Membaca Proyeksi PNA Di Masa Depan

Page 1

PRODUK

A N A L5I S I S S I T UAS I JARINGAN SURVEY INISIATIF Agustus - September 2019

PNA Di Masa Depan MEMBACA PROYEKSI

COPYRIGHT JARINGAN SURVEY INISIATIF 2019 HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG UNDANG


DAFTAR ISI WRITERS ARYOS NIVADA DESAIN LAYOUT PONDEK SENIOR EXPERT

ANDI AHMAD YANI, AFFAN RAMLI, CAROLINE PASKARINA, CHAIRUL FAHMI, MONALISA

PENDAHULUAN

3

KONDISI TERBURUK

6

KONDISI NORMAL

7

KONDISI TERBAIK

8

rJARINGAN SURVEY INISIATIF

Jln. Tgk. Di Haji, Lr. Ujong Blang, Np. 36, Gp. Lamdingin, Kota Banda Aceh, Provinsi Aceh, INDONESIA Telp. (0651) 6303 146 Web: www.jsithopi.org Email: js.inisiatif@gmail.com


ANALISIS SITUASI • Agustus -September 2019

JSI

PENDAHULUAN Proyeksi jika diartikan berdasarkan standar pengertian umum yaitu kondisi keadaan yang terjadi masa akan datang dengan membaca kondisi saat ini berdasarkan mother information terdiri data, Informasi pengetahuan, dan wisdom Dalam melakukan proyeksi harus diingat, bahwa kemampuan membaca tanda-tanda masa depan sangat tergantung informasi dan data serta daya analisis. Namun tidak menutup kemungkinan kalau apa yang diproyeksikan terkadang meleset, dikarenakan dinamika dan variabel X menjadi penyebab perubahan proyeksi. Ketidaklinearan (keanomalian) atas bangunan proyeksi yang dibuat disebabkan karena peran aktor kuat mampu mengubah keadaan, pengaruh sikap pragmatis dan oportunis, dan lain-lain.

Memahami lebih dalam proyeksi akan memudahkan bagi siapa pun melihat apa yang terjadi beberapa tahun yang akan datang. Dimensi dari proyeksi dibatasi pada waktu jangka pendek satu tahun atau dua tahun serta jangka panjang lebih dari dua tahun. Basis membuat skenario proyeksi dibagi ke dalam kondisi buruk (worst case), kondisi normal (normal case), dan kondisi terbaik (best case). Untuk masing-masing kondisi tersebut dibuat kriteria keadaan yang dapat diamati dan terukur.

www.jsithopi.org

3


JSI

4

ANALISIS SITUASI • Tahun 2019

Objek yang dijadikan fokus dalam tulisan ini memproyeksikan sebuah partai lokal bernamakan Partai Nanggroe Aceh (PNA-red). Sebelumnya partai ini bernama Partai Nasional Aceh, bertransformasi menjadi nama baru dikarenakan tidak lolos electoral threshold. Partai ini lahir dari perpecahan di tubuh inangnya yaitu Partai Aceh. PNA terbentuk pada tanggal 24 April 2012 dengan nama lama, kemudian 2 Mei 2017 berganti menggunakan nama baru . Kehadiran partai PNA dan partai lokal lainnya, seperti Partai Aceh, Partai Daerah Aceh dalam istilah kerennya bentuk keanomalian politik nasional yang melahirkan terobosan bentuk perpolitikan baru secara nasional, walaupun tidak baru sekali karena dahulu di Pemilu 1955 ada kehadiran partai lokal. Harus dipahami gempita politik (eforia) telah membawa kalangan elit Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dan kombatan partai baru tersebut. Mereka-mereka yang mendirikan partai jebolan dari Partai Aceh, dimotori oleh Irwandi Yusuf, Teungku Mukhsalmina (alias Irwansyah), Mu-

harram Idris (mantan Ketua KPA Aceh Rayeuk), Ligadinsyah (mantan juru bicara Partai Aceh/mantan Panglima GAM Linge), Amni bin Ahmad Marzuki (mantan juru runding GAM), serta dari kalangan civil society yaitu Tarmizi, Lukman Age dan Thamren Ananda. Jika lihat dari komposisi pendiri partai, bisa disebut mereka “GAM Muda�, karena kalangan tua (GAM Tua) berada di Partai Aceh. Jika mencermati tren perkembangan PNA sebagai sebuah partai lokal menunjukkan positif. Dilihat dari pilihan alternatif masyarakat Aceh, partai ini pun mendapatkan tempat di hati masyarakat Aceh, yang dibuktikan dengan perolehan kursi pada pemilu. Pada keikutsertaan pertama kali di Pemilu 2014 keterwakilan kader PNA di parlemen Aceh 3 orang (kursi), namun bertambah menjadi 6 orang di DPR Aceh pada Pemilu 2019, meliputi; Dapil 1 (Darwati A Gani), Dapil 2 (M. Falevi Kirani), Dapil 3 (Samsul Bahri dan Tgk. Haidar), Dapil 9 (Safrizal), dan Dapil 12 (Mukhtar Daud). Artinya penerimaan masyarakat Aceh atas keberadaan PNA mendapatkan hati terkhusus yang

FOTO : MERCYNEWS

www.jsithopi.org


ANALISIS SITUASI • Agustus -September 2019

tidak bisa digantikan oleh partai lain. Terlepas kadernya melakukan tindakan strategi segala macam cara, tetapi pemberian suara salah satu ukurannya. Menelisik lebih jauh diakui atau tidak diakui jelas pengaruh “Irwandi Effect� tidak memberikan signifikan suara bagi partai yang didirikannya. Ternyata pengaruh kader (caleg) sendirilah yang memperjuangkan agar terpilih pada pesta demokrasi Pemilu. Logika politik sederhananya, waktu ketika Pemilu keterlibatan Irwandi Yusuf sama sekali tidak ada, hal ini disebabkan Irwandi sedang bermasalah secara hukum. Kilas balik, waktu Irwandi Yusuf masih memegang kekuasaan membentuk partainya serta ikutserta pada Pemilu 2014, faktanya hanya mampu mendapatkan tiga orang perwakilan di parlemen. Artinya keterlibatan Irwandi pada saat itu tidak memberikan maksimal perolehan kursi PNA, walaupun digaung-gaungkan

JSI

pengaruh figur (sosok) Irwandi, logistik finansial yang banyak, tim yang masih bersemangat tidak berbanding lurus dengan harapan akan banyaknya kursi yang didapatkan di parlemen (DPRA). Seiring perkembangan dan dinamika yang terjadi secara kelembagaan partai, kondisi kekinian PNA mengalami turbulensi internal yang kuat. Ditandai terjadinya dualisme kepemimpinan ketua umum PNA yang saling klaim sah di mata hukum, kubu Samsul Bahri (Tiyong) Cs dan kubu Irwandi Yusuf Cs. Sehingga memunculkan pertanyaan mendasar bagaimana proyeksi PNA sebagai sebuah partai lokal ke depannya? Apakah berdampak negatif secara kepartaian ataukah mengubah pola pengelolaan partai secara signifikan. Menjabarkan itu semua akan dibagi ke tiga dimensi proyeksi, dimulai dari kondisi terburuk, normal, dan terbaik.

www.jsithopi.org

5


JSI

6

ANALISIS SITUASI • Tahun 2019

KONDISI TERBURUK Makna terburuk, sudah bisa kita bayangkan di pikiran kita, artinya rusak, kacau, dan tidak bermanfaat. Jika dikaitkan dengan perpecahan di tubuh PNA ketika tidak mampu keluar dari zona konflik, maka bisa dipastikan kondisi terburuknya berpotensi terjadi ke depannya antara lain,

Kalau kita baca kondisi buruk di kelembagaan PNA sebagai sebuah partai, jika menggunakan pemikiran Anton Djawamaku (2005, hal 126-127) berjudul “Perpecahan Partai Politik, Pemberantasan Korupsi dan Berbagai Masalah Politik�, perpecahan yang menghasilkan konflik buruk di internal partai dikarenakan faktor kepemimpinan yang tunggal dan Pertama; sesama elit PNA akan tersentralistik, serta manajemen keparterjebak pada konflik internal yang men- taian yang buruk. guras energi besar sehingga melupakan visi misi, peran dan fungsi mendasar me- Hal itu terbukti terlalu kuatnya figur layani konsistuennya. Irwandi Yusuf telah mematikan kaderisasi di tubuh partainya sendiri. Sementara Kedua; PNA akan lupa merawat itu kader yang memiliki kualifikasi layak basis konsistuen dan memperjuangkan memimpin partai PNA tidak pernah dikepentingan publik masyarakat Aceh. siapkan sebagai calon pengganti dirinya Kondisi terburuk ketiga adalah PNA akan kelak sebagai ketua umum PNA. ditinggali oleh pemilih tetapnya karena mempertontonkan hausnya kekuasaan Kesimpulan pada kondisi terburuk sesama kader partai PNA. yaitu kegagalan PNA melakukan tindakan Tidak tertangani dengan serius manajemen penyelesaian konflik yang konflik di internal PNA akan mempenga- mengakibatkan pengaruh pada tatanan ruhi seluruh tatanan kelembagaan par- kelembagaan partai. Kegagalan kedua tai. Perselisihan berujung konflik internal adalah tidak terjadinya revitalisasi dan reselalu berujung berpekara di pengadilan. formasi sekaligus regenerasi figur petingBelum lagi lanjutan mekanisme hukum- ginya yang menjadi simbol institusi partai nya ke tingkatan kasasi. Hal ini sudah ter- PNA. bukti, dimana Irwandi Yusuf menganggap dirinya masih sah selaku ketua umum Ketika konflik buruk mampu dikepartai PNA. Konflik internal PNA sama lola dan diselesai, maka berdampak posihalnya dialami oleh parpol-parpol lainnya tif bagi PNA. Ini masuk ke dalam proyeksi seperti PDIP, Golkar, Partai Demokrat, dll. kondisi terbaik. Kondisi ini akan dijabar kan penjelasannya secara komprehen sif setelah menjelaskan proyeksi kondisi normal terlebih dahulu. www.jsithopi.org


ANALISIS SITUASI • Agustus -September 2019

JSI

KONDISI NORMAL Makna terburuk, sudah bisa kita bayang ada tesis yang mengatakan keadaan bisa tetap normal, jika secara kelembagaan partai menjalankan sistem manajemen dengan mengedepankan penerapan regulasi dan peraturan yang mengatur tata kelola kelembagaan partai politik secara tegas. Jadi walaupun konflik elit mengguncang internal partai politik, roda kelembagaan partai tetap berjalan on the track karena semua sudah diatur dalam sistem yang baku berdasarkan regulasi dan peraturan yang mengaturnya. Catatan lainnya lagi kelembagaan partai dapat memisahkan dan memberikan batasan tegas antara sistem manajemen kepartaian dengan konflik elit di semua partai.

Jika membaca konflik internal PNA bukanlah hal yang normal, tetapi abnormal. Kenapa, dikarenakan terjadi ketika bertubi-tubi masalah yang dihadapi PNA selaku partai lokal, mulai dari masalah ketua umumnya terjerat kasus hukum hingga dualisme kepemimpinan. Kesimpulannya, kondisi normal tidaklah terjadi di kelembagaan PNA

Keadaan di internal kelembagaan partai tetap normal, walaupun konflik terjadi, bila manajemen kepartaian berjalan baik peran dan fungsinya. Kondisi ini berat dipraktekan dalam logika politik yang baku, tidak mungkin suatu partai tidak memiliki pengaruh berat, manakala di internalnya terjadi konflik.

FOTO : Tribunews/Tribun Image

www.jsithopi.org

7


JSI

8

ANALISIS SITUASI • Tahun 2019

KONDISI TERBAIK Konflik melanda di internal PNA harus dibaca dalam kerangka berpikir positif yaitu perpecahan elit melahirkan dualisme kepemimpinan bagian dari transformasi PNA secara kepartaian. Dari partai berbasis figur menuju ke partai berbasiskan kaderisasi dan modern. Bisa dibilang bagian dari dinamika berdemokratis. Ketika berhasil keluar dari jeratan konflik elit dan mampu meredam, maka bisa dipastikan PNA akan menjadi partai lokal besar.

bagaan partai PNA. Penataan partai mulai dari visi dan misi, manajemen, dan strategi meraih hati masyarakat Aceh.

Bila itu semua mampu dilaksanakan, maka eksistensi partai lokal lainnya seperti Partai Aceh mampu digusur PNA. Karena saat ini Partai Aceh masih bertumpuh kepada partai sosok yaitu Muzakir Manaf (Mualem). Jangan sampai kondisi terbaik tidak mampu diraih, dikarenakan kemelut konflik PNA sangat parah, maka tidak jauh berbeda dengan Partai besar memiliki konsistensi partai-partai lainnya tenggelam dalam sekaligus mampu menjalankan sistem eranya. partai berbasis kaderisasi dan modern, hal ini dibutuhkan dalam tuntutan era Catatan penting untuk semua parke depannya. Partai berorientasi kepada tai lokal, tidak hanya PNA, tetapi partai figur akan cenderung mengalami per- lainnya seperti Partai Aceh, Partai SIRA, pecahan di internal, karena mengusung dan Partai Daerah Aceh, harus serius sosok. Jika PNA mampu melepaskan bay- memperjuangkan isu-isu lokal serta keang-bayang sosok Irwandi Yusuf dan ber- pentingan masyarakat Aceh dalam semua hasil membangun pondasi baru dengan aspek baik pendidikan, kesehatan, pemmengusung dua hal itu, maka berpeluang bangunan, kesejahteraan, dll. besar PNA akan menjadi partai lokal yang besar. Kalau serius bekerja untuk mem- Partai lokal harus cekatan mereperjuangkan kepentingan kelokalan Aceh spon setiap masalah di internal agar serta membangun hubungan harmonis mampu diselesaikan dengan cepat sedengan pemerintah pusat. hingga tidak berdampak menyeluruh secara kelembagaan partai. Ada tiga as Berhasil melalui konflik internal pek penting dari sebuah partai local, asyang melanda PNA saat ini, semakin pek soliditas massa, ideologi, kaderisasi menunjukkan kematangan partai secara (kepemimpinan). Artinya, hanya partaikelembagaan dalam menyesuaikan se- partai yang kuat dalam tiga basis itulah tiap kondisi atas masalah yang dihadapi. yang akan unggul dalam setiap era (zaTerpenting setelah berhasil menyele- man) dan kekuasaan.() saikan konflik yang mendera PNA, maka reformasi (pembenahan) wajib menjadi agenda utama menata kembali kelemwww.jsithopi.org


ANALISIS SITUASI • Agustus -September 2019

JSI

Profil Jaringan Survey inisiatif Berdirinya Jaringan Survey Inisiatif (JSI) dilandasi faktor keinginan sekelompok orang profesional dibidang survey (kuantitatif dan kualitatif), konsultan, dan fasilitator yang berinisiatif mendukung pengembangan nilai-nilai demokrasi dan pemerintahan yang baik (good governance) dalam segala sektor kepentingan publik (ekonomi, politik, pendidikan, kesehatan, sosial, budaya dan lain-lain).Bentuk keterlibatan dari JSI melalui penelitian (kuantitatif dan kualitatif), pelatihan, penerbitan buku dan jurnal, dan konsultasi. Metode kerja JSI berpedoman kepada prinsip-prinsip akademik dan analisis statistik maupun wawancara yang mendalam, relevan, serta bersandar pada kode etik keintelektualan berbasiskan data akurat dan metode yang dapat dipertanggung jawabkan. Semangat menjadikan motor penggerak intelektual membuat JSI mengambil posisi sebagai institute of change. Prinsip kerja-kerja dari JSI adalah Totalitas, Hospitality, Profesionalitas, dan Integritas. Kami singkat menjadi THOPI. Pengelolaan manajemen JSI bersifat nirlaba namun mengembangkan fund raising secara kelembagaan, seperti penerbitan, media, dan pelatihan. Tentunya pondasi utama transparansi dan akuntabilitas menjadi syarat utama di manajemen JSI. Perlu ditegaskan JSI bukanlah lembaga yang berafiliasi kepada partai atau kelompok tertentu.

Pengalaman Lembaga 1. Survey Kandidat untuk Samsuardi (Juragan) dan Nurchalis di Pilkada Nagan Raya (2012) 2. Survey Kandidat untuk Mayor (Purn.) M. Saleh Puteh di Pilkada Aceh Selatan (2013) 3. Survey Calon Legislatif untuk Syarifah Munira (Caleg no. 5 dapil Baiturrahman dan Lueng Bata) di Pemilu 2014 (2013) 4. Survey Indeks Demokrasi Indonesia 2013, kerjasama dengan Research Centre of Politics and Government (Polgov) Universitas Gadjah Mada Yogyakarta (2012) 5. Survey Satu Dekade Perkembangan Ekonomi Aceh (2015) 6. Survey Arah Perilaku Politik Pemilih pada Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Aceh Periode 2017-2022 (2015) 7. Survey Kandidat Gubernur-Wakil Gubernur Aceh Periode 2017-2022 (2015) 8. Survey Melek Politik (Political Literacy) Warga Kota Banda Aceh, kerjasama dengan KIP Kota Banda Aceh (2015) 9. Survey Perilaku Pemilih pada Masyarakat Kab. Gayo Lues tahun 2014, kerjasama dengan KIP Kab. Gayo Lues (2015) 10. Survey Indeks Kepuasan Masyarakat Bidang Perizinan dan Bidang Pendidikan (2015) 11. Survey Polling Preferensi Kandidat Gubernur Aceh Periode 2017-2022 (2015) 12. Survey Preferensi Pemilih terhadap Gubernur Aceh Periode 2017-2022 (2016) 13. Survey Indeks Tingkat Kepercayaan Masyarakat Terhadap Institusi Politik dan Sosial (2016) 14. Survey Preferensi dan Elektabilitas Kandidat Bupati Aceh Besar Periode 2017-2022 (2016) 15. Survey Preferensi dan Elektabilitas Kandidat Walikota Sabang Periode 2017-2022 (2016) www.jsithopi.org

9


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.