TANGGUH B
U
L
E
T
I
N
O
X
F
A
M
D
I
I
N
D
O
N
E
S
I
A
September 2016
Mari Bergandengan Tangan untuk Keadilan Iklim
Perjanjian Paris adalah tentang hidup kita untuk mencari solusi bersama bagaimana mengurangi dan mencegah dampak perubahan iklim yang telah dramatis mengubah dunia kita. Sebut saja, El nino dan kebanjiran, yang mengakibatkan kelangkaan air bersih, panen pangan yang terlambat, mahalnya harga pangan di pasar, dan membuat rumah dan tanah kita dalam risiko. Perubahan harus dilakukan sekarang juga. MARI MENGINGAT. MARI MENGAWAL.
Mari Wujudkan Tata Kelola Air yang Inklusif Demi Kesejahteraan Bersama
*Foto: Lara McKinley/Oxfam Australia
Saya mendukung negara untuk mewujudkan tata kelola air yang inklusif agar mampu memenuhi kebutuhan setiap warga negaranya. Demi kesejahteraan rakyat Indonesia. https://act.oxfam.org/indonesia/id/actions/ mari-wujudkan-tata-kelola-air-inklusif
Hampir 30 juta orang di Indonesia hidup dalam kemiskinan yang juga berarti semakin berpotensi kelaparan akibat fluktuasi harga pangan terkait iklim yang berubah. Kita membutuhkan dukungan baik dari pihak pemangku kebijakan untuk dapat membuat keputusan yang menunjukkan kepedulian bagi orang-orang yang hidup dan bermatapencaharian dalam risiko akibat perubahan iklim. https://act.oxfam.org/indonesia/mari-bergandengan-tanganuntuk-keadilan-iklim
Proyek-proyek yang dilaksanakan oleh Oxfam di Indonesia bersama mitra-mitranya merupakan inisiatif bersama Kementerian Sosial Republik Indonesia. SANGKALAN Pandangan yang dikemukakan di dalamnya bukan pendapat resmi Kementerian Sosial Republik Indonesia.
DARI DIREKTUR
DAFTAR ISI
Pembaca yang baik,
September 2016
Kita berjumpa lagi di Buletin TANGGUH edisi kedua tahun 2016.
2
Edisi kali ini memuat tentang bagaimana Oxfam di Indonesia mengajak untuk berefleksi tentang relasi kesehatan reproduksi dan kuasa gender pada peringatan hari perempuan internasional di Maret lalu. Juga ada cerita-cerita dari dampingan Program Keadilan Gender dari Nusa Tenggara Barat. Selain itu, cerita dan kutipan dari masyarakat dampingan dari Program Ketangguhan terhadap Bencana yang dilaksanakan di beberapa daerah di Indonesia.
4
6
10
KESEHATAN REPRODUKSI DAN RELASI KUASA GENDER
2
SETELAH PROGRAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA SELESAI
4
PERUBAHAN-PERUBAHAN YANG TERJADI
5
AKUNTABILITAS SOSIAL DAN PRAKTIK PEMBANGUNAN
6
MEMIMPIN TANPA RASA TAKUT
8
PENGHANCUR MIMPI YANG BERTOBAT
9
KAMPANYE OXFAM SETELAH COP DI PARIS
10
MEREKA YANG BERJUANG MELAWAN KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK PEREMPUAN
11
INNOVATION LAB
12
Pengawas
:
Budi Kuncoro
Penanggung jawab
:
Aloysius Suratin
Editor
:
Cici Riesmasari, Irwan Firdaus
Kontributor
:
Andi Cipta Asmawaty, Aloysius Suratin, Cecilia Novarina, Yenny Wijaya.
Pemeriksa Aksara
:
Muayyanah
Buletin TANGGUH diterbitkan tiga kali dalam setahun. Produk ini tersedia dalam versi elektronik dan dicetak dengan menggunakan kertas daur ulang dan terbatas. Edisi tersedia dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris secara terpisah. Versi elektronik bisa dibaca dan diunduh di www.issuu.com/oxfaminindonesia. Pertanyaan, informasi lebih lanjut, kritik, masukan atau tulisan dapat disampaikan ke comms_indo@oxfam.org.uk
Hal menarik lainnya dalam edisi ini, kami membahas tentang akuntabilitas sosial dan praktik pembangunan. Tulisan ini mengingatkan kita kembali bahwa pentingnya empat kriteria dalam proses pembangunan untuk memenuhi minimum akuntabilitas, yaitu konsultasi, keterbukaan informasi, pengambilan keputusan serta keluhan dan masukan. Dan informasi-informasi lainnya. Mudahan yang dimuat dalam edisi ini dapat memberikan gambaran tentang program Oxfam dan mitranya serta memberikan inspirasi bagi orang lain. Kami tunggu kritik dan saran untuk perbaikan ke depannya.
Budi Kuncoro Direktur
Kantor Pusat Oxfam di Indonesia: Jl. Taman Margasatwa No. 26A Ragunan, Jakarta 12550 Tel: +62-21-7811-827 Fax: +62-21-7812-321 @OxfamIndonesia
Oxfam in Indonesia
@oxfamdiindonesia
Oxfam in Indonesia
Oxfam in Indonesia
oxfamblogs.org/indonesia
Hari perempuan internasional 2016
Oleh: Yenny Wijaya
Persoalan hak reproduksi merupakan bagian dari persoalan sosial budaya di mana terdapat aspek analisis relasi kuasa gender di dalamnya. Setiap orang berhak atas kesehatan dan kehidupan reproduksi yang sehat, aman dan bebas dari diskriminasi, bebas dari bentuk bentuk pemaksaan dan kekerasan, di manapun mereka berada: di rumah, sekolah, tempat kerja, dan sebagainya. Setiap orang, terutama perempuan, berhak menentukan sendiri kapan dan berapa sering ingin bereproduksi secara sehat dan aman. Oleh karena itu, informasi, edukasi dan konseling mengenai kesehatan reproduksi yang benar dan tepat perlu diberikan (UU No.36/2009) kepada laki-laki dan perempuan sedini mungkin. World Health Organization (WHO) dalam konferensi sedunia di Beijing pada tahun 1995 menyatakan bahwa pendekatan gender dalam kesehatan mengenali bahwa faktor sosial budaya serta hubungan kekuasaan antar laki-laki dan perempuan 2 | OXFAM-TANGGUH-September 2016
menjadi faktor penting yang mempengaruhi dalam mendukung atau mengancam kesehatan seseorang, termasuk dalam hal kesehatan reproduksi. Keputusan perempuan menikah di usia muda kebanyakan bukanlah keputusan yang dibuat oleh sendirinya sendiri, melainkan karena ketidakberdayaannya menghadapi tuntutan dan harapan sosial masyarakat. Pembuat keputusan pada umumnya ada di tangan laki-laki, ayah maupun keluarga laki-laki lainnya. Menikah dan kemudian melakukan hubungan seksual di usia dini menjadi isu yang problematik terkait otonomi tubuh dan dapat berdampak negatif terhadap kesehatannya, terkait reproduksinya. Pada peringatan hari perempuan internasional tahun ini, Oxfam di Indonesia mengadakan bincangbincang sore pada Kamis, 7 Maret lalu. Kegiatan ini dilaksanakan di kantor Oxfam dengan menghadirkan dua pembicara perempuan, yaitu Dr. Phil Dewi Chandraningrum, pemimpin Redaksi Jurnal
Perempuan, dan Atashendartini Habsjah, MA, peneliti kesehatan publik serta salah satu pengurus Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI). Selain staf Oxfam, banyak juga hadir dari lembagalembaga mitra Oxfam dan lembaga swadaya masyarakat (LSM) internasional lainnya serta beberapa jurnalis.
perkembangan masyarakat tradisional, modern, dan setelah modern; memahami fakta dan mitor tentang otonomi tubuh; memahami fenomena sosial budaya seperti pernikahan dini, pergaulan bebas yang mempengaruhi kehidupan dan kesehatan reproduksi; serta diskusi kaitan antara kebencanaan atau perubahan iklim dan kesehatan reproduksi.
Tujuan kegiatan santai sore itu memahami tubuh dan fungsi reproduksi perempuan serta kaitannya dengan relasi kuasa gender dalam konteks
Atashendartini Habsjah, MA
Kesehatan Reproduksi adalah kondisi sejahtera secara aktif, mental, dan sosial secara utuh, tidak semata-mata terbebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal yang berkaitan dengan organ/alat, fungsi, serta proses reproduksi, maupun sistem reproduksinya.
Definisi Kesehatan seksual: kemampuan seseorang mencapai kesejahteraan fisik, mental, dan sosial yang terkait dengan seksualitasnya.
Seksualitas mencakup pengalaman dan ekspresi seksual yang dipengaruhi oleh identitas seksual, identitas gender, orientasi seksual, “eroticism�, sikap dan nilai, perilaku dan praktik, emosi terkait proses reproduksi.
Dr. Phil Dewi Chandraningrum
Angka Kematian ibu di Indonesia masih cukup tinggi karena kurangnya fasilitas dan akses ke pelayanan kesehatan reproduksi bagi perempuan. Ada peningkatan tajam dalam Angka Kematian Ibu di Indonesia pada periode 2010-2012, dari 220/100.000 menjadi 359/100.000 kelahiran hidup. Hal ini menunjukkan bahwa remaja Indonesia tidak cukup siap untuk menghadapi tantangan kesehatan reproduksi ketika mereka memasuki tahun reproduksi mereka. Sangat penting bahwa pemerintah segera mengeluarkan kebijakan yang memberikan pendidikan Hak Seksual dan Kesehatan Reproduksi, fasilitas kesehatan reproduksi dan peningkatan akses ke ini untuk wanita dan remaja. Fenomena pernikahan dini yang menyebabkan peningkatan kehamilan dini di kalangan perempuan muda, pada saat organ reproduksinya belum sepenuhnya berkembang berisiko meningkatkan komplikasi kehamilan yang dapat menyebabkan kematian ibu. Hal ini mempengaruhi Angka Kematian Ibu di Indonesia yang tertinggi di antara ibu-ibu muda. Perubahan iklim berisiko memunculkan beban ganda pada perempuan.
OXFAM-TANGGUH-September 2016 | 3
Oleh: Cici Riesmasari
Sembalun Lawang. Salah satu desa di Kecamatan Sembalun, Kabupaten Lombok Timur, Provinsi Nusa Tenggara Barat yang memiliki enam desa. Tempat memiliki pemandangan yang indah dan iklim yang sejuk ini terletak di kaki Gunung Rinjani - gunung tertinggi nomor tiga dan gunung berapi terbesar kedua di Negara ini. Daerah ini rawan letusan gunung berapi, banjir, longsor dan angin puting beliung. Pendampingan Oxfam di Indonesia dan mitranya, KONSEPSI, mendampingi desa ini sejak 2010 sampai 2015. KONSEPSI membangun kesadaran masyarakat tentang pengurangan risiko bencana (PRB), dengan melakukan peningkatan kapasitas dan penilaian kerentanan secara partisipatif; diskusi membuat peta risiko; membentuk tim siaga bencana desa (TSBD); dan melaksanakan rencana aksi masyarakat.
Jupaini, salah satu petani cabai di Desa Sebalun Lawang.
Dalam semua pendampingan, para anggota TSBD bertumbuh. Dulunya mereka adalah petani yang tidak memiliki pengetahuan tentang bencana. Hari ini, mereka mengorganisir komunitas mereka dan selalu mengaitkan dengan pengurangan risiko bencana. Radio komunitas Akhir tahun lalu, Oxfam di Indonesia mengunjungi Sembalun bersama KONSEPSI. Radio komunitas masih berjalan dengan baik. Operator terus berbagi informasi tentang harga hasil panen, informasi kegiatan warga, serta informasi tentang kebencanaan. Operator radio adalah anggota TSBD. Mereka juga menyiarkan belajar Bahasa Inggris secara langsung setiap kali ada relawan yang berbahasa Inggris sedang berkunjung di desa mereka. Rosyidin adalah salah satu operator radio ini. “Kami terus memberikan pesan tentang bencanaan kepada pendengar di antara informasi dan lagu-lagu lainnya,” katanya. “Kenali bahaya; Kurangi risikonya! Ini adalah pesan kami kepada orang-orang di Sembalun.”
Tahyun Arizal dan dua anggota koperasi menimbang cabai Jupaini.
bulan. Dalam delapan bulan (Mei hingga Desember 2015), mereka mampu meningkatkan dana koperasi hingga 29 juta rupiah. Koperasi juga menganggarkan 2,5% yang dialokasikan untuk kegiatan sosial jika terjadi bencana. “Para anggota TSBD tidak hanya berbicara tentang pengurangan risiko bencana saja. Namun, untuk melanjutkan program-programnya, TSBD perlu koperasi ini sehingga kami dapat meneruskan kegiatan di masa depan,” kata Rawenem, kepala TSBD Sembalun Lawang.
KOPERASI TSBD SYARIAH SEMBALUN LAWANG “Kami menyadari bahwa KONSEPSI dan Oxfam tidak akan selamanya bersama kami. Jadi, kami mendirikan koperasi agar mampu mendanai kegiatan kami di masa depan,” katanya. Alasan lainnya adalah anggota TSBD di desa ini memiliki kepedulian tentang keberadaan tengkulak di desa mereka. TSBD ingin membuat komunitas mereka mendapatkan harga yang adil dari menjual hasil panen mereka. Koperasi TSBD Syariah didirikan pada Mei 2015 dengan 42 anggota dan modal awal 19 juta rupiah. Anggota membayar 50 ribu rupiah untuk iuran pokok dan 30 ribu rupiah setiap 4 | OXFAM-TANGGUH-September 2016
Tahyun Arizal membayar langsung setelah menimbang cabainya dan mereka bawa untuk disiapkan sebelum dikirim ke pabrik yang membeli cabai. *Foto-foto: Ihwana Mustafa/Oxfam di Indonesia
KATA MEREKA: MARNIM
WARGA DESA JENGGALA
Oleh: Cici Riesmasari
Saya penasaran ingin memahani apa perubahan yang terjadi pada masyarakt peserta program. Untuk memenuhi rasa keingitahuan itu saya mengunjungi kegiatan lokakarya pembelajaran program pengurangan risiko bencana di Mataram pada 22 sampai 23 Maret lalu. Di sana saya berkesempatan untuk berbincang-bincang dengan para perwakilan masyarakat dampingan program, perwakilan pemerintah dan para mitra. Berikut, hasil perbincangan saya sebagai oleh-oleh bagi kita semua. Pengantar tentang program: Selama periode 2014 sampai dengan 2016, Oxfam di Indonesia bekerja sama dengan mitra-mitra di daerah melaksanakan program membangun ketangguhan terhadap bencana di Indonesia. Program ini merupakan upaya pengembangan dan penyempurnaan berbagai model program tematik berkaitan dengan ketangguhan bencana. Hal ini mencakup model desa tangguh, ketangguhan mata penghidupan, pengelolaan sumber daya alam berperspektif pengurangan risiko bencana (PRB), kepemimpinan perempuan dalam PRB atau perempuan tangguh, usaha mikro dan menengah tangguh (UMKM tangguh) dan kota tangguh bencana. Model-model tematik ini dilaksanakan secara terpisah di lima kabupaten dan kota yaitu: Kabupaten Flores (Nusa Tenggara Timur), Kabupaten Lombok Timur dan Utara, Kota Bima (Nusa Tenggara Barat), serta Kabupaten Magelang (Jawa Tengah). *Foto-foto: Dokumentasi Oxfam di Indonesia
“Kelompok kami sudah berjalan 6 tahun, berawal dari istri-istri penggarap hutan. Awalnya kita bermodal 1kg kopi yang kita olah. Perempuan-perempuan di sana kebanyakan buta huruf. Di kelompok saya cuma tiga orang yang tidak buta huruf tetapi mereka antusias sekali dalam berkelompok. Kami menanam kopi itu sekitar 2 hingga 3 tahun sehingga kita bisa mendapatkan uang. Kemudian uang tersebut kami kelola kembali untuk simpan pinjam. Sekarang kita memiliki kas 60 juta dari modal 1kg kopi dan sekarang menjadi koperasi. Sekarang karena sudah dilihat perkembangan kami seperti ini, dinas-dinas mulai melirik kami.”
DAVID SANGA
WARGA DESA PAJINIAN, KABUPATEN LARANTUKA “Kami kesulitan air. Pada musim kemarau kami kekeringan dan di musim hujan, kami kebanjiran. Ada bantuan dari Oxfam untuk membuat parit, ternyata kami malah membuang-buang air ke laut. Saat ini kami tidak hanya menyalurkan air ke laut, tetapi kami juga menampung air di lubang sepanjang 6 meter secara permanen untuk menampung sebagian air banjir. Pada musim kemarau, hasil kebun kami adalah buat mete, kelapa dan pisang. Saya juga menggali sumur untuk sumber air di kebun sayur saya. Kebun sayur itu sangat membantu karena saya bisa mendapatkan penghasilan setiap hari.”
YASNI
WARGA KABUPATEN AGAM “Saya dulu memiliki usaha kerupuk singkong yang saya titipkan ke warungwarung kecil dan saya jual keliling dan itu tidak mencukupi untuk keperluan keluarga saya. Semenjak ada bimbingan dari Jemari Sakato, kebutuhan saya agak cukup dan mengalami peningkatan. Saya bisa menyekolahkan anak saya, kebutuhan rumah tangga saya terpenuhi, saya bisa menabung, bahwa sudah bisa beternak ayam.”
OXFAM-TANGGUH-September 2016 | 5
*Foto: Eka Nickmatulhuda untuk Oxfam di Indonesia
Oleh: Aloysius Suratin
Sejatinya, upaya-upaya yang dilakukan oleh berbagai aktor masyarakat sipil maupun negara untuk memberdayakan masyarakat akan mengerucut pada 2 hal, menghasilkan solusi atau proses eksplorasi tak berkesudahan. Dalam perspektif manajerial, penemuan solusi dan eksplorasi terusmenerus adalah sesuatu yang bebas nilai. Namun, perspektif manajerial tersebut hanya ada di tataran teoritik-konseptual. Pada tataran praktis, proses eksplorasi atau penemuan solusi itu tidak pernah bebas nilai karena subyek pembangunan adalah laki-laki, perempuan, anak-anak, orang tua, atau kaum disabilitas yang memiliki martabat. Dalam perspektif inilah, akuntabilitas sosial menjadi faktor penting dalam pemberdayaan masyarakat.
6 | OXFAM-TANGGUH-September 2016
Oxfam dan akuntabilitas sosial Untuk mengintegrasikan akuntabilitas sosial dalam program-programnya di Indonesia, Oxfam mengajak seluruh anggota timnya merefleksikan kembali siklus pengelolaan program untuk menemukan halhal penting yang perlu diperkuat agar akuntabilitas sosial dapat diinternalisasikan dari proses perancangan hingga penutupan program. Selama 4 hari, perwakilan tim program melakukan diskusi untuk merefleksikan hal itu dalam sebuah kegiatan Lokakarya Peluncuran Pendekatan Umum dalam Monitoring, Evaluasi, dan Akuntabilitas Sosial. Kegiatan tersebut berlangsung di Bogor dari 25-29 Maret 2016. Bagi Oxfam, ada 4 kriteria yang harus dilakukan agar pendekatan pembangunan memenuhi standar minimum akuntabilitas:
keterbukaan informasi KONSULTASI Konsultasi adalah syarat pertama agar inisiatif pembangunan dan pemberdayaan masyarakat memenuhi standard akuntabilitas. Konsultasi yang baik akan menghasilkan pendekatan yang sesuai dan dikehendaki oleh masyarakat. Ketiadaan konsultasi dengan masyarakat akan menyebabkan inisiatif pembangunan berpotensi menjadi trial-and-error karena preferensi masyarakat gagal diakomodasi. Oleh sebab itu, di Oxfam kami memastikan untuk melibatkan perempuan, laki-laki, penyandang disabilitas, dan aktor terkait lainnya dalam proses identifikasi, perancangan, perencanaan, monitoring, dan evaluasi.
Masyarakat dan para pihak berhak untuk mengetahui upaya dan inisiatif yang akan dilakukan untuk memecahkan persoalan yang mereka hadapi. Oleh sebab itu, informasi tentang pendekatan, cara, dan proses yang akan dilakukan bersama masyarakat dan para pihak perlu diinformasikan secara terbuka. Dalam menyampaikan informasi, penekanannya bukan pada sampainya informasi, tetapi mekanisme penyampaiannya harus menggunakan pendekatan mekanisme komunikasi yang sesuai dengan budaya setempat.
keluhan dan masukan pengambilan keputusan Partisipasi masyarakat dan para pihak dalam pengambilan keputusan merupakan bentuk implementasi terpenting dari proses penguatan keberdayaan. Agar partisipasi dalam proses pengambilan keputusan dapat terlaksana dengan baik, maka prosesnya harus dilakukan dengan menggunakan mekanisme pendekatan budaya.
Kalau sudah demikian, lalu apa? Dampak dan hasil dari proses pembangunan kadang kala sangat relatif tergantung perspektif siapa dan perspektif apa yang digunakan untuk mengukur dan menilai dampak. Akan tetapi, proses yang memenuhi prinsip-prinsip akuntabilitas sosial seperti di atas,
Masyarakat yang menjadi subyek dalam implementasi program memiliki hak untuk menilai jenis inisiatif dan proses yang dilakukan untuk meningkatkan taraf hidup atau kesejahteraan mereka. Tanpa adanya mekanisme tersebut, maka inisatif pembangunan akan menjadi pendekatan yang over-confidence karena menganggap bahwa proses yang dilakukan pasti sempurna. Di Oxfam, kami menekankan hal ini pada perlunya mekanisme keluhan dan masukan serta mekanisme penyampaian tanggapan.
akan membuat pelaku pembangunan, masyarakat yang terlibat, dan pihak-pihak lain yang berkepentingan merasa bahwa proses tersebut bukanlah sesuatu yang asing dari dirinya. Itulah esensi dasar dari pemberdayaan. Jika telah demikian, hasil hanyalah soal waktu.
OXFAM-TANGGUH-September 2016 | 7
MEMIMPIN TANPA RASA TAKUT:
Oleh: Cecilia Novarina Nuraini tinggal di Desa Banjar Sari, Nusa Tenggara Barat (NTB). Dia menjadi penyandang disabilitas sejak berusia tiga tahun. Meskipun demikian, ia adalah seorang advokat yang aktif untuk memperjuangan hak-hak penyandang disabilitas. Selama bertahun-tahun ia mencoba untuk membuat hak-hak kaum penyandang cacat untuk diakui dan didukung oleh pemerintah desa, namun upayanya pada saat itu tidak membuahkan hasil. Pada tahun 2004, Nuraini bergabung dengan Koalisi Perempuan untuk Keadilan dan Demokrasi (Koalisi Perempuan Indonesia/KPI) dan membentuk kelompok perempuan Banjar Kemuning di desanya. Sejak 2012, Oxfam mendukung 155 kelompok perempuan di Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur melalui KPI. Namun, kelompok perempuan Banjar Kemuning adalah kelompok yang unik karena sekitar 40 persen dari anggotanya adalah orang-orang penyandang disabilitas. Melalui upaya bersama kelompok perempuan, perjuangan Nuraini untuk hak penyandang disabilitas menjadi semakin efektif. Apalagi pengakuan pemerintah desa atas kelompok ini, kelompok perempuan Banjar Kemuning kini dapat mengakses berbagai dukungan yang sebelumnya tidak dapat diakses oleh mereka, seperti dukungan dana dari Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN) untuk mendukung koperasi mereka, yang juga menyediakan tabungan dan mekanisme pinjaman bagi para anggotanya. Menjadi anggota KPI juga memungkinkan Nuraini, dan anggota lain dari kelompok perempuan Banjar Kemuning untuk berpartisipasi dalam berbagai kegiatan pembangunan kapasitas yang bertujuan untuk memperkuat kualitas kepemimpinan mereka. Bahkan melalui kelompok ini, mereka dapat berbagi pengetahuan dan keterampilan mereka 8 | OXFAM-TANGGUH-September 2016
satu sama lain. “Setiap kali saya mengikuti pelatihan, saya akan berbagi pengetahuan kepada sesama anggota kelompok perempuan saya,” kata Nuraini bangga. Nuraini juga menambahkan bahwa dalam KPI, orang penyandang disabilitas juga menerima perlakuan dan kesempatan yang sama dengan anggota lainnya. “Apa yang saya paling suka menjadi anggota KPI adalah rasa kebersamaan. Kami tidak pernah merasa didiskriminasi, bahkan ketika kami pergi untuk mempengaruhi pemerintah di tingkat nasional,” katanya.Itulah alasan mengapa Nuraini, dan anggota lain dari kelompok perempuan Banjar Kemuning tidak pernah merasa malu atau takut ketika bergabung di semua kegiatan; sehingga mereka mampu menyuarakan pikiran mereka lebih bebas. Menurut Nuraini, itu benar-benar penting untuk menjaga semangat perempuan penyandang disabilitas tinggi, karena kadang-kadang perjuangan untuk mendapatkan hak-hak mereka sangat melelahkan. Dalam budaya Indonesia, perempuan sering tidak berdaya dan tidak dapat berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang mempengaruhi kehidupan mereka. Dengan bekerja berkelompok; para perempuan memperoleh kekuatan kolektif yang memungkinkan mereka untuk memiliki suara kuat mengatasi masalah spesifik perempuan di sekitar mereka. Hal ini berlaku untuk perempuan penyandang cacat yang menerima diskriminasi ganda yaitu sebagai perempuan dan penyandang disabilitas. Jika ada perempuan lain dengan disabilitas yang belum bergabung KPI, Nuraini akan menyampaikan kepada mereka tentang manfaat menjadi anggota kelompok perempuan. “Biasanya ketika mereka melihat ada keuntungan, mereka pun bergabung dengan kelompok perempuan kami.” *Foto: Cecilia Novarina/Oxfam di Indonesia
Oleh: Cecilia Novarina Rizal, seorang juru kamera lepas berusia 29 tahun dari Desa Kekait, lebih akrab dikenal sebagai Cheper. Dia menikahi istrinya ketika dia berumur 17 tahun. “Pada saat itu, istri saya masih duduk di kelas 2 sekolah menengah atas,” kenangnya. Dia sekarang disebut sebagai salah satu kader yang aktif melakukan kampanye untuk meningkatkan usia perkawinan di desanya di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Ia dapat mempengaruhi pemerintah desa, orang tua dan para lelaki lainnya untuk mengambil peran dalam melindungi perempuan dan anak perempuan dari kekerasan terutama dari perangkap pernikahan dini. Ia mendapatkan pencerahan dalam hidupnya ketika ia merasakan kesedihan yang mendalam. Istri Cheper akhirnya harus keluar dari sekolah padahal istrinya memiliki potensi untuk masa depan yang cerah, “saya sadar kalau saya telah menghancurkan mimpinya. Jika saya bisa melakukan yang sebaliknya, pasti akan saya lakukan.”
Cheper sekarang lebih mendukung istrinya, dengan menciptakan ruang-ruang baginya untuk membuat mimpinya menjadi kenyataan. “Istri saya berkata bahwa dia ingin menjadi seorang penulis,” katanya dengan bangga. Dia berkomitmen untuk mengembalikan istrinya ke sekolah dan menyelesaikan pendidikannya. Dalam rangka memberantas Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak Perempuan, tidak cukup hanya dengan melakukan memberdayakan kepada perempuan dan anak perempuan saja. Keterlibatan efektif laki-laki, seperti laki-laki yang berpotensi menjadi pelaku juga penting. Itulah pentingnya mempengaruhi dan mengubah orang-orang seperti Cheper, dari pelaku hingga menjadi advokat yang aktif untuk mempengaruhi orang-orang di sekelilingnya. Oxfam mendukung “The Champion Post” untuk meningkatkan usia perkawinan yang didirikan oleh Yayasan Tunas Alam Indonesia (SANTAI) sejak 2013. *Foto: Cecilia Novarina/Oxfam di Indonesia
SURAT DARI PEMBACA Selamat siang, Perkenalkan saya Wihdatul Az-zauziyah Sa’adah dari Tirta Cipta Mandiri. Saya sedang merintis sebuah unit usaha baru yang bergerak dibidang penjernihan air dengan menggunakan teknologi saringan air keramik. Kami ingin memperkenakan produk Ceramic Water Filter yang dapat menyaring air sumur dan air PAM menjadi air bersih bebas bakteri. Jika berkenan, kami ingin memperkenalkan langsung mengenai produk kami dan bisa menjalin kerja sama dengan Oxfam. Terlampir product knowledge tentang produk kami yang bisa dipelajari terlebih dahulu. Terima kasih banyak perhatian dan kerja samanya, Salam Inovasi, Wihdatul A-zauziyah Sa’adah
Terima kasih emailnya Ibu Wihdatul. Oxfam di Indonesia sudah pernah menggunakan ceramic water filter dalam repsons bencana sebelumnya. Sayangnya pembelajaran kami ada kendala risiko transportasi (handling) dan juga hasil tes mutu air yang belum memenuhi standard minimum zero E.Colli/100ml air. Terima kasih atas penawarannya. Salam, Komunikasi Oxfam
Kirimkan pertanyaan lengkap dengan nama, umur, jenis kelamin, alamat rumah lengkap dan nomor telepon ke komunikasi kami: comms_indo@oxfam.org.uk. Bagi yang pertanyaannya dimuat, akan mendapatkan hadiah kenang-kenangan dari Oxfam di Indonesia.
OXFAM-TANGGUH-September 2016 | 9
Kampanye Oxfam setelah
COP di Paris
Oxfam di Indonesia berpartisipasi kembali dalam pameran ke enam Indonesia Climate Change Education and Forum tahun ini. Kali ini pesan yang diusung adalah #AfterParis. Pameran ini menjadi salah satu momen di mana Oxfam melakukan kampanye offline yang dilaksanakan pada 14 hingga 17 April 2016 lalu dijadikan momen untuk berbagi informasi tentang Perjanjian Paris dengan sasaran anak muda. Hingga akhir acara, sebanyak 1.749 orang tercatat singgah di stan Oxfam. Di sini pengunjung bisa mendapatkan informasi terkait Perjanjian Paris lewat 12 seri poster serta sebuah brosur yang isinya tentang Perjanjian Paris yang bahasanya sudah diolah menjadi lebih popular dan sesuai dengan anak-anak muda, target dari kampanye ini. Apa saja sih isi Perjanjian Paris itu? Isinya mengenai target
global di bawah 2°, dana adaptasi, kerugian dan mekanisme kerusakan, dan mengajak mereka untuk menyadari bahwa untuk mencapai di bawah 2° tidak mungkin tanpa membuat gaya hidup kita lebih hijau dan karbon kurang. Relawan Oxfam mengundang 1.749 pengunjung untuk singgah di stan Oxfam dan berhasil membuat 1.374 orang terlibat dalam petisi Oxfam. Selain itu ada kegiatan lainnya selama 4 hari pameran tersebut, yaitu We Grow! Memberdayakan Anak Muda dalam Urban Farming yang Berkelanjutan; merilis leaflet 5 kunci pesan dari Perjanjian Paris dengan mengundang Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF) dan Indonesia Youth Team on Climate Change untuk berbagi pengetahuan tentang Perjanjian Paris dan peran apa yang bisa dilakukan oleh anak muda; serta kontes melukis tas canvas yang diikuti oleh 67 anak sekolah menengah umum hasilnya ada 4 pemenang dengan judul lukisan (1) #SAVEWATER, not easy to find water today, (2) #SAVERIAU, stop burning our forest, (3) Earth on griddle, (4) Our Village. Dalam kegiatan ini tidak lupa Oxfam mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada mitra-mitranya Oxfam di Indonesia dalam terlaksananya kampanye ini. Widya Hasian dari Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan (KRKP) yang berhasil menjadikan proses diskusi berjalan lancar dan menarik. Juga kepada Ida Pardosi dari Aliansi Desa Sejahtera yang berhasil mengorganisir diskusi Digital Youth Innovator for Climate dan mendatangkan 4 narasumber yang menjadi sumber inspirasi bagi peserta diskusi (video dapat bisa dilihat di tautan berikut ini: http://bit. ly/21NGsNW). (irw) *Foto: Andi Cipta/Oxfam di Indonesia
AIR UNTUK SEMUA
Oxfam di Indonesia mendukung hak semua orang mendapatkan air bersih. Oxfam di Indonesia mendukung hak masyarakat untuk mendapatkan air bersih. Saat ini masih ada sekitar 40 persen penduduk di Jakarta belum memiliki akses atas air. Dalam rangka memperingati Hari Air Sedunia pada hari Minggu, 22 Maret silam Oxfam menyelenggarakan Kampanye Hak Atas Air di Gelanggang Olahraga Bung Karno Senayan bersama masyakarat penyuka olahraga lari pagi di hari minggu pada Maret silam. Dalam acara Water Jam sekitar 300 peserta menari dan berdansa bersama. Selain itu lebih dari 500 warga, terutama anak muda, bergabung dalam mendukung petisi online bertajuk “Mari Wujudkan Tata Kelola Air yang Inklusif Demi Kesejahteraan Bersama”. Petisi ini dapat disimak dengan meng-klik http://bit.ly/1P7QiBr. Hingga kini sudah 516 dukungan diberikan. Water Jam ini 10 | OXFAM-TANGGUH-September 2016
*Grafis: Andi Cipta/Oxfam di Indonesia
terlaksana berkat kerja keras Andi Cipta, staf kampanye divisi Keadilan Economy Oxfam di Indonesia. Untuk kampanye Water Jam ini Andy memilih hashtag #AirMilikRakyat #AiradalahHAM #INDONESIABEBASKEKERINGAN #INDONESIABEBASBANJIR #AirUntukSemua. Oxfam dalam kampanye ini mengajak agar semua orang mendapatkan hak atas air. “Mari kita bangun bersama tata kelola air yang adil dan berlaku untuk semua,” kata Andi. Tampak ratusan peserta membaca fakta-fakta tentang air serta menyatakan dukungan agar air bersih dapat diakses seluruh masyarakat. Sebagian yang mendukung kampanye ini membawa pulang tumbler menarik dari Oxfam. (irw)
Mereka yang berjuang melawan kekerasan terhadap perempuan dan anak perempuan Teks: Cici Riesmasari Salah seorang paralegal dampingan LBH APIK Makassar, mitra Oxfam di Indonesia, menunjukkan sikap menentang dengan tulisan “Kami Tolak Kekerasan�. Ibu Surya, yang memiliki usaha konveksi rumahan, merupakan salah satu paralegal yang membantu para penyintas kekerasan dalam rumah tangga, melindungi anak, bahkan mereka kadangkala memberikan saran untuk peningkatan ekonomi keluarga. Komunitas paralegal sudah banyak yang berhasil membangun bisnis di tingkat rumah tangga seperti membuat makanan beku seperti nugget dari ikan dan kudapan. *Foto: Yusuf Ahmad untuk Oxfam di Indonesia
Ibu Ramlah, salah satu kader lembaga mitra Oxfam di Makassar, Solidaritas Perempuan (SP). Beliau aktif membantu masyarakat perempuan di sekitarnya yang rata-rata adalah mantan tenaga kerja perempuan. Banyak warga di sekitar Ibu Ramlah memilih pergi bekerja keluar negeri tetapi tidak melalui jalur yang resmi sehingga mereka rentan mendapat perlakuan yang tidak layak di tempat mereka bekerja. Ibu Ramlah bersama kader perempuan lainnya mencoba mengajak para perempuan lainnya untuk membuat usaha di rumah seperti memproduksi camilan dan dijual. Upaya Ibu Ramlah juga didukung penuh oleh sang suami. “Saya infokan kepada teman-teman saya untuk mendatangi istri saya dan teman-temannya jika ada masalah terkait kekerasan dalam rumah tangga dan kekerasan terhadap pekerja,� ujar suami Ibu Ramlah. *Foto: Yusuf Ahmad untuk Oxfam di Indonesia
Para anggota kelompok Paralegal Citra Patri dampingan LBH APIK Makassar dan Oxfam di Indonesia menunjukkan kartu paralegal mereka. Kartu ini digunakan ketika mereka aktif di masyarakat untuk membantu para penyintas kekerasan. Mereka berharap dapat membantu teman-teman perempuan lainnya keluar dari kekerasan yang mereka alami.
*Foto: Yusuf Ahmad untuk Oxfam di Indonesia
Rosnani H. Machmud adalah salah seorang anggota kelompok paralegal Tangguh, Makassar. Kelompok ini adalah dampingan LBH APIK, mitra Oxfam di Indonesia untuk program Keadilan Gender. Rosnani sedang mempraktikkan ketika dia mendengarkan curahan hati seorang warga terkait dengan permasalahan kekerasan dalam rumah tangga. Paralegal setiap bulannya berkumpul di setiap posko untuk membahas permasalahan dan mencari solusi bersama.
*Foto: Yusuf Ahmad untuk Oxfam di Indonesia
OXFAM-TANGGUH-September 2016 | 11
INNOVATION LAB:
Membumikan Inovasi bersama Masyarakat Sipil di Indonesia Oleh: Aloysius Suratin
Inovasi merupakan topik hangat dalam berbagai debat di berbagai organisasi dan Media. Di jagat maya, kata innovation merupakan terminologi yang paling dicari pada Maret 2016 melebihi minat pembaca pada Februari 2012. Satu-satunya negara di Asia yang menempati urutan pertama terkait inovasi adalah Singapura. Di susul Korea Selatan, dan selebihnya adalah negara-negara maju seperti Prancis, Australia, Kanada, Inggris, dan Amerika Serikat. Tentang sektor? Nampaknya, inovasi lebih banyak dikaitkan pembaruan di bidang teknologi dan bisnis. Pertanyaannya, Indonesia ada di mana dan sektor pembangunan dan pemberdayaan masyarakat di Indonesia ada di mana? INNOVATION LAB Menyadari pentingnya inovasi dan banyak hal yang perlu dilakukan untuk membuat inovasi menjadi sebuah pendekatan integral dalam pembangunan dan pemberdayaan masyarakat, maka Oxfam menyelenggarakan sebuah lokakarya di Bali pada 25 Januari – 1 Februari 2016. Dengan mengusung tema: Integrasi Inovasi dalam Desain Program Mitra, lokakarya yang dihadiri oleh anggota konsorsium masyarakat sipil dari Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Sulawesi Selatan tersebut difokuskan pada upaya untuk membawa spirit inovasi pada sektor pemberdayaan masyarakat dan pembangunan. Pelaksanaan lokakarya ini merupakan perwujudan dari salah satu strategi Oxfam di Indonesia untuk mengintegrasikan inovasi dengan melalui penguatan kapasitas masyarakat sipil dalam menerjemahkan inovasi dalam desain program. Jadi lokakarya ini adalah ajang untuk membawa pemahaman inovasi ke dalam praktik dalam merancang dan merencanakan program. INOVASI SEBAGAI PROSES DAN BUKAN HASIL Lokakarya ini diawali dengan membongkar perspektif peserta mengenai inovasi dan perancangan program. Salah satu perspektif yang menyebabkan sebuah lembaga atau kelompok masyarakat tidak mampu menghasilkan karya inovatif adalah pandangan yang melihat inovasi sebagai kata benda. Hal ini menjebak pelaku-pembangunan dan praktisi pada sikap kagum berlebihan pada produk inovasi, namun gagal menyadari bahwa produk yang dihasilkan adalah hasil akhir dari sebuah proses yang dikelola dengan perspektif yang juga inovatif. Dalam lokakarya Innovation Lab, fasilitator mulai mengajak peserta untuk merumuskan masalah, mendesain prototipe sebuah gagasan, menerjemahkan prototipe tersebut dalam sekuen atau deretan logis untuk menjadi kerangka logframe, anggaran, dan rencana monitoring dan evaluasi. KELUARAN Setelah menerapkan semua proses desain program dengan mengintegrasikan pendekatan inovatif, akhirnya ketiga konsorsium menghasilkan tiga desain program sebagaimana diilustrasikan di halaman berikut ini: 12 | OXFAM-TANGGUH-September 2016
PORTOFOLIO KOMODITAS
BANK POHON
INDUSTRI HUTAN RAKYAT
TATA KELOLA AIR
TERNAK TERINTEGRASI
Model pengambilan keputusan tingkat rumah tangga petani untuk memproduksi produk horticulture sesuai dengan variabilitas iklim dan permintaan pasar.
Model penguatan interaksi antar insititusi lokal untuk mendukung inisiatif masyarakat dalam kegiatan konservasi hutan dan pengembangan ekonomi.
Inisiatif untuk memperkuat akses pasar Unit Manajemen Hutan Rakyat melalui penerapan Sistem Verifikasi Legalitas Kayu.
Integrasi metode pengelolaan efisiensi irigasi terhadap peningkatan produksi pertanian bagi rumah tangga miskin.
Integrasi antara jenis ternak dan kebutuhan pasar ternak untuk mengurangi ketergantungan atas pasokan ternak dari luar daerah.
Optimasi pasokan air untuk meningkatkan produktivitas pertanian di Lombok Utara.
Pemodelan diversifikasi dan akses pasar ternak bagi rumah tangga miskin di Sumba.
KEBARUAN: Metode praktis untuk Integrasi Metode memecahkan Sistem Verifikasi praktis ketiadaan Legalitas menerjemahkan agunan sebagai Kayu untuk perubahan penyebab dasar memperkuat parameter iklim lemahnya akses daya saing usaha dalam teknik rumah tangga produksi hutan budidaya di Pulau di pedesaan rakyat di Luwu Sumba. terhadap fasilitas Timur. pendanaan di Pulau Sumba.
PENUTUP Ini adalah langkah kecil yang diinisiasi oleh Oxfam menyemai spirit inovasi di sektor pemberdayaan masyarakat dan pengentasan kemiskinan di Indonesia. Kami percaya bahwa langkah kecil ini akan menghasilkan perubahan-perubahan penting dalam tiga hingga lima tahun ke depan untuk memperkuat kontribusi masyarakat sipil di Indonesia dalam mendorong pembangunan yang lebih berdampak dan berhasil guna.
OXFAM-TANGGUH-September 2016 | 13
KERJASAMA SELURUH PIHAK Dengan segala keterbatasannya, kesepakatan Paris menyediakan beberapa alat bagi kita menuju transisi besar dan memastikan transisi tersebut terjadi lebih cepat dan lebih berkeadilan. Hal ini tidak lepas dari upaya bersama antara pihak pemerintah, sektor swasta, dan warga Negara.
#AFTERPARIS Š OXFAM DI INDONESIA, DESEMBER 2015 Oxfamblogs.org/Indonesia |
OXFAM In Indonesia |
@OxfamIndonesia
Oxfam adalah konfederasi internasional yang terdiri atas 20 organisasi yang bekerja di lebih dari 90 negara. Konfederasi ini merupakan bagian dari gerakan global untuk mewujudkan masa depan yang bebas dari kemiskinan dan ketidakadilan.