Saudara-saudara terkasih, Awal September lalu saya menengok kakak yang baru saja dideteksi terkena kanker paru-paru stadium IV. Dia dan suaminya sering kami juluki: “Bapak dan Ibu Mol” (plesetan dari bahasa Jawa Molaikat ‘Malaikat’). Mereka tidak hanya pasangan dokter yang terkenal sangat sosial, suka melayani, namun juga imannya sungguh menggetarkan hati. Saya mengikuti, malam-malam ketika mereka berdoa bersama dengan anaknya, menangis bersama mengungkapkan pergumulannya kepada Tuhan dengan kejujuran dan kerendahan hati. Isi doanya pun penuh dengan pujian kepada Tuhan dan mempedulikan sesama. Hadirat Tuhan terasa begitu nyata. Dalam kesakitannya, kakak saya tidak pernah mengeluh ataupun kehilangan sukacita. Satu kerinduannya adalah supaya dia dapat terus diberi kesadaran sampai akhir, supaya tetap dapat memuji-muji Tuhan. Saya datang ingin menghibur dia, ternyata malah saya yang dihiburkannya. Sungguh kehidupan yang peduli! Senada dengan tema edisi kali ini: “Kasih yang Peduli kepada Sesama”, penulis “Fokus” menguraikan bahwa penginjilan dan pelayanan sosial seharusnya berjalan beriringan. Kita prihatin karena dari 225 gereja di Jakarta yang disurvei, ternyata hanya 16 yang mempunyai program sosial, padahal menurut Tuhan Yesus, mengasihi sesama adalah hukum yang sama penting dengan mengasihi Allah. Tokoh “Potret” kita juga adalah sosok yang aktif di bidang diakonia. Selain itu, kami juga mengangkat anak panti asuhan yang berhasil menjadi National Director Habitat for Humanity–sebuah lembaga yang kental dengan perbuatan nyata menunjukkan kasih kepada sesama. Kita juga bersyukur untuk terbitan perdana NAFIRI Teen yang merupakan wujud kerinduan anak-anak muda untuk melayani Tuhan melalui talentanya di bidang tulismenulis dan desain. Di era digital dimana bacaan rohani tersaingi oleh daya tarik cyber yang kental dengan sekularisme, NAFIRI Teen diharapkan dapat menjadi bacaan yang berkualitas rohani dan menarik bagi generasi muda Selamat membaca, semoga setiap tulisan yang ada di sini memberi inspirasi bagi saudara-saudara. Tuhan Yesus memberkati kita. Salam, Redaksi 2
KASIH YANG PEDULI KEPADA SESAMA
NAFIRI SEP15 print.indd 2
Penasehat Pdt Joni Sugicahyono, M.Div. Pembina GI Feri Irawan, M.Div. Majelis sub. bid. Literatur Kevin Kowinto Pemimpin Redaksi Elasa Noviani Wakil Pemimpin Redaksi Nico Tanles Tjhin, Arina Palilingan Editor Hendro Suwito, Titus Jonathan Proof Reader Yati Alfian Creative Design Juliani Agus, Arina Palilingan, Christina Citrayani, Kezia Rusli, Abby Stefanus, Gabriel Neferet, Glory Amadea Illustrator Ricky Pramudita, Thomdean Fotografer Yahya Soewandono Penulis Anton Utomo, Deirdre Tenawin, Elasa Noviani, Erwin Tenggono, Edna C. Pattisina, Feri Irawan, Hendro Suwito, Humprey, Nico Tanles Tjhin, Pingkan Isabella, Titus Jonathan Kontributor Andika Nugraha, Billy Hartono, Chen Xian Jin, Emmanuela Miriam, Ernest Manuel, Joni Sugicahyono, Lily Ekawati, Junia Purnomo, Kristian Kusumawardana, Lislianty Lahmudin, Sarah Amanda, Susanti, Winner Tanles Tjhin Alamat Redaksi Sub bidang literatur GKY BSD Jl. Nusaloka E8/7 BSD Tangerang Telp/ Fax: 021-5382274 Email: nafiri@gkybsd.org
Kirimkan KRITIK, SARAN, SURAT PEMBACA dan ARTIKEL anda ke alamat redaksi ataupun lewat e-mail di atas
9/23/15 6:51 AM
Fokus
30 Cannot be Separated 46 Kepedulian yang Pudar 74 Perspektif Penumpang Terakhir 110 Serpihan Perjalanan Lari Maraton Bersama Tuhan 58 Thought
James Tumbuan
4 12 18 52 70 84 90 100 118 124 140 150
Suara Gembala Air menjadi Anggur Enlightenment Belajar Mengedip & Berjalan lagi Potret Taruna - Rina View Point Mengapa Memilih Pendidikan Kristen Refleksi Apakah Kita Seorang Imam, Ahli Taurat Atau Orang Samaria? Corner Kick Di Balik Topeng Sang Badut Kesaksian Bunaidhi & Susana Percikan Tak Akan Pernah Berhenti Menyerah Lua r J en d e l a Keindahan Tuhan Mengutus ke Nigeria S ho ot Erwin Tenggono Mandarin Corner 察验神旨的新生活 Liputan Khusus Klinik Shallom
38 C a p t ur e
Billy Simpson
17 Quote 2 Zaman 130 Rekomendasi Buku What’s your secret 134 Rekomendasi Film Komik 99 Bang ARIF 129 Sentilan 138 NAFIRI Hahaha 150 Kilau Mutiara Event Notes 106 HUT GKY ke-70 128 Retreat Kape 1
Nafiri SEPTEMBER 2015
NAFIRI SEP15 print.indd 3
3
9/23/15 6:52 AM
4
KASIH YANG PEDULI KEPADA SESAMA
NAFIRI SEP15 print.indd 4
9/23/15 6:52 AM
a ya t ba ha sa n
Yohanes 2:1–11
/ Pdt. Joni Sugicahyono /
Nafiri SEPTEMBER 2015
NAFIRI SEP15 print.indd 5
5
9/23/15 6:52 AM
6
KASIH YANG PEDULI KEPADA SESAMA
NAFIRI SEP15 print.indd 6
9/23/15 6:52 AM
Nafiri SEPTEMBER 2015
NAFIRI SEP15 print.indd 7
7
9/23/15 6:52 AM
8
KASIH YANG PEDULI KEPADA SESAMA
NAFIRI SEP15 print.indd 8
9/23/15 6:52 AM
Yesus melakukan mukjizat bukan karena diperintah oleh manusia (ibunya Maria), tapi semata-mata karena kedaulatan-Nya sebagai Allah
Nafiri SEPTEMBER 2015
NAFIRI SEP15 print.indd 9
9
9/23/15 6:52 AM
10
KASIH YANG PEDULI KEPADA SESAMA
NAFIRI SEP15 print.indd 10
9/23/15 6:52 AM
Bukan orang yang berambisi mengejar kekuasaan dan jabatan yang mengerti pikiran Kristus, tetapi hanya orang yang mau melayani dengan rendah hati, yang mau memposisikan diri sebagai pelayan Firman-Nya yang taat dan melakukan firman-Nya
Nafiri SEPTEMBER 2015
NAFIRI SEP15 print.indd 11
11
9/23/15 6:52 AM
12
KASIH YANG PEDULI KEPADA SESAMA
NAFIRI SEP15 print.indd 12
9/23/15 6:52 AM
/ He n d ro Su w ito /
aki-laki itu tinggi, mungkin sekitar 180 senti, dan badannya juga masih tampak cukup kekar. Usianya awal 40an. Dan di Ruang Rehabilitasi Fisik di sebuah rumah sakit di Tangerang, dia sedang berlatih dengan tekun: untuk berdiri dan berjalan lagi.
Entah sudah berapa kali dia menjalani terapinya. Dan entah apa yang menyebabkan dia masih belum lancar menopang badannya dan melangkahkan kaki-kakinya. Yang jelas, dia tampak sungguh-sungguh mengikuti instruksi dari terapisnya agar kembali lancar melakukan halhal sangat mendasar: duduk, berdiri dan mengayunkan kaki-kakinya. Keterampilan yang sebelumnya bisa dia lakukan nyaris tanpa otaknya harus bekerja sama sekali. Dan apa yang membuat saya sempat duduk manis di kursi di dekat Ruang Rehabilitasi ini sehingga bisa mengamati lelaki itu? Nafiri SEPTEMBER 2015
NAFIRI SEP15 print.indd 13
13
9/23/15 6:52 AM
Saya sedang rehat saat mendampingi istri saya Liena yang juga sedang menjalani terapi. Dia terserang Bell’s Palsy saat kami rekreasi ke Yogja menjelang liburan Idul Fitri. Salah satu saraf di bagian kanan wajahnya, kata dokter, saraf ke tujuh terganggu. Akibatnya pelupuk mata kanannya tidak bisa berkedip dengan sempurna. Separuh mulutnya juga terganggu sehingga senyumnya jadi kurang sempurna. Dia juga kesulitan menyedot minuman dan menggerakkan alis kanannya. Dia menjalani terapi berkali-kali: disinari dengan cahaya inframerah, disetrum di beberapa titik wajahnya, dan di-massage. Semua ditujukan untuk membuat sarafsarafnya kembali berfungsi. Dia belajar untuk mengedip dan tersenyum lagi semanismanisnya. Menunggu Giliran Hidup memang tidak selalu berjalan seperti yang kita idam-idamkan. Tidak selalu semua bayangan atau rancangan kita berjalan dengan lancar dan tanpa hambatan. Bagi kami sekeluarga, rencana rekreasi dan menginap di pantai di selatan Yogja terpaksa batal. Kami harus antri menunggu giliran pemeriksaan di rumah sakit dan akhirnya juga menjalani terapi awal sebelum dilanjutkan di Tangerang.
14
KASIH YANG PEDULI KEPADA SESAMA
NAFIRI SEP15 print.indd 14
9/23/15 6:52 AM
Bagi pria macho yang saya amati di Ruang Rehabilitasi hal yang sama juga terjadi. Kehidupannya yang, rasanya, sebelumnya berada di ‘jalur cepat’ tiba-tiba terhenti. Dan dia harus menjalani hariharinya dengan lebih perlahan: dengan belajar berdiri dan berjalan lagi. Sepupu saya, seorang kontraktor dan eksportir yang tinggal di Sumatera, juga dihadapkan pada perjalanan hidup yang sama. Pada usianya yang masih awal 60-an, dia terserang perdarahan otak. Setelah menjalani dua kali pembedahan, dan perawatan lanjutan 5 tahun lebih, dia tetap masih belum lancar berjalan dan berbicara lagi. Tentunya, dia tidak bisa lagi menakhodai bisnisnya. Dia harus tinggal di apartemen di Jakarta agar mudah dimonitor oleh putrinya yang berprofesi sebagai dokter. Tuhan memang tidak menjanjikan langit selalu biru dan cerah. Hujan dan badai juga bagian dari kehidupan yang ada saatnya hadir dalam kehidupan kita. Lima tahun lalu, misalnya, Mama saya sakit dan akhirnya meninggal di Semarang, hanya beberapa hari setelah saya menjalani operasi tumor di kepala. Rasanya kacau-balau ketika mendapat kabar dan terpaksa tidak bisa datang untuk menjenguk, melayat dan menyaksikan proses pemakaman Mama saya. Mama yang sudah jatuh bangun sejak muda untuk menopang kehidupan kami, anakanaknya. Untunglah ada satu kakak dan satu adik yang bisa mendampingi Mama pada saat-saat akhir kehidupannya. Mereka berdua yang kali ini mendapat kesempatan untuk berintim-intim dengan Mama sebelum akhirnya Beliau menutup mata untuk selamanya. Saya pribadi bersyukur karena telah diberi kesempatan bertahun-tahun oleh Tuhan untuk mendukung kehidupan Mama dan untuk berakrab-akab setelah dia tidak kuat lagi bekerja. Itu menjadi penghiburan di tengah kedukaan yang saya alami. Nafiri SEPTEMBER 2015
NAFIRI SEP15 print.indd 15
15
9/23/15 6:52 AM
Hati dan Rasa Hidup tak selalu berjalan mulus tanpa hambatan. Diri kita atau orang-orang terdekat bisa mendadak sakit parah atau bahkan dipanggil pulang oleh Tuhan. Semua bisa terjadi begitu saja. Stroke, kecelakaan lalu lintas, terpeleset di kamar mandi, dilanda banjir bandang, atau gempa bisa membuat kehidupan kita mendadak berantakan. Yang bisa kita lakukan adalah mencoba menyiapkan diri kita. Saat semua sedang lancar, tetap eling lan waspodo–kalau boleh mengutip nilai dalam budaya Jawa: untuk selalu ingat dan waspada; untuk menyiapkan hati dan rasa kalau-kalau hal-hal tak terduga terjadi. Tuhan sudah mengingatkan kita untuk belajar pada semut atau makhluk ciptaan-Nya yang lain yang rajin mengumpulkan makanannya pada saat masih ada kesempatan; sebelum musim berganti dan tidak ada lagi kesempatan mendapatkan makanan. Jika ditarik ke hal-hal yang lebih hakiki, Tuhan ingin kita belajar mensyukuri hari-hari kita, berterima kasih pada orang-orang yang telah mencurahkan kasih dan perhatiannya pada kita, untuk tidak menunda-nunda mengulurkan tangan bagi pribadi lain di sekitar kita yang sedang sangat membutuhkan kehadiran, perhatian dan dukungan kita. Ada saatnya kesempatan untuk itu tiba-tiba tertutup. Orang-orang terdekat atau saudara-saudara seiman bisa menghilang dari hidup kita, bahkan untuk selamanya ... atau kita sendiri justru yang dipanggil pulang lebih dulu ke rumah Bapa. Tiada yang tetap ... tiada yang tetap .... Semua yang mulia pun nanti hilang .... Hanya kecintaan kepada Tuhan, tinggal tetap meski kita pulang .... Lirik lagu lama yang pernah saya lantunkan bertahun-tahun lalu tiba-tiba bergema lagi di Kepala
16
KASIH YANG PEDULI KEPADA SESAMA
NAFIRI SEP15 print.indd 16
9/23/15 6:52 AM
“ Karl Barth 10 Mei 1886 – 10 Des 1968 Karl Barth yang lahir di Basel, Swiss; studi teologi di beberapa kampus, mulai dari Bern, Berlin, Tubingen, dan Marburg hingga tahun 1909. Ia menjadi pendeta di Swiss tahun 1911 dan diangkat menjadi profesor di Gottingen, Jerman tahun 1921. Pemikiran Barth di awal-awal pelayanannya cenderung ke liberal. Ia pun pernah aktif di partai politik. Tetapi, ketika ia menolak untuk berikrar kesetiaan kepada Hitler, ia dipecat dari universitas. Setelah itu karya-karya tulisannya dilarang dipublikasikan karena pembangkangannya tersebut. Pemikirannya yang liberal lambat laun bergeser terutama setelah ia kecewa kepada beberapa ’mentor’nya, dan sejak ia mendalami kitab Roma, ia berbalik mengkritisi liberalisme tersebut. Barth memperkenalkan doktrin yang dikenal sebagai "Theology of Karl Barth" yang meliputi The triune God (trinitas), Threefold Word of God (proclamation, scripture, and revelation), Election (umat yang terpilih), Universalism, dan Christian apologetics.
“ Basuki Tjahaya Purnama (Wawancara imajiner pada NAFIRI edisi Maret 2014– tentang pemimpin yang melayani) Nafiri SEPTEMBER 2015
NAFIRI SEP15 print.indd 17
17
9/23/15 6:52 AM
Ta r u n a - R i n a
18
KASIH YANG PEDULI KEPADA SESAMA
NAFIRI SEP15 print.indd 18
9/23/15 6:52 AM
/ Pingkan I. Palilingan /
Nafiri SEPTEMBER 2015
NAFIRI SEP15 print.indd 19
19
9/23/15 6:52 AM
Dari Jonggol ke Jakarta Tanggal 1 Januari 1958 Taruna lahir di Jonggol, sebuah kecamatan di Kabupaten Bogor, di tengah komunitas Tionghoa yang terbilang kecil di wilayah itu. Taruna mempunyai adik lelaki dan perempuan. Meski dapat dikatakan sebagai anak sulung, Taruna sebenarnya mempunyai delapan kakak tiri. “Sebelum papa menikah dengan mama saya, mereka masing-masing duda dan janda yang sudah punya anak. Mama membawa tiga anak, sementara papa membawa lima anak,” ujar Taruna. Meski lahir dan tinggal dalam sebuah keluarga yang besar, Taruna jarang berselisih dengan saudarasaudara tirinya, baik anak-anak papa maupun mamanya. Maklum, ketika ia lahir, jarak umurnya dengan saudarasaudara tirinya cukup jauh.
20
Tapi itu tak mencegah Taruna untuk mengikuti jejak kakak tirinya yang tertua. Setelah lulus SMA, ia ikut mengadu nasib ke Jakarta bersama kakak tirinya itu. Mereka pindah ke Jakarta tahun 1976 dan berdagang di Pasar Baru. “Dulu pas pindah ke Jakarta pikiran saya hanya kerja saja,” kata Taruna. Ia mengaku sering ditanya kenapa kok pada waktu itu tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi lagi. “Ya dulu saya tidak kepikiran sampai sana (untuk melanjutkan pendidikan),” jawabnya. Singkat, padat, dan jelas seperti biasanya.
KASIH YANG PEDULI KEPADA SESAMA
NAFIRI SEP15 print.indd 20
9/23/15 6:52 AM
“ Bertemu Pasangan Hidup Di Jakarta, Taruna tinggal di daerah Karanganyar bersama kakaknya. Tahun 1979, ketika kakak tirinya itu meninggal, Taruna ‘dioper’ ke kakak tirinya yang lain yang bekerja di Bank Buana. Dia akhirnya diterima juga untuk bekerja di bank ini dan ditempatkan di bagian giro/ pembukuan. Tuhan ternyata punya rancangan yang sangat mengherankan.Taruna pun bertemu dengan jodohnya di Bank Buana. Rina Andjana, yang sebelumnya bekerja di apotek selama 10 tahun, ‘nyasar’ masuk ke Bank Buana pada tahun 1982. “Pada saat Rina masuk ke Buana, kira-kira 3 bulan setelah itu saya sudah anterin dia pulang. Kami berpacaran sesudah itu,” terang Taruna. Meskipun usia Rina sedikit di atas Taruna, keduanya tidak sekalipun menganggap itu sebagai masalah. Hubungan mereka semakin berkembang dan beberapa bulan kemudian mereka memutuskan mengikat janji suci di altar pernikahan.
Ketika ditanya tentang waktu pacaran yang relatif singkat, Taruna menjawab dengan lugas, ”Ya saya merasa cocok sama Rina, terus saya (memutuskan) menikah. Mungkin karena kecocokan itu ya, kami langsung yakin.” Di kantor Taruna dan Rina bekerja ada regulasi yang menyatakan kalau pegawai masa kerjanya belum mencapai 3 tahun tidak diperbolehkan menikah. Rina yang masa kerjanya belum setahun ketika menikah, terpaksa harus mencari pekerjaan lain. Dia pun kembali ke ‘habitat’-nya sebagai asisten apoteker. Menjadi Kristen Terlahir di keluarga yang besar membentuk kepribadian Taruna menjadi mandiri.Ia banyak belajar dari kakak-kakak tirinya. “Mama saya meninggal waktu Sinta (adik paling kecil) masih berumur 2 bulan. Papa juga ada keluarga lagi. Jadi saya mau ngapain pun tidak ada yang melarang, termasuk ke gereja,” ujarnya.
Nafiri SEPTEMBER 2015
NAFIRI SEP15 print.indd 21
21
9/23/15 6:52 AM
Di Jakarta, Taruna diajak teman kantornya beribadah ke Gereja Sidang Kristus di Mangga Besar. Rina juga punya latar belakang keluarga yang hampir mirip dengan Taruna.Dia terlahir di keluarga yang menganut agama Buddha yang cukup kuat. Pada umur 16 tahun, ibunya meninggal. Rina, anak ketiga di keluarganya dan perempuan satusatunya, langsung mengambil alih jalannya roda kehidupan sehari-hari dalam keluarganya. Sebelum bertemu dengan Taruna, Rina sempat diajak ke gereja Katolik oleh tetangganya. Merasa cocok, dia sempat mengikuti katekisasi. 22
“Setelah berpacaran dengan Taruna, saya tiba-tiba ingat pesan mami saya. Kata beliau, apabila menikah, saya harus ikut agamanya suami,” kenangnya. “Akhirnya saya masuk Kristen Protestan setelah menikah dengan Taruna.” Pasangan ini menikah di Gereja Sidang Kristus.Sebelum pemberkatan nikah, keduanya dibaptis terlebih dahulu. Bagi Taruna dan Rina, proses baptisan tersebut bukan hanya sekedar prasyarat untuk mendapat pemberkatan pernikahan. Entah bagaimana Roh Kudus memantapkan hati mereka berdua untuk menerima Tuhan Yesus di dalam hidup dan di dalam pernikahan mereka. Ketika ditanya bagaimana hatinya bisa mantap menerima Tuhan Yesus, Rina menjawab bahwa ada kekosongan dalam hidupnya yang ternyata hanya bisa diisi oleh Yesus Kristus. Kepergian sang ibu di usianya yang relatif muda menempa Rina menjadi seorang perempuan yang mandiri dan tangguh. Tetapi,dia juga merasa tak ada tempat untuknya bersandar saat sedang galau. Ia merasa kosong. “Percaya sama Tuhan Yesus itu enak sekali rasanya. Ada seseorang yang bisa selalu kita ‘pegang’,” kata Rina.
KASIH YANG PEDULI KEPADA SESAMA
NAFIRI SEP15 print.indd 22
9/23/15 6:52 AM
Berbeda dengan Rina, ketika ditanya tim Nafiri mengapa dirinya bisa begitu yakin dengan agama Kristen, jawab Taruna simpel, “Saya pikir agama yang terbaik bagi saya itu ya Kristen.” Taruna merasa dulu dia blank, alias kosong atau kehilangan arah. Tapi justru itu yang semakin memantapkan hatinya untuk mengikut Tuhan. “Ya, ketika saya memutuskan untuk percaya pada Kristus, saya langsung fokus begitu saja.” Pemeliharaan Tuhan Setelah menikah, pasangan Taruna dan Rina tinggal di daerah Kebon Kacang. Di tahun pertamanya sebagai suami istri, mereka dianugerahi anak sulung Ellen Citrayani. Tahun 1985, mereka pindah ke Pamulang dan di tahun yang sama lahir Marry Citrayani. Pada awal pernikahan inilah pergumulan mulai menampakkan diri. Pada tahun itu listrik belum ada, jadi untuk penerangan di dalam rumah
masih menggunakan petromaks. Tentunya tidak mudah untuk membesarkan dua anak di tengah kondisi seperti ini. Setelah melahirkan anak pertama dan kedua, Rina juga sempat bekerja lagi di apotek tempatnya bekerja dulu. “Ellen sakit terus pada waktu itu. Dalam setahun dia dua kali masuk rumah sakit,” cerita Rina. Tak tega melihat kondisi anaknya yang sering sakit, dia memutuskan untuk berhenti bekerja. Kesulitan tidak berhenti di sana. Taruna yang masih bekerja di Bank Buana harus pulang pergi Pamulang– Jakarta Kota setiap hari. Minimnya transportasi di masa itu, ditambah dengan jaringan jalan yang belum memadai, membuatnya sulit untuk bekerja dengan lancar. Biasanya Taruna naik motor hingga stasiun terdekat, dan dari sana dia naik kereta ke Kota. Kantornya terletak di Asemka.
Nafiri SEPTEMBER 2015
NAFIRI SEP15 print.indd 23
23
9/23/15 6:52 AM
Tanggal 19 Oktober 1987 terjadi Tragedi Bintaro. Tabrakan terjadi antara kereta jurusan Tanah Abang–Merak dengan jurusan Rangkasbitung–Jakarta Kota, jurusan yang dinaiki Taruna setiap pagi. Rancangan Tuhan sungguh ajaib dan tak terkira. Malam sebelum kecelakaan itu terjadi, Taruna diare parah. “Pada saat (kecelakaan) itu terjadi, saya tidak bisa masuk kerja. Tapi saudara-saudara dan temanteman kantor mengira saya masuk kantor.” Adik Taruna, Gunawan, tidak tahu bahwa Taruna tidak masuk kantor hari itu. Ketika mendengar tentang kecelakaan kereta tersebut, dia langsung ngebut ke RS Fatmawati, tempat dimana para korban kecelakaan dibawa. “Adik saya panik. Dia kira saya masuk kantor. Di rumah sakit dia bukain satu-satu penutup jenazah,” katanya. Gunawan tentu berharap tidak menemukan tubuh kakaknya di rumah sakit. Namun, karena keterbatasan alat telekomunikasi (belum ada telepon seluler waktu itu), Gunawan tidak bisa mengontak siapa-siapa. Teman-teman kantor Taruna juga langsung datang ke RS dan bergabung dengan Gunawan memeriksa jenazah.
24
“Saya yang di rumah nggak tahu apa-apa sama sekali tentang kecelakaan itu. Dulu kan berita lambat sekali disebarkannya,” katanya. Di tengah pergumulan yang sedemikan sulit di tahun-tahun awal pernikahannya dengan Rina, kejadian ini menjadi pengingat bagi Taruna dan Rina bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan anak-anakNya sekalipun. Cara Tuhan sering kali tak dapat ditebak oleh pikiran manusia yang terbatas. Cara Tuhan membawa keluarga Taruna ke GKY (dulu GKJMB) juga tak kalah uniknya. Tahun 1990, si bungsu Christina Citrayani lahir. Selama di Pamulang, mereka bergereja di sebuah gereja di dekat rumah. Sayang sekali, gereja tersebut akhirnya dibubarkan karena tidak berkembang. Bukan hanya kehilangan tempat beribadah, anakanak Taruna juga terpaksa berhenti ber-Sekolah Minggu untuk sementara. “Kami semua mantan jemaat di sana pada kelimpungan mencari gereja lain. Sampai pada akhirnya ada tetangga yang bilang, “Ada satu gereja di BSD.” Akhirnya kita coba pergi ke sana. Gereja itu adalah GKJMB BSD yang baru saja berdiri,” kenang Taruna. Setelah kebaktian beberapa kali di gereja cikal bakal GKY BSD ini, mereka langsung merasa cocok.
KASIH YANG PEDULI KEPADA SESAMA
NAFIRI SEP15 print.indd 24
9/23/15 6:52 AM
Setia Melayani Keluarga Taruna bukan hanya merupakan jemaat mula-mula GKJMB BSD, namun juga menjadi beberapa jemaat mula-mula yang terus setia melayani hingga saat ini. Belum lama menjadi jemaat di GKJMB, Taruna sudah melayani sebagai usher (penerima tamu/jemaat). Sesudah itu dia ditunjuk sebagai koordinator kebaktian. Ketika gereja akhirnya berganti nama dan pindah ke gedung baru, Taruna ditunjuk sebagai majelis yang memegang bidang diakonia (pelayanan). Setelah periode pelayanannya selesai, ia ditunjuk lagi sebagai majelis untuk bidang yang sama. Selama melayani di diakonia, Taruna merintis program pemberian beasiswa bagi anak-anak keluarga kurang mampu yang kemudian berkembang menjadi gerakan Orang Tua Asuh (OTA). Dia menghubungi sekolah di desa sekitar gereja untuk menawarkan bantuan pendidikan. Gerakan ini akhirnya membuka kesempatan pelayanan lebih luas melalui program Peduli Anak Serpong (PAS). Ibaratnya, kegiatan yang dirintis tim diakonia pada awal mula itulah yang menjadi pintu masuk GKY BSD untuk lebih engaged dengan sekolahsekolah berlatar belakang lain di sekitar area gereja.
Membina hubungan baik secara timbal balik dengan komunitas yang berbeda latar belakang tidak bisa dilakukan hanya dalam semalam. Taruna bercerita dibutuhkan usaha, kepedulian, ketulusan, dan kesabaran tinggi untuk membina hubungan dengan sekolah-sekolah desa di sekitar GKY. Apa yang dirintis Taruna dan kawan-kawan di masa lalu sekarang sudah semakin membuahkan hasil, meskipun belum sempurna. Jemaat GKY BSD semakin mengerti pergumulan masyarakat sekitar dan sebaliknya masyarakat sekitar juga mendapat kesempatan untuk lebih mengenal keberadaan GKY BSD dan jemaatnya. Sementara Taruna aktif di diakonia, Rina juga aktifdi Komisi Wanita (KW). Dia bahkan dipercaya sebagai ketua komisi untuk dua periode. Ellen, putri tertuanya, juga terlibat dalam kepengurusan majelis di bidang diakonia. Putri kedua dan ketiganya, Marry dan Christina, juga masing-masing terlibat di pelayanan Sekolah Minggu dan Nafiri. Sungguh, seluruh keluarganya dianugerahi talenta untuk menjadi pelayan-pelayan Tuhan.
Nafiri SEPTEMBER 2015
NAFIRI SEP15 print.indd 25
25
9/23/15 6:52 AM
Campur Tangan Tuhan Perjalanan hidup Taruna-Rina diwarnai oleh banyak pergumulan, termasuk dalam bidang keuangan. Bertahun-tahun, mereka harus menjalani kehidupan secara sederhana. Taruna selama bertahuntahun berangkat kerja naik motor meskipun jarak rumah–kantornya begitu jauh. Dia juga rajin mengantar jemput anak-anaknya hingga saat mereka mulai kuliah. Pernah suatu waktu, salah satu anaknya terkena penyakit difteri. “Saat itu kami tidak punya uang untuk menghadapi masa-masa sulit seperti ini,” kenang Taruna. “Herannya, ada saja yang menolong kami pada masa sulit seperti ini. Tuhan mencukupkan secara ajaib.” Pengalaman yang sama bersama Tuhan juga terjadi ketika salah satu anaknya jatuh dari motor dan membutuhkan dana perawatan. “Selalu ada orang yang digerakkan oleh Tuhan untuk membantu,” ujarnya terkagum-kagum akan berkat Tuhan.
26
Sebagai seorang ayah dari tiga anak putri, kekhawatiran akan pasangan hidup ketiga putrinya juga kerap muncul. “Waktu Ellen bilang ke saya dan Rina bahwa ada cowok (Wawan, yang nantinya menjadi suami Ellen) yang mau mampir ke rumah, ya saya awalnya takut. Apalagisetelah mengetahui bahwa keluarganya berbeda latar belakang agamanya. Wawan sendiri saat itu beragama Katolik,” kata Taruna. Taruna cukup banyak melihat pernikahan beda agama di antara teman-teman kantornya yang akhirnya gagal berlanjut “Saya takut Ellen dan Wawan akan seperti itu. Tapi saya tetap terbuka dan berusaha menerima Wawan. Saya menyerahkan pilihan kepada Ellen.”
KASIH YANG PEDULI KEPADA SESAMA
NAFIRI SEP15 print.indd 26
9/23/15 6:52 AM
Akan tetapi semua kekhawatiran itu terbukti salah.Setelah menikah dengan Ellen, Wawan justru semakin mengerti tentang iman percaya yang dianut istrinya dan keluarganya. Wawan bahkan akhirnya memutuskan untuk belajar secara khusus di bidang teologi.Taruna dan Rina juga telah mendapatkan seorang cucu perempuan dari Wawan dan Ellen. Indah pada Waktunya Kini di umurnya yang ke58 tahun, Taruna sudah pensiun. Kesetiaannya terhadap perusahaan tempatnya bekerja kerap digaungkan sebagai contoh oleh karyawankaryawan lain. Tentu saja, siapa sih
yang tidak merasa kagum ketika mendengar Taruna sudah bekerja 30 tahun lebih di sebuah perusahaan? “Total sudah 34 tahun saya bekerja di Bank Buana. Karena suasana kekeluargaan yang begitu erat, saya betah bekerja di perusahaan ini,” ujar penggemar badminton ini. “Teman-teman saya bilang bahwa saya beruntung karena ketika saya pensiun anak-anak sudah bekerja.” Apa yang dikatakan temantemannya ini menjadi bahan refleksi bagi Taruna. Memang benar, tahun saat putri bungsunya Christina selesai kuliah bertepatan dengan tahun saat Taruna pensiun. Pemeliharaan Tuhan benar-benar luar biasa.
Nafiri SEPTEMBER 2015
NAFIRI SEP15 print.indd 27
27
9/23/15 6:52 AM
BIODATA Nama Lengkap Nama Panggilan Tempat/Tanggal Lahir Nama Istri Nama Anak
: Taruna : Taruna : Jonggol, 1 Januari 1958 : Rina Andjana (1953) : Ellen Citrayani (1983) Marry Citrayani (1985) Christina Citrayani (1990)
Riwayat Pekerjaan • UOB (Bank Buana)
(1979 – 2013)
Riwayat Pelayanan • Koordinator KU1, Gereja KristusYesus (GKY) BSD • KPP - Diakonia, Gereja KristusYesus (GKY) BSD • Majelis Diakonia, Gereja KristusYesus (GKY) BSD
Taruna dan Rina berusaha untuk memberi keleluasaan kalau anaknya sudah berkeluarga agar mereka bisa makin mandiri dan berkembang. “Saya tidak ingin terlalu mencampuri masalah mereka. Saya ingin lebih bijaksana dalam berpikir dan bertindak,” katanya, mengungkapkan pikirannya.
28
(2002) (2003 – 2004) (2004 – 2010)
Taruna terus mensyukuri pimpinan Tuhan yang begitu nyata di dalam kehidupan keluarganya. Begitu banyak kejadian yang kelihatannya seperti kebetulan atau keberuntungan, namun itu sebenarnya Tuhan yang langsung turun tangan memberkati dan memimpin kehidupannya dan keluarganya.
KASIH YANG PEDULI KEPADA SESAMA
NAFIRI SEP15 print.indd 28
9/23/15 6:52 AM
Firman Tuhan memang benar adanya bahwa sesungguhnya tidak ada yang perlu dikhawatirkan di dalam kehidupan ini kalau kita selalu setia dan bersandar kepada Tuhan. Taruna dan Rina telah membuktikan betapa Tuhan terus mengatur setiap peristiwa dalam kehidupan keluarganya dengan begitu baik dan cermat. Semua ini telah meneguhkan iman dan rasa syukur mereka. “Segala yang terjadi kelihatan demikian indah pada waktunya,� ujar Taruna
Nafiri SEPTEMBER 2015
NAFIRI SEP15 print.indd 29
29
9/23/15 6:52 AM
CANNOT BE SEPARATED! 30
KASIH YANG PEDULI KEPADA SESAMA
NAFIRI SEP15 print.indd 30
9/23/15 6:52 AM
/ GI Junia Purnomo /
enginjilan dan pelayanan sosial seharusnya berjalan beriringan.� / John R. W. Stott
(Christian Mission in The Modern World)
Bagi Stott, pelayanan sosial adalah mitra dari penginjilan, dimana keduanya hendak menyatakan cinta kasih Tuhan. Karena itu, tanggung jawab sosial tidak hanya menjadi bagian dari misi orang percaya, tetapi seharusnya juga menjadi bagian dari pertobatan orang percaya. Akan tetapi di dalam realitanya, ada banyak orang percaya, khususnya dalam hal ini adalah gereja, tidak lagi menjadikan pelayanan sosial sebagai bagian dari misi Tuhan di dalam dunia ini, seperti yang diungkapkan oleh Pdt. Ir. Herlianto di dalam salah satu artikelnya. Ia memperlihatkan hasil survei yang dilakukan oleh sebuah sekolah teologi di Jakarta pada tahun 1985. Survei ini menemukan bahwa dari 225 gereja di Jakarta yang dikaji pada waktu itu, hanya ada 16 gereja saja yang mempunyai pelayanan sosial sebagai bagian dari program gereja itu (kurang lebih sekitar 7% saja).
Nafiri SEPTEMBER 2015
NAFIRI SEP15 print.indd 31
31
9/23/15 6:52 AM
Dan ironisnya, ketika angka itu akhirnya dibandingkan dengan survei yang dilakukan oleh World Vision Indonesia bekerjasama dengan UKI Jakarta pada tahun 1990, ternyata angka tersebut pun belum banyak beranjak dari hasil survei yang dilakukan pada tahun 1985. Hal ini menunjukkan bahwa kepedulian gereja terhadap pelayanan sosial sesungguhnya masih sangat minim. Sehingga, tidak mengherankan apabila ada banyak gerakan yang mencoba untuk mengembalikan gereja pada fungsinya, meskipun dengan penekanan yang berbeda. Salah satunya adalah gerakan yang dirintis oleh Walter Rausenbusch.
Rausenbusch adalah salah satu penganut teologi Social Gospel yang berpendapat bahwa teologi haruslah kontekstual, sehingga jika tidak, maka tak layak disebut teologi. Pendapat ini terus berkembang hingga mempengaruhi banyak gereja, tidak hanya di negara-negara Barat, tetapi juga di negara-negara Timur. Hal ini dinyatakannya sebagai akibat kekecewaannya terhadap gereja yang saat itu acuh tidak acuh terhadap kondisi sosial di sekitarnya. Sangat Berang Kondisi Amerika pada saat itu sudah mulai mapan dengan industriindustri besar, tetapi justru orangorang Kristen tidak memberikan perlakuan yang seimbang terhadap buruh-buruh yang bekerja pada saat itu. Para pekerja harus menerima
“... teologi haruslah kontekstual, sehingga jika tidak, maka tidak layak disebut teologi.....
32
KASIH YANG PEDULI KEPADA SESAMA
NAFIRI SEP15 print.indd 32
9/23/15 6:52 AM
keadaan sebagai kaum marginal yang secara status sosial dianggap sangat rendah, belum lagi ditambah dengan tindakan diskriminasi dan penindasan terhadap kaum miskin yang dilakukan oleh kaum kapitalis. Hal ini membuat Rausenbusch sangat berang dengan keadaan saat itu. Ia menilai gereja tidak memiliki peran atau kontribusi apa pun. Hal ini dikarenakan pada saat itu gereja malah sibuk dengan hal-hal yang bersifat spiritual saja. Tentunya secara sekilas, hal ini sangat bermanfaat dan berguna untuk membuka mata hati gereja untuk lebih peduli dan peka terhadap persoalanpersoalan sosial yang terjadi di sekitarnya. Akan tetapi, hal ini akan menjadi bahaya apabila gereja akhirnya hanya terpaku pada pelayanan sosial dan mengabaikan pelayanan pemberitaan Injil yang seharusnya menjadi jantung daripada gereja itu sendiri.
Karena itu, tak jarang kita akan bertemu dengan gereja-gereja yang pada akhirnya banyak sekali melakukan kegiatan sosial tanpa didasarkan pada pemahaman yang benar dan tanpa diikuti dengan pemberitaan Injil, layaknya agamaagama lain dan organisasi-organisasi lain yang tidak memiliki Kristus di dalamnya. Sebaliknya, banyak juga gerejagereja yang tetap hanya berfokus pada pelayanan Injil, tetapi tidak peduli terhadap pelayanan sosial, seperti halnya gereja di Korintus. Karena itu, rasul Paulus di dalam 1 Korintus 13:1 berkata, “Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing.� Nafiri SEPTEMBER 2015
NAFIRI SEP15 print.indd 33
33
9/23/15 6:52 AM
Hal ini berarti bahwa kehidupan orang percaya tanpa kasih yang benarbenar diwujudnyatakan di dalam kehidupan sehari-hari merupakan kehidupan yang timpang atau tidak seimbang. Dalam hal ini, jemaat Korintus bukanlah jemaat yang berkekurangan, sebaliknya mereka adalah jemaat yang berkelimpahan, sebagaimana yang dicatat di dalam 2 Korintus 8:14, “Maka hendaklah sekarang ini kelebihan kamu mencukupkan kekurangan mereka, agar kelebihan mereka kemudian mencukupkan kekurangan kamu, supaya ada keseimbangan.� Kata “kelebihan� yang dipakai di dalam bagian ini menggunakan kata perisseuma yang artinya berkelebihan atau terlalu banyak. Dengan demikian, jemaat Korintus merupakan jemaat yang penuh dengan kelimpahan. Akan tetapi, di dalam kelimpahannya, jemaat Korintus justru telah mengabaikan pelayanan kasih yang telah dipercayakan kepadanya. Karena itu, rasul Paulus menegur mereka dengan cara mengkontraskan jemaat Korintus dengan jemaat di Makedonia.
34
Kalau kita perhatikan 2 Korintus 8:2, maka kita akan mendapati bahwa ketika jemaat Makedonia mengambil bagian di dalam pelayanan kepada orang-orang kudus, jemaat Makedonia (yang termasuk juga jemaat Filipi, Tesalonika dan Berea) dalam kondisi yang tidak baik. Mereka tidak hanya miskin, tetapi mereka juga sedang mengalami berbagai macam penderitaan dan penganiayaan (bandingkan dengan Filipi 1:28-30). Akan tetapi, jemaat Makedonia tetap menyatakan kasih mereka kepada orang-orang yang membutuhkan, khususnya kepada orang-orang kudus di Yerusalem (Roma 15:26-27). Sehingga, rasul Paulus di ayat 3, bersaksi bahwa mereka telah memberikan menurut kemampuan mereka dan bahkan melampaui kemampuan mereka.
Kehidupan orang percaya tanpa kasih merupakan kehidupan yang timpang...
KASIH YANG PEDULI KEPADA SESAMA
NAFIRI SEP15 print.indd 34
9/23/15 6:52 AM
Seluruh Nafkahnya Hal ini tentunya mengingatkan kita kepada janda miskin yang memberikan dua peser di dalam Lukas 21:14. Kita tahu bahwa pada saat itu, janda miskin itu hanya memiliki dua peser di tangannya. Karena itu, jika ia memberikan dua peser itu sebagai persembahan kepada Tuhan, itu sama saja ia memberikan seluruh apa yang dipunyainya. Tentunya, hal ini berbeda dengan orang-orang kaya yang memberikan persembahan pada saat itu. Meskipun mereka memberikan lebih banyak daripada janda miskin itu, tetapi mereka masih memiliki uang yang lain. Sebaliknya, sesudah janda miskin ini memberikannya, maka ia tidak memiliki apa-apa lagi. Oleh sebab itu, di ayat 3-4, Tuhan Yesus memuji janda miskin itu, dengan berkata, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang itu. Sebab mereka semua memberi persembahannya dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, bahkan ia memberi seluruh nafkahnya.� Yang menjadi pertanyaannya adalah mengapa baik janda miskin yang dicatat di dalam Injil Lukas maupun jemaat di Makedonia yang dikatakan miskin itu mampu berbagi dan memberikan yang terbaik dari kekurangan mereka? Mari kita perhatikan ayat 5b, “Mereka memberikan diri mereka, pertamatama kepada Allah, kemudian oleh karena kehendak Allah juga kepada kami.�
Nafiri SEPTEMBER 2015
NAFIRI SEP15 print.indd 35
35
9/23/15 6:52 AM
Seorang yang mengasihi Allah, seharusnya ia juga mengasihi sesamanya
Kalau kita perhatikan, maka frasa “pertama-tama kepada Allah, kemudian oleh karena kehendak Allah juga kepada kami,” mengingatkan kita kepada hukum yang terutama yang dicatat di dalam Ulangan 6:4-5 dan Markus 12:29-31. “Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa. Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini.” Tidak Bisa Dipisahkan Dengan kata lain, tindakan kita di dalam mengasihi sesama kita seharusnya merupakan wujud kasih kita kepada Allah, sebagaimana yang dicatat di dalam 1 Yohanes 4:20-21, “Jikalau seorang berkata: ’Aku mengasihi Allah,’ dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya. Dan perintah ini kita terima dari Dia: Barangsiapa mengasihi Allah, ia harus juga mengasihi saudaranya.” Singkatnya, seorang yang mengasihi Allah, seharusnya ia juga mengasihi sesamanya.
36
KASIH YANG PEDULI KEPADA SESAMA
NAFIRI SEP15 print.indd 36
9/23/15 6:52 AM
Dengan demikian, pelayanan kasih atau pelayanan sosial kepada orangorang yang membutuhkan tidak bisa dipisahkan dari pelayanan Injil. Jikalau kita mengaku bahwa kita mengasih Tuhan, maka seharusnya itu juga terwujud di dalam sikap dan tindakan kita sehari-hari, sebagaimana yang dinyatakan oleh Timothy Keller di dalam bukunya, Generous Justice. Ia mengatakan bahwa,
“If a person has grasped the meaning of God’s grace in his heart, he will do justice. If he doesn’t live justly, then he may say with his lips that he is grateful for God’s grace, but in his heart he is far from him. If he doesn’t care about the poor, it reveals that at best he doesn’t understand the grace he has experienced, and at worst he has not really encountered the saving mercy of God. Grace should make you just.”
Dengan demikian, setiap orang yang telah menerima anugerah Tuhan seharusnya bisa menyatakan kasih Tuhan di dalam tindakannya secara konkret. Karena itu, pelayanan sosial tidak bisa dipisahkan dari pelayanan Injil. Sebaliknya, keduanya harus berjalan beriringan agar nama Tuhan dapat dimuliakan melalui gereja-Nya
/ Penulis adalah lulusan Seminari Alkitab Asia Tenggara (SAAT, Malang) dengan gelar MDiv. Nafiri SEPTEMBER 2015
NAFIRI SEP15 print.indd 37
37
9/23/15 6:52 AM
38
KASIH YANG PEDULI KEPADA SESAMA
NAFIRI SEP15 print.indd 38
9/23/15 6:52 AM
/ Sarah A.Palilingan /
Si Rendah Hati yang Ringan Tangan
Nafiri SEPTEMBER 2015
NAFIRI SEP15 print.indd 39
39
9/23/15 6:52 AM
Waktu menunggu kami diisi dengan cerita Lesley mengenai adiknya pada saat diundang ke Kalimantan 3 minggu lalu untuk KKR yang juga diisi dengan konser. KKR yang bertemakan misi tersebut berhasil memenangkan kurang lebih 7.000 jiwa yang haus akan firman Tuhan. Di balik itu, Lesley mengungkapkan perjuangan menuju ke lokasi. “Walaupun jalanan rusak dan perjalanan memakan waktu 3 sampai 5 jam di mobil kecil, dia (Billy) sama sekali nggak komplain. Malahan begitu sampai dan sudah selesai manggung, tim pemusik kan harus beres-beres sendiri. Nah, Billy bantuin,” ujar Lesley. Walaupun lelah, Billy tidak memutuskan untuk kembali ke hotel, padahal saat itu Billy baru saja kembali dari Hillsong Conference di Sydney yang kemudian dilanjutkan dengan perjalanan ke Taiwan. Rentetan acara Billy ikuti dan seakanakan tidak habis energinya, ia dengan senang hati mau menyisihkan tenaga untuk membantu timnya membereskan peralatan musik. “Menggulung kabel dia lakukan. Dia nggak mau balik ke hotel,” kata Lesley bangga akan adiknya yang membumi.
40
Takut Bernyanyi Sore berganti malam, percakapan kami tidak sengaja terpotong dengan sambutan sosok pria berkacamata yang mengenakan baju biru navy. Kami yang harusnya menyambut lebih dulu, kalah cepat dengannya. “Hai! Aku Billy!” Pembawaannya yang santai dan terbuka menunjukkan karakter Billy yang tidak pelit dalam menceritakan asam manis pengalaman hidupnya. Perbincangan kami dibuka dengan cerita yang cukup mengherankan. Pria kelahiran Jakarta ini mengaku bahwa dari kecil ia tidak pernah suka bernyanyi. “Aku nggak merasa bisa menyanyi. Nggak merasa mampu,” Billy berterus terang. Tak disangka di masa mudanya, suara emas Billy masih terbungkam oleh rasa percaya diri yang rendah dan tidak adanya dukungan dari kedua orangtua. Keluarga Billy bukanlah keluarga musisi. Masa muda Billy Simpson hampir tidak pernah bersinggungan dengan dunia musik. Pelantun lagu “Jembatan Pengharapan” ini bercerita bahwa ia baru mengerti musik saat di gereja. Dari gereja pun ia mengaku masih malu-malu dan tidak percaya diri. “Kalau nyanyi kan berdiri under the spotlight. Aku nggak suka,” ujar pria yang gemar dengan musik Disney ini.
KASIH YANG PEDULI KEPADA SESAMA
NAFIRI SEP15 print.indd 40
9/23/15 6:52 AM
Bakat pemenang The Voice Indonesia 2013 ini mulai terungkap saat kuliah. “Sama teman-teman gereja waktu itu di-push untuk nyanyi karena mereka nggak sengaja mendengar saya nyanyi lagu ciptaan saya,” tuturnya. Dari situlah teman-teman Billy kagum dan mendorongnya untuk mengembangkan talenta tersebut. Meski didukung terus-menerus oleh komunitas gerejanya, Billy sempat memutuskan untuk berhenti menyumbangkan suaranya. Penyebabnya adalah orangtua yang sempat tidak mengizinkan Billy untuk melanjutkan karir di musik. Walau tidak disertai persetujuan orangtua, dengan gigih Billy membuat demo yang kemudian dikirimkan ke perusahaan rekaman. Akan tetapi, feedback yang Billy terima bukanlah pujian atau kata “ya” dari mereka. “Aduh, Bil, tampang kayak kamu mah nggak ada yang bisa jadi penyanyi. Kamu yakin?” kutip Billy, mengingat kalimat yang membuat rasa percaya dirinya terjun bebas. Anggapan itu telah membuat Billy memiliki mindset bahwa apa yang mereka katakan itu benar. Kalimat itu adalah suatu kenyataan pahit yang harus ia telan.
Nafiri SEPTEMBER 2015
NAFIRI SEP15 print.indd 41
41
9/23/15 6:52 AM
“Itu reality! Saya pikir, saya mau ngejar penyanyi lain juga nggak bisa,” katanya. Billy merasa kalah pengalaman dengan musisi yang talentanya sudah dipupuk dari kecil. Dengan umurnya yang saat itu sudah mendekati kepala 2, Billy merasa dirinya sudah telat untuk terjun di dunia entertainment. “Akal sehat saya bilang nggak mungkin sukseslah jadi penyanyi. Ya udahlah, do something else. Itu merupakan kepahitan; soalnya saya tahu saya suka nyanyi, saya suka musik; tapi nggak bisa ngelakuin.” Billy mengaku sempat frustasi dan beralih dari dunia musik untuk sementara. Bagi Kemuliaan Tuhan Pergumulan Billy dengan kepahitannya mulai pulih dengan adanya komunitas. Setelah bergabung dengan komunitas gereja lokalnya, semangat pemuda yang sempat pindah ke Melbourne, Australia ini bangkit kembali. “Walaupun musik nggak menjadi karir, pakailah musik untuk menjadi berkat bagi gereja,” Billy menjelaskan filosofinya.
Selama masa ia melayani, Billy merasa bahwa Tuhan mengungkapkan perspektif baru terhadap talenta yang ia terima. “Ternyata saya dikasih talenta bukan karena Tuhan sayang saya saja. Tetapi Tuhan sayang banyak orang makanya saya dikasih talenta. Artinya apa? Lewat talenta itu saya bisa jadi berkat, saluran kasih Tuhan bagi banyak orang.” Menurut Billy, masa lalunya selalu terpusat pada diri sendiri. Setelah Tuhan menunjukkan jalan-Nya, barulah ia sadar bahwa rencana Tuhan jauh lebih indah. “Dulu saya coba bikin album sendiri dengan timing saya sendiri, dengan kekuatan saya sendiri tanpa alasan yang tepat. Saya terus mencoba dan Tuhan justru tutup pintu,” terang Billy. 42
KASIH YANG PEDULI KEPADA SESAMA
NAFIRI SEP15 print.indd 42
9/23/15 6:52 AM
Walau dulu merasa terpuruk, sekarang Billy justru bersyukur untuk apa pun yang Tuhan izinkan terjadi di dalam hidupnya. Selama pelayanan di komunitas gerejanya, Billy merasa bahwa ia diajar Tuhan untuk tidak memiliki agenda atau motif pribadi, dalam artian selalu siap untuk melayani kapan pun Tuhan mau. “Kalau pelayanan tuh kita nggak bisa ada agenda (motif). Kita pelayanan bukan untuk jadi terkenal, ataupun untuk materi. Jadi kita dibentuk untuk menjadi selfless, seorang yang nggak punya motif dalam melayani. Motifnya hanya satu yaitu untuk membawa kemuliaan bagi kerajaan Tuhan. Nggak cuman untuk fokus pada diri kita saja,” tutur worship leader JPCC ini. Setelah bertahun-tahun bertumbuh di dalam komunitas gereja dan banyak diasah dalam pelayanan, fokus Billy bukanlah pada ketenaran ataupun keberhasilan lagi melainkan untuk memuliakan Tuhan semata. “Menang Syukur, Enggak Menang ya Udah” Kemenangan bukanlah alasan yang mendorong Billy mendaftarkan diri di The Voice Indonesia. “Menang syukur, enggak menang ya udah. Karena saya tahu Tuhan memegang kendali,” ucapnya. Billy mengerti betul bahwa peran orang Kristen bukan
hanya beriman dan berdoa, tetapi harus dibarengi dengan tindakan. “Kita berdoa agar mobil ini bisa jalan, tetapi gas tidak diinjak, bensin tidak diisi. Gimana mau jalan?” Billy berumpama. Billy mengaku bahwa ia sudah mempersiapkan diri untuk tidak kecewa apabila ia kalah. Tetapi, ternyata Tuhan terus membawa Billy terbang tinggi dan memberikan kemenangan di ajang pencarian bakat tersebut. Kebaikan Tuhan tidak berhenti sampai di situ. Setelah The Voice selesai, Billy membangun kerjasama dengan Universal Music, salah satu label musik terbesar di kancah internasional. Penyanyi yang sempat menjadi trending topic di Twitter ini, juga dipertemukan dengan musisi-musisi luar biasa, baik dari dalam maupun luar negeri. Billy sempat diundang ke sebuah program bimbingan musik yang di dalamnya ada Kenny G, Babyface, dan beberapa musisi tenar lainnya untuk rekaman. “Tuhan itu baik,” kata Billy, menanggapi serentetan berkat yang Tuhan percayakan kepadanya. “Ketika Tuhan tutup satu pintu, artinya pintu yang bakal dibuka itu lebih baik. Terkadang kita suka bertanya, ‘Kenapa nggak yang ini aja Tuhan? Ini kan yang the best?’ Loh, siapa bilang? Kalau ditutup artinya bukan yang the best.”
Nafiri SEPTEMBER 2015
NAFIRI SEP15 print.indd 43
43
9/23/15 6:52 AM
Pentingnya Komunitas Billy lahir di keluarga non-Kristen. Namun, Lesley yang lebih dahulu menerima Krsitus, mengajak Billy beribadah di gereja dekat rumah. “Pas masuk, nggak ngerti deh gereja tuh apaan,” akunya. Dari semua hal yang paling berkesan saat Billy masuk ke gereja adalah komunitas yang menerimanya dengan tangan terbuka. Billy mengaku dapat merasakan rasa peduli dan perhatian yang tulus dari teman-teman yang baru ia kenal. Kebaikan Tuhan ia rasakan dari komunitas tersebut yang merefleksikan karakter Kristus. Pada tahun 2000 Billy pun bertobat dan memulai perjalanan hidupnya bersama Tuhan. “Satu hal yang saya nggak pernah sesali adalah tertanam di dalam keluarga rohani yang paham mengapa mereka ada di muka bumi ini,” kata Billy Simpson. “Kita menghadapi kehidupan yang seringkali keras, masalah banyak; urusan kerjaan, keluarga, pasangan. Akhirnya kita move away from His promise. Nah, kalau kita di gereja, kalau kita dikelilingi dengan orang-orang yang Tuhan izinkan ada dalam kehidupan kita, kita yang tadinya jauh bisa ditarik lagi,” ujarnya. Bagi Billy, komunitas merupakan salah satu fondasi esensial dalam mencari wajah Tuhan. Billy percaya bahwa sangat penting bagi setiap orang untuk tertanam di satu gereja dengan komunitas yang mengikuti perjalanan mereka dari nol hingga seratus. “Gereja tidak ada yang sempurna, tetapi kita harus tertanam di dalam satu gereja,” jelasnya. Sari Simorangkir, Sidney Mohede, dan Andre Hermanto, adalah tiga dari sejumlah kawan Billy yang mendukungnya untuk tetap berada di jalan Tuhan. “Mereka bukan sekedar musisi atau penyanyi rohani. They are my parents, my family,” tutur pria yang terlibat dalam album Disney versi Indonesia yang akan segera dirilis. Walau terkadang merasa lelah secara fisik, Billy mengaku bahwa dirinya dapat kembali fresh dengan cara tetap keep in touch dengan komunitasnya di gereja. Tetap Setia Berkarya bagi Tuhan Selama 15 tahun perjalanan Billy mengenal Kristus ia percaya, “Memuliakan Tuhan akan datang dengan sendirinya sewaktu kita melakukan hal yang tepat di kehidupan kita.”Dirinya mengaku bahwa memuliakan Tuhan merupakan sesuatu yang otomatis saat kita mencari wajah-Nya tanpa henti. 44
KASIH YANG PEDULI KEPADA SESAMA
NAFIRI SEP15 print.indd 44
9/23/15 6:52 AM
Menurut Billy, hal yang sama pun berlaku dalam sosial media. Ia membeberkan bahwa pencitraan adalah suatu beban yang berat. “Kita hidup di dalam dunia sosial media. Jadi semuanya harus tampil luar biasa. Semuanya harus tampil cakep, keren, cantik; diedit kalau perlu. Akhirnya banyak orang pun yang merasa terpaksa untuk tampil ‘sempurna’. Kamu harus kelihatan sukses. Padahal mungkin lagi susah. Akhirnya pun kita tidak belajar untuk terbuka.” Menurutnya, konsep itulah yang membuat orang-orang jauh dari keterbukaan. Ia mengatakan bahwa gereja adalah tempat dimana setiap orang bisa menjadi diri sendiri dan saling mengasihi terlepas dari apa pun yang sedang terjadi dalam kehidupan mereka. Billy tidak pernah merasa harus menjadi orang lain setiap kali bertemu dengan teman-temannya dan juga orang yang baru saja ia kenal–baik yang beragam Kristen, maupun yang non-Kristen. “I just need to be myself. Kenapa? Karena saya mempunyai hubungan pribadi dengan Tuhan,” katanya dengan senyuman lebar. Kalimat tersebut sekaligus mengakhiri perbincangan kami bersama musisi yang rendah hati ini. Teruslah berkarya bagi kemuliaan Tuhan, Billy!
Nafiri SEPTEMBER 2015
NAFIRI SEP15 print.indd 45
45
9/23/15 6:52 AM
46
KASIH YANG PEDULI KEPADA SESAMA
NAFIRI SEP15 print.indd 46
9/23/15 6:52 AM
/ GI. Kristian Kusumawardana /
Lukas 10:25–37 e t i k a mata saya melihat sebuah rekaman CCTV di YouTube, dimana ada seorang anak kecil yang ditabrak lari oleh sebuah mobil dan banyak orang hanya melihat dia tergeletak di jalan, lalu mereka pergi begitu saja, tanpa ada seorang pun yang mau menolong anak kecil itu; dan ketika telinga saya mendengar berita ada seorang yang dirampok oleh penjahat yang berpura-pura minta tolong kepadanya; maka hati saya berkata: “Tetap mengasihi dan peduli pada sesama di tengah zaman yang semakin egois dan jahat ini bukanlah sesuatu hal yang mudah untuk dilakukan.�
Nafiri SEPTEMBER 2015
NAFIRI SEP15 print.indd 47
47
9/23/15 6:52 AM
Penyebab utama pudarnya kepedulian kepada sesama adalah apa yang terjadi di dalam diri kita
Ada begitu banyak alasan untuk tidak peduli pada sesama. Mereka yang hanya melihat anak kecil tergeketak di jalan itu mungkin berkata: “Jika saya menolong anak kecil itu, janganjangan saya yang justru dituduh menabraknya!” Bagi korban perampokan itu mungkin berkata: “Bagaimana mungkin saya bisa peduli lagi pada sesama, jika saya pernah dirampok oleh orang yang saya tolong?” Tidak sedikit orang yang berkata: “Ngapain mempedulikan orang lain, toh mereka juga tidak peduli dengan saya!”
Apa yang menjadi penyebab utama pudarnya kepedulian pada sesama? Apakah karena situasi dan kondisi di luar diri kita yang tidak kondusif sehingga itu membuat kita tidak peduli pada sesama? Atau sesungguhnya apa yang terjadi di dalam diri kita sendirilah yang membuat kita tidak lagi peduli pada sesama? Memang harus diakui bahwa lingkungan yang semakin sulit dipercaya, kejahataan yang semakin meningkat, perkembangan gadget yang semakin pesat, bisa membuat ‘virus’ keegoisan semakin menjalar dengan cepat. Tetapi fakta juga menunjukkan bahwa sekalipun ‘virus’ keegoisan menjalar dengan cepat, masih ada orang yang tidak terjangkiti oleh ‘virus’ keegoisan itu. Ketika banyak orang tidak peduli, dia masih tetap peduli pada sesama. Ketika banyak orang hanya melihat dan pergi meninggalkan, dia justru berhenti dan menolong. Hal itu berarti yang menjadi penyebab utama pudarnya kepedulian pada sesama bukanlah apa yang terjadi di luar diri kita, tetapi yang menjadi penyebab utamanya adalah apa yang terjadi di dalam diri kita!
48
KASIH YANG PEDULI KEPADA SESAMA
NAFIRI SEP15 print.indd 48
9/23/15 6:52 AM
Kisah orang Samaria yang murah hati menunjukkan kebenaran bahwa pudarnya kepedulian kita pada sesama disebabkan karena semakin hambarnya kasih kita pada Tuhan dan sesama. Sekalipun seorang imam dan seorang Lewi hanya melihat dan pergi meninggalkan orang yang tergeletak di jalan itu; sekalipun jalan itu sepi dan bisa jadi orang tersebut hanya berpura-pura membutuhkan pertolongan, kemudian dia justru merampok orang yang menolongnya; tetapi orang Samaria itu tetap berhenti dan menolong orang yang tergeletak di jalan tersebut. Bahkan orang Samaria itu bukan hanya membalut luka orang tersebut, tetapi dia juga menaikkannya ke atas keledai tunggangannya sendiri, membawanya ke tempat penginapan untuk dirawat, dan menanggung semua biaya pengobatannya. Apa yang menggerakkan hati orang Samaria itu sehingga dia berani menanggung risiko atas tindakannya tersebut? Apa yang menggerakkan hati orang Samaria itu sehingga dia rela berkorban bagi orang yang dia tidak kenal Nafiri SEPTEMBER 2015
NAFIRI SEP15 print.indd 49
49
9/23/15 6:52 AM
itu? Ayat 33 berkata dengan jelas: “Tergeraklah hatinya oleh belas kasihan.” Hati yang penuh dengan belas kasihan pada sesama yang menggerakkan orang Samaria itu sehingga dia berani menanggung risiko dan rela berkorban bagi sesamanya. Sekalipun orang Yahudi menganggap orang Samaria bukanlah umat Tuhan, tetapi perbuatan yang dilakukan oleh orang Samaria itu justru membuktikan bahwa ia sungguh-sungguh mengasihi Tuhan. Mengapa? Karena hanya orang yang sungguh-sungguh mengasihi Tuhan, yang bisa memiliki hati yang berbelas kasihan pada sesama. Kata “belas kasihan” muncul lima kali di Injil Lukas, yang menunjuk pada hati Tuhan (1:78; 7:13; 15:20) dan hati orang Samaria (10:33,37). Di pasal 7 ayat 13, ketika Tuhan Yesus melihat seorang janda yang menangis karena anak tunggalnya mati, Lukas menulis “Tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan.” Di pasal 10 ayat 33, ketika seorang Samaria melihat orang yang tergeletak setengah mati di jalan, Lukas juga sengaja menulis “Tergeraklah hatinya oleh belas kasihan.” Apa maksud Lukas? Lukas ingin menunjukkan bahwa hati orang Samaria yang penuh belas kasihan tersebut merefleksikan hati Yesus yang penuh belas kasihan. Oleh sebab itu, ketika hati kita dipenuhi dengan kasih Tuhan, sehingga kita mengasihi Dia, maka hidup kita akan merefleksikan kasihNya dengan mengasihi sesama manusia! Dengan kata lain, kepedulian pada sesama menjadi pudar, ketika kasih pada Tuhan sudah menjadi hambar.
Hanya orang yang sungguh-sungguh mengasihi Tuhan yang bisa memiliki hati yang berbelas kasihan pada sesama
50
KASIH YANG PEDULI KEPADA SESAMA
NAFIRI SEP15 print.indd 50
9/23/15 6:52 AM
Apa yang dilakukan oleh orang imam dan orang Lewi di kisah itu sangat berbeda dengan apa yang dilakukan oleh orang Samaria. Mereka mengaku dirinya umat Tuhan, lebih rohani dibanding orang lain, dan memiliki pengetahuan akan firman yang lebih banyak, tetapi justru perbuatannya tidak mengasihi dan mempedulikan sesamanya. Hal itu menunjukkan bahwa mereka tidak sungguhsungguh memiliki sikap hati yang mengasihi Tuhan, sehingga hidup mereka tidak merefleksikan kasih Tuhan. Sikap hati yang tidak sungguh-sungguh mengasihi Tuhan juga dimiliki oleh seorang ahli Taurat yang datang pada Yesus. Dia datang pada Yesus bukan karena dia mengasihi Yesus, tetapi dia datang pada Yesus untuk mencobai Yesus (ayat 25). Dia bertanya pada Yesus bukan karena dia ingin belajar kebenaran dari Yesus, tetapi dia bertanya pada Yesus karena dia ingin membenarkan dirinya (ayat 29). Sekalipun dia selalu bisa menjawab dengan benar semua pertanyaan Yesus, tetapi karena sikap hatinya yang ingin mencobai Yesus dan membenarkan dirinya sendiri, maka dia menjadi pribadi yang tidak peduli pada sesama. Itulah sebabnya Tuhan Yesus berkata dua kali kepada seorang ahli Taurat itu: “Jawabmu itu benar; perbuatlah demikian, maka engkau akan hidup.” (ayat 28, 37). Lukas memang sengaja menutup perikop tersebut dengan tidak menceritakan apakah akhirnya ahli Taurat itu mempedulikan sesama atau tidak. Mengapa? Karena Lukas ingin setiap orang yang membaca perikop ini menyatakan responnya secara pribadi apakah pembaca mengasihi dan mempedulikan sesama atau tidak. Saat ini, Saudara dan saya adalah pembaca perikop tersebut. Apakah kita adalah pribadi yang peduli pada sesama? Apa yang menyebabkan kita sulit untuk peduli pada sesama? Apapun alasan kita, firman Tuhan sudah sangat jelas dan tegas berkata: “Kasihilah Tuhan dan kasihilah sesamamu!” Dan perintah Tuhan Yesus tidak berubah: “Pergilah, dan perbuatlah demikian!” Bagaimana respon kita? Kiranya kita menjadi pribadi yang peduli pada sesama karena kasih Tuhan Yesus yang mengubah, menguasai dan menggerakkan hati kita!
/ Penulis mendapat gelar M.Div dari Seminari Alkitab Asia Tenggara (SAAT), dan saat ini melayani di Gereja Kristen Kalam Kudus Surakarta
Nafiri SEPTEMBER 2015
NAFIRI SEP15 print.indd 51
51
9/23/15 6:52 AM
? S
emakin banyak sekolah didirikan, khususnya di kotakota besar seperti Jakarta dan tidak luput juga di Provinsi Banten, di Kota Tangerang danTangerang Selatan. Sekolahsekolah bermunculan dan seperti tidak pernah kehabisan pendaftar atau calon siswa mulai dari jenjang pendidikan usia dini, Taman Kanak-Kanak sampai dengan Sekolah Menengah Atas.
52
KASIH YANG PEDULI KEPADA SESAMA
NAFIRI SEP15 print.indd 52
9/23/15 6:52 AM
/ Susanti / Sekolah menawarkan pendidikan dengan standar internasional, pelayanan terbaik, penggunaan bahasa Inggris dan Mandarin, fasilitas khusus untuk membuat para siswa ‘melek’ teknologi. Guru-guru dari negara tetangga bahkan didatangkan agar dapat meningkatkan ‘nilai jual’ dan mendukung pembelajaran menjadi lebih efektif. Menjamurnya sekolah-sekolah di berbagai kota tentu menimbulkan dampak positif dan juga negatif. Di satu sisi, sekolah makin aktif berkompetisi mencari murid melalui banyak strategi promosi. Di sisi lain, kenyataan ini justru membingungkan masyarakat dalam memilih sekolah yang tepat bagi putraputri mereka. Sekolah mengadakan open house untuk memberikan informasi bagi masyarakat tentang keunggulan masing-masing dengan harapan dapat memberikan kepuasan dan menjadi sekolah pilihan bagi calon orang tua siswa. Bagi orang tua Kristen, adalah penting untuk tidak hanya membesarkan anak-anak mereka secara akademis, namun juga menjadikan mereka anak-anak yang mengenal Kristus sebagai Juru selamat, yang memiliki fondasi kuat dan berkarakter Kristus dan yang bertumbuh dalam takut akanTuhan. Kita menyadari bahwa sebagian besar waktu yang dihabiskan anak-anak kita adalah di luar rumah dan keluarga. Semua waktu yang dimiliki tentu mempengaruhi semua aspek perkembangan anak, termasuk dalam membentuk karakter mereka. Billy Graham mengatakan bahwa, “Being a Christian is more than just an instantaneous conversion, it is a daily process whereby you grow to be more and more like Christ.” Menjadi seperti Kristus berarti memiliki karakter seperti Kristus. Sungguh tidak mudah membentuk anak kita menjadi serupa Kristus.
NAFIRI SEP15 print.indd 53
9/23/15 6:52 AM
Dibutuhkan peran aktif orang tua, guru dan lingkungan; serta proses yang tidak singkat agar anak dapat bertumbuh dan memiliki fondasi karakter Kristus yang kokoh seumur hidupnya. Gambar Allah Visi dan misi sekolah menjadi penting untuk diperhatikan bagi setiap orang tua yang ingin mencari sekolah bagi putra-putrinya. Tujuan pendidikan Kristen tidak lain adalah memfasilitasi pemulihan gambar Allah yang telah rusak karena dosa, dan memberikan kesempatan bagi setiap diri anak untuk menemukan dan memenuhi mandat ciptaan-Nya. Pendidikan dapat dipandang sebagai suatu alat untuk membawa semua manusia kembali di dalam persekutuan dengan Tuhan. Setiap manusia jatuh dalam dosa dan tidak sanggup bangkit dan pulih dari keberdosaannya. Mereka berada pada kondisi mati dan tidak dapat berbuat apa-apa, dan tidak ada satu pun perbuatan baik yang dapat dilakukan manusia di dalam kondisi ini. Hanya dengan darah Kristus, maka gambar Allah dalam diri manusia yang telah rusak dapat dipulihkan. Kebangkitan dan darah-Nya memampukan kita untuk bertemu Tuhan dan menjadi bagian dari kerajaan-Nya. Tuhan Yesus memberikan amanat agung bagi setiap orang percaya untuk menjadi saksi-Nya sampai ke ujung bumi. Sudah menjadi tugas setiap pengikut Kristus untuk dapat menjadi saksi-Nya, mengabarkan kabar baik keselamatan bagi semua orang, termasuk kepada anak-anak sedini mungkin. Esensi pendidikan Kristen bukan dimana aksesoris kekristenan seperti doa pagi, kebaktian rutin dan pelajaran agama dijalankan sebagai suatu rutinitas. Terkadang kita membatasi pendidikan Kristen pada anak-anak kita, seperti 54
KASIH YANG PEDULI KEPADA SESAMA
NAFIRI SEP15 print.indd 54
9/23/15 6:52 AM
pada saat mereka belajar tentang Alkitab dan pelajaran Agama Kristen, saat mengikuti kelas sekolah minggu di gereja, waktu bersaat teduh dalam keluarga, atau saat berdoa bersama. Sebagian orang tua yang lain memilih untuk menempatkan putra-putri mereka di sekolah Kristen karena merasa bahwa sekolah Kristen merupakan tempat yang paling aman bagi anak-anak mereka untuk bertumbuh dan bebas dari semua perilaku dosa. Banyak sekolah Kristen yang memang mampu menghasilkan siswasiswi yang tumbuh dalam tingkat kedisiplinan dan ketaatan yang diharapkan. Namun, lebih dari itu semua, pendidikan Kristen sebenarnya harus mampu mengintegrasikan seluruh iman Kristen ke dalam setiap pembelajaran. Amsal 1:7 mengingatkan bahwa: “Takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan.� Semua kebenaran bersumber dari firman Tuhan. Mungkin akan sulit bagi kita untuk memahami bagaimana proses integrasi setiap pengetahuan yang dipelajari di sekolah dengan kebenaran firman Tuhan. Namun tidak ada yang mustahil untuk mendesain suatu kurikulum yang menghubungkan dunia ciptaan-Nya dengan firman-Nya (connecting God’s World to God’s Word). Kurikulum yang terintegrasi dengan kebenaran firman Tuhan penting untuk dilaksanakan dalam setiap sekolah Kristen karena itulah yang benar dan yang akan membantu setiap siswa mengembangkan Christian Worldview dan membangun iman anak, serta mempersiapkannya menjadi pengikut Kristus sejati. Ini berarti pengikut Kristus yang sadar bahwa mereka hidup sebagai seorang Kristen yang setia selama 24 jam tiap hari dan 7 hari dalam seminggu, bukan hanya setiap hari Minggu saja.
Nafiri SEPTEMBER 2015
NAFIRI SEP15 print.indd 55
55
9/23/15 6:52 AM
Kita dapat menghubungkan setiap pengetahuan yang diperoleh dengan kebenaran Alkitab, misalnya: • Pelajaran IPA/Science Tuhan adalah pencipta isi dunia (Kejadian 1:1, Roma 1:20) Tuhan menyatakan diri-Nya melalui ciptaan-Nya (Ibrani 3:3-4, Roma 1:20) Fakta bahwa dunia mulai rusak karena dosa manusia dan sekarang semakin rusak (Kejadian 3:17-19, Roma 5:12, 8:20-22) • Pelajaran Bahasa Allah adalah Tuhan yang berkomunikasi dengan manusia, berbicara dalam mencipta, memimpin, menginformasikan, memberkati, dan mengutuk. (Kejadian 1, Amos 4:13, Yeremia 44:2-4, 1 Timotius 3:16) Kemampuan terbaik dalam berkomunikasi sebagai ungkapan karakter Allah bagi manusia (Amsal 11:11, 15:1, 16:24, 25:11-13) Bahasa dapat digunakan untuk maksud yang baik dan jahat, dan manusia memiliki tanggung jawab kepada Tuhan untuk menggunakannya demi maksud yang baik (Efesus 2:10, Matius 5:16) • Dan banyak lagi yang lainnya Berkat bagi Dunia Pendidikan Kristen memberikan penekanan bahwa Kristus adalah pusat (Kolose 1:15-20), mengajarkan semua siswa bahwa inilah dunia yang diciptakan Tuhan (Kejadian 1) dan bahwa firman Tuhan adalah kebenaran (2 Timotius 3:16). Pendidikan yang mampu membantu siswa mengerti mengapa mereka membutuhkan Juruselamat (Yohanes 3:16), memperlengkapi setiap anak untuk menjadi berkat bagi dunia (Matius 5:1316) serta menghasilkan siswa yang bertumbuh dalam pandangan Alkitab (Roma 12:2). Pendidikan dimana setiap anak dilatih dan didorong untuk menerapkan firman Tuhan dalam setiap aspek kehidupan mereka. 56
KASIH YANG PEDULI KEPADA SESAMA
NAFIRI SEP15 print.indd 56
9/23/15 6:52 AM
Itu sebabnya, setiap sekolah Kristen memiliki panggilan untuk: • Menginformasikan (informed) setiap anak agar mengerti bahwa sumber hikmat dan pengetahuan adalah takut akan Tuhan. • Menginspirasi (inspired) setiap anak untuk menemukan dan memulihkan kembali gambar dan rupa Allah yang telah rusak dalam dirinya. • Mempengaruhi (influenced) setiap anak untuk hidup berdamai dengan Tuhan dan kebenaran-Nya. Kita ingin agar generasi muda, anak-anak kita, yang dididik dengan fondasi yang kuat dalam Kristus, berkesempatan melayani Tuhan, merasakan lingkungan yang saling memperhatikan satu dengan yang lain, serta bertumbuh menjadi manusia yang utuh; anak-anak yang nantinya dapat hidup memuliakan Tuhan dan menjadi berkat bagi sesama
Penulis saat ini melayani sebagai pendidik dan Koordinator Lokasi di IPEKA PLUS BSD Christian School, di Tangerang Selatan, Banten. Menyelesaikan Pendidikannya dan memperoleh gelar dalam Sarjana Ekonomi (S.E.), Sarjana Pendidikan (S.Pd), Master of Art (M.A) in Holistic Child Development di Malaysia Baptis Theological Seminary Malaysia, dan Diploma in Montessori. Nafiri SEPTEMBER 2015
NAFIRI SEP15 print.indd 57
57
9/23/15 6:52 AM
i tengah kesibukannya memimpin Habitat for Humanity Indonesia (Habitat), sebuah organisasi kemanusiaan yang berfokus membangun rumah layak huni bagi masyarakat yang kurang beruntung, Nafiri berhasil menemui James Tumbuan, National Director Habitat, di sebuah resto di Jakarta Barat awal Juli lalu. Dalam perbincangan akrab hampir 2 jam, banyak hal disampaikan Pak James, yang memperkaya wawasan kami tentang pentingnya tempat tinggal bagi sebuah keluarga dan bagaimana Habitat telah berkiprah selama delapan belas tahun menjawab tantangan itu di negara kita.
58
KASIH YANG PEDULI KEPADA SESAMA
NAFIRI SEP15 print.indd 58
9/23/15 6:52 AM
Semangat dan penampilan beliau yang jauh lebih muda dari usianya, telah membuat suasana tetap hangat dan ceria selama pertemuan kami.
/ Anton Utomo /
Nafiri SEPTEMBER 2015
NAFIRI SEP15 print.indd 59
59
9/23/15 6:52 AM
Nafiri (NF): Nama Habitat sebagai organisasi kemanusiaan sering kami dengar, tapi banyak yang belum mengetahui peran dan pelayanan yang sudah dilakukannya selama ini. James Tumbuan (JT): Dimulai di USA, Habitat for Humanity memulai pelayanannya di Indonesia sejak 1997. Kami adalah organisasi kemanusiaan yang memfokuskan pelayanan dengan membangun rumah layak huni bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah yang lebih dikenal dengani stilah MBR. NF: Apakah Habitat ini organisasi Kristen? Dan apa yang menjadi visi dan misinya? JT: Ya, Habitat adalah organisasi kemanusiaan yang didirikan atas dasar panggilan kristiani, dan kami tidak pernah menutupi hal ini di negara mana pun kami berkarya. Visi yang ingin diwujudkan Habitat adalah ‘dunia’ dimana semua orang punya tempat tinggal yang layak. Visi itu ingin dicapai melalui misi yang berusaha mewujudkan kasih Allah, dengan mengajak semua orang membangun rumah, membangun masyarakat dan membangun harapan. Jadi, walaupun kami adalah organisasi Kristen, tidak pernah membedakan agama dan golongan saat menjalankan karya kami. NF: Mengingat di Indonesia begitu banyak masyarakat yang belum memiliki rumah, bagaimana kriteria pemilihannya? JT: Sebenarnya kami memiliki tiga model dalam membantu masyarakat memiliki rumah layak huni. Model pertama, bagi masyarakat yang sangat miskin, sepenuhnya kami memberikan dengangratis. Model kedua, untuk masyarakat yang punya penghasilan namun tak mungkin membeli rumah karena tidak memiliki akses Bank, maka kami memberikan dengan pola subsidi. Sedangkan bagi masyarakat yang memiliki penghasilan lebih besar, kami memberikan pinjaman tanpa bunga. Ini biasanya untuk renovasi rumah, yang dapat dikembangkan secara bertahap. Seringkali, dalam membangun rumah bagi masyarakat tak mampu, kami bekerjasama dengan lembaga micro finance. Biasanya, mereka telah punya daftar klien yang memenuhi syarat untuk dibantu. Contohnya, dengan Yayasan Bina Mandiri, kami telah membantu merenovasi rumah penerima pinjaman untuk menjadi rumah layak huni bagi 172 keluarga. 60
KASIH YANG PEDULI KEPADA SESAMA
NAFIRI SEP15 print.indd 60
9/23/15 6:52 AM
NF: Bagaimana dengan gereja dan lembaga Kristen, apakah Habitat pernah bekerja sama dengan mereka? JT: Kami punya banyak pengalaman. Contohnya, beberapa waktu lalu kami pernah bekerja sama dengan PGTI (Persatuan Gereja-Gereja Tionghoa Indonesia), membangun 18 rumah di Desa Margomulyo, KecamatanMauk, Tangerang. Di kampung yang amat miskin itu, sebenarnya ada 400-500 orang tinggal dalam rumah yang tidak layak huni. Rumah yang beralaskan tanah, dinding gedek (anyaman bambu) yang tambal sulam dan atap yang bolong yang bila hujan rumah menjadi becek karena bocor, tidak punya WC, dan dapur yang menyatu dengan ruang tidur, konstruksi rumah yang tidak aman dan sering sudah doyong mau roboh adalah ciri rumah tak layak huni. Kurang lebih 150 muda mudi anggota PGTI dan sejumlah masyarakat lokal selama sehari penuh bersama kami bahu-membahu menggali dan memasang batu fondasi sebagai tahap pertama dalam mendirikan rumah layak huni bagi warga yang sudah dipilih dan lulus seleksi. NF: Jadi, warga pun turut membantu mendirikan rumah? Bukan hanya tukang milik Habitat? JT: Benar! Kami ingin keluarga yang akan mendapat rumah, bekerja membangun rumah yang kemudian akan menjadi miliknya. Mereka memang berpenghasilan rendah sehingga tak mempunyai uang, tetapi mereka mempunyai tenaga yang bisa disumbangkan. Di Habitat hal ini disebut “sweat equity�. Dengan sedikit latihan dan pengarahan, semua berkeringat mewujudkan rumah yang layak huni. Dengan turut bekerja, pemilik rumah dan keluarganya kelak akan sangat menghargai rumahnya dan tentu akan dipelihara dengan baik pula. Sebenarnya, di setiap rumah yang dibangun, kami menunjuk liason officer dan construction officer untuk memimpin proses pembangunan. Kami juga memperkerjakan tukang bangunan yang berasal dari masyarakat setempat untuk menjamin pembangunan rumah dikerjakan dengan benar. Namun, selalu ada kesempatan bagi relawan untuk membantu pekerjaan pembangunan. NF: Kami dengar, bahkan Presiden Jimmy Carter dan salah satu Duta Besar negara sahabat di Indonesia juga pernah menjadi volunter (relawan) untuk Habitat? JT: Memang benar. Mereka sadar bahwa Habitat tidak sekedar membangun Nafiri SEPTEMBER 2015
NAFIRI SEP15 print.indd 61
61
9/23/15 6:52 AM
rumah secara fisik, namun ada berbagai value yang juga dibentuk: pendidikan anak, kesehatan (sanitasi), kebersamaan, dan masih banyak hal luhur lainnya. Rumah adalah awal dari semua tindakan kehidupan kita. Membangun rumah adalah membangun harapan, yang pada akhirnya membangun kehidupan. Kami juga sudah bertemu dengan beberapa CEO orang Indonesia dari perusahaan di Indonesia yang punya pengalaman menjadi volunter ketika mereka sedang di USA dan sekarang perusahaan mereka menjadi donor bagi Habitat Indonesia. Di bulan November yang akan datang, Jimmy Carter akan melaksanakan program Jimmy Carter Build selama 5 hari di Nepal. Di usianya yang ke 91, kesempatan ini akan menjadi kesempatan yang terakhir yang akan beliau lakukan bagi Habitat. Semua orang diundang untuk menjadi volunter dan bekerja bersama Jimmy Carter termasuk jemaat GKY BSD yang tertarik dan punya biaya sendiri ke Nepal (Pak James mengakhiri kalimatnya dengan tersenyum, red.).
Kegiatan 28uild (to build)
Bersama Woman Build Ambassador Ibu Helena
62
KASIH YANG PEDULI KEPADA SESAMA
NAFIRI SEP15 print.indd 62
9/23/15 6:52 AM
NF: Jadi, dari mana sumber pendanaan yang dimiliki Habitat Indonesia? Apakah dari Habitat Internasional atau dari sumber lokal? JT: Manakala Habitat for Humanity Indonesia dideklarasikan sebagai institusi nasional (national entity), maka berlakulah prinsip pendanaan haruslah bersumber dari dalam negeri. Dalam konteks Indonesia, sejak 1997 menjadi organisasi nasional di bawah Dinas Sosial, maka kami harus menyediakan pendanaan sendiri dari sumber lokal, kecuali terjadi bencana alam yang cukup besar. Misalnya, saat tsunami Aceh, tidak kurang 8000 rumah yang kami bangun dengan bagian terbesar dukungan Habitat International. Ketika Merapi meletus tahun 2006 , kami membangun lebih dari 900 rumah, juga mendapat dukungan Habitat International. Yang terbaru, kami bekerja sama dengan Habitat Australia untuk memukimkan kembali pengungsi kerusuhan di Maluku Utara padatahun 2000 yang tersebar di beberapa lokasi di Bitung-Sulawesi Utara. Dengan mendapat dukungan pemerintah daerah kami sudah membangun 231 rumah dan saat ini sedang diproses lokasi ke-3 danakan dibangun 120 rumah sebagai tahap yang terakhir. NF: Apa hambatan terbesar dalam hal pendanaan bagi Habitat Indonesia? JT: Sedari awal kami sadar, membangun rumah adalah pekerjaan mewah (luxurious), bahkan bagi donatur besar pun. Membangun sebuah rumah layak huni dibutuhkan 30 juta rupiah, dan sejak Agustus bulan lalu menjadi 36 juta. Ketika sebuah perusahaan mendonasikan uang sebesar itu, mereka ingin dana yang dikeluarkan ‘terlihat’ oleh masyarakat. Sering ada argumentasi dari pihak donatur, ketimbang membangun sebuah rumah untuk menolong sebuah keluarga, mereka lebih memilih memberikan beasiswa untuk 100 orang anak, misalnya. Jumlah dana yang dikeluarkan toh sama nilainya, namun dari sudut pernyataan jumlah jauh lebih besar, sehingga lebih ‘wah’ untuk pemberitaan di media. Namun, seperti yang sudah saya sampaikan, membangun sebuah rumah tidak hanya menolong satu keluarga. Akan ada multiplier effect yang terjadi. Seorang ibu bercerita, setelah memiliki rumah sendiri, ia bisa bekerja di rumah sambil mengawasi anak-anaknya. Ada tambahan pendapatan yang lumayan bagi keluarganya. Anak-anak juga kini bisa belajar dengan tenang di rumah dalam suasana nyaman. Sebuah keluarga kini memiliki harapan baru dalam Nafiri SEPTEMBER 2015
NAFIRI SEP15 print.indd 63
63
9/23/15 6:52 AM
kehidupannya, pada gilirannya masyarakat juga mendapatkan dampak yang baik. Lingkungan rumah juga bisa diatur sehingga wilayah kumuh bisa diperbaiki. NF: Artinya dibutuhkan semacam sosialisasi kepada semua pemangku kepentingan, baik perusahaan, gereja maupun donatur perseorangan agar mereka semakin mengerti pentingnya sebuah rumah bagi kehidupan masyarakat? JT: Saya merindukan adanya sebuah gerakan masif (movement) yang semakin lama semakin besar di masyarakat kita untuk bersama-sama mengambil peran dalam menyediakan rumah layak huni bagi keluarga yang kurang beruntung. Harapan saya, paling tidak terbangun public awareness, bahwa di luar sana ada sebuah organisasi kemanusiaan yang bernama Habitat for Humanity Indonesia,yang punya integritas, accountable dan tanpa pamrih menyatakan kasih kepada orang yang membutuhkan rumah. Saat ini ada kebutuhan rumah (backlog) sebanyak 13,6 juta unit di seluruh Indonesia . Setiap tahun kebutuhan itu bertambah 800 ribu unit, sedangkan rumah yang terbangun hanya 450 ribu unit per tahunnya. Belum lagi bila kita perhatikan data statistik yang menyebutkan ada sekitar7,6 juta rumah tidak layak huni di Indonesia. Ini semua seharusnya menjadi keprihatinan kita bersama. NF: Bagaimana gereja seharusnya menanggapi passion youth? JT: Saya merindukan adanya sebuah gerakan masif (movement) yang semakin lama semakin besar di masyarakat kita untuk bersama-sama mengambil peran dalam menyediakan rumah layak huni bagi keluarga yang kurang beruntung. Harapan saya, paling tidak terbangun public awareness, bahwa di luar sana ada sebuah organisasi kemanusiaan yang bernama Habitat for Humanity Indonesia,yang punya integritas, accountable dan tanpa pamrih menyatakan kasih kepada orang yang membutuhkan rumah. Saat ini ada kebutuhan rumah (backlog) sebanyak 13,6 juta unit di seluruh Indonesia . Setiap tahun kebutuhan itu bertambah 800 ribu unit, sedangkan rumah yang terbangun hanya 450 ribu unit per tahunnya. Belum lagi bila kita perhatikan data statistik yang menyebutkan ada sekitar7,6 juta rumah tidak layak huni di Indonesia. Ini semua seharusnya menjadi keprihatinan kita bersama.
64
KASIH YANG PEDULI KEPADA SESAMA
NAFIRI SEP15 print.indd 64
9/23/15 6:52 AM
NF: Seperti apakah gambaran rumah yang layak huni? JT: Rumah layak huni menurut kami adalah bila paling tidak rumah tersebut tidakberlantaitanah, berkonstruksiyang aman, memiliki WC, dapur terpisah dari ruang bersama, juga memiliki sedikitnya 2 kamar agar anak-anak bisa tidur terpisah dengan orang tuanya. NF: Bagaimana dengan pengawasan keuangan Habitat? Apakah ada pengawasan dari Habitat International atau lembaga lain? JT: SKami memiliki pengawas internal maupun eksternal. Tiga bulan sekali kami diperiksa oleh Auditary Habitat International dalam hal ini diwakili oleh Habitat Asia Pacific, sedangkan setahun sekali kami mengundang auditor eksternal yang berlisensi International untuk mengecek kinerja dan keuangan kami. NF: Sebagai lembaga Kristen, apakah Habitat tak pernah mengalami hambatan berkarya di Indonesia? JT: Beberapa kali kami dicurigai hendak menyebarkan kekristenan lewat pekerjaan yang kami lakukan. Pernah suatu kali di suatu area di kota Surabaya kami dihalangi dan pelayanan kami dibatalkan. Padahal persiapan sosialuntuk kegiatan ini sudah hampir rampung dan pekerjaan pembangunan akan mulai dilaksanakan. Karena dihentikan oleh otoritas setempat, terpaksa pelayanan kami pindahkan ke Tegalsari, area yang tak jauh dari tempat awal. Setelah rumah-rumah terbangun, kami mendengar warga di area pertama merasa menyesal dan melontarkan kemarahan kepada otoritas setempat yang telah menghalangi kerja kami. Nafiri SEPTEMBER 2015
NAFIRI SEP15 print.indd 65
65
9/23/15 6:52 AM
NF: Nilai-nilai Kristen seperti apa yang masih terus tertanam di Habitat Indonesia? JT: Kami ingin semua karyawan Habitat dapat bekerja keras dengan berdasarkan kasih Kristus. Kami ingin, cara kerja kita sampai menimbulkan pertanyaan dalam benak masyarakat, “Mengapa mereka mau melakukan hal ini? Apa yang menggerakkan mereka?” Sehingga tanpa berkata-kata pun, Kabar Baik (Injil) telah menjamah mereka. Untuk menjaga kerohanian dan mempererat persekutuan, setiap pagi seluruh karyawan yang beragama Kristen wajib mengikuti morning devotion selama 30 menit. Acara dipimpin bergiiran dengan menggunakan buku renungan harian sebagai bahan perenungan. Dalam annual meeting, kami juga mengadakan acara retret bagi karyawan yang beragama Kristen. NF: Akhir kata, bagaimana caranya bila jemaat GKY BSD ingin mengenal lebih dekat Habitat, bahkan mungkin turut terlibat sebagai donatur maupun volunter? Dan program apa yang akan dilaksanakan dalam waktu dekat ini? JT: Silakan kunjungi kantor pusat kami di Bellezza Shopping Arcade, juga kunjungi website kami (habitatindonesia.org). Di website kami tertera berbagai program yang akan kami adakan, diantaranya “Building Beyond Faith” (September), dimana kami mengajak semua komponen bangsa, apa pun agamanya untuk bersama-sama membangun rumah bagi masyarakat tak mampu. Pada bulan Oktober, menyambut hari Sumpah Pemuda, kami mengadakan “28uild” (To Build). Ada pula Woman Build, dan berbagai program acara lain. Bagi yang berminat menjadi volunter, tertera pula persyaratan dan jadwal pendaftaran.
Retreat staf Habitat bersama guru Etos Jansen Sinamo 66
KASIH YANG PEDULI KEPADA SESAMA
NAFIRI SEP15 print.indd 66
9/23/15 6:52 AM
James Tumbuan - Anak Panti Membangun Negeri Ketika ditanya Nafiri mengapa lebih dari separuh umurnya diabdikan untuk kegiatan sosial, kata-katanya yang sebelumnya mengalir lancar, tibatiba terhenti. Lidahnya seperti tercekat, wajahnya memerah menahan haru. Sekilas tampak matanya berkaca-kaca. Ada hening sejenak sebelum kemudian suaranya kembali terdengar, diwarnai isak yang tertahan, ”Saya anak panti Pak. Saya dibesarkan di sebuah panti asuhan di Malang sejak berusia 9 tahun. Sejak bayi saya sudah tak berayah, dan ibu tidak kuat membiayai saya sehingga memutuskan menitipkan saya di panti asuhan yang di-support oleh program World Vision (Sekarang dikenal sebagai Wahana Visi Indonesia, red.). Itulah sebabnya saya mengisi seluruh kehidupan saya untuk membalas kasih Tuhan dengan berkarya di lembaga seperti World Vision dan Habitat, seperti saat ini.” Tak ada yang menyangka, James yang pernah menjadi National Director World Vision Indonesia–sebuah lembaga yang selalu dipimpin tokoh-tokoh penting negeri ini–adalah sosok yang dibesarkan di panti asuhan. Menempuh jenjang SMA bagi seorang anak panti asuhan adalah sebuah perjuangan, karena biasanya mereka diarahkan untuk masuk SMK dan sejenisnya agar cepat mencari kerja. Namun, James kecil yang bercita-cita menjadi dokter, memohon kepala panti agar mengizinkannya bersekolah di SMA. Setelah berhasil menamatkan SMA, ia mencoba mencari beasiswa agar bisa kuliah di fakultas kedokteran. Sayangnya, tak ada beasiswa yang tersedia untuk jurusan ini, yang ada hanya untuk masuk STT. Saat itu James sempat mengalami frustasi, karena ia menyadari menjadi hamba Tuhan bukanlah panggilannya.
Nafiri SEPTEMBER 2015
NAFIRI SEP15 print.indd 67
67
9/23/15 6:52 AM
Masih dikenangnya perkataan seorang pengasuh panti saat itu, ”James, kini kau melihat semua pintu tertutup, dan hanya ada satu pintu yang terbuka, itulah pintu yang Tuhan bukakan bagimu, masuklah melalui pintu itu.” Ternyata Tuhan masihmembuka pintu lain, yaitu Fakultas Pertanian di Satya Wacana, Salatiga, sebuah jurusan yang sangat membantunya berkarya di World Vision di kemudian hari. Sambil setengah bergurau, James mengutarakan bahwa sekarang ia malah memiliki gelar lengkap, selain sarjana muda pertanian, juga pendeta dan dokter. Pasalnya, di World Vision, saat menolong korban bencana, ia kerap dipanggil dokter. Waktu memimpin World Vision di Myanmar, banyak orang memanggilnya Pendeta. Apakah ia senantiasa setia pada panggilan Tuhan? James justru menceritakan, pengalaman rohani yang terbesar berupa ‘didikan’ Tuhan yang dirasakannya saat ia ‘mbalelo’ pada panggilan-Nya. Ada suatu masa ia mengalami kebosanan ‘bekerja’ di World Vision, tempatnya berkarya sejak lulus BSc bidang pertanian di Satya Wacana. Dikenangnya, pada saat itu ia sangat tergiur menjadi pegawai negeri, membayangkan fasilitas dan jaminan yang diperolehnya tentu lebih besar dibandingkan dengan lembaga tempatnya bekerja sekarang. Ia memutuskan untuk mengundurkan diri dari World Vision, kemudian berharap bisa bekerja sebagai pegawai negeri. Namun, kembali Tuhan menutup seluruh jalan yang ada. Tidak ada lowongan yang terbuka baginya sebagai PNS, walaupun ia punya segudang pengalaman sebagai trainer di tempat terpencil di Kalimantan Barat dan Kalimantan Selatan. Sebaliknya, beberapa institusi swasta membuka lowongan untuknya. Akhirnya, selembar surat dari pimpinan World Vision membuat dia kembali ke ‘rumahnya’ sampai waktu yang sangat panjang, sebelum akhirnya ia terdampar di Habitat. Masa 1 tahun lepas dari panggilan Tuhan itu yang terus dikenangnya sampai saat ini. Baginya, itu adalah pelajaran pahit yang harus dijalaninya, saat mengikuti Rumah adalah awal dari semua keinginan dan ambisi pribadi, tindakan kehidupan kita. dan mengabaikan panggilan Membangun rumah adalah yang sudah Tuhan tetapkan membangun harapan, yang pada baginya. akhirnya membangun kehidupan 68
KASIH YANG PEDULI KEPADA SESAMA
NAFIRI SEP15 print.indd 68
9/23/15 6:52 AM
37 tahun bergabung dalam World Vision dan 5 tahun memimpin Habitat, buat James adalah sebuah perjalanan kehidupan di bawah pimpinan Tuhan, dengan dukungan penuh keluarga tercinta. Bagi James yang kini berusia 65 tahun, peran isteri sebagai rekan diskusi dan topangannya melalui doa adalah faktor utama yang membuatnya tetap bersemangat dan bertahan sampai saat ini. Sang isteri yang pernah berkarier lebih dari 20 tahundi IBM adalah partner tercinta kepada siapa ia mengungkapkan segala kerisauan dan pergumulannya. Ia bersyukur, di tengah kesibukannya, Tuhan memelihara kehidupan keluarganya dengan sempurna. Dua bulan lalu, ia baru saja dikaruniai cucu pertama dari putri sulungnya. Anak keduanya laki-laki, kini tengah menempuh jenjang S3 di Teknik Mesin ITB. Saat ini, James tinggal bersama isteri tercinta di rumahnya di Rawamangun. Ia bergereja di GPIB yang tak jauh dari rumahnya
Nafiri SEPTEMBER 2015
NAFIRI SEP15 print.indd 69
69
9/23/15 6:52 AM
70
KASIH YANG PEDULI KEPADA SESAMA
NAFIRI SEP15 print.indd 70
9/23/15 6:52 AM
/ Erwin Tenggono /
Nafiri SEPTEMBER 2015
NAFIRI SEP15 print.indd 71
71
9/23/15 6:52 AM
72
KASIH YANG PEDULI KEPADA SESAMA
NAFIRI SEP15 print.indd 72
9/23/15 6:52 AM
Nafiri SEPTEMBER 2015
NAFIRI SEP15 print.indd 73
73
9/23/15 6:52 AM
74
KASIH YANG PEDULI KEPADA SESAMA
NAFIRI SEP15 print.indd 74
9/23/15 6:52 AM
/ Titus Jonathan /
Nafiri SEPTEMBER 2015
NAFIRI SEP15 print.indd 75
75
9/23/15 6:52 AM
“Apa arti sebuah ketekunan, Mama?” tanya seorang anak perempuan yang masih remaja kepada ibunya. “Ketekunan adalah sebuah karakter, sayang. Karakter yang pantang menyerah sebelum sebuah tujuan tercapai,” jawab ibunya sambil membelai rambut anaknya. “Bagaimanakah wujud karakter yang seperti itu?” tanya anak remaja itu lagi. Ibunya berpikir sejenak, lalu diiringi senyum yang penuh arti ia memulai ceritanya:
76
KASIH YANG PEDULI KEPADA SESAMA
NAFIRI SEP15 print.indd 76
9/23/15 6:52 AM
Ingat kisah bahtera Nuh? Jika kisah itu dibikin drama tiga babak, kirakira adegan-adegannya akan seperti ini: Babak Pertama Dimulai ketika Allah berfirman dan memerintahkan Nuh untuk membikin bahtera, kemudian adegan dilanjutkan dengan kesibukan membangun bahtera itu sendiri. Bertahun-tahun dihabiskan oleh Nuh untuk merancang detail dan membikin prototipe, karena mungkin desain yang diterima oleh Nuh dari Allah hanya desain secara high level (garis besar) saja. Membangun bahtera bukan perkara gampang. desainnya harus memenuhi prinsip-prinsip hukum Archimedes (padahal kala itu Archimedes belum lahir, bukan?). Berat jenis bahtera tersebut harus lebih kecil dari 1 agar bahtera bisa mengapung. Lambung kapalnya harus kuat agar kapal tidak pecah karena tekanan air. Nuh diminta membuat geladak atau dek dengan tiga tingkat, pada setiap tingkatnya harus ada bukaan-bukaan yang dinamakan palka untuk menyimpan barang. Yang dimaksud “barang� dalam hal ini adalah binatang-binatang yang akan menjadi penumpang utama bahtera itu. Jadi, bisa dibayangkan
Nuh yang tidak pernah sekolah ilmu perkapalan disuruh Tuhan untuk membangun bahtera. Tapi sikap Nuh mengagumkan. Ia taat, dan karena ketaatan itulah Tuhan mendampingi dan mengajar Nuh untuk melaksanakan proyek besar itu. Setelah itu Nuh mengumpulkan material, mengukur, memotong, membangun konstruksi dan terakhir melakukan finishing touch. Pembangunan bahtera itu memakan waktu puluhan tahun karena bahtera yang panjangnya 300 hasta (sekitar 130 meter) dan lebih panjang daripada lapangan sepak bola itu hanya dikerjakan oleh 4 orang, yaitu Nuh sendiri dan ketiga anaknya. Istri dan menantumenantu perempuannya mungkin hanya mendukung menyediakan konsumsi, menemani ngobrolngobrol agar keempat orang itu tetap bersemangat, dan menghibur mereka ketika tetangga dan orangorang sekitarnya mengejek dan menertawakan mereka karena dianggap tidak waras.
Nafiri SEPTEMBER 2015
NAFIRI SEP15 print.indd 77
77
9/23/15 6:52 AM
Babak Kedua Di sini kita bercerita tentang migrasi binatang-binatang itu yang diperintahkan keluar dari sarangnya. Babak ini mungkin yang paling panjang dan seru karena adanya percampuran unsur keindahan, kelucuan (humor) dan kedramatisan. Bagaimana binatang-binatang itu masuk ke dalam bahtera secara berpasang-pasangan? Apakah hal itu terjadi pada saat yang berbarengan atau memakan waktu bertahun-tahun hingga semua binatang terkumpul secara lengkap? Kemungkinan kedua lebih masuk akal, karena binatang-binatang itu mempunyai kecepatan gerak yang berbeda-beda sehingga tidak mungkin mencapai bahtera pada waktu yang sama. Mengapa Tuhan tidak seketika saja mengangkat mereka dan memasukkan mereka ke dalam bahtera sekaligus? Cara instan ini tidak mungkin dilakukan oleh Tuhan, sebab Dia juga tidak menempuh cara
78
instan untuk membangun bahtera itu (walaupun Ia bisa berfirman satu kalimat saja untuk menciptakan bahtera yang Ia inginkan). Tuhan lebih memilih cara alami, sebab di dalam cara alami terkandung banyak dimensi: ketaatan, kesabaran, dan ketekunan. Binatang-binatang pilihan itu oleh Tuhan (melalui Nuh) diperintahkan untuk menuju bahtera dengan caranya masingmasing. Tuhan sangat sabar, dan Dia menunggu hingga semua binatang lengkap. Adegan migrasi pasangan binatang-binatang yang beruntung itu mengungkapkan pelbagai karakter yang sarat dengan makna. Sepasang gajah yang beratnya berton-ton itu bisa saja mengomel karena kewalahan membawa badannya padahal mereka tidak sabar ingin segera sampai pada bahtera, apalagi ketika mereka diledek oleh
KASIH YANG PEDULI KEPADA SESAMA
NAFIRI SEP15 print.indd 78
9/23/15 6:52 AM
sepasang kijang, zebra dan kuda yang berlomba berlari mendahului mereka. Sepasang harimau dan sepasang singa yang merasa kuat tersinggung dan langsung mengejar mereka agar tidak kalah dalam adu cepat. Gengsinya terusik sebab jika mereka tidak tiba lebih dulu pada bahtera, apa kata binatang-binatang lainnya? Tetapi ketika mereka sudah ngebut sekencang-kencangnya, dari arah belakang tiba-tiba sepasang citah (cheetah) melesat secepat kilat menyusul dan meninggalkan mereka jauh di belakang. Di udara, pertarungan adu cepat juga terjadi, tetapi seperti yang kita duga, pasangan burung-burung bangau, walet, pelikan, gagak, pipit, merpati, bahkan kelelawar hanya terbengong-bengong menyaksikan sepasang elang melesat dan menukik
lurus, dan setelah menempuh perjalanan berhari-hari, mungkin berminggu-minggu, sepasang elang itu akhirnya mencapai bahtera kemudian bertengger di atas atapnya dengan bangga. Tetapi .‌ Jauh di ujung sana, di antara rimbun semak-semak, dua titik kecil bergerak perlahan. Gerakan dua titik kecil itu, yang rupanya juga sepasang jantan dan betina, nyaris tak terlihat karena saking lambannya. Bahkan desir angin pun tidak terasa ketika mereka bergeser karena saking pelannya. Tetapi, jika diperhatikan dengan seksama, dua titik kecil itu tidak diam. Tak bisa dikatakan berjalan sebab tak tampak kaki-kaki untuk berjalan. Mereka bergerak dengan
Nafiri SEPTEMBER 2015
NAFIRI SEP15 print.indd 79
79
9/23/15 6:52 AM
konsisten. Gerakannya begitu halus, tanpa suara, tanpa celotehan apaapa. Pelan tapi pasti dua titik kecil itu maju, beringsut satu milimeter demi satu milimeter, tak peduli derap langkah kaki-kaki kijang, zebra, kuda, harimau, singa dan citah memekakkan telinga. Tak ada yang menawarkan bantuan untuk membonceng mereka karena masing-masing sibuk dengan pasangannya. Bukan hanya itu, adanya provokasi dari binatangbinatang yang merasa larinya cepat dan tenaganya kuat membuat migrasi itu menjadi arena perlombaan pacuan. Bahkan kura-kura pun mencibir mereka karena merasa larinya lebih cepat. Hari berganti minggu, minggu berganti bulan, bulan berganti tahun, sepasang titik itu terus bergerak sesuai dengan perintah yang mereka
80
dengar tatkala Tuhan menunjukkan arah kemana mereka harus menuju. Perjalanan itu bukan di tanah rata melainkan berbatu-batu dan mendaki, sebab bahtera itu dibangun Nuh di atas gunung. Suara hiruk-pikuk yang dulunya ada sudah berganti sepi. Suasana sepi itu berujung lengang ketika kura-kura pun sudah tidak kelihatan. Sepasang titik kecil itu sekarang tertinggal jauh. Kelelahan mulai menghiasi wajah mereka karena sudah berbulan-bulan mereka bergerak tanpa istirahat. Mereka ingin beristirahat sejenak tetapi perintah itu selalu terngiang di telinga mereka, bahwa di depan sana ada bahtera yang sudah siap berangkat. Begitu jelas dan berwibawanya perintah itu sehingga mereka kemudian harus beringsut kembali. Dalam keheningan
KASIH YANG PEDULI KEPADA SESAMA
NAFIRI SEP15 print.indd 80
9/23/15 6:52 AM
malam terdengar yang betina menguatkan yang jantan untuk tidak menyerah. Pada malam-malam yang lain giliran yang jantan menguatkan yang betina yang sempat berpikir untuk berhenti dan kembali ke sarang mereka yang nyaman yang telah mereka tinggalkan. “Masih jauhkah bahtera itu?” tanya yang betina. “Entahlah, kita hanya diperintahkan ke arah sana,” jawab yang jantan. “Engkau yakin bahtera itu menunggu di sana?” “Keyakinanku terhadap perintah itu belum goyah.” “Tetapi kita sudah berbulanbulan berjalan. Jalan ini mungkin tak ada ujung …,” kata yang betina sembari menghela napas.
Keduanya terus merambat, terlihat yang satu memegang yang lain. Walaupun terseok-seok, terlihat mereka tetap bergerak maju. “Di manakah suara yang tadi kita dengar memerintahkan kita berangkat?” tanya yang betina. Yang jantan diam tidak menyahut. “Dia pun sudah pergi jauh meninggalkan kita,” kata yang betina lagi. “Tenanglah sejenak, maka engkau akan merasakan getaran kakiNya di sini,” jawab yang jantan. Sepasang titik kecil itu terus beringsut satu milimeter demi satu milimeter. Karena sudah berbulanbulan berjalan tanpa berhenti, mucus (pelumas) badannya mulai mengering. Bagian bawahnya yang lembut mulai robek karena tergores kerikil dan semak-semak yang tajam. Terkadang terdengar suara mereka mengaduh, tetapi teringat perintah itu, mereka menguatkan tekadnya. Dalam bulan yang kesekian, pada pohon terakhir yang mereka lewati, sayup-sayup terdengarlah suara yang mendengung-dengung seperti lebah. Mereka mendekat. Dari balik semakNafiri SEPTEMBER 2015
NAFIRI SEP15 print.indd 81
81
9/23/15 6:52 AM
semak yang kering mereka melihat ratusan binatang yang berpasangpasangan sedang berdiri rapi di atas geladak sebuah bahtera. Sebagian yang lain kelihatan kepalanya dari lubang jendela. Bahtera itu sungguh mengagumkan besarnya, duduk gagah di atas gunung sementara langit biru dan awan yang menempel seperti kapas putih menjadi background yang sangat kontras dengan warna coklat kehitaman bahtera itu. “Itukah bahteranya?” tanya yang betina. “Tidak salah,” jawab yang jantan. Ketika mereka berupaya mendekat dengan sisa-sisa tenaga terakhir, tiba-tiba terdengarlah ringkik kuda disusul oleh aum harimau dan macan tutul bersahutan. Suara burung pipit yang menciap-ciap disertai suara burung gagak yang berkaok-kaok menambah keriuhan suasana di sana. Sepasang monyet bertepuk-tangan sedangkan sepasang gorila memukul-mukul tanah dengan tangannya yang mengepal. “Mereka datang! mereka datang!” seekor jerapah berseru nyaring. 82
“Siaappp …! Kita sambut mereka!” seru seekor gajah sambil mengibaskan daun telinganya dan menaikkan belalainya. “Di sana! Di sana!” seekor beruang betina menepuk pasangannya yang menoleh ke sana kemari dengan wajah kebingungan. Mendengar teriakan itu, di detik yang sama semua binatang yang semula duduk bermalas-malasan serentak bangkit dan berebut lubang jendela untuk mengetahui apa yang terjadi. Semua mata terbelalak menonton. “Tak adakah yang mau berlari mendapatkan mereka? Lihat! mereka terluka dan kelelahan!” seru seekor elang yang matanya begitu tajam hingga bisa melihat luka itu dari jarak jauh. Mendengar kalimat itu, seekor anjing jantan melompat dari tempatnya kemudian berlari mendapatkan dua titik kecil yang
KASIH YANG PEDULI KEPADA SESAMA
NAFIRI SEP15 print.indd 82
9/23/15 6:52 AM
ternyata adalah sepasang siput itu. Sesampainya di tempat siput itu, anjing itu menjulurkan lidahnya dan menjilati mereka. “Bertahanlah kawan, kami semua menunggu kalian, sebab hujan takkan turun sebelum kalian tiba,” kata anjing itu. Dibawanya sepasang siput itu dengan mulutnya berlari menuju bahtera itu. Sorak-sorai bergemuruh membuat bahtera itu bergetar. Berbareng dengan itu, langit perlahan menjadi gelap dan suara guruh mulai terdengar bersahutan di kejauhan. Lalu Tuhan menutup pintu bahtera itu.
“Demikianlah cerita ini selesai, Sayang,” kata ibu itu kepada anak perempuannya. “Tunggu, Mama, bukankah ini masih babak kedua? Bagaimana kelanjutan babak ketiganya? Hmm ... tentang hujan yang turun selama 40 hari 40 malam nonsetop!” protes anak itu. “Tidak penting lagi untuk menceritakan soal ketekunan, sayang, sebab Charles Spurgeon sudah menutup ceritanya dengan mengatakan: ‘By perseverance the snail reached the ark’”
If you can’t fly then run, if you can’t run then walk, if you can’t walk then crawl. But whatever you do, you have to keep moving forward. (Martin Luther King, Jr.)
Nafiri SEPTEMBER 2015
NAFIRI SEP15 print.indd 83
83
9/23/15 6:52 AM
84
KASIH YANG PEDULI KEPADA SESAMA
NAFIRI SEP15 print.indd 84
9/23/15 6:52 AM
/ Humprey /
S
iapa yang tidak kenal dengan badut, atau yang dalam bahasa Inggris disebut clown? Semasa kecil atau mungkin sampai sekarang minimal kita pernah melihat di layar televisi tentang aksi badut sirkus yang lucu, menggemaskan, ataupun kadang terlihat bodoh; sehingga kerapkali membuat kita tertawa terpingkal-pingkal karenanya. Agar lebih mengenal tentang badut, berikut adalah pengertian badut menurut Wikipedia:
Belakangan, istilah badut sendiri melebar ke mana-mana. Hampir semua pelawak dan pemancing tawa, kini juga kerap dijuluki sebagai badut. Bahkan orang serius yang sedang bertingkah laku konyol sering dikatakan badut. Menurut sejarahnya, badut mengacu pada seseorang dengan dandanan lucu (kadangkadang meniru karakter komik), make-up tebal dan kostum berwarna unik, mempunyai kemampuan memperagakan mimik lucu dan gerakan-gerakan konyol, tanpa sedikit pun melepas kata-kata. Inilah yang membedakannya dengan pelawak konvensional. Baru-baru ini kita melihat di jalanan, dalam hal ini di jalanan Serpong dan sekitarnya, bahkan di Jakarta, ada sebuah boneka besar bergoyang-goyang dengan diiringi musik yang energik. Orang-orang menyebut profesi yang tergolong baru ini sebagai “goyang badut jalanan�. Ada yang menyerupai boneka Marsha
Nafiri SEPTEMBER 2015
NAFIRI SEP15 print.indd 85
85
9/23/15 6:52 AM
(karakter film kartun), Nok Memei, Nanang Coki, dan lain sebagainya. Apakah boneka besar ini bergerak sendiri menggunakan mesin? Tidak, ada seseorang di dalamnya yang menggoyang-goyangkan boneka badut tersebut. Panas? Pastinya iya, karena pernah sekali waktu saya melihat seorang pemuda yang berada di dalam kostum badut tersebut membuka bagian kepalanya seraya mengelap keringat yang mengucur deras di mukanya. Pernah juga saya melihat pemuda yang sedang berganti kostum badut yang lain. Ternyata dia tidak hanya punya satu kostum badut. Dengan bahan-bahan yang sederhana untuk membuat kostum badut dan
86
radio tape mereka bergoyang seharian dan berpindah-pindah dari satu lokasi ke lokasi lainnya. Biasanya badut-badut ini bergoyang di dekat lampu merah, dekat putaran balik, atau dekat kemacetan. Ciri khas goyang badut ini adalah matanya yang berkedipkedip, goyang pinggul badut yang terus-menerus bergerak, dengan warna-warna mencolok yang kontras, sehingga menarik perhatian banyak orang yang kebetulan lewat. Tidak lupa, di keningnya ada lubang tempat memberikan uang/sedekah. Sekali waktu saya bereksperimen untuk memberi sedekah kepada badut tersebut .... Ooopss ... ada tangan yang keluar menyambutnya dari dalam lubang di kening. Tidak jarang pula orang hanya melempar uang ke sekeliling badut tersebut.
KASIH YANG PEDULI KEPADA SESAMA
NAFIRI SEP15 print.indd 86
9/23/15 6:52 AM
Walau demikian, saya menyeberang jalan ke taman pemisah di depan Pasar Modern BSD untuk mencoba mewawancarai badut ini beserta induk semangnya. Induk semang? Ternyata setelah saya perhatikan, ada seorang ibu yang secara berkala menyeberang ke pembatas jalan dan memungut uanguang yang bertebaran di sekitar badut yang dilempar oleh pengemudi atau orang yang lewat. Maukah ibu itu diwawancara? “Takut masuk TV, ga mau ah� ... demikian jawaban pemuda yang berada di dalam badut itu, dengan senyum malu-malunya. Namun demikian profesi badut jalanan ini mungkin tidak akan bertahan lama apabila tetap berada di jalanan, karena ini melanggar undang-undang tentang larangan untuk menjadi pengemis dan pengamen. Selain itu, apakah kita sebagai orang Kristen boleh memberikan sedekah kepada mereka?
Tuhan Yesus mengajarkan kita untuk saling mengasihi, namun apabila kita melanggar undang-undang, itu artinya kita tidak menaati peraturan pemerintah. Bagaimana menurut Anda? Selain itu, berdasarkan hasil wawancara tim Dahsyat RCTI tanggal 8 Mei 2015, diceritakan tentang Laras (19 tahun) asal Jatinegara, Jakarta Timur dan Andri (20 tahun) asal Cilacap, Jawa Tengah yang awalnya bertemu di jalanan sehingga mereka berdua menjadi suami istri. Laras dan Andri mengandalkan badut Nok memei, sebagai sarana mengamen untuk mencari nafkah sehari-hari. Pendapatan mereka kalau sedang baik bisa mencapai 100 ribu rupiah. Dari pendapatan itu Laras harus membayar sewa badut Nok Memei sebesar Rp40 ribu, bayar sewa sepeda motor
Nafiri SEPTEMBER 2015
NAFIRI SEP15 print.indd 87
87
9/23/15 6:52 AM
Rp20 ribu, sehingga sisanya Rp40 ribu untuk makan sehari-hari. “Saya sudah setahun sebagai pengamen, banyak suka dukanya karena sering di razia, pernah ketangkap saat ngamen di Otista Jakarta Timur, dan juga di daerah Kalimalang. Setelah melihat beberapa kisah di balik pemeran badut di atas, nyata sudah bahwa di balik senyumnya dan goyangan lincahnya sang badut ada berbagai kisah di dalamnya. Suka-duka mereka alami dalam kehidupannya, walau profesi menuntut mereka untuk tetap ceria. Akankah sebagai orang Kristen kita tersentuh dengan kisah nyata di atas dan berempati untuk membantu mereka? Saya teringat cerita tentang seseorang yang duduk termenung dan menangis dengan sedihnya di samping tenda sebuah sirkus, dan ternyata, tak lain dan tak bukan, itulah si badut yang baru keluar dari tenda pertunjukan sirkus yang dengan piawainya telah membuat ribuan orang tertawa terbahak-bahak. Tragis bukan? Berikut adalah cuplikan ceritanya yang saya rangkum dari sebuah sumber di internet: (http://andylesmana.blogspot.com/) :
88
KASIH YANG PEDULI KEPADA SESAMA
NAFIRI SEP15 print.indd 88
9/23/15 6:52 AM
“THE BIG CLOWN IS IN THE HOUSE !!!” teriakan lantang sang pria gendut berkumis berpadu dengan teriakan riuh penonton membuyarkan lamunan nanar sang badut sirkus. Dengan menggeretakkan gigi sang badut sirkus memaksa tangannya melukis mata kosongnya di sisa-sisa detik terakhir, membuatnya menjadi lebih besar, menjadi lebih ceria. Dia tertunduk menghela nafas panjang sejenak, kemudian menatap tajam ke cermin di hadapannya. Setidaknya riasan matanya mampu menutupi hampa di sana. Sang badut sirkus memaksakan diri tersenyum selebar mungkin. Mengumpulkan kebanggaan semu yang tersisa. Dihapusnya tuntas air mata yang mengalir dari mata kirinya. Dia berdiri cepat. Memejamkan mata mengucapkan mantra lama yang biasa digumamkannya sebelum pertunjukan “Aku adalah seorang badut. Badut tidak menangis. Dunia membutuhkan badut yang ceria. Dunia tidak peduli.” “The saddest kind of sad is the sad that tries not to be sad. You know, when sad tries to bite its lip and not cry and smile and go, ‘No, I’m happy for you?’ That’s when it’s really sad.” (John Mayer).
Lalu bagaimana dengan kita? Apakah kita senantiasa setiap hari justru berprofesi seperti badut ini? Mungkin itu di rumah, di tempat kerja, di gereja, atau di tempat umum lainnya. Kita tertawa, tersenyum,berusaha tampil ceria, namun apakah di dalam hati kita ada kedukaan, kepahitan, sakit hati, kemarahan, kesedihan yang tidak bisa kita tunjukkan di depan orang lain, atau mungkin tidak ada orang atau sahabat yang mau menjadi ‘tong sampah’ kesedihan kita? Ingatlah pada Yesus, ia sahabat setia yang mau mengerti dan mau peduli terhadap segala kesusahan kita. “Marilah kepada-Ku semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu (Matius 11:28). Datanglah dan biarkan Tuhan tetap menjadi bagian terpenting hidupmu. Tuhan memberkati kita sekalian
Nafiri SEPTEMBER 2015
NAFIRI SEP15 print.indd 89
89
9/23/15 6:52 AM
BUNAIDHI dan SUSANNA
90
KASIH YANG PEDULI KEPADA SESAMA
NAFIRI SEP15 print.indd 90
9/23/15 6:52 AM
/ Elasa Noviani /
“Singkapkanlah mataku supaya aku memandang keajaiban-keajaiban dari Taurat-Mu.� (Mazmur 119:18)
a s a n g a n suami istri yang murah senyum ini menyambut tim Nafiri untuk masuk ke rumahnya yang rapi. Bunaidhi dan Susanna memang sudah tidak muda lagi secara jasmani; namun semangat, kerinduan dan konsistensinya dalam mempelajari firman Tuhan sungguh membuat malu kita yang telah menjadi Kristen selama berpuluh-puluh tahun. Nafiri SEPTEMBER 2015
NAFIRI SEP15 print.indd 91
91
9/23/15 6:52 AM
Mereka baru 4 tahun datang ke gereja, namun Bunaidhi dan Susanna sudah rampung membaca Alkitab dari Kejadian sampai Wahyu (GBA 111) sebanyak dua kali, dan saat ini sudah berada di pertengahan tahun yang ketiga. Setiap pagi mereka bangun jam 04.30 untuk membaca Alkitab bersama-sama. Bagaimana orang yang sudah ‘berumur’ dan biasanya semakin susah untuk berubah sampai akhirnya bisa mengambil keputusan untuk menerima Kristus? Bagaimana pula mereka bisa mempunyai kerinduan yang begitu kuat untuk mempelajari Alkitab?
92
“Sepertinya memang Tuhan yang sudah memilih kita,” kata Susanna dengan rendah hati. Setelah Benih Firman Ditaburkan Bunaidhi yang fasih berbahasa Mandarin ini menceritakan masa kecil hingga pertobatannya. Perbincangan kami didampingi oleh Mindra Juanda Citra, salah seorang putranya, yang kini melayani Tuhan sebagai Majelis Bidang Pelayanan Pasutri di GKY BSD. Bunaidhi dan istrinya terheran-heran mengamati jejak-jejak campur tangan Tuhan dalam kilas balik kehidupan mereka, bahkan sebelum mereka menjadi Kristen.
KASIH YANG PEDULI KEPADA SESAMA
NAFIRI SEP15 print.indd 92
9/23/15 6:52 AM
Bunaidhi yang kuat memegang kepercayaan leluhurnya lahir 73 tahun yang lalu di Samarinda. Setelah lulus SMP, Bunaidhi melanjutkan sekolahnya ke Surabaya dan bertemu dengan Susanna. Pada tahun 1966, mereka menikah dan dikaruniai 3 orang anak. Anak-anaknya disekolahkan di sekolah Kristen Petra. Dari situ ketiga anaknya menjadi Kristen. Mindra adalah anak yang kedua, sedangkan cece-nya saat ini berada di Australia, dan adiknya laki-laki di Jerman. “Ini kesaksian pertama,” kata Bunaidhi. “Om buka pabrik di Surabaya dan sengaja membeli rumah dekat Univeritas Petra, supaya anak-anak nanti mudah kuliahnya dekat, tapi ternyata tidak satu anak pun yang kuliah di sana. Padahal cece-nya itu 10 besar di SMA Petra, tetapi tidak diterima di Universitas Petra, aneh, kan? Jadi memang manusia bisa berencana tetapi kalau Tuhan ngga mau, ya ngga akan terjadi,” kata Bunaidhi dengan cerdik menyimpulkan.
Jadi walaupun saat itu Bunaidhi dan Susanna belum percaya Tuhan, tetapi ketika mereka kembali melihat kejadian-kejadian masa lalu, mereka menyadari bahwa memang semuanya sudah ‘diatur’. Ketika menceritakan tentang anaknya yang bungsu, Bunaidhi dan Susanna juga menyadari betapa dahsyatnya penyertaan Tuhan. Menurut mereka, anak ketiganya ini agak susah diatur semasa remajanya. Tapi guru BP bilang anak ini tidak bermasalah, nilai matematikanya 10 terus. Kalau disuruh pulang ke rumah ‘agak pagian’, maka dia akan pulang pagi beneran yaitu jam 02.00 dini hari. Atas saran Mindra, adiknya dikirim untuk berlajar ke luar negeri agar tidak malas dan lebih produktif. Begitu si bungsu dikirim ke Jerman, Susanna tidak bisa tidur nyenyak sampai 3 bulan karena kuatir. “Anak ini belum pernah ke luar negeri, dan umurnya baru 17 tahun; untuk dapat uang tambahan, dia sekolah sambil bekerja,” ujarnya. Bunaidhi dan Susanna pindah ke Tangerang tahun 1994, dan tahun 2000 mereka pindah ke BSD bertetangga dengan Mindra. Saat itu Mindra sudah menikah dengan Juliani, dan bergereja di suatu gereja yang beraliran karismatik. Nafiri SEPTEMBER 2015
NAFIRI SEP15 print.indd 93
93
9/23/15 6:52 AM
Mindra dan Juliani selalu mendoakan agar orangtuanya percaya kepada Kristus. Mereka menyadari bahwa orangtuanya sudah bekerja keras untuk membiayai anak-anaknya bersekolah. “Mereka sudah memberi kami ilmu, jadi anak-anaknya ingin membalas kebaikan mereka,” kata Mindra menimbrung percakapan. “Rasanya tidak cukup hanya memberikan sesuatu dalam bentuk materi, jadi kami ingin membagikan iman sebagai ‘hadiah yang terbesar’ dalam hidup ini.” Ketika ada giliran persekutuan doa di rumah Mindra, maka dia mengundang Bunaidhi untuk hadir. Tetapi sang pendeta tiba-tiba mengajak doa tumpang tangan dan ‘memaksa’ Bunaidhi untuk mengikuti doa untuk menerima Kristus. Selesai acara, Bunaidhi mengatakan kepada Mindra: “Kalau papa tidak menghargai kamu, pasti pendeta tadi sudah kuusir.” Jadi Mindra memikirkan cara yang lebih halus untuk memperkenalkan Kristus kepada orangtuanya.
Suatu hari, ada KKR yang dilayani oleh Pdt. Yung Tik Yuk sekaligus undangan dinner di Super Kitchen Serpong; jadi Mindra membeli undangan sebanyak dua puluh kursi untuk papa, mama, dan teman-temannya. Saat itu Mindra sudah bergereja di GKY BSD, dan sedang mengikuti program pelatihan EE (Evangelism Explotion).Walaupun Bunaidhi dan Susanna mengaku bahwa mereka tidak mengerti isi firman Tuhan yang disampaikan saat itu, Mindra meyakini bahwa firman Tuhan yang telah ditaburkan tidak akan kembali dengan sia-sia. Mindra juga terus ‘menabur’ dengan menghadirkan para hamba Tuhan dan sahabat-sahabat rohaninya ke rumah. Mereka mengobrol dan
“... kami ingin membagikan iman sebagai ‘hadiah yang terbesar’ dalam hidup ini.” 94
KASIH YANG PEDULI KEPADA SESAMA
NAFIRI SEP15 print.indd 94
9/23/15 6:52 AM
berteman dengan Bunaidhi, bahkan kadang berdoa bersama. Pdt Agus M Susanto juga memberikan buku 40 Days of Purpose (Rick Warren) dalam Bahasa Mandarin. Tetapi buku itu hanya tersimpan rapi di laci meja, bersama dengan sebuah Alkitab yang dihadiahkan oleh seseorang. Sesekali Mindra juga mengajak mereka untuk hadir di gereja, biasanya ketika ada acara-acara khusus seperti Parents’ Day atau Natal. “Paling gampang mengajak kalau ada alasan ‘cucu tampil menyanyi’ pasti papa mama mau datang,” kata Mindra. Ketika Susanna operasi empedu, teman-teman Mindra datang untuk mendoakan, tetapi kejadian itu belum berhasil membawa mereka untuk ‘datang ke gereja’. Titik Balik Di tahun 2008 Susanna kena kanker payudara. “Kami semua tidak siap mendengar ‘vonis’ dokter tersebut, dan mama juga sangat down,” cerita Mindra. Jadi mereka meminta dukungan para hamba Tuhan untuk mendoakan Susanna dan keluarga mereka. Mereka meminta pertimbangan dan berkonsultasi dengan banyak sahabat. Salah seorang teman Mindra merekomendasikan seorang dokter
di Singapore dan membantu proses pendaftarannya. Sebenarnya saat itu keuangan mereka sedang paspasan, tetapi dengan heran Tuhan mencukupkan semuanya bahkan uang tabungan yang Mindra bawa saat itu jumlahnya pas dengan biaya tambahan yang harus dikeluarkan. Mindra mengira bahwa kejadian ini adalah saat yang akan dipakai Tuhan untuk mempertobatkan orangtuanya, namun ternyata mereka tetap harus menantikan Tuhan beberapa tahun setelah itu. Dia selalu mengingatkan orangtuanya bagaimana Tuhan sudah begitu baik kepada mereka berdua. Mindra menganggap bahwa ayahnya sama sekali tidak menyadari akan proses ‘penginjilan’ yang dia lakukan. Tetapi Bunaidhi menjawab: “Sebenarnya saya sudah tahu, dan di dalam hati sudah mulai kepikiran untuk ikut, tetapi saya banyak pertimbangan.” Sebagai orang teknik yang sangat rasional, Bunaidhi mempunyai daftar masalah yang perlu dipecahkan. “Saya kan dari kecil sampai besar pegang hio, dan saya ada pelihara dewa tanah; yang sepanjang perjalanannya saya enggak apaapa kok, enggak ada masalah; jadi atas dasar apa kok tiba-tiba mau sembarangan saya buang, wong ngga Nafiri SEPTEMBER 2015
NAFIRI SEP15 print.indd 95
95
9/23/15 6:52 AM
ada salah juga,” cerita Bunaidhi.“ Jiwa saya selalu berpegang pada apa yang dinamakan chiang yi qi yang artinya kesetiaan, jadi pikir-pikir susah juga untuk meninggalkannya,” lanjutnya. Selain itu Bunaidhi adalah anak sulung dari dua belas bersaudara. Sebagai anak sulung, dia menghadapi dilema karena dia yang seharusnya memelihara meja abu, dia kuatir akan menghadapi pertentangan dari saudara-saudaranya. Tetapi Tuhan mengatur dan memecahkan persoalannya satu per satu. Ketika mereka berlibur ke Surabaya, ternyata beberapa adiknya sudah menjadi orang Kristen. Jadi tidak ada pertentangan dari keluarga. Tuhan juga menolong Bunaidhi mengambil keputusan mengenai meja abu. Dia akhirnya menanamkan abunya ke dalam kubur ketika papanya meninggal, dan hanya menyimpan fotonya saja. Selain itu Bunaidhi juga berangkat ke RRC untuk mengurus supaya nama papanya dapat tercatat dalam silsilah keluarga di sana. “Saya merasa lega bahwa akhirnya semua amanah Papa saya sebelum meninggal sudah saya laksanakan,” kata Bunaidhi. Setelah semua hambatan dia selesaikan, mulailah Bunaidhi dan Susanna membuka diri kepada gereja, 96
tetapi memang mereka tidak mau gegabah. Mereka berprinsip bahwa mereka harus mengerti terlebih dahulu sebelum bisa menjadi orang Kristen. Mindra dengan kreatif membuka jalan dengan meminta orangtuanya ‘membantu’ hamba Tuhan yang datang dari RRC. Waktu itu di gereja sedang dimulai kebaktian bahasa Mandarin dan diadakan semacam kursus bahasa Mandarin, walaupun sebenarnya itu adalah PA (Pemahaman Alkitab). Karena pada dasarnya Bunaidhi dan Susanna suka membantu, maka mereka mau bergabung ke situ. Rupanya hal ini menjadi momen penting dimana mereka akhirnya masuk ke dalam kecintaan membaca dan mempelajari Alkitab. “Pertama kali saya sentuh Alkitab saya menyadari ini kok bagus ceritanya. Ngajarin orang begini begitu. Guru Sun Chong cerita mulai dari Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru dibahas secara global,” cerita Bunaidhi. “Om pikir, wah bagus ini, jadi kalau gitu saya mesti ikut PAnya.”Bunaidhi mengaku sebagai orang teknik, kalau tidak mengerti dengan sungguh-sungguh dia tidak akan mau untuk sekedar ikut-ikutan. Jadi setiap Sabtu Bunaidhi dan Susanna rajin mengikuti PA.“ Di dalam kebaktian,
KASIH YANG PEDULI KEPADA SESAMA
NAFIRI SEP15 print.indd 96
9/23/15 6:52 AM
kalau ada yang tidak mengerti kita tidak bisa bertanya, sedangkan di PA, bisa,” kata Bunaidhi. Setelah beberapa bulan, mereka diajak untuk mengikuti katekisasi sebagai persiapan baptis, tetapi mereka menolak “Om maunya mengerti dengan sungguh-sungguh, baru mau dibaptis.” Menurutnya banyak orang menjadi Kristen, tetapi tidak mengerti Alkitab. “GI Sun Chong bilang kalau baca Alkitab jangan sepotong-sepotong, berbahaya, bisabisa menafsirkan Injil ngga bener,”kata Bunaidhi. Awalnya cukup banyak yang datang PA, tetapi akhirnya tinggal mereka berdua saja. “Biasanya satu guru banyak murid, kalau kami ini cuma dua murid tetapi gurunya banyak. Tapi puji Tuhan, sekarang yang ikut PA sudah bertambah,” kata Bunaidhi sambil tertawa. Susanna dengan polos mengatakan: “Kami ini sudah tua jadi mudah lupa.” Tetapi Pdt Joni dengan bijak menjawab: “Tidak apa-apa … lupa, tetap terus belajar. Seperti kita makan enak kemarin, hari ini rasanya seperti apa kita sudah lupa, tetapi kita tetap makan. GI Liang Ming Jin
berkata: Seperti keranjang air walau bocor tetap dipakai untuk mengangkut air, lama-lama keranjangnya akan menjadi bersih.” Karena sangat rasional, di dalam PA itu Bunaidhi banyak berdebat dengan hamba Tuhan, terutama dalam hal ‘pegang’ hio. “Saya katakan: di Alkitab ngga ada tuh dikatakan ngga boleh pegang hio,” kata Bunaidhi. Kemudian Guru Injil menjelaskan bahwa hio itu identitas penyembahan agama lain, jadi Tuhan tidak ‘mengenali’ ibadahnya, jadi Bunaidhi pun setuju. Ketika berkumpul bersama dengan saudarasaudaranya, awalnya dia tetap taruh hio, tetapi tidak memakai dupa. Apabila saudara-saudaranya yang belum percaya sembahyang di depan kuburan, Buniadhi juga mengambil
Nafiri SEPTEMBER 2015
NAFIRI SEP15 print.indd 97
97
9/23/15 6:52 AM
sikap berdoa, tetapi dia berdoa kepada Tuhan Yesus dan mendoakan saudarasaudaranya yang belum percaya. “Saya memang tidak mau ekstrem, jadi pelan-pelan saja. ”Mereka juga diajar apabila mau menghormati orangtua, maka seharusnya dilakukan ketika orangtua masih hidup. Setelah setahun lebih belajar di rumah, akhirnya tahun 2011 Bunaidhi dan Susanna bersedia untuk dibaptis. Bagi Mindra dan Juliani, ini adalah momen yang sangat mengharukan, perjuangan panjangnya telah membuahkan hasil. Saat itu Ibu Eliyani menunjukkan kertas doa yang pernah ditulis oleh Mindra beberapa tahun sebelumnya ketika gereja meminta jemaat menuliskan namanama orang yang ingin dimenangkan bagi Kristus. “Saya malah sudah lupa pernah menuliskan hal itu,” kata Mindra bahagia. Memegang Komitmen Setelah bulat memilih Kristus, Bunaidhi dan Susanna rajin beribadah dan menjadi aktivis di Kebaktian Mandarin (KU IV). Bunaidhi dan Susanna melayani sebagai usher , sedangkan Susanna juga melayani sebagai singer. Mereka tidak ingin buru-buru asal menerima ajakan untuk melayani, sebab mereka ingin melakukannya dengan sepenuh hati. Mereka juga tidak terpengaruh akan siapa pengkhotbah hari itu, sebab bagi mereka yang terpenting adalah firman Tuhannya. Beberapa jemaat memilih pindah ke KU II kalau pengkhotbahnya lebih menarik, tetapi mereka tetap konsisten dan setia di KU IV. Ketika pertama-tama masuk kebaktian, Bunaidhi dan Susanna sangat kaget, sebab bayangan mereka semua orang Kristen itu baik dan penuh kasih menurut Alkitab. “Tetapi kenyataannya saya bertemu dengan macam-macam orang, sempat down juga,” kata Bunaidhi. “Umur sudah setengah abad lebih, ingin mencari ketenangan; saya kira masuk Kristen akan mendapat ketenangan jiwa, tetapi taunya kok begini juga,” lanjutnya. Tetapi karena mereka sudah belajar Alkitab dengan lebih mantap, maka mereka tidak goyah. “Sekarang saya punya harapan untuk bisa terus belajar Alkitab, itu saja harapan saya. Bagi saya menjadi orang Kristen tidak boleh setengah-setengah, harus dengan sepenuh hati,” kata Bunaidhi mengakhiri perbincangan kami
98
KASIH YANG PEDULI KEPADA SESAMA
NAFIRI SEP15 print.indd 98
9/23/15 6:52 AM
Nafiri SEPTEMBER 2015
NAFIRI SEP15 print.indd 99
99
9/23/15 6:52 AM
100 KASIH YANG PEDULI KEPADA SESAMA
NAFIRI SEP15 print.indd 100
9/23/15 6:52 AM
/ Feri Irawan /
o r e i t u bus yang membawa rombongan outing kami memasuki desa Borobudur. Setelah hampir dua hari kami menjelajahi Yogja, selanjutnya giliran kami menikmati wilayah sekitar Magelang. Sementara bus semakin mendekati area candi Borobudur, entah kenapa tiba-tiba mata saya tertuju kepada seorang gadis remaja yang sedang mengayuh sepeda onthelnya. Dia mengenakan kaos merah dan di bagian punggungnya tertera tulisan yang cukup besar. Meskipun rambut ikalnya yang cukup panjang menutupi bagian atas tulisan di bagian atas punggungnya, saya masih bisa membaca sebagian tulisan yang ada, “Aku tidak akan pernah menyerah.� Melihat semangat yang ditunjukkan sang gadis ini saat mengayuh sepedanya, seolah kalimat yang tertera di kaos itu menggema dalam dirinya yang tidak akan pernah menyerah oleh keadaan apa pun, termasuk kerasnya kehidupan. Mungkin bagi sang gadis ini, menyerah artinya mati. Nafiri SEPTEMBER 2015
NAFIRI SEP15 print.indd 101
101
9/23/15 6:52 AM
Kepungan Kematian Kematian adalah satu-satunya hal yang bisa menghentikan istilah “tidak akan pernah menyerah� dalam hidup seseorang. Seberapa keras seseorang berjuang dan bertahan, toh kematian yang pada akhirnya menutup lembar akhir perjuangan hidupnya. Sejujurnya, tidak banyak orang yang berani memilih untuk tetap hidup ketika bayang-bayang maut sudah tampak di depan matanya. Aron Ralston mungkin salah satu orang yang berani memilih hidup dalam kepungan kematian. Ralston adalah seorang pendaki yang sudah berkali-kali mendaki bukit batu di taman Nasional Canyonlands di Utah Tenggara, Amerika. Di hari naasnya, Aron–sendirian–berencana melakukan canyoneering melewati lembah yang bercelah sempit diantara dua dinding batu. Awalnya semua berjalan sesuai rencana, sampai ketika ia hendak menuruni celah tebing, ia terpeleset dan secara refleks berpegangan pada sebuah batu. Malangnya batu itu bergeser sehingga membuatnya jatuh bersama dengan batu itu. Batu itu menjepit tangan kanan Ralston di dekat dasar lembah yang sempit.
Ada tiga pilihan buatnya: menunggu sampai ada orang datang menolong, membebaskan dirinya sendiri, atau pilihan menyerah dengan akhir sebuah kematian. Manakah yang dia pilih? Selama hari Minggu itu sampai Selasa, ia berjuang melepaskan tangannya yang terjepit batu dengan berbagai cara tetapi gagal. Karena seluruh persediaan makanan dan air dalam botol telah habis, di hari Rabu, ia mulai minum air seninya untuk bertahan hidup. Dalam kondisi yang hampir menyerah, ia mulai merekam video yang ada dalam tasnya sebagai pesan terakhir. Ia juga mengukir nama dan tanggal lahir serta tanggal kematiannya di batu, sampai akhirnya di hari Kamis ia mendapat penglihatan seorang anak usia 3 tahun yang dibawa oleh seorang pria berlengan satu.
102 KASIH YANG PEDULI KEPADA SESAMA
NAFIRI SEP15 print.indd 102
9/23/15 6:52 AM
Penglihatan inilah yang membuatnya mengambil keputusan dramatis: memotong sendiri lengan tangannya yang terjepit batu dengan pisau multi fungsi yang ia miliki. Pada akhirnya ia selamat dari kematian yang sudah membayang di depan matanya. Kisah Aron yang luar biasa ini kemudian diangkat dalam sebuah film dengan judul 127 Hours dengan James Franco yang berperan sebagai Aron.
Nafiri SEPTEMBER 2015
NAFIRI SEP15 print.indd 103
103
9/23/15 6:52 AM
Highly Recommended Tetapi, terlepas dari alasan semangat Aron dan juga sang gadis desa Borobudur yang tidak akan menyerah dengan kerasnya kehidupan di dunia ini, apa yang seharusnya menjadi alasan utama bagi orang Kristen untuk bertindak yang sama, yaitu tidak akan menyerah dengan kerasnya hidup? Bukankah Bumi yang Baru yang dijanjikan itu tampak jauh lebih indah ketimbang bumi yang kita pijak pada masa kini? Bukankah di sana tidak ada lagi air mata dan penderitaan? Sebuah pilihan tempat yang highly recommended bagi setiap orang Kristen! Mengapa kita harus tetap bertahan dengan kehidupan di dunia yang penuh dengan kesukaran, penderitaan dan air mata? Hidup orang percaya bukanlah kehidupan yang eskapis, atau kehidupan yang lari dari kenyataan penderitaan hidup. Meskipun Bumi yang Baru tampak lebih menarik ketimbang bumi yang kita pijak sekarang, itu bukanlah alasan yang membuat kita serampangan memilih untuk ‘menyerah’ dengan hidup, dan berharap memeroleh dunia baru yang penuh kebahagiaan.
Rasul Paulus ketika ada dalam penjara dalam surat penggembalaannya yang terakhir mengatakan, “Karena bagiku ... mati adalah keuntungan.” Sangat wajar bagi seorang yang teraniaya karena Kristus dan sedang menantikan tibanya eksekusi mati untuk mengharapkan sebuah kematian di dunia dan memperoleh keuntungan yang hanya dimiliki mereka yang percaya pada Kristus, yaitu surga! Tetapi ia tidak mengakhiri ide keuntungan ini dengan memilih mati sebagai pilihan terbaiknya. Ia melanjutkan dengan, “Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah” (Filipi 1:21-22a). Tidak ada istilah “eskapisme” dalam kamus hidup Rasul Paulus, meskipun ia sudah mengalami segala aniaya dan derita di dunia dan ‘layak’ untuk mengharap sebuah Bumi yang Baru buatnya.
104 KASIH YANG PEDULI KEPADA SESAMA
NAFIRI SEP15 print.indd 104
9/23/15 6:52 AM
Ada Tugas Tetap tinggal di bumi yang masih kita pijak rupanya adalah sebuah pilihan yang bijak bagi seorang anak Tuhan di tengah kerasnya kehidupan yang terkadang sangat menyesakkan. Tetapi bukan sekadar bertahan hidup saja, melainkan untuk tetap menghasilkan buah bagi sesama. Rupanya hidup ini bukan cuma bicara tentang diri kita sendiri, tetapi juga bicara tentang bagaimana kita menjadi berkat melalui kehidupan yang masih kita miliki. Maka bagi seorang Kristen ketika berkata, “Aku tidak akan menyerah.� artinya dia sepenuhnya percaya kalau Tuhan masih memberi kehidupan, itu artinya masih ada tugas dari Kristus yang harus dia tuntaskan supaya sesamanya terberkati melalui keberadaan hidupnya. Bumi yang Baru yang penuh kebahagiaan kekal itu pasti akan dijejaki di masa depan kehidupan orang-orang percaya. Dan bumi yang sekarang kita pijak bukanlah sebuah tempat yang mengerikan untuk bertahan hidup dalam kesementaraan. Nikmatilah masa kehidupanmu dengan menjadi berkat bagi sesama, karena itu mempermuliakan Kristus!
Nafiri SEPTEMBER 2015
NAFIRI SEP15 print.indd 105
105
9/23/15 6:52 AM
106 KASIH YANG PEDULI KEPADA SESAMA
NAFIRI SEP15 print.indd 106
9/23/15 6:52 AM
Ribuan orang mengalir deras menuju Istora Senayan di Sabtu pagi yang cerah pada 20 Juni 2105 lalu. Ratusan bus berbaur dengan ribuan kendaraan pribadi bergiliran memasuki halaman gedung megah di tengah kompleks Stadion Bung Karno yang terletak di kawasan tersibuk di Jakarta itu. Inilah mungkin perhelatan terakbar yang pernah diadakan di lingkungan Gereja Kristus Yesus, sekaligus menjadi muara dari luapan rasa syukur atas pimpinan Tuhan kepada gereja-Nya sampai mencapai usia ke-70 di tahun ini. Berbagai kegiatan sosial dan beragam acara lain telah dilaksanakan sebelumnya sebagai rangkaian perayaan 70 tahun Gereja Kristus Yesus.
Nafiri SEPTEMBER 2015
NAFIRI SEP15 print.indd 107
107
9/23/15 6:52 AM
Bermula dari satu gereja kecil yang kini ‘hanya’ menjadi sebuah perpustakaan, GKY kini telah beranakpinak menjadi empat puluh gereja yang tersebar di seantero Nusantara maupun manca negara. Kebaktian syukur pagi itu diawali dengan penarikan lonceng tua peninggalan gereja pertama oleh Bapak Basuki Tjahaja Purnama, Gubernur DKI Jakarta, yang juga merupakan salah seorang jemaat GKY. Kemudian ibadah mengalir dengan indah dan meriah, diiringi ribuan pelantun paduan suara, 108 KASIH YANG PEDULI KEPADA SESAMA
NAFIRI SEP15 print.indd 108
9/23/15 6:52 AM
di dalam lingkaran ruangan yang luas dengan tata suara dan tata lampu yang menawan, dalam balutan dekorasi megah, terutama hadirnya sebuah salib ‘melayang’ yang mempesona. Pdt Freddy Lay, Ketua Sinode GKY, berkenan menyampaikan firman Tuhan dalam ibadah yang bertema “Menjadi Terang bagi Dunia” itu. Sebagai acara pamungkas dalam ibadah syukur yang berlangsung lebih dari 2 jam itu, tampillah ratusan remaja dan pemuda GKY dengan semangat muda mereka, menyatakan tekad melayani Tuhan dalam kehidupan mereka. Dedikasi tujuh pemuda/ pemudi untuk melayani penuh 1 tahun di ladang misi juga dicanangkan dalam puncak acara itu /Anton Utomo/
Nafiri SEPTEMBER 2015
NAFIRI SEP15 print.indd 109
109
9/23/15 6:52 AM
bersama 110 KASIH YANG PEDULI KEPADA SESAMA
NAFIRI SEP15 print.indd 110
9/23/15 6:52 AM
/ Edna C. Pattisina /
i d u p seperti sebuah perjalanan panjang. Ada saatnya kita melewati padang gurun yang panas, kering, dan sepi. Ada saatnya kita melewati hutan rimba yang mengerikan dan gunung tinggi yang sangat sulit didaki. Ada juga taman yang indah dan nyaman yang tidak ingin kita tinggalkan cepat-cepat.
Namun, setelah bertahun-tahun; saya menemukan kalau perjalanan yang paling mendebarkan, berkesan, dan penuh petualangan adalah saat kita berjalan bersama Tuhan. Cara ini saya temukan dengan sangat mengherankan, tidak terlalu rumit. Hanya lewat doa dan mencari suara-Nya setiap saat. Ini saya usahakan dengan melakukan saat teduh setiap hari. Tidak 100 persen konsisten tentunya, tetapi saya selalu berusaha. Saat ini, saya kembali dihadapkan pada sebuah perjalanan yang cukup panjang; dan tampaknya diselingi gurun pasir, taman yang indah, dan gununggunung yang terjal. Durasinya akan berkisar 1 tahun. Itu sebabnya, saya menyebutnya sebagai lari maraton bersama Tuhan. Nafiri SEPTEMBER 2015
NAFIRI SEP15 print.indd 111
111
9/23/15 6:52 AM
Semua ini berawal dari kegelisahan saya di tempat kerja. Berbagai tekanan, baik karena faktor eksternal maupun internal, telah menyebabkan saya ingin berhenti bekerja. Hampir setiap minggu saya nyaris mengajukan sehalaman surat sederhana permohonan berhenti bekerja. Nyaris semua pihak di sekitar saya sudah mendukung 100 persen. Tinggal satu yang belum: Tuhan. Masalahnya, seperti yang saya pernah tuliskan di beberapa edisi Nafiri yang lalu, saya percaya bahwa pekerjaan yang sedang saya jalani ini jelas-jelas dikasih oleh Tuhan. Hampir setiap hari saya berdoa, minta agar saya boleh berhenti; mulai dari marah, membujuk, pasrah, kesal saya sampaikan kepada Tuhan. Tapi, jawabannya tetap sama: “Tidak.� Sudah Malas Bulan-bulan yang sangat melelahkan terus saya hadapi hingga akhirnya saya menyerah. Entah situasi yang berubah atau sudut pandang saya yang berubah, tetapi mulai bermunculan hal-hal yang menguatkan diri saya. Itu termasuk perjalanan ke Pangkalan Bun untuk meliput musibah jatuhnya pesawat Air Asia (ini sudah saya tulis di Nafiri juga), ke perbatasan Kalimantan, Nusa Tenggara Timur, hingga jalan-jalan ke Disneyland, Los Angeles dan San Fransisco, AS. Saya berpikir untuk keluar kerja saja sudah malas. Saya hanya berdoa agar Tuhan mau memakai hidup saya. Dan, tiba-tiba,muncul sebuah dorongan untuk sekolah lagi. Entah kenapa saya membuka-buka website sekolah impian saya di Inggris dan Singapura. Saya berdoa dan mendapat dorongan untuk mendaftarkan diri. Setelah suami setuju, saya memutuskan untuk mendaftar pada satu sekolah saja, yaitu di Singapura. Jaraknya masih dekat dan banyak pekerjaan suami harus dilakukan di Jakarta. Saya tidak banyak berharap akan diterima karena di atas kertas banyak faktor yang menghambat; mulai dari umur, nilai sarjana saya yang biasa saja, dan bahasa Inggris saya masih belepotan. Begitu tidak percaya dirinya, sehingga saya tidak bilang ke siapa-siapa, kecuali keluarga terdekat. Saya juga sempat membagikan ke Caring Group Fellowship (CGF) tentang rencana pengembangan diri ini agar dapat didukung dalam doa. 112 KASIH YANG PEDULI KEPADA SESAMA
NAFIRI SEP15 print.indd 112
9/23/15 6:52 AM
Saya harus bekerja keras untuk membuat aplikasi ke sekolah ini. Namun, inspirasi selalu datang tanpa saya duga sebelumnya. Mulai dari tulisan analisis yang harus diikutsertakan, sampai referensi, yaitu pernyataan dari pihak yang menyatakan kalau saya cocok sekolah di situ. Ke Sini Saja Soal referensi ini paling seru karena paling membingungkan. Dosen S1 saya sudah dengan senang hati menyatakan akan memberikan referensi. Satu lagi saya harapkan dari teman lama saya yang menjadi dosen di Universitas Indonesia. Tetapi, tiba-tiba seorang kawan lama saya mengontak lewat Facebook. Setelah beberapa lama basa-basi, saya bertanya di mana dia sekarang. Ternyata dia sedang studi di tempat yang ingin saya tuju: Rajaratnam School of International Studies (RSIS), Nanyang Technological University (NTU). Sontak dong saya kaget. Singkat kata, dia menekankan pribadi pemberi referensi sangat berpengaruh. Terinspirasi masukan ini, saat itu juga saya mengirim pesan WhatsApp ke salah seorang pejabat di republik ini. “Pak, saya mau sekolah lagi nih. Boleh minta referensi?” “Boleh, ke sini saja.” Kemudian saya mencoba peruntungan lagi. “Seminggu kelar yah Pak. Udah mau deadline nih.” Dia langsung menjawab “Beresss.” Dan benar saja, tidak sampai seminggu surat referensinya sudah siap. Saat saya ke kantor pejabat itu ada interaksi yang cukup membuat saya khawatir. Saya berpapasan dengan bawahan pejabat itu dan bercerita soal urusan saya. Dia sempat bilang bahwa sekolah itu sangat selektif dan ketat persyaratannya. Saya agak ‘patah hati’ karena tes bahasa Inggris saya baru keluar, dan nilai saya kurang empat poin dari persyaratan. Tapi yah itulah proses perjalanan yang saya rasakan dengan Tuhan. Kita tidak terlalu harus memikirkan jalan di depan. Kita hanya perlu menjalaninya saja dan Tuhan yang akan menentukan arahnya. Saya sempat berpikir, kalau toh tidak diterima mungkin ini bukan jalan-Nya. Sempat juga tercetus, “Hore, mungkin Tuhan ingin saya keluar (dari pekerjaan) sekarang,” pikir saya. Namun toh ketenangan itu terus naik turun. Begitu aplikasi sekolah dikirim, saya sempat deg-degan dan agak berharap juga. Tetapi, setelah beberapa hari saya akhirnya lupa. Nafiri SEPTEMBER 2015
NAFIRI SEP15 print.indd 113
113
9/23/15 6:52 AM
Hingga 2 bulan kemudian, dalam perjalanan ke Amerika, saya mendapat e-mail bahwa saya masuk dalam daftar kandidat untuk tahapan seleksi lebih lanjut. Berita baik ini malah membuat saya khawatir dan deg-degan lagi. Dan kembali saya hanya bisa berdoa dan pasrah. Masalah paling besar justru datang ketika saya mendapat surat kalau saya diterima. Rasanya tentu sangat senang. Tapi, segera muncul masalah baru: duitnya dari mana?
114 KASIH YANG PEDULI KEPADA SESAMA
NAFIRI SEP15 print.indd 114
9/23/15 6:52 AM
Tergoda Namanya juga manusia.Saya langsung mendaftar aset-aset yang ada. Membuat rencana A, B, dan C untuk bisa menutupi biaya sekolah. Sempat juga terpikir untuk mencari beasiswa dari sana sini melalui relasi yang saya punyai. Saat itu rasanya benar-benar gelisah karena langkah yang paling sulit sudah dilalui, kalau sampai batal karena tidak ada uang, rasanya sayang sekali. Kembali saya tergoda untuk mengandalkan diri sendiri, bukannya Tuhan. Walaupun saya ingin percaya, tapi rasanya aneh kalau tidak berusaha. Ada saat-saat menyebalkan dan memalukan ketika setiap saya bertemu ‘prospek’ yang mungkin bisa membiayai saya, di kepala saya langsung berpikir: Bagaimana caranya ngajuin beasiswa ama orang ini yah? Yang unik, pada saat-saat kritis ini, Tuhan berbicara kepada saya lewat tugas saya di Nafiri. Saya diminta mewawancarai musisi Barry Likumahuwa. Karena sudah membuat janji, saya terpaksa menembus hujan dengan ojek agar tidak terlambat.
Tetapi, ternyata Tuhan memberikan berkat dan kekuatan-Nya melalui kisah hidup Barry; bagaimana dia tidak punya ambisi bahkan rencana, tapi kalau Tuhan sudah merencanakan, ya pasti akan terjadi juga. Saya lalu berketetapan hati untuk tidak gelisah dan khawatir lagi. Ini bukan soal apa yang kita peroleh dalam hidup, tetapi bagaimana menjalani hidup ini bersama dengan Tuhan. Beberapa hari kemudian, saya bertemu dengan seorang pensiunan pejabat. Kami ngobrol ngalor ngidul dan dia bertanya soal rencana saya ke depan. Saya lalu bercerita–kali ini tanpa beban apa-apa soal beasiswa– karena saya berpikir dia toh tidak mengepalai lembaga yang bisa memberi saya beasiswa. Namun, diujung cerita saya, dia malah memberi kejutan. “Lho, kamu mau sekolah di situ. Direkturnya teman dekat saya. Sebentar ya.” Yang dimaksud “sebentar ya” ini adalah menjangkau telepon genggamnya dan langsung menelepon si direktur sekolah yang temannya itu. Tidak pernah ada satu kata pun ‘minta beasiswa’ dari saya.
Nafiri SEPTEMBER 2015
NAFIRI SEP15 print.indd 115
115
9/23/15 6:52 AM
Dia justru memberikan dirinya sebagai referensi kalau saja kampus itu mempertimbangkan untuk memberikan beasiswa kepada saya. Dan seminggu kemudian, saya mendapat tawaran beasiswa yang bahkan disertai kesempatan untuk kerja sambil kuliah dengan posisi sebagai peneliti. Saya jadi teringat kalimat yang mengatakan, “Kalau kita tunduk kepada Tuhan, kita tidak perlu tunduk pada siapa-siapa lagi. Tetapi kalau kita tidak tunduk pada Tuhan, kita harus tunduk pada banyak manusia.� Setelah semua tahapan dilewati, sampailah waktunya saya harus ke Singapura. Saya berpikir bagian yang paling sulit dan berbahaya–ibarat menjalani arung jeram–sudah berlalu. Saya tidak ingin menyusahkan Tuhan lagi. Sekarang saya sudah bisa sendiri.
Ternyata masalah yang lain muncul. Saya seperti berjalan di gurun pasir sendirian. Setelah suami pulang sehabis mengantar saya, saya harus mengurus semua urusan administrasi sendirian, masih kesasar-sasar, semua serba baru, tidak tahu kantin di mana, sampai tidak tahu cara membuka pintu apartemen. Frustrasi! Namun, yang paling membuat tertekan adalah tidak ada manusia lain yang bisa diajak berbicara. Selama beberapa hari saya hanya seperti orang yang kelu, kesepian di tengah keramaian. Saya akhirnya berdoa lagi dengan lelah, minta Tuhan temani. Dan Tuhan memang rekan seperjalanan yang ajaib. Selama proses beberapa hari kesepian itu, lewat saat teduh, saya membaca Alkitab tentang kisah Yosua pada masa transisi setelah Musa meninggal. Berkat renungan dalam saat teduh itu, saya tidak jadi kembali ke Jakarta untuk 1 atau 2 hari. Saya justru bisa menikmati masa-masa sulit itu sebagai bagian dari perjalanan bersama Tuhan.
116 KASIH YANG PEDULI KEPADA SESAMA
NAFIRI SEP15 print.indd 116
9/23/15 6:52 AM
“Transisi adalah di antara waktu, sebuah gerak dari yang biasa ke tidak biasa, dari yang telah terjadi menuju yang akan terjadi, dari yang lama ke baru, sebuah gabungan dari positif dan negatif, kesenangan dan penderitaan. Transisi menguji iman dan jiwa. Kita tergoda untuk cepat melewati dan lari darinya. Jangan. Tetaplah di dalamnya. Biarlah Tuhan memakainya untuk mempersiapkan kita memasuki masa depan. Mintalah Yesus menemani.� Setelah seminggu, rasanya hati ini sudah jauh lebih ringan. Tuhan juga mulai memberikan orang-orang untuk berbincang, seperti ketika saya mulai bergabung dengan GKY Singapura. Beberapa saudara seiman dengan hangat menyambut kehadiran saya. Hubungan persaudaraan dan kasih dengan rekan-rekan seiman sangat menguatkan di perantauan. Kalau Tuhan menginginkan, saya dan suami juga ingin melayani walau untuk sementara waktu saat kami tinggal di Singapura. Tentang sekolah, setelah sebulan berjalan, perjalanan studi saya terasa cukup berat. Ini antara lain karena latar belakang pendidikan yang tidak sama dan soal bahasa yang sepertinya masih jauh dari mumpuni. Tetapi, lagi-lagi inilah perjalanan dengan Tuhan. Yang harus saya lakukan adalah untuk terus memegang tangan-Nya dan berusaha melakukan yang terbaik. Seru sekali rasanya dan membuat hidup jadi lebih hidup
Nafiri SEPTEMBER 2015
NAFIRI SEP15 print.indd 117
117
9/23/15 6:52 AM
118 KASIH YANG PEDULI KEPADA SESAMA
NAFIRI SEP15 print.indd 118
9/23/15 6:52 AM
/ Marwati /
Pada saat Irwan menyampaikan bahwa ia akan ditugaskan ke Afrika, kami bertiga sangat terkejut, khawatir, dan agak menolak. Bayangan bagaimana Afrika yang gersang, dengan lingkungan yang asing membuat saya sangat khawatir dan enggan meninggalkan kenyamanan saya di Indonesia. Namun jika saya mengingat kembali pengalaman saat 6 bulan harus berpisah dengan Irwan karena ia ditugaskan ke Mesir, itu pun tidak mudah. Mama saya pun ikut mengingatkan kalau istri yang baik itu harus ikut suami kemanapun ia ditugaskan. Saya pun menanyakan bagaimana pendapat anak-anak. Tasya mempunyai keinginan kuliah di luar negeri sejak lama, jadi ini juga satu kesempatan untuk persiapan bahasa Inggris sebelum masuk kuliah (saat itu Tasya duduk di kelas 9). Nafiri SEPTEMBER 2015
NAFIRI SEP15 print.indd 119
119
9/23/15 6:52 AM
Kalau Mona lain lagi... ia tidak mau pindah ke Afrika. Malu katanya kalau ditanya teman-temannya. Kalau pindah ke Amerika atau Singapore sih OK, tapi ini ke Afrika ? No Way... Namun jalan Tuhan sungguh tidak dapat kita duga, Ia bisa memakai segala peristiwa untuk meyakinkan kita kalau ini semua memang sudah Tuhan persiapkan bagi kami sekeluarga. Ada salah seorang teman sekolah Mona yang pindah kembali ke Papua setelah sekolah selama 1 bulan. Di sinilah Mona disadarkan kalau anak harus ikut orang tua. Sehingga ia pun berbesar hati mau untuk pindah ke Afrika. Dalam 2 bulan sejak hal ini dicetuskan, perusahaan pun tidak mendesak Irwan untuk pindah ke Afrika. Namun kami terus bergumul dalam doa setiap malam dalam Family Altar kami. Suatu hari Mona yang telah dilunakkan hatinya pun berdoa begini: “Kami akan pindah ke Afrika asalkan Tuhan yang urus.� Saya pun terus bergumul mohon Tuhan menunjukkan jalan sehingga hati saya mantap. Ternyata Tuhan punya cara lain yang membuat hati saya mantap untuk pindah. Peristiwa yang terjadi adalah penjualan barang-barang elektronik saya menurun drastis, hanya 30% saja penjualan yang jalan. Ketika itulah perusahaan Irwan mulai mendesak, sehingga ia disuruh untuk pergi sendiri dahulu. Tasya pun melakukan pencarian di internet tentang sekolah internasional. Akhirnya perusahaan pun mendesak kami untuk pergi sekeluarga sekaligus. Kami cepatcepat membuat visa dan 6 Januari 2012 kami sekeluarga pun berangkat ke Lagos. Hati saya masih bergumul dengan ketakutan karena di Lagos sesuai aturan dari perusahaan, saya tidak bisa apa-apa, harus tinggal di rumah, tidak bisa sembarangan pergi ke luar rumah. Belum lagi kami tidak terbiasa melihat semua polisi stand-by memegang senjata di jalan-jalan. Rasanya begitu mengerikan. Rumah sementara yang kami tinggali juga tidak nyaman karena listriknya on-off terus sepanjang hari. Anak-anak yang masuk sekolah selama 2 minggu ini cukup stress karena tidak bisa mengerti bahasa Inggrisnya yang berbeda logat. Dalam ibadah hari Minggu di gereja pun selama 3 minggu kami tidak mengerti apa-apa. Sampai akhirnya kami googling untuk mendengarkan khotbah GKY Sydney. Ada orang Taiwan yang sudah 2 tahun beribadah pun tidak mengerti juga. Aduh, kami pikir jangan sampai kami 3 tahun disini juga tidak mengerti kotbah satupun. 120 KASIH YANG PEDULI KEPADA SESAMA
NAFIRI SEP15 print.indd 120
9/23/15 6:52 AM
Membawakan firman dalam persekutuan doa ibu-ibu Indonesia (atas), perkumpulan Chinese bible study (kiri), Mona dan Tasya melayani di gereja (kanan)
Namun puji Tuhan, kendala bahasa akhirnya perlahan-lahan dapat kami atasi. Dalam 1,5 bulan Tasya sudah terlibat pelayanan musik di gereja. Kami mencatat khotbah yang kami tidak mengerti, atau kami minta diemailkan, atau minta rekamannya untuk kami putar ulang di rumah. Sungguh bersyukur di bulan Maret kami bertemu dengan komunitas Indonesia dalam suatu bazaar, dan ternyata ada persekutuan Oikumene termasuk Katolik sebanyak kurang lebih 30 orang (15-20 dewasa). Pelayanan saya pun dapat dimulai, dari memimpin liturgi, menjadi guru Sekolah Minggu ataupun memimpin permainan-permainan. Dari sini lah akhirnya saya banyak dilibatkan untuk memimpin persekutuan membagikan Firman Tuhan sebanyak 10 kali dari 12 kali pertemuan. Akhirnya juga ada persekutuan doa ibu-ibu. Di sini kita sendiri yang harus aktif mencari ladang pelayanan. Nafiri SEPTEMBER 2015
NAFIRI SEP15 print.indd 121
121
9/23/15 6:52 AM
Dalam komunitas gereja yang kami kunjungi (International Lifely Christian Fellowship), orang-orang dari China hanya beberapa saja. Kami harap dengan ikut Kesaksian dari seorang peserta bible study dari Malaysia komunitas ini juga yang akan kembali ke negaranya bisa menumbuhkan rasa percaya diri pada anak-anak sehingga mereka dengan mudah bisa menyesuaikan diri. Setiap hari Minggu setelah selesai ibadah kami hanya bisa berdiam di rumah, tidak bisa pergi ke mal dan sebagainya. Saat itulah saya terbeban untuk membentuk komunitas yang terdiri atas orang-orang Tiongkok. Karena saya melihat kesempatan saya untuk mengabarkan Injil ini hanya kurang lebih 2 tahun, karena mereka juga pendatang sementara yang menetap hanya 2 tahun. Mereka ini Atheis, tidak kenal Tuhan. Bersyukur Tuhan sudah memperlengkapi saya jauh sebelumnya. Saya fasih berbahasa Mandarin, sehingga mereka pun bisa cepat akrab, mereka mulai ikut Bible Study dan sangat haus akan Firman Tuhan. Saya pun sadar kalau Tuhan memang telah memanggil kita untuk ditempatkan di suatu ladang untuk menjangkau jiwa-jiwa yang belum diselamatkan, maka Ia pasti akan memperlengkapi kita. Bersyukur saya pernah terlibat dalam pelatihan Pekabaran Injil dan terlibat dalam konselor saat PI diadakan, sehingga saat saya ditempatkan di Lagos, saya sudah cukup dibekali. Di komplek rumah kami ada 20 keluarga Tiongkok dan 15 keluarga India. Diawali dengan senyum dan menyapa saat jalan keliling kompleks, saya berusaha menjalin hubungan dengan keluarga-keluarga yang ada. Saya membuat kue atau masakan dan mengantarnya ke rumah mereka, atau kadang saya pun mengundang mereka ke rumah untuk makan bersama. Ternyata ada seorang misionaris dari Tiongkok, dan saya pun diajak berkenalan dengan komunitas mereka. Untuk membina mereka, saya pun membagi-bagikan Alkitab berbahasa Mandarin. Saat misionaris tersebut pulang ke Tiongkok setelah 6 122 KASIH YANG PEDULI KEPADA SESAMA
NAFIRI SEP15 print.indd 122
9/23/15 6:52 AM
Bersama komunitas orang dari Indonesia (kiri) dan tetangga orang India (kanan)
bulan kemudian, maka bahan-bahan pengajaran iman Kristen diberikan kepada saya untuk dilanjutkan. Saya pun menekuni lagi bahasa Inggris dan Mandarin. Ada 10 bahan pengajaran yang diberikan. Tiap kelompok terdiri dari 3-5 orang anggota tetap. Nanti dari mereka itu akan mengajak lagi teman-teman lainnya. Hal ini lebih mudah bagi orang-orang Tiongkok tersebut dibanding mereka harus pergi beribadah ke gereja. Persahabatan yang terjalin pun terjadi dua arah. Pada saat saya terkena tendon inflammation dan tidak bisa memasak, beberapa tetangga saya datang untuk mengantarkan makanan sampai berlebihan, sehingga saya harus mengirimkan Chinese Food ke keluarga India, dan masakan India ke keluarga China. Saat saya sehat, terkadang saya seperti menjadi dokter bagi mereka. Mereka bisa mendapatkan berkat dengan obat tolak angin yang saya berikan, ada juga yang sembuh karena kulitnya terbakar setelah saya berikan Garamycin yang dilanjutkan dengan olive oil + baby oil. Sungguh heran campur tangan Tuhan dalam kehidupan saya. Disinilah saya semakin sadar kalau Tuhan itu menempatkan kami sekeluarga di Lagos ini untuk maksud tertentu. Bukan hanya Irwan saja yang dikirim, tapi setiap diri kami juga memang dikirim kesini untuk melayani. Saya mohon doa teman-teman sekalian untuk kami sekeluarga, semoga kami diberikan semangat untuk belajar bahasa India agar kami dapat lebih mudah mengasihi dan menjangkau keluarga-keluarga India di komplek rumah kami, bukan hanya keluarga-keluarga dari Tiongkok, sebab bahasa tetap menjadi faktor penting untuk memperkenalkan Kristus kepada bangsa-bangsa lain
/ Kisah Marwati ditulis oleh Lislianty Lahmuddin Nafiri SEPTEMBER 2015
NAFIRI SEP15 print.indd 123
123
9/23/15 6:52 AM
Erwin Tenggono
Tinggi besarrrrrrrr ... hahaha .... no. orang yang mengenal Erwin Tenggo Mungkin itu pemikiran sebagian yang a ar tersenyum dengan gaya khasny Seorang Bapak yang humoris, gem etiwi diangkat di kepala sambil ketawa-k duduk menyandar di kursi, tangan inya ggal 2 Desember, sedangkan istr dan bersiap meledek ini lahir tan Desember. (Fang Fang) lahir pada tanggal 21 g Komisi tahun lalu saat membahas tentan Saya mengenal beliau beberapa nannya. um mengenal beliau dari sisi pelaya Pemuda. Namun, saya justru bel 124 KASIH YANG PEDULI KEPADA SESAMA
NAFIRI SEP15 print.indd 124
9/23/15 6:52 AM
/ Humprey / Akhirnya setelah berkali-kali malu-malu untuk diwawancarai, yuk mari kita simak bincang-bincang bersama Erwin Tenggono: Humprey (H): Bisa Bapak jelaskan mengenai bidang yang Bapak jabat dalam kemajelisan? Bagaimana juga menurut pendapat Bapak tentang bidang tersebut? Erwin (E): Saya melayani di bidang persekutuan, yang paling banyak pasukannya karena membawahi semua komisi yang ada di gereja. dari anakanak hingga ke Kaleb dan juga bagian Pemerhati dan Pelawatan. Sasaran bidang ini adalah bagaimana semua jemaat bisa berhubungan erat dalam satu kasih persaudaraan yang saling memperhatikan, mendoakan dalam satu tubuh Kristus. Bagi saya pribadi, bidang ini dipakai Tuhan agar dapat melihat bagaimana suatu gereja bertumbuh dalam jemaatnya, bagaimana melihat pelayanan yang ada dalam satu keluarga, dan bagaimana satu keluarga Kristen dibentuk Tuhan sejak anak mereka di sekolah minggu hingga orangtuanya yang terlibat dalam pelayanan. H: Bapak menjabat sejak kapan dan bagaimana ceritanya Bapak bisa dipercaya untuk memegang kepengurusan tersebut? E: Ini adalah periode ke-2 saya dipercaya bertugas di bidang ini di kemajelisan, jadi sejak periode kemajelisan 2012–2015 dan juga sekarang 2015–2018. Jika Tuhan izinkan, sampai selesai periode. Saya tidak terlalu paham bagaimana mekanismenya, tetapi majelis mempercayakan semua kepada gembala, ketua majelis yang terpilih, dan ketua majelis lama dalam menetapkan peran anggota majelisnya. H: Apa yang pertama kali Bapak lihat dan perlu diperbaiki saat melihat bidang tersebut? Apa yang menjadi cita-cita Bapak untuk meningkatkan bidang tersebut? E: Pertama kali menjadi majelis, belajar dan berdoa karena kaget, banyak komisi Nafiri SEPTEMBER 2015
NAFIRI SEP15 print.indd 125
125
9/23/15 6:52 AM
dan setiap komisi pasti ada benturan dan masukan dari jemaat. Jadi belajar sabar. Jadi awalnya saya yang dibentuk, saat itu kami mencoba memikirkan bagaimana jemaat bisa bertumbuh, kenyamanan tempat, format persekutuan dan lain-lain. H: Apa yang sudah Bapak lakukan dan Bapak raih selama masa kepengurusan tersebut? Apakah Bapak puas dengan hasil yang dicapai dan mengapa? E: Pelayanan milik Tuhan, tidak berani klaim prestasi. Kita hanya melakukan yang terbaik. Sukacita terbesar jika jemaat bertumbuh, hubungan kasih Kristus seperti jemaat mula-mula dalam Kisah Para Rasul bisa tercermin. Alangkah bahagianya. Dan yang paling bahagia, di kala melihat keluarga dan anak-anaknya yang sejak di Komisi Anak dipakai dan dibentuk Tuhan hingga akhirnya melayani Tuhan. Seperti yang Yosua sampaikan, “Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada Tuhan.� Saya percaya makna beribadah di sini dipakai dan diperkenankan Tuhan untuk melayani-Nya. H: Apa yang menurut Bapak belum berhasil dikembangkan dalam kepengurusan tersebut? Bagaimana saran Bapak? E: Tantangan terbesar: Pemuda. Pemuda kita benar-benar hilang, terkesan mereka lebih senang beribadah hari Minggu dibandingkan persekutuan. Atau bahkan mereka mungkin terlibat persekutuan di gereja lain. Tantangan dan pergumulan hal pemuda ini masih terus berlanjut hingga sekarang. Bagaimana pemuda-pemudi Injili tidak meninggalkan gereja dan imannya. Kelak pemimpin gereja harus dari mereka. Tantangannya ada perubahan generasi, perilaku dan budaya. Bagaimana kita bisa menjembatani isu budaya ini. Tanpa memisahkan budaya, Tuhan ataupun gereja. Karena budaya juga karya Allah. Tantangan kedua; Kelompok kecil. Memikirkan bagaimana kelompok kecil bisa ada sukacita dalam persekutuan dan rindu untuk berjumpa, berdoa dan memperhatikan. Mungkin kita ini orang kota besar ya, jadi susah kalau diajak kumpul; karena sibuk, waktu, dan macet. Jadi bidang pemerhati dan pelawatan juga butuh orang-orang yang memang terbeban dalam hal itu. Last but not least: Kaleb (kaum lansia). Kayaknya sekarang yang sudah Kaleb enggan mau masuk Kaleb, khususnya bapak-bapak. Hahahaha ... saya juga bapak bapak nih. 126 KASIH YANG PEDULI KEPADA SESAMA
NAFIRI SEP15 print.indd 126
9/23/15 6:52 AM
H: Pergumulan/masalah apa yang Bapak alami saat menjalani kepengurusan ini? Doa/ayat apa yang mungkin menguatkan Bapak atau mungkin ada rekan-rekan sepelayanan yang menguatkan Bapak? Bisa tolong di-share? E: Pergumulan, ya pergumulan jadi majelis. Tetap merasa senang menerima anugerah, masih bisa dipilih Tuhan untuk bisa melayani Dia. Siapa kita yang dilayakkan melayani Bapa? Tantangan mungkin yang tertulis dalam surat Titus mengenai syarat penatua. Bagaimana kita terus berusaha menjaga semua itu. Semoga rekan dan jemaat juga terus mendoakan kita. Tanpa itu, majelis tidak akan kuat. Kita semua sama, ada kelemahan dan kekuatan. Semua punya emosi dan semua juga pasti punya kesibukan. Kita dipilih melayani. Mohon doa senantiasa untuk kami semua majelis Biodata • Nama : Erwin Tenggono • Istri : Fauziah (Fang Fang) • Anak-anak : Girvan, Helena, Inglebert dan John (keluarga kami: EFGHIJ) Riwayat pelayanan: Pembimbing di Komisi Pemuda, mentor GKGW di Komisi Pasutri, lalu Majelis di Bidang Persekutuan. -Moto hidup-
Find meaning and leave a legacy, do utmost and the rest is Lord.
Nafiri SEPTEMBER 2015
NAFIRI SEP15 print.indd 127
127
9/23/15 6:52 AM
ONE DIRECTION GENERATION
Waktu: 10-12 Agustus 2015 | Lokasi: 3G Resort, Gadog Pembicara: GI Feri, GI Luke, dan Bpk.George | Jumlah: 32 peserta
NAFIRI SEP15 print.indd 128
9/23/15 6:52 AM
NAFIRI SEPTEMBER 2015
NAFIRI SEP15 print.indd 129
129
9/23/15 6:52 AM
ASI ND
KOME RE
(Apakah Rahasiamu? : Bebas karena Pengakuan)
130 KASIH YANG PEDULI KEPADA SESAMA
NAFIRI SEP15 print.indd 130
9/23/15 6:52 AM
Nafiri SEPTEMBER 2015
NAFIRI SEP15 print.indd 131
131
9/23/15 6:52 AM
132 KASIH YANG PEDULI KEPADA SESAMA
NAFIRI SEP15 print.indd 132
9/23/15 6:52 AM
Aaron Stern adalah seorang pastor the MILL, pelayanan dari kampus New Life Church di Colorado, Amerika Serikat. Beliau juga merupakan pembicara tetap di konferensi dewasa muda seluruh Amerika dan pendiri LEAD network, sumber daya nasional yang melatih pendeta dewasa muda.
/ Lily Ekawati /
Nafiri SEPTEMBER 2015
NAFIRI SEP15 print.indd 133
133
9/23/15 6:52 AM
Judul : Agent of Secret Stuff Genre : Comedy Action Durasi : 35 menit Hyperlink : https://www.youtube. com/watch?v=kMy-6RtoOVU 134 KASIH YANG PEDULI KEPADA SESAMA
NAFIRI SEP15 print.indd 134
9/23/15 6:52 AM
Â
Judul : A Very Sleeping Beauty Genre : Comedy Cartoon Durasi : 3 menit 13 detik (Digital Animation Showcase) Hyperlink : https://www.youtube. com/watch?v=nhmBJX57ZIQ
Nafiri SEPTEMBER 2015
NAFIRI SEP15 print.indd 135
135
9/23/15 6:52 AM
Judul : Laundry Quandary Genre : Comedy Cartoon Durasi : 3 menit 48 detik (Digital Animation Showcase) Hyperlink : https://www.youtube. com/watch?v=TnyRwi_C4_4
Judul : First Duty of Love (Drama Short Film // Viddsee.com) Genre : Drama Durasi : 9 menit 24 detik Hyperlink : https://www.youtube. com/watch?v=9XzN2RVFli0 136 KASIH YANG PEDULI KEPADA SESAMA
NAFIRI SEP15 print.indd 136
9/23/15 6:52 AM
Judul : What If Money Did Not Exist (Short Film) Genre : Comedy Drama Durasi : 7 menit 38 detik Hyperlink : https://www.youtube.com/ watch?v=_dDctwulssY
Judul : The Story of Lego Genre : Documentary Cartoon Durasi : 17 menit 9 detik Hyperlink: https://www.youtube. com/watch?v=zwy5UP_013s
Nafiri SEPTEMBER 2015
NAFIRI SEP15 print.indd 137
137
9/23/15 6:52 AM
/ Thomdean /
Tiga orang pendeta duduk membahas posisi terbaik untuk berdoa. Kebetulan seorang tukang telepon sedang memperbaiki tiang telepon di dekat situ. "Berlutut itu posisi terbaik," kata pendeta pertama. "Tidak," bantah yang lain. "Saya merasakan jamahan Tuhan jika saya berdiri sambil mengangkat kedua tangan." "Kalian berdua salah," potong yang ketiga. "Posisi doa yang paling efektif itu menelungkup, wajah menyentuh lantai." Tukang telepon itu gatal mendengarnya. "Halo bapak-bapak dengar ya ...,� ia menyela. "Doa terbaik yang pernah saya lakukan adalah saat bergantung terbalik di tiang telepon!"
Pendeta berencana akan meminta persembahan kepada jemaat untuk merenovasi gedung gereja. Untuk mengundang simpati jemaat, dia ingin pengumuman itu diiringi dengan sebuah lagu rohani. Tapi sayang, pianis gereja sedang sakit dan pada menit-menit terakhir digantikan oleh seorang pianis cadangan. Dalam keadaan terburu-buru, sang pendeta berkata pada pianis, "Ini susunan liturgi kebaktian. Ketika Anda mendengar pengumuman renovasi gereja, pikirkanlah sebuah lagu yang cocok untuk mengiringinya." Setelah khotbah, pendeta mengumumkan, "Jemaat yang dikasihi Tuhan, kita dalam kesulitan besar. Gereja tua ini harus diperbaiki dengan segera sebelum keadaannya bertambah parah. Untuk itu, kita membutuhkan dana sebesar 100 juta rupiah. Bagi Anda yang ingin memberi persembahan, saya minta untuk berdiri." Pendeta memberi kode agar pianis itu mengiringinya dengan lagu. Dan pianis cadangan itu memainkan lagu "Indonesia Raya". Sejak mulai hari itu, pianis cadangan itu menjadi pianis tetap! 138 KASIH YANG PEDULI KEPADA SESAMA
NAFIRI SEP15 print.indd 138
9/23/15 6:52 AM
Beberapa tahun yang lalu saya mendengar sebuah cerita yang saya harap akan menenangkan mereka yang merasa sering diejek dengan kalimat, "Jika saja imanmu kuat engkau tidak akan ...." Waktu itu saya sedang mendengarkan seorang wanita menelepon seorang pendeta dalam sebuah siaran radio. Pendeta itu adalah seorang pria yang bijaksana. Suaranya yang lembut seakan bisa menghilangkan segala rasa takut. Wanita itu–yang jelas terdengar sedang menangis–berkata, "Pendeta, saya dilahirkan buta, dan saya sudah buta sepanjang hidup saya. Saya tidak keberatan menjadi buta tetapi ada beberapa teman saya yang mengatakan bahwa jika saja iman saya kuat maka saya akan bisa disembuhkan." Pendeta itu bertanya kepadanya, "Apakah Anda selalu membawa tongkat penuntun Anda kemana pun Anda pergi?" "Ya," jawab wanita itu. Lalu pendeta itu mulai menasehati, "Jika mereka mengejekmu lagi dengan kata-kata seperti itu, pukullah mereka menggunakan tongkatmu itu dan katakan, 'Jika saja imanmu kuat, kamu pasti tidak akan merasa sakit!’"
Seorang remaja duduk di gereja untuk mengikuti kebaktian. Pada saat kotak persembahan diedarkan, ia dengan segera membuka dompetnya dan memasukkan seribu rupiah ke dalam kotak persembahan itu. Tiba-tiba, seorang bapak yang duduk dibelakangnya menepuk pundaknya dan memberikan uang 100 ribu kepada remaja itu. Remaja itu tersenyum, memasukkan uang 100 ribu itu ke dalam kotak persembahan, dan menatap sekilas dengan rasa kagum pada bapak yang sangat pemurah itu. Tak lama kemudian Bapak dibelakangnya kembali menepuk pundaknya dan dia mendengar bisikan dari arah belakang, “Nak, uang 100 ribu itu tadi jatuh dari dompetmu.” (dari berbagai sumber) Redaksi NAFIRI menyambut sumbangan humor untuk rubrik Nafiri HAHAHA! Silakan mengirimkan tulisan ke email: nafiri@gkybsd.org Nafiri SEPTEMBER 2015
NAFIRI SEP15 print.indd 139
139
9/23/15 6:52 AM
察验神旨的新生活
经文:罗 12:1-‐2
不论每天的光阴如何, 我们都会以某种 经文:罗 12:1-‐2 方式在生活。怎样的生活方式才是有意义
不论每天的光阴如何,我们都会以某种方式在生活。
的,是我们每一个人都要认真思想的一个
怎样的生活方式才是有意义的,是我们每一个人都要认真 问题。这个世界上对人生的意义有多种的
思想的一个问题。这个世界上对人生的意义有多种的看法, 看法,也提供了很多的渴望与追求,但是 也提供了很多的渴望与追求,但是不一定与上帝的标准一 不一定与上帝的标准一样。真理的标准在 上帝的手中,所以我们的生活和思想只有 样。真理的标准在上帝的手中,所以我们的生活和思想只 归回到上帝的里面才有真正的价值和意义。
有归回到上帝的里面才有真正的价值和意义。罗马书十二 罗马书十二章 1 至 2 节是两节我们非常熟
章 1 至 2 节是两节我们非常熟悉的经文,当最初的读者明 悉的经文,当最初的读者明白上帝的作为
白上帝的作为是那么伟大之后,他们也许会问:现在我们 是那么伟大之后,他们也许会问:现在我 们应该遵行什么样的行为准则?保罗教导 应该遵行什么样的行为准则?保罗教导他们,在生活中要 他们,在生活中要明白上帝的旨意如何。 明白上帝的旨意如何。
/ Chen Xian Jin /
Penulis adalah mahasiswa program Mandarin STTB, Bandung 140 KASIH YANG PEDULI KEPADA SESAMA
NAFIRI SEP15 print.indd 140
9/23/15 6:52 AM
却不辩驳,有的只是那无尽的沉默与沉痛的呼吸。 那曾誓死要跟随他,爱他的人,已远远地散去了, 阴毒的恶计,有如荆棘将他无辜的额头刺破。 曾被香膏抹擦的尊贵身躯,如今何竟鲜血淋漓? 空气 一、 献上身体为祭(1 节) 中弥漫着那带刺鞭声的狂吼,仿佛要将这道成的肉身撕裂; 保罗说「所以,弟兄们,我们以上帝的慈悲劝你们」, 肮脏的唾沫吐在血迹斑斑的脸庞;血肉模糊,颤抖发烫的单 “所以”表明保罗现在开始讲的,是建立在他前面已经讲 薄之体,用那纵横重叠的伤口背起了天地间最沉重粗糙的木
头;一道道催逼的鞭子,叫他无法停歇,步履蹒跚的赴向那 过的那些话的基础上;上帝是“慈悲”的上帝,在基督里 被称为骷髅地的各各他。 救赎了祂的子民,现今基督徒对上帝的顺服乃是他对上帝 十字架从地上被举起吊挂,良善的夫子赤裸,一位母亲的心被大刀刺透,
在基督里为他所成就之事的回应,是他对上帝感恩的表现。
同钉的强盗也将他辱骂。
「将身体献上」 , “身体”是指我们整个人,献上去给主是 “以罗伊!以罗伊!拉马撒巴各大尼?”这声音,从尘世升入高天。 日头蒙羞,大地震颤,千万天使掩面哭泣。
一个完全的奉献,把我们的主权交给主,让主在我们身上
一位父亲的心如幔子裂开了,为赎逆子,他全然将爱子舍弃于滚滚红尘。
源自内心深处的痛:是我。。。是我。。。是我。。。是我日日的过犯,抽得他 支配、管理,就像旧约的燔祭,是一个完全的摆上和彻底 满身鞭伤,是我肆意的罪孽,要钉穿他手脚来偿。是我无尽的污秽与羞耻,要
的奉献。一个真正合神心意的生活,乃是以上帝为生命的 刺透他肋旁………
那一刻,我深信不是铁钉,而是爱,让他如此张开双臂,敞开胸膛,用那 中心,以感恩为生命的动力,推动自己符合上帝旨意的生
被固定的双脚屹立于天地之间,怀抱着整个宇宙的灵魂。
活。上帝对我们的恩典高深莫测,在那位完全爱我们的上 “成了! ” 从此,千古的奥秘如磐石裂开,罪的毒钩折断,死的权势失丧,坐在黑暗
帝面前,我们也要有一颗完全奉献的心作为回应。献上我
中的百姓看见了大光,哭泣在角落中的奴隶们得到全然的释放。
面对这受苦的弥赛亚,那不认主却又回头的彼得说:“基督既在肉身受苦, 们的心,完全按照上帝的意思成就;献上我们的眼,喜悦 我们也当将这样的心志作为兵器……….”
上帝安排的道路;献上我们的手,殷勤火热、甘心乐意地 一、 献上身体为祭(1 节) 牢,被鞭打,被石头扔……….” 事奉上帝。这样的奉献是理所当然的,因为这是罗马书一 众教会啊!耶稣那曾经的询问与教导此刻是否还响彻你我的耳边?听!那来 保罗说「所以,弟兄们,我们以上帝的慈悲劝你们」, 至十一章的自然结果。 自永恒的声音: “我所喝的杯,你们能喝吗?我所受的洗,你们能受吗?” 上 “我所喝的杯,你们也要喝,我所受的洗,你们也要受! ” 二、 不要效法世界(2 节 上) 二、 不要效法世界(2 节 ) 仆人不能大于主人,服侍主的路当回报主恩,为主舍己。 「不要效法这个世界」,“效法”在原文是一个被动动 学生不能高于老师,服侍主的路当效法这受苦的弥赛亚。 「不要效法这个世界」,“效法”在原文是一个被动动 若是服侍可以高高在上,为何耶稣屈身洗渔夫税吏的脚? 词,意思是“被引导,被塑造” ; “世界”,原文直译为“世 若是服侍可以抉择安逸,为何耶稣要倾尽一生去背负屈辱的十字架? 词,意思是“被引导,被塑造”; “世界”,原文直译为“世 代”,更确切地说,当保罗负面地谈论“世代”时,他所 ——玛郎圣道神学院:任涛 代”,更确切地说,当保罗负面地谈论“世代”时,他所 指的是与信主之前的生命有关的一种价值观。当一个信主 Nafiri SEPTEMBER 2015 141 指的是与信主之前的生命有关的一种价值观。当一个信主 之前,他的价值观被这个世界影响,这种价值观也会导致 之前,他的价值观被这个世界影响,这种价值观也会导致 他某一种的行为,当他信主以后,他还是不断地生活在外 NAFIRI SEP15 print.indd 141 9/23/15 他某一种的行为,当他信主以后,他还是不断地生活在外 想起这受苦的弥赛亚,那曾被大光击倒的保罗说:“我为基督多受劳苦,下监
6:52 AM
二、 不要效法世界(2 节 上 ) 「不要效法这个世界」,“效法”在原文是一个被动动 词,意思是“被引导,被塑造” ; “世界”,原文直译为“世 代”,更确切地说,当保罗负面地谈论“世代”时,他所 指的是与信主之前的生命有关的一种价值观。当一个信主 之前,他的价值观被这个世界影响,这种价值观也会导致 他某一种的行为,当他信主以后,他还是不断地生活在外 在世界的压力下,属世的生活方式还是会影响他。因此保 罗命令当时的读者不要效法这个世界。这个世界的价值观 未必全部都是坏的,但是当基督进入我们的生命时,这种 价值观应该被彻底淘汰,让以基督为中心的价值观来替代。 我们每一位信主的人,在每天的生活中都要警醒,不要因 为看我们周围的人的生活而被他们所影响,不要被他们的 一、 献上身体为祭(1 节所以,弟兄们,我们以上帝 价值观所改变,要多想想如果的是基督,祂在这样的环境 的慈悲劝你们」, 里面会如何生活,并且让我们依靠圣灵的能力,努力活出 二、 不要效法世界(2 节 上 ) 与这个世界有别的生活。 三、 心意更新变化(2 节 中 ) ,“变化”是现在式被动语态命令 「心意更新而变化」
语气,这是以上帝为主词的被动语态,表示的是“要让你 们自己继续不断被上帝改变” ; “更新”不是一刹那的改变, 它是生命旅程中的持续过程。这种改变在一天又一天的挣 扎中进步,使得基督徒愈来愈接近上帝为他塑造的生命。 不要效法世界并不意味着我们就一层不变,我们也要转变, 这个转变是透过我们在基督里心思意念的更新。现今当我 们在这个世界上的时候,已经得着更新和改变的能力,但 是我们必须寻求并顺从圣灵的引导,让圣灵畅通无阻地在 142 KASIH YANG PEDULI KEPADA SESAMA
我们心里运行,使得我们被模造成与上帝的独生子耶稣基 督相似,与上帝的性情有分。更新是一生的事情,也充满
NAFIRI SEP15 print.indd 142
着挑战,灰心失败的时候要继续仰望上帝,在上帝无限的
9/23/15 6:52 AM
扎中进步,使得基督徒愈来愈接近上帝为他塑造的生命。 不要效法世界并不意味着我们就一层不变,我们也要转变, 这个转变是透过我们在基督里心思意念的更新。现今当我 们在这个世界上的时候,已经得着更新和改变的能力,但 是我们必须寻求并顺从圣灵的引导,让圣灵畅通无阻地在 我们心里运行,使得我们被模造成与上帝的独生子耶稣基 督相似,与上帝的性情有分。更新是一生的事情,也充满 着挑战,灰心失败的时候要继续仰望上帝,在上帝无限的 怜悯和恩典中刚强起来,继续朝上帝所给我们的目标奔跑。 借着认识福音、依靠圣灵的能力以及对来世的盼望,不定 睛这个必要过去的世界,我们的思想一定会被重塑。想上
帝所想的,爱上帝所爱的,恶上帝所恶的,使自己的生命
更讨上帝的喜悦。
保罗以上三个命令的目的是为了叫读者“察验”出什 么上帝的旨意(2 节 下 ),他将上帝的旨意描述为善良的、 纯全的与可喜悦的。上帝的旨意似乎超乎人的理解,但是 基督徒却是可以从某个角度来略略体会的。我们需要的做 的是把自己完全摆上,更新自己的价值观与世人不同,并
且放手让圣灵来管理,在圣灵的引导下而改变自己。只有 这样,我们才能敏锐地察验出在各个环境中怎样的行为才 符合上帝的旨意。在这个容易使人模糊世界中,一直过一 个察验上帝旨意的生活,我们的生命也会愈来愈成熟。 Nafiri SEPTEMBER 2015
NAFIRI SEP15 print.indd 143
143
9/23/15 6:52 AM
Sub Bidang Pelayanan Sosial (Diakonia) GKY BSD
144 KASIH YANG PEDULI KEPADA SESAMA
NAFIRI SEP15 print.indd 144
9/23/15 6:52 AM
/ Pingkan Palilingan /
ok-tok-tok!” Suara palu di sebuah ruko menembus keributan lalu lintas. Tiga gedung ruko di sisi utara BSD Junction itu sibuk bersolek beberapa bulan terakhir ini. “Awal September kami akan pasang papan nama di sana,” Henry Sutrisno menunjuk ke satu dinding putih yang masih kosong. “’Klinik Shalom’, begitu nanti tertulis di sana.”
Nafiri SEPTEMBER 2015
NAFIRI SEP15 print.indd 145
145
9/23/15 6:52 AM
Di sebuah siang yang terik di suatu akhir pekan, tim N afi ri menyambangi tiga deret ruko yang terletak di ujung kompleks BSD Junction. Tepat berseberangan dengan mal ITC BSD, disanalah Klinik Shalom milik GKY BSD nantinya akan bertempat. Tunggu, bukannya GKY BSD sudah punya klinik? Kok gereja bangun klinik lagi? Simpanlah dulu pertanyaan pembaca. Di artikel ini pembaca akan mendapatkan preview perdana mengenai Klinik Shalom. Rasio yang Tak Seimbang Sudah hampir 15 tahun lamanya klinik GKY BSD melayani masyarakat yang memerlukan. Bermula dari rumah kontrakan di belakang gereja, yang pada saat itu masih belum berstatus klinik, hingga sekarang yang terletak di extension gedung GKY BSD. Bukan hanya jemaat GKY saja yang datang ke klinik tersebut, namun juga warga Tangerang Selatan (Tangsel) yang bermukim di sekitar gereja. Akan tetapi, dengan pertumbuhan penduduk Tangsel yang melejit, rasio klinik kesehatan dengan penduduk bisa dikatakan timpang. Meski sistem asuransi kesehatan nasional BPJS membaik, namun fasilitas kesehatan yang tersedia di wilayah Tangsel masih minim.
Berdasarkan data yang didapat oleh Sub Bidang Pelayanan Sosial GKY BSD, jumlah Klinik Pratama di daerah Tangsel hanya ada 7, ditambah 4 Puskesmas dan 2 dokter pribadi yang bekerjasama dengan BPJS. Bila dibandingkan dengan penduduk Tangsel yang berjumlah 1,45 juta jiwa, masyarakat bukannya semakin mudah berobat tetapi malah semakin sulit karena kurangnya fasilitas kesehatan. Metamorfosis Klinik Lama GKY BSD Merasa terpanggil untuk menjawab masalah tersebut, Tim Klinik Shalom dari Sub Bidang Pelayanan Sosial GKY BSD menyusun rencana untuk memperbesar kapasitas pelayanan klinik gereja.
146 KASIH YANG PEDULI KEPADA SESAMA
NAFIRI SEP15 print.indd 146
9/23/15 6:53 AM
Rapat tim klinik
Maka lahirlah Klinik Shalom, dengan kapasitas yang lebih besar dan peralatan yang lebih lengkap dari klinik yang lama. Kalau klinik lama hanya mengakomodir pelayanan dokter umum dan dokter gigi, maka klinik baru melayani dengan fasilitas yang lebih banyak. Bukan hanya dokter umum dan dokter gigi saja, nantinya akan ada pelayanan kesehatan ibu dan anak, termasuk layanan bidan. Selain itu di klinik baru juga terdapat laboratorium sederhana, apotek, serta fasilitas rehabilitasi medik/fisioterapi yang ditujukan untuk pasien yang membutuhkan rehabilitasi karena penyakit tertentu (misalnya pasien asma, stroke atau patah tulang) layanan dokter spesialis seperti jantung juga rencananya akan dihadirkan di Klinik Shalom, namun untuk saat ini belum bisa dipastikan
layanan spesialis apa lagi yang nantinya akan ditambahkan. Berbeda dengan klinik lama yang hanya buka tiap hari Selasa dan Kamis, Klinik Shalom akan buka 6 hari tiap minggunya, dari Senin hingga Sabtu. Tiap hari terdapat tiga shift; tiap shift terdiri dari 4 jam, yakni pagi (08.00–12.00), siang (12.00–16.00), dan sore (16.00–20.00). Untuk hari Sabtu hanya ada dua shift saja yaitu dari pukul 08.00–14.00 dan 14.00– 20.00. Dengan fasilitas yang lebih banyak dan juga jam buka yang lebih aktif, tentunya pasien yang nanti dilayani akan lebih banyak dibandingkan dengan klinik lama. Ketika klinik baru sudah beroperasi, klinik lama di gereja akan ditutup. Nantinya, gereja akan menyediakan shuttle gratis untuk menjemput pasien dari gereja ke klinik yang baru. Nafiri SEPTEMBER 2015
NAFIRI SEP15 print.indd 147
147
9/23/15 6:53 AM
Floor Plan “Tok-tok-tok!” Bunyi palu semakin keras dan berirama ketika kami masuk ke dalam ruko warna-warni itu. Dengan posisi yang strategis di pusat BSD ditambah dengan lokasinya yang berhadapan dengan jalan raya, klinik ini nantinya akan mudah diakses oleh warga setempat dengan angkutan umum. Dipandu oleh Henry, selaku anggota Tim Klinik Shalom yang mengawasi langsung renovasi klinik, tim Nafiri diajak berkeliling ruko empat lantai tersebut. “Ruko ini dipinjamkan oleh sinode kepada GKY BSD untuk klinik Shalom,” kata Henry. “Untuk seluruh operasi klinik, sementara ini kami hanya akan menggunakan seluruh lantai satu,” lanjutnya.Hal ini demi memudahkan pasien, agar tidak perlu naik turun tangga. Ketika Nafi r i berkunjung, tembok beberapa ruangan sedang dipoles oleh beberapa tukang. Kaleng cat terlihat menumpuk di beberapa sudut ruangan. Nampaknya renovasi klinik ini hampir rampung. “Target kami, bulan Oktober mendatang klinik ini sudah beroperasi.
Awal September papan nama, meja pendaftaran, dan alat-alat akan dipasang,” kata Henry. Meski terlihat kecil dari luar, ternyata gedung ini luas sekali di bagian dalamnya. Memasuki ruko, pasien akan disambut oleh meja pendaftaran dan ruang tunggu. Pada saat kami berkunjung, lantai satu sudah dipisahkan dengan sekat-sekat ruangan. Lantai dua, tiga, dan empat tertutup untuk publik. Di lantai dua, terdapat beberapa ruangan yang nantinya akan dijadikan kantor untuk dokter-dokter yang bertugas. Terdapat juga ruangan luas yang rencananya akan dijadikan ruang rapat. Sementara itu, lantai tiga dan empat masih kosong. Hingga kini, masih belum ada rencana konkrit untuk penggunaan lantai tiga dan empat. Masih Berusaha Mendapatkan Izin dari BPJS Apabila semua berjalan dengan lancar, maka Oktober adalah bulan pertama Klinik Shalom beroperasi. Namun begitu, bukan berarti persiapan klinik baru ini bukan tanpa pergumulan.
148 KASIH YANG PEDULI KEPADA SESAMA
NAFIRI SEP15 print.indd 148
9/23/15 6:53 AM
“Saat ini kami sedang berusaha melengkapi persyaratan agar klinik ini nantinya bisa bekerja sama dengan BPJS,� ujar dr. Hardja Priatna, salah satu dokter yang merupakan anggotaTim Klinik Shalom. Dr. Hardja, yang nantinya juga akan praktek di klinik baru sebagai dokter spesialis jantung, memohon jemaat untuk mendukung renovasi klinik ini dalam doa. “Kami harap bulan Maret tahun depan klinik ini sudah berjalan sebagai fasilitas Klinik Pratama dari BPJS,� lanjutnya. Di samping perizinan BPJS yang tengah diproses, hingga artikel ini ditulis, Klinik Shalom juga tengah mencari SDM untuk beberapa posisi seperti dokter umum dan dokter gigi (full-time/part-time), beberapa dokter spesialis, perawat, asisten apoteker, hingga posisi kasir dan admin. Seluruh anggota tim yang terlibat yang terlibat berharap Tuhan akan mengutus orangorang yang tepat untuk posisi yang tersedia. Tentunya, itu juga yang menjadi harapan jemaat untuk Klinik Shalom. Kiranya klinik ini akan menjadi saluran berkat dan kasih Kristus bagi masyarakat sekitar
Nafiri SEPTEMBER 2015
NAFIRI SEP15 print.indd 149
149
9/23/15 6:53 AM
S
aat me n de n gar tentang mukjizat air menjadi anggur dalam khotbah Pendeta Joni Sugicahyono, saya terdorong untuk menuliskan pengalaman yang saya alami saat liburan bersama keluarga pada bulan Juni 2015. / Lislianty Lahmuddin /
Awalnya saya ingin membatalkan niat saya ini karena anak saya bilang dia malu. “Masa dicerita-ceritain ke orang banyak sih,” katanya. Namun saya kemudian berpikir ulang mengingat apa yang dikatakan Pdt. Joni,”... mukjizat tidak berhenti begitu saja, tapi mukjizat harus berakhir dengan nama Tuhan yang dimuliakan, sehingga dapat membawa orang menjadi percaya kepada Tuhan Yesus.” Peristiwa-peristiwa kecil yang mengherankan yang kita alami dalam kehidupan sehari-hari mungkin bisa juga disebut sebagai sesuatu yang sangat luar biasa–bahkan sebagai sebuah ‘mukjizat’–yang bisa membuat nama Yesus semakin dimuliakan. Saya akan menceritakan pengalaman keluarga saya saat liburan sekolah yang lalu. Kami sekeluarga memutuskan pergi ke beberapa negara di Eropa tanpa ikut rombongan wisata padahal ini merupakan pengalaman pertama bepergian ke Eropa. 150 KASIH YANG PEDULI KEPADA SESAMA
NAFIRI SEP15 print.indd 150
9/23/15 6:53 AM
Beberapa bulan sebelum kami memutuskan membeli tiket pesawat, ternyata saya didiagnosis menderita usus buntu karena perut bagian kanan semakin sering terasa nyeri. Kami memutuskan untuk membereskan masalah ini terlebih dahulu. Kami mencari second opinion, dan puji Tuhan ternyata akhirnya saya dinyatakan tidak ada masalah usus sama sekali. Kami pun memutuskan untuk melanjutkan rencana pergi ke Eropa. Kami segera hunting tiket pesawat, hotel, Eurorail, dan mengurus berbagai keperluan untuk perjalanan ini. Walaupun kepergian kami sempat tertunda, ternyata Tuhan menyediakan waktu yang tepat untuk kami hingga dapat mencapai Jungfraujoch, puncak salju abadi tertinggi di Eropa, saat cuaca begitu cerah dan nyaman. Kami dapat ke luar dan menikmati salju untuk pertama kalinya. Bagi kami ini sudah membuat kami demikian bersyukur akan kemurahan Tuhan. Saya teringat cerita seorang teman yang tidak bisa melihat apa-apa saat berkunjung ke lokasi yang sama beberapa minggu sebelumnya. Cuaca di luar sangat berawan dan kecepatan angin juga sangat tinggi. Dua tahun sebelumnya, dia juga mengalami hal yang sama di sana. Dua kali berkunjung dan tidak bisa ke luar sama sekali untuk menikmati keindahan salju abadi. Perjalanan di Eropa kami lakukan dengan menggunakan kereta api. Hari pertama tiba di Roma, setelah kami meletakkan barang-barang di hotel, kami langsung pergi naik kereta ke Vatican City. Cukup merepotkan karena harus mencari-cari peronnya dan bertanya sana-sini, padahal banyak yang tidak bisa berbahasa Inggris. Dengan berjalan cepat untuk mengejar waktu, akhirnya ketemu juga kereta subway tujuan ke Stasiun Cipro. Ada petunjuk nama-nama stasiun yang akan dilalui di dinding, dan kami cepat-cepat berlari karena keretanya sudah ada. Anak perempuan saya, yang usianya 13 tahun, cepat-cepat mau masuk ke dalam kereta, tapi saya suruh tunggu dulu karena suami dan anak laki-laki saya masih berlari dari eskalator. Nafiri SEPTEMBER 2015
NAFIRI SEP15 print.indd 151
151
9/23/15 6:53 AM
Setelah mereka hampir tiba di dekat kereta, tau-tau anak perempuan saya masuk ke dalam kereta, dan saya juga mencoba ikut masuk. Namun saat satu kaki saya melangkah ke dalam kereta, pintu kereta langsung tertutup. Secara refleks, saya bergerak mundur menarik kaki saya dan pintu pun tertutup. Anak perempuan saya sendiri yang berada di dalam kereta sedangkan kami bertiga masih di luar. Saya kaget sekali dan panik. Saya pencet-pencet tombol yang ada di pintu namun tidak mau terbuka. Akhirnya saya hanya berteriak, “Cipro ...! Cipro ...! Cipro ...! Ke Cipro yaa!” Dan kereta pun melaju dengan cepat. Kami bertiga–sambil ngos-ngosan campur shock–akhirnya menunggu kereta berikutnya yang akan lewat 3 menit lagi. Saya agak tenang karena tadi saya melihat ada 3 orang perempuan asing langsung berbicara dengan anak saya di dalam kereta itu. Saya berasumsi mereka pasti akan menunjukkan Stasiun Cipro. Kami bertiga cepat-cepat naik kereta berikutnya. Saya langsung mencari petunjuk di dalam kereta, Stasiun Cipro itu di perhentian yang ke berapa. Begitu saya lihat lebih seksama ... muka saya langsung pucat. Kami salah jalur kereta. Ternyata kami naik kereta yang arah sebaliknya yang justru menjauh dari Stasiun Cipro. Waduhhhhh ... jantung saya mau copot rasanya. Kaki langsung lemas ... dan saya langsung mau menangis. Suami pun ikut panik karena anak saya tidak membawa apa-apa sama sekali. HP-nya dititipkan pada saya, uang pun belum sempat saya bagi. Wah, bagaimana dia bisa tahu kalau dia juga tadi naik ke arah yang salah? Kalau dia tahu salah arah, apakah dia bisa mencari arah yang benar ke Cipro? Apakah ada orang yang mau berbaik hati menolong? Wah, dia perempuan lagi ... bagaimana kalau ‘dibawa’ orang, diapa-apain? Oh Tuhan apa yang harus kami lakukan? Melihat kepanikan kami, ada seorang pria yang berbaik hati dan dia juga bisa berbahasa Inggris. Dia mengajak kami ke luar di stasiun berikutnya dan menunjukkan arah seberang dimana kami bisa naik kereta ke Cipro. Kami pun berterima kasih kepadanya. 152 KASIH YANG PEDULI KEPADA SESAMA
NAFIRI SEP15 print.indd 152
9/23/15 6:53 AM
Tetapi, kepanikan kami masih berlangsung. Akhirnya kami memutuskan untuk berpisah. Suami akan melanjutkan menelusuri tiap stasiun dengan arah yang salah tadi, sedangkan saya dan anak laki-laki saya menuju Cipro. Di dalam kereta itulah saya terus-menerus berdoa dan sungguhsungguh merasakan Tuhan menenangkan saya. Entah bagaimana istilahnya ... tapi saat itu saya sungguh bisa merasa yakin, dan percaya Tuhan pasti akan menunjukkan dan memimpin anak perempuan saya itu untuk ke Cipro dan kami akan bertemu dengan dia di sana. Saya sudah mau menangis sepanjang perjalanan yang masih harus melewati delapan stasiun. Hati ini rasanya lemas sekali tapi juga rasanya yakin pasti ketemu. Semua campur aduk. Saya hanya bisa berdoa dan berdoa .... Setiap kereta berhenti di stasiun, mata saya mencari-cari apakah ada anak saya di situ. Kami tidak menemukan dia sampai akhirnya kami tiba di Stasiun Cipro. Ternyata, saya melihat dia sedang duduk sendirian di sana. Stasiun sudah sangat sepi. Tidak ada orang sama sekali. Begitu keluar dari kereta, kami langsung berpelukan dan menangis. Ya ... bagi kami keajaiban masih terjadi. Saya sungguh bersyukur kepada Tuhan. Dia telah menjaga dan mengantarkan anak saya sampai di Cipro tanpa kesulitan dan rintangan apa pun. Dari pengalaman-pengalaman kecil yang sangat luar biasa dalam perjalanan hidup kami ini, saya semakin menyadari bahwa kemampuan manusia sungguh terbatas. Semua perencanaan secara mendetail yang telah kita siapkan, tetap saja ada batasnya. Hal-hal yang di luar dugaan bisa terjadi. Tubuh kita bisa mendadak sakit, cuaca bisa mendadak tidak bersahabat dan tanpa disengaja kita bisa terpisah dengan anak seperti apa yang kami alami. Yang bisa kita lakukan adalah terus belajar dan belajar untuk selalu bergantung sepenuhnya kepada Tuhan. Janganlah mengandalkan kekuatan dan pikiran kita sendiri. Segalanya hanya bagi kemuliaan Dia, Tuhan kita yang sungguh tak terbatas .... Nafiri SEPTEMBER 2015
NAFIRI SEP15 print.indd 153
153
9/23/15 6:53 AM