Saudara-saudara terkasih, Saya pernah duduk di antara dua wanita muda di satu kebaktian di GKY BSD. Ketika tiba waktu untuk mendengarkan khotbah, kedua pemudi ini mengeluarkan smartphone-nya dan serentak mulai mengetik. Karena layarnya cukup lebar, mudah bagi saya untuk melirik sekilas apa yang mereka sedang lakukan. Ternyata mereka chatting, mereka mengetik dan mengetik…, dan ini benar-benar dilakukan sepanjang khotbah berlangsung. Mereka mengira hanya duduk-duduk di dalam gereja saja sudah cukup untuk dikatakan beribadah dan menjadi bagian dalam komunitas Kristen. Tema Nafiri edisi kali ini adalah ”Reaching out Community”. Komunitas Kristen seharusnya bukan hanya merupakan kumpulan orang-orang yang duduk di gereja, tetapi merupakan orang-orang percaya yang mengasihi Tuhan dan menjangkau keluar, menjadi berkat bagi sesama manusia melalui kesaksian hidup dan pelayanannya. Di sepanjang sejarah kita menemukan orang-orang yang telah membuktikan hidupnya mampu menjangkau masyarakat dan membawa keharuman nama Kristus dimana-mana (2 Kor2:14). Rubrik Teropong dalam edisi kali ini menyajikan Armenia - negara Kristen pertama yang sekalipun kecil, tetap mampu menjadi terang bagi bangsa-bangsa lain. Tokoh-tokoh yang mewarnai rubrik Refleksi dan Kesaksian merupakan teladan dari orang-orang yang mengasihi Kristus dan hidupnya menjadi berkat bagi mereka yang bersentuhan dengannya. Demikian juga dengan pelayanan yang dituliskan di dalam Lentera Misi, sungguh adalah kesaksian hidup yang luar biasa. Tetapi sebaliknya, penulis Corner Kick menyentil dunia kita saat ini yang dipenuhi oleh nuansa individualistis dan orang lebih suka ‘mager’ (males gerak) karena telah lengket dengan game-game yang menjadi gambaran mereka yang tidak peduli kepada persekutuan. Padahal “Pada hakikatnya, gereja adalah orang-orang yang didiami Roh Kudus, yang mengubah karakter mereka, dan memberi mereka karuniakarunia untuk melayani. Setiap orang percaya harus menggunakan apapun yang dimilikinya untuk melayani satu sama lain – dan melayani sesama” – Jim Petersen dalam Church Without Wall. Selamat membaca, semoga setiap tulisan yang ada disini memberi inspirasi bagi saudara-saudara. Tuhan Yesus memberkati kita. 2
REACHING OUT COMMUNITY
NAFIRI SEPT 16 print.indd 2
Salam, Redaksi
Penasehat Pdt Joni Sugicahyono, M.Div. Pembina GI Feri Irawan, M.Div. Majelis sub. bid. Literatur Kevin Kowinto Pemimpin Redaksi Elasa Noviani Wakil Pemimpin Redaksi Nico Tanles Tjhin, Arina Palilingan Editor Hendro Suwito, Titus Jonathan Proof Reader Yati Alfian Creative Design Juliani Agus, Arina Palilingan, Christina Citrayani, Kezia Rusli, Glory Amadea Illustrator Thomdean Fotografer Yahya Soewandono Koordinator Narasumber Deirdre Tenawin Penulis Anton Utomo, Deirdre Tenawin, Elasa Noviani, Erwin Tenggono, Edna C. Pattisina, Feri Irawan, Hendro Suwito, Humprey, Kevin Kowinto, Lily Ekawati, Lislianty Lahmudin, Nico T. Tjhin, Pingkan Palilingan, Titus Jonathan, Sarah A. Palilingan Kontributor Denis Condro, Eddy Tan, Grace Kalew, Joni Sugicahyono, Putera A. Waruwu, William Handello Alamat Redaksi Sub bidang literatur GKY BSD Jl. Nusaloka E8/7 BSD Tangerang Telp/ Fax: 021-5382274 Email: nafiri@gkybsd.org
Kirimkan KRITIK, SARAN, SURAT PEMBACA dan ARTIKEL anda ke alamat redaksi ataupun lewat e-mail di atas
9/23/16 8:51 PM
F oku s
60 Thought
26 Reach out Community 48 Gereja yang Menjangkau, Bukan Menjangkar 16 Potret Jusuf Effendi: Gigih Mencari Kebenaran 40 Perspektif Merawat Cinta dengan Matematika Cinta 90 Kesaksian Yunaldi Tjhen: Luput dari Maut 108 Serpihan Perjalanan Menemukan waktu yang Hilang di Melbourne
Aristides Katoppo
4 10 54 70 78 82 96 114 120 130 142
146
Suara Gembala Berkat Hari Sabat Enlightenment Memilih Menjadi Benar-benar Kaya View Point Pemuridan - Seni Lama yang Dilupakan Refleksi Perlombaan Iman Percikan Ungkap, Tebus, Lega Corner Kick Semakin Melengket, Semakin Mendodol Teropong A rm e ni a Luar Jendela Perjalanan Iman yang Sulit di Tengah Lingkungan Kristen Sh oo t Djulia Matio Lentera Misi Meski yang kau Mampu Tak Berarti, Layanilah DIA Sekuatmu Mandarin Corner
34 C a p t ur e
Edward Chen 59 Quote 2 Zaman 150 Rekomendasi Buku Forgotten GOD Komik 81 Bang ARIF 128 NAFIRI Hahaha
Event Notes 104 Mission Trip ke Mintin 124 Konferensi Rohaniawan GKY 138 Youth Prayer Jamboree
接受福音的優先群体 English Corner FEAR
Nafiri SEPTEMBER 2016
NAFIRI SEPT 16 print.indd 3
3
9/23/16 8:51 PM
Eksposisi Yohanes 5:1–18
/ Pdt. Joni Sugicahyono /
4
REACHING OUT COMMUNITY
NAFIRI SEPT 16 print.indd 4
9/23/16 8:51 PM
oha nes pa sa l 5 ditulis dengan latar belakang hari Sabat. Hari Sabat yaitu hari dimana umat Tuhan bersyukur dan bersukacita kepada Tuhan. Di dalam Perjanjian Lama, Allah berhenti dari pekerjaan-Nya pada hari Sabat (hari ke-7). Selanjutnya dalam Perjanjian Baru orang Kristen beribadah pada hari Minggu, hari kebangkitan Tuhan Yesus, yang merupakan hari pertama dalam seminggu. Hari minggu tersebut juga dinamakan the Lord’s day. Tuhan ditempatkan pada hari yang pertama, bukan hari terakhir. Saat kita beribadah kepada Tuhan hendaknya dilandasi dengan sukacita, dengan semangat menyambut datangnya hari Minggu–the Lord’s day– dengan bersyukur kepada Tuhan, sehingga kita akan mengalami berkat dari Tuhan.
Nafiri SEPTEMBER 2016
NAFIRI SEPT 16 print.indd 5
5
9/23/16 8:51 PM
Sayang sekali hari Sabat yang seharusnya penuh berkat dan sukacita itu di tangan orang Yahudi menjadi hari yang penuh dengan peraturan/hukum yang akhirnya dijadikan strategi dalam kehidupan sehari-hari. Apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan pada hari Sabat menjadi perhatian utama, sehingga orang akan mencari celah agar bisa melanggar namun tetap bisa diberkati. Strategi kehidupan yang demikian biasanya akan diikuti dengan manipulasi, karena hari Sabat menjadi peraturan-peraturan ketat yang sangat sulit untuk diterapkan. Firman Tuhan tertulis, “Kuduskanlah hari Sabat,� namun masih banyak orang yang mencari alasan untuk bekerja pada hari Minggu. Berbagai strategi dilakukan untuk melanggar ketetapan Tuhan, sampai tiba saatnya Yesus datang untuk memulihkan hari Sabat. Sungguh menakutkan jika kita datang beribadah pada hari Minggu bukan dengan kekuatan dan sukacita penuh untuk menyembah dan mengasihi Dia, tetapi justru datang dengan sisa-sisa tenaga dan tanpa ada gairah. Jika demikian apakah kita masih bisa berkata bahwa kita mengasihi Dia dengan segenap hati, jiwa, akal budi, dan kekuatan? (Matius 22:37; Markus 12:30; Lukas 10:27). 6
REACHING OUT COMMUNITY
NAFIRI SEPT 16 print.indd 6
9/23/16 8:51 PM
Maukah Engkau Sembuh? (Ayat 6) Yesus Kristus, Firman yang menjadi manusia datang memulihkan hari Sabat. Dalam ayat 6 Yesus berkata kepada seorang yang lumpuh, “Maukah engkau sembuh?� Inilah Sabat. Apakah sebetulnya Sabat? Apakah sebetulnya hari perhentian? Kalimat ini berisi pengharapan baru, penghiburan, pertolongan, dan berkat Tuhan bagi orang yang sudah 38 tahun sakit lumpuh.
Nafiri SEPTEMBER 2016
NAFIRI SEPT 16 print.indd 7
7
9/23/16 8:51 PM
Jawaban orang lumpuh menjadi ironis dalam ayat 7. Jawabannya mewakili manusia yang mengandalkan strategi kehidupan dalam menghadapi persoalan hidupnya. Ia menjawab, “Tuhan, tidak ada orang yang mau menurunkan aku ke dalam kolam itu apabila airnya mulai goncang, dan sementara aku menuju kolam itu, orang lain sudah turun mendahului aku.� Ia berbicara tentang strateginya. Ia mau menarik Yesus supaya masuk ke dalam kehidupannya, berharap Tuhan Yesus yang akan mengangkat dia ke kolam. Hal ini sama dengan kita, sering kali kita mengajari Tuhan, kita mau Tuhan menolong kita sesuai dengan cara dan strategi kita. Kehidupan penuh dengan strategi seperti itu sangatlah melelahkan, tidak ada perhentian. Tidak ada Sabat. Saat tiba hari Sabat, apakah kita masih memikirkan hal-hal tentang bisnis? Kita terus memikirkan problem-problem hidup, masalah-masalah hidup? Bagaimana bisa mengumpulkan uang sebanyakbanyaknya? Terus menerus berjuang, khawatir, dan bergumul karena takut kalah dalam kompetisi. Kita jauh dari sukacita! Jauh dari perhentian dan perteduhan yang Tuhan sediakan, sehingga kita tidak lagi dapat mendengar suara Tuhan, tidak peka terhadap firman Tuhan. Makna hari Sabat bagi orang Yahudi telah hilang, menjadi tidak penting lagi apakah orang bisa sembuh. Bagi mereka yang penting bukan sembuh atau tidak sembuh, tetapi siapa pun yang melanggar hari Sabat maka akan dihukum. Sungguh menyedihkan. Manusia yang jatuh dalam dosa sudah tidak mau lagi mendengar tentang kebenaran.
8
REACHING OUT COMMUNITY
NAFIRI SEPT 16 print.indd 8
9/23/16 8:51 PM
Engkau Telah Sembuh; Jangan Berbuat Dosa Lagi, supaya Padamu Jangan Terjadi yang Lebih Buruk (Ayat 14). Kalimat kedua Tuhan Yesus di ayat 14 tertulis, “Engkau telah sembuh; jangan berbuat dosa lagi, supaya padamu jangan terjadi yang lebih buruk.” Dalam konteks ini orang lumpuh itu dalam keadaan begitu disebabkan karena dosanya. Yang perlu diperhatikan, kalimat ini mengajarkan bahwa yang penting adalah hal-hal sesudahnya, bukan sebelumnya. Demikian pula hidup ini dijelaskan bukan oleh hal-hal sebelumnya tetapi justru oleh hal-hal sesudahnya. Pandanglah orang jangan dari hal-hal sebelumnya. Peringatan Tuhan Yesus ke depan, bukan ke belakang. Berkat-berkat dan anugerah yang Tuhan limpahkan terkadang dihambat bukan oleh dosa-dosa sebelumnya–yang sudah diampuni Tuhan–tapi oleh bahaya dosa di hari depan hidup kita. Pada saat kita bertobat sungguh-sungguh dan mengaku dosa, dosa kita diampuni. Tuhan sudah tidak mengingat-ingat dosa-dosa itu lagi. Tetapi yang menjadi ancaman hidup kita, dalam pergumulan demi pergumulan hidup kita bukan dosa-dosa sebelumnya, tetapi kemungkinan kita berdosa lagi di hari depan. Tuhan Yesus berkata, “Engkau telah sembuh jangan berbuat dosa lagi ....” Hari Sabat menjadi peringatan bagi kita, agar jangan menyerahkan kehidupan yang berharga ini pada kecemasan dan pergumulan hidup yang silih berganti datang tidak pernah berakhir. Sambutlah Sabat! Sambutlah hari perhentian dengan hati yang penuh sukacita dan bersyukur. Beribadahlah dengan segenap hati, jiwa, akal budi, kekuatan, dan semangat yang penuh. Bagaimana kita mau mengasihi Tuhan dengan segala kepenuhan itu kalau beribadah saja tidak dengan semangat? Buatlah hari Sabat menjadi hari sukacita, yang membawa sukacita bagi semua orang. Apakah saudara memiliki beban begitu berat? Ingatlah akan tawaran dari Juruselamat, Tuhan Yesus dalam Matius 11:28–29, “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan.” Amin. Soli Deo Gloria (Diambil dari khotbah Pdt. Joni Sugicahyono tanggal 7 Agustus 2016 di GKY BSD; disarikan oleh Lislianty Lahmudin). Nafiri SEPTEMBER 2016
NAFIRI SEPT 16 print.indd 9
9
9/23/16 8:51 PM
10
REACHING OUT COMMUNITY
NAFIRI SEPT 16 print.indd 10
9/23/16 8:51 PM
/ Hendro Suwito /
e b u l a n sebelum tulisan ini ditulis, saya mendapatkan kejutan kecil yang sudah demikian lama saya tunggutunggu: angpau. Nilainya relatif. Tetapi, kenyataan bahwa angpau ini akhirnya saya terima, itu yang luar biasa karena sudah ‘terlambat’ lebih dari 45 tahun.
Nafiri SEPTEMBER 2016
NAFIRI SEPT 16 print.indd 11
11
9/23/16 8:51 PM
Singkat cerita, saat saya remaja awal, saya punya Om yang kaya yang tinggal di provinsi lain. Saat libur sekolah, Om bersama istri dan anak-anaknya cukup sering berlibur ke kota kami. Mama saya seorang janda dengan empat anak. Setelah Papa meninggal, dia berjuang keras untuk menghidupi keluarga. Beberapa tahun kemudian, dia membuka warung makan kecil-kecilan. Om saya dan keluarganya biasanya mampir dan tentunya makan di warung kami. Saya yang menjadi tukang bakar sate untuk dinikmati oleh mereka. Dan setelah acara makan dan ramah tamah usai, mereka pun melanjutkan rekreasi ke tempat lain. Saya sebenarnya sih tidak ngarep apa-apa. Tetapi, mau tidak mau, saya jadi membandingkan Om saya ini dengan Om saya yang lain yang tinggal sekota. Om yang satu ini selama beberapa tahun, sejak saya masih kelas lima SD hingga SMP, tiap Sabtu memberi angpau untuk saya. Uangnya dititipkan pada kakak saya yang bekerja di pabrik kecilnya. Jumlahnya lumayan. Bisa saya gunakan untuk menonton bioskop setelah Sekolah Minggu dan jajan di sekolah. Kok Om saya yang satunya, yang jauh lebih kaya, tidak pernah sekali pun melakukan trickle down effect pada saya ya? Yah, ternyata saya ada ngarep-nya juga. Dan sebulan lalu, ketika saya menyempatkan mampir ke rumahnya, Om saya yang sudah delapan puluh tahun lebih dan sakit-sakitan, memberi kejutan pada saya: angpau–saat usia saya menjelang enam puluh tahun. Dunia memang unik. Seharusnya sekarang justru saya yang layaknya memberi angpau atau oleh-oleh baginya. 12
REACHING OUT COMMUNITY
NAFIRI SEPT 16 print.indd 12
9/23/16 8:51 PM
Manusia Terkaya Om saya ini belum tentu seorang yang kikir. Saya mendengar bahwa dia juga banyak membantu orang-orang lain yang hidupnya berseliweran dengan hidupnya di masa lalu. Sayangnya pada saat itu saya tidak termasuk dalam daftarnya. Dalam perjalanan kehidupan ini, saya memang belum pernah menjadi seorang kaya secara materi. Tetapi, dengan mengutip pemikiran orang lain, termasuk yang sangat kaya, kita bisa belajar lebih memahami apa itu kekayaan. Dan dari pemikiran-pemikiran mereka, kita bisa belajar untuk memilih menjadi benar-benar kaya. Bill Gates, manusia terkaya di dunia, mengatakan dalam sebuah wawancara, “Saya dan istri saya (Melinda) mengadakan diskusi panjang tentang bagaimana kami akan memanfaatkan kekayaan yang kami cukup beruntung mendapatkannya. Kami memilih untuk berbagi dengan cara yang dapat membawa pengaruh paling nyata bagi dunia.� Bill Gates dan istrinya, Melinda Nafiri SEPTEMBER 2016
NAFIRI SEPT 16 print.indd 13
13
9/23/16 8:51 PM
“Kami memfokuskan diri untuk menolong mereka yang paling miskin di dunia, yang dilakukan dengan pemberian vaksinasi. Kami memilih satu penyakit dan berupaya agar penyakit ini benar-benar bisa diakhiri dan tidak lagi mengancam kehidupan manusia, seperti apa yang kami lakukan dengan polio.� Usaha semacam ini pernah berhasil dilakukan satu kali dalam sejarah kehidupan manusia ketika smallpox (cacar/variola) berhasil dieradikasi secara tuntas pada tahun 1970-an. Bill dan Melinda dikenal luas sebagai pasangan kaya yang demikian sungguh-sungguh dalam berbagi untuk kemanusiaan. Mereka telah mendonasikan lebih dari US$27 miliar (lebih dari Rp350 triliun!) untuk upaya-upaya memajukan kehidupan umat manusia. Bill juga aktif mendorong dan mengajak orang-orang kaya di berbagai negara–termasuk Indonesia–untuk bergandeng tangan memajukan kualitas kehidupan masyarakat, khususnya kaum miskin. Kata-kata Miguel de Cervantes ini perlu direnungkan, dipahami, dan dijalankan oleh kita semua; apalagi bagi mereka yang kaya secara materi. Yang paling utama bukanlah kepemilikan akan harta benda, tetapi bagaimana kekayaan itu digunakan secara bijaksana. Makna Sejati Filsuf Lucius Seneca menekankan bahwa kekayaan haruslah menjadi budak kita kalau kita ingin menjadi manusia yang bijak. Sebaliknya, kalau kekayaan itu justru menjadi tuan kita, dan memperbudak kita, kita hanyalah sekedar manusia-manusia yang bodoh. 14
REACHING OUT COMMUNITY
NAFIRI SEPT 16 print.indd 14
9/23/16 8:51 PM
Winston Churchill, Perdana Menteri Inggris, pernah berkata, “We make a living by what we get. We make a life by what we give.” Dengan berbagi dengan mereka di sekitar kita yang membutuhkan dukungan, kita akan menjadi orang yang benar-benar kaya dan menemukan makna sejati kehidupan. Tuhan kita, Yesus Kristus, secara jelas menyatakan, “Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya. Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di surga; di surga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya. Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada.” (Matius 6:19–21) Yesus, tentunya, bukan melarang siapa pun untuk menjadi kaya. Tetapi, yang Dia tekankan adalah agar berapa banyak pun kekayaan kita, kepedulian dan keberanian untuk berbagi dan memajukan kualitas dan kehidupan manusia lain harus menjadi tujuan yang utama. Dan satu langkah lebih jauh, di luar berbagi harta benda, jika kita bersedia memberikan diri kita–waktu, tenaga, pemikiran, kiatkiat kehidupan, dan segala kemampuan kita–untuk mengantar orang lain menemukan makna dan kepenuhan hidupnya, maka kita akan menemukan makna sejati menjadi orang yang benar-benar kaya ... di mata Tuhan. Indahnya, Anda tidak perlu menunggu menjadi kaya secara materi untuk memilih menjadi benar-benar kaya melalui kesediaan berbagi yang satu ini. Aktivis kemanusiaan Cesar Chavez pernah berujar, “True wealth is not measured in the money or status or power. It is measured in the legacy we leave behind for those we love and those we inspire.” Terima kasih Om untuk niat tulus di balik angpau-nya; tetap sehat, banyak tawa, dan terus berbagi Nafiri SEPTEMBER 2016
NAFIRI SEPT 16 print.indd 15
15
9/23/16 8:51 PM
Jusuf Effendi
/ Pingkan Palilingan /
a t u hal yang bisa dirangkum dari kehidupan pria ini adalah kegigihannya dalam mengejar kebenaran firman Tuhan. Tim Nafiri berbincang-bincang dengan Jusuf Effendi; seorang pelayan Tuhan yang tanpa putus asa mencari Tuhan mulai dari tengah lautan dan padang pasir di negeri Tiongkok, hingga ke hutan-hutan terpencil di Indonesia. 16
REACHING OUT COMMUNITY
NAFIRI SEPT 16 print.indd 16
9/23/16 8:51 PM
Sudah Kristen sejak Kecil Salah satu hal yang Jusuf boleh syukuri hingga saat ini adalah kenyataan bahwa ia dilahirkan di tengah-tengah keluarga yang percaya. Lahir di Tanjung Pandan, Belitung, tahun 1972, Jusuf kecil sudah mendengar tentang Yesus dari orangtua dan neneknya. Nafiri SEPTEMBER 2016
NAFIRI SEPT 16 print.indd 17
17
9/23/16 8:51 PM
Terkenal dengan populasi warga Tionghoa yang mendominasi hampir seluruh daerah, Pulau Belitung dilawat oleh Injil pada tahun 1930-an oleh seorang pendeta Tiongkok yang khusus diutus ke Belitung oleh persekutuan gereja-gereja di Tiongkok. Setelah mendarat di Belitung dan mendirikan gereja di sana, pendeta itu melayani penduduk sekitar yang belum pernah mendengar Injil, salah satunya termasuk nenek Jusuf. “Kehidupan keluarga besar saya itu terbilang unik,” kata Jusuf kepada tim Nafiri. Ia bercerita, “Di sebelah rumah nenek saya ada tempat yang disewakan untuk tempat berjudi, dan paman saya adalah salah satu bandar judi di kota kami.” Jusuf yang masih berumur enam tahun pada saat itu, sehari-harinya mengamati permainan berjudi di rumah itu. “Saya sering nongkrongin orang main mahyong, sekalian membantu paman saya dan membeli makanan untuk orang-orang yang berjudi. Setiap hari saya di sana bisa mengikuti permainan sampai pagi.” Karena sehari-hari berada di lingkungan tersebut, Jusuf semakin sering berinteraksi dengan orang-orang yang jauh lebih dewasa dari dirinya. “Mungkin ini faktor yang membuat saya lebih cepat dewasa daripada orang-orang seumuran saya,” katanya. Titik Balik Seorang Pendeta di Belitung suatu ketika datang mengunjungi rumahnya. “Saya ingat sekali ibu pendeta membawa es mambo untuk mengajak anakanak ke sekolah minggu. ‘Ayo anak-anak siapa yang mau ke gereja?’ begitu katanya,” Jusuf mengenang masa kecilnya. Akhirnya Jusuf dan kakak-adiknya datang ke sekolah minggu untuk pertama kalinya. “Itu awal mula saya mengenal kekristenan,” kata Jusuf. Di umurnya yang ke-10, Jusuf dengan sukarela meminta untuk dibaptis. “Pada saat itu saya kira hidup ya begitu, fine saja,” ujarnya. Tinggal di rumah yang besar dengan kondisi finansial yang mencukupi, demikianlah gambaran kehidupan Jusuf dan keluarganya pada saat itu. Hingga satu peristiwa besar yang mengubah dirinya. “Rumah kami terbakar habis,” kata Jusuf. Di satu malam tahun 1986 pada saat ia kelas 2 SMP, Jusuf tiba-tiba dibangunkan oleh ayahnya. Tak paham apa yang terjadi, Jusuf dan kakak adiknya dibawa lari keluar rumah oleh sang ayah. 18
REACHING OUT COMMUNITY
NAFIRI SEPT 16 print.indd 18
9/23/16 8:51 PM
Di depan rumah, tak berdaya untuk mencegah, mereka semua menyaksikan rumahnya dilalap api. Harta dan barang-barang ludes dijarah oleh orang-orang yang menyusup ketika rumah dilalap api. Kalut, sedih, khawatir; segala perasaan bercampur aduk dalam dirinya. Namun, entah darimana, di dalam hatinya, timbul iman dan pengharapan kuat akan penyertaan Tuhan setelah musibah itu. Harta dunia boleh raib, tapi yang terpenting adalah memiliki Tuhan, yang adalah harta sesungguhnya. Jusuf mengingat-ingat fakta ini dan menghibur keluarganya. “Saya tersadar pada saat itu bahwa yang bisa kita andalkan hanya Tuhan. Iman saya pada saat masih berumur empat belas tahun itu benar-benar dikuatkan. Saya melihat bahwa kita bisa saja menyiapkan apa pun untuk masa depan, padahal hal-hal itu tidak kekal. Kita harus memiliki pegangan yang lebih kekal,” kata Jusuf. Di sinilah titik balik iman Jusuf. Sejak peristiwa itu, seketika ia mulai rajin beribadah. “Saya jadi lebih mengerti mengapa saya harus ke gereja. Dulu kan sekadar ikut-ikutan saja, tapi sekarang saya paham saya harus cari Tuhan.” Setiap waktu luang dipergunakannya untuk membaca Alkitab. Iman Versus Logika Jusuf lulus SMA dengan prestasi baik dan berhasil diterima tanpa tes di jurusan Teknik Mesin Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta. Tahun 1991, Jusuf memulai kuliahnya di UGM. Di Yogya, Jusuf bergereja di Gereja Kalam Kudus dan melayani sebagai pemusik di persekutuan pemuda. Namun, setelah hampir setahun berkuliah di UGM, hati Jusuf tidak tenang. Sebenarnya, jauh dari awal ketika Jusuf semasa SMP memikirkan kuliah, hatinya sudah ‘terpikat’ pada Institut Teknologi Bandung. Keinginan berkuliah di sana semakin menjadi-jadi setelah mendengar kabar bahwa beberapa temannya berkuliah di sana. Tanpa pikir panjang, ia memutuskan untuk ikut UMPTN dan mengambil jurusan Elektro di ITB. Tak disangka, ia lulus. Sayangnya kabar gembira ini disambut pahit oleh orangtua Jusuf karena soal biaya hidup. Meski demikian, Jusuf tetap pindah ke ITB sambil mencoba mencari pekerjaan sampingan demi menambah ongkos hidup. Nafiri SEPTEMBER 2016
NAFIRI SEPT 16 print.indd 19
19
9/23/16 8:51 PM
Pindah kota, pindah gereja lagi. Bersyukur, Tuhan mempertemukan Jusuf dengan komunitas muda mudi Gereja Kristen Kemah Daud (GKKD) yang berkobar-kobar menjaring mahasiswa di kampus-kampus Bandung. Meski akhirnya ia bergabung dengan grup Pendalaman Alkitab (PA) di GKKD, Jusuf mengikuti kebaktian di GKI Maulana Yusuf karena merasa lebih cocok dengan ibadah di gereja tersebut. Ketika aktivitas kuliah semakin padat, Jusuf lebih mengutamakan waktunya untuk belajar ketimbang menghadiri PA. Salah satu mata kuliah yang ia nikmati tak lain adalah Filsafat. “Waktu itu saya berpikir filsuf-filsuf dan tokoh-tokoh ilmu yang saya pelajari ini hebat sekali,” ujar Jusuf. “Saya jadi berpikir kok mempelajari filsafat jauh lebih menarik ya, ini hal yang lebih riil.” Imannya mulai goyah. Benaknya mulai dipenuhi dengan pertanyaan-pertanyaan. Mengapa saya Kristen? Mengapa saya harus ke gereja, apakah karena ikut orangtua? “Tuhan itu sebenarnya ada tidak? Tuhan kan banyak, ada tuhan-tuhan di agama lain, kita tidak tahu yang mana yang benar. Itu yang saya rasakan di semester satu kuliah. Tuhan ini mana, kok tidak eksak keberadaannya. Selama ini kita cuma mendengar tentang Tuhan dari cerita orang lain.” 20
Bersama teman-teman di ITB Hal ini ia gumulkan setiap hari. Semakin ia belajar, logika semakin menguasai pikirannya. Ia merasa sudah berada di titik ujung antara tetap berpegang pada imannya atau jatuh tunduk kepada kekuatan logika. Bersyukur, Roh Kudus pelan-pelan bekerja di dalam hatinya. “Saya tibatiba merasakan iman itu ada, iman itu tidak hilang dari diri saya, bahwa Tuhan inilah yang benar buat saya,” katanya. Menyadari itu,seketika rasa haru menyelimut dirinya dan ia segera berdoa, memohon ampun karena sempat meragukan Juruselamatnya. Ia mengakui sekarang bahwa peristiwa yang langka ini mengokohkan imannya menjadi lebih kuat dari sebelumnya. “Ini iman saya yang pertama. Saya bersyukur iman itu boleh kokoh hingga sekarang,” ujarnya. Insiden ini menyulut semangatnya kembali. Ia memutuskan
REACHING OUT COMMUNITY
NAFIRI SEPT 16 print.indd 20
9/23/16 8:51 PM
berpindah komunitas pemuda ke GKI dan mulai melayani di bidang musik. Puji Tuhan, Jusuf turut berperan dalam perkembangan signifikan di gereja tersebut. Kebaktian pemuda yang biasanya maksimum terdiri dari dua puluhan jemaat, berkembang menjadi lebih dari lima puluh orang dalam satu kali kebaktian. Ia sangat bersyukur hal ini boleh terjadi. Bukan saja imannya dimantapkan, ia juga merasa banyak bertumbuh dari pelayanannya. Tuhan Punya Rencana Hari-hari Jusuf dipenuhi dengan aktivitas gereja, kuliah, serta pekerjaan sampingan mengajar les privat danproyek-proyek di laboratorium. Ia berpegang pada sebuah prinsip yang terdapat di Markus 11:24, “… apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu.” Di tingkat ketiga kuliah, Jusuf terdorong untuk melamar kerja di Schlumberger, sebuah perusahaan bergengsi dari Amerika Serikat yang bergerak di pertambangan dan minyak. Tak lama setelah menyampaikan surat lamaran kerja, ia dipanggil untuk wawancara. “Saya ditanya ini melamar untuk kerja praktek atau kerja sebenarnya. Ya, saya melamar untuk kerja beneran kata saya. Hanya saja saya butuh setahun lagi untuk lulus,” ujar Jusuf. Paham akan kondisinya, sang recruiter memberi waktu agar Jusuf menyelesaikan kuliahnya terlebih dahulu. “Saya disuruh mengontak recruiter-nya setelah saya lulus nanti. Saya percaya, ini pasti Tuhan sudah atur.” Terdorong oleh keinginan mencapai IP 4, sisa semester Jusuf habiskan untuk menstimulasi otaknya; buku-buku dilahapnya, laboratorium dan perpustakaan jadi kamar tidurnya; sehari-hari ia hanya tidur tiga sampai empat jam. Alhasil? Sepanjang semester 8 IP-nya mencapai nilai tertinggi dan berhasil menjadi salah satu lulusan terbaik di jurusan Elektro ITB. Meski sempat ragu antara melanjutkan kuliah dengan kerja, hatinya kembali lagi ke Schlumberger. Ia mengontak kembali sang recruiter yang pernah berjanji kepadanya, dan dengan mudahnya ia diterima untuk menjalani masa percobaan di negeri Tiongkok. Jusuf sungguh bersyukur mendapat privilege untuk ‘ditungguin’ selama satu tahun itu ketika masih di tingkat tiga kuliah. “Saya pikir Tuhan memang mau menempatkan saya di perusahaan ini,” ujarnya mengenang. Nafiri SEPTEMBER 2016
NAFIRI SEPT 16 print.indd 21
21
9/23/16 8:51 PM
Mencari Tuhan di Tiongkok Di Tiongkok, Jusuf kesulitan mencari gereja. Tiada satu pun rekannya yang pergi ke gereja. Tapi hal ini tak membuatnya berkecil hati. Bersyukur, karena gemblengan aktivitasnya di gereja pada masa kuliah, iabersemangat tanpa henti mencari Tuhan. Bahkan, sempat di saat-saat ia tidak menemukan gereja, Jusuf mengadakan kebaktian sendiri hanya dengan satu jemaat: dirinya sendiri. “Setiap pulang ke Indonesia, saya usahakan untuk membeli kaset rekaman khotbah. Di Tiongkok, selain rutin bersaat teduh setiap hari, setiap hari Minggu saya beribadah sendiri. Saya mengikuti liturgi gereja, menaikan puji-pujian dan mendengarkan kaset rekaman khotbah.Ketika saya berada di offshore, ditempatkan di oil rig di tengah-tengah lautan, ibadah tetap saya jalankan di kamar saya yang berukuran 4 x 4 meter,” kata Jusuf. Kebiasaannya itu berhasil menarik dua rekan kerjanya hingga mereka percaya, bahkan salah satunya akhirnya benar-benar ikut ke gereja. Selama bertugas di Tiongkok dari tahun 1996 hingga 2001, Jusuf mempelajari bahwa kebanyakan 22
rakyat Tiongkok pada masa itu berorientasi kuat terhadap apa pun yang bisa mendapatkan uang. “Bagi mereka tuhan itu adalah pribadi yang bisa memberi duit. Kalau tidak bisa memberi duit, itu bukan tuhan. Sementara saya mengenalkan Tuhan yang konsepnya lain, Tuhan yang menawarkan keselamatan.” Setiap Jusuf pulang ke Indonesia, ia mencari traktat dalam bahasa Mandarin yang nantinya akan diberikan kepada koleganya untuk menjadi bahan pembelajaran. Jusuf bersyukur dikirim Tuhan ke Tiongkok dengan ‘ladang’ besar yang bisa ia kerjakan. “Banyak teman-teman gereja saya dulu yang bergumul menyeimbangkan dunia kerja dengan kehidupan rohani,” ceritanya. Tetapi bagi Jusuf, ia telah menetapkan hati untuk mencari pekerjaan yang proporsinya seimbang: bisa menghasilkan uang dan di saat bersamaan berkesempatan melakukan pekerjaan Tuhan. Meski kehidupan rohaninya terbilang lancar, di awal-awal bekerja, pekerjaan Jusuf kian dipersulit dengan perpindahan mendadak yang merusak
REACHING OUT COMMUNITY
NAFIRI SEPT 16 print.indd 22
9/23/16 8:51 PM
rutinitas rohaninya. “Saya sempat keluar masuk gurun pasir. Kalau sudah di sana saya tidak bisa melakukan apa pun karena selalu berada di perjalanan.Akhirnya saya mulai berpikir pekerjaan lapangan seperti ini tidak bisa saya pertahankan. Kehidupan rohani saya bisa kacau dan saya ingin berkeluarga juga,� katanya. Memikirkan yang terbaik bagi masa depannya, Jusuf memohon untuk dipindah ke Jakarta. Membangun Keluarga Sebelum kembali ke Jakarta, Jusuf dipertemukan dengan calon istrinya, Wang Ping, di Tiongkok. Wang Ping yang berkewarganegaraan Tiongkok, bekerja di restoran di dekat hotel tempat Jusuf tinggal selama di Tiongkok. Setelah beberapa kali bertemu dan berbincang, Jusuf mengajak tambatan hatinya ke gereja bawah tanah yang terletak di kota itu. Betapa bahagianya Jusuf ketika Wang Ping menerima Yesus sebagai Juruselamatnya. Bukan hanya itu, kekasihnya rela meninggalkan tanah kelahirannya demi menjalani masa depan bersama Jusuf. Selagi menunggu persiapan kepindahan calon istrinya ke Indonesia, Jusuf kembali bekerja di Tanah Air, tepatnya di Sumatera Selatan. Bukannya mendapatkan kondisi yang lebih baik dari sebelumnya, situasi kerja di Indonesia ternyata tidak jauh berbeda dengan apa yang ia alami di Tiongkok. Akhirnya Jusuf membulatkan tekadnya untuk keluar dari pekerjaannya ini. Tak lama setelah ia keluar dari pekerjaannya, Jusuf kembali ke Beijing untuk menjemput calon istrinya. Mereka segera mengurus surat nikah di Tiongkok, juga mempersiapkan kepindahan ke Indonesia. Hingga akhirnya pada tahun 2002, setelah Wang Ping dibaptis di sebuah gereja di Belitung, keduanya melangsungkan pernikahan di gereja yang sama di tahun 2003. Setelah menikah, Jusuf melamar pekerjaan di Geologix Limited, sebuah perusahaan software di Jakarta. “Setelah dipanggil untuk interview, ternyata yang mewawancarai saya adalah mantan bos saya di Tiongkok. Perusahaan Nafiri SEPTEMBER 2016
NAFIRI SEPT 16 print.indd 23
23
9/23/16 8:51 PM
memilih saya ketimbang satu kandidat lain lulusan Cambridge,” ujar Jusuf, masih tak percaya akan kemudahannya mencari kerja. Tuhan yang melancarkan proses pencarian kerja bagi Jusuf akhirnya juga menuntun keluarga kecilnya ke GKY Green Ville, kemudian ke GKY Karawaci. Gereja tersebut dipilih karena ada kebaktian dalam bahasa Mandarin; demi mengakomodasi kemampuan bahasa Indonesia Wang Ping yang masih terbatas. “Waktu hamil anak ketiga, ketuban istri saya pecah karena sering naik turun tangga yang cukup curam di GKY Karawaci. Padahal itu masih hamil di minggu ke-32. Alhasil, istri saya musti bed rest sebulan,” Jusuf mengenang peristiwa itu. Jusuf mencoba memikirkan alternatif lain, dan pilihannya jatuh pada GKY BSD. Di sanalah ia mulai kembali aktif melayani. Jusuf terlibat dalam berbagai pelayanan. Mulai dari sekolah minggu, kebaktian remaja, pengajar di Peduli Anak Serpong (PAS), hingga penerjemah dan koordinator kebaktian Mandarin. Namun demikian, belakangan ini ia lebih fokus kepada pelayanan sekolah minggu. Pelayanan di gereja biasanya merupakan prioritas terakhir bagi seorang pekerja profesional yang juga berperan sebagai ayah di rumah. Tetapi Jusuf, dengan tanggung jawabnya yang tinggi di kantor, ditambah dengan perannya sebagai ayah dari tiga anak laki-laki, rela meluangkan waktu demi melayani Tuhan, walaupun banyak tantangan. “Terkadang saya diingatkan kalau bisa jangan terlalu sibuk (dalam pelayanan). Pokoknya jangan sampai anak-anak terlantar,” ujarnya. Selain itu, suatu waktu Jusuf malahan pernah ditanya oleh seseorang, mengapa harus ia yang melayani, padahal masih ada banyak jemaat lain. “Gereja memang banyak orang tapi siapa mau melayani? Kalau kita yang bisa, kita yang lakukan,” jawab Jusuf menanggapi pertanyaan tersebut. Di dalam pelayanannya, Jusuf selalu memasang bel pengingat–mengapa ia harus melayani? Di dalam kehidupannya, ia juga memasang bel pengingat– mengapa dan untuk apa/siapa saya hidup? Apabila pertanyaan itu tidak cukup menyadarkankita untuk kembali kepada Tuhan, mungkin sama seperti yang dilakukan-Nya kepada Jusuf, Tuhan akan mengizinkan peristiwa luar biasa terjadi di dalam hidup kita. Dan apabila peristiwa tersebut sampai terjadi, kita bisa belajar dari kesetiaan Jusuf dalam mengandalkan Tuhan, ketekunannya melayani, serta kegigihannya dalam mencari kebenaran firman Tuhan 24
REACHING OUT COMMUNITY
NAFIRI SEPT 16 print.indd 24
9/23/16 8:51 PM
Nama Lengkap : Jusuf Effendy Nama Panggilan : Yusuf Tempat/Tanggal Lahir : Tanjungpandan, 1972 Nama Pasangan : Wang Ping Nama Anak : Stephen Effendy Samuel Effendy Shane Michael Effendy Riwayat Pendidikan SDN IX Tanjung Pandan, Belitung Lulus tahun 1985 SMPN I Tanjung Pandan, Belitung Lulus tahun 1988 SMAN I Tanjung Pandan, Belitung Lulus tahun 1991 Teknik Mesin UGM 1991 - 1992 Teknik Elektro ITB 1992 - 1996 Riwayat Pekerjaan • Country Manager Geologix Limited Jakarta, di Jakarta 2003 - sekarang • Location Manager – PT Schlumberger Geophysics Nusantara di Ramba, Sumatera Selatan 2001-2002 • Field Engineer-Field Service Manager, Schlumberger China, SA di Republik Rakyat Tiongkok 1996 - 2001 Riwayat Pelayanan • Koordinator Kebaktian I, Gereja Kristus Yesus (GKY) BSD 2016 - sekarang • Guru Sekolah Minggu, Gereja Kristus Yesus (GKY) BSD 2005 - sekarang • Koordinator kebaktian Mandarin, Gereja Kristus Yesus (GKY) BSD 2015 - 2016 • Penerjemah Khotbah Mandarin ke Indonesia, Gereja Kristus Yesus (GKY) BSD 2012 - sekarang • Pengajar Matematika PAS, Gereja Kristus Yesus (GKY) BSD 2010 Nafiri SEPTEMBER 2016
NAFIRI SEPT 16 print.indd 25
25
9/23/16 8:51 PM
26
REACHING OUT COMMUNITY
NAFIRI SEPT 16 print.indd 26
9/23/16 8:51 PM
/ GI Putera A. Waruwu /
ekristenan tanpa pemuridan adalah Kekristenan tanpa Kristus .... - Dietrich Bonhoeffer
Yesus menyuruh orang percaya untuk pergi dan memuridkan, membawa orang lain pada kedewasaan rohani sehingga dapat memuridkan kembali. Itulah reach out community. Intinya, pemuridan merupakan metode yang Allah tetapkan untuk menginjili dunia. Oleh karena itu seseorang yang telah menerima berita Injil, mengakui ke-Tuhanan Yesus Kristus dan memberi dirinya dibaptis, perlu segera dimuridkan untuk bertekun dalam pengajaran, dalam persekutuan, dan dalam doa (Kisah Para Rasul 2:42). Melalui pemuridan yang dilakukan, karakter seseorang akan dibentuk, dan kecakapannya dalam melayani akan terlatih seiring dengan peningkatan pengetahuan dan ketaatannya terhadap kebenaran firman Tuhan. Nafiri SEPTEMBER 2016
NAFIRI SEPT 16 print.indd 27
27
9/23/16 8:51 PM
Apa Arti Pemuridan? Pemuridan bukanlah semata program gereja atau kegiatan kekristenan yang dibuat atas inisiatif pemimpin gereja melainkan merupakan Amanat Agung dari Tuhan Yesus Kristus (Matius 28:18–20). Tujuan pemuridan adalah menjadikan setiap pengikut Tuhan hidup menyerupai Kristus. Yesus dalam pesan-Nya pernah berkata, “Ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu.” Hal ini berarti Tuhan tidak menghendaki kita melakukan kebenaran hanya untuk diri sendiri, melainkan kita juga harus peduli dan mengajar orang lain untuk melakukan segala sesuatu yang telah Tuhan perintahkan. Dengan kata lain tujuan pemuridan adalah mendorong pertumbuhan iman seseorang dengan sasaran kedewasaan rohani sehingga melahirkan buah-buah dan anak-anak rohani. (Kolose 2:6–7; Efesus 4:13–14; Yohanes 15:1–16). Hal-hal di atas merupakan gambaran untuk memberi pemahaman bahwa menjadi murid Yesus adalah sebuah perintah yang tidak dapat ditawar-tawar lagi. Mengingat pentingnya perintah ini, ada baiknya kita memahami apa sebetulnya makna menjadi murid Yesus menurut Amanat Agung Tuhan Yesus (Matius 28:19–20). Penting untuk dimengerti bahwa menjadi murid Yesus tidak berhenti pada diri sendiri. Melalui Amanat Agung, para murid diajar untuk tidak menjadi egois. Mereka diperintahkan Tuhan Yesus untuk pergi. Kata “pergi” di sini bukan hanya memiliki arti “meninggalkan tempat mereka”, namun perintah ini juga mengandung arti lain, yaitu berani meninggalkan zona nyaman dan keegoisan mereka. Mereka yang dulunya menganggap keselamatan adalah hak ekslusif orang Yahudi, umat perjanjian, secara perlahan mengalami perubahan paradigma. Mereka yang tadinya menganggap bahwa untuk menjadi murid Kristus harus menjadi orang Yahudi, sedikit demi sedikit mulai terbuka bahwa menjadi murid Yesus adalah hak bagi semua orang.
28
REACHING OUT COMMUNITY
NAFIRI SEPT 16 print.indd 28
9/23/16 8:51 PM
Kristus untuk Semua Semua orang, baik orang Yahudi maupun bukan, memiliki kedudukan yang sama dalam keluarga Allah. Pada masa kini, banyak orang Kristen enggan untuk pergi dengan berbagai alasan. Ada yang merasa memuridkan adalah bagian para pendeta atau penginjil, bukan tugas mereka. Sebagian lagi berdalih bahwa mereka tidak bisa. Sedangkan sisanya mengatakan mereka tidak ada waktu. Seorang murid Kristus sejati tak akan lari dari tugas untuk memuridkan orang lain. Tugas memuridkan orang lain meliputi memperkenalkan Kristus kepada orang lain, kemudian membimbing orang itu untuk bertumbuh dalam pengenalan dan iman kepada Kristus sehingga kehidupannya menjadi serupa Kristus. Gereja hari ini memerlukan banyak orang Kristen yang mau terlibat dalam tugas pemuridan. Bila tugas pemuridan hanya dibebankan di pundak para pelayan atau hamba Tuhan penuh waktu maka pemuridan tidak akan berjalan dengan efektif. Tugas para hamba Tuhan adalah membekali anggota jemaat dengan metode dan bahan-bahan yang berbasis pemuridan sehingga jemaat dapat memuridkan orang lain dengan benar. Rasul Paulus menuliskan, “Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar, untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus.� (Efesus 4:11–12). Menuju murid sejati diperlukan suatu proses pembelajaran yang terusmenerus hingga mengubah hidup seseorang semakin serupa Kristus. Proses itu berlangsung terus bahkan sampai seumur hidup. Proses pembelajaran ini berhubungan dengan iman dan kerohanian, bukan lagi dalam hal teori, tapi keteladanan hidup secara nyata. Proses pembelajaran bukan hanya sekedar menambah pengetahuan tentang Tuhan, tetapi suatu proses untuk mengalami Tuhan agar hidup diubahkan dan gambar rupa Allah yang rusak oleh pencemaran dosa dapat dipulihkan dalam Kristus.
Nafiri SEPTEMBER 2016
NAFIRI SEPT 16 print.indd 29
29
9/23/16 8:51 PM
30
REACHING OUT COMMUNITY
NAFIRI SEPT 16 print.indd 30
9/23/16 8:51 PM
Untuk itu, teladan utama dalam kehidupan orang percaya untuk berani ‘keluar’ mencari dan memuridkan orang lain ialah Tuhan Yesus sendiri. Perintah Tuhan Yesus dalam Matius 28:19–20 menjadi pola pemuridan yang tidak hanya berlaku bagi para murid saat itu, namun memiliki implikasi penting bagi kehidupan orang percaya di sepanjang masa dan zaman. Amanat Agung Tuhan Yesus bagi para murid dan orang percaya hari ini harus dijalankan dengan satu keyakinan iman bahwa Ia yang mengutus akan memperlengkapi yang diutus untuk menjalankannya. Jadikanlah Semua Bangsa Murid-Ku Perintah Yesus kepada para murid untuk menjadikan semua bangsa menjadi murid-Nya adalah pesan yang tidak dapat dihindari. Perintah itu adalah panggilan bagi setiap orang percaya yang telah dimuridkan juga di dalam Kristus. Dalam bahasa Yunaninya, “jadikan murid” adalah satu-satunya kata perintah dalam bagian ini. Sedangkan kata-kata “pergilah”, “baptislah”, dan “ajarlah” merupakan participles. Penekanan utama dari bagian ini adalah menjadikan murid Yesus. Sedangkan pergi, membaptis, dan mengajar adalah hal-hal yang harus dilakukan untuk bisa menjadikan murid. Bila sasaran penginjilan dan pemuridan di awal dulu hanyalah orang-orang Yahudi, maka sekarang Amanat Agung Tuhan Yesus sasarannya adalah semua bangsa tanpa terkecuali. Setiap orang memiliki hak dan kesempatan yang sama untuk dapat mengenal, mempercayai, dan mengikut Yesus. Hal ini juga secara implisit menunjukkan bahwa Yesus Kristus adalah satu-satunya jalan ke surga. Per gilah Untuk bisa pergi mencari jiwa, kita sendiri harus sudah datang kepada Kristus. Matius 4:19 berbunyi, “Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia.” Jadi, mengikut Yesus lebih dahulu untuk menjadi penjala manusia. Kata “pergi” dalam bagian ini jelas menunjukkan bahwa setiap orang percaya tidak boleh hanya menunggu sampai orang luar mau datang ke gereja. Orang percaya harus memiliki semangat dan sikap hati yang giat untuk pergi mencari mereka yang terhilang.
Nafiri SEPTEMBER 2016
NAFIRI SEPT 16 print.indd 31
31
9/23/16 8:51 PM
Baptislah Mereka Dalam Nama Bapa, Anak, dan Roh Kudus Baptisan merupakan salah satu sakramen yang diakui dan dilaksanakan oleh gereja sampai saat ini. Baptisan ini dilaksanakan karena perintah langsung dari Yesus kepada para murid–Matius 28:19. Baptisan memiliki makna tersendiri bagi gereja Tuhan, baik secara kolektif maupun secara pribadi. Ini disebabkan baptisan merupakan deklarasi iman kepada dunia dan juga kepada Iblis bahwa kita adalah milik Kristus. Dan baptisan menunjuk kepada tanda milik yang dimeteraikan dalam nama Bapa, Anak, dan Roh Kudus. Makna baptisan di antaranya adalah (1) menjadi lambang kematian dan kebangkitan Yesus; (2) menjadi bukti ketaatan kita kepada Yesus Kristus karena kita telah menjadi milik Yesus Kristus sehingga kita menyerahkan seluruh hidup kita kepada Allah; (3) menjadi bukti bahwa kita adalah saksi Kristus di bumi ini. Inilah tanggung jawab kita sebagai milik Yesus Kristus. Kita harus menghasilkan buah roh dalam hidup kita setelah kita dibaptis (Galatia 5:22–23). Ada perubahan hidup yang terjadi, sehingga hal itu memberi contoh atau teladan yang positif bagi sesama. Paulus menuliskan, “Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru, yang lama sudah berlalu sesungguhnya yang baru sudah datang.” (2 Korintus 5:17). Ajarlah Mereka Melakukan Segala Sesuatu yang Telah Kuperintahkan Kepadamu. Kata “segala sesuatu” menunjukkan bahwa setiap orang percaya harus mau dan berusaha untuk mengajarkan seluruh firman Tuhan, dan bukan hanya sebagian saja. Segala yang diajarkan harus didasarkan pada kehendak Tuhan dalam firman-Nya. Apa yang diajarkan harus dilakukan sebagai gaya hidup pengikut Kristus.
32
REACHING OUT COMMUNITY
NAFIRI SEPT 16 print.indd 32
9/23/16 8:51 PM
Janji Penyertaan Tuhan Yesus Perintah untuk memberitakan Injil dalam ayat 19–20a memang berat, tetapi Tuhan berjanji untuk menyertai orang yang mau menaati perintah itu. Hal ini juga menunjukkan bahwa akan ada tantangan, dan persoalan yang akan dihadapi. Namun Tuhan yang mengutus itu akan memampukan dan memperlengkapi orang-orang kepunyaan-Nya untuk menjalankan panggilan mulia tersebut. Akhirnya, sasaran perubahan yang diharapkan dari sikap berani keluar untuk memuridkan orang lain adalah perubahan karakter yang mempengaruhi tindakan dan perilaku. Alkitab memberi keterangan yang jelas, bahwa tujuan dari penebusan bukan semata-mata untuk membawa orang percaya masuk surga, tapi untuk membentuk mereka menjadi serupa Kristus. Proses pembelajaran dalam pemuridan adalah lewat keteladanan hidup secara nyata, dengan tolok ukur adalah Kristus sendiri. Dialah teladan manusia sempurna. Dialah gambar Allah yang sejati. Itulah sasaran dari seluruh proses pemuridan, menjadi semakin serupa Dia
Penulis adalah Mahasiswa Praktik satu tahun di GKY BSD yang sedang menempuh program S.Th. di STT Aletheia, Lawang, Jawa Timur Nafiri SEPTEMBER 2016
NAFIRI SEPT 16 print.indd 33
33
9/23/16 8:51 PM
34
REACHING OUT COMMUNITY
NAFIRI SEPT 16 print.indd 34
9/23/16 8:51 PM
/ Edna C Patissina /
Bagi penyanyi rohani Edward Chen, tiada yang lebih penting selain tinggal dalam Tuhan alias hidup dalam perkenananNya. Sejak awal, ia tidak pernah memiliki ambisi apa-apa. Namun, Tuhan yang membukakan jalan. Termasuk untuk album terakhirnya dengan Don Moen. Siapa yang tidak tahu Don Moen? Salah satu sosok penting dalam musik gereja saat ini. Pendeta asal AS ini tidak hanya mencipta dan menyanyikan lagu, tetapi juga produser lagu rohani.
e r t e m u a n pertama Edward dengan Don Moen dalam sebuah konser di Indonesia berlangsung penuh dengan ‘kebetulan’ yang merupakan bukti tangan Tuhan. Edward Chen menceritakannya dalam wawancara dengan Nafiri beberapa waktu lalu. “Kok rasanya saya kenal kamu,” kata Don Moen. “Oh gak mungkin. Kalau saya yang kenal kamu, pasti. Tapi kalau sebaliknya … ya gak mungkin.,” kata Edward Chen. Tapi, Don Moen tetap berkeras kalau ada sesuatu yang akrab dalam diri Edward Chen.
Nafiri SEPTEMBER 2016
NAFIRI SEPT 16 print.indd 35
35
9/23/16 8:51 PM
Edward bersama Don Moen
Edward mengatakan, ia menyebutnya sebagai x-factor. Sebuah anugerah dari Tuhan. Siapalah seorang Edward Chen dibandingkan dengan Don Moen. Toh tiba-tiba Don Moen merasa dekat dengannya. “Apa ini kalau bukan dari Tuhan,” kata Edward. Lama kemudian, Edward merasa mendapat ide untuk menulis lagi dalam bahasa Inggris. Ia merasa ingin memberikan lagu tersebut untuk dinyanyikan bersama Don Moen. Toh Edward tetap terkejut ketika Don Moen mau. “Padahal lagunya saya yang tulis. Sudah pasti bahasa Inggrisnya tidak sebagus dia. Dan lagi, Don Moen kan pencipta lagu. Luar biasa dia bersedia duet,” cerita Edward. Menurut Edward, hal ini kerap terjadi padanya. Baginya, yang paling penting adalah tetap tinggal dalam perkenanan Tuhan. “Tiba-tiba nanti Tuhan kasih, selalu begitu,” katanya. Edward lahir di Surabaya, 24 Agustus 1978. Ia menghabiskan masa kecilnya di desa Waikabubak, Sumba, Nusa Tenggara Timur. Kembali ke Surabaya, penggemar sepak bola ini mengalami kecelakaan. Saat harus berbaring sebulan di tempat tidur, ia jadi sering berdoa dan membaca Alkitab. Ia juga mulai belajar menulis lagu. 36
REACHING OUT COMMUNITY
NAFIRI SEPT 16 print.indd 36
9/23/16 8:51 PM
Sejak kecil Edward memang hobi bernyanyi dalam bahasa Mandarin. Namun, tidak tercetus keinginan untuk menjadi penyanyi. Sampai suatu hari saat sedang bekerja sebagai marketing executive di sebuah perusahaan kimia, hatinya tergerak. Tahun 2002, Edward Chen memulai karirnya dengan meluncurkan album rohani pertamanya dalam bahasa Mandarin. Awalnya album ini tidak diterima di seluruh perusahaan rekaman, karena biasanya album rohani Mandarin kurang mendapat respons yang baik apalagi di Indonesia. Kenyataannya, album perdana Edward Chen justru secara tak terduga berhasil mencatat rekor. Ia tidak hanya sukses dalam penjualan, tetapi juga bisa memperkenalkan Yesus Kristus sebagai Juruselamat lewat album itu. Semua lagunya memiliki benang merah; tema tentang iman, pengharapan, dan kasih. Ketiga hal ini yang sampai albumnya ke-25 terus ia suarakan. Intinya ia ingin menyampaikan tentang kasih Tuhan dan iman serta pengharapan manusia. “Tiap lagu ada soal pengalaman iman,� katanya.
Nafiri SEPTEMBER 2016
NAFIRI SEPT 16 print.indd 37
37
9/23/16 8:51 PM
Seperti dalam lagu “Aku Percaya”, Edward ingin menjadi saksi bahwa Tuhan tidak pernah gagal. Sebagai penyanyi rohani, ia juga mengalami pergumulan. Mulai dari sesama penyanyi rohani yang tidak suka padanya, senior yang sudah terkenal tapi malah menjegal Edward, atau perusahaan rekaman yang tidak adil. “Sekalipun di rohani, ada aja yang motong. Pernah saya sudah mau diundang di sebuah gereja, eh tibatiba ada yang nge-cut,” ceritanya. Edward malah menjadikan pergumulannya ini sebuah pengalaman iman. Ia bercermin pada ketidakadilan yang dialami Yusuf. Bahkan ketika Yusuf baik, yang menjualnya adalah kakak-kakaknya sendiri. Sementara, istri majikannya menfitnah. “Tapi di atas semuanya saya percaya Tuhan tidak pernah gagal,” katanya. Ia mengaku, kalau dilihat dari kacamata manusia, posisinya sangat jauh dari kuat. Ia bukan berasal dari gereja besar dan didukung oleh sebuah label perusahaan rekaman. Tiba-tiba saja masyarakat ternyata menyukainya. “Lewat lagu, seperti ‘Aku Percaya’, saya mau encourage orang, bahwa Tuhan yang paling tahu. Aku percaya Tuhan tidak pernah gagal,” tandasnya. Edward mengaku, ia sebal karena sering mendapat perlakuan tidak adil. Namun, ia memilih untuk curhat pada Tuhan. Kesedihannya jadi produktif karena tertuang pada lagu. Toh pada dasarnya ia tidak pernah terpikir untuk menjadi seperti hari ini. Bahkan hingga hari ini ia sadar, ia jauh dari sempurna. “Kadang-kadang kalau saya kecapekan ya tidak doa malam,” katanya. Tapi ia mengaku, kalau ia selalu tidak pernah lepas dari kedekatannya dengan Tuhan. Sehari-hari, tanpa diatur ia memuji Tuhan. Dan ketika Tuhan memberi kesempatan, ia mengerjakan sebaik-baiknya. Ditanya soal rumus hidupnya, Edward menjawab serius. “Saya terus berusaha untuk tetap dalam perkenanan Tuhan,” katanya. 38
REACHING OUT COMMUNITY
NAFIRI SEPT 16 print.indd 38
9/23/16 8:51 PM
Edward bersama anaknya, Justin Faith
Itu yang menjadi tujuannya setiap hari. Bahkan, Edward mengatakan ia tidak pernah secara intens latihan. Tidak juga pernah les vokal. Ia tidak pernah secara khusus promosi. Bahkan selama 25 album ini baru satu kali jumpa pers, itu juga karena bertepatan dengan ulang tahunnya. Bukannya ia meremehkan semua hal itu, tapi ia lebih memilih untuk menjaga hati dan kehadiran Tuhan dalam hidupnya. Baginya, tidak penting untuk ia punya mimpi atau motivasi. “Tuhan kita sudah besar. Cukuplah yang ada padaku. Cukuplah kasih karuniaNya,” kata Edward. Sebagai penyanyi, Edward kini sudah melanglang buana, mulai dari Taiwan, Malaysia, Singapura, USA, Canada, Cina, Hongkong, dan Australia. Di Macau ia pernah menjadi duta anti narkoba dalam event internasional di Negara Macau, Semua musisi yang hadir harus berbicara tentang narkoba. Edward bukan hanya bicara kejahatan narkoba tapi juga menceritakan tentang Yesus, sampai sang penerjemahnya saat itu berkata, “Serius, mau bilang ini?” Penyanyi yang pernah mendapatkan penghargaan Best Male Indonesian Gospel Singer 2008 ini mengatakan, latar belakangnya yang berasal dari keluarga yang kurang berada membuatnya tidak ingin bergaya hidup mewah walaupun mampu dan walaupun banyak penyanyi yang menggunakan barangbarang mewah. Untungnya, istrinya Agnes Prawoto itu juga sepakat. Demikian juga Justin Faith, anak semata wayangnya yang kini juga telah membuat album. Terakhir, pesan Edward bagi pembaca Nafiri, nomor satu adalah hubungan dengan Tuhan. Hiduplah dalam perkenanan-Nya. “Dan andalkanlah Tuhan. Bawa semuanya tertuju pada-Nya,” kata Edward Nafiri SEPTEMBER 2016
NAFIRI SEPT 16 print.indd 39
39
9/23/16 8:51 PM
40
REACHING OUT COMMUNITY
NAFIRI SEPT 16 print.indd 40
9/23/16 8:51 PM
/ Titus Jonathan /
Nafiri SEPTEMBER 2016
NAFIRI SEPT 16 print.indd 41
41
9/23/16 8:51 PM
C
42
REACHING OUT COMMUNITY
NAFIRI SEPT 16 print.indd 42
9/23/16 8:51 PM
Nafiri SEPTEMBER 2016
NAFIRI SEPT 16 print.indd 43
43
9/23/16 8:51 PM
44
REACHING OUT COMMUNITY
NAFIRI SEPT 16 print.indd 44
9/23/16 8:51 PM
Nafiri SEPTEMBER 2016
NAFIRI SEPT 16 print.indd 45
45
9/23/16 8:51 PM
46
REACHING OUT COMMUNITY
NAFIRI SEPT 16 print.indd 46
9/23/16 8:51 PM
” Nafiri SEPTEMBER 2016
NAFIRI SEPT 16 print.indd 47
47
9/23/16 8:51 PM
48
REACHING OUT COMMUNITY
NAFIRI SEPT 16 print.indd 48
9/23/16 8:52 PM
/ GI. Eddy Tan /
p a arti kehadiran gereja di tengah dunia? Ini sebuah tantangan yang mendesak bagi gereja Tuhan. Gereja sebagai organisme (yang hidup secara dinamis) adalah gereja yang bukan sekadar bertumbuh kembang, melainkan juga gereja yang berdampak positif bagi lingkungannya. Masalah terbesar yang terjadi dalam diri dan hidup gereja adalah menjadi sekadar organisasi, dan mengabaikan peran organismenya.
Sudah waktunya gereja harus bangun, bergerak menjangkau keluar. Gereja harus menjadi alat Tuhan yang hidup, menyatakan karya Kristus kepada dunia. Ini tantangan yang besar, sekaligus mulia. Secara unik, Kristus sendiri menyatakan, “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barang siapa percaya kepada-Ku, ia akan melakukan juga pekerjaan-pekerjaan yang Aku lakukan, bahkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dari pada itu ...� (Yohanes 14:12). Maka, mari kita membangun ulang pemahaman kita akan diri dan hidup kita sebagai gereja di tengah masyarakat dan bangsa di mana kita berada. Nafiri SEPTEMBER 2016
NAFIRI SEPT 16 print.indd 49
49
9/23/16 8:52 PM
Gereja adalah Ekklesia, Bukan Inklusia Istilah gereja bermula dari kata Yunani ekklesia, yang secara umum diartikan sebagai ‘yang dipanggil keluar’. Istilah ekklesia ini sesungguhnya punya dua pemaknaan, yang sesuai dengan kondisi hidup seorang Kristen. Makna pertama adalah makna rohani, yakni gereja—dalam artian setiap orang percaya dalam Kristus, adalah orang-orang yang dipanggil keluar meninggalkan dosa dan menuju kekudusan. Makna kedua adalah makna sosial, yakni gereja dipanggil keluar meninggalkan kehidupan lama yang egosentris dan jahat untuk menjadi berkat—dalam pengajaran Kristus kita mengenalnya dengan gambaran “menjadi garam dan terang dunia”. Panggilan dengan mandat ganda ini sudah dititahkan Allah sejak awal kala Ia mencipta manusia. Manusia yang dicipta Allah itu kemudian diberi mandat untuk berkembang biak dan mengelola ciptaan. Kita bisa melihat bahwa mandat ganda ini juga dilimpahkan pada gereja Tuhan yang telah mengalami ciptaan baru secara rohani. Mandat untuk berkembang biak dalam konteks bergereja adalah upaya untuk bertumbuh dan meluaskan Injil sampai ke ujung bumi. Mandat untuk mengelola ciptaan dalam konteks bergereja adalah memelihara keadilan sosial dengan upaya bersumbangsih pada kesejahteraan masyarakat dan bangsa. Sekali lagi, Kristus memanggil kita, gereja-Nya, untuk menjadi ekklesia, bukan inklusia (menutup diri, hanya untuk diri atau kalangan sendiri saja). Gereja yang hidup semata inklusia, yang lebih menyibukkan diri dengan segala program dan aktivitas intern tanpa peduli masyarakat sekitarnya adalah gereja yang mati, atau yang sedang dalam proses menuju kematiannya.
Gereja yang hidup semata inklusia, yang lebih menyibukkan diri dengan segala program dan aktivitas intern tanpa peduli masyarakat sekitarnya adalah gereja yang mati, atau yang sedang dalam proses menuju kematiannya.
50
REACHING OUT COMMUNITY
NAFIRI SEPT 16 print.indd 50
9/23/16 8:52 PM
Mungkin sekali kegagalan gereja menjadi organisme yang hidup itu dikarenakan gagal melihat juga aspek vital lain dari keselamatan yang Tuhan anugerahkan. Benar memang bahwa keselamatan adalah anugerah dalam karya penebusan Kristus, dan kita menyambutnya dengan iman pada Sang Penebus. Namun, keselamatan itu bukan sekedar status saja. Keselamatan harus dilihat sebagai sebuah proses hidup, ada gerakan atau karya yang menyatakan adanya keselamatan dalam hidup kita. Penjangkauan Pada yang Menderita Adalah Wujud Nyata Keselamatan Pengajaran Kristus dalam Matius 25:31–46 menegaskan bahwa gereja yang telah mengalami keselamatan jiwa adalah gereja yang menjangkau dan mengulurkan tangan menolong yang menderita: yang lapar, yang haus, yang terasing, yang telanjang, yang terpenjara (ayat 35–36, 42– 43). Perhatikan apa yang dikatakan Sang Raja dalam pengajaran Tuhan Yesus ini bagi setiap orang percaya yang bersedia menjangkau yang menderita, “Mari, hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan ...” (ayat 34). Namun bagi yang nyaman dengan dirinya sendiri dan tidak punya kepedulian sosial, Sang Raja pun menyatakan murkanya, “Enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya ...” (ayat 41).
Nafiri SEPTEMBER 2016
NAFIRI SEPT 16 print.indd 51
51
9/23/16 8:52 PM
Ajaran Kristus inilah yang digemakan ulang dengan sama kerasnya oleh rasul Yakobus, “Bukankah Allah memilih orang-orang yang dianggap miskin oleh dunia ini untuk menjadi kaya dalam iman dan menjadi ahli waris Kerajaan yang telah dijanjikan-Nya kepada barang siapa yang mengasihi Dia? .... Sebab penghakiman yang tak berbelaskasihan akan berlaku atas orang yang tidak berbelaskasihan. Tetapi belas kasihan akan menang atas penghakiman .... Hai manusia yang bebal, maukah engkau mengakui sekarang, bahwa iman tanpa perbuatan adalah iman yang kosong? .... Kamu lihat, bahwa iman bekerja sama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna .... Sebab seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian jugalah iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati.” (Yakobus 2:5, 13, 20, 26). Kalau kita menarik lebih jauh lagi pada kitab-kitab Taurat, kita pun akan mendapati bahwa TUHAN sendiri memberikan bukan hanya aturan religius pada umat pilihan-Nya Israel, tetapi juga aturan-aturan sosial (kitab Imamat seperti contohnya pasal 25, kitab Bilangan seperti dalam pasal 35). Gereja yang Telah Alami Selamat: QUO VADIS? Secara dramatik, mari kita memandang pada Kristus Sang Kepala Gereja, yang saat ini sedang memandangi kita dan mungkin mendesah sedih sambil berujar, “Gereja, engkau ini mau ke mana? Engkau telah Kutebus dan Kutuntun, tapi mengapa engkau tidak meneruskan karya-Ku di tengah dunia ini? Aku telah menganugerahkan penebusan hingga engkau menikmati kebebasan dan keselamatan. Dan karya itulah yang Kutitipkan padamu karena Aku mesti kembali pada Bapa-Ku. Roh-Ku yang Kukaruniakan padamu itu telah mengingatkanmu terus-menerus untuk berbuat baik dan berbelaskasihan sebagaimana teladan-Ku, tapi mengapa engkau mengabaikannya?” Inilah tantangan kita: Menjangkau yang menderita atau terhilang demi kasih Kristus. Sebagaimana sebuah slogan populer yang seharusnya menjadi gaya hidup umat Kristus “Diberkati untuk menjadi berkat”. Kiranya Tuhan Yesus memampukan kita menjadi perpanjangan tangan kasih-Nya bagi dunia ini, amin Penulis memperoleh gelar S.Th. dari Seminari Alkitab Asia Tenggara (SAAT). Saat ini melayani sebagai Pengerja Gereja Sidang Kristus Bandung dan Guru Agama SD dan SMP SKKK Bandung
52
REACHING OUT COMMUNITY
NAFIRI SEPT 16 print.indd 52
9/23/16 8:52 PM
Kalau kita menarik lebih jauh lagi pada kitab-kitab Taurat, kita pun akan mendapati bahwa TUHAN sendiri memberikan bukan hanya aturan religius pada umat pilihan-Nya Israel, tetapi juga aturan-aturan sosial
Nafiri SEPTEMBER 2016
NAFIRI SEPT 16 print.indd 53
53
9/23/16 8:52 PM
54
REACHING OUT COMMUNITY
NAFIRI SEPT 16 print.indd 54
9/23/16 8:52 PM
/ GI Feri Irawan/
“Intensional ... ada yang tahu artinya?” tanya salah satu rekan dalam grup diskusi kami. Kami terlihat kelabakan dalam diskusi dengan materi tentang pemuridan karena kurang memahami istilah yang jarang dipakai dalam percakapan sehari-hari. Rupanya bukan kelompok diskusi kami saja yang agak kebingungan, karena kelompok sebelah kami juga sedang mempercakapkan istilah “intensional” ini. “Intensional itu artinya dengan sengaja melakukannya,” tiba-tiba salah satu anggota kelompok sebelah yang duduk tepat membelakangi saya menyahut. Tentu saja ia bukan menjawab pertanyaan kami, tetapi kelompoknya. Tetapi karena ia tepat duduk di belakang punggung saya, sahutannya terdengar jelas di kelompok kami. Saya sendiri juga ragu-ragu dengan jawaban rekan tersebut, tetapi kelompok kami jadi ikutikutan menyetujui jawabannya karena kami tidak ada ide pemahaman arti kata “intensional” ini secara tepat. Sembari mendiskusikannya, saya cepat-cepat membuka gadget untuk meminta petunjuk dari ‘Om Google’, dan saya menemukan arti kata “intensional” versi KBBI, yaitu berdasarkan niat atau keinginan. Nafiri SEPTEMBER 2016
NAFIRI SEPT 16 print.indd 55
55
9/23/16 8:52 PM
Antara Keantusiasan dan Kebingungan Peristiwa di atas adalah sekilas kejadian dalam momen GKY Conference yang berlangsung dari 15–17 Agustus 2016 lalu. Topik utama pembahasan konferensi selama tiga hari ini adalah tentang discipleship (pemuridan). Saya yakin istilah kata “pemuridan” tidak asing di telinga setiap orang Kristen. Tetapi begitu diminta menjabarkannya, maka tidak semua orang Kristen termasuk hamba-hamba Tuhan siap menjelaskannya secara tepat. Lucunya, dengar-dengar dari seorang rekan, salah satu peserta di kelompok diskusinya setelah mendengarkan beberapa sesi ceramah dengan lugu berkata, “Kok saya tidak melihat ciri-ciri yang menunjukkan adanya pemuridan di gereja saya, ya?” Kalau boleh saya simpulkan secara dini, ada perasan yang bercampur antara keantusiasan dengan kebingungan dari sebagian besar peserta dalam konferensi kali ini. Peserta antusias untuk mewujudkan gereja lokal yang memuridkan, tetapi sekaligus bingung bagaimana harus memulainya. Terbukti, saat sesi workshop di masing-masing gereja lokal, yang saya anggap sebagai sesi terseru di antara sesi-sesi lainnya, meskipun hanya sebatas simulasi, kami menanggapi kasus yang diberikan seperti benar-benar terjadi di GKY BSD. Apalagi beberapa rekan majelis berkomentar bahwa contoh kasusnya mirip sekali dengan kondisi di GKY BSD. Dalam sesi workshop kedua, moderator diskusi menantang peserta untuk menentukan pola pergerakan proses pemuridan di masing-masing gereja lokal dan berani menghapus program atau aktivitas gerejawi yang tidak punya fokus pada pemuridan. 56
REACHING OUT COMMUNITY
NAFIRI SEPT 16 print.indd 56
9/23/16 8:52 PM
Proses Pemuridan Dalam konferensi ini beberapa pembicara secara terpisah mengutip pola-pola proses pemuridan dari beberapa tokoh. Sebut saja Edmund Chan (pembicara topik pemuridan yang lagi happening akhir-akhir ini), yang punya pandangan bahwa proses pemuridan terbagi dalam tiga tahap, yaitu: dimulai dari sebuah relasi yang dipulihkan dengan Allah, adanya transformasi, dan multiplikasi (pelipatgandaan). Terpesona kepada Allah menjadi faktor penting untuk menunjukkan bahwa seseorang telah mengalami pemulihan dari Allah. Sedangkan transformasi bicara tentang sebuah kedewasaan yang penuh di dalam Kristus dan pertumbuhan ke segala arah, yaitu pertumbuhan dalam spiritual, karakter, pelayanan, dan pengetahuan akan kebenaran iman Kristen. Tahapan multiplikasi ditunjukkan dengan adanya semangat dan sukacita menjadi penjala manusia dan membinanya menjadi murid Kristus juga. Proses pemuridan yang lebih sederhana dijelaskan oleh Thom S. Rainer dan Eric Geiger dalam buku Simple Church. Bagi mereka, proses pemuridan harus mengacu pada dua hal, yaitu mengasihi Allah dan mengasihi sesama. Jika demikian, gereja yang melakukan pemuridan harus mengukur segala program dan aktivitasnya pada kedua acuan tersebut. Proses pemuridan lainnya yang sempat disinggung oleh salah satu pembicara adalah pola pemuridan yang dilakukan oleh Gereja Saddleback dengan empat tahapan proses, yaitu: committed to membership, committed to maturity, committed to ministry, dan committed to missions. Minimal melalui ketiga contoh pola pemuridan yang sudah dijabarkan tadi, sudah cukup memberi banyak pencerahan bagi gereja untuk dengan serius menggarap pemuridan yang autentik di gereja lokal masing-masing. Nafiri SEPTEMBER 2016
NAFIRI SEPT 16 print.indd 57
57
9/23/16 8:52 PM
Tantangan dan Jebakan Pemuridan Saya pikir bukan hal yang mudah menemukan pola pemuridan yang autentik dalam konteks GKY BSD. Meskipun kebutuhan akan pemuridan sudah tercipta diantara kami, bisa jadi semangat untuk menjadikan murid Kristus pada akhirnya kembali padam. Dan gereja kembali masuk dalam jebakan rutinitas aktivitas dan program-program yang tidak lagi berfokus untuk menjadikan setiap jemaat murid Kristus. Jebakan copy-paste program tahun lalu sepertinya akan menjadi jebakan yang paling berat ditolak oleh pengurus-pengurus bidang dan komisi. Mepetnya pembuatan program, kesibukan keseharian para pengurus gereja, dan ketiadaan integrasi dalam pelayanan bersama pada akhirnya membuat gereja menyerah dan dengan sukarela masuk kembali pada jebakan yang sudah tersedia. Tidak heran jika pelayan gereja dengan jujur kembali mengakui bahwa mereka tidak lagi melakukan pemuridan yang sebenar-benarnya. Akibatnya, gereja bisa jadi akan kembali memproduksi lebih banyak lagi konsumen-konsumen rohani tapi defisit dalam jumlah murid Kristus. Pemuridan bukanlah sebuah istilah asing. Melakukannya membutuhkan sebuah ‘seni’ mengingat masing-masing gereja lokal memiliki kekhasan dengan perlakuan yang seharusnya berbeda satu dengan yang lainnya. Namun, semangat yang harus dibawa haruslah sama dan tidak boleh dilupakan, yaitu menjadi dan menjadikan segala bangsa murid Kristus
58
REACHING OUT COMMUNITY
NAFIRI SEPT 16 print.indd 58
9/23/16 8:52 PM
Ada prinsip yang saya anut yang berbunyi, “Kalau menyangkut kekayaan dan kesenangan, lihatlah ke bawah–supaya engkau bersyukur selalu. Sebab betapa pun miskin dan sengsara engkau, masih banyak lagi yang lebih menderita. Tapi kalau menyangkut kemampuan dan pengetahuan, lihatlah ke atas– agar engkau tetap rendah hati. Sebab sepintar-pintarnya dan sehebat-hebatnya engkau, banyak yang masih lebih pintar dan lebih hebat.” Jadi, memang tak ada alasan untuk berpongahpongah. – Eka Darmaputera Eka Darmaputera (1942–2005), asal Mertoyudan, Magelang, setelah lulus dari STT Jakarta, melanjutkan studi teologinya di Boston College dan Seminari Teologi Andover Newton di Massachusetts, Amerika Serikat. Suami Evang M. Kristiani ini mendapatkan gelar doktor dalam bidang ‘Agama dan Masyarakat’. Pendeta Eka dikenal luas sebagai salah satu tokoh Kristen yang mampu menjalin kekerabatan dengan berbagai kalangan yang heterogen. Beliau selalu tampil tegar walau menderita kanker hati pada tahun-tahun akhir kehidupannya. Kecintaannya dalam menulis bermuara pada sejumlah buku, termasuk kumpulan renungan dan khotbah, yang banyak diminati masyarakat.
Prinsip hidup saya, jika kita adalah pengikut Kristus kita harus mendengarkan panggilan-Nya. Kalau dipanggil ya harus taat, itu saja, simpel, dan saya tidak punya ambisi apa-apa di situ. – Anugerah Pekerti Ph.D.
(Saat diwawancara oleh Nafiri untuk edisi Juni 2011, tentang prinsip hidupnya dalam menentukan bidang pelayanan yang diterjuni)
Nafiri SEPTEMBER 2016
NAFIRI SEPT 16 print.indd 59
59
9/23/16 8:52 PM
60
REACHING OUT COMMUNITY
NAFIRI SEPT 16 print.indd 60
9/23/16 8:52 PM
/ Deirdre Tenawin /
a n g a t ramah dan bersemangat, itulah kesan yang kami temukan tatkala tim Nafiri bertandang ke kediaman Bapak Aristides Katoppo. Nafiri SEPTEMBER 2016
NAFIRI SEPT 16 print.indd 61
61
9/23/16 8:52 PM
Beliau adalah salah satu pendiri harian Sinar Harapan, yang selama ini banyak dikenal sebagai surat kabar Kristen. Pada zaman Orde Baru, harian Sinar Harapan beberapa kali dibredel oleh karena pemberitaannya yang kritis dan membuat gerah penguasa. Hingga puncaknya, pemerintah mencabut SIUPP dan menutup harian Sinar Harapan pada Oktober 1986. Kepada kami, jurnalis senior yang juga merupakan sahabat Soe Hok Gie ini berbagi cerita akan perjalanan karyanya bersama harian Sinar Harapan. Berikut petikan wawancaranya:
Nafiri (NF): Apa visi dari harian Sinar Harapan ketika pertama kali didirikan Pak? Aristides Katoppo (AK): Dari awal, pemilihan nama maupun moto Sinar Harapan, saya kira ada niat secara sadar untuk menyuarakan nurani Kristiani. Nama itu dipilih berdasarkan satu sistem nilai. Motonya memperjuangkan kebenaran, keadilan, perdamaian, dan kebebasan berdasarkan kasih. Kasih itu adalah kasih sebagaimana dijelaskan atau diungkapkan di dalam Injil.
62
REACHING OUT COMMUNITY
NAFIRI SEPT 16 print.indd 62
9/23/16 8:52 PM
NF: Apakah Sinar Harapan bisa dikatakan sebagai salah satu koran Kristen? AK: Ada yang ingin eksplisit koran Kristen, tetapi sebagian dari kita justru tidak ingin koran ini dari orang Kristen, oleh orang Kristen, untuk orang Kristen. Secara teologi, perintah Kristus adalah melayani sesama manusia. Dia kan tidak mengatakan sesama orang Kristen. Kasih itu tidak pakai kata kristiani. Kalau kita lakukan itu, sebenarnya buat saya sudah kristiani. Jadi tidak perlu pasang label kristiani, orang lain bisa menilai. Kalau orang lain bilang itu adalah kristiani, ya sudah, terima kasih. Sehingga ke karyawan, kita jelaskan bahwa ini bukan dari orang Kristen saja untuk orang Kristen. Memang ada semacam perdebatan. NF: Siapa saja yang terlibat di dalam koran Sinar Harapan? AK: Di Sinar Harapan, ada sebagian kelompok-kelompok kaum pendeta dan sebagian yang lebih ke partai. Partai yang secara eksplisit juga memperjuangkan kepentingan-kepentingan orang Kristen di Indonesia. Selain itu ada satu lagi kelompok profesional wartawan. NF: Secara nilai-nilai, Pak Tides termasuk kelompok yang mana? AK: Yesus berkata mengasihi Tuhan dan mengasihi sesama manusia. Jadi itu adalah tanggung jawab atau tugas Kristiani, mengasihi sesama manusia. Dalam perjalanan Sinar Harapan, ada teman-teman yang mengatakan oke sesama manusia, tetapi kita harus mendahulukan yang dari umat kita sendiri dulu, Kristen. Kadang-kadang ada perbedaan penekanan. Kalau saya cenderung bukan itu. Namanya Sinar Harapan, memberitakan berita harapan, berita baru yang berbeda dengan di Perjanjian Lama. Berita bahwa Kristus datang bukan hanya untuk kaum Yahudi.
Nafiri SEPTEMBER 2016
NAFIRI SEPT 16 print.indd 63
63
9/23/16 8:52 PM
NF: Apa yang membuat pemerintah kala itu mencabut SIUPP dan menutup Sinar Harapan? AK: Banyak analisa dan spekulasi, tapi intinya saat itu mantan Presiden Soeharto sudah menguasai seluruh lembaga-lembaga politik bahkan hingga Persatuan Wartawan Indonesia(PWI) dan Serikat Surat Kabar Indonesia. Lembaga-lembaga yang sebenarnya nonnegara tetapi sudah dikuasai negara. Jadi tidak ada lagi suara yang otonom, independen. Saya kira kepada Sinar Harapan dalam sisi itu, karena kan kita sudah berkali-kali dikasih peringatan dan sebelumnya sudah dibredel. Bahkan saya diminta untuk meninggalkan tanah air sebagai syarat supaya Sinar Harapan bisa terbit lagi ketika dibredel. Waktu itu tahun 1973 dan saya wakil pemimpin umum. Waktu itu
64
REACHING OUT COMMUNITY
NAFIRI SEPT 16 print.indd 64
9/23/16 8:52 PM
sasaran utamanya saya. Setelah itu memang ada pendekatan boleh terbit lagi karena banyaknya tekanan dari luar negeri dan dari mana-mana. Ketua dewan komisaris, Jendral Simatupang, meminta saya menjadi semacam negosiator terhadap pendatang-pendatang dari kalangan keluarga Pak Harto. NF: Bagaimana Sinar Harapan tutup dan berubah menjadi Suara Pembaharuan Pak? AK: Akhirnya Pak Harto mengadakan sebuah rapat terbatas dimana yang dibicarakan berkaitan dengan pembredelan Sinar Harapan. Dari Menpen Harmoko sampai Menko Polkam Jend. Benny Moerdani. Keputusannya adalah boleh diberikan ijin SIUPP kepada Sinar Harapan, tetapi nama Sinar Harapan dan Aristides tidak boleh muncul. Albert Hasibuan telepon dan minta saya memberikan nama surat kabar. Saya kasih lima nama yaitu “Sinar Harapan”, “Sinar Harapan”, “Sinar Harapan”, “Sinar Harapan”, dan “Sinar Harapan”. Saya tahu pasti ditolak dan jawabannya yaitu ditolak, ditolak, ditolak. Ok, akhirnya berubahlah namanya jadi “Suara Pembaharuan”. NF: Nama Pak Tides sampai tidak boleh muncul oleh pemerintah Orde Baru. Sejauh mana tekanan yang diberikan pemerintah Orde Baru kepada Bapak? AK: Terus terang saja, paling menggoncangkan saya adalah waktu mengalami interogasi oleh utusan pemerintah Orde Baru. Mereka tegas mengatakan, ini bukan projusticia, ini adalah operasi intelijen. Kasarnya, hukum yang berlaku adalah kemauan mereka. Mereka berkata, Bapak ini luar biasa berani ya, tapi begini, maaf ya, kita ini harus melakukan tugas. Untuk tugas itu, kita harus melakukan apa aja. Kita mengetahui bahwa anak-anak Anda tiap pagi menyeberang jalan ke sekolah. Anda tahu kan itu jalan sangat ramai? Ada banyak truk dan lain-lain. Kata mereka, saya hormat anda punya keteguhan, tapi kita harus menjalankan tugas. Itu betul-betul goncangan paling berat bagi saya. NF: Bagaimana Pak Tides melewati masa-masa berat itu? AK: Walaupun saya tidak dapat dianggap seseorang yang sangat religius, tapi dari pengalaman hidup saya, saya bisa mengatasi kegusaran, ketakutan, Nafiri SEPTEMBER 2016
NAFIRI SEPT 16 print.indd 65
65
9/23/16 8:52 PM
dan kekhawatiran akan anak-anak karena yang Maha Pengasih tidak pernah meninggalkan saya. Asal kita tetap percaya bahwa tidak akan ditinggalkan. Nah itu kan soal faith. Terus terang saja saya bisa katakan survive karena itu. Kan kata Tuhan, di mana pun kita, Dia tidak akan pernah meninggalkan kita selama kita yakini itu. Walaupun kadang-kadang kita bertanya, jika tidak ditinggalkan kok kenapa saya dalam keadaan begini tersiksa? Tapi kan mungkin diuji justru di situ, imannya itu diuji kan. NF: Setelah empat belas tahun terkubur, pada tahun 2001, harian Sinar Harapan tiba-tiba terbit kembali. Kenapa diterbitkan kembali? AK: Waktu itu kurang lebih awal 2000-an, saya dipanggil lagi oleh Pak Rorimpandey, dia ingin kembali menghidupkan Sinar Harapan. Saya ditelepon tengah malam. Biarpun hanya satu hari, dia ingin Sinar Harapan kembali lagi karena waktu itu ditutup oleh perintah Soeharto. Saya sarankan untuk berunding dengan pihak Suara Pembaharuan. Sebab, semua fasilitas seperti gedung, percetakan, sarana periklanan, agen, narasumber berita, dan software telah digunakan oleh Suara Pembaharuan. Kita minta agar nama Sinar Harapan dikembalikan, tetapi ditolak. Terus terang saja, saya sudah enak mengajar di Washington. Saya sebenarnya sudah happy bebas dari pekerjaan sehari-hari. Santai, bisa baca-baca buku, dan belajar lagi. Sebenarnya saya punya seribu satu alasan untuk menolak, misalnya seperti sudah terima sajalah Suara Pembaharuan. Tapi ya saya terima saja. Ya kadang-kadang dalam hidup itu ada pilihanpilihan. Untuk mengerjakan menerbitkan ulang Sinar Harapan, saya sampai mengalami stroke. Saya babak belur. NF: Kenapa kemudian tahun 2015 kemarin Sinar Harapan tutup lagi? AK: Banyak orang bertanya bagaimana Sinar Harapan bisa survive, saya kira itu karena banyak orang yang mendoakan Sinar Harapan. Bulan November yang lalu, direksi Sinar Harapan yang sudah diterbitkan ulang di Raden Saleh menyampaikan bahwa sudah tidak lagi mampu membiayai Sinar Harapan supaya bisa jalan terus.
66
REACHING OUT COMMUNITY
NAFIRI SEPT 16 print.indd 66
9/23/16 8:52 PM
NF: Apakah di kemudian hari masih ada harapan untuk Sinar Harapan bisa diterbitkan kembali? AK: : Waktu pengumuman kepada karyawan, ada yang tanya apakah masih ada harapan, saya bilang loh perjuangan Sinar Harapan adalah bagaimana harapan itu harus dicari, dimunculkan dan digali. Justru itu harus ada, kalau kita sendiri gak punya harapan, bagaimana kita bisa bagi-bagi harapan? Sekarang ada Sinar Harapan Online, sinarharapan.net. Itu sebagian sekelompok kecil wartawan yang membuatnya dengan pesangon mereka dan melanjutkan. Ada pihak yang mau melanjutkan harapan. NF: Pak Tides tentu telah melewati perjalanan yang panjang dengan begitu banyak tantangan. Apakah ada pengalaman berkesan bersama Tuhan yang bisa Bapak bagikan? AK: Saya kehilangan dua putra saya, meninggal. Yang pertama putra bungsu saya meninggal karena sakit jantung. Yang sulung meninggal tahun 2015 di usia empat puluh tahun. Terus terang aja, itu suatu pukulan yang berat bagi saya. Saya tanya sama pendeta, saya dulu baca kitab Ayub kan sebagai bacaan, tapi apa adil Tuhan melakukan siksaan macam ini? Tapi beberapa hari kemudian, saya merasakan sesuatu yang boleh dibilang anehlah. Entah saya masih mimpi atau tidur, tiba-tiba saya seperti melihat layar, wajah kedua putra saya muncul. Yang sulung baru meninggal tersenyum. Setelah itu muncul gambar saya lagi melarung abunya di laut, gelombang-gelombang dan abunya langsung menyebar. Kemudian ganti gambar lagi, muncul dua lumba-lumba, berbunyi silih berganti dan melompatlompat. Lumba-lumba menurut saya adalah makhluk yang sangat happy dan gembira. Nah kakak beradik ini, dari kecil jika bertemu pasti asyik mengobrol. Jadi saya lihat itu dan tiba-tiba saya semacam menyadari kok keadaannya sangat damai, sejuk, tidak ada rasa pedih, sedih, dan perih. Saya merasa seolah Tuhan mengutus seorang malaikat untuk memberitahu dan menyentuh saya. Sebab setelah itu; rasa cape, sedih, dan segala macam rasa itu larut, hilang. Saya merasa bersyukur atas kejadian macam itu.
Nafiri SEPTEMBER 2016
NAFIRI SEPT 16 print.indd 67
67
9/23/16 8:52 PM
NF: Apa kesibukan Pak Tides saat ini? AK: Dulu, saya termasuk salah satu aktivis . Namanya Kesatuan Aksi Mahasiswa. Tapi kesatuan ini kemudian dilebur oleh Soeharto. Jadi waktu itu saya membuat kegiatan Mapala-Mapala dengan Soe Hok Gie, mendirikan Mapala UI. Banyak melakukan kegiatan di lingkungan hidup. Sebelum ada Walhi saya sudah mendirikan Himpunan untuk Pelestarian Lingkungan Hidup. Sejak saat itu saya aktif menjadi aktivis lingkungan hidup sampai sekarang. NF: Apa kerinduan Bapak yang ingin dilakukan dan dicapai dalam lima hingga sepuluh tahun mendatang? AK: Kalau diberi umur tambahan, saya masih ada sisa-sisa kewajiban yang ingin saya tuntaskan. Di antaranya sebagai dewan Pembina di beberapa Lembaga Bantuan Hukum (LBH). Selain itu secara formal, saya masih menjadi komisaris di Sinar Harapan meskipun sementara tidak ada kegiatan. Selain itu saya juga mendirikan Yayasan Upaya Indonesia Damai dari terjemahan United In Diversity, yang kegiatannya adalah rangkaian leadership training. Hal-hal sederhana ini saja yang ingin saya tuntaskan
68
REACHING OUT COMMUNITY
NAFIRI SEPT 16 print.indd 68
9/23/16 8:52 PM
Nafiri SEPTEMBER 2016
NAFIRI SEPT 16 print.indd 69
69
9/23/16 8:52 PM
70
REACHING OUT COMMUNITY
NAFIRI SEPT 16 print.indd 70
9/23/16 8:52 PM
/ Elasa Noviani /
a y a pernah menemani suami untuk melayat seorang kerabat yang tidak begitu saya kenal semasa hidupnya. Di tengah kepedihan keluarga yang ditinggalkan, ada suatu adegan yang sangat aneh dan membuat para pengunjung bertanya-tanya. Ada dua orang wanita muda yang sambil menangis terus menerus berebut mengelus-elus jenasah. Yang satu mengelus di bagian rambut kepala dan mukanya, yang lain mengelus di bagian tangan dan tubuhnya. Keduanya mengaku sebagai pacarnya.
Nafiri SEPTEMBER 2016
NAFIRI SEPT 16 print.indd 71
71
9/23/16 8:52 PM
72
REACHING OUT COMMUNITY
NAFIRI SEPT 16 print.indd 72
9/23/16 8:52 PM
Nafiri SEPTEMBER 2016
NAFIRI SEPT 16 print.indd 73
73
9/23/16 8:52 PM
74
REACHING OUT COMMUNITY
NAFIRI SEPT 16 print.indd 74
9/23/16 8:52 PM
Nafiri SEPTEMBER 2016
NAFIRI SEPT 16 print.indd 75
75
9/23/16 8:52 PM
76
REACHING OUT COMMUNITY
NAFIRI SEPT 16 print.indd 76
9/23/16 8:52 PM
Nafiri SEPTEMBER 2016
NAFIRI SEPT 16 print.indd 77
77
9/23/16 8:52 PM
Ungkap Tebus Lega
78
REACHING OUT COMMUNITY
NAFIRI SEPT 16 print.indd 78
9/23/16 8:52 PM
/ Lily Ekawati / Bahkan berbincang santai dengan teman-teman seprofesi sambil mengopi bisa berakhir dengan tanda tanya besar, kekhawatiran ada hal-hal yang belum sempat terlapor, dan akhirnya beberapa dari kami mengangkat telpon untuk bertanya pada pasangan masing-masing, termasuk saya sendiri, “Apakah laporan kita sudah beres? Mungkin kita tetap perlu ikut Tax Amnesty nih ...?” Dan setelah telpon ditutup ... ujungnya menyisakan perjuangan untuk membuat janji bertemu konsultan pajak kami .... Arghhhhh .... Diakui atau tidak, banyak dari kita mau segera ikut TA bukan karena ‘sudah’ rela mengakui ‘kesalahan’ dalam pelaporan pajak sebelum-sebelumnya, tapi lebih dikarenakan adanya sangsi yang terkait dengan periode waktu yang diberikan. Makin lama pengakuan diungkapkan, makin besar uang tebusan yang harus dibayarkan .... Pro dan kontra tentang
kebijakan pemerintah akan TA juga banyak terdengar, salah satunya konsumen saya yang menyambut gembira dan menganggap ini seperti momen sale di mal, “Pemerintah toh janji tidak akan ungkit-ungkit dari mana asal semua harta kita, jadi kita bayar saja 2% segera dari semua harta yang belum terlapor, abis gitu ... tenang deh saya sampe anak-anak tar .... Laporan udah beres semua. Nah, mulai tahun depan saya udah janji mau lapor semua sebenar-benarnya. ” Untuk konsumen ini, slogan TA memang jadi pas sekali: ungkaptebus-lega.
Nafiri SEPTEMBER 2016
NAFIRI SEPT 16 print.indd 79
79
9/23/16 8:52 PM
Meminjam istilah Jusuf Kalla yang dimuat dalam Kompas. com, TA merupakan kemurahan pemerintah agar pengusaha bisa tidur nyenyak. Terbayang oleh saya kemudian, banyak orang berusaha mendengar, mencari tahu, dan belajar lebih lanjut untuk mendapatkan pengampunan pajak; dalam usaha menyelamatkan harta di dunia yang sementara ini. Seharusnya dalam hal yang jauh lebih penting yang menyangkut keselamatan jiwa; kita lebih banyak memberikan perhatian, waktu, dan tenaga. Saya tidak bisa membayangkan kalau kita harus mengusahakan sendiri soul amnesty. Berapa banyak workshop dan seminar yang harus digelar dan dipelajari, berapa besar denda yang akan mampu menyelamatkan jiwa kita ...? Sungguh bersyukur karena dalam kekristenan kita bahkan sudah
mendapat jaminan bahwa dosa kita sudah diampuni dan ditebus. Gratis untuk kita, dibayar oleh Allah. Anugerah seumur hidup dari Tuhan sendiri, asalkan kita percaya dan mengakui Ia satu-satunya Juruselamat kita. Jika TA saja bisa membuat kita lega dan berjanji untuk mulai hidup jujur melaporkan semua secara terbuka dan apa adanya, seharusnya penebusan yang kita terima tidak hanya membuat kita lega sesaat, tapi juga membuat kita berusaha terus untuk hidup benar di dunia sampai pada waktunya Tuhan memanggil kita. Hidup benar bukan karena ada sangsi yang mengintai, tetapi hidup dengan integritas sebagai anak Tuhan yang sudah menikmati kemurahan-Nya
“ Beginning well is a momentary thing; finishing well is a lifelong thing
80
“
- Ravi Zacharias REACHING OUT COMMUNITY
NAFIRI SEPT 16 print.indd 80
9/23/16 8:52 PM
Nafiri SEPTEMBER 2016
NAFIRI SEPT 16 print.indd 81
81
9/23/16 8:52 PM
/ Humprey /
82
REACHING OUT COMMUNITY
NAFIRI SEPT 16 print.indd 82
9/23/16 8:52 PM
Nafiri SEPTEMBER 2016
NAFIRI SEPT 16 print.indd 83
83
9/23/16 8:52 PM
84
REACHING OUT COMMUNITY
NAFIRI SEPT 16 print.indd 84
9/23/16 8:52 PM
Apa ada hubungannya cerita dodol lengket sampai permainan anak-anak jadul (zaman dulu)? Ya ada, yaitu permainan ini sangat erat melekat pada anakanak dan menimbulkan kesan masa kecil yang tidak terlupakan, bermain bersama teman, berlari dan melompat bersama, atau kejar-kejaran. Namun seperti halnya dodol … permainan ini mengasyikkan, tetapi tidak menyebabkan ketagihan. Energi banyak dihabiskan, badan dan motorik anak-anak menjadi lebih sehat, teman di dunia nyata banyak. Saatnya pulang sore hari semua anak pulang ke rumahnya masing-masing, mandi, makan, dan tidur (ingat, televisi baru satu siaran dan hitam putih, dengan catatan kalau punya televisi ya). Bahaya tertabrak? Mobil aja jarang kaleee … haha .… Sekarang mari kita melompat ke tahun 1990-an dst. …, ”Hooppp.” Mari kita lihat cikal-bakal penyakit kurang gerak alias sendi punggung kaku. Ronny (nama hanya ilustrasi) duduk dengan bersemangat di depan TV, tangannya asyik memainkan joystick (stik permainan), minimal ada satu-dua orang yang bermain bersama. Dimulai dari zamannya perangkat permainan console seperti: Atari, Sega, Nintendo, Super Nintendo, Playstation, dan kini ada Xbox, Nintendo Wii. Ada juga sebagian anak yang bermain dengan PC (Komputer)nya atau handheld games seperti PSP yang bisa dibawa ke mana-mana. Nafiri SEPTEMBER 2016
NAFIRI SEPT 16 print.indd 85
85
9/23/16 8:52 PM
Masih oke, hanya saja makin  jarang ke luar rumah, main game berjamjam bahkan belasan jam, dipanggil orangtuanya untuk  makan dan mandi pastinya susah (pernahkah ini terjadi pada Anda atau anak Anda?). Game populer dulu contohnya antara lain: Puzzle, Mario Bros, Digger, King Kong, Pacman, dsb. Mengapa saya bahas hal-hal di atas? Karena bila Anda hanya tahu atau bahkan tidak tahu hal-hal di atas, berarti generasi Anda telah bergulir dengan cepat tanpa Anda sadari. Dunia anak Anda sudah jauh dari itu semua, dan Anda bagaikan alien (makhluk asing) bagi anak Anda. Saran saya, mulailah Anda mengenal jenis-jenis permainan (game) yang anak Anda mainkan. Sebagai gambaran, berikut adalah jenis-jenis game:
86
Â
REACHING OUT COMMUNITY
NAFIRI SEPT 16 print.indd 86
9/23/16 8:52 PM
Nafiri SEPTEMBER 2016
NAFIRI SEPT 16 print.indd 87
87
9/23/16 8:52 PM
88
REACHING OUT COMMUNITY
NAFIRI SEPT 16 print.indd 88
9/23/16 8:52 PM
Kalau begitu, adakah game yang relatif baik? Sejauh tidak menyebabkan kecanduan, game asah otak seperti puzzle rasanya cukup baik, atau kembalilah ke permainan zaman dahulu seperti anak-anak bos IT di Silicon Valley, Amerika Serikat, yang justru mengarahkan anaknya lebih ke aktivitas fisik. Namun, kembali ke game zaman sekarang, rasanya semua game adalah dodol-dodol yang menyita waktu dan membuat kita kecanduan. Kita? Loe aja kali, gue kaga …:p. Mengapa? Karena kini game tersebut sudah seakan dodol yang menempel di tangan. Masih ga percaya? Tengoklah handphone (hp) Anda atau anak Anda, di dalamnya pasti minimal ada satu game yang selalu menemani atau bahkan mengejar setiap waktu seperti yang beberapa tahun lalu saya alami dimana jam 12 malam pun saya ke luar rumah untuk mencari sinyal hp untuk bermain game online. Ya, game handphone memang telah banyak berkembang dari zaman “Snake” sampai zaman “Pokemon Go”. Terlalu lebay-kah (berlebihan) apabila saya katakan game telah merasuk ke dalam kehidupan bergereja kita? Saya kira itu tidak berlebihan, namun untungnya kita sebagai jemaat gereja senantiasa diingatkan untuk lebih berhati-hati terhadap pengaruh tersebut. Kalau perlu, orangtua ikutlah main hanya untuk mengerti, namun janganlah sampai terjerumus/ikut kecanduan. Bimbinglah anak Anda saat main game, bagai ayat yang berbunyi:
“Berdoalah dan berjaga-jagalah senantiasa karena si jahat ada di sekelilingmu, seperti singa yang mengaum mencari mangsa yang siap diterkamnya.” (1 Petrus 5:8) Semoga kita sebagai anak dan orangtua lebih berhati-hati dan mengerti benar isi game yang dimainkan sebelum kita terjerumus dan lengket bagai dodol yang sulit untuk bisa lepas lagi. Tuhan menyertai kita semua. Amin
Nafiri SEPTEMBER 2016
NAFIRI SEPT 16 print.indd 89
89
9/23/16 8:52 PM
dari 90
REACHING OUT COMMUNITY
NAFIRI SEPT 16 print.indd 90
9/23/16 8:52 PM
/Nico Tanles Tjhin /
Nafiri SEPTEMBER 2016
NAFIRI SEPT 16 print.indd 91
91
9/23/16 8:52 PM
Jantung Berhenti (1 Januari 2008) Pagi itu adalah pagi yang cerah, pagi dimana semua orang sangat bersemangat untuk memulai hari baru mereka karena hari itu adalah hari pertama di tahun 2008. Yunaldi memutuskan untuk mencuci mobilnya di garasi. Tiba-tiba saja keringat dingin mengalir di sekujur tubuhnya. Pria berumur 67 tahun ini segera duduk dan beristirahat selagi istrinya membuatkan teh manis. Tak lama setelah minum, ia sudah tidak sadarkan diri dan mulutnya mengeluarkan busa. Anaknya yang sulung, Daniel, langsung membawa Yunaldi ke UGD di Rumah Sakit Siloam, Karawaci. Sesampainya di UGD, tim medis berusaha mengambil sampel darah Yunaldi, tetapi di setiap pembuluh darah yang ditusukkan jarum suntik tidak ditemukan adanya darah. Hasil diagnosis dokter mengatakan bahwa Yunaldi terkena serangan jantung. Pada momen kritis itu; istri, anak, kakak ipar, dan menantu ikut menemani di ruangan dengan gelisah. “Beep ‌.â€? Monitor detak jantung mendadak berhenti, tidak menunjukkan adanya detak jantung lagi. Anggota keluarga lantas menangis dan pasrah, karena tidak dapat berbuat apa-apa lagi. Dokter segera memberikan instruksi pada tim untuk mempersiapkan alat pemacu 92
detak jantung. Alat itu ditempelkan ke dada Yunaldi, monitor detak jantung masih datar. Dokter memberi tanda untuk tim segera men-charge alat tersebut lagi. Kedua kali alat itu ditempelkan ke dada Yunaldi, tetap tidak ada tanda detak jantung di monitor. Hanya ada dua suara yang terdengar di ruangan UGD, bunyi datar dari monitor detak jantung dan suara tangisan dari keluarga. Sebelum menempelkan alat pemacu jantung untuk yang ketiga kalinya, dokter meminta izin terlebih dahulu pada Herlina, istri Yunaldi. Penggunaan alat tersebut untuk ketiga kalinya berisiko menghancurkan tulang dada Yunaldi. Akhirnya, pada eksekusi yang ketiga kali, tanda detak jantung mulai kembali muncul di monitor. Sesungguhnya di dalam ilmu kedokteran, apabila tidak terdapat darah yang mengalir ke otak selama
REACHING OUT COMMUNITY
NAFIRI SEPT 16 print.indd 92
9/23/16 8:52 PM
tiga menit saja, maka bisa terjadi kerusakan otak permanen. Tetapi sampai saat ini, Yunaldi masih bisa bergerak dan berbicara dengan normal. Tuhan sungguh ajaib. Mobil Masuk Jurang (27 April 2016) Pada perjalanan pulang dari Tanjung Priok sekitar jam tiga sore, kakek dari empat cucu itu merasa mengantuk sekali. “Biasanya kalau ngantuk pada saat menyetir, saya langsung minggir dan tidur lima belas menit nyalakan alarm. Setelah bangun, segar kembali. Tapi waktu itu saya memutuskan untuk meneruskan nyetir karena sudah dekat, sudah di Tol Karang Tengah.� Ujarnya kepada tim Nafiri ketika diwawancara di kediamannya di Gading Serpong. Hanya tertidur beberapa detik saja, mobil sudah menabrak pembatas jembatan, jatuh ke dalam jurang dengan ketinggian dua belas meter. Yunaldi tidak sadarkan diri. Mobil saat itu mendarat dengan kondisi terbalik (roda di atas). “Saya sebenernya orang yang suka menyetir. Tiga puluh tahun menyetir di Jakarta tidak pernah ada kejadian apa-apa,� katanya heran. Namun ada beberapa fakta dalam kecelakaan ini yang lebih mengherankan lagi. Yang pertama, pintu mobil tidak dapat dibuka dari luar namun ajaibnya mobil tidak terbakar. Yang kedua, posisi mobil saat itu dua meter lagi masuk sungai. Apa jadinya kalau dalam kondisi terbalik, Yunaldi tidak sadarkan diri, pintu mobil tidak dapat dibuka, dan itu semua terjadi di dalam sungai? Yang ketiga, tepat sesaat sebelum kejadian, Yunaldi melepas sabuk pengamannya. Ini membuat tubuhnya ikut terperosot ke bawah kursi, sehingga lehernya tidak patah tergencet atap mobil yang bonyok. Apabila sabuk pengaman masih dikenakan, tubuhnya pasti masih terikat kuat di kursi dan lehernya sudah terhimpit atap mobil yang rata. Nafiri SEPTEMBER 2016
NAFIRI SEPT 16 print.indd 93
93
9/23/16 8:52 PM
dibuka. Mereka pikir penumpang sudah dalam keadaan mati, atau setidaknya berdarah-darah. Salah satu stasiun TV swasta ternama bahkan sudah sempat mengabarkan bahwa penumpang diduga telah tewas.
Yang keempat, terdapat tulang yang sedikit retak di bagian belakang leher, namun puji Tuhan tidak mengenai saraf sama sekali. Yang kelima, hari pertama ketika diperiksa oleh dokter menggunakan rontgen ditemukan gumpalan darah pada otak, namun lima hari setelah kejadian, gumpalan tersebut tidak ada lagi, hilang bersih. Yang keenam, kecelakaan yang begitu luar biasa membuat mobil hancur total, tapi Yunaldi hanya mengalami luka lebam walau tanpa sabuk pengaman. Kejadian ini memang sungguh mengherankan di mata manusia. Masyarakat sekitar yang mengelilingi TKP semua terheran-heran ketika melihat Yunaldi masih bisa berjalan keluar dari mobil sesaat setelah mobil dibalikkan oleh beberapa orang dan kaca jendela dipecah lalu pintu 94
Menghidupi Rencana Tuhan Sampai sekarang, pria kelahiran Aceh ini masih bekerja sebagai seorang wiraswasta. Menurutnya, hidup di dunia bisnis tidaklah mudah. Banyak sekali godaannya. Partner bisnisnya banyak yang tidak percaya Tuhan, sebagian orang Tiongkok asli. Ketika mendapat kesempatan bermain golf bersama, ia selalu mencoba berbicara tentang Tuhan kepada rekan bisnisnya. Tidak terlalu ambil pusing dengan hasilnya, yang penting ia bersaksi tentang Tuhan kepada mereka, apa pun kepercayaan mereka. Suatu kali, Yunaldi beserta rekan bisnisnya, Mr. Zhang, naik pesawat terbang yang sangat kecil dari Gorontalo menuju sebuah pulau terpencil. Pada saat terbang, pesawat mengalami guncangan yang sangat dahsyat dan serasa hampir jatuh. Mr. Zhang mencoba membangunkan Yunaldi yang sedang tidur sangat nyenyak, tetapi Yunaldi tidak terbangun. Padahal Mr. Zhang sudah sangat ketakutan sampai gemetar. Setelah pesawat mendarat, Yunaldi dengan sendirinya terbangun. Mr.
REACHING OUT COMMUNITY
NAFIRI SEPT 16 print.indd 94
9/23/16 8:52 PM
Zhang terheran-heran bagaimana bisa Yunaldi tertidur pulas dan sangat tenang di saat-saat kritis seperti itu. Yunaldi dengan tenang berkata, “Itu dia, kamu harus percaya Tuhan. Dalam keadaan pesawat sudah mau jatuh pun saya tidak takut karena ada Tuhan yang selalu berikan saya ketenangan.” Selain menginjili, Yunaldi juga berupaya memegang teguh imannya, menjadi garam dan terang di tengahtengah kalangan pebisnis. Ia akui godaan tidak datang hanya dari golf saja. Di dunia perikanan pun ia sering ditawarkan untuk minum alkohol dan memakai narkoba, tetapi ia selalu menolaknya. Luput dari maut berkali-kali membuat Yunaldi semakin sadar akan kasih dan penyertaan Tuhan di dalam hidupnya. Di dalam sesi wawancara ia berpesan, “Di mana pun, kapan pun, kita harus selalu ingat kasih setia Tuhan.” Ia berkomitmen untuk menjadikan hidupnya sebagai saksi bagi Tuhan di tengah-tengah dunia ini. Kiranya kita anak-anak Tuhan dapat meneladani hidup Yunaldi selagi diberi Tuhan kesempatan menjalani hidup
Nafiri SEPTEMBER 2016
NAFIRI SEPT 16 print.indd 95
95
9/23/16 8:52 PM
96
REACHING OUT COMMUNITY
NAFIRI SEPT 16 print.indd 96
9/23/16 8:52 PM
/ Anton Utomo /
pa persamaan Kim Kardashian (bintang reality show) dengan Andre Agassi (penyabet delapan turnamen kategori Grand Slam tenis dan suami Steffi Graf) dan Cher (penyanyi dan bintang film)? Apakah ketiganya sama-sama berparas elok dan berasal dari negeri adidaya AS? Lebih dari sekadar cantik dan tampan, tak banyak orang tahu, ketiganya adalah bagian dari sepuluh juta diaspora keturunan Armenia di seluruh dunia. Armenia, kini hanya berupa negara mungil di Asia Barat Daya, sarat dengan kisah sejarah dan peninggalan kekristenan purba. Mari luangkan waktu menengok negara unik ini, yang mengadopsi kekristenan sejak awal abad ke-4 sehingga tercatat sebagai negara Kristen pertama di dunia.
Nafiri SEPTEMBER 2016
NAFIRI SEPT 16 print.indd 97
97
9/23/16 8:52 PM
Negeri Berselimutkan Gunung Ararat Armenia terletak di sebuah dataran tinggi dengan latar belakang gunung Ararat yang terkenal, tempat Nabi Nuh mendaratkan bahteranya usai banjir bandang yang menenggelamkan seluruh makhluk hidup pada masanya. Gunung Ararat sampai kini menjadi simbol negara, bersama dengan rajawali dan singa. Memiliki peradaban yang sangat tua, Armenia diperkirakan telah dihuni manusia sejak milenium ke-3 sebelum Masehi. Negara tanpa laut (landlocked) dengan luas 29 ribu kilometer persegi (hampir seluas Jawa Barat), ini terjepit oleh para tetangganya yang berukuran ‘raksasa’ seperti Turki, Iran, Azerbaijan, dan Georgia. Pertikaian dengan Azerbaijan perihal perebutan daerah di perbatasan (Nagorno Karabakh) yang berkepanjangan sejak 1988, telah menguras banyak energi dan sumber daya negara, sehingga sampai kini masalah ekonomi dan pengangguran masih menjadi isu utama negara berpenduduk 3,2 juta jiwa ini. Penutupan perbatasan oleh Turki sejak 1993 karena keberpihakan Turki kepada Azerbaijan membuat pasokan logistik bagi rakyat menjadi terganggu. Hanya melalui Iran dan Georgia, pasokan gas dan bahan makanan bagi rakyat dapat disalurkan. 98
REACHING OUT COMMUNITY
NAFIRI SEPT 16 print.indd 98
9/23/16 8:52 PM
Peran Dua Murid Kristus dan Gregorius Penerang Menurut tradisi, kekristenan di Armenia berawal dari dua murid Yesus, Bartolomeus dan Tadeus, yang mengantarkan kabar sukacita kepada rakyat Armenia, yang kala itu masih menyembah dewa-dewa Yunani dan Romawi. Benih iman yang ditanamkan oleh kedua rasul Makam Bartolomeus ini terus tumbuh kendati mengalami tekanan dan penganiayaan oleh penguasa Armenia yang berada di bawah pengaruh kekuasaan Romawi dan Persia. Sesuai kisah tradisi, Bartolomeus dan Tadeus mati sebagai martir karena dieksekusi oleh penguasa Armenia pada masa itu. Benih yang disemai oleh kedua murid ini barulah bertumbuh kuat hampir tiga ratus tahun kemudian, kala Raja Tridates III menyatakan agama Kristen sebagai agama resmi negara (tahun 301). Dengan demikian Armenia menjadi negara Kristen pertama di dunia, mendahului kekaisaran Romawi yang menyatakan hal yang sama pada tahun 380. Kepala gereja Armenia pertama adalah Gregorius Penerang (Gregory The Illuminator), sekaligus ia pula yang menobatkan raja Tridates III melalui serangkaian kisah yang dramatis. Melalui proklamasi ini pula, menurut para sejarawan, memberikan andil yang besar kepada bangsa Armenia untuk bertahan sebagai bangsa mandiri selama ribuan tahun. Tanpa kekristenan, bangsa Armenia telah melebur menjadi bagian dari Persia (Iran) atau bangsa besar lainnya.
Bartolomeus
Tadeus
Gregorius Nafiri SEPTEMBER 2016
NAFIRI SEPT 16 print.indd 99
99
9/23/16 8:52 PM
Gregorius Penerang adalah anak seorang bangsawan Persia yang bernama Anak. Dalam sebuah pemberontakan, Anak dituduh membunuh Khosrov II, raja di Armenia masa itu. Akibatnya, seluruh keluarga Anak dibunuh oleh tentara yang dikirimkan ke kediaman bangsawan itu. Gregorius, satu-satunya keluarga yang tersisa, berhasil diselamatkan dan dilarikan ke Kaisarea di Kapadokia (Turki sekarang). Di sanalah ia dididik dan dibesarkan dalam iman Kristen oleh Euthalius, seorang pemuka agama di Kaisarea. Sempat berumah tangga dengan Miriam, gadis Armenia, dan dikaruniai dua orang anak, akhirnya Gregorius Penerang memutuskan kembali ke Armenia untuk ‘menebus’ kesalahan ayahnya dengan cara mengabarkan Injil di tanah airnya. Namun, raja Pembaptisan Tridates III Armenia saat itu, Tridates III, masih menyimpan kemarahan yang besar kepadanya. Gregorius langsung ditangkap dan dibuang ke dalam lubang gelap di pegunungan Ararat, bercampur dengan mayat manusia dan binatang. Hanya kuasa Tuhan yang memeliharanya sampai belasan tahun hidup di lubang mengerikan itu. Tuhan menggerakkan hambanya, seorang wanita desa, mengantarkan makanan setiap hari lewat tali yang terulur ke dalam lubang. Setelah dua belas tahun berlalu terdengar kabar Tridates III sakit keras dan bahkan menjadi hampir gila karena depresi. Saat itu kerajaannya terus dipreteli oleh kaisar romawi Diocletian. Karena seorang penasihat raja bertemu Gregorius dalam mimpi, akhirnya tentara dikerahkan menuju lubang pembuangan untuk menjemput Gregorius yang telah berkubang sangat lama di sana. Tak ada yang menyangka ia masih hidup. Namun kenyataannya memang demikian. Tuhan menjaga 100 REACHING OUT COMMUNITY
NAFIRI SEPT 16 print.indd 100
9/23/16 8:52 PM
kesehatannya untuk menjadi penyembuh bagi Tridates III, melalui doa dan berkat yang dilantunkannya di depan raja yang sekarat. Oleh peristiwa inilah, duet Gregorius dan Tridates III menjadi awal deklarasi kekristenan bagi seluruh Armenia. Kekristenan Pendorong Peradaban Armenia Cobalah amati sejenak Armenia di Google Maps. Negeri tanpa tepi laut itu tampak dijepit beberapa negara besar dengan peradaban yang dominan sepanjang sejarah. Armenia selalu di bawah pengaruh peradaban besar, mulai dari Romawi, Bizantium (Romawi Timur), berbagai kesultanan Arab, Persia, Rusia, dan belakangan yang paling menyakitkan berada di bawah Ottoman Turki. Karena penjajahan dan penguasaan bangsa lain, penyebaran (diaspora) bangsa Armenia sudah dimulai sejak abad pertengahan sampai sekarang. Meskipun demikian, agama Kristen tetap menjadi pemersatu dan pendorong kemajuan bagi seluruh rakyat Armenia sejak masa purba. Mesrob, seorang rahib, menciptakan abjad Armenia dan menerjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Armenia. Sebelumnya, Alkitab hanya tersedia dalam bahasa dan huruf Yunani. Tidak ada peninggalan kesusastraan dan dokumentasi tertulis yang tersedia dalam bahasa Armenia sebelum penemuan Mesrob. Sejak saat itu berkembanglah dengan pesat sastra Armenia. Itulah sebabnya, walaupun jumlahnya kecil, bangsa Armenia senantiasa berperan penting dalam peradaban dunia di sekelilingnya. Mereka pekerja keras, disiplin, dan pandai dalam bisnis; sehingga menjadi makmur dan memajukan masyarakat di sekitarnya. Gereja Armenia, Bertahan Menghadapi Gempuran Zaman Sejak Gregorius Penerang menjadi uskup pertama, Gereja Armenia yang memiliki nama resmi Armenian Apostolic Church telah bertahan selama 1.700 tahun. Sebagaimana rakyatnya yang tersebar, Gereja Armenia juga menyebar ke seluruh dunia. Sejarah rakyat dan Gereja Armenia adalah kisah perjuangan, keberhasilan, penderitaan, dan yang utama adalah bertahan hidup (survival) karena pertolongan Tuhan. Awalnya, Gereja Armenia bergabung dengan gereja Katolik Roma. Anak dan cucu Gregorius juga sempat mengikuti Konsili Nicea, Konsili Constantinople, dan menyetujui Konsili Efesus. Barulah, pada Konsili Chalcedon, mereka tak menyetujui hasilnya. Katolikos (pemimpin gereja Armenia) akhirnya menyatakan Nafiri SEPTEMBER 2016
NAFIRI SEPT 16 print.indd 101
101
9/23/16 8:52 PM
Etchmiadzin Cathedral mother church perpisahan dengan gereja beraliran Ortodoks setelah Konsili Dvin (566). Dalam tinjauan doktrinal, Gereja Armenia menganut Monofisitisme (lebih jauh tentang ‘perselisihan’ doktrin silakan membaca artikel “Teropong” tentang Suriah dalam Nafiri edisi Maret 2016). Kini, Gereja Armenia menjadi bagian dari aliran Ortodoks Oriental. Bila pusat Katolik Roma ada di Vatican, maka pusat Gereja Armenia berada di kota kuno Etchmiadzin, kini berada dekat Yerevan, ibukota negara Armenia modern. Konon, Gregorius Penerang sendiri yang menetapkan kota itu sebagai lokasi berdirinya katedral (mother church), sesuai visi yang diberikan Tuhan kepadanya. Gereja purba yang jauh lebih tua dari Borobudur itu sampai kini masih berdiri dan dipakai untuk beribadah, kantor pusat gereja, museum, dan beragam fungsi lainnya. Gereja Armenia kini menyebar ke seluruh dunia. Beberapa yang menjadi pusat bagi diaspora Armenia adalah gereja di Madras (India), Lebanon, Amerika Serikat, Inggris, dan Rusia. Pernah ada pula Gereja Armenia di Jakarta, di lokasi yang kini telah menjadi bagian dari gedung Bank Indonesia. Gereja tersebut sempat menjadi tempat beribadah sekelompok kecil orang Armenia yang hidup di Batavia pada masa penjajahan Belanda. 102 REACHING OUT COMMUNITY
NAFIRI SEPT 16 print.indd 102
9/23/16 8:52 PM
Gereja Armenia di Jakarta
Yerusalem, sebagai lokasi diaspora tertua bangsa Armenia, sampai kini memiliki Armenian Quarter di sebelah Barat Daya kota tua yang luasnya mencapai tujuh belas persen dari seluruh area kota tua Yerusalem. Masa Depan di Tangan Tuhan Hitler pernah berkata saat tentaranya hendak menyerang Polandia dan bermaksud menghapuskan etnik Polandia, ”Bagaimanapun, siapa yang sekarang masih ingat akan penghapusan etnik (genocide) bangsa Armenia?” Ucapan Hitler menunjuk pada peristiwa pembunuhan hampir 1,5 juta orang Kristen Armenia oleh penguasa Ottoman Turki pada awal abad ke-20. Walaupun sampai kini tidak diakui pemerintah Turki, peristiwa pembunuhan jutaan rakyat Armenia yang saat itu berada di bawah kekuasaan Turki selalu akan dikenang dunia. Sama seperti orang Kristen Suriah yang kini tercerai-berai dan menderita akibat perang, rakyat Armenia telah mengalami hal yang sama sepanjang sejarah. Namun, Tuhan tetap menjaga umat-Nya. Bangsa Armenia tetap bertahan, baik di tanah air maupun jutaan lainnya di seluruh dunia. Mereka telah menjadi berkat bagi banyak bangsa, bukan hanya sebagai artis dan atlet, namun banyak pula yang berperan penting dalam dunia politik (George Deukmejian–senator dan mantan Gubernur California), sains (Raymond Damadian–penemu MRI), bisnis (John Matoian–presiden FOX dan HBO), dan berbagai bidang lainnya Sumber
1. A. Heuken SJ. 2008. Christianity in Asia, Cetakan Pertama. Yayasan Cipta Loka Caraka. 2. https://en.wikipedia.org/wiki/History_of_Armenia 3. https://en.wikipedia.org/wiki/Armenian_Apostolic_Church 4. https://www.armenianchurch-ed.net/ 5. http://www.christianitytoday.com/history/issues/issue-85/how-armenia-invented-christendom.html 6. https://en.wikipedia.org/wiki/Gregory_the_Illuminator 7. https://en.wikipedia.org/wiki/List_of_Armenian_Americans
Nafiri SEPTEMBER 2016
NAFIRI SEPT 16 print.indd 103
103
9/23/16 8:52 PM
Diawali dengan delay pesawat dan diakhiri dengan delay pesawat, tetapi di antara kedua delay itu seluruhnya adalah sukacita yang tak terkatakan dalam pelayanan mission trip ke daerah Mintin di Kalimantan Tengah tanggal 28–31 Juli 2016.
104 REACHING OUT COMMUNITY
NAFIRI SEPT 16 print.indd 104
9/23/16 8:52 PM
Ada yang berbeda dengan pelayanan kali ini. Jika selama ini pelayanan didominasi oleh pelayanpelayan senior yang sudah malang melintang dalam dunia mission trip, maka di tahun 2016 ini ada wajahwajah baru generasi muda, yaitu 11 peserta pemuda pemudi dari Komisi Pemuda 1 GKY BSD dan 12 peserta pemuda pemudi dari Korea Selatan, plus 5 peserta dari GKY Kebayoran Baru. Dapat dikatakan mission trip kali ini adalah misi dua bangsa dan dua generasi.
Kegiatan mission trip dibuka dengan pengobatan gratis massal di PPMT Mintin pada hari pertama dengan didukung oleh tiga dokter dan seorang bidan. Tidak kurang dari 160an pasien terlayani pada hari pertama ini. Tak lama setelahnya, bertempat di pelataran GBI Mintin diselenggarakan KKR Anak oleh tim guru Sekolah Minggu dan tim pelayanan dari Korea, dan ditutup dengan KKR RemajaPemuda dan Umum yang mengambil tempat di GKE Panampung. KKR Remaja-Pemuda dan Umum ini dilayani oleh tim pemuda BSD dan Kebayoran Baru, dengan pembicara GI. Feri Irawan. Dalam KKR ini, tim Korea turut mempersembahkan skit (drama pendek), tarian, dan pujian “Ku Mau Cinta Yesus� dalam dua bahasa.
Nafiri SEPTEMBER 2016
NAFIRI SEPT 16 print.indd 105
105
9/23/16 8:52 PM
Esoknya, pelayanan berlanjut di desa Maliku. Dengan pola pelayanan yang sama, yaitu pengobatan gratis massal, KKR Anak, dan KKR umum. Perjalanan darat pulang pergi yang mencapai lima jam tidaklah terasa melelahkan. Pengobatan gratis mengambil lokasi di SDN Maliku, sedangkan KKR Anak dan pelatihan guru SM mengambil tempat di GKE Maliku. Menjelang malam, seluruh pelayanan terpusat pada KKR Umum hari kedua yang bertempat di GPdI Maliku. Dalam KKR ini, sekali lagi tim Korea menampilkan skit dan tarian kipas khas Korea. Pdt. Agus M. Susanto menjadi pembicara dalam KKR menutup dengan firman dan altar call. Dengan semangat yang tak kunjung padam, di hari ketiga, pelayanan dipusatkan di desa Jabiren yang berjarak satu setengah jam perjalanan dari home base. Di desa ini, seluruh pemuda pemudi–BSD, Kebayoran Baru, dan Korea–khusus menangani proyek pengecatan gedung gereja GpdI Jabiren. 106 REACHING OUT COMMUNITY
NAFIRI SEPT 16 print.indd 106
9/23/16 8:52 PM
Sementara itu, tim pelayanan lainnya bergerak melayani pengobatan gratis, dan tim pelayanan anak juga melayani secara paralel di lokasi masing-masing. Seluruh pelayanan ditutup dengan acara doa dan evaluasi pelayanan bersama pada malam harinya di Mintin. Pak Dicky selaku majelis bidang PI sangat berharap pelayanan mission trip di waktu mendatang akan makin diminati oleh jemaat, khususnya pemuda dan remaja untuk semakin menumbuhkan semangat bermisi gereja. Kiranya jiwa-jiwa yang haus akan Tuhan semakin terlayani melalui gereja-Nya / GI Feri Irawan
Nafiri SEPTEMBER 2016
NAFIRI SEPT 16 print.indd 107
107
9/23/16 8:53 PM
Liburan saya kali ini pada awalnya bukan merupakan liburan yang khusus, karena awalnya saya hanya berencana menemani anak pertama saya, Girvan, untuk study di Melbourne, Australia. Tapi rencana berubah menjadi libur sekeluarga bersama termasuk John, si bungsu yang masih 2,5 tahun.
108 REACHING OUT COMMUNITY
NAFIRI SEPT 16 print.indd 108
9/23/16 8:53 PM
/ Erwin Tenggono / Bagi saya pribadi, libur ini menjadi semacam ujian bagi saya sebagai seorang ayah. Apakah saya telah selesai menjalankan tugas saya untuk membentuk karakter anak saya dan melepaskannya hidup sendiri? Girvan anak yang mandiri, ia memutuskan mengambil satu flat internasional dengan lima orang yang dia tidak kenal sama sekali. Kekhawatiran dan kecemasan mulai timbul sesaat. Siapa ya teman-temannya, bagaimana lingkungannya, aman atau tidak? Namun sebagai seorang ayah, saya menghargai keputusan dan keberaniannya. Beberapa minggu sebelumnya, saya meluangkan waktu cuti dua hari menemani Girvan ke Palembang untuk pamit kepada kakek-neneknya, dan di situ pertama kali saya merasakan bagaimana ‘man talk’ kami selama dua malam tiga hari bersama. Kami berbagi cerita. Saya membagikan cerita kegagalan saya dan perjuangan saya dalam menjalani kehidupan. Saat itu dalam hati saya hanya berkata, “My boy now is growing up, he is great
and awesome.� Ia tahu bagaimana menyiapkan dirinya untuk tinggal kelak di negeri orang. Tibalah pada saatnya kami berangkat ke Melbourne. Di sana, kami tinggal di apartemen kosong seorang teman di depan Yara River yang indah dan kawasan business district. Itu apartemen dengan satu kamar yang membuat kami sangat merasakan kebersamaan dalam satu keluarga, suasana hangat, tidur bersama dalam suasana udara dingin, tertawa bersama, malas bersama, bangun siang, masak bersama, dan membersihkan apartemen bersama. Itulah yang paling banyak kami lakukan selama dua belas hari kami di Melbourne. Acara lainnya, kami mencari komunitas Kristen, gereja, juga melihat kampus dan tempat tinggal Girvan. Anak anak mengajak melihat zoo, akuarium, dan museum, beli suvenir dan menikmati wine Australia. Hanya itu rencana kami dalam menghabiskan liburan kami . Wah banyak waktu, no rush; itulah perasaan yang ada dalam Nafiri SEPTEMBER 2016
NAFIRI SEPT 16 print.indd 109
109
9/23/16 8:53 PM
liburan kali ini. Kami benar-benar menikmati kebersamaan kami. Saat tiba di Kampus Trinity College yang berseberangan dengan Melbourne University, kami menghabiskan waktu berjalan cukup lama; makan di kampus, mengunjungi ruang pameran kampus dan Departemen Art & Architecture yang kelak akan menjadi jurusan Girvan. Dia berencana memilih landscape architecture. Setelah itu kami pergi melihat ke tempat tinggalnya. Tempat tinggalnya bukan tempat yang mewah, satu bangunan yang relatif tua tapi cukup tertata rapi. Kamar Girvan bukan kamar yang luas, hanya satu tempat tidur dan di flatnya tidak ada ruang tamu, yang ada hanya satu
kamar mandi untuk berlima dan satu dapur untuk masak bersama. Saya teringat saat mengantar adik kedua saya mencari kos di daerah Grogol, ya begitulah suasananya, hanya lebih bersih dan rapi tempatnya. Perjalanan liburan dan mengantar seorang anak sekolah dan meninggalkan si anak untuk tinggal di negeri orang merupakan satu tantangan bagi saya pribadi, yakni semacam ujian apakah saya telah meninggalkan karakter dan iman yang benar pada anak saya. Saya katakan, Tuhan pasti menjaga, dan biarlah semua kita percayakan pada Tuhan. Tentunya tidak mudah seperti diucapkan. Saya seakan disadarkan bahwa waktu saya sebagai seorang ayah yang mendampingi Girvan telah selesai. Sekarang saya hanya bisa menjadi seorang sahabat baginya. Saya harus siap ia tidak memberi tahu permasalahannya, dan siap untuk tidak tahu apa yang ia lakukan. Saya harus percaya bahwa ia akan terus mempertahankan imannya. Saya hanya bisa berkata, “Apa pun yang terjadi Nak, apa pun keberhasilan dan apa pun kegagalanmu, always remember we are family dan tetap pertahankan imanmu pada Kristus.� Tanpa terasa telah lima hari kami bersama. Girvan hari itu harus pindah ke flatnya. Pagi itu saya dan anak ketiga saya, Inglebert, menyiapkan semua barang, lalu kami naik kereta
110 REACHING OUT COMMUNITY
NAFIRI SEPT 16 print.indd 110
9/23/16 8:53 PM
dan mengantar Girvan ke flatnya. Pagi itu saya dan istri saya, Fang, bangun lalu berdoa bersama. Saat itu kami memberikan doa tumpang tangan kepada Girvan untuk melepaskan dia, tentunya dengan linangan air mata. Fang penuh emosi. Hari itu kami belajar sepenuh hati menyerahkan Girvan dalam tangan Bapa. Malam itu hari pertama, kami disadarkan Girvan tidak bersama kami, walau kami masih sama-sama di Melbourne. Bagi Fang hari itu seakan berbeda dan juga kami semua. John bertanya di mana kakaknya. Hari kedua setelah Girvan pergi, kami sekeluarga mengunjungi flatnya. Saya mengamati Fang. Hati seorang ibu tetap ibu, segala hal ingin diberikan yang terbaik; dari tempat masak, selimut, dan segalanya. Perasaan itu mungkin tidak nyaman bagi kita anak laki-laki,
demikianlah saya bisa mulai menyadari bagaimana sikap saya kepada mama saya selama ini. Bagaimana kasih orang tua yang ingin diberikan, tetapi kadang kita, anak menganggap bikin repot. Kasih mereka begitu besar. Saat itu juga saya terpikir demikian besarlah kasih Bapa kepada kita, yang terkadang membuat kita tidak nyaman dengan segala yang diberikan. Tapi itu bagian dari wujud kasih-Nya dalam hidup kita. Perjalanan mencari gereja dan komunitas menjadi satu hal yang sangat kami nikmati. Saya menghubungi seorang teman yang saya kagumi dan hormati yang sekarang telah menjadi associate professor di Monash dan menekuni servant leadership. Beliau, Pak Sendjaya, adalah juga perintis persekutuan Indonesian Christian Church (ICC) yang merupakan bagian dari Indonesian congregation of Scots’ Nafiri SEPTEMBER 2016
NAFIRI SEPT 16 print.indd 111
111
9/23/16 8:53 PM
Presbyterian di Melbourne. Karena anugerah Tuhan saya mendapatkan kesempatan untuk menjadi pembicara di forum seminar di gereja ICC. Rasa haru dan syukur bisa tetap melayani Tuhan di kala liburan. Saya belajar banyak, dari para mahasiswa yang mendapatkan beasiswa, yang bukan dari keluarga mampu, bagaimana mereka berjuang untuk meraih cita-cita mereka. Saya belajar dari sekelompok pasangan muda yang ingin berjuang untuk sukses karena trauma di tahun 1998. Saya bertemu dengan mahasiswa yang telah tamat dan bekerja di sana, dan bercerita bagaimana ayahnya tidak pernah sekali pun mengunjunginya selama dia kuliah hingga hari ini. Terima kasih Tuhan untuk setiap perjalanan dalam kehidupan ini. Girvan terlibat berinteraksi dengan temantemannya dan mulai membicarakan pelayanan yang dibutuhkan. Saya berdoa bersama dan berterima kasih pada Tuhan bahwa Girvan bisa tetap terlibat dalam pelayanan di ICC Melbourne. Tibalah kami di malam terakhir kami sekeluarga di Melbourne. Di tengah udara dingin setelah pelayanan, sekitar jam delapan malam, kami jalan berdua pulang ke apartemen. Kami mendiskusikan banyak hal: tentang ketakutannya sebagai seorang anak, dan kekhawatiran saya sebagai
seorang ayah. Malam itu penuh makna untuk kami berdua, khususnya saya. Kami berbagi ketakutan dan kecemasan, dan saling menguatkan. Saya menangis sepanjang perjalanan, tetapi saya mencoba menahan semua itu dengan bersenda gurau. Malam itu saya seakan merasa menyesali waktu yang hilang. Saya mendekapnya dan ingin mendekapnya sepanjang perjalanan. Saya bersyukur menyadari peran seorang ayah begitu penting bagi seorang anak, tetapi saya belum menjalankannya dengan baik. Rasa syukur dan doa dari dalam hati sepanjang jalan menyertai saya waktu itu untuk anugerah-Nya menikmati malam itu. Hari terakhir di Melbourne itu, anak kedua saya, Helena, berulang tahun. Helena memilih tidak merayakan ulang tahunnya, no cake, no gift, only a simple prayer but big hug and pray bersama satu keluarga. Helena memilih pagi itu untuk bercengkrama dan bermanjaan dengan kokonya. Pagi itu kami berdoa bersama dan Girvan memutuskan tidak mengantar kami ke airport, karena ia akan ke gereja. Kalimat ini yang menjadi titipan untuk Girvan, “Tuhan mengizinkan Girvan bisa kuliah di Australia, satu anugerah Nak. Papi Mami tidak pernah membayangkan akan menyekolahkan kamu keluar negeri. Dan semuanya ini bukan dengan uang yang sedikit.
112 REACHING OUT COMMUNITY
NAFIRI SEPT 16 print.indd 112
9/23/16 8:53 PM
Ketika Papi masih muda, tidak berani membayangkan kuliah karena tidak ada uang. Papi harus kerja untuk kuliah. Tuhan berikan ini untuk kamu. Semua anugerah yang kamu dapatkan, Nak, hargai dan pakai itu untuk kemuliaan Tuhan. Apa pun karyamu Nak, lakukan itu untuk Tuhan.” Hari itu, kami sekeluarga dingatkan bahwa kita semua mengalami fase dan anugerah yang berkelimpahan dari Tuhan. Kami saling mengingatkan bahwa “We are family, always and forever.” Tuhan memimpin kita semua, Tuhan yang akan menyertai Girvan hingga selesai. Biarlah kita
semua serahkan pada Tuhan. Pagi itu, sejujurnya saya sangat sedih. Saya sedih, karena masih banyak hal yang saya rasakan ingin saya bagikan pada Girvan, tapi saya kehilangan waktu. Semoga saya bisa melakukannya kepada ketiga anak saya yang lain dengan lebih baik. Perjalanan pulang di pesawat menjadi perjalanan yang melankolis, nonton TV dan ngobrol bisa menangis, khususnya bagi Fang. Bahkan sampai sekarang Fang sangat khawatir untuk telepon Girvan, khawatir nangis katanya. Di saat saya menulis tulisan ini, rapor pertama Girvan telah keluar, kami bersyukur bahwa semua nilai dan compliment terbaik telah diraih Girvan. Inilah pesan WA dari Fang untuk Girvan malam itu: “Boy, Ga ada yg lbh mbahagiakan mmi drpd apapun selain mlihat anak-anak titipan-Nya mnjadi kupu2 yg indah dimata manusia & Tuhan. We know it struggle but just trust in God. Semangat.” Saat diminta menulis tulisan “Serpihan Perjalanan” ini, saya diingatkan kembali mandat seorang ayah yang harus kita lakukan secepatnya. Waktu tidak pernah menunggu. Tuhan memberkati
Janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan. (Yesaya 41:10) Nafiri SEPTEMBER 2016
NAFIRI SEPT 16 print.indd 113
113
9/23/16 8:53 PM
PERJALANAN IMAN
YANG SULIT DI TENGAH
LINGKUNGAN
KRISTEN Daniel Amadeo Amin
114 REACHING OUT COMMUNITY
NAFIRI SEPT 16 print.indd 114
9/23/16 8:53 PM
Nafiri SEPTEMBER 2016
NAFIRI SEPT 16 print.indd 115
115
9/23/16 8:53 PM
116 REACHING OUT COMMUNITY
NAFIRI SEPT 16 print.indd 116
9/23/16 8:53 PM
Nafiri SEPTEMBER 2016
NAFIRI SEPT 16 print.indd 117
117
9/23/16 8:53 PM
118 REACHING OUT COMMUNITY
NAFIRI SEPT 16 print.indd 118
9/23/16 8:53 PM
Nafiri SEPTEMBER 2016
NAFIRI SEPT 16 print.indd 119
119
9/23/16 8:53 PM
Sukacita Melayani Di Pelayanan Sosia l 120 REACHING OUT COMMUNITY
NAFIRI SEPT 16 print.indd 120
9/23/16 8:53 PM
Bagaikan menyatukan kepingan puzzle, kenangan wawancara saya dengan Djulia Matio menurut saya cukup unik. Mengapa? Karena dimulai dengan wawancara awal di ruang kebaktian seusai KU-2, disambung dengan email saya ke beliau untuk pertanyaan tambahan, dan dijawab melalui WhatsApp pada jamjam menjelang tidur selama beberapa minggu ‌ luar biasa ‌ untungnya beliau masih ingat dan mau menyempatkan diri walau sangat sibuk dan sudah lelah di akhir hari. Djulia yang adalah anak ke-3 dari 5 bersaudara merupakan bagian dari tim yang dipercaya untuk memegang Pelayanan Sosial sub bidang Oikmas dan Penghubung Yayasan. Oikmas adalah semacam hubungan masyarakat (humas) yang menghubungkan gereja GKY BSD dengan gereja lain atau yayasan Kristen lainnya, termasuk menjalin hubungan dengan warga sekitar, organisasi masyarakat, dan pemerintahan.
/ Humprey /
Namun dalam prakteknya, tanggung jawab bidang tersebut saat ini lebih terfokus ke arah Pelayanan Sosial, baik itu berupa pelayanan ke dalam (jemaat gereja) maupun ke luar (masyarakat sekitar). Bersama Tazri Gunarso, George Hadi Santoso dan seluruh tim diakonia, mereka bergerak sebagai tim. Djulia menekankan bahwa gereja memiliki sense of responsibility terhadap jemaat karena pada dasarnya kita adalah tubuh Kristus sendiri yang kalau ada satu bagian yang sakit, seluruh tubuh juga ikut merasakannya. Selain itu, tidak dapat dipungkiri bahwa keberadaan GKY di lingkungan BSD juga dituntut untuk dapat menjadi garam dan terang untuk sekitar kita, dimana kita dapat melakukannya dengan pertolongan Tuhan. Pelayanan sosial antara lain Nafiri SEPTEMBER 2016
NAFIRI SEPT 16 print.indd 121
121
9/23/16 8:53 PM
dapat berupa bantuan kesulitan ekonomi, bantuan pendidikan, bantuan kedukaan, dan bantuan korban bencana alam. Saat ini Djulia lebih banyak menangani pelayanan sosial ke luar gereja, yang antara lain berupa bantuan pendidikan, pernah juga bantuan banjir di daerah Tangerang, Peduli Anak Serpong (PAS), dan pelayanan Klinik Shalom. Pelayanan Peduli Anak Serpong (PAS) adalah merupakan wujud nyata dari Pelayanan Sosial dengan memberikan pelajaran tambahan kepada beberapa sekolah SD dan SMP di sekitar gereja. Memang ada pengorbanan dalam hal waktu dan tenaga, namun
yang Djulia rasakan justru selama pelayanan PAS adalah sukacita karena telah diizinkan berbagi kepada sesama. Benar terkadang merasa frustasi kalau sedang berhadapan dengan anak sekolah yang lebih bandel dari biasanya, tetapi sukacita yang Djulia dapatkan melampaui itu semua. “Jadi, kadang-kadang saya rasa kok saya ikut pelayanan malah saya yang merasa diberkati ya? Seperti itu rasa sukacitanya,� kata Djulia. Pelayanan PAS memberikan pelajaran tambahan matematika, bahasa Inggris, dan komputer untuk anak-anak non-Kristen yang berasal dari keluarga kurang mampu. Target tim kami
122 REACHING OUT COMMUNITY
NAFIRI SEPT 16 print.indd 122
9/23/16 8:53 PM
yang utama adalah untuk membantu anak-anak mempersiapkan diri dalam menghadapi ujian akhir sekolah/ujian nasional, dan memberikan keterampilan praktis (berupa pelajaran tambahan komputer SMP dan bahasa Inggris SD) yang bisa berguna bagi anak-anak dalam kehidupan sehari-hari dan masa depan mereka. Tujuan PAS adalah untuk berbagi kasih Kristus dengan lingkungan tanpa embel-embel penginjilan, namun PAS ingin agar mereka merasakan ada perhatian dari orang-orang Kristen di lingkungan mereka. Klinik Shalom sendiri adalah bagian dari pelayanan sosial kepada lingkungan masyarakat melalui pelayanan medis yang baik dan harga yang sangat terjangkau. Inti Klinik Shalom adalah untuk menjadi saksi Kristus dan mengasihi sesama lewat pelayanan medis. Contoh nyatanya antara lain lewat bakti sosial (baksos) dengan menjemput warga yang ingin dilayani secara medis. Ada kisah tentang seorang sopir yang kebetulan sedang menunggu, ia pun tidak luput dari perhatian tim Klinik Shalom. Tim Shalom mengajak sopir tersebut untuk ikut diperiksa kesehatannya, karena sopir tersebut mengatakan bahwa ia ada beberapa keluhan kesehatan seperti diabetes dan kolesterol, dan setelah diperiksa maka ia diberikan obat dan voucher. Setelah beberapa lama ia pun kembali dan menggunakan voucher tersebut untuk pemeriksaan lanjutan. “Lebih fit dari sebelumnya,� kata sopir tersebut. Mukanya tampak lebih segar, senyum sumringah merekah di wajah sopir tersebut. Dari cerita tentang sopir tersebut, Djulia secara pribadi merasakan bahwa seperti inilah dampak positif yang seharusnya tim kami lakukan kepada setiap pasien yang masuk ke dalam Klinik Shalom. Selamat melayani, Djulia Matio. Tuhan memberkati / Catatan: Djulia Matio sejak pertengahan bulan Agustus 2016 berpindah pos sub bidang administrasi keuangan menggantikan Triana Dewi yang pindah ke Singapura, dan pos yang ditinggalkan oleh Djulia di sub bidang Oikmas dan penghubung yayasan digantikan oleh Taruna. Nafiri SEPTEMBER 2016
NAFIRI SEPT 16 print.indd 123
123
9/23/16 8:53 PM
Konferensi Rohaniwan, Majelis, dan Youth Leader Sinode GKY 2016
124 REACHING OUT COMMUNITY
NAFIRI SEPT 16 print.indd 124
9/23/16 8:53 PM
Konferensi rohaniwan, majelis, dan youth leader 2016 Sinode GKY diadakan di Hotel Novotel dan Ibis Bogor pada tanggal 15–17 Agustus 2016. Konferensi ini mengusung tema “Growing to be Christlike Through Discipleship”.
Nafiri SEPTEMBER 2016
NAFIRI SEPT 16 print.indd 125
125
9/23/16 8:53 PM
Rangkaian acara dikemas dengan menarik. Sebanyak 522 peserta yang berasal dari GKY baik di dalam maupun di luar negeri, serta 6 yayasan yang bernaung di bawah Sinode GKY mengikuti semua sesi acara yang terdiri dari ibadah, plenary, workshop, dan convocation dengan baik. Dari GKY BSD sendiri, sebanyak 21 majelis dan badan pengurus, 13 hamba Tuhan, dan 11 youth leader berpartisipasi mengikuti konferensi tersebut. Konferensi dibuka oleh Ketua Sinode GKY Pdt. Freddy Lay, dengan mengajukan “3Q–3O” kepada peserta sebagai tantangan dan arahan dalam konferensi ini, yakni: 3Q (Question) sebagai bahan refleksi rohaniwan dan pelayan Tuhan: Apakah Saudara mengalami pertumbuhan dalam kehidupan rohani • setelah berjerih lelah dalam berbagai aktivitas pelayanan di gereja? • Kapankah terakhir kali Saudara dan keluarga merasakan adanya kebutuhan dan kerinduan untuk bertumbuh sebagai murid Kristus baik dalam pengenalan terhadap Kristus dan pemahaman firman-Nya? • Adakah rekan-rekan sepelayanan dan orang-orang di lingkungan Saudara mengalami pertumbuhan karena pelayanan Saudara? 3O (Objective) yang ingin dicapai selama konferensi ini berlangsung: • Konferensi rohaniwan 2016 tidak membicarakan sebuah program, metode, atau sistem, tetapi membahas pertumbuhan kehidupan rohani gereja melalui pemuridan. • Konferensi rohaniwan 2016 tidak melakukan perubahan bentuk gereja, tetapi merindukan suatu pembaharuan dalam kehidupan spiritual gereja dan menetapkan suatu langkah dan arah bersama menuju ke kehidupan gereja yang berkenan di hati Tuhan. • Konferensi rohaniwan 2016 adalah suatu momentum bagi GKY untuk merespons amanat Tuhan terhadap gereja-Nya dalam “Recapture His vision and re-establish our mission” untuk menjadikan segenap bangsa murid Kristus. 126 REACHING OUT COMMUNITY
NAFIRI SEPT 16 print.indd 126
9/23/16 8:53 PM
Acara pembukaan dilanjutkan dengan Plenary I yang dibawakan oleh Pdt. Timotius Fu dengan tema “Panggilan untuk Menjadi Murid” dan ditutup dengan Ibadah Malam yang dipimpin oleh Pdt. Daniel Lucas Lukito. Pada hari kedua, acara dimulai dengan Ibadah Pagi yang dipimpin oleh Pdt. Daniel Lucas Lukito. Kemudian dilanjutkan dengan Plenary II yang sampaikan oleh Ev. Johan Setiawan, dengan tema “Pemuridan: Menjadi dan Menjadikan Murid Kristus”. Sebanyak dua sesi workshop dipimpin oleh Pdt. Petroes Soeryo dan malamnya dilanjutkan dengan Plenary III yang dibawakan oleh Pdt. Riko Tan dengan tema “Paradigm Shift–Unavoidable Necessity”. Hari kedua ini ditutup dengan Church Prayer. Acara yang berlangsung selama tiga hari ini diakhiri dengan sebuah Convocation yang dipimpin oleh Pdt. Freddy Lay. Beliau berpesan bahwa pemuridan (discipleship) adalah: command not suggestion, essential not optional, intentional not occasional or accidental. Panggilan menjadi seorang murid sejati haruslah mengikuti Yesus, melakukan yang Yesus lakukan, dan meneladani Yesus. “Dare to be a disciple” merupakan suatu ketaatan yang setia dengan arah yang sama dan berjalan bersama Kristus setiap hari. Amin / Kevin Kowinto Nafiri SEPTEMBER 2016
NAFIRI SEPT 16 print.indd 127
127
9/23/16 8:53 PM
128 REACHING OUT COMMUNITY
NAFIRI SEPT 16 print.indd 128
9/23/16 8:53 PM
/ Thomdean /
Membeli Kuda Religius Anton sedang berjalan-jalan melalui pedesaan ketika ia melihat kandang dengan kuda yang paling indah yang pernah dilihatnya. Kuda itu tinggi dan putih, dengan otot yang kekar. Anton mencapai kesepakatan untuk membelinya dari pemiliknya, namun sang pemilik menyampaikan satu bagian kunci dari informasi mengenai kuda itu. “Kami adalah keluarga religius dan nilai-nilai religius di dalam diri kami telah ditanamkan dalam kuda kami. Agar dia mau berlari, anda harus mengatakan ‘Terima kasih Tuhan’, dan agar dia berhenti, anda harus mengatakan ‘Bapa kami yang di surga’ .…” Segera naik ke pelana, Anton berseru, “Terima kasih Tuhan,” dan hewan itu mulai berlari kecil, naik pegunungan sejauh beberapa kilometer dan tiba-tiba mereka mendekat ke tebing. Sayangnya, Anton tidak bisa mengingat kalimat untuk membuat hewan itu berhenti dan mencoba setiap bagian Alkitab ia bisa ingat, sampai hanya beberapa meter dari tepi tebing, ia berteriak, “Bapa kami yang di surga!” Kuda langsung berhenti. Gemetar dan berkeringat, Anton merogoh sakunya dan mengeluarkan saputangan. “Terima kasih Tuhan,” katanya sambil mengusap alisnya .... (dari berbagai sumber) Redaksi NAFIRI menyambut sumbangan humor untuk rubrik Nafiri HAHAHA! Silakan mengirimkan tulisan ke email: nafiri@gkybsd.org Nafiri SEPTEMBER 2016
NAFIRI SEPT 16 print.indd 129
129
9/23/16 8:53 PM
Meski yang Kau Mampu Tak Berarti, Layanilah Dia Sekuatmu. 130 REACHING OUT COMMUNITY
NAFIRI SEPT 16 print.indd 130
9/23/16 8:53 PM
Nafiri SEPTEMBER 2016
NAFIRI SEPT 16 print.indd 131
131
9/23/16 8:53 PM
132 REACHING OUT COMMUNITY
NAFIRI SEPT 16 print.indd 132
9/23/16 8:53 PM
Nafiri SEPTEMBER 2016
NAFIRI SEPT 16 print.indd 133
133
9/23/16 8:53 PM
134 REACHING OUT COMMUNITY
NAFIRI SEPT 16 print.indd 134
9/23/16 8:53 PM
Nafiri SEPTEMBER 2016
NAFIRI SEPT 16 print.indd 135
135
9/23/16 8:53 PM
136 REACHING OUT COMMUNITY
NAFIRI SEPT 16 print.indd 136
9/23/16 8:53 PM
Nafiri SEPTEMBER 2016
NAFIRI SEPT 16 print.indd 137
137
9/23/16 8:53 PM
“Youth Prayer Jamboree” merupakan kelanjutan dari ”Youth On Fire” yang mengajak youths GKY supaya memiliki semangat yang berkobar-kobar untuk hidup bagi Tuhan Yesus.
e n g a n tema “24 Hours Whole Life with Jesus” dan bertempat di Santa Monica Camping Ground, Bogor, dengan suasana hutan pinus, youths dibimbing untuk merasakan kehadiran Tuhan dengan menyerahkan satu hari (24 Jam) hanya berfokus kepada Tuhan: berdoa, berdiam diri, dan menikmati keindahan alam ciptaan dengan pikiran dan hati yang rindu untuk berjumpa dengan Tuhan. Di tengah kehidupan youths saat ini yang penuh dengan distraksi, seringkali youths melupakan Tuhan, mengaku setia kepada Tuhan tetapi jiwa nya mulai jarang menyapa Tuhan. 138 REACHING OUT COMMUNITY
NAFIRI SEPT 16 print.indd 138
9/23/16 8:53 PM
Nafiri SEPTEMBER 2016
NAFIRI SEPT 16 print.indd 139
139
9/23/16 8:53 PM
Tidak Menyendiri Meskipun youths difokuskan untuk berdoa, tidak berarti mereka hanya berdiam diri atau menyendiri. Dalam “Youth Prayer Jamboree” ini, youths dibagi kedalam kelompok kecil (tiga orang per kelompok) yang akan menempati satu tenda, kemudian empat tenda akan disatukan menjadi kelompok yang disebut “Koloni”. Satu tenda akan dipandu oleh seorang “Fellow” dan satu Koloni akan dipandu oleh seorang “Katalisator”. Sungguh sebuah momen yang indah untuk bisa bertemu dengan youths dari GKY yang berbedabeda daerah; saling berkenalan, saling berbagi, saling menguatkan, dan saling mendoakan. Saya rasa setiap kelompok menikmati momen indah ini, walaupun dengan cerita yang berbeda-beda. Kiranya melalui pertemuan ini, youths dapat memahami bahwa dalam perjalanan panjang hidup mengikuti Tuhan Yesus, di dalam beratnya setiap pergumulan hidup, youths tidak sendiri; namun memiliki saudara seiman yang selalu hadir untuk merangkul, menguatkan, dan mendoakan. 140 REACHING OUT COMMUNITY
NAFIRI SEPT 16 print.indd 140
9/23/16 8:53 PM
Pribadi ke-4 Poin penting bagi youths dalam jambore ini adalah merasakan hadirat Tuhan Yesus dengan mengingat dan menyadari bahwa Dia selalu ada bersama dengan kita. Di dalam setiap tenda, telah diletakkan sebuah bantal yang disediakan untuk Pribadi ke-4. Bantal tersebut tidak boleh dipakai oleh youths, tidak boleh ditiduri atau diduduki tetapi harus selalu hadir di dalam setiap kegiatan youths di dalam tenda. Pribadi ke-4 yang dimaksud adalah Tuhan. Dia hadir di dalam tenda dan tinggal bersama-sama dengan youths. Kehadiran bantal tersebut di dalam tenda tentu saja akan mengambil tempat pada tenda yang sudah bisa dikatakan sempit untuk diisi oleh tiga orang. Namun justru bantal ini menjadi hal yang menyadarkan youths tentang bagaimana cara menerima Tuhan untuk hadir di dalam hidup kita. Kehadiran Tuhan Yesus di dalam hidup kita tentu akan terasa sedikit mengganggu ketika kita sudah terlalu lama nyaman berada di dalam dosa. Untuk bisa mengeluarkan kita dari kenyamanan dosa yang menyesatkan adalah tujuan utama kita mengundang Tuhan hadir di dalam hidup kita. Melalui bantal itu, kiranya youths menyadari bahwa Tuhan selalu berkenan untuk hadir di dalam hidup setiap anak-anakNya dan apabila Tuhan hadir di dalam hidup kita, maka Dia juga merasakan pergumulan yang kita alami dan senantiasa memberikan pertolongan. Momen yang Berharga Di tengah-tengah kesibukan youths menjalani kehidupan, baik di dalam urusan studi/kuliah, pekerjaan ataupun relasi dengan kerabat atau keluarga, untuk bisa berhenti sejenak, menghadap Tuhan untuk menerima kelegaan dariNya adalah momen yang begitu berharga. Kiranya semangat baru untuk hidup bagi Tuhan yang dibawa pulang oleh youths dari “Youth Prayer Jamboree” kali ini bisa terus berkobar dan menjadi berkat untuk youths lainnya yang belum memiliki kesempatan untuk ikut serta. Semoga pada kelanjutan “Youth on Fire” pada bulan atau tahun mendatang bisa lebih banyak youths yang ambil bagian dan bersemangat untuk memiliki hidup yang dipimpin oleh Tuhan. Sampai Jumpa di “Youth On Fire” selanjutnya. Tuhan Yesus memberkati!
/ William Handello Nafiri SEPTEMBER 2016
NAFIRI SEPT 16 print.indd 141
141
9/23/16 8:53 PM
接受福音的優先群体
路 4:18-19
“主的灵在我身上,因为他用膏膏我,叫我传福音 给贫穷的人;差遣我报告:被掳的得释放,瞎眼的 得看见,叫那受压制的得自由,报告 神悦纳人的 禧年。
談到傳福音,今天許多基督徒常會面對 兩个難题:一是覺得同胞信主的比例很低, 我們的確欠他們福音的債, 需要趕快向他们 傳福音;二是發現缺少福音的接觸點, 不曉 得要如何把握機會,並優先向誰傳福音。而 且絕大多數基督徒的親戚朋友、 同事或工作 對象,以及在社交網絡中接觸的成員, 大都 信仰民間宗教或异教。 因此,誰是我們傳福音的優先目標、 而 且要把握機會主動向他們傳福音呢?為了要 解決上述的問題, 我們首先要回到聖經中的 四福音,仔細聽耶穌所說的基本原則, 並且 留心看他所留下的完美典範。 142 REACHING OUT COMMUNITY
NAFIRI SEPT 16 print.indd 142
9/23/16 8:53 PM
/ Pdt. Denis Condro /
Nafiri SEPTEMBER 2016
NAFIRI SEPT 16 print.indd 143
143
9/23/16 8:53 PM
因為主耶穌從死裏復活之後曾宣告說:「願你們平安 ! 父怎樣差遣了我,我也照樣差遣你們。」(約二十 :21) 根據四福音的記載,耶穌在地上傳天國的福音 ,不是漫無目標, 也不是不分辨對象,而是順服天父 的差遣, 針對那些貧窮的人,包括那些被擄的、瞎眼 的以及受壓制的人( 路四:18—19)。 而且耶穌也直接對那些自以為義的法利賽人及文士宣 告:路 5: 31- 32「 無病的人用不著醫生,有病的 人才用得著。我來本不是召義人悔改, 乃是為召罪人 悔改。」 路 19:10「人子來, 為要尋找拯救失喪的 人。」 因此,耶穌在三年多的福音事工,優先把時 間花在一些特别预定的對象, 他不但在日常生活工作 中,個別與他們接觸, 而且親自直接與他們談道,將 福音傳給他們。其實最明顯的個案, 就是耶穌如何尋 找並呼召門徒,另外,還包括許多生動例子; 如撒瑪 利亞婦人、拿因城的寡婦、生來是瞎眼的人、 十八年 患血漏的婦人以及稅吏長撒該等等。 今天,我們在傳福音的事工上,也要效法耶 穌的榜樣; 順服天父的差遣,在生活與工作當中,聆 聽聖靈的指引, 分辨那些人是我們傳福音的優先對象 。我們要在當中尋找那些渴慕福音的人。 1。在自己的親戚朋友當中,尋找有需要的 人。 因為基督徒絕大多數的長輩與親戚,都是异教徒 ,特别是民間信仰,雖然他們凡事很敬畏鬼神, 但長 期受偶像與黑暗勢力壓制,時常感到心中无平安與恐 懼; 當我們發現他們自覺無助或走投無路時,正是傳 福音的时候,因此我们要不断的去发现他们,得着他 们。 144 REACHING OUT COMMUNITY
NAFIRI SEPT 16 print.indd 144
9/23/16 8:53 PM
2。在自己的同事或事业對象當中尋找有需 要的人。 今日基督徒分佈在各行各業,當我們面對許 多客戶、病患、家屬、 員工,當中有一些特別需要我 們幫助與關懷的人, 就是我們傳福音作見證的優先對 象,我们要积极的接近他们成为朋友,然后有很好的 交通,就能自然的把福音传给他们,带领他们认识我 们所相信的基督,得到永生的盼望。 3。在自己的社交圈子或社會網絡,尋找那 些需要的人; 不論是左右的鄰舍或許多社團里服务的 人士, 平常除了因特殊的興趣或休閒目標彼此聯誼, 也要以敏銳的眼光與憐憫的心懷, 主動與那些人分享 基督的福音,特别是那些有疾病有痛苦的人,他们有 很大的需要,那就是我们傳福音的机会。 總而言之,今日的基督徒應該順服主的差遣, 獻身於 自己傳福音的責任,包括親人、工作對象,同事及社 交朋友中間,跟隨主耶穌的腳蹤,主動去「尋找」並 「認領」那些優先需要福音的人,我確信「福音本是 神的大能」,要拯救許多失喪的人,使他們早日悔改 並歸入主的名下。啊们!
Nafiri SEPTEMBER 2016
NAFIRI SEPT 16 print.indd 145
145
9/23/16 8:53 PM
146 REACHING OUT COMMUNITY
NAFIRI SEPT 16 print.indd 146
9/23/16 8:53 PM
/ Sarah Amanda Palilingan /
“For our struggle is not against flesh and blood, but against the rulers, against the authorities, against the powers of this dark world and against the spiritual forces of evil in the heavenly realms.” Ephesian 6:12
James Wan, the director of the box-office hit The Conjuring 2, just released its upcoming spine-chilling flick Lights Out. Personally, every time I watched his films, be it Conjuring, Insidious, or Annabelle, I must say I needed to keep the lights on at night in my room for a couple of days. Oh, I prayed all right! I asked God for shelter, protection, his angels to cover me, Holy Spirit, you name it. But still, even after I prayed there was this tingling whisper telling me to check what’s under my bed. I used to be a horror movie fan myself. Each time a new horror movie was out, I would ask my friend to accompany me. Talk about being a good influence… please don’t repeat my mistake by dragging your friends Nafiri SEPTEMBER 2016
NAFIRI SEPT 16 print.indd 147
147
9/23/16 8:53 PM
just to lighten the weight of your own sin because obviously it’s not going to work. No, you’re not going to sleep at peace just because you watched Conjuring 2 with your friends. At the end of the day, you are the only person you have. You’re own your own. At least that’s what the billion-dollar box-office industry trying to make us think, right? Fear has become a business. People love the thrill of stepping into something “out of this world”. We basically pay to get scared. Let’s put it this way, imagine the billion-dollar loss if people actually believe God could cast away our fear. There would be no such thing as horror movies! Well, maybe there would be, but instead of watching demon in a nun suit we probably go on theaters to watch documentaries of penguins and polar bears suffering because of global warming. As believers, we should’ve known better. The word ghost appeared 108 times in the King James Version of the Bible. So, obviously we can’t deny that evil spirits do exist. With us. Everywhere.
“So the great dragon was cast out, that serpent of old, called the Devil and Satan, who deceives the whole world; he was cast to the earth, and his angels were cast out with him.” Revelation 12:9, NKJV 148 REACHING OUT COMMUNITY
NAFIRI SEPT 16 print.indd 148
9/23/16 8:53 PM
Probably just chilling and watching you read right now. Now, don’t panic. Evil spirits, ghosts, demons, whatever they are called and known for are fallen angels casted off by God for their rebellious act against Him. The demons had long been defeated when Jesus died on the cross. Demons are here with us upon this earth. They prowl around (1Peter 5:8) looking for any possible way to drag us so they aren’t alone when they are put to hell for good. So, some people may think that’s some scary stuff they sure don’t want to get into. But as God’s beloved children, our names are already on the hit list. The closer we are to God, the closer we are to the top of the list. As believers should we be scared?
“For he has rescued us from the dominion of darkness and brought us into the kingdom of the Son He loves.” Colossians 1:13
We don’t need to be scared! Because the devil is our long defeated foe! In Christ, we have won the fight before it’s even started. But, wait…if the devil had lost then why did Paul tell the Ephesians that believers need to struggle against the wicked (Ephesians 6:12)? Why did Paul tell Timothy to “fight the good fight” (1Timothy 6:12)? As long as we’re here on earth, we are far from perfection and therefore vulnerable. But we don’t need to worry! Jesus had given the us the armor of God (Ephesians 6:14-17). The struggle gets real when it comes to putting on the armor and sharpening it! How could we put on something if we’re too lazy to go get things? Imagine needing the belt of truth (God’s words) but we’re too lazy to put it on (grab the Bible and read it). Imagine needing protection from the devil if our shield of faith is dusted with doubts. Get up, clean your shield, sharpen your sword! Plus, it is such a waste of time watching ghosts scare in movies if we already know the true ending where they all go to hell and we have eternal life with Jesus. Here’s something to think about while you make the wrong choice of watching horror movies, do you really want to spend fifty-thousand rupiahs for a ticket to feel what it’s like living close with the devil? Nafiri SEPTEMBER 2016
NAFIRI SEPT 16 print.indd 149
149
9/23/16 8:53 PM
ASI ND
KOME RE
150 REACHING OUT COMMUNITY
NAFIRI SEPT 16 print.indd 150
9/23/16 8:53 PM
Nafiri SEPTEMBER 2016
NAFIRI SEPT 16 print.indd 151
151
9/23/16 8:53 PM
152 REACHING OUT COMMUNITY
NAFIRI SEPT 16 print.indd 152
9/23/16 8:53 PM
NAFIRI SEPT 16 print.indd 153
9/23/16 8:53 PM