PROPOSAL
“Berbagi untuk Berisi� Bakti Sosial untuk Desa Dawungsari, Kecamatan Cilawu, Garut
Aku tahu, bahwa Tuhan akan memberi keadilan kepada orang yang tertindas, dan membela perkara orang miskin. Mazmur 140:13
+
Pengantar Selamat Tahun Baru! :D Kiranya di tahun ini, Tuhan selalu memberi kita kelimpahan, damai sejahtera, dan kasih karunia. 0 Pada awal tahun 2012 ini, kami, sekelompok anak (yang masih tergolong) muda dari LPMI Bandung berencana mengadakan bakti sosial ke Desa Dawungsari, Garut. Tujuan utama kegiatan ini adalah melatih kepekaan kami, sebagai mahasiswa, terhadap kondisi rakyat pedesaan di negeri ini. Untuk mendukung kelancaran kegiatan ini, kami sungguh mengharapkan kesediaan Bapak/Ibu/Abang/Kakak untuk menjadi donatur, baik dana maupun barang yang bisa disumbangkan saat kegiatan nanti. Semua informasi tentang kegiatan bakti sosial ini tercantum dalam proposal ini, beserta beberapa foto Desa Dawungsari. Untuk informasi lebih lanjut, silakan hubungi ketua pelaksana, Ricky Andrian Tampubolon 0857 2032 0054 Terima kasih :)
Roy Pandapotan Teknisi Acara
EPILOG
Latar Belakang Banyak nilai kehidupan yang bisa diambil dari kehidupan rakyat miskin—secara materi. Mereka hidup dalam kesederhanaan dan syukur; mereka bekerja keras untuk bertahan hidup. Nilai-nilai ini sepertinya sudah makin terkikis dalam hingar-bingar kehidupan kota. Tidak semua dari mereka hidup miskin karena malas! Itulah yang patut dihargai. Sejak lama, mahasiswa merupakan sosok yang paling dekat dengan rakyat. Sejarah mencatat banyak gerakan mahasiswa yang mendukung rakyat, sampai gerakan yang radikal sekalipun. Artinya, mahasiswa dituntut harus tanggap dengan kondisi yang terjadi di lingkungannya. Kami juga mengetahui bahwa Tuhan membela orang-orang yang miskin dan tertindas. Mazmur 140:13 Aku tahu, bahwa Tuhan akan memberi keadilan kepada orang yang tertindas, dan membela perkara orang miskin. Bahkan Paulus memperingatkan kehidupan orang kaya, 1 Timotius 6:17–19 Peringatkanlah kepada orang-orang kaya di dunia ini agar mereka jangan tinggi hati dan jangan berharap pada sesuatu yang tak tentu seperti kekayaan, melainkan pada Allah yang dalam kekayaan-Nya memberikan kepada kita segala sesuatu untuk dinikmati. Peringatkanlah agar mereka itu berbuat baik, menjadi kaya dalam kebajikan, suka memberi dan membagi dan dengan demikian mengumpulkan suatu harta sebagai dasar yang baik bagi dirinya di waktu yang akan datang untuk mencapai hidup yang sebenarnya. ' Paulus tidak menganjurkan orang kaya untuk menjadi miskin, ia memperingatkan akan bahaya spiritual yang terkandung dalam kekayaan dan menganjurkan agar mereka bermurah hati dengan melakukan perbuatan baik dengan hartanya. Bukan hanya mahasiswa, tapi semua orang Kristen dituntut untuk menjadi wakil Allah dalam dunia ini, membela kehidupan orang-orang yang miskin. Tetapi mahasiswalah, yang kelak akan menjadi pemimpin bangsa dan memiliki latar belakang kedekatan emosional yang erat dengan rakyat, yang menjadi sasaran utama kegiatan bakti sosial ini. Bakti sosial ini adalah sebuah jembatan kecil. Ia menghubungkan kehidupan mahasiswa—yang semakin larut dalam hingar-bingar kota—dengan kehidupan rakyat miskin yang masih sedikit terpengaruh oleh modernisme. Di tengah arus globalisasi yang semakin kuat, tekanan akademik, dan keprofesian, mungkin ini adalah sebuah titik yang menjadi refleksi kita untuk memikirkan mereka. Berbagi untuk Berisi berbicara tentang spiritualitas, bukan materi. Melalui kegiatan ini, kami berharap dengan pengorbanan kami untuk menyisihkan waktu dan materi, serta membagikan pengetahuan, kami berharap kami bisa mendapat nilai-nilai yang sudah semakin hilang dalam arus modern. Kami harap kami dapat memiliki ikatan emosional yang baik antara mahasiswa dengan orang-orang yang berkekurangan materi.
1 Ricky Tampu Ketua Panitia
UNTUK
Tujuan Bakti sosial ini diadakan untuk: 1. Membangun ikatan emosional antara masyarakat desa dengan mahasiswa 2. Membangun semangat cinta tanah air pada mahasiswa 3. Menjadi perintis untuk bakti sosial berikutnya
2 Roy Pandapotan Teknisi Acara
PESERTA
Sasaran Sasaran kegiatan ini adalah mahasiswa di Bandung dan sekitarnya. Diikuti oleh maksimal 40 peserta.
3 Roy Pandapotan Teknisi Acara
POTRET
Istirahat 4
Josia Tarigan Fotografer
Tim survei berpapasan dengan seorang ibu dari desa Dawungsari yang hendak pergi ke ladang untuk mencari rumput. Di desa ini, sebagian besar wanita, selain menjalankan tugasnya sebagai ibu rumah tangga, bekerja sebagai pencari rumput untuk makanan ternak.
POTRET
Batas Desa 5
Josia Tarigan Fotografer
Jalan utama menuju desa Dawungsari. Sawah hijau menjadi tepi desa ini.
Rencana Kegiatan Jam
Kegiatan
Biaya
Keterangan
-
Peserta + perlengkapan lengkap Sudah sarapan
3000rb/orang
Dengan angkot Cicaheum – Ciroyom - Dengan menggunakan bis - Bis nyaman - Kapasitas cukup untuk 40 orang - Logistik dibawa dalam satu angkot, dijaga oleh 3 orang yang tahu jalan
Kamis, 12 Januari 2011 06.00 Kumpul di ITB 06.05 06.30 07.00 07.30
Registrasi Ke Terminal Cicaheum Sampai di Terminal Cicaheum Berangkat dari Terminal Cicaheum menuju Terminal Guntur, Garut
10.15 10.20
Sampai di Terminal Guntur Menyewa angkot ke kantor Kecamatan Cilawu (Angkot 06)
11.05 11.10
Sampai di Kantor Camat Cilawu Berkenalan dengan perangkat kecamatan. Berangkat ke kantor Desa Dawungsari
11.30
11.50 12.00 12.10
Sampai di Desa Dawungsari Berkenalan dengan perangkat Desa Dawungsari Mencari tempat tinggal.
13.30
Makan Siang
16.00 Kumpul di lapangan voli 16.10 Bermain bersama dengan masyarakat Desa Dawung Sari *)
18.30
Makan malam
bus: 15.000rb/orang logistik: 300rb/angkot
Rp. 50.000/ angkot
20rb/hari/orang (sesuai saran kades)
- Kalau tidak dapat disewa maka naik angkot satu persatu. - Angkotnya banyak, nyaman - Jalan yang dilalui besar dan tidak macet - Memakai jaket almamater masing-masing
- Dengan angkot yang sama - Kalau tidak dapat disewa maka naik angkot satu persatu. - Angkotnya banyak, nyaman
- Semua peserta dipastikan mendapat tempat tinggal - Kalau tidak ada, dapat tinggal di rumah kepala desa - Dibayar pada pemilik rumah masing-masing - Kalau tidak ingin makan di rumah, dapat keluar dengan ojeg menuju jalan besar untuk mencari makanan. - Mempersiapkan bola voli - Semua peserta diharapkan berinteraksi - Kalau hujan, tidak jadi. Peserta tetap di rumah masing-masing dan berinteraksi dengan keluarga - Diberikan hadiah bagi yang menang - Di rumah masing-masing atau di tempat yang dipilih
19.00 Beristirahat, berinteraksi dengan masyarakat sekitar. Berkenalan dengan warga. Tidak diharapkan berkumpul-kumpul sesama mahasiswa
Rencana Kegiatan WaktuKegiatan
Biaya
Keterangan
20rb/orang/hari
- Dapat saat teduh, tapi bergantian. Mengingat mayoritas dari rumah warga adalah Islam - Di rumah masing-masing
Jumat, 13 Januari 2011 06.00 Bangun pagi
06.00 Mandi dan sarapan 08.00 Pembagian tim. Ada yang ke sekolah untuk mengajar anak-anak dan ada yang membantu di kebun atau mengurus ternak *) 11.00 Beristirahat karena ada yang sholat Jumat 13.00 Tetap bantu-bantu di kebun atau sekolah 15.00 Beristirahat 15.30 Mencari kayu bakar. Ada yang berkeliling untuk berinteraksi di rumah warga. Ada juga yang membantu memasak makan malam. 17.30 Makan malam, beristirahat.
19.00 Membuat malam keakraban. *) 22.00 Kembali ke rumah masing-masing, setelah itu dapat tidur
- Berkumpul terlebih dahulu untuk briefing
- Dapat makan siang
- Ada tim yang mempersiapkan malam keakraban di lapangan, dan ada tim yang mengajak warga, terutama anak-anak kecil untuk ikut. - Berkumpul di lapangan bola voli.
Sabtu, 14 Januari 06.00 08.00 12.00 12.00 13.00
Bangun Mandi dan sarapan 20rb/orang/hari Pembagian sembako dan baju Makan Siang Kembali ke Terminal Guntur 5rb/orang dengan angkot 06 **) 13.45 Sampai di Terminal Guntur dan mencari bus 16.45 Sampai di Terminal Cicaheum Rp.15.000/orang 18.00 Sampai di tempat masing-masing
- Sebelumnya ada pembagian tim
Anggaran Dana PENGELUARAN Transportasi bus dari Terminal Cicaheum – Terminal Guntur sewa angkot bus dari Terminal Guntur – Terminal Cicaheum
Rp Rp Rp
600.000,00 620.000,00 600.000,00
Makanan makanan berat: Rp 20.000,00 x 40 orang x 3 hari makanan ringan, hadiah games: Rp 12.000,00 x 10
Rp Rp
2.400.000,00 120.000,00
Sumbangan beras 1 kg: Rp 7.000,00 x 3 kg x 100 KK gula 1 kg: Rp 11.000,00 x 100 KK kopi 1 kg: Rp 15.000,00 x 1/2 x 100 KK minyak goreng 1 liter: Rp 12.000,00 x 100 KK
Rp Rp Rp Rp
2.100.000,00 1.100.000,00 750.000,00 1.120.000,00
Proposal pencetakan: 15.000,00 x 10
Rp
150.000,00
Biaya Tak Terduga 10% seluruh biaya
Rp
964.000,00
Kontribusi Peserta Rp 115.000,00 x 40
Rp
4.600.000,00
Donatur
Rp
6.004.000,00
PEMASUKAN
Partisipasi Mengingat pentingnya acara ini dan banyaknya dana yang masih belum tercukupi, maka kami panitia memohon dukungan dana dari Bapak/ Ibu maupun Saudara/i sekalian untuk turut berpartisipasi dalam dukungan doa maupun dana agar acara ini dapat berjalan dengan baik. Dukungan berupa dana dapat diserahkan kepada Panitia dengan alamat sebagai berikut: Bank Negara Indonesia Nomor Rekening: 0175 - 5284 - 74 a.n. RICKY ANDRIAN TAMPUBOLON Bank Mandiri Nomor Rekening: 1080 - 0057 - 0803 - 8 a.n. BETSEBA BR SIBARANI
Terima kasih.
BANTUAN 8 Betseba Sibarani Bendahara
SURVEI
Analisis Lapangan Untuk mempersiapkan kegiatan bakti sosial ini, pada tanggal 21-23 Desember 2011 kami mengirim tim survei untuk mengumpulkan sebanyak mungkin data, foto, dan dokumen sebagai pendukung untuk memastikan lokasi yang tepat untuk mengadakan bakti sosial.
Tujuan Ÿ Ÿ Ÿ
9 Raymond Lagona Analis Lapangan
Mengumpulkan data untuk memperkuat keyakinan ketepatan lokasi bakti sosial Melakukan perizinan awal dengan perangkat kecamatan dan desa Menagawali interaksi untuk menumbuhkan kesan baik masyarakat pada peserta bakti sosial
Peserta Ÿ Ÿ Ÿ
PREP 10 Raymond Lagona Tim Acara
Ricky Tampubolon [GL ITB ‘09] Raymond Matondang [GL ITB ‘09] Josia Pranata Tarigan [MBA ITB]
Persiapan Survei 1. Menentukan lokasi bakti sosial secara umum Survei melalui internet dan perbincangan dengan orang-orang, pencarian tempat yang dekat dengan Bandung tempat yang memiliki penyebaran ekonomi yang di bawah rata-rata, menilai dari keindahan panorama yang dimiliki untuk menambah semangat peserta bakti sosial untuk ikut. Hasil: Ditemukan Kabupaten Garut, tempat yang dekat dengan Bandung. Kemudian dari data penyebaran ekonomi di bawah rata-rata melalui internet ditemukan 3 lokasi: 1) Desa Cisurupan, 2) Kota Garut, dan 3) Kecamatan Cilawu Karena pertimbangan tempat, transportasi, keamanan dan keindahan panorama, maka kami memilih Kecamatan Cilawu untuk lokasi survey. Desa Cisurupan sendiri berada di bawah kaki Gunung Papandayan yang dalam waktu yang dekat lalu pernah mengalami erupsi. Sementara Kota Garut sendiri merupakan kota yang besar. 2. Mempersiapkan logistik Untuk persiapan logistik telah dibawa persiapan standar ke lapangan beserta tenda kapasitas 4 orang dan semuanya dibawa dalam tas gunung. 3. Mempersiapkan transportasi. Penentuan transportasi apa yang digunakan dan tempatnya. 4. Membuat rencana perjalanan
LOG
Catatan Perjalanan Hari Pertama Ketika kami sampai di kantor Kecamatan Cilawu, perangkat kecamatan menyambut kami dengan sangat terbuka karena kami memperkenalkan identitas kami sebagai mahasiswa ITB ditambah lagi kami memakai jaket almamater kami saat itu. Bahkan sampai pada hari terakhir sekalipun banyak yang menganggap kami berniat melakukan pengabdian masyarakat yang berbasiskan penelitian, namun kami menjelaskan bahwa kegiatan bakti sosial ini hanya bersifat sementara untuk saat ini, dan kami hanya bisa membagikan barang-barang seperti pakaian, sembako, dan sebagainya. Saat itu tidak ada kepala camat berhubung yang bersangkutan sedang mengadakan rapat koordinasi hingga sore. Jadi kami menunggu bapak sekretaris camatnya yang juga sedang pergi tetapi sedang dalam perjalanan menuju kantor kecamatan. Kemudian sekretaris camat datang dan menyambut kami dengan baik. Pada saat itu kecamatan sedang mengurus pembuatan e-KTP. Kepala Camat kemudian mengatakan bahwa permasalahan Kecamatan Cilawuh secara umum, hampir 90%, adalah kekurangan air. Kemudian beliau mengatakan beberapa nama-nama desa yang membutuhkan bantuan yang lebih, sebagai berikut: Desa Ngamplangsari Keadaan : Permasalahan utamanya adalah kekurangan air dan kebanyakan yang bekerja di sana sebagai buruh, ikatan pemudanya sangat lemah Desa Sukamaju Keadaan: berada di pinggir jalan raya, namun masih sulit untuk transportasi. Terdapat banyak keluhan, namun tidak dikatakan dengan jelas keluhannya apa. Desa Dawungsari, Desa Suka Murni, Desa Dangiang, dan Desa Sukahati Keadaan: Berada di kaki Gunung Cikuray. Kesulitan dalam akses transportasi, jalannya rusak. Permasalahan lainnya adalah sering terjadinya longsoran akibat penjarahan hasil tanaman yang semakin sering sehingga tanah pada daerah itu sering digarap sehingga mengakibatkan mudahnya longsor saat hujan datang. Tetapi pada daerah ini masih banyak tersedia air karena berada di kaki gunung. Kemudian karena pertimbangan transportasi dan adanya kepala desa Ngamplangsari pada saat itu, dan atas pertimbangan kepala camat kami akhirnya mengunjungi Desa Ngamplangsari. Saat itu juga kami akhirnya berangkat ke Desa Ngamplangsari ditemani Kepala Desa Ngamplangsari, Pak Aek Sugiat (kiri).
11 Josia, Ricky Surveyor
LOG
Catatan Perjalanan Di sana kami langsung ke kantor Desa Ngamplangsari. Desa ini berada bersebelahan dengan Desa Ngamplang. Di sana kami disambut dengan ramah oleh para perangkat desa.Kami ditunjukkan data-data statistik keadaan desa, peta Ngamplangsari yang dibuat oleh Mahasiswa KKN UNPAD 2001. Kami mencatat dan memfoto data statistiknya. Mereka mengatakan hanya beberapa kali mahasiswa yang datang ke Ngamplangsari dan kebanyakan diantaranya sedang melakukan KKN (Kuliah Kerja Nyata). Seorang perangkat desa bidang Kesra, Bu Dedeh, menawarkan rumahnya untuk kami tempati pada malam nanti. Kepala desa kemudian menawarkan perangkat desa lainnya, Kang Abud, untuk menemani kami berjalan mengelilingi Desa Ngamplangsari. Kami kemudian menaruh tas carrier kami ke dalam kantor desa. Kami kemudian berjalan mengelilingi berjalan mengeliingi Desa Ngamplangsari. Kami ditunjukkan beberapa tempat Desa Ngamplangsari di beberapa RW, tempat mandi, petak-petak sawah, sekolah, rumah-rumah warga yang sudah hampir hancur., lapangan voli dan bola Semua kami catat dan kami ambil fotonya. Desa ini pernah menjadi target proyek PNPM, yaitu pengadaan air bersih, namun entah kenapa sumurnya tidak lagi berfungsi, sehingga tidak dapat lagi diambil air kecuali melalui beberapa sumur di rumah yang digali sendiri. Adapun yang masih terdapat air bersih adalah RW 1-5, sedangkan RW 6-9 mengalami kesulitan air bersih. Setelah itu kami kembali ke kantor desa mengambil semua peralatan yang kami tinggalkan di kantor. Kemudian kami pergi ke perkotaan untuk makan siang di salah satu rumah makan. Setelah itu kami kembali ke Desa Ngamplangsari dan berkunjung ke rumah Bu Dedeh yang menjanjikan tempat untuk kami menginap. Di sana anaknya, Mas Ajang, menyambut kami dengan ramah. Mas ajang berbincang-bincang dengan kami tujuan kami datang ke desa, kemudian dia memberikan saran apa sebaiknya yang kami lakukan saat bakti sosial. Salah satu sarannya adalah koordinasi dengan para pemimpin desa, RW, dan RT agar sumbangan yang diberikan tepat sasaran. Kami juga disuguhi makanan dan minuman, dan diperkenalkan dengan keluarga Bu Dedeh dengan ramah. Semua saran menjadi masukan kami untuk bakti sosial nanti. Malam tiba. Kami harus mandi. Untuk mandi kami harus menimba air di sumur rumah sebelah sedalam 28 meter dan mengangkut airnya ke kamar mandi. Setelah itu kami mengevaluasi perjalanan seharian dan merencanakan perjalanan besoknya.
11 Ricky Tampu Surveyor
LOG
Catatan Perjalanan Hari Kedua Kami bangun di pagi hari, sarapan di rumah Bu Dedeh dan langsung membereskan semua peralatan kami dan berangkat menuju Desa Dawungsari. Untuk sampai ke Dawungsari kami harus naik angkot 06 dan turun di Genteng. Begitu turun di Genteng kami mengambil ojeg dan diantar ke kantor Desa Dawungsari. Begitu sampai di kantor Dawungsari kami disambut dengan ramah oleh perangkat desa. Di sana kami berbicang dengan sekretaris desa karena kepala desa sedang tidak berada di tempat. Kami kemudian ditawarkan untuk ditemani oleh perangkatdesa, Kang Dede, untuk berkeliling melakukan survey secara langsung. Saat kami berjalan, kami bertemu perangkat desa yang lain, Kang Suryana, yang merupakan saudara dari Kang Dede, yang juga menemani kami berjalan sambi bercerita. Mereka menunjukkan tempattempat, seperti sekolah, rumah, perkebunan tomat, akar wangi, dan teh. Mereka menunjukkan kaki Gunung Cikuray yang telah gundul akibat penjarahan dan menceritakan bencana alam yang telah menimpa, seperti banjir dan longsor yang telah memakan jiwa akibat penggundulan hutan. Mereka juga memperkenalkan kami pda warga sekitar dan wanita yang mengambil tanaman untuk makanan ternak. Kami mencatat dan mengambil fotonya. Setelah itu kami permisi dan kembali ke kantor desa dan berkenalan dengan Kepala Desa, Pak H. Sutisna yang baru saja datang ke kantor. Kami kemudian berdiskusi maksud dan tujuan kami datang. Setelah itu, seperti di Ngamplangsari kami mengambil data statistik kemudian menyalin data-data yang ada. Di samping ini adalah foto bersama kami dengan para perangkat desa Dawungsari.
11 Ricky Tampu Surveyor
FOTO
Catatan Perjalanan Kebun Tomat Sepetak lahan tomat yang terletak di samping persawahan desa Dawungsari. Kebun kecil ini dimiliki dan dikelola oleh kurang dari sepuluh orang. Sistem aerasi tanaman di kebun ini masih sangat kurang.
Ladang Akar Wangi Di desa Dawungsari, 100 orang petani memiliki dan mengolah ladangnya sendiri, sementara sekitar 500 orang lainnya bekerja sebagai buruh tani di perkebunan teh. Selain memiliki kebun tomat, penduduk desa juga memiliki ladang Vetiver zizanioides yang merupakan tanaman penghasil minyak atsiri.
Reruntuhan Kelas Saat ini, Desa Dawungsari masih kekurangan sarana pendidikan dan tenaga pengajar. Selain SD yang rusak ini, masih ada empat SDN dan satu Madrasah Ibtidaiyah yang memfasilitasi pendidikan anak-anak usia SD di Dawungsari.
Berkunjung ke Pak RW Kunjungan tim survei ke ketua RW 06 Desa Dawungsari. Kami disambut dengan ramah dan disuguhi makanan ringan. Tebak siapa yang memotret.
12 Josia Tarigan Fotografer
FOTO
Catatan Perjalanan MCK Umum Penduduk yang punya kamar mandi pribadi harus datang ke salah satu dari 5 MCK yang tersebar di desa untuk mendapatkan air bersih untuk digunakan di rumah masingmasing, sedangkan penduduk yang tidak punya sarana MCK sendiri bisa mengantri di kelima situs MCK tersebut.
Dibabat Habis Pemandu kami, Kang Dede (tengahkiri) dan Kang Suyana (tengahkanan) menunjukkan kaki gunung yang dulunya hutan, namun sekarang tinggal lahan rumput.
Bekas Longsor Akibat penggundulan hutan dan penjarahan alam di desa ini, banjir dan longsor pun menjadi masalah yang sering dihadapi penduduk. Gambar di samping adalah bekas longsoran tahun lalu yang hampir menutup jalan utama Desa Dawungsari.
Potensi Wisata Secara umum, daerah sekitar kaki Gunung Cikuray ini memiliki keindahan alam yang luar biasa. Air terjun ini, Curug Cihanyawar, terletak sekitar 10 km dari desa, dan merupakan tempat yang rindang dan sejuk—cocok untuk dijadikan tempat wisata.
12 Josia Tarigan Fotografer
LOG
Catatan Perjalanan 11
Ricky Tampu Surveyor
Hari Ketiga Kami bangun pagi hari dan membereskan semua peralatan, dan turun ke Bojangloa dengan ojeg yang sama mengantar kami kemarin. Kemudian kembali ke Terminal Guntur dan mengambil bus yang bertujuan ke Terminal Cicaheum. Setelah sampai di sana kami mengambil angkot Cicaheum-Ciroyom dan kembali ke kosan Bang Josia. Setelah itu kami kembali ke rumah masing-masing dan mengembalikan tenda sewaan.
KONDISI 13 Raymond Lagona Surveyor
Masalah Desa Desa Dawungsari memiliki banyak potensi wisata, terletak di bawah kaki Gunung Cikuray yang memiliki pesona wisata dan sering didaki. Berbeda dengan kebanyakan desa di Kecamatan Cilawu, desa ini tidak kekurangan air bersih kecuali pada musim kemarau. Penduduk mereka sangat ramah dan terbuka untuk menerima bantuan. Beberapa sekolah dan madrasah masih banyak kekurangan fasilitas. Ada beberapa sekolah yang tidak layak pakai dan masih kekurangan fasilitas. Anak-anaknya banyak yang belajar sambil bekerja membantu keluarganya sebagai buruh tani dan mengurus peternakan. Masih banyak kekurangan tenaga pendidik di desa ini. Kehadiran mahasiswa di sana juga masih terkesan sangat jarang. Masalah berikutnya adalah masalah aksesibilitas ke daerah ini. Sebagian jalan ini masih rusak, bahkan di gang-gangnya. Tapi untuk bakti sosial ini tidak perlu khawatir karena masih dapat dilalui oleh angkot yang akan digunakan sebagai transport. Masih banyak diantara mereka yang masih menjadi buruh, sekalipun wanita. Wanita bahkan yang telah tua masih saja mengangkat beban berupa tanaman hasil perkebunan dantanaman untuk makanan ternak tanpa menggunakan alat, hanya dipikul di pundak.
Masalah Desa Pendidikan Ÿ Ÿ Ÿ Ÿ Ÿ Ÿ
Dusun I dan II Ciseda tidak memiliki Pendidikan Anak Usia Dini SDN Dawungsari I, II dan IV tidak memiliki ruang perpustakaan dan praktek olahraga SDN Dawungsari I dan II tidak punya WC, bangunan belum memadai, dan kondisinya rusak SDN Dawungsari III kekurangan kelas serta tidak memiliki ruang perpustakaan dan tempat praktek olahraga MI Dusun I dan II kekurangan tenaga pengajar serta kekurangan sarana dan prasarana Masjid Al-Syukrillah (RW.04) dan masjid Baiturohim (RW.07) perlu diperbaiki
Kesehatan Ÿ Ÿ Ÿ Ÿ Ÿ
Sarana posyandu di setiap RW belum ada; kalaupun ada, masih menumpang di rumah Desa belum memiliki POSKESDES dan POLINDES Masih banyak warga yang belum memilki MCK pribadi dan buang air besar di kolam Kesadaran masyarakat akan kebersihan lingkungan masih perlu ditingkatkan Kurangnya air bersih saat musim kemarau
Sarana Prasarana Ÿ Ÿ Ÿ Ÿ Ÿ Ÿ Ÿ Ÿ Ÿ Ÿ Ÿ Ÿ Ÿ Ÿ
Desa masih belum memiliki gedung serbaguna Beberapa sarana olahraga, seperti lapangan sepak bola dan gedung olahraga belum ada. Jalan desa yang sudah milik kabupaten sepanjang 2 km kondisinya sudah rusak Jembatan perbatasan dengan Desa Dangiang kondisinya sudah rusak Drainase jalan kabupaten sepanjang 3 Km sering longsor; badan jalan menjadi mengecil Drainase jalan desa masih ada yang belum diaspal Jembatan desa di lokasi RW. 03 semakin mendekat ke badan jalan karena sering longsor Jembatan desa di lokasi Balumbang sudah menyempit karena longsor Jalan gang setiap RW kondisinya sudah rusak dan masih banyak yang belum diperkeras Jalan gang menuju tempat pemakaman Cigolat belum dipelurisasi Pemukiman Kampung Cikandawe masih belum tertata dengan baik Saluran irigasi Cibitung I sampai IV banyak yang longsor; air banyak yang terbuang Saluran Jinispati dan Cisabuk serta Cibolerang banyak yang longsor Saluran jalan desa mengalami pendangkalan; saat musim hujan air meluap ke badan jalan
Lingkungan Hidup Ÿ Ÿ Ÿ Ÿ Ÿ Ÿ
Masyarakat pada musim kemarau tidak bertani karena kurang air untuk irigasi Kalau sudah musim hujan masyarakat kesulitan air bersih karena menjadi keruh Sumber mata air di Desa Dawungsari (yaitu hutan Cikuray) kondisinya gundul; rusak berat Masih ada masyarakat yang belum memiliki sambungan listrik sendiri Lingkungan jalan Desa Dawungsari dan gang di setiap RW masih belum ada penerangan. Masih banyak rumah warga yang tidak layak huni dan dikhawatirkan roboh.
Ekonomi, Sosial, dan Budaya Ÿ Ÿ Ÿ
Pelaku usaha kecil perlu diberi dukungan modal. Desa tidak memiliki sarana saung kesenian dan budaya. Alat-alat kesenian belum tersedia, sehingga banyak kesenian yang hampir punah.
Kelembagaan Ÿ Ÿ Ÿ
Kantor belum memiliki aula untuk rapat. Kerjasama antar lembaga di desa belum maksimal. Desa Dawungsari tidak memiliki kantor RW dan minim fasilitas dan juga penunjang administrasi
+
Penutup Demikian proposal untuk Baksi Sosial Garut “Berbagi untuk Berisi� kali ini. Kami selaku panitia mengharapkan dukungan dari Bapak/Ibu/Saudara/i/Abang/Kakak/Alumni agar acara ini bisa berjalan lancar. Terima kasih atas perhatian yang diberikan :) Selamat Tahun Baru. Tuhan Memberkati
X Roy Pandapotan Teknisi Acara