SERI TERANG ILAHI
Rumor atau Kisah Nyata? Apakah cerita Paskah bisa dipercaya? Benarkah Yesus rela disiksa dan mati disalib, lalu bangkit kembali dari kematian? Rasanya sulit diterima oleh akal manusia, tetapi pesan Injil tidaklah lengkap tanpa cerita tentang pengorbanan Yesus yang besar dan kebangkitan-Nya yang mulia. Berita Pengharapan: Kabar Baik tentang Salib & Kubur Kosong akan membawa Anda menelusuri peristiwa penyaliban dan kebangkitan melalui penuturan langsung para saksi mata. Buklet ini menunjukkan bahwa kabar baik tentang pengharapan di dalam Yesus bukanlah sekadar rumor, melainkan kisah nyata dalam sejarah yang memiliki dasar kuat dan bisa dipercaya.
BERITA
PENGHARAPAN Kabar Baik Tentang Salib & Kubur Kosong
Ray C. Stedman adalah salah seorang gembala, pengkhotbah, dan pemimpin rohani besar di abad ke-20. Setelah lulus dari Dallas Theological Seminary, beliau menggembalakan jemaat Peninsula Bible Church di Palo Alto, California, selama 40 tahun. Stedman telah mengabadikan berbagai pengalaman hidup pengikut Kristus ke dalam lebih dari 20 buku yang ditulisnya dan memberikan pengaruh yang luar biasa bagi gereja di abad ke-20.
Diterbitkan dan didistribusikan oleh PT. Duta Harapan Dunia www.dhdindonesia.com
Ray Stedman
pengantar
Berita Pengharapan Kabar Baik tentang Salib
dan Kubur Kosong
S
ebagian orang berusaha menganut kekristenan tanpa salib, karena salib sangat mengerikan dan memalukan. Sebagian lainnya mau menganut kekristenan tanpa kebangkitan, karena kebangkitan terasa begitu misterius dan tidak bisa dijelaskan secara ilmiah. Kebangkitan bertentangan dengan akal sehat orang pada umumnya, tentulah tidak ada lagi orang terpelajar yang mempercayai hal-hal seperti itu. Namun sesungguhnya, kekristenan tanpa salib dan kubur kosong bukanlah kekristenan. Tanpa salib dan kubur 1
kosong, kekristenan hanya akan menjadi gagasan basabasi yang menjual harapan kosong dengan menjanjikan manusia akan menjadi pribadi yang lebih baik. Kekristenan hanya menjadi ajaran kebajikan. Namun masalahnya, ajaran kebajikan itu mustahil untuk dijalani. Orang-orang tidak perlu diberi tahu apa yang harus mereka kerjakan dan bagaimana seharusnya mereka menjalani hidup. Yang kita butuhkan bukanlah ajaran kebajikan, tetapi perubahan total. Kita perlu diubahkan total dari batin kita yang terdalam. Kabar baiknya adalah kuasa si jahat dan dosa telah dihancurkan oleh salib, dan kuasa maut telah dipatahkan oleh kubur kosong. Tuhan hidup, tinggal di dalam dan melalui kita, dan memberi kita kuasa untuk mengalami hidup yang sejati.
Ray Stedman
2
BERITA PENGHARAPAN
daftar isi
satu
Pandangan dari Kayu Salib ���������������������������������������������� 5 dua
Berita Pengharapan �����������������������������������������������������������23
EDITOR: Tim Gustafson, J. R. Hudberg GAMBAR SAMPUL: Our Daily Bread Ministries PERANCANG SAMPUL: Stan Myers PERANCANG INTERIOR: Steve Gier PENERJEMAH: Yoki Wijaya EDITOR TERJEMAHAN: Dwiyanto, Natalia Endah PENYELARAS BAHASA: Bungaran Gultom PENATA LETAK: Mary Chang Dikutip dari The Ruler Who Serves karya Ray Stedman. Hak Cipta © 2002 oleh Elaine Stedman. Digunakan seizin Elaine Stedman. Gambar Isi: Our Daily Bread Ministries (hlm.1); Mary R. Vogt via MorgueFile.com (hlm.5); EclatDuSoleil via MorgueFile.com (hlm.23). Kutipan ayat diambil dari teks Alkitab Terjemahan Baru Indonesia, LAI © 1974 © 2016 Our Daily Bread Ministries, Grand Rapids, Michigan Hak Cipta dilindungi Undang-Undang. Dicetak di Indonesia.
Indonesian Discovery Series "A Rumor of Hope" Pengantar
3
satu
Pandangan dari Kayu Salib Markus 15:21-47
D
i tengah-tengah Kepulauan Hawaii terdapat pulau Molokai. Saat ini, pulau itu indah bagai firdaus, tetapi pada abad ke-19, pulau itu diliputi kengerian. Pada tahun 1848, wabah kusta (penyakit Hansen) menerpa Hawaii. Hingga dekade 1860-an, penyakit itu menjadi epidemi yang menyeramkan. Pemerintah Hawaii mendata semua warganya yang terjangkit kusta dan mengucilkan mereka di Molokai. Koloni penderita kusta itu bertempat di Semenanjung Kalaupapa yang dipisahkan oleh tebing setinggi hampir 500 meter dari bagian pulau Molokai lainnya. Tidak ada dermaga atau pelabuhan di sana, sehingga kapal-kapal biasanya membuang sauh di lepas pantai dan para penderita kusta harus melompat dari atas kapal dan berenang menuju tepi pantai 5
yang berbatu-batu. Pemerintah tidak menyediakan tempat penampungan, air minum, atau fasilitas umum apa pun. Mereka yang bertahan hidup berteduh di gua-gua atau gubuk sederhana yang terbuat dari dedaunan dan ranting. Terkadang kapal perbekalan melemparkan peti-peti berisi makanan ke laut. Jika ada gelombang, peti-peti itu akan terhanyut ke tepian pantai yang penuh bebatuan, lalu diambil oleh para penderita kusta di sana. Koloni kusta di Kalaupapa telah ada selama tujuh tahun sebelum Pastor Damien tiba pada tahun 1873. Pastor Damien ahli dalam pertukangan (membangun rumah atau gereja dan membuat peti mati) hingga pengobatan (merawat dan membalut luka serta mengamputasi bagian tubuh yang terkena penyakit). Selama bertahun-tahun, sang pastor hidup di antara para penderita kusta. Ia mengajarkan keahliannya kepada mereka, mendirikan sejumlah bangunan, merawat yang masih hidup, menguburkan yang meninggal, dan menyemangati mereka melalui doa dan khotbahnya. Pastor Damien de Veuster adalah rohaniwan asal Belgia yang memberi diri melayani para penderita kusta di Kalaupapa.
Suatu malam, Pastor Damien menuang air mendidih ke dalam baskom dan bersiap untuk membasuh kakinya. Ia terbiasa mencampur air panas dengan air dingin sampai mencapai suhu yang pas sebelum merendam kakinya di dalam baskom. Malam itu, ia lupa menambahkan air dingin, tetapi ketika ia mencelupkan kakinya ke dalam air mendidih itu, ia tidak merasa sakit sama sekali. Itu terjadi pada tahun 1885. Setelah 12 tahun tinggal di antara penderita kusta, Pastor Damien akhirnya juga mengidap penyakit yang sama. Hari Minggu berikutnya, ia 6
BERITA PENGHARAPAN
berdiri di hadapan jemaat di dalam gereja sederhana yang dibangunnya dari kayu dan memulai khotbahnya dengan perkataan, “Kita, para penderita kusta.� Empat tahun Pada akhirnya, kemudian, ia meninggal dunia pada Dia [Yesus] usia 49 tahun. Kehidupan Pastor Damien menanggung mengingatkan kita tentang satu penyakit kita Pribadi yang datang ke dunia ini dan memberikan di saat kita masih dibelenggu nyawa-Nya dan dikutuk oleh dosa, orangbagi kita. orang buangan tanpa secuil pun pengharapan. Pribadi itu datang sebagai tukang kayu, penyembuh, dan pengajar. Dia menguatkan kita melalui doa-doa dan khotbahkhotbah-Nya. Dan pada akhirnya, Dia menanggung penyakit kita dan memberikan nyawa-Nya bagi kita. Dialah yang dinubuatkan oleh Nabi Yesaya: Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah. Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh. Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi Tuhan telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian (yesaya 53:4-6).
Pandangan dari Kayu Salib
7
Kita tiba pada momen yang dinubuatkan Yesaya, ketika Yesus tertikam bagi kita, diremukkan bagi kita, dan dosa-dosa kita ditimpakan kepada-Nya di kayu salib. Ketika melihat ganjaran mengerikan yang ditanggung Yesus demi kita, kiranya kita memahami bahwa yang kita saksikan bukanlah kematian tragis dari seorang martir idealis, melainkan suatu pembayaran tebusan atas jiwa kita.
“Kemudian Mereka Menyalibkan Dia”
Yang kita saksikan bukanlah kematian tragis dari seorang martir idealis, melainkan suatu pembayaran tebusan atas jiwa kita.
Catatan Markus tentang peristiwa penyaliban melukiskan suasana dan detail yang berbeda dari ketiga kitab Injil lainnya. Markus tidak mencantumkan sejumlah detail yang ditulis para penulis Injil lainnya. Misalnya, Markus hanya memuat satu kalimat yang diucapkan Yesus. Gambaran tentang tindakan dan perkataan Yesus yang dicatat Markus hanya terdapat dalam tiga penggalan singkat. Penggalan pertama mencatat: “Mereka membawa Yesus ke tempat yang bernama Golgota, yang berarti: Tempat Tengkorak. Lalu mereka memberi anggur bercampur mur kepada-Nya, tetapi Ia menolaknya. Kemudian mereka menyalibkan Dia” (markus 15:22-24). Jika digabungkan, keempat kitab Injil mencatat ada tujuh ucapan Yesus di kayu salib yang biasa disebut Tujuh Perkataan Salib.
8
BERITA PENGHARAPAN
Sebelum penyaliban dimulai, seorang prajurit memberi Yesus anggur asam bercampur mur, sejenis damar yang dipercaya memiliki efek bius. Prajurit Romawi biasanya membius korban penyaliban supaya mereka lebih mudah menancapkan paku pada kaki dan tangan korban. Mungkin Yesus menolak minuman itu karena Dia tidak berniat melawan atau mempersulit para algojo dalam menunaikan tugas mereka. Di sini kita kembali melihat betapa Yesus rela menanggung hukuman dan mengorbankan nyawa-Nya bagi kita. Para penulis kitab Injil tampak menahan diri ketika melukiskan peristiwa penyaliban. Mereka tidak menggambarkan bagaimana ketika paku ditancapkan atau kesengsaraan yang diderita Yesus. Segala kengerian yang tak terbayangkan itu dipadatkan menjadi empat kata lugas: “Kemudian mereka menyalibkan Dia.” Hampir tidak ada yang dicatat Markus dari tiga jam pertama peristiwa penyaliban itu. Dalam penggalan keduanya tentang perkataan dan tindakan Yesus di kayu salib, Markus membawa kita pada kegelapan mencekam dari kesendirian yang dialami Yesus: “Pada jam dua belas, kegelapan meliputi seluruh daerah itu dan berlangsung sampai jam tiga. Dan pada jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring, ‘Eloi, Eloi, lama sabakhtani?’, yang berarti: Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” (markus 15:33-34). Kemudian dalam penggalan ketiga dan terakhir dari perkataan dan tindakan Tuhan di atas kayu salib, Markus membawa kita ke momen final dari kehidupan Yesus di dunia. “Lalu berserulah Yesus dengan suara nyaring dan menyerahkan nyawa-Nya. Ketika itu tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah” (markus 15:37-38). Catatan Markus mengenai penyaliban—tentang momen-momen di saat Yesus tergantung di kayu salib dan
Pandangan dari Kayu Salib
9
menyerahkan nyawa-Nya bagi kita—sungguh sederhana dan ringkas. Fokus Markus bukanlah pada apa yang dilihat oleh orang banyak yang berkerumun memandangi salib Tuhan Yesus, melainkan pada apa yang dilihat Yesus ketika Dia memandang kerumunan orang itu.
Pandangan dari Kayu Salib Banyak orang atau kelompok orang berkerumun di kaki salib. Markus menyoroti setiap dari mereka sehingga kita dapat melihat reaksi mereka terhadap penyaliban Tuhan kita. Tujuan Markus menuliskan bagian ini adalah untuk mengontraskan karya misterius Allah dengan jalan dan pemikiran manusia. Markus ingin kita melihat bahwa peristiwa itu sungguh tidak pernah berhenti memukau kita. Namun, pertama-tama mari kembali ke awal dari peristiwa itu, yakni bagian yang terjadi segera setelah Tuhan diadili di hadapan Pilatus. Di bagian itu, kita berjumpa dengan tokoh pertama yang dilukiskan Markus. Itu terjadi ketika Yesus dalam perjalanan menuju Golgota. Para prajurit Romawi sedang menggiring Yesus untuk menyalibkan-Nya. Ketika melintasi jalanan Yerusalem, Yesus terjungkal dan jatuh. Karena itu, para prajurit menarik seseorang dari kerumunan dan memaksanya memikul salib Yesus. “Pada waktu itu lewat seorang yang bernama Simon, orang Kirene, ayah Aleksander dan Rufus, yang baru datang dari luar kota, dan orang itu mereka paksa untuk memikul salib Yesus� (markus 15:21). Simon berasal dari Kirene di Afrika Utara dan sedang berada di Yerusalem untuk merayakan Paskah. Ia meninggalkan penginapannya di luar kota dan tidak tahu apa-apa tentang penyaliban yang akan segera dilangsungkan. Tiba-tiba rencananya hari itu diselingi oleh arak-arakan yang sedang berlangsung di sepanjang jalan sempit di kota 10
BERITA PENGHARAPAN
itu. Tanpa tahu apa yang terjadi, Simon pun ditarik oleh tangan-tangan kasar para prajurit ke tengah jalan. Salib Yesus diletakkan di atas bahu Simon dan ia dipaksa untuk memikulnya hingga ke luar kota. Simon mungkin saja marah karena dipaksa memikul salib yang berat itu. Rasanya perasaan itu dapat dipahami karena kita tentu mengingat seringnya kita mengalami perasaan itu ketika Allah memanggil kita untuk memikul salib. Kita marah ketika keadaan membebani hidup kita atau menyebabkan jiwa kita menderita dan sengsara. Saya yakin, itulah yang dirasakan Simon dari Kirene ketika ia dipaksa memikul salib Yesus. Ada indikasi bahwa Simon dari Kirene berada di Yerusalem pada hari Pentakosta (lihat kisah para rasul 2:10). Markus menjelaskan bahwa Simon adalah ayah dari Aleksander dan Rufus, nama-nama yang dikenal baik oleh jemaat bukan Yahudi yang menjadi penerima Injil Markus. Di Roma 16:13, Paulus menyebut tentang seorang bernama Rufus yang dekat dengannya dan ibu Rufus yang telah menunjukkan kebaikan kepada Paulus. Sangat mungkin itu adalah Rufus anak Simon dari Kirene. Jadi, sangat mungkin pula bahwa Simon dari Kirene menjadi percaya setelah peristiwa yang mengusik rencananya itu. Jika demikian, salah satu pernyataan Tuhan yang mungkin memiliki makna khusus bagi Simon sepanjang hidupnya adalah: “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.�
Para Prajurit dan Pemberontak Para prajurit Romawi yang menyalibkan Yesus berkerumun di kaki salib. Masa itu penuh dengan gejolak dan pemberontakan di Palestina, dan penyaliban sudah umum dilaksanakan.
Pandangan dari Kayu Salib
11
Sejarawan menuturkan bahwa setelah terjadinya salah satu pemberontakan yang berlangsung beberapa tahun sebelum penyaliban Kristus, dua ribu orang Yahudi yang membangkang ditangkap dan disalibkan. Jadi, para prajurit itu sudah sangat berpengalaman dalam hal penyaliban. Itu sebabnya mereka terlihat seakan tidak berperasaan. Segera setelah mereka memakukan Yesus di atas kayu salib dan menegakkan salib itu pada tempatnya, para prajurit yang tidak berperasaan itu duduk di tanah, mengeluarkan sepasang dadu, dan mulai membuang undi sementara Yesus tergantung sekarat. Ketidakpedulian yang mereka tunjukkan dengan entengnya atas penderitaan dan kematian manusia lain mungkin tak pernah terbayangkan oleh kita. Kemudian Markus memperkenalkan dua penjahat yang disalib bersama Yesus. “Bersama dengan Dia disalibkan dua orang penyamun, seorang di sebelah kanan-Nya dan seorang di sebelah kiri-Nya� (markus 15:27). Markus menambahkan: “Bahkan kedua orang yang disalibkan bersama-sama dengan Dia mencela Dia juga� (ay.32). Kedua orang itu adalah pembangkang atau teroris yang ditangkap dalam suatu pemberontakan. Keduanya pernah begitu gigih memperjuangkan tujuan yang agak mustahil, yakni menggulingkan kekuasaan Romawi di tanah Palestina. Dalam aksi teror dan serangan mematikan yang mereka lancarkan, mereka merampas apa saja yang mereka inginkan dan tidak mempedulikan orang lain yang mungkin terluka sebagai akibatnya. Mereka tentunya pernah mendengar tentang Yesus dan mengetahui pengakuan-Nya sebagai Mesias. Seperti kebanyakan orang, mereka keliru dengan menganggap bahwa Mesias yang dijanjikan itu adalah pembebas dalam arti politik dan militer. Kini keduanya tergantung di sisi kanan dan kiri Yesus yang beberapa hari sebelumnya dielu-elukan orang 12
BERITA PENGHARAPAN
banyak saat memasuki Yerusalem. Yesus terbukti bukanlah sosok revolusioner yang diharapkan, sehingga kedua pemberontak itu memandang rendah kepada-Nya. Yesus sedang meregang nyawa di atas salib Romawi, sama seperti mereka. Injil Markus tidak menuturkan kisah lengkap dari kedua penjahat itu. Namun, jika membandingkannya dengan catatan serupa di Injil Lukas, kita mendapati bahwa salah satu dari mereka akhirnya menyesali hujatannya terhadap Yesus. Lukas mencatat: Seorang dari penjahat yang di gantung itu menghujat Dia, katanya: “Bukankah Engkau adalah Kristus? Selamatkanlah diri-Mu dan kami!” Tetapi yang seorang menegor dia, katanya: “Tidakkah engkau takut, juga tidak kepada Allah, sedang engkau menerima hukuman yang sama? Kita memang selayaknya dihukum, sebab kita menerima balasan yang setimpal dengan perbuatan kita, tetapi orang ini tidak berbuat sesuatu yang salah.” Lalu ia berkata: “Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja.” Kata Yesus kepadanya: “Aku Ada apa dengan berkata kepadamu, sesungguhnya Yesus sehingga hari ini juga engkau akan ada seorang penjahat bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus” (lukas 23:39-43). mau berubah Salah satu hal terindah dari kisah penyaliban adalah bahwa salah seorang dari kedua penjahat itu pada akhirnya memahami kebenaran. Kebenaran yang menyatakan bahwa
dan akhirnya meyakini siapa Yesus sesungguhnya?
Pandangan dari Kayu Salib
13
Yesus yang disalibkan itu sesungguhnya adalah Raja yang akan bertakhta di kerajaan-Nya dengan wewenang dan kekuasaan mutlak. Ada apa dengan Yesus sehingga seorang penjahat mau berubah dan akhirnya meyakini siapa Yesus sesungguhnya? Kita tidak diberi tahu, tetapi kita tahu bahwa cara Yesus menghadapi kematian-Nya sungguh berpengaruh besar dalam mengubah hati seorang manusia.
Para Penghujat dan Para Imam Kepala Markus juga mengisahkan tentang sejumlah orang yang berjalan melewati kaki salib. “Orang-orang yang lewat di sana menghujat Dia, dan sambil menggelengkan kepala mereka berkata: ‘Hai Engkau yang mau merubuhkan Bait Suci dan mau membangunnya kembali dalam tiga hari, turunlah dari salib itu dan selamatkan diriMu!’” (markus 15:29-30). Mereka hanyalah orang-orang yang kebetulan lewat, tetapi ketika Mereka melihat Yesus tergantung di kayu “menggelengkan salib, mereka teringat bahwa Dia kepala” ketika pernah membuat pernyataan yang melihat Yesus. menggemparkan. Jadi, mereka mengolok-olok Dia: “Kau hanya Ironisnya, omong kosong! Kau bilang Dia sedang akan merubuhkan Bait Suci dan menggenapi membangunnya lagi! Kau sendiri semua perkataan sekarang tak berdaya!” yang mereka Markus melukiskan ejekan itu tujukan kepadadengan menyebutkan bahwa mereka “menggelengkan kepala mereka” Nya. ketika melihat Yesus. Ironisnya, 14
BERITA PENGHARAPAN
Yesus sedang menggenapi semua perkataan yang mereka tujukan kepada-Nya. Bait Suci yang hendak dirubuhkan-Nya adalah tubuh-Nya sendiri, dan penghancuran itu berlangsung di depan mata mereka saat itu juga. Dia rela menempatkan diri-Nya di sana, dan dengan setiap tetesan darah yang mengucur dari nadi-Nya, tubuh-Nya sedang dihancurkan. Orang banyak itu sama sekali tidak mengetahui bahwa pada hari yang ketiga, bagian terakhir dari nubuat itu akan digenapi. Selanjutnya Markus menyebutkan tentang para imam kepala dan ahli Taurat yang berdiri di kaki salib. Mereka adalah orang-orang di balik kematian Yesus. “Demikian juga imamimam kepala bersama-sama ahli Taurat mengolok-olokkan Dia di antara mereka sendiri dan mereka berkata: ‘Orang lain Ia selamatkan, tetapi diri-Nya sendiri tidak dapat Ia selamatkan! Baiklah Mesias, Raja Israel itu, turun dari salib itu, supaya kita lihat dan percaya’” (markus 15:31-32). Para imam kepala itu pernah merasa takut sekaligus iri terhadap Yesus. Mereka telah menyaksikan-Nya mengajar dan memberkati orang banyak dengan cara-cara yang tidak pernah bisa mereka lakukan. Namun, mereka bersekongkol menentang Yesus dan kelihatannya telah berhasil membuat Dia dihukum sesuai rencana. Itulah momen kemenangan mereka, dan mereka sangat menikmatinya. Markus mengisahkan tentang seorang pria lain di kaki salib yang tertarik dengan apa yang sedang berlangsung. Namanya tidak kita ketahui tetapi kehadirannya dicatat ketika Yesus berseru kepada Bapa, sesaat sebelum Dia mati. Mendengar itu, beberapa orang yang berdiri di situ berkata: “Lihat, Ia memanggil Elia.” Maka datanglah seorang dengan bunga karang, mencelupkannya ke dalam anggur asam lalu mencucukkannya pada sebatang buluh dan memberi Yesus
Pandangan dari Kayu Salib
15
minum serta berkata: “Baiklah kita tunggu dan melihat apakah Elia datang untuk menurunkan Dia.� Lalu berserulah Yesus dengan suara nyaring dan menyerahkan nyawa-Nya (markus 15:35-37). Sebagian orang menilai tindakan pria ini sebagai bentuk belas kasihan. Anggur asam dianggap berfungsi sebagai pereda rasa sakit untuk meringankan penderitaan Yesus. Namun, penelusuran yang lebih dalam membuktikan hal yang berbeda. Pria ini sedang mengejek Yesus, bahkan menertawakan-Nya, dengan berkata, “Baiklah kita tunggu dan melihat apakah Elia datang untuk menurunkan Dia.� Dia menyodorkan cuka asam, yakni anggur basi, kepada Yesus untuk memancing tanggapan-Nya.
Kepala Pasukan, Para Perempuan, dan Murid Misterius Pada saat itu, Yesus berseru dengan suara nyaring dan menghembuskan napas terakhir-Nya. Namun, kisah ini belum usai. Markus memiliki tiga peristiwa lanjutan tentang tiga orang atau kelompok yang akan diperkenalkannya kepada kita. Namun, ketiga tokoh terakhir ini mempunyai karakteristik yang berbeda dari tokoh-tokoh yang telah kita bahas sebelum ini. Setelah kematian Yesus, sama sekali ada yang menganiaya, menghujat, atau mengolok-olok Dia. Pihak-pihak yang membenci Yesus tampaknya telah menyingkir dari sana, hingga tersisa sejumlah kecil orang yang mengasihi-Nya. Orang pertama yang kita jumpai setelah kematian Yesus mungkin adalah orang yang paling tidak kita duga akan ada di tengah para pengagum-Nya. Yang dimaksud adalah kepala pasukan yang memimpin para prajurit yang melaksanakan penyaliban. “Waktu kepala 16
BERITA PENGHARAPAN
pasukan yang berdiri berhadapan dengan Dia melihat matiNya demikian, berkatalah ia: ‘Sungguh, orang ini adalah Anak Allah!’” (markus 15:39). Kepala pasukan Romawi itu bukanlah penyembah Allah. Menilik latar belakangnya, sangat mungkin ia menyembah dewa-dewa. Meski demikian, salib Kristus membuatnya menyadari realitas yang utama. Bagi para prajurit bawahannya, penyaliban yang mereka laksanakan itu sekadar pekerjaan biasa, bahkan sebuah dagelan. Namun, bagi sang kepala pasukan, penyaliban tersebut merupakan suatu kekeliruan yang mengenaskan, penghukuman atas manusia ilahi yang tidak bersalah. Kematian Yesus sangat berbeda dari kematian lain yang pernah disaksikan oleh sang kepala pasukan—ada kemuliaan, keluhuran, kekuatan Kematian Yesus karakter yang tidak mungkin dimiliki sangat berbeda seorang manusia biasa. dari kematian Perhatikan pengakuan kepala lain yang pernah pasukan itu, “Sungguh, orang ini adalah Anak Allah!” Ucapannya tidak disaksikan oleh mengandung nada pengharapan sang kepala dan tidak mengungkapkan adanya pasukan—ada pertobatan. Yang ada hanyalah kemuliaan, penyesalan karena ada kehilangan dan keluhuran, kesalahan yang besar. Ia menyadari bahwa ketidakadilan yang mengerikan kekuatan karakter telah terjadi dan tidak dapat diubah yang tidak lagi. Karena itu, sang kepala pasukan mungkin dimiliki tidak dapat memahami makna peristiwa seorang manusia tersebut bagi hidup dan jiwanya. biasa. Tidaklah cukup seseorang hanya mengatakan, “Yesus adalah anak
Pandangan dari Kayu Salib
17
Allah.” Kita harus melangkah lebih jauh, mengakuinya secara pribadi, dan berkata, “Yesus, jadilah Tuhan dan Juruselamat atas hidupku.” Selanjutnya Markus memperkenalkan sekelompok perempuan yang berkumpul di sekitar salib Yesus. “Ada juga beberapa perempuan yang melihat dari jauh, di antaranya Maria Magdalena, Maria ibu Yakobus Muda dan Yoses, serta Salome. Mereka semuanya telah mengikut Yesus dan melayani-Nya waktu Ia di Galilea. Dan ada juga di situ banyak perempuan lain yang telah datang ke Yerusalem bersama-sama dengan Yesus” (markus 15:40-41). Mereka adalah perempuan-perempuan yang mengasihi Yesus, tetapi di manakah para pria? Di manakah para murid yang pernah mendampingi-Nya? Di manakah Petrus yang berlagak berani? Injil Yohanes memberitahukan bahwa Yohanes ada di dekat salib bersama Maria, ibu Yesus. Pada tiga jam pertama, di tengah penderitaan-Nya, Yesus menitipkan ibu-Nya untuk dirawat oleh Yohanes, murid-Nya. Namun, dari catatan Markus tampaknya Yohanes dan Maria tidak lagi ada di sana; mungkin Yohanes telah membawa Maria pulang. Hanya para perempuan itulah yang masih ada di sekitar salib. Mereka di sana bukan karena masih mengharapkan sesuatu. Mereka sedang dalam keputusasaan total. Mereka tidak menantikan adanya kebangkitan. Mereka tidak mengharapkan Allah bertindak di saat-saat kelam ini. Kasih mereka tetap ada, tetapi pengharapan dan iman mereka telah lenyap. Terkadang kita diregang hingga batas kekuatan kita. Kita masih mengasihi Allah, tetapi kita tidak lagi berharap atau beriman bahwa Dia akan menyelamatkan kita. Yang kita lihat hanyalah kekelaman dan keputusasaan. Di saat-saat seperti itu, kita akan terbantu dengan mengingat bahwa Tuhan kita telah bangkit. 18
BERITA PENGHARAPAN
Namun sebelum itu, masih ada orang terakhir yang ingin diperkenalkan Markus. Ia adalah Yusuf dari Arimatea, seorang pengikut Tuhan yang setia. Sementara itu hari mulai malam, dan hari itu adalah hari persiapan, yaitu hari menjelang Sabat. Karena itu Yusuf, orang Arimatea, seorang anggota Majelis Besar yang terkemuka, yang juga menanti-nantikan Kerajaan Allah, memberanikan diri menghadap Pilatus dan meminta mayat Yesus. Pilatus heran waktu mendengar bahwa Yesus sudah mati. Maka ia memanggil kepala pasukan dan bertanya kepadanya apakah Yesus sudah mati. Sesudah didengarnya keterangan kepala pasukan, ia berkenan memberikan mayat itu kepada Yusuf. Yusufpun membeli kain lenan, kemudian ia menurunkan mayat Yesus dari salib dan mengapaninya dengan kain lenan itu. Lalu ia membaringkan Dia di dalam kubur yang digali di dalam bukit batu. Kemudian digulingkannya sebuah batu ke pintu kubur itu. Maria Magdalena dan Maria ibu Yoses melihat di mana Yesus dibaringkan (markus 15:42-47). Yusuf dari Arimatea adalah anggota Makhamah Agama yang kaya. Ia percaya kepada Yesus, tetapi mungkin takut mengungkapkannya secara terbuka. Semua catatan tentang pengadilan Yesus tidak menyebutkan nama Yusuf. Ia tidak bersuara ketika Yesus diadili di hadapan Mahkamah Agama. Ia takut untuk menyuarakan dukungannya kepada Yesus secara terbuka, mungkin karena takut pada apa yang dipikirkan atau dilakukan oleh anggota Mahkamah lainnya. Namun setelah Yesus mati, ketika jasad-Nya tergantung di atas kayu salib, terjadi perubahan dalam diri Yusuf. Penyaliban itu membangkitkan keberanian baru dalam diri pria itu. Pada akhirnya, Yusuf berani berterus terang tentang imannya.
Pandangan dari Kayu Salib
19
Jika Kita Ingin Datang Di bagian penutup kitab Injilnya, Markus menghadapkan kita dengan tiga peristiwa penuh makna yang dahsyat, tiga untaian kisah yang dijalin menjadi sebuah kebenaran yang kuat. Selama tiga jam terakhir kehidupan Yesus, kegelapan misterius yang mencekam meliputi seluruh daerah itu. Di penghujung kegelapan, terjadilah peristiwa yang disebut “Seruan Imanuel yang ditinggalkan”—“Eloi, Eloi, lama sabakhtani? . . . Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” Dalam puisi yang berjudul “Cowper’s Grave” (Makam Cowper), Elizabeth Barrett Browning menulis eulogi untuk William Cowper, seorang penderita depresi yang telah menulis sejumlah himne yang dikenang hingga kini. Elizabeth menuliskan: Sekali itu, seruan Imanuel yang ditinggalkan mengguncang alam semesta-Nya— Sebuah kalimat terucap lirih, “Allahku, Engkau meninggalkan Aku!”
Segera setelah seruan itu, Yesus menyerahkan nyawa-Nya. Penting untuk dipahami bahwa Yesus tidak sekadar mati; Dia menyerahkan nyawa-Nya. Kematian-Nya adalah sesuatu yang disengaja sekaligus sukarela. Dia bukanlah korban yang tak berdaya; Dia rela mengorbankan diri-Nya. Sekitar 800 meter dari tempat penyaliban itu, di antara ruang mahakudus dan ruang kudus dari Bait Suci, sesuatu yang luar biasa terjadi. Tirai besar yang menutupi ruang mahakudus terbelah dari atas sampai ke bawah. Tirai itu menutupi sebuah ruang yang hanya boleh dimasuki imam besar setahun sekali. Kini tirai itu dikoyakkan, seakan oleh tangan yang tak terlihat, dan tersingkaplah ruang mahakudus. Ketiga peristiwa itu terjalin menjadi seuntai kebenaran yang penting dan penuh makna. Seruan Sang Anak yang 20
BERITA PENGHARAPAN
ditinggalkan dalam kekelaman salib, penyerahan nyawa Yesus, dan terbelahnya tirai di Bait Suci—Markus menjalin ketiganya supaya kita dapat memahami seluruh maknanya. Penting untuk Ketika Yesus berseru, “Allahku, dipahami bahwa Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” mereka yang Yesus tidak hadir di situ tentu mengenalinya sekadar mati; Dia sebagai kata-kata pembuka dari menyerahkan Mazmur 22. Membaca seluruh mazmur nyawa-Nya. itu seakan sedang membaca pandangan Kematian-Nya Yesus tentang penyaliban-Nya. Menurut saya tidaklah mungkin adalah sesuatu bagi kita untuk memahami secuil saja yang disengaja betapa dalamnya keterpisahan dan sekaligus sukarela. kesendirian yang dirasakan Yesus pada Dia bukanlah saat diri-Nya menjadi dosa karena korban yang tak kita. Kita tidak akan pernah sanggup memahami artnya. Namun, inilah berdaya; Dia rela yang kita tahu: Ngerinya kesendirian mengorbankan dan kekelaman yang membuat Kristus diri-Nya. berseru sedemikian rupa merupakan hal yang akan kita alami kelak apabila Yesus Kristus tidak menjadi Tuhan dan Juruselamat kita. Dia rela menanggung hukuman mengerikan yang sepantasnya kita terima karena dosa kita. Tidak ada penjelasan memadai tentang arti dari pertanyaan Yesus kecuali pernyataan Paulus dalam 2 Korintus 5:21: “Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat [Allah] menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah.”
Pandangan dari Kayu Salib
21
Kemudian Yesus menyerahkan nyawa-Nya dan tirai Bait Suci pun terkoyak. Itulah cara Allah untuk menyatakan bahwa sekali untuk selamanya jalan kepada-Nya akan Bagi mereka yang selalu terbuka lebar. Siapa pun yang telah mengalami ingin diselamatkan boleh datang. Para imam kepala yang bersekongkol perjumpaan menentang Yesus, gubernur Romawi dengan yang menjatuhkan hukuman mati, Tuhan yang para prajurit yang memakukan mengubahkan tangan dan kaki-Nya, orang-orang hidup, salib yang menghujat dan menggelengkan kepala mereka—mereka semua boleh merupakan datang. Itulah makna dari tirai yang pernyataan terbelah. Hukuman telah ditanggung terdahsyat yang demi mereka yang dipenuhi pernah ada. kebencian, kebobrokan, kezaliman, keegoisan, dan kekejaman. Ganjaran atas dosa telah dibayar lunas. Bagi banyak orang, mungkin salib tidak lebih dari sebuah pernak-pernik. Namun, bagi mereka yang telah mengalami perjumpaan dengan Tuhan yang mengubahkan hidup, salib merupakan pernyataan terdahsyat yang pernah ada. Rasul Paulus berkata, “Sebab pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa, tetapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan itu adalah kekuatan Allah� (1 korintus 1:18). Meski pernah menjadi alat penyiksaan yang mematikan dan mengerikan, salib telah menjadi sarana yang mulia dan suci bagi kehidupan kekal kita.
22
BERITA PENGHARAPAN
dua
Berita Pengharapan Markus 16:1-8 Dari Putus Asa kepada Sukacita
T
eolog ternama Dr. Carl F. H. Henry pernah menulis mengenai Yesus yang telah bangkit: “Dia menyebarkan satu-satunya berita pengharapan yang kekal di tengah keputusasaan yang merebak dalam dunia yang putus asa.” Berita pengharapan! Itulah pokok utama penelusuran kita dalam Markus 16. Di pintu masuk menuju kubur kosong, kita mendengar selentingan pertama tentang berita yang luar biasa itu: “Ia telah bangkit!” Dengan segera kabar itu mulai bergema di sepanjang jalan-jalan Yerusalem: “Ia telah bangkit!” Kemudian berita itu semakin tersebar dan tersiar ke seluruh provinsi Yudea: “Ia telah bangkit!” Pada akhirnya, berita itu akan dikumandangkan nyaring, layaknya guntur yang menggelegar di segenap penjuru dunia yang terkesima: “Ia telah bangkit!” 23
Namun, berita itu muncul di tengah suasana duka dan putus asa. Markus menulis: Setelah lewat hari Sabat, Maria Magdalena dan Maria ibu Markus 16 Yakobus, serta Salome membeli rempah-rempah untuk pergi ke dimulai dengan kubur dan meminyaki Yesus. hari terkelam Dan pagi-pagi benar pada hari dalam sejarah pertama minggu itu, setelah umat manusia, matahari terbit, pergilah mereka tetapi diakhiri ke kubur. Mereka berkata seorang kepada yang lain: “Siapa dengan penemuan yang akan menggulingkan batu kubur kosong. itu bagi kita dari pintu kubur?� Tetapi ketika mereka melihat dari dekat, tampaklah, batu yang memang sangat besar itu sudah terguling. Lalu mereka masuk ke dalam kubur dan mereka melihat seorang muda yang memakai jubah putih duduk di sebelah kanan. Merekapun sangat terkejut, tetapi orang muda itu berkata kepada mereka: “Jangan takut! Kamu mencari Yesus orang Nazaret, yang disalibkan itu. Ia telah bangkit. Ia tidak ada di sini. Lihat! Inilah tempat mereka membaringkan Dia. Tetapi sekarang pergilah, katakanlah kepada murid-murid-Nya dan kepada Petrus: Ia mendahului kamu ke Galilea; di sana kamu akan melihat Dia, seperti yang sudah dikatakan-Nya kepada kamu.� Lalu mereka keluar dan lari meninggalkan kubur itu, sebab gentar dan dahsyat menimpa mereka. Mereka tidak mengatakan apa-apa kepada siapapun juga karena takut. (markus 16:1-8). Markus 16 dimulai dengan hari terkelam 24
BERITA PENGHARAPAN
Markus adalah satu-satunya penulis kitab Injil yang menyebutkan tentang hari Sabat. Ketika para murid menulis catatan mereka, ingatan tentang hari Sabat yang kelam itu telah tergantikan oleh sukacita dari kebangkitan Kristus sehingga kekelaman hari itu hampir tidak lagi perlu mereka singgung.
dalam sejarah umat manusia, tetapi diakhiri dengan penemuan kubur kosong. Kita menyaksikan para perempuan mendapati kubur itu telah kosong, lalu mereka meninggalkan tempat itu dengan begitu bersukacita dan pengharapan yang meluap-luap sampai-sampai mereka tidak berani menyampaikan sepatah kata pun kepada orang lain. Perhatikan dengan saksama dua kalimat terakhir dari bagian tadi: “Lalu mereka keluar dan lari meninggalkan kubur itu, sebab gentar dan dahsyat [ekstasis dalam bahasa Yunani] menimpa mereka. Mereka tidak mengatakan apa-apa kepada siapapun juga karena takut [phobeo dalam bahasa Yunani].” Saya menambahkan keterangan kata dalam bahasa Yunani agar kita dapat melihat lebih jelas apa yang Markus sampaikan. Keliru jika kita membaca frasa terakhir itu, “karena takut,” dengan pemahaman bahwa para perempuan tersebut merasa gentar, terancam, ngeri, atau takut. Memang kata phobeo yang digunakan untuk “takut” di sini sering dijumpai dalam Perjanjian Baru dengan makna “sangat takut, dilanda kekhawatiran, waspada”. Namun, phobeo juga sering digunakan dalam pengertian “dipenuhi rasa kagum dan takjub”, bahkan “sikap penuh penghormatan, penyembahan, dan ketaatan”. Kita mendapat kejelasan dengan melihat kalimat sebelumnya. Kata Yunani untuk “dahsyat” adalah ekstasis, yang berarti “tercengang, diliputi rasa takjub yang mendalam (terutama takjub pada halhal rohani), berada dalam keadaan terkesima bercampur kagum”.
Berita Pengharapan
25
Jadi para perempuan itu bukan sedang takut, khawatir, atau bingung. Mereka diliputi rasa takjub yang luar biasa karena telah menemukan bahwa Yesus bangkit dan hidup!
Kubur dan Kain Kafan Hal pertama yang perlu dicermati dalam catatan Markus tentang kebangkitan adalah batu yang dipakai untuk menutup kubur tempat jasad Yesus diletakkan. Para perempuan itu merasa cemas dan merisaukan batu yang menutup mulut kubur, tetapi ketika mereka tiba, batu itu telah terguling. Anda dapat mengunjungi The Garden Tomb di Yerusalem, yang diyakini banyak ahli dan sejarawan sebagai lokasi kubur Yesus. Kita tidak dapat memastikan apakah itu memang kubur Yesus, tetapi kita tahu bahwa tempat itu sesuai dengan deskripsi dalam catatan-catatan Injil. Saya percaya itu adalah kubur Yesus. Jika Anda mengunjungi The Garden Tomb, Anda tidak akan Para perempuan melihat adanya batu besar itu di itu bukan sedang sana. Tampaknya batu itu telah takut, khawatir, disingkirkan atau dihancurkan atau bingung. beberapa dekade atau abad setelah Mereka diliputi zaman Kristus. Namun, Anda dapat melihat sebuah galur sempit yang rasa takjub yang dipahat pada batu di depan kubur luar biasa karena kosong itu. Batu besar yang bundar telah menemukan digulingkan pada galur itu untuk bahwa Yesus menutup atau membuka jalan masuk bangkit dan ke kubur. Karena pintu masuk ke kubur itu hampir seukuran tinggi hidup! manusia, batu yang digunakan untuk 26
BERITA PENGHARAPAN
menutup pintu masuk tersebut beratnya paling tidak 450 kg. Itulah alasan para perempuan itu risau. Jika tidak ada yang menggulingkan batu itu, mereka tidak akan dapat mengoleskan rempah-rempah dan wewangian pada jasad Yesus. Ketika para perempuan itu tiba di kubur Yesus, mereka terkejut karena mendapati batu itu telah terguling. Kubur itu telah terbuka. Dalam kitab Injilnya, Matius mencatat bahwa pagi-pagi benar, jauh sebelum menyingsingnya fajar, seorang malaikat datang dan menggulingkan batu itu. Wajahnya bagai kilat dan berkilau-kilauan sehingga menciutkan nyali para prajurit penjaga kubur. Mereka terkulai seperti orang mati. Ketika kesadaran mereka pulih, mereka pergi dari sana dengan takut. Kemudian, ketika para perempuan itu tiba, tidak ada siapa pun di luar kubur, tetapi pintu kuburnya telah terbuka. Mereka pun menyadari bahwa sesuatu yang luar biasa telah terjadi. Jadi mereka mendekat dan melihat ke dalam kubur—dan jasad Yesus telah lenyap. Jasad yang hendak mereka urapi sudah tidak ada lagi di sana. Tidak seorang pun sanggup menjelaskan tentang kubur Yesus yang kosong. Jika para musuh mencuri jasad Yesus, mereka tentu akan memamerkannya untuk membuktikan bahwa Yesus benarbenar telah mati. Dan tentunya mustahil bagi para sahabat dan pengikut Yesus mencuri jasad-Nya, karena para prajurit Romawi ditempatkan untuk menjaga di depan kubur yang tertutup batu.
Fakta paling menakjubkan yang langsung dihadapi oleh para perempuan itu ketika mereka memasuki kubur adalah keberadaan kain kafan Yesus. Jasad-Nya telah lenyap, tetapi kain kafan-Nya masih ada. Di Lukas 24:12 dan Yohanes 20:68, kita mendapat gambaran tentang kain kafan itu. Kain peluh yang digunakan untuk membungkus kepala Yesus telah terlipat
Berita Pengharapan
27
rapi dan terpisah dari bagian kain lainnya. Kain kafannya—lembaran kain lenan yang tadinya membungkus jasad Yesus—tidak terbuka atau tidak terlepas dari gulungannya. Kain kafan Keberadaan itu tergeletak dalam wujud sesosok kain kafan itu, jasad, dan jasad itu seakan raib begitu saja dari dalam kain. ditambah dengan Kitab-kitab Injil yang lain keadaannya memberitahukan bahwa ketika para ketika ditemukan, perempuan itu meninggalkan kubur tidak pernah Yesus, mereka bergegas mendatangi dijelaskan secara para murid dan menyampaikan berita itu; kemudian Petrus dan Yohanes tuntas. segera berlari ke kubur Yesus. Ketika Petrus dan Yohanes melihat kain kafan itu, mereka menjadi percaya bahwa Yesus telah bangkit. Keberadaan kain kafan itu, ditambah dengan keadaannya ketika ditemukan, tidak pernah dijelaskan secara tuntas. Kuatnya bukti-bukti, termasuk kubur kosong, adalah salah satu alasan kekristenan menyebar begitu cepat pada masamasa awal terbentuknya gereja. Ratusan saksi mata sanggup memastikan kebenaran dari setiap kisah dalam Injil. Ada pula bukti fisik dari kebangkitan Kristus. Tidak ada yang perlu bertanya apakah kubur itu benar-benar kosong atau tidak, karena kubur itu hanya sedikit di luar tembok kota dan siapa pun bisa memeriksanya. Setiap orang di Yerusalem cukup berjalan selama 15 menit untuk menuju ke sana dan memastikan bahwa para murid memang berkata jujur. Meski mereka yang meragukan kebangkitan menolaknya mentah-mentah, bukti-bukti yang ada sangat kuat. Kebangkitan bukan dongeng, melainkan fakta kunci dalam sejarah manusia. 28
BERITA PENGHARAPAN
Pesan Malaikat Memang Yesus tidak lagi berada di kubur, tetapi kubur itu tidak sepenuhnya kosong. Markus mencatat: Lalu mereka masuk ke dalam kubur dan mereka melihat seorang muda yang memakai jubah putih duduk di sebelah kanan. Merekapun sangat terkejut, tetapi orang muda itu berkata kepada mereka: “Jangan takut! Kamu mencari Yesus orang Nazaret, yang disalibkan itu. Ia telah bangkit. Ia tidak ada di sini. Lihat! Inilah tempat mereka membaringkan Dia. Tetapi sekarang pergilah, katakanlah kepada murid-muridNya dan kepada Petrus: Ia mendahului kamu ke Galilea; di sana kamu akan melihat Dia, seperti yang sudah dikatakanNya kepada kamu” (markus 16:5-7). Pesan malaikat kepada para perempuan itu mengandung jawaban untuk setiap orang yang bersikap skeptis di sepanjang abad. Malaikat itu pertama-tama berkata, “Kamu mencari Yesus orang Nazaret, yang disalibkan itu.” Lebih lanjut, malaikat itu meminta mereka, “Tetapi sekarang pergilah, katakanlah kepada muridmurid-Nya dan kepada Petrus: Ia mendahului kamu ke Galilea; di sana kamu akan melihat Dia, seperti yang sudah dikatakan-Nya kepada kamu.” Malaikat itu menyebut titik geografis Kebangkitan tertentu di muka bumi sebagai tempat bukan dongeng, untuk bertemu dengan Yesus: Galilea. melainkan fakta Itu menegaskan kembali pernyataan Kitab Suci bahwa Yesus hidup, bangkit kunci dalam secara jasmani, dan menampakkan diri sejarah manusia. kepada orang-orang di suatu tempat dan waktu tertentu.
Berita Pengharapan
29
Perhatikan juga nada lembut dan penuh kasih dalam perkataan itu. Sang malaikat meminta para perempuan tersebut menyampaikan berita pengharapan khusus kepada Petrus. Terakhir kali kita menjumpai Petrus adalah ketika ia berdiri di halaman kediaman Imam Besar pada saat Yesus diadili. Seorang hamba perempuan membuntuti Petrus dan menuduhnya sebagai salah satu murid Yesus. Petrus menghindari perempuan itu, menjauh darinya, dan menyangkal kebenaran tersebut sambil gemetar ketakutan. Namun, malaikat itu berkata, “Katakanlah kepada muridmurid-Nya dan kepada Petrus.” Malaikat itu juga berkata, “Ia mendahului kamu ke Galilea; di sana kamu akan melihat Dia, seperti yang sudah dikatakanNya kepada kamu.” Seperti yang sudah dikatakan-Nya kepada kamu. Kebangkitan Yesus seharusnya tidak mengejutkan para pengikut-Nya karena Dia telah mewanti-wanti bahwa diri-Nya akan disalibkan, bangkit pada hari ketiga, dan kemudian menjumpai mereka. Malaikat itu tidak menyampaikan pesan yang baru, melainkan hanya mengulang pesan yang telah mereka dengar dari mulut Tuhan. Semua yang dikatakan-Nya akan digenapi.
Tersiarnya Berita Pengharapan Kubur kosong, kain kafan yang tertinggal, dan pesan malaikat telah memberikan dampak luar biasa bagi para perempuan tersebut. Mereka dipenuhi dengan pengharapan, sukacita, dan semangat menyala-nyala. Dalam sekejap, mereka beralih dari perasaan putus asa kepada sukacita yang tiada tara. Jadi mereka pergi dengan gembira untuk mulai menyebarkan berita pengharapan itu, tepat seperti yang dipesankan malaikat itu kepada mereka—satu-satunya berita pengharapan yang kekal bagi dunia ini. 30
BERITA PENGHARAPAN
Penyebaran berita yang luar biasa itu dipercepat oleh penampakan Yesus di hadapan saksi demi saksi. Penampakan pertama dialami oleh Maria Magdalena. Injil Yohanes memberitahukan bahwa setelah para perempuan lainnya meninggalkan kubur itu, Maria Magdalena tidak beranjak dari sana. Di temaram sinar fajar, Yesus menampakkan diri kepadanya. Maria kemudian bergegas membawa berita itu dan Petrus dan Yohanes pun datang ke kubur itu, melihat kain kafan yang tergeletak, dan menjadi percaya.
Percaya Meski Tak Melihat Salah satu yang paling mengesankan dari catatan Markus tentang kebangkitan adalah tentang para perempuan yang percaya meskipun mereka tidak melihat Yesus yang bangkit. Yang mereka lihat hanyalah kubur kosong dan kain kafan yang tertinggal. Namun, mereka tidak melihat Tuhan. Meski demikian, mereka tetap percaya. Bayangkan betapa luar biasanya dapat melihat Tuhan yang telah bangkit! Orang-orang yang pernah melihat-Nya sangat dihormati dan dikagumi di tengah jemaat Kristen mula-mula. Tentu saja, tidak semua orang memperoleh keistimewaan itu. Ketika Yesus menampakkan diri kepada Tomas dan memintanya untuk menyentuh bekas luka-Nya, Dia berkata, “Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya� (yohanes 20:29). Petrus lalu menulis, “Sekalipun kamu belum pernah melihat Dia, namun kamu mengasihi-Nya. Kamu percaya kepada Dia, sekalipun kamu sekarang tidak melihat-Nya. Kamu bergembira karena sukacita yang mulia dan yang tidak terkatakan� (1 petrus 1:8). Itulah pengalaman jutaan orang percaya, dimulai sejak Minggu Paskah pertama itu dan berlanjut hingga sekarang. Kita tidak pernah melihat Tuhan yang telah bangkit karena Dia
Berita Pengharapan
31
telah meninggalkan dunia jasmani ini berabad-abad yang lalu. Namun, kita memiliki kesaksian tentang diriNya. Kita mempunyai bukti-bukti. Lukas menulis di Kisah Para Rasul 1:3, “Kepada mereka Ia menunjukkan Bagi mereka yang belum pernah diri-Nya setelah penderitaanNya selesai, dan dengan banyak mendengar berita tanda Ia membuktikan, bahwa Ia pengharapan itu, hidup.� Segala bukti yang sahih dunia tetaplah itu memberi keyakinan pada akal menjadi tempat budi dan menguatkan jiwa. Buktiyang kelam, bukti tersebut membangkitkan pengharapan dalam diri kita, sama sesuram hari seperti pengharapan para perempuan Sabtu kelabu itu dibangkitkan oleh kubur kosong antara hari dan perkataan sang malaikat. penyaliban dan Dari pengharapan tersebut, hari kebangkitan lahirlah berita yang kemudian tersiar Kristus. luas. Berita itu menjadi satu-satunya berita pengharapan yang kekal bagi dunia ini. Bagi mereka yang belum pernah mendengar berita pengharapan itu, dunia tetaplah menjadi tempat yang kelam, sesuram hari Sabtu kelabu antara hari penyaliban dan hari kebangkitan Kristus. Namun, kita harus menyebarluaskan berita pengharapan itu kepada dunia. Berita pengharapan itu bagaikan cahaya yang bersinar terang di tengah malam. Berita pengharapan itu bagaikan makanan bagi suatu negeri yang kelaparan. Itulah Kabar Baik, berita teragung yang pernah diberitakan kepada dunia.
32
BERITA PENGHARAPAN
Misi kami adalah menjadikan hikmat Alkitab yang mengubahkan hidup dapat dimengerti dan diterima oleh semua orang. Anda dapat mendukung kami dalam melaksanakan misi tersebut melalui persembahan kasih. Klik link di bawah ini untuk informasi dan petunjuk dalam memberikan persembahan kasih. Terima kasih atas dukungan Anda untuk pengembangan materi-materi terbitan Our Daily Bread Ministries. Persembahan kasih seberapa pun dari para sahabat memampukan Our Daily Bread Ministries untuk menjangkau orang-orang dengan hikmat Alkitab yang mengubahkan hidup. Kami tidak didanai atau berada di bawah kelompok atau denominasi apa pun.
DONASI
SERI TERANG ILAHI
Rumor atau Kisah Nyata? Apakah cerita Paskah bisa dipercaya? Benarkah Yesus rela disiksa dan mati disalib, lalu bangkit kembali dari kematian? Rasanya sulit diterima oleh akal manusia, tetapi pesan Injil tidaklah lengkap tanpa cerita tentang pengorbanan Yesus yang besar dan kebangkitan-Nya yang mulia. Berita Pengharapan: Kabar Baik tentang Salib & Kubur Kosong akan membawa Anda menelusuri peristiwa penyaliban dan kebangkitan melalui penuturan langsung para saksi mata. Buklet ini menunjukkan bahwa kabar baik tentang pengharapan di dalam Yesus bukanlah sekadar rumor, melainkan kisah nyata dalam sejarah yang memiliki dasar kuat dan bisa dipercaya.
BERITA
PENGHARAPAN Kabar Baik Tentang Salib & Kubur Kosong
Ray C. Stedman adalah salah seorang gembala, pengkhotbah, dan pemimpin rohani besar di abad ke-20. Setelah lulus dari Dallas Theological Seminary, beliau menggembalakan jemaat Peninsula Bible Church di Palo Alto, California, selama 40 tahun. Stedman telah mengabadikan berbagai pengalaman hidup pengikut Kristus ke dalam lebih dari 20 buku yang ditulisnya dan memberikan pengaruh yang luar biasa bagi gereja di abad ke-20.
Diterbitkan dan didistribusikan oleh PT. Duta Harapan Dunia www.dhdindonesia.com
Ray Stedman