Buletin Oxfam di Indonesia, Tangguh, Edisi Januari 2016

Page 1

TANGGUH B

U

L

E

T

I

N

O

X

F

A

M

D

I

I

N

D

O

N

E

S

I

JANUARI 2016

DUKUNG PANGAN LOKAL TINGKATKAN KESEJAHTERAAN PETANI KECIL DI SELURUH INDONESIA

► Versi Elektronik

A


kampanye 16 HARi anti kekerasan terhadap perempuan (haktp)

DARI DIREKTUR

DAFTAR ISI

Teman-teman yang baik, Selamat Tahun Baru 2016!

Januari 2016

Buletin TANGGUH ini kita wujudkan sebagai wahana komunikasi di antara staf Oxfam, mitra-mitra kita, serta berbagai pihak terkait lainnya, dengan maksud untuk dapat berbagi cerita, informasi, pengalaman dan pengetahuan agar lebih mendekatkan kita semua.

Oxfam mengajak seluruh lapisan masyarakat di Indonesia untuk mengambil tanggung jawab memerangi semua bentuk kekerasan terhadap perempuan dan anak perempuan, dan bersolidaritas terhadap korban-korban kekerasan di manapun mereka berada. http://act.oxfam.org/indonesia/akhiri-kekerasan-terhadap-perempuan

Mari SELAMATKAN PANGAN LOKAL

Hastags di akun Twitter @OxfaminIndonesia #panganlokal #locavore #perubahaniklim

10

INAK INJUN, PEJUANG PEREMPUAN KAKAO TELAH MENYELAMATKANKU TRANSFORMASI DESA MAMA-MAMA BELAJAR MEMIMPIN INFO PERDA SYARIFAH RESENSI TIGA PUBLIKASI INFOGRAFIS TENTANG AIR

“Saya merasa penting mendukung pangan lokal untuk meningkatkan kesejahteraan petani kecil di seluruh Indonesia, maka dari itu, mengkonsumsi pangan lokal juga berarti meningkatkan kepedulian saya terhadap nasib petani Indonesia yang terus berjuang setiap harinya untuk pangan bangsa ini.�

Oxfam melalui Program Keadilan Ekonominya sedang berkampanye tentang kembali ke pangan lokal, hak atas air dan perubahan iklim menyongsong pertemuan PBB tentang iklim di Paris, Desember 2015.

4

6

Mari bergabung dalam mendukung promosi pangan lokal untuk meningkatkan kesejahteraan petani kecil di seluruh Indonesia dan katakan:

Silakan klik tautan di bawah: https://act.oxfam.org/indonesia/dukung-pangan-lokal

3

3 4 6 8 9 10 12 13

Metode komunikasi dan cara penyampaian yang digagas oleh media ini diharapkan akan mampu menjembatani komunikasi antar-pihak dan lintas-gagasan sehingga memunculkan semangat ingin berbagi dan belajar bersama. TANGGUH edisi perdana ini memuat beberapa artikel menarik, antara lain: tiga prioritas kita di tahun 2016 untuk mengimplementasikan Strategi Oxfam di Indonesia, serta berbagai artikel menarik yang dapat merepresentasikan program-program yang sedang kita jalankan saat ini, yaitu Keadilan Gender, Keadilan Ekonomi, dan Hak saat Krisis. Kita berharap edisi perdana ini akan dapat mengispirasi temanteman semua untuk berkenan berbagi informasi, cerita dan pengalaman. Kritik dan saran teman-teman semua sangat kami harapkan, dan mohon maaf atas segala kekurangan yang ada pada edisi perdana ini. Salam hangat!

foto: Lara McKinley-Oxfam Australia

Saya baru saja mendukung pangan lokal yang berarti mendukung keberlanjutan hidup dari jutaan petani di Indonesia yang masih menggantungkan nasibnya pada produksi pangan lokal. ACT.OXFAM.ORG

Pengawas

:

Budi Kuncoro

Penanggung jawab

:

Aloysius Suratin

Budi Kuncoro

Editor

:

Cici Riesmasari, Irwan Firdaus

Direktur

Kontributor

:

Cecilia Novarina, Taufiqul Mujib, Siprianus Guntur

Foto sampul

:

Anak-anak di NTT sedang bersama orangtua mereka memanen kacang hasil yang merupakan salah satu produk andalan mereka, oleh Lara McKinleyOxfam Australia.

Buletin TANGGUH diterbitkan tiga kali dalam setahun. Produk ini tersedia dalam versi elektronik dan dicetak dengan menggunakan kertas daur ulang dan terbatas. Edisi tersedia dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris secara terpisah. Pertanyaan, informasi lebih lanjut, kritik, atau masukan dapat disampaikan ke comms_indo@oxfam.org.uk

Kantor Pusat Oxfam di Indonesia: Jl. Taman Margasatwa No. 26A Ragunan, Jakarta 12550 Tel: +62-21-7811-827 Fax: +62-21-7812-321 Oxfam in Indonesia @OxfamIndonesia oxfamblogs.org/indonesia Oxfam in Indonesia OXFAM-TANGGUH-November 2015 | 3


kampanye 16 HARi anti kekerasan terhadap perempuan (haktp)

DARI DIREKTUR

DAFTAR ISI

Teman-teman yang baik, Selamat Tahun Baru 2016!

Januari 2016

Buletin TANGGUH ini kita wujudkan sebagai wahana komunikasi di antara staf Oxfam, mitra-mitra kita, serta berbagai pihak terkait lainnya, dengan maksud untuk dapat berbagi cerita, informasi, pengalaman dan pengetahuan agar lebih mendekatkan kita semua.

Oxfam mengajak seluruh lapisan masyarakat di Indonesia untuk mengambil tanggung jawab memerangi semua bentuk kekerasan terhadap perempuan dan anak perempuan, dan bersolidaritas terhadap korban-korban kekerasan di manapun mereka berada. http://act.oxfam.org/indonesia/akhiri-kekerasan-terhadap-perempuan

Mari SELAMATKAN PANGAN LOKAL

Hastags di akun Twitter @OxfaminIndonesia #panganlokal #locavore #perubahaniklim

10

INAK INJUN, PEJUANG PEREMPUAN KAKAO TELAH MENYELAMATKANKU TRANSFORMASI DESA MAMA-MAMA BELAJAR MEMIMPIN INFO PERDA SYARIFAH RESENSI TIGA PUBLIKASI INFOGRAFIS TENTANG AIR

“Saya merasa penting mendukung pangan lokal untuk meningkatkan kesejahteraan petani kecil di seluruh Indonesia, maka dari itu, mengkonsumsi pangan lokal juga berarti meningkatkan kepedulian saya terhadap nasib petani Indonesia yang terus berjuang setiap harinya untuk pangan bangsa ini.�

Oxfam melalui Program Keadilan Ekonominya sedang berkampanye tentang kembali ke pangan lokal, hak atas air dan perubahan iklim menyongsong pertemuan PBB tentang iklim di Paris, Desember 2015.

4

6

Mari bergabung dalam mendukung promosi pangan lokal untuk meningkatkan kesejahteraan petani kecil di seluruh Indonesia dan katakan:

Silakan klik tautan di bawah: https://act.oxfam.org/indonesia/dukung-pangan-lokal

3

3 4 6 8 9 10 12 13

Metode komunikasi dan cara penyampaian yang digagas oleh media ini diharapkan akan mampu menjembatani komunikasi antar-pihak dan lintas-gagasan sehingga memunculkan semangat ingin berbagi dan belajar bersama. TANGGUH edisi perdana ini memuat beberapa artikel menarik, antara lain: tiga prioritas kita di tahun 2016 untuk mengimplementasikan Strategi Oxfam di Indonesia, serta berbagai artikel menarik yang dapat merepresentasikan program-program yang sedang kita jalankan saat ini, yaitu Keadilan Gender, Keadilan Ekonomi, dan Hak saat Krisis. Kita berharap edisi perdana ini akan dapat mengispirasi temanteman semua untuk berkenan berbagi informasi, cerita dan pengalaman. Kritik dan saran teman-teman semua sangat kami harapkan, dan mohon maaf atas segala kekurangan yang ada pada edisi perdana ini. Salam hangat!

foto: Lara McKinley-Oxfam Australia

Saya baru saja mendukung pangan lokal yang berarti mendukung keberlanjutan hidup dari jutaan petani di Indonesia yang masih menggantungkan nasibnya pada produksi pangan lokal. ACT.OXFAM.ORG

Pengawas

:

Budi Kuncoro

Penanggung jawab

:

Aloysius Suratin

Budi Kuncoro

Editor

:

Cici Riesmasari, Irwan Firdaus

Direktur

Kontributor

:

Cecilia Novarina, Taufiqul Mujib, Siprianus Guntur

Foto sampul

:

Anak-anak di NTT sedang bersama orangtua mereka memanen kacang hasil yang merupakan salah satu produk andalan mereka, oleh Lara McKinleyOxfam Australia.

Buletin TANGGUH diterbitkan tiga kali dalam setahun. Produk ini tersedia dalam versi elektronik dan dicetak dengan menggunakan kertas daur ulang dan terbatas. Edisi tersedia dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris secara terpisah. Pertanyaan, informasi lebih lanjut, kritik, atau masukan dapat disampaikan ke comms_indo@oxfam.org.uk

Kantor Pusat Oxfam di Indonesia: Jl. Taman Margasatwa No. 26A Ragunan, Jakarta 12550 Tel: +62-21-7811-827 Fax: +62-21-7812-321 Oxfam in Indonesia @OxfamIndonesia oxfamblogs.org/indonesia Oxfam in Indonesia OXFAM-TANGGUH-November 2015 | 3


Pak Budi:

3 prioritas di tahun 2016! Menentukan prioritas merupakan kunci bagi Oxfam di Indonesia untuk melaksanakan Oxfam Country Strategy (OCS) 2015-2018 yang telah menjadi rujukan sejak April 2015. Sebagai Country Director yang baru, Pak Budi Kuncoro, menyampaikan 3 prioritas di tahun 2016 ini untuk mencapai tujuan OCS tersebut. Berikut petikan wawancara dengan Pak Budi mengenai tiga agenda prioritas tersebut. Apa saja agenda prioritas untuk 2016? Ada 3 agenda utama yang menjadi prioritas kita untuk tahun anggaran 2016 ini; Pertama, mengimplementasikan OCS dengan efektif dan efesien, Kedua, Pengembangan usaha; dan Ketiga, memfasilitasi pembentukan Oxfam Indonesia sebagai bagian dari Visi Oxfam 2020. Boleh dijabarkan maksud dari ‘implementasi OCS dengan efektif dan efesien’? Alhamdullilah, Puji Tuhan. Berkat kerja keras teman-teman semua, financial target kita untuk beberapa tahun mendatang sudah berhasil kita secured. Dalam kuartal terakhir 2015, kita telah menandatangani beberapa grant agreement dengan European Union (EU) dan donor-donor lainnya, khususnya untuk program-program Economic Justice dan Gender Justice. Dengan telah terjaminnya anggaran kita ke depan, maka prioritas kita adalah pada aspek pelaksanaan program-program tersebut. Disinilah pentingnya peranan ‘program quality’ dan ‘manajemen proyek’. Untuk aspek pengelolaan proyek, maka platform Oxfam yang berbasis PeopleSoft (OPAL) dan aplikasiaplikasi lain (Crinsom, Helios, dll) akan lebih kita optimalkan. Kerjasama yang baik antara teman-teman program dan operasional adalah kuncinya. Sedangkan aspek kualitas dari program juga akan mendapatkan perhatian yang lebih; mulai dari tahapan perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi, agar dapat memenuhi komitmen kepada donor dan penerima manfaat kita. Hal yang tidak kalah pentingnya adalah juga sinergitas antar program, khususnya ‘gender mainstreaming’ dalam program-program Economic Justice dan Right in Crisis, untuk menjamin agar program-program Oxfam juga mencerminkan keberpihakan pada aspek gender dan vulnerable groups. Kalau Prioritas Kedua mengenai ‘pengembangan usaha’, rinciannya bagaimana Pak? Pengembangan usaha (business development) adalah aspek yang sangat penting untuk keberlanjutan suatu organisasi. Satu contoh yang sangat populer di dunia bisnis adalah NOKIA. Siapa yang tidak kenal Nokia? Beberapa waktu yang lalu, Nokia menguasai pangsa pasar yang sangat dominan untuk bisnis handphone. Sekarang, apa yang terjadi dengan Nokia? Nokia telah diakusisi oleh Microsoft! Ironisnya, Nokia tidak membuat kesalahan dalam strategi bisnisnya; satu-satunya ‘kekurangannya’ adalah tidak siap (responsif) untuk beradaptasi dengan perubahan dan melakukan pengembangan usahanya (sebagaimana diakui sendiri oleh manajemennya). 2 | OXFAM-TANGGUH-Januari 2016

Oxfam GB membentuk unit baru (Bids and Tenders), Regional Centre (RC) di Asia membentuk Business Development Unit dan merumuskan Business Development Strategy; semua ini dilakukan Oxfam untuk merespons terhadap berubahnya funding landscape dan modality dari para institutional funding, baik di UK (misalnya DFID; dari grant mechanism menjadi competitive bidding), maupun di regional (Asia). Di Indonesia, kita memulai dengan mengembangkan kemitraan strategis dengan memperkuat kapasitas konsorsium lembaga lokal di Nusa Tenggara Timur (NTT), Nusa Tenggara Barat (NTB), dan Sulawesi untuk melakukan kegiatan fundraising. Hal ini akan menjadi pengalaman yang berharga bagi Oxfam, tidak hanya di Indonesia tetapi juga bisa menjadi model di Asia, sebagaimana diakui oleh Regional Director Asia, bahwa jika kita berhasil maka akan menjadi opsi yang menarik untuk mendukung program-program Oxfam ketika kita tidak bisa mengakses sumber pendanaan secara langsung. Prioritas ketiga, memfasilitasi pembentukan Oxfam Indonesia itu maksudnya bagaimana? Sejalan dengan Visi Oxfam 2020, diharapkan suara dari negaranegara di belahan selatan akan lebih kuat serta organisasi di tingkat country (termasuk Indonesia) akan lebih mandiri, maka proses ‘transformasi’ akan dimulai, baik di antara affiliates (OGB, OAU, Oxfam Novib, dll) maupun organisasi di tingkat regional (perubahan dari Regional Center menjadi Regional Platform) dan juga di level country. Semua perubahan ini masih dalam proses, sehingga belum ada struktur, business model dan mekanisme operasional yang pasti. Direncanakan pada pertengahan 2016 (setelah Sidang Executive Directors Oxfam International), akan lebih ada kejelasan mengenai hal ini. Untuk Indonesia, dari hasil diskusi saya dengan berbagai affiliates yang terkait (OGB, OAU, Oxfam Novib), semuanya masih sangat mengharapkan agar Oxfam tetap ‘eksis’ di Indonesia; hanya bagaimana pengorganisasiannya serta bagaimana operating modelnya ke depan, baru akan mulai dibahas pada pertengahan tahun depan. Secara periodik, saya akan sharing dengan teman-teman semua perkembangan akan hal ini. Pada saat ini, sebaiknya kita fokus pada pelaksanaan programprogram Oxfam di Indonesia dan pengembangan usaha kita. Akhirul kata, saya sangat mengharapkan masukan, kritik dan saran dari teman-teman semua. Silakan kirimkan email ke: bkuncoro@oxfam.org.uk

Inak Injun,

Pejuang Perempuan

dari Pesisir Mataram Oleh: Cecilia Novarina Tanggal 17-24 November kemarin saya berkunjung ke NTB dan saya bertemu Inak Injun di hari ketiga perjalanan saya. Inak Injun adalah anggota dari Balai Perempuan (BP) Kuda Laut binaan Koalisi Perempuan Indonesia (KPI) NTB yang terletak di daerah pesisir Kota Mataram. Sebelum bergabung dengan KPI, Inak Injun sama sekali belum pernah mempunyai pengalaman berorganisasi. “Dulunya saya nggak bisa apa-apa, Mbak. Meskipun saya sekolah, sekolah saya sudah kadaluarsa,” ucapnya, “Pergaulan saya juga hanya di dapur, sudah, itu saja.” Inak Injun pertama kali bergabung dengan KPI pada pelatihan Pengorganisasian Masyarakat KPI yang didukung oleh Oxfam pada tahun 2011. Dulu, setiap kali Inak Injun diminta berbicara, beliau pasti ijin ke toilet karena terlalu gugup. “Semenjak saya di KPI, saya bisa lancar sedikit Bahasa Indonesianya.” Inak Injun sekarang sudah berani untuk mengikuti berbagai macam acara yang digelar KPI, bahkan yang dilaksanakan di luar kota. Berkat kepercayaan diri yang didapatnya dari KPI, Inak Injun hari ini dikenal sebagai salah satu pejuang untuk mempromosikan hak sipil dan hak anak atas pendidikan. Perjuangannya dimulai dengan mengupayakan agar agar anak-anak mendapatkan akta kelahiran gratis dan perempuan mendapatkan akta nikah gratis. Kepemilikan Akta kelahiran yang merupakan salah satu pemenuhan hak sipil warga

negara, menjadi penting manakala dijadikan persyaratan untuk mendaftar ke sekolah. Bagi Injun, memperjuangkan kepemilikan akta kelahiran bagi anak-anak adalah memperjuangkan hak mereka untuk mendapatkan pendidikan. Sedangkan akta nikah bagi perempuan, dipahami Injun sebagai bukti formal pernikahan yang bisa digunakan oleh perempuan untuk mendapatkan hak-haknya yang timbul dari pernikahan atau jika pernikahan berakhir. Dengan kegigihannya itu, Injun telah berhasil mempengaruhi Perusahaan Listrik Negara (PLN) setempat untuk membiayai pembuatan akta kelahiran dan akta nikah bagi anak-anak dan perempuan. Dalam setiap perjuangan perempuan, langkah akan lebih ringan jika keluarga atau suami memberikan dukungan. Demikian juga dengan Inak Injun. Ia mengaku bahwa suaminya sangat mendukung keterlibatannya di KPI. “Memang suami saya orang jelek, tapi hatinya baik,” ujar Inak Injun polos. Cerita Inak Injun merupakan inspirasi bagi kemajuan perempuan. Bagi saya, ada kebanggaan tersendiri ketika menyadari bahwa perubahan di tingkat komunitas sungguh-sungguh terjadi, dan sedikit banyak Oxfam telah ikut berkontribusi pada transformasi personal Inak Injun, hingga berhasil memperjuangkan hak-hak anak dan perempuan lainnya di komunitas.

OXFAM-TANGGUH-Januari 2016 | 3


Pak Budi:

3 prioritas di tahun 2016! Menentukan prioritas merupakan kunci bagi Oxfam di Indonesia untuk melaksanakan Oxfam Country Strategy (OCS) 2015-2018 yang telah menjadi rujukan sejak April 2015. Sebagai Country Director yang baru, Pak Budi Kuncoro, menyampaikan 3 prioritas di tahun 2016 ini untuk mencapai tujuan OCS tersebut. Berikut petikan wawancara dengan Pak Budi mengenai tiga agenda prioritas tersebut. Apa saja agenda prioritas untuk 2016? Ada 3 agenda utama yang menjadi prioritas kita untuk tahun anggaran 2016 ini; Pertama, mengimplementasikan OCS dengan efektif dan efesien, Kedua, Pengembangan usaha; dan Ketiga, memfasilitasi pembentukan Oxfam Indonesia sebagai bagian dari Visi Oxfam 2020. Boleh dijabarkan maksud dari ‘implementasi OCS dengan efektif dan efesien’? Alhamdullilah, Puji Tuhan. Berkat kerja keras teman-teman semua, financial target kita untuk beberapa tahun mendatang sudah berhasil kita secured. Dalam kuartal terakhir 2015, kita telah menandatangani beberapa grant agreement dengan European Union (EU) dan donor-donor lainnya, khususnya untuk program-program Economic Justice dan Gender Justice. Dengan telah terjaminnya anggaran kita ke depan, maka prioritas kita adalah pada aspek pelaksanaan program-program tersebut. Disinilah pentingnya peranan ‘program quality’ dan ‘manajemen proyek’. Untuk aspek pengelolaan proyek, maka platform Oxfam yang berbasis PeopleSoft (OPAL) dan aplikasiaplikasi lain (Crinsom, Helios, dll) akan lebih kita optimalkan. Kerjasama yang baik antara teman-teman program dan operasional adalah kuncinya. Sedangkan aspek kualitas dari program juga akan mendapatkan perhatian yang lebih; mulai dari tahapan perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi, agar dapat memenuhi komitmen kepada donor dan penerima manfaat kita. Hal yang tidak kalah pentingnya adalah juga sinergitas antar program, khususnya ‘gender mainstreaming’ dalam program-program Economic Justice dan Right in Crisis, untuk menjamin agar program-program Oxfam juga mencerminkan keberpihakan pada aspek gender dan vulnerable groups. Kalau Prioritas Kedua mengenai ‘pengembangan usaha’, rinciannya bagaimana Pak? Pengembangan usaha (business development) adalah aspek yang sangat penting untuk keberlanjutan suatu organisasi. Satu contoh yang sangat populer di dunia bisnis adalah NOKIA. Siapa yang tidak kenal Nokia? Beberapa waktu yang lalu, Nokia menguasai pangsa pasar yang sangat dominan untuk bisnis handphone. Sekarang, apa yang terjadi dengan Nokia? Nokia telah diakusisi oleh Microsoft! Ironisnya, Nokia tidak membuat kesalahan dalam strategi bisnisnya; satu-satunya ‘kekurangannya’ adalah tidak siap (responsif) untuk beradaptasi dengan perubahan dan melakukan pengembangan usahanya (sebagaimana diakui sendiri oleh manajemennya). 2 | OXFAM-TANGGUH-Januari 2016

Oxfam GB membentuk unit baru (Bids and Tenders), Regional Centre (RC) di Asia membentuk Business Development Unit dan merumuskan Business Development Strategy; semua ini dilakukan Oxfam untuk merespons terhadap berubahnya funding landscape dan modality dari para institutional funding, baik di UK (misalnya DFID; dari grant mechanism menjadi competitive bidding), maupun di regional (Asia). Di Indonesia, kita memulai dengan mengembangkan kemitraan strategis dengan memperkuat kapasitas konsorsium lembaga lokal di Nusa Tenggara Timur (NTT), Nusa Tenggara Barat (NTB), dan Sulawesi untuk melakukan kegiatan fundraising. Hal ini akan menjadi pengalaman yang berharga bagi Oxfam, tidak hanya di Indonesia tetapi juga bisa menjadi model di Asia, sebagaimana diakui oleh Regional Director Asia, bahwa jika kita berhasil maka akan menjadi opsi yang menarik untuk mendukung program-program Oxfam ketika kita tidak bisa mengakses sumber pendanaan secara langsung. Prioritas ketiga, memfasilitasi pembentukan Oxfam Indonesia itu maksudnya bagaimana? Sejalan dengan Visi Oxfam 2020, diharapkan suara dari negaranegara di belahan selatan akan lebih kuat serta organisasi di tingkat country (termasuk Indonesia) akan lebih mandiri, maka proses ‘transformasi’ akan dimulai, baik di antara affiliates (OGB, OAU, Oxfam Novib, dll) maupun organisasi di tingkat regional (perubahan dari Regional Center menjadi Regional Platform) dan juga di level country. Semua perubahan ini masih dalam proses, sehingga belum ada struktur, business model dan mekanisme operasional yang pasti. Direncanakan pada pertengahan 2016 (setelah Sidang Executive Directors Oxfam International), akan lebih ada kejelasan mengenai hal ini. Untuk Indonesia, dari hasil diskusi saya dengan berbagai affiliates yang terkait (OGB, OAU, Oxfam Novib), semuanya masih sangat mengharapkan agar Oxfam tetap ‘eksis’ di Indonesia; hanya bagaimana pengorganisasiannya serta bagaimana operating modelnya ke depan, baru akan mulai dibahas pada pertengahan tahun depan. Secara periodik, saya akan sharing dengan teman-teman semua perkembangan akan hal ini. Pada saat ini, sebaiknya kita fokus pada pelaksanaan programprogram Oxfam di Indonesia dan pengembangan usaha kita. Akhirul kata, saya sangat mengharapkan masukan, kritik dan saran dari teman-teman semua. Silakan kirimkan email ke: bkuncoro@oxfam.org.uk

Inak Injun,

Pejuang Perempuan

dari Pesisir Mataram Oleh: Cecilia Novarina Tanggal 17-24 November kemarin saya berkunjung ke NTB dan saya bertemu Inak Injun di hari ketiga perjalanan saya. Inak Injun adalah anggota dari Balai Perempuan (BP) Kuda Laut binaan Koalisi Perempuan Indonesia (KPI) NTB yang terletak di daerah pesisir Kota Mataram. Sebelum bergabung dengan KPI, Inak Injun sama sekali belum pernah mempunyai pengalaman berorganisasi. “Dulunya saya nggak bisa apa-apa, Mbak. Meskipun saya sekolah, sekolah saya sudah kadaluarsa,” ucapnya, “Pergaulan saya juga hanya di dapur, sudah, itu saja.” Inak Injun pertama kali bergabung dengan KPI pada pelatihan Pengorganisasian Masyarakat KPI yang didukung oleh Oxfam pada tahun 2011. Dulu, setiap kali Inak Injun diminta berbicara, beliau pasti ijin ke toilet karena terlalu gugup. “Semenjak saya di KPI, saya bisa lancar sedikit Bahasa Indonesianya.” Inak Injun sekarang sudah berani untuk mengikuti berbagai macam acara yang digelar KPI, bahkan yang dilaksanakan di luar kota. Berkat kepercayaan diri yang didapatnya dari KPI, Inak Injun hari ini dikenal sebagai salah satu pejuang untuk mempromosikan hak sipil dan hak anak atas pendidikan. Perjuangannya dimulai dengan mengupayakan agar agar anak-anak mendapatkan akta kelahiran gratis dan perempuan mendapatkan akta nikah gratis. Kepemilikan Akta kelahiran yang merupakan salah satu pemenuhan hak sipil warga

negara, menjadi penting manakala dijadikan persyaratan untuk mendaftar ke sekolah. Bagi Injun, memperjuangkan kepemilikan akta kelahiran bagi anak-anak adalah memperjuangkan hak mereka untuk mendapatkan pendidikan. Sedangkan akta nikah bagi perempuan, dipahami Injun sebagai bukti formal pernikahan yang bisa digunakan oleh perempuan untuk mendapatkan hak-haknya yang timbul dari pernikahan atau jika pernikahan berakhir. Dengan kegigihannya itu, Injun telah berhasil mempengaruhi Perusahaan Listrik Negara (PLN) setempat untuk membiayai pembuatan akta kelahiran dan akta nikah bagi anak-anak dan perempuan. Dalam setiap perjuangan perempuan, langkah akan lebih ringan jika keluarga atau suami memberikan dukungan. Demikian juga dengan Inak Injun. Ia mengaku bahwa suaminya sangat mendukung keterlibatannya di KPI. “Memang suami saya orang jelek, tapi hatinya baik,” ujar Inak Injun polos. Cerita Inak Injun merupakan inspirasi bagi kemajuan perempuan. Bagi saya, ada kebanggaan tersendiri ketika menyadari bahwa perubahan di tingkat komunitas sungguh-sungguh terjadi, dan sedikit banyak Oxfam telah ikut berkontribusi pada transformasi personal Inak Injun, hingga berhasil memperjuangkan hak-hak anak dan perempuan lainnya di komunitas.

OXFAM-TANGGUH-Januari 2016 | 3


“Kakao telah menghidupkan torang [saya]. Kini dua anakku sedang kuliah di dua perguruan tinggi berbeda di kota Jayapura. Dua lainnya masih SMA dan SD. Sudah beberapa tahun saya ditinggalkan sang suami. Pace [Bapak] pergi saat ke-4 anak ini masih kecil-kecil. Dengan tanah seluas 2,5 hektar ini, kami bisa hidup, bisa ongkos [membiayai] sekolah, dan berobat di puskesmas.”

Namun sejak pohon kakao dan buah di kebun Delila diserang penyakit busuk buah, hasil panennya turun drastis hingga 60-10%, bahkan pernah tidak panen dalam setahun.

KAKAO TELAH MENYELAMATKANKU Oleh : Siprianus Guntur

Itulah sepenggal kalimat yang diucapkan Ibu Delila Ikari [55 tahun]. Delila adalah salah satu warga dari kampung Kwansu Distrik Kemtuk, Kabupaten Jayapura. Kampung Kwansu merupakan salah satu kampung dari dua kampung yang menjadi sasaran dari program Papua Enterprise Development Program (PEDP)1 . Ibu Delila – begitu dia disapa – adalah salah satu anggota kelompok Tani [Poktan] “Mabuma II” di Kampung Kwansu, Distrik Kemtuk. Kebunnya terletak di pinggir kali Grime yang dikenal rawan banjir. Delila memiliki tiga lahan di tempat yang sama. Masing-masing lahan ditanami dengan jenis tanaman berbeda. Pembagiannya adalah 1,5 hektar untuk tanaman kakao, setengah hektar 4 | OXFAM-TANGGUH-Januari 2016

untuk padi gogo rancah, dan setengah hektar untuk tanaman palawija seperti singkong, keladi, jagung dan buah-buahan. Kebun kakao dipanen 3 sampai 4 kali per tahun. Setiap kali panen sekitar 100-150kg biji kakao basah. Saat artikel ini ditulis, 1kg biji kakao basah harganya 6 ribu rupiah. Jadi setiap kali panen, Ibu Delila bisa mendapatkan 600 ribu sampai satu juta rupiah. Tetapi beberapa tahun terakhir, kakao mengalami penurunan drastis. Pada saat pemerintah kabupaten mencanangkan program “wajib tanam kakao” pada tahun 20062008, hasil kakao dari kabupaten Jayapura sangat signifikan. Waktu itu, hasil dari kebun Delila bisa mencapai 300-400kg satu kali panen.

Untungnya, Ibu Delila masih memiliki kebun padi dan kebun palawija. Untuk kebutuhan sehari-hari, ia menjual hasil kebun palawija ke pasar di Genyem yang berjarak kurang lebih 15 kilometer. Dari hasil jualan ini, Ibu Delila bisa memenuhi kebutuhan harian keluarga, biaya sekolah, biaya rumah sakit dan biaya upacara adat dan keagamaan di gereja. Ibu Delila adalah salah satu warga yang didampingi KIPRa dan Oxfam sejak 2012. Sejak pendampingan program kakao ini, produksi kakao meningkat karena masyarakat dampingan mendapatkan pelatihan cara merawat kakao yang baik. Selain itu, kegiatan berkelompok yang dilakukan juga dapat menurunkan beban kerja untuk mengelola lahan seluas 2,5 hektar itu. Mereka bergotong royong dua minggu sekali dari pagi sampai dengan siang hari. Setelah itu, mereka bekerja di kebun masing-masing sambil menghabiskan hari.

PEDP adalah salah satu dari program pembangunan yang dilaksanakan oleh Oxfam dan mitranya, KIPRa (Konsultasi Independen Pemberdayaan Rakya) di Papua. Untuk kabupaten Jayapura, Program PEDP fokus pada restorasi kakao. 1

OXFAM-TANGGUH-Januari 2016 | 5


“Kakao telah menghidupkan torang [saya]. Kini dua anakku sedang kuliah di dua perguruan tinggi berbeda di kota Jayapura. Dua lainnya masih SMA dan SD. Sudah beberapa tahun saya ditinggalkan sang suami. Pace [Bapak] pergi saat ke-4 anak ini masih kecil-kecil. Dengan tanah seluas 2,5 hektar ini, kami bisa hidup, bisa ongkos [membiayai] sekolah, dan berobat di puskesmas.”

Namun sejak pohon kakao dan buah di kebun Delila diserang penyakit busuk buah, hasil panennya turun drastis hingga 60-10%, bahkan pernah tidak panen dalam setahun.

KAKAO TELAH MENYELAMATKANKU Oleh : Siprianus Guntur

Itulah sepenggal kalimat yang diucapkan Ibu Delila Ikari [55 tahun]. Delila adalah salah satu warga dari kampung Kwansu Distrik Kemtuk, Kabupaten Jayapura. Kampung Kwansu merupakan salah satu kampung dari dua kampung yang menjadi sasaran dari program Papua Enterprise Development Program (PEDP)1 . Ibu Delila – begitu dia disapa – adalah salah satu anggota kelompok Tani [Poktan] “Mabuma II” di Kampung Kwansu, Distrik Kemtuk. Kebunnya terletak di pinggir kali Grime yang dikenal rawan banjir. Delila memiliki tiga lahan di tempat yang sama. Masing-masing lahan ditanami dengan jenis tanaman berbeda. Pembagiannya adalah 1,5 hektar untuk tanaman kakao, setengah hektar 4 | OXFAM-TANGGUH-Januari 2016

untuk padi gogo rancah, dan setengah hektar untuk tanaman palawija seperti singkong, keladi, jagung dan buah-buahan. Kebun kakao dipanen 3 sampai 4 kali per tahun. Setiap kali panen sekitar 100-150kg biji kakao basah. Saat artikel ini ditulis, 1kg biji kakao basah harganya 6 ribu rupiah. Jadi setiap kali panen, Ibu Delila bisa mendapatkan 600 ribu sampai satu juta rupiah. Tetapi beberapa tahun terakhir, kakao mengalami penurunan drastis. Pada saat pemerintah kabupaten mencanangkan program “wajib tanam kakao” pada tahun 20062008, hasil kakao dari kabupaten Jayapura sangat signifikan. Waktu itu, hasil dari kebun Delila bisa mencapai 300-400kg satu kali panen.

Untungnya, Ibu Delila masih memiliki kebun padi dan kebun palawija. Untuk kebutuhan sehari-hari, ia menjual hasil kebun palawija ke pasar di Genyem yang berjarak kurang lebih 15 kilometer. Dari hasil jualan ini, Ibu Delila bisa memenuhi kebutuhan harian keluarga, biaya sekolah, biaya rumah sakit dan biaya upacara adat dan keagamaan di gereja. Ibu Delila adalah salah satu warga yang didampingi KIPRa dan Oxfam sejak 2012. Sejak pendampingan program kakao ini, produksi kakao meningkat karena masyarakat dampingan mendapatkan pelatihan cara merawat kakao yang baik. Selain itu, kegiatan berkelompok yang dilakukan juga dapat menurunkan beban kerja untuk mengelola lahan seluas 2,5 hektar itu. Mereka bergotong royong dua minggu sekali dari pagi sampai dengan siang hari. Setelah itu, mereka bekerja di kebun masing-masing sambil menghabiskan hari.

PEDP adalah salah satu dari program pembangunan yang dilaksanakan oleh Oxfam dan mitranya, KIPRa (Konsultasi Independen Pemberdayaan Rakya) di Papua. Untuk kabupaten Jayapura, Program PEDP fokus pada restorasi kakao. 1

OXFAM-TANGGUH-Januari 2016 | 5


SEBUAH HARAPAN UNTUK

TRANSFORMASI DESA Oleh: Taufiqul Mujib

Dengan disahkannya Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang Desa menjadi undang-undang pada tanggal 18 Desember 2013, desa memasuki babak baru. Peluang, sekaligus tantangan untuk transformasi desa menanti. Kebijakan nasional bernama Undang-Undang nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa ini menyediakan ruang bagi desa untuk bertransformasi, paling tidak, di empat isu krusial seperti pembangunan ekonomi kolektif masyarakat desa, demokratisasi desa, perempuan sebagai agen perubahan, dan transformasi agraria. Kendati demikian, bukan berarti peluang-peluang tersebut bebas tantangan. Dalam konteks pembangunan ekonomi kolektif desa, semangat yang harus diusung adalah kolektifitas, produktivitas, pembukaan lapangan kerja, dan kesejahteraan warga. Dalam Undang-Undang Desa terdapat klausul yang bisa dijadikan pijakan, yaitu Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa).

6 | OXFAM-TANGGUH-Januari OXFAM-TANGGUH-November 2016 2015

berbasis potensi lokalnya, dan (4) memberdayakan BUM Desa dalam kerangka pemberdayaan sosialekonomi masyarakat yang baik, dengan mengedepankan partisipasi dan prakarsa masyarakat. Di sisi lain, konsep ekonomi kolektif desa perlu ditopang dengan demokrasi desa yang bukan hanya prosedural dan instrumental, tapi juga substantif. Pemaknaan demokrasi bersandar pada kepentingan rakyat yang terjalin lewat logika ekonomistis sebagai turunan dari moda produksi yang dimungkinkan dalam sebuah formasi sosial.

pengelolaan sumber-sumber agraria secara kolektif dan mandiri menjadi semakin terbuka. Oleh karena itu, kita patut berharap transformasi desa bisa dicapai. Transformasi di mana terjadi perbaikan kualitas hidup masyarakat desa, menuju kemakmuran sebagaimana yang diamanatkan oleh konstitusi Indonesia, yaitu sejahtera, adil, dan mandiri. *disarikan dari berbagai sumber

Sementara, di konteks penguatan perempuan, Undang-Undang Desa juga memberikan angin segar. Pasalnya, kebijakan ini mendukung terwujudnya prasyarat agar perempuan bisa berperan menjadi agen perubahan, seperti memberikan ruang pada perempuan menjadi warga negara yang aktif, menjadi kelompok yang terorganisir, dan kebijakan serta program yang mendukung. Salah satu peluang emas itu termaktub dalam Pasal 26 ayat (4) yang menyatakan bahwa kepala desa wajib melaksanakan kehidupan demokrasi dan berkeadilan gender. Selanjutnya, di Pasal 33 juga secara terang menyebutkan bahwa perempuan bisa dan berhak menjadi kepala desa.

Melalui BUM Desa, terdapat kesempatan mendorong penguasaan serta akses masyarakat desa secara kolektif terhadap sumber-sumber produktif desa secara berkelanjutan atau tidak eksploitatif. Sistem ekonomi dijalankan secara integratif dengan mempertimbangkan potensi desa, di mana ada ketersambungan di seluruh mata rantai, mulai dari produksi hingga distribusi.

Pun di level legislatif, perempuan mempunyai ruang yang bisa dimanfaatkan. Dalam hal Badan Permusyawaratan Desa (BPD), Pasal 58 ayat (1) menyebutkan bahwa jumlah anggota BPD minimal lima orang, dan maksimal sembilan orang dengan memperhatikan wilayah, perempuan, penduduk dan kemampuan keuangan desa.

Adapun tantangan fundamental terkait BUM Desa antara lain; (1) memastikan pengelolaan sumbersumber produktif desa adalah untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat, (2) meminimalisir potensi konflik horizontal dalam hal pengelolaan sumber-sumber produktif desa, (3) memastikan kelompok-kelompok masyarakat desa, seperti petani, nelayan, pemuda, dan perempuan, menjadi subyek pelaku perubahan

Selanjutnya adalah tentang transformasi agraria. Dalam wacana teori agraria, istilah transformasi agraria ini mengacu pada proses perubahan masyarakat yang dipicu oleh suatu perubahan agraria. Undang-Undang Desa tidak menyebut secara eksplisit perihal restrukturisasi penguasaan sumber-sumber agraria. Namun dengan adanya klausul tentang BUM Desa, peluang dilakukannya

uk Oxfam

ŠMaman Sukirman unt

pemenang kompetisi foto Foto ini adalah salah satu foto pemenang kontes foto yang diadakan oleh Oxfam melalui program pesisir Juni lalu. Maman Sukirman memenangkan kontes ini dari kategori gender. Program Restorasi Pesisir atau restoring coastal livelihood merupakan inisiatif bersama Oxfam Great Britain dan Oxfam Kanada dengan dukungan dari pemerintah Kanada. Program yang dimulai 2010 dan berakhir Agustus 2015 ini dilaksanakan di empat kabupaten dan kota di Sulawesi Selatan, yaitu Barru, Maros, Pangkep, dan Takalar. Program telah memberikan manfaat kepada 1.283 orang di empat kabupaten/kota tersebut.

OXFAM-TANGGUH-November OXFAM-TANGGUH-Januari 2016 2015 | 7


SEBUAH HARAPAN UNTUK

TRANSFORMASI DESA Oleh: Taufiqul Mujib

Dengan disahkannya Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang Desa menjadi undang-undang pada tanggal 18 Desember 2013, desa memasuki babak baru. Peluang, sekaligus tantangan untuk transformasi desa menanti. Kebijakan nasional bernama Undang-Undang nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa ini menyediakan ruang bagi desa untuk bertransformasi, paling tidak, di empat isu krusial seperti pembangunan ekonomi kolektif masyarakat desa, demokratisasi desa, perempuan sebagai agen perubahan, dan transformasi agraria. Kendati demikian, bukan berarti peluang-peluang tersebut bebas tantangan. Dalam konteks pembangunan ekonomi kolektif desa, semangat yang harus diusung adalah kolektifitas, produktivitas, pembukaan lapangan kerja, dan kesejahteraan warga. Dalam Undang-Undang Desa terdapat klausul yang bisa dijadikan pijakan, yaitu Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa).

6 | OXFAM-TANGGUH-Januari OXFAM-TANGGUH-November 2016 2015

berbasis potensi lokalnya, dan (4) memberdayakan BUM Desa dalam kerangka pemberdayaan sosialekonomi masyarakat yang baik, dengan mengedepankan partisipasi dan prakarsa masyarakat. Di sisi lain, konsep ekonomi kolektif desa perlu ditopang dengan demokrasi desa yang bukan hanya prosedural dan instrumental, tapi juga substantif. Pemaknaan demokrasi bersandar pada kepentingan rakyat yang terjalin lewat logika ekonomistis sebagai turunan dari moda produksi yang dimungkinkan dalam sebuah formasi sosial.

pengelolaan sumber-sumber agraria secara kolektif dan mandiri menjadi semakin terbuka. Oleh karena itu, kita patut berharap transformasi desa bisa dicapai. Transformasi di mana terjadi perbaikan kualitas hidup masyarakat desa, menuju kemakmuran sebagaimana yang diamanatkan oleh konstitusi Indonesia, yaitu sejahtera, adil, dan mandiri. *disarikan dari berbagai sumber

Sementara, di konteks penguatan perempuan, Undang-Undang Desa juga memberikan angin segar. Pasalnya, kebijakan ini mendukung terwujudnya prasyarat agar perempuan bisa berperan menjadi agen perubahan, seperti memberikan ruang pada perempuan menjadi warga negara yang aktif, menjadi kelompok yang terorganisir, dan kebijakan serta program yang mendukung. Salah satu peluang emas itu termaktub dalam Pasal 26 ayat (4) yang menyatakan bahwa kepala desa wajib melaksanakan kehidupan demokrasi dan berkeadilan gender. Selanjutnya, di Pasal 33 juga secara terang menyebutkan bahwa perempuan bisa dan berhak menjadi kepala desa.

Melalui BUM Desa, terdapat kesempatan mendorong penguasaan serta akses masyarakat desa secara kolektif terhadap sumber-sumber produktif desa secara berkelanjutan atau tidak eksploitatif. Sistem ekonomi dijalankan secara integratif dengan mempertimbangkan potensi desa, di mana ada ketersambungan di seluruh mata rantai, mulai dari produksi hingga distribusi.

Pun di level legislatif, perempuan mempunyai ruang yang bisa dimanfaatkan. Dalam hal Badan Permusyawaratan Desa (BPD), Pasal 58 ayat (1) menyebutkan bahwa jumlah anggota BPD minimal lima orang, dan maksimal sembilan orang dengan memperhatikan wilayah, perempuan, penduduk dan kemampuan keuangan desa.

Adapun tantangan fundamental terkait BUM Desa antara lain; (1) memastikan pengelolaan sumbersumber produktif desa adalah untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat, (2) meminimalisir potensi konflik horizontal dalam hal pengelolaan sumber-sumber produktif desa, (3) memastikan kelompok-kelompok masyarakat desa, seperti petani, nelayan, pemuda, dan perempuan, menjadi subyek pelaku perubahan

Selanjutnya adalah tentang transformasi agraria. Dalam wacana teori agraria, istilah transformasi agraria ini mengacu pada proses perubahan masyarakat yang dipicu oleh suatu perubahan agraria. Undang-Undang Desa tidak menyebut secara eksplisit perihal restrukturisasi penguasaan sumber-sumber agraria. Namun dengan adanya klausul tentang BUM Desa, peluang dilakukannya

uk Oxfam

ŠMaman Sukirman unt

pemenang kompetisi foto Foto ini adalah salah satu foto pemenang kontes foto yang diadakan oleh Oxfam melalui program pesisir Juni lalu. Maman Sukirman memenangkan kontes ini dari kategori gender. Program Restorasi Pesisir atau restoring coastal livelihood merupakan inisiatif bersama Oxfam Great Britain dan Oxfam Kanada dengan dukungan dari pemerintah Kanada. Program yang dimulai 2010 dan berakhir Agustus 2015 ini dilaksanakan di empat kabupaten dan kota di Sulawesi Selatan, yaitu Barru, Maros, Pangkep, dan Takalar. Program telah memberikan manfaat kepada 1.283 orang di empat kabupaten/kota tersebut.

OXFAM-TANGGUH-November OXFAM-TANGGUH-Januari 2016 2015 | 7


MAMA-mama di nabire belajar memimpin

INFO PERDA

Teks: Cici Riesmasari Foto-foto: Eka Nickmatulhuda untuk Oxfam di Indonesia

Upaya-upaya Oxfam dalam isu pengurangan risiko bencana (PRB) di akhir tahun lalu telah menandai salah satu tonggak keberhasilan, yaitu disahkannya Peraturan Daerah (Perda) tentang Penanggulangan Bencana Provinsi. Perda tersebut mengatur tentang (a) pengembangan rencana pembangunan jangka menengah yang harus mencakup analisis risiko bencana, (b) mengatur cara kerja antara kabupatan dan badan penanggulangan bencana daerah provinsi dalam penanggulangan bencana, dan (c) mengakui keberadaan Forum Pengurangan Risiko Bencana Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Oxfam bersama mitranya, KOMPAK, melaksanakan kegiatan pelatihan kepemimpinan bagi para perempuan dampingan atau mama-mama (panggilan untuk ibu di Papua) dalam program Ketahanan Pangan di Kampung Samabusa, Waroki dan Yaro Makmur, Kabupaten Nabire, Provinsi Papua, pada 8-10 April lalu. Tidak hanya kader perempuan saja yang mengikuti pelatihan ini, terlihat juga bapak-bapak yang aktif membantu dan mendukung mama-mama mengolah kebun bersama mereka.

Para ibu-ibu orangtua wali murid Taman Kanak-kanak Pelangi di Kampung Yaro Makmur sedang mencoba menggambarkan sosok seorang pemimpin dalam Pelatihan Kepemimpinan bagi Perempuan Kelompok Kader Ketahanan Pangan.

Mereka merupakan kelompok dampingan KOMPAK - mitra Oxfam, dalam program Kepemimpinan Perempuan dalam Mendorong Ketahanan Pangan melalui Promosi Pangan Lokal di Nabire yang dilaksanakan pada September 2014 hingga Maret 2015.

Makanan Sehat dari Kebun Bersama

Murid-murid TK Pelangi Satu Atap berdoa sebelum menyantap makanan bergizi yang disiapkan oleh guru-guru mereka.

Kebun Bersama untuk Ketahanan Pangan Teks: Cici Riesmasari Foto: Eka Nickmatulhuda untuk Oxfam di Indonesia

Hasil panen kebun bersama ini selain dikonsumsi sendiri, ada juga yang dijual. Pendapatan dari hasil penjualan tersebut ada yang dibagikan rata kepada anggota kelompok atau ditabung untuk menjadi dana yang dapat dipinjam oleh anggota yang membutuhkan bahkan ada yang dimasukkan ke dalam tabungan di bank.

Mama Yondimin Enumbi sedang berkebun di kebun bersama kelompoknya.

8 | OXFAM-TANGGUH-Januari 2016

Bajaj To Paris #BajajToParis atau Bajaj ke Paris merupakan bagian dari kampanye regional Oxfam, #TuktukToParis. Tujuannya untuk mempengaruhi Negara-negara anggota ASEAN untuk mendukung pembiayaan iklim untuk adaptasi, meliputi: (i) peta jalan untuk mencapai pembiayaan target dalam dana iklim; (ii) pembentukan tujuan adaptasi pendanaan iklim selama Conference of the Parties (CoP) UNFCCC (United Nations Framework Convention on Climate Change) di Paris, Desember 2015.

Teks: Cici Riesmasari Foto: Eka Nickmatulhuda untuk Oxfam di Indonesia

Salah satu desa dampingan program ini, Kampung Yaro Makmur, melibatkan sekolah taman kanak-kanak (TK). Inisiatif guru-guru TK Pelangi Satu Atap, Mama Maritje Tamara bersama dua temannya, Tince Buntu Bulawan dan Martine Makai, setelah kebun bersama mereka sudah menghasilkan, mereka membuat makanan untuk anakanak TK setiap hari Jumat dari hasil kebun mereka sendiri. Setiap minggu mereka membuat menu yang berbeda, seperti ubi rebus atau bakar, makanan ringan dari ubi dan bubur yang sarat dengan sayur mayur. Menurut Ibu Tamara sekarang anak-anak sudah tidak pucat dan lesu lagi.

Menindaklanjuti disetujuinya peraturan ini, Forum PRB NTB (Nusa Tenggara Barat) membuat prioritas program termasuk pembuatan peraturan turunan Perda dan advokasi pengarusutamaan PRB dalam perencanaan dan penganggaran pembangunan nasional.

Oxfam di Indonesia berpartisipasi dalam Konferensi Majelis Umum PBB dan SDGs (Sustainable Development Goal) di New York. Delegasi terdiri dari jaringan organisasi masyarakat sipil (OMS) seperti WALHI, KONTRAS, KPI, Migrant Care, TII, AJI Indonesia dan Perkumpulan PRAKARSA). Oxfam memfasilitasi delegasi Indonesia melakukan dua kegiatan di pertemuan tersebut. Kegiatan pertama adalah pertemuan pada 23 September membahas isu implementasi SDGs ke dalam agenda pembangunan nasional. Nila Moeloek, Menteri Kesehatan membuka acara yang dihadiri oleh pembicara terkemuka seperti Duta Hahn Choong-hee, Deputi Wakil Tetap Republik Korea untuk PBB, Leo Williams, Koordinator Internasional Beyond 2015, dan Lord McConnel, Menteri Pertama Skotlandia dan pendiri Komite Parlemen Inggris Semua Partai di SDGs. Kegiatan ini dihadiri oleh sekitar 100 orang peserta.

PEMBELAJARAN INKLUSI DISABILITAS DI BOGOR, SEPTEMBER 2015 Oxfam Australia (OAU) berkomitmen untuk memastikan bahwa mitra-mitranya mempertimbangkan hak, kebutuhan dan perspektif penyandang disabilitas dalam semua aspek pekerjaan kemanusiaan. Melalui penerapan Kebijakan Inklusif Disabilitas pada Desember 2011, OAU bertujuan untuk memastikan bahwa penyandang disabilitas memiliki akses yang sama untuk berpartisipasi dalam arti, dan manfaat yang sama dari, program OAU ini. Strategi Implementasi telah dikembangkan untuk pelaksanaan Kebijakan Inklusif Disabilitas. Oxfam Australia dan mitranya CBM Australia yang memfasilitasi 3 hari Belajar di Bogor. Acara ini untuk mencatat bagaimana Oxfam Australia di berbagai negara menerapkan Inklusif Disabilitas dan bagaimana kita dapat meningkatkan upaya ini dan untuk mendapatkan dampak yang lebih kuat. Kontak focal point Inklusif Disabilitas Oxfam, Kurniawan Muhammad (Wawan)

OXFAM-TANGGUH-Januari 2016 | 9


MAMA-mama di nabire belajar memimpin

INFO PERDA

Teks: Cici Riesmasari Foto-foto: Eka Nickmatulhuda untuk Oxfam di Indonesia

Upaya-upaya Oxfam dalam isu pengurangan risiko bencana (PRB) di akhir tahun lalu telah menandai salah satu tonggak keberhasilan, yaitu disahkannya Peraturan Daerah (Perda) tentang Penanggulangan Bencana Provinsi. Perda tersebut mengatur tentang (a) pengembangan rencana pembangunan jangka menengah yang harus mencakup analisis risiko bencana, (b) mengatur cara kerja antara kabupatan dan badan penanggulangan bencana daerah provinsi dalam penanggulangan bencana, dan (c) mengakui keberadaan Forum Pengurangan Risiko Bencana Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Oxfam bersama mitranya, KOMPAK, melaksanakan kegiatan pelatihan kepemimpinan bagi para perempuan dampingan atau mama-mama (panggilan untuk ibu di Papua) dalam program Ketahanan Pangan di Kampung Samabusa, Waroki dan Yaro Makmur, Kabupaten Nabire, Provinsi Papua, pada 8-10 April lalu. Tidak hanya kader perempuan saja yang mengikuti pelatihan ini, terlihat juga bapak-bapak yang aktif membantu dan mendukung mama-mama mengolah kebun bersama mereka.

Para ibu-ibu orangtua wali murid Taman Kanak-kanak Pelangi di Kampung Yaro Makmur sedang mencoba menggambarkan sosok seorang pemimpin dalam Pelatihan Kepemimpinan bagi Perempuan Kelompok Kader Ketahanan Pangan.

Mereka merupakan kelompok dampingan KOMPAK - mitra Oxfam, dalam program Kepemimpinan Perempuan dalam Mendorong Ketahanan Pangan melalui Promosi Pangan Lokal di Nabire yang dilaksanakan pada September 2014 hingga Maret 2015.

Makanan Sehat dari Kebun Bersama

Murid-murid TK Pelangi Satu Atap berdoa sebelum menyantap makanan bergizi yang disiapkan oleh guru-guru mereka.

Kebun Bersama untuk Ketahanan Pangan Teks: Cici Riesmasari Foto: Eka Nickmatulhuda untuk Oxfam di Indonesia

Hasil panen kebun bersama ini selain dikonsumsi sendiri, ada juga yang dijual. Pendapatan dari hasil penjualan tersebut ada yang dibagikan rata kepada anggota kelompok atau ditabung untuk menjadi dana yang dapat dipinjam oleh anggota yang membutuhkan bahkan ada yang dimasukkan ke dalam tabungan di bank.

Mama Yondimin Enumbi sedang berkebun di kebun bersama kelompoknya.

8 | OXFAM-TANGGUH-Januari 2016

Bajaj To Paris #BajajToParis atau Bajaj ke Paris merupakan bagian dari kampanye regional Oxfam, #TuktukToParis. Tujuannya untuk mempengaruhi Negara-negara anggota ASEAN untuk mendukung pembiayaan iklim untuk adaptasi, meliputi: (i) peta jalan untuk mencapai pembiayaan target dalam dana iklim; (ii) pembentukan tujuan adaptasi pendanaan iklim selama Conference of the Parties (CoP) UNFCCC (United Nations Framework Convention on Climate Change) di Paris, Desember 2015.

Teks: Cici Riesmasari Foto: Eka Nickmatulhuda untuk Oxfam di Indonesia

Salah satu desa dampingan program ini, Kampung Yaro Makmur, melibatkan sekolah taman kanak-kanak (TK). Inisiatif guru-guru TK Pelangi Satu Atap, Mama Maritje Tamara bersama dua temannya, Tince Buntu Bulawan dan Martine Makai, setelah kebun bersama mereka sudah menghasilkan, mereka membuat makanan untuk anakanak TK setiap hari Jumat dari hasil kebun mereka sendiri. Setiap minggu mereka membuat menu yang berbeda, seperti ubi rebus atau bakar, makanan ringan dari ubi dan bubur yang sarat dengan sayur mayur. Menurut Ibu Tamara sekarang anak-anak sudah tidak pucat dan lesu lagi.

Menindaklanjuti disetujuinya peraturan ini, Forum PRB NTB (Nusa Tenggara Barat) membuat prioritas program termasuk pembuatan peraturan turunan Perda dan advokasi pengarusutamaan PRB dalam perencanaan dan penganggaran pembangunan nasional.

Oxfam di Indonesia berpartisipasi dalam Konferensi Majelis Umum PBB dan SDGs (Sustainable Development Goal) di New York. Delegasi terdiri dari jaringan organisasi masyarakat sipil (OMS) seperti WALHI, KONTRAS, KPI, Migrant Care, TII, AJI Indonesia dan Perkumpulan PRAKARSA). Oxfam memfasilitasi delegasi Indonesia melakukan dua kegiatan di pertemuan tersebut. Kegiatan pertama adalah pertemuan pada 23 September membahas isu implementasi SDGs ke dalam agenda pembangunan nasional. Nila Moeloek, Menteri Kesehatan membuka acara yang dihadiri oleh pembicara terkemuka seperti Duta Hahn Choong-hee, Deputi Wakil Tetap Republik Korea untuk PBB, Leo Williams, Koordinator Internasional Beyond 2015, dan Lord McConnel, Menteri Pertama Skotlandia dan pendiri Komite Parlemen Inggris Semua Partai di SDGs. Kegiatan ini dihadiri oleh sekitar 100 orang peserta.

PEMBELAJARAN INKLUSI DISABILITAS DI BOGOR, SEPTEMBER 2015 Oxfam Australia (OAU) berkomitmen untuk memastikan bahwa mitra-mitranya mempertimbangkan hak, kebutuhan dan perspektif penyandang disabilitas dalam semua aspek pekerjaan kemanusiaan. Melalui penerapan Kebijakan Inklusif Disabilitas pada Desember 2011, OAU bertujuan untuk memastikan bahwa penyandang disabilitas memiliki akses yang sama untuk berpartisipasi dalam arti, dan manfaat yang sama dari, program OAU ini. Strategi Implementasi telah dikembangkan untuk pelaksanaan Kebijakan Inklusif Disabilitas. Oxfam Australia dan mitranya CBM Australia yang memfasilitasi 3 hari Belajar di Bogor. Acara ini untuk mencatat bagaimana Oxfam Australia di berbagai negara menerapkan Inklusif Disabilitas dan bagaimana kita dapat meningkatkan upaya ini dan untuk mendapatkan dampak yang lebih kuat. Kontak focal point Inklusif Disabilitas Oxfam, Kurniawan Muhammad (Wawan)

OXFAM-TANGGUH-Januari 2016 | 9


Syarifah,

Guru di Sekolah Guru di Masyarakat kian sedikit. Sebelumnya para ibu dusun ini lebih banyak menghabiskan waktu dengan berbincangbincang dengan tetangga mereka. Sekarang, mereka juga memberikan kontribusi menambah pemasukan untuk keluarga mereka.

Dusun Kekean terletak di tepi selat Makassar. Tak ubahnya seperti dusun-dusun pesisir yang lain, banyak perahu-perahu kecil nelayan, rumah-rumah panggung dari kayu bertebaran. Tak jauh dari lautan nampak kawanan sapi berlarian di sawah-sawah tadah hujan yang kering karena kemarau. Hal yang membuat dusun ini menjadi lain adalah geliat perekonomian penduduknya. Di dekat perahu nelayan banyak rumput-rumput laut digelar untuk dikeringkan. Laki-laki dan perempuan membolakbalik rumput untuk memastikan semua bagian mendapatkan sinar matahari. Sementara di dalam rumah-rumah yang nampak sepi, para ibu sedang asyik menganyam jaring dan jala. Mereka dengan tekun menarik senar, memasang timah dan mengikatnya satu per satu. Setelah selesai, hasil pekerjaan ibu-ibu ini dikumpulkan menjadi satu untuk diambil oleh pengumpul. Satu orang dapat menyelesaikan satu sampai dengan tiga jaring dan satu jaring dibeli seharga 45 ribu rupiah. Menjemur rumput laut dan mengikat jaring ini memberikan harapan baru bagi masyarakat Dusun Kekean. Ekonomi keluarga warga dusun ini menjadi meningkat. Sebelumnya penghasilan keluarga hanya disangga dari hasil tangkapan ikan yang kian hari 10 | OXFAM-TANGGUH-Januari 2016

Namun, perubahan tidak hanya terjadi begitu saja. Ada sosok seorang perempuan yang berkunjung dari rumah ke rumah bercerita kepada para tetangganya. Ia mengajak mereka untuk melihat apa yang mereka miliki dan yang dapat digunakan untuk menambah penghasilan agar dapat menambah penghasilan bagi keluarga mereka. Syarifah namanya. Ia mengajari orang-orang di lingkungannya, bahkan yang tak kenal huruf dan angka untuk berorganisasi.

Kini, Kelompok Kalaroang sudah mandiri. Semua anggota kelompok terlibat aktif dalam setiap kegiatan. Usaha ini juga telah berhasil meningkatkan pendapatan rumah tangga anggotanya sebesar 1 sampai 2 juta per bulan. Tidak hanya sampai di situ. Pada Agustus 2013 yang lalu, Syarifah menginisiasi pembentukan kelompok usaha yang bagi kelompok rentan. Mereka yang termasuk ke dalam kelompok rentan adalah mereka yang tidak memiliki kemampuan terlibat dalam saha rumput laut karena keterbatasan fisik atau usia. “Saya melihat potensi yang besar di kampung saya. Tradisi membuat jaring dan jala adalah potensi yang bisa dikembangkan menjadi usaha yang menghasilkan,” ungkapnya. Menurutnya lagi masyarakat di kampungnya kurang maksimal dalam mengembangkan usaha ini karena terbatasnya modal, informasi, dan akses ke pasar. Syarifah kemudian membentuk kelompok “Siangkaling Adae” yang beranggotakan sekitar 25 orang. Kebanyakan dari mereka adalah para ibu-ibu yang sudah tidak memiliki suami, berusia tidak muda lagi,

dan tingkat ekonominya rendah. Bahkan ada beberapa anggota yang memiliki keterbatasan secara fisik seperti tidak dapat berjalan dan tidak dapat melihat. Seperti kelompok sebelumnya, Syarifah melakukan transfer pengetahuan dan menggerakkan mereka untuk giat dan aktif meskipun dengan keterbatasan yang mereka miliki. Kini di kampung itu, anggota kelompok Siangkaling Adae sibuk membuat jaring dan jala setiap harinya. Kelompok ini sekarang sudah memiliki beberapa pengumpul jaring untuk kemudian didistribusikan di Sulawesi, Kalimantan hingga Papua. Kelompok Siangkaling Adae berhasil meningkatkan pendapatan ekonomi keluarga rentan di wilayahnya berkisar antara 1 sampai dengan 2 juta per bulan, tergantung dari produktivitas anggota kelompoknya masingmasing. *inspirasi dari Program Restorasi Pesisir Oxfam yang didanai Oxfam Kanada di Sulawesi.

Sehari-hari Syarifah mengajar di sebuah madrasah swasta. Sementara di rumah ia membantu suaminya menyiapkan jaring untuk menangkap kepiting dan udang. Kegelisahannya untuk meningkatkan taraf hidup seperti terbuka ketika mengenal staf Oxfam dalam Program Restorasi Pesisir. Syarifah terlibat dalam kegiatan pelatihan dan diskusi tentang upaya meningkatkan pendapatan masyarakat pesisir secara berkelompok. Warga-warga Dusun Kekean bersepakat membentuk sebuah kelompok usaha. Syarifah terpilih menjadi koordinator untuk pembentukan kelompok tersebut. Setelah menyampaikan informasi kepada orangorang di dusunnya, maka terbentuklah kelompok usaha budidaya rumput laut yang diberi nama Kelompok “Kalaroang”. Syarifah membangun kapasitas anggota kelompoknya tentang dasardasar berorganisasi hingga praktik pengembangan usaha.

“ Saya melihat potensi yang besar di kampung saya. Tradisi membuat jaring dan jala adalah potensi yang bisa dikembangkan menjadi usaha yang menghasilkan ”

OXFAM-TANGGUH-Januari 2016 | 11


Syarifah,

Guru di Sekolah Guru di Masyarakat kian sedikit. Sebelumnya para ibu dusun ini lebih banyak menghabiskan waktu dengan berbincangbincang dengan tetangga mereka. Sekarang, mereka juga memberikan kontribusi menambah pemasukan untuk keluarga mereka.

Dusun Kekean terletak di tepi selat Makassar. Tak ubahnya seperti dusun-dusun pesisir yang lain, banyak perahu-perahu kecil nelayan, rumah-rumah panggung dari kayu bertebaran. Tak jauh dari lautan nampak kawanan sapi berlarian di sawah-sawah tadah hujan yang kering karena kemarau. Hal yang membuat dusun ini menjadi lain adalah geliat perekonomian penduduknya. Di dekat perahu nelayan banyak rumput-rumput laut digelar untuk dikeringkan. Laki-laki dan perempuan membolakbalik rumput untuk memastikan semua bagian mendapatkan sinar matahari. Sementara di dalam rumah-rumah yang nampak sepi, para ibu sedang asyik menganyam jaring dan jala. Mereka dengan tekun menarik senar, memasang timah dan mengikatnya satu per satu. Setelah selesai, hasil pekerjaan ibu-ibu ini dikumpulkan menjadi satu untuk diambil oleh pengumpul. Satu orang dapat menyelesaikan satu sampai dengan tiga jaring dan satu jaring dibeli seharga 45 ribu rupiah. Menjemur rumput laut dan mengikat jaring ini memberikan harapan baru bagi masyarakat Dusun Kekean. Ekonomi keluarga warga dusun ini menjadi meningkat. Sebelumnya penghasilan keluarga hanya disangga dari hasil tangkapan ikan yang kian hari 10 | OXFAM-TANGGUH-Januari 2016

Namun, perubahan tidak hanya terjadi begitu saja. Ada sosok seorang perempuan yang berkunjung dari rumah ke rumah bercerita kepada para tetangganya. Ia mengajak mereka untuk melihat apa yang mereka miliki dan yang dapat digunakan untuk menambah penghasilan agar dapat menambah penghasilan bagi keluarga mereka. Syarifah namanya. Ia mengajari orang-orang di lingkungannya, bahkan yang tak kenal huruf dan angka untuk berorganisasi.

Kini, Kelompok Kalaroang sudah mandiri. Semua anggota kelompok terlibat aktif dalam setiap kegiatan. Usaha ini juga telah berhasil meningkatkan pendapatan rumah tangga anggotanya sebesar 1 sampai 2 juta per bulan. Tidak hanya sampai di situ. Pada Agustus 2013 yang lalu, Syarifah menginisiasi pembentukan kelompok usaha yang bagi kelompok rentan. Mereka yang termasuk ke dalam kelompok rentan adalah mereka yang tidak memiliki kemampuan terlibat dalam saha rumput laut karena keterbatasan fisik atau usia. “Saya melihat potensi yang besar di kampung saya. Tradisi membuat jaring dan jala adalah potensi yang bisa dikembangkan menjadi usaha yang menghasilkan,” ungkapnya. Menurutnya lagi masyarakat di kampungnya kurang maksimal dalam mengembangkan usaha ini karena terbatasnya modal, informasi, dan akses ke pasar. Syarifah kemudian membentuk kelompok “Siangkaling Adae” yang beranggotakan sekitar 25 orang. Kebanyakan dari mereka adalah para ibu-ibu yang sudah tidak memiliki suami, berusia tidak muda lagi,

dan tingkat ekonominya rendah. Bahkan ada beberapa anggota yang memiliki keterbatasan secara fisik seperti tidak dapat berjalan dan tidak dapat melihat. Seperti kelompok sebelumnya, Syarifah melakukan transfer pengetahuan dan menggerakkan mereka untuk giat dan aktif meskipun dengan keterbatasan yang mereka miliki. Kini di kampung itu, anggota kelompok Siangkaling Adae sibuk membuat jaring dan jala setiap harinya. Kelompok ini sekarang sudah memiliki beberapa pengumpul jaring untuk kemudian didistribusikan di Sulawesi, Kalimantan hingga Papua. Kelompok Siangkaling Adae berhasil meningkatkan pendapatan ekonomi keluarga rentan di wilayahnya berkisar antara 1 sampai dengan 2 juta per bulan, tergantung dari produktivitas anggota kelompoknya masingmasing. *inspirasi dari Program Restorasi Pesisir Oxfam yang didanai Oxfam Kanada di Sulawesi.

Sehari-hari Syarifah mengajar di sebuah madrasah swasta. Sementara di rumah ia membantu suaminya menyiapkan jaring untuk menangkap kepiting dan udang. Kegelisahannya untuk meningkatkan taraf hidup seperti terbuka ketika mengenal staf Oxfam dalam Program Restorasi Pesisir. Syarifah terlibat dalam kegiatan pelatihan dan diskusi tentang upaya meningkatkan pendapatan masyarakat pesisir secara berkelompok. Warga-warga Dusun Kekean bersepakat membentuk sebuah kelompok usaha. Syarifah terpilih menjadi koordinator untuk pembentukan kelompok tersebut. Setelah menyampaikan informasi kepada orangorang di dusunnya, maka terbentuklah kelompok usaha budidaya rumput laut yang diberi nama Kelompok “Kalaroang”. Syarifah membangun kapasitas anggota kelompoknya tentang dasardasar berorganisasi hingga praktik pengembangan usaha.

“ Saya melihat potensi yang besar di kampung saya. Tradisi membuat jaring dan jala adalah potensi yang bisa dikembangkan menjadi usaha yang menghasilkan ”

OXFAM-TANGGUH-Januari 2016 | 11


Membingkai kabar baik

YANG TANGGUH DARI TIMUR

Inspirasi Keadilan Ekonomi dari Indonesia Timur. Buku ini merupakan cuplikan pengalaman dan pembelajaran Program Keadilan Ekonomi Oxfam bersama mitra-mitranya di tiga wilayah, yaitu Papua, Nusa Tenggara Timur, dan Sulawesi Selatan. Para pembaca diajak untuk mengikuti perjalanan dan kisah sukses perempuan dan laki-laki di Desa Mbatakapidu dalam memperjuangkan ketahanan pangan di wilayah tandus dalam cerita Geliat Ketahanan Pangan di Tanah Sumba. Kemudian, cerita Pangkajene Kepulauan, wilayah pesisir di Sulawesi Selatan, terdapat kelompok-kelompok petani organik dan kelompok rumput laut. Terakhir cerita dari Kabupaten Jayapura tentang perjalanan para petani kakao yang melakukan restorasi kakao di tengah desakan pembangunan dan semangat untuk mempertahankan budaya setempat.

Refleksi Upaya Masyarakat Membangun Ketangguhan terhadap Bencana. Buku ini memuat fotofoto upaya Oxfam dan mitra-mitranya di enam kabupaten, yaitu: Bima, Flores Timur, Lombok Utara, Lombok Timur, Jayapura dan Manokwari. Program yang dilaksanakan adalah Program Membangun Ketangguhan terhadap Bencana di Indonesia Timur (2009-2012). Dari buku ini diharapkan pembaca dapat melihat komunitas dan kabupaten yang menjadi tangguh terhadap ancaman bencana, serta menguatnya kepemimpinan perempuan dalam upaya pengurangan risiko bencana. Program ini dilaksanakan bersama mitra-mitra Oxfam, yaitu KONSEPSI di Kabupaten Lombok Timur, KOSLATA di Lombok Utara, LP2DER di Kota Bima, YPPS di Flores Timur, KIPRa di Kota Jayapura dan PERDU di Manokwari.

*Bagi yang berminat dengan buku-buku di atas, silakan kirimkan email ke: comms_indo@oxfam.org.uk

Koalisi Perempuan Indonesia (KPI) adalah salah satu mitra Oxfam di Indonesia dalam isu keadilan gender. Organisasi yang memiliki visi mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender menuju masyarakat yang demokratis, sejahtera dan beradab ini meluncurkan satu set modul praktir terkait undang-undang desa. Modul ini berisi: (1) Memahami UU Desa; (2) Pengaturan Desa Adat dalam UU Desa; (3) Perempuan dan Pembangunan Desa; dan (4) Keterwakilan Politik dan Kepemimpinan Perempuan di Desa. Bagi yang tertarik untuk mendapatkan paket tersebut, silakan kirim email ke sekretaria@koalisipermpuan.or.id. 12 | OXFAM-TANGGUH-Januari 2016


Membingkai kabar baik

YANG TANGGUH DARI TIMUR

Inspirasi Keadilan Ekonomi dari Indonesia Timur. Buku ini merupakan cuplikan pengalaman dan pembelajaran Program Keadilan Ekonomi Oxfam bersama mitra-mitranya di tiga wilayah, yaitu Papua, Nusa Tenggara Timur, dan Sulawesi Selatan. Para pembaca diajak untuk mengikuti perjalanan dan kisah sukses perempuan dan laki-laki di Desa Mbatakapidu dalam memperjuangkan ketahanan pangan di wilayah tandus dalam cerita Geliat Ketahanan Pangan di Tanah Sumba. Kemudian, cerita Pangkajene Kepulauan, wilayah pesisir di Sulawesi Selatan, terdapat kelompok-kelompok petani organik dan kelompok rumput laut. Terakhir cerita dari Kabupaten Jayapura tentang perjalanan para petani kakao yang melakukan restorasi kakao di tengah desakan pembangunan dan semangat untuk mempertahankan budaya setempat.

Refleksi Upaya Masyarakat Membangun Ketangguhan terhadap Bencana. Buku ini memuat fotofoto upaya Oxfam dan mitra-mitranya di enam kabupaten, yaitu: Bima, Flores Timur, Lombok Utara, Lombok Timur, Jayapura dan Manokwari. Program yang dilaksanakan adalah Program Membangun Ketangguhan terhadap Bencana di Indonesia Timur (2009-2012). Dari buku ini diharapkan pembaca dapat melihat komunitas dan kabupaten yang menjadi tangguh terhadap ancaman bencana, serta menguatnya kepemimpinan perempuan dalam upaya pengurangan risiko bencana. Program ini dilaksanakan bersama mitra-mitra Oxfam, yaitu KONSEPSI di Kabupaten Lombok Timur, KOSLATA di Lombok Utara, LP2DER di Kota Bima, YPPS di Flores Timur, KIPRa di Kota Jayapura dan PERDU di Manokwari.

*Bagi yang berminat dengan buku-buku di atas, silakan kirimkan email ke: comms_indo@oxfam.org.uk

Koalisi Perempuan Indonesia (KPI) adalah salah satu mitra Oxfam di Indonesia dalam isu keadilan gender. Organisasi yang memiliki visi mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender menuju masyarakat yang demokratis, sejahtera dan beradab ini meluncurkan satu set modul praktir terkait undang-undang desa. Modul ini berisi: (1) Memahami UU Desa; (2) Pengaturan Desa Adat dalam UU Desa; (3) Perempuan dan Pembangunan Desa; dan (4) Keterwakilan Politik dan Kepemimpinan Perempuan di Desa. Bagi yang tertarik untuk mendapatkan paket tersebut, silakan kirim email ke sekretaria@koalisipermpuan.or.id. 12 | OXFAM-TANGGUH-Januari 2016


16 hari anti kekerasan terhadap perempuan 25 November - 10 Desember foto: Lara McKinley-Oxfam Australia

Enam belas (16) hari aktivisme untuk menghentikan kekerasan terhadap perempuan dan anak perempuan merupakan seruan kemanusiaan kepada seluruh umat manusia di dunia untuk menghentikan praktik-praktik kekerasan ini. Seruan ini juga untuk menyerukan kepada para pemimpin baik formal maupun Salah satu pengisi acara di peringatan 16 HAKTP di Car Free Day, informal agar melakukan upaya-upaya yang efektif melalui Jakarta, 6 Desember lalu. Foto: Arief Darmawan untuk Oxfam kebijakan dan program pembangunan untuk melindungi perempuan dan anak perempuan dari berbagai bentuk kekerasan yang menghambat pertumbuhannya dan merendahkan martabat kemanusiaannya. Seruan kemanusiaan tersebut juga merupakan seruan bersolidaritas terhadap penderitaan dan kesengsaraan perempuan dan anak perempuan yang menjadi korban kekerasan. (Dikutip dari Pernyataan Oxfam di Indonesia oleh Rinno Arna, Direktur Program Keadilan Gender, Jakarta, 25 November 2015).

Keluarga besar Oxfam di Indonesia mengucapkan:

Selamat Natal dan Tahun Baru 2016 Semoga kita semua sehat dan sejahtera di tahun yang baru.

Oxfam adalah konfederasi internasional yang terdiri atas 17 organisasi yang bekerja di lebih dari 90 negara. Konfederasi ini merupakan bagian dari gerakan global untuk mewujudkan masa depan yang bebas dari kemiskinan dan ketidakadilan.


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.