskipun demikian, prinsip-prinsip ini bukanlah sesuatu yang bersifat absolut atau definitif, melainkan semacam aturan main typografi yang telah teruji oleh waktu. Aturan main tersebut bisa membuka peluang eksplorasi typografi yang informatif. Untuk mereka yang baru menyelami dunia typografi yang sangat menarik tetapi kadang membingungkan ini, aturan main typografi berikut bisa menjadi landasan kritis bagi praktek desain yang lebih informatif dan bertanggung jawab.

1 2

Untuk keterbacaan optimal, pilihlah huruf-huruf klasik yang telah teruji dan memiliki track record yang baik. Huruf-huruf yang sudah menjadi klasik atau timeless adalah hasil rancangan yang sangat hati-hati. Huruf-huruf ini memiliki kualitas serta proporsi abjad yang sangat konsisten sehingga mendukung kemudahan proses membaca.

Sebaiknya tidak menggunakan terlalu banyak jenis dan ukuran huruf secara bersamaan. Tujuan utama pemakaian lebih dari satu jenis huruf adalah menciptakan penekanan visual atau pembedaan antara satu bagian teks dengan bagian lainnya. Ketika jenis huruf yang digunakan terlalu banyak, halaman akan kelihatan seperti karnaval atau sirkus dan pembaca akan bingung menentukan mana yang penting atau tidak.

3

Hindari kombinasi jenis-jenis huruf yang terlalu mirip satu sama lain. Jika alasan melakukan kombinasi huruf adalah untuk menciptakan tekanan, maka kombinasi antara jenis-jenis huruf yang mirip-mirip adalah tidak masuk akal. Kalau kombinasi yang mirip ini terjadi akan kelihatan seperti kesalahan. Daripada seperti ini, jauh lebih masuk akal dan efektif menggunakan satu jenis huruf beserta type families-nya.

4

Teks yang diset seluruhnya dalam kapital menurunkan keterbacaan. Gunakan baik huruf besar maupun kecil atau sesuaikan dengan aturan ejaan. Huruf kecil memudahkan proses membaca karena perbedaan antar huruf menjadi sangat jelas dengan adanya variasi tinggi ascenders dan descenders. Kebalikan dengan huruf kapital dimana semua huruf akan kelihatan mirip karena sama tinggi sehingga menyulitkan proses membaca. Setting huruf seluruhnya kapital lebih tepat dilakukan untuk display type saja.

5

Untuk text type, gunakan ukuran huruf yang menurut penelitian legibilitas terbukti paling nyaman dibaca. Ukuran ideal umumnya berkisar antara 8-11 point untuk teks yang akan dibaca dari jarak 30-40cm. Namun sangat penting untuk diperhatikan bahwa tinggi x-height akan mempengaruhi besar-kecilnya huruf juga. Huruf dengan x-height besar akan kelihatan lebih besar dari yang ber-x-height kecil meskipun di-set dalam ukuran yang sama. Penggunaan jenis huruf dengan x-height yang terlalu besar atau terlalu kecil dalam jumlah banyak juga akan menurunkan keterbacaan.

7


6 7

Tentukan ukuran leading yang dengan mudah mengantar mata pembaca menuju baris berikutnya. Baris-baris teks dengan jarak antar baris yang terlalu sempit akan memperlambat proses membaca karena mata dipaksa untuk menangkap beberapa baris sekaligus. Dengan menambahkan 1-4 points jarak baris (tergantung jenis huruf yang dipakai juga), keterbacaan bisa ditingkatkan.

Sebaiknya tidak menggunakan huruf yang terlalu berat atau ringan dan yang terlalu lebar atau sempit untuk text type. Berat huruf ditentukan oleh tebal-tipisnya stroke. Huruf yang terlalu berat (heavy atau bold) sulit terbaca karena biasanya counterform menghilang sejalan dengan kecilnya ukuran. Demikian juga sebaliknya, huruf yang terlalu ringan (light atau thin) akan sulit dibedakan dari latar belakangnya karena terlalu tipis. Selain itu kemungkinan huruf lain yang sulit dibaca adalah huruf yang terlalu lebar (expanded) dan yang terlalu sempit (narrow atau condensed). Jenis-jenis huruf seperti ini sebaiknya dihindari penggunaannya sebagai bodytext. Yang ideal adalah huruf dengan berat normal, book atau medium.

8

Selalu jaga integritas huruf. Hindari distorsi: pelebaran atau penyempitan huruf secara serampangan. Huruf-huruf yang dirancang dengan baik memiliki kualitas yang membuatnya mudah dan nyaman dibaca. Selain itu desainernya juga telah merancangnya secara ekstra hati-hati. Distorsi secara serampangan (yang dapat dengan mudah dilakukan di komputer) akan merusak integritas dan kualitas huruf tersebut. Jika huruf dengan karakter expanded atau condensed sampai diperlukan, jangan mendistorsinya sendiri namun gunakan type families yang tersedia.

9 10

Untuk text type, atur jarak antar huruf dan jarak antar kata yang konsisten untuk menghasilkan tekstur yang mengalir. Huruf harus mengalir dengan alami menjadi kata, lalu kata menjadi baris. Ini artinya jarak antar kata harus bertambah secara proporsional ketika jarak antar huruf juga bertambah.

Tentukan panjang baris yang tepat. Baris yang terlalu pendek atau panjang merusak kenyamanan membaca. Ketika baris-baris huruf terlalu panjang atau pendek, proses membaca akan menjadi melelahkan. Baris yang terlalu panjang membuat mata bergerak terlalu jauh dari kiri ke kanan sehingga akan menyulitkan untuk mencari baris berikut. Demikian juga jika bais terlalu pendek, gerakan mata akan menjadi patah-patah. Keduanya akan melelahkan mata pembaca. Panjang baris ideal terdiri dari sekitar 70 karakter atau 10-12 kata per baris.

8

11

Untuk keterbacaan optimal, text type sebaiknya di-set flush left dan usahakan agar rag di akhir paragraf tetap konsisten. Meskipun dalam situasi khusus dapat diterima, metode-metode alignment seperti flush right, centered dan justified selalu meminta kompensasi, yakni berkurangnya kemudahan dan kenyamanan membaca. Gunakan alignment selain rata kiri atau flush left dengan hati-hati. Pada saat menggunakan flush left, perhatikan pula rag di sebelah kanan paragraf agar tidak membentuk ritme yang aneh karena adanya perbedaan rag yang terlalu drastis, atau malah terlalu repetitif sehingga sekilas mirip justified yang tidak konsisten. Rag yang ideal adalah ritme tak beraturan dalam batas tertentu yakni 75-100% dari lebar text block atau kolom.

12

Bedakan dengan jelas antar paragraf, namun hati-hati jangan sampai mengganggu integritas dan konsistensi teks. Paragraf baru biasanya ditandai dengan dua cara: indentasi atau melongkap satu baris tanpa perlu inden. Meskipun demikian, masih ada cara-cara lain yang dapat digunakan walaupun mesti secara hati-hati.

13

Selalu sejajarkan huruf dengan baseline. Huruf-huruf dirancang untuk disusun saling bersebelahan, segaris dengan baseline. Ketika susunan ini dilanggar, keterbacaan menjadi terganggu. Yang terburuk adalah ketika huruf disusun secara vertikal. Maka, jangan pernah lakukan hal ini.

14

Hindari widow dan orphan. Widow adalah satu kata yang tersisa di akhir paragraf. Jika yang tersisa hanya penggalan kata disebut orphan. Keduanya semestinya selalu dihindari, bisa dengan cara merubah spacing, modifikasi rag, atau mengedit teksnya dengan catatan disetujui atau dilakukan oleh penulisnya.

15

Ketika bekerja menggunakan warna, pastikan ada kontras yang cukup antara huruf dan latarnya. Terlalu sedikit kontras pada hue, value atau saturation atau kombinasi dari faktor-faktor ini bisa mengakibatkan huruf menjadi sulit, bahkan tidak bisa dibaca.

I


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.