Sampel Booklet Pasca Bencana

Page 1

oleh Ajith Fernando

Menanggapi Musibah Secara Alkitabiah


DAFTAR ISI Prakata . . . . . . . . . . . . . . . . 1 Pasca Bencana. . . . . . . . . 2 Waktu Untuk Meratap. . . . . . . . . . . . . . 2 Waktu Untuk Bertanya Mengapa. . . . . . 4 Waktu Untuk Bekerja . . . . . . . . . . . . . 11 Waktu Untuk Berdoa. . . . . . . . . . . . . . 15 Waktu Untuk Memberi. . . . . . . . . . . . 17 Waktu Untuk Berencana. . . . . . . . . . . 18 Waktu Untuk Berjaga-jaga. . . . . . . . . . 20 Waktu Untuk Menghibur dan Allah Sang Penghibur. . . 24

Penerbit: RBC Ministries Editor Pelaksana: David Sper Penerjemah: Audrey Monika Editor Terjemahan: Merry D., Festus I.G., Natalia E., Dwiyanto Penata Letak: Jane Selomulyo, Dwiyanto Rancang Sampul: Alex Soh Diterjemahkan dari: After The Hurricane

Pasca bencana Menanggapi Musibah Secara Alkitabiah oleh Ajith Fernando

B

uklet ini aslinya ditulis beberapa hari setelah gelombang tsunami melanda Sri Lanka pada bulan Desember 2004, dan mengakibatkan tewasnya puluhan ribu penduduk dan mengungsinya ratusan ribu penduduk lainnya. Ajith Fernando, direktur nasional Youth For Christ di Sri Lanka, menuliskan buklet ini ketika ia menyaksikan banyaknya penderitaan yang dialami oleh para sahabat dan juga orang-orang sebangsanya. Tantangan dan dorongan yang diberikannya sungguh tepat bagi pergumulan yang muncul setelah terjadinya sejumlah bencana di beberapa tempat di Indonesia. Oleh karena itu, isi buklet ini telah direvisi untuk menanggapi bencana-bencana tersebut.

—Martin R. De Haan II

Bacaan Alkitab merupakan kutipan dari ALKITAB Terjemahan Baru (TB) © LAI 1974; Cetakan ke-23 tahun 2003. Copyright © 2010 RBC Ministries, Grand Rapids, Michigan. Dicetak di Indonesia.

STI Bencana-21Des.indd 1

12/22/10 10:28:08 AM


Pasca BENCANA

K

etika suatu kota atau bahkan bangsa mengalami bencana, orang Kristen perlu berpaling pada Alkitab sebagai sumber kekuatan dan pimpinan. Dengan kasih Kristus, kita juga perlu menjangkau orang-orang yang sedang menderita.

Kita perlu berpaling pada Alkitab sebagai sumber kekuatan dan pimpinan. Buklet ini merupakan hasil dari usaha saya untuk merefleksikan secara alkitabiah tentang apa yang seharusnya dilakukan oleh orang Kristen setelah terjadinya suatu musibah seperti bencana tsunami di Sri Lanka dan sejumlah bencana alam yang terjadi di Indonesia. Kerinduan saya adalah buklet ini dapat berguna untuk melayani siapa saja yang sedang menghadapi krisis berat yang menimpa.

Waktu untuk Meratap

A

lkitab berkata, “Ada waktu untuk menangis, ada waktu untuk tertawa; ada waktu untuk meratap; ada waktu untuk menari� (Pkh. 3:4). Tentulah, masa setelah terjadinya suatu bencana adalah waktu yang tepat untuk menangis dan meratap. Ada bagian-bagian penting dalam Alkitab yang disebut sebagai ratapan, dimana orangorang yang beriman kepada Allah berdukacita atas apa yang mereka alami dan bertanya mengapa Allah mengizinkan hal-hal tersebut terjadi atas mereka. Ada sejumlah ratapan yang diserukan oleh seseorang yang sedang menderita. Ratapan lainnya diserukan oleh orang-orang yang mengasihi bangsanya dan mereka meratapi penderitaan bangsanya. Ada sebuah kitab dalam Alkitab, yaitu Ratapan, yang seluruh isinya adalah ratapan atas penderitaan-penderitaan yang dialami suatu bangsa. Yeremia berseru, “Sekiranya kepalaku penuh air, dan mataku menjadi pancuran air mata, maka siang malam aku akan

2

STI Bencana-21Des.indd 2

12/22/10 10:28:08 AM


menangisi orang-orang puteri bangsaku yang terbunuh!� (Yer. 9:1). Yeremia ingin menangis karena penderitaan yang dialami di dalam jiwanya. Perkataan Yeremia selanjutnya menunjukkan bahwa menangis dapat menolong untuk memberikan kesembuhan bagi jiwanya. Ketika bergumul dengan penderitaan yang menimpa keluarga, masyarakat, atau bangsa kita, mengungkapkan rasa duka akan menolong kita terlepas dari tekanan dan memampukan kita untuk memiliki sikap yang lebih bermanfaat bagi orang-orang di sekitar kita. Inilah yang terjadi pada Nehemia. Ketika ia mendengar berita tentang keadaan Yerusalem yang menyedihkan, ia menangis, meratap, berpuasa, dan berdoa selama berhari-hari hingga raja menyadari bahwa wajah Nehemia menunjukkan tanda-tanda kepedihan yang mendalam. Namun, setelah waktu berduka berakhir, Nehemia pun turun tangan dan bertindak. Ia menjadi pahlawan bagi bangsanya dimana gaya kepemimpinannya yang cemerlang merupakan teladan yang luar biasa dan masih

diterapkan hingga hampir 2.500 tahun kemudian.

Ketika bergumul dengan penderitaan yang menimpa keluarga, masyarakat, atau bangsa kita, mengungkapkan rasa duka akan menolong kita terlepas dari tekanan dan memampukan kita untuk memiliki sikap yang lebih berguna bagi orang-orang di sekitar kita. Dalam Alkitab, kita menemukan beberapa cara yang digunakan orang untuk mengungkapkan rasa duka yang mereka alami, antara lain berpuasa (2 Sam. 1:12) dan memakai kain kabung (Kej. 37:34; 2 Sam. 3:31) dan berguling dalam abu (Est. 4:1-3; Yer. 6:26; 25:34). Kita perlu menemukan cara-cara untuk mengungkapkan rasa duka yang 3

STI Bencana-21Des.indd 3

12/22/10 10:28:08 AM


sesuai dengan kebudayaan kita sendiri.

Kita perlu menemukan cara-cara untuk mengungkapkan rasa duka yang sesuai dengan kebudayaan kita sendiri. Tentu saja berpuasa dan berdoa bagi keluarga, gereja, masyarakat, atau bangsa merupakan tindakan yang paling umum dilakukan di masa terjadinya musibah. Di Sri Lanka, setelah terjadinya tsunami, orang-orang mengibarkan bendera putih sebagai tanda berkabung. Setiap kebudayaan memiliki cara-caranya sendiri untuk mengungkapkan rasa duka. Ketika Dorkas meninggal dan Petrus datang ke rumahnya, “. . . semua janda datang berdiri dekat (Petrus) dan sambil menangis mereka menunjukkan kepadanya semua baju dan pakaian, yang dibuat Dorkas waktu ia masih hidup� (Kis. 9:39). Sikap seperti ini sering disebutkan dalam Kitab Suci.

Kita perlu memikirkan dengan sungguh bagaimana jemaat gereja kita dapat memiliki pengungkapan rasa duka sesuai dengan budaya yang ada dan sejalan dengan pemahaman yang alkitabiah tentang ratapan.

Waktu untuk Bertanya Mengapa Bergumul dengan Kedaulatan Allah

Mempertanyakan mengapa hal yang buruk dapat terjadi merupakan satu aspek dari ratapan yang alkitabiah. Alkitab mendorong kita untuk menggumulkan pertanyaan ini dengan memberikan teladan dari umat Allah yang punya sikap demikian, seperti Ayub, Yeremia, dan para pemazmur. Ayub bergumul dalam jangka waktu yang lama untuk memahami apa yang terjadi di sekelilingnya. Umumnya di akhir masa pergumulan, umat Allah meyakini bahwa karena Allah berdaulat dan mengetahui apa yang terjadi, sikap tetap mempercayai-Nya adalah sikap yang sangat bijaksana. Hal

4

STI Bencana-21Des.indd 4

12/22/10 10:28:09 AM


ini sering kali kita temukan di dalam Mazmur (mis. Mzm. 73). Percaya pada kedaulatan Allah, di masa terjadinya musibah, akan menolong kita terhindar dari sikap putus asa di tengah pergumulan. Kita harus bersandar pada janji Allah bahwa dibalik musibah terburuk sekalipun, Dia akan mendatangkan sesuatu yang baik bagi mereka yang mengasihi-Nya (Rm. 8:28). Perspektif terhadap kedaulatan Allah ini tidak muncul begitu saja. Terkadang kita perlu bergumul dengan Allah mengenai hal ini. Berdoa dan merenungkan firman-Nya sangatlah menolong di saatsaat seperti ini (Mzm. 27). Kita mungkin sibuk berjuang memulihkan diri dari bencana atau melayani mereka yang terkena dampak bencana. Akan tetapi, kita harus tetap menyediakan waktu bersama Allah dan firman-Nya. Itulah alasannya mengapa umat Allah harus tetap beribadah kepadaNya bersama dalam jemaat, seberapapun parahnya situasi yang sedang dihadapi. Ketika kita beribadah bersama-sama, kita memusatkan perhatian kepada hal-hal yang kekal, yang mengingatkan kita

tentang kedaulatan Allah. Menyadari kebenaran ini akan menolong kita untuk menghalau kesuraman yang melanda dan memberi kita kekuatan untuk percaya bahwa Allah akan terus memelihara kita. Setelah menerima penghiburan dari Allah dan firman-Nya, kita pun akan memiliki kekuatan untuk siap berkorban dalam melayani mereka yang sedang menderita.

Percaya pada kedaulatan Allah, di masa terjadinya suatu musibah, akan menolong kita terhindar dari sikap putus asa di tengah pergumulan. Mengeluh bersama Segala Makhluk

Kita harus ingat bahwa setelah Adam dan Hawa berdosa dengan melawan Allah, dosa masuk ke dalam dunia dan alam semesta kehilangan keseimbangannya. Alkitab menggambarkan bahwa seluruh ciptaan berada di bawah kutuk 5

STI Bencana-21Des.indd 5

12/22/10 10:28:09 AM


(Kej. 3:17; Rm. 8:20). Oleh karena itu, bencana alam akan terus terjadi sampai Allah menjadikan langit dan bumi yang baru (2 Ptr. 3:13; Why. 21:1). Paulus mengatakan bahwa “sampai sekarang segala makhluk sama-sama mengeluh dan sama-sama merasa sakit bersalin� (Rm. 8:22). Selanjutnya ia berkata bahwa mereka yang mengenal Kristus pun mengeluh dalam hati (ay.23). Ketika melihat akibat yang disebabkan oleh tsunami dan berbagai bencana lainnya, kita telah melihat dengan jelas keluhan dari segala makhluk maupun dari umat Allah. Orang Kristen harus belajar bagaimana mengeluh. Jika tidak belajar, apabila muncul masalah di tempat Allah memanggil kita untuk melayani, kita mungkin tergoda untuk melarikan diri dari kehendak Allah dan mencari tempat yang lebih aman. Mengeluh akan menolong kita untuk mengatasi keadaankeadaan yang sulit. Keluhan yang dibicarakan dalam Roma 8 digambarkan sebagai rasa “sakit bersalin� (ay.22). Wanita mampu bertahan terhadap rasa sakit bersalin yang luar biasa itu karena mereka menantikan saat

yang penuh sukacita ketika mereka melahirkan sang anak. Serupa dengan hal itu, keluhan kita mengingatkan kita pada penghujung penuh sukacita yang pasti akan datang (lih. 2 Kor. 5:2-4). Hal ini menolong kita untuk tidak lari dari situasi sulit yang ditempatkan Allah bagi kita. Kita dapat bertahan terhadap penderitaan karena kita tahu bahwa kelepasan yang kekal dan abadi di surga pasti akan tiba. Mengeluh juga menghapus kepahitan kita atas penderitaan yang kita alami. Kita harus belajar mengeluh di hadapan Allah dan umat-Nya dan tidak menyembunyikannya di dalam diri kita. Ketika kita melakukan hal itu, kita mengungkapkan penderitaan kita dan kita melepaskan tekanan yang telah terbangun dari pengalaman kita yang menyakitkan. Dengan demikian, benih-benih kepahitan akan sulit bertumbuh. Keluhan kita juga memperkenankan Allah untuk menghibur kita, baik secara pribadi atau melalui sahabat-sahabat kita. Ketika kita benar-benar menerima penghiburan, kita tidak akan mengalami kepahitan, karena

6

STI Bencana-21Des.indd 6

12/22/10 10:28:09 AM


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.