EDISI 87/2017 Dari Redaksi
Salam. Redaksi
Sumber Foto : Dok. LPM OPINI
Salam hangat dalam nuansa demokrasi, OPINI mempersembahkan Morpin edisi Spesial Pemira dengan ulasan lebih dalam terkait Pemira FISIP Undip 2017. Pada edisi 87 ini, kami menyajikan informasi terkait dampak dari berpindahnya D3 terhadap Pemira FISIP 2017, e-voting, rendahnya tingkat demokrasi di FISIP dan publikasi data litbang kami mengenai angka golput di FISIP. Besar harapan kami untuk menyalurkan lebih banyak informasi positif dan terhangat dalam Morpin edisi selanjutnya. Oleh karena itu, kami akan dengan senang hati menerima kritik dan masukan yang membangun dari pembaca. Kamis (9/11) - Pasangan Calon Ketua dan Wakil Ketua BEM FISIP Undip 2017, Chrecencya E. dan Beni Sanjaya, sedang melakukan orasi di depan mahasiswa FISIP yang berlangsung di depan gedung D.
Laporan Utama DAPATKAN INFORMASI TERUPDATE OPINI
D3 Pindah ke SV Bagaimana dengan Pemira di FISIP ?
S
ADD OA LINE @tuh1998m
emarang – Pemira FISIP 2017 memiliki perbedaan yang signifikan dibandingkan dengan Pemira lalu. D3 kini telah lepas dari fakultas mereka masing – masing dan menjadi bagian dari Sekolah Vokasi. Hal inilah yang menjadikan Pemira Fisip 2017 berbeda dari Pemira sebelumnya. “Pindahnya D3 itu sendiri berpengaruh pada peraturan Perma. Dalam Perma No. 7 Tahun 2017 tentang Pemira FISIP Undip khususnya dalam pasal 1 ayat (3), disebutkan bahwa Pemira FISIP Undip 2017 berhak diikuti oleh seluruh mahasiswa FISIP undip jenjang Strata I (S1). Hal ini dikarenakan
adanya perubahan status Undip dari PTN BLU menjadi PTN BH, yang mana rekan – rekan mahasiswa D3 dialihkan menjadi ke Sekolah Vokasi.” Tutur Ace Rahmat Rodia selaku Ketua Senat Mahasiswa FISIP pada Kamis (9/11). Adanya perubahan terhadap kegiatan akademik dan keorganisasian, termasuk hak memilih dan dipilih dalam Pemira yang terdapat di FISIP merupakan dampak yang timbul ketika D3 beralih pengelolaannya ke Sekolah Vokasi. Ace menyampaikan, D3 dapat menyuarakan hak politiknya di Pemira Sekolah Vokasi. “Kemudian pengalihan tersebut dipertegas dengan
HALAMAN 2 adanya Nota Kesepahaman diantara Ketua Senat yang memiliki konstituen mahasiswa D3. Inti dari Nota Kesepahaman tersebut yaitu sepakat bahwa dalam Pemira tahun 2017, mahasiswa D3 dapat menyalurkan hak politiknya di Sekolah Vokasi.” Ujar Ace. Daftar Pemilih Tetap dan Anggaran Menurut Ace, Beralihnya hak politik rekan – rekan D3 ke Sekolah Vokasi pada Pemira FISIP Undip terkait dengan jumlah Daftar Pemilih Tetap. Tahun ini, Pemira FISIP Undip hanya diikuti oleh lima departemen, yakni Departemen Ilmu Pemerintahan, Administrasi Publik, Administrasi Bisnis, Ilmu Komunikasi dan Hubungan Internasional. DPT FISIP tahun ini hanya mencapai angka 2945 mahasiswa, berbeda pada DPT FISIP tahun lalu yang mencapai hingga angka 4300an mahasiswa. Selain DPT, pengalihan ini juga berdampak pada anggaran Pemira. Tahun lalu dana yang dialokasikan Fakultas untuk Pemira FISIP sejumlah 6 juta rupiah, sedangkan tahun ini hanya 5 juta saja. Lebih jauh dari itu, dana Pemira untuk rekan-rekan HMPS juga sudah ditanggung oleh Sekolah Vokasi sehingga tidak mendapatkan alokasi anggaran dari Kemahasiswaan FISIP Undip. Menyoal tentang efektivitas Pemira tahun ini yang diselenggarakan tanpa adanya campur tangan pihak D3 dengan pemira lalu, Ace menyampaikan bahwa dampak yang dirasa tidak terlalu ada korelasinya. Pemira akan tetap berjalan walaupun ada atau tanpa adanya D3 karena hal terpenting dalam Pemira adalah asas Luber Jurdil yang akan menjamin hak dalam berpolitik. Keberhasilan dalam penyelenggaraan pemira juga ditentukan oleh tiga aspek, yaitu integritas penyelenggaraan, kualitas peserta pemira dan partisipasi pemilih. “Pemira tetap kami selenggarakan dengan asas luber jurdil dan dengan menjamin setiap hak politik mahasiswa,” ungkap Ace.
BULETIN MORPIN, EDISI 87 Beralihnya D3 ke Sekolah Vokasi membawa tantangan tersendiri, terutama berkaitan dengan tingkat partisipasi pemilih. Dari tahun ke tahun, tingkat partisipasi pemilih dalam Pemira FISIP Undip selalu dibawah angka 50%. Tahun lalu hanya sekitar 30% dari total pemilih yang terdaftar di DPT. Dengan kondisi tersebut ditambah dengan berkurangnya jumlah pemilih di tahun ini, kami menurunkan ambang batas keabsahan Pemira FISIP Undip, dari yang tadinya 20% menjadi 15%. Selain dari aspek pemilih, tantangan yang dihadapi oleh Election Committee juga bersumber dari aspek peserta Pemira. Beralihnya hak politik rekan – rekan D3 ke Sekolah Vokasi ternyata berdampak pada jumlah peserta Pemira Fisip 2017. Tahun ini hanya 18 Senator yang mendaftarkan diri serta hanya terdapat satu pasangan calon Ketua dan Wakil Ketua BEM FISIP Undip. Kondisi ini menjadi tantangan tersendiri bagi penyelenggaraan Pemira tahun ini dan kelangsungan Ormawa di FISIP. Legislation Class Rendahnya partisipasi dan kualitas Pemira tahun sebelumnya menggerakan kebijakan yang sejauh ini sudah dilaksanakan. Berkaitan dengan penyelenggara Pemira (Election Committee), mereka menghadirkan Pakar Kepemiluan dari DKPP RI dan ketua EC tahun 2016 dalam Election Class. Election Class ini menjadi wadah untuk memberikan pembekalan bagi Election Committee baik dari sisi konsep maupun praktik penyelenggaraan tahapan Pemira. Dengan harapan, Election Committee bisa memiliki gambaran terkait tugas pokok dan fungsinya sehingga mereka bisa bersikap antisipatif dan profesional dengan mengetahui tantangan, hambatan, dan masalah dari Pemira tahun sebelumnya. Kebijakan lainya pula yaitu, membuka ruang seluas – luasnya bagi mahasiswa yang ingin mengikuti Training Legislatif (Legislation Class), yaitu dengan menyebar-
luaskan informasi pendaftaran LC baik dari berbagai fakultas maupun universitas. Peserta yang ingin mendaftar LC di Fakultas maupun Universitas lain, nantinya akan dibuatkan SK delegasi sehingga dapat diprioritaskan oleh panitia penyelenggara. Senator Selain itu, kuota Senator masing-masing Departemen juga berhasil ditingkatkan. Harapannya, dengan bertambahnya kuota tersebut maka iklim keorganisasian FISIP tahun 2018 menjadi lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya. Hal tersebut akan berdampak pula pada keberhasilan Pemira tahun 2018. Ace berharap dari tahun ke tahun kualitas Pemira FISIP Undip semakin meningkat. Hal tersebut dapat terwujud apabila penyelenggara, pemilih, dan peserta Pemira bisa bersinergi dan memiliki kualitas serta integritas. Dari sisi peserta, sistem kaderisasi baik lembaga eksekutif (LKMM) maupun lembaga legislatif (Legislation Class) harus terus diperbaharui dan disesuaikan dengan kondisi serta tantangan jaman. Ketua Senat Fakultas serta Universitas membuat sistem Kaderisasi Legislatif dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas dan kompetensi Senator. Selain itu, adanya Election Class menjadi bentuk pelatihan bagi penyelenggara Pemira (EC). Ace mengharapkan tahun depan Election Class bisa terus dilaksanakan dan diupayakan menjadi sebuah sistem kaderisasi tersendiri. Tentunya akan lebih baik jika terdapat suatu badan atau lembaga yang bersifat tetap dan berfungsi sebagai penyelenggara pemira di tingkat departemen, fakultas maupun universitas. Dari sisi pemilih, diharapkan agar organisasi mahasiswa mampu memberikan pendidikan dan sosialisasi politik bagi mahasiswa. Hal ini perlu dituangkan dalam PPO dan GBHK fakultas maupun universitas sehingga mempunyai ketetapan hukum. (Ayu, Halimah)
BULETIN MORPIN, EDISI 87
Laporan Khusus
E-voting FISIP UNDIP, Akankah Terealisasi atau Sebatas Mimpi?
S
emarang – Penggunaan tata cara pemungutan suara berbasis elektronik atau evoting memang terbukti efektif, efisien, dan unggul dalam memecahkan berbagai masalah yang dihasilkan dari penggunaan sistem voting konvensional (model coblos) khususnya penghematan anggaran. Akan tetapi mengapa sistem ini masih belum diterapkan dalam Pemira FISIP Undip? Menurut Septian Tri Baskoro Adi selaku Ketua Election Committee (EC) FISIP 2017 ketika ditanya mengenai gagasan penerapan e-voting oleh EC, ia menjawab bahwa sebenarnya sudah sejak lama dari tahun-ketahun kepengurusuan EC muncul pemikiran tersebut, tetapi selalu terkendala oleh saranprasana yang kurang memadai. “Kalau pelaksanaan e-vote itu sudah ada dari tahun – tahun lalu malah, bukan dari tahun ini saja. Tetapi sebenarnya ada beberapa kendala atas pelaksanaan e-vote. Pertama itu adalah wifi kampus yang tidak stabil.” Kata Baskoro saat ditemui dalam sesi wawancara di gedung D, Kampus FISIP Undip pada Jumat (10/11). Baskoro menambahkan, sebenarnya sistem online sudah pernah diusung untuk proses penghitungan DPT walau masih belum sampai pada tahap votingnya. Ia berpendapat juga dalam hal ini infrasturukur kampus belum mendukung belangsungnya kegiatan. “Kita mungkin baru sampai pemutakhiran DPT. DPT ini menggunakan hak suaranya atau tidak jadi untuk memasukkan datanya itu kita online bukan kita print DPT yang segitu banyak lembarnya terus kita nanti cari datanya satu – satu terus kita coret. Tapi, untuk e-vote-nya sendiri
HALAMAN 3
Infografis
Melihat Ketertarikan Mahasiswa FISIP terhadap PEMIRA
B
erdasarkan data yang diperoleh tim Litbang LPM Opini, tahun lalu sebanyak 48,5% DPT (Daftar Pemilih Tetap) Pemira FISIP yang menggunakan hak pilihnya. Lalu bagaimana dengan ketertarikan mahasiswa FISIP terhadap Pemira tahun ini? Berikut data yang sudah dikumpulkan oleh tim Litbang LPM Opini. Pengetahuan Mahasiswa FISIP tentang PEMIRA
90% MAHASISWA FISIP Tahu tentang PEMIRA
Ketertarikan Mahasiswa untuk berpartisipasi VISI MISI
74,2%
Visi-Misi menjadi alasan paling tinggi ketertarikan DPT untuk ikut berpartisipasi dalam PEMIRA FISIP
TERTARIK BERPARTISIPASI dalam PEMIRA 2017
25,8%
ORGANISASI
PENAMPILAN JURUSAN
TIDAK TERTARIK BERPARTISIPASI dalam PEMIRA 2017
Kemungkinan Golput PEMIRA 2017
41,9% responden mengaku GOLPUT dalam PEMIRA.
Alasan Golput dalam PEMIRA tidak tertarik ada agenda lain mager sibuk malas antri Data dihimpun oleh tim Litbang LPM OPINI FISIP UNDIP
Data diambil sebelum proses pendaftaran dan verifikasi PEMIRA 2017
emang sebenarnya sudah pengen dilaksanakan tapi terkendala itu tadi, terkendala infrastruktur dari kampusnya sendiri yang belum siap.” Tegasnya. Ketika ditanya mengenai adanya banyak alternatif solusi seperti penggunaan model software untuk mengatasi kendala internet yang kurang memadai karena menggunakan basis online dalam
Total responden sebanyak 62 mahasiswa S1 FISIP Undip
sistem e-voting, ia menjawab belum terbesit sampai ke pengembangan seperti itu. “Belum. Pemira itu di Undip itu pasti stagnan dengan surat suara sih. Karena mungkin dari mahasiswanya sendiri juga mungkin tidak kepikiran sampai sana.” Ungkap Baskoro. Ia menambahkan, belum ada software untuk menggantikan sistem pemira konvensional. Namun, pihaknya sempat
HALAMAN 4
BULETIN MORPIN, EDISI 87
berpikir untuk menggunakan website dengan sistem online yang sayangnya masih terkendala koneksi internet buruk di FISIP. Tantangan Setelah mengetahui apa saja yang menjadi penghambat rencana penerapan sistem e-voting di FISIP Undip, lalu bagaimana kesiapan Election Committee dalam menyelenggarakan Pemira tahun ini? Mengingat sudah sedari lama EC berkeinginan menerapkan e-voting, apakah tidak ada insiatif untuk EC 2017 memulai sistem tersebut setelah mengevaluasi kendala dari tahun-tahun sebelumnya? Menurut keterangan yang diberikan oleh Baskoro berkaitan dengan hal tersebut ia menyatakan bahwa sudah ada rencana untuk kembali menggunakan basis online – elektronik tetapi setelah dikembalikan ke keputusan bersama panitia, belum menghendaki adanya realisasi ide tersebut. “Sebenarnya tahun ini juga kita mau pakainya online. Tapi, tadi kita diskusi bareng teman – teman EC juga akhirnya lebih enak pakai yang offline sebenarnya karena balik lagi itu juga, wifi. Sebenarnya temen-temen dari EC juga bisa menyediakan wifi tapi maksudnya dari sumber listrik pun temen – temen didaerah itu susah untuk mendapatkan listrik. Jadi jauh dari colokan lah gampangannya gitu.” Ungkap Baskoro. Melihat berbagai tantangan tersebut, salah satunya adalah kurangnya sumber daya manusia
yaitu keanggotaan EC 2017 yang hanya berjumlah 18 orang. Hal-hal yang juga menyebabkan EC mengalamai kesulitan adalah waktu persiapan yang sebentar. Salah satu kendala mereka terdapat pada evaluasi dan penyusunan konsep. “Karena persiapan Election Committee ini kita itu hanya kerja 2 minggu 3 minggu jadi untuk merancang mendesain suatu voting baik berbentuk software atau online kita agak kesulitan karena kita pun setiap malam itu pasti rapat pembuatan juknis (petunjuk teknis). Selama ini kita selalu persiapan pembuatan juknis jadi kita karena terkendala waktu juga kita nggak sempat untuk melaksanakan kegiatan e-vote itu.” Ujarnya. Baskoro menyebutkan, Steering Committee (SC) dalam hal ini Senat Mahasiswa FISIP untuk dapat memperhitungkan pembentukan EC di awal semester termasuk penetapan Peraturan Mahasiswa (PERMA) tentang pemira. Sehingga, EC dapat mempersiapkan segala keperluan jauh – jauh hari. Kemauan dan komitmen untuk berinovasi pada internal EC juga harus segera dibenahi, terutama kemampuan sumberdaya manusia dalam penguasaan teknologi. Dengan adanya sistem e-voting diharapkan keefisiensian kegiatan dapat tercapai, seperti efisiensi anggaran kertas suara. EC 2017 mengeluarkan anggaran sebesar 1.5 juta untuk mencetak 4000 kertas suara. Tentu hal tersebut tidak sebanding dengan
biaya yang akan dikeluarkan jika usaha pengembangan penerapan evoting dapat terlaksana. Dalam kajian tahun 2011 oleh Lembaga Internasional untuk Demokrasi dan Pendampingan Pemilu (International IDEA), penanggulangan tindak kecurangan juga dapat diminimalisir dengan adanya sistem yang bagus dari e-voting salah satunya tabulasi suara yang dilakukan relatif akurat dan cepat dan tingkat partisipasi pemilih juga dapat diproyeksikan naik karena kemudahaan yang ditawarkan jika sistem ini dapat dilaksanakan dibandingkan model konvensional yang sudah diterapkan diberbagai sistem pemilu negara-negara maju maupun pemilu skala kecil di Indonesia. Untuk itu, perlu diadakannya evaluasi bersama secara menyeluruh tidak hanya pada internal EC juga menyangkut berbagai pihak terkait. Agar keinginan mendapatkan sistem voting yang baik dapat tercapai salah satunya dengan model e-voting, dengan itu diharapkan kehidupan demokrasi di FISIP tidak tertinggal seiiring perkembangan teknologi yang semakin masif dan beragam. Keinginan mendapatkan sistem evoting bukanlah utopis, sudah bertahun-tahun realisasinya belum ada. Lalu akankah kedepannya masih ada harapan adanya teknologi masuk dalam sistem voting pemira FISIP Undip? Atau selamanya hanya impian? (Salman, Wiku)
MARI GUNAKAN HAK PILIH KITA! TANGGAL 15 NOVEMBER 2017 #ORANYOBLOSORAJOSS
BULETIN MORPIN, EDISI 87
HALAMAN 5
Laporan Khusus
Sumber Foto : Ratu Nur Mustika - Ilmu Komunikasi / okezone.com
Kuntho : Perbedaan Iklim Tiap Jurusan Pengaruhi Index Demokrasi di FISIP
Suasana pada saat pencoblosan Pemira FISIP Undip tahun 2015 silam. TPS (Tempat Pemungutan Suara) berada di selasar gedung B-C.
P
emira atau Pemilihan Raya merupakan salah satu topik pembicaraan yang menarik bagi mahasiswa. Tidak hanya seputar bagaimana proses Pemira itu sendiri seperti pendaftaran calon, debat terbuka, kampanye hingga pencoblosan saja yang menarik. Kontroversi yang terjadi selama proses Pemira juga menjadi daya tarik tersendiri bagi mahasiswa. Kontroversi yang terjadi dalam Pemira terutama di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Undip kali ini adalah adanya aklamasi, yaitu hanya ada satu pasang kandidat Ketua dan Wakil Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM). Nantinya dalam proses pencoblosan kandidat tunggal ini akan melawan kotak kosong berlambang jeruk. Sayangnya, kontroversi ini tidak berbanding lurus dengan demokrasi mahasiswa. Indeks demokrasi mahasiswa FISIP Undip cenderung rendah ketika menghadapi Pemira. Hal ini dibuktikan dengan persentase golput atau keputusan tidak memilih yang cukup
tinggi, bahkan angka golput mahasiwa ini cenderung merangkak naik. Hal ini juga diamini oleh Kuntho Tegar, Badan Pengawas (Banwas) Pemira FISIP Undip, Menurut Kuntho situasi di mana indeks demokrasi mahasiswa FISIP Undip yang rendah ini, memang sangat miris. Tapi Kuntho sendiri memaklumi hal tersebut, sebab iklim yang dibentuk dari setiap jurusan memang sudah berbeda. Beberapa jurusan yang tingkat ketertarikan pada pemira cukup tinggi yaitu Pemerintahan, Administrasi Publik, dan Hubungan Internasional. Sedangkan jurusan lain di Fisip seperti Ilmu Komunikasi dan Adminstrasi Bisnis cenderung kurang tertarik atau bahkan kurang peduli dengan adanya pemira di lingkungan kampus. Hal ini dikarenakan pendidikan politik yang mereka dapat lebih sedikit daripada jurusan lainnya dan juga budaya yang dibentuk di setiap jurusan. Tentu hal ini pula yang mempengaruhi hasil akhir pemira nanti karena jumlah pencoblos kurang dari yang diharapkan.
Namun, tahun 2017 ini terjadi perubahan yang cukup signifikan dimana beberapa jurusan memunculkan senatornya. Seperti jurusan Ilmu Komunikasi yang pada tahun sebelumnya tidak ada senator dari jurusan, tapi tahun ini ada 2 calon senator yang mendaftar. Hal ini membuktikan bahwa mulai muncul kepedulian terhadap pemira dari jurusan- jurusan yang ada di FISIP, walaupun belum tentu mempengaruhi indeks demokrasi atau menurunkan tingkat kegolputan di FISIP. Lalu untuk persentase kegolput-an di Fisip menurut Kuntho, sifatnya fluktuatif dan tidak bisa diukur secara pasti. “Dari semua Daftar Pemilih Tetap (DPT) saja, dari jumlah sekian paling nanti yang mencoblos itu dari tahun ke tahun nggak sampe 1500 orang. Ya kasarannya antara rata-rata 1000 orang sampai 1500 orang kemungkinan yang mencoblos sejumlah 1200 orang.�ujar Kuntho. Terakhir, Kuntho mengatakan pihak Banwas sendiri untuk tahun ini tidak bisa menargetkan berapa jumlah pemilih yang akan mencoblos di Pemira. Alasannya, hal tersebut bukan menjadi kewenangan Banwas untuk menargetkan dan mengurus hal- hal yang berkaitan dengan kampanye dan sejenisnya. Tugas Banwas hanya mengawasi pemira agar dapat berjalan dengan baik, bebas dariisu- isu SARA maupun hal- hal yang mengganggu jalannya Pemira. Semua tugas yang telah disebutkan sebelumnya merupakan tugas Selection Comittee (SC), untuk tahun 2017 ini sendiri Banwas belum menerima laporan adanya pelanggaran-pelanggaran yang terjadi di Pemira Fisip, mungkin hal tersebut adalah pengaruh dari hanya ada satu kandidat Presiden BEM sehingga suasana kompetisi lebih bisa diredam. (Dinda)
HALAMAN 6
BULETIN MORPIN, EDISI 87
EKSTASI
Benarkah Kita Tidak Punya Pilihan Lain?
Sumber Foto : google
Polemik Calon Tunggal dalam Pemira FISIP 2017
P
ada Pemira FISIP 2017 yang hanya dihiasi oleh satu pasang calon tunggal, fenomena kotak kosong kembali terjadi sebagai sebuah pilihan bagi mahasiwa FISIP. Sayang, tak sedikit mahasiswa yang berpikir bahwa akan terjadi aklamasi pada pemilihan Ketua dan Wakil Ketua BEM FISIP 2017. Kotak kosong yang menghiasi surat suara dinilai hanya sebagai formalitas agar dana untuk Pemira dapat digunakan. Lalu yang menjadi pertanyaan selanjutnya dikhalayak umum adalah bagaimana bisa aklamasi tidak terjadi padahal calonnya hanya satu pasang? Apakah kotak kosong sebuah pilihan terbaik?
Sebenarnya, aklamasi adalah pernyataan setuju secara lisan tanpa melakukan pemungutan suara terlebih dahulu. Jadi, dari pengertian tersebut dapat diketahui bahwa jika hanya terdapat calon tunggal, maka tidak selalu berakhir dengan aklamasi. Oleh karena itu, pihak penyelenggara Pemira FISIP 2017 kemudian memberikan pilihan berupa kotak kosong kepada mahasiswa FISIP tahun ini. Dengan diberikannya pilihan berupa kotak kosong, maka aklamasi tidak terjadi pada Pemira FISIP tahun ini walaupun hanya terdapat satu pasang calon Ketua dan Wakil Ketua BEM FISIP 2017. Kemudian, bicara tentang
kotak kosong. Secara umum, kotak kosong ini dapat berupa kotak, gambar, simbol ataupun tulisan yang terpajang di sebelah gambar calon tunggal di kertas suara. Jika pemilih tidak setuju dengan visi misi bahkan tidak menyukai calon tunggal yang maju dalam pemilihan, maka mereka memiliki hak untuk memilih kotak kosong. Jika kotak kosong ini memperoleh suara yang lebih banyak dari suara calon tunggal, maka ada beberapa hal yang akan terjadi. Dalam Pemira FISIP 2017, dampak yang terjadi dapat berupa musyawarah senat atau bahkan pendaftaran ulang calon Ketua dan Wakil Ketua BEM. Namun, bukan berarti kemenangan kotak kosong adalah suatu yang mustahil. Mari kita ambil peristiwa terbaru mengenai kemenangan kotak kosong, yaitu pada Pilkada Pati 2017. Pada perhelatan demokrasi serentak tersebut, warga pati justru lebih memilih kotak kosong dari pada pasangan incumbent Haryanto-Saiful Arifin. Bercermin dari peristiwa tersebut, maka kemenangan kotak kosong di FISIP pun bukan suatu hal yang mustahil, walaupun kecil kemungkinan hal tersebut dapat terjadi. Warga FISIP masih memiliki pilihan lain, tidak harus memilih satu-satunya calon yang maju. Kotak kosong handir sebagai sebuah penjaga demokrasi di FISIP tahun ini, walau pun kehadirannya masih menuai pro dan kontra. (G. N. Elsitra)
Rubrik Ekstasi adalah rubik yang menampung tulisan dari mahasiswa FISIP yang ingin tulisannya dimuat di Bulletin Morpin. Syarat dan ketentuan dapat dilihat di lini masa LPM OPINI
BULETIN MORPIN, EDISI 87
HALAMAN 7
Wawancara
Mengenal Calon Ketua dan Wakil Ketua BEM FISIP Undip 2017
Sumber Foto : Dok. OPINI
Apa lagi kami berdua sudah mengikuti LKMM Madya dan disana juga kita ditantang. Disini bukan perkara jabatan namun bagaimana tanggung jawab dan amanah yang lebih besar yang akan kita pikul nantinya dan berawal dari situlah kita ingin FISIP ini berbeda , FISIP ini luar biasa. Harapannya kita juga bisa menyalurkan aspirasi teman-teman kita mengakomodir kepentingan teman-tman semuanya dan akhirnya bisa mewujudkan FISIP rumah kita itu sendiri. Calon Ketua dan Wakil Ketua BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) FISIP Undip 2017, Chrecencya E. dan Beni Sanjaya, sedang melakukan orasi terbuka pada hari Kamis (9/11) lalu di depan gedung D FISIP Undip.
Mengenai Latar Belakang organisasi dan alasan untuk menyalonkan diri ? Chrecencya : Kalau saya sih, memang organisasi itu bukan menjadi suatu momok namun ibaratnya menjadi rumah kedua. Waktu saya SMP pernah jadi Ketua OSIS, terus sempat juga jadi Wakil Ketua Ekstrakulikuler PMR, di SMA jadi Sekretaris Umum Dewan Perwakilan Kelas SMA di Bekasi, juga berkecimpung juga dalam ranah MPK namun di kota Bekasi dimana saya sebagai founder dan cofounder untuk MPK nasional. Kemarin sempat bersama Beni satu tahun menjabat di bidang PSDM staff muda divisi kurikulum BEM Undip kemudian sama-sama sebagai fungsionaris di HMJ masingmasing. Namun selanjtnya saya memutuskan untuk masuk ke ranah fakultas karena saya pikir saya sudah berkontribusi untuk jurusan, sudah saatnya saya kembali ke fakultas makanya kemarin karena oprec saya daftar menjadi kepala bidang KPSDM BEM FISIP 2017 kayak gitu. Beni : Kalau misalnya latar belakang organisasi, mungkin aku sering
berkecimpung dalam organisasi karena ya aku karena ga bisa gabut. Dalam artian, ketika aku gabut aku stress gitu, ketika ngga ada rapat aku bakal stress, itu sih salah satu kenapa aku ikut organisasi dan itu pun menambah kedewasaan aku juga. Lalu kalau pengalaman organisasi di SMP dan SMA, aku menjadi Ketua OSIS. Lalu kalau di Undip sendiri kemarin bareng sama Cece juga menjadi staff muda divisi kurikulum di BEM Undip di bidang PSDM. Lalu juga menjabat sebagai PSDM di HMJ administrasi bisnis dan terakhir menjabat sebagai ketua HMJ di Administrasi Bisnis. Selanjutnya dorongan dari mana sih, kok bisa kakak ini mau mencalonkan diri menjadi ketua dan wakil ketua BEM FISIP 2017 ? Chrecencya : Mungkin karena keresahan sih, apalagi saya sendiri orang internal BEM sendiri jadi saya sudah sangat tahu bagaimana BEM FISIP ini, apa si kurangnya, apa sih yang perlu diperbaiki, apa sih yang harus dilanjutkan gitu. Kita pengen ada nilai sustain disitu, ada keberlanjutan dan disini terdorongnya oleh semangat untuk mengabdi.
Beni :Kalau aku pribadi latar belakang aku untuk mencalonkan diri sebagai wakil ketua BEM kalau mungkin aku di top leader dan aku sadar ketika menjadi top leader disitu banyak finansial yang sangat kurang gitu dari biaya BEM FISIP dan aku mengikuti setiap kegiatankegiatan yang ada tetapi ini belum bisa menjadi role model yang baik ini masih banyak keresahan ini masih banyak kesalahan disini ketika aku sadar aku analisis permasalahan seperti itu, ketika aku nggak bergerak berarti aku bodoh dan aku tergerak karena dasar aku pribadi untuk memperbaiki itu semua. Kalau buat pencalonan sendiri itu ada nggak sih pengaruh organisasi ekstra kampus dalam pencalonan? Chrecencya : Karena saya dekat dengan semua teman-teman ekstra maka kita nggak menutup diri. Kalau dari saya pribadi sudah ada tawaran untuk apa namanya untuk diusung dan sebagainya namun disini saya ingin kembali lagi, berangkatnya dari spirit. Jadi ketika teman-teman ekstra mau mendukung atau pun enggak itu terbuka, itu pilihannya dan kita juga mengharapkan sekali dukungan moril dari temen-temen dan tidak terkecuali organisasi ekstra itu sendiri. Apalagi ini di
HALAMAN 8
BULETIN MORPIN, EDISI 87
FISIP gitu, kan, ibaratnya banyak yang bilang organisasi ekstra itu sebagai mesin dan lain sebagainya. Namun kita disini mengartikan bukan sebagai mesin semata-mata hanya untuk dikuras untuk 'ayo menangkan saya!' dan sebagainya. Namun bagaimana organisasi ekstra ini memberikan dukungan moril kepada kita, mem-berikan banyak saran dan masukan. Beni : Kalau dibilang ada atau enggak dorongan ekstra, mungkin ada beberapa banyak tawaran yang seperti cece bilang tadi, cuman aku disini aku berangkat dari keresahan aku, bukan dari dorongan ekstra. Spirit yang aku bawa adalah spirit keresahan, spirit yang harus aku tuangkan nantinya kedepannya. Sumber dana untuk berkampanye, kalau boleh tau, darimana? Chrecencya : Hmm.. oke.. kalau itu pertama harus modal individu dulu. Kemudian juga sumbangan dari temen-temen yang memang sukarela mendorong kita, sukarela berjuang sama-sama kita, yang mau bersukarela untuk susah bareng. Karena kita disini tidak bisa menjanjikan apapun, kita juga nggak ada soft organisasi yang memang
menaungi , karena kita ya berawal dari orang-orang yang memiliki persaan yang sama ya bergabung gitu dalam suatu kelomopok dan ketika pemira selesai entah terpilih atau tidak pun nantinya kelompok ini akan buyar bukan kelompok yang tetap gitu, jadi ini dilandasi oleh kesukarelaan dari teman-teman. Bagaimana dengan strategi kemenangan melawan kelompok yang berusaha menggiring suara ke kotak kosong? Chrecencya : Kalau strateginya, ketika ada kotak kosong itu sebagai opsi juga, mereka mau milih kita atau kotak kosong gitu kan. Ketika ada gerakan-gerakan kotak kosong mungkin bagi mereka kami belum layak, atau mungkin mereka merasa nggak cocok dengan kami dan sebagainya. Nggak masalah gitu yang penting disini kita berjuang aja untuk mengampanyekan apa yang kita bawa nantinya kita juga ingin mengampanyekan bagaimana teman-teman ikut berpartisipasi itu udah lebih dari cukup. Beni : Sebenarnya tergantung mau milih kita atau kotak kosong. Kalau ditanya soal strategi kita apa, strategi kita mungkin bermodalkan semangat kita dan bermain di media.
Karena kita sadar kita nggak bisa berkampanye secara lisan ke semua kelas yang ada, tapi bermain secara media yang mana kita disini akan menebarkan melalui media sosial gitu, semangat yang kita bawa melalaui media sosial seperti itu. Pesan kepada pembaca? Chrecencya : Silahkan tementemen melakukan pesta demokrasi, silahkan berpartisipasi gitu karena partisipasi kalian juga penting disini. Kita juga melihat harapannya setiap tahun partisipasi mahasiswa dalam hal pemira, itu juga meningkat dan bisa menjadi suatu indikator keberhasilan pemira tahun ini, mungkin bisa juga di crosscheck ulang EC dan harapannya silahkan temen-temen gunakan hak pilih. Ketika temen-temen mempunyai hak pilih, silahkan memilih. Beni : Pemira kali ini sebagai pesta semua, mungkin ketika temanteman ingin tahu mencoblos itu seperti apa ayo berpartisipasi dengan pemira seperti ini, karena kita sadar bahawasannya ini bukan memilih pemimpin untuk satu atau dua hari tapi untuk satu tahun kedepan. (Elsitra, Freshia dan Galih)
SELAMAT ATAS TERPILIHNYA PEMIMPIN UMUM, PEMIMPIN REDAKSI DAN PEMIMPIN PERUSAHAAN LPM OPINI 2018
ALLIEN MAI D
FINKY ARIANDI
REGINA PRAMUSITA
PEMIMPIN PERUSAHAAN LPM OPINI 2018
PEMIMPIN UMUM LPM OPINI 2018
PEMIMPIN REDAKSI LPM OPINI 2018
Pemimpin Umum: Khan Muhammad H Pemimpin Redaksi: Husna Fadhila H Redaktur Pelaksana: Marshya Camilia A - GitaNindya Elsitra Editor: Husna Fadhila H, Marshya Camilia A Layout & Grafis: Khan Muhammad H Reporter: Ayu Nafalia, Halimah Tri Ely K, Dinda Nadia, M. Salman A., Sinung Wikunto, G.N. Elsitra, Freshia Trinanda, K. Fillmore Galih W Litbang : Nurfaik Nabhan, Aditya Galih