Merenungkan Firman

Page 1

Merenungkan

Firman

Membangun Kecintaan kepada Allah

David Beaty


Ingin lebih mengenal Tuhan? Bacalah firman-Nya dengan bantuan renungan Santapan Rohani Pilihlah media yang sesuai untuk Anda.

CETAK

E-MAIL

APLIKASI

Menerima edisi cetak secara triwulan.

Menerima e-mail secara harian.

Our Daily Bread/ Santapan Rohani di Android & iOS.

HUBUNGI KAMI:

+62 21 2902 8950 +62 815 8611 1002 +62 878 7878 9978 Santapan.Rohani indonesia@odb.org santapanrohani.org ourdailybread.org/locations/ Materi kami tidak dikenakan biaya.


pengantar

Merenungkan Firman

Membangun Kecintaan kepada Allah

K

awan saya, Jim, adalah orang yang teramat disiplin. Ia berolahraga setiap hari, menjaga berat tubuhnya, jarang melewatkan kebaktian hari Minggu, dan mengikuti dengan cermat rencana bacaan Alkitab selama setahun. Jadi, saya kaget ketika ia bercerita bahwa ia merasa pertumbuhan rohaninya mandek. Jim telah menjadi orang Kristen selama sepuluh tahun dan ia mengenang tahun-tahun awal menjadi orang percaya sebagai masa pertumbuhan yang penuh sukacita di dalam pengenalan Kitab Suci dan doa. “Saya merasa sedang mempelajari sesuatu yang luar biasa penting setiap kali mendengar khotbah atau membaca Alkitab setiap hari,” ujarnya. Namun, kini Jim merasa kegiatan rohaninya dilakukan semata-mata karena disiplin dan kewajiban ketimbang kesukaan hati. 1


Jim tahu betul bahwa kehidupan sebagai pengikut Kristus didasarkan atas iman dan bukan perasaan. Ia paham bahwa pertumbuhan rohani seringkali terjadi selama masa-masa sulit dan ketekunan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kematangan rohani. Meski demikian, ia rindu mengalami sukacita lebih ketika mendalami Kitab Suci dan terutama, ia ingin membangun kehidupan doa yang lebih menyala-nyala. “Pernahkah kamu merenungkan Kitab Suci?” tanya saya kepada Jim. “Merenungkan?” ia bertanya. “Saya pernah membaca tentang perenungan di mata kuliah filsafat ketika kuliah, tetapi saya pikir itu yang biasa dilakukan oleh orang-orang yang mau berpikir lebih mendalam tentang sesuatu. Rasanya tidak lazim.” Ketika saya menjelaskan kepada Jim bahwa perenungan adalah sepenuhnya konsep yang alkitabiah dan dapat memperbarui semangatnya terhadap Kitab Suci dan menolongnya dalam berdoa, ia pun ingin mempelajari lebih jauh. Apa yang saya bagikan kepadanya termuat dalam buklet ini. Saya membagikan semua ini seiring doa bahwa apa yang Anda baca akan menambah sukacita Anda dalam mengenal Allah melalui lembaran-lembaran Kitab Suci. David Beaty

2

MERENUNGKAN FIRMAN


daftar isi satu

Makna Merenungkan Alkitab ���������������������������������������� 5 dua

Manfaat Merenungkan Alkitab ������������������������������������13 tiga

Melakukan Perenungan Alkitab ��������������������������������� 21

EDITOR: Tim Gustafson, J.R. Hudberg, Alyson Kieda, Peggy Willison GAMBAR SAMPUL: © Shutterstock / Mangostar PERANCANG SAMPUL: Stan Myers, Mary Chang PERANCANG INTERIOR: Steve Gier PENERJEMAH: Yoki Wijaya EDITOR TERJEMAHAN: Dhimas Anugrah, Dwiyanto Fadjaray PENYELARAS BAHASA: Bungaran Gultom, Marlia Kusuma Dewi PENATA LETAK: Mary Chang GAMBAR ISI: (hlm.1) Shutterstock.com; (hlm.5) Pexels via Pixabay.com; (hlm.13) Pixabay.com; (hlm.21) Maxmann via Pixabay.com Kutipan ayat diambil dari teks Alkitab Terjemahan Baru Indonesia, LAI © 1974 © 2020 Our Daily Bread Ministries, Grand Rapids, MI Hak Cipta dilindungi Undang-Undang. Dicetak di Indonesia. Indonesian Discovery Series “Biblical Meditation”


satu

Makna Merenungkan Alkitab

K

eraguan awal Jim mengenai perenungan sangatlah lazim. Banyak orang mengaitkan kata itu dengan pemusatan pikiran, sebuah teknik untuk mencapai pengetahuan yang lebih mendalam. Sebagian lain berpikir perenungan adalah “upaya mencapai kesadaran penuh tentang diri sendiri”. Namun perenungan Alkitab bukanlah upaya memusatkan perhatian pada diri sendiri, atau mengosongkan pikiran, atau demi mencapai ketenangan batin. Merenungkan Alkitab berarti memikirkan sungguhsungguh kata-kata Kitab Suci dengan hati yang siap menerima karya Roh Kudus di dalam diri Anda melalui kata-kata tersebut. Mari pikirkan bagian-bagian kunci dari makna di atas. 4


Memikirkan Sungguh-Sungguh: Perenungan Alkitab adalah tindakan “memikirkan sungguh-sungguh.” Ini berbeda dari sekadar membaca atau mempelajari Alkitab. Membaca dan mempelajari memang penting, bahkan memampukan kita merenung dengan baik, karena kita dibantu untuk memahami makna asli dari sebuah ayat atau frasa sesuai konteksnya. Namun, memikirkan sungguh-sungguh berarti “mempertimbangkan secara mendalam” atau menggumuli sesuatu di dalam pikiran. Hal itu melibatkan pertimbangan yang saksama dan perhatian yang terpusat pada suatu hal. Namun, dasar alkitabiah dari konsep ini mengajarkan sesuatu yang lebih. Dalam Perjanjian Lama, salah satu kata kunci yang diterjemahkan sebagai “merenungkan” adalah kata Ibrani hâgâh. Kata ini digunakan di Yosua 1:8, ketika Allah memerintahkan Yosua “renungkanlah” hukum Allah siang dan malam. Kata ini juga digunakan dalam Mazmur 1:2, ketika dikatakan bahwa yang berbahagia adalah mereka “yang kesukaannya ialah Taurat Tuhan, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam.” Dalam penjelasannya mengenai Mazmur 1, Allan Harmon menulis, “Kata Ibrani yang diterjemahkan menjadi ‘merenungkan’ (hâgâh) menggambarkan sesuatu yang lebih dari sekadar perenungan sunyi. Kata ini bermakna ‘membisikkan atau komat-kamit’—suatu cara yang mungkin merujuk kepada fakta bahwa membaca sesuatu biasanya dilakukan dengan lantang pada zaman itu.”1 Kata Ibrani lain yang diterjemahkan sebagai “merenungkan” di Perjanjian Lama adalah siyach. Ini adalah kata yang digunakan dalam Mazmur 119:97: “Betapa kucintai Taurat-Mu! Aku merenungkannya sepanjang hari.” Mengenai kata ini, Pendeta David Saxton menulis, “Siyach berarti dengan sukacita melatih atau mengulang-ulang di

Makna Merenungkan Alkitab

5


dalam pikiran; tetapi tidak seperti hâgâh, siyach bisa berarti mengucapkan dengan lantang atau hanya dalam hati.”2 Jika demikian, di Perjanjian Lama “merenungkan” mungkin termasuk memperkatakan kebenaran Allah berulang-ulang, mengulangnya terus-menerus di dalam pikiran, dan memusatkan pikiran tentang kebenaran itu setelah mendengar atau membacanya. Kata “merenungkan” jarang dijumpai di Perjanjian Baru, dan terjemahan modern menggunakan kata-kata seperti “memikirkan” atau “memperhitungkan” untuk melukiskan tindakan merenungkan atau memikirkan sesuatu secara mendalam. Sebagai contoh, di Filipi 4:8, Rasul Paulus menyusun daftar mengenai hal-hal yang harus “dipikirkan” oleh orang percaya. Ia menggunakan turunan kata logizomai, kata Yunani yang dijumpai 40 kali di Perjanjian Baru yang berarti “memikirkan, memperhitungkan, merenungkan, memusatkan pikiran pada satu hal.”3 Kata logizomai juga memiliki konotasi matematis dan terutama digunakan untuk merujuk pada perhitungan, atau penilaian yang didasarkan pada perhitungan. Jika demikian, di Filipi 4:8, terjemahan lain yang mungkin untuk kata logizomai adalah “perhitungkan.” Pada intinya, di Filipi 4:7-9 Paulus mengajak orang percaya membentuk hidup mereka sebagai tangapan, atau dengan mempertimbangkan, semua hal yang patut dipuji.

Dengan latar belakang ini, kita bisa memahami bahwa merenungkan Alkitab melibatkan pikiran kita. Dengan pikiran yang terpusat pada kebenaran Allah, kita merenungkan makna dari sejumlah kata atau frasa. Merenungkan firman Allah adalah praktik kuno—sesuatu yang telah lama menjadi komponen tak tergantikan dari 6

MERENUNGKAN FIRMAN


hubungan yang intim dengan Allah. Sebagai orang Kristen, sungguh bijaksana apabila kita menerima disiplin yang Allah berikan ini. Ini tidak perlu disalahpahami sebagai “pengetahuan akal budi” yang terpisah dari keseluruhan diri manusia. Di Filipi 4:7, Paulus menyebut kata “hati,” istilah penting dalam Perjanjian Lama bagi pusat kepribadian seseorang (lihat Amsal 4:23), dan kata “pikiran,” yang juga merujuk kepada pusat kehendak dan perasaan seseorang. Filipi 4:7-9 secara gamblang menjelaskan bahwa hidup kita dibentuk oleh hal-hal yang mengisi hati kita.

Kata-kata Kitab Suci: Merenungkan Alkitab berbeda dari bentuk perenungan lainnya karena pusat dari “pemikiran” kita adalah Kitab Suci. Meskipun upaya kita yang sungguh-sungguh untuk mengenali dan, dengan pertolongan Roh Kudus, menyingkirkan pikiran yang tidak kudus dan benar (LIHAT FILIPI 4:8) bisa menjadi bagian dari perenungan, tetapi tujuannya bukanlah pengosongan pikiran, melainkan pembaruan pikiran kita dengan memusatkannya pada firman Allah. Perenungan dilakukan dengan memperkatakan ulang dan memikirkan secara mendalam satu kata, atau sebaris kalimat, yang dibaca dalam Alkitab. Membaca dan mempelajari Alkitab secara sistematis sangatlah bermanfaat untuk membangun dasar bagi suatu perenungan. Kita perlu memperhatikan letak sebuah perikop dalam keseluruhan kisah di Kitab Suci—bagaimana Perjanjian Lama dan Baru terhubung sempurna untuk menyingkap keseluruhan rancangan Allah bagi kita di dalam Yesus Kristus. Penggalian yang saksama akan mampu membuka kekayaan yang terkandung dalam setiap kitab. Kita perlu memahami makna sebuah ayat di dalam konteksnya

Makna Merenungkan Alkitab

7


yang lebih besar, sebanyak yang kita mampu, sebelum kita merenungkan ayat-ayat tertentu. Seluruh Alkitab menyingkapkan rencana keselamatan Allah yang utuh. Kita perlu mengetahui bagaimana setiap bagian Kitab Suci saling terkait dan juga melihat gambaran besar dari rancangan ini untuk dapat memahami masing-masing bagian secara terpisah. Meski demikian, ini tidak berarti kita harus menjadi seorang ahli Alkitab untuk memperoleh manfaat dari perenungan Kitab Suci, melainkan kita hanya perlu mempelajarinya sungguh-sungguh.

Selain membaca dan mempelajari, menghafal ayat Kitab Suci sangatlah mendukung perenungan. Kemungkinan besar konsep dalam Perjanjian Lama mengenai “memperkatakan” atau menyuarakan bacaan Kitab Suci berulang-ulang adalah alat bantu untuk menghafal. Pada masa itu, orang awam tidak bisa langsung membaca Kitab Suci, jadi mereka mengandalkan ingatan mereka tentang katakata yang pernah dibacakan dengan lantang. Hingga kini, menghafal adalah cara tak ternilai untuk merenungkan dan mendapatkan berkat dari Alkitab di sepanjang hari. Namun, meskipun menghafal sangat mendukung perenungan, keduanya tidaklah sama. Di Alkitab, firman Allah terkadang diumpamakan sebagai makanan jasmani (“Apabila aku bertemu dengan perkataan-perkataan-Mu, maka aku menikmatinya” Yeremia 15:16). Jika membaca, mendengar, dan menghafal firman Allah bisa disamakan seperti melahap makanan jasmani, kita bisa menganggap perenungan layaknya mengunyah secara perlahan makanan tersebut untuk memastikan semua zat gizinya terserap oleh tubuh. Perenungan memungkinkan kita menyerap lebih banyak gizi dan kekuatan rohani yang dijumpai dalam suatu ayat atau frasa dari Kitab Suci. 8

MERENUNGKAN FIRMAN


Hati yang Siap Menerima: Merenungkan Alkitab membutuhkan sikap hati yang terbuka kepada Allah dan firman-Nya. Dalam perenungan, kita harus datang dengan iman yang penuh kerinduan, karena meyakini bahwa Allah akan berfirman melalui Kitab Suci untuk memberi apa yang kita butuhkan. Tuhan Yesus berjanji bahwa siapa saja yang mencari akan mendapat (LUKAS 11:9), dan kita percaya bahwa Allah akan memberkati mereka yang mencari Dia dengan pemahaman yang lebih mendalam akan kehendak dan jalan-jalan-Nya (IBRANI 11:6). Kita merenungkan Alkitab bukan dengan harapan supaya Allah menyingkapkan sesuatu yang baru bagi kita, tetapi agar kita memikirkan dan memahami makna dari bagian yang kita baca. Praktik ini tidak dimaksudkan agar kita bisa berkata, “Allah berfirman kepada saya . . .” tetapi supaya kita mengerti dan mengucap syukur bahwa Allah telah menyatakan diri-Nya melalui Kitab Suci.

Keterbukaan kepada Allah tidak hanya mencakup kesiapan menerima penghiburan-Nya, tetapi juga teguranNya. Merenungkan kata-kata Kitab Suci bisa membawa kita menyadari hal-hal dalam hidup kita yang tidak selaras dengan kehendak dan jalan-jalan Allah. Hati yang siap menerima berarti siap juga mendengar dan mematuhi teguran penuh kasih dari Allah melalui Roh Kudus yang menuntun dan mengingatkan kita.

Karya Roh Kudus di dalam Diri Anda: Roh Kristus adalah Penolong dan Guru agung kita dalam merenungkan Kitab Suci. Roh Kudus menuntun para penulis Kitab Suci menuliskan firman Allah bagi kita (2 PETRUS 1:20-21), dan menerangi pikiran orang percaya untuk memahami

Makna Merenungkan Alkitab

9


firman itu. Yesus berjanji kepada para pengikut-Nya bahwa Roh-Nya akan: • menyertai dan diam di dalam kita (YOHANES 14:17). • mengajarkan segala sesuatu kepada kita (YOHANES 14:26). • bersaksi tentang Yesus Kristus (YOHANES 15:26). • memimpin kita ke dalam seluruh kebenaran (YOHANES 16:13). • memuliakan Yesus Kristus (YOHANES 16:14). Penting untuk mengetahui bahwa Roh Kudus hanya berdiam di dalam pengikut Yesus Kristus (LIHAT ROMA 8:9,15-16). Karya Roh Kudus dalam hidup orang yang belum percaya adalah mengingatkan mereka akan dosa dan menunjukkan kebutuhan mereka akan pengampunan yang tersedia melalui iman kepada Yesus (LIHAT YOHANES 16:8-11). Kita yang telah menerima keselamatan dari Allah dan karunia Roh bisa meyakini bahwa Roh Kudus menolong kita untuk lebih memahami Kitab Suci dan menerapkannya dalam hidup kita. Meski Roh Kudus pasti memimpin kita dalam membaca dan mempelajari Alkitab, praktik merenungkan Alkitab menyediakan peluang lebih besar bagi Allah untuk mengajar, menegur, menghibur, dan menuntun kita melalui Kitab Suci. Karya keselamatan Roh Kudus dalam hidup orang belum percaya adalah untuk mengingatkan akan dosa. Meski begitu, Roh kudus berkarya di dunia dengan beragam cara. Gambaran Roh Kudus yang melayang-layang di atas permukaan air di Kejadian 1:2 merujuk kepada karya Roh Kudus dalam memelihara ciptaan.

Tatkala kita memusatkan perhatian kepada suatu kata atau frasa dalam firman Allah, Roh Kudus sering kali menolong kita melihatnya dengan sudut pandang baru, sehingga kita memperoleh pengertian yang bisa jadi terlewatkan jika kita 10

MERENUNGKAN FIRMAN


membacanya terburu-buru. Roh Kristus adalah Penolong agung kita dalam merenungkan firman Allah, dan kita perlu percaya bahwa Roh Kudus berkarya di dalam kita melalui kata-kata Kitab Suci. Sembari kita memikirkan bagaimana Roh Kristus dapat bekerja di dalam kita melalui kata-kata Kitab Suci yang kita renungkan, cobalah menanyakan hal-hal berikut: • Apa yang diajarkan bagian ini mengenai Allah? • Apa yang diajarkan bagian ini mengenai diri saya? • Bagaimana hal ini mengubah hidup dan/atau pemikiran saya? 1

Allan Harmon, Psalms: A Mentor Commentary, vol. 1 (Great Britain: Christian Focus Publications, 2011), 99.

2 David W. Saxton, God’s Battle Plan for the Mind (Grand Rapids: Reformation Heritage Books, 2015), 26. 3 W. Arndt, W. Bauer, dan F. W. Danker, A Greek-English Lexicon of the New Testament and the Early Christian Literature, edisi ke-2. (Chicago: University of Chicago Press, 1979), 476.

Makna Merenungkan Alkitab

11


dua

Manfaat Merenungkan Alkitab Kasih yang Semakin Besar kepada Allah

S

uatu hari, Yesus didatangi oleh seorang Farisi yang juga ahli Taurat (MATIUS 22:35). Orang itu mungkin mengira dirinya sangat mengenal kebenaran Allah dan jauh lebih beriman ketimbang orang awam. Ia memutuskan untuk menguji Yesus, mungkin dengan maksud untuk menelanjangi pengetahuan Sang Guru keliling dari Nazaret atau menjebak-Nya melalui suatu kontradiksi. Jadi, ia bertanya kepada Yesus, “Guru, hukum manakah yang terutama dalam hukum Taurat?” Jawaban Yesus jelas dan tegas: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama” (MATIUS 22:36-38). 12


Jawaban Yesus menunjukkan tujuan tertinggi dari pertumbuhan rohani kita—mengasihi Allah dengan segenap keberadaan kita. Merenungkan Alkitab bisa menolong kita mencapai tujuan ini. Allah telah memberikan Kitab Suci untuk menyingkapkan diri-Nya kepada kita supaya kita bisa semakin mengenal dan mengasihi-Nya. Ketika kita rindu menikmati persekutuan bersama Allah dengan merenungkan kata-kata Kitab Suci, Roh Kudus membuka hati kita untuk semakin mengalami kasih-Nya. Roh Kudus juga menguatkan dengan menolong kita semakin memahami “betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus”, sehingga kita makin berakar di dalam kasih-Nya (EFESUS 3:18-19). Merenungkan Alkitab adalah cara untuk semakin mengalami “kasih karunia Tuhan Yesus Kristus, dan kasih Allah, dan persekutuan Roh Kudus” (2 KORINTUS 13:13). Tatkala ditanya tentang hukum yang terutama, Yesus juga memasukkan hukum terutama yang kedua. “Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi” (Matius 22:39). Yesus jelas menyatakan keduanya terkait dan dibutuhkan untuk memahami Kitab Suci.

Ketaatan yang Didorong oleh Kasih Ketika Yesus berbicara tentang mengasihi Allah, Dia mengaitkannya dengan tindakan ketaatan. Dia berkata kepada para pengikut-Nya, “Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku” dan “barangsiapa memegang perintah-Ku dan melakukannya, dialah yang mengasihi Aku” (YOHANES 14:15,21). Kasih yang sejati kepada Allah ditunjukkan lewat ketaatan tulus kepada kehendak dan jalan-jalan Allah seperti yang dinyatakan bagi kita di

Manfaat Merenungkan Alkitab

13


dalam Kitab Suci. Merenungkan Kitab Suci adalah salah satu cara terbaik untuk menghayati kebenaran firman Allah dan diteguhkan oleh Roh Kristus untuk menaatinya. Salah satu teladan indah dari manfaat perenungan Kitab Suci dalam membangun ketaatan disajikan dalam kitab Yosua. Yosua adalah pembantu Musa, pribadi yang dipakai Allah untuk membebaskan bangsa Israel dari perbudakan. Selepas kematian Musa, Yosua dipanggil untuk memimpin ratusan ribu orang Israel memasuki Tanah Perjanjian (YOSUA 1:1-2). Saat menugaskan Yosua, Allah memerintahkannya: “Kuatkan dan teguhkanlah hatimu” (AY.6), dan Yosua harus dengan saksama menaati seluruh hukum yang telah disampaikan kepada Musa. Kemudian Allah memberikan mandat kepada Yosua untuk mempersiapkan diri mengemban tanggung jawab yang begitu besar itu: Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya, sebab dengan demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung. —YOSUA 1:8 Dengan memperkatakan hukum Allah dan setia merenungkannya, Yosua akan dikuatkan untuk memimpin dengan sepenuh hati. Perenungannya siang dan malam akan memampukannya untuk taat kepada Allah. Perenungan Kitab Suci menguatkan kita untuk taat dengan cara menguatkan kasih kita kepada Allah dan sesama. Bagi orang Kristen, ketaatan kepada Alkitab bukan jalan meraih keselamatan, melainkan tanggapan penuh kasih kepada Pribadi yang telah menyelamatkan kita. Ketaatan kita kepada Allah bersumber dari kerinduan untuk mengasihi dan bersyukur. Merenungkan Alkitab menguatkan kita untuk taat karena kasih, terutama di area-area kelemahan kita. 14

MERENUNGKAN FIRMAN


Sebagai contoh, seseorang yang berjuang melepaskan diri dari gosip, fitnah, atau perkataan lain yang merugikan dapat merenungkan Efesus 4:29, yang menyatakan: “Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia.” Melalui perenungan yang sepenuhnya tertuju kepada ayat tersebut, Roh Kristus sanggup menguatkan kita. Merenungkan Alkitab berarti mengizinkan Allah sepenuhnya memasuki keadaan hidup kita. Ketika kita membiarkan kebenaran Kitab Suci meresap ke dalam jiwa dan kita sungguh-sungguh menyimak dalam doa, Roh Kudus memberi kepekaan pada apa yang ada di dalam hati dan hidup kita. Kita pun dapat membawa seluruh hidup kita ke hadapan Allah dan kasih-Nya yang mengubahkan.

Orang yang merasa sulit untuk memaafkan dapat merenungkan Efesus 4:32: “Hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu.” Tatkala merenungkan kata-kata Kitab Suci, kita membuka diri kepada Allah untuk mengaruniakan kebenaran, kekuatan, dan kasih-Nya atas jiwa kita. Kita menanggapi kasih Allah itu dengan kerinduan yang semakin besar untuk hidup sesuai kebenaran-Nya dengan bersandar pada kuasa Roh Kudus.

Pembaruan Pikiran Willy adalah seorang mahasiswa yang menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya dalam sebuah retret yang diadakan persekutuan Kristen di kampusnya. Ia lalu ikut dalam kelompok Pendalaman Alkitab mingguan bersama sejumlah pria dan sangat menikmati pergaulan baru dengan

Manfaat Merenungkan Alkitab

15


kawan-kawan Kristen lainnya. Pada suatu sore, ia menanti hingga semua orang meninggalkan tempat agar ia bisa berbicara empat mata dengan ketua kelompoknya. Willy menerangkan bahwa ia merasa bersalah dan gagal karena terus-menerus bergumul dengan pikiran kotor dan nafsu birahi. Sebelum mengikuti retret, ia menghabiskan waktu berjam-jam menonton tayangan porno di komputernya. Kini, ia sering merasa tersiksa karena ketidakmampuannya mengalihkan pikiran dari semua gambaran yang telah tertanam di benaknya. “Andai saja aku tidak pernah menonton semua itu,” ujar Willy. “Adakah yang bisa mengubah isi benakku?” Meski perubahan memang sulit, harapan tetap ada. Kenyataannya adalah bahwa kita semua bergumul dengan pikiran, perkataan, dan gambaran yang kita harap tidak pernah memasuki benak kita. Gagasan atau gambaran yang merusak bisa mengakibatkan rasa sakit yang nyata, serta menimbulkan nafsu birahi, ketamakan, atau kemarahan. Namun, Roh Kudus dapat menggunakan Kitab Suci untuk memperbarui pikiran kita sehingga kita diubahkan oleh-Nya (ROMA 12:2). Ketika merenungkan Kitab Suci, kita mengundang Roh Kristus untuk membentuk akal budi dan pemikiran kita. Yesus berdoa supaya murid-murid-Nya dikuduskan oleh kebenaran firman Allah (YOHANES 17:17). Kuasa pemurnian oleh Roh Allah lebih besar daripada semua pikiran cemar yang telah mendekam di benak kita. Ini mungkin butuh waktu, tetapi perenungan Alkitab yang terus-menerus bisa mengubah cara kita berpikir dan menjalani hidup.

Doa yang Memberikan Kuasa Mereka yang mendalami topik doa mungkin pernah membaca nama seorang pendeta asal Skotlandia yang hidup di paruh pertama abad ke-19. Robert Murray M’Cheyne 16

MERENUNGKAN FIRMAN


wafat di usia dua puluh sembilan tahun, tetapi ia dikenal luas karena perenungan hidupnya yang luar biasa. M’Cheyne mengajarkan bagaimana kita akan sangat diberkati ketika kita memadukan isi Kitab Suci dengan doa. Ia menulis: Jadikan isi Kitab Suci sebagai doa. Jadi, jika Anda membaca Mazmur 1, bentangkan Alkitab di hadapan Anda, lalu berlututlah dan berdoa: “Ya Tuhan, jadikan aku orang yang berbahagia,” dan seterusnya. “Biarlah aku tidak berjalan menurut nasihat orang fasik,” dan seterusnya. Inilah cara terbaik untuk memahami makna Alkitab dan untuk belajar berdoa.4 Kata “kudus” di Yohanes 17 bermakna sama dengan “suci.” Dalam Injil Yohanes, ketika kata ini digunakan untuk menerangkan sesesorang, hal itu selalu dikaitkan dengan misi Allah. Yesus (YOHANES 10:36) dan murid-murid-Nya disebut sebagai “yang dikuduskan”. Orang percaya telah “dikuduskan” untuk bersaksi dan membawa orang lain ke dalam hidup bersama Allah melalui kesatuan dan komitmen mereka untuk hidup sesuai kebenaran (YOHANES 17:20-23).

Merenungkan Alkitab adalah salah satu cara terbaik untuk memadukan isi Kitab Suci dengan doa. Tatkala merenungkan kata-kata Kitab Suci dengan hati yang siap menerima, Roh Kudus sering kali memperlihatkan apa saja dari hidup kita yang perlu berubah sesuai firman itu. Sebuah ayat yang berbicara tentang mengasihi sesama mungkin mendorong kita berdoa, “Ya Tuhan, jadikan ini nyata di dalam hidupku.” Sebuah ayat yang menjanjikan hikmat Allah mungkin menggerakkan kita memohon, “Ya Tuhan, berilah saya hikmat untuk segala sesuatu yang akan saya hadapi hari ini.” Ketika merenungkan sebuah ayat atau frasa dari Kitab Suci, sering kali kita melihat kebenaran alkitabiah yang perlu diterapkan dalam hidup kita. Ketika Roh Kristus menyajikan

Manfaat Merenungkan Alkitab

17


kebenaran ini di hadapan kita, kita bisa berpartisipasi dalam karya Roh Kudus yang mengubah diri kita sambil berdoa supaya kebenaran itu digenapi dalam hidup kita. Kehidupan doa kita akan kembali disegarkan dan kita dimampukan untuk berdoa dengan keyakinan yang lebih besar.

Mengalami Damai Sejahtera Allah Margie adalah seorang istri berusia 28 tahun, ibu sepasang anak kembar, dan direktur suatu perusahaan kecil yang melayani jasa desain web. Dengan jujur ia mengakui bahwa ia lebih memilih tidak makan seharian daripada menyingkirkan ponselnya untuk sehari saja. Namun, karena semakin sulit baginya terlelap di malam hari, ditambah lagi tekanan darah tinggi yang dideritanya, Margie tergerak untuk meminta rekan-rekan perempuan di kelompok kecilnya untuk berdoa baginya. Setelah berdoa, seorang kawan bertanya, “Pernahkah kamu mencoba merenungkan Alkitab? Aku mengalami bagaimana perenungan itu menolongku semakin menikmati damai sejahtera Allah.” Margie pun menjadwalkan beberapa menit setiap hari untuk merenungkan Kitab Suci—tanpa ditemani ponselnya. Ia berharap ini akan menjauhkan dirinya dari tekanan yang dialaminya hari itu dan menolongnya tidur lebih nyenyak. Karena perenungan membutuhkan perhatian penuh pada apa yang dinyatakan Allah dalam firman-Nya, hal itu akan menolong kita mengalami kedamaian jiwa di hadapan Allah. Nabi Yesaya menyebut tentang berkat ketentraman jiwa yang diterima dari sikap percaya penuh kepada Allah. Ia menulis: “Yang hatinya teguh Kaujagai dengan damai sejahtera, sebab kepada-Mulah ia percaya” (YESAYA 26:3). Di Mazmur 119 kita membaca, “Besarlah ketenteraman pada orang-orang yang mencintai Taurat-Mu, tidak ada batu sandungan bagi mereka” (AY.165). Salah satu manfaat indah 18

MERENUNGKAN FIRMAN


dari merenungkan Alkitab adalah semakin dalamnya kita mengalami damai sejahtera Allah di tengah dunia yang penuh dengan tekanan.

Pendorong bagi Pertumbuhan Rohani Buku Follow Me yang ditulis oleh Greg L. Hawkins dan Cally Parkinson mencatat hasil penelitian mengenai pertumbuhan rohani. Mereka mendapati bahwa praktik rohani pribadi adalah “pendorong yang sangat dahsyat” bagi pertumbuhan rohani. Namun, dari beragam praktik yang diteliti, yang mencakup doa, saat teduh, pembacaan Alkitab, ada satu praktik yang lebih berdampak terhadap pertumbuhan rohani seseorang, yaitu “Merenungkan Kitab Suci.” Terlepas dari kematangan rohani seseorang, penelitian ini menemukan bahwa, “Saya biasa merenungkan makna ayat-ayat Kitab Suci dalam hidup saya” adalah praktik rohani yang paling mendukung pertumbuhan. Kedua penulis itu mencatat: Kata merenungkan mempunyai arti yang sangat penting. Merenungkan Kitab Suci melibatkan proses berpikir yang mendalam, dengan pertimbangan yang saksama dan cermat. . . . Ini bukanlah membaca cepat sebuah perikop di Alkitab atau bersaat teduh sesuai kebiasaan. Ini adalah pengalaman penuh kuasa dari perenungan pribadi yang mendorong terjadinya pertumbuhan rohani, yang menjadi titik tolak perjalanan rohani seseorang.5 4

David P. Beaty, An All-Surpassing Fellowship (Grand Rapids: Reformation Heritage Books, 2014), 69.

5 Greg L. Hawkins dan Cally Parkinson, Follow Me (Burlington, IL: Willow Creek Association), 41, 114.

Manfaat Merenungkan Alkitab

19


tiga

Melakukan Perenungan Alkitab

S

etelah saya menjelaskan konsep perenungan Alkitab kepada kawan saya, Jim, dan menjabarkan sejumlah manfaatnya, ia tampak bersemangat untuk memasukkan praktik ini ke dalam program saat teduh hariannya. Jim berkata, “Aku rasa aku memahami konsepnya,” ujar Jim. “Ini bukan semata-mata soal berapa banyak ayat atau bagian Alkitab yang dibaca, tetapi berapa banyak yang kita proses dan terapkan. Memang terkadang sedikit justru lebih baik, bahkan ketika membaca Alkitab!” Satusatunya pertanyaan Jim adalah apakah ia bisa melakukan perenungan ini dengan “cara yang benar.” Saya meyakinkan dirinya bahwa tidak ada satu teknik baku mengenai cara merenungkan Alkitab, tetapi saya mengajukan sejumlah usulan praktis yang bisa menolong untuk memulainya. 20


Memulai Mulailah dengan memilih ayat atau frasa dalam Alkitab. Pastikan Anda telah membaca ayat-ayat sebelum dan sesudahnya sehingga Anda bisa memahami ayat atau frasa itu sesuai konteksnya. Mungkin Anda lebih terbantu dengan menuliskan ayat tersebut pada kartu berukuran 7 x 12 cm atau menandainya di ponsel atau perangkat elektronik Anda. Mulailah dengan membacanya beberapa kali, berusahalah untuk menghafalnya sebisa mungkin. Lalu, perlahan-lahan pikirkan ayat ini kata demi kata, memperhatikannya dengan saksama dan apa yang disampaikannya tentang Allah, rancangan, dan karya-Nya dalam hidup Anda. Apakah katakata itu menyingkapkan sesuatu tentang Allah? Atau diri kita sendiri? Bagaimana kita menanggapi atau berdoa sesuai dengan apa yang dimaksudkan oleh kata-kata ini? Teruslah berdoa ketika Anda merenungkan kata-kata dalam ayat ini.

Mari Kita Coba Mari mulai dengan ayat yang mungkin sudah sering Anda dengar. Mazmur 23 sering dibacakan di gereja dan pada upacara pemakaman, tetapi perenungan bisa menolong kita semakin memahami kebenarannya. Mazmur 23:1 berbunyi: Tuhan adalah gembalaku, takkan kekurangan aku. Dengan berdoa memohon pimpinan Roh Kudus, kita mulai merenungkan ayat ini kata demi kata. Tuhan Allah menyatakan diri-Nya sebagai Tuhan. Dia bukanlah satu di antara sekian banyak, tetapi satu-satunya Tuhan dan penguasa atas segala sesuatu. Kata “Tuhan” mengingatkan kita akan kuasa, kendali, dan kedaulatan-Nya yang agung atas segala sesuatu.

Melakukan Perenungan Alkitab

21


adalah gembalaku Mengapa Allah menyatakan diri kepada umat-Nya sebagai “gembala”? Kata ini berbicara kepada kita tentang pemeliharaan, tuntunan, dan kasih-Nya. Namun, Allah bukan sembarang gembala; melainkan “gembala-ku.” Ini artinya Dia mempedulikan saya. Dia rela dan sanggup menuntun saya. Dia menjaga saya demi kebaikan saya. takkan kekurangan aku. Apakah maksud dari kata-kata yang memberikan kepastian ini? Roh Kudus mungkin menghibur hati saya dengan mengingatkan bahwa karena Tuhan yang berdaulat atas segala sesuatu adalah gembala saya, saya bisa sepenuhnya yakin bahwa Dia akan menyediakan semua yang saya butuhkan dalam hidup ini. Saya tidak akan kekurangan apa pun yang dibutuhkan untuk mengikut Dia dan melakukan kehendak-Nya. Dia Mahakuasa. Dia mengasihi saya dan berkenan menuntun saya, sehingga saya bisa sepenuhnya berserah diri ke dalam tangan pemeliharaan-Nya. Apa yang bisa saya doakan terkait Mazmur 23:1? Apakah saya perlu meminta-Nya untuk menolong saya agar bisa semakin mempercayai-Nya? Apakah saya perlu berdoa mengenai keadaan tertentu dalam hidup saya yang membutuhkan pertolongan Sang Gembala? Haruskah saya bersyukur dan memuji Dia atas pemeliharaan-Nya di masa lalu sekaligus masa mendatang? Mari kita coba ayat lain. Ayat yang mungkin kurang dikenal luas ini terdapat di kitab Yudas, sebuah surat singkat yang terletak di bagian akhir Perjanjian Baru. Yudas 1:24 berbunyi: Bagi Dia, yang berkuasa menjaga supaya jangan kamu tersandung dan yang membawa kamu dengan tak bernoda dan penuh kegembiraan di hadapan kemuliaan-Nya. 22

MERENUNGKAN FIRMAN


Hal pertama yang mungkin kita perhatikan saat membaca ayat ini menurut konteksnya adalah ini barulah paruh pertama dari sebuah kalimat yang panjang. Ini bagian dari doksologi—pernyataan yang memberikan kemuliaan bagi Allah. Doksologi di ayat 24 dan 25 menutup kitab Yudas. Setelah membaca beberapa kali, kita berdoa seraya mulai merenungkan ayat ini kata demi kata. Bagi Dia Ini mengingatkan kita semua bahwa segenap kebesaran yang akan datang hanyalah bagi Tuhan (ayat 25 menerangkan ini). Kita diingatkan supaya hati dan bibir kita selalu dipenuhi dengan puji-pujian “bagi Dia.” yang berkuasa menjaga supaya jangan kamu tersandung Tatkala merenungkan kata-kata ini, saya teringat betapa mudahnya saya jatuh ke dalam dosa dengan beragam cara. Mungkin ada dosa berulang yang terlintas dalam benak saya, tetapi Allah sanggup menjaga saya dari semua ini. Katakata “yang berkuasa menjaga” mengingatkan saya bahwa keyakinan saya untuk hidup lebih setia haruslah bersandar kepada-Nya. Saya tidak mampu menjaga diri saya supaya tidak tersandung, tetapi Dia sanggup! Kita bergantung kepada Allah dan Roh Kudus untuk pertumbuhan rohani, tetapi itu tidak berarti kita tidak melakukan apa-apa. Paulus menulis tentang bertumbuh semakin serupa dengan karakter Yesus dan menyebutnya sebagai buah Roh (GALATIA 5:22-23). Ia mendorong jemaat Kolose, “kenakanlah” semua itu (KOLOSE 3:12-14). Artinya, mereka perlu aktif mengembangkan karakter-karakter itu.

Kata-kata, dan yang membawa kamu dengan tak bernoda

Melakukan Perenungan Alkitab

23


membuat saya bertanya, Bagaimana mungkin Allah membawa saya dengan tak bernoda di hadapan takhta-Nya sementara saya adalah orang berdosa? Jawabannya saya jumpai di dalam pengorbanan sempurna Yesus Kristus di atas kayu salib. Dia, yang pernah menderita sengsara demi dosa saya, kini menjaga saya supaya tidak tersandung. Perkataan ini membuat perhatian saya terus tertuju kepada Allah. Frasa berikutnya, dan penuh kegembiraan di hadapan kemuliaan-Nya membuat saya membayangkan tentang suatu hari nanti saya akan berdiri di hadapan-Nya. Tanpa Yesus Kristus, saya tidak mungkin hadir “di hadapan kemuliaan-Nya.” Namun, Dia yang membawa saya telah menuntaskan karya yang begitu luar biasa dalam menyelamatkan saya, sehingga saya bisa berdiri di hadapan takhta Allah dengan “penuh kegembiraan.” Pemikiran baru apa yang dihasilkan dari merenungkan Yudas 1:24? Apakah saya tergerak untuk memuji Allah dengan rasa syukur yang makin melimpah atas semua yang telah diperbuat-Nya bagi saya? Apakah saya lebih menghargai keselamatan yang Tuhan Yesus sediakan bagi saya? Apa yang dinyatakan ayat 24 mengenai Allah? Mengenai diri saya? Bagaimana saya harus menanggapinya? Bagaimana saya dapat berdoa sesuai dengan ayat ini? Sekarang, mari kita renungkan perikop yang lebih panjang. Kita membutuhkan waktu lebih lama untuk merenungkan bagian firman Allah yang lebih panjang, dan mungkin lebih baik melakukannya dalam jangka waktu beberapa hari. Luangkan waktu yang cukup untuk perikop yang terdiri atas beberapa ayat. Setelah memilih satu bagian dari Kitab Suci, bacalah perlahan dua atau tiga kali. Kemudian perhatikan perikopnya, frasa demi frasa, dengan mempertimbangkan baik-baik pesannya dan bagaimana 24

MERENUNGKAN FIRMAN


perikop ini berbicara kepada hidup Anda. Lanjutkan cara ini selama beberapa hari. Ketika Anda merenungkan perikop ini selama beberapa hari, catatlah gagasan dan pertanyaan yang timbul dari perenungan Anda. Apa yang diajarkan perikop ini mengenai Allah? Apa yang disampaikan perikop ini mengenai diri Anda? Apakah perikop ini mendorong Anda untuk menanggapi dengan cara tertentu? Bagaimana Anda dapat berdoa tentang apa yang telah Anda pelajari? Mari tengok Mazmur 121, sebuah mazmur singkat yang terdiri dari delapan ayat. Setelah membaca mazmur ini dua atau tiga kali secara perlahan, renungkanlah dengan lebih sungguh dan pikirkan kata demi kata atau ayat demi ayat. AYAT 1: Aku melayangkan mataku ke gunung-gunung; dari manakah akan datang pertolonganku? Di awal, saya mungkin merenungkan sejumlah alasan mengapa mazmur ini dibuka dengan kalimat ini. Saya juga bisa memikirkan bagaimana perkataan ini berbicara mengenai ketergantungan saya kepada Allah. AYAT 2: Pertolonganku ialah dari Tuhan, yang menjadikan langit dan bumi. Di sini, saya mungkin bertanya apa kebenaran dasar tentang Allah yang sedang ditekankan, dan apa makna kebenaran tersebut di dalam hidup saya. AYAT 3: Ia takkan membiarkan kakimu goyah, Penjagamu tidak akan terlelap.

Melakukan Perenungan Alkitab

25


Ketika menyelami perkataan ini, saya mungkin merenungkan cara Allah pernah menjaga dan menolong saya di masa sulit. AYAT 4-5: Sesungguhnya tidak terlelap dan tidak tertidur Penjaga Israel. Tuhanlah Penjagamu, Tuhanlah naunganmu di sebelah tangan kananmu. Apa yang sedang saya hadapi saat ini yang menjadikan jaminan penjagaan Allah yang tiada henti ini sangat menghibur saya? AYAT 6: Matahari tidak menyakiti engkau pada waktu siang, atau bulan pada waktu malam. Bagaimana saya bisa memahami ayat 6 terkait dengan ayat 5? AYAT 7: Tuhan akan menjaga engkau terhadap segala kecelakaan; Ia akan menjaga nyawamu. Tatkala merenungkan perkataan ini, kepastian apa yang saya terima? AYAT 8: Tuhan akan menjaga keluar masukmu, dari sekarang sampai selama-lamanya. Bagaimana ayat ini menggerakkan saya untuk merendahkan diri di hadapan Allah? Memuji-Nya? Berdoa kepadaNya? Bagaimana gambaran berulang mengenai Tuhan yang menjaga saya (AY.3,4,5,7,8) membuat saya memahami penyertaan-Nya atas diri saya? Catatlah segala pemahaman yang muncul seiring Anda merenungkan Mazmur 121 selama beberapa hari. 26

MERENUNGKAN FIRMAN


Kini, mari kita coba Filipi 2:1-11. Baca perikop ini dua atau tiga kali secara perlahan, lalu renungkan ayat demi ayat. AYAT 1: Jadi karena dalam Kristus ada nasihat, ada penghiburan kasih, ada persekutuan Roh, ada kasih mesra dan belas kasihan, Renungkan setiap frasa singkat di ayat ini. Apa yang diungkapkannya mengenai berkat berada “dalam Kristus”? Adakah salah satu manfaat yang perlu saya alami lebih lagi? Frasa “dalam Kristus” adalah istilah ringkas untuk persekutuan orang percaya dengan Kristus melalui Roh Kudus, dan bisa disebut sebagai pokok pikiran tentang keselamatan dalam Perjanjian Baru. Kitab Suci menyatakan bahwa Kristus menanggung kebobrokan dari ciptaan, termasuk dosa dan penderitaan manusia, sampai kepada kematian dan kemudian hidup kembali (KOLOSE 1:17-27). Melalui persekutuan kita dengan Kristus, orang percaya juga bisa melewati bayang-bayang kematian untuk bangkit bersama Kristus dalam kehidupan baru (ROMA 6:1-5; 2 KORINTUS 5:16-19).

AYAT 2: karena itu sempurnakanlah sukacitaku dengan ini: hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan. Tindakan apa yang perlu saya kerjakan? Apa yang harus saya ubah untuk semakin dekat dengan kesatuan yang dinyatakan oleh ayat ini? AYAT 3: dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati

Melakukan Perenungan Alkitab

27


yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri; Ambil waktu sejenak untuk memikirkan hal-hal yang utama. Bagaimana saya memperlakukan hal-hal yang saya anggap utama? Bagimana saya mengutamakan orang lain dalam hidup saya—memperlakukan mereka layaknya segala sesuatu yang saya utamakan? AYAT 4: dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga. Apakah ayat ini melukiskan cara saya biasanya berhubungan dengan anggota keluarga, kawan, atau rekan kerja? Bagaimana ayat ini mendesak saya untuk bertumbuh? AYAT 5: Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, Di mana dan kapan pikiran saya berbeda dari apa yang saya pahami sebagai cerminan Kristus? Bagaimana saya bisa berubah dengan mempercayai tuntunan Roh Kudus? AYAT 6: yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, Kapan terakhir kalinya saya mempertahankan sesuatu yang menguntungkan bagi saya? Bagimana itu mempengaruhi pemahaman saya terhadap keadaan yang saya hadapi? Dalam keadaan apa saja saya bisa melepaskan milik saya demi kebaikan orang lain? 28

MERENUNGKAN FIRMAN


AYAT 7: melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Pada dasarnya seorang hamba haruslah pertama-tama menempatkan kesejahteraan orang lain sebagai yang terutama. Dalam hidup saya, kesejahteraan siapa yang bisa saya utamakan melalui tindakan saya? AYAT 8: Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Renungkan betapa luar biasanya kerendahan hati dan kasih Yesus Kristus yang datang ke dunia dalam rupa manusia untuk mati di atas kayu salib. Perasaan apa yang timbul di dalam hati dan benak saya ketika memikirkan ini? AYAT 9: Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, Karena karya Yesus, Allah meninggikan Dia. Bagaimana saya bisa meninggikan Dia karena semua karya-Nya? AYAT 10: supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, Lutut tertekuk karena menyadari siapa yang berkuasa. Jika Yesus memang berkuasa atas saya, bagaimana hal itu mempengaruhi cara saya bekerja atau melihat negara saya?

Melakukan Perenungan Alkitab

29


AYAT 11: dan segala lidah mengaku: “Yesus Kristus adalah Tuhan,” bagi kemuliaan Allah, Bapa! Bagaimana pengakuan saya bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan membawa kemuliaan bagi Allah Bapa? Bagaimana saya membedakan dan menyatukan dua pribadi Tritunggal tersebut? Mengapa kesengsaraan dan penghormatan yang Kristus terima disajikan sebagai teladan bagi “pikiran” atau perilaku yang dikehendaki Allah dari saya? Saat Anda merenung dan berdoa mengenai perikop yang sarat akan pemahaman teologi ini selama beberapa hari, catatlah setiap pemahaman baru yang diperoleh mengenai Yesus Kristus, sekaligus juga cara-cara untuk menerapkan kebenaran ini secara praktis agar sungguh mengubah hidup Anda. Baik Anda memilih melakukan perenungan atas sebuah ayat atau suatu perikop yang lebih panjang dalam Kitab Suci, ingatlah bahwa perenungan membutuhkan waktu dan perhatian yang penuh. Sebisa mungkin, jauhkan diri dari semua gangguan. Matikan komputer dan singkirkan ponsel Anda agar Anda bisa memberikan perhatian yang utuh kepada Allah dan firman-Nya. Sebagai orang Kristen di tengah dunia yang terus berubah mengikuti teknologi terbaru, kita bisa memperoleh banyak berkat dengan kembali kepada praktik merenungkan Alkitab. Manfaat terbesar yang Anda terima adalah bertambahnya kasih Anda bagi Allah yang telah menyatakan diri-Nya melalui Kitab Suci. Aku hendak merenungkan titah-titah-Mu dan mengamatamati jalan-jalan-Mu. Aku akan bergemar dalam ketetapan-ketetapan-Mu; firman-Mu tidak akan kulupakan. MAZMUR 119:15-16 30

MERENUNGKAN FIRMAN


ANDA DAPAT DAPAT MEMBERI MEMBERI ANDA DAMPAK YANG YANG BERARTI! BERARTI! DAMPAK Materi kami kami tidak tidak dikenakan dikenakan biaya. Pelayanan kami didukung Materi oleh persembahan kasih dari dari para para pembaca pembaca kami. kami. oleh persembahan kasih Jika Anda Anda ingin ingin mendukung mendukung pelayanan pelayanan kami, kami, Anda Anda dapat Jika dapat mengirimkan persembahan kasih melalui rekening mengirimkan persembahan kasih melalui rekening “Yayasan ODB Indonesia” “Yayasan ODB Indonesia” BCA Green GreenGarden GardenA/C A/C253-300-2510 253-300-2510 BCA BNI Daan DaanMogot MogotA/C A/C0000-570-195 0000-570-195 BNI MandiriTaman TamanSemanan SemananA/C A/C118-000-6070-162 118-000-6070-162 Mandiri QRCode Code Standar Standar QR Pembayaran Nasional Nasional Pembayaran

Scan QR QR code codeini iniuntuk untukdonasi donasidengan denganaplikasi aplikasi Scan e-wallet berikut: e-wallet berikut: Yayasan Yayasan ODBIndonesia Indonesia ODB

Silakan konfirmasi kasih Anda melalui: Silakan konfirmasipersembahan persembahan kasih Anda WhatsApp: 0878.7878.9978 melalui nomor kontak kami di halaman belakang buklet ini. E-mail: indonesia@odb.org SMS: 081586111002

Anda juga dapat mendukung kami dengan meng-klik tautan ini.


Izinkan Allah Mengubah Hidup Anda! Alamilah damai sejahtera Allah, doa yang penuh kuasa, dan pertumbuhan rohani ketika Anda merenungkan kebaikan-Nya yang mengisi lembaran-lembaran Kitab Suci. Dalam buklet ini, Anda akan belajar bahwa membaca, mempelajari, dan merenungkan firman Allah sungguh mengubahkan hidup Anda. Nikmatilah hikmat ilahi dan hubungan yang makin akrab dengan Allah lewat perenungan firman-Nya dari hari ke hari, siang dan malam! David Beaty adalah gembala River Oaks Community Church di Clemmons, NC. Ia meraih gelar magister divinitas dan doktor dalam bidang pelayanan dari Gordon-Conwell Theological Seminary. David senang melayani dalam bidang doa, penginjilan, dan misi global. David dan Anna, istrinya, memiliki dua anak yang juga secara penuh waktu melayani tubuh Kristus dan menjangkau mereka yang terhilang.

Diterbitkan dan didistribusikan oleh PT. Duta Harapan Dunia www.dhdindonesia.com

MT107 MT107


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.