MENELADANI KRISTUS UNTUK PEDULI PADA SESAMA

Page 1


EDITORIAL Saudara-saudara terkasih, Suatu hari saya masuk ke sebuah kantor dan membaca satu kutipan dari John Maxwell: “A leader is one who knows the way, goes the way, and shows the way.” Tentu bukan tanpa alasan ketika Maxwell meletakkan kalimat ‘knows the way’ di paling depan, karena ‘knows the way’ berarti seorang pemimpin harus menemukan dulu figur teladannya yang akan menjadi jalan baginya. Memang setiap orang – sekalipun ia adalah pemimpin – sebenarnya adalah seorang pengikut atau follower juga. Di manakah di dunia ini pemimpin yang tidak memiliki figur yang dicontohnya? Mereka tetap butuh role model, mereka perlu figur untuk dipuja. Bahkan orang besar seperti Mahatma Gandhi mengatakan: “Jesus was certainly the highest example of one who wished to give everything, asking nothing in return, and not caring what creed might happen to be professed by the recipient.” Gandhi menyebut Yesus sebagai teladan level tertinggi, dan ia benar-benar meneladani-Nya – salah satunya ketika ia melawan penjajahan Inggris dengan gerakan nonviolence yang terkenal kala itu. Gandhi meneladani Yesus, sehingga ia sebagai pemimpin besar menjadi teladan bagi seluruh rakyat India. Masa itu seakan-akan seluruh India adalah murid Kristus, karena seorang Gandhi yang memberikan seluruh hidupnya, seperti yang dilakukan oleh Kristus yang dikaguminya. Merenungkan nasihat Maxwell, dan mengingat kenangan tentang Gandhi, kita tahu betapa pentingnya meneladani figur seorang teladan sebelum seseorang berani maju menjadi pemimpin. Tetapi apakah Kristus yang di India dijadikan teladan oleh Gandhi yang Hindu sudah dijadikan teladan oleh kita yang Kristen? Benarkah kita sudah meneladani nilai-nilai kasih, peduli dan pengorbanan pada sesama kita seperti Kristus? Gandhi yang mengenal betul orang-orang Kristen di India – karena ia banyak bergaul dengan mereka – suatu kali berkata, “Jesus is ideal and wonderful, but you Christians– you are not like him.” Selamat membaca, semoga setiap tulisan yang ada di sini memberi inspirasi bagi saudara-saudara. Tuhan Yesus memberkati kita. 2

Salam, Redaksi

Penasehat: Pdt Joni Sugicahyono, M.Div Pembina: GI Feri Irawan, M.Div Koordinator Literatur: Yahya Soewandono Pemimpin Redaksi: Titus Jonathan Wakil Pemimpin Redaksi: Elasa Noviani Editor: Hendro Suwito, Yati Alfian Creative Design : Juliani Agus, Arina Palilingan Koordinator Narasumber: Anton Utomo Koordinator Liputan: Edna Pattisina Desk Public Figure: Deirdre Tenawin Desk Pemuda & Remaja: Nico Tanles Tjhin Illustrator: Ricky Pramudita, Thomdean Penulis: Anton Utomo, Arina Palilingan, Elasa Noviani, Erwin Tenggono, Edna Pattisina, Hendro Suwito, Humprey, Nico Tanles Tjhin Kontributor: GI. Royke Jenly Ngajow, Pdt. Dr. Agung Gunawan, Th.M., GI. Eddy Tan, STh., Drs. Gandadinata Thamrin, MM., MA., Yunus Adi Prasetya, Anastasia Gondosari, Lily Ekawati Alamat Redaksi: Sub bidang literatur GKY BSD Jl. Nusaloka E8/7 BSD Tangerang Telp/ Fax: 021-5382274 Email: nafiri@gkybsd.org Kirimkan KRITIK, SARAN, SURAT PEMBACA dan ARTIKEL anda ke alamat redaksi ataupun lewat e-mail di atas

MENELADANI KRISTUS UNTUK PEDULI PADA SESAMA

NAFIRI JUN14.indd 2

6/23/14 7:18 AM


d

FOKUS

22

aftar isi

28

SUARA GEMBALA ENLIGHTENMENT QUOTE 2 ZAMAN CAPTURE VIEW POINT REFLEKSI LIPUTAN KHUSUS CORNER KICK KESAKSIAN PERCIKAN PERSPEKTIF TEROPONG SHOOT ENGLISH CORNER The YOUNGSTERS Kilau Mutiara Kehidupan Rekomendasi BUKU Rekomendasi MUSIK Rekomendasi FILM NAFIRI Hahaha

4 8 13 34 44 58 62 66 74 80 88 96 102 106 112 118 122 126 128 95 105 KOMIK 39 73 EVENT NOTES 40 86 125

POTRET

14

ANDREAS DIDI SUTANTO

NAFIRI JUN14.indd 3

Membangun Manusia Altruis Meneladani Kristus untuk Peduli Pada Sesama

Dipanggil untuk Menderita Apalah Arti Sebuah Tangisan? YOSI PROJECT POP MALALA yang Mendahului Kita Dimanakah Kasih dalam Komunitas Kristen? Multimedia & Sound System Andaikan Saya adalah Hana Wahyuningsih Teladan Kristus yang Dekat dengan Wong Cilik Penderitaan dari Sudut Mekanistis Petualangan dan Pelajaran Hidup Kurnia Nata Atmaja Universality in Particularity NO Tuhan Pegang Janji-Nya Not A Fan Sovereign Grace Music The Fault in Our Stars

Bang ARIF Sentilan Jumat Agung & PASKAH PARENTS’ DAY KEPAK

THOUGHT

50

NAFIRI JUNI 2014

3

Pdt AGUS GUNAWAN

6/23/14 7:18 AM


Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristus pun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejakNya.

(1 Petrus 2:21)

Dipanggil untuk

Menderita 4

MENELADANI KRISTUS UNTUK PEDULI PADA SESAMA

NAFIRI JUN14.indd 4

6/23/14 7:18 AM


D

ar i du lu h in gga saat in i, konsep ‘penderitaan’ memang telah menjadi satu masalah yang tidak hentinya dijadikan pergumulan. Problem of suffering/pain atau problem of evil ini sudah muncul sejak dahulu kala dimana para hamba atau budak harus / Pdt. Joni Sugicahyono / tunduk dengan suatu lembaga kepemimpinan atau kemanusiaan. Rasul Petrus menulis dengan tegas di 1 Petrus 2:18 bahwa seorang bawahan memang dituntut untuk patuh kepada atasan yang keji maupun bengis sekalipun. Hal ini seringkali membuat sang hamba harus memikul suatu penderitaan. Konsep ‘tunduk’ ini pun berlaku bagi orang Kristen. Anggapan yang berkata bahwa ‘orang Kristen adalah orang bebas’ kerap kali disetarakan dengan asumsi bahwa tidak akan ada lagi penderitaan hidup asal seseorang itu dibaptis dan mengikut Kristus. Namun kenyataannya ternyata salah apabila kita memilih menjadi orang Kristen untuk menjadi bebas dari tekanan dunia. Justru di kehidupan Kristen-lah kita ditempa oleh penderitaan yang lebih berat. Yang menjadi pembeda ialah cara pandang kita terhadap penderitaan tersebut. Unjust Suffering, yaitu penderitaan yang diterima dengan tidak adil, memang sulit dipahami oleh logika manusia sehat. Penderitaan yang kita seringkali terima karena ketidakadilan, penyalahgunaan kedudukan dan kesemena-menaan seseorang merupakan unjust suffering yang selalu menekan pikiran maupun hati kita. Penderitaan ini tentu bukanlah akibat dari perbuatan dosa kita. Malah terkadang dengan berbuat benar, kita malah kena getahnya. Maka lalu seringkali muncul pertanyaan di benak kita: ‘mengapa orang baik harus menderita?’ Ketika Ayub mengalami penderitaan yang hebat karena kehilangan semua harta benda dan orang-orang yang ia kasihi, manusia sekitar menuduhnya telah berbuat dosa. Seakan-akan itu merupakan konsekuensi yang harus ia tanggung. Namun Ayub kenyataannya adalah orang benar dihadapan Allah. Ia tunduk kepada hukum dan adalah seorang yang takut akan Tuhan. Lalu mengapa kejadian-kejadian yang tidak dapat ia pahami itu harus ada? Dan pertanyaan yang kita patut renungkan saat ini ialah jika Allah itu baik, bagaimana mungkin ia membiarkan orang percaya menderita? NAFIRI JUNI 2014

NAFIRI JUN14.indd 5

5

6/23/14 7:18 AM


Permasalahan ini merupakan misteri yang sulit dimengerti akal sehat. Namun Petrus mengungkapkan suatu poin penting di ayat ke 21 dari bacaan Alkitab kita bahwa orang Kristen dipanggil untuk menderita seperti Kristus telah menderita 2.000 tahun yang lalu. Dan sebagaimana Yesus sudah meninggalkan jejakNya, kita ialah orang-orang yang memang sudah seharusnya mengikuti teladan-Nya. Dicatat juga dalam injil Yohanes 15:20 bahwa jika manusia telah menganiaya Yesus, maka mereka pun akan menganiaya kita. Harus menerima derita tidak selalu dalam artian fisik, namun penderitaan semacam ini menantang rohani pribadi masing-masing; pergumulan yang jauh melampaui jasmani kita. Di suratnya kepada jemaat Roma (pasal 8 ayat 17) Paulus bahkan secara tidak langsung dengan tegas menasehati bahwa kita menjadi ahli waris (orangorang yang berhak menerima janji-janji Allah) jika kita menderita bersama-sama dengan Kristus. Dengan demikian, penderitaan justru bisa kita lihat sebagai anugerah dari Allah. Karena dengan mengalami konflik, kesengsaraan dan peperangan rohani melawan dosa, ada janji keselamatan Allah yang patut kita nanti-nantikan. Dan dengan Kristus sebagai panglima kita, kemenangan sudah pasti menjadi jaminan. Tapi bagaimana seseorang dapat bertahan dalam penderitaan? Teladan Kristus berikut dapat dijadikan pegangan dan kekuatan, sekaligus pengingat pada saat kita mengalami unjust suffering: 1. (ayat 22) Mari kita melihat contoh sosok Yesus yang tidak berdosa namun harus berdosa karena dosa-dosa manusia. Ia harus menanggung tekanan, kekerasan dan pada akhirnya hukuman mati karena kesalahan kita. Akan tetapi siksaan yang terhebat bukan datang dari proses penyaliban, melainkan karena begitu banyaknya dosa seluruh umat manusia yang harus ditimpakan kepadaNya. 2. (ayat 23) Respon Yesus terhadap penderitaan yang tidak adil sangatlah mulia. Dengan tetap memegang kendali, Ia tidak mengancam maupun membalas semua caci maki, fitnah, pukulan dan siksaan orang sekitar-Nya. 3. (ayat 24) Yesus terluka supaya kita sembuh secara rohani. Penderitaan Yesus tidak sia-sia karena melalui kematian dan kebangkitan-Nya, dosa dihapuskan, maut dikalahkan dan kita menjadi pemenang bersama-sama dengan Dia. 6

MENELADANI KRISTUS UNTUK PEDULI PADA SESAMA

NAFIRI JUN14.indd 6

6/23/14 7:18 AM


Kita patut bersyukur karena penderitaan yang kita alami tidak sebanding dengan penderitaan yang harus dialami Kristus. Jalan itu telah ditempuh oleh Yesus pada saat Ia berperang dengan maut. Betapa mahalnya penderitaan itu sehingga setelah semuanya selesai Ia pun menerima kemuliaan yang berasal dari Allah Bapa. Apabila kita menderita bersama Kristus, iman kita akan menjadi lebih tangguh. Lalu setelah semua berlalu dan Tuhan membawa kita keluar dari badai yang gelap, bukankah sesuatu yang indah jika kita dapat bersaksi tentang-Nya sehingga nama Allah semakin dipermuliakan? Sesungguhnya adalah sebuah anugerah dan sukacita yang besar ketika pekerjaan Allah dinyatakan melalui kelemahan. Yang bisa kita lakukan sebagai orang beriman ialah senantiasa bersabar serta berdoa menanti pernyataan kemuliaan Allah di akhir penderitaan kita. Karena hanya Ia yang sanggup mengubah kelemahan menjadi kekuatan. Bersediakah kita sebagai orang Kristen bertahan dalam iman berperang melawan dosa, bergumul dalam konflik hidup, dan mengalami sengsara sebagai anak-anak Allah? Sudahkah kita siap dipakai oleh Allah untuk menyatakan kemuliaan-Nya? Mari kita percaya dan berpegang kepada janji penyertaan Kristus yang setia. Karena bersama-Nya, kita sudah menang / Disarikan oleh Arina Palilingan dari khotbah Pdt. Joni Sugicahyono tanggal 5 April 2014 NAFIRI JUNI 2014

NAFIRI JUN14.indd 7

7

6/23/14 7:18 AM


IGHT EN

E

NL

MEN

T

Apalah Arti Sebuah

TANGISAN?

8

MENELADANI KRISTUS UNTUK PEDULI PADA SESAMA

NAFIRI JUN14.indd 8

6/23/14 7:18 AM


/ GI. Feri Iraw an /

S

esaat setelah bunyi pluit berkumandang di stadion Anfield yang menandakan berakhirnya pertandingan antara tuan rumah Liverpool FC dan Manchester City pada Minggu, 13 April 2014, air mata kapten Liverpool FC, Steven Gerrard bercucuran. Tangisan Gerrard bisa dikatakan tangisan pengharapan, karena kemenangan “The Reds” 3-2 kala itu membuka peluang besar bagi Liverpool FC untuk menjuarai Liga Primer untuk pertama kalinya sejak 25 tahun terakhir. Namun, tangisan Gerard juga karena ia teringat tragedi tewasnya 96 pendukung Liverpool FC, termasuk sepupunya, John-Paul Gilhooley, yang masih berusia 10 tahun di Stadion Hillsborough pada 15 April 1989 lalu. Melalui tangisannya, ia ingin berkata sekaligus berjanji kepada para korban bahwa kematian mereka bagi klub kesayangan mereka ini tidak akan sia-sia.

Secara umum orang menganggap bahwa tangisan merupakan monopoli kaum Hawa. Itulah sebabnya ada ungkapan “boys don’t cry” untuk menunjukkan bahwa seorang laki-laki pantang menangis. Namun, ungkapan itu tidak berlaku bagi seorang Gerrard. Bagaimana pun sah-sah saja seorang laki-laki menangis. Dan bukan suatu kebetulan kalau Alkitab juga memberikan informasi bahwa Yusuf adalah tokoh dari kaum Adam yang termasuk paling sering dicatat menangis ketimbang tokoh-tokoh lainnya. Jika dirunut, maka setidaknya delapan kali Alkitab mencatat Yusuf menangis (Kej. 42:24; 43:30; 45:2, 14-15; 46:29; 50:1,17). Itu artinya, menangis wajar dilakukan oleh semua orang dari segala gender dan segala usia. Bukankah seorang bayi yang baru lahir pun ‘wajib’ menangis terlebih dahulu sebelum ia dapat ‘menikmati kehidupan’ di dunia ini? Tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa sebuah tangisan dapat memiliki banyak makna. Artinya, tidaklah mudah menebak makna sebuah tangisan seseorang. Alkitab sendiri banyak memberikan contoh tokoh-tokoh yang menangis. Sebut saja seorang perempuan Filistin dari Timna yang menjadi istri Simson. NAFIRI JUNI 2014

NAFIRI JUN14.indd 9

9

6/23/14 7:18 AM


Demi memperoleh jawaban atas tekateki Simson, ia rela menangis dan merengek kepada Simson selama 7 hari dengan tangisan buayanya (Hak. 14:16-17). Kalau ada yang berkata bahwa kelemahan Simson hanya pada rambutnya mungkin perlu dipikir ulang, karena tangisan buaya seorang perempuan juga menjadi salah satu kelemahannya. Alhasil, strategi yang sama juga dilakukan oleh Delila, istri Simson yang berikutnya. Meskipun Alkitab tidak mencatat Delila menangis, rengekan seorang Delila sudah cukup menunjukkan bahwa ia pun memakai strategi tangisan untuk menguak rahasia kekuatan Simson (Hak. 16:15). Sepertinya strategi tangisan buaya ini tidak boleh dipandang sebelah mata, karena trik ini manjur dilakukan oleh jutaan istri di dunia selama berabad-abad lamanya terhadap suami-suami mereka. Tapi mungkin tidak akan manjur lagi kalau suami-suami sudah membaca ‘pencerahan’ dari artikel ini. 10

Lain istri-istri Simson, lain pula tangisan bangsa Israel. Tangisan mereka kebanyakan adalah tangisan yang berpusat pada kepentingan diri. Alkitab mencatat bangsa Israel menangis di padang gurun ketika sebagian dari mereka kemasukan nafsu rakus dengan meminta makanan daging (Bil. 11:4). Gara-gara tangisan hawa nafsu bangsa Israel ini, sampai-sampai Musa ‘berselisih’ dengan Tuhan karena murka Tuhan menyala atas bangsa Israel (11:10). Dan beberapa kali Alkitab mencatat bangsa Israel menangis penuh penyesalan ketika menerima penghukuman dari Tuhan karena dosa dan pelanggaran mereka (Bil. 14:1, Hak. 2:4). Benarkah tangisan mereka adalah tangisan penyesalan? Sebagian besar tangisan mereka hanyalah tangisan karena telah mengalami kengerian penghukuman Allah, dan bukan tangisan penyesalan karena sadar telah berdosa di hadapan Tuhan. Tangisan mereka pada akhirnya tetaplah tangisan yang lebih berpusat pada mengasihani diri mereka sendiri.

MENELADANI KRISTUS UNTUK PEDULI PADA SESAMA

NAFIRI JUN14.indd 10

6/23/14 7:18 AM


Tangisan oh tangisan, rupanya tangisan bukanlah sekadar sebuah aktivitas mengeluarkan air mata yang mengandung cairan lizozom yang berfungsi membunuh bakteri yang menempel di mata. Tangisan bukan juga sekadar reaksi tubuh untuk menjaga kelembaban mata manusia. Rupanya tangisan adalah aktivitas yang bisa dimaknai secara beragam. Pada umumnya memang sebuah tangisan timbul karena ada dorongan perasaan, seperti karena tersentuhnya hati oleh karena sebuah kejadian. Hal ini juga terjadi pada diri sahabatsahabat Ayub yang menangis empati

karena penderitaan yang dialami oleh Ayub (Ay. 2:12). Tapi tangisan dapat muncul dari kesesakan hati akibat penindasan orang lain, seperti tangisan Hana, istri Elkana yang mandul, ketika mengalami oral abuse dari Penina, istri Elkana yang lain yang tidak mandul tiap-tiap hari (1Sam. 1:7-10). Yang lebih tragis adalah tangisan anak perempuan Yefta. Nazar yang ceroboh dan sembarangan dari Yefta berujung pada penderitaan yang dialami puterinya sendiri (Hak. 11:38). Di antara ratusan tangisan yang bertebaran dalam catatan Alkitab, catatan tentang Yesus yang menangis dalam Yohanes 11:35 tentu merupakan hal yang sangat menarik dan penuh misteri. Sebagai ayat yang terpendek dalam terjemahan bahasa Inggrisnya, ayat ini rupanya akan terus menyisakan pertanyaan yang tidak akan pernah bisa dipastikan jawabannya, yaitu mengapa Yesus menangis? Jika Ia menangis karena Lazarus, sahabatNya mati, bukankah Ia tahu bahwa tidak lama lagi Lazarus akan bangkit dari kematian? Mungkinkah Yesus menangis sebagai bentuk simpati terhadap orang-orang disekitarnya yang menangis pula? Atau mungkin Ia menangis karena ketidakberimanan

NAFIRI JUNI 2014

NAFIRI JUN14.indd 11

11

6/23/14 7:18 AM


mereka? Jika melihat catatan tangisan Yesus atas Yerusalem dalam Lukas 19:41, maka Yesus menangis karena keruntuhan Yerusalem segera terjadi sebagai bentuk hukuman Allah karena ketidakberimanan orang-orang Yahudi pada saat itu kepada Mesias yang telah Allah kirim. Jadi, mengapa Yesus menangis? Jika kemungkinan jawaban-jawaban di atas belum memuaskan, biarkan tangisan Yesus ini tetap menjadi misteri, karena toh Yesus juga tidak ingin menjelaskan kepada yang hadir di sana mengapa Ia menangis.

12

Apalah arti sebuah tangisan? Ah, ternyata tidak mudah mengartikan sebuah tangisan. Ada tangisan yang lahir dari sebuah ketulusan dan berasal dari duka yang mendalam, tetapi ada juga tangisan yang lahir dari kepura-puraan dan berpusat pada mengasihani diri sendiri. Artinya, ada tangisan yang lahir dari hati yang murni tetapi ada juga yang lahir dari hati yang berdosa. Ketimbang mencoba menebak-nebak makna tangisan orang lain yang kita temui, alangkah baiknya kalau kita lebih dulu memeriksa tangisan-tangisan diri kita sendiri. Setidaknya, kita belajar untuk tidak berdosa kala air mata keluar dalam sebuah tangisan

MENELADANI KRISTUS UNTUK PEDULI PADA SESAMA

NAFIRI JUN14.indd 12

6/23/14 7:18 AM


“ If

you board the wrong train, it is no use running along the corridor in the other direction ”

Dietrich Bonhoeffer

4 Februari 1906 – 9 April 1945 (Dietrich Bonhoeffer yang lahir di Jerman adalah Pendeta Lutheran Jerman yang dikenal sebagai Pendeta yang anti-Nazi. Ia menentang program euthanasia dan genosida/pembantaian orangorang Yahudi yang dicanangkan oleh Adolf Hitler. Pada bulan April 1943, Bonhoeffer ditangkap oleh Gestapo karena dituduh terlibat dalam rencana untuk melenyapkan Hitler bersama dengan Badan Intelijen Militer Jerman. Ia dipenjara dalam kamp konsentrasi dan dieksekusi pada tanggal 9 April 1945 di usianya yang masih muda, 39 tahun. Semasa hidupnya Bonhoeffer sangat menekankan ajaran kehidupan kekristenan di tengah-tengah dunia yang sekuler. Sebelum meninggal ia menulis buku berjudul ‘The Cost of Discipleship’ yang populer itu).

“beda,Sdemikian etiap orang membutuhkan pendekatan yang berbedapula dengan lagu pujian. Lagu kontemporer

yang lebih personal seringkali bagi orang tertentu memang lebih mampu membawanya melakukan penyembahan saat ibadah. Jadi menjangkau orang berdosa tentu jauh lebih penting daripada menjaga tradisi gereja. Musik gereja harus fungsional untuk mencapai tujuan-tujuan utama, yaitu penginjilan, mengajarkan nilai-nilai Kristiani, pemuridan, dan menjadi wadah pertumbuhan. Bagaimana kita bisa menjangkau orang di luar gereja bila mereka masuk ke dalam dunia yang sama sekali berbeda dengan dunia yang mereka hidupi setiap harinya?

Pdt. Henry Efferin (Saat diwawancarai oleh NAFIRI untuk NAFIRI edisi Desember 2012 – tentang musik pada gereja injili yang cenderung ‘kaku’ hanya karena mempertahankan tradisi). NAFIRI JUNI 2014

NAFIRI JUN14.indd 13

13

6/23/14 7:18 AM


P

TRET

ANDREAS DIDI SUTANTO & SUSILAWATY UMAR

Buah Manis Pergumulan Panjang dengan Tuhan

14

MENELADANI KRISTUS UNTUK PEDULI PADA SESAMA

NAFIRI JUN14.indd 14

6/23/14 7:18 AM


/ Hendro Suwito /

“A

k u tidak mau ‘kakiku’ ada di tempat lain. Bukannya tidak menghormati Papa dan Mama.” Dengan halus dan tegar Susilawaty Umar, istri terkasih Andreas Didi Sutanto, menolak tawaran orangtuanya untuk menerima dan meminum ‘air putih’ yang akan diberikan oleh mereka kepadanya.

Papa mamanya masih mencoba meyakinkan Susi bahwa dia pasti akan segera hamil kalau mau minum ‘air putih’ itu. “Kenapa sih? Ini kan cuma air putih…” Mamanya mencoba berargumentasi. Susi tetap tidak goyah. Dia tetap teguh mempertahankan keyakinannya pada Tuhan Yesus yang sebenarnya masih belum lama dia selami dan ikuti. Andreas dan Susi menikah di bulan November tahun 1999 setelah melalui masa pendekatan selama beberapa tahun sebagai teman kerja di kantor akuntan publik ternama di Jakarta. Susi sempat maju mundur karena dia tidak seagama dengan Andreas. Tetapi, ketika akhirnya dia memutuskan menerima Andreas sebagai calon pasangan hidupnya, dia juga memutuskan untuk mengikuti agama yang dianut Andreas. Ini merupakan komitmen yang diambil Susi agar tidak ada dualisme dalam kehidupan keluarganya nanti. NAFIRI JUNI 2014

NAFIRI JUN14.indd 15

15

6/23/14 7:18 AM


Andreas kecil Saat remaja bersama orang tua Andreas lahir dalam keluarga Kristen yang taat. Dia mengikut Kristus dan aktif melayani sejak masih remaja di kota kelahirannya di Pecangaan, dekat Jepara, dan kemudian juga di Kudus saat SMA, dan saat kuliah di jurusan akuntansi di Universitas Trisakti di Jakarta. Agar dapat makin seiring sejalan dengan Andreas, Susi dengan sungguh hati belajar lebih mengenal Kristus sebagai pandu hidupnya, mengikuti katekisasi di GKY Green Ville yang tak begitu jauh dari rumah orangtuanya di daerah Kebon Jeruk, dan akhirnya menikah secara gerejawi dengan Andreas.

16

Karena saat itu Andreas sudah 31 tahun dan Susi 28 tahun, mereka ingin secepatnya mempunyai momongan. Ternyata yang ditunggutunggu tidak juga datang. “Susi sempat hamil saat pernikahan memasuki tahun ketiga, tetapi ternyata keguguran,� ujar Andreas. Setelah itu, mereka makin giat berkonsultasi dengan dokter agar Susi bisa hamil lagi. Tetapi, kehamilan yang didamba itu tetap tidak terjadi karena tampaknya Susi mempunyai masalah dengan hormon di tubuhnya.

MENELADANI KRISTUS UNTUK PEDULI PADA SESAMA

NAFIRI JUN14.indd 16

6/23/14 7:18 AM


Memecahkan Masalah Orangtua Susi dan beberapa anggota keluarga besarnya mulai ‘panik’, apalagi Susi adalah putri satu-satunya dalam keluarga. Mereka mulai mengambil inisiatif untuk memecahkan masalah Susi dan Andreas. Ada saudara yang membujuk Susi agar pergi ke seorang ‘pintar’ di Bogor. Papa mamanya, seperti dikisahkan di atas, sempat menawarkan ‘air putih’ untuk diminum oleh Susi agar segera hamil dan punya anak. Tentunya air itu sudah ‘diisi’ dengan hal-hal supranatural sesuai dengan keyakinan mereka. Susi terus tegar memegang teguh imannya kepada Kristus di tengah berbagai ketidak-pastian yang sedang dialaminya. Keteguhan iman Susi ini sangat diapresiasi oleh Andreas. Dia bahkan melihat iman Susi sering kali jauh lebih kuat dibanding iman Andreas sendiri walaupun dia belum lama menjadi pengikut Kristus. “(Memberi) anak kan hal kecil saja bagi Tuhan.” Susi terus meyakinkan dirinya dan Andreas. “Itu sebabnya saya dan Andreas terus bergumul dalam doa dengan Tuhan. Kami menangis dihadapan Tuhan dan terus berharap hanya pada-Nya saja.”

Yang membuat Andreas dan Susi kadang merasa cukup terpukul adalah sikap kurang bijaksana yang justru ditunjukkan oleh saudara-saudara seiman dalam lingkungan gereja. “Ada teman yang menasihati kalau kami tidak juga mendapatkan anak berarti masih ada yang belum dibereskan dengan Tuhan,” kata Susi. “Akui kesalahan atau dosa kalian dan minta ampun.” Bahkan ada seorang rekan ‘senior’ di lingkungan gereja yang suatu hari membuat Susi sangat down dengan pernyataan yang sangat mengagetkan. “Sus…kayaknya Tuhan memang tidak akan memberi kamu anak.” ‘Penerawangan’ tak bertanggung jawab ini sangat menyedihkan hati Susi. Kok bisa-bisanya saudara seiman senior ini memvonis seperti itu, padahal Susi sudah demikian tegar memegang imannya, bahkan di tengah tekanan dari papa mamanya sendiri. Pada tahun-tahun yang sulit ini, Andreas dan Susi justru aktif menjadi pengurus Komisi Pasutri di GKY BSD. Tema yang diusung cukup sering berkaitan dengan permasalahan anak dan bagaimana mendidik mereka agar menjadi pribadi-pribadi yang takut akan Tuhan. NAFIRI JUNI 2014

NAFIRI JUN14.indd 17

17

6/23/14 7:18 AM


“Tuhan…bagaimana ini? Bagaimana kami harus mengaplikasikan ini? Bagaimana ini Tuhan?” Mereka sering bergumul dalam harap dan doa. Kenangan Manis “Rupanya semua itu telah dipakai oleh Tuhan untuk menyiapkan kami berdua,” simpul Andreas dan Susi. Saat pernikahan mereka memasuki tahun ke tujuh, terjadilah peristiwa ‘lucu’ yang menjadi kenangan manis seumur hidup bagi mereka berdua. Pagi itu, Andreas sedang berjuang di keriuhan tol Kebon Jeruk ketika teleponnya berdering. “Susi menelepon dan bilang kalau perutnya terasa sakit,” kenang Andreas. Keluhan ini ditanggapi dengan serius oleh Andreas karena beberapa waktu sebelumnya Susi pernah mengalami sakit di perutnya. Dia bahkan sempat diduga menderita usus buntu. Andreas langsung putar balik ke rumahnya. Dia makin cemas ketika menemukan Susi sedang berbaring di ranjang. 18

Setelah berbincang-bincang sejenak, akhirnya Susi berkata, “Coba kamu lihat di kamar mandi.” Di kamar mandi, Andreas menemukan ada alat tes kehamilan yang samar-samar ada semburat warna merah muda; warna yang mengarah pada kehamilan. “Saya dan Susi masih belum yakin dan hanya dapat bersama-sama berdoa,” kata Andreas. “Sorenya Susi saya temani ke dokter kandungan di Siloam. Ternyata, setelah memeriksa, dokternya sendiri juga belum yakin. Kami diminta datang seminggu lagi agar lebih pasti.” “Positif…HAMIL!” Dokter yang sama memastikan seminggu kemudian. Andreas dan Susi seakan tidak menginjak bumi ketika mereka berjalan kembali ke mobilnya di tempat parkir. “Kami berdua hanya bisa menangis tersedu-sedu di dalam mobil,” kenang Andreas. Ternyata, ada tetangga mereka yang sedang ke rumah sakit itu dan melihat mereka berdua sedang bertangisan. “Ada apa?” tanya tetangganya dengan cemas. “Ooo… tidak apa-apa…tidak apa-apa,” Andreas menjawab tergagap-gagap dalam linangan air mata bahagia.

MENELADANI KRISTUS UNTUK PEDULI PADA SESAMA

NAFIRI JUN14.indd 18

6/23/14 7:18 AM


Tak lama, dengan hati berbungabunga, mereka mengabarkan kehamilan ini kepada orangtua Andreas dan Susi. Tentunya, kabar ini sangat menggembirakan hati keluarga besar mereka, apalagi bagi papa mama Susi yang sudah sangat rindu memiliki cucu. Sekitar sembilan bulan kemudian, di tahun 2006, lahirlah Joanne Evangeline Sutanto. ‘God’s precious gift’ bagi anak-anakNya yang setia. Dan Tuhan bahkan memberi bonus dengan lahirnya Joshua Christian Sutanto tiga tahun kemudian. Dua-duanya adalah anugerah luar biasa bagi Andreas dan Susi. Buah manis dari pergumulan, penantian panjang, dan ujian iman yang demikian menguras rasa dan air mata mereka berdua.

Sejak lahir – baik Joanne yang sekarang sudah kelas dua dan Joshua yang sudah di TK – sepenuhnya dirawat oleh Susi dengan dukungan penuh dari Andreas. Joanne yang berbakat musik dan Joshua yang tampaknya juga memiliki beberapa keunggulan – dan sudah mendapat sejumlah piala atas prestasi mereka pada usia dini – tidak ‘di plot khusus’ masa depannya oleh Andreas dan Susi. “Pokoknya, kami selalu berdoa agar mereka berdua boleh dipakai oleh Tuhan untuk memuliakan namaNya,” ujar Andreas, yang pernah aktif melayani di bagian literatur dan multimedia.

Andreas dan Susi bersama anak-anak NAFIRI JUNI 2014

NAFIRI JUN14.indd 19

19

6/23/14 7:18 AM


Lebih Normal Selain pergumulan akan adanya anak, Andreas dan Susi juga merasakan betapa nyata pimpinan Tuhan dalam banyak persoalan kehidupan lainnya. Ketika Andreas bergumul untuk mendapatkan pekerjaan dengan jam kerja yang lebih normal, Tuhan mempertemukan dia dengan teman lama yang bekerja di gedung yang sama di Jalan Sudirman di Jakarta. Temannya sedang dalam proses studi lanjut ke Eropa. Andreas akhirnya diterima di perusahaan tempat temannya bekerja, Total Oil Indonesia. Ketika kantornya pindah ke daerah Cilandak empat tahun lalu, Andreas bisa jauh lebih menghemat waktu di jalanan dan bisa menyisihkan waktu lebih banyak untuk mendampingi Susi, Joanne dan Joshua.

Tuhan juga terus menciptakan keajaiban-keajaiban dalam kehidupan Andreas dan Susi, seperti ketika mereka membeli tanah yang lebih lapang beberapa tahun lalu saat harganya masih murah, menjual rumah lama mereka dengan harga yang sangat baik, dan mendapatkan kemudahan-kemudahan dalam proses pembangunan rumah baru yang lebih nyaman bagi keluarga mereka. Melalui keberanian mereka untuk ikut mendukung kebutuhan gereja dan kebutuhan saudarasaudara yang sedang sakit atau didera permasalahan hidup, pada saat mereka sendiri sebenarnya sedang bergumul dengan berbagai keterbatasan yang ada, mereka juga semakin diteguhkan akan pemeliharaan dan kasih Tuhan.

Mengikut Tuhan Yesus itu enak “sekali,... Semua dosa kita ditebus

oleh-Nya. Kita tidak perlu lagi menanggung karma dari masa lalu. Kita hanya tinggal menjalani (panggilan kita).

�

20

MENELADANI KRISTUS UNTUK PEDULI PADA SESAMA

NAFIRI JUN14.indd 20

6/23/14 7:18 AM


“Mengikut Tuhan Yesus itu enak sekali,” Susi berbagi pengalaman hidupnya. “Semua dosa kita ditebus oleh-Nya. Kita tidak perlu lagi menanggung karma (kepercayaan) dari masa lalu. Kita hanya tinggal menjalani (panggilan kita).” Itu sebabnya, Susi terus mencoba membagikan pengalamannya bersama Kristus pada kedua orangtua dan saudara-saudaranya

Nama lengkap : Andreas Didi Sutanto Nama panggilan : Andreas atau Didi Tempat/Tgl lahir : Jepara, 27 Oktober 1968 Nama Isteri : Susilawaty Umar (1971) Nama anak : Joanne Evangeline Sutanto (2006) Joshua Christian Sutanto (2009)

biodata

Riwayat Pendidikan : SD Negeri 01 Pecangaan SMP Keluarga, Pecangaan SMA Negeri 01 Kudus Univ. Trisakti (S1) (1987-1991) Riwayat pekerjaan : Kantor Akuntan Publik Prasetio Utomo (Arthur Andersen), Jakarta (1991-2000) Kantor Akuntan Publik Ernst & Young (Merger Arthur Andersen dan E&Y), Jakarta (2000-2004) PT Total Oil Indonesia, Jakarta (2004-sekarang) Pelayanan : Multimedia Gereja Kristus Yesus (GKY) BSD (2006–sekarang) Majelis sub bidang Literatur Gereja Kristus Yesus (GKY) BSD (2006–2009) Pengurus Komisi Pasutri Gereja Kristus Yesus (GKY) BSD (2003–2006) Usher Keb Umum Gereja Kristus Yesus (GKY) BSD (2002–2006) Pengurus Komisi Remaja Gereja Kristen Muria Indonesia (GKMI) Pecangaan (1980–1983)

NAFIRI JUNI 2014

NAFIRI JUN14.indd 21

21

6/23/14 7:18 AM


f

kus

Membangun

MANUSIA ALTRUIS / GI. Royke Jenly Ngajow /

22

MENELADANI KRISTUS UNTUK PEDULI PADA SESAMA

NAFIRI JUN14.indd 22

6/23/14 7:18 AM


“S

uparman (60) salah satu pasien RSUD Dr. A. Dadi Tjokrodipo, Bandar Lampung dibuang oleh pihak rumah sakit. Kasubbag Umum dan Humas Heriyansyah dan Kepala Ruangan E2 Mahendri menjadi otak pelaku dibuangnya kakek renta malang tersebut.

�

(Merdeka.com)

“Sungguh tidak manusiawi!� Mungkin ucapan ini yang terdengar dari kebanyakan orang dalam merespon peristiwa yang dialami oleh kakek Suparman sebagaimana isi penggalan berita Merdeka.com di atas. Sumber lain mengatakan bahwa hanya karena tidak bisa membayar biaya rumah sakit dan keluarganya tidak datang menjemput, kakek Suparman ini dibuang oleh petugas rumah sakit tersebut. Peristiwa yang mengejutkan ini tidak hanya merusak citra rumah sakit tetapi juga menimbulkan berbagai pertanyaan atas perilaku yang tidak manusiawi ini. Kok bisa? Apakah manusia sudah kehilangan hati nurani? Begitu sulitkah peduli kepada orang lain? Peristwa yang terjadi di Lampung pada tanggal 21 Januari 2014 ini mencerminkan perilaku manusia era globalisasi ini. Era globalisasi telah membawa manusia pada sifat individualisme dan lebih mementingkan diri sendiri (egois). Masyarakat lebih cenderung mengutamakan diri mereka sendiri dibandingkan dengan orang lain. Seolah-olah mereka tidak pernah memikir bahwa seandainya mereka mengalami kesulitan maka siapa yang akan dapat menolong mereka? Apakah mereka mampu menolong diri sendiri? Tentunya tidak. Ariestoteles, seorang filsuf Yunani menjelaskan bahwa manusia adalah zoon politikon, artinya manusia adalah mahkluk yang selalu hidup dalam masyarakat. Kehidupan dalam masyarakat seperti ini mengharuskan manusia perlu berinteraksi satu dengan yang lain. Salah satu bentuk interaksi itu adalah saling menolong satu dengan yang lain. NAFIRI JUNI 2014

NAFIRI JUN14.indd 23

23

6/23/14 7:18 AM


Dalam hubungannya dengan sikap menolong, Dr. GSSJ Ratulangi, seorang pahlawan nasional yang berasal dari Sulawesi Utara mengemukakan filsafatnya yang dalam bahasa Minahasa dikenal dengan: Sitou Timou Tumou Tou, artinya: manusia baru disebut sebagai manusia, jika sudah dapat memanusiakan manusia. Dengan kata lain manusia hidup untuk menjadi berkat (blessing). Kunci dari makna falsafah ini adalah kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Hal ini sesuai dengan hukum utama yang Tuhan Yesus nyatakan dalam Matius 22:29, “Kasihilah sesamamu manusia seperti diirimu sendiri.” Sebagai manusia, khusnya sebagai orang Kristen, kita harusnya sadar bahwa kita dipanggil bukan hanya untuk mengasihi Allah tetapi juga mengasihi sesama. Panggilan untuk mengasihi sesama inilah yang menjadi dasar untuk membangun perilaku altruis dalam diri kita. Altruisme dalam Perspektif Kristen Altruis berasal dari bahasa Perancis yaitu autrui, yang artinya ‘orang lain’ turunan dari kata Latin alter . Secara etimologis altruis berarti : 1. Loving others as oneself. 2. Behaviour that promotes the survival chances of others at a cost to ones own., 3. Selfsacrifice for the benefit of others. Istilah ini awalnya diciptakan oleh seorang pendiri Ilmu Sosiologi dan Filsafat Ilmu Pengetahuan, Aguste Comte (Perancis, 1798-1857). Dalam buku Psikologi Sosial karangan David O. Sears, dijelaskan bahwa altruisme adalah tindakan sukarela untuk menolong orang lain tanpa mengharapkan imbalan dalam bentuk apa pun atau disebut juga sebagai tindakan tanpa pamrih. Secara umum altruisme dapat juga didefinisikan sebagai kecenderungan untuk melihat bahwa kebutuhan orang lain lebih penting daripada kepentingan sendiri, sehingga bersedia berkorban untuk orang lain. Dalam perspektif Kristen, altruis diartikan sebagai kewajiban untuk memperhatikan orang lain sama seperti diri sendiri, dasarnya kasih sejati. Dalam bahasa Yunani altruis diterjemahkan dengan agape. Agape adalah jenis kasih yang berasal dari Allah. Inti dari agape adalah pengorbanan diri. Jadi seorang altruis adalah seorang yang rela berkorban bagi kesejahteraan orang lain. Rasul Paulus telah mengingatkan hal ini kepada setiap orang Kristen, dalam suratnya kepada jemaat di Filipi, yaitu dalam Filipi 2:2b-4, “…hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan, dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan 24

MENELADANI KRISTUS UNTUK PEDULI PADA SESAMA

NAFIRI JUN14.indd 24

6/23/14 7:18 AM


rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri; dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga.” Dia pun mengajak kita untuk belajar dari Kristus, “yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayui salib.” (Filipi 2:6-8).

Sikap hati Kristus yang rendah hati, tidak egois dan rela berkorban ini hendaklah menjadi

contoh yang jelas untuk kita teladani dalam kehidupan sehari-hari dan menjadi dorongan bagi kita untuk memiliki hati yang altruis.

Altruisme Orang Samaria Kisah tentang seorang Samaria yang baik hati (Lukas 10:25-35) merupakan salah satu perumpamaan Yesus yang populer. Salah satu penyebabnya adalah karena tema yang diangkat dalam perumpamaan ini sangat relevan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu menolong sesama. “Ada seorang , diperkirakan orang tersebut orang Yahudi yang sedang turun dari Yerusalem ke kota Yerikho, ia dirampok habis-habisan, dipukul hingga mengalami luka-luka dan meninggalkannya setengah mati. Kemudian lewat seorang imam, tetapi ia diam saja. Ia hanya lewat tanpa peduli apa yang terjadi. Lalu, beberapa saat kemudian lewatlah seorang Lewi (pembantu imam). Namun, ia juga tidak melakukan apa pun. Ia hanya lewat dan membiarkan seorang Yahudi itu tergeletak di pinggir jalan seperti yang dilakukan oleh imam tadi. Setelah orang Lewi itu lewat, lewatlah seorang Samaria. Berbeda dengan dua orang sebelumnya, hati orang samaria ini tergerak oleh belas kasihan, ia bersihkan luka orang Yahudi itu dengan minyak dan anggur (suatu benda yang sangat berharga pada saat itu), memberi tumpangan di kudanya dan mengantarnya ke sebuah penginapan. Ia juga meninggalkan biaya perawatan bagi orang Yahudi yang tak dikenalnya itu, bahkan berjanji akan kembali untuk melunasi kekurangannya.” NAFIRI JUNI 2014

NAFIRI JUN14.indd 25

25

6/23/14 7:18 AM


Mengapa seorang imam dan orang Lewi yang dikisahkan Yesus dalam perumpamaan ini tidak memberikan pertolongan kepada orang Israel yang dirampok tersebut? Mengapa Orang Samaria yang sebenarnya tengah sibuk oleh pekerjaannya sebagai pedagang (ay. 35) justru yang bertindak memberikan pertolongan kepada orang Yahudi,yang selama ini dikenal bermusuhan dengan orang Samaria? Timotius Wibowo, dalam tulisannya “Membaca Kisah Orang Samaria yang Murah Hati dengan Kacamata Psikologi Sosial�, Veritas 1/2 (Oktober 2000) 223-230, menjelaskan sebagai berikut: bahwa ketidakpedulian sang imam dan orang Lewi dalam kisah tersebut didasarkan pada pola pikir social exchange. Teori pertukaran sosial (social exchange theory) berasumsi bahwa perilaku menolong ditentukan oleh besarnya imbalan yang diterima dengan pengorbanan yang diminimalkan.

Salah satu bentuk imbalan yang dapat diperoleh melalui menolong orang lain adalah rasa positif tentang diri sendiri. Hal lain yang mendorong perilaku menolong menurut teori ini adalah adanya konsep timbal balik. Dalam konsep ini perilaku menolong dilakukan untuk membalas kebaikan orang lain atau sebagai investasi agar di kemudian hari ada orang lain yang menolong kita bila kita membutuhkannya. Mereka jelas tidak akan merasa diuntungkan sesuatu apa pun seandainya mereka menolong si korban. Mereka juga tidak pernah merasa berhutang budi kepada si korban, dan mereka juga tidak merasa perlu untuk melakukan investasi dengan cara menolong si korban. Itulah sebabnya mereka mengambil keputusan untuk tidak menolong.

26

MENELADANI KRISTUS UNTUK PEDULI PADA SESAMA

NAFIRI JUN14.indd 26

6/23/14 7:18 AM


Orang Samaria ini tidak menggunakan pola pikir pertukaran sosial, melainkan pendekatan altruism & empathy Sebaliknya, dari sudut pandang psikologi sosial, tindakan orang Samaria ini adalah sebuah contoh di mana altruisme dapat mengalahkan pola pikir pertukaran sosial. Dari sudut pandang teori pertukaran sosial sangat jelas bahwa orang Samaria ini tidak memiliki alasan yang kuat untuk memberikan pertolongan. Malah sebaliknya, ada banyak faktor yang dapat disebutkan untuk membenarkan keputusannya seandainya ia tidak menolong orang tersebut. Namun orang Samaria ini tidak menggunakan pola pikir pertukaran sosial, melainkan pendekatan altruism and empathy. Altruism sebagaimana telah dijelaskan di atas adalah tindakan yang keluar dari rasa prihatin terhadap kesejahteraan orang lain, tanpa memikirkan kepentingan pribadi dan acapkali melibatkan pengorbanan yang tidak sedikit. Sedangkan empathy adalah kemampuan untuk mengalami situasi dan perasaan sama seperti yang dirasakan oleh orang yang sedang mengalaminya. Tentunya kasus yang dialami oleh kakek Suparman di Lampung dapat dihindari jika semua orang memiliki sikap altruis dan empati seperti yang dimiliki oleh orang Samaria dalam kisah perumpamaan Tuhan Yesus. Hal ini menuntut kerelaan kita untuk mau berkorban. Akhirnya, berdasarkan kasih dan kebenaran kita bangun manusia altruis, menjadi berkat bagi sesama untuk kemuliaan Tuhan / Penulis adalah lulusan Seminari Alkitab Asia Tenggara (SAAT) dan saat ini melayani di GKY BSD NAFIRI JUNI 2014

NAFIRI JUN14.indd 27

27

6/23/14 7:18 AM


f

kus

Meneladani Kristus Untuk Peduli Pada Sesama / Pdt. Dr. Agung Gunawan, Th.M.

M

eneladani Kristus merupakan suatu keharusan–bukan pilihan–bagi orang yang mengaku diri sebagai orang Kristen, karena Kristen berarti pengikut Kristus. Pengikut Kristus dipanggil untuk makin hari makin serupa dengan Kristus dengan cara meneladaniNya. Ada banyak keteladanan yang telah diberikan oleh Kristus semasa hidup dan pelayanan-Nya di dalam dunia. Salah satu teladan yang diberikan oleh Krsitus adalah kepedulian-Nya terhadap sesama manusia.

28

Pada masa hidup dan pelayananNya di dunia ini, Kristus selalu peduli terhadap manusia yang sarat dilanda berbagai duka nestapa. Dia juga sangat peduli pada mereka yang sakit dan banyak menyembuhkan orang yang buta dan timpang (Matius 21:14). Kristus juga peduli terhadap orang-orang yang mengalami kesedihan karena saudara yang mereka kasihi meninggal. Wujud kepedulian Kristus dinyatakan dengan membangkitkan Lazarus yang telah meninggal beberapa hari lamanya (Yohanes 11:43). Kebangkitan Lazarus membawa penghiburan dan sukacita bagi yang berduka.

MENELADANI KRISTUS UNTUK PEDULI PADA SESAMA

NAFIRI JUN14.indd 28

6/23/14 7:18 AM


Dia juga peduli terhadap banyak orang yang lapar saat mengikuti Dia untuk mendengarkan ajaran-Nya. Dia bahkan memikirkan kebutuhan jasmani mereka dan mengenyangkan mereka melalui mujizat lima roti dan dua ikan. Pada peristiwa yang lain, Kristus peduli terhadap keluarga pengantin yang panik karena kehabisan air anggur pada pesta pernikahan di Kana. Dia menghapus kepanikan dan rasa malu keluarga mempelai dengan mengubah air menjadi anggur. Ketika murid-murid-Nya sangat ketakutan karena perahu yang mereka tumpangi diserang oleh angin rebut, Dia menghardik dan meneduhkan angin ribut yang membawa ketenangan dan keheranan bagi murid-murid-Nya (Matius 8:23-27).

Puncak dari kepedulian Kristus tentunya adalah kepedulian-Nya bagi umat manusia yang berdosa. Melalui pengorbanan-Nya di atas kayu salib, Dia menggantikan kita orang yang berdosa agar kita boleh dibenarkan dan mendapatkan jaminan hidup yang kekal dan pemulihan yang sejati (1 Petrus 2:24). Di dalam Alkitab masih banyak lagi bukti kepedulian Kristus bagi umat manusia. Melalui berbagai contoh kepedulian Kristus ini, kita akan belajar tiga prinsip penting yang perlu kita miliki sebagai pengikut Kristus.

1. Kepedulian tanpa Membedakan Kepedulian yang ditunjukkan oleh Kristus adalah kepedulian yang bersifat universal; artinya, kepedulian ini berlaku untuk semua orang tanpa kecuali. Kristus tidak pernah memilih-milih serta membeda-bedakan orang dalam menunjukkan kepedulian-Nya. Dia peduli terhadap orang yang kaya dan juga kepada orang yang miskin. Kristus menaruh belas kasihan kepada mereka yang berpendidikan tinggi dan juga kepada mereka yang tidak atau kurang berpendidikan. Dia menunjukkan kasih-Nya kepada orang tua dan juga kepada anak-anak. Dia memperhatikan kaum laki-laki maupun perempuan. Dia menyatakan kemurahan-Nya kepada orang Yahudi maupun yang bukan Yahudi. NAFIRI JUNI 2014

NAFIRI JUN14.indd 29

29

6/23/14 7:18 AM


Sebagaimana Kristus memiliki kepedulian tanpa membeda-bedakan target pekeduliannya, kita juga harus melakukan hal yang sama. Di dalam kehidupan kita, baik di gereja ataupun di tengah-tengah masyarakat, kita harus peduli kepada semua golongan tanpa memilah-milah siapa dan bagaimana status sosial mereka. Saat ini kita hidup dalam dunia yang penuh dengan keegoisan. Banyak orang yang tidak mau peduli lagi pada orang lain, apalagi jika orang-orang itu dianggap tidak mendatangkan keuntungkan bagi diri mereka. Oleh sebab itu, manusia cenderung untuk pilih kasih dan sangat pilih-pilih dalam membantu orang lain. Sikap seperti ini ternyata juga banyak terjadi di dalam gereja hari ini. Banyak anggota gereja yang tidak mau peduli terhadap orang-orang yang memiliki kedudukan atau tingkat sosial lebih rendah rendah dari dirinya. Akibatnya di gereja cenderung terjadi pengelompokan yang menyebabkan tidak adanya kesatuan dan persatuan antar anggota. Kalau hal ini dibiarkan terus terjadi, lambat laun gereja akan dijauhi orang dan tidak diberkati oleh Tuhan. Gereja mula-mula adalah contoh gereja yang meneladani Kristus dalam hal kedulian tanpa membeda-bedakan. Semua anggota saling peduli satu dengan lain tanpa melihat perbedaan yang ada. Alhasil, gereja mula-mula disukai oleh semua orang dan diberkati oleh Tuhan dengan jiwa-jiwa baru (Kisah Para Rasul 2:41-47). 2. Kepedulian tanpa Pamrih Kristus menunjukkan kepedulian-Nya kepada semua orang tanpa pamrih. Kristus tidak mengharapkan balasan terhadap apa yang Ia lakukan kepada semua orang. Dia tidak mencari keuntungan pribadi dibalik perbuatan-Nya menolong umat manusia. Dia tidak memiliki agenda tersembunyi di balik kepedulian yang Dia nyatakan kepada semua orang. 30

MENELADANI KRISTUS UNTUK PEDULI PADA SESAMA

NAFIRI JUN14.indd 30

6/23/14 7:18 AM


Dia tidak mencari pujian atas apa yang dilakukan-Nya bagi orang lain. Justru sebaliknya, Dia beberapa kali meminta orangorang yang pernah ditolong agar tidak menceritakan apa yang dialaminya kepada orang lain. Bagi Kristus, kepedulian yang Dia tunjukkan pada orang lain semata-mata di dasarkan atas kasih-Nya yang besar bagi umat manusia yang menderita. Kasih inilah yang mendorong Krsitus turun dari surga untuk lahir dalam kandang yang hina dan mati di kayu salib bagi keselamatan manusia yang akan binasa. Oleh karena kasih inilah, tanpa memedulikan diri-Nya sendiri, Kristus rela berkorban menjadi tumbal dosa umat manusia, ini adalah kasih agape yang tanpa pamrih. Teladan Kristus ini seharusnya juga dipraktekkan oleh pengikut-pengikutNya. Namun sangat disayangkan, hari ini banyak sekali orang Kristen yang terpengaruh oleh dunia yang selalu menghitung untung rugi dalam melakukan sesuatu bagi orang lain. Kalau apa yang dilakukan kepada orang lain membawa keuntungan yang besar, maka mereka akan semangat melakukannya. Namun, bila yang dia lakukan pada orang lain tidak membawa keuntungan, apalagi kalau justru merugikan, maka jangan harap mereka akan melakukan sesuatu kepada sesamanya. Inilah realita yang terjadi di banyak gereja hari ini. Gereja mula-mula sungguh-sungguh meneladani Kristus dalam hal melaksanakan kepedulian kepada sesama dengan tanpa pamrih. Jemaat gereja mula-mula tidak sedikit pun memperhitungkan untung rugi saat memberi bantuan kepada sesamanya. Bahkan mereka rela berkorban dengan menjual sebagian hartanya untuk dibagikan kepada orang lain yang membutuhkan. Inilah tanda murid Kristus yang sejati. Alhasil gereja seperti ini sangat diberkati oleh Tuhan.

NAFIRI JUNI 2014

NAFIRI JUN14.indd 31

31

6/23/14 7:18 AM


3. Kepedulian tanpa Peduli Kristus juga memberikan keteladanan dalam kepedulian-Nya kepada orang lain dengan tanpa peduli apa yang diterima-Nya sebagai balasan atas apa yang telah Ia lakukan bagi orang lain. Walaupun Kristus telah menunjukkan kepedulian-Nya tanpa membeda-bedakan dan tanpa pamrih kepada orang-orang yang membutuhkan pertolongan, namun Ia tidak mendapatkan balasan yang seharusnya Ia dapatkan. Justru Kristus mendapatkan balasan yang sangat menyakitkan. Orang-orang yang pernah ditolong-Nya berbalik membenci dan meneriakkan kata-kata agar Dia disalib. Dia disiksa, diludahi, dihina, diberi mahkota duri, dan bahkan dipaku di kayu salib. Walaupun mendapat perlakuan yang demikian, Kristus tidak menyesali atas apa yang pernah Ia lakukan bagi mereka. Dia bahkan mendoakan mereka agar Bapa di surga mengampuni karena mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat. Teladan Kristus ini harus menjadi bagian dalam hidup para pengikut-Nya. Fakta menunjukkan bahwa hal ini sangat sulit untuk dilakukan. Tidak mudah untuk menaruh kepedulian kepada seseorang yang tidak tahu berterima kasih. Sangat sulit untuk tetap menyatakan kasih kepada orang-orang yang ‘membalas air susu dengan air tuba’. Bukan perkara mudah mendoakan pengampunan bagi orang tidak menghargai pertolongan kita atau yang berbuat jahat kepada kita. Namun, sebagai pengikut Kristus, kita harus belajar dari Dia yaitu tanpa peduli balasan apa yang akan kita terima.

32

MENELADANI KRISTUS UNTUK PEDULI PADA SESAMA

NAFIRI JUN14.indd 32

6/23/14 7:18 AM


Bagaimana dengan kita? Sudahkan kita meneladani Kristus dengan cara peduli kepada sesama tanpa membedakan, tanpa pamrih dan tanpa peduli balasan yang akan kita terima? Marilah kita mohon kekuatan dari Kristus agar kita dimampukan untuk meneladani Dia untuk terus peduli kepada sesama. Soli Deo Gloria

/ Penulis adalah dosen bidang konseling dan Rektor Sekolah Tinggi Teologia (STT) Aletheia, Lawang, Jawa Timur.

NAFIRI JUNI 2014

NAFIRI JUN14.indd 33

33

6/23/14 7:18 AM


Yosi Project Pop:

Ta le nta d ari Tuhan

Harus

Dipertanggu ngjawabkan / Nico Tanles Tjhin

Tim NAFIRI sempat kewalahan untuk mengatur jadwal interview dengan Yosi. Dengan jadwal syuting dan pelayanan yang begitu padat, akhirnya kami memutuskan untuk mewawancarai salah satu anggota Project Pop ini melalui pesawat telepon. Ketika dihubungi pun, Yosi sedang berada di dalam perjalanan dari tempat syuting satu ke tempat syuting yang lain. Karena perjalanan tersebut tersendat macet, Yosi memanfaatkan waktu yang minim tersebut untuk diwawancarai tim NAFIRI. 34

K

etika menceritakan tentang kisah hidupnya, Yosi memberikan kesan yang ramah dan supel. Ketenaran tidak membuat dirinya tinggi hati dalam berinteraksi dengan siapa pun. Yosi menjadi salah satu artis Kristen yang patut diteladani hidupnya karena ia bertumbuh dalam keluarga yang mendidiknya untuk menjadi pengikut Yesus yang setia.

MENELADANI KRISTUS UNTUK PEDULI PADA SESAMA

NAFIRI JUN14.indd 34

6/23/14 7:18 AM


NAFIRI JUNI 2014

NAFIRI JUN14.indd 35

35

6/23/14 7:18 AM


Pada masa kecilnya, anak pertama dari empat bersaudara ini tidak pernah bercita-cita menjadi seorang public figure. Yosi mempunyai bakat dan kesenangan seperti ayahnya, yaitu menggambar. Bahkan ketika lulus SMA, Yosi mengincar jurusan kuliah yang ada hubunganya dengan design, seperti arsitektur di ITB. Namun justru Tuhan mengarahkan Yosi untuk mengambil jurusan Hubungan Internasional di Universitas Parahyangan. Melalui momen inilah Tuhan mempertemukan Yosi dengan Project P (pendiri Project Pop) yang pada akhirnya membuat Yosi melahirkan karya-karya luar biasa untuk dinikmati para pencinta musik Indonesia. Diubahkan Tuhan Ayah Yosi adalah seorang pegawai bank swasta. Beliau sering sekali ditugaskan perusahaan ke berbagai tempat untuk bekerja. Keadaan ini membuat Yosi sekeluarga harus berpindah-pindah tempat tinggal semasa Yosi sekolah. Mulai dari Manado, Ujung Pandang, Tegal, Jakarta dan juga Singapore. Ketika menduduki bangku SMP di Negeri Singa, Yosi diberikan kesempatan untuk mengikuti retret gereja di Pulau Sentosa. Dia ditantang untuk maju ke depan altar menjadi pengikut Yesus. Yosi sadar pada waktu itu umurnya 36

masih tergolong muda, dan ketika orang-orang dewasa yang terpanggil menangis, dia tidak. Namun Yosi masih ingat, sejak dia membuat komitmen tersebut, hidupnya banyak diubahkan oleh Tuhan. Kebiasaannya sejak saat itu adalah berdialog dengan Roh Kudus dimana pun dan kapan pun, seperti ketika makan atau mengendarai mobil. Fondasi iman Kristen yang terbentuk di dalam diri Yosi sejak kecil memampukan ayah dari dua anak ini menjadi garam terang di kalangan artis. Sebenarnya Yosi sendiri ketika diwawancarai tim NAFIRI mengakui bahwa ia pernah menjadi remaja yang nakal. Hanya saja ia selalu belajar dari kesalahannya dan ingin menjadi orang yang bijaksana dalam melangkahkan kaki. Ia selalu berusaha memberikan contoh kepada teman-teman artis lain dalam menjalani hidup yang sesuai dengan firman Tuhan. Saat ini Yosi berjemaat di Jakarta Praise Community Church (JPCC) dan aktif melayani sebagai worship leader di gerejanya ketika ada acara-acara besar terutama di komunitas remaja dan pemuda. Hanya saja, karena jadwal kerja di Project Pop seringkali jatuh di akhir pekan, Yosi memutuskan untuk tidak mengambil kegiatan pelayanan rutin seperti pelayan mimbar di kebaktian umum dan pelayan sekolah Minggu.

MENELADANI KRISTUS UNTUK PEDULI PADA SESAMA

NAFIRI JUN14.indd 36

6/23/14 7:18 AM


Pertimbangannya adalah, ia tidak ingin menjadi batu sandungan bagi teman-teman Project Pop yang lain. Hampir semua klien meminta Project Pop tampil dengan personil yang lengkap, sedangkan Yosi sadar bahwa tidak mungkin ia menolak begitu banyak tawaran untuk manggung, ketika teman-teman yang lain juga membutuhkan pekerjaan guna menghidupi keluarganya masingmasing. Tetap Mengutamakan Keluarga Walaupun sangat padat jadwal pekerjaan dan pelayanannya sebagai public figure, namun Yosi tetap memprioritaskan kepentingan keluarga di atas kepentingan-kepentingan lainnya. Bukan berarti dengan sibuknya pelayanan di sana-sini seorang ayah boleh mengabaikan keluarganya. Bagi Yosi, keluarga adalah aspek utama dalam kehidupan yang perlu diperhatikan dan dibina dengan baik, karena semuanya berangkat dari keluarga. Ketika tim NAFIRI bertanya kepada Yosi apakah ada cita-cita atau tujuan hidup yang belum dicapainya, Yosi menjawab, “Saya bukan termasuk orang yang beridealisme tinggi, tetapi saya juga bukan orang yang mudah puas. Saya hanya ingin dipakai Tuhan sesuai dengan talentatalenta yang Dia sudah berikan.

Karena talenta-talenta tersebut perlu dipertanggungjawabkan di hadapan Tuhan�. Walaupun belum ada rencana pasti, Yosi ingin membuat sesuatu yang besar lagi di dunia pelayanan gereja, musik, dan entertainment. Sadar bahwa manusia harus bergerak meraih kesempatan yang sudah disediakan Tuhan, Yosi tidak ingin terus berada di zona nyamannya. Meneladani Ayah dan Ibu Dalam hidupnya, Yosi mempunyai dua orang figur yang selalu menjadi teladan, yaitu ayah dan ibunya. Ayahnya adalah pendidik anak yang keras. Ketika anakanaknya nakal, mereka akan dipukul dengan ikat pinggang. Hal ini tidak membuat Yosi berpikiran negatif terhadap ayahnya, karena ia paham bahwa ketika ayahnya kecil beliau dididik dengan jauh lebih keras oleh kakeknya. Justru karena ayahnya, sekarang Yosi menjadi pribadi yang tegas, yang berani mengatakan tidak untuk sesuatu yang bertentangan dengan nilai-nilai Kristiani.

NAFIRI JUNI 2014

NAFIRI JUN14.indd 37

37

6/23/14 7:18 AM


Yosi bersyukur karena sekarang ayahnya sudah bertobat dan menjadi gembala sidang di sebuah gereja. Dari ibunya Yosi belajar dalam hal bersabar, “Ibu saya adalah orang yang paling sabar yang pernah saya kenal. Karena kesabarannya itulah, dia menjadi orang yang paling bahagia. Kesabaran sangat susah diterapkan, namun tetap bisa dilatih,” ujar artis yang hobi bermain basket ini

Bi od ata

Nama lengkap : Hermann Josis Mokalu Nama Panggilan : Yosi Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 27 November 1970 Riwayat pendidikan : S1 Hubungan Internasional – Universitas Parahyangan S2 Strategi Manajemen – PPM School of Management Hobi : Bermain basket Motto hidup : • Everything happens for a reason • Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenaran-Nya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu (Matius 6:33) Email address 38

: yosi_mokalu2@yahoo.com

MENELADANI KRISTUS UNTUK PEDULI PADA SESAMA

NAFIRI JUN14.indd 38

6/23/14 7:18 AM


NAFIRI JUNI 2014

NAFIRI JUN14.indd 39

39

6/23/14 7:18 AM


EVENT NOTES

Jumat Agung 18 April 2014

Lihatlah Anak Domba Allah

D

rama Musikal “Karya Agung Penebusan� membuka peringatan Jumat Agung gabungan GKY BSD, Gading Serpong dan Pamulang. Lewat drama itu, jemaat disuguhkan perjalanan panjang manusia ketika diciptakan, jatuh ke dalam dosa, rentetan dosa sejak zaman Nuh, penyertaan Allah pada Yosua dan Daud, sampai pada kehadiran dan kematian Yesus di dunia. Sekitar 1.000 jemaat yang mengisi kursi Harvest Dome, Karawaci menikmati menit-menit dramaturgi yang diperankan oleh jemaat GKY BSD, Gading Serpong dan Pamulang. Khotbah yang dibawakan oleh Pendeta Radjali Ramli juga menggarisbawahi rentetan perjalanan ribuan tahun umat manusia. Di Kejadian 22, pada zaman Abraham, domba dipakai untuk korban sebagai pengganti Ishak. Di sini untuk pertama kalinya muncul konsep penggantian. Sebelum keluar dari Mesir, penyelamatan anak sulung bangsa Israel disimbolkan oleh domba yang harus disembelih dan darahnya diusapkan ke pintu rumah. Kalau diperhatikan lebih rinci, terjadi perluasan. Dari seorang Ishak, menjadi sebuah keluarga.

40

MENELADANI KRISTUS UNTUK PEDULI PADA SESAMA

NAFIRI JUN14.indd 40

6/23/14 7:18 AM


Perluasan kembali terjadi seperti tercantum pada Imamat 15 dan 16. Anak domba dikorbankan bukan hanya untuk satu orang, atau satu keluarga, tetapi seluruh bangsa yaitu Israel. Pada puncaknya, Yohanes 1:29 menyebutkan, “Lihatlah Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia.” Dosa telah berkuasa atas manusia dan telah ditetapkan bahwa Yesus Kristus adalah Anak Domba Allah yang harus menghapus dosa dunia. Jumat Agung adalah sebuah momen yang penting dalam kehidupan kita karena kita sebagai orang berdosa menyaksikan darah dicurahkan untuk mendamaikan kita dengan Allah. “Dan hampir segala sesuatu disucikan menurut hukum Taurat dengan darah, dan tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan.” (Ibrani 9:22) Di sinilah puncak kasih Allah pada manusia. Cinta Allah sebenarnya tidak ditunjukkan dengan materi berlimpah, atau hidup tanpa musibah dan kemalangan. Allah mengasihi manusia dengan mencurahkan darah Anak Domba Allah pada saat kita masih berdosa. Lalu apa? Kita toh tidak bisa menepuk dada sebagai orang yang suci tak berdosa. Darah itu dicurahkan agar kita bisa melayani. Bayangkan, sepatu yang kotor, usai dibersihkan. Apakah kemudian hanya untuk diletakkan di lemari? Tentu tidak bukan? “Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristus pun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya.” (1 Petrus 2:21) / Edna Pattisina

NAFIRI JUNI 2014

NAFIRI JUN14.indd 41

41

6/23/14 7:18 AM


EVENT NOTES

Minggu Paskah 20 April 2014

Kembalinya Sang Gembala Agung

Y

esus Kristus adalah Gembala Agung yang diberikan Allah pada manusia. Allah yang membangkitkan Gembala Agung dari antara orang mati. Inilah tema khotbah yang dibawakan oleh Pdt Radjali Ramli pada Minggu Paskah. Bahkan sejak awal manusia jatuh ke dalam dosa, Allah telah memberi pengharapan sebagaimana tertulis dalam Kejadian 3:15, “Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya.” Bagian “antara keturunanmu dan keturunannya” merujuk pada terjadinya Natal, “keturunannya akan meremukan kepalamu” merujuk pada kebangkitan, sementara bagian terakhir merujuk pada kematian Yesus di salib. “Dalam sastra Ibrani, bagian paling penting selalu ditaruh di tengah, yaitu kebangkitan Kristus yang mengalahkan

42

MENELADANI KRISTUS UNTUK PEDULI PADA SESAMA

NAFIRI JUN14.indd 42

6/23/14 7:18 AM


maut dan setan,� kata Pdt Radjali. Apa konsekuensi adanya Gembala Agung bagi kita? Seperti tercantum dalam Mazmur 23, Gembala Agung menjaga kita hari ini sampai selama-lamanya. Gembala Agung menyediakan istirahat, pemulihan, penyegaran, bimbingan, ujian, perlindungan, disiplin dan ganjaran, pengharapan, kelimpahan, sampai berkat Tuhan. Kita tidak usah takut. Menjadi domba Allah berarti Allah memperlengkapi kita. Hal ini tercantum dalam Ibrani 13:21, “Kiranya memperlengkapi kamu dengan segala yang baik untuk melakukan kehendak-Nya, dan mengerjakan di dalam kita apa yang berkenan kepada-Nya, oleh Yesus Kristus. Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya! Amin.� Segala perlengkapan itu diberikan Allah agar kita bisa melakukan kehendak Allah (2 Korintus 9:8). Ada pekerjaan yang diberikan bagi kita masing-masing yang telah Tuhan siapkan. Bahkan, Allah bekerja di dalam kita. Ini juga yang digambarkan dalam drama paskah. Maria ibu Yesus beserta Maria yang dilepaskan dari tujuh roh jahat sedih karena Yesus pergi meninggalkan mereka. Iman Maria ibu Yesus mengatakan, ia yakin rencana Allah yang terbaik. Murid Yesus, Thomas yang sifatnya skeptis kemudian setelah menyentuh Yesus menjadi penginjil sampai ke India. Iman dan kesaksian Thomas yang meneguhkan kita. / Edna Pattisina

NAFIRI JUNI 2014

NAFIRI JUN14.indd 43

43

6/23/14 7:18 AM


MALALA

yang Mendahului Kita

44

MENELADANI KRISTUS UNTUK PEDULI PADA SESAMA

NAFIRI JUN14.indd 44

6/23/14 7:18 AM


S / Titus Jonathan /

Ketika pada bulan Oktober 2012 saya membaca berita bahwa seorang gadis cilik (remaja) berumur 15 tahun ditembak oleh Taliban di Pakistan, saya menganggapnya kabar biasa saja.

iap a yang kaget jika hal itu terjadi di Pakistan? Negara ini dikoyak teror dan pertikaian tak habis-habisnya. Bumi Pakistan sudah biasa berlumur darah, darah rakyatnya maupun pemimpinnya. Kelompok ekstrem bebas berkeliaran, memangsa dan membunuh mereka yang dianggap berbeda, termasuk pemimpin bangsanya sendiri: Liaquat Ali Khan, Zulfikar Ali Bhutto, Zia Ulhaq, Benazir Bhutto. Yang saya baca pada waktu itu adalah gadis cilik tersebut ditembak karena nekat tetap sekolah. Taliban memang sangat keras menerapkan hukum syariat Islam, terutama larangan-larangan terhadap kaum perempuan, salah satunya adalah larangan bersekolah bagi perempuan. Tetapi membunuh seorang gadis remaja karena nekat pergi sekolah sungguh mengerikan. Kemudian berita tentang penembakan gadis remaja tersebut–yang kemudian diketahui bernama Malala Yousafzai– menggelinding dengan cepat dan mendapat perhatian seantero dunia. Dunia internasional mengutuk Taliban atas peristiwa itu. Media massa menyuguhkan cerita demi cerita tentang Malala setiap hari. Ternyata, Malala diserang dan hendak dibunuh bukan sekedar lantaran ia nekat ke sekolah (saja), melainkan karena ia begitu giat melakukan campaign ke seluruh negeri memperjuangkan anak-anak perempuan Pakistan untuk sekolah. NAFIRI JUNI 2014

NAFIRI JUN14.indd 45

45

6/23/14 7:18 AM


Maut memang belum waktunya datang menjemput. Malala ternyata tidak tewas walaupun peluru menembus kepalanya. Ia ditembak dari jarak yang sangat dekat. Sedetik sebelum ia terkapar bersimbah darah di dalam bus sekolah yang ia tumpangi bersama teman-temannya, ia mendengar pembunuh itu bertanya, “Who is Malala?” Lalu detik itu gelaplah semuanya baginya. Teman-temannya yang mengerumuni tubuhnya dengan jerit dan tangis terhenyak ketika salah seorang gadis berteriak “She’s alive!” setelah ia merasakan leher Malala yang terciprat darah itu masih berdenyut. Di perjalanan menuju rumah sakit terdekat, ayahnya, Ziauddin, berbisik gemetar di telinganya: “My daughter, you are my brave daughter, my beautiful daughter.” Ibunya, Maryam, dengan terisak berkata,

God, “ I entrust her to You. You are my Protector. She was under Your care and You are bound to give her back.

Setelah beberapa waktu dirawat di rumah sakit itu, akhirnya Malala harus diterbangkan ke Birmingham, Inggris, dan detik-detik antara hidup dan mati harus dilewatinya selama operasi berlangsung untuk mengeluarkan puluhan peluru yang bersarang di kepalanya. Kejadian yang sangat dramatis itu kemudian mengusik hati saya: Dengan berondongan peluru dari jarak yang sedekat itu dan ia masih hidup, pasti ada tangan yang tak kelihatan menolongnya, bukan? Siapa? Bukankah hanya Tuhan yang berkuasa atas nyawa manusia? Bukankah Tuhan mengontrol jalannya alam semesta dan segala sesuatu di dalamnya termasuk negara, penguasa, seluruh umat manusia termasuk Malala sendiri? Malala adalah gadis remaja Muslim. Apa yang ia doakan setiap hari sebelum ia ditembak? Apakah Tuhan mendengar doa Malala dan ibunya? Ketika saya bercerita kepada anak saya sewaktu perjalanan mengantarnya ke sekolah, ia bertanya: “It was God who saved Malala, right?” Akhirnya Malala sembuh dan pulih. Beberapa bulan kemudian, tepat di hari ulang tahunnya yang ke-16, pada tanggal 12 Juli 2013 Malala diundang oleh PBB untuk menyampaikan pidato di markas PBB di New York. Ia masih belia sekali, 16 tahun, tetapi visi dan pemikirannya begitu besar, jauh ke depan dan mendunia (Ah, apa aktivitas saya ketika saya berumur 16 tahun?) 46

MENELADANI KRISTUS UNTUK PEDULI PADA SESAMA

NAFIRI JUN14.indd 46

6/23/14 7:18 AM


Kalimat demi kalimat yang meluncur dari mulutnya menyihir pendengarnya di ruangan itu. “Negara yang kuat bukanlah negara yang mempunyai senjata atau bom, melainkan negara yang masyarakatnya terpelajar, bermoral, mampu menyelenggarakan pendidikan dan menjunjung tinggi persamaan hak antara lakilaki dan perempuan.” Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki Moon mengatakan, “She is our hero.” Berkalikali tepuk tangan terdengar bergemuruh menyambut kalimat-kalimatnya selama ia pidato. Seluruh audience memberikan standing ovation bahkan ketika pidatonya belum selesai. Yang mengejutkan, ia mengatakan banyak kalimat yang mengingatkan orang tentang ajaran Yesus Kristus. “Saya tidak akan membenci talib (Talib artinya murid) yang menembak saya. Walaupun ada senapan di tangan saya dan ia berdiri tepat di depan saya, saya takkan menembaknya,” katanya. Apakah Malala sedang berbicara tentang kasih? Dari manakah butir-butir mutiara kasih itu diperolehnya? “Saya ingin agar pendidikan juga dinikmati oleh anak-anak Taliban dan semua teroris dan ekstremis,” katanya tegas. Kalimat-kalimat senada sungguh amat langka diucapkan oleh seorang Muslim, bahkan oleh ulama besar sekalipun. Tetapi

Malala berpidato di markas PBB di New York, 12 Juli 2013 NAFIRI JUNI 2014

NAFIRI JUN14.indd 47

47

6/23/14 7:18 AM


gadis remaja yang dilahirkan di sebuah negeri yang dikoyak konflik dan berlumuran darah ini begitu menghayati ajaran kasih. Apakah ia pernah berjumpa secara pribadi dengan Yesus Kristus? Satu tahun setelah peristiwa penembakan itu, terbitlah buku otobiografi gadis remaja tersebut yang diberi judul I am Malala yang ditulis oleh Christina Lamb, seorang wartawan yang bertugas di Pakistan dan Afghanistan sejak tahun 1987. Saya membeli buku ini dan di buku inilah saya bisa mengenalnya lebih dekat. Saya baca dan tidak bisa berhenti untuk membalik halaman-halaman berikutnya. Di buku itu saya melihat wajah Muslim yang diperankan oleh Malala sebagaimana ekspektasi setiap orang yang cinta damai. Begitulah seharusnya seorang Muslim yang beriman dan taat kepada Allahnya. Ia begitu yakin bahwa Allah mendengarkannya, bahkan ketika sehari-hari ia berada di ujung teror. Harusnya Pakistan bangga karena bumi mereka yang gersang akan kedamaian itu mendapat tetesan embun yang menyejukkan. Harusnya setiap Muslim yang membaca buku yang sarat dengan perjuangan demi memanusiakan manusia khususnya kaum perempuan itu berkomentar: “She is a true Muslim.” Kehidupan seorang Malala membuka cadar betapa devotion kepada Tuhan dibuktikan dengan perjuangan mulia untuk peduli pada sesama, sesuatu yang lebih esensial daripada simbol-simbol agama. “I don’t cover my face because I want to show my identity,” katanya. Ia begitu yakin kepada Siapa ia dedikasikan penyembahannya. Sebab itu ancaman bom dan Kalashnikov tak pernah membikinnya gentar. Ia sedih melihat begitu banyak rakyat Pakistan yang buta huruf. “Kaum perempuan di negara kami tidak bisa mengecap pendidikan. Kami hidup dan tinggal di tempat dimana sekolah-sekolah dihancurkan. Tak ada hari tanpa pembunuhan, paling sedikit terhadap seorang manusia di Pakistan,” katanya. “Jika orang Kristen, Hindu dan Yahudi adalah musuh kita–seperti yang dikatakan banyak orang, mengapa kami yang Muslim juga saling berperang?” tanyanya. Bagi Malala, tak ada kerinduan yang lebih dalam daripada melihat negerinya damai dan anak-anak bisa ke sekolah. Maka pada umur semuda itu ia telah dicalonkan sebagai kandidat penerima Nobel Perdamaian tahun 2013. Walaupun di 2013 ia tidak terpilih, ia dicalonkan kembali untuk merebut Nobel Perdamaian 2014. Mungkinkah Tuhan Yesus mengabaikan orang macam ini? Dari perspektif hubungan antar manusia, jika kita percaya bahwa Tuhan Yesus 48

MENELADANI KRISTUS UNTUK PEDULI PADA SESAMA

NAFIRI JUN14.indd 48

6/23/14 7:18 AM


mengasihi Malala, kitapun sebagai orang Kristen seharusnya mengasihi orangorang Muslim. Inilah yang ditekankan oleh Ev. Bedjo Lie pada seminar baru-baru ini bahwa kita wajib mengasihi Muslim. Menurut saya, tekad ini perlu diperkuat gaungnya agar menjadi sebuah dorongan di tengah-tengah pergaulan kita di Negara Indonesia yang mayoritas penduduknya adalah Muslim. Hubungan antara kita orang Kristen dan orang-orang Muslim selama ini memang menjadi kagok karena tidak terbiasa. Stigma bahwa orang-orang Muslim memusuhi orang Kristen begitu melekat pada pikiran kita. Mungkin baik kita maupun mereka saling menunggu. Ketika kita diam, mereka diam, dan tak ada yang mau memulai, maka komunikasi jadi semakin berjarak dan menimbulkan rasa saling curiga. Kita perlu mengingat Muslim yang betul-betul Muslim, yang hatinya lebih terbuka, mengerjakan kebaikan pada sesama lebih daripada mereka yang hanya mengutamakan ritual agama. Malala tidak pernah memperalat agamanya. Ia justru meyakini perjuangan yang ia lakukan untuk mengentaskan kebodohan perempuan-perempuan yang terbelenggu lebih diperlukan ketimbang jihad dengan mengangkat senjata. Memang kekerasan atas nama agama masih saja terjadi hingga saat ini, dan kita sadar bahwa gereja merupakan salah satu target – target untuk dibelenggu, dihambat bahkan dianiaya. Tetapi, apakah dengan demikian kita harus membatalkan perintah Yesus: “Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu”? Ini perintah Yesus, tetapi justru Malala telah lebih dulu melakukannya terhadap Taliban, sedangkan kita masih menunggu. Apakah mengasihi Muslim adalah perintah Yesus Kristus kepada kita? Ketika Yesus ditanya oleh Ahli Taurat mengenai perintah yang terpenting, Ia menjawab tentang mengasihi sesama. Tetapi ketika orang itu berdalih dan mempertanyakan “Siapakah sesamaku itu?” Yesus tidak menjawab secara straight forward, melainkan menyampaikan cerita tentang The Good Samaritan yang terkenal itu. Apakah Muslim adalah sesama kita? Kita boleh-boleh saja bangga mengklaim bahwa kita adalah umat pilihan Allah dan telah diselamatkan oleh kematian dan kebangkitan Yesus Kristus, tetapi sampai kita mau melakukan perintah Tuhan secara utuh, maka – seperti kata Albert Einstein – Before God we are all equally wise, and equally foolish

It’s clearly more important to treat one’s fellow man well than to be always praying and fasting and touching one’s head to a prayer mat. / Naguib Mahfouz NAFIRI JUNI 2014

NAFIRI JUN14.indd 49

49

6/23/14 7:18 AM


Pdt. Agus Gunawan, Ph.D (Cand.) Tentang kepemimpinan Kristen, pentingnya peranan pemimpin dan teamwork dalam organisasi 50

MENELADANI KRISTUS UNTUK PEDULI PADA SESAMA

NAFIRI JUN14.indd 50

6/23/14 7:18 AM


Leadership

Memiliki Potensi Berbahaya dalam Dirinya / Anton Utomo /

D

i sela- sela pelayanannya ke GKY BSD saat Parents’ Day Mei lalu, NAFIRI berkesempatan berbincang panjang dengan Pdt. Agus Gunawan sambil makan siang bersama di sebuah resto khas Solo di area perumahan Melati Mas. Pimpinan Sekolah Tinggi Teologi Bandung (STTB) ini menguraikan banyak hal yang berhubungan dengan kepemimpinan Kristen dan beragam topik lain seputar organisasi dan peran para pemimpin gereja dalam mengemban tugas yang diamanatkan Tuhan kepada mereka. Berikut adalah petikannya. NAFIRI JUNI 2014

NAFIRI JUN14.indd 51

51

6/23/14 7:18 AM


Nafiri (NF): Sebenarnya apakah definisi kepemimpinan Kristen? Apakah berbeda dengan kepemimpinan sekuler, misalnya di dunia usaha? Pdt. Agus Gunawan (AG): Bila kita mengamati kata Kristen, apakah itu sekedar ‘tempelan’ yang membedakan dengan jenis kepemimpinan lain, atau kata itu yang justru mewarnai dan memberi makna yang berbeda dengan jenis kepemimpinan umumnya? Menurut saya, kekristenan harus merupakan content utama. Artinya kekristenan yang berlandaskan Alkitab merupakan filosofi dasar yang menentukan nilai-nilai dan pendekatan pada sistem kepemimpinan Kristen. Seringkali kita juga membuat dikotomi (pembedaan, red) kepemimpinan sekuler dengan kepemimpinan Kristen. Banyak yang beranggapan kepemimpinan Kristen hanya cocok untuk di gereja dan institusi Kristen saja. Tentu saja ini tidak benar! Karena dunia ini milik Tuhan, seharusnya kepemimpinan Kristen yang didasarkan pada Alkitab dapat diterapkan di mana pun, pada organisasi yang berorientasi profit maupun non-profit, termasuk tentu saja dalam dunia usaha sehari-hari. NF: Tapi, bukankah seringkali kita mendengar banyak resistensi dan perasaan curiga saat pola kepemimpinan Kristen diterapkan di institusi umum? AG: Yang ditolak adalah hadirnya simbol-simbol keagamaaan secara mencolok. Kita tidak perlu memasang salib dan memajang Alkitab di ruang terbuka untuk menerapkan pola kepemimpinan Kristen. Yang terutama adalah nilai-nilai Kristen dan pendekatan Kristiani yang diterapkan dalam organisasi tersebut. Tak ada yang bertentangan dengan nilai apa pun dalam masyarakat saat nilai-nilai Ilahi diterapkan dalam sebuah organisasi. Bahkan, bila kita telusuri buku-buku manajemen dan kepemimpinan mutakhir, seperti Leadership Challenge-nya Barry Posner, atau Servant Leadership yang sangat terkenal-jika kita telaah mendalam – semuanya didasarkan pada ajaran Alkitab. Mengapa manajemen sekuler menggali kedalaman Alkitab untuk mencapai kemajuan, sedangkan orang Kristen malah meninggalkannya? 52

MENELADANI KRISTUS UNTUK PEDULI PADA SESAMA

NAFIRI JUN14.indd 52

6/23/14 7:18 AM


NF: Dalam dunia sekuler, memimpin bawahan serasa lebih mudah karena mereka bekerja untuk upah. Mereka juga berusaha menampilkan yang terbaik agar tidak kehilangan pekerjaan yang merupakan sumber utama penghasilan bagi keluarganya. Reward and punishment tampak jelas dan efektif menggerakkan karyawan untuk mencapai target perusahaan. Namun, keadaan yang berbeda ditemukan di gereja. Banyak jemaat yang melayani dengan seadanya, tanpa komitmen dan semangat yang membara. Bagaimana caranya agar para aktivis di gereja juga bisa melayani dengan antusias saat melayani jemaat ? AG: Saya justru melihat hal yang sebaliknya! Di gereja, semua orang, mulai dari jemaat biasa, aktivis, majelis, hamba Tuhan sampai gembala, semuanya punya tujuan yang sama, yaitu memuliakan Tuhan. Mereka melakukan pelayanan bukan sekedar untuk mengejar upah atau uang, namun untuk sesuatu yang jauh lebih mulia. Kita sering mendengar para pelayan di gereja bekerja keras sampai jauh malam. Mereka bersedia mengorbankan uang, waktu, bahkan diri mereka untuk kemajuan gereja. Mengapa ini bisa terjadi? Kata kuncinya adalah motivasi. Seharusnya seorang pemimpin dapat memotivasi orang agar mereka dapat melakukan tugasnya dengan sepenuh hati. Saat orang termotivasi, ia bisa melakukan lebih dari yang bisa kita bayangkan. NF: Kalau begitu, peran seorang pemimpin sangat menentukan. AG: Benar sekali. Pemimpin adalah figur kunci keberhasilan sebuah organisasi. Bukan berarti ia manusia super, namun keberhasilannya dicapai melalui teamwork yang kokoh. Kemampuannya memilih dan menempatkan orang sesuai dengan keahlian dan talentanya akan sangat menunjang kemajuan organisasi tersebut. Teamwork yang solid bukan hanya berarti kerja bersama-sama. Itu hanyalah level terendah dari suatu kelompok kerja. Namun, tim yang bisa saling melengkapi dan mendukung satu dengan lainnya akan membentuk highly effective team. Untuk membentuk tim yang sangat efektif, tentu dibutuhkan kepemimpinan yang transformational, yang mampu mengubah orang yang dipimpinnya melalui visi, motivasi dan inspirasi yang ditularkannya. Ini berlawanan dengan teori kepemimpinan transaksional, yang hanya menekankan reward and punishment. NAFIRI JUNI 2014

NAFIRI JUN14.indd 53

53

6/23/14 7:18 AM


Saat ini, di tengah kesibukannya memimpin STTB, Pdt. Agus sedang menyelesaikan pendidikan doktoral bidang Educational Studies di Biola University, CA, USA. Desertasinya antara lain membahas pengembangan teamwork antara pelayan (aktivis) awam dan hamba Tuhan.

NF: Menurut Bapak, apakah seorang pemimpin itu dilahirkan atau dibentuk? AG: Memang ada dua macam teori tentang hal ini. Sebagian mengatakan pemimpin muncul karena bakat dan talenta, yang lain mengatakan pemimpin dapat dibentuk. Menurut saya keduanya benar. Akan lebih mudah membentuk seorang pemimpin bila ia memiliki bakat. Sama seperti anggota-anggota paduan suara yang memiliki talenta suara baik tentu lebih mudah dibentuk menjadi tim yang hebat. Namun, walaupun punya bakat memimpin, bila tidak diasah dan dibentuk, ia akan menjelma menjadi pemimpin yang buruk. NF: Seperti apa pemimpin yang buruk itu? AG: Ingat! Leadership mempunyai potensi yang sangat berbahaya di dalam dirinya. Tanpa tanggung jawab dan self awareness, muncullah fenomena yang belakangan disebut dark side of leadership. Pemimpin bisa abusive, manipulative, bahkan akhirnya self service (melayani dirinya sendiri). Kalimat klasik “power tends to corrupt� senantiasa berlaku di sepanjang jamani.

54

MENELADANI KRISTUS UNTUK PEDULI PADA SESAMA

NAFIRI JUN14.indd 54

6/23/14 7:18 AM


NF: Bila merujuk pada organisasi gereja-gereja yang besar, bukankah fenomena ini akhirnya seringkali terjadi? Pemimpin yang membangun gereja sejak awal, akhirnya merasa memiliki gereja itu. Bahkan menjurus kepada kultus individu? Apakah ini juga tak terlepas dari peran jemaat yang memberi penghormatan ‘berlebihan’ kepada pemimpinnya ? AG: Kultus individu selalu dapat terjadi. Secara naluriah kita membutuhkan figur yang menjadi panutan. Sekali lagi kuncinya adalah ‘self awareness’. Seorang pemimpin harus menolak dikultuskan. Ia juga harus tahu kapan waktunya lengser dan memberi kesempatan kepada generasi berikutnya untuk memimpin. NF: Apakah tidak dapat dibuat sistem yang membatasi setiap anggota organisasi, termasuk pemimpinnya. AG: Sistem tidak dapat menjamin karena seorang pemimpin yang kuat dapat merubah sistem sesuai dengan seleranya sendiri. Tapi sistem (AD/ART) yang baik tetap sangat diperlukan. Setiap orang–termasuk para pemimpin –memiliki kepastian akan ‘jenjang karier’ berikutnya, terutama saat ia tidak lagi memegang jabatan kepemimpinan. Itulah sebabnya, seharusnya sebuah organisasi gereja harus cukup besar sehingga dapat ‘menampung’ para pemimpin yang sudah waktunya menyerahkan tongkat estafet kepemimpinan kepada generasi berikutnya. NF: Jadi, seperti apa pemimpin yang baik itu? AG:Pertama-tama, pemimpin haruslah mempunyai karisma. Bukan pesona secara fisik, namun memiliki wibawa di mata bawahannya. Ia harus pula memiliki perhatian kepada setiap individu dalam organisasinya. Kemudian, kehadirannya selalu menjadi sumber inspirasi yang memotivasi orang di sekitarnya (motivational inspiration). Akhirnya, ia mampu mengembangkan skill dan kemampuan anggotanya (intellectual stimulation). Bila semua anggota termotivasi dan sang pemimpin berhasil membentuk teamwork yang solid, saya percaya organisasi itu akan bertumbuh dan berkembang dengan sehat. Pemimpin yang baik bukan one man show, namun menyandarkan keberhasilannya pada tim kerjanya. Setiap anggota harus pula mendukung sang pemimpin dan saling melengkapi kekurangan yang pasti dimiliki satu dengan lainnya, bukan malah menjatuhkannya.

NAFIRI JUNI 2014

NAFIRI JUN14.indd 55

55

6/23/14 7:18 AM


NF: Bagaimana bila ada anggota organisasi yang tak dapat bekerja sama dalam tim? AG: Biasanya, orang tidak cocok dalam suatu organisasi karena dua sebab: ia terlalu besar atau terlalu kecil untuk organisasi tersebut. Terlalu besar manakala kapasitas dan skill yang dimilikinya dirasakan berlebih dan tak dapat dimanfaatkan oleh organisasi itu. Terlalu kecil saat ia sudah tidak dapat berkontribusi dangan baik dalam organisasi tersebut. Ini bisa terjadi karena selama ini ia tidak pernah dibina dan dikembangkan dengan baik. Banyak orang telah menjadi ‘deadwood’ selama bertahun-tahun karena tak ada perhatian dari organisasi dan para pemimpinnya. Bila tak mungkin lagi dibina dan bergabung dalam tim, kita harus ‘rela’ melepaskan mereka. NF: Maksudnya, kita boleh memecat mereka? Juga di lembaga Kristen seperti sekolah teologi yang Bapak pimpin, misalnya ? AG: Mari kita berpikir lebih jernih tentang hal ini. Sekolah Teologi kami bisa terus berjalan dengan baik karena mendapat dukungan banyak donatur dari seluruh Indonesia bahkan dari luar negeri. Mereka adalah bagian dari pemangku kepentingan kami, yang digerakkan Tuhan untuk mendukung STTB. Untuk itu, sebagai pengelola sekolah, kami harus mempertanggungjawabkan setiap dukungan dana yang kami terima dari mana pun. Mereka adalah stakeholders. Sekolah ini harus berjalan dengan optimal dan didukung oleh para personel yang mau bekerja keras dan dapat bekerja sama dengan baik. Bila ada salah satu personel dalam tim yang sudah tidak dapat bekerja sama dengan baik, kami harus berani memberhentikan yang bersangkutan. Tentu saja ini telah melalui proses yang sangat panjang. Untuk menjaga objektivitas, kami menerapkan sistem evaluasi yang disebut 360 degree evaluation. Setiap orang berhak mengevaluasi bawahan, rekan kerja, bahkan atasan mereka. Bagi personel yang terpaksa kami PHK, kami carikan solusi yang terbaik bagi masa depan mereka. Kenyataannya, mereka berterima kasih dan masih tetap berhubungan baik sampai saat ini. Terkadang, kita semua mengalami posisi yang sama dengan mereka, tak tahu apa yang harus dilakukan dalam situasi dan keadaan tertekan selama bertahun-tahun. NF: Kembali kepada lingkup gereja, bagaimana seharusnya organisasi gereja dijalankan?

56

MENELADANI KRISTUS UNTUK PEDULI PADA SESAMA

NAFIRI JUN14.indd 56

6/23/14 7:18 AM


Untuk membentuk tim yang sangat efektif, tentu dibutuhkan kepemimpinan yang transformational, yang mampu mengubah orang yang dipimpinnya melalui visi, motivasi dan inspirasi yang ditularkannya. AG: Gereja yang baik harus proporsional. Tak ada seorang pun yang memiliki beban kerja berlebihan dalam sebuah organisasi gereja. Ada yang beranggapan, bila seseorang sangat sibuk melayani Tuhan, maka Tuhan akan mengurus keluarganya. Ini sangat keliru! Dalam 1 Timotius 5 Paulus mengatakan, seseorang yang tidak mengurus keluarganya, ia lebih buruk dari orang kafir! Semua aktivis, majelis, tim hamba Tuhan harus bekerja sebagai suatu teamwork yang kokoh di bawah pimpinan gembala. Para majelis harus sepenuhnya mendukung gembala dan hamba Tuhan. Karena tak ada manusia sempurna, semuanya harus saling melengkapi dan menutupi kekurangan satu dengan yang lain. Pada akhirnya, saat gereja berkembang, tak ada seorang pun yang membanggakan dirinya sendiri. Yang dibanggakan adalah rekan-rekan dan timnya.

Pdt. Agus Gunawan kini menetap di Bandung bersama seorang istri dan putra tunggal mereka yang telah menyelesaikan pendidikan manajemen bisnis di Australia NAFIRI JUNI 2014

NAFIRI JUN14.indd 57

57

6/23/14 7:18 AM


REFLEKSI

“Pak, nanti malam jam 7.30 saya ada pelayanan di... kita mesti jalan jam berapa dari kantor agar tidak terlambat?” “Saya ada pelayanan di kampus... hari Kamis ini, ... silahkan kalau temanteman mau hadir. Saya mengisi di kelas Organization Dynamic...Saya welcome aja.”

K

edua kalimat di atas adalah beberapa kalimat yang saya ucapkan dikala memberitahu rekan sekerja saya (yang non Kristen) pada saat saya ada pelayanan. Kalimat ini mungkin menjadi kalimat yang umum dan tidak terlalu memiliki arti sehingga saya disadarkan dengan pertanyaan dari rekan sekantor saya yang cukup senior dan supir saya. Pertanyaan mereka kurang lebih sebagai berikut: “Bapak sering bilang pelayanan, maksudnya bagaimana ya Pak? Saya kurang mengerti. Apakah Bapak kerja tidak dibayar? Atau Bapak dakwah agama? Atau bagaimana ya Pak?” Menariknya, saya tidak pernah mendapatkan pertanyaan dari rekan-rekan Kristen untuk hal di atas. Apakah karena begitu umumnya kata pelayanan ini dipakai orang Kristen, sehingga menjadi satu kata yang umum saja seperti katakata lainnya yang sering kita ucapkan dalam kehidupan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Daring, tertulis sbb:

58

MENELADANI KRISTUS UNTUK PEDULI PADA SESAMA

NAFIRI JUN14.indd 58

6/23/14 7:18 AM


Apa Arti

Pelayanan dan Melayani? / Erwin Tenggono /

layan /l a-yan/, melaya bantu ni /me-l menyia a-ya pkan ( diperlu m kan ses enguru ni/ v 1 mems eorang (menya ; melad ) apa-apa yg mbut) eni; aja dsb); 3 menge kan (tantang 2 menerima ndalika an, se gunaan ra n; nya (se njata, m melaksanaka ngan, n peng esin, ds b) pelaya nan /pe -la melaya ni; 2 us -yan-an/ n 1 p e aha me lain den layani k rihal atau cara gan me ebu mperole 3 kemu h imbala tuhan orang dahan yg dibe n ngan ju rikan se (uang); jasa; al beli b h arang a tau jasa ubungan deNAFIRI JUNI 2014

NAFIRI JUN14.indd 59

59

6/23/14 7:18 AM


Definisi pelayanan dari Kamus bahasa Indonesia lebih menekankan pada upaya membantu dan juga dikorelasikan dengan imbalan atau manfaat sehingga sering timbulnya suatu persepsi bahwa pelayanan hanya sebatas tidak dibayar. Kalau kita melakukan sesuatu tanpa dibayar, itu artinya pelayanan. Apakah konsep pelayanan seperti ini benar? Seorang sahabat lain pernah berkata kepada saya. Kalau melakukan sesuatu yang kamu suka itu namanya hobi. Kalau melakukan yang tidak suka, tapi harus melakukan, itu namanya pelayanan. Secara konsep, saya tidak setuju dengan kedua pemahaman tentang pelayanan seperti di atas. Sebagai seorang Kristen, kita semua dipanggil untuk melayani. Seperti yang Tuhan Yesus katakan dalam Markus 10:45, “Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.” Dalam surat 1 Yohanes 4:9-10 , tertulis: “Dalam hal inilah kasih Allah dinyatakan di tengah-tengah kita, yaitu bahwa Allah telah mengutus Anak-Nya yang tunggal ke dalam dunia, supaya kita hidup oleh-Nya. Inilah kasih itu: Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita.” Sebagai orang Kristen, kita terpanggil untuk melayani. Konsep pelayanan Kristen adalah suatu pelayanan yang bersumber dari hati yang taat dan tunduk, bercermin dan setia kepada ajaran Allah Bapa. Allah adalah Kasih, dan Kasih itu memberi; memberi untuk kepentingan orang lain seperti Bapa memberikan anaknya untuk kita orang berdosa.

Kita semua harus melayani, dikala kita menyatakan iman kita sebagai orang Kristen karena hidup orang Kristen adalah hidup yang melayani.

Terlebih lebih lagi jikalau kita dipercayakan dan dipanggil menjadi seorang pemimpin baik di rumah tangga, kantor, kehidupan sehari-hari dan kehidupan sebagai seorang pemimpin gereja. Panggilan kita menjadi pelayan dan melayani. Markus 10:43-44 mengatakan: “Tidaklah demikian di antara kamu. Barang siapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barang siapa ingin menjadi yang terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya.”

NAFIRI JUN14.indd 60

6/23/14 7:18 AM


Hidup sebagai orang Kristen khususnya kita sebagai pemimpin-pemimpin yang beragama Kristen, kebesaran dan kesuksesan kita bukan terletak pada seberapa besar orang yang menjadi pengikut kita, melainkan terletak pada seberapa banyak orang yang dapat kita layani dalam kehidupan kita. Mari kita mulai berhitung, seberapa banyakkah orang yang telah saya layani dengan kasih Allah Bapa hari ini? Berapa lagi di sisa waktu hidup saya ? Panggilan seorang Kristen adalah untuk melayani. Kita semua diberikan talenta, kasih karunia Tuhan yang unik dalam diri kita, semuanya harus kita pakai untuk melayani dan kemuliaan Tuhan. Sudahkan kita terlibat dalam pelayanan dan hidup yang melayani baik di tempat kerja kita, di rumah, ataupun di gereja serta di mana pun kita berada? Selamat melayani, karena kita semua adalah pelayan dan pekerja Tuhan. Jangan terus menjadi penonton dalam pekerjaan Tuhan. Kita dipanggil untuk melayani dan bukan untuk menonton pelayanan

NAFIRI MARET 2014

NAFIRI JUN14.indd 61

61

6/23/14 7:18 AM


LIPUTAN

KHUSUS

Bidang Multimedia dan Sound System GKY BSD

Vital tetapi Tak Terlalu Dihiraukan

62

/ Deirdre Tenawin

MENELADANI KRISTUS UNTUK PEDULI PADA SESAMA

NAFIRI JUN14.indd 62

6/23/14 7:18 AM


NAFIRI JUNI 2014

NAFIRI JUN14.indd 63

63

6/23/14 7:18 AM


Indra

D

ibandingkan lainnya, bidang pelayanan ini mungkin yang paling jarang disorot dan terlihat. Padahal, perannya cukup esensial dalam ibadah. Bayangkan kalau kita harus membolik-balik buku KPPK setiap kali akan menaikkan pujian, tentu akan lebih repot. Keberadaan bagian multimedia memberikan kemudahan dan kesempatan pada jemaat untuk lebih menghayati ibadah, utamanya saat memanjatkan pujian syukur di hadirat Tuhan. Menyadari pentingnya pelayanan multimedia, yuk sejenak kita menengok bidang pelayanan ini dan berkenalan dengan ragam aktivitasnya. Untuk itu, tim NAFIRI telah mewawancarai Indra, salah satu staf yang sudah bekerja selama 6 tahun sebagai petugas multimedia GKY BSD.

64

Kepada tim NAFIRI, Indra bercerita tentang aktivitas seharisehari menjalani tugasnya. Petugas multimedia memiliki tanggung jawab yang beragam, mulai dari membuat slide lagu dengan not angka, slide PowerPoint persekutuan komisi dan ibadah umum, rekaman dan mengedit suara untuk drama, CD rekaman khotbah, desain header, menjadi operator multimedia hingga mengoperasikan sound system dan lighting dalam acara-acara khusus. Indra selalu berusaha menikmati pekerjaannya sebagai petugas multimedia. “Yang menarik adalah bagaimana kita bisa berkarya untuk membawa jemaat lebih khusuk beribadah kepada Tuhan melalui audio (pengesetan sound system) dan visual (tampilan grafis),� katanya. Sementara aktivitas yang paling disukainya adalah saat mempersiapkan rekaman drama, mulai dari proses rekaman, mixing, sampai mengawal pentas.

MENELADANI KRISTUS UNTUK PEDULI PADA SESAMA

NAFIRI JUN14.indd 64

6/23/14 7:18 AM


Melayani dengan bekerja sebagai petugas multimedia gereja bukan tanpa tantangan dan kesulitan. Ada kalanya Indra kesusahan ketika mendapatkan permintaan dan perubahanperubahan mendadak di saat susunan sebuah acara sudah final. Hal ini cukup merepotkan bagian multimedia. Oleh karenanya dukungan dan kerja sama jemaat (khususnya pelayan dan aktivis) sangat dibutuhkan dan diharapkan dalam pelayanan multimedia ini. Selain itu dibutuhkan juga bentuk informasi terkini seputar perkembangan teknologi multimedia yang tentu saja akan membantu kemajuan multimedia gereja kita, maupun pengertian dalam meminimalkan permintaan yang mendadak agar hasilnya lebih maksimal. Saat ini, keadaan bidang pelayanan multimedia dirasakan masih memerlukan perbaikan dan pembenahan ke arah yang lebih baik lagi. Perangkat sound system, kualitas tenaga kerja dan profesionalisme petugas multimedia masih perlu ditingkatkan.

Anton Utomo Hal senada juga disampaikan oleh Anton Utomo, penanggung jawab multimedia. GKY BSD masih mengalami kendala dalam hal minimnya fasilitas atau peralatan multimedia dan kurangnya tenaga profesional yang melayani penuh waktu di bidang ini. Jemaat yang memiliki kemampuan atau keahlian di bidang desain grafis dan video editing juga belum banyak yang terlibat. Saat ini, memang sudah ada 31 orang jemaat yang bergabung melayani di multimedia dengan jadwal pelayanan 3 bulanan. Namun, multimedia masih membutuhkan anggota tim yang lebih banyak lagi. Secara khusus tim multimedia mengundang anak-anak muda yang memiliki talenta di bidang desain grafis dan video editing untuk bergabung dan bersamasama memakai anugerah talenta yang telah diberikan Tuhan untuk melayani-Nya

NAFIRI JUNI 2014

NAFIRI JUN14.indd 65

65

6/23/14 7:18 AM


Andaikan

Saya adalah

Hana,

dan Suami Saya Musa 66

MENELADANI KRISTUS UNTUK PEDULI PADA SESAMA

NAFIRI JUN14.indd 66

6/23/14 7:18 AM


Ketika adik saya menjadi tokoh Tuhan Yesus di Paskah yang baru lalu, mendadak saya jadi nebeng ikut terkenal. Saya terimbas popularitas adik saya, sampai-sampai seorang majelis yang biasa kami juluki ‘ bos besar’ pun dengan usil menyambut saya dengan penghormatan sambil menyebut saya: ‘cicinya Tuhan Yesus’. Saya tergelak, tersipu-sipu dan speechless mendengar sebutan itu. Saya membayangkan siapa ya kira-kira tokoh yang bisa saya teladani sebagai ‘cicinya Tuhan Yesus’ sebab Tuhan Yesus kan ngga punya cici, yang ada juga adik tiri, dan saya pasti ngga mau jadi adik tiri Tuhan Yesus, sebab Alkitab malah mengatakan bahwa saudara-saudara Tuhan Yesuspun tidak percaya kepada-Nya (Yoh 7:5). Ironis memang.... / Elasa Noviani /

S

atu hal yang unik dari cerita adik saya, ketika ia berperan menjadi Tuhan Yesus ini banyak anak-anak kecil dan para remaja putri yang minta berfoto bersama dengan dia. Mungkin sebenarnya ada juga ibu-ibu yang pingin foto bersama dengan ‘Tuhan Yesus’, tetapi malumalu atau takut suaminya cemburu. Rupanya ada suatu kerinduan dalam di hati manusia modern - yang hidup pada zaman yang berjarak lebih dari 2000 tahun dari zaman Tuhan Yesus - untuk bisa bertemu langsung dengan Tuhan Yesus beneran. Kalau bisa pasang PP (profile picture) foto bareng dengan ‘Orang Yang Paling Terkenal’ sepanjang sejarah ini, pasti ‘suatu banget’. Saya sendiri pun setiap kali NAFIRI JUNI 2014

NAFIRI JUN14.indd 67

67

6/23/14 7:18 AM


mendengarkan CD Alkitab yang dikemas dalam bentuk drama rasanya asyik sekali karena bisa sambil membayangkan seolah-olah saya sedang mendengarkan “Kotbah di Bukit” yang diucapkan langsung dari mulut Tuhan Yesus. Ada rasa kangen pingin hidup ‘sezaman’ dengan Tuhan Yesus atau salah satu tokoh yang ditulis di dalam Alkitab. Kira-kira kayak apa ya? Enak kali ya kalau seusai kebaktian, doa berkat dipimpin langsung oleh Tuhan Yesus - Sang Pemberi Berkat, di pintu depan disalami oleh tangan Tuhan Yesus. Apalagi kalau Tuhan Yesus juga berkenan memanjatkan doa syafaat yang spesifik untuk saya, Dia menyebut nama saya. Pasti istimewa sekali. Saya membayangkan: apa ya yang kira-kira akan Dia doakan untuk saya? Bagaimana ekspresi-Nya kalau Dia kecewa atau senang terhadap saya? Pernahkah Dia bete kalau kelelahan? Apakah sebenarnya Dia pernah ragu-ragu atau berkecil hati seperti saya? Di dalam CD yang saya dengarkan itu, kadang-kadang ‘Tuhan Yesus’ tertawa ngakak atau tergelak meledek menanggapi pertanyaan ujian dari orang-orang Farisi. Seandainya dianggap terlalu muluk untuk mengalami hidup sezaman dengan Tuhan Yesus, pasti saya akan cukup puas sekiranya bisa berkenalan langsung dengan Daud atau Daniel. Pasti seru mengamati bagaimana Daud menulis dan mengedit mazmurmazmurnya. Membayangkan paduan suara GKY BSD dipimpin langsung oleh sang raja yang elok dengan kulit kemerah-merahan. Saya juga tidak akan menyia-nyiakan kesempatan berkonsultasi dengan Daniel bagaimana menyikapi hidup sebagai minoritas di tempat kerja dan bagaimana menangani bos - bos yang melecehkan kekristenan. Saya juga ingin mengamati bagaimana Daniel mempersiapan presentasinya sebelum menghadap raja, bagaimana dia mengatur waktu, keuangan dan bagaimana berdoa tanpa teringat pada jemuran yang belum kering atau pintu dapur yang belum tertutup dengan benar. Rasanya yang dicatat di dalam Alkitab masih terlalu singkat untuk menceritakan semua itu. Jauuuh lebih singkat dari apa yang ingin saya ketahui.. Satu tokoh kadang-kadang hanya ditulis dalam beberapa pasal saja, padahal hidupnya bertahun-tahun. 68

MENELADANI KRISTUS UNTUK PEDULI PADA SESAMA

NAFIRI JUN14.indd 68

6/23/14 7:18 AM


Tiba-tiba saya seperti di sadarkan bahwa sesungguhnya Tuhan juga sudah menempatkan ‘tokoh-tokohNya’ di zaman saya hidup ini (Ef 4:11,12), yaitu orang-orang yang daripadanya saya boleh belajar bagaimana menjalani kehidupan nyata yang sesuai dengan Kitab Suci. Saya juga heran bahwa sebenarnya saya tidak perlu beranganangan untuk terbang ke Amerika supaya dapat bertemu dengan tokoh besar seperti Francis Chan, John Piper, Rick Warren dan para penulis lainnya (walau bertemu mereka tentunya tetap menjadi harapan). Sebab ternyata Tuhan juga sudah menempatkan banyak tokoh Kristen yang ‘terjangkau’, bahkan berada di dalam GKY BSD juga. Tuhan telah menempatkan pengajar-pengajar, yang dipilih-Nya yang berperan sebagai ‘tokoh-tokoh’ untuk memperlengkapi dan menajamkan kerohanian saya. Mengingat pentingnya keberadaan tokoh-tokoh tersebut bagi saya, saya memilih untuk mendoakan agar mereka panjang umur supaya mereka dapat mengajar semakin banyak orang, dan keharuman pengenalan akan Kristus makin tersebar di mana-mana (2Kor 2:14).

Saya selalu kagum dengan orang-orang yang begitu berfokus kepada Tuhan, yaitu orang-orang yang hati dan hidupnya

mencerminkan kasih yang dalam kepada Tuhan Yesus. Dan biasanya, semakin saya mengenal mereka, saya semakin merasakan iman, kekudusan, kerendahan hati dan kasih yang nyata. Saya mengamati, biasanya mereka apa adanya dan tidak suka jaim, sebab penilaian dari Allahlah dipandang lebih penting daripada pencitraan diri dalam pandangan manusia. Secara kenyataan, bergaul dengan ‘tokoh-tokoh’ dan sahabat-sahabat rohani selalu berhasil menyulut semangat saya. NAFIRI JUNI 2014

NAFIRI JUN14.indd 69

69

6/23/14 7:19 AM


Di tempat kerja, saya jarang bertemu dengan orang yang sungguh-sungguh mengasihi Kristus. Jadi sementara saya sebagai pengikut Kristus yang dipanggil untuk menjadi biji gandum yang mati supaya dapat menghasilkan banyak buah-buah rohani (Yoh 12:24), betapa sulit rasanya memilih untuk ‘mati terhadap kesenangankesenangan saya sendiri’ ketika berada di tengah-tengah orang-orang yang nilai-nilai hidupnya semata-mata berfokus pada mengejar kesenangan dunia. Maka sahabat-sahabat rohani menjadi bagian yang sangat penting bagi saya. Saya sadar bahwa Tuhan juga ingin agar saya menjadi salah satu ‘tokoh-Nya’ di tengah-tengah dunia saya. Ketika meneliti benang merah perjalanan rohani saya sendiri, saya melihat tetap adanya ‘tokoh-tokoh’ yang dipakai Tuhan untuk berperan menemani kehidupan rohani saya. Bahkan di balik ingatan akan ayah saya yang pemarah, sebenarnya saya sangat mengagumi ketekunannya dalam berdoa dan semangatnya dalam mempelajari firman Tuhan dan buku-buku rohani secara mandiri. Sayangnya ayah meninggal sebelum saya menerima Tuhan Yesus secara pribadi, sehingga secara rohani saya tidak pernah benar-benar belajar dari ‘tokoh’ yang berperan paling awal dalam hidup saya di dunia ini. Orang yang membidani kelahiran baru saya adalah seorang wanita dengan karakter yang kuat, dan mempunyai ketekunan sehebat ayah saya. Dia dikirim oleh Tuhan untuk ‘mengejar’ saya ketika saya masuk tahun pertama di kampus. Dari dia saya diajar untuk ‘makan sendiri’ makanan-makanan rohani, sekalipun sekiranya tidak ada pengajar yang menemani, atau seandainya saya berada di tempat yang terpencil tanpa buku-buku rohani yang memadahi, saya ‘dipaksa’ menggali sendiri dari Alkitab. Setelah itu, tokoh demi tokoh dipersiapkan Tuhan dengan kekuatan dan kelemahan mereka masing-masing. Termasuk suami saya sendiri adalah wujud nyata pertolongan yang disediakan Tuhan supaya saya semakin bertumbuh. Sekalipun saya tahu bahwa ‘tokoh’ yang sesungguhnya harus menjadi panutan saya adalah Tuhan Yesus sendiri, namun ternyata bagi tipe orang seperti saya akan lebih mudah kalau teladan itu berada nyata di depan mata. Sebagai contoh, ketika saya 70

MENELADANI KRISTUS UNTUK PEDULI PADA SESAMA

NAFIRI JUN14.indd 70

6/23/14 7:19 AM


kurang tunduk, lebih mudah bagi saya untuk menerima teguran dari firman Tuhan ketika saya membayangkan bahwa suami saya adalah Musa, yang sedang kesulitan memimpin saya yang adalah bangsa Israel yang bandel. Tentu saja ketika saya meninggal, saya tidak ingin diingat sebagai istri yang tidak taat. Saya ingin dikenang sebagai istri yang penuh kasih dan saleh seperti Rut, Hana atau Elisabet. Beberapa bulan terakhir ini, saya menempel di dinding toilet kutipan Philip Yancey yang membahas Mat 7:22. Pada hari terakhir, banyak orang akan berseru kepada-Ku: “Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga? Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka: ‘Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah daripada-Ku kamu sekalian pembuat kejahatan’ Lalu Philip mengulas: Yesus tidak berkata: “kamu tidak pernah mengenal Aku”, tetapi Ia berkata: “Aku tidak pernah mengenal kamu”. Jadi salah satu tugas utama kita adalah untuk membuat diri kita ‘dikenal Tuhan’. Saya tahu, tentu Tuhan Yesus tidak berkata tentang ‘mengenal’ secara hurufiah, sebab Dia Maha Tahu, bahkan mengetahui jauh ke dalam hati orang. Tetapi pernyataan Yancey tersebut terus menerus menggelitik saya. Terutama karena saya selalu merasa diri saya biasabiasa saja, tetapi tentunya saya ingin sekali ‘dikenal’ oleh Tuhan pada hari penghakiman. Di dunia kerja pun adalah sangat wajar bahwa bos yang semakin tinggi kedudukannya tidak mengenal kita yang biasabiasa saja. Tetapi mereka yang secara aktif ‘memperkenalkan diri’ dalam berinteraksi yang intens kepada pimpinan akan akhirnya lebih dikenal. Dan saya mulai mengamati bagaimana Alkitab menulis tentang proses Tuhan ‘mengenal’ orang, sampai-sampai mereka menjadi ‘tokoh’ dan kisah-kisah mereka perlu dicatat di dalam Alkitab NAFIRI JUNI 2014

NAFIRI JUN14.indd 71

71

6/23/14 7:19 AM


Tuhan menyingkapkan banyak hal bagi saya dalam perenungan pagi, dua di antaranya yang sangat berkesan adalah ketika merenungkan mengenai Hana yang

karena kesungguhannya dalam berdoa dikatakan bahwa ‘Tuhan ingat kepadanya’ (1 Sam 1:19). Sekali lagi, ini bukan ‘ingat’ secara hurufiah, sebab Tuhan tidak pelupa seperti saya, tetapi doa Hana tersebut membuat dia ‘diingat’. Isi doanya membuat Tuhan mencatatnya dalam buku harianNya untuk ‘dikerjakan’. Selain itu, saya juga kagum dengan wanita yang berani-beraninya meminyaki Yesus yang bagi penilaian dunia ini tampak sebagai tindakan yang ‘aneh’ dan tidak popular, namun ternyata dinilai oleh Tuhan Yesus sebagai ‘telah banyak berbuat kasih’ (Luk 7:47). Wanita ini mengantongi point ‘dikenal’ oleh Yesus karena tindakan kasihnya yang tulus kepada-Nya. Mereka semua adalah orang-orang yang mempercayai dan mencintai Allah dengan segenap hati, bukan karena mengejar popularitas. Dalam hidup saya yang singkat di dunia ini (kata Francis Chan, seperti adegan yang ditayangkan hanya 2/5 detik dari sebuah film kisah-Nya), kembali saya disadarkan bahwa saya tidak ingin menjadi orang Kristen yang biasa-biasa saja. Dimana Tuhan tempatkan saya, Dia pasti ingin supaya saya menjadi ‘tokoh-Nya’. Sampai akhirnya ketika Dia datang, saya ingin Dia mengenal saya bukan sebagai ‘cicinya Tuhan Yesus’, tetapi sebagai “hamba yang baik dan setia” dan diperkenankan untuk masuk dalam kebahagiaan Tuanku (Mat 25:23). Amin 72

MENELADANI KRISTUS UNTUK PEDULI PADA SESAMA

NAFIRI JUN14.indd 72

6/23/14 7:19 AM


NAFIRI JUNI 2014

NAFIRI JUN14.indd 73

73

6/23/14 7:19 AM


KESAKSIAN

Bu Yun (Wahyuningsih)

Tetap Mau Melayani Selama TUHAN Masih Mau Pakai 74

MENELADANI KRISTUS UNTUK PEDULI PADA SESAMA

NAFIRI JUN14.indd 74

6/23/14 7:19 AM


A

walnya saya memanggilnya dengan sebutan Bu Yuyun. Bu Yun aja ya panggilnya, sahut beliau. Nama panjang beliau sebenarnya adalah Wahyuningsih, sedangkan suaminya adalah Alm. Bapak Marpaung, sehingga ia kadang dipanggil Bu Marpaung. Hanya di GKY BSD ia lebih terbiasa dipanggil Bu Yun. Mengapa ia lebih memilih tidak dipanggil Bu Marpaung? Karena kadang orang salah memanggilnya, bisa jadi Bu Manurung, canda beliau... hahaha‌.

/ Humprey /

Awal Mengenal Kristus Seperti apakah awal perkenalan Bu Yun dengan Tuhan Yesus? Bu Yun lahir dan dibesarkan di keluarga non-Kristen. Ia mengenang masa kecilnya ketika tidak diperbolehkan ikut pengajian karena pulangnya terlampau malam. Namun sejak SMA di Kebayoran sebenarnya ia tertarik dan ingin tahu Tuhan itu siapa. Kebetulan ada tetangganya yang beragama Katolik, dan ia kerap menemukan buku-buku yang berkaitan dengan agama Katolik, namun ia belum mendalami Alkitab. Beliau yang saat itu berumur 16 tahun mulai ikut sesekali dengan tetangganya ke gereja, lalu mengikuti katekisasi selama setahun, namun ia NAFIRI JUNI 2014

NAFIRI JUN14.indd 75

75

6/23/14 7:19 AM


tidak dibaptis karena saat itu tidak diizinkan oleh orangtuanya. Meskipun demikian ia sering datang ke pastoral untuk bertanya tentang Tuhan Yesus. Setelah lulus SMA di tahun 1964, ia melanjutkan kuliah dan masuk Perkantas, barulah ia mendapatkan Alkitab walau saat itu ia belum rajin membacanya. Perjalanan hidup menghantarkan Bu Yun bertemu dengan suaminya yang lahir dari keluarga Kristen. Walaupun menjadi Kristen setelah dewasa, yaitu saat menikah di umur 21 tahun pada tahun 1968, namun Bu Yun pada kenyataannya lebih rajin mendalami firman Tuhan. Bertempat tinggal di daerah Panglima Polim, ia kemudian berjemaat di GKI Kebayoran baru yang kebetulan dekat dengan rumahnya, dan kemudian hari demi hari ia jalani sampai ia dikaruniai anakanak. Di tahun 1970-an ia belum terlalu aktif dalam kegiatan gereja, namun ia mulai membiasakan anaknya membaca Alkitab, walau ia sendiri belum banyak mengerti firman Tuhan. 76

Pada tahun 2003, setelah suami Bu Yun meninggal, ia pindah kembali ke Jakarta. Mulailah ia aktif ikut pelatihan-pelatihan guru sekolah minggu di GKI Kebayoran Baru. Rajinnya Bu Yun mungkin juga dilatarbelakangi dengan hobinya yang senang membaca. Anaknya yang aktif di Perkantas pun sering memberinya buku-buku yang berhubungan dengan imannya. Di tahun 2005 Bu Yun pindah dan tinggal di BSD, dan pada tahun 2006 ia masuk ke GKJMB karena anaknya yang mengatakan bahwa GKJMB itu gereja yang bertumbuh. Ketiga anak Bu Yun yaitu satu putra dan dua putrinya tinggal di kawasan BSD dan semuanya sudah menikah. Disembuhkan dari Sakit Parah Siapa yang dapat mengira karena satu kejadian bisa berbuntut pada kejadian lainnya, penyakit yang satu berbuntut kepada penyakit lainnya. Bu Yun yang sejak tahun 1995 mengikuti Bapak Marpaung, suaminya yang pensiun dan pindah ke Medan tak pernah menyangka bahwa saat ia tanpa sengaja terjatuh di tahun 2002 menyebabkan hal yang cukup parah.

MENELADANI KRISTUS UNTUK PEDULI PADA SESAMA

NAFIRI JUN14.indd 76

6/23/14 7:19 AM


Saat itu dokter berkata, untuk mengobati kakinya yang patah karena tejatuh, ia tidak bisa menggunakan pin, sehingga harus di-implant. Akhirnya Bu Yun menuruti saran dokter untuk di-implant, namun malangnya implant tersebut terlalu pendek sehingga ia kerap kali merasa kesakitan. Kerabatnya menyarankan Bu Yun disarankan untuk operasi ke Penang, karena kabarnya pengobatannya lebih baik, namun beliau tidak langsung mengiyakan karena tidak percaya pengobatan di luar negeri lebih baik daripada di Indonesia dan kebetulan saat itu anaknya akan menikah dalam waktu dekat. Namun pada akhirnya ia pergi juga berobat dan dioperasi di Penang serta dirawat di rumah sakit selama 8 hari. Untuk memulihkan kondisinya, ia diharuskan minum obat untuk tulang.

... ia hanya bisa berdoa... Tuhan,

“

kalau Tuhan mau pakai saya, saya masih mau bekerja untuk-Mu.

�

Ternyata obat tulang yang ia makan justru berdampak lain pada tubuhnya. Obat inilah yang justru menyebabkan maagnya sakit. Karena seringkali merasa sakit maag, ia makan obat maag dalam waktu yang cukup lama. Sakit maag, makan obat maag, demikian seterusnya berjalan hari demi hari. Pada suatu hari saat menemani anaknya mencari kain ke daerah Mayestik, Bu Yun merasa maagnya sakit. Karena merasakan kesakitan yang amat sangat, ia makan sampai 2 buah obat maag, namun sakitnya tak kunjung reda. Dalam perjalanan sambil menahan sakit, ia pulang ke BSD. Ambulans yang telah ditelepon tidak kunjung datang, akhirnya putranya segera membawanya ke Eka Hospital. Kondisi wajah yang sangat pucat, liver-nya yang bengkak, pankreasnya yang telah terinfeksi, selang-selang yang terpasang di sekujur tubuhnya membuat kondisi Bu Yun terlihat sangat parah. Ditambah lagi dengan napasnya yang tersengalsengal, ia hanya bisa berdoa... “Tuhan, kalau Tuhan mau pakai saya, saya masih mau bekerja untukMu.� Tangisan guru-guru Sekolah Minggu yang datang menjenguk turut mengiringi kondisi sakitnya Bu Yun.

NAFIRI JUNI 2014

NAFIRI JUN14.indd 77

77

6/23/14 7:19 AM


Mereka kaget melihat kondisi Bu Yun saat itu, mengingat justru biasanya merekalah yang biasa dijenguk Bu Yun yang selalu tampil sehat dan sangat bersemangat.

... saya senang “anak-anak dan

senang mengajar, saya merasa semakin bertumbuh setelah bergaul dengan anakanak..

�

78

Tuhan mengabulkan doa BuYun, setelah mengalami berbagai perawatan ia perlahan-lahan sembuh dan sesuai daonya ia mulai melayani kembali di sekolah minggu GKY BSD. Ternyata rekan-rekan guru sekolah minggu sangat perhatian kepadanya, sehingga ia tidak dibiarkan terlalu letih dalam mengajar sekolah minggu. Ya, Bu Yun yang memang saat ini berumur 68 tahun seakan tampak tak pernah sakit, ia giat melayani Tuhan walaupun ia dahulu berasal dari keluarga nonKristen. Tuhan ternyata menyentuh dalam setiap perjalanan hidupnya. Walaupun orang tuanya tidak mengijinkan ia dibaptis, namun Bu Yun yang saat itu masih pemudi sering datang ke pastorat gerejanya dulu untuk mencari tahu tentang Tuhan Yesus.

MENELADANI KRISTUS UNTUK PEDULI PADA SESAMA

NAFIRI JUN14.indd 78

6/23/14 7:19 AM


Mungkin kalau dinilai secara umum, justru ia lebih giat mencari Tuhan dibanding suaminya yang Kristen sejak lahir. Mengajar sebagai guru sekolah minggu pun pertama kali ia jalani karena kerinduannya untuk melayani anak-anak dimana saat itu gerejanya kekurangan guru sekolah minggu. Awalnya tanpa berbekal pengetahuan mengenai bagaimana mengajar sekolah minggu, tidak meyurutkan tekadnyauntuk melayani Tuhan. Ia bercerita bagaimana Tuhan pertama kalinya membimbingnya bercerita mengenai pokok anggur, ia cari tentang anggur di ensiklopedia dan bercerita tentang anggur, sahut Bu Yun sambil tertawa terkekeh mengenang kejadian itu. Tuhan, ajari saya, saya tidak tahu apa yang harus saya ajarkan, tapi kalau Tuhan pimpin pasti bisa, begitulah doanya pada suatu saat ketika ia mendadak diminta menggantikan guru yang tidak hadir. Saat ini Bu Yun telah mengikuti berbagai pelatihan, termasuk juga berbagai seminar yang diadakan oleh GKY BSD.

Saya senang anak-anak dan senang mengajar, saya merasa semakin bertumbuh setelah bergaul dengan anak-anak, kata Bu Yun. Ia merasa Tuhan sudah memberikan begitu banyak kepadanya. Kiranya pengalaman Bu Yun senantiasa mengingatkan kita untuk menghargai hari demi hari dan mungkin kesempatan kedua yang Tuhan karuniakan kepada kita. Tuhan memberkati kita sekalian

NAFIRI JUNI 2014

NAFIRI JUN14.indd 79

79

6/23/14 7:19 AM


80

MENELADANI KRISTUS UNTUK PEDULI PADA SESAMA

NAFIRI JUN14.indd 80

6/23/14 7:19 AM


Teladan KRISTUS

yang Dekat dengan

Wong Cilik

/ GI. Eddy Tan, S.Th /

B

e l a ka n g a n ini Indonesia sedang demam Jokowi. Suka atau tidak suka, masyarakat negeri ini akan melirik tokoh yang sedang naik daun itu. Apa sih yang menarik dari pria kerempeng (begitu Megawati Soekarnoputri pernah mengomentari penampilan fisiknya) itu? Sebagian pengamat politik sepakat menyatakan bahwa sikap Jokowi yang egaliter atau meniadakan jarak antara pejabat dan rakyat kecillah yang menjadi poin unggulnya. Tentunya selain kinerjanya yang bersih (dari gurita ‘budaya’ korupsi yang marak di negeri ini), gesit dan tegas. NAFIRI JUNI 2014

NAFIRI JUN14.indd 81

81

6/23/14 7:19 AM


Lebih daripada Jokowi Bila kita menjadi begitu terpukau dengan sosok Jokowi, mengapa kita tidak menjadi lebih terpukau dengan sosok yang sangat istimewa bernama Yesus Kristus? Yesus Kristus bukan sekedar seorang yang menjadi rabi yang mengajar, memberitakan Injil dan menyembuhkan. Ia adalah Allah yang “telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia” (Filipi 2:7). Ia adalah Allah yang meniadakan jarak dalam penjelmaan-Nya supaya relasi antara manusia dengan-Nya yang telah rusak oleh dosa, kembali dipulihkan. Betapa jauhnya jarak yang ditiadakan oleh Allah melalui Yesus Kristus! Yesus Kristus pernah berujar ketika Ia membandingkan diri-Nya dengan raja Salomo yang dikenang dengan penuh kagum oleh orang Yahudi sebagai tokoh paling berhikmat di dunia, “... sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Salomo!” (Lukas 11:31). Dalam kaitan dengan tokoh Jokowi, Ia layak untuk juga kembali menyatakan, “Kalau saudara begitu mengagumi Jokowi dengan sikap egaliternya maupun kinerjanya yang unggul, maka sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Jokowi!” Injil mencatat sepak terjang Yesus Kristus sebagai seorang rabi yang sangat berbeda dengan kebanyakan rabi pada masa itu. Salah satu gaya pelayanan Yesus Kristus yang menonjol adalah kedekatannya dengan orang kecil – wong cilik, begitu dalam ungkapan populer kita yang diambil dari bahasa Jawa. Kedekatan Kristus dengan Wong Cilik Sebuah anekdot mengatakan bahwa Tuhan pasti begitu menyukai orang yang biasa, sehingga Ia menciptakan begitu banyak orang yang biasa-biasa saja. Orang biasa, dalam pemahaman kita ini bisa dilihat sebagai golongan masyarakat yang berstatus sosial rendah. Entah mereka adalah kaum berpenghasilan rendah atau amat rendah. Entah mereka adalah sosok-sosok yang dipandang rendah karena profesi atau stempel diskriminatif yang dibuat kalangan masyarakat mayoritas atau terhormat. Sederhananya, kita di Indonesia mengenalnya dalam sebutan: wong cilik. 82

MENELADANI KRISTUS UNTUK PEDULI PADA SESAMA

NAFIRI JUN14.indd 82

6/23/14 7:19 AM


Injil banyak mencatat perjumpaan-perjumpaan Yesus Kristus dengan kalangan wong cilik, kalangan tersisih dari masyarakat. Dia bersedia menyapa Zakheus, seorang kepala pemungut cukai yang dibenci oleh bangsanya sendiri karena profesinya yang dianggap pengkhianat bangsa (Lukas 19). Dia bersedia menyapa lalu menyembuhkan seorang lumpuh yang terabaikan yang sedang antri di kolam Betesda tanpa tahu kapan bisa beroleh kesempatan nyemplung dan sembuh (Yohanes 5). Dia menyatakan kesediaan-Nya berkunjung ke rumah perwira dari kaum kafir Romawi untuk menyembuhkan hamba sang perwira yang menderita lumpuh – sebuah terobosan dari pantangan orang Yahudi berkunjung ke rumah orang kafir karena dianggap menajiskan (Matius 8). Beberapa kali Ia bersedia dihadang dan diganggu oleh para pengemis buta dan lumpuh yang berteriak-teriak memohon pertolongan pada-Nya, atau bersedia berbincang dan menyembuhkan orang-orang kusta yang dipandang paling najis dan dianggap sudah mati. Para ahli Taurat dan orang Farisi mencela Dia karena mau duduk makan dan minum bersama pemungut cukai dan orang-orang berdosa (Lukas 5). Yesus Kristus juga dikenal sebagai pribadi yang ramah dan sudi bergaul baik dengan anak-anak (Matius 18) maupun kaum perempuan, kelompok usia dan gender yang dianggap tidak punya status sosial apa-apa dan bisa mengganggu. Dari sekian banyak catatan Injil mengenai kesediaan Yesus Kristus menemui dan bergaul dengan wong cilik pada masa itu, perjumpaan-Nya dengan perempuan Samaria dalam Yohanes 4 mungkin adalah perjumpaan yang paling NAFIRI JUNI 2014

NAFIRI JUN14.indd 83

83

6/23/14 7:19 AM


mencengangkan menurut konteks budaya dan politik pada zaman itu. Bahkan sampai sekarang, perjumpaan itu masih bisa mencengangkan kita, apabila kita menilai diri kita sebagai golongan terhormat dan tidak pantas untuk bersentuhan apalagi bergaul dengan golongan yang lebih rendah atau tidak terhormat. Paling tidak ada tiga hambatan sosial budaya yang diterobos Yesus Kristus dalam perjumpaan-Nya dengan sang perempuan Samaria. Pertama: seorang perempuan, karena budaya Yahudi tidak mengizinkan seorang pria, apalagi berstatus terhormat macam Rabi seperti Yesus, berbicara di tempat umum dengan seorang perempuan, apalagi yang bukan kerabat atau istrinya. Bukan cuma dengan seorang perempuan, tetapi ada masalah kedua: perempuan itu seorang Samaria. Orang Yahudi tidak bergaul dengan orang Samaria (Yohanes 4:9), karena permusuhan politis maupun religius. Itu masih ditambah dengan hambatan atau masalah sosial budaya ketiga yang paling mencengangkan: perempuan Samaria itu ternyata seorang sundal (istilah modern: perempuan pelacur) Makna Teladan Kedekatan Kristus dengan Wong Cilik Itu bagi Kita Sekedar mengamati dan mengagumi gaya pelayanan Kristus yang sudi mendekati dan bergaul dengan wong cilik, tidak akan berarti apa-apa bagi kita. Injil yang mencatat kisah hidup dan pelayanan Kristus bukanlah tulisan yang ingin menggiring kita untuk bergabung menjadi Yesus Kristus Fans Club. Ada lebih dari sekedar hal untuk diamati dan dikagumi. Itu adalah: panggilan untuk mengikuti jejak karya Kristus, panggilan untuk meneladani Dia dalam hidup kita saat ini – baik hidup dalam lingkup pribadi, bermasyarakat maupun bergereja. Kedekatan Kristus dengan wong cilik bukan hanya sekedar sebuah gaya komunikasi sosial, apalagi strategi politis yang sedang musim di tahun politik ini di Indonesia. Paling tidak ada dua makna dari kedekatan Kristus dengan wong cilik ini. Pertama, kedekatan Kristus dengan wong cilik adalah pengejawantahan yang nyata dari kesediaan Allah mengasihi manusia berdosa. Sebuah tindakan nyata berdasar cinta kasih yang begitu besar dari Allah, yang sudi menjangkau manusia yang telah cemar penuh dosa, mengampuni dan menerima-Nya kembali. Seorang yang telah mengenal dan mengalami kasih Allah dalam Kristus, tentulah akan menjadi seorang yang mampu merangkul dan mengasihi 84

MENELADANI KRISTUS UNTUK PEDULI PADA SESAMA

NAFIRI JUN14.indd 84

6/23/14 7:19 AM


sesamanya—termasuk kalangan wong cilik yang mungkin berstatus jauh lebih rendah dari dirinya. Tidak boleh ada motif apa pun – entah itu motif sosial atau humanis, apalagi motif meningkatkan statistik pengunjung gereja atau proyek perluasan cabang gereja – dalam tindakan berkarya atau memberi yang dilakukan gereja, selain dan hanya oleh motif ini: mengasihi. Sebab memang kasih itu jelas tanpa pamrih, tanpa dalih, tanpa kepentingan apa pun selain kepentingan dari hasrat yang kuat untuk mengasihi. Kedua, kedekatan Kristus dengan wong cilik adalah relasi penjangkauan yang mengubahkan atau memulihkan. Allah yang menjelma sebagai manusia dalam diri Yesus Kristus adalah pribadi yang ketika menjumpai seseorang akan menghasilkan perubahan atau pemulihan pada orang tersebut.

Yesus Kristus tidak sekedar sudi berbincang sampai duduk makan bersama dengan wong cilik atau kaum tersisih. Ia menjalani relasi kedekatan itu dengan tujuan mengubahkan dan memulihkan. Ia membiarkan diri-Nya dekat bahkan akrab dengan kaum berdosa di mata masyarakat pada zaman-Nya itu, agar Ia bisa menyampaikan dengan mudah mengenai Injil kasih karunia yang dibawa-Nya. Begitu pula semestinya seorang yang telah mengenal kasih dan kuasa Allah dalam Kristus. Ia haruslah seorang pribadi yang oleh kuasa Roh Kudus mampu menjadi agen perubahan maupun rekan pendamping untuk pemulihan jiwa. Seorang Kristen yang tidak membawa pengaruh baik atau menjadi berkat bagi sesamanya, adalah Kristen yang belum mengenal dan mengalami sepenuhnya kasih dan kuasa Allah dalam Kristus. Akhirnya, secara ringkas makna kedekatan Kristus dengan wong cilik itu bagi kita adalah: mengenal dan mengalami Sang Kasih, lantas menjadi agen kasih bagi Sang Kasih. Kiranya Allah dalam Kristus Tuhan menolong kita untuk lebih mengenal Dia dan menjadi agen Kasih yang setia, amin / Penulis adalah Pengerja Gereja Sidang Kristus Bandung dan Guru Agama SD & SMP SKKK Bandung

NAFIRI JUNI 2014

NAFIRI JUN14.indd 85

85

6/23/14 7:19 AM


EVENT NOTES

Parents’ Day 4 Mei 2014

Orangtua Jangan Mencetak Anak untuk Menjadi Alat Kebanggaan

M

enjadi orangtua dan anak memiliki tantangannya masing-masing. Dalam perayaan “Parents’ Day” di GKY BSD, Minggu 4 Mei 2014 yang lalu, jemaat mendengarkan cerita Keisha dan ibunya, Caitlyn. Caitlyn bercerita, ia tahu kalau anak yang di dalam kandungannya menderita cacat bawaan langka, spina bifida, ketika kandungannya berusia sembilan bulan. Dokter menawarkan untuk menyuntik mati bakal jabang bayi tersebut, tapi ia menolak karena itu bertentangan dengan kehendak Tuhan. Keisha yang kini berusia 13 tahun lahir dengan berat 2 kg dengan tulang punggung yang keluar lewat lubang di punggungnya. Pada usia satu hari ia dioperasi karena hydrocephalus.

86

Masalah lain yang utama justru struktur tulang punggungnya yang membuat Keisha harus keluar masuk ruang operasi di usia yang masih dini itu. Sampai suatu saat, keluarga itu tidak punya uang lagi. Hati papanya hancur. Saat itu Keisha berusia 8 tahun dan harus dioperasi karena benjolan tulang punggungnya jadi rapuh dan bisa membuat Keisha mati kesakitan. “Maaf ya Keisha, papa tidak bisa bawa kamu operasi lagi,” cerita Caitlyn menirukan kalimat suaminya. Namun, tangan Tuhan bekerja. Biaya operasi, entah dengan cara bagaimana, disediakan oleh Tuhan. Di Singapura, telah berkumpul empat puluh dokter dari seluruh dunia yang ikut berpartisipasi dalam operasi yang diperkirakan berlangsung 24 jam ini.

MENELADANI KRISTUS UNTUK PEDULI PADA SESAMA

NAFIRI JUN14.indd 86

6/23/14 7:19 AM


Operasi berlangsung sukses. Pada tulang punggung Keisha dipasang pen untuk menyangga punggungnya. Hingga kini, Keisha menjadi satu-satunya pasien dengan penyakit serupa yang hidup. Namun, perjalanan Keisha belum berhenti. Enam bulan setelah operasi itu, pen di tulang punggungnya patah. Pertengahan Mei 2013 lalu, pen di punggunnya geser. Ia harus dioperasi lagi. Tapi Keisha justru tidak patah semangat. “Kalau Papa dan Mama di dunia mau lakukan yang terbaik, apalagi Bapa di Surga,” kata Keisha. Pembicara Parents’ Day waktu itu, Pendeta Agus Gunawan, yang juga Rektor Sekolah Tinggi Teologi Bandung (STTB) mengatakan, orangtua harus dihormati karena inilah perintah Tuhan. Saat ini zaman di mana parenting adalah hal yang sulit. Orangtua harus jadi model dari orang yang mengasihi Allah, yaitu hidup sesuai dengan yang Tuhan inginkan. “Orangtua jadi model dari kehendak Tuhan terhadap manusia, ini berarti orangtua harus belajar dari Tuhan,” kata Pdt. Agus. Menjadi model adalah hal yang sangat penting. Orangtua tidak harus sempurna, tapi harus bisa jadi model. “Kalau kita ingin anak berdoa dan mengasihi Tuhan, kita harus kasih contoh bagaimana bergulat dengan masalah dan tidak jadi orang munafik,” kata Pdt. Agus. Pdt. Agus memberikan beberapa petunjuk. Pertama, memberikan perhatian pada individu anak. Kalau anak ingin main bola, jangan terus hanya disuruh belajar. Anak jangan hanya dijadikan alat kebanggaan orangtua sehingga orangtua berupaya mencetaknya menjadi seperti yang orangtua inginkan. Orangtua merasa memperhatikan, tapi anak tidak merasa diperhatikan. “Jangan sampai orangtua jadi penghambat utama anak-anak,” kata Pdt. Agus. Pdt. Agus mengatakan, orangtua juga harus memberikan stimulasi intelektual, serta memberikan motivasi pada anak. Pengetahuan memang ada di sekolah, tapi jangan lupa bahwa yang lebih penting dari pengetahuan, yaitu hikmat, ada di Alkitab / Edna Pattisina NAFIRI JUNI 2014

NAFIRI JUN14.indd 87

87

6/23/14 7:19 AM


“O

r an g gila… orang gila… Awas ada orang gila…,” olok-olokan ini sering diucapkan bila ada seseorang yang berpakaian aneh, kotor, jorok, bicara sendiri atau mengumpat-umpat bahkan berteriak-teriak tidak keruan. Dan biasanya kita akan buru-buru menghindar atau menjauhi mereka secepat mungkin karena jijik dan takut terkena dampak amukan orang gila tersebut. 88

MENELADANI KRISTUS UNTUK PEDULI PADA SESAMA

NAFIRI JUN14.indd 88

6/23/14 7:19 AM


Penderitaan

dari Sudut Pandang Mekanistis

/ Drs. Gandadinata Thamrin, MM., MA /

Tapi bagaimana kalau orang gila tersebut adalah saudara kita sendiri atau mungkin juga orangtua kita sendiri? Beberapa orang mungkin akan membiarkan, tidak lagi memedulikan dan menelantarkan mereka di jalanan. Beberapa lagi kemungkinan ditempatkan pada panti sosial atau rehabilitasi orang gila. Setidaknya kebanyakan orang merasa enggan dan malu untuk menampung dan memelihara mereka sampai akhir hidup mereka.

Oktober 2013 lalu, salah seorang saudari saya dikabarkan meninggal dunia setelah sakit keras dan tidak mau makan. Beliau seorang penderita sakit jiwa alias depresi berkepanjangan. Sehari-hari dia hanya melamun, tertawa, menangis sendiri tanpa sebab. Jika ditanya mengapa maka jawabannya bisa berbeda dari pertanyaannya.

NAFIRI JUNI 2014

NAFIRI JUN14.indd 89

89

6/23/14 7:19 AM


Kondisi ini sudah berlangsung lebih dari 40 tahun sejak suaminya meninggalkannya bersama anak perempuannya yang masih kecil. Kondisinya semakin tidak stabil hingga anaknya pun kurang terurus. Kadang beliau ke luar rumah dan hilang, sehingga akhirnya beliau diasuh oleh saudara kandungnya hingga meninggal dunia. Sungguh tragis, anaknya pun tidak menghadiri pemakamannya. Pemakaman itu menjadi refleksi dan cermin bagi banyak saudara dan temanteman yang membicarakan betapa tragis dan menyedihkan nasibnya di dunia ini. Beberapa orang juga membicarakan anaknya dan juga suaminya. Dan saya kembali merefleksikan apa yang terjadi pada saudari saya itu bisa saja terjadi pada diri saya. Mengapa penderitaan itu terjadi pada orang-orang ini? Dan bagaimana penderitaan itu terjadi pada orang-orang yang percaya pada Kristus? Menjadi Menarik Penderitaan menjadi pokok persoalan orang Kristen dalam menjalani kehidupan imannya kepada Tuhan. Bagaimana pandangan terhadap penderitaan yang dialami oleh orang Kristen? Kita tentu tidak asing mendengar cerita tentang penderitaan Ayub. Tokoh ini merupakan orang yang benar, saleh, jujur dan takut akan Allah serta menjauhi kejahatan, sehingga dapat dikatakan tidak ada yang salah mengenai kerohanian dan iman Ayub kepada Tuhan. Tetapi cerita ini menjadi menarik bila melihat perkataan tiga sahabatnya: Elifas, Bildad dan Zofar: 1. Elifas mengatakan bahwa tidak tertutup kemungkinan bagi orangorang benar untuk mengalami penderitaan sesaat dan orang fasik mengalami kebahagiaan sesaat namun pada akhirnya luka-luka orang benar akan disembuhkan dan akan memiliki pengharapan dalam hidup ini (Ayub 15:20-26). Sebaliknya, kemakmuran orang fasik akan sirna sehingga mereka tidak memiliki pengharapan dalam hidup ini. Elifas mengatakan bahwa pada akhirnya kebenaran akan membuahkan kebahagiaan sedangkan kefasikan akan membuahkan penderitaan. 90

MENELADANI KRISTUS UNTUK PEDULI PADA SESAMA

NAFIRI JUN14.indd 90

6/23/14 7:19 AM


2. Pendapat Bildad lebih keras lagi dengan menegur Ayub yang telah mempertanyakan keadilan Allah dan menyarankan mencari Allah untuk memohon belas kasihan-Nya, bersikap bersih dan jujur sehingga Allah berkenan memulihkannya kembali (Ayub 8:16). Dengan perkataan lain, Bildad menegaskan bahwa dosa akan mengakibatkan penghukuman, sedangkan kejujuran dan penyerahan diri secara mutlak kepada Tuhan akan membuahkan pemulihan (diangkat dari) penderitaan yang dialami. 3. Terakhir, Zofar menghardik Ayub sebagai orang yang banyak bicara, banyak mulut dan pengolok karena tidak menyadari keberdosaan dirinya yang mengakibatkan penderitaannya sendiri (Ayub 11:16; 13-20). Zofar mengatakan bila Ayub mau bertobat, menjauhkan kejahatan dan kecurangan maka penghakiman Allah akan lenyap dan ketentraman serta kedamaian akan menyertainya. Mendasari pembahasan di atas maka saya mengambil pendapat dari salah satu artikel yang dibuat Hendra Thamrindinata (Dekan FLA – UPH) yang berjudul “Aku dan Allahku�. Tulisannya mengenai perspektif mekanistis mengatakan ada hubungan atau relasi antara penderitaan dengan perbuatan manusia, yang dikatakan bahwa penderitaan berbanding lurus dengan perbuatan atau amal manusia. Elifas melihat dari perspektif akhir kehidupan orang benar dan orang fasik, Bildad melihat dari perspektif relasi antara dosa, penghukuman, kebenaran dan pemulihan, sedangkan Zofar melihat dari perspektif relasi antara kejahatan dan penghakiman serta pertobatan dan kedamaian hidup. Ketiganya menyatakan bahwa jika seseorang berbuat baik maka akan dihindarkan dari penderitaan dan cobaan, sedangkan bila seseorang berbuat kejahatan dan berdosa maka akan ada penghukuman berupa penderitaan dan penghakiman. NAFIRI JUNI 2014

NAFIRI JUN14.indd 91

91

6/23/14 7:19 AM


Akhir Mengenaskan Apakah perspektif di atas keliru? Alkitab mengatakan bahwa mereka yang menyukai Taurat Tuhan akan seperti pohon yang ditanam di tepi aliran air (Mazmur 1:3, Mazmur 37:25, Amsal 1:33) yang menghasilkan buah pada musimnya, yang tidak layu daunnya dan apa saja yang diperbuatnya berhasil. Tetapi Alkitab juga mengajarkan kisah Habel yang persembahannya berkenan kepada Allah harus menemui akhir yang mengenaskan di tangan Kain, kakaknya sendiri. Kisah Uria yang begitu setia terhadap raja Daud harus menemui ajalnya yang tragis, kisah Nabot yang benar tetapi menemui akhir yang mengenaskan di tangan raja Ahab, kisah Yohanes Pembaptis yang berkobar-kobar memberitakan Kerajaan Allah harus mati dipenggal dan sederetan kisah orang benar yang tidak dipulihkan kejayaan, kekayaan, kesehatan, kebahagiaannya.

Di sinilah kekeliruan sahabat Ayub mengimplikasikan dua hal, yaitu: 1. Kompleksnya realitas penderitaan tidak dapat disimplifikasikan secara sederhana dan penderitaan bukan hanya semata-mata berkaitan dengan permasalahan dosa dan kejahatan saja. 2. Kesadaran akan keterbatasan manusia di dalam memahami segala sesuatu akan memutlakkan pandangan mekanistis yang mereka anut mengenai relasi penderitaan dan Allah sebagai satu-satunya pandangan yang benar di dalam menjelaskan penderitaan Ayub.

Kedua hal tersebut dapat disimpulkan menjadi satu kegagalan utama, yaitu kegagalan mereka memahami Allah sendiri, kegagalan memahami keterbatasan manusia dan kegagalan memahami kedaulatan Allah yang kekal bahwa seluruh kehidupan makhluk di muka bumi ini merupakan rancangan kekal Allah yang abadi. Artinya rencana ini bukan dibuat berdasarkan situasi atau keadaan sebab akibat dari perbuatan manusia, tetapi bersumber kepada Allah sendiri. Rencana Allah juga tidak berbanding lurus dengan perbuatan baik manusia. Tetapi terkadang manusia dengan sombongnya mencoba untuk memetakan Allah dalam konsep hidupnya, yang seharusnya Allahlah yang memetakan seluruh hidupnya. 92

MENELADANI KRISTUS UNTUK PEDULI PADA SESAMA

NAFIRI JUN14.indd 92

6/23/14 7:19 AM


Ayub menyadari akan keberadaan ini dan berkata “Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil, terpujilah nama Tuhan!� (Ayub 1:21). Perkataan ini menjelaskan bahwa pandangan Ayub tentang Allah yang berdaulat, berhak memberi dan berhak untuk mengambilnya. Ada misteri hidup yang merupakan bagian dari Allah sendiri yang mungkin tidak dibukakan kepada manusia dan itu adalah Hak Allah semata. Dicampakkan Beberapa waktu yang lalu, seorang rekan dosen bersaksi mengenai ayahnya yang melayani Tuhan dengan sungguh-sungguh selama bertahun-tahun, tetapi akhirnya dicampakkan oleh gerejanya. Dia mengalami sakit berat dan Parkinson yang parah hingga akhirnya meninggal dunia. Penderitaannya tidak hanya sampai disitu. Ibunya sangat terpukul dan mengalami sakit ingatan (depresi berat atau gila). Dia harus dirawat dan selalu dijaga agar tidak ke luar rumah dan hilang. Dalam kesusahan seperti itu, celakanya, beberapa saudara ayahnya menegur dan mengutuk mereka agar bertobat dan mengaku dosa karena mungkin masih ada dosa turunan yang dilakukan ayahnya semasa hidupnya dan belum diselesaikan. Beberapa saudaranya bahkan mengucilkan ayah dan ibunya yang menderita ini. Cacian, makian, dan hinaan justru diterima dari orang-orang terdekat ayahibunya dan selama bertahun-tahun anak-anaknya menderita batin akibat perlakuan ini. Dan yang menguatkan, rekan saya ini percaya bahwa konsep kedaulatan Tuhan ada dalam hidupnya, dan dia percaya ini merupakan rencana indah Tuhan pada keluarga dan dirinya walaupun penderitaan ini belum berakhir. Dia tetap memuliakan Tuhan dan percaya bahwa pekerjaan Tuhan harus dinyatakan seperti perkataan Tuhan Yesus saat menjawab pertanyaan murid-Nya mengenai seorang buta sejak lahirnya (Yohanes 9:1-3). Begitu juga dengan Ayub berkata: “Terpujilah nama Tuhan� menjelaskan kebergantungan Ayub kepada kedaulatan Tuhan semata, bukan pada materi, bukan pada kesehatannya, bukan pada hidupnya dan bukan pada dirinya sendiri.

NAFIRI JUNI 2014

NAFIRI JUN14.indd 93

93

6/23/14 7:19 AM


Dan akhirnya Ayub dapat berkata:

“Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau” (Ayub 42:5) Inilah proses terakhir saat penderitaan berlangsung. Orang beriman melihat kemuliaan Allah dan kedaulatan Allah semata di dalam hidupnya tidak peduli akan berakhir bahagia ataupun berlanjut. Sikap hati orang beriman hanya tertuju pada Tuhan semata seperti Ayub katakan “dan sekarang mataku sendiri memandang Engkau”. Kesimpulan: Keliru bila manusia memahami penderitaan dengan perbuatan atau kebaikan perspektif mekanistis. Ada banyak atribut-atribut Allah yang perlu dipahami dan ada misteri yang menjadi hak Allah semata. Kita melakukan hal yang baik dan benar karena kita terlebih dulu diselamatkanNya; bukan sebaliknya bahwa manusia berbuat baik agar diselamatkan dan tidak mengalami penderitaan. Bicara soal penderitaan memang tidak ada habisnya. Ini misteri Allah yang tidak terselami. Tetapi, sebagai orang percaya kita harus tetap bersandar pada kehendak-Nya dan tetap menjalani apa yang menjadi bagian dan porsi kita serta percaya Allah pun melakukan bagian-Nya (Ulangan 29:29). Amin 94

MENELADANI KRISTUS UNTUK PEDULI PADA SESAMA

NAFIRI JUN14.indd 94

6/23/14 7:19 AM


SEJUTA SEMENIT

Pada suatu malam, Teguh berdoa kepada Tuhan. “Tuhan,” katanya, “seberapa lamakah sejuta tahun itu?” Tuhan menjawab, “BagiKu hanya semenit.” Teguh bertanya, “Tuhan, seberapa besarkah satu miliar itu?” Tuhan menjawab, “BagiKu hanya satu rupiah.” Teguh bertanya lagi, “Tuhan, bolehkah aku meminta satu rupiah?” Tuhan menjawab, “Tentu anakKu! Tunggulah semenit lagi.”

TIDAK KE GEREJA

Pada suatu pagi, seorang ibu mengetuk pintu kamar anak laki-lakinya dan memberitahunya bahwa sudah saatnya bangun dan pergi ke gereja. “Aku tidak ke gereja pagi ini,” kata si anak. “Kamu harus bangun dan pergi ke gereja,” balas si ibu. “Tidak mau!” si anak menjawab. “Ya, kamu harus ke gereja,” si ibu berkata. “Tidak mau. Mereka tidak menyukaiku dan sebaliknya, aku juga tidak menyukai mereka!” kata si anak. “Beri aku dua alasan bagus mengapa aku harus ke gereja.” “Satu, kamu berumur 55 tahun dan alasan kedua, kamu itu pendetanya!”

DISURUH ISTRI

Sekelompok pria, yang baru saja meninggal dunia, tiba di surga. Petrus melihat kepada mereka dan memberi perintah, “Semua pria, yang dikuasai istrinya selama hidup di dunia, harap berdiri di sebelah kiri saya; sedangkan yang menguasai istrinya, berdiri di sebelah kanan saya.” Semua pria segera berdiri di sebelah kiri, kecuali satu orang, Petrus melihat pria kurus kering, yang berdiri sendirian itu dan berkata, “Wah, engkau hebat. Engkaulah satusatunya suami yang tidak dikuasai istri...” “Maaf menyela,” ujar pria itu memotong pembicaraan Petrus,”aku berdiri di sini karena disuruh istriku!”

“Devil against Humanity”

NAFIRI JUNI 2014

NAFIRI JUN14.indd 95

95

6/23/14 7:19 AM


TER

O PONG

PETUALANGAN DAN PELAJARAN HIDUP / Deidre Tenawin

Tidak ada yang kebetulan, itulah prinsip yang selalu saya pegang. Semua yang terjadi dalam kehidupan ini, saya percaya ada campur tangan Tuhan di sana dan tidak pernah luput dari rencana-Nya. Begitupun ketika Tuhan memberikan saya kesempatan bekerja di sebuah stasiun televisi swasta di Indonesia selama lima bulan.

M

ungkin lima bulan nampak begitu singkat, tetapi dari langkah pertama hingga titik akhir, saya bersyukur mendapatkan banyak pengalaman dan pelajaran hidup yang luar biasa. Sebuah petualangan yang tidak akan pernah saya lupakan seumur hidup saya.

96

MENELADANI KRISTUS UNTUK PEDULI PADA SESAMA

NAFIRI JUN14.indd 96

6/23/14 7:19 AM


Digembleng tentara

Petualangan ini dimulai tatkala saya mengikuti pelatihan militer yang diberikan oleh perusahaan, selama 10 hari di markas TNI AL Pasopati Cilandak. Di sana, fisik dan mental saya bersama temanteman seperjuangan digembleng habis-habisan. Begitu upacara penyambutan selesai, di bawah terik matahari, kami langsung diperintahkan untuk tiarap dan berjalan merayap di atas jalanan dengan bebatuan tajam. Kemudian latihan dilanjutkan dengan lari, mengguling-gulingkan diri, push up, sit up, jongkok berdiri serta kombinasinya. Tentu saya kaget, apalagi ketika malam harinya saya dan teman-teman mengangkat celana dan menyaksikan memar-memar menghiasi lutut-lutut kami. Hari-hari berikutnya tidak kalah beratnya. Diluar aktivitas rutin di atas, saya dan teman-teman menjalani banyak latihan fisik di bawah panggangan matahari. Waktu tidur juga hanya tiga jam sehari. Setiap hari kami harus mengenakan seragam latihan yang baunya luar biasa karena hanya bisa dicuci tiga hari sekali. Padahal seragam itu dipakai setiap

saat, bahkan saat tidur (dituntut untuk selalu siaga dengan seragam ketika dibangunkan tengah malam). Kami juga harus memakai sepatu TNI versi KW yang berat dan keras, hingga membuat kaki bengkak dan kapalan di mana-mana. Yang lebih berat daripada latihan fisik adalah porsi makan yang banyak sekali, seperti makanan TNI seharihari. Diberikan tiga kali sehari dan makanan apapun yang disajikan harus habis dalam hitungan ke sepuluh, tidak terkecuali pare. Atau latihan mental berupa perintah untuk meminum segelas air yang dicampur dengan sayur buncis berminyak. Benar-benar tidak tertelan, yang ada malah saya jadi harus memakan nasi yang telah terkena muntahan saya sendiri.

Meneteskan air mata

Jujur, saat mengalami semua proses didikan itu rasanya begitu menderita. Tetapi ajaibnya di tengah kondisi seperti itu, saya justru jadi punya kesempatan untuk merenungkan kebaikan Tuhan. Diamdiam saya meneteskan air mata saat sedang latihan karena tiba-tiba sadar bahwa pengorbanan Kristus bagi saya ternyata begitu luar biasa. Saya berpikir bahwa saya baru mengalami tempaan fisik segitu saja rasanya sangat menderita. Bagaimana dengan Kristus yang NAFIRI JUNI 2014

NAFIRI JUN14.indd 97

97

6/23/14 7:19 AM


dipasangkan mahkota duri, harus mengangkat salib yang berat dengan tubuh terluka dan dicambuki dengan cambuk duri yang mencabik daging-Nya? Saat itu saya merasa betapa berdosanya saya yang telah menyakiti Kristus dengan begitu sadis. Saya terharu menyadari betapa dalam kasih Tuhan Yesus pada saya, dan tentu juga pada anda juga. Berlatih di bawah terik matahari yang membakar kulit dengan pedasnya itu juga memberikan saya kesempatan untuk bersyukur untuk hal-hal sekecil apapun. Selama latihan, banyak kali saya berdoa kepada Tuhan Yesus memohon agar ada angin yang menggeser awan sehingga menutupi matahari, meski hanya sesaat. Begitu doa saya dikabulkan, rasanya sangat amat bahagia dan saya tidak henti-hentinya mengucap syukur walaupun matahari tertutup hanya beberapa menit. Pernah juga, saya berdoa lalu tak lama cuaca jadi mendung dan kami kemudian berlatih di bawah langit mendung. Wah, saya bersyukur luar biasa. Pelatihan militer ini juga telah mengajarkan saya tentang merendahkan hati. Pernah, pukul dua pagi kami dibangunkan dan harus merangkak dengan lutut masih memar, jongkok berdiri serta 98

MENELADANI KRISTUS UNTUK PEDULI PADA SESAMA

NAFIRI JUN14.indd 98

6/23/14 7:19 AM


push up di atas genangan air hujan. Dingin, sakit, sedih, lelah, merasa direndahkan, rasanya campur aduk. Tapi di sanalah saya tahu tentang bagaimana rasanya merendahkan hati, memaafkan, dan terutama berusaha untuk tetap tegar dan tangguh. Kami juga diajarkan untuk mengalahkan rasa takut dan ke luar dari zona nyaman. Misalnya pada saat pelatihan di Pantai Pasir Panjang. Saya dan teman-teman diantarkan dengan kapal ke tengah laut, beberapa kilometer dari bibir pantai. Lalu kami harus lompat dan berenang ke pantai dengan menggunakan sebuah pelampung. Sebenarnya saya takut sekali karena saya tidak bisa berenang. Tetapi di sinilah saya dilatih untuk mendorong diri ke luar dari rasa takut. Akhirnya saya berhasil sampai di pinggir pantai juga walaupun berenang dengan gaya kecebong. Tentunya, di samping tantangan-tantangan yang saya alami, banyak juga hal-hal keren yang saya dapatkan. Misalnya, pengalaman menembak dengan senapan, ilmu bela diri, survival di tengah lautan, ilmu menyelam, mengendarai perahu karet di laut, mempersiapkan kasur tandu, berjalan di sawah tengah malam sembari ditakut-takuti pocong buatan, tertidur sangat nyenyak di pinggir sawah dan persahabatan erat dengan teman-teman seperjuangan. Semuanya sangat berarti bagi saya. Saya tidak pernah menyesal pernah mengalami prosesproses itu. Proses yang Tuhan ijinkan untuk menempa dan mendewasakan saya. Saya bahkan sangat bersyukur pernah mengalaminya, walaupun ya... mungkin cukup sekali saja ya. Pelatihan militer jugalah yang membuat saya sanggup melewati lima bulan bekerja di bagian creative, yang ternyata jauh lebih berat dari yang semula saya bayangkan. Saya dan teman-teman seperjuangan kembali ditempa di tempat kerja. Pekerjaan yang banyak dan waktu kerja yang panjang NAFIRI JUNI 2014

NAFIRI JUN14.indd 99

99

6/23/14 7:19 AM


membuat saya belajar arti kerja keras dan tangguh yang sesungguhnya. Jadi bisa lebih memahami komentar orangtua, “Baru tahu susahnya cari duit.� Banyak perubahan yang terjadi pada diri saya di kantor ini. Saya yang dulunya sering bad mood jika kurang tidur, merasakan bagaimana saya harus bisa tetap bekerja dengan maksimal walaupun tidur hanya setengah jam. Saya yang dulu manja kalau sakit, harus belajar menelan obat dalam kesendirian ketika demam lalu kembali bekerja hingga subuh. Di tempat kerja ini, saya belajar memandirikan dan menangguhkan diri. Itu juga ditunjukkan oleh para senior dan atasan di lingkungan bekerja saya. Meski tidur sangat sedikit dan dibawah tekanan pekerjaan, mereka tetap bisa tersenyum dan tertawatawa pada jam empat pagi. Beberapa senior bahkan tidak pernah mengeluh, seberat apapun tantangan tugas yang harus dihadapi oleh mereka.

Realita di tempat kerja

Di sisi lain, dari segi pergaulan, bekerja di televisi memberi saya kesempatan untuk bertemu berbagai macam orang dengan karakter dan status sosial yang berbeda-beda. Senang bisa berteman dengan orangorang yang beragam dan mendapatkan kesempatan melihat lebih luas melihat

kehidupan. Memang, sebagai pemuda Kristen yang terbiasa berada di lingkungan gereja dan bertemu orangorang yang walaupun tidak sempurna tetapi masih memegang nilai-nilai Firman Tuhan, membuat saya pada awalnya sedikit kaget melihat realitarealita di tempat kerja. Misalnya ketika ada teman yang menyukai sesama jenis curhat tentang kehidupan percintaan dan hobi seksualitasnya, saya sempat bingung bagaimana harus menanggapinya. Seks bebas pun dianggap wajar saja bagi sebagian orang. Candaancandaan yang mengarah ke arah itu juga akrab di telinga. Selain itu, merokok juga menjadi gaya hidup dan aktivitas mayoritas pekerja televisi karena tekanan pekerjaan. Bagi saya pribadi yang juga tidak sempurna ini, hal-hal tersebut tidak menghalangi persahabatan saya dengan mereka. Hidup ini penuh pilihan-pilihan dan setiap orang berhak menentukan pilihannya sendiri. Meski saya berharap Tuhan menjamah hidup mereka dan mengeluarkan sahabatsahabat saya dari kondisi-kondisi tersebut. Mungkin juga saya bukan pengikut Kristus yang berguna, karena selama saya bersama dengan mereka, saya belum banyak melakukan sesuatu yang berarti bagi mereka. Mentok-

100 MENELADANI KRISTUS UNTUK PEDULI PADA SESAMA

NAFIRI JUN14.indd 100

6/23/14 7:19 AM


mentok, saya hanya berani bertanya, “Kamu benarbenar gak pingin menikah dengan wanita suatu hari nanti?” atau “Emangnya merokok itu enak?” Dan ketika dijawab, “Biasa aja, udah gak ada rasanya.” Lalu saya cuma katakan, “Terus, kenapa merokok kalau gak ada rasanya?” Bahkan ketika saya ditegur atasan dengan alasan saya terlalu jujur, saya tidak berani berkata bahwa bohong itu dosa dan saya malu pada Tuhan Yesus jika melakukannya. Saya pernah membuat kesalahan karena ada kekurangan data yang saya riset lalu saya minta maaf karena saya memang salah. Atasan menegur saya dan berkata kalau seharusnya saya pura-pura berkata telah meninggalkan kertas data riset dan pergi menambahkan data riset saya. Kebohongan adalah hal yang dianggap wajar di lingkungan tempat kerja. Berbohong untuk menghindari dimarahi, berbohong untuk mendapatkan reward atas kerja orang lain atau bahkan berbohong untuk menyelamatkan diri dan mengkambinghitamkan orang lain. Tentu saya bukanlah orang yang tidak pernah berbohong. Pastilah berbohong terkadang begitu menggoda dan bisa melepaskan kita dari masalah. Tetapi sebisa mungkin saya tidak ingin berbohong karena masalahnya setelah berbohong saya jadi sangat malu untuk berdoa dan rasanya tidak berani menghadap Tuhan. Bagaimanapun, saya bersyukur telah melewati prosesproses itu dan menjadi makin kaya akan pengalaman dan pengetahuan baru karenanya. Bahkan sampai detik ini, saya masih tidak menyangka bisa melewati semua proses tersebut. Semua hanya karena anugerah dan kebaikan Tuhan saja yang selalu setia mengiringi langkah hidup saya NAFIRI JUNI 2014

NAFIRI JUN14.indd 101

101

6/23/14 7:19 AM


Kurnia Nata Atmaja

Mendidik Anak BUKAN HANYA Tugas Ibu 102 MENELADANI KRISTUS UNTUK PEDULI PADA SESAMA

NAFIRI JUN14.indd 102

6/23/14 7:19 AM


K / Hump rey /

Apakah setiap pasangan suami istri sudah pasti mengikuti acara-acara yang diadakan oleh Komisi Pasutri? Jawabannya adalah mungkin belum seluruhnya. Mungkin hal itu karena kita belum mengenal lebih jauh Komisi Pasutri (Pasangan Suami Istri).

omisi Pasutri yang berada di bawah Bidang Persekutuan saat ini didampingi oleh Kurnia Nata Atmaja. Kurnia yang saat ini berumur 44 tahun telah hadir di GKY BSD sejak tahun 1999. Majelis yang mempunyai dua putra ini memiliki bisnis alatalat industri instrumen. Di sela-sela kesibukannya ia tetap setia melayani di Pasutri. Menurut Kurnia, Komisi Pasutri lebih diarahkan ke pembentukan keluarga. Jelasnya, suatu awal pernikahan masih belum banyak masalah, namun setelah ada anak maka konsentrasi keluarga biasanya mulai terpecah. Pengalaman pertama kali menjadi orangtua tentunya membutuhkan proses belajar yang berkesinambungan, oleh karena itu orangtua perlu juga tahu caranya mendidik anak. Komisi Pasutri hadir untuk menjadi wadah untuk tujuan tersebut. Orangtua seharusnya melewati tiga fase dalam membangun persahabatan dengan anak-anaknya, yaitu fase disiplin dari lahir sampai dengan 5 tahun, fase pendidikan dari usia 6-12 tahun, fase pelatihan sejak umur 13 sampai dengan 17 tahun. NAFIRI JUNI 2014

NAFIRI JUN14.indd 103

103

6/23/14 7:19 AM


Acara Pasutri dibagi menjadi persekutuan kelompok kecil yang terdiri atas 3–5 keluarga, kemudian dilanjutkan pertemuan raya. Uniknya di Pasutri ada komunitas yang merupakan salah satu bagian dari CGF (Caring Group Fellowship). Modul sebanyak tujuh belas bab digunakan sebagai panduan untuk pembentukan keluarga. Acara pertemuan raya Pasutri diadakan setiap Sabtu ke-3 pukul 17.00 dengan topik yang telah disiapkan untuk 2 tahun. Program GKGW (Growing Kids In God’s Way) adalah program untuk pasangan suami istri dengan anak usia sampai dengan 12 tahun, sedangkan Let the Children Come (LCC) adalah program untuk pasangan suami istri dengan anak yang masuk usia remaja. Sejak Januari 2014 sampai dengan Oktober 2014 program yang dijalankan adalah Garam dan Terang. GKGW dan LCC lebih difokuskan kepada bagaimana cara mendidik anak, menerapkan disiplin, menerapkan koreksi, bagaimana komunikasi yang benar dengan anak, dan bagaimana membawa keluarga mengasihi Tuhan. Garam dan Terang lebih diarahkan ke hubungan antar suami dan istri. Kasus-kasus penganiayaan yang terjadi akhir-akhir ini mengingatkan kita untuk mengisi nilai moral anak dan mengisi firman Tuhan sejak dini, agar ia punya pedoman sampai ia dewasa. Selama ini orang mengira peran mendidik anak adalah tugas ibu, padahal di Alkitab yang berperan adalah ayah sebagai imam bagi keluarga. Bila peran ayah ini tidak ada dalam mendidik anak, anak akan kehilangan figur ayah. Pentingnya figur ayah, misalnya seorang anak perempuan yang tahu figur ayah akan mencari pasangan hidup yang mirip ayahnya. Saat GKGW ada saling sharing mengenai hal-hal dan permasalahan yang terjadi dalam keluarga, namun hal ini tentunya menjadi hal yang confidential di antara anggota komunitas. Kurnia menegaskan, kekayaan firman Tuhan yang mengisi gudang moral seseorang sejak masa kanak-kanak dan teladan hidup orangtua akan membentuk pribadi yang takut akan Tuhan dan mengasihi sesamanya. Jadi peran orangtua terutama seorang ayah sangatlah penting dalam menanamkan firman Tuhan dan memberikan contoh kepada keluarganya. Silakan datang ke persekutuan Pasutri, Tuhan menyertai Anda dan keluarga 104 MENELADANI KRISTUS UNTUK PEDULI PADA SESAMA

NAFIRI JUN14.indd 104

6/23/14 7:19 AM


Orang Pelit Masuk Surga

Ada seorang pelit meninggal. Entah bagaimana dia sampai di pintu surga. Disana Petrus berdiri menyambut dia, “Selamat datang di surga, adakah sesuatu yang ingin kamu katakan sebelum masuk ke surga?” “Em, bolehkah aku membawa 50 kg emasku bersamaku?” tanya si pelit Tentu saja Petrus menolak dengan tegas, tetapi si pelit terus memaksa sehingga terjadi antrian panjang di pintu surga. Tiba-tiba handphone Petrus berbunyi, lalu dia melakukan sedikit pembicaraan. “Ok, Tuhan bermurah hati,” kata Petrus, “kau boleh membawa emasmu. Tetapi Dia hanya mengijinkan kamu membawa 10 kg saja. Bagaimana?” Si pelit berpikir sejenak lalu, “Baiklah, daripada tidak sama sekali,” jawabnya dengan wajah lesu. “Baiklah, silahkan masuk ke surga” kata Petrus. Lalu mulailah si pelit berjalan-jalan menikmati keindahan surga. Tetapi satu hal mengganggu hatinya. Kemanapun dia pergi, dia melihat jalan yang dilalui terbuat dari emas. Tiba-tiba dia merasa bodoh dan ingin membuang emas yang selalu digendongnya kemanapun dia pergi. Dia melihat ke kiri dan kanan lalu berniat meninggalkan emasnya di suatu pojok yang agak tersembunyi. Saat dia akan meletakkan emasnya, tiba-tiba suatu suara bergemuruh di langit “TOLONG JANGAN BUANG SAMPAH SEMBARANGAN!!!”

Redaksi NAFIRI menyambut sumbangan humor untuk rubrik Nafiri HAHAHA! Silakan mengirimkan tulisan ke email: nafiri@gkybsd.org

NAFIRI JUN14.indd 105

Pencuri bego Seorang pencuri berkata kepada temannya sesama pencuri. Pencuri A :” Wah kemarin siang aku berusaha membuka brankas di rumah seorang bendahara yang tinggal di sebelah gereja...tapi sialnya, beberapa orang yang sedang berdoa di gereja itu mengetahui namaku sehingga aku urung mengambilnya” Pencuri B :” Memang dia teriak apa sama kamu?” Pencuri A : “Herannya mata mereka khan terpejam.....tapi ketika aku mulai mengangkat brankas itu mereka bilang.... Aminnnnnnn!!!” Pencuri B : “ Mungkin mereka kenal namamu si Amin kaleee…”

Kekaguman Seorang Suami Suatu malam Dessy terbangun dan melihat suaminya sedang berdiri di sisi box bayi mereka. Dessy belum pernah melihat expresi wajah suaminya seperti itu sebelumnya. Kadang kadang tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kepalanya , tampak kagum ...... , lalu seperti terharu, terus menarik nafas panjang dan seterusnya. Diam diam air mata menetes di kedua mata Dessy , ia tak menyangka suaminya akan mengagumi bayi mereka seperti itu. Dessy menghampiri suaminya, memeluknya dan setengah memancing bertanya , “Mas, apa sih yang mas pikirkan ?” “ Ini ,aku benar benar ngga habis pikir, box seperti ini aja kok ya harganya sampai tiga juta?”

(dari berbagai sumber) NAFIRI JUNI 2014

105

6/23/14 7:19 AM


E/C Spiritual Autobiographies: Universality in Particularity / Yunus Adi Prasetya

I have never been tempted to write an autobiography of any form, not even a diary or a blog. Facebook is the only social media I participate in and that’s only because my friends made an account for me against my will.

W

e have a tendency to have an over-inflated view of ourselves. My view of myself, in all likelihood, is probably better than your view of me. In fact, we all think we’re better than average, but we can’t all be right. That’s why I shy away from

such things. That’s also why to write an autobiography is to enter into a perilous project. You risk exposing just how smug you are as you constantly face the temptation to boast. So I often wonder what in the world could motivate a person to write an autobiography. One possibility is pride and self-admiration. My life and my accomplishments are far too interesting to simply pass away without being immortalized in literature. I’ll do the world a favor by writing an autobiography so that centuries from now, people can read it and marvel at my greatness. Winston Churchill, the paragon of rhetoricians, was an exceptionally great and an exceptionally proud man. According to William Manchester’s The Last Lion, Churchill admired his own speeches so much that he‘d listen

106 MENELADANI KRISTUS UNTUK PEDULI PADA SESAMA

NAFIRI JUN14.indd 106

6/23/14 7:19 AM


to recordings of them and marvel at his own greatness. One time, he and his valet had a fight. Concluding the harangue session, Churchill said, “You were rude!” “You were rude too!” said the valet, to which Churchill responded, “But I am a great man.” With that kind of pride, I would not be surprised if the autobiography he wrote was motivated by the very same self-admiration. We probably won’t be drawn to such biographies.

Magnify Another

While many autobiographies were written by great, pompous men, some were written out of humility. While I tend to dislike most autobiographies, I find myself enjoying a certain kind: spiritual autobiographies. Some wrote not to magnify themselves, but to magnify Another. Aurelius Augustine wrote such an autobiography. Saint Augustine is probably the most influential Christian thinker after Jesus and Saint Paul. He was a fifth century theologian, born in the African part of then-Rome to a devout Christian mother. She raised him as a Christian, praying relentlessly for the salvation of his soul when he was young and unrepentant. The delayed answer to her prayers came with interest: Augustine became

While many autobiographies were written by great, pompous men, some were written out of humility.

a Bishop and a towering figure in the history of the Church. His magnum opus, The City of God (De Civitate Dei) is the single most influential book for the Reformed tradition of Christianity, dare I say, even more influential than Calvin’s Institutes. He’s the kind of person that everyone wants to claim as part of their tradition. Most of them are wrong of course, there’s no doubt that he’s reformed. Jokes aside, my focus today will be on his Confessions, commonly regarded as the first autobiography of the Western world. It was a spiritual autobiography written not out of pride or vanity, but out of a desire to bring glory to God: “My Confessions, in thirteen books, praise the righteous and good God as they speak either of my evil or good, and they are meant to excite men’s minds and affections toward him.” NAFIRI JUNI 2014

NAFIRI JUN14.indd 107

107

6/23/14 7:19 AM


Without a doubt, the Confessions is one of the most fascinating works I have ever read. But because this is a speech of appreciation instead of an analytic speech, I will not be discussing much of the structure or the underlying theology of the Confessions. I will, rather, list three reasons why I find the Confessions particularly impressive. The first reason: because the whole of Augustine’s rhetorical abilities are manifest in them. It is a beautifully written liturgy of praise to God. Hear the first paragraph of the Confessions: “Great art thou, O Lord, and greatly to be praised; great is thy power, and infinite is thy wisdom.” And man desires to praise thee, for he is a part of thy creation; he bears his mortality about with him and carries the evidence of his sin and the proof that thou dost resist the proud. Still he desires to praise thee, this man who is only a small part of thy creation. Thou hast prompted him, that he should delight to praise thee, for thou hast made us for thyself and restless is our heart until it comes to rest in thee.” (Book 1, Chapter I) The second reason why I appreciate the Confessions is because it contains invaluable insights into the obscurities of the human heart. One famous episode of the Confessions

tells of story when Augustine was young and foolish. He and his friends stole pears from a neighbor’s tree. As he recalls the story, he ponders on why they did what they did. Why did they steal the pears? It was not because they tasted good, for they had an abundance of better pears and ended up throwing most of them to the hogs. “By what passion was I animated? It was undoubtedly depraved and a great misfortune for me to feel it. But still, what was it? “Who can understand his errors?” We laughed because our hearts were tickled at the thought of deceiving the owners, who had no idea of what we were doing and would have strenuously objected.... Yet alone I would not have done it--alone I could not have done it at all. O friendship all unfriendly! You strange seducer of the soul, who hungers for mischief from impulses of mirth and wantonness, who craves another’s loss without any desire for one’s own profit or revenge-so that, when they say, “Let’s go, let’s do it,” we are ashamed not to be shameless.” (Book 2, Chapter IX) This was a socio-psychological analysis of peer pressure about 1400 years ahead of time.

108 MENELADANI KRISTUS UNTUK PEDULI PADA SESAMA

NAFIRI JUN14.indd 108

6/23/14 7:19 AM


Humility and courage

Finally, I appreciate the Confessions because of the humility and courage it must have taken for Augustine to write it. Now I am, like Augustine was, an accomplished sinner. But I am not, like Augustine was, an accomplished confessor. The dual meaning of “confess” includes admitting one’s sin and praising God’s mercy. Augustine, I must say, is the confessor par excellence. In his later years, Augustine grew to be a great rhetorician and an intelligent philosopher. It was in these days when he found himself intellectually convinced of the truth of Christianity but existentially unable to commit his life to God. He got himself entangled in the sin of lust, having an 11-year-old fiancé (as was custom during that time to have a wife decades younger than yourself) and yet living with a concubine. He was enslaved to his addiction to sexual pleasures, and he knew, intellectually, that it would destroy him. Hear his struggles: “Wretched youth that I was--supremely wretched even in the very outset of my youth--I had entreated chastity of thee and had prayed, “Grant me chastity and continence, but not yet.” For I was afraid lest thou shouldst hear me too soon, and too soon cure me of my disease of lust which I desired to have satisfied rather than extinguished.” (Book 8, Chapter VII) “I flung myself down under a fig tree--how I know not-and gave free course to my tears. The streams of my eyes gushed out an acceptable sacrifice to thee… I cried to thee: “And thou, O Lord, how long? How long, O Lord? Wilt thou be angry forever? Oh, remember not against us our former iniquities.” For I felt that I was still enthralled by them. I sent up these sorrowful cries: “How long, how long? Tomorrow and tomorrow? Why not now? Why not this very hour make an end to my uncleanness?” (Book 8, Chapter XII) “I was saying these things and weeping in the most bitter contrition of my heart, when suddenly I heard the voice of a NAFIRI JUNI 2014

NAFIRI JUN14.indd 109

109

6/23/14 7:19 AM


boy or a girl I know not which--coming from the neighboring house, chanting over and over again, “Pick it up, read it; pick it up, read it.” Immediately I ceased weeping and began most earnestly to think whether it was usual for children in some kind of game to sing such a song, but I could not remember ever having heard the like. So, damming the torrent of my tears, I got to my feet, for I could not but think that this was a divine command to open the Bible and read the first passage I should light upon… I snatched it up, opened it, and in silence read the paragraph on which my eyes first fell: “Not in rioting and drunkenness, not in chambering and wantonness, not in strife and envying, but put on the Lord Jesus Christ, and make no provision for the flesh to fulfill the lusts thereof.” I wanted to read no further, nor did I need to. For instantly, as the sentence ended, there was infused in my heart something like the light of full certainty and all the gloom of doubt vanished away.” Augustine’s Confessions, and many other spiritual autobiographies, speak to me in profound ways. I sometimes have a sort of naïve belief that certain people—theologians, philosophers, people who seem to me to be virtuous—are immune to temptations. The Confessions, and

other spiritual autobiographies, serve as therapies for me, reminding me that they are not. Most of all, I find their story encouraging. Reading Augustine, you get a sense that he is familiar to every sin and temptation known to mankind but God was faithful. His Confessions testify to the fact that despite great iniquities, God is faithful; his life, a basis for us to believe that God can and will do for us what he did to Augustine, an assurance that God will be faithful. In his particular stories, there is universality to be found. We can relate to the pain and guilt that Augustine expresses in the Confessions. Each sin may be unique but there is a universal element to each of them: our ability to relate to Augustine shows that in a sense, we have all picked and eaten the fruit of the knowledge of good and evil.

His Confessions testify to the fact that despite great iniquities, God is faithful...

110 MENELADANI KRISTUS UNTUK PEDULI PADA SESAMA

NAFIRI JUN14.indd 110

6/23/14 7:19 AM


I appreciate spiritual autobiographies because they speak to me and they speak for me. Their prayers might as well be mine

Bibliography Plantinga, Alvin C. “A Christian Life Partly Lived.” Philosophers Who Believe: The Spiritual Journeys of 11 Leading Thinkers. Ed. Kelly J. Clark. N.p.: InterVarsity Press, 1993. Outler, Albert C. Trans. Saint Augustine’s Confessions. (Ann Arbor, Michigan: University of Michigan Library 2005) Manchester, William. The Last Lion: William Spencer Churchill—Visions of Glory, 1874-1932 (Boston: Little, Brown, 1983). Clark, Kelly James. “Literature of the Confessions.” Philosophers Who Believe: The Spiritual Journeys of 11 Leading Thinkers. Ed. Kelly J. Clark. N.p.: InterVarsity Press, 1993.

The writer is student at Calvin College – Grand Rapids, Michigan, USA majoring Philosophy and Religion.

/

NAFIRI JUNI 2014

NAFIRI JUN14.indd 111

111

6/23/14 7:19 AM


NO. / Anastasia Gondosari “SCIF weekend away - We are going to Yorkshire Dales National Park!!” Begitu judul event facebook yang muncul sekitar 7 bulan yang lalu. Yeay!

S

CIF - Student Christian International Fellowship adalah persekutuan khusus pelajarpelajar di Manchester (walaupun kenyataannya bapak-bapak sampai opa-opa juga ikutan) yang bernaung di bawah Manchester International Alliance, gereja yang gue datengin sejak Agustus pas dateng ke Manchester. Nama “international”nya memang kerasa, dengan kurang dari 100 jemaat tetapnya berasal dari lebih dari 20 negara - paling banyak dari negara berbahasa Spanyol seperti Peru, Argentina, Meksiko, Spanyol dan lain-lain. Setiap Sabtu kita malam mingguan di gereja, diawali dengan makan-makan dan dilanjutkan dengan

112 MENELADANI KRISTUS UNTUK PEDULI PADA SESAMA

NAFIRI JUN14.indd 112

6/23/14 7:19 AM


persekutuan yang gak formal-formal amat, diakhiri dengan diskusi. Acara “weekend away� kami itu mengakhiri rangkaian Student Alpha (belajar tentang fondasi iman Kristen) yang kami ikuti selama 2 bulan setiap Sabtu, semacam “retreat� begitu di sebuah taman nasional yang penuh dengan domba dan sapi lari-lari di gunung, sekitar 2 jam naik bis dari gereja kami di Manchester. Rencana hari kedua kami adalah hiking di taman nasional yang pemandangannya keren banget ditemani oleh domba-domba gendut yang merumput. Sepanjang minggu itu kami berdoa sekuat tenaga supaya cuaca cerah, soalnya hujan pasti akan 100% menghancurkan

rencana kami. Hujan di Manchester dan hujan di Jakarta memang samasama dari langit, tapi waktu itu suhu di Manchester sudah sekitar 10C dan suhu di Yorkshire Dales National Park yang berada di atas gunung pastinya lebih dingin lagi, sekitar 5C (atau bisa kurang), dibandingkan suhu Indonesia yang sekitar 30C. Kalau misalnya hujan dan kita kehujanan di atas gunung, kata dingin itu rasanya understatement, ditambah lagi hujan di UK biasanya ditemani angin kencang (sebagai bayangan, payung gue udah patah 8 sepanjang 9 bulan gue disini serius). Belum lagi kalau ada kabut dan sebagainya... Intinya hujan adalah hal terakhir yang kita harapkan. Pagi itu sebelum hiking, langit

NAFIRI JUNI 2014

NAFIRI JUN14.indd 113

113

6/23/14 7:19 AM


mulai mendung. Baru 10 menit, gerimis kecil datang. Berhubung cuma gerimis kecil, kita lanjutkan. Pertimbangan yang salah, ternyata. Sekitar sejam kemudian hujan besar ditambah kabut parah datang. Dalam kondisi kabut begitu, seandainya gue duduk di baris ketiga kebaktian umum, muka liturgisnya mungkin udah gak kelihatan. Payung dan jas hujan udah gak mempan. Rencana gagal total, ditambah lagi seorang teman kehilangan kacamata dan kita lupa jalan pulang. Dua jam kemudian kami sampai di tempat penginapan dengan kedinginan dan basah kuyup dari ujung rambut sampai ujung jempol kaki setelah tersesat akibat kabut dan hujan. Keesokan harinya sebelum pulang, kita duduk sejenak untuk merenungkan balik apa yang kita dapat sepanjang weekend away itu. Peristiwa hujan deras dan kabut tebal waktu hiking, tak diduga mendapat rating tertinggi sebagai peristiwa yang membawa pembelajaran, contohnya:

1. Jangan melihat ke belakang. Menyerah tampak lebih mudah, tapi berjalan terus mengikuti angin sebenarnya lebih mudah dari berjalan mundur melawan angin (Diego dari Kolombia). 2. Dalam kondisi apa pun, berjalan bersama “brothers and sisters� akan menguatkan kita sampai tujuan akhir (siapa ya? Lupa). 3. Tuhan menjawab doa kami (Brian, Malaysia; Chioma, Nigeria/Italia; Gonzalo, Argentina). Ceritanya mereka nyasar karena kacamata Chioma jatuh di jalan dan karena kabut mereka gak bisa lihat jalan balik. Di tengah kabut mereka memutuskan berdoa, dan begitu mereka membuka mata, kabutnya tiba-tiba pergi dan mereka bisa menemukan jalan pulang yang ternyata gak jauh dari tempat mereka berdiri. Dan banyak cerita lainnya. Kita semua belajar bahwa ada tiga jawaban Tuhan terhadap permohonan kita dalam doa: “ya�,

114 MENELADANI KRISTUS UNTUK PEDULI PADA SESAMA

NAFIRI JUN14.indd 114

6/23/14 7:19 AM


“tidak”, atau “tunggu”. Jawaban yang kita tidak harapkan, biasanya, adalah “tidak” - seperti doa kami yang meminta matahari dan Tuhan jawab dengan hujan. Tapi, Tuhan selalu punya alasan kuat mengapa Ia perlu menjawab “tidak”. Mungkin karena Tuhan mau mengajar kita tentang sesuatu–kalau saja cuaca hari itu cerah, mungkin kita tidak bisa belajar tentang kekuatan doa, pentingnya saudara seiman dan bagaimana untuk berjalan ke depan. Mungkin juga Tuhan mau mengingatkan kita tentang saudara-saudara kita lainnya yang tidak seberuntung kita, yang dianiaya karena percaya Tuhan, yang kedinginan, yang kelaparan, yang kehujanan dan tidak punya tempat tinggal–setidaknya untuk berdoa bagi mereka. Mungkin juga Tuhan mau mengingatkan kita untuk mensyukuri hal yang kita sepelekan selama ini, seperti matahari, kehangatan, kenyamanan, makanan, sekolah – and the list goes on. Jawaban “tidak” karena doa kita bukan pula berarti bahwa Tuhan tidak sayang sama kita, sama seperti waktu kita menolak memberikan pisau kepada anak kecil, karena bahaya. Sama seperti orangtua kita menyuruh kita belajar, kan? Kadang

NAFIRI JUNI 2014

NAFIRI JUN14.indd 115

115

6/23/14 7:19 AM


ketidaknyamanan itu diperlukan juga, demi mencapai masa depan yang lebih baik. Jawaban “tidak” dari Tuhan adalah hal yang perlu kita syukuri juga. Bisa saja Tuhan mau memberikan berkat dalam kesulitan kita, kitanya yang belum siap, mengajarkan kita hal yang benar, mengingatkan kita kalau kita salah dan lebih penting lagi: Tuhan masih terlalu sayang sama kita untuk membiarkan kita berjalan ke arah yang salah We pray for blessings, we pray for peace Comfort for family, protection while we sleep We pray for healing, for prosperity We pray for Your mighty hand to ease our suffering And all the while, You hear each spoken need Yet love us way too much to give us lesser things ‘Cause what if your blessings come through rain drops What if Your healing comes through tears What if a thousand sleepless nights are what it takes to know You’re near What if trials of this life are Your mercies in disguise We pray for wisdom, Your voice to hear We cry in anger when we cannot feel You near We doubt your goodness, we doubt your love As if every promise from Your word is not enough And all the while, You hear each

116 MENELADANI KRISTUS UNTUK PEDULI PADA SESAMA

NAFIRI JUN14.indd 116

6/23/14 7:19 AM


desperate plea And long that we’d have faith to believe ‘Cause what if your blessings come through rain drops What if Your healing comes through tears What if a thousand sleepless nights are what it takes to know You’re near What if trials of this life are Your mercies in disguise When friends betray us When darkness seems to win We know that pain reminds this heart That this is not, This is not our home It’s not our home ‘Cause what if your blessings come through rain drops What if Your healing comes through tears What if a thousand sleepless nights are what it takes to know You’re near What if my greatest disappointments or the aching of this life Is the revealing of a greater thirst this world can’t satisfy What if trials of this life The rain, the storms, the hardest nights Are your mercies in disguise (Blessings – Laura Story)

/ Penulis saat ini belajar di Abbey College Manchester - Inggris di bidang IFP-engineering

NAFIRI JUNI 2014

NAFIRI JUN14.indd 117

117

6/23/14 7:19 AM


A

khir-akhir ini tangan Tuhan terasa begitu nyata turut campur di dalam sepak terjang pekerjaan saya. Diawali dari pertengkaran yang terus menerus dengan salah seorang bos, saya sempat menjadi sangat frustrasi dan dengan serius mempertimbangkan untuk pindah kerja, namun di suatu titik, tiba-tiba bos tersebut di-PHK oleh atasannya. Saya terbengong-bengong. Meskipun sering bertengkar dengan dia, saya tidak bersukacita bos saya diPHK, jadi saya sedih bercampur marah. Saya tidak siap untuk tiba-tiba kehilangan bos, tanpa proses transfer pekerjaan. Di sisi lain, timbul rasa gentar yang sangat dalam kepada Allah sebab saya tahu perkara ini pasti terjadi atas seizin Allah. Saya menjadi sangat kuatir sebab saat itu kami sedang menangani suatu proyek yang sangat besar. Dalam perasaan tidak mampu karena disuruh menggantikan sementara memimpin dan menangani proyek ini, saya berharap pada salah seorang rekan yang saya pikir

pasti akan bisa saya andalkan untuk membantu terkait dengan proyek besar ini. Hati saya menjadi lega. Namun belum sempat saya berdiskusi dengan orang tersebut, tiba-tiba dia kena stroke dan harus dioperasi, bahkan masih koma hingga sekarang (sudah 2 bulan lebih). Saat itu saya betul-betul disadarkan betapa fananya manusia, dan bahwa hanya Dia yang dapat diandalkan. Saya memang tidak didesain untuk menggantikan bos yang di-PHK tersebut, namun sementara bos pengganti belum hadir dan dalam proses transisi, selama hampir 3 bulan ini saya diminta untuk menangani semua pekerjaannya. Waktu berlalu begitu cepat, dan apa yang sebelumnya saya anggap tidak mungkin dan tidak mampu saya kerjakan, ternyata berjalan dengan baik. Firman Tuhan terasa begitu nyata bahwa tidak ada yang mustahil bagi Tuhan, kalau kita sungguh-sungguh mau mempercayai-Nya. Amin. (Elasa Noviani)

Redaksi menyambut setiap sharing singkat dari jemaat. Silakan mengirimkan tulisan ke email: nafiri@gkybsd.org atau bisa kirimkan sms kepada HP: +62-81382938620, cukup tuliskan kata: “Kilau mutiara� dan kami akan menelpon saudara untuk wawancara singkat melalui telpon, kemudian redaksi yang akan menuangkan kesaksian saudara di dalam tulisan. Terima kasih untuk setiap saudara yang sudah berkontribusi dalam penerbitan kali ini. Tuhan memberkati. 118 MENELADANI KRISTUS UNTUK PEDULI PADA SESAMA

NAFIRI JUN14.indd 118

6/23/14 7:19 AM


A

HI

N

A

KI L

MUTI

R

E

K

TUHAN

U A

D U PA

pegang

Janjinya

Maria Magdalena: Tuhan Pegang Janji-Nya

M

azmur 37:25 “Dahulu aku muda, sekarang telah menjadi tua, tetapi tidak pernah kulihat orang benar ditinggalkan,atau anak cucunya meminta-minta roti.� Saya anak bungsu dari lima bersaudara. Saya dibesarkan oleh mami yang single parent. Sejak umur 3 tahun, papi saya sudah meninggal karena stroke. Dan koko terbesar saya saat itu berumur 12 tahun. Mami tidak menikah lagi. Dia besarkan 5 orang anaknya sendiri. Mami seorang pekerja keras. Sejak muda, dia memang sudah disuruh berdagang oleh nenek saya. Dari menikah dengan papi saya, hingga

akhirnya papi meninggal, mami kerja terus sampai dengan saat ini. Masih ada salon di kampung dan dagang sembako yang mulai banyak saingan. Tapi mami suka mengerjakannya. Dia lebih memilih tinggal di rumah sendiri dibanding dengan anak-anaknya karena dia sudah punya komunitas sendiri yang sesama lansia. Umur mami sekarang 70 tahun. Tapi memang, dia masih kuat untuk jalan atau melakukan aktivitasnya. Walau tidak sekuat dulu pada waktu masih muda. Mami adalah sosok wanita hebat dan luar biasa bagiku. Kepergian papi karena stroke itu meninggalkan hutang karena biaya pengobatan yang cukup besar. Mami cerita ke aku, dahulu ketika papi sakit dan dibawa ke Jakarta dan mami sudah tidak ada uang lagi, mami ngomong sama dokter, papi mau dibawa pulang saja karena uang NAFIRI JUNI 2014

NAFIRI JUN14.indd 119

119

6/23/14 7:19 AM


sudah habis. Istri adik papi ada yang bantu dahulu dengan uang Rp250.000 untuk anak-anak mami sekolah. Saya berhutang budi padanya. Saya belum bisa membalas tetapi ternyata Tuhan yang membalas kebaikannya. Tuhan berikan kekayaan berlimpah kepada keluarga adik papiku karena dia sudah menolang mamiku, seorang janda dengan 5 orang anak. Beberapa bulan yang lalu, saya sempat dikhawatirkan dengan keadaan mami yang jatuh dari motor. Tulang pada pergelangan tangannya ada yang retak sehingga mami harus disangga tangannya dengan alat, supaya tulangnya bisa menyatu lagi (walaupun agak susah karena mami sudah tua). Setelah 1 bulan tangannya disangga alat, mami bisa lepaskan penyangga tangannya itu. Sekarang tangan mamiku sudah tidak disangga lagi dan dapat melakukan aktivitas walaupun tidak seperti sebelumnya. Saya bahagia melihat mami

bahagia dan di usianya yang beranjak tua, keinginan hatinya sewaktu muda terlaksana satu per satu. Tiga anak mami membantu biaya hidup mami sesuai dengan porsinya masingmasing. Mami sangat menikmati hari-harinya. Mami kadang membantu pedagang-pedagang tua yang menjajakan dagangannya ke rumah mami saya. Waktu muda, mami pernah disakiti oleh salah seorang saudara mami, namun ketika saudara tersebut sakit stroke dan tidak bisa jalan lagi, mami tetap datang berkunjung ke rumahnya. Mami tidak membalas kejahatan dengan kejahatan. Ketika papi kena stroke, keluarga papi menyuruh mami pindah rumah dari rumah keluarga dengan bekal uang hanya Rp. 4 juta untuk mencari rumah yang lain. Tetapi mami tidak menaruh dendam. Setiap bertemu dengan orang yang mengusirnya, mami tetap menyapa dan bersikap baik.

120 MENELADANI KRISTUS UNTUK PEDULI PADA SESAMA

NAFIRI JUN14.indd 120

6/23/14 7:19 AM


Dari cerita di atas, saya menjadi semakin yakin dan diteguhkan bahwa orang benar tidak akan ditinggalkan oleh Tuhan Yesus. Mamilah yang membuat saya untuk selalu berusaha memperbaiki karakter saya menjadi orang yang mengalah dan sabar di dalam menjalani setiap cobaan yang saya alami. Roh Kuduslah yang memampukan saya melakukan semuanya. Memang tepat semua yang firman Tuhan sampaikan, tidak ada satupun yang terlupa asal kita selalu berharap kepada-Nya. Sejak saya di sekolah minggu, remaja hingga berumah tangga sekarang, banyak sekali campur tangan ajaib Tuhan dalam kehidupan saya. Itu bukan kebetulan. Tuhan Yesus melalui Roh Kudus-Nya akan terus berkarya bagi setiap orang yang berharap kepada-Nya. Tuhan Yesus memberkati

NAFIRI JUNI 2014

NAFIRI JUN14.indd 121

121

6/23/14 7:19 AM


REKO

SI

MENDA

BUKU

not a fan. Kyle Idleman

“Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku” ( Lukas 9:23).

Judul buku :

not a fan. (Bukan Seorang Penggemar) Pengarang :

Kyle Idleman Jumlah halaman :

239 halaman

I

nti dari buku yang ditulis oleh Kyle adalah tentang perbedaan antara orang Kristen yang hanya hidup sebagai penggemar dan orang Kristen yang memutuskan menjadi pengikut. Kyle menjabarkan ciri-ciri pengikut Kristus dalam buku ini secara sederhana, runtut, dan memuat banyak kesaksian hidup baik dari contoh tokoh Alkitab ataupun dari individu di sekelilingnya. Kyle menantang kita untuk “mendiagnosa” tingkat

122 MENELADANI KRISTUS UNTUK PEDULI PADA SESAMA

NAFIRI JUN14.indd 122

6/23/14 7:19 AM


hubungan kita dengan Kristus: Apakah selama ini kita seorang pengikut sejati ataukah jangan-jangan hanya sekedar penggemar yang bersemangat. Diagnosa sindrom penggemar, pertama dengan pertanyaan: Apakah kita mengambil keputusan untuk menerima Yesus atau berkomitmen pada Yesus? Kyle menceritakan perjalanan iman seorang Nikodemus. Diagnosa selanjutnya dengan mempertanyakan apakah kita hanya tahu tentang Yesus atau sungguh mengenalnya. Kyle mengangkat cerita tentang orang Farisi vs wanita pelacur, dimana terbukti pada akhirnya para pemuka agama itu dengan segala pengetahuannya adalah penggemar dan seorang wanita pelacur yang menyatakan kasihnya pada Yesus menjadi pengikut. Diagnosa ketiga dengan pertanyaan: Apakah Yesus menjadi salah satu (di antara hal-hal seperti uang, pekerjaan, ataupun orangorang terkasih kita) atau hanya satusatunya dalam hidup kita. Diagnosis sindrom penggemar selanjutnya dengan pertanyaan: Apakah kita lebih berfokus pada tampilan lahiriah daripada batiniah? Penggemar terjebak pada tampilan luar yang dilihat orang daripada jati diri mereka sesungguhnya, seperti penggemar yang tidak pergi nonton film dewasa di bioskop tapi menyimpan filmnya di rumah.

Penggemar membesarkan anaknya dalam gereja tapi tidak membesarkannya dalam Kristus, mengajarnya untuk menaati aturan tapi tidak menjalin hubungan pribadi dengan Tuhan, sehingga membuat si anak merasa bersalah atas setiap kesalahan yang ia buat tapi kehilangan juga kasih karunia Allah yang menakjubkan. Diagnosa terakhir yaitu dengan mempertanyakan apakah kita seorang penggemar yang mengandalkan kekuatan sendiri atau pengikut yang dipenuhi Roh. Penulis menyatakan bahwa orang Kristen yang mau mengikut Yesus akan mengejar-Nya dengan penuh gairah seperti pada saat kita jatuh cinta pada pasangan kita, dan rela melakukan banyak hal yang tidak dapat dimengerti oleh orang lain yang melihatnya. Itu nampak seperti “cerita cinta yang gila�. Beda dengan seorang penggemar, karena mereka hanya ingin merasakan kesenangan tanpa harus mengambil resiko merasa sakit. Pengikut Kristus harus rela untuk hidup dalam penyangkalan diri, lebih memilih Yesus daripada keluarga, uang, target-target karier, minuman keras, video porno, kebebasan pribadi, dan shopping. Mengikut Yesus berarti mengikuti-Nya kemana pun Ia utus, kapan pun Ia pinta, dan apapun resiko yang dihadapi tanpa kompromi. Kyle NAFIRI JUNI 2014

NAFIRI JUN14.indd 123

123

6/23/14 7:19 AM


banyak menceritakan dirinya sendiri, keluarga, teman-teman, dan tokoh-tokoh terkenal lainnya dalam perjalanan mereka sebagai pengikut Kristus yang sejati. Bab-bab terakhir buku ini menantang kita untuk berkomitmen pada panggilan kita sebagai pengikut Kristus dan berani memikul salib setiap hari: Mati terhadap keinginan diri sendiri, mematikan keakuan kita, dan hidup bagi Kristus. Mati setiap hari mungkin berarti mengubah acara liburan dan mengikuti pelayanan misi. Mati terhadap diri sendiri bisa berarti mengasihi tanpa syarat pada pasangan yang telah berkhianat. Mati terhadap diri sendiri tidak terdengar masuk akal bagi penggemar, tapi pengikut Kristus mengerti bahwa kematian adalah rahasia hidup yang sejati. Dengan menyerahkan hidup kita, justru akan memperoleh kehidupan yang selama ini kita impikan. Dari buku ini kita juga bisa belajar dari seorang jutawan William Border yang meninggalkan seluruh kekayaannya demi menjadi seorang pengikut Kristus yang berkomitmen penuh dengan kalimat-kalimatnya: “Tidak ada tawar menawar, tidak ada kata mundur, tidak ada penyesalan.� / Lily Ekawati

124 MENELADANI KRISTUS UNTUK PEDULI PADA SESAMA

NAFIRI JUN14.indd 124

6/23/14 7:19 AM


EVENT NOTES

K

elas pembinaan di GKY BSD yang dinamai KEPAK (Kelas Pembinaan Kristen) merupakan program kelas intensif untuk memperlengkapi jemaat akan pemahaman Alkitab secara utuh (termasuk sejarah). KEPAK semester pertama tahun 2014 telah selesai pada tanggal 31 Mei yang lalu. Metode belajar KEPAK adalah berbentuk kelas, bukan seminar. Semester pertama diadakan sebanyak 5x pertemuan di bulan Januari – Mei (sebulan sekali di hari Sabtu minggu terakhir tiap-tiap bulan). Materi yang diajarkan di semester pertama adalah Perjanjian Lama dengan topik mulai penciptaan sampai hukum Allah dan tata cara ibadah. Peserta dari kelas KEPAK adalah jemaat umum, dan pada semester pertama tercatat sekitar 90 orang yang mengikuti kelas ini. Pengajar kelas KEPAK semester pertama adalah Ibu Inawaty Teddy, dosen Perjanjian Lama STTRI, Jakarta

Ibu Inawaty Teddy sedang mengajar

Para peserta sedang mengikuti kelas NAFIRI JUNI 2014

NAFIRI JUN14.indd 125

125

6/23/14 7:19 AM


REKO

SI

MENDA

USIK

30: Three Decades of Songs for the Church Track list 1. Let Your Kingdom Come 2. All I Have is Christ 3. Jesus, Thank You 4. Behold Our God (Who has held the oceans) 5. O Great God 6. The Glories of Calvary 7. Oh the Deep, Deep Love 8. Now Why This Fear 9. The Glory of the Cross 10. I Will Glory in My Redeemer 11. Greater Than We Can Imagine 12. I have A Shelter 13. I Stand in Awe 14. Before the Throne of God Above

S

elama 30 tahun, Sovereign Grace Music telah memproduksi lebih dari 500 lagu rohani yang dikarang oleh puluhan penulis lagu berbakat. Dengan genre musik yang sangat variatif mulai dari hymn, alternative, pop maupun rock, Sovereign Grace telah melayani gereja di berbagai penjuru dunia melalui n ada lagulagunya yang sederhana dengan liriknya yang setia akan esensi Firman Tuhan dan teologi.

126 MENELADANI KRISTUS UNTUK PEDULI PADA SESAMA

NAFIRI JUN14.indd 126

6/23/14 7:19 AM


Sejak mengawali semuanya pada tahun 1984 (dengan album pertama Mighty God) hingga saat ini, visi dan misi mereka dalam melayani masih sama, album demi album pun mereka produksi dengan kualitas yang semakin baik. 30: Three Decades of Songs for the Church adalah bentuk ucapan syukur mereka akan kesetiaan dan penyertaan Tuhan selama 30 tahun terhadap pelayanan musik Sovereign Grace. Di album yang berisi 14 lagu ini, Sovereign Grace mengumpulkan beberapa musisi-musisi terdekat mereka untuk menyanyikan kembali lagu-lagu ‘klasik’ Sovereign Grace yang telah dikenal oleh para jemaat sejak dulu, menjadikannya sebuah album ‘baru’ yang segar.

Pendengar setia Sovereign Grace akan merasa disegarkan kembali dengan aransemen baru lagu-lagu kesayangan mereka seperti “Let Your Kingdom Come”, “All I Have Is Christ”, “I Will Glory in My Redeemer”, dan “Before the Throne of God Above”. Di sisi lain, album ini seakan menyediakan sajian lengkap bagi pendengar baru. Bagi yang belum familiar dengan Sovereign Grace Music, album ini bisa menjadi pilihan keluarga. Karena dengan mengumpulkan gubahan berkualitas mereka untuk direkam ulang, 30 bagaikan album kompilasi terbaik Sovereign Grace /Arina Palilingan

Versi digital 30: Three Decades of Songs for the Church dapat di download di iTunes Indonesia atau di website http://sovereigngracemusic.org/Albums/ 30_Three_Decades_of_Songs_for_the_Church NAFIRI JUNI 2014

NAFIRI JUN14.indd 127

127

6/23/14 7:19 AM


REK

SI

ENDA OM

The

FAULT in our

STARS

Sutradara: Josh Boone Pemeran: Shailene Woodley, Ansel Elgort, Nat Wolff, Willem Dafoe Produser: Temple Hill Entertainment Distributor: 20th Century Fox Tanggal rilis: 6 Juni 2014 (USA), 22 Agustus 2014 (Indonesia)

eberapa tahun yang lalu jadwal tayang perfilman Hollywood sempat dipadati oleh bermacam-macam film drama/komedi romantis. Genre film yang satu ini sangat populer khususnya di kalangan remaja dan dewasa sehingga bioskop kerap dipenuhi para pecinta film bertema ringan ini. Namun tiga tahun terakhir ini, studio-studio besar Hollywood rupanya sedang senang memproduksi film-film superhero, biopik, film aksi yang futuristik, dan drama kontemplatif berbudget besar.

B

128 MENELADANI KRISTUS UNTUK PEDULI PADA SESAMA

NAFIRI JUN14.indd 128

6/23/14 7:19 AM


Di tengah-tengah ramainya penggarapan genre-genre di atas, The Fault in Our Stars tiba-tiba saja muncul dengan apa adanya tapi berani. Diadaptasi dari novel dengan judul sama oleh John Green, film drama romantis besutan sutradara Josh Boone ini bercerita tentang cinta, kehidupan dan keterbatasan fisik. Bukan Cinta Biasa Hazel, seorang remaja perempuan yang didiagnosa mengidap kanker, kehilangan semangat hidup ketika tahu bahwa dirinya hanyalah bom waktu yang sewaktu-waktu bisa meledak lalu menghilang begitu aja. Kehidupan sehari-harinya yang datar ditemani oleh tabung oksigen portabel untuk membantunya bernafas normal. Ketika Hazel dipaksa oleh ibunya untuk bergabung dalam suatu support group bagi para pengidap kanker, disitu Ia berkenalan dengan Gus, seorang pria muda yang telah bebas dari kanker namun kehilangan salah satu kakinya yang

harus diamputasi. Kekurangan dan keterbatasan masing-masing seakan menyatukan mereka berdua dalam emosi dan cinta. Bersama, Hazel dan Gus melalui tantangan hidup yang membawa mereka kepada suatu perjalanan dan pengalaman hidup yang luar biasa. Diperankan oleh bintang muda berbakat Shailene Woodley (Divergent, The Spectacular Now) dan Ansel Elgort (Divergent, Carrie), The Fault in Our Stars dipastikan bisa menjadi sebuah tontonan yang menguras emosi para penonton. Yang jelas, film ini akan mengundang senyum dan tangis karena mengambil suatu tema yang indah lalu mengaduknya dengan tragedi. Apakah dunia kita masih bisa terlihat cerah jika hidup kita hancur oleh cacat fisik atau diagnosa penyakit terminal? Masih sanggupkah kita mengasihi diri sendiri dan orang lain? / Arina Palilingan The Fault in Our Stars akan dirilis serentak bulan depan di bioskopbioskop Indonesia. NAFIRI JUNI 2014

NAFIRI JUN14.indd 129

129

6/23/14 7:19 AM



Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.