#08 TRADISIONAL
VERSUS
MODERN
Pasar Bebas Terjun Bebas
Belajar dari Sang Penjaga Sungai
hal. 33
Kehidupan Satwa Perairan Kalimantan hal. 20
Gratis!
Wadah Penjangkau Menarik Konsumen Lewat Kemasan
9
772302 465009
hal. 16
Dapatkan seluruh informasi Dapatkan informasi terkini dan tepercaya terkini dan tepercaya! seputar kehidupan kampus ITB!
itb.km
km_itb
km.itb.ac.id
AYO MENULIS DI
Tiap bulannya, kamu bisa menjadi salah satu pemenang pada satu dari tiga kategori berikut:
Author of the Month Kategori ini untuk mahasiswa ITB yang suka menulis, mencurahkan ide dan pemikiran, gagasan, opini terhadap isu yang berkembang di sekitar kampus, nasional, atau internasional.
Journalist of the Month Unit media memiliki peran strategis dalam penyebaran informasi. Liputan baik flash news atau featured dapat dikirimkan. Kategori khusus ini hanya dapat diikuti oleh anggota unit media ITB.
Best Photograph Wadah mahasiswa berbagi inspirasi lewat citra. Kategori ini cocok untuk kamu yang tertarik di bidang fotojurnalisme.
UNTUK KETERANGAN LEBIH LANJUT, KLIK WWW.KAMPUSGANESHA.COM
Daftar Isi
07 Tradisional versus Modern Modern dan tradisionalnya sebuah budaya bukan merujuk pada kapan budaya itu muncul, melainkan kepada tanggapan dari pengguna produk budaya tersebut.
16 Wadah Penjangkau Kemasan sachet adalah penemuan revolusioner yang mempertemukan produsen dan konsumen —dengan beberapa efek samping.
36 Malas dalam Berbahasa Orang Indonesia cenderung memilih memaksakan penerjemahan istilah bahasa Inggris ketimbang mencari padanan yang benar.
38 Tesaurus 06 Agenda 20 Belajar dari Sang Penjaga Sungai Catatan perjalanan dari pencarian para penari liar di perairan Mahakam, bersama dengan orang-orang yang ingin membedah kehidupan.
Kabinet KM-ITB 29 Surat Presiden Sambutan dari Presiden Kabinet KM-ITB kepada seluruh mahasiswa yang ingin merumuskan dan mewujudkan pergerakan.
30 Berjalanlah Bagi yang Mampu Penggunaan kendaraan pribadi menjadi masalah sendiri bagi kampus kecil ITB. Untuk mengatasinya, kami membuat sebuah media kampanye kreatif.
38 Tarif Dasar Listrik Naik, Industri Terancam Apa dampak yang diberikan perubahan kebijakan energi ini?
40 Tunjukkan Kepedulianmu di Pesta Rakyat Jabar Pemilihan Kepala Daerah Jawa Barat sudah di ambang mata. Apa sikap kita sebagai penduduk Jabar sekaligus kaum akademisi?
33 Pasar Bebas Terjun Bebas Kejatuhan Komunisme pada tahun 1990 menjadi tonggak dimulainya Pasar Bebas di seluruh dunia. Namun, lima tahun terakhir, diketahui bahwa sistem ini punya celah fatal.
4
Soul of Campus
41 Kaleidoskop
Salam Redaksi
Katebelece Okihita H. Sihaloho Pemimpin Redaksi Selamat datang di tahun baru 2013! Seperti tahun-tahun lainnya, tahun ini hanya terjadi satu kali dan punya hak untuk diisi dengan karyakarya terbaik dalam hidup kita. Di tahun baru ini, Soul of Campus mengajak kita semua untuk mengulas ulang pola pikir kita. Banyak hal yang kita anggap modern, ternyata selama ini berasal dari tradisi yang dilakukan di masa lalu. Banyak pandangan yang kita anggap progress-oriented, ternyata malah tidak menjadi jawaban atas masalah yang kita miliki. Di edisi awal tahun ini, kami ucapkan juga terima kasih kepada rekan-rekan kabinet KM-ITB yang telah mendedikasikan diri, meluangkan
waktu dan tenaga untuk melayani dan menjadi wadah bagi gerakan mahasiswa ITB. Kiranya dari pengabadian kegiatan dan pemikiran kita di berbagai media, hal-hal yang kita rumuskan dan laksanakan di tahun 2012 lalu dapat digunakan sebagai templat untuk pergerakan selanjutnya. Indonesia tidak hanya Jawa Barat. Kali ini, liputan khusus tentang satwa perairan Mahakam akan mengingatkan kita sekali lagi bahwa Indonesia adalah sebuah surga ekologi, laboratorium alami bagi peneliti kehidupan dari seluruh dunia. Sayangnya, kita masih belum benar-benar menjaganya. Tabik!
Angkatan III Okihita H. Sihaloho Archeditor Talitha Marcia Farid Foreseer Sheyka Nugrahani Daguerreotypist Ali Akbar Septiandri Grammarian Nuel Pratama Sitanggang Wordsmith: Jungler
Majalah Soul of Campus adalah publikasi Departemen Komunikasi dan Informasi KM-ITB. Jangkau kami di: Sekretariat KM-ITB Gedung CC Barat lt. 2, Kampus Ganesha ITB Jl. Ganesha 10, Bandung 40132 okihita@kampusganesha.com
Prianka Adi Iradati Wordsmith: Tower
Arini Annisa Limner Wuddan Nadhirah Wordsmith: Linker
W-Linker: ITB Student Council’s Reporter Limner: Art Conceptor and Illustrator W-Number: Statistician & Fact Collector W-Tower: View-of-Interest Writer W-Jungler: Place-of-Interest Spotter Grammarian: Linguistic Scientist Daguerreotypist: Photojournalist Foreseer: Content Strategist Archeditor: Editor in Chief (Currently doubles as CEO, secretary, treasurer, marketing, production, distribution, layouter, and webmaster. Please send mail to join the SoC team.)
Iotalaseria Putu Wordsmith: Number
Januari-Februari 2013
5
SEMINAR AGAMA
KM-ITB 2013 MENGENAL KARAKTER MAHASISWA Seminar ini merupakan tindak lanjut dari seminar agama tahun lalu yang mengangkat peran Agama dalam Kehidupan Mahasiswa dan menjadi ajang disahkannya sistem mentoring pada setiap mata kuliah agama. Melalui tema Mengenal Karakter Mahasiswa tahun ini, kementerian AP ingin mengajak kita semua memahami dan membentuk karakter mahasiswa ITB yang berintegritas serta berwawasan luas dan benar.
MARET 2013
Artikel Utama
TRADISIONAL
VERSUS
MODERN
SENI: ARINI ANNISA
Hanya karena kita hidup dikelilingi gedung bertingkat,koneksi internet 24 jam, dan tinggal di pusat kota,bukan berarti kita pantas mengaku manusia modern.
Januari-Februari 2013
7
Artikel Utama Banyak hal di sekitar kita yang begitu sederhana dan remehnya, hingga kita tidak sadar bahwa mereka mengandung bentuk pemikiran yang lebih modern dari yang kita kira. Sebaliknya, begitu banyak gagasan kita kira adalah bagian dari modernitas, sampai kita lupa untuk mempertimbangkannya kembali dengan kritis dan obyektif.
1
QWERTY Papan Ketik yang Memperlambat
Yes, it is.
Susunan huruf dan karakter pada tata letak Dvorak.
Pernah bertanya kenapa abjad di papan ketik laptop dan di ponsel pintar kita disusun dalam Qwerty? Kalau jawaban kita masih “dari sananya”, kita belum semodern yang kita pikir. Qwerty adalah susunan yang sudah digunakan sejak 1878 pada mesin tik. Fungsinya? Untuk mencegah saling terjepit lengan huruf— batang logam dengan huruf timbul yang akan memukul pita tinta—di mesin tik. Pada zaman itu, susunan alfabet memang jadi masalah tersendiri dalam penggunaan mesin tik. Berakhirnya era mesin tik rupanya tidak mengakhiri era Qwerty. Hingga saat ini, susunan Qwerty masih digunakan di papan ketik PC, laptop, dan ponsel kita, sekalipun alat-alat ini tidak lagi punya masalah dengan 'lengan huruf' seperti pada mesin tik dulu. Kemampuan 'mengetik sepuluh jari' dalam susunan Qwerty masih jadi kebanggaan banyak orang dan bagian dari kurikulum siswa SMP. Kita bahkan tidak pernah bertanya apakah keuntungan yang kita dapat dari penggunaan susunan ini. Lebih cepat? Malah, tata letak ini awalnya dirancang untuk menambah jarak antara huruf yang sering diketik, untuk membuat lengan huruf yang sering digunakan adalah yang jaraknya saling berjauhan. Ketika salah satu huruf ditekan terlalu cepat setelah yang lainnya, 8
Soul of Campus
kedua lengan huruf akan berkait saat hampir menyentuh kertas. Sebenarnya, susunan Qwerty malah dirancang untuk memperlambat laju pengetikan kita, bahkan sekalipun kita sudah hapal luar kepala posisi tiap huruf. Juga, di baris pertama Qwerty, huruf pembentuk kata “typewriter” terletak pada satu baris teratas, untuk mempermudah penjual mesin ketik. Tahun 1936, Dr. August Dvorak meneliti kelemahan system Qwerty dan meramalkan berakhirnya era mesin tik beberapa tahun ke depan. Dia menyusun tata letak baru, sebuah pengganti Qwerty yang dapat meningkatkan kecepatan mengetik, mengoptimalkan pergerakan jari, dan mengurangi kesalahan ketik yang umum terjadi di susunan Qwerty. Di sistem Dvorak, sekitar 70% pengetikan dilakukan di baris tengah, sementara di Qwerty hanya 30% saja. “th”, pasangan huruf yang tersering muncul di bahasa Inggris, diletakkan berdekatan. Susunan Dvorak juga dapat mengurangi radang sendi akibat mengetik terlalu lama. Pengetik tercepat di dunia saat ini pun menulis dengan bantuan tata letak Dvorak. Pada praktiknya, susunan Dvorak, dan banyak tipe susunan lain, gagal menggantikan susunan Qwerty, hingga hari ini. Alasannya sederhana; kita menerima, dan karenanya kita terbiasa.
2
Kubah Masjid Agar Tidak Berjejal Pilar Masjid Al Irsyad di Kota Baru Parahyangan, Padalarang. Dinding masjid ini dibuat berlubang-lubang membentuk kalimat syahadat yang berpendar saat lampu masjid dinyalakan. Bagian belakang mimbarnya dibiarkan terbuka, sehingga jemaah bisa melihat pemandangan di luar masjid. ARCHDAILY
Konon dalam pembangunan masjid Al-Irsyad, masjid yang masuk lima besar Building of The Year 2010, hal yang paling sulit dilakukan bukan terletak pada proses perancangannya, tapi pada perjuangan meyakinkan si pemilik. Butuh riset berkala, testimoni tokoh terkait, dan rapat berkali-kali hanya untuk meyakinkan si pemilik bahwa 'masjid tidak selalu punya kubah'. Eh? Jadi kenapa hampir setiap masjid, dari dulu sampai sekarang, berkubah? Bukannya masjid di Jepang, Amerika, bahkan Arab juga berkubah?
ruangan luas minim tiang dapat diwujudkan tidak hanya lewat kubah. Ada banyak sistem dan teknik yang bisa diterapkan untuk mengatasi hal ini, dengan biaya yang tidak lebih mahal pula. Absennya kubah juga tidak mengurangi keindahan atau kesakralan sebuah masjid, justru membuka ruang baru bagi kreativitas arsiteknya. Contohnya bisa kita lihat di masjid Al-Irsyad yang disebutkan di atas, Masjid Faisal di Islamabad, atau yang lebih mudah: masjid Salman di depan kampus kita.
Yang diabaikan oleh para pengembang masjid, ilmu arsitekur dan konstruksi terus berkembang, kian hari kian pesat. Hari ini, membangun
HOUSE-ARCH
Kubah sesungguhnya bukan keharusan atau syarat wajib sebuah masjid. Kubah hanya solusi dari masalah awal masjid; bagian dalammasjid harus punya sesedikit mungkin tiang penyangga, sehingga shaf solat tidak perlu terputus terlalu sering. Dalam ilmu arsitektur kala itu, kubah adalah solusi paling murah dan memungkinkan. Kubah membuat penggunaan tiang penyangga dapat ditekan sesedikit mungkin, terutama yang terletak di tengah ruangan. Seiring dengan perkembangan dan penyebara Islam, masjidmasjid bemunculan, dan kubah turut menyertai di mana pun masjid didirikan.
Masjid Faisal, Islamabad. Masjid terbesar keenam di dunia; juga dibangun dengan arsitektur nirkubah. Januari-Februari 2013
9
Artikel Utama jeffrey-scott@deviantart
3
Masuk Angin Produksi Gas Berlebih
Kepercayaan tradisional kita menyatakan bahwa masuk angin itu adalah, secara harafiah, udara dari luar yang masuk ke tubuh lewat kulit saat kita terlalu banyak terpapar kipas angin atau tidur di tempat dingin. Kepercayaan kita juga menyatakan bahwa, setelah tubuh dikerok, udara di dalam akan keluar dengan mudah, ditandai dengan guratan merah pascakerokan. Padahal sebenarnya "masuk angin", yang lebih tepat disebut "perut kembung", terjadi karena produksi gas berlebih dalam lambung atau usus. Perut kembung mungkin terjadi karena (1) makan makanan berlemak, sebab lemak memperlambat pengosongan perut dan dapat memberi sensasi kenyang; (2) stres yang berlebih; (3) merokok; maupun (4) infeksi, penyumbatan, atau penyakit gastrointestinal. Kegiatan 'kerokan' yang digadang-gadangkan para orang tua kita sebagai satu-satunya cara menyembuhkan “masuk angin”, tidak punya khasiat khusus yang terbukti secara ilmiah, selain menghangatkan badan—hasil yang didapat dari minyak atau balsam yang digunakan selama 'dikerok'. Sementara gurat 'merah' yang selama ini diyakini merupakan pertanda 'kesembuhan' sebenarnya malah
4
pembuluh darah bawah kulit yang pecah. Sebuah aktivitas yang sebenarnya cukup berbahaya untuk beberapa orang, penderita hemofilia atau aneurisme, misalnya. Tetap saja sebuah perusahaan obat yang mendasarkan riset mereka pada kedokteran masa kini menggunakan istilah "Tolak Angin" untuk membuat produk mereka diterima oleh masyarakat awam. Tetap saja kita merasa lebih baik setelah 'dikerok' dan tidur semalaman. Tetap saja orang tua kita akan tersenyum lega melihat gurat-gurat merah di seluruh punggung kita, “Yak, anginnya udah keluar. Sembuh deh sebentar lagi!”
Kendaraan Bermotor Lambang Kemakmuran Masa Lalu
Kendaraan bermotor hampir selalu berkaitan dengan simbol kemakmuran, dari masa ke masa. Kendaraan pribadi identik dengan stabilitas finansial seseorang, di mana pun dia berada. General Motors, perusahaan kendaraan motor tertua di Amerika punya jargon yang terdengar ambisius: What's Good For General Motors Is Good For The Country. Dengan kata lain, kita tidak akan pernah salah untuk memiliki kendaraan pribadi. Kita dapat kenyamanan bepergian, privasi yang terjaga, gengsi yang mendadak melonjak 300%, dan segudang keuntungan lain. Benarkah? Penelitian tahun 2010 di Jerman menunjukkan penurunan minat generasi mudanya untuk 10
Ada yang bilang, tradisi tolak angin sudah dilakukan sejak dahulu kala di daratan Tiongkok.
Soul of Campus
membeli kendaraan pribadi, sekalipun mereka mampu, hingga hampir 40%. Di Amerika Serikat, masyarakat usia 18-25 tahun menunda untuk mendapatkan izin mengemudi mereka. Kepadatan lalu lintas jadi dampak utama fenomena ini. Iklan motor Indonesia lebih menonjolkan motor sebagai gaya hidup, bukan alat transportasi. Alasan ‘gengsi’ ini juga berlaku di kota-kota besar di Indonesia. Dengan kemacetan yang jadi makanan sehari-hari, kendaraan pribadi pelan-pelan mengalami pergeseran simbol. Kendaraan bermotor kini cuma jadi simbol dari pemborosan energi, penurunan produktivitas, dan sederet tragedi lalu lintas yang kian lama kian menyeramkan.
5
Nasi Makanan Peraya Kebebasan
“Belum makan namanya, kalau belum makan nasi�. Ini ungkapan yang umum ditemui Indonesia, dan si pembicara rasanya akan jadi anak Indonesia sejati, merah putih hingga ke sumsum tulang, hanya lewat ungkapan ini. Baik untuk sarapan, makan siang, maupun makan malam, nasi selalu jadi pilihan orang Indonesia. Sejak lahir kita percaya nasi adalah makanan pokok orang Indonesia. Tiap rumah punya cadangan beras; tiap restoran selalu
perhatian yang tidak sedikit. Saat itulah beras menjadi langka dan nasi jadi makanan premium yang hanya bisa dinikmati kaum bangsawan. Saat itu, Belanda juga mengadaptasi cara makan nasi a la keluarga kerajaan Indonesia, dan menyebutnya dengan nama rijstaffel (rice table). Selama masa penjajahan, nenek moyang kita bertahan hidup dengan umbi-umbian, seperti ubi atau singkong, karena nisbi lebih mudah tumbuh dan ditemukan liar dalam hutan.
139 KILOGRAM per kapita per tahun Konsumsi beras Indonesia, dua kali lipat konsumsi beras negara Asia Tenggara lainnya. mencantumkan nasi dalam buku menunya. Sebagian besar dari kita tidak keberatan makan tanpa lauk, selama ada nasi hangat mengepul di atas piring. Padahal sampai abad ke-13, masyarakat Nusantara masih menyandingkan jagung, ketela, singkong, dan sagu sebagai makanan pokok, sejajar dengan nasi. Kok bisa?
WORLD BUFFET
Sebagai penduduk negara agraris yang menggantungkan hidup pada hasil bumi, nenek moyang kita punya sistem pertanian yang cukup kompleks pada zamannya. Kala itu mereka punya perhitungan sendiri tentang apa yang harus ditanam, kapan, dan berapa banyak. Padi dan jenis padi-padian lainnya, sebagai tanaman yang butuh banyak asupan air, ditanam pada musim hujan. Setelah musim hujan lewat, biasanya yang ditanam adalah umbi-umbian .
Setelah merdeka, mengonsumsi nasi jadi salah satu cara kita untuk merayakan kemerdekaan. Padi ditanam sebanyak-banyaknya di seantero negeri untuk merayakan bebasnya kita dari penindasan sekaligus melepas kerinduan kita pada sebakul nasi hangat yang sebelumnya termasuk kategori mewah. Pada masa Orba, produksi beras kita ditingkatkan hingga batas maksimal, dan nasi resmi menjadi makanan pokok kita, nyaris satu-satunya.
Satu lahan tanah konon tidak bisa terus menerus ditanami satu jenis tanaman yang sama. Kala itu nenek moyang kita mengkaitkan hal ini dengan kepercayaan mereka. Dari sisi ilmiah, hal ini masuk akal. Satu jenis tanaman yang sama akan menghabiskan nutrisi yang sama dalam tanah. Akibatnya tanah jadi tidak subur. Pergantian jenis tanaman penting dilakukan untuk alasan ini, karena dahulu nenek moyang kita belum mengenal aneka pupuk kimiawi. Pada masa penjajahan, pelan-pelan harga beras melambung. Alasannya, Belanda lebih menggalakkan kopi atau cengkeh sebagai hasil bumi andalan. Apalagi, penanaman padi butuh
Prasmanan khas Indonesia yang diadaptasi Belanda. Saat tamu berkunjung, kekayaan ragam sajian lauk akan menjadi gengsi tersendiri bagi pemimpin koloni, menyatakan kekayaan sumber daya dan hasil bumi tanah koloni mereka. Januari-Februari 2013
11
Artikel Utama Hari ini, nasi bukan hanya jadi makanan utama, melainkan juga sumber masalah. Dari segi kesehatan, kandungan gula yang tinggi dalam nasi menyebabkan maraknya diabetes di kalangan usia produktif, bahkan sekalipun mereka mengaku tidak 'makan yang manismanis'. Hal itulah salah satu alasan Indonesia ada di peringkat empat dunia untuk penyakit gula berlebih itu. Porsi konsumsi nasi yang besar juga jadi salah satu penyebab obesitas, karena tidak diimbangi aktivitas fisik memadai. Di bidang pertanian, lahan yang tersisa tidak lagi cukup untuk memenuhi permintaan beras nasional yang gila-gilaan. Sebagai bangsa pemakan nasi terbesar di dunia, prioritas kita terbelah antara menggunakan lahan sebagai pemukiman, area industri, atau semata untuk
6
memenuhi konsumsi beras kita, yang tak pernah cukup. Bahkan tahun lalu, Menteri Perdagangan, Gita Wirjawan, harus menandatangani kesepakatan impor 2,2 juta ton beras tiap tahunnya dari Kamboja dan Thailand untuk memenuhi kerakusan bangsa kita terhadap nasi. Dari sisi lingkungan, kesuburan tanah pertanian kita terus menurun dari tahun ke tahun, bukan hanya karena isu pemanasan global dan paparan bahan kimiawi, melainkan juga karena tidak adanya sistem pergantian tanaman yang seimbang seperti dulu. Terus menerus mengenyangkan negeri ini dengan nasi rupanya membawa ketidakseimbangan ekosistem yang tidak sederhana pada lingkungan kita. Entah sadar atau tidak, kita masih menikmati sepiring nasi hangat, tiap hari. Itu pun bersisa.
Populasi Manusia Memenuhi Bumi dan Menaklukkan Seluruh Isinya?
Salah satu tujuan hidup mahluk-hidup, tidak terkecuali manusia, adalah untuk meneruskan keturunannya. Segala hal kompleks dalam peradaban kita, entah itu ilmu sains, teknologi, agama, hingga politik, sebenarnya hanya bermuara pada satu tujuan; manusia ingin melestarikan spesiesnya di muka bumi. Flora dan fauna yang awalnya punya beragam cara pertahanan diri masing-masing pun, sekarang tidak lagi benar-benar perlu cara pertahanan seperti itu. Bagi spesies selain manusia, satu-satunya cara pertahanan adalah dengan menjadi berguna bagi manusia. Cabai, yang awalnya punya rasa pedas untuk mengusir pemangsa, kini menjadi salah satu makanan favorit manusia. Walau caranya tidak seperti yang diharapkan, tujuan mereka untuk tetap eksis di bumi ini bisa tercapai. Sementara, makhluk lainnya yang tidak punya kemampuan untuk memenuhi kebutuhan manusia akan sekadar dicatat, kemudian ditinggalkan dan punah dengan sendirinya.
Pertimbangan manusia untuk bereproduksi sebenarnya sederhana: makin banyak populasi, makin banyak kader-kader berkualitas yang bisa dipilih. Tidak peduli sesering apa kita menggembor-gemborkan jargon tentang pentingnya kualitas, pada akhirnya jika merujuk pada masalah populasi, kuantitas selalu menang. “Banyak anak banyak rezeki”, katanya. Tiap anak manusia tentu saja punya rezekinya sendiri-sendiri di muka bumi. Jadi makin banyak anak manusia yang ada, pasti makin banyak rezeki—keuntungan bagi manusia—bagi sebuah keluarga. Tapi dalam skala makro, apakah masalahnya bisa sesederhana itu? Tentu saja membesarkan anak manusia jauh beda dengan membesarkan anak kuda nil, misalnya. Anak manusia tidak cukup diberi pangan, sandang, dan papan. Dia butuh pendidikan, kasih sayang, juga iPhone dan PSP. Jangan lupakan internet. Saat ini, belum semua anak terpenuhi kebutuhan sandang, pangan, dan
801 SPESIES HEWAN
TELAH PUNAH SEJAK SEJARAH MANUSIA PERTAMA TERCATAT
International Union for Conservation of Nature’s “Red List”, Februari 2011 12
Soul of Campus
papannya. Walau sadar bahwa mereka belum mampu memenuhi kebutuhan anaknya, tetap saja ada orang tua yang menanyakan, “Nak, kamu mau dibuatin adik?” Sebelum membela diri dengan kalimat 'tiap anak manusia punya rezekinya masing-masing', tidakkah kita seharusnya bertanya dulu, sanggupkah kita membesarkan manusia dan juga membekalinya dengan kualitas diri yang jauh lebih baik dibanding generasi sebelumnya—tidak sekadar memberikan sandang, pangan, dan papan? Jargon “banyak anak banyak rezeki” inilah yang mempersulit pemerintah Orba menyukseskan program Keluarga Berencana. Padahal dengan memakai alat KB, rantai kemiskinan dalam lingkup keluarga di Indonesia bisa dipotong. Perencanaan jumlah anak yang benar, memungkinkan suatu keluarga akan meningkatkan kualitas anggota keluarganya dan memudahkan para orang tua untuk mendidik anak mereka dengan lebih baik. Bahkan sekalipun sebagai individu kita merasa sanggup, bagaimana dengan bumi kita? Dengan populasi tujuh milyar, yang artinya ada setidaknya 15 juta orang yang berulang tahun di tanggal yang sama dengan kamu, sanggupkah bumi kita menampung manusia lagi? Akankah ada cukup banyak makanan? Cukup banyak air bersih? Cukup lapangan pekerjaan? Akankah ada tempat yang lebih baik bagi angkatan selanjutnya untuk hidup? Atau sebenarnya kita cuma sedang memasok generasi baru, berharap mereka bisa untuk bertanggung jawab atas kesalahan yang dibuat pendahulunya? Soylent Green, sebuah film fiksi sains, menjelajahi masalah-masalah yang terjadi karena bumi yang terlalu penuh. Kekurangan makanan, sumber daya alam yang menipis, dan kemiskinan adalah dampak utama yang terjadi di distopia penuh manusia. Manusia menjadi makhluk berorientasi-proses yang mengeruk sebanyak-banyaknya sumber daya alam untuk membangun hal yang mereka sebut dengan peradaban. Bukan hal yang mustahil kalau beberapa ratus tahun lagi, sebagian dari kita akan bekerja sebagai Jake Sully yang menjelajah planet lain untuk mencari sumber daya. Dampak sosial pun akan terasa. Kebebasan pribadi akan makin sempit dan hukum akan
makin ketat. Tujuan utama hukum adalah mengatur interaksi antara manusia. Makin tinggi kepadatan populasi, makin tinggi juga probabilitas masalah terjadi, sehingga akan dibutuhkan hukum pidana-perdata yang lebih banyak dan lebih mengikat.
Pada 1958, Aldous Houxley bahkan meramalkan bahwa demokrasi akan terancam karena padatnya penduduk, dan mungkin membangkitkan sistem pemerintahan yang totaliter. Paul Elrich, dalam The Electronic Journal of Sustainable Development, menyimpulkan penelitiannya sebagai berikut: “Our group's analysis of what the optimum population size might be like comes up with 1.5 to 2 billion, less than a third of what it is today.” Menurut dia, dan banyak pakar ekologi lainnya, jumlah manusia di dunia telah melebihi angka optimal yang seharusnya dicapai untuk memiliki kehidupan bumi yang seimbang. Pada 1958, Aldous Houxley bahkan meramalkan bahwa demokrasi akan terancam karena padatnya penduduk, dan mungkin membangkitkan sistem pemerintahan yang totaliter. Ini bukan berarti manusia harus berhenti berkembang biak, atau lebih buruk lagi, mengurangi populasi manusia di bumi dengan drastis, seperti yang dilakukan Mao De-Zong terhadap 70 juta orang, dan yang dilakukan Hitler terhadap 12 juta orang. Yang dituju justru soal kesadaran, bahwa tidak peduli semodern apa cara kita hidup, kita harus sadar bahwa tiap hal, kecil atau besar, berhubungan dengan kita. Dalam suatu siklus kehidupan yang kompleks, kelangsungan hidup kita berkaitan dengan banyak aspek: lingkungan, ekonomi, politik, bahkan seni dan budaya. Kalaupun kita masih egois dan merasa hal-hal tersebut tidak memberikan pengaruh apapun terhadap diri kita, paling tidak hal-hal tersebut berpengaruh terhadap kelangsungan generasi manusia di masa depan. Januari-Februari 2013
13
Artikel Utama
Menyelaraskan Pandangan dan Zaman
WIKIMEDIA COMMON
Pasti selalu ada warisan tradisi dari masa lalu yang bisa bertahan dan memang layak dipertahankan. Lagu-lagu pop tahun ‘90-an, misalnya. Kenapa hingga tahun 2013 ini kita menganggap lagu-lagu tahun ‘90-an tersebut bagus? Karena lagu-lagu yang “tidak bagus� akan dengan sendirinya tereliminasi dan tergerus lagu modern. Modern dan tradisional pada akhirnya telah menjadi cara pandang kita terhadap kehidupan, bukan sebatas produk budaya yang terikat waktu. Tidak ada yang lebih baik dari keduanya; yang ada hanya dua cara pandang yang lahir dari situasi dan kondisi yang berbeda, untuk memberi solusi pada masalah yang muncul di masanya. Tentu tiap pilihan punya kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Cara pikir modern mengajarkan kita tentang nilai-nilai kemanusiaan sementara cara pikir tradisional mengingatkan kita untuk tetap rendah hati; manusia hanya sebagian kecil dari siklus jagat raya. Cara pikir modern mengajarkan
kita bahwa manusia, lewat daya dan upaya, bisa melakukan apapun yang ia inginkan, sementara cara pikir tradisional mengingatkan kita bahwa dalam tiap pencapaiannya, daya upaya manusia saja tidak cukup. Dalam hidup, kita tidak harus mengambil satu cara saja, kemudian mengesampingkan yang lain. Alih-alih, kita bisa memahami keduanya dan menyelaraskan keduanya untuk memecahkan berbagai permasalahan di sekitar kita. Semakin banyak cara pandang yang kita pahami, semakin banyak pula filter kita untuk memilah yang baik dari yang buruk, bukan hanya untuk kita melainkan juga untuk seluruh kehidupan di sekitar kita, di masa ini dan di masa depan. Pada buku Jared Diamond, The World Until Yesterday, dia memberikan wawasan kepada sejarah kebudayaan manusia lewat penelitiannya pada masyarakat-masyarakat pedalaman, dan memberikan fakta unik bahwa gaya hidup masyarakat tersebut bisa diadopsi oleh masyarakat masa kini. Manusia telah menjadi tradisional jauh lebih lama ketimbang mereka menjadi modern. Makanan yang dijual, menulis, sistem politik, dan polisi adalah hal yang baru di peradaban manusia, jika dibandingkan dengan apa yang ada pada peradaban manusia beberapa ribu tahun terakhir. Dengan bercermin pada cara para pendahulu kita, para masyarakat tradisional, hidup dan dalam mendidik anak, merawat orang tua, beretika dalam perang, berproses dalam kedamaian, peradilan bagi penjahat, agama, pembentukan bahasa, kesehatan, dan perilaku pada pendatang baru, kita bisa berargumen bahwa mengadopsi budaya Barat tidak selalu memberikan solusi terbaik.
Tarantula goreng, makanan khas Kamboja yang dapat ditemukan di banyak tempat dibeli seharga Rp1000,00 per tusuk. Sementara kebanyakan orang Barat risih melihat orang Kamboja makan makanan hewani ini, orang Kamboja pun risih melihat orang Barat makan ayam plastik dan telur sintesis. Modern?
Hanya dengan menghormati bagaimana angkatan pendahulu dan angkatan kini membuat solusi atas pertanyaan mereka, kita bisa membentuk kearifan lokal kita sendiri di masa depan. Talitha Marcia Farid
14
Soul of Campus
15
Dua Sen
WADAH PENJANGKAU MEMPERTEMUKAN BRAND DENGAN KONSUMEN
LEWAT KEMASAN SACHET Indonesia, sebuah negara besar dengan kekayaan sumber daya alam dan manusia, hingga saat ini tetap menjadi daerah pasar utama bagi para pelaku industri dan bisnis dunia. Kalau 50% saja dari jumlah penduduk Indonesia digolongkan sebagai konsumen yang potensial dan memiliki daya beli yang kuat, maka angka tersebut sudah mencapai 125 juta jiwa. Sebuah wilayah pemasaran yang fantastis. Herry Hudrasyah Sekolah Bisnis dan Manajemen ITB
Indonesia memiliki daya tarik yang luar biasa bagi para pelaku bisnis dan industri di bidang apapun, termasuk industri ritel Fast Moving Consumer Goods (FMCG), sebuah industri yang membuat barang-barang untuk keperluan sehari-hari yang diperlukan oleh masyarakat umum untuk memenuhi keperluan hidupnya contohnya makanan mie instan, kue kering, gula pasir, kopi, garam, hingga bumbu dapur. Juga barang barang keperluan mandi seperti pasta gigi, sabun mandi, sampo dan ratusan jenis produk lainnya yang kita perlukan sehari-hari. PT. Unilever Indonesia, salah satu produsen FMCG yang tertua dan terkemuka di Indonesia telah menjalankan bisnis di bidang ini lebih dari 85 tahu; kemudian Procter & Gamble, Kao, Tancho, Garuda Foods, Indofoods dan lainnya menyusul. Hingga kini mereka telah melayani keperluan masyarakat Indonesia di bidang FMCG. Dapat kita bayangkan betapa besarnya jumlah produk FMCG yang telah mereka produksi untuk memenuhi tuntutan pasar kita. Awalnya, kemasan FMCG banyak menggunakan ukuran besar—350ml, 500ml, 1000ml, dan 1500ml—dari material gelas, alumunium, kertas berlapis lilin, karton berlapis plastik, ataupun seng. Harga penjualan produk-produk tersebut 16
Soul of Campus
juga digolongkan pada tingkat premium. Karenanya, kebanyakan jenis barang FMCG bukan ditujukan bagi lapisan masyarakat kelas menengah-bawah, melainkan masyarakat konsumen kelas atas saja. Dari sisi pertimbangan bisnis, hal ini kurang menguntungkan. Pertama, karena ada waktu penjualan yang tertunda; kedua, karena segmen pembelinya sangat terbatas pada konsumen yang memiliki daya beli yang kuat saja, sementara lainnya terabaikan. Persoalan tersebut akhirnya terselesaikan dengan ditemukannya metode pengemasan produk dalam bentuk sachet pada tahun 1983 oleh C. K. Ranganathan dari perusahaan Cavin Kare The Indian company. Dari bahasa Perancis yang berarti “tas kecil�, sachet adalah suatu cara pengemasan barang dalam bentuk kantong berukuran kecil menggunakan bahan baku plastik karena karakter bahannya mudah untuk dibentuk. Tujuannya agar barang dapat dikemas dalam bentuk yang kecil memungkinkan hanya untuk satu kali pemakaian saja, sehingga harganya dapat terjangkau oleh semua lapisan. Sachet akhirnya dipergunakan juga oleh hampir
seluruh barang-barang FMCG merek kelas menengah hingga papan atas, mulai dari makanan, minuman ringan, hingga produk perawatan tubuh. Kini produk mereka menjadi sangat dikenal di segmen konsumen kelas menengah dan kelas bawah karena harganya yang terjangkau oleh semua lapisan kelas pembeli. Keunggulan kemasan ini adalah kemampuannya menekan biaya produksi bila dibandingkan dengan produk yang menggunakan kemasan lainnya. Pengemasan produk dengan metode sachet dapat dikatakan revolusioner. Sachet memang dirancang untuk mengantarkan produk dalam ukuran kecil atau untuk sekali pakai. Hal ini memberikan inspirasi pada pelaku bisnis di bidang makanan seperti restoran, kafe, dan hotel. Salah satu ragam produk sachet yang sangat populer adalah “condiment sachet�, yaitu produk yang dibuat untuk keperluan makanan kecap atau sambal cabe. Produk ini sering kita dapatkan di restoran siap saji, dan kini banyak digunakan oleh berbagai produk bumbu masak. Produk yang dikemas dengan plastik “sachet� umumnya merujuk pada produk ritel yang hanya dapat digunakan selama periode singkat terhitung tahan hanya beberapa hari, atau paling lama dalam tahan waktu satu tahun. Lebih dari itu, produk FMCG akan membahayakan penggunanya. Umumnya, FCMG memiliki umur simpan yang pendek sebagai akibat dari permintaan konsumen yang tinggi atau karena produk memiliki keterbatasan daya tahan dan mudah rusak, seperti pada produk daging, buah-buahan,
sayuran, dan produk susu cair. Saat ini, bisnis FMCG sachet akhirnya dibangun berdasarkan pada kekuatan merek juga distribusi yang konsisten tertata dengan baik. Pencapaian distribusi secara menyeluruh, rantai pasokan yang kuat dan memastikan produknya tersedia di pasar agar konsumen dapat menemukan produk FMCG setiap saat dengan mudah. Rantai pasok (supply chain) benar-benar harus kuat dan baik. Konsisten dalam menjalankan pekerjaannya proses dan sumber daya termasuk pemasok, produsen, penyedia layanan logistik, gudang, distributor, grosir dan semua entitas lainnya yang mengarah pada pengiriman barang-barang FMCG hingga sampai ke konsumen akhir di seluruh wilayah di Indonesia. Menurut berbagai narasumber, antara lain Nielson Indonesia, telah terjadi perubahan perilaku pada masyarakat konsumen kelas menengah-bawah di Indonesia yang memiliki kecenderungan membelanjakan pada berbagai produk yang tidak direncanakan sebelumnya. Hal ini memberikan peluang baru kepada berbagai produk FMCG yang dikemas dengan sachet untuk selalu siap sedia terpajang di tempat penjualan seperti kios, toserba, pasar, supermarket. Dengan demikian, pembelian akan produk FMCG akan semakin terus meningkat, memberikan keuntungan bagi para pelaku bisnis dan industri tersebut. Sedangkan masyarakat kelas-atas cenderung menghabiskan lebih banyak pada produk yang memiliki nilai tambah, "meskipun harganya bisa
Ritel Indonesia Akan Berjaya Pudjianto, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), menyambut baik perkembangan bisnis ritel di Indonesia. Bisnis ini dinilai sangat maju dengan rata-rata pertumbuhan mencapai 10% per tahun dan angka perputaran uang mencapai IDR 115 triliun. Berdasarkan analisis tahun 2011–2012, produk FMCG akan terus tumbuh dengan optimis sebesar 13%. Pencapaian ini meningkat dibanding tahun 2010 yang hanya mencapai 11.7%. Januari-Februari 2013
17
dua kali lipat". Produk yang dimaksud antara lain produk susu bubuk dengan berbagai nilai tambah dan berbagai produk perawatan tubuh seperti sampo, kondisioner rambut, dan pasta gigi. Makanan dan produk perawatan tubuh menjadi pendorong utama laju pertumbuhan penjualan produk FMCG di Indonesia.
pertumbuhan perekonomian, hal tersebut dinilai sangat positif dan menandakan bahwa tingkat perekonomian masyarakat Indonesia tumbuh lebih baik dibandingkan sebelumnya.
...telah terjadi perubahan perilaku pada masyarakat konsumen kelas menengah-bawah di Indonesia; golongan ini memiliki kecenderungan untuk membeli berbagai produk yang sebelumnya tidak direncanakan untuk dibeli.
Keberhasilan bisnis dan industri FMCG sachet di Indonesia karena perputarannya yang cepat dan jumlahnya yang sangat banyak pada akhirnya mulai menimbulkan masalah baru: limbah. terhadap limbah sampah plastik dari kemasan Pascapenggunaan produk, konsumen tidak mau mengindahkan kondisi lingkungan tempat mereka berada. Konsumen di negara umumnya membiarkan kemasan tersebar di mana-mana, mengotori seluruh lingkungan setiap saat sepanjang tahun dengan jumlah yang tidak ada habisnya. Hal ini menyebabkan polemik baru dalam bisnis dan lingkungan.
Penjelasan tersebut, yang diberikan oleh para pakar ritel dan pakar dari Nelson Indonesia kepada berbagai media pers di Indonesia, memberikan gambaran bahwa perkembangan bisnis FMCG di Indonesia hingga saat ini mampu memberikan daya tarik dan keuntungan bagi para pelaku usaha untuk terus mengembangkan FMCG di Indonesia. Ditinjau dari sisi
Situs Greeneration.org mengiyakan bahwa, di Indonesia, pada kenyataannya hampir semua produk menggunakan plastik sebagai alat pembungkus utama. Mulai dari produk mie instan, teh celup, kopi, hingga makanan ringan. Sehingga tidak ada pilihan lain bagi kita selain menghindari penggunaan plastik dan tidak membuang sampah plastik sembarangan. Sudah saatnya pelaku bisnis dan industri di
VIVAnews, 2012 — Sampah selalu menjadi masalah bagi pemerintah, bahkan diperkirakan sampah setiap harinya di Indonesia ini mencapai 200 ribu ton. Sayangnya tingginya volume sampah itu belum tertangani secara baik oleh pemerintah karena berbagai keterbatasan. Akibat sampah, pemerintah didorong untuk mengembangkan program pengolahan sampah mandiri. Program tersebut diharapkan hingga tahun 2013 mampu menekan hingga 30 persen volume sampah yang dihasilkan masyarakat. "Program pengelohan sampah mandiri segera dilaksanakan karena sekitar 500 TPA yang ada sebanyak 90 persennya bisa dikatakan tidak layak karena belum dikelola dengan sanitasi landfill," kata Asisten Deputi Urusan Pengendalian dan Pengelolaan Limbah Domestik, Kementrian Lingkungan Hidup (KLH), Tri Bangun L Soni, di Yogyakarta, 21 Februari 2010. Jumlah produksi plastik dunia, menurut Data Program Lingkungan PBB (UNEP), terus 18
Soul of Campus
meningkat dari 116 juta ton pada 1992 menjadi 255 juta ton pada 2007. Setelah krisis ekonomi, produksi plastik mencapai rekor baru yaitu sebesar 265 juta ton/tahun pada 2010. Dengan kata lain, dalam 16 tahun terakhir, jumlah produksi plastik naik 149 juta ton (tumbuh 15% per tahun). Menurut UNEP, penduduk di negara maju, rata-rata menggunakan plastik sebanyak 100 kg per tahun pada 2005. Sementara penduduk di negara berkembang mengonsumsi plastik sekitar 20 kg per tahun. UNEP memperkirakan, jumlah konsumsi plastik dan sampah plastik akan terus meningkat dalam sepuluh tahun ke depan. Sekitar 50% plastik yang ada di pasaran saat ini digunakan hanya untuk satu kali pemakaian. Tidak hanya di darat, jumlah sampah plastik yang masuk ke laut juga semakin besar. Sampah ini mengapung dan mencemari rantai makanan. Sampah ini mengancam organisme dan kehidupan hewan-hewan laut seperti burung dan mamalia ukuran kecil.
Indonesia menekankan kegiatannya pada bisnis yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan. Hal ini perlu ditekankan agar kondisi lingkungan dan mahluk hidupnya tidak rusak karena keteledoran manusia itu sendiri saat melakukan bisnis dengan mengeksploitasi kondisi alam lingkungannya atau merusak kondisi alam lingkungan dengan berbagai sampah yang menjadi limbah pada lingkungan tempat manusia hidup bersama mahluk lainnya. (Surna T. Djajadiningrat, Ekonomi Hijau, 2011) Saat ini, sampah kemasan sachet telah menimbulkan masalah serius bagi lingkungan hidup di Indonesia. Pemikiran para pakar ekonomi lingkungan tersebut kini benar-benar terjadi di berbagai kota besar, kota kecil, hingga pedesaan. Di antara limbah sampah tersebut yang paling dekat dengan kehidupan manusia itu sendiri adalah limbah sampah bekas pembungkus makanan, minuman, sampo, sabun mandi, sabun cuci, pasta gigi—berbagai jenis FMCG yang dikemas dengan teknologi sachet. FCMG sachet memiliki jumlah pengguna terbesar menyebar di seluruh lapisan konsumen, jumlah sampahnya pun besar. Dalam kondisi penuh limbah plastik ini pun, peran pemerintah Indonesia selaku regulator dan para pelaku usaha industri FMCG sachet di Indonesia sebagai produsen hingga kini masih semu. Tidak ada tindakan nyata yang dapat dijadikan teladan bagi masyarakat konsumen yang telah memberikan keuntungan bagi para pelaku usaha atas proses jual beli yang telah dilakukannya. Pemikiran sustainable business future seharusnya segera dilaksanakan oleh para pelaku usaha bisnis untuk segera membantu mengatasi persoalan limbah plastik dari kemasan FMCG sachet. Hingga hari ini, dalam melakukan perniagaannya para pelaku usaha industri FMCG ini masing-masing pelaku usaha
belum sepenuhnya menjalankan kewajiban sustainability business future. Selama ini, tanggung jawab pengelolaan limbah kemasan pascapenggunaan oleh para konsumen dibebankan kepada masyarakat dan pemerintah kota masing-masing wilayah. Dalam kasus ini, pelaku usaha FMCG yang memproduksi barangnya dalam bentuk kemasan sachet di Indonesia diharapkan menunjukkan keterlibatannya dalam upaya menyelesaikan persoalan limbah kemasan sachet FMCG. Misalnya, dengan mencoba mencarikan jalan keluar, seperti menarik ulang setiap kemasan yang mereka buat untuk mengantarkan isi produknya kepada konsumen. Jika hal tersebut dapat dilaksanakan, pelaku usaha FMCG turut membantu merubah paradigma pada masyarakat konsumen Indonesia dari sikap dan gaya hidup yang “tidak ramah lingkungan� menjadi masyarakat konsumen yang pro kepada pelestarian lingkungan. Bila masyarakat konsumen ini berhasil dibentuk dalam jumlah besar dan tersebar di berbagai wilayah, hal ini diharapkan dapat mempengaruhi perilaku masyarakat konsumen lainnya yang belum memahami hal tersebut. (Jay & Shel: 2010) Semua kegiatan bisnis di masa mendatang tidak dapat ditunda lagi jika para pelaku usaha ingin usahanya dapat berlangsung lama dan berkesinambungan. Selain perusahaaan harus mengacu kepada ISO 20000 tentang Pengemasan dan Distribusi, serta pada ISO 14001 tentang Produksi dan Lingkungan hidup, visi dan misi perusahaan harus dirubah untuk lebih mempertimbangkan kebijakan perbaikan dan pemeliharaan lingkungan. Dengan demikian, arah tujuan bisnis yang dilakukan tidak semata hanya untuk mendapatkan keuntungan materi, tetapi juga untuk memberikan manfaat bagi manusia dan mahluk hidup lainnya dengan cara turut serta melakukan pemeliharaan lingkungan.
Herry Hudraysah Pengampu Mata Kuliah Strategi Pemasaran dan Bisnis SBM ITB Mata Kuliah Ajar 1. Bisnis Komunikasi 2. Emotional Branding 3. Advertising Management 4. Servicescape Management 5. Green Marketing
Pendidikan S1 DKV, FSRD, ITB S2 DKV, Musashino Art University, Tokyo JPN S3 Produk Desain dan Komunikasi Takushoku Univ Tokyo S3 DMB F.E. Unpad Bidang Pemasaran, kandidat
Januari-Februari 2013
19
Fitur
BERGURU PADA SANG PENJAGA SUNGAI
20
Soul of Campus
Hampir seluruh rumah di desa-desa sepanjang Sungai Mahakam dibangun dengan kayu ulin. Kayu ulin dikenal sebagai kayu yang akan menjadi semakin kuat strukturnya jika terkena air terus-menerus. Sekarang, semakin tahun harga kayu ulin semakin mahal. SOUL OF CAMPUS/SHEYKA N.
Januari-Februari 2013
21
Fitur Samar-samar suara semburan udara terdengar dari kejauhan. Cepat-cepat saya meminta Darwis untuk mematikan mesin kemudi. Tidak sampai sepuluh detik, kapal yang dioperasikan sehari-hari sebagai taksi air itu berhenti melaju. Seketika keheningan menyelimuti kami yang sedang berada di dekat bantaran anak sungai saat itu.
D
i suatu siang yang cerah, dua orang nelayan Desa Pela, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, sepakat untuk menjuluki saya "Si Anak Kota". Syukurlah, julukan itu tidak berarti buruk. Menurut mereka, sungguh kasihan orang-orang kota yang pengetahuan akan kehidupan pedesaannya begitu minim sampai-sampai begitu terkejut ketika datang ke Sungai Mahakam. Sungai yang mirip dengan Sungai Amazon dan Sungai Mekong yang sering mereka lihat di film-film dokumenter itu benar-benar ada di Indonesia. Kesan mistis tentu ada dan kerap menghantui sampai hari ketiga saya tinggal di sana. Pada hari itu, saya membuktikan sendiri bahwa
Sungai Mahakam benar-benar bukan hanya dihuni oleh manusia dengan rumah-rumah rakit mereka, melainkan juga oleh makhluk lain, yakni seekor karnivora. "Pesut!" seru Julian si spotterď ‹ dengan tubuh menghadap ke sisi kanan kapal. Kepercayaan penuh pada insting mahasiswa Program Studi Kehutanan Universitas Mulawarman itu membuat semua kepala seketika menoleh ke arah yang sama. Dengan seksama kami susuri permukaan anak sungai yang berada di dalam jangkauan pandangan mata. Riak sekecil apapun dapat menjadi pertanda keberadaan hewan yang diserukan Julian tadi.
Deretan papan kayu ini disebut tamba, salah satu alat pancing dalam Bahasa Kutai. Jika tamba dijejer dan dibentuk seperti pagar, alat pancing itu disebut tamba hampang. SOUL OF CAMPUS/SHEYKA N.
Tiba-tiba kami dikagetkan oleh suara semburan udara yang segera diikuti dengan suara rana kamera yang seperti tak ada habisnya. Dua orang fotografer yang bertugas dalam pengamatan sudah bersiap-siap untuk pemandangan di hadapan kami saat itu. Di hadapan kami berenang enam ekor hewan dengan tubuh berwarna abu-abu dan sirip punggung berbentuk segitiga. Kami menduga mereka berenang dalam satu kelompok yang sama. Masing-masing hewan itu muncul dan menghilang dari dan ke dalam air secara cepat, tidak sampai dua detik untuk setiap surface runď Œ. Salah satu anggota kelompok diperkirakan masih berumur di bawah lima tahun karena ukuran tubuhnya yang terlampau lebih kecil dibanding yang lain.
Hewan-hewan yang kami lihat tersebut adalah Lumba-lumba Irrawaddy. Menurut cetologistď ? Danielle Kreb, di Indonesia mamalia bernama Latin Orcaella brevirostris ini diketahui hanya berada di perairan air tawar dan payau di Kalimantan Timur dan Barat. Masyarakat Suku Kutai menyebutnya pesut Mahakam, sedangkan masyarakat pesisir di Kalimantan Barat menamainya lumba-lumba idong pesek—karena tidak adanya moncong yang panjang seperti lumba-lumba hidung botol (Tursiops truncatus). Sang predator adalah hewan kebanggaan Kota Samarinda. Sayangnya, sejak tahun 1997, ia merupakan anggota tetap Daftar Merah IUCN (International Union of Conservation Nature) sebagai paus bergigi (Odontoceti) dengan status "Critically Endangered" atau terancam punah.
Alat pancing tamba hampang (kanan) dapat terlihat dengan jelas dipasang oleh nelayan di tepian sungai, sedangkan rengge (jaring insang) dipasang agak ke tengah dalam bentuk melingkar. SOUL OF CAMPUS/SHEYKA N.
Januari-Februari 2013
23
S
elain dihormatinya lumba-lumba Irrawaddy oleh masyarakat Suku Kutai, pada faktanya mamalia tersebut adalah salah satu hewan buruan utama selama abad ke19, walau spesies ini termasuk endemik Kalimantan Timur. Lumba-lumba yang tertangkap di Sungai Mahakam diekspor ke berbagai negara, salah satunya Myanmar, untuk
menjadi sumber pendapatan utama dari akuarium dan tempat hiburan bertema akuatik. Spesies itu bahkan mendapatkan nama panggilan "Asia's Flipper". Popularitasnya mengingatkan banyak orang akan Kathy, bintang panggung Miami Seaquarium yang juga adalah seekor lumba-lumba hidung botol, yang terkenal secara global lewat film Flipper di tahun ‘60-an.
Para mantan pemburu lumba-lumba Irrawaddy kini beralih profesi menjadi pemancing. Salah satu hasil tangkapan yang umum di Sungai Mahakam adalah ikan patin air tawar. SOUL OF CAMPUS/ SHEYKA N.
24
Soul of Campus
Seiring dengan kematian Kathy pada awal tahun 1970, publik mulai menyadari bahwa praktik penangkaran lumba-lumba yang dilakukan oleh tempat hiburan menuai cukup banyak masalah. Kontroversi timbul seiring dikaitkannya kegiatan penangkaran dengan hak kesejahteraan hewan. Pada waktu yang sama pun IUCN mulai menetapkan status 'terancam punah' pada lumba-lumba Irrawaddy subspesies Mahakam karena jumlahnya yang semakin sedikit. Pada faktanya, tingginya kematian lumba-lumba di Sungai Mahakam menjadikannya by-catch atas sering terjeratnya spesies itu pada rengge. “Jaring insang” dalam Bahasa Kutai itu memang sering disebar oleh para nelayan di berbagai bagian sungai dengan ukuran jaring yang bervariasi, sehingga membahayakan lumbalumba yang pada dasarnya memiliki penglihatan buruk. Sejak saat itu, lumba-lumba Irrawaddy di Asia Tenggara dikatakan sebagai hewan langka. Sayangnya, jumlah lumba-lumba Irrawaddy di Sungai Mahakam masih jauh lebih sedikit daripada lumba-lumba Irrawaddy di Malampaya Sound, Filipina, dan di Sungai Mekong. Sama halnya dengan satwa-satwa liar di seluruh dunia, lumba-lumba Irrawaddy harus bertarung melawan waktu seiring dengan terjadinya peningkatan populasi manusia dalam belasan tahun terakhir. Mamalia dengan ciri khas garis mulut yang membuatnya selalu terlihat seperti sedang tersenyum ini harus mempertahankan habitatnya dari ekspansi pemanfaatan lahan secara besar-besaran oleh manusia. Di Kalimantan, ancaman datang dari konversi lahan hutan menjadi lahan perkebunan kelapa sawit dan pertambangan emas atau batu bara. "Yang terpenting dari konservasi satwa liar itu adalah dua hal: habitat dan mangsa," ujar Budiono, ketua yayasan konservasi Rare Aquatic Species of Indonesia, "Konversi lahan tentu mengubah kualitas tanah dan air tanah, dan elemen lingkungan sekitar yang pada akhirnya berdampak pada penurunan jumlah mangsa bagi banyak predator.” Sebagai hewan piscivorous, lumba-lumba Irrawaddy dianggap memakan spesies-spesies ikan yang sama dengan yang dikonsumsi oleh masyarakat yang tinggal di sepanjang Sungai Mahakam. Sekitar lima tahun yang lalu hal ini belum dianggap sebagai suatu konflik. Namun, penurunan jumlah ikan secara besar-besaran yang terjadi setelah itu membuat situasi di antara para nelayan sungai memanas. Lumba-
lumba Irrawaddy pun tidak luput dijadikan sebagai salah satu kambing hitam. "Dulu setiap hari kami bisa menangkap ikan lebih dari 50 pikul, tapi sekarang dapat 10 ekor saja susah," ujar Alul, salah satu nelayan yang juga adalah Kepala Desa Pela, Kabupaten Kutai Kartanegara. Pikul berarti kuintal dalam Bahasa Banjar. Kalau memang Alul berkata benar, sungguh istimewa kondisi lingkungan Sungai Mahakam pada saat itu. Nelayan-nelayan yang saya temui di Kecamatan Muara Kaman dan Kota Bangun pun mengutarakan pendapat yang kurang lebih sama dengan pendapat Alul. Beberapa dari mereka bahkan sangat yakin bahwa penurunan jumlah ikan disebabkan praktek-praktek penangkapan berlebih (overfishing) dengan rimpa yang sering dilakukan di Danau Semayang dan Danau Melintang sebelum praktek tersebut dinyatakan ilegal beberapa tahun yang lalu. Praktek penangkapan ikan dengan cara setrum (electrofishing) juga turut diduga sebagai salah satu penyebab menurunnya jumlah ikan. "Konflik antara pesut Mahakam dengan nelayan didasari oleh kesalahpahaman," ujar Ramdan, salah satu nelayan Desa Sangkuliman, Kecamatan Muara Kaman, tempat bermukim para mantan pemburu lumba-lumba Irrawaddy. Karena menurunnya permintaan dari tempattempat hiburan dan mulai diterapkannya Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999 tentang Tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa yang melindungi spesies itu, para nelayan kini menghidupi diri dengan melakukan praktik budidaya ikan patin dan ikan mas, serta sesekali mencari ikan dengan rawai (long-line). "Pesut memang sudah sewajarnya mencari ikan di sungai; karena ikan makin sedikit, beberapa nelayan jadikan hewan itu sebagai saingan." Beberapa nelayan juga menganggap lumbalumba Irrawaddy sebagai hewan yang oportunis. "Kadang kami temukan beberapa lubang rengge sobek dengan bentuk yang aneh. Siapa lagi yang mencuri ikan dan merobek rengge di tengahtengah sungai kalau bukan pesut?" kata Jaya, salah satu nelayan yang tinggal Muara Kaman. Sayangnya, sampai saat ini belum ada data saintifik yang dapat membuktikan bahwa pesut mengambil ikan dari jaring nelayan. "Tapi kami tidak bisa berbuat apa-apa. Kami takut dipenjara kalau berurusan dengan pesut." Januari-Februari 2013
25
Saat itu Sungai Mahakam sedang memasuki periode akhir dari musim penghujan. Perairan di hadapan saya terlihat cukup tenang, tapi tetap mengalir dengan cepat. Kondisi cuaca yang konstan pun membuat saya tidak perlu mencatat skala Beaufort berkali-kali. Skala Beaufort adalah skala internasional untuk kekuatan angin, mulai dari nilai 0 untuk udara tenang sampai nilai 12 untuk hurricane. “Sheyka, please record that barge," ujar Tara Whitty, mahasiswa kandidat Ph.D. dari University of California, tiba-tiba sambil menunjuk ke arah serong kanan dari kapal kami. Dari kejauhan memang tampak sebuah kapal penarik dengan rantai-rantai raksasa yang diikatkan pada sebuah tongkang. Di dalam tongkang itu tampak empat buah gunungan pasir berwarna hitam. Beberapa pasir di sudutsudut tongkang terlihat seperti siap jatuh ke sungai. "Must be a whole lot of coals there." Tidak lama setelah itu, kapal kami memasuki bagian utama Sungai Mahakam dimana sebuah dermaga khusus kapal penarik dan tongkang batubara didirikan di bantaran sungai. Sementara itu, tongkang-tongkang yang kosong terlihat diabaikan tidak jauh dari lokasi dermaga itu. Lima menit kemudian, kapal kami melintasi sebuah area tanpa pepohonan. Pemandangan
itu mengingatkan saya kembali akan sebuah area yang akan dijadikan perkebunan kelapa sawit di sekitar Kecamatan Muara Muntai. Kami yang ada di dalam kapal hanya bisa terdiam, menjadi saksi dari pemanfaatan Kalimantan sebagai lumbung energi Indonesia. Saya teringat akan pemandangan lain dalam perjalanan dari Samarinda menuju Kota Bangun. Hampir sulit menemukan hutan belantara selama perjalanan. Di balik pohon-pohon di pinggir jalan yang sengaja tidak ditebang, terlihat hutan-hutan gundul dan kolam-kolam buatan dengan air berwarna kehitaman dan tutupan berwarna hijau muda, ribuan eceng gondok menumpang hidup disana. Saya hanya bisa berharap baik pemerintah maupun masyarakat yang tinggal di area sekitar kolamkolam itu secepatnya sadar akan bayang-bayang pencemaran air tanah oleh kandungan merkuri.
SOUL OF CAMPUS/SHEYKA N.
26
Soul of Campus
Saya akui bahwa saya sedikit berbangga atas reputasi Kalimantan yang kaya sumber daya alam. Walau begitu, berbagai perasaan bercampur aduk setelah itu, antara marah, sedih, dan bingung. Apalagi setelah tahu bahwa tiap harinya jumlah tongkang-tongkang pembawa batu bara yang melintasi Sungai Mahakam bisa mencapai sekitar 50 buah dengan 3 sampai 4 bukit batu bara dalam setiap tongkang. Masyarakat yang bermukim di sepanjang Sungai Mahakam sadar bahwa kapal-kapal penarik tongkang itu ada karena tingginya permintaan pasokan energi dari Jawa dan sekitarnya. Ironisnya, pasokan energi untuk masyarakat sepanjang Sungai Mahakam sendiri tidak terpenuhi dengan baik. Bahkan, masyarakat sepanjang Sungai Mahakam harus rela tidak mendapat aliran listrik dari pagi sampai sore. Dasar yang sama juga menjadi jawaban kenapa harga bahan bakar di kota-kota di Kalimantan
jauh lebih mahal daripada harga bahan bakar di kota-kota besar di Jawa. Saya bersyukur masih ada beberapa bagian Sungai Mahakam yang menawarkan keindahan dan keaslian alam Kalimantan Timur. Di Sungai Belayan dan Sungai Sabintulung, dua anak Sungai Mahakam, kami dapat menemukan burung-burung incaran para fotografer alam liar, mulai dari pecuk ular (Anhinga melanogaster) sampai raja udang meninting (Alcedo meninting). Sementara itu, di Sungai Kedang Kepala kami disambut oleh beberapa keluarga monyet bekantan (Nasalis larvatus) yang mendiami pohon-pohon di sepanjang sungai. Kami pun beberapa kali melihat langur di bagian ujung pohon. Di rawa-rawa Muara Kaman, Tara bahkan sempat memotret seekor berangberang. Sayangnya, hewan itu dianggap sebagai pengganggu oleh para nelayan.
Januari-Februari 2013
27
Sungai Mahakam Besar adalah sebutan bagi bagian utama sungai yang berada di antara hulu dan hilir. Lumba-lumba Irrawaddy yang dulunya menyukai daerah hulu harus bermigrasi dan membiasakan hidup di Sungai Mahakam besar karena, menurut nelayan, jumlah ikan di hilir sungai sudah sangat sedikit. Beberapa nelayan menghubung-hubungkannya dengan area hilir sungai sebagai area favorit bagi perusahaan perkebunan kelapa sawit. Mengetahui kenyataan pahit tentang pemanfaatan sumber daya alam di Kalimantan secara besar-besaran tentunya membuat saya merasa cukup kelelahan secara batin. Beruntung senja itu kami disuguhkan 'pertunjukkan dadakan' dari para lumba-lumba Irrawaddy di dekat Kota Bangun. Para mamalia itu sedang mencari ikan. Terkadang bagian tubuh mereka yang muncul ke permukaan hanya sirip samping atau ekor yang berwarna agak oranye karena pantulan sinar matahari senja. Beberapa diantara mereka pun beberapa kali memunculkan kepalanya ke permukaan air—sebuah gerakan yang disebut spyhop—untuk mengetahui keadaan sekitar. Ada pula saat dimana dua diantara tujuh lumbalumba Irrawaddy di hadapan kami saat itu berkali-kali menyemburkan air ke udara untuk menghalau perginya ikan-ikan. Perasaan lega yang muncul setelah itu tentu membuat niat kami untuk mendukung pelestarian lumbalumba Irrawaddy semakin kuat. Jika diperhatikan baik-baik, kemunculan lumbalumba Irrawaddy dari dalam air Sungai Mahakam yang berwarna cokelat dan sedikit berlumpur itu selalu terjadi di area-area dengan lalu lintas kapal yang rendah. Sebagai contoh, suara mesin kapal milik kami yang bertenaga sebesar 16 paardekracht atau horsepower dalam Bahasa Belanda cukup untuk membuat lumba-lumba Irrawaddy menghindar karena pendengaran mereka yang begitu tajam terganggu. Hal ini membuat kami sepakat untuk mematikan mesin kapal setiap kali tanda-tanda keberadaan lumba-lumba Irrawaddy muncul. Bagaikan mendapat inspirasi di siang bolong, saya seolah-olah diingatkan untuk membiasakan menghargai kehidupan makhluk-makhluk hidup lain, selain manusia. Bagaimanapun juga kita dan mereka yang hidup di alam liar itu adalah elemen penyeimbang kehidupan satu sama lain. Saya sedang berada dalam perjalanan menuju Bandara Sepinggan di Balikpapan ketika supir 28
Soul of Campus
mobil sewaan meminta saya bersiap-siap melihat pemandangan yang akan kami lewati di depan. Beberapa detik berlalu dan tenggorokan saya terasa seperti tercekat seiring dengan tersibaknya imaji-imaji area yang dulunya adalah hutan belantara. Pemandangan di depan saya itu mengingatkan akan rambut adik yang dicukur secara asal-asalan. Benar-benar bukan pemandangan yang indah untuk dilihat. Satudua mobil sport yang dilengkapi dua buah kabin terlihat keluar masuk area-area itu, bergabung dengan mobil-mobil lain yang juga melewati kawasan Taman Hutan Raya Bukit Soeharto yang dikelola oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Kutai Kartanegara. Beberapa menit berikutnya saya sudah tidak mendengar, bahkan peduli pada lirik-lirik lagu yang diputar di radio. Saya tenggelam dalam ide dan kontemplasi sendiri, sementara terus bergema perkataan Joel Sartore, salah satu fotografer kebanggaan National Geographic, “Think for the end of your life, in your declining hours, who and what will you see in the mirror? We be proud, ashamed, or indifferent… or will you see a hero?” Sheyka Nugrahani
1 Orang yang bertugas mengintai objek, biasanya dalam sebuah pengamatan, agar pencatat data dan fotografer lebih mudah untuk menemukan objek terkait. 2 Periode antara penyelaman pertama dan penyelaman kedua; Stacey, P. J. dan Hvenegaard, G. T. 2002. Habitat Use and Behaviour of Irrawaddy Dolphins (Orcaella brevirostris)in the Mekong River of Laos. Aquatic Mammals 28(1): 1-13 3 Ahli spesies yang masuk ke dalam ordo Cetacea, yaitu paus, lumba-lumba, dan porpois 4 Tangkapan tidak sengaja/bukan tangkapan yang seharusnya 5 Karnivora pemakan ikan 6 Pukat harimau dalam Bahasa Kutai
Kabinet KM-ITB
Surat Presiden Assalamualaikum Wr. Wb. Salam Ganesha! Penyebaran informasi sangatlah penting dalam perananya membangun kesepahaman dan semangat bersama dalam mewujudnyatakan mimpi-mimpi kemahasiswaan dalam KM=ITB. 17 tahun yang lalu KM-ITB didirikan, dan selama 17 tahun itu pulalah kontribusi dari KM-ITB akan terus ditunggu oleh bangsa ini. Telah menjadi tugas dasar bagi kita untuk menjaga agar kampus ini dapat dicintai dengan tulus oleh bangsa ini; memberikan kontribusi terbaik kita dalam suatu gerakan adalah salah satu cara untuk kita dapat menjawab tantangan tersebut. Kini, saat gerakan mahasiswa tumbuh dan berkembang dalam keberagaman, suatu hal yang harus diperhatikan adalah, bahwasanya, keberagaman tersebut bukanlah sesuatu yang dibuat untuk saling dibandingkan atau bahkan saling menggantikan, melainkan untuk saling melengkapi dan bersinergi—suatu hal yang pasti bahwasanya di dalam beragam gerakan ini, mempunyai sebuah hakekat dasar untuk menyadarkan mahasiswa itu sendiri.
Soul of Campus memegang peranan dalam pendokumentasian geliat kemahasiswaan ITB. Hal ini menjadi sangat penting karena regenerasi dan suksesi kepemimpinan terus berlangsung di kampus kita tercinta ini. Dengan dokumentasi kegiatan yang baik maka peneruspenerus gerakan kemahasiswaan akan selalu dapat melihat sejarah secara utuh dan komprehensif, sehingga keputusan-keputusan yang diambil adalah keputusan yang paling bijaksana sebagai public leader (keputusan yang mempertimbangkan kepentingan orang banyak). Sebagaimana istilah Bung Karno “Jas Merah� yang merupakan akronim dari Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah. Akhirnya saya melihat bahwa Soul of Campus merupakan media transfer of knowledge yang dimiliki oleh KM ITB, yang akan menyajikan bagi massa kampus informasi-informasi teraktual dari kampus ini, sehingga konsep-konsep, aneka pemikiran, dan beragam kegiatan yang pernah ada di kampus ini tidak hilang ditelan zaman.
Sebuah harapan besar selama keberjalanan gerakan kemahasiswaan di kampus kita tercinta ini, kita dapat bersama-sama belajar dan mengambil haknya untuk menjadi hebat, tentu dengan harapan manusia-manusia hebat yang telah tercipta di kampus ini dapat menghebatkan kembali orang-orang di sekitarnya yang lain, yang kemudian simpulsimpul ini dapat terangkai menjadi suatu jaringan yang akan menghasilkan satu kesatuan bangsa yang besar suatu saat nanti. Untuk Tuhan, Bangsa, dan Almamater Wassalamualaikum Wr. Wb.
Anjar Dimara Sakti Presiden Kabinet Keluarga Mahasiswa ITB 2012/2013 @anjardimara Januari-Februari 2013
29
Ganesha Hijau
Berjalanlah Bagi yang Mampu
SEBUAH POLA PIKIR BARU Wilma Zulianti Kementerian Ganesha Hijau Keluarga Mahasiswa ITB 2012/2013
Ceritanya, kampus yang terletak di tengahtengah pusat kota Bandung ini akan melakukan banyak pengembangan fasilitas. Ada 4 gedung baru yang akan dibangun tahun ini: Center for Advanced Studies; Center for Research and Community Services; Center for Arts, Design, and Language; serta Center for Infrastructure and Built Environment. Selain itu, ada satu gedung baru Uji Kelayakan Doping yang sudah mulai dibangun sejak akhir 2012. Tidak hanya itu, kampus dengan lambang “gajah� ini juga akan melakukan pembangunan untuk halte, selasar, revitalisasi perpustakaan, juga penataan lalu lintas dan lahan parkir. Hal terakhir yang akan saya garis bawahi. Ada beberapa hal yang saya dan teman-teman Ganesha Hijau terus upayakan selama liburan lalu terkait permasalahan transportasi ini. 30
Soul of Campus
Dibantu teman-teman dari Ikatan Pemuda Pemudi Desain Grafis ITB, kami membuat solusi jangka pendek dalam bentuk kampanye yang bertujuan untuk mengurangi penggunaan kendaraan pribadi bagi mahasiswa yang jaraknya dekat dengan kampus. Kenapa saya hanya menyinggung yang letaknya dekat dengan kampus? Karena dari hasil kuesioner yang kami lakukan beberapa waktu lalu, 70% pengguna kendaraan pribadi di dalam kampus, adalah mahasiswa mahasiswa yang jarak tempat tinggalnya kurang dari 2 km! Saya menulis ini ingin mengajak teman teman mahasiswa untuk mulai merubah gaya hidupnya. Mulai beralih dari kendaraan pribadi, ke kendaraan umum. Ada banyak manfaat yang bisa didapat, yang sebenarnya tidak hanya dinilai dari sisi lingkungan saja.
“Si Komo” Masuk ITB Si Komo adalah sebuah makhluk dari urban legend yang muncul pada era ‘90-an di Jakarta, ibukota Indonesia. Si Komo dipercaya sering menampakkan diri sebagai makhluk tinggi besar serupa reptil, berwarna keunguan, dengan suara tawa yang khas: “lalalala weleh weleh weleh”. Kemunculannya dipercaya merupakan sumber utama kemacetan di Jakarta. Menurut mitos yang beredar, pada tiap harinya Si Komo akan berkeliling Jakarta, untuk melihat gedung-gedung bertingkat dan pembangunan merata. Umumnya, daerah operasi Si Komo adalah Jalan Thamrin dan Jalan Sudirman.
Masyarakat Jakarta—dan sebagian besar penduduk Indonesia yang pernah mendengar urban legend ini—percaya, kemunculan Si Komo tidak hanya membuat kegelisahan penduduk, tetapi juga menjadi sumber kebingungan bagi polisi. Masyarakat juga percaya, ketimbang terjebak dalam macet yang disebabkan oleh Si Komo, menggunakan jalan tol adalah alternatif yang lebih baik. Walaupun merupakan reptil raksasa, Si Komo merupakan makhluk jinak dan, hingga hari ini, tidak ada bukti Si Komo pernah menyebabkan korban jiwa maupun harta benda di Jakarta.
Urban legend Si Komo ini kemudian digunakan sebagai inspirasi dalam pembuatan video kampanye melawan penggunaan kendaraan pribadi. Video ini berdurasi 78 detik dan dapat dilihat di situs resmi Ganesha Hijau ITB: ecocampus.itb.ac.id
Cuplikan dari “Si Komo Masuk ITB”, video kampanye produksi Ganesha Hijau ITB dan Ikatan Pemuda-Pemudi Desain Grafis ITB. Video ini membawakan pesan bahwa pengemudi mobil tidak seharusnya mengeluh karena macet sehari-hari sebab, pada dasarnya, mereka sendirilah yang menyebabkan macet tersebut. Januari-Februari 2013
31
Ganesha Hijau Sekadar mengingatkan, berikut adalah manfaat yang didapat saat kita berjalan atau, memilih alternatifnya, menggunakan kendaraan umum.
MENYEHATKAN Kita terlalu banyak duduk. Makan, naik kendaraan, belajar, mengerjakan tugas, semuanya kita lakukan dalam posisi duduk. Sebuah studi yang dimuat dalam Annals of Behavioral Medicine tahun 1999 menunjukkan, siswa yang berjalan secara teratur memiliki tingkat stres yang lebih rendah dibandingkan mereka yang terlalu sering duduk. Berjalan juga dapat membantu kita mendapatkan oksigen lebih dan dapat memfasilitasi pelepasan faktor kesenangan alami manusia: endorfin. Intinya, berjalan kaki dapat membuat kita senang.
MENGHEMAT BBM Energi adalah isu yang sedang marak diperbincangkan belakang ini. Dengan subsidi 150 triliun rupiah per tahun dan cadangan yang makin tipis, kita tidak bisa bersantai. Sebagai mahasiswa, kita seharusnya sadar bahwa kebutuhan akan energi terus meningkat, sementara persediaan kita terbatas. Umumnya, motor butuh 1 liter Pertamax untuk dikendarai sejauh 10 km. Maka, mahasiswa yang membawa kendaraan pribadi dengan jarak 2 km akan menghabiskan 2 liter per minggu, dengan asumsi kendaraan dipakai Senin–Jumat pulangpergi. Terlihat sedikit, tapi untuk sebuah penghematan, jumlah tersebut sangat berarti.
MENYEJAHTERAKAN Ya, pastinya hal ini merupakan manfaat yang tidak kita bisa rasakan dampaknya secara langsung. Pernah, saya duduk di bagian depan angkot Caringin-Dago. Tiba-tiba sang supir menceletuk tentang pendapatannya yang menurun karena saat itu kampus sedang libur. Beliau bercerita bahwa beliau sangat senang jika banyak mahasiswa yang naik angkotnya saat pergi dan pulang kuliah. Bila semakin banyak orang yang beralih dari kendaraan pribadi ke kendaraan umum, pasti lebih banyak tukang angkot yang sejahtera.
MENGURANGI EMISI Dengan asumsi yang sama, dari hasil pembakaran 2 liter bensin tersebut kita sudah banyak menyumbangkan emisi gas karbon. Berdasar penelitian dari Department for Environment Food and Rural Affairs pada tahun 2011, setiap pembakaran 1 liter bensin akan menghasilkan gas asam arang sejumlah 2,33 kg. Dengan perhitungan sederhana, sudah dikeluarkan 4,66 kg dalam seminggu. Parahnya, data dari ISS Parking menyatakan bahwa ratarata jumlah kendaraan yang masuk di ketiga lokasi parkir adalah lebih dari 6000 unit per hari. Jadi, tiap minggunya, kampus kita sudah mengeluarkan 28 ton emisi gas asam arang!
LANGKAH SELANJUTNYA Melanjutkan poin yang saya garis bawahi tentang penataan lahan parkir, berapa banyak sih dari kita yang menggunakan kendaraan pribadi lalu mengeluhkan kurangnya lahan parkir atau mengeluhkan masalah kemacetan di sekitar kampus? Teman teman IPPDIG mengusung semboyan: You are mad by the traffic you made. Disadari atau tidak, segala macam kemacetan di sekitar kampus kita ada karena ulah kita sendiri. Tanpa rasa menggurui, saya hanya ingin sekedar mengingatkan untuk 32
Soul of Campus
sama-sama membantu menyelesaikan permasalah yang ada di sekitar kita dengan hal yang kecil. Pasti banyak di antara kalian yang merasa lebih banyak juga keuntungan dengan membawa kendaraan pribadi: membantu mobilitas yang tinggi, aman bagi perempuan, dan dapat diakses sampai malam. Menurut saya itu pilihan. Mengutip salah seorang senior yang peduli pada masalah transportasi: “Mulai sekarang, naik angkot, bersepeda, atau berjalan kakilah bagi yang mampu.�
Kebijakan Nasional
PASAR BEBAS
TERJUN BEBAS Luthfi Muhamad Iqbal Kementerian Kebijakan Nasional Keluarga Mahasiswa ITB 2012/2013 Pasar bebas adalah area tempat Perdagangan Bebas bisa berlangsung, baik dalam zona lokal, nasional, maupun internasional. Ide awalnya, pasar bebas dicita-citakan sebagai serangkaian kegiatan pertukaran dalam masyarakat yang terjadi secara sukarela. Secara praktiknya di skala negara diterjemahkan menjadi sistem Ekonomi Pasar Bebas, yang perekonomiannya diserahkan sepenuhnya kepada dinamika penawaran dan permintaan pasar tanpa campur tangan negara. Sehingga, penjual dan pembeli dapat bertransaksi secara bebas berdasarkan kesepakatan yang 'saling menguntungkan' antar kedua belah pihak tanpa hambatan pajak, subsidi, regulasi yang dikenakan oleh negara. Indah sekali sepertinya, ketika kita menjadi pembeli yang dapat mendapatkan produk barang dan jasa yang terbaik dengan harga yang termurah, tak peduli siapa yang membuatnya; juga ketika menjadi penjual yang dapat memasarkan produk kepada pembeli di mana pun tanpa hambatan tarif/non-tarif untuk ekspor sehingga harga jual akan tetap mura . Disinilah kebebasan interaksi dan kesukarelaan pertukaran antara pembeli dan penjual terjadi. Tapi tunggu dulu, sebelum terlalu jauh mengupas tentang kebaikan cita-cita pasar bebas yang melenakan, sebenarnya, ada apa di balik kemunculan ide pasar bebas? Di era Renaisans pada abad ke-16 di Eropa terjadilah reformasi peradaban. Pada periode yang sama, Konstaintinopel jatuh ke tangan Turki Usmani, sehingga perdagangan dari Asia melalui jalur darat terhambat karena terkuasainya bandar dagang utama di Eropa Timur. Akhirnya negara-negara seperti Inggris, Portugis, Spanyol, dan Belanda mencari cara agar dapat memperoleh barang dagangan langsung dari sumbernya, selain agar murah,
juga agar tidak perlu berhadapan dengan musuh utama Eropa saat itu: Usmani. Mulailah ekspansi kerajaan Eropa ke dunia Timur, mencari rempahrempah untuk dijual di Eropa dengan harga mahal dan mendapatkan keuntungan bagi negara. Ekspansi ini berdampak pada terciptanya Imperialisasi Kolonialisasi dunia dan monopoli perdagangan oleh kongsi dagang yang secara spesial sangat didukung oleh kerajaan penjajah, bahkan dipersenjatai dan diberi kewenangan-kewenangan istimewa. Adalah Merkantilisme, masa saat emas menjadi hal yang mengindikasikan makmur atau tidaknya sebuah negara, melambangkan kekuatan, kedaulatan, dan kedigdayaan. Merkantilisme mengajar negara untuk sangat membatasi impor kecuali impor emas dan menggelorakan ekspor sebesar-besarnya agar neraca perdagangan positif serta devisa negara dalam bentuk emas bertambah. Namun, era merkantilisme ini menjadi racun ketika Revolusi Prancis meletus—Liberte, Egalite, Fraternite. Rakyat membenci negara dan kongsi dagangnya yang korup, yang melibatkan mereka pada peperangan, sedangkan mereka tidak mendapatkan keuntungan sedikit pun. Di saat yang sama, rakyat harus menerima nasib sebagai pekerja pada tanahnya tuan tanah, mereka tidak mendapatkan kesempatan untuk mencari penghasilan melalui jalan perniagaan yang pada masa itu dikuasai oleh kongsi dagang Januari-Februari 2013
33
Kebijakan Nasional kerajaan. Dari sanalah Adam Smith, terilhami untuk menyusun the Wealth of Nations. Beliau menyadari, semakin sedikit hambatan bagi perdagangan, semakin sejahtera dan kayalah semua orang. Dia percaya bahwa kesejahteraan sebuah bangsa adalah kesejahteraan rakyatnya, bukan negara. Ketika kesempatan terbuka lebar bagi seluruh rakyat, maka persaingan akan semakin hebat, persaingan mendorong masyarakat untuk lebih produktif dan akhirnya mendapatkan kesejahteraan. Sedangkan kesempatan hanya akan ada ketika kebebasan ada, dan tidak ada kebebasan selama negara masih turut campur dalam aktivitas perekonomian seperti pada era Merkantilisme. Oleh karena itu, Smith sangat mengutuk semua royal charter (surat istimewa yang diberikan negara bagi korpoasi dagang tertentu), tarif, kartel perdagangan dan monopoli. Belum lagi David Ricardo yang, dengan keyakinannya terhadap Keunggulan Komparatif antarbangsa, berhasil mendukung teori kebebasan ekonomi milik Smith dengan menyebutkan bahwa Perdagangan Internasional Bebas Hambatan adalah sesuatu yang sangat esensial. Misal: Portugal memiliki keunggulan pada produksi anggurnya karena mendapatkan cahaya matahari yang cukup, itu adalah takdir geografis. Inggris pun memiliki baja serta mempunyai cadangan batu bara yang kaya. Masing-masing negara memiliki sesuatu yang bisa diunggulkan. Jika masing-masing dari mereka bertukar satu sama lain, pihak-pihak yang saling bertukar akan mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Mereka berdualah yang berhasil mengubah peradaban masyarakat Eropa secara ekonomi dari masyarakat feodal menjadi masyarakat pemodal. Berkat kegelisahan mereka, ekonomi pasar bebas lahir dengan 'senang hati' ke dunia, dan diterapkan secara bertahap pertama-tama di negara terkuat di Eropa Barat: Inggris Raya.
Pada era Liberalisme Klasik yang berkembang di abad ke-18, Inggris Raya telah membuktikan keunggulan pasar bebas dan kebijakan perdagangan bebas dengan mengalahkan negara tetangga, sekaligus pesaing utamanya saat itu; Prancis yang masih memberlakukan kebijakan intervensionis. Inggris berhasil membuat dirinya sebagai kekuatan utama perekonomian dunia, terutama setelah tahun 1846 saat kebijakan proteksionisme warisan merkantilisme ditinggalkan. Tatanan dunia liberal orde I ini disempurnakan dengan adanya pemberlakuan kebijakan industri laissez-faire pada skala rumahan dalam bentuk hambatan rendah untuk lalu-lalang barang, modal dan buruh antarnegara; stabilitas makroekonomi baik dalam lingkup nasional dan internasional; terjamin oleh Standar Emas dan prinsip anggaran berimbang sehingga seharusnya dapat terhindar dari krisis. Memang awalnya, berkat pasar bebas dan kebijakan perdagangan bebas, Inggris mencapai tingkat kesejahteraan yang belum pernah dicapai sebelumnya. Sayangnya, sejarah berkata lain. Perang Dunia I yang menyebabkan ketidakstabilan politik dan ekonomi dunia membuat negara kembali memberlakukan hambatan perdagangan. AS meninggalkan perdagangan bebas dan meningkatkan tarif dengan kebijakan tarif Smoot Hawley. Akhirnya pada tahun 1932, jawara perdagangan bebas, Britania Raya, menyerah dan tergoda untuk memberlakukan kembali tarif dan menandai berakhirnya era Liberalisme Klasik. Para ekonom liberal meyakini bahwa tindakan negara yang meninggalkan perdagangan bebas dan kembali menerapkan hambatan perdagangan sama sekali tidak memulihkan kondisi ekonomi saat itu, melainkan memperparah keadaan dan memicu munculnya Kontraksi Ekonomi atau dikenal dengan istilah The Great Depression. Perang Dunia II membersihkan sisa-sisa kejayaan dunia liberal orde pertama ini.
“REZIM EKONOMI DUNIA TIDAK BISA BERJALAN MURNI LAGI. DALAM DEKADE INI, KECONGKAKAN PASAR BEBAS PADA AKHIRNYA HARUS MENERIMA PERTOLONGAN 'TANGAN A JAIB' YANG BERNAMA NEGARA.� Usman Kansong 34
Soul of Campus
Selama Perang Dunia, Pasar Bebas dan Kebijakan Perdagangan Bebasnya sangat tidak populer karena ternyata banyak hal yang tidak bisa diselesaikan hanya dengan mengandalkan pada kekuatan pasar saja. Hal ini dirasakan pada masa pascaperang saat kemiskinan, pengangguran, kelaparan, penyakit merebak dan pasar tidak dapat memberikan masyarakat pelayanan sosial yang gratis, karena berarti tidak terjadi 'pertukaran sukarela yang saling menguntungkan' sesuai asas pasar bebas. Hal ini memunculkan ketidakadilan sosial. Ketidakadilan itu harus dikurangi oleh negara untuk menjamin stabilitas sosial dan mengurangi dampak negatif kapitalisme. Sistem “negara kesejahteraan� adalah kompensasi yang harus dibayar oleh kelas penguasa dan pekerja untuk menciptakan stabilitas sosial dan memelihara eksistensi masyarakat pemodal. Pelayanan sosial yang diberikan pada dasarnya merupakan ekspresi material dari hak-hak warga negara dalam merespon konsekuensi kapitalisme. Ide negara kesejahteraan ini ditemukan oleh John Mayard Keynes, seorang ekonom Neo-klasik yang mengilhami negaranegara sosial demokratik.
Kekalahan Komunisme pada 1990 menjadikan Amerika Serikat dan Pasar Bebasnya satu-satunya kekuatan yang berkuasa di dunia... Seusai Perang Dunia, Indonesia melalui pemerintahnya diharapkan dapat menggerakkan sektor rill, menyediakan lapangan kerja, dan mengintervensi kebijakan fiskal serta mengusahakan kegiatan perekonomian untuk mencapai kesejahteraan rakyat, senada dengan amanat UUD RI 1945. Namun era ini tidak berlangsung lama. 15 tahun setelah Perang Dunia II berlalu, banyak sekali kritik terhadap ide negara kesejahteraan ini, terutama dari masyarakat kapitalis industri. Mereka menyalahkan pemerintah yang sengaja mengatasnamakan 'negara kesejahteraan' dalam menggunakan kekuasaannya melalui administrasi dan politik untuk memodifikasi permainan kekuatan pasar. Tidak hanya itu, mereka menilai bahwa sistem negara kesejahteraan adalah pembenaran bagi pemerintah untuk boros dalam menganggarkan kebutuhannya atas nama kesejahteraan rakyat,
sehingga tidak cocok dengan pembangunan ekonomi. Juga, dampak jangka panjang sistem ini adalah ketergantungan masyarakat pada bantuan sosial pemerintah. Puncaknya adalah pada tahun 1973, saat perang Yom Kippur antara aliansi Arab melawan Israel menyebabkan naiknya harga minyak dunia dua kali lipat. Hal itu berdampak pada bengkaknya subsidi dan jaminan sosial yang ditanggung oleh negara-negara kesejahteraan sehingga membebani anggaran negara. Pada akhirnya, lahirnya neoliberalisme menutup era transisi ini. Di era Neo-Liberalisme tersebut, GATT (General Agreement on Tariff and Trade) 1947 mewarnai perekonomian pascaperang. Sebuah langkah besar untuk membangkitkan kembali pasar bebas. Walau tak berjalan mulus pada awalnya karena banyak negara yang masih mengandalkan kebijakan intervensionis berdasarkan teori kesejahteraan negara, perlahan-lahan pada ‘70-an negara maju menerapkan pasar bebas dan kebijakan perdagangan bebas, diikuti oleh negara berkembang pada ‘80-an dan negara komunis pada tahun 1989. Kebijakan intervensionis telah ditinggalkan seiring Neoliberalisme yang menekankan pada kecilnya campur tangan negara yang ditandai oleh privatisasi sektor ekonomi, kebijakan laissez-faire, dan keterbukaan internasional. Krisis di awal 1980 membuktikan keterbatasan proteksionisme dan intervensionisme, sehingga memaksa negaranegara di dunia untuk mereformasi kebijakan ekonominya ke arah neoliberal. 1995, GATT menjadi usang dan berganti baju baru: WTO (World Trade Organization), agen baru untuk menguniversalisasi pasar bebas. Bersama dengan IMF, WTO mengajari negaranegara berkembang untuk belajar menerapkan kebijakan ekonomi 'dengan benar' demi mendapatkan kesejahteraan dan mengentaskan kemiskinan. Di Indonesia, kemudian muncul banyak UU yang mengatur liberalisasi ekonomi, semenjak hutang IMF dikucurkan pada tahun 1998, misalnya UU Penanaman Modal Asing. Kekalahan Komunisme pada 1990 menjadikan Amerika Serikat dan Pasar Bebasnya satusatunya kekuatan yang berkuasa di dunia, mengalahkan Uni Soviet dengan Sistem Ekonomi Sosialismenya. Namun debu-debu komunisme belumlah tertiup angin. Korea Utara Januari-Februari 2013
35
Kebijakan Nasional dan Cina misalnya, masih menggunakan kebijakan intervensionis dan proteksionisme serta menolak keanggotaan di WTO.
sangat terjangkau dibandingkan semua produk yang ada di dunia—dengan segala keterbatasan yang ada, tentunya.
Terkucilkan seiring penolakan kenaggotaan dalam WTO pada tahun 1990an, kekuatan Cina tidaklah signifikan dalam dunia ekonomi, karena dipandang sangat konservatif dan antiprogresif. Bahkan dalam bukunya, The End of History, Francis Fukuyama menyatakan bahwa kehancuran komunisme mengukuhkan kemenangan kapitalisme, membawa kapitalisme pada puncaknya. Ya, memang komunisme sudah runtuh, namun Ideologi itu tetap terpatri di Cina, sebagai ideologi negara. Olok-olok dunia terhadap komunisme tidak memadamkan usaha Cina untuk mempertahankan ideologinya tersebut. Mereka bertahan dan mengkaji apa langkah seharusnya yang mereka ambil. Hasilnya mereka tetap pada paham komunisme mereka, namun sistem ekonomi yang digunakan bergeser menjadi Sosialisme Pasar, bukan lagi Sosialisme murni seperti yang selama ini mereka pertahankan.
Industrialisasi ekonomi dan meningkatnya produktivitas masyarakat Cina berhasil mendongkrak perekonomian Cina. Setelah yakin dengan kekuatan ekonomi neososialismenya, Cina mulai bergabung dalam 'pasar bebas', untuk menjawab tantangan globalisasi yang sebelumnya mengucilkan negeri ini.
Setelah yakin dengan kekuatan ekonomi neososialismenya, Cina bergabung dalam pasar bebas, untuk menjawab tantangan globalisasi yang sebelumnya mengucilkan negeri ini. Akhirnya, Cina yang saat itu sedang terseokseok, berusaha berdiri di atas kaki sendiri; membangun ekonominya tanpa intervensi asing, mereka memasuki era Industrialisasi Ekonomi. Pada mulanya, mereka menolak bergabung dengan WTO dengan maksud melindungi Industri dalam negerinya agar dapat berkembang dan tidak mati oleh kejamnya persaingan pasar bebas. Fase Bertahan, mereka membangun industri mulai dari Industri kotor dan manufaktur berskala kecil. Di industri itu, keselamatan kerja, kesehatan lingkungan, dan standar produk yang dihasilkannya memang tidak bagus-bagus amat, namun masih dapat digunakan sesuai fungsinya. Berkat geliat industrinya tersebut, ditambah dengan keberadaan sumber daya manusia yang berlimpah sehingga harga buruh murah, produk yang dihasilkan oleh industri Cina menjadi 36
Soul of Campus
Produk mutu-rendah dari Cina, atau biasa dikenal dengan 'barang KW' bukan hanya membanjiri Indonesia ternyata, namun juga seluruh dunia. Harganya yang murah menjadi daya tarik tersendiri dan menyihir konsumen untuk membeli kemudian tergantung kepadanya. Pembanjiran produk Cina ini tentunya diiringi dengan peningkatan kualitas industri Cina dengan pengembangan high-tech industry. Sehingga negara-negara yang 'dibela' oleh 'kartel' perdagangan semacam WTO gelisah. Hal ini menyebabkan WTO memberlakukan Perjanjian Perdagangan Internasional yang meningkatkan hambatan perdagangan secara berkala sembari menunggu mereka menghapuskan hambatan yang lainnya. Misalnya: kewajiban untuk kebersihan udara, sumber daya air dari limbah industri, dan keselamatan kerja yang dapat menghambat operasional sektor industri kotor—hal-hal yang diandalkan Cina untuk menopang perekonomian Sosialisme Pasarnya. Bentuk hambatan perdagangan yang dibentuk oleh lembaga pengusung dan pendukung terciptanya Perdagangan Bebas. Sungguh ironis. Belum lagi kekuatan yang mahadaya dimana tekanan politik dan korporasi membatasi kompetisi dalam bentuk neo-Proteksionisme seperti: paten, hak cipta, dan monopolimonopoli lainnya yang tergabung dalam ketentuan "HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL". Peningkatan persaingan dan pembukaan kesempatan selebar-lebarnya sebagaimana yang dicita-citakan oleh Adam Smith melalui keberadaan Pasar Bebas menjadi kabur. Kegelisahan negara-negara maju terhadap gempuran produk Cina membuat mereka menendang 'tangga' kebebasan pasar bebas yang mereka buat sendiri dahulu untuk memanjat hingga setinggi kini. Mereka menyerukan agar negara-negara membuka
“KARENA PASAR BEBAS TERBUKTI GAGAL, APAKAH INI SAATNYA NEGARA BERPERAN DALAM EKONOMI?” He Yafei, Wamenlu Cina pasarnya dan di saat yang sama berteriak menyerukan advokasi ketika usaha mikro warga negaranya dirugikan oleh kebebasan lalu-lalang pasar yang membanjiri negaranya. Faktanya sekarang, kekuatan politiklah yang menentukan pasar manakah yang akan/boleh dan tidak akan/tidak boleh bebas.
pasar. Di saat yang sama, 239 perusahaan swasta di AS, Jepang, Inggris, dan Jerman terlempar dari daftar. Persentase nilai pasar ke239 perusahaan swasta tersebut tergerus dari 70% menjadi 50% hanya dalam empat tahun. Sebaliknya, persentase nilai pasar perusahaan negara di BRIC melesat dari 4% menjadi 16%.
Pasar bebas hanyalah mitologi masa lalu, sebuah wacana politik dan citacita yang gagal karena realitanya adalah sekarang hanya ada dua jalan di hadapan kita: Kapitalisme Korporasi atau Kapitalisme Negara.
Belajar dari pengalaman kegagalan pada ACFTA (ASEAN-China Free Trade Area) dan dalam rangka menyongsong ASEAN Community 2015 Indonesia seharusnya melupakan jauh-jauh Pasar Bebas. Pasar bebas hanyalah mitologi masa lalu, sebuah wacana politik dan cita-cita yang gagal karena realitanya adalah sekarang hanya ada dua jalan di hadapan kita: Kapitalisme Korporasi atau Kapitalisme Negara.
Hipotesis dalam “The End of History” terbukti salah. 2008 adalah tahun saat ramalan Fukuyama dalam tidak terjadi. Ya, mungkin beliau terlalu cepat mengambil kesimpulan. Tahun itu, lembaga keuangan amerika Lehman Brother mengalami kebangkrutan dan memaksa pemerintah untuk melakukan bailout demi menyelamatkan perekonomian negara melalui Troubled Asset Relief Program. Resesi Ekonomi Global 2008 telah memindahkan pengambilan kebijakan ekonomi dari New York ke Washington, dari Sao Paulo ke Brasilia, dari Shanghai ke Beijing, dari Mumbai ke Delhi, dari Dubai ke Abu Dhabi; mau tak mau, negara perlu turun tangan dalam memutuskan kemanakah arah masa depan ekonomi negaranya. Terjun bebasnya pasar bebas dapat dilihat jelas dalam bukunya Ian Bremmer "The End of The Free Market" . Beliau mengetengahkan sejumlah fakta melunturnya Kapitalisme Perusahaan dan beroperasinya Kapitalisme Negara. Antara 2004 dan awal 2008, 117 perusahaan negara dan perusahaan publik dari Brasil, Rusia, India, dan China—yang disebut negara-negara BRIC— muncul pertama kali di daftar Forbes Global 2000 sebagai perusahaan terbesar di dunia, diukur dari penjualan, profit, aset, dan nilai
Masih ingatkah dengan Alinea 4 Pembukaan UUD-RI 1945 yang berbunyi: kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah negara Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdasakan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia..." Tujuan kemerdekaaan bangsa kita adalah membentuk suatu pemerintah negara indonesia dan memajukan kesejahteraan umum. Negara wajib menjamin kesejahteraan warga negaranya. Lalu, untuk apa kita merdeka jika pemerintahan yang ada tidak dapat memajukan kesejahteraan umum hanya karena orientasi pertumbuhan ekonomi melalui sistem kapitalisme korporasi? Privatisasi BUMN hendaknya dihentikan, gelorakan Nasionalisasi badan usaha strategis, reformasi birokrasi dan pelayanan sosial, lindungi sektor koperasi dan UMKM, prioritaskan transfer teknologi dari industri asing yang kini masih beroperasi di indonesia serta Industrialisasi Ekonomi sehingga Ekonomi Berdikari dan Kooperasi yang dicita-citakan dwitunggal Soekarno-Hatta dapat terwujudkan dan pada akhirnya kita akan merasakan kemerdekaan yang sebenarnya. Januari-Februari 2013
37
Kebijakan Nasional
TARIF DASAR LISTRIK NAIK, INDUSTRI TERANCAM Noor Afiffah Huwaidah Kementerian Kebijakan Nasional Keluarga Mahasiswa ITB 2012/2013
Akhir 2012 lalu, media diramaikan oleh pernyataan pemerintah yang memastikan kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) tahun 2013 dengan total kenaikan 15% dan berlaku mulai 1 Januari 2013, bertahap per triwulan. Kenaikan akan diberlakukan untuk selain pelanggan dengan daya 400 VA dan 950 VA dengan persentase berbeda-beda untuk setiap golongan pelanggan. Layaknya isu kenaikan BBM, isu ini menuai protes publik dari berbagai golongan yang merasa diberatkan oleh kebijakan kenaikan TDL. Di antara golongan yang paling merasa dirugikan adalah pelaku industri. Betapa tidak, di satu sisi pemerintah meminta setoran pajak dari industri ditingkatkan, namun pelaku industri diberatkan oleh biaya produksi yang semakin besar. KESDM menyatakan TDL harus naik dengan beberapa alasan: Pertama, pasokan energi listrik akan ditambah sebanyak 9% dan perlu ada penambahan peralatan, jaringan, dan sebagainya; kedua, adanya pemasangan listrik untuk pelanggan baru yang ditargetkan sebanyak tiga juta pelanggan sehingga dibutuhkan penambahan biaya; ketiga, naiknya TDL sebagai solusi pembengkakan APBN yang diakibatkan besarnya selisih antara tarif tenaga listrik dan biaya pokok produksi; keempat, APBN dapat dihemat untuk pembangunan sektor infrastruktur; kelima, estimasi kurs rupiah yang 38
Soul of Campus
bertambah besar di tahun 2013 dibandingkan 2012. Meskipun pemerintah telah memastikan bahwa kenaikan hanya akan diberlakukan bagi golongan “mampu�, namun kenaikan TDL terutama untuk golongan industri perlu dikaji ulang. Mengapa? Pertama, kenaikan TDL akan membuat industri dalam negeri semakin lesu. Semakin tinggi tarif dasar listrik yang harus dibayar, semakin tinggi pula biaya produksi yang dibebankan kepada pelaku industri. Ditambah dengan adanya penetapan upah minimum buruh tahun 2013, kenaikan TDL membuat biaya produksi dalam industri membengkak. Pelaku industri membutuhkan modal yang lebih banyak untuk memproduksi sehingga harga jual terpaksa naik. Contohnya, pada industri makanan dan minuman, makanan dan minuman tidak dipasarkan secara “sendirian�, namun dikemas dan diberi bahan tambahan pangan yang masing-masing harganya pun naik. Jangan lupakan juga adanya pelaku bisnis, terutama
golongan bisnis II dan III yang dipastikan akan dicabut subsidi listriknya oleh pemerintah. Pelaku bisnis dapat berlaku sebagai distributor dan lagi-lagi terpaksa juga menaikkan harga jual untuk konsumen. Ujung-ujungnya, konsumen harus merogoh kocek lebih dalam ketimbang sebelumnya. Hal ini akan berpengaruh pada penjualan. Bila harga semakin murah maka permintaan atau pembeli akan semakin banyak dan sebaliknya. Dalam kasus ini, permintaan konsumen terhadap produk dalam negeri menyusut. Merugilah para pengusaha. Pengusaha merasa lebih untung jika mengimpor produk dibandingkan berbisnis produk dalam negeri. Akibatnya, produk imporlah yang mendapat stereotipe lebih baik, lebih unggul, lebih murah pula, serta beragam kelebihan-kelebihan lainnya, serta menjadi semakin menjamur dan dicintai rakyat Indonesia. Produk impor dari RRC, misalnya. Saat ini produk China laris manis di pasaran Indonesia karena harganya yang murah. Pada beberapa produk kualitasnya pun lebih unggul. Produk Negeri Panda ini berbiaya produksi minim dan salah satunya disebabkan tarif dasar listrik yang rendah. Bahkan, untuk menggenjot produktivitas industri, TDL untuk industri lebih murah dibandingkan TDL untuk konsumsi rumah tangga. Karena itulah produk impor dari RRC marak di Indonesia dan mengalahkan produk dalam negeri. Apalagi pada tahun 2015, kegiatan impor didukung juga dengan pembebasan bea masuk nol persen dengan adanya perjanjian ASEAN China Free Trade Agreement (ACFTA). Produk Cina akan semakin mudah menguasai Indonesia dan menjadi kompetitor kuat bagi produk dalam negeri.
Sungguh kontras, di samping propaganda “cintailah produk Indonesia� yang sibuk digembar-gemborkan pemerintah, kebijakan yang ada justru makin melemahkan daya saing produk Indonesia. Daya saing produk melemah, sementara pelaku industri terus merugi. Jika hal ini dibiarkan, lama kelamaan semakin banyak industri yang gulung tikar. Kedua, kenaikan TDL berpotensi menyebabkan PHK. Saat pelaku industri memperhitungkan kenaikan harga jual untuk konsumen terlalu tinggi dan menyurutkan penawaran hingga perusahaan merugi, maka akan dilakukan efisiensi untuk menekan biaya produksi. Biaya overhead pabrik berupa biaya listrik naik dengan adanya kebijakan TDL 2013, sehingga yang mungkin dilakukan adalah efisiensi pada elemen biaya overhead lainnya atau biaya tenaga kerja. Salah satu pilihan perusahaan adalah menurunkan gaji buruh, namun hal ini tidak mungkin dilakukan lagi karena justru pada tahun 2013 mendatang perusahaan harus menggaji pekerjanya sesuai upah minimum regional masing-masing daerah. Satu-satunya hal yang sangat mungkin dilakukan adalah perampingan jumlah pekerja. Pemecatan pekerja dapat terjadi tidak hanya pada satu-dua pekerja dan oleh satu-dua perusahaan saja; hal ini akan menyebabkan naiknya jumlah pengangguran. Pengurangan subsidi untuk tarif dasar listrik memang akan menghemat APBN dan memungkinakan APBN dialokasikan untuk pembangunan sektor lain, namun jangan lupakan bahwa negara juga mempunyai target dalam pertumbuhan industri. Target pertumbuhan industri 7,1 % akan sulit dicapai apabila kebijakan yang ada tidak sinergis. Januari-Februari 2013
39
Kebijakan Daerah
TUNJUKKAN KEPEDULIANMU DI PESTA RAKYAT JABAR! Pada tanggal 24 Februari 2013 nanti akan diselenggarakan suatu pesta demokrasi bagi masyarakat Jawa Barat: Pemilu Gubernur. Dalam sistem pemerintahan demokrasi, rakyat memiliki posisi sebagai pimpinan tertinggi dalam proses penyelenggaraan negara. Posisi rakyat tersebut dijawantahkan dalam suatu proses pemilihan umum yaitu dalam memilih wakilnya di parlemen dan pemimpinnya di eksekutif. Pemilu dilihat sebagai bentuk ekspresi dan harapan masyarakat akan pemimpin dan arah kebijakan suatu wilayah. Dalam pemilu, suara masing-masing pemilih memiliki nilai setara. Semua pemilih memiliki kesempatan sama untuk memberikan suaranya. Pemilu juga merupakan bentuk partisipasi politik dalam pembangunan. Partisipasi politik adalah kegiatan seseorang atau sekelompok orang untuk ikut serta aktif dalam kehidupan politik yaitu dengan jalan memilih pemimpin negara dan, secara langsung atau tidak langsung, mempengaruhi kebijakan pemerintah. Jika kita ingin meningkatkan kemauan kita dalam partisipasi politik, mari lihat terlebih dahulu faktor penyebab rendahnya partisipasi politik. Menurut pengamat poloitik dari Universitas Kalolik Widya Mandira Kupang, Urbanus Hurek, terdapat tiga faktor yang menyebabkan rendahnya partisipasi politik rakyat dalam setiap momentum pemilihan umum. Faktor tersebut adalah (1) figur pemimpin yang diajukan kurang berkenan di hati pemilih; (2) pemilih jenuh dengan proses demokrasi lima tahunan yang tidak membawa perubahan bagi kehidupan; (3) pemilihan umum tidak lagi dipandang rakyat pemilih sebagai sesuatu yang prioritas atau sangat diperlukan dalam membangun kehidupannya sehari-hari. Hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi keengganan memilih adalah tetap yakin bahwa setiap suara yang kita berikan adalah penting. Selain itu ketika kita menentukan dalam posisi 40
Soul of Campus
tidak memilih, bisa saja pemimpin yang tidak layak yang justru terpilih sebagai pemimpin. Hal ini juga sebagai suatu upaya agar kita tidak terjebak dalam suatu sikap apatis dan skeptis. Akan sangat parah kondisinya jika apatisme dan skeptisme tersebut datang dari kaum intelektual. Hal ini karena kaum intelektual adalah kelompok masyarakat yang mampu menilai secara objektif dan ilmiah terhadap calon-calon pemimpin yang bertarung dalam pemilu. Wawasan kaum intelektual yang luas dapat memberikan keuntungan tak terhingga dalam memasukkan variabel objektif untuk penilaian sang pemimpin. Kaum intelektual juga dirasa lebih cerdas, sehingga sentimensentimen subjektif dan emosional dalam memilih seorang calon pemimpin dapat dieliminasi. Seseorang yang berpendidikan tinggi tidak akan mudah terjebak dalam isu-isu sepele, rasial atau bahkan berbau SARA. Seseorang yang berpendidikan tinggi juga lebih kecil kemungkinannya untuk terbujuk oleh politik uang. Walaupun pada akhirnya merupakan keputusan masing-masing individu untuk memilih salah satu calon ataupun memilih untuk tidak memilih, harus ada proses terlebih dahulu yang menunjukkan bahwa masyarakat tidak apatis dan skeptis dalam momentum pemilihan umum. Proses itu adalah dengan mencari tahu mengenai potensi dan persoalan yang terjadi di wilayah pemilihan, serta mencari tahu mengenai figur calon serta apa ide yang dibawanya. Hal ini menjadi penting karena para calon pemimpin memiliki pekerjaan untuk menyelesaikan persoalan yang ada di wilayahnya, serta mengoptimalkan potensi yang dimiliki wilayahnya tersebut. Dengan hal tersebut diharapkan setiap pemilih memiliki kemauan yang meningkat dalam memilih di momentum pemilihan umum, juuga pemilih memiliki suatu dasar rasionalitas dalam menentukan pilihannya.
Kaleidoskop
?! sebagai mediator I3M berfungsi menghubungkan banyak kepentingan yang berdasar pada pencapaian tujuan bersama dan falsafah bersama. Lembaga mediator saat ini sangat diperlukan, mengingat adanya jurang pemisah antara mahasiswa dengan pihak birokrasi kampus. Oleh karenanya, diperlukan mediator yang mengerti bagaimana kondisi keduanya. Mediator ini bukan bersifat sebagai forum diskusi, melainkan penghubung peran, fungsi, dan posisi semua pihak sehingga tercapai sistem yang efektif. Kabinet dan himpunan mahasiswa memiliki karakteristik uniknya masing-masing. Saat ini adalah masa-masa ITB sebagai institusi
berupaya untuk bertransformasi menjadi research university, ada beberapa halangan yang sebenarnya secara cerdas bisa diselesaikan. Salah satunya adalah paradigma yang salah dari mahasiswa mengenai perubahan itu sendiri. Beberapa strategi yang dilakukan untuk meningkatkan geliat mahasiswa untuk ikut serta dalam transformasi itu sendiri rasanya terlalu formal dan tidak menyentuh pada kebutuhan dan keinginan mahasiswa itu sendiri. Melalui kegiatan-kegiatan saja rasanya tidak akan cukup, karena mahasiswa pun harus diajak secara total untuk ikut berperan aktif dalam mewujudkan cita-cita bersama ini.
Focus Group Discussion: Zero Waste Akhir Oktober 2012, Deputi I3M bersama Ganesha Hijau mengadakan FGD mengenai Zero Waste yang diikuti oleh seluruh perwakilan Agent of Ecocampus himpunanhimpunan di ITB. Pada FGD kali ini, dibahas sebuah pertanyaan besar mengenai kebiasaan Zero Waste himpunan seperti halhal apa saja yang membuat himpunan belum bisa menerapkan prinsip Zero Waste di acara mereka. Sekitar15 orang perwakilan himpunan datang ke FGD ini meliputi HMIF, GEA, IMG, AMISCA, IMA-G, HIMASITH Nymphea, HMTL. Kelimabelas orang ini kemudian dibagi menjadi 2 kelompok diskusi kecil dan ditugaskan untuk mencari sebanyak mungkin hal-hal yang membuat himpunan
tidak mampu untuk menerapkan prinsip Zero Waste di ITB. Setelah hal-hal tersebut didaftarkan, perwakilan dari masing-masing kelompok mempresentasikan hasilnya. Dari hasil tersebut, dilakukan pengelompokkan berdasarkan keterkaitannya dan akhirnya menimbulkan 3 kategori utama yaitu Peraturan, Individu, dan Fasilitas. Dari ketiga hasil itu, disepakati bahwa peraturan merupakan aspek terpenting yang harus ditangani terlebih dahulu. Dari hasil FGD 1 ini, kita akan membuat FGD II untuk bersama-sama dengan himpunan membuat SOP Zero Waste yang akan diserahkan ke rektorat untuk menjadi kerangka acuan dalam perizinan acara-acara kampus.
Januari-Februari 2013
41
DOKUMENTASI I3M
Untuk mendapatkan informasi terbaru tentang programprogram I3M dan hasil kolaborasi ide, kunjungi halaman Facebook I3M: facebook.com/I3M.ITB
Lokakarya Metode Rancang Akhir tahun 2012 lalu, dilaksanakan Workshop Design Thinking oleh Deputi Inkubasi Proyek dan Inovasi yang bertempat di Ruang 33 CC Barat. Acara ini merupakan sebuah inisiasi untuk pembekalan anggota Deputi Inkubasi Proyek dan Inovasi KM agar memiliki kemampuan dasar dalam pemecahan masalah dan pengembangan ide. Rangkaian acara meliputi presentasi oleh pemateri
42
Soul of Campus
dari Systecgroup mengenai Design Thinking dan simulasi pemecahan masalah dengan metode yang telah dipresentasikan. Masalah yang dipilih meliputi masalah perparkiran ITB. Peserta dibagi menjadi dua grup kecil dengan latar belakang keilmuan yang berbeda sesuai dengan jurusannya masing-masing untuk kemudian bersamasama mencari penyelesaian dari masalah yang diberikan.
Kaleidoskop
Mantap! Sudah cukup baik, tapi Kementerian Seni dan Budaya tetap mengharapkan partisipasi massa kampus untuk lebih aktif terlibat dalam program-program seni dan budaya. Anggi Pertiwi Putri, Menteri Senbud
ITB Berbatik! Program yang diadakan Kementerian Seni dan Budaya KM-ITB ini bertujuan menumbuhkan esensi kebudayaan dalam lingkungan kampus ITB, sekaligus mengembangkan aspek seni dan kebudayaan mahasiswa ITB.
Program ITB berbatik mulai disosialisasikan pada bulan Oktober 2012. Diharapkan, melalui program ini, kesadaran mahasiswa ITB untuk membudayakan corak pakaian tradisional Indonesia ini dapat berlangsung seterusnya. Berdasarkan hasil awal survei bagian Penelitian dan Pengembangan KM-ITB, diperoleh fakta bahwa 18% mahasiswa ITB memakai batik pada hari Jumat dan 2% pada hari Senin. Dari data survei tersebut, dapat disimpulkan keberhasilan kementerian Kesenian dan Kebudayaan KMITB dalam mensosialisasikan program ini, meskipun survei baru diadakan satu kali. Diharapkan, untuk seterusnya mahasiswa ITB dapat mengambil esensi sesungguhnya dalam program ITB Berbatik ini, yaitu mencintai kebudayaan Indonesia.
Gondjang-Gandjing Cisitu Program ini adalah bentuk ruang interaksi dan kolaborasi beberapa unit kesenian yang ada di ITB. Program yang dilaksanakan pada tanggal 6 Oktober 2012 ini diikuti oleh beberapa unit kesenian seperti, PSM, UKA, UKMM, ISO, Ubala, Stema, PSTK, Loedroek, dan Musi yang tentu saja berkolaborasi dengan penampilan warga Cisitu itu sendiri. Program Gondjang-Gandjing Cisitu ini bekerja sama dengan kementrian Pengabdian masyarakat KM-ITB. Tahun 2013 ini akan diadakan kembali kelanjutan dari acara Gondjang-Gandjing ini, yaitu Gondjang-Gandjing Pelesiran dan Gondjang-Gandjing Kampoes.
Januari-Februari 2013
43
Kaleidoskop
Wira-Wiri Advokasi Secara rutin, Kementerian Advokasi dan Kaderisasi Kampus mengadakan kegiatan jalan-jalan bersama untuk mencari informasi tentang kebijakan kampus terbaru. AKK mengadakan kunjungan-kunjungan ke beberapa pemangku kepentingan ITB untuk
mencari, memverifikasi, dan menguji-silang fakta dan opini terkait keputusan kampus yang menyangkut kepentingan mahasiswa, misalnya perihal pembangunan gedung JICA, ITB Jatinangor, dan beberapa kebijakan lain yang sifatnya temporer.
Gosip Advokasi Apa gunanya mencari informasi kalau tidak dibagi? Setelah mengumpulkan informasi terbaru dan memverifikasi kebenarannya, AKK menyuarakan isu kampus yang telah didapat menggunakan media-media sosial baik yang maya maupun nyata untuk
memengaruhi massa kampus agar peduli pada kebijakan kampus. Salah satu isu yang paling heboh adalah kebijakan pemindahan parkir dari belakang menuju saraga. Saat itu, AKK mendapat banyak respon negatif dari alumni melalui Twitter.
Duduk Bareng KM-ITB Munculnya kampus ITB cabang Jatinangor memberi pertanyaan tentang bentuk kegiatan kemahasiswaan yang akan muncul di sana. Untuk menjawabnya, AKK memfasilitasi diskusi fundamental terkait sistem kemahasiswaan KM-ITB untuk para
mahasiswa ITB Jatinangor. Diskusi dilaksanakan di kampus ITB Jatinangor dan diikuti oleh ketua-ketua lembaga. Hasil dari diskusi ini adalah penjelasan mengenai rekomendasi bentuk KM ITB yang akan diproses lebih lanjut oleh Kongres KM ITB.
Campus Meeting Campus Meeting adalah proses final untuk menyampaikan respon mahasiswa pada kebijakan kampus. Campus Meeting merupakan 'game of lobby'. AKK menyampaikan masalah yang dirasakan oleh massa kampus ITB. Bentuk lain yang
44
Soul of Campus
dilakukan adalah dengan menggunakan proposal rekomendasi mahasiswa. Sudah banyak Campus Meeting yang dilaksanakan, salah satunya adalah diskusi mengenai pembagunan JICA dan ganti rugi atas penggusuran GSG pada unit olahraga.
Kaleidoskop Kementerian Agama dan Pendidikan adalah penghubung dan pemersatu seluruh unit kegiatan mahasiswa di bidang kajian, pendidikan, dan keagamaan untuk bersama-sama membangun akhlak dan karakter mahasiswa ITB.
?! Mentor OSKM
Mentor OSKM
Pementoran agama di OSKM merupakan suatu kegiatan yang dilakukan tiap tahunnya oleh kabinet KM ITB untuk mahasiswa baru ITB. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan keimanan maba sesuai dengan agamanya masingmasing. Diharapkan, maba memperoleh karakter yang baik sesuai dengan keimanan dan ketakwaannya.
Forsil ini bertujuan sebagai wadah untuk bertukar informasi baik dari kabinet ke unit, unit ke kabinet, ataupun unit dengan unit. Penyelenggaraan forsil ini tiap bulannya diharapkan dapat mempermudah pertukaran informasi dari berbagai pihak yang terkait dan menciptakan keakraban antarunit di Agama dan Pendidikan.
Halalbihalal Keluarga Mahasiswa ITB Tahun 2012 lalu, bertepatan dengan Open House Unit ITB, Kementerian AP juga mengadakan halalbihalal bersama seluruh anggota KM ITB. Halal bi halal ini bertujuan untuk menyambung silaturahmi dan menjadi sebagai ajang bermaaf-maafan seusai Idul Fitri. Halalbihalal ini turut
dihadiri oleh staf ITB seperti LK, SP, juga kabinet, serta massa kampus yang hadir pada hari itu. Halalbihalal satu KM ITB ini menjadi yang pertama dilakukan dan diharapkan akan menjadi suatu kegiatan yang dapat terus dilestarikan oleh kepemimpinan kabinet berikutnya.
Kampanye UAS Bersih Kampanye ini bertujuan meningkatkan integritas mahasiswa ITB sehingga diperoleh karakter berintegritas dan memiliki kepercayaan diri yang baik. Kampanye dilakukan dengan berbagai media publikasi. Media publikasi ini berupa poster yang ditempel dimading kampus ITB, 2 buah Banner besar di Boulevard dan DPR,
pemasangan 2 spanduk kampanye, pembagian stiker dan gantungan kunci Integritas ke massa unit/himpunan/kampus. Publikasi juga dilakukan dimedia maya (FB dan twitter AP) berupa propaganda sehingga diharapkan kampanye UAS ini berlangsung dengan bersih dan jujur (integritas)
Januari-Februari 2013
45
Kaleidoskop
Advokasi Gedung Serba Guna Gedung Serba Guna ITB adalah tempat langganan untuk latihan olahraga rutin dan penyelenggaraan kegiatan-kegiatan kampus di ITB. Dibongkarnya gedung ini pada tahun 2012 lalu tentu memberi dampak yang besar pada unit-unit kegiatan olahraga di ITB. Sementara itu, gedung pengganti GSG dengan fungsi yang sama, yang rencananya akan dibangun di Kampus ITB Jatinangor, adalah gedung dengan prioritas terakhir di Kampus Jatinangor. Itu artinya, GSG baru akan ada lima tahun lagi.
Persiapan peruntuhan GSG sudah diantisipasi sejak Juli-Agustus 2012. Pada kenyataannya, GSG diruntuhkan pada bulan Oktober 2012. Kementerian Orkes, bekerja sama dengan Kementerian Advokasi, menyusun sebuah proposal yang kemudian diserahkan ke LK untuk dibahas bersama para wakil lembaga kemahasiswaan di Campus Meeting untuk mengusahakan keluarnya petisi tentang kompensasi unit. Akhirnya, kompensasi berhasil turun dan terdistribusikan pada bulan Desember.
Game On! Olimpiade 7 KM-ITB ikut menyemarakkan awal tahun 2013 ini, Untuk jadwal, dokumentasi, perolehan medali, dan semua jenis informasi lainnya, kunjungi: http://olimpiade7kmitb2013.com
46
Soul of Campus
Kaleidoskop Kementrian kesejahteraan mahasiswa masih memerlukan kontribusi dari himpunanhimpunan untuk membantu mendata dan membimbing mahasiswa yang bermasalah dalam bidang akademik maupun untuk mendapatkan beasiswa. Okky Syahputra Jenie Menteri Kesejahteraan Mahasiswa
Advokasi Gedung Serba Guna Gedung Serba Sosialisasi ITB ke Guna SMA. ITB(kerjasama adalah tempat dengan AMI langganan & paguyuban-paguyuban untuk latihan olahraga ITB)rutin dan Kementerian penyelenggaraan Kesejahteraan kegiatan-kegiatan Mahasiswa kampus KMITB, di ITB. bekerja Dibongkarnya sama dengan gedung AMIini (Aku pada Masuk tahun ITB) 2012dan lalupaguyuban-paguyuban tentu memberi dampak daerah yang besar pada unit-unit kegiatan olahraga di mahasiswa ITB, berhasil menyelenggarakan ITB. Sementara itu, gedung pengganti sosialisasi ITB ke beberapa SMA dari GSG dengan fungsi yang sama, yang rencananya Sumatera hingga Papua. akan dibangun di Kampus ITB Jatinangor, adalah gedung dengan prioritas terakhir di Sosialisasi ITB yang telah dilaksanakan Kampusmasa Jatinangor. artinya, pada GSG baru selama liburanItu semester bulan akan ada lima tahun lagi.
Persiapan peruntuhan GSGtentang sudah hal-hal Desember 2012 ini berisi diantisipasi Juli-Agustus 2012. Pada penting yangsejak perlu diketahui oleh beberapa kenyataannya, GSG diruntuhkan pada bulan pihak, khususnya murid SMA yang berminat Oktober mahasiswa 2012. Kementerian Orkes,yang bekerja menjadi ITB. Informasi sama dengan Kementerian diberikan adalah mengenaiAdvokasi, penerimaan menyusun sebuah proposal yang kemudian mahasiswa baru ITB, beasiswa di ITB, dan diserahkan ke LK untuk dibahas bersama info-info penting yang diperlukan untuk para wakil lembaga kemahasiswaan di menempuh pendidikan di ITB, misalnya Campus untukkiat mengusahakan suasana Meeting perkuliahan, hemat di Bandung, keluarnya tentang kompensasi unit. dan daftar petisi akomodasi di Bandung. Akhirnya, kompensasi berhasil turun dan terdistribusikan pada bulan Desember.
Advokasi Keuangan dan Akademik Kementerian Kesejahteraan Mahasiswa juga bekerja sama dengan Kementerian Advokasi & Kebijakan Kampus dalam memfasilitasi mahasiswa untuk mengurus penangguhan dan penyelesaian masalah keuangan mahasiswa. Kementerian Kesejahteraan Mahasiswa bertindak sebagai perantara antara lembaga kemahasiswaan ITB dan mahasiswa itu sendiri.
Kementerian Kesejahteraan Mahasiswa membantu permasalahan akademik juga. Terutama pada mahasiswa TPB yang bermasalah bidang akademiknya sehingga Kementrian Kesejahteraan Mahasiswa menyusun rencana tutorial sesuai mata kuliah yang dibutuhkan, tetapi sayangnya tutorial yang telah direncanakan belum dapat terlaksana pada tahun 2012.
Advokasi Keuangan dan Akademik Selain masalah akademik dan keuangan, Kementerian Kesejahteraan Mahasiswa pula membantu mengurusi kegiatan ko-kurikuler mahasiswa. Kegiatan ini adalah kerjasama dari Kementerian Kesejahteraan Mahasiswa,
Advokasi & Kebijakan Kampus serta Kemenko Dinamisasi Kampus untuk mengusahakan terfasilitasinya kebutuhan ko-kurikuler mahasiswa dalam bentuk ruang seketariat unit-unit di ITB.
Januari-Februari 2013
47
Sastra
blablablablablablabalbalblablabl asdfjhasdjklf a sdf asdf asdf asfasd asdf asdf asdf as df asd fasd asdf sadf asdf asdf asd fasdfsad sadf asdf sadf asdf sd asdfasd sadf a meh ribet
Malas dalam Berbahasa Pernahkah Anda bertanya-tanya mengapa bahasa Indonesia terkesan lambat sekali dalam mengadopsi suatu kata? Padahal, dalam perkembangannya, orang-orang Indonesia banyak menggunakan istilah baru yang berasal dari antah-berantah. Kata-kata seperti unyu, kepo, culun, lebay, abal-abal, dan narsis tentu sudah akrab di mata dan telinga kita. Selain kata-kata tersebut, acap kali kita menemukan kata-kata yang berupa singkatan seperti lemot yang berarti “lemah otak; bodoh”, cupu yang berarti “culun punya; payah dalam bergaul”, kuper yang berarti “kurang pergaulan”, hingga alay yang berasal dari frasa “anak layangan” yang merujuk pada orang dengan warna rambut yang kemerah-merahan akibat terpapar sinar matahari terlalu lama. Dalam pengadopsian suatu kata menjadi lema dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), tentu terdapat aturan-aturan yang harus ditaati. Namun, dengan perkembangan media seperti sekarang serta mudahnya setiap orang terlibat dalam proses pengenalan kata, seharusnya Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa dapat menjadi lebih tanggap dalam usaha menyeleksi dan menambahkan lema KBBI. Kalau 48
Soul of Campus
dibandingkan, KBBI Edisi IV hanya memiliki 90.000 lema, sedangkan Merriam-Webster memiliki 400.000 lema, dan Anda akan dengan mudah menemukan adopsi teraktual MerriamWebster dalam artikel-artikel di berbagai media. Miris sekali. Lebih mengkhawatirkannya lagi, banyak kata yang beredar di media massa maupun di kehidupan sehari-hari merupakan bahasa asing atau saduran “paksaan” dari bahasa asing. Masyarakat mungkin lebih menggemari penggunaan kata feasible daripada layak, progress dibandingkan kemajuan, dan familiar ketimbang akrab. Di sisi lain, orang Indonesia juga lebih nyaman mendengarkan kata-kata yang berasal dari bahasa Inggris yang diindonesiakan dibandingkan mencari padanannya yang sudah dipakai sejak lama, contohnya kecenderungan menggunakan efektif, efisien, limitasi, dan kredibel daripada sangkil, mangkus, batasan, dan andal. Kecenderungan seperti ini kerap membuat masyarakat Indonesia semakin malas. Hal ini diperparah dengan maraknya penggunaan kata berimbuhan –isasi sebagai pengganti imbuhan
Dari sanalah contoh kesalahan tersebut berasal. Penggunaan kata berimbuhan yang tidak sesuai aturan memunculkan penggunaan kata minimisasi, memproklamirkan, sinergitas, solutif, hingga—yang paling konyol—lelenisasi. Kata yang seharusnya digunakan untuk menggantikan minimisasi adalah pengurangan, sedangkan memproklamirkan dapat diganti dengan memproklamasikan. Kata sinergitas dapat diganti dengan sinergi dan lelenisasi berubah menjadi pembudidayaan lele.
Lebih mengkhawatirkannya lagi, banyak kata yang beredar di media massa maupun di kehidupan seharihari merupakan bahasa asing atau saduran “paksaan” dari bahasa asing. Namun, solutif tidak punya solusi. Bahkan, dalam bahasa Inggris, solutive itu memiliki arti “punya kecenderungan untuk larut”. “Mempunyai solusi” dalam bahasa Inggris dikenal dalam lema soluble. Mungkin Anda bisa membantu mencarikan jalan keluarnya? Kembali ke kasus minimisasi, saya jadi bertanyatanya, mengapa kata masuk mempunyai lema memasuki, memasukkan, termasuk, masukan, pemasukan, dan kemasukan, sedangkan minimal hanya punya lema meminimalkan? Apakah masalah sebenarnya justru terletak pada, seperti yang sudah diungkapkan sebelumnya, kurangnya sumber daya manusia Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa untuk menanggapi dinamika bahasa?
LEMBAGA
WIKIMEDIA COMMON
dalam bahasa Inggris –ization seperti industrialisasi, aktualisasi, atau demoralisasi. Yang menjadi masalah, kemalasan ini akan menimbulkan kebodohan. Sebagai contoh, wajar jika Anda tidak banyak menemukan kata berimbuhan –isasi di KBBI. Hal ini dikarenakan penyaduran kata-kata dengan akhiran –ization itu kebanyakan dilakukan seutuhnya. Oleh karena itu, lema yang berterima di KBBI adalah standardisasi, bukan standarisasi. Walaupun “kata dasar”-nya adalah standar, kata yang disadur adalah standardization dan bukan kata standar yang diberi imbuhan –isasi.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa merupakan organisasi yang bertugas untuk melaksanakan pengembangan, pembinaan, dan pelindungan bahasa dan sastra Indonesia. Badan ini berada di bawah naungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Saat ini, badan yang memiliki kantor pusat di Rawamangun, Jakarta Timur ini diketuai oleh Prof. Dr. Mahsun, M.S. Beberapa kegiatan yang diselenggarakan oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa antara lain: Bulan Bahasa dan Sastra, Kongres Bahasa Indonesia, Gerakan Cinta Bahasa Indonesia, Jambore Bahasa dan Sastra, dan seminar-seminar kebahasaindonesiaan. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa dapat dikontak melalui surel di alamat badan.bahasa@kemdikbud.go.id, di situs badanbahasa.kemdikbud.go.id, atau melalui Twitternya, @badanbahasa.
Ali Akbar Septiandri Januari-Februari 2013
49
Sastra
!!!
Tesaurus
KOSAKATA ZAMAN PURBA
nuansa [n] 1 variasi atau perbedaan yg sangat halus atau kecil sekali (tt warna, suara, kualitas, dsb); Contoh: Supaya menarik, perlu diberikan nuansa baru untuk contoh penggunaan kata-kata ajaib ini!
nisbi [n] tidak mutlak; relatif; Jawab: Warna lembayung itu nisbi, tergantung pada konteks pembicaraannya.
lembayung [n] 1 tumbuhan melilit, bunganya ungu; Basella rubra; 2 merah jingga;
lacur [n] 1 malang; celaka; gagal; sial; tidak jadi; 2 buruk laku
Tanya: Warna lembayung itu apa ya?
Contoh: Lacur, tetap saja ada umpatan di tesaurus ini!
Access outstanding STM content with sophisticated search tools Login with your AIII account on UPT Perpustakaan Pusat ITB to access millions of researches, references, and protocols
T VISI Y A TOD
Kami juga bosan nyetak majalah tanpa warna! Namun sebelumnya, pertimbangkan harga-harga berikut ini: Tinta Warna $5654/liter Parfum Chanel No.5 $3180/liter Obat tetes mata $628/liter Champagne Dom Perignon Vintage 2003 $38/liter Susu murni $1.90/liter Minyak (harga standar dunia) $1.45/liter Benar, untuk menyajikan Soul of Campus kepada Anda dengan menggunakan cairan termahal di dunia, kami butuh dukungan lebih. Bantu kami memberi warna pada cetakan selanjutnya. Hubungi 081 335 60 7447 untuk informasi lebih lanjut tentang pemasangan iklan dan sponsor.
2012/2013