NAFIRI GKY BSD | JUN 2013 | TH10

Page 1


EDITORIAL

FOKUS

Saudara-saudara terkasih, Berbicara tentang kebenaran (truth) membuat hati kita bergetar. Hal ini bukan hanya karena topik ini adalah topik yang ‘berat’, tetapi juga karena esensi kebenaran itu sendiri saat ini semakin tergerus oleh arus zaman. Siapa yang berani berbicara tentang kebenaran di hari-hari ini? Kita tahu diri siapa kita. Barangsiapa memulainya maka ia akan disambut dengan risiko, atau paling tidak disambut perdebatan yang tak ada ujungnya. Setiap keputusan yang mengatasnamakan kebenaran di pengadilan selalu bisa didebat dan digugat hingga keputusan finalnya pun tidak bisa menjadi benar-benar final. Zaman telah membuat kebenaran (truth) seolah-olah menjadi sesuatu yang relatif, tergantung dari sudut pandang mana kita melihatnya. Benarkah kebenaran selalu berwarna abuabu? Tidak. Kebenaran dari dulu hanya satu warna. Kitalah yang sering membuatnya terlalu merah, hitam atau abu-abu. Kita tidak mau mengatakan yang hitam adalah hitam, yang putih adalah putih. Atas nama kenyamanan dan kepentingan kita maka kita membiarkan kebenaran mencari warnanya sendiri. Martin Luther mengatakan: “Peace if possible, truth at all costs”. Jika Luther berani membayar harga berapa pun untuk kebenaran, bahkan jika perlu mengorbankan hubungan baik (damai) sekalipun dengan orang yang kita hormati, apakah kita meyakininya sehingga kita berusaha sekuat tenaga untuk memperolehnya? “If you look for truth, you may find comfort in the end; if you look for comfort you will not get either comfort or truth, only soft soap and wishful thinking to begin, and in the end, despair,” kata C.S. Lewis. Selamat membaca, semoga setiap tulisan yang ada di sini memberi inspirasi bagi saudarasaudara. Tuhan Yesus memberkati kita.

2

Salam, Redaksi

Pembina: GI Ferry Irawan, M.Div Koordinator Literatur: Yahya Soewandono

DAFTAR ISI

Suara Gembala Enlightenment Quote 2 Zaman Capture View Point Refleksi Liputan Khusus Serpihan Perjalanan Perspektif Corner Kick Kesaksian Lentera Misi Garam & Terang Teropong

4 8 13 38 52 66 72 80 90 98 104 114 120 124

Kontributor: GI. Edy Gurning, Jadi S Lima, M.A., M.Th., Yunus Adi Prasetya, Gandadinata Thamrin, Lily Ekawati, Merilda Kristalya, Heidy Fiona Frally, Meirika, Kristiyani Sinjaya

Event Notes

Alamat Redaksi: Sub bidang literatur GKY BSD Jl. Nusaloka E8/7 BSD Tangerang Telp/ Fax: 021-5382274 Email: nafiri@gkybsd.org

Kilau Mutiara Komik

44 46 48 128 134 142 69 97 140 88 150 152

Pemimpin Redaksi: Titus Jonathan Wakil Pemimpin Redaksi: Elasa Noviani Editor: Hendro Suwito Creative Design : Juliani Agus Arina Palilingan Koordinator Narasumber: Anton Utomo Koordinator Liputan: Deirdre Tenawin Illustrator: Ricky Pramudita, Thomdean Staf Redaksi: Erwin Tenggono, Yati Alfian, Edna Pattisina, Humprey, Nico Tanles Tjhin, Arina Palilingan

Kirimkan KRITIK, SARAN, SURAT PEMBACA dan ARTIKEL anda ke alamat redaksi ataupun lewat email di atas

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

24

Adakah Kebenaran yang Absolut?

30

Mengalami Allah di dalam Kebenaran-Nya

SUMI YANG Sikap Hati yang Benar Pergumulan Hidup dalam Kebenaran KOMPAS/ KAPE2 Sepekan di Orlando Gereja Barat, Krisis Identitas Ketika Jam Berhenti Berdetak Tissa Aprilina Ane Cinte Ame Babe di Sorge SMK Falatehan Menimbang Kebenaran dalam Tindakan Euthanasia Shoot 130 LOWELL POTRET 14 The Youngsters 136 Berbunga di Kampus ITB EDISJAH

Quiz Nafiri Preview Film Rekomendasi Buku Rekomendasi Musik

Malam Getsemani Jumat Agung Minggu Paskah Kebaktian Padang WITA Parents Day Bang ARIF Sentilan

THOUGHT

56

CHRISTIANTO WIBISONO NAFIRI JUNI 2013

3


EDITORIAL

FOKUS

Saudara-saudara terkasih, Berbicara tentang kebenaran (truth) membuat hati kita bergetar. Hal ini bukan hanya karena topik ini adalah topik yang ‘berat’, tetapi juga karena esensi kebenaran itu sendiri saat ini semakin tergerus oleh arus zaman. Siapa yang berani berbicara tentang kebenaran di hari-hari ini? Kita tahu diri siapa kita. Barangsiapa memulainya maka ia akan disambut dengan risiko, atau paling tidak disambut perdebatan yang tak ada ujungnya. Setiap keputusan yang mengatasnamakan kebenaran di pengadilan selalu bisa didebat dan digugat hingga keputusan finalnya pun tidak bisa menjadi benar-benar final. Zaman telah membuat kebenaran (truth) seolah-olah menjadi sesuatu yang relatif, tergantung dari sudut pandang mana kita melihatnya. Benarkah kebenaran selalu berwarna abuabu? Tidak. Kebenaran dari dulu hanya satu warna. Kitalah yang sering membuatnya terlalu merah, hitam atau abu-abu. Kita tidak mau mengatakan yang hitam adalah hitam, yang putih adalah putih. Atas nama kenyamanan dan kepentingan kita maka kita membiarkan kebenaran mencari warnanya sendiri. Martin Luther mengatakan: “Peace if possible, truth at all costs”. Jika Luther berani membayar harga berapa pun untuk kebenaran, bahkan jika perlu mengorbankan hubungan baik (damai) sekalipun dengan orang yang kita hormati, apakah kita meyakininya sehingga kita berusaha sekuat tenaga untuk memperolehnya? “If you look for truth, you may find comfort in the end; if you look for comfort you will not get either comfort or truth, only soft soap and wishful thinking to begin, and in the end, despair,” kata C.S. Lewis. Selamat membaca, semoga setiap tulisan yang ada di sini memberi inspirasi bagi saudarasaudara. Tuhan Yesus memberkati kita.

2

Salam, Redaksi

Pembina: GI Ferry Irawan, M.Div Koordinator Literatur: Yahya Soewandono

DAFTAR ISI

Suara Gembala Enlightenment Quote 2 Zaman Capture View Point Refleksi Liputan Khusus Serpihan Perjalanan Perspektif Corner Kick Kesaksian Lentera Misi Garam & Terang Teropong

4 8 13 38 52 66 72 80 90 98 104 114 120 124

Kontributor: GI. Edy Gurning, Jadi S Lima, M.A., M.Th., Yunus Adi Prasetya, Gandadinata Thamrin, Lily Ekawati, Merilda Kristalya, Heidy Fiona Frally, Meirika, Kristiyani Sinjaya

Event Notes

Alamat Redaksi: Sub bidang literatur GKY BSD Jl. Nusaloka E8/7 BSD Tangerang Telp/ Fax: 021-5382274 Email: nafiri@gkybsd.org

Kilau Mutiara Komik

44 46 48 128 134 142 69 97 140 88 150 152

Pemimpin Redaksi: Titus Jonathan Wakil Pemimpin Redaksi: Elasa Noviani Editor: Hendro Suwito Creative Design : Juliani Agus Arina Palilingan Koordinator Narasumber: Anton Utomo Koordinator Liputan: Deirdre Tenawin Illustrator: Ricky Pramudita, Thomdean Staf Redaksi: Erwin Tenggono, Yati Alfian, Edna Pattisina, Humprey, Nico Tanles Tjhin, Arina Palilingan

Kirimkan KRITIK, SARAN, SURAT PEMBACA dan ARTIKEL anda ke alamat redaksi ataupun lewat email di atas

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

24

Adakah Kebenaran yang Absolut?

30

Mengalami Allah di dalam Kebenaran-Nya

SUMI YANG Sikap Hati yang Benar Pergumulan Hidup dalam Kebenaran KOMPAS/ KAPE2 Sepekan di Orlando Gereja Barat, Krisis Identitas Ketika Jam Berhenti Berdetak Tissa Aprilina Ane Cinte Ame Babe di Sorge SMK Falatehan Menimbang Kebenaran dalam Tindakan Euthanasia Shoot 130 LOWELL POTRET 14 The Youngsters 136 Berbunga di Kampus ITB EDISJAH

Quiz Nafiri Preview Film Rekomendasi Buku Rekomendasi Musik

Malam Getsemani Jumat Agung Minggu Paskah Kebaktian Padang WITA Parents Day Bang ARIF Sentilan

THOUGHT

56

CHRISTIANTO WIBISONO NAFIRI JUNI 2013

3


/ Yohanes 14:6 /

“Kata Yesus kepadanya: “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.”

“Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu.”

(Yohanes 8:31-32)

K ita hidup di dalam zaman di mana terjadi pergeseran besarbesaran terhadap berbagai macam konsep Kristen tradisional yang ortodoks – namun secara halus dan tidak disadari oleh orang percaya – mayoritas manusia merasa tidak lagi membutuhkan kebenaran yang mutlak. Bagi banyak orang zaman ini, kebenaran adalah sesuatu yang relatif. Semua kepercayaan dianggap memiliki substansi yang sama, betapa pun berbedanya bentuk-bentuk luar mereka. Promosi terhadap salah satu jiwa postmodern ini yang terusmenerus dicanangkan melalui budaya kontemporer mengakibatkan makin merebaknya pandangan inklusifisme agama dan kepercayaan, yaitu bahwa masing-masing agama dan kepercayaan memiliki kebenaran tersendiri yang mesti saling diakui dan diterima. Tidak ada

lagi kebenaran yang mutlak dan absolut. Tanpa disadari, banyak orang percaya yang terperangkap dan tertawan pikirannya oleh konsep-konsep postmodern ini yang sebenarnya adalah penyangkalan terhadap ajaran Alkitab yang paling murni. J.I. Packer pernah menulis untuk menggambarkan keadaan seperti ini dengan mengutip kisah Narnia dalam episode terakhir karya C. S Lewis, The Last Battle. Kisahnya begini: Pada episode ini, Shift, si kera terus-menerus mengintimidasi binatang-binatang liar untuk menyamakan Tash, dewa jahat dengan Aslan, seekor singa—tokoh utama yang bersifat mirip Kristus yang dicintai bangsa Narnia. Dalam kisah itu terus-menerus Shift mengatakan, “Tash adalah nama lain untuk Aslan. Tash dan Aslan hanyalah dua nama yang berbeda bagi

/ Pdt. Joni Sugicahyono /

4

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

NAFIRI JUNI 2013

5


/ Yohanes 14:6 /

“Kata Yesus kepadanya: “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.”

“Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu.”

(Yohanes 8:31-32)

K ita hidup di dalam zaman di mana terjadi pergeseran besarbesaran terhadap berbagai macam konsep Kristen tradisional yang ortodoks – namun secara halus dan tidak disadari oleh orang percaya – mayoritas manusia merasa tidak lagi membutuhkan kebenaran yang mutlak. Bagi banyak orang zaman ini, kebenaran adalah sesuatu yang relatif. Semua kepercayaan dianggap memiliki substansi yang sama, betapa pun berbedanya bentuk-bentuk luar mereka. Promosi terhadap salah satu jiwa postmodern ini yang terusmenerus dicanangkan melalui budaya kontemporer mengakibatkan makin merebaknya pandangan inklusifisme agama dan kepercayaan, yaitu bahwa masing-masing agama dan kepercayaan memiliki kebenaran tersendiri yang mesti saling diakui dan diterima. Tidak ada

lagi kebenaran yang mutlak dan absolut. Tanpa disadari, banyak orang percaya yang terperangkap dan tertawan pikirannya oleh konsep-konsep postmodern ini yang sebenarnya adalah penyangkalan terhadap ajaran Alkitab yang paling murni. J.I. Packer pernah menulis untuk menggambarkan keadaan seperti ini dengan mengutip kisah Narnia dalam episode terakhir karya C. S Lewis, The Last Battle. Kisahnya begini: Pada episode ini, Shift, si kera terus-menerus mengintimidasi binatang-binatang liar untuk menyamakan Tash, dewa jahat dengan Aslan, seekor singa—tokoh utama yang bersifat mirip Kristus yang dicintai bangsa Narnia. Dalam kisah itu terus-menerus Shift mengatakan, “Tash adalah nama lain untuk Aslan. Tash dan Aslan hanyalah dua nama yang berbeda bagi

/ Pdt. Joni Sugicahyono /

4

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

NAFIRI JUNI 2013

5


kalian yang mengenalnya. Masukkan itu ke dalam benak kalian: Tash adalah Aslan. Aslan adalah Tash.” Namun saat keduanya muncul bersamaan, yang satu mewujudkan kekejaman yang ganas dan yang satunya lagi mewujudkan kasih yang penuh anugerah, sehingga jelaslah bahwa sangat berbeda bahkan bertolak belakang. Kisah ini merupakan satu upaya C.S. Lewis untuk mengingatkan kita akan adanya usaha-usaha terus-menerus untuk mengasimilasikan berbagai agama dan kepercayaan di dunia. Lewis melanjutkan hal ini seperti semua kucing terlihat berwarna kelabu di kala senja, demikian juga banyak orang sejak akhir abad ke-20 menganggap semua agama dan kepercayaan secara substansial adalah sama. Harry Blamires dalam bukunya The Post Christian Mind mengungkapkan bahwa relativisme terhadap kebenaran ini telah memasuki banyak wilayah 6

dalam hidup manusia: persoalan hak dan kewajiban, keluarga dan pernikahan, konsep-konsep nilai, demokrasi, kebebasan ekonomi, gerakan kembali ke alam, gerakan amal dan pelayanan sosial, dan lain-lain. Terjadi pergeseran sunyi tetapi besar-besar yang merelativisasikan kebenaran, bahwa tidak ada lagi kebenaran yang absolut. Bahkan dengan terang-terang David F. Wells menamai bukunya “Tiada Tempat Bagi Kebenaran” (No Place for Truth) yang menggambarkan keadaan yang sedang terjadi ini. Menyadari keadaan ini bagaimana sikap kita sebagai orang percaya? Firman yang disampaikan Tuhan Yesus dalam Yohanes 14:6, “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.” The TRUTH, Sang Kebenaran itu adalah Yesus sendiri. Will Metzger mengatakan – seperti judul bukunya – bahwa panggilan kita adalah memberitakan Sang Kebenaran itu, Tell The TRUTH. Untuk dapat memberitakan Kebenaran dengan baik, maka pertama-tama kita perlu mengalami (mengetahui, mengenal) kebenaran. Karena saat kita mengalami kebenaran

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

maka kebenaran itu akan membebaskan kita dari segala belenggu yang mengikat kita sehingga kita tidak dapat sungguh-sungguh mengenal-Nya. Untuk dapat mengalami (mengetahui, mengenal) kebenaran, maka kita harus tetap tinggal dalam Firman: berpikir, berencana, berkehendak, berasa, bertindak senantiasa berdasarkan Firman Tuhan. Prinsip inilah yang diajarkan dalam Yohanes 8:31-32 “Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu.” Inilah panggilan kita yang melampaui segala masa. Masa boleh berganti dari satu zaman ke zaman yang lain, tetapi panggilan kita tetap, yaitu untuk dengan setia memberitakan kebenaran. Memberitakan Sang KEBENARAN, Yesus Kristus melalui seluruh hidup kita. Memberitakan

KEBENARAN artinya bersaksi bagi Sang KEBENARAN, Yesus Kristus. Perkataan dan perbuatan kita hendaknya saling bekerja sama dalam kesaksian kita. Kehidupan yang berintegritas dan jiwa yang penuh belas kasih merupakan kesaksian yang baik dan menarik. Tetapi orang tidak akan menjadi percaya dan diselamatkan, hanya dengan melihat kesaksian hidup kita yang baik. Mereka perlu beriman secara pribadi pada kebenaran yang mereka dengar dan terima sendiri melalui perkataan Firman Tuhan. Jadi kesaksian melalui perkataan juga merupakan hal yang mutlak perlu dilakukan, selain kesaksian melalui perbuatan dan kehidupan. 2 Timotius 4:2 mencatat bahwa setiap orang percaya harus selalu siap memberitakan firman dalam segala keadaan. Inilah panggilan kita dalam segala zaman: Beritakanlah KEBENARAN! Solus Christus. Soli Deo Gloria!

TELL THE

TRUtH NAFIRI JUNI 2013

7


kalian yang mengenalnya. Masukkan itu ke dalam benak kalian: Tash adalah Aslan. Aslan adalah Tash.” Namun saat keduanya muncul bersamaan, yang satu mewujudkan kekejaman yang ganas dan yang satunya lagi mewujudkan kasih yang penuh anugerah, sehingga jelaslah bahwa sangat berbeda bahkan bertolak belakang. Kisah ini merupakan satu upaya C.S. Lewis untuk mengingatkan kita akan adanya usaha-usaha terus-menerus untuk mengasimilasikan berbagai agama dan kepercayaan di dunia. Lewis melanjutkan hal ini seperti semua kucing terlihat berwarna kelabu di kala senja, demikian juga banyak orang sejak akhir abad ke-20 menganggap semua agama dan kepercayaan secara substansial adalah sama. Harry Blamires dalam bukunya The Post Christian Mind mengungkapkan bahwa relativisme terhadap kebenaran ini telah memasuki banyak wilayah 6

dalam hidup manusia: persoalan hak dan kewajiban, keluarga dan pernikahan, konsep-konsep nilai, demokrasi, kebebasan ekonomi, gerakan kembali ke alam, gerakan amal dan pelayanan sosial, dan lain-lain. Terjadi pergeseran sunyi tetapi besar-besar yang merelativisasikan kebenaran, bahwa tidak ada lagi kebenaran yang absolut. Bahkan dengan terang-terang David F. Wells menamai bukunya “Tiada Tempat Bagi Kebenaran” (No Place for Truth) yang menggambarkan keadaan yang sedang terjadi ini. Menyadari keadaan ini bagaimana sikap kita sebagai orang percaya? Firman yang disampaikan Tuhan Yesus dalam Yohanes 14:6, “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.” The TRUTH, Sang Kebenaran itu adalah Yesus sendiri. Will Metzger mengatakan – seperti judul bukunya – bahwa panggilan kita adalah memberitakan Sang Kebenaran itu, Tell The TRUTH. Untuk dapat memberitakan Kebenaran dengan baik, maka pertama-tama kita perlu mengalami (mengetahui, mengenal) kebenaran. Karena saat kita mengalami kebenaran

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

maka kebenaran itu akan membebaskan kita dari segala belenggu yang mengikat kita sehingga kita tidak dapat sungguh-sungguh mengenal-Nya. Untuk dapat mengalami (mengetahui, mengenal) kebenaran, maka kita harus tetap tinggal dalam Firman: berpikir, berencana, berkehendak, berasa, bertindak senantiasa berdasarkan Firman Tuhan. Prinsip inilah yang diajarkan dalam Yohanes 8:31-32 “Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu.” Inilah panggilan kita yang melampaui segala masa. Masa boleh berganti dari satu zaman ke zaman yang lain, tetapi panggilan kita tetap, yaitu untuk dengan setia memberitakan kebenaran. Memberitakan Sang KEBENARAN, Yesus Kristus melalui seluruh hidup kita. Memberitakan

KEBENARAN artinya bersaksi bagi Sang KEBENARAN, Yesus Kristus. Perkataan dan perbuatan kita hendaknya saling bekerja sama dalam kesaksian kita. Kehidupan yang berintegritas dan jiwa yang penuh belas kasih merupakan kesaksian yang baik dan menarik. Tetapi orang tidak akan menjadi percaya dan diselamatkan, hanya dengan melihat kesaksian hidup kita yang baik. Mereka perlu beriman secara pribadi pada kebenaran yang mereka dengar dan terima sendiri melalui perkataan Firman Tuhan. Jadi kesaksian melalui perkataan juga merupakan hal yang mutlak perlu dilakukan, selain kesaksian melalui perbuatan dan kehidupan. 2 Timotius 4:2 mencatat bahwa setiap orang percaya harus selalu siap memberitakan firman dalam segala keadaan. Inilah panggilan kita dalam segala zaman: Beritakanlah KEBENARAN! Solus Christus. Soli Deo Gloria!

TELL THE

TRUtH NAFIRI JUNI 2013

7


IGHT EN

E

NL

MEN

Ah, janda itu. Ia telah membikin malu kita.

T

/ Titus Jonathan / I a berjalan perlahan sambil tertunduk, karena ia sadar dan rumangsa (tahu diri) bahwa orangorang yang memberi persembahan sebelum dia adalah orang-orang berduit, yang waktu menuju peti persembahan berjalan dengan langkah tegap dan kepala mendongak. Janda itu berjalan gemetar karena ia tahu bukan hanya orang-orang kaya yang sedang berada di bait Allah itu, tetapi Seorang Pengajar top, yaitu Yesus, baru saja menyelesaikan khotbah-Nya. Janda itu menggenggam rapatrapat uang recehnya agar tak ada yang tahu berapa keping dalam genggamannya yang akan dimasukkan ke peti persembahan (Tak ada orang yang bangga karena memberi receh, bukan?). Ia begitu miskin. Semiskin apakah ia? Hari itu ia cuma punya dua peser. Itu bukan uang sisa-sisa, tetapi memang ia hanya pu8

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

nya dua peser itu. Peser adalah mata uang terkecil Yahudi. Untuk membantu kita membayangkan berapa banyak yang janda itu punyai, baiklah kita konversi nilai peser itu ke rupiah. Dari perumpamaan tentang orang-orang upahan di kebun anggur (Matius 20:1-16), upah seorang pekerja adalah satu dinar sehari. Di Indonesia, UMR (Upah Minimum Regional) atau sekarang UMP (Upah Minimum Propinsi) berbeda-beda tergantung daerahnya. UMP Jakarta adalah Rp2,2 juta per bulan. Di luar Jakarta, misalkan di NTT adalah Rp1 juta, di Sulawesi Selatan Rp1,4 juta dan di Jawa Timur Rp1,7 juta. Jadi ambil saja ratarata UMP adalah Rp1,5 juta per bulan atau Rp62.500,00 per hari. Satu dinar sama dengan 128 peser sehingga 1 peser adalah Rp488,00, dibulatkan Rp500,00. Janda miskin itu pada hari itu hanya punya 2 peser atau sama dengan Rp1.000,00. Coba bayangkan dengan hanya 1.000 rupiah di kantong kita, apa yang dapat kita beli? Di benak saya paling-paling cuma krupuk kampung yang warna putih kruwel-kruwel seperti bakmi yang rasanya gurih vetsin itu (Ya, kalau saya makan di warung saya selalu cari krupuk itu untuk menambah lauk) Adakah di antara kita yang hidup hari ini dengan cuma 1000 rupiah di NAFIRI JUNI 2013

9


IGHT EN

E

NL

MEN

Ah, janda itu. Ia telah membikin malu kita.

T

/ Titus Jonathan / I a berjalan perlahan sambil tertunduk, karena ia sadar dan rumangsa (tahu diri) bahwa orangorang yang memberi persembahan sebelum dia adalah orang-orang berduit, yang waktu menuju peti persembahan berjalan dengan langkah tegap dan kepala mendongak. Janda itu berjalan gemetar karena ia tahu bukan hanya orang-orang kaya yang sedang berada di bait Allah itu, tetapi Seorang Pengajar top, yaitu Yesus, baru saja menyelesaikan khotbah-Nya. Janda itu menggenggam rapatrapat uang recehnya agar tak ada yang tahu berapa keping dalam genggamannya yang akan dimasukkan ke peti persembahan (Tak ada orang yang bangga karena memberi receh, bukan?). Ia begitu miskin. Semiskin apakah ia? Hari itu ia cuma punya dua peser. Itu bukan uang sisa-sisa, tetapi memang ia hanya pu8

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

nya dua peser itu. Peser adalah mata uang terkecil Yahudi. Untuk membantu kita membayangkan berapa banyak yang janda itu punyai, baiklah kita konversi nilai peser itu ke rupiah. Dari perumpamaan tentang orang-orang upahan di kebun anggur (Matius 20:1-16), upah seorang pekerja adalah satu dinar sehari. Di Indonesia, UMR (Upah Minimum Regional) atau sekarang UMP (Upah Minimum Propinsi) berbeda-beda tergantung daerahnya. UMP Jakarta adalah Rp2,2 juta per bulan. Di luar Jakarta, misalkan di NTT adalah Rp1 juta, di Sulawesi Selatan Rp1,4 juta dan di Jawa Timur Rp1,7 juta. Jadi ambil saja ratarata UMP adalah Rp1,5 juta per bulan atau Rp62.500,00 per hari. Satu dinar sama dengan 128 peser sehingga 1 peser adalah Rp488,00, dibulatkan Rp500,00. Janda miskin itu pada hari itu hanya punya 2 peser atau sama dengan Rp1.000,00. Coba bayangkan dengan hanya 1.000 rupiah di kantong kita, apa yang dapat kita beli? Di benak saya paling-paling cuma krupuk kampung yang warna putih kruwel-kruwel seperti bakmi yang rasanya gurih vetsin itu (Ya, kalau saya makan di warung saya selalu cari krupuk itu untuk menambah lauk) Adakah di antara kita yang hidup hari ini dengan cuma 1000 rupiah di NAFIRI JUNI 2013

9


kantongnya? Coba sebut siapakah orang yang paling miskin atau paling papa atau paling hina-dina yang bisa kita sebut. Pengemis? Pemulung? Gelandangan yang hidup di kolong jembatan? Mustahil jika uang di kantong mereka hanya 1.000 rupiah! Mereka punya lebih dari itu. Bank, Menurut World kategori orang miskin adalah jika pendapatannya di bawah US$2 sehari atau Rp20.000,00 dengan kurs Rp10.000,00 per dolar. Jika punya 20.000 rupiah saja dianggap miskin, dan janda itu hanya punya 1.000 rupiah pada hari itu, dapatkah kita mengerti betapa miskinnya janda itu? Ia benarbenar lebih miskin dari pengemis, pemulung, dan gelandangan mana pun. Sekali lagi, keyakinan saya bahwa dua peser yang ia masukkan ke dalam peti persembahan itu pasti bukan uang sisa-sisa atau uang kembalian 10

setelah ia membeli sesuatu. Tidak. Ia memang hanya punya itu. Dua peser itu adalah seluruh nafkahnya. Hidupnya begitu akrab dengan yang namanya kekurangan. Bagaimana ia makan dengan 2 peser atau 1.000 rupiah setiap harinya? Mungkin janda itu sudah terbiasa melupakan perutnya. Mungkin iapun sudah terlalu biasa dengan yang namanya lapar. Ia bukan hanya hidup pas-pasan, tetapi sangat minim, sangat kurang, sangat papa. Dalam kondisi miskinnya yang tak terperi itu, toh ia masih memberi persembahan kepada Tuhan. Berapa? Seluruhnya, tanpa ia pernah berpikir perutnya yang kosong. Walau hanya 2 peser, pemberiannya mengundang kekaguman Yesus. Ia tidak mendengar komentar Yesus karena ia pasti langsung pergi karena ia tahu diri. Ia tak mau mendengar orang-orang kaya di situ berbisik-bisik melihat ia hanya memasukkan receh ke peti persembahan itu. Dalam Markus 12:43-44 Yesus berkata kepada murid-muridNya: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak daripada semua orang yang memasukkan uang ke dalam peti persembahan. Sebab mereka semua memberi dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

dari kekurangannya, semua yang ada padanya, yaitu seluruh nafkahnya.” Mendengar komentar Yesus, orang-orang kaya di bait suci itu pasti tersentak, tersinggung, dan marah. Bagaimana mungkin? Benar, Yesus sangat jeli dan logikanya tidak ngawur. Dua peser itu adalah semua yang ada padanya, seluruh nafkahnya, bukan uang sisa-sisa. Ia cuma punya itu. Apakah cuma perkara 2 peser itu saja yang membuat Yesus memuji janda itu? Tentu saja tidak. Kekaguman Yesus kepada janda itu lebih karena kerelaan dan ketulusannya memberi sekalipun ia kekurangan. Bukan hanya itu, ia memberi semua yang ada padanya, yaitu seluruh nafkahnya. Bukankah nafkah adalah soal hidup mati? Setiap orang bekerja dan berjuang mencari nafkah untuk menghidupi dirinya. Sedangkan orang-orang kaya itu hanya memberi sebagian kecil dari yang mereka miliki, bahkan mungkin sisa-sisa atau kembalian setelah mereka membelanjakan uangnya. Ah, janda itu telah membikin malu kita. Janda itu telah menampar rasa bangga kita ketika kita memberi persembahan kepada Tuhan dalam jumlah besar dan menyangka bahwa kita telah memberi yang terbaik. Janda itu telah mengajari kita

bahwa soal memberi tidak ada hubungannya dengan kondisi keuangan kita. Jika kita punya hati memberi, kita akan memberi, apa yang kita punya. Banyak orang menunggu sampai punya banyak uang dulu baru mau memberi, karena beralasan uangnya yang cuma pas-pasan itu bakal semakin berkurang setelah memberi. Saya melihat orangorang yang berprinsip seperti ini tetap tidak pernah bisa memberi walau menunggu bertahun-tahun. Ketika terjadi kelaparan di Israel, lagi-lagi seorang janda telah membikin malu kita. Ia memberi makan seorang nabi yang top, yaitu Nabi Elia. Janda di Sarfat itu juga miskin, tak kalah miskin daripada janda yang memberi dua peser itu. “Ambil bagiku sepotong roti,” kata

NAFIRI JUNI 2013

11


kantongnya? Coba sebut siapakah orang yang paling miskin atau paling papa atau paling hina-dina yang bisa kita sebut. Pengemis? Pemulung? Gelandangan yang hidup di kolong jembatan? Mustahil jika uang di kantong mereka hanya 1.000 rupiah! Mereka punya lebih dari itu. Bank, Menurut World kategori orang miskin adalah jika pendapatannya di bawah US$2 sehari atau Rp20.000,00 dengan kurs Rp10.000,00 per dolar. Jika punya 20.000 rupiah saja dianggap miskin, dan janda itu hanya punya 1.000 rupiah pada hari itu, dapatkah kita mengerti betapa miskinnya janda itu? Ia benarbenar lebih miskin dari pengemis, pemulung, dan gelandangan mana pun. Sekali lagi, keyakinan saya bahwa dua peser yang ia masukkan ke dalam peti persembahan itu pasti bukan uang sisa-sisa atau uang kembalian 10

setelah ia membeli sesuatu. Tidak. Ia memang hanya punya itu. Dua peser itu adalah seluruh nafkahnya. Hidupnya begitu akrab dengan yang namanya kekurangan. Bagaimana ia makan dengan 2 peser atau 1.000 rupiah setiap harinya? Mungkin janda itu sudah terbiasa melupakan perutnya. Mungkin iapun sudah terlalu biasa dengan yang namanya lapar. Ia bukan hanya hidup pas-pasan, tetapi sangat minim, sangat kurang, sangat papa. Dalam kondisi miskinnya yang tak terperi itu, toh ia masih memberi persembahan kepada Tuhan. Berapa? Seluruhnya, tanpa ia pernah berpikir perutnya yang kosong. Walau hanya 2 peser, pemberiannya mengundang kekaguman Yesus. Ia tidak mendengar komentar Yesus karena ia pasti langsung pergi karena ia tahu diri. Ia tak mau mendengar orang-orang kaya di situ berbisik-bisik melihat ia hanya memasukkan receh ke peti persembahan itu. Dalam Markus 12:43-44 Yesus berkata kepada murid-muridNya: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak daripada semua orang yang memasukkan uang ke dalam peti persembahan. Sebab mereka semua memberi dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

dari kekurangannya, semua yang ada padanya, yaitu seluruh nafkahnya.” Mendengar komentar Yesus, orang-orang kaya di bait suci itu pasti tersentak, tersinggung, dan marah. Bagaimana mungkin? Benar, Yesus sangat jeli dan logikanya tidak ngawur. Dua peser itu adalah semua yang ada padanya, seluruh nafkahnya, bukan uang sisa-sisa. Ia cuma punya itu. Apakah cuma perkara 2 peser itu saja yang membuat Yesus memuji janda itu? Tentu saja tidak. Kekaguman Yesus kepada janda itu lebih karena kerelaan dan ketulusannya memberi sekalipun ia kekurangan. Bukan hanya itu, ia memberi semua yang ada padanya, yaitu seluruh nafkahnya. Bukankah nafkah adalah soal hidup mati? Setiap orang bekerja dan berjuang mencari nafkah untuk menghidupi dirinya. Sedangkan orang-orang kaya itu hanya memberi sebagian kecil dari yang mereka miliki, bahkan mungkin sisa-sisa atau kembalian setelah mereka membelanjakan uangnya. Ah, janda itu telah membikin malu kita. Janda itu telah menampar rasa bangga kita ketika kita memberi persembahan kepada Tuhan dalam jumlah besar dan menyangka bahwa kita telah memberi yang terbaik. Janda itu telah mengajari kita

bahwa soal memberi tidak ada hubungannya dengan kondisi keuangan kita. Jika kita punya hati memberi, kita akan memberi, apa yang kita punya. Banyak orang menunggu sampai punya banyak uang dulu baru mau memberi, karena beralasan uangnya yang cuma pas-pasan itu bakal semakin berkurang setelah memberi. Saya melihat orangorang yang berprinsip seperti ini tetap tidak pernah bisa memberi walau menunggu bertahun-tahun. Ketika terjadi kelaparan di Israel, lagi-lagi seorang janda telah membikin malu kita. Ia memberi makan seorang nabi yang top, yaitu Nabi Elia. Janda di Sarfat itu juga miskin, tak kalah miskin daripada janda yang memberi dua peser itu. “Ambil bagiku sepotong roti,” kata

NAFIRI JUNI 2013

11


Nabi Elia. “Aku hanya punya segenggam tepung dan sedikit minyak untuk membuat roti untukku dan anakku pada hari ini, dan besok aku tidak punya apa-apa lagi dan setelah itu akan mati kelaparan,” jawab janda itu. Tetapi Elia menjawab, “Bikinkan untukku terlebih dahulu, baru untukmu dan anakmu.” Jika kita membaca cerita ini, tidakkah janda itu berpikir bahwa Nabi Elia sungguh tidak tahu diri? Nabi itu meminta makan padanya di saat paceklik dan ia hanya punya waktu sehari untuk menyambung hidupnya. Tetapi kembali kerelaan dan ketulusan mengalahkan keadaan sesulit apa pun. Janda itu, walaupun mungkin dengan hati nelangsa karena begitu miskinnya, toh merelakan bagiannya untuk diambil untuk orang yang tidak ia kenal. Mungkin janda di Sarfat itu berpikir, “Ah, kepalang tanggung, jika kuberikan kepada Nabi ini aku mati sekarang, jika tak kuberi aku mati besok. Mati hari ini dan besok tak jauh beda, bukan? Tetapi jika aku mati lebih dahulu pada hari ini karena makananku kuberikan, aku telah melakukan sebuah kebaikan untuk orang.lain”. Mungkin janda itu juga berpikir bahwa ia bukan orang penting, tetapi Nabi Elia jelas sangat penting sehingga Nabi Elia tidak boleh mati kelaparan. Janda itu mengutamakan orang lain daripada dirinya sendiri. Ia 12

bahkan tak memikirkan nasibnya. Dua orang janda telah membikin malu kita. Apakah kita begitu bangga jika kita mampu memberi banyak? Bukankah memberi banyak di saat punya banyak adalah soal biasa? Sebaliknya, bukankah istimewa jika kita memberi di saat kekurangan bahkan ketika kita tidak punya apa-apa? Jika memberi banyak di saat punya banyak saja dianggap soal biasa, bagaimana jika kita punya banyak tetapi hanya memberi sedikit? “We are rich only through what we give, and poor only through what we refuse,” kata Ralph Waldo Emerson. Maka kaya atau miskin sesungguhnya bukan tergantung berapa banyak uang dan harta yang kita punya, karena dari ketulusan memberilah kita dinilai. Dua orang janda itu bukan siapa-siapa. Namanya pun tidak dicatat oleh penulis Injil. Tetapi mereka telah menjadi ikon pemberian persembahan yang tulus dan berharga - yang membuktikan bahwa merekalah sebenarnya orang-orang kaya yang berbahagia

“…sebab Ia sendiri telah mengatakan: Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima.” (Kisah Para Rasul 20:35b)

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

“Prayer does not change God, but it changes him who prays” Soren Kierkegaard 5 Mei 1813 – 11 November 1855 (Soren Kierkegaard, kelahiran Denmark, adalah seorang filsuf, teolog, kritikus sosial dan penulis buku-buku Kristen). Salah satu bukunya yang banyak dibaca oleh para filsuf berjudul “Fear And Trembling” tentang Abraham ketika mempersembahkan Ishak atas perintah Allah. “Bagaimana Abraham yakin bahwa yang memberi perintah itu adalah Allah?” tulisnya.

“Jangan lupa bahwa kita berada di dunia, dan discipleship itu menjadi nyata ketika kita berada di dunia, yaitu ketika kita sekuler. Dunia ini kan sebenarnya sekuler. Kalau kita terus berada di gereja, semua orang ‘kelihatan baik’, tetapi justru di luar gereja kita baru menjadi nyata bagaimana mengaplikasikan kasih Kristus. Ketika kita di dunia, kita mesti fleksibel tetapi tidak kompromistis. Peranan kita kan harusnya menjadi terang di dalam gelap dan menjadi garam di tempat yang tawar.”

Pdt. Andreas Himawan, D.Th

(Saat diwawancarai oleh NAFIRI untuk NAFIRI edisi September 2011 – tentang alasan mengapa kita tidak perlu anti sekuler). Saat ini Pdt. Andreas adalah Ketua (Rektor) Sekolah Tinggi Teologi Amanat Agung (STTAA). NAFIRI JUNI 2013

13


Nabi Elia. “Aku hanya punya segenggam tepung dan sedikit minyak untuk membuat roti untukku dan anakku pada hari ini, dan besok aku tidak punya apa-apa lagi dan setelah itu akan mati kelaparan,” jawab janda itu. Tetapi Elia menjawab, “Bikinkan untukku terlebih dahulu, baru untukmu dan anakmu.” Jika kita membaca cerita ini, tidakkah janda itu berpikir bahwa Nabi Elia sungguh tidak tahu diri? Nabi itu meminta makan padanya di saat paceklik dan ia hanya punya waktu sehari untuk menyambung hidupnya. Tetapi kembali kerelaan dan ketulusan mengalahkan keadaan sesulit apa pun. Janda itu, walaupun mungkin dengan hati nelangsa karena begitu miskinnya, toh merelakan bagiannya untuk diambil untuk orang yang tidak ia kenal. Mungkin janda di Sarfat itu berpikir, “Ah, kepalang tanggung, jika kuberikan kepada Nabi ini aku mati sekarang, jika tak kuberi aku mati besok. Mati hari ini dan besok tak jauh beda, bukan? Tetapi jika aku mati lebih dahulu pada hari ini karena makananku kuberikan, aku telah melakukan sebuah kebaikan untuk orang.lain”. Mungkin janda itu juga berpikir bahwa ia bukan orang penting, tetapi Nabi Elia jelas sangat penting sehingga Nabi Elia tidak boleh mati kelaparan. Janda itu mengutamakan orang lain daripada dirinya sendiri. Ia 12

bahkan tak memikirkan nasibnya. Dua orang janda telah membikin malu kita. Apakah kita begitu bangga jika kita mampu memberi banyak? Bukankah memberi banyak di saat punya banyak adalah soal biasa? Sebaliknya, bukankah istimewa jika kita memberi di saat kekurangan bahkan ketika kita tidak punya apa-apa? Jika memberi banyak di saat punya banyak saja dianggap soal biasa, bagaimana jika kita punya banyak tetapi hanya memberi sedikit? “We are rich only through what we give, and poor only through what we refuse,” kata Ralph Waldo Emerson. Maka kaya atau miskin sesungguhnya bukan tergantung berapa banyak uang dan harta yang kita punya, karena dari ketulusan memberilah kita dinilai. Dua orang janda itu bukan siapa-siapa. Namanya pun tidak dicatat oleh penulis Injil. Tetapi mereka telah menjadi ikon pemberian persembahan yang tulus dan berharga - yang membuktikan bahwa merekalah sebenarnya orang-orang kaya yang berbahagia

“…sebab Ia sendiri telah mengatakan: Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima.” (Kisah Para Rasul 20:35b)

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

“Prayer does not change God, but it changes him who prays” Soren Kierkegaard 5 Mei 1813 – 11 November 1855 (Soren Kierkegaard, kelahiran Denmark, adalah seorang filsuf, teolog, kritikus sosial dan penulis buku-buku Kristen). Salah satu bukunya yang banyak dibaca oleh para filsuf berjudul “Fear And Trembling” tentang Abraham ketika mempersembahkan Ishak atas perintah Allah. “Bagaimana Abraham yakin bahwa yang memberi perintah itu adalah Allah?” tulisnya.

“Jangan lupa bahwa kita berada di dunia, dan discipleship itu menjadi nyata ketika kita berada di dunia, yaitu ketika kita sekuler. Dunia ini kan sebenarnya sekuler. Kalau kita terus berada di gereja, semua orang ‘kelihatan baik’, tetapi justru di luar gereja kita baru menjadi nyata bagaimana mengaplikasikan kasih Kristus. Ketika kita di dunia, kita mesti fleksibel tetapi tidak kompromistis. Peranan kita kan harusnya menjadi terang di dalam gelap dan menjadi garam di tempat yang tawar.”

Pdt. Andreas Himawan, D.Th

(Saat diwawancarai oleh NAFIRI untuk NAFIRI edisi September 2011 – tentang alasan mengapa kita tidak perlu anti sekuler). Saat ini Pdt. Andreas adalah Ketua (Rektor) Sekolah Tinggi Teologi Amanat Agung (STTAA). NAFIRI JUNI 2013

13


P

TRET

EDISJAH

Dimulai dengan latar belakang keluarga yang kurang mampu, Edisjah meniti karir dari bawah hingga kini menjadi salah satu pimpinan di perusahaan asuransi nasional. Dengan lancar ia bercerita tentang perjalanan hidupnya kepada NAFIRI yang berkunjung ke rumahnya yang nyaman di Alam Sutera awal Mei lalu.

/ Edna Caroline Pattisina /

P ertanyaan terakhir NAFIRI yang menurutnya paling sulit dijawab: Bagaimana rencana 5 sampai 10 tahun ke depan? “Saya bukan orang yang berambisi. Hidup saya mengalir saja. Saya tidak berani banyak meminta. Apa pun yang kita dapatkan, itu yang kita syukuri,” kata Edisjah yang akrab dipanggil Edi ini. Perjalanan hidup selama 44 tahun mengajarkan Edi untuk selalu bersyukur dan melakukan yang terbaik dalam setiap pekerjaan yang ia lakukan. Didampingi Linda Marzukie, sang istri, pasangan ini menceritakan perjalanan hidup mereka yang semata hanya karena anugerahNya. Edi yang kalem dan mengalir 14

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

tenang, saling mengisi dan menopang dengan Linda yang bersemangat dan penuh rencana. Gaji kecil tak lunturkan kesetiaannya bekerja Di masa awal sekolah dulu, di kampung halamannya, Lampung, Edi sempat sekolah di Madrasah dan belajar mengaji. Tetapi kemudian ia pindah sekolah di SD Katholik Pelita Bhakti. Di situlah Edi dan Linda bertemu. Sebenarnya mereka selisih 1 tahun, tetapi karena Edi tidak naik ke kelas 5, jadinya mereka bertemu di kelas yang sama. Cerita Edi, ada yang aneh perihal tidak naik kelasnya itu, sebab belakangan Edi dan 2 orang temannya NAFIRI JUNI 2013

15


P

TRET

EDISJAH

Dimulai dengan latar belakang keluarga yang kurang mampu, Edisjah meniti karir dari bawah hingga kini menjadi salah satu pimpinan di perusahaan asuransi nasional. Dengan lancar ia bercerita tentang perjalanan hidupnya kepada NAFIRI yang berkunjung ke rumahnya yang nyaman di Alam Sutera awal Mei lalu.

/ Edna Caroline Pattisina /

P ertanyaan terakhir NAFIRI yang menurutnya paling sulit dijawab: Bagaimana rencana 5 sampai 10 tahun ke depan? “Saya bukan orang yang berambisi. Hidup saya mengalir saja. Saya tidak berani banyak meminta. Apa pun yang kita dapatkan, itu yang kita syukuri,” kata Edisjah yang akrab dipanggil Edi ini. Perjalanan hidup selama 44 tahun mengajarkan Edi untuk selalu bersyukur dan melakukan yang terbaik dalam setiap pekerjaan yang ia lakukan. Didampingi Linda Marzukie, sang istri, pasangan ini menceritakan perjalanan hidup mereka yang semata hanya karena anugerahNya. Edi yang kalem dan mengalir 14

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

tenang, saling mengisi dan menopang dengan Linda yang bersemangat dan penuh rencana. Gaji kecil tak lunturkan kesetiaannya bekerja Di masa awal sekolah dulu, di kampung halamannya, Lampung, Edi sempat sekolah di Madrasah dan belajar mengaji. Tetapi kemudian ia pindah sekolah di SD Katholik Pelita Bhakti. Di situlah Edi dan Linda bertemu. Sebenarnya mereka selisih 1 tahun, tetapi karena Edi tidak naik ke kelas 5, jadinya mereka bertemu di kelas yang sama. Cerita Edi, ada yang aneh perihal tidak naik kelasnya itu, sebab belakangan Edi dan 2 orang temannya NAFIRI JUNI 2013

15


Edi (paling kiri) dan Linda (ketiga dari kanan) bersama teman-teman SMA yang tidak naik kelas itu menjadi juara kelas. Sejak sama-sama di kelas itu, Edi dan Linda dijodoh-jodohkan guru kelasnya. “Kami tidak berteguran sejak itu karena malu,” cerita Linda tertawa. Edi mengenang, ketika SD mereka sempat pergi ke wihara yang sama. Saat itu Edi dan Linda belum mengenal Kristus. Tahun 1981, Edi melanjutkan ke SMP Pelita Bhakti dan Linda masuk SMP Methodis Imanuel, kemudian terlibat dalam Paduan Suara dan mengisi acara di kebaktian umum tiap bulan. Mulai kelas 2 SMP, Linda memutuskan untuk terus ke gereja dan bergabung di komisi remaja dan tidak ke wihara lagi. Di SMA, Edi dan Linda bertemu kembali dalam sekolah yang sama, yaitu di SMA Xaverius, ditempatkan di kelas yang sama dan duduknya pun bersebelahan. Mereka berteman akrab sejak itu. 16

Tahun 1987 mereka berpisah. Linda mendapat beasiswa ke New Zealand, sementara Edi masuk ke Universitas Tarumanegara. Ia kuliah di Fakultas Ekonomi jurusan Manajemen. Edi mulai menapaki dunia kerja saat duduk di tingkat tiga. Ceritanya, ia dikenalkan dengan bos sang kakak. Kakak laki-lakinya itu bekerja di sebuah perusahan distributor AC di Lampung. Kebetulan, pemilik yang sama mendapat lisensi untuk membuka toko Home Appliance di Istana Pasar Baru. Ia mencari seseorang yang bisa diserahi tanggung jawab menangani toko itu. Edi bekerja part time dengan gaji Rp275 ribu di tahun 1991. Edi bercerita, ia menikmati gajinya dan bekerja sebaik mungkin. “Saya bukan tipe orang yang ngotot, nggak macammacam dan tidak nuntut ini dan itu,” katanya. Melihat kinerja Edi, pemilik lalu menaikan gajinya menjadi dua kali lipat pada bulan keempat. Belum sampai setahun, gajinya sudah mencapai Rp1 juta. Linda kembali dari New Zealand pada Desember 1992. Saat itu, keluarga Linda juga sedang mengalami kesulitan ekonomi. Ayahnya mengalami kebangkrutan. Oleh karena itu, ia menerima tawaran pertama yang datang, yaitu dari Argo Manunggal Grup dengan gaji Rp650 ribu di tahun 1993

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

yang langsung diterimanya. “Saya komit sama Tuhan, saya tidak akan memilih-milih. Perusahaan pertama yang meng-interview saya, itu yang akan saya terima,” cerita Linda. Ketekunan yang Membuahkan Cinta Sejak SMP sudah banyak teman pria yang datang ke rumah Linda untuk bertandang. Temannya memang banyak karena banyaknya aktivitas yang diikutinya. Namun, Linda mempunyai prinsip yang unik. Ia tidak ingin pacaran sampai setelah lulus kuliah. Alasan Linda, papanya yang pekerja keras ingin agar semua anaknya menjadi sarjana. Jadi dia ingin menjadi contoh yang baik buat ke empat adik perempuannya. Mamanya memang tidak pernah melarang pacaran, tapi selalu menasehati agar perempuan harus berpikiran luas dan sekolah tinggi. Justru mamanyalah yang menyarankan agar Linda menyusul kakaknya yang sudah terlebih dulu mendapat beasiswa di New Zealand dan memberikan dorongan, ”Paling tidak, Linda sudah mencoba. Kalaupun gagal, setidaknya pasti ada hal baik yang bisa didapat, yaitu kemampuan berbahasa Inggris”. Sikap positif dari

mamanyalah yang membuat Linda berprinsip harus lulus dengan nilai baik. “Waktu saya memutuskan mencoba ikut test masuk ke NZ, sebenarnya, doa saya yang utama adalah, saya ingin sembuh dari alergi saya yang membuat saya bersin terus menerus setiap hari. Kakak saya selalu bercerita bagaimana bersihnya udara disana. Memang benar. Sejak Linda kembali ke Indonesia, dia sudah bebas dari alerginya yang parah. Selama di NZ, imannya terus bertumbuh. Ia dibaptis di Presbytarian Church, Auckland, th 1988. Di tengah kompetisi ketat, memang sejak awal Edi sudah punya pendukung dari adik-adik Linda. Mereka mendorong cici-nya ini untuk menerima Edi. Namun, Linda tahu kalau dia tidak mungkin menerima Edi karena berbeda agama. Diapun tidak pernah meminta Edi untuk ikut ke gereja. Ia tidak ingin Edi jadi Kristen karenanya. Doanya ke-

Linda saat graduation NAFIRI JUNI 2013

17


Edi (paling kiri) dan Linda (ketiga dari kanan) bersama teman-teman SMA yang tidak naik kelas itu menjadi juara kelas. Sejak sama-sama di kelas itu, Edi dan Linda dijodoh-jodohkan guru kelasnya. “Kami tidak berteguran sejak itu karena malu,” cerita Linda tertawa. Edi mengenang, ketika SD mereka sempat pergi ke wihara yang sama. Saat itu Edi dan Linda belum mengenal Kristus. Tahun 1981, Edi melanjutkan ke SMP Pelita Bhakti dan Linda masuk SMP Methodis Imanuel, kemudian terlibat dalam Paduan Suara dan mengisi acara di kebaktian umum tiap bulan. Mulai kelas 2 SMP, Linda memutuskan untuk terus ke gereja dan bergabung di komisi remaja dan tidak ke wihara lagi. Di SMA, Edi dan Linda bertemu kembali dalam sekolah yang sama, yaitu di SMA Xaverius, ditempatkan di kelas yang sama dan duduknya pun bersebelahan. Mereka berteman akrab sejak itu. 16

Tahun 1987 mereka berpisah. Linda mendapat beasiswa ke New Zealand, sementara Edi masuk ke Universitas Tarumanegara. Ia kuliah di Fakultas Ekonomi jurusan Manajemen. Edi mulai menapaki dunia kerja saat duduk di tingkat tiga. Ceritanya, ia dikenalkan dengan bos sang kakak. Kakak laki-lakinya itu bekerja di sebuah perusahan distributor AC di Lampung. Kebetulan, pemilik yang sama mendapat lisensi untuk membuka toko Home Appliance di Istana Pasar Baru. Ia mencari seseorang yang bisa diserahi tanggung jawab menangani toko itu. Edi bekerja part time dengan gaji Rp275 ribu di tahun 1991. Edi bercerita, ia menikmati gajinya dan bekerja sebaik mungkin. “Saya bukan tipe orang yang ngotot, nggak macammacam dan tidak nuntut ini dan itu,” katanya. Melihat kinerja Edi, pemilik lalu menaikan gajinya menjadi dua kali lipat pada bulan keempat. Belum sampai setahun, gajinya sudah mencapai Rp1 juta. Linda kembali dari New Zealand pada Desember 1992. Saat itu, keluarga Linda juga sedang mengalami kesulitan ekonomi. Ayahnya mengalami kebangkrutan. Oleh karena itu, ia menerima tawaran pertama yang datang, yaitu dari Argo Manunggal Grup dengan gaji Rp650 ribu di tahun 1993

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

yang langsung diterimanya. “Saya komit sama Tuhan, saya tidak akan memilih-milih. Perusahaan pertama yang meng-interview saya, itu yang akan saya terima,” cerita Linda. Ketekunan yang Membuahkan Cinta Sejak SMP sudah banyak teman pria yang datang ke rumah Linda untuk bertandang. Temannya memang banyak karena banyaknya aktivitas yang diikutinya. Namun, Linda mempunyai prinsip yang unik. Ia tidak ingin pacaran sampai setelah lulus kuliah. Alasan Linda, papanya yang pekerja keras ingin agar semua anaknya menjadi sarjana. Jadi dia ingin menjadi contoh yang baik buat ke empat adik perempuannya. Mamanya memang tidak pernah melarang pacaran, tapi selalu menasehati agar perempuan harus berpikiran luas dan sekolah tinggi. Justru mamanyalah yang menyarankan agar Linda menyusul kakaknya yang sudah terlebih dulu mendapat beasiswa di New Zealand dan memberikan dorongan, ”Paling tidak, Linda sudah mencoba. Kalaupun gagal, setidaknya pasti ada hal baik yang bisa didapat, yaitu kemampuan berbahasa Inggris”. Sikap positif dari

mamanyalah yang membuat Linda berprinsip harus lulus dengan nilai baik. “Waktu saya memutuskan mencoba ikut test masuk ke NZ, sebenarnya, doa saya yang utama adalah, saya ingin sembuh dari alergi saya yang membuat saya bersin terus menerus setiap hari. Kakak saya selalu bercerita bagaimana bersihnya udara disana. Memang benar. Sejak Linda kembali ke Indonesia, dia sudah bebas dari alerginya yang parah. Selama di NZ, imannya terus bertumbuh. Ia dibaptis di Presbytarian Church, Auckland, th 1988. Di tengah kompetisi ketat, memang sejak awal Edi sudah punya pendukung dari adik-adik Linda. Mereka mendorong cici-nya ini untuk menerima Edi. Namun, Linda tahu kalau dia tidak mungkin menerima Edi karena berbeda agama. Diapun tidak pernah meminta Edi untuk ikut ke gereja. Ia tidak ingin Edi jadi Kristen karenanya. Doanya ke-

Linda saat graduation NAFIRI JUNI 2013

17


pada Tuhan adalah agar Tuhan yang mengatur segalanya dan memberikan yang terbaik pada saatnya. Terbukti memang Tuhanlah yang menggerakkan hati Edi untuk mengenal Dia, melalui orang-orang di sekelilingnya. Setelah Linda lulus dari New Zealand dan kembali ke Jakarta, Edi menyatakan ingin ikut ke gereja bersama Linda. Akhirnya Edi mengikuti katekisasi di GKY Green Ville dan dibaptis pada tahun 1993. Keduanya mulai serius berpacaran sejak tahun 1993. Saat itu, tanggung jawab ekonomi keluarga Edi berada dipundak Edi sendiri. Dia harus membiayai orang tuanya dan adiknya yang baru mulai kuliah. Tahun 1994, mama Edi masuk rumah sakit karena diabetes. Biayanya cukup besar, yaitu sekitar Rp1,5 juta waktu itu. Karena Edi tidak punya tabungan, ia lalu melunasi biaya rumah sakit dengan kartu kredit. Waktu Linda mengetahuinya, Ia lalu mendorong Edi untuk menggunakan uang tabungan mereka untuk membayar tagihan itu. Sejak berpacaran memang mereka berkomitmen, setiap bulan masing-masing menyisihkan Rp100 ribu.

18

Manisnya berjalan bersama Tuhan Edi dan Linda akhirnya menikah pada tanggal 17 Desember 1995 dan tinggal di rumah kakak Linda di Alam Sutera karena rumah yang mereka beli di Citra Garden tidak bisa mereka tempati karena belum direnovasi. Linda mengingat masamasa itu sebagai masa-masa bahagia. Walaupun keuangan sangat terbatas, mereka menikmati dan hampir tidak pernah bertengkar. Mereka membeli karaoke sederhana sehingga setiap pulang kantor, Linda memasak dan Edi membantu mengurus baju. “Habis itu, sambil menyetrika pakaian kita bernyanyi. Rasanya happy banget. Padahal waktu itu keadaan keuangan kami sudah sebatas leher,” cerita Linda. Edi menceritakan masa-masa itu dengan persepsinya. “Saya tidak per-

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

nah berlebihan. Dia juga nggak pernah menuntut banyak. Kami menikmati aja apa adanya,” cerita Edi. “Setelah menikah, untuk beberapa saat saya belum mempunyai keberanian untuk memiliki seorang anak. Saya merasa secara ekonomi kami belum siap.” kata Linda. Padahal dalam doanya, Tuhan selalu mempertanyakan ketidakyakinannya akan pimpinan Tuhan. Tuhan bilang, tidak cukupkah bukti-bukti penyertaanKu selama ini? Karena keadaan keuangan keluarga, Edi memutuskan untuk mulai mencari pekerjaan baru. Panggilan pertama datang dari Sewu NewYork Life. Edi mengatakan, ia tidak ingat pernah mengirim lamaran ke perusahaan itu. Yang ia ingat, semua lowongan posisi sales manager atau store manager yang ia kirimi lamaran. “Gimana bisa

ngelamar ke perusahaan asuransi, orang nawarin asuransi jiwa aja selalu saya tolak,” kata Edi. Setelah interview pertama, baru saja Edi keluar parkir, ia sudah ditelepon dan disuruh datang lagi besok. Edi ditawarkan posisi kepala cabang di Tangerang. Setelah digumulkan dan didoakan bersama-sama, mereka memutuskan untuk mencoba. Edi mulai bekerja di Sewu New-York Life bulan Oktober 1996. Dari uang arisan yang didapat Linda yang dipakai sebagai uang muka, mereka membeli mobil milik pribadi pertamanya. Bulan-bulan pertama di tempat barunya, sangatlah berat buat Edi. Target bulanannya yang hanya sebesar 20 juta, sulit dicapai. Dia mendapat tekanan dari atasannya. Linda yang setiap hari melihat Edi pulang jadi ikut sedih. Ia sempat menganjurkan Edi untuk mencari pekerjaan baru. Namun baginya, ini saatnya belajar dan berusaha. Ia mulai melakukan pendekatan ke agen dengan memanggil satu per satu dan mempelajari seluk beluk asuransi. Semua buku petunjuk tentang produk ia pelajari sampai betul-betul dimengertinya. Pasangan ini terus berdoa perihal keuangan dan soal mempunyai anak. NAFIRI JUNI 2013

19


pada Tuhan adalah agar Tuhan yang mengatur segalanya dan memberikan yang terbaik pada saatnya. Terbukti memang Tuhanlah yang menggerakkan hati Edi untuk mengenal Dia, melalui orang-orang di sekelilingnya. Setelah Linda lulus dari New Zealand dan kembali ke Jakarta, Edi menyatakan ingin ikut ke gereja bersama Linda. Akhirnya Edi mengikuti katekisasi di GKY Green Ville dan dibaptis pada tahun 1993. Keduanya mulai serius berpacaran sejak tahun 1993. Saat itu, tanggung jawab ekonomi keluarga Edi berada dipundak Edi sendiri. Dia harus membiayai orang tuanya dan adiknya yang baru mulai kuliah. Tahun 1994, mama Edi masuk rumah sakit karena diabetes. Biayanya cukup besar, yaitu sekitar Rp1,5 juta waktu itu. Karena Edi tidak punya tabungan, ia lalu melunasi biaya rumah sakit dengan kartu kredit. Waktu Linda mengetahuinya, Ia lalu mendorong Edi untuk menggunakan uang tabungan mereka untuk membayar tagihan itu. Sejak berpacaran memang mereka berkomitmen, setiap bulan masing-masing menyisihkan Rp100 ribu.

18

Manisnya berjalan bersama Tuhan Edi dan Linda akhirnya menikah pada tanggal 17 Desember 1995 dan tinggal di rumah kakak Linda di Alam Sutera karena rumah yang mereka beli di Citra Garden tidak bisa mereka tempati karena belum direnovasi. Linda mengingat masamasa itu sebagai masa-masa bahagia. Walaupun keuangan sangat terbatas, mereka menikmati dan hampir tidak pernah bertengkar. Mereka membeli karaoke sederhana sehingga setiap pulang kantor, Linda memasak dan Edi membantu mengurus baju. “Habis itu, sambil menyetrika pakaian kita bernyanyi. Rasanya happy banget. Padahal waktu itu keadaan keuangan kami sudah sebatas leher,” cerita Linda. Edi menceritakan masa-masa itu dengan persepsinya. “Saya tidak per-

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

nah berlebihan. Dia juga nggak pernah menuntut banyak. Kami menikmati aja apa adanya,” cerita Edi. “Setelah menikah, untuk beberapa saat saya belum mempunyai keberanian untuk memiliki seorang anak. Saya merasa secara ekonomi kami belum siap.” kata Linda. Padahal dalam doanya, Tuhan selalu mempertanyakan ketidakyakinannya akan pimpinan Tuhan. Tuhan bilang, tidak cukupkah bukti-bukti penyertaanKu selama ini? Karena keadaan keuangan keluarga, Edi memutuskan untuk mulai mencari pekerjaan baru. Panggilan pertama datang dari Sewu NewYork Life. Edi mengatakan, ia tidak ingat pernah mengirim lamaran ke perusahaan itu. Yang ia ingat, semua lowongan posisi sales manager atau store manager yang ia kirimi lamaran. “Gimana bisa

ngelamar ke perusahaan asuransi, orang nawarin asuransi jiwa aja selalu saya tolak,” kata Edi. Setelah interview pertama, baru saja Edi keluar parkir, ia sudah ditelepon dan disuruh datang lagi besok. Edi ditawarkan posisi kepala cabang di Tangerang. Setelah digumulkan dan didoakan bersama-sama, mereka memutuskan untuk mencoba. Edi mulai bekerja di Sewu New-York Life bulan Oktober 1996. Dari uang arisan yang didapat Linda yang dipakai sebagai uang muka, mereka membeli mobil milik pribadi pertamanya. Bulan-bulan pertama di tempat barunya, sangatlah berat buat Edi. Target bulanannya yang hanya sebesar 20 juta, sulit dicapai. Dia mendapat tekanan dari atasannya. Linda yang setiap hari melihat Edi pulang jadi ikut sedih. Ia sempat menganjurkan Edi untuk mencari pekerjaan baru. Namun baginya, ini saatnya belajar dan berusaha. Ia mulai melakukan pendekatan ke agen dengan memanggil satu per satu dan mempelajari seluk beluk asuransi. Semua buku petunjuk tentang produk ia pelajari sampai betul-betul dimengertinya. Pasangan ini terus berdoa perihal keuangan dan soal mempunyai anak. NAFIRI JUNI 2013

19


“Awal Januari 97, dalam doa saya pagi itu, saya merasa ditegur dengan keras oleh Tuhan mengenai iman saya kepadaNya,” kata Linda. Akhirnya mereka menyerahkan total hidup mereka kepada pimpinan Tuhan. Bulan Febuari, Linda mulai hamil. Ternyata Allah kita adalah Allah yang luar biasa. Dia cuma mau melihat apakah kita sepenuhnya bergantung dan memasrahkan hidup kita kepada pimpinan-Nya. Tahun 1997 adalah tahun pembaharuan iman mereka. Perusahaan Edi di Cabang Tangerang yang semula dianggap ‘underdog’, berhasil menyabet semua kontes per 3 bulan yang diadakan perusahaan dan menjadi Cabang Terbaik tahun 1997. Siapakah yang pernah menduga? Tak seorangpun. Tapi, kalau Tuhan sudah berkenan, siapakah yang bisa melawan. Dengan hadiah berupa uang yang didapat dari kontes-kontes tersebut, kondisi ekonomi mereka mulai membaik Selama 6 tahun sebagai kepala cabang, Edi berusaha bekerja dengan baik dan jujur. Tahun 2002, ia dipromosikan untuk memegang jabatan Regional Director. Uniknya, dukungan utama datang dari bos yang awalnya menekan ketika ia baru masuk itu. Kinerjanya dinilai naik terus. Dari tiga orang calon, ia yang dipilih. “Setahun sebelum pe20

gang cabang Tangerang, omsetnya Rp130 juta. Waktu saya tinggalkan karena promosi, omsetnya sudah Rp4-5 milyar,” cerita Edi. Edi menjadi kepala regional untuk sebagian Jabodetabek dan membawahi sekitar 1213 cabang. Dua tahun kemudian, ia mendapat tambahan daerah yaitu seluruh Sumatera sehingga totalnya ada 19 cabang. Tahun 2003, New York Life berubah namanya menjadi Sequis Life. Karir Edi terus meningkat. Tahun 2009 ia kembali dipromosikan menjadi Board of Director. Tugasnya, membantu Chief of Agent (CAO) dalam bidang rekrutmen dan pengembangan agen. Januari 2013 ini ia baru saja dipromosikan jadi CAO. Ia membawahi kepala regional dan langsung bertanggungjawab pada Presiden Direktur. “Banyak yang tanya saya, apa sih resepnya ? Saya nggak pernah menuntut saya mau jadi apa. Saya menjalani hidup ini apa adanya. Yang penting kerja betul, orang percaya sama kita,” kata Edi. Ia melihat, dalam bisnis asuransi yang dibutuhkan bukan hanya pengetahuan dan keterampilan, tetapi juga ada seni tersendiri dalam menjual atau mengembangkan tim. Orang-orang yang berhasil dalam dunia asuransi adalah orang yang memiliki perilaku dan kebiasaan yang baik. Dibutuhkan orang-orang yang

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

mau diajar dan tidak sombong. Orang harus mau dibentuk ulang. “Dan harus komitmen. Kalau cuma setengah hati atau coba-coba, pasti gagal dan merasa menjual asuransi itu susah,” cerita Edi. Mengutamakan Keluarga Sebagai kepala keluarga, Edi mengatakan justru masih banyak belajar dari istrinya. Edi mengatakan, dari segi keimanan, ibadah, dan pelayanan

Linda lebih taat. “Saya hanya pegang teguh kalau ada masalah, Tuhan pasti kasih jalan,” katanya. Sejak menikah, pasangan ini memang jarang bertengkar. Mereka punya waktu khusus untuk saling menceritakan apa yang tidak mereka suka dari pasangannya. Sekarang, waktu itu sudah tidak sering dilakukan lagi karena sudah saling tahu. Toh, perbedaan selalu ada. “Tapi saya beruntung, dapat Linda yang bisa mengerti,” kata Edi.

B I O DATA Nama lengkap : Edisjah Nama panggilan : Edi Tempat/Tgl lahir : Bandar Lampung, 11 July 1968 Menikah : 17 Desember 1995 Nama Isteri : Linda Marzukie (1968) Nama anak : Jacynda Darmawan (1997) Josephine Darmawan (2000) Riwayat Pendidikan : SD Pelita Bhakti, Lampung (1981) SMP Pelita Bhakti, Lampung (1984) SMA Xaverius Pahoman, Lampung (1987) Universitas Tarumanagara, Jakarta (1992) Riwayat pekerjaan : Director & Chief Agency Officer PT. AJ. Sequislife (2013-sekarang) Director of Recruitment, Training & Development PT. AJ. Sequislife (2009-2013) Regional Agency Director PT. AJ. Sequislife (2002-2009) Branch Manager PT. AJ. Sequislife (1996-2002) Sales Manager PT. Sukaria Prima Perkasa (1994-1996) Branch Manager PT. Sukaria Top 21 (1991-1994) Pelayanan : Duty Manager KU2, GKY BSD (2013 - sekarang) Mentor GKGW, GKY BSD (2010 - sekarang) Usher & Multimedia, GKY BSD (2006 - sekarang) NAFIRI JUNI 2013

21


“Awal Januari 97, dalam doa saya pagi itu, saya merasa ditegur dengan keras oleh Tuhan mengenai iman saya kepadaNya,” kata Linda. Akhirnya mereka menyerahkan total hidup mereka kepada pimpinan Tuhan. Bulan Febuari, Linda mulai hamil. Ternyata Allah kita adalah Allah yang luar biasa. Dia cuma mau melihat apakah kita sepenuhnya bergantung dan memasrahkan hidup kita kepada pimpinan-Nya. Tahun 1997 adalah tahun pembaharuan iman mereka. Perusahaan Edi di Cabang Tangerang yang semula dianggap ‘underdog’, berhasil menyabet semua kontes per 3 bulan yang diadakan perusahaan dan menjadi Cabang Terbaik tahun 1997. Siapakah yang pernah menduga? Tak seorangpun. Tapi, kalau Tuhan sudah berkenan, siapakah yang bisa melawan. Dengan hadiah berupa uang yang didapat dari kontes-kontes tersebut, kondisi ekonomi mereka mulai membaik Selama 6 tahun sebagai kepala cabang, Edi berusaha bekerja dengan baik dan jujur. Tahun 2002, ia dipromosikan untuk memegang jabatan Regional Director. Uniknya, dukungan utama datang dari bos yang awalnya menekan ketika ia baru masuk itu. Kinerjanya dinilai naik terus. Dari tiga orang calon, ia yang dipilih. “Setahun sebelum pe20

gang cabang Tangerang, omsetnya Rp130 juta. Waktu saya tinggalkan karena promosi, omsetnya sudah Rp4-5 milyar,” cerita Edi. Edi menjadi kepala regional untuk sebagian Jabodetabek dan membawahi sekitar 1213 cabang. Dua tahun kemudian, ia mendapat tambahan daerah yaitu seluruh Sumatera sehingga totalnya ada 19 cabang. Tahun 2003, New York Life berubah namanya menjadi Sequis Life. Karir Edi terus meningkat. Tahun 2009 ia kembali dipromosikan menjadi Board of Director. Tugasnya, membantu Chief of Agent (CAO) dalam bidang rekrutmen dan pengembangan agen. Januari 2013 ini ia baru saja dipromosikan jadi CAO. Ia membawahi kepala regional dan langsung bertanggungjawab pada Presiden Direktur. “Banyak yang tanya saya, apa sih resepnya ? Saya nggak pernah menuntut saya mau jadi apa. Saya menjalani hidup ini apa adanya. Yang penting kerja betul, orang percaya sama kita,” kata Edi. Ia melihat, dalam bisnis asuransi yang dibutuhkan bukan hanya pengetahuan dan keterampilan, tetapi juga ada seni tersendiri dalam menjual atau mengembangkan tim. Orang-orang yang berhasil dalam dunia asuransi adalah orang yang memiliki perilaku dan kebiasaan yang baik. Dibutuhkan orang-orang yang

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

mau diajar dan tidak sombong. Orang harus mau dibentuk ulang. “Dan harus komitmen. Kalau cuma setengah hati atau coba-coba, pasti gagal dan merasa menjual asuransi itu susah,” cerita Edi. Mengutamakan Keluarga Sebagai kepala keluarga, Edi mengatakan justru masih banyak belajar dari istrinya. Edi mengatakan, dari segi keimanan, ibadah, dan pelayanan

Linda lebih taat. “Saya hanya pegang teguh kalau ada masalah, Tuhan pasti kasih jalan,” katanya. Sejak menikah, pasangan ini memang jarang bertengkar. Mereka punya waktu khusus untuk saling menceritakan apa yang tidak mereka suka dari pasangannya. Sekarang, waktu itu sudah tidak sering dilakukan lagi karena sudah saling tahu. Toh, perbedaan selalu ada. “Tapi saya beruntung, dapat Linda yang bisa mengerti,” kata Edi.

B I O DATA Nama lengkap : Edisjah Nama panggilan : Edi Tempat/Tgl lahir : Bandar Lampung, 11 July 1968 Menikah : 17 Desember 1995 Nama Isteri : Linda Marzukie (1968) Nama anak : Jacynda Darmawan (1997) Josephine Darmawan (2000) Riwayat Pendidikan : SD Pelita Bhakti, Lampung (1981) SMP Pelita Bhakti, Lampung (1984) SMA Xaverius Pahoman, Lampung (1987) Universitas Tarumanagara, Jakarta (1992) Riwayat pekerjaan : Director & Chief Agency Officer PT. AJ. Sequislife (2013-sekarang) Director of Recruitment, Training & Development PT. AJ. Sequislife (2009-2013) Regional Agency Director PT. AJ. Sequislife (2002-2009) Branch Manager PT. AJ. Sequislife (1996-2002) Sales Manager PT. Sukaria Prima Perkasa (1994-1996) Branch Manager PT. Sukaria Top 21 (1991-1994) Pelayanan : Duty Manager KU2, GKY BSD (2013 - sekarang) Mentor GKGW, GKY BSD (2010 - sekarang) Usher & Multimedia, GKY BSD (2006 - sekarang) NAFIRI JUNI 2013

21


Pergumulan terbesar Linda terjadi tahun 2001. Saat itu, anaknya yang sulung, Jacy, selalu menangis kalau ditinggal Linda ke kantor. Dalam doanya, Linda selalu katakan pada Tuhan bahwa dia ingin di rumah merawat anak-anaknya. Namun, tuntutan finansial membuat hal itu belum memungkinkan. Sebenarnya banyak hal yang terjadi baik di kantor maupun di rumah yang Linda rasakan sebagai pernyataan Tuhan agar Linda berani ambil keputusan berhenti bekerja. Namun, karena belum dapat dukungan dari Edi dan keluarga, dia belum berani mengambil keputusan itu. Suatu malam hati Linda tergetar saat anak keduanya, Vivin, yang baru berusia setahun menolak digendong saat sedang sakit. Vivin lebih memilih

22

digendong suster. “Saat itu juga saya katakan kepada Tuhan, ya Tuhan, saya harus berhenti bekerja,” katanya. Dari kantornya, Linda diberi dua pilihan. Pertama, pindah ke pabrik yang letaknya di Cikokol. Kedua, cuti setahun tanpa dibayar. Linda memilih cuti setahun, dan diijinkan mengambil uang jasanya yang diperlukannya untuk membeli mobil (karena ia harus mengembalikan mobil kantor selama masa cuti) . Saat itu, Linda berjanji pada dirinya sendiri akan berhemat dan bijaksana dalam mengatur keuangan keluarga. Namun, setelah setengah tahun berjalan, dirasakan kebutuhan terlalu berat. Ia lalu meminta untuk bisa bekerja di pabrik. Setelah bertemu dengan orang yang berwewenang di pabrik, pergumulan itu terjadi lagi. Linda merasakan tidak punya kedamaian untuk memutuskan bekerja kembali. Sepanjang hari itu, Linda terus berdoa di dalam kamarnya memohon jawaban Tuhan akan apa yang harus ia lakukan. Di tengah pergumulan itu, Edi memberi tahu kalau ia dipanggil ke kantor pusat. Begitu Edi tiba di rumah dan mengatakan habis bertemu bos, entah mendapat ide dari mana, Linda langsung berkata. “Regional director yah?” tanya Linda. “Loh, kok tau?” tanya Edi. Ya... Edi pulang membawa ka-

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

bar yang merupakan jawaban Tuhan buat Linda. Edi dipromosikan menjadi Regional Director. Yang menarik adalah, gaji pokok Edi yang baru adalah gaji lamanya ditambah dengan gaji Linda di kantornya. Pekerjaan siapa lagi kalau bukan pekerjaan Tuhan? “Selain gaji pokok, Edi mendapat fasilitas yang sangat baik yang membuat keuangan keluarga kami menjadi jauh lebih baik,” kata Linda. Siapakah aku ini Tuhan... jadi biji mata-Mu... Dengan apakah kujawab, Tuhan.... s’lain puji dan sembah Kau Hidup adalah Anugerah Karir Edi memang cukup mulus, namun Edi dan Linda beranggapan itu bukan karena ia pintar, hebat, atau luar biasa. Akan tetapi, semua karena anugerah Tuhan semata. Mereka telah belajar bagaimana hidup berserah dan masih akan terus belajar. Memang Tuhan sudah banyak membuktikan campur tangan-Nya. Mereka masih harus terus membiayai orang tua dan kakaknya yang sakit, namun mereka percaya Tuhan yang sama yang telah menganugerahkan hidup ini dengan segala kebaikan akan terus menyertai hidup mereka sekeluarga. Sering teman-teman Linda berkata bahwa hidup Linda tidak per-

nah susah. Dijawab Linda, “Memang benar, karena dalam keadaan sesulit apa pun saya tidak pernah mempertanyakan kepada Tuhan mengapa ini dan menggerutu. Saya menerima dan selalu bersyukur. Adakalanya memang guncangan-guncangan itu hadir dalam hidup. Tapi saya punya Tuhan yang luar biasa yang membuat hidup saya menjadi seperti ini.” Terakhir, Edi ditanya: Apa yang akan dicapai setelah ini? “Ini pertanyaan paling sulit yang harus saya jawab. Selama ini saya enggak berani banyak meminta, tetapi selalu diberi. Jadi, apa pun yang kita dapatkan, itu yang kita syukuri. Sekarang kita bisa diberi lebih, ya kita bagikan pada orang lain atau keluarga yang membutuhkan. Kami juga ingin memberikan yang terbaik buat kedua putri kami, Jacy dan Vivin. Kami berharap apa yang telah kami lalui, juga boleh disyukuri dan menjadi pelajaran buat mereka. Terlebih lagi, doa kami adalah agar anak-anak kami bisa menjadi persembahan yang hidup bagi-Nya. Agar mereka bisa menjadi anak-anak yang takut akan Tuhan dan senantiasa menjaga nama baik Tuhan dengan hidup benar. Lima tahun yang akan datang? Kami ingin tetap menjadi kami yang sekarang. Hidup dalam Tuhan dan tetap rendah hati, jawab Edi NAFIRI JUNI 2013

23


Pergumulan terbesar Linda terjadi tahun 2001. Saat itu, anaknya yang sulung, Jacy, selalu menangis kalau ditinggal Linda ke kantor. Dalam doanya, Linda selalu katakan pada Tuhan bahwa dia ingin di rumah merawat anak-anaknya. Namun, tuntutan finansial membuat hal itu belum memungkinkan. Sebenarnya banyak hal yang terjadi baik di kantor maupun di rumah yang Linda rasakan sebagai pernyataan Tuhan agar Linda berani ambil keputusan berhenti bekerja. Namun, karena belum dapat dukungan dari Edi dan keluarga, dia belum berani mengambil keputusan itu. Suatu malam hati Linda tergetar saat anak keduanya, Vivin, yang baru berusia setahun menolak digendong saat sedang sakit. Vivin lebih memilih

22

digendong suster. “Saat itu juga saya katakan kepada Tuhan, ya Tuhan, saya harus berhenti bekerja,” katanya. Dari kantornya, Linda diberi dua pilihan. Pertama, pindah ke pabrik yang letaknya di Cikokol. Kedua, cuti setahun tanpa dibayar. Linda memilih cuti setahun, dan diijinkan mengambil uang jasanya yang diperlukannya untuk membeli mobil (karena ia harus mengembalikan mobil kantor selama masa cuti) . Saat itu, Linda berjanji pada dirinya sendiri akan berhemat dan bijaksana dalam mengatur keuangan keluarga. Namun, setelah setengah tahun berjalan, dirasakan kebutuhan terlalu berat. Ia lalu meminta untuk bisa bekerja di pabrik. Setelah bertemu dengan orang yang berwewenang di pabrik, pergumulan itu terjadi lagi. Linda merasakan tidak punya kedamaian untuk memutuskan bekerja kembali. Sepanjang hari itu, Linda terus berdoa di dalam kamarnya memohon jawaban Tuhan akan apa yang harus ia lakukan. Di tengah pergumulan itu, Edi memberi tahu kalau ia dipanggil ke kantor pusat. Begitu Edi tiba di rumah dan mengatakan habis bertemu bos, entah mendapat ide dari mana, Linda langsung berkata. “Regional director yah?” tanya Linda. “Loh, kok tau?” tanya Edi. Ya... Edi pulang membawa ka-

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

bar yang merupakan jawaban Tuhan buat Linda. Edi dipromosikan menjadi Regional Director. Yang menarik adalah, gaji pokok Edi yang baru adalah gaji lamanya ditambah dengan gaji Linda di kantornya. Pekerjaan siapa lagi kalau bukan pekerjaan Tuhan? “Selain gaji pokok, Edi mendapat fasilitas yang sangat baik yang membuat keuangan keluarga kami menjadi jauh lebih baik,” kata Linda. Siapakah aku ini Tuhan... jadi biji mata-Mu... Dengan apakah kujawab, Tuhan.... s’lain puji dan sembah Kau Hidup adalah Anugerah Karir Edi memang cukup mulus, namun Edi dan Linda beranggapan itu bukan karena ia pintar, hebat, atau luar biasa. Akan tetapi, semua karena anugerah Tuhan semata. Mereka telah belajar bagaimana hidup berserah dan masih akan terus belajar. Memang Tuhan sudah banyak membuktikan campur tangan-Nya. Mereka masih harus terus membiayai orang tua dan kakaknya yang sakit, namun mereka percaya Tuhan yang sama yang telah menganugerahkan hidup ini dengan segala kebaikan akan terus menyertai hidup mereka sekeluarga. Sering teman-teman Linda berkata bahwa hidup Linda tidak per-

nah susah. Dijawab Linda, “Memang benar, karena dalam keadaan sesulit apa pun saya tidak pernah mempertanyakan kepada Tuhan mengapa ini dan menggerutu. Saya menerima dan selalu bersyukur. Adakalanya memang guncangan-guncangan itu hadir dalam hidup. Tapi saya punya Tuhan yang luar biasa yang membuat hidup saya menjadi seperti ini.” Terakhir, Edi ditanya: Apa yang akan dicapai setelah ini? “Ini pertanyaan paling sulit yang harus saya jawab. Selama ini saya enggak berani banyak meminta, tetapi selalu diberi. Jadi, apa pun yang kita dapatkan, itu yang kita syukuri. Sekarang kita bisa diberi lebih, ya kita bagikan pada orang lain atau keluarga yang membutuhkan. Kami juga ingin memberikan yang terbaik buat kedua putri kami, Jacy dan Vivin. Kami berharap apa yang telah kami lalui, juga boleh disyukuri dan menjadi pelajaran buat mereka. Terlebih lagi, doa kami adalah agar anak-anak kami bisa menjadi persembahan yang hidup bagi-Nya. Agar mereka bisa menjadi anak-anak yang takut akan Tuhan dan senantiasa menjaga nama baik Tuhan dengan hidup benar. Lima tahun yang akan datang? Kami ingin tetap menjadi kami yang sekarang. Hidup dalam Tuhan dan tetap rendah hati, jawab Edi NAFIRI JUNI 2013

23


f

kus

“Kebenaran tidak ditemu tapi dibuat – oleh kan, kita.” F. Nietzsche (1844-1900)

.

Mengapa Pertanyaan Ini Penting? Saat ini kita hidup dalam zaman yang dikenal dengan sebutan postmodernisme.1 Salah satu ciri zaman post-modernisme2 ini adalah berkembangnya filsafat relativisme. Penganut paham relativisme tidak percaya akan adanya kebenaran yang absolut. Bagi mereka, kebenaran (truth) itu bersifat relatif, tergantung kepada tiap individu, waktu, tempat. Apa yang benar bagimu, belum tentu benar bagiku. Apa yang benar waktu itu belum tentu benar sekarang. Apa yang benar di tempat itu belum tentu benar di sini. Misalkan: Pernyataan “Yesus satu-satunya Juruselamat manusia”. Bagi penganut relativisme, pernyataan ini merupakan kebenaran yang relatif, yang hanya berlaku bagi sebagian kelompok orang saja, yang hidup di Palestina pada abad pertama, tetapi bukan merupakan kebenaran bagi

/ GI. Edy Jhon Piter Gurning /

1

Secara sederhana, pembagian zaman sesudah Masehi dibagi atas 3 zaman, yaitu zaman pramodern (abad 1-15), abad modern (abad 16 - 20), zaman post-modern (akhir abad 20 - sekarang).

2 Selanjutnya

24

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

semua orang. Sebab, bagi penganut relativisme, kebenaran itu tidak berlaku mutlak bagi semua orang, di mana pun dan kapan pun. Dan paham relativisme sangat populer pada masa kini. Perkembangan pandangan relativisme ini banyak dipromosikan terutama melalui media televisi. Televisi kini menjadi sarana utama yang membentuk konsep orang terhadap kebenaran. Televisi berkontribusi atas hilangnya kebenaran dengan memperkenalkan dan menegaskan tema-tema relativisme melalui tayangan-tanyangan bergambar yang sangat menarik. Gambar yang bergerak itu hampir tidak memberi

saya sebut sebagai posmo.

NAFIRI JUNI 2013

25


f

kus

“Kebenaran tidak ditemu tapi dibuat – oleh kan, kita.” F. Nietzsche (1844-1900)

.

Mengapa Pertanyaan Ini Penting? Saat ini kita hidup dalam zaman yang dikenal dengan sebutan postmodernisme.1 Salah satu ciri zaman post-modernisme2 ini adalah berkembangnya filsafat relativisme. Penganut paham relativisme tidak percaya akan adanya kebenaran yang absolut. Bagi mereka, kebenaran (truth) itu bersifat relatif, tergantung kepada tiap individu, waktu, tempat. Apa yang benar bagimu, belum tentu benar bagiku. Apa yang benar waktu itu belum tentu benar sekarang. Apa yang benar di tempat itu belum tentu benar di sini. Misalkan: Pernyataan “Yesus satu-satunya Juruselamat manusia”. Bagi penganut relativisme, pernyataan ini merupakan kebenaran yang relatif, yang hanya berlaku bagi sebagian kelompok orang saja, yang hidup di Palestina pada abad pertama, tetapi bukan merupakan kebenaran bagi

/ GI. Edy Jhon Piter Gurning /

1

Secara sederhana, pembagian zaman sesudah Masehi dibagi atas 3 zaman, yaitu zaman pramodern (abad 1-15), abad modern (abad 16 - 20), zaman post-modern (akhir abad 20 - sekarang).

2 Selanjutnya

24

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

semua orang. Sebab, bagi penganut relativisme, kebenaran itu tidak berlaku mutlak bagi semua orang, di mana pun dan kapan pun. Dan paham relativisme sangat populer pada masa kini. Perkembangan pandangan relativisme ini banyak dipromosikan terutama melalui media televisi. Televisi kini menjadi sarana utama yang membentuk konsep orang terhadap kebenaran. Televisi berkontribusi atas hilangnya kebenaran dengan memperkenalkan dan menegaskan tema-tema relativisme melalui tayangan-tanyangan bergambar yang sangat menarik. Gambar yang bergerak itu hampir tidak memberi

saya sebut sebagai posmo.

NAFIRI JUNI 2013

25


televisi yang begitu luas, tetapi orang-orang Kristen sendiri pun mulai meninggalkan kepercayaan akan adanya kebenaran yang absolut.

Pandangan Kristen Terhadap Kebenaran

ruang untuk kita berfikir secara kritis dan kita hanya bisa menerima saja dan tanpa sadar menyetujui apa yang disajikan televisi bagi kita, yang umumnya memperkenalkan filsafat relativisme. Televisi nyaris mahahadir. Televisi ada di kamar tidur, di mobil, di bandara, di restoran, pusat penitipan anak, dan lain-lain. Menurut survei yang dilakukan oleh lembaga survei Nielsen, 94% masyarakat Indonesia mengkonsumsi media melalui televisi. Bahkan yang mengejutkan dari survei yang dilakukan oleh George Barna terhadap sejumlah besar orang Amerika yang mengaku kaum Injili, ternyata tidak sedikit yang tidak lagi mempercayai adanya kebenaran absolut. 26

William Willimon, seorang penulis dan gembala, menulis di majalah Christinity Today bahwa “Orang-orang Kristen yang menegaskan kebenaran ‘objektif’ mengenai Yesus tengah membuat kesalahan yang taktis, karena Yesus tidak datang ke tengah-tengah kita untuk menyatakan serangkaian proposisi yang harus kita teguhkan”. Tak berlebihan jika filsuf Kristen Douglas Groothuis menyebutkan era ini sebagai era pudarnya kebenaran. Memudarnya kebenaran merupakan kondisi budaya di mana ide tentang kebenaran yang mutlak, obyektif dan universal dipandang tidak bisa lagi dipercayai, atau tidak lagi dianggap serius. Kebenaran dalam ancaman bahaya, bukan hanya akibat pengaruh

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

Paham relativisme menolak adanya kebenaran yang absolut. Filsafat relativisme ini bertolak belakang dengan pandangan absolutisme yang percaya akan adanya kebenaran (truth) yang bersifat mutlak, yang berlaku bagi semua orang, di semua tempat dan di sepanjang zaman. Setiap kebenaran, baik kebenaran rohani maupun kebenaran natural, berlaku mutlak karena setiap kebenaran adalah kebenaran Allah. Allah-lah sumber kebenaran. Karena Allah itu tidak dibatasi ruang dan waktu, maka kebenaran yang Ia nyatakan pun berlaku mutlak. Seorang Kristen percaya bahwa kebenaran tidak dibuat oleh manusia. Kebenaran berasal dari Allah dan manusia mengenal kebenaran itu sejauh apa yang dinyatakan (reveal) Allah kepada manusia. Penyataan kebenaran Allah itu terdiri dari dua bagian, yaitu

penyataan umum dan penyataan khusus. Penyataan umum (general revelation) artinya kebenaran yang Allah nyatakan di alam yang dinyatakan-Nya kepada semua orang tanpa memandang agama. Setiap kebenaran alamiah yang kita kenal di alam ini, seluruhnya berasal dari Allah sehingga berlaku adagium All truth is God’s truth. Namun, kebenaran ini meskipun bersifat mutlak, tidak bersifat menyelamatkan. Namun ada kebenaran yang dinyatakan Allah hanya kepada orang-orang percaya, sehingga disebut dengan penyataan khusus (special revelation) karena hanya dinyatakan Allah kepada orangorang percaya di sepanjang abad. Allah menyatakan kebenaran rohani ini melalui sejarah Israel dan puncaknya adalah Yesus Kristus (Yoh.14:6; Kol.1:19). Seluruh kebenaran rohani yang perlu kita ketahui disingkapkan Allah bagi orang percaya dan dipelihara dalam bentuk catatan tertulis di dalam buku yang kita kenal sebagai Alkitab.

NAFIRI JUNI 2013

27


televisi yang begitu luas, tetapi orang-orang Kristen sendiri pun mulai meninggalkan kepercayaan akan adanya kebenaran yang absolut.

Pandangan Kristen Terhadap Kebenaran

ruang untuk kita berfikir secara kritis dan kita hanya bisa menerima saja dan tanpa sadar menyetujui apa yang disajikan televisi bagi kita, yang umumnya memperkenalkan filsafat relativisme. Televisi nyaris mahahadir. Televisi ada di kamar tidur, di mobil, di bandara, di restoran, pusat penitipan anak, dan lain-lain. Menurut survei yang dilakukan oleh lembaga survei Nielsen, 94% masyarakat Indonesia mengkonsumsi media melalui televisi. Bahkan yang mengejutkan dari survei yang dilakukan oleh George Barna terhadap sejumlah besar orang Amerika yang mengaku kaum Injili, ternyata tidak sedikit yang tidak lagi mempercayai adanya kebenaran absolut. 26

William Willimon, seorang penulis dan gembala, menulis di majalah Christinity Today bahwa “Orang-orang Kristen yang menegaskan kebenaran ‘objektif’ mengenai Yesus tengah membuat kesalahan yang taktis, karena Yesus tidak datang ke tengah-tengah kita untuk menyatakan serangkaian proposisi yang harus kita teguhkan”. Tak berlebihan jika filsuf Kristen Douglas Groothuis menyebutkan era ini sebagai era pudarnya kebenaran. Memudarnya kebenaran merupakan kondisi budaya di mana ide tentang kebenaran yang mutlak, obyektif dan universal dipandang tidak bisa lagi dipercayai, atau tidak lagi dianggap serius. Kebenaran dalam ancaman bahaya, bukan hanya akibat pengaruh

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

Paham relativisme menolak adanya kebenaran yang absolut. Filsafat relativisme ini bertolak belakang dengan pandangan absolutisme yang percaya akan adanya kebenaran (truth) yang bersifat mutlak, yang berlaku bagi semua orang, di semua tempat dan di sepanjang zaman. Setiap kebenaran, baik kebenaran rohani maupun kebenaran natural, berlaku mutlak karena setiap kebenaran adalah kebenaran Allah. Allah-lah sumber kebenaran. Karena Allah itu tidak dibatasi ruang dan waktu, maka kebenaran yang Ia nyatakan pun berlaku mutlak. Seorang Kristen percaya bahwa kebenaran tidak dibuat oleh manusia. Kebenaran berasal dari Allah dan manusia mengenal kebenaran itu sejauh apa yang dinyatakan (reveal) Allah kepada manusia. Penyataan kebenaran Allah itu terdiri dari dua bagian, yaitu

penyataan umum dan penyataan khusus. Penyataan umum (general revelation) artinya kebenaran yang Allah nyatakan di alam yang dinyatakan-Nya kepada semua orang tanpa memandang agama. Setiap kebenaran alamiah yang kita kenal di alam ini, seluruhnya berasal dari Allah sehingga berlaku adagium All truth is God’s truth. Namun, kebenaran ini meskipun bersifat mutlak, tidak bersifat menyelamatkan. Namun ada kebenaran yang dinyatakan Allah hanya kepada orang-orang percaya, sehingga disebut dengan penyataan khusus (special revelation) karena hanya dinyatakan Allah kepada orangorang percaya di sepanjang abad. Allah menyatakan kebenaran rohani ini melalui sejarah Israel dan puncaknya adalah Yesus Kristus (Yoh.14:6; Kol.1:19). Seluruh kebenaran rohani yang perlu kita ketahui disingkapkan Allah bagi orang percaya dan dipelihara dalam bentuk catatan tertulis di dalam buku yang kita kenal sebagai Alkitab.

NAFIRI JUNI 2013

27


Hanya Roh Kudus yang membuat manusia bisa menerima bahwa apa yang tertulis dalam Alkitab adalah kebenaran yang mutlak dan bersifat menyelamatkan. Baik penyataan umum maupun penyataan khusus berasal dari Allah yang satu, dan disingkapkan Allah bagi kebaikan manusia. Kaum posmo menolak klaim bahwa Allah-lah yang menentukan kebenaran dan menyingkapkannya bagi manusia. Bagi mereka, kebenaran tidak berada di luar manusia. Bagi mereka, tidak perlu Allah untuk menentukan kebenaran karena kebenaran adalah buatan manusia itu sendiri. Bagi kita, hal ini tidak bisa diterima.

Keberatan Terhadap Relativisme

Paham

Secara akal sehat, kebenaran yang relatif bersifat absurd karena bertentangan pada dirinya sendiri (selfcontradictory). Misalkan: Jika Billy Graham mengatakan bahwa “Allah itu ada” sedangkan Richard Dawkins mengatakan bahwa “Allah itu tidak ada”, kedua pernyataan ini tidak mungkin sama-sama benar. Karena hanya ada dua kemungkinan, bahwa Allah itu benar-benar ada atau Allah itu 28

tidak benar-benar ada. Tidak ada pilihan ketiga. Karena tidak mungkin Allah itu ada sekaligus tidak ada. Jika Graham benar, maka Dawkins pasti salah. Tetapi kaum relativisme akan tetap ngotot mengatakan bahwa Allah itu ada atau tidak ada tergantung apa yang benar menurut orang tersebut. Akal sehat tidak bisa menerima hal tersebut karena hal tersebut bertentangan pada dirinya sendiri. Orang Kristen percaya bahwa kebenaran berasal dari Allah, meskipun kebenaran itu mungkin belum dimengerti, bahkan tidak ada bukti yang mendukungnya. Ketiadaan bukti, kurangnya pemahaman bukan menjadi dasar untuk mengatakan bahwa kebenaran itu bersifat relatif. Bukan manusia yang menjadi otoritas tertinggi penentu kebenaran, seperti yang diklaim kaum posmo, tetapi Allah. Dan dalam wilayah rohani ini, seorang Kristen percaya bahwa Roh Kudus saja yang memberitahukan kepadanya kebenaran yang dinyatakan di dalam Alkitab (Yoh.16:13). Dan semua kebenaran tersebut bersifat absolut. Tidak heran Yesus menyebut Roh Kudus sebagai Roh Kebenaran. Dia bukan hanya memberitahukan, tetapi memimpin orang percaya kepada seluruh kebenaran. Dunia tidak bisa menerima kebenaran itu karena mereka tidak

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

mengenal Roh Kudus. Kebenaran yang dinyatakan Allah, baik di alam maupun di Alkitab, semuanya bersifat mutlak. Tetapi perlu diingat bahwa pemahaman manusia akan kebenaran itu tidak pernah mutlak. Misalkan: orang-orang abad pertengahan percaya bahwa bumi ini datar, dan ada ujungnya. Namun, berkat majunya ilmu pengetahuan, kita ketahui bahwa pernyataan bahwa bumi datar bukanlah sebuah kebenaran. Pertanyaannya, apakah kebenaran berubah? Tidak. Kebenaran bersifat mutlak, tidak berubah karena berasal dari Allah yang tidak berubah. Namun, pemahaman manusia akan kebenaranlah yang berubah. Semakin maju ilmu pengetahuan, maka pemahaman manusia akan kebenaran semakin berkembang. Tetapi kebenaran an sich tidak berubah. Yang membuat adanya perbedaan dan perubahan

adalah pemahaman manusia akan kebenaran, baik yang kebenaran natural maupun kebenaran rohani. Kebenaran tidak akan pernah berubah karena kebenaran berasal dari Allah. Sebagai makhluk yang terbatas, pemahaman kita akan kebenaran yang mutlak itu akan berkembang bahkan mungkin akan berubah. Karena kebenaran bukan kita yang membuat, tetapi berasal dari Allah dan disingkapkan (reveal) kepada manusia. Namun karena kebenaran berasal dari Allah yang tak berubah dan tidak pernah salah, maka kebenaran yang kita kenal di bumi ini bersifat mutlak adanya. Tugas manusialah untuk mencari, menemukan dan mengalami kebenaran tersebut dalam kehidupan sehari-hari, untuk kebaikan manusia dan sekaligus untuk kemuliaan Allah Sumber: 1. Geisler, Norman. Baker encyclopedia of Christian apologetics. Grand Rapids, Mich.: Baker Books (1999). 2. Groothuis, Douglas. Pudarnya Kebenaran. Jakarta: Momentum (2003). 3. Newman, Scott. Conservative Theological Journal Vol.1 (1997), “The Appeal of God’s Truth to the Mind: Theological & Exegetical Answers to Post-Modern Trends Within Evangelical Thought.”

NAFIRI JUNI 2013

29


Hanya Roh Kudus yang membuat manusia bisa menerima bahwa apa yang tertulis dalam Alkitab adalah kebenaran yang mutlak dan bersifat menyelamatkan. Baik penyataan umum maupun penyataan khusus berasal dari Allah yang satu, dan disingkapkan Allah bagi kebaikan manusia. Kaum posmo menolak klaim bahwa Allah-lah yang menentukan kebenaran dan menyingkapkannya bagi manusia. Bagi mereka, kebenaran tidak berada di luar manusia. Bagi mereka, tidak perlu Allah untuk menentukan kebenaran karena kebenaran adalah buatan manusia itu sendiri. Bagi kita, hal ini tidak bisa diterima.

Keberatan Terhadap Relativisme

Paham

Secara akal sehat, kebenaran yang relatif bersifat absurd karena bertentangan pada dirinya sendiri (selfcontradictory). Misalkan: Jika Billy Graham mengatakan bahwa “Allah itu ada” sedangkan Richard Dawkins mengatakan bahwa “Allah itu tidak ada”, kedua pernyataan ini tidak mungkin sama-sama benar. Karena hanya ada dua kemungkinan, bahwa Allah itu benar-benar ada atau Allah itu 28

tidak benar-benar ada. Tidak ada pilihan ketiga. Karena tidak mungkin Allah itu ada sekaligus tidak ada. Jika Graham benar, maka Dawkins pasti salah. Tetapi kaum relativisme akan tetap ngotot mengatakan bahwa Allah itu ada atau tidak ada tergantung apa yang benar menurut orang tersebut. Akal sehat tidak bisa menerima hal tersebut karena hal tersebut bertentangan pada dirinya sendiri. Orang Kristen percaya bahwa kebenaran berasal dari Allah, meskipun kebenaran itu mungkin belum dimengerti, bahkan tidak ada bukti yang mendukungnya. Ketiadaan bukti, kurangnya pemahaman bukan menjadi dasar untuk mengatakan bahwa kebenaran itu bersifat relatif. Bukan manusia yang menjadi otoritas tertinggi penentu kebenaran, seperti yang diklaim kaum posmo, tetapi Allah. Dan dalam wilayah rohani ini, seorang Kristen percaya bahwa Roh Kudus saja yang memberitahukan kepadanya kebenaran yang dinyatakan di dalam Alkitab (Yoh.16:13). Dan semua kebenaran tersebut bersifat absolut. Tidak heran Yesus menyebut Roh Kudus sebagai Roh Kebenaran. Dia bukan hanya memberitahukan, tetapi memimpin orang percaya kepada seluruh kebenaran. Dunia tidak bisa menerima kebenaran itu karena mereka tidak

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

mengenal Roh Kudus. Kebenaran yang dinyatakan Allah, baik di alam maupun di Alkitab, semuanya bersifat mutlak. Tetapi perlu diingat bahwa pemahaman manusia akan kebenaran itu tidak pernah mutlak. Misalkan: orang-orang abad pertengahan percaya bahwa bumi ini datar, dan ada ujungnya. Namun, berkat majunya ilmu pengetahuan, kita ketahui bahwa pernyataan bahwa bumi datar bukanlah sebuah kebenaran. Pertanyaannya, apakah kebenaran berubah? Tidak. Kebenaran bersifat mutlak, tidak berubah karena berasal dari Allah yang tidak berubah. Namun, pemahaman manusia akan kebenaranlah yang berubah. Semakin maju ilmu pengetahuan, maka pemahaman manusia akan kebenaran semakin berkembang. Tetapi kebenaran an sich tidak berubah. Yang membuat adanya perbedaan dan perubahan

adalah pemahaman manusia akan kebenaran, baik yang kebenaran natural maupun kebenaran rohani. Kebenaran tidak akan pernah berubah karena kebenaran berasal dari Allah. Sebagai makhluk yang terbatas, pemahaman kita akan kebenaran yang mutlak itu akan berkembang bahkan mungkin akan berubah. Karena kebenaran bukan kita yang membuat, tetapi berasal dari Allah dan disingkapkan (reveal) kepada manusia. Namun karena kebenaran berasal dari Allah yang tak berubah dan tidak pernah salah, maka kebenaran yang kita kenal di bumi ini bersifat mutlak adanya. Tugas manusialah untuk mencari, menemukan dan mengalami kebenaran tersebut dalam kehidupan sehari-hari, untuk kebaikan manusia dan sekaligus untuk kemuliaan Allah Sumber: 1. Geisler, Norman. Baker encyclopedia of Christian apologetics. Grand Rapids, Mich.: Baker Books (1999). 2. Groothuis, Douglas. Pudarnya Kebenaran. Jakarta: Momentum (2003). 3. Newman, Scott. Conservative Theological Journal Vol.1 (1997), “The Appeal of God’s Truth to the Mind: Theological & Exegetical Answers to Post-Modern Trends Within Evangelical Thought.”

NAFIRI JUNI 2013

29


f

Mengalami Allah

kus

/ Jadi S. Lima, M.A., M.Th. /

Tema artikel ini adalah “Mengalami Allah di dalam Kebenaran.” Ada banyak pro dan kontra dalam memahami istilah ‘mengalami Allah’ itu sendiri, apalagi jika kita ingin mengesankan bahwa ada ‘pengalaman yang salah’ dan ‘pengalaman yang benar’ dalam ‘mengalami Allah’ itu. U ntuk itu, saya akan mulai dengan istilah ‘mengalami Allah’ terlebih dahulu, baru kemudian pada bagian kedua saya akan membahas mengenai begaimanakah kita dapat membedakan ‘mengalami Allah’ yang benar dari yang salah. 30

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

Istilah ‘mengalami Allah’ muncul ketika orang ingin menekankan sisi ‘pengalaman eksistensial’ di dalam perjalanan kita mengenal dan berjalan di dalam jalan Tuhan. Allah tidak dapat ‘dikenal’ tanpa ‘dialami’ di dalam keterlibatan penuh komitmen dari segenap hidup kita. Dalam konteks inilah J.I. Packer mengatakan dalam bukunya yang terkenal, Knowing God, bahwa orang percaya harus melangkah dari ‘mengetahui tentang Allah’ (Knowing about God) kepada ‘mengenal Allah’ (knowing God). Di dalam tahapan ‘mengenal Allah’ ini kita tidak hanya mengetahui bahwa Allah itu pencipta langit dan bumi, bahwa Ia ada sebagai Tritunggal yang kudus ataupun bahwa Ia telah mengirim Putra Tunggal-Nya - Yesus Kristus - pada abad pertama ke dunia ini. Dengan kata lain kita tidak sekedar mengetahui serangkaian informasi yang berkenaan dengan keberadaan Allah. Kita melangkah lebih lanjut kepada pengenalan secara pribadi. Ini mungkin mirip dengan cara Michelle Obama mengenal Barack Obama, yang tentu saja berbeda dari cara kita mengenal Presiden Amerika Serikat itu. Di zaman internet dan Wikileaks kita tentu dapat menyelidiki setumpuk informasi mengenai Obama -- bahNAFIRI JUNI 2013

31


f

Mengalami Allah

kus

/ Jadi S. Lima, M.A., M.Th. /

Tema artikel ini adalah “Mengalami Allah di dalam Kebenaran.” Ada banyak pro dan kontra dalam memahami istilah ‘mengalami Allah’ itu sendiri, apalagi jika kita ingin mengesankan bahwa ada ‘pengalaman yang salah’ dan ‘pengalaman yang benar’ dalam ‘mengalami Allah’ itu. U ntuk itu, saya akan mulai dengan istilah ‘mengalami Allah’ terlebih dahulu, baru kemudian pada bagian kedua saya akan membahas mengenai begaimanakah kita dapat membedakan ‘mengalami Allah’ yang benar dari yang salah. 30

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

Istilah ‘mengalami Allah’ muncul ketika orang ingin menekankan sisi ‘pengalaman eksistensial’ di dalam perjalanan kita mengenal dan berjalan di dalam jalan Tuhan. Allah tidak dapat ‘dikenal’ tanpa ‘dialami’ di dalam keterlibatan penuh komitmen dari segenap hidup kita. Dalam konteks inilah J.I. Packer mengatakan dalam bukunya yang terkenal, Knowing God, bahwa orang percaya harus melangkah dari ‘mengetahui tentang Allah’ (Knowing about God) kepada ‘mengenal Allah’ (knowing God). Di dalam tahapan ‘mengenal Allah’ ini kita tidak hanya mengetahui bahwa Allah itu pencipta langit dan bumi, bahwa Ia ada sebagai Tritunggal yang kudus ataupun bahwa Ia telah mengirim Putra Tunggal-Nya - Yesus Kristus - pada abad pertama ke dunia ini. Dengan kata lain kita tidak sekedar mengetahui serangkaian informasi yang berkenaan dengan keberadaan Allah. Kita melangkah lebih lanjut kepada pengenalan secara pribadi. Ini mungkin mirip dengan cara Michelle Obama mengenal Barack Obama, yang tentu saja berbeda dari cara kita mengenal Presiden Amerika Serikat itu. Di zaman internet dan Wikileaks kita tentu dapat menyelidiki setumpuk informasi mengenai Obama -- bahNAFIRI JUNI 2013

31


kan informasi-informasi yang tidak diketahui Michelle sekalipun tentang suaminya. Tetapi, seberapa pun data yang anda ketahui tentang Obama, pengetahuan anda tidak akan pernah sama kualitasnya dengan perempuan yang mendampingi hidupnya selama puluhan tahun itu. Demikian juga dengan ‘mengenal Allah’. Orang dapat menyelidiki Alkitab, mengkaji berbagai argumen mengenai hakikat dan keberadaan Allah, baik secara teologis, filosofis, historis, dan antropologis – tetapi jika anda tidak

pernah ‘berjalan bersama dengan Allah yang hidup itu’ dengan melibatkan diri luar dalam secara personal, anda tidak akan pernah sampai kepada tahapan ‘mengenal Allah’. Anda akan berhenti pada tahapan ‘mengetahui tentang Allah’. Penulis lagu ‘He’s Everything to Me’ melukiskan perbedaan ‘mengetahui tentang Allah’ dengan ‘mengenal Allah’ secara sangat jelas. Pada bait pertama dan kedua ia menulis mengenai pengalamannya ‘mengetahui tentang Allah’ tanpa ‘mengenal Dia’:

In the stars His handiworks I see / on the wind He speaks with majesty / tho’ He ruleth over the land and sea / what is that to me? (Pada bintang-bintang kulihat pekerjaan tangan-Nya / Pada angin kudengar suaraNya yang dahsyat / walaupun Ia berkuasa atas daratan dan lautan / Apakah artinya itu untukku?)

I would celebrate Nativity / for it has a place in history / sure He came to set His people free / (but) what is that to me? (Aku pun merayakan Natal / karena itu memang terjadi dalam sejarah / Tentu saja, Ia datang membebaskan umat-Nya / Apakah artinya itu untukku?)

Lalu pada bait ke tiga ada titik balik: Til’ by faith I met Him face to face / and I felt the wonder of His grace / then I knew that He was more than just / a God who didn’t care / who live away up there / and He walks beside me day by day / ever watching o’er me lest I stray / helping me to find that narrow way / He’s everything to me! (Lalu melalui iman aku bertemu Dia muka dengan muka / dan aku mengalami sendiri keajaiban anugerah-Nya / lalu aku sadar bahwa Ia lebih daripada Allah yang tidak peduli / Allah yang tinggal nun jauh di atas sana / dan kini Ia berjalan bersamaku hari demi hari / selalu mengawasiku, jika tidak aku akan tersesat / Ia menolongku untuk menemukan jalan yang sempit itu / Ia segalanya bagiku!) 32

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

Pada bait pertama dan kedua, Ralph Carmichael menggambarkan pengakuannya akan Allah yang dahsyat, pencipta langit dan bumi, bahkan Allah yang menyatakan DiriNya secara khusus di dalam diri AnakNya yang Tunggal yang datang untuk membebaskan umat-Nya itu. Tetapi tanpa relasi dan komitmen secara pribadi dengan Allah yang dahsyat itu, pengakuan impersonal itu tidak membawa manfaat dan perubahan apa pun baginya. Tetapi dalam bait ketiga ia melukiskan perbedaan yang dibawa oleh perjumpaannya secara eksistensial dengan Allah. Kini ia berjumpa muka dan mengalami sendiri kedahsyatan Allah dan anugerah-Nya, bahkan ia berjalan setiap hari bersama dengan Dia. Allah yang semula tidak ada artinya baginya, kini menjadi segalagalanya. Bukankah ini terdengar indah dan puitis? Tetapi bagaimanakah itu di dalam ‘kenyataannya’? Bagaimanakah kita bisa ‘berjumpa secara pribadi’ dengan Allah yang ’tidak kelihatan’? Semua orang tahu bahwa Allah itu tidak ada padanannya dengan apa pun juga. Dia itu wholly other. Tidak ada bahasa maupun konsep yang dapat mengekspresikan maupun menampung Allah. Tentu saja pembi-

caraan kita tentang Allah tidak pernah dapat sama dengan Allah itu sendiri. Demikian juga dengan ‘mengalami Allah’. Orang dapat berbicara tentang ‘mengalami Allah’ sebagai bentuk perjumpaan yang lebih personal dengan Allah dibandingkan dengan ‘berfilsafat tentang Allah’ -- seperti orang yang ‘mengalami Perang Kemerdekaan’ memiliki perjumpaan yang lebih pribadi dengan Perang itu daripada orangorang yang hanya ‘menyelidiki sejarah Perang Kemerdekaan’ sebagai bagian dari kegiatan akademis. Tetapi, apakah kita dapat mengalami Allah seperti orang mengalami Perang Kemerdekaan, atau mengenal Allah seperti Michelle Obama mengenal suaminya? Dari mana kita tahu bahwa pengalaman kita itu sungguh nyata? Apakah memang Allah yang kita alami ataukah hanya fenomena psikologis belaka? Walau tentu ada dimensi psikologis dalam ‘pengalaman dengan Allah’ – tetapi ‘mengalami Allah’ berbeda dari ‘mengalami delusi atau ilusi’. Bagaimanakah kita dapat membedakan mengalami Allah dengan sekedar ‘merasa mengalami Allah’ padahal bukan Allah yang kita alami? Hal ini akan kita bahas dalam bagian berikut.

NAFIRI JUNI 2013

33


kan informasi-informasi yang tidak diketahui Michelle sekalipun tentang suaminya. Tetapi, seberapa pun data yang anda ketahui tentang Obama, pengetahuan anda tidak akan pernah sama kualitasnya dengan perempuan yang mendampingi hidupnya selama puluhan tahun itu. Demikian juga dengan ‘mengenal Allah’. Orang dapat menyelidiki Alkitab, mengkaji berbagai argumen mengenai hakikat dan keberadaan Allah, baik secara teologis, filosofis, historis, dan antropologis – tetapi jika anda tidak

pernah ‘berjalan bersama dengan Allah yang hidup itu’ dengan melibatkan diri luar dalam secara personal, anda tidak akan pernah sampai kepada tahapan ‘mengenal Allah’. Anda akan berhenti pada tahapan ‘mengetahui tentang Allah’. Penulis lagu ‘He’s Everything to Me’ melukiskan perbedaan ‘mengetahui tentang Allah’ dengan ‘mengenal Allah’ secara sangat jelas. Pada bait pertama dan kedua ia menulis mengenai pengalamannya ‘mengetahui tentang Allah’ tanpa ‘mengenal Dia’:

In the stars His handiworks I see / on the wind He speaks with majesty / tho’ He ruleth over the land and sea / what is that to me? (Pada bintang-bintang kulihat pekerjaan tangan-Nya / Pada angin kudengar suaraNya yang dahsyat / walaupun Ia berkuasa atas daratan dan lautan / Apakah artinya itu untukku?)

I would celebrate Nativity / for it has a place in history / sure He came to set His people free / (but) what is that to me? (Aku pun merayakan Natal / karena itu memang terjadi dalam sejarah / Tentu saja, Ia datang membebaskan umat-Nya / Apakah artinya itu untukku?)

Lalu pada bait ke tiga ada titik balik: Til’ by faith I met Him face to face / and I felt the wonder of His grace / then I knew that He was more than just / a God who didn’t care / who live away up there / and He walks beside me day by day / ever watching o’er me lest I stray / helping me to find that narrow way / He’s everything to me! (Lalu melalui iman aku bertemu Dia muka dengan muka / dan aku mengalami sendiri keajaiban anugerah-Nya / lalu aku sadar bahwa Ia lebih daripada Allah yang tidak peduli / Allah yang tinggal nun jauh di atas sana / dan kini Ia berjalan bersamaku hari demi hari / selalu mengawasiku, jika tidak aku akan tersesat / Ia menolongku untuk menemukan jalan yang sempit itu / Ia segalanya bagiku!) 32

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

Pada bait pertama dan kedua, Ralph Carmichael menggambarkan pengakuannya akan Allah yang dahsyat, pencipta langit dan bumi, bahkan Allah yang menyatakan DiriNya secara khusus di dalam diri AnakNya yang Tunggal yang datang untuk membebaskan umat-Nya itu. Tetapi tanpa relasi dan komitmen secara pribadi dengan Allah yang dahsyat itu, pengakuan impersonal itu tidak membawa manfaat dan perubahan apa pun baginya. Tetapi dalam bait ketiga ia melukiskan perbedaan yang dibawa oleh perjumpaannya secara eksistensial dengan Allah. Kini ia berjumpa muka dan mengalami sendiri kedahsyatan Allah dan anugerah-Nya, bahkan ia berjalan setiap hari bersama dengan Dia. Allah yang semula tidak ada artinya baginya, kini menjadi segalagalanya. Bukankah ini terdengar indah dan puitis? Tetapi bagaimanakah itu di dalam ‘kenyataannya’? Bagaimanakah kita bisa ‘berjumpa secara pribadi’ dengan Allah yang ’tidak kelihatan’? Semua orang tahu bahwa Allah itu tidak ada padanannya dengan apa pun juga. Dia itu wholly other. Tidak ada bahasa maupun konsep yang dapat mengekspresikan maupun menampung Allah. Tentu saja pembi-

caraan kita tentang Allah tidak pernah dapat sama dengan Allah itu sendiri. Demikian juga dengan ‘mengalami Allah’. Orang dapat berbicara tentang ‘mengalami Allah’ sebagai bentuk perjumpaan yang lebih personal dengan Allah dibandingkan dengan ‘berfilsafat tentang Allah’ -- seperti orang yang ‘mengalami Perang Kemerdekaan’ memiliki perjumpaan yang lebih pribadi dengan Perang itu daripada orangorang yang hanya ‘menyelidiki sejarah Perang Kemerdekaan’ sebagai bagian dari kegiatan akademis. Tetapi, apakah kita dapat mengalami Allah seperti orang mengalami Perang Kemerdekaan, atau mengenal Allah seperti Michelle Obama mengenal suaminya? Dari mana kita tahu bahwa pengalaman kita itu sungguh nyata? Apakah memang Allah yang kita alami ataukah hanya fenomena psikologis belaka? Walau tentu ada dimensi psikologis dalam ‘pengalaman dengan Allah’ – tetapi ‘mengalami Allah’ berbeda dari ‘mengalami delusi atau ilusi’. Bagaimanakah kita dapat membedakan mengalami Allah dengan sekedar ‘merasa mengalami Allah’ padahal bukan Allah yang kita alami? Hal ini akan kita bahas dalam bagian berikut.

NAFIRI JUNI 2013

33


Membedakan Roh Sehari-hari kita berjumpa dengan dua jenis orang: skeptis dan naif. Orangorang yang skeptis tidak mudah percaya. Mereka melakukan cross check, mereka menuntut penjelasan logis dan pertimbangan yang banyak sebelum percaya. Sebaliknya, orang-orang yang naif sangat mudah percaya. Mereka tidak menuntut penjelasan apa-apa dan tidak juga melakukan cross check. Mereka bahkan menganggap cross check sebagai sebentuk ketidakpercayaan yang dapat melukai relasi. “Jadi lu enggak percaya sama gua?” Demikian respon orang-orang naif jika kita terlalu banyak bertanyatanya dan tidak segera menerima sudut pandang mereka. Nasihat Paulus sangat relevan bagi kedua jenis orang ini, “Ujilah segala sesuatu, dan peganglah apa yang baik.” (1 Tesalonika 5:21). Paulus memerintahkan jemaatnya untuk menguji segala sesuatu sebelum menerimanya. Dorongan untuk mengalami Allah secara pribadi harus diimbangi dengan kesadaran bahwa penekanan kepada ‘mengalami’ dan ‘secara pribadi’ dapat membuat kita kurang hati-hati di dalam menyikapi subjektivitas di dalam perjumpaan kita dengan Allah. Tentu saja kita tidak dapat berbicara tentang ‘pengetahuan yang objektif’ karena hal 34

demikian seringkali dilandaskan atas epistemologi yang sangat tidak Alkitabiah. Di sisi lain, komitmen subyektif juga bisa salah. Apa yang benar bagi saya tidak tentu ‘benar-benar benar’. Apa yang sangat kita yakini sebagai ‘berasal dari Allah’ atau merupakan ‘pimpinan Tuhan’ dapat saja bukan demikian pada kenyataannya. Dengan kata lain kita harus menguji roh seperti yang diperintahkan penulis surat 1 Yohanes 4:1: “Saudarasaudaraku yang kekasih, janganlah percaya akan setiap roh, tetapi ujilah roh-roh itu, apakah mereka berasal dari Allah; sebab banyak nabi-nabi palsu yang telah muncul dan pergi ke seluruh dunia.” Bagaimanakah kita dapat melakukannya? Pertama-tama marilah kita kembali kepada ‘melihat pekerjaan tangan Tuhan pada bintang-bintang dan suara Tuhan di dalam deru angin’ sebagaimana diutarakan Carmichael dalam lagu di atas. Ketika kita merenungkan mengenai betapa kecilnya kita di tengah besarnya alam semesta, ketika kita menatap keindahan alam bebas dari puncak gunung, dan ketika kita menikmati keindahan sebuah relasi antar manusia kita dapat mengalami semacam ’pengalaman religius’ yang

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

dapat kita campur-adukkan dengan pengalaman berjumpa dengan Tuhan secara pribadi. Keindahan alam seberapa pun dahsyatnya, tidak akan membawa kita kepada perjumpaan dengan wajah Tuhan jika bukan melalui perjumpaan dengan wajah Allah di dalam Yesus. Hanya dengan menenggelamkan diri ke dalam kisah penyelamatan Allah yang kita jumpai di dalam Alkitab kita dapat berjumpa secara pribadi dengan Pribadi yang ada di belakang segala kedahsyatan alam semesta. Ini adalah teologia klasik dari Yohanes mengenai Yesus Kristus sebagai eksegesis dari Allah Yang Tidak Kelihatan (Yoh. 1:18). Kedatangan Yesus ke dalam dunia, yang menggenapkan pekerjaan penyelamatan Allah atas segenap ciptaan-Nya melalui Perjanjian-Nya dengan Israel harus direspon dari pihak manusia agar terjalin perjumpaan antara pribadi Sang Pencipta dengan pribadi manusia. ‘Mengalami Allah’ di dalam alam jika tidak dimengerti di dalam terang

Penyataan Khusus Allah di dalam Kristus mungkin bisa dipadankan dengan penonton yang mendengarkan pementasan musik yang dengan sengaja dibuat oleh sang seniman bagi kekasihnya. Para penonton awam tetap bisa sangat menikmati pagelaran musik itu. Tetapi sang kekasih yang untuknya komposisi musik dan seluruh pagelaran itu dipersembahkan tentu mengalami kenikmatan yang sangat berbeda. Baginya setiap nada, setiap harmoni, setiap pilihan alat musik kepada tema nada tertentu sangatlah berarti karena menyapanya secara pribadi. Seperti itulah pagelaran terbitnya matahari, nikmatnya udara segar yang mengisi paru-paru, dan aroma tanah yang meruap sehabis hujan memiliki arti yang berbeda bagi orang-orang yang mengerti siapakah manusia, dimanakah mereka tinggal, apakah pengharapan bagi kita dari narasi yang terdapat dalam Alkitab dan kehidupan umat Allah yang terbentang dari zaman Musa sampai dengan kita sekarang. NAFIRI JUNI 2013

35


Membedakan Roh Sehari-hari kita berjumpa dengan dua jenis orang: skeptis dan naif. Orangorang yang skeptis tidak mudah percaya. Mereka melakukan cross check, mereka menuntut penjelasan logis dan pertimbangan yang banyak sebelum percaya. Sebaliknya, orang-orang yang naif sangat mudah percaya. Mereka tidak menuntut penjelasan apa-apa dan tidak juga melakukan cross check. Mereka bahkan menganggap cross check sebagai sebentuk ketidakpercayaan yang dapat melukai relasi. “Jadi lu enggak percaya sama gua?” Demikian respon orang-orang naif jika kita terlalu banyak bertanyatanya dan tidak segera menerima sudut pandang mereka. Nasihat Paulus sangat relevan bagi kedua jenis orang ini, “Ujilah segala sesuatu, dan peganglah apa yang baik.” (1 Tesalonika 5:21). Paulus memerintahkan jemaatnya untuk menguji segala sesuatu sebelum menerimanya. Dorongan untuk mengalami Allah secara pribadi harus diimbangi dengan kesadaran bahwa penekanan kepada ‘mengalami’ dan ‘secara pribadi’ dapat membuat kita kurang hati-hati di dalam menyikapi subjektivitas di dalam perjumpaan kita dengan Allah. Tentu saja kita tidak dapat berbicara tentang ‘pengetahuan yang objektif’ karena hal 34

demikian seringkali dilandaskan atas epistemologi yang sangat tidak Alkitabiah. Di sisi lain, komitmen subyektif juga bisa salah. Apa yang benar bagi saya tidak tentu ‘benar-benar benar’. Apa yang sangat kita yakini sebagai ‘berasal dari Allah’ atau merupakan ‘pimpinan Tuhan’ dapat saja bukan demikian pada kenyataannya. Dengan kata lain kita harus menguji roh seperti yang diperintahkan penulis surat 1 Yohanes 4:1: “Saudarasaudaraku yang kekasih, janganlah percaya akan setiap roh, tetapi ujilah roh-roh itu, apakah mereka berasal dari Allah; sebab banyak nabi-nabi palsu yang telah muncul dan pergi ke seluruh dunia.” Bagaimanakah kita dapat melakukannya? Pertama-tama marilah kita kembali kepada ‘melihat pekerjaan tangan Tuhan pada bintang-bintang dan suara Tuhan di dalam deru angin’ sebagaimana diutarakan Carmichael dalam lagu di atas. Ketika kita merenungkan mengenai betapa kecilnya kita di tengah besarnya alam semesta, ketika kita menatap keindahan alam bebas dari puncak gunung, dan ketika kita menikmati keindahan sebuah relasi antar manusia kita dapat mengalami semacam ’pengalaman religius’ yang

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

dapat kita campur-adukkan dengan pengalaman berjumpa dengan Tuhan secara pribadi. Keindahan alam seberapa pun dahsyatnya, tidak akan membawa kita kepada perjumpaan dengan wajah Tuhan jika bukan melalui perjumpaan dengan wajah Allah di dalam Yesus. Hanya dengan menenggelamkan diri ke dalam kisah penyelamatan Allah yang kita jumpai di dalam Alkitab kita dapat berjumpa secara pribadi dengan Pribadi yang ada di belakang segala kedahsyatan alam semesta. Ini adalah teologia klasik dari Yohanes mengenai Yesus Kristus sebagai eksegesis dari Allah Yang Tidak Kelihatan (Yoh. 1:18). Kedatangan Yesus ke dalam dunia, yang menggenapkan pekerjaan penyelamatan Allah atas segenap ciptaan-Nya melalui Perjanjian-Nya dengan Israel harus direspon dari pihak manusia agar terjalin perjumpaan antara pribadi Sang Pencipta dengan pribadi manusia. ‘Mengalami Allah’ di dalam alam jika tidak dimengerti di dalam terang

Penyataan Khusus Allah di dalam Kristus mungkin bisa dipadankan dengan penonton yang mendengarkan pementasan musik yang dengan sengaja dibuat oleh sang seniman bagi kekasihnya. Para penonton awam tetap bisa sangat menikmati pagelaran musik itu. Tetapi sang kekasih yang untuknya komposisi musik dan seluruh pagelaran itu dipersembahkan tentu mengalami kenikmatan yang sangat berbeda. Baginya setiap nada, setiap harmoni, setiap pilihan alat musik kepada tema nada tertentu sangatlah berarti karena menyapanya secara pribadi. Seperti itulah pagelaran terbitnya matahari, nikmatnya udara segar yang mengisi paru-paru, dan aroma tanah yang meruap sehabis hujan memiliki arti yang berbeda bagi orang-orang yang mengerti siapakah manusia, dimanakah mereka tinggal, apakah pengharapan bagi kita dari narasi yang terdapat dalam Alkitab dan kehidupan umat Allah yang terbentang dari zaman Musa sampai dengan kita sekarang. NAFIRI JUNI 2013

35


Segala hal dalam hidup akan kita pahami sebagai pengalaman berjalan bersama Allah, hidup dan bergumul bersama Allah. Dari cara pandang ini, ‘mengalami Allah’ tidaklah terbatas pada hal-hal rohani saja (mis. beberapa jam kita beribadah di gereja, ataupun berapa menit bulu kuduk kita berdiri ketika sedang dalam momen-momen penyembahan, atau ketika hal-hal yang bersifat mujizat terjadi dalam hidup kita) tetapi kita sesungguhnya dapat senantiasa mengalami Allah di dalam setiap momen dalam hidup kita.

uhnya Sesungg a sedang it n setiap k mi Tuha la a g n e m erasa’ – baik ‘m tidak maupun Bahkan kita hanya bisa berdosa dengan memakai pemberian Tuhan. misalnya, jika Tuhan tidak memberikan otak yang cukup pandai berbahasa bagaimanakah kita dapat berdosa dengan memilih kata-kata yang paling menyakitkan untuk menusuk saudara kita? Kita tidak dapat melakukan dosa

36

dengan ‘modal sendiri’ – kita hanya dapat melakukannya dengan memakai ‘modal pinjaman’ dari Tuhan. Bahkan tindakan berdosa pun adalah bagian dari mengalami Tuhan – walau tentu saja secara negatif. Kita mengalami panjang sabar Tuhan, dan kalau kita terus-menerus menganggap murahan panjang sabar Tuhan, kita akan mengalami ‘dibiarkan Tuhan’ (Rom. 1:24) yang jauh lebih mengerikan. Dengan kata lain: tidak ada satu inci pun dari segi kehidupan kita yang tidak ‘rohani’. Segala sesuatu, mulai dari mencabuti rumput sampai berdoa, dapat kita lakukan sebagai bakti atau pemberontakan kita kepada Sang Pencipta. Di dalam segenap aspek kehidupan kita itulah kita sedang ‘mengalami Allah’ dalam arti yang hurufiah. Jadi bagaimanakah kita tahu kalau kita sungguh-sungguh mengalami Tuhan dan bukan hanya sedang ‘merasa mengalami Tuhan’? Jawaban singkatnya adalah: sesungguhnya setiap kita sedang mengalami Tuhan – baik ‘merasa’ maupun tidak. Orang-orang yang tidak melihat diri mereka, dunia ini, dan seluruh kehidupan sebagai ciptaan Allah (misalnya: orang-orang

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

yang mengaku Atheis) secara faktual mengalami hal yang sama dengan orang-orang Kristen. Dari cara pandang Kristiani merekapun sedang ‘mengalami Tuhan’ hanya saja mereka tidak menyadarinya. Mereka melihat matahari terbit yang sama, memiliki tubuh yang serupa, masa-masa sukar dan senang yang tidak jauh berbeda, tetapi orang-orang yang tidak percaya kepada Allah di dalam Kristus mengalami semuanya itu secara sangat berbeda. Yang membedakan adalah respon mereka kepada Firman Allah. Jika kita melihat segala sesuatu sebagai ciptaan Allah, jika kita percaya kepada proyek pemulihan segenap ciptaan yang dijanjikan Allah, jika kita percaya kepada penggenapan proyek itu di dalam Yesus Kristus, kita akan merespon secara berbeda terhadap hidup ini. Melalui respon yang unik itulah kita akan mengalami Allah di dalam hidup ini. Jadi mengalami Allah itu tidak terjadi secara magis atau mistis – tetapi pada sebagian besar kesempatan hal itu akan terjadi secara natural. Bukan berarti bahwa hal-hal yang bersifat supranatural itu tidak ada. Allah hanya

membuat satu realitas saja. Anda boleh menyebutnya natural ataupun supranatural, hal itu tidak membuat banyak perbedaan yang berarti. Orang-orang yang percaya bahwa Allah menciptakan langit dan bumi tidak perlu melihat mujizat air berubah menjadi anggur untuk menjadi percaya. Keberadaan alam semesta yang dahsyat itu sendiri sudah merupakan mujizat yang sulit dicari bandingannya. Manakah yang lebih sulit: mengisi lautan penuh dengan air dan menciptakan segala kehidupan di dalamnya, ataukah membelah Laut Merah selama beberapa jam sampai semua orang Israel di zaman Musa selesai menyeberanginya? Berbahagialah kita yang menjalani kehidupan ini sebagai umat dari Allah Abraham, Ishak dan Yakub – yang Wajah-Nya kita lihat di dalam kehidupan, kematian, dan kebangkitan Yesus dari Nazaret *) Penulis lulus M.A. (Phil.) dari Vrije Universiteit, Amsterdam tahun 2010 dan M.Th. dari Sekolah Tinggi Teologia Reformed Injili Indonesia (STTRII) Jakarta tahun 2012.

NAFIRI JUNI 2013

37


Segala hal dalam hidup akan kita pahami sebagai pengalaman berjalan bersama Allah, hidup dan bergumul bersama Allah. Dari cara pandang ini, ‘mengalami Allah’ tidaklah terbatas pada hal-hal rohani saja (mis. beberapa jam kita beribadah di gereja, ataupun berapa menit bulu kuduk kita berdiri ketika sedang dalam momen-momen penyembahan, atau ketika hal-hal yang bersifat mujizat terjadi dalam hidup kita) tetapi kita sesungguhnya dapat senantiasa mengalami Allah di dalam setiap momen dalam hidup kita.

uhnya Sesungg a sedang it n setiap k mi Tuha la a g n e m erasa’ – baik ‘m tidak maupun Bahkan kita hanya bisa berdosa dengan memakai pemberian Tuhan. misalnya, jika Tuhan tidak memberikan otak yang cukup pandai berbahasa bagaimanakah kita dapat berdosa dengan memilih kata-kata yang paling menyakitkan untuk menusuk saudara kita? Kita tidak dapat melakukan dosa

36

dengan ‘modal sendiri’ – kita hanya dapat melakukannya dengan memakai ‘modal pinjaman’ dari Tuhan. Bahkan tindakan berdosa pun adalah bagian dari mengalami Tuhan – walau tentu saja secara negatif. Kita mengalami panjang sabar Tuhan, dan kalau kita terus-menerus menganggap murahan panjang sabar Tuhan, kita akan mengalami ‘dibiarkan Tuhan’ (Rom. 1:24) yang jauh lebih mengerikan. Dengan kata lain: tidak ada satu inci pun dari segi kehidupan kita yang tidak ‘rohani’. Segala sesuatu, mulai dari mencabuti rumput sampai berdoa, dapat kita lakukan sebagai bakti atau pemberontakan kita kepada Sang Pencipta. Di dalam segenap aspek kehidupan kita itulah kita sedang ‘mengalami Allah’ dalam arti yang hurufiah. Jadi bagaimanakah kita tahu kalau kita sungguh-sungguh mengalami Tuhan dan bukan hanya sedang ‘merasa mengalami Tuhan’? Jawaban singkatnya adalah: sesungguhnya setiap kita sedang mengalami Tuhan – baik ‘merasa’ maupun tidak. Orang-orang yang tidak melihat diri mereka, dunia ini, dan seluruh kehidupan sebagai ciptaan Allah (misalnya: orang-orang

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

yang mengaku Atheis) secara faktual mengalami hal yang sama dengan orang-orang Kristen. Dari cara pandang Kristiani merekapun sedang ‘mengalami Tuhan’ hanya saja mereka tidak menyadarinya. Mereka melihat matahari terbit yang sama, memiliki tubuh yang serupa, masa-masa sukar dan senang yang tidak jauh berbeda, tetapi orang-orang yang tidak percaya kepada Allah di dalam Kristus mengalami semuanya itu secara sangat berbeda. Yang membedakan adalah respon mereka kepada Firman Allah. Jika kita melihat segala sesuatu sebagai ciptaan Allah, jika kita percaya kepada proyek pemulihan segenap ciptaan yang dijanjikan Allah, jika kita percaya kepada penggenapan proyek itu di dalam Yesus Kristus, kita akan merespon secara berbeda terhadap hidup ini. Melalui respon yang unik itulah kita akan mengalami Allah di dalam hidup ini. Jadi mengalami Allah itu tidak terjadi secara magis atau mistis – tetapi pada sebagian besar kesempatan hal itu akan terjadi secara natural. Bukan berarti bahwa hal-hal yang bersifat supranatural itu tidak ada. Allah hanya

membuat satu realitas saja. Anda boleh menyebutnya natural ataupun supranatural, hal itu tidak membuat banyak perbedaan yang berarti. Orang-orang yang percaya bahwa Allah menciptakan langit dan bumi tidak perlu melihat mujizat air berubah menjadi anggur untuk menjadi percaya. Keberadaan alam semesta yang dahsyat itu sendiri sudah merupakan mujizat yang sulit dicari bandingannya. Manakah yang lebih sulit: mengisi lautan penuh dengan air dan menciptakan segala kehidupan di dalamnya, ataukah membelah Laut Merah selama beberapa jam sampai semua orang Israel di zaman Musa selesai menyeberanginya? Berbahagialah kita yang menjalani kehidupan ini sebagai umat dari Allah Abraham, Ishak dan Yakub – yang Wajah-Nya kita lihat di dalam kehidupan, kematian, dan kebangkitan Yesus dari Nazaret *) Penulis lulus M.A. (Phil.) dari Vrije Universiteit, Amsterdam tahun 2010 dan M.Th. dari Sekolah Tinggi Teologia Reformed Injili Indonesia (STTRII) Jakarta tahun 2012.

NAFIRI JUNI 2013

37


Ditemui di kantor MetroTV, Sumi Yang yang biasanya muncul di layar kaca itu terlihat begitu ceria pembawaannya. Tutur katanya pun halus dan teratur. Kelihaiannya sebagai penyiar berita tercermin dari cara ia memilih kata-kata dengan cermat dan tepat.

/ Arina Karen Renata Palilingan /

Suka Berbahasa Mandarin Sejak Kecil

SUMI YANG

38

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

Sumi telah bekerja selama 11 tahun untuk stasiun televisi swasta MetroTV di program khusus Bahasa Mandarin, Metro XinWen. “Jadi presenter di MetroTV itu tidak segampang yang dibayangkan orang,” aku perempuan berwajah oriental itu. Walau begitu sering kita mendengarnya berbahasa asing, bahasa Indonesianya ternyata terdengar begitu fasih. Pentingnya menguasai Bahasa Mandarin telah disadari Sumi sejak kecil. Sebelum menjadi presenter,

Sumi yang berasal dari keluarga keturunan Tionghoa itu memang sudah lancar berbicara Mandarin lantaran sering mendengarkan radio dan menonton berita Mandarin. Berawal dari kesenangannya itu, Bahasa Mandarin Sumi makin terasah. Ketika ditanya seberapa penting Bahasa Mandarin untuk dikuasai dewasa ini, Sumi menjelaskan dengan cerdas, “Penduduk China saja udah milyaran orang, ditambah lagi China adalah negara yang kuat ekonominya. Kita negara yang memiliki interaksi dan hubungan dagang dengan China NAFIRI JUNI 2013

39


Ditemui di kantor MetroTV, Sumi Yang yang biasanya muncul di layar kaca itu terlihat begitu ceria pembawaannya. Tutur katanya pun halus dan teratur. Kelihaiannya sebagai penyiar berita tercermin dari cara ia memilih kata-kata dengan cermat dan tepat.

/ Arina Karen Renata Palilingan /

Suka Berbahasa Mandarin Sejak Kecil

SUMI YANG

38

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

Sumi telah bekerja selama 11 tahun untuk stasiun televisi swasta MetroTV di program khusus Bahasa Mandarin, Metro XinWen. “Jadi presenter di MetroTV itu tidak segampang yang dibayangkan orang,” aku perempuan berwajah oriental itu. Walau begitu sering kita mendengarnya berbahasa asing, bahasa Indonesianya ternyata terdengar begitu fasih. Pentingnya menguasai Bahasa Mandarin telah disadari Sumi sejak kecil. Sebelum menjadi presenter,

Sumi yang berasal dari keluarga keturunan Tionghoa itu memang sudah lancar berbicara Mandarin lantaran sering mendengarkan radio dan menonton berita Mandarin. Berawal dari kesenangannya itu, Bahasa Mandarin Sumi makin terasah. Ketika ditanya seberapa penting Bahasa Mandarin untuk dikuasai dewasa ini, Sumi menjelaskan dengan cerdas, “Penduduk China saja udah milyaran orang, ditambah lagi China adalah negara yang kuat ekonominya. Kita negara yang memiliki interaksi dan hubungan dagang dengan China NAFIRI JUNI 2013

39


tidak akan ada kendala apabila kita berkomunikasi dengan perusahaan asal China. Dalam menguasai bahasa Mandarin, untungnya sudah pasti lebih banyak daripada ruginya”. Sumi pun percaya Bahasa Mandarin dapat menjadi nilai plus bagi para anak muda yang ingin mencari perkerjaan. Seperti kebanyakan orang daerah, Sumi yang berasal dari Bagansiapiapi, kota kecil di Riau, pindah ke Jakarta untuk kuliah Sistem Informasi. Lalu karena tidak merasa cocok dengan bidang tersebut, Sumi berhenti dan pindah ke Ekonomi Marketing, di mana ia jauh lebih menikmati jurusan ini. Namun, sampai akhirnya berkecimpung di dunia jurnalistik pun adalah sesuatu yang Sumi anggap ‘ketidaksengajaan’. Dulu, orang yang fasih berbahasa Mandarin memang tidak sebanyak sekarang. Di Jakarta, Sumi sempat mengajar di salah satu tempat kursus Bahasa Mandarin selama satu tahun. Selama memberikan kursus, Sumi tetap memiliki mimpi untuk bekerja di media sehingga ia dapat menyalurkan kemampuan berbahasa Mandarinnya. Seringnya memantau radio Mandarin pun membuat Sumi semakin ingin menggeluti bidang pekerjaan ini. 40

Menjadi Penyiar Metro Xin Wen Suatu hari, Sumi secara tidak sengaja melihat lowongan kerja di surat kabar mengenai program Bahasa Mandarin MetroTV. Dengan modal nekat dan surat dengan Bahasa Mandarin bertulis tangan, Sumi dengan semangat mengajukan lamaran kerja ke stasiun televisi swasta tersebut. Melalui proses panjang dan rumit, Sumi akhirnya berhasil diterima. Meniti karir di MetroTV hingga dikenal banyak orang bukan hal yang mudah bagi Sumi. Mulai dari mengetik, men-dubbing dan berbagai hal kecil di ‘dapur produksi’ pernah dikerjakannya hingga akhirnya ia diberi kesempatan untuk meliput di lapangan. Semuanya dilewatinya bukan tanpa gejolak suka dan duka.

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

Tahap demi tahap dijalani sampai Sumi tahu betul hal-hal kecil maupun besar di media. Ketertarikannya akan dunia berita juga memberikannya inisiatif besar untuk menekuni bidang kerja ini sampai sekarang. Sekarang ini Sumi sampai bisa terjun ke program Bahasa Indonesia MetroTV melalui program WideShot. Antusiasme para penonton berbahasa Indonesia yang ingin belajar Bahasa Mandarin pun tersalurkan melalui jejaring sosial Twitter, di mana Sumi sering menjawab pertanyaan dan membagi ilmunya kepada para pemirsa. Melalui wadah ini Sumi ingin agar Bahasa Mandarin perlahan-lahan menjadi bahasa yang tidak asing lagi bagi kebanyakan orang. Selama 11 tahun di Metro TV, Sumi terkadang perlu mengorbankan

waktu dan kehidupan sosialnya demi pekerjaan. Bahkan ketika dibutuhkan tiba-tiba di tengah malam, Sumi harus tetap menunjukkan semangat bekerja. Tetapi Sumi melewati semua itu dengan tekun. Justru kepuasan diri dan kesenangan batin sering mengikutinya. “Pekerjaan ini satu-satunya pekerjaan yang bisa membawa saya kemanamana,” jelas Sumi. Dunia jurnalistik yang dinamis dan melelahkan tersebut membawa Sumi sehingga memiliki hubungan dengan banyak orang dari berbagai kalangan. Saat ini, pergaulannya begitu luas, mulai dari pegawai biasa hingga orang-orang berkedudukan tinggi. Setiap peristiwa besar maupun kecil pun pernah dia saksikan. Melalui warna warni dunia pekerjaannya, pengalaman Sumi lantas semakin diperkaya.

Meliput berita bersama crew MertoTV NAFIRI JUNI 2013

41


tidak akan ada kendala apabila kita berkomunikasi dengan perusahaan asal China. Dalam menguasai bahasa Mandarin, untungnya sudah pasti lebih banyak daripada ruginya”. Sumi pun percaya Bahasa Mandarin dapat menjadi nilai plus bagi para anak muda yang ingin mencari perkerjaan. Seperti kebanyakan orang daerah, Sumi yang berasal dari Bagansiapiapi, kota kecil di Riau, pindah ke Jakarta untuk kuliah Sistem Informasi. Lalu karena tidak merasa cocok dengan bidang tersebut, Sumi berhenti dan pindah ke Ekonomi Marketing, di mana ia jauh lebih menikmati jurusan ini. Namun, sampai akhirnya berkecimpung di dunia jurnalistik pun adalah sesuatu yang Sumi anggap ‘ketidaksengajaan’. Dulu, orang yang fasih berbahasa Mandarin memang tidak sebanyak sekarang. Di Jakarta, Sumi sempat mengajar di salah satu tempat kursus Bahasa Mandarin selama satu tahun. Selama memberikan kursus, Sumi tetap memiliki mimpi untuk bekerja di media sehingga ia dapat menyalurkan kemampuan berbahasa Mandarinnya. Seringnya memantau radio Mandarin pun membuat Sumi semakin ingin menggeluti bidang pekerjaan ini. 40

Menjadi Penyiar Metro Xin Wen Suatu hari, Sumi secara tidak sengaja melihat lowongan kerja di surat kabar mengenai program Bahasa Mandarin MetroTV. Dengan modal nekat dan surat dengan Bahasa Mandarin bertulis tangan, Sumi dengan semangat mengajukan lamaran kerja ke stasiun televisi swasta tersebut. Melalui proses panjang dan rumit, Sumi akhirnya berhasil diterima. Meniti karir di MetroTV hingga dikenal banyak orang bukan hal yang mudah bagi Sumi. Mulai dari mengetik, men-dubbing dan berbagai hal kecil di ‘dapur produksi’ pernah dikerjakannya hingga akhirnya ia diberi kesempatan untuk meliput di lapangan. Semuanya dilewatinya bukan tanpa gejolak suka dan duka.

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

Tahap demi tahap dijalani sampai Sumi tahu betul hal-hal kecil maupun besar di media. Ketertarikannya akan dunia berita juga memberikannya inisiatif besar untuk menekuni bidang kerja ini sampai sekarang. Sekarang ini Sumi sampai bisa terjun ke program Bahasa Indonesia MetroTV melalui program WideShot. Antusiasme para penonton berbahasa Indonesia yang ingin belajar Bahasa Mandarin pun tersalurkan melalui jejaring sosial Twitter, di mana Sumi sering menjawab pertanyaan dan membagi ilmunya kepada para pemirsa. Melalui wadah ini Sumi ingin agar Bahasa Mandarin perlahan-lahan menjadi bahasa yang tidak asing lagi bagi kebanyakan orang. Selama 11 tahun di Metro TV, Sumi terkadang perlu mengorbankan

waktu dan kehidupan sosialnya demi pekerjaan. Bahkan ketika dibutuhkan tiba-tiba di tengah malam, Sumi harus tetap menunjukkan semangat bekerja. Tetapi Sumi melewati semua itu dengan tekun. Justru kepuasan diri dan kesenangan batin sering mengikutinya. “Pekerjaan ini satu-satunya pekerjaan yang bisa membawa saya kemanamana,” jelas Sumi. Dunia jurnalistik yang dinamis dan melelahkan tersebut membawa Sumi sehingga memiliki hubungan dengan banyak orang dari berbagai kalangan. Saat ini, pergaulannya begitu luas, mulai dari pegawai biasa hingga orang-orang berkedudukan tinggi. Setiap peristiwa besar maupun kecil pun pernah dia saksikan. Melalui warna warni dunia pekerjaannya, pengalaman Sumi lantas semakin diperkaya.

Meliput berita bersama crew MertoTV NAFIRI JUNI 2013

41


Memerankan Jurnalis Kristen untuk Menjadi Berkat Sebagai orang Kristen, iman kepercayaan kepada Kristus juga penting bagi anak bungsu dari 4 bersaudara ini. Berasal dari keluarga yang bukan Kristen tidak menghalanginya untuk senantiasa beribadah dan tetap berdiri teguh kepada imannya. Sumi mengaku tidak pernah dihalang-halangi oleh keluarganya untuk pergi ke gereja. Pergi ke sekolah minggu dan mengikuti aktivitas gereja sudah menjadi bagian dari hidupnya sejak dulu. Semua dijalaninya tanpa paksaan maupun dorongan pihak luar. Keluarganya kerap kali mengajak Sumi berdoa ke klenteng, tapi hanya di gerejalah Sumi merasa tenang. Gereja bagaikan suatu sumber kedamaian dimana ia bisa menenangkan diri dan menyerahkan hatinya kepada Yesus. Di dalam gereja, Sumi merasa ada yang mendengarkan doa-doanya. Namun,

42

kerinduan untuk membawa keluarganya untuk percaya selalu ada. Sejak benar-benar ‘jodoh’ dengan Tuhan Yesus waktu ia duduk di bangku TK, Sumi tidak pernah meninggalkanNya. Walaupun saudara-saudara kandungnya berpindah-pindah sekolah, Sumi selalu masuk ke sekolah Kristen, sampai akhirnya ia dibaptis sebelum masuk kuliah. Kuasa besar Allah pernah dirasakannya pada waktu Yesus mengubah hidup salah satu anggota keluarganya. Kakak laki-laki Sumi yang dulu sering disebut anak ‘bandel’ sekarang telah mengenal Yesus. Sumi percaya bahwa itu bukanlah hal yang kebetulan melainkan hanya keajaiban kuasa Allah. Sampai saat ini dua orang kakaknya telah menerima Kristus sebaga Juruselamat pribadi mereka. Dalam kehidupannya Sumi memang yakin bahwa semua hal yang terjadi adalah bagian dari rencana Tuhan. Sumi merasa lebih banyak orang yang layak untuk duduk di posisinya sekarang ini sebagai penyiar berita terkenal. Namun ia percaya, Tuhan telah membawanya sampai kesini karena suatu alasan. Pelajaran dan pengalaman Sumi ia yakini untuk membentuk karakternya supaya menjadi lebih baik. Selain ingin menikah dalam waktu dekat

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

dan berencana untuk membuka usaha, Sumi tidak memiliki keinginan untuk mencari uang dan materi lebih banyak. Harapan pribadinya hanyalah menjadi pribadi berkarakter baik dengan memberikan yang terbaik juga melalui profesinya maupun pelayanannya. Dengan rendah hati, Sumi justru menyampaikan keinginannya yang sederhana untuk lebih mengasihi sesama dengan tulus. Menjadi seorang jurnalis adalah sebuah tantangan berat. Jurnalis memiliki pengaruh yang besar di media. “Saya seperti punya misi, saya harus bisa menciptakan kedamaian dan menjadi berkat melalui laporan-laporannya.” Menjadi seorang yang dilihat dan didengar oleh jutaan orang hampir setiap harinya, Sumi menyadari tantangan terbesar yang ia hadapi ialah memiliki pengaruh positif bagi khalayak masyarakat. “Apapun yang disampaikan, orang akan melihat dan orang percaya dengan kamu,” tambahnya tegas. Integritas akan dipertaruhkan apabila tidak berpikir sebelum berkata-kata dan bertindak. Melalui pemikiran ini, Sumi berusaha untuk menjadi seorang jurnalis yang takut akan Tuhan NAFIRI JUNI 2013

43


Memerankan Jurnalis Kristen untuk Menjadi Berkat Sebagai orang Kristen, iman kepercayaan kepada Kristus juga penting bagi anak bungsu dari 4 bersaudara ini. Berasal dari keluarga yang bukan Kristen tidak menghalanginya untuk senantiasa beribadah dan tetap berdiri teguh kepada imannya. Sumi mengaku tidak pernah dihalang-halangi oleh keluarganya untuk pergi ke gereja. Pergi ke sekolah minggu dan mengikuti aktivitas gereja sudah menjadi bagian dari hidupnya sejak dulu. Semua dijalaninya tanpa paksaan maupun dorongan pihak luar. Keluarganya kerap kali mengajak Sumi berdoa ke klenteng, tapi hanya di gerejalah Sumi merasa tenang. Gereja bagaikan suatu sumber kedamaian dimana ia bisa menenangkan diri dan menyerahkan hatinya kepada Yesus. Di dalam gereja, Sumi merasa ada yang mendengarkan doa-doanya. Namun,

42

kerinduan untuk membawa keluarganya untuk percaya selalu ada. Sejak benar-benar ‘jodoh’ dengan Tuhan Yesus waktu ia duduk di bangku TK, Sumi tidak pernah meninggalkanNya. Walaupun saudara-saudara kandungnya berpindah-pindah sekolah, Sumi selalu masuk ke sekolah Kristen, sampai akhirnya ia dibaptis sebelum masuk kuliah. Kuasa besar Allah pernah dirasakannya pada waktu Yesus mengubah hidup salah satu anggota keluarganya. Kakak laki-laki Sumi yang dulu sering disebut anak ‘bandel’ sekarang telah mengenal Yesus. Sumi percaya bahwa itu bukanlah hal yang kebetulan melainkan hanya keajaiban kuasa Allah. Sampai saat ini dua orang kakaknya telah menerima Kristus sebaga Juruselamat pribadi mereka. Dalam kehidupannya Sumi memang yakin bahwa semua hal yang terjadi adalah bagian dari rencana Tuhan. Sumi merasa lebih banyak orang yang layak untuk duduk di posisinya sekarang ini sebagai penyiar berita terkenal. Namun ia percaya, Tuhan telah membawanya sampai kesini karena suatu alasan. Pelajaran dan pengalaman Sumi ia yakini untuk membentuk karakternya supaya menjadi lebih baik. Selain ingin menikah dalam waktu dekat

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

dan berencana untuk membuka usaha, Sumi tidak memiliki keinginan untuk mencari uang dan materi lebih banyak. Harapan pribadinya hanyalah menjadi pribadi berkarakter baik dengan memberikan yang terbaik juga melalui profesinya maupun pelayanannya. Dengan rendah hati, Sumi justru menyampaikan keinginannya yang sederhana untuk lebih mengasihi sesama dengan tulus. Menjadi seorang jurnalis adalah sebuah tantangan berat. Jurnalis memiliki pengaruh yang besar di media. “Saya seperti punya misi, saya harus bisa menciptakan kedamaian dan menjadi berkat melalui laporan-laporannya.” Menjadi seorang yang dilihat dan didengar oleh jutaan orang hampir setiap harinya, Sumi menyadari tantangan terbesar yang ia hadapi ialah memiliki pengaruh positif bagi khalayak masyarakat. “Apapun yang disampaikan, orang akan melihat dan orang percaya dengan kamu,” tambahnya tegas. Integritas akan dipertaruhkan apabila tidak berpikir sebelum berkata-kata dan bertindak. Melalui pemikiran ini, Sumi berusaha untuk menjadi seorang jurnalis yang takut akan Tuhan NAFIRI JUNI 2013

43


EVENT NOTES

S

eperti tahun-tahun yang lalu, gereja kita kembali mengadakan malam renungan menjelang Jumat Agung yang kita sebut dengan Malam Getsemani, pada hari Kamis tanggal 28 Maret 2013. Acara ini dipimpin oleh Siauw Fung sebagai worship leader, membawakan puji-pujian yang mengajak jemaat untuk mengenang peristiwa di malam yang mencekam itu. Acara malam Getsemani tahun ini diisi dengan pokok-pokok doa yang dibawakan oleh para hamba Tuhan dan adegan drama yang diperankan oleh jemaat gereja kita. Drama kali ini menampilkan momen-momen ketika kedua murid Yesus, yaitu Petrus dan Yudas Iskariot menyangkal dan mengkhianati Yesus pada malam itu. Drama yang disajikan dalam dua babak ini pertama mengisahkan bagaimana Yudas Iskariot yang menjual Yesus untuk tiga puluh keping perak. Pada babak kedua, dikisahkan penyangkalan Petrus pada saat Yesus hendak disalibkan. Cerita drama tersebut sejalan dengan tema khotbah malam itu yang berjudul “Antara Pengkhianatan dan penyangkalan“ yang dibawakan oleh Pdt. Aiter. Dalam khotbahnya, Pdt. Aiter mengutip kitab Matius ketika Tuhan Yesus berkata “Malam ini, kalian semua akan terguncang imannya karena Aku. Gembala akan di bunuh dan domba akan tercerai berai.” Petrus kemudian menarik Yesus dan menegor Yesus bahwa hal itu tidak akan terjadi. Hal ini menunjukkan bahwa dari mulanya Petrus adalah murid yang menyangkal akan nubuat yang sudah

44

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

Allah tetapkan, karena kedatangan Yesus ke dunia memang untuk mati menanggung dosa seisi dunia. Petrus tidak mengerti meskipun ia telah berjalan sekian lama bersama Gurunya. Kemudian Pdt. Aiter membahas bagaimana Yudas Iskariot, pemimpin pemberontak itu berjalan di depan dan memimpin sekelompok orang yang siap untuk menangkap Tuhan Yesus. Selain itu, Pdt Aiter juga menyampaikan bahwa kematian Tuhan Yesus bukanlah sesuatu yang menyedihkan. Tuhan sudah mengatakan bahwa Ia akan bangkit pada hari yang ketiga. Namun ajaran

palsu para Imam membutakan pikiran orang-orang Yahudi hingga mereka memiliki konsep bahwa Mesias itu tidak akan mati. Maka terguncanglah mereka saat mendengar bahwa Yesus harus mati disalib. Pada akhir khotbahnya, Pdt. Aiter berpesan jika kita hanya merayakan Jumat Agung, Paskah dan Pentakosta tanpa membawa jiwa pada Tuhan, kita hanya akan menjadi orang Kristen yang belum sepenuhnya Kristen. Setelah khotbah, acara dilanjutkan dengan doa bersama. Setiap jemaat berlutut, berdoa dengan khidmat untuk mengenang penderitaan Tuhan Yesus di Taman Getsemani NAFIRI JUNI 2013

45


EVENT NOTES

S

eperti tahun-tahun yang lalu, gereja kita kembali mengadakan malam renungan menjelang Jumat Agung yang kita sebut dengan Malam Getsemani, pada hari Kamis tanggal 28 Maret 2013. Acara ini dipimpin oleh Siauw Fung sebagai worship leader, membawakan puji-pujian yang mengajak jemaat untuk mengenang peristiwa di malam yang mencekam itu. Acara malam Getsemani tahun ini diisi dengan pokok-pokok doa yang dibawakan oleh para hamba Tuhan dan adegan drama yang diperankan oleh jemaat gereja kita. Drama kali ini menampilkan momen-momen ketika kedua murid Yesus, yaitu Petrus dan Yudas Iskariot menyangkal dan mengkhianati Yesus pada malam itu. Drama yang disajikan dalam dua babak ini pertama mengisahkan bagaimana Yudas Iskariot yang menjual Yesus untuk tiga puluh keping perak. Pada babak kedua, dikisahkan penyangkalan Petrus pada saat Yesus hendak disalibkan. Cerita drama tersebut sejalan dengan tema khotbah malam itu yang berjudul “Antara Pengkhianatan dan penyangkalan“ yang dibawakan oleh Pdt. Aiter. Dalam khotbahnya, Pdt. Aiter mengutip kitab Matius ketika Tuhan Yesus berkata “Malam ini, kalian semua akan terguncang imannya karena Aku. Gembala akan di bunuh dan domba akan tercerai berai.” Petrus kemudian menarik Yesus dan menegor Yesus bahwa hal itu tidak akan terjadi. Hal ini menunjukkan bahwa dari mulanya Petrus adalah murid yang menyangkal akan nubuat yang sudah

44

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

Allah tetapkan, karena kedatangan Yesus ke dunia memang untuk mati menanggung dosa seisi dunia. Petrus tidak mengerti meskipun ia telah berjalan sekian lama bersama Gurunya. Kemudian Pdt. Aiter membahas bagaimana Yudas Iskariot, pemimpin pemberontak itu berjalan di depan dan memimpin sekelompok orang yang siap untuk menangkap Tuhan Yesus. Selain itu, Pdt Aiter juga menyampaikan bahwa kematian Tuhan Yesus bukanlah sesuatu yang menyedihkan. Tuhan sudah mengatakan bahwa Ia akan bangkit pada hari yang ketiga. Namun ajaran

palsu para Imam membutakan pikiran orang-orang Yahudi hingga mereka memiliki konsep bahwa Mesias itu tidak akan mati. Maka terguncanglah mereka saat mendengar bahwa Yesus harus mati disalib. Pada akhir khotbahnya, Pdt. Aiter berpesan jika kita hanya merayakan Jumat Agung, Paskah dan Pentakosta tanpa membawa jiwa pada Tuhan, kita hanya akan menjadi orang Kristen yang belum sepenuhnya Kristen. Setelah khotbah, acara dilanjutkan dengan doa bersama. Setiap jemaat berlutut, berdoa dengan khidmat untuk mengenang penderitaan Tuhan Yesus di Taman Getsemani NAFIRI JUNI 2013

45


EVENT NOTES

K

ata ‘perayaan’ nampaknya kurang tepat untuk menggambarkan suasana khusuk Jumat pagi tanggal 29 Maret 2013. Harvest Dome megah yang dipenuhi oleh jemaat gabungan GKY BSD, Gading Serpong, dan Pamulang terlihat ramai namun sendu. Musik mengiringi lagu-lagu yang menghantarkan jemaat menyanyikan sejumlah lagu pendek dan himne berisikan tentang kematian Sang Mesias; Paduan Suara berkumandang kencang dan bersemangat, berbaris rapi berpakaian serba hitam seperti berkabung; drama musikal pun turut menyampaikan pesan salib lewat Paulus dan Silas yang digambarkan harus melalui penderitaan di penjara karena memberitakan kabar keselamatan. Ditambah oleh cuplikan film-film Yesus disiksa di layar proyektor besar, kebaktian ini kian membawa suasana hati saya menjadi terdiam... Konsep kematian Kristus di kayu salib memang adalah inti penting dari iman Kekristenan kita. Bagaikan kelahiran Yesus yang kita rayakan di hari Natal, penderitaanNya pun merupakan momen krusial bagi orang percaya. Di atas salib berat, kotor dan kasar itulah kasih Yesus benar-benar terlihat nyata dan karyanya sempurna. Kebaktian Jumat Agung selalu kita adakan setiap tahun, namun pada hari itu acara berhasil dibuat lebih megah, lebih cakap persembahan pujian dan dramanya, dan lebih banyak jemaat yang berbondong-bondong datang. Secara fisik jelas terlihat kemajuan prosentase yang signifikan.

46

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

Lalu bagaimana dengan ‘kemajuan’ hati kita? Apabila salib bukan suatu tragedi tetapi adalah harapan keselamatan yang diberikan cumacuma oleh Allah, mengapa pesan Jumat Agung setiap tahun mudah untuk kita lupakan begitu saja? Semudah itu pesan penderitaan Yesus Kristus kita sepelekan karena kita sudah setiap tahun, setiap minggu, bahkan setiap hari mendengarnya. Rutinitas pun menjebak kita di dalam hari-hari yang hambar sehingga kehidupan Kristen kita menjadi ‘pincang’ dan tidak memberikan dampak apa-apa. Firman yang disampaikan pada hari itu bagai pengingat yang senantiasa membangunkan kita dari ‘tidur rohani’. Dari Petrus 3:18-25, diangkat 3 poin penting yang menentukan arti kehendak Allah atas kematian Kristus di kayu salib: • Supaya kita dapat mengikuti jejakNya Tidaklah mungkin kita bisa menahan penderitaan apabila Ia tidak terlebih dulu tersiksa untuk kita. Yesus telah menderita supaya kita dapat mengikuti jejaknya. Tidak ada pencobaan di dunia ini yang tidak dapat kita lewati jika kita melihat pada contoh hidup Kristus yang telah menghadapi penderitaan itu dengan sabar. • Supaya kita mati dalam dosa Kristus mati dan menderita demi memikul dosa kita yang kotor dan najis. Ini semua dilakukan-Nya supaya kita bisa mati dalam dosa dan hidup dalam

kebenaran. • Supaya kita sembuh rohani Kita hanya bisa mati dalam dosa melalui bilur-bilurNya. Dengan inilah Allah mau supaya kita sembuh rohani. Bak domba yang tersesat, kematian Yesus membawa kita untuk kembali kepada Sang Gembala yang adalah pemelihara jiwa kita yang sejati. Ketika saya merenungkan ketiga pesan tersebut, teringatlah konsep ‘menerima Yesus untuk masuk surga’ yang rasanya terdengar naïf di telinga. Esensi dari Kekristenan ternyata tidak berhenti sampai sana. Dosa yang telah dibayar mahal dengan darah Anak Domba tidak bisa hanya dihargai dengan sikap hati kita yang setengah-setengah. Sudah seharusnya kita hidup berkenan di hadapan Allah sebagai orang-orang yang telah dibenarkan. Dan sudah seharusnya kehidupan rohani kita diubahkan. Allah tidak menjanjikan jalan hidup yang mudah dan bebas dari pergumulan. Namun Ia menjanjikan Gembala itu terus mengawasi kita dan memelihara kita senantiasa. Mari kita mau untuk dipimpin hari lepas hari oleh Yesus. Tidak hanya mau dituntun untuk hal pelayanan kita di gereja, hal keluarga kita, ataupun hal memilih keputusan-keputusan besar di masa depan kita. Tapi bersediakah kita membiarkan-Nya menuntun kita dalam semua aspek kehidupan kita? Atau kita masih keras hati karena kita memang belum menghayati dan mengalami karya Salib yang agung itu? NAFIRI JUNI 2013

47


EVENT NOTES

K

ata ‘perayaan’ nampaknya kurang tepat untuk menggambarkan suasana khusuk Jumat pagi tanggal 29 Maret 2013. Harvest Dome megah yang dipenuhi oleh jemaat gabungan GKY BSD, Gading Serpong, dan Pamulang terlihat ramai namun sendu. Musik mengiringi lagu-lagu yang menghantarkan jemaat menyanyikan sejumlah lagu pendek dan himne berisikan tentang kematian Sang Mesias; Paduan Suara berkumandang kencang dan bersemangat, berbaris rapi berpakaian serba hitam seperti berkabung; drama musikal pun turut menyampaikan pesan salib lewat Paulus dan Silas yang digambarkan harus melalui penderitaan di penjara karena memberitakan kabar keselamatan. Ditambah oleh cuplikan film-film Yesus disiksa di layar proyektor besar, kebaktian ini kian membawa suasana hati saya menjadi terdiam... Konsep kematian Kristus di kayu salib memang adalah inti penting dari iman Kekristenan kita. Bagaikan kelahiran Yesus yang kita rayakan di hari Natal, penderitaanNya pun merupakan momen krusial bagi orang percaya. Di atas salib berat, kotor dan kasar itulah kasih Yesus benar-benar terlihat nyata dan karyanya sempurna. Kebaktian Jumat Agung selalu kita adakan setiap tahun, namun pada hari itu acara berhasil dibuat lebih megah, lebih cakap persembahan pujian dan dramanya, dan lebih banyak jemaat yang berbondong-bondong datang. Secara fisik jelas terlihat kemajuan prosentase yang signifikan.

46

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

Lalu bagaimana dengan ‘kemajuan’ hati kita? Apabila salib bukan suatu tragedi tetapi adalah harapan keselamatan yang diberikan cumacuma oleh Allah, mengapa pesan Jumat Agung setiap tahun mudah untuk kita lupakan begitu saja? Semudah itu pesan penderitaan Yesus Kristus kita sepelekan karena kita sudah setiap tahun, setiap minggu, bahkan setiap hari mendengarnya. Rutinitas pun menjebak kita di dalam hari-hari yang hambar sehingga kehidupan Kristen kita menjadi ‘pincang’ dan tidak memberikan dampak apa-apa. Firman yang disampaikan pada hari itu bagai pengingat yang senantiasa membangunkan kita dari ‘tidur rohani’. Dari Petrus 3:18-25, diangkat 3 poin penting yang menentukan arti kehendak Allah atas kematian Kristus di kayu salib: • Supaya kita dapat mengikuti jejakNya Tidaklah mungkin kita bisa menahan penderitaan apabila Ia tidak terlebih dulu tersiksa untuk kita. Yesus telah menderita supaya kita dapat mengikuti jejaknya. Tidak ada pencobaan di dunia ini yang tidak dapat kita lewati jika kita melihat pada contoh hidup Kristus yang telah menghadapi penderitaan itu dengan sabar. • Supaya kita mati dalam dosa Kristus mati dan menderita demi memikul dosa kita yang kotor dan najis. Ini semua dilakukan-Nya supaya kita bisa mati dalam dosa dan hidup dalam

kebenaran. • Supaya kita sembuh rohani Kita hanya bisa mati dalam dosa melalui bilur-bilurNya. Dengan inilah Allah mau supaya kita sembuh rohani. Bak domba yang tersesat, kematian Yesus membawa kita untuk kembali kepada Sang Gembala yang adalah pemelihara jiwa kita yang sejati. Ketika saya merenungkan ketiga pesan tersebut, teringatlah konsep ‘menerima Yesus untuk masuk surga’ yang rasanya terdengar naïf di telinga. Esensi dari Kekristenan ternyata tidak berhenti sampai sana. Dosa yang telah dibayar mahal dengan darah Anak Domba tidak bisa hanya dihargai dengan sikap hati kita yang setengah-setengah. Sudah seharusnya kita hidup berkenan di hadapan Allah sebagai orang-orang yang telah dibenarkan. Dan sudah seharusnya kehidupan rohani kita diubahkan. Allah tidak menjanjikan jalan hidup yang mudah dan bebas dari pergumulan. Namun Ia menjanjikan Gembala itu terus mengawasi kita dan memelihara kita senantiasa. Mari kita mau untuk dipimpin hari lepas hari oleh Yesus. Tidak hanya mau dituntun untuk hal pelayanan kita di gereja, hal keluarga kita, ataupun hal memilih keputusan-keputusan besar di masa depan kita. Tapi bersediakah kita membiarkan-Nya menuntun kita dalam semua aspek kehidupan kita? Atau kita masih keras hati karena kita memang belum menghayati dan mengalami karya Salib yang agung itu? NAFIRI JUNI 2013

47


EVENT NOTES

M

inggu (31/3), Kebaktian Paskah. Batu-batu dan pohon putih mengisi panggung altar gereja. Di belakangnya gambar pilar-pilar arsitektur Romawi di sebelah kiri dan dinding batu suram dengan jeruji di sebelah kanan. Ingat “Ingat kasihNya, kebaikanNya, dan AnugerahNya … Selamatkanku” begitu lagu yang mengawali pengakuan dosa. Lagu yang aslinya berjudul “Think About His Love” oleh Tom Fettke ini mengawali pengakuan dosa dan pengampunan hari Paskah itu. Paskah sebagai hari kebangkitan Yesus Kristus adalah bukti nyata dari kasih dan kuasa Tuhan. Kebesaran Yesus diekspresikan dalam bentuk persembahan kantata “Who Will Call Him King of Kings” dari Sanctus 2 GKY BSD. 48

/ Edna Caroline Pattisina / Khotbah Paskah oleh Pdt. Joni Sugicahyono menggarisbawahi bahwa, Yesus tidak saja bangkit setelah mati disalib. Namun, Yesus Kristus-lah Master of Life. Dia memberikan kita hidup yang layak untuk kita jalani. Dalam seluruh sejarah Alkitab, bahkan sejarah peradaban manusia itu sendiri, Yesus adalah satu-satunya tokoh yang tiga kali membangkitkan orang mati. Yang pertama, anak Yairus, kepala rumah ibadat (sinagog). Kedua, anak seorang janda di Kota Nain. Dan yang ketiga, Lazarus. Perlu digarisbawahi, nabi dan rasul yang pernah membangkitkan orang mati, seperti Paulus dan Elia membangkitkan tanpa menggunakan kuasanya sendiri. Sementara, Yesus menggunakan kekuasaannya seperti dalam bacaan khotbah yaitu Yohanes 11:1-15, 25-26, dan 43.

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

Ada satu hal yang menyolok dalam kisah tersebut yaitu “Namun setelah didengar-Nya bahwa Lazarus sakit, Ia sengaja tinggal dua hari lagi di tempat di mana Ia berada” (Yohanes 11:6). Kalau Tuhan memang mengasihi Lazarus kenapa ia menunda? Yang diimplementasikan untuk kita, kalau Tuhan mengasihi, kenapa mengijinkan saya menderita? Jawabannya ada di Yohanes 11:4 “Ketika Yesus mendengar kabar itu, Ia berkata : “Penyakit itu tidak akan membawa kematian, tetapi akan menyatakan kemuliaan Allah, sebab oleh penyakit itu Anak Allah akan dimuliakan.” Pergumulannya adalah, apakah hal ini berlaku untuk kita? Salah satu contoh yang disampaikan Pdt. Joni adalah tentang Norman Wright, seorang penasihat pernikahan

tersohor di AS. Ia dikaruniai seorang anak berkebutuhan khusus. Apa yang dilihat Norman? Tuhan. Ia melihat anak itu, Matthew adalah alat Tuhan untuk membentuk karakternya. “Matthew adalah bukti nyata kehadiran Allah dalam hidup kami,” kata Norman. Yesus Kristus memang telah bangkit dan mengalahkan maut. Namun, hidup manusia tetap terasa masih sulit. Itu karena Tuhan mengijinkannya terjadi dan ketika kita melihat pada-Nya, justru masalah ini dipergunakan untuk kemuliaaan Tuhan. Terakhir, Pendeta Jono bercerita tentang Doug Nichols yang kisah hidupnya ditulis dalam “Who Put My Life on Fast-Forward”. Doug menderita akibat radiasi dan kemoterapi yang harus ia jalani karena kanker usus. Suatu malam, Doug dan istrinya, sedang menonton TV tentang perang NAFIRI JUNI 2013

49


EVENT NOTES

M

inggu (31/3), Kebaktian Paskah. Batu-batu dan pohon putih mengisi panggung altar gereja. Di belakangnya gambar pilar-pilar arsitektur Romawi di sebelah kiri dan dinding batu suram dengan jeruji di sebelah kanan. Ingat “Ingat kasihNya, kebaikanNya, dan AnugerahNya … Selamatkanku” begitu lagu yang mengawali pengakuan dosa. Lagu yang aslinya berjudul “Think About His Love” oleh Tom Fettke ini mengawali pengakuan dosa dan pengampunan hari Paskah itu. Paskah sebagai hari kebangkitan Yesus Kristus adalah bukti nyata dari kasih dan kuasa Tuhan. Kebesaran Yesus diekspresikan dalam bentuk persembahan kantata “Who Will Call Him King of Kings” dari Sanctus 2 GKY BSD. 48

/ Edna Caroline Pattisina / Khotbah Paskah oleh Pdt. Joni Sugicahyono menggarisbawahi bahwa, Yesus tidak saja bangkit setelah mati disalib. Namun, Yesus Kristus-lah Master of Life. Dia memberikan kita hidup yang layak untuk kita jalani. Dalam seluruh sejarah Alkitab, bahkan sejarah peradaban manusia itu sendiri, Yesus adalah satu-satunya tokoh yang tiga kali membangkitkan orang mati. Yang pertama, anak Yairus, kepala rumah ibadat (sinagog). Kedua, anak seorang janda di Kota Nain. Dan yang ketiga, Lazarus. Perlu digarisbawahi, nabi dan rasul yang pernah membangkitkan orang mati, seperti Paulus dan Elia membangkitkan tanpa menggunakan kuasanya sendiri. Sementara, Yesus menggunakan kekuasaannya seperti dalam bacaan khotbah yaitu Yohanes 11:1-15, 25-26, dan 43.

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

Ada satu hal yang menyolok dalam kisah tersebut yaitu “Namun setelah didengar-Nya bahwa Lazarus sakit, Ia sengaja tinggal dua hari lagi di tempat di mana Ia berada” (Yohanes 11:6). Kalau Tuhan memang mengasihi Lazarus kenapa ia menunda? Yang diimplementasikan untuk kita, kalau Tuhan mengasihi, kenapa mengijinkan saya menderita? Jawabannya ada di Yohanes 11:4 “Ketika Yesus mendengar kabar itu, Ia berkata : “Penyakit itu tidak akan membawa kematian, tetapi akan menyatakan kemuliaan Allah, sebab oleh penyakit itu Anak Allah akan dimuliakan.” Pergumulannya adalah, apakah hal ini berlaku untuk kita? Salah satu contoh yang disampaikan Pdt. Joni adalah tentang Norman Wright, seorang penasihat pernikahan

tersohor di AS. Ia dikaruniai seorang anak berkebutuhan khusus. Apa yang dilihat Norman? Tuhan. Ia melihat anak itu, Matthew adalah alat Tuhan untuk membentuk karakternya. “Matthew adalah bukti nyata kehadiran Allah dalam hidup kami,” kata Norman. Yesus Kristus memang telah bangkit dan mengalahkan maut. Namun, hidup manusia tetap terasa masih sulit. Itu karena Tuhan mengijinkannya terjadi dan ketika kita melihat pada-Nya, justru masalah ini dipergunakan untuk kemuliaaan Tuhan. Terakhir, Pendeta Jono bercerita tentang Doug Nichols yang kisah hidupnya ditulis dalam “Who Put My Life on Fast-Forward”. Doug menderita akibat radiasi dan kemoterapi yang harus ia jalani karena kanker usus. Suatu malam, Doug dan istrinya, sedang menonton TV tentang perang NAFIRI JUNI 2013

49


saudara di Rwanda. Ribuan orang mengungsi dan tinggal di tempat pengungsian yang kotor. Wabah kolera berjangkit dengan cepat. Doug dan istrinya merasa hancur dan pergi ke sana. Saat Doug dan istrinya berada di sana, para pengungsi yang relatif bertubuh kuat sedang berdemonstrasi. Mereka yang selama ini bertugas mengangkat mayat mengancam mogok kerja dan minta tambahan upah. Masalahnya, uang sudah habis. Dan kalau jenasah para penderita kolera tidak diangkat, semakin cepat penularan dan semakin banyak orang yang akan tewas. Pemimpin Kristen di kamp pengungsian itu kebingungan. Doug lalu mengajukan dirinya untuk berbicara dengan para pengungsi. “Saya tidak mungkin dapat memahami penderitaan yang kalian alami, dan sekarang menyaksikan isteri dan anak-anak kalian meninggal akibat kolera; saya juga tidak akan pernah dapat memahami seperti apa itu rasanya. Mungkin kalian menginginkan lebih banyak uang untuk membeli makanan, air serta obat-obatan bagi keluarga kalian; saya juga belum pernah berada dalam posisi seperti itu. Tidak ada kejadian tragis yang pernah terjadi dalam kehidupan saya yang setara dengan apa yang telah kalian derita. Satu-satunya yang menimpa saya adalah bahwa saya mengidap kanker...” 50

B u k a n h a n y a h a r ta da n ke ma mp u a n , t eta p i j u g a pe n d e r ita a n k ita di p a k a i Tu h a n

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

Kata-kata Doug diputus oleh penerjemah yang bertanya balik: “Maaf anda bilang, anda mengidap kanker?” “Ya!” jawabnya. “Dan anda datang ke sini? Apa dokter anda mengatakan anda boleh datang ke sini?” tanya penerjemahnya. “Ia mengatakan pada saya bahwa jika saya pergi ke Afrika, saya mungkin akan mati dalam waktu 3 hari.” “Dokter anda mengatakan itu dan anda masih tetap datang juga? Untuk apa? Dan bagaimana jika anda meninggal di sini? “Saya ada di sini karena Tuhan menyuruh kami datang dan melakukan sesuatu untuk orang-orang di dalam

nama-Nya.” Penerjemah itu mulai menangis. Ia lalu berbicara pada para demonstran. “Pria ini mengidap kanker. Ia datang kemari dan rela mati demi rakyat kita. Sementara itu, kita mogok kerja hanya demi mendapatkan sedikit uang tambahan? Kita seharusnya malu.” Tiba-tiba semua orang mulai berlutut dan menangis. Tanpa banyak bicara, mereka satu persatu kembali bekerja tanpa bersuara. Dengan kembalinya mereka bekerja, ribuan nyawa terselamatkan dan banyak yang mendengar tentang Yesus Kristus. “Bukan hanya harta dan kemampuan, tetapi juga penderitaan kita dipakai Tuhan,” kata Pdt. Joni menutup khotbahnya. Kebaktian Paskah hari itu ditutup dengan sebuah bingkisan kecil. Telur yang dibungkus oleh Komisi Wanita berjumlah 2000 butir. Masing-masing jemaat mendapat dua butir. Satu untuk dimakan, satu untuk diberikan pada orang lain. Telur, lambang kehidupan oleh Tuhan

NAFIRI JUNI 2013

51


saudara di Rwanda. Ribuan orang mengungsi dan tinggal di tempat pengungsian yang kotor. Wabah kolera berjangkit dengan cepat. Doug dan istrinya merasa hancur dan pergi ke sana. Saat Doug dan istrinya berada di sana, para pengungsi yang relatif bertubuh kuat sedang berdemonstrasi. Mereka yang selama ini bertugas mengangkat mayat mengancam mogok kerja dan minta tambahan upah. Masalahnya, uang sudah habis. Dan kalau jenasah para penderita kolera tidak diangkat, semakin cepat penularan dan semakin banyak orang yang akan tewas. Pemimpin Kristen di kamp pengungsian itu kebingungan. Doug lalu mengajukan dirinya untuk berbicara dengan para pengungsi. “Saya tidak mungkin dapat memahami penderitaan yang kalian alami, dan sekarang menyaksikan isteri dan anak-anak kalian meninggal akibat kolera; saya juga tidak akan pernah dapat memahami seperti apa itu rasanya. Mungkin kalian menginginkan lebih banyak uang untuk membeli makanan, air serta obat-obatan bagi keluarga kalian; saya juga belum pernah berada dalam posisi seperti itu. Tidak ada kejadian tragis yang pernah terjadi dalam kehidupan saya yang setara dengan apa yang telah kalian derita. Satu-satunya yang menimpa saya adalah bahwa saya mengidap kanker...” 50

B u k a n h a n y a h a r ta da n ke ma mp u a n , t eta p i j u g a pe n d e r ita a n k ita di p a k a i Tu h a n

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

Kata-kata Doug diputus oleh penerjemah yang bertanya balik: “Maaf anda bilang, anda mengidap kanker?” “Ya!” jawabnya. “Dan anda datang ke sini? Apa dokter anda mengatakan anda boleh datang ke sini?” tanya penerjemahnya. “Ia mengatakan pada saya bahwa jika saya pergi ke Afrika, saya mungkin akan mati dalam waktu 3 hari.” “Dokter anda mengatakan itu dan anda masih tetap datang juga? Untuk apa? Dan bagaimana jika anda meninggal di sini? “Saya ada di sini karena Tuhan menyuruh kami datang dan melakukan sesuatu untuk orang-orang di dalam

nama-Nya.” Penerjemah itu mulai menangis. Ia lalu berbicara pada para demonstran. “Pria ini mengidap kanker. Ia datang kemari dan rela mati demi rakyat kita. Sementara itu, kita mogok kerja hanya demi mendapatkan sedikit uang tambahan? Kita seharusnya malu.” Tiba-tiba semua orang mulai berlutut dan menangis. Tanpa banyak bicara, mereka satu persatu kembali bekerja tanpa bersuara. Dengan kembalinya mereka bekerja, ribuan nyawa terselamatkan dan banyak yang mendengar tentang Yesus Kristus. “Bukan hanya harta dan kemampuan, tetapi juga penderitaan kita dipakai Tuhan,” kata Pdt. Joni menutup khotbahnya. Kebaktian Paskah hari itu ditutup dengan sebuah bingkisan kecil. Telur yang dibungkus oleh Komisi Wanita berjumlah 2000 butir. Masing-masing jemaat mendapat dua butir. Satu untuk dimakan, satu untuk diberikan pada orang lain. Telur, lambang kehidupan oleh Tuhan

NAFIRI JUNI 2013

51


ditinggikan maka kesaksian itu bukan lagi untuk meninggikan nama manusia; justru Tuhanlah yang lebih utama. Saya pribadi meyakini bahwa kata ‘mengalami Tuhan’ perlu melewati paling tidak tiga proses, yaitu:

•Mengetahui Tuhan

/ Gandadinata Thamrin /

Istilah ‘mengalami Tuhan’ ini sering dipakai saat seseorang memberikan kesaksian atau menceritakan sesuatu yang luar biasa bersama Tuhan.

52

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

K

esaksian-kesaksian seperti ini sering kali diceritakan oleh jemaat yang mengalami hal yang luar biasa, seperti sembuh dari sakit penyakit, terlepas dari mara bahaya, melewati sesuatu yang begitu sulit, atau terbebas dari tekanan batin dan pikiran. Kesaksian juga bisa mencakup keberhasilan seseorang melewati ujian yang sulit, kesuksesan hidup, kekayaan dan keberhasilan mencapai prestasi dan jabatan tertentu. Kesaksian seperti ini sah-sah saja bila benar-benar dapat membangun jemaat dan yang lebih penting lagi Nama Tuhan dimuliakan. Bila yang penting adalah Nama Tuhan yang

Tahu bahwa Tuhan Yesus adalah Juruselamat kita dan Alkitab adalah Firman Tuhan sangat penting, tetapi belum cukup buat kita untuk mengalami Tuhan kalau kita hanya sekedar tahu saja. Contoh: Kita tahu Gubenur Jakarta adalah Jokowi tetapi kita tidak tahu lebih dalam siapa Jokowi kecuali dari media massa, televisi dan radio. Itu sebabnya kita perlu melewati proses selanjutnya.

• Mengenal Tuhan

Ini adalah proses yang lebih intim dari sekedar proses pertama di atas. Dengan mengenal Tuhan, kita jauh lebih tahu siapa Tuhan dan pribadi-Nya melalui FirmanNya yaitu Alkitab. Kita pun tahu apa yang menjadi kehendak Tuhan melalui komunikasi yang intim dengan-Nya dalam doa dan mengikuti apa yang menjadi perintah-perintahNya kepada kita. Ini harus disempurnakan dengan proses berikutnya.

NAFIRI JUNI 2013

53


ditinggikan maka kesaksian itu bukan lagi untuk meninggikan nama manusia; justru Tuhanlah yang lebih utama. Saya pribadi meyakini bahwa kata ‘mengalami Tuhan’ perlu melewati paling tidak tiga proses, yaitu:

•Mengetahui Tuhan

/ Gandadinata Thamrin /

Istilah ‘mengalami Tuhan’ ini sering dipakai saat seseorang memberikan kesaksian atau menceritakan sesuatu yang luar biasa bersama Tuhan.

52

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

K

esaksian-kesaksian seperti ini sering kali diceritakan oleh jemaat yang mengalami hal yang luar biasa, seperti sembuh dari sakit penyakit, terlepas dari mara bahaya, melewati sesuatu yang begitu sulit, atau terbebas dari tekanan batin dan pikiran. Kesaksian juga bisa mencakup keberhasilan seseorang melewati ujian yang sulit, kesuksesan hidup, kekayaan dan keberhasilan mencapai prestasi dan jabatan tertentu. Kesaksian seperti ini sah-sah saja bila benar-benar dapat membangun jemaat dan yang lebih penting lagi Nama Tuhan dimuliakan. Bila yang penting adalah Nama Tuhan yang

Tahu bahwa Tuhan Yesus adalah Juruselamat kita dan Alkitab adalah Firman Tuhan sangat penting, tetapi belum cukup buat kita untuk mengalami Tuhan kalau kita hanya sekedar tahu saja. Contoh: Kita tahu Gubenur Jakarta adalah Jokowi tetapi kita tidak tahu lebih dalam siapa Jokowi kecuali dari media massa, televisi dan radio. Itu sebabnya kita perlu melewati proses selanjutnya.

• Mengenal Tuhan

Ini adalah proses yang lebih intim dari sekedar proses pertama di atas. Dengan mengenal Tuhan, kita jauh lebih tahu siapa Tuhan dan pribadi-Nya melalui FirmanNya yaitu Alkitab. Kita pun tahu apa yang menjadi kehendak Tuhan melalui komunikasi yang intim dengan-Nya dalam doa dan mengikuti apa yang menjadi perintah-perintahNya kepada kita. Ini harus disempurnakan dengan proses berikutnya.

NAFIRI JUNI 2013

53


• Mengalami Tuhan

Tahapan ini adalah proses keintiman yang luar biasa dimana kita menjadi pengikut-Nya. Sebagai anak-Nya seluruh kehidupan dan tujuan hidup ini bukan lagi kita sebagai yang utama, tetapi hanya untuk kemuliaan nama-Nya semata. Namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku” (Galatia 2:20a).

Sikap Hati yang Benar Proses ‘mengalami Tuhan’ ini memerlukan suatu karakter ‘kerendahan hati’ yang dalam. Karakter ini menjadi sikap hati yang benar di hadapan Tuhan. “Orthopathy” adalah istilah yang tepat untuk melukiskan karakter ini, karena orthopathi berasal dari dua kata Yunani yaitu ‘orthos’ yang berarti benar dan ‘pathos’ berarti sikap hati dan keinginan. Jadi dapat disimpulkan bahwa orthopathi adalah satu sikap yang lurus di hadapan Tuhan yang dapat dilakukan oleh orang yang memperoleh hikmat dan takut akan Tuhan. Ini juga yang dialami oleh Ayub setelah mengalami peristiwa yang menyesakkan didalam hidupnya dan berkata: “Hanya dari kata orang saja, aku mendengar 54

tentang Engkau tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau” (Ayub 42:5). Ayub mengalami Tuhan bukan sekedar dari mendengar saja, tetapi dia merasakan sendiri dengan pancainderanya memandang Tuhan yang seutuhnya. Pengalaman yang dirasakan seutuhnya saat bersama dengan Tuhan, dan pengalaman ini bukan suatu pengalaman yang menyenangkan dari segi manusia. Ayub berada dalam pengalaman kesakitan, penderitaan, kehancuran ekonomi, kehancuran rumah tangga, sakit-penyakit yang begitu parah di seluruh tubuhnya, juga cercaan, hinaan tekanan dan tuduhan dari teman-teman baiknya sendiri. Dalam ‘mengalami Tuhan’ diperlukan sikap hati yang benar (orthopathi). Ayub mempunyai sikap hati yang benar di hadapan Tuhan saat

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

mengalami keadaan yang sulit dan ia tidak mengeluh karena tahu hidupnya hanya untuk Tuhan dan dia begitu saleh, jujur dan takut akan Allah (Ayub 1:8). Selain sikap hati yang benar, Ayub juga memiliki pengertian (ajaran) yang benar (orthodoksi) dan melakukan yang benar di hadapan Tuhan (orthopraksis). Orthodoksi terdiri dari “orthos” (benar) dan “dokein” (ajaran) lalu orthopraksis terdiri dari “orthos” (benar) dan “praksis” (tindakan). Ayub seorang yang saleh dan jujur, ia takut akan Allah dan menjauhi kejahatan (Ayub 1:1). Ayub bukan saja mengetahui Allah tetapi juga mengenal Allah dengan baik serta mengalami Tuhan setiap hari, saking dekatnya dengan Tuhan, Tuhan memuji dia di hadapan iblis. Ayub mempunyai orthopathi, orthodoksi dan orthopraksis yang benar dihadapan Tuhan. Demikian kalau kita mengalami Tuhan harus mempunyai ketiga orthos

di atas, sikap hati yang benar harus didukung pengenalan Firman Allah yang benar dan perbuatan yang benar. “Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku” Mazmur 119:105 dan Yakobus 2:18-19: “tetapi mungkin ada orang berkata: ’Padamu ada iman dan padaku ada perbuatan’, aku akan menjawab dia: ’tunjukkanlah kepadaku imanmu itu tanpa perbuatan, dan aku akan menunjukkan kepadamu imanku dari perbuatan-perbuatanku’. Engkau percaya, bahwa hanya ada satu Allah saja? Itu baik! Tetapi setan-setan pun juga percaya akan hal itu dan mereka gemetar.” Alkitab menjadi pegangan kita sebagai orang Kristen (orthodoksi) dan iman harus dibuktikan dengan perbuatan, itu menjadi orthopraksis kita sebagai orang Kristen. Demikianlah ketiga orthos (‘benar’) ini harus sejalan dengan pengalaman bersama dengan Tuhan, sehingga kesaksian ‘mengalami Tuhan’ benar-benar untuk memuliakan Tuhan semata dengan sikap hati, keinginan (‘pathos’), ajaran, pikiran (‘dokein’) dan tindakan (‘praksis’) yang orthos (benar). Kiranya Tuhan memberkati kita. *) Penulis saat ini bekerja di Business School, Universitas Pelita Harapan (UPH) – Karawaci Tangerang. NAFIRI JUNI 2013

55


• Mengalami Tuhan

Tahapan ini adalah proses keintiman yang luar biasa dimana kita menjadi pengikut-Nya. Sebagai anak-Nya seluruh kehidupan dan tujuan hidup ini bukan lagi kita sebagai yang utama, tetapi hanya untuk kemuliaan nama-Nya semata. Namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku” (Galatia 2:20a).

Sikap Hati yang Benar Proses ‘mengalami Tuhan’ ini memerlukan suatu karakter ‘kerendahan hati’ yang dalam. Karakter ini menjadi sikap hati yang benar di hadapan Tuhan. “Orthopathy” adalah istilah yang tepat untuk melukiskan karakter ini, karena orthopathi berasal dari dua kata Yunani yaitu ‘orthos’ yang berarti benar dan ‘pathos’ berarti sikap hati dan keinginan. Jadi dapat disimpulkan bahwa orthopathi adalah satu sikap yang lurus di hadapan Tuhan yang dapat dilakukan oleh orang yang memperoleh hikmat dan takut akan Tuhan. Ini juga yang dialami oleh Ayub setelah mengalami peristiwa yang menyesakkan didalam hidupnya dan berkata: “Hanya dari kata orang saja, aku mendengar 54

tentang Engkau tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau” (Ayub 42:5). Ayub mengalami Tuhan bukan sekedar dari mendengar saja, tetapi dia merasakan sendiri dengan pancainderanya memandang Tuhan yang seutuhnya. Pengalaman yang dirasakan seutuhnya saat bersama dengan Tuhan, dan pengalaman ini bukan suatu pengalaman yang menyenangkan dari segi manusia. Ayub berada dalam pengalaman kesakitan, penderitaan, kehancuran ekonomi, kehancuran rumah tangga, sakit-penyakit yang begitu parah di seluruh tubuhnya, juga cercaan, hinaan tekanan dan tuduhan dari teman-teman baiknya sendiri. Dalam ‘mengalami Tuhan’ diperlukan sikap hati yang benar (orthopathi). Ayub mempunyai sikap hati yang benar di hadapan Tuhan saat

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

mengalami keadaan yang sulit dan ia tidak mengeluh karena tahu hidupnya hanya untuk Tuhan dan dia begitu saleh, jujur dan takut akan Allah (Ayub 1:8). Selain sikap hati yang benar, Ayub juga memiliki pengertian (ajaran) yang benar (orthodoksi) dan melakukan yang benar di hadapan Tuhan (orthopraksis). Orthodoksi terdiri dari “orthos” (benar) dan “dokein” (ajaran) lalu orthopraksis terdiri dari “orthos” (benar) dan “praksis” (tindakan). Ayub seorang yang saleh dan jujur, ia takut akan Allah dan menjauhi kejahatan (Ayub 1:1). Ayub bukan saja mengetahui Allah tetapi juga mengenal Allah dengan baik serta mengalami Tuhan setiap hari, saking dekatnya dengan Tuhan, Tuhan memuji dia di hadapan iblis. Ayub mempunyai orthopathi, orthodoksi dan orthopraksis yang benar dihadapan Tuhan. Demikian kalau kita mengalami Tuhan harus mempunyai ketiga orthos

di atas, sikap hati yang benar harus didukung pengenalan Firman Allah yang benar dan perbuatan yang benar. “Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku” Mazmur 119:105 dan Yakobus 2:18-19: “tetapi mungkin ada orang berkata: ’Padamu ada iman dan padaku ada perbuatan’, aku akan menjawab dia: ’tunjukkanlah kepadaku imanmu itu tanpa perbuatan, dan aku akan menunjukkan kepadamu imanku dari perbuatan-perbuatanku’. Engkau percaya, bahwa hanya ada satu Allah saja? Itu baik! Tetapi setan-setan pun juga percaya akan hal itu dan mereka gemetar.” Alkitab menjadi pegangan kita sebagai orang Kristen (orthodoksi) dan iman harus dibuktikan dengan perbuatan, itu menjadi orthopraksis kita sebagai orang Kristen. Demikianlah ketiga orthos (‘benar’) ini harus sejalan dengan pengalaman bersama dengan Tuhan, sehingga kesaksian ‘mengalami Tuhan’ benar-benar untuk memuliakan Tuhan semata dengan sikap hati, keinginan (‘pathos’), ajaran, pikiran (‘dokein’) dan tindakan (‘praksis’) yang orthos (benar). Kiranya Tuhan memberkati kita. *) Penulis saat ini bekerja di Business School, Universitas Pelita Harapan (UPH) – Karawaci Tangerang. NAFIRI JUNI 2013

55


/ Titus Jonathan /

Christianto Wibisono

Tentang head hunter untuk mencari calon Presiden RI ke-7, menteri Tionghoa, predestinasi dan kedaulatan Tuhan. 56

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

Christianto Wibisono merupakan sedikit dari orang Indonesia keturunan Tionghoa yang menjadi figur terkemuka karena tulisan-tulisannya yang kerap menghiasi surat kabar sejak ia masih mahasiswa FISIP Universitas Indonesia di tahun 1964. Tahun 1980 hingga tahun 1990-an nama Christianto Wibisono sebagai kolumnis makin populer bukan hanya karena tulisannya yang kerap nongol di koran, tetapi karena bobot tulisannya yang tajam dan berani. Tulisannya yang terkenal ”Wawancara Imajiner Dengan Bung Karno” di tahun 1980-an membuat pemerintah waktu itu memerah dan membredelnya. NAFIRI JUNI 2013

57


/ Titus Jonathan /

Christianto Wibisono

Tentang head hunter untuk mencari calon Presiden RI ke-7, menteri Tionghoa, predestinasi dan kedaulatan Tuhan. 56

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

Christianto Wibisono merupakan sedikit dari orang Indonesia keturunan Tionghoa yang menjadi figur terkemuka karena tulisan-tulisannya yang kerap menghiasi surat kabar sejak ia masih mahasiswa FISIP Universitas Indonesia di tahun 1964. Tahun 1980 hingga tahun 1990-an nama Christianto Wibisono sebagai kolumnis makin populer bukan hanya karena tulisannya yang kerap nongol di koran, tetapi karena bobot tulisannya yang tajam dan berani. Tulisannya yang terkenal ”Wawancara Imajiner Dengan Bung Karno” di tahun 1980-an membuat pemerintah waktu itu memerah dan membredelnya. NAFIRI JUNI 2013

57


Ketika ia bermukim di Washington, D.C., ia menjadi kolumnis tetap Suara Pembaruan yang kolom-kolomnya dinantikan oleh penggemarnya setiap seminggu sekali. Redaktur Pelaksana Suara Pembaruan sering merasa ‘ketirketir’ (ngeri) setiap kali tulisan Christianto masuk ke meja redaksi. Tulisannya harus disunting oleh dua orang redaktur senior karena gaya tulisannya yang straight-forward dan tidak basa-basi. Kolom-kolom Christianto di satu sisi sering membuat tidak nyaman dan marah pihak tertentu, tetapi di pihak lain banyak yang mengapresiasi karena ada orang yang berani bicara (menulis) apa adanya seolah mewakili suara mereka. Tentang kepakarannya di bidang ekonomi, bisnis dan geopolitik, reputasi Christianto Wibisono tak perlu diragukan lagi. Namun, tak banyak orang yang mengerti bahwa tokoh yang lahir di Semarang 10 April 1945 ini juga mempunyai knowledge soal-soal agama khususnya iman Kristen, terlebih dalam beberapa episode hidupnya ia mengaku mempunyai pengalaman spiritual dengan Tuhan yang membuatnya selalu bersyukur karena hidup yang dilakoninya sekarang ini merupakan anugerah-Nya semata. Untuk menggali pemikiran figur yang menyukai ilmu bumi dan sejarah ini, tim NAFIRI melakukan wawancara dengan beliau pada tanggal 17 November 2012 di apartemen beliau di salah satu gedung pencakar langit di jantung kota Jakarta. Dengan relaks beliau menerima tim NAFIRI dan menjawab semua pertanyaan dengan lugas dan jelas, tanpa ada yang ’off the record’. Berikut ini petikannya: Nafiri (NF): Apa kegiatan Bapak harihari ini?

saya sedang berkonsentrasi dalam studi mengenai kepresidenan Indonesia.

Christianto Wibisono (CW): Sejak tahun 2010 saya menjadi anggota Komite Ekonomi Nasional (KEN), rapatrapat di kantor Menko Perekonomian, memberikan ceramah dalam seminarseminar dan mendatangkan speaker (pembicara) untuk acara-acara Global Nexus Institute (GNI). Tetapi sekarang

NF: Bisa Bapak jelaskan apa studi tentang kepresidenan itu?

58

CW: Intinya, menjelang pemilu 2014 kami membuat perbandingan atas presiden-presiden RI dari yang pertama sampai yang ke-6 sekarang, mulai dari profilnya, pencapaiannya, tantangan ke depannya dan sebagainya. Wadahnya

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

dinamakan Institut Kepresidenan Indonesia. NF: Hal itu atas inisiatif sendiri atau permintaan pemerintah? CW: Ya kedua pihaklah. Di satu sisi saya mempunyai pengalaman di bidang khusus tersebut sedangkan pemerintah juga membutuhkan, jadi kami sepakat bikin ini. Nanti hasil studinya akan kami publish dari waktu ke waktu melalui seminar dan sebagainya. Ini open to public. Karena sekarang adalah era digital maka hasil-hasil studinya akan kami kemas dan jual dalam bentuk CD. NF: Sasarannya apa? CW: Ya agar rakyat nanti well informed mengenai calon-calon presiden yang akan datang, apakah calon tersebut mampu meng-handle tantangan yang akan dihadapi oleh bangsa Indonesia di 5 tahun ke depan, kemudian mengerti siapa calon yang ’the best’ sehingga mereka bisa memilih calon yang tepat. Jadi kami ini seperti head hunter gitulah. Kami merumuskan dari enam presiden yang sudah pernah ada ini dan nanti bagaimana requirement untuk presiden ke-7. Kita harus tahu tantangan ke depan itu bagaimana dan siapa calon yang tepat untuk menjadi Presiden RI. NF: Bapak mendirikan Global Nexus Institute (GNI), apakah GNI itu? CW: Yang dikerjakan oleh GNI itu NAFIRI JUNI 2013

59


Ketika ia bermukim di Washington, D.C., ia menjadi kolumnis tetap Suara Pembaruan yang kolom-kolomnya dinantikan oleh penggemarnya setiap seminggu sekali. Redaktur Pelaksana Suara Pembaruan sering merasa ‘ketirketir’ (ngeri) setiap kali tulisan Christianto masuk ke meja redaksi. Tulisannya harus disunting oleh dua orang redaktur senior karena gaya tulisannya yang straight-forward dan tidak basa-basi. Kolom-kolom Christianto di satu sisi sering membuat tidak nyaman dan marah pihak tertentu, tetapi di pihak lain banyak yang mengapresiasi karena ada orang yang berani bicara (menulis) apa adanya seolah mewakili suara mereka. Tentang kepakarannya di bidang ekonomi, bisnis dan geopolitik, reputasi Christianto Wibisono tak perlu diragukan lagi. Namun, tak banyak orang yang mengerti bahwa tokoh yang lahir di Semarang 10 April 1945 ini juga mempunyai knowledge soal-soal agama khususnya iman Kristen, terlebih dalam beberapa episode hidupnya ia mengaku mempunyai pengalaman spiritual dengan Tuhan yang membuatnya selalu bersyukur karena hidup yang dilakoninya sekarang ini merupakan anugerah-Nya semata. Untuk menggali pemikiran figur yang menyukai ilmu bumi dan sejarah ini, tim NAFIRI melakukan wawancara dengan beliau pada tanggal 17 November 2012 di apartemen beliau di salah satu gedung pencakar langit di jantung kota Jakarta. Dengan relaks beliau menerima tim NAFIRI dan menjawab semua pertanyaan dengan lugas dan jelas, tanpa ada yang ’off the record’. Berikut ini petikannya: Nafiri (NF): Apa kegiatan Bapak harihari ini?

saya sedang berkonsentrasi dalam studi mengenai kepresidenan Indonesia.

Christianto Wibisono (CW): Sejak tahun 2010 saya menjadi anggota Komite Ekonomi Nasional (KEN), rapatrapat di kantor Menko Perekonomian, memberikan ceramah dalam seminarseminar dan mendatangkan speaker (pembicara) untuk acara-acara Global Nexus Institute (GNI). Tetapi sekarang

NF: Bisa Bapak jelaskan apa studi tentang kepresidenan itu?

58

CW: Intinya, menjelang pemilu 2014 kami membuat perbandingan atas presiden-presiden RI dari yang pertama sampai yang ke-6 sekarang, mulai dari profilnya, pencapaiannya, tantangan ke depannya dan sebagainya. Wadahnya

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

dinamakan Institut Kepresidenan Indonesia. NF: Hal itu atas inisiatif sendiri atau permintaan pemerintah? CW: Ya kedua pihaklah. Di satu sisi saya mempunyai pengalaman di bidang khusus tersebut sedangkan pemerintah juga membutuhkan, jadi kami sepakat bikin ini. Nanti hasil studinya akan kami publish dari waktu ke waktu melalui seminar dan sebagainya. Ini open to public. Karena sekarang adalah era digital maka hasil-hasil studinya akan kami kemas dan jual dalam bentuk CD. NF: Sasarannya apa? CW: Ya agar rakyat nanti well informed mengenai calon-calon presiden yang akan datang, apakah calon tersebut mampu meng-handle tantangan yang akan dihadapi oleh bangsa Indonesia di 5 tahun ke depan, kemudian mengerti siapa calon yang ’the best’ sehingga mereka bisa memilih calon yang tepat. Jadi kami ini seperti head hunter gitulah. Kami merumuskan dari enam presiden yang sudah pernah ada ini dan nanti bagaimana requirement untuk presiden ke-7. Kita harus tahu tantangan ke depan itu bagaimana dan siapa calon yang tepat untuk menjadi Presiden RI. NF: Bapak mendirikan Global Nexus Institute (GNI), apakah GNI itu? CW: Yang dikerjakan oleh GNI itu NAFIRI JUNI 2013

59


mendatangkan pembicara-pembicara top kelas dunia yang kompeten di bidangnya untuk memberikan ceramah. Pembicara yang kelasnya presidential lecture gitulah. Saya ingat yang pertama waktu itu diadakan di istana dan pembicaranya adalah Kishore Mahbubani (Professor dari Lee Kuan Yew School of Public Policy – National University of Singapore, red.). Kebanyakan temanya adalah soal-soal geopolitik. NF: Lalu apakah GNI itu semacam CSIS (Centre for Strategic and International Studies, red.) sebagai lembaga think tank begitu? CW: Ya kira-kira sama... tetapi kalau CSIS sering mengadakan seminar dengan topik macam-macam, kalau GNI bikin seminar yang spesifik misalkan sedang ada top issue apa, nah GNI bikin seminarnya. Christianto Wibisono mendirikan Majalah TEMPO bersama dengan Fikri Jufri dan Goenawan Mohammad pada tahun 1971. Majalah yang tagline-nya ”Enak dibaca dan perlu” ini menjadi majalah politik yang paling diminati oleh pembaca karena ciri khasnya yang kritis dan berani. Walaupun sempat dibredel oleh pemerintah di tahun 1994 karena menulis soal pembelian kapal perang eks Jerman Timur, tetapi akhirnya TEMPO terbit kembali pada 60

tanggal 6 Oktober 1998. Tahun 1973 Christianto keluar dari TEMPO karena ingin mendirikan sebuah majalah seperti FORTUNE di Amerika. Namun belum sempat kesampaian keinginannya tersebut, pada tahun 1974 meletus peristiwa Malari, dan Christianto memilih kembali ke kampus untuk melanjutkan studinya di fakultas FISIP Universitas Indonesia. Ketika ditanya apa resepnya hingga TEMPO tetap survive hingga sekarang, Christianto mengatakan: ”Konsep kami tidak muluk-muluk, kami hanya ingin seperti Majalah TIME. Sudah, itu saja. Pokoknya mau meniru TIME. Titik.” NF: Tulisan Bapak ”Wawancara Imajiner Dengan Bung Karno” sangat terkenal. Mengapa Bung Karno? CW: Dulu di zaman Bung Karno saya kan wartawan istana. Saya bertugas dan bersama beliau selama 4 tahun

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

sampai beliau ditahan di Wisma Yaso. Setelah tulisan saya itu dibredel saya malah diangkat oleh Pak Adam Malik menjadi asistennya (Adam Malik pernah menjadi Menteri Luar Negeri Indonesia dan kemudian Wakil Presiden antara 1978 - 1983, red.). NF: Bapak adalah salah seorang dari sedikit sekali keturunan Tionghoa di Indonesia yang bisa berada di lingkaran pemerintah waktu itu. Kok bisa Pak? CW: Haha, Pak Adam Malik waktu itu ingin melindungi saya. NF: Bagaimana posisi orang Tionghoa saat ini? CW: Sekarang agak lebih baik, tetapi harus terus-menerus ditingkatkan. Zaman Suharto dulu orang Tionghoa hanya dijadikan ‘kasir’ saja, hanya disuruh berbisnis, tidak boleh ikutikutan berpolitik. Padahal kita tahu orang Tionghoa itu macam-macam, jadi kita harus terus membangun kesadaran untuk melihat orang Tionghoa pada personality-nya. Jadi misalkan Ahok (Wakil Gubernur DKI Jakarta, red.) punya salah, maka yang salah ya tetap Ahok, bukan orang Tionghoa. Jangan sampai digeneralisir kemudian jadi sentimen etnis. NF: Di kabinet sekarang lumayan kan ada dua menteri dari etnis Tionghoa? (Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Elka Pangestu dan Menteri Kehakiman Amir Syamsudin, red.)

CW: Memang zaman sekarang tidak bisa dihindari. Banyak orang Tionghoa memang mampu di bidangnya. Siapapun presidennya pasti akan membuat kelompok Tionghoa terwakili. NF: Tetapi mengapa waktu Gus Dur presiden, Bapak menolak tawaran beliau untuk menjadi Menko Perekonomian? Bukankah Bapak bisa mewakili kelompok Tionghoa untuk berbuat bagi Negara? CW: Ya situasi waktu meminta saya itu, Gus Dur sudah sangat kepepet dan pasti jatuh. Jadi buat apa saya jadi Menko kalau tidak mungkin bisa menolong. (Catatan redaksi: Dalam buku ”The Global Nexus” yang merupakan kumpulan kolom Christianto di harian Suara Pembaruan, dijelaskan lebih detail mengenai pergumulan Christianto dan keluarganya di Washington DC soal tawaran Gus Dur tersebut, dimana Christianto menghadapi situasi dilematis antara ingin membantu Gus Dur dan ketidak-setujuan keluarganya yang masih trauma akibat peristiwa kerusuhan Mei 1998. Selain itu tidak dapat dipenuhinya permintaan Christianto agar ada rekonsiliasi duet Gus Dur – Mega akhirnya membuatnya menyampaikan ketidak-bersediaannya untuk menjabat Menko Perekonomian. Dari Washington, D.C. pada hari Selasa 12 Juni 2001 pukul 03.00 dini hari NAFIRI JUNI 2013

61


mendatangkan pembicara-pembicara top kelas dunia yang kompeten di bidangnya untuk memberikan ceramah. Pembicara yang kelasnya presidential lecture gitulah. Saya ingat yang pertama waktu itu diadakan di istana dan pembicaranya adalah Kishore Mahbubani (Professor dari Lee Kuan Yew School of Public Policy – National University of Singapore, red.). Kebanyakan temanya adalah soal-soal geopolitik. NF: Lalu apakah GNI itu semacam CSIS (Centre for Strategic and International Studies, red.) sebagai lembaga think tank begitu? CW: Ya kira-kira sama... tetapi kalau CSIS sering mengadakan seminar dengan topik macam-macam, kalau GNI bikin seminar yang spesifik misalkan sedang ada top issue apa, nah GNI bikin seminarnya. Christianto Wibisono mendirikan Majalah TEMPO bersama dengan Fikri Jufri dan Goenawan Mohammad pada tahun 1971. Majalah yang tagline-nya ”Enak dibaca dan perlu” ini menjadi majalah politik yang paling diminati oleh pembaca karena ciri khasnya yang kritis dan berani. Walaupun sempat dibredel oleh pemerintah di tahun 1994 karena menulis soal pembelian kapal perang eks Jerman Timur, tetapi akhirnya TEMPO terbit kembali pada 60

tanggal 6 Oktober 1998. Tahun 1973 Christianto keluar dari TEMPO karena ingin mendirikan sebuah majalah seperti FORTUNE di Amerika. Namun belum sempat kesampaian keinginannya tersebut, pada tahun 1974 meletus peristiwa Malari, dan Christianto memilih kembali ke kampus untuk melanjutkan studinya di fakultas FISIP Universitas Indonesia. Ketika ditanya apa resepnya hingga TEMPO tetap survive hingga sekarang, Christianto mengatakan: ”Konsep kami tidak muluk-muluk, kami hanya ingin seperti Majalah TIME. Sudah, itu saja. Pokoknya mau meniru TIME. Titik.” NF: Tulisan Bapak ”Wawancara Imajiner Dengan Bung Karno” sangat terkenal. Mengapa Bung Karno? CW: Dulu di zaman Bung Karno saya kan wartawan istana. Saya bertugas dan bersama beliau selama 4 tahun

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

sampai beliau ditahan di Wisma Yaso. Setelah tulisan saya itu dibredel saya malah diangkat oleh Pak Adam Malik menjadi asistennya (Adam Malik pernah menjadi Menteri Luar Negeri Indonesia dan kemudian Wakil Presiden antara 1978 - 1983, red.). NF: Bapak adalah salah seorang dari sedikit sekali keturunan Tionghoa di Indonesia yang bisa berada di lingkaran pemerintah waktu itu. Kok bisa Pak? CW: Haha, Pak Adam Malik waktu itu ingin melindungi saya. NF: Bagaimana posisi orang Tionghoa saat ini? CW: Sekarang agak lebih baik, tetapi harus terus-menerus ditingkatkan. Zaman Suharto dulu orang Tionghoa hanya dijadikan ‘kasir’ saja, hanya disuruh berbisnis, tidak boleh ikutikutan berpolitik. Padahal kita tahu orang Tionghoa itu macam-macam, jadi kita harus terus membangun kesadaran untuk melihat orang Tionghoa pada personality-nya. Jadi misalkan Ahok (Wakil Gubernur DKI Jakarta, red.) punya salah, maka yang salah ya tetap Ahok, bukan orang Tionghoa. Jangan sampai digeneralisir kemudian jadi sentimen etnis. NF: Di kabinet sekarang lumayan kan ada dua menteri dari etnis Tionghoa? (Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Elka Pangestu dan Menteri Kehakiman Amir Syamsudin, red.)

CW: Memang zaman sekarang tidak bisa dihindari. Banyak orang Tionghoa memang mampu di bidangnya. Siapapun presidennya pasti akan membuat kelompok Tionghoa terwakili. NF: Tetapi mengapa waktu Gus Dur presiden, Bapak menolak tawaran beliau untuk menjadi Menko Perekonomian? Bukankah Bapak bisa mewakili kelompok Tionghoa untuk berbuat bagi Negara? CW: Ya situasi waktu meminta saya itu, Gus Dur sudah sangat kepepet dan pasti jatuh. Jadi buat apa saya jadi Menko kalau tidak mungkin bisa menolong. (Catatan redaksi: Dalam buku ”The Global Nexus” yang merupakan kumpulan kolom Christianto di harian Suara Pembaruan, dijelaskan lebih detail mengenai pergumulan Christianto dan keluarganya di Washington DC soal tawaran Gus Dur tersebut, dimana Christianto menghadapi situasi dilematis antara ingin membantu Gus Dur dan ketidak-setujuan keluarganya yang masih trauma akibat peristiwa kerusuhan Mei 1998. Selain itu tidak dapat dipenuhinya permintaan Christianto agar ada rekonsiliasi duet Gus Dur – Mega akhirnya membuatnya menyampaikan ketidak-bersediaannya untuk menjabat Menko Perekonomian. Dari Washington, D.C. pada hari Selasa 12 Juni 2001 pukul 03.00 dini hari NAFIRI JUNI 2013

61


waktu Washington, atas nama seluruh keluarga, Christianto menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang mendalam atas kepercayaan Presiden kepadanya. Christianto memohon maaf bahwa dalam tempo 3x24 jam telah terjadi perkembangan yang terus menerus berubah dari menit ke menit yang membawa pada putusan final untuk tidak bersedia menjadi Menko Perekonomian) NF: Bagaimana Bapak melihat bangkitnya RRC yang sangat luar biasa saat ini? Apakah RRC akan mengambil alih Amerika menjadi super power? CW: China memang hebat tetapi harus diingat saat ini dunia tidak bisa diurus oleh satu negara. Setiap negara punya ketergantungan dengan negara lain. Intinya sebuah negara itu tidak bisa hidup sendiri.

62

Christianto Wibisono mempunyai pengalaman traumatis seputar peristiwa kerusuhan Mei 1998 dimana kompleks perumahan yang dihuni oleh anaknya di Pantai Indah Kapuk (PIK) dibakar massa. Dijelaskan oleh Christianto, walaupun pembakaran di PIK itu tidak secara khusus menjadikan keluarganya sebagai target, tetapi peristiwa itu sungguh memukulnya karena anaknya waktu itu baru mempunyai bayi berumur 51 hari. Namun yang paling membuatnya marah dan kecewa adalah adanya surat kaleng yang diterimanya yang kalimatnya sangat menyakitkan. ”Orang yang melakukan itu memang seorang rasis,” katanya. Ketika diminta oleh NAFIRI untuk menghubungkan peristiwa traumatis itu dengan kehidupan spiritualnya, Christianto menceritakan bahwa dalam perjalanan hidupnya, ia pernah mengalami saat kritis di tahun 1985 akibat bleeding paska operasi wasir di RS Husada Jakarta yang hampir merenggut nyawanya. Waktu itu ada kesalahan transfusi darah sehingga ia ditransfusi darah yang mengandung virus hepatitis C. Di tahun 2006 ketika bermukim di Amerika ia mengalami bleeding lagi karena sinusitis dan kembali nyawanya bagai seutas benang layang-layang yang nyaris putus. ”Jadi peristiwa Mei 1998 itu bisa saya lewati karena tahun 1985 sudah pernah

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

mengalami yang lebih kritis. Apalagi setelah 2006, saya merasa hidup ini hanya anugerah. Tuhan sepertinya memberi saya kesempatan ketiga sekarang,” katanya. NF: Pernah kecewa dengan Tuhan? CW: Kalau kecewa sering, tetapi saya berpikir lagi bahwa itu sovereignty (kedaulatan) Tuhan. Jadi saya pasrah karena saya anggap itu kehendak Tuhan. Kehendak Tuhan kan tidak selalu cocok dengan keinginan kita, bahkan dalam hidup ini kita mesti siap-siap akan terjadinya anomali yang tidak terjelaskan. Contohnya seperti buku When Bad Things Happen to Good People. Jadi anomali hidup itu adalah ketika kita merasa telah jadi baik tetapi malah mengalami yang buruk/musibah. NF: Mengapa harus ada anomali? Apa tujuan Tuhan? CW: Itu hak prerogatif Tuhan, tetapi pada prinsipnya adalah God will not punish you unless there must be something. NF: Tapi bagaimana dengan Ayub? CW: Ayub itu kan seorang hakim. Dalam pekerjaannya sebagai hakim ia pernah menerima sogokan. Coba aja teliti di kitab Ayub. NF: Wah?

tidak merasa ia bersalah. Ia merasa yang dilakukannya itu wajar sebagai hakim. NF: Jadi yang dialami oleh Ayub seperti hukum karma dong? CW: Lho semua dosa itu kan harus dihukum? Kalau diampuni itu jadi miracle. Misalkan ada orang yang kita anggap baik tetapi terkena musibah. Kalau ditelusuri pasti ada something. Contohnya seperti John Kennedy. Mengapa ia mati tertembak? Ya bisa saja ia dan Robert Kennedy konspirasi membunuh Marilyn Monroe supaya tidak ketahuan perzinahannya. Bisa begitu kan? Kita tidak pernah tahu karena hal itu yang tahu cuma Tuhan. NF: Bapak percaya hukum causalitas? CW: Memang semua akibat itu pasti ada sebabnya, tetapi tetap ada satu hal yang misterius dimana final decision itu ada di tangan Tuhan. Ini sudah masuk ke doktrin predestinasi. Kalau Tuhan sudah mem-predestine sesuatu terhadap kita, sampai dimana free will kita? Kita benar-benar tidak bisa apaapa. Tuhan berhak menciptakan miracle tetapi juga berhak bikin anomali. Ini sesuatu yang sulit. Kalau kita tidak bisa mengerti hal ini memang berbahaya bagi iman. Jadi kalau Yudas sudah di-predestine jadi Yudas, ia tidak bakal bisa menjadi yang lain. Ini ’beyond our ratio’.

CW: Ayub waktu berkeluh-kesah itu NAFIRI JUNI 2013

63


waktu Washington, atas nama seluruh keluarga, Christianto menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang mendalam atas kepercayaan Presiden kepadanya. Christianto memohon maaf bahwa dalam tempo 3x24 jam telah terjadi perkembangan yang terus menerus berubah dari menit ke menit yang membawa pada putusan final untuk tidak bersedia menjadi Menko Perekonomian) NF: Bagaimana Bapak melihat bangkitnya RRC yang sangat luar biasa saat ini? Apakah RRC akan mengambil alih Amerika menjadi super power? CW: China memang hebat tetapi harus diingat saat ini dunia tidak bisa diurus oleh satu negara. Setiap negara punya ketergantungan dengan negara lain. Intinya sebuah negara itu tidak bisa hidup sendiri.

62

Christianto Wibisono mempunyai pengalaman traumatis seputar peristiwa kerusuhan Mei 1998 dimana kompleks perumahan yang dihuni oleh anaknya di Pantai Indah Kapuk (PIK) dibakar massa. Dijelaskan oleh Christianto, walaupun pembakaran di PIK itu tidak secara khusus menjadikan keluarganya sebagai target, tetapi peristiwa itu sungguh memukulnya karena anaknya waktu itu baru mempunyai bayi berumur 51 hari. Namun yang paling membuatnya marah dan kecewa adalah adanya surat kaleng yang diterimanya yang kalimatnya sangat menyakitkan. ”Orang yang melakukan itu memang seorang rasis,” katanya. Ketika diminta oleh NAFIRI untuk menghubungkan peristiwa traumatis itu dengan kehidupan spiritualnya, Christianto menceritakan bahwa dalam perjalanan hidupnya, ia pernah mengalami saat kritis di tahun 1985 akibat bleeding paska operasi wasir di RS Husada Jakarta yang hampir merenggut nyawanya. Waktu itu ada kesalahan transfusi darah sehingga ia ditransfusi darah yang mengandung virus hepatitis C. Di tahun 2006 ketika bermukim di Amerika ia mengalami bleeding lagi karena sinusitis dan kembali nyawanya bagai seutas benang layang-layang yang nyaris putus. ”Jadi peristiwa Mei 1998 itu bisa saya lewati karena tahun 1985 sudah pernah

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

mengalami yang lebih kritis. Apalagi setelah 2006, saya merasa hidup ini hanya anugerah. Tuhan sepertinya memberi saya kesempatan ketiga sekarang,” katanya. NF: Pernah kecewa dengan Tuhan? CW: Kalau kecewa sering, tetapi saya berpikir lagi bahwa itu sovereignty (kedaulatan) Tuhan. Jadi saya pasrah karena saya anggap itu kehendak Tuhan. Kehendak Tuhan kan tidak selalu cocok dengan keinginan kita, bahkan dalam hidup ini kita mesti siap-siap akan terjadinya anomali yang tidak terjelaskan. Contohnya seperti buku When Bad Things Happen to Good People. Jadi anomali hidup itu adalah ketika kita merasa telah jadi baik tetapi malah mengalami yang buruk/musibah. NF: Mengapa harus ada anomali? Apa tujuan Tuhan? CW: Itu hak prerogatif Tuhan, tetapi pada prinsipnya adalah God will not punish you unless there must be something. NF: Tapi bagaimana dengan Ayub? CW: Ayub itu kan seorang hakim. Dalam pekerjaannya sebagai hakim ia pernah menerima sogokan. Coba aja teliti di kitab Ayub. NF: Wah?

tidak merasa ia bersalah. Ia merasa yang dilakukannya itu wajar sebagai hakim. NF: Jadi yang dialami oleh Ayub seperti hukum karma dong? CW: Lho semua dosa itu kan harus dihukum? Kalau diampuni itu jadi miracle. Misalkan ada orang yang kita anggap baik tetapi terkena musibah. Kalau ditelusuri pasti ada something. Contohnya seperti John Kennedy. Mengapa ia mati tertembak? Ya bisa saja ia dan Robert Kennedy konspirasi membunuh Marilyn Monroe supaya tidak ketahuan perzinahannya. Bisa begitu kan? Kita tidak pernah tahu karena hal itu yang tahu cuma Tuhan. NF: Bapak percaya hukum causalitas? CW: Memang semua akibat itu pasti ada sebabnya, tetapi tetap ada satu hal yang misterius dimana final decision itu ada di tangan Tuhan. Ini sudah masuk ke doktrin predestinasi. Kalau Tuhan sudah mem-predestine sesuatu terhadap kita, sampai dimana free will kita? Kita benar-benar tidak bisa apaapa. Tuhan berhak menciptakan miracle tetapi juga berhak bikin anomali. Ini sesuatu yang sulit. Kalau kita tidak bisa mengerti hal ini memang berbahaya bagi iman. Jadi kalau Yudas sudah di-predestine jadi Yudas, ia tidak bakal bisa menjadi yang lain. Ini ’beyond our ratio’.

CW: Ayub waktu berkeluh-kesah itu NAFIRI JUNI 2013

63


NF: Jadi bagaimana untuk mengerti yang di luar rasio itu?

NF: Bagaimana dengan hubungan Israel - Palestina?

CW: Tidak bisa. Hal-hal yang beyond our ratio itu, let’s leave it to God.

CW: Ya, karena terorisme ini soal global. Memang ada unsur lokalnya tetapi soal Israel – Palestina itu sudah menjadi urusan global sehingga impactnya juga kemana-mana. Terorisme memang berbahaya tetapi orang yang menyetujui atau menganjurkan terorisme sama bahayanya dan tidak boleh dibiarkan, yaitu mereka yang mempelopori gerakan-gerakan radikal.

NF: Bagaimana dengan Daniel? CW: Secara hukum alam Daniel harusnya dimangsa singa-singa itu, tetapi Tuhan bikin anomali kan? Anomali yang positif sehingga terjadi miracle. Tetapi anomali dan miracle itu sangat jarang, itu exception. Kalau anomali dan miracle terjadi setiap hari maka bukan miracle lagi. Christianto saat ini bergereja di GRII yang digembalakan oleh Pdt. Stephen Tong. Ketika ditanya tentang kondisi kekristenan saat ini, beliau mengatakan bahwa di Timur termasuk Indonesia, gereja maju sedangkan di Barat sebaliknya. “Indonesia tidak bisa lepas dari pengaruh dunia, jadi apa yang terjadi di dunia termasuk hubungan antara Kristen dan Islam di dunia akan mempengaruhi hubungan Kristen – Islam di Indonesia.

64

NF: Bisakah gereja mempelopori deradikalisasi? CW: Kalau yang radikal itu dari kelompok Islam, yang lebih tepat untuk melakukan deradikalisasi itu adalah dari Islam sendiri. Kalau yang radikal Kristen, maka umat Kristenlah yang harus mempelopori. Setelah peristiwa Mei 1998 yang membuat Christianto dan keluarganya pindah ke Washington DC Amerika Serikat, Christianto bertekad tidak akan kembali ke Indonesia kecuali para pelaku kerusuhan tersebut diadili. Namun ketika tahun 2006 ia mengalami bleeding akibat sinusitis yang membuatnya koma selama 4 jam, ia akhirnya ‘mengalah’ dan memutuskan untuk came back. Ia merasa telah diberi kesempatan ketiga sehngga ia berkomitmen untuk memberi kontribusi kepada Indonesia.

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

NF: Apa rencana Bapak dalam 5 sampai 10 tahun mendatang jika diberi umur panjang dan kesehatan? CW: Saya tidak mau muluk-muluk. Saat ini saya hanya fokus jadi head hunter Presiden RI ke-7. Christianto Wibisono boleh dikatakan sudah kenyang dengan politik. Walaupun politik sudah pernah menciderainya bahkan nyaris menelannya, tetapi nyatanya ia tak pernah ‘kapok’. Itulah sebabnya ia came back setelah sekian tahun mengasingkan dirinya dan kembali berkarya di panggung politik untuk memberikan kontribusi lewat talenta yang diterimanya sebagai anugerah. Pengalamannya selama 4 jam dalam keadaan koma waktu bleeding di tahun 2006 barangkali memberinya spirit tambahan untuk terus bicara menyuarakan kebenaran. Apakah keberanian sikapnya tanpa risiko? Jika ‘the ultimate risk’ itu hanya bernama kematian, ia takkan takut, karena ia mengerti apa yang dikatakan oleh Dante Alighieri: “The darkest places in hell are reserved for those who maintain their neutrality in times of moral crisis”. Apakah ini yang dilihatnya waktu ia mengalami koma?

Tetapi karena kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang, dan kasih karunia yang dianugerahkan-Nya kepadaku tidak sia-sia. Sebaliknya, aku telah bekerja lebih keras daripada mereka semua; tetapi bukannya aku, melainkan kasih karunia Allah yang menyertai aku. (1 Kor 15:10) NAFIRI JUNI 2013

65


NF: Jadi bagaimana untuk mengerti yang di luar rasio itu?

NF: Bagaimana dengan hubungan Israel - Palestina?

CW: Tidak bisa. Hal-hal yang beyond our ratio itu, let’s leave it to God.

CW: Ya, karena terorisme ini soal global. Memang ada unsur lokalnya tetapi soal Israel – Palestina itu sudah menjadi urusan global sehingga impactnya juga kemana-mana. Terorisme memang berbahaya tetapi orang yang menyetujui atau menganjurkan terorisme sama bahayanya dan tidak boleh dibiarkan, yaitu mereka yang mempelopori gerakan-gerakan radikal.

NF: Bagaimana dengan Daniel? CW: Secara hukum alam Daniel harusnya dimangsa singa-singa itu, tetapi Tuhan bikin anomali kan? Anomali yang positif sehingga terjadi miracle. Tetapi anomali dan miracle itu sangat jarang, itu exception. Kalau anomali dan miracle terjadi setiap hari maka bukan miracle lagi. Christianto saat ini bergereja di GRII yang digembalakan oleh Pdt. Stephen Tong. Ketika ditanya tentang kondisi kekristenan saat ini, beliau mengatakan bahwa di Timur termasuk Indonesia, gereja maju sedangkan di Barat sebaliknya. “Indonesia tidak bisa lepas dari pengaruh dunia, jadi apa yang terjadi di dunia termasuk hubungan antara Kristen dan Islam di dunia akan mempengaruhi hubungan Kristen – Islam di Indonesia.

64

NF: Bisakah gereja mempelopori deradikalisasi? CW: Kalau yang radikal itu dari kelompok Islam, yang lebih tepat untuk melakukan deradikalisasi itu adalah dari Islam sendiri. Kalau yang radikal Kristen, maka umat Kristenlah yang harus mempelopori. Setelah peristiwa Mei 1998 yang membuat Christianto dan keluarganya pindah ke Washington DC Amerika Serikat, Christianto bertekad tidak akan kembali ke Indonesia kecuali para pelaku kerusuhan tersebut diadili. Namun ketika tahun 2006 ia mengalami bleeding akibat sinusitis yang membuatnya koma selama 4 jam, ia akhirnya ‘mengalah’ dan memutuskan untuk came back. Ia merasa telah diberi kesempatan ketiga sehngga ia berkomitmen untuk memberi kontribusi kepada Indonesia.

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

NF: Apa rencana Bapak dalam 5 sampai 10 tahun mendatang jika diberi umur panjang dan kesehatan? CW: Saya tidak mau muluk-muluk. Saat ini saya hanya fokus jadi head hunter Presiden RI ke-7. Christianto Wibisono boleh dikatakan sudah kenyang dengan politik. Walaupun politik sudah pernah menciderainya bahkan nyaris menelannya, tetapi nyatanya ia tak pernah ‘kapok’. Itulah sebabnya ia came back setelah sekian tahun mengasingkan dirinya dan kembali berkarya di panggung politik untuk memberikan kontribusi lewat talenta yang diterimanya sebagai anugerah. Pengalamannya selama 4 jam dalam keadaan koma waktu bleeding di tahun 2006 barangkali memberinya spirit tambahan untuk terus bicara menyuarakan kebenaran. Apakah keberanian sikapnya tanpa risiko? Jika ‘the ultimate risk’ itu hanya bernama kematian, ia takkan takut, karena ia mengerti apa yang dikatakan oleh Dante Alighieri: “The darkest places in hell are reserved for those who maintain their neutrality in times of moral crisis”. Apakah ini yang dilihatnya waktu ia mengalami koma?

Tetapi karena kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang, dan kasih karunia yang dianugerahkan-Nya kepadaku tidak sia-sia. Sebaliknya, aku telah bekerja lebih keras daripada mereka semua; tetapi bukannya aku, melainkan kasih karunia Allah yang menyertai aku. (1 Kor 15:10) NAFIRI JUNI 2013

65


REFLEKSI

/ Erwin Tenggono /

Perjalanan karir dan hidup seseorang menjadi kesaksian nyata atas diri orang itu dalam hidupnya, baik mengenai apa yang dia alami langsung atau bagaimana dia berinteraksi dengan sesama dan lingkungannya.

66

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

B erikut ini adalah sepenggal contoh yang ditemukan dalam perjalanan karir seorang profesional. Dia tumbuh dari keluarga nonKristen dan dari kecil belajar tentang kebenaran universal bahwa manusia harus berbuat baik karena ada karma di kemudian hari. Sejak duduk di bangku sekolah, dia sudah dituntut untuk bekerja. Dia belajar kata-kata kasar dan umpatan di lingkungan kuli angkut dan melihat uang sebagai segalanya agar bisa hidup dan bahagia. Pada penggalan yang lain, di sebuah perusahaan, seorang auditor menemukan pegawai yang mengambil uang perusahaan, termasuk untuk disumbangkan membangun tempat ibadah. Ada juga yang mengambil uang perusahaan untuk mengobati orang tuanya yang sakit. Beberapa manajer bahkan mengklaim biaya perjalanan pribadi dalam biaya kantor.

Berbohong dan menipu kadang dianggap sebagai sebuah kebanggaan. Harga diri tidak lagi segalagalanya, bahkan banyak orang rela menggadaikannya dengan melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan nilainilai luhur yang diyakini. keserakahan Bagaimana kadangkala dibalut demikian halus dan bahkan ditampilkan sebagai sebuah kebanggaan. Misalnya ketika perusahaan mampu mendapatkan market share yang demikian besar walaupun itu diraih dengan cara-cara yang kurang etis. Ketidak-iklasan membayar royalty atau pajak tak jarang dilakukan dengan mengakali petugas dan kebijakan negara. Hobby dan pergaulan yang sering menyatu dalam kehidupan bisnis membuat citra dan harga diri menjadi bias dan seakan jadi begitu penting. Banyak yang terperangkap dalam hobby dan pergaulan yang justru akhirnya melenceng dan membawa kehancuran. Banyak eksekutif mencoba tetap menampilkan citranya sebagai seorang family man. Padahal, realita sebenarnya dalam kehidupan keluarganya sangatlah berbeda. Keluarga seringkali hanya menjadi simbol belaka karena hubungan-hubungan di dalamnya sudah sangat keropos.

NAFIRI JUNI 2013

67


REFLEKSI

/ Erwin Tenggono /

Perjalanan karir dan hidup seseorang menjadi kesaksian nyata atas diri orang itu dalam hidupnya, baik mengenai apa yang dia alami langsung atau bagaimana dia berinteraksi dengan sesama dan lingkungannya.

66

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

B erikut ini adalah sepenggal contoh yang ditemukan dalam perjalanan karir seorang profesional. Dia tumbuh dari keluarga nonKristen dan dari kecil belajar tentang kebenaran universal bahwa manusia harus berbuat baik karena ada karma di kemudian hari. Sejak duduk di bangku sekolah, dia sudah dituntut untuk bekerja. Dia belajar kata-kata kasar dan umpatan di lingkungan kuli angkut dan melihat uang sebagai segalanya agar bisa hidup dan bahagia. Pada penggalan yang lain, di sebuah perusahaan, seorang auditor menemukan pegawai yang mengambil uang perusahaan, termasuk untuk disumbangkan membangun tempat ibadah. Ada juga yang mengambil uang perusahaan untuk mengobati orang tuanya yang sakit. Beberapa manajer bahkan mengklaim biaya perjalanan pribadi dalam biaya kantor.

Berbohong dan menipu kadang dianggap sebagai sebuah kebanggaan. Harga diri tidak lagi segalagalanya, bahkan banyak orang rela menggadaikannya dengan melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan nilainilai luhur yang diyakini. keserakahan Bagaimana kadangkala dibalut demikian halus dan bahkan ditampilkan sebagai sebuah kebanggaan. Misalnya ketika perusahaan mampu mendapatkan market share yang demikian besar walaupun itu diraih dengan cara-cara yang kurang etis. Ketidak-iklasan membayar royalty atau pajak tak jarang dilakukan dengan mengakali petugas dan kebijakan negara. Hobby dan pergaulan yang sering menyatu dalam kehidupan bisnis membuat citra dan harga diri menjadi bias dan seakan jadi begitu penting. Banyak yang terperangkap dalam hobby dan pergaulan yang justru akhirnya melenceng dan membawa kehancuran. Banyak eksekutif mencoba tetap menampilkan citranya sebagai seorang family man. Padahal, realita sebenarnya dalam kehidupan keluarganya sangatlah berbeda. Keluarga seringkali hanya menjadi simbol belaka karena hubungan-hubungan di dalamnya sudah sangat keropos.

NAFIRI JUNI 2013

67


Saat karir makin meningkat, para eksekutif puncak dihadapkan pada kenyataan terjadinya situasi ‘lonely at the top’. Tidak mudah untuk mempertahankan pola dan gaya hidup yang sebelumnya dijalankan. Banyak yang menjadi gamang dan terbawa arus liar kehidupan. Masih untung kalau ada di antara mereka yang justru mau merenung dan kembali mencari makna hidup dan kebenaran dalam iman kepada Sang Pencipta. Penggalan-penggalan kenyataan di atas memang terkesan diambil dari perspektif negatif dalam pergumulan seseorang dalam membangun karir dan kehidupannya. Tentunya perspektif sebaliknya dari sisi positif bisa kita 68

temukan juga dimana perjalanan karir seseorang begitu baik dari awal hingga dia berada di puncak sukses. Namun, karena sisi kedagingan kita sebagai manusia dan natur dosa yang ada dalam diri kita, penulis mencoba melihat lebih khusus dari sisi tersebut. Bagaimana jika sebagian kisah di atas dialami dan dijalani oleh kita sebagai seorang Kristen? Apakah itu dibenarkan? Atau dimanakah kebenaran ajaran Kristus dalam kehidupan kita sehari-hari? Firman Tuhan dalam Kolose 3: 16 berkata: Hendaklah perkataan Kristus diam dengan segala kekayaannya di antara kamu, sehingga kamu dengan segala hikmat mengajar dan menegur seorang akan yang lain dan sambil menyanyikan mazmur, dan puji-pujian dan nyanyian rohani, kamu mengucap syukur kepada Allah di dalam hatimu. Dalam kehidupan seorang Kristen, Firman Tuhan harusnya lebih banyak didengar dan dipelajari. Apakah kita bisa mengikuti aturan-aturan perusahaan dan bekerja dengan baik tanpa kita memahami dan mengerti aturan-aturan itu? Tentunya tidak bisa. Demikian juga Firman Tuhan bagi kita. Mungkinkah kita dapat mengakui diri kita sebagai pengikut Kristus tanpa mengetahui aturan dan ajaran yang tertulis dalam Firman Tuhan?

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

Bagaimana Firman dapat bertumbuh dalam diri kita kalau kita tidak punya disiplin diri yang kuat untuk membaca dan merenungkan Firman-Nya dalam kehidupan kita? Ada peribahasa yang berkata, “Guru kencing berdiri, murid kencing berlari.“ Apabila kita saat ini mempunyai posisi sebagai pemimpin Kristen, apakah kita berani berkata bahwa semua kisah di atas tidak akan saya lakukan? Apakah saya akan memberikan contoh yang baik kepada tim kerja dan staf saya? Patut diingat bahwa kesuksesan kita sebagai seorang pemimpin saat ini sebenarnya hanya karena anugerah dan pilihan Tuhan. Sebab itu kita harus berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mempertanggungjawabkan kepada Tuhan atas tugas mulia yang dipercayakan-Nya kepada kita.

Sebagai pemimpin, kita dipercaya untuk memimpin manusia-manusia yang diciptakan sesuai dengan gambar Allah sendiri. Ini adalah anugerah dan kepercayaan yang luar biasa dari-Nya. Itu sebabnya, kita wajib memberikan contoh yang terbaik dan berusaha untuk memuliakan Bapa melalui karya dan keteladanan kita. Demikian juga dalam kehidupan keluarga. Para pria yang menjadi pemimpin dalam perusahaan juga dipanggil untuk menjadi wakil Allah dalam keluarganya. Keberhasilan dalam meniti karir hingga posisi puncak akan sia-sia jika kita mengorbankan keluarga kita; menelantarkan dan kehilangan kasih terhadap istri dan anak anak kita.

NAFIRI JUNI 2013

69


Saat karir makin meningkat, para eksekutif puncak dihadapkan pada kenyataan terjadinya situasi ‘lonely at the top’. Tidak mudah untuk mempertahankan pola dan gaya hidup yang sebelumnya dijalankan. Banyak yang menjadi gamang dan terbawa arus liar kehidupan. Masih untung kalau ada di antara mereka yang justru mau merenung dan kembali mencari makna hidup dan kebenaran dalam iman kepada Sang Pencipta. Penggalan-penggalan kenyataan di atas memang terkesan diambil dari perspektif negatif dalam pergumulan seseorang dalam membangun karir dan kehidupannya. Tentunya perspektif sebaliknya dari sisi positif bisa kita 68

temukan juga dimana perjalanan karir seseorang begitu baik dari awal hingga dia berada di puncak sukses. Namun, karena sisi kedagingan kita sebagai manusia dan natur dosa yang ada dalam diri kita, penulis mencoba melihat lebih khusus dari sisi tersebut. Bagaimana jika sebagian kisah di atas dialami dan dijalani oleh kita sebagai seorang Kristen? Apakah itu dibenarkan? Atau dimanakah kebenaran ajaran Kristus dalam kehidupan kita sehari-hari? Firman Tuhan dalam Kolose 3: 16 berkata: Hendaklah perkataan Kristus diam dengan segala kekayaannya di antara kamu, sehingga kamu dengan segala hikmat mengajar dan menegur seorang akan yang lain dan sambil menyanyikan mazmur, dan puji-pujian dan nyanyian rohani, kamu mengucap syukur kepada Allah di dalam hatimu. Dalam kehidupan seorang Kristen, Firman Tuhan harusnya lebih banyak didengar dan dipelajari. Apakah kita bisa mengikuti aturan-aturan perusahaan dan bekerja dengan baik tanpa kita memahami dan mengerti aturan-aturan itu? Tentunya tidak bisa. Demikian juga Firman Tuhan bagi kita. Mungkinkah kita dapat mengakui diri kita sebagai pengikut Kristus tanpa mengetahui aturan dan ajaran yang tertulis dalam Firman Tuhan?

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

Bagaimana Firman dapat bertumbuh dalam diri kita kalau kita tidak punya disiplin diri yang kuat untuk membaca dan merenungkan Firman-Nya dalam kehidupan kita? Ada peribahasa yang berkata, “Guru kencing berdiri, murid kencing berlari.“ Apabila kita saat ini mempunyai posisi sebagai pemimpin Kristen, apakah kita berani berkata bahwa semua kisah di atas tidak akan saya lakukan? Apakah saya akan memberikan contoh yang baik kepada tim kerja dan staf saya? Patut diingat bahwa kesuksesan kita sebagai seorang pemimpin saat ini sebenarnya hanya karena anugerah dan pilihan Tuhan. Sebab itu kita harus berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mempertanggungjawabkan kepada Tuhan atas tugas mulia yang dipercayakan-Nya kepada kita.

Sebagai pemimpin, kita dipercaya untuk memimpin manusia-manusia yang diciptakan sesuai dengan gambar Allah sendiri. Ini adalah anugerah dan kepercayaan yang luar biasa dari-Nya. Itu sebabnya, kita wajib memberikan contoh yang terbaik dan berusaha untuk memuliakan Bapa melalui karya dan keteladanan kita. Demikian juga dalam kehidupan keluarga. Para pria yang menjadi pemimpin dalam perusahaan juga dipanggil untuk menjadi wakil Allah dalam keluarganya. Keberhasilan dalam meniti karir hingga posisi puncak akan sia-sia jika kita mengorbankan keluarga kita; menelantarkan dan kehilangan kasih terhadap istri dan anak anak kita.

NAFIRI JUNI 2013

69


1 2

Bukankah sebagai kepala keluarga kita diberi amanat sebagai imam yang memegang otoritas Allah dalam keluarga?

Apakah kita menjalankan otoritas itu dengan baik?

3

Atau kita malah mempermalukan Allah dengan perbuatan kita yang tidak bertanggung-jawab sehingga pasangan dan anak anak kita tidak bisa melihat kasih Allah secara benar?

Ketiga pertanyaan reflektif ini sering saya pakai untuk mengingatkan diri saya sendiri. Saya pribadi masih terus berjuang untuk dapat menjalani kehidupan ini secara lebih sesuai dengan apa yang Tuhan inginkan. Allah menciptakan kita menurut gambar-Nya (Kejadian 1: 27). Sudah sepatutnya kita tidak merusak citra kita sebagai gambar dan citra Allah melalui perbuatan, sifat, dan karakter yang tidak sesuai dengan tujuan penciptaan kita. Semua proses yang terjadi saat kita menjalani kehidupan ini mencerminkan siapakah yang kita percayai dan sembah. Sebagai pengikut Kristus, sudah sepatutnya kita secara serius mendisiplinkan diri dan berjuang untuk meneladani ajaran70

ajaran-Nya dalam kehidupan kita. Dengan demikian, keluarga, komunitas kerja dan pergaulan kita – termasuk yang belum mengenal kasih Kristus – akan dapat melihat dan mengenal kasih Kristus melalui perbuatan kita. Itulah kesaksian kita yang sesungguhnya sebagai pribadi dan pemimpin, yaitu membantu orangorang di sekitar kita untuk mengenal, memahami, dan menerima kebenaran sejati kehidupan ini melalui penebusan Yesus Kristus

Kata Yesus kepadanya: “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku. (Yohanes 14: 6)

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

NAFIRI JUNI 2013

71


1 2

Bukankah sebagai kepala keluarga kita diberi amanat sebagai imam yang memegang otoritas Allah dalam keluarga?

Apakah kita menjalankan otoritas itu dengan baik?

3

Atau kita malah mempermalukan Allah dengan perbuatan kita yang tidak bertanggung-jawab sehingga pasangan dan anak anak kita tidak bisa melihat kasih Allah secara benar?

Ketiga pertanyaan reflektif ini sering saya pakai untuk mengingatkan diri saya sendiri. Saya pribadi masih terus berjuang untuk dapat menjalani kehidupan ini secara lebih sesuai dengan apa yang Tuhan inginkan. Allah menciptakan kita menurut gambar-Nya (Kejadian 1: 27). Sudah sepatutnya kita tidak merusak citra kita sebagai gambar dan citra Allah melalui perbuatan, sifat, dan karakter yang tidak sesuai dengan tujuan penciptaan kita. Semua proses yang terjadi saat kita menjalani kehidupan ini mencerminkan siapakah yang kita percayai dan sembah. Sebagai pengikut Kristus, sudah sepatutnya kita secara serius mendisiplinkan diri dan berjuang untuk meneladani ajaran70

ajaran-Nya dalam kehidupan kita. Dengan demikian, keluarga, komunitas kerja dan pergaulan kita – termasuk yang belum mengenal kasih Kristus – akan dapat melihat dan mengenal kasih Kristus melalui perbuatan kita. Itulah kesaksian kita yang sesungguhnya sebagai pribadi dan pemimpin, yaitu membantu orangorang di sekitar kita untuk mengenal, memahami, dan menerima kebenaran sejati kehidupan ini melalui penebusan Yesus Kristus

Kata Yesus kepadanya: “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku. (Yohanes 14: 6)

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

NAFIRI JUNI 2013

71


LIPUTAN

KHUSUS

“Some Christians try to go to heaven alone, in solitude. But believers are not compared to bears or lions or other animals that wander alone. Those who belong to Christ are sheep in this respect, that they love to get together. Sheep go in flocks, and so do God’s people.” (Charles Spurgeon) / Deirdre Tenawin / M uda dan berpengharapan, itulah yang terpancar dari aura wajah segerombol anak muda ini. Di luar, langit mulai menampakkan kemuramannya. Tetes demi tetes air menghujam membasahi tanah, menciptakan alunan gemerincing di atas genting. Namun hujan tak menyurutkan semangat mereka untuk bernyanyi dan bertepuk tangan memuji Tuhan. Para anak muda ini tergabung dalam Komisi Pemuda 2 (Kape 2) GKY BSD. Kape 2 adalah wadah untuk kelompok pemuda/i yang sudah lulus kuliah, bekerja tetapi belum berumah-tangga (belum menikah). 72

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

Tidak terasa, Kape 2 sudah berdiri selama enam tahun. Bermula dari sebuah retret pemuda di tahun 2007, munculah keinginan dari para kaum muda yang sudah bekerja untuk membentuk sebuah persekutuan sendiri. Keinginan itu didasarkan pada kebutuhan akan firman yang relevan dalam kehidupan mereka, dimana kebutuhan tersebut tidak mampu lagi dipenuhi oleh Kape yang mencakup rentang usia anggota sangat lebar, antara kuliah sampai bekerja. “Pertama dari sisi pergumulannya beda. Kalau di Kape masih ngomonginNAFIRI JUNI 2013

73


LIPUTAN

KHUSUS

“Some Christians try to go to heaven alone, in solitude. But believers are not compared to bears or lions or other animals that wander alone. Those who belong to Christ are sheep in this respect, that they love to get together. Sheep go in flocks, and so do God’s people.” (Charles Spurgeon) / Deirdre Tenawin / M uda dan berpengharapan, itulah yang terpancar dari aura wajah segerombol anak muda ini. Di luar, langit mulai menampakkan kemuramannya. Tetes demi tetes air menghujam membasahi tanah, menciptakan alunan gemerincing di atas genting. Namun hujan tak menyurutkan semangat mereka untuk bernyanyi dan bertepuk tangan memuji Tuhan. Para anak muda ini tergabung dalam Komisi Pemuda 2 (Kape 2) GKY BSD. Kape 2 adalah wadah untuk kelompok pemuda/i yang sudah lulus kuliah, bekerja tetapi belum berumah-tangga (belum menikah). 72

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

Tidak terasa, Kape 2 sudah berdiri selama enam tahun. Bermula dari sebuah retret pemuda di tahun 2007, munculah keinginan dari para kaum muda yang sudah bekerja untuk membentuk sebuah persekutuan sendiri. Keinginan itu didasarkan pada kebutuhan akan firman yang relevan dalam kehidupan mereka, dimana kebutuhan tersebut tidak mampu lagi dipenuhi oleh Kape yang mencakup rentang usia anggota sangat lebar, antara kuliah sampai bekerja. “Pertama dari sisi pergumulannya beda. Kalau di Kape masih ngomonginNAFIRI JUNI 2013

73


nya kuliah, sedangkan yang udah lulus dan kerja, kalau ngomongin soal kuliah kok rasanya gak relevan lagi buat dia sendiri, sedangkan dia punya pergumulan sendiri. Kalau masih di situ, mereka merasa kok gak berbaur lagi, gak nyambung lagi,” ungkap Triana, ketua Kape 2. Saat awal didirikan, Kape 2 menggunakan nama Kompas (Komunitas Pemuda Dewasa), namun berubah nama dalam setahun terakhir atas dasar ide penyeragaman nama komunitas di semua sinode GKY. Dengan bergantinya nama Kompas menjadi Kape 2, maka nama Kape pun kini berubah menjadi Kape 1. Penggunaan nama Kape 2 juga ditujukan sebagai upaya untuk menunjukkan bahwa Kape 2 merupakan kelanjutan dari Kape 1, sebagaimana kenaikan kelas. Selama enam tahun ini cukup banyak hal yang berubah dari Kape 2. Boleh dikatakan, Kape 2 semakin bertumbuh dan memapankan diri sebagai sebuah komunitas. Tahuntahun pertama didirikan, Kape 2 baru beranggotakan delapan orang dan secara teknis masih bergantung pada Kape 1. Dalam ibadah, puji-pujian masih bergabung dengan Kape 1. Kape 2 baru memisahkan diri dengan Kape 1 ketika sesi khotbah akan dimulai. “Emang agak aneh juga sih waktu itu. Hahaha. 74

Sampai pembicaranya bingung, loh pas mau mulai khotbah kok pada pergi,” tawa Triana mengenang masa itu. Akan tetapi, kini semua sudah jauh berbeda. Anggota Kape 2 tercatat telah mencapai 30 orang, dimana 17-20 diantaranya datang di setiap persekutuan. Kape 2 juga telah mengadakan ibadah terpisah dengan Kape 1, kecuali pada event-event besar tertentu. Jika dulu, dengan jumlah jemaat yang sedikit, pelayanan sifatnya jauh lebih fleksibel dan santai, kini ketika jumlah anggota semakin bertumbuh, Kape 2 semakin menata diri dengan persiapan yang lebih matang di setiap kegiatan. Menurut Triana, belakangan, acara di Kape 2 pun semakin banyak, meski memang tidak sebanyak Kape 1. Misalnya dalam hal persekutuan, Kape 2 hanya diadakan sebulan 2 kali yaitu pada hari Sabtu di Minggu ke-2 dan ke-4. “Temen-temen yang sudah bekerja ini kan memang sudah terlalu sibuk, dari Senin sampai Jumat, full bekerja. Mungkin tidak akan seaktif bergeraknya seperti Kape 1 yang masih banyak waktu luang dan energinya masih luar biasa. Sementara di Kape 2, energi sudah habis di pekerjaan sehingga harapannya lebih

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

pada membangun kebersamaan dan kesatuan di antara kami,” ungkap GI. Feri Irawan selaku pembina Kape 2. Kenapa ke Persekutuan? Sebagian pemuda yang sudah memasuki usia kerja mungkin terkadang berpikir bahwa mereka sudah tidak pas untuk datang ke acara persekutuan. Terkait hal ini, GI. Feri menanggapi demikian, “Justru semakin dewasa, temannya semakin habis karena waktu teman-teman sudah habis untuk pekerjaan. Akhirnya relasi itu semakin sempit. Gereja ingin mewadahi teman-teman supaya teman-teman punya suatu komunitas agar teman-teman tidak sendiri. Kita bangun suatu komunitas supaya temanteman bisa bergabung sama-sama dan menikmati komunitas ini.” Ah! Mungkin anak-anak muda di GKY BSD ini adalah anak-anak yang gaulnya membahana dan punya banyak teman di luar sana yang selalu bisa diajak hang out. Bagaimana tuh? “Komunitas kita bukan sekedar komunitas hang out. Kape 2 adalah komunitas dimana teman-teman bisa saling membangun dan bertumbuh secara kerohanian dengan orangorang yang seharusnya bisa sama-

sama dewasa dalam rohani. Mungkin masih bisa teman-teman dapatkan dari temanya teman-teman di luar, tetapi di komunitas ini kita bisa lebih ‘menjamin’ bahwa teman-teman bisa bertumbuh lebih dewasa secara rohani karena ini adalah komunitas yang relatif homogen. Orang-orang yang datang adalah orang-orang yang sama-sama rindu firman. Harusnya sih tercapainya, teman-teman lebih bertumbuh dewasa secara rohani,” jawab GI. Feri menjelaskan. Sebagian anak muda lainnya mungkin juga kesulitan untuk membedakan antara persekutuan

NAFIRI JUNI 2013

75


nya kuliah, sedangkan yang udah lulus dan kerja, kalau ngomongin soal kuliah kok rasanya gak relevan lagi buat dia sendiri, sedangkan dia punya pergumulan sendiri. Kalau masih di situ, mereka merasa kok gak berbaur lagi, gak nyambung lagi,” ungkap Triana, ketua Kape 2. Saat awal didirikan, Kape 2 menggunakan nama Kompas (Komunitas Pemuda Dewasa), namun berubah nama dalam setahun terakhir atas dasar ide penyeragaman nama komunitas di semua sinode GKY. Dengan bergantinya nama Kompas menjadi Kape 2, maka nama Kape pun kini berubah menjadi Kape 1. Penggunaan nama Kape 2 juga ditujukan sebagai upaya untuk menunjukkan bahwa Kape 2 merupakan kelanjutan dari Kape 1, sebagaimana kenaikan kelas. Selama enam tahun ini cukup banyak hal yang berubah dari Kape 2. Boleh dikatakan, Kape 2 semakin bertumbuh dan memapankan diri sebagai sebuah komunitas. Tahuntahun pertama didirikan, Kape 2 baru beranggotakan delapan orang dan secara teknis masih bergantung pada Kape 1. Dalam ibadah, puji-pujian masih bergabung dengan Kape 1. Kape 2 baru memisahkan diri dengan Kape 1 ketika sesi khotbah akan dimulai. “Emang agak aneh juga sih waktu itu. Hahaha. 74

Sampai pembicaranya bingung, loh pas mau mulai khotbah kok pada pergi,” tawa Triana mengenang masa itu. Akan tetapi, kini semua sudah jauh berbeda. Anggota Kape 2 tercatat telah mencapai 30 orang, dimana 17-20 diantaranya datang di setiap persekutuan. Kape 2 juga telah mengadakan ibadah terpisah dengan Kape 1, kecuali pada event-event besar tertentu. Jika dulu, dengan jumlah jemaat yang sedikit, pelayanan sifatnya jauh lebih fleksibel dan santai, kini ketika jumlah anggota semakin bertumbuh, Kape 2 semakin menata diri dengan persiapan yang lebih matang di setiap kegiatan. Menurut Triana, belakangan, acara di Kape 2 pun semakin banyak, meski memang tidak sebanyak Kape 1. Misalnya dalam hal persekutuan, Kape 2 hanya diadakan sebulan 2 kali yaitu pada hari Sabtu di Minggu ke-2 dan ke-4. “Temen-temen yang sudah bekerja ini kan memang sudah terlalu sibuk, dari Senin sampai Jumat, full bekerja. Mungkin tidak akan seaktif bergeraknya seperti Kape 1 yang masih banyak waktu luang dan energinya masih luar biasa. Sementara di Kape 2, energi sudah habis di pekerjaan sehingga harapannya lebih

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

pada membangun kebersamaan dan kesatuan di antara kami,” ungkap GI. Feri Irawan selaku pembina Kape 2. Kenapa ke Persekutuan? Sebagian pemuda yang sudah memasuki usia kerja mungkin terkadang berpikir bahwa mereka sudah tidak pas untuk datang ke acara persekutuan. Terkait hal ini, GI. Feri menanggapi demikian, “Justru semakin dewasa, temannya semakin habis karena waktu teman-teman sudah habis untuk pekerjaan. Akhirnya relasi itu semakin sempit. Gereja ingin mewadahi teman-teman supaya teman-teman punya suatu komunitas agar teman-teman tidak sendiri. Kita bangun suatu komunitas supaya temanteman bisa bergabung sama-sama dan menikmati komunitas ini.” Ah! Mungkin anak-anak muda di GKY BSD ini adalah anak-anak yang gaulnya membahana dan punya banyak teman di luar sana yang selalu bisa diajak hang out. Bagaimana tuh? “Komunitas kita bukan sekedar komunitas hang out. Kape 2 adalah komunitas dimana teman-teman bisa saling membangun dan bertumbuh secara kerohanian dengan orangorang yang seharusnya bisa sama-

sama dewasa dalam rohani. Mungkin masih bisa teman-teman dapatkan dari temanya teman-teman di luar, tetapi di komunitas ini kita bisa lebih ‘menjamin’ bahwa teman-teman bisa bertumbuh lebih dewasa secara rohani karena ini adalah komunitas yang relatif homogen. Orang-orang yang datang adalah orang-orang yang sama-sama rindu firman. Harusnya sih tercapainya, teman-teman lebih bertumbuh dewasa secara rohani,” jawab GI. Feri menjelaskan. Sebagian anak muda lainnya mungkin juga kesulitan untuk membedakan antara persekutuan

NAFIRI JUNI 2013

75


dengan kebaktian. Mungkin ada yang bertanya, kenapa sih perlu ke persekutuan kalau sudah ke kebaktian? Menurut GI. Feri, perbedaan antara persekutuan dengan kebaktian adalah pada materi firman yang dibawakan. Firman yang dihidangkan di persekutuan biasanya lebih spesifik menyentuh kebutuhan-kebutuhan dasar sesuai standar umur anggota. “Misalnya tema-tema kita terkait dengan tema-tema pekerjaan, relasi berpacaran, dan itu gak akan anggota dapatkan di kebaktian umum. Kan gak mungkin di kebaktian umum, pengkhotbahnya tiba-tiba bicara soal berpacaran?” Selain itu, menurutnya persekutuan juga bertujuan untuk membangun kebersamaan di antara jemaat muda GKY BSD. Pepatah bilang, tak kenal maka tak sayang. Triana ternyata punya pendapat sendiri sebagai bagian dari Kape 2. Bagi Triana secara pribadi, persekutuan adalah kewajiban bagi dirinya sendiri karena ia memang merasa membutuhkan persekutuan. “Di sini kita bisa bertumbuh secara kerohanian. Jadi kalau misalnya teman-teman di luar secara umum dan tidak satu iman, mungkin dalam pergumulan kita bisa ngomong-ngomong dan lihat mereka caranya bagaimana untuk menyelesaikan. Tetapi, bedanya 76

kalau kita dengan teman-teman seiman, mungkin nasihat-nasihatnya itu berbeda. Jadi kalau persekutuan, saya rasa, tergantung tiap pribadi butuh ke persekutuannya untuk apa. Kalau saya pribadi sih memang butuh.” Selain merasa persekutuan sebagai kebutuhannya untuk menemukan solusi sesuai iman Kristen atas pergumulan-pergumulannya, Triana juga berharap lewat Kape 2, ia bisa membagikan pengalaman akan pergumulan yang pernah dialaminya, yang mungkin juga dialami oleh temanteman lainnya saat ini. Siapa tahu ia bisa membantu dan menguatkan teman-teman seiman lainnya.

paskah gabungan dengan Kape 1 serta kebaktian padang yang diadakan 22 Juni lalu. Tema-tema yang pernah diangkat selama beberapa bulan kemarin adalah seputar dunia kerja dan disiplin rohani. Ke depannya, masih banyak tema-tema seru yang rencananya akan dibahas, contohnya terkait anger management, partisipasi

dalam melayani, pandangan Tuhan tentang persembahan dan masih akan dibahas pula tentang dunia kerja. Tema-tema yang diangkat di Kape 2 adalah kombinasi antara teman-tema yang mengarah pada psikologi dan doktrinal. Program lainnya yang sedang dipikirkan oleh pengurus dan pembina adalah lebih sering lagi mengadakan persekutuan gabungan dengan Kape 1. Tujuannya agar tidak ada jarak antara Kape 1 dan Kape 2 dalam hal kedekatan dan kekompakkan. Sehingga pada saat teman-teman di Kape 1 harus naik ke Kape 2 pun, mereka tidak sulit untuk beradaptasi.

Kegiatan-Kegiatan KAPE 2 Selama setengah tahun 2013 ini, ada beberapa kegiatan yang telah diadakan di Kape 2. Diantaranya seminar seputar dunia kerja, jalanjalan bersama ke mall, persekutuan

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

NAFIRI JUNI 2013

77


dengan kebaktian. Mungkin ada yang bertanya, kenapa sih perlu ke persekutuan kalau sudah ke kebaktian? Menurut GI. Feri, perbedaan antara persekutuan dengan kebaktian adalah pada materi firman yang dibawakan. Firman yang dihidangkan di persekutuan biasanya lebih spesifik menyentuh kebutuhan-kebutuhan dasar sesuai standar umur anggota. “Misalnya tema-tema kita terkait dengan tema-tema pekerjaan, relasi berpacaran, dan itu gak akan anggota dapatkan di kebaktian umum. Kan gak mungkin di kebaktian umum, pengkhotbahnya tiba-tiba bicara soal berpacaran?” Selain itu, menurutnya persekutuan juga bertujuan untuk membangun kebersamaan di antara jemaat muda GKY BSD. Pepatah bilang, tak kenal maka tak sayang. Triana ternyata punya pendapat sendiri sebagai bagian dari Kape 2. Bagi Triana secara pribadi, persekutuan adalah kewajiban bagi dirinya sendiri karena ia memang merasa membutuhkan persekutuan. “Di sini kita bisa bertumbuh secara kerohanian. Jadi kalau misalnya teman-teman di luar secara umum dan tidak satu iman, mungkin dalam pergumulan kita bisa ngomong-ngomong dan lihat mereka caranya bagaimana untuk menyelesaikan. Tetapi, bedanya 76

kalau kita dengan teman-teman seiman, mungkin nasihat-nasihatnya itu berbeda. Jadi kalau persekutuan, saya rasa, tergantung tiap pribadi butuh ke persekutuannya untuk apa. Kalau saya pribadi sih memang butuh.” Selain merasa persekutuan sebagai kebutuhannya untuk menemukan solusi sesuai iman Kristen atas pergumulan-pergumulannya, Triana juga berharap lewat Kape 2, ia bisa membagikan pengalaman akan pergumulan yang pernah dialaminya, yang mungkin juga dialami oleh temanteman lainnya saat ini. Siapa tahu ia bisa membantu dan menguatkan teman-teman seiman lainnya.

paskah gabungan dengan Kape 1 serta kebaktian padang yang diadakan 22 Juni lalu. Tema-tema yang pernah diangkat selama beberapa bulan kemarin adalah seputar dunia kerja dan disiplin rohani. Ke depannya, masih banyak tema-tema seru yang rencananya akan dibahas, contohnya terkait anger management, partisipasi

dalam melayani, pandangan Tuhan tentang persembahan dan masih akan dibahas pula tentang dunia kerja. Tema-tema yang diangkat di Kape 2 adalah kombinasi antara teman-tema yang mengarah pada psikologi dan doktrinal. Program lainnya yang sedang dipikirkan oleh pengurus dan pembina adalah lebih sering lagi mengadakan persekutuan gabungan dengan Kape 1. Tujuannya agar tidak ada jarak antara Kape 1 dan Kape 2 dalam hal kedekatan dan kekompakkan. Sehingga pada saat teman-teman di Kape 1 harus naik ke Kape 2 pun, mereka tidak sulit untuk beradaptasi.

Kegiatan-Kegiatan KAPE 2 Selama setengah tahun 2013 ini, ada beberapa kegiatan yang telah diadakan di Kape 2. Diantaranya seminar seputar dunia kerja, jalanjalan bersama ke mall, persekutuan

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

NAFIRI JUNI 2013

77


APA KATA MEREKA?

“Memang relasi kita yang terdekat sesama anak muda ya dengan Kape 1. Suatu hal yang gak lucu kalau kita berdiri sendiri-sendiri dan gak saling mengenal. Di dalam satu rumah masa gak saling mengenal? Kita harapkan dengan adanya usaha dari Kape 2 merapat ke Kape 1 dan Kape 1 merapat ke Kape 2, sehingga di 1 rumah GKY BSD ini, anak mudanya bisa saling mengenal dan bekerja sama,” ungkap GI. Feri. Namun, terbesit pula rencana untuk mendekatkan diri dan menjalin relasi dengan sesama komisi Kape 2 se-GKY.Misalnya dengan Kape 2 Pluit dan Kape 2 Green Ville. Gi.Feri berharap rencana tersebut bisa terealisasi dalam tahun ini. Sebuah Mimpi tentang KAPE 2 Kalau boleh bermimpi, Triana berharap Kape 2 bisa menjadi wadah bagi pemuda-pemuda yang dalam usia kerja, supaya teman-teman dalam seusia itu juga bisa bertumbuh 78

dan punya persekutuan yang hangat. “Mungkin di luar persekutuan memang punya teman-teman, tetapi temanteman yang mendukung dalam hal iman, mungkin hanya didapatkan melalui persekutuan,” pesan Triana. Triana juga mengajak para pemuda GKY untuk let’s learn, share and grow in Christ melalui Kape 2. GI.Feri juga punya pesan khusus bagi para kawula muda GKY BSD, “Keberadaan rekan-rekan di persekutuan itu supaya bisa belajar melayani. Persekutuan itu suatu batu loncatan untuk step pelayanan berikutnya. Saya sih terus berharap temen-temen yang di Kape 2 ke depannya adalah generasi-generasi penerus majelis, liturgos, dan bidang pelayanan lainnya. Kesempatan buat di persekutuan pemuda itu kan gak selamanya. Ini adalah sebuah momen untuk belajar kepemimpinan. Persekutuan mempersiapkan kita untuk pelayan yang lebih luas lagi.”

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

Jessica Brigita (1 tahun di Kape 2) “Di Kape 2, saya mendapatkan temanteman seiman yang saling mengingatkan dan membangun. Bagi saya, datang ke Kape 2 bukan hanya penting, tapi sudah menjadi kebutuhan.” Aldora (2 bulan di Kape 2) “Yang berkesan dari Kape 2 itu tema-tema khotbahnya yang sesuai dengan pemuda yang sudah lulus dan bekerja. Di Kape 2, banyak hal yang saya pelajari seputar kerjaan, selain itu temanteman Kape 2 juga asyik untuk diajak tukar pikiran soal pekerjaan.” Daniel Thenardy (1,5 tahun di Kape 2) “Saya merasa Tuhan ingin saya terus bertumbuh dan menjadi dewasa dalam pengenalan akan Dia sehingga saya ditempatkan di Kape 2 yang notabene memang untuk pemuda dewasa. Di Kape 2, saya mendapatkan materi-materi khotbah yang

sangat bermanfaat untuk diimplementasikan dalam pekerjaan dan kehidupan sehari-hari sehingga membuat saya lebih ngeh lagi kalau Tuhan memperhatikan kehidupan saya sampai sedetail-detailnya. Pokoke mantepnya puol dah rencana Tuhan hahahaha.., lagipula, persekutuan Kape 2 cuma 2 minggu sekali, jadi masih ada 2 Minggu sisanya untuk jalan-jalan.” Yuli G (6 tahun di Kape 2) “Ikut Kape 2, udah pasti dapet temen-temen baru. Di situ saya makin dibentuk untuk mengenal dan memahami karakter orang lain, dapat hal-hal baru tentang pengajaran Alkitab dan hal-hal praktis seputar dunia kerja. Tema di Kape 2 yang paling berkesan dan cukup membantu selama ini yaitu tentang seputar dunia kerja.”

JADWAL Setiap Sabtu (Minggu ke 2 dan ke 4) Pukul 19.00 WIB

NAFIRI JUNI 2013

79


APA KATA MEREKA?

“Memang relasi kita yang terdekat sesama anak muda ya dengan Kape 1. Suatu hal yang gak lucu kalau kita berdiri sendiri-sendiri dan gak saling mengenal. Di dalam satu rumah masa gak saling mengenal? Kita harapkan dengan adanya usaha dari Kape 2 merapat ke Kape 1 dan Kape 1 merapat ke Kape 2, sehingga di 1 rumah GKY BSD ini, anak mudanya bisa saling mengenal dan bekerja sama,” ungkap GI. Feri. Namun, terbesit pula rencana untuk mendekatkan diri dan menjalin relasi dengan sesama komisi Kape 2 se-GKY.Misalnya dengan Kape 2 Pluit dan Kape 2 Green Ville. Gi.Feri berharap rencana tersebut bisa terealisasi dalam tahun ini. Sebuah Mimpi tentang KAPE 2 Kalau boleh bermimpi, Triana berharap Kape 2 bisa menjadi wadah bagi pemuda-pemuda yang dalam usia kerja, supaya teman-teman dalam seusia itu juga bisa bertumbuh 78

dan punya persekutuan yang hangat. “Mungkin di luar persekutuan memang punya teman-teman, tetapi temanteman yang mendukung dalam hal iman, mungkin hanya didapatkan melalui persekutuan,” pesan Triana. Triana juga mengajak para pemuda GKY untuk let’s learn, share and grow in Christ melalui Kape 2. GI.Feri juga punya pesan khusus bagi para kawula muda GKY BSD, “Keberadaan rekan-rekan di persekutuan itu supaya bisa belajar melayani. Persekutuan itu suatu batu loncatan untuk step pelayanan berikutnya. Saya sih terus berharap temen-temen yang di Kape 2 ke depannya adalah generasi-generasi penerus majelis, liturgos, dan bidang pelayanan lainnya. Kesempatan buat di persekutuan pemuda itu kan gak selamanya. Ini adalah sebuah momen untuk belajar kepemimpinan. Persekutuan mempersiapkan kita untuk pelayan yang lebih luas lagi.”

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

Jessica Brigita (1 tahun di Kape 2) “Di Kape 2, saya mendapatkan temanteman seiman yang saling mengingatkan dan membangun. Bagi saya, datang ke Kape 2 bukan hanya penting, tapi sudah menjadi kebutuhan.” Aldora (2 bulan di Kape 2) “Yang berkesan dari Kape 2 itu tema-tema khotbahnya yang sesuai dengan pemuda yang sudah lulus dan bekerja. Di Kape 2, banyak hal yang saya pelajari seputar kerjaan, selain itu temanteman Kape 2 juga asyik untuk diajak tukar pikiran soal pekerjaan.” Daniel Thenardy (1,5 tahun di Kape 2) “Saya merasa Tuhan ingin saya terus bertumbuh dan menjadi dewasa dalam pengenalan akan Dia sehingga saya ditempatkan di Kape 2 yang notabene memang untuk pemuda dewasa. Di Kape 2, saya mendapatkan materi-materi khotbah yang

sangat bermanfaat untuk diimplementasikan dalam pekerjaan dan kehidupan sehari-hari sehingga membuat saya lebih ngeh lagi kalau Tuhan memperhatikan kehidupan saya sampai sedetail-detailnya. Pokoke mantepnya puol dah rencana Tuhan hahahaha.., lagipula, persekutuan Kape 2 cuma 2 minggu sekali, jadi masih ada 2 Minggu sisanya untuk jalan-jalan.” Yuli G (6 tahun di Kape 2) “Ikut Kape 2, udah pasti dapet temen-temen baru. Di situ saya makin dibentuk untuk mengenal dan memahami karakter orang lain, dapat hal-hal baru tentang pengajaran Alkitab dan hal-hal praktis seputar dunia kerja. Tema di Kape 2 yang paling berkesan dan cukup membantu selama ini yaitu tentang seputar dunia kerja.”

JADWAL Setiap Sabtu (Minggu ke 2 dan ke 4) Pukul 19.00 WIB

NAFIRI JUNI 2013

79


SERPIHAN PERJALANAN

Membaca Kompas 11 Mei 2013 tentang tsunami FukushimaJepang yang terjadi dua tahun lalu, berkobarlah lagi rasa gentar saya atas kedahsyatan Allah. Saya menyimak ulang catatan harian saya mengenai saat-saat itu. Setiap perjalanan ke luar negeri ataupun keluar kota telah menjadi ajang personal retreat bagi saya. Saya menyimpan catatan dalam sebuah agenda khusus untuk membantu ingatan dalam mengabadikan sebagian peristiwa dan kenangan… / Elasa Noviani /

80

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

10-22 Maret 2011 adalah perjalanan saya dan suami, Johanes, untuk pertama kalinya ke USA. Johanes mengikuti training Balanced Score Card dari Norton-Kapplan di Orlando, dan saya cuti. Saya sempat ragu-ragu untuk mengambil cuti 8 hari di bulan yang sibuk tersebut, sebab beberapa hari sebelumnya, bos-bos regional sedang sewot karena top down target dari Head Quarter (Swiss) dirasa terlalu berat. Namun akhirnya saya berangkat juga karena tiket memang sudah dipesan sejak bulan Januari 2011. Berikut ini adalah cuplikan personal diary saya. NAFIRI JUNI 2013

81


SERPIHAN PERJALANAN

Membaca Kompas 11 Mei 2013 tentang tsunami FukushimaJepang yang terjadi dua tahun lalu, berkobarlah lagi rasa gentar saya atas kedahsyatan Allah. Saya menyimak ulang catatan harian saya mengenai saat-saat itu. Setiap perjalanan ke luar negeri ataupun keluar kota telah menjadi ajang personal retreat bagi saya. Saya menyimpan catatan dalam sebuah agenda khusus untuk membantu ingatan dalam mengabadikan sebagian peristiwa dan kenangan… / Elasa Noviani /

80

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

10-22 Maret 2011 adalah perjalanan saya dan suami, Johanes, untuk pertama kalinya ke USA. Johanes mengikuti training Balanced Score Card dari Norton-Kapplan di Orlando, dan saya cuti. Saya sempat ragu-ragu untuk mengambil cuti 8 hari di bulan yang sibuk tersebut, sebab beberapa hari sebelumnya, bos-bos regional sedang sewot karena top down target dari Head Quarter (Swiss) dirasa terlalu berat. Namun akhirnya saya berangkat juga karena tiket memang sudah dipesan sejak bulan Januari 2011. Berikut ini adalah cuplikan personal diary saya. NAFIRI JUNI 2013

81


Jakarta, Kamis, 10.03.2011 Pagi harinya Allah membekali saya dengan firman Tuhan dari Amsal: “Dengan kesabaran, seorang penguasa dapat diyakinkan dan lidah lembut mematahkan tulang”. Saya khusus berdoa untuk hati para bos agar lebih tenang dengan cuti saya, dan agar tidak ada sesuatu yang begitu urgent di kantor, supaya saya dapat menikmati liburan dengan tenang. Malam harinya kami berangkat dengan Ana Air, melewati Jepang. Ternyata kami satu pesawat dengan kakak dan istri yang akan mengikuti seminar para dokter bedah syaraf di Jepang. Betapa senang bisa berangkat beramai-ramai. Tokyo-Chicago, Jumat, 11.03.2011 Pagi harinya kami tiba di Narita, Jepang pukul 07.00, Johanes dan saya harus menunggu di bandara selama hampir 4 jam sebelum pindah pesawat yang akan membawa kami ke USA. Pukul 10.45 pagi itu pesawat kami take off. Segala sesuatu tampak berjalan biasa-biasa saja. Empat jam setelah keberangkatan, crew pesawat menginterupsi dengan sebuah pengumuman, mereka mendapat berita bahwa pukul 14.46 saat itu di Jepang sedang terjadi gempa dan tsunami. Sambil mengantuk saat mendengar berita itu, dalam hati saya latah berkata: “Ah, memang Jepang kan dari dulu sudah terbiasa mengalami gempa, wong rumahnya aja di-design untuk menghadapi gempa..”. Kemudian saya pun kembali terlelap, tidak peduli… Tidak ada perasaan khusus dalam hati saya selama 11 jam berada di atas pesawat. Namun ketika kami tiba di bandara Ohara-Chicago, ketika masih hari Jumat pagi (karena perbedaan waktu) kami heran dan dikejutkan oleh gemparnya berita di mana-mana tentang betapa dahsyatnya peristiwa tsunami dan gempa di Fukushima tersebut. Bahkan katanya kekuatannya mencapai 9.0 skala Richter. Saya sangat gentar karena tanpa saya sadari, ternyata Allah sudah meluputkan kami dari suatu bencana yang maha dahsyat. Saat itu kami juga sangat kuatir karena kakak dan istri sedang berada di Jepang dan kami tidak berhasil menghubungi mereka. Namun sungguh lega rasanya menerima berita di Group BB Family bahwa mereka ternyata – sama seperti kami – pada jam kejadian tsunami itu juga sedang berada di atas pesawat yang membawa mereka dari Tokyo ke Okinawa, jadi mereka pun tidak merasakan apa-apa. 82

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

Kami tersungkur menyembah Allah, gentar menyadari betapa tipis sebenarnya jarak antara kami dengan maut. Kami berduka atas bencana tersebut, dan kami diingatkan bahwa setiap saat manusia bisa mati. “Kalau Engkau masih memberi kesempatan untuk kami terluput, pasti Engkau mau agar kami tidak menyia-nyiakannya” Hari itu saya kembali memperbaharui iman kepercayaan saya kepada Tuhan Yesus, dan kepada Allah Tritunggal. Chicago-Orlando, Sabtu, 12.03.2011 Firman Tuhan pagi itu mengajar tentang peranan Allah dalam mengatur langkah-langkah Yusuf dan orang Majus: “..an Angel of the Lord appeared to him (Joseph) in a dream (1:20)..having been warned in a dream not to go back to Herod…(2:12). When they (magi) had gone, and Angel of the Lord appeared in a dream to Joseph..(2:13). After Herod died, an angel of the Lord appeared in a dream.. (2:19).. Having been warned in a dream, he withdrew to the district…(2:22)” Kami menyadari bahwa pengaturan Allah begitu nyata dan unik atas kami. Allah juga memberi beban kepada kami untuk mendoakan bagi keselamatan jiwa orang-orang yang bersentuhan dengan kami hari itu, termasuk seorang teman yang menjemput kami di sana. Namanya Pandu, berasal dari keluarga Katolik, namun terasa sekali bahwa dia sudah jarang ke gereja. Setelah menginap semalam di Chicago, kami berangkat ke Orlando, melewati Charlotte, dan Tuhan bermurah hati kepada kami, sebab ternyata kursi yang dibooking untuk kami adalah First Class dari US Airways. Asyik sekali. Orlando, Minggu-Jumat, 13.03.2011-18.03.2011 Hari Minggu siang kami berkesempatan untuk beribadah di First Baptist Church Orlando. Hari itu mereka khusus berdoa untuk bencana di Jepang, mereka mengajak setiap jemaat yang mempunyai saudara atau kenalan di Jepang untuk maju ke depan. Ratusan orang maju untuk berdoa bersama di dekat mimbar. Di akhir kebaktian,mereka mengumpulkan dana untuk membantu korban. Dalam satu kebaktian, jumlah sumbangan yang diperolah mencapai US$2.6 juta (sekitar Rp26M). Padahal mereka sudah tiga kali kebaktian, dan kami datang di kebaktian ke-3. Saya memandang positif betapa jemaat ini begitu bermurah hati kepada NAFIRI JUNI 2013

83


Jakarta, Kamis, 10.03.2011 Pagi harinya Allah membekali saya dengan firman Tuhan dari Amsal: “Dengan kesabaran, seorang penguasa dapat diyakinkan dan lidah lembut mematahkan tulang”. Saya khusus berdoa untuk hati para bos agar lebih tenang dengan cuti saya, dan agar tidak ada sesuatu yang begitu urgent di kantor, supaya saya dapat menikmati liburan dengan tenang. Malam harinya kami berangkat dengan Ana Air, melewati Jepang. Ternyata kami satu pesawat dengan kakak dan istri yang akan mengikuti seminar para dokter bedah syaraf di Jepang. Betapa senang bisa berangkat beramai-ramai. Tokyo-Chicago, Jumat, 11.03.2011 Pagi harinya kami tiba di Narita, Jepang pukul 07.00, Johanes dan saya harus menunggu di bandara selama hampir 4 jam sebelum pindah pesawat yang akan membawa kami ke USA. Pukul 10.45 pagi itu pesawat kami take off. Segala sesuatu tampak berjalan biasa-biasa saja. Empat jam setelah keberangkatan, crew pesawat menginterupsi dengan sebuah pengumuman, mereka mendapat berita bahwa pukul 14.46 saat itu di Jepang sedang terjadi gempa dan tsunami. Sambil mengantuk saat mendengar berita itu, dalam hati saya latah berkata: “Ah, memang Jepang kan dari dulu sudah terbiasa mengalami gempa, wong rumahnya aja di-design untuk menghadapi gempa..”. Kemudian saya pun kembali terlelap, tidak peduli… Tidak ada perasaan khusus dalam hati saya selama 11 jam berada di atas pesawat. Namun ketika kami tiba di bandara Ohara-Chicago, ketika masih hari Jumat pagi (karena perbedaan waktu) kami heran dan dikejutkan oleh gemparnya berita di mana-mana tentang betapa dahsyatnya peristiwa tsunami dan gempa di Fukushima tersebut. Bahkan katanya kekuatannya mencapai 9.0 skala Richter. Saya sangat gentar karena tanpa saya sadari, ternyata Allah sudah meluputkan kami dari suatu bencana yang maha dahsyat. Saat itu kami juga sangat kuatir karena kakak dan istri sedang berada di Jepang dan kami tidak berhasil menghubungi mereka. Namun sungguh lega rasanya menerima berita di Group BB Family bahwa mereka ternyata – sama seperti kami – pada jam kejadian tsunami itu juga sedang berada di atas pesawat yang membawa mereka dari Tokyo ke Okinawa, jadi mereka pun tidak merasakan apa-apa. 82

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

Kami tersungkur menyembah Allah, gentar menyadari betapa tipis sebenarnya jarak antara kami dengan maut. Kami berduka atas bencana tersebut, dan kami diingatkan bahwa setiap saat manusia bisa mati. “Kalau Engkau masih memberi kesempatan untuk kami terluput, pasti Engkau mau agar kami tidak menyia-nyiakannya” Hari itu saya kembali memperbaharui iman kepercayaan saya kepada Tuhan Yesus, dan kepada Allah Tritunggal. Chicago-Orlando, Sabtu, 12.03.2011 Firman Tuhan pagi itu mengajar tentang peranan Allah dalam mengatur langkah-langkah Yusuf dan orang Majus: “..an Angel of the Lord appeared to him (Joseph) in a dream (1:20)..having been warned in a dream not to go back to Herod…(2:12). When they (magi) had gone, and Angel of the Lord appeared in a dream to Joseph..(2:13). After Herod died, an angel of the Lord appeared in a dream.. (2:19).. Having been warned in a dream, he withdrew to the district…(2:22)” Kami menyadari bahwa pengaturan Allah begitu nyata dan unik atas kami. Allah juga memberi beban kepada kami untuk mendoakan bagi keselamatan jiwa orang-orang yang bersentuhan dengan kami hari itu, termasuk seorang teman yang menjemput kami di sana. Namanya Pandu, berasal dari keluarga Katolik, namun terasa sekali bahwa dia sudah jarang ke gereja. Setelah menginap semalam di Chicago, kami berangkat ke Orlando, melewati Charlotte, dan Tuhan bermurah hati kepada kami, sebab ternyata kursi yang dibooking untuk kami adalah First Class dari US Airways. Asyik sekali. Orlando, Minggu-Jumat, 13.03.2011-18.03.2011 Hari Minggu siang kami berkesempatan untuk beribadah di First Baptist Church Orlando. Hari itu mereka khusus berdoa untuk bencana di Jepang, mereka mengajak setiap jemaat yang mempunyai saudara atau kenalan di Jepang untuk maju ke depan. Ratusan orang maju untuk berdoa bersama di dekat mimbar. Di akhir kebaktian,mereka mengumpulkan dana untuk membantu korban. Dalam satu kebaktian, jumlah sumbangan yang diperolah mencapai US$2.6 juta (sekitar Rp26M). Padahal mereka sudah tiga kali kebaktian, dan kami datang di kebaktian ke-3. Saya memandang positif betapa jemaat ini begitu bermurah hati kepada NAFIRI JUNI 2013

83


sesamanya, bahkan kepada bangsa yang jauh yang tidak pernah mereka kenal. Waktu akan pulang, kami kesulitan mencari taksi. Salah seorang aktivis gereja menanyai kami dan dengan antusias menelponkan taksi untuk kami. Ketika berbincang-bincang sambil menunggu taksi, wanita ramah ini mencatat email address kami sambil memberitahu: “We pray for Indonesia”. Senang dan aneh rasanya karena dimana-mana bisa bertemu dengan orang Kristen. Kami berbincang-bincang dengan supir taksi - seorang pemuda kulit hitam yang juga orang Kristen. Nampaknya begitu banyak orang yang tertarik dengan ‘Indonesia’. Mereka umumnya bertanya apakah kami Muslim, lalu mereka bercerita bahwa mereka mendoakan Indonesia. Bagi saya yang hanya sebentar di USA, saya mempunyai kesan bahwa Orlando termasuk kota yang ramah, mayoritas penduduknya welcome terhadap orang asing maupun kepada orang-orang yang baru mereka kenal, agak berbeda dengan sikap orang-orang di Chicago. Saya mengamati di tempat-tempat umum seperti ketika berada di lift atau bis, orang terbiasa saling menyapa dan memberi salam. Rata-rata orang tidak membedakan, entah yang masuk adalah seorang pekerja kasar dengan seragam kumal, cleaning service ataupun orang kulit hitam. Seperti latah beberapa orang menyambut hangat mereka yang masuk: “Good Morning, how are you?”. Setiap kali ada orang yang keluar dari bis pun, biasanya ada yang berteriak ramah: “God bless you!!!”. Saya membayangkan rasanya seperti

84

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

sedang mencicipi sedikit kenyamanan di surga dimana kasih tersebar di mana-mana, tidak ada umpatan atau caci-maki, tidak ada kata-kata ketus atau mata galak. Betapa senangnya. Area di mana kami tinggal dekat dengan Disneyland. Kami melihat orangorang di sana sangat leluasa dalam mengekspresikan dirinya. Ketika beberapa penyanyi menyanyikan lagu jenaka sambil berjoget di atas panggung karnaval, hamparan manusia menari dengan gayanya sendiri-sendiri. Suatu pagi, ketika berada dalam suatu antrian panjang untuk masuk ke suatu permainan di Disneyland, para pengunjung dibuat penasaran karena melihat sebuah pesawat kecil mengukir tulisan dengan asapnya di langit biru yang cerah. Kata demi kata dibentuk oleh pesawat tersebut dengan gerakan lincah, sampai akhirnya membentuk sebuah kalimat: “Invite Jesus in your heart”. Sebuah adegan yang bagi saya sangat mengagumkan, dalam hati saya membayangkan kapan kita dengan leluasa dapat mengukir kata-kata penginjilan semacam itu di bumi Indonesia. Di Universal Studio, kami mengunjungi berbagai wahana dan atraksi. Beberapa di antaranya cukup menegangkan. Mungkin bagi banyak orang, semua itu hanya sekedar permainan, namun tidak demikian bagi saya. Saya agak malu mengakui bahwa saya sebenarnya selalu takut dan berdoa ketika akan masuk dari satu wahana ke wahana yang lain. Tapi ternyata saya senang juga karena justru perasaan takut tersebut, dipakai Tuhan untuk menimbulkan perasaan ‘ingin berdoa’. Sebagai contoh ketika masuk ke wahana Twister saya mencoba membayangkan seperti apa kira-kira hari kiamat nanti. Selama liburan ini, saya ditemani beberapa buku bacaan, buku yang sudah selesai dibaca ada yang dengan sengaja saya tinggalkan di atas pesawat, saya berharap ada yang tertarik membaca dan diberkati olehnya. Salah satu buku yang sangat menguatkan iman saya adalah tulisan Rick Warren: “God’s Power to Change Your Life”. Melalui buku ini, saya ditolong untuk menerima NAFIRI JUNI 2013

85


sesamanya, bahkan kepada bangsa yang jauh yang tidak pernah mereka kenal. Waktu akan pulang, kami kesulitan mencari taksi. Salah seorang aktivis gereja menanyai kami dan dengan antusias menelponkan taksi untuk kami. Ketika berbincang-bincang sambil menunggu taksi, wanita ramah ini mencatat email address kami sambil memberitahu: “We pray for Indonesia”. Senang dan aneh rasanya karena dimana-mana bisa bertemu dengan orang Kristen. Kami berbincang-bincang dengan supir taksi - seorang pemuda kulit hitam yang juga orang Kristen. Nampaknya begitu banyak orang yang tertarik dengan ‘Indonesia’. Mereka umumnya bertanya apakah kami Muslim, lalu mereka bercerita bahwa mereka mendoakan Indonesia. Bagi saya yang hanya sebentar di USA, saya mempunyai kesan bahwa Orlando termasuk kota yang ramah, mayoritas penduduknya welcome terhadap orang asing maupun kepada orang-orang yang baru mereka kenal, agak berbeda dengan sikap orang-orang di Chicago. Saya mengamati di tempat-tempat umum seperti ketika berada di lift atau bis, orang terbiasa saling menyapa dan memberi salam. Rata-rata orang tidak membedakan, entah yang masuk adalah seorang pekerja kasar dengan seragam kumal, cleaning service ataupun orang kulit hitam. Seperti latah beberapa orang menyambut hangat mereka yang masuk: “Good Morning, how are you?”. Setiap kali ada orang yang keluar dari bis pun, biasanya ada yang berteriak ramah: “God bless you!!!”. Saya membayangkan rasanya seperti

84

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

sedang mencicipi sedikit kenyamanan di surga dimana kasih tersebar di mana-mana, tidak ada umpatan atau caci-maki, tidak ada kata-kata ketus atau mata galak. Betapa senangnya. Area di mana kami tinggal dekat dengan Disneyland. Kami melihat orangorang di sana sangat leluasa dalam mengekspresikan dirinya. Ketika beberapa penyanyi menyanyikan lagu jenaka sambil berjoget di atas panggung karnaval, hamparan manusia menari dengan gayanya sendiri-sendiri. Suatu pagi, ketika berada dalam suatu antrian panjang untuk masuk ke suatu permainan di Disneyland, para pengunjung dibuat penasaran karena melihat sebuah pesawat kecil mengukir tulisan dengan asapnya di langit biru yang cerah. Kata demi kata dibentuk oleh pesawat tersebut dengan gerakan lincah, sampai akhirnya membentuk sebuah kalimat: “Invite Jesus in your heart”. Sebuah adegan yang bagi saya sangat mengagumkan, dalam hati saya membayangkan kapan kita dengan leluasa dapat mengukir kata-kata penginjilan semacam itu di bumi Indonesia. Di Universal Studio, kami mengunjungi berbagai wahana dan atraksi. Beberapa di antaranya cukup menegangkan. Mungkin bagi banyak orang, semua itu hanya sekedar permainan, namun tidak demikian bagi saya. Saya agak malu mengakui bahwa saya sebenarnya selalu takut dan berdoa ketika akan masuk dari satu wahana ke wahana yang lain. Tapi ternyata saya senang juga karena justru perasaan takut tersebut, dipakai Tuhan untuk menimbulkan perasaan ‘ingin berdoa’. Sebagai contoh ketika masuk ke wahana Twister saya mencoba membayangkan seperti apa kira-kira hari kiamat nanti. Selama liburan ini, saya ditemani beberapa buku bacaan, buku yang sudah selesai dibaca ada yang dengan sengaja saya tinggalkan di atas pesawat, saya berharap ada yang tertarik membaca dan diberkati olehnya. Salah satu buku yang sangat menguatkan iman saya adalah tulisan Rick Warren: “God’s Power to Change Your Life”. Melalui buku ini, saya ditolong untuk menerima NAFIRI JUNI 2013

85


butuhkan untuk mempercayai bahwa yang saya kelemahan-kelemahan saya dan a yang telah n Kristus’, yaitu kuasa yang sam kita ang keb asa ‘Ku lah ada h beruba untuk mengubah ur. Saya membutuhkan kuasa itu membangkitkan Kristus dari kub dah berkecil a adalah seorang peragu dan mu Say a. say diri i dar m ala terd ian bag ang meragukan berbagai pikiran liar, bahkan kad hati, saya juga bergumul dengan Allah. oming the l keep you from changing and bec Rick menulis: “Only one thing wil ple, and peo er be. It’s not the devil, it’s not oth person you and God want you to stination! it’s not circumstance. It’s procra dengan an Tuhan berbicara kepada saya Dalam salah satu saat teduh, Firm haf a alkan: menjadi salah satu ayat yang say dan 3, 26: aya Yes i dar t kua gat san kepada-Mulah ai dengan damai sejahtera, sebab “Yang hatinya teguh, Engkau jag ia percaya” kemurnian juga saya catat untuk menolong Satu kutipan dari buku lain lakukan me kita ndikte tindakan kita, sehingga hati saya: “Acapkali orang lain me gkan kita, melainkan untuk menyenan an tuju pai nca me uk unt an buk sesuatu setiap kali kita likan pikiran orang lain sehingga orang lain. Kita begitu mempedu enyum atau uk melihat apakah mereka ters unt eh nol me alu sel kita h gka melan nKu’. Tetapi ada padamu allah lain di hadapa cemberut. Allah berkata: ‘Jangan sendiri?’ Allah ingga saya harus yakin kepada diri seh a say ah pak ’Sia a: kat ber a and ? Anda a tidak yakin kepada diri sendiri and ga ing seh a and ah pak ‘Sia menjawab: a adalah untuk ikian tanggung jawab pertama and adalah anak Allah. Dengan dem njalani ab kedua anda adalah untuk me jaw ng ggu tan dan h, Alla n gka menyenan hidup semaksimal mungkin” “Aku berterima(Ruth Myers), saya membaca: ian Puj i Har 31 u buk i Dar iki cacat cela yang paling kukagumi tetap memil kasih karena bahkan orang-orang teman-teman hnya indah. Aku bersyukur untuk enu sep g yan lah kau Eng wa bah dan menggiringku jiwaku yang terdalam, mereka yang gagal memenuhi kebutuhan 86

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

pada kaki Yesus..” mengulangi Saya bacaan itu: “... kegagalan itu menggiringku pada KAKI YESUS”. Saya tersentak, Allah menyadarkan saya bahwa ketidaknyamanan berbagai dengan orang lain di kantor, bos-bos sikap termasuk a regional yang sewot, ternyat a lebih dekat kepada kaki Yesus. dimaksudkan untuk membawa say ktu untuk ning, saya memakai banyak wa trai i kut ngi me s ane Joh a am Sel kat dan pokokncatat renungan, mencatat ber berada di kamar, membaca, me berada di tting dan lain-lain. Karena sering cha ail, e-m s ala mb me , doa pokok g bertugas salah seorang housekeeper yan kamar, saya bersahabat dengan ent dengan dua ette, seorang wanita single par Jos i, kam ar kam n ihka ers mb me anak.

Jumat-Rabu, 18-22 Maret 2011 Orlando-Chicago-Tokyo-Jakarta, kami sempat nap lagi dua malam di Chicago, Dari Orlando, kami mengi n salah satu kuatnya radiasi nuklir akibat ledaka ragu mendengar berita tentang n tetap i mempertimbangkan apakah aka kam i Jad . ima ush Fuk di lir nuk reaktor h kami perlu sit semalam di Jepang, atauka terbang dengan Ana Air yang tran an tetap urt. Tetapi akhirnya kami putusk nkf Fra at lew an ang erb pen an mengalihk ong karena lalui Jepang. Pesawat hampir kos pulang dengan penerbangan me ah air dengan ang. Puji Tuhan kami tiba ke tan himbauan travel banned ke Jep pujilah nama g tidak pernah saya sesali.. Ter selamat. Sebuah perjalanan yan Tuhan NAFIRI JUNI 2013

87


butuhkan untuk mempercayai bahwa yang saya kelemahan-kelemahan saya dan a yang telah n Kristus’, yaitu kuasa yang sam kita ang keb asa ‘Ku lah ada h beruba untuk mengubah ur. Saya membutuhkan kuasa itu membangkitkan Kristus dari kub dah berkecil a adalah seorang peragu dan mu Say a. say diri i dar m ala terd ian bag ang meragukan berbagai pikiran liar, bahkan kad hati, saya juga bergumul dengan Allah. oming the l keep you from changing and bec Rick menulis: “Only one thing wil ple, and peo er be. It’s not the devil, it’s not oth person you and God want you to stination! it’s not circumstance. It’s procra dengan an Tuhan berbicara kepada saya Dalam salah satu saat teduh, Firm haf a alkan: menjadi salah satu ayat yang say dan 3, 26: aya Yes i dar t kua gat san kepada-Mulah ai dengan damai sejahtera, sebab “Yang hatinya teguh, Engkau jag ia percaya” kemurnian juga saya catat untuk menolong Satu kutipan dari buku lain lakukan me kita ndikte tindakan kita, sehingga hati saya: “Acapkali orang lain me gkan kita, melainkan untuk menyenan an tuju pai nca me uk unt an buk sesuatu setiap kali kita likan pikiran orang lain sehingga orang lain. Kita begitu mempedu enyum atau uk melihat apakah mereka ters unt eh nol me alu sel kita h gka melan nKu’. Tetapi ada padamu allah lain di hadapa cemberut. Allah berkata: ‘Jangan sendiri?’ Allah ingga saya harus yakin kepada diri seh a say ah pak ’Sia a: kat ber a and ? Anda a tidak yakin kepada diri sendiri and ga ing seh a and ah pak ‘Sia menjawab: a adalah untuk ikian tanggung jawab pertama and adalah anak Allah. Dengan dem njalani ab kedua anda adalah untuk me jaw ng ggu tan dan h, Alla n gka menyenan hidup semaksimal mungkin” “Aku berterima(Ruth Myers), saya membaca: ian Puj i Har 31 u buk i Dar iki cacat cela yang paling kukagumi tetap memil kasih karena bahkan orang-orang teman-teman hnya indah. Aku bersyukur untuk enu sep g yan lah kau Eng wa bah dan menggiringku jiwaku yang terdalam, mereka yang gagal memenuhi kebutuhan 86

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

pada kaki Yesus..” mengulangi Saya bacaan itu: “... kegagalan itu menggiringku pada KAKI YESUS”. Saya tersentak, Allah menyadarkan saya bahwa ketidaknyamanan berbagai dengan orang lain di kantor, bos-bos sikap termasuk a regional yang sewot, ternyat a lebih dekat kepada kaki Yesus. dimaksudkan untuk membawa say ktu untuk ning, saya memakai banyak wa trai i kut ngi me s ane Joh a am Sel kat dan pokokncatat renungan, mencatat ber berada di kamar, membaca, me berada di tting dan lain-lain. Karena sering cha ail, e-m s ala mb me , doa pokok g bertugas salah seorang housekeeper yan kamar, saya bersahabat dengan ent dengan dua ette, seorang wanita single par Jos i, kam ar kam n ihka ers mb me anak.

Jumat-Rabu, 18-22 Maret 2011 Orlando-Chicago-Tokyo-Jakarta, kami sempat nap lagi dua malam di Chicago, Dari Orlando, kami mengi n salah satu kuatnya radiasi nuklir akibat ledaka ragu mendengar berita tentang n tetap i mempertimbangkan apakah aka kam i Jad . ima ush Fuk di lir nuk reaktor h kami perlu sit semalam di Jepang, atauka terbang dengan Ana Air yang tran an tetap urt. Tetapi akhirnya kami putusk nkf Fra at lew an ang erb pen an mengalihk ong karena lalui Jepang. Pesawat hampir kos pulang dengan penerbangan me ah air dengan ang. Puji Tuhan kami tiba ke tan himbauan travel banned ke Jep pujilah nama g tidak pernah saya sesali.. Ter selamat. Sebuah perjalanan yan Tuhan NAFIRI JUNI 2013

87


Judul film : The Lone Ranger Pemain : Johnny Depp, Armie Hammer, William Fichtner

Sutradara : Gore Verbinski Distribusi : Walt Disney Pictures T he Lone Ranger adalah film action dan humor barat 2013 yang diproduksi dan disutradarai oleh Gore 88

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

Verbinski dan didistribusikan oleh Walt Disney Pictures, berdasarkan serial American Old West. The Lone Ranger menceritakan tentang John Reid (Armie Hammer), seorang pria ahli hukum, yang menjadi legenda keadilan bertopeng, bersama pejuang suku di Amerika, Tonto (Johnny Depp), yang harus belajar untuk bekerja sama melawan keserakahan dan korupsi. Hal ini nampaknya tidak berbeda jauh dengan di Indonesia. Di media kita membaca berbagai kasus mafia hukum yang tak terselesaikan, perlakuan berbeda kasus anak menteri dan rakyat biasa yang menabrak dan menewaskan korban dengan mobilnya, vonis hukuman pelaku korupsi 33 miliar yang relatif lebih pendek (4.5 tahun) dibanding maling sandal jepit (5 tahun). Dan juga belum lama berselang, tepatnya pada tanggal 23 Maret 2013, kita dikejutkan oleh berita penyerangan dan eksekusi empat narapidana di LP Cebongan, Sleman, sebagai tindakan

balasan oleh kelompok penyerang yang rekannya tewas beberapa waktu sebelumnya. Dalam hati, mungkin kita berpikir, baguslah, akhirnya ada juga pembela keadilan yang membela hak-hak rakyat. Mungkin ada pula fantasi dalam benak kita akan tokoh seperti Lone Ranger yang membela kaum lemah dan teraniaya. Dalam Firman Tuhan di kitab Roma 13:1-7, antara lain menyatakan bahwa kita harus tunduk kepada pemerintah, wajib membayar pajak, dan tidak takut apabila kita tidak berbuat jahat. Apakah sebagai umat Tuhan kita dibenarkan apabila bertindak main hakim sendiri, melawan hukum dan pemerintah, dikarenakan alasan pemerintah yang tidak benar, yang disinyalir terlibat korupsi dan praktek tidak sehat di dunia hukum? Ataukah kita harus benar-benar mutlak tunduk kepada pemerintah, tidak peduli apakah pemerintah itu benar atau salah? Apakah ketundukan semacam ini sesuai Alkitab sehingga itu yang dinamakan kebenaran yang absolut? Tak ada salahnya saat kita menonton film ini di 3 Juli 2013, kita senantiasa menikmati sambil mengintrospeksi posisi kita sebagai umat Tuhan. Selamat menonton. Tuhan memberkati / Humprey Humperdinck / NAFIRI JUNI 2013

89


Judul film : The Lone Ranger Pemain : Johnny Depp, Armie Hammer, William Fichtner

Sutradara : Gore Verbinski Distribusi : Walt Disney Pictures T he Lone Ranger adalah film action dan humor barat 2013 yang diproduksi dan disutradarai oleh Gore 88

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

Verbinski dan didistribusikan oleh Walt Disney Pictures, berdasarkan serial American Old West. The Lone Ranger menceritakan tentang John Reid (Armie Hammer), seorang pria ahli hukum, yang menjadi legenda keadilan bertopeng, bersama pejuang suku di Amerika, Tonto (Johnny Depp), yang harus belajar untuk bekerja sama melawan keserakahan dan korupsi. Hal ini nampaknya tidak berbeda jauh dengan di Indonesia. Di media kita membaca berbagai kasus mafia hukum yang tak terselesaikan, perlakuan berbeda kasus anak menteri dan rakyat biasa yang menabrak dan menewaskan korban dengan mobilnya, vonis hukuman pelaku korupsi 33 miliar yang relatif lebih pendek (4.5 tahun) dibanding maling sandal jepit (5 tahun). Dan juga belum lama berselang, tepatnya pada tanggal 23 Maret 2013, kita dikejutkan oleh berita penyerangan dan eksekusi empat narapidana di LP Cebongan, Sleman, sebagai tindakan

balasan oleh kelompok penyerang yang rekannya tewas beberapa waktu sebelumnya. Dalam hati, mungkin kita berpikir, baguslah, akhirnya ada juga pembela keadilan yang membela hak-hak rakyat. Mungkin ada pula fantasi dalam benak kita akan tokoh seperti Lone Ranger yang membela kaum lemah dan teraniaya. Dalam Firman Tuhan di kitab Roma 13:1-7, antara lain menyatakan bahwa kita harus tunduk kepada pemerintah, wajib membayar pajak, dan tidak takut apabila kita tidak berbuat jahat. Apakah sebagai umat Tuhan kita dibenarkan apabila bertindak main hakim sendiri, melawan hukum dan pemerintah, dikarenakan alasan pemerintah yang tidak benar, yang disinyalir terlibat korupsi dan praktek tidak sehat di dunia hukum? Ataukah kita harus benar-benar mutlak tunduk kepada pemerintah, tidak peduli apakah pemerintah itu benar atau salah? Apakah ketundukan semacam ini sesuai Alkitab sehingga itu yang dinamakan kebenaran yang absolut? Tak ada salahnya saat kita menonton film ini di 3 Juli 2013, kita senantiasa menikmati sambil mengintrospeksi posisi kita sebagai umat Tuhan. Selamat menonton. Tuhan memberkati / Humprey Humperdinck / NAFIRI JUNI 2013

89


uran ua tu hari Sabtu, pada lib Reynaldi yang musim panas, saudara g ke BSD. Tenlagi libur dari SAAT pulan g ke persekutunya, hari itu Rey datan ah persekutuan tuan pemuda, dan setel ma beberapa pemuda, dia pergi bersa nyantap nasi temannya untuk me goreng gila.

S

Artikel ini ditulis dalam bentuk dialog karena saya lagi iseng, pengen coba menulis seperti Plato. Dan karena saya sudah lama tidak menulis dalam bahasa Indonesia, jadi sudah hampir lupa cara menulis dengan formal. Kalo nulis dalam bentuk dialog lebih gampang. Dialog di bawah ini karya fiksi belaka.

/ Yunus Adi Prasetya /

90

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

Ryan: Rey, lu di SAAT gimana tuh… Malang bukannya bersih ya udaranya? Koq rasanya jerawat lu ga berkurang juga... Rey: Apa kata lu deh Yan, gw ke SAAT kan bukan nyari udara bersih, belajar teologia man... Valen: Ih, Ryan, lu jahat banget sii. Masa Rey baru balik dari SAAT, yang liburnya cuma dua minggu, terus lu langsung ngejek dia? Harusnya lu baikbaikin dia dong.. Ryan: Justru karna gw biasanya ga bisa ngejek dia kecuali pas dia balik, jadi mumpung dia disini, harus diejek sampe puas. He... he... Rere: Wah, ngga bener emang lu Yan, doa-in tuh Rey, biar dia tobat Nathan: Emang Ryan mah... Ardel: Ahahhhaha… Rey: Apaan sii lu Del? Ketawa-ketawa sendiri ga jelas… Ardel: Haha… iya... hehe.. Ryan... hahaha... gw jadi inget waktu itu gw

mimpi Ryan bawa selang bensin, gereja baru disirem... haha... …ketawa… Valen: Udah ah, males gw ngomongin Ryan mulu, ga interesting mending kita ngobrol sama Rey, kan jarang-jarang dia di sini… Rey: Apaan si lu, gombal amat ngomongnya… Valen: Haaaaa L koq lu jadi jahat juga sii Rey? Masa gw dibilang gombal?? Rey: Abis geli sii ngomongnya. Valen: Ya lu sabar dong... lu belajar apa aja di SAAT? Rey: Ya belajar teologi lah! Namanya aja Seminari Alkitab Asia Tenggara. Belajar apalagi kalo bukan teologi. Kuliner? Nathan: Lu nanyanya ga becus Len. Ni, gw ajarin. Rey, lu belajar apa di SAAT? Rey: Banyak, aneh-aneh pelajarannya. Lu mau tau yang mana dari kelas-kelas gw? Nathan: Tuh kan, kalo gw yang nanya langsung manjur Rere: Valen nanya kayak lagi ngerayu… percis sama Merilda. Hwahaha… Rey: Gw belajar... Eklesiologi, eskatologi... Ardel: Eklesiologi apaan tuh? Rey: Itu belajar soal gereja. Soal sejarah gereja gitu... NAFIRI JUNI 2013

91


uran ua tu hari Sabtu, pada lib Reynaldi yang musim panas, saudara g ke BSD. Tenlagi libur dari SAAT pulan g ke persekutunya, hari itu Rey datan ah persekutuan tuan pemuda, dan setel ma beberapa pemuda, dia pergi bersa nyantap nasi temannya untuk me goreng gila.

S

Artikel ini ditulis dalam bentuk dialog karena saya lagi iseng, pengen coba menulis seperti Plato. Dan karena saya sudah lama tidak menulis dalam bahasa Indonesia, jadi sudah hampir lupa cara menulis dengan formal. Kalo nulis dalam bentuk dialog lebih gampang. Dialog di bawah ini karya fiksi belaka.

/ Yunus Adi Prasetya /

90

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

Ryan: Rey, lu di SAAT gimana tuh… Malang bukannya bersih ya udaranya? Koq rasanya jerawat lu ga berkurang juga... Rey: Apa kata lu deh Yan, gw ke SAAT kan bukan nyari udara bersih, belajar teologia man... Valen: Ih, Ryan, lu jahat banget sii. Masa Rey baru balik dari SAAT, yang liburnya cuma dua minggu, terus lu langsung ngejek dia? Harusnya lu baikbaikin dia dong.. Ryan: Justru karna gw biasanya ga bisa ngejek dia kecuali pas dia balik, jadi mumpung dia disini, harus diejek sampe puas. He... he... Rere: Wah, ngga bener emang lu Yan, doa-in tuh Rey, biar dia tobat Nathan: Emang Ryan mah... Ardel: Ahahhhaha… Rey: Apaan sii lu Del? Ketawa-ketawa sendiri ga jelas… Ardel: Haha… iya... hehe.. Ryan... hahaha... gw jadi inget waktu itu gw

mimpi Ryan bawa selang bensin, gereja baru disirem... haha... …ketawa… Valen: Udah ah, males gw ngomongin Ryan mulu, ga interesting mending kita ngobrol sama Rey, kan jarang-jarang dia di sini… Rey: Apaan si lu, gombal amat ngomongnya… Valen: Haaaaa L koq lu jadi jahat juga sii Rey? Masa gw dibilang gombal?? Rey: Abis geli sii ngomongnya. Valen: Ya lu sabar dong... lu belajar apa aja di SAAT? Rey: Ya belajar teologi lah! Namanya aja Seminari Alkitab Asia Tenggara. Belajar apalagi kalo bukan teologi. Kuliner? Nathan: Lu nanyanya ga becus Len. Ni, gw ajarin. Rey, lu belajar apa di SAAT? Rey: Banyak, aneh-aneh pelajarannya. Lu mau tau yang mana dari kelas-kelas gw? Nathan: Tuh kan, kalo gw yang nanya langsung manjur Rere: Valen nanya kayak lagi ngerayu… percis sama Merilda. Hwahaha… Rey: Gw belajar... Eklesiologi, eskatologi... Ardel: Eklesiologi apaan tuh? Rey: Itu belajar soal gereja. Soal sejarah gereja gitu... NAFIRI JUNI 2013

91


Valen: Gereja di Indo? … Nathan: Gereja di Indo? Rey: Iya, dikit-dikit, tapi juga belajar gereja di tempat laen Ryan: Hwahahaha. Enak ga Len rasanya dicuekin? Kalo lu yang nanya ga mau dijawab Valen: *mulai pura-pura ngambek* Ardel: Jadi ga ada gunanya dong? Lu kan mau jadi pendeta di Indo.. Rey: Ya ngga juga. Berguna lah, dikitdikit. Kan belajar semuanya, dari kenaikan Kristus sampe sekarang, masa segitu banyak ga ada yang berguna? Rere: Udah lu ga usah pura-pura ngambek Len, ga manjur sama kitakita. Hahaha. Ryan: Emang yang berguna kayak gimana? Rey: Kan kalo kita liat sejarah gereja dari kenaikan Kristus sampe sekarang, gereja udah ngelewatin macemmacem zaman. Abis Paulus pergi ke rumah Lidia, kekristenan nyebar di Eropa, terus Eropa jadi pusat gereja sejak itu. Pas zaman awal gereja itu zaman Kekaisaran Romawi, orangorang Kristen waktu itu dianiaya sama Kekaisaran Romawi, ga beda jauh sama kondisi gereja di Indo sekarang. Konflik utamanya di area politik. … Nathan: Emang konflik gereja selain 92

politik apa lagi? Rey: Hmm... intelektual juga. Nathan: Maksudnya kayak doktrin gitu? Rey: Ya... kayak gitu, tapi ngga juga. Gini deh, kalo di sini kan penganiayaan kebanyakan tu politik, kalo di Amrik ato Eropa sekarang kebanyakan penganiayaan tu intelektual. Rere: Hah? Maksudnya apa? Rey: Jadi, pas abad 18, zaman Enlightenment, gerakan intelektual di barat mulai nantang ajaran tradisi, terus mereka bilang kalo kepercayaan ga bisa dibuktiin secara scientific, kepercayaan itu ga rasional. Jadi di gereja, garagara Enlightenment ini, mulai kena efek sekularisasi dikit-dikit. Banyak orang mulai nantang ajaran Alkitab gara-gara gerakan itu. Ardel: Maksudnya ajaran kayak gimana? Rey: Kayak mujizat. Mana mungkin air bisa jadi anggur? Orang kalo udah mati ya mati, ga bangkit lagi! Ada juga teolog Kristen yang mulai ngambil ideide Enlightenment terus interpretasiin Alkitab seenak jidat. Rudolf Bultmann, misalnya.. Valen: Hah? Rudolf? Koq lucu sii namanya... kayak Rudolf the red nosed reindeer… Ryan: Idih... lu ga jelas banget sii... orang lagi ngomongin gereja lu malah

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

nyambung-nyambungin ke reindeer... Valen: Ya ga papa dong, dikit-dikit kita juga perlu becanda kali, tuan Ryan. Nathan: Tapi bercandaan lu ga lucu Len, ga ada yang ketawa tuh. Valen: Biarin. Siapa bilang gw bercanda buat bikin lu ketawa? Gw bercanda buat diri sendiri. Rere: Eh, anak kecil, udah belom berantemnya? Dosen mau lanjut tuh. Gimana tadi si Rudolf? … Rey: Iya, dia teolog Jerman dari abad 19, dia gabungin pemikiran Enlightenment ke sistem teologianya sampe nyangkal kebangkitan. Ryan: Hah? Emang kalo nyangkal kebangkitan masih orang Kristen ya? Rey: Ngga sii harusnya... tapi dia ngakunya Kristen. Jadi dia bilang kebangkitan tu bukan peristiwa yang bener-bener terjadi di sejarah. Kebangkitan Yesus tu peristiwa yang cuman terjadi di hati rasul-rasul sama orang-orang percaya. Ardel: Hah? Gw ga ngerti, jadi menurut dia Yesus ga beneran bangkit gitu? Abis mati ga bangkit? Rey: Iya, dari tadi juga gw udah bilang gitu kan. Jadi sekarang, gereja

di barat tu masih ngelawan efek-efek Enlightenment. Tantangannya di sana di level intelektual. Universitas-universitas di Amrik, kecuali yang universitas Kristen ya, kebanyakan sekuler terus atheis. Jadi orang Kristen dianggep non-intelektual—percaya adanya Tuhan ga ada bedanya sama percaya adanya Nyi Roro Kidul. Rere: Wahaha. Jayus lu emang abadi, Rey... Ga berkurang juga padahal udah ke SAAT Rey: Eh, gw dateng ke SAAT tu tempatnya jadi kacau, bukan gw yang jadi alim Nathan: Emangnya kalo dianggep nonintelektual kenapa? Biarin aja atheis bilang apa, kan urusan mereka sama Tuhan Rey: Yeee, ga bisa gitu juga. Kan kalo mau penginjilan kita mau ga mau harus pake otak. Nathan: Tapi kalo di Korintus kan emang dibilang percaya Kristus itu kebodohan Rey: Itu mesti dibaca dalam konteks. Maksudnya percaya Kristus kebodohan tu orang-orang Yahudi sama orangorang Yunani ga ngerti, masa Tuhan bisa mati? Tapi justru itu juga yang dibilang “hikmat Allah”. Lagian, tantangantantangan intelektual bisa jadi batu sandungan buat orang. Orang Kristen kalo ngobrol sama dosen di universitas sekuler coba, terus dianggep bego NAFIRI JUNI 2013

93


Valen: Gereja di Indo? … Nathan: Gereja di Indo? Rey: Iya, dikit-dikit, tapi juga belajar gereja di tempat laen Ryan: Hwahahaha. Enak ga Len rasanya dicuekin? Kalo lu yang nanya ga mau dijawab Valen: *mulai pura-pura ngambek* Ardel: Jadi ga ada gunanya dong? Lu kan mau jadi pendeta di Indo.. Rey: Ya ngga juga. Berguna lah, dikitdikit. Kan belajar semuanya, dari kenaikan Kristus sampe sekarang, masa segitu banyak ga ada yang berguna? Rere: Udah lu ga usah pura-pura ngambek Len, ga manjur sama kitakita. Hahaha. Ryan: Emang yang berguna kayak gimana? Rey: Kan kalo kita liat sejarah gereja dari kenaikan Kristus sampe sekarang, gereja udah ngelewatin macemmacem zaman. Abis Paulus pergi ke rumah Lidia, kekristenan nyebar di Eropa, terus Eropa jadi pusat gereja sejak itu. Pas zaman awal gereja itu zaman Kekaisaran Romawi, orangorang Kristen waktu itu dianiaya sama Kekaisaran Romawi, ga beda jauh sama kondisi gereja di Indo sekarang. Konflik utamanya di area politik. … Nathan: Emang konflik gereja selain 92

politik apa lagi? Rey: Hmm... intelektual juga. Nathan: Maksudnya kayak doktrin gitu? Rey: Ya... kayak gitu, tapi ngga juga. Gini deh, kalo di sini kan penganiayaan kebanyakan tu politik, kalo di Amrik ato Eropa sekarang kebanyakan penganiayaan tu intelektual. Rere: Hah? Maksudnya apa? Rey: Jadi, pas abad 18, zaman Enlightenment, gerakan intelektual di barat mulai nantang ajaran tradisi, terus mereka bilang kalo kepercayaan ga bisa dibuktiin secara scientific, kepercayaan itu ga rasional. Jadi di gereja, garagara Enlightenment ini, mulai kena efek sekularisasi dikit-dikit. Banyak orang mulai nantang ajaran Alkitab gara-gara gerakan itu. Ardel: Maksudnya ajaran kayak gimana? Rey: Kayak mujizat. Mana mungkin air bisa jadi anggur? Orang kalo udah mati ya mati, ga bangkit lagi! Ada juga teolog Kristen yang mulai ngambil ideide Enlightenment terus interpretasiin Alkitab seenak jidat. Rudolf Bultmann, misalnya.. Valen: Hah? Rudolf? Koq lucu sii namanya... kayak Rudolf the red nosed reindeer… Ryan: Idih... lu ga jelas banget sii... orang lagi ngomongin gereja lu malah

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

nyambung-nyambungin ke reindeer... Valen: Ya ga papa dong, dikit-dikit kita juga perlu becanda kali, tuan Ryan. Nathan: Tapi bercandaan lu ga lucu Len, ga ada yang ketawa tuh. Valen: Biarin. Siapa bilang gw bercanda buat bikin lu ketawa? Gw bercanda buat diri sendiri. Rere: Eh, anak kecil, udah belom berantemnya? Dosen mau lanjut tuh. Gimana tadi si Rudolf? … Rey: Iya, dia teolog Jerman dari abad 19, dia gabungin pemikiran Enlightenment ke sistem teologianya sampe nyangkal kebangkitan. Ryan: Hah? Emang kalo nyangkal kebangkitan masih orang Kristen ya? Rey: Ngga sii harusnya... tapi dia ngakunya Kristen. Jadi dia bilang kebangkitan tu bukan peristiwa yang bener-bener terjadi di sejarah. Kebangkitan Yesus tu peristiwa yang cuman terjadi di hati rasul-rasul sama orang-orang percaya. Ardel: Hah? Gw ga ngerti, jadi menurut dia Yesus ga beneran bangkit gitu? Abis mati ga bangkit? Rey: Iya, dari tadi juga gw udah bilang gitu kan. Jadi sekarang, gereja

di barat tu masih ngelawan efek-efek Enlightenment. Tantangannya di sana di level intelektual. Universitas-universitas di Amrik, kecuali yang universitas Kristen ya, kebanyakan sekuler terus atheis. Jadi orang Kristen dianggep non-intelektual—percaya adanya Tuhan ga ada bedanya sama percaya adanya Nyi Roro Kidul. Rere: Wahaha. Jayus lu emang abadi, Rey... Ga berkurang juga padahal udah ke SAAT Rey: Eh, gw dateng ke SAAT tu tempatnya jadi kacau, bukan gw yang jadi alim Nathan: Emangnya kalo dianggep nonintelektual kenapa? Biarin aja atheis bilang apa, kan urusan mereka sama Tuhan Rey: Yeee, ga bisa gitu juga. Kan kalo mau penginjilan kita mau ga mau harus pake otak. Nathan: Tapi kalo di Korintus kan emang dibilang percaya Kristus itu kebodohan Rey: Itu mesti dibaca dalam konteks. Maksudnya percaya Kristus kebodohan tu orang-orang Yahudi sama orangorang Yunani ga ngerti, masa Tuhan bisa mati? Tapi justru itu juga yang dibilang “hikmat Allah”. Lagian, tantangantantangan intelektual bisa jadi batu sandungan buat orang. Orang Kristen kalo ngobrol sama dosen di universitas sekuler coba, terus dianggep bego NAFIRI JUNI 2013

93


gara-gara percaya sama Tuhan, kan susah juga. Coba, kalo misalnya Alkitab bilang 1 + 1 = 3, masa kita disuruh percaya? Masa kita bisa nyuruh orang lain percaya Alkitab? Mau ga mau, Alkitab ga boleh ngelanggar logika juga. … Ardel: Terus jadi gereja di Amrik responnya gimana? Rey: Beda-beda. Tergantung denominasinya sama tergantung topiknya gimana. Misalnya, kalo soal ada ato ga adanya Tuhan, gereja Injili kebanyakan responnya pake argumen, misalkan: “Dunia ga abadi, berarti pasti ada awalnya, berarti pasti ada penciptanya, penciptanya ya Tuhan. Kalo ga ada Tuhan, ga mungkin ada dunia, tapi dunia kan ada, jadi Tuhan juga pasti ada.” Kalo gereja reformed di Amrik, kebanyakan mereka responnya bilang kalo mereka ga perlu argumen buat percaya kalo Tuhan itu ada. Misalnya, kalo kita percaya orang lain punya akal budi, itu kan bukan dari argumen terus ga bisa dibuktiin secara scientific. Tapi gw tetep percaya lu semua punya akal budi—kecuali Ryan—jadi beneran orang, bukan robot. Gw percaya itu tanpa argumen tapi gw tetep rasional kan. Sama aja kayak percaya adanya Tuhan. Valen: Kalo soal yang kayak evolusi 94

gitu Rey? Itu juga termasuk tantangan bukan? Rey: Ya tergantung sama gerejanya. Kalo soal evolusi bukan cuma masalah antar gereja sama dunia sekuler. Yang itu, antar gereja juga berantem. Gereja Injili di Amrik cenderung baca Kejadian secara literal, kalo gereja reformed lebih fleksibel, mereka terima evolusi, jadi menurut mereka evolusi ga membahayakan ajaran Kristen. Kan bisa aja Tuhan nyiptaiin bumi lewat evolusi. Ada lagi yang lebih seru. Kalo evolusi kan masalah gimana caranya doktrin kekristenan berdialog sama ilmu pengetahuan alam, ada juga masalah kontroversial yang cuman di gereja. Akhir-akhir ini, gereja di Amrik lagi sering ribut soal universalisme. Valen: Apaan tuh? … Rey: Universalisme lu ga tau? Valen: Ngga… Rey: Aduh Len, lu ke gereja ga sii? Masa universalisme aja ga tau? Valen: Ih! Emang gw ga tau terus kenapa? Yang laen juga pasti ga tau. Nathan, lu juga ga tau kan universalisme

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

apa? Nathan: Tau dong. Nathan! Masa ga tau. Valen: Bohong! Apaan emang? Nathan: Universalisme itu... emmm… Valen: Tuh kan! Bohong lu ga tau! Nathan: Tau! Universalisme itu ajaran kalo semua orang masuk surga. Ya ga Rey? Rey: Tuh kan! Nathan tau. Hwahaha. Hoki aja padahal lu. Iya, jadi akhirakhir ini mereka sering ribut soal itu. Ada yang bilang kalo Tuhan Maha Pengasih, ga mungkin ada orang yang masuk neraka, soalnya ga masuk akal. Ada yang cuman bilang Tuhan pengen semua orang masuk surga, terus Tuhan Maha Kuasa jadi kalo Tuhan pengen sesuatu, pasti bisa, jadi semua orang pasti masuk surga. Ada yang bilang semua orang begitu mati langsung masuk surga, ada yang bilang kalo orangnya jahat, masuk neraka dulu sampe bertobat abis itu baru masuk surga. Valen: Hah? Emang ajaran itu bener ya Rey? Rey: Ya ngga lah. Namanya aja kontroversial, kalo udah pasti bener namanya ga kontroversial! Valen: Oh iya

ya, koq lemot ya gw? … Ardel: Hahahaha. Baru nyadar ya Len? Valen: Ahh, ci Ardel koq jadi ikutan jahat juga sii? L Ryan: Lah, kan lu sendiri yang ngaku lu lemot.. Nathan: Iya, gimana sii lu? Konsisten dong. Sebenernya lu lemot apa ngga? Valen: Ah iya ya... Tapi ngga! Ga lemot! Rere: Eh, tapi koq bisa sii mereka ga setujunya soal neraka? Bukannya emang Alkitab udah bilang pasti ada orang yang masuk neraka? Itu kan bukan sembarang doktrin, ajaran penting itu. Kan ga lucu kalo kita kasi tau orang kalo neraka cuman sementara tapi taunya abadi. Rey: Makanya, ada juga orang yang cuman berharap universalisme itu bener tapi belom tentu percaya universalisme. Jadi gitu bedanya, kalo gereja di sini kan kebanyakan setuju soal ginian. Ato mungkin yang ga setuju ga berani ngomong. Yang jelas, di Indo soal-soal kontroversial kayak gini jarang dibahas. Itu salah satu bedanya gereja di sini sama gereja di sana. Pergumulan gerejanya beda. Karna kita di sini orang Kristen masih minoritas, jadi kita dalam beberapa hal lebih serikat, masih punya “musuh” yang sama. Kalo di sana, orang Kristen NAFIRI JUNI 2013

95


gara-gara percaya sama Tuhan, kan susah juga. Coba, kalo misalnya Alkitab bilang 1 + 1 = 3, masa kita disuruh percaya? Masa kita bisa nyuruh orang lain percaya Alkitab? Mau ga mau, Alkitab ga boleh ngelanggar logika juga. … Ardel: Terus jadi gereja di Amrik responnya gimana? Rey: Beda-beda. Tergantung denominasinya sama tergantung topiknya gimana. Misalnya, kalo soal ada ato ga adanya Tuhan, gereja Injili kebanyakan responnya pake argumen, misalkan: “Dunia ga abadi, berarti pasti ada awalnya, berarti pasti ada penciptanya, penciptanya ya Tuhan. Kalo ga ada Tuhan, ga mungkin ada dunia, tapi dunia kan ada, jadi Tuhan juga pasti ada.” Kalo gereja reformed di Amrik, kebanyakan mereka responnya bilang kalo mereka ga perlu argumen buat percaya kalo Tuhan itu ada. Misalnya, kalo kita percaya orang lain punya akal budi, itu kan bukan dari argumen terus ga bisa dibuktiin secara scientific. Tapi gw tetep percaya lu semua punya akal budi—kecuali Ryan—jadi beneran orang, bukan robot. Gw percaya itu tanpa argumen tapi gw tetep rasional kan. Sama aja kayak percaya adanya Tuhan. Valen: Kalo soal yang kayak evolusi 94

gitu Rey? Itu juga termasuk tantangan bukan? Rey: Ya tergantung sama gerejanya. Kalo soal evolusi bukan cuma masalah antar gereja sama dunia sekuler. Yang itu, antar gereja juga berantem. Gereja Injili di Amrik cenderung baca Kejadian secara literal, kalo gereja reformed lebih fleksibel, mereka terima evolusi, jadi menurut mereka evolusi ga membahayakan ajaran Kristen. Kan bisa aja Tuhan nyiptaiin bumi lewat evolusi. Ada lagi yang lebih seru. Kalo evolusi kan masalah gimana caranya doktrin kekristenan berdialog sama ilmu pengetahuan alam, ada juga masalah kontroversial yang cuman di gereja. Akhir-akhir ini, gereja di Amrik lagi sering ribut soal universalisme. Valen: Apaan tuh? … Rey: Universalisme lu ga tau? Valen: Ngga… Rey: Aduh Len, lu ke gereja ga sii? Masa universalisme aja ga tau? Valen: Ih! Emang gw ga tau terus kenapa? Yang laen juga pasti ga tau. Nathan, lu juga ga tau kan universalisme

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

apa? Nathan: Tau dong. Nathan! Masa ga tau. Valen: Bohong! Apaan emang? Nathan: Universalisme itu... emmm… Valen: Tuh kan! Bohong lu ga tau! Nathan: Tau! Universalisme itu ajaran kalo semua orang masuk surga. Ya ga Rey? Rey: Tuh kan! Nathan tau. Hwahaha. Hoki aja padahal lu. Iya, jadi akhirakhir ini mereka sering ribut soal itu. Ada yang bilang kalo Tuhan Maha Pengasih, ga mungkin ada orang yang masuk neraka, soalnya ga masuk akal. Ada yang cuman bilang Tuhan pengen semua orang masuk surga, terus Tuhan Maha Kuasa jadi kalo Tuhan pengen sesuatu, pasti bisa, jadi semua orang pasti masuk surga. Ada yang bilang semua orang begitu mati langsung masuk surga, ada yang bilang kalo orangnya jahat, masuk neraka dulu sampe bertobat abis itu baru masuk surga. Valen: Hah? Emang ajaran itu bener ya Rey? Rey: Ya ngga lah. Namanya aja kontroversial, kalo udah pasti bener namanya ga kontroversial! Valen: Oh iya

ya, koq lemot ya gw? … Ardel: Hahahaha. Baru nyadar ya Len? Valen: Ahh, ci Ardel koq jadi ikutan jahat juga sii? L Ryan: Lah, kan lu sendiri yang ngaku lu lemot.. Nathan: Iya, gimana sii lu? Konsisten dong. Sebenernya lu lemot apa ngga? Valen: Ah iya ya... Tapi ngga! Ga lemot! Rere: Eh, tapi koq bisa sii mereka ga setujunya soal neraka? Bukannya emang Alkitab udah bilang pasti ada orang yang masuk neraka? Itu kan bukan sembarang doktrin, ajaran penting itu. Kan ga lucu kalo kita kasi tau orang kalo neraka cuman sementara tapi taunya abadi. Rey: Makanya, ada juga orang yang cuman berharap universalisme itu bener tapi belom tentu percaya universalisme. Jadi gitu bedanya, kalo gereja di sini kan kebanyakan setuju soal ginian. Ato mungkin yang ga setuju ga berani ngomong. Yang jelas, di Indo soal-soal kontroversial kayak gini jarang dibahas. Itu salah satu bedanya gereja di sini sama gereja di sana. Pergumulan gerejanya beda. Karna kita di sini orang Kristen masih minoritas, jadi kita dalam beberapa hal lebih serikat, masih punya “musuh” yang sama. Kalo di sana, orang Kristen NAFIRI JUNI 2013

95


ga bisa dibilang minoritas, meskipun belom tentu mayoritas juga, mungkin bedanya tipis. Tapi jadinya mereka ga selalu punya “musuh” yang sama, jadi nyari musuhnya ya dari gereja lain, berantem sesama gereja deh soal doktrin. Lucu juga sii mereka kalo berantem soal ginian, bisa ribut, kayak Ryan kalo ribut ama adeknya, makanya tadi gw bilang gereja di sana lagi krisis identitas. Kadang mereka sendiri ga tau gereja tu harus ngajar apa. *Tiba-tiba, bagaikan kiriman dari surga, Peter, Raphael, dan Rigg muncul* Raphael: Eh lu pada ngapain aja dari tadi? Ditelpon satu-satu, dicariin, ga ada yang ngangkat. Nathan: Abis denger seminar, boss. Eh, Re, sekarang cowonya ada enam. Cukup ga buat pilin Ryan. Ryan: Ampunlah.. masa gw mau dipilin di restoran… harga diri gw mau diapain? Peter: Hahaha..Lu kan emang ga punya harga diri… Rigg: Kita pilin Ryan pake garpu! Sama sedotan! Valen: Rasain lu Yan. Ardel: Ryan mau dipilin ya? Hwahahaha. Untung gw ikut ke sini. *Selanjutnya, biar para pembaca yang membayangkan sendiri* 96

Sekali lagi, cerita di atas hanya fiksi belaka. Bagi para pembaca, yang berhak merasa tersinggung cuma orang-orang yang namanya saya pinjem buat jadi tokoh-tokoh. Yang namanya ga saya pake, ga perlu tersinggung ya, kan ga lucu kalo yang namanya dipake aja ga tersinggung tapi yang namanya ga dipake malah tersinggung. Beneran deh, saya bukan mau cari masalah, cuma bercanda. Nah, kalo di antara yang namanya saya pake ada yang tersinggung.. ampunilah hambamu ini. Peace, anggep aja gw kangen ama lu jadi gw pake nama lu disini. Ok? Ok. Salam dari Calvin

* Penulis adalah mahasiswa Calvin College – Grand Rapids, Michigan Amerika Serikat jurusan Filsafat dan Agama.

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

NAFIRI JUNI 2013

97


ga bisa dibilang minoritas, meskipun belom tentu mayoritas juga, mungkin bedanya tipis. Tapi jadinya mereka ga selalu punya “musuh” yang sama, jadi nyari musuhnya ya dari gereja lain, berantem sesama gereja deh soal doktrin. Lucu juga sii mereka kalo berantem soal ginian, bisa ribut, kayak Ryan kalo ribut ama adeknya, makanya tadi gw bilang gereja di sana lagi krisis identitas. Kadang mereka sendiri ga tau gereja tu harus ngajar apa. *Tiba-tiba, bagaikan kiriman dari surga, Peter, Raphael, dan Rigg muncul* Raphael: Eh lu pada ngapain aja dari tadi? Ditelpon satu-satu, dicariin, ga ada yang ngangkat. Nathan: Abis denger seminar, boss. Eh, Re, sekarang cowonya ada enam. Cukup ga buat pilin Ryan. Ryan: Ampunlah.. masa gw mau dipilin di restoran… harga diri gw mau diapain? Peter: Hahaha..Lu kan emang ga punya harga diri… Rigg: Kita pilin Ryan pake garpu! Sama sedotan! Valen: Rasain lu Yan. Ardel: Ryan mau dipilin ya? Hwahahaha. Untung gw ikut ke sini. *Selanjutnya, biar para pembaca yang membayangkan sendiri* 96

Sekali lagi, cerita di atas hanya fiksi belaka. Bagi para pembaca, yang berhak merasa tersinggung cuma orang-orang yang namanya saya pinjem buat jadi tokoh-tokoh. Yang namanya ga saya pake, ga perlu tersinggung ya, kan ga lucu kalo yang namanya dipake aja ga tersinggung tapi yang namanya ga dipake malah tersinggung. Beneran deh, saya bukan mau cari masalah, cuma bercanda. Nah, kalo di antara yang namanya saya pake ada yang tersinggung.. ampunilah hambamu ini. Peace, anggep aja gw kangen ama lu jadi gw pake nama lu disini. Ok? Ok. Salam dari Calvin

* Penulis adalah mahasiswa Calvin College – Grand Rapids, Michigan Amerika Serikat jurusan Filsafat dan Agama.

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

NAFIRI JUNI 2013

97


/ Hendro Suwito /

Mohon izin untuk menyambung sedikit mengenai Mama Gouw Su Khim, mertua saya, yang kisahnya ada di ‘Nafiri’ edisi Februari lalu. Mama Gouw, yang Desember 2012 masih sehat di usianya yang sudah 94 tahun, ternyata dipanggil pulang ke rumah Bapa Maret 2013 lalu. 98

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

Y ang menarik, pada pertengahan Februari, ketika kami mengunjungi Mama Gouw yang mulai sakit-sakitan di Pontianak, dia dengan gembira menunjukkan foto ‘headshot’ ukuran 10-R yang sudah dipigura rapi. Kami belum pernah melihat foto itu sebelumnya karena dia simpan di dalam lemari. Mama Gouw ternyata sudah membuat foto dirinya saat dia masih berusia 60 tahun – 34 tahun sebelumnya – sebagai persiapan untuk acara kematiannya. Ekspresi wajahnya di foto itu tampak tenang dan sedikit sendu. Selarik senyum tipis menghiasi bibirnya. Foto Mama Gouw ini akhirnya menjadi foto formal yang digunakan untuk memberitakan kematiannya di Koran setempat. Foto ini juga akhirnya digunakan oleh puluhan pengirim karangan bunga dan banner ungkapan bela sungkawa atas berpulangnya Mama Gouw. Bukan hanya foto. Mama Gouw juga sudah menyiapkan jubah putih dengan pelipit merah, entah berapa

tahun sebelumnya. Jubah ini akhirnya digunakan melapisi bagian luar tubuhnya saat dibaringkan dalam peti. Baru kali itu saya menyaksikan jasad yang tampak demikian anggun dan teduh berbalut jubah putih bersih berpelipit merah menyala. Mama Gouw sudah menyiapkan dirinya untuk menghadap Bapa di surga. Proses acara-acara kebaktian di rumah duka hingga pemakaman berjalan dengan sangat lancar. Beliau dimakamkan di samping almarhum suaminya Yap Kim Phun yang sudah meninggal pada tahun 1956; 57 tahun lalu. Bisa jadi, semua proses itu juga sesuai dengan apa yang sudah dibayangkan oleh Mama Gouw selama bertahun-tahun. NAFIRI JUNI 2013

99


/ Hendro Suwito /

Mohon izin untuk menyambung sedikit mengenai Mama Gouw Su Khim, mertua saya, yang kisahnya ada di ‘Nafiri’ edisi Februari lalu. Mama Gouw, yang Desember 2012 masih sehat di usianya yang sudah 94 tahun, ternyata dipanggil pulang ke rumah Bapa Maret 2013 lalu. 98

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

Y ang menarik, pada pertengahan Februari, ketika kami mengunjungi Mama Gouw yang mulai sakit-sakitan di Pontianak, dia dengan gembira menunjukkan foto ‘headshot’ ukuran 10-R yang sudah dipigura rapi. Kami belum pernah melihat foto itu sebelumnya karena dia simpan di dalam lemari. Mama Gouw ternyata sudah membuat foto dirinya saat dia masih berusia 60 tahun – 34 tahun sebelumnya – sebagai persiapan untuk acara kematiannya. Ekspresi wajahnya di foto itu tampak tenang dan sedikit sendu. Selarik senyum tipis menghiasi bibirnya. Foto Mama Gouw ini akhirnya menjadi foto formal yang digunakan untuk memberitakan kematiannya di Koran setempat. Foto ini juga akhirnya digunakan oleh puluhan pengirim karangan bunga dan banner ungkapan bela sungkawa atas berpulangnya Mama Gouw. Bukan hanya foto. Mama Gouw juga sudah menyiapkan jubah putih dengan pelipit merah, entah berapa

tahun sebelumnya. Jubah ini akhirnya digunakan melapisi bagian luar tubuhnya saat dibaringkan dalam peti. Baru kali itu saya menyaksikan jasad yang tampak demikian anggun dan teduh berbalut jubah putih bersih berpelipit merah menyala. Mama Gouw sudah menyiapkan dirinya untuk menghadap Bapa di surga. Proses acara-acara kebaktian di rumah duka hingga pemakaman berjalan dengan sangat lancar. Beliau dimakamkan di samping almarhum suaminya Yap Kim Phun yang sudah meninggal pada tahun 1956; 57 tahun lalu. Bisa jadi, semua proses itu juga sesuai dengan apa yang sudah dibayangkan oleh Mama Gouw selama bertahun-tahun. NAFIRI JUNI 2013

99


Ketika jam kehidupan berhenti berdetak apakah kita sudah siap menyambutnya? Tuhan Yesus, dengan misi suciNya untuk menyelamatkan manusia, menyampaikan informasi tentang kematian-Nya kepada murid-muridNya. Yesus bergumul hingga mencucurkan peluh yang bagai darah di Taman Getsemani karena menyadari bahwa kematian-Nya sudah makin dekat. Masalahnya, murid-muridNya tak mau peduli dan tidak siap menghadapi kematian Gurunya. Usianya memang masih demikian muda. Tabu Kematian tidak mungkin tidak dialami oleh kita semua. Tetapi, bagi banyak di antara kita, membicarakan tentang kematian adalah hal yang tabu. Kita tidak ingin cepat-cepat memikirkan kematian, walaupun kita tahu kematian bisa datang kapan saja, tak peduli berapa usia kita saat ini. Selain kematian Mama Gouw, dalam bulan-bulan terakhir ini saya juga dihadapkan pada kisah kematian yang lain. Awal Mei, saya mendapat kiriman buku peringatan reuni kawan-kawan sekelas saya ketika kami masih di SMP di Surabaya. Lebih dari 20 teman kelas saya berkumpul di SMP Kristen Petra di 100

Jalan Embong Wungu Desember 2012 lalu dan bertemu dengan sejumlah guru-guru yang mengajar kami antara tahun 1971 hingga 1973; sekitar 40 tahun lalu. Saya sendiri berhalangan hadir pada acara ini. Buku kenangan reuni ini dihiasi dengan foto teman-teman saya yang usianya sekarang sudah kepala lima. Sejumlah guru kami yang hadir sudah berkisar 70-80 tahun usianya. Yang membuat saya terhenyak ketika membuka-buka buku ini adalah informasi bahwa sudah tujuh teman kami yang meninggal dunia. Selama ini, saya hanya tahu dua teman kami meninggal ketika mereka masih SMP-SMA dulu. Yang satu adalah anak pendeta yang meninggal karena sakit. Satunya lagi meninggal karena kecelakaan sepeda motor. Tetapi, ternyata ada lima lagi yang telah meninggal. Dan satu di antaranya adalah teman akrab saya yang dulu sering mengajak saya menonton filmfilm Hong Kong di masa jaya Ti Lung, David Chiang, Chen Chen, Lin Ching Hsia, Chin Han dan Chin Hsiang Lin. Benar-benar informasi yang sangat mengagetkan. Apakah mereka meninggal dengan persiapan yang memadai? Moga-moga begitu. Beberapa hari sebelum tulisan

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

ini dibuat, saya dan Liena, istri saya, sempat menonton sebuah film yang mengisahkan tentang seorang istri yang mati muda karena kanker. Menjelang kematiannya, dia menulis beberapa surat, antara lain untuk suami terkasih dan kedua anaknya. Yang menarik, dia juga menulis sebuah surat yang di amplopnya diberi tulisan: “To Her”. Surat ini ditujukan kepada perempuan yang akan dipilih oleh suaminya jika suatu saat dia menemukan seorang pribadi yang dianggap sesuai. Beberapa tahun kemudian, ketika akhirnya suaminya menemukan seorang perempuan yang dianggap tepat untuk diperistri, surat itu akhirnya disampaikan kepada calon istrinya. Isi surat itu adalah keyakinan sang almarhumah bahwa suaminya telah membuat pilihan yang tepat dan mendoakan agar mereka memiliki kehidupan keluarga yang penuh kasih.

to

Her

Mungkin kisah di film ini terasa masih agak ekstrem bagi kita. Tetapi, pesan yang ingin disampaikan rasanya sangat berharga untuk kita cerna lebih mendalam. Bagaimana seharusnya kita menyikapi kematian kita? Apa saja yang perlu kita persiapkan agar kematian kita dapat menjadi berkat bagi orang-orang lain? Tentunya kita tidak ingin kematian kita justru membawa suasana kisruh dan bahkan merusak hubungan antar anggota keluarga yang masih hidup. Ada tetangga kakek-nenek saya di Blora dulu yang mengalami hal seperti ini. Ketika sang Mama yang usianya sekitar 65 tahun mendadak meninggal, tiga anaknya justru ‘berperang’ memperebutkan harta Mama mereka. ‘Perang’ bahkan sudah dimulai hanya beberapa jam setelah Mama mereka dimakamkan. Saya yang masih berusia 10 tahun sempat ikut mendengarkan sendiri perang mulut di rumah tetangga kami ini. Tetapi, saya tidak tahu bagaimana akhir dari perebutan warisan itu. Tentunya bukan kematian yang seperti ini yang ingin kita alami, bukan? Itu sebabnya, sangat bijaksana kalau kita – berapapun usia kita – mulai mengomunikasikan apa yang kita harapkan kalau tiba-tiba jam kehidupan kita berhenti berdetak. NAFIRI JUNI 2013

101


Ketika jam kehidupan berhenti berdetak apakah kita sudah siap menyambutnya? Tuhan Yesus, dengan misi suciNya untuk menyelamatkan manusia, menyampaikan informasi tentang kematian-Nya kepada murid-muridNya. Yesus bergumul hingga mencucurkan peluh yang bagai darah di Taman Getsemani karena menyadari bahwa kematian-Nya sudah makin dekat. Masalahnya, murid-muridNya tak mau peduli dan tidak siap menghadapi kematian Gurunya. Usianya memang masih demikian muda. Tabu Kematian tidak mungkin tidak dialami oleh kita semua. Tetapi, bagi banyak di antara kita, membicarakan tentang kematian adalah hal yang tabu. Kita tidak ingin cepat-cepat memikirkan kematian, walaupun kita tahu kematian bisa datang kapan saja, tak peduli berapa usia kita saat ini. Selain kematian Mama Gouw, dalam bulan-bulan terakhir ini saya juga dihadapkan pada kisah kematian yang lain. Awal Mei, saya mendapat kiriman buku peringatan reuni kawan-kawan sekelas saya ketika kami masih di SMP di Surabaya. Lebih dari 20 teman kelas saya berkumpul di SMP Kristen Petra di 100

Jalan Embong Wungu Desember 2012 lalu dan bertemu dengan sejumlah guru-guru yang mengajar kami antara tahun 1971 hingga 1973; sekitar 40 tahun lalu. Saya sendiri berhalangan hadir pada acara ini. Buku kenangan reuni ini dihiasi dengan foto teman-teman saya yang usianya sekarang sudah kepala lima. Sejumlah guru kami yang hadir sudah berkisar 70-80 tahun usianya. Yang membuat saya terhenyak ketika membuka-buka buku ini adalah informasi bahwa sudah tujuh teman kami yang meninggal dunia. Selama ini, saya hanya tahu dua teman kami meninggal ketika mereka masih SMP-SMA dulu. Yang satu adalah anak pendeta yang meninggal karena sakit. Satunya lagi meninggal karena kecelakaan sepeda motor. Tetapi, ternyata ada lima lagi yang telah meninggal. Dan satu di antaranya adalah teman akrab saya yang dulu sering mengajak saya menonton filmfilm Hong Kong di masa jaya Ti Lung, David Chiang, Chen Chen, Lin Ching Hsia, Chin Han dan Chin Hsiang Lin. Benar-benar informasi yang sangat mengagetkan. Apakah mereka meninggal dengan persiapan yang memadai? Moga-moga begitu. Beberapa hari sebelum tulisan

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

ini dibuat, saya dan Liena, istri saya, sempat menonton sebuah film yang mengisahkan tentang seorang istri yang mati muda karena kanker. Menjelang kematiannya, dia menulis beberapa surat, antara lain untuk suami terkasih dan kedua anaknya. Yang menarik, dia juga menulis sebuah surat yang di amplopnya diberi tulisan: “To Her”. Surat ini ditujukan kepada perempuan yang akan dipilih oleh suaminya jika suatu saat dia menemukan seorang pribadi yang dianggap sesuai. Beberapa tahun kemudian, ketika akhirnya suaminya menemukan seorang perempuan yang dianggap tepat untuk diperistri, surat itu akhirnya disampaikan kepada calon istrinya. Isi surat itu adalah keyakinan sang almarhumah bahwa suaminya telah membuat pilihan yang tepat dan mendoakan agar mereka memiliki kehidupan keluarga yang penuh kasih.

to

Her

Mungkin kisah di film ini terasa masih agak ekstrem bagi kita. Tetapi, pesan yang ingin disampaikan rasanya sangat berharga untuk kita cerna lebih mendalam. Bagaimana seharusnya kita menyikapi kematian kita? Apa saja yang perlu kita persiapkan agar kematian kita dapat menjadi berkat bagi orang-orang lain? Tentunya kita tidak ingin kematian kita justru membawa suasana kisruh dan bahkan merusak hubungan antar anggota keluarga yang masih hidup. Ada tetangga kakek-nenek saya di Blora dulu yang mengalami hal seperti ini. Ketika sang Mama yang usianya sekitar 65 tahun mendadak meninggal, tiga anaknya justru ‘berperang’ memperebutkan harta Mama mereka. ‘Perang’ bahkan sudah dimulai hanya beberapa jam setelah Mama mereka dimakamkan. Saya yang masih berusia 10 tahun sempat ikut mendengarkan sendiri perang mulut di rumah tetangga kami ini. Tetapi, saya tidak tahu bagaimana akhir dari perebutan warisan itu. Tentunya bukan kematian yang seperti ini yang ingin kita alami, bukan? Itu sebabnya, sangat bijaksana kalau kita – berapapun usia kita – mulai mengomunikasikan apa yang kita harapkan kalau tiba-tiba jam kehidupan kita berhenti berdetak. NAFIRI JUNI 2013

101


Ngalup-alup Di kalangan orang Jawa membicarakan kematian masih dianggap tabu. Koq ngalup-alup: mengapa membicarakan hal-hal yang tidak diharapkan terjadi; nanti malah benar-benar terjadi.

102

Sebagai pengikut Kristus, dan yang meyakini keselamatan dalam penebusan-Nya, kematian seharusnya disambut dengan kepala tegak karena kematian adalah gerbang menuju kesatuan dan kebersamaan sejati dengan Tuhan kita. Itu sebabnya, tak berlebihan kiranya kalau kita sudah menyiapkan hal-hal yang perlu agar kematian kita berjalan sesuai dengan apa yang kita harapkan. Kakek-nenek saya dulu juga sudah menyiapkan dua terbelo (peti mati gaya China) di halaman samping rumahnya, jauh sebelum mereka meninggal. Terbelo-terbelo itu akhirnya digunakan bagi mereka saat kematian mereka tiba. S a y a pribadi juga sudah bertahun-tahun memberi pesan (sounding) kepada

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

istri dan anak-anak saya tentang apa yang saya inginkan kalau saya mendadak meninggal. Di antara pesan lisan yang saya sampaikan adalah agar tubuh saya dikremasi dan abunya ditaburkan di sebuah taman. Rasanya nyaman sekali membayangkan sisa-sisa jasad saya menyatu dengan tanah atau terbawa terbang bersama angin di lapangan dengan rerumputan hijau segar. Agak susah membayangkan abu jasad saya ditaburkan ke laut… Rasanya keder dan agak ngeri karena saya tidak pandai berenang. (Tolong jangan ditertawakan terlalu keras di bagian ini ya). Kematian adalah akhir kehidupan kita di dunia ini dan awal kebahagiaan

sejati bersama Tuhan. Itu adalah ajaran luar biasa yang kita yakini saat kita menyambut kasih dan karunia penebusan Kristus. Tetapi, sebagai manusia dengan segala keterbatasannya, rasanya boleh saja kalau saya mencoba memilih apa yang saya anggap paling sesuai untuk kematian saya sendiri. Dan seperti Mama Gouw, mungkin saya juga akan menyiapkan foto untuk proses perkabungan saya. Tetapi, saya akan memilih foto dengan tawa yang merekah ceria. Bukankah di sana tak ada tangis dan duka lagi? Bukankah kematian adalah saatnya untuk merayakan kemenangan kita?

NAFIRI JUNI 2013

103


Ngalup-alup Di kalangan orang Jawa membicarakan kematian masih dianggap tabu. Koq ngalup-alup: mengapa membicarakan hal-hal yang tidak diharapkan terjadi; nanti malah benar-benar terjadi.

102

Sebagai pengikut Kristus, dan yang meyakini keselamatan dalam penebusan-Nya, kematian seharusnya disambut dengan kepala tegak karena kematian adalah gerbang menuju kesatuan dan kebersamaan sejati dengan Tuhan kita. Itu sebabnya, tak berlebihan kiranya kalau kita sudah menyiapkan hal-hal yang perlu agar kematian kita berjalan sesuai dengan apa yang kita harapkan. Kakek-nenek saya dulu juga sudah menyiapkan dua terbelo (peti mati gaya China) di halaman samping rumahnya, jauh sebelum mereka meninggal. Terbelo-terbelo itu akhirnya digunakan bagi mereka saat kematian mereka tiba. S a y a pribadi juga sudah bertahun-tahun memberi pesan (sounding) kepada

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

istri dan anak-anak saya tentang apa yang saya inginkan kalau saya mendadak meninggal. Di antara pesan lisan yang saya sampaikan adalah agar tubuh saya dikremasi dan abunya ditaburkan di sebuah taman. Rasanya nyaman sekali membayangkan sisa-sisa jasad saya menyatu dengan tanah atau terbawa terbang bersama angin di lapangan dengan rerumputan hijau segar. Agak susah membayangkan abu jasad saya ditaburkan ke laut… Rasanya keder dan agak ngeri karena saya tidak pandai berenang. (Tolong jangan ditertawakan terlalu keras di bagian ini ya). Kematian adalah akhir kehidupan kita di dunia ini dan awal kebahagiaan

sejati bersama Tuhan. Itu adalah ajaran luar biasa yang kita yakini saat kita menyambut kasih dan karunia penebusan Kristus. Tetapi, sebagai manusia dengan segala keterbatasannya, rasanya boleh saja kalau saya mencoba memilih apa yang saya anggap paling sesuai untuk kematian saya sendiri. Dan seperti Mama Gouw, mungkin saya juga akan menyiapkan foto untuk proses perkabungan saya. Tetapi, saya akan memilih foto dengan tawa yang merekah ceria. Bukankah di sana tak ada tangis dan duka lagi? Bukankah kematian adalah saatnya untuk merayakan kemenangan kita?

NAFIRI JUNI 2013

103


KESAKSIAN

I a masih belia, baru saja menginjak usia ke-27 pada April lalu.

Namun, pengalaman hidup yang amat dramatis telah dijalani di usia mudanya. Kini, sebagai janda yang usia perkawinannya tak sampai 2 tahun, ia mantap memilih tinggal di rumah mertua yang berbeda budaya dan etnik dengannya. Ikutilah kisah “Rut dan Naomi” modern, yang dituturkan dengan tenang dan tegar oleh Tissa Aprilina dan Ibu Lily Gan, mama mertuanya, di rumah mereka yang nyaman di Vila Melati Mas, Serpong.

/ Anton Utomo /

TISSA APRILIANA

104

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

Cinta Merekah di Kota Kretek Lahir sebagai putri suku Jawa di kota Kediri, Jawa Timur, Tissa sejak kecil rajin ikut kebaktian di GKT (Gereja Kristus Tuhan) Kediri. Ayahnya yang seorang Muslim tidak keberatan Tissa diajak sang mama yang Kristen beribadah di gereja. Bagi sang ayah, sepanjang mengajarkan pendidikan moral yang baik, ia tidak keberatan agama yang dipilih anak-anaknya. Meski banyak bergaul dengan warga Tionghoa di gereja, namun sebagaimana warga pribumi lainnya, ia juga punya pandangan yang sama terhadap orang Tionghoa: mereka

sombong dan cenderung memandang rendah warga pribumi. Stereotype itu yang masih melekat di hatinya saat pertama kali bertemu dengan Johan, pemuda yang kelak jadi kekasih hatinya. Perkenalan dengan Johan terjadi kebetulan, karena mereka dipertemukan Tuhan di dalam perusahaan yang sama di Kediri. Saat itu Johan ‘dikirim’ keluarganya ke kota kecil di Jawa Timur itu agar ia terputus dari pergaulan yang telah menjerumuskannya dalam dunia narkoba di ibu kota. Kebetulan ada kerabat dekat yang memiliki perusahaan di Kediri yang membutuhkan seorang pengawas lapangan. NAFIRI JUNI 2013

105


KESAKSIAN

I a masih belia, baru saja menginjak usia ke-27 pada April lalu.

Namun, pengalaman hidup yang amat dramatis telah dijalani di usia mudanya. Kini, sebagai janda yang usia perkawinannya tak sampai 2 tahun, ia mantap memilih tinggal di rumah mertua yang berbeda budaya dan etnik dengannya. Ikutilah kisah “Rut dan Naomi” modern, yang dituturkan dengan tenang dan tegar oleh Tissa Aprilina dan Ibu Lily Gan, mama mertuanya, di rumah mereka yang nyaman di Vila Melati Mas, Serpong.

/ Anton Utomo /

TISSA APRILIANA

104

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

Cinta Merekah di Kota Kretek Lahir sebagai putri suku Jawa di kota Kediri, Jawa Timur, Tissa sejak kecil rajin ikut kebaktian di GKT (Gereja Kristus Tuhan) Kediri. Ayahnya yang seorang Muslim tidak keberatan Tissa diajak sang mama yang Kristen beribadah di gereja. Bagi sang ayah, sepanjang mengajarkan pendidikan moral yang baik, ia tidak keberatan agama yang dipilih anak-anaknya. Meski banyak bergaul dengan warga Tionghoa di gereja, namun sebagaimana warga pribumi lainnya, ia juga punya pandangan yang sama terhadap orang Tionghoa: mereka

sombong dan cenderung memandang rendah warga pribumi. Stereotype itu yang masih melekat di hatinya saat pertama kali bertemu dengan Johan, pemuda yang kelak jadi kekasih hatinya. Perkenalan dengan Johan terjadi kebetulan, karena mereka dipertemukan Tuhan di dalam perusahaan yang sama di Kediri. Saat itu Johan ‘dikirim’ keluarganya ke kota kecil di Jawa Timur itu agar ia terputus dari pergaulan yang telah menjerumuskannya dalam dunia narkoba di ibu kota. Kebetulan ada kerabat dekat yang memiliki perusahaan di Kediri yang membutuhkan seorang pengawas lapangan. NAFIRI JUNI 2013

105


Berbeda dengan pandangannya selama ini, Tissa melihat sosok Johan, pemuda Tionghoa rekan sekerjanya, amat ramah, penuh perhatian kepada bawahan dan sangat membuka diri. Tanpa gengsi dan malu diceritakannya masa lalunya kepada Tissa, padahal saat itu mereka hanya sebatas teman kerja. Johan pun tak menolak ketika diajak ke gereja, apalagi lokasi GKT sangat dekat dengan tempat kosnya. Melalui pertemanan di perusahaan, cinta keduanya mulai bersemi. Tissa mengenang, salah satu hal yang membuat hatinya luluh saat Johan ‘mendekatinya’ adalah kepribadian Johan yang dewasa. Selama ini Tissa mengaku sebagai seorang yang keras kepala. Apa yang sudah menjadi prinsipnya tidak bisa diganggu gugat siapa pun. Namun, sikap Johan yang tenang dan matang, bisa menaklukkan kekerasan hatinya. Masih diingatnya, pada suatu siang Johan membelikan makan siang untuk beberapa bawahannya. Tissa yang memiliki latar belakang finance dan saat itu pun memegang bidang keuangan di perusahaan sempat mengingatkan Johan, bahwa tidak seharusnya ia memboroskan uang untuk hal semacam itu. Namun, penjelasan Johan yang lembut akan kasih yang nyata dalam perbuatan kepada 106

sesama yang hidup berkekurangan, membuatnya semakin mengagumi pemuda itu. Sampai saat terakhir kehidupannya, Johan konsisten dengan sikapnya yang murah hati kepada kaum yang lemah. Setelah melewati beragam penghalang berupa ketidaksetujuan kedua keluarga besar mereka, akhirnya Tuhan mempersatukan Johan dan Tissa dalam pernikahan kudus di Country Club Gading Serpong. Pdt Joni Sugicahyono memberkati pernikahan mereka pada 15 April 2011. Itulah pasangan lintas etnis dan budaya, seorang gadis Jawa asli dipersunting pemuda Tionghoa. Bagaimana kedua budaya dan etnis yang berbeda ini dapat dipersatukan? Ibu Lily bertutur, sebenarnya bagi dia pribadi, pilihan suku dan etnis seseorang tak sepenting iman kepercayaannya. Sepanjang yang dipilihnya adalah gadis Kristen, ia dapat menerimanya. Hanya saja, kecemasannya saat itu adalah ia meragukan cinta tulus Johan kepada Tissa. Disangkanya, Johan yang pernah pacaran dengan beberapa gadis kota besar ini hanya ingin mempermainkan Tissa, yang dimatanya tampak bagai gadis lugu dari desa. Memang ada kakak Tissa yang menentang hubungan mereka. Namun, apa yang disatukan Tuhan tak boleh dan tak dapat diceraikan manusia.

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

Lambat laun kedua keluarga besar mereka melihat bahwa cinta kasih mereka benar-benar tulus. Keluarga Tissa, termasuk sang kakak, melihat kasih yang tulus dalam keluarga Johan. Bahkan, di malam perkawinan mereka, kakak perempuannya sempat mendatanginya dan minta maaf. Ia terharu bahwa keluarga Johan, termasuk adik dan kakaknya sangat ramah dan memperlakukan mereka seperti layaknya keluarga. Usai menikah, Johan dan Tissa tinggal bersama papa David dan mama Lily di Vila Melati Mas. Keduanya turut bekerja di perusahaan milik Pak David.

Awal Malapetaka Beberapa bulan setelah menikah, Johan ditawari Dicky, kakak Johan, mengawasi bisnis batu bara di Kalimantan. Dicky bersama beberapa rekan bisnisnya memerlukan tenaga pengawas yang ‘tangguh’ di area pertambangan batu bara yang kompleks dan penuh tantangan itu. Walaupun harus bermandi peluh dan kulit hitam legam, Johan menikmati pekerjaannya. Ketika bisnis batu bara mulai menurun tahun lalu, Tissa mengingatnya sebagai awal dari ‘bencana’ yang menimpa keluarganya. Perusahaan batu bara yang ditangani Johan tidak diteruskan oleh kakak Johan dan para partner-nya karena dianggap sudah tidak menguntungkan lagi. Johan dilanda stress karena kehilangan pekerjaan yang sangat dicintainya. Walau perusahaan Pak David, sang papa, siap menampungnya, ia merasa tidak terlalu berperan di sana. Semua pekerjaan di perusahaan itu sudah berjalan dengan baik tanpa kehadirannya. Kehadiran teknologi di era digital saat ini terkadang memang bisa berdampak buruk bagi sebagian orang. Demikian pula bagi Johan. Di waktu luangnya, ia mulai menjalin kontak kembali dengan teman-teman lamanya NAFIRI JUNI 2013

107


Berbeda dengan pandangannya selama ini, Tissa melihat sosok Johan, pemuda Tionghoa rekan sekerjanya, amat ramah, penuh perhatian kepada bawahan dan sangat membuka diri. Tanpa gengsi dan malu diceritakannya masa lalunya kepada Tissa, padahal saat itu mereka hanya sebatas teman kerja. Johan pun tak menolak ketika diajak ke gereja, apalagi lokasi GKT sangat dekat dengan tempat kosnya. Melalui pertemanan di perusahaan, cinta keduanya mulai bersemi. Tissa mengenang, salah satu hal yang membuat hatinya luluh saat Johan ‘mendekatinya’ adalah kepribadian Johan yang dewasa. Selama ini Tissa mengaku sebagai seorang yang keras kepala. Apa yang sudah menjadi prinsipnya tidak bisa diganggu gugat siapa pun. Namun, sikap Johan yang tenang dan matang, bisa menaklukkan kekerasan hatinya. Masih diingatnya, pada suatu siang Johan membelikan makan siang untuk beberapa bawahannya. Tissa yang memiliki latar belakang finance dan saat itu pun memegang bidang keuangan di perusahaan sempat mengingatkan Johan, bahwa tidak seharusnya ia memboroskan uang untuk hal semacam itu. Namun, penjelasan Johan yang lembut akan kasih yang nyata dalam perbuatan kepada 106

sesama yang hidup berkekurangan, membuatnya semakin mengagumi pemuda itu. Sampai saat terakhir kehidupannya, Johan konsisten dengan sikapnya yang murah hati kepada kaum yang lemah. Setelah melewati beragam penghalang berupa ketidaksetujuan kedua keluarga besar mereka, akhirnya Tuhan mempersatukan Johan dan Tissa dalam pernikahan kudus di Country Club Gading Serpong. Pdt Joni Sugicahyono memberkati pernikahan mereka pada 15 April 2011. Itulah pasangan lintas etnis dan budaya, seorang gadis Jawa asli dipersunting pemuda Tionghoa. Bagaimana kedua budaya dan etnis yang berbeda ini dapat dipersatukan? Ibu Lily bertutur, sebenarnya bagi dia pribadi, pilihan suku dan etnis seseorang tak sepenting iman kepercayaannya. Sepanjang yang dipilihnya adalah gadis Kristen, ia dapat menerimanya. Hanya saja, kecemasannya saat itu adalah ia meragukan cinta tulus Johan kepada Tissa. Disangkanya, Johan yang pernah pacaran dengan beberapa gadis kota besar ini hanya ingin mempermainkan Tissa, yang dimatanya tampak bagai gadis lugu dari desa. Memang ada kakak Tissa yang menentang hubungan mereka. Namun, apa yang disatukan Tuhan tak boleh dan tak dapat diceraikan manusia.

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

Lambat laun kedua keluarga besar mereka melihat bahwa cinta kasih mereka benar-benar tulus. Keluarga Tissa, termasuk sang kakak, melihat kasih yang tulus dalam keluarga Johan. Bahkan, di malam perkawinan mereka, kakak perempuannya sempat mendatanginya dan minta maaf. Ia terharu bahwa keluarga Johan, termasuk adik dan kakaknya sangat ramah dan memperlakukan mereka seperti layaknya keluarga. Usai menikah, Johan dan Tissa tinggal bersama papa David dan mama Lily di Vila Melati Mas. Keduanya turut bekerja di perusahaan milik Pak David.

Awal Malapetaka Beberapa bulan setelah menikah, Johan ditawari Dicky, kakak Johan, mengawasi bisnis batu bara di Kalimantan. Dicky bersama beberapa rekan bisnisnya memerlukan tenaga pengawas yang ‘tangguh’ di area pertambangan batu bara yang kompleks dan penuh tantangan itu. Walaupun harus bermandi peluh dan kulit hitam legam, Johan menikmati pekerjaannya. Ketika bisnis batu bara mulai menurun tahun lalu, Tissa mengingatnya sebagai awal dari ‘bencana’ yang menimpa keluarganya. Perusahaan batu bara yang ditangani Johan tidak diteruskan oleh kakak Johan dan para partner-nya karena dianggap sudah tidak menguntungkan lagi. Johan dilanda stress karena kehilangan pekerjaan yang sangat dicintainya. Walau perusahaan Pak David, sang papa, siap menampungnya, ia merasa tidak terlalu berperan di sana. Semua pekerjaan di perusahaan itu sudah berjalan dengan baik tanpa kehadirannya. Kehadiran teknologi di era digital saat ini terkadang memang bisa berdampak buruk bagi sebagian orang. Demikian pula bagi Johan. Di waktu luangnya, ia mulai menjalin kontak kembali dengan teman-teman lamanya NAFIRI JUNI 2013

107


melalui media sosial Facebook dan Twitter. Akibatnya bisa diduga, kenangan masa lalu mulai ‘hadir’ kembali. Kontak online berlanjut dengan ‘temu offline’. Aroma obatobat terlarang pun mulai menggoda lagi. Johan kembali mengkonsumsi narkoba, kendati tidak secara rutin dan tentu saja tidak di depan istri dan keluarganya. Hari Selasa, 18 Desember 2012, adalah tanggal yang akan dikenang Tissa sebagai hari yang membuat hidup keluarganya tak pernah sama lagi. Kisahnya dimulai saat Johan mengantar Tissa dan saudara sepupunya berbelanja ke Pondok Indah Mall (PIM). Saudara sepupu Johan dan anak-anaknya hendak berangkat ke China esok harinya, sehingga hari itu Tissa dan Johan mengantar mereka membeli berbagai keperluan. Ketika Johan sedang sendirian menunggu mereka berbelanja, tibatiba ia teringat akan seorang kawan lama yang memiliki hutang kepadanya. Kebetulan, beberapa hari lagi mama dan papa Johan akan berangkat ke Kanada. Ia dan Tissa juga merencanakan liburan Natal ke Bandung. Untuk menambah 108

uang saku, iseng-iseng diteleponnya kawan yang berhutang padanya itu. Sang kawan bersedia membayar, namun harus mencairkan dulu bilyet giro yang didapatnya dari orang lain. Maka ia datang menjemput Johan di lobby mall, kemudian mereka meluncur ke sebuah Bank di kawasan itu. Namun apa mau dikata, ternyata giro tersebut tak dapat dicairkan karena belum jatuh tempo. Sebelum mengantarkan Johan kembali ke PIM, sang kawan mengajaknya untuk mengambil sebuah ‘barang’ di suatu tempat. Setelah ‘barang’ tersebut di tangan, mereka meluncur ke PIM. Sebagai tanda terimakasih karena telah ikut mengantar, kawan Johan menghadiahkan bagian kecil dari ‘barang’ itu, hanya seberat 0,3 gram. Tak pernah disangka, itulah 0,3 gram yang akan mengantarnya ke jeruji besi sampai akhir hidupnya. Begitu turun dari mobil, sekawanan polisi yang rupanya telah menguntit mereka, langsung menangkap keduanya, tepat di depan lobby Mal PIM1. Mereka tertangkap tangan memiliki obat terlarang! Hari itu Tissa dan saudaranya menunggu di PIM 2 sampai sore hari. Dalam kecemasannya, hati Tissa merasa ada sesuatu yang tidak beres dengan Johan. Tetapi ditepisnya pikiran

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

itu. Akhirnya mereka pulang naik taksi setelah tak berhasil mengontak Johan dan tak mengetahui keberadaannya. Malam itu, dalam doanya ia memohon Tuhan menunjukkan keberadaan Johan. Ia siap menerima apa pun yang terjadi pada Johan. Barulah keesokan harinya doanya terjawab. Johan berada di kantor polisi, tepatnya di Polres Jakarta Selatan. Bagi Tissa, hari-hari panjang penuh perjuangan telah dimulai. Berjuang Bersama dengan Kasih dan Kuasa Tuhan Ketika menginjakkan kaki pertama kali di kantor polisi, Tissa adalah seorang istri yang polos, penuh keraguan dan tak memiliki kepercayaan diri. Rekan-rekan gereja dan Hamba Tuhan bergiliran mengantarnya, menghadapi situasi penuh tekanan yang tak pernah terpikirkan sama sekali dalam hidupnya. Situasi sulit pertama yang terjadi adalah saat harus memutuskan apakah akan “menebus” Johan agar bisa dilepaskan. Ia dan keluarga hanya punya waktu 2 x 24 jam untuk memutuskan. Jumlah uang yang harus dibayarkan memang sangat besar, namun bukan hal itu yang J

paling mengganggunya. Yang paling mengusik hatinya adalah: Apakah Tuhan berkenan anak-Nya melakukan penyuapan? Ibu Lily Gan, yang mendampingi Tissa selama wawancara dengan NAFIRI, turut bertutur, ”Malam itu saya menangis dan menjerit dihadapan Tuhan: Tuhan, ambillah hidup hambaMu malam ini daripada harus memutuskan hal yang maha berat bagi anakku ini.” Ia kemudian melanjutkan, bahwa malam itu hatinya hancur tersayat-sayat saat berkata tidak untuk tindak penyuapan demi bebasnya Johan. Tissa juga sempat histeris saat keesokan harinya harus menghadap polisi dan menyampaikan keputusan keluarga. Dalam keadaan yang berat itu, Tissa merasakan Roh Kudus telah

ohan (alm

) NAFIRI JUNI 2013

109


melalui media sosial Facebook dan Twitter. Akibatnya bisa diduga, kenangan masa lalu mulai ‘hadir’ kembali. Kontak online berlanjut dengan ‘temu offline’. Aroma obatobat terlarang pun mulai menggoda lagi. Johan kembali mengkonsumsi narkoba, kendati tidak secara rutin dan tentu saja tidak di depan istri dan keluarganya. Hari Selasa, 18 Desember 2012, adalah tanggal yang akan dikenang Tissa sebagai hari yang membuat hidup keluarganya tak pernah sama lagi. Kisahnya dimulai saat Johan mengantar Tissa dan saudara sepupunya berbelanja ke Pondok Indah Mall (PIM). Saudara sepupu Johan dan anak-anaknya hendak berangkat ke China esok harinya, sehingga hari itu Tissa dan Johan mengantar mereka membeli berbagai keperluan. Ketika Johan sedang sendirian menunggu mereka berbelanja, tibatiba ia teringat akan seorang kawan lama yang memiliki hutang kepadanya. Kebetulan, beberapa hari lagi mama dan papa Johan akan berangkat ke Kanada. Ia dan Tissa juga merencanakan liburan Natal ke Bandung. Untuk menambah 108

uang saku, iseng-iseng diteleponnya kawan yang berhutang padanya itu. Sang kawan bersedia membayar, namun harus mencairkan dulu bilyet giro yang didapatnya dari orang lain. Maka ia datang menjemput Johan di lobby mall, kemudian mereka meluncur ke sebuah Bank di kawasan itu. Namun apa mau dikata, ternyata giro tersebut tak dapat dicairkan karena belum jatuh tempo. Sebelum mengantarkan Johan kembali ke PIM, sang kawan mengajaknya untuk mengambil sebuah ‘barang’ di suatu tempat. Setelah ‘barang’ tersebut di tangan, mereka meluncur ke PIM. Sebagai tanda terimakasih karena telah ikut mengantar, kawan Johan menghadiahkan bagian kecil dari ‘barang’ itu, hanya seberat 0,3 gram. Tak pernah disangka, itulah 0,3 gram yang akan mengantarnya ke jeruji besi sampai akhir hidupnya. Begitu turun dari mobil, sekawanan polisi yang rupanya telah menguntit mereka, langsung menangkap keduanya, tepat di depan lobby Mal PIM1. Mereka tertangkap tangan memiliki obat terlarang! Hari itu Tissa dan saudaranya menunggu di PIM 2 sampai sore hari. Dalam kecemasannya, hati Tissa merasa ada sesuatu yang tidak beres dengan Johan. Tetapi ditepisnya pikiran

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

itu. Akhirnya mereka pulang naik taksi setelah tak berhasil mengontak Johan dan tak mengetahui keberadaannya. Malam itu, dalam doanya ia memohon Tuhan menunjukkan keberadaan Johan. Ia siap menerima apa pun yang terjadi pada Johan. Barulah keesokan harinya doanya terjawab. Johan berada di kantor polisi, tepatnya di Polres Jakarta Selatan. Bagi Tissa, hari-hari panjang penuh perjuangan telah dimulai. Berjuang Bersama dengan Kasih dan Kuasa Tuhan Ketika menginjakkan kaki pertama kali di kantor polisi, Tissa adalah seorang istri yang polos, penuh keraguan dan tak memiliki kepercayaan diri. Rekan-rekan gereja dan Hamba Tuhan bergiliran mengantarnya, menghadapi situasi penuh tekanan yang tak pernah terpikirkan sama sekali dalam hidupnya. Situasi sulit pertama yang terjadi adalah saat harus memutuskan apakah akan “menebus” Johan agar bisa dilepaskan. Ia dan keluarga hanya punya waktu 2 x 24 jam untuk memutuskan. Jumlah uang yang harus dibayarkan memang sangat besar, namun bukan hal itu yang J

paling mengganggunya. Yang paling mengusik hatinya adalah: Apakah Tuhan berkenan anak-Nya melakukan penyuapan? Ibu Lily Gan, yang mendampingi Tissa selama wawancara dengan NAFIRI, turut bertutur, ”Malam itu saya menangis dan menjerit dihadapan Tuhan: Tuhan, ambillah hidup hambaMu malam ini daripada harus memutuskan hal yang maha berat bagi anakku ini.” Ia kemudian melanjutkan, bahwa malam itu hatinya hancur tersayat-sayat saat berkata tidak untuk tindak penyuapan demi bebasnya Johan. Tissa juga sempat histeris saat keesokan harinya harus menghadap polisi dan menyampaikan keputusan keluarga. Dalam keadaan yang berat itu, Tissa merasakan Roh Kudus telah

ohan (alm

) NAFIRI JUNI 2013

109


bekerja memberikan topangan dan kekuatan baginya. Setelah Johan menempati ruang tahanan tetap, Tissa bertekad akan berjuang bersamanya menghadapi hari-hari berat di depan. Ia senantiasa berdoa mohon kekuatan kepada Tuhan dan bertekad akan bertahan dan menunggu Johan sampai ia bebas. Tak peduli 1 tahun, 3 tahun atau 10 tahun di balik terali besi. Ia sadar, perjalanannya akan tidak mudah, ‘hutan belantara’ hukum di Indonesia pun harus dirambahnya. Bagaimana dengan Johan? Ia memang sempat terpuruk dalam penyesalan dan rasa bersalah yang dalam. Namun, dengan dukungan istri dan mama tercinta, ia dapat bangkit kembali. Tissa mengatakan, kali ini Johan benar-benar telah bertobat. Ia tidak memohon pada keluarga untuk segera membebaskannya. Ia memilih menerima hukuman penjara sebagai ganjaran yang setimpal untuk apa yang dilakukannya. Bersama 8 orang lainnya Johan menempati sebuah sel tahanan berukuran 3 x 2 meter. Karena penampilannya, segera saja ia diangkat menjadi kepala sel. Dengan para tahanan lain ia tak segan berbagi makanan dan kebutuhan lainnya. Tissa bertutur, setiap hari Selasa dan Jumat ia mengunjungi Johan dengan 110

membawa makanan kering yang tahan sampai waktu kunjungan berikutnya. Bagai acara perjamuan kasih, Johan mengumpulkan semua makanan yang ada dan membaginya untuk 8 penghuni selnya. Saat seorang kawan dipindahkan ke sel lainnya, ia sempat pula ‘membekali’ sejumlah uang. Ia tahu, segala fasilitas di penjara

membutuhkan uang, bahkan untuk kebutuhan yang paling sederhana pun. Hubungan Tissa dan Johan di saat-saat seperti ini malah semakin dekat. Mereka saling berbagi cerita melalui buku agenda masingmasing yang saling ditukarkan saat kunjungan tiba. Bukan hanya Tissa yang menguatkan Johan, sebaliknya Johan pun menguatkan Tissa. Bagi Tissa, waktu 2 bulan terakhir tersebut adalah hubungan terbaik yang mereka rasakan.

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

Hari Tergelap Tibalah Hari terberat bagi Tissa akhirnya datang pada penghujung bulan Januari 2013. Sejak pagi tanggal 30 bulan itu perasaannya sudah tak nyaman. Biasanya Johan selalu menelponnya setiap pagi . Namun, kali ini tidak ada kontak dari suaminya sampai siang. Panggilan telepon dan sms Tissa pun tak dijawabnya. “Mungkin ada pemeriksaan polisi,” pikirnya. Akhirnya, kabar Johan pingsan diterimanya dari istri kawan satu sel Johan. Kemudian, polisi pun mengontaknya dan mengabari Johan telah dibawa ke RS Pertamina. Ketika Tissa berangkat menuju rumah sakit bersama papa David, ia hanya berpikir mungkin Johan sakit karena kondisi di sel tahanan yang lembab dan dingin. Sedikit pun tak terlintas kekasihnya telah tiada! Hujan tangis menyambutnya di rumah sakit. Adik dan kakak Johan telah sampai lebih dulu disana. “Johan sudah dipanggil Tuhan,” bisik Judith, adik Johan, sambil memeluk Tissa dalam derai tangis yang tertahan. Tissa hanya terduduk di lantai saat kabar itu disampaikan kepadanya. Perasaannya tak tergambarkan. Terbersit kemarahan kepada Tuhan. Mengapa ini harus terjadi? Apa maksud Tuhan? Apakah selama ini ia tidak menjadi istri yang baik sehingga Tuhan mencabut nyawa

Johan? Dalam kekalutan dan derasnya kucuran airmata, selintas terdengar bisikan lembut di telinganya, “Just trust Me…. trust Me!” Ia menguatkan hatinya. Dimintanya Dicky, kakak Johan, mengantarkannya melihat Johan di kamar jenasah. Terhuyung-huyung ia dipapah Dicky dan keluarga yang lain menuju tempat pembaringan Johan. Saat itu ia sudah tak dapat menangis lagi. Sambil berjalan, ia bahkan sempat menghibur dirinya bahwa semua ini hanya mimpi. Ia harus segera bangun, dan semua kengerian ini akan segera lenyap. Namun, semuanya memang nyata. Johan dilihatnya memejamkan mata dengan tenang. Wajah dan kukunya menghitam, ciri khas korban penyakit jantung. Tangisnya kembali pecah ketika seorang sahabat dari BSF (Bible Study Fellowship) datang memeluknya sambil mendoakan dia. Ia masih ingat yang dibisikkan sahabatnya, ”Tuhan, berikan Tissa hikmat untuk mengerti apa maksud-Mu”. Bagi Tissa, jawaban Tuhan datang segera. Terngiang dalam hatinya, Firman Tuhan dalam Yakobus 4:14b: “….Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap.” Firman ini mencerahkan dan memberikan kedamaian dalam hati NAFIRI JUNI 2013

111


bekerja memberikan topangan dan kekuatan baginya. Setelah Johan menempati ruang tahanan tetap, Tissa bertekad akan berjuang bersamanya menghadapi hari-hari berat di depan. Ia senantiasa berdoa mohon kekuatan kepada Tuhan dan bertekad akan bertahan dan menunggu Johan sampai ia bebas. Tak peduli 1 tahun, 3 tahun atau 10 tahun di balik terali besi. Ia sadar, perjalanannya akan tidak mudah, ‘hutan belantara’ hukum di Indonesia pun harus dirambahnya. Bagaimana dengan Johan? Ia memang sempat terpuruk dalam penyesalan dan rasa bersalah yang dalam. Namun, dengan dukungan istri dan mama tercinta, ia dapat bangkit kembali. Tissa mengatakan, kali ini Johan benar-benar telah bertobat. Ia tidak memohon pada keluarga untuk segera membebaskannya. Ia memilih menerima hukuman penjara sebagai ganjaran yang setimpal untuk apa yang dilakukannya. Bersama 8 orang lainnya Johan menempati sebuah sel tahanan berukuran 3 x 2 meter. Karena penampilannya, segera saja ia diangkat menjadi kepala sel. Dengan para tahanan lain ia tak segan berbagi makanan dan kebutuhan lainnya. Tissa bertutur, setiap hari Selasa dan Jumat ia mengunjungi Johan dengan 110

membawa makanan kering yang tahan sampai waktu kunjungan berikutnya. Bagai acara perjamuan kasih, Johan mengumpulkan semua makanan yang ada dan membaginya untuk 8 penghuni selnya. Saat seorang kawan dipindahkan ke sel lainnya, ia sempat pula ‘membekali’ sejumlah uang. Ia tahu, segala fasilitas di penjara

membutuhkan uang, bahkan untuk kebutuhan yang paling sederhana pun. Hubungan Tissa dan Johan di saat-saat seperti ini malah semakin dekat. Mereka saling berbagi cerita melalui buku agenda masingmasing yang saling ditukarkan saat kunjungan tiba. Bukan hanya Tissa yang menguatkan Johan, sebaliknya Johan pun menguatkan Tissa. Bagi Tissa, waktu 2 bulan terakhir tersebut adalah hubungan terbaik yang mereka rasakan.

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

Hari Tergelap Tibalah Hari terberat bagi Tissa akhirnya datang pada penghujung bulan Januari 2013. Sejak pagi tanggal 30 bulan itu perasaannya sudah tak nyaman. Biasanya Johan selalu menelponnya setiap pagi . Namun, kali ini tidak ada kontak dari suaminya sampai siang. Panggilan telepon dan sms Tissa pun tak dijawabnya. “Mungkin ada pemeriksaan polisi,” pikirnya. Akhirnya, kabar Johan pingsan diterimanya dari istri kawan satu sel Johan. Kemudian, polisi pun mengontaknya dan mengabari Johan telah dibawa ke RS Pertamina. Ketika Tissa berangkat menuju rumah sakit bersama papa David, ia hanya berpikir mungkin Johan sakit karena kondisi di sel tahanan yang lembab dan dingin. Sedikit pun tak terlintas kekasihnya telah tiada! Hujan tangis menyambutnya di rumah sakit. Adik dan kakak Johan telah sampai lebih dulu disana. “Johan sudah dipanggil Tuhan,” bisik Judith, adik Johan, sambil memeluk Tissa dalam derai tangis yang tertahan. Tissa hanya terduduk di lantai saat kabar itu disampaikan kepadanya. Perasaannya tak tergambarkan. Terbersit kemarahan kepada Tuhan. Mengapa ini harus terjadi? Apa maksud Tuhan? Apakah selama ini ia tidak menjadi istri yang baik sehingga Tuhan mencabut nyawa

Johan? Dalam kekalutan dan derasnya kucuran airmata, selintas terdengar bisikan lembut di telinganya, “Just trust Me…. trust Me!” Ia menguatkan hatinya. Dimintanya Dicky, kakak Johan, mengantarkannya melihat Johan di kamar jenasah. Terhuyung-huyung ia dipapah Dicky dan keluarga yang lain menuju tempat pembaringan Johan. Saat itu ia sudah tak dapat menangis lagi. Sambil berjalan, ia bahkan sempat menghibur dirinya bahwa semua ini hanya mimpi. Ia harus segera bangun, dan semua kengerian ini akan segera lenyap. Namun, semuanya memang nyata. Johan dilihatnya memejamkan mata dengan tenang. Wajah dan kukunya menghitam, ciri khas korban penyakit jantung. Tangisnya kembali pecah ketika seorang sahabat dari BSF (Bible Study Fellowship) datang memeluknya sambil mendoakan dia. Ia masih ingat yang dibisikkan sahabatnya, ”Tuhan, berikan Tissa hikmat untuk mengerti apa maksud-Mu”. Bagi Tissa, jawaban Tuhan datang segera. Terngiang dalam hatinya, Firman Tuhan dalam Yakobus 4:14b: “….Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap.” Firman ini mencerahkan dan memberikan kedamaian dalam hati NAFIRI JUNI 2013

111


Tissa. Hidup manusia bukan dilihat dari panjangnya, namun dari ‘warisan’ yang ditinggalkannya. Bagi Tissa, kebersamaan dengan Johan selama 1 tahun, 9 bulan dan 15 hari dalam hidup perkawinannya, telah membentuk karakternya. Kelembutan dan kemurahan hati Johan telah memberi pengaruh besar bagi dirinya, juga bagi keluarga dan kawan-kawannya. Sama seperti Tissa, peristiwa ini juga memberikan pengalaman rohani yang mendalam bagi Ibu Lily. Saat mendengar Johan dipanggil Tuhan, tubuhnya langsung lemas, sehingga ia harus duduk di kursi roda saat di rumah sakit. Orang yang melihat kondisi Ibu Lily merasa trenyuh dan memperkirakan ia tidak akan sanggup bangkit dan pulih kembali. Sebagian 112

mencemaskan ia akan terkena stroke, sebagian lagi bergumam bahwa ia akan segera menyusul anaknya. Ibu Lily berkata, “Hanya kekuatan Tuhan yang memungkinkan saya bangkit kembali. Saat itu menggerakkan tubuh pun saya tidak mampu. Tuhan telah menyatakan kemuliaan-Nya di atas kelemahan kita.” Transformasi Iman dan Kehidupan Kini badai telah berlalu. Keluarga Tissa di Kediri tidak memaksanya pulang kampung karena mereka melihat dengat mata mereka sendiri bagaimana harmonisnya hubungan Tissa dengan keluarga mertuanya. Saat NAFIRI bertanya mengapa Tissa memilih tetap tinggal di rumah mertua yang baru dikenalnya kurang dari dua tahun itu, dengan tenang Tissa menjawab, ”Saya menganggap papa dan mama mertua saya sebagai orang tua saya sendiri, karena perlakuan mereka yang menganggap saya sebagai anak mereka sendiri sejak awal perkawinan kami. Di rumah ini pula saya mengenal Kasih Kristus yang sesungguhnya. Iman saya pun bertumbuh di rumah ini. Komunitas persekutuan dengan saudara seiman di gereja dan Bible Study Fellowship (persekutuan Kristen antar denominasi …. Red.) juga ada di Serpong dan Jakarta. Kalau suatu saat

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

saya kembali ke Kediri, pasti ada maksud Tuhan bagi keluarga saya di sana melalui saya.” Tissa kini kembali dalam rutinitas hidup sebelumnya. Setiap hari ia ‘bekerja’ di perusahaan papa David mengurusi bidang keuangan, sesuai dengan pendidikan dan kompetensinya selama ini. Seminggu sekali ia menghadiri persekutuan BSF, mendalami Firman Tuhan bersama-sama saudara seiman dari berbagai kalangan. Bagi Tissa, kini setiap ayat Firman Tuhan benarbenar menguatkan dan membawa perenungan mendalam bagi dirinya. Melalui Johan, Tuhan telah mengubah hidupnya. Pandangan hidupnya yang tadinya ‘based on numbers’, kini telah berubah setelah mengalami kasih Tuhan melalui Johan dan keluarganya. Tinggal bertiga bersama mertua tercinta dalam sebuah rumah tentu membuat hubungan mereka semakin dekat. Apalagi bagi Tissa dan Ibu Lily, kedua wanita ini dipersatukan oleh kehendak dan kasih Tuhan. Keduanya samasama pernah merasakan perihnya kehilangan orang-orang tercinta (selain Johan, NAFIRI pernah menampilkan kesaksian Ibu Lily saat kehilangan putrinya, Grace … red). Walaupun berbeda karakter, keduanya tetap akrab dan dekat satu dengan yang lain. Bila suatu kali Anda bertemu mereka berdua di gereja, di salon, di pasar swalayan, atau di mana pun, ingatlah bahwa kisah Rut dan Naomi masih terjadi di era digital ini. “Sedang kamu tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap” (Yakobus 4 : 14) NAFIRI JUNI 2013

113


Tissa. Hidup manusia bukan dilihat dari panjangnya, namun dari ‘warisan’ yang ditinggalkannya. Bagi Tissa, kebersamaan dengan Johan selama 1 tahun, 9 bulan dan 15 hari dalam hidup perkawinannya, telah membentuk karakternya. Kelembutan dan kemurahan hati Johan telah memberi pengaruh besar bagi dirinya, juga bagi keluarga dan kawan-kawannya. Sama seperti Tissa, peristiwa ini juga memberikan pengalaman rohani yang mendalam bagi Ibu Lily. Saat mendengar Johan dipanggil Tuhan, tubuhnya langsung lemas, sehingga ia harus duduk di kursi roda saat di rumah sakit. Orang yang melihat kondisi Ibu Lily merasa trenyuh dan memperkirakan ia tidak akan sanggup bangkit dan pulih kembali. Sebagian 112

mencemaskan ia akan terkena stroke, sebagian lagi bergumam bahwa ia akan segera menyusul anaknya. Ibu Lily berkata, “Hanya kekuatan Tuhan yang memungkinkan saya bangkit kembali. Saat itu menggerakkan tubuh pun saya tidak mampu. Tuhan telah menyatakan kemuliaan-Nya di atas kelemahan kita.” Transformasi Iman dan Kehidupan Kini badai telah berlalu. Keluarga Tissa di Kediri tidak memaksanya pulang kampung karena mereka melihat dengat mata mereka sendiri bagaimana harmonisnya hubungan Tissa dengan keluarga mertuanya. Saat NAFIRI bertanya mengapa Tissa memilih tetap tinggal di rumah mertua yang baru dikenalnya kurang dari dua tahun itu, dengan tenang Tissa menjawab, ”Saya menganggap papa dan mama mertua saya sebagai orang tua saya sendiri, karena perlakuan mereka yang menganggap saya sebagai anak mereka sendiri sejak awal perkawinan kami. Di rumah ini pula saya mengenal Kasih Kristus yang sesungguhnya. Iman saya pun bertumbuh di rumah ini. Komunitas persekutuan dengan saudara seiman di gereja dan Bible Study Fellowship (persekutuan Kristen antar denominasi …. Red.) juga ada di Serpong dan Jakarta. Kalau suatu saat

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

saya kembali ke Kediri, pasti ada maksud Tuhan bagi keluarga saya di sana melalui saya.” Tissa kini kembali dalam rutinitas hidup sebelumnya. Setiap hari ia ‘bekerja’ di perusahaan papa David mengurusi bidang keuangan, sesuai dengan pendidikan dan kompetensinya selama ini. Seminggu sekali ia menghadiri persekutuan BSF, mendalami Firman Tuhan bersama-sama saudara seiman dari berbagai kalangan. Bagi Tissa, kini setiap ayat Firman Tuhan benarbenar menguatkan dan membawa perenungan mendalam bagi dirinya. Melalui Johan, Tuhan telah mengubah hidupnya. Pandangan hidupnya yang tadinya ‘based on numbers’, kini telah berubah setelah mengalami kasih Tuhan melalui Johan dan keluarganya. Tinggal bertiga bersama mertua tercinta dalam sebuah rumah tentu membuat hubungan mereka semakin dekat. Apalagi bagi Tissa dan Ibu Lily, kedua wanita ini dipersatukan oleh kehendak dan kasih Tuhan. Keduanya samasama pernah merasakan perihnya kehilangan orang-orang tercinta (selain Johan, NAFIRI pernah menampilkan kesaksian Ibu Lily saat kehilangan putrinya, Grace … red). Walaupun berbeda karakter, keduanya tetap akrab dan dekat satu dengan yang lain. Bila suatu kali Anda bertemu mereka berdua di gereja, di salon, di pasar swalayan, atau di mana pun, ingatlah bahwa kisah Rut dan Naomi masih terjadi di era digital ini. “Sedang kamu tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap” (Yakobus 4 : 14) NAFIRI JUNI 2013

113


/ Nico Tanles Tjhin / 114

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

Lontaran berlogat Betawi tersebut beberapa kali diucapkan dengan penuh rasa syukur dan suka cita ketika mereka tampil di atas panggung Gereja kita, GKY BSD. Bukan, mereka bukan kumpulan pemain sinetron Si Doel Anak Sekolahan, melainkan sebuah kelompok vokal bernama B2, alias Betawi Bermazmur yang tampil pada acara Malam Misi dan Budaya GKY BSD.

T erdiri dari lima personil, Betawi Bermazmur mempersembahkan lima lagu khas Betawi yang liriknya menyaksikan kebaikan dan kuasa Tuhan atas perjalanan hidup mereka. Setiap dari mereka bernyanyi sambil memainkan alat musik yang berbedabeda. Ada yang bermain biola, contra bass, gitar, conga, dan snare drum. Pada saat itu, tidak sedikit dari jemaat yang terheran-heran dengan cara Tuhan memakai orang-orang Betawi sebagai alat-Nya untuk bersaksi dan menginspirasi orang Kristen untuk terus menyebarkan Injil ke siapa pun, kemana pun. Sampai saat ini, kelompok vokal yang memiliki latar belakang nonKristen itu telah menghasilkan satu album (sepuluh lagu) dan berencana NAFIRI JUNI 2013

115


/ Nico Tanles Tjhin / 114

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

Lontaran berlogat Betawi tersebut beberapa kali diucapkan dengan penuh rasa syukur dan suka cita ketika mereka tampil di atas panggung Gereja kita, GKY BSD. Bukan, mereka bukan kumpulan pemain sinetron Si Doel Anak Sekolahan, melainkan sebuah kelompok vokal bernama B2, alias Betawi Bermazmur yang tampil pada acara Malam Misi dan Budaya GKY BSD.

T erdiri dari lima personil, Betawi Bermazmur mempersembahkan lima lagu khas Betawi yang liriknya menyaksikan kebaikan dan kuasa Tuhan atas perjalanan hidup mereka. Setiap dari mereka bernyanyi sambil memainkan alat musik yang berbedabeda. Ada yang bermain biola, contra bass, gitar, conga, dan snare drum. Pada saat itu, tidak sedikit dari jemaat yang terheran-heran dengan cara Tuhan memakai orang-orang Betawi sebagai alat-Nya untuk bersaksi dan menginspirasi orang Kristen untuk terus menyebarkan Injil ke siapa pun, kemana pun. Sampai saat ini, kelompok vokal yang memiliki latar belakang nonKristen itu telah menghasilkan satu album (sepuluh lagu) dan berencana NAFIRI JUNI 2013

115


mempersembahkannya ke berbagai tempat seperti Aceh, Manado, dan bahkan Belanda. Penampilan mereka disaksikan oleh 129 jemaat GKY BSD pada sore menjelang malam tanggal 27 April 2013 dalam rangka merayakan Bulan Misi. Acara yang bertemakan “The Holistic Mission to All Nations” merupakan rangkaian program kedua yang telah dirancang Majelis GKY BSD untuk menyambut Bulan Misi. Di minggu sebelumnya, pada tanggal 21 April 2013, diadakan sebuah KKR yang menghadirkan pembicara Pdt. Buby Ticoalu dengan tema “The Good News for All People.” Menariknya, satu jam sebelum acara dimulai, para jemaat yang hadir dijamu terlebih dahulu dengan

makanan-makanan lezat khas Betawi. Antara lain Soto Betawi, Es Doger, dan Kerak Telor yang dimasak langsung di tempat dengan cara yang unik dan menarik. Pada saat acara makan tersebut, tim NAFIRI menyempatkan untuk mewawancarai Pak Lowell sebagai Majelis yang mengetuai bidang Misi. Ketika ditanya mengenai apa yang melatarbelakangi acara ini, beliau menjelaskan bahwa acara ini dibuat dengan harapan terdapat kebangkitan semangat misi dari jemaat. Selain itu acara ini juga dimaksudkan untuk menyebarluaskan pengetahuan mengenai misi yang ternyata dapat dijalankan dalam berbagai jenis aktivitas menantang seperti Evangelism Explosion, visitasi rumah sakit, konseling awam, KKR,

Mission Trip, dan Stop Out (kegiatan berupa pengobatan, bakti sosial yang sekaligus penginjilan). Pengisi acara lainnya tidak kalah menarik dan unik, yaitu kesaksian dari seorang anak muda bernama Laura Salvadora. Pada tahun 2011, ketika Laura baru lulus SMA di usianya yang ke-18, gadis asal Salatiga ini memutuskan untuk tidak langsung melanjutkan kuliah melainkan berlayar di atas kapal raksasa bernama Logos Hope. Laura berlayar dari satu negara ke negara lain bukan untuk berlibur. Ia melakukannya untuk bermisi mengabarkan Injil ke berbagai dunia selama 2 tahun. Kapal Logos Hope mempunyai tiga visi, yaitu Knowledge, Help, dan Hope. Untuk mencapai visi Knowledge (Pengetahuan), kapal ini membangun sebuah perpustakaan besar yang memiliki dan menjual puluhan ribu judul buku kepada pengunjung yang masuk ke kapal. Sebagian besar buku adalah buku Kristen. Dalam memberikan Help

(Bantuan), kru-kru kapal yang terdiri dari 400 sukarelawan dari 50 negara ini melakukan kegiatan sosial dalam bentuk pembangunan seperti taman bacaan dan tempat tinggal. Para kru internasional ini menggunakan media seni dan olahraga dalam membangun Hope (Harapan). Mereka melatih dengan giat berbagai macam seni dari berbagai budaya di dunia agar bisa ditampilkan pada acara International Night. International Night merupakan acara terbuka, tidak dikhususkan untuk golongan tertentu, dan siapa pun sangat disambut baik untuk datang dan menonton pertunjukan-pertunjukan seni internasional. Di sinilah para kru Logos Hope ‘beraksi’. Selesai mereka menampilkan pertunjukan seni yang memikat begitu banyak penonton, mereka turun dari panggung, berbaur,

Laura (paling kanan) bertemu dengan keluarga Mesir di Mesir 116

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

NAFIRI JUNI 2013

117


mempersembahkannya ke berbagai tempat seperti Aceh, Manado, dan bahkan Belanda. Penampilan mereka disaksikan oleh 129 jemaat GKY BSD pada sore menjelang malam tanggal 27 April 2013 dalam rangka merayakan Bulan Misi. Acara yang bertemakan “The Holistic Mission to All Nations” merupakan rangkaian program kedua yang telah dirancang Majelis GKY BSD untuk menyambut Bulan Misi. Di minggu sebelumnya, pada tanggal 21 April 2013, diadakan sebuah KKR yang menghadirkan pembicara Pdt. Buby Ticoalu dengan tema “The Good News for All People.” Menariknya, satu jam sebelum acara dimulai, para jemaat yang hadir dijamu terlebih dahulu dengan

makanan-makanan lezat khas Betawi. Antara lain Soto Betawi, Es Doger, dan Kerak Telor yang dimasak langsung di tempat dengan cara yang unik dan menarik. Pada saat acara makan tersebut, tim NAFIRI menyempatkan untuk mewawancarai Pak Lowell sebagai Majelis yang mengetuai bidang Misi. Ketika ditanya mengenai apa yang melatarbelakangi acara ini, beliau menjelaskan bahwa acara ini dibuat dengan harapan terdapat kebangkitan semangat misi dari jemaat. Selain itu acara ini juga dimaksudkan untuk menyebarluaskan pengetahuan mengenai misi yang ternyata dapat dijalankan dalam berbagai jenis aktivitas menantang seperti Evangelism Explosion, visitasi rumah sakit, konseling awam, KKR,

Mission Trip, dan Stop Out (kegiatan berupa pengobatan, bakti sosial yang sekaligus penginjilan). Pengisi acara lainnya tidak kalah menarik dan unik, yaitu kesaksian dari seorang anak muda bernama Laura Salvadora. Pada tahun 2011, ketika Laura baru lulus SMA di usianya yang ke-18, gadis asal Salatiga ini memutuskan untuk tidak langsung melanjutkan kuliah melainkan berlayar di atas kapal raksasa bernama Logos Hope. Laura berlayar dari satu negara ke negara lain bukan untuk berlibur. Ia melakukannya untuk bermisi mengabarkan Injil ke berbagai dunia selama 2 tahun. Kapal Logos Hope mempunyai tiga visi, yaitu Knowledge, Help, dan Hope. Untuk mencapai visi Knowledge (Pengetahuan), kapal ini membangun sebuah perpustakaan besar yang memiliki dan menjual puluhan ribu judul buku kepada pengunjung yang masuk ke kapal. Sebagian besar buku adalah buku Kristen. Dalam memberikan Help

(Bantuan), kru-kru kapal yang terdiri dari 400 sukarelawan dari 50 negara ini melakukan kegiatan sosial dalam bentuk pembangunan seperti taman bacaan dan tempat tinggal. Para kru internasional ini menggunakan media seni dan olahraga dalam membangun Hope (Harapan). Mereka melatih dengan giat berbagai macam seni dari berbagai budaya di dunia agar bisa ditampilkan pada acara International Night. International Night merupakan acara terbuka, tidak dikhususkan untuk golongan tertentu, dan siapa pun sangat disambut baik untuk datang dan menonton pertunjukan-pertunjukan seni internasional. Di sinilah para kru Logos Hope ‘beraksi’. Selesai mereka menampilkan pertunjukan seni yang memikat begitu banyak penonton, mereka turun dari panggung, berbaur,

Laura (paling kanan) bertemu dengan keluarga Mesir di Mesir 116

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

NAFIRI JUNI 2013

117


dan berinteraksi dengan mereka yang non-Kristen. Bahasa dan budaya yang berbeda bukanlah menjadi penghalang dalam mengabarkan Injil. Salah seorang penonton dari Sri Lanka yang tidak dapat berbahasa Inggris, bersedia menerima Kristus sebagai Juruselamatnya setelah berkenalan dan berteman dengan Laura. Perjalanan dari satu negara ke negara lain biasanya memakan waktu sekitar 1 minggu. Di dalam kapal, para kru ditugaskan di tempat dan posisi yang berbeda-beda. Sepuluh bulan pertama, Laura bekerja sebagai petugas cleaning service kapal. Pada saat itu dia belajar banyak dari pekerjaannya sebagai seorang cleaning service. Laura menjadi lebih mengerti dan menghargai orangorang yang melakukan pekerjaan ‘tidak terpandang’. Di periode berikutnya, Laura ditempatkan di meja resepsionis mengurus administrasi kapal misi tersebut. Bahkan, gadis berkulit sawo matang ini pernah ditugaskan untuk membantu mekanik membetulkan mesin kapal yang rusak. Laura pernah suatu ketika menangis kepada Tuhan ketika sedang mengecat badan kapal di sebuah lorong bawah sendirian.

Selama 2 tahun, Tuhan selalu menguatkan hati dan fisik Laura dalam menjalankan tugas misi yang begitu banyak tantangan. Ini adalah sebuah pekerjaan yang tidak mudah sama sekali. Namun hasrat dan kerinduan Laura untuk melayani Tuhan di bidang ini sudah timbul sejak dia berumur 10 tahun. Pada usia semuda itu dia pernah bertekad kepada ayahnya bahwa suatu hari nanti dia ingin melayani Tuhan bersama kapal dan tim Logos Hope. Hal inilah yang membuat Laura mampu dan bersuka cita bekerja untuk Tuhan di atas kapal mengarungi lautan ke penjuru dunia untuk mengabarkan kabar baik (Injil). Negara-negara seperti Bangladesh, Libya, Mesir, Lebanon, Sri Lanka, Oman, dan Filipina sudah pernah ditapaki kaki Laura bersama kapal Logos Hope. Hati Laura selalu terbakar semangat dalam misi penginjilan karena dia memegang teguh Habakuk

Laura saat ditugaskan di bagian mesin kapal selama 1 bulan 118

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

2:14 yang berbunyi “Sebab bumi akan penuh dengan pengetahuan dan kemuliaan Tuhan, seperti air menutupi dasar laut.” Bagian dari penyampaian Firman Tuhan diisi oleh Ibu Pdt. Rahmiati Tanudjaja. Beliau menghimbau kita agar mampu melihat dunia, gereja, dan diri kita sendiri dari perspektif Tuhan. Dengan memahami konsep

pemahaman yang sejati mengenai tiga aspek tersebut, maka membuat kita lebih sadar akan esensi dan urgensi dari pelayanan misi. Setelah acara Malam Misi dan Budaya selesai, tim NAFIRI ‘menangkap’ 2 orang jemaat untuk ditanyakan pendapatnya mengenai acara tersebut. Rigg Ruben: “Malam Misi dan Budaya kali ini membuat saya bertanya kepada diri saya sendiri sebagai anak muda Kristen ‘apa yang harus saya lakukan ke depan untuk kemuliaan Tuhan?’ Bagi saya, misi bukanlah merupakan sebuah program dari organisasi Gereja, tetapi misi adalah hidup kita dan hidup kita adalah misi.”

Laura (berbaju biru) waktu tinggal selama 2 minggu di sebuah desa di Sri Lanka Laura melayani selama 10 bulan di bagian cleaning service

Aria Sadar Wijaya: “Manfaat dari acara seperti ini baik sekali. Sharing dan kesaksiannya luar biasa menarik. Kita harus benar-benar mendalami apa itu misi. Maka dari itu kita harus berhikmat juga dalam menginjil. Sebenarnya saya berekspektasi akan ada lebih banyak jemaat yang hadir dan ikut serta malam ini, target 150 orang. Mungkin perlu adanya publikasi yang lebih luas sehingga setiap komisi bisa ikut terlibat.” NAFIRI JUNI 2013

119


dan berinteraksi dengan mereka yang non-Kristen. Bahasa dan budaya yang berbeda bukanlah menjadi penghalang dalam mengabarkan Injil. Salah seorang penonton dari Sri Lanka yang tidak dapat berbahasa Inggris, bersedia menerima Kristus sebagai Juruselamatnya setelah berkenalan dan berteman dengan Laura. Perjalanan dari satu negara ke negara lain biasanya memakan waktu sekitar 1 minggu. Di dalam kapal, para kru ditugaskan di tempat dan posisi yang berbeda-beda. Sepuluh bulan pertama, Laura bekerja sebagai petugas cleaning service kapal. Pada saat itu dia belajar banyak dari pekerjaannya sebagai seorang cleaning service. Laura menjadi lebih mengerti dan menghargai orangorang yang melakukan pekerjaan ‘tidak terpandang’. Di periode berikutnya, Laura ditempatkan di meja resepsionis mengurus administrasi kapal misi tersebut. Bahkan, gadis berkulit sawo matang ini pernah ditugaskan untuk membantu mekanik membetulkan mesin kapal yang rusak. Laura pernah suatu ketika menangis kepada Tuhan ketika sedang mengecat badan kapal di sebuah lorong bawah sendirian.

Selama 2 tahun, Tuhan selalu menguatkan hati dan fisik Laura dalam menjalankan tugas misi yang begitu banyak tantangan. Ini adalah sebuah pekerjaan yang tidak mudah sama sekali. Namun hasrat dan kerinduan Laura untuk melayani Tuhan di bidang ini sudah timbul sejak dia berumur 10 tahun. Pada usia semuda itu dia pernah bertekad kepada ayahnya bahwa suatu hari nanti dia ingin melayani Tuhan bersama kapal dan tim Logos Hope. Hal inilah yang membuat Laura mampu dan bersuka cita bekerja untuk Tuhan di atas kapal mengarungi lautan ke penjuru dunia untuk mengabarkan kabar baik (Injil). Negara-negara seperti Bangladesh, Libya, Mesir, Lebanon, Sri Lanka, Oman, dan Filipina sudah pernah ditapaki kaki Laura bersama kapal Logos Hope. Hati Laura selalu terbakar semangat dalam misi penginjilan karena dia memegang teguh Habakuk

Laura saat ditugaskan di bagian mesin kapal selama 1 bulan 118

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

2:14 yang berbunyi “Sebab bumi akan penuh dengan pengetahuan dan kemuliaan Tuhan, seperti air menutupi dasar laut.” Bagian dari penyampaian Firman Tuhan diisi oleh Ibu Pdt. Rahmiati Tanudjaja. Beliau menghimbau kita agar mampu melihat dunia, gereja, dan diri kita sendiri dari perspektif Tuhan. Dengan memahami konsep

pemahaman yang sejati mengenai tiga aspek tersebut, maka membuat kita lebih sadar akan esensi dan urgensi dari pelayanan misi. Setelah acara Malam Misi dan Budaya selesai, tim NAFIRI ‘menangkap’ 2 orang jemaat untuk ditanyakan pendapatnya mengenai acara tersebut. Rigg Ruben: “Malam Misi dan Budaya kali ini membuat saya bertanya kepada diri saya sendiri sebagai anak muda Kristen ‘apa yang harus saya lakukan ke depan untuk kemuliaan Tuhan?’ Bagi saya, misi bukanlah merupakan sebuah program dari organisasi Gereja, tetapi misi adalah hidup kita dan hidup kita adalah misi.”

Laura (berbaju biru) waktu tinggal selama 2 minggu di sebuah desa di Sri Lanka Laura melayani selama 10 bulan di bagian cleaning service

Aria Sadar Wijaya: “Manfaat dari acara seperti ini baik sekali. Sharing dan kesaksiannya luar biasa menarik. Kita harus benar-benar mendalami apa itu misi. Maka dari itu kita harus berhikmat juga dalam menginjil. Sebenarnya saya berekspektasi akan ada lebih banyak jemaat yang hadir dan ikut serta malam ini, target 150 orang. Mungkin perlu adanya publikasi yang lebih luas sehingga setiap komisi bisa ikut terlibat.” NAFIRI JUNI 2013

119


TERANG &GARAM

“Siapa yang suka ke warnet ?” tanya Erwin Tenggono dalam acara “Sharing dengan SMK Falatehan”, Sabtu 20 April 2013 yang lalu. Ada sekitar 30 siswa yang ikut acara berbagi di SMK yang letaknya tidak sampai 2 km dari GKY BSD ini. Selain Erwin, juga George Hadi Santoso sebagai koordinator program Peduli Anak Serpong (PAS) GKY BSD, dan juga Robert Djanuar.

Sharing motivasi di SMK Falatehan Serpong

120

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

/ Edna C. Pattisina / S iswa-siswi yang duduk di lantai tanpa alas itu tampak antusias. Menjawab pertanyaan Erwin, mereka serentak mengangkat tangan dan berebutan menjawab. Diantara mereka juga saling bercanda. Kebanyakan mereka menggunakan internet untuk Facebook atau game online. “Dengan 3000 rupiah, kalian bisa browsing dan belajar banyak,” kata Erwin. Siswa-siswi tersebut tekun

memperhatikan penjelasan. Walau udara di kelas bercat hijau-kuning itu sangat panas, siswa-siswi kelas 2 dan 3 SMK Falatehan tidak mengeluh. Mereka tampak berkonsentrasi mendengarkan walau asap tetangga yang bakar sampah dan suara mercon di sebelah masuk ke dalam kelas. Erwin menceritakan perjuangannya sejak kecil sampai sekarang telah berhasil membangun karir. Ia NAFIRI JUNI 2013

121


TERANG &GARAM

“Siapa yang suka ke warnet ?” tanya Erwin Tenggono dalam acara “Sharing dengan SMK Falatehan”, Sabtu 20 April 2013 yang lalu. Ada sekitar 30 siswa yang ikut acara berbagi di SMK yang letaknya tidak sampai 2 km dari GKY BSD ini. Selain Erwin, juga George Hadi Santoso sebagai koordinator program Peduli Anak Serpong (PAS) GKY BSD, dan juga Robert Djanuar.

Sharing motivasi di SMK Falatehan Serpong

120

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

/ Edna C. Pattisina / S iswa-siswi yang duduk di lantai tanpa alas itu tampak antusias. Menjawab pertanyaan Erwin, mereka serentak mengangkat tangan dan berebutan menjawab. Diantara mereka juga saling bercanda. Kebanyakan mereka menggunakan internet untuk Facebook atau game online. “Dengan 3000 rupiah, kalian bisa browsing dan belajar banyak,” kata Erwin. Siswa-siswi tersebut tekun

memperhatikan penjelasan. Walau udara di kelas bercat hijau-kuning itu sangat panas, siswa-siswi kelas 2 dan 3 SMK Falatehan tidak mengeluh. Mereka tampak berkonsentrasi mendengarkan walau asap tetangga yang bakar sampah dan suara mercon di sebelah masuk ke dalam kelas. Erwin menceritakan perjuangannya sejak kecil sampai sekarang telah berhasil membangun karir. Ia NAFIRI JUNI 2013

121


mengatakan, jangan mengandalkan sekolah, bos, atau orang tua. Akan tetapi berjuang dengan mengandalkan diri sendiri dan Tuhan. Ia memberikan tips, bahwa sukses itu tidak bisa dibandingkan dengan apa yang dicapai orang lain. Namun, dengan kemampuan yang Tuhan berikan, semua itu harus dipakai untuk berjuang demi masa depan. Robert Djanuar juga mengatakan, manusia diciptakan bebas untuk memilih dan bertindak. Namun, mereka juga harus bertanggungjawab atas tindakan dan pilihannya. Robert memperkenalkan metoda Stephen Covey seperti lingkaran pengaruh. Robet juga memutarkan potongan film dari Iran berjudul Children of Heaven, di mana seorang anak laki-laki keluarga tidak mampu berjuang untuk meraih juara dua (bukan juara pertama) karena hadiah kedua adalah sepatu untuk adik perempuannya. Kedua anak 122

itu bergantian memakai sepatu yang sama. Yang satu sekolah pagi, yang satu sekolah siang. Sepatu sudah jebol sehingga mereka berdua berusaha keras mendapat sepatu baru. “Kalau mau dapat sepatu atau pacar atau lulus harus kerja keras. Memangnya masalah selesai dengan update status di Facebook? Galau nih, pengen punya pacar,” kata Robert yang disambut tertawa siswa-siswi tersebut. Macam-macam cita-cita anakanak SMK ini. Yang kelas tiga seperti Jamal, Bowo, Gunawan dan Ahmad ingin lulus. Rizal yang mengatakan ingin kuliah, langsung ditanggapi dengan tepuk tangan teman-teman sekelasnya. Ada juga yang punya citacita lebih spesifik seperti ingin punya distro seperti Made atau Faiz yang ingin cepat selesai praktek kerja lapangan (PKL) nya atau Menti yang ingin lolos seleksi paskibraka. Tuti bahkan, ingin kuliah di Al Azhar University, Mesir. Saidi, guru pembimbing SMK Falatehan mengingatkan muridmuridnya, bahwa pelajaran motivasi

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

dari orang-orang yang sudah mempraktekkan ini mahal nilainya. “Kita harus punya motivasi dan semangat. Kita harus bisa meniru Pak Erwin dan Pak Robert,” kata Saidi. Sujarwo, murid kelas 3 bagian Pemasaran mengatakan, buat dia yang paling berkesan adalah penjelasan soal lingkaran pengaruh. Ia mengatakan, dari acara obrolan setengah hari itu, ia jadi termotivasi. Ia berharap bisa diterima bekerja di Carrefour dan pada saat yang sama ingin kuliah di Fakultas Hukum. “Positif aja, saya pasti bisa,” kata Sujarwo. Sementara Octavia Chairunnisa, kelas 2 jurusan Broadcast terkesan dengan cerita Erwin. “Ternyata hidup itu butuh perjuangan banget yah,” kata Octavia yang hobi nyanyi ini. Rahmawati juga mengatakan, dari kedua pembicara, ia sadar kalau pengalamannya masih nol dan untuk itu ia tidak perlu merasa rendah diri. “Aku kurang motivasi, aku ingin seperti mereka,” katanya. Tuti mengatakan, ia dan temanteman senang sekali mendapat berbagai pelajaran tambahan. Ia mengatakan, dari kelompok Peduli Anak Serpong (PAS) ia sempat diajar juga pelajaran Bahasa Inggris dan pelajaran lainnya yang berguna untuk selesai sekolah nanti NAFIRI JUNI 2013

123


mengatakan, jangan mengandalkan sekolah, bos, atau orang tua. Akan tetapi berjuang dengan mengandalkan diri sendiri dan Tuhan. Ia memberikan tips, bahwa sukses itu tidak bisa dibandingkan dengan apa yang dicapai orang lain. Namun, dengan kemampuan yang Tuhan berikan, semua itu harus dipakai untuk berjuang demi masa depan. Robert Djanuar juga mengatakan, manusia diciptakan bebas untuk memilih dan bertindak. Namun, mereka juga harus bertanggungjawab atas tindakan dan pilihannya. Robert memperkenalkan metoda Stephen Covey seperti lingkaran pengaruh. Robet juga memutarkan potongan film dari Iran berjudul Children of Heaven, di mana seorang anak laki-laki keluarga tidak mampu berjuang untuk meraih juara dua (bukan juara pertama) karena hadiah kedua adalah sepatu untuk adik perempuannya. Kedua anak 122

itu bergantian memakai sepatu yang sama. Yang satu sekolah pagi, yang satu sekolah siang. Sepatu sudah jebol sehingga mereka berdua berusaha keras mendapat sepatu baru. “Kalau mau dapat sepatu atau pacar atau lulus harus kerja keras. Memangnya masalah selesai dengan update status di Facebook? Galau nih, pengen punya pacar,” kata Robert yang disambut tertawa siswa-siswi tersebut. Macam-macam cita-cita anakanak SMK ini. Yang kelas tiga seperti Jamal, Bowo, Gunawan dan Ahmad ingin lulus. Rizal yang mengatakan ingin kuliah, langsung ditanggapi dengan tepuk tangan teman-teman sekelasnya. Ada juga yang punya citacita lebih spesifik seperti ingin punya distro seperti Made atau Faiz yang ingin cepat selesai praktek kerja lapangan (PKL) nya atau Menti yang ingin lolos seleksi paskibraka. Tuti bahkan, ingin kuliah di Al Azhar University, Mesir. Saidi, guru pembimbing SMK Falatehan mengingatkan muridmuridnya, bahwa pelajaran motivasi

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

dari orang-orang yang sudah mempraktekkan ini mahal nilainya. “Kita harus punya motivasi dan semangat. Kita harus bisa meniru Pak Erwin dan Pak Robert,” kata Saidi. Sujarwo, murid kelas 3 bagian Pemasaran mengatakan, buat dia yang paling berkesan adalah penjelasan soal lingkaran pengaruh. Ia mengatakan, dari acara obrolan setengah hari itu, ia jadi termotivasi. Ia berharap bisa diterima bekerja di Carrefour dan pada saat yang sama ingin kuliah di Fakultas Hukum. “Positif aja, saya pasti bisa,” kata Sujarwo. Sementara Octavia Chairunnisa, kelas 2 jurusan Broadcast terkesan dengan cerita Erwin. “Ternyata hidup itu butuh perjuangan banget yah,” kata Octavia yang hobi nyanyi ini. Rahmawati juga mengatakan, dari kedua pembicara, ia sadar kalau pengalamannya masih nol dan untuk itu ia tidak perlu merasa rendah diri. “Aku kurang motivasi, aku ingin seperti mereka,” katanya. Tuti mengatakan, ia dan temanteman senang sekali mendapat berbagai pelajaran tambahan. Ia mengatakan, dari kelompok Peduli Anak Serpong (PAS) ia sempat diajar juga pelajaran Bahasa Inggris dan pelajaran lainnya yang berguna untuk selesai sekolah nanti NAFIRI JUNI 2013

123


TER

O PONG / Humprey Humperdinck /

Apakah yang Anda pikirkan apabila ada teman atau keluarga Anda yang bertanya mengenai Euthanasia? Mungkin sebagian besar dari kita sudah mengenal istilah ini sebatas: ”Kematian yang diminta pasien atau keluarganya karena kondisi pasien sudah tidak ada harapan hidup, atau kematian pasien atas permintaan pasien atau keluarganya yang sudah tidak mampu lagi membiayai biaya perawatan medisnya”. Namun, apakah itu arti yang sebenarnya dari Euthanasia? Apakah Euthanasia dengan alasan yang tertentu itu dibenarkan dari sisi iman Kristen? 124

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

B erhubung di zaman sekarang ini terutama di kalangan muda-mudi sudah tidak asing lagi apabila kita mencari informasi di internet, atau tepatnya bertanya pada Oom Google (www.google.co.id), ada baiknya kita melihat informasi apa yang ada di dunia maya. Berdasarkan pada cara terjadinya, ilmu pengetahuan membedakan kematian ke dalam tiga jenis, yaitu: 1. Orthothanasia, yaitu kematian yang terjadi karena proses alamiah. 2. Dysthanasia, yaitu kematian yang terjadi secara tidak wajar. 3. Euthanasia, yaitu kematian yang terjadi dengan atau tidak dengan pertolongan dokter. Dalam kesempatan kali ini, kita hanya akan membicarakan mengenai Euthanasia. Namun saat kita mengetik kata Euthanasia di www.google.co.id, apakah image (gambar) yang muncul? Ada gambar mengenai suntikan dokter, mesin otomatis kematian, namun sebagian besar gambar – gambar yang muncul adalah tangan yang muda atau tangan dokter memegang pasien yang tangannya relatif berkeriput sedang berbaring sakit di ranjang. Jadi Apakah Sebenarnya Arti Euthanasia itu? Arti kata Euthanasia ternyata NAFIRI JUNI 2013

125


TER

O PONG / Humprey Humperdinck /

Apakah yang Anda pikirkan apabila ada teman atau keluarga Anda yang bertanya mengenai Euthanasia? Mungkin sebagian besar dari kita sudah mengenal istilah ini sebatas: ”Kematian yang diminta pasien atau keluarganya karena kondisi pasien sudah tidak ada harapan hidup, atau kematian pasien atas permintaan pasien atau keluarganya yang sudah tidak mampu lagi membiayai biaya perawatan medisnya”. Namun, apakah itu arti yang sebenarnya dari Euthanasia? Apakah Euthanasia dengan alasan yang tertentu itu dibenarkan dari sisi iman Kristen? 124

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

B erhubung di zaman sekarang ini terutama di kalangan muda-mudi sudah tidak asing lagi apabila kita mencari informasi di internet, atau tepatnya bertanya pada Oom Google (www.google.co.id), ada baiknya kita melihat informasi apa yang ada di dunia maya. Berdasarkan pada cara terjadinya, ilmu pengetahuan membedakan kematian ke dalam tiga jenis, yaitu: 1. Orthothanasia, yaitu kematian yang terjadi karena proses alamiah. 2. Dysthanasia, yaitu kematian yang terjadi secara tidak wajar. 3. Euthanasia, yaitu kematian yang terjadi dengan atau tidak dengan pertolongan dokter. Dalam kesempatan kali ini, kita hanya akan membicarakan mengenai Euthanasia. Namun saat kita mengetik kata Euthanasia di www.google.co.id, apakah image (gambar) yang muncul? Ada gambar mengenai suntikan dokter, mesin otomatis kematian, namun sebagian besar gambar – gambar yang muncul adalah tangan yang muda atau tangan dokter memegang pasien yang tangannya relatif berkeriput sedang berbaring sakit di ranjang. Jadi Apakah Sebenarnya Arti Euthanasia itu? Arti kata Euthanasia ternyata NAFIRI JUNI 2013

125


Euthanasia sebenarnya bisa dikategorikan dari berbagai macam, yang paling umum dibahas adalah dari segi bentuknya, yaitu :

memiliki pengertian yang berbeda seiring perjalanan waktu. Kata Euthanasia terdiri dari dua kata dari bahasa Yunani eu (baik) dan thánatos (kematian). Jadi secara umum Euthanasia berarti kematian yang layak (lembut) atau kematian yang baik (good death). Beberapa kata lain yang berdasar pada gabungan dua kata tersebut misalnya Euthanatio, yaitu: aku menjalani kematian yang layak, atau euthanatos (kata sifat) yang berarti “mati dengan mudah“, “mati dengan baik” atau “kematian yang baik”. Dalam arti aslinya (Yunani) kata ini lebih berpusat pada cara seseorang mati yakni dengan hati yang tenang dan damai, namun bukan pada percepatan kematian.

126

• EUTHANASIA AKTIF artinya mengambil keputusan untuk melaksanakan upaya menghentikan kehidupan. Tindakan ini secara sengaja dilakukan oleh dokter atau tenaga medis lainnya untuk memperpendek atau mengakhiri hidup pasien. Misalnya, melakukan suntikan dengan obat tertentu agar pasien tersebut meninggal. • EUTHANASIA PASIF artinya memutuskan untuk tidak mengambil tindakan atau tidak melakukan terapi. Dokter atau tenaga kesehatan lain secara sengaja tidak (lagi) memberikan bantuan medis yang dapat memperpanjang hidup kepada pasien. Misalnya, terapi dihentikan atau tidak dilanjutkan karena tidak ada biaya, tidak ada alat ataupun terapi dinyatakan tidak berguna lagi. • AUTO-EUTHANASIA artinya seorang pasien menolak secara tegas dengan sadar untuk menerima perawatan medis dan ia mengetahui bahwa penolakan

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

ini akan memperpendek atau mengakhiri hidupnya. Dari penolakan tersebut ia membuat sebuah codicil (pernyataan tertulis tangan). Auto-euthanasia pada dasarnya lebih dikategorikan kepada euthanasia pasif. Menurut Deklarasi Lisabon 1981, Euthanasia dari sudut kemanusiaan dibenarkan dan merupakan hak bagi pasien yang menderita sakit yang tidak dapat disembuhkan. Namun dalam prakteknya dokter tidak mudah melakukan euthanasia, karena ada dua kendala. Pertama, dokter terikat dengan kode etik kedokteran bahwa ia dituntut membantu meringankan penderitaan pasien tapi di sisi lain, dokter menghilangkan nyawa orang lain yang berarti melanggar kode etik kedokteran itu sendiri. Kedua, tindakan menghilangkan nyawa orang lain merupakan tindak pidana di negara mana pun. (Utomo, 2003:178). Apabila dari segi hukum di Indonesia, apakah diperbolehkan? Undang-undang yang tertulis dalam KUHP hanya melihat dari dokter sebagai pelaku utama Euthanasia, khususnya euthanasia aktif dan dianggap sebagai suatu pembunuhan berencana, atau

dengan sengaja menghilangkan nyawa seseorang (Pasal 338, 340, 344, 345, dan 359). Dari Segi Iman Kristen, Apakah Euthanasia itu Dibenarkan? Pada dasarnya, hidup dan mati adalah hak Tuhan. Bila kita melihat Firman Tuhan di Ulangan 32:39, yaitu: ”Lihatlah sekarang, bahwa Aku, Akulah Dia. Tidak ada Allah kecuali Aku. Akulah yang mematikan dan yang menghidupkan, Aku telah meremukkan, tetapi Akulah yang menyembuhkan, dan seorangpun tidak ada yang dapat melepaskan dari tangan-Ku.” Ada pula tertulis di Keluaran 20:13 : ”Jangan Membunuh”. Jadi, mengapa kita mau merampas hak Tuhan untuk membunuh atau mengambil nyawa orang lain? Mungkin kita bisa berdalih atau mencari Kebenaran Relatif (kebenaran relatif, dibenarkan karena tergantung situasi dan kondisi), orang yang kita sayangi sakit parah dan tidak bisa disembuhkan lagi, atau kita tidak mampu / tidak memiliki biaya lagi untuk biaya pengobatan keluarga atau teman kita itu, karena itu tega atau tidak tega melihat penderitaan pasien kita menandatangani persetujuan untuk memberi suntikan kematian kepada keluarga kita. ( bersambung ke hal. 149 ) NAFIRI JUNI 2013

127


Euthanasia sebenarnya bisa dikategorikan dari berbagai macam, yang paling umum dibahas adalah dari segi bentuknya, yaitu :

memiliki pengertian yang berbeda seiring perjalanan waktu. Kata Euthanasia terdiri dari dua kata dari bahasa Yunani eu (baik) dan thánatos (kematian). Jadi secara umum Euthanasia berarti kematian yang layak (lembut) atau kematian yang baik (good death). Beberapa kata lain yang berdasar pada gabungan dua kata tersebut misalnya Euthanatio, yaitu: aku menjalani kematian yang layak, atau euthanatos (kata sifat) yang berarti “mati dengan mudah“, “mati dengan baik” atau “kematian yang baik”. Dalam arti aslinya (Yunani) kata ini lebih berpusat pada cara seseorang mati yakni dengan hati yang tenang dan damai, namun bukan pada percepatan kematian.

126

• EUTHANASIA AKTIF artinya mengambil keputusan untuk melaksanakan upaya menghentikan kehidupan. Tindakan ini secara sengaja dilakukan oleh dokter atau tenaga medis lainnya untuk memperpendek atau mengakhiri hidup pasien. Misalnya, melakukan suntikan dengan obat tertentu agar pasien tersebut meninggal. • EUTHANASIA PASIF artinya memutuskan untuk tidak mengambil tindakan atau tidak melakukan terapi. Dokter atau tenaga kesehatan lain secara sengaja tidak (lagi) memberikan bantuan medis yang dapat memperpanjang hidup kepada pasien. Misalnya, terapi dihentikan atau tidak dilanjutkan karena tidak ada biaya, tidak ada alat ataupun terapi dinyatakan tidak berguna lagi. • AUTO-EUTHANASIA artinya seorang pasien menolak secara tegas dengan sadar untuk menerima perawatan medis dan ia mengetahui bahwa penolakan

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

ini akan memperpendek atau mengakhiri hidupnya. Dari penolakan tersebut ia membuat sebuah codicil (pernyataan tertulis tangan). Auto-euthanasia pada dasarnya lebih dikategorikan kepada euthanasia pasif. Menurut Deklarasi Lisabon 1981, Euthanasia dari sudut kemanusiaan dibenarkan dan merupakan hak bagi pasien yang menderita sakit yang tidak dapat disembuhkan. Namun dalam prakteknya dokter tidak mudah melakukan euthanasia, karena ada dua kendala. Pertama, dokter terikat dengan kode etik kedokteran bahwa ia dituntut membantu meringankan penderitaan pasien tapi di sisi lain, dokter menghilangkan nyawa orang lain yang berarti melanggar kode etik kedokteran itu sendiri. Kedua, tindakan menghilangkan nyawa orang lain merupakan tindak pidana di negara mana pun. (Utomo, 2003:178). Apabila dari segi hukum di Indonesia, apakah diperbolehkan? Undang-undang yang tertulis dalam KUHP hanya melihat dari dokter sebagai pelaku utama Euthanasia, khususnya euthanasia aktif dan dianggap sebagai suatu pembunuhan berencana, atau

dengan sengaja menghilangkan nyawa seseorang (Pasal 338, 340, 344, 345, dan 359). Dari Segi Iman Kristen, Apakah Euthanasia itu Dibenarkan? Pada dasarnya, hidup dan mati adalah hak Tuhan. Bila kita melihat Firman Tuhan di Ulangan 32:39, yaitu: ”Lihatlah sekarang, bahwa Aku, Akulah Dia. Tidak ada Allah kecuali Aku. Akulah yang mematikan dan yang menghidupkan, Aku telah meremukkan, tetapi Akulah yang menyembuhkan, dan seorangpun tidak ada yang dapat melepaskan dari tangan-Ku.” Ada pula tertulis di Keluaran 20:13 : ”Jangan Membunuh”. Jadi, mengapa kita mau merampas hak Tuhan untuk membunuh atau mengambil nyawa orang lain? Mungkin kita bisa berdalih atau mencari Kebenaran Relatif (kebenaran relatif, dibenarkan karena tergantung situasi dan kondisi), orang yang kita sayangi sakit parah dan tidak bisa disembuhkan lagi, atau kita tidak mampu / tidak memiliki biaya lagi untuk biaya pengobatan keluarga atau teman kita itu, karena itu tega atau tidak tega melihat penderitaan pasien kita menandatangani persetujuan untuk memberi suntikan kematian kepada keluarga kita. ( bersambung ke hal. 149 ) NAFIRI JUNI 2013

127


EVENT NOTES

Perjuangan dan kerjasama Ibu Suan dan Ibu Siska dalam sebuah game

U

/ Kristiyani Sinjaya /

ntuk menjalin persekutuan yang erat dan penuh persaudaraan antar WITA (Wanita Idaman Tuhan Allah), pada 26 April 2013 Komisi Wanita GKY BSD mengadakan Persekutuan Padang di Taman Wisata Mekarsari, Jl. Raya Cileungsi - Jonggol Km. 3, Cileungsi, Bogor. Dengan penuh semangat, 71 wanita mengikuti acara ini. Acara ini dikemas secara rileks, dengan puji-pujian, pemberitaan Firman Tuhan, berbagai games, ramah tamah dan belanja buah bersama. Pemberitaan Firman Tuhan disampaikan oleh Pembina Komisi Wanita, GI Eliyani Sugicahyono. Selaras dengan tema bulan April “WITA yang Rajin”, maka tema persekutuan padang kali ini adalah “Ora et labora”. Berdoa dan bekerja adalah dua hal yang harus dilakukan secara seimbang oleh WITA. Dalam hidup ini, apabila hanya bekerja dan bekerja, tanpa berdoa, maka akan menjadi wanita yang

128

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

tidak berbahagia. Demikian sebaliknya bila hanya berdoa dan berdoa, tanpa bekerja, berarti telah menjadi pemalas dan tidak dibenarkan. Amsal mengajarkan untuk belajar kepada semut, walaupun tidak ada pemimpin, terus bekerja. Di akhir pemberitaan Firman Tuhan, GI Eliyani mengajak seluruh wanita untuk menjadi WITA yang berdoa kepada Tuhan, tetapi tidak mengabaikan berkarya bagi kemuliaan nama Tuhan. Persekutuan padang ini diakhiri dengan makan bersama dan waktu bebas bagi wanita yang ingin

menikmati berbelanja dan memetik buah di lokasi ini. Bersyukur atas pimpinan Tuhan untuk acara ini boleh berlangsung dengan penuh sukacita dan keakraban. Akhir kata, Mari kaum wanita kita tunjukkan kualitas WITA yang suka berdoa dan juga berkarya bagi kemuliaan nama Tuhan dengan bergabung bersama dalam Persekutuan Komisi Wanita GKY BSD setiap Jumat, pukul 10.30 - 12.00. Soli Deo Gloria

NAFIRI JUNI 2013

129


EVENT NOTES

Perjuangan dan kerjasama Ibu Suan dan Ibu Siska dalam sebuah game

U

/ Kristiyani Sinjaya /

ntuk menjalin persekutuan yang erat dan penuh persaudaraan antar WITA (Wanita Idaman Tuhan Allah), pada 26 April 2013 Komisi Wanita GKY BSD mengadakan Persekutuan Padang di Taman Wisata Mekarsari, Jl. Raya Cileungsi - Jonggol Km. 3, Cileungsi, Bogor. Dengan penuh semangat, 71 wanita mengikuti acara ini. Acara ini dikemas secara rileks, dengan puji-pujian, pemberitaan Firman Tuhan, berbagai games, ramah tamah dan belanja buah bersama. Pemberitaan Firman Tuhan disampaikan oleh Pembina Komisi Wanita, GI Eliyani Sugicahyono. Selaras dengan tema bulan April “WITA yang Rajin”, maka tema persekutuan padang kali ini adalah “Ora et labora”. Berdoa dan bekerja adalah dua hal yang harus dilakukan secara seimbang oleh WITA. Dalam hidup ini, apabila hanya bekerja dan bekerja, tanpa berdoa, maka akan menjadi wanita yang

128

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

tidak berbahagia. Demikian sebaliknya bila hanya berdoa dan berdoa, tanpa bekerja, berarti telah menjadi pemalas dan tidak dibenarkan. Amsal mengajarkan untuk belajar kepada semut, walaupun tidak ada pemimpin, terus bekerja. Di akhir pemberitaan Firman Tuhan, GI Eliyani mengajak seluruh wanita untuk menjadi WITA yang berdoa kepada Tuhan, tetapi tidak mengabaikan berkarya bagi kemuliaan nama Tuhan. Persekutuan padang ini diakhiri dengan makan bersama dan waktu bebas bagi wanita yang ingin

menikmati berbelanja dan memetik buah di lokasi ini. Bersyukur atas pimpinan Tuhan untuk acara ini boleh berlangsung dengan penuh sukacita dan keakraban. Akhir kata, Mari kaum wanita kita tunjukkan kualitas WITA yang suka berdoa dan juga berkarya bagi kemuliaan nama Tuhan dengan bergabung bersama dalam Persekutuan Komisi Wanita GKY BSD setiap Jumat, pukul 10.30 - 12.00. Soli Deo Gloria

NAFIRI JUNI 2013

129


/ Nico Tanles Tjhin /

Sebagai sesama anggota Gereja, kita harus saling mengingatkan akan tri fungsi Gereja agar terus tertanam pada hati dan pikiran kita. Pertama, Gereja berfungsi sebagai “wadah” untuk persekutuan (Koinonia) orang-orang percaya. Kedua, Gereja juga mempunyai fungsi pelayanan (Diakonia) baik dalam bentuk materi maupun non-materi. Terakhir, kita juga tidak boleh melupakan fungsi yang ketiga dari Gereja, yaitu kesaksian (Marturia).

LOWELL:

130

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

K ita semua pasti ingin memiliki sebuah gereja yang aktif menjalankan ketiga fungsi tersebut. Fungsi yang dikupas kali ini adalah fungsi yang ketiga, Marturia. Gereja dipanggil Tuhan Yesus untuk bersaksi dan memberitakan kabar baik. Kita orang percaya harus punya kesadaran untuk memberitakan apa yang kita yakini

baik secara individu maupun sebagai persekutuan. Kegiatan menyebarkan kabar baik mengenai keselamatan sering juga disebut kegiatan misi. Namun tidak banyak orang yang terpanggil dalam hal misi karena pelayanan misi ini membutuhkan orang-orang yang rela keluar dari zona nyamannya untuk menghadapi tantangan yang relatif berat. Seperti masuk ke daerah-daerah terpencil, berinteraksi dengan orang-orang yang tidak dikenal, dan bahkan mengalami penolakan. Bersyukur di gereja kita mempunyai sosok yang sangat peduli dalam hal pemberitaan Injil, yaitu Lowell, Majelis Gereja yang memimpin Bidang Misi. Dalam masa kepengurusannya, Lowell dan tim menjalankan beberapa program yang telah dirancang secara matang. Salah satu program yang butuh usaha dan perhatian lebih adalah Mission Trip. Dalam hal menentukan tempat yang akan dijangkau saja perlu diadakan survei dan pertimbangan yang baik. Jika periode kemajelisan sebelumnya gereja kita melakukan Mission Trip ke tempat-tempat yang berbeda (Sumatera, Jawa Timur, Tengger, Lampung, Sulawesi), maka kali ini Lowell ingin memfokuskan Mission Trip di satu daerah saja, yaitu Kalimantan Tengah (Kalteng). Kenapa Kalteng? Faktor kebutuhan lapangan kerja menjadi NAFIRI JUNI 2013

131


/ Nico Tanles Tjhin /

Sebagai sesama anggota Gereja, kita harus saling mengingatkan akan tri fungsi Gereja agar terus tertanam pada hati dan pikiran kita. Pertama, Gereja berfungsi sebagai “wadah” untuk persekutuan (Koinonia) orang-orang percaya. Kedua, Gereja juga mempunyai fungsi pelayanan (Diakonia) baik dalam bentuk materi maupun non-materi. Terakhir, kita juga tidak boleh melupakan fungsi yang ketiga dari Gereja, yaitu kesaksian (Marturia).

LOWELL:

130

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

K ita semua pasti ingin memiliki sebuah gereja yang aktif menjalankan ketiga fungsi tersebut. Fungsi yang dikupas kali ini adalah fungsi yang ketiga, Marturia. Gereja dipanggil Tuhan Yesus untuk bersaksi dan memberitakan kabar baik. Kita orang percaya harus punya kesadaran untuk memberitakan apa yang kita yakini

baik secara individu maupun sebagai persekutuan. Kegiatan menyebarkan kabar baik mengenai keselamatan sering juga disebut kegiatan misi. Namun tidak banyak orang yang terpanggil dalam hal misi karena pelayanan misi ini membutuhkan orang-orang yang rela keluar dari zona nyamannya untuk menghadapi tantangan yang relatif berat. Seperti masuk ke daerah-daerah terpencil, berinteraksi dengan orang-orang yang tidak dikenal, dan bahkan mengalami penolakan. Bersyukur di gereja kita mempunyai sosok yang sangat peduli dalam hal pemberitaan Injil, yaitu Lowell, Majelis Gereja yang memimpin Bidang Misi. Dalam masa kepengurusannya, Lowell dan tim menjalankan beberapa program yang telah dirancang secara matang. Salah satu program yang butuh usaha dan perhatian lebih adalah Mission Trip. Dalam hal menentukan tempat yang akan dijangkau saja perlu diadakan survei dan pertimbangan yang baik. Jika periode kemajelisan sebelumnya gereja kita melakukan Mission Trip ke tempat-tempat yang berbeda (Sumatera, Jawa Timur, Tengger, Lampung, Sulawesi), maka kali ini Lowell ingin memfokuskan Mission Trip di satu daerah saja, yaitu Kalimantan Tengah (Kalteng). Kenapa Kalteng? Faktor kebutuhan lapangan kerja menjadi NAFIRI JUNI 2013

131


salah satu pertimbangan utama. Gereja kita juga prihatin akan pelayanan yang kurang cepat tanggap terhadap daerah Kalteng. Terlebih lagi di sana kita sudah mempunyai PPMT (Pusat Pelatihan Masyarakat Terpadu) yang dapat dimanfaatkan secara maksimal. Membangun perekonomian dari segi bercocok tanam atau pertanian adalah langkah awal pembuka jalan untuk menyampaikan kabar baik. Hal ini dapat memajukan kesejahteraan rakyat Kalteng, sekaligus membangun kepercayaan mereka terhadap kita orang Kristen. Ketika ditanya siapa yang akan membantu mengurus masalah teknis pertanian, Lowell menjawab, “Puji Tuhan kita mempunyai teman, Pak Danny, yang memiliki hati melayani. Beliau ahli dalam hal pertanian dan kita akan minta advice beliau.” Untuk gambaran ke depan, Lowell juga memiliki kerinduan untuk melihat desa-desa yang kita kunjungi dan bantu, suatu hari, berhasil mandiri secara ekonomi, mampu menghasilkan sesuatu untuk dijual. Tidak hanya menginjili dengan Mission Trip, Majelis juga merancang dan menjalankan program visitasi pasien ke rumah sakit terdekat. Untuk saat ini GKY BSD bekerja sama dengan RS Eka. Pihak rumah sakit menyediakan data pasien Kristen untuk dikunjungi dan didoakan. Kita datangi untuk berbincang-bincang, menghibur, dan 132

mendoakan mereka secara langsung. Namun terkadang, pasien disebelahnya ikut berbincang-bincang dan bersedia untuk didoakan juga, meskipun dia bukan Kristen. Gereja kita tidak selalu terjun langsung untuk melakukan penginjilan. Lowell juga membuat program beasiswa untuk menyekolahkan hamba-hamba Tuhan di jurusan Teologia, agar mereka yang terpanggil dapat diperlengkapi untuk memberitakan Injil dengan lebih cakap dan reliable. Beberapa sekolah Teologia yang kita support memberikan beasiswa antara lain STT SAPPI (Studi Alkitab untuk Pengembangan Pertanian Indonesia), STT Trinity, dan STT Amanat Agung. Sedangkan untuk calon hambahamba Tuhan yang ditawarkan beasiswa kita memprioritaskan mereka yang berasal dari daerah (Nias, Irian, Sulawesi), mereka yang mempunyai hati menjadi hamba Tuhan namun tidak mempunyai kemampuan secara finansial. “Memang ada sih yang di tengah jalan gugur, mungkin karena motivasi masing-masing orang pada awalnya berbeda. Yang kami harapkan tentunya mereka ingin sekolah Teologia karena panggilan.” Ungkap Pak Lowell. Setiap tahunnya, Gereja kita menyekolahkan kurang lebih lima calon hamba Tuhan sampai lulus. Setelah mereka lulus, diharapkan dapat melayani juga di Gereja kita, tapi hal itu

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

tidak diwajibkan. Karena kita menyadari mereka butuh proses adaptasi lagi di lingkungan Gereja yang terletak di kota besar seperti BSD. “Kalau ditaruh di kota mereka bisa stress kali, kalau di desa bisa lebih enjoy.” guyon Lowell. Sebagian besar dari mereka memang terlatih sebagai orang lapangan, seperti para hamba Tuhan lulusan STT SAPPI. Sebenarnya program beasiswa ini adalah program lanjutan dari kepengurusan Majelis sebelumnya, hanya kali ini Gereja kita memperluas jangkauannya sampai ke luar negeri. Bekerjasama dengan OMF (Overseas Missionary Fellowship), kita membiayai dan mendukung satu orang, Mei Arwan, yang terpanggil untuk melayani di China, di daerah yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Ketika ditanya apa yang menjadi kerinduan Lowell, beliau menjawab, “Saya ingin membakar semangat dan melibatkan lebih banyak orang dari gereja kita, terutama anak-anak muda.” Salah satu cara yang dilakukan Lowell adalah menjalankan bulan misi pada bulan April lalu. Ada juga rencana mengadakan kelas EE (Evangelism Explosion) kembali yang difokuskan untuk anak Remaja dan Pemuda. Namun beliau yakin bahwa ketika kita terjun langsung ke lapangan untuk menginjili, maka yang dirasakan pun akan jauh berbeda dibandingkan kita hanya duduk mendengar kesaksian

dan ajaran dari orang-orang yang mempunyai hati melayani di misi. Terdapat juga satu program dari bidang Misi yang bekerja sama dengan bidang Diakonia, yaitu Stop Out. Stop Out adalah sebuah program penjangkauan misi melalui kegiatan sosial bisa dalam bentuk pengobatan gratis dan pembangunan gedung gereja, Untuk saat ini Stop Out diadakan di sekitar daerah Tangerang. Agar mendapatkan efek jangka panjang yang maksimal, semua program kerja ini, khususnya Mission Trip, diharapkan dapat terus di-folow up setelah pelaksanaan selesai. Di samping itu, Lowell juga sudah merancang timeline kapan tahapan dari program-program tersebut harus sudah rampung. Tetapi, terlepas dari semua perencanaan yang telah dibuat oleh manusia seperti kita, Lowell yakin dan berkata, “Penginjilan itu tidak berbicara waktu. Penginjilan itu waktunya Tuhan.”

NAFIRI JUNI 2013

133


salah satu pertimbangan utama. Gereja kita juga prihatin akan pelayanan yang kurang cepat tanggap terhadap daerah Kalteng. Terlebih lagi di sana kita sudah mempunyai PPMT (Pusat Pelatihan Masyarakat Terpadu) yang dapat dimanfaatkan secara maksimal. Membangun perekonomian dari segi bercocok tanam atau pertanian adalah langkah awal pembuka jalan untuk menyampaikan kabar baik. Hal ini dapat memajukan kesejahteraan rakyat Kalteng, sekaligus membangun kepercayaan mereka terhadap kita orang Kristen. Ketika ditanya siapa yang akan membantu mengurus masalah teknis pertanian, Lowell menjawab, “Puji Tuhan kita mempunyai teman, Pak Danny, yang memiliki hati melayani. Beliau ahli dalam hal pertanian dan kita akan minta advice beliau.” Untuk gambaran ke depan, Lowell juga memiliki kerinduan untuk melihat desa-desa yang kita kunjungi dan bantu, suatu hari, berhasil mandiri secara ekonomi, mampu menghasilkan sesuatu untuk dijual. Tidak hanya menginjili dengan Mission Trip, Majelis juga merancang dan menjalankan program visitasi pasien ke rumah sakit terdekat. Untuk saat ini GKY BSD bekerja sama dengan RS Eka. Pihak rumah sakit menyediakan data pasien Kristen untuk dikunjungi dan didoakan. Kita datangi untuk berbincang-bincang, menghibur, dan 132

mendoakan mereka secara langsung. Namun terkadang, pasien disebelahnya ikut berbincang-bincang dan bersedia untuk didoakan juga, meskipun dia bukan Kristen. Gereja kita tidak selalu terjun langsung untuk melakukan penginjilan. Lowell juga membuat program beasiswa untuk menyekolahkan hamba-hamba Tuhan di jurusan Teologia, agar mereka yang terpanggil dapat diperlengkapi untuk memberitakan Injil dengan lebih cakap dan reliable. Beberapa sekolah Teologia yang kita support memberikan beasiswa antara lain STT SAPPI (Studi Alkitab untuk Pengembangan Pertanian Indonesia), STT Trinity, dan STT Amanat Agung. Sedangkan untuk calon hambahamba Tuhan yang ditawarkan beasiswa kita memprioritaskan mereka yang berasal dari daerah (Nias, Irian, Sulawesi), mereka yang mempunyai hati menjadi hamba Tuhan namun tidak mempunyai kemampuan secara finansial. “Memang ada sih yang di tengah jalan gugur, mungkin karena motivasi masing-masing orang pada awalnya berbeda. Yang kami harapkan tentunya mereka ingin sekolah Teologia karena panggilan.” Ungkap Pak Lowell. Setiap tahunnya, Gereja kita menyekolahkan kurang lebih lima calon hamba Tuhan sampai lulus. Setelah mereka lulus, diharapkan dapat melayani juga di Gereja kita, tapi hal itu

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

tidak diwajibkan. Karena kita menyadari mereka butuh proses adaptasi lagi di lingkungan Gereja yang terletak di kota besar seperti BSD. “Kalau ditaruh di kota mereka bisa stress kali, kalau di desa bisa lebih enjoy.” guyon Lowell. Sebagian besar dari mereka memang terlatih sebagai orang lapangan, seperti para hamba Tuhan lulusan STT SAPPI. Sebenarnya program beasiswa ini adalah program lanjutan dari kepengurusan Majelis sebelumnya, hanya kali ini Gereja kita memperluas jangkauannya sampai ke luar negeri. Bekerjasama dengan OMF (Overseas Missionary Fellowship), kita membiayai dan mendukung satu orang, Mei Arwan, yang terpanggil untuk melayani di China, di daerah yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Ketika ditanya apa yang menjadi kerinduan Lowell, beliau menjawab, “Saya ingin membakar semangat dan melibatkan lebih banyak orang dari gereja kita, terutama anak-anak muda.” Salah satu cara yang dilakukan Lowell adalah menjalankan bulan misi pada bulan April lalu. Ada juga rencana mengadakan kelas EE (Evangelism Explosion) kembali yang difokuskan untuk anak Remaja dan Pemuda. Namun beliau yakin bahwa ketika kita terjun langsung ke lapangan untuk menginjili, maka yang dirasakan pun akan jauh berbeda dibandingkan kita hanya duduk mendengar kesaksian

dan ajaran dari orang-orang yang mempunyai hati melayani di misi. Terdapat juga satu program dari bidang Misi yang bekerja sama dengan bidang Diakonia, yaitu Stop Out. Stop Out adalah sebuah program penjangkauan misi melalui kegiatan sosial bisa dalam bentuk pengobatan gratis dan pembangunan gedung gereja, Untuk saat ini Stop Out diadakan di sekitar daerah Tangerang. Agar mendapatkan efek jangka panjang yang maksimal, semua program kerja ini, khususnya Mission Trip, diharapkan dapat terus di-folow up setelah pelaksanaan selesai. Di samping itu, Lowell juga sudah merancang timeline kapan tahapan dari program-program tersebut harus sudah rampung. Tetapi, terlepas dari semua perencanaan yang telah dibuat oleh manusia seperti kita, Lowell yakin dan berkata, “Penginjilan itu tidak berbicara waktu. Penginjilan itu waktunya Tuhan.”

NAFIRI JUNI 2013

133


EVENT NOTES

/ Meirika /

“Hormatilah ayahmu dan ibumu supaya lanjut umurmu…” (Keluaran 20:12)

P

enghormatan kepada orang tua adalah suatu prinsip yang dijunjung tinggi, tidak hanya oleh gereja namun juga oleh masyarakat dunia. Secara umum, masyarakat internasional, khususnya di Amerika, mengkhususkan hari Minggu kedua pada bulan Mei sebagai perayaan Hari Ibu. Namun gereja kita mengadaptasinya sebagai Hari Orang Tua atau Parents Day, untuk menghormati tidak hanya ibu namun juga ayah. Pada tahun ini, gereja GKY Jemaat BSD merayakannya pada minggu ketiga, 19 Mei 2013. Secara khusus, ibadah pertama dan kedua, yang juga bertepatan dengan hari Pentakosta, didedikasikan untuk merayakan Hari Orang Tua. Tidak seperti biasanya, sebuah drama disuguhkan sebelum penyampaian firman Tuhan. Kisah ini 134

dibuka dengan kehadiran seorang gadis remaja bernama Davina yang merasa kesepian karena kesibukan orang tuanya. Ia merindukan sosok ibu yang selalu menantikan ia pulang sekolah serta dapat menemani ia dan adiknya makan bersama. Paradoksnya, ibunya justru merasa anaknya sudah tumbuh besar sehingga tidak lagi memerlukan perhatian, asalkan semua kebutuhannya telah terpenuhi. Akhirnya, Davina mengungkapkan kekesalannya kepada ayah dan ibunya dan berujung dengan saling menyalahkan. Di tengah situasi inilah hadir kakek dan neneknya. Dengan penuh kearifan, mereka berusaha menjembatani perseteruan ini dan mengingatkan orang tua Davina akan kebutuhan esensial anak-anak mereka, bukan harta-benda namun kehadiran kedua orang tuanya. Nasehat ini dipadankan dengan pengorbanan Kristus yang mampu memahami kebutuhan manusia yang paling mendasar, yaitu pengampunan dosa yang Ia wujudkan melalui pengorbanan-

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

Nya di kayu salib. Jemaat juga disegarkan dengan firman Tuhan bertajuk ‘Kasih Kristus dalam Keluarga’ yang dibawakan oleh Pdt. Yakub Susabda, seorang Hamba Tuhan dan konselor keluarga. Mengawali dengan bacaan 1 Yohanes 4:8, beliau memaparkan perbedaan antara kasih yang dimiliki oleh orang tua Kristen dan orang tua non Kristen. Tidak dapat dipungkiri bahwa banyak dari orang tua di luar gereja, jika mereka memiliki life structure yang baik dan kokoh, dapat luar biasa mengasihi anak-anak mereka dengan kasih natural yang mereka miliki. Namun begitu, kasih natural itu tidak cukup karena pada dasarnya yang diperlukan oleh manusia berdosa adalah kasih Allah yang tidak dapat digantikan ataupun dicampurkan dengan kasih natural manusia. Karena itu, setiap dari kita perlu ‘mengosongkan’ diri kita dari kasih natural itu dan menggantikannya dengan kasih Allah. Hal ini merupakan Firman Tuhan yang begitu menyentak

dan memberi paradigma yang baru dalam pemahaman kita sebagai orang percaya. Di akhir khotbah, beliau berpesan agar setiap keluarga Kristen mengizinkan Roh Kudus yang memimpin sehingga kasih Tuhan juga dapat lahir dan memancar melalui kita semua. Ibadah Hari Orang Tua ini ditutup dengan momen pemberian bunga yang diwakili oleh Paduan Suara Anak The White Lily (TWL) dan Paduan Suara Remaja Fidelis sebagai representasi anak untuk menyatakan penghormatan dan kasih kepada orang tua. TWL membawakan pujian ‘Prayer for Parents’ dan kemudian bersama Fidelis menyanyikan juga pujian ‘Special Moments’ dan ‘Keluarga yang Kuat’. Pujian yang begitu indah dan menyentuh menggambarkan peranan orang tua, tidak hanya dalam membesarkan dan merawat anak-anak hingga tumbuh dewasa, namun juga mendidik mereka dalam kebenaran Tuhan, melalui Firman dan doa. Di penghujung acara, setiap keluarga diberi kesempatan untuk berkumpul serta bergandengan tangan dan berdoa bersama. Sungguh indah melihat ibu yang memeluk puteranya atau ayah yang mengusap kepala puterinya. Suatu momen ywang mungkin tidak kita miliki lagi di rumah karena segala kesibukan dan beban harian kita. Kiranya kasih Tuhan dapat memancar melalui kehadiran keluargakeluarga Kristen yang sungguh hidup takut dan bergantung pada-Nya. Selamat Hari Orang Tua! NAFIRI JUNI 2013

135


EVENT NOTES

/ Meirika /

“Hormatilah ayahmu dan ibumu supaya lanjut umurmu…” (Keluaran 20:12)

P

enghormatan kepada orang tua adalah suatu prinsip yang dijunjung tinggi, tidak hanya oleh gereja namun juga oleh masyarakat dunia. Secara umum, masyarakat internasional, khususnya di Amerika, mengkhususkan hari Minggu kedua pada bulan Mei sebagai perayaan Hari Ibu. Namun gereja kita mengadaptasinya sebagai Hari Orang Tua atau Parents Day, untuk menghormati tidak hanya ibu namun juga ayah. Pada tahun ini, gereja GKY Jemaat BSD merayakannya pada minggu ketiga, 19 Mei 2013. Secara khusus, ibadah pertama dan kedua, yang juga bertepatan dengan hari Pentakosta, didedikasikan untuk merayakan Hari Orang Tua. Tidak seperti biasanya, sebuah drama disuguhkan sebelum penyampaian firman Tuhan. Kisah ini 134

dibuka dengan kehadiran seorang gadis remaja bernama Davina yang merasa kesepian karena kesibukan orang tuanya. Ia merindukan sosok ibu yang selalu menantikan ia pulang sekolah serta dapat menemani ia dan adiknya makan bersama. Paradoksnya, ibunya justru merasa anaknya sudah tumbuh besar sehingga tidak lagi memerlukan perhatian, asalkan semua kebutuhannya telah terpenuhi. Akhirnya, Davina mengungkapkan kekesalannya kepada ayah dan ibunya dan berujung dengan saling menyalahkan. Di tengah situasi inilah hadir kakek dan neneknya. Dengan penuh kearifan, mereka berusaha menjembatani perseteruan ini dan mengingatkan orang tua Davina akan kebutuhan esensial anak-anak mereka, bukan harta-benda namun kehadiran kedua orang tuanya. Nasehat ini dipadankan dengan pengorbanan Kristus yang mampu memahami kebutuhan manusia yang paling mendasar, yaitu pengampunan dosa yang Ia wujudkan melalui pengorbanan-

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

Nya di kayu salib. Jemaat juga disegarkan dengan firman Tuhan bertajuk ‘Kasih Kristus dalam Keluarga’ yang dibawakan oleh Pdt. Yakub Susabda, seorang Hamba Tuhan dan konselor keluarga. Mengawali dengan bacaan 1 Yohanes 4:8, beliau memaparkan perbedaan antara kasih yang dimiliki oleh orang tua Kristen dan orang tua non Kristen. Tidak dapat dipungkiri bahwa banyak dari orang tua di luar gereja, jika mereka memiliki life structure yang baik dan kokoh, dapat luar biasa mengasihi anak-anak mereka dengan kasih natural yang mereka miliki. Namun begitu, kasih natural itu tidak cukup karena pada dasarnya yang diperlukan oleh manusia berdosa adalah kasih Allah yang tidak dapat digantikan ataupun dicampurkan dengan kasih natural manusia. Karena itu, setiap dari kita perlu ‘mengosongkan’ diri kita dari kasih natural itu dan menggantikannya dengan kasih Allah. Hal ini merupakan Firman Tuhan yang begitu menyentak

dan memberi paradigma yang baru dalam pemahaman kita sebagai orang percaya. Di akhir khotbah, beliau berpesan agar setiap keluarga Kristen mengizinkan Roh Kudus yang memimpin sehingga kasih Tuhan juga dapat lahir dan memancar melalui kita semua. Ibadah Hari Orang Tua ini ditutup dengan momen pemberian bunga yang diwakili oleh Paduan Suara Anak The White Lily (TWL) dan Paduan Suara Remaja Fidelis sebagai representasi anak untuk menyatakan penghormatan dan kasih kepada orang tua. TWL membawakan pujian ‘Prayer for Parents’ dan kemudian bersama Fidelis menyanyikan juga pujian ‘Special Moments’ dan ‘Keluarga yang Kuat’. Pujian yang begitu indah dan menyentuh menggambarkan peranan orang tua, tidak hanya dalam membesarkan dan merawat anak-anak hingga tumbuh dewasa, namun juga mendidik mereka dalam kebenaran Tuhan, melalui Firman dan doa. Di penghujung acara, setiap keluarga diberi kesempatan untuk berkumpul serta bergandengan tangan dan berdoa bersama. Sungguh indah melihat ibu yang memeluk puteranya atau ayah yang mengusap kepala puterinya. Suatu momen ywang mungkin tidak kita miliki lagi di rumah karena segala kesibukan dan beban harian kita. Kiranya kasih Tuhan dapat memancar melalui kehadiran keluargakeluarga Kristen yang sungguh hidup takut dan bergantung pada-Nya. Selamat Hari Orang Tua! NAFIRI JUNI 2013

135


/ Merilda Kristalya / amaku Merilda Kristalya, akrab di panggil Merilda atau Kristi. Sejak kecil aku sudah berjemaat di GKY BSD dan bertumbuh terus melalui kebaktian dan persekutuan yang ada di gereja. Puji Tuhan, tahun lalu aku diberikan kesempatan sekaligus tantangan baru untuk hidup di Bandung dan menimba ilmu disana. Memang sejak kecil aku sudah melihat papa (Hermanto) sebagai role model akan jadi apa aku besar nanti. Setiap ditanya orang, sejak SD aku sudah menjawab dengan mantap mau jadi kontraktor seperti papa. Namun, seperti anak-anak SMA biasanya, 136

akupun menemukan kebingungan mengenai studi apa yang akan aku ambil di tahun-tahun terakhir. Akhirnya berkat doa dan tuntunan kedua orang tuaku, aku bersyukur diberikan kesempatan untuk kuliah di Fakulas Teknik Sipil dan Lingkungan - Institut Teknologi Bandung (ITB). Aku bersyukur diterima di ITB lewat jalur undangan (jalur langsung dari sekolah tanpa test masuk PTN). Awalnya aku enggak berharap sama sekali karena setahuku untuk masuk PTN dengan jalur undangan itu sangat kecil kemungkinannya karena asal SMAku adalah sekolah Kristen swasta. Tapi puji Tuhan aku bisa lolos dengan pilihan pertama kampus dan jurusan yang aku pilih.

Kristen swasta yang hampir semua teman beragama Kristen. Sempat aku takut juga kalo ada racism karena aku bermata sipit, tapi ternyata enggak sama sekali. Kaum muda Indonesia ternyata pikirannya sudah modern dan sungguh menghargai keberagaman. Aku sungguh bersyukur ternyata hidup harmonis dalam keberagaman sungguh terasa di kampus. Aku sama sekali tidak pernah merasakan adanya racism atau bentuk lain yang sejenis. Mungkin awal-awal agak susah untuk mengingat nama orang karena nama-namanya tidak familiar, seperti Najmiah, Rohmah, Fauzi, dan sebagainya. Untuk temanteman yang berjilbab, mengingat namanya pun butuh kemampuan

ekstra. Namun bersyukur akhirnya aku bisa beradaptasi dan blend in dengan mereka. Ya, yang penting kita yang harus bisa supel dan mau berbaur. Ternyata justru senangnya kuliah di universitas negeri itu salah satunya juga karena keberagamannya. Baru aku benar-benar ngerasain Indonesia yang kaya akan budaya itu seperti apa. Unik banget ketika mendengar berbagai logat orang-orang dari luar pulau. Pelajaran di Kampus pastinya lebih berat dari SMA. Aku sering melihat Papa membaca banyak buku yang tebal-tebal dan berat, dan berpikir “Ya ampun… Papa rajin banget ya mau

KESAN PERTAMA Waktu masuk ITB, wah kampus negeri nih.. Seumur hidup dari sampai SMA aku selalu bersekolah di sekolah

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

Merilda di depan kampus ITB NAFIRI JUNI 2013

137


/ Merilda Kristalya / amaku Merilda Kristalya, akrab di panggil Merilda atau Kristi. Sejak kecil aku sudah berjemaat di GKY BSD dan bertumbuh terus melalui kebaktian dan persekutuan yang ada di gereja. Puji Tuhan, tahun lalu aku diberikan kesempatan sekaligus tantangan baru untuk hidup di Bandung dan menimba ilmu disana. Memang sejak kecil aku sudah melihat papa (Hermanto) sebagai role model akan jadi apa aku besar nanti. Setiap ditanya orang, sejak SD aku sudah menjawab dengan mantap mau jadi kontraktor seperti papa. Namun, seperti anak-anak SMA biasanya, 136

akupun menemukan kebingungan mengenai studi apa yang akan aku ambil di tahun-tahun terakhir. Akhirnya berkat doa dan tuntunan kedua orang tuaku, aku bersyukur diberikan kesempatan untuk kuliah di Fakulas Teknik Sipil dan Lingkungan - Institut Teknologi Bandung (ITB). Aku bersyukur diterima di ITB lewat jalur undangan (jalur langsung dari sekolah tanpa test masuk PTN). Awalnya aku enggak berharap sama sekali karena setahuku untuk masuk PTN dengan jalur undangan itu sangat kecil kemungkinannya karena asal SMAku adalah sekolah Kristen swasta. Tapi puji Tuhan aku bisa lolos dengan pilihan pertama kampus dan jurusan yang aku pilih.

Kristen swasta yang hampir semua teman beragama Kristen. Sempat aku takut juga kalo ada racism karena aku bermata sipit, tapi ternyata enggak sama sekali. Kaum muda Indonesia ternyata pikirannya sudah modern dan sungguh menghargai keberagaman. Aku sungguh bersyukur ternyata hidup harmonis dalam keberagaman sungguh terasa di kampus. Aku sama sekali tidak pernah merasakan adanya racism atau bentuk lain yang sejenis. Mungkin awal-awal agak susah untuk mengingat nama orang karena nama-namanya tidak familiar, seperti Najmiah, Rohmah, Fauzi, dan sebagainya. Untuk temanteman yang berjilbab, mengingat namanya pun butuh kemampuan

ekstra. Namun bersyukur akhirnya aku bisa beradaptasi dan blend in dengan mereka. Ya, yang penting kita yang harus bisa supel dan mau berbaur. Ternyata justru senangnya kuliah di universitas negeri itu salah satunya juga karena keberagamannya. Baru aku benar-benar ngerasain Indonesia yang kaya akan budaya itu seperti apa. Unik banget ketika mendengar berbagai logat orang-orang dari luar pulau. Pelajaran di Kampus pastinya lebih berat dari SMA. Aku sering melihat Papa membaca banyak buku yang tebal-tebal dan berat, dan berpikir “Ya ampun… Papa rajin banget ya mau

KESAN PERTAMA Waktu masuk ITB, wah kampus negeri nih.. Seumur hidup dari sampai SMA aku selalu bersekolah di sekolah

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

Merilda di depan kampus ITB NAFIRI JUNI 2013

137


. ..aku j a d i b isa melak u k a n b a n ya k h a l bar u d a n me n a mb a h penga la ma n -p e n g a la ma n mena r ik d a la m c e r it a kehidu p a n k u ...

Merilda (tengah) bersama teman-temannya sehabis olahraga di kampus

baca buku kayak gitu,” dan ternyata aku mengalaminya sekarang. Aku harus duduk berjam-jam membaca buku yang ribet, berbahasa Inggris pula. Tapi, karena memang aku suka pelajarannya, aku bisa menikmatinya. Tidak terbayangkan rasanya orang yang salah jurusan dan harus terpaksa mempelajari hal yang bukan bagian dari passion-nya, pasti berat sekali. Oleh karena itu, pilihan jurusan itu sangat penting, perlu didoakan dan digumulkan dari jauh-jauh hari. PENGALAMAN UNIK Tahun lalu, di ulang-tahunku yang ke19, hari itu hari Senin dan ada kuliah pagi jam 7. Aku sampai di kampus sekitar 138

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

jam 6.45. Aku dikejutkan oleh beberapa teman dekatku (yang aku kenal dimasa orientasi selama 2 minggu) di kampus yang telah membelikan kue dan kado spesial untuk surprise ulang tahunku. Aku bener-bener enggak berpikir ada yang tahu hari ulang tahunku, karena ulang tahunku jatuh pada tanggal 8 Oktober, sedangkan kami baru mulai kuliah itu akhir September. Aku sangat terharu, karena dari sekelompok cewek-cewek itu, hanya 1 yang Kristen dan lainnya Islam dan berjilbab. Aku tidak menyangka ternyata mereka bisa mengasihiku begitu rupa dan bisa begitu perhatian padaku. Justru beberapa teman Kristen dan Tionghoa yang aku lumayan dekat di Kampus hanya mengirim ucapan lewat bbm (blackberry messenger, red.) dan ucapan langsung di kelas. Tinggal terpisah dari orang tua menurut aku bisa memperluas life skill aku ke level yang lebih tinggi. Aku yang tadinya cuma bisa masak indomie,

jadi sudah bisa tumis sayuran, bikin udang goreng mayonaise, ikan goreng tepung, dan masakan-masakan seharihari lainnya. Aku yang tadinya masih enggak biasa kemana-mana naik kendaraan umum, jadi sudah biasa untuk bepergian menggunakan angkot, walau awal-awalnya pernah nyasarnyasar ke tempat enggak jelas. Kalau sakit biasanya langsung mengadu ke mama dan ditemenin ke dokter, sekarang harus ke dokter sendiri walaupun sambil nangis-nangis. Tapi justru kadang disitulah serunya, aku jadi bisa melakukan banyak hal baru dan menambah pengalamanpengalaman menarik dalam cerita kehidupanku. BERBUNGA Kalau bisa milih, aku jauh lebih pingin kuliah di Jakarta aja sih. Lebih dekat sama keluarga, dekat sama temanteman lamaku, terutama masih bisa ke gereja di GKY BSD. Tapi, memang Tuhan ingin aku berkembang dan keluar dari comfort zone-ku, dan salah satunya dengan menempatkan aku di Bandung. Semakin banyak kesesakan yang aku alami, semakin nyata kuasaNya dalam hidupku. Satu harapanku, supaya aku bisa membawa kemuliaan Tuhan di tengah orang-orang sekitar aku, berbunga di tempat aku ditanam

NAFIRI JUNI 2013

139


. ..aku j a d i b isa melak u k a n b a n ya k h a l bar u d a n me n a mb a h penga la ma n -p e n g a la ma n mena r ik d a la m c e r it a kehidu p a n k u ...

Merilda (tengah) bersama teman-temannya sehabis olahraga di kampus

baca buku kayak gitu,” dan ternyata aku mengalaminya sekarang. Aku harus duduk berjam-jam membaca buku yang ribet, berbahasa Inggris pula. Tapi, karena memang aku suka pelajarannya, aku bisa menikmatinya. Tidak terbayangkan rasanya orang yang salah jurusan dan harus terpaksa mempelajari hal yang bukan bagian dari passion-nya, pasti berat sekali. Oleh karena itu, pilihan jurusan itu sangat penting, perlu didoakan dan digumulkan dari jauh-jauh hari. PENGALAMAN UNIK Tahun lalu, di ulang-tahunku yang ke19, hari itu hari Senin dan ada kuliah pagi jam 7. Aku sampai di kampus sekitar 138

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

jam 6.45. Aku dikejutkan oleh beberapa teman dekatku (yang aku kenal dimasa orientasi selama 2 minggu) di kampus yang telah membelikan kue dan kado spesial untuk surprise ulang tahunku. Aku bener-bener enggak berpikir ada yang tahu hari ulang tahunku, karena ulang tahunku jatuh pada tanggal 8 Oktober, sedangkan kami baru mulai kuliah itu akhir September. Aku sangat terharu, karena dari sekelompok cewek-cewek itu, hanya 1 yang Kristen dan lainnya Islam dan berjilbab. Aku tidak menyangka ternyata mereka bisa mengasihiku begitu rupa dan bisa begitu perhatian padaku. Justru beberapa teman Kristen dan Tionghoa yang aku lumayan dekat di Kampus hanya mengirim ucapan lewat bbm (blackberry messenger, red.) dan ucapan langsung di kelas. Tinggal terpisah dari orang tua menurut aku bisa memperluas life skill aku ke level yang lebih tinggi. Aku yang tadinya cuma bisa masak indomie,

jadi sudah bisa tumis sayuran, bikin udang goreng mayonaise, ikan goreng tepung, dan masakan-masakan seharihari lainnya. Aku yang tadinya masih enggak biasa kemana-mana naik kendaraan umum, jadi sudah biasa untuk bepergian menggunakan angkot, walau awal-awalnya pernah nyasarnyasar ke tempat enggak jelas. Kalau sakit biasanya langsung mengadu ke mama dan ditemenin ke dokter, sekarang harus ke dokter sendiri walaupun sambil nangis-nangis. Tapi justru kadang disitulah serunya, aku jadi bisa melakukan banyak hal baru dan menambah pengalamanpengalaman menarik dalam cerita kehidupanku. BERBUNGA Kalau bisa milih, aku jauh lebih pingin kuliah di Jakarta aja sih. Lebih dekat sama keluarga, dekat sama temanteman lamaku, terutama masih bisa ke gereja di GKY BSD. Tapi, memang Tuhan ingin aku berkembang dan keluar dari comfort zone-ku, dan salah satunya dengan menempatkan aku di Bandung. Semakin banyak kesesakan yang aku alami, semakin nyata kuasaNya dalam hidupku. Satu harapanku, supaya aku bisa membawa kemuliaan Tuhan di tengah orang-orang sekitar aku, berbunga di tempat aku ditanam

NAFIRI JUNI 2013

139


Petunjuk:

Quiz NAFIRI kali ini ingin melihat apakah Anda mengenal dan memperhatikan dengan baik hamba-hamba Tuhan yang ditempatkan di GKY BSD. Mungkin kita tahu nama-nama mereka dengan benar, menyapa, mengajak ngobrol bahkan lebih lagi, misalkan Anda diam-diam suka membawa nama-nama mereka dalam doa Anda di malam hari. Namun demikian, pernahkah Anda bertanya halhal sederhana kepada mereka? Jika Anda cukup dekat dengan mereka, Anda pasti bisa menyelesaikan Quiz ini dengan mudah: 1. Dimana dan kapan tanggal lahir Pdt. Joni Sugicahyono? (tempat, tanggal, bulan, tahun) 2. Dimana dan kapan tanggal lahir GI. Eliyani Sugicahyono? (tempat, tanggal, bulan, tahun) 3. Dimana Pak Joni dan Bu Eliyani pertama kali bertemu dan berkenalan? 4. Kapan tanggal pernikahan Pak Joni dan Bu Eliyani? 5. Sebelum melayani di GKY BSD, dimana Pak Joni melayani? 6. Apakah hobby Bu Eliyani? 7. Apakah makanan kesukaan Bu Eliyani? 8. Siapa nama istri dan anak-anak GI. Chandra Arifin? 9. Dimana GI. Chandra menempuh pendidikan teologia? 10. Apakah warna kesukaan GI. Chandra? 11. Dimana dan kapan tanggal lahir GI. Edy Gurning dilahirkan? (tempat, tanggal, bulan, tahun) 12. Siapakah penulis buku kesukaan GI. Edy? 13. Dimana GI. Dessy Pane menempuh pendidikan teologia? 14. Siapakah nama anak Pak Edy dan Bu Dessy? 15. Bidang pelayanan apa sajakah yang ditangani oleh GI. Feri Irawan? 16. Sebelum menempuh pendidikan teologia, apakah GI. Feri pernah kuliah di tempat lain? Dimana? 140

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

Q UIZ N AF IRI EDISI JUNI 2013 Jawaban Quiz NAFIRI Edisi Ulang Tahun - Februari 2013: • Kirimkan jawaban anda ke redaksi NAFIRI dengan mencantumkan nama lengkap dan alamat anda. Anda juga boleh mengirimkan jawaban anda melalui email ke nafiri@gkybsd.org • Jawaban diterima oleh redaksi NAFIRI paling lambat tanggal 15 Agustus 2013. • Redaksi akan menetapkan 3 pemenang dengan undian. Setiap pemenang akan mendapat hadiah menarik. Selamat mencoba!

Pemenang Quiz Edisi Ulang Tahun - Februari 2013: • Elvis UB Jl. Talaud 4, Blok JE no. 3 Sektor 14.6 - Nusa Loka Bumi Serpong Damai Silakan mengambil hadiah anda pada bagian Tata Usaha GKY-BSD.

1. JASON REYNALDI PRIATNA 2. NATHANIEL HENDRADI 3. JESSICA OCTAVIA 4. ARINA PALILINGAN 5. CLARISSA THEODORA UTOMO 6. RAPHAEL CRISTIE PRIATNA 7. VALENCIA GABRIELLA 8. LIANY D. SUWITO 9. MARIANTI HIDAYAT 10. NATHANIA HENDRADI 11. RAYNARDI WINOTO 12. VERONICA WIJAYANTI 13. CRYSTAL L. PRANOTO 14. YONA ROLINE 15. MEIRIKA 16. WIWIK SOELASTRINI 17. BENJAMIN LIE 18. GUNTUR ISKANDAR 19. GEORGE HADI SANTOSO 20. SADIKIN KUSWANTO 21. EKA TRESNA GAUTAMA 22. HENRY SWABAWA

NAFIRI JUNI 2013

141


Petunjuk:

Quiz NAFIRI kali ini ingin melihat apakah Anda mengenal dan memperhatikan dengan baik hamba-hamba Tuhan yang ditempatkan di GKY BSD. Mungkin kita tahu nama-nama mereka dengan benar, menyapa, mengajak ngobrol bahkan lebih lagi, misalkan Anda diam-diam suka membawa nama-nama mereka dalam doa Anda di malam hari. Namun demikian, pernahkah Anda bertanya halhal sederhana kepada mereka? Jika Anda cukup dekat dengan mereka, Anda pasti bisa menyelesaikan Quiz ini dengan mudah: 1. Dimana dan kapan tanggal lahir Pdt. Joni Sugicahyono? (tempat, tanggal, bulan, tahun) 2. Dimana dan kapan tanggal lahir GI. Eliyani Sugicahyono? (tempat, tanggal, bulan, tahun) 3. Dimana Pak Joni dan Bu Eliyani pertama kali bertemu dan berkenalan? 4. Kapan tanggal pernikahan Pak Joni dan Bu Eliyani? 5. Sebelum melayani di GKY BSD, dimana Pak Joni melayani? 6. Apakah hobby Bu Eliyani? 7. Apakah makanan kesukaan Bu Eliyani? 8. Siapa nama istri dan anak-anak GI. Chandra Arifin? 9. Dimana GI. Chandra menempuh pendidikan teologia? 10. Apakah warna kesukaan GI. Chandra? 11. Dimana dan kapan tanggal lahir GI. Edy Gurning dilahirkan? (tempat, tanggal, bulan, tahun) 12. Siapakah penulis buku kesukaan GI. Edy? 13. Dimana GI. Dessy Pane menempuh pendidikan teologia? 14. Siapakah nama anak Pak Edy dan Bu Dessy? 15. Bidang pelayanan apa sajakah yang ditangani oleh GI. Feri Irawan? 16. Sebelum menempuh pendidikan teologia, apakah GI. Feri pernah kuliah di tempat lain? Dimana? 140

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

Q UIZ N AF IRI EDISI JUNI 2013 Jawaban Quiz NAFIRI Edisi Ulang Tahun - Februari 2013: • Kirimkan jawaban anda ke redaksi NAFIRI dengan mencantumkan nama lengkap dan alamat anda. Anda juga boleh mengirimkan jawaban anda melalui email ke nafiri@gkybsd.org • Jawaban diterima oleh redaksi NAFIRI paling lambat tanggal 15 Agustus 2013. • Redaksi akan menetapkan 3 pemenang dengan undian. Setiap pemenang akan mendapat hadiah menarik. Selamat mencoba!

Pemenang Quiz Edisi Ulang Tahun - Februari 2013: • Elvis UB Jl. Talaud 4, Blok JE no. 3 Sektor 14.6 - Nusa Loka Bumi Serpong Damai Silakan mengambil hadiah anda pada bagian Tata Usaha GKY-BSD.

1. JASON REYNALDI PRIATNA 2. NATHANIEL HENDRADI 3. JESSICA OCTAVIA 4. ARINA PALILINGAN 5. CLARISSA THEODORA UTOMO 6. RAPHAEL CRISTIE PRIATNA 7. VALENCIA GABRIELLA 8. LIANY D. SUWITO 9. MARIANTI HIDAYAT 10. NATHANIA HENDRADI 11. RAYNARDI WINOTO 12. VERONICA WIJAYANTI 13. CRYSTAL L. PRANOTO 14. YONA ROLINE 15. MEIRIKA 16. WIWIK SOELASTRINI 17. BENJAMIN LIE 18. GUNTUR ISKANDAR 19. GEORGE HADI SANTOSO 20. SADIKIN KUSWANTO 21. EKA TRESNA GAUTAMA 22. HENRY SWABAWA

NAFIRI JUNI 2013

141


HI

N

KI L

A

A

K

E

MUTI

R

U A

D U PA

P urchase order satu FCL tersebut tibatiba muncul di depan mata. Setelah hampir 8 tahun menawarkan dan selalu dimentahkan oleh R&D senior dari suatu perusahaan besar, tiba-tiba terjadi pergantian manager, dan hanya dalam waktu kurang dari setahun, raw material tersebut di-approved dan langsung muncul binis yang tak terduga. Kalau bukan Tuhan, semua itu tidak mungkin terjadi. Sebaliknya, kalau Tuhan mau, adalah perkara mudah bagi-Nya untuk membalikkan keadaan. Kebiasaan mencatat berkat dan pengalaman bersama Tuhan telah membangkitkan alasan bagi saya untuk belajar mengucap syukur bahkan di saat-saat yang sulit. Namun tentunya berkat-berkat tidak dimaksudkan hanya untuk dicatat dan disimpan bagi diri kita sendiri. Allah ingin kita menyaksikannya. Oleh karena itu, NAFIRI mengajak kita semua untuk saling membagikan berkat-berkat dalam mengalami Tuhan supaya semakin banyak orang yang lebih ingin lagi untuk mengenal Tuhan. Redaksi menyambut setiap sharing singkat dari jemaat. Silakan mengirimkan tulisan ke email: nafiri@gkybsd.org atau sms kata: “Kilau mutiara” kirim ke : +62-81382938620. Kami akan menelpon saudara untuk wawancara singkat melalui telpon, nanti redaksi akan menuangkan kesaksian saudara ke dalam tulisan. Terima kasih untuk setiap saudara yang sudah berkontribusi dalam penerbitan kali ini. Tuhan memberkati. 142

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

Natalia Susilowati: Tuhan Menyembuhkan Suami Saya Sudah cukup lama suami saya menderita darah tinggi. Saya hanya mampu untuk terus mendoakan dia. Apalagi saya juga rindu agar dia rajin datang di kebaktian doa Rabu seperti yang dia janjikan. Sampai bertahun-tahun saya mendoakan dia. Suatu hari suami saya jatuh sakit dan tidak tahan lagi, dia merasa mau pingsan. Saat itu hari sudah malam dan dia tidak dapat tidur, jadi saya mendoakannya mohon kekuatan dari Tuhan. Puji Tuhan, pagi harinya dia mulai merasa lebih tenang. Namun dia harus dirawat di rumah sakit karena tensi darahnya yang sangat tinggi. Saat itu dia mengeluh sulit melihat, melihat benda seperti ada lima bayangan. Karena dokter ahli belum datang, dia ditangani oleh asistennya. Tensi darah suami saya sudah mencapai 230, namun dia masih dapat merespon semua gerakan yang disuruhkan oleh dokter (di-test) dengan baik, sampai membuat para dokter heran, sebab biasanya dengan tensi yang setinggi itu dia bisa kena stroke. Saat itu oleh asisten dokter suami saya disarankan untuk masuk ke ICU (Intensive Care Unit), tetapi saya tidak setuju sebab biaya pasti besar. Saya sangat sedih dan terus berdoa agar suami saya tidak masuk ke ICU. Saat itu saya mendasari doa saya dengan firman Tuhan dari Maz 20. Puji Tuhan, akhirnya suami saya tidak jadi masuk ICU, dan tensinyapun terus membaik, turun sampai ke 150. Yang sangat mengherankan bagi saya adalah karena melalui peristiwa itu suami saya pun berubah. Dia mampu berhenti minum kopi dan merokok, dan menjalani pola makan yang lebih sehat. Dia juga semakin rindu menghadiri PD Rabu malam, bahkan Allah memberkati kami dengan dikabulkannya claim asuransi kami. Pertolongan Tuhan itu sungguh luar biasa! Yahya Soewandono: Papa, Tuhan Yesus Mengasihimu Awal Perjalanan Sudah menjadi ‘tradisi’ bagi saya, istri dan anak-anak untuk pulang kampung ke Semarang setiap Desember. Kali ini setelah menimbang-nimbang bagaimana yaa supaya tidak NAFIRI JUNI 2013

143


HI

N

KI L

A

A

K

E

MUTI

R

U A

D U PA

P urchase order satu FCL tersebut tibatiba muncul di depan mata. Setelah hampir 8 tahun menawarkan dan selalu dimentahkan oleh R&D senior dari suatu perusahaan besar, tiba-tiba terjadi pergantian manager, dan hanya dalam waktu kurang dari setahun, raw material tersebut di-approved dan langsung muncul binis yang tak terduga. Kalau bukan Tuhan, semua itu tidak mungkin terjadi. Sebaliknya, kalau Tuhan mau, adalah perkara mudah bagi-Nya untuk membalikkan keadaan. Kebiasaan mencatat berkat dan pengalaman bersama Tuhan telah membangkitkan alasan bagi saya untuk belajar mengucap syukur bahkan di saat-saat yang sulit. Namun tentunya berkat-berkat tidak dimaksudkan hanya untuk dicatat dan disimpan bagi diri kita sendiri. Allah ingin kita menyaksikannya. Oleh karena itu, NAFIRI mengajak kita semua untuk saling membagikan berkat-berkat dalam mengalami Tuhan supaya semakin banyak orang yang lebih ingin lagi untuk mengenal Tuhan. Redaksi menyambut setiap sharing singkat dari jemaat. Silakan mengirimkan tulisan ke email: nafiri@gkybsd.org atau sms kata: “Kilau mutiara” kirim ke : +62-81382938620. Kami akan menelpon saudara untuk wawancara singkat melalui telpon, nanti redaksi akan menuangkan kesaksian saudara ke dalam tulisan. Terima kasih untuk setiap saudara yang sudah berkontribusi dalam penerbitan kali ini. Tuhan memberkati. 142

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

Natalia Susilowati: Tuhan Menyembuhkan Suami Saya Sudah cukup lama suami saya menderita darah tinggi. Saya hanya mampu untuk terus mendoakan dia. Apalagi saya juga rindu agar dia rajin datang di kebaktian doa Rabu seperti yang dia janjikan. Sampai bertahun-tahun saya mendoakan dia. Suatu hari suami saya jatuh sakit dan tidak tahan lagi, dia merasa mau pingsan. Saat itu hari sudah malam dan dia tidak dapat tidur, jadi saya mendoakannya mohon kekuatan dari Tuhan. Puji Tuhan, pagi harinya dia mulai merasa lebih tenang. Namun dia harus dirawat di rumah sakit karena tensi darahnya yang sangat tinggi. Saat itu dia mengeluh sulit melihat, melihat benda seperti ada lima bayangan. Karena dokter ahli belum datang, dia ditangani oleh asistennya. Tensi darah suami saya sudah mencapai 230, namun dia masih dapat merespon semua gerakan yang disuruhkan oleh dokter (di-test) dengan baik, sampai membuat para dokter heran, sebab biasanya dengan tensi yang setinggi itu dia bisa kena stroke. Saat itu oleh asisten dokter suami saya disarankan untuk masuk ke ICU (Intensive Care Unit), tetapi saya tidak setuju sebab biaya pasti besar. Saya sangat sedih dan terus berdoa agar suami saya tidak masuk ke ICU. Saat itu saya mendasari doa saya dengan firman Tuhan dari Maz 20. Puji Tuhan, akhirnya suami saya tidak jadi masuk ICU, dan tensinyapun terus membaik, turun sampai ke 150. Yang sangat mengherankan bagi saya adalah karena melalui peristiwa itu suami saya pun berubah. Dia mampu berhenti minum kopi dan merokok, dan menjalani pola makan yang lebih sehat. Dia juga semakin rindu menghadiri PD Rabu malam, bahkan Allah memberkati kami dengan dikabulkannya claim asuransi kami. Pertolongan Tuhan itu sungguh luar biasa! Yahya Soewandono: Papa, Tuhan Yesus Mengasihimu Awal Perjalanan Sudah menjadi ‘tradisi’ bagi saya, istri dan anak-anak untuk pulang kampung ke Semarang setiap Desember. Kali ini setelah menimbang-nimbang bagaimana yaa supaya tidak NAFIRI JUNI 2013

143


kehilangan momen penting untuk merayakan Natal 2012, akhirnya kami sepakat untuk pulang kampungnya setelah merayakan Natal di GKY BSD, yaitu tepat di 25 Desember 2013 siang hari yang saat itu hujan deras sekali. Ada sukacita tersendiri dengan keputusan tersebut, karena berarti kami dapat merayakan Natal dengan orang-orang yang kami kenal, dan karena saya sudah berdoa selama beberapa hari supaya Tuhan tunjukkan ‘waktu Tuhan’ yang terbaik bagi kami. Kami tidak pernah pulang tepat di 25 Desember. Baru kali ini dan rupanya ada rencana Tuhan mengapa kami tidak pulang setelah 25 Desember saja seperti yang biasa kami lakukan di tahun-tahun lalu. Urgensi Keselamatan Papa Kira-kira empat tahun yang lalu, timbul dalam pikiran saya: kesempatan papa untuk menerima Tuhan Yesus makin mendesak. Memang, hanya papa yang belum terima Tuhan Yesus. Saya berdoa supaya papa tidak terlambat untuk percaya kepada Tuhan Yesus mengingat usianya yang sudah 72 tahun dan ada gangguan gula darah, prostat, dan sesak napas. Saya adalah yang pertama dalam keluarga yang dibaptis Kristen. Kemudian adik saya yang satu-satunya mengikutinya dibaptis Kristen. Mama akhirnya juga dibaptis Katolik. Kami berusaha sebisa mungkin menjadi saksi iman yang baik bagi papa. Dengan berbekal mengikuti program EE (Evangelism Explosion), saya mendapat dua kali kesempatan untuk menceritakan rencana keselamatan Tuhan kepada papa. Waktu itu tidak ada tanggapan dari papa dan waktu pun berlalu ... tahun kedua, ketiga, dan keempat. Saya tetap mendoakan beliau. Saya ingat beberapa kali saat sendirian, saya mencurahkan air mata di hadapan Tuhan ketika membawa persembahan hati yang takut, kuatir, tidak rela kalau sampai papa terlambat. Saya berdoa agar Roh Kudus terus bekerja untuk melembutkan dan membuka hati papa. Saatnya tiba Setelah berkendaraan selama 10 jam dan waktu sudah menunjukkan pukul 2 subuh 26 Desember 2013, saya, istri dan anak-anak tiba di rumah orang tua saya. Dalam sekejap, kami berempat sudah terlelap begitu mencium bantal. Dua jam berlalu ketika kemudian terdengar suara adik saya pelan-pelan dan tangan144

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

nya menggoncang bahu saya untuk membangunkan saya: “Ko.. (sebutan kakak), bangun! Ayo, bawa papa ke rumah sakit! papa sesak napasnya!” Masih belum sepenuhnya sadar, saya bangun juga. Seumur-umur, saya baru melihat orang - dan kenyataannya itu adalah papa saya sendiri - yang susah bernafas dan begitu gelisah. “Saya tidak tenang ... kok lemes sekali...” kata itu beberapa kali diucapkan dengan susah oleh papa. Di UGD rumah sakit subuh itu, akhirnya dokter meminta keputusan dari kami untuk memasang selang ventilator melalui mulut, karena obat suntikan yang sudah dimasukkan tidak banyak membantu pernapasan papa. Dokter jaga menjelaskan, bahwa dengan kondisi papa sekarang, pemasangan selang tersebut sangat besar resikonya untuk ‘lewat’. Tapi kalau tidak dipasang lebih besar lagi resikonya. Sementara itu, mama sedang berdoa di kapel rumah sakit dan adik sedang menghubungi saudara-saudara. Kami hanya berempat di rumah sakit. Saat dokter jaga menjelaskan tadi, tiba-tiba muncul dalam hati saya sesuatu yang sangat urgen ... ‘inilah kesempatan papa yang terakhir untuk terima Tuhan Yesus’. Beberapa kali kalimat itu muncul dalam pikiran saya ketika berbicara dengan dokter. Saya memanggil adik saya dan menghampiri mama yang sangat sedih. Sebelum menyampaikan semua perkataan dokter kepada mereka, saya menunduk dan membiarkan kuatnya tekanan emosi dalam dada saya keluar dalam tangisan selama beberapa saat. Saya berkata pelan-pelan kepada papa, “Pa, sebentar lagi mau dipasang selang nafas supaya enak nafasnya. Tapi sebelumnya, boleh ngga Ham-Ham (nama kecil saya) tanya satu hal?” Papa menatap saya dan mengangguk. Saya letakkan telapak tangan kanan papa di tangan kiri saya. Saya minta papa untuk menekan tangan saya kalau dia mau jawab ‘ya’. Lalu saya mulai bertanya pelan-pelan, “Papa, Tuhan Yesus itu sayang sama papa. Mau ngga papa terima Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi?” Papa yang waktu itu memakai masker oksigen, merespon tidak dengan menekan tangan saya tapi dengan anggukan kepalanya. Saya bertanya sekali lagi karena saya perlu konfirmasi bahwa papa tidak salah jawab. Saya minta kali ini papa menekan tangan saya. Saya menanyakan pertanyaan yang sama dan kali ini papa merespon dengan menekan tangan saya. NAFIRI JUNI 2013

145


kehilangan momen penting untuk merayakan Natal 2012, akhirnya kami sepakat untuk pulang kampungnya setelah merayakan Natal di GKY BSD, yaitu tepat di 25 Desember 2013 siang hari yang saat itu hujan deras sekali. Ada sukacita tersendiri dengan keputusan tersebut, karena berarti kami dapat merayakan Natal dengan orang-orang yang kami kenal, dan karena saya sudah berdoa selama beberapa hari supaya Tuhan tunjukkan ‘waktu Tuhan’ yang terbaik bagi kami. Kami tidak pernah pulang tepat di 25 Desember. Baru kali ini dan rupanya ada rencana Tuhan mengapa kami tidak pulang setelah 25 Desember saja seperti yang biasa kami lakukan di tahun-tahun lalu. Urgensi Keselamatan Papa Kira-kira empat tahun yang lalu, timbul dalam pikiran saya: kesempatan papa untuk menerima Tuhan Yesus makin mendesak. Memang, hanya papa yang belum terima Tuhan Yesus. Saya berdoa supaya papa tidak terlambat untuk percaya kepada Tuhan Yesus mengingat usianya yang sudah 72 tahun dan ada gangguan gula darah, prostat, dan sesak napas. Saya adalah yang pertama dalam keluarga yang dibaptis Kristen. Kemudian adik saya yang satu-satunya mengikutinya dibaptis Kristen. Mama akhirnya juga dibaptis Katolik. Kami berusaha sebisa mungkin menjadi saksi iman yang baik bagi papa. Dengan berbekal mengikuti program EE (Evangelism Explosion), saya mendapat dua kali kesempatan untuk menceritakan rencana keselamatan Tuhan kepada papa. Waktu itu tidak ada tanggapan dari papa dan waktu pun berlalu ... tahun kedua, ketiga, dan keempat. Saya tetap mendoakan beliau. Saya ingat beberapa kali saat sendirian, saya mencurahkan air mata di hadapan Tuhan ketika membawa persembahan hati yang takut, kuatir, tidak rela kalau sampai papa terlambat. Saya berdoa agar Roh Kudus terus bekerja untuk melembutkan dan membuka hati papa. Saatnya tiba Setelah berkendaraan selama 10 jam dan waktu sudah menunjukkan pukul 2 subuh 26 Desember 2013, saya, istri dan anak-anak tiba di rumah orang tua saya. Dalam sekejap, kami berempat sudah terlelap begitu mencium bantal. Dua jam berlalu ketika kemudian terdengar suara adik saya pelan-pelan dan tangan144

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

nya menggoncang bahu saya untuk membangunkan saya: “Ko.. (sebutan kakak), bangun! Ayo, bawa papa ke rumah sakit! papa sesak napasnya!” Masih belum sepenuhnya sadar, saya bangun juga. Seumur-umur, saya baru melihat orang - dan kenyataannya itu adalah papa saya sendiri - yang susah bernafas dan begitu gelisah. “Saya tidak tenang ... kok lemes sekali...” kata itu beberapa kali diucapkan dengan susah oleh papa. Di UGD rumah sakit subuh itu, akhirnya dokter meminta keputusan dari kami untuk memasang selang ventilator melalui mulut, karena obat suntikan yang sudah dimasukkan tidak banyak membantu pernapasan papa. Dokter jaga menjelaskan, bahwa dengan kondisi papa sekarang, pemasangan selang tersebut sangat besar resikonya untuk ‘lewat’. Tapi kalau tidak dipasang lebih besar lagi resikonya. Sementara itu, mama sedang berdoa di kapel rumah sakit dan adik sedang menghubungi saudara-saudara. Kami hanya berempat di rumah sakit. Saat dokter jaga menjelaskan tadi, tiba-tiba muncul dalam hati saya sesuatu yang sangat urgen ... ‘inilah kesempatan papa yang terakhir untuk terima Tuhan Yesus’. Beberapa kali kalimat itu muncul dalam pikiran saya ketika berbicara dengan dokter. Saya memanggil adik saya dan menghampiri mama yang sangat sedih. Sebelum menyampaikan semua perkataan dokter kepada mereka, saya menunduk dan membiarkan kuatnya tekanan emosi dalam dada saya keluar dalam tangisan selama beberapa saat. Saya berkata pelan-pelan kepada papa, “Pa, sebentar lagi mau dipasang selang nafas supaya enak nafasnya. Tapi sebelumnya, boleh ngga Ham-Ham (nama kecil saya) tanya satu hal?” Papa menatap saya dan mengangguk. Saya letakkan telapak tangan kanan papa di tangan kiri saya. Saya minta papa untuk menekan tangan saya kalau dia mau jawab ‘ya’. Lalu saya mulai bertanya pelan-pelan, “Papa, Tuhan Yesus itu sayang sama papa. Mau ngga papa terima Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi?” Papa yang waktu itu memakai masker oksigen, merespon tidak dengan menekan tangan saya tapi dengan anggukan kepalanya. Saya bertanya sekali lagi karena saya perlu konfirmasi bahwa papa tidak salah jawab. Saya minta kali ini papa menekan tangan saya. Saya menanyakan pertanyaan yang sama dan kali ini papa merespon dengan menekan tangan saya. NAFIRI JUNI 2013

145


Jawaban papa membuat saya saat itu merasa begitu pasti dan siap untuk segala kemungkinan yang terburuk jika itu memang kehendak Tuhan atas diri papa. Sementara dokter dan tim melakukan anestesi dan pemasangan selang ventilator, saya dengan perasaan yang penuh sukacita dan haru menyampaikan kejadian itu kepada mama dan adik. Dan, mereka pun mengucurkan air mata sukacita. Papa dibaptis Kristen pada 28 Desember 2012 di ICU rumah sakit dan pada 5 Januari 2013 pukul 1.30 subuh, papa menutup mata. Selamat jalan papa. Selamat bertemu dengan Tuhan Yesus. Tuhan Yesus sayang sama papa. Papa tidak terlambat. Terima kasih Tuhan, Engkau sayang sama papa dan kami semua ... membawa kami bertemu dengan Juruselamat dan Penebus kami, yaitu Putera Tunggal-Mu, Tuhan kami Yesus Kristus. Soli Deo Gloria.

Edna Pattisina: Unsolved Mystery dalam Karir Saya “Mbak, tolong hari Senin datang ke kantor yah untuk wawancara,” kata Pak Anton, bagian SDM media tempat saya melamar pekerjaan. “Hmmm.... bukannya saya sudah ditolak, Pak. Bulan lalu saya terima surat penolakannya,” kata saya. “Wah, kurang tahu tuh mbak. Saya cuma disuruh telepon mbak untuk memberi tahu,” katanya. Pada hari yang ditentukan, saya datang, ikut beberapa wawancara dan berbagai rangkaian tes di minggu-minggu depannya. Sampai sekarang, 12 tahun kemudian, saya tidak pernah tahu, kenapa saya yang sudah dapat surat penolakan tapi kemudian dipanggil lagi. Semua pihak yang berwenang dalam SDM mengangkat bahu, bingung. Unsolved mystery. Hanya satu yang saya tahu, Tuhan memang ingin saya bekerja di situ. Beberapa bulan sebelumnya, waktu saya lulus dari sebuah sekolah teknik di Bandung, saya bingung mau melamar kerja ke mana. Keinginan saya jadi wartawan. Namun, waktu itu berbagai tawaran mengarah pada kerja-kerja di bidang teknik. 146

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

Saat kuliah, saya bukan orang yang bersandar pada Tuhan, bahkan beberapa kali menganggap diri saya Atheis. Aktivitas saya cenderung sekuler, dan dengan provokatif saya mengajak teman-teman saya untuk tidak usah ke gereja. Alasan saya, gereja tidak melakukan apa pun untuk masyarakat, selain program-program egois seperti pesta, baksos, dan penginjilan. Padahal, Yesus itu revolusioner pada masa kehidupan-Nya. Orang-orang di persekutuan doa Kristen di kampus juga saya pandang sebagai sosok yang sok suci dan elitis karena hanya bergaul dengan orang-orang Kristen semata. Syukurlah, Tuhan mengasihi saya lebih dulu - lewat ibu saya yang meminta saya untuk ikut tiga bulan pelatihan alumni Kristen. “Setelah ini kamu bebas mengambil jalan hidupmu. Tapi mama minta kamu ikut,” katanya. Saya mengalah. Dan ‘kekalahan’ ini ternyata menjadi awal dari deretan kemenangan dalam hidup saya. Tiga bulan dengan teman-teman aktivis Kristen, kami saling berbagi. Saya jadi lebih mengenal Tuhan dan terbuka. Setelah tiga bulan pelatihan, saya kembali pada masalah: Mau kerja di mana? Bedanya, kali ini saya punya Tuhan. Uang saku sudah dihentikan total. Jadi saya bekerja memberi les dan proyek dosen untuk mencukupi kebutuhan. Saat itu yang terbuka adalah peluang sekolah ke luar negeri. Sementara, untuk melamar pekerjaan di bidang teknik, hati saya kurang sreg. Jauh di lubuk hati saya, saya ingin jadi wartawan. Tiba-tiba suatu hari ada iklan lowongan lamaran pekerjaan untuk jadi wartawan. Sayangnya, iklan itu tidak mencantumkan nama medianya. Jadi, saya tidak peduli. Saat itu, saya sedang intens belajar bahasa untuk persiapan sekolah. Sehari sebelum lowongan itu kadaluarsa tiba-tiba ada rasa yang menyuruh saya untuk melamar. Saya melamar, dipanggil, dan mengikuti dua tes. Saat itu saya percaya diri dengan pengalaman di media kampus dan kemampuan intelektual. Sayangnya, setelah dua kali tes, saya mendapat surat yang isinya: Mohon maaf, anda tidak cocok dengan profil yang kami inginkan. Berhari-hari saya sedih dan mencoba menghibur diri. Sampai suatu siang, telepon berdering dari Pak Anton itu.

NAFIRI JUNI 2013

147


Jawaban papa membuat saya saat itu merasa begitu pasti dan siap untuk segala kemungkinan yang terburuk jika itu memang kehendak Tuhan atas diri papa. Sementara dokter dan tim melakukan anestesi dan pemasangan selang ventilator, saya dengan perasaan yang penuh sukacita dan haru menyampaikan kejadian itu kepada mama dan adik. Dan, mereka pun mengucurkan air mata sukacita. Papa dibaptis Kristen pada 28 Desember 2012 di ICU rumah sakit dan pada 5 Januari 2013 pukul 1.30 subuh, papa menutup mata. Selamat jalan papa. Selamat bertemu dengan Tuhan Yesus. Tuhan Yesus sayang sama papa. Papa tidak terlambat. Terima kasih Tuhan, Engkau sayang sama papa dan kami semua ... membawa kami bertemu dengan Juruselamat dan Penebus kami, yaitu Putera Tunggal-Mu, Tuhan kami Yesus Kristus. Soli Deo Gloria.

Edna Pattisina: Unsolved Mystery dalam Karir Saya “Mbak, tolong hari Senin datang ke kantor yah untuk wawancara,” kata Pak Anton, bagian SDM media tempat saya melamar pekerjaan. “Hmmm.... bukannya saya sudah ditolak, Pak. Bulan lalu saya terima surat penolakannya,” kata saya. “Wah, kurang tahu tuh mbak. Saya cuma disuruh telepon mbak untuk memberi tahu,” katanya. Pada hari yang ditentukan, saya datang, ikut beberapa wawancara dan berbagai rangkaian tes di minggu-minggu depannya. Sampai sekarang, 12 tahun kemudian, saya tidak pernah tahu, kenapa saya yang sudah dapat surat penolakan tapi kemudian dipanggil lagi. Semua pihak yang berwenang dalam SDM mengangkat bahu, bingung. Unsolved mystery. Hanya satu yang saya tahu, Tuhan memang ingin saya bekerja di situ. Beberapa bulan sebelumnya, waktu saya lulus dari sebuah sekolah teknik di Bandung, saya bingung mau melamar kerja ke mana. Keinginan saya jadi wartawan. Namun, waktu itu berbagai tawaran mengarah pada kerja-kerja di bidang teknik. 146

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

Saat kuliah, saya bukan orang yang bersandar pada Tuhan, bahkan beberapa kali menganggap diri saya Atheis. Aktivitas saya cenderung sekuler, dan dengan provokatif saya mengajak teman-teman saya untuk tidak usah ke gereja. Alasan saya, gereja tidak melakukan apa pun untuk masyarakat, selain program-program egois seperti pesta, baksos, dan penginjilan. Padahal, Yesus itu revolusioner pada masa kehidupan-Nya. Orang-orang di persekutuan doa Kristen di kampus juga saya pandang sebagai sosok yang sok suci dan elitis karena hanya bergaul dengan orang-orang Kristen semata. Syukurlah, Tuhan mengasihi saya lebih dulu - lewat ibu saya yang meminta saya untuk ikut tiga bulan pelatihan alumni Kristen. “Setelah ini kamu bebas mengambil jalan hidupmu. Tapi mama minta kamu ikut,” katanya. Saya mengalah. Dan ‘kekalahan’ ini ternyata menjadi awal dari deretan kemenangan dalam hidup saya. Tiga bulan dengan teman-teman aktivis Kristen, kami saling berbagi. Saya jadi lebih mengenal Tuhan dan terbuka. Setelah tiga bulan pelatihan, saya kembali pada masalah: Mau kerja di mana? Bedanya, kali ini saya punya Tuhan. Uang saku sudah dihentikan total. Jadi saya bekerja memberi les dan proyek dosen untuk mencukupi kebutuhan. Saat itu yang terbuka adalah peluang sekolah ke luar negeri. Sementara, untuk melamar pekerjaan di bidang teknik, hati saya kurang sreg. Jauh di lubuk hati saya, saya ingin jadi wartawan. Tiba-tiba suatu hari ada iklan lowongan lamaran pekerjaan untuk jadi wartawan. Sayangnya, iklan itu tidak mencantumkan nama medianya. Jadi, saya tidak peduli. Saat itu, saya sedang intens belajar bahasa untuk persiapan sekolah. Sehari sebelum lowongan itu kadaluarsa tiba-tiba ada rasa yang menyuruh saya untuk melamar. Saya melamar, dipanggil, dan mengikuti dua tes. Saat itu saya percaya diri dengan pengalaman di media kampus dan kemampuan intelektual. Sayangnya, setelah dua kali tes, saya mendapat surat yang isinya: Mohon maaf, anda tidak cocok dengan profil yang kami inginkan. Berhari-hari saya sedih dan mencoba menghibur diri. Sampai suatu siang, telepon berdering dari Pak Anton itu.

NAFIRI JUNI 2013

147


( Sambungan dari hal. 127 ) Nico Tanles Tjhin: Graduation = Celebration + Expectation Selama 3,5 tahun Tuhan telah memimpin kuliah saya sampai akhirnya saya diwisuda pada bulan Mei tahun ini. Tentunya saya sangat bersukacita dan bersyukur atas kebaikan Tuhan lewat orang tua, saudara, teman dan orangorang sekitar saya. Namun bagi yang mengalaminya, sebagian besar menjalankan wisuda dengan euphoria yang luar biasa, tanpa menyadari esensi dari wisuda itu sendiri. Bagi saya sendiri, esensi wisuda berarti “ekspektasi”, baik dari Tuhan, orang lain, maupun diri kita sendiri. Saya menyadari, sebagai anak muda Kristen yang baru lulus wisuda, saya diharapkan untuk siap menjadi garam dan terang di lingkungan yang jauh lebih luas dan menantang daripada lingkup perkuliahan. Tuhan mempercayakan tanggung jawab yang lebih berat dari level kehidupan sebelumnya. Jadi, jika dirumuskan, Graduation (Wisuda) = Celebration (Perayaan) + Expectation (Ekspektasi). Saya ingin berbagi sebuah rahasia. Sejak SD sampai SMA, saya tidak menyukai pelajaran sekolah. Saya belajar seadanya, sekenanya, dan selulusnya, tanpa memberikan yang terbaik dari apa yang Tuhan telah berikan kepada saya. Namun ketika kuliah, Tuhan memberikan saya semangat belajar yang tinggi. Saya merasakan semangat yang menyala-nyala dari Roh Kudus untuk bisa memaksimalkan potensi hidup saya. Sekarang waktu belajar saya di dunia pendidikan telah habis. Kini saatnya saya mempertanggungjawabkan hidup saya secara utuh kepada Tuhan. Bagi teman-teman yang akan dan baru lulus kuliah, marilah kita sebagai anak muda Kristen bersama-sama senantiasa menjadi alat yang dipakai Tuhan untuk menggarami dan menerangi dunia lebih luas lagi!

Namun, dalam hal ini yang kita pegang adalah Kebenaran yang Absolut (kebenaran itu tidak ada kecualinya), apapun alasannya itu tetap dikategorikan membunuh, bila kita masih memiliki hati nurani, tentunya hal itu akan membantu untuk memberikan sinyal kepada kita tentang hal tersebut bahwa membunuh itu salah. Tuhan memiliki rencana-Nya yang demikian besar dan tak terselami (terpikirkan) oleh kita. Siapa yang menyangka waktu kita memutuskan untuk melakukan Euthanasia, sebenarnya Tuhan hendak memberikan mujizat kesembuhan dengan cara-caraNya sendiri, misal melalui obat-obatan tertentu atau cara lainnya. Tuhan hanya meminta kita bersabar, bagaikan bejana yang harus diremukkan terlebih dahulu baru dibentuk kembali, demikian

pula iman kita Tuhan remukkan lalu dibangun kembali melalui hari demi hari penderitaan tersebut. Mungkin saja ada kalanya Tuhan menjawab “Tidak”, Aku hendak memanggilnya pulang ke rumah Bapa di Surga. Biarkanlah ini adalah tetap menjadi hak Tuhan, yang penting kita bukan pembunuhnya atau menyuruh orang membunuhnya, di balik itu semua Tuhan pasti mempunyai rencana yang indah terutama bagi keluarga dan teman yang ditinggalkan. Kata Tuhan, “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku” (Yohanes 14:6)”. Tetaplah setia dalam iman percaya akan penyertaan Tuhan, kasih-Nya tak berkesudahan dan selalu baru setiap hari. Amin

“Jangan seorangpun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu, dan dalam kesucianmu.” (1 Timotius 4:12) 148

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

NAFIRI JUNI 2013

149


( Sambungan dari hal. 127 ) Nico Tanles Tjhin: Graduation = Celebration + Expectation Selama 3,5 tahun Tuhan telah memimpin kuliah saya sampai akhirnya saya diwisuda pada bulan Mei tahun ini. Tentunya saya sangat bersukacita dan bersyukur atas kebaikan Tuhan lewat orang tua, saudara, teman dan orangorang sekitar saya. Namun bagi yang mengalaminya, sebagian besar menjalankan wisuda dengan euphoria yang luar biasa, tanpa menyadari esensi dari wisuda itu sendiri. Bagi saya sendiri, esensi wisuda berarti “ekspektasi”, baik dari Tuhan, orang lain, maupun diri kita sendiri. Saya menyadari, sebagai anak muda Kristen yang baru lulus wisuda, saya diharapkan untuk siap menjadi garam dan terang di lingkungan yang jauh lebih luas dan menantang daripada lingkup perkuliahan. Tuhan mempercayakan tanggung jawab yang lebih berat dari level kehidupan sebelumnya. Jadi, jika dirumuskan, Graduation (Wisuda) = Celebration (Perayaan) + Expectation (Ekspektasi). Saya ingin berbagi sebuah rahasia. Sejak SD sampai SMA, saya tidak menyukai pelajaran sekolah. Saya belajar seadanya, sekenanya, dan selulusnya, tanpa memberikan yang terbaik dari apa yang Tuhan telah berikan kepada saya. Namun ketika kuliah, Tuhan memberikan saya semangat belajar yang tinggi. Saya merasakan semangat yang menyala-nyala dari Roh Kudus untuk bisa memaksimalkan potensi hidup saya. Sekarang waktu belajar saya di dunia pendidikan telah habis. Kini saatnya saya mempertanggungjawabkan hidup saya secara utuh kepada Tuhan. Bagi teman-teman yang akan dan baru lulus kuliah, marilah kita sebagai anak muda Kristen bersama-sama senantiasa menjadi alat yang dipakai Tuhan untuk menggarami dan menerangi dunia lebih luas lagi!

Namun, dalam hal ini yang kita pegang adalah Kebenaran yang Absolut (kebenaran itu tidak ada kecualinya), apapun alasannya itu tetap dikategorikan membunuh, bila kita masih memiliki hati nurani, tentunya hal itu akan membantu untuk memberikan sinyal kepada kita tentang hal tersebut bahwa membunuh itu salah. Tuhan memiliki rencana-Nya yang demikian besar dan tak terselami (terpikirkan) oleh kita. Siapa yang menyangka waktu kita memutuskan untuk melakukan Euthanasia, sebenarnya Tuhan hendak memberikan mujizat kesembuhan dengan cara-caraNya sendiri, misal melalui obat-obatan tertentu atau cara lainnya. Tuhan hanya meminta kita bersabar, bagaikan bejana yang harus diremukkan terlebih dahulu baru dibentuk kembali, demikian

pula iman kita Tuhan remukkan lalu dibangun kembali melalui hari demi hari penderitaan tersebut. Mungkin saja ada kalanya Tuhan menjawab “Tidak”, Aku hendak memanggilnya pulang ke rumah Bapa di Surga. Biarkanlah ini adalah tetap menjadi hak Tuhan, yang penting kita bukan pembunuhnya atau menyuruh orang membunuhnya, di balik itu semua Tuhan pasti mempunyai rencana yang indah terutama bagi keluarga dan teman yang ditinggalkan. Kata Tuhan, “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku” (Yohanes 14:6)”. Tetaplah setia dalam iman percaya akan penyertaan Tuhan, kasih-Nya tak berkesudahan dan selalu baru setiap hari. Amin

“Jangan seorangpun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu, dan dalam kesucianmu.” (1 Timotius 4:12) 148

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

NAFIRI JUNI 2013

149


R

SI DA

OM EK EN

BUKU

D iawali dengan bab berjudul “Berhentilah berdoa”, buku yang sudah diterjemahkan ke dalam lebih dari sepuluh bahasa ini menantang kita untuk membaca lebih lanjut. Sang penulis, Francis Chan memaparkan betapa luar biasanya Allah dengan menggambarkan ciptaanNya yang luar biasa lewat pandangan sehari-hari. Percaya pada Allah yang Maha Besar adalah hal yang baik, tapi untuk dapat benar-benar mengasihi Dia dan menempatkan Tuhan pada prioritas pertama bukanlah satu hal yang mudah. segala Manusia dengan keterbatasannya sering mengalami ‘amnesia’ - merasa bahwa dialah yang menjadi pusat dari segala hal yang terjadi di sekelilingnya. Penulis dengan sangat menarik menggambarkan hidup 150

Judul buku asli : Penulis : Judul terjemahan : Penerbit : Jumlah halaman :

Crazy Love Francis Chan Crazy Love Benaiah Books 200 halaman

adalah seperti film dimana dari awal hingga akhir, film ini jelas mengenai Allah. Dialah ‘Pemain Utama’nya, dan kita adalah pemain figuran yang diberikan waktu sepersekian detik dalam ‘film kehidupan’. Francis mengatakan jika saja kita hanya memiliki adegan berdurasi 2/5 detik untuk dijalani, dia tetap berusaha supaya ‘2/5 detik’ itu dapat dipakai untuk memuliakan Tuhan, seperti yang termuat di dalam 1 Korintus 10:31 “Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah.” Inti hidup kita adalah untuk menunjuk kepadaNya dengan telunjuk kita. Apa pun yang sedang kita lakukan, Allah ingin dipermuliakan karena semua ini adalah milik-Nya. Ini adalah ‘film-Nya’, duniaNya, pemberian-Nya. Namun manusia lebih sering berfokus pada masalah yang dihadapi

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

daripada berfokus pada Allah. Ada satu perintah Allah dalam Filipi 4:4 yaitu “Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: bersukacitalah!” sering terkubur bersama banyaknya kekuatiran dan ketakutan kita, dan lupa bahwa Tuhan amat besar, amat berkuasa, dan amat mengasihi kita sehingga Dia mau menangani hal-hal yang terjadi dalam kehidupan kita. Sesungguhnya Tuhan tidak harus mengasihi kita. KeberadaanNya sudah lengkap dan sempurna, tak memerlukan manusia, tetapi fakta bahwa Ia menginginkan, memilih, bahkan menganggap kita sebagai warisan atau pusaka-Nya adalah hal yang luar biasa (Efesus 1:18).

Sungguh ironis, sementara Tuhan tak membutuhkan kita tapi menginginkan kita, dan kita sangat membutuhkan Tuhan tapi sering kali tidak benar-benar menginginkan-Nya. Francis mengajak kita untuk memeriksa hidup kita apakah benarbenar mengasihi Tuhan ataukah termasuk orang yang suam-suam kuku, terbagi-bagi perhatiannya dan berkomitmen setengah-setengah. Bab terakhir memuat kisah nyata dari orangorang yang menjalani hidup mereka dengan menyerah penuh kepada Tuhan, menaruh setiap pengharapan dalam kesetiaan Tuhan terhadap janji-janjiNya. Kisah-kisah tersebut menguatkan kita ketika kita boleh membaca kesaksian hidup mereka / Lily Ekawati /

Francis Chan, lahir 31 Agustus 1967, adalah seorang pengkhotbah Amerika. Pada tahun 1994, Chan yang berdarah Hong Kong ini mendirikan Gereja Cornerstone di Ventura County, California dengan jumlah jemaat sekitar 30 orang. Enam tahun kemudian (tahun 2000), jemaatnya berjumlah 2000 orang. Selain menulis buku Crazy Love, Chan juga menulis Forgotten God: Reversing Our Tragic Neglect of the Holy Spirit (2009), Erasing Hell (2011), Multiply: Disciples Making Disciples (2012). Pada tahun 2010, Chan mengumumkan di hadapan jemaatnya Gereja Cornerstone bahwa ia harus mengundurkan diri sebagai Pengkhotbah untuk mengikuti panggilan Tuhan dalam hatinya agar ia pergi ke tempat lain. Francis Chan saat ini tinggal di San Francisco bersama istri dan 5 orang anakanaknya, menjadi penulis buku dan pembicara seminar-seminar internasional. NAFIRI JUNI 2013

151


R

SI DA

OM EK EN

BUKU

D iawali dengan bab berjudul “Berhentilah berdoa”, buku yang sudah diterjemahkan ke dalam lebih dari sepuluh bahasa ini menantang kita untuk membaca lebih lanjut. Sang penulis, Francis Chan memaparkan betapa luar biasanya Allah dengan menggambarkan ciptaanNya yang luar biasa lewat pandangan sehari-hari. Percaya pada Allah yang Maha Besar adalah hal yang baik, tapi untuk dapat benar-benar mengasihi Dia dan menempatkan Tuhan pada prioritas pertama bukanlah satu hal yang mudah. segala Manusia dengan keterbatasannya sering mengalami ‘amnesia’ - merasa bahwa dialah yang menjadi pusat dari segala hal yang terjadi di sekelilingnya. Penulis dengan sangat menarik menggambarkan hidup 150

Judul buku asli : Penulis : Judul terjemahan : Penerbit : Jumlah halaman :

Crazy Love Francis Chan Crazy Love Benaiah Books 200 halaman

adalah seperti film dimana dari awal hingga akhir, film ini jelas mengenai Allah. Dialah ‘Pemain Utama’nya, dan kita adalah pemain figuran yang diberikan waktu sepersekian detik dalam ‘film kehidupan’. Francis mengatakan jika saja kita hanya memiliki adegan berdurasi 2/5 detik untuk dijalani, dia tetap berusaha supaya ‘2/5 detik’ itu dapat dipakai untuk memuliakan Tuhan, seperti yang termuat di dalam 1 Korintus 10:31 “Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah.” Inti hidup kita adalah untuk menunjuk kepadaNya dengan telunjuk kita. Apa pun yang sedang kita lakukan, Allah ingin dipermuliakan karena semua ini adalah milik-Nya. Ini adalah ‘film-Nya’, duniaNya, pemberian-Nya. Namun manusia lebih sering berfokus pada masalah yang dihadapi

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

daripada berfokus pada Allah. Ada satu perintah Allah dalam Filipi 4:4 yaitu “Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: bersukacitalah!” sering terkubur bersama banyaknya kekuatiran dan ketakutan kita, dan lupa bahwa Tuhan amat besar, amat berkuasa, dan amat mengasihi kita sehingga Dia mau menangani hal-hal yang terjadi dalam kehidupan kita. Sesungguhnya Tuhan tidak harus mengasihi kita. KeberadaanNya sudah lengkap dan sempurna, tak memerlukan manusia, tetapi fakta bahwa Ia menginginkan, memilih, bahkan menganggap kita sebagai warisan atau pusaka-Nya adalah hal yang luar biasa (Efesus 1:18).

Sungguh ironis, sementara Tuhan tak membutuhkan kita tapi menginginkan kita, dan kita sangat membutuhkan Tuhan tapi sering kali tidak benar-benar menginginkan-Nya. Francis mengajak kita untuk memeriksa hidup kita apakah benarbenar mengasihi Tuhan ataukah termasuk orang yang suam-suam kuku, terbagi-bagi perhatiannya dan berkomitmen setengah-setengah. Bab terakhir memuat kisah nyata dari orangorang yang menjalani hidup mereka dengan menyerah penuh kepada Tuhan, menaruh setiap pengharapan dalam kesetiaan Tuhan terhadap janji-janjiNya. Kisah-kisah tersebut menguatkan kita ketika kita boleh membaca kesaksian hidup mereka / Lily Ekawati /

Francis Chan, lahir 31 Agustus 1967, adalah seorang pengkhotbah Amerika. Pada tahun 1994, Chan yang berdarah Hong Kong ini mendirikan Gereja Cornerstone di Ventura County, California dengan jumlah jemaat sekitar 30 orang. Enam tahun kemudian (tahun 2000), jemaatnya berjumlah 2000 orang. Selain menulis buku Crazy Love, Chan juga menulis Forgotten God: Reversing Our Tragic Neglect of the Holy Spirit (2009), Erasing Hell (2011), Multiply: Disciples Making Disciples (2012). Pada tahun 2010, Chan mengumumkan di hadapan jemaatnya Gereja Cornerstone bahwa ia harus mengundurkan diri sebagai Pengkhotbah untuk mengikuti panggilan Tuhan dalam hatinya agar ia pergi ke tempat lain. Francis Chan saat ini tinggal di San Francisco bersama istri dan 5 orang anakanaknya, menjadi penulis buku dan pembicara seminar-seminar internasional. NAFIRI JUNI 2013

151


R

SI DA

OM EK EN

diaransemen ulang oleh para musisi berbakat ini. Dengan ciri khas sampul albumnya yang selalu menggambarkan siluet seekor singa, Page CXVI ingin mereferensikan cerita indah dari kisah Narnia karangan penulis relijius C.S. Lewis. Nama grup ini terambil dari buku The Magician’s Nephew tepatnya di halaman 116 (Page 116/Page CXVI dengan angka Romawi) dimana Aslan sang singa gagah menyanyikan nyanyian indah dan menciptakan dunia Narnia. Di album terbarunya yang berjudul Lullabies, Page CXVI mempersembahkan tujuh lagulagu himne yang kembali dimainkan dengan nada-nada baru nan segar. Kali ini dengan sampul album yang

USIK

LULLABIES by P a g e CXVI P age CXVI terbentuk ketika Reid Phillips, Latifah Phillips dan Dann Stockton merasa bahwa lagu himne yang memiliki esensi kuat sehingga masih dinyanyikan setelah berabad-abad, perlu terus dilestarikan. Mereka juga sadar bahwa alunan himne tidak selalu menjadi jenis musik favorit yang ingin didengarkan oleh para jemaat khususnya para remaja dan pemuda. 152

Trio muda tersebut ingin membuat lagu-lagu himne lebih dikenal oleh masyarakat Kristen yang lebih luas. Misi mereka adalah agar himne dapat dinikmati dan lebih dicintai lagi oleh semua kalangan, tua maupun muda. Album demi album pun diproduksi oleh Page CXVI dengan berisikan seperti How Great Thou Art, Nothing But the Blood, Be Thou My Vision, Amazing Grace, bahkan Doxology yang

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

menggambarkan anak singa, Lullabies lebih ditujukan untuk pendengar anak dan remaja. Track-tracknya pun mungkin sering kita dengar di kelas Sekolah Minggu. Namun musiknya bukan tidak bisa dinikmati oleh kaum dewasa. Di balik kesederhanaannya, Lullabies mengundang kita juga untuk ikut bersenandung. Dentingan piano yang mengalir santai, sederhana, dan sedikit playful di Peace Like a River membawa kita ke suatu tempat yang damai dan tenang. Sementara Blessed Jesus dengan petikan gitar dan suara backing vocal yang mengalun pelan sangat menenangkan hati dan pikiran. Sekalikali musiknya disisipi gesekan biola dan efek synthesizer sehingga makin memperkaya lagu, seperti di lagu Breathe on Me, Breath of God yang indah. Jesus Loves Me, lagu Sekolah Minggu yang terkenal itu pun turut diaransemen unik oleh Page CXVI. Lullabies bukan hanya merupakan album nina bobo si kecil, namun juga nada-nada indah bagi penikmat musik gospel ber-genre pop dan slow rock. Ditambah lagi lirik himne yang gospel-centered, Page CXVI dengan album terakhirnya akan senantiasa menguatkan kita dan mengingatkan kita akan kasih Allah yang besar / Arina Karen Renata Palilingan / NAFIRI JUNI 2013

153


R

SI DA

OM EK EN

diaransemen ulang oleh para musisi berbakat ini. Dengan ciri khas sampul albumnya yang selalu menggambarkan siluet seekor singa, Page CXVI ingin mereferensikan cerita indah dari kisah Narnia karangan penulis relijius C.S. Lewis. Nama grup ini terambil dari buku The Magician’s Nephew tepatnya di halaman 116 (Page 116/Page CXVI dengan angka Romawi) dimana Aslan sang singa gagah menyanyikan nyanyian indah dan menciptakan dunia Narnia. Di album terbarunya yang berjudul Lullabies, Page CXVI mempersembahkan tujuh lagulagu himne yang kembali dimainkan dengan nada-nada baru nan segar. Kali ini dengan sampul album yang

USIK

LULLABIES by P a g e CXVI P age CXVI terbentuk ketika Reid Phillips, Latifah Phillips dan Dann Stockton merasa bahwa lagu himne yang memiliki esensi kuat sehingga masih dinyanyikan setelah berabad-abad, perlu terus dilestarikan. Mereka juga sadar bahwa alunan himne tidak selalu menjadi jenis musik favorit yang ingin didengarkan oleh para jemaat khususnya para remaja dan pemuda. 152

Trio muda tersebut ingin membuat lagu-lagu himne lebih dikenal oleh masyarakat Kristen yang lebih luas. Misi mereka adalah agar himne dapat dinikmati dan lebih dicintai lagi oleh semua kalangan, tua maupun muda. Album demi album pun diproduksi oleh Page CXVI dengan berisikan seperti How Great Thou Art, Nothing But the Blood, Be Thou My Vision, Amazing Grace, bahkan Doxology yang

ADAKAH KEBENARAN YANG ABSOLUT?

menggambarkan anak singa, Lullabies lebih ditujukan untuk pendengar anak dan remaja. Track-tracknya pun mungkin sering kita dengar di kelas Sekolah Minggu. Namun musiknya bukan tidak bisa dinikmati oleh kaum dewasa. Di balik kesederhanaannya, Lullabies mengundang kita juga untuk ikut bersenandung. Dentingan piano yang mengalir santai, sederhana, dan sedikit playful di Peace Like a River membawa kita ke suatu tempat yang damai dan tenang. Sementara Blessed Jesus dengan petikan gitar dan suara backing vocal yang mengalun pelan sangat menenangkan hati dan pikiran. Sekalikali musiknya disisipi gesekan biola dan efek synthesizer sehingga makin memperkaya lagu, seperti di lagu Breathe on Me, Breath of God yang indah. Jesus Loves Me, lagu Sekolah Minggu yang terkenal itu pun turut diaransemen unik oleh Page CXVI. Lullabies bukan hanya merupakan album nina bobo si kecil, namun juga nada-nada indah bagi penikmat musik gospel ber-genre pop dan slow rock. Ditambah lagi lirik himne yang gospel-centered, Page CXVI dengan album terakhirnya akan senantiasa menguatkan kita dan mengingatkan kita akan kasih Allah yang besar / Arina Karen Renata Palilingan / NAFIRI JUNI 2013

153



Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.