Gudeg Pawon
Sensasi makan gudeg di dapur Berwisata kuliner di Jogja
Angkringan KR
Festival Makanan
Indonesia Timur
Bakmi Pele
Sido Semi
nek selo(so) tutup
Tips
Backpackeran murah
@pawonkuliner
editorial
daftar isi
Majalah Pawon, hadir bukan hanya bagian dari tugas akhir Manajemen Media Cetak melainkan lebih dari itu. Majalah kuliner ini berada di tengah-tengah masyarakat untuk memberikan informasi serta referensi menarik akan jajanan khas di Yogyakarta. Selain itu majalah ini dapat dijadikan katalog bagi anda yang menyukai wisata kuliner khususnya ketika mengunjungi ke Yogyakarta. Jika kita melihat lebih dalam, Yogyakarta sebenarnya menawarkan tempat-tempat kuliner yang khas dan pantas untuk dicoba. Apalagi tempat kuliner tersebut tersembunyi namun ramai dikunjungi. Sehingga untuk para wisatawan jangan sampai melewatkan serta mencicipi sajian wisata kuliner di kota seni dan budaya ini. Apalagi tempat-tempat yang kami sajikan lewat majalah pawon ini dapat anda jadikan agenda untuk dikunjungi ketika berwisata ke Yogyakarta. Redaksi berharap, beberapa hasil liputan kuliner yang kami himpun ini memberikan gambaran mengenai wisata kuliner di Yogyakarta. Selain itu dapat memberikan informasi serta inspirasi kepada anda ketika akan berwisata kuliner. Sehingga semakin memperkaya referensi anda dalam menikmati sajian khas kuliner Yogyakarta.
redaksional Pemimpin Perusahaan Virdita Rizki Ratriani
2 3 4
Editorial
Pengantar wisata kuliner Liputan Utama: Gudeg Pawon 6 8
Lakon
Blusukan: Bakmi Pele 9
Nasi Jenggo 10 Sido Semi
11 Sejarah Makanan: Asal Rendang 12 Resep Makanan 13 Kuliner Ala Kampus 15 Keunikan Kuliner Nusantara 16 Angkringan KR 17 Festival Makanan Indonesia Timur 18 Food Traveler: Gadis Pemburu Kuliner 19 Tips Backpackeran Kuliner Murah di Yogyakarta
8
4
Pemimpin Redaksi Ph. Angga Purenda Editor Ph. Angga Purenda Reporter Hanisar Ahcmad Fauzan, Stefanus Wisnu dan Maria Septian R. Mola
9
Fotografer Hanisar Ahcmad Fauzan, Stefanus Wisnu dan Ph. Angga Purenda Kontributor berita kuliner Joana Gautama dan Cornelia Putri Indriastuti Layout dan Design Antoni Yulian Cover by Antoni Yulian
10
11
Berwisata Kuliner di Yogyakarta
Oleh: Ph. Angga Purenda
K
etika berwisata di sebuah kota tujuan, selain mengunjungi obyek-obyek wisata yang sudah ada, tak ketinggalan pula untuk berburu mencari oleh-oleh khas kota tersebut. Kebanyakan oleh-oleh yang disediakan berupa cemilan maupun makanan khas yang berasal dari daerah itu. Seperti oleh-oleh khas Yogyakarta yaitu gudeg dan bakpia yang selalu dicari orang untuk dibawa pulang dan dibagikan ke sanak saudara. Namun sebenarnya jika kita mau menjelajahi lebih dalam lagi disetiap sudut kota yang dikunjungi pasti akan menemukan makanan yang khas dan unik. Salah satunya Yogyakarta, kota yang dapat anda jadikan pilihan utama untuk berwisata kuliner. Kita tahu jika Yogyakarta identik makanan lesehan yaitu cara menikmati kuliner dengan duduk bersila di pinggaran jalan. Inilah yang menjadi ciri khas dari kota seni dan budaya ini dalam menikmati sajian kuliner berselera. Seperti halnya di daerah Malioboro yang masih kita dapat temui warung lesehan dengan menyediakan berbagai menu pilihan. Apalagi disaat menikmati makanan pesanan kita, dihibur oleh seniman
jalanan dengan petikan gitarnya sehingga membuat suasana berwisata kuliner makin menyenangkan. Tapi sayangnya untuk para wisatawan dari luar Yogyakarta hanya menikmati sajian pada tempat-tempat tertentu yang mudah dijangkau. Padahal Yogyakarta memiliki beragam pilihan tempat kuliner yang unik dan pantas untuk dicoba selain di pusat kota. Gudeg Pawon menjadi salah satu rekomendasi untuk di kunjungi serta dicoba. Karena di sini kita akan dapat menemukan sensasi dari makanan khas Yogyakarta ini, Apalagi gudeg yang satu ini memiliki cita rasa yang berbeda dari gudeg pada umumnya. Bagaimana sensasi serta cita rasanya? simak hasil liputan dari majalah pawon, disertai berbagai makanan kuliner lainnya. So, buat pecinta kuliner jangan sampai melewatkan berburu kuliner khas dan unik ketika mengunjungi Yogyakarta, Jadikan Majalah Pawon ini buku katalog anda serta membantu dalam memberikan gambaran kuliner pilihan di Yogyakarta. Sehingga memperkaya informasi serta inspirasi anda ketika menikmati wisata kuliner di kota gudeg ini.
3
blusukan
Gudeg Pawon, Sensasi Makan Gudeg di Dapur
M
Oleh: Hanisar Achmad Fauzan
endengar kata Gudeg tentunya sudah tidak asing lagi bagi kebanyakan orang. Makanan khas dari Yogyakarta ini tidak pernah sepi dari penggemarnya, apalagi jika kita menikmati langsung di kota asalnya pasti “mak nyuss� . Dari sekian banyak gudeg yang ada di Yogyakarta, ada sebuah gudeg yang sangat unik. Gudeg ini berada di Jalan DR. Soepomo, Janturan, Umbulharjo, Yogyakarta. Gudeg ini biasa disebut dengan Gudeg Pawon. Pawon dalam bahasa jawa berarti dapur. Kenapa dapur? Ya, mungkin ini salah satu letak keunikan gudeg ini. Tempat berjualan gudeg ini memang berada di dapur dan pengunjungnya pun dapat menikmati makanan khas ini langsung ditempat. Panasnya api dari tungku tradisional dapat kita rasakan sehingga menambah sensasi dalam menikmati Gudeg Pawon ini.
4
gantri di depan pintu dapur padahal warung tersebut belum buka. Tidak jarang pula pada pukul 00.00 WIB, Gudeg Pawon ini sudah ludes habis terjual, jadi kami sarankan untuk datang lebih awal. Sehingga dapat menikmati sepiring Gudeg Pawon yang begitu khas dengan cita rasa tersendiri.
Kita dapat melihat bentuk dari dapur di Gudeg Pawon sendiri yang memberikan kesan tradisional dan kuno. “ Dari dulu dapurnya ya seperti ini� ujar Sumarwanto. Dengan kita mengantri menuju ke dapurnya kita dapat melihat proses memasak dari Gudeg Pawon. Justru inilah sensasi yang kita dapatkan dengan mengantri penuh sabar untuk mendapatkan sepiring Gudeg Pawon.
Gudeg yang dijual di Gudeg Pawon ini merupakan gudeg basah. Biasanya gudeg ini hanya di jual pada malam hari hingga pagi hari, karena gudeg basah sendiri cenderung lebih cepat basi ketimbang gudeg kering. Yang menonjol dari Gudeg Pawon ini adalah cita rasa gurihnya bukan manis seperti gudeg kebanyakan. Rasa gurih yang ada di gudeg pawon berasal dari santan asli bukan endapan santan seperti gudeg pada umumnya.
Gudeg Pawon atau dikenal juga dengan gudeg maling itu mulai buka di malam hari, sekitar pukul 22.30. Meski begitu, penggemar gudeg ini cukup banyak. Itu terlihat dari antusias para wisatawan yang sudah men-
Dalam penyajiannya gudeg pawon tidak berbeda jauh dengan gudeg lainnya, gudeg ini bisa dipadukan dengan lauk sesuai selera kita mulai dari telur, dada, paha, ceker ayam. Soal harga sendiri itu relatif ter-
wisata kuliner di Yogyakarta. Karena Gudeg Pawon ini memiliki cita rasa khas yang menarik untuk anda coba. Jangan sampai melewatkan untuk memanjakan lidah anda di Gudeg Pawon.
jangkau, tergantung lauk yang kita pilih. Satu porsi gudeg paling mahal sekitar Rp 23.000,- dengan lauk dada ayam dan telur. Gudeg Pawon ini sering kali menjadi alternatif wisata kuliner bagi para wisatawan yang sedang berkunjung di Yogyakarta. Penggemarnya tidak hanya datang dari Yogyakarta sendiri melainkan dari berbagai daerah seperti Surabaya, Bandung, dan Jakarta. Gudeg ini juga sering masuk program acara kuliner di Televisi salah satunya Ala Chef yang dipandu oleh Farah Quinn. Tak ketinggalan pula Bondan Winarno pun pernah singgah dan mencicipi lezatnya Gudeg Pawon ini. Karena Gudeg Pawon ini selalu ramai setiap harinya. Maka disarankan bagi pecinta kuliner yang ingin mencoba Gudeg Pawon untuk datang lebih awal agar tidak mengantri cukup lama. Selain itu anda tidak kehabisan dalam mendapatkan seporsi Gudeg Pawon ini.
Atas: halaman depan Gudeg Pawon Tengah: gudeg dan krecek yang disiapkan di wajan Bawah: Gudeg Pawon di malam hari
So, Gudeg yang sering didatang para artis ibu kota dan politikus ini pantas anda masukan dalam agenda
5
lakon
Praptowidarso Sang Pendiri Gudeg Pawon
dari tiga bersaudara dan sama sekali tidak mengenyam
Oleh: Virdita Rizki Ratriani
pendidikan formal selama hidupnya. Setelah menikah,
P
pasar Sentul, Jln. Sultan Agung di Ngisor Asem atau
raptowidarso, lahir pada tanggal 1939 di Yogyakarta tepatnya di daerah Sagan, belakang Panti Ra-
pih, Yogyakarta. Pada waktu itu rumah beliau sempat di gusur dan akhirnya di beri ganti tanah oleh Pemerintah di daerah Karangwuni. Beliau adalah pendiri sebuah rumah makan gudeg yang sekarang di kenal dengan nama Gudeg Pawon yang beralamat di Umbul Harjo. Mulai membuat gudeg pawon awalnya tahun 1958 tetapi pada waktu itu hanya sebatas membantu kakaknya berjualan gudeg. Beliau adalah anak terakhir
6
Praptowidarso akhirnya mulai berjualan sendiri di pada waktu itu biasa disebut penduduk setempat sebagai Sorasem mulai dari tahun 1960. Pada awalnya Bu Prapto berjulan mulai pukul 03.00 WIB lalu semakin lama semakin maju karena banyak langganan Bu Prapto yang menunggu di pasar untuk membeli gudeg buatannya. Ada juga yang tidak sabar menunggu akhirnya mulai bertanya alamat beliau dan membeli langsung di rumahnya daerah Umbul Harjo yang sampai sekarang masih digunakan sebagai tempat rumah makan Gudeg Pawon.
Karena banyaknya pelanggan yang akhirnya
tuskan untuk kembali berjualan untuk membantu sua-
membeli langsung di rumahnya maka lama-kelamaan
minya yang hanya seorang PNS dengan gaji pas-pasan.
gudeg Bu Prapto habis di rumah, jika tidak maka bi-
Bu Prapto dikenal oleh anak-anaknya sebagai seorang
asanya hanya akan tersisa sepuluh porsi sehingga tidak
pekerja keras dan “nrimo ing pandum� yaitu menerima
mungkin untuk dijual di pasar. Hingga akhirnya mulai
apa yang diberikan atau dibagikan Tuhan kepadanya.
tahun 2000-an Bu Prapto mulai berjualan di rumah
Kata itu juga yang selalu di katakan kepada anak-
Pernikahannya dengan di karuniai tiga orang anak.
anaknya manakala mereka selalu bertanya kenapa tidak
Anak pertamanya bekerja di perusahaan sosial, Jasa Raharja. Sedangkan anak keduanya yang bernama Sumarwanto yang pernah bekerja di instalasi listrik tetapi pada tahun 1995 berhenti dari pekerjaannya.
ingin membuka cabang gudeg Pawon di Jogja maupun di wilayah lainnya. Bu Prapto selalu berkata bahwa menjadi orang itu harus “nrimo ing pandum�, juga tidak kaya, tidak
Sumarwanto memu-
miskin, yang
tuskan untuk bekerja
sedang dan
secara penuh mem-
sederhana saja
bantu usaha ibunya.
asal tidak punya
Begitu pun yang
hutang karena di
dilakukan oleh anak
dunia ini yang
terakhirnya yang
ingin mencari re-
juga ikut membantu
jeki bukan hanya
kakaknya menerus-
mereka, tetapi
kan usaha gudeg Bu
juga ada orang
Prapto setelah beliau
lain yang ingin
meninggal pada ta-
mencari rejeki.
hun 2010.
Nama
Sumarwanto
Gudeg Pawon
belajar membuat gudeg secara otodidak hanya dengan
sendiri sebenarnya berasal dari salah seorang pelanggan
melihat ibunya setiap hari membuat gudeg tanpa belajar
beliau. Pelanggan itu adalah Bu Kiyatso yang dulu juga
secara khusus. Pada waktu itu, gudeg ini pertama kali
sempat mencalonkan diri sebagai calon bupati Sleman,
berdiri harganya hanya berkisar Rp 75 untuk satu porsi
karena tempat berjualan gudegnya di pawon atau dapur.
gudeg dengan telur. Pada tahun 1970-an Bu Prapto
Tetapi sebelumnya sempat bermunculan banyak nama,
sempat berhenti berjualan gudeg selama dua bulan, pe-
seperti gudeg maling, gudeg sangit, dan gudeg malam.
nyebabnya adalah waktu itu dagangan yang dijual habis
Itulah sedikit kisah dari Bu Prapto yang merupakan
tetapi uangnya tidak ada sehingga membuat Bu Prapto
pendiri dari Gudeg Pawon itu sendiri
mengambil keputusan tersebut. Tetapi dua bulan setelah itu Bu Prapto memu-
7
blusukan
Menikmati Kelezatan Bakmi Pak Pele Oleh: Hanisar Achmad Fauzan
B
akmi Jawa adalah menu kuliner yang cukup umum, terlebih ketika berada di Yogyakarta. Makanan ini mudah kita temui di setiap sudut kota seni dan budaya ini. Sehingga tidak heran jika bakmi jawa menjadi salah satu kuliner buruan para wisatawan yang datang ke kota Yogyakarta. Di Yogyakarta, ada sebuah bakmi yang sudah cukup lama hadir mewarnai kuliner Yogya. Yaitu bakmi Pak Pele yang sudah ada sejak tahun 1970-an dan dikenal luas oleh masyarakat Yogyakarta. Bakmi Pak Pele, konon nama ini diambil karena wajah pemiliknya mirip dengan legenda sepakbola asal Brazil, Pele. Bakmi ini berada di sebelah pojok selatan alun-alun utara Yogyakarta. Sehingga kita cukup mudah menemukan warung bakmi ini karena memang tempatnya yang selalu ramai. Bentuk warungnya pun masih sederhana dengan menggunakan tenda sebagai tempat jualannya. Untuk menikmati bakmi ini, kita bisa duduk di bawah tenda atau memilih lesehan di tikar-tikar yang sudah disediakan. Karena banyaknya pelanggan, warung bakmi Pak Pele ini juga memiliki cabang yang berada di daerah Jl Godean. Berbeda dengan yang di alun-alun, warung bakmi yang di Godean sudah berbentuk bangunan permanen. Untuk menu yang disediakan sendiri cukup lengkap, seperti warung bakmi pada umumnya yang biasanya menyediakan menu bakmi dan magelangan. Se-
8
dangkan untuk menu bakminya ada bermacam-macam pula. Dari goreng, rebus, hingga nyemek (bakmi disajikan dengan sedikit kuah), kita bisa juga memilih bakmi yang kita inginkan, mie kuning atau mie putih, atau campuran keduanya. Disini cara memasaknya pun masih menggunakan arang dan anglo (tungku), sehingga memberi kesan cita rasanya lebih nikmat. Sedang untuk minuman, menunya cukup standar, seperti teh, jeruk, tape, dan sebagainya. Selain itu disini juga ada wedang ronde. Disini cara memasaknya juga satu persatu, sekali memasak untuk satu porsi, jadi bagi anda yang memesan menu dalam jumlah yang cukup banyak haruslah sedikit lebih bersabar karena makanan yang disajikan bakal lama hadir di depan anda, belum lagi jika warungnya sedang ramai sehingga lebih lama dalam menunggu menu yang kita pesan. Untuk rasanya sendiri, bakmi disini memang enak, apalagi mie nya memiliki tekstur tersendiri, daging ayamnya juga empuk. Sedangkan kuah kaldu ayamnya juga terasa, sepertinya kuah kaldu yang nikmat ini hasil dari rebusan daging ayam yang cukup lama. Bakmi gorengnya pun tidak kalah dengan rasa gurihnya yang sangat nikmat di lidah. Untuk harga, kita bisa menikmati seporsi Bakmi Pak Pele dan teh hangat ini dengan merogoh kocek kurang lebih sebesar Rp 15.000,-. Sebanding dengan rasa, kenikmatan serta suasana Yogyakarta yang bisa kita nikmati.
Nasi Jenggo: Nasi Kucing Ala Bali Oleh: Stefanus Wisnu
M
asakan khas dari daerah Bali ini mungkin masih sedikit asing bagi kebanyakan orang yang memang bukan berasal dari pulau dewata tersebut. Namun ketika menjelajahi kuliner di kota Yogyakarta, kita akan menemukan seperti nasi kucing namun ala bali. Nama makanan unik itu adalah nasi jenggo yang komposisinya terdiri dari bahan-bahan yang cukup sederhana. Seperti nasi putih biasa atau nasi putih yang gurih, masakan ini terdiri dari oseng-oseng tempe, mie, buncis, suwiran ayam dengan bumbu khas Bali ditambah sedikit parutan kelapa dan sambal sebagai pelengkapnya. Untuk sekedar mencicipi makanan ini kita tidak perlu jauh-jauh sampai pergi ke Pulau Bali, karena makanan khas Bali ini sudah banyak ditemukan di daerah lain seperti di Yogyakarta. Salah satunya yang berada di Jl. Kusbini Yogyakarta. Tempatnya memang hanya di pinggir jalan dan memanfaatkan trotoar SD Langensari sebagai tempat jualannya, tetapi peminatnya cukup banyak pada tiap harinya.
juga sesuai dengan kantong mahasiswa. Harga Nasi Jenggo ini berkisar antara Rp. 6.000,- sampai Rp. 7.000,setiap porsinya tergantung jenisnya. Di tempat yang cukup kecil dan sederhana ini, selain menyediakan menu Nasi Jenggo juga terdapat makanan khas lainnya dari daerah Bali seperti Ayam Betutu. Nasi Jenggo ini mungkin dapat menjadi salah satu alternative kuliner apabila kita sudah bosan dengan makanan yang sehari-hari kita konsumsi. Di samping rasanya yang enak sehingga dapat memanjakan lidah kita dengan cita rasa yang baru, makanan ini juga cukup terjangkau harganya sehingga tidak teralalu menguras isi kantong kita. Di tambah dengan suasana warungnya yang cukup nyaman seakan menambah kenikmatan dalam mencicipi makanan ini.
Walaupun hanya kecil, namun tempat ini cukup nyaman digunakan untuk sekedar duduk-duduk bersama teman-teman sembari menikmati nikmatnya cita rasa makanan ini. Penjualnya pun orang asli Bali dan juga komposisinya sesuai dengan aslinya sehingga rasanya juga tidak perlu diragukan lagi. Harganya pun bisa dibilang relatif terjangkau bagi masyarakat dan
9
perlu mengunjungi warungya yang berada di daerah Kotagede tepatnya di Jl. Tjanteng no. 2 Kotagede Yogyakarta di dekat Makam Raja-Raja Mataram.
Sido Semi:
Nikmatnya Es Kacang Ijo
Oleh: Stefanus Wisnu
E
s Kacang Ijo mungkin sudah banyak diketahui oleh kebanyakan orang karena memang mudah dijumpai di sekitar kita. Akan tetapi Es Kacang Ijo yang disajikan di sebuah warung kecil dan sederhana satu ini cukup berbeda karena rasanya yang khas dan disajikan dengan suasana yang begitu kental dengan nuansa Jawa. Untuk merasakannya kita hanya
10
Bangunan warungnya pun tidak seperti tempat untuk berjualan saat ini tetapi adalah sebuah bangunan rumah yang cukup tua dan sedrerhana yang masih kental dengan nuansa Jawa. Warung ini mulai dibuka pada tahun 1957 dan masih bertahan sampai saat ini. Selain Es Kacang Ijo sebagai andalannya, di tempat itu juga terdapat berbagai macam minuman tradisional seperti Es Dawet, Es Limun, dan Es Coklat. Ada juga Bakso yang mulai dijual sejak masa Soeharto menjadi Presiden Republik Indonesia. Akan tetapi, yang paling menjadi favorit di tempat ini adalah Es Kacang Ijo. Banyak pelanggan yang kecewa apabila minuman yang satu ini sudah habis. Di samping memberikan sajian dan suasana tempat yang bernuansa Jawa, warung ini juga tutup pada tiap hari Selasa. Menurut pemiliknya, hari Selasa itu hari yang selo (sepi) sehingga mereka memilih tutup pada tiap hari Selasa, sedangkan di hari-hari biasa dan hari besar mereka tetap buka. Hal ini menjadi suatu keunikan tersendiri karena pemiliknya masih mempunyai kepercayaan terhadap nilainilai budaya Jawa sesuai dengan budaya asli mereka. Kisaran harga minuman tradisional seperti kacang ijo dan limun yang disajikan di tempat ini cukup murah untuk ukuran harga minuman saat ini. Harganya hanya berkisar antara Rp. 2.500,- sampai Rp. 4.500,- saja sehingga sangat terjangkau bagi semua golongan masyarakat. Akan tetapi dengan harga yang cukup murah tersebut bukan berarti rasanya biasa-biasa saja, justru dengan harga yang murah tersebut rasanya dapat menghapus dahaga sehingga kita wajib mencicipi kuliner yang satu ini.
B
Oleh: Virdita Rizki Ratriani
uat anda tentunya sudah tidak asing lagi dengan yang namanya rendang. Makanan yang sempat menjadi makanan favorit nomer satu di dunia ini ternyata asli dari Indonesia. Lebih tepatnya sebagai kuliner tradisional khas Minang dan sudah ada sejak abad 19. Namun, menurut beberapa pendapat dari sejarahwan rendang patut diduga telah ada sejak abad ke-16. Beberapa literatur yang tertulis di abad ke-19 menyatakan, masyarakat Minang di wilayah darek (darat) biasa melakukan perjalanan menuju Selat Malaka hingga ke Singapura yang makan waktu sekitar satu bulan melewati sungai. Karena sepanjang perjalanan tidak ada perkampungan, para perantau menyiapkan bekal makanan yang tahan lama, yaitu rendang.
sejarah
Asal-usul Masakan Rendang
menggunakan metode pengasapan dan pengeringan. Pengasapan dan pengeringan dilakukan dengan memasak demikian lama. Rendang, jika kita lihat dari proses pembuatannya memang memasak dalam waktu yanglama sampai kuahnya kering. Rendang sendiri berasal dari kata ‘’merandang’’, memasak santan kelapa sampai mongering secara perlahan. Hikayat rendang juga berkaitan dengan kedatangan orang-orang India dan Arab ke kawasan pantai barat Sumatera. Konon, pada abad ke-13 dan ke-14, daerah Minang sudah didiami orang-orang India. Ia menegaskan, bumbu dan rempah-rempah diperkenalkan lebih dulu oleh orang India. Terkait dengan masakan menurut beberapa sejarahwan, masakan kari yang diperkenalkan saudagar India pada abad ke-15 merupakan cikal bakal rendang. Secara logika, sangat masuk akal masakan kari menjadi kuliner semasa terjadinya kontak perdagangan. Maka itu jadilah rendang seperti yang kita kenal sampai saat ini. Demikianlah sejarah kuliner dari masakan favorit pertama di dunia ini yang pantas kita banggakan
Diolah dari sumber : http://www.lestari. info/2012/02/asal-usul-masakan-rendang.html dengan sedikit perubahan.
Berdasarkan penafsiran sejarah, cara yang sama dilakukan oleh orang Minang pada abad ke-16 ketika meneroka (membuka kampung baru) di pantai timur Sumatera hingga Malaka, Malaysia, dan Singapura. Catatan Kolonel Stuers juga menulis tentang kuliner dan sastra pada 1827. Kuliner yang tertulis secara implisit pun diduga kuat mengarah pada rendang. Dalam sumber-sumbernya, Belanda pernah muncul istilah makanan yang dihitamkan dan dihanguskan, yang dapat ditafsirkan merupakan teknik pengawetan. Masyarakat tradisional mengawetkan makanan
11
Resep Makanan Tradisional Indonesia Timur Oleh: Maria Septian R. Mola
Pembaca, pada edisi kali ini kita akan mencoba resepresep masakan tradisional dari daerah NTT. Resep yang Tim Majalah Pawon hadirkan adalah resep tradisional khas daerah NTT yang so pasti Yummy, enak dan tidak menguras kantong.
•
Bila bawang harum dan kuning,
•
Masukan irisan tomat dan cabe merah.
•
Masukan udang rebon sangrai.
•
Kemudian masukan sayuran
“Rumpu-rampe”
•
Tambahkan garam dan penyedap.
•
Bila sudah matang.. sajikan bersama nasi panas.
Bahan: •
500 gram bunga pepaya
•
500 gram jantung pisang
•
500 gram daun ubi.
•
500 gram buah pepaya muda.
•
100 gram udang rebon sangrai.
•
5 buah tomat ukuran sedang iris tipis.
•
10 buah cabe merah iris tipis.
•
10 buah cabe rawit iris tipis.(bila suka pedas)
•
5 siung bawang merah. iris
•
5 siungg bawang putih. iris.
•
5 makan minyak goreng untuk menumis.
•
garam dan penyedap secukupnya.
Cara Membuat: •
12
Didihkan 3 liter air +1 sdm garam + 2 sdm minyak goreng.
•
Masukan bunga pepaya,daun ubi dan jantung pisang, sampai empuk.
•
Buah pepaya dimasukan terakhir saja karena lebih cepat empuk.
•
Tiriskan rebusan sayur.
•
Panaskan minyak goreng untuk menumis.
•
Masukan irisan bawang merah dan putih.
(*)udang rebon boleh diganti terasi. ulek bawang, tomat, cabe merah, cabe rawit, tumis sampai harum baru masukan sayuran. (Untuk 4 orang)
Bahan:
Lawar Teri Mentah
•
200 gram daging ikan Teri mentah (ikan teri, buang kepala dan tulang tengahnya)
•
10 siung bawang merah.iris halus.
•
10 biji cabe rawit.iris halus
•
3 buah jeruk nipis peras airnya
•
2 buah jeruk purut.iris halus
•
Kemangi secukupnya
•
Daun bawang secukupnya. Iris halus
•
Daun siba secukupnya. Iris halus
•
Garam secukupnya
Cara membuat: Iris bawang merah, cabe rawit, tomat, jeruk purut (jeruk sambal) Iris daun kemangi, daun bawang,daun siba.Campur daging ikan teri dan perasan jeruk nipis. Simpan dikulkas 30 menit.sampai daging ikan terlihat putih dan matang. Saat hendak disantap, campur ikan dengan semua bahan yang sudah diiris,tambah garam secukupnya. Selamat menikmati. Selamat mencoba!
Kuliner Ala Kampus Oleh: Cornelia Putri Indriastuti
Yogyakarta sudah identik dengan sebutan Kota pelajar, apalagi di propinsi ini anda bisa temukan berbagai sekolah maupun universitas dengan berbagai jenjang. Itu juga yang mempengaruhi hadirnya kuliner di Yogyakarta dengan harga kantong mahasiswa. Pastinya warung yang berlabel murah tak akan hilang dari daftar agenda para mahasiswa untuk dikunjungi. Berikut ada beberapa kuliner ala kampus yang mungkin bisa anda jadikan referensi ketika berwisata kuliner di Yogyakarta.
Sushi Kaki Lima Bagi pecinta makanan Jepang, Tim Majalah Pawon mempunyai rekomendasi untuk anda yaitu Sushi Kaki Lima. Warung ini terletak persis di depan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, tepatnya di daerah Mrican. Di warung itu tidak hanya menyediakan sushi tapi juga terdapat ramen dan onigiri, selain itu juga ada free ocha alias es teh gratis. Pas sekali untuk kantong anak kos yang pas-pasan, kisaran harga di sana dari Rp 5.000,00 sampai Rp 25.000,00. So, jangan sampai lupa mencicipi Sushi dengan harga ala kaki lima ini.
Ayam dan Bebek Rempah – Omah Ayam Bagi pecinta ayam maupun bebek, Tim Majalah Pawon memiliki liputan mengenai kuliner yang satu ini. Tak jauh dari kampus FISIP Universitas Atma Jaya Yogyyakarta di Jl. Babarsari terdapat Omah Ayam yang menyediakan ayam serta bebek dengan cita rasa rempah yang menggoda. Rasa bumbu rempahnya merasuk sampai ke dalam, dagingnya empuk dan gurih sehingga menambah gairah untuk memakannya. Apalagi ditambah dengan adanya taburan bumbu rempah yang pastinya membuat ketagihan bagi yang mencobanya. Selain itu ada beberapa jenis sambal yang disediakan, jadi kita bisa memilih sendiri. Kisaran harga lauk di Omah Ayam antara Rp 3.500,00 sampai Rp 13.000,00. Bagi makanan yang sejenis dapat dikatakan murah apa lagi untuk kantong mahasiswa.
13
Ayam Geprek JB Tim Majalah Pawon memiliki liputan kuliner khususnya bagi penggila ayam goreng. Tak jauh dari SMA John De Britto (JB) ada warung makan yang menyediakan ayam goreng dengan di geprek alias dipenyet bersamaan sambalnya. Apalagi jumlah cabainya yang akan di geprek dengan ayamnya dapat kita pesan sesuai keinginan kita. Memang banyak sekali tempat makan ayam geprek di Yogyakarta, tapi yang satu ini sepertinya masih unbeatable. Mungkin karena ayam dan tepungnya yang gurih, apalagi disana juga menyediakan kuah seperti kuah tongseng, sop, serta gorengan sebagai variasi tambahan lauk. Jika makan di sana kita dapat mengambil nasi sesuai dengan keinginan sendiri. Hanya dengan Rp 10.000,00 saja anda sudah dapat makan dan minum hingga kenyang. Untuk sekedar saran saja, datang ke warung ini jangan menjelang sore hari karena pasti sudah habis, datanglah ketika siang hari.
Bubur Ayam STIE YKPN Jika biasanya seporsi bubur ayam itu hanya banyak pada krupuknya. Tapi bubur yang satu ini jauh berbeda dan dijamin murah. Tim Majalah Pawon sempat mencicipi bubur yang letaknya tak jauh dari STIE YKPN Yogyakarta. Bubur yang satu ini jelas berbeda tak hanya banyak kerupuknya tapi potongan ayam, kacang, dan bumbunya juga banyak. Apalagi porsinya juga lumayan besar untuk ukuran bubur ayam dengan harga per porsinya Rp 6000,00. Jadi, selamat mencoba akan lezatnya bubur ayam ini.
14
Keunikan dari Makanan Khas Indonesia Oleh: Maria Septian R. Mola
T
anpa kita sadari makanan khas Indonesia termasuk makanan yang unik. Makanan Indonesia berbeda dengan makanan ala Eropa atau sejenis fast food yang cenderung lebih mengutamakan kemewahan. Dari segi penampilan, mungkin kita akan merasa makanan kita sangat sederhana dibandingkan makanan luar negeri khususnya Eropa. Tetapi jangan salah, makanan kita sebenarnya jauh lebih unik dan lebih mewah. Berikut beberapa fakta tentang keunikan makanan khas Indonesia : •
Makanan khas Indonesia membutuhkan bahan atau bumbu yang sangat beragam.
•
Teknik Penyajiannya membutuhkan kesabaran. Beberapa menu memang membutuhkan waktu cukup lama untuk mengolahnya. Contohnya menu opor ayam. Ada beberapa tahapan yang mesti dilalui dan dilakukan secara perlahan untuk menghasilkan opor ayam yang lezat. “Step by step cara pembuatan harus dilakukan dan tidak bisa dilewati. Proses ini juga sekaligus melatih kesabaran.
•
Cara penyajian makanan yang unik. Makanan Indonesia tidak hanya disajikan di atas piring atau sekedar minuman dalam gelas. Ada makanan yang di sajikan di atas daun pisang, di dalam bambu atau wadah lainnya. Hal ini kita tidak
temukan pada penyajian makanan lain sejenis fast food. •
Sensasi rasa makanan Indonesia sangat bervariasi. Lidah akan mengecap rasa gurih dari santan kelapa atau pedas merica. Masih ada sentuhan rasa manis dari campuran gula pasir maupun gula jawa. Perpaduan rasa ini dijamin mengundang rasa penasaran untuk bersantap.
Keunikan- keunikan ini menjadi nilai tambah buat kita. Tentunya bangga , jika kita memiliki makanan khas yang unik dan tidak dimiliki oleh negara lain. Jadi, dengan dmikian kita tidak perlu malu dan minder lagi untuk mengatakan “Saya makan Soto atau saya mau pesan Opor Ayam”. Kenapa harus makan di restoran fast food jika restoran Indonesia atau warung makan biasa menyediakan masakan yang mengandung gizi tinggi dan harganya lebih terjangkau. Gerusan modernisasi sedikit banyak menggeser pola makan kita. Ditambah serbuan makanan cepat saji yang bisa kapan saja dan mudah dinikmati. Perlahan tapi pasti, tren pola makan masyarakat akan kembali ke santapan tempo dulu.
15
Angkringan KR Oleh: Ph. Angga Purenda
J
ika kita mengunjungi Yogyakarta untuk berwisata kuliner, akan dengan mudah menemukan sajian kuliner khas yang satu ini. Dengan bungkusan daun pisang, dimana di dalamnya terdapat potongan ikan bandeng maupun ikan teri dan sambal. Membuat setiap orang yang menikmati sajian sederhana ini menikmati cita rasa tersendiri. Itulah yang dinamakan nasi kucing atau yang lebih dikenal masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta dengan sego kucing. Kenapa dinamakan nasi kucing? bukan berarti nasi ini diperuntukan untuk hewan kucing. Melainkan porsinya yang sedikit dengan bandeng dan sambal sehingga membuat nikmat bagi orang yang mencicipinya. Apalagi ditemani lauk pauk seperti gorengan tempe, bakwan, tahu, dan sate usus. Kemudian ditambah aneka macam pilihan minuman seperti secangkir kopi, teh, jeruk maupun wedang jahe. Inilah kuliner khas yang dengan mudah kita jumpai di setiap sudut kota ketika menjelang malam hari tiba. Lalu dimana saja tempat angkringan yang dapat dijadikan pilihan bagi anda serta wajib untuk dicobanya. Tim Majalah Pawon mempunyai tempat angkringan yang kami rekomendasikan kepada anda. Angkringan ini disebut oleh masyarakat Yogyakarta dengan Angkringan KR..
16
Angkringan KR ini terletak di Jl. Mangkubumi atau kearah selatan dari Tugu Yogyakarta. Kenapa disebut angkringan KR? karena angkringan ini menempati sepanjang selasar dari kantor SKH Kedaulatan Rakyat (KR). Di sana kita tidak hanya menemukan nasi kucing saja melainkan berbagai macam nasi bungkus dengan beragam pilihan serta ditemani lauk pauk yang begitu lengkap. Sekadar informasi juga angkringan KR ini menjadi tempat kopi darat para kaskuser region Yogyakarta di setiap rabu malamnya Di angkringan KR, Es tape ijo menjadi minuman yang kami sarankan untuk anda coba. Karena rasanya yang begitu “mak nyuss� seperti kata Bondan Winarno. Apalagi minuman yang satu ini menjadi favorit bagi pengunjung di angkringan KR. Selain itu suasananya yang begitu mendukung dengan remangremang dari cahaya lampu selasar kantor KR. Membuat semakin nikmat dalam mencicipi sajian kuliner pilihan yang sudah tersedia. Soal harga pun sangat terjangkau dan pasti dapat mengenyangkan perut kita. Satu nasi bungkus dapat dihargai kisaran Rp 1.000 – Rp 3000. So kunjungi angkringan KR ini dan jadikan pengalaman kulinermu begitu berkesan.
Festival Kuliner ala Indonesia Timur Oleh: Maria Septian R. Mola
I
ndonesia adalah negara kepulauan yang memiliki beribu- ribu ragam budaya dan cita rasa terhadap makanan. Kawasan Indonesia Timur yang meliputi Sulawesi, Maluku, NTT, dan Papua adalah kawasan yang terkenal dengan ikan lautnya. Selain memiliki panorama alam yang indah ternyata kawasan Indonesia Timur juga memiliki sejuta daya tarik soal cita rasa. Berbagai jenis makanan yang termasuk unik, lezat dan tentunya menggoda lidah patut kita coba. Beberapa waktu lalu tepatnya tanggal 9 Juni 2012, Komunitas Indonesia Timur universitas Atma Jaya Yogyakarta mengadakan festival tahunan berupa budaya dan kuliner khas Indonesia Timur yang bertemakan “Summer and Peace”. Dalam festival ini berbagai makanan khas tradisional dari beberapa daerah Indonesia Timur dapat kita jumpai. Mulai dari makanan khas Toraja, Ambon, Adonara (NTT), hingga Papua. Kita dapat memanjakan lidah kita dengan berbagai jenis makanan tradisional yang di jual dalam acara ini. Salah satu makanan yang menarik dan terkenal adalah “Papeda” dari daerah Maluku dan Ambon. Papeda ini di sajikan bersama ikan bakar, kuah ikan asam dan colo- colo. Bagi yang tidak suka pedas dapat memilih menu papeda, ikan bakar dan kuah ikan asam. Tetapi bagi anda yang menyukai pedas dapat menggunakan menu colo- colo. Colo- colo adalah sejenis sambal yang terdiri dari bawang merah, tomat, Lombok, kecap dan diberi air sebagai kuahnya. Selain Papeda, terdapat pula kue yang bernama “Ampas
Papeda, makanan khas Indonesia Timur
Tarigu”. kue ini terbuat dari terigu dan kelapa muda. Menuju ke stand Toraja kita dapat menjumpai masakan yang dapat dikatakan sejenis sayur khas toraja. Terdapat pula jajanan pasar khas Toraja yang bernama “Dipatori”. Kue ini memiliki rasa yang hampir sama dengan kue “cucur”, bahan pembuatananya juga sama tetapi bentuknya berbeda. Jika kue cucur berbentuk bulan pipih, kue Dipatori ini berbentuk elips dengan ujungnya runcing dan di tengahnya terdapat wijen. Selain makanan terdapat pula minuman produk toraja yaitu sirup markisa. Beralih ke stand Adonara, kita akan ,menjumpai makanan kahasnya yaitu jagung Titi. Makanan ini bisa dikatakan emping jagung ala Adonara. Mencicipi kuliner ala Indonesia Timur dalam festival ini sangat mengesankan, karena kita dapat merasakan bahwa seakan- akan kita sedang berada di sana. Kita juga disuguhi dengan irama musik daerah Indonesia timur. Sehingga lengkap sudah kuliner ala Indonesia Timur dengan suasana yang begitu mendukung. Apalagi festival kuliner ini disambut antusiasme warga atma Jaya Yogyakarta serta pengunjung lain. Kedatangan mereka mempunyai tujuan yang sama yaitu Ingin memanjakan lidah sambil mendengarkan lagulagu khas Indonesia Timur.
17
food traveler
Gadis S Pemburu Kuliner
iapa yang tidak suka dengan namanya wisata kuliner, mencicipi aneka masakan khas dengan cita rasa tersendiri. Apalagi ketika menemukan berbagai hidangan yang dapat menggugah selera makan kita. Pasti kebanyakan orang akan menyukai kegiatan yang satu ini serta tidak melewatkannya. Selain dapat menggoyang lidah kita, perut juga ikut merasakan kehangatan dari sajian yang dihidangkan.
Oleh: Ph. Angga Purenda
Begitu juga yang dialami oleh Francisca Amalia Inkaristi atau yang lebih akrab disapa Riris ini doyan mencicipi berbagai kuliner. Gadis kelahiran 2 mei 1992 ini juga sering melakukan pemburuan kuliner di setiap sudut Yogyakarta. Jadi jangan heran ketika Tim Majalah Pawon menanyakan kuliner di Yogyakarta yang pernah dicicipinya, Riris menjawabnya dengan begitu banyak tempat. “Biasanya kalau makan tu seringnya ke gudeg permata, bakmi Pak Nen, sate karang di Kota Gede sana, sukaku tu bakmi-bakmi ya kayak bihun godog” Ungkapnya. Setiap minggunya Riris dapat lima kali menyediakan waktu untuk mencari kuliner baru maupun menu favoritnya bersama keluarganya. “Ya pengen nyicipi makanan-makanan unik aja di Jogja, misalnya ada rumah makan yang baru bakal aku coba, kebetulan juga keluargaku senang wisata kuliner” jelasnya. Salah satu yang menjadi kuliner favoritnya adalah bakmi Pak Nen yang berada di Jl. Lowano, Sorosutan. Mengapa dia memilih bakmi Pak Nen menjadi menu kesukaannya?. Rasanya yang begitu enak, ditambah lagi dengan porsinya yang banyak pula serta harga juga terjangkau membuat dirinya tidak bisa berpaling dari bakmi jawa yang satu ini. Menurutnya, kuliner di Yogyakarta itu enak, murah serta pas untuk kantong mahasiswa. Sehingga pantas untuk dijadikan tempat yang tepat untuk berburu aneka kuliner khas yang ada di Kota seni dan budaya ini. Mahasiswi jurusan jurnalistik Universitas Atma Jaya Yogyakarta ini juga memiliki menu favoritnya yang unik. Mungkin bagi kebanyakan orang merasa aneh maupun enggan untuk mencobanya. Riris merekomendasikan masakan dengan bahan utama ular cobra yang diolah berbagai jenis sajian seperti ular cobra tepung goreng dan steak cobra. Diakhir wawancara Riris memberikan sedikit tips buat para food traveler yang ingin berburu kuliner. “Ya seringlah jalan-jalan kalau jalan-jalan pastikan nemuin kuliner baru atau dengar cerita dari temanteman kalau ada tempat makan yang enak, nyicipi aja bareng-bareng teman”pungkasnya.
18
K
etika mendatangi sebuah kota untuk berlibur tak jarang pula para wisatawan mencari tempat jajanan yang murah. Namun harga murah ini hadir tentu saja tanpa mengurangi sensasi dalam berwisata kuliner. Diantara kota besar di Indonesia, Yogyakarta menjadi kota yang layak dalam mencari wisata kuliner murah. Tetapi dibutuhkan kejelian tersendiri dalam menikmati kuliner murah di kota seni dan budaya ini. Berikut ada beberapa tips yang mungkin dapat bermanfaat bagi backpacker ketika akan berwista kuliner murah di Yogyakarta.
Tindakan pertama yang wajib dilakukan adalah mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang tempat kuliner yang akan dikunjungi. Kita dapat bertanya kepada sahabat maupun saudara kita yang pernah mencicipi kuliner tersebut. Selain itu kita dapat memanfaatkan mobile smart maupun internet untuk mencari informasi perihal letak tempat, macam-macam kuliner yang sediakan, harga makanan sampai transportasi yang digunakan untuk menjangkau tempat tersebut. Ketika sudah mendapatkan semua informasi tersebut pastikan kantong uang anda mencukupi untuk
Tips: Backpackeran Kuliner h di Yogyakarta a r u M
Oleh: Ph. Angga Purenda
berwisata kuliner. Khusus bagi pelajar maupun mahasiswa yang melakukan backpackeran ke kota gudeg ini kami sarankan setidaknya untuk menabung terlebih dahulu meskipun gaya hidup di Yogyakarta masih terhitung murah dan terjangkau. Jika ingin menekan biaya lagi disaat berwisata kuliner di Yogyakarta alangkah baiknya memiliki sahabat maupun saudara yang bisa kita jadikan pemandu serta mengantarkan ke tempat tujuan. Jika tempat yang kita kunjungi jauh, kita dapat memanfaatkan berbagai transportasi umum yang murah seperti bus kota, bus transjogja dan becak. Kita dapat juga memanfaatkan penyewaan sepeda motor yang ada di rentalan. Sehingga biaya transportasi masih bersahabat untuk kantong kita yang berstatus pelajar maupun mahasiswa. Salah satu tempat berwisata kuliner murah berada di alun-alun selatan Yogyakarta. Tempat yang satu ini cocok bagi kita yang menginginkan wisata kuliner murah dengan menikmati berbagai macam jajanan serta makanan pilihan yang tersedia. Apalagi suasana ditempat ini sangat mendukung dengan hadirnya berbagai wahana permainan lokal serta mencoba peruntungan melewati 2 pohon beringin yang kembar. Alun-alun selatan Yogyakarta juga mudah di tempuh dari Malioboro dengan menaiki becak maupun jalan kaki. Sehingga direkomendasikan buat para backpacker yang ingin menikmati kuliner dengan suasana berbeda.
19
TOUR TRAVEL Karimun Jawa Holiday
CP: 085 643 591 721 (sdr. Joan) Pin BB: 276C1B52 FB: Joana Gautama Putra
ENJOY YOUR HOLIDAY WITH US Cp : 081390521968 (Yuliani) Brigita7185@yahoo.co.id Melayani perjalanan wisata dan juga ziarah dalam dan luar negeri