©Oxfam di Indonesia
K I T S I R E T K A KAR T A K A R A Y S A M
A N A C N E B N A TAH SEBUAH CATATAN PANDUAN Versi 2 November 2009
John Twigg
© Plan Internasional Indonesia
Versi elektronik catatan panduan ini dapat diunduh dari salah satu laman web ‘Karakteristik Masyarakat Tahan Bencana’ (tersedia dua laman web dengan dokumen yang sama). Kunjungi: www.proventionconsortium.org/?pageid=90 (situs web ProVention Consortium) atau www.abuhrc.org/research/dsm/Pages/project_view.aspx?project=13 (situs web Aon Benfield UCL Hazard Research Centre) Kedua laman web di atas juga memuat edisi pertama catatan panduan (dalam bahasa Inggris, Spanyol, Prancis, dan Indonesia), studi kasus, presentasi, serta dokumen lain yang berkaitan dengan kerentanan masyarakat. Salinan catatan pedoman ini beserta dokumen lain juga dapat diperoleh dari penulis, Dr John Twigg di University College London (j.twigg@ucl.ac.uk), yang sekaligus bersedia menerima pertanyaan dan umpan balik. Versi Bahasa Indonesia diterjemahkan oleh Tim Penerjemah Terra Firma Indonesia. Disunting oleh Avianto Amri. Penyelaras akhir oleh Amin Magatani, Yusra Tebe, Katharina M Anggraeni, dan Cici Riesmasari, didukung oleh Plan International Indonesia dan Oxfam di Indonesia. Department for International Development Disaster Risk Reduction Interagency Coordination Group (DFID-DRR-ICG) mendorong penerjemahan dan penyebarluasan “Karakteristik Masyarakat Tahan Bencana” ini dan berterimakasih kepada Plan International Indonesia dan Oxfam di Indonesia atas inisiatif penerjemahan dokumen ini ke dalam Bahasa Indonesia. DFID-DRR-ICG tidak terlibat dalam terjemahan ini sehingga tidak bertanggung jawab atas isinya. Pencetakan buku ini didukung oleh Australia-Indonesia Facility for Disaster Reduction (AIFDR), AusAID. AIFDR tidak terlibat dalam terjemahan buku ini sehingga tidak bertanggung jawab atas isinya.
2012
DAFTAR ISI
Prakata Singkatan dan akronim Ucapan terima kasih Tindak lanjut untuk Karakteristik
5 7 7 8
Bagian 1: Pendahuluan 1.1 Isi catatan pedoman ini 1.2 Menggunakan Karakteristik: sebuah ikhtisar
8 8 9
Bagian 2: Konsep kunci 2.1 Pengurangan Risiko Bencana (PRB) 2.2 Ketahananan dan masyarakat tahan bencana 2.3 Masyarakat
10 10 10 11
Bagian 3: Tabel Karakteristik: sebuah paparan 3.1 Area Tematik 3.2 Komponen Ketahananan 3.3 Karakteristik Masyarakat Tahan Bencana 3.4 Karakteristik Lingkungan Kondusif 3.5 Tantangan 3.5.1 Keterbatasan pendekatan kerangka kerja 3.5.2 Keterbatasan HFA 3.5.3 Aspek sikap ketahananan
12 12 12 14 15 16 16 16 17
Bagian 4: Sikap menggunakan Karakteristik 4.1 Ikhtisar dan konteks 4.1.1 Ikhtisar 4.1.2 Konteks (a) Adaptasi Perubahan Iklim (API) (b) Pasca bencana (c) Konflik 4.2 Memperkenalkan Karakteristik: membangun kapasitas pengguna 4.2.1 Audiens dan kelompok pengguna sasaran 4.2.2 Cara memperkenalkan Karakteristik kepada pengguna (a) Prinsip dasar (b) Pendekatan induksi dan pelatihan (c) Penerimaan dan aplikasinya oleh organisasi (d) Penerjemahan (e) Sikap positif 4.3 Memilih, memodifikasi, dan ‘menyesuaikan’ Karakteristik 4.3.1 Alasan Karakteristik harus dimodifikasi 4.3.2 Kemungkinan pendekatan 4.3.3 Karakteristik kunci 4.3.4 Menetapkan prioritas 4.3.5 Tonggak riwayat 4.4 Mengaplikasikan ke dalam aktivitas PRB 4.4.1 Perencanaan strategis dan kemitraan (a) Perencanaan strategis (b) Menetapkan ruang lingkup (c) Kebutuhan dan peluang kemitraan
17 17 17 18 18 19 19 19 19 20 20 21 21 22 22 22 21 23 23 24 25 26 26 26 26 27
DAFTAR ISI
4.4.2 Manajemen siklus proyek (a) Kajian dasar (b) Kerentanan dan analisis kapasitas (c) Desain proyek: memilih indikator (d) Telaah dan evaluasi 4.4.3 Penelitian 4.4.4 Advokasi
28 28 29 30 31 33 33
Bagian 5: Bacaan lanjutan
34
Bagian 6: Tabel Karakteristik 1. Area Tematik Tata Kelola 2. Tematik Penilaian Risiko 3. Tematik Manajemen dan Pengetahuan 4. Tematik Manajemen Risiko dan Pengurangan Kerentanan 5. Tematik Kesiapsiagaan Bencana dan Tanggap Darurat
36 36 41 43 47 54
Kotak-kotak 1. Prakarsa indikator PRB yang lain 2. Mengintegrasikan PRB & API 3. Menciptakan proses ketahananan yang sukses 4. Bekerjasama dengan pemuda 5. Mengadaptasi Karakteristik ke dalam konteks lokal 6. Membuat Area Tematik baru 7. ’20 teratas’ Karakteristik Tearfund 8. Indikator kunci PKBA untuk ketahananan masyarakat 9. Pemetaan kerentanan dan kapasitas menggunakan kerangka kerja Karakteristik 10. Mengubah Karakteristik menjadi indikator 11. Karakteristik/indikator: Kuantitatif atau kualitatif? 12. Meriset pembangunan ketahananan 13. Menghubungkan ketahananan masyarakat dengan Lingkungan Kondusif
60 60 61 63 64 64 65 68 71 72 73 74 75 75
Studi kasus 1. Membantu praktisi PRB untuk mendefinisikan ketahananan dalam konteks pedesaan di Bangladesh 2. Memperkenalkan Karakteristik kepada staf lapangan mitra NGO di Nepal 3. Menggunakan Karakteristik untuk menilai kapasitas keterampilan dan kesenjangan 4. Menyesuaikan Karakteristik untuk pengurangan risiko berpusat-anak 5. Perencanaan strategis menggunakan Karakteristik 6. Menggunakan Karakteristik untuk telaah dan evaluasi 7. Menggunakan Karakteristik untuk pengumpulan data dan riset
77 77
Gambar 1. HFA 2. Tata letak dan format tabel Karakteristik
79 86 88 93 96 98
PRAKATA Selamat membaca Karakteristik Masyarakat Tahan Bencana! Kami berharap Anda bersemangat untuk berkenalan dengan buku ini, dan belajar untuk menyelami keluasan serta kedalaman dari buku Karakteristik. Sebagai kelompok lembaga pemrakarsa, kami telah menikmati, sekaligus terlimpahi dengan, kekayaan wawasan yang ditawarkan Karakteristik. Setiap lembaga membuktikan bahwa Karakteristik berhasil memberikan sebentuk motivasi baru bagi para staf dan mitra, yang pada gilirannya memberikan manfaat kepada masyarakat yang dilayani. Pengembangan Karakteristik Masyarakat Tahan Bencana diprakarsai oleh sebuah kelompok yang terdiri atas enam lembaga - ActionAid, Christian Aid, Plan UK, Practical Action dan Tearfund, bersama dengan British Red Cross/ International Federation of Red Cross and Red Crescent Societies. Dalam beberapa tahun terakhir, Kelompok Antar Lembaga (Interagency Group) ini telah menerima pendanaan dari UK DFID untuk prakarsa pengurangan risiko bencana (PRB), serta untuk mendukung promosi HFA, khususnya pada tingkat lokal. Namun demikian, saat mendiskusikan cara memantau keberhasilan implementasi HFA, terungkap bahwa tidak terdapat kerangka kerja untuk memahami dampaknya pada tingkat akar rumput. Kelompok Antar Lembaga yang didanai DFID berdiskusi bersama John Twigg mengenai peluang untuk mendefinisikan gambaran masyarakat tahan bencana sesungguhnya; dan cara mengembangkan indikator dari sini. Selanjutnya, John Twigg dan sebuah tim pendukung dilibatkan sebagai konsultan untuk mengidentifikasi karakteristik dasar ketahananan masyarakat yang dapat melengkapi pengembangan indikator tingkat nasional dan internasional yang dimotori lembaga PBB. Tahap pertama prakarsa ini membuahkan seperangkat karakteristik multi-bahaya/multikonteks, dengan judul; Karakteristik Masyarakat Tahan Bencana: Sebuah Catatan Pedoman, pada Agustus 2007 yang dipublikasikan secara luas di kalangan lembaga PRB. Tahap selanjutnya adalah mengadakan uji 1
Umpan balik dari José Luis Penya, Christian Aid.
lapangan atas buku Karakteristik. Berbagai lembaga diajak untuk menerapkan Karakteristik dalam pekerjaan mereka sebagai percontohan dan memberikan umpan balik atas hasilhasilnya. Mereka didorong untuk menggunakan buku dengan cara apapun yang dianggap sesuai – misalnya dalam menetapkan desain proyek mendatang, mengembangkan desain berjenjang atau mengukur pekerjaan yang sudah dimulai – serta mengadaptasikannya dengan kebutuhan mereka sendiri dan dalam konteks operasi. Selama dua tahun terakhir sambutan atas Karakteristik sangat menggembirakan. Semua anggota Kelompok Antar Lembaga telah menggunakan Karakteristik secara luas, sedangkan banyak organisasi lain di seluruh dunia akan segera mengenal potensi Karakteristik dan merasa antusias dengan kemungkinan yang ditawarkan oleh buku tersebut. Mereka sangat berminat untuk mengaplikasikannya ke dalam kerja PRB serta membagikan pendekatan tersebut sebagaimana ungkapan berikut: Akhirnya, sebuah observasi: Staf lapangan biasanya terlihat kewalahan dengan dokumen pada kali pertama (demikian pula saya). Namun setelah menyelami dan memahami manfaatmanfaat potensialnya, konsekuensi yang umum terjadi adalah luapan motivasi untuk melakukan tindakan lebih lanjut. Ini tampak jelas selama riset lapangan terakhir di Malawi ... Saya mendengar staf lapangan, mitra lokal – biasanya organisasi kecil dengan sedikit staf berspesialiasi – petugas penyuluh dan tokoh masyarakat menyampaikan komentar seperti ‘sekarang kami memiliki sudut pandang baru mengenai bencana’, ‘mata kami telah terbuka’, ‘sekarang kami tahu apa yang harus dilakukan, serta ungkapan-ungkapan sejenis. Saya bahkan menyaksikan seorang pejabat pemerintah kabupaten secara spontan mengritik aktivitasnya sendiri dan mengusulkan perubahan ... 1 Edisi kedua Karakteristik ini disusun berdasarkan umpan balik dari uji lapangan. Kerangka kerja dasar tidak diubah namun diberikan panduan yang lebih praktis mengenai metode pengaplikasian dan pengadaptasian buku tersebut, dengan contoh dan studi kasus.
Kami sangat gembira bahwa Karakteristik diterima sebagai salah satu buku untuk API, yang berarti bahwa bencana akibat variabilitas iklim semakin dirasakan oleh masyarakat di seluruh dunia, dengan dampak yang paling merata pada negara-negara berkembang. Akhirnya, sebagai kelompok lembaga, kami tidak dapat menutupi keinginan kami agar PRB berbasis masyarakat menjadi sesuatu yang fundamental dalam pengurangan risiko dan dampak bencana. Kami juga harus mengungkapkan keprihatinan bahwa selama ini tidak ada target atau komitmen yang mengikat dari pemerintah untuk pemerintah dalam proses Hyogo. Untuk itu kami ingin menawarkan kontribusi ini kepada masyarakat PRB sebagai sebuah langkah untuk mengukur keberhasilan Aksi Hyogo, dan mendesak Anda untuk bergabung dengan prakarsa lain dalam wilayah Anda yang akan berkontribusi untuk menjadikan HFA lebih bermanfaat. Akhirnya, Karakteristik adalah sebuah upaya untuk membantu masyarakat dalam
memastikan bahwa ketika terjadi dampak bahaya, mereka siap dengan keterampilan, buku, dan kepercayaan diri untuk mengurangi dampak, mengelola respon, dan memastikan pemulihan yang cepat. Ini hanya dapat dicapai jika pemerintah, LSM, akademisi, dan masyarakat bekerjasama dalam kemitraan.
Oenone Chadburn Kepala Unit Manajemen Bencana Tearfund Atas nama Kelompok Antar Lembaga (ActionAid, British Red Cross, Christian Aid, Practical Action, Plan UK danTearfund) Desember 2009
SINGKATAN DAN AKRONIM ADPC Asian Disaster Preparedness Center (Pusat Kesiapsiagaan Bencana Asia) CBDM Community-based disaster management (manajemen bencana berbasis masyarakat) CBDRM Community-based disaster risk management (manajemen risiko bencana berbasis masyarakat) CBO Community-based organization (organisasi berbasis masyarakat) CCA Climate change adaptation (adaptasi perubahan iklim/API) CSO Civil society organization (organisasi masyarakat sipil) DFID Department for International Development (Departemen Pembangunan Internasional) DP Disaster preparedness (kesiapsiagaan bencana) DRM Disaster risk management (manajemen risiko bencana) DRR Disaster risk reduction (pengurangan risiko bencana/PRB) EW Early warning (peringatan dini) EWS Early warning system (sistem peringatan dini) HFA Hyogo Framework for Action (Kerangka Kerja Aksi Hyogo) IFRC International Federation of Red Cross and Red Crescent Societies (Perhimpunan International Federasi Palang Merah dan Bulan Sabit Merah) M&E Monitoring and evaluation (pemantauan dan evaluasi) NGO Non-governmental organization (organisasi non pemerintah) PTSD Post-traumatic stress disorder (gangguan stres pasca trauma) UN (PBB) United Nations (Perserikatan Bangsa-Bangsa) UN ISDR UN International Strategy for Disaster Reduction (Strategi Internasional untuk Pengurangan Bencana PBB) UN OCHA UN Office for Coordination of Humanitarian Affairs (Kantor PBB untuk Urusan Koordinasi Kemanusiaan) VCA Vulnerability and capacity assessment/analysis (Kajian Kerentanan dan Kapasitas ) UCAPAN TERIMA KASIH Umpan balik dari uji lapangan edisi pertama Karakteristik boleh dikatakan luar biasa. Anggota Kelompok Antar Lembaga (ActionAid, British Red Cross, Christian Aid, Plan UK, Practical Action dan Tearfund) yang memrakarsai pekerjaan ini telah memberikan kontribusi besar melalui komentar dan studi kasus mereka: halaman-halaman berikut ini mengungkap betapa saya berutang kepada mereka dan mitra mereka. Ini ditambah lagi dengan umpan balik yang ekstensif dari berbagai organisasi lain, internasional, nasional, terlebih lokal. Sebagian besar bersifat spontan, tidak sebagai jawaban atas pertanyaan langsung dari saya, seringkali berasal dari orang yang tidak saya kenal dan terkadang dari organisasi yang belum pernah saya dengar sebelumnya. Ini semakin membuktikan kebutuhan yang besar akan buku sejenis, yang terungkap sejak dimulainya proyek Karakteristik. Terima kasih saya tujukan untuk setiap pihak yang terlibat, kepada DFID atas dukungannya bagi Kelompok Antar Lembaga, dan khususnya untuk Oenone Chadburn di Tearfund dan Nick Hall di Plan UK untuk manajemen simpatik mereka bagi proyek ini.
John Twigg University College London j.twigg@ucl.ac.uk November 2009 7
TINDAK LANJUT UNTUK KARAKTERISTIK
Karakteristik Masyarakat Tahan Bencana hanya salah satu bentuk kontribusi bagi pembangunan ketahanan masyarakat yang jauh lebih besar dan jangka panjang di seluruh dunia. Kami berharap bahwa Karakteristik akan terus berkontribusi bagi proses tersebut dan Anda yang menggunakannya akan membantu kami untuk memastikan agar Karakteristik selalu relevan. Saat membaca dokumen ini, Anda akan menyadari betapa banyak organisasi yang telah menggunakan sumber daya Karakteristik dan betapa beragamnya cara mereka mengaplikasikan. Pada waktunya, kami berharap Karakteristik akan digunakan oleh lebih banyak organisasi yang aktif dalam pengurangan risiko bencana, adaptasi perubahan iklim, serta aspek-aspek lain dari pembangunan berkelanjutan. Kami ingin agar proyek Karakteristik menjadi sebuah kendaraan untuk belajar dan berbagi informasi mengenai ketahananan masyarakat – memahaminya, menganalisisnya, mengimplementasikan proyek pada tingkat akar rumput, dan melobi perubahan pada tingkat yang lebih tinggi. Kami akan terus mengumpulkan dan membagikan pelajaran mengenai pengalaman mengaplikasikan sumber daya Karakteristik, kontribusinya bagi pembangunan ketahananan dan cara mengadaptasinya agar menjadi lebih bermanfaat. Keterlibatan pengguna menjadi amat penting disini. Mohon kirimkan kepada kami umpan balik mengenai pengalaman Anda dengan Karakteristik, sekaligus ide-ide untuk modifikasi atau aplikasi baru; dan minta pula saran-saran jika dibutuhkan. Informasi baru akan ditayangkan pada laman web ‘Karakteristik Masyarakat Lenting Bencana’: www.proventionconsortium.org/?pageid=90 (situs web ProVention Consortium); dan www.abuhrc. org/research/dsm/Pages/project_view.aspx?project=13 (situs web Aon Benfield UCL Hazard Research Centre). Umpan balik, ide, dan pertanyaan dapat dikirimkan kepada John Twigg di University College London (j.twigg@ucl.ac.uk).
BAGIAN 1: PENDAHULUAN 1.1 ISI CATATAN PANDUAN INI Karakteristik Masyarakat Tahan Bencana merupakan sebuah catatan panduan untuk pemerintah dan masyarakat sipil yang menangani prakarsa pengurangan risiko bencana (PRB) serta adaptasi perubahan iklim (API) pada tingkat masyarakat melalui kemitraan dengan masyarakat rentan. Karakteristik memperlihatkan ciri sebuah ‘masyarakat tahan bencana’, dengan menyebutkan berbagai elemen ketahananan. Karakteristik juga menyajikan sejumlah ide mengenai cara meningkatkan ketahananan. Karakteristik terdiri atas serangkaian tabel (lihat Bagian 6) yang memuat karakteristik sebuah masyarakat tahan bencana, yang dilengkapi dengan pedoman mengenai cara menggunakannya (Bagian 4). Tabel dipaparkan lebih rinci di bawah ini (Bagian 3). Tabel dibagi ke dalam lima judul tematik, yang masing-masing mewakili area utama intervensi PRB, berdasarkan kerangka kerja yang dikembangkan oleh UNISDR: HFA. Skema ini digunakan karena telah diterima secara umum oleh PBB dan lembaga internasional lain, sejumlah besar pemerintah nasional dan banyak NGO. HFA memuat tiga sasaran strategis dan menguraikan lima prioritas aksi yang mencakup area utama PRB. Tabel juga mengusulkan area penting untuk intervensi dalam tiap tema: lihat Gambar 1 (HFA)
Gambar 1: Kerangka Kerja Hyogo untuk Aksi Hasil yang diharapkan, sasaran-sasaran strategis dan prioritas-prioritas aksi 2005-2015 Hasil yang Diharapkan
Berkurangnya secara berarti kerugian-kerugian yang ditimbulkan oleh bencana, baik dalam hal jumlah korban jiwa dan kerusakan aset-aset sosial, ekonomi dan lingkungan yang dimiliki masyarakat dan negara-negara
Sasaran-sasaran Strategis Pemaduan pengurangan risiko bencana ke dalam kebijakankebijakan dan perencanaan pembangunan berkelanjutan
Pengembangan dan penguatan lembaga-lembaga, mekanisme dan kapasitas untuk membangun ketahanan terhadap bahaya
Pemaduan secara sistematis pendekatan-pendekatan pengurangan risiko ke dalam pelaksanaan programprogram kesiapsiagaan darurat, tanggap darurat dan pemulihan
Prioritas-prioritas Aksi
Kegiatan-kegiatan Utama
1. Memastikan agar pengurangan risiko bencana (PRB) menjadi sebuah prioritas nasional dan lokal dan didukung dengan landasan kelembagaan yang kuat -- Mekanisme kelembagaan PRB (platform nasional); penunjukkan tanggung jawab -- PRB menjadi bagian dari kebijakan dan perencanaan pembangunan, baik per sektor dan multi-sektor -- Peraturan perundang-undangan yang mendukung PRB -- Desentralisasi tanggung jawab dan sumber-sumber daya -- Pengkajian sumber-sumber dan kapasitas manusia -- Mendorong komitmen politik -- Partisipasi masyarakat
2. Mengidentifikasikan, mengkaji dan memantau risiko-risiko bencana dan meningkatkan sistem peringatan dini - Pengkajian-pengkajian dan peta-peta risiko, multi risiko: penjabaran dan penyebarluasan - Indikator-indikator PRB dan kerentanan - Peringatan dini: berbasis masyarakat; sistem informasi; kebijakan publik - Data dan informasi statistik tentang kerugian - Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi; berbagi data; observasi bumi berbasis ruang angkasa; pemodelan dan peramalan iklim; sistem peringatan - Risiko-risiko regional dan risiko yang tengah muncul
3. Menggunakan pengetahuan, inovasi dan pendidikan untuk membangun budaya keselamatan dan ketahanan di semua tingkat - Pertukaran informasi dan kerjasama - Jaringan lintas disiplin dan wilayah; dialog - Penggunaan peristilahan PRB yang standar - PRB dimasukkan ke dalam kurikulum sekolah; pendidikan formal dan informal - Pelatihan dan pembelajaran di tingkat masyarakat, pemerintah lokal, sektor-sektor sasaran, akses yang setara - Kapasitas penelitian: multi risiko; sosial-ekonomi; penerapan - Kesadaran masyarakat dan media
4. Mengurangi faktor-faktor akar dari risiko - Manajemen ekosistem dan lingkungan hidup yang berkelanjutan - Strategi-strategi PRB terpadu dengan adaptasi perubahan iklim - Keamanan pangan untuk ketahanan - PRB terpadu ke dalam sektor kesehatan dan rumah sakit yang aman - Perlindungan fasilitas-fasilitas umum yang penting - Program pemulihan dan jaring pengaman sosial - Pengurangan kerentanan dengan pilihan diversifikasi mata pencaharian - Mekanisme berbagi risiko keuangan - Kemitraan publik-swasta - Rencana tata guna lahan dan standar bangunan - Rencana pembangunan pedesaan dan PRB
5. Memperkuat kesiapsiagaan terhadap bencana agar tercipta tanggap bencana yang efektif di semua tingkat - Kapasitas penanggulangan bencana: kapasitas kebijakan, teknis dan kelembagaan - Dialog, koordinasi dan pertukaran informasi antara para pengelola penanggulangan bencana dan sektor pembangunan - Pendekatan regional terhadap tanggap bencana, dengan fokus pada pengurangan risiko - Peninjauan dan gladi rencanarencana kesiapsiagaan serta kontinjensi - Dana-dana darurat - Kerelawanan dan partisipasi
Isu-isu Lintas Bidang Pendekatan multi-bahaya
Perspektif gender dan keanekaragaman budaya
Partisipasi masyarakat dan para relawan
Peningkatan kapasitas dan alih teknologi
PRB = Pengurangan Risiko Bencana www.unisdr.org
Proyek Karakteristik hanya satu dari sejumlah prakarsa mutakhir dan berkelanjutan dalam bidang ini. Mengingat pentingnya PRB semakin luas diakui, banyak organisasi yang telah mengembangkan indikator pencapaian. Kotak 1 (prakarsa indikator PRB lain) mengidentifikasi sejumlah upaya internasional penting, menitikberatkan perhatian secara khusus pada indikator tingkat nasional. Anda mungkin akan terbantu dengan mempelajari prakarsa-prakarsa tersebut beserta hasilnya. Ini adalah edisi kedua Karakteristik. Edisi kedua ini disusun berdasarkan studi pustaka (desk research), diskusi dengan pakar, dan umpan balik dari periode panjang uji lapangan edisi percontohan oleh sejumlah lembaga. Namun demikian kami masih terus mempelajari mengenai nilai serta cara pengaplikasiannya dan membuka diri untuk umpan balik lebih lanjut dari para pengguna.2 1.2 MENGGUNAKAN KARAKTERISTIK: SEBUAH IKHTISAR Dokumen ini memuat panduan ekstensif mengenai cara mengaplikasikan Karakteristik dalam pekerjaan Anda (lihat Bagian 4), namun demikian tetap penting untuk melakukan observasi pendahuluan di sini. Pertama, dan paling penting, catatan panduan Karakteristik merupakan sebuah referensi, bukan manual. Catatan panduan Karakteristik didesain untuk mendukung proses mobilisasi masyarakat dan kemitraan untuk PRB. Pengguna dapat memilih informasi dan ide yang relevan untuk membantu kerja lapangan mereka, sesuai dengan kebutuhan dan prioritas masing-masing. Pilihan ini harus bersumber dari pemikiran yang cermat oleh masyarakat dan organisasi yang bekerjasama dengan mereka, dan dari diskusi antar mereka. 2
Kontak penulisnya, John Twigg, University College London (j.twigg@ucl.ac.uk).
9
Harus ditekankan pula bahwa ‘masyarakat tahan bencana’ yang disampaikan di sini merupakan sebuah kondisi ideal, mengingat dalam realitas tidak ada masyarakat yang bebas dari risiko. Tabel menyajikan karakteristik kondisi ideal tersebut, bukan indikator proyek dalam pengertian yang konvensional. Namun demikian, dengan mengombinasikan beragam elemen ketahanan yang diidentifikasi di sini, proyek PRB akan sangat membantu meningkatkan kapasitas masyarakat untuk bertahan dalam situasi bahaya. Poin penting lain yang harus diingat adalah bahwa karakteristik yang dimuat di sini merupakan karakteristik yang bersifat umum dalam segala konteks, sementara setiap proyek, lokasi, dan masyarakat bersifat unik. Mereka yang menggunakan catatan panduan ini mungkin akan menitikberatkan perhatian pada elemen-elemen ketahananan yang paling sesuai dengan kondisi kerja atau bentuk pekerjaan yang mereka lakukan.
BAGIAN 2: KONSEP KUNCI Ada tiga konsep yang bersifat sentral dalam catatan panduan ini: PRB, ketahananan, dan masyarakat. Penting untuk memikirkan mengenai makna ketiganya sebelum menggunakan tabel. 2.1 PRB PRB merupakan sebuah konsep yang relatif baru. Ada tiga definisi yang berbeda mengenai istilah tersebut dalam literatur teknis meski secara umum dimaknai sebagai pengembangan secara luas dan aplikasi kebijakan, strategi, serta praktik untuk meminimalisasi kerentanan dan risiko bencana di tengah masyarakat.3 PRB adalah sebuah pendekatan sistematis untuk mengidentifikasi, menilai, dan mengurangi risiko bencana. PRB bertujuan untuk mengurangi kerentanan sosial ekonomi terhadap bencana sekaligus menyiasati bahaya lingkungan serta bahaya lain yang memicunya. PRB merupakan tanggung jawab lembaga pembangunan dan lembaga bantuan sejenis serta harus menjadi bagian integral dari cara organisasi tersebut melaksanakan pekerjaan mereka, bukan sekedar tambahan (add-on) atau aksi sekali selesai (one-off action). PRB memiliki rentang yang sangat luas dan terdapat potensi serta kebutuhan akan prakarsa PRB hampir pada setiap sektor pekerjaan pembangunan dan kemanusiaan. Tidak ada kelompok atau organisasi yang dapat menangani semua aspek PRB sendiri. PRB melihat bencana sebagai problem kompleks yang membutuhkan respon kolektif dari berbagai kelompok disiplin ilmu dan kelompok institusional – dengan kata lain, kemitraan. Ini adalah faktor yang penting, karena setiap organisasi harus memutuskan di mana akan memfokuskan upaya mereka sendiri dan cara bekerjasama dengan mitra untuk memastikan bahwa aspek ketahananan yang lain bisa ditangani (lihat Bagian 4.4.1 untuk ide mengenai cara menggunakan Karakteristik dalam mengidentifikasi kebutuhan dan peluang kemitraan). 2.2 KETAHANANAN DAN MASYARAKAT TAHAN BENCANA Banyak upaya yang telah dilakukan untuk mendefinisikan ‘ketahananan’, baik dalam konteks PRB maupun API. Keragaman definisi dan konsep akademis mungkin akan membingungkan. Untuk tujuan operasional akan lebih bermanfaat jika digunakan definisi yang luas dan karakteristik yang telah lazim dipahami. Dengan pendekatan ini, sistem atau ketahananan masyarakat dapat dipahami sebagai kapasitas untuk: Istilah ‘pengurangan bencana’ sering digunakan untuk memaknai hal yang sama. “Pengelolaan risiko bencana” kadang-kadang digunakan dengan cara demikian, walaupun biasanya secara khusus diterapkan pada dimensi operasional PRB. Beberapa lembaga mulai menggunakan “pengurangan risiko” sebagai istilah yang memayungi untuk membantu mengintegrasikan bencana dan pekerjaan pembangunan. Ingat bahwa tabel Karakteristik dimaksudkan sebagai sumber daya untuk serangkaian organisasi yang bekerja pada tingkat lokal dan masyarakat, baik secara kolektif maupun sendiris-sendiri. Elemen ketahananan tertentu mungkin lebih relevan untuk sebagian organisasi dan konteks dibanding yang lain. 3
• mengantisipasi, meminimalisasi, dan menyerap potensi stres atau kekuatan destruktif melalui adaptasi atau resistensi • mengelola, atau menjaga fungsi dan struktur dasar tertentu, selama peristiwa bencana • memulihkan atau ‘melambungkan balik’ setelah sebuah peristiwa bencana. ‘Ketahananan’ secara umum dilihat sebagai konsep yang lebih luas dibanding ‘kapasitas’ karena lebih luas dari strategi dan langkah perilaku khusus untuk pengurangan dan manajemen risiko yang umum dipahami sebagai kapasitas. Namun demikian, sulit untuk memisahkan kedua konsep secara tegas. Dalam penggunaan sehari-hari ‘kapasitas’ dan ‘kapasitas penanggulangan’ seringkali bermakna sama sebagai ‘ketahananan’. Fokus pada ketahananan berarti memberikan penekanan lebih berat pada hal-hal yang dapat dilakukan masyarakat untuk diri sendiri serta cara memperkuat kapasitas mereka, daripada berkonsentrasi pada kerentanan mereka terhadap bencana atau kejutan dan tekanan lingkungan, atau kebutuhan dalam kedaruratan. Istilah ‘ketahananan’ dan ‘kerentanan’ dapat dilihat sebagai sisi berlawanan dari mata uang yang sama, namun keduanya bersifat relatif. Harus digali terhadap hal apa saja masyarakat menjadi rentan atau tahan, dan sejauh mana. Sebagaimana kerentanan, ketahananan juga bersifat kompleks dan memiliki banyak sisi. Beragam segi atau lapisan ketahananan harus berhadapan dengan beraneka bentuk dan bobot risiko, kejutan, stres, atau perubahan lingkungan. Tidak ada masyarakat yang dapat benar-benar bebas dari bahaya alamiah maupun bahaya akibat perilaku manusia. Mungkin lebih tepat untuk mengasumsikan ketahananan bencana atau masyarakat tahan bencana sebagai ‘masyarakat teraman yang paling mungkin kita desain dan bangun dalam konteks bahaya alamiah’,4 dengan meminimalisasi kerentanannya melalui maksimalisasi aplikasi langkah-langkah PRB. PRB karenanya merupakan kumpulan aksi, atau proses, yang dijalankan untuk mencapai ketahananan. 2.3 MASYARAKAT Dalam manajemen kedaruratan konvensional, masyarakat dilihat dari kacamata spasial: Kelompok orang yang tinggal di sebuah wilayah yang sama atau dekat dengan risiko yang sama. Ini mengabaikan dimensi signifikan lain dari ‘masyarakat’ yang terkait dengan kepentingan, nilai, aktivitas, dan struktur yang sama. Masyarakat bersifat kompleks dan seringkali tidak menyatu. Akan terdapat keragaman dalam hal kesejahteraan, status sosial, dan aktivitas pekerjaan antar orang yang tinggal dalam wilayah yang sama serta mungkin terjadi pengelompokan yang lebih tajam di tengah masyarakat. Individu mungkin menjadi anggota dari beberapa masyarakat sekaligus, akibat beragam faktor seperti lokasi, pekerjaan, status ekonomi, gender, agama, atau kepentingan rekreasional. Masyarakat bersifat dinamis: orang bisa terhimpun karena tujuan yang sama dan berpisah kembali setelah tujuan tersebut tercapai. Faktor-faktor tersebut menyebabkan kesulitan untuk mengidentifikasi secara tegas ‘masyarakat’ yang menginduki seseorang. Dari perspektif bahaya, dimensi spasial amat penting untuk mengidentifikasi masyarakat yang berisiko. Namun demikian, ini harus dihubungkan dengan pemahaman mengenai 4 Geis DE 2000, ‘Berdasarkan Desain: Resistensi Bencana dan Masyarakat Kualitas-Hidup’. Natural Hazards Review 1(3): 151-160 (quote at p.152). Masyarakat tidak hidup dalam isolasi. Tingkat ketahananan masyarakat juga dipengaruhi oleh kapasitas di luar, khususnya layanan manajemen kedaruratan di samping layanan sosial dan administratif lain, infrastruktur publik dan jaringan pertalian sosial ekonomi serta politik dengan dunia yang lebih luas. Hampir semua masyarakat bergantung kepada pembawa tugas dan penyedia layanan eksternal dengan tingkat ketergantungan yang besar maupun sedikit, bahkan meskipun sebagian masih sangat terpinggirkan. Bagian Lingkungan Kondusif dalam tabel berupaya untuk menangkap sebagian pengaruh tersebut (liha Bagian 3.4).
11
diferensiasi sosial ekonomi, pertalian, dan dinamika dalam wilayah berisiko, tidak hanya mengidentifikasi kelompok rentan namun juga memahami ragam faktor yang berkontribusi terhadap kerentanan. Bisnis, layanan, dan infrastruktur masyarakat juga harus dipertimbangkan. BAGIAN 3: TABEL KARAKTERISTIK: SEBUAH PAPARAN Pada bagian inti Karakteristik terdapat seperangkat tabel yang bertujuan untuk memberikan gambaran komprehensif mengenai masyarakat tahan bencana (lihat Bagian 6). Tabel memang cukup kompleks, namun telah disusun berdasarkan berbagai tingkatan dan isu agar lebih mudah dipahami dan digunakan. Bagian ini memaparkan bagaimana tabel disusun dan memberikan sejumlah saran mengenai alternatif penggunaan buku.5 Bagian 4 mendiskusikan beragam aplikasi Karakteristik secara lebih lengkap, dengan contoh-contoh dari uji lapangan. 3.1 AREA TEMATIK Tabel dibagi menjadi lima area penting yang berkaitan dengan ketahananan dan PRB: kesemuanya disebut Area Tematik. Area tematik diambil dari HFA (lihat Bagian 1.1 di atas) dan dimaksudkan agar dapat menjangkau semua aspek ketahananan. Kelima Area Tematik adalah sebagai berikut. Area Tematik 1 Tata Kelola 2 Penilaian risiko 3 Pengetahuan dan Edukasi 4 Manajemen Risiko dan Pengurangan Kerentanan 5 Kesiapsiagaan dan Respon Bencana Area Tematik memiliki rentang yang sangat luas sebagaimana dapat dilihat dari tabel (khususnya Area Tematik4: Manajemen Risiko dan Pengurangan Kerentanan). Masing-masing karenanya dibagi menjadi tiga subseksi yang akan dibahas di bawah ini: • Komponen Ketahananan • Karakteristik Masyarakat Tahan Bencana • Karakteristik Lingkungan Kondusif 3.2 KOMPONEN KETAHANANAN Tiap Area Tematik disubdivisikan menjadi seperangkat Komponen Ketahananan tersendiri. Ini masih merupakan subtema yang cukup luas meskipun sudah merupakan proses awal memecah ketahananan bencana menjadi seperangkat kegiatan yang lebih akurat dan dapat dipahami. Karena ruang lingkup masing-masing Area Tematik bervariasi, jumlah dan rentang Komponen Ketahananan berbeda-beda antara satu Area Tematik dengan lainnya. Tabel di bawah ini mengurutkan Komponen Ketahananan untuk tiap Area Tematik Tabel Karakteristik tidak diubah dari sejak edisi pertama, dengan dua pengecualian kecil. Satu berkaitan dengan adaptasi perubahan iklim (API; lihat Bagian 4.1.2). Yang lainnya adalah penulisan ulang Komponen Ketahanan 2 dalam Area Tematis 2. ALasan untuk tidak membuat perubahan lagi adalah keberhasilan besar yang telah dicapai Karakteristik. Sumber daya telah digunakan secara antusias dan diterapkan secara luas oleh banyak lembaga di seluruh dunia dalam bentuk yang ada sekarang. Mengurangi semua pekerjaan orientasi, pelatihan dan penerapan dengan membuat perubahan radikal pada strukturnya merupakan tindakan yang sedikit masuk akal. Akan tetapi para pengguna mendorong untuk memodifikasi, memilih dan membuat perubahan apa pun yang diperlukan untuk membuat Karakteristik cocok dengan kebutuhan individu mereka sendiri (untuk panduan lihat Bagian 4.3). 5
1
Area Tematik Tata Kelola
2
Penilaian risiko
3
Pengetahuan dan Edukasi
4
Manajemen Risiko dan Pengurangan Kerentanan
5
Kesiapsiagaan dan Respon Bencana
Komponen Ketahananan • Kebijakan, perencanaan, prioritas dan komitmen politik • Sistem hukum dan regulasi • Integrasi dengan kebijakan dan perencanaan pembangunan • Integrasi dengan tanggap darurat dan pemulihan • Mekanisme, kapasitas, dan struktur institusional; • Kemitraan • Akuntabilitas dan partisipasi masyarakat • Data bahaya/risiko dan penilaian • Kapasitas kerentanan dan data dampak serta penilaian • Kapasitas pengetahuan dan teknis serta inovasi • Kesadaran publik, pengetahuan, dan keterampilan • Manajemen informasi dan penyebaran informasi • Pendidikan dan pelatihan • Budaya, sikap, motivasi • Pembelajaran dan riset • Manajemen sumber daya lingkungan dan alam • Kesehatan dan kesejahteraan • Penghidupan berkelanjutan • Perlindungan sosial • Instrumen keuangan • Perlindungan fisik; langkah struktural dan teknis • Rezim perencanaan • Kapasitas dan koordinasi organisasional • Sistem peringatan dini • Kesiapsiagaan bencana dan rencana kontijensi • Sumber daya dan infrastruktur kedaruratan • Tanggap darurat dan pemulihan • Partisipasi, kerelawanan, akuntabilitas
Bagian 4 mengusulkan cara menggunakan Komponen dalam berbagai jenis aplikasi, bertalian dengan bagian lain dari kerangka kerja Karakteristk. Area Tematik 1 (Governance) merupakan tema lintas sektoral yang mendasari Area Tematik lainnya. Perencanaan, regulasi, integrasi, sistem institusional, kemitraan, dan akuntabilitas bersifat relevan dengan setiap orang, karena merupakan isu-isu yang mungkin memengaruhi setiap prakarsa dalam PRB, pembangunan, atau bantuan. Pengguna karenanya disarankan untuk merujuk kepada aspek tata kelola ini apapun Area Tematik atau Komponen Ketahananan yang menjadi fokus mereka. Anda mungkin ingin menambahkan atau menekankan isu lain yang sangat penting bagi pekerjaan atau yang dirasa belum dijangkau secara memadai oleh kerangka kerja Karakteristik. Anda dapat melakukan hal tersebut dengan menambahkan Komponen Ketahananan baru atau mengubah yang telah ada. Sebagai alternatif, Anda dapat memperkenalkannya sebagai isu lintas sektoral jika dapat diaplikasikan kepada lebih dari satu Area Tematik. Bagian 4.3 memberikan saran lebih lanjut mengenai hal ini.
13
3.3 KARAKTERISTIK SEBUAH MASYARAKAT TAHAN BENCANA Untuk tiap Komponen Ketahananan, tabel menyajikan seperangkat Karakteristik Masyarakat Tahan Bencana. Ini bersifat lebih rinci dan spesifik, serta memungkinkan pengguna untuk lebih dekat dengan realitas di tempat. Jumlah Karakteristik bervariasi sesuai dengan sifat Komponen, namun secara keseluruhan terdapat lebih banyak Karakteristik (total sejumlah 167 untuk lima Area Tematik, dibandingkan dengan 38 Komponen Ketahananan). Berikuti ini contoh dari salah satu Komponen Ketahananan dengan Karakteristik Masyarakat Tahan Bencana yang terkait: Area Tematik 2: Penilaian Risiko Karakteristik Masyarakat Tahan Bencana Komponen Ketahananan 1: Data dan • Pengkajian bahaya/risiko masyarakat yang pengkajian bahaya/ risiko memberikan gambaran komprehensif mengenai semua bahaya dan risiko utama yang menghadang masyarakat (serta potensi risiko) • Penilaian bahaya/risiko adalah proses partisipatif yang melibatkan representasi dari semua bagian masyarakat dan sumber keterampilan. • Temuan penilaian dibagikan, didiskusikan, dipahami, dan disepakati oleh semua pemangku kepentingan, serta digunakan dalam perencanaan bencana masyarakat. • Temuan disediakan untuk semua pihak yang berkepentingan (di dalam maupun di luar masyarakat, secara lokal serta pada tingkat yang lebih tinggi) dan digunakan dalam perencanaan bencana. • Pemantauan bahaya dan risiko yang berkelanjutan serta pemutakhiran penilaian. • Keterampilan dan kapasitas untuk melaksanakan penilaian bahaya dan risiko dijaga melalui dukungan dan pelatihan.
Bagian tabel inilah yang paling sering digunakan pada tingkat lapangan. Sebagian besar diskusi mengenai aplikasi pada Bagian 4 berkaitan dengan bagian kerangka kerja ini. Mungkin tidak selalu jelas kepada siapa Karakteristik Masyarakat Tahan Bencana akan diaplikasikan – dan karenanya, siapa yang harus mengambil tindakan. Sebagai contoh, Karakteristik seperti ‘visi bersama masyarakat siaga dan tahan bencana’ memicu pertanyaan: siapa seharusnya menggunakan visi bersama ini? Semua Karakteristik dimaksudkan agar dapat diaplikasikan kepada masyarakat beserta anggotanya, namun sebagian juga berlaku untuk kelompok dan organisasi yang bekerja dalam masyarakat, seperti NGO lokal dan lembaga pemerintah lokal atau petugas penyuluhan. Seringkali, lembaga-lembaga eksternal tersebut berikut kapasitas yang dimiliki ditempatkan dalam bagian Lingkungan Kondusif dari kerangka kerja (Bagian 3.4). Mengingat batas-batas antara masyarakat dan Lingkungan Kondusif tidak selalu dapat ditetapkan secara tegas dan lembagalembaga eksternal memiliki peran penting dalam kesejahteraan serta pembangunan masyarakat, maka persoalan ini akan membutuhkan diskusi dan keputusan lapangan. Poin lain yang perlu dicatat disini adalah bahwa sebagian Karakteristik merupakan gabungan – sebagai contoh: ‘Temuan penilaian [bahaya/risiko] dibagikan, didiskusikan, dipahami, dan disepakati oleh semua pemangku kepentingan, serta digunakan dalam perencanaan bencana masyarakat’ (Area Tematik 2, Karakteristik 1). Ini terdiri atas dua elemen utama: (1) pembagian, diskusi,
pemahaman, dan kesepakatan mengenai temuan penilaian antara semua pemangku kepentingan; (2) temuan penilaian digunakan dalam perencanaan bencana. Elemen utama yang pertama juga dapat dipecah menjadi empat elemen lain: berbagi, diskusi, pemahaman, dan kesepakatan. Salah satu alasan untuk menggabungkan Karakteristik dalam hal ini adalah untuk membuat catatan panduan menjadi lebih mudah digunakan: tabel akan menjadi sangat panjang jika tidak demikian. Ini hanya dapat dilakukan jika berbagai Karakteristik terkait dengan erat satu sama lain. Dalam praktik suatu organisasi mungkin berkeinginan untuk memecah sejumlah Karakteristik. 3.4 KARAKTERISTIK LINGKUNGAN KONDUSIF Dalam catatan panduan ini, yang menjadi fokus adalah masyarakat dan organisasi lokal (meskipun ketahananan individu dan rumah tangga juga disertakan dalam tabel hingga batas tertentu). Namun demikian, kerangka kerja mengakui pentingnya faktor institusional, kebijakan, dan sosial ekonomi yang lebih luas dalam mendukung ketahananan tingkat masyarakat. Tabel mengidentifikasi elemen utama Lingkungan Kondusif ini berkaitan dengan tiap Komponen Ketahananan. Elemen tersebut lebih rinci dibanding Komponen namun tidak lebih rinci dari Karakteristik Masyarakat Tahan Bencana. Sebagian besar diambil dari kerangka kerja indikator PRB tingkat nasional yang dikembangkan oleh UNISDR dan UNOCHA (lihat Kotak 1: Prakarsa indikator PRB lain). Tabel di bawah ini mengilustrasikan bagaimana Lingkungan Kondusif terkait dengan Komponen Ketahananan. Ingat bahwa tabel memuat karakteristik tingkat lokal dan nasional. Pada bagian lain dalam tabel, sesekali disertakan dimensi internasional Lingkungan Kondusif. Area Tematik 1: Tata Kelola Komponen Ketahananan 1: Kebijakan PRB, perencanaan, prioritas dan komitmen politik
Karakteristik Masyarakat Tahan Bencana • Konsensus politik mengenai pentingnya PRB. • PRB sebagai sebuah prioritas kebijakan pada semua tingkatan pemerintahan. • Kebijakan PRB nasional, strategi dan rencana implementasi, dengan visi, prioritas, target, dan tolok ukur yang jelas. • Kebijakan PRB pemerintah lokal, strategi dan rencana implementasi yang ada. • Kebijakan resmi (nasional dan lokal) serta strategi dukungan kepada CBDRM. • Kesepahaman resmi tingkat lokal mengenai, dan dukungan untuk, visi masyarakat.
Orang yang menangani ketahananan masyarakat harus sadar akan Lingkungan Kondusif dan efeknya terhadap pekerjaan mereka, namun tidak harus melakukan analisis secara rinci. Masing-masing proyek mungkin akan melaksanakan pengkajian yang cepat dan subyektif mengenai Lingkungan Kondusif. Namun demikian, organisasi yang menangani sejumlah proyek masyarakat dalam sebuah negara tertentu – misalnya NGO nasional dan internasional – mungkin berkeinginan untuk melaksanakan pengkajian yang menyeluruh untuk menginformasikan pekerjaannya atau untuk mendukung advokasi. Banyak segi Lingkungan Kondusif yang ideal dalam banyak kasus akan terlewatkan. Dalam sejumlah situasi, komponen kunci dukungan mungkin sangat kurang sehingga mengakibatkan apa yang disebut sebagai lingkungan ‘tidak kondusif’ bagi prakarsa tingkat lokal (sebagai contoh, lihat komentar mengenai konflik dalam Bagian 4.1.2). Pengguna catatan panduan Karakteristik karenanya harus menyandarkan rencananya pada penilaian realistis mengenai jenis dan jumlah dukungan eksternal yang dapat mereka peroleh. 15
Lingkungan Kondusif tidak terpisah dari pekerjaan tingkat masyarakat dan tidak dapat dilihat dalam isolasi. Ini khususnya relevan dengan pembangunan kemitraan (Bagian 4.4.1) dan advokasi (Bagian 4.4.4). Jika aksi masyarakat dan Lingkungan Kondusif dipertimbangkan secara bersama-sama, ini akan memberikan wawasan yang berguna bagi interaksi antar berbagai aktor dan tingkat intervensi, pengaruh proyek pada pengambil keputusan dan potensi keberlanjutan serta kemajuan. Dalam praktik, tidak terdapat batasan yang jelas antara masyarakat dengan Lingkungan Kondusif, mengingat mungkin terdapat jaringan hubungan dan koneksi antara masyarakat dengan aktor eksternal. Lembaga operasional yang bekerja di tengah masyarakat mungkin justru merupakan bagian dari Lingkungan Kondusif sendiri jika berasal dari luar masyarakat atau bagian dari organisasi, jaringan, maupun gerakan yang lebih besar. Budaya organisasional mereka sendiri, cara bekerja, dan sifat kemitraan mereka dengan organisasi lokal dan ekstra lokal merupakan faktor yang berpengaruh dalam pembangunan ketahananan. Disarankan agar dicari cara untuk melibatkan lembaga lokal dan lembaga pada tingkat yang lebih tinggi dalam aplikasi Karakteristik, guna memecah batasan dan menstimulasi pembentukan arus utama. 3.5 TANTANGAN 3.5.1 Keterbatasan pendekatan kerangka kerja Dokumen Karakteristik bertujuan untuk memberikan kerangka kerja yang komprehensif untuk ketahananan dan PRB. Agar berdaya guna, kerangka kerja disusun (sesuai HFA) menjadi Area Tematik, Komponen Ketahananan, dan Karakteristik Masyarakat Tahan Bencana; disamping itu, kerangka kerja juga mencakup Lingkungan Kondusif. Tanpa struktur demikian tidak mungkin untuk melacak cara seseorang melalui beraneka ragam karakteristik ketahananan. Namun, sebagaimana dalam kerangka kerja lain, struktur tersebut megakibatkan keterpisahan artifisial antar berbagai aspek subyek yang berbeda-beda. Sesungguhnya ada lebih banyak koneksi dan tumpang tindih dan banyak Karakteristik Masyarakat Tahan Bencana individual yang muncul dalam lebih dari satu Area Tematik atau Komponen Ketahananan.6 Terdapat risiko – sebagaimana dalam kerangka kerja lain – bahwa orang akan secara berlebihan memisahkan berbagai elemen yang berbeda dan mengabaikan pertalian antara elemen-elemen tersebut. Koneksi antar tema dan komponen yang berbeda ini harus selalu diingat. Aktivitas untuk mempromosikan ketahananan juga tidak bisa berlangsung sendiri. Sebagai contoh, perencanaan seringkali berada dalam Area Tematik Tata Kelola dari Karakteristik, namun dalam praktik dijalankan secara bersama-sama dengan aktivitas lain, seperti penilaian risiko. Demikian pula, Karakteristik memiliki Komponen Ketahananan yang terpisah untuk penilaian bahaya/risiko dan penilaian kerentanan/kapasitas (dalam Area Tematik 2), namun seringkali secara operasional dikombinasikan. Bagian 4.2 membahas cara memodifikasi elemen kerangka kerja untuk merefleksikan praktik secara lebih baik. 3.5.2 Keterbatasan HFA HFA telah diterima secara umum oleh lembaga internasional, pemerintah, dan banyak NGO – Kerangka Kerja tersebut merupakan satu-satunya kerangka kerja PRB yang disepakati secara internasional – sehingga wajar jika Karakteristik disandingkan dengan lima Prioritas Aksi di dalamnya untuk melakukan perbandingan yang relevan serta menyajikan analisis bagi pengambil kebijakan dan praktisi lain. Jika memungkinkan, Karakteristik individual telah ditempatkan dalam satu ruang di dalam kerangka. Ini tidak ideal mengingat sifat holistik dari ketahanan – dan tidak semua pengguna senang dengannya – namun mengulang Karaktersitik individual terhadap kerangka akan membuat dokumen terlalu panjang dan membingungkan. 6
Namun demikian, tidak selalu terdapat pasangan yang sesuai, terutama dalam kasus Prioritas 4 (Mengurangi Faktor Risiko Utama), yang dalam Karakteristik menjadi Area Tematik 4 (Manajemen Risiko dan Pengurangan Kerentanan). Area Tematik ini mencakup rentang isu penting yang sangat luas, yang tidak selalu bisa dengan mudah dikelompokan dalam sebuah tema tertentu. Ketujuh Komponen Ketahananan dalam Area Tematik ini adalah: 1. Manajemen sumber daya lingkungan dan alam 2. Kesehatan dan kesejahteraan 3. Penghidupan berkelanjutan 4. Perlindungan sosial 5. Instrumen keuangan 6. Perlindungan fisik; langkah struktural dan teknis 7. Rezim perencanaan Sebagian aspek terkait secara erat dengan peristiwa bencana: sebagai contoh, dibutuhkan langkah struktural dan teknis untuk memberikan perlindungan fisik dari bahaya. Aspek lain terkait dengan sebab kerentanan yang berakar dalam serta berjangka lebih panjang, yang mungkin menyumbang lebih banyak faktor fundamental serta faktor ekonomi dan sosial skala besar dalam gambaran. Mengelompokkan kesemua isu ini dalam judul umum yang sama mungkin akan membingungkan dengan risiko sebagian pertanyaan penting terabaikan. Selain itu juga akan mengakibatkan ketidakseimbangan pada Area Tematik, akibat satu hal menjadi sangat luas dan hal lain berfokus cukup sempit. Kesemuanya merupakan poin yang valid. Untuk itu kami menyarankan kepada pengguna untuk memberikan perhatian khusus kepada Area Tematik 4, untuk memastikan bahwa Komponen Ketahananan yang berbeda-beda dapat dipahami secara tepat dan diinvestigasi secara menyeluruh. Jika mungkin, profesional bencana dan pembangunan harus dilibatkan, demikian pula para pakar dalam aspek lain yang tercakup dalam judul ini (misalnya pakar keuangan untuk bekerja dengan instrumen keuangan, insinyur dan arsitek untuk lingkungan yang dibangun). 3.5.3 Aspek sikap ketahananan Sebagian orang percaya bahwa Karakteristik harus memuat lebih banyak mengenai aspek sikap dan perilaku dari ketahananan. Faktor-faktor seperti keyakinan, intensi, kepercayaan diri, dan kepercayaan seringkali dikaji sebagai pengaruh bagi tiap perilaku terkait bencana, namun akan lebih sulit untuk dinilai pada tingkat masyarakat atau institusional. Aspek sikap dan perilaku cenderung lebih implisit dalam Karakteristik, namun bukan tidak ada. Sebagai contoh, dalam Area Tematik 1 (Tata Kelola) terdapat Karakteristik yang berhubungan dengan visi, konsensus, pemikiran jangka panjang, kerelawanan, komitmen, dan antusiasme. Pengguna harus sadar akan isu ini ketika mengkaji ketahananan dan menyusun rencana. BAGIAN 4: CARA MENGGUNAKAN KARAKTERISTIK 4.1 IKHTISAR DAN KONTEKS 4.1.1 Ikhtisar Karakteristik dapat digunakan pada berbagai tahapan manajemen siklus proyek (misalnya untuk kajian dasar, desain proyek, dan evaluasi), bertalian dengan perangkat lain yang digunakan dalam proyek dan riset PRB (misalnya analisis kerentanan dan kapasitas), untuk pembangunan kapasitas dan advokasi, serta untuk perencanaan strategis. 17
Bagian ini membahas sejumlah cara untuk mengaplikasikan Karakteristik, berdasarkan pengalaman yang dihimpun selama uji lapangan. Meski bukan merupakan kritik yang komprehensif atau manual pengguna, namun Karakteristik menyajikan contoh studi kasus, menjawab sejumlah pertanyaan yang telah diajukan dan tantangan yang teridentifikasi, serta memberikan saran praktis mengenai cara untuk menangani hal-hal tersebut. Sebaiknya Anda menyediakan waktu untuk mempelajari struktur dasar serta isi beragam tabel (dalam Bagian 6) agar Anda menjadi familiar sebelum membaca bagian ini. 4.1.2 Konteks Karakteristik dapat diaplikasikan dalam setiap konteks lokal ketika PRB telah direncanakan atau sedang berjalan. Sebagaimana telah dinyatakan, setiap proyek, lokasi, dan masyarakat bersifat unik. Perencanaan dan intervensi harus mencerminkan hal ini. Sebagian besar dari yang terdapat dalam bagian 4 adalah mengenai beraneka cara menggunakan Karakteristik untuk menjawab konteks lokal ini. Bagaimanapun, konteks aplikasi spesifik berikut membutuhkan komentar. (a.) API PRB menjadi bagian penting dari adaptasi perubahan iklim karena berkaitan dengan variabilitas iklim saat ini dan menjadi pertahanan garis terdepan menghadapi perubahan iklim. Akibatnya, agar PRB berhasil, harus dipertimbangkan untuk melakukan pergeseran risiko yang berkaitan dengan perubahan iklim dan dipastikan bahwa langkah-langkah yang diambil tidak mengakibatkan meningkatnya kerentanan terhadap perubahan iklim dalam jangka menengah hingga panjang.7 PRB dan API tidak sama: PRB menangani rentang bahaya yang jauh lebih luas dibanding yang hanya terkait dengan iklim, sementara ruang lingkup API mencakup isu-isu di luar PRB, seperti musnahnya keanekaragaman hayati serta perubahan terhadap ekosistem. Meskipun demikian, terjadi tumpang tindih yang cukup mencolok antara keduanya: Keduanya berfokus pada manajemen risiko dan pengurangan kerentanan, dalam konteks pembangunan berkelanjutan. Agenda mereka juga berkembang secara terpisah dan integrasi antara keduanya masih sangat terbatas. Sebagian besar organisasi pengembangan masyarakat dan kemanusiaan masih berupaya untuk melakukan integrasi yang efektif, baik secara konseptual maupun operasional.8 Kotak 2 (Mengintegrasikan PRB dan API) mengilustrasikan bagaimana sejumlah anggota Kelompok Antar Lembaga memandang isu tersebut saat ini: ingat bahwa ini masih berupa pekerjaan besar yang sedang berlangsung. Bagi masyarakat, PRB dan API mungkin cenderung bermakna sama: keduanya merupakan strategi untuk mengelola atau mengadaptasi ke dalam bahaya dan perubahan lingkungan yang mengakibatkan risiko bagi orang, harta benda, dan penghidupan. Dalam kerja lapangan tidak terlalu penting untuk melakukan pemisahan antara kejutan dengan tekanan yang diakibatkan bahaya, perubahan iklim, atau bentuk degradasi lingkungan yang lain: Yang penting adalah memahami sifat ancaman dan penyebabnya, serta merencanakan tanggapan yang tepat. Karakteristik tidak didesain secara khusus dengan mempertimbangkan perubahan iklim dan tidak memuat panduan rinci mengenai API. Jika sesekali dokumen secara spesifik menyebutkan perubahan iklim atau API tujuannya adalah agar pengguna menyadari kebutuhan pertalian dan integrasi antara kebijakan serta strategi PRB dan API. Mitchell T, van Aalst M, 2008, ‘Pemusatan Pengurangan Risiko Bencana dan Adaptasi Perubahan Iklim: Kaji Ulang DFID’ (laporan yang tidak dipublikasikan) p.1. http://humanitarian-space.dk/fileadmin/templates/billeder/dokumenter/Event_Climate/Convergence_of_DRR_and_CCA.pdf 8 Untuk penjelasan yang lebih lengkap mengenai makalah ini, lihat karya Venton P, La Trobe S, 2008, Linking climate change adaptation and disaster risk reduction (Teddington: Tearfund) www.tearfund.org/webdocs/Website/Campaigning/CCA_and_DRR_web.pdf 7
Betapapun, diasumsikan bahwa prakarsa PRB harus mengelola ancaman dan kejutan yang ditimbulkan oleh perubahan iklim serta karenanya disiratkan dalam dokumen bahwa banyak diantara Komponen Ketahananan dan Karakteristik Masyarakat Tahan Bencana dapat diaplikasikan untuk API. Sebagaimana yang diungkap oleh Maarten van Aalst dari Red Cross/Red Crescent Climate Centre, pada sebuah lokakarya mengenai Karakteristik, ‘Adaptasi bukan merupakan pekerjaan yang terpisah, namun bermakna mengintegrasikan perubahan iklim dalam semua elemen kerangka kerja [Karakteristik] yang relevan. Untuk itu, penting bagi pengguna untuk selalu mempertimbangkan isu API ketika menggunakan Karakteristik, dan tidak berasumsi bahwa perubahan iklim hanya relevan jika disebutkan dalam dokumen.9 (b.) Setelah bencana Kondisi ideal ketahananan yang dinyatakan dalam Karakteristik telah dipisahkan dari kondisi masyarakat yang baru mengalami bencana. Mungkin terdapat kebutuhan akan referensi serupa atau terkait yang mengidentifikasi karakteristik tertentu yang secara khusus terkait dengan pemulihan masyarakat setelah bencana (misalnya akses terhadap pasokan air yang bersih dan dapat diandalkan) sebagai langkah pertama menuju ketahananan yang lebih kuat. Ini mungkin dapat diciptakan dengan memilih seperangkat kecil karakteristik atau karakteristik minimal. (lihat bagian 4.3.3), Sebagai contoh, prakarsa Palang Merah Myanmar, IFRC, dan Palang Merah Denmark untuk mengembangkan sebuah kerangka kerja pemantauan dan evaluasi untuk bantuan dan pemulihan setelah Cyclone Nargis mencakup pengembangan ‘profil ketahananan’ masyarakat: seperangkat indikator gabungan untuk beragam sektor (misalnya air dan sanitasi, tempat tinggal) yang mengilustrasikan tingkat ketahananan sebuah masyarakat atau rumah tangga pada waktu yang berbeda-beda. Setiap profil merepresentasikan ‘paket’ ketahananan minimum untuk sektor dan titik waktu tertentu setelah bencana. Pendekatan ini juga memiliki kesamaan dengan beragam prakarsa “tonggak riwayat” yang diuraikan dalam bagian 4.3.5. (c.) Konflik Karakteristik disusun dengan mempertimbangkan apa yang disebut sebagai bencana ‘alam’ dan dengan ekspektasi akan sebuah pendekatan manajemen bencana berbasis masyarakat, berdasarkan asumsi derajat konsensus di tengah masyarakat. Dalam situasi yang sangat tidak stabil atau konflik, ini mungkin akan sulit untuk dicapai. Lebih jauh lagi, konflik seringkali menggerogoti ketahananan masyarakat, misalnya, dengan merusak kohesi sosial, memusnahkan aset produktif dan infrastruktur lokal, menghambat akses kepada sumber daya alam seperti sumber air dan lahan penggembalaan, serta memaksa keluarga-keluarga untuk meninggalkan rumah mereka. Perubahan cara menggunakan Karakteristik dalam konteks sejenis pasti akan dibutuhkan – hal yang sulit untuk dikatakan, mengingat hingga saat ini tidak terdapat pengalaman lapangan pengaplikasian Karakteristik dalam konteks sejenis. (Lihat juga bagian 3.4 mengenai Lingkungan Kondusif) 4.2 MEMPERKENALKAN KARAKTERISTIK; MEMBANGUN KAPASITAS PENGGUNA 4.2.1 Audiens dan kelompok pengguna sasaran Karakteristik pada pokoknya didesain untuk pemerintah dan organisasi masyarakat sipil yang menangani prakarsa PRB dan API pada tingkat masyarakat, melalui kemitraan dengan masyarakat. Dalam edisi pertama Karakteristik, API disebutkan berada di bawah pengelolaan sumber daya lingkungan dan alam dalam Komponen 1 Area Tematik 4 (Manajemen Risiko dan Pengurangan Ketahanan). Walaupun API tidak dengan jelas dilarang dalam makalah ini, dikemukakan bahwa pengguna mungkin akan terkecoh berpikir bahwa ini adalah bidang prioritas utama untuk integrasi API-DRR dan bahwa mungkin mereka luput melihat yang lain. Rujukan telah dibuat dalam edisi terakhir ini. 9
19
Pengguna utama buku ini selama fase uji lapangan adalah NGO internasional dan nasional serta mitra lokal mereka di seluruh dunia disamping juga digunakan oleh para ilmuwan dan ahli teknik yang mengembangkan model dan panduan ketahananan sendiri, oleh para periset untuk mendesain kerangka kerja analitis, dan untuk mengajar mahasiswa mengenai pengurangan risiko bencana. Sambutan dari pemerintah cenderung lambat, namun sejumlah kantor manajemen bencana pemerintah nasional telah memperlihatkan minat dan Karakteristik telah disebarkan baik oleh NGO maupun periset untuk memfasilitasi diskusi dengan pejabat pemerintah lokal mengenai kapasitas dan intervensi. 4.2.2 Cara memperkenalkan Karakteristik kepada pengguna (a) Prinsip dasar Bagaimana memulai penggunaan Karakteristik Masyarakat Tahan Bencana dalam pekerjaan Anda? Jawabannya terpulang kepada Anda, pengguna, untuk memutuskan (panduan yang diberikan di sini ditujukan untuk membantu Anda membuat keputusan). Karakteristik bukan sebuah model untuk setiap situasi. Karakteristik merupakan sebuah referensi, bukan daftar periksa (checklist) untuk ditandai. Karakteristik harus menstimulasi dan memfasilitasi diskusi. Karakteristik harus diadaptasi ke dalam konteks tempat digunakan serta kebutuhan dan kapasitas orang yang menggunakan. Dalam setiap konteks, sangat penting menginvestigasi manfaat dan relevansi Karakteristik bagi organisasi yang menggunakan, mitranya, serta masyarakat rentan. Ini berarti mempelajari seberapa sesuai Karakteristik dengan pendekatan, sistem, dan struktur manajemen sebuah organisasi. Terdapat kesepakatan umum selama uji lapangan mengenai kebutuhan fasilitasi dalam memperkenalkan Karakteristik kepada calon pengguna. Meskipun prinsip-prinsip dasar dapat dipaparkan dengan mudah, dokumennya sendiri cukup panjang dan kompleks, bahasanya mungkin berbentuk abstrak dan konseptual, dan tabelnya terinci. Panduan akan membantu, khususnya dari praktisi PRB berpengalaman yang telah menggunakan sebagian waktu untuk mempelajari Karakteristik dan menggunakannya di lapangan; namun tidak kalah penting untuk memberikan waktu dan kesempatan kepada pengguna untuk mempersiapkan diri dengan membaca, memikirkan, dan mendiskusikannya. Memperkenalkan Karakteristik dapat dilakukan melalui pelatihan formal, namun dalam praktik lebih lazim mengadakan lokakarya perencanaan dan aktivitas kelompok di mana serangkaian metode partisipatif dapat digunakan untuk mendiskusikan, memvalidasi, dan memodifikasi hal-hal yang terkandung dalam buku ini. Seringkali ini hanya sebuah latihan sekali-habis, namun lebih baik dilihat sebagai bagian dari proses jangka panjang untuk memperoleh dan menggunakan buku ini serta perangkat lain untuk perencanaan, implementasi, dan penilaian PRB. Ingat bahwa pembangunan ketahananan harus dilihat sebagai proses belajar dan praktik yang terus menerus. Karakteristik tidak memberikan saran mengenai cara menjalankan proses sejenis; Karakteristik hanyalah satu dari banyak buku yang mungkin bermanfaat untuk melakukan hal demikian: lihat Kotak 1 (Prakarsa indikator PRB lain) dan Kotak 3 (Menciptakan proses ketahananan yang sukses). Sangat penting agar orang dengan kerentanan diberikan kesempatan untuk menggali dan memvalidasi Karakteristik. Ini harus berupa proses partisipatif. Hingga saat ini, Karakteristik lebih banyak diaplikasikan dari atas ke bawah. Karakteristik seharusnya juga diadopsi dari akar rumput ke atas – tidak hanya masyarakat tetapi juga organisasi lokal. Ini menciptakan kepemilikan sumber daya yang meningkatkan kesempatan untuk diaplikasikan secara sukses.
(Untuk sebuah saran mengenai cara melibatkan masyarakat lihat Kotak 4: Melibatkan pemuda). Pendekatan demikian juga membutuhkan fasilitator yang berpengalaman dalam pendekatan berbasis masyarakat. (b) Pendekatan untuk pengenalan dan pelatihan Sulit untuk menghadirkan semua Karakteristik dalam induksi atau pelatihan tunggal, kecuali dapat dialokasikan waktu yang banyak untuk ini (idealnya sebagai proses yang lebih panjang, termasuk penyegar atau sesi yang lebih berbobot ketika pengguna menjadi makin terlatih untuk mengaplikasikan sumber daya). Manfaat latihan singkat sekali-habis mungkin terbatas, kecuali peserta telah sangat memahami PRB dan memiliki waktu untuk membuat diri mereka familiar dengan Karakteristik. Menyediakan waktu untuk berbicara dengan staf ‘garis depan’ mengenai Karakteristik berguna untuk membangun pemahaman dan komitmen yang lebih baik. Terdapat beberapa cara untuk memperkenalkan Karakteristik. • Dapat dimulai dengan melihat keseluruhan kerangka kerja berikut elemennya yang umum: Area Tematik, Komponen Ketahananan, dan Lingkungan Kondusif. Ini akan menstimulasi diskusi semikonseptual mengenai sifat, rentang, dan tujuan PRB. • Latihan kelompok bisa difokuskan pada Komponen Ketahananan tertentu berikut Karakteristiknya, sehingga peserta dapat mengenal sumber daya dan memperdebatkan aplikasinya dalam situasi nyata seperti dalam menciptakan dasar, menetapkan prioritas, atau mengevaluasi perkembangan. • Alternatif lain adalah memulai dengan yang telah diketahui orang – yaitu, situasi nyata dan proyek, melihat ke belakang untuk mengetahui cara menyesuaikan aksi dan pencapaian yang ada ke dalam kerangka kerja Karakteristik. Ini mungkin menggiring kepada diskusi mengenai kekuatan dan kelemahan, serta kesenjangan dalam cakupan. Studi Kasus 1 (Membantu praktisi PRB untuk mendefinisikan ketahananan dalam konteks pedesaan Bangladesh) merupakan deskripsi rinci mengenai pendekatan tersebut, oleh Tearfund. Studi Kasus 2 (Memperkenalkan Karakteristik kepada staf lapangan mitra NGO di Nepal) merupakan ilustrasi lanjutan, dari Aksi Praktis PRB dan pekerjaan penghidupan. Cara memperkenalkan Karakteristik harus disesuaikan dengan pengetahuan dan kapasitas pengguna saat ini: tidak terdapat pendekatan baku untuk semua situasi. Ada kasus di mana organisasi tidak memiliki tingkat pemahaman yang memadai mengenai isu PRB serta terminologi untuk menggunakan Karakteristik secara mudah, atau di mana peserta dan fasilitator memiliki pemahaman yang berbeda mengenai hal tersebut, yang harus diselesaikan terlebih dahulu. (c) Penerimaan dan aplikasinya oleh organisasi Selama fase uji lapangan, sebagian besar aplikasi Karakteristik adalah untuk proyek khusus, dengan manfaat tidak langsung dalam bentuk akuisisi keterampilan dan pengetahuan yang berkaitan dengan Karakteristik dan PRB secara keseluruhan. Terdapat relatif sedikit bukti mengenai cara pengambilan Karakteristik pada tingkat organisasional, namun dapat diperoleh beberapa contoh dari uji lapangan mengenai cara menggunakan Karakteristik untuk membangun kapasitas proyek atau tim organisasi. Studi Kasus 3 (Menggunakan Karakteristik untuk menilai kapasitas keterampilan dan kesenjangan) merupakan sebuah contoh. Contoh lain berasal dari Oxfam GB, yang sebagai bagian dari ‘pertemuan global’ pada bulan Desember 2007 bagi para stafnya yang menangani PRB, berupaya untuk membuat peserta menjadi familiar dengan Karakteristik. Setelah diskusi umum mengenai dokumen dan cakupan PRB yang luas, peserta dipecah menjadi beberapa kelompok, masing-masing untuk 21
satu Area Tematik. Tiap kelompok memilih satu Komponen Ketahananan dari Area Tematik masingmasing, mempelajari Karakteristik Masyarakat Tahan Bencana dalam Komponen tersebut, memilih satu diantara Karakteristik ini dan mendiskusikan cara mengubah karakteristik menjadi sebuah indikator serta cara mengukurnya. Latihan ini membantu peserta untuk mengenal buku Karakteristik dan memperdebatkan cara mengadaptasikannya dalam siklus program operasional mereka, sekaligus memberikan umpan balik mengenai kemungkinan diaplikasikannya secara umum. (d) Penerjemahan Edisi pertama Karakteristik telah diterjemahkan ke dalam bahasa Prancis, Spanyol, dan Indonesia. Kami berharap bahwa edisi ini juga akan tersedia dalam banyak bahasa. Di lapangan, berbagai lembaga telah menerjemahkan bagian-bagian dari dokumen, atau istilah dan konsep kunci, ke dalam bahasa-bahasa lokal. Ini mungkin akan sulit, khususnya jika tidak terdapat padanan kata dalam bahasa lokal untuk istilah dalam bahasa Inggris: sebagai contoh, sebuah organisasi yang bekerja di Nepal merasa kesulitan untuk menerjemahkan ‘resilience (ketahananan)’ dalam bahasa Nepal. Kesulitan mungkin akan lebih besar jika terdapat pemahaman atau interpretasi yang berbeda mengenai istilah atau konsep tertentu. Tidak ada solusi yang sederhana untuk problem ini. Yang penting adalah menjalankan proses dengan benar – dalam hal ini, menggunakan waktu untuk mendiskusikan istilah-istilah dan konsep terkait serta menyepakati pengertian dan terjemahannya. Fasilitasi yang baik akan membantu di sini. (e) Sikap positif Akhirnya, kami harus mengingatkan sebuah hasil yang tidak diduga namun sangat penting dari uji lapangan: nilai psikologis Karakteristik dalam menciptakan sikap positif di tengah pengguna. Ini adalah hasil dari Karakteristik yang lebih kepada berfokus-solusi ketimbang berlatar-masalah. Umpan balik dari sebuah lokakarya Tearfund untuk memperkenalkan Karakteristik kepada praktisi PRB di Bangladesh10 bersifat khas: Peserta melihat nilai positif dari Karakteristik. Sebelumnya, mereka mengetahui apa yang ingin dicegah dalam desa rawan bencana, namun ini diputar sehingga mereka dapat melihat apa yang ingin mereka capai Dimensi psikologis dan motivasional dari pendekatan pembangunan ketahananan ini membutuhkan kajian lebih lanjut. 4.3 MEMILIH, MEMODIFIKASI, DAN ‘MENYESUAIKAN’ 4.3.1 Alasan Karakteristik harus dimodifikasi Pengguna harus mengenal buku Karakteristik sepenuhnya, memperdebatkan kegunaannya, dan, jika perlu, mengadaptasinya sesuai kebutuhan mereka. Ini mungkin terdiri atas memilih Komponen Ketahananan tertentu dari Masyarakat Tahan Bencana, mengadaptasi dan menulis ulang, menambah komponen baru, atau bahkan menyusun ulang kerangka kerja secara berbeda. ‘Penyesuaian’ demikian harus didorong karena akan membuat Karakteristik menjadi lebih relevan dengan kebutuhan khusus dan kapasitas masyarakat, bahaya serta ancaman (lain) yang dihadapi masyarakat tersebut, jenis pekerjaan PRB yang dikuasai oleh organisasi pengimplementasi dan kapasitas mereka untuk melaksanakan, dan lingkungan operasional serta kebijakan yang lebih luas. Penting untuk mengadopsi Karakteristik tanpa menanyakan keakuratan serta relevansinya dengan situasi yang ada. Dalam situasi yang cepat berubah, pertanyaan ini harus diulangi untuk memastikan bahwa Karakteristik orisinil atau yang telah ditulis ulang tetap relevan. 10
Dijabarkan dalam Studi Kasus 1: Membantu praktisi PRB menentukan Ketahanan masyarakat Pedesaan Bangladesh.
Orang tidak mesti menggunakan setiap satuan Karakteristik Masyarakat Tahan Bencana dalam pekerjaan mereka. Bahkan jika mereka melakukan demikian, Karakteristik – meskipun diupayakan agar sekomprehensif mungkin - tidak dapat menjangkau setiap dimensi ketahananan, setiap sektor, atau setiap kelompok rentan dalam masyarakat.11 Mungkin setiap pengguna memiliki pandangan sendiri mengenai seberapa baik Karakteristik mencerminkan kerja mereka sendiri. 4.3.2 Kemungkinan pendekatan Proses memodifikasi atau memilih Karakteristik relevan harus mempertimbangkan faktor-faktor di atas untuk mencapai keputusan yang jelas mengenai prioritas, mengingat bahwa ini mungkin akan melibatkan sejumlah kompromi (lebih jauh mengenai prioritas lihat bagian 4.3.4). Proses ini harus bersifat terbuka. Karakteristik akan sangat berguna (dan paling banyak digunakan) jika dipilih oleh, atau paling tidak dengan, mereka yang akan menggunakannya. Ini berarti proses partisipatif diskusi dan validasi pada tingkat lokal. Beberapa organisasi telah ‘menyesuaikan’ Karakteristik dengan berbagai cara. Kotak 5 (Mengadaptasi Karakteristik ke dalam konteks lokal) merupakan sebuah contoh dari Filipina, di mana NGO lokal menerjemahkan Karakteristik Masyarakat Tahan Bencana dan Lingkungan Kondusif umum dari catatan pedoman ke dalam versi yang sesuai dengan konteks lokal pekerjaannya secara lebih spesifik. Plan International telah menggali berbagai cara untuk membuat Karakteristik mencerminkan perhatiannya utamanya pada hak anak dan perlindungan anak secara lebih utuh. Salah satu pendekatan yang dilakukan adalah dengan mengembangkan seperangkat indikator inti berdasarkan kerangka kerja Karakteristik namun spesifik dengan fokus Plan pada proses PRB berpusat anak (lihat Studi Kasus 4: Menyesuaikan Karakteristik untuk reduksi risiko berpusat anak). Pendekatan lain adalah dengan menyusun Area Tematik tambahan (masih dalam bentuk draf) untuk masyarakat Tahan bencana berpusat anak dan gender, dengan Komponen Ketahananan, Karakteristik Masyarakat Tahan Bencana, dan Lingkungan Kondusif sendiri (lihat Kotak 6: Penyusunan Area Tematik baru). Dokumen Karakteristik telah didesain dengan mempertimbangkan PRB secara khusus, namun PRB merupakan bagian integral dari pembangunan berkelanjutan. Sebagian besar komponen dan karakteristik ketahananan yang disebutkan dalam buku ini dapat diaplikasikan dalam konteks pembangunan yang lain. Karenanya akan bermanfaat untuk berbagi dan mendiskusikan Karakteristik dalam sebuah organisasi melalui upaya untuk menghubungkannya dengan kerangka kerja konseptual dan indikator lain yang digunakan organisasi serta isu-isu lain yang menjadi perhatiannya. Koneksi demikian mungkin mengambil bentuk fertilisasi silang atau meminjam ide ketimbang integrasi sistem konseptual dan evaluatif yang lebih formal, namun pengguna berhak untuk menginterpretasi ulang dan mengemas ulang Karakteristik dengan cara apapun yang sesuai dengan kebutuhan mereka, termasuk, mengubahnya dalam bahasa yang lebih sederhana. 4.3.3 Karakteristik Kunci Sebagian organisasi telah menjalankan proses penyesuaian selangkah lebih maju dengan menyusun daftar generik Karakteristik kunci – ‘kunci’ berkaitan dengan prioritas PRB, area PRB khusus yang menjadi fokus proyek tertentu atau jenis pekerjaan yang dilakukan lembaga. Sebagai contoh, beberapa pengguna telah mengemukakan bahwa manajemen sumber daya yang berkelanjutan dan modal sosial tidak sesuai dimasukkan ke dalam kerangka. 11
23
Tearfund merupakan salah satu organisasi yang telah mengembangkan seperangkat karakteristik kunci dan telah merasakan manfaatnya bagi pekerjaan PRB dan keamanan pangan global mereka (lihat kotak 7: ‘20 teratas Karakteristik Tearfund’). Organisasi lain berbicara mengenai identifikasi indikator dan Karakteristik ‘inti’ atau ‘minimal’, mengingat besarnya tantangan dalam meningkatkan semua aspek ketahananan, khususnya jika melibatkan pengubahan pola pembangunan yang mendasar. (Untuk pemikiran lain sejenis mengenai hal ini, lihat kotak 8: indikator kunci ketahananan masyarakat PKBA). Ini tentu merupakan proses yang terencana dan inklusif, berkaitan dengan konteks tertentu dari prakarsa PRB, dan mungkin akan sulit untuk mencapai konsensus mengenai hal ini. Ingat pula bahwa PRB sendiri merupakan proses perbaikan yang konstan: orang tidak boleh merasa puas dengan standar minimal. Sebagian lembaga mungkin ingin melakukan hal sejenis, yang bisa menjadi latihan bermanfaat jika mampu menstimulasi diskusi dan memberikan informasi kepada pengambil keputusan mengenai sifat ketahananan, area prioritas aksi pembagunan ketahananan atau PRB secara umum (sebuah pertanyaan yang secara konstan diperdebatkan oleh para praktisi), serta prioritas PRB organisasi sendiri. Sekali lagi, sangat penting agar proses berjalan dengan benar. Jika pemilihan Karakteristik ‘kunci’ dianggap perlu (dan tidak boleh serta merta dianggap demikian), maka harus dilaksanakan secara partisipatif dan terencana, tidak dipaksakan dari atas. Latihan tidak boleh bersifat sekalihabis; harus dilakukan telaah berkala. Ketahananan bencana tidak bersifat statis: Konteks dan kebutuhan serta kapasitas orang bisa berubah. Jika daftar Karakteristik terpilih masih sama, maka manajer proyek mungkin akan melewatkan aspek-aspek lain ketahananan yang mungkin signifikan. 4.3.4 Menetapkan prioritas Bagi sebagian besar lembaga, PRB dan keragaman potensi prakarsa PRB menghadirkan problem dalam penetapan pilihan mengenai waktu dan cara intervensi. Karakteristik tidak membedakan antara berbagai jenis PRB yang berbeda-beda berkenaan dengan signifikansinya. Namun demikian, lembaga operasional harus menetapkan prioritas karena tidak dapat menangani semua aspek ketahananan sekaligus. Peran Karakteristik di sini adalah untuk membantu pengguna memvisualisasikan kemungkinan rentang opsi yang paling luas yang akan mereka gunakan untuk menentukan pilihan sendiri. Terpulang kepada kelompok atau organisasi itu sendiri untuk menetapkan prioritas intervensi dan ini akan bergantung kepada sejumlah faktor seperti kebutuhan, konteks dan kapasitas operasional. Ketika memutuskan mengenai intervensi, akan membantu pula jika dipelajari koneksi antara berbagai Area Tematik yang berbeda-beda. Sebuah aktivitas dalam suatu Area Tematik mungkin akan memiliki lebih banyak dampak jika diperkuat dengan mengonfrontasikan Komponen Ketahananan dengan Komponen Ketahananan yang lain. Sebagai contoh, aktivitas kesiapsiagaan bencana (Area Tematik 5) akan lebih efektif jika perencanaan disusun berdasarkan pengkajian risiko dan kerentanan (Area Tematik 2) dan terdapat tingkat partisipasi dan akuntabilitas masyarakat yang tinggi (Area Tematik 1).12 Demikian pula, penilaian bahaya-kerentanan-risiko (Area Tematik 2) seringkali dilihat sebagai prioritas pada awal sebuah proyek untuk mengidentifikasi ancaman-ancaman utama yang dihadapai sebuah masyarakat serta memandu perencanaan aktivitas PRB. Namun kekuatan, kelemahan, dan kesenjangan ketahananan yang lebih luas juga harus diidentifikasi sebelum pilihan operasional dapat dibuat. Telah dikemukakan bahwa pengkajian risiko tingkat masyarakat adalah titik mulai kunci untuk PRB yang efektif di tingkat akar rumput karena ia menciptakan kemitraan dan keterlibatan, dan memudahkan dialog dengan pemerintah. 12
4.3.5 Tonggak Riwayat Karakteristik dapat memanfaatkan proses pembobotan sederhana untuk menghitung berbagai posisi awal negara/masyarakat dan mengetahui ‘jarak yang telah ditempuh’ hingga batas tertentu.13 Perangkat Karakteristik Masyarakat Tahan Bencana merepresentasikan sebuah tujuan: Tingkat ketahananan tertinggi yang realistis untuk diraih. Dibutuhkan tonggak tambahan untuk mengukur perkembangan dan kemajuan dalam mencapai tujuan. Betapapun, terdapat tantangan dalam menggunakan tabel Karakteristik ini untuk menilai tingkat kemajuan dari sebuah kondisi ketahananan yang ada menuju kondisi ideal keselamatan. Sebagian Karakteristik dapat digunakan sebagai output konvensional atau indikator proses (lihat bagian 4.4.2) namun tidak dapat diaplikasikan sebagai ukuran standar bagi kebutuhan khusus sebuah proyek. Mitra proyek harus menyepakati cara mengukur kemajuan mereka sendiri dalam tiap kasus. Dalam melaksanakan hal demikian mereka akan berfokus pada Karakteristik Masyarakat Tahan Bencana yang telah dipilih, menjalankan proses untuk berpindah dari kondisi sekarang menuju kondisi akhir pada tiap kasus, dan menyepakati indikator untuk berbagai tahapan kemajuan yang berbeda-beda sepanjang perjalanan. Model ”tonggak” mungkin akan membantu untuk memahami kemajuan ketahananan dalam distrik atau masyarakat tertentu. Ini mungkin akan sangat berguna sebagai latihan multi pemangku kepentingan yang mempertimbangkan pekerjaan seluruh kelompok dan organisasi yang terlibat dalam PRB di lokasi tersebut. Hingga saat ini tidak ada kesepakatan bersama mengenai tahapan kemajuan yang berbeda-beda dalam PRB: penggunaan tongak dan tolok ukur masih bersifat eksperimental. Dalam Karakteristik, disarankan menggunakan skala lima tingkat, dengan tiap tingkat sebagai tahapan tersendiri dalam pengembangan PRB. Skala ini adalah sebuah skala sederhana yang pasti mudah digunakan.14 Skala ini dirancang untuk memberikan gambaran yang luas mengenai kondisi ketahananan. Skala ini dapat digunakan untuk menelaah kemajuan mencapai ketahananan pada kelima Area Tematik, atau dalam Area Tematik tersendiri. Mungkin dapat pula dipilih Komponen Ketahananan, namun tidak perlu kesemuanya. Tingkat 1. Sedikit kesadaran mengenai isu atau motivasi untuk menanganinya. Aksi terbatas kepada tanggap krisis. Tingkat 2. Kesadaran mengenai isu dan kesediaan untuk menanganinya. Kapasitas untuk bertindak (pengetahuan dan keterampilan, manusia, material, dan sumber daya lain) masih terbatas. Intervensi cenderung sekali-habis, sedikit, dan jangka pendek. Tingkat 3. Pengembangan dan implementasi solusi. Kapasitas untuk bertindak menjadi lebih baik dan substansial. Intervensi lebih banyak dan jangka panjang. Tingkat 4. Koherensi dan integrasi. Intervensi bersifat ekstensif, mencakup semua aspek utama problem serta terhubung dengan strategi koheren jangka panjang. Tingkat 5. Sebuah ‘budaya keselamatan’ hadir pada semua pemangku kepentingan, di mana PRB melekat pada semua kebijakan, perencanaan, praktik, sikap, dan perilaku yang relevan. Diasumsikan bahwa kelompok dan organisasi yang menggunakan peranti ini untuk melakukan pengkajian mandiri telah melampaui Tingkat 1. Dr Maureen Fordham, dalam laporan untuk Plan UK. Tingkat pencapaian yang sama digunakan di tempat lain dalam penilaian PRB: misalnya indikator PRB ISDR PBB (UN ISDR 2008) dan metode penilaian arus utama PRB Tearfund dalam organisasi pengembangan (LaTrobe and Davis 2005). Lihat Bagian 5 (Bacaan lebih lanjut). 13 14
25
Tingkat 5 kurang lebih merupakan masyarakat Tahan bencana yang ideal. Ide ‘budaya keselamatan’ yang disebutkan di sini, yang telah digunakan dalam sistem PBB dan lainnya, lebih dari sekadar melaksanakan aktivitas PRB lokal karena menyiratkan perubahan perilaku yang luas dan berakar dalam.15 Penilaian kemajuan menggunakan model ini mencakup mempelajari rentang PRB atau isu ketahananan yang ditangani, jumlah, tipe dan rentang Karakteristik yang telah dicapai, dan yang terpenting – tingkat koherensi dan koordinasi usaha. Aplikasi metode ini atau metode lain sejenis akan membantu menjaga keseluruhan gambaran tetap terpantau dan akan mendorong koherensi aktivitas serta pertalian yang lebih kuat antar berbagai kelompok dan organisasi yang terlibat. Penilaian bisa bersifat cepat atau lebih intensif namun proses analisis yang kompleks harus dihindari. Sebagian pengguna awal Karakteristik merasa prihatin karena mereka mungkin harus bekerja dengan 167 Karakteristik Masyarakat Tahan Bencana untuk membangun gambaran yang utuh mengenai kemajuan tongak menuju ketahananan. Ini jelas tidak realistis untuk proyek lapangan (meskipun memiliki sejumlah manfaat dalam riset). Pendekatan yang lebih praktis mungkin adalah dengan membuat penilaian umum berdasarkan pertimbangan kualitatif pada tingkat yang lebih tinggi (Area Tematik, Komponen Ketahananan), mungkin bersandar kepada beberapa Karakteristik Masyarakat Tahan Bencana. Penilaian ini harus bersifat partisipatif. Tujuannya harus untuk mencapai konsensus. Tonggak dapat digunakan sebagai dasar pada awal proyek untuk menilai tingkat pencapaian pada titik waktu tersebut (lihat bagian 4.4.2). Pengulangan penilaian akan mengindikasikan tingkat kemajuan dalam PRB. Namun demikian, harus ditekankan bahwa sebagian besar perubahan ini hanya akan terjadi dalam jangka panjang, khususnya jika masyarakat dan lembaga pendukung mengalami keterbatasan kapasitas dan sumber daya, dan ketika prioritas dalam situasi bersaing. Sebagian pengguna juga telah diperingatkan mengenai asumsi model linier sederhana kemajuan mencapai ketahananan: Dalam masyarakat dengan perubahan lingkungan, sosial ekonomi, atau politik yang cepat, segi-segi ketahananan yang sebelumnya dicapai mungkin hilang. Ini menunjukan kebutuhan akan telaah berkala atas keseluruhan kondisi ketahananan dalam sebuah masyarakat. 4.4 MENGAPLIKASIKAN KARAKTERISTIK KE DALAM AKTIVITAS PRB 4.4.1 Perencanaan strategis dan kemitraan (a) Perencanaan strategis Meskipun lebih sering digunakan dalam pekerjaan proyek, Karakteristik juga dapat membantu perencanaan pada tingkat yang lebih tinggi. Terdapat beberapa pengelaman terkait saat ini, namun penggunaan sumber daya oleh Christian Aid untuk mengembangkan strategi regional PRB dan API di Amerika Tengah menjadi pendekatan model yng menarik (lihat Studi Kasus 5): (b) Penetapan ruang lingkup Karakteristik, khususnya Komponen Ketahananan, dapat digunakan dalam ‘pemetaan’ dasar atau ‘penetapan ruang lingkup’ untuk mengidentifikasi: • Area utama ketahananan atau PRB yang menjadi perhatian lembaga, dan/atau lembaga lain, yang tengah bekerja dalam masyarakat atau distrik tertentu • Di mana penekanan yang ada dalam intervensi mereka • Setiap kesenjangan yang menonjol dalam cakupan atau rantai yang hilang antara komponenkomponen PRB 15
Perubahan perilaku sulit untuk diukur, namun ada metode untuk melakukan pengukuran itu, seperti pemetaan hasil – lihat www.outcomemapping.ca
Temuan dari telaah sejenis akan bermanfaat untuk diskusi mengenai fokus pekerjaan mendatang. Penetapan ruang lingkup atau pemetaan akan sangat membantu dalam situasi yang melibatkan beragam pemangku kepentingan. Temuan dapat mengindikasikan cakupan kolektif lembaga dan menyoroti potensi kolaborasi yang baru atau yang lebih kuat pada isu-isu khusus. Tidak mungkin sebuah organisasi tunggal dapat menangani sendiri semua area yang relevan. Hal demikian tidak dianjurkan, mengingat dibutuhkan keterampilan teknis dalam banyak kasus. Ketika keterampilan sebuah organisasi sendiri terletak pada satu bidang tertentu (misalnya kesiapsiagaan bencana, dukungan penghidupan, pendidikan), maka organisasi tersebut seringkali ingin membangun kekuatannya sendiri. Namun pemetaan atau penetapan ruang lingkup akan membantu organisasi tersebut untuk mempertimbangkan apakah perlu terlibat dalam aspek PRB dan aspek ketahananan lain yang relevan untuk membantu pekerjaan mereka sekarang atau meningkatkan dampaknya (dan melalui kemitraan dengan lembaga lain untuk mencapai hal ini). Sebagai contoh: • Sebuah organisasi dengan keterampilan dalam penilaian bahaya dan risiko atau analisis kerentanan (yang termasuk dalam Area Tematik 2: Penilaian Risiko) mungkin ingin memastikan agar hasil pekerjaannya dapat dibagikan dan diaplikasikan secara efektif. Ini mungkin mendorong mereka berpikir untuk turut terlibat dalam pekerjaan informasi publik (sebagai aspek dari Area Tematik 3: Pengetahuan dan Edukasi) serta sistem peringatan dini (Area Tematik 5: Kesiapsiagaan dan Tanggap Darurat). • Sebuah organisasi yang berfokus pada teknologi PRB seperti bangunan yang aman serta langkahlangkah pengendalian banjir dan tanah longsor (bagian dari Area Tematik 4: Manajemen Risiko dan Reduksi Kerentanan) mungkin perlu dilibatkan dalam diskusi mengenai aturan bangunan, regulasi pemanfaatan lahan, serta ketetapan legislatif lain (Area Tematik 1: Tata Kelola) yang mungkin memengaruhi prakarsanya, juga dalam memberikan pelatihan teknis kepada anggota masyarakat (Area Tematik 3: Pengetahuan dan Edukasi). (c) Kebutuhan dan peluang kemitraan Karakteristik catatan panduan mendukung isu investigasi kemitraan PRB dengan sejumlah cara. Secara konseptual, terdapat dua segi kerangka kerja yang paling relevan. 1. Elemen kemitraan berada dalam Area Tematik 1 (Tata Kelola): terdiri atas isu-isu seperti integrasi aktivitas, visi bersama, konsensus, negosiasi, partisipasi, aksi kolektif, representasi, inklusi, akuntabilitas, kerelawanan, dan kepercayaan. Tata Kelola juga merupakan tema yang terkait dengan Area Tematik serta Komponen Ketahananan yang lain. 2. Melalui bagian Lingkungan Kondusif dari kerangka kerja, Karakteristik mengakui pentingnya faktor institusional, kebijakan, dan sosial ekonomi yang lebih luas dalam mendukung ketahananan tingkat masyarakat. Dalam aplikasi, terdapat beberapa cara menggunakan Karakteristik untuk mengidentifikasi, menilai, dan menstimulasi peluang kemitraan. Salah satunya adalah pemetaan atau penetapan ruang lingkup awal sebagaimana disebutkan di atas. Sejumlah telaah dan evaluasi proyek telah menggunakan Karakteristik sebagai kerangka kerja atau ‘lensa’ untuk menilai dimensi tata kelola dan kemitraan dari PRB. Biasanya, telaah dan evaluasi tersebut membandingkan situasi yang ada dengan kondisi ideal yang dinyatakan dalam Karakteristik dan mengidentifikasi area-area untuk pekerjaan mendatang, seperti kebutuhan integrasi yang lebih erat antara aktivitas proyek dengan struktur pemerintah lokal. Telaah dan kajian dasar lain mempertimbangkan elemen-elemen Lingkungan Kondusif yang dianggap relevan dengan tujuan dan aktivitas proyek. 27
Sebagian telaah yang dipandu dengan tabel Karakteristik berhasil mengidentifikasi kemitraan yang berkembang dalam pencapaian proyek. Sebagai contoh, telaah atas sebuah program pendidikan ActionAid di Bangladesh menyebutkan proses konsultasi interaktif yang lebih luas dengan beragam pemangku kepentingan dan masyarakat dalam tiga distrik rawan bencana, dengan hasil bahwa orang, tokoh masyarakat, guru sekolah serta para manajer bencana tingkat lokal serta para manajer pendidikan memperoleh lebih banyak informasi mengenai risiko bencana dan peran mereka dalam mengelolanya. Pemerintah lokal juga dilibatkan dalam mengembangkan dan mengimplementasikan rencana aksi proyek. Tidak berarti bahwa panduan Karakteristik sendiri yang menstimulasi lembagalembaga tersebut untuk terlibat lebih jauh dalam kemitraan PRB, namun aplikasi Karakteristik membantu memperjelas aspek PRB ini. Para periset dalam waktu singkat juga turut mengaplikasikan Karakteristik dalam pertanyaanpertanyaan mengenai kemitraan. Di Honduras, sebuah kajian mengenai akuntabilitas dan nondiskriminasi dalam manajemen risiko banjir menggunakan Area Tematik Tata Kelola dan Lingkungan Kondusif (bersama dengan materi lain) untuk membuat kerangka pertanyaan riset.16 Karakteristik digunakan oleh Christian Aid untuk memandu pertanyaan yang digunakan pada wawancara setengah-terstruktur dan diskusi kelompok dalam kajian tingkat-masyarakat di La Reforma, Honduras, yang menggali faktor-faktor yang memengaruhi kemampuan masyarakat untuk meningkatkan pengaruhnya pada pemerintah lokal. Kajian tersebut mengidentifikasi pentingnya aliansi strategis antara masyarakat dengan aktor lain (khususnya masyarakat lain yang terdampak banjir) sebagai motor PRB, yang mendorong perubahan dalam hubungan mereka dengan otoritas kota. Umpan balik memberikan kesan bahwa lembaga pengguna tidak menggunakan sebagian besar potensi Karakteristik untuk menilai dan mengembangkan kemitraan PRB beragam pemangku kepentingan. Tidak jelas mengapa demikian, namun, apapun alasannya, problem ini harus ditangani jika kita ingin melihat PRB berbasis masyarakat yang berkelanjutan diaplikasikan pada skala besar. 4.4.2 Manajemen Siklus Proyek (a) Kajian Dasar Dengan merujuk kepada Karakteristik, proyek dapat memastikan bahwa pijakan mereka cukup koheren dan berentang luas untuk menjangkau semua isu relevan. Dengan melihat Komponen Ketahananan dan Karakteristik Masyarakat Tahan Bencana individual, mereka dapat mengidentifikasi segi dan indikator khusus untuk memandu pengumpulan data. Data dari survei dasar aktivitas PRB juga dapat disandingkan dengan kerangka kerja Karakteristik serta berbagai elemennya yang berbeda untuk mengidentifikasi tingkat ketahananan yang ada dalam masyarakat. Sejumlah lembaga mungkin merasa terbantu dengan memberikan pembobotan atau peringkat untuk pemetaan, dalam bentuk skor numerik. Ini terkait dengan pertanyaan mengenai �tonggak riwayat� perkembangan ketahananan (lihat bagian 4.3.5) namun setiap sistem penetapan skor dapat dipikirkan. Sebagai contoh, salah satu usulan dari uji lapangan adalah bawah pijakan dapat memberi nilai untuk Karakteristik individual menurut skala sederhana: (1) tercapai, (2) tercapai sebagian, (3) tidak tercapai. Skala tersebut dapat digunakan untuk menghasilkan skor kasar yang akan membantu dalam memutuskan prioritas sebuah proyek (misalnya untuk memberikan fokus intervensi pada aspek ketahananan tertentu, atau untuk bekerja dalam sebuah masyarakat ketimbang masyarakat yang lain). Survei selanjutnya dengan sistem penetapan skor yang sama dapat menilai perkembangan sejak garis dasar. Sistem apapun yang digunakan, skor numerik harus diperdebatkan dan disepakati, seringkali berdasarkan data kualitatif dan pertimbangan nilai. Temuan dapat disajikan secara visual, misalnya dalam bentuk diagram laba-laba. Newborne P 2008, Akuntabilitas dan Non Diskriminasi dalam Manajemen Risiko Banjir: Menginvestigasi potensi pendekatan berbasis hak. Studi kasus Honduras (London: Overseas Development Institute/Christian Aid). 16
(b) Analisis Kerentanan dan Kapasitas Kerentanan merupakan istilah yang luas dan konsepnya dipahami serta dijelaskan dengan beragam cara oleh para akademisi dan praktisi. Praktisi PRB harus benar-benar terang mengenai cara mereka memahami ‘kerentanan’ dan cara mengaplikasikannya dalam pekerjaan mereka. Analisis kerentanan dan kapasitas (VCA) harus memiliki rentang yang luas agar semua dimensi dapat diidentifikasi. Dalam praktik seringkali demikian banyak informasi yang terhimpun, mengenai demikian banyak isu yang berbeda dan dalam bentuk yang beragam (termasuk perbedaan kualitas), sehingga sulit untuk membuat analisis yang koheren. Beberapa pengguna menyatakan Karakteristik membantu mereka ‘mempertajam’ analisis kerentanan, baik dengan mengidentifikasi area pertanyaan sebelum VCA dijalankan maupun dengan menyediakan kerangka kerja yang dapat digunakan untuk mengorganisasi serta menginterpretasi data. Karakteristik juga dapat diaplikasikan sebagai kerangka kerja organisasi dan interpretasi dalam penilaian risiko atau kerantanan yang dijalankan sebelumnya. Kotak 9 (‘Pemetaan’ kerentanan dan kapasitas menggunakan kerangka kerja Karakteristik) merupakan sebuah contoh. Metode dan kerangka kerja VCA partisipatif didesain untuk mendukung proses yang digunakan masyarakat untuk mengidentifikasi dan menilai situasi mereka. Biasanya hanya ada area kajian yang umum pada awalnya. Indikator tidak ditetapkan terlebih dahulu karena bisa mengakibatkan temuan yang tidak lengkap atau menyimpang. Ini dianggap sebagai praktik yang baik, namun para pekerja lapangan tetap perlu memiliki gambaran mengenai rentang dan jenis kerentanan/ ketahananan yang mungkin diungkap melalui VCA untuk mempersempit atau memperluas ruang lingkup penelitian, jika perlu. Karakteristik dapat membantu mereka di sini. Sebagai contoh, sebuah proyek yang didanai ActionAid DIPECHO untuk memperkuat ketahananan masyarakat terhadap banjir, gempa bumi, dan tanah longsor di Afghanistan Utara menggunakan Karakteristik sebagai bagian dari orientasi dan pelatihan Analisis Kerentanan Partisipatif, guna mengidentifikasi jenis kerentanan yang pernah ada dalam masyarakat tempat proyek diimplementasikan. ‘Kelompok rentan’ yang disebutkan dalam Karakteristik bukan merupakan kelompok sosial yang tunggal, mengingat banyak kelompok yang memiliki kerentanan – kelompok miskin, perempuan, anak-anak, manula, etnis dan religius, serta penyandang disabilitas, misalnya – dan umumnya mengalami kerentanan terhadap kejutan eksternal dengan cara dan dengan tingkatan yang berbeda-beda. Diasumsikan bahwa pekerjaan proyek yang baik akan mengelompokkan berbagai kelompok yang berbeda-beda berikut kerentanannya. Betapapun, organisasi yang menangani kelompok tertentu dalam masyarakat mungkin akan merasa perlu untuk menyusun ulang Karakteristik Masyarakat Tahan bencana individual guna merefleksikan situasi dan kebutuhan kelompok tersebut. Panduan VCA formal juga harus menyoroti poin ini. Karakteristik (Area Tematik 2, Komponen Ketahananan 2) tidak merinci mengenai cara melaksanakan VCA, namun memberikan catatan bahwa VCA harus memberikan ‘gambaran yang komprehensif’ mengenai kerentanan dan kapasitas serta bahwa VCA harus menjadi ‘proses partisipatif yang melibatkan perwakilan dari semua kelompok rentan’ (Karakteristik 2.1, 2.2). Isu-isu gender masih sering diremehkan dan diabaikan dalam proyek VCA dan PRB. Sejumlah kerangka kerja untuk penilaian menambahkan gender sebagai isu lintas sektoral khusus yang membutuhkan perhatian terpisah. Ini terjadi dalam kajian ‘Pandangan dari Garis Depan’ 2008-9 yang diadakan oleh Global Network of Civil Society Organizations for Disaster Reduction (Jaringan Global Organisasi Masyarakat Sipil untuk Pengurangan Bencana).17 Mendung namun hujan rintik ... Pandangan dari Garis Depan: Perspektif lokal atas pelaksanaan Hyogo Framework for Action (Teddington: Jaringan Global untuk Organisasi Masyarakat Sipil untuk Pengurangan Bencana, 2009) www.globalnetwork-dr.org 17
29
Tidak terdapat elemen gender yang spesifik dalam Karakteristik, namun tersirat dalam keseluruhan kerangka kerja: sebagai contoh, dalam Karakteristik yang terkait dengan partisipasi, akuntabilitas, kearifan lokal, budaya dan sikap, kesejahteraan, serta perlindungan sosial. Ini adalah ilustrasi lain dari kebutuhan organisasi yang menggunakan Karakteristik untuk mencegah pendekatan ‘daftar periksa’ dan justru menggunakan sumber daya sebagai titik awal dalam mengidentifikasi dan mendiskusikan isu-isu yang relevan. Komentar lain yang disampaikan selama uji lapangan adalah bahwa Karakteristik membuat pemisahan artifisial yang sesungguhnya antara data dan pengkajian bahaya/risiko di satu sisi, serta data dan pengkajian kerentanan/kapasitas dan dampak di sisi lain: lihat Area Tematik 2 (Penilaian Risiko), Komponen Ketahananan 1 dan 2 (Data dan Penilaian Bahaya/Risiko, Data dan Penilaian Kerentanan/Kapasitas dan Dampak). Dalam praktik, seringkali terjadi tumpang tindih antara beragam jenis penilaian ini dan terdapat banyak cara untuk menjalankannya yang mungkin lebih atau kurang terbuka terhadap beragam dimensi risiko dan kerentanan. Pemisahan dalam Karakteristik tidak dimaksudkan untuk menjadikannya sebagai pekerjaan yang berbeda dan terpisah namun untuk memastikan bahwa semua aspek yang relevan dari bahaya, risiko, dan kerentanan manusia dipertimbangkan bersama-sama dalam perencanaan PRB dan ketahananan. (c) Desain proyek: memilih indikator Meskipun secara konseptual atau sesekali secara intuitif kami memahami kerentanan dan ketahananan, namun seringkali menemui kesulitan untuk merinci, dan dalam hal ini, kesulitan terletak pada pengukuran.18 Karakteristik yang dimuat dalam tabel bukan merupakan indikator proyek konvensional. Karakteristik tersebut memaparkan kondisi ideal ketahananan dalam pengertian yang relatif umum, di mana proyek individual akan membutuhkan indikator mereka sendiri yang spesifik dan lebih rinci mengenai pencapaian berkelanjutan pada tahapan yang tepat, poin keputusan, dan penyesuaian dalam siklus proyek.19 Karakteristik harus dilihat sebagai papan penunjuk jalan untuk pengembangan indikator, yang mendeskripsikan sifat-sifat atau elemen-elemen yang berkontribusi bagi ketahananan masyarakat. Karakteristik selanjutnya harus diterjemahkan ke dalam indikator yang terukur. Hal ini penting untuk dipahami. Hubungan antara Karakteristik dengan indikator konvensional tidak bersifat baku: • Sebagian Karakteristik setara dengan indikator dampak atau hasil yang digunakan dalam evaluasi proyek karena mencerminkan kondisi akhir sebagai hasil dari intervensi PRB. • Karakteristik lain lebih dekat kepada indikator output karena mengindikasikan aktivitas atau langkah PRB yang lengkap yang telah disusun guna mencapai dampak/hasil berupa ketahananan. • Beberapa lainnya setara dengan indikator proses yang mengukur implementasi aktivitas proyek sebagai perolehan proyek. Organisasi dan proyek bisa memilih untuk menyusun ulang sejumlah Karakteristik dengan cara ini untuk desain proyek dan kerangka kerja logis, serta M&E yang lebih umum. Kotak 10 (Mengubah Karakteristik menjadi indikator) disusun berdasarkan panduan Oxfam GB untuk membantu staf proyek dalam mengembangkan indikator terukur. Sebagian besar lembaga telah menggunakan Karakteristik untuk menginformasikan desain proyek serta pemilihan indikator untuk kerangka kerja logis dan berbasis hasil. Secara tipikal, Karakteristik individual dipilih dan dimodifikasi menjadi indikator. Seringkali indikator lebih umum yang dikembangkan oleh sebuah proyek disaring dengan menghubungkan dengan Karakteristik tertentu. Cutter S et al. 2008, Kelentingan Masyarakat dan Regional: Perspektif dari Manajemen Bahaya, Bencana dan Keadaan Darurat ctives (Inisiatif Kelentingan Masyarakat dan Regional) p.7 19 Pedoman UN ISDR dan UN OCHA mengenai Indikator PRB menjelaskan indikator-indikator dan pemilihan indikator secara rinci (UN ISDR 2008; UN ISDR/ UN OCHA 2008. Pedoman ADPC mengenai manajemen risiko bencana berbasis masyarakat berisi informasi yang bermanfaat mengenai indikator PRB pada tingkat masyarakat (ADPC 2006). Lihat bagian 5 (Bacaan lebih lanjut) 18
Ini akan menjadi proses pengambilan keputusan yang cermat, di mana, pada awalnya, Karakteristik ditelaah untuk mengidentifikasi dan memilih potensi indikator yang relevan serta kemudian diubah dan diamandemen jika perlu agar menjadi indikator yang akurat sebagaimana dibutuhkan proyek. Ini seringkali membutuhkan diskusi ekstensif oleh para pemangku kepentingan proyek. Selama uji lapangan, referensi kepada Karakteristik membantu mengidentifikasi kesenjangan dan kelemahan dalam desain proyek, sekaligus mendorong proyek agar berfokus kepada sasaran yang realistis dan dapat dicapai. Dalam praktik, proses mungkin melibatkan sejumlah kuantifikasi sehingga dapat ditetapkan sasaran proyek yang terukur (misalnya jumlah bentuk pelatihan tertentu yang akan diadakan selama periode proyek dan jumlah peserta, tanggal VCA atau penilaian risiko dilaksanakan atau dimutakhirkan, jumlah struktur penadahan hujan yang akan dibangun). (Lihat juga kotak 11: Karakteristik/indikator: Kuantitatif atau kualitatif? ) Pemilihan dan revisi indikator dapat dilakukan pada waktu yang lain selama siklus proyek, jika indikator yang ada tidak memadai untuk menangkap apa yang dikerjakan proyek, atau tidak dapat membaca isu-isu yang muncul selama implementasi dan harus ditangani dalam proyek. Proses tidak akan berlangsung datar karena proyek menginginkan hasil pada berbagai tingkatan yang berbeda – misalnya pada tingkat rumah tangga, kelompok/masyarakat, dan tingkat pemerintah lokal. Buku Karakteristik ditujukan untuk analisis tingkat masyarakat. Sejumlah elemen mungkin relevan dengan tingkatan lain namun pemilihan dan adaptasi Karakteristik akan lebih rumit. (d) Telaah dan evaluasi Salah satu manfaat utama Karakteristik adalah untuk melakukan telaah dan evaluasi proyek. Umpan balik yang diperoleh sangat positif. Karakteristik umumnya digunakan untuk membingkai proses telaah proyek, dengan satu atau dua cara (yang pertama lebih umum). 1. Penelaah/evaluator memilih Karakteristik Masyarakat Tahan Bencana yang relevan sebagai indikator aktivitas atau pencapaian area PRB tertentu yang ditangani proyek. Ini akan memberikan kriteria yang lebih lengkap atau lebih jelas yang dapat digunakan untuk mengevaluasi perkembangan, bahkan meskipun Karakteristik sendiri sudah bersifat deskriptif.
Sebagai contoh, dalam evaluasi proyek jangka menengah Tearfund di India, salah satu indikator kesuksesan proyek yang ada adalah: 80% masyarakat sasaran dengan komite dan tim relawan yang berfungsi. Tiga Karakteristik relevan digunakan dalam evaluasi untuk membantu menilai hal ini: • ‘kepemimpinan masyarakat yang berkomitmen, efektif, dan akuntabel dalam perencanaan dan implementasi PRB’ (Area Tematik 1, Karakteristik 1.5); • kapasitas masyarakat untuk memberikan bantuan tanggap darurat yang efektif dan tepat waktu: misalnya pencarian dan penyelamatan, pertolongan pertama/bantuan medis, pengkajian kebutuhan dan kerugian, distribusi bantuan, penampungan darurat, dukungan psikologis, pembersihan jalan’ (Area Tematik 5, Karakteristik 5.1); • ‘tingkat kerelawanan masyarakat yang tinggi dalam semua aspek kesiapsiagaan, tanggap, dan pemulihan, yang mewakili semua bagian dari masyarakat’ (Area Tematik 5, Karakteristik 6.4).
Meskipun jelas lebih baik menggunakan Karakteristik untuk memilih indikator pada tahap desain proyek, untuk memastikan konsistensi selama siklus proyek, tidak berarti bahwa Karakteristik tidak dapat diperkenalkan pada tahap yang lebih jauh – faktanya, sebagian besar aplikasi evaluasi/penelaahan hingga saat ini bersifat retrospektif. Tidak perlu menunggu jadwal evaluasi formal untuk melihat proyek dengan sudut pandang baru melalui lensa Karakteristik: ini dapat dilakukan setiap saat selama proyek sebagai bagian dari pemantauan yang berkelanjutan. 31
Namun demikian, pemantauan dan evaluasi bisa menjadi sulit jika indikator dan hirarki indikator diubah seiring perkembangan proyek. Lebih jauh lagi, donor mengharapkan laporan menggunakan indikator asli. Mengubah indikator atau menambah indikator baru mungkin akan membingungkan pekerja proyek, mitra, dan masyarakat sehingga setiap perubahan harus dipikirkan dengan cermat. Selama percontohan Karakteristik, beberapa lembaga menemukan kesulitan mengenai cara mengaplikasikannya ke dalam proyek yang sedang berlangsung dengan kerangka kerja indikator yang telah mapan (dalam bentuk kerangka kerja logis atau berbasis hasil). Solusi untuk permasalahan ini tampaknya adalah menggunakan Karakteristik bukan untuk menggantikan indikator yang ada tetapi untuk menyaring dengan membuat lebih jelas, lebih eksplisit, atau lebih rinci. Tidak banyak pengalaman mengenai hal ini, hingga saat ini, namun contoh dari Christian Aid dalam Studi Kasus 6 (Menggunakan Karakteristik untuk telaah dan evaluasi) memperlihatkan bagaimana karakteristik bekerja. 2. Pendekatan kedua melihat proyek dari arah lain. Pendekatan ini ‘memetakan’ semua aktivitas dan pencapaian proyek berdasarkan kerangka kerja Karakteristik, tidak hanya sebagai ukuran keberhasilan namun juga pemahaman mengenai kesenjangan dan keterbatasan dalam cakupan PRB. Ini dapat dilakukan sebagai pekerjaan sekali habis atau sebagai tambahan atas evaluasi atau telaah yang tengah berjalan
Pendekatan sejenis akan sangat membantu untuk memberikan ikhtisar yang sistematis mengenai hal yang sedang dilakukan dan hal yang dibutuhkan serta pekerjaan yang dapat dilaksanakan dengan cepat. Pendekatan tersebut juga dapat menstimulasi diskusi mengenai prioritas dan tingkat perkembangan. Sebagai contoh, ketika Oxfam mengaplikasikan ‘lensa’ Karakteristik untuk temuan sebuah telaah atas Program Lembah Sungai yang dilaksanakan di Gaibandha, Bangladesh, hal tersebut dilakukan guna membuka ruang untuk diskusi dengan tim negara dan regional organisasi mengenai kekuatan, kelemahan, ancaman, dan peluang yang terkait dengan program.
Meskipun demikian, mereka yang menggunakan Karakteristik dengan cara ini harus menyadari bahwa mungkin akan mengecewakan mereka yang terkait karena tidak mungkin sebuah proyek atau program bisa menangani semua komponen kunci ketahananan. Beberapa staf lokal dan mitra mungkin merasa ini sifatnya mengancam jika tampak mengekspos jurang yang luas dalam pencakupan PRB, atau dalam basis bukti, dan sebagai akibatnya dapat menimbulkan sikap yang defensif. Aplikasi dengan cara ini harus ditangani secara sensitif – mungkin lebih baik menjalankan pekerjaan sebagai telaah tim, di mana isu dapat diperdebatkan dan diselesaikan, ketimbang menyerahkan sepenuhnya kepada pertimbangan penelaah eksternal. Seringkali akan lebih tepat mengaplikasikan metode untuk menelaah aktivitas semua lembaga yang bekerja pada masyarakat atau distrik tertentu, dibanding hanya satu lembaga tunggal.
Dalam M&E, sebagaimana dalam aplikasi lain, Karakteristik dapat dan harus disesuaikan agar cocok dengan beragam kebutuhan dan konteks. Setiap proyek berbeda. Harus ada proses seleksi guna memungkinkan fokus pada Komponen Ketahananan serta Karakteristik Masyarakat Tahan Bencana yang paling sesuai dengan proyek beserta kondisi operasinya. Mungkin perlu juga dipilih Karakteristik relevan kunci untuk mengukur perkembangan, atau untuk menggunakan Komponen Ketahananan sebagai kerangka kerja yang lebih luas untuk mengimbangi hasil-hasil proyek. Mungkin tidak perlu atau praktis untuk setiap anggota tim evaluasi untuk mengenal semua rincian, namun ketua tim dan mereka yang memilih indikator kunci mungkin perlu mempelajari Karakteristik secara menyeluruh sebagai bagian dari proses seleksi tersebut. 4.4.3 Penelitian Riset secara potensial adalah aplikasi penting dari kerangka kerja Karakteristik. Kajian riset tidak mungkin disandarkan kepada Karakteristik semata; Karakteristik akan menjadi salah satu dari
dari beberapa sumber daya, kerangka kerja, dan konsep yang digunakan oleh periset untuk mendesain proyek mereka dan mengarahkan pertanyaan mereka. Telah disusun beberapa proposal riset dan diadakan beberapa proyek riset menggunakan Karakteristik untuk memahami serangkaian isu, meliputi: akuntabilitas dalam manajemen risiko banjir, menilai ketahananan dalam masyarakat pegunungan (berfokus kepada kearifan lokal mengenai risiko dan praktik lingkungan berkelestarian, adopsi praktik PRB dan keragaman penghidupan serta akses kepada sumber daya alam), penanganan lokal risiko bencana, dan strategi penanggulangan psikologis individu serta kelompok. (Lihat juga kotak 12: Meriset pembangunan ketahananan) Christian Aid telah mengaplikasikan Karakteristik secara ekstensif sebagai peranti pembingkaian konseptual untuk analisis dan pengembangan studi kasus masyarakat rentan: Studi Kasus 7 (Menggunakan Karakteristik untuk pengumpulan data dan riset) menguraikan proses yang diadopsi. Temuan riset umumnya terkait dengan proyek namun seringkali muncul isu-isu yang jauh lebih signifikan (misalnya, riset di Malawi menunjukkan hubungan antara NGO, struktur kekuasaan, dan VCA, menyatakan bahwa pengaruh struktur kekuasaan lokal pada proses VCA dapat merusak hasil yang telah mereka peroleh, dengan implikasi serius untuk mengarahkan perencanaan proyek dan akuntabilitas manajemen proyek).20 4.4.4 Advokasi Karakteristik mendukung advokasi dengan menyediakan basis bukti (membantu mengidentifikasi kerentanan dan kapasitas, mengindikasikan area prioritas untuk intervensi dan mendemonstrasikan dampak langkah-langkah PRB) dan menstimulasi diskusi serta kemitraan. Sebagian NGO membuktikan Karakteristik Lingkungan Kondusif sebagai piranti yang membantu dalam kerja advokasi mereka, khususnya dalam mengembangkan agenda ‘pengarusutamaan’ PRB pada tingkat level guna melengkapi kerja akar rumput mereka (lihat kotak 13: Mempertalikan ketahananan masyarakat dengan Lingkungan Kondusif). Karena Karakteristik Lingkungan Kondusif cenderung bersifat umum maka harus dipertajam guna menciptakan sasaran advokasi yang lebih fokus (misalnya memperoleh undang-undang PRB khusus yang disahkan oleh parlemen). Namun demikian, bagian kerangka kerja ini telah membantu organisasi masyarakat sipil untuk mengajukan pertanyaan spesifik mengenai pemerintah lokal terkait ketahananan dan PRB, dan karenanya memungkinkan mereka untuk terlibat dalam diskusi kebijakan dengan pejabat pemerintah. Lingkungan Kondusif juga mencakup beragam tingkatan, lokal, nasional, dan internasional. Prakarsa advokasi harus mengidentifikasi tujuan mereka pada tiap tingkatan dan memikirkan cara menghubungkannya. BAGIAN 5: BACAAN LANJUTAN Daftar ini berisi sumber-sumber penting terpilih yang tersedia luas (sebagian besar online). Kerangka Kerja Aksi Hyogo dan Indikator PRB PBB • Global Network of Civil Society Organizations for Disaster Reduction 2009, Clouds but little rain .. Views from the Frontline: A local perspective of progress towards implementation of the Hyogo Framework for Action (Teddington: Global Network of Civil Society Organizations for Disaster Reduction) www.globalnetwork-dr.org • situs web UN ISDR Hyogo Framework for Action, http://www.unisdr.org/eng/hfa/hfa.htm • UN ISDR 2008, Indicators of Progress: Guidance on Measuring the Reduction of Disaster Risks and the Implementation of the Hyogo Framework for Action (Geneva: UN International Strategy for Disaster Reduction) www.unisdr.org Penya JL, Nyrongo J 2008, ‘Siapa Yang Mengendalikan Pembangunan? LSM, Akuntabilitas dan Kekuasaan di Pedesaan Malawi’ (London: Christian Aid, makalah yang tidak dipublikasikan). 20
33
• UN ISDR/UN OCHA 2008, Disaster Preparedness for Effective Response: Guidance and Indicator Package for Implementing Priority Five of the Hyogo Framework (Geneva: UN International Strategy for Disaster Reduction/UN Office for Coordination of Humanitarian Affairs) www.preventionweb. net Karakteristik dan aplikasinya: • Liebmann M, Pavanello S 2007, ‘A critical review of the Knowledge and Education Indicators of Community-Level Disaster Risk Reduction’ (London: Aon Benfield UCL Hazard Research Centre, laporan yang tidak dipublikasikan) www.proventionconsortium.org/?pageid=90 dan www.abuhrc. org/research/dsm/Pages/project_view.aspx?project=13 • Twigg J 2009, Identifying Partnership Needs and Opportunities (London: Aon Benfield UCL Hazard Research Centre, Disaster Studies Working Paper 18) www.abuhrc.org • Lihat pula studi kasus dan dokumen lain pada laman web Karakteristik: www.proventionconsortium. org/?pageid=90 atau www.abuhrc.org/research/dsm/Pages/project_view.aspx?project=13 Panduan Indikator PRB dan Ketahananan lain • ADPC 2006, Critical Guidelines: Community-based Disaster Risk Management (Bangkok: Asian Disaster Preparedness Center) www.adpc.net • Benson C, Twigg J 2007 (with T Rossetto), Tools for Mainstreaming Disaster Risk Reduction: Guidance Notes for Development Organizations (Geneva: ProVention Consortium) www. proventionconsortium.org/mainstreaming_tools • Benson C, Twigg J 2004, ‘Measuring Mitigation’: Methodologies for assessing natural hazard risks and the net benefits of mitigation: a scoping study (Geneva: ProVention Consortium) www. proventionconsortium.org/mainstreaming_tools • Centre for Community Enterprise 2000, The Community Resilience Manual: a resource for rural recovery and renewal (Port Alberni, BC: Centre for Community Enterprise) www.cedworks.com) • IOTWS 2007, How Resilient is Your Coastal Community? A guide for evaluating coastal community resilience to tsunamis and other hazards (Bangkok: US Indian Ocean Tsunami Warning System Program) www.iotws.org • LaTrobe S, Davis I 2005, Mainstreaming disaster risk reduction: a tool for development organizations (Teddington: Tearfund) http://tilz.tearfund.org • McEntire DA 2000, ‘Sustainability or invulnerable development? Proposals for the current shift in paradigms’. Australian Journal of Emergency Management 15(1): 58-61. • ProVention Consortium 2006, Risk Reduction Indicators. TRIAMS Working Paper (Geneva: ProVention Consortium) www.proventionconsortium.org/themes/default/pdfs/TRIAMS_full_paper. pdf • Tearfund undated, CEDRA: Climate Change and Environmental Degradation Risk and Adaptation Assessment. An environmental field tool for agencies working in developing countries (Teddington: Tearfund) http://tilz.tearfund.org • Williamson L, Connor H 2008, Vulnerability – Adaptation – Energy Resilience (VAR): Indicators and methodology to identify adaptation projects that reinforce energy systems resilience (Paris: Helio International) www.helio-international.org PRB dan adaptasi perubahan iklim • Disasters, Vol. 30, No. 1, March 2006 (special issue on ‘Natural Disasters and Climate Change’). • Ensor J, Berger R, 2009, Understanding Climate Change Adaptation: Lessons from communitybased approaches (Rugby: Practical Action Publishing). • Pasteur K, 2010 (in press), From Vulnerability to Resilience (V2R): Guidelines for Analysis and Action to Build Community Resilience (Rugby: Practical Action Publishing) http://www.practicalaction.org/ • Venton P, La Trobe S, 2008, Linking climate change adaptation and disaster risk reduction (Teddington: Tearfund) www.tearfund.org/webdocs/Website/Campaigning/CCA_and_DRR_web. pdf
PRB berbasis lokal dan masyarakat • ADPC 2006, Critical Guidelines: Community-based Disaster Risk Management (Bangkok: Asian Disaster Preparedness Center) www.adpc.net • Twigg J 2004, Disaster risk reduction: Mitigation and preparedness in development and emergency programming (London: Overseas Development Institute, Humanitarian Practice Network, Good Practice Review No. 9) www.odihpn.org • UN ISDR/UNDP 2007, Building Disaster Resilient Communities: Good Practices and Lessons Learned (Geneva: UNISDR/UNDP) www.unisdr.org Ketahananan dan masyarakat Tahan bencana • Buckle P, Marsh G, Smale S 2000, ‘New approaches to assessing vulnerability and resilience.’ Australian Journal of Emergency Management 15(2) 8-14. • Cutter S et al. 2008, ‘A place-based model for understanding community resilience to natural disasters’. Global Environmental Change 18: 598-606. • Cutter S et al. 2008, Community and Regional Resilience: Perspectives from Hazards, Disasters and Emergency Management (Community and Regional Resilience Initiative) www.resilientus.org • Geis DE 2000, ‘By Design: the Disaster Resistant and Quality-of-Life Community’. Natural Hazards Review 1(3): 151-160. • Godschalk DR 2003, ‘Urban Hazard Mitigation: Creating Resilient Cities’. Natural Hazards Review 4(3) 136-143. • IFRC 2004, World Disasters Report 2004: Focus on community resilience (Geneva: IFRC), pp. 11-35. • Learning for Sustainability website, www.learningforsustainability.net (Community Resilience and Adaptation page) • McEntire DA 2005, ‘Why vulnerability matters. Exploring the merit of an inclusive disaster reduction concept’. Disaster Prevention and Management 14(2) 206-222. • Manyena SB 2006, ‘The concept of resilience revisited’. Disasters 30(4): 433-450. • Sapirstein G 2006, ‘Social Resilience: The Forgotten Dimension of Disaster Risk Reduction’. Jamba 1(1) 54-63. Masyarakat dan PRB • Buckle P 1998/9, ‘Re-defining community and vulnerability in the context of emergency management’. Australian Journal of Emergency Management 13(4) 21-26. • Enders J 2001, ‘Measuring community awareness and preparedness for emergencies’. Australian Journal of Emergency Management 16(3): 52-58. • IFRC 2004, World Disasters Report 2004: Focus on community resilience (Geneva: IFRC), pp. 27-31. • Marsh G, Buckle P 2001, ‘Community: the concept of community in the risk and emergency management context’. Australian Journal of Emergency Management 16(1): 5-7.
35
BAGIAN 6: TABEL KARAKTERISTIK AREA TEMATIK 1: TATA KELOLA PEMERINTAHAN Komponen Ketahanan: 1. Kebijakan, perencanaan, prioritas, dan komitmen politik PRB 2. Sistem hukum dan regulasi 3. Integrasi dengan kebijakan dan perencanaan pembangunan 4. Integrasi dengan respon dan pemulihan kedaruratan 5. Mekanisme, kapasitas dan struktur kelembagaan; alokasi tanggung jawab 6. Kemitraan 7. Akuntabilitas dan partisipasi masyarakat KOMPONEN KETAHANAN 1. Kebijakan, perencanaan, prioritas, dan komitmen politik PRB
2. Sistem hukum dan regulasi
1
KARAKTERISTIK MASYARAKAT TAHAN BENCANA 1.1. Visi bersama mengenai sebuah masyarakat yang siaga dan tahan bencana. 1.2. Konsensus mengenai risiko yang dihadapi, pendekatan manajemen risiko, tindakan spesifik untuk dilakukan, dan target untuk dicapai.1 1.3. Visi dan rencana PRB berbasis pemahaman sebab-sebab utama kerentanan serta faktor lain di luar kontrol masyarakat. 1.4. Masyarakat menggunakan perspektif jangka panjang, berfokus kepada hasil dan dampak PRB. 1.5. Kepemimpinan masyarakat yang berkomitmen, efektif, dan akuntabel dalam perencanaan dan implementasi PRB 1.6. Rencana PRB (dan kesiapsigaan bencana) masyarakat, dikembangkan melalui proses partisipatif, dioperasikan, dan dimutakhirkan secara periodik. 2.1. Masyarakat memahamai legislasi, regulasi, dan prosedur terkait berikut peran penting masingmasing. 2.2. Masyarakat sadar akan hakhak mereka dan kewajiban hukum pemerintah serta pemangku kepentingan lain untuk memberikan perlindungan.
Termasuk kesepakatan mengenai tingkat risiko yang dapat ditolerir
KARAKTERISTIK LINGKUNGAN KONDUSIF • Konsensus politik mengenai peran penting PRB. • PRB menjadi prioritas kebijakan pada semua tingkatan pemerintahan. • Kebijakan, strategi, dan implementasi rencana, dengan visi, prioritas, target dan tolok ukur yang jelas. • Ada kebijakan, strategi, dan rencana implementasi PRB pemerintah lokal. • Kebijakan dan strategi resmi (nasional dan lokal) untuk mendukung community-based disaster risk management (CBDRM). • Pemahaman mengenai dan dukungan resmi pada tingkat lokal terhadap visi masyarakat. • Legislasi, regulasi, aturan, dan lain-lain yang relevan dan kondusif, yang mengatur dan menopang PRB, baik pada tingkat nasional maupun lokal. • Yurisdiksi dan tanggung jawab PRB pada semua tingkatan yang ditetapkan dalam legislasi, regulasi, aturan, dan lain-lain.
• Sistem hukum dan regulasi yang ditopang dengan jaminan atas hak-hak terkait: keselamatan, bantuan setara, didengar, dan dimintai pendapat. • Regulasi pemanfaatan lahan, aturan pembangunan, serta aturan hukum dan regulasi lain yang berkaitan dengan PRB dan diterapkan pada tingkat lokal. 3. Integrasi dengan kebijakan dan perencanaan pembangunan
3.1. PRB Masyarakat oleh semua pemangku kepentingan lokal dipandang sebagai bagian integral dari rencana dan aksi untuk mencapai tujuan masyarakat yang lebih luas (pengentasan kemiskinan, kualitas hidup)
Poverty Reduction Strategies, laporan-laporan nasional Millenium Development, National Adaptation Plans of Action, bantuan kerangka UNDP, dll
• Pemerintah (pada semua tingkatan) menerapkan pendekatan PRB yang holistik dan terpadu, dalam konteks pembangunan yang lebih luas, dan tertaut dengan perencanaan pembangunan lintas sektor. • PRB diintegrasikan ke dalam atau ditautkan rencana pembangunan nasional lain dan program-program yang didukung donor.2 • Integrasi rutin PRB dalam rencana pembangunan dan kebijakan sektoral (pengentasan kemiskinan, jaminan sosial, pembangunan berkelanjutan, adaptasi perubahan iklim, desertifikasi, manajemen sumber daya alam, kesehatan, pendidikan, dan seterusnya). • Perencanaan pembangunan formal dan proses implementasi yang dibutuhkan untuk mengintegrasikan elemen PRB (analisis risiko dan kerentanan bahaya, rencana mitigasi). • Platform institusional multi sektoral untuk mempromosikan PRB. • Kebijakan, regulasi dan sistem pengambilan keputusan perencanaan
2
37
lokal yang mengakomodasi risiko bencana. 4. Integrasi dengan respon 4.1. Masyarakat dan aktor • Kerangka kerja kebijakan dan pemulihan kedaruratan tingkat lokal lain nasional mewajibkan agar dalam pembangunan PRB diintegrasikan dalam berkelanjutan serta desain dan implementasi pelibatan PRB dalam respon dan pemulihan perencanaan bersama kedaruratan. dengan masyarakat • Tautan kebijakan, serta tim dan struktur perencanaan dan kedaruratan tingkat lokal. operasional antara manajemen kedaruratan, PRB dan struktur pembangunan. • Reduksi risiko diintegrasikan ke dalam rencana dan aksi rekonstruksi pasca-bencana resmi (serta didukung dan diimplementasikan secara internasional) 5. Mekanisme, kapasitas dan 5.1. Organisasi masyarakat • Lingkungan politik, struktur kelembagaan; representatif yang administratif, dan finansial alokasi tanggung jawab didedikasikan untuk PRB/ yang suportif bagi CBDRM DRM. maupun pembangunan 5.2. Kepentingan LSM, CBO berbasis masyarakat. dan masyarakat akan isu • Mandat dan tanggung lain yang memampukan jawab kelembagaan PRB mereka mendukung PRB ditetapkan secara jelas. Ada 3 dan tanggap darurat mekanisme lintas institusi 5.3. Tanggung jawab, sumber atau koordinasi, dengan daya, dan lain-lain, tanggung jawab yang ditetapkan dalam rencana ditetapkan secara jelas. bencana masyarakat. • Titik fokus pada tingkat 5.4. Pemahaman bersama nasional dengan otoritas semua pemangku dan sumber daya untuk kepentingan menyangkut mengoordinasikan semua tanggung jawab, otoritas, badan terkait yang terlibat dan pengambilan dalam manajemen bencana keputusan PRB. dan PRB. 5.5. Dana yang dikelola • Sumber daya manusia, masyarakat dan sumber teknis, material dan finansial daya material lain untuk PRB yang memadai PRB dan pemulihan untuk memenuhi peran bencana. dan tanggung jawab 5.6. Akses kepada pemerintah kelembagaan yang telah serta pembiayaan dan ditetapkan (termasuk alokasi sumber daya lain untuk PRB dan pemulihan. Yaitu organisasi emergen, berektensi atau berekspansi. Organisasi berekspansi diharapkan menjalankan fungsi tambahan saat krisis, yang dilakukan dengan meningkatkan kapasitas atau mengubah struktur organisasi (misalnya Palang Merah lokal mengundang para relawan terlatih untuk membantu staf profesional inti yang berjumlah sedikit). Organisasi berekstensi tidak diharapkan merespon bencana tetapi selama bencana ia mampu menjalankan tugas-tugas non reguler (misalnya perusahaan konstruksi membersihkan puing untuk membantu operasi penyelamatan). Organisasi emergen tidak ada sebelum peristiwa bencana namun dibentuk sebagai respon terhadap bencana (misalnya kelompok SAR spontan). Lihat Webb GR 1999, Individual and Organisational Response to Natural Disasters and other Crisis Events: the continuing value of the DRC typology (University of Delaware, Disaster Research Center, Preliminary Paper #277), http://dspace.udel.edu:8080/dspace/handle/19716/662 3
6. Kemitraan
• anggaran khusus untuk PRB pada tingkat nasional dan lokal). • Devolusi tanggung jawab (dan sumber daya) untuk perencanaan dan implementasi PRB pada tingkat lokal dan masyarakat, sejauh memungkinkan, ditopang dengan penyediaan keterampilan spesialis serta sumber daya untuk mendukung pengambilan keputusan lokal, perencanaan dan manajemen bencana. • Layanan penyuluhan masyarakat yang komit dan efektif (PRB dan layanan terkait, misalnya layanan kesehatan). 6.1. Pemangku kepentingan • PRB diidentifikasi sebagai lokal berkomitmen tanggung jawab semua terhadap kemitraan sektor masyarakat (publik, masyarakat asli (dengan privat , sipil), dengan prinsip kolaborasi mekanisme lintas sektor dan terbuka dan bersama, koordinasi yang tepat. tingkat kepercayaan yang • Partisipasi dan kemitraan tinggi) lintas sektoral jangka 6.2. Kemitraan PRB yang panjang masyarakat sipil, jelas, disepakati, dan LSM, sektor swasta dan stabil antara kelompok masyarakat untuk PRB dan pemangku kepentingan tanggap darurat. lokal dan organisasi • Pertautan dengan institusi (masyarakat dan CBO regional dan global serta dengan otoritas lokal, prakarsa PRB mereka. LSM, bisnis, dan lainlain). 6.3. Proses-proses didorong oleh masyarakat (didukung oleh lembaga eksternal). 6.4. Kapasitas dan antusiasme lokal untuk mempromosikan PRB dan mendorong aktivitas (melalui kemitraan aktor eksternal masyarakat). 6.5. Masyarakat dan kelompok/ organisasi lokal memiliki kapasitas untuk merekrut, melatih 39
7. Akuntabilitas dan partisipasi masyarakat
6.5. Masyarakat dan kelompok/ organisasi lokal memiliki kapasitas untuk merekrut, melatih, mendukung dan memotivasi relawan masyarakat untuk PRB dan bekerjasama untuk itu. 7.1. Struktur PRB yang telah didelegasikan akan mendorong partisipasi masyarakat. 7.2. Akses terhadap informasi menyangkut rencana pemerintah lokal, struktur dan lain-lain. 7.3. Kepercayaan dalam masyarakat dan antara masyarakat dengan lembaga eksternal. 7.4. Kapasitas untuk menggugat dan melobi lembaga eksternal menyangkut rencana, prioritas, aksi PRB yang mungkin berdampak terhadap risiko. 7.5. Sistem Monitoring dan Evaluasi (M&E) partisipatif untuk menilai ketahanan dan kemajuan dalam PRB. 7.6. Inklusi/representasi kelompok rentan dalam pengambilan keputusan masyarakat dan manajemen PRB. 7.7. Tingkat kerelawanan yang tinggi dalam aktivitas PRB
• Hak asasi orang secara formal diakui oleh pemerintah nasional dan lokal (serta organisasi masyarakat sipil): atas keselamatan, reduksi kerentanan setara dan bantuan kemanusiaan, untuk didengarkan dan diminta pendapat (termasuk tanggung jawab untuk menjamin hak-hak ini jika perlu). • Kendali mutu atau mekanisme audit efektif untuk struktur resmi, sistem dan lain-lain, yang ada dan diterapkan. • Sistem demokratis tata kelola pemerintahan yang mengharuskan pengambil keputusan untuk bertanggung jawab. • Pemerintah berkonsultasi dengan masyarakat sipil, LSM, sektor swasta, dan masyarakat. • Partisipasi populer dalam pengembangan dan implementasi kebijakan. • Tuntutan masyarakat akan aksi untuk mengurangi risiko bencana. • Eksistensi kelompok pengawas atau watchdog untuk menuntut perubahan.
AREA TEMATIK 2: ASESMEN RISIKO Komponen ketahanan: 1. Data dan asesmen bahaya/risiko 2. Data dan asesmen kerentanan/kapasitas dan dampak 3. Kapasitas serta inovasi ilmiah dan teknis KOMPONEN KETAHANAN 1. Data dan pengkajian bahaya/risiko
KARAKTERISTIK MASYARAKAT TAHAN BENCANA 1.1. Diadakan pengkajian bahaya/risiko masyarakat yang mem-berikan gambaran komprehensif mengenai semua bahaya dan risiko yang membayangi masyarakat (juga risiko potensial). 1.2. Pengkajian bahaya/ risiko merupakan sebuah proses partisipatif yang melibatkan semua bagian masyarakat dan sumber keahlian. 1.3. Temuan pengkajian dibuka, didiskusikan, dipahami dan disepakati oleh semua pemangku kepentingan dan diteruskan ke dalam perencanaan bencana masyarakat. 1.4. Temuan dibuka untuk semua pihak yang berkepentingan (di dalam dan di luar masyarakat, pada tingkat lokal maupun yang lebih tinggi) dan diteruskan ke dalam perencanaan bencana mereka. 1.5. Pemantauan berkelanjutan atas bahaya dan risiko serta pemutakhiran hasil pengkajian. 1.6. Keterampilan dan kapasitas untuk menjalankan pengkajian bahaya dan risiko yang dipelihara dengan dukungan dan pelatihan.
KARAKTERISTIK LINGKUNGAN KONDUSIF • Pengkajian bahaya/risiko dimandatkan dalam kebijakan publik, legislasi, dan lain-lain, dengan standar penyusunan, publikasi, revisi. • Pengkajian bahaya dan risiko bencana sistematis serta berulang yang dijalankan dalam program pembangunan tingkat tinggi. Area-area risiko tinggi diidentifikasi. • Disediakan data dengan kualitas baik mengenai bahaya dan risiko (basis data ilmiah, laporan, resmi dan lain-lain) untuk menunjang pengkajian tingkat lokal. • pengetahuan yang ada dihimpun, disintesiskan dan dibuka secara sistematis (melalui sistem informasi manajemen bencana). • Partisipasi semua lembaga/ pemangku kepentingan terkait dalam pengkajian. • Pemerintah (lokal dan/ atau nasional) dan LSM berkomitmen untuk memberikan dukungan teknis dan dukungan lain bagi pengkajian bahaya/ risiko.
41
2. Data dan pengkajian kerentanan/kapasitas dan dampak
3. Kapasitas dan inovasi ilmiah dan teknis
2.1. Diadakan pengkajian kerentanan dan kapasitas masyarakat (Vulnerability and Capacity Assessment/ VCA) yang memberikan gambaran komprehensif mengenai kerentanan dan kapasitas. 2.2. VCA merupakan proses partisipatif yang melibatkan semua kelompok rentan. 2.3. Temuan pengkajian dibuka, didiskusikan, dan disepakati oleh semua pemangku kepentingan serta diteruskan ke dalam perencanaan bencana masyarakat. 2.4. VCA digunakan untuk membuat garis pedoman pada awal proyek PRB masyarakat. 2.5. Temuan disediakan untuk semua pihak yang berkepentingan (di dalam dan luar masyarakat) serta diteruskan ke dalam perencanaan bencana dan pembangunan mereka. 2.6. Pemantauan berkelanjutan atas bahaya dan risiko serta pemutakhiran pengkajian. 2.7. Keterampilan dan kapasitas untuk menjalankan VCA dipelihara dengan dukungan dan pelatihan. 3.1. Anggota dan organisasi masyarakat diberi pelatihan mengenai bahaya, risiko, dan teknik VCA serta didukung untuk mengadakan pengkajian. 3.2. Menggunakan pengetahuan tradisional dan persepsi lokal mengenai risiko juga pengetahuan ilmiah, data dan metode pengkajian lain.
• VCA dimandatkan dalam kebijakan publik, legislasi, dan lain-lain dengan standar penyusunan, publikasi, revisi. • Indikator kerentanan dan kapasitas dikembangkan serta secara sistematis dipetakan dan dicatat (mencakup semua faktor sosial, ekonomi, fisik dan lingkungan, politik, budaya). • Data dampak bencana dan informasi kehilangan statistik tersedia dan digunakan dalam VCA. • Penggunaan VCA secara sistematis dalam program pembangunan tingkat lebih tinggi. Kelompok rentan dan sebab-sebab kerentanan diidentifikasi. • Pengetahuan yang ada dihimpun, disintesiskan dan dibuka secara sistematis (melalui sistem informasi manajemen bencana). • Partisipasi semua lembaga/ pemangku kepentingan terkait dalam pengkajian. • Pemerintah (lokal dan/ atau nasional) dan LSM berkomitmen untuk memberikan dukungan teknis dan dukungan lain bagi pengkajian bahaya/risiko.
• Kapasitas kelembagaan dan teknis untuk menghimpun dan menganalisa data. • Pengembangan sains dan teknologi yang berkelanjutan; penyebaran data,observasi bumi berbasis ruang angkasa, pemodelan dan peramalan iklim; peringatan dini. • Lembaga eksternal menghargai dan menggunakan pengetahuan tradisional
AREA TEMATIK 3: PENGETAHUAN DAN PENDIDIKAN Komponen ketahanan: 1. Kesadaran publik, pengetahuan dan keterampilan 2. Manajemen dan penyebaran informasi 3. Pendidikan dan pelatihan 4. Budaya, sikap, motivasi 5. Pembelajaran dan riset KOMPONEN KETAHANAN 1. Kesadaran publik, pengetahuan dan keterampilan
KARAKTERISTIK MASYARAKAT TAHAN BENCANA 1.1 Visi bersama mengenai sebuah masyarakat yang siaga dan tahan bencana. 1.2 Keseluruhan masyarakat telah terjangkau/terlibat dalam kampanye kesadaran berkelanjutan yang mengarah pada kebutuhan dan kapasitas masyarakat (misalnya tingkat literasi). 1.3 Pengetahuan masyarakat mengenai bahaya, kerentanan, risiko dan aksi pengurangan risiko memadai untuk tindakan efektif oleh masyarakat (sendiri maupun berkolaborasi dengan pemangku kepentingan lain). 1.4 Kepemilikan (oleh individu dan lintas masyarakat) pengetahuan serta keterampilan teknis dan organisasional yang tepat untuk PRB dan tindakan tanggap pada tingkat lokal (termasuk pengetahuan 1.5. Debat terbuka di tengah masyarakat yang menghasilkan kesepakatan mengenai problem, solusi, prioritas dan lain-lain.
KARAKTERISTIK LINGKUNGAN KONDUSIF • Kesadaran umum publik mengenai, dan pemahaman mengenai risiko bencana serta cara mengelola. • Program peningkatan kesadaran yang tepat dan bervisibilitas tinggi yang didesain dan diimplementasikan pada tingkat nasional, regional dan lokal oleh lembaga-lembaga resmi. • Keterlibatan media dalam mengkomunikasikan risiko dan meningkatkan kesadaran mengenai bencana serta langkahlangkah penanggulangan bencana. • Program komunikasi publik yang melibatkan dialog dengan pemangku kepentingan mengenai risiko bencana dan isu-isu terkait (bukan penyebarluasan informasi searah). • Lembaga eksternal memahami kerentanan masyarakat, kapasitas, risiko, persepsi risiko dan rasionalitas keputusan manajemen risiko; serta mengenali viabilitas pengetahuan dan strategi penanggulangan lokal • Tingkat penyediaan pendidikan, akses, literasi dan lain-lain, memfasilitasi penyebarluasan informasi efektif dan peningkatan kesadaran. 43
2. Manajemen dan penyebaran informasi
3. Pendidikan dan Pelatihan
4
2.1. Informasi mengenai risiko, kerentanan, praktik manajemen bencana dan lain-lain disebarkan kepada mereka yang berisiko. 2.2. Rencana bencana masyarakat dibuka untuk publik dan dipahami secara luas. 2.3. Semua bagian masyarakat mengetahui fasilitas/ layanan/ keterampilan yang tersedia sebelum, selama dan setelah kedaruratan, serta cara mengaksesnya. 2.4. Konten dan metode komunikasi informasi dikembangkan bersama masyarakat (‘komunikasi’ bukan ‘diseminasi informasi’). 2.5. Penggunaan jalur komunikasi adat, tradisional dan informal secara maksimal. 2.6. Dampak materi informasi dan strategi komunikasi dievaluasi.
• Pemerintah (nasional dan lokal) berkomitmen terhadap penyebaran informasi (transparansi) dan dialog dengan masyarakat berkaitan dengan informasi mengenai risiko dan Disaster Risk Management / DRM (Pengelolaan risiko bencana) • Legislasi menetapkan hak masyarakat untuk mengetahui dan memperoleh informasi mengenai risiko yang membayangi. • Pemahaman bersama lembaga eksternal mengenai prinsip, konsep, terminologi, pendekatan alternatif dalam PRB. • Sistem pengumpulan dan penyebaran informasi publik dan privat mengenai bahaya, risiko, sumber daya manajemen bencana (termasuk pusat sumber daya, basis data, situs web, direktori dan inventori, panduan praktik yang baik) ada dan dapat diakses. • Jaringan profesional aktif untuk manajemen risiko bencana (penyebaran informasi ilmiah, teknis dan terapan, pengetahuan tradisional/lokal). 3.1. Sekolah lokal • Penyertaan reduksi memberikan pendidikan bencana dalam pendidikan PRB untuk anak-anak dasar, menengah dan melalui kurikulum dan atas (pengembangan jika perlu, aktivitas kurikulum, penyediaan materi ekstrakurikuler.4 edukasional, pelatihan guru) 3.2. PRB/DRM dan pelatihan nasional. lain membahas prioritas • Pelatihan vokasional yang teridentifikasi khusus dan fasilitas untuk oleh masyarakat dan PRB/DRM tersedia, pada berdasarkan pengkajian berbagai tingkatan dan untuk masyarakat atas risiko, berbagai kelompok, tertaut kerentanan dan problem melalui strategi pelatihan terkait menyeluruh. Sertifikasi 3.3. Anggota masyarakat dan pelatihan. organisasi dilatih dengan • Program pendidikan dan keterampilan terkait untuk pelatihan yang tepat bagi
Asumsi tingkat kehadiran sekolah tinggi, jika tidak, aktivitas penyuluhan.
4. Budaya, sikap, motivasi.
PRB dan kesiapsiagaan bencana (misalnya pengkajian kerentanan risiko-bahaya, perencanaan DRM masyarakat, SAR, PPGD /Pertolongan Pertama pada Kegawatdaruratan, manajemen penampungan darurat, pengkajian kebutuhan, distribusi bantuan, pemadaman kebakaran). 3.4. Rumah tangga dan para pembangun dilatih mengenai konstruksi aman dan teknik retrofitting, serta langkahlangkah praktis lain untuk melindungi rumah dan barang. 3.5. Anggota masyarakat (desa) terampil atau terlatih dengan praktik agrikultur, penggunaan lahan, pengelolaan air dan pengelolaan lingkungan yang tepat. 3.6. Pengalaman masyarakat dalam menanggulangi peristiwa/krisis sebelumnya, atau pengetahuan cara melakukan hal tersebut, digunakan dalam pendidikan dan pelatihan. 4.1. Nilai, aspirasi dan tujuan bersama masyarakat (juga sikap positif terhadap masa depan, komitmen terhadap masyarakat secara keseluruhan, kesepakatan mengenai tujuan masyarakat). 4.2. Sikap dan nilai budaya (misalnya ekspektasi akan bantuan/swadaya, pandangan religius, ideologis) membantu masyarakat untuk beradaptasi dengan dan
perencana dan praktisi lapangan mengenai PRB/DRM dan sektor pembangunan didesain serta diimplementasikan pada tingkat nasional, regional, serta lokal. • Sumber daya pelatihan (teknis, finansial, material, SDM) disediakan oleh pemerintah, layanan kedaruratan, LSM, dan lainlain, guna menunjang PRB tingkat lokal.
• Lingkungan politik, sosial dan budaya yang mendorong kebebasan berpikir dan berekspresi, serta menstimulasi pertanyaan dan debat. • Penerimaan resmi dan publik terhadap prinsip pencegahan: kebutuhan untuk bertindak berdasarkan informasi yang tidak lengkap atau pemahaman untuk mengurangi potensi risiko bencana.
45
5. Pembelajaran dan riset
memulihkan diri dari kejutan dan tekanan. 4.3. Sikap yang matang dan realistis terhadap risiko dan manajemen risiko. 4.4. Kepercayaan yang baik mengenai keselamatan dan kapasitas keandalan diri. 4.5. Kepemilikan (akses terhadap) informasi, sumber daya dan dukungan yang diinginkan/ dibutuhkan untuk memastikan keselamatan. 4.6. Perasaan tanggung jawab personal untuk mempersiapkan diri menghadapi bencana dan mengurangi risiko bencana. 4.7. Perilaku yang lebih aman sebagai hasil dari peningkatan kesadaran. 5.1. Dokumentasi, • Kapasitas riset nasional penggunaan dan adaptasi dan subnasional mengenai pengetahuan teknis dan bahaya, risiko dan studi strategi penanggulangan bencana (dalam institusi tradisional. spesialis atau dalam institusi 5.2. Sistem M&E partisipatif lain) dengan pendanaan untuk menilai ketahanan memadai untuk riset dan kemajuan dalam berkelanjutan. PRB. • Dorongan bagi riset lintas disiplin dan berorientasi kebijakan. • Kerjasama nasional, regional dan internasional dalam pengembangan riset, sains dan teknologi. • Agenda komprehensif bagi riset ilmiah, teknis, kebijakan, perencanaan dan partisipasi dalam PRB.
AREA TEMATIK 4: MANAJEMEN RISIKO DAN PENGURANGAN KERENTANAN Komponen ketahanan: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Manajemen lingkungan dan sumber daya alam Kesehatan dan kesejahteraan Penghidupan berkelanjutan Jaminan sosial Instrumen finansial Jaminan fisik; langkah-langkah struktur dan teknis Rezim perencanaan
KOMPONEN KETAHANAN
KARAKTERISTIK MASYARAKAT TAHAN BENCANA 1. Manajemen lingkungan dan 1.1. Pemahaman masyarakat sumber daya alam mengenai karakteristik serta fungsi lingkungan alam dan ekosistem (misalnya drainase, daerah aliran air, kemiringan dan karakteristik tanah) juga potensi risiko yang terkait dengan fitur alam ini dan intervensi manusia yang memengaruhi. 1.2. Adopsi praktik manajemen lingkungan berkelanjutan yang mengurangi risiko bahaya.5 1.3. Pelestarian keanekaragaman hayati (misalnya melalui bank bibit yang dikelola masyarakat, dengan sistem distribusi yang adil). 1.4. Pelestarian dan penerapan pengetahuan tradisional serta teknologi tepat guna yang terkait dengan manajemen lingkungan. 1.5. Akses terhadap sumber daya properti bersama yang dikelola masyarakat dan bisa menunjang strategi penanggulangan serta penghidupan dalam masa normal juga krisis.
KARAKTERISTIK LINGKUNGAN KONDUSIF • Kebijakan, struktur legislatif dan kelembagaan yang menunjang manajemen ekosistem serta lingkungan berkelanjutan, serta memaksimalkan praktik manajemen sumber daya lingkungan yang membantu PRB. • Tindakan resmi yang efektif untuk mencegah penggunaan lahan yang tidak berkelanjutan dan pendekatan manajemen sumber daya yang meningkatkan risiko bencana. • Hubungan kebijakan dan operasional antara manajemen lingkungan dengan kebijakan dan perencanaan pengurangan risiko. • Kebijakan dan strategi PRB yang terpadu dengan kebijakan dan strategi adaptasi lain. • Terdapat pakar dan tenaga penyuluh pemerintah untuk bekerjasama dengan masyarakat dalam manajemen dan pembaruan lingkungan jangka panjang.
5 Misalnya konservasi tanah dan air, kehutanan berkelanjutan, manajemen lahan basah untuk mengurangi risiko banjir, konservasi bakau sebagai penyangga dari gelombang badai, pemeliharaan pasokan air dan sistem drainase.
47
2. Kesehatan dan kesejahteraan (termasuk modal manusia)
2.1. Kemampuan fisik untuk tenaga kerja dan kualitas kesehatan dipelihara dalam masa normal melalui makanan dan nutrisi yang memadai, higienitas, serta perawatan kesehatan. 2.2. Keamanan dan kebebasan personal tingkat tinggi dari ancaman fisik dan psikologis. 2.3. Keamanan status nutrisi dan pasokan makanan (misalnya melalui cadangan biji-bijian serta makanan pokok lain yang dikelola oleh masyarakat, dengan sistem distribusi yang adil selama krisis pangan). 2.4. Akses terhadap kuantitas dan kualitas air yang memadai untuk kebutuhan domestik selama krisis. 2.5. Kesadaran akan sarana untuk menjaga kesehatan (misalnya higienitas, sanitasi, nutrisi, pengelolaan air) serta langkah-langkah perlindungan jiwa dan kepemilikan keterampilan yang tepat. 2.6. Struktur dan budaya masyarakat menunjang kepercayaan diri serta bisa membantu manajemen konsekuensi psikologis bencana (trauma, post-traumatic stress disorder/PTSD). 2.7. Fasilitas perawatan kesehatan masyarakat dan pekerja kesehatan, dilengkapi dan dilatih untuk merespon konsekuensi kesehatan fisik dan mental dari bencana dan peristiwa
• Struktur kesehatan publik diintegrasikan ke dalam perencanaan bencana dan disiapkan untuk kedaruratan. • Struktur masyarakat diintegrasikan ke dalam sistem kesehatan publik. • Program pendidikan kesehatan mencakup pengetahuan dan keterampilan yang terkait dengan krisis (misalnya sanitasi, higienitas, pengelolaan air). • Kebijakan, komitmen legislatif dan institusional untuk memastikan keamanan pangan melalui intervensi pasar dan non-pasar, dengan struktur dan sistem yang tepat. • Pelibatan pemerintah, sektor swasta, dan organisasi masyarakat sipil dalam perencanaan mitigasi dan manajemen pangan serta krisis kesehatan. • Sistem perencanaan kedaruratan menyediakan penyangga stok pangan, obat-obatan dan lain-lain.
bahaya yang lebih ringan, juga ditunjang dengan akses layanan kesehatan darurat, obat-obatan dan lain-lain. 3. Penghidupan berkelanjutan 3.1. Tingkat aktivitas ekonomi dan lapangan kerja lokal yang tinggi (termasuk dalam kelompok rentan); stabilitas aktivitas ekonomi dan tingkat lapangan kerja. 3.2. Distribusi kesejahteraan dan aset penghidupan yang adil dalam masyarakat. 3.3. Diversifikasi penghidupan (tingkat rumah tangga dan masyarakat), termasuk aktivitas ladang dan nonladang di area pedesaan. 3.4. Lebih sedikit orang yang terlibat dalam aktivitas penghidupan tidak aman (misalnya tambang skala-kecil) atau aktivitas rentan-bahaya (misalnya pertanian tadah hujan di lokasi rawan kekeringan). 3.5. Adopsi praktik pertanian tahan bahaya (misalnya metode konservasi tanah dan air, pola tanam yang diarahkan untuk curah hujan rendah atau berubah-ubah, tanaman tahan-bahaya) untuk keamanan pangan. 3.6. Usaha kecil memiliki rencana perlindungan bisnis dan kontinuitas/ pemulihan. 3.7. Tautan perdagangan dan transportasi lokal dengan pasar produk, tenaga kerja, dan layanan dilindungi dari bahaya dan guncangan eksternal lain. 4. Jaminan sosial (termasuk modal sosial)
• Pembangunan ekonomi yang berkesetaraan: ekonomi yang kuat di mana manfaat dirasakan keseluruhan masyarakat. • Diversifikasi ekonomi nasional dan subnasional untuk mengurangi risiko. • Strategi pengurangan kemiskinan menarget kelompok rentan. • PRB dipandang sebagai bagian integral dari pembangunan ekonomi, terefleksi dalam kebijakan dan implementasi. • Upah yang memadai dan adil, dijamin oleh hukum. • Sistem legislatif menjamin status lahan, kesepakatan sewa yang adil dan akses terhadap sumber daya properti bersama. • Disediakan pembiayaan dan insentif lain untuk mengurangi ketergantungan terhadap aktivitas penghidupan rentan-bahaya. • Kamar dagang serta asosiasi bisnis sejenis mendukung upaya ketahanan usaha kecil.
4.1. Sistem bantuan bersama, • Skema jaminan sosial formal jaringan sosial dan dan jaring pengaman sosial mekanisme bantuan yang yang dapat diakses oleh 49
5. Instrumen finansial (termasuk modal finansial)
menunjang pengurangan pengurangan risiko secara langsung melalui aktivitas PRB yang disasar, secara tidak langsung melalui aktivitas pembangunan sosial ekonomi lain yang mengurangi kerentanan, atau dengan kemampuan mengekstensi aktivitas mereka untuk mengelola kedaruratan ketika timbul.6 4.2. Sistem bantuan bersama yang bekerjasama dengan masyarakat dan struktur formal lain untuk manajemen bencana. 4.3. Akses masyarakat terhadap layanan sosial dasar (termasuk registrasi jaminan sosial dan jaring pengaman). 4.4. Informasi sosial yang mapan dan jalur komunikasi; masyarakat rentan tidak diisolasi. 4.5. Pengetahuan kolektif dan pengalaman manajemen peristiwa sebelumnya (bahaya, krisis). 5.1. Basis aset rumah tangga dan masyarakat (pendapatan, tabungan, properti yang dapat dikonversi) yang cukup besar dan beragam untuk menunjang strategi penanggulangan krisis. 5.2. Ongkos dan risiko bencana ditanggung bersama melalui kepemilikan kolektif aset kelompok/ masyarakat. 5.3. Keberadaan tabungan masyarakat/ kelompok dan skema kredit, dan/ atau akses layanan pembiayaan mikro.
kelompok rentan pada masa normal dan sebagai respon terhadap krisis. • Kebijakan yang koheren, pendekatan kelembagaan dan operasional terhadap jaminan sosial dan jejaring pengaman, memastikan tautan dengan struktur dan pendekatan manajemen risiko bencana lain. • Lembaga eksternal siap menginvestasikan waktu dan sumber daya untuk membangun kemitraan komprehensif dengan kelompok serta organisasi lokal untuk jaminan sosial/ keamanan dan PRB
• Pemerintah dan sektor swasta mendukung langkahlangkah mitigasi finansial7 yang menyasar masyarakat rentan dan berisiko. • Insentif ekonomi untuk aksi PRB (potongan premi asuransi untuk rumah tangga, pembebasan pajak untuk bisnis, dan lain-lain). • Pembiayaan mikro, bantuan kas, kredit (pinjaman lunak), jaminan utang, dan lain-lain yang tersedia pasca bencana untuk memulai kembali penghidupan.
Ini terdiri dari sistem informal (individu, rumah tangga, keluarga, klan, kasta, dan lain-lain) serta lebih banyak kelompok terstruktur (CBO: misalnya komite kesiapsiagaan kedaruratan, kelompok penunjang/ sistem sahabat untuk membantu utamanya masyarakat rentan, komisi pengelola air, lembaga pemakaman, asosiasi perempuan, kelompok iman). 7 Misalnya asuransi/reasuransi, instrumen distribusi risiko untuk infrastruktur publik dan aset privat seperti dana malapetaka dan jaminan atas bencana, kredit dan pembiayaan mikro, dana masyarakat bergulir, dana sosial. 6
5.4. Akses masyarakat terhadap asuransi terjangkau (jiwa, rumah, dan properti lain) melalui pasar asuransi atau institusi pembiayaan mikro. 5.5. Dana bencana masyarakat untuk mengimplementasi-kan aktivitas PRB, respon, dan pemulihan. 5.6. Akses terhadap transfer dan kiriman uang dari rumah tangga dan anggota masyarakat yang bekerja di kawasan atau negara lain. 6. Jaminan fisik: langkahlangkah struktural dan teknis (termasuk modal fisik)
6.1. Perencanaan dan keputusan masyarakat menyangkut lingkungan yang dibangun memperhatikan risiko bahaya alam (termasuk potensi peningkatan risiko melalui interferensi dengan sistem ekologis, hidrologis dan geologis) serta kerentanan berbagai kelompok. 6.2. Keamanan kepemilikan lahan/ hak sewa. Tingkat tunawisma dan tunalahan yang rendah/minimal. 6.3. Lokasi aman: anggota masyarakat dan fasilitas (rumah, tempat kerja, fasilitas publik dan sosial) tidak terpapar bahaya pada area berisiko tinggi dalam lokalitas dan/atau direlokasi jauh dari tempat tidak aman. 6.4. Langkah-langkah mitigasi struktural (tanggul, jalur diversi banjir, tangki penampungan air, dan lain-lain) untuk melindungi dari ancaman bahaya besar, dibangun dengan tenaga, keterampilan,
• Kesesuaian dengan standar internasional bangunan, desain, perencanaan, dan lain-lain. Aturan pembangunan dan regulasi perencanaan penggunaan lahan memperhatikan bahaya dan risiko bencana. • Kesesuaian semua bangunan dan infrastruktur publik dengan aturan dan standar. • Ketentuan bagi semua pemilik sistem infrastruktur publik dan swasta untuk menjalankan pengkajian bahaya dan kerentanan. • Perlindungan fasilitas dan infrastruktur pu blik kritis melalui retrofitting dan pembangunan ulang, utamanya di area risiko tinggi. • Keamanan akses terhadap kesehatan publik dan fasilitas kedaruratan lain (lokal dan lebih jauh) diintegrasikan ke dalam perencanaan pencegahan bencana. • Sistem hukum dan regulasi melindungi kepemilikan lahan dan hak sewa, serta hak akses publik. 51
material lokal, serta • Pemeliharaan struktur teknologi tepat guna kendali bahaya reguler. sejauh memungkinkan. • Pendekatan ‘perangkat 6.5. Pengetahuan dan keras’ terhadap mitigasi pemberlakuan aturan/ bencana ditunjang dengan regulasi bangunan bagi ‘perangkat lunak’ dimensi seluruh masyarakat. pendidikan, pelatihan 6.6. Adopsi konstruksi tahan keterampilan, dan lain-lain. bahaya serta praktik • Sistem hukum, regulasi pemeliharaan rumah dan kebijakan ekonomi dan fasilitas masyarakat mengenali dan merespon dengan tenaga, risiko yang timbul dari pola keterampilan, material kepadatan dan pergerakan lokal serta teknologi tepat populasi. guna sejauh mungkin. 6.7. Kapasitas dan keterampilan masyarakat untuk membangun, retrofit, dan memelihara struktur (teknis dan organisasional) 6.8. Adopsi langkah-langkah fisik untuk melindungi properti domestik (misalnya permukaan internal yang ditinggikan sebagai langkah mitigasi banjir, kompor portabel) serta aset produktif (misalnya kandang hewan ternak). 6.9. Adopsi langkah protektif jangka pendek dari peristiwa yang akan datang (misalnya perlindungan kedaruratan pintu dan jendela dari angin topan). 6.10. Infrastruktur dan fasilitas publik untuk mendukung kebutuhan manajemen kedaruratan (misalnya penampungan, evakuasi aman dan rute pasokan kedaruratan). 6.11. Fasilitas tahan dan mudah diakses (misalnya pusat kesehatan, rumah sakit, polisi dan pemadam kebakaran – dalam hal ketahanan struktural, sistem
7. Rezim perencanaan
cadangan, dan lain-lain. 6.12.Infrastruktur transportasi/ layanan dan koneksi yang kuat (jalan, jembatan, pasokan air, sanitasi, jaringan listrik, komunikasi dan lain-lain). 6.13. Transportasi milik lokal atau yang tersedia sudah memadai untuk kebutuhan darurat (misalnya evakuasi, pasokan), paling tidak dalam peristiwa bencana musiman; kapasitas reparasi transportasi dalam masyarakat. 7.1. Pengambilan keputusan oleh masyarakat mengenai penggunaan dan manajemen lahan memperhatikan risiko bahaya dan kerentanan (termasuk zonasi mikro yang diterapkan dalam izin/ larangan penggunaan lahan. 7.2. Rencana bencana lokal (masyarakat) diintegrasikan ke dalam perencanaan pembangunan dan penggunaan lahan dari pemerintah.
• Kesesuaian dengan standar perencanaan internasional. • Regulasi perencanaan penggunaan lahan memperhatikan risiko bahaya dan bencana. • Rezim inspeksi dan penegakan yang efektif. • Aplikasi penggunaan lahan, rencana dan skema pembangunan urban dan regional berbasis pengkajian bahaya dan risiko serta mengintegrasikan PRB yang tepat.
53
AREA TEMATIK 5: KESIAPSIAGAAN DAN RESPON BENCANA Komponen ketahanan: 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Kapasitas organisasi dan koordinasi Sistem peringatan dini Kesiapsiagaan dan rencana kontingensi Sumber daya dan infrastruktur kedaruratan Respon dan pemulihan kedaruratan Partisipasi, kerelawanan, akuntabilitas
KOMPONEN KARAKTERISTIK MASYARAKAT KETAHANAN TAHAN BENCANA 1. Kapasitas organisasi 1.1. Kapasitas respon/ disaster dan koordinasi preparedness (DP)/ kesiapsiagaan bencana lokal lokal dan masyarakat (sendiri atau dengan kemitraan bersama lembaga eksternal). 1.2. Struktur organisasi lokal untuk respon DP/kedaruratan (misalnya kesiapsiagaan bencana komisi evakuasi).8 1.3. Organisasi DP/respon dikelola oleh masyarakat dan representatif. 1.4. Peran dan tanggung jawab organisasi DP/respon serta anggota masing-masing ditetapkan secara jelas, disepakati dan dipahami. 1.5. Fasilitas kedaruratan (perlengkapan komunikasi, penampungan, pusat kendali dan lain-lain) tersedia dan dikelola oleh masyarakat atau organisasi masyarakat atas nama seluruh anggota masyarakat. 1.6. Jumlah personil organisasi dan anggota masyarakat terlatih memadai untuk menjalankan tugas terkait (misalnya komunikasi, SAR, PPGD, distribusi bantuan). 1.7. Pelatihan reguler (kursus penyegaran dan keterampilan baru) disediakan oleh/untuk organisasi lokal; latihan praktik reguler, latihan skenario, dan lain-lain. 1.8. Mekanisme koordinasi dan pengambilan keputusan ditetapkan dan disepakati
KARAKTERISTIK LINGKUNGAN KONDUSIF • Kebijakan dan kerangka kerja kelembagaan nasional dan lokal mengakui sertamenghargai DP lokal dan masyarakat sebagai bagian integral dari sistemkesiapsiagaan dan respon nasional. • Struktur, peran dan mandat pemerintah serta aktor pemerintah dalam DP dan respon ditetapkan dan disepakati, pada semua level, dan berdasarkan koordinasi bukan pendekatan perintah dan kendali. • Perencanaan kedaruratan dan tanggung jawab respon serta kapasitas didelegasikan kepada level lokal sedapat mungkin. • Dialog, koordinasi dan pertukaran informasi berkelanjutan (vertikal dan horisontal) antara manajer bencana dan sektor pembangunan pada semua tingkat. • Kapasitas manajemen bencana nasional dan lokal (teknis, institusional, finansial) memadai untuk mendukung aktivitas DP/ respon tingkat masyarakat. • Anggaran yang memadai untuk aktivitas DP disertakan dan diinstitusionalisasikan sebagai bagian dari perencanaan DP pada pada semua tingkatan.
Ini mungkin kelompok yang dibentuk khusus untuk tujuan ini, atau kelompok yang telah ada yang dibentuk untuk kepentingan lain namun mampu menjalankan peran kesiapsiagaan bencana (disaster Preparedness-DP/respon) 8
2. Sistem peringatan dini
antara organisasi masyarakat dan pakar teknis eksternal, otoritas lokal, LSM, dan lain-lain. 1.9. Mekanisme koordinasi dan pengambilan keputusan ditetapkan dan disepakati dengan masyarakat/lokalitas sekitar serta organisasi masing-masing 2.1. EWS/Early Warning System = Sistem Peringatan Dini berbasis masyarakat dan berpusat manusia pada tingkat lokal. 2.2. EWS mampu mencapai keseluruhan masyarakat (via radio, TV, telepon dan teknologi komunikasi lain, serta via mekanisme peringatan dini (early warning = EW) masyarakat seperti jaringan relawan). 2.3. Pesan EW disampaikan dengan tepat sehingga dipahami oleh seluruh lapisan masyarakat. 2.4. EWS memberikan rincian lokal peristiwa dan memperhatikan kondisi lokal. 2.5. EWS didasarkan kepada pengetahuan masyarakat mengenai bahaya dan risiko terkait, sinyal peringatan berikut artinya, serta tindakan yang harus dilakukan ketika peringatan dikeluarkan. 2.6. Organisasi DP/respon masyarakat mampu bertindak berdasarkan pesan EW dan memobilisasi masyarakat untuk aksi. 2.7. Kepercayaan masyarakat kepada EWS dan organisasi yang menyediakan EW. 2.8. Ada sumber daya teknis (perlengkapan pemantauan dan komunikasi) dengan sistem dan personil terlatih untuk pemeliharaan dan operasi.
• Dana untuk memperkuat kapasitas dan aktivitas pemangku kepentingan masyarakat sipil aktif dalam DP.
• Ada EWS nasional dan regional yang efisien, melibatkan semua tingkatan semua tingkatan pemerintahan dan masyarakat sipil, berdasarkan informasi ilmiah yang andal, pengetahuan risiko, mengkomunikasikan dan menyebarluaskan peringatan serta kapasitas respon masyarakat. • Komunikasi serta koordinasi vertikal dan horizontal antara semua pemangku kepentingan EW dengan peran dan tanggung jawab yang ditetapkan secara jelas dan disepakati. • Pemerintah lokal disertakan dalam semua perencanaan dan pelatihan juga diakui sebagai pemangku kepentingan utama dalam EWS. • Masyarakat dan pemangku kepentingan masyarakat sipil lain menjadi partisipan aktif dalam semua aspek pembangunan, operasi, pelatihan dan pengujian EWS. • Media massa menjadi bagian dari EWS, tidak bertindak sendiri. • EWS tertaut dengan DP dan lembaga respon. • EWS ditopang dengan kampanye kesadaran publik yang lebih luas
55
3. Kesiapsiagaan dan rencana kontingensi
3.1. Ada sebuah DP masyarakat atau rencana kontingensi untuk semua risiko besar.10 3.2. Rencana DP/kontingensi dikembangkan melalui metode partisipatif, dan dipahami serta didukung oleh semua anggota masyarakat. 3.3. Rencana dikoordinasikan dengan rencana kedaruratan resmi serta kompatibel dengan rencana lembagalembaga lain. 3.4. Peran dan tanggung jawab aktor lokal dan eksternal ditetapkan, dipahami, dan disepakati – serta tepat. 3.5. Proses perencanaan membangun konsensus dan memperkuat hubungan serta mekanisme koordinasi antar berbagai pemangku kepentingan. 3.6. Tautan (formal/informal) dengan ahli teknis, otoritas lokal, LSM dan lain-lain untuk membantu perencanaan dan pelatihan masyarakat. 3.7. Rencana diuji secara reguler melalui misalnya latihan masyarakat atau latihan simulasi. 3.8. Rencana ditelaah dan dimutakhirkan secara reguler oleh seluruh pemangku kepentingan terkait. 3.9. Rumah tangga dan keluarga mengembangkan rencana DP sendiri dalam konteks rencana masyarakat. 3.10. Bisnis lokal mengembangkan rencana kontinuitas dan pemulihan sendiri dalam konteks rencana masyarakat. 3.11.Rencana kontingensi didukung dengan.
• Ada rencana kesiapsiagaan bencana nasional yang secara politik didukung/ disetujui dan secara jelas diartikulasikan serta disebarluaskan pada semua tingkatan; bagian dari rencana manajemenbencana terpadu dengan segala kebijakan, prosedur, peran, tanggung jawab dan pendanaan yang mapan. • Peran dan tanggung jawab setiap aktor, negara maupun non-negara ditetapkan secara jelas untuk setiap skenario bencana dan telah disebarluaskan. • Organisasi masyarakat sipil berpartisipasi dalam pengembangan dan penyebarluasan rencana kesiapsiagaan nasional dan lokal; peran dan tanggung jawab aktor masyarakat sipil ditetapkan secara jelas. • Perencanaan masyarakat dipandang sebagai elemen utama dalam keseluruhan rencana dan diintegrasikan. • Tersedia sumber daya untuk mendukung tindakan yang dibutuhkan menurut identifikasi rencana tingkat masyarakat. • Semua rencana kontingensi didasarkan kepada pengkajian yang mendalam mengenai bahaya dan risiko serta identifikasi area risiko tinggi di dalam negeri. Ada rencana kontingensi yang telah dikembangkan dan diuji untuk semua skenario bencana besar dalam semua area risiko tinggi.
Lihat pula Tabel 2: Kajian Risiko Istilah DP atau rencana kontingensi digunakan secara luas di sini untuk mengakomodasi semua bentuk rencana persiapan dan merespon bencana serta kedaruratan. Diasumsikan bahwa rencana, seperti semua rencana DP/kontingensi yang baik, memiliki tujuan yang dinyatakan secara jelas, menyebutkan urutan sistematis aktivitas secara logis dan jelas, menetapkan tugas dan tanggung jawab yang rinci, praktis dan didasarkan kepada parameter realistis (fokus tepat, tingkat kerincian, format untuk kebutuhan dan kapasitas lokal), digerakkan oleh proses (tidak melebihkan peran penting rencana tertulis) dan berorientasi aksi. Untuk pedoman lebih rinci mengenai kesiapsiagaan dan rencana kontingensi, lihat UN OCHA 2007, Disaster Preparedness for Effective Response: Implementing Priority Five of the Hyogo Framework for Action (Geneva: Office for the Coordination of Humanitarian Affairs); Choularton R 2007, Contingency planning and humanitarian action: a review of practice (London: Humanitarian Practice Network, Network Paper 59).
9
10
4. Sumber daya dan infrastruktur kedaruratan
11
pemahaman mengenai • Pelatihan, simulasi dan ketentuan dan fasilitas latihan evaluasi dilaksanakan perencanaan lokal yang lebih dengan partisipasi semua luas. lembaga pemerintah dan non-pemerintah. • Isu-isu lintas sektoral seperti gender, partisipasi masyarakat dan lingkungan disertakan dalam semua rencana kontingensi. • Layanan kedaruratan dan fasilitas kritis lokal mengembangkan rencana kontingensi sendiri, dikoordinasikan dengan rencana masyarakat. 4.1. Organisasi masyarakat • Layanan kedaruratan lokal mampu mengelola krisis dan (fasilitas, struktur, staf dan bencana, sendiri dan/atau lain-lain) mampu mengelola dalam kemitraan dengan krisis dan bencana, sendiri organisasi lain. dan/ atau dalam kemitraan 4.2. Rute evakuasi aman bersama organisasi lain. diidentifikasi dan dipelihara, • Layanan kedaruratan tingkat diketahui oleh anggota tinggi dengan struktur, masyarakat. kapasitas, fasilitas dan 4.3. Penampungan darurat prosedur yang memampukan (dibangun atau dimodifikasi); mereka untuk mendukung dapat diakses masyarakat aksi tingkat lokal secara (jarak, rute evakuasi aman, efektif. tanpa larangan masuk) dan • Dana dan stok kontingensi dengan fasilitas memadai darurat yang bisa disediakan untuk semua populasi dengan cepat kepada yang terdampak. membutuhkan dengan 4.4. Penampungan darurat untuk prosedur pengeluaran yang ternak. mapan. 4.5. Rute akses dan infrastruktur • Kesepakatan yang telah komunikasi yang aman untuk disusun sebelumnya dan layanan kedaruratan dan ditandatangani dengan pekerja bantuan. lembaga donor untuk akses 4.6. Sistem komunikasi dua arah pembiayaan atau pinjaman yang didesain untuk berfungsi pada tingkat internasional saat krisis. atau regional sebagai bagian 4.7. Pasokan darurat (stok dari rencana kedaruratan penyangga), dikelola oleh dan pemulihan. masyarakat sendiri atau dalam kemitraan dengan organisasi lokal lain (termasuk bank biji-bijian/ benih). 4.8. Dana kontingensi darurat yang dikelola masyarakat.11
Ini bisa menjadi bagian atau terpisah dari tabungan lain dan kredit atau prakarsa pembiayaan mikro.
57
5. Respon dan pemulihan kedaruratan
12
Termasuk rencana transmigrasi
5.1. Kapasitas masyarakat untuk memberikan layanan respon kedaruratan yang efektif dan tepat waktu: misalnya SAR, PPGD/ bantuan medis, pengkajian kebutuhan dan kerugian, distribusi bantuan, penampungan darurat, dukungan psikososial, pembersihan jalan. 5.2. Masyarakat dan lembaga lokal lain menjalankan peran utama dalam mengoordinasikan respon dan pemulihan. 5.3. Aksi respon dan pemulihan menjangkau semua anggota masyarakat terdampak dan diprioritaskan sesuai kebutuhan. 5.4. Dukungan psikososial masyarakat dan mekanisme konseling. 5.5. Pengetahuan masyarakat mengenai cara memperoleh bantuan dan dukungan lain untuk pemulihan. 5.6. Kepercayaan masyarakat mengenai efektivitas, kesetaraan, dan imparsialitas lembaga serta aksi bantuan dan pemulihan. 5.7. Perencanaan12 pemulihan yang digerakan masyarakat/ secara lokal serta implementasi rencana yang menautkan aspek sosial, fisik, ekonomi dan lingkungan serta didasarkan kepada utilisasi kapasitas dan sumber daya lokal secara maksimal. 5.8. Peran, tanggung jawab dan koordinasi aktivitas pemulihan yang telah disepakati (melibatkan pemangku kepentingan lokal dan eksternal). 5.9. Integrasi PRB ke dalam rencana pemulihan masyarakat dan lokal.
• Perlindungan sipil dan organisasi ketahanan, LSM dan jaringan relawan mampu merespon peristiwa secara efektif dan tepat waktu, sesuai dengan rencana koordinasi yang telah disepakati bersama organisasi lokal dan masyarakat. • Kapasitas untuk memulihkan sistem kritis dan infrastruktur (misalnya transportasi, listrik dan komunikasi, fasilitas kesehatan publik) serta prosedur aksi yang disepakati. • Program dukungan untuk pemulihan berfokus penghidupan (misalnya tunai untuk kerja, penggantian aset produktif, pinjaman darurat atau modal awal). • Sumber daya (manusia, institusional, material, finansial) tersedia untuk rekonstruksi dan pemulihan jangka panjang. • Bantuan pemerintah dan sumber daya pemulihan diinventaris; informasi mengenai sumber daya dan cara memperolehnya disediakan bagi masyarakat berisiko dan terdampak bencana. • Lembaga resmi bersedia dan mampu menjamin keselamatan publik setelah bencana dan melindungi kelompok paling rentan. • Ada atau dapat dikembangkan rencana kontinuitas dan pemulihan resmi, didukung dengan sistem dan kapasitas yang tepat. • Kerangka kerja kebijakan nasional mengharuskan integrasi PRB ke dalam desain dan implementasi respon dan pemulihan.
• PRB ‘diarusutamakan’ ke dalam perencanaan dan praktik pemulihan organisasi terkait. 6. Partisipasi, kerelawanan, akuntabilitas
13
6.1. Kepemimpinan lokal pengembangan dan pelaksanaan rencana kontingensi, respon, pemulihan. 6.2. Partisipasi seluruh masyarakat dalam pengembangan dan pelaksanaan kontingensi, respon, rencana pemulihan; ‘kepemilikan’ masyarakat akan struktur rencana dan implementasi. 6.3. Kepercayaan masyarakat yang baik terhadap EW dan sistem kedaruratan serta kemampuan sendiri untuk melakukan tindakan efektif dalam sebuah bencana. 6.4. Tingkat kerelawanan masyarakat yang tinggi dalam semua aspek kesiapsiagaan, respon, dan pemulihan; representasi semua bagian dari masyarakat. 6.5. Kelompok relawan terorganisir diintegrasikan dalam struktur perencanaan masyarakat, lokal dan supralokal. 6.6. Struktur formal DP/respon masyarakat mampu mengadaptasi kedatangan kelompok relawan spontan (dari dalam maupun luar masyarakat) dan mengintegrasikannya dalam respon dan pemulihan. 6.7. Swa-bantu dan kelompok pendukung untuk kelompok paling rentan (misalnya manula, penyandang cacat). 6.8. Mekanisme bagi kelompok terdampak-bencana untuk mengekspresikan pandangan mereka, untuk belajar dan berbagi pelajaran dari peristiwa.
Misalnya HAP Principles of Accountability, Sphere, Red Cross Code of Conduct.
• Pengakuan oleh responden darurat eksternal dan lokal akan hak untuk memperoleh bantuan layak setelah bencana, untuk berpartisipasi dalam perencanaan pemulihan bencana dan memperoleh perlindungan dari kekerasan (ditetapkan dalam legislasi). • Prinsip-prinsip hak dan akuntabilitas dalam respon dan pemulihan darurat13 yang diterima secara internasional, disepakati dan diadopsi oleh otoritas nasional, pemerintah lokal, organisasi masyarakat sipil, serta pemangku kepentingan lain. • Instrumen hukum memandatkan tindakan tertentu oleh organisasi publik dalam respon kedaruratan dan pemulihan bencana. • Mekanisme partisipasi untuk memastikan semua pemangku kepentingan yang terlibat dalam pengembangan semua komponen perencanaan dan operasi manajemen bencana pada semua tingkatan. • Pemerintah lokal dan lembaga lain telah merencanakan koordinasi kelompok relawan emergen. • Pengkajian mandiri atas kapasitas dan mekanisme DP diadakan dan ditindaklanjuti. • Mekanisme efektif dan transparan untuk memantau dan mengevaluasi DP dan respon.
59
KOTAK Kotak 1: Prakarsa indikator PRB lain Dalam beberapa tahun belakangan, sejumlah organisasi telah mengembangkan kerangka kerja dan indikator ketahanan atau PRB untuk menunjang program dalam berbagai konteks. Mengingat sebagian besar dari prakarsa ini berjalan pada saat bersamaan, ada kesempatan untuk berbagi informasi dan memperdebatkan gagasan, serta memastikan bahwa berbagai keluaran tersebut saling melengkapi satu sama lain jika memungkinkan. Dua lembaga PBB telah mengembangkan perangkat indikator PRB tingkat nasional, berdasarkan Hyogo Framework for Action (Karakteristik berupaya untuk melengkapi ini pada tingkat lokal): • UN International Strategy for Disaster Reduction (UN ISDR) telah membuat pedoman indikator untuk prioritas 1-4 dari Hyogo Framework (UN ISDR 2008). • UN Office for Co-ordination of Humanitarian Affairs (UN OCHA) telah mengembangkan indikatorindikator untuk prioritas 5 dari Hyogo Framework (UN ISDR/UN OCHA 2008). Prakarsa terakhir atau baru lain untuk kerangka kerja dan indikator PRB serta ketahanan mencakup: • Manual US Indian Ocean Tsunami Warning System Program untuk evaluasi ketahanan masyarakat pesisir terhadap bahaya, ditujukan untuk mendukung dan melengkapi perencanaan pembangunan masyarakat dan manajemen pesisir (IOTWS 2007). • Manual Helio International untuk menilai ketahanan sistem energi pada tingkat nasional (Williamson and Connor 2008). Lihat Bagian 5 (Bacaan lanjutan) untuk rincian serta pedoman PRB dan indikator ketahanan lain.
Kotak 2: Mengintegrasikan PRB dan Adaptasi Perubahan Iklim (API) Sejumlah lembaga pengembangan dan bencana sedang menggali cara mengonseptualisasikan, menjelaskan dan memvisualisasikan agar PRB dan API bisa bersinggungan dan bertautan satu sama lain. Banyak cara untuk melakukan hal ini. Namun demikian tidak ada satu model penjelasan tunggal. Di sini diberikan tiga contoh, dalam bentuk tabel dan diagram yang diambil dari lapangan oleh anggota Kelompok Antar Lembaga yang mengawasi proyek Karakteristik. Ketiga contoh merepresentasikan pekerjaan dalam berbagai tahapan perkembangan.
De
g
ngan ingku
Pen gur an
ga
n
Ri s
• Pengembalaan yang terkelola
an nc
Struktur pembendung air • (bendungan, kolam)
• Pengelolaan hutan yang berkelanjutan
Be
Ad
si
ra d
L as i
iko
ap ta
Contoh 1. Tearfund menggunakan diagram Venn untuk menunjukkan irisan antara PRB, API, dan bentuk lain adaptasi terhadap degradasi lingkungan. Diagram di bawah ini memuat contohcontoh jenis respon yang mungkin dibutuhkan dalam tiap area. Ini merupakan ilustrasi bagi praktisi akar rumput bahwa pilihan-pilihan aktivitas pengembangan tertentu dapat menunjang kelestarian lingkungan, mengurangi kerentanan bencana, dan membantu adaptasi perubahan iklim.
a
• Pengelolaan limbah air yang berkelanjutan
• Lubang resapan (dengan rumput)
Pondasi sumur yang ditinggikan •
• Pupuk dan pestisida organik Pengelolaan ukuran ternak •
• Drainase air banjir • Pengurangan penggunaan bahan kimia
• Mata pencaharian alternatif • Penadah air hujan
• Pengelolaan sumber air • Kompor hemat bahan bakar
• Perbaikan metode bertani
Tanaman tahan • kekeringan
• Reboisasi • Setoran biji tanaman
Penanaman mangrove • Setoran biji gandum •
• Batu bata tanah liat
• Sumber energi baru- tenaga surya, angin, air
• Efisiensi bahan bakar
Ada ptasi perubahan iklim
Sumber: Tearfund 61
Contoh 2. Model Vulnerability to Resilience (V2R) dari Practical Action mengidentifikasi tautan antara penghidupan, tata kelola pemerintahan, ketidakpastian masa depan/ tren jangka panjang (termasuk perubahan iklim) serta bahaya dan tekanan. Dari sini dapat dikembangkan sebuah pendekatan terpadu terhadap ketahanan.
Lingkungan pemerintahan
Kecenderungan jangka panjang, termasuk perubahan iklim • Memperdalam pemahaman akan kecenderungan (masa depan)dan dampak lokal • Memastikan akses terhadap informasi yang sesuai dan tepat waktu • Membangun kepercayaan diri dan fleksibilitas dalam mempelajari dan bereksperimen untuk mengadaptasi dengan ketidakpastian
Kerangka kerja Kerentanan menuju ke Ketangguhan
Mata Pencaharian Keanekaragaman
• Memperkuat pengorganisasian dan suara masyarakat • Mendukung akses terhadap dan pengelolaan yang berkelanjutan aset-aset produksi • Mendukung akses terhadap ketrampilan dan teknologi • Memperbaiki akses terhadap pasar dan lapangan pekerjaan • Menjamin kondisi hidup yang aman
Ancaman dan bahaya
Ketangguhan
• Membangun kapasitas untuk menganalisa ancaman dan bahaya (termasuk dampak perubahan iklim) • Memperbaiki pencegahan dan perlindungan ancaman bencana • Meningkatkan peringatan dini dan kesadaran • Membuat rencana kontijensi dan darurat
• Kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan • Kemampuan untuk mengelola ancaman bencana • Kemampuan untuk mendapatkan makanan yang cukup • Kemampuan untuk keluar dari kemiskinan
Kesiapsiagaan bencana
Lingkungan pemerintahan
Kecenderungan jangka panjang, termasuk perubahan iklim • Pembuatan keputusan yang didesentralisasi dan partisipatoris • Memperkuat hubungan antara pemerintah lokal, kabupaten dan nasional • Mendukung pendekatan terintegrasi untuk mata pencaharian, bencana dan perubahan iklim
Sumber: Pasteur K, 2010 (in press), From Vulnerability to Resilience (V2R): A Framework for Analysis and Action to Build Community Resilience (Rugby: Practical Action Publishing): http://www. practicalaction.org/
Contoh 3. Christian Aid, Institute of Development Studies dan Plan International sedang bekerja mencari cara untuk membuat PRB lebih responsif terhadap perubahan iklim ekstrim. Mereka menghipotesakan sebuah transisi dari pendekatan PRB ‘peka-iklim’ konvensional menuju pendekatan ‘cerdas-iklim’ dengan penekanan berbeda, yang dinyatakan dalam tabel di bawah ini. PRB Peka Iklim PRB Cerdas Iklim Secara proaktif mengelola risiko, dengan fokus Secara proaktif mengelola risiko, untuk fokus dominan pada risiko intensif. kepada risiko intensif dan ekstensif. Mempertimbangkan pemicu utama kerentanan, Mempertimbangkan pemicu utama kerentanan, terutama sebab akar sosial, politik, lingkungan terutama sosial, politik, ekonomi, lingkungan, dan ekonomi. serta sebab-sebab akar yang terkait dengan perubahan iklim. Sistem didesain untuk meningkatkan keandalan peramalan kemungkinan dampak Sistem mengadopsi perspektif yang lebih sebagian besar bahaya (bahaya terkait iklim fleksibel, berjangka lebih lama, mengenali sebagai subset). perubahan dalam risiko dan ketidakpastian yang berkaitan dengan perubahan iklim Mengambil tindakan berdasarkan pengalaman ekstrim. frekuensi dan besarnya peristiwa sebelumnya (dari sumber ilmiah maupun tradisional). Mengambil tindakan berdasarkan informasi perubahan iklim ekstrim yang lebih baik dan Mempertimbangkan kerentanan lalu dan kini. berdasarkan pengalaman tren bahaya historis (baik dari sumber ilmiah maupun tradisional). Sebagian besar bertanggung jawab terhadap standar kemanusiaan. Mempertimbangkan kerentanan lalu, kini dan kemudian, mengenali perubahan samar terkait Membangun kapasitas kelompok target untuk iklim dapat secara signifikan meningkatkan mengelola risiko berdasarkan pengalaman dan kerentanan masyarakat ke depan. peramalan rentang pendek yang lebih baik. Sebagian besar bertanggung jawab terhadap Tidak mempertimbangkan kemungkinan standar pembangunan dan lingkungan. kontribusi intervensi terhadap perubahan iklim (misalnya sumber material dalam pemulihan/ Membangun kapasitas kelompok target rekonstruksi) untuk mengelola risiko yang berubah-ubah dan ketidakpastikan yang berkaitan dengan ramalan terkait iklim rentang panjang. Menilai dan cenderung kepada intervensi yang tidak berkontribusi terhadap problem perubahan iklim. Sumber: Strengthening Climate Resilience Project http://community.eldis.org/scr Kotak 3: Menciptakan proses ketahanan yang berhasil Prakarsa terbaru Kanada untuk mendukung ketahanan sosial ekonomi masyarakat mengidentifikasi enam ‘perilaku’ yang mengkarakterisasi masyarakat yang berhasil atau tangguh. Pada dasarnya kesemuanya berkaitan dengan proses membangun ketahanan, yang melibatkan negosiasi, kemitraan dan pengambilan keputusan: 63
• Mereka menerapkan pendekatan multifungsi untuk menciptakan sistem pembangunan berkelanjutan (ekonomi, ekologi, politik dan sosial) dalam masyarakat; • Melalui perencanaan strategis atau upaya lain, mereka memaksimalkan penggunaan waktu dan sumber daya yang terbatas dalam area-area yang akan menghasilkan manfaat keseluruhan terbesar; • Mereka mengembangkan rencana-rencana yang menggabungkan tujuan sosial dan ekonomi serta membangun kapasitas lokal; • Mereka mampu memobilisasi sektor-sektor utama masyarakat di samping prioritas-prioritas; • Mereka memfokuskan energi untuk memobilisasi aset internal (baik finansial maupun sumber daya manusia) seraya juga memanfaatkan sumber daya luar untuk mencapai tujuan; • Mereka telah membentuk masa kritis organisasi koperasi untuk mengimplementasikan dan mengevaluasi prakarsa berbasis lokal. Sumber: The Community Resilience Manual: a resource for rural recovery and renewal (Port Alberni, BC: Centre for Community Enterprise, 2009, www.cedworks.com). Kotak 4: Bekerja dengan kawula muda Sebuah konsultan yang bekerja mencari cara untuk mengaplikasikan Karakteristik ke dalam pekerjaan PRB Plan International bersama anak-anak dan remaja mengusulkan proses berikut untuk dapat mendefinisikan masyarakat tahan lebih baik dari perspektif masyarakat: • Bekerja dalam kelompok anak/remaja dan kelompok dewasa yang terpisah – kaji manfaat pemisahan berdasarkan gender. • Mulai dengan sebuah diskusi terbuka (curah pendapat) mengenai sebuah Area Tematik tunggal, yang dipilih untuk relevansi lokal. ‘Curah pendapat’ ini dapat dilakukan dengan cara berbeda termasuk gambar, permainan peran, visualisasi. • Kemudian selidiki lebih lanjut menggunakan Komponen Ketahanan – lagi, berdasarkan relevansi lokal. • Dukung anak-anak/remaja lokal untuk memikirkan indikator yang tepat – ini membutuhkan dukungan dari fasilitator namun tidak hanya mungkin tetapi juga memberdayakan. • Pikirkan sebuah proses yang tepat secara lokal untuk berbagi hasil (Staf PRB Plan di Bangladesh mengajak anak-anak untuk membuat gambar masyarakat tahan bencana dan kemudian memperlihatkan gambar kepada orang dewasa untuk melihat persetujuan mereka). Ini bisa lebih terpadu sejak awal – sebuah proses pengembangan bersama. • Komunikasikan temuan – misalnya sebuah lukisan dinding (bisa di atas bahan/kanvas sehingga portabel) yang menggambarkan masyarakat tahan bencana mereka; teater, konser, dan lain-lain – sesuai dengan budaya dan lokasi. Kotak 5: Mengadaptasi Karakteristik ke dalam konteks lokal Marinduque Council for Environmental Concerns (MACEC), yang berbasis di pulau Marinduque, lepas pantai daratan Luzon di Philipina, menggunakan Karakteristik dalam perencanaan pekerjaan pengembangan masyarakat mereka. Secara khusus, mereka bermaksud mengembangkan intervensi yang memperkuat ketahanan masyarakat dengan mengintegrasikan PRB dan API. Untuk membantu mengidentifikasi dan menganalisis peluang mengintegrasikan pekerjaan, MACEC mengadaptasi Karakteristik tingkat masyarakat tunggal dari sebuah Masyarakat Tahan Bencana di samping Karakteristik Lingkungan Kondusif agar lebih sesuai dengan konteks tempat bekerja. Berikut ini adalah salah satu ilustrasi dari sini, berkaitan dengan Komponen Ketahanan dalam Area Tematik 1 (Tata Kelola Pemerintahan). Teks yang biasa bersumber dari nota pedoman Karakteristik asli. Teks bercetak miring adalah terjemahan MACEC dalam pekerjaan mereka, dengan fokus kepada Lingkungan Kondusif.
Area Tematik 1: Tata Kelola Pemerintahan Komponen Ketahanan 3: Integrasi dengan kebijakan dan perencanaan pembangunan Karakteristik Masyarakat Tahan Bencana 3.1: PRB masyarakat dipandang oleh semua pemangku kepentingan lokal sebagai bagian integral dari rencana dan aksi untuk mencapai tujuan masyarakat yang lebih luas (misalnya pengentasan kemiskinan, kualitas hidup). MACEC menghubungkan signifikansi PRB dan API dengan Millennium Development Goals, Philipine Medium Term Development Plan, 10 Point Agenda Pemerintah, Provincial Vision, dan Development Framework Plan. Karakteristik Lingkungan Kondusif • Pemerintah (semua tingkatan) menerapkan pendekatan yang holistik dan terpadu terhadap PRB, dalam konteks pengembangan yang lebih luas dan tertaut dengan rencana pembangunan lintas sektor. • PRB diintegrasikan ke dalam atau ditautkan dengan rencana pembangunan nasional lain serta program negara yang didukung donor. • Integrasi rutin PRB ke dalam perencanaan pembangunan dan kebijakan sektoral (pengentasan kemiskinan, jaminan sosial, pembangunan berkelanjutan, adaptasi perubahan iklim, desertifikasi, manajemen sumber daya alam, kesehatan, pendidikan, dan lain-lain). • Perencanaan pembangunan formal dan proses implementasi harus mengintegrasikan elemenelemen PRB (misalnya analisis bahaya, kerentanan dan risiko, rencana mitigasi). • Platform institusional multisektoral untuk menunjang PRB. • Kebijakan perencanaan lokal, regulasi dan sistem pengambilan keputusan mempertimbangkan risiko bencana. Belajar dari pengalaman yang dibagi oleh National Economic and Development Authority mengenai pengintegrasian elemen PRB ke dalam pembangunan formal dan proses perencanaan, MACEC berupaya menggunakan pendekatan yang sama pada tingkat lokal dan berfokus untuk mengintegrasikan PRB dan API dalam perencanaan dan proses anggaran tingkat desa. Secara khusus, MACEC memfokuskan upaya mereka untuk mengintegrasikan PRB dan adaptasi ke dalam Rencana Pembangunan Barangay (desa) dan Rencana Investasi Tahunan 119 Barangay di Marinduque. Dalam konteks ini mereka menyusun Karakteristik Lingkungan Kondusif sendiri: Usulan Karakteristik Lingkungan Kondusif • Koherensi dalam kebijakan nasional dan lokal yang signifikan bagi PRB dan API • Platform institusional multisektoral yang memfasilitasi partisipasi dalam proses pengambilan keputusan dalam PRB dan API pada semua tingkatan pemerintahan. Kotak 6: Pembentukan Area Tematik baru Sebagai bagian dari upaya untuk mengadaptasi Karakteristik dalam pendekatan berorientasi-anak mereka, Plan UK mengkaji gagasan untuk membentuk Area Tematik baru khusus untuk isu terkait. Ini masih dalam diskusi, namun draf awal dicantumkan berikut ini untuk menunjukan bagaimana Plan telah memulai tugas ini. Telah dilakukan modifikasi substansial agar Karakteristik menjadi lebih relevan dengan upaya Plan, sementara proses berpikir dan diskusi mengenai modifikasi bisa bisa mendorong ‘kepemilikan’ yang lebih kuat atas sumber daya dalam organisasi berikut mitramitranya.
65
(draf) Area Tematik 0: Karakteristik Umum Budaya serta Praktik Berorientasi-Anak dan Gender untuk Organisasi serta Masyarakat Komponen Ketahanan 1. Orientasi-Anak dan Hak Anak
2. Hak Gender
Karakteristik Masyarakat Tahan Bencana Berorientasi Anak dan Gender 1.1. Ada komisi anak/remaja dengan suara yang diakui dalam masyarakat. 1.2. Rekomendasi komisi anak/ remaja diteruskan ke tingkatan pemerintahan lain. 1.3. Kebijakan perlindungan anak diintegrasikan ke dalam dokumentasi kebijakan Rencana. 1.4. Kebijakan perlindungan anak diintegrasikan ke dalam rencana masyarakat lokal. 1.5. Rencana kesiapsiagaan darurat harus menyertakan elemen perlindungan anak. 1.6. Harus ada pengkajian risiko berkelanjutan atas situasi darurat dan semua aktivitas yang melibatkan anak terkait risiko perlindungan anak. 1.7. Staf dan Associate Plan harus memperoleh pelatihan yang dibutuhkan sesuai peran untuk memastikan prosedur yang terkait dengan standar perlindungan anak diimplementasikan dan dijalankan secara efektif. 1.8. Anak harus dilibatkan dengan baik dalam membahas isu-isu perlindungan yang mempengaruhi mereka, dan dalam mengembangkan langkah-langkah perlindungan anak. 2.1. Kebutuhan praktis dan kepentingan strategis perempuan dan laki-laki diakui dalam kebijakan, perencanaan, dan program. 2.2. Perbedaan peran dan relasi gender diakui.
Lingkungan Kondusif • Legislasi hak anak yang relevan diadopsi serta dipraktikan oleh pemerintah pada semua tingkatan. • Pengambil keputusan lokal terbuka dengan partisipasi anak. • Keberadaan legislasi perlindungan anak, kebijakan, dan proses lokal implementasi.
• Legislasi hak gender relevan diadopsi dan dijalankan
3. Definisi masyarakat
4. Partisipasi/Inklusi Sosial
5. Sebab Akar Kerentanan Bencana dan Pembangunan
2.3. Data berbasis gender dihimpun dan digunakan secara rutin. 2.4. Keanggotaan tim/ komisi dengan perimbangan gender menjadi norma. 2.5. Perimbangan gender diakomodasi dalam kegiatan berbasis-masyarakat. 2.6. Pemahaman mengenai penyebaran kekerasan berbasis gender dan langkah-langkah untuk mengatasinya sudah umum bagi staf. 3.1. Kelompok/komisi • Pemerintah (pada berbagai masyarakat seinklusif tingkatan) mendukung mungkin secara sosial. proses demokratis yang 3.2. Dinamika kekuasaan delegatif dan partisipatif. lokal dipahami dan dipertimbangkan dalam membentuk komisi lokal dan badan pengambil keputusan. 3.3. Staf Plan (pada semua tingkatan) dilatih dan sadar dengan sensitivitas konflik dinamika kekuasaan dalam masyarakat. 4.1. Pengakuan di tengah staf Plan bahwa ada tingkatan partisipasi dan tingkatan partisipasi yang lebih tinggi, melibatkan pemberdayaan anak dan masyarakat. 4.2. Dilakukan upaya untuk menjangkau semua bagian masyarakat – termasuk yang disebut ‘sulit dijangkau’. 5.1. Pengakuan bahwa banyak masalah pembangunan yang belum terselesaikan terjadi pada skala yang lebih tinggi dari masyarakat, dan bahwa bentuk advokasi atau aksi yang lebih tepat harus diterapkan.
67
Kotak 7: ’20 teratas’ Karakteristik Tearfund Untuk penggunaan secara umum dalam organisasi dan mitra-mitra mereka, Tearfund telah mengurangi perangkat Karakteristik Masyarakat Tahan Bencana ke dalam jumlah yang lebih kecil dan mudah dikelola yang dianggap paling relevan dengan kegiatan mereka dalam organisasi. Pertama, mereka memilih Karakteristik utama berkaitan dengan kegiatan PRB organisasi secara keseluruhan (Tearfund menyebut daftar ini ’20 teratas’ Karakteristik). Seleksi awal dilakukan oleh dua spesialis PRB: mereka memilih Karakteristik yang dianggap dapat dicapai dan terukur, serta yang dapat diterapkan untuk sebagian besar jenis bencana. Untuk memastikan perimbangan, daftar tersebut harus memuat paling sedikit dua Karakteristik dari masing-masing lima Area Tematik. Seleksi yang sama dilakukan untuk menemukan Karakteristik yang terukur dan relevan dengan bencana yang menyerang perlahan, terutama yang berkaitan dengan ketidakamanan pangan jangka panjang dan kronis. Kedua set Karakteristik diperlihatkan dalam tabel-tabel di bawah ini. Kedua hasil seleksi melibatkan sejumlah penulisan ulang Karakteristik yang dianggap sesuai. Dalam beberapa kasus dua atau lebih Karakteristik dikombinasikan menjadi satu Karakteristik. Kedua daftar merujuk kepada Karakteristik asli (menurut jumlah) agar pengguna dapat memeriksa kembali daftar lengkap. Ketimbang menggunakan ’20 teratas’ secara kaku, Tearfund mendorong Perwakilan Negara mereka untuk melakukan seleksi sendiri sesuai dengan negara dan profil bencana. Poin yang penting adalah tidak memaksakan kesesuaian dengan Karakteristik dari atas, namun kebutuhan untuk memiliki seperangkat karakteristik yang menjelaskan ketahanan dalam konteks khusus terkait. Tearfund menemukan bahwa latihan benar membantu untuk menjadikan sumber daya Karakteristik lebih ramah-pengguna dan karenanya mendemistifikasi PRB. Staf program yang sibuk lebih siap untuk menggunakan daftar yang lebih pendek. Namun sulit untuk memilih hanya sebagian Karakteristik Masyarakat Tahan Bencana, khususnya ketika mencoba mengaplikasikan untuk sejumlah jenis bahaya sekaligus; sebagai akibatnya terdapat risiko bahwa dokumen akan menjadi terlalu melebar. Karakteristik Masyarakat Tahan Bencana Singkat Tearfund (’20 teratas’) Area Tematik 1: Tata Kelola Pemerintahan • Kepemimpinan masyarakat yang berkomitmen, efektif, dan akuntabel dalam perencanaan dan implementasi PRB • Kapasitas untuk menuntut dan melobi lembaga eksternal terkait rencana, prioritas, dan aksi PRB yang akan berdampak pada risiko lokal • Bukti bahwa risiko bencana dipertimbangkan dalam perencanaan aktivitas pembangunan Area Tematik 2: Pengkajian Risiko • Pengkajian partisipatif mengenai bahaya/risiko, kerentanan, dan kapasitas diadakan dan dimutakhirkan, untuk memberikan gambaran komprehensif semua bahaya/risiko, kerentanan, dan kapasitas utama dalam masyarakat.
Referensi (daftar lengkap Karakteristik) • 1.5 • 7.4 • 3.1 & 4.1
• 1.1 & 2.1
• Masyarakat menggunakan pengetahuan tradisional dan persepsi lokal • 3.2 terhadap risiko, disamping metode pengkajian ilmiah berbasis data lain. Area Tematik 3: Pengetahuan dan Pendidikan • Penguasaan pengetahuan serta keterampilan teknis dan organisasional yang tepat untuk pengurangan risiko dan respon bencana pada tingkat lokal (misalnya pengetahuan teknis tradisional, mekanisme penanggulangan, strategi penghidupan). • Semua bagian masyarakat tahu mengenai rencana kontingensi, fasilitas, layanan, dan keterampilan yang tersedia sebelum, selama, dan pasca kedaruratan, serta cara mengaksesnya • Pengetahuan PRB diberikan secara formal melalui sekolah lokal dan secara informal melalui tradisi lisan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
• 1.4
• 2.3 • 3.1
Area Tematik 4: Manajemen Risiko dan Reduksi Kerentanan • Pasokan makanan dan air aman pada masa krisis (misalnya melalui stok biji-bijian serta makanan pokok lain yang dikelola masyarakat; pasokan air yang dilindungi atau disimpan). • Diversifikasi penghidupan pada tingkat rumah tangga dan masyarakat, termasuk ladang dan non-ladang di pedesaan, dengan hanya sedikit orang yang terlibat dalam praktik penghidupan tidak aman atau aktivitas rentan bahaya • Adopsi praktik pertanian tahan bahaya dan manajemen lingkungan berkelanjutan (misalnya konservasi tanah dan air, pola panen fleksibel, tanaman toleran bahaya, manajemen hutan). • Keberadaan dan akses tabungan masyarakat serta skema kredit, dan/ atau dana bencana masyarakat untuk mengimplementasikan aktivitas persiapan, responsif, atau pemulihan. • Ada langkah-langkah mitigasi struktural (misalnya tangki penampungan air, tanggul, jalur pengalihan banjir). • Rumah-rumah, tempat kerja, dan fasilitas publik yang berlokasi di area aman atau metode konstruksi tahan bahaya digunakan. • Ada langkah-langkah untuk melindungi aset-aset utama (misalnya ternak) serta berbagai properti domestik (misalnya penggunaan lantai dalam yang lebih tinggi atau kontainer plastik).
• 2.3 & 2.4 • 3.3 & 3.4
• 1.2 & 3.5 • 5.3 & 5.5 • 6.4 • 6.3, 6.5, & 6.6 • 6.8
Area Tematik 5: Kesiapsiagaan dan Respon Bencana • Tersedia fasilitas dan perlengkapan kedaruratan yang mudah diakses (untuk penampungan, komunikasi, penyelamatan, dan lain-lain) yang dimiliki dan dikelola oleh masyarakat. • Terdapat sistem peringatan dini berbasis masyarakat dan berorientasi masyarakat pada tingkat lokal yang memproduksi pesan yang dipercaya dan dipahami oleh seluruh masyarakat. • Ada rencana kontingensi tingkat masyarakat dan keluarga, dikembangkan dan dimiliki oleh masyarakat, tertaut dengan rencana tingkat tinggi dan diterapkan secara reguler. • Masyarakat memiliki kapasitas untuk menyediakan layanan respon kedaruratan efektif dan tepat waktu, termasuk pelatihan dan pelibatan relawan dengan keterampilan terkait (misalnya SAR, PPGD, pengelolaan penampungan darurat, pemadaman kebakaran).
• 1.6 • 2.1 & 2.3 • 3.2, 3.3 & 3.7 • 5.1 & 6.4
69
• Masyarakat memiliki rencana yang tepat dan sistem dukungan bersama untuk merawat kelompok paling rentan – biasanya manula, penyandang disabilitas, pengidap AIDS, ibu, dan anak usia dini.
• 6.7
Karakteristik Masyarakat Tahan Bencana Tearfund – dari perspektif keamanan pangan Area Tematik 1: Tata Kelola Pemerintahan • Kepemimpinan perencanaan dan implementasi PRB yang berkomitmen, efektif, dan akuntabel • Masyarakat sadar akan hak-hak mereka serta kewajiban hukum pemerintah dan pemangku kepentingan lain untuk memberikan perlindungan • Pelibatan/ representasi kelompok rentan dalam pengambilan keputusan masyarakat dan manajemen PRB
Referensi (daftar lengkap Karakteristik) • 1.5 • 2.2 • 7.6
Area Tematik 2: Pengkajian Risiko • Diadakan pengkajian bahaya, kerentanan, dan kapasitas hazards, • 1.1 & 2.1 vulnerability and Capacity assessment (HVC ) tingkat masyarakat untuk memberikan gambaran komprehensif mengenai semua HVC. • Pengkajian HVC (di atas), diadakan sebagai sebuah proses partisipatif, • 1.2 & 2.2 melibatkan perwakilan dari semua sektor masyarakat, termasuk semua kelompok rentan. • Pemanfaatan pengetahuan tradisional dan persepsi lokal terhadap • 3.2 risiko di samping pengetahuan ilmiah, data dan metode pengkajian lain. Area Tematik 3: Pengetahuan dan Pendidikan • Sekolah-sekolah lokal memberikan pendidikan mengenai PRB kepada • 3.1 anak-anak melalui kurikulum dan jika perlu, aktivitas ekstrakurikuler • Anggota masyarakat dibekali keterampilan atau dilatih dengan praktik • 3.5 pertanian, penggunaan lahan, manajemen air, dan manajemen lingkungan yang tepat. Area Tematik 4: Manajemen Risiko dan Reduksi Kerentanan • Adopsi praktik manajemen lingkungan berkelanjutan yang mereduksi risiko bahaya • Pasokan makanan dan status nutrisi aman (misalnya melalui cadangan stok biji-bijian dan makanan pokok lain yang dikelola oleh masyarakat, dengan sistem distribusi yang adil selama krisis pangan) • Akses terhadap kuantitas dan kualitas air yang memadai untuk kebutuhan domestik selama 12 bulan dalam setahun. • Diversifikasi penghidupan (tingkat rumah tangga dan masyarakat) termasuk aktivitas ladang dan non-ladang di area pedesaan. • Adopsi praktik agrikultur tahan bahaya (misalnya metode konservasi tanah dan air, pola panen untuk curah hujan rendah atau berubah-ubah, tanaman toleran bahaya) untuk keamanan pangan. • Sistem bantuan bersama, jaringan sosial dan mekanisme dukungan yang menunjang pengurangan risiko secara langsung melalui aktivitas PRB yang disasar, secara tidak langsung melalui aktivitas pengembangan sosial ekonomi lain yang mereduksi kerentanan, atau
• 1.2 • 2.3 • 2.4 • 3.3 • 3.5 • 4.1
dengan kemampuan memperluas aktivitas untuk mengelola kedaruratan saat timbul. • Keberadaan tabungan masyarakat/kelompok dan skema kredit, dan/ atau akses fasilitas kredit mikro • Terdapat langkah-langkah mitigasi struktural – misalnya untuk penampungan air, field bunding, atau dam irigasi dan terusan – sedapat mungkin dibangun menggunakan tenaga, keterampilan, material, dan teknologi lokal yang tepat. Area Tematik 5: Kesiapsiagaan dan Respon Bencana • Terdapat struktur organisasi lokal untuk kesiapsiagaan bencana atau respon kedaruratan (misalnya komisi kesiapsiagaan bencana) • Terdapat sistem peringatan dini berbasis masyarakat dan berorientasi masyarakat, yang menghasilkan peringatan bahaya tepat waktu, andal, dan mudah dipahami untuk menjangkau seluruh anggota masyarakat. • Terdapat rencana kontingensi masyarakat dan rumah tangga untuk kekeringan, termasuk pemeliharaan aset utama (misalnya makanan ternak, air dan kesehatan ternak). • Terdapat pasokan darurat (stok penyangga), dikelola oleh masyarakat, baik sendiri maupun dengan kemitraan bersama organisasi lokal lain (termasuk bank biji-bijian/benih)
• 5.3 • 6.4
• 1.2 • 2.1, 2.2, 2.3, 2.7
• 3.1 & 3.9 • 4.7
Catatan: Karakteristik telah dipilih menurut keterukuran dan relevansi dengan bencana yang menyerang perlahan, memilih paling sedikit dua per Area Tematik dan meminimalisasi tumpang tindih antar kesemuanya. Karakteristik yang dipilih mungkin bukan yang paling penting. Kotak 8: Indikator utama ketahanan masyarakat ADPC Dalam panduannya mengenai manajemen risiko bencana berbasis masyarakat, Asian Disaster Preparedness Center (ADPC) telah menyusun daftar indikator ‘tingkat minimum ketahanan’ di bawah ini: • Organisasi masyarakat. • Rencana PRB dan kesiapsiagaan bencana. • Sistem peringatan dini masyarakat. • Tenaga terlatih: pengkajian risiko, SAR, PPGD, distribusi bantuan, tukang untuk konstruksi rumah yang lebih aman, pemadaman kebakaran. • Konektivitas fisik: jalan, listrik, telepon, klinik. • Konektivitas relasional dengan otoritas lokal, LSM, dan lain-lain. • Pengetahuan mengenai risiko dan aksi pengurangan risiko. • Dana pengurangan bencana masyarakat untuk mengimplementasikan aktivitas pengurangan risiko. • Rumah-rumah yang lebih aman untuk bertahan dari bahaya lokal. • Sumber penghidupan yang lebih aman. Sumber: ADPC 2006, Critical Guidelines: Community-based Disaster Risk Management (Bangkok: Asian Disaster Preparedness Center; www.adpc.net)
71
Kotak 9: ‘Memetakan’ kerentanan dan kapasitas menggunakan kerangka kerja Karakteristik Sebagai bagian dari program PRB mereka, Church World Service – Pakistan/Afghanistan mengadakan pengkajian cepat bahaya, kerentanan, dan kapasitas pada distrik pegunungan di Pakistan. Tujuan utama kegiatan tersebut adalah: (a) mengidentifikasi masyarakat yang terpapar berbagai bahaya; (b) dengan bantuan masyarakat mengidentifikasi bahaya yang akan mempengaruhi mereka, mengkategorisasi kerentanan mereka dan memetakan kapasitas mereka; (c) melibatkan masyarakat untuk mengembangkan sebuah rencana PRB (rangkaian aktivitas pembangunan dan manajemen bencana yang holistik); (d) menyebarluaskan hasil-hasil pengkajian kepada para pemangku kepentingan yang terkait. Tim pengkajian menggunakan kombinasi metode kualitatif dan kuantitatif termasuk data sekunder (misalnya peta bahaya), diskusi kelompok terarah yang melibatkan berbagai perangkat penilaian pedesaan partisipatif (misalnya timeline, kalender musiman, bagan prioritas bahaya, dan peta desa), transect walks, serta diskusi lain dengan pemangku kepentingan lokal. Kegiatan menghasilkan banyak informasi mengenai bahaya, kerentanan dan kapasitas yang kemudian digunakan dalam menyusun rencana PRB. Untuk membantu menyusun temuan pengkajian mengenai kerentanan dan kapasitas, ini selanjutnya ditelaah dengan menggunakan kerangka kerja Karakteristik dan dikelompokkan (‘dipetakan’) dalam lima Area Tematik, sebagaimana ditunjukkan dalam dua tabel di bawah ini. Kerentanan Area Tematik 1: Tata Kelola Pemerintahan
• Etnik, kasta, dan sosial ekonomi dalam masyarakat. • Ketiadaan struktur politik yang efektif • Struktur manajemen bencana pemerintah lemah (nasional & lokal)
Area Tematik 2: Pengkajian Risiko
• Ketiadaan data. • Ketiadaan sistem peringatan dini.
Area Tematik 3: Pengetahuan dan Pendidikan
• Fatalisme • Ketiadaan pemahaman mengenai akar bencana • Perbedaan perspektif perempuan – laki-laki mengenai bahaya dan bencana • Tingkat pendidikan perempuan rendah • Ketiadaan fasilitas pendidikan untuk anak perempuan • Tingkat pengetahuan bahaya perempuan rendah
Area Tematik 4: Manajemen Risiko dan Reduksi Kerentanan
• Kepadatan penduduk tinggi • Proporsi populasi dalam lokasi perbukitan yang terpapar dengan risiko multi bahaya sangat tinggi. • Tingkat kemiskinan tinggi. • Kesempatan penghidupan terbatas (bergantung pada agrikultur). • Jarak yang jauh; infrastruktur transportasi tidak memadai. • Kesulitan mengakses pasar (barang & tenaga kerja). • Tata kelola kepemilikan lahan (tingkat sewa-menyewa tinggi) • Ketiadaan fasilitas kesehatan lokal. • Ketiadaan pasokan listrik. • Ketiadaan fasilitas publik untuk pertemuan masyarakat dan lainlain.
Area Tematik 5: Kesiapsiagaan dan Respon Bencana
• Ketiadaan Community-based disaster management (CBDM) formal.
Kapasitas Area Tematik 1: Tata Kelola Pemerintahan
• Swadaya dan solidaritas masyarakat dalam krisis • Representasi politik kelompok miskin/marginal • Kebiasaan tuan tanah memberikan bantuan dalam krisis • Keterlibatan eksternal dalam proyek pembangunan
Area Tematik 2: Pengkajian Risiko
• Identifikasi lokasi rawan-longsor oleh masyarakat
Area Tematik 3: Pengetahuan dan Pendidikan
• Memori masyarakat akan peristiwa lalu • Tingkat kesadaran masyarakat yang tinggi akan bahaya dan risiko • Tingkat akses ponsel dan radio yang tinggi • Tuntutan masyarakat akan sekolah bagi anak perempuan
Area Tematik 4: Manajemen Risiko dan Reduksi Kerentanan
• Keterlibatan eksternal dalam proyek pembangunan (penghidupan berkelanjutan). • Kiriman dari pekerja migran • Surplus produk ternak • Produksi madu
Area Tematik 5: Kesiapsiagaan dan Respon Bencana
• Swadaya masyarakat dalam DP dan respon.
Catatan: catatan lebih lengkap mengenai proyek ini dapat diperoleh sebagai studi kasus pada laman werb Karakteristik pada: www.proventionconsortium.org/?pageid=90 atau www.abuhrc.org/ research/dsm/Pages/project_view.aspx?project=13 Kotak 10: Mengubah Karakteristik menjadi indikator Dalam Measuring the Impact of Disaster Risk Reduction (bagian dari seri dokumen internal ‘Learning Companion’) yang baru diterbitkan, Oxfam GB memberikan panduan praktis berbagai aspek pemantauan dan evaluasi PRB, termasuk cara menggunakan Karakteristik untuk mengembangkan indikator hasil. Dokumen di atas mengilustrasikan bagaimana Karakteristik Ketahanan tunggal dapat disaring menjadi indikator hasil umum untuk implementasi PRB, dengan 10 contoh, diambil dari lima Area Tematik. Di sini dibuat kembali intisari, yang mengangkat ketiga karakteristik/indikator dari Area Tematik 5 (Kesiapsiagaan dan Respon Bencana). Karakteristik, Area Tematik 5: Kesiapsiagaan dan Respon Bencana (Prioritas Hyogo 5: Memperkuat kesiapsiagaan bencana pada semua tingkatan) Komponen ketahanan 1: Kapasitas Organisasi dan Koordinasi Karakteristik 1.6 jumlah personil organisasi dan anggota masyarakat terlatih yang memadai untuk 73
menjalankan tugas-tugas khusus terkait (misalnya komunikasi, SAR, PPGD, distribusi bantuan) • Potensi indikator umum: % anggota komisi yang memperlihatkan keterampilan menjalankan tugas respon terkait menurut standar minimum secara koordinasi. • Contoh indikator dari program Oxfam: % (misalnya komisi) yang memiliki sistem untuk mengelola perlengkapan dan opsi respon mereka untuk mengganti bahan habis pakai, melakukan pemeliharaan esensial dan mendukung aktivitas organisasi mendasar Komponen Ketahanan 2: Sistem Peringatan Dini Karakteristik 2.2 Sistem peringatan dini yang mampu menjangkau keseluruhan masyarakat (melalui radio, TV, telepon, dan teknologi komunikasi lain, serta via mekanisme peringatan dini masyarakat seperti jaringan relawan) • Potensi indikator umum: % anggota masyarakat yang menerima pesan peringatan dini dari paling sedikit satu sumber • Contoh indikator dari program Oxfam: tingkat fungsi komunikasi/sistem peringatan dini untuk transmisi peringatan yang memungkinkan informasi menjangkau orang secara baik tepat pada waktunya Komponen Ketahanan 4: Sumber daya dan infrastruktur kedaruratan Karakteristik 4.2: rute evakuasi aman diidentifikasi, dipelihara, dan diketahui oleh anggota masyarakat • Potensi indikator umum: % rute evakuasi aman yang memperoleh pemeliharaan reguler dan % anggota masyarakat yang mampu mengidentifikasi rute evakuasi aman • Contoh indikator dari program Oxfam: % populasi masyarakat yang mampu menjangkau penampungan secara aman dan cepat Sumber: Measuring the Impact of Disaster Risk Reduction: A Learning Companion (Oxfam GB, 2009). Kotak 11: Karakteristik/indikator: kuantitatif atau kualitatif? Tabel Karakteristik bersifat kualitatif. Masyarakat beserta mitra mereka karenanya harus memberikan penilaian sendiri mengenai kemungkinan telah tercapainya aspek-aspek ketahanan tertentu. Sebagian penilaian akan lebih lugas dari penilaian lain. Sebagai contoh, mudah untuk menyatakan bahwa sebuah rencana kontingensi atau kesiapsiagaan bencana dari masyarakat telah ada (bahkan jika soal kualitas menjadi persoalan lain). Namun lebih sulit untuk menilai distribusi kesejahteraan dan aset penghidupan yang adil dalam sebuah masyarakat, atau kecukupan akses sumber daya properti bersama yang bisa menunjang strategi penanggulangan semasa krisis. Pedoman Karakteristik tidak dapat memuat cara mencapai penilaian ini untuk proyek maupun masyarakat. Penilaian merupakan wilayah kesepakatan kolektif antar para pemangku kepentingan. Konklusi akan berbeda dalam tiap kasus, sesuai dengan konteks dan ekspektasi, juga akan terdapat sejumlah penilaian subyektif. Namun dalam tiap kasus, proses untuk mencapai keputusan harus transparan dan partisipatif. Sebagian pedoman dan ahli menyarankan pentingnya indikator kuantitatif aspek-aspek PRB tertentu (misalnya jumlah relawan yang dilatih PPGD, persentase rumah tangga dalam masyarakat dengan asuransi properti). Tidak mungkin menetapkan ukuran-ukuran kuantitatif standar yang dapat diterapkan dalam setiap konteks, namun indikator kuantitatif dapat digunakan pada tingkat proyek individual, jika perlu. Dalam kasus demikian, indikator kuantitatif dapat menjadi bagian dari
data sebagai dasar penilaian pencapaian ketahanan yang lebih luas. Tim proyek masing-masing yang akan memutuskan bentuk indikator kuantitatif yang paling sesuai dan tingkat pencapaian yang akan ditetapkan. Kotak 12: Meneliti pengembangan ketahanan LSM lokal, BEDROC (Building and Enabling Disaster Resilience of Coastal Communities) telah melaksanakan sebuah studi ekstensif untuk Oxfam Amerika mengenai dampak upaya rehabilitasi pasca-tsunami di Tamil Nadu, India, terhadap ketahanan lokal dan masyarakat. Dengan program lembaga bantuan yang membayangi tujuan mereka, keberlanjutan beragam upaya mereka untuk membangun kapasitas lokal harus dinilai. Riset juga berupaya menyusun pelajaran lebih umum mengenai penyebab keberhasilan program pemulihan. Dua distrik dipilih untuk studi dan bukti dikumpulkan dari masyarakat serta pihak penting dari luar yang memegang peran signifikan dalam respon tsunami. Tim riset BEDROC menggunakan Karakteristik sebagai kerangka kerja pengkajian, menggarap kelima Area Tematik. Komponen Ketahanan yang relevan dipilih untuk diteliti, juga Karakteristik Masyarakat Tahan Bencana utama dan Karakteristik Lingkungan Kondusif utama yang terkait dengan Komponen tersebut. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kerangka kerja ini. Sejumlah perangkat riset digunakan untuk menghimpun pendapat serta informasi dan berbagai bukti dikumpulkan. Temuan ditulis dalam bagian yang memuat masing-masing Komponen Ketahanan terpilih, sehingga tim dapat membangun gambaran yang rinci dan komprehensif. Periset juga memberikan penilaian mengenai tingkat kemajuan pencapaian ketahanan untuk tiap Komponen menggunakan skema tolok ukur kerangka kerja. Laporan, yang memuat metode dan temuan secara rinci, dipublikasikan pada tahun 2008 serta tersedia baik dalam bentuk cetak maupun online (Building Local Capacities for Disaster Response and Risk Reduction: An Oxfam – BEDROC Study: www.bedroc.in). Kotak 13: Menautkan ketahanan masyarakat dengan Lingkungan Kondusif Bagian dari proyek PRB Coastal CORE Sorogon pada masyarakat pesisir miskin dan rentan wilayah Sitio Gumang di Philipina (didukung oleh Christian Aid), yang berfokus kepada kesehatan, penghidupan, dan jaminan sosial, bertujuan untuk meningkatkan Lingkungan Kondusif disamping meningkatkan ketahanan masyarakat. Sumber daya Karakteristik digunakan untuk mengidentifikasi hasil yang diharapkan dalam kedua aspek, dimodifikasi untuk menjawab konteks lokal (lihat tabel di bawah ini). Peran lembaga mitra pemerintah lokal dalam mencapai tujuan ini juga dimuat dalam rencana. Karakteristik Sitio Gumang Tahan Bencana 1. Kesadaran keluarga yang tinggi mengenai pemeliharaan hidup sehat melalui nutrisi pokok dan sederhana serta sanitasi yang baik
Karakteristik Lingkungan Kondusif • Lingkungan yang bersih dan sehat. • Dukungan teknis dan infrastruktur dari Unit Pemerintah Lokal (misalnya penyediaan biosand water filter bagi setengah dari rumah tangga sasaran). • Kebijakan tingkat masyarakat yang telah ditetapkan dan disepakati mengenai sanitasi dan pemeliharaan kebersihan di Sitio. • Dukungan strategi Dinas Kesehatan Kota Gubat dengan secara khusus mengarahkan layanan bidan dan Pekerja Kesehatan Barangay untuk tujuan masyarakat mencapai kesehatan terutama 75
bagi anak kurang gizi. • Dukungan dari Unit Pemerintah Lokal Gubat untuk mendorong pembentukan dan pemeliharaan sebuah kebun sayur komunal di Sitio. 2. Akses yang lebih baik pada air yang memadai dan berkualitas untuk kebutuhan domestik, terutama semasa krisis. 3. Anggota masyarakat swadaya dengan penghidupan berkelanjutan
• Pelatihan pengembangan kapasitas yang terarah dan efisien untuk identifikasi dan pengembangan penghidupan berkelanjutan, penguatan keterampilan, dan manajemen keuangan. • Dukungan organisasional COTIPABA (organisasi koperasi mitra proyek) kepada anggota-anggotanya dalam aktivitas penghidupan dan pembiayaan. • Dukungan pemasaran untuk aktivitas penghidupan anggota koperasi.
4. Penduduk peka gender • Pelatihan pengembangan kapabiltias perubahan perilaku untuk dan berkomitmen kepekaan dan kesadaran gender. terhadap implementasi • Rencana bencana yang didukung visi/ rencana masyarakat PRB sebagai bagian sebagaimana dipandu oleh anggota Dewan Barangay. dari visi masyarakat • Kebijakan lokal mendukung dan mendorong prakarsa gender dan dan rencana PRB pembangunan. mereka
Studi Kasus 1: Membantu Praktisi PRB untuk mendefinisikan ketahanan dalam konteks pedesaan Bangladesh Organisasi: Tearfund, dengan mitra lokal HEED Bangladesh Penulis: Oenone Chadburn oenone.chadburn@tearfund.org Tujuan: Sebagai bagian dari uji lapangan, Tearfund mempresentasikan Karakteristik kepada mitra PRB utama untuk memperoleh umpan balik mengenai sumber daya tersebut dalam hal (a) manfaat dan kemudahan dipahami dalam format yang ada; dan (b) validitas dalam situasi negara tertentu. Studi ini mendokumentasikan pengujian dan aplikasi Karakteristik dalam masyarakat pedesaan di Bangladesh. Setelah ringkasan lisan mengenai jadwal pada hari bersangkutan, metodologi yang digunakan adalah sebagai berikut: a. Pengantar mengenai Karakteristik, perkembangan, dan maksud terkait. b. Menggambarkan peta besar tipikal desa pesisir di Bangladesh, dengan ciri geografis dan struktural yang relevan. Ditambahkan kartu (semua dalam satu warna) untuk menekankan ciri yang sangat rentan dengan bahaya yang ada. Selanjutnya ditambahkan paket kartu kedua (dengan warna berbeda) dengan saran aktivitas untuk mereduksi kerentanan tersebut. c. Salinan Karakteristik didistribusikan dan diberikan waktu untuk membaca serta berdiskusi dalam bahasa lokal. d. Mencocokan Karakteristik tertentu dengan aktivitas pengurangan risiko yang sebelumnya disarankan. Terkadang beberapa Karakteristik sekaligus cocok dengan satu aktivitas. Hasil Positif • Praktisi melihat nilai positif dari Karakteristik. Sebelumnya, mereka tahu apa yang ingin dicegah dalam sebuah desa rawan-bencana; kini mereka dapat melihat apa yang ingin mereka capai. Mereka dapat melihat nilai potensial dari pendekatan ini dalam masyarakat, yang seringkali lebih berfokus pada problem dampak bencana ketimbang pengembangan ketahanan bencana. • Mereka menemukan kesenjangan dalam desain proyek. Dari tabel komprehensif faktor ketahanan, mereka menemukan aspek-aspek yang dapat dicakup dalam pekerjaan mereka. Temuan ini tidak dipandang memberatkan, namun sebagai masukan yang bermanfaat. Mereka bersikap realistis mengenai apa yang dapat dan tidak dapat mereka capai dalam membantu masyarakat mencapai ketahanan. • Mereka menghargai tautan berbasis-masyarakat yang diberikan Karakteristik untuk Hyogo Framework for Action. HEED telah memegang erat Hyogo, namun Karakteristik menyuguhkan aplikasi lateral kelima aksi, kerangka kerja yang kuat untuk referensi ke depan. • Mereka mengakui bahwa Karakteristik merupakan hal baru, namun sangat ingin melihat pengembangan yang berkelanjutan menjadi berbagai perangkat. Mereka mengaku mampu mengadaptasi Karakteristik menjadi sumber daya berbasis-masyarakat; dengan bantuan, mereka daapt mengembangkan indikator-indikator ketahanan. • Mereka merasa bahwa Karakteristik bersifat komprehensif dan berguna bagi Bangladesh. Mereka melihat potensi untuk mereduksi jumlah Karakteristik agar merepresentasikan desa target ratarata dan agar ini digambar secara profesional oleh seorang seniman. Dalam pelatihan masyarakat, gambar ini dapat dibandingkan dengan realitas yang ada dalam masyarakat target. 77
Tantangan • Keseluruhan kegiatan membutuhkan waktu lebih lama dari waktu yang dialokasikan. Sebagian karena kendala bahasa, namun mungkin lebih akibat diskusi mendalam dan sehat di antara para praktisi menyangkut sifat rinci dan tujuan PRB. • Tidak ada pemisahan dalam presentasi Karakteristik antara yang pasif dengan yang aktif. Ada potensi sebuah Karakteristik tercapai oleh masyarakat, namun hilang seiring berjalannya waktu, sehingga sejumlah Karakteristik harus menjadi ‘aktif’ dan secara konstan diperbaharui. • Kegiatan ini memiliki bias yang kuat terhadap Area Tematik 3, 4, dan 5 serta lebih lemah dalam mengembangkan pemahaman mengenai Area Tematik 1 dan 2. Aktivitas ‘perangkat lunak’ lebih sulit ditangkap dalam format yang sebagian besar bersifat piktorial. Lingkungan Kondusif juga kurang terepresentasikan; harus ditekankan tersendiri, sebagai hal yang memengaruhi desain proyek. • Butuh banyak aplikasi lateral untuk mengidentifikasi lokasi modal sosial dalam kerangka kerja. Struktur masyarakat yang religius memiliki peran penting dalam memberikan dukungan psikososial setelah sebuah bencana, namun ini sulit ditemukan dalam Karakteristik. Aktivitas manajemen sumber daya berkelanjutan juga pada awalnya diperdebatkan untuk menemukan kecocokan yang jelas dengan salah satu Karakteristik. • Kegiatan mengasumsikan bahwa interaksi antara praktisi dan masyarakat sudah sangat partisipatif dan bahwa semua keputusan atau aktivitas telah dijalankan secara kolaboratif. Namun demikian, ini sedikit menggeser tujuan mengidentifikasi partisipasi sebagai karakteristik utama masyarakat tahan-bencana. Rekomendasi • Karakteristik harus digunakan dalam pelatihan tim PRB, untuk membantu memahami gambaran masyarakat tahan-bencana dalam praktik. Dengan cara ini, fokus bergeser dari dampak negatif bahaya ke capaian positif ketahanan. • Harus dibuat gambar atau peta masyarakat rawan-bencana untuk menunjukkan di mana Karakteristik dapat ditemukan atau dikembangkan, dalam Area Tematik 3, 4, dan 5. Perangkat lain dibutuhkan untuk mendemonstrasikan Area Tematik 1 dan 2, serta Lingkungan Kondusif. • Untuk masyarakat tertentu, daftar Karakteristik harus dikurangi hingga minimal, diungkapkan dalam gambar dan digunakan dalam pelatihan serta peningkatan kesadaran dalam masyarakat terkait. • Karakteristik harus digunakan sebagai perangkat untuk membantu desain proyek, baik pada awal atau pada titik evaluasi dalam implementasi. Karakteristik dapat membantu mengidentifikasi kesenjangan dalam implementasi 5 area tematik Hyogo Framework. • Karakteristik dapat digunakan untuk membantu mengidentifikasi aktivitas tertentu yang dapat membangun ketahanan lokal. Berikut ini adalah pilihan aktivitas khusus yang diidentifikasi oleh para praktisi dan kecocokannya dengan Karakteristik. 1. Meninggikan rumah hingga batas di atas ketinggian banjir tahunan dan membuat penampungan banjir: Area Tematik 5 (Kesiapsiagaan dan Respon Bencana) – Karakteristik 4.3 (Penampungan darurat yang mudah diakses masyarakat dengan fasilitas memadai bagi semua populasi terdampak).
2. Memulai sebuah sistem sekolah yang baru dimana libur sekolah dijadwalkan bersamaan dengan banjir tahunan (agar anggota keluarga dapat bersama-sama pada musim banjir dan sekolah tidak terganggu jika bangunan sekolah berfungsi ganda sebagai penampungan banjir): Area Tematik 1 (Tata Kelola Pemerintahan) – Karakteristik 3.1 (PRB Masyarakat dipandang oleh pemangku kepentingan lokal sebagai bagian integral dari rencana dan aksi untuk mencapai tujuan masyarakat yang lebih luas). 3. Memastikan akses air minum yang lebih aman dan kesadaran mengenai arti penting terkait selama masa banjir: Area Tematik 3 (Pengetahuan dan Pendidikan) – Karakteristik 3.5 (Anggota masyarakat dibekali keterampilan atau pelatihan pertanian yang tepat, penggunaan lahan, manajemen air dan praktik manajemen lingkungan); dan Area Tematik 4 (Manajemen Risiko dan Reduksi Kerentanan) – Karakteristik 2.5 (Kesadaran mengenai cara hidup sehat dan langkahlangkah perlindungan jiwa serta penguasaan keterampilan yang tepat). 4. Mengembangkan praktik panen alternatif (seperti musim panen berbeda atau varian tahan-banjir): Area Tematik 4 (Manajemen Risiko dan Reduksi Kerentanan) – Karakteristik 3.5 (Adopsi praktik agrikultur tahan-bahaya); dan Area Tematik 3 (Pengetahuan dan Pendidikan) – Karakteristik 3.5 (Anggota masyarakat dibekali keterampilan atau dilatih dengan praktik pertanian, penggunaan lahan, manajemen air, dan manajemen lingkungan yang tepat). Catatan: versi lebih lengkap dari studi kasus ini dapat dilihat di www.proventionconsortium. org/?pageid=90 dan www.abuhrc.org/research/dsm/Pages/project_view.aspx?project=13
Studi Kasus 2: Memperkenalkan Karakteristik kepada staf lapangan mitra LSM di Nepal Organisasi: Practical Action Penulis: Pieter van den Ende pieter.vandenende@practicalaction.org.uk Tujuan Proyek ‘Mainstreaming Livelihood-Centred Approaches to Disaster Management’ dari Practical Action bertujuan untuk mendemonstrasikan bahwa aktivitas-aktivitas yang memperkuat dan mendiversifikasi penghidupan serta kesiapsiagaan akan meningkatkan ketahanan masyarakat sasaran terhadap dampak dari guncangan dan tekanan yang terjadi di tingkat lokal. Karakteristik diperkenalkan kepada kelompok staf lapangan mitra lokal di Nepal untuk: • Menjelaskan pengembangan catatan pedoman • Mengklarifikasi konsep ‘ketahanan’ • Menghubungkan aktivitas proyek dengan elemen tertentu dari Karakteristik • Memberikan pedoman untuk mengukur kemajuan pencapaian ketahanan • Memberikan hasil atau target positif Metodologi Kegiatan diadakan dengan kerja kelompok dan diskusi selama enam jam di kantor Practical Action Chitwan, dengan fasilitator tunggal menggunakan flipchart dan PowerPoint. Setelah diskusi pengantar, penetapan jadwal lokakarya, latar belakang pengembangan Karakteristik disampaikan secara ringkas. 79
Kedua organisasi mitra bekerja dalam area geografis yang berbeda. SAHAMATI bekerja di daerah aliran sungai bersama masyarakat baik hulu maupun hilir di Distrik Nawalparasi, sementara MADE bekerja di dataran rendah (Terai) dengan masyarakat tebing sungai di Distrik Chitwan. Mengingat kedua mitra telah mengadakan pengkajian bahaya pada masyarakat target mereka masing-masing, tiap kelompok mitra diminta untuk mencatat bahaya yang mengancam masyarakat tersebut serta mengidentifikasi elemen berisiko dari bahaya-bahaya terkait (elemen kerentanan). Elemen bahaya dan rentan berikut berhasil diidentifikasi: SAHAMATI Banjir • Lahan pertanian • Lahan penggembalaan • Rumah dekat sungai • Jalan, parit, dan lain-lain – bangunan fisik
Tanah longsor • Lahan hutan • Lahan penggembalaan • Lahan pertanian • Ternak • Rumah-rumah • Kanal irigasi • Air minum • Jalan, dan lain-lain. Kekeringan • Produksi musiman • Air minum yang berkurang • Irigasi • Kebakaran Margasatwa • Tanaman • Kematian ternak • Jiwa manusia
MADE Banjir dan erosi • Sumber pendapatan • Ladang dan lahan yang tersedia • Ternak • Infrastruktur – jalan, kanal irigasi, listrik, dan lain-lain. • Air minum • Kesehatan dan sanitasi – penyakit
Kekeringan • Tanaman yang tersedia – sumber pendapatan • Sumber air • Kesehatan dan sanitasi - penyakit Margasatwa • Tanaman dan ternak • Sumber daya manusia • Infrastruktur, penampungan, dan lain-lain.
Tabel di atas menunjukkan bahwa lahan dan penghidupan menjadi hal yang paling terdampak. Setelah pengkajian partisipatif kerentanan dan kapasitas, masyarakat terdampak telah memprakarsai aktivitas-aktivitas yang didesain untuk mengurangi dampak bahaya ini terhadap jiwa, aset, dan penghidupan mereka. Pertanyaan ini mengemuka: ‘Apakah aktivitas ini memberikan kontribusi bagi ketahanan masyarakat?’ Sumber daya Karakteristik kemudian diperkenalkan dengan presentasi PowerPoint singkat dan konsep ‘ketahanan’ didiskusikan. Halaman-halaman terkait dari versi cetak catatan panduan dirujuk. Bagian-bagian tabel berikut hubungannya dengan kerentanan serta elemen yang digarap dalam proyek dijelaskan.
Peserta secara cepat mengidentifikasi bahwa sebagian besar aktivitas berbasis-masyarakat termasuk dalam Area Tematik 4 (Manajemen Risiko dan Mengurangi Kerentanan). Tiap kelompok kemudian diminta untuk menautkan aktivitas mereka dengan Komponen Ketahanan dan mengidentifikasi Karakteristik yang dikontribusi (lihat tabel pada akhir studi kasus ini). Hasil-Hasil Aktivitas berbasis-masyarakat yang didesain untuk mereduksi kerentanan populasi terpapar, dimulai sebelum pengenalan Karakteristik. Cara mengukur kontribusinya untuk meningkatkan ketahanan belum ditentukan. Karakteristik telah memberikan panduan yang tepat mengenai kontribusi dari aktivitas ini terhadap pencapaian ketahanan. Semua peserta dapat dengan mudah mengidentifikasi komponen ketahanan yang dikontribusi aktivitas mereka. Di samping itu, mereka mengenali signifikansi Karakteristik dalam identifikasi indikator yang tepat. Ini mendorong diskusi hebat mengenai manfaat mengurangi kerentanan versus peningkatan ketahanan. Peserta sepakat bahwa Karakteristik mengklarifikasi apa tujuan utama dari proyek. Banyak pihak merasa bahwa peningkatan ketahanan merupakan hasil yang positif jika dibandingkan dengan konotasi mengurangi kerentanan yang lebih negatif. Ketahanan dipandang sebagai target yang dapat dicapai, sementara eliminasi kerentanan dipandang kurang memungkinkan. Sejumlah aktivitas berkontribusi untuk lebih dari satu Komponen Ketahanan, sedang aktivitas lain hanya memberikan kontribusi kecil untuk satu Komponen tunggal. Dipandang bahwa akibat kompleksitas tabel dan jumlah karakteristik yang besar yang diaplikasikan secara parsial dalam aktivitas masyarakat, akan bermanfaat mengidentifikasi pilihan karakteristik ‘utama’ ketahanan yang menjadi sasaran proyek. Para mitra setelah kembali kepada masyarakat mereka telah mendiskusikan interpretasi mereka terhadap Karakteristik dan memfasilitasi daftar berbasis-masyarakat mengenai Karakteristik Masyarakat Tahan-Bencana yang diinginkan dan sesuai dengan masyarakat mereka serta dapat diungkapkan dalam bahasa lokal. Ini akan menjadi target. Diakui bahwa komponen Area Tematik yang berbeda juga relevan dengan proyek, namun waktu tidak memungkinkan ini diinvestigasi. Kesimpulan Praktisi PRB berpengalaman mampu menghubungkan aktivitas berbasis-masyarakat dengan Karakteristik lebih mudah dibandingkan dengan pendatang baru dalam bidang ini. Sejumlah aktivitas berkontribusi bagi sejumlah Karakteristik. Mengambil salah satu inti dari Karakteristik paling relevan yang menjelaskan pendekatan organisasi akan sangat berguna. Terjemahan sejumlah terminologi sangat sulit dan memakan waktu. Ketahanan dipandang sebagai target ‘positif’ yang, meski dinamis, dapat dicapai.
81
Komponen Ketahanan
Karakteristik Masyarakat Tahan Bencana
Aktivitas Masyarakat SAHAMATI
1. Manajemen lingkungan dan sumber daya alam
1.1. Pemahaman masyarakat mengenai karakteristik dan fungsi lingkungan alam lokal serta ekosistem 1.2. Adopsi praktik manajemen lingkungan berkelanjutan yang mengurangi risiko bahaya 1.3. Pelestarian keanekaragaman hayati
• Manajemen daerah aliran sungai
1.4. Pelestarian dan penerapan pengetahuan tradisional serta teknologi tepat guna yang relevan dengan manajemen lingkungan.
• Pengendalian banjir dan longsor tradisional
2. Kesehatan dan Kesejahteraan
Aktivitas Masyarakat MADE
• Area konservasi/ penanaman pohon tebing sungai
• Keanekaragaman hayati • Sumber daya akuatik/ penampungan • Teknologi tepat guna • Kontrol hama organik
1.5. Akses sumber • Konstruksi saluran daya properti irigasi bersama yang dikelola masyarakat dan dapat menunjang strategi penanggulangan dan penghidupan dalam masa normal dan krisis
• Penampungan air
2.1. Kemampuan fisik • Kebun sayur/dapur bagi tenaga kerja dan kualitas kesehatan yang dipelihara dalam masa normal melalui makanan dan nutrisi memadai, higienitas, serta perawatan kesehatan.
• Produksi tanaman dan ternak untuk keamanan pangan
3. Penghidupan berkelanjutan
2.2. Akses terhadap • Sistem irigasi yang kuantitas dan kualitas lebih baik air yang memadai untuk kebutuhan domestik saat krisis. 2.3. Kesadaran mengenai • Toilet dibangun/ sarana menjaga diperbaiki kesehatan dan langkah-langkah perlindungan jiwa serta penguasaan keterampilan yang tepat 3.1. Tingkat aktivitas • Kelompok ekonomi lokal dan menabung, lapangan kerja yang pembibitan, tinggi pembesaran babi dan kambing 3.2. Diversifikasi • Lumbung bibit, beepenghidupan keeping, • Peternakan – babi, kambing, lebah, dan lain-lain. 3.3. Lebih sedikit orang yang terlibat dalam aktivitas penghidupan tidak aman atau aktivitas rentanbahaya
4. Jaminan sosial
• pertanian komersial • Inisiasi lapangan kerja lokal • Diversifikasi onfarm • Tanaman musiman dan non-musiman • Jumlah pertanian rawan kekeringan berkurang
3.4. Adopsi praktik agrikultur tahanbahaya untuk keamanan pangan
• Perkebunan bambu • Manajemen irigasi
4.1. Sistem bantuan bersama, jaringan sosial, dan mekanisme dukungan yang menunjang reduksi risiko
• Formasi kelompok • Komisi manajemen bencana desa
4.2. Sistem bantuan bersama yang bekerjasama dengan
• Rencana CBDM disiapkan
• Konservasi tanah dan air • Sumur tabung dangkal • Tumbuhan polong • Jaringan dan tautan dengan Village Development Committee (VDC), District Development Committee (DDC), lembaga pemerintah. • Komisi manajemen bencana lokal
83
5. Instrumen finansial
6.
masyarakat serta struktur formal lain dan didedikasikan untuk manajemen bencana. 4.3. Akses masyarakat kepada layanan sosial pokok 4.4. Jalur komunikasi dan informasi sosial yang mapan; kelompok rentan tidak terisolasi 4.5. Pengetahuan kolektif dan pengalaman manajemen peristiwa sebelumnya 5.1. Basis aset rumah tangga dan masyarakat cukup besar dan beragam untuk menunjang strategi penanggulangan krisis
• Jaringan dengan VDC dan DDC • Papan peringatan
• Akses sistem peringatan dini (DIPECHO) • Papan peringatan • Profil bahaya historis • Pengetahuan • Studi dasar kolektif • tabungan
5.2. Ongkos dan risiko bencana dibagi melalui kepemilikan kolektif kelompok/ aset masyarakat
• Sumber daya dari VDC digunakan untuk proteksi
5.3. Keberadaan tabungan masyarakat/ kelompok dan skema kredit, dan/ atau akses layanan pembiayaan mikro 5.4. Dana bencana masyarakat untuk mengimplementasikan aktivitas PRB, respon, dan pemulihan 6.1. Keamanan hak kepemilikan/ penyewaan lahan. Tingkat tunawisma
• tabungan
6.2. lokasi yang aman: anggota masyarakat dan fasilitas yang
• lokasi aman
• tabungan/ kredit/sarana memperoleh pendapatan
• kelompok menabung – perempuan, pengguna hasil hutan
• VDC, DDC, dan kelompok hutan berkontribusi
• Kepemilikan lahan
• Kepemilikan lahan • tunawisma
7. Rezim perencanaan
tidak terpapar bahaya dalam area berisiko tinggi dalam lokalitas dan/ atau direlokasi dari tempat tidak aman 6.3. Ada langkah-langkah mitigasi struktural untuk melindungi dari ancaman bahaya besar, sedapat mungkin dibangun menggunakan tenaga, keterampilan, material dan teknologi tepat guna lokal 6.4. Infrastruktur dan fasilitas publik untuk menunjang kebutuhan manajemen kedaruratan 6.5. Infrastruktur dan koneksi layanan transportasi yang tahan bencana 7.1. Pengambilan keputusan masyarakat mengenai penggunaan dan manajemen lahan mempertimbangkan risiko bahaya serta kerentanan 7.2. Rencana bencana lokal (masyarakat) diteruskan ke dalam perencanaan pembangunan dan penggunaan lahan pemerintah
• Perluasan tangki air • Saluran irigasi
• Pengalihan banjir, penampungan air, teknologi lokal
• Sistem Peringatan Dini (DIPECHO)
• Infrastruktur
• Manajemen lahan publik
• Rencana CBDM • Rencana VDC
• Perencanaan dengan VDC dan CBDM
85
Studi Kasus 3: Menggunakan Karakteristik untuk menilai kapasitas, keterampilan, dan kesenjangan Organisasi: Tearfund, dengan mitra lokal di Malawi Penulis: Oenone Chadburn oenone.chadburn@tearfund.org Tujuan Menguji kebergunaan Karakteristik sebagai perangkat untuk menguji kapasitas dan keterampilan praktisi penanggulangan bencana (PB), serta mengidentifikasi keterampilan tambahan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan program. Kegiatan dilaksanakan di Zomba, Malawi selatan dengan 20 staf lapangan dan manajemen dari konsorsium mitra PB lama Tearfund. Metode Kegiatan dilaksanakan pada suatu sore (selama empat jam) di sebuah pusat pertemuan. Dipresentasikan oleh satu orang, menggunakan PowerPoint, flip chart, kartu berwarna, serta aktivitas dan diskusi interaktif. Tidak mungkin menelaah kapasitas terhadap semua Karakteristik dalam sebuah sesi tunggal sehingga Area Tematik 4 (Manajemen Risiko dan Reduksi Kerentanan) dipilih sebagai basis diskusi. Proses • Presentasi mengenai Karakteristik (maksud dan proses desain. Harus dipandang sebagai: • Visi masyarakat tahan-bencana dalam sebuah dunia yang sempurna, dari mana hasil-hasil yang diharapkan untuk sebuah masyarakat bisa diidentifikasi. • Sebagai sumber daya, bukan sebuah perangkat: Karakteristik membutuhkan modifikasi dan adaptasi untuk berbagai budaya, bahaya, dan tahapan siklus proyek. • Sebuah ‘menu’ rangkaian intervensi PRB, yang bisa digunakan langsung sebagai sumber daya dalam pekerjaan PRB dan praktisi pembangunan sehari-hari. • Telaah lebih dekat atas Area Tematik 4 untuk memastikan pemahaman mendasar mengenai konsep Karakteristik. Kelompok juga diperkenalkan dengan Analisis Kebutuhan Pelatihan, serta sub-pengelompokan digunakan dalam model ini – Pengetahuan, Keterampilan, dan Sikap. • Praktisi kemudian diminta untuk mengadakan curah pendapat mengenai pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang mereka butuhkan untuk mendesain dan mengimplementasikan aktivitas proyek untuk mencapai Karakteristik dalam Area Tematik 4, Komponen 2 (Kesehatan dan Kesejahteraan). Praktisi disarankan untuk tetap menjaga mandat organisasi mereka. Sebagai contoh, jika sebuah LSM tidak menyediakan layanan kesehatan, mereka didorong untuk memikirkan cara agar layanan tersebut dapat diberikan melalui kemitraan atau disertakan dalam sebuah rencana advokasi. • Setelah dibagi menjadi dua kelompok, satu kelompok kemudian mempelajari Komponen Ketahanan 3, 6, dan 7 (Penghidupan Berkelanjutan, Perlindungan Fisik, dan Rezim Perencanaan), sementara kelompok lain mempelajari Komponen 1, 4, dan 5 (Manajemen Lingkungan dan Sumber Daya Alam, Jaminan Sosial, serta Instrumen Finansial). Disediakan tiga paket kartu berwarna berbeda untuk merepresentasikan Pengetahuan, Keterampilan, dan Sikap. Masing-masing kelompok kemudian melakukan latihan yang sama dengan latihan untuk Komponen 2 di atas, memastikan bahwa tiap kartu juga merujuk kepada satu Karakteristik individual Masyarakat Tahan-Bencana. • Setelah beberapa waktu, kedua kelompok berkumpul lagi dan masing-masing sub-kelompok mempresentasikan temuan serta mengelompokkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang sama. • Sebuah tali kemudian ditempatkan di lantai dan tiga judul ditambahkan pada bagian atas, tengah, dan bawah tali, ‘lengkap’, ‘Kapasitas Medium’, dan ‘Lingkup Terbatas’. Kelompok besar kemudian diminta untuk memutuskan di mana akan meletakkan kartu mereka (lihat foto di bawah ini). • Akhirnya, anggota merefleksikan jenis pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang menurut kelompok sudah dan belum dimliki, serta cara memperoleh, memperbaiki, dan menularkannya.
Hasil-hasil • Kegiatan tali mendemonstrasikan letak kekuatan dan kelemahan dalam kapasitas untuk mencapai Karakteristik. Kartu yang telah dikelompokkan sebagian besar ditempatkan antara judul ‘Lengkap’ dan ‘Kapasitas Medium’ dengan hanya sedikit kartu berjajar ke bawah ke arah ‘Lingkup Terbatas’. Ini menunjukkan area-area yang membutuhkan pengembangan kapasitas lebih lanjut, untuk pertukaran keterampilan antar mitra atau, sebagai alternatif, menyediakan layanan dari organisasi lain. • Mitra mengetahui kebutuhan dan peluang untuk saling mendukung satu sama lain, dalam hal pertukaran keterampilan/kapasitas, dan kebutuhan untuk bekerja dalam kemitraan dengan gubernur dan masyarakat lokal. Mereka tidak, secara sendiri, menguasai semua keterampilan yang dibutuhkan. • Semua Karakteristik menemukan sejumlah resonansi dengan konteks Malawi. Sebagian lebih sulit untuk diaplikasikan ketimbang yang lain, tetapi para praktisi mampu melihat kesenjangan dalam desain atau pendekatan proyek mereka sendiri yang perlu diatasi. • Semua mitra dapat melihat dengan jelas bahwa keahlian teknis mendalam dibutuhkan dalam mengimplementasikan aktivitas PRB tertentu. Sebagai contoh, sebagian besar telah mempekerjakan spesialis pertanian namun belum benar-benar memahami nilainya. Demikian pula, mereka menyadari berapa besar pengetahuan lingkungan dibutuhkan untuk membantu masyarakat secara efektif. • Para praktisi menikmati perdebatan mengenai kapasitas yang dibutuhkan untuk Karakteristik. Ini memungkinkan mereka untuk mempertimbangkan tiap karakteristik secara cermat, seringkali mengidentifikasi perbandingan antara karakteristik PRB dengan penghidupan berkelanjutan, jaminan sosial, dan praktik pertanian yang baik (antara lain). Pelajaran yang diperoleh • Konklusi dalam hal kapasitas mitra sangat spesifik-Malawi; akan teridentifikasi hasil berbeda jika ini dilakukan di negara lain. • Kegiatan jenis ini membutuhkan banyak motivasi dari staf. Dalam hal ini, dengan profesional pengembangan dan spesialis teknis, pengalaman bisa digunakan untuk merefleksikan secara mendalam mengenai keberadaan/ketiadaan keterampilan utama. • Pemisahan dalam kartu berwarna berbeda untuk Pengetahuan, Keterampilan, dan Sikap tidak terlalu dibutuhkan mengingat sifat umum dari kegiatan, namun dapat terbukti bermanfaat jika dilakukan pendekatan yang lebih fokus. • Kegiatan akan lebih berguna jika dilakukan bersama kelompok lembaga yang sedang berada pada tahap dini, mempertimbangkan kemitraan, sehingga mereka dapat melihat kebutuhan dan manfaat kemitraan strategis. • Sejumlah lembaga mungkin tidak ingin secara terbuka mengekspresikan area-area kapasitas terbatas, meski ada ‘keamanan jumlah’ untuk kegiatan ini, mengingat bagian akhir dilakukan sebagai konsorsium kolektif dan tidak ada satu lembaga tertentu yang merasa diekspos. 87
• Dibutuhkan waktu sehari penuh untuk kegiatan jika rencana aksi kolektif ingin dikaji dengan baik. Keterbatasan waktu untuk kelompok berarti bahwa mereka didorong untuk tidak berpikir terlalu dalam mengenai setiap isu! • Untuk memperoleh efek penuh dan nilai jangka panjang, harus disertakan proses perencanaan aksi yang kuat dalam prosedur. Sebagai alternatif, mempersempit kegiatan agar fokus kepada serangkaian Karakteristik yang telah diseleksi sebelumnya akan membantu. • Selama berlangsungnya kegiatan, volume pengetahuan yang dibutuhkan mengenai Lingkungan Kondusif menjadi sangat jelas (contoh, pengetahuan mengenai hak penerima manfaat, di samping komitmen ketentuan dan kebijakan pemerintah atau otoritas lokal terhadap masyarakat).
Studi Kasus 4: Menyesuaikan Karakteristik untuk mengurangi risiko berpusat pada anak Organisasi: Plan International Penulis:
Nick Hall nick.hall@plan-international.org Kelly Hawrylyshyn kelly.hawrylyshyn@plan-international.org
Pengantar Plan International telah menggunakan Karakteristik untuk merencanakan, memantau, dan menelaah kegiatan PRB berpusat-anak (Child Centred Disaster Risk Reduction/CC-DRR)- mereka. Plan memulai prakarsa CC-DRR - dengan tantangan seberapa baik bisa mendesain kegiatan mengingat yang seringkali terjadi pada sebagian besar lembaga, tidak ada kerangka kerja yang disepakati secara luas untuk mendefinisikan ketahanan sebagai pedoman. Karenanya, proyek CC-DRR menghadapi tantangan untuk mengembangkan sebuah paket pendekatan berpusat anak berdasarkan lima area aksi dalam Hyogo Framework. Plan kemudian bergabung dengan konsorsium LSM yang memotori penetapan Karakteristik, dan karenanya berkomitmen untuk menguji dan menggunakan untuk menilai pekerjaan mereka. Studi kasus ini mendeskripsikan bagaimana hal ini mendorong pengembangan model ketahanan berpusat-anak. Model tersebut menyuguhkan indikator hasil PRB berpusat-anak yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan, pemantauan dan evaluasi, serta advokasi program dan proyek. Tujuan Maksud dari pelibatan Plan dengan Karakteristik adalah mengembangkan sebuah sumber daya praktis yang dapat digunakan oleh program negara untuk mendesain, mengimplementasikan, dan menelaah kemajuan pekerjaan mereka. Dari konsultasi regional dengan staf PRB, menjadi jelas bahwa sebelum Karakteristik dapat digunakan oleh organisasi, harus terlebih dahulu lebih selaras dengan pendekatan program pengembangan masyarakat berpusat-anak yang telah ada. Metodologi Plan memulai pengujian Karakteristik selama pertemuan yang didesain untuk memperkenalkan konsep PRB kepada kolega yang bekerja dalam negara-negara yang rentan terhadap dampak bahaya bencana alam. Setelah memperkenalkan PRB dan konsep ketahanan masyarakat, peserta memetakan program Plan yang telah ada dengan kelima Area Tematik dari Karakteristik. Ini dilakukan dengan cara berikut: 1. Dalam kelompok-kelompok, peserta lokakarya diminta untuk: ‘buat daftar aktivitas-aktivitas yang tengah diimplementasikan Plan dan menunjang pembangunan ketahanan masyarakat’. Tiap aktivitas ditulis di atas sebuah post-it note.
2. Fasilitator lokakarya kemudian memasang judul kelima Area Tematik (Tata Kelola Pemerintahan, Pengkajian Risiko, Pengetahuan dan Pendidikan, Manajemen Risiko dan Mengurangi Kerentanan, Kesiapsiagaan dan Respon Bencana) mengelilingi ruangan, dan anggota kelompok diminta untuk mendiskusikan serta mengklasifikasikan respon individu mereka terhadap tiap Area Tematik. Semua kelompok kemudian memasang post-it note mereka. 3. Seorang sukarelawan dari tiap kelompok kemudian ditugaskan untuk membaca respon terpasang yang telah dikelompokkan berdasarkan tiap Area Tematik, dengan fasilitator memberikan masukan dan menanyakan kemungkinan dibutuhkan reklasifikasi. 4. Setelah proses ini selesai, fasilitator mengelaah hasil dan menanyakan: (a) Apakah ada Area Tematik yang kurang diperhatikan oleh Plan (dimana post-it notes paling sedikit)? Mengapa? (b) intervensi tambahan apa yang dapat dilakukan dalam Area Tematik ini? 5. Tiap kelompok kemudian mempresentasikan hasil kerja kelompok kepada kelompok lebih besar sehingga respon awal yang diberikan pada awal kegiatan dilengkapi dengan ide-ide baru melalui kesepakatan konsensus. Setelah menemukan tempat pekerjaan berpusat-anak Plan dalam kerangka kerja Karakteristik, staf merasa lebih mudah memahami konsep ketahanan, berdasarkan kesadaran bahwa Plan telah melakukan banyak pekerjaan yang pada pokoknya membangun ketahanan masyarakat terhadap bencana. Informasi yang terhimpun dari kegiatan yang diadakan dalam empat lokakarya regional ini dikonsolidasikan oleh staf Program PRB Plan UK dengan dukungan dari konsultan eksternal, dan diringkas dalam tabel berikut: Area Tematik
Elemen Utama Pendekatan Berpusat-Anak terhadap PRB Tata Kelola Pemerintahan • Partisipasi • Pengembangan organisasi • Pengembangan sumber daya • Kemitraan • Advokasi 14 Pengkajian Risiko dan Perencanaan • Pengkajian kerentanan dan kapasitas sekolah dan masyarakat • Kesiapsiagaan dan rencana kontingensi sekolah dan masyarakat Pengetahuan dan Pendidikan • Peningkatan kesadaran • Pengembangan kapasitas • Riset dan pembelajaran Manajemen risiko dan Mengurangi • Pencegahan dan Mitigasi Bencana kerentanan Kesiapsiagaan dan respon bencana • Aktivitas kesiapsiagaan • Respon bencana • PRB dalam pemulihan bencana Langkah kedua dalam upaya Plan mengadopsi Karakteristik adalah menyelaraskan dengan prinsipprinsip Konvensi PBB mengenai Hak-Hak Anak. Tujuannya adalah memastikan bahwa kerja Plan untuk hak-hak anak – untuk hidup, perlindungan, pengembangan, dan partisipasi – akan lebih jelas tercermin dan selaras dengan kelima Area Tematik. 14
Dalam Karakteristik, perencanaan tercakup dalam Area Tematik 1 (Tata Kelola Pemerintahan). Namun demikian, Plan merasa bahwa, dalam praktik, perencanaan cenderung diimplementasikan berbarengan dengan pengkajian risiko dan karenanya ditempatkan dalam Area Tematik 2 (Pengkajian Risiko).
89
Hasil yang ingin dicapai program PRB Plan dalam konteks perubahan kehidupan anak-anak dan masyarakat diidentifikasi untuk masing-masing elemen utama pendekatan PRB berpusat-anak di atas. Peristilahan Karakteristik kemudian dimodifikasi agar sesuai dengan pendekatan berpusatanak dari Plan. Sebagai contoh, ketika berbicara mengenai Karakteristik sebuah Lingkungan Kondusif, pekerjaan bertujuan mencapai hasil sasaran yang berfokus kepada peran pemikul tugas pada tingkat pemerintah lokal, pemerintah nasional, dan masyarakat sipil, dengan seperangkat pertanyaan untuk mendesak staf dan mitra untuk menilai kembali peran mereka dalam merealisasikan hasil-hasil sasaran ini dan memastikan kesetiaan kepada prinsip-prinsip utama hak anak dan pembangunan berkelanjutan (termasuk sebesar-besarnya kepentingan anak, non-diskriminasi, dampak lingkungan, dan keberlanjutan). Tabel di bawah ini mengilustrasikan hasil proses terkait, untuk satu Area Tematik: Pengetahuan dan Pendidikan (tabel lengkap mencakup semua Area Tematik Karakteristik dan Elemen Utama Plan sendiri). Tabel: Hasil-Hasil Pengetahuan dan Pendidikan Berpusat-Anak Ketahanan-bencana Hasil pada tingkat pemilik hak Anak dan masyarakat Peningkatan kesadaran 1. Anak dan remaja (Children and young people/CYP), termasuk anak perempuan dan lakilaki rentan, sadar dan paham mengenai risiko bencana dan cara mengelolanya melalui pelatihan dan pendidikan berbasis sekolah dan masyarakat. 2. Kampanye peningkatan kesadaran telah diadakan untuk seluruh masyarakat dengan partisipasi CYP menggunakan berbagai bentuk komunikasi yang sesuai untuk segala usia, kemampuan dan gender berbeda, serta layak secara kultural. 3. Keseluruhan masyarakat sadar dan paham mengenai risiko bencana serta cara mengelolanya. 4. Anggota masyarakat memperlihatkan sikap dan perilaku positif terhadap pengurangan risiko dan partisipasi CYP dalam PRB serta manajemen bencana. Pengembangan kapasitas 5. CYP dan anggota masyarakat telah dilatih dan memiliki keterampilan yang memungkinkan
Lingkungan Kondusif Hasil pada tingkat pemikul tugas Pemerintah lokal Pemerintah Lokal 1. Pemerintah lokal memberikan kesempatan bagi CYP untuk berpartisipasi dalam aktivitas peningkatankesadaran mengenai PRB. 2. PRB menjadi bagian dari kurikulum sekolah juga disertakan dalam aktivitas pendidikan nonformal Pemerintah Nasional 3. Pemerintah nasional memberikan kesempatan bagi CYP untuk berpartisipasi dalam aktivitas peningkatan kapasitas mengenai PRB. 4. PRB menjadi bagian dari kurikulum sekolah nasional Masyarakat sipil 5. Organisasi perantara mendukung aktivitas peningkatan kesadaran dan pendidikan mengenai PRB oleh anak-anak dan masyarakat 6. Organisasi media berpartisipasi dalam mengomunikasikan risiko, langkah-langkah untuk mengatasi risiko, dan peran CYP dalam PRB. 7. Institusi akademik mendukung riset lokal mengenai peran CYP dalam PRB dan proses serta praktik PRB berpusat-anak juga menggunakan temuan untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan mengenai peran CYP dalam PRB pada tingkat nasional maupun internasional melalui makalah dan presentasi.
mereka mengimplementasikan aksi-aksi yang telah ditetapkan dalam rencana PRB. Riset dan pembelajaran 6. CYP memiliki keterampilan untuk meriset/meneliti, mendokumentasikan, dan mengomunikasikan aktivitas PRB di mana mereka terlibat dan menggunakan pelajaran yang diperoleh untuk memodifikasi praktik ke depan Peran Plan: sejauh mana kontribusi Plan terhadap perubahan ini? Keberpusatan Anak: Sejauh mana perubahan terkait memengaruhi anak (positif atau negatif)? Sebesar-besarnya kepentingan anak: apakah ada dampak negatif kepada anak? Non-diskriminasi dan inklusi: Siapa yang memperoleh keuntungan dari perubahan? Siapa yang tidak? Kenapa? (dengan penekanan khusus pada gender, usia, keragaman budaya, dan kerentanan). Dampak lingkungan: apakah perubahan berdampak positif atau negatif terhadap lingkungan? Keberlanjutan: sejauh mana perubahan dapat dipertahankan, seberapa tahan perubahan? Hasil-Hasil Karakteristik berpusat-anak kini digunakan oleh staf Plan dan organisasi mitra untuk mendesain program PRB berpusat-anak yang baru, untuk advokasi serta pemantauan dan evaluasi, juga untuk mengembangkan proposal yang diajukan kepada donor untuk pendanaan. Di Bangladesh, Karakteristik digunakan untuk mendesain studi awal untuk proyek yang didanai DIPECHO Uni Eropa. Mereka membentuk struktur untuk diskusi kelompok terarah bersama anakanak dan anggota masyarakat. Pada akhir proyek, tabel hasil juga digunakan sebagai kerangka serangkaian studi kasus mengenai pelajaran, tantangan, dan peluang dari proyek. Di El Salvador, Plan memanfaatkan Karakteristik berpusat-anak untuk menjalankan studi diagnostik ketahanan dalam lima komunitas (empat di antaranya telah berpartisipasi dalam aktivitas proyek PRB berpusat-anak mereka dan satu komunitas eksternal berperan sebagai kelompok kontrol). Hasil-hasilnya digunakan untuk merencanakan strategi program guna memperkuat kapasitas komisi manajemen bencana pemerintah lokal pada empat kota. Karakteristik membantu mengidentifikasi prioritas dan memberikan kerangka bagi rencana aksi, memperjelas peran dan tanggung jawab berbagai aktor. Indikator M&E untuk menilai pekerjaan ini diambil secara langsung dari Karakteristik berpusat-anak. Hasil-Hasil Karakteristik memberikan fondasi dan sumber daya untuk mengembangkan kerangka kerja konseptual bagi PRB berpusat-anak. Plan mampu menggunakan ini dengan sejumlah cara untuk mendukung: • Riset primer, dengan membuat pertanyaan-pertanyaan berdasarkan Karakteristik untuk diskusi kelompok terarah yang diadakan sebagai bagian dari dasar proyek di Bangladesh, Kamboja, dan Ekuador. • Perencanaan melalui pengembangan sumber daya untuk membantu staf mengidentifikasi potensi area intervensi. 91
• Analisa program dengan menyediakan kerangka kerja bagi analisa situasional (diagnosa) untuk pekerjaan manajemen bencana tingkat kota di El Salvador. • Advokasi global dengan membuat pertanyaan-pertanyaan untuk survey yang diadakan di 13 negara dengan lebih dari 800 anak. Hasil survey menjadi bukti dan data untuk laporan suplemen berpusat-anak bagi Views from the frontline survey yang diadakan oleh Global Network of Civil Society Organizations for Disaster Reduction dan dipresentasikan pada UN ISDR’s 2009 Global Platform. (Children’s Views from the Frontline Survey dapat diperoleh di http://www.plan-uk.org/ pdfs/Children_on_the_Frontline_GP_report.pdf) Pelajaran yang diperoleh Karakteristik adalah sebuah sumber daya yang sangat komprehensif, mencakup semua aspek manajemen risiko bencana yang menjelaskan ketahanan masyarakat. Namun demikian, dengan keluasan dan kedalaman pendekatan holistik ini terhadap manajemen risiko bencana, penting untuk memilih Karakteristik yang paling relevan untuk intervensi tertentu, serta untuk menjelaskan ini dalam bahasa sederhana ramah-pengguna dan non-teknis. Agar benar-benar berguna pada tingkat lokal, Karakteristik harus mudah dipahami, terutama oleh masyarakat dan anak-anak rentan. Dalam memperkenalkan Karakteristik, Plan menemukan bahwa yang terbaik adalah terlebih dahulu memberikan kesempatan kepada orang untuk mengeksplorasi pemahaman mereka mengenai ketahanan dengan memfasilitasi diskusi terbuka mengenai pekerjaan berkelanjutan yang dapat meningkatkan ketahanan lokal terhadap bencana. Langkah pertama ini sangat penting. Karena dibangun dari pengetahuan yang telah ada, maka lebih mudah untuk menghadapi resistensi terhadap ide bahwa Karakteristik sekedar sebuah perangkat baru. Di samping itu, ditemukan bahwa saling-keterkaitan antar Karakteristik mengakibatkan tingkat kompleksitas yang lebih tinggi. Sebagai contoh, elemen Area Tematik Tata Kelola Pemerintahan serta Pengetahuan dan Pendidikan dapat dipandang bersifat lintas sektoral pada keseluruhan Area Tematik. Untuk menjawab tantangan ini, Plan mengelompokan Karakteristik menurut jenis aktivitas proyek – seperti peningkatan kesadaran, pengembangan kapasitas, riset dan pembelajaran. Ini membantu staf Plan untuk mengidentifikasi tautan antara pekerjaan yang termasuk di antara, di samping dalam, Area Tematik, sehingga menyederhanakan proses perencanaan. Plan memotori dukungan ahli teknis dalam hal hak anak untuk membantu dalam adaptasi Karakteristik agar sesuai dengan kerangka kerja hak anak. Keahlian ini memastikan bahwa Karakteristik individual lebih jelas bertaut dengan kebutuhan, kapasitas, dan hak anak. Selama masa validasi, Plan menyimpulkan bahwa Karakteristik harus selalu diadaptasi dan disederhanakan agar sesuai dengan konteks dan kapasitas lokal.
Studi Kasus 5: Perencanaan strategis menggunakan Karakteristik Organisasi: Christian Aid Penulis: Jose Luis Penya jlpenya@christian-aid.org Tujuan Studi kasus ini menunjukkan cara menggunakan Karakteristik untuk memandu pengembangan strategi regional yang mencakup PRB dan API di Amerika Tengah. Tahun 2008, sepuluh tahun setelah Hurricane Mitch, Christian Aid dan mitra mereka melakukan pemutakhiran pendekatan PRB regional, berdasarkan pelajaran dari strategi sebelumnya (20032008) dan dengan mempertimbangkan implikasi perubahan iklim terhadap kehidupan serta penghidupan kelompok miskin dan marginal di Amerika Tengah. Metodologi dan tantangan Christian Aid adalah sebuah organisasi berbasis kemitraan dan, karena alasan ini, perencanaan strategis didekati melalui proses bersama dengan para mitra mereka di El Salvador, Guatemala, Honduras, dan Nikaragua, empat negara yang sementara menjadi bagian dari program Amerika Tengah. Bulan Agustus tahun 2008, staf Christian Aid menyusun tujuan strategis dalam pertemuan staf regional yang diadakan di Tegucigalpa. Setelah itu, Christian Aid menyelenggarakan sebuah lokakarya untuk mendiskusikannya dengan organisasi mitra serta untuk bersama-sama mengembangkan lini strategis aksi atau, dengan kata lain, area program. Lokakarya diadakan di Copan (Honduras), 2426 September 2008, dengan perwakilan dari sekitar 20 organisasi. Selama paruh pertama lokakarya, peserta menelaah hasil-hasil dari strategi sebelumnya dan mempertimbangkan opsi lain untuk memutakhirkannya, termasuk riset-aksi, pendekatan berbasishak terhadap PRB, dan pemanfaatan Karakteristik untuk desain proyek. Pada paruh kedua mereka bertemu dalam kelompok berbasis-negara, dengan petugas program nasional Christian Aid bertindak sebagai fasilitator. Kelompok homogen lebih dipilih ketimbang kombinasi acak peserta karena: 1. Organisasi-organisasi dari negara yang sama memiliki riwayat kerjasama yang panjang dan telah mengembangkan dinamika kelompok internal. Fasilitasi oleh petugas nasional bertujuan untuk menggandakan efek ini. 2. Bahaya dan kerentanan satu negara tunggal lebih mudah dipahami dan dibahas ketimbang yang berasal dari kelompok negara-campuran. Kelompok diminta untuk memilih tiga Komponen Ketahanan sebagai prioritas ‘lini aksi’. Mereka bekerja dalam dua sesi 90 menit terpisah, sesi pertama untuk advokasi dan sesi kedua untuk pekerjaan masyarakat, menggunakan tabel untuk Area Tematik 1 (Tata Kelola Pemerintahan) dan 4 (Manajemen Risiko dan Reduksi Kerentanan), masing-masing, sebgai titik mula untuk diskusi kelompok. Setelah satu jam, kelompok melaporkan Komponen yang dipilih dan alasan terkait. Komponen yang dipilih tiap kelompok-negara kemudian dibandingkan dalam sebuah sesi terbuka dan prioritas regional dipilih dengan aturan konsensus sederhana: 1. Komponen yang dipilih oleh lebih dari setengah jumlah kelompok (tiga kelompok) diambil sebagai prioritas utama. 2. Komponen yang dipilih oleh dua kelompok disertakan sebagai prioritas kedua. 3. Komponen yang dipilih oleh hanya satu kelompok ditolak sebagai prioritas regional, meskipun peserta bisa menyimpan hasil ini untuk digunakan lebih lanjut pada tingkat negara.
93
Hasil-Hasil Hasil-hasil dari lokakarya disimpan oleh Christian Aid dan diteruskan kepada staf untuk digunakan dalam menulis konsep strategi. Bulan November 2008, dokumen akhir disampaikan kepada staf regional untuk disetujui dan disebarluaskan kepada para mitra. Keseluruhan proses berlangsung selama empat bulan, waktu yang wajar untuk sebuah strategi lima tahun. Metodologi menghasilkan konsensus cepat dan kuat mengenai prioritas pada tingkat regional (prioritas sebagaimana dalam kotak di bawah ini). Herannya ternyata hasil tidak mengundang kontroversi, mengingat kompleksitas yang ada, dan dianggap sangat selaras dengan tren jangka panjang oleh staf Christian Aid dan organisasi mitra. Penggunaan Karakteristik sebagai pedoman diskusi kelompok terarah memiliki dua konsekuensi tambahan: 1. Karakteristik menjadi kerangka kerja yang diterima untuk pengembangan area program lebih lanjut (misalnya pada tingkat program). 2. Karakteristik tertransformasikan menjadi sejenis dokumen rujukan untuk resolusi konflik, diskusi rinci, dan klarifikasi bagi organisasi yang menangani PRB dan API. Lini Utama strategi Amerika Tengah mitra Christian Aid untuk mengurangi risiko bencana dan adaptasi perubahan iklim LINI AKSI 1: ADVOKASI Prioritas utama: Kebijakan, perencanaan, prioritas, dan komitmen politik terhadap PRB dan API. Prioritas kedua: • Sistem hukum dan regulasi • Kemitraan • Akuntabilitas dan partisipasi masyarakat LINI AKSI 2: PEKERJAAN MASYARAKAT Prioritas utama: • Modal alamiah: manajemen lingkungan dan sumber daya alam, termasuk adaptasi perubahan iklim. • Penghidupan berkelanjutan Prioritas kedua: • Kesehatan dan kesejahteraan • Perlindungan fisik, langkah-langkah teknis dan struktural • Sistem perencanaan Rekomendasi 1. Integrasi antar berbagai komunitas praktis: penggunaan Karakteristik dapat membantu menavigasi kompleksitas kerjasama dengan kelompok organisasi mitra dalam area pengurangan risiko dan adaptasi, sebuah area abu-abu di mana berbagai komunitas praktis bersinggungan, masingmasing membawa muatan konseptual sendiri. Pengembangan lini strategi untuk PRB dan API melibatkan sumber kompleksitas yang diatasi dengan menggunakan Karakteristik. Yang pertama biasanya titik kontroversial mengenai apakah
pekerjaan pekerjaan perubahan iklim harus diintegrasikan dengan area manajemen risiko lain atau diperlakukan sebagai sebuah tema yang berbeda. Di samping itu, peserta harus menavigasi melalui area perdebatan lain seperti integrasi advokasi dan penyediaan layanan serta tautan antara pemulihan dan pembangunan. Akhirnya, hasil harus memperhatikan komitmen jangkapanjang organisasi individual pada sektor-sektor khusus seperti air, sumber daya alam, gender, atau agrikultur.
Penggunaan Karakteristik sangat penting untuk menavigasi kendala-kendala ini, memberikan kerangka yang kuat namun fleksibel untuk menjembatani kesenjangan dan membangun pemahaman bersama antara beragam komunitas praktis, , sebagai contoh, organisasi berbasiskebutuhan dengan kelompok berbasis-hak, spesialis dalam pemulihan dan pembangunan atau gender dan aktivis lingkungan.
Di antara ciri dokumen yang sangat berguna untuk tugas ini adalah: • Tingginya jumlah elemen individual yang tersedia, membuat berbagai komunitas praktis merasa bahwa kepentingan khusus mereka terwakili dengan baik dan dipertimbangkan. • Artikulasi antara Area Tematik umum dan Komponen Ketahanan mengerucutkan paket indikator yang lebih spesifik sehingga peserta dapat mencari area yang relevan dan menggabungkan secara cepat dengan sektor-sektor dan aktivitas-aktivitas pekerjaan yang familiar bagi mereka. • Presentasi indikator ‘masyarakat’ dan ‘lingkungan kondusif’ secara paralel memungkinkan diskusi bersama mengenai advokasi lokal dan komponen penyediaan layanan.
2. Keragaman dan keahlian tim: efek utama dari dokumen adalah kapasitasnya untuk mengarahkan diskusi dan mempercepat konsensus. Agar efek ini maksimal, peserta harus familiar dengan dokumen sebelum lokakarya. Penerapan kelompok diskusi homogen satu negara juga dapat memfasilitasi efek tersebut.
Dua ciri lain yang berkontribusi untuk keberhasilan: • Semua peserta berasal dari mitra berkomitmen, dengan pengalaman dalam PRB, penghidupan, serta area terkait dan dengan minat eksplisit untuk mengeksplorasi area baru pekerjaan perubahan iklim. • Sebagian besar peserta telah mengenal dokumen sebelumnya dan, dalam beberapa kasus, telah menggunakannya untuk memantau tujuan desain proyek.
95
Studi Kasus 6: Menggunakan Karakteristik untuk telaah dan evaluasi Organisasi: Christian Aid Penulis: Cristina Ruiz cruiz@christian-aid.org Maksud Sebagai bagian dari telaah jangka-menengah program PRB global utama yang didanai DFID, Christian Aid menggunakan Karakteristik untuk mengembangkan lebih lanjut indikator-indikator keluaran dalam kerangka kerja logis program. Indikator-indikator digunakan untuk menyusun kerangka acuan kerja (terms of reference) dalam telaah jangka-menengah di Honduras, Malawi, dan Bangladesh. Metodologi dan Tantangan Sebuah tim proyek internasional (sembilan orang) mengkaji cara untuk mengurangi jumlah indikator dari kerangka kerja logis asli dan membuatnya lebih terukur, dengan perimbangan indikator kualitatif dan kuantitatif yang baik. Untuk membangun proses ini, tim merujuk bagian-bagian dari dokumen Karakteristik yang relevan dan dapat membantu pengembangan indikator. Karenanya, indikator keluaran individual ditautkan dengan Area Tematik spesifik dan Komponen Ketahanan yang dapat membantu dalam menilai tingkat pencapaian indikator spesifik terkait. Dalam sejumlah kasus peristilahan indikator direvisi menggunakan Karakteristik sebagai panduan. Penting untuk digarisbawahi bahwa setengah dari pekerjaan ini telah selesai dalam implementasi program; karenanya tidak mungkin menggantikan indikator atau menambah indikator baru dalam kerangka kerja logis (yang telah disepakati donor). Namun, indikator dapat dimodifikasi dengan memecah, menamai ulang, atau mengklarifikasi. Ini menjadi tantangan bagi tim sekaligus juga kesempatan untuk menambah keakuratan indikator ‘lama’ untuk benar-benar mengukur ketahanan. Sebagai contoh, dalam kasus indikator ‘strategi bermanfaat/ positif yang ada dan mampu mengurangi kerentanan risiko masyarakat’, tim memutuskan untuk merujuk tujuh Komponen Ketahanan dalam Area Tematik 4 (Manajemen Risiko dan Pengurangan Kerentanan) berikut Karakteristik individual terkait, untuk melihat cara memutuskan apakah sebuah strategi spesifik benar-benar ‘bermanfaat atau positif’. Hasil-Hasil Tabel di bawah ini menunjukkan bagaimana sejumlah indikator asli dinamai-ulang dalam kerangka kerja logis. Teks bergaris-miring mengacu ke bagian-bagian dari tabel Karakteristik yang akan membantu Christian Aid dan mitranya dalam mengukur indikator-indikator baru. Indikator-indikator keluaran dalam kerangka Indikator keluaran revisi, menggunakan kerja logis asli (Januari 2006) Karakteristik (Juni 2008) • Inkorporasi pendekatan dan indikator PRB 1. dalam strategi pendukung tematik lembaga Christian Aid (CA) serta strategi regional Afrika, Amerika Latin/ Karibia, dan Asia/ Timur Tengah yang menyangga kerangka kerja lembaga tahun 2005 – 2010
Inkorporasi pendekatan dan indikator PRB serta akomodasinya dalam strategi pendukung CA yang menyangga kerangka kerja lembaga CA 2005 – 2010; pada tingkat lembaga dan dalam strategi regional di Afrika, LAC, dan Asia/ Timur Tengah.
Kinerja positif menurut indikator-indikator yang ditetapkan dalam strategi lembaga CA– tujuan 1: penghidupan aman – dan tujuan 3 – tata kelola pemerintahan • Pelajaran penting direplikasi • Peningkatan akomodasi dan kesadaran PRB serta pendekatan SLA dalam pembangunan dan program kedaruratan dalam CA dan mitra-mitranya. • Materi pembelajaran mengenai PRB diproduksi oleh CA/sumber-sumber lain. • Komisi/ relawan/penyuluh pemerintah mereplikasi pengetahuan melalui aksi praktis • Pembelajaran PRB tercermin dalam proposal yang diterima • Paling sedikit dibuat lima tautan dengan lembaga akademik/institusi lain untuk memproduksi dan menyebarluaskan dokumen pembelajaran, publikasi yang ditelaah sejawat, dan presentasi pada seminar nasional atau internasional yang relevan • Publikasi laporan ‘pembelajaran’ akhir • Jumlah pengkajian risiko yang dijalankan • Jumlah strategi penghidupan berkelanjutan yang ada • Perubahan tingkat kebijakan • Jumlah dan regularitas forum meja bundar /pertemuan • Skala dan lingkup keanggotaan aktif mitra dalam jaringan advokasi • Jumlah aktivitas bersama antar mitra • Media yang digunakan untuk menyebarluaskan informasi (program radio, seminar) • Paling sedikit satu prakarsa bersama dengan lembaga UK lain dan/atau jaringan ekumenikal diinisiasikan • Umpan balik positif dari masyarakat mengenai prakarsa pengurangan risiko
2.
Materi pembelajaran yang layak (informasi, komunikasi, dan edukasi) mengenai PRB diproduksi oleh CA/sumber-sumber lain disebarluaskan (menggunakan berbagai bentuk media) dan digunakan. Akan dipandu oleh Area Tematik 3, Komponen 1 sampai 5. 3. Pelajaran positif direplikasi pada tingkat masyarakat (komisi, relawan, penyuluh pemerintah) 4. Pembelajaran PRB tercermin dalam proposal yang diterima dari mitra dan melalui aksi praktis dalam proyek yang diimplementasikan 5. Skala dan lingkup CA serta keanggotaan aktif mitra dalam jaringan advokasi menghasilkan perubahan tingkat kebijakan 6. Jumlah aktivitas bersama antar mitra mendorong pembelajaran dan inovasi dalam organisasi 7. Dibuat tautan produktif antara institusi akademik, ilmiah, dan institusi lain guna memproduksi dan menyebarluaskan dokumen pembelajaran, publikasi yang ditelaah sejawat, dan presentasi pada seminar nasional atau internasional yang relevan. 8. Jumlah dan kualitas pengkajian masyarakat efisien, efektif, dan tepat waktu yang diadakan. Akan dipandu dengan Area Tematik 2, komponen 1 hingga 3. 9. Jumlah strategi bermanfaat/positif yang ada dan dapat mereduksi kerentanan risiko masyarakat, dalam hal perubahan manajemen sumber daya alam; penghidupan; perlindungan fisik dan sosial; atau yang lain. Akan dipandu oleh Area Tematik 4, Komponen 1 hingga 7. 10. Jumlah aksi yang memperbaiki organisasi masyarakat untuk kesiapsiagaan bencana. Akan dipandu oleh Area Tematik 5, Komponen 1 hingga 6. 11. Komunitas dan mitra memahami rincian legislasi dan rencana operasional relevan mengenai PRB. Akan dipandu oleh Area Tematik 1, Komponen 1 dan 2. 12. Aksi advokasi efektif yang diinisiasi oleh masyarakat menghasilkan peningkatan akses terhadap sumber daya publik dan/ atau pengaruh positif terhadap kebijakan. Akan dipandu oleh Karakteristik Lingkungan Kondusif semua Area Tematik. 97
Versi baru dari indikator telah disetujui oleh donor dan digunakan untuk membantu telaah jangkamenengah. Jenis logframe dokumen proyek tidak dapat memuat jumlah dan tingkat rincian dalam Karakteristik: karenanya, logframe yang diajukan kepada donor tidak memuat rujukan kepada Karakteristik untuk tiap indikator tetapi hanya rujukan umum mengenai bagaimana dokumen akan memandu indikator. Rekomendasi Semua peserta sepakat bahwa Karakteristik telah terklarifikasi dan membantu dalam menetapkan indikator. Tim dibentuk oleh praktisi PRB berpengalaman dari Filipina, Bangladesh, Honduras, El Salvador, Malawi, dan Inggris. Terbangun sebuah konsensus mengenai manfaat Karakteristik terlepas dari perbedaan konteks dan risiko yang dihadapi anggota tim, namun untuk mencapai tingkat diskusi seperti ini dibutuhkan keahlian dan pengetahuan praktis pekerjaan PRB. Idealnya, penetapan indikator harus diselesaikan sejak awal proyek, menggunakan Karakteristik untuk menetapkan dan membentuk proyek sejak mula. Kemudian telaah dan evaluasi akan diadakan menurut indikator-indikator yang disepakati dengan donor.
Studi Kasus 7: Menggunakan Karakteristik untuk pengumpulan data dan riset Organisasi: Christian Aid Penulis: Cristina Ruiz cruiz@christian-aid.org Maksud Sebagai bagian dari telaah jangka-menengah atas proyek PRB yang didanai DFID global, Christian Aid menggunakan Karakteristik untuk mengembangkan studi kasus mengenai pengalaman masyarakat dan mitra yang akan digunakan dalam telaah sebagai basis untuk diskusi dan analisa mendalam. Serangkaian studi kasus dikembangkan dalam tiga negara proyek, masing-masing memilih fokus analitis berbeda dan mengombinasikan komponen dokumen Karakteristik tertentu: Maksud dari studi kasus ada tiga: 1. Memberikan pelajaran awal dan mengidentifikasi tantangan utama area fokus spesifik untuk memandu diskusi tim dalam sebuah lokakarya penelaahan partisipatif. 2. Uji-lapangan Karakteristik sebagai kerangka kerja konseptual untuk analisa mendalam dan studi kasus (menggunakan Karakteristik pilihan tertentu yang relevan dengan pengembangan masyarakat tahan-bencana). 3. Menghasilkan ide dasar dan awal untuk evaluasi spesifik-negara. Metodologi dan tantangan Studi kasus bertujuan untuk merefleksikan area fokus proyek dan komponen ketahanan tertentu, berdasarkan logframe proyek asli serta dokumen Karakteristik. Tim proyek memilih sejumlah Area Tematik utama, Komponen Ketahanan, serta Karakteristik Masyarakat Tahan Bencana yang sangat relevan dengan tujuan proyek dan diharapkan menghasilkan temuan berguna dalam persiapan evaluasi tingkat negara. Untuk itu, kriteria pemilihan komponen ketahanan dan karakteristik untuk studi kasus adalah: • tujuan proyek (sebagaimana ditetapkan dalam logframe); • daftar komponen untuk uji-lapangan; dan • kompetensi mitra dan Christian Aid dalam negara-negara tertentu.
Sebagai contoh, di Bangladesh, studi kasus difokuskan pada tingkat masyarakat dan menganalisis tautan antara tingkat pengetahuan risiko lokal dengan praktik lingkungan. Dua Area Tematik dengan komponen relevan dan Karakteristik dipilih dan dikombinasikan dengan cara berikut: Area Tematik & Komponen Ketahanan
Karakteristik Masyarakat Tahan Bencana
Area Tematik 2: Pengkajian Risiko
1.2. Pengkajian bahaya/risiko merupakan proses partisipatif yang melibatkan perwakilan semua bagian masyarakat serta sumber keahlian.
Komponen 1. Data dan pengkajian bahaya/risiko
Karakteristik Lingkungan Kondusif
1.3. Temuan pengkajian dibagikan, didiskusikan, dipahami dan disepakati oleh semua pemangku kepentingan serta diteruskan ke dalam perencanaan bencana masyarakat. 1.4. Temuan dibuka untuk semua pihak berkepentingan dan diteruskan ke dalam perencanaan bencana mereka.
Area Tematik 4: Manajemen Risiko dan Pengurangan kerentanan
1.5. Pemantauan berkelanjutan atas bahaya dan risiko serta pemutakhiran pengkajian. 1.1. Pemahaman masyarakat mengenai karakteristik dan fungsi lingkungan alam lokal serta risiko potensial.
Komponen 1. Manajemen lingkungan dan sumber daya 1.4. Pelestarian dan penerapan alam pengetahuan tradisional serta teknologi tepat guna yang relevan dengan manajemen lingkungan. Karakteristik terpilih kemudian didiskusikan dan ditelaah bersama staf mitra Christian Aid lokal sebelum mengunjungi masyarakat; dan tema serta pertanyaan penting untuk wawancara, kelompok terarah, dan peserta wawancara individual disepakati. Keseluruhan pertanyaan berikut menjadi memandu berjalannya proses: 1. Sudahkan pengkajian bahaya dan risiko, termasuk pengkajian risiko perubahan iklim, diadakan dalam proyek yang dikontribusi masyarakat dan mengubah persepsi orang terhadap risiko serta kesiapsiagaan? 2. Sudahkan proses pengkajian partisipatif meningkatkan pengetahuan orang mengenai peran serta tanggung jawab selama respon dan mampukah mereka mengantisipasi faktor-faktor risiko yang penting? 3. Sudahkah pelibatan berbagai aktor lokal, termasuk pemerintah, mempengaruhi proses pemetaan bahaya dan risiko, serta sudahkah proses berdampak terhadap hubungan antara masyarakat dan perwakilan masyarakat, juga akses kepada layanan publik? 99
Dalam masyarakat, diadakan wawancara dengan anggota Komisi Manajemen Bencana Desa (wawancara terpisah dan bersama dengan anggota komisi perempuan dan laki-laki), dengan anggota Komisi Relawan, etnis minoritas, perwakilan Ward, dan anggota Union Parishad di desa terkait, juga staf pemerintah lokal (insinyur, staf kedokteran hewan, kepada Upazilla). Di samping itu, diadakan wawancara individual jika perlu dengan para dokter, guru, serta wirausahawan di dalam maupun luar masyarakat. Di Honduras, studi kasus yang dikembangkan mengkombinasikan kesadaran risiko dengan kapasitas advokasi. Studi kasus berfokus pada tingkat masyarakat dan menganalisis pertanyaanpertanyaan utama berikut ini: • Apakah masyarakat yang memiliki visi bersama mengenai masyarakat siaga dan tahan bencana, terlatih dengan baik, dan sadar risiko bencana dalam posisi lebih baik untuk meningkatkan pengaruh mereka terhadap pemerintah pada tingkat lokal? • Faktor dan aspek lain apa dari Lingkungan Kondusif yang dibutuhkan masyarakat agar mampu bekerja secara efektif dengan pemerintah dan pemangku kepentingan lain? Karakteristik yang dipilih adalah: Area Tematik & Komponen Karakteristik Masyarakat Tahan Ketahanan Bencana Area Tematik 3: Pengetahuan dan Pendidikan Komponen 1. Kesadaran publik, pengetahuan dan keterampilan
Area Tematik 3: Pengetahuan dan Pendidikan Komponen 3. Pendidikan dan Pelatihan
1.2. Seluruh masyarakat telah terjangkau/ambil bagian dalam kampanye kesadaran berkelanjutan, sesuai kebutuhan dan kapasitas masyarakat (misalnya tingkat literasi) 1.3. Pengetahuan publik mengenai bahaya, kerentanan, risiko dan aksi pengurangan risiko memadai untuk aksi efektif oleh masyarakat (sendiri dan dengan kolaborasi bersama pemangku kepentingan lain). 1.4. Penguasaan (oleh individu dan dalam masyarakat) pengetahuan dan keterampilan teknis dan organisasional untuk aksi PRB dan respon pada tingkat lokal (termasuk pengetahuan teknis tradisional, strategi penanggulangan, strategi penghidupan). 3.1. Sekolah-sekolah lokal memberikan pendidikan PRB untuk anak-anak melalui kurikulum dan jika perlu aktivitas ekstrakurikuler. 3.2. Pelatihan PRB/DRM dan pelatihan lain membahas prioritas yang diidentifikasi oleh masyarakat
Karakteristik Lingkungan Kondusif
Area Tematik 1: Tata Kelola Pemerintahan Komponen 1. Kebijakan, perencanaan, prioritas, dan komitmen politik PRB
dan berdasarkan asesmen risiko, kerentanan, serta problem terkait oleh masyarakat.
3.3. Anggota masyarakat dan organisasi dilatih dengan keterampilan PRB dan DP yang relevan. 1.2. Konsensus mengenai risiko yang • Konsensus politik dihadapi, pendekatan manajemen mengenai pentingnya risiko, aksi spesifik yang harus PRB dijalankan, dan target yang harus • PRB menjadi prioritas dipenuhi. kebijakan pada semua tingkatan pemerintahan 1.5. Kepemimpinan masyarakat • Kebijakan, strategi, dan yang berkomitmen, efektif, dan rencana implementasi akuntabel untuk perencanaan PRB nasional dengan dan implementasi PRB visi, prioritas, target, dan tolok ukur yang 1.6. Rencana PRB (dan Disaster Plan/ jelas. DP) masyarakat dikembangkan • Pemahaman resmi melalui proses partisipatif, tingkat lokal mengenai, diterapkan dalam operasi, dan dan dukungan bagi, visi dimutakhirkan secara periodik. masyarakat.
Di Malawi, studi kasus mengkaji produksi pengetahuan dan jalur komunikasi pada tingkat masyarakat dengan membahas pertanyaan-pertanyaan utama berikut: • Apakah dengan jalur informasi sosial dan komunikasi yang berjalan masih ada kelompok rentan terisolasi? Apakah analisis kerentanan dan kapasitas (VCA) membantu mengatasi isolasi ini? • Apakah VCA bisa menangkap pengetahuan dan pengalaman kolektif pengelolaan krisis sebelumnya? Sejauh mana? Aktivitas, faktor, aksi, dan hal lain apa yang mendorong atau menghambat? Untuk ini telah dipilih dan dikombinasikan Karakteristik berikut ini: Area Tematik dan Karakteristik Masyarakat Tahan Komponen Ketahanan Bencana Area Tematik 2: Pengkajian 2.2. VCA merupakan sebuah Risiko proses partisipatif yang melibatkan perwakilan dari Komponen 2. Kerentanan/ semua kelompok rentan kapasitas serta data dan asesmen dampak
Karakteristik Lingkungan Kondusif • VCA dimandatkan dalam kebijakan, legislasi dan aturan publik lain dengan standar penyusunan, publikasi, revisi. • Data dampak bencana dan informasi statistik kehilangan tersedia dan digunakan dalam VCA. • Pengetahuan yang ada dihimpun, disintesiskan, dan dibagi secara sistematis (melalui sistem informasi manajemen bencana) 101
• Partisipasi semua lembaga/ pemangku kepentingan terkait dalam asesmen Area Tematik 4: Manajemen 4.4. Jalur informasi sosial dan • Skema jaminan sosial Risiko dan Pengurangan komunikasi yang mapan; formal dan jaring pengaman Kerentanan kelompok rentan tidak sosial yang dapat diakses terisolasi. kelompok rentan pada 4.5. Pengetahuan dan pengalaman masa normal dan dalam kolektif mengenai respon terhadap krisis. penangangan peristiwa • Lembaga eksternal siap sebelumnya (bahaya, krisis). untuk menginvestasikan waktu dan sumber daya dalam membangun kemitraan komprehensif dengan kelompok dan organisasi lokal untk jaminan/perlindungan sosial dan PRB. Panduan wawancara untuk tiap studi kasus dikembangkan dalam dialog dengan staf dan mitra Christian Aid, dengan merujuk kepada karakteristik spesifik yang dipilih untuk tiap kasus. Diadakan wawancara terbuka semi-terstruktur dan diskusi kelompok dengan anggota masyarakat, staf mitra proyek, perwakilan pemerintah lokal, dan pemangku kepentingan lokal terkait. Hasil dan rekomendasi Selama berlangsungnya riset, fokus pertanyaan riset yang jelas berdasarkan Karakteristik memperlihatkan bahwa asumsi-asumsi yang menjadi dasar sejumlah hipotesis terbukti tidak kuat. Sebagai contoh, di Bangladesh, studi menemukan bahwa proses asesmen tidak sepenuhnya partisipatif dan temuan terkait tidak dibagi secara luas baik di dalam masyarakat maupun keluar. Lebih jauh, pemerintah lokal, meski memahami mengenai VCA partisipatif, tidak berpartisipasi dalam kegiatan, jauh dari salah satu anggota masyarakat yang menjadi perwakilan Ward dalam Union Parishad. Studi kemudian berupaya untuk memahami sebab yang menghambat kedua komunitas untuk memperoleh manfaat lebih banyak dari proses asesmen risiko dan lebih luas dari aktivitas proyek. Untuk itu, riset tidak hanya menyoroti tiga faktor utama keberhasilan intervensi PRB yang diterima begitu saja oleh para mitra tanpa terefleksikan (partisipasi, pemberdayaan, dan keberlanjutan), namun juga membolehkan pertanyaan riset baru untuk diskusi dan analisa lebih lanjut. Karakteristik terbukti sebagai perangkat sangat berguna dalam memberikan kerangka pertanyaan studi spesifik untuk riset lapangan. Karakteristik bermanfaat dalam mengerucutkan kepentingan riset yang luas menjadi pertanyaan-pertanyaan spesifik serta untuk memandu pertanyaan wawancara. Dengan penggunaan Karakteristik melalui cara ini staf Christian Aid akan lebih mudah mengadakan diskusi terbuka dengan mitra lokal seputar pengukuran perkembangan ketahanan masyarakat ketimbang mengevaluasi pencapaian mitra. Agar Karakteristik menjadi perangkat berguna untuk kegiatan ini, harus diadakan proses seleksi menyeluruh atas Komponen Ketahanan dan Karakteristik Masyarakat Tahan Bencana terkait dalam dialog terbuka dengan setiap pihak yang terlibat. Meski relatif padat-waktu, proses juga dibantu untuk memfokuskan dan memberikan kerangka analisis dalam benak setiap orang – sehingga upaya yang diberikan tidak sia-sia.
Terlepas dari persiapan yang rinci, dalam situasi tertentu Karakteristik terpilih perlu diadaptasi saat tim telah berada di tengah masyarakat. Ini perlu dilakukan agar lebih mampu mencerminkan realitas lokal – dan sangat mungkin. Beberapa rekomendasi spesifik di antaranya: • Seleksi masyarakat dan peserta wawancara: seleksi masyarakat dan mitra wawancara harus dilakukan secara bersama-sama dengan semua pihak yang terlibat dalam proses serta terutama melalui konsultasi dengan staf yang mengadakan wawancara. • Seleksi Karakteristik: kerangka kerja Area Tematik dan Karakteristik yang dipilih untuk pengumpulan data dan riset harus mempertimbangkan konteks proyek/ masyarakat/ prakarsa terkait: logframe proyek, rencana aksi masyarakat, prioritas strategis, dan lain-lain harus dipertimbangkan selama proses seleksi. • Pengembangan panduan wawancara: Identifikasi pertanyaan dan panduan wawancara dapat dengan mudah disusun menurut tiap Karakteristik yang paling relevan dalam Komponen terpilih. Panduan harus diadopsi dengan persetujuan tiap kelompok dan informan kunci.
103
Proyek dan publikasi buku versi Bahasa Inggris didukung oleh organisasi-organisasi berikut ini: Plan International, British Red Cross, DFID (Department for International Development), Practical Action, Christian Aid, Tearfund, dan Action Aid. Penerjemahan dan publikasi buku versi Bahasa Indonesia didukung oleh: