Saudara-saudara terkasih,
Akhir-akhir ini saya merenungkan kitab Keluaran. Saya heran melihat beberapa kasus ketika bangsa Israel bersungut-sungut atau ‘nyebelin’ tapi teguran firman Tuhan seolah-olah ditujukan kepada Musa (Kel 14:1012, 15, 16:28). Saya terkadang mengalami perlakuan yang demikian, ketika anak buah yang bersalah teguran tetap ditujukan kepada saya. Hal ini membuat saya kesal, karena saya tidak ingin bertanggung jawab atas kesalahan yang dilakukan oleh orang lain. Sepertinya hidup yang paling enak adalah hidup individualis, yang tidak peduli kepada orang lain, dan tidak perlu bertanggung jawab atas apa yang terjadi pada orang lain. Pelayanan Musa kepada bangsa Israel ini menyadarkan saya untuk memahami bagaimana komitmen dia kepada tugas yang diberikan oleh Tuhan membuatnya dapat terus-menerus mau melayani bangsa yang sulit ini selama berpuluh-puluh tahun. Tema edisi ini “Sukacita dalam Mewartakan Injil”. Tidak seperti biasa, NAFIRI terbit dengan enam rubrik Event Notes. Ini membuktikan betapa dinamisnya kegiatan pelayanan di GKY BSD beberapa bulan ini. Dari Suara Gembala, Fokus, Lentera Misi, dan Refleksi, semuanya kental dengan nuansa misi. Tim NAFIRI juga sangat berterima kasih mendapat kontribusi dalam bentuk tulisan maupun kesempatan mewawancarai berbagai narasumber yang berkompeten. Rubrik Thought yang mengangkat perbincangan dengan beberapa narasumber sekaligus, menggugah keprihatinan bagi pelayanan youth. Bersyukur youth yang sangat mengasihi Tuhan telah menuangkan kesaksiannya dalam English Corner yang kiranya boleh menjadi berkat bagi kita semua. Tokoh Potret, Kesaksian, dan Shoot Majelis juga merupakan teladan hidup dalam melayani Tuhan dengan sukacita. Selamat membaca, semoga setiap tulisan yang ada di sini memberi inspirasi bagi saudara-saudara. Tuhan Yesus memberkati kita. Salam, Redaksi 2
SUKACITA DALAM MEWARTAKAN INJIL
NAFIRI JUN15.indd 2
Penasehat Pdt Joni Sugicahyono, M.Div. Pembina GI Feri Irawan, M.Div. Majelis sub. bid. Literatur Kevin Kowinto Pemimpin Redaksi Elasa Noviani Wakil Pemimpin Redaksi Deirdre Tenawin, Arina Palilingan Editor Hendro Suwito, Titus Jonathan Proof Reader Yati Alfian Creative Design Juliani Agus, Arina Palilingan, Christina Citrayani, Kezia Rusli, Abby Stefanus, Gabriel Neferet Illustrator Ricky Pramudita, Thomdean Fotografer Yahya Soewandono Penulis Anton Utomo, Arina Palilingan, Deirdre Tenawin, Elasa Noviani, Erwin Tenggono, Feri Irawan, Edna C. Pattisina, Hendro Suwito, Humprey, Nico Tanles Tjhin, Pingkan Isabella, Titus Jonathan Kontributor Chandra Arifin, Edy Gurning, Eddy Tan, Joni Sugicahyono, Lily Ekawati, Lislianty Lahmudin, Michael Tanos, Nathaniel Hendradi, Andriani Yoewono (Ria Yoe), Sarah Amanda Palilingan, Ren Tao, Timotius Witarsa Alamat Redaksi Sub bidang literatur GKY BSD Jl. Nusaloka E8/7 BSD Tangerang Telp/ Fax: 021-5382274 Email: nafiri@gkybsd.org
Kirimkan KRITIK, SARAN, SURAT PEMBACA dan ARTIKEL anda ke alamat redaksi ataupun lewat e-mail di atas
6/23/15 8:29 AM
Fokus
30 BERSAKSI adalah Perintah Serius 46 Mewartakan Injil Sebuah panggilan 54 View Point
Seandainya Andrew Chan Mengenal Albert Einstein
136 English Corner
Do You Believe in the Ultimate TRUTH?
60 Thought
Why YOUTH?
4 12 18 78 82 88 98 100 110 118 128 140 160 162
NAFIRI JUN15.indd 3
Suara Gembala Menjadi Saksi Kristus Enlightenment Akal Bulus Potret Danny Kristian Rusli Refleksi Sukacita Mewartakan Injil.... Mungkinkah? Corner Kick Kisah Ruang Tamu di Kota Besar Kesaksian Jalan Berbatu di Ujung Iman Percikan Bersaksi dengan Sukacita Lentera Misi Sukacita Melayani di Ladang Misi Serpihan Perjalanan Menikmati Keindahan di Sekitar Kita Teropong MENELUSURI JEJAK KEKRISTENAN LEWAT GEREJA TERTUA DI JAKARTA S hoot Titus Jonathan The Youngsters Nggak Pede? Mandarin Corner
受苦的弥赛亚
Liputan Khusus Mengembangkan Gereja Sesuai Panggilan-Nya
38 C a p t ur e
Barry Likumahuwa
11 Quote 2 Zaman 150 Rekomendasi Buku The Prodigal God 154 Rekomendasi Musik Hillsong United 156 Rekomendasi Film October Baby Komik 37 Bang ARIF 117 Sentilan 158 NAFIRI Hahaha Event Notes 52 Retret Peserta Katekisasi 106 NWC 3 144 Jumat Agung & Paskah 2015 170 Peneguhan Majelis 172 PPMT Mintin & Mission Trip 174 Youth on Fire
Nafiri JUNI 2015
3
6/23/15 8:29 AM
MENJADI SAKSI KRISTUS (TELADAN YOHANES PEMBAPTIS)
4
SUKACITA DALAM MEWARTAKAN INJIL
NAFIRI JUN15.indd 4
6/23/15 8:29 AM
a y a t ba ha sa n
Yohanes 1:6–8, 19–28
/ Pdt. Joni Sugicahyono /
K
ita semua pasti pernah menonton film atau paling sedikit pernah mendengar cerita tentang Spiderman. Dimana di situ digambarkan bagaimana kekuatan yang besar itu sejajar dengan tanggung jawabnya. Si pemuda Spiderman yang mempunyai kekuatan ini diberikan wejangan oleh pamannya untuk memakai kekuatannya itu untuk kebaikan, namun ia memilih untuk ‘cari aman saja’ karena dia merasa itu bukanlah tanggung jawabnya, sampai suatu peristiwa yang membuatnya sangat menyesal terjadi ... penjahat yang dilihat dan dibiarkannya melakukan kejahatan itu ternyata akhirnya malah mengakibatkan kematian paman yang dicintainya. Nasihat dari pamannya “Great power come with great responsibility” (kekuatan yang besar akan mendatangkan suatu tanggung jawab yang besar) pun terngiang-ngiang selamanya, sehingga hal ini mengubahnya menjadi seorang pahlawan untuk kebaikan. Berbeda halnya dengan film Kick Ass dimana diceritakan seorang pemuda yang tidak mempunyai kekuatan namun ingin menjadi seorang super hero, sehingga hasilnya pun tidak sesuai dengan yang diharapkan, malah babak belur sehingga ia mendapat ilham dan berkata “With no power come no responsibility ....” Nafiri JUNI 2015
NAFIRI JUN15.indd 5
5
6/23/15 8:29 AM
Kedua cerita film tadi mengajarkan kepada kita barang siapa diberikan kuasa yang besar, maka dituntut tanggung jawab yang besar. Kita adalah umat pilihan Tuhan yang diberikan kuasa besar, sehingga kita pun dituntut tanggung jawab besar, yaitu tugas untuk bersaksi bagi Kristus kepada dunia di sekitar kita. Tuhan memanggil orang-orang pilihan-Nya untuk menjadi saksi. Ketika Allah mengirimkan Anak-Nya yang Tunggal maka Ia terlebih dahulu mengutus saksisaksi ke dalam dunia ini. Yang pertama adalah Yohanes Pembaptis. Ia diutus Allah untuk memberi kesaksian tentang Terang yang hidup yang sedang datang ke dalam dunia. Fokus dan tujuan hidupnya adalah bersaksi bagi Yesus. Yohanes tahu untuk apa dia ada dalam dunia dan siapa yang dilayaninya. TELADAN YOHANES PEMBAPTIS Dalam Injil Yohanes 1:6–8, 19–28 kita dapat melihat lebih jauh siapa Yohanes Pembaptis: • Yohanes bukanlah Terang itu. Ia hanya sebagai pembuka jalan (forerunner). Hal ini digenapi dalam ayat 19–28 sewaktu orang Yahudi datang kepadanya dan ia berkata bahwa ia bukan Terang itu. • Ia diutus untuk memberi kesaksian tentang Terang itu (ayat 7). Ia dipanggil menjadi saksi Kristus; Ayat 6–8 kata “saksi” diulang sampai tiga kali, bahkan setiap kali nama Yohanes Pembaptis muncul selalu dikaitkan dengan kesaksian tentang Yesus (ayat 19–28; 29–34; 35–42; 3:22–36). Kata-kata “memberitakan, menyerukan” dalam Injil Sinoptik (Matius 3:1; Markus 1:4; Lukas 3:3,18) diganti dengan kata “bersaksi” oleh Rasul Yohanes dalam Injilnya. Nama Yohanes Pembaptis identik dengan witness/saksi. Yohanes 1:29–34 menggambarkan Yohanes Pembaptis langsung bersaksi dengan menunjuk Sang Terang itu ... ”Lihatlah Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia.” • Supaya semua orang menjadi percaya (ayat 7). Dalam Yohanes 1:35– 51 menunjukkan bagaimana kesaksiannya adalah yang pertama membawa orang percaya kepada Yesus secara pribadi. 6
SUKACITA DALAM MEWARTAKAN INJIL
NAFIRI JUN15.indd 6
6/23/15 8:29 AM
Ciri-ciri kesaksian Yohanes Pembaptis: Panggilan yang jelas, sebagai saksi Kristus. Ia setia dengan panggilannya sampai akhir hidupnya. Orang Kristen yang mempunyai panggilan yang jelas akan bisa menghadapi tantangan hidup apa pun, menjadi laskar Kristus. Contohnya seperti Musa yang mempunyai panggilan jelas, sehingga ia tidak pernah kecewa dan undur imannya walaupun banyak sekali kesulitan menghadang. Dipenuhi Roh Kudus: memiliki sukacita dalam pelayanan. Yohanes adalah orang yang istimewa, telah dipenuhi Roh Kudus sejak dalam rahim Elisabet ibunya (Lukas 1:15). Seumur hidupnya Yohanes memiliki sukacita untuk melayani Tuhan. Setiap anak Tuhan harus memiliki sukacita yang sama seperti ini meskipun banyak rintangan, tantangan, kesulitan dan memikul salib yang berat dalam mengikut Tuhan. Jujur dan rendah hati. Ia adalah utusan Allah yang jujur dan berani. Alkitab mencatat ia tidak pernah memakai mujizat apa pun untuk membawa orang kepada Tuhan, namun hanya dengan berkhotbah dan berkhotbah hal Nafiri JUNI 2015
NAFIRI JUN15.indd 7
7
6/23/15 8:29 AM
yang sama, menyerukan orang untuk bertobat karena Kerajaan Allah sudah dekat. Mujizat terjadi karena ribuan orang bertobat mendengar khotbahnya. Namanya menjadi tenar, banyak orang menyanjungnya. Namun Yohanes tidak pernah mau memakai kesempatan itu untuk kepentingannya sendiri. Ia sadar hidup dan panggilannya hanya untuk menjadi jalan bagi Kristus, sehingga ia tidak pernah mencuri kemuliaan Kristus. Ia berharap semua orang melupakannya, hanya mengingat Kristus saja. Kejujuran Yohanes untuk mengakui kekurangan diri, ketidak-layakan; bukan menuntut orang lain mengakui kelebihan dan keistimewaan dirinya haruslah menjadi teladan bagi kita. Kejujuran seperti Yohanes harus menjadi dasar pelayanan kita. Ketidakjujuran orang Kristen akan menghalangi sinar cahaya Injil itu seperti awan yang gelap, sehingga sinar itu tidak akan mampu menembusnya; sehingga berkat Injil itu akan menjadi terhalang; akan menghancurkan pekerjaan Allah dan menjadi jerat bagi dirinya sendiri. Kerendahan hati Yohanes tampak dalam kata-katanya ... “Membuka tali kasut-Nya pun aku tak layak.” Setia mendengar suara Tuhan dan melakukannya. Yohanes 1:33 berbunyi “ ... tetapi Dia, yang mengutus aku untuk membaptis dengan air, telah berfirman kepadaku: Jikalau engkau melihat Roh itu turun ke atas seseorang dan tinggal di atas-Nya, Dialah itu yang akan membaptis dengan Roh Kudus.” Yohanes suka mengingat, merenungkan, dan melakukan firman Tuhan, sehingga Roh Kudus memimpin hidupnya kapan ia mempraktekkan firman itu dengan tepat. Yohanes mempunyai kehidupan iman dan pelayanan yang sukses sebagai saksi Kristus. Rahasia kesuksesan orang Kristen adalah mendengar dan melakukan firman Tuhan dengan setia. Hanya orang yang mendengar suara Tuhan maka ia akan bisa mengeluarkan suara yang penuh kuasa untuk memanggil orang bertobat. Mengapa kita tidak bisa memiliki suara Tuhan? karena kita tidak suka mendengar suara/firman Tuhan. John Henry Jowett pernah mengatakan hal ini: “And in order that he may be a voice he retires into the silent solitude of the desert. He will listen before he speaks. Come Thou, my soul, into his secret! .... Let my 8
SUKACITA DALAM MEWARTAKAN INJIL
NAFIRI JUN15.indd 8
6/23/15 8:29 AM
voice be husted until have heard the voice of the Highest. ‘He that hath ears to hear, let him hear.” (Dan supaya ia bisa menjadi sebuah suara, ia menjauhkan diri ke dalam kesunyian padang gurun. Ia mau mendengar sebelum ia berbicara. Datanglah jiwaku ke dalam kerahasiaannya! Biarlah suaraku diam sampai aku mendengar suara dari yang Mahatinggi. Barang siapa yang bertelinga hendaklah ia mendengar). Jadi Yohanes pergi ke tempat yang sunyi untuk bermeditasi, bersaat teduh untuk mendengar suara Tuhan sebelum ia sendiri berbicara. Maka ia bisa bersuara dengan penuh kuasa. Rindukah suara Saudara bisa membawa orang untuk mengenal Tuhan? Kita terlebih dahulu harus mendengar suara Tuhan melalui saat teduh kita dan membaca Alkitab. TUGAS MENJADI SAKSI Sudahkah kita memulai menjadi saksi Kristus? Kapan? Apakah menunggu semua persoalan kita beres? Tunggu kita sukses? Ataukah kita baru mau menjadi saksi Kristus ketika hidup kita tinggal sebentar lagi? Kisah nyata yang dialami Dr. Richard Teo (1972–2012) dari Singapore kiranya mengingatkan kita .... Dr. Richard Teo adalah seorang dokter bedah plastik yang sukses besar dari kerja kerasnya. Ia memiliki kekayaan berlimpah di usianya yang ke-40 tahun, rajin fitness, dan ia pernah dibaptis saat berumur 20 tahun, yaitu saat pembaptisan menjadi tren pada waktu itu. Ia tidak pernah mau ke gereja lagi walaupun sudah seringkali diajak oleh temannya. Dengan arogannya ia meminta gereja diubah waktu ibadahnya mengikuti kehendaknya dengan alasan sangat sibuk. Sampai suatu ketika, ia berani menantang Tuhan “Apa yang bisa Tuhan lakukan supaya saya bisa datang ke gereja?” Ternyata pada bulan Maret 2012 ia divonis mengidap kanker stadium empat. Ia menyalahkan
“True joy comes from helping others in hardship, it comes from knowing God ... I had to learn it through the hard way.” / Dr. Richard Teo Nafiri JUNI 2015
NAFIRI JUN15.indd 9
9
6/23/15 8:29 AM
Tuhan mengapa ini bisa terjadi dalam puncak kariernya. Akhirnya ia sadar bahwa satu-satunya cara Tuhan untuk membawa dia kembali ke gereja adalah dengan memberinya penyakit kanker. Dalam 7 bulan kesakitan itulah ia menjadi dekat dengan Tuhan. Ia baru menyadari bahwa tanpa Tuhan, hidup itu kosong, siasia, tidak layak untuk dihidupi walaupun sukses besar. Sehingga dalam waktu yang singkat itulah ia baru memberikan kesaksian hidupnya .... Dr. Richard Teo berkata “True joy comes from helping others in hardship, it comes from knowing God ... I had to learn it through the hard way.” Sungguh beruntung masih ada kesempatan baginya untuk menyaksikan tentang Kristus. Berbeda halnya dengan kisah seorang bangsawan kaya bernama Florence Nightingale. Pada zaman perang saat itu, ia terpanggil dan memilih untuk menjadi juru rawat, dimana hal ini merupakan pekerjaan rendah pada masa itu. Ia menolong orang-orang dengan kasih. Sampai pada suatu malam salah seorang tentara musuh yang dirawatnya berkata “Bagiku anda sungguh nampak seperti Kristus.” Ia membuat Kristus itu menjadi nyata dalam kehidupan orang-orang yang dilayaninya. Ia memilih untuk bersaksi bagi Kristus saat ia masih muda, sehat dan masih kuat. Bagaimana dengan kita? Kapan kita mau mulai bersaksi bagi Kristus? Sekaranglah waktunya!! Begitu banyak orang-orang dekat di sekitar kita akan binasa
(Khotbah Pdt. Joni Sugicahyono pada Kebaktian Umum ke-2, tanggal 3 Mei 2015; disarikan oleh Lislianty Lahmudin).
10
SUKACITA DALAM MEWARTAKAN INJIL
NAFIRI JUN15.indd 10
6/23/15 8:29 AM
Nafiri JUNI 2015
NAFIRI JUN15.indd 11
11
6/23/15 8:29 AM
AKAL BULUS
ilustrasi: Kezia Rusli
Akal-akalan yang Cukup Dimiliki si Bulus saja
12
SUKACITA DALAM MEWARTAKAN INJIL
NAFIRI JUN15.indd 12
6/23/15 8:29 AM
/ G I Fe ri I ra w a n /
“E
ating pi oh is a crime� begitulah sebagian kutipan yang saya ambil dari tulisan seorang rekan dalam pesan grup WhatsApp yang membicarakan tentang kuliner di salah satu restoran di Glodok. Buat sebagian kita mungkin merasa asing dengan nama “pi oh,� tetapi tentu tidak buat sebagian penggemar berat kuliner chinese food. Pi oh sendiri adalah jenis masakan sekaligus nama binatang yang olahan utamanya dari daging bulus atau labi-labi, sejenis kura-kura berpunggung lunak. Moncongnya yang sedikit meruncing itulah yang membedakan hewan bulus ini dari kura-kura. Nafiri JUNI 2015
NAFIRI JUN15.indd 13
13
6/23/15 8:29 AM
Bulus yang semula bukanlah kategori hewan langka, tetapi karena dagingnya banyak dikonsumsi untuk masakan dan sebagian diolah menjadi minyak untuk kesehatan kulit manusia, bisa jadi bulus pun di masa depan menjadi salah satu hewan yang dilindungi dari kepunahan. Tentu saja artikel ini bukan ingin membahas panjang lebar tentang dunia satwa, tetapi berkaitan dengan nama bulus, saya jadi tergelitik dengan salah satu ungkapan istilah dalam bahasa Indonesia yang mencatut nama hewan air ini, yaitu akal bulus. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, akal bulus berarti tipu muslihat yang licik. Ada juga yang mengartikan lebih bebas dengan sebuah rencana terselubung yang licik dengan tujuan untuk mencelakakan orang lain. Saya jadi bertanya-tanya, bagaimana mungkin seekor bulus yang terkesan lemah dan lambat dalam berjalan ini bisa dicatut namanya untuk menunjukkan sebuah istilah yang terkesan negatif? Rupanya selidik demi selidik, istilah akal bulus diambil dari sebuah dongeng atau fabel. Fabel ini melibatkan Si 14
Bulus yang menjadi tokohnya dan disandingkan dengan lawannya, yaitu Si Kancil yang sangat populer dijadikan cerita dalam dunia fabel di tanah air. Dalam kisah singkat antara Si Bulus dan Si Kancil, diceritakan keduanya saling beradu kehebatan. Si Bulus pun berkata, “Yang pertama bisa masuk ke dalam rumah, dia yang menang.� Si Kancil pun yang memandang rendah kemampuan Si Bulus langsung menyahut, “Oke, deal!� Baru saja Si Kancil bersiap-siap mau lari masuk ke dalam lubang tanah, Si Bulus sudah lebih dulu masuk ke dalam tempurungnya. Tertipulah Si Kancil oleh akal Si Bulus. Keseruan saling adu antara Si Bulus dan Si Kancil ini masih berlanjut dalam cerita yang lain. Kali ini, Si Bulus mengajak Si Kancil bertanding adu cepat lari sampai ke tujuan. Sekali lagi, Si Kancil masuk dalam perangkap akal licik Si Bulus, karena rupanya jalur yang dipilihkan oleh Si Bulus adalah jalur yang rumit. Dengan kelicikannya, Si Bulus memilihkan jalur yang melewati sungai untuk mencapai
SUKACITA DALAM MEWARTAKAN INJIL
NAFIRI JUN15.indd 14
6/23/15 8:29 AM
tujuan akhirnya. Tentu saja, Si Kancil pada akhirnya kewalahan melompat melewati aliran sungai yang deras, sementara Si Bulus dengan lancar menyeberangi sungai sehingga memenangkan pertandingan. Sekali lagi, akal Si Bulus membawa kemenangan buatnya. Cepat Menjalar Akal-akalan cara Si Bulus ini apa boleh diterapkan oleh kita? Sebelum boleh dan nggak boleh ini dijawab, ternyata sebagian besar dari kita malahan sudah pernah (bahkan sering) melakukannya. Malahan firman Tuhan ribuan tahun lalu sudah mencatat modus akalakalan ala Si Bulus ini untuk pertama kali dalam pasal-pasal awal kitab Kejadian. Bukan hewan bulus kali ini yang melakukannya, tetapi Ular yang dengan kelicikannya memperdaya Hawa yang sudah terlanjur penuh hawa nafsu ingin menjadi seperti Tuhan. Alhasil, Ular pun dikutuk oleh Tuhan karena telah memakai akal bulus memperdaya manusia. Rentetan seri kisah akal bulus ini rupanya bak kanker yang dengan cepat menjalar dalam kehidupan umat manusia setelah kejatuhan. Nggak jauh-jauh dari kehidupan keluarga Adam, kali ini akal bulus muncul
dalam diri Kain yang iri hati dengan Habel, adiknya sendiri. Kata Kain kepada Habel, “Marilah kita pergi ke padang.” Mungkin Habel mengira kakaknya lagi baik hati membantu dia menjaga kambing domba di padang. Alih-alih berbuat baik, malahan nyawa Habel melayang setelah dipukul oleh Kain. Bapa-bapa Patriarkh pun nggak luput dari jerat akal bulus. Mulai dari kisah Abraham yang takut dibunuh gara-gara punya istri secantik Chelsea Olivia. Akibatnya, ia merancang sebuah penipuan publik dengan mengatakan bahwa istrinya adalah adiknya ketika memasuki negeri Mesir. Alhasil, segala rancangan akal bulusnya berakhir berantakan, karena Abraham diusir dari negeri Mesir (Kejadian 12:10–20). Seakan nggak kapok, Abraham malah mengulang trik akal bulus yang sama kepada Abimelekh (Kejadian 20) dan parahnya “like father, like son”, perilakunya juga ditiru oleh putranya sendiri, Ishak ketika berada di negeri orang Filistin (Kejadian 26). Nggak cuma Abraham dan Ishak, tetapi Yakub pun penuh dengan intrik akal bulus. Namanya saja Yakub, yang artinya ‘penipu’, nggak heran ia bisa menipu Esau dengan semangkok sup brenebon (itu kata orang Manado sih) Nafiri JUNI 2015
NAFIRI JUN15.indd 15
15
6/23/15 8:29 AM
dan juga menipu ayahnya, Ishak, yang sudah uzur. Tentu saja aksi penipuan dengan akal bulus ini disponsori dan didukung penuh oleh ibunya, Ribka. Bicara tentang akal bulus, maka itu sudah jadi langganan para orang Farisi dan ahli Taurat yang berusaha menjebak Tuhan Yesus dengan pertanyaan-pertanyaan bak buah simalakama dalam catatan Perjanjian Baru. Coba kalau mereka dari semula percaya bahwa Yesus adalah Sang Mesias, Anak Allah, yang nggak mungkin bisa diakali pake cara bulus, tentu mereka nggak bakal repot-repot memikirkan aneka cara dan aksi penjebakan yang berujung pada kegagalan. Pencitraan Diri Kisah akal bulus yang fenomenal dalam catatan di Perjanjian Baru saya pilihkan dari peristiwa pemenggalan kepala Yohanes Pembaptis. Herodias, sebagai tokoh wanita antagonis yang dendam karena dosa perzinahannya diungkit oleh Yohanes, rupanya penuh murka yang menyala-nyala. Dengan intrik yang sangat rapi lewat tarian putrinya yang mempesona Herodes Antipas, membuahkan hadiah kepala Yohanes Pembaptis dalam sebuah talam. Akal bulus Herodias ’berhasil’ memakan korban kepala Yohanes Pembaptis. Oalah … bulus … bulus … kok kamu bisa bikin banyak orang, mulai dari yang beriman maupun yang tidak beriman jadi ikut-ikutan punya akal licik kayak kamu! Ya pantas, kalau di gereja pun trik akal bulus ini juga dilakukan oleh sebagian orang Kristen yang lupa diri. Mulai dari aksi sikut sana sikut sini demi sebuah posisi, sampai manipulasi pencitraan diri supaya dianggap suci dan berbakti. Mirisnya itu, yang melakukannya juga nggak pernah merasa sudah otomatis terdaftar masuk dalam The Bulus Club. Kalau begini jadinya, bukan lagi sekadar “eating pi oh is a crime,” tetapi “thinking like pi oh is a crime!” 16
SUKACITA DALAM MEWARTAKAN INJIL
NAFIRI JUN15.indd 16
6/23/15 8:29 AM
Berkaca dari kebenaran firman Tuhan, perkataan Rasul Paulus dalam Roma 12:2 perlu kita cermati dengan sungguh-sungguh, “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.” Rupanya ‘akal’ manusia perlu ditransformasi terlebih dulu supaya nggak lagi punya akal bulus. Akal budi yang sudah diperbarui selalu memiliki pertimbangan dalam memutuskan apa yang baik dan benar, sebaliknya akal bulus hanya mempertimbangkan celah muslihat jahat. Bagi sebagian yang mungkin sedang mengalami jebakan Si Bulus, maka kita bisa dengan penuh iman berkata seperti Yusuf dalam Kejadian 50:20, “Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan.” Ketika manusia merancangkan akal bulusnya terhadap kita, Tuhan tetap merancangkan hal yang baik dalam situasi yang buruk dan sulit sekalipun. Pada akhirnya, biarlah akal bulus ini hanya menjadi milik Si Bulus dalam fabel saja untuk mengingatkan kita agar memiliki hikmat dalam hidup dengan tidak latah ikut-ikutan menirunya. Ayo kita berlomba-lomba mengisi perjalanan kehidupan kita dengan melayani sepenuh hati dan mari kita temukan sukacita surgawi di balik semua ‘ketidak-nyamanan dan pengorbanan’ yang harus kita jalani
T
IS H O I EP
A
! E IM
G LI N I K N HI
K
CR
Nafiri JUNI 2015
NAFIRI JUN15.indd 17
17
6/23/15 8:29 AM
DANNY KRISTIAN RUSLI
SiPetani Sayur Penagih Hutang 18
SUKACITA DALAM MEWARTAKAN INJIL
NAFIRI JUN15.indd 18
6/23/15 8:29 AM
P
ik petani a b i s fe ro p , a y ada umumn n sebagai a s e rk te g n ta gih hu maupun pena leh siapa o n a k a it -c a it rang dic k ’ dengan profesi yang ja a b m e it ‘d il c e ak k pun. Ketika an ingin jadi r a s e b h a d u s Kalau pertanyaan: “ ab: ingin w ja n e m n a k a ereka pebisnis, apa?” Maka m i, s li o p r, u y in s ot, in jadi dokter, pil mpir tidak a H . a y in a g a b lain se designer, dan in menjadi g in b a w ja n e ng m pernah ada ya gih hutang. a n e p n u p u ta petani a
/ Nico Tanles Tjhin /
Nafiri JUNI 2015
NAFIRI JUN15.indd 19
19
6/23/15 8:29 AM
Keluarga Kecil Sederhana Lahir di Bandung pada tahun 1963, Danny Kristian Rusli tumbuh besar di sebuah keluarga Kristen sederhana. Ayahnya, Trisna Oentaria Rusli, memiliki toko P&D (berjualan makanan dan minuman). Dan ibunya, pada waktu itu menjalani sebuah salon kecil untuk membantu pemasukan keluarga. Pada saat Danny berumur 4 tahun, sang ibu melahirkan Davy Kristian Rusli, anak laki-laki yang kedua dan yang terakhir di dalam keluarga tersebut. Pada awalnya, keluarga kecil ini tinggal di sebuah rumah kontrakan. Dan tidak lama kemudian, mereka diberi kesempatan oleh Tuhan untuk memiliki sebuah ruko kecil berukuran 3.5 x 9 meter di daerah Kebon Jati, Bandung. Ruko yang terletak di pinggir jalan raya inilah yang kemudian difungsikan sebagai toko kelontong sekaligus tempat tinggal mereka. Sang ayah yang fasih berbahasa Belanda ini sangat sayang kepada Danny dan Davy. Setiap harinya mereka diantar jemput dari rumah ke SDK & SMPK Yahya (berjarak sekitar 7 km) menggunakan sebuah Vespa. Tak jarang mereka bertiga harus menerobos hujan agar bisa sampai ke sekolah. Namun momen inilah yang justru selalu berkesan setiap kali Danny mengingat almarhum ayahnya. 20
SUKACITA DALAM MEWARTAKAN INJIL
NAFIRI JUN15.indd 20
6/23/15 8:29 AM
Masa-Masa Sekolah Memang untuk persoalan pendidikan, kedua orangtua Danny selalu berusaha memberikan yang terbaik. Menjelang masuk ke jenjang SMA, Danny dipindahkan ke SMA Taruna Bakti yang letaknya berseberangan dengan sekolah lamanya. Anak-anak yang bersekolah di sana umumnya berasal dari keluarga yang sangat mapan kondisi ekonominya. Namun orangtua Danny selalu berusaha keras agar mampu membiayai sekolah anak-anaknya. Semasa mudanya (sampai sekarang), Danny sangat hobi berolahraga dan melakukan kegiatankegiatan outdoor. Dia tidak menyianyiakan keunggulan sekolahnya, satu-satunya sekolah di Bandung yang menyediakan olahraga hockey. Maka terlibatlah dia dengan olahraga hockey di sekolah. Bukanlah hal yang sulit baginya untuk mempelajari olahraga baru apa pun. Di samping itu, Danny juga rutin latihan fisik dengan berlari sore ke stadion sepak bola sebanyak dua kali dalam seminggu. Kebiasaannya jogging tersebut dilakukan sampai sekarang.
Danny sangat mensyukuri kehidupan masa mudanya. Selain mendapatkan kasih sayang yang sangat baik dari orangtua, Danny juga tumbuh di dalam komunitas yang baik. Prestasi Danny di bidang akademik juga cukup memuaskan. Ia masuk dalam sepuluh besar pada saat lulus SMA. Selain itu, dengan kepribadiannya yang supel, ia juga mendapatkan banyak teman di masa mudanya. Pertumbuhan di Gereja Sejak kecil, Danny sudah mengenal dan percaya Tuhan Yesus. Ia sudah hafal kisah-kisah Alkitab sejak bersekolah minggu di GKI Taman Cibunut. Ketika NAFIRI bertanya kapan titik pengambilan keputusan untuk mengikuti Tuhan Yesus, Danny berkata, “Pertanyaan itu selalu tidak bisa saya jawab. Tidak ada titik tertentu dalam hidup saya yang menjadi turning point untuk mengikuti Tuhan Yesus. Semua merupakan bagian dari proses.� Memasuki masa SMP, Danny berkecimpung aktif di dalam kegiatan komisi remaja. Pelayanan pertama kali yang ia ambil adalah mengurus perpustakaan kecil di komisi remaja dan menjadi ketua remaja selama 2 tahun. Setelah itu penggemar rujak Nafiri JUNI 2015
NAFIRI JUN15.indd 21
21
6/23/15 8:29 AM
ini mencetuskan gerakan kelompok pemahaman Alkitab, dan banyak mengisi hari-harinya untuk aktivitas gereja atau sekedar nongkrong bersama teman-teman gerejanya. Menemukan Pasangan Hidup Suatu hari pada tahun 1987, gereja pos GKI Pasteur sedang mengadakan retret di Wisma Pratista, Lembang. Ketika acara sudah dimulai, Danny yang bertugas sebagai seksi akomodasi sedang berkeliling mengontrol area penginapan. Di saat yang bersamaan, datanglah seorang peserta wanita yang terlambat. Pemudi yang kemudian dikenalnya bernama Kristin Agustiani Kamil itu terlambat karena saat itu dia baru pulang kerja dan sedang berjuang mencari lokasi retret. Sesampainya di sana, Kristin bertemu dengan Danny dan langsung diantar ke kamar yang sudah ditentukan.
22
Pada momen itulah Danny menaruh hati pada Kristin. Sesaat setelah pertemuan itu, Danny langsung mencari informasi asalusul Kristin. Pada zaman itu belum ada Facebook, jadi mau tidak mau penggalian informasi harus dilakukan secara manual. Usut punya usut, ternyata Kristin yang usianya lebih muda 4 tahun tersebut adalah keponakan salah satu majelis di gereja Danny. Gerakan PDKT pun dijalankan. Danny mencari-cari alasan agar dapat berkunjung ke rumah Kristin. Salah satu cara andalannya adalah, dengan menggunakan keahlian fotografinya. Danny sering mengambil foto Kristin pada saat ada kegiatan gereja. Lalu diantarlah foto-foto tersebut ke rumah Kristin. Dengan demikian Danny dapat �menyelam sambil minum air�.
SUKACITA DALAM MEWARTAKAN INJIL
NAFIRI JUN15.indd 22
6/23/15 8:29 AM
Danny diterima dengan baik oleh keluarga Kristin. Semenjak itu, mereka mulai aktif pelayanan bersama di gereja pos GKI Pasteur. Juga seringkali waktu pacaran mereka dipakai untuk joging dan bermain tennis bersama. Kesan pertama Kristin terhadap Danny adalah dia merupakan orang yang supel dan suportif. Hal itu yang membuat Kristin merasa aman dan nyaman ketika menjalin hubungan dengan Danny. Setelah merasa mantap, mereka akhirnya memutuskan untuk menikah di Bandung pada bulan Januari tahun 1993.
Mutung Bertani Sebagian teman-teman SMA Danny melanjutkan kuliah di luar negri, sedangkan Danny sendiri, pada tahun 1982, mengambil jurusan Pertanian di Universitas Padjadjaran, Bandung. Seperti masa SMA, Danny juga sangat menikmati masa-masa kuliahnya. Bukan hanya karena ia memiliki minat yang besar di dunia pertanian, tetapi juga karena ia senang bisa mengikuti kegiatankegiatan outdoor kampus, seperti hiking misalnya. Pada saat lulus kuliah di tahun 1987, Danny sangat bersemangat untuk langsung memulai usaha pertanian bersama dengan seorang temannya. Menurut orang-orang pada waktu itu adalah saat yang tepat untuk usaha pertanian karena prospeknya sedang baik. Dengan bermodal ilmu yang didapat selama kuliah, semangat, keyakinan, dan uang 12 juta dari ayahnya; maka mulailah ia menyewa tanah seluas 3 hektar untuk dikelola bersama temannya.
Nafiri JUNI 2015
NAFIRI JUN15.indd 23
23
6/23/15 8:29 AM
tertentu dalam “hidupTidaksayaadayangtitikmenjadi turning
point untuk mengikuti Tuhan Yesus Semua merupakan bagian Banting Setir dari proses
”
Setelah setahun berlalu, ternyata tanaman cabai yang dikelola tidak menghasilkan. Hasil jerih payah menyiram dan memupuk tanaman cabai di bawah terik matahari akhirnya sia-sia. Modal 12 juta pinjaman dari ayahnya ‘hangus’ tak terselamatkan. Dari situ Danny sadar bahwa bertani tidak dapat memberikan kepastian penghasilan untuk menjadi tumpuan hidup. Alhasil Danny mutung bertani, alias ‘ngambek’. Bahkan waktu itu Danny sampai merasa bahwa ia telah salah memilih jurusan. Untunglah ayahnya tidak menyalahkan Danny perkara kehilangan uang 12 juta itu. Ayahnya mengerti sekali akan resiko berwiraswasta karena beliau sendiri adalah seorang pedagang. Justru ayahnya terus memberikan support kepada anak sulungnya itu.
24
Sesaat setelah kegagalan tersebut, Danny melamar ke PT. Sadang Mas, perusahaan sawit swasta terbesar saat itu. Tidak lama kemudian, ia dipanggil ke Jakarta untuk interview dan berhasil lolos. Tapi siapa sangka, Danny ternyata diposisikan sebagai Purchasing Staff. Ia tidak punya pengalaman sama sekali di bidang itu. Namun bersyukur, Tuhan memberikan Danny seorang supervisor yang sangat baik dan mampu membimbingnya untuk bekerja dengan maksimal. Dalam waktu yang cukup singkat bidang tersebut dikuasainya dengan baik. Setahun kemudian, tahun 1991, Danny melamar ke Astra dan diterima. Ia ditempatkan di Astra Securities pada bagian Marketing. Sesuatu yang baru lagi buat Danny. Di bidang yang baru ini ia sempat belajar mengenai sales dan saham. Kemampuan follow up-nya pun menjadi lebih tajam seiring berjalannya waktu. Dari titik inilah karir Danny mulai menanjak selangkah demi selangkah.
SUKACITA DALAM MEWARTAKAN INJIL
NAFIRI JUN15.indd 24
6/23/15 8:29 AM
Penagih Hutang Tidak lama setelah itu, Tuhan membawa Danny ke suatu area yang lebih asing lagi. Dari Astra Securities Danny dimutasi ke Astra Card sebagai Department Head Collection yaitu menangani penagihan kartu kredit yang macet. Ternyata di dunia yang baru ini jauh lebih tough dari yang sebelumsebelumnya. Sebagai Department Head Danny dituntut untuk membuat sistem yang baik untuk pengelolaan penagihan hutang ke puluhan ribu nasabah yang tersebar di seluruh Indonesia. Berhubung performa Danny menonjol dalam bidang penagihan hutang dan operation maka ia dirotasi dari anak perusahaan satu ke anak perusahaan yang lainnya. Karir yang secara setahap demi setahap membaik membuat Danny mendapatkan fasilitas mobil dari kantor dan dapat mencicil sebuah rumah di Villa Melati Mas. Pada tahun 1994, Danny dan Kristin dikaruniai seorang anak laki-laki yang diberi nama Kevin Jonathan Rusli, dan 1 tahun 9 bulan kemudian lahir juga seorang anak perempuan yang dinamai Kezia Yohana Rusli. Badai Krismon Pada tahun 1997, Danny diajak temannya di Astra untuk ‘bedol desa’ ke sebuah perusahaan yang lebih kecil namun secara penghasilan dan fasilitas lebih baik. Karena mereka semua adalah tim kerja yang sudah solid sebelumnya, maka di perusahaan baru ini mereka tidak memerlukan waktu lama untuk beradaptasi. Dalam waktu yang singkat, sistem baru sudah terbentuk dan sudah siap meluncur. Namun waktunya tidaklah tepat. Setahun kemudian perekonomian Indonesia dilanda krisis moneter. Karena memiliki hutang dolar, hutang perusahaan di bidang Consumer Finance ini membengkak menjadi enam kali lipat. Badai krismon yang kemudian berlanjut ke badai politik dan huru-hara di tahun 1998 sangat mempengaruhi perusahaan sehingga ratusan karyawan harus di-PHK. Saat itu pikiran Danny terpicu untuk kembali ke pertanian ketika sedang melihat ibu-ibu rebutan beras di supermarket. Dari situlah Danny bersama empat rekan kerja lainnya memanfaatkan peluang tersebut dan mulai melakukan project research dan membentuk suatu usaha di bidang pertanian.
Nafiri JUNI 2015
NAFIRI JUN15.indd 25
25
6/23/15 8:29 AM
Â
at tumbuh di Tanaman selada hanya dap , tidak mungkin dah lingkungan bertemperatur ren Singapore. erti sep ara dapat tumbuh di neg mungkinkan hal ini Namun metode Aeroponik me ogi Aeroponik, air terjadi. Karena dengan teknol pa bertekanan pom i dingin disemprotkan melalu seakan-akan ga ing Seh tinggi ke akar selada. subtropis tanaman ini berada di negara
Oleh kebaikan seorang kenalan, Danny diajak untuk mengunjungi perusahaan Aero Green di Singapore. Di sana ia mengenal dan belajar tentang metode pertanian modern dengan teknologi aeroponik yaitu suatu metode bercocok tanam ‘di udara’ tanpa menggunakan media tanah. Sepulangnya ke Indonesia, metode ini dicoba diterapkan di area seluas 16 m2 dan ternyata tanaman dapat tumbuh dengan baik.
Dinamika Dunia Pertanian Pengalamannya yang membuatnya berbalik ke bidang pertanian setelah berkarir bertahun-tahun di dunia bisnis keuangan meyakinkan Danny bahwa Tuhan ingin memakainya untuk berkarya di bidang pertanian. Akhirnya pada tahun 2003 Danny memutuskan untuk keluar dari perusahaan dan mengelola bisnis pertanian ini secara full time. Selama hampir 3 tahun bisnis ini dijalankan dengan kerja keras yang luar biasa, ternyata keadaan bisnis belum bisa membaik. Sebagian besar rekan-rekannya satu demi satu melepaskan sahamnya karena mereka melihat ketidakpastian yang sangat tinggi akan bisnis ini. Naik turunnya hasil produksi dipengaruhi oleh ketidakpastian cuaca, hama, dan penyakit yang menyerang tanaman. Ketika produksi sedang baik pun, keadaan pasar yang labil belum tentu dapat menyerap hasil produksi. Investasi green house yang sangat mahal membuat harga sayur hidroponik/aeroponik mahal, ditambah lagi kondisi masyarakat belum teredukasi untuk mengkonsumsi sayur sehat (non-pestisida). Keadaan inilah yang membuat penjualan tidak stabil sehingga perusahaan seringkali kesulitan membayar gaji karyawan pada akhir bulan. Dalam tahun-tahun itu Danny bisa terserang penyakit tifus 2–3 kali dalam satu tahun karena kelelahan dan stres. Selama itu pula Danny dan istri tetap bergumul dan berdoa dengan lutut gemetar. Dan sesuai janji Tuhan, Ia selalu 26
SUKACITA DALAM MEWARTAKAN INJIL
NAFIRI JUN15.indd 26
6/23/15 8:29 AM
memberikan pertolongan tepat pada saatnya. Pada akhir tahun 2005 angin segar pun datang. Perusahaan mendapat kesempatan untuk bekerja sama dengan sebuah perusahaan pertanian besar yang memproduksi paprika di Lombok. Alhasil 50 ton
biodata
paprika berhasil diekspor secara rutin setiap bulannya. Pada masa itu perusahaan dapat membeli kantor di kompleks pergudangan di Taman Tekno BSD sehingga tidak perlu menyewa ruko lagi. Baru 3 tahun bernapas dengan lega, di tahun 2010 bisnis kembali
Nama lengkap : Danny Kristian Rusli Nama panggilan : Ace Tempat/Tgl lahir : Bandung, 7 September 1963 Nama Istri : Kristin Agustiani Kamil (1967) Nama anak : Kevin Jonathan Rusli (1993) Kezia Yohana Rusli (1995) Riwayat Pendidikan: SDK Yahya - Bandung (Lulus th. 1975) SMPK Yahya - Bandung (Lulus th. 1979) SMA Taruna Bakti - Bandung (Lulus th. 1982) Fak Pertanian – UNPAD - BDG (Lulus th. 1987) Riwayat pekerjaan : Wirausaha di bidang Agro, Jakarta (2003–sekarang) Finansia Multi Finance, General Manager, Jakarta (1997–2003) Astra Credit Companies, Account Service Mgr, Jakarta (1996–1997) GE Finance Indonesia, Collection Mgr, Jakarta (1995–1996) Astra Card, Collection Mgr, Jakarta (1992–1995) Astra Securities, Account Officer, Jakarta (1990–1992 Sadang Mas Group, Purchasing Officer, Jakarta (1989–1990) Guest Lecture MB IPB, Bogor (2005–sekarang) Pelayanan : Majelis Ketua Bidang Pembinaan, Gereja KristusYesus (GKY) BSD (2009–2015) Pembimbing Komisi Remaja, Gereja KristusYesus (GKY) BSD (2003–2009) KPP Bajem GKY BSD, Gereja KristusYesus (GKY) BSD (1998–2000) Nafiri JUNI 2015
NAFIRI JUN15.indd 27
27
6/23/15 8:29 AM
menjadi tidak stabil. Perusahaan pertanian paprika di Lombok tersebut mengalami masalah produksi dan akhirnya tutup dan tidak bisa bekerja sama lagi. “Ada juga hari-hari buruk. Dalam rentan waktu 3 tahun green house kami sempat terkena angin puting beliung empat kali. Tanaman pada mati semua. Pertama kali kena: Ayo bangkit lagi! Kedua kali: Masih punya harapan. Ketiga kali: Kaki gemeteran. Keempat kali kena: Pengen berhenti,” ceritanya. Garam dan Terang di Dunia Pertanian Terlepas dari tantangan yang harus dihadapi, keyakinan Danny terhadap pertanian tidak goyah. Ia yakin bidang inilah yang dipercayakan Tuhan kepadanya. Danny berjuang lebih keras lagi untuk mempertahankan dan memajukan perusahaannya yang di-branding dengan nama “Amazing Farm”. Belakangan ini Danny merasa perlu melakukan penjangkauan melalui bisnis pertaniannya. Para petani
28
dibina, diedukasi, dilatih dan diberikan kepastian pasar. Memang tidak berupa penginjilan langsung, tetapi melalui apa yang dikontribusikan dapat menjadi kesaksian di tengah kaum petani. Beberapa waktu lalu, Amazing Farm juga sempat bekerja sama dengan Sahabat Anak, suatu organisasi sosial yang fokus menjangkau dan mengurus anak-anak jalanan. Di dalam program Organik Sahabat Alam, anak-anak jalanan diajari cara bertani yang baik dan hasilnya akan dijamin pemasarannya. Danny terpanggil untuk menolong mereka agar keadaan ekonomi mereka membaik.
SUKACITA DALAM MEWARTAKAN INJIL
NAFIRI JUN15.indd 28
6/23/15 8:29 AM
Kunci agar tidak stres “adalah hati yang rela dan menikmati pelayanan � Pelayanan Gereja dan Keluarga Kesibukan dan tekanan di pekerjaan tidak membuat Danny mengabaikan aspek kehidupannya yang lain. Ia mempunyai prinsip bahwa pelayanan di Gereja juga harus tetap berjalan. “Ada keinginan sih buat istirahat (dari pelayanan Gereja). Cuma itu bisa menjadi tidak sehat. Bara api harus tetap dijaga dengan terus mengambil bagian dalam pelayanan,� ungkapnya tegas. Menurut Danny, kunci agar tidak stres adalah hati yang rela dan menikmati pelayanan. Dengan demikian rapat pleno majelis selama apa pun akan menjadi terasa santai. Setelah dua periode tugasnya di kemajelisan bidang pembinaan berakhir, Danny berkomitmen untuk tetap melayani. Sukacita dan semangat pelayanan akan bertambah ketika kita dapat melayani bersama-sama dengan keluarga kita. Itulah yang dirasakan Danny. Ia bersyukur seluruh anggota keluarganya kini turut mengambil bagian dalam melayani Tuhan di GKY BSD. Kristin melayani sebagai ketua CGF Bethel, Kevin melayani di tim musik dan White Lily, Kezia menjadi anggota Paduan Suara Sion, dan bahkan ibunya yang sudah berusia lebih dari 80 tahun juga mengambil bagian sebagai anggota tim angklung di Kaleb. Danny selalu rindu untuk dipakai Tuhan sebagai suami, ayah, dan pemimpin keluarga yang baik. Ia berupaya agar setiap anggota keluarganya dari hari ke hari dapat semakin lebih dekat dan mengenal Tuhan. Setiap Minggu malam, Danny memimpin keluarganya untuk mengadakan persekutuan bersama dengan membaca firman Tuhan, sharing pergumulan, dan saling mendoakan. Ketika dapat menjaga keseimbangan antara keluarga, pekerjaan, pelayanan, kesehatan, dan refleksi, maka di situlah Danny merasa dirinya mampu memuliakan dan menikmati Tuhan secara maksimal
Nafiri JUNI 2015
NAFIRI JUN15.indd 29
29
6/23/15 8:29 AM
BERSAKSI adalah
Perintah yang Serius 30
SUKACITA DALAM MEWARTAKAN INJIL
NAFIRI JUN15.indd 30
6/23/15 8:29 AM
/ GI Edy Gurning /
“S
ebuah gereja ada karena misi. Gereja yang tidak terlibat dalam misi tidak lama lagi akan mati.” / Emil Brunner “Kaum awam adalah ujung tombak misi.” / Erasmus
Ada tiga bentuk penginjilan menurut John Stott: Penginjilan gereja lokal, yaitu pemberitaan Injil yang dilakukan oleh gereja lokal untuk menjangkau orang-orang yang belum percaya yang tinggal di daerah sekitarnya dan/atau orang-orang yang belum percaya yang tinggal jauh dari tempat dimana gereja lokal tersebut berada. Penginjilan massal, yaitu pemberitaan Injil oleh seorang penginjil kepada sekelompok orang. Dan di Indonesia penginjilan massal ini dikenal dengan KKR. Tokoh-tokoh penginjilan massal terkenal adalah John Wesley di Inggris, Billy Graham di Amerika, dan Stephen Tong di Indonesia. Penginjilan pribadi, yaitu kesaksian pribadi tentang Kristus kepada kerabat, sahabat, tetangga, dan rekan kerja yang belum mengenal Kristus. Nafiri JUNI 2015
NAFIRI JUN15.indd 31
31
6/23/15 8:29 AM
Bersaksi merupakan kewajiban bagi setiap murid Yesus tanpa kecuali Melalui artikel ini, saya hanya fokus membahas penginjilan atau kesaksian pribadi orang-orang Kristen kepada orang-orang yang belum mengenal Yesus yang ada dekat di sekitar mereka, orang-orang yang ada di ‘Yerusalem’ bukan di ‘Samaria’ apalagi ‘di ujung-ujung bumi’. Mereka adalah orang-orang belum percaya yang mempunyai relasi dengan kita; yang sering berjumpa dengan kita; seperti keluarga, sahabat, tetangga, rekan kerja, rekan bisnis atau siapa pun mereka yang belum percaya namun mempunyai relasi cukup intens dengan kita. Dan saya akan memakai istilah kesaksian atau bersaksi; dan bukan istilah misi, penginjilan atau amanat agung; karena argumen saya akan banyak didasarkan oleh Injil Yohanes yang memakai kata kesaksian di sepanjang tulisannya.
32
Perintah yang Sangat Penting dan Sangat Serius Setiap orang percaya diutus untuk bersaksi. Bersaksi bukanlah sebuah pilihan yang boleh kita lakukan atau tidak lakukan. Bersaksi bukan juga masalah apakah kita punya karunia menginjili atau tidak. Bersaksi adalah merupakan kewajiban bagi setiap murid Yesus tanpa kecuali. Yesus sendirilah yang mengajarkan hal ini. Di malam menjelang Ia ditangkap dan diserahkan, kepada sebelas murid yang sangat Ia kasihi, Yesus memerintahkan, “Tetapi kamu juga harus bersaksi.” (Yohanes 15:27). Bersaksi adalah keharusan. Yesus jarang sekali memakai kata “harus”. Dan jika Yesus memberikan perintah disertai dengan adanya kata “harus” menunjukkan perintah yang tidak bisa ditawar-tawar lagi; suatu perintah yang sangat penting, sangat serius dan tidak bisa tidak dilakukan. Di dalam Injilnya, Yohanes hanya mencatat tiga kali Yesus memakai kata “harus”. Yang pertama adalah saat Yesus berbincang-bincang dengan Nikodemus, seorang pemuka agama Yahudi, yang bertanya tentang syarat untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah. Yesus menjawab
SUKACITA DALAM MEWARTAKAN INJIL
NAFIRI JUN15.indd 32
6/23/15 8:29 AM
“Kamu harus dilahirkan kembali.” (Yohanes 3:7). Yang kedua kali adalah saat Yesus memberikan perintah baru kepada kesebelas murid-Nya bagaimana Ia ingin dunia mengenal murid-muridNya, lalu Yesus memerintahkan mereka dengan berkata “… kamu harus saling mengasihi.” (Yohanes 13:34). Yang ketiga adalah saat Yesus berkata kepada murid-muridNya: “Tetapi kamu juga harus bersaksi.” Bersaksi termasuk salah satu dari tiga keharusan yang dicatat oleh Injil Yohanes. Injil Yohanes sebagai Injil Kesaksian Pentingnya dan seriusnya tanggung jawab dalam bersaksi ini pun bisa kita lihat dari cara rasul Yohanes menyusun bahan-bahan untuk Injilnya. Dengan melihat gambaran besar Injil Yohanes, kita akan heran bagaimana Injil ini mempunyai bentuk sastra (genre) yang berbeda dari ketiga Injil lainnya. Bentuk sastra Injil Yohanes adalah kesaksian1. Injil Yohanes dimulai dengan memperkenalkan seorang utusan Allah yang bernama Yohanes2. Dan rasul Yohanes tidak menyebut Yohanes dengan tambahan gelar “Pembaptis”, tetapi hanya menyebutkannya sebagai seorang saksi (1:7). Injil Yohanes diakhiri dengan kata penutup yang menyebutkan bahwa rasul Yohanes sendiri pun menuliskan Injilnya sebagai sebuah kesaksian (21:24). Di tengah-tengah Injilnya, ia menyertakan daftar orang-orang yang juga memberi kesaksian tentang Yesus sebagai Mesias dan Anak Allah. Di pasal 4, rasul Yohanes memasukkan seorang perempuan sebagai seorang yang memberi kesaksian tentang Yesus (4:39). Hal ini tentu saja mengejutkan karena budaya saat itu menganggap perempuan bukanlah saksi yang kredibel, apalagi perempuan ini adalah seorang Samaria, musuh Israel.
1
Dean Deppe, “The Exegetical Lenses Needed to Interpret the Gospel” (diktat STTRI 2015)
Yohanes yang dimaksud di sini adalah Yohanes Pembaptis. Bedakan dengan rasul Yohanes murid Yesus dan yang juga penulis Injil Yohanes. 2
Nafiri JUNI 2015
NAFIRI JUN15.indd 33
33
6/23/15 8:29 AM
Namun meskipun demikian, Yohanes mencatat buah yang luar biasa dari kesaksian perempuan Samaria ini: “Dan banyak orang Samaria dari kota itu telah menjadi percaya kepada-Nya.” (4:39). Di pasal 12, saat Yesus membangkitkan Lazarus dari kubur, rasul Yohanes mencatat bahwa orang banyak yang melihat langsung kuasa Yesus tersebut kemudian memberikan kesaksian tentang Yesus (12:17). Dan hasilnya pun mencengangkan. Banyak orang yang mendengarkan kesaksian tersebut mengikut Yesus. Bahkan orang-orang Farisi memberikan komentar dengan gaya bahasa hiperbola, “Lihatlah, seluruh dunia datang mengikuti Dia.” (12:19). Bukan hanya saksi hidup, pekerjaan-pekerjaan3 Yesus sendiri pun dipandang oleh Yesus sebagai sebuah kesaksian tentang Diri-Nya sendiri. Dua kali Yesus mengatakan hal ini (5:36; 10:25). Hebatnya, apa yang dikerjakan Yesus itu merupakan kesaksian yang lebih penting dari pada kesaksian Yohanes (5:36)– nabi yang diakui Yesus sendiri sebagai nabi yang terbesar (Lukas 7:26,28). Yang paling mencengangkan dari catatan rasul Yohanes ini adalah catatan Yohanes tentang ketiga Pribadi Allah Tritunggal yang memberi kesaksian tentang Ketaatan kita kepada Yesus. Yohanes mencatat, dengan mengutip perintah-Nya akan perkataan Yesus sendiri–bahwa Allah Bapa mendatangkan sukacita bersaksi tentang Yesus (5:37; 8:18): yang pertama saat Yesus dibaptis oleh Yohanes Pembaptis (Matius 3:17), dan yang kedua adalah saat peristiwa Yesus dimuliakan di atas gunung (Matius 17:5). Dalam kedua peristiwa ini, Allah Bapa bersaksi bahwa Yesus ini adalah “Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan.” Tidak berhenti di situ, Yesus sendiri pun bersaksi tentang Diri-Nya sendiri (8:14,18), dan yang terakhir, Yohanes mencatat bahwa Allah Roh Kudus diutus untuk bersaksi tentang Yesus (15:26).
3 Mungkin sekali pekerjaan-pekerjaan yang dimaksud di sini adalah mujizat-mujizat Yesus. Karena perikop sebelum Yesus berkata tentang hal ini (5:37) adalah perikop yang mengisahkan tentang mujizat penyembuhan yang dilakukan Yesus di kolam Betesda dengan menyembuhkan seorang yang telah lumpuh selama 38 tahun. Dan perikop setelah Yesus berkata yang kedua kali tentang hal ini (8:18) juga merupakan kisah mujizat, dimana Lazarus yang telah mati 4 hari dibangkitkan Yesus.
34
SUKACITA DALAM MEWARTAKAN INJIL
NAFIRI JUN15.indd 34
6/23/15 8:29 AM
Mulai dari pasal pertama sampai dengan pasal terakhir dalam Injilnya, rasul Yohanes mendaftarkan orang-orang yang telah bersaksi tentang Yesus. Dimulai dengan Yohanes Pembaptis, perempuan Samaria, orang-orang banyak yang berbeda-beda status ekonomi dan sosialnya, bahkan Allah Bapa, Yesus Kristus, dan Roh Kudus, dan rasul Yohanes sendiri telah tampil untuk memberi kesaksian tentang Yesus. Sekarang giliran kita untuk memberi kesaksian tentang Yesus, tentang siapa Yesus dan tentang apa yang Yesus telah, sedang dan akan perbuat supaya manusia berdosa beroleh hidup yang kekal. Sukacita dalam Bersaksi Bersaksi akan mendatangkan sukacita. Yesus sendiri yang mengatakan hal tersebut saat Ia berkata: “Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya sukacita-Ku ada di dalam kamu dan sukacitamu menjadi penuh.” (15:11). Kata “semuanya itu” menunjuk kepada semua perintah dan ajaran Yesus. Ketaatan kita kepada perintah-Nya akan mendatangkan sukacita. Salah satu perintahNya yang terpenting adalah kewajiban kita untuk bersaksi. Maka, bersaksi pasti mendatangkan sukacita. Sukacita yang dijanjikan Yesus bukan sukacita yang dari dunia, juga bukan sukacita yang dikenal oleh dunia, tetapi sukacita sorgawi yang dunia tidak kenal dan tidak mampu berikan. Sukacita itu adalah sukacita yang penuh. Namun kita mesti ingat bahwa semua yang dijanjikan Yesus sifatnya adalah already-but-notyet (sudah-tapi-belum), sudah diberikan tapi belum diberikan secara sempurna. Artinya, kita baru mencicipi janji-Nya.Saat kita bersaksi, meski dunia menolak dan mengucilkan kita, tapi kita pun bisa mencicipi sukacita sorgawi, sukacita yang saat ini dinikmati Yesus di surga. Sering kita berpikir bahwa ketaatan tidak ada hubungannya dengan sukacita. Kita sulit percaya bahwa ketaatan kepada perintah Yesus bisa mendatangkan sukacita. Karena memang sudah tertanam dalam hati kita–sering kali tanpa sadar–bahwa ketaatan membawa kepada dukacita, perasaan bersalah dan keadaan tertekan. Padahal sebaliknya, ketaatan sungguh bisa mendatangkan sukacita. Masalah terbesar misi adalah memotivasi suatu jemaat setempat untuk bersaksi tentang Yesus kepada orang-orang yang sering mereka jumpai, entah Nafiri JUNI 2015
NAFIRI JUN15.indd 35
35
6/23/15 8:29 AM
Orang Kristen tidak bersaksi di kantor, tempat usaha, atau tetangga karena tidak percaya rumah. Kenapa orang-orang Kristen bahwa bersaksi akan begitu enggan menanggapi perintah mendatangkan sukacita bersaksi yang begitu penting dan serius sorgawi di mata Yesus? Karena orang-orang Kristen tidak anggap serius dan penting untuk bersaksi. Orang-orang Kristen lupa akan identitasnya, bahwa kita dipilih Allah sebagai suatu umat untuk membawa kesaksian tentang Yesus. Dan alasan yang terutama lebih karena ketidaktahuan atau malah karena ketidakpercayaan bahwa bersaksi akan mendatangkan sukacita sorgawi, kini di bumi ini dan nanti di surga. Pengalaman jemaat mula-mula membuktikan kebenaran janji Yesus (Kisah Para Rasul 13:52). Setelah Roh Kebenaran dicurahkan di hari Pentakosta, para murid dengan berani bersaksi tentang Yesus yang adalah Allah. Jumlah orangorang percaya bertambah berkali lipat, karena semua murid tanpa kecuali pergi bersaksi. Meskipun mereka mengalami aniaya, pengucilan, bahkan kematian; mereka tidak berhenti bersaksi, karena Roh Kebenaran itu juga adalah Penghibur, yang diutus untuk mengingatkan orang-orang percaya akan sukacita karena terus bersaksi tentang Yesus. Janji akan sukacita sorgawilah yang juga mendorong Yesus untuk tetap tekun melakukan tugas-Nya meski dunia menghina dan membuat-Nya menderita. Ia tetap bertekun melakukan seluruh tugas-Nya dengan sempurna (Ibrani 12:2). Karena itu, sebelum kita bersaksi tentang Yesus, marilah kita senantiasa punya waktu untuk terlebih dulu diam dan mengarahkan pandangan kita kepada Yesus. Sebab Yesus telah meninggalkan teladan bagaimana janji akan sukacita sempurna benar-benar menjadi alasan Yesus untuk mengabaikan kehinaan dan tekun memikul salib guna menyelesaikan tugas-Nya dengan sempurna. Gereja yang tidak terlibat dalam misi akan segera mati; dan kaum awam adalah ujung tombak misi; karena kaum awamlah yang mempunyai interaksi tak terhindarkan dengan orang-orang tidak percaya baik di kantor, di tempat usaha dan di mana pun / Penulis adalah lulusan Sekolah Tinggi Teologi Reformed Injili (STTRI), saat ini melayani di GKY BSD sebagai Pembina Komisi Remaja. 36
SUKACITA DALAM MEWARTAKAN INJIL
NAFIRI JUN15.indd 36
6/23/15 8:29 AM
Nafiri JUNI 2015
NAFIRI JUN15.indd 37
37
6/23/15 8:30 AM
Barry Likumahuwa
Tangan Tuhan dalam Hidup
Barry
38
SUKACITA DALAM MEWARTAKAN INJIL
NAFIRI JUN15.indd 38
6/23/15 8:30 AM
/ Edna Pattisina /
N
a m a pemuda berusia 31 tahun ini Elseos Jeberani Emanuel Likumahuwa. Bercakap-cakap dengannya seperti bertemu dengan teman lama. Rasanya akrab. Kebetulan, rumahnya juga tidak jauh-jauh dari GKY BSD, yaitu di seputaran Ciputat.
Hingga kini, ia masih datang ke GPIB Bahtera Iman di kompleks Bukit Nusa Indah, Ciputat, untuk jadi guru sekolah minggu. Terakhir, ia datang 2 minggu sebelumnya untuk mengajar. Sudah bertahun-tahun ia mengajar sekolah minggu dan tetap konsisten walaupun kesibukannya sebagai musisi semakin banyak. Alasannya sederhana, karena ia mencintai Tuhan dan karena Tuhan telah mencintainya lebih dulu.
Nafiri JUNI 2015
NAFIRI JUN15.indd 39
39
6/23/15 8:30 AM
Pemuda ini lebih dikenal dengan nama Barry Likumahuwa. Ia terkenal terutama di kalangan penggemar jazz Indonesia yang walaupun terbatas tapi juga peka dengan karya-karya bagus. Kalau dilihat sekilas, penampilannya biasa saja, cenderung sederhana dengan jins dan t-shirtnya. Ia juga cenderung kalem, tidak banyak bicara. Padahal, sosok ini kerap disorot sebagai salah satu musisi jazz muda yang paling bersinar saat ini. Berbicara tentang gitaris, apalagi bassis, nama Barry selalu masuk dalam tiga besar terbaik se-Indonesia. Di temui di kawasan Gandaria City dalam acara kebaktian musisimusisi Kristen, Barry tampak patuh mengikuti petunjuk dirigennya. Ia tidak terlihat ingin menonjolkan diri, dan hanya tekun mengikuti irama sambil membetot basnya. Usai latihan sebelum kebaktian, Barry mendekati NAFIRI yang duduk di bangku jemaat dan mengangguk-angguk saat membuka-buka edisi sebelumnya. Ia tampak menunggu pertanyaan. Pembicaraan berlangsung santai, walau sesekali Barry terdiam berpikir, bahkan sempat matanya berkacakaca. 40
“Jadi, Barry. Kami ingin tahu, bagaimana ‘tangan’ Tuhan dalam hidup Barry?” tanya NAFIRI. “Hm ... kalau itu susah jawabnya,” kata Barry. “Lho kenapa?” “Ya karena semuanya dalam hidup saya itu anugerah Tuhan,” jawabnya. Maka pemaian bas kawakan ini pun bercerita bahwa sebenarnya ia tidak pernah belajar bermain bas. Namun, ia mengakui ia tidak asing dengan alat-alat musik seperti terompet yang sudah mulai ia coba tiup beberapa nada sejak usia 4 tahun. Tapi yang menarik, saat ia menemukan bas. Atau, mungkin lebih tepatnya, bas yang menemukannya. Suatu hari, saat ia duduk di penghujung Sekolah Dasar, ia main ke rumah teman sekelasnya. Saat itu di rumah kawannya sedang memutar lagu-lagu Kahitna yang memang sedang naik daun. Di salah satu lagu yang paling hit, yaitu “Cerita Cinta”, Barry dengan otomatis menggumamkan dengan mulut suara bas yang ada di lagu tersebut. Ia sendiri heran pada dirinya. Kenapa ia dengan begitu mudah sekaligus pas bisa memasukan nada-nada bas tanpa ada persiapan sebelumnya.
SUKACITA DALAM MEWARTAKAN INJIL
NAFIRI JUN15.indd 40
6/23/15 8:30 AM
uw a P ro je ct B ar ry Li ku m ah
G le nn Fr ed ly B ar ry d en ga n
Sesampai di rumah, ia mencoba bass line itu di gitar, dan ternyata cocok. Sejak saat itu, ia tidak lepas dari bas. Walaupun sejak kecil akrab dengan dunia musik mengingat ayahnya, Benny Likumahuwa adalah musisi jazz, Barry tidak pernah khusus belajar bas hingga sekarang. Ia menjadi seorang autodidak yang belajar sendiri dan mencoba-coba terus. Ia pernah ikut kursus musik selama 2 tahun di Farabi untuk membuatnya mendalami teori musik.“Buat saya, itu memang ya dikasih Tuhan saja,� kata Barry santai.
Ia tidak banyak bercerita bagaimana bas menjadi dunianya dan membawa namanya berkeliling dunia. Sepertinya buat Barry, bermain bas dan jazz adalah seperti ia bernapas, sesuatu yang ia lakukan secara otomatis. Namun, kalau ditelisik berbagai sumber di media massa, tercatat kalau Barry pernah berkolaborasi dengan Glenn Fredly, Andien, Marcel, Agnes Monica, Dewi Sandra, dan menjadi duta beberapa produk musik seperti G&L Bass dan Gallien Krueger Amps. Ia juga tampil di berbagai festival jazz di Bangkok dan Taiwan serta bermain bersama berbagai musisi jazz dari Amerika Serikat, Prancis, dan Singapura.
Nafiri JUNI 2015
NAFIRI JUN15.indd 41
41
6/23/15 8:30 AM
Lahir di Jakarta, 14 Juni1983, Barry bercerita entah kenapa dari awal dia memang merasa dekat dengan Tuhan. Kalau anak-anak lain malas ke sekolah minggu, Barry malah dengan keinginan sendiri ingin segera datang ke sekolah minggu. Ia bahkan berusaha keras untuk tidak membolos. Padahal, kedua orangtuanya tidak mewajibkannya. Saudara-saudaranya juga tidak serajin Barry. Barry bercerita, sepanjang hidupnya ia tidak pernah hidup di luar Tuhan. Salah satu yang menjadi concern-nya saat ini adalah dua saudaranya yang menjadi mualaf. “Kalau saya, mau dibilang rajin juga tidak. Saya bukan orang yang selalu saat teduh, tapi saya selalu bersama-sama dengan Tuhan Yesus,” ceritanya. Kebersamaan dengan Tuhan ini ia rasakan dalam keseharian yang sederhana. Terkadang kalau sedang menyetir sendiri, ia merasa seperti sedang bercakap-cakap dengan Tuhan. Dalam proses ia berkarya, entah kenapa ide bisa tiba-tiba datang sendiri. Dan ia percaya, semua ide itu datang sebagai anugerah Tuhan, tanpa ia banyak berusaha atau memaksa dirinya untuk berkarya. Oleh karena itu, walaupun berada di dalam
42
“
... semuanya dalam hidup saya adalah anugerah Tuhan.
”
dunia seni yang banyak pergaulan bisa menjerumuskan ke narkoba demi alasan kreativitas, tapi Barry tidak pernah menyentuhnya. Ia tidak butuh narkoba. Ia memiliki sumber kekuatan, sumber energi, dan sumber inspirasi dari yang Maha Hebat. “Di dunia musik itu drugs bisa bertebaran begitu saja. Kadang-kadang malah kita gak usah bayar, dikasih aja,” ceritanya. Ditanya soal perjalanannya dengan Tuhan yang paling ia ingat belakangan ini, Barry terdiam sejenak. Matanya berkaca-kaca. Kejadiannya baru seminggu sebelumnya. Barry mendapat undangan untuk tampil di Bandung. Kontrak sudah ditandatangani, ia pun sudah mengumpulkan beberapa kawan yang sering diajak tampil bersama.
SUKACITA DALAM MEWARTAKAN INJIL
NAFIRI JUN15.indd 42
6/23/15 8:30 AM
Undangan dan tiket di Bandung juga sudah habis terjual. Tiba-tiba Barry merasa badannya panas. Toh ia tetap memaksa untuk latihan. Pikirnya, ia bertanggung jawab pada acara dan teman-temannya. Acara tinggal 3 hari lagi. Namun, rupanya tubuhnya tidak tahan. Ia terkapar tidak bisa bangun. Ia lalu mengontak manajernya dan mempersiapkan kondisi terburuk. Ia menyerah. Kondisi fisik tidak bisa dipaksa. Kemungkinan terburuk adalah kena penalti dari panitia. Tengah malam, Barry tiba-tiba ingin menyanyi. Ia lalu mengambil gitar dan mulai memuji Tuhan. Sepenuh hati ia menyanyi, tanpa peduli panas tubuhnya. Sekujur badannya lalu berkeringat dan suhu badannya turun. Siang itu ia langsung berangkat ke Bandung untuk memenuhi janji. “Pas main, badan segar. Tapi begitu selesai, langsung tepar. Ternyata saya kena cacar,” katanya sambil menunjuk bekas-bekas cacar di wajah dan tangannya.
Karir musik Barry di bidang jazz telah berlangsung cukup lama. Ia pertama kali memperoleh honor dari musik saat ia berusia 17 tahun. Ia mulai merilis album solo pertama Good Spell tahun 2008 dilanjutkan dengan Generasi Synergy bersama BLP (Barry Likumahuwa Project). Tahun 2014, BLP merilis album keduanya yang berjudul Innerlight, kerja sama dengan Indra Aziz, Soulmate, Bayu Risa, dan Glenn Fredly. Di iTunes, album ini menduduki posisi pertama sebagai album yang paling banyak di-download di minggu pertamanya. Yang unik, Barry mengatakan, ia tidak pernah punya ambisi akan ke mana ia merencanakan karir musiknya. Baginya, semua sudah dipersiapkan oleh Tuhan. Ia tidak menetapkan target pencapaian karirnya dari tahun ke tahun. Ia tidak takut dengan persaingan, tidak takut ‘dipotong’ teman, dan tidak takut tidak lagi dianggap penting.Toh ia belajar bahwa setiap langkahnya sudah diatur oleh Tuhan. Misalnya, selama bertahun-tahun ia berambisi untuk menjadi produser album musik. Secara teknis, hal itu bukanlah hal yang mustahil, tapi ketika semua sudah tersusun sesuai rencana, tibatiba saja berantakan dan batal. “Eh Nafiri JUNI 2015
NAFIRI JUN15.indd 43
43
6/23/15 8:30 AM
suatu hari, tiba-tiba ada yang telepon, minta aku jadi produser. Habis itu, semua tiba-tiba lancar dan jadi deh albumnya,” cerita Barry. Barry mengatakan, ia bersyukur di tengah kehidupan artis dan pemusik yang glamor, ia dari kecil dibiasakan ayahnya untuk berhemat. Di keluarganya memang tidak semua keinginan anak dikabulkan. Sehingga, Barry ingat kalau sejak kecil ia ke sekolah dengan sepatu yang murah meriah dan tetap percaya diri. Hal ini yang menjadi bekalnya untuk tidak terpengaruh gaya hidup kawankawannya. Dalam soal keuangan pun, Barry menyerahkan sepenuhnya pada Tuhan. Ia bahkan tidak berpikir untuk menumpuk banyak uang. Rejeki toh akan datang padanya, yang penting ia punya dasar untuk bisa berkarya. “Pokoknya, keluarga dan pacar saya sudah tahu. Kalau saya pergi naik motor, nah itu berarti lagi nggak ada uang. Pernah malah belum lama ini, uang di saku cuman Rp7.000,” kata dia. Akan tetapi, Barry yakin semua kebutuhannya akan dipenuhi Tuhan. Oleh karena itu, ia tidak heran kalau sedang tidak ada uang; tiba-tiba ia dapat tawaran manggung, ada teman yang membayar, atau bahkan 44
beberapa kali ada uang yang masuk ke ATM nya tanpa ia ketahui dari mana. “Aneh deh … bisa tiba-tiba ada dana masuk. Mungkin saya juga lupa ya. Tapi ya pernah sampai saya tanya ke mana-mana tidak ada yang ngaku,” kata Barry. Hidup di dalam Tuhan tidak membuat Barry membesarkan dirinya. Ia sadar, kesombongan adalah awal kehancuran. Namun, ia mengakui, sebagai musisi muda, ada saat-saat di dalam dirinya dimana ia merasa berhasil. Ia merasa hebat. Dan ia merasa terkenal dan dikenal dengan pamor tertentu di dunia musik jazz tanah air. Namun, Tuhan pun tidak membiarkannya sombong. Ia ingat, beberapa hari setelah albumnya mendapat pujian, sejenak ia merasa telah memasuki sebuah pencapaian penting dalam karirnya. Sekilas, sebagai seniman tentunya hal ini wajar-wajar saja. “Saya merasa udah jadi seseorang,” katanya. Namun, ketika ia harus tampil di Rolling Stone Cafe, ia menemukan kenyataan lain. Ketika sedang melakukan check sound yang tentunya merasa penting sebagai artis, ia ketemu batunya. Ia diteriakin orang yang menyuruhnya diam dan jangan berisik. “Di situ saya sadar kalau saya bukan siapa-siapa,” cerita Barry.
SUKACITA DALAM MEWARTAKAN INJIL
NAFIRI JUN15.indd 44
6/23/15 8:30 AM
Kita semua memang bukan siapa-siapa. Akan tetapi, Tuhan memakai sosok seperti Barry dan memperlengkapinya dengan anugerah berupa bakat bermusik. Namun, dari Barry kita belajar kalau yang terpenting itu bukan berkat, tetapi Tuhan yang memberikan berkat itu. Dunia yang tenar dan gemerlap menjadi hal yang redup ketika kita berjalan bersama Tuhan
Nafiri JUNI 2015
NAFIRI JUN15.indd 45
45
6/23/15 8:30 AM
Mewartakan
INJIL
Sebuah Panggilan
46
SUKACITA DALAM MEWARTAKAN INJIL
NAFIRI JUN15.indd 46
6/23/15 8:30 AM
/ GI. Eddy Tan, S.Th. /
P
enginjilan ‘pernah’ beroleh slogan berkaitan itu: sebagai gaya hidup. Namun ada sedikit rancu pada pemeo itu. Gaya hidup adalah sesuatu yang passionnate. Maksudnya itu tidak (harus) melalui pelatihan apa pun, melainkan muncul dari hasrat yang kuat, kecintaan yang sangat.
Penginjilan ‘pernah’ beroleh slogan berkaitan itu: sebagai gaya hidup. Namun ada sedikit rancu pada pemeo itu. Gaya hidup adalah sesuatu yang passionnate. Maksudnya itu tidak (harus) melalui pelatihan apa pun, melainkan muncul dari hasrat yang kuat, kecintaan yang sangat.
Nafiri JUNI 2015
NAFIRI JUN15.indd 47
47
6/23/15 8:30 AM
Hasrat yang kuat untuk mewartakan berita Injil Keselamatan hanya bisa kita miliki bila kita sungguh-sungguh mengalaminya dalam hidup kita pribadi. Juga, pengalaman itu harus berkesan kuat, tak lekang dari ingatan, dan mempengaruhi cara pikir dan hidup kita sampai hari ini. Ini yang dilihat rasul Paulus pada Injil, sebagai ’kekuatan Allah’ yang menyelamatkan semua orang lintas bangsa dan bahasa (Roma 1:16). Injil sebagai kekuatan Allah yang menyelamatkan orang percaya, adalah Injil yang bertolak dari iman setiap pribadi yang mau percaya dalam kasih penebusan Kristus, dan kebenaran Allah yang nyata dalam Injil Kristus itu memimpin hidup setiap orang percaya untuk mampu hidup beriman (ayat 17). MEWARTAKAN INJIL ADALAH PANGGILAN BERMISI SETIAP UMAT ALLAH PENEBUS Panggilan kita sebagai umat Allah adalah panggilan untuk bermisi, mewartakan Allah Pencipta, Penebus dan Pemelihara. Sejak zaman Nuh, Allah telah menetapkan tugas pewartaan akan penghakiman karena dosa-dosa manusia dan kerelaan kasih-Nya yang berkenan menyelamatkan yang mau percaya pada-Nya. Babak baru dalam pewartaan paska Nuh adalah panggilan Abraham untuk keluar dari negerinya, menjadi musafir menuju tanah perjanjian. Perjalanan musafir Abraham bukan tanpa misi. Abraham dipanggil untuk senantiasa membangun mezbah (beribadah) bagi Allah (Kejadian 12:8)—sebuah pewartaan untuk menyembah Allah yang benar, Pencipta langit dan bumi, Allah yang hidup dan bukan seperti para berhala yang mati. Kehidupan beriman yang bermisi ini memuncak pada masa Perjanjian Baru. Dimulai dari pewartaan Yohanes Pembaptis yang menunjuk pada Yesus Kristus, Sang 48
SUKACITA DALAM MEWARTAKAN INJIL
NAFIRI JUN15.indd 48
6/23/15 8:30 AM
Hasrat yang kuat untuk mewartakan Injil Keselamatan hanya bisa kita miliki bila kita sungguh-sungguh mengalaminya dalam hidup kita pribadi
Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia (Yohanes 1). Lalu pewartaan yang dilakukan Kristus sendiri (Matius 4:17). Pada peristiwa Pentakosta, para rasul yang diwakili Petrus mewartakan berita Injil dengan lantang (Kisah Para Rasul 2). Pada gilirannya, gaya hidup bersaksi mulai menjadi ciri jemaat Kristus sejak penganiayaan di Yerusalem, yang membuat mereka tersebar di perantauan. Kisah Para Rasul memberikan catatan penting: “Pada waktu itu mulailah penganiayaan yang hebat terhadap jemaat di Yerusalem. Mereka semua, kecuali rasul-rasul, tersebar ke seluruh daerah Yudea dan Samaria .... Mereka yang tersebar itu menjelajah seluruh negeri itu sambil memberitakan Inji.� (Kisah Para Rasul 8:1, 4). PEWARTA ADALAH GAYA HIDUP SEORANG SAKSI, BUKAN PEMBEO Penganiayaan dan kebencian yang membayangi ternyata bukanlah halangan bagi jemaat Kristus mula-mula. Semua itu tidak mampu membungkam hasrat yang menggelora untuk menceritakan betapa Kristus adalah Tuhan dan Penebus yang menyelamatkan orang yang mau bertobat dan percaya. Kita bisa memahami hasrat kuat dari jemaat mula-mula itu dengan gambaran orang yang mengalami lolos dari maut. Katakanlah Joni (tentu bukan nama sebenarnya), dalam perjalanan pulang dari tempat kerja, terancam sebuah truk bermuatan berat yang blong remnya. Truk itu meluncur tepat di belakangnya, tanpa ia sadari. Joni hanya mendengar teriakan-teriakan yang tak jelas di belakangnya, deru yang semakin mendekat, dan pada detik-detik terakhir ia mendengar tabrakan yang bunyinya menggemuruh menakutkan. Segera Nafiri JUNI 2015
NAFIRI JUN15.indd 49
49
6/23/15 8:30 AM
meminggirkan motor dan berhenti untuk melihat apa yang sedang terjadi, ia mendapati sebuah truk dalam posisi melintang sehabis menabrak sebuah kios di pinggir jalan hingga ambruk. Truk itu berhenti hanya sekitar 2 meter dari tempat ia meminggirkan motornya. Rupanya sang supir pada saat terakhir memilih menabrakkan truknya ke kios yang berdiri di sebelah pohon berbatang besar di pinggir jalan, ketimbang meluncur dan menghantam Joni yang sedang mengendarai motor tanpa sadar ancaman maut meluncur di belakangnya. Bagaimana sikap Joni ketika tiba di rumahnya paska pengalaman selamatnya yang horor itu? Sewajarnya, pengalaman itu menjadi pengalaman yang tak terlupakan seumur hidupnya. Menceritakan kembali betapa ia nyaris meninggal tergilas truk yang blong rem akan menjadi semacam ‘kebiasaan berkisah’ Joni seumur hidupnya. Keluarga—dekat
Setiap orang percaya, bila benar-benar mengalami kasih dan penebusan Kristus, ia tidak akan diam saja untuk tidak menceritakannya kepada orang lain maupun jauh, tetangga, teman-teman kerja, jemaat di gerejanya, bahkan sampai ke cucu dan orang-orang yang bersedia mendengarkan kisah selamatnya yang menegangkan itu. ‘Kebiasaan berkisah’ yang tak pernah akan dengan bosan Joni ceritakan, itulah pengalaman hidup seorang yang mengalami keselamatan dari ancaman maut karena dosa. Pengalaman yang tak pernah bosan untuk diceritakan pada orang lain. Pengalaman yang telah mengubah banyak hal dalam hidup, baik cara pandang hidup sampai cara menjalani hidup. Selamat dari ancaman maut sewajarnya menjadi topik yang dengan penuh syukur akan kita sampaikan sampai berapa kali pun kepada siapa pun yang bersedia mendengarkannya.
50
SUKACITA DALAM MEWARTAKAN INJIL
NAFIRI JUN15.indd 50
6/23/15 8:30 AM
Tentu akan berbeda bila Tomi, teman Joni, yang menceritakan kisah selamat itu. Tomi tidak mengalaminya sendiri. Ia hanya mengulangi kisah yang Joni sampaikan dengan penuh ketegangan dan penuh rasa syukur karena selamat dari maut. Begitulah setiap orang percaya, bila benar-benar mengalami Kristus yang mengasihi dan menebusnya, ia tidak akan diam saja untuk tidak menceritakannya kepada orang-orang lain. Berbeda bila orang percaya ini hanya membeo kesaksian atau isi khotbah Injil yang disampaikan orang lain, passion dan sukacitanya jauh lebih kecil, bahkan mungkin bisa tanpa emosi sama sekali. Pembaca terkasih, anda yang sekarang sedang membaca tulisan ini, apakah sudah mengalami keajaiban selamat dari ancaman maut yang jauh lebih mengerikan dari cerita selamatnya Joni? Bila sudah mengalami, masakan anda tidak sudi dengan penuh hasrat dan sukacita menyampaikannya pada siapa pun yang mau mendengarkan anda?
/ Penulis memperoleh gelar S.Th dari Seminari Alkitab Asia Tenggara (SAAT). Saat ini melayani sebagai Pengerja Gereja Sidang Kristus Bandung dan Guru Agama SD & SMP SKKK Bandung.
Nafiri JUNI 2015
NAFIRI JUN15.indd 51
51
6/23/15 8:30 AM
Retret Peserta Katekisasi
Perdana 2015
A
da yang baru dalam program katekisasi di GKY BSD di tahun 2015 ini. Jika sebelum-sebelumnya peserta katekisasi calon baptis dan sidi hanya mengikuti pertemuan di kelas, kini ada program tambahan berupa retret yang perdana diadakan mulai tahun 2015 ini. Mengingat jumlah peserta kelas katekisasi semester satu tahun ini tidak terlalu banyak, retret perdana ini ditawarkan juga kepada peserta atestasi semester satu tahun 2015. Mengambil lokasi di Rumah Doa Bethel, Lembang, retret satu malam ini diadakan mulai tanggal 14–15 Mei 2015. Pdt. Joni Sugicahyono memulai membuka retret ini dengan sesi Kebaktian Kebangunan Rohani. Dalam kebaktian pembuka ini seluruh peserta
52
SUKACITA DALAM MEWARTAKAN INJIL
NAFIRI JUN15.indd 52
6/23/15 8:30 AM
ditantang untuk menerima Yesus dan meneguhkan komitmen untuk hidup bagi Tuhan Yesus. Sesi selanjutnya diisi dengan perenungan singkat tentang doa dan solitude oleh GI. Feri Irawan dan rangkaian acara malam itu ditutup dengan seluruh peserta diajak untuk mempraktekkan solitude. Keesokan paginya peserta diajak untuk bersaat teduh pribadi. Fasilitas ruang-ruang doa dan suasana pagi yang hening membuat peserta larut dalam kebersamaan dengan Tuhan. Setelah sarapan, peserta kembali diisi oleh kebenaran firman tentang mengapa orang Kristen harus melayani yang dibawakan oleh GI. Chandra Arifin. Dalam sesi ini selain diisi dengan metode permainan dan tes karunia roh, juga dipresentasikan bidang-bidang pelayanan yang ada di GKY BSD. Rangkaian acara siang itu ditutup dengan ibadah komitmen oleh Pdt. Joni. Dalam kesan dan pesan secara tertulis beberapa peserta menuliskan bahwa diadakannya retret ini sangat baik untuk belajar mempraktekkan doa dan saat teduh yang mendamaikan hati serta bisa makin dalam belajar firman Tuhan. Sebagian peserta malah mengharapkan retret ini bukan hanya dua hari satu malam, tetapi bisa diadakan tiga hari dua malam. Kiranya melalui retret perdana peserta katekisasi ini berdampak bagi kesegaran rohani seluruh peserta untuk tetap semangat berjalan di dalam Yesus Kristus
/GI. Feri Irawan
Nafiri JUNI 2015
NAFIRI JUN15.indd 53
53
6/23/15 8:30 AM
Seandainya Andrew Chan Mengenal Albert Einstein
“
“
A table, a chair, a bowl of fruit and a violin; what else does a man need to be happy?
K
alimat itu dikatakan oleh Albert Einstein, seorang jenius Yahudi kelahiran Jerman di tahun 1879 yang dikenal menemukan The Theory of Relativity.
54
Einstein dikukuhkan sebagai Professor Extraordinary di Zurich ketika usianya masih sangat belia, 30 tahun. Tidak berhenti sampai di situ, Einstein dikukuhkan kembali sebagai Professor of Theoretical Physics di Prague 2 tahun kemudian, dan Professor di University of Berlin 3 tahun kemudian. Jadi pada umur semuda itu, 35 tahun, Einstein sudah mempunyai tiga gelar professor dari tiga tempat yang berbeda.
SUKACITA DALAM MEWARTAKAN INJIL
NAFIRI JUN15.indd 54
6/23/15 8:30 AM
/ Titus Jonathan / Einstein mendapat Nobel di bidang Fisika pada tahun 1921. Ia pindah ke Amerika Serikat dan menjadi warga negara Amerika pada tahun 1940 serta mengajar di University of Princeton, New Jersey. Ketika berlangsung Perang Dunia II, hatinya terkoyak melihat bangsanya dikejar-kejar dan dibantai oleh tentara Nazi. Einstein anti perang sehingga ia ingin agar perang segera dihentikan. Karena kekhawatirannya bahwa Hitler sedang mengembangkan senjata pemusnah, Einstein menulis surat kepada President Roosevelt dan mendorong Amerika untuk sesegera mungkin mendahului membikin bom atom untuk menghentikan Hitler. Maka dibentuklah sebuah proyek yang dinamakan The Manhattan Project. Pada tahun 1945 Perang Dunia II berakhir setelah Amerika menjatuhkan bom atom ke kota Hiroshima dan Nagasaki. Walaupun bom atom yang dikerjakannya itu telah menghentikan perang, namun kedahsyatan dan kengerian yang diakibatkannya begitu mengusik Einstein setelahnya. Setahun sebelum
ia meninggal, di tahun 1954 ia berkata kepada sahabatnya, Linus Pauling, “I made one great mistake in my life ‌ when I signed the letter to President Roosevelt recommending that atom bombs be made.â€? Sebuah meja, kursi, semangkuk buah-buahan dan nada-nada indah dari biola; itulah konsep sederhana Einstein tentang kebahagiaan. Di tengah-tengah kesibukannya mengajar dan mengutak-atik rumusrumus fisika; Einstein bermain biola, memainkan komposisi dari Bethoven dan Mozart. Siapa pasangan bermain musiknya? Tidak tanggung-tanggung, ia adalah Max Planck, seorang fisikawan yang menemukan The Theory of Quantum. Max Planck mendapat Nobel Fisika tahun 1918. Bayangkan jika dua orang jenius yang sama-sama peraih Nobel memainkan musik. Mungkin sebuah komposisi lagu di tangan mereka berubah menjadi hidup dan menari-nari, karena not-not balok itu tidak asal dibunyikan tetapi ditransformasikan dulu memakai rumus-rumus fisika. Hmmm ‌ menarik. Nafiri JUNI 2015
NAFIRI JUN15.indd 55
55
6/23/15 8:30 AM
Einstein mendengarkan dan memainkan musik bukan hanya sekedar hobi, melainkan cinta. Dan dimana ada cinta, di situlah terletak kebahagiaan. “If I were not a physicist, I would probably be a musician. I often think in music. I live my daydreams in music. I see my life in terms of music ... I get most joy in life out of music,� katanya suatu ketika. Itulah rumus Einstein tentang kebahagiaan. Baginya, mungkin, ia hanya perlu meja dan kursi untuk bekerja, mencoret-coret rumus-rumus dan angka-angka di atas kertas. Ketika ia lapar sedangkan pekerjaan masih ‘tanggung’; ia cuma perlu mengunyah anggur, apel, blueberry atau buah pir karena malas untuk mengambil sepiring nasi atau roti. Pada waktu otaknya sudah jenuh karena persamaan matematika dan geometri, ia perlu rehat sejenak mendengarkan musik atau bahkan memainkan biolanya. Pada momen itu mungkin jiwanya begitu lepas dan merdeka. Adakah dalam hidup ini yang lebih bermakna daripada jiwa yang bebas merdeka? Betapa sederhananya untuk menjad bahagia.
56
Jika yang mengatakan konsep sederhana itu adalah seorang pengamen jalanan yang hidupnya papa: tinggal di pinggiran rel kereta api, perabot rumahnya hanyalah sepasang meja kursi dan kasur lipat yang digelar di atas ubin, dan di malam-malam yang sepi hiburannya hanyalah menggesek biola di bawah sinar rembulan; maka konsep itu hanyalah sekedar pelipur lara; sebab ia tidak punya apa-apa selain barangbarang itu. Ia mungkin terhibur sejenak di malam itu tetapi ketika fajar menyingsing beban hidup akan menyapanya karena hari ini ia tidak tahu mau makan apa.
SUKACITA DALAM MEWARTAKAN INJIL
NAFIRI JUN15.indd 56
6/23/15 8:30 AM
Tetapi lihatlah, itu dikatakan oleh seorang Albert Einstein, seorang fisikawan yang dikagumi di abad ke-20 yang punya hampir segala sesuatu (sekalipun ia bukan seorang bilioner–tapi bisa jika ia mau). Ketika ia meninggal di usia 76, dokter yang mengotopsi jasadnya di Rumah Sakit Princeton mengambil otaknya dan disimpan untuk diteliti guna kepentingan keilmuan neuroscience. Para ilmuwan itu penasaran untuk mengetahui terbuat dari apa otaknya hingga ia begitu jenius. Jika dijual, semahal apakah otak Einstein? Seratus juta dolar? Seratus miliar dolar? Jika Einstein ditanya, barangkali ia tidak akan menyebut angka, sebab berapa pun angka yang orang bisa sebutkan untuk membeli otaknya, ia akan menjawab dengan tersenyum. Ia barangkali justru hanya meminta sebuah momen yang bisa membawa hatinya kepada suatu suasana yang peaceful; asal ada meja, kursi, semangkuk buah-buahan dan sebuah biola di dekatnya. Makna dari konsep itu sebenarnya bukan soal meja-kursi-buah-biola yang bisa memberikan kebahagiaan; tetapi yang dimaksud oleh Einstein adalah bahwa kebahagiaan bukan soal uang, emas, mobil mewah, jabatan, dan popularitas. Sebab jika faktor ini yang bisa bikin seseorang bahagia, alangkah malangnya orang biasa, yang tak memiliki uang untuk membelinya.Tetapi nyatanya seseorang bisa bahagia karena nikmatnya makan nasi dan sayur asem, ditambah sambal terasi dan petai. Einstein mengingatkan kita untuk menemukan kebahagiaan dengan apa yang kita miliki, bukan dengan sesuatu yang tidak mungkin kita miliki, dengan sesuatu yang dekat dengan kehidupan kita, bukan dengan sesuatu yang mulukmuluk yang hanya akan menstimulasi keinginan untuk berbuat dosa. Andrew Chan, figur sentral gang Bali Nine dalam perdagangan narkotika internasional yang baru-baru ini dieksekusi mati di Pulau Nusakambangan, tertangkap melakukan bisnis tersebut ketika ia masih berusia 21 tahun–begitu muda. Sebuah media luar negeri menulis bahwa kenekatannya mengorganisir jaringan perdagangan narkotika itu lantaran keinginannya akan uang, mobil mewah, wanita cantik, dan hidup bersenang-senang semasa muda. Nafiri JUNI 2015
NAFIRI JUN15.indd 57
57
6/23/15 8:30 AM
Setelah ia dieksekusi mati, banyak tulisan beredar mengenai pertobatannya ketika ia dipenjara di Kerobokan, Bali. Ia menolak menggunakan penutup mata dalam eksekusi dan terus menyanyikan lagu “Amazing Grace”, yang salah satu teksnya berkata: “Amazing grace how sweet the sounds, that saves a wrecked like me .…” Menjelang eksekusi, ia mengatakan kepada keluarga dan kerabat yang mendampinginya, bahwa ia mempercayakan hidupnya kepada Allah, bahwa tidak ada sehelai rambut kepalanya yang jatuh tanpa seizin Allah. Chan menulis sendiri eulogi menjelang hari eksekusinya (yang kemudian dibacakan pada momen pemakaman jenasahnya di Sidney): “Treat each day as a diamond, for each day is valuable, as you can never buy it back. Learn to use it doing the things you love, spend it with the people you care for most, because we just never know when we will say goodbye.” Di bagian lain Andrew Chan mengatakan bahwa seseorang tidak harus menjadi tua terlebih dahulu untuk mati. Benar, tetapi andaikan langkahnya tidak keliru mungkin ia tidak harus mati di usia yang sangat belia, 31 tahun. Nasihatnya bahwa tiap hari sangat berharga dan tidak mungkin bisa kembali merupakan kesadarannya yang muncul di saat-saat terakhir menjelang kematiannya. Kisah pertobatannya sewaktu di penjara memang menggugah sebagian orang; dan begitu menyayangkan mengapa ia tetap tak terampuni sekalipun ia sudah berubah, sudah bertransformasi menjadi manusia baru. Agaknya kita memang harus rela untuk mengerti, bahwa pengalaman spiritualnya dengan Tuhan tidak bisa menjadi justifikasi untuk menghindari hukum negara. Kita pun tidak pernah bisa mencapai kata sepakat apakah ia selayaknya dihukum mati atau tidak. 58
SUKACITA DALAM MEWARTAKAN INJIL
NAFIRI JUN15.indd 58
6/23/15 8:30 AM
Seandainya Andrew Chan mengenal Albert Einstein, dan belajar nasihatnya tentang kesederhanaan untuk menjadi bahagia; mungkin ia tidak akan berbuat nekat memimpin geng Bali Nine dalam jaringan bisnis narkoba internasional guna memburu mobil mewah, wanita cantik dan hidup bersenang-senang. Seandainya ia tidak bisnis narkoba, ia tidak perlu mati di usia 31 tahun. Seandainya ia tidak mati di usia 31 tahun, mungkin Tuhan bisa memakainya lebih dari keadaan terakhirnya sebagai seorang petobat baru untuk rencana Tuhan yang lain. Tetapi bukankah dalam hidup ini tidak ada kata ‘seandainya’? Tuhan membiarkan Chan untuk selesai sampai di sini, dan kita tidak pernah mengerti mengapa demikian, selain meyakini bahwa hanya kedaulatan Allah yang menjadi jawaban. Mengapa Tuhan tak memberi ‘the second chance’ untuk Andrew Chan, sedangkan untuk Mary Jane Fiesta Veloso, Tuhan meluputkannya (paling tidak hingga hari ini)? Mary Jane tidak akan bisa melupakan menitmenit maut di malam itu ketika namanya tiba-tiba dicoret dari daftar eksekusi. Bukankah hanya kedaulatan Allah semata, ketika beberapa menit sebelum eksekusi dilakukan, Kejaksaan Agung menelepon eksekutor di Nusakambangan agar tiang eksekusi yang sudah dipancangkan untuk Mary Jane dikosongkan? Sebagai sesama insan manusia, terlebih sesama orang yang percaya Kristus Sang Maha Empunya Kedaulatan atas hidup manusia, saya ingin memberikan respek untuk Andrew Chan dan ikut bersimpati dengan keluarga dan sahabat-sahabatnya yang menangisinya. Biarlah ia mengubur masa lalu kelamnya dan pergi sesuai dengan keyakinan imannya: “My last moments here on earth I sang out hallelujah, I ran the good race, I fought the good fight and came out a winner in God’s eyes,” tulisnya di eulogi kematiannya. Seandainya Andrew Chan mengenal Albert Einstein, ia akan belajar menjadi orang besar dengan sederhana. Einstein tidak silau dengan kehidupan glamor bergelimang harta dan popularitas. Kalau mau ia sudah menjadi Presiden Israel karena bangsanya sendiri memintanya untuk pulang dari Amerika dan menjadikannya pemimpin, tetapi ia menolak tawaran tersebut. Ia lebih memilih mendirikan universitas–The Hebrew University of Jerusalem–agar bangsanya bisa mencetak generasi brilian. Sebuah meja, kursi, semangkuk buah-buahan dan keindahan suara biola; apalagi yang kita butuhkan untuk menjadi bahagia?
(Ralph Waldo Emerson) Nafiri JUNI 2015
NAFIRI JUN15.indd 59
“
“
A great man is always willing to be little
59
6/23/15 8:30 AM
Why Youth? Pergumulan merebut anak muda yang hilang dari gereja
Narasumber: Ishak Sukamto, Ev. Hermanto, Ev. Dessy Surya; Hendra Soe, Andri Oktavianus, beserta Pdt. Hendra G. Mulia (tidak hadir dalam wawancara)
S
etelah mewawancarai Ishak Sukamto dan team yang terlibat di dalam ‘Youth Concern’ di SAAT Ministry Centre, hati saya dan team NAFIRI turut terbakar. Kecenderungan hilangnya generasi muda di gerejagereja masa kini, dipaparkan dengan begitu gamblang, dan menjadi persoalan pelik yang sangat urgent untuk dipikirkan oleh kita semua. 60
SUKACITA DALAM MEWARTAKAN INJIL
NAFIRI JUN15.indd 60
6/23/15 8:30 AM
/ Elasa Noviani /
Nafiri JUNI 2015
NAFIRI JUN15.indd 61
61
6/23/15 8:30 AM
Bersyukur Tuhan mengaruniakan orang-orang seperti Ishak yang didukung oleh tim dengan komitmen yang kuat untuk hidup bagi kawula muda. Wawancara selama hampir 3 jam dan penulisan di rubrik Thought ini pun terasa terlalu singkat dan serasa belum dapat mewakili seutuhnya apa yang sesungguhnya ingin mereka sampaikan. Berikut petikan wawancaranya: Nafiri (NF): Mohon diceritakan latar belakang pelayanan yang sedang Bapak lakukan dan bagaimana bisa sampai ke situ? Ishak Sukamto (Ishak): Waktu lembaga ini, SMC (SAAT Ministry Centre) ini didirikan, salah satu bidangnya adalah Youth. Lengkapnya ada empat bidang yaitu: Church, Spirituality, Worship, dan Youth. Church diambil dari empat moto SAAT: “For the Christ, for the Church, for the World, and For the Glory of God.” Sedangkan di bawah bidang Church itu luas sekali. Untuk Youth, kita mengadopsi dari Church kita ambil Spirituality-nya, sebagai wadahnya kita memakai Worship, lalu kategori yang menjadi fokus kita adalah Youth (kategori lain misalnya: Keluarga, Orangtua, Anak, Wanita, dan lainlain). Sebenarnya proyek dengan youth ini sudah dijalankan sejak tahun 1995, berbarengan dengan perayaan besar HUT GKY setiap 5 tahun sejak tahun 1995, sampai tahun ini. Walaupun selama ini sudah dikerjakan, namun semuanya frameless. Jadi saat ini saya sedang membuat ‘frame besar’ untuk menjalankan pelayanan ini, dan teman-teman mengerjakan detailnya. Frame ini diperlukan supaya dapat diadopsi dan dijalankan di tempat-tempat lain juga. Memang kebanyakan kekristenan itu frameless. Kita hanya suka belajar success story dari yang lain, kita sering mendengar komentar seperti, “Eh gereja itu hebat lho, dia pakai ini ... atau pakai itu ...” jadi kita cenderung ikut trend saja, sedangkan frame-nya tidak ada. Dengan adanya seminari, bentuknya menjadi lebih jelas, dan frame-nya pun bisa menjadi lebih luas. Kita bekerja sama dengan 62
SUKACITA DALAM MEWARTAKAN INJIL
NAFIRI JUN15.indd 62
6/23/15 8:30 AM
tim yang terdiri dari para lulusan seminari, praktisi, pemerhati, awam yang specialist dan youth yang menangani bidang yang sangat spesifik. Penginjil Hermanto adalah Youth Pastor di GKY Mangga Besar, Dessy juga berada di jurusan yang sama, Andri adalah IT hardware specialist, dan Hendra yang masih youth dan bergelut dengan youth secara langsung. Kita memulai dengan hal-hal yang esensial. Kita mengerjakan pelayanan dan berdasarkan pengalaman pelayanan; melakukan research yaitu mendalami literature research dan research dengan langsung melemparnya ke ‘pasar’, yaitu ke gereja-gereja, atau pernah juga kami menayangkannya dalam siaran radio, waktu itu kami berbicara tentang spirituality sebanyak 52 kali, setahun penuh. Dari ‘frame’, didetailkan menjadi ‘how to’ dan menjadi pergumulan para hamba Tuhan yang di lapangan. NF: Ada apa dibalik pertanyaan, “Why youth?” Ishak: Apa yang kita rasakan tentang youth dan apa yang youth rasakan tentang youth itu sangatlah berbeda. Youth itu dekat sekali dengan sport, IT, dan musik. Jadi kita perlu orangorang IT yang khusus untuk menangani medsos (media sosial). Ada yang khusus mengerjakan musik, seperti tim musik yang melayani di NWC (Nasional Worship Conference) yang lalu, dijalankan oleh tim yang sama dari Youth. Hermanto: Beban mengenai youth ini sudah dirasakan sebelum saya masuk ke seminari. Saya sangat bergumul mengapa hampir semua youth tidak betah beribadah di gereja asal yang konservatif. Kalau sudah meninggalkan kota, biasanya akan pindah ke gereja lain, atau tersedot arus dunia. Sangat sulit meminta mereka bergabung dengan ibadah umum. Jadi saya memikirkan bagaimana bisa melayani mereka. Ketika di seminari beban itu semakin dipertajam. Waktu tahun 2010 saya praktek setahun di GKY, dan melihat dua ratus anak muda di acara ” Youth on Stage”, hati saya sangat tergetar, sehingga saya berkomitmen untuk melayani mereka. Menjelang akhir masa praktek di GKY Mangga Besar, Pak Ishak mengundang sekitar dua puluh pembina youth gereja Injili se-Jakarta, untuk Nafiri JUNI 2015
NAFIRI JUN15.indd 63
63
6/23/15 8:30 AM
saling berbagi pengalaman di dalam pelayanan mereka. Masing-masing menceritakan bagaimana kondisi youth di gerejanya. Ternyata semua mempunyai jeritan yang sama, “Hampir semua anak muda hilang!� GKY Mangga Besar pun merasakan frustrasi yang sama, mau diapain youth ini? Ngga ada hiburan pergi, mau dihibur, ngga bisa, tetap saja hilang. Jadi dari situ saya semakin menggumuli pelayanan kepada youth ini. Dessy: Asal muasal saya melihat bahwa youth ini penting untuk dikerjakan, ketika saya praktek di Lawang, menjadi pembina youth, saya mengamati kondisi yang tragis, sebab dari sepuluh youth yang saya layani, hanya satu yang punya orangtua lengkap. Ada yang orangtuanya bercerai, ada yang ditinggal lari, meninggal, ada juga yang tidak diasuh oleh orangtua asli, dan lain-lain. Waktu saya melihat hal ini, saya seakan-akan menemukan diri saya yang sebenarnya di situ, sebab saya sendiri berasal dari keluarga yang tidak ideal. Saya sedih karena orangtua yang seharusnya bisa berperan menjadi mentor ternyata hampir tidak ada di sana. Saya juga mempelajari bahwa anak-anak yang berasal dari keluarga yang tidak ideal semacam ini ternyata biasanya membentuk pola yang sama bagi kehidupan ke depan yaitu menularkan kepada generasi selanjutnya. Di situ ternyata keadaan ini sudah bergulir dalam beberapa angkatan di
Memiliki talenta dari Tuhan itu kan mempertanggungjawabkan. Dedikasi harus dikembalikan kepada Tuhan.
64
SUKACITA DALAM MEWARTAKAN INJIL
NAFIRI JUN15.indd 64
6/23/15 8:30 AM
atasnya, jadi dua angkatan di atasnya sudah mempunyai fenomena seperti itu. Dari sana saya berpikir bahwa kalau memang angkatan ini harus diselamatkan, sekarang ini waktunya, sebelum mereka nanti menularkan kepada angkatan selanjutnya. Masa youth adalah umur yang paling tepat untuk mengubah pola, mengubah mind set dan gaya hidup. Saya berpikir kekristenan adalah wadah yang paling tepat untuk mengedukasi, dan untuk menanamkan nilai-nilai yang benar kepada youth. Ketika saya join di Manga Besar, dan diajak Pak Ishak bergabung menjadi tim riset, saya melihat bahwa youth ini memang sangat penting untuk digarap. Ini juga sesuai dengan apa yang saya doakan agar apabila memang Tuhan memanggil saya ke youth, biarlah Tuhan menyediakan tempat dimana saya bisa belajar banyak. NF: Apakah anak muda memang berkurang atau mungkin tersedot ke gereja lain? Ishak: Dari hasil riset yang dilakukan oleh tim, ternyata jumlah youth di Indonesia begitu meledak, tetapi komunitas Kristen miskin akan youth.
Nafiri JUNI 2015
NAFIRI JUN15.indd 65
65
6/23/15 8:30 AM
Berbeda dengan Jepang dan Eropa yang sudah merupakan aging countries, di Kompas bulan Agustus 2014, dikatakan bahwa di Indonesia, 71% jumlah penduduk adalah mereka yang berumur di bawah 40 tahun. Hal ini disebut “bonus demografi”; yang berarti sekitar 10 sampai 15 tahun lagi negara kita akan menjadi suatu kekuatan yang luar biasa dan menjadi sasaran bagi berbagai macam produk, industri, musik, politik, dan paham agama (religion). Setiap acara, kalau yang menonton youth banyak, pasti akan meledak. Demikian di bidang agama, ada salah satu agama yang penekanan identitas diri kepada youth-nya. Apabila ditanyakan, “Siapa kamu?” maka yang disebutkan adalah identitas agamanya, bukan namanya.
Hasil dari Youth Talk dengan 30 gereja dari Desember 2014–Maret 2015, mengenai situasi di gereja:
Jadi kondisi youth dengan usia 13–28 tahun hampir tidak ada di semua gereja. 66
SUKACITA DALAM MEWARTAKAN INJIL
NAFIRI JUN15.indd 66
6/23/15 8:30 AM
Sedangkan tabulasi dari seluruh GKY yang saya ambil dari Sidang Sinode Agustus 2014:
Dari total jemaat kita 18.236 orang, youth-nya hanya 507 orang atau 2,78%. NF: Bagaimana dengan hasil survei? Ishak: Saya pernah menulis paper mengenai “Urban Church and Youth�, mengulas pergumulan mengenai hilangnya youth di gereja-gereja perkotaan. Dari hasil riset, anggapan saya sementara adalah: kekristenan ketika hilang di Eropa, yang pertama-tama meninggalkan gereja bukanlah orangtuanya, tetapi youth-nya. Kita sering mendengar gereja di Eropa isinya orang-orang tua, artinya youth-nya tidak ada. Ini yang disebut dengan post-Christianity. Survei yang dilaporkan oleh Barna setiap bulan menunjukkan bahwa sebelum orang tuanya meninggal dipanggil Tuhan, youth-nya sebenarnya sudah hilang. Mengenai hilangnya ke mana, masih harus diselidiki lebih lanjut. Nafiri JUNI 2015
NAFIRI JUN15.indd 67
67
6/23/15 8:30 AM
Dari kiri ke kanan searah jarum jam: Dessy, Hermanto, Hendra, Andri
Hermanto: Walaupun jumlah remaja tampak masih cukup banyak (dibandingkan dengan youth), namun sebenarnya punya kecenderungan penurunan yang sama. Alasan hilangnya youth itu juga ada banyak; mungkin pindah tempat untuk alasan studi, pekerjaan, dan lain-lain. Inti hilangnya mereka sebenarnya kembali ke dasar dari diri mereka sendiri, yaitu, “Apakah mereka benar-benar orang Kristen atau tidak?� Yang kita temukan, ada dua macam kelompok youth yang sangat berbeda: Pertama, anak-anak yang berasal dari generasi kedua atau ketiga dari keluarga Kristen, yaitu mereka yang sudah datang ke gereja sejak kecil, ikut sekolah minggu dari kecil, biasanya datang ke gereja hanya karena disuruh oleh orangtua. Apabila mereka tidak mengalami perjumpaan secara pribadi dengan Kristus, biasanya tinggal tunggu waktu saja untuk hilang. Bahkan anak-anak dari keluarga yang mama papanya majelis, atau aktivis, untuk mengajak mereka datang beribadah saja bergumul setengah mati. Yang begini-begini ini, tinggal tunggu waktu saja kapan mereka bebas dan copot dan hilang. 68
SUKACITA DALAM MEWARTAKAN INJIL
NAFIRI JUN15.indd 68
6/23/15 8:30 AM
Ada suatu titik, di usia tertentu dimana mereka merasa bisa memilih jalannya, maka memilih untuk enggak lagi ke gereja. Mereka menganggap: Agama bagi saya tidak terlalu penting, Tuhan bagi saya belum krusial, lebih baik saya aktif di kampus, atau fokus kepada pekerjaan saja. Apakah benar-benar hilang? Yah, mungkin pindah ke karismatik. Apakah nyantol? Yah nyantol, tapi kalau ngga ketemu Tuhan sama aja. Kedua, anak-anak yang berasal dari keluarga yang belum percaya. Mereka biasanya menunjukkan komitmen yang sangat besar. Mereka adalah generasi yang fresh, baru bertobat, dan biasanya berani mati-matian bayar harga, walaupun orangtuanya menentang Sekarang ini kami melayani anak-anak dari dua jenis ini. Dessy: Hasil dari riset, kesimpulan tentang youth ini kemana, mereka itu churchless, ada yang berargumentasi bahwa belum tentu kehilangan iman. Misalnya kita menganggap bahwa mereka itu pindah gereja, seandainya hal itu benar, seharusnya gereja Injili kehilangan youth, dan gereja Karismatik memanen youth, jadi asumsinya mereka itu akan gendut sekali. Tetapi kenyataannya tidak demikian. Ketika mereka pindah gereja, ada sesuatu yang mereka cari, kalau diperhatikan populasi di antara mereka dan seberapa dalam mereka mendalami iman mereka, pada ujung-ujungnya kita melihat yang dicari youth itu apa di dalam gereja? Mereka mencari emosi, entertainment, komunitas, euforia; dan kalau mereka tetap tidak menemukan Tuhan, sangat riskan untuk menjadi churchless. Apa pun alasan yang dipakai untuk menutupi keadaan itu, mereka yang sudah churchless akan mudah sekali untuk pada akhirnya menjadi Christless. Ishak: Mari mencermati kata “hilang” David Kinnaman dalam bukunya You Lost Me mengutip data-data dari Barna mengenai kondisi youth di gereja-gereja di US dan EU. Seperti yang saya katakan di awal bahwa apa yang kita rasakan tentang youth dan apa yang youth rasakan tentang youth itu ternyata sangatlah berbeda. Youth mengatakan, ”Ketika kami dianggap kehilangan gereja, sebenarnya bukan kami yang kehilangan, tetapi gereja yang kehilangan kami.” Jadi kalau kita ngomelin anak kita: “Kamu tuh ya, hilang dari gereja (churchless),” tapi mereka akan katakan, “ Tidak, kamu yang kehilangan kami (you lost me).” Selain buku You Lost Me, David Kinnaman juga menerbitkan buku Un Christian yang sangat saya rekomendasikan untuk dibaca. Nafiri JUNI 2015
NAFIRI JUN15.indd 69
69
6/23/15 8:30 AM
NF: Apakah memang mereka churchless atau pindah ke gereja Karismatik, misalnya? Ishak: Pada tahun, 2009 saya diwawancarai oleh seseorang dalam suatu siaran radio. Dia adalah Ketua Pemuda GBI seluruh Kelapa Gading. Dari survei yang dia lakukan kepada enam puluh gereja Karismatik, rata-rata memiliki masalah yang sama: Persekutuan Pemuda di hari Sabtu hampir tidak ada lagi. Memang benar bahwa ada satu atau dua gereja yang menggemuk, tetapi jumlahnya tidak seimbang dengan yang hilang, dan semakin lama hal ini semakin menakutkan. Kita pernah ke daerah untuk bertemu dengan para orangtua, sebab kita berpikir bagaimana menjangkau youth yang datang ke Jakarta. Rupanya sebagian besar youth yang lari ke Jakarta menjadi churchless. Kita juga mendapati bahwa Yogyakarta yang merupakan kota terbesar kedua (setelah Jakarta) dalam menerima mahasiswa dari luar Jawa mempunyai fenomena yang menyedihkan. Dari sekitar 150 ribu mahasiswa yang datang ke Yogyakarta setiap tahun, 50%-nya yaitu sekitar 75 ribu berasal dari Indonesia bagian Timur yang notabene adalah kantong-kantong Kristen. Namun tidak sampai 10%-nya yang berhasil dijangkau oleh gereja. Salah satu gereja yang paling banyak menjangkau mahasiswa pun jemaatnya hanya sekitar 6 ribu orang, tetap tidak seimbang karena setiap tahun ada lagi tambahan 75 ribu mahasiswa baru. Ada juga di suatu universitas, dimana anak-anak dari mayoritas keluarga Kristen hidup dalam kondisi rohani yang mengenaskan. Dilaporkan bahwa ketika dicek ke kamar-kamar kos; orang akan shock mendapati dalam satu kamar berisi satu pria dengan dua wanita, atau satu wanita dengan dua pria; dan akan lebih mengagetkan ketika kita tanya; ternyata yang satu adalah anak dari majelis dari kota A, yang lain adalah anak pendeta dari kota B, dan sebagainya. Ini seharusnya menjadi keprihatinan kita bersama. Anak-anak itu churchless; ketika dibiarkan churchless, akan menjadi Christless; dan ini akan masuk ke dalam era post-Christianity. Kalau kita bicara tentang siapa yang salah? Saya pribadi menyimpulkan bahwa itu kesalahan gereja, sebab ada sesuatu yang mereka cari yang tidak ditemukan di gereja. Dan dari tahun ke tahun persentasi kehilangan youth meningkat. Banyak gereja tidak menyadari mengenai berkurangnya jemaat, karena setiap tahun jumlah yang dibaptis sama, padahal pertumbuhan penduduk yang sebenarnya dua kali lipat. Jadi artinya pertobatan yang baru sudah berhenti, dan kemungkinan yang sudah di dalam pun kehilangan iman. 70
SUKACITA DALAM MEWARTAKAN INJIL
NAFIRI JUN15.indd 70
6/23/15 8:30 AM
Rainer mengatakan bahwa gereja tidak esensial lagi bagi youth, karena kehilangan relevansi dan signifikansinya. Riset the Rainers mendapati 70% orang meninggalkan gereja pada usia 18–22 tahun Selain itu, pengamat lain yaitu Fuller mengatakan umumnya youth tidak hanya sekedar churchless, namun mempunyai pergumulan iman. NF: Apa sebenarnya yang mereka cari? Hermanto: Youth itu adalah satu usia yang Tuhan anugerahkan dengan satu passion. Tuhan yang menciptakan mereka adalah Tuhan yang passionate. Passion itu merupakan hasrat atau semangat yang bergelora, sehingga orang berani mati-matian untuk mengejar sesuatu. Hal ini pula yang mendorong kita untuk mengambil tema buat youth waktu HUT GKY ke-70, di Istora Senayan, tanggal 20 Juni 2015, “Something to Die for”. Kita ingin menggali passion youth, supaya menyalurkan ke tempat yang tepat. Cenda Creasy Dean dalam bukunya Practicing Passion mengulas tentang tiga kerinduan anak muda: 1. Longing for transcendent Youth itu menginginkan suatu pribadi yang misterius, dimana rasa ingin tahu mereka di-challenged, misalnya merasa kalau di Karismatik kok rasanya merinding dan tersentuh, sedangkan di gereja-gereja Injili yang terjadi ritual dan rutinitas, kita tidak bisa merasakan Tuhan yang hadir. Kalau kerinduan akan ‘pribadi yang transcendent’ itu tidak ditemukan di gereja, maka mereka akan mencarinya ke narkoba. Mereka menemukan suasana yang misterius itu, sehingga banyak youth yang mencoba narkoba. 2. Longing for fidelity Youth itu merindukan ‘someone to be there’, mereka suka komunitas, suka hang out bareng, jalan bareng. Beberapa gereja Karismatik sangat bisa mengakomodir hal ini, sedangkan gereja kita sangat sedikit melakukan ini. Di USA, para pengedar narkoba mengatakan kepada para orangtua: “Ketika anakmu di sekolah, kamu tidak ada di sana; ketika anakmu di mal, kamu tidak ada sana untuk menemani mereka. Sedangkan aku ada di sana, makanya mereka memilih untuk mengikuti aku.” 3. Longing for intimacy Kalau youth tidak mendapatkan ini, maka mereka akan lari kepada seks bebas. Nafiri JUNI 2015
NAFIRI JUN15.indd 71
71
6/23/15 8:30 AM
Seringkali ketiga hal ini tidak disediakan oleh gereja, padahal kita tahu bahwa satu-satunya yang bisa menjadi Pribadi yang dapat memenuhi ketiga hal itu adalah Tuhan sendiri. Tuhanlah yang merupakan Pribadi yang transcendent, yang selalu ‘be there’ dan dapat memenuhi intimacy itu. Masalahnya apakah kita sudah tawarkan dan hidupkan begitu rupa di gereja kita buat mereka atau tidak. Yang terutama tetap harus ketemu esensinya, supaya mereka bertemu dengan Tuhan. Andri: Seperti kebanyakan youth; saya merasakan pentingnya pribadi yang selalu ada untuk saya, yang menemani, nongkrong bersama, makan bersama; tetapi bukan seperti orangtua yang sekedar ingin tahu atau mengontrol hidup saya. Jeffry adalah salah satu contoh orang yang pernah merekrut saya untuk masuk ke pelayanan multi media di youth, dan saya sangat merasakan bahwa dia sosok orang yang telah menjadi semacam mentor yang selalu ada untuk saya dan teman-teman sesama youth. Saya rasa, untuk aktif di gereja kalau tanpa mentor yang bersedia untuk menemani, pasti sulit sekali untuk bertahan di dalam komunitas. Ishak: Rainer menyebutkan dengan kata dropout untuk menggambarkan hilangnya youth, ini adalah kata yang tepat karena kasusnya mirip seperti dropout-nya sekolah. Mereka pernah ada di dalam gereja, pernah ikut sekolah minggu, tetapi kemudian hilang. Namun, kalau ada orang-orang yang mau menggumuli dan be there untuk mereka, ternyata tingkat dropout-nya akan menurun.
72
SUKACITA DALAM MEWARTAKAN INJIL
NAFIRI JUN15.indd 72
6/23/15 8:30 AM
Dessy: Cenda Dean mengulas mengenai apa yang sebenarnya dicari oleh youth. Dia mengatakan bahwa di dalam diri anak muda ada sesuatu yang disebut passion atau dalam bahasa aslinya disebut páthos yang artinya adalah ‘something to die for’. Youth penuh dengan kehausan untuk memenuhi páthos tersebut; sehingga mereka bisa melampiaskannya kepada seks bebas, narkoba, dan lain-lain; yang mereka pikir akan dapat mengisi páthos di dalamnya. Ketika gereja memandang kelakuan youth mengganggu dan tidak mencari jalan keluarnya, maka yang terjadi kita sering melihat youth di gereja malah tidak menunjukkan páthos yang mereka miliki. Kita mendapati banyak youth yang sangat sulit untuk digerakkan untuk pelayanan; bahkan mereka kadang mengorbankan pelayanan demi acara sweet seventeen, dan lain-lain. Ishak: Kata passion atau páthos ini adalah kata yang penting untuk dibahas. Majalah Time tahun 2012 memuat kisah tentang sepuluh anak muda yang paling berpengaruh sepanjang sejarah dunia. Mereka adalah anak-anak yang berinovasi dengan passion yang mereka miliki. Di antaranya adalah seorang perempuan di Irlandia yang mengadakan aksi mengumpulkan sisa-sisa makanan dari rumah ke rumah di malam hari, untuk dikirimkan kepada orang-orang yang kekurangan makan. Selain itu ada juga kisah tentang Joshua Wong, seorang pemuda di Hongkong yang baru berumur belasan tahun, tetapi berani memimpin gerakan yang disebut sebagai “Gerakan Payung”, dan tampil berbicara di depan 120 ribu orang, berjuang untuk negaranya. Tentu saja contoh passion yang paling menonjol akhir-akhir ini adalah gerakan ISIS. Mereka berani mati demi allahnya yang tidak pernah mau mati buat mereka. Betapa ironis sebenarnya, karena sepanjang sejarah gereja selalu ada martir, dan martir yang pertama adalah Tuhan Yesus sendiri yang bersedia mati buat kita, tetapi saat ini semangat martir tersebut sudah diambil alih oleh kelompok lain. NF: Bagaimana gereja seharusnya menanggapi passion youth? Ishak: Pertanyaan yang seharusnya adalah, apakah gereja memberikan ruang buat passion itu? Ketika saya memunculkan inisiatif untuk mengadakan doa semalam suntuk bagi youth dari jam 22.00 sampai 06.00 pagi, saya mendapat Nafiri JUNI 2015
NAFIRI JUN15.indd 73
73
6/23/15 8:30 AM
berbagai komentar dari para orangtua dan jemaat. Jadi sering tantangan datang bukan orang lain tapi dari orang-orang di dalam gereja sendiri. Barna menyebutkan bahwa penyebab hilangnya anak muda di gereja itu adalah sikap-sikap orangtua yang:
1. Overprotective 2. Shallow 3. Antiscience. 4. Judgemental 5. Exclusive nature 6. Unfriendly
Jadi misalnya anak Anda mempunyai visi ke Papua untuk mengajar anakanak di sana dan Anda katakan, “Jangan ke sana, bahaya,“ maka Anda bersikap overprotective. Kalau Anda katakan, “Bagaimana nanti kalau sakit, kena malaria?” maka Anda shallow, yaitu mengurusi hal-hal yang remeh temeh. Kalau anak Anda mengatakan, “Saya akan menyelidiki apakah Tuhan menciptakan orang Papua,” lalu Anda menjawab, “Sudah, jangan banyak omong, sudah pasti Tuhan yang menciptakan mereka,” maka Anda berarti antiscience. Kalau Anda bereaksi, “Siapa yang mengajak kamu untuk ke Papua? Oh, Ishak? Ishak itu sesat!” maka Anda bersikap judgemental. Kalau Anda mengkuatirkan, “Jangan bergaul dengan orang Papua, entar kamu menikah dengan mereka, repot,” maka Anda termasuk exclusive nature. Kalau anak Anda katakan, “Saya akan ajak mereka ke GKY,” lalu Anda bersikap, “Jangan, gereja kita kan gereja Tionghoa, nanti apa kata orang?” maka Anda unfriendly. David Kinnaman sudah mewancarai lebih dari 350 ribu orang selama 16 tahun di Barna; dan menyimpulkan bahwa banyak orang tidak lagi ke gereja sebab mereka memandang bahwa orang-orang di gereja masa kini umumnya tidak tulus, old fashion, dan di dalamnya terlalu banyak politik. Mereka bisa tampak sangat rohani; tetapi dalam kehidupan sehari-hari mereka nyogok sana, nyogok sini, memberikan pelaporan pajak yang tidak jelas, dan lain-lain. Hasil survei menunjukkan 87% orang mengatakan bahwa orang-orang di dalam gereja suka menghakimi. 74
SUKACITA DALAM MEWARTAKAN INJIL
NAFIRI JUN15.indd 74
6/23/15 8:30 AM
Hermanto: Kami mempunyai kerinduan untuk mengutus tujuh puluh anak muda ke ladang misi, kami ingin youth menyalurkan passion-nya, dan mereka menjadi orang Kristen yang berpengaruh. Seorang teman menceritakan bahwa titik kebangunan gerejanya itu justru pada saat terjadi pembakaran oleh massa. “Kami saat ini sudah kehilangan ‘api’ itu,” menurutnya. Dunia ingin membuat passion itu menjadi tawar, atau membelokkan passion ke arah sesuatu yang lain. Ketika gagal maka dunia akan memberi obat penawar yang bernama passionless. Kemapanan itu adalah ‘afraid to die for’. Passion ada pada setiap orang; tetapi kadang sudah diikat oleh hal-hal lain, misalnya oleh pekerjaan, ada orang yang hartanya sudah berlimpah-limpah tetap saja bekerja tanpa mempedulikan kesehatannya. Yang sebenarnya, di dalam ‘something to die for’ itu ada ‘someone to die for’ yaitu ourselves. Iblis juga menggoda Tuhan Yesus, dan menggoda semua orang ke arah itu. Salah satu artikel di Kompas memuat cerita mengenai seorang gadis yang begitu ingin agar bisa bertemu dengan personel grup One Direction ketika mengadakan konser di Jakarta. Gadis berjilbab ini menunggu di tengah hujan dengan membawa kotak kecil yang berisi tulisan-tulisan ungkapan hatinya, “Aku bersedia melakukan apa pun untukmu, aku bersedia ditiduri olehmu walau hanya semalam,” karena dia tidak mempunyai tiket masuk, ketika dari luar istora dia bisa mendengarkan lantunan lagu-lagu One Direction, hatinya pun lega. Ini adalah satu contoh passion, yaitu ‘something to die for’. Tidak heran ketika Kompas menuliskan “What generation we have now?” NF: Kami dengar ada aksi botak bersama ya, boleh tolong diceritakan? Ishak: Sebenarnya ini hanya semacam simbol tekad untuk menunjukkan komitmen kita dalam mengerjakan proyek “Youth on Fire”. Kami berdoa sungguh-sungguh agar dalam “Youth on Fire” di Istora ada seribu youth yang bertekad mempersembahkan hidupnya untuk melayani Tuhan, makanya kami sebutkan sebagai “Something to Die for”. Idenya sendiri dimulai ketika suatu hari salah satu youth kami, sehabis rapat di gereja dia terbirit-birit pergi ke Gandaria City, dan setelah itu dia botak. Ketika kami tanya, ternyata dia berpartisipasi untuk gerakan “Bald for Cancer”. Jadi ada orang yang bersedia memangkas rambut, dan uangnya disumbangkan untuk orang yang sakit kanker tetapi tidak punya uang.“Kenal ngga sama orang yang Nafiri JUNI 2015
NAFIRI JUN15.indd 75
75
6/23/15 8:30 AM
ditolong itu?” Jawabannya, “Tidak kenal,” tetapi demi orang yang tidak dikenal, puluhan orang di Jakarta beramai-ramai membotaki kepalanya supaya dapat membantu dia. Kami ingin memunculkan tekad yang kuat di dalam diri youth, yaitu melatih sikap yang mau mati-matian terhadap sesuatu (yang benar). Misalnya tekad untuk tidak menyontek, kalau di-challenged, “Kalau ngga mau nyontek, ntar ngga naik kelas bagaimana? Gara-gara ngga mau nonton film porno, kehilangan teman-teman, bagaimana? “ Dan kita mengharapkan mereka akan tetap bertekad bahkan sampai mati pun tidak apa-apa. Itu benar-benar tekad yang passionate. Kesediaan berkorban itu yang disebut dengan ruang untuk menyalurkan passion-nya. Saat ini kami sedang minta ke Sinode untuk mengusulkan dua belas youth untuk diutus ke Papua. Kita sedang menciptakan ‘ruang’ untuk sarana perjumpaan youth dengan Kristus. Kalau orang bersedia ke Papua, pasti bukan karena alasan emosi atau uang. Dessy: Tadinya saya berambut panjang, ketika kami berkomitmen untuk “Youth on Fire” dengan memotong rambut (bagi wanita) sangat pendek, saya banyak dikritik oleh jemaat, baik secara langsung maupun tidak langsung. Ketika suatu kali saya berbicara di depan mimbar, saya memakai kesempatan untuk menjelaskan kenapa kita botak-botak seperti ini. Saya mengatakan bahwa sebenarnya saya bukan anggota GKY namun saya rindu agar terjadi sesuatu kebangunan youth melalui GKY. “Kalau kehilangan rambut di kepala saja dianggap hal yang serius, mengapa bapak ibu tidak memandang kehilangan youth di gereja adalah hal yang serius?” Saya menjelaskan bahwa yang kami lakukan saat ini adalah untuk menciptakan footprint, bukan blueprint. Hendra: Memang kalau melihat sesama youth, saya sering merasa kasihan karena mereka tidak jelas mau ke arah mana tujuan hidupnya. Sebenarnya orangtuanya pun perlu untuk ditolong untuk dapat mengarahkan anak-anaknya ke arah yang benar. Ishak: Benar sekali bahwa orangtua pun harus ‘digarap’. Eugene Peterson dalam bukunya A Youth Grow Like a Dew menceritakan bahwa yang harus ditangkap terlebih dahulu memang orangtuanya. 76
SUKACITA DALAM MEWARTAKAN INJIL
NAFIRI JUN15.indd 76
6/23/15 8:30 AM
Menurut Cenda, berita baiknya adalah solusi untuk menangani masalah youth itu bukan datang dari luar, tetapi di dalam gereja. Kita bukan menciptakan blueprint (membuat bujet, planning, dan lain-lain), tetapi footprint (jejak-jejak dan teladan untuk bersedia mati buat Tuhan) Jadi kalau orangtua juga bisa memperlihatkan tekad yang seperti itu pasti anak akan melihat. Misalnya seandainya ada ancaman kepada gereja, apakah kita akan bersikap, “Wah, ngga usah ke gereja, entar kalau ada bom, atau digrebek FPI,” atau kita akan berani bersikap, “Sekalipun harus mati, kita tetap akan beribadah.” Sikap kita akan menjadi cermin. Perkara youth ini sebenarnya adalah perkara ‘the sustainability of the church’. Ini bukan sekedar masalah acara yang satu pakai drum yang lain tidak pakai, bukan itu. Kalau kita cermati program yang dicanangkan di dalam HUT ke-70 ini ada tiga hal: 1. What is the church? 2. What for? (diwujudkan dengan gerakan ‘tong sampah’) 3. What next? Ini jelas mengenai youth (bukan soal sistem,kemajelisan, dan lain-lain), tetapi soal youth. Kita rindu agar youth boleh dimenangkan
What is an age? It’s just a number, but youth is forever (Ishak Sukamto) Nafiri JUNI 2015
NAFIRI JUN15.indd 77
77
6/23/15 8:30 AM
Sukacita Mewartakan Injil .... Mungkinkah? 78
SUKACITA DALAM MEWARTAKAN INJIL
NAFIRI JUN15.indd 78
6/23/15 8:30 AM
/ Erwin Tenggono /
S
ukaci ta mewartakan Injil adalah tema NAFIRI edisi ini. Sebuah tema yang membuat saya berpikir, “Mengapa perlu ada kata ‘sukacita’?” Apakah benar harus ada sukacita? Apa iya memang ada sukacita? Ataukah ini kebiasaan ucapan orang Kristen yang juga terbiasa mencantumkan kata “Gbu”? Nafiri JUNI 2015
NAFIRI JUN15.indd 79
79
6/23/15 8:30 AM
Bagaimana perasaan kita saat mendengar firman Tuhan? Apakah ada reaksi dalam diri kita yang merefleksikan adanya kesenangan, kerinduan, kegembiraan, atau rasa bersyukur? Ataukah reaksinya justru kebosanan dan kejenuhan? Atau bahkan tidak ada reaksi apa apa sama sekali? Karena saat kita mendengarkan firman Tuhan, kita bahkan bisa sambil bermain gadget atau sambil memasak bahkan mengobrol; atau bahkan mungkin sambil marahmarah atau sambil menerawang ke dunia lain. Kita bahkan mungkin lebih bersyukur, lebih gembira, lebih terharu, lebih prihatin atau lebih empati ketika menonton sebuah pertunjukkan, film, mendengar cerita, atau bahkan saat membaca suatu berita di media yang ada korelasinya dengan diri kita. Lalu, di manakah kegembiraan, sukacita atau kerinduan saat kita mendengar firman Tuhan bisa kita dapatkan? Apakah saat kita sedang dalam keadaan berduka, saat kita sedang banyak masalah ataukah saat kita sedang mengikuti retret atau hanya pada saatsaat tertentu yang sangat khusus? Sangat Sulit Refleksi di atas menjadi awal renungan kita saat kita mendengar kalimat: sukacita mewartakan Injil. Di kala kita sendiri pun tidak bisa merasakan sukacita dari firman Tuhan itu sendiri, mungkinkah kita mampu mewartakan Injil dengan sukacita? Sesuatu yang kita pun tidak dapat merasakan sukacitanya, apakah mungkin kita sampaikan kepada orang lain dengan sukacita? Sejujurnya sangat sulit. Kalaupun bisa kita lakukan, itu tidak lebih hanya sebagai suatu aktivitas ataupun kegiatan yang tampak di permukaan saja ditambah satu senyuman manis yang kita munculkan di wajah kita. Tetapi tidak ada satu sukacita sejati dalam hati kita. • •
NAFIRI JUN15.indd 80
Apakah dalam diri kita percaya dan ada sukacita yang besar atas karya penebusan Kristus melalui kematian dan kebangkitan-Nya? Apakah kita bersukacita karena kita dipilih Bapa menjadi anak-Nya? Ataukah kita sendiri pun sedang mencari dan mempertanyakan hal itu? Benar nih? Saya anak Tuhan?
6/23/15 8:30 AM
• • • •
Apakah kita memang bersukacita pada saat kita bisa mendengarkan firman Tuhan dan membaca Alkitab? Apakah kita bersukacita dan bersyukur pada Tuhan atas semua anugerah yang kita dapatkan saat ini? Ataukah kita sebenarnya bersukacita karena kebanggaan dan prestasi diri kita sendiri? Apakah ada sukacita dalam diri kita atas segala kesulitan, pencobaan dan tantangan kehidupan yang kita hadapi? Apakah kita merasakan sukacita di dalam menerima Roh Kudus yang ada dalam diri kita sehingga kita rela menukar kegembiraan duniawi dengan sukacita dalam Kristus?
Menikmati Kehadiran Tidak mudah menjawab semua pertanyaan di atas. Bagi saya pribadi, saya akan terus berusaha, berjuang, menggumulkan dan menikmati sukacita itu. Bukan dengan kekuatan diri, tetapi dengan belas kasihan, kemurahan dan anugerah dari Allah Bapa. Saya akan terus berjuang secara disiplin dan sungguh-sungguh untuk selalu menyediakan waktu untuk berbincang dengan Tuhan; menyediakan waktu untuk merasakan dan menikmati kehadiran dan kebersamaan bersama Bapa; meluangkan waktu untuk mendengarkan dan membaca firman-Nya. Kita tidak perlu ragu dan tidak perlu berkecil hati dalam perjuangan untuk mendapatkan sukacita dalam mewartakan Injil. Kita hanya perlu terus berusaha dan mengandalkan kekuatan dari Bapa sehingga dengan sukacita yang besar kita dapat berkata bahwa kita ini teman sekerja Allah dalam tugas mulia yang diberikan-Nya pada kita. 1 Korintus 3:9 - Karena kami adalah kawan sekerja Allah. Dan biarlah kita senantiasa juga terus berusaha menjaga kehidupan kita dengan baik. Terus berusaha hidup kudus dan terus menjaga karya Roh Kudus dalam diri kita untuk menjalankan dan melaksanakan panggilan tugas dalam mewartakan Injil ini. Kisah Para Rasul 14:15 - Hai kamu sekalian, mengapa kamu berbuat demikian? Kami ini adalah manusia biasa sama seperti kamu. Kami ada di sini untuk memberitakan Injil kepada kamu, supaya kamu meninggalkan perbuatan sia-sia ini dan berbalik kepada Allah yang hidup, yang telah menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya NAFIRI MARET 2014
NAFIRI JUN15.indd 81
81
6/23/15 8:30 AM
Kisah
RUANG TAMU di KOTA BESAR 82
SUKACITA DALAM MEWARTAKAN INJIL
NAFIRI JUN15.indd 82
6/23/15 8:30 AM
/ Humprey /
T
atkala kita mendengar ungkapan “my home sweet home”, mungkin kita sejenak berpikir apakah artinya dalam bahasa Indonesia. Menurut berbagai sumber di internet, ungkapan ini berarti tiada tempat senyaman rumahku–“rumahku surgaku”– tempat kita bisa menjadi diri kita sendiri.
Di dalam rumah, umumnya kita mengenal ruangan-ruangan: seperti ruang tamu, ruang keluarga, ruang makan, ruang tidur, dapur, kamar mandi, dan lain sebagainya. Khususnya mengenai ruang tamu yang dalam bahasa Inggrisnya biasa disebut “Living Room”, ternyata saat ini fungsinya lebih sering digabung dengan ruang keluarga. Alasan yang paling sederhana dan masuk akal adalah di kota besar harga tanah dan bangunan semakin mahal, jadi kita harus dapat memanfaatkan setiap ruangan seefektif dan seefisien mungkin. Nafiri JUNI 2015
NAFIRI JUN15.indd 83
83
6/23/15 8:30 AM
Efektif dan efisien adalah dua kata prinsip yang selalu melekat dalam kerasnya hidup di kota besar, seperti kota Jakarta misalnya. Mungkinkah hanya karena efektif dan efisien alasannya? Berpikir mengenai ruang tamu membuat saya teringat kembali kepada ruang tamu di kota asal saya, Bandung, dimana ruang tamu itu memang diperuntukkan untuk tamu yang datang berkunjung, apakah tetangga, keluarga, maupun tamu lain yang memang datang ke rumah kami karena suatu urusan. Peran ruang tamu bisa semakin penting kalau rumah juga sekaligus dijadikan sebagai tempat usaha sehingga rekan-rekan usaha juga berdatangan. Dalam hal penataan rumah, biasanya orang akan terlebih dahulu mementingkan penataan ruang tamunya dikarenakan pemilik rumah tentu tidak ingin malu bila ada tamu yang datang berkunjung. Ada kalanya di beberapa rumah, ruang tamu menempati porsi hingga setengah dari luas keseluruhan bangunan rumah karena pemilik rumah ingin menunjukkan gengsi bahwa ruang tamunya sangat luas. Padahal, kadang ruang-ruang lainnya kecil-kecil dan penuh desak dengan barang-barang. Kebersihan dan kenyamanan ruang tamu umumnya memang dirawat dengan lebih baik. Berbicara mengenai ruang tamu, pada saat kita masih kecil, adakalanya kita diajak oleh orangtua atau teman untuk main/berkunjung ke rumah saudara atau teman-teman kita. Masih menempel dalam ingatan saya saat ibu mengajak saya dan kakak ke rumah seorang saudara di Jl. Kembar, Bandung. Di hari yang panas terik, setelah berganti-ganti angkutan umum, kami berusaha mencapai rumah yang ada di sebuah kompleks itu dengan berjalan kaki. Sempat salah jalan dan lupa pula di mana rumahnya, namun kami akhirnya berhasil mencapai rumahnya. Dan di ruang tamu langsung terhidang secangkir sirup Cocopandan yang dingin dan nikmat. Dengan polosnya saya langsung menghabiskan cangkir demi cangkir yang disajikan, sedangkan pemilik rumah hanya tersenyum, mungkin pikirnya anak ini haus apa doyan he ... he ‌ he .... Namun, kini kehangatan kunjungan teman dan keluarga yang saling berkunjung ke rumah nampaknya sudah hampir sirna. Saya pun baru menyadari hal ini beberapa tahun yang lalu saat saya berkunjung ke rumah mantan atasan saya. 84
SUKACITA DALAM MEWARTAKAN INJIL
NAFIRI JUN15.indd 84
6/23/15 8:30 AM
Iseng-iseng saya bertanya, ”Pak, kok ga ada ruang tamunya?” Dia menjawab dengan santai, ”Lah … emang orang jaman sekarang masih nerima tamu di rumah?” Sedetik saya tertegun. Benar juga ya …. Kapan terakhir saya berkunjung dan dikunjungi tamu di rumah? Paling sering kita janjian di mal/tempat makan/ coffee shop. Weekend (Sabtu Minggu) pun kita jalan ke mal atau ke tempat wisata. Bila masih ada saudara yang bertanya mengapa jarang datang lagi ke rumahnya, jawabannya mungkin “Wah, macet, sibuk … ketemu di mal saja, posisinya tepat di tengah-tengah di antara rumah kita.” Lalu, masih adakah fungsi ruang tamu itu? Terbiasa speak by data (berbicara berdasarkan data), saya adakan suatu survei kecil menggunakan aplikasi Whatsapp dengan responden kota-kota besar di Indonesia di bulan Mei 2015. Hasilnya sebagai berikut:
0 – 1 kali 1 – 2 kali 3 – 4 kali > 4 kali
11,8 % 41,2 % 29,4 % 17,6%
Tabel Kunjungan Rata-rata Masyarakat Kota Besar ke Ruang Tamu Saudara / Temannya per bulan (Mei 2015)
Dari data tersebut, bisa kita simpulkan bahwa masyarakat kota besar mayoritas hanya menerima tamu 1–2 kali dalam sebulan, dan 82,4 persennya hanya menerima tamu paling banyak empat kali dalam sebulan. “Doongg … dooonggg …. Bersahut-sahutan bunyi jam besar di suatu ruang tamu di dalam rumah yang besar. Itulah cerita awal yang saya dengar tentang ruang tamu seorang pengusaha besar. Miris mendengarnya. Betapa tidak, ternyata ruang tamu yang sedemikian indah itu sehari-hari hanya dihuni oleh seorang asisten rumah tangga, sebutan terkini untuk si Mbak yang biasa membersihkan rumah, yang menonton sinetron televisi dengan asyiknya. Nafiri JUNI 2015
NAFIRI JUN15.indd 85
85
6/23/15 8:30 AM
Gambar 2 (sumber : jemaat BSD) Gambar 1 (sumber : Google)
Lalu, di mana pemilik rumah? Ternyata mereka asyik di kamar masingmasing. Furnitur yang mewah dihiasi karpet dan marmer dari Italia, televisi keluaran terbaru dan sofa yang empuk ternyata jarang sekali digunakan oleh sang pemilik rumah. Walaupun ruang tamu jaman dahulu (ilustrasi Gambar 1) terkesan sederhana, namun nampaknya lebih ramai pengunjungnya bila dibandingkan dengan ruang tamu zaman sekarang yang terkesan lebih modern (ilustrasi Gambar 2). Keadaan yang berbeda justru saya dengar dari seberang pulau, tepatnya di suatu kota kecil di Sumatera Selatan. Saat Imlek, masyarakat non-Tionghoa datang dan bersilaturahmi merayakan hari Raya Imlek, sambil makan kue dan berbincang-bincang di ruang tamu masyarakat Tionghoa. Saat Lebaran, teman non-Muslim masih datang berkunjung, bertamu dan mengucapkan selamat Lebaran kepada teman Muslim yang merayakannya.
86
SUKACITA DALAM MEWARTAKAN INJIL
NAFIRI JUN15.indd 86
6/23/15 8:30 AM
Bagaimana dengan kehidupan kita, khususnya bagi kita yang berjemaat di BSD. Mungkin banyak dari kita yang sudah tidak terbiasa dengan acara silaturahmi (kunjung mengunjungi) ini. Sifat individualistis kota besar mendorong kita untuk hidup semakin mementingkan urusan kita sendiri. Berbagai kesibukan menyita banyak waktu kita, sehingga mungkin kita bisa merasa repot atau kikuk saat menerima tamu di rumah kita sendiri. Bersyukur kita memiliki CGF (Caring Group Fellowship) yang membuat kita dapat memiliki alasan dan kesempatan untuk berkunjung, bersekutu dan saling mengenal satu sama lain secara lebih intensif. Waktu yang pendek saat bertemu di gereja pada hari Minggu membuat kita hanya mengenal sepintas saudara seiman kita. Bukankah hubungan antara saudara seiman itu penting? Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran (Amsal 17:17). Bersediakah ruang tamu Anda dikunjungi dan maukah Anda meluangkan waktu untuk bertamu ke rumah saudara-saudara dan teman kita. Sudahkah ruang tamu di hati kita terbuka dan tersentuh akan kehangatan dan persekutuan dengan saudara seiman kita? Hanya kita sendiri yang dapat menjawabnya. Tuhan memberkati kita semua
Nafiri JUNI 2015
NAFIRI JUN15.indd 87
87
6/23/15 8:30 AM
I DA K R I S N AWAT I
Jalan Berbatu di Ujung
Iman
88
SUKACITA DALAM MEWARTAKAN INJIL
NAFIRI JUN15.indd 88
6/23/15 8:30 AM
/ Pingkan Palilingan /
P
ribadinya yang ramah sudah dikenal akrab oleh aktivis Komisi Wanita. Selain diingat sebagai orang yang ekstrovert, logat Jawanya yang kental juga sulit untuk dilupakan. Siapa yang menyangka, dirinya itu telah ditempa berpuluhpuluh kali oleh Tuhan. Hasilnya? Seorang pengikut Yesus yang setia bernama Ida Krisnawati.
Nafiri JUNI 2015
NAFIRI JUN15.indd 89
89
6/23/15 8:30 AM
“Dulu saya seorang Muslim,” ujar Ida di kediamannya pada Jumat malam yang panas. Cuaca panas bulan Mei seakan memuncak pada hari itu. Akan tetapi, Ida yang pada malam itu mengenakan sweater putih tetap bergeming seolah siap untuk membagikan kesaksian hidupnya. Ke Sekolah Kristen Ida lahir 47 tahun yang lalu dari sebuah keluarga yang terpandang di sebuah desa di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. Wanita berambut pendek ini merupakan anak keempat dari tujuh bersaudara. Meski terlahir di keluarga Muslim, orangtua Ida bersikeras menyekolahkan seluruh anaknya di sekolah Kristen. “Bapak saya kurang mantap dengan pendidikan di sekolah negeri. Apalagi sekolah negeri di daerah, kualitasnya biasanya kurang baik,” Ida menerangkan. Sebagai seorang yang sangat dituakan di desanya, sang ayah merasa seluruh anaknya perlu menerima kualitas pendidikan yang baik; dan tertarik dengan sekolah Kristen.
Saya merasa Tuhan selalu menunjukkan bahwa ‘Ini loh, Ida. Kamu itu harus ke jalur yang benar. 90
“Pokoknya mereka selalu berkata, ‘Kamu harus menjadi seseorang yang berarti dan jangan mengecewakan orangtua,’” kenangnya. Dari nasihat itulah Ida beranjak menjadi seseorang yang tekun, terlebih lagi setelah menyaksikan keseharian ayah dan ibunya yang menjalankan bisnis rumah makan tanpa lelah. Selain ketekunannya yang dipupuk, benih iman Kristen juga pelan-pelan bertumbuh di dalam hatinya. Ida aktif pelayanan di sekolahnya. Ia juga sering berkonsultasi dengan Pendeta Yefona, seorang pendeta di sebuah gereja di belakang rumah Ida, yang sudah sangat kenal dekat dengan keluarga Ida. Setelah mengenal Kristus melalui sekolahnya, terjadi pergolakan di dalam hati Ida. Ia merasa Kristus adalah pilihan hidup yang ingin ia ambil. Akhirnya, pada umur 16 tahun ia memutuskan memantapkan langkah dengan memberi dirinya dibaptis.
SUKACITA DALAM MEWARTAKAN INJIL
NAFIRI JUN15.indd 90
6/23/15 8:30 AM
“Saya dibaptis secara diam-diam oleh Pendeta Yefona,” katanya. Tidak beberapa lama kemudian, ia mengaku di depan orangtuanya bahwa ia sudah dibaptis. “Bapak dan ibu kaget. Tapi ya mau bagaimana lagi, toh sudah terlanjur dibaptis. Begitu kata mereka. Jadi mereka memutuskan hal ini tidak perlu dibahas lagi.” Meski kakak dan adik Ida sempat aktif pelayanan ketika bersekolah di sekolah Kristen, ujung-ujungnya hanya Ida saja yang menjadi Kristen. “Setelah kakak dan adik menikah, mereka ikut agama suami mereka. Kakak perempuanku terutama, beliau sering naik haji berkali-kali dan ia adalah Muslimah yang taat.” Memikul Salib “Saya memang sudah bertobat sejak sebelum dibaptis. Tapi setelah dibaptis saya masih ‘Kristenkristenan’. Baru sekitar umur 25 tahun saat saya masuk kerja, banyak sekali pertolongan Tuhan yang saya rasakan,” kata Ida. Bekerja di sebuah perusahaan yang mayoritas karyawannya beragama Kristen, Ida merasakan bagaimana memiliki persekutuan yang erat dengan temanteman seiman yang mendukung.
“Saya merasa Tuhan selalu menunjukkan bahwa ‘Ini loh, Ida. Kamu itu harus ke jalur yang benar.’ Apalagi dengan teman-teman kantor yang pergaulannya rata-rata Kristen. Saya seolah dibawa Tuhan untuk menjadi pengikut-Nya,” Ida membagikan pengalamannya. Meski semuanya kelihatan seolah ‘dipermudah’ di tempat kerja, kondisi keluarga masih terasa panas karena pilihan agama yang diambil Ida. Bukankah Yesus berkata, umat-Nya harus memikul salib demi mengikutiNya? Ida yang sempat menumpang di rumah keluarga kakak perempuannya beberapa kali harus bersitegang dengan kakaknya sendiri karena masalah perbedaan agama. “Waktu menumpang di rumah kakak, saya rajin ke gereja. Tapi ya, harus ngumpet-ngumpet karena takut ketahuan kakak. Saya berbohong setiap mau pergi ke gereja, karena kakak tidak mengizinkan saya ke gereja,” aku Ida. Tetapi walaupun ditutupi seperti apa pun, kebohongan itu akhirnya terbongkar juga. “Setelah ketahuan, kakak dan keluarganya tiba-tiba jadi cuek, saya merasa seperti orang terasing.”
Nafiri JUNI 2015
NAFIRI JUN15.indd 91
91
6/23/15 8:30 AM
Pasangan Hidup Ida bertemu dengan Arief Leo ketika keduanya bekerja di sebuah perusahaan yang sama. Ida asli pribumi, sementara Arief seorang Tionghoa. Namun, apa yang dipersatukan Tuhan memang tak mampu dipisahkan oleh apa pun. Keduanya menjalin hubungan tanpa memedulikan komentar negatif atas perbedaan suku keduanya. “Sebenarnya dulu saya sempat bertunangan,” aku Ida. “Tapi setelah saya bertemu Arief, saya semakin tidak yakin untuk menikah dengan tunangan saya.” Ida mengaku hatinya selalu bergumul dalam menjalani hubungan dengan tunangannya itu. Padahal keluarga dari kedua pihak sudah menyetujui hubungan mereka. Tetapi, Ida akhirnya lebih memilih Arief. Masalah pun menyergap. Keluarga Ida dan Arief tidak merestui hubungan mereka karena perbedaan etnis dan agama. 92
“Tiap kali saya datang ke rumah Ida, saya selalu disuruh menunggu di luar. Tidak pernah diajak masuk sekali pun,” Arief berbagi. “Suatu hari saya memberanikan diri untuk berbicara dengan orangtua Ida. Entah kenapa saya diajak ke gereja di belakang rumah mereka dan berkenalan dengan Pendeta Yefona. Pendeta Yefona memang kenal dekat dengan keluarga Ida bahkan sejak Ida dan kakakkakaknya masih kecil.” “Saya ingat betul beliau itu bertanya, ‘Kamu pacarnya Ida?’ Tentunya saya menjawab ya. Selanjutnya dia mengatakan satu hal yang tidak pernah saya lupakan, ‘Tolong selamatkan satu jiwa,’” Arief merekonstruksi kembali pembicaraan tersebut. Entah kenapa perkataan pendeta itu seolah mengganggu pikirannya. Setelah itu ia bergumul, “Bagaimana caranya meyakinkan orangtua kedua belah pihak untuk merestui hubungan kami?”Arief akhirnya memberanikan diri meminta izin menikahi Ida kepada ayahnya. Tapi permintaannya ditolak. Di tahun kelima berpacaran, ia memberanikan diri lagi berbicara kepada ayahnya. Sayangnya, permintaannya kembali ditolak oleh sang ayah.
SUKACITA DALAM MEWARTAKAN INJIL
NAFIRI JUN15.indd 92
6/23/15 8:30 AM
Tutup Warung, Buka Warung Tahun 1998, Ida dan Arief mengundurkan diri dari pekerjaan mereka. Meski belum menikah, keduanya bersepakat ingin membuka usaha sendiri. Di kala pengusaha lain gulung tikar, kedua pasangan ini justru membuka warung di sebuah pasar di BSD. Keputusan itu ditentang keras oleh orangtua Arief karena meragukan kemampuan Arief dan Ida dalam bisnis. Usaha warung tetap dilanjutkan walaupun kiri kanan meragukan kemampuan pasangan ini. Keduanya diselimuti rasa khawatir dan takut. Takut, apabila warung kelontong yang mereka miliki tidak akan bertahan. Takut, apabila satu-satunya sumber pendapatan mereka tidak mampu mencukupi kebutuhan hidup. “Kami dapat masukan dari seseorang untuk berdoa ke kelenteng, minta tolong supaya dagangannya laku dan menempelkan kertas-kertas doa di warung. Kami lakukan,” kata Ida, membeberkan rahasianya. “Setelah kami ke kelenteng, warung kami larisnya minta ampun. Tapi ada harga yang harus dibayar.” Meski laris, keuntungan yang didapat dari dagangannya tidak pernah terkumpul. Semuanya hilang entah kemana, tiada yang tahu.
Selain itu, hubungan Ida dan Arief pun banyak mengalami gesekan. Kemarahan mudah sekali tersulut oleh masalah kecil sekalipun. “Kami berdua jadi mudah tersinggung,” kata Ida. Setelah beberapa lama, hati Ida dan Arief tidak merasa damai. Sampai ketika GKY BSD mengadakan KKR, mereka berdua membuat janji untuk tidak berkompromi lagi dengan cara-cara itu. Seluruh kertas doa yang ditempelkan di warung dibakar oleh mereka. Semenjak itu, kedua pasangan itu berdoa dan bernyanyi tiap membuka warung di pagi hari. Memang warung tersebut tidak langsung laris dalam sekejap. Perlahan tapi pasti, warung itu bertahan selama 2 tahun. Uang hasil penjualan pun akhirnya bisa terkumpul. Usaha warung ini kemudian menjadi jalan bagi pekerjaan Tuhan. Ayahanda Arief yang penasaran bagaimana anaknya menjalankan usaha, mulai secara diam-diam mengamati warung anaknya. Dari situlah ia menemukan bahwa Ida juga bekerja keras menunggui warung tersebut. Ayahanda Arief yang begitu menghargai kerja keras seseorang, lantas merubah cara pandangnya terhadap Ida.
Nafiri JUNI 2015
NAFIRI JUN15.indd 93
93
6/23/15 8:30 AM
“Papi jadi tahu bahwa Ida itu orangnya mau susah. Semenjak itu ia mulai menyelami siapa Ida dan keluarganya,” kata Arief. Salah satu metodenya yakni mendatangi rumah makan orangtua Ida sebagai customer. Tentunya, tanpa sepengetahuan orangtua Ida. Tanpa disangka, kunjungan itu ternyata merubah cara pandangnya terhadap keluarga Ida. “Papi berbincang sama bapaknya Ida. Beliau memang ramah kepada semua tamu di rumah makannya.” Secara perlahan Tuhan mentransformasi hati kedua orangtua Arief, terutama ayahnya. Di tahun kedelapan Arief dan Ida berpacaran, Tuhan kembali mendorong Arief untuk meminta izin menikah. Akhirnya ia mendapatkan izin. Ida dan Arief menikah di tahun 2000. Resepsi pernikahan dilaksanakan di rumah keluarga Ida di Cilacap. Sesuai tradisi yang dianut keluarga Ida, pernikahan seluruhnya ditanggung oleh pihak keluarga mempelai wanita. Padahal pada saat itu keluarga Ida tengah berkekurangan. Arief pun tidak diberi tahu tentang hal ini. Karena bapak Ida adalah orang yang terpandang, otomatis tamu yang datang bak sungai yang mengalir tanpa henti. Yang mengherankan, di 94
tengah bujet dan suplai makanan yang terbatas, hidangan untuk tamu seakan tidak pernah habis. Anggota keluarga yang tercengang akan kejanggalan ini lantas bertanya kepada Ida, bagaimana mungkin? “Ini pekerjaan Tuhan Yesus. Begitu kata saya kepada mereka,” ujar Ida. Dikucilkan Ketika seseorang menikah, maka ia juga menikahi keluarga pasangannya. Memang mudah mengatakan hal tersebut. Namun, nampaknya inilah tantangan tersulit yang dihadapi pasangan yang baru menikah ini. Mereka dikucilkan oleh saudara kandung Ida. “Yang paling sedih ketika bapak saya meninggal. Saya tidak boleh menyentuh tubuhnya,” ujar Ida, terisak. “Dada saya terasa sesak bila mengingat kembali apa yang saya alami. Kakak saya yang tidak memperbolehkan, karena saya Kristen.” Hatinya remuk. Di kesempatan terakhir dimana ia bisa melihat dan menyentuh tubuh ayahandanya, Ida malah dilarang oleh saudara kandungnya. “Bagaimana mungkin di saat seperti ini soal agama masih dipermasalahkan? Kami kan dihubungkan dengan ikatan darah, bagaimana bisa hal ini tidak
SUKACITA DALAM MEWARTAKAN INJIL
NAFIRI JUN15.indd 94
6/23/15 8:30 AM
diperhitungkan?” Pertanyaan ini bergema di kepalanya. “Saya berdoa dan berdoa kepada Tuhan saat itu. Saya seolah dianggap sebagai outsider. Seperti tidak dianggap oleh keluarga besar saya. Kalau mengingatnya kembali, saya menjadi sedih,” ungkapnya. Ayahanda Ida adalah seorang yang dituakan di desanya karena sosoknya yang bijak. Demikian juga di dalam keluarga; Ida sering merasa tersentuh oleh pribadi ayahnya yang bijak. Selama beliau hidup, ia tak pernah menyalahkan Ida atas jalan hidup yang ia pilih. “Bapak sering bilang, ‘Ya sudah kalau Kristen itu kepercayaan kamu. Bapak tidak apa-apa. Intinya kamu harus beri contoh ke sekeliling kamu bahwa tidak ada yang salah dari pilihan kamu yang berbeda. Kamu tunjukkan ke semua saudara bahwa kepercayaan Kristen itu karakternya positif,’” ujar Ida tersenyum mengingat perkataan bijak ayahnya.
“’Kamu harus kuat, Ida,’ begitu kata bapak.” Kejadian lain adalah ketika Ida dan Arief bertengkar hebat karena bisnis mereka yang terpuruk. Merasa tersudut, Ida kabur dari rumah dengan memboyong anaknya, Angeline. Ia butuh waktu untuk menjernihkan pikiran, lantas ia mencari perlindungan di rumah kakaknya. Namun, bukannya penghiburan yang didapat, ia malah diceramahi saudara-saudaranya untuk melepaskan agama Kristen. Ida yang semakin terdesak kemudian meminta tolong kepada suaminya melalui pesan singkat. Namun, tanpa disangka ibunda Ida-lah yang dengan cepat turun tangan.
“Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada Tuhan, sebab Ia yang memelihara kamu.” 1 Petrus 5:7 Nafiri JUNI 2015
NAFIRI JUN15.indd 95
95
6/23/15 8:30 AM
Beliau langsung menelepon Arief, menyuruhnya menjemput Ida dan Angeline. Belum selesai sampai di situ, ibunda Ida juga menegur anakanaknya. “Kalian jangan merusak rumah tangga orang lain. Dan jangan memaksa seseorang untuk berpindah agama,”demikian ujar beliau seperti yang disampaikan oleh Arief sesuai memorinya. Kebaikan dan penerimaan orangtua Ida begitu menyentuh hati Ida dan Arief. Sayangnya semua tak berlangsung lama. Setelah ayahanda Ida dipanggil Tuhan di 2009, sang ibunda menyusul 2 tahun kemudian. Tentunya hati Ida merasa terpanggil untuk berbuat sesuatu agar kedua orangtuanya mengenal Kristus. Berbagai upaya ia jalani sebelum ibunya meninggal. “Menjelang ibu meninggal, beliau tinggal di rumah kakak perempuan saya. Saya letakkan satu Alkitab kecil di bawah tempat tidur ibu agar ibu bisa baca,” ujar ibu satu anak ini. “Alkitabnya dibaca ibu dan terkadang beliau suka menanyakan ayat-ayat yang ia tidak pahami. Tapi dengan kondisi dimana saya mengingatkan supaya hati-hati bertanyanya, jangan sampai ketahuan kakak.” “Memang sebelum meninggal ibu belum sempat bilang bahwa dia percaya Kristus. Tapi yang saya ingat, 96
beliau juga sama seperti bapak. Ibu berkata, ‘Kalau Kristen itu memang kepercayaan kamu, jangan kamu pergi dari apa yang kamu anut.’ Ibu juga paham betul bahwa saya ini penurut orangnya, makanya ia mengingatkan supaya jangan sampai saya terpengaruh anggota keluarga yang lain,” kata Ida mengenang ibundanya. Ida merasa posisi keluarga kecilnya bersama Arief dilindungi oleh bapak dan ibu dari cercaan dan penolakan lingkungan sekitar. “Sejak mulai diasingkan keluarga, saya merasa jadi seseorang yang kurang tegar. Saya selalu minta masukan ke orangtua. Makanya, setelah bapak dan ibu meninggal, saya merasa kehilangan panutan. Jadi seperti orang yang hilang arah,” ujarnya. Setelah kedua orangtua Ida meninggal, Ida-Arief merasa semakin dikucilkan oleh kakak dan adik kandung Ida. Tetapi Ida dan Arief masih mengusahakan untuk mengunjungi kerabat ketika Lebaran. Akan tetapi tidak sebaliknya di saat Natal. “Ya tidak apa jika kami mengucapkan selamat Idul Fitri ke mereka meskipun mereka tidak pernah mengucapkan selamat Natal ke kami. Meski demikian, saya bergumul terus sama Tuhan,” Ida mengungkapkan kegetiran hatinya.
SUKACITA DALAM MEWARTAKAN INJIL
NAFIRI JUN15.indd 96
6/23/15 8:30 AM
Benih Rekonsiliasi Pekerjaan Tuhan memang misterius. Tidak dapat ditebak. Ida tak menyangka keluarganya, kakak dan adiknya, mendadak mengunjungi rumahnya pada hari Natal. Hatinya penuh dengan rasa syukur. Karya Tuhan jelas menjadi faktor utama yang perlahan mengubah hati kakak dan adik yang ia cintai. “Kami bersyukur karena akhirnya mereka datang berkunjung. Seumur-umur mereka baru datang mengunjungi kami ketika perayaan Natal tahun lalu,” ujar Ida. Setelah ayah dan ibunya meninggal, Ida menemukan sosok pengganti kedua orangtuanya. Adalah Pendeta Yefona yang kini menjadi teman dekat Ida dan Arief. Beliaulah orang terdekat yang mendukung
Ida-Arief melewati pergumulan hidup. “Beliau tahu semua pergumulan kami. Termasuk bagaimana saya dan Arief dikucilkan. Pendeta Yefona yang mensupport kami. Ia berkata, bahwa saya harus yakin dan beriman kepada Tuhan Yesus,” kata Ida. Meski demikian, Ida tahu pasti bahwa pertolongan dan perlindungan bukan datang dari manusia. Tetapi hanya dari Tuhan. “Di dalam segala masalah, saya selalu ingat ayat ini: Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada Tuhan, sebab Ia yang memelihara kamu,” ia berbagi. Ayat yang diambil dari 1 Petrus 5:7 ini yang setia mengingatkan wanita ini untuk tetap tegar dan beriman kepada Tuhan-Nya, Yesus Kristus.
Sulit rasanya melepaskan rasa kagum terhadap karya Tuhan yang nyata di setiap momen-momen kehidupan Ida. Entah itu kejadian buruk atau pun baik, semuanya sudah tergambarkan dengan jelas di dalam peta rencana yang Tuhan siapkan untuk kebaikan setiap anak-anakNya. Memang Ida tidak pernah tahu apakah orangtuanya meninggal di dalam Kristus atau tidak; apakah cara pandang kakak dan adik Ida sudah berubah terhadap jalan hidup yang diambilnya atau tidak; apakah usaha yang dijalankan Ida akan selalu laris atau tidak. Yang pasti, ketika hatinya beriman hanya kepada Tuhan, Ia akan menjamin perjalanan hidupnya. Meskipun perjalanan itu seringkali kasar dan berbatu
Nafiri JUNI 2015
NAFIRI JUN15.indd 97
97
6/23/15 8:30 AM
98
SUKACITA DALAM MEWARTAKAN INJIL
NAFIRI JUN15.indd 98
6/23/15 8:30 AM
/ Pdt. Timotius Witarsa /
/ Penulis adalah lulusan SAAT yang pernah melayani di komisi Kaleb
Nafiri JUNI 2015
NAFIRI JUN15.indd 99
99
6/23/15 8:30 AM
SUKACITA MELAYANI DI “M LADANG MISI / GI. Michael Tannos, M.Div
emangnya ada berapa banyak jemaat GKY di Pangkal Pinang?”Demikian seorang rekan hamba Tuhan dari suatu gereja bertanya ketika saya memberitahu bahwa saya diutus ke sana untuk merintis GKY. Pertanyaan ini bernuansa tuduhan bahwa GKY mau melakukan ekspansi. Perintisan gereja memang sering dikonotasikan sebagai upaya ekspansi, merambah wilayah gereja lain untuk memperbesar gerejanya sendiri. Di wilayah itu sendiri, perintisan gereja juga kadang ditanggapi agak negatif oleh gereja setempat. Gereja-gereja lokal kuatir gereja ‘pendatang baru’ ini akan menarik anggota jemaatnya untuk pindah ke sana. Kalaupun tidak merebut jemaatnya, gereja pendatang juga dikhawatirkan mengurangi ‘pangsa pasarnya’.Mengurangi kesempatan mendapatkan jemaat baru di wilayah itu. Dalam situasi demikian, perintisan gereja/church planting menjadi kontra produktif dalam konteks pekabaran Injil karena pekabaran Injil mendapat tentangan bukan hanya dari luar, tetapi justru dari kalangan sendiri.
100 SUKACITA DALAM MEWARTAKAN INJIL
NAFIRI JUN15.indd 100
6/23/15 8:30 AM
Namun demikian, situasi itu tidak harus membuat gereja menghindari perintisan gereja baru. Pelayanan misi tidak hanya terbatas pada pekabaran Injil. Petobat baru perlu dibina untuk bertumbuh di dalam iman dan pengenalan akan Tuhan, perlu dimuridkan dan dibina untuk menjadi pengerja dalam pelayanan gerejawi. Jadi diperlukan sebuah gereja di mana anggotanya bersekutu (koinonia), dimuridkan (marturia), dan dari sana anggota melayani satu sama lain dan melayani sesama di luar gereja (diakonia). Pertengahan tahun 2014, GKY jemaat Citra Garden memutuskan merintis pos jemaat di Pangkal Pinang di Pulau Bangka setelah beberapa tahun melayani masyarakat di sana dengan pelayanan KKR, pengobatan, pembagian sembako, pembangunan gedung gereja, serta pengadaan sarana ibadah. Dan pada bulan November 2014 saya bersama istri diutus ke Pangkal Pinang. Kota berpenduduk 163.000 jiwa ini sama sekali asing bagi saya. Kota ini juga cukup asing bagi istri saya yang lahir dan besar di sini namun sudah 30 tahun pergi ke luar pulau. Selain beberapa saudara istri yang tinggal di sini, tidak ada lagi relasi yang dapat mendukung pelayanan kami.
Pasif Menunggu Kondisi ini sempat membuat kami sedikit gentar, meskipun saya sudah mempersiapkan diri dengan perencanaan matang dan juga menggunakan pengalaman saya di dunia usaha. Saya membuat proyeksi pelayanan, menyusun strategi sosialisasi keberadaan GKY di kompleks perumahan Greenland di mana kami berada. Kami menyusun time schedule dan objektif kegiatan. Saya berpendapat, meskipun Allah yang bekerja melalui saya, namun tidak seharusnya saya pasif menunggu Allah menggerakkan saya, seperti wayang di tangan dalang. Sebab itu, saya mencoba menyusun semua rencana aktivitas supaya langkah-langkah kami efisen dan efektif. Saya berharap dapat mulai kelas Sekolah Minggu dalam tiga bulan, dan pada bulan keempat kami sudah akan mulai Kebaktian Doa, yaitu sekitar bulan Maret. Bulan kelima saya berharap akan bisa mulai dengan Kebaktian Umum perdana. Saya dan istri mulai memperkenalkan diri kepada tetangga-tetangga di sekitar pastori. Jalan-jalan sore sambil membawa brosur kecil berbentuk kartu nama, berkenalan dengan siapa pun yang kami temui di jalan atau di rumah yang pintunya terbuka. Tetapi selama Nafiri JUNI 2015
NAFIRI JUN15.indd 101
101
6/23/15 8:30 AM
sebulan pertama di sini kami hanya bisa menginformasikan keberadaan GKY, sambil menjajaki ‘pangsa pasar’ kami di sini. Kami belum memulai ibadah, jadi belum bisa mengajak mereka. Sesuai pengarahan dari Sinode, sebelum memulai aktivitas ibadah, kami perlu melakukan pendekatan lebih dulu kepada warga sekitar agar mereka lebih siap menerima kehadiran gereja yang akan dirintis. Warga di dalam kompleks tidak keberatan dengan keberadaan gereja di sana. Namun demikian, umumnya mereka bukan warga asli daerah ini dan tidak ber-KTP dari kelurahan setempat. Sedangkan penduduk asli, yaitu masyarakat di luar kompleks, seperti diwakili oleh beberapa warga beragama lain yang ada di kelurahan ini, agak keberatan, walaupun mereka tidak secara tegas menolak.
Itu sebabnya kami menunda dulu proses permohonan perizinan di kelurahan. Kegiatan sosialisasi juga kami hentikan sementara.Tetapi ini membuat kami bingung, “Jadi apa yang akan kami lakukan?” Saya sudah mulai memikirkan rencana yang lain ketika seseorang mengirim SMS. “Saya hamba Tuhan yang pernah melayani di Pangkal Pinang, mendapat kabar bahwa ada satu pasangan suami istri jemaat yang telah meninggalkan Tuhan. Apakah Chuan dao (penginjil) bisa layani mereka?” Kemudian dia memberi nomor HP seseorang yang bisa menghubungkan saya dengan pasutri tersebut. Saya langsung menghubungi nomor yang diberikan, dan janji akan bertemu. Ketika menghubungi saudara tersebut, yang saya pikirkan adalah membawa kembali jiwa yang terhilang, sama
102 SUKACITA DALAM MEWARTAKAN INJIL
NAFIRI JUN15.indd 102
6/23/15 8:30 AM
sekali tidak berpikir akan menarik orang menjadi anggota jemaat kami. Tetapi itulah yang Tuhan berikan! Jemaat pertama GKY Pangkal Pinang! Tepat pada hari Natal 25 Desember 2014, Tuhan mempertemukan kami dengan tiga saudara seiman: Sadikin, Yosua dan istrinya Pit Tjian. Hanya sebentar memperkenalkan GKY, mereka sudah langsung menyatakan ingin mendukung perintisan GKY di Pangkal Pinang.
Belum Mengenal Yosua menyediakan rumahnya untuk dipakai sebagai tempat ibadah. Karena rumah mereka ada di pusat kota, mereka berpikir lebih mudah menarik orang untuk datang. Maka kami memulai Kebaktian Doa pada tanggal 9 Januari 2015 dihadiri oleh 11 orang, setelah selama dua minggu kami mengunjungi sejumlah orang dan mengundang mereka datang. Ada kriteria yang saya terapkan untuk sasaran kunjungan kami. Kami hanya mengunjungi orang yang belum mengenal Tuhan atau orang Kristen yang telah meninggalkan gereja. Pasutri yang dikabarkan telah meninggalkan gereja juga kami kunjungi dan mereka dengan sangat antusias ikut bergabung. Mereka bahkan dengan giat mengajak kami mengunjungi tetangga dan kenalankenalan mereka. Mereka juga
mengumpulkan remaja pemuda, dan minta kami melayani remaja pemuda ini. Atas dorongan dari mereka, yang saya percaya digerakkan oleh Roh Kudus, kami memulai Persekutuan Remaja Pemuda pada tanggal 12 Januari 2015. Pada awalnya persekutuan itu diadakan di rumah saudara ini karena memang mereka mengumpulkan para pemuda tanpa melibatkan kami. Pekerjaan Tuhan sangat luar biasa dalam pelayanan ini, jauh melampaui pemikiran kami. Semua rencana, strategi, timeline yang kami buat dijungkirbalikkan, dan menjadi tidak berguna sama sekali. Rencana kami mulai dengan kelas Sekolah Minggu ternyata tidak berjalan karena kami menunda pendekatan kepada warga
Nafiri JUNI 2015
NAFIRI JUN15.indd 103
103
6/23/15 8:30 AM
sekitar.Dan ternyata memang itu lebih baik karena kami kurang pengalaman dalam pelayanan anak. Perkiraan bahwa ibadah baru akan dimulai pada bulan April ternyata sudah dimulai sejak awal Januari. Seminggu setelah Kebaktian Doa perdana, tanpa kami bayangkan dan rencanakan sebelumnya, Tuhan membuat Kebaktian Umum dapat diadakan pada tanggal 18 Januari 2015. Hanya tujuh orang yang hadir, jumlah yang sangat sedikit dibanding kehadiran jemaat di GKY Nias yang kami layani sebelumnya. Tetapi kami sama sekali tidak melihat jumlah yang sedikit. Kami
melihat campur tangan Tuhan yang luar biasa. Itu sangat membesarkan hati dan meneguhkan langkah kami. Sekarang, Tuhan sudah memberikan 11 orang jemaat tetap yang setia beribadah baik dalam Kebaktian Umum dan Kebaktian Doa malam. Kerinduan kami untuk melakukan pelayanan Sekolah dan Kampus, juga sudah dijawab Tuhan. Hari Minggu beberapa waktu yang lalu datang tiga pengunjung baru, dan seorang di antaranya punya akses ke sebuah SMK dan Kampus Universitas Bangka Belitung. Dengan antusias dia ingin membantu agar saya bisa melayani para siswa dan mahasiswa.
104 SUKACITA DALAM MEWARTAKAN INJIL
NAFIRI JUN15.indd 104
6/23/15 8:30 AM
Tekun dan Setia Kami berangkat dengan pengenalan medan yang minim, yang membuat kuatir pelayanan ini akan gagal atau berjalan sangat lambat. Tetapi Tuhan memperlihatkan dengan jelas, kekuatiran kami adalah kebodohan. Kekuatiran itu muncul karena kami telah mengambil alih misi-Nya. Kami berpikir kalau misi ‘kami’ gagal, kami akan mendapat malu. Padahal perintisan gereja ini adalah misi Allah, maka pekerjaan itu tidak akan gagal. Bahkan kalau misi yang ingin kita lakukan gagal, Allah tidak akan gagal. Apa yang Allah kerjakan dalam pelayanan ini mengingatkan kami bahwa kami hanya harus mengerjakan bagian kami dengan tekun dan setia. Tuhan yang memberikan buah dari pekerjaan kami. Paulus menanam, Apolos menyiram, Tuhan yang memberi pertumbuhan (1 Korintus 3:6). Tuhan memberikan visi pelayanan, Tuhan juga yang membuka jalannya.
Bahkan kalau misi yang ingin kita lakukan gagal, Allah tidak akan gagal. Kami hanya harus mengunjungi orang, memberitakan Injil, mengajak ke gereja. Tuhan yang menggerakkan hati orang sesuai dengan kehendak-Nya. Dengan keyakinan itu kini kami melangkah dengan ringan karena kami tidak lagi kuatir apa pun juga. Pergumulan akan selalu ada, tetapi pertolongan dan kekuatan dari Tuhan selalu meneguhkan kami dan memberi sukacita senantiasa. Soli Deo Gloria! Pangkal Pinang, 19 Mei 2015
/ Penulis adalah lulusan STTRI Jakarta dan saat ini melayani di GKY Pangkal Pinang
Nafiri JUNI 2015
NAFIRI JUN15.indd 105
105
6/23/15 8:30 AM
NATIONAL WORSHIP CONVENTION 3
TRANSFORMING
WORSHIP “Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian.” (Yohanes 4:23).
106 SUKACITA DALAM MEWARTAKAN INJIL
NAFIRI JUN15.indd 106
6/23/15 8:31 AM
NWC (National Worship Convention) tahun 2015 sudah selesai dilaksanakan yaitu pada tanggal 30 April–2 Mei 2015. Mengambil lokasi di Hotel Yasmin, Puncak, NWC yang sudah diadakan ketiga kalinya ini diikuti oleh 540 peserta yang berdatangan dari seluruh GKY di Indonesia dan luar negeri. Acara NWC diadakan setiap 5 tahun sekali sebagai bagian dari rangkaian HUT GKY. NWC pertama diadakan tahun 2005 dan yang kedua tahun 2010. NWC ketiga kali ini juga diadakan dalam rangkaian agenda HUT GKY yang memasuki usianya yang ke-70. Peserta NWC 3 kali ini sangat beragam dan meliputi lintas generasi. Selain dihadiri oleh para hamba Tuhan, pengurus Sub Bidang Litmus (Liturgi dan Musik), liturgos, anggota paduan suara, dan pemain musik gerejawi, tidak ketinggalan jemaat umum juga ikut hadir. Mereka terdiri dari remaja dan pemuda hingga opa oma yang terlibat dalam pelayanan ibadah tiap-tiap komisi juga hadir menyemarakkan NWC 3. Bertemakan “Transforming Worship” yaitu ‘Ibadah yang Mengubahkan’, NWC 3 dibuka oleh Ketua Umum Sinode GKY Pdt. Dr. Freddy Lay. Sebagai pembicara utama selama 3 hari konvensi adalah Mr. Greg Scheer, M.A., Pdt. Dr. Hendra G .Mulia, dan Ev. Samuel E. Tandei M.Div., C.M., M.R.E. Tujuan dan kerinduan kita bersama sesuai dengan tema “Transforming Worship” adalah suatu kebangunan (awakening) dalam kehidupan ibadah GKY. Melalui topik-topik pembahasan sesuai dengan kompetensi masing-masing pembicara dalam NWC ini, semua peserta dihantar kepada pemahaman yang benar mengenai ibadah dan pembaruan yang sungguh dalam melakukan ibadah. Fokus dari sebuah ibadah bukan terletak pada tipe liturgi ibadah atau lagulagunya, atau bahkan pada metode dan kualitas/performa pelaku ibadah. Pribadi yang mulia itulah yang menjadi pusat dan tujuan ibadah kita. Tidak memandang apakah ibadah kita memakai lagu himne yang begitu agung sepanjang zaman, atau memakai lagu pendek yang mudah diresapi dan dimaknai. Nafiri JUNI 2015
NAFIRI JUN15.indd 107
107
6/23/15 8:31 AM
Pdt. Hendra Mulia menekankan bahwa fokus ibadah kita adalah pada mengalami ‘perjumpaan’ dengan Tuhan yang dimulai dengan ‘deep prayer’. Ini adalah doa yang tidak hanya sekedar meminta-minta, namun untuk mengizinkan Roh Allah (Roh Kudus) bekerja melingkupi roh kita untuk berjumpa dan menyembah Dia. Sementara itu, Mr. Greg Scheer dengan sangat menarik memperkaya khazanah lagu-lagu rohani Kristen dengan contoh-contoh lagu dari berbagai belahan dunia, seperti dari dunia Arab, Afrika dan Amerika Latin. Lagu-lagu itu mempunyai berbagai ritme dan mood untuk mengajak gereja lebih terbuka dengan berbagai variasi lagu rohani yang juga dinyanyikan oleh bangsa-bangsa lain. Ev. Samuel Tandei memperkaya peserta NWC dengan sejarah perkembangan musik gereja yang terjadi di berbagai negara. Dia menerangkan kebangkitan lagu-lagu himne yang awalnya masih dianggap lagu sesat oleh otoritas gereja pada abad pertengahan di Jerman dan Inggris, hingga kebangunan-kebangunan musik gerejawi yang terjadi di Amerika.
108 SUKACITA DALAM MEWARTAKAN INJIL
NAFIRI JUN15.indd 108
6/23/15 8:31 AM
Pada sesi penutup, Pdt. Hendra G. Mulia menyampaikan firman Tuhan mengenai keintiman dengan Tuhan dalam perikop pokok anggur yang benar (Yohanes 15:1–8). Keintiman pokok anggur dan carangnya itu digambarkan sangat erat, bahkan lebih erat dari keintiman sang gembala dengan dombanya dalam Yohanes 10. Keintiman (menempel pada Pokok Anggur) inilah yang akan membuat kita sebagai carang bisa menghasilkan ‘buah’. Di akhir acara, Pdt. Daniel Fu sebagai Ketua Panitia NWC 3 ini dalam closing speech-nya merangkum kesimpulan dari 3 hari materi NWC 3 sekaligus sebagai proposal yang akan disampaikan kepada Sinode, yaitu: 1. Setiap ibadah harus membawa jemaat untuk mengalami perjumpaan dengan Tuhan. 2. Sarana-sarana dan format-format ibadah yang telah kita miliki adalah alat di dalam tangan Tuhan dan juga alat di tangan kita yang membawa jemaat untuk mengalami perjumpaan dengan Tuhan dengan sikap menghormati tradisi dan juga menghargai inovasi. 3. Setiap perjumpaan dengan Tuhan selalu membawa transformasi hidup dan juga kebangunan bagi gereja Tuhan.
Kita semua rindu; pada setiap ibadah di setiap GKY, di mana pun GKY berada; selalu terjadi sebuah perubahan, sebuah transformasi; yang membawa kita lebih mengasihi Dia. Dan perubahan seharusnya terjadi ketika perjumpaan dengan Allah terjadi
/Ria Yoe
Open the eyes of my heart, Lord Open the eyes of my heart I want to see You, I want to see You Open the eyes of my heart, Lord Open the eyes of my heart I want to see You, I want to see You To see You high and lifted up shining in the light of Your glory Pour out Your power and love As we sing, “Holy holy holy” Holy holy holy I want to see You. Nafiri JUNI 2015
NAFIRI JUN15.indd 109
109
6/23/15 8:31 AM
Menikmati Keindahan
di Sekitar Kita 110 SUKACITA DALAM MEWARTAKAN INJIL
NAFIRI JUN15.indd 110
6/23/15 8:31 AM
R
/ Hendro Suwito /
utinitas kehidupan sering membuat hidup kita demikian membosankan. Bangun pagi, siap-siap, berangkat, macet, kerja sepanjang hari, pulang, macet lagi, badan rasanya remuk, dan tidur pulas. Bangun pagi, siap-siap, berangkat, macet ... dan proses yang sama berulang kembali.
Kalau sudah seperti ini, kita seakan sedang menjalani hari-hari hidup kita laksana robot. Dan kita melewatkan demikian banyak keindahan yang selalu disediakan oleh Tuhan dengan demikian murah hati di sekitar kita. “Pah .... Pah ..... Sini, Pah ‌. Cepet Pah ...!â€? Suatu senja pada akhir April lalu putri saya Liany memanggil saya dari halaman depan rumah. Dengan agak ogah-ogahan saya melangkah ke luar. Ternyata dia ingin mengajak saya untuk mengagumi langit yang demikian merah. Senja itu memang tidak seperti biasanya. Semburat warna oranye-merah-keunguan memenuhi angkasa. Rasanya demikian indah dan agung. Nafiri JUNI 2015
NAFIRI JUN15.indd 111
111
6/23/15 8:31 AM
Saya bersyukur bisa mengagumi lukisan alam yang diciptakan Tuhan di senja itu; lukisan yang dalam beberapa menit saja sudah akan berubah dan akhirnya hilang digantikan oleh gelap malam. Terombang-ambing Pada tanggal 5–9 Mei 2015, saya mendapatkan kesempatan langka untuk ikut naik speedboat bersama lebih dari sepuluh rekan lain dari kota Serui menuju Sungai Mamberamo di Provinsi Papua. Dua jam pertama, lautan masih cukup tenang, mungkin karena kapal masih terlindung oleh Pulau Yapen yang memanjang ke timur. Tetapi, begitu mulai terpapar pada laut lepas, ternyata Lautan Teduh siang itu sedang tidak mau teduh. Speedboat yang digerakkan oleh dua motor tempel Evinrude yang masingmasing berkapasitas 200 PK agak terombang-ambing dalam membelah gelombang.
Air laut cukup sering memercik masuk lewat celah-celah jendela kaca di samping tempat duduk. Beberapa kali, saat gelombang tinggi, air laut bahkan mengguyur masuk melalui dua jendela yang ada di atap. Dua jam lebih guncangan ombak harus diterjang oleh speedboat yang kami tumpangi. Yang patut disyukuri, tak ada satu pun penumpang yang mabuk laut. Setelah 5 jam perjalanan dari Serui, kami sampai di Tanjung d’Urville yang menjadi muara Sungai Mamberamo, sungai terbesar dan terpanjang di Papua dan sungai terlebar di Indonesia. Setelah mencari-cari jalur masuk yang tepat, speedboat akhirnya masuk ke muara sungai yang bentuknya seperti corong. Entah berapa kilometer jarak antara daratan paling ujung di bagian timur dan bagian barat muara. Kami mulai memasuki muara dan ketika lebar sungai mulai normal– sekitar 500 meter–tibalah kami di kampung Warembori. Speedboat berlabuh di belakang rumah kayu sederhana yang memiliki geladak agak menjorok ke tepi sungai. Tak lama, sekitar jam tiga sore, kami makan bekal yang kami bawa dari Serui. Nikmat sekali saat perut memang sudah kelaparan.
112 SUKACITA DALAM MEWARTAKAN INJIL
NAFIRI JUN15.indd 112
6/23/15 8:31 AM
Mulai Rapuh Kami sempat berjalan-jalan menyusuri kampung. Di sekitar gereja sedang ada kerumunan orang. Sound system sederhana memutar lagulagu Kristen dengan bahasa daerah. Ternyata, mereka sedang gotongroyong menyiapkan lahan di dekat bangunan gereja. Gereja yang ada dianggap sudah tua dan mulai rapuh. Mereka ingin membangun gedung gereja yang baru. Senja itu juga cukup menawan walaupun tidak semerah senja di Serpong yang saya nikmati bersama Liany. Matahari turun di antara gerumbul awan di belakang kampung Teba, di seberang Warembori. Generator kecil mulai berbunyi bertalu-talu dan membuat beberapa lampu menyala, termasuk satu yang menerangi geladak di belakang rumah. Di geladak ini kami lebih sering bercokol: berbincang ringan, menyeruput teh atau kopi, dan juga memancing tanpa memakai joran. Saya senang sekali ketika bisa mendapatkan satu ikan yang panjangnya sekitar 30 sentimeter. Ikannya dinamakan ikan sembilan, bersungut agak mirip lele tapi ada sejumlah bintik-bintik bulat di badannya.
Pada kesempatan lain, saat sedang melamun, saya segera menarik senar ketika merasakan tarikan pada umpan. Ternyata, senarnya disentak oleh rekan lain yang ingin ‘mengerjai’ saya. Saya pun ikut tertawa lepas menikmati candaan mereka. Ikan bakar, ikan goreng dan mie instan menemani nasi yang menjadi makan malam kami. Semua nikmat. Ketika malam makin larut, saya bersama beberapa rekan lain tidur di geladak beratapkan langit. Bersyukur malam itu nyaris tidak ada nyamuk. Paginya, kami meneruskan perjalanan ke hulu. Kami berencana untuk naik hingga daerah Marine Fallen, satu dari tiga lokasi paling berbahaya kalau mau naik ke hulu Mamberamo. Rawa-Rawa Speedboat mulai melaju dan kami baru benar-benar mulai berkenalan dengan Sungai Mamberamo yang dahsyat. Lebar sungai berubah-ubah sekitar 400 hingga 600 meter dan arus airnya kuat sekali. Di kiri-kanan sungai–hingga berpuluh-puluh kilo–dipenuhi pohon bakau, sagu dan tanaman lain yang tak terlalu tinggi. Kami melewati daerah rawa-rawa dataran rendah. Nafiri JUNI 2015
NAFIRI JUN15.indd 113
113
6/23/15 8:31 AM
Semakin naik, jenis tanaman mulai makin bervariasi dengan pohon-pohon yang lebih besar. Baru setelah 2 jam kami sampai di kampung Trimuris dan mulai memasuki daerah pegunungan. Setelah 3,5 jam, kami sampai di Kasonaweja dan Boromeso, dua kampung utama di Mamberamo. Di Kasonaweja ada airstrip dan ada penerbangan reguler tiap hari dari Jayapura dengan pesawat ringan. Kami terus melaju ke hulu. Tetapi, sepuluh menit kemudian tiba-tiba, “Gubrak!� Kedua baling-baling Evinrude menghantam batu. Rusak dan kehilangan daya. Kami terpaksa putar haluan dan berlabuh di Kasonaweja. Yance Banua, pemimpin rombongan, langsung melakukan kontak-kontak telepon dengan Jayapura, Surabaya dan Jakarta. Akhirnya, diperoleh kepastian kalau malam itu juga dua baling-baling baru akan diterbangkan dari Jakarta ke Jayapura dan akan diteruskan dengan pesawat ringan ke Kasonaweja. Makan siang di warung kecil di Kasonaweja menunya nasi dengan ditemani mie instan. Sederhana dan nikmat. Makan malamnya mewah. Ada saudara Pak Yance, yang tinggal di Kasonaweja, menyiapkan ikan
goreng, ikan bakar dan ikan masak kuah di rumahnya. Makan malam yang luar biasa. Saya juga sempat nebeng mandi dan keramas dengan air yang jernih. Nikmat sekali. Kami tidur di guesthouse pemda yang agak kurang terawat, apalagi kamar mandinya. Tetapi, bersyukur karena AC-nya sejuk. Kasonaweja siang-malam sumuk alias panas. Kata penduduk setempat, tanahnya mengandung batubara dan menguarkan panas sepanjang hari. Esoknya, jam dua siang, balingbaling pengganti tiba di Kasonaweja. Dalam beberapa menit, keduanya sudah terpasang. Memenuhi Permintaan Jam tiga, kami menuju hilir. Kami sampai di Warembori jam 7.30 malam. Ikan bandeng, belanak, dan mujair hasil menjaring segera diolah. Dicampur nasi dengan sambal kecap rasanya nikmat sekali.
114 SUKACITA DALAM MEWARTAKAN INJIL
NAFIRI JUN15.indd 114
6/23/15 8:31 AM
Esoknya, saya ikut rombongan kecil dengan perahu tanpa atap ke kampung Yoke. Kami ke luar dari muara, menuju ke timur dan masuk lagi ke muara sungai yang lebih kecil. Kampung Yoke dekat saja dari muara. Saya berkenalan dengan sejumlah anak-anak Yoke yang ceria. Setelah makin akrab, mereka terus minta saya foto. Saya dengan gembira memenuhi permintaan mereka. Dan di Yoke, ketika sedang di pantai sebelum pulang, mata saya terpesona oleh lukisan-lukisan luar biasa di pasir pantai. Kepitingkepiting kecil, besarnya hanya sekitar
10–15 milimeter, membawa bulatanbulatan pasir sebesar merica dan meletakkannya dengan demikian unik. Setelah ratusan kali keluar masuk, terciptalah bentuk-bentuk yang sangat indah. Sebagian berbentuk seperti tapak daun singkong dan sebagian lagi seperti daun sukun. Lukisan-lukisan pasir ini akan segera hilang saat air laut pasang. Dan saya bersyukur bisa menikmati keindahan kecil yang demikian menakjubkan. Karya Ilahi yang luar biasa. Tentunya, kita tidak perlu pergi jauh hingga Mamberamo atau Natuna untuk menikmati dan mengagumi kebesaran Tuhan.
Nafiri JUNI 2015
NAFIRI JUN15.indd 115
115
6/23/15 8:31 AM
Yang kita butuhkan hanya kesediaan untuk benar-benar mengamati, menemukan dan menikmati. Bisa jadi, itu senyum ceria pasangan kita saat kita tiba di rumah, masakan enak yang capai-capai disiapkan khusus untuk kita atau secangkir kopi panas yang demikian nikmat diseruput. Jangan biarkan rutinitas menumpulkan kepekaan Anda untuk mengagumi dan mensyukuri kasih dan kebesaran Tuhan yang bertebaran di sekitar kita. Layangkan pandangan Anda dan cermati hal-hal kecil yang sering luput dari perhatian Anda. Dan sering-seringlah memuji kebesaran Tuhan dan orang-orang terkasih di sekitar kehidupan Anda.
Isi Hati Persis ketika saya sedang mengakhiri tulisan ini, tiba-tiba Liena, istri saya, membuka pintu kamar kerja saya. “Kamu tidak melihat ada yang beda ya?” Katanya sambil tersenyum dan mengerlingkan mata. Rambutnya baru dikeriting dan saya sebenarnya sudah melihat perubahan itu sejak saya pulang dari Papua 2 hari sebelumnya. Tetapi, mungkin–seperti banyak suami-suami yang lain–saya berhenti pada tahap melihat dan gagal untuk lebih mencermati dan mengungkapkan isi hati saya secara terbuka pada kesempatan pertama. “Iya ... dikeriting ….” Kata saya dengan selarik rasa bersalah. “Masak kata Liany lebih bagus kalau lurus.” “Akh ... begini lebih bagus kok.” Jawab saya. Kali ini dengan sepenuh hati. Dia merasakan kesungguhan dalam komentar saya. Wajahnya tampak lebih bersinar. Senyumnya lebih mengembang. Langkah kakinya pun lebih ringan
116 SUKACITA DALAM MEWARTAKAN INJIL
NAFIRI JUN15.indd 116
6/23/15 8:31 AM
Nafiri JUNI 2015
NAFIRI JUN15.indd 117
117
6/23/15 8:31 AM
Menelusuri
JEJAK KEKRISTENAN Lewat Gereja Tertua di Jakarta
118 SUKACITA DALAM MEWARTAKAN INJIL
NAFIRI JUN15.indd 118
6/23/15 8:31 AM
/ Anton Utomo /
S
i a p a yang menyangka, di antara hiruk-pikuknya kepadatan lalu lintas di sekitar Stasiun Kota, dikepung bangunan ruko dan gedung yang tak beraturan dan berimpitan, masih berdiri kokoh sebuah monumen yang menandai hadirnya kekristenan di Batavia–nama Jakarta masa kolonial– selama lebih dari 300 tahun. NAFIRI berkesempatan mengunjungi rumah Tuhan yang menjadi saksi sejarah ini dan sempat mengagumi berbagai relik dan peninggalan kuno yang masih terawat dengan baik, bahkan sebagian masih dipergunakan sebagaimana fungsi awalnya.
Nafiri JUNI 2015
NAFIRI JUN15.indd 119
119
6/23/15 8:31 AM
Gereja Sion, nama baru gereja yang kami kunjungi, sebenarnya memang bukan gereja tertua di Jakarta. Dibangun sejak 1693 dan diresmikan pada tahun 1695, saat itu nama yang disandangnya adalah Portugueesche Buitenkerk (Gereja Portugis di luar tembok kota). Mengapa disebut Gereja Portugis? Dan mengapa di luar kota? Demikian riwayatnya. Gereja Kaum Mardijkers Ketika Belanda melalui perusahaan dagangnya (VOC) menguasai Batavia pada tahun 1619, sudah banyak orang Portugis dan orang yang berbahasa Portugis tinggal di kota ini. Maklum, sebelum Belanda muncul di perairan Nusantara pada tahun 1596, Portugis telah membangun jaringan bandar niaga untuk menguasai rantai perdagangan rempah-rempah antar kepulauan Maluku dan Eropa. Bahasa Portugis, masa itu, bersama dengan Bahasa Melayu, adalah lingua franca di antara bangsa-bangsa yang bertemu dan berniaga di Batavia. Setelah Belanda menguasai Batavia, banyak pula budak dan pekerja didatangkan dari India dan Sri Lanka untuk dipekerjakan dalam pembangunan kota. Mereka juga berbahasa Portugis dan sebagian beragama Katolik. Namun, membawa semangat
120 SUKACITA DALAM MEWARTAKAN INJIL
NAFIRI JUN15.indd 120
6/23/15 8:31 AM
reformasi yang masih kuat bergelora, Belanda kala itu melarang gereja Katolik berdiri di Batavia. Hanya gereja Protestan/Reformasi yang boleh didirikan. Setelah membangun tembok kota di sekeliling Batavia, VOC mendirikan gereja pertama di Batavia yang terletak di dalam tembok kota, tepatnya di museum wayang sekarang. Inilah gereja tertua di Jakarta, yang didirikan pada 1640. Saat itu orang menyebutnya sebagai Gereja Salib, karena denahnya berbentuk salib. Gereja itu hanya bertahan kurang dari 100 tahun, sebelum dibongkar habis untuk dibangun gereja baru pada 1736. Gereja Kubah, nama gereja yang dibangun di atas tanah Gereja Salib, kemudian bertahan hampir 100 tahun lagi, sebelum diruntuhkan pada 1829 karena kondisi gedung yang sudah tak terawat. Situasi kota tua di Batavia awal abad ke-19 memang sudah mulai ditinggalkan orang karena sangat tidak sehat. Tembok kota yang sudah berdiri lebih dari 200 tahun pun diruntuhkan, dan kehidupan para petinggi Belanda banyak dialihkan ke bagian lain kota, di sekitar Lapangan Banteng sekarang. Umat keturunan Portugis dan yang berbahasa Portugis di awal masa kekuasaan Belanda tinggal di dua daerah yang terpisah. Orang Portugis putih (warga kelas atas) tinggal di dalam tembok kota, di daerah Jl. Roa Malaka sekarang. Sedangkan warga Portugis ‘hitam’ (orang India, Sri Lanka dan lainnya yang berbahasa Portugis) tinggal di luar tembok kota, di daerah yang kini disebut Mangga Dua dan Jl. Pangeran Jayakarta. Nafiri JUNI 2015
NAFIRI JUN15.indd 121
121
6/23/15 8:31 AM
Mula-mula mereka beribadah di bangunan sementara yang terbuat dari bambu, sampai akhirnya sebuah Gereja Portugis di dalam kota berhasil didirikan di perempatan Jl. Roa Malaka dan Jl. Kopi sekarang. Gereja tersebut didirikan pada tahun 1633 dan bertahan sampai 1808, sebelum habis terbakar karena keteledoran seorang tukang las yang sedang bekerja memperbaiki gereja. Bagaimana dengan umat Portugis ‘hitam’ di luar tembok kota? Mereka disebut kaum Mardijkers, yang artinya orang merdeka, bukan budak. Sebutan ini kemudian disematkan kepada setiap orang non kulit putih yang beragama Kristen. Sayang sekali, di kemudian hari banyak orang yang kemudian mengaku Kristen hanya agar tidak dijual sebagai budak. Kaum Mardijkers ini kemudian berusaha membangun rumah ibadah sendiri yang dimulai dari pondok kayu dan bambu. Sebuah tiang (menara) lonceng didirikan di dekat pondok ibadah untuk memanggil umat setiap hari Jumat malam untuk mengikuti pelajaran katekismus. Tiang lonceng yang berusia lebih tua dari gedung gereja itu sampai kini masih berdiri dengan kokoh. Di tubuh lonceng terukir inskripsi “Godt Allein de Eere”/Soli Deo Gloria–Kemuliaan hanya bagi Tuhan. Akhirnya, atas bantuan seluruh umat, para pembesar, dan pemerintah VOC, sebuah gereja permanen berhasil didirikan dan ibadah pertama diadakan pada hari Minggu, 23 Oktober 1695. Selanjutnya gereja itu dinamakan Portuguessche Buitenkerk, artinya Gereja Portugis di luar (tembok) kota. 122 SUKACITA DALAM MEWARTAKAN INJIL
NAFIRI JUN15.indd 122
6/23/15 8:31 AM
Nama ini untuk membedakan dengan gereja Portugis sebelumnya yang berdiri di dalam kota. Pada saat ibadah pemberkatan gereja diadakan, ratusan umat memadati gereja sejak pagi hari. Theodorus Zas, pendeta yang memimpin ibadah, memilih teks dari Kitab 1 Raja-Raja 8:29–30: “Kiranya mata-Mu terbuka terhadap rumah ini siang dan malam, terhadap tempat yang Kaukatakan: nama-Ku akan tinggal di sana; dengarkanlah doa yang hamba-Mu panjatkan di tempat ini. Dan dengarkanlah permohonan hamba-Mu dan umat-Mu Israel yang mereka panjatkan di tempat ini; bahwa Engkau juga yang mendengarnya di tempat kediaman-Mu di sorga; dan apabila Engkau mendengarnya, maka Engkau akan mengampuni”. Doa Salomo yang diucapkan kembali oleh Pendeta Theodorus Zas itu kini telah berusia lebih dari 300 tahun, disampaikan di sebuah gedung yang kini bukan saja menjadi gereja tertua yang masih berdiri di Jakarta, tapi juga diakui sebagai gedung tertua di Jakarta yang masih digunakan untuk maksudnya yang semula. Indahnya Interior Gereja Memasuki gedung gereja, mata kita segera tertegun menatap kemegahan mimbar antik yang mendominasi interior gereja. Mimbar berbentuk cangkir itu mengingatkan kita akan pergumulan Kristus di Taman Getsemani, saat Ia harus menerima ‘cawan penderitaan’ yang mengantarkan-Nya ke tiang salib. Mimbar ukiran yang indah ini dibuat pada tahun 1695 sebagai persembahan dari Hendrik de Bruijn, seorang Mardijker keturunan Eropa/Bengali. Sebagai seorang pengusaha furnitur, dia juga mempersembahkan kursi khusus untuk Gubernur Jendral dari kayu eboni. Kursi itu sampai saat ini masih ada namun tentu saja tidak dipergunakan lagi saat kebaktian. Ada sederetan kursi antik dengan tinggi sandaran yang berbeda-beda. Kini kursi-kursi itu diletakkan di tepi ruang, lebih sebagai hiasan yang unik di gereja ini. Deretan kursi jemaat yang saat ini dipakai ibadah ‘baru’ berusia 50–60 tahun, dibuat sekitar tahun 1950-an.
Nafiri JUNI 2015
NAFIRI JUN15.indd 123
123
6/23/15 8:31 AM
Benda lain yang sangat berharga adalah orgel pipa yang diletakkan di lantai atas. Orgel persembahan Johanna Maurits Mohr ini semula dibunyikan dengan meniupkan udara melalui pipa yang harus diputar secara manual menggunakan engkol, persis gaya orang menghidupkan truk di masa lalu. Namun saat ini, sebuah kompresor diletakkan di tepi pipa untuk ‘menyuplai’ udara yang akan menghasilkan bunyi nada nan megah dan merdu. Orgel ini, yang jenisnya hanya tersisa beberapa buah di Jakarta dan Bandung, hanya dipergunakan pada kebaktian di awal bulan saja agar tidak cepat rusak. Di waktu lain, seperangkat piano dan alat musik lain bertugas mengiringi kebaktian. Diperkirakan orgel pipa kuno ini berasal dari pertengahan abad ke-18, dan pernah diperbaiki pada tahun 1860, sesuai dengan plakat logam yang menempel di tubuh orgel tua ini. Masih banyak benda dan peninggalan asli gereja ini yang membuat kita berdecak kagum. Misalnya, struktur bangunan dapat dikatakan masih terjaga keasliannya. Lantai batu alami kotak-kotak masih tetap dipertahankan keberadaannya, demikian juga langit-langit yang terbuat dari kayu berlapis lempung keras. Ketinggian gereja sekitar 22,5 meter , disangga oleh enam pilar kayu yang kemudian dipertebal dengan batu-bata yang diplester putih pada tahun 1724. Jendela besar dan pintu gerbang di kedua sisi gereja juga relatif masih sama dengan kondisi 300 tahun lalu. Hanya saja, peralatan ibadah di masa lalu yang terbuat dari perak, kini sebagian besar sudah berganti dengan peralatan yang baru. Banyak dari benda-benda tersebut yang tersimpan di museum maupun di gereja lain. 124 SUKACITA DALAM MEWARTAKAN INJIL
NAFIRI JUN15.indd 124
6/23/15 8:31 AM
Ada hal unik lain yang dijumpai di gereja ini, yaitu banyaknya makam orangorang penting yang berjasa bagi gereja yang ditemukan di halaman gereja. Di antaranya makam Henric Zwaardecroon, yang di atas pusaranya tertulis kalimat berbahasa Belanda, yang terjemahannya: “Di bawah ini beristirahat, Tuan Terhormat, Henric Zwaardecroon, bekas Gubernur Jendral dari Hindia Belanda, lahir di Rotterdam pada 26 Januari 1667, dan meninggal di Batavia pada tahun 1728”. Bukan hanya para petinggi, tapi ada pula sepasang suami istri sederhana namun sangat berjasa bagi gereja yang dimakamkan di halaman gereja. Bertahan Melintasi Zaman Ketika Nafiri berkunjung ke Gereja Sion, seorang karyawan gereja menyambut kami dengan ramah dan bersemangat. Pak Tasum, nama ‘pemandu’ kami ini, dengan sigap mengantarkan kami berkeliling gereja kuno yang telah dikenalnya sejak tahun 1986, saat dia pertama kali diterima sebagai karyawan. Dengan statusnya sebagai pegawai honorer yang gajinya ditanggung oleh Pemerintah Provinsi Jakarta, tak pernah menyurutkan semangatnya memelihara gereja ini. Walaupun beragama Islam, ia menganggap gereja Sion sebagai rumahnya sendiri. Dengan berapi-api dikisahkannya pengalamannya saat kerusuhan Jakarta terjadi tahun 1998. Saat itu, semua karyawan lain di gereja ini sudah ‘mengungsi’, menyelamatkan diri dari amukan massa yang merusak area perdagangan di Jakarta. Letak gereja Nafiri JUNI 2015
NAFIRI JUN15.indd 125
125
6/23/15 8:31 AM
Sion di persimpangan Jl. Mangga Dua dan Jayakarta, tentu saja sangat rawan menjadi sasaran amukan massa. Walau gemetar menghadapi kerumunan orang yang beringas dan membawa berbagai benda tajam, Tasum tetap bertahan di gereja. Dia bersembunyi di pepohonan sambil terus mengawasi. Manakala dilihatnya sekelompok orang menyulut api hendak dilemparkan ke gereja, tanpa ragu ia muncul dan menendang tubuh orang yang memegang api. Rombongan massa itu kaget dan melarikan diri ketakutan. Tuhan sudah melindungi rumah-Nya melalui orang sederhana semacam Tasum. Dan itu beberapa kali berulang sepanjang sejarah gereja ini. Tatkala gereja milik petinggi VOC dan Portugis di dalam tembok kota sudah musnah, gereja kelas bawah milik orang ‘Portugis Hitam’ tetap lestari sampai saat ini. Pernah hendak disita Jepang saat Perang Dunia II, juga sempat hendak digusur Pemerintah Orde Baru atas nama pembangunan, namun gereja ini tetap kokoh dan tegak berdiri sampai sekarang. Saat ini gereja Sion menjadi bagian dari GPIB (Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat). Karena jemaatnya sebagian besar jemaat Tionghoa yang berbahasa Hakka, maka untuk ibadah Kebaktian Umum II mereka menggunakan bahasa Indonesia yang diterjemahkan ke dalam bahasa Hakka. Tampaknya doa Pendeta Theodorus Jaz saat peresmian gereja tua ini sungguh didengar oleh Tuhan, yang “tak pernah menutup mata siang dan malam” terhadap gereja kaum papa ini. Ia menjaganya melintasi waktu dan masa, sampai di usianya yang ke-320 pada tahun ini 126 SUKACITA DALAM MEWARTAKAN INJIL
NAFIRI JUN15.indd 126
6/23/15 8:31 AM
Daftar Pustaka : 1. Gereja-Gereja Tua di Jakarta, Adolf Heuken, Cipta Loka Caraka 2. Historical Sites of Batavia, Adolf Heuken, CLC 3. Leaflet/Brosur Sion Church, Jakarta MDCXCV
Nafiri JUNI 2015
NAFIRI JUN15.indd 127
127
6/23/15 8:31 AM
T
ugas PWG adalah membekali jemaat dengan pengetahuan yang benar akan Alkitab, memacu pertumbuhan iman mereka, menumbuhkan kerinduan untuk menjangkau orang-orang di sekitarnya agar tertarik untuk belajar Alkitab, dan kita sendiri berubah menjadi lebih baik karena terus belajar. (Titus Jonathan)
128 SUKACITA DALAM MEWARTAKAN INJIL
NAFIRI JUN15.indd 128
6/23/15 8:31 AM
/ Elasa Noviani /
Titus Jonathan
Bidang Pembinaan:
Berpikir, Berdiskusi, Belajar, Bertumbuh
NAFIRI edisi kali ini cukup unik karena terbit di masa transisi antara para majelis lama dan yang baru terpilih. Beberapa majelis sudah mengabdi selama 6 tahun dan siap untuk mengakhiri masa tugasnya, sedangkan beberapa majelis yang lain masih baru saja terpilih dan belum mempunyai program, lebih tepatnya belum bikin rencana. Oleh karena itu Shoot Majelis kali ini mengangkat majelis incumbent yang telah menjabat selama 3 tahun, dan terpilih kembali untuk periode 3 tahun yang akan datang. Titus Jonathan adalah salah seorang majelis incumbent yang namanya tidaklah asing bagi para pembaca setia bulletin NAFIRI. Nafiri JUNI 2015
NAFIRI JUN15.indd 129
129
6/23/15 8:31 AM
D
i masa jabatan 3 tahun pertama yaitu periode tahun 2012–2015, Titus menangani Sub Bidang Pembinaan Warga Gereja (PWG) di bawah Bidang Pembinaan, dimana saat itu Majelis Bidang Pembinaannya adalah Danny Rusli. Untuk periode 3 tahun kedua (2015–2018) ini, Titus ditunjuk menjadi Majelis Bidang Pembinaan menggantikan Danny yang sudah melayani selama 6 tahun. Menurut Titus, penempatan tugas ditentukan oleh Gembala dan Ketua Majelis, yang biasanya dicocokkan dengan talenta dan pengalaman pelayanan masingmasing. Mungkin ada orang-orang yang mempunyai interes untuk menangani bidang tertentu, namun Titus tidak mau membatasi diri dengan mengajukan pilihan. Baginya mau ditempatkan di mana saja tidak menjadi masalah, bahkan seandainya ditempatkan di bagian yang sama sekali baru pun, bagi Titus malahan akan menjadi kesempatan untuk belajar sesuatu yang baru. Demikian juga pandangannya terhadap orangorang yang ditempatkan sebagai timnya, Titus memilih untuk terbuka
dan menerima siapa saja. “Bagi saya yang terpenting adalah orang tersebut harus mempunyai komitmen yang kuat untuk pelayanan dan mau bekerja sama sehingga tidak menjadi single fighter.” Tiga tahun lalu, sebelum memulai program sub bidang PWG, Titus membentuk tim untuk berdiskusi yang terdiri dari delapan orang, yaitu GI Feri Irawan, Danny Rusli, Yahya Soewandono, Mindra Juanda Citra, Jonatan Junus, Yona Roline, Natan Winoto, dan Titus sendiri. “Tim PWG ini kerjanya adalah berpikir dan berdiskusi, namun tanggung jawabnya besar sekali,” kata Titus. “Seolah-olah, kualitas kerohanian jemaat itu menjadi tanggung jawab kami,” lanjutnya. Intinya, fokus PWG yang pertama adalah untuk membekali jemaat dengan pengetahuan akan firman Tuhan yang mendalam supaya tidak mudah tergoyahkan oleh pengaruh negatif dunia. “Jika jemaat tidak memperoleh pembinaan yang sehat, maka mereka akan bingung sehingga sangat mungkin menyerap doktrindoktrin yang belum tentu benar,” ulas Titus. Seperti cara mengajarkan seseorang untuk membedakan uang palsu dari yang asli, orang harus mengenal dengan benar terlebih dahulu uang yang asli itu seperti apa.
130 SUKACITA DALAM MEWARTAKAN INJIL
NAFIRI JUN15.indd 130
6/23/15 8:31 AM
Demikian juga jemaat harus terus menerus mempelajari dan mendalami Alkitab, dipicu untuk berpikir kritis, supaya terbentuk filter di dalam dirinya dan siap membedakan ketika dihadapkan ajaran yang tidak benar. Misi PWG yang kedua tentunya adalah untuk memacu pertumbuhan iman mereka, yang ketiga supaya mau menjangkau orang-orang lain agar tertarik untuk belajar, dan keempat agar dirinya sendiri berubah menjadi lebih baik setelah belajar. Tim PWG terus menerus menggumulkan dan memikirkan apakah yang sebenarnya menjadi kebutuhan jemaat. Kadang-kadang ada topik yang kelihatannya nyeleneh, namun kalau itu memang banyak menjadi pertanyaan jemaat, maka akan tetap diakomodasi untuk dicarikan pakarnya supaya dapat dikupas untuk mencari jawabannya. PWG pernah mengadakan survei bagi peserta seminar untuk mencari feedback topik-topik yang relevan yang dibutuhkan jemaat, dan kendalakendala yang dihadapi oleh jemaat. Dari hasil survei diketahui bahwa ‘waktu’ rupanya adalah faktor utama yang menjadi kendala bagi jemaat untuk menghadiri seminar atau program-program PWG. Hal ini karena padatnya kegiatan di gereja; selain
jadwal rutin Kebaktian Umum pada hari Minggu, Kebaktian Doa di hari Rabu dan Sabtu, event khusus seperti Natal, Jumat Agung, Paskah, HUT, Parents Day, Minggu Misi, latihanlatihan rutin Paduan Suara, rapat-rapat komisi dan bidang, dan lain-lain; yang tentunya menyedot waktu dan tenaga para aktivis sampai berbulan-bulan di dalam mempersiapkan event. Selain itu kesibukan jemaat dalam persekutuan kategorial di masingmasing komisi menyebabkan mereka tidak bisa mengikuti kelas-kelas pembinaan maupun seminar yang diadakan karena energinya sudah terkuras. Nafiri JUNI 2015
NAFIRI JUN15.indd 131
131
6/23/15 8:31 AM
Selain waktu, topik yang kurang cocok dengan kebutuhan mereka juga membuat mereka enggan untuk hadir. “Jemaat umum itu ngga semua tertarik untuk belajar. Ini merupakan PR (Pekerjaan Rumah) yang berat untuk mengetahui mengapa ngga tertarik, dan bagaimana mengemas supaya mempelajari Alkitab itu menjadi sesuatu yang menarik,” kata Titus. Program PWG yang sudah berjalan secara konsisten selama bertahun-tahun adalah Mini Seminar yang diadakan sebulan sekali dengan mengambil salah satu jam Kebaktian Doa Rabu di sore hari. Alasan utama Mini Seminar ini ‘diselipkan’ di jadwal Kebaktian Doa Rabu adalah supaya jangan menambah jam kegiatan jemaat. Mencari pembicara untuk mini seminar juga merupakan hal yang ‘challenging’, karena mengepaskan antara tema dan kualifikasi dari pembicara tidak sederhana. Salah satu keuntungan memiliki Tim Pembinaan yang suka berdiskusi dan mempunyai ‘koneksi’ dengan hamba-hamba Tuhan atau pengajar/ dosen STT adalah ‘kemudahan’ untuk mendapatkan pembicara yang kompeten.
Selain itu ada juga Seminar Besar yang dijadwalkan sebanyak empat kali dalam setahun. Program ini biasanya diadakan pada Sabtu pagi atau sore hari, karena membutuhkan waktu yang lebih panjang. PWG beberapa kali mengundang Ev. Bedjo Lie yang banyak berbicara mengenai tema-tema apologetika; Pdt. Yakub Tri Handoko yang mengupas isu-isu etika dalam wilayah grey area; Pdt. Yohanes Adrie mengenai tema-tema eskatologi; Pdt. Bambang Ruseno mengenai tema Islam; Pdt. Yakub Susabda mengenai tema predestinasi; bahkan Dr. Roland Chia dari Singapore yang waktu itu mengupas tema yang cukup unik dan langka, yaitu masalah biotik dalam isu stem cell, bayi tabung, dan euthanasia.
132 SUKACITA DALAM MEWARTAKAN INJIL
NAFIRI JUN15.indd 132
6/23/15 8:31 AM
“Mengundang pembicara yang berkualitas biasanya harus mengantri cukup lama,” kata Titus, “Bahkan untuk jadwal yang masih di tahun 2016, kita sudah booking pembicara 2 tahun sebelumnya,” cerita Titus, “itu komitmen tim PWG untuk selalu memilihkan pembicara yang terbaik bagi jemaat”. Rekor jumlah peserta tertinggi dari Seminar Besar yang pernah dilaksanakan yaitu ketika PWG menyajikan tema “Ketika Kristus Digugat” yang membahas topik mengenai penyaliban Kristus oleh Ev. Bedjo Lie di bulan September 2013. Menurut Titus yang hadir saat itu mencapai 350 orang, memenuhi ruangan gereja hingga balkon, dan feedback yang diterima cukup
positif. Jemaat sangat dikuatkan dan terberkati oleh pengajaran yang intinya membuktikan kebenaran penyaliban Yesus Kristus, meng-counter klaim pihak lain bahwa Yesus tidak pernah disalib, bahwa yang disalib adalah orang yang menyerupai-Nya. Tiga Seminar Besar yang dijadwalkan dalam tahun ini (2015) antara lain membahas mengenai karunia Roh oleh Rizal Badudu, mujizat oleh Pdt. Irwan Pranoto dan leadership oleh Pdt. Agus Gunawan dan Deddi Tedjakumara. Terobosan terbaru tim PWG di tahun 2014 adalah program KePaK (Kelas Pembinaan Kristen) yang bentuknya bukan seminar, tetapi kelas PA (Pemahaman Alkitab) yang diberikan secara sistematis dengan materi yang berseri kepada kelompok besar, berbeda dengan PA pada umumnya yang diajarkan melalui cell group. “Kelas KePaK ini seperti kuliah, jadi dosen mengajar, setelah itu ada tanya jawab dari peserta dan diskusi,” kata Titus. Program ini sudah berlangsung selama satu setengah tahun (tiga semester), dan diadakan sebulan sekali. KePaK semester pertama membahas Perjanjian Lama (PL), yang berlangsung selama sembilan kali pertemuan dan diajar oleh Inawaty Nafiri JUNI 2015
NAFIRI JUN15.indd 133
133
6/23/15 8:31 AM
Teddy (dosen STTRI) yang memang secara khusus mendalami PL. Setelah itu di tahun kedua, baru saja diselesaikan lima kali pertemuan yang membahas Injil Markus, Injil Yohanes dan Intertestamental yang diajar oleh Johan Djuandy (dosen STTAA), Irwan Pranoto (dosen SAAT) dan Ina Hidayat (dosen STTRI). Semester depan, rencananya akan masuk kepada Kisah Para Rasul atau surat-surat Paulus dengan jadwal empat kali pertemuan. Karena Bidang Pembinaan ini memang sifatnya berkesinambungan, jadi sekalipun terjadi pergantian Majelis, namun programnya masih tetap dapat diteruskan. Untuk program KePaK ini, ratarata per semester yang mendaftar sekitar 100 jemaat, namun yang hadir rata-rata 50–80 orang. “Dalam belajar secara berkesinambungan, faktor endurance (daya tahan) selalu penting, apakah mereka bisa tekun mengikuti nonstop selama satu semester, atau berguguran satu-satu dari pertemuan satu ke pertemuan bulan berikutnya,” kata Titus. Yang paling mengagumkan adalah terdapat sekitar 40 orang di antara yang hadir yang tidak pernah absen sama sekali. Jadi Titus menyimpulkan bahwa di antara jemaat GKY BSD ada orangorang yang memang ‘fanatik’ terhadap
program semacam ini, yaitu mereka yang memang sangat suka belajar dengan tekun dan juga rajin bertanya. Bahkan yang hadir di kelas KePaK ini tidak hanya dari GKY BSD, namun dari beberapa gereja yang lain juga. Feedback yang diterima dari guru-guru Sekolah Minggu yang mengikuti KePaK juga sangat positif, mereka umumnya merasa sangat terbantu dengan pendalaman Alkitab yang semacam ini. Sebagai contoh, ketika membahas kutipan: “Aku mencintai Yakub tetapi membenci Esau”, terlihat seolah-olah Allah tidak adil. Namun setelah dijelaskan oleh pengajar, kita menjadi tahu bahwa esensinya adalah karena Esau telah memandang rendah dan bersalah terhadap covenant (perjanjian Tuhan) kepada anak sulung, itulah yang membuat Esau tidak diberi kesempatan walaupun ia mencucurkan airmata. Setelah ditunjuk sebagai Majelis Bidang Pembinaan untuk periode 2015–2018, maka Titus akan lebih banyak menjalankan fungsi strategic, sebab secara operasional akan dilaksanakan oleh majelis sub bidang yang baru (dr. Indawati Kamil untuk PWG dan Kevin Kowinto untuk Literatur). Dari bidang Literatur, menurut Titus yang masih perlu untuk
134 SUKACITA DALAM MEWARTAKAN INJIL
NAFIRI JUN15.indd 134
6/23/15 8:31 AM
dibenahi adalah di bagian Website gkybsd.org dan Perpustakaan. Selain program yang sudah berjalan, Bidang Pembinaan sedang memikirkan untuk mengadakan retret sehari seperti yang pernah dilaksanakan 2 tahun yang lalu yang mengambil tema “Christian Meditation� yang dibawakan oleh Pdt. Yohan Candawasa. Ketika ditanyakan mengenai bagaimana mengukur pertumbuhan rohani secara kualitatif, dengan jujur Titus mengakui bahwa hal itu cukup sulit untuk dideteksi. “Kita mungkin hanya dapat melihat dari perubahan sikap, perilaku dan tindakan orang dalam keseharian, dan kita sendiri sebagai majelis belum tentu lebih rohani atau lebih baik dari pada jemaat biasa. Tugas kami hanya fasilitator yang mengajak orang untuk lebih banyak belajar. Setiap orang termasuk para hamba Tuhan pun seharusnya tetap rindu dan mau untuk belajar (Alkitab),� ujar Titus dengan rendah hati Nafiri JUNI 2015
NAFIRI JUN15.indd 135
135
6/23/15 8:31 AM
Do you believe in the ultimate truth? (My story with a nice Muslim friend)
/ Nathaniel Hendradi
W
ithout realizing, we, Christians, have the tendency to stay in our ‘safe and sound’ lives rather than putting our comfort zone in jeopardy through spreading the word of God. Many people say, “Why bother to evangelism? We’re not priests, we’re just ordinary people”. Despite other criticisms, I still believe that spreading the word of God is our job as a true Christians. Throughout my life, I feel that each day, God plants a greater calling and raging spirit in me to evangelize the nonbelievers. I feel like there is a restless sense of longing and anxiety in me every time I see people who do not know about Jesus as the only way, the truth, and the life. The story begins when I was still in my college years as a Petroleum Engineering student in Universitas Trisakti, Jakarta. Every year, my faculty held an annual event called “Oil Expo”. This was a prestigious event where universities across the nation and around the world compete to be the ultimate winner. I was one of the contestants that represents Trisakti. Long story short, I made a lot of new friends from many universities. One of them, named Mentari, is from the Geophysics Faculty of Institut
136 SUKACITA DALAM MEWARTAKAN INJIL
NAFIRI JUN15.indd 136
6/23/15 8:31 AM
Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya. She is a Muslim. Every once in a while, Mentari would ask me to help her with her homework, and I was really glad that I could lend her a hand. That had always been the first step before I went into a deeper topic, and of course, evangelism. I never doubted the fact that by being a channel of blessings, a graceful and integrated life would shine through me, and above all, not only it made a good impression, but also created a warm relation. Thus, later it would be easier for me to share Christianity to my friends. One midnight, when I was about to sleep, unexpectedly Mentari texted me and asked me to help her with her thesis materials. Then, there was a single statement that made me so impassioned, “Thank you Nathan for helping me all these time, I always remember you and pray for you in my five times prayer. I hope you’re well and be successful in everything you do.” When I read that, I could not deny the fact that I was delightful yet anxious at the same time. I never knew that the little things I had done could affect her so much that she
even mentioned my name in her fiver times prayer. Then, as if there was an impulse that told me, yes, this is the time to do ‘The Mission’, so I pray for God’s guidance and let Him be the one who speaks through me. Thereupon we talked about tolerance of religions. She said, “To be honest, I too, get fed up sometimes, towards religious extremist who are anarchist and violent. I think every religion is good, every religion is right, and we all worship the same God, but with different ways.” She got me at her last sentence. Mentari represented millions and even billions of people that had the same perspective as her. Our conversation continued. Me, Nathan (N): Have you read the entire Quran? Mentari (M): Yes I have, but to be honest, I still don’t understand a lot of things. Have you read the whole Bible? N: Yup, I have, and just like you, I don’t get a lot of things either. But I believe that God will give us the understanding if we seek Him and the truth. M: That’s true, I hope Allah helps us to understand Him.
Nafiri JUNI 2015
NAFIRI JUN15.indd 137
137
6/23/15 8:31 AM
N: By the way, in Islam, you guys read Zabur and the Gospel besides the Quran, right? Have you read them? M: Yes, Nathan, we must read Zabur and the Gospel. You must’ve read the Gospel because it’s your holy book, right? N: That’s true, the Gospel is in the Bible. I also have Zabur as well because Zabur is Psalm and Proverb in the Bible. Do you want me to send you Zabur and the Gospel? I have the hardcopy! M: Wow! Yes please, Nathan! But how are you going to give it to me? N: There will be another Oil Expo coming up, and you should come! I’ll give it to you. M: Okay, thanks a lot, that means I’ll be able to pray for you through the Quran and Bible. It was such a joy to see her passionate response when I decided to give her Zabur and the Gospel. Maybe her response represented a large amount of our ‘neighbors’ who thirst to know about the truth of the Gospel, but we tend box them into the perspective that the Muslims are radical people. The story continued one year after I gave Mentari the Bible. We decided to meet up and finally I got the chance to start my evangelism. N: Have you read the Bible I gave? M: I have, I started to read the Psalm, but I don’t understand. N: That’s okay, you should start to read from Matthew, it’ll get more interesting when it comes to Rome. If there’s something you don’t understand, don’t hesitate to ask. I continued by using the EE (Evangelism Explosion) method and by adding some apologetics arguments from the books I have read. Besides explaining about the “ultimate and relative truth” concept, I also gave an illustration about a boy who got terrible headache and went to see three 138 SUKACITA DALAM MEWARTAKAN INJIL
NAFIRI JUN15.indd 138
6/23/15 8:31 AM
different doctors who gave him three different diagnoses. Now, there are two logical possibilities; first, all three doctors are wrong. But even if they were all wrong, one day there will be a doctor who will be able to give the diagnose right. Second, only one of them is correct (the ultimate truth). Just like beliefs. Christianity and Islam cannot be right at the same time; Christians believe that Jesus is Lord, but Muslims believe Jesus is just one of the prophets. Christianity and Hinduism cannot be right at the same time; Christianity is monotheistic and Hinduism is polytheistic. Christianity and New Age Movement cannot be right at the same time; Jesus Christ is our Lord, but the New Age Movement believes that we are all God. Christianity and atheism cannot be right at the same time; Christians believe that God exists, atheists believe there is no God and science is the ultimate truth. Mentari agreed that the given illustration is logical. At last, she wanted to know more about the core of Christianity. After a long explanation, she said “Everything is very logical, but I want to find out and really prove it first by my own.” Even though I have tried my best, but there is still a slight disappointment in me that maybe I could have explained a little better so she could understand it completely, but I realize that I am only God’s tool and I will let Him works in me and Mentari. This valuable experience is a steppingstone for me. Above all, I have to be responsible for what I believe in and why I believe so. Just like Peter said, “Always be prepared to give an answer to everyone who asks you to give the reason for the hope that you have” (1 Peter 3:15), so the next time someone comes up to me, I must be readier than ever. He must be greater, and I must become less / The writer graduated from Petroleum Engineering, Trisakti University Jakarta in 2014. / The article translated by Debby Tanles Tjhin Nafiri JUNI 2015
NAFIRI JUN15.indd 139
139
6/23/15 8:31 AM
P
Nggak Pede? / Sarah Amanda Palilingan
ernah ngga lu merasa nggak pede dengan penampilan lu? Entah itu lu merasa nggak pede dengan warna kulit, rambut, tinggi badan, ataupun wajah lu. Gue pernah, bahkan sering, ngerasa nggak pede dengan penampilan gue. Mulai dari ujung kepala sampai ujung rambut, setiap hari selalu aja ada yang gue ngga suka dan ngga terima. Kalau rambut pendek, pengennya panjang. Kalau rambut panjang, pengennya pendek. Naik 1 kilo dikit, pengennya langsung diet. Kulit gosong sedikit, langsung sembunyi di rumah supaya nggak kena sinar matahari. Memang kedengarannya lebay, tapi pasti bukan gue doang yang sering ngelakuin halhal itu, kan? Seringkali rasa percaya diri kita langsung terjun bebas saat kita nyalain TV dan lihat model-model Victoria’s Secret yang tubuhnya menurut kita sempurna dibandingkan dengan badan kita yang mau olahraga aja suka mager alias malas gerak. Nggak perlu jauh-jauh dibandingin dengan model-model Victoria’s Secret, kadang ngelirik temen sekelas kita yang kita rasa lebih cantik atau ganteng aja kita langsung ngerasa minder. Kehadiran orang lain yang kita rasa lebih sempurna dari kita,
140 SUKACITA DALAM MEWARTAKAN INJIL
NAFIRI JUN15.indd 140
6/23/15 8:31 AM
membuat kita merasa jelek, kurang, dan bahkan malu. Tapi, yang mau gue omongin bukan mengapa beberapa orang lebih ‘sempurna’ daripada kita, melainkan kenapa sih kita nggak pernah merasa bahwa kita tuh juga sempurna? Mazmur 139:14 berisi mengenai bagaimana Daud memuji Tuhan karena dia tahu betul bahwa apa yang Tuhan buat itu ajaib. Kalau kita intip dari terjemahan NIV (New English Translation) ayat itu diterjemahkan seperti ini, “I praise you because I am fearfully and wonderfully made; Your works are wonderful, I know that full well.” Di saat-saat gue merasa minder, gue selalu diingatkan dengan ayat ini dan di saat itu juga gue sadar bahwa gue dan orang-orang di sekitar gue udah Tuhan rancang sedemikian rupa dengan keunikan dan kelebihannya masing-masing. Setiap orang pasti berbeda. Terkadang kita menyamakan kata “berbeda” dengan kata jelek. Nggak jarang kan kita ada di situasi di mana kita ditanya, “Menurut lu dia cantik, ngga?” dan terkadang kita menjawab, “Nggak ah jelek.” Kita dengan gampangnya mengatakan orang lain “jelek” karena dia memiliki bentuk tubuh ataupun warna kulit yang berbeda dengan kita.
Sebenernya, apa sih artinya cantik? Apa artinya ganteng? Image yang media ‘jejelin’ ke kita sangat berbelit -belit sampai kita lupa bahwa kita adalah gambaran rupa Allah yang baik dan indah adanya. Kita nggak cantik kalau belum punya kulit cerah. Kita belom ganteng kalau belom six pack. Badan kita belom ideal, kalau belum slim. Kita tumbuh di dunia yang terus-menerus mendikte kita untuk menjadi apa yang menurut mereka baik dan dapat diterima. Secara nggak sadar, kita pun semakin lama mulai membiasakan diri dengan berbagai asumsi itu dan melupakan apa yang indah di mata Tuhan. Seringkali kita terlalu sibuk mempercantik penampilan luar kita, sampai kita lupa bahwa satu-satunya hal yang butuh dipoles adalah apa yang ada di dalam. 1 Petrus 3:3 mengatakan, “Perhiasanmu janganlah secara lahiriah, yaitu dengan mengepangngepang rambut, memakai perhiasan emas atau dengan mengenakan pakaian yang indah-indah, tetapi perhiasanmu ialah manusia batiniah yang tersembunyi dengan perhiasan yang tidak binasa yang berasal dari roh yang lemah lembut dan tenteram, yang sangat berharga di mata Allah.” Di ayat itu jelas-jelas ditulis bahwa
Nafiri JUNI 2015
NAFIRI JUN15.indd 141
141
6/23/15 8:31 AM
apa yang di dalam bersinar jauh lebih terang daripada apa yang kelihatan dari luar. Mungkin dalam hati kita pikir, “Walaupun hati lebih penting, tetep aja orang lain lebih ngeliat fisik kita.” Kadang kita mikir, sebaik apapun hati kita, orang masih lebih suka dan bertingkah laku berbeda dengan orang yang lebih oke dibanding kita. Itu bukan asumsi, tapi fakta. Bener nggak, guys? Memang sih nyakitin, tapi terkadang kita sendiri juga kayak gitu, kan? Hayoo ngaku! Nih, misalkan ada cowok keren yang baik sama kita, pasti kita langsung berubah jadi malaikat. Tapi giliran ada cowo yang menurut kita nggak oke, walaupun baik banget, kita kadang cenderung cuek atau bahkan kita jauhin gara-gara aneh. Kembali lagi, apa gunanya lu jadi anak yang baik dan takut akan Tuhan, tapi ujung – ujungnya orangorang lebih fokus sama penampilan lu? Pernah kepikiran nggak bahwa kita salah fokus? Gue pernah baca satu quote yang isinya gini, “When life gets blurry, adjust your focus.” Saat hidup kita mulai nggak jelas tujuannya ke mana, kita harus mulai mengatur fokus kita. Kalau kita cuman pentingin soal model rambut, badan yang ideal,
kulit yang mulus, dan lain sebagainya, saat itu juga kita harus sadar bahwa tujuan hidup kita perlahan berubah fokus jadi mengarah ke hal-hal yang nggak kekal. Kalau kita dekat dengan Tuhan, kita pasti tahu bahwa fokus kita bukan sama orang diri sendiri atau orang lain, tapi sama Tuhan. Dalam Roma 12:2 Paulus menulis, “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak
“
Kalau kita dekat dengan Tuhan, kita pasti tahu bahwa fokus kita bukan sama orang diri sendiri atau orang lain, tapi sama Tuhan.
142 SUKACITA DALAM MEWARTAKAN INJIL
NAFIRI JUN15.indd 142
6/23/15 8:31 AM
Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.” Tujuan hidup kita nggak pernah untuk blend in atau menyesuaikan diri dengan lingkungan kita dan diterima sama temen-temen di kampus atau sekolah. Kita bukan ada di sini untuk menjadi nyaman dan membiasakan diri dengan dunia ini, guys. Kita ada untuk menjadi beda. ‘Beda’ dalam arti ngga ikut-ikutan dengan dunia ini dan fokus sama Tuhan Yesus, bukan sama pendapat orang lain. Nggak salah kok kalau kita pengen keliatan menarik. Yang salah adalah ketika kita jadiin itu prioritas dan tolak ukur dalam menilai orang lain dan diri kita sendiri. So, ngga usah minder atau ngebanding-bandingin lagi. Mulailah bersikap dewasa dengan bersyukur. Bersyukur dengan diri kita yang serupa dan segambar dengan Allah, dengan segala keunikan kita masing-masing. “Tetapi berfirmanlah Tuhan kepada Samuel: Janganlah pandang parasnya atau perawakan yang tinggi, sebab Aku telah menolaknya. Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi Tuhan melihat hati.” 1 Samuel 16:7. Di mata Tuhan, apa yang di dalam jauh lebih berharga dibandingkan dengan apa yang di luar
Nafiri JUNI 2015
NAFIRI JUN15.indd 143
143
6/23/15 8:31 AM
Jumat Agung dan Paskah 2015 KEHIDUPAN YANG DIUBAHKAN
MATI, BANGKIT dan Menjadi PEMENANG
144 SUKACITA DALAM MEWARTAKAN INJIL
NAFIRI JUN15.indd 144
6/23/15 8:31 AM
P
eringatan Jumat Agung GKY BSD (yang digabung dengan jemaat GKY Gading Serpong dan GKY Pamulang) tanggal 3 April 2015 diadakan di Grand Chapel Universitas Pelita Harapan (UPH) Karawaci, Tangerang. Acara yang mengambil tema “Dia Mati Bagiku” tersebut berlangsung khidmat, diawali dengan prelude “Lacrymosa” dari komposisi oleh WA. Mozart yang dimainkan menggunakan iringan orgel yang membawa jemaat masuk ke sebuah suasana syahdu dan khusuk. Kantata “No Greater Love” yang dipentaskan cukup menggugah kesadaran kita tentang makna pengorbanan Kristus di kayu salib. Lagu-lagu kantata yang dinyanyikan oleh gabungan Paduan Suara Sanctus 1 dan Sanctus 2 yang mengiringi adegan demi adegan ketika Yesus Kristus mengerjakan misinya hingga mati di kayu salib sangat pas karena didukung oleh panggung yang luas dan dekorasi yang tertata cukup apik. Nafiri JUNI 2015
NAFIRI JUN15.indd 145
145
6/23/15 8:31 AM
Di tengah-tengah acara, jemaat dikuatkan oleh kesaksian dari Laura Lazarus, mantan pramugari Lion Air yang pernah mengalami kecelakaan maut di Bandara Adi Sumarmo, Solo sekitar 10 tahun lalu. Laura yang dikira sudah tewas dan tubuhnya ditumpuk-tumpuk dengan jenasah korban yang lain, ternyata masih bernyawa. Kecelakaan itu menjadi titik balik kehidupan Laura yang ketika menjadi pramugari sempat melupakan Tuhan dengan kehidupannya yang ‘sembrono’. Dari satu operasi ke operasi berikutnya, Laura yang wajahnya rusak dan kakinya yang hancur akibat benturan keras akhirnya dapat dipulihkan. Sejak saat itu Laura tidak lagi menjadi pramugari maskapai penerbangan, tetapi menjadi pramugari misi Tuhan yang berkeliling dunia menyaksikan keajaiban kasih Tuhan.
146 SUKACITA DALAM MEWARTAKAN INJIL
NAFIRI JUN15.indd 146
6/23/15 8:31 AM
Jemaat kembali dikuatkan melalui khotbah Jumat Agung yang disampaikan oleh Pdt. Ridwan Hutabarat. Dengan gayanya yang humoris tetapi serius, Pdt. Ridwan menyentil jemaat agar merenungkan kasih Allah dan tak henti-hentinya mengucap syukur atas anugerah-Nya.
Nafiri JUNI 2015
NAFIRI JUN15.indd 147
147
6/23/15 8:31 AM
Hari Minggu 5 April 2015, ketika seluruh dunia merayakan hari kemenangan karena Kristus bangkit dari kematian, GKY BSD merayakannya dengan siraman firman Tuhan yang disampaikan oleh Pdt. Hari Soegianto. Pdt. Hari membawakan dua tema berbeda: “Dia Bangkit Bagiku” disampaikan di kebaktian pagi dan siang yang berbicara tentang bagaimana kita bangkit dari segala perasaan kecemasan akan hidup dan masa depan karena Yesus yang bangkit adalah Tuhan yang peduli. Di kebaktian sore, tema “Lebih dari Pemenang” mengingatkan bahwa kemenangan akan kuasa dosa yang kita dapatkan sebenarnya adalah anugerah yang dilakukan oleh Yesus bagi kita.
Hari Paskah tersebut bertambah indah ketika jemaat menyaksikan kuasa kebangkitan Kristus benar-benar nyata dialami oleh seorang calon pilot yang mengalami kecelakaan maut ketika menjalani tes terakhir sebagai calon pilot di sekolah penerbang Curug. Laki-laki yang telah ‘mati’ dan ‘bangkit’ tersebut adalah Dwi Krismawan. Kesaksian yang disampaikan sungguh menginspirasi jemaat, betapa hidup manusia dengan segala cita-citanya hanyalah hembusan angin saja. Namun bagi yang dikasihi-Nya, hidup manusia yang kecil dan lemah tersebut dapat diubahkan untuk mengerjakan rencana-Nya yang mulia, jauh daripada yang bisa dipikirkan dan dibayangkan.
148 SUKACITA DALAM MEWARTAKAN INJIL
NAFIRI JUN15.indd 148
6/23/15 8:31 AM
Dwi yang setelah peristiwa maut tersebut berniat bunuh diri karena bukan hanya masa depannya hancur berantakan tetapi juga seluruh tubuh fisiknya hancur luluh (akibat luka bakar), dijangkau dan dijamah oleh Tuhan lewat seorang wanita yang teguh tegar dan setia. Wanita yang bernama Betania yang kemudian menjadi istrinya itu juga memberikan kesaksian yang luar biasa, yang menunjukkan betapa oleh kekuatan cinta segala penderitaan bisa ditaklukkan. Kehidupan Dwi diubahkan karena Yesus yang mati bangkit dan menang atas maut. Mendengar Betania mengisahkan pergumulannya ketika harus menerima Dwi apa adanya (dalam keadaan cacat fisik dan tak punya masa depan), sungguh patut kita menaikkan pujian dan syukur kepada Tuhan. Seperti biasa, pada akhir kebaktian Paskah, gereja membagikan dua butir telur Paskah sebagai simbol kehidupan baru kepada jemaat: satu butir untuk dinikmati, dan satu butir yang lainnya untuk dibagikan kepada orang lain untuk mengajak mereka menikmati kasih Tuhan /Titus Jonathan Nafiri JUNI 2015
NAFIRI JUN15.indd 149
149
6/23/15 8:32 AM
ASI ND
KOME RE
The Prodigal God ( A l l a h y a n g M a h a Pe m u r a h ) Ti m o t hy Ke l l e r Jumlah halaman: 96 halaman 150 SUKACITA DALAM MEWARTAKAN INJIL
NAFIRI JUN15.indd 150
6/23/15 8:32 AM
J
udul buku ini memang cukup menggelitik. Mengapa The Prodigal God dan bukan The Prodigal Son seperti yang selama ini kita kenal? Dan setelah kita membaca dan menikmati buku yang tidak terlalu tebal ini, barulah kita menemukan keindahan dari apa yang ingin ditekankan oleh Timothy Keller, sang penulis. Timothy Keller adalah seorang pendeta di New York dimana gerejanya–Redeemer Presbyterian Church Manhattan–yang dirintis tahun 1989 sekarang didatangi hampir 6000 pengunjung rutin dalam lima kali kebaktian. Beliau dibesarkan di Pennsylvania dan menempuh studinya di Bucknell University, GordonConwell Theological Seminary dan Westminster Theological Seminary. Buku ini mengupas tentang satu kisah perumpamaan dalam Alkitab yang terdapat dalam Lukas 15:1-3, 11–32 diberi judul “Perumpamaan tentang Anak yang Hilang”. Bukan cerita yang baru, bahkan anak-anak Sekolah Minggu juga sudah ‘hapal’ dengan kisah ini. Namun dalam bukunya, Timothy mengungkap dengan detil semua karakter dalam cerita ini; dan memberi pengertian yang baru tentang anugerah, pengharapan, dan keselamatan. Ada tiga tokoh dalam perumpamaan ini, dan fokus
terbesar selama ini adalah kepada si bungsu yang berani datang dan meminta pada ayahnya bagian harta keluarganya, yang seharusnya baru akan diterimanya ketika ayahnya meninggal. Sang ayah, yang begitu mengasihi anaknya, mengabulkan meski hatinya pedih. Singkat cerita ketika dunia luar sudah mengambil semua yang dimilikinya, si bungsu pun memberanikan diri pulang untuk meminta ampun pada ayahnya dan ‘berencana’ untuk menjadi salah satu upahan ayahnya. Tapi apa yang terjadi kemudian begitu dramatis; ketika sang ayah melihat si bungsu dari kejauhan ia sudah berlari menyambutnya, memakaikan jubah terbaiknya, dan mengadakan pesta besar-besaran. Tidak hanya ada persediaan makanan di rumah sang ayah, namun juga persediaan anugerah. Tidak ada kejahatan yang tidak dapat diampuni dan ditutupi oleh kasih sang ayah, tidak ada dosa yang dapat menandingi anugerahnya. Kisah ini mengingatkan kita pada kasih dan anugerah Allah, yang terlihat bersifat cuma-cuma. Namun kisah perumpamaan ini tidak hanya berhenti sampai di sini. Tibalah kita pada tokoh selanjutnya, yaitu si sulung. Si sulung yang sangat patuh selama ini, bekerja melayani sang ayah dan tidak pernah melanggar perintah ayahnya. Nafiri JUNI 2015
NAFIRI JUN15.indd 151
151
6/23/15 8:32 AM
Alkitab mencatat ia begitu marah ketika adiknya pulang dan ayahnya mengadakan pesta besar-besaran. Ia merasa ayahnya telah berlaku tidak adil terhadapnya. Sang ayah dengan kasih dan kesabarannya kembali menjelaskan tentang sukacita dari mendapatkan kembali si bungsu yang terhilang. Berawal dari kisah itulah penulis mengupas tiga hal utama yaitu: dosa, keterhilangan, dan pengharapan. Hati kedua bersaudara itu sama, mereka ingin memberontak terhadap otoritas sang ayah. Keduanya tidak mengasihi ayahnya, baik dengan melanggar aturannya ataupun melakukan kehendak-Nya dengan rajin. Si bungsu terhilang secara nyata, secara fisik, dan secara moral; namun akhirnya diselamatkan dan dipulihkan. Si sulung yang selalu melakukan perintah ayahnya bukan karena ia mengasihi ayahnya namun karena ia punya tujuan untuk menikmati kekayaan ayahnya suatu hari nanti. Pola pikir si sulung adalah menaati Allah untuk mendapatkan sesuatu; bukan untuk mendapatkan pribadi Allah itu sendiri untuk mengasihi-Nya, mengenal-Nya, dan menyenangkanNya. Si sulung yang merasa ayahnya tidak adil, sesungguhnya sama dengan kita yang kadang merasa Allah tidak adil. Kita menempatkan diri kita di posisi Allah, Sang Hakim. Berbuat
kebaikan, menjaga kesucian, beramal, untuk tujuan mengendalikan Allah dan bukan mengandalkan anugerah-Nya semata. Keterhilangan si bungsu tampak jelas ketika ia berakhir di kandang babi, namun ada yang lebih penting yang disorot oleh penulis yaitu keterhilangan si anak sulung. Ia sedih, marah, dan kecewa ketika kehidupan berjalan tidak seperti yang ia inginkan. Kita seringkali punya roh seperti anak sulung ini, hidup sesuai aturan kemudian yakin bahwa Allah berhutang untuk memberikan jalan kehidupan yang mulus. Pada saat penderitaan timbul, anak sulung tidak mampu menangani karena ketaatan moral mereka berorientasi pada hasil. Tanda lainnya adalah kepatuhan yang berlandaskan rasa takut dan tanpa sukacita. Bertahun-tahun si sulung melayani ayahnya bukan dengan sukacita dan kasih karena pada saat konflik terjadi ia memperhitungkan hal itu. Keterhilangan si sulung sangat berbahaya karena ia tidak terasing dari ayahnya, ia tidak menyadari kondisinya, tidak kembali dan minta pengampunan seperti yang dilakukan si bungsu. Kenyataannya bukan hal yang mustahil untuk dapat melepaskan diri dari keterhilangan versi si bungsu maupun si sulung. Yang kita butuhkan
152 SUKACITA DALAM MEWARTAKAN INJIL
NAFIRI JUN15.indd 152
6/23/15 8:32 AM
Timothy Keller
adalah kasih Allah yang secara aktif mengasihi kita terlebih dahulu. KasihNya rela berkorban dan berharga mahal di atas kayu salib. Kisah anak yang hilang lebih dari sekedar kisah mengharukan tentang kasih dan anugerah-Nya, namun juga kisah mengenai seluruh umat manusia, dan harapan yang diberikan-Nya untuk dunia. Di akhir kisah anak yang hilang, ada perjamuan untuk merayakan kembalinya anak itu ke rumah. Demikian juga di akhir kitab Wahyu ada “perjamuan kawin Anak Domba�, dimana Yesus telah dikorbankan untuk menebus dosa-dosa dunia sehingga kita manusia diampuni dan dibawa
pulang. Keselamatan dari Tuhan adalah sebuah perjamuan. Oleh sebab itu ketika kita percaya dan bersandar pada karya penyelamatan-Nya bagi kita, maka melalui Roh Kudus Dia menjadi nyata dalam hati kita. Perjamuan Tuhan juga berarti makan rohani secara teratur sehingga kita bisa bertumbuh dan pada akhirnya mampu menata kembali motivasi kita dan pandangan kita terhadap dunia. Yesus mengatakan: “Akulah Roti Sorga.� Buku ini menekankan bahwa kehidupan duniawi si bungsu dan kehidupan beragama dan bermoral si sulung sebenarnya adalah sama-sama jalan buntu secara spiritual. Hanya melalui Kristus, hidup berdasarkan penebusan dan keselamatan-Nya, akan bisa membawa kita ke pesta perjamuan terakhir pada akhir zaman nanti /Lily Ekawati/
Nafiri JUNI 2015
NAFIRI JUN15.indd 153
153
6/23/15 8:32 AM
HILLSONG
ASI ND
KOME RE
UNITED EMPIRES
1. Here Now (Madness) 2. Say The Word 3. Heart Like Heaven 4. Touch the Sky 5. Street Called Mercy 6. When I Lost My Heart To You (Hallelujah) 7. Even When It Hurts (Praise Song) 8. Prince of Peace 9. Empires 10. Rule 11. Captain 12. Closer Than You Know
S
aat Hillsong United mengumumkan album teranyar mereka melalui video yang memperlihatkan CD album mereka diluncurkan (secara harafiah) ke luar angkasa, kita tahu bahwa album ini akan menjadi sesuatu yang lain. Dengan talenta-talenta anak muda yang luar biasa, worship team asal Australia ini telah memperlihatkan kepada banyak kalangan bahwa musik Kristen bisa menjadi sesuatu yang hebat melalui inovasi kreatif. Dibanding album-album United terdahulu yang lebih berapi-api dan
154 SUKACITA DALAM MEWARTAKAN INJIL
NAFIRI JUN15.indd 154
6/23/15 8:32 AM
bersemangat secara aransemen, musik dalam Empires seakan hanya berbisik namun dengan pesan yang kuat dan musik yang membuat bulu kuduk pendengarnya berdiri. Album dibuka dengan Here Now (Madness) yang megah namun dengan lirik yang sangat personal. Diikuti dengan Say The Word yang menyanyikan kebesaran Allah, menonjolkan petikan gitar indah dengan dance beat pelan yang mengklimaks di akhir lagu. Kemudian ada Touch the Sky yang merupakan sebuah lagu cinta yang sangat mudah dicintai oleh setiap orang. Di satu kalimat yang begitu melekat, Taya Smith (salah satu worship leader mereka) melantunkan “I touch the sky, when my feet hits the ground.�
(saya menyentuh langit saat saya berlutut). Seberapa sering kita merasa bahwa kita tidak berdaya? Lagu ini mengingatkan kita bahwa Allah Bapa di surga menunggu kita untuk berseru kepadaNya, untuk berlutut dan berdoa. Simak juga Prince of Peace dan duet menggetarkan antara Joel Houston dengan Taya Smith dalam Closer Than You Know. Melalui album ini, United membawa dua sisi Allah melalui lagu-lagu berkualitas tinggi. Mereka percaya bahwa Allah itu besar dan agung, namun Allah yang sama juga adalah Allah yang dekat. Allah yang begitu intim dengan anak-anak yang dikasihiNya / Arina Palilingan
Lihat video peluncuran album Empires ke luar angkasa disini: https://youtu.be/K2p5NUk8ZnQ CD Empires dapat didapatkan di toko musik rohani terdekat. Versi digitalnya dipat diunduh di iTunes Indonesia. Nafiri JUNI 2015
NAFIRI JUN15.indd 155
155
6/23/15 8:32 AM
OCTOBER
BABY ASI ND
KOME RE
“You saw me before I was born� (PSALM 139:16)
H
Judul : October Baby Sutradara : Andrew Erwin, Jon Erwin Skenario : Andrew Erwin, Jon Erwin Pemain : Rachel Hendrix, Jason Burkey, Jason Schneider, Jasmine Guy
annah, gadis berusia 19 tahun ini adalah remaja yang ceria dan menyukai dunia teater. Sampai ketika ia terkena serangan epilepsi saat memainkan peran sebagai Annabela dalam pertunjukan di sekolahnya. Dokter yang menangani keadaannya mengatakan bahwa serangan epilepsi yang dialami Hannah dan penyakitpenyakit berat yang kerap dialaminya sejak kecil, diakibatkan oleh kelahirannya yang prematur. Hannah lahir pada usia 24 minggu karena lolos dari usaha aborsi yang dilakukan ibu kandungnya. Mendengar analisa dokter, Hannah terkejut sekaligus sangat marah pada kedua orangtua angkatnya yang tidak pernah bercerita tentang keadaannya. Hannah tidak dapat menerima kenyataan bahwa orangtua yang membesarkannya selama ini bukanlah orangtua kandungnya. Hannah bersikeras ingin mencari tahu siapa
156 SUKACITA DALAM MEWARTAKAN INJIL
NAFIRI JUN15.indd 156
6/23/15 8:32 AM
dirinya sebenarnya dan siapa ibu kandungnya, namun ayah angkat Hannah tidak mengizinkannya. Ayah angkat Hannah takut kalau Hannah tidak akan sanggup menghadapi kenyataan sebenarnya. Berbekal akte lahir miliknya, Hannah pergi dari rumah. Ditemani sahabatnya, Hannah menuju Alabama dimana rumah sakit tempatnya dilahirkan berada, untuk mencari petunjuk keberadaan ibu kandungnya. Meskipun sempat ditangkap oleh polisi beberapa kali, Tuhan menuntun langkah kaki Hannah hingga ia bisa bertemu dengan perawat yang dulu bertugas mengaborsi dirinya. Lewat perawat itu, Hannah mengetahui alasan ibu kandungnya mengaborsi dirinya. Hannah juga akhirnya tahu bahwa ternyata ia punya seorang saudara kembar laki-laki yang meninggal setelah 4 bulan kelahirannya dalam keadaan cacat akibat proses aborsi yang gagal. Kelahiran Hannah juga telah membawa perubahan yang sangat
besar bagi kehidupan perawat klinik aborsi tersebut. Dari sang perawat, Hannah mendapatkan petunjuk dimana ibu kandungnya berada, hingga akhirnya ia berhasil bertemu dengan ibu kandungnya. Apa yang disampaikan Hannah dan ibu kandungnya saat mereka bertemu? Kenapa ibu kandungnya mengaborsi Hannah? Bagaimanakah kehidupan Hannah selanjutnya? Apakah Hannah bisa memaafkan ibu kandungnya dan akankah ia kembali kepada orangtua angkatnya? Temukan jawabannya di film October Baby yang bisa anda dapatkan di toko-toko DVD rohani. Film yang diangkat dari kisah nyata pemeran ibu kandung Hannah yang pernah melakukan aborsi ini juga berisi kesaksian-kesaksian dari orang-orang yang akhirnya menemukan keindahan hidup melalui perjumpaannya dengan Tuhan. Semoga memberkati kehidupan anda sekalian / Deirdre Tenawin
Nafiri JUNI 2015
NAFIRI JUN15.indd 157
157
6/23/15 8:32 AM
/ Thomdean /
KOMPUTER PALING CANGGIH Ratusan ilmuwan terkemuka dari seluruh dunia, bahu membahu untuk membangun suatu komputer besar, suatu ‘otak’ maha dahsyat dengan kemampuan yang bisa menjawab dan memecahkan semua pertanyaan dan rahasia alam semesta. Akhirnya selesailah komputer itu dan siap untuk menjawab pertanyaan yang pertama. Dengan tangan gemetar salah seorang dari ilmuwan itu memasukkan pertanyaan : “Bagaimanakah awal mula dunia ini ? “ Lampu berkelip-kelip dan terdengar bunyi berdenyit serta tak-tik-tuk. Lalu komputer menjawab : “Silahkan lihat Kitab Kejadian . . . . “
Memperkenalkan Diri Pak Daniel, seorang guru baru sekolah Minggu memperkenalkan dirinya di hadapan murid-muridnya. “Ayo coba tebak, siapa nama bapak?” tanya si guru. “Tidak tau pak” , jawab anakanak. “Baiklah kalau begitu, bapak kasih petunjuk ya, siapa yang pernah dimasukkan ke dalam gua Singa oleh Raja Nebukadnezar?” Tanya si guru lagi. “Singaaaa...” Jawab anak-anak itu serentak.
Menentukan Ibu Bayi Ala Salomo Dua orang ibu sedang memperebutkan seorang bayi. Mereka mengaku sebagai ibu yang sah dari bayi tersebut. Hakim seorang “Kristen” yang taat mempunyai ide seperti Raja Salomo, “Supaya adil bayi ini akan saya bagi dua!” Ibu yang pertama mengatakan, “Jangan Bapak Hakim yang mulia, berikan saja pada dia!” Dalam waktu yang bersamaan ibu yang lain juga meneriakkan hal yang sama. Rupanya ke dua ibu ini juga orang “Kristen” yang mengenal kisah Salomo. Jadi sekarang hakim menjadi bingung tujuh keliling!!!! Sidang ditunda sampai minggu depan. Seminggu kemudian, pak Hakim hanya memerlukan waktu beberapa menit untuk menyelesaikan masalah ini, hanya dengan 5 kalimat, “Mari kita lakukan tes DNA!” 158 SUKACITA DALAM MEWARTAKAN INJIL
NAFIRI JUN15.indd 158
6/23/15 8:32 AM
APAKAH ANDA KRISTEN? Anton sedang berjalan-jalan di tepi pantai dan ia melihat seorang wanita sedang duduk santai di pasir di bawah payung. Ia berjalan menuju ke wanita itu seraya bertanya, “Apakah Anda Kristen?” “Ya.” Jawabnya. “Apakah Anda membaca Alkitab setiap hari?” Wanita itu menganggukkan kepala, “Ya.” “Apakah Anda sering berdoa?” tanya Anton dan sekali lagi wanita itu menjawab, “Ya.” “Kalau begitu bolehkah saya titip dompet saya ? Karena saya mau berenang…”
WINDOWS
Seorang karyawan mendapatkan fasilitas kerja yang hebat sekali. Dia memiliki sebuah ruang dengan AC, telepon, televisi, internet, dan tentu saja 1 set PC yang canggih. Suatu ketika di mengetik sebuah laporan. Tiba-tiba saja bosnya masuk dengan marah-marah. Bos : “Hei! Kamu menulis dengan WordStar DOS ya? Dasar Bodoh! Sekarang itu sudah tahun 2015!! Harusnya kamu bisa menulis dengan MS Word!!” Karyawan : “Habis ini ruang ber-AC sih, Bos!” Bos : “Apa hubungannya dengan ruang ber-AC? Jangan cari-cari alasan!” Karyawan : “Bos lihat saja sendiri ke AC itu!” Bos itu lalu melihat ke AC dan ada tulisan :”...AIR CONDITIONED ROOM, DO NOT OPEN WINDOWS ! Bos: ???%%%##!!!&!!!!!
“Orang yang tak berpengalaman mendapat kebodohan, tetapi orang yang bijak bermahkotakan pengetahuan.” (Amsal 14:18).
(dari berbagai sumber) Redaksi NAFIRI menyambut sumbangan humor untuk rubrik Nafiri HAHAHA! Silakan mengirimkan tulisan ke email: nafiri@gkybsd.org Nafiri JUNI 2015
NAFIRI JUN15.indd 159
159
6/23/15 8:32 AM
亚 赛 弥 受苦的
5 赛 53: 受害, 犯 过 的 我们 “哪 知 他 为 刑法, 的 受 他 伤。因 压 孽 罪 医治。” 得 们 为我们的 我 上鞭伤 边 的 受 因他 人枯槁; 受苦的弥赛亚 ; 世 安 比 平 容 我们得 他的形 , 槽里; 悴 马 憔 的 人 冷 别 冰 比 赛 53:5 他却睡在 他的面貌 , 失所; 家 离 的 “哪知他为我们的过犯受害, 流 暖 杀 温 一个 却躲避追 他 为我们的罪孽压伤。因他受的刑法, 我曾想要 , 的儿子 年 匠 童 木 的 勒 好 美 我们得平安;因他受的边上鞭伤我们得医治。 有 了拿撒” 做 却 他 我曾渴望 , 他的形容比世人枯槁; 客西马尼园; 足 他的面貌比别人憔悴, 富 和 却跪在 生荣华 他 出 我曾想要一个温暖的家, 他却睡在冰冷的马槽里; 望 希 , 我 宰杀地, 被窝 至 的 迁 暖 被 我曾渴望有美好的童年, 他却躲避追杀流离失所; 温 沉睡于 犯受审, 我我希望出生荣华和富足, 罪 如 他却做了拿撒勒木匠的儿子; , 的呼吸 锁 痛 捆 沉 链 与 他被铁 我沉睡于温暖的被窝, 他却跪在客西马尼园; 尽的沉默 无 那 是 散去了 只 地 的 远 他被铁链捆锁,如罪犯受审,被迁至宰杀地, 有 远 辩驳, 人,已 的 却不 他 却不辩驳,有的只是那无尽的沉默与沉痛的呼吸。 爱 他, 额头刺破 随 的 跟 辜 要 无 那曾誓死要跟随他,爱他的人,已远远地散去了, 誓死 那曾 荆棘将他 如 有 , 阴毒的恶计,有如荆棘将他无辜的额头刺破。 计 阴毒的恶 淋漓? 血 鲜 曾被香膏抹擦的尊贵身躯,如今何竟鲜血淋漓? 空气 竟 ,如今何 躯 身 肉身撕 中弥漫着那带刺鞭声的狂吼,仿佛要将这道成的肉身撕裂; 贵 的 尊 成 的 道 擦 将这 要Malang 肮脏的唾沫吐在血迹斑斑的脸庞;血肉模糊,颤抖发烫的单 香膏 佛 Tao抹 / Penulis adalah mahasiswa, Mandarin SAAT 仿 曾被/ Ren 狂吼 颤抖发烫 的 , 声 薄之体,用那纵横重叠的伤口背起了天地间最沉重粗糙的木 糊 鞭 模 带刺 INJIL ;血肉 160 SUKACITA漫 DALAM MEWARTAKAN 着那 庞 脸 的 重粗糙 中弥头;一道道催逼的鞭子,叫他无法停歇,步履蹒跚的赴向那 斑 沉 斑 最 迹 间 血 被称为骷髅地的各各他。 沫吐在 起了天地 唾 背 的 口 脏 伤 跚的赴 肮 的 蹒 叠 履 重 步 用那纵横 法停歇, , 无 体 他 之 叫 薄
NAFIRI JUN15.indd 160
6/23/15 8:32 AM
却不辩驳,有的只是那无尽的沉默与沉痛的呼吸。 那曾誓死要跟随他,爱他的人,已远远地散去了, 阴毒的恶计,有如荆棘将他无辜的额头刺破。 曾被香膏抹擦的尊贵身躯,如今何竟鲜血淋漓? 空气 中弥漫着那带刺鞭声的狂吼,仿佛要将这道成的肉身撕裂; 肮脏的唾沫吐在血迹斑斑的脸庞;血肉模糊,颤抖发烫的单 薄之体,用那纵横重叠的伤口背起了天地间最沉重粗糙的木 头;一道道催逼的鞭子,叫他无法停歇,步履蹒跚的赴向那 被称为骷髅地的各各他。 十字架从地上被举起吊挂,良善的夫子赤裸,一位母亲的心被大刀刺透, 同钉的强盗也将他辱骂。 “以罗伊!以罗伊!拉马撒巴各大尼?”这声音,从尘世升入高天。 日头蒙羞,大地震颤,千万天使掩面哭泣。 一位父亲的心如幔子裂开了,为赎逆子,他全然将爱子舍弃于滚滚红尘。 源自内心深处的痛:是我。。。是我。。。是我。。。是我日日的过犯,抽得他 满身鞭伤,是我肆意的罪孽,要钉穿他手脚来偿。是我无尽的污秽与羞耻,要 刺透他肋旁……… 那一刻,我深信不是铁钉,而是爱,让他如此张开双臂,敞开胸膛,用那 被固定的双脚屹立于天地之间,怀抱着整个宇宙的灵魂。 “成了! ” 从此,千古的奥秘如磐石裂开,罪的毒钩折断,死的权势失丧,坐在黑暗 中的百姓看见了大光,哭泣在角落中的奴隶们得到全然的释放。 面对这受苦的弥赛亚,那不认主却又回头的彼得说:“基督既在肉身受苦, 我们也当将这样的心志作为兵器……….” 想起这受苦的弥赛亚,那曾被大光击倒的保罗说:“我为基督多受劳苦,下监 牢,被鞭打,被石头扔……….” 众教会啊!耶稣那曾经的询问与教导此刻是否还响彻你我的耳边?听!那来 自永恒的声音: “我所喝的杯,你们能喝吗?我所受的洗,你们能受吗?” “我所喝的杯,你们也要喝,我所受的洗,你们也要受!” 仆人不能大于主人,服侍主的路当回报主恩,为主舍己。 学生不能高于老师,服侍主的路当效法这受苦的弥赛亚。 若是服侍可以高高在上,为何耶稣屈身洗渔夫税吏的脚? 若是服侍可以抉择安逸,为何耶稣要倾尽一生去背负屈辱的十字架? ——玛郎圣道神学院:任涛
Nafiri JUNI 2015
NAFIRI JUN15.indd 161
161 6/23/15 8:32 AM
Pengembangan Pos di Gereja Kristus Yesus Jemaat BSD
Mengembangkan Gereja Sesuai PanggilanNya
162 SUKACITA DALAM MEWARTAKAN INJIL
NAFIRI JUN15.indd 162
6/23/15 8:32 AM
/ Anton Utomo /
S
ebag a i respon atas Amanat Agung Tuhan Yesus, maka mengabarkan Injil dan mengembangkan gereja adalah sebuah keniscayaan bagi semua orang Kristen dan jemaat gereja. Tak terkecuali bagi pengurus Bidang Misi dan Pekabaran Injil GKY BSD. Inilah sekelumit kiprah dan aktivitas serta rencana kerja Bidang Pekabaran Injil di gereja kita, yang untuk NAFIRI edisi ini kami fokuskan pada Sub Bidang Pengembangan Pos.
Nafiri JUNI 2015
NAFIRI JUN15.indd 163
163
6/23/15 8:32 AM
Melayani di Area Lokal maupun Nasional Sub Bidang Pengembangan Pos berada di bawah Bidang Pekabaran Injil dalam struktur kemajelisan di gereja kita, dimana untuk periode yang baru saja berlalu (2012–2015) dijabat oleh Bpk Lowell. Bpk Dicky menggantikan untuk periode 2015–2018. Lowell
Dicky
Sampai saat ini, Pos Gereja yang berada di bawah naungan GKY BSD masih belum berubah sejak 3–4 tahun lalu, yaitu Pos Pamulang dan Gading Serpong. GKY Gading Serpong yang merupakan ‘kelanjutan’ Pos Mahkota Mas, Cikokol, Tangerang, saat ini menunjukkan kemajuan yang cukup pesat. Kini statusnya sudah menjadi Bajem (Bakal Jemaat), sehingga dalam beberapa waktu lagi diharapkan bisa menjadi jemaat yang mandiri. Jumlah SDM di GKY Gading Serpong terus bertambah seiring dengan meningkatnya jumlah jemaat dan anggota tetap, walaupun masih banyak pula yang berstatus simpatisan. GKY Gading Serpong 164 SUKACITA DALAM MEWARTAKAN INJIL
NAFIRI JUN15.indd 164
6/23/15 8:32 AM
GKY Pamulang
GKY Pamulang sebenarnya telah memiliki jumlah jemaat terdaftar yang cukup besar, namun, persoalan klasik mengenai lokasi gereja terus memicu hambatan untuk berkembangnya gereja ini. Beberapa jemaat pindah ke GKY BSD atau lainnya karena berpindah rumah atau terkendala masalah lokasi gereja yang kurang nyaman untuk dicapai. Sungguhpun demikian, masih banyak ditemukan sejumlah jemaat yang tetap setia beribadah di tempat ini, beberapa di antaranya ada yang telah lebih dari 10 tahun. Sebenarnya, jemaat GKY Pamulang telah memiliki rencana memindahkan gereja, bahkan tanah di lokasi baru yang lebih ‘representatif’ pun telah disiapkan. Namun, karena perbedaan zona lokasi dan berbagai masalah administrasi, banyak prosedur perizinan yang masih harus dilalui sebelum GKY Pamulang memiliki gereja baru di lokasi yang lebih tepat. Doa dan bantuan seluruh jemaat GKY BSD tentu sangat diharapkan bagi saudara-saudara kita di Pamulang. Pak Lowell mengakui, seharusnya dalam periode kemajelisan yang baru saja berlalu, ia dan Pak Aria S Wijaya selaku Majelis Sub Bidang Pekabaran Injil memiliki rencana menambah sebuah pos baru di area Serpong yang luas ini. Namun, kesibukan pekerjaan misi di luar kota dan pengembangan PPMT Mintin di Kalimantan Tengah telah menyita banyak waktu dan perhatian mereka, sehingga akhirnya periode lalu lebih berfokus pada pengembangan PPMT yang memang sungguh butuh perhatian khusus.
Nafiri JUNI 2015
NAFIRI JUN15.indd 165
165
6/23/15 8:32 AM
Mintin: Sarana Mempersiapkan Pelayan Tuhan Sejak tahun 2009 pengurus bidang misi telah mulai merintis pembentukan PPMT (Pusat Pengembangan Misi Terpadu) di Mintin, sebuah desa di Kalimantan Tengah, tepatnya di Kabupaten Pulang Pisau. Pada saat itu, harga tanah di area itu baru berkisar Rp5.500 per meternya. Tak kurang dari 12,5 ha tanah kini dimiliki oleh GKY BSD sebagai tempat untuk pendirian PPMT. Bersyukur kita sudah membeli tanah sejak 5–6 tahun yang lalu, karena saat ini harga tanah di daerah tersebut sudah naik lebih dari 10 kali lipat.
166 SUKACITA DALAM MEWARTAKAN INJIL
NAFIRI JUN15.indd 166
6/23/15 8:32 AM
Letak PPMT cukup strategis, tepat di tepi jalan trans Kalimantan yang menghubungkan Banjarmasin dan Palangkaraya. Lokasinya di pertengahan, hampir berjarak sama dengan kedua ibu kota provinsi itu, sekitar 125 km dari Banjarmasin dan 130 km dari Palangkaraya. Agar lebih mudah menjangkau masyarakat sekitar, khusus di Mintin, kata “misi� ditanggalkan agar lebih mudah diterima masyarakat. Di lahan yang sangat luas kini disiapkan berbagai sarana untuk pemberdayaan masyarakat sekitar, bukan hanya bagi para hamba Tuhan dan umat Kristen saja.
Di Mintin yang masyarakatnya heterogen, pelayanan dimulai dengan mengadakan kursus Inggris dan komputer bagi pendududk setempat. Karena memperoleh respon yang baik, maka aktivitas tersebut terus diadakan sampai saat ini. Area tanah yang sangat luas pun mulai digarap, kini sudah sekitar 4000 m2 tanah yang ditanami berbagai tanaman palawija, cabe, terong, kacang panjang, singkong, pisang, dan berbagai tanaman pangan lainnya. Hampir semua kebutuhan pangan untuk seluruh penghuni PPMT kini bisa diambil dari hasil kebun sendiri. Kebutuhan air juga bisa didapatkan dari sungai Anak Kapuas yang mengalir di belakang PPMT. Bahkan, Pak Budi SW, seorang aktivis misi, sambil bergurau mengatakan, suatu saat kita bisa membeli boat untuk transportasi ke Palangkaraya maupun Banjarmasin. Maklum, sungai yang lebar dan bercabang-cabang memang menjadi salah satu sarana transportasi alternatif yang penting di pedalaman Kalimantan.
Nafiri JUNI 2015
NAFIRI JUN15.indd 167
167
6/23/15 8:32 AM
Sarana bangunan pun mulai dibangun satu per satu. Tanpa terasa, kerja keras pengurus bidang misi dan komitmen jemaat mendukung pekerjaan misi kini mulai menunjukkan hasilnya. Sebuah bangunan mes untuk akomodasi hamba Tuhan dan pelayan misi kini sudah diselesaikan dan dapat menampung sekitar 40 orang. Sebuah ruang serba guna juga sudah dirampungkan, sanggup menampung 50–60 orang. Fasilitas yang lengkap juga sudah terpasang. Listrik, AC, air bersih sudah mengalir dengan baik. Bersyukur, sumbangan filter air seorang jemaat telah menyelesaikan masalah aliran air bersih yang sangat dibutuhkan. Sebagaimana di tempat lain di Kalimantan, air tanah yang bersih agak sulit diperoleh. Sejak tahun 2014 yang lalu, tim misi GKY BSD yang berjumlah sekitar 20 oarng, sudah dapat ditampung di mes yang baru dibangun, sehingga mereka tidak perlu lagi menginap di hotel di Palangkaraya seperti tahun-tahun sebelumnya. Kini total luas bangunan yang sudah berdiri sekitar 700 m2. Masih ada bangunan untuk pelatihan yang sedang direncanakan untuk dibangun di waktu dekat ini.
Melalui PPMT Mintin yang telah dan terus dibangun, diharapkan banyak hamba Tuhan yang melayani di pedalaman Kalimantan dapat dijangkau. Mereka akan diperlengapi bukan saja dengan pembekalan rohani, tapi juga dengan pelatihan di bidang pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan dan life skills lain yang memungkinkan mereka memenuhi kebutuhan sendiri. Tim pelatihan juga akan didatangkan dari Jakarta, bekerja sama dengan bidang misi GKY lainnya. Untuk merealisasikan visi dan misi PPMT Mintin, tentu dibutuhkan sumber daya yang handal dan berkomitmen kuat. Saat ini, ada GI. Gus Triyadi dan GI. Wayan, keduanya didampingi istri masing-masing, bertugas dalam pelayanan Mintin. Tahun depan, Pdt. Woo dari Korea akan memperkuat tim kita di Mintin. Saat ini Pdt Woo dan istri sedang belajar bahasa Indonesia di UI dan mempersiapkan diri dengan dengan baik sebelum ‘terjun’ sepenuhnya dalam pelayanan di Mintin. Beberapa mahasiswa praktek STT juga silih berganti diterima di Mintin untuk memperkuat pelayanan di tempat itu. Pdt. Woo dan keluarga
168 SUKACITA DALAM MEWARTAKAN INJIL
NAFIRI JUN15.indd 168
6/23/15 8:32 AM
Menjangkau Serpong di Area Baru Seperti ditulis di awal tulisan ini, Pak Lowell kini menyerahkan tugas pengembangan pos gereja kepada Pak Dicky sebagai majelis baru di bidang ini. Di Serpong, majelis dan gembala kita telah sepakat merintis Pos Gereja di area Alam Sutera, lokasi yang sangat berkembang pesat di Serpong. Selain jumlah keluarga yang semakin banyak menetap di Alam Sutera, perkembangan sarana pendidikan di area itu juga sangat luar biasa. Gedung baru Universitas Binus (Bina Nusantara) yang telah diselesaikan di sana direncanakan dipadati lebih dari 15.000 mahasiswa. Gereja untuk kaum muda tentu sangat dibutuhkan untuk menjangkau para mahasiswa yang secara statistik di Binus memang mayoritas beragama Kristen. Tantangan mendirikan pos di Alam Sutera tentu bukan pekerjaan mudah. Berbagai tantangan, diantaranya harga beli/sewa properti yang sudah meroket, kebutuhan sumber daya manusia untuk melayani, dan pekerjaan pembangunan di GKY BSD sendiri yang membutuhkan perhatian penuh, tentu akan menjadi hambatan yang tidak kecil. Namun, pekerjaan Tuhan di mana pun tentu membutuhkan pengorbanan, ketekunan dan kesetiaan penuh pada panggilanNya. Bila memang sudah waktunya Tuhan memanggil jemaat GKY BSD berkembang di Alam Sutera, kita semua memiliki tangggung jawab yang sama dihadapan Dia untuk meresponnya. Selamat melayani dan menjawab panggilan-Nya
Nafiri JUNI 2015
NAFIRI JUN15.indd 169
169
6/23/15 8:32 AM
Perpisahan Majelis Lama dan Peneguhan Majelis Terpilih 2015-2018
PROTHUMOS, Melayani Sampai Habis-habisan
Perpisahan para majelis GKY BSD yang sudah menyelesaikan masa baktinya hingga tahun 2015 dilaksanakan baru-baru ini dalam suasana warna-warni: tawa, sedih dan mengharukan. Acara yang diselenggarakan di FBC Gading Serpong tersebut diawali dengan sebuah klip video tentang pelayanan: pergumulan, suka duka pelayanan dan kekuatan cinta kepada siapa tujuan pelayanan itu harusnya dilabuhkan. 170 SUKACITA DALAM MEWARTAKAN INJIL
NAFIRI JUN15.indd 170
6/23/15 8:32 AM
14 majelis yang sudah ‘finishing well’ tersebut adalah: Aria S Wijaya, Danny Rusli, Ellen Citrayani, Hardja Priatna, Gan Lie Lie, Henny Dharmawan, Henry Sutrisno, Kurnia Atmaja, Lowell, Moeljo Santoso, Novia Purnomo, Tessa Kurniawan, Theresia Hartono, dan Yahya Soewandono. Pdt Joni Sugicahyono mengajak semua majelis, baik yang masih melanjutkan tugas maupun yang sudah selesai untuk tetap bertekun dalam memenuhi panggilan pelayanan dan menyelesaikan ‘pertandingan’ yang baik hingga mencapai garis akhir. Di akhir acara, ke-14 majelis tersebut menerima ‘mahkota’ yang disematkan ke kepala mereka masing-masing sebagai simbol penghargaan dari Tuhan atas kerjakeras hamba-hambaNya yang telah menyelesaikan tugas. 1,5 bulan berselang, pada tanggal 31 Mei, bertempat di GKY Mangga Besar dilakukan peneguhan seluruh majelis terpilih (23 orang dari GKY BSD) yang dilakukan secara serentak bersama dengan seluruh majelis dari GKY se Indonesia, ditambah dengan pelantikan dan peneguhan beberapa pendeta dan penatua khusus. Disaksikan oleh jemaat dan keluarga dari majelis yang diteguhkan, acara tersebut berlangsung khidmat. Ketua Sinode GKY, Pdt. Freddy Lay menyampaikan khotbah sekaligus pesanpesan yang kuat memotivasi para majelis untuk melaksanakan tugas mulia sebagai pelayan. Dalam khotbah yang diberi tema “Eager to Serve” tersebut, Pdt. Freddy menegaskan bahwa makna dari ‘Eager to serve’ adalah melayani bukan karena harus melayani, melainkan karena rela melayani. Pengertian ini sesuai dengan yang tertulis pada 1 Petrus 5:2 yang mengatakan, “Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu, jangan dengan paksa, tetapi dengan sukarela sesuai dengan kehendak Allah, dan jangan karena mau mencari keuntungan, tetapi dengan pengabdian diri.” Pdt. Freddy mengambil sebuah istilah Yunani “PROTHUMOS” sebagai motivasi pelayanan, dimana kata Prothumos tersebut berarti penuh semangat, bukan asalasalan, melayani habis-habisan bahkan tak ada lagi yang disisakan. Inilah yang dimaksud dengan ‘Eager to serve’ yang juga mempunyai arti ‘dying to serve’. Makna dari kata Prothumos itu bila direnungkan secara mendalam sungguh dahsyat dan menggetarkan. Bagaimana tidak? Seorang majelis yang tugas utamanya adalah melayani harus melakukannya sampai level sedemikian, yaitu sampai habis-habisan dan tak ada yang tersisa. Ini adalah sebuah panggilan yang sangat serius, sebab panutan kita yaitu Yesus Kristus sendiri telah memberikan teladan dan telah terbukti mengerjakan Prothumos itu. Semoga 23 majelis GKY BSD yang terpilih dan telah diteguhkan pada hari itu benar-benar menjiwai makna dari Prothumos dan melaksanakannya dengan penuh pengabdian / Titus Jonathan Nafiri JUNI 2015
NAFIRI JUN15.indd 171
171
6/23/15 8:32 AM
SOFT OPENING PPMT DAN MISSION TRIP KE MINTIN A
tas perkenanan Tuhan, GKY Jemaat BSD kembali mengadakan mission trip ke Kalimatan Tengah. Kali ini mission trip diadakan pada tanggal 12–15 Maret 2015. Tim yang terdiri dari 31 orang tersebut melayani tiga desa di sekitar desa Mintin, tempat PPMT berada, yaitu desa Catur, desa Buntoi dan juga desa Mintin. Bersamaan dengan mission trip kali ini, Bidang Perkabaran Injil GKY Jemaat BSD mengadakan kebaktian ucapan syukur sekaligus soft opening bagi gedung baru tahap pertama PPMT Mintin. Gedung berkapasitas 36 tempat tidur tersebut sekaligus menjadi basecamp bagi tim mission trip kali ini.
Kebaktian ucapan syukur dilaksanakan pada hari pertama mission trip tanggal 12 Maret 2015 dan dipimpin oleh Pdt. Joni Sugicahyono. Kebaktian ini dihadiri Pembimas Kristen Kabupaten Pulang Pisau, Pdt. Alprianto Rumbun, dan 36 orang gembala dan penatua yang mewakili enam denominasi gereja (GKE, GBIS, GBI, GMII, GPT, GPE). Pada kesempatan ini, juga dipaparkan program PPMT MILITAN (Melayani, Melatih dan Menyejahterahkan) oleh Pdt. Hariyanto dan tim Misi Sinode GKY. Pada kesempatan mission trip kali ini, selain serangkaian pelayanan rutin seperti pengobatan umum gratis, pelayanan KKR Anak, pelatihan
172 SUKACITA DALAM MEWARTAKAN INJIL
NAFIRI JUN15.indd 172
6/23/15 8:32 AM
guru Sekolah Minggu, ceramah anti narkoba bagi kaum muda dan KKR umum, ada dua pelayanan yang baru pertama kali dilakukan oleh tim. Kedua pelayanan itu adalah kunjungan ke rumah-rumah (home visit) dan pelayanan kesehatan UKS bagi siswa kelas 5 dan 6 SD desa setempat. Rupanya kedua pelayananan ini mendapatkan respon yang sangat baik dari masyarakat dan siswa sekolah dasar. Melalui pelayanan kunjungan ke rumah-rumah ini tim bisa memahami pergumulan keluarga. Tidak sedikit dari keluarga-keluarga yang dikunjungi meneteskan air mata ketika tim berdoa bagi keluarga mereka. Pelayanan UKS juga direspon dengan sangat baik oleh pihak sekolah. Para
guru bahkan meminta agar pelayanan ini dapat menjangkau seluruh siswa dari kelas 1 sampai kelas 6 pada waktu mendatang. Di akhir pelayanan, sebagian besar tim berkesempatan beribadah Minggu di salah satu gereja di Desa Buntoi sekaligus mendapat kesempatan melayani ‘mimbar’ gereja. Segala kemuliaan hanya bagi Tuhan Yesus Kristus saja
/ Chandra Arifin
Nafiri JUNI 2015
NAFIRI JUN15.indd 173
173
6/23/15 8:32 AM
174 SUKACITA DALAM MEWARTAKAN INJIL
NAFIRI JUN15.indd 174
6/23/15 8:32 AM
Nafiri JUNI 2015
NAFIRI JUN15.indd 175
175
6/23/15 8:32 AM