YOU HAD ME AT
WRITING Nourma Vidya Primantika | nourmavid@gmail.com
Slicing the Clause writer | editor | proofreader | scribbler
Nourma Vidya Primantika | nourmavid@gmail.com
Peeking the Filling
1. Curriculum Vitae 2. SEO Content Editing 3. Professional Purposed Articles 4. Fashion & Beauty Editorial 5. Interview & Event Coverage 6. Opinion & Creative Writing 7. Copywriting for Socmed & Digital Ads 8. More of My Works 9. Exchange a Hello, Shall We?
Nourma Vidya Primantika | nourmavid@gmail.com
NOURMA VIDYA writer | editor | journalist
PROFILE
BSD, TANGERANG SELATAN
Hi, I am Nourma. To write & create creative storyline excites me to the core. Brainstorming & getting dizzy (but at the same time happy) thinking of any creative concept never bored me. To be able to affect others through my writing always get my eyes sparkling on excitement.
EDUCATION
NOURMAVID@GMAIL.COM LINKEDIN.COM/IN/NOURMAVIDYA-115292167 082-132-316-276
PERSONAL SKILLS
PROFESSIONAL SKILLS
AIRLANGGA UNIVERSITY, SURABAYA
CREATIVE & NEWS WRITING
CREATIVE-JUNKIE
- 2014-2018 - BACHELOR OF COMMUNICATION - GRADUATED WITH HONOR (GPA: 3,62 / 4,0)
CONTENT EDITING & PROOFREADING
FEEDBACK RESPECTER
SEO WRITING & EDITING
BEFRIENDED WITH DEADLINE
COPYWRITING & SCRIPT WRITING
FINE TASK MANAGEMENT
CONTENT MARKETING
FIRM LEARNER
CREATIVE CONTENT STRATEGIST
SOLO + TEAM WORKER
EXPERIENCE CONTENT WRITER Create monthly blog content plan to be proposed to Head of Content Write daily blogpost for company's website (fashion, beauty, lifestyle, women empowerment) Publish & manage all blog-related materials on company's internal CMS Create concept & copy for fashion editorial content in collaboration with Fashion Stylist Coordinate & create brief for Creative Team regarding visual needs for blog articles
SORABEL BY SALESTOCK SEP 2019 - NOW
Create copy for Facebook and Instagram ads
CONTENT EDITOR Create content plan & content production timeline based on campaign objective Create brief for content writer based on SEO recommendation Edit, review, & proofread all articles submitted by Content Writer Take all responsibilities of the ongoing campaigns & make sure it going tight with timeline
INBOUNDID DIGITAL AGENCY OCT 2018 - AUG 2019
NOURMA VIDYA writer | editor | journalist
EXPERIENCE NEWS EDITOR Lead the team to pitch creative concept & topic related to our youth readers (for newspaper) Lead the team consists of reporter, photographer, graphic designer, & videographer
ZETIZEN JAWA POS
Control & decide the deadline and plotting for the reporters Edit & proofread all articles submitted by the reporters
AUG 2017 - AUG 2018
Coordinate with graphic designer & layouter to make appealing visual concept for the page Take all responsibilities for all published articles & pages
REPORTER Write pop culture & trending articles (both for newspaper and website) related to our youth reader (Z generation from the age of 13-22) Write articles with the topic of entertainment, food & travel, fashion, science, career coach, investigation, etc. Conduct the interview with various respondents (celebrities, influencers, athletes, instancies,
ZETIZEN JAWA POS AUG 2016 - AUG 2017
government, community, athletes, etc (based on the topic chosen) Actively give contribution & ideas to create an interesting and informative topic for the newspaper, lead by the editor.
REPORTER (INTERNSHIP) Handle the coverage for various campus events Conduct the interview with various respondents (professor, lecturer, student, guest, etc) Write campus-related articles for university's website with various topics Actively contribute to give & pitch creative content ideas
PUSAT INFORMASI & HUMAS UNIV. AIRLANGGA AUG 2016 - AUG 2017
SEO CONTENT EDITING MY WORKS AS DIGITAL CONTENT EDITOR
While I was still working as content editor at digital agency, I have the responsibility to make sure the SEO strategy are applied well to the articles before publishing it on client's website. This included checking out about the keyword placement, meta title, meta description, alt text, as well as making sure that there are no potential keyword stuffing in the articles.
And here are several clients I've been working with during my time as SEO Content Editor.
Nourma Vidya Primantika | nourmavid@gmail.com
Client's Website
www.rinso.com/id
www.rexona.com/id
www.tresemme.com/id
www.lifebuoy.co.id
www.lemonilo.com
www.cleanipedia.com/id
www.zwitsal.co.id
www.jakmall.com
PROFESSIONAL PURPOSED ARTICLES MY WORKS AS WEB CONTENT WRITER
By the term 'professional' here, I mean are all articles I wrote for my professional role as online reporter and web content writer. Thus, all articles here were created based on company's objectives and needs and also published on company's blog or website.
And here are several articles I've wrote during my time as online reporter & web content writer.
Nourma Vidya Primantika | nourmavid@gmail.com
Articles Based on Topic
Movie Science & History Technology Korean Wave Food & Travel Sport
Nourma Vidya Primantika | nourmavid@gmail.com
MOVIE
MOVIEW REVIEW: REZA-ADINIA HIDUPKAN KARAKTER ALE-ANYA DALAM CRITICAL ELEVEN
Published on zetizen.jawapos.com Reach 10.000+ views
"Dalam dunia penerbangan, dikenal 11 menit waktu paling kritis. Tiga menit setelah take off dan delapan menit sebelum landing. Disitulah 80 persen kecelakaan pesawat umumnya terjadi.’’
Zetizen.com – Bagi penggemar novel karya Ika Natassa, kalimat di atas tentu udah nggak asing dong. Yap, kalimat itu menjadi salah satu trademark salah satu novel bestseller Ika, Critical Eleven. Setelah lama dinanti, film adaptasinya yang dibintangi Reza Rahadian dan Adinia Wirasti akhirnya dirilis kemarin! Bagaimana hasilnya?
Popular Actors for Ale and Anya, Success or Failure? Ika Natassa memang ahli meramu karakterisasi kuat sehingga selalu melekat di hati pembaca. Siapa sih yang nggak fangirling sama karakter Harris Risjad, Keara Tedjasukmana, Tanya Baskoro (Anya), dan Aldebaran Risjad (Ale)? Oleh karena itu, memilih pemain yang tepat seharusnya menjadi tantangan para kru di balik film Critical Eleven. Sejak kabar pembuatan filmnya muncul, para penggemar sibuk menyebutkan nama-nama N O M A D I C aktor | 24 yang pantas memainkan karakter favorit mereka.
Khususnya Ale dan Anya, sang karakter utama. Ale digambarkan super dreamy sebagai sosok suami idaman dan Anya digambarkan sebagai wanita urban independen. Hal itu bikin penggemar berekpektasi tinggi. It turned out, Reza Rahardian dan Adinia Wirastilah yang dipercaya memerankan Ale dan Anya. Awalnya, keputusan ini terkesan gambling karena mereka sudah lekat dengan banyak karakter. Sebut aja, Reza dengan Habibie-nya dan Adinia dengan Karmen AADC-nya. Pembaca bisa sulit membayangkan mereka sebagai the real Ale dan Anya.Tapi, kemampuan akting mereka yang nggak perlu diragukan lagi bikin karakter Anya dan Ale yang kompleks bisa tersampaikan dengan sempurna. Jadi, jangan khawatir gagal baper sama akting mereka!
Bikin Emosi Naik-Turun dengan Alur Berbeda Nggak cuma jago membangun karakter, Ika juga punya skill membangun plot yang bikin emosi naik-turun. Bersama Jenny Jusuf dan Monty Tiwa, sensasi ‘‘mengocok’’ emosi masih dihadirkan. Penonton bakal dibuat ikut merasakan kebahagiaan Ale-Anya sebagai pengantin baru dengan latar New York, sampai dibuat depressed dan geregetan melihat ‘‘perang dingin’’ di antara mereka. Tapi, buat yang sudah baca novelnya, jangan kaget dengan alurnya, ya. Dalam novel, sejak awal kita disuguhi konflik Ale dan Anya yang penyebabnya kita ketahui belakangan. Sedangkan dalam film, the storyline will be completely in tune alias super runtut. Mulai mereka bertemu pertama kali, jatuh cinta, menikah, punya konflik, dan seterusnya. Yap, nggak bakal ada curiousity aspects seperti yang dihadirkan dalam novel.
Little Thing Matters: Book vs Movie Namanya film adaptasi novel, tentu sulit untuk nggak membanding-bandingkan versi novel dan film. Relax, it’s normal. Untungnya, Ika masih mempertahankan banyak unsur dari novelnya. Misalnya, cara komunikasi ala kaum eksekutif-urban yang jadi ciri khas novel-novel Ika Natassa. Yes, dalam film, percakapan dalam bahasa Inggris-Indonesia antara Ale dan Anya jadi ciri khas yang ‘‘Ika banget’’. Tapi, berbagai adegan dan gimmick tambahan juga bakal siap memberi kejutan.
Misalnya, peran keluarga Ale yang cuma digambarkan sekilas dalam buku bakal memegang peranan penting dalam film. Tentu bukan tanpa alasan dong aktor-aktor sekelas Widyawati, Slamet Rahardjo, sampai Revalina S. Temat didapuk sebagai keluarga Ale? Overall, Critical Eleven tentu jadi salah satu film Indonesia yang wajib diapresiasi. Buat yang belum baca novelnya, film ini cocok buat pencinta film romantis yang bikin baper. Sedangkan buat penggemar novelnya, film ini tetap harus ditonton. Meski kamu mungkin bakal mempertanyakan beberapa scene yang nyeleneh dan cenderung melebih-lebihkan versi novel, you should at least satisfy your curiosity towards Ale and Anya. Ya, nggak?
Ini Kisah Cheng Ho, Laksamana Muslim Tiongkok yang Berjasa di Indonesia SCIENCE & HISTORY
Published on zetizen.jawapos.com Reach 55.000+ views
Zetizen.com – Tanggal 1 Juni diperingati sebagai Hari Lahir Pancasila. Sebagai dasar negara, Pancasila mengajarkan pentingnya persatuan di tengah keanekaragaman. Sepanjang sejarah, banyak banget tokoh yang ikut memperjuangkan persatuan. Salah satunya adalah Cheng Ho, laksamana asal Tiongkok. Meski bukan pribumi dan nggak lahir di Indonesia, Cheng Ho punya kisah dan jasa yang 'berkesan' buat negeri ini. Yuk, kenalan lebih jauh dengan sosok hebat ini!
Siapakah Laksamana Cheng Ho? Nama Cheng Ho mungkin udah nggak asing didengar. Tapi, nggak banyak yang benar-benar tahu siapa ia sebenarnya dan bagaimana namanya bisa sangat dikenal di Indonesia. Lahir dengan nama Ma He, Cheng Ho adalah laksamana asal Provinsi Yunnan, Tiongkok. Dia berasal dari suku Hui yang merupakan salah satu suku terbesar di Tiongkok. FYI, suku Hui dikenal sebagai masyarakat pemeluk agama Islam.
Saat masih muda, Cheng Ho dikenal sebagai kasim muslim yang dipercaya Kaisar Zhu Di (kaisar ketiga Dinasti Ming). Dia super pemberani dan nggak gentar menunjukkan tekad. Di kekaisaran, Cheng Ho biasa disapa Kasim San Bao. Kalau diucapkan dalam dialek Fujian, nama ini terdengar seperti San Po, Sam Poo, atau Sam Po. That’s why, Laksamana Cheng Ho juga dikenal dengan nama Sam Po Kong.
Armada Laut Terhebat Sepanjang Masa Pada 1368, kekaisaran Tiongkok mengalami kemunduran karena jatuhnya Dinasti Mongol. Dengan keberaniannya, Cheng Ho menawarkan diri buat melakukan perjalanan ke berbagai penjuru dunia buat mengembalikan kejayaan Tiongkok. Niat Cheng Ho ini disambut rasa bangga dan terharu dari sang kaisar. Ekspedisi itu dimulai sejak 1405 dan membawa Cheng Ho ke negaranegara Asia, Timur Tengah, sampai Afrika. Alhasil, perjalanan ini dilabeli sebagai salah satu ekspedisi dengan armada paling besar dan hebat sepanjang masa. Bayangkan saja, ekspedisi ini melibatkan 300 kapal dengan 30 ribu kru yang terdiri dari tentara, kartografer, ahli astronomi, sampai sarjana alam. Wow! Nggak cuma itu, kapal kayu yang dipaai pun disebut-sebut sebagai kapal laut terbesar sepanjang masa dengan panjang 138 meter dan lebar 56 meter. Kapal milik Vasco da Gama dan Christopher Columbus yang dikenal sebagai penakluk dunia nggak ada apa-apanya, lho. Kalau dibandingkan, gabungan kapal keduanya cuma sebesar satu geladak kapal Cheng Ho.
Cheng Ho memang pantas disebut sebagai simbol akulturasi. Sebagai seorang Tiongkok pemeluk islam, dia sukses ikut menyebarkan agama Islam di Indonesia. Saking berjasanya, jejak-jejak Cheng Ho masih banyak kita temui sampai sekarang. Namanya diabadikan sebagai nama kelenteng di Semarang (Sam Po Kong) dan nama masjid di Jawa Timur. Oh ya, bedug masjid yang sekarang dikenal sebagai salah satu simbol Islam di Indonesia juga merupakan peninggalan Laksamana Cheng Ho. Keren, ya!
Dikisahkan Lewat Sebuah Drama Kisah perjalanan Laksamana Cheng Ho emang menarik buat diikuti. Oleh karena itu, pada 10 Juni 2017, Jawa Pos menyelenggarakan sebuah pementasan teater berjudul Sam Po Kong. Pementasan teater karya Remy Sylado ini bakal menyajikan lika-liku perjalanan Laksamana Cheng Ho semasa hidupnya. Dijamin keren dan super edukatif!
Punya Banyak Jejak dan Jasa Buat Indonesia Dari total tujuh kali ekspedisi, Indonesia ternyata jadi salah satu tempat spesial. Nggak pernah satu kalipun Indonesia dilewati. Hal ini juga yang bikin Cheng Ho punya banyak jejak sejarah di negeri ini. Salah satu yang paling fenomenal adalah jasanya sebagai salah satu tokoh yang ikut menyebarkan agama Islam di Indonesia. Yap, Cheng Ho pertama kali datang di Indonesia jauh sebelum wali songo muncul. Waktu itu, penyebaran islam di Indonesia sifatnya masih sangat kecil dan tertutup. Sejak Cheng Ho datang, hal ini berubah 180 derajat.“Penyebaran Islam makin masif, dengan akulturasi budaya yang luar biasa,” ujar Remy Sylado, sejarawan Indonesia sekaligus pakar Tiongkok.
Kelenteng Sam Po Kong, Semarang (Pic: Wikipedia)
Nggak cuma dibalut visualisasi seni memikat, teater ini juga bakal disisipi banyak pesan bermanfaat. Kita bakal diajak menghargai arti keberagaman dan kebinekaan yang diwakili lewat sosok Sam Po Kong. Cocok banget buat kita yang pengen memaknai lebih dalam pesan persatuan yang dibawa Pancasila. See you di Ciputra Hall Surabaya! Selamat merayakan persatuan dan keberagaman!
Technology
Likes dan Followers Instagram Cuma Sedikit? Mungkin Kamu Kena Shadowban! Zetizen.com – Di beberapa waktu, banyak pengguna Instagram yang heran kenapa likes di foto mereka cuma sedikit. Itu pun dari orang-orang yang sama. Jumlah followers juga susah bertambah dan bahkan postingan nggak muncul di hashtag. Kalau kamu mengalami hal yang sama, mungkin kamu dishadowban sama Instagram!
Apa Itu Shadowban?
Sesuai namanya, shadowban dilakukan Instagram diam-diam. Nggak ada notifikasi apa pun, tahu-tahu dampaknya aja yang terasa. Likes berkurang, begitu juga comments dan followers. Pihak Instagram pun nggak pernah benar-benar mengaku kalau mereka menerapkan shadowban. Yah, namanya juga diam-diam kan?
Penyebab Akun Kena Shadowban Basically, shadowban adalah kebijakan Instagram mem-banning atau membatasi kinerja akun. Alhasil, postingan pun nggak muncul di publik. Yap, postingan seolah "tersembunyi". Sebanyak apa pun hashtag yang dipakai buat mempopulerkan postingan, ujungujungnya cuma followers aja yang bisa melihatnya.
Sebenarnya, shadowban bertujuan "menertibkan" dan mencegah pengguna melakukan aktivitas yang dilarang. Misalnya, pakai hashtag sembarangan dan terlalu banyak. Demi bikin postingan hit, beberapa orang suka pakai hashtag populer yang nggak nyambung. Upload foto selfie, hashtag-nya #brunch atau #NewYork. Postingan seperti itu dianggap spamming, guys.
Memakai auto-like, auto-comment, atau
Cara Mengatasi Shadowban
penambah followers juga bikin akun rawan kena shadowban. Sebab, hal ini jelas melanggar terms of service Instagram. Oh ya, mengubah akun jadi profil bisnis juga sebaiknya dihindari. Soalnya, hal ini ternyata bisa bikin Instagram rugi. Mereka yang harusnya dapat pemasukan dari profil bisnis malah nggak dapat apa-apa. Ujung-ujungnya, akunmu berisiko dibanned.
Ciri-Ciri Akun yang Kena
Meski merugikan, shadowban bisa diatasi, kok. Salah satunya dengan berhenti menggunakan bot. Oh ya, berhenti dulu dari segala aktivitas di Instagram juga bisa membantu. Beberapa korban shadowban mengaku akunnya kembali normal setelah beberapa hari nggak login. Kalau kamu masih pakai profil bisnis buat akun pribadi, mending diubah ke personal lagi.
Shadowban
Karena tujuan shadowban adalah
Ciri paling menonjol adalah
di Instagram, maka berhenti
menurunnya jumlah likes secara drastis. Kalau biasanya dalam waktu lima menit bisa dapat 50 likes, shadowban bikin kamu cuma dapat
10 likes aja. Penyebabnya ya apalagi kalau bukan karena postinganmu cuma bisa dilihat followers dan nggak muncul di halaman explore. Ciri lain, hashtag yang kamu pakai nggak bisa dilihat oleh orang yang belum jadi followers.
"menertibkan" penyalahgunaan pakai hashtag buat mencari keuntungan pribadi juga wajib dilakukan. Menurut postingan yang pernah diunggah pihak Instagram di Facebook, mereka menyarankan pengguna buat mengeksplor kreativitas alih-alih menyalahgunakan hashtag. So, daripada kena shadowban, yuk, bikin akun kita populer dengan effort dan kreativitas sendiri!
Seberapa Merugikan Sih Shadowban Instagram? Buat yang butuh likes seperti onlineshop, influencer, atau social media businessman, shadowban jelas sangat
merugikan. Bayangin aja, jumlah likes mereka berpengaruh sama kredibilitas di mata klien. Kalau kena shadowban, jelas kredibilitas bakal menurun. “Sebelum shadowban, banyak brand yang minta produknya di-promote di akunku. Setelah kena shadowban, kerjasama menurun drastis dan pemasukan juga menurun,� ujar Jayden Croft, fotografer dan entrepreneur asal Amerika seperti dikutip dari Miccom.
Published on zetizen.jawapos.com Reach 35.000+ views
INI 5 ALASAN KENAPA DRAMA KOREA RASA SINETRON INDONESIA KURANG DIGEMARI Nggak bisa dipungkiri, drama Korea punya ciri khas yang udah lekat di hati penggemarnya. Mulai dari alur cerita yang oke, pilihan pemeran yang bisa jadi vitamin A buat mata, sampai gimmick-gimmick yang sukses bikin siapapun ikutan baper. Wajar kalau akhirnya drama dari Negeri Ginseng punya penggemar setia yang susah berpaling hati. Tapi, apa jadinya kalau dramadrama Korea populer itu akhirnya diadaptasi jadi sinetron Indonesia? Or worse, dijiplak ceritanya dengan perubahan disana-sini dan ditayangkan sebagai sinetron baru. Kenapa banyak penggemar drama justru jadi keberatan dan bukannya happy melihat drama favorit mereka ke versi dalam negeri?
1.MENGULANG CERITA YANG SAMA PERSIS, TANPA INOVASI Salah satu alasan yang bikin banyak penggemar K=Drama kurang suka sama kehadiran adaptasi drama berbentuk sinetron Indonesia, adalah kurangnya inovasi yang dihadirkan. Kebanyakan sinetron hasil adaptasi drama Korea, punya jalan cerita, gimmick, hingga tampilan visual yang dibuat sama persis dengan versi aslinya. Nggak adanya tambahan kreativitas inilah yang bikin orang jadi berpikir dua kali buat
Published on zetizen.jawapos.com Reach 10.000+ views
menontonnya. “Udah tahu ceritanya, ngapain juga nonton ulang. Apalagi semua-semuanya dibuat sama persis sama versi asli, nggak ada tambahan inovasi apa-apa,” Eunike Naira Tiatira, SMA Masa Depan Cerah Surabaya.
2. DISAJIKAN DALAM KUALITAS DI BAWAH VERSI ASLI Mulai dari setting tempat sampai efek CGI dalam drama orea selalu dihadirkan dalam versi se-real mungkin. Hasilnya, suasana cerita pun jadi makin terasa. Even drama bergenre fantasi rasanya masih bisa diterima akal berkat kreativitas pengemasan yang apik. Sayangnya, ‘keniatan’ produksi drama Korea inilah yang dianggap penggemar masih gagal dicapai versi sinetron Indonesia. Iya, coba aja perhatiin sinetron stripping yang biasanya punya tampilan dan efek seadanya. “Kualitasnya jauh. Dari setting sampai penggambaran suasana masih jauh banget sama versi asli. Misal kalau di drama Korea ada setting demo gitu kan benar-benar real orangnya banyak. Waktu diterapin ke sinetron Indonesia, jadinya malah kelihatan bohongnya ,” Citra Awanis Ghaisani, Universitas Islam Indonesia Yogyakarta.
3. PEMILIHAN PEMERAN YANG NGGAK MEMENUHI EKSPEKTASI Diakui atau enggak, penampilan artis Korea jadi salah satu faktor utama yang bikin fans betah berlama-lama menghadap layar kaca. Apalagi, hal ini ditunjang sama kemampuan akting yang selalu sukses membawa emosi penonton. Akhirnya, tokoh yang mereka perankan pun melekat banget di benak para penonton. Maka, waktu tokoh-tokoh memorable ini coba dihadirkan dalam versi sinetron Indonesia, ekspektasi penonton justru buyar, hancur berantakan. “Tokoh-tokoh drama Korea kan udah terlanjur lekat banget, kalau diperanin sama artis Indonesia malah jadi nggak pas dan membuyarkan imajinasi. Malah merusak feel kita ke tokoh aslinya,” Jessica Luigi, Universitas Brawijaya.
4. DIBUAT JADI BERLEBIHAN Entah gimana caranya, drama Korea selalu berhasil menghadirkan cerita yang masuk akal. Perhatiin aja, adegan paling cheesy sekalipun biasanya nggak akan terkesan cringeworthy dan malah bisa bikin penonton ikutan baper. Ringkasnya episode drama Korea yang nggak dibuat berlarutlarut, juga jadi kekuatan yang bikin jalan cerita jadi nggak ‘buyar’ dan membosankan. Sementara sinetron Indonesia justru identik sama kebalikannya. Kalau versi asli sebenarnya dibuat dalam jumlah belasan episode, cerita bisa berubah 'molor' jadi ratusan episode saat diadaptasi ke versi sinetron. “Di versi Indonesia, biasanya adegan dan perannya malah jadi terkesan lebay. Karena dipanjang-panjangin, juga jadi nggak nyambung sama
5. 'TRAUMATIK’ ORANG INDONESIA LIHAT HASIL ADAPTASI TERDAHULU Adaptasi tayangan luar negeri ke versi sinetron Indonesia sebenarnya bukan hal baru. Sejak dulu, udah banyak tayangantayangan luar yang dihadirkan dalam versi Indonesia. Begitupun dengan drama Korea, yang beberapa kali ‘disadur’ jadi versi sinetron. Baik itu yang secara kasat mata emang dibuat sama persis, maupun yang tampak
cerita aslinya. Hasilnya malah jadi kurang jelas,” Dinda Cinta
beda padahal punya jalan cerita yang mirip
Andarini, SMAN 48 Jakarta
banget sama drama Korea. Nggak jarang, adaptasi yang masih dipertanyakan izin dan legalitasnya ini, menimbulkan isu-isu penjiplakan dan plagiarisme. Ditambah sama kualitas tayangan-tayangan adaptasi yang somehow dari dulu belum berhasil menyamai kualitas aslinya, jadilah penonton masih dibuat sangsi dan ‘trauma’ sama kehadiran tayangan baru yang juga mengambil ide adaptasi serupa. “Kadang kan izinnya masih nggak jelas, jadi menimbulkan isu plagiarisme. Daripada kayak gitu, mending nggak usah aja sekalian hehe,” Irmawati Khoirunnisa, Universitas Airlangga.
FOOD & TRAVEL
APA BEDANYA RUMAH MAKAN, RESTORAN, CAFE, & BISTRO?
Published on zetizen.jawapos.com Reach 100.000+ views
Zetizen.com – Apa bedanya rumah makan dan restoran? Kan sama-sama buat makan. Apa bedanya café dan bistro? Kan sama-sama buat nongkrong. Well, meski pada dasarnya sama-sama buat makan, ada banyak hal yang bikin nama tempat-tempat makan di Indonesia berbeda. Yuk, disimak!
1.Restoran vs Rumah Makan Suatu tempat makan dikategorikan sebagai restoran kalau punya aturan dan standar tertentu. Misalnya, standar kualitas menu, standar pelayanan, standar penampilan karyawan, dll. Selain itu, suatu restoran juga dikelola oleh sistem manajemen profesional. Artinya, ada bagan struktur kerja yang jelas. Seperti manajer, pengawas, dan pelayan. Harga makanannya pun cenderung mahal, karena harus membayar Pajak Penambahan Nilai (PPN). Meanwhile, rumah makan nggak punya aturan-aturan baku yang mengikat. Biasanya, operasional rumah makan lebih luwes. Bahkan, rumah makan banyak yang dikelola dan dimiliki oleh sebuah keluarga. Alhasil, meski tetap dikelola secara profesional, nggak ada aturan dan struktur manajemen yang kaku pada rumah makan. Selain itu, menu rumah makan juga lebih bervariasi dan nggak terpatok pada standar tertentu.
2. Cafe vs Bistro Cafe identik dengan tempat minum kopi. Nggak heran kalau menu andalannya adalah berbagai jenis kopi. Biasanya, cafe menawarkan menu makanan kecil sebagai pendamping kopi. Oleh karena itu, cafe lebih cocok buat tempat nongkrong daripada tempat makan. Sementara dalam Bahasa Perancis, bistro berarti bar kecil yang menjual minuman anggur. Sedangkan di Indonesia, bistro merujuk pada tempat yang menjual makanan Perancis. Tapi, ada juga bistro yang menawarkan menu khas negara lain seperti Jerman atau Italia. Bistro lekat dengan suasana santai, homey, dan kasual. Beda dengan cafe, menu bistro biasanya justru fokus pada makananmakanan berat. Ciri khas lainnya, bistro sering menawarkan menu spesial yang berganti-ganti.
3. Warung vs Kedai Istilah warung dipakai buat menyebut tempat makan sederhana. Biasanya, warung menjual makanan tradisional atau makanan rumahan. Warung seperti ini banyak ditemukan di daerah kampus atau kos-kosan. Satu hal yang menonjol dari warung adalah harganya yang murah meriah. Nggak heran deh kalau warung jadi favorit banyak orang. Menurut KBBI, kedai berarti bangunan tempat jualan. Sehingga, kedai identik sebagai sebutan tempat yang menjual bahan-bahan makanan mentah. Sebut aja sayuran, ikan, sembako, dsb. Tapi, penggunaan kata kedai ini masih sering salah. Sebab, ada beberapa tempat makan yang menamai tempat mereka dengan sebutan kedai. Jadi, kamu lebih suka makan di mana?
PUBLISHED ON ZETIZEN.JAWAPOS.COM REACH 10.000+ VIEWS
Negeri ini punya banyak atlet badminton muda berbakat. Di antara mereka, beberapa sukses masuk tim inti pelatnas dan wajahnya sering kita lihat di turnamen internasional bergengsi. Sayangnya, prestasi yang masih naik-turun bikin atlet muda sering jadi sasaran bully. Padahal, hal ini tentu nggak baik buat perkembangan karir mereka. Kalau nggak bisa mendukung, bukankah sebaiknya jangan 'mematikan' motivasi mereka?
1. JONATAN CHRISTIE Dengan wajah ganteng dan skill oke, Jonatan Christie alias Jojo jadi salah satu atlet muda populer. Sepanjang karirnya, Jojo punya banyak prestasi keren. Yang paling memorable, tentu adalah keberhasilannya menyabet medali emas dalam Sea Games 2017 dan Asian Games 2018. Sayangnya, kegemilangan Jojo di ajang multi-event kerap gagal terulang di turnamen Super Series. Alhasil, ranking Jojo masih sering stuck di luar 10 besar. Hal inilah yang bikin atlet muda kelahiran 1997 ini sering jadi sasaran 'bully'.
2.BAYU PANGISTHU Di kelas lokal dan junior, pretasi Bayu cukup mumpuni. Ia berkali-kali menjuarai ajang Djarum Sirkuit Nasional. Karena prestasi ini jugalah, Bayu akhirnya resmi bergabung sebagai atlet Pelatnas. Sayangnya, prestasi Bayu juga masih stagnan. Meski udah cukup lama jadi atlet Pelatnas, nama Bayu masih berada di kisaran peringkat 60-an. Alhasil, Bayu termasuk yang paling parah mendapat bullying. Bayu sering dibilang sebagai atlet mentok (nggak berkembang), dan sering diminta keluar dari Pelatnas. Bahkan, Bayu yang emang cukup eksis di sosmed, sering dihujat karena dianggap terlalu mementingkan eksistensi.
ATLET MUDA BADMINTON INI GANTENG & BERPRESTASI, TAPI KOK SERING DIBULLY? SPORT
3. KEVIN SANJAYA Kokoh berada di peringkat satu dunia, juga udah mengantongi lebih dari 25 gelar Super Series, Super Series Premiere, sampai Premiere of Premiere, rupanya nggak menghindarkan Kevin Sanjaya dari bullying masyarakat. Meski digadang-gadang jadi salah satu pemain ganda putra terbaik dunia saat ini, gaya tengil Kevin kerap dijadikan 'kambing hitam' buat menghakimi kekalahannya.
Yes, mengintip di akun Instagram, nggak jarang lho masyarakat menghujani kolom komentar Kevin dengan kata-kata nggak menyenangkan tiap ia menghadapi kekalahan. Misalnya saat The Minions tersisih di babak pertama All England dan Kejuaraan Dunia 2019, 'hujatan' seperti kebanyakan gaya atau terlalu cepat puas banyak dilontarkan oleh masyarakat Indonesia.
Daripada Membully, Mending Kita Melakukan Ini Punya prestasi naik turun itu adalah hal yang super normal dialami para atlet dan nggak bisa dijadikan alasan bagi kita buat menghakimi mereka. Siapa yang tahu kan apa yang bakal mereka capai di tahun-tahun kemudian? Makanya, daripada membuat mereka down dengan cacian, mending kita terus setia mendukung dengan cara ini. Jangan Komen Menjatuhkan, Tapi Langsung Kasih Saran Masih banyak yang suka menghujani kolom komentar atlet muda dengan hujatan. Padahal, hal ini bakal dibaca langsung oleh si atlet dan bisa bikin mereka kecewa. Daripada menghujat, mending isi komen dengan saran membangun. Kalau kamu emang merasa tahu apa kekurangan si atlet, kasih aja masukkan di kolom komentarnya. Dengan gitu, si atlet bakal lebih thankful dan menghargai saranmu. Berikan Dukungan Langsung ke Lapangan Coba deh sesekali datang menonton langsung ke lapangan. Di tribun penonton, kamu bakal lebih tahu gimana kerasnya perjuangan si atlet. Mulai jatuh bangun, sampai harus menghadapi tekanan ribuan penonton. Dijamin bakal mikir dua kali kalau mau menghujat mereka. And of course, kamu pun bisa langsung berkontribusi memberi dukungan. Nggak cuma omdo dan bisa menghujat aja! Tetap Apresiasi Menang Ataupun Kalah Namanya pertandingan, menang kalah itu udah biasa. Trust us, mereka pasti pengen memenangkan pertandingan juga kok. So, kalah atau menang tetap kasih apresiasi ya. Khusunya buat atlet muda, apresiasi ini bisa jadi berharga banget. Kalau mereka kalah aja diapresiasi, dijamin mereka bakal ‘sungkan’ dan terpacu buat lebih berprestasi lagi di kemudian hari. Setuju?
FASHION & BEAUTY EDITORIAL MY WORKS AS FASHION & BEAUTY CONTENT WRITER
Working as a content writer in one of the most growing fashion ecommerce in Indonesia, I have the responsibility to write daily blog articles for company's website. With the goal of letting people know, become familiar, and get interested to purchase our products, I mainly wrote the articles about fashion, beauty, & women lifestyle.
And here are several selected Fashion & Beauty Editorial articles I've created during my time as fashion and beauty content writer.
Nourma Vidya Primantika | nourmavid@gmail.com
Platform to Publish
All fashion & beauty editorial articles attached here were published on Sorabel's website. You can check it further on www.sorabel.com/editorials.
Nourma Vidya Primantika | nourmavid@gmail.com
no dress, keep impress sorabel.com/editorials | Feb 2020 | Reach 30.000+ views
Siapa yang udah bingung memilih outfit padahal masih ada banyak undangan kondangan mengantre? Makin banyak acara pernikahan, memilih baju juga makin bikin kewalahan. Ujung-ujungnya, kita memilih ‘main aman’ dengan memakai dress. Kalau Kamu mulai bosan tampil dengan gaya itu-itu aja, Sorabel sudah menyiapkan ide mix and match outfit kondangan tanpa dress yang simpel buat dicoba. Let's get into the looks!
1.CLASSY MONOCHROME Padukan blouse berbahan lace dan midi skirt berwarna senada. Beri sentuhan gradasi warna gelap-terang agar nggak monoton.
Explore your stunningly sexy look dengan atasan one shoulder. Untuk sentuhan manis, wide pants bermotif floral bisa dipilih. Tambahkan juga belt dan clutch bag beraksen dominan buat mengimbangi atasan yang cenderung plain.
2. STUNNINGLY ELEGANT
NO DRESS KEEP
IMPRESS
3. BASIC TURNS DRAMATIC Less is more. Berbekal laced blouse dan basic culotte pants berwarna hitam, gaya simpel tapi super charming ini bisa Kamu dapatkan. Ciptakan aksen drapery dengan menambahkan belt, biar tubuh terlihat lebih ramping dan jenjang!
Pelembap untuk Kulit Normal Beruntunglah pemilik jenis kulit normal, karena tidak ada masalah berarti yang mudah memengaruhi kondisi kulit. Tapi, bukan berarti kulit Sista jadi problemfree. Tanpa perawatan yang tepat, kulit normal juga bisa tampak kering dan kusam. That's why, penggunaan pelembap tetap sangat dibutuhkan.
Bagi pemilik kulit normal, pelembap yang diformulasikan dengan fungsi rejuvenating bisa dijadikan pilihan. Hal ini akan membantu kondisi kulit yang sudah baik agar semakin terhindar dari masalah seperti wrinkle dan garis-garis halus. Selain itu, gunakan juga pelembap yang memiliki manfaat soothing atau menenangkan. Sebagai pelembap wajib, Sista bisa menggunakan toner dan face serum untuk perawatan sehari-hari.
Reach 5.000+ views
Moisturize Your Skin Type Well
Jenis kulit yang dimiliki tiap orang pasti berbeda. Ada yang normal, kering, sampai berminyak. Karena itu, perlu kejelian dalam memilih skin care agar sesuai dengan kebutuhan. Salah satu produk yang cukup tricky buat dipilih adalah pelembap atau moisturizer. Sista yang punya kulit berminyak mungkin ragu memakai pelembap karena khawatir wajah tampak semakin oily. Padahal, semua jenis kulit sebenarnya tetap butuh moisturizer lho, tapi dengan tekstur, kandungan, dan fungsi yang berbeda. Yuk, simak tips memilihnya!
Rekomendasi Produk: ZAM Gold Skin Treatment, Jeju Fresh Aloe Soothing Gel, ElsheSkin Refresh Toner for Normal Skin
Pelembap untuk Kulit Berminyak Meski punya jenis kulit berminyak, bukan berarti Sista tidak membutuhkan moisturizer. Penggunaan pelembap tetap diperlukan untuk menjaga wajah terhidrasi dan tetap segar. Tapi Sista wajib berhatihati, karena memilih pelembap yang salah justru bisa membuat wajah berminyak tampak makin greasy, menyumbat pori-pori, dan bahkan meningkatkan risiko munculnya jerawat.
Pemilik wajah berminyak lebih disarankan memakai pelembap bertekstur ringan, serta menghindari produk dengan tekstur kental dan lengket. Pastikan juga Sista memilih pelembap yang oil-free agar lebih mudah diserap wajah dan tidak membuatnya tampak semakin oily. Supaya kelembapan kulit tetap terjaga, gunakan toner setelah membersihkan wajah, tambahkan serum yang bisa mengontrol minyak, lalu gunakan light-texture moisturizer setelahnya.
Rekomendasi Produk: ZAM Seaweed Rich Gel, ElsheSkin Oily Refresh Toner, ElsheSkin Sebum Reducer Serum.
Pelembap untuk Kulit Kering Berbeda dengan pemilik kulit berminyak yang mungkin ragu memakai pelembap, pemilik kulit kering pasti justru sudah akrab banget sama produk skin care ini. Yep, moisturizer emang jadi salah satu essential item yang wajib dimiliki, karena dapat melindungi kulit kering dari risiko kusam, breakout, sampai penuaan dini.
Untuk membuat kulit wajah lebih terhidrasi, pilihlah pelembap bertekstur kental. Konsistensi moisturizing cream yang lebih kental dan padat berguna menjaga kandungan minyak wajah tetap terkunci dan membuat kulit Sista lebih lembap. Untuk menambah kelembapan, Sista juga bisa menggunakan hydrating toner dan serum sebelum penggunaan moisturizer.
Rekomendasi Produk: ElsheSkin Hydrating Moisturizer Cream.
INTERVIEW & EVENT COVERAGE INVALUABLE JOURNEY TO ASK & COVER
My journey as reporter and content writer has also brought me to many precious opportunity to meet, talk, share, discuss, and learn from many great & admirable figures. In order to deliver informative and entertaining experiences to the readers, I've also had the opportunity to attend and cover some unforgettable events.
And here are several selected interview & event-coverage articles I've wrote during my indelible time as reporter and content writer.
Nourma Vidya Primantika | nourmavid@gmail.com
People & Event
- Barli Asmara (Fashion Designer) - Nilamsari Sahadewa (Entrepreneur) - JFW 2020 Coverage All articles attached was published on www.sorabel.com/artikel
Nourma Vidya Primantika | nourmavid@gmail.com
BARLI ASMARA REACH 5.000+ VIEWS
Lima belas tahun tentu bukan waktu yang singkat bagi seseorang untuk menekuni suatu bidang. Dalam 15 tahun perjalanan karir, ada banyak tantangan hingga pembelajaran yang perlahan menempa seseorang menjadi pribadi yang semakin profesional dan matang. Perjalanan itu jugalah yang sudah dilewati Barli Asmara, hingga sukses mencatatkan namanya sebagai fashion designer papan atas negeri. Memulai karir di dunia fashion sejak 2005, sudah bukan hal yang mengejutkan jika karya-karya Barli kini akrab digunakan oleh para pesohor negeri, mulai selebriti hingga presiden RI. Berkesempatan melakukan interview eksklusif dan mendengarkan sendiri kisah perjalanan karir Barli, tim Sorabel merangkum hasil obrolan inspiratif tersebut untuk dibagikan spesial pada para Sista. Yuk, simak! Saat ini nama Barli Asmara sudah dikenal sebagai desainer papan atas, tapi gimana sih cerita awal Barli mengawali perjalanan karir ini?
15 TAHUN MENDESAIN PENUH TEKUN Mengingat lagi tentang awal memulai karir, maka bisa dibilang aku sudah melewati masa yang cukup panjang. Aku memulai terjun di industri fashion sejak 2005, di mana pada masa itu aku masih bekerja dengan sistem memenuhi request orang. Itu sebabnya, pada masa itu aku belum bisa menyebut diriku sendiri sebagai seorang fashion designer, namun lebih sebagai ‘si pembuat baju’. Dari situ aku terus berusaha dengan ide dan modal yang menurutku cukup kecil, untuk terus menciptakan karya-karya baru. Lalu, kapan momen turning point di perjalanan karir Barli yang akhirnya bisa mengantarkan pada gerbang kesuksesan hingga sekarang? Sekitar tiga tahun berjalan, tepatnya di tahun 2008 sampai 2010, di situlah momen yang bisa dibilang menjadi turning point dalam karirku. Di tahun 2008, aku berhasil masuk dalam jajaran sebelas pilihan terbaik desainer, berada di antara namanama besar para senior. Di situ, aku berkesempatan untuk ikut menampilkan karya dalam Dewi Fashion Knights (DFK) pertama dan kedua, yang merupakan event penutup dari gelaran Jakarta Fashion Week.
Hal yang membuat aku semakin bangga, adalah karena desainer yang diajak bergabung dalam DFK adalah mereka yang memang sudah dicermati atau ‘dilirik’ oleh media, masyarakat, dan pencinta fashion. Dengan diajak bergabungnya aku dalam penyelenggaraan pertama DFK, itu artinya karyaku sudah di-notice oleh rekan-rekan media dan masyarakat. Dari situlah karirku semakin berkembang hingga sekarang. Tapi, saat pertama memutuskan terjun sebagai fashion designer, apakah Barli langsung mendapat dukungan? Mengingat stereotype di masyarakat masih sering melekatkan profesi di industri ini dengan femininitas? Saat pertama kali terjun di industri ini, sejujurnya sudah ada banyak sosok desainer pria yang aku look up dan kagumi. Sebut saja Sebastian Gunawan, Denny Wirawan, Deden Siswanto, dan masih banyak lagi. Walaupun harus diakui stereotype bahwa desainer merupakan profesi yang identik dengan kaum
wanita memang menjadi tantangan tersendiri, tapi nama-nama yang aku kagumi tadi membuat aku yakin dan semakin mantap untuk terjun di industri ini. Aku mencoba menanamkan pada pikiran bahwa hal utama dalam profesi ini bukanlah tentang gender, namun lebih pada pembuktian dan karya. Aku terus fight hingga akhirnya nggak lagi hanya menjadi desainer, namun juga seorang businessman yang bisa mendirikan fashion brand sendiri. Karya-karya Barli kan sudah banyak digunakan oleh pesohor, mulai artis hingga Presiden. Pencapaian mana sih yang Barli anggap paling berkesan dan membanggakan sejauh ini?
Bagiku, every year is an award. Setiap momen yang sudah dilalui adalah sebuah prestasi. Kalau berbicara tentang sosok, tentu sebuah kebanggaan karya-karyaku pernah dipakai oleh banyak tokoh besar, termasuk oleh Presiden Jokowi saat beliau dilantik dari gubernur menjadi presiden. Tapi, buat aku pribadi, letak kebanggaan itu sebenarnya bukan hanya pada momen keberhasilan bertemu sosoksosok hebat tersebut. Lebih dari itu, fakta bahwa karyaku pernah menjadi bagian dari momen-momen penting mereka lah yang sebenarnya membuatku paling merasa bangga dan diapresiasi. Setiap orang tentu punya prinsip dalam menjalani profesinya. Kalau Barli sendiri, apa sih prinsip yang selalu dipegang dalam menciptakan desain-desain pakaian?
Setiap karya fashion menurutku harus memiliki statement, karena hal itulah yang membuat karya kita berbeda dari orang lain. Karena itu, hal yang paling aku cari dan usahakan saat mendesain pakaian adalah bagaimana agar ketika baju itu digunakan, nantinya akan ada orang yang bertanya ‘di mana kamu beli baju itu?’ atau ‘baju itu rancangan siapa?’. Rasa penasaran dan pertanyaan semacam itulah yang membuktikan bahwa baju kita masih menarik perhatian dan dicari. Menurutku, hal paling bahaya adalah saat nggak ada lagi orang yang penasaran mengenai karya desain kita. Karena itu artinya, desain yang kita buat berarti sudah nggak cukup menarik lagi bagi orang yang melihatnya. Jadi, statement dalam sebuah rancangan itu merupakan salah satu aspek terpenting yang harus sangat diperhatikan para desainer? Ya, tentu saja. Di luar konsep dari segi desain, aku juga punya prinsip bahwa karya busana itu sebenarnya juga punya ‘attitude’ yang secara nggak langsung ikut menggambarkan orang di baliknya. Karya yang kita hasilkan sebagai desainer, menggambarkan pribadi kita juga. Kalau seorang desainer nggak punya ketegasan untuk menentukan karakter dalam karyanya, bagaimana bisa orang lain akan bisa mengenali karya kita?
Last but not least, di luar sana pasti ada banyak anak muda yang bermimpi terjun ke fashion industry. Boleh berbagai saran, motivasi, atau pesan bagaimana agar mereka bisa mencapai kesuksesan seperti Barli? Oke, aku akan berbagi kata-kata mutiara haha. Pertama, ketika kamu melihat ada brand atau sesama desainer baru di luar sana, jangan memandang mereka sebagai ancaman. Dengan merasa memiliki kompetitor, kamu justru hanya akan berfokus bagaimana untuk melebihi mereka. Hasilnya, hal itu justru akan menghambatmu untuk menelurkan ide dan inovasi. Selain itu, coba sesekali posisikan dirimu untuk melihat sejauh apa story yang sudah kamu lewati. Karena salah satu isu yang sering terjadi pada new generation, adalah setelah beberapa saat berkarya mereka sudah membuat brand. Hal ini memang nggak papa dilakukan dan malah bagus. Tapi, jangan lupa perhatikan juga apakah sejauh ini namamu juga sudah dikenal oleh banyak orang. Jika belum, itu artinya kamu juga masih membutuhkan banyak pengalaman dan memperluas jaringan. Jangan hanya terpaku pada kesuksesan berhasil mengeluarkan brand.
INGIN MULAI BERBISNIS KULINER? BACA DULU CERITA INSPIRATIF DARI OWNER KEBAB BABA RAFI INI! Kebab Baba Rafi sudah lama dikenal sebagai salah satu franchise kuliner paling populer di negeri ini. Dengan 1.300 outlets yang tersebar di 33 provinsi dan 9 negara, sangat mudah membayangkan bahwa sosok di balik pelopor bisnis makanan kebab di Indonesia ini sudah ‘kenyang’ mengecap kesuksesan. Pertanyaannya, apakah kegemilangan bisnis yang saat ini kita saksikan bisa sertamerta datang tanpa melewati perjalanan panjang? Untuk memahami apa itu kegigihan, mengetahui seberapa aman ekosistem bisnis di Indonesia bagi para perempuan, hingga menilik arti dari jatuh lalu berjuang, Sorabel berkesempatan untuk melakukan interview langsung dengan sang owner, Nilamsari Sahadewa. Lewat dua jam obrolan hangat, segudang inspirasi dan pelajaran baru juga siap ditularkan. Bahwa ternyata bisnis memang tak pernah semudah membalikkan telapak tangan, namun hasil manis juga tak akan jenuh menunggu bagi mereka yang memilih tak berhenti untuk berjuang.
Siapa Bilang Berbisnis dari Nol Mustahil Dilakukan? Mengemban studi di jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Airlangga, Nilam bukanlah wanita yang lahir dengan ‘sendok emas’ tersaji di depan wajahnya. Jangankan mewarisi bisnis keluarga, bagi Nilam yang tidak tumbuh dalam keluarga entrepreneur, pun tak mengenyam pendidikan dalam ranah bisnis, pengetahuan mengenai apa-apa saja yang harus dilakukan dalam bisnis bahkan tak pernah ia miliki.
Beruntung, ‘kenekatan’ sebagai anak muda berusia 19 tahun yang harus mencari sumber penghasilan karena keputusan menikah muda, membuat Nilam nggak ragu mencoba peruntungannya di dunia bisnis. “Dulu di usia 19 tahun, apa pun aku coba lakukan buat mendapatkan penghasilan. Mulai dari menjadi guru les sampai berbisnis properti, semua dicoba. Tapi semua akhirnya berhenti dan nggak menghasilkan,”ujar Nilam membuka percakapan.
Perjalanan Nilam dalam berbisnis kuliner lantas dimulai dengan membuka gerai burger di kota kelahirannya, Surabaya, pada tahun 2003. Tapi, jangan disangka bisnis kuliner pertama Nilam berjalan mulus tanpa sandungan. Beberapa tahun berjalan, saingan distributor burger yang lebih besar hadir di Surabaya, membuat bisnis Nilam perlahan-lahan mulai tergusur. “Apalagi waktu itu kan kita masih benar-benar clueless ya soal wirausaha. Nggak tahu gimana cara hire orang, nggak tahu izin lokasi gimana bahkan sampai berkali-kali masalah sama satpol PP. Jadi banyak ruginya. Waktu ada saingan yang jauh lebih profesional masuk, kalang kabutlah kita.” Di masa-masa ‘terpuruk’ setelah kegagalan bisnis pertama itu, Nilam mengambil waktu untuk mengunjungi orang tuanya yang bekerja di Qatar. Tak disangka, kunjungan itu membuat Nilam mendapatkan ide baru untuk merintis bisnis kebab yang saat itu lazim ditemui sebagai jajanan seharihari di Qatar.
Jangan Berhenti Saat Jatuh, Karena Jalan Keluar Selalu Menunggu
“Di masa-masa collapse itu, tiba-tiba saja aku mendapat beasiswa studi S2 dan diprofilkan di salah satu halaman media cetak terbesar di Indonesia. Berkat studi S2 manajemen bisnis yang kujalani, Pepatah ‘semakin tinggi pohon, semakin kencang pula angin yang akhirnya semua mindset-ku meniupnya’ jelas bukan sekadar kataberubah. Aku jadi lebih bisa kata indah semata. Hal itu dirasakan mengubah pola pikir, tahu sendiri oleh Nilam. Dengan bisnis yang bagaimana harus menyelesaikan semakin berkembang, kesalahan masalah, sampai dapat temanperhitungan membuat Nilam yang teman kuliah hebat yang menjadi masih berusia sangat muda sudah motivator tersendiri buat aku. harus berurusan dengan kerugian dan hutang mencapai angka Rp14 miliar. Hal-hal kayak gitu, terjadi di momen kayak gitu, seolah sudah ditata dan Mendengarnya saja, sebagian orang diatur dengan rapi oleh yang Maha mungkin akan memilih menyerah. Mengatur, bukan?” kisah Nilam. Meski sempat memiliki pemikiran yang Berkat insight dan dukungan baru sama, pada akhirnya Nilam memilih yang dia dapat di bangku kuliah, untuk coba memperbaikinya alih-alih hutang miliaran rupiah yang sempat ‘lari’ dan berhenti. nyaris menjatuhkan bisnisnya “Di momen itu, tiap hari rasanya isinya perlahan-lahan bisa diatasi dalam waktu sembilan bulan lamanya. nangis dan nggak bisa tidur. Sempat kepikiran untuk menjual Baba Rafi juga. Tapi terus aku mikir, keputusan Kejatuhan Kedua Itu apa pun yang sudah diambil itu kan Membuatnya 'Berdarah', adalah pilihan kita sendiri, jadi ya Tapi Tidak Patah jangan disesali tapi justru harus diperbaiki. Dari situ, meski sambil Namun, ujian dan kesulitan rupanya ‘berdarah-darah’ rasanya, aku memang gemar menempa manusia. mencoba untuk menjalani aja dan Lepas dari satu masalah, ‘kejatuhan’ memperbaiki kesalahan yang sudah lain yang kali ini benar-benar terlanjur terjadi,” kenang Nilam. memengaruhi kehidupan Nilam tak hanya secara bisnis, namun juga Pilihan untuk bertahan dan nggak personal, kembali terjadi tiga tahun berhenti ternyata menjadi salah satu silam. Perceraian dengan suami, keputusan terbaik yang membawa Nilam pada sebuah pelajaran baru. wafatnya sang ibu, hingga bisnis Bahwa seberapa mustahil pun sesuatu Baba Rafi yang mau tak mau terjadi jika dipikir dengan logika, pada terpengaruh dengan perceraian nyatanya memang selalu ada menjadi salah satu titik terendah ‘kekuatan’ lain di luar sana yang bisa dalam perjalanan Nilamsari. dengan mudah mewujudkannya menjadi nyata. “Saat itu jujur aku sempat marah banget sama Tuhan. Kayak pengen "Mungkin ini akan terdengar klise, tapi nanya, emang nggak bisa satu demi sadar nggak kalau terkadang kita satu cobaannya? Kenapa harus mengaku yakin pada Tuhan, padahal bertubi-tubi?”. Tapi lagi-lagi, Nilam ketakutan-ketakutan yang kita rasakan dibawa pada ‘kejutan’ lain yang itu justru menunjukkan kalau kita sama sekali tak pernah ia duga. sebenarnya nggak percaya.” tutur Nilam.
Di masa-masa paling berat tersebut, sosok laki-laki yang kini menjadi suaminya hadir dan dengan tanpa pamrih merelakan waktu, tenaga, hingga kesibukan bisnisnya untuk menjadi support system Nilam hingga akhirnya perlahan ia bisa kembali bangkit menata bisnis maupun dirinya sendiri. “Lagi-lagi, you will meet the right person at the right time. Kalau kita nggak berhenti untuk percaya, nyatanya memang akan selalu ada kok jalan keluar yang sudah menunggu, entah di sudut manapun itu,” jelas Nilam.
Selagi Bisa dan Niat Itu Ada, Lakukan Saja Mendekati penghujung waktu obrolan, tak lupa Sorabel meminta tips dan saran mengenai bagaimana kita bisa memulai bisnis dengan pengetahuan yang masih minim. Menanggapi pertanyaan ini, Nilam mengambil contoh pekerja rantau sebagai contoh sederhana. “Kalau kamu ingin cari kerja di luar kota, kalau dipikir terus akhirnya nggak akan jadi berangkat karena terlalu banyak kekhawatiran, mending berada di rumah aja nyaman. Begitupun dengan bisnis, seringnya orang memang sudah punya teorinya, tapi nggak berani praktik langsung. Kalau kamu merantau di Jakarta misalnya, ya apply dulu aja. Di sana nanti kan kamu bisa cari teman, ngekos yang apa adanya dulu, sampai nanti tiba waktunya keuanganmu sudah stabil dan bisa pindah ke kos lebih enak. Di bisnis juga gitu, waktu ada niat langsung eksekusi dulu aja sebisanya. Mulai dengan apa adanya, lalu ambil pelajarannya. Semua pasti akan ada trial and error-nya, sampai akhirnya tiba bisnis itu akan stabil dengan sendirinya.” tutup Nilam.
GAYA STYLISH 4 INFLUENCERS TANAH AIR DENGAN KOLEKSI SORABEL DI JFW 2020! Salah satu agenda fashion tahunan yang dinanti-nanti, Jakarta Fashion Week, kembali digelar 22-28 Oktober 2019. Nggak hanya diramaikan oleh ratusan karya busana desainer dalam negeri, penampilan para pengunjung yang hadir di JFW juga selalu sukses menarik perhatian tersendiri. Di momen Jakarta Fashion Week 2020, Sorabel berhasil menangkap beberapa gaya mix and match para influencers tanah air yang hadir menggunakan pakaian koleksi Sorabel. Kalau Sista masih sering bingung gimana melakukan padu padan yang stylish dengan baju-baju Sorabel, penampilan para influencers ini bisa banget dicontek dan dijadikan inspirasi. Yuk, langsung kita intip gaya 4 influencers yang ikut menghadiri preview fashion show Sorabel x Asmara di Jakarta Fashion Week 2020 tanggal 23 Oktober kemarin!
1.Adiva Selsa (IG: @adiva.selsa) Buat Sista yang berhijab, tips mix and match simpel namun elegan seperti penampilan Adiva Selsa di JFW 2020 ini bisa ditiru. Praktis dan nggak ribet, gaya Adiva Selsa cocok dipakai untuk menghadiri eventevent formal maupun semi-formal yang menuntut penampilan rapi dan proper. Sekilas memandang, kesan elegan langsung teramati dari OOTD Adiva berkat pemilihan dominasi warna all white dan sentuhan beberapa warna hitam sebagai pelengkap. Layaknya tren di kalangan hijabers, Adiva tampil dengan konsep layered outfit yang memadukan casual shirt berwarna hitam sebagai inner, sleeveless jumpsuit berwarna putih sebagai middle layer, dan Stilo Cheridy Stripe Tunic Blouse sebagai outer. Untuk aksesori, Adiva masih memilih konsep simpel dengan pemilihan high heels berwarna hitam, sling bag berwarna hitam, pashmina berwarna putih, serta long necklace. Super chic and elegant!
2. Atjil Aynna (IG: @atjilaynna) Datang ke JFW 2020 dengan memakai Stilo Raechelle Polkadot Ruffle Outer dari Sorabel, Atjil Aynna memilih tampil bold dan outstanding dengan detail warna merah dan layered outfit. Untuk melengkapi long outer berbahan sheer ini, dipilih simple sleeveless shirt dan celana panjang kasual sebagai inner. Penampilan Atjil tampak makin eye catching, karena ia juga menambahkan cropped strapless shirt berwarna silver, lengkap dengan aksen glittery-nya, sebagai layer terluar outfit. Pemilihan aksesori yang variatif mulai dari long earrings, metal choker dengan bandul mutiara berwarna merah, sampai boots yang juga berwarna merah, sukses membuat penampilan Atjil tampak super menarik. Meski memakai banyak aksesori sekaligus, padu padan model aksesori yang serasi membuat gaya Atjil Aynna tetap eye pleasuring dan nggak terkesan too much!
3. Rin Handika (IG: @rinhandika) Simple blouse dengan motif polkadot memang sepintas identik dengan kesan feminin atau girly. Tapi, dengan trik padu-padan yang ia pilih, Rin Handika sukses membuat blouse polkadot yang cute ini jadi terkesan lebih kasual. Ya, dengan paduan sleeveless denim vest sebagai outer, Rin Handika hadir di JFW 2020 dengan gaya kasual yang justru lekat dengan konsep street style. Tambahan aksesori berupa leather belt dengan hiasan pouch, casual sneakers berwarna putih, hingga long necklace berhiaskan chain, semakin menonjolkan kesan kasual yang cenderung maskulin. Uniknya, Rin Handika kemudian mengombinasikan casual look tersebut dengan sentuhan gaya girly melalui pemilihan maxi skirt, long earrings, dan hair clip yang sukses memunculkan kesan manis dan cute.
4. Ana Teana (IG: @anateana) Berencana menghadiri pesta tapi nggak mau dibuat ribet dengan menggunakan dress? Kalau iya, curi saja inspirasi mix and match ala Ana Teana di JFW 2020 ini. Nggak harus menggunakan dress, Ana tetap bisa memunculkan kesan elegan sekaligus luxurious dengan memakai Stilo Kamberlyn Plaid VNeck Jumpsuit. Meski sekilas jumpsuit ini terlihat basic dan kasual, ide Ana untuk menambahkan lilitan kain berwarna cokelat dan paduan white blazer yang dibiarkan menyampir di pundak, sukses membuat penampilannya terlihat elegan dan ‘mewah’. Apalagi dengan tambahan long pearl necklace, high heels, dan simple handbag berwarna hitam, kesan penampilan klasik namun grande pun semakin terpancar dan berhasil menarik perhatian banyak mata.
OPINION & CREATIVE WRITING WHERE & WHEN I WROTE FOR FUN
Do something because we 'have to' & because we just 'want to' will always feel different, true? Outside my daily-routine writing for the job, sometimes I stole few hours of my 24/7 to write just for fun. To share what is inside my mind, to scatter the detained words, or simply to comment on anything I feel like commenting. In a nutshell, this is where I wrote to keep my mind sane & happy.
And here are several things I wrote for fun and was published on my personal blog (or just stay still on the phone note :p)
Nourma Vidya Primantika | nourmavid@gmail.com
Fun Things Inside
- Opinion - Feature Writing - Poem, verse, & just words I scattered
Nourma Vidya Primantika | nourmavid@gmail.com
Jakarta & 4 Super Powernya untuk Mengubah yang Menolak Berubah OPINION Dua belas bulan, atau dalam kalender manusia pencinta simplicity disebut sebagai satu tahun, bisa dikatakan sebagai jangka waktu yang nanggung. Terlalu lama untuk dibilang sebentar, tapi juga masih seumur jagung untuk disebut sudah sangat mafhum. Saya, memilih menganggapnya sebagai waktu yang lama, atau mungkin sangat lama. Jarum jam yang ada di meja sih berjalan dalam tempo konstan, tidak punya kuasa untuk membuat satu tahun menjadi terasa begitu lama. Tapi kota tempat saya makan, minum, dan numpang ngekos selama satu tahun terakhirlah yang punya kuasa itu. Sama seperti satu hari di bumi yang ekuivalen dengan 116 hari di planet Venus, begitu juga sepertinya konsep waktu berjalan antara Jakarta dan katakanlah Surabaya — kota lain tempat saya rampung menumpang hidup empat tahun lamanya. Jangka waktu 365 hari di Jakarta, mungkin setara dengan ribuan hari di kota-kota lainnya.
Karena jika empat tahun era kehidupan Surabaya belum cukup menyulapkan perubahan kasat mata, satu tahun saja di tanah bertitel ibu kota justru sudah memunculkan terlalu banyak perubahan yang sulit dikilah. Jakarta, sukses menunjukkan super power-nya sebagai kota penuh digdaya: mengubah manusia yang sekuat tenaga tak ingin berubah, agar berwajah serupa apa yang ia paksa.
1.You Sungkan You Lose Kalau boleh berandai-andai mengisi lembar biodata, satu hobi yang seharusnya kompak ditulis seluruh warga asli Jawa Timur adalah sungkan dan basa-basi. Tidak peduli apa sun,moon, atau rising zodiaknya, sungkan seolah sudah menjadi personal trait yang melekat di diri manusia tanah Jawa bagian Surabaya dan sekitarnya. Ditawari makanan jawabnya “sudah tidak usah repotrepot”, padahal perut sudah tipis nyaris kempot. Mana keren kalau belum sungkan! Tapi setahun saja di Jakarta, kena abrasi sudah budaya lokal sungkan yang ada di diri manusia.
Tahu apa kalimat yang kompak dikatakan beberapa orang sekaligus selama belum genap satu tahun saya ada di ibu kota? “Jangan terlalu nggak enakan, kamunya sendiri yang susah”. Awalnya sih mau sok baik hati mengilah, tapi kok lucunya belum apa-apa sudah termakan ludah. Coba saja bertahan jawab “oh iya nggak papa” waktu bos atau kolega cukup perhatian bertanya apakah pekerjaan masih bisa di-handle tanpa bikin sakit kepala. Karena nggak papa-mu , jangan marah atau kena tipes kalau dengan baik hati pula pekerjaanmu jadi ditambah. Kan masih nggak papa?
2. Bagiku Urusanku, Bagimu Urusanmu Nggak, kalau yang satu ini saya nggak mau menggeneralisir dan pukul rata. Tidak, atau mungkin belum, semua bagian tanah Jakarta memegang teguh aturan mind your own business, kok. Buktinya, kalau mau mengintip sedikit demografi netizen yang masih hobi komen di postingan Lambe Turah, sebagian di antaranya juga adalah warga ber-KTP ibu kota. Tapi setidaknya memang benar adanya bahwa ada lebih banyak wadah, tempat, komunitas, atau ekosistem
di sini yang sudah cukup khatam ngaji surah AlKafirun bagian ‘laku m dii nukum waa liya diin’. Kalau kamu kebetulan berada di ekosistem dan wadah yang tepat, mengomentari apapun yang dilakukan orang lain — entah itu style berpakaian, bentuk tubuh, cara dandan, perilaku- justru akan dianggap sebagai hal yang nggak keren. No cool, men. Bukan dapat bolo atau sekutu, kamu malah akan dicibir balik kalau hobi nyinyir dan mencibir. Selama kamu nggak menggaji, memberi makan, atau membiayai dia naik haji, nyinyir dan sindiranmu cuma bakal ditelan sama ketawaan kasihan. Entah apakah perantau Jakarta yang lain setuju, tapi budaya masa bodoh ini sudah sangat sering saya saksikan dan rasakan sendiri — dan dengan sepenuh hati pula sungguhsungguh saya apresiasi.
3. Di KRL, ‘Kanibalisme’ Nyata Sangat beruntung lahir, besar, dan bersosialisasi di tengah begitu banyak wanita baik, terminologi ‘sesama wanita harus saling menghargai’ adalah hal yang untungnya belum punah dan masih banyak saya lihat dipraktikkan di sekeliling diri sendiri. Maka ketika di Jakarta saya tidak hanya dipertemukan dengan narasi ‘teman makan teman’, tapi juga ‘wanita makan wanita’, kaget dan sedikit ngeri adalah rasa yang begitu saja muncul tanpa bisa dikendali.
Di rangkaian gerbong perjuangan bernama commuter line (KRL), ‘kanibalisme’ antar wanita itu benar adanya dan sangat mungkin terjadi. Jika saya masih melulu hidup di tanah Jawa, mendengar cerita wanita muda tidak mau mengalah pada calon Bunda yang hamil tua mungkin terdengar sangat aneh dan memuakkan. Tapi di ibu kota, saya secara alamiah tertempa untuk berpersepsi dalam POV berbeda. Kalau common joke ‘orang jahat adalah orang baik yang tersakiti’ ala film Joker itu nyata, maka hal yang sama pasti terjadi pada diri si wanita muda. Meski sikap kurang empati adalah hal yang tidak bisa dibenarkan, ikatan toleransi antar wanita yang ada di dirinya mungkin sedang tersakiti: entah oleh umpatan kasar rekan bos dan kolega, kurangnya apresiasi di tengah dedikasi, atau polusi yang entah kenapa semakin lama terasa makin memuakkan hingga membuat emosinya begitu tak terkendali. Jakarta Bung, bisa juga menjadi berandalan yang dengan kurang ajar menghajar Joker the clown yang tak tahu apa-apa dan sepenuh hati bekerja. Atau kumpulan 3 lelaki muda yang mengejek penuh hina the lovely ‘Happy’ di kereta.
4. Bondan Prakoso is Our Role Model “ Ketika mimpimu yang begitu indah Tak pernah terwujud, ya sudahlah Saat kau berlari mengejar anganmu Dan tak pernah sampai, ya sudahlah” (Dicopas dari teks lirik Google)
Di biodata Wikipedia, Bondan Prakoso dituliskan lahir pada tanggal 8 Mei 1994 di Jakarta. Oh, mungkin karena sejak lahir jadi warga lokal inilah, Bondan rupanya juga paham betul dengan sikap dasar yang mau tidak mau harus dipegang teguh seluruh penghuni Jakarta — termasuk para perantaunya, tentu saja. Beberapa waktu yang lalu, ada thread Twitter dengan ratusan ribu likes muncul di beranda berisi jokes bahwa di Jakarta manusia dengan sendirinya akan tertempa untuk menjadi mudah legawa dan mengamini regional anthem ‘Ya Sudahlah’. Setahun saja tinggal di sini, saya nggak bisa melakukan apa-apa selain ketawa mengakui betapa benarnya isi thread dan lagu Bondan itu tadi. Ada Gedung DPR hingga Istana Negara, ada studio RCTI hingga Net TV, ada Monas hingga Perpusnas, Jakarta memang adalah kota yang menjual banyak mimpi. Di mana ada mimpi, di situ pula ada ekspektasi. Tapi, tahu kan apa hal yang paling dekat dengan ekspektasi? Penghakiman pada diri sendiri yang kalau tidak diimbangi dengan kekuatan hati akan mudah sekali menjurus pada the so called depresi. Maka untuk membentengi diri dari betapa jahatnya substansi bernama ekspektasi, diam-diam menyanyikan dendang ‘Ya Sudahlah’ di dalam hati bisa menjadi obat dan pelipur diri. Teruslah bermimpi, tapi jaga diri agar tidak mudah remuk hati.
Photo: Ghumi.id
FEATURE WRITING
SALON 'GO GREEN' KINI ADA DI SURABAYA was written to complete college assignment.
Matahari tepat berada di atas kepala Minggu (13/11) ketika orang-orang mulai berjalan tergesa, menyegerakan langkah agar terhindar dari ganasnya matahari siang Kota Surabaya. Di salah satu sudut kota metropolitan itulah, sesosok pria tua ternyata turut mencoba memainkan peruntungan nasibnya. Duduk manis tepat di seberang keramaian pasar Darmo, beberapa meter di sebelah selatan Stasiun Wonokromo, sosok itu tampak terkantukkantuk menikmati semilir angin yang sesekali bertiup menyelingi 32o celcius panas Kota Surabaya. Sarbini (65), begitu sosok tua itu biasa disapa, tampak tak terusik dengan terik sang surya juga bisingnya lalu lintas kendaraan yang meninggalkan asap pekat karbonmonoksida. Sebuah meja kecil, lengkap dengan sebuah cermin persegi yang disandarkan di atasnya, menjadi pemandangan unik yang menghiasi trotoar NOMADIC | 24 sempit tempat sosoknya berada. Ya, itulah ‘senjata perang’ Sarbini dalam mengarungi kehidupan.
Jangan bayangkan salon bersofa empuk dan berpendingin ruangan, salon Sarbini justru sepenuhnya ‘ramah lingkungan’. Berdiri di salah satu sisi trotoar, sehari-hari Sarbini unjuk kebolehan pangkas rambut sembari mencari pundi-pundi rezeki. Tak ada tembok, tak ada atap. Yang ada hanya Sarbini dan satu set alat cukur yang ia miliki. “Sewa tanah sekarang mahal banget di Surabaya. Saya nggak bisa bangun salon yang betul, jadi ya seadanya saja,” ujar Sarbini dengan logat Maduranya yang kental.
Trotoar tempat Sarbini setia melayani pelanggan, adalah trotoar kecil yang seharusnya digunakan oleh para pejalan. Ketika satuan polisi pamong praja tiba-tiba datang, Sarbini dan beberapa ‘pengusaha’ jalanan lainnya pun tak pelak harus lari tunggang langgang. Itulah mengapa Sarbini hanya menyediakan meja kecil lengkap dengan cermin kecilnya sebagai satu-satunya fasilitas yang ia sediakan untuk memanjakan para pelanggan. Perkakas cukur ia biarkan tetap tersimpan rapi dalam sebuah koper kecil. Sehingga ketika sewaktu-waktu Satpol PP datang, ia tak akan kesulitan merapikan barang-barang.
“Kadang ada Satpol PP datang, dan mau nggak mau ya kita harus cepat berkemas. Makanya peralatan cukur saya biarkan, nggak saya keluarkan,” ujarnya berbagi kisah sebagai seorang ‘pengusaha’ jalanan.
Mendengar kumandang adzan dhuhur di kejauhan, Sarbini bangkit dan mulai berkemas. Sarbini memang selalu menutup ‘salon’ miliknya tepat ketika adzan dhudur mulai berkumandang. Jam operasional ‘salon’ go green milik Sarbini memang tak lebih dari setengah hari. Baginya, harus selalu ada waktu yang ia curahkan untuk keuarga disamping bekerja memenuhi nafkah. Sambil merapikan perkakas cukur kesayangannya, Sarbini menuturkan mimpinya yang sederhana.
“Kepingin punya rumah sendiri, biar bisa membahagiakan istri”, ujarnya sembari tersenyum ramah. Begitulah sosok seorang Sarbini, contoh nyata bahwa bahagia ternyata bukan selalu tentang mewah dan megah. Bahkan dalam kondisi sederhana, seorang Sarbini toh masih bisa menemukan apa itu suka cita. Baginya, bahagia tak harus kaya raya. Maka dengan terkemasnya seluruh perkakas cukur yang telah lama menjadi teman setia, Sarbini lantas pamit mengambil langkah. Meninggalkan ‘salon’ go green kebanggannya, sebelum kembali ‘menyukseskan’ program pemerintah di keesokan harinya.
A Poem
KALAH SAMA KUDA, MALU KAH? This poem was impromptuly written over my visit to Bromo Mountain circa 2019. I witnessed the eye-catchingly unique scenery, I wrote.
Kalau nggak salah ingat kuda itu hewan,
Katanya sih sama-sama insan, sama-
Kan,
bukan?
sama usaha tiap hari untuk cari
penasaran
Ya memang bisa patuh sama Tuan
makan
Mau bertanya ke Tuan, dia masih
Tapi kalau lagi PMS, siapa yang tau dia
Tapi cuma gara-gara beda warna kulit
merem keenakan
dan
Mau tanya ke si hewan, adab
bisa jadi disiden menyebalkan? Balik lagi ke kodrat alam; memegang teguh perikehewanan Tapi ketawa dulu, kok lucu sekali si Tuan Tidur pinggir jalan kayak yang sudah rela jadi korban Naif atau lugu, percaya betul Tuan sama si hewan? Padahal sekali tendang, mental juga dia
dipisah
jarak
puluh-puluh
Jadi ogah panggil kawan
buat berbincang
Hina-hina jadi kebiasaan, membeda-
Ya sudah, penonton lari saja main
beda dijadikan hobi selingan kala
senggang
Sambil tanya: su tra punya malu kah kitorang sama hewan yang
Padahal
denger-denger,
Indonesia
Ditunggu sepuluh dua puluh menit,
dianggap penari latar dan figuran
penonton jadi geli penasaran
Dihalang dan dicecar kalau ingin ikut
Kalau si Tuan terjengkang, lucu atau
dapat sorotan
akan jadi kasihan
Julukan bintang dan biduan maunya
Ditunggu sepuluh dua puluh menit, si
didekap sendiri kemarukan
Ah, hewan pun ternyata bisa berkawan, ujar penonton sedikit heran Kok sepertinya, si hewan tulus-tulus sayang sama Tuan Penonton
nggak
bisa
tahan
untuk
manggut-manggut keheranan Sambil kayak kepengen ngumpet malu sama kenyataan
tulus-tulus bisa berkasih sayang?
Raya masih sama-sama jadi lagu Tapi
Tuan
makin
makan nggak mengizinkan dia
kebangsaan
Sesekali, sambil mengelus kepala si
jadi
kepulauan
ke tengah jalan
hewan tetap khidmat makan-makan
penonton
kawan
dari
seberang
cuma
Nourmavidya | 2019.
Rupa-Rupa Wajah Dunia [Penulisan Kreatif Tanpa Huruf 'i'] Aku anak Ayah Bunda yang ada dan besar bersama putaran jagat raya. Masa dulu bersahabatku dengan kekehan dan dendang ‘Potong Bebek Angsa’ yang terlontar bersama kawan-kawan sebaya. Sepelemparan batu, sedekatnya pula aku merasa
Pramoedya Bicara Cinta "Tak ada cinta muncul mendadak, karena dia anak kebudayaan, bukan batu dari langit." Bumi Manusia - Pramoedya Ananta Toer
berada pada masa semesta memelukku dengan rasa yang melulu stagnan dalam batas ramah dan suka. Jahat bukannya hal maha jauh yang tak pernah lewat
Mikail, sang malaikat pembagi, mungkin
menyapa otakku. Hanya saja konsep jahat rasanya
mengundi siapa yang pantas menangi rezeki.
terlalu tabu, mana tega Tuhan menanam perasaan
Hingga yang kemarin melarat dalam miskin
macam setan dalam tubuh makhluk yang mereka kata
menjerat, hari ini menggeliat pongahkan emas
sempurna rupa dan tutur laku?
dua puluh empat karat. Pagi merintih perut menjerit perih, malam bersendawa risih dengan
Yang aku tahu hanya tahun dan bulan yang lantas
perut buncit menyembul di balik dasi.
memelukku, erat mendekap sukma yang segar oleh polos semu untuk bertemu pada rupa semesta yang satu, yang sayangnya tak jua selalu lugu. Bertegur aku pada sederet kata dan tahu baru, yang terasa mengganjal namun toh masuk juga dalam akal.
Tapi cinta, sayang, tak pernah menjadi romantis hanya untuk sekadar berbagi kejutan basa-basi. Karena seperti Tari Saman yang kesempurnaannya menuntut banyak latihan.
Sesaat lalu bertemuku dengan kawan-kawan yang
Seperti dendang biduan yang semakin lama
tak pernah kukenal dulu, coba akrabkan adanya
justru semakin menggetarkan, cinta juga butuh
padaku yang terlampau gamang menentukan tumpu
waktu untuk menemukan tempatnya yang
pada kesadaran baru. Ramah menjabatkan tangan
nyaman.
pada telapak dengan sepuluh kuku, satu lalu satu mereka lantang absen nama padaku. Amarah, dendam, lalu angkara, nama-nama yang lantas berloncatan dalam kepala, seolah unjuk boleh bahwa dalam pangku semesta mereka pun turut ada.
Dan seperti adat luhur yang eksistensinya selalu disembah agungkan, begitu jugalah cinta sepatutnya layak untuk diperlakukan. Biar saja cinta menjadi pongah dan jumawa. Karena
Jangan samakan aku dengan kacang yang lupa
dengan sensasi jengah yang ditimbulkannya,
bungkusnya, hanya saja masa baru bernama dewasa
cinta akan dengan sendirinya menunjukkan
tak mandeg mengajakku berkenalan pada kawan
keperkasaannya yang digdaya.
yang berupa-rupa. Sanjung, puja, juga suka, pernah sedekat bola mata namun menjelma sejauh sanak saudara yang satu saat pun tak pernah bertatap wajah. NOURMAVIDYA | 2017
COPYWRITING FOR SOCMED & DIGITAL ADS IT'S ALL ABOUT SOCMED & ADS COPY
Previous job as digital content editor & content writer not only challenge me to write a long-form writing, but also a short and easily understandable copy. Either for promoting my blog articles on Facebook & Instagram ads, write a caption for social media post, or simply write text banner for social media post and ads :
Here are several works I've done on creating copy for social media post & digital ads.
Nourma Vidya Primantika | nourmavid@gmail.com
Copy Inside
- Copy for IG Post - Copy for Homepage Banner - Copy for FB & Instagram Ads
Nourma Vidya Primantika | nourmavid@gmail.com
More of My Works :
www.zetizen.jawapos.co m/profile/public/141374
www.sorabel.com/artikel www.sorabel.com/editorials
nourmavid@gmail.com 082-132-316-276
medium.com/@nourmavid
PAGE 2 • GALLIVANT
Let's Exchange a Hello, Shall We? nourmavid@gmail.com
082-132-316-276
linkedin.com/in/nourma-vidya-115292167
instagram.com/nourmavid
Thank you!
nourmavid@gmail.com 082-132-316-276