"Langkah menjadi panutan, Ujar menjadi pengetahuan, Pengalaman menjadi Inspirasi" -Kelas Inspirasi-
belajar berbagi inspirasi
YOGYAKARTA
SD Negeri Nanas, Gunung Kidul 24 April 2014
TIM KELAS INSPIRASI SDN NANAS Fasilitator: Surahmansah Said | Pengajar Inspirasi: Daniel Dwiatmoko, Elisabeth Desiana Mayasari, Emi Murniyanti, CM Ida Tungga Gautama, Listyani Lee, Retnaningdyah Weningtyastuti | Videografer: Anak Agung Ganesh | Fotografer: Imam Kurniawan, Ngaliman | LayoutDesain: Ngaliman
1
Penggalan cerita Kelas Inspirasi Sedikit cerita dari para pengajar sehari yang mencoba terus berbagi dan memberi kemanfaatan untuk pendidikan negeri Indonesia. tulisan yang sederhana dengan gaya bertutur sederhana. Mereka akan terus menjaga nyala semangat berbagi. Inspirasi ada bukan untuk menggurui tapi inspirasi ada dalam kesadaran berbagi. Inspirasi ada bukan sekedar cerita, tapi inspirasi ada dalam sebuah balutan saling mengisi. Dan inspirasi ada memang untuk tetap belajar berbagi inspirasi.
2
3
4
1. Romantisme berbagi dari seorang karyawan bank
5
SD Negeri Nanas 24 April 2014
Sepenggal Catatan Romantisme Kelas Inspirasi Oleh : Daniel Dwiatmoko Kelas Inspirasi (KI), sebuah pengalaman yang sangat luar biasa bagi saya. Meski pernah dan terbiasa berbicara didepan orang banyak, namun berinterakasi didepan anak-anak Sekolah Dasar yang notabene masih asing tentu menjadi sebuah tantangan tersendiri. Saat mendaftar KI sebenarnya istri saya yang awalnya antusias, saya hanya sebagai pengantar saat mengisi pendaftarannya, eh siapa yang tahu ternyata saya malah yg lolos dan istri malah tidak lolos hehehehe. Setelah tahu terpilih banyak sih yang ada dalam pikiran saya, apa itu sesungguhnya Kelas Inspirasi?, ada rasa ragu dan enggak percaya untuk terus jalan, disini ini peran istri saya benar-benar terasa, dia yang mensupport saya untuk tetap ikut KI. Saya sempat cerita dengan pimpinan kerja kalau akan mengajukan cuti tanggal 24 April untuk acara KI ini dan seperti yang terjadi, disetujui dan bahkan juga disupportnya, mantap. Malam sebelum hari pelaksanaan tanggal 24 April malah sedikit flue dan tenggorokan terasa sakit untuk menelan makanan juga suara menjadi serak-serak becek deh. Namun karena sudah bertekad bulat, berangkatlah malam itu seorang diri menuju base-came KI SD Nanas di Losmen Anissa, sedikit terletak diutara pantai Parangtritis,Bantul,Jogjakarta. Sampai di Losmen ternyata rekan-rekan sudah briefing untuk persiapan besok hari. Perkenalan yang asyik dan ternyata semua sangat wellcome walau baru pertama bertemu sebagian. Bahkan walau acara briefing su dah selesai kami masih melanjutkan bermain “pokeer” untuk melewatkan waktu malam itu. Bangun pagi, sarapan sambil briefing dan asyiknya nih hahahahah saat akan berangkat ada kempeslah roda salah satu mobil rekan KI...untung ada mobil cadangan yg siap untuk membawa rekan-rekan kelokasi SD Nanas. Saat sesi KI tersebut saya sebenarnya lebih banyak memberi motivasi ataupun inspirasi sebagai bahan bagi anak-anak SD Nanas dalam meraih keinginan mencapai cita-cita masa depannya. Banyak kejadian lucu saat dalam kelas tersebut, seperti ada anak yg senang asyik sendiri, atau yang senangnya gangguin temannya.
6 YOGYAKARTA
SD Negeri Nanas 24 April 2014 Namun saya sangat kaget saat ada salah satu anak yang ternyata bercita-cita menjadi seorang pembalap motocross...hahaha... pembalap motor trail katanya. Nah disitulah bagaimana memberi motivasi dan dorongan yang dibutuhkan untuk mewujudkan harapannya menjadi pembalap profesional kelak. Dari berbagai harapan dan cita-cita anak-anak SD Nanas tersebut rata-rata menjadi gurulah yang mereka inginkan, yah itulah menurut mereka setidaknya sampai saat terucap dihari itu. Selesai di SD Nanas, yang sebenarnya agak ngeselin itu acara pembahasan di Jogja Paradise. Yaaah relawan ya relawan tapi ya mosok snack atau air mineral dalam keadaan panas begitu tidak disediakan hahaha... Itu saja dari saya mengenai kesan dari pelaksanaan KI yang baru sekali saya ikuti dan jalani.Luar biasa dan sangat mengispirasi hidup saya untuk lebih peduli dan berbagi dengan sesama dalam kehidupan ini. Bisa jadi tahun depan akan ikut joint kembali jika terpilih sebagai relawan kembali, tentu berharap dengan lokasi yang lebih terpencil dan jauh supaya mengambil cutinya bisa lebih dari sehari hehehe... Salam Kelas Inspirasi ! Penulis Nama : Daniel Dwiatmoko Pekerjaan : Karyawan Bank PT. OCBC NISP Jogjakarta Kontak Person : 08157988280 / (0274) 3151588
7 YOGYAKARTA
8
9
2. Kelas Iinspirasi untuk yang kedua bagi seorang wartawati
10
SD Negeri Nanas 24 April 2014
“Besok Kamis, Ngajar Lagi ya Bu….?” Oleh: CM Ida Tungga Gautama Saya, CM Ida Tungga Gautama, adalah wartawan sebuah media lokal di Yogyakarta. Tahun 2014 adalah keikutsertaan saya yang kedua dalam program Kelas Inspirasi Yogyakarta (KIY). Pada 2013, saya juga tergabung dalam KIY. Saya tergabung dalam Tim KIY SD Negeri Surokarsan II Yogyakarta. Lalu, pada 2014 saya mendapat tugas mengajar di SD Nanas, Girijati, Purwosari, Gunungkidul, bersama dengan sejumlah relawan guru dari beragam profesi, serta fotografer dan videographer. Dan tentu, fasilitator tim yang hangat. Buat saya, teman-teman baru ini benar-benar pribadi yang istimewa. Semangat mereka sungguh luar biasa! Persiapan yang mereka lakukan juga benar-benar mengagumkan. Terinci dengan apik. Kendala ruang, jarak dan waktu menjadi tak lagi berarti karena komunikasi di antara anggota tim selalu terjalin dengan intens dan hangat. Bahkan penuh canda. Akrab! Awalnya, sulit bagi saya untuk membayangkan SD Nanas. Penjelasan dari bapak Kepala Sekolah SD Nanas, Sudarsono, saat pertemuan awal di FT UGM, tak cukup memberikan gambaran yang komplit tentang sekolah maupun siswa. Yang aku ingat dari paparan tersebut, hanya soal anak berkebutuhan khusus (ABK), kendala dana untuk tes psikologi bagi siswa, kondisi anak-anak yang kurang bersemangat dalam belajar, kondisi orangtua yang tak peduli dengan pendidikan anak dan memilih pasrah kepada sekolah, risiko tinggal berdekatan dengan lokasi wisata, regrouping sekolah dan daerah tertinggal. Bersyukur, survei kecil yang dilakukan oleh beberapa anggota tim, cukup memberikan gambaran yang lebih baik tentang SD Nanas. Meski berada di wilayah Kabupaten Gunungkidul, letak SD Nanas sesungguhnya lebih dekat dengan wilayah Kabupaten Bantul. Ia berada tepat di perbatasan kedua kabupaten tersebut. Letaknya tak jauh dari tempat wisata Parangtritis. SD Nanas berada di perbukitan selatan. Inilah yang membuat para relawan memutuskan menginap di sebuah tempat, tak jauh dari SD Nanas. Saya tak ikut menginap. Malam menjelang Hari Inspirasi, masih tersisa sejumlah tanggung jawab yang harus saya rampungkan di kantor. Itu sebabnya, persiapan yang saya lakukan terkesan ala kadarnya. Saya hanya membawa kamera kecil dan tape recorder kecil. Juga beberapa majalah anak, yang saya beli seusai merampungkan pekerjaan di kantor. Di rumah, saya sempatkan memilah beberapa koran.
11 YOGYAKARTA
SD Negeri Nanas 24 April 2014 Saya pilih yang memuat foto pesawat kepresidenan RI Boeing Jet 2 dan peristiwa lokomotif kereta api Malabar yang masuk jurang di Kampung Terung, Mekarsari, Tasikmalaya. Juga foto tentang peristiwa penyelamatan penumpang kapal feri Sewol di lepas pantai Korea Selatan dan pernikahan agung dua pengeran dari Puri Saren Agung Ubud, Bali. Nglesot Pada Hari Inspirasi, Kamis 24 April 2014, saya mendahului teman-teman berangkat ke SD Nanas. Sepanjang perjalanan menuju sekolah, saya bertemu dengan beberapa siswa SD Nanas. Mereka menuruni jalan setapak di punggung bukit, lalu berjalan kaki, bersama-sama menuju sekolah. Saya tak tahu, berapa jauh jarak yang mereka tempuh. Laju motor saya perlambat. Saya minta salah seorang dari mereka untuk membonceng. Saya ingin ada “teman” yang menemani selama perjalanan ke sekolah. Teman bercakap sepanjang perjalanan. Dan seorang di antaranya, siswa kelas 6 bernama Yoga, bersedia menjadi teman seperjalanan. Pagi itu, ia bercerita, akan mengikuti ujian praktik Bahasa Jawa. Ups, meski jarum jam hampir mendekati angka tujuh, saya ternyata menjadi “pengajar” pertama yang tiba di sekolah. Halaman sekolah tampak lengang. Hanya ada beberapa siswa yang berkejar-kejaran di halaman sekolah, yang memang cukup luas. Beberapa yang lain, duduk <I>nglesot<P> di depan kelas. Ruang guru masih tertutup rapat. Saya lalu ikut <I>nglesot<P> bersama dengan mereka sembari menanti kehadiran para guru SD Nanas dan teman-teman relawan yang tengah dalam perjalanan menuju sekolah. Upacara pembukaan dilakukan di halaman sekolah. Saya melihat ada pandangan penuh tanya di mata para siswa. Ada yang sudah bersiap mengenakan pakaian olahraga, namun ternyata harus urung berolahraga. Tentu saja ini seperti membingungkan. Apalagi mereka sungguh tak tahu, apa yang hendak dilakukan para relawan sepanjang hari itu. Beruntung yel-yel dari para relawan akhirnya mampu mengusir kebingungan. Tawa pun pecah berganti dengan wajah penuh senyum. Tiba saatnya mengajar. Para relawan mengajar sesuai jam pelajaran yang diterapkan di SD Nanas. Satu jam pelajaran berlalu, mereka harus berpindah ke kelas lain, sesuai jadwal yang telah ditetapkan oleh tim. Begitu seterusnya hingga jam pelajaran dalam satu hari itu usai. Saya mengawali kegiatan mengajar di kelas 4. Sebagian besar ternyata malu-malu. Dan, sikap malu-malu ini ternyata menghinggapi hampir sebagian besar siswa, termasuk siswa di kelas besar, 5 dan 6. Tak ada pilihan lain, saya harus “menghidupkan” kelas dan mengajak mereka berinteraksi. Saya tak boleh egois, mendominasi waktu hanya bertutur tentang diri sendiri. Saya harus banyak melibatkan siswa agar mereka gampang menyerna paparan tentang profesi saya, sebagai wartawan.
12 YOGYAKARTA
SD Negeri Nanas 24 April 2014 Majalah anak dan lembaran koran saya keluarkan. Ehm, mereka ternyata menjadi tertarik! Beragam komentar dilontarkan. Koran dan majalah anak itu menjadi rebutan di kelas. Mereka sempat mengira pesawat kepresidenan RI itu adalah pesawat Malaysia yang hilang. Mereka juga tampak terpaku melihat foto feri Sewol yang tenggelam. Foto kecelakaan KA Malabar juga membuat mereka ternganga. Di majalah anak juga ada liputan tentang Pasar Burung Jatinegara yang menarik perhatian mereka. Rupanya, cerita tentang burung begitu dekat dengan kehidupan mereka. Kamera kecil dan tape recorder kecil, yang sudah jadul, juga saya keluarkan. Saya minta mereka belajar menjadi wartawan. Belajar wawancara dan memotret. Beberapa siswa maupun siswi akhirnya berani menyoba. Ketika kaset rekaman diputar ulang dan diperdengarkan, sontak mereka tertawa. Begitu pula ketika hasil jepretan diperlihatkan, mereka pun tersenyum lebar. Ada wajah sang teman di layar kamera kecil. Takjub, senang dan bangga, itu yang mereka rasakan. Akhirnya, semua berebut ingin menyoba. Bahkan ada yang usil mengabadikan aksiku saat mengajar di depan kelas, tanpa sepengetahuanku. Dasar bocah! Pendekatan itu akhirnya saya pergunakan di hampir semua kelas. Belajar sambil bermain dan bermain sambil belajar! Di setiap kelas, pada awal pelajaran saya selalu minta mereka mengatakan cita-cita mereka dengan suara lantang. Juga alasan yang menyertainya. Ehm, sebagian besar siswi menyebut guru sebagai cita-cita mereka. Lalu, dokter dan polwan, tanpa mampu menyebut alasannya. Boleh jadi inilah profesi yang dekat dengan kehidupan mereka sehari-hari. Tentu tak ada yang salah! Takut dan Khawatir Sedangkan para siswa menyebut pemain bola sebagai cita-cita mereka. Boleh jadi, ini karena kelakuan televisi yang setiap hari selalu membombardir waktu malam mereka dengan tayangan bola. Ada juga yang bercita-cita menjadi pembalap motor trail. Penjelasan tentang ini sederhana saja. Wilayah perbukitan tempat tinggal mereka merupakan lokasi favorit bagi para pembalap motor trail dari luar daerah. Hampir setiap bulan mereka disuguhi tontonan tentang aksi para pembalap motor trail. Yang lain bercita-cita menjadi petugas pemadam kebakaran, teknisi bengkel, pilot, polisi dan tentara. â&#x20AC;&#x153;Kowe aja dadi pilot. Mengko nek neng nduwur, pesawate tiba, terus piye? Ra wedi po?â&#x20AC;? Seorang anak menegur kawannya ketika sang kawan menyebut pilot sebagai cita-citanya. Si kawan lalu terdiam, bingung. â&#x20AC;&#x153;Kenapa temanmu tak boleh jadi pilot? Cita-citamu tadi apa? Jadi pemain bola ya? Nah, nanti kalau kamu jadi pemain bola yang hebat, pasti kamu bakal terpilih memperkuat Tim Garuda. Kamu akan membela Indonesia dan bertanding kemana saja. Ke Malaysia, Singapura, Jepang, China, India, mungkin juga ke Eropa dan Amerika.
13 YOGYAKARTA
SD Negeri Nanas 24 April 2014 Terus kamu mau naik apa? Naik pesawat kan? Nah, kalau temanmu ndak boleh jadi pilot, terus yang mau nyopiri pesawatnya siapa? Jangan dilarang ya? Semua cita-cita kalian bakal mewujud menjadi profesi mulia. Semua akan terus saling membantu...” Dua siswa tersebut lalu manggut-manggut. Mereka tersenyum puas mendengar penjelasan sederhana dariku, relawan guru Kelas Inspirasi. Berita tentang hilangnya pesawat Malaysia ternyata telah mengusik mereka dan berujung pada ketakutan dan kekhawatiran yang tak beralasan. “Bu guru, saya mau jadi wartawan!” Seorang siswa mengatakan hal itu ketika saya menyudahi jam pelajaran di kelasnya. Rasanya, benar-benar mak cles. Satu di antara 100-an siswa SD Nanas berani menyebut sebuah cita-cita yang berbeda. Boleh jadi dia tertarik dengan paparanku tentang suka-duka menjadi wartawan. Tapi, boleh jadi dia tertarik dengan berita dan foto-foto dalam majalah anak dan lembaran koran yang saya bawa. Atau, boleh jadi dia tertarik dengan kamera kecil dan tape recorder jadul milikku. Dua “permainan” itu benar-benar baru bagi dia. Ehm, entahlah. “Bu guru, majalah dan korannya boleh saya bawa pulang? Ada gambarnya MU (Manchester United). Ada Arema juga. Boleh ya bu? Bobonya juga saya bawa pulang ya bu? Apik je!” Hari itu, sesuatu yang serba baru memang telah menarik perhatian mereka. Membuat mereka berhasrat besar untuk menuntaskan rasa ingin tahunya. Boleh jadi, para relawan telah menginspirasi siswa-siswi SD Nanas. Membuka mata hati dan mata batin mereka, tentang dunia lain yang benar-benar baru. Sebuah dunia, yang selama ini nyaris tak mereka kenal dengan baik. Sebuah dunia yang boleh jadi akan melecut semangat mereka untuk berani menggantung mimpi setinggi langit dan mengejarnya hingga dapat. “Besok Kamis, ngajar lagi ya bu?” Begitulah, langkah telah menjadi panutan, ujar menjadi pengetahuan dan pengalaman menjadi inspirasi... Penulis Nama : CM Ida Tungga Gautama Perjaan : Wartawati di Surat Kabar Minggu Pagi, Kedaulatan Rakyat Kontak Person : 087880253666
14 YOGYAKARTA
15
16
3. Penanaman anti bullying dalam pendidikan dari seorang dosen psikologi
17
SD Negeri Nanas 24 April 2014
Pendidikan anti bullying harus ditanamkan pada anak sedini mungkin Oleh: Elisabeth Desiana Mayasari Pada tanggal 24 April 2014, secara serentak sekitar 200 sukarelawan membagi ilmu untuk memberikan kisah-kisah inspiratif dalam hidup mereka kepada siswa-siswa SD di DIY. Para relawan ini terdiri dari berbagai pofesi yang mempunyai prinsip sukarela, bebas kepentingan, tanpa biaya, siap belajar, ambil bagian langsung,dan tulus dalam menginspirasi mimpi kepada siswa-siswa SD. Di dalam kelas, para relawan ini menceritakan kisah-kisah yang berkaitan dengan profesinya, dimana kisah ini dapat menyulut api semangat dalam diri anak-anak untuk mempunyai cita-cita yang tinggi. Senang sekali ketika mengetahui bahwa saya bisa bergabung dalam kegiatan tersebut. Kisah yang saya bagikan kepada siswa-siswa SD Nanas, Girijati, Purwosari, Gunung Kidul, Yogyakarta adalah kisah inspiratif dalam hidup saya selama saya berprofesi sebagai Dosen yang mengajar Psikologi di PGSD-USD dan menjelaskan juga kiat-kiat apa saja yang harus saya lakukan dalam mencapai mimpi saya sebagai Dosen. Selain itu, saya juga mengajarkan mengenai pendidikan anti bullying pada siswa-siswa SD. Saya meyakini, bahwa pendidikan anti bullying baik secara fisik maupun psikis harus ditanamkan pada anak sedini mungkin. Pengalaman lain yang membekas adalah ketika saya bercerita tentang pengalaman saya mengunjungi Negara lain. Saya menunjukkan foto-foto, salah satunya adalah foto menara Eiffel.
18 YOGYAKARTA
SD Negeri Nanas 24 April 2014 Ketika menunjukkan foto tersebut, saya menjelaskan bahwa menara Eiffel termasuk salah satu keajaiban dunia, kemudian salah seorang siswa menceletuk â&#x20AC;&#x153;Ooo mbak.. kui menara sutet kae to?â&#x20AC;? yang artinya â&#x20AC;&#x153;Ooo mbak, itu menara sutet (saluran udara tegangan ekstra tinggi) kan?â&#x20AC;?. Saya terkejut mendengarnya. Dari pengalaman ini, saya merasa bahwa ini adalah tantangan bagi saya yang banyak bergerak di bidang pendidikan SD untuk banyak memberi pengetahuan dan inspirasi bagi mereka agar mampu mewujudkan cita-cita mereka. Saya berharap, melalui Kelas Inspirasi, anak memiliki nilai moral yang positif, antara lain sikap jujur, kerja keras, pantang menyerah, dan mandiri yang dapat digunakan sebagai langkah untuk mewujudkan apa yang menjadi impian mereka. Seperti yang diungkapkan oleh Pak Anies Baswedan ketika berdiskusi dengan para relawan setelah pelaksanaan kegiatan Kelas Inspirasi bahwa kehadiran Kelas Inspirasi dapat menjadikan sarana para profesional untuk memberikan inspirasi pada anak-anak, yang saat ini merupakan hal yang sering hilang. Kisah inspiratif dari para professional ini akan selalu diingat oleh anak-anak dan efeknya akan panjang sehingga anak-anak mempunyai cita-cita, mimpi, dan harapan dalam hidupnya sebagai generasi penerus bangsa. Penulis Nama Pekerjaan
: Elisabeth Desiana Mayasari : Dosen Psikologi di Fakultas Pendidikan Universitas Sanatadharm Kontak Person : 08562857287
19 YOGYAKARTA
20
21
4. Ada energi khusus yang menghantarkan seorang dokter gigi untuk menginspirasi
22
SD Negeri Nanas 24 April 2014
Serasa satu hari ini belum cukup untuk menginspirasi Oleh : Drg.Emi Murniyanti
Disela kesibukan, nampaknya waktu tetap menjadi hal termahal bagiku selain kesehatan . Tapi untuk satu agenda ini serasa ada energi khusus hingga ku tak mampu menolak melewatkanya, Kelas Inspirasi Yogjakarta, tepatnya di SD Nanas Gunung Kidul. Ke selatan dari pusat Yogjakarta mobil hitam ini terus melaju hingga pantai Parangtritis yang menjadi salah satu ikon Gunung Kidul. Setelah melewati jalan berliku dan menanjak sampailah kami ke sebuah sekolah dasar , wajah –wajah lugu menyambut kedatangan kami, ekspresi penuh selidik nampak di wajah mereka yang munggi. Suasana terasa lebih hanggat saat bapak kepala sekolah menyampaikan maksud dan tujuan kami, dan suasana terasa mencair, akrab, dan penuh senyuman saat ice breaking dipandu fasil. “Selamat pagi anak-anak, hai !!!! Hallo!!! Menjadi sapaan pembukaku pagi ini. Dan trada...... saat ku keluarkan pantom kaki kaki kecil itu mendadak berlari ke arahku, berebut ingin melihat dan memegang “gigi raksasa dari dekat “ antusia mereka mempelajari tentang gigi dan beberapa kasus perawatan serta perkembangan yang ku bawa. Tiba-tiba “Pyar”!!!! ada suara suara bising ternya seorang anak menanggis dikelilingi teman teman yg sedang membullynya. Ternya Pantom giginya pecah, ups saatnya merubah masalah menjadi inspirasi gumahku dalam hati”
23 YOGYAKARTA
SD Negeri Nanas 24 April 2014 Bu giginya rusak pecah “ ada ekspresi takut dan khawatir. “ Gapapa anak –anak temanmu tidak sengaja “ nah ini adalah sebuah kejadian yang sering terjadi seperti saat seseorang mengalami kecelakaan lalulintas tidak jarang ada kejadian rahang yang patah seperti ini serta giginya menjadi tidak rapi. Hal tersebut menjadi tugas dokter gigi bedah mulut dan ortodonsia untuk menolongnya. “yuk sini kita operasi rahangnya” alhamdulillah suasana cair kembali dan kamipun kembali asyik merawat “ pantom patah rahang “ ibarat team operasi tangan-tangan kecil itu membantuku, alteko menjadi bahan operasi sempurna pagi itu. Bahagia ..... hal itu yang ku rasa, serasa satu hari ini belum cukup untuk menginspirasi trimakasih team Kelas Inspirasi Yogjakarta, team KI SD Nanas, keluarga besar SD Nanas serta semua pihak yang telah memberiku kesempatan. Penulis Nama : Drg.Emi Murniyanti Pekerjaan : Dokter Gigi Kontak Person : 087838425977
24 YOGYAKARTA
25
26
5. Arek Suroboyo yang juga seorang manager berbagi inspirasi
27
SD Negeri Nanas 24 April 2014
“Bondo Nekad” modal ikut Kelas Inspirasi Oleh : Listyani Lee Nama saya Listyani Lee, saya bekerja di perusahaan multinational yang bergerak di bidang tobacco sebagai Manager Field (Sales) Trainer. Sebagai seorang field trainer yang sering menghadapi problematika kerja di lapangan, membuat saya cukup tertantang sewaktu mengikuti Kelas Inspirasi. Dengan berbekal pengalaman sebagai seorang guru sekolah minggu, saya berpikir bukan suatu hal yang sulit dalam menghadapi anak-anak SD. Saya mempersiapkan banyak cerita terkait dengan profesi saya yang memang tidak umum bagi orang awam apalagi anak-anak. Dari cerita soal air mengalir dari dataran tinggi ke rendah, cerita soal mengisi air dalam botol sampai ke cerita monyet-monyetan… Here we go, berangkatlah kita ke Gunung Kidul. Sejujurnya pas ketemu dengan tenaga pengajar yang lain, saya keder melihat kesiapan mereka yang luar biasa, yang membuat saya sampai cari ilham-ilham lagi… tapi tidak ketemu juga… (lagi ngumpet kayanya) Dasar arek Suroboyo, “Bonek” alias Bondo Nekad yang jadi modal saya. Setelah acara perkenalan tenaga pengajar, masuklah saya ke kelas pertama di Kelas 1. Hiyaaa… mereka memandangku dengan pandangan ngeri, setelah aku senggol sedikit, aku langsung menyesal. Bagaimana tidak, mereka spontan langsung berteriak-teriak, berlari-lari, dan habislah tenagaku di jam pertama.
28 YOGYAKARTA
SD Negeri Nanas 24 April 2014 Namun ungkapan yang paling pas dari hati yang paling dalam, tidak ada hal yang lebih menyenangkan selain hidup dengan orang-orang yang “tanpa dosa”, siapa lagi kalau bukan anak-anak. Stressful yet joyful, mereka polos dan apa adanya. Tidak membuatku harus berpolitik dengan mereka. Dan, jurus botol, monyet dan aliran air tidak berguna terutama buat anak-anak SD kelas 4-6, spontan saya harus berpikir ulang untuk membuat mereka aktif dan tetap meaningful. Muncullah on the spot ilham, kita main game ”kwek-kwek”, game ini membantu mereka meningkatkan daya ingat dan matematika sederhana, sekaligus menambah keseruan dalam kelas. Well, walaupun tidak ada yang berminat menjadi Field Trainer, “akurapopo” yang penting mereka tahu bahwa profesi itu banyak sekali dan apapun profesinya, mereka harus tetap setia mengejar, persisten, pantang menyerah, rajin belajar dan paham bahwa sekolah itu penting Pengalaman yang luar biasa, saya tidak mau berhenti disini, ini hanya sebuah permulaan, saya senantiasa berdoa untuk setiap benih yang ditabur, berharap benih itu akan terus tumbuh subur dan berkembang dengan Indah. Kelas Inspirasi berikutnya? Penulis Nama : Listyani Lee Pekerjaan : Manager Field (Sales) Trainer Perusahan Multinasional Kontak Person : 08151811688
29 YOGYAKARTA
30
31
6. “peneliti itu boleh salah, tetapi tidak boleh bohong” kata perempuan yang profesi sebagai Antropolog ini
32
31
SD Negeri Nanas 24 April 2014
Bukan Aku yang Menginspirasi, tetapi Mereka Inspirasiku Oleh: Retnaningdyah Weningtyastuti Surya mulai redup dan cuaca berasa sejuk, tidak panas seperti siang tadi. Biasanya sore seperti ini kuhabiskan menonton televisi sepulang kerja, atau istirahat tidur. Tetapi kali ini aku sudah duduk manis di Gelanggang Mahasiswa UGM untuk menepati janji bersama teman-teman. Ngapain? Demi sebuah hal yang disebut “Kelas Inspirasi”. Sebuah kegiatan sehari dari berbagai macam profesi untuk ikut bagian dalam menginspirasi anak negeri demi mewujudkan mimpi dan cita-cita mereka. Lokasi yang akan kami tuju sebenarnya tidak jauh dari kota Yogyakarta, namun jam 06.30 wib kami sudah harus siap di sekolah. Tidak lucu deh kalau kami memberi contoh terlambat bagi siswa. Makanya kami berencana bermalam, agar esok hari lebih dekat ke sekolah. Sekolah dasar yang akan kami tuju adalah di SD Nanas, Girijati Purwosari Gunungkidul. Tim kami bersepuluh yang terdiri dari pengajar, fotografer, dan videografer. Ada aja halangan bagi kami untuk berangkat. Ban mobil yang susul menyusul bocor dan kempes, sejak dari Yogyakarta. Demikian juga ketika sudah sampai di penginapan dan esok harinya akan berangkat sekolah, ternyata ban mobil kempes kembali. Namun selalu ada jalan untuk sebuah niat yang baik, sehingga Kelas Inspirasi di SD Nanas dapat berjalan sesuai rencana. Sebenarnya malam itu di penginapan di Girijati, aku gelisah untuk materi esok hari. Aku masih galau akan memberikan apa untuk anak-anak SD Nanas ini. Sesuai jadwal, aku pertama kali harus masuk di kelas 5, kemudian kelas 1, kelas 3, kelas 4 dan kembali di kelas 1 untuk penutup. Profesiku sebagai peneliti dengan latar belakang antropologi. Puyeng aku bagaimana mengenalkan profesi itu kepada anak-anak. Teknik-teknik ice breaking kuhapalin sambil tidur. Aku pernah mengajar anak-anak usia SD, tetapi bukan di sekolah formal seperti ini dan itupun di pedalaman hutan sana. Di dalam rimba bersama anak-anak Suku Anak Dalam, Suku Talang Mamak dan Orang Laut di Kepulauan Riau. Sungguh sangat berbeda! Kali ini aku nervous……… “Pagiiii……,” sapaku ceria ketika memasuki ruangan kelas 5 SD Nanas. “Pagi……,” jawab anak-anak itu masih malu, dan tanpa semangat. Fiuuuh…..keder juga hatiku. Bagaimana mereka bisa mengerti nanti dengan profesi yang akan kusharingkan dengan mereka kalau suasana masih dingin seperti ini…… Efek masih pagi kali ya…
33 YOGYAKARTA
SD Negeri Nanas 24 April 2014 Kucoba mencairkan suasana kelas dengan berbagai ice breaking dan lagu yang semalam aku hapalkan. Wellâ&#x20AC;Ś.kelas mulai cair dan sudah mulai nampak anak-anak yang mengajak berinteraksi. Saatnya aku mengeluarkan senjata untuk bercerita tentang dunia antropologi dan peneliti. Aku sudah menyiapkan beberapa album foto yang berisi perjalananku ketika bersama Suku Anak Dalam di Bukit 12 Jambi, buku tentang suku-suku di Papua,benda-benda yang kubawa dari hutan, dan alatku bekerja yaitu catatan lapangan beserta alat tulis. Aku men-share-kan semua media tersebut kepada anak-anak untuk dilihat, dan dibaca. Mereka membaca buku harianku di lapangan dengan serius. Sengaja kubawa buku harianku dulu agar anak-anak memahami bahwa pekerjaanku setiap hari adalah mencatat dan memotret apapun. Semua hal adalah data ketika nantinya diproses. Begitulah para antropolog (peneliti) bekerja. Kukatakan juga bahwa peneliti itu boleh salah, tetapi tidak boleh bohong. Aku senang dengan antusias anak-anak ketika melihat media yang kubawa. Saking antusiasnya membuat sering terjadi rebutan antar siswa, ujung-ujungnya adalah album foto dan bukuku sobek disana-sini. Tidak mengapa bagiku, berarti itu mereka tertarik dengan yang kulakukan. Meskipun tak seorang pun anak yang tertarik untuk menjadi antropolog. Bahkan menjadi bocah petualang pun tidak ada yang mau ketika ha tersebut kulontarkan. Aihâ&#x20AC;Ś.tak mengapalah. Yang penting anak-anak ini masih mempunyai cita-cita dan mimpi untuk mereka raih. Setidaknya aku sudah mencoba memberi ragam pilihan tentang profesi yang ada. Terpenting juga, aku sudah mengenalkan kepada mereka bahwa jauh di hutan sana ada anak-anak yang kondisinya kurang seberuntung mereka, namun tetap bersemangat belajar. Semoga membuat anak-anak SD Nanas menjadi lebih rajin belajar untuk mewujudkan mimpi-mimpinyaâ&#x20AC;Ś Penulis Nama : Retnaningdyah Weningtyastuti Pekerjaan : Antroplog/Peneliti Kontak Person : 081227064977
34 YOGYAKARTA
35
36
7. Fasilitator tim SDN Nanas yang sadar bahwa tanggung jawab mendidik bukan hanya tugas guru di sekolah
37
SD Negeri Nanas 24 April 2014
Inspiratif di Hari Inspirasi Oleh: Surahmansah Said
Berawal dari sebuah keyakinan bahwa tanggung jawab mendidik bukan hanya tugas bagi Bapk/Ibu guru disekolah dan dinas pendidikan tetapi merupakan tanggung jawab kita bersama karena mengutip salah satu isi pembukaan UUD 45 bahwa sebagai warga negara yang baik, kita punyakewajiban bersama-sama untuk turut dalam “mencerdaskan kehidupan bangsa”. Melalui program Kelas Inspirasi inilah menjadi salah satu jalan untuk ikut serta dalam memberikan sumbangsih bagi negeri ini. Kepercayaan yang diberikan oleh panitia untuk menjadi fasilitator kegiatan di sekolah terpilih yaitu SD Nanas di Kab. Gunung Kidul, saya manfaatkan begitu baik. Bertugas untuk mengkoordinir dan memfasilitasi para pengajar yang berasal dari profesional dengan berbagai profesi dan para fotografer dan videografer. Tim yang solid menjadikan pekerjaan ini menjadi lebih mudah dan semakin bersemangat untuk berbuat optimal. Teman-teman dalam 1 tim sudah sadar akan ikhwal kegiatan ini sehingga mengerti apa yang ingin dikerjakan dan menimbulkan sinergitas yang positif dalam memberikan yang terbaik bagi sekolah dan anak-anak di SD tersebut. Kerjasama yang baik pun ditunjukkan oleh pihak sekolah dalam mendukung kesuksesan kegiatan ini sehingga dalam pelaksanaannya berjalan dengan lancar dan sukses.
38 YOGYAKARTA
SD Negeri Nanas 24 April 2014 Kesan yang timbul saat di hari inspirasi memberikan banyak makna yang akan memberikan goresan tinta emas bagi masa depan anak-anak di sekolah ini kelak. Inspirasi yang dituangkan lewat perkenalan profesi memberikan tambahan referensi cita-cita bagi anak-anak, yang sebelumnya hanya ingin bercita-cita menjadi guru, pemain bola, pemadam kebakaran, pengusaha PS, dll. Namun setelah kelas inspirasi ini, anak-anak telah mengetahui dan berkeinginan untuk bercita-cita menjadi dokter gigi, wartawan, antropolog, dosen, trainer di perusahaan, dan karyawan bank. Semangat untuk terus bersekolah dalam meraih cita-cita juga menjadi nilai positif yang diperoleh anak-anak dalam kegiatan ini, ditengah-tengah banyaknya kasus anak yang putus sekolah karena dipaksa bekerja oleh orang tuanya. Banyak cara dan jalan untuk ikut terlibat dalam membangun negeri ini lewat mencerdaskan kehidupan anak-anak generasi penerus kita kelak. Hari kelas inspirasi merupakan sebuah contoh yang sangat inspiratif dalam memberikan kontribusi tersebut. Sehari mengajar, membangun mimpi anak-anak negeri. Penulis Nama : Surahmansah Said Pekerjaan : Studi Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Kontak Person : 085255644818
39 YOGYAKARTA
40
41
8. Sepenggal kalimat para perekam momen Kelas Inspirasi
42
SD Negeri Nanas 24 April 2014
Imam Kurniawan | Fotografer “Mengajar,menginspirasi, membangun mimpi”
Anak Agung Ganesh | Videografer “Awesome”
Ngaliman | Fotografer “belajar berbagi inspirasi”
43 YOGYAKARTA
45
46
YOGYAKARTA
SD Negeri Nanas Dringo, Girijati, Purwosari, Gunung Kidul, DI Yogyakarta 55872