Percikan Iman No. 07-08 Th. XIV Juli-Agustus 2013 M
1
2
Percikan Iman No. 07-08 Th. XIV Ramadhan-Syawal 1434 H
Percikan Iman No. 07-08 Th. XIV Juli-Agustus 2013 M
3
4
Percikan Iman No. 07-08 Th. XIV Ramadhan-Syawal 1434 H
Percikan Iman No. 07-08 Th. XIV Juli-Agustus 2013 M
5
AL-QUR’AN TERJEMAH MU‘ĀŚIR (KONTEMPORER) Penyusun: Dr. Aam Amiruddin Tashih Khat: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an Kementerian Agama Republik Indonesia Konsultan Ahli: Prof. Dr. KH. Muhammad Salim Umar, MA Prof. Dr. KH. Miftah Faridl Ir. KH. Salahuddin Wahid Penyunting Khat: LTQ Jendela Hati Penyunting Terjemah: Tim Editor Khazanah Imtelektual
6
Percikan Iman No. 07-08 Th. XIV Ramadhan-Syawal 1434 H
TASHIH AL-QUR’AN & TERJEMAH AL-MU‘ASIR LAJNAH PENTASHIHAN MUSHAF AL-QUR’AN KEMENTRIAN AGAMA RI
#content 07 teras: LAGI! RAMADHAN KEMBALI 08 editorial: BUKAN PILIHAN CERDAS 10 tadabur: JUARA SEJATI BULAN PUASA 12 tafsir tematik: RAMADHAN BULAN PERUBAHAN 16 bedah hadits: SHAUM & MENJAGA HAK ORANG LAIN 20 bedah masalah: APAKAH PAHALA SHAUM & DOSA KORUPSI ITU BERKORELASI? 26 percik sains: PUASA ADALAH UNIVERSAL 30 refleksi ramadhan: SETAN DIBELENGGU? 32 refleksi ramadhan: MARI BERUBAH 34 refleksi ramadhan: MEMBAWA RAMADHAN SEPANJANG TAHUN 38 refleksi ramadhan: INSTAL RUHIYAH DI BULAN RAMADHAN 40 refleksi ramadhan: FASTING? KEEP ON MOVING! 42 cover story: DEWI SANDRA, SELALU INGIN PERBAIKI DIRI 46 anisa in action: PERKOKOH MENTAL MUSLIMAH DI BULAN PUASA 50 curhat anisa: BOLEHKAH MENUNDA QADHA? 53 tafakur: RAMADAN COMING & GOING/RAMADHAN DATANG & PERGI 54 galeri: TUKANG BUBUR NAIK HAJI THE SERIES, SENTILAN BAGI MASYARAKAT 60 tahukah anda: KALKULASI IBADAH RAMADHAN 62 tahukah anda: KURMA KAYA KHASIAT 64 dapur anisa: ANEKA OLAHAN KURMA 69 resensi situs: BELAJAR BAHASA ARAB ONLINE 72 refleksi lebaran: KALAU HARI RAYA BERBEDA 74 refleksi lebaran: LEBARAN, MENGAPA HARUS BAJU BARU? 76 refleksi lebaran: MINTA MAAF SEPERTI ABU BAKAR 78 tadabur: MENUJU MASYARAKAT SADAR ZAKAT 80 resensi buku: ABDULLAH BIN MAS‘UD BETISNYA LEBIH BERAT DARI GUNUNG UHUD 83 karikatur 84 meski satu kata: MENGGELIKAN
8
Percikan Iman No. 07-08 Th. XIV Ramadhan-Syawal 1434 H
#teras
LAGI! RAMADHAN KEMBALI Bagi sebagian orang, Ramadhan tahun ini mungkin terasa lebih spesial. Di antara kita ada yang merasakan bahwa ini adalah Ramadhan pertama sebagai seorang mahasiswa yang harus tinggal jauh dari orangtua. Di antara kita ada yang merasakan bahwa ini adalah Ramadhan pertama sebagai seorang suami yang setiap berbuka puasa atau santap sahur ditemani oleh istri tercinta. Di antara kita ada yang merasakan bahwa ini adalah Ramadhan pertama sebagai seorang ayah yang masih merasa canggung dan kerepotan mengurus buah hati. Dan, di antara kita ada juga yang merasakan bahwa ini adalah Ramadhan pertama meninggali rumah impian setelah sekian lama menumpang di “Pondok Mertua Indah�. Bagi redaksi MaPI, Ramadhan tahun ini terasa spesial karena sekali lagi majalah kita tercinta ini mampu membuktikan eksistensinya di tengah bertumbangannya satu demi satu majalah Islam. Alhamdulillah! Ya, Ramadhan kembali lagi tahun ini dan kita semua harus merasa bersyukur karena masih dikaruniai kesempatan untuk
mendulang pahala di bulan yang penuh berkah ini. Seyogianya, tidak ada waktu tersisa untuk kita hambur-hamburkan pada kegiatan yang kurang bermanfaat. Isilah Ramadhan tahun ini dengan beribadah dan beribadah secara lebih giat. Nah, menemani Anda beribadah, MaPI menyuguhkan berbagai tulisan pemerkaya pengetahuan seputar shaum serta artikel-artikel hikmah untuk memompa semangat beramaliah Ramadhan. Sejumlah tokoh terkemuka kami wawancara, seperti Gus Solah dan Didin Hafiduddin, untuk menggali makna dan pelajaran berharga seputar Ramadhan. Agar tidak jenuh, MaPI juga menghadirkan artikel-artikel ringan seperti wawancara sejumlah artis (seperti Dewi Sandra serta sejumlah pemain sinetron Tukang Bubur Naik Haji) yang berbagi pengalaman mereka dalam beristiqamah menjalankan ibadah Ramadhan di tengah kesibukan dunia entertainmen. Bukan edisi spesial namanya kalau MaPI tidak membagibagikan hadiah kepada para pembaca setianya. Ya, pembaca MaPI dapat memenangkan paket hadiah berisi Al-Qur’an Al-Muasir
dan merchandise menarik dari sponsor dengan mengirimkan jawaban #tekatekimuasir. Dan, ya, mulai edisi ini MaPI memakai has-tag pada penulisan rubrikrubriknya. Hal ini dilakukan bukan tanpa tujuan. Mulai edisi ini MaPI akan lebih aktif mengirimkan postingan hikmah di jejaring sosial untuk lebih mengakrabkan diri dengan pembaca setia MaPI. Karenanya, silakan add Facebook MaPI di Majalah Percikan Iman atau follow Twitter MaPI di @ MajalahPercikanIman. Akhirnya, semoga Ramadhan tahun ini dapat mejadi sarana kita berlatih untuk menjadi pribadi yang lebih bertakwa. Amin.
diterbitkan oleh: Khazanah Intelektual terbit sebulan sekali ISSN: 1411-8947 pemimpin umum Aam Amiruddin pemimpin perusahaan Idham Fitriadhi pemimpin redaksi Ali K. Bakti editor Muslik korektor Dini Handayani Hasan staf redaksi Iqbal Tawakal redaksi ahli Bambang Pranggono, Sasa Esa Agustiana, Tate Qomaruddin kontributor Yudha Yudhanto, Dadang Khaeruddin artistik/produksi Nunu Saputra Kostawa gudang & sirkulasi Darta Wirya marketing & promosi Hendra Andriana, David Triyadi, Antho keuangan Wien alamat: Jl. Biduri No. 9 Buah Batu Bandung 40265 Telp./Fax. (022) 7302389 layanan sms redaksi (022) 70360505 layanan sms marketing (022) 70780148 layanan iklan 0852.2014.2431 website www.percikaniman.org & www.khazanahintelektual.com e-mail redaksi_mapi@yahoo.co.id Facebook Majalah Percikan Iman Twitter @MajalahPercikanIman rekening ATM BCA Kcp. Burangrang Bandung No. 4383028020 a.n.Percikan Khazanah Intelektual Iman No. 07-08 Th. XIV Juli-Agustus 2013 M
9
#editorial
BUKAN PILIHAN
CERDAS Setelah melalui proses yang panjang dan berliku, akhirnya pemerintah resmi mengumumkan naiknya harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi. Pengumuman tersebut disampaikan Menteri Energi Sumber Daya Mineral Jero Wacik. Harga baru BBM bersubsidi ini berlaku mulai Sabtu (22/6) dini hari, tepat pukul 00.00 WIB dengan kisaran harga premium naik dari Rp4500 menjadi Rp6500, sementara solar dari Rp4500 menjadi Rp5500. Selain itu, pemerintah pada waktu yang sama juga akan membagi-bagi uang Rp150.000 per keluarga miskin selama empat bulan yang dibungkus sebagai kompensasi. Pemerintah menganggarkan dana yang dinamai Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) ini sebanyak Rp9,3 triliun yang bakal digelontorkan kepada 15,5 juta orang miskin tersebut. Sebagaimana disampaikan pemerintah, kenaikan harga BBM tidak bisa ditunda lagi karena membengkaknya anggaran subsidi BBM. Menurut perhitungan pemerintah, besarnya subsidi BBM
10
tahun 2013 akan mencapai Rp297 triliun lebih. Membengkaknya alokasi anggaran untuk subsidi BBM tersebut membuat APBN tidak efektif dan mengancam perekonomian nasional. Sebenarnya, masyarakat tidak keberatan dengan naiknya harga BBM yang sudah menjadi kewenangan pemerintah. Akan tetapi, momentunya tidak tepat karena ditetapkan saat menjelang Ramadhan dan kenaikan kelas. Sebagaimana semua tahu, pada dua momen tersebut pengeluaran setiap rumah tangga pasti akan jauh membengkak. Di saat pengeluaran sedemikian banyaknya, mengapa pada saat ini pemerintah menaikkan harga BBM? Bukankah kita sudah tahu bahwa kenaikan BBM berdampak pada harga sembako? Jangan salahkan masyarakat jika berkaca dari kenaikan BBM ini mereka menganggap pemerintah selalu saja tidak mempertimbangkan sisi momen. Pemerintah selalu
Percikan Iman No. 07-08 Th. XIV Ramadhan-Syawal 1434 H
tidak belajar dari kebijakankebijakan menaikkan BBM pada tahun-tahun sebelumnya. Selain itu, ada pertanyaan besar yang sampai saat ini belum terjawab secara tuntas, yaitu mengapa pemerintah ngotot mengucurkan bantuan tunai? Apakah tidak mungkin menaikkan harga BBM tanpa ada bantuan tunai? Mengapa pula ada partai yang terang-terangan menolak naiknya harga BBM bersubsidi, tapi menyetujui BLSM yang merupakan kebijakan satu paket? Meskipun ada sejumlah pertanyaan, pada hakikatnya jawabnya cuma satu, yakni karena BLSM menyangkut uang. Dengan uang, para elite politik merasa bisa “membeli� suara rakyat. Bantuan tunai pun akhirnya tidak hanya menjadi kepentingan politik sebuah partai, tapi berjalin berkelindan menjadi keinginan hampir
semua partai. Maka, substansi juga bergeser dari urusan mengamankan subsidi BBM yang terus-menerus disebut salah sasaran dan mengancam kelangsungan fiskal menjadi keharusan memberikan bantuan tunai. Padahal, urusan menaikkan harga BBM subsidi tidak sertamerta selalu diikuti keharusan untuk memberikan kompensasi dalam bentuk bantuan tunai. Menaikkan harga BBM merupakan domain pemerintah, tak ada urusannya dengan parlemen. Namun, begitu pemerintah mengaitkan naiknya harga BBM bersubsidi dengan bantuan tunai, mau tidak mau hal itu menjadi wilayah DPR juga. Pengucuran bantuan tunai mengandung konsekuensi perubahan postur anggaran yang mengharuskan pemerintah meminta persetujuan DPR. Pada titik itulah, amat wajar jika banyak yang curiga bahwa pemerintah sedang ingin menarik gerbong DPR untuk bersamasama “menikmati� berkah bantuan tunai yang menjadi model di era pemerintahan sekarang. Bahkan, yang paling kentara adalah munculnya kuota
foto: miriadna.com
anggaran Rp155 miliar dalam Pasal 1 ayat 9 Undang-Undang APBNP 2013 untuk pengalokasian dana Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS). Diketahui, persoalan lumpur Lapindo ini diawali dari PT Lapindo Brantas, sebagai perusahaan yang membidangi pengeboran minyak dan milik keluarga Bakrie. Dari sinilah awal mula munculnya lumpur Lapindo, hingga menenggelamkan sebagian wilayah di Sidoarjo, Jawa Timur. Seharusnya, untuk penyelesaian Lapindo, perusahaan Bakrie yang menanggung, bukan justru pemerintah. Hal itu membuat publik sulit untuk diyakinkan bawah tidak ada kongkalikong antara partai koalisi dan pemerintah dalam menyelesaikan permasalahan Lapindo ini. Masuk akal jika ada pihak yang tadinya secara tulus menyetujui naiknya harga BBM bersubsidi demi menyelamatkan APBN, akhirnya berbalik arah menolak. Penolakan terjadi karena pemerintah sejatinya bukan sedang ingin
mengamankan fiskal, melainkan ingin membagi-bagi uang dengan dalih mengamankan subsidi. Jadi, wajar muncul aksi demo dari kalangan masyarakat, khususnya para mahasiswa, terutama di Bandung , Jakarta, Makassar, Medan. Meskipun kalangan rakyat kecil sudah “dibungkam� dengan program BLSM, tetap saja kebijakan menaikkan harga BBM sangat tidak tepat momentumnya. Itulah salah satu alasan mengapa mahasiswa turun ke jalan, menentang. Selain itu, menaikkan harga BBM jelang masuknya bulan puasa sangat tidak menghargai umat Islam. Bukan pilihan cerdas. Seharusnya, umat Islam bisa menjalani ibadah puasa dengan tenang ,bukan malah diresahkan dengan harga BBM. Ongkos naik, bahan pokok naik, inflasi naik. Pokoknya, rakyat semakin menderita dan menjerit. Ali
Percikan Iman No. 07-08 Th. XIV Juli-Agustus 2013 M
11
#tadabur
JUARA SEJATI BULAN PUASA Wawancara dengan Gus Solah
POIN PERUBAHAN Seseorang yang mampu menjaga ibadahnya hingga Ramadhan berikutnya, bahkan bertambah baik, adalah ciri orang yang berhasil.
12
Percikan Iman No. 07-08 Th. XIV Ramadhan-Syawal 1434 H
Selayaknya sebuah kamp latihan, bulan Ramadhan sengaja dirancang oleh Sang Pencipta guna meluluskan pribadi tangguh. Selama Ramadhan, umat Islam digembleng dengan beragam latihan, dari menahan amarah, syahwat, dan pola konsumsi. Selama satu bulan penuh, kaum mukmin juga dididik untuk disiplin dalam hal waktu melalui jadwal sahur dan berbuka. Setelah bersusah payah menjalani latihan, tibalah hari ketika kita mendapat “kemenangan”. Suka cita bersilaturahmi bersama keluarga pun dianggap sebagai “imbalan” atas latihan selama ini. Sampai di sini, sepertinya ada yang perlu dikoreksi. Menurut Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng (Jombang), KH Salahuddin Wahid, momen Idul Fitri adalah awal dari pembuktian kesuksesan “latihan” yang sesungguhnya! “Justru, hasil pendidikan selama satu bulan akan terlihat pasca-Ramadhan,” tutur
foto: reagantaylorgoes.com
hidup. Karena itu, ibadah puasa diharapkan mampu melahirkan mental dermawan dalam diri umat. “Saya yakin, banyak orang dermawan di Indonesia. Tetapi,…” kata Gus Solah, “zakat di Indonesia masih belum optimal. Padahal, potensinya sangat luar biasa.” Masih menurut Gus Solah, zakat adalah sarana guna pengembangan ekonomi umat yang mandiri dan kokoh. Sedangkan, puasa adalah sarana terbaik untuk mengasah empati. Melalui puasa, diharapkan tenggang rasa antar umat semakin terpupuk dan gap kesenjangan sosial semakin terkikis.
tokoh NU yang kita kenal dengan panggilan Gus Solah itu. Dia menjelaskan, cara terbaik melihat apakah seseorang “lulus” atau tidak adalah dengan melihat amal ibadahnya pasca-Ramadhan. Apabila setelah bulan puasa dia kembali pada kebiasaan lamanya –misalnya tidak melakukan shaum sunnah, Shalat Malam kembali ditinggalkan, tilawah juga kembali jarang–tentu orang ini gagal. Bagi Gus Solah, esensi pendidikan Ramadhan adalah peningkatan kualitas ibadah di sebelas bulan lainnya. “Indikatornya bukan di akhir Ramadhan, tapi di akhir bulan Sya’ban (tahun) berikutnya.” Seseorang yang mampu menjaga ibadahnya hingga Ramadhan berikutnya, bahkan bertambah baik, adalah ciri orang yang berhasil. Tentu saja, ini bukan perkara mudah, mengingat selain di bulan Ramadhan, begitu banyak godaan dan rintangannya. Bila pada bulan Ramadhan ibadah kita
meningkat, hal itu wajar karena memang saat itu kita dikondisikan untuk beribadah. Puasa diwajibkan bagi orang beriman di bulan Ramadhan. Shalat Malam juga diutamakan selama Ramadhan. Tidak lupa, kegiatan tilawah dan pengajian seolah menjadi “menu wajib” sehari-hari di bulan Suci. Hal inilah yang menjadikan kita bersemangat dalam melakukan ibadah di bulan Ramadhan. “Yang luar biasa adalah mempertahankan kebiasaan baik di bulan-bulan berikutnya,” kata Gus Solah. Dia juga mengingatkan kepada umat agar tidak sembarang memandang bulan pendidikan ini. Puasa, dalam kacamata Gus Solah, bukan sekadar ritual fisik. Lebih dari itu, puasa harus mampu melahirkan kepekaan sosial. Tidak cuma menahan rasa lapar, puasa juga mengajak kita untuk lebih berempati kepada sesama. Dengan puasa, kita diingatkan untuk senantiasa sederhana menjalani
Akan tetapi, yang sering kita jumpai dalam realitas kerap berbeda. Sikap egois dan selalu ingin menang sendiri merupakan hal yang lumrah kita jumpai akhir-akhir ini. Bahkan, negara Indonesia katanya masuk dalam urutan negara paling korup. “Padahal, mayoritas penduduk kita umat Islam yang seharusnya memberikan kebahagiaan bagi umatnya,” tutur Gus Solah. Lebih lanjut, Gu Solah berpendapat bahwa hal itu disebabkan oleh umat Islam di Indonesia yang masih memperlakukan bulan Ramadhan sebagat ritual belaka. “Sedangkan, ruh dari ibadah itu sendiri tidak diaplikasikan dalam kehidupan,” ungkap Gus Solah. Tentu saja, hal ini harus menjadi introspeksi bagi umat. Janganjangan, ibadah yang kita lakukan masih sebatas keperluan duniawi belaka. Pendidikan Ramadhan yang kita dapatkan tidak berbekas di bulan-bulan setelahnya. Gus Solah mengingatkan, kemenangan yang hakiki saat Idul Fitri adalah ketika kita mampu meningkatkan kualitas ibadah kita di luar bulan Ramadhan. “Itulah juara sejati,” pungkasnya. Iqbal
Percikan Iman No. 07-08 Th. XIV Juli-Agustus 2013 M
13
#tafsirtematik
RAMADHAN BULAN PERUBAHAN (Bedah Al-Qur’an Surah Al-Baqarah (2): 185)
RAMADHAN BULAN PERUBAHAN
(Bedah Al-Qur’an Surah Al-Baqarah (2): 185) Oleh Dr. Aam Amiruddin Dr. Aam Amiruddin
(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulanAl-Qur’an yang di dalamn Bulan Ramadan adalah bulan yang di dalamnya diturunkan
sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasanpetunjuk itu, serta sebagai pembeda antara yang benar dan yang batil.
penjelasan mengenai itu dan pembeda yang hak dan yang bathil Siapapetunjuk pun di antaramu berada di negeri(antara tempat tinggalnya pada bulan
itu, maka hendaklah ia berpuasa. Jika tidak berpuasa karena sakit atau dalam perjalanan, kamu wajib menggantinya pada hari lain sebanyak hari yang di ting galkannya itu. Allah menghendaki kemudahan dan perjalan hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan Barangsiapa sakit atau dalam tidak menghendaki kesukaran bagimu. Hendaklah kamu mencukupkan ia berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu agar ka mu bersyukur. bagimu, dan tidak meng pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan
itu, Barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu,
kesukaran bagimu. dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendakla mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.
14
ii.worldmarket.com Allah menciptakan manusia untuk menempati bumifoto: berbekal dua karekater yang
Percikan Iman No. 07-08 Th. XIV Ramadhan-Syawal 1434 H
berimbang. Berbeda dengan karakter makhluk Allah sebelumnya yang hanya mem
Allah menciptakan manusia untuk menempati bumi berbekal dua karekater yang berimbang. Berbeda dengan karakter makhluk Allah sebelumnya yang hanya memiliki satu karakter, yaitu malaikat yang berkarakter positif sebagai makhluk Allah yang senantiasa taat kepadaNya, dan setan sebagai makhluk Allah yang berkarakter negatif sebagai makhluk Allah yang senantiasa durhaka kepada-Nya. Makhluk Allah bernama manusia memiliki kedua-duanya. Karakter tersebut bisa berubah seiring berjalannya waktu, baik secara individu maupun kolektif. Bisa saja satu karakter bertahan pada manusia dalam jangka waktu lama ketika tidak cukup potensi untuk terjadinya perubahan. Perubahan karakter pada manusia itu terjadi bisa datang dari internal dirinya dalam memaksimalkan potensi yang dimiliki saat merespons sesuatu yang datang dari eksternal yang memengaruhinya. Dalam sejarah, manusia pertama lahir ke bumi dengan membawa karakter positif yang sangat kuat dan bertahan dalam jangka waktu lama. Namun, rupanya Allah menghendaki adanya siklus dan di kemudian hari perubahan terus terjadi silih berganti. Meski demikian, tentunya perubahan itu menjadi istimewa manakala setelah dalam jangka waktu lama manusia berada dalam masa kegelapan berubah menuju masa terang berliput cahaya Ilahi. Perubahan itu dimulai dengan turunnya pedoman hidup yang memberi petunjuk dan penerang bagi manusia ke mana seharusnya dia melangkah. Pedoman hidup itu berupa wahyu Allah yang terhimpun dalam lembaran-lembaran yang disebut Suhuf atau Kitab. Satu hal lagi, ternyata kebanyakan suhuf dan
kitab itu diturunkan pada bulan Ramadhan, sesuai dengan riwayat berikut ini. “Lembaran-lembaran Nabi Ibrahim diturunkan pada permulaan malam Ramadhan, kitab Taurat diturunkan pada tanggal 6 Ramadhan, kitab Injil diturunkan pada tanggal 13 Ramadhan, sedangkan Al-Qur’an diturunkan pada tanggal 24 Ramadhan.” (H.R. Ahmad) Terbukti kalau bulan Ramadhan merupakan bulan dimulainya sebuah perubahan besar dalam sejarah peradaban manusia. AlQur’an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. diturunkan pada bulan Ramadhan dalam dua tahap. Pertama, diturunkan dari Lauh-Mahfuzd ke langit dunia secara sekaligus. Dalam riwayat tersebut, dijelaskan jika Al-Qur’an diturunkan pada tanggal 24 Ramadhan. Sementara, sejauh ini yang populer adalah turunnya AlQur’an pada tanggal 17 Ramadhan. Kedua, dari langit dunia diturunkan pada Rasulullah untuk disampaikan kepada umatnya melalui perantara Malaikat Jibril secara berangsur-angsur selama kurang lebih 23 tahun, baik berdasarkan kasus per kasus maupun tidak. Kenyataan tersebut cukup menjadi isyarat penting betapa bulan Ramadhan adalah momentum berharga untuk melakukan perubahan besar dan mendasar dalam diri setiap Muslim. Tentunya, perubahan itu dimulai dengan semakin dekatnya qalbu pada Kalam Ilahi, Al-Qur’an. Karena, Al-Qur’an satu-satunya pedoman, tuntunan, dan panduan dalam hidup menuju kebahagiaan dunia dan akhirat. Itulah yang disebutkan dalam Surah AlBaqarah (2): 185 yang sedang kita bahas saat ini.
“Bulan Ramadan adalah bulan yang di dalamnya diturunkan AlQur’an sebagai petunjuk bagi manu sia dan penjelasan-penjelasan me ngenai petunjuk itu, serta sebagai pembeda antara yang benar dan yang batil.… “ Bayyinatin (penjelasanpenjelasan) yang dimuat ayat ini maksudnya adalah petunjukpetunjuk dan argumen-argumen yang jelas, gamblang, dan terang bagi mereka yang memahami dan mendalaminya, membuktikan kebenaran isinya yang memberi penerang dari kegelapan dan kesesatan, pembeda antara hak dan batal, halal dan haram (Ibnu Katsir). Petikan ayat tersebut membuktikan bahwa bulan Ramadhan adalah bulan istimewa untuk memaksimalkan segala kesempatan yang ada menuju perubahan yang lebih baik. Di bulan ini, terdapat sejumlah amal ibadah yang tidak didapat di bulan lainnya. Di bulan ini segudang keutamaan dari setiap butir amal yang dilakukan diperoleh dengan pahala sangat melimpah. Di bulan ini, doa kita berpeluang besar terkabul, dan sejumlah keutamaan lainnya. Sayang sekali jika bulan ini dilewatkan begitu saja. Bukan hanya kehilangan keutamaan, tetapi boleh jadi malah laknat Allah pun segera menerpa.
POIN PERUBAHAN Perubahan karakter pada manusia itu terjadi bisa datang dari internal dirinya dalam memaksimalkan potensi yang dimiliki saat merespons sesuatu yang datang dari eksternal yang memengaruhinya.
Percikan Iman No. 07-08 Th. XIV Juli-Agustus 2013 M
15
Itu sebabnya Allah berfirman dalam lanjutan ayat, “… Siapa pun di antaramu berada di negeri tempat tinggalnya pada bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa.… “ Untuk menambah motivasi akan adanya perubahan dalam diri insan beriman, maka Allah menekankan wajibnya puasa manakala mengetahui secara sadar bahwa dia telah masuk pada bulan Ramadhan. Kemudian, dipastikan bahwa dia dalam keadaan sehat serta berada dalam posisi mukim (berada di tempat tinggal). Ibadah shaum membutuhkan kekuatan fisik. Sementara, tidak semua orang mempunyai kesempatan yang sama untuk memiliki kekuatan fisik pada saat Ramadhan. Untuk itu, bagi mereka yang bermasalah dengan kesehatan dan kekuatan fisiknya, Allah Swt. menegaskan dalam lanjutan ayat, “… Jika tidak berpuasa karena sakit atau dalam perjalanan, kamu wajib menggantinya pada hari lain sebanyak hari yang ditinggalkannya itu… “ Kategori sakit tidak disebutkan secara rinci dalam dalil-dalil yang ada. Karena, sebuah penyakit akan dirasa berbeda oleh setiap orang. Boleh jadi, satu penyakit dirasa ringan bagi sebagian orang, tetapi dirasa berat bagi sebagian yang lain. Ini menunjukkan bahwa status sakit pada seseorang yang membolehkannya berbuka dari shaumnya dikembalikan pada penilaian masing-masing. Namun, alangkah logisnya jika sakit yang dimaksud adalah sakit yang
16
menyebabkannya tidak mampu atau terasa berat untuk berpuasa. Demikian halnya dengan bepergian. Meski ada dalil yang menyebutkan jarak minimal yang ditempuh sampai boleh berbuka, tetapi untuk saat ini batas minimal itu sifatnya menjadi relatif. Terlebih, dengan kemajuan teknologi transportasi saat ini yang kiat pesat. Boleh jadi, jarak ribuan kilometer cukup ditempuh dalam beberapa jam saja. Berbeda dengan tempo dulu yang menempuh perjalanan masih dengan cara yang tradisional, jarak beberapa kilometer saja sudah membutuhkan energi yang besar sehingga memberatkan untuk melanjutkan puasa. Untuk itu, seberapa jauh jarak perjalanan itu boleh berbuka, dikembalikan pada penilaian masing-masing. Standar logisnya tentu perjalanan itu cukup mengganggu ketenangan shaum meski cukup minimal. Yang pasti, baik berbuka karena sakit atau perjalanan, tidak lupa menggantinya dengan qadha di hari-hari berikutnya di bulan yang lain. Ketentuan ini diberikan Allah semata demi meringankan hamba-hamba-Nya yang beriman agar tidak terbebani dengan perintah ibadah di luar batas kemampuannya. Sungguh, Islam ajaran yang sangat mengerti fitrah manusia. Ajaran Islam sangatlah fleksibel demi kebaikan penganutnya. Perlu diketahui, agama itu mudah. Namun, kadangkala kita sendiri yang membuatnya jadi sulit. Itulah sebabnya Allah berfirman, “… Allah menghendaki
Percikan Iman No. 07-08 Th. XIV Ramadhan-Syawal 1434 H
kemudahan dan tidak menghendaki kesukaran bagimu.…” Sejumlah hadis menguatkan petikan ayat tadi. Di antaranya hadis riwayat Bukhari dan Muslim serta Imam Ahmad berikut ini. Rasulullah Saw. bersabda, “Sampaikanlah berita gembira kepada mereka dan janganlah menyampaikan sesuatu yang membuat mereka antipati. Mudahkanlah mereka janganlah engkau persulit, saling membantulah kalian dan janganlah banyak silang pendapat.” (H.R. Bukhari dan Muslim) Dalam riwayat Imam Ahmad ada tambahan, “Permudahlah jangan engkau persulit, bersikaplah simpati jangan bersikap antipati.” Jadikanlah segala kemudahan yang diberikan Allah untuk semakin mendekat kepada-Nya dengan menyempurnakan shaum Ramadhan sebaik-baiknya. Agungkanlah dan sanjunglah selalu Sang Mahakuasa dengan pekik takbir yang membahana mengisi setiap sudut qalbu. Allah berfirman menutup ayat tersebut: “… Hendaklah kamu men cukupkan bilangannya dan meng agungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu agar kamu bersyukur.” Segala jerih payah yang ditempuh untuk menyempurnakan shaum Ramadhan dengan meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan diharapakn menjadi batu loncatan menuju perubahan diri ke arah yang lebih baik menuju hamba-hamba-Nya yang bersyukur. Wallahu a‘lam
#advertorial SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH (STIT)
AT-TAQWA KPAD
Yayasan At-Taqwa KPAD Gegerkalong Bandung SK Dirjen Pendidikan Islam DEPAG RI No. Dj.I/1470/2011 TERAKREDITASI BAN PT No. 002/BAN/PT/AK-XIII/SI/V/2010
Sekolah Tinggi IlmuTarbiyah AtTaqwa yang biasa disebut STIT AtTaqwa merupakan bagian kegiatan dari Yayasan At-Taqwa KPAD Gegerkalong Bandung dengan Ketua Pengurus Yayasan Mayjen TNI (Purn.) Drs. H. Heryono, M.Si. STIT yang berlokasi di KPAD Gegerkalong Bandung ini membuka Program Studi S1 Pendidikan Agam Islam (PAI), Program Takhasus 2 TahunPendidikan Guru TK Islam Terpadu, S1 Pendidikan Guru Anak UsiaDini (PG PAUD). Dari beberapa program studi tersebut telah menghasilkan banyak lulusan dan berkemampuan bekerja sesuai dengan bidang dan keahliannya. STIT AT-Taqwa terus berupaya untuk senantiasa menjaga kualitas pendidikan dan mutu lulusannya agar tetap dapat diterima di tengah-tengah masyarakat dan dunia pendidikan khususnya.Untuk mengakomodasi keinginan para calon mahasiswa dan mahasiswa yang ingin tetap kuliah serta
berpartisipasi aktif dalam kegiatan kemahasiswaan di STIT At-Taqwa, baik secara personal maupun kelembagaan, selamaini STIT AtTaqwa menjalin kerjasama dalam hal penyelenggaraan pendidikan dan pembinaan kemahasiswaan dengan beberapa Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta yang ada di Bandung.Mulai Tahun Akademik 2013 STIT At-Taqwa membuka program studi S1 Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI). Dalam hal pembelajaran membaca Al Qur`an, system pendidikan yang diterapkan tidak hanya menggunakan model iqra (terutamauntuk PGTKIT), namun diperkenalkan juga model pendekatan Al Baghdadi, Libat, danAlbarqi. Untuk setiap program studi yang ada, paramahasiswanya selain dituntut untuk memiliki akhlak mulia, diproyeksikan pula untuk dapat berceramah, berkomunikasi aktif, Hapal Minimal 1 Juzdari al Qur`an,
mampu membuat kaligrafi dan beriwirausaha. Khusus bagi lulusan Program Studi PGTKIT, mereka dapat melanjutkan ke jenjang S1 PG PAUD atau S1 PAI. Pada tahun akademik 2013/2014 STIT At-Taqwa kembali membuka kesempatan bagi para lulusan SLTA dan sederajat untuk mendaftarkan diri sebagai calon mahasiswa untuk program studi tersebut, baik untuk kelas reguler, kelas karyawan atau bagi yang akan melanjutkan. Guna mendukung kelancaran proses belajar mengajar di Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah At-Taqwa, selain suasana lingkungan yang kondusif untuk perkuliahan disediakan pula fasilitas seperti gedung milik sendiri, perpustakaan, tempat ibadah, lapangan olah raga, ruang kuliah umum, ruang praktek tata boga, dan ruangan Himpunan Mahasiswa (HIMA) serta ditunjang oleh dosen-dosen yang berkualitas sesuai dengan keahliannya.
Penerimaan mahasiswa baru untuk tahun akademik 2011/2012 dan selanjutnya, dilaksanakan setiap bulan Mei s.d.Agustus.Bertempat di Kampus STIT AT-TAQWA Jl. Intendans 77 s KPAD Gegerkalong - Bandung Telp./Fax. 022-2009112.
Percikan Iman No. 07-08 Th. XIV Juli-Agustus 2013 M
17
#bedahhadits
SHAUM & MENJAGA
HAK ORANG LAIN Oleh Tate Qomaruddin
18
Percikan Iman No. 07-08 Th. XIV Ramadhan-Syawal 1434 H
Shaum & Menjaga Hak Orang Lain Tate Qomaruddin Shaum & Menjaga Hak Orang Lain Tate Qomaruddin
Dari Abi Hurairah—semoga Allah meridhoinya, dia mengatakan bahwa Rasulullah Saw. Telah bersabda, ―Barang tidak meninggalkan kata-kata palsu (tipuan, dusta), Dari AbiAbi Hurairah—semoga Allahsiapa meridhoinya, dia mengatakan bahwa Rasulullah Saw. Telah bersabda, Dari Hurairah—semoga Allah meridhoinya, dia mengatakan bahwa Rasulullah Saw.“Barang siapa tidak meninggalkan kata-kata palsu (tipuan, dusta), perbuatan palsu Allah (menipu, berdusta), perbuatan palsu (menipu, berdusta), dan tindakan jahil maka tidak butuhdan diatindakan jahil Telah bersabda, ―Barang siapa tidak meninggalkan kata-kata palsu (tipuan, dusta), maka Allah tidak butuh dia meninggalkan makanan dan minumannya.” (H.R. Bukhari) meninggalkan makanan dan minumannya.‖ (H.R. Bukhari) perbuatan palsu (menipu, berdusta), dan tindakan jahil maka Allah tidak butuh dia meninggalkan makanan dan minumannya.‖ (H.R. Bukhari)
Dari Abu Hurairah –semoga Allah meridhoinya, dia mengatakan bahwa Rasulullah Saw. bersabda, “Allah ‘Azza wa Jalla berfirman, ‘Seluruh amal anak Adam adalah untuknya kecuali shaum. Sesungguhnya, shaum itu untuk-Ku dan Dari yang Abumembalasnya. Hurairah –semoga Allahtameng. meridhoinya, bahwa shaum, Rasulullah Saw. Akulah Shaum adalah Maka, padadia harimengatakan seseorang melakukan janganlah dia melakukan dan janganlah bertengkar (berteriak). Jika seseorangamal mencacinya menantangnya berkelahi, Berkata,rafats ―Allah ‗Azza wa Jalla berfirman, ‗Seluruh anak atau Adam adalah untuknya Dari Abu Hurairah –semoga Allah meridhoinya, dia mengatakan bahwa Rasulullah Saw. maka hendaklah dia katakan, ‘Sesungguhnya aku sedang shaum.’ Demi Dzat yang diriku ada di tangan-Nya, bau kecuali shaum. Sesungguhnya, shaum itu untuk-Ku dan Akulah yang membalasnya. Shaum mulut orang ―Allah yang shaum lebih wa baik Jalla di sisi Allah daripada ‗Seluruh wangi minyak kesturi. Orang yang adalah shaum mendapat dua Berkata, ‗Azza berfirman, amal anak Adam untuknya adalah tameng. Maka, pada hari dengan seseorang melakukan shaum,dengan janganlah diadia melakukan kebahagiaan. Jika dia berbuka, dia bahagia bukanya. Jika dia berjumpa Tuhannya, berbahagia kecuali shaum. Sesungguhnya, shaum itu untuk-Ku dan Akulah yang membalasnya. Shaum dengan shaumnya.” (Muttafaq ‘alaih, lafaz ini riwayat Bukhari)atau menantangnya rafats dan janganlah bertengkar (berteriak). Jika dan seseorang mencacinya
adalah tameng. Maka, pada hari seseorang melakukan shaum, janganlah dia melakukan berkelahi, maka hendaklah dia katakan, ‗Sesungguhnya aku sedang shaum.‘ Demi Dzat yang rafats dan janganlah bertengkar (berteriak). Jika seseorang mencacinya atau menantangnya diriku ada di tangan-Nya, bau mulut orang yang shaum lebih baik di sisi Allah daripada berkelahi, maka hendaklah dia katakan, ‗Sesungguhnya aku sedang shaum.‘ Demi Dzat yang wangi minyak kesturi. Orang yang shaum mendapat dua kebahagiaan. Jika dia berbuka, dia diriku ada di tangan-Nya, bau mulut orang yang shaum lebih baik di sisi Allah daripada
wangi minyak kesturi. foto: 4.bp.blogspot.com
Orang yang shaum mendapat dua kebahagiaan. Jika dia berbuka, dia Percikan Iman No. 07-08 Th. XIV Juli-Agustus 2013 M
19
Hadis yang pertama ucapan dan perbuatan yang sia-sia, Allah, diampuni dosanya yang menjelaskan bahwa ketika yang menyimpang dari kebenaran, telah lalu.” Itu berlaku bukan hanya seseorang melaksanakan shaum dan terlebih-lebih perbuatan untuk puasa Ramadhan. Semua (puasa) maka shaumnya itu harus yang menodai kehormatan serta ibadah yang dilakukan haruslah dibarengi dengan meninggalkan mengambil hak orang lain secara berdasarkan keimanan dan kata-kata dan perbuatan yang tidak sah. berharap hanya ridho Allah Swt., tercela dan perbuatan merugikan Hal itu diperkuat dengan alias ikhlas. orang lain. Hadis pertama hadis kedua. “Shaum adalah Saat menjalankan ibadah menyebut “qaulaz-zuri wal-‘amala tameng. Maka pada hari seseorang puasa di bulan Ramadhan, bihi” yang artinya “kata-kata palsu melakukan shaum janganlah kita diperintahkan hanya dan perbuatan palsu”. Dalam dia melakukan rafats dan mengeluarkan kata-kata yang kitab Fathul-Bari (Syarah Bukhari) ncacinya atau menantangnya berkelahi maka janganlah hendaklah dia katakan, bertengkar (berteriak). diridhoi Allah dan menahan diri ncacinya atau menantangnya berkelahi maka Jika hendaklah dia katakan, disebutkan bahwa yang dimaksud seseorang mencacinya dari mengeluarkan ucapan yang dengan “az-zura” dalam hadis itu u sedang shaum.‘‖ atau menantangnya berkelahi membuat Allah murka dan katau sedang shaum.‘‖ adalah dusta. maka hendaklah dia katakan, kata yang melukai serta menghina Syaikh Utsaimin mengatakan, ‘Sesungguhnya aku sedang un bersabda, “qaulaz-zur adalah semua kataorang lain, seperti yang disebutkan shaum.’” un bersabda, kata yang haram; ‘amal zur adalah dalam hadis-hadis tadi. Maka, hal Rasulullah Saw. pun bersabda, itu berlaku juga di luar Ramadhan. semua perbuatan yang haram; dan “aljahla” artinya semua tindakan Rasulullah Saw. bersabda, yang merugikan dan melanggar “Barang siapa beriman kepada hak orang lain. Allah dan pada Hari Akhirat maka Tidak ada pertentangan sama dia wajib berbicara yang baik atau sekali dalam penjelasan-penjelasan diamlah.” tadi. Jadi, esensinya adalah bahwa Saw. telah Bahkan, Rasulullah Saw. telah menempatkan lidah sebagai kendaliBahkan, segalaRasulullah urusan. Dalam “Puasa bukanlah menahan Allah melarang orang yang sedang menempatkan lidah sebagai puasa untuk mengeluarkan katamakan dan minum semata sebuah hadis dijelaskan, menahan makan dan minum semata melainkan (juga) menahan diri dari kendali segala urusan. Dalam kata dan atau minum pembicaraan dusta, (juga) menahan diri dari menahan makan semata melainkanmelainkan (juga) menahan diri dari sebuah hadis dijelaskan, menipu, menyakiti orang lain, perbuatan sia-sia dan kotor.” (H.R. dan kotor.‖ (H.R. Al-Baihaqi) dan perkataan dosa lainnya. Juga Al-Baihaqi) dan kotor.‖ (H.R. Al-Baihaqi) « melarang perbuatan menipu dan Seorang sahabat Nabi segala perbuatan lainnya abi Muhammad Saw., Jabir dosa bin Abdillah—semoga AllahSaw., meridoinya— Muhammad Jabir bin sertaSaw., perbuatan abi Muhammad Jabiryang binmerugikan, Abdillah—semoga Allah meridoinya— .» Abdillah—semoga Allah menzalimi, dan melanggarjuga hak pendengaranmu, penglihatanmu, kamu berpuasa maka berpuasalah meridhoinya—mengatakan, orang lain. berpuasalah juga pendengaranmu, penglihatanmu, kamu berpuasa maka “Jika kamu berpuasa maka usta dan hal-halJika yang diharamkan; tetangga. Hendaklah seseorang sembarihindari puasa menyakiti « . berpuasalah juga pendengaranmu, usta dan hal-hal diharamkan; hindari tetapyang saja melakukan hal-hal yang menyakiti tetangga. Hendaklah amai. Janganlah antara puasa dan tidakpenglihatanmu, sama saja.‖ dan lidahmu dilarang tadi,kamu maka puasanya dari dusta dan hal-hal yang amai. Janganlah antara kamu puasa dan tidak sama saja.‖ menjadi tidak bermakna. Para « diharamkan; hindari menyakiti ulama menyebut puasa seperti tetangga. Hendaklah tenang tentang shaum bulan Ramadhan hal yang haruskamu dilakukan itu: di puasanya sah tapi tidakdengan segala dan damai. Janganlah antara kamu tentang shaum di bulan Ramadhan dengan segala hal yang harus dilakukan mendapatkan nilai apa pun dari .» puasa dan ajaran tidak sama saja.”apa elama satu bulan itu adalah tentang tentang puasanya itu di sisiajaran Allah Swt. Dia kahidupan, elama satu bulan adalah ajaran tentang kahidupan, tentang apa hanyaitu dihitung melaksanakan Ajaran ajaran dan arahan tentang an dan ditinggalkan setiap manusia selama hidup di dunia ini, sepanjang kewajiban. Padahal, Allah shaum di bulan Ramadhan dengan « . an dan ditinggalkan setiap manusia selama hidup di dunia ini, sepanjang mewajibkan puasa bukan sematasegala hal yang harus dilakukan adan. mata agar manusia lapar dan atau ditinggalkan selama satu adan. dahaga. Allah tidak butuh itu. .» bulan itu adalah ajaran tentang Tidak ada kepentingan bagi Allah kahidupan, ajaran tentang jaran dan arahan itu.dan Allah memerintahkan melaksanakan shaum dari lapar dahaganya manusia. kita apamelaksanakan yang harus dilakukan dan jaran dan arahan Allah kita shaum Karenaitu. yang Allahmemerintahkan inginkan dari « ditinggalkan setiapRasulullah manusia anan, keikhlasan, dan berharap hanya ridho Allah swt. Sabda puasa adalah mewujudnya takwa selama hidup di dunia ini, anan, keikhlasan, dan berharap hanya ridho Allah swt. Sabda Rasulullah dalam kehidupan manusia. sepanjang ridho hayat dikandung a berpuasa Ramadhan atas dasar iman dan mengharap Allah, badan. Jadi, Allah tidak memberi a berpuasa Ramadhan atas dasar iman dan mengharap ridho Allah, Mari kita cermati ajaran dan penghargaan kepada oranghanya untuk puasa Ramadhan. Semua yang telah lalu.‖ Itu berlaku bukan arahan itu. Allah memerintahkan yang berpuasa hanya karena dia untuk puasa Ramadhan. Semua yang telah lalu.‖ Itu berlaku bukan hanya kita melaksanakan shaum dengan merasakan lapar dan dahaga. Allah kan haruslah berdasarkan keimanan dan berharap ridho Allah Swt., dasar hanya keimanan, keikhlasan, dan memberikan penghargaan kepada kan haruslah berdasarkan keimanan dan berharap hanya ridho Allah Swt., berharap hanya ridho Allah Swt. orang yang berpuasa, menahan .» Sabda Rasulullah Saw. “Barang lapar, dahaga, dan hasrat seksual siapa berpuasa Ramadhan atas karena Allah. Bersamaan dengan dasar iman dan mengharap ridho meninggalkan segala badah puasaitu, di dia bulan Ramadhan, kita diperintahkan hanya mengeluarkan
badah puasa di bulan Ramadhan, kita diperintahkan hanya mengeluarkan dhoi Allah dan menahan diri dari mengeluarkan ucapan yang membuat dhoi Allah dan menahan diri dari mengeluarkan ucapan yang membuat Imanserta No. 07-08 Th. XIV Ramadhan-Syawal 1434 Seperti H ata-kata yang Percikan melukai menghina orang lain. yang disebutkan ata-kata yang melukai serta menghina orang lain. Seperti yang disebutkan tadi. Maka, hal itu berlaku juga di luar Ramadhan.
20
(:
) foto: doc.mapi/sly
.»
(: )
Rasulullah bersabda, “Inginkah engkau aku beri tahu tentang kepala (pokok) segala urusan, dan puncaknya?” Aku tahu tentang tiangnya kepala (pokok) segala urusan, menjawab, “Ya, wahai Rasulullah.” wahai Rasulullah.‘ bersabda, ‗Kepala BeliauBeliau bersabda, “Kepala segala urusan adalah Islam, tiangnya h shalat, dan puncaknya adalah jihad.‘ adalah shalat, dan puncaknya adalah jihad.” Rasulullah Saw. itu gkau aku beritahukan tentang penguat mengatakan lagi, “Inginkah engkau Allah.‘ Maka, aku Rasulullah memegang beritahukanSaw. tentang penguat itu semua?” Aku menjawab, alah) ini (lidah) olehmu.‘ Aku mengatakan, “Ya, wahai Nabi Allah.” Maka, Rasulullah Saw. memegang ra omongan yang kita ucapkan?‘ Rasulullah lidahnya seraya mengatakan, ! Tidaklah manusia ke(lidah) dalam “Tahanlahdibenamkan (peliharalah) ini olehmu.” Aku mengatakan, “Wahai Nabi Allah, akankah kita dibalas gara-gara omongan yang kita ucapkan?” Rasulullah Saw. menjawab, “Ibumu telah kehilangan kamu! Tidaklah manusia ang hidung mereka—melainkan buah dari dibenamkan ke dalam neraka– ang hidung mereka—melainkan buah dari dimulai dengan wajah mereka atau ) ) lubang hidung mereka—melainkan buah dari lidah-lidah mereka.” (H.R. Tirmidzi, hadis hasan) Rasulullah Saw. juga bersabda,
dilarang oleh Allah Swt. baik itu ucapan maupun perbuatan. Disebutkan bahwa Rasulullah Saw. menaiki mimbar. Setiap kali dia menaiki anak tangga mimbar itu beliau mengucapkan “Amin”. Itu terjadi sampai tiga kali. Lalu, para sahabat bertanya tentang ucapan “Amin” itu. Rasulullah Saw. menjelaskan, “Sesungguhnya Jibril a.s. menampakkan diri saat aku menaiki satu anak tangga seraya mengatakan, ‘Jauhlah (dari rahmat Allah) orang yang hidup dan mengalami masa tua kedua orangtuanya, tetapi dia tidak masuk surga.’ Maka, aku katakan ‘Amin.’ ‘Jauhlah (dari rahmat Allah) orang yang di sisinya disebut namaku, tetapi tidak mengucapkan shalawat atasku.’ Maka, aku katakan ‘Amin.’ ‘Jauhlah (dari rahmat Allah) orang yang mengalami Ramadhan, tetapi tidak mendapat ampunan Allah,’ lalu aku katakan ‘Amin.’” (H.R. Thabrani) Rupanya, orang itu berpuasa, tetapi tidak mematutkan diri untuk menjadi orang yang mendapat ampunan Allah. Ada lagi yang lebih memprihatinkan. Rasulullah Saw. bersabda,
“Sesungguhnya orang pailit dari umatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan membawa (pahala) shalat, puasa, dan zakat. Akan tetapi, dia juga telah mencaci si ini, menuduh si ini tanpa bukti, memakan harta si ini, menumpahkan darah si ini, dan memukul si ini. Maka, orang (yang dizalimi) itu diberi dari kebaikan orang (yang beribadah) itu. Jika kebaikannya sudah habis sebelum dosanya habis maka diambillah dosa dari orang yang dizalimi lalu dilimpahkan kepada orang yang menzalimi itu kemudian dilemparkan ke dalam neraka.” Jadi, penggalan hadis yang mengatakan, “Orang yang shaum mendapat dua kebahagiaan. Jika dia berbuka, dia bahagia dengan bukanya. Jika dia berjumpa dengan Tuhannya, dia berbahagia dengan shaumnya...” Itu berlaku manakala orang tersebut berpuasa dan menjaga diri dari segala macam bentuk kezaliman, baik berupa kata-kata maupun perbuatan. Sedangkan, jika sambil dia melaksanakan ibadah tetapi juga melakukan kezaliman, maka segala ibadah bisa hancur dan pelakunya menjadi orang yang pailit. Paling banter, dia mungkin hanya mendapatkan kenikmatan saat berbuka puasa di waktu Magrib. Setelah itu, dia tidak mendapatkan apa pun dari Allah Swt. Wallahu a‘lam
“Muslim (sejati) adalah orang
gannya tidak mencelakakan orang lain.‖ yang lidah dan tangannya tidak gannya tidak mencelakakan orang lain.‖
mencelakakan orang lain.” (H.R. Bukhari) Jadi, dapat dipahami bila yalir ada orang-orang Rasulullahyang Saw. berlapar-lapar mensinyalir ada yalir ada orang-orang yang berlapar-lapar orang-orang yang berlapar-lapar an tetapi dia tidak mendapat pengampunan dan berhaus-haus berpuasa di an tetapi dia tidak mendapat pengampunan bulan Ramadhan, bnya adalah karena dia hanyaakan tetapi dia bnya adalah karena dia hanya tidak mendapat pengampunan inggalkan hal-hal yang Allah dari Allah di dilarang bulan yangoleh penuh inggalkan hal-hal yangitu.dilarang oleh Allah ampunan Sebabnya adalah karena dia hanya meninggalkan makan dan minum, tetapi tidak meninggalkan hal-hal yang
POIN PERUBAHAN Ketika seseorang melaksanakan shaum (puasa) maka shaumnya itu harus dibarengi dengan meninggalkan kata-kata dan perbuatan yang tercela dan perbuatan merugikan orang lain.
ar. Setiap kali diadari menaiki anak tangga uhnya orang pailit umatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan
ar. Setiap kali dia menaiki anak tangga i(pahala) sampai tiga kali. Lalu, para sahabat shalat, puasa, dan zakat. Akan tetapi, dia juga telah mencaci si ini, i sampai tiga kali. Lalu, para sahabat si tanpa bukti, memakan harta si Jibril ini, menumpahkan darah si ini, dan memukulPercikan Iman No. 07-08 Th. XIV Juli-Agustus 2013 M w.inimenjelaskan, ―Sesungguhnya a.s. w. menjelaskan, ―Sesungguhnya Jibril a.s. ka, (yang dizalimi) itu‗Jauhlah diberi dari kebaikan orang (yang beribadah) itu. Jika ggaorang seraya mengatakan, (dari
21
#bedahmasalah
APAKAH PAHALA SHAUM & DOSA KORUPSI ITU BERKORELASI? Oleh Dr. Aam Amiruddin
22
Dr. Aam Amiruddin
Percikan Iman No. 07-08 Th. XIV Ramadhan-Syawal 1434 H
Mungkin pertanyaan saya ini konyol. Meski demikian, ini menggelitik nurani saya dan saya tetap ingin menanyakannya kepada Ustadz. Pertanyaan saya, apakah para koruptor itu pahala shaumnya akan diterima oleh Allah Swt.? Terima kasih sebelumnya atas penjelasan Ustadz. Shaum Ramadhan seperti halnya ibadah pada umumnya memiliki dua unsur penting, yaitu unsur kaifiyat (ritual) yang diatur dalam teori fikih dan unsur ruhiyah (spiritual) untuk mengukur kualitas ibadah yang dilakukan. Berdasarkan pada tinjauan fikih yang dikembangkan para Fuqaha, shaum Ramadhan itu sah apabila tidak melakukan hal-hal yang membatalkan shaum itu sendiri, yaitu makan, minum, dan berhubungan suami istri. Pada unsur ini, masalah maksiat, dosa, atau kejahatan (kriminalitas) tidak masuk dalam ruang lingkup yang dibahas. Artinya, seseorang yang melaksanakan shaum dengan menjauhi pembatal-pembatalnya meski di sisi lain sedang berperkara dengan hukum akibat pelanggarannya, maka shaumnya tetap sah. Akan tetapi, dari sudut pandang ruhiyah, seseorang yang melaksanakan shaum, tetapi tidak meninggalkan maksiat dan dosa lainnya, dipastikan shaumnya bermasalah besar. Karena, diketahui bahwa tujuan shaum itu sendiri adalah melatih subjeknya untuk menahan diri dari perbuatan yang dilarang. Masalah besar itu muncul mulai dalam bentuk kehilangan pahala, tidak diterima shaumnya, sampai datangnya laknat Allah akibat melecehkan shaum yang dilaksanakannya dengan perbuatan dosanya. Sesuai sabda Nabi Muhammad Saw., “Banyak yang melaksanakan shaum, tapi tidak mendapat pahala apa pun kecuali laparnya.” (H.R. Nasa’i)
Rasulullah Saw. juga bersabda, “Siapa saja yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan amalan atas dusta itu, maka Allah tidak butuh dengan (amalan) meninggalkan makan dan minumnya (puasa).” (H.R. Bukhari, Abu Daud, dan Tirmidzi) Perbuatan korupsi merupakan bentuk pelanggaran berat dan boleh jadi termasuk berdosa besar. Ketika ibadah shaum Ramadhan tiba dan pelanggaran tersebut tidak ditobati (dengan menyerahkan diri pada proses hukum), maka dipastikan shaumnya tidak berpahala dan sulit untuk diterima di sisi Allah Swt. Wallahu a’lam
BAGAIMANA KETIKA AZAN MAGHRIB BERBEDABEDA? Ustadz, setiap tiba waktu Maghrib di bulan Ramadhan, saya kerap bingung. Masjid di dekat rumah saya kadang azan Maghribnya telat dibandingkan azan di radio maupun televisi. Saya kadang ragu untuk berbuka, apakah mengikuti azan di radio atau menunggu azan dikumandangkan dari masjid dekat rumah? Demikian halnya dengan waktu Subuh yang berbeda antara azan yang dikumandangkan di radio dan di masjid dekat rumah. Mohon pandangannya. Ibadah shaum memang merupakan ibadah yang berbatas waktu sehingga awal dan akhirnya harus betul-betul terjaga dari melewati batas yang ditetapkan. Awal berpuasa ditandai dengan masuknya waktu Subuh dan akhir berpuasa ditandai dengan masuknya waktu Maghrib. Memang, keumuman umat Islam mengetahui tanda masuk waktu shalat, khususnya Subuh
foto: photonaturalist.files.wordpress.com
dan Maghrib adalah dengan dikumandangkannya azan. Ketika azan tiba, maka otomatis orang mengetahui bahwa waktu shalat telah tiba. Mengetahui waktu dengan kumandang azan sebenarnya sudah cukup. Hanya saja, masih mengandung kemungkinan sang muazin keliru dalam melihat kalender penunjuk waktu shalat, salah melihat jam, atau jamnya sendiri kebetulan sedang ada kerusakan. Untuk itu, ada baiknya kita membuat pembanding dalam menentukan waktu shalat dengan memiliki kalender yang memuat jadwal waktu shalat dan jam sendiri yang dijamin masih berfungsi dengan baik. Jika azan masjid atau media radio atau tv tidak juga sesuai dengan penentu waktu yang kita miliki sehingga membuat kita ragu, maka sebaiknya ambillah yang lebih yakin. Kalau waktu Subuh lebih baik ambil mana yang lebih dahulu, apakah penentu waktu shalat yang kita miliki atau azan. Untuk waktu Maghrib, ambil mana yang terakhir. Jika azan yang lebih dulu, maka penentu waktu kita sendiri yang kita pakai. Wallahu a’lam
SAAT MUDIK, SEBAIKNYA PUASA ATAU BERBUKA SAJA? Setiap menjelang Lebaran, saya mudik ke kampung halaman yang jaraknya lumayan jauh dari tempat tinggal saya (kira-kira jaraknya delapan jam perjalanan dalam kondisi normal). Beberapa orang menyarankan saya untuk berbuka karena ada keringanan bagi orang yang safar. Namun, saya keukeuh berpuasa karena sayang kalau harus mengorbankan pahala Ramadhan. Menurut Ustadz, apa
Percikan Iman No. 07-08 Th. XIV Juli-Agustus 2013 M
23
yang sebaiknya saya lakukan? Berbuka saja atau tetap berpuasa selama perjalanan mudik? Salah satu keringanan shaum Ramadhan adalah bolehnya membatalkan shaum karena sakit dan bepergian dengan kewajiban menggantinya pada bulan-bulan berikutnya. Berdasarkan pada Surah Al-Baqarah (2) ayat 185 berikut, “Barang siapa sakit atau dalam perjalanan, maka boleh ia mengganti puasa di hari-hari lain” Substansi rukhsah dalam shaum adalah meniadakan kemudaratan bagi yang melaksanakannya karena adanya alasan. Jika kemadaratan itu dipandang tidak signifikan ketika tetap melaksanakannya, maka rukhsah itu menjadi pilihan, boleh mengambilnya atau tidak. Masalah yang muncul, mana yang lebih utama, mengambilnya atau tidak mengambilnya? Para ulama berbeda pendapat dalam hal ini. Imam Hanafi dan Imam Syafi‘i mengatakan puasa lebih utama dengan berpegang pada ayat tadi. Imam Maliki mengatakan mubah, sama hukumnya antara meninggalkan atau berpuasa. Sementara, Imam Hambali mengatakan sunnah tidak puasa dan makruh berpuasa dengan berpegang kepada kedua hadis berikut: “Rasulullah Saw. suatu hari bepergian bersama para sahabatnya pada waktu penaklukan kota Makkah. Mereka berpuasa hingga sampai wilayah Kurra’ Ghamim, lalu seorang sahabat mengadu kepada beliau bahwa sebagian sahabat sangat menderita dengan berpuasa, tetapi mereka masih menunggu perintah beliau. Lalu, Rasulullah memerintahkan agar didatangkan air dan beliau meminumnya selepas Asar. Para sahabat melihat apa yang beliau lakukan, sebagian
24
ikut minum dan sebagian tetap berpuasa. Ketika berita itu sampai kepada beliau, beliau mencela mereka yang tetap berpuasa bahwa mereka telah durhaka.” (H.R. Muslim dan yang lainnya). Lalu, hadis berikut ini. Rasulullah Saw. bersabda, “Puasa dalam perjalanan tidak mendapatkan pahala.” (H.R. Bukhari dan Muslim) Dalam hemat saya, untuk menentukan antara shaum atau tidak, kembalikan pada penilaian masing-masing. Jika dipandang masih kuat dan kemudaratannya kecil, maka shaum lebih baik untuk menjaga kemungkinan berat atau ada gangguan untuk menggantinya di kemudian hari. Jika ternyata dalam perjalanan, shaum dirasa berat, maka lebih baik berbuka. Wallahu a’lam
APA BATASAN BERMESRAAN SAAT RAMADHAN? Ustadz, apakah batasan dilarangnya bermesraan antara suami dan istri pada siang hari di bulan Ramadhan? Apakah memeluk dan membelai istri dikategorikan sebagai perbuatan yang tidak diperbolehkan ketika shaum Ramadhan? Lalu, apa pula yang harus dilakukan suami dan istri ketika tengah bermesraan di siang hari bulan Ramadhan lantas suaminya keluar madzi (atau bahkan sperma)? Sebelumnya, mari kita perhatikan dua hadis berikut. Aisyah r.a. berkata, “Nabi Saw. mencium dan bercumbu (dengan istrinya) saat beliau berpuasa. Beliau adalah orang yang paling mampu mengendalikan syahwatnya di antara kalian.” (Muttafaq ‘alaih) ‘Amr bin Salamah r.a.
Percikan Iman No. 07-08 Th. XIV Ramadhan-Syawal 1434 H
bertanya kepada Rasulullah Saw., “Apakah orang berpuasa boleh mencium?” Rasulullah Saw. bersabda, “Tanyalah kepada dia (maksudnya Ummu Salamah, istri Rasulullah).” Lalu, Ummu Salamah memberitahukannya bahwa Nabi Saw. berbuat seperti itu (mencium saat berpuasa).” (H.R. Muslim) Berdasarkan dua hadis tadi, mencium diperbolehkan ketika berpuasa. Ciuman boleh jadi merupakan bagian dari pemanasan jima’. Dengan demikian, semua yang masuk dalam kategori pembuka atau pemanasan jima’ tidak dilarang dengan sarat tidak memancing hasrat biologis, apalagi melibatkan mulut (lidah dan gigi) yang memungkinkan ada sesuatu yang masuk ke dalam tenggorokan. Bagi sebagian yang memiliki hasrat biologis cukup tinggi, sehingga sering keluar cairan yang disebut madzi ketika ada rangsangan, sebaiknya menghindari kemesraan saat berpuasa. Meskipun tidak masalah dengan shaumnya jika akhirnya madzi itu keluar. Namun, para ulama berbeda pendapat dalam menyikapi keluarnya mani akibat bermesraan di tengah bulan Ramadhan yang disebabkan selain karena jima’. Sebagian ulama memandang bahwa shaumnya batal. Sementara, sebagian yang lain tidak. Sementara itu, saya melihat bahwa jima’ yang dimaksud membatalkan shaum itu adalah bertemunya dua alat kelamin, meski boleh jadi tidak mengeluarkan mani. Dengan demikian, bermesraan di tengah melaksanakan shaum Ramadhan sampai keluar mani tidak membatalkan shaumnya, hanya shaumnya sangat mungkin bisa menjadi rusak akibat tidak berhatihati dalam menjaga hal-hal yang bisa mendekatkan pada batalnya shaum.
SEBENARNYA, RAKAAT SHALAT TARAWIH ITU BERAPA? Shalat Tarawih, lebih afdhal dilakukan berjamaah atau sendirisendiri? Lalu, lebih afdhal mana, Tarawih dikerjakan 8 rakaat atau 20 rakaat? Mayoritas ulama berpendapat bahwa shalat Tarawih lebih afdhal dilaksanakan secara berjamaah, sebagaimana dilakukan oleh kebanyakan para sahabat seperti ‘Umar bin Khattab dan yang lainnya. Terbukti, sampai sekarang kaum Muslim terus melakukan shalat Tarawih secara berjamaah di seantero dunia karena merupakan syiar Islam yang begitu nampak sehingga serupa dengan shalat ‘Ied. Sementara, jumlah rakaat shalat Tarawih, ada baiknya kita perhatikan hadis berikut: Aisyah r.a. berkata, “Rasulullah Saw. tidak pernah menambah jumlah rakaat dalam Shalat Malam di bulan Ramadhan dan tidak pula dalam shalat lainnya lebih dari 11 rakaat.” Ibnu Hajar Al-Haitsamiy mengatakan, “Tidak ada satu hadis sahih pun yang menjelaskan bahwa Nabi Saw. melaksanakan shalat Tarawih 20 rakaat. Adapun hadis yang mengatakan Nabi Saw. biasa melaksanakan shalat (Tarawih) 20 rakaat adalah hadis yang sangat-sangat lemah. Ibnu Hajar Al-Asqalani mengatakan, “Adapun yang diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah dari hadis Ibnu ‘Abbas bahwa Rasulullah Saw. shalat di bulan Ramadhan 20 rakaat ditambah Witir, sanad hadits itu adalah dhaif. Hadis ‘Aisyah yang mengatakan bahwa shalat Nabi tidak lebih dari 11 rakaat juga
bertentangan dengan hadits Ibnu Abi Syaibah ini. Padahal, ‘Aisyah pasti lebih mengetahui seluk-beluk kehidupan Rasulullah Saw. pada waktu malam dari siapa pun.” Wallahu a’lam.
APA SAJA AMALAN RAMADHAN PLUSPLUS?
POIN PERUBAHAN Seseorang yang melaksanakan shaum, tetapi tidak meninggalkan maksiat dan dosa lainnya, dipastikan saumnya bermasalah besar.
Ustadz, tahun ini saya ingin memaksimalkan ibadah di bulan Ramadhan. Amalan plus apa saja yang dapat saya lakukan agar ibadah Ramadhan tahun ini maksimal?
Percikan Iman No. 07-08 Th. XIV Juli-Agustus 2013 M
25
Sebagaimana diketahui, bulan Ramadhan adalah bulan Ibadah, bulan penuh berkah, bulan pembebasan dari neraka, dan keutamaan lainnya. Pada bulan Ramadhan ini pula, Allah melimpahkan banyak karunia kepada hamba-hambaNya dengan dilipatgandakan pahala dan diberi jaminan ampunan dosa bagi siapa yang bisa memanfaatkan dengan semestinya. Berikut ini beberapa amalan utama (plus) selain shaumnya sendiri yang sangat dianjurkan pada bulan Ramadhan: • Shalat Tarawih • Membaca Al-Qur’an • I’tikaf • Sedekah • Memperbanyak dzikir, doa, dan istighfar • Umrah pada bulan Ramadhan
SEJAK KAPAN ANAK HARUS SUDAH DIBIASAKAN PUASA RAMADHAN? Kapan sebaiknya anak sudah harus melaksanakan puasa Ramadhan? Apakah sama batasannya dengan perintah shalat bagi anak kecil (beserta hukumannya ketika dia tidak melaksanakannya)? Mohon penjelasannya. Para ulama sepakat bahwa kewajiban shaum dimulai dari usia akil balig (dewasa dengan sehat akalnya). Sementara, pada usia anak belum terkena kewajiban shaum. Hanya saja, untuk pendidikan dan pembiasaan pada anak, tidak dipersalahkan pada usia itu anak sudah diajak untuk melaksanakan shaum, misalnya mengikuti pola pendidikan shalat yang dimulai dari usia 7 tahun. Namun, tentunya tidak boleh dipaksakan jika kelihatan anak kepayahan. Wallahu a’lam
26
KALAU SELEPAS RAMADHAN IBADAH KITA TIDAK TERLALU GIAT Kalau selepas Ramadhan amal ibadah kita tidak segiat selama puasa, apakah itu artinya puasa kita sia-sia? Saya kadang kurang semangat puasa Ramadhan agar penurunan kualitas dan kuantitas ibadah saya di selain Ramadhan tidak terlalu drastis. Apakah sikap saya tersebut dapat dibenarkan, Ustadz? Penilaian kualitas shaum dilihat dari dua sisi, yaitu selama Ramadhan itu berlangsung dan setelah Ramadhan berlalu. Pada saat Ramadhan berlangsung merupakan arena pelatihan diri agar memiliki kualitas ketakwaan yang memadai. Allah mencatat segala jerih payah shaum yang dilakukan hamba-Nya. Setelah Ramadhan berlalu merupakan pembuktian dari hasil melatih diri sebulan penuh. Itu sebabnya mengapa nama buan setelah Ramadhan disebut Syawal yang artinya peningkatan atau bisa diartikan pembuktian. Allah akan menilai sejauh mana keberhasilannya itu. Pembuktian setelah Ramadhan sedikit banyak memengaruhi penilaian shaum secara keseluruhan. Namun, tidak berarti harus mengabaikan masa pelatihannya. Apalagi, di masa pelatihan, begitu banyak keutamaan yang bisa diraih. Logikanya, bagaimana hasil dari pembuktiannya bagus, kalau pelatihannya tidak serius? Atau, keutamaan yang banyak diraih pada masa pelatihan akan menjadi persediaan cukup kalaupun harus terkurangi akibat pembuktian yang lemah. Wallahu a‘lam.
Percikan Iman No. 07-08 Th. XIV Ramadhan-Syawal 1434 H
BAGAIMANA KALAU MENDAPATKAN PARSEL DARI KOLEGA NONMUSLIM? Ustadz, apakah yang harus saya lakukan kalau saat Idul Fitri mendapatkan parsel dari kolega yang nonmuslim? Apakah saya boleh menerima dan memakan atau menggunakan isi parsel tersebut? Tercatat dalam sejumlah riwayat bahwa Nabi Muhammad menerima hadiah dari orang kafir dan kemudian Nabi membalas hadiah tersebut. Imam Bukhari bahkan mengkhususkan satu bab dalam kitab Shahih-nya dengan nama bab qabul hadiyat al-musyrikin (bab penerimaan hadiah dari orang musyrik). Di antara hadisnya adalah diriwayatkan dari Anas r.a. bahwa seorang wanita Yahudi menghadiahkan kepada Rasulullah Saw. kambing yang telah diracuni. Diriwayatkan pula dari Aisyah bahwa Rasulullah Saw. menerima hadiah dan membalasnya dengan memberikan hadiah kembali, dan itu umum mencakup segala macam hadiah. Dengan demikian, umat Islam boleh menerima hadiah dari orang kafir yang memberikan hadiah terkait hari raya kita atau hari raya mereka, selama hadiah tersebut tidak mengandung unsur yang diharamkan syariat Islam, misalnya:
POIN PERUBAHAN Setelah Ramadhan berlalu merupakan pembuktian dari hasil melatih diri sebulan penuh. Itu sebabnya mengapa nama buan setelah Ramadhan disebut Syawal yang artinya peningkatan atau bisa diartikan pembuktian.
• Barang yang dihadiahkan itu sendiri adalah barang haram, seperti khamar atau babi. • Barang yang dihadiahkan berupa daging hewan yang disembelih untuk perayaan karena biasanya disembelih untuk selain Allah Swt. • Barang yang dihadiahkan merupakan simbol dan tradisi dalam agama mereka, dan lain-lainnya karena kita dilarang menyerupai dan meniru-niru orang kafir. Wallahu a‘lam
MUDIK ITU HARAM? Ada ulama yang menyatakan bahwa mudik itu haram dengan melihat kenyataan setiap tahunnya
semakin banyak saja pemudik yang meninggal dunia karena kecelakaan lalu lintas saat mudik. Menurut Ustadz, apakah fatwa tersebut tidak terlalu berlebihan? Bagaimana pula cara kita memberikan pengertian kepada umat agar tidak memaksakan diri mudik saat Idul Fitri? Toh untuk bermaaf-maafan bisa memanfaatkan kecanggihan teknologi. Syariat Islam hanya mengajarkan setelah beribadah shaum Ramadhan adalah melaksanakan shalat sunnah Idul Fitri. Selesai shalat, dilanjutkan dengan shaum sunnah enam hari pada bulan Syawal, baik berurutan atau tidak. Setelah itu, kita kembali pada kehidupan biasa pada bulanbulan selain Ramadhan. Sejauh ini tidak cukup riwayat
yang menganjurkan apalagi mengharuskan saat-saat Idul Fitri untuk bermaaf-maafan dengan memaksakan mudik, mengadakan acara kumpul-kumpul dengan keluarga, dan handai taulan bahkan dibuat acara khusus seperti halal bil halal, dan lain sebagainya. Semua itu lebih tepat disebut sebagai tradisi meskipun mengandung kebaikankebaikan. Wajar kalau ada seorang ulama memandang bahwa semua itu tidak perlu dilakukan, apalagi memaksakan diri dengan segala cara. Terlebih, dengan kemudaratan yang sudah semakin nyata. Namun, bagaimanapun sebuah tradisi yang baik yang tidak bertentangan dengan syariat masih boleh dilakukan selama tidak membawa kemudaratan yang lebih besar. Wallahu a‘lam.
foto: shoppazy.com Percikan Iman No. 07-08 Th. XIV Juli-Agustus 2013 M
27
#perciksains
Puasa adalah Universal
PUASA َين ِم ْن قَ ْب ِل ُ ُْك ل َ َعل ذ ُ ُْك تَتذ ُقو َنADALAH الص َيا ُم َ َمَك ُك ِت َب عَ ََل ذ ِاَّل ِّ ََي أَ هُّيَا ذ ِاَّل َين آ َمنُوا ُك ِت َب عَلَ ْي ُ ُُك Ir. H. Bambang Pranggono, MBA,IAI
versal
no, MBA,IAI
UNIVERSAL
Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa, sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian, agar kalian bertaqwa. (Al-Baqoroh:183)
Oleh Ir. H. Bambang Pranggono, MBA,IAI
Para mufassir klasik menuliskan berbagai arti tentang maksud “orang-orang sebelum kamu” dalamUniversal ayat diatas. Ibnu Abbas mengatakan bahwa maksudnya ialah kaum Yahudi. Kemudian Puasa adalah Para mufasir klasik menuliskan pendapat Ali bahwa puasa telah maksudnya ialah kaum Nasrani. Sedangkan Mujahid Ir. H. Bambang At-Thabary Pranggono,mengatakan MBA,IAI bahwa berbagai arti tentang maksud disyariatkan kepada seluruh umat menyebutkan bahwa maksudnya ialah seluruh Ahli Kitab. Lalu Qatadah berpendapat bahwa Puasa adalah Universal “orang-orang sebelum kamu” manusia sejak Adam. Tafsiran maksudnya ialah manusia. Dan akhirnya Az-Zamakhsyary dalam Tafsir al-Kasysyaf H. Bambang dalamPranggono, ayat tersebut.MBA,IAI Ibnu Abbas yang berbeda-beda, tetapi semua alian berpuasa, sebagaimana telah Ir. seluruh menuliskan pendapat Ali bahwa puasa bahwa telah disyari’atkan seluruh umat manusia mengatakan maksudnya kepada mengarah pada puasa hanyasejak untuk lian bertaqwa. (Al-Baqoroh:183) ialah kaumnamun Yahudi.semuanya Kemudian mengarah manusia. ada ayat lain Adam. Tafsiran yang berbeda-beda bahwaPadahal, puasa hanya untuk g beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa, sebagaimana telah At-Thabari mengatakan bahwa yang mengatakan binatang manusia saja.kamu” Padahal ada ayat lain yang mengatakan bahwa binatang juga umatbahwa seperti kita. g maksud “orang-orang sebelum
الص َيا ُم َ َمَك ُكت ِّ ََي أَ هُّيَا ذ ِاَّل َين آ َمنُوا ُك ِت َب عَلَ ْي ُ ُُك الص َيا ُم َ َمَك ُك ِت َب عَ ََل ذ ِاَّل َين ِم ْن قَ ْب ِل ُ ُْك ل َ َعل ذ ُ ُْك ت ِّ ََي أَ هُّيَا ذ ِاَّل َين آ َمنُوا ُك ِت َب عَلَ ْي ُ ُُك الص َيا ُم َ َمَك ُك ِت َب عَ ََل ذ ِاَّل َين ِم ْن قَ ْب ِل ُ ُْك ل َ َعل ذ ُ ُْك تَتذ ُقو َن ِّ ََي أَ هُّيَا ذ ِاَّل َين آ َمنُوا ُك ِت َب عَل َ ْي ُ ُُك
maksudnya ialah kaum Nasrani. juga umat seperti kita. rang sebelum kalian, agar kalian bertaqwa. (Al-Baqoroh:183) beriman, aksudnya ialah “Hai, kaumorang-orang Yahudi. Kemudian Sedangkan, Mujahid menyebutkan jibkan atasmu berpuasa Wahaidiwa orang-orang yang beriman, diwajibkan atasialah kalian berpuasa, sebagaimana telah maksudnya Ahli m Nasrani. Sedangkan Mujahid nuliskan berbagai arti tentang maksud sebelumseluruh kamu” sebagaimana diwajibkan atas “orang-orang diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian, agarQatadah kalian bertaqwa. (Al-Baqoroh:183) Kitab. Lalu, berpendapat orang-orang sebelum mubahwa agar kamu Kitab. Qatadah berpendapat AbbasLalu mengatakan bahwa maksudnya ialah kaum Yahudi. Kemudian maksudnya ialah seluruh manusia. bertakwa,” (Q.S. Al-Baqarah [2]: dalamklasik Tafsirkaum al-Kasysyaf nZamakhsyary bahwa maksudnya ialah Nasrani. Sedangkan Mujahid Akhirnya, Az-Zamakhsyary dalam Para mufassir menuliskan berbagai arti tentang maksud “orang-orang sebelum kamu” 183) Tafsir al-Kasysyaf menuliskan tkan kepada seluruh umat manusia sejak aksudnya ialah seluruh Ahli Kitab. Qatadah berpendapat bahwa ialah kaum Yahudi. Kemudian dalam ayat diatas. Ibnu AbbasLalu mengatakan bahwa maksudnya Dan tidaklah binatang yang melata di bumi dan tidaklah burung yang melayang dengan bahwa puasa hanya untuk maksudnya hmengarah manusia. Dan akhirnya Az-Zamakhsyary dalam ialah Tafsirkaum al-Kasysyaf At-Thabary mengatakan bahwa Nasrani. Sedangkan Mujahid sayapnya kecuali mereka itu umat seperti kalian. (Al-An’am: nlibahwa binatang juga umatmaksudnya seperti kita. bahwa puasa telah disyari’atkan kepada seluruh umat sejak menyebutkan bahwa ialah seluruh Ahlimanusia Kitab. Lalu Qatadah38) berpendapat bahwa foto: natures-desktop.com erbeda-beda namun semuanya mengarah bahwa puasa hanya untuk dunia binatang. Percikan Iman No. 07-08 Th. XIV Ramadhan-Syawal 1434 H maksudnya ialah seluruh manusia. Dan akhirnya Az-Zamakhsyary dalam Tafsir Maka sunnatullah puasa seharusnya juga meliputi Dan al-Kasysyaf ternyata memang da ayat lain yang mengatakan bahwa binatang juga umat seperti kita. menuliskan pendapat Ali bahwa puasa telah disyari’atkan kepada seluruh umat manusia sejak kegiatan terbukti bahwa pada binatangpun ditemukan perilaku yang bisa digolongkan sebagai
َو َما ِم ْن دَاب ذ ٍة ِِف ْ َاْل ْر ِض َو ََل َطائِ ٍر ي َ ِطريُ ِ َِبنَا َح ْي ِه إ ذَِل ُأ َم ٌم أَ ْمثَالُ ُ ُْك
28َو َما ِم ْن دَاب ذ ٍة ِِف ْ َاْل ْر ِض َو ََل َطائِ ٍر
“Tidak ada seekor binatang pun yang ada di bumi dan burung-bu rung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan semuanya merupakan umat-umat sepertimu.” (Q.S. Al-An‘ām [6]: 38) Maka, sunnatullah puasa seharusnya juga meliputi dunia binatang. Dan, ternyata memang terbukti bahwa pada binatang pun ditemukan perilaku yang bisa digolongkan sebagai kegiatan berpuasa. Beberapa jenis binatang berpuasa dalam proses pembiakan. Prof. Morgulis dalam buku History of Fishes karangan J.R.Norman menyebut tentang ikan betina jenis cichlidae yang berpuasa di musim kawin. Juga, ikan salmon jantan yang setahun sekali berpuasa selama berminggu-minggu ketika berenang melawan arus dan jeram, sehingga timbunan lemaknya habis dan tinggallah otot kencang yang diperlukan di arena perkawinan di hulu sungai. Anjing laut dan singa laut Alaska berpuasa setiap tahun selama tiga bulan antara Mei sampai Juli. Ulat tidak pernah berhenti makan, tetapi dalam fase kepompong, ia berpuasa tidak makan dan tidak bergerak sebelum akhirnya bermetamorfosis menjadi kupukupu. Induk ayam berpuasa selama mengerami telurnya dan anak ayam tidak makan pada hari-hari pertama sejak menetas dari telur. Secara naluri, binatang berpuasa untuk sembuh. Gajah yang sakit atau terluka tetap berjalan mengikuti kelompok, tetapi ketika rombongan berhenti untuk makan, ia menyendiri di bawah pohon. Begitu juga binatang peliharaan seperti anjing, kucing, sapi, domba, bahkan babi tidak mau makan kalau sedang sakit atau terluka. Binatang juga sanggup berpuasa dalam kondisi darurat. Iguana laut dari kepulauan Galapagos yang dikurung bisa tidak makan minum sampai 100 hari. Di musim dingin membeku, beruang kutub, anjing prairie,kelelawar, dan binatang di daerah subtropis berhibernasi: diam tidak bergerak tanpa makan
minum berbulan-bulan sampai tiba musim semi. Sebaliknya, di daerah panas gersang buaya, ikan, kepiting, kodok, cacing pipih, lintah, keong, dan binatang gurun pasir melakukan estivasi, yakni berpuasa panjang tidak bergerak dalam lumpur kering sampai tiba musim hujan. Edwin E. Slossom, Ph.D., Direktur Pelayanan Sains di Washington, menulis dalam “Keeping Up with Science” bahwa reptil bisa berpuasa sampai beberapa tahun, kalajengking sampai 1 tahun, labalaba 17 bulan, kodok 16 bulan, ular sampai 2 tahun, ikan 20 bulan, kura-kura 1 tahun. Sedangkan, anjing tercatat bisa berpuasa sampai 117 hari, kucing 20 hari, kelinci 15 hari, tikus 6 hari, dan babi 8 hari. Keong Afrika jenis helix desertorum bisa ber-estivasi, puasa 5 tahun. Sedangkan, saudaranya keong gurun California jenis helix veatchii bisa sampai 6 tahun. Bahkan, binatang bersel tunggal, amuba, bisa berpuasa selama 4-21 hari sebelum mereka akhirnya mati. Jadi, ternyata puasa memang sudah “dituliskan” juga untuk dunia binatang. Selanjutnya, apabila makna umat diperluas lagi bahwa tumbuh-tumbuhan pun bisa dianggap umat seperti kita, maka mungkinkah mereka berpuasa? Ternyata, mereka pun melaksanakan perilaku yang mirip puasa. Pohon-pohon di daerah subtropis menggugurkan daun di musim rontok, lalu berpuasa selama musim dingin bersalju. Mereka tidak makan, tidak mengisap karbon dioksida dan nitrogen dari udara, dan tidak menyedot air dan mineral melalui akar dari bawah tanah selama berbulan-bulan sampai tiba musim semi untuk berbuka puasa. Mereka makan dan minum lagi sampai tiba bulan-bulan dingin saat berpuasa lagi. Ahli Fisika dan Botani terkemuka dari Bangladesh, Jagadish Chandra Bose, di tahun1927 menciptakan alat yang dinamakan “crescograph-
instrumen” yang bisa mendeteksi pertumbuhan 1/sejuta mm perdetik yang digunakan untuk mengukur respons tumbuhtumbuhan terhadap berbagai stimuli. Hasilnya, tumbuhtumbuhan memiliki sensor mekanisme yang mirip saraf pada binatang, sehingga mereka bisa mengenal dan bereaksi terhadap hadirnya orang yang pernah melukai atau menyiksa mereka. Tumbuh-tumbuhan tersebut juga terbukti bisa tumbuh lebih subur dalam musik yang nyaman dibandingkan saat di tengah kebisingan. Tumbuh-tumbuhan bisa merasakan sakit kalau dilukai dan bisa mengenal kasih sayang. Teori ini diperkuat oleh Wildon dalam jurnal Nature tahun1992. Berarti, tumbuh-tumbuhan pun ternyata makhluk yang hidup. Selanjutnya, Prof. Bose menemukan bahwa yang disebut benda mati seperti logam dan batu sebetulnya juga bereaksi terhadap berbagai stimuli. Mereka bisa kedinginan, kecanduan alkohol, kelelahan akibat kerja berat, pingsan oleh anestesi, terangsang oleh sengatan listrik, dan bisa “mati”- berhenti bereaksi sama sekali. Teori Dr. Bose ini seharusnya menggelitik ilmuwan Muslim untuk meneliti lebih lanjut tentang bagaimana bentuk puasa bagi benda mati. Dengan begitu, bisa semakin terungkap bahwa puasa adalah sunnatullah yang berlaku di seluruh alam semesta. Puasa adalah Universal. Wallahu a’lam
POIN PERUBAHAN Diwajibkan atasmu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelummu agar kamu bertakwa.
Percikan Iman No. 07-08 Th. XIV Juli-Agustus 2013 M
29
30
Percikan Iman No. 07-08 Th. XIV Ramadhan-Syawal 1434 H
Percikan Iman No. 07-08 Th. XIV Juli-Agustus 2013 M
31
#refleksiramadhan
SETAN Dibelenggu?
32
Percikan Iman No. 07-08 Th. XIV Ramadhan-Syawal 1434 H
Sejumlah keterangan menyatakan bahwa selama Ramadhan, Allah Swt. membuka lebar-lebar pintu surga dan mengunci rapat-rapat pintu neraka. Ini dilakukan agar umat Islam lebih termotivasi dalam menjalankan ibadah Ramadhan. Selain itu, diterangkan juga bahwa Allah Swt. membelenggu iblis dan setan agar tidak mengganggu atau menggoda umat Islam yang tengah melaksanakan ibadah Ramadhan. Jika demikian, sudah seharusnya umat Islam lebih giat dan getol beribadah, bukan? Namun, faktanya masih ada saja di antara umat Islam yang ogahogahan, atau bahkan enggan melaksanakan amaliah Ramadhan. Mengapa demikian? Gegap gempita menyambut datangnya Ramadhan biasanya hanya akan terjadi pada awal Ramadhan saja, mungkin tiga
foto: risk.net
sampai empat hari atau paling lama satu minggu. Di minggu pertama Ramadhan ini, meski haus, lapar, lemas, dan sebagainya sebagai akibat menahan makan dan minum, hampir semua umat Islam memaksakan diri. Berlomba memperbanyak pahala adalah alasan utamanya. Memasuki minggu kedua, apalagi di minggu terakhir Ramadhan, semangat itu agak sedikit kendor karena kita disibukkan oleh persiapan membuat kue Lebaran. Mungkin, sekali lagi ini mungkin, mereka merasa sudah cukup mengumpulkan pahala di minggu pertama Ramadhan sehingga memasuki minggu kedua dan seterusnya, puasa mulai “bolongbolong� hingga akhirnya blong tidak puasa sama sekali. Masjid-masjid akan dipadati oleh umat Islam yang ingin menunaikan shalat Isya dan Tarawih berjamaah. Meskipun berdesak-desakan, mereka rela asalkan mendapatkan tempat di shaf pertama. Tidak jarang, ada di antara umat Islam yang rela mengunjungi masjid yang letaknya cukup jauh dari tempat tinggalnya asalkan bisa mendengarkan ceramah sebelum shalat Tarawih dari ustadz favoritnya. Sehingga, hampir semua shaf di masjid terisi, bahkan sampai ada yang rela menggelar sajadah di teras atau tempat parkir. Ini hanya pemandangan pada minggu pertama Ramadhan. Minggu kedua dan seterusnya, shaf mulai berkurang satu baris demi satu
baris hingga akhirnya menyisakan dua shaf saja. Ke mana perginya jamaah Tarawih itu? Ke mana lagi kalau bukan di mal-mal memburu diskon sepesial baju-baju Lebaran. Kalau sudah demikian, di mana letak terbelenggunya setan-setan sehingga tidak bisa menggoda umat manusia yang menjalankan puasa? Setidaknya, ada penjelasan mengenai hal ini. Pertama, setan itu terdiri dari golongan jin dan manusia. Mungkin saja setan dari golongan jin sudah erat dibelenggu sehingga tidak dapat menggoda atau mengganggu kekhusyukan umat Islam dalam beramaliah Ramadhan. Namun, bagaimana dengan setan dari golongan manusia yang masih bebas berkeliaran? Bukankah setan-setan dari jenis ini ada di mana-mana untuk senantiasa menggoda orang-orang yang berpuasa? Di sekitar kita, masih banyak orang yang tanpa rasa segan atau malu makan dan minum di siang hari bulan Ramadhan. Mungkin mereka tidak secara langsung menggoda kita dengan menawarkan makanan atau minuman. Namun, hal tersebut seolah menjadi “motivasi� bahwa kalau mau membatalkan puasa, kita tidak sendirian. Kedua, setelah sekian lama berinteraksi (kalau disebut berkolaborasi terlalu membesarbesarkan) dengan setan (dari golongan jin) untuk melakukan dosa dan kemaksiatan. Sedikit banyak sifat dan perilakunya telah berasimilasi atau terintegrasi
dengan watak dan karakter kita. Kalau dulu untuk berbuat dosa kita masih pikir-pikir hingga puluhan kali, maka setelah sekian lama bekerja sama melakukan dosa dengan setan, kita tidak perlu melakukannya lagi. Dengan begitu saja kita dapat melakukan sebuah dosa, tanpa pikir-pikir apalagi rasa menyesal. Kalau sudah demikian, selesai sudah tugas setan. Dan, ketika berbuat dosa, tidak ada yang dapat dipersalahkan selain diri kita sendiri yang telah menjelma menjadi setan dari golongan manusia. Naudzubillah! Jadi, kalau Allah Swt. telah bermurah hati kepada kita dengan membuka pinta surga dan mengunci pintu neraka serta membelenggu setan dari golongan jin, maka sudah sepantasnya kita berpartisipasi membelenggu setan dalam diri kita agar tidak menggoda manusia-manusia yang tengah beribadah Ramadhan. Ikatlah kuat-kuat setan dalam diri kita tersebut agar kita dapat beramaliah Ramadhan dengan tenang dan khusyuk. Pasti bisa! Muslik
POIN PERUBAHAN Sudah sepantasnya kita berpartisipasi membelenggu setan dalam diri kita agar tidak menggoda manusia-manusia yang tengah beribadah Ramadhan.
Percikan Iman No. 07-08 Th. XIV Juli-Agustus 2013 M
33
#refleksiramadhan
Mari
BERUBAH
Marhaban, ya Ramadhan. Tak terasa bulan suci dan mulia itu sebentar lagi kembali hadir di tengah-tengah kita. Pada bulan ini, umat Islam di seluruh dunia, termasuk Indonesia, melaksanakan ibadah puasa dengan penuh keimanan dan keikhlasan sembari mengharapkan ridho Allah Swt. Hanya Allah Sang Pencipta langit, bumi, dan segala isinya yang menilai kualitas ibadah puasa kita. Puasa di bulan Ramadhan bukan sekadar menahan lapar dan dahaga. Puasa merupakan ibadah individual sekaligus sosial yang bertujuan untuk membentuk manusia yang lebih baik. Puasa merupakan ibadah yang vertikal, tidak ada yang berhak memberi penilaian selain Tuhan. Begitu spesialnya orang yang berpuasa, dalam sebuah hadis dijelaskan bahwa di surga nanti, ada satu pintu yang tidak boleh masuk dari pintu itu kecuali orang-orang yang berpuasa, yakni Babu al-Rayyan.
34
Percikan Iman No. 07-08 Th. XIV Ramadhan-Syawal 1434 H
Dari ajaran berpuasa di bulan suci Ramadhan tersebut dapat diperoleh hikmah berupa nilai kesalehan dan bagaimana menjadi bagian dari masyarakat yang dilandasi oleh kualitas iman dan takwa. Ramadhan membentuk diri untuk tumbuh menjadi pribadi yang kuat, senantiasa ikhlas dalam beramal. Hasil terbaik yang diperoleh dari puasa Ramadhan ini adalah ketika memiliki perilaku berpuasa yang bisa diterapkan di luar Ramadhan. Ibadah puasa juga membentuk jiwa pelakunya menjadi sehat, sabar, memupuk semangat solidaritas yang tinggi antarsesama, disiplin, mampu menahan diri. Bahkan, puasa dapat menjadi terapi mencegah korupsi jika diamalkan dengan sepenuh hati. Solidaritas untuk peduli dengan saudara kita yang kurang beruntung, anak-anak yatim-piatu, kaum duafa, maka saat inilah momentum yang pas untuk berbagi dengan ikut merasakan penderitaan mereka yang serba kekurangan. foto: celticpainters.ie
Yang pasti, puasa tidak boleh menjadikan umat Islam lemah, apalagi bermalas-malasan dengan alasan sedang berpuasa. Sekalipun tidurnya orang berpuasa disebutkan ulama dalam sebuah hadis termasuk ibadah, namun bukan berarti tidur orang bermalas-malasan. Jika mereka beribadah sampai larut malam sehingga siang hari mengantuk, biasanya habis shalat Zuhur banyak yang tertidur di masjid, hal itu sangat mungkin memperoleh pahala. Jadi, bukan karena malam hari begadang, siang hari capek, lelah, dan akhirnya tertidur menunggu waktu berbuka. Kita berharap puasa di hari pertama berjalan dengan baik dan lancar. Dalam arti, jamaah shalat di masjid meningkat. Hal yang sama pun terus berlangsung hingga pertengahan Ramadhan nanti, bahkan sampai akhir Ramadhan seluruh masjid dan surau (musala) tetap ramai dengan jamaah shalat Tarawih, tadarus, zikir, dan lainlain. Jangan seperti selama ini, jumlah shalat berjamaah ramai di awal Ramadhan saja, setelah berjalan dua minggu jumlahnya berkurang, dan akhirnya hanya tinggal beberapa saf. Selain itu, kita juga berharap kepedulian masyarakat, khususnya umat Islam, meningkat dalam hal membantu kaum duafa dengan memberikan sumbangan, infak, zakat, sedekah. Ketahuilah dalam harta yang kita miliki terdapat hak fakir miskin sehingga jangan menganggap harta kita menjadi berkurang, tapi semua amalan baik kita itulah, berupa sedekah dan infak yang nanti menolong kita di yaumil akhir sebagai harta yang sesungguhnya milik kita. Kalau selama ini pemerintah kurang menaruh perhatian pada nasib rakyat miskin, bukan berarti kita juga ikut-ikutan tidak peduli. Minimal di lingkungan kita dulu kita perhatikan apakah masih ada anak-anak fakir miskin yang telantar kemudian keluarga miskin
yang memerlukan bantuan. Kalau kita sudah peduli terhadap mereka, berarti kita sudah memahami makna puasa di mana pada hakikatnya tidak hanya menahan lapar dan haus untuk diri sendiri, tetapi juga berbagi dengan orang lain, dalam mencari ridho Allah Swt. Hal yang paling utama dalam berpuasa adalah pembelajaran positif hidup kita. Kata orang bijak, mustahil akan ada kemajuan atau perbaikan hidup tanpa perubahan. Perubahan butuh keberanian diri dan usaha keras. Kita harus berani mengambil keputusan mengubah pikiran, memantapkan keyakinan, meluruskan dan membenarkan tindakan kita, jangan ragu walau sering menjadi berbeda dengan orang lain. Ingat, orang yang tak dapat mengubah pikirannya tidak akan bisa mengubah apa-apa. Perubahan yang paling bermakna dalam hidup adalah perubahan sikap. Sikap yang benar akan menghasilkan tindakan dan output yang benar. Dalam sebuah hadis, Rasulullah bersabda bahwa setiap anak yang dilahirkan ke muka bumi ini berada dalam keadaan fitrah. Maksudnya, anak yang lahir hakikatnya suci. Tidak ada dosa turunan. Dia lahir seperti kain putih tanpa sedikit pun tergores titik noda, apalagi garisgaris hitam. Kesucian itu pulalah yang membuat sang bayi mampu menangkap keindahan dan kebenaran Allah yang Mahajamil. Berangkat dari makna fitrah tersebut, pesan intinya ibadah puasa yang kita lakukan sejatinya membawa perubahan pada batin kita. Dari kondisi kotor ke kondisi suci. Dari fitrah kehidupan yang menyimpang menuju kehidupan autentik, yaitu kehidupan yang sesuai dengan bingkai syariah. Tegasnya, puasa sejatinya harus membawa perubahan di dalam kehidupan kita. Tentu saja kehidupan yang lebih baik. Jika kita perhatikan Al-Qur’an, betapa terangnya Allah Swt.
menjelaskan bahwa ibadah apa pun bentuknya, disyariatkan untuk membawa perubahan hidup manusia menjadi lebih baik, dalam kehidupan personal ataupun sosial. Singkatnya, ada kesan kuat Al-Qur’an menegaskan bahwa media perubahan yang paling baik dan efektif adalah melalui ibadah. Logika sederhana akan menghantarkan kita pada sebuah kesimpulan pokok, “Semakin taat penduduk suatu bangsa terhadap ajaran agamanya, maka semakin baik dan bermorallah bangsa itu. Semakin beradablah bangsa itu. Semakin santunlah rakyat di negeri itu.” Oleh karena itu, ritual puasa Ramadhan pada tahun ini akan sangat tepat bila dijadikan sebagai media untuk perubahan moralitas yang dirasakan makin merosot tajam. Suburnya tindakan korupsi, nepotisme, kolusi yang menggiring pada pengayaan segelintir orang dan meningkatnya jumlah masyarakat miskin, pengangguran, kriminalitas, dan kebodohan. Puasa harusnya mampu membuka mata bangsa ini untuk berani mengatakan merah itu merah, putih itu putih, harus berani memutuskan yang salah itu salah dan yang benar itu benar. Harus bisa menjadi momentum perubahan setidaknya minimal bagi tiap-tiap yang menjalankan ibadah puasa menjadi “kembali bersih” di akhir bulan Ramadhan, menjadi fitri di hari Lebaran dan menjadi lebih baik di kehidupan berikutnya. Amin. Ali
POIN PERUBAHAN Puasa dapat menjadi terapi mencegah korupsi jika diamalkan dengan sepenuh hati.
Percikan Iman No. 07-08 Th. XIV Juli-Agustus 2013 M
35
#refleksiramadhan
Membawa Ramadhan
SEPANJANG TAHUN
“Setiap habis Ramadhan. Hamba cemas kalau tak sampai. Umur hamba di tahun depan. Berilah hamba kesempatan” (Bimbo - Setiap Habis Ramadhan) Kenapa banyak yang cemas saat meninggalkan bulan Ramadhan? Tentu saja kita cemas, karena “tamu’ agung yang selama
36
ini membuat ibadah-ibadah kita semakin produktif akan pergi. Selain itu, kita juga tidak tahu apakah tahun depan “tamu” itu akan datang kembali atau kita keburu pergi. Sangatlah lumrah bila kita senantiasa merindukan Ramadhan karena bulan itu menyimpan banyak kebaikan. Tak
Percikan Iman No. 07-08 Th. XIV Ramadhan-Syawal 1434 H
cuma dari segi kesehatan jasmani, rohani dan semangat ibadah kita pun meningkat tajam selama puasa. Nah, kenapa tidak kita “bawa” saja Ramadhan sepanjang tahun? Mulai dari semangat hingga suasananya. Sangat disayangkan begitu menginjak Syawal, kobaran
foto: 4.bp.blogspot.com
semangat ibadah itu padam begitu saja. Bukankah tujuan utama dari “latihan” sebulan penuh agar kita makin baik menjalani hari-hari di luar Ramadhan? Pakar Tafsir Indonesia, Prof. Dr. Muhammad Quraish Shihab menyebutkan bahwa pokok puasa adalah implementasi setelahnya. Dalam Membumikan Al-Qur’an (2013) dia menjelaskan bahwa tujuan Allah menyeru umatnya untuk berpuasa adalah guna peningkatan ketakwaan semata. Takwa yang dimaksud adalah meneladani sifat-sifat-Nya yang 99. “Misalnya, Allah punya sifat Maha Pengampun dan Maha Pemaaf,” jelas Quraish Shihab. Sama halnya dengan sifat Rahman (Maha Pengasih) dan Rahim (Maha Penyayang), perlu kita amalkan sehari-hari pula. Sehingga, tambah Quraish Shihab, rahmat dan kasih sayang Tuhan bukan hanya kita yang merasakan melainkan orang banyak, termasuk makhluk lain. “Demikian pula sifat yang lain, esensinya untuk diteladani sesuai dengan kemampuan kita masingmasing.” Selama bulan Ramadhan, kita ditunjukkan cara terbaik untuk meneladani “nama-nama” baik milik Tuhan itu. Sebab, puasa adalah “peta”, semacam howto guide atau panduan cara kita meraih ketakwaan. Selama puasa, kita diajari cara mempertahankan semangat ibadah, menahan diri dari perbuatan dosa, dan senantiasa dekat dengan masjid. Ini semua adalah bekal perjalanan kita untuk menempuh hari-hari berikutnya. Bulan Ramadhan ibarat pintu gerbang yang membawa kita ke halaman yang lebih baik. Kita tak selamanya berdiri di gerbang, bukan? Kita harus terus berjalan dan masuk. Hanya saja, banyak di antara kita, meskipun telah melalui Ramadhan berkali-kali, tetapi tetap saja “semangat itu” tidak terbawa. Inilah yang kemudian Emha Ainun Nadjib sebut sebagai kemandekan kualitas puasa. Kolumnis dan
budayawan ini juga mengimbau agar pengetahuan kita tentang puasa perlu ditambah. Melalui Puasa itu Puasa (2005) Emha menyindir, “Puasa merupakan perang melawan nafsu. Cuma barangkali karena pengetahuan kita tentang musuh yang harus diperangi tidak bertambah, maka strategi dan taktik kita pun kurang berkembang.” Selaku awam, kita kerap memaknai puasa sebagai serangkaian kegiatan di bulan Ramadhan. Padahal, Ramadhan merupakan salah satu rangkaian dari sekian banyak ibadah selama satu tahun. Harapannya adalah pola-pola ibadah selama Ramadhan dapat menjadi role model ibadah-ibadah kita berikutnya. Betul kata Emha, kita perlu merekayasa bulanbulan lain agar tampak seperti Ramadhan. Kenapa tidak? Bila bangun sahur kita pertahankan. Tilawah Al-Qur’an kita teruskan. Shalat berjamaah di masjid kita jadikan kebiasaan. Termasuk meninggalkan ghibah dan perkataan tidak berguna. Melalui tulisan singkat ini, penulis mengajak agar kita semua punya perspektif baru tentang Ramadhan. Bila semula ibadah kita semarak hanya di bulan Ramadhan, bulan-bulan setelahnya pun kita turut semarak pula. Pola ibadah produktif selama ini kita jadikan kebiasaan. “Tidak ada saat-saat yang lebih nikmat melebihi situasi lapar, asing, dan sepi di hadapan Allah,” ungkap Emha. Saat-saat di mana kita hanya mempersembahkan ibadah khusus bagi-Nya. Biarlah semangat ini tetap menyala dalam hati, agar rindu kita akan Ramadhan tahun depan semakin kuat. Rindu hamba tak pernah menghilang. Mohon tambah umur setahun lagi. Rekayasa Rutinitas, Pertahankan Kebiasaan Baik
Berikutnya adalah pertanyaan bagaimana kebiasaan baik selama Ramadhan kita pertahankan. Seorang wartawan sekaligus pengamat kebiasaan, Charles Duhigg menjelaskan kepada kita bagaimana sebuah kebiasaan (habit) berkontribusi signifikan pada kesuksesan seseorang dalam hidup. Meski tidak berbicara soal puasa dan Ramadhan, tapi Charles melalui The Power of Habit (2013) meyakinkan kepada kita untuk mengelola kebiasaan. Baginya, kebiasaan muncul karena rutinitas. Bahkan, beberapa orang tak menyadari bahwa kebiasaan buruk mereka berawal dari rutinitas sepele. “Lingkaran kebiasaan”, begitulah Charles menyebut proses terbentuknya habit yang merupakan serangkaian proses berurutan dari tanda, lalu rutinitas, dan diakhiri oleh sebuah ganjaran. Sebagai contoh, bila kita lapar. Gejala umum yang kita terima misalnya perut keroncongan, hal ini merupakan sinyal atau tanda bagi otak. Responsnya adalah sebuah rutinitas yang biasa kita lakukan, yaitu makan. Sebagai ganjarannya, kita akan merasa kenyang. Begitulah sistem kebiasaan bekerja. Rutinitas hadir sebagai respons dari tanda, sedangkan ganjaran adalah hasil yang kita peroleh. Lalu, bagaimana dengan kebiasaan kita sehari-hari? Mungkinkah kita mengubahnya? Tentu saja hal itu sangat mungkin! Bukankah kita sedang melakukannya selama puasa? Bagi Charles, setiap perubahan memiliki “aturan emas” yang berbunyi, kita tidak bisa melenyapkan kebiasaan buruk, melainkan mengubahnya. “Cara kerjanya adalah dengan menggunakan tanda dan ganjaran yang sama tetapi ubah rutinitasnya,” ungkapnya. Sebagai contoh, seorang perokok akan merokok (rutinitas) agar kembali bersemangat (ganjaran) kala dia bosan (tanda).
Percikan Iman No. 07-08 Th. XIV Juli-Agustus 2013 M
37
Kita tidak bisa melenyapkan rasa bosan pada kehidupan manusia, bukan? Karena itu, ubahlah rutinitas yang kita perlukan supaya kembali semangat. Misalnya, dengan minum kopi, melakukan streching, atau baca Al-Qur’an. Sediakan ganjaran yang sama dan persiapkan rutinitas baru, itulah kira-kira yang ingin disampaikan Charles. Cara terbaik melakukan hal itu adalah dengan menggunakan empat langkah sederhana ala The Power of Habit. Pertama, identifikasi rutinitas. Petakan terlebih dulu, rutinitas apa yang ingin kita ubah atau pertahankan. Misalnya, kita ingin mempertahankan rutinitas bangun pagi selama Ramadhan atau menjadikan tilawah sebagai kebiasaan. Dengan mengidentifikasi, berati kita telah menetapkan tujuan. Kedua, perhatikan ganjaran yang kita dapat. Tentu saja, kita akan dengan mudah mengatakan bahwa ganjaran yang saya inginkan adalah mendapat pahala. Tapi, apakah benar-benar pahala itu yang kita harapkan? Jawabnya tentu saja ya, dan ridho Ilahi harus kita tempatkan di urutan pertama. Tapi, pernahkah kita merenung dan bertanya pada diri sendiri, mengapa sebagian orang begitu bersemangat tilawah di masjid bersama teman-teman? Atau, mendengarkan ceramah Ustadz Aam Amiruddin jauh lebih asik datang langsung ke Masjid Al-Murasalah ketimbang mendengarkan di radio atau internet? Bukankah materi ceramahnya sama saja. Bisa jadi, ganjaran yang kita harapkan meleset sedikit dari dugaan. Pahala, adalah niat utama kita, tapi pikiran dan hati kita menginginkan ganjaran yang lain. Misalnya, bersosialisasi dengan ibu-ibu pengajian di tempat majelis taklim atau sekadar ngobrol santai bareng teman selepas tilawah di masjid. Mungkin, inilah ganjaran yang kita harapkan sebetulnya. Tersimpan
38
jauh di dalam benak kita, hingga masuk ke dalam alam bawah sadar. Setelah kita tahu rutinitas kita, misalnya tilawah di masjid, serta ganjaran yang mendorong kita melakukannya, bercengkrama dengan teman dan melepas penat. Kita menuju tahap berikutnya, yakni memelajari tanda. Penelitian tentang psikologi dari University of Western Ontario (2003) membuat klasifikasi tanda ke dalam lima kategori; lokasi, waktu, kondisi emosional, orang lain, dan tindakan sebelumnya. Misalnya, kenapa kita puasa? Karena ini bulan Ramadhan (waktu). Kenapa kita makan? Karena lapar (kondisi emosional). Kenapa kita datang ke majelis taklim? Bersosialisasi dengan teman pengajian (orang lain), dan sebagainya. Pelajari tanda apa yang membuat kita ingin melakukan rutinitas tertentu. Saat tilawah, misalnya, beberapa tanda yang Anda dapatkan adalah; bosan atau terdapat waktu luang (kondisi emosional), karena banyak orang yang melakukannya (orang lain), dan selepas shalat fardu (tindakan sebelumnya). Identifikasi seperti ini penting dilakukan agar kelak (di luar bulan Ramadhan) kita bisa “merekayasa” tanda-tanda ini untuk mendorong rutinitas. Setelah kita mendapati lingkaran kebiasaan baik selama Ramadhan, maka langkah terakhir adalah menyusun rencana. Tentu saja untuk kita gunakan setelah bulan ini berakhir. Hal ini bukan rencana tertulis yang panjang lebar atau semacamnya, melainkan niat baik untuk berubah dibarengi ikhtiar sistematis agar lebih berdampak. Misalnya, kita kini tahu bahwa tilawah saat Ramadhan dipengaruhi beberapa faktor; kondisi emosional (waktu senggang), orang lain (mengaji bersama), aktivitas sebelumnya (selesai shalat), dan lokasi (di masjid). Maka, yang bisa kita lakukan di luar Ramadhan adalah meluangkan waktu dengan mengajak teman baik kita untuk
Percikan Iman No. 07-08 Th. XIV Ramadhan-Syawal 1434 H
shalat berjamaah di masjid. Bila “tanda-tanda” ini terpenuhi, secara otomatis benak kita, hati kita, akan terdorong untuk mulai membaca Al-Qur’an. Insya Allah Mengubah kebiasaan tentu bukanlah hal mudah, apalagi singkat. Diperlukan kesungguhan tekad dan strategi jitu. Selepas Ramadhan bukan mustahil beberapa di antara kita ada yang kembali ke kebiasaan buruk masing-masing. Shalat tidak berjamaah, tilawah sekadar angin lalu, apalagi ikut kajian-kajian islami. Tak peduli seburuk apa pun, setidak-produktif apa pun kebiasaan kita, ingatlah selalu bahwa selalu ada cara untuk memperbaikinya. Seperti diungkap sebelumnya, kebiasaan buruk tidak mungkin dihilangkan tapi bisa diubah (untuk selamanya). Bagaimana jika kita mulai sekarang? Sempurnakan di Hari Kemenangan Muslim Indonesia sangat terbiasa dengan acara halal-bihalal sebagai puncak kegembiraan pasca puasa. Kita tak menemukan kata halal-bihalal dalam Al-Qur’an maupun hadis karena frasa ini khas milik Indonesia. Boleh jadi, makna halal-bihalal menjadi kabur bagi orang di luar Indonesia, terutama Arab. Tentu saja makna lugas kata “halal” adalah lawan dari “haram”. Akan tetapi, dalam halal-bihalal, kita tidak sedang membicarakan hukum. Makna kata ini sangat erat kaitan dengan sebuah tradisi bersalaman selepas shalat Ied. Makna-makna yang sering muncul di masyarakat, antara lain melepas belenggu atau mencairkan kebekuan. Seperti kita lumrah, dalam kegiatan ini suasana begitu cair dan akrab. Tetangga yang selama ini langka kita sapa pun pasti kita kunjungi pada kesempatan ini. Orang-orang bercengkrama dan saling memaafkan. Bahkan, kepada orang yang pernah menyakiti perasaan kita. Tak sekadar
memaafkan, kita pun dianjurkan berbuat baik kepada sesama, misalnya dengan menjamu tamu. Islam mengajarkan umatnya untuk senantiasa berhati lapang dan berbuat baik. Sebagaimana diisyaratkan dalam Al-Qur’an Surah ‘Ali Imran (3) ayat 134 bahwa Allah mencintai orang yang berbuat baik. Semangat halalbihalal serumus dengan inti dari Idul Fitri itu sendiri. Meski saling memaafkan bisa dilakukan dilain waktu, tapi momentum Idul Fitri kadang dianggap lebih afdal. Idul Fitri diartikan sebagai “kembali ke kesucian”. Beberapa ustadz ada yang menyatakan, ketika melewati Ramadhan dengan sempurna lalu kita saling menghapus dosa antar sesama
saat Idul Fitri, seolah-olah kita kembali suci seperti bayi, alfa dari dosa. Secara bahasa, kata ‘Id mengandung arti “kembali” sedangkan fithr berarti “agama yang benar” atau “kesucian”. Suci dalam artian setiap insan harus sadar bahwa manusia tidak luput dari dosa dan salah. Karena kesadaran ini pula, dia harus mampu memaafkan orang lain, termasuk meminta maaf kepada orang lain. Kalimat takbir yang bersahutan selama Idul Fitri; Allahu Akbar, semestinya “menampar” kita bahwa tempat bergantung segala sesuatu hanya Allah semata. Ramadhan dan Idul Fitri merupakan paket paripurna. Puasa mengajari kita menjadi
pribadi tangguh sekaligus lembut dan Hari Kemenangan adalah saat yang tepat untuk pertama melakukannya. Tentu saja Idul Fitri bukanlah akhir perjalanan selama sebulan, apalagi diibaratkan sebagai “podium hura-hura”. Harapan dari Ramadhan adalah pribadi takwa, sebagaima Allah perintahkan dalam Al-Baqarah (2) ayat 183, “Berpuasalah, agar kamu bertakwa!” Kini saatnya, kita buktikan pada Tuhan kita, diri kita, dan masyarakat sekitar kita, bahwa Ramadhan tahun ini mengubah kita menjadi lebih baik. Idul Fitri merupakan garis start. Awal perjalanan baru kita. Perjalanan yang akan kita tempuh dengan pribadi yang lebih baik. Iqbal
POIN PERUBAHAN Puasa mengajari kita menjadi pribadi tangguh sekaligus lembut dan Hari Kemenangan adalah saat yang tepat untuk pertama melakukannya.
Percikan Iman No. 07-08 Th. XIII Juli-Agustus 2012 M
39
#refleksiramadhan
INSTALL RUHIYAH di Bulan Ramadhan Oleh Ayat Priyatna Muhlis
Pernahkan Anda melihat seekor ulat bulu? Bagi kebanyakan orang, ulat bulu memang menjijikkan. Tapi, tahukah Anda, kalau masa hidup seekor ulat ini ternyata tidak lama. Pada saatnya nanti, ia akan mengalami fase dimana ia harus masuk ke dalam kepompong selama beberapa hari. Setelah itu, ia pun akan keluar dalam wujud lain, ia menjelma menjadi seekor kupu-kupu yang indah. Jika sudah berbentuk demikian, siapa yang tidak menyukai kupu-kupu dengan sayapnya yang beraneka warna yang indah? Metamorfosis pada ulat bulu yang menjijikkan menjadi kupu-kupu yang indah, semuanya terjadi karena kekuasaan Allah Swt. Proses ini terjadi karena sunnatullah. Tak ada seorang manusia pun yang bisa mengatur proses ulat bulu berubah menjadi kepompong, yang kemudian berubah lagi menjadi kupu-kupu yang indah. Jika proses metamorfosis pada ulat bulu ini diterjemahkan dalam kehidupan manusia, maka dapat kita temui metamorfosis tersebut pada saat memasuki bulan Ramadhan. Dimana, ketika kita masuk ke dalam “kepompong” Ramadhan, maka segala aktivitas yang kita lakukan harus sesuai dengan ketentuan-ketentuan dari Allah Swt., niscaya kita akan mendapatkan hasil yang mencengangkan, yakni manusia yang berderajat muttaqin (orang-orang yang bertakwa). Selama ini, mungkin kita merasa kesulitan dalam mengendalikan hawa nafsu. Karena selama ini pada diri kita terdapat trainer (pelatih/pembina) yang ikut membina hawa nafsu kita. Siapakah trainer tersebut? Tiada lain adalah setan, yang selalu aktif mengarahkan hawa nafsu kita ke jalan yang tidak diridhoi Allah Swt., sebagaimana firman-Nya, "Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagimu, maka anggaplah ia sebagai musuhmu karena setan itu hanya mengajak golongannya untuk menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala," (QS. Al Fathir [35] : 6). Setan adalah makhluk gaib (tidak tampak), sehingga kita sulit untuk memeranginya, namun pengaruhnya bisa kita rasakan. Salah satu cara untuk memerangi setan dalam meredam hawa nafsu adalah dengan cara melaksanakan ibadah shaum, sebagaimana sabda Rasulullah Saw., “Semua amal anak Adam dapat dicampuri kepentingan hawa nafsu, kecuali shaum. Maka, sesungguhnya shaum itu semata-mata untuk-Ku dan Aku sendiri yang akan membalasnya” (H.R. Bukhari dan Muslim). Shaum mampu meningkatkan kesalehan manusia sehingga tak mudah teperdaya oleh terpaan dan godaan. Shaum mampu mengangkat derajat kemanusiaan kita. Terlebih di bulan Ramadhan, Allah Swt. akan membuka pintu-pintu surga dengan selebar-lebarnya dan mempersempit langkahlangkah setan, sebagaimana sabda Rasulullah Saw., “Jika masuk bulan Ramadhan, dibukalah pintu-pintu surga, ditutup pintu-pintu neraka, dan setansetan dibelenggu” (H.R. Bukhari).
40
Percikan Iman No. 07-08 Th. XIV Ramadhan-Syawal 1434 H
foto: newsofthetimes.files.wordpress.com
Artinya, ibadah pada bulan Ramadhan nilainya berlipat ganda bila dibandingkan dengan bulanbulan lainnya. Kalau kita mengisi hari-hari yang kita lalui dengan amal saleh, maka akan terbuka lebar pintu-pintu surga, otomatis pintu neraka pun tertutup karena peluang maksiat berkurang. Dengan demikian, setan pun terbelenggu karena banyak umat Islam yang meningkatkan kuantitas dan kualitas ibadahnya. Akhirnya, dosa-dosa berguguran dan insya Allah kita akan mendapatkan rahmat dan ampunan-Nya, “Barang siapa shaum Ramadhan dengan dasar iman dan mengharap ridho Allah, niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah lalu” (H.R. Ahmad dan Bukhari) Waktu-waktu yang kita lewati, masing-masing mempunyai kelebihan dan keutamaan yang berbeda, maka kita harus bisa memperlakukannya secara proposional. Termasuk dalam menyiapkan kedatangan bulan suci Ramadhan yang banyak mempunyai keutamaan. Karena di dalam Ramadhan adalah bulan diwajibkannya shaum, dianjurkan memperbanyak amalan sunnah, serta diperintahkan memperbanyak membaca Al-Qur’an. Di samping itu, bulan Ramadhan adalah bulan pengendalian diri dari syahwat perut, hawa nafsu, serta pengendalian anggota tubuh dari hal-hal yang dapat mengurangi nilai shaum. Karena itu, hendaknya kita menyambut bulan suci Ramadhan dengan mempersiapkan diri sejak dini sehingga dapat menumbuhkan motivasi dalam beribadah serta mampu menginstall ruhiyah kita selama bulan Ramadhan. Lalu, apa yang harus kita siapkan dalam menyambut Ramadhan? Ada beberapa hal yang perlu disiapkan untuk mengisi bulan yang penuh berkah
ini dengan kegiatan yang dapat menambah amalan kita ketika menghadap Allah Swt. Di antara persiapan tersebut adalah sebagai berikut. Pertama, persiapan keimanan. Ini adalah persiapan yang paling utama karena kekuatan imanlah yang akan menjadi motor penggerak segala bentuk ibadah kita selama bulan Ramadhan. Apabila kita membaca sejarah Rasulullah Saw. dan para sahabatnya, betapa persiapan mereka dari sisi keimanan sangat luar biasa, yaitu dengan melaksanakan shaum-shaum sunnah di bulan Sya’ban. Hal tersebut mereka lakukan dalam rangka mempersiapkan dan menyongsong kedatangan bulan Ramadhan. Di samping itu, kita dianjurkan untuk memperbanyak istighfar dan memohon serta memberi maaf agar kedatangan bulan suci ini kita sambut dengan hati bersih dari segala bentuk dosa dan perselisihan, rasa dengki dan penyakit-penyakit hati lainnya. Dengan demikian, persiapan keimanan menjelang Ramadhan merupakan bagian terpenting yang harus dilakukan setiap mukmin. Bahkan, dalam Surah Al-Baqarah (2) ayat 183 dijelaskan bahwa shaum Ramadhan diwajibkan kepada orang-orang yang beriman. Artinya, hanya orangorang beriman-lah yang memiliki kemampuan untuk menjalankan shaum Ramadhan dengan benar. Kedua, persiapan akhlak. Tidak sedikit umat Islam yang menjalankan ibadah shaum di bulan Ramadhan hanya untuk menahan lapar dan dahaga saja, tanpa ada keistimewaan yang dia dapatkan di balik pelaksanaan ibadah shaum tersebut. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw., “Berapa banyak orang yang shaum, namun mereka tidak mendapatkan dari shaum mereka kecuali lapar dan dahaga” (H.R.Thabrani, Ahmad, dan Baihaqi). Agar shaum yang kita
laksanakan berkualitas, maka persiapkanlah diri kita dengan akhlak Islam, seperti menjaga pandangan dari hal-hal yang dilarang dan menjaga lisan dari ucapan yang kotor. Intinya, kita harus menjaga seluruh anggota tubuh dari perbuatan maksiat. Ketiga, persiapan fisik. Badan kita adalah salah satu komponen yang juga harus disiapkan dalam menyongsong bulan Ramadhan. Tanpa badan yang sehat, kita tidak akan mampu melaksanakan kegiatan dalam menjalankan ibadah shaum. Rasulullah Saw. pernah bersabda, ”Seorang mukmin yang kuat lebih dicintai daripada mukmin yang lemah”. Artinya, setiap kali kita menjalankan ibadah, terlebih lagi ibadah shaum, maka fisik kita harus tetap sehat, agar ibadah yang kita laksanakan bisa optimal. Keempat, persiapan keilmuan. Agar ibadah Ramadhan yang kita laksanakan bisa optimal, diperlukan bekal wawasan dan tashawur (persepsi) yang benar tentang Ramadhan. Caranya dengan membaca berbagai rujukan dan menghadiri majelis taklim yang membahas tentang Ramadhan. Kegiatan ini berguna untuk mengarahkan kita agar beribadah sesuai perintah Allah dan tuntunan Rasulullah Saw. Itulah empat persiapan untuk meng-install ruhiyah kita di bulan Ramadhan. Mudah-mudahan kita diberikan kemudahan dalam menjalankan keempat persiapan tersebut. Amiin ya Rabbal ‘aalamiin. Wallahu a‘lam.
POIN PERUBAHAN Agar shaum yang kita laksanakan berkualitas, maka persiapkanlah diri kita dengan akhlak Islam, seperti menjaga pandangan dari hal-hal yang dilarang dan menjaga lisan dari ucapan yang kotor.
Percikan Iman No. 07-08 Th. XIV Juli-Agustus 2013 M
41
#refleksiramadhan
FASTING? Keep on Moving! Oleh Harri Firmansyah R
Di negara yang multitafsir seperti Indonesia ini, sebuah keanehan sosial terjadi setiap Ramadhan datang. Semua kantor memangkas jam kerja dengan mempersiang jam masuk dan mempercepat pulang. Setiap sekolah juga melakukan hal yang sama. Tindakan tersebut, apa pun alasannya, memang menunjukkan bahwa berpuasa men-downgrade-kan kemampuan manusia dalam berusaha dan bertindak secara lahiriah. Jika mindset kita berkata puasa membuat lemas dan menurunkan produktivitas, maka itu adalah mindset yang sama sekali salah. Pola pikir tersebut adalah pola pikir yang ditanamkan para musuh Islam yang sangat memahami kehebatan Ramadhan dan ditakutkan kebangkitannya, yaitu ketika umat Islam memahami sebenarnya pola pendidikan yang tertanam dalam bulan suci tersebut.
42
Percikan Iman No. 07-08 Th. XIV Ramadhan-Syawal 1434 H
foto: siouxfallscompletefitness.com
Dalam neuro science, sebuah pola baru dapat terbentuk jika sebuah tindakan yang dibiasakan dan diulang-ulang selama 30 hari. Ia akan menjelma menjadi sebuah karakter setelah bertahan dan dibiasakan selama 90 hari. Di luar pola bangun malam untuk qiyamul lail, berpuasa, memperbanyak amalan sunnah, dan ibadah yang lainnya, pola berkata jujur dan bertigkah laku dengan integritas yang tinggi adalah sebuah kebiasaan baru yang sebenarnya bisa diinstal ulang dengan menjadi sebuah software yang integrated melalui pemrograman Ramadhan. Kejujuran adalah mengatakan apa yang telah dilakukan, sementara integritas adalah melakukan apa-apa yang telah dikatakan. Keduanya adalah barang langka dan mahal di negeri ini. Negara ini koyak karena ketidakjujuran dan disintegritas umatnya. Walau menurut Amien
foto: dok. pribadi/harri
Rais negara ini too rich to be stollen, tapi rasanya semakin jengah kita melihat perkembangan yang akhirakhir ini yang kian tidak menentu Pola pendidikan Ramadhan yang me-reward kita dengan berbagai bonus yang besar, seharusnya dapat memacu kita untuk berbuat lebih banyak, dengan hati yang jauh lebih bersih. Apalagi, Rasulullah mempersiapkan kehadiran Ramadhan ini sejak dua bulan sebelumnya, yakni Rajab. Hal ini memperlihatkan bahwa goals Ramadhan bukan hanya “kebiasaan baru” melainkan sebuah “90 days Character Building Program”. Dengan edukasi yang baik, semoga Ramadhan kali ini bisa menjadi penyembuh jiwa raga kita. Sangat banyak kejadian besar yang terjadi selama bulan puasa. Perang Badar terjadi pada 7 Ramadhan 2
H di mana 313 pasukan Rasulullah berhasil memenangkannya setelah memukul telak musuh yang ribuan jumlahnya. Futuh Makkah terjadi pada bulan Ramadhan, demikian pula kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 yang bertepatan dengan Ramadhan 1366 H. Peristiwa-peristiwa penting itu memperlihatkan bahwa segala sesuatu tidak ada yang mustahil ketika kita mengaitkannya dengan IMAN. Dengan hati yang bersih dan percikan iman sebagai tameng utama, sepertinya benar adanya sebuah hadis yang menyatakan, “Takutlah kalian dengan firasatnya orang mukmin karena dia melihat dengan cahaya Allah.” (H.R. Tirmidzi). Semoga melalui Ramadhan kali ini, kita dimasukkan ke dalam generasi muda beriman yang terpilih untuk merasakan cahaya Allah tersebut.
Percikan Iman No. 07-08 Th. XIV Juli-Agustus 2013 M
43
#coverstory
POIN PERUBAHAN Berdoa dan jangan menyerah. Jika niat sudah ada, tinggal action. Insya Allah akan merasakan perubahan dan manfaat yang positif dan luar biasa.
44
Percikan Iman No. 07-08 Th. XIV Ramadhan-Syawal 1434 H
Foto: Diera Bachir
DEWI SANDRA
Selalu Ingin Perbaiki Diri Gelombang dakwah nampaknya kian menyebar rata, tidak tekecuali di kalangan artis Tanah Air. Banyak di antara mereka yang tercerahkan. Bukan sebuah usaha yang mudah untuk memahami Islam secara kaffah di tengah kepungan budaya hedon dunia entertainmen. Namun demikian, mereka istiqamah dan senantiasa berusaha untuk memperbaiki diri. Bahkan, tidak sedikit para aktris atau biduan wanita kita yang berani melakukan perubahan drastis pada cara berpakaian mereka dengan berhijab. Salah satu artis kita yang mendapat pencerahan ruhani adalah Dewi Sandra. Biduan cantik ini mengubah total penampilannya menjadi tertutup dengan berhijab. Semakin cantik, itu sudah pasti. MaPI menemukan lebih banyak hikmah yang dapat digali dari kisah berhijabnya Dewi Sandra. Untuk berbagi hikmah tersebut, berikut MaPI kutip wawancara lengkap dengan Dewi Sandra beberapa waktu yang lalu. Apa alasan Dewi Sandra sehingga akhirnya memutuskan untuk berhijab? Alasan utamanya adalah karena ingin memperbaiki diri, dan saat ditanya cita-citanya apa? Saya cuma punya satu, yaitu masuk surga. Akan tetapi, bagaimana caranya mau masuk surga kalau saya tidak menjalani semua perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya? Jadi, mulailah saya bertekad untuk belajar, belajar, dan belajar. Pelan-pelan, tapi Insya Allah pasti. Amin ya rabbal ‘alamin. Bagaimana perasaannya sekarang setelah berhijab? Awal-awal sempat takut. Bukan takut kenapa-kenapa, tapi takut nggak akan kuat dan tidak konsisten. Makanya, niat tersebut saya terus iringi dengan shalat dan berdoa. Ini adalah usaha paling manjur agar tetap istiqamah. Memang saya nggak langsung pintar, dibutuhkan banyak waktu, membaca buku-buku yang tepat, bertanya kepada orangorang yang tepat, dan berada di lingkungan yang tepat. Alhamdulilah, perjalanan tersebut dimudahkan, tapi semua memang ada prosesnya. Bahkan, (saat memakai kerudung) sering ketusuk jarum sana sini tapi lama-lama saya belajar dari teman-teman yg sudah lebih lama berhijab dan mulai menikmati transformasi ini. Sekarang saya merasa hijab benarbenar identitas saya sebagai wanita Muslim dan insya Allah akan terus belajar untuk memperbaiki diri. Bagaimana tanggapan orang-orang terdekat (misalnya suami) mengenai keputusan Dewi Sandra berhijab? Agus (suami) tidak pernah memaksakan saya untuk berhijab. Bahkan, selalu wanti-wanti (katanya) kalau saya memutuskan untuk berhijab, saya
Percikan Iman No. 07-08 Th. XIV Juli-Agustus 2013 M
45
nggak boleh lepas lagi dan harus bertanggung jawab dengan keputusan tersebut. Alhamdulillah, suami sangat suportif, bahkan sering menjadi “fashion police�. Ibu mertua dan kakak-kakak ipar saya mengunakan hijab, jadi otomatis pengetahuan Agus lebih dari saya karena dia tumbuh di lingkungan yang sangat Islami. Untuk teman-teman dan manajemen tangapannya juga alhamdulillah positif. Apa tantangan terberat Dewi Sandra dalam usaha beristiqamah berhijab? Tantangan terberat adalah step awal untuk menguasai diri sendiri dan keluar dari “zona nyaman� saya. Selama bertahun-tahun saya akrab dengan gaya fashion yang 180 derajat. Jadi, keputusan awal untuk mengubah semua kebiasaan lama sayalah yang cukup menantang. Istilahnya kayak anak baru belajar berenang, tapi takut masuk air karena nggak tahu kolamnya sedalam apa. Tetapi, sekali nyemplung mau nggak mau harus berenang agar bisa sampai tujuan. Nah, tinggal gaya renangnya aja nih yang masih bingung. Tetapi, ternyata dengan melatih diri setiap hari membuat saya Insya Allah lebih kuat dan lebih yakin. Apakah Dewi Sandra tergabung atau sering ngumpul dengan sesama artis yang sudah berhijab? Saya justru sering ngumpul sama ibu-ibu dekat rumah (sekitar Bintaro) yang dengan baik hati selalu mengundang saya hadir di acara taklim ibu-ibu, remaja, bahkan anak-anak. Meskipun saya sendiri belum punya anak, tapi ibu-ibu ini menjadi inspirasi untuk pro-aktif dalam lingkungan dan untuk bersama. Bagaimana aktivitas menyanyi Dewi Sandra setelah berhijab? Jalan terus atau dihentikan?Alhamdulillah aktivitas saya ada saja meskipun nggak melulu nyanyi seperti dulu, tapi semua pengalaman baru ini sangatlah baik dan penuh dengan wawasan baru. Masalah nyanyi sebenarnya saya ingin istirahat dulu sambil mempelajari apa yang boleh dan tidak boleh saya lakukan saat menghibur dengan formula baru sesuai dengan penampilan saya sekarang ini. Apakah Dewi Sandra akan membuat lagu atau album religi? Saat ini saya belum terbayang mau buat apa. Saya hanya sedang menikmati proses sekarang tanpa memaksakan diri untuk buat album religi. Jika memutuskan untuk kembali rekaman, saya ingin tetap menyanyikan lagu-lagu sesuai dengan karakter saya dengan pesan-pesan yang positif. Apa tips agar tetap cantik meski berhijab ala Dewi? Wah, cantik itu sudah menjadi kodrat setiap wanita, nggak ada kan wanita ganteng? Tapi, tips saya untuk keliatan lebih cantik bagi yang sudah berhijab ataupun mungkin yang belum berhijab adalah jaga kebersihan, salah satunya menggunakan produk sabun, bedak, dan lainlain yang cocok untuk kulit. Banyaklah tersenyum karena senyum juga ibadah, tanda mensyukuri hidup. Selain itu, banyak minum air putih dan makanan sehat, jalani healthy lifestyle and konsumsi sayur! Apa pesan Dewi Sandra kepada para Muslimah yang ingin berhijab tapi masih ragu? Berdoa dan jangan menyerah. Jika niat sudah ada, tinggal action. Insya Allah akan merasakan perubahan dan manfaat yang positif dan luar biasa. Muslik
46
Percikan Iman No. 07-08 Th. XIV Ramadhan-Syawal 1434 H
Foto: Diera Bachir
#advertorial
IKRAR Mandiriabadi LIVE TO GROW, GROW TO SHARE Apa yang harus dilakukan sebuah institusi atau perusahaan ketika menginjak usia 25? Tidak lain adalah harus terus berinovasi dan bertransformasi serta memberi manfaat kepada lebih banyak orang. Hal tersebut pula yang dilakukan oleh Ikrar Mandiriabadi. Tidak hanya buku, Ikrar Mandiriabadi juga piawai mencetak Al-Qur’an dalam berbagai bentuk dan ukuran sesuai keinginan umat Islam yang kian beragam. Hingga saat ini, jumlah penerbit yang beralangganan mencetak AlQur’an di Ikrar Mandiriabadi sekitar 30 perusahaan. Jika ditotal (plus penerbit buku-buku Islam), klien Ikrar Mandiriabadi mencapai 160 perusahaan dan akan terus bertambah seiring peningkatan mutu dan pelayanan yang semakin diintensifkan. Berdiri sejak 1988, Ikrar Mandiriabadi mengusung visi “Reliable and trusted printing company (Menjadi percetakan yang handal dan tepercaya).” Visi tersebut kemudian diturunkan menjadi misi Live to grow, grow to share (Hidup untuk tumbuh, tumbuh untuk berbagi). Untuk mewujudkan visi misinya tersebut, Ikarar Mandiriabadi bertransformasi dan beradaptasi dengan perkembangan teknologi agar dapat memproduksi buku-buku dan Al-Qur’an yang berkualitas dalam waktu yang singkat. Saat ini, Ikrar Mandiriabadi telah memiliki mesin cetak dari
Heidelberg terbaru dan mesin book Web Press GOSS WS-C300 yang dapat mencetak Al-Qur’an tiga kali lipat lebih banyak atau sekitar 600.000 eksemplar hard cover per bulan dan satu juta soft cover perbulan. Tentu, perbaikan yang dilakukan tidak hanya dalam segi kualitas dan kuantitas cetak tapi juga pada mesin finishing. Untuk proses jahit benang, Ikrar Mandiriabadi menggunakan Aster EL yang di impor dari Itali yang menjamin kekuatan buku-buku dan Al-Qur’an yang dihasilkan. Tidak cukup di situ, untuk menyempurnakan hasil produksi, Ikrar Mandiriabadi telah berinvestasi pada Mesin Kolbus BF512 dan Juga DA260 untuk inline hard cover book production. Semua itu adalah hasil dari optimisme, keyakinan kuat, kerja keras, serta do’a dari seluruh karyawan dan pemegang saham Ikrar Mandiriabadi. Bagi Ikrar Mandiriabadi, mencetak buku-buku Islam serta Al-Qur’an bukan berarti mencetak buku-buku serta Al-Qur’an tersebut secara fisik semata. Ikrar Mandiriabadi meyakini bahwa usahanya mencetak buku-buku islami dan Al-Qur’an berarti telah mencetak nilai luhur bagi karyawan, pemegang saham, pemasok, lingkungan, dan juga pelanggan. Di sini, proses produksi dimaknai lebih dari sekadar menggapai rezeki dengan mancari nafkah atau bekerja secara rutin, melainkan menjadi salah satu sarana ibadah kepada Allah Swt.
Iwan Mulyana Wakil Direktur
Perjalanan Ikrar Mandiriabadi ke depan untuk menjadi nomor satu mungkin tidak dapat diraih dalam waktu setahun atau satu periode tertentu. Tantangan ke depan pun mungkin akan lebih curam dan tajam. Namun, dengan teknologi baru, semangat baru, mental baru, dan juga kinerja baru, Ikrar Mandiriabadi yakin akan menjadi percetakan nomor satu di Indonesia with no questions asked. Ikrar Mandiriabadi percaya bahwa hidup itu untuk tumbuh dan tumbuh itu untuk berbagi. Live to grow, grow to share. Sukses Ikrar Mandiriabadi hingga dapat bertahan selama 25 tahun dalam persaingat yang kian ketat dari tahun ke tahun tentu tidak bisa dilepaskan dari peran Iwan Mulyana selaku wakil direktur. Iwan Mulyana yang menamatkan jenjang pendidikan SMA di Jonesboro High Scholl Arkansa, S1 di Universitas Jenderal Achmad Yani, dan S2 di Prasetiya Mulya Business Scholl dan tidak segan membeberkan rahasia suksesnya. Sepengakuan Iwan Mulyana, agar bisnis yang dijalankannya dapat sukses dan berkah, paling tidak ada lima hal yang harus diperhatikan. Kelima hal tersebut adalah tekad dan niat yang bulat, perencanaan bisnis yang matang, terus berikhtiar dengan cara yang bermartabat, terus berinovasiberinvestasi-berbagi, serta yang tidak kalah penting adalah fokus dan Ikhlas.
PT Ikrar Mandiriabadi Jl. K.H Noer Ali, Desa Cibuntu Cibitung - Bekasi 17520 T. +6221-883-1448 F. +6221-883-1445 www.ikrarmandiriabadi.com
#anisainaction
Perkokoh Mental Muslimah di Bulan Puasa Oleh Ina ‘Cookies’ Wiyandini
Menjadi Muslimah di era sekarang merupakan tantangan tersendiri. Tidak cuma harus pandai urusan domestik, Muslimah juga dituntut lebih cerdas. Beberapa kasus korupsi belakangan ini kerap dikaitkan dengan wanita. Simak saja kasus korupsi Ahmad Fathanah yang menyeret sederet wanita-wanita di Indonesia. Banyak yang bilang kegiatan macam itu adalah bagian dari money laundry yang dilakukan Fathanah. Lalu, bagaimana posisi wanita dalam kasus itu? Dan, seperti apa sejatinya seorang Muslimah berperilaku agar tidak
48
Percikan Iman No. 07-08 Th. XIII Ramadhan
“terperosok” ke dalam jurang kemalangan. Bagi saya, aspek paling penting adalah persoalan mentalitas dan kualitas iman. Seorang Muslimah dengan mental tangguh tentu tidak mungkin mudah tergiur oleh bujuk rayu setan. Merujuk pada firman Allah dalam Surah As-Sajdah (32) ayat 9, “Lalu, Allah menyempurnakannya dan meniupkan ruh (ciptaan)Nya ke dalam tubuhnya. Allah pun menjadikan pendengaran, penglihatan, dan hati bagimu, tetapi sedikit sekali di antaramu yang bersyukur.”
Bahkan, dalam Surah Al-Mulk (67) ayat 23, Allah kembali menegaskan, “Katakan,‘Allahlah yang menciptakanmu dan menjadikan untukmu pendengaran, penglihatan, dan hati nurani.’ Te tapi, sedikit sekali kamu bersyukur.” Sebagai makhluk ciptaanNya, kita telah dikarunia beragam anugerah dan nikmat. Akan tetapi, kita kerap lupa bersyukur. Nah, kebanyakan wanita yang terjerembap ke dalam kasus korupsi, khususnya money laundry yang dilakukan para koruptor adalah mereka yang kurang bersyukur. Karena, bila di hatinya
Foto: wallpaperswide.com
telah dipagari oleh syukur kepada Allah, tentu dia tidak akan mudah termakan bujuk rayu. Pada kasus money laundry ini misalnya, kita melihat bagaimana seorang wanita mudah diperdaya oleh koruptor. Saya tidak habis pikir, kok kenapa wanita itu dengan mudahnya percaya begitu saja dengan orang lain. Muslimah yang cerdas pastinya akan kritis terhadap sesuatu yang dia terima. Jangankan dari orang lain, dari suami sendiri saja kita harus hatihati. Maksudnya, bukan tidak memercayai hasil jerih payah suami, tetapi lebih menjaga diri dan keluarga dari hal-hal yang diharamkan. Misalnya, kita sudah tahu gaji suami sekian, lalu tiba-tiba suatu saat suami memberikan sejumlah uang yang sangat banyak. Tidak ada salahnya kita bertanya, toh komunikasi yang baik juga membantu kelanggengan hubungan.
Muslimah, tentunya samasama mengharapkan yang terbaik selama Ramadhan. Banyak perubahan yang sering kita tetapkan sebagai personal achievement selama bulan tarbiyah ini. Saya menganggap hal itu sebagai pencapaian Ramadhan. Banyak dari kita yang ingin berubah pasca-Ramadhan, tentunya menjadi lebih baik. Momentum Ramadhan memang sangat tepat. Tak cuma berbenah urusan ibadah dan rohani semata. Akan tetapi, lebih dari itu perubahan yang mampu mendongkrak kearifan sosial dan empati sesama Muslim. Lalu, perubahan seperti apa yang mampu meningkatkan kearifan sosial? Ina menilai, terdapat empat poin penting yang perlu kita perhatikan selepas Ramadhan.
Kuncinya cuma satu, kita harus takut kepada Allah. Bila kita yakin, di mana pun kita berada, apa pun posisi kita, pasti Allah akan senantiasa memberi yang terbaik. Saya imbau kepada Muslimah Indonesia, mari kita sama-sama perkokoh iman dan rasa syukur. Bila ada aliran dana yang tidak jelas, apalagi bukan datang dari suami, tolak saja! Ingat, bukankah Allah telah memberikan rezeki yang halal melalui suami kita? Bila kita merasa kurang atau masih belum cukup, coba cek kadar rasa syukur kita atas nikmat Allah. Mungkin saja kita masih belum bersyukur.
Pertama, kejujuran. Ini adalah prinsip yang paling utama. Puasa mendidik kita untuk senantiasa jujur. Dimulai dari kita belajar untuk jujur pada diri sendiri. Bukankah tidak ada yang tahu bila kita tidak berpuasa? Berbeda dengan ibadah lain, puasa lebih tertutup atau bersifat rahasia. Bahkan, Rasulullah Saw. bersabda, “Segala amal kebajikan anak Adam itu dilipatgandakan pahalanya menjadi sepuluh hingga 700 kali lipat. Allah berfirman, ‘Kecuali puasa, sesungguhnya puasa itu adalah untuk-Ku dan Aku memberikan balasan (pahala) kepadanya, (karena) dia (orang yang berpuasa) telah meniggalkan syahwat dan makan minumnya karena Aku.’� (H.R. Muslim)
Manfaatkan Momen Ramadhan Bulan Ramadhan tiba, saat yang tepat berbenah diri. Momentum Ramadhan, kerap dijadikan ajang introspeksi dan perubahan diri. Termasuk para
Bila orang sudah tidak jujur pada dirinya dan Tuhannya, tentu dia akan sulit diterima oleh masyarakat. Coba kita introspeksi, kenapa kita kerap ditipu oleh orang lain? Jangan-jangan, kita
memang orang yang tidak jujur. Bila kita senantiasa jujur, kata Ina, insya Allah tidak akan ada yang berbohong pada kita. Orangtua yang jujur kepada anak, tentu akan berbalas sikap terbuka dari anak-anaknya. Begitu juga dalam usaha, orang jujur pastilah punya nilai plus. Puasa mengajarkan kita hal itu. Oleh karena itu, kejujuran adalah aspek pertama yang perlu kita pantau pasca-Ramadhan. Kedua adalah kecerdasan. Puasa mengajari kita cerdas dalam mengelola pola makan, waktu, hingga emosi. Cerdas yang saya maksud di sini adalah cerdas lahir-batin. Tanpa kecerdasan ini, kita akan sulit bersaing. Tak hanya dalam dunia usaha, dalam urusan sehari-hari kita dituntut untuk cerdas. Ketika menghadapi suatu masalah misalnya, orang yang tidak cerdas akan mudah putus asa dan stres. Kecerdasan banyak ragamnya, mulai dari kecerdasan emosi, spiritual, fisik, hingga intelektual. Semua punya peran masing-masing. Karena itu, Ina memasukkan unsur ini ke dalam daftar personal achievement miliknya selama Ramadhan. Berikutnya adalah dampak positif kita bagi lingkungan. Nah, inilah yang disebut sebagai pencapaian terbaik selama puasa. Goal utama ternyata tak berhenti pada tahap individu, melainkan aspek sosial. Bukankah setiap
POIN PERUBAHAN Kita harus takut kepada Allah. Bila kita yakin, di mana pun kita berada, apa pun posisi kita, pasti Allah akan senantiasa memberi yang terbaik.
Percikan Iman No. 07-08 Th. XIV Juli-Agustus 2013 M
49
ibadah yang diajarkan Islam dan dicontohkan oleh Rasulullah senantiasa bermuara pada perubahan tataran sosial? Kita melihat bagaimana masyarakat madani mampu menciptakan iklim perubahan yang luar biasa positif. Bukankah sebaik-baiknya orang adalah mereka yang mampu memberikan dampak positif bagi orang lain? Melalui konsep pembedayaan ini pula kami mampu membangun tim yang solid. Kearifan sosial merupakan modal utama kita untuk lebih bermanfaat di masyarakat. Manfaat dari hasil latihan selama sebulan penuh akan lebih terasa bila kita saling berbagi kebaikan, bukan? Ramadhan mengajarkan kita untuk senantiasa berempati dan tidak egois. Terakhir adalah kemampuan menjaga amanah. Betapa banyak nikmat dan karunia yang telah Allah berikan. Semua itu adalah amanah yang harus kita jaga, mulai dari suami, anak-anak, hingga harta benda. Idealnya, kita semakin peka dan bertanggung jawab atas amanah yang diberikan. Momentum Ramadhan bisa kita jadikan ajang latihan untuk semakin disiplin. Ingatlah bahwa segala sesuatu
50
akan dipertanggungjawabkan di hadapan-Nya. Jurus Ina Cookies Tentu saja, pencapaian tersebut adalah idaman kita semua. Lalu, bagaimana cara terbaik agar kita senantiasa istiqamah dalam “program” perubahan diri itu? Tips personal development ini dirangkum menjadi akronim INA COOKIES, sama seperti nama usaha kue milik kami. Sebenernya, Ina Cookies itu singkatan. Ingatlah selalu kepada Allah; Niatkan segala sesuatu untuk ibadah; Amal kebajikan selalu kita perbuat; Cerdas lahir-batin dalam berkerja dan berkarya; Optimalkan segala kemampuan; Optimislah selalu; Komunikasi positif senantiasa diutamakan; Ikhlas dalam setiap kondisi; Empati pada orang lain; dan Sabar. Rumus ini bisa juga kita pakai selama training di bulan puasa. Lebih lanjut, dia menegaskan bahwa perubahan yang hakiki sebenarnya bisa dimulai kapan saja. Tidak harus selalu menunggu momentum Ramadhan saja. Banyak orang yang “mendadak” Islami selama Ramadhan, tapi setelahnya biasa kembali. Tentu hal seperti ini sangat tidak kita harapkan. Keimanan memang
Percikan Iman No. 07-08 Th. XIV Ramadhan-Syawal 1434 H
naik turun, tapi alangkah baiknya bila kita menjaga agar tetap naik. Jangan sampai turun terus, apalagi musiman. Agar lebih mudah mengaplikasikan rumus “Ina Cookies”, salah satunya adalah dengan senantiasa menjaga wudhu dan melakukan muhasabah diri. Dengan menjaga wudhu, berarti kita senantiasa menjaga diri dari perbuatan kotor dan tidak berguna. Selain itu, bila kita punya wudhu, emosi akan lebih mudah dijaga. Betul, lho, bila ada yang suka marah-marah maka wudhu saja, insya Allah marahnya hilang dan saya sudah membuktikannya. Di penghujung hari, saya selalu menyempatkan untuk melakukan muhasabah diri. Kita lihat dan ingat-ingat kembali amal-amal apa saja yang kita perbuat selama sehari penuh. Apakah banyak kebaikan atau malah keburukan yang mendominasi? Bila sudah melakukan muhasabah, segerelah mohon ampun dan berdoa. Tentu saja tidak harus menunggu Ramadhan untuk melakukan hal ini. Bahkan, perubahan itu sebenarnya bisa kita lakukan kapan saja asal kita benar-benar niat melakukannya. Jangan tunggu hari esok atau bulan Ramadhan, mulailah perubahan itu sekarang juga! Muslik & Iqbal
foto: dok.mapi/ali
Marhaban Ya Syahrul Qur’an
mari kembali pada nilai-nilai qurani AL-QUR’AN TERJEMAH MU‘ĀŚIR (KONTEMPORER)
Penyusun: Dr. Aam Amiruddin Tashih Khat: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an Kementerian Agama Republik Indonesia Konsultan Ahli: Prof. Dr. KH. Muhammad Salim Umar, MA; Prof. Dr. KH. Miftah Faridl; Ir. KH. Salahuddin Wahid Penyunting Khat: LTQ Jendela Hati Penyunting Terjemah: Tim Editor Khazanah Imtelektual
JADWAL IMSAKIYAH RAMADHAN 1434H/2013M KOTA BANDUNG & SEKITARNYA Tgl
Imsak
Subuh
Zuhur
Ashar
Maghrib
Isya
1
04:30
04:40
11:59
15:18
17:51
19:02
2
04:30
04:40
11:59
15:18
17:51
19:03
3
04:31
04:41
11:59
15:18
17:51
19:03
4
04:31
04:41
11:59
15:18
17:51
19:03
5
04:31
04:41
11:59
15:18
17:51
19:03
6
04:31
04:41
11:59
15:18
17:52
19:03
7
04:31
04:41
11:59
15:18
17:52
19:03
8
04:31
04:41
11:59
15:18
17:52
19:03
9
04:31
04:41
12:00
15:19
17:52
19:03
10
04:31
04:41
12:00
15:19
17:52
19:03
11
04:31
04:41
12:00
15:19
17:52
19:04
12
04:31
04:41
12:00
15:19
17:53
19:04
13
04:31
04:41
12:00
15:19
17:53
19:04
14
04:31
04:41
12:00
15:19
17:53
19:04
15
04:31
04:41
12:00
15:19
17:53
19:04
16
04:31
04:41
12:00
15:19
17:53
19:04
17
04:31
04:41
12:00
15:19
17:53
19:04
18
04:31
04:41
12:00
15:19
17:53
19:04
19
04:31
04:41
12:00
15:19
17:53
19:04
20
04:31
04:41
12:00
15:19
17:54
19:04
21
04:31
04:41
12:00
15:19
17:54
19:04
22
04:31
04:41
12:00
15:19
17:54
19:04
23
04:31
04:41
12:00
15:19
17:54
19:04
24
04:31
04:41
12:00
15:19
17:54
19:04
25
04:31
04:41
12:00
15:18
17:54
19:04
26
04:31
04:41
11:59
15:18
17:54
19:04
27
04:31
04:41
11:59
15:18
17:54
19:03
28
04:31
04:41
11:59
15:18
17:54
19:03
29
04:31
04:41
11:59
15:18
17:54
19:03
30
04:30
04:40
11:59
15:18
17:54
19:03
Kantor Pemasaran Al-Qur’an Al-Muasir Jl. Biduri No. 9 Buahbatu Bandung 40265 Tlp./Fax. (022) 7302389 Layanan SMS 0811.2202.496
Konversi Waktu Shalat (dalam menit) Banjar -3 Bekasi +3 Bogor +3 Ciamis -3 Cianjur +2 Cibadak +3 Cirebon -3 Depok +3 Garut -1 Indramayu -3 Karawang +2 Kuningan -3 Majalengka -2 Purwakarta +1 Subang -1 Sukabumi +3 Sumedang -1 Tasikmalaya -2
Percikan Iman No. 07-08 Th. XIV Juli-Agustus 2013 M
51
#curhatanisa
Bolehkah Menunda Qadha? Oleh: Sasa Esa Agustiana
Narasumber acara “Pintu Hikmah” di MGTRADIO 101,1 FM setiap Senin-Jumat, Pukul 05.00-06.00 WIB
Teh Sasa, mau tanya masalah hukum qadha shaum Ramadhan. Kalau qadha tahun 2011 yang tidak sempat terbayar di tahun 2012, katanya harus dibayar double, ya Teh? Atau, di tahun ini digabung dengan qadha tahun yang lalu? Bila sedang haid, amalan apa yang bisa dilakukan, Teh? Teteh yang dirahmati Allah Swt., wajib hukumnya melakukan qadha. Berdasarkan firman Allah Swt., “… wajib menggantinya pada hari-hari yang lain sebanyak hari kamu tidak berpuasa” (Q.S. AlBagarah [2]: 184). Sesungguhnya, Nabi Muhammad Saw. pernah bersabda, “Islam itu dibangun di atas lima perkara: kesaksian bahwa
52
Percikan Iman No. 07-08 Th. XIV Ramadhan-Syawal 1434 H
tidak Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah; mendirikan shalat; menunaikan zakat; beribadah haji; dan shaum Ramadhan” (H.R. Bukhari, Muslim dan Ahmad). Shaum Wajib Bagi yang Balig dan Berakal Oleh karena itu, secara pasti shaum merupakan kewajiban setiap Muslim yang telah balig dan berakal. Dalam hal ini, anak-anak dan orang gila tidak wajib untuk berpuasa. Hal ini didasarkan pada sabda Nabi Saw., “Telah diangkat pena (taklif hukum) atas tiga orang: dari anak kecil hingga balig; dari orang yang tidur hingga dia bangun; dan dari orang gila hingga dia waras” (H.R. Abu Daud). Wanita Haid Tidak Boleh Puasa Wanita haid juga tidak boleh shaum, karena shaum bagi mereka tidak sah. Jika mereka telah suci dari haid maka mereka
foto: my-walls.net
wajib meng-qadha’ shaum yang ditinggalkannya. Ketentuan ini didasarkan pada hadis penuturan Aisyah r.a., “Karena haid dan nifas (darah sehabis melahirkan), kami telah diperintahkan untuk mengqadha’ shaum, tetapi kami tidak diperintahkan untuk meng-qadha’ shalat” (H.R. Muslim, Nasa’i, Abu Daud, Ibn Majah, dan Ahmad). Qadha Shaum Meng-qadha’ shaum sah dilakukan secara berturut-turut atau berselang-seling tanpa ada pengutamaan salah satu dari keduanya. Meng-qadha’ shaum Ramadhan juga sah dilakukan secara langsung setelah Hari Raya Idul Fitri (mulai tanggal 2 Syawal). Demikian pula, qadha’ sah dilakukan meski diakhirkan hingga bulan Sya’ban beberapa saat sebelum datangnya Ramadhan berikutnya. Dalil atas masalah ini adalah keumuman ayat, “Jika di antaramu ada yang tidak berpuasa karena sakit atau dalam perjalanan, wajib menggantinya pada hari-hari yang lain sebanyak hari kamu tidak berpuasa” (Q.S. Al Baqarah [2]: 184). Ayat tersebut menetapkan qadha’ shaum secara mutlak tanpa batasan (taqyid) dan pengkhususan (takhsis). Hal ini menunjukkan adanya keluasan waktu meng-qadha’ shaum hingga sebelum datang Ramadhan berikutnya. Dalam hal ini para fuqaha telah bersepakat. Dalil lainnya adalah dari Aisyah r.a., dia berkata, “Suatu ketika aku memiliki utang puasa Ramadhan dan aku tidak bisa mengqadha’ puasa Ramadhan, melainkan pada bulan Sya’ban karena kesibukan melayani Rasulullah Saw.” (Muttafaq `alaih) Atau hadis, “Aku tidak mengqadha’ utang shaum Ramadhanku kecuali pada bulan Sya’ban hingga Rasulullah Saw. dimakamkan.” (H.R. Ibnu
Khuzaimah, Tirmidzi, dan Ahmad) Adapun bagi orang yang lalai mengqadha’ shaum hingga beberapa Ramadhan, maka kewajiban qadha’nya tetap berlaku. Dia tidak cukup hanya mengqadha’ Ramadhan yang terakhir saja. Alasannya, qadha shaum Ramadhan tidak gugur dengan lewatnya waktu lebih dari satu tahun. Dengan melalaikannya (mengakhirkannya) maka dia telah berdosa karena kelalaiannya itu. Akan tetapi, dia tetap terkena beban untuk mengqadha’ seluruh shaum yang pernah ditinggalkannya. Wanita haid diharamkan shaum selama darah masih mengalir di masa haid. Apabila haid keluar meski sesaat sebelum Maghrib, dia wajib membatalkan shaumnya dan mengganti pada waktu yang lain. Apabila darahnya terhenti pada malam hari (sebelum terbit fajar), maka shaum pada hari itu wajib atasnya dan sah. Sebab, yang menjadi penentu adalah mengalir atau tidaknya darah. Sementara, mandi adalah perkara untuk persiapan shalat Subuh. Namun, apabila qadha’ diakhirkan atau ditunda-tunda hingga datang bulan Ramadhan tahun berikutnya, maka dia berkewajiban untuk beristighfar dan meminta ampun kepada Allah serta harus bertobat dan mencela perbuatannya menundanunda qadha shaum. Tidak boleh menunda melaksanakan shaum qadha’ jika tidak ada uzur (halangan). Amalan Lain bagi Wanita Haid Meski tidak shaum, wanita yang sedang haid masih mempunyai kesempatan untuk meraih kemuliaan Ramadhan. Mereka harus bisa mengoptimalkan berbagai amalan selama Ramadhan. Untuk itu, mereka dianjurkan untuk lebih meningkatkan berbagai
amalan, di antaranya berzikir, membaca Al-Qur’an, dan berdoa memohon ampunan Allah Swt., bersedekah, memberi makan orang yang berbuka, meringankan pekerjaan orang yang shaum, menimba ilmu/bersilaturahmi untuk meraih ketaatan kepada Allah Swt., amar ma’ruf nahi mungkar, melaksanakan berbagai ketaatan, menjauhi kemaksiatan, karena setiap amal kebaikan di bulan Ramadhan dilipatgandakan pahalanya. Oleh karena itu, selayaknya Muslimah yang sedang haid atau nifas tidak menghabiskan waktu dan energinya untuk sesuatu yang sia-sia. Sesungguhnya, bulan Ramadhan penuh dengan kemuliaan dan keberkahan. Tidak seharusnya mereka jauh atau kosong dari suasana keberkahan dan ampunan Ramadhan. Banyak hal yang bisa dilakukan. Jika hal itu mampu mereka optimalkan, sesungguhnya Allah Swt. Maha Memberi Karunia kepada hambahamba-Nya yang sungguhsungguh taat sehingga mencapai gelar takwa. Bagaimana dengan wanita haid? Tentunya, semangat mentadaburi Al-Qur’an ini juga layak dimiliki seorang Muslimah yang haid. Dia berhak mendapat keutamaan dan kemuliaan melalui Al-Qur’an. Namun, ada satu kendala bagi kaum hawa ini dengan ketetapan bolehkah mereka tetap membaca Al-Qur’an untuk mendapat keberkahan yang lebih, khususnya pada bulan Ramadhan? Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, “Adapun orang junub dan haid untuk membaca Al-Qur’an, maka di kalangan ulama terdapat tiga pendapat. Mazhab Abu Hanifah, Mazhab Imam Syafi‘i, dan sebagian Mazhab Imam Ahmad membolehkan
Percikan Iman No. 07-08 Th. XIV Juli-Agustus 2013 M
53
membaca Al-Qur’an pada saat haid. Mazhab Imam Malik dan sebagian Mazhab Imam Ahmad yang lain melarang wanita junub atau sedang haid membaca Al-Qur’an. Walaupun untuk memelihara hafalannya. Hadis yang berkaitan dengan wanita haid membaca Al-Qur’an hanya satu riwayat saja. Yaitu, hadis yang diriwayatkan dari Ismail bin ‘Ayyasy, dari Musa bin Uqbah, dari Nafi, dari Ibnu Umar, “Wanita haid dan orang junub tidak boleh membaca Al-Qur’an sama sekali” (H.R. Abu Daud dan lainnya). Hadis ini merupakan hadis dhaif (lemah) berdasarkan kesepakatan ulama ahli hadis. Hadis yang diriwayatkan dari Ismail bin ‘Ayyasy oleh Hijaziyyin (orangorang Hijaz) adalah hadis lemah, berbeda kalau yang meriwayatkan adalah Syamiyyin (orang-orang
54
Syam). Tidak seorang pun perawi yang tsiqah (terpercaya) telah meriwayatkan hadis ini dari Nafi. Bahwa sesuatu yang maklum para wanita sudah mengalami haid pada masa Rasulullah Saw. Namun, beliau tidak pernah melarang mereka membaca AlQur’an sebagaimana beliau tidak pernah melarang mereka dari berzikir dan berdoa. Bahkan, beliau memerintahkan para wanita haid agar keluar pada shalat Ied, lalu mereka bertakbir seperti takbirnya kaum Muslim yang lain. Beliau juga memerintahkan wanita haid agar tetap melaksanakan ritual haji, kecuali Thawaf di Ka’bah. Wanita pun membaca kalimat talbiyah di Muzdalifah, Mina, dan tempattempat masyair lainnya dalam kondisi haid. Adapun orang junub, Rasulullah Saw. tidak memerintahkannya
Percikan Iman No. 07-08 Th. XIV Ramadhan-Syawal 1434 H
agar menyaksikan shalat Ied, tidak pula shalat dan melaksanakan manasik haji. Karena, orang junub memungkinkan untuk bersuci jika tidak ada uzur baginya dalam meninggalkan taharah (bersuci). Hal ini berbeda dengan wanita haid karena hadas tetap ada pada dirinya yang tidak mungkin melakukan taharah dengan kondisinya itu. Karena itulah, para ulama menyebutkan bahwa orang haid tidak boleh berdiam di Arafah (untuk wukuf), Muzdalifah, dan Mina sampai mereka bersuci. Walaupun, suci tidak menjadi syarat dari semua itu. Akan tetapi, maksudnya pembuat syariat memerintahkan wanita haid untuk berzikir kepada Allah dan berdoa kepada-Nya, baik dalam bentuk wajib atau sunnah. Berkaitan dengan membaca Al-Qur’an, maka Islam tidak melarang wanita haid dari membacanya. Wallahu a’lam
#tafakur
RAMADAN COMING RAMADHAN DATANG AND GOING DAN PERGI Ramadan Coming and Going After all, we still think that coming too fast
Ramadhan Datang dan Pergi Toh, kita masih berpikir bahwa kedatangannya terlalu cepat
Ramadan Coming and Going After all, we still need time to adjust
Ramadhan Datang dan Pergi Toh, kita masih memerlukan waktu untuk menyesuaikan diri
Ramadan Coming and Going After all, we are still busy with preparations that are not essential
Ramadhan Datang dan Pergi Toh, kita masih disibukkan oleh persiapan yang tidak esensi
Ramadan Coming and Going After all, it did not give a great influence in us
Ramadhan Datang dan Pergi Toh, ia tidak memberi pengaruh yang besar dalam diri kita
Just because Ramadan Coming and Going There is no guarantee it will come back to us next year
Hanya karena Ramadhan Datang dan Pergi Tidak ada jaminan ia akan datang lagi kepada kita tahun depan
By Sly foto: staystronglivelong.wordpress.com
Oleh Sly Percikan Iman No. 07-08 Th. XIV Juli-Agustus 2013 M
55
#galeri
TUKANG BUBUR NAIK HAJI THE SERIES
Haji Muhidin (Latief Sitepu)
Aki Daud (Winky Harun)
Ust. Zakaria (El Manik)
SENTILAN BAGI MASYARAKAT Rumana (Citra Kirana)
Robby (Andi Arsyil Rahman)
56
Percikan Iman No. 07-08 Th. XIV Ramadhan-Syawal 1434 H
foto: dok.mapi/sly
Sinema religi di Tanah Air kini sedang menjadi fenomena. Tidak bisa kita pungkiri, sejak “meledaknya” film Ayat-Ayat Cinta pada 2008 lalu, berbondongbondong produser menciptakan sinema yang serupa. Tidak cuma di layar lebar, layar kaca pun dibanjiri film-film bernuansa religi. Tentu banyak pandangan soal film religi di Tanah Air. Meski pro-kontra, secara kasat mata film religi telah meraih sukses dalam industri hiburan. Melalui alur cerita yang bermuatan keagamaan serta dukungan dari artis-artis papan atas, sinema religi telah berhasil “menculik” perhatian pemirsa. Salah satu sinema religi di televisi yang cukup menyedot perhatian adalah “Tukang Bubur Naik Haji The Series” (TBNH The Series). Bagaimana tidak, sinetron ini laris manis dan digandrungi pemirsa. Selain menjadi drama seri terfavorit tahun 2013 versi Panasonic Globe Award, drama ini sekaligus menobatkan Citra Kirana (pemeran Rumana) sebagai Aktris Terfavorit. Sinetron dengan episode mencapai 500 lebih ini kini punya tempat tersendiri di hati pemirsanya. Kisah TBNH The Series sebenarnya sederhana. Ceritanya menggambarkan kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia. Namun, dengan unsur skenario yang kuat dan tidak berlebihan inilah sinema ini mudah diterima khalayak. Tentu kesuksesan TBNH The Series bukan tanpa hambatan. Tak sedikit kecaman dan sinisme dari beberapa pihak. Termasuk, masukan dari masyarkat yang digelontorkan lewat Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) beberapa waktu lalu. Tidak cuma itu, Majelis Ulama Indonesia (MUI) juga mulai menyoroti sinema religi. Mereka menyayangkan beberapa sinema religi yang kerap menonjolkan perangai yang tidak
baik. Sejak saat itu, para produser film religi mulai berhati-hati dalam membuat konten, baik itu cerita maupun penokohan. Lalu, bagaimana tanggapan para pemain TBNH The Series tentang sinetron yang mereka bintangi ini? Selain itu, apa tanggapan mereka tentang fenomena sinema religi? Simak wawancara eksklusif MaPI bersama beberapa pemainnya yang dilakukan beberapa waktu lalu. Haji Muhidin (Latief Sitepu) Visualisasi Masyarakat Kita Tokoh Haji Muhidin punya porsi sendiri di serial ini. Uniknya, sejak mula sinetron ini tayang Mei 2012 lalu, Haji Muhidin adalah tokoh antagonis. Akan tetapi, tak bisa dipungkiri Haji Muhidin merupakan tokoh yang paling ditunggu, sekaligus menjadikannya tokoh utama dari serial ini. Bagi pemeran tokoh Haji Muhidin, Latief Sitepu, serial ini membawa dampak tersendiri bagi pribadi maupun keluarga. “Keluarga saya, bahkan sampai yang di daerah, kini semakin memperkokoh ilmu dan pemahaman tentang agama Islam. Mereka semua menyambut positif saya main sinema religi.” Ketika disinggung soal perannya menjadi tokoh antagonis, apalagi Haji Muhidin yang sama-sama kita tahu punya kelakuan tidak baik, Latief justru punya opini lain. “Memang awalnya saya sempat tidak nyaman,” akunya. Dia mengaku pernah kerepotan saat ada acara roadshow di beberapa kota banyak audiens yang mencibir. “‘Dasar haji nggak tahu malu,’ kata mereka,” kata Latief sembari tersenyum. Padahal, Latief yang kami temui sangat jauh berbeda dari perangai Haji Muhidin di layar kaca. Inilah yang Latief sebut sebagai risiko profesi pemain sinetron. Tentu saja harus disikapi bijaksana dan malah
dianggap sebagai hiburan semata. Perihal tokoh Haji Muhidin sendiri, Latief menilai bahwa tokoh seperti ini tidak berlebihan. “Banyak orang yang bilang, Tukang Bubur Naik Haji terlalu berlebihan, apalagi Haji Muhidin!” Padahal, Haji Muhidin hanyalah visualisasi dari kehidupan sehari-hari masyarakat kita. “Sekarang saya tanya, di masyarakat ada tidak orang-orang seperti Haji Muhidin? Saya rasa jawabnya pasti banyak.” Haji Muhidin menjadi semacam “sentilan” bagi masyarakat Indonesia. Tentu saja dengan pembawaan sinetron yang khas; lucu dan tidak menggurui. Bagi Latief, inilah justru esensi dari sinetron itu sendiri. Cerita dari sinetron haruslah mampu menggambarkan situasi dan kondisi masyarakat setempat. Sehingga, tayangan seperti itu diharapkan mampu memberikan dampak emosional kepada khalayak. “Contohnya Haji Muhidin, kenapa banyak yang sebel? Karena mungkin mereka benar-benar ketemu sama Haji Muhidin beneran.” Kekuatan cerita sangat diperlukan, lanjut Latief, inilah yang menyebabkan TBNH banyak digandrungi oleh masyarakat. Karena cerita yang diangkat oleh sutradara tidak jauh dari kehidupan masyarakat Indonesia. Ada yang suka, ada yang tidak, bahkan mungkin ada yang merasa tersindir oleh karakter-karakter dalam sinetron ini. Ust. Zakaria (El Manik) – “Angin Segar” Bagi Umat Islam Perihal senima reiligi, aktor berpengalaman El Manik punya pandangan tersendiri. Aktor yang sudah lama malang melintang di dunia akting ini menilai bahwa munculnya film-film religi merupakan “angin segar” bagi Islam. Dia mengenang ketika era 70-80an film-film dengan tema-
Percikan Iman No. 07-08 Th. XIV Juli-Agustus 2013 M
57
tema keislaman sangat jarang ditemui. Sejarah perfilman di Indonesia sangat jarang mencatat film-film religi di masa itu, apalagi yang bertema Islam. “Saya masih ingat ketika itu tahun 1982 saat main film Titian Serambut Dibelah Tujuh, tapi sebelum tahun itu film-film religi hampir tidak ada,” imbuh El Manik. Sebagai peraih Piala Citra FFI sebagai aktor terbaik tahun 1984, El Manik tentunya punya segudang pengalaman perihal film di Tanah Air. “Maaf, ketika tahun 70-an banyak teman-teman saya yang berperan menjadi pendeta dalam beberapa film,” ungkapnya. Kala itu tema-tema keislaman masih lesu di bidang sinema. Nah, justru hari ini senima religi Islam di Tanah Air sedang mengalami kemajuan. Kita sama-sama melihat suguhan layar kaca, terutama sinetron hampir rata-rata bernuansa Islam. Terutama sekarang di bulan Ramadhan, “Bagi saya ini adalah kemajuan, kita lihat bagaimana syiar Islam lebih dominan di televisi.” Kehadiran dan mulai menjamurnya film-film Islami harus disambut positif. El Manik percaya dengan banyaknya sinema-sinema religi bertema Islam maka terbuka pula jalur dakwah baru, yang lebih segar dan mudah diterima banyak kalangan. Meski sangat antusias dengan iklim sinema religi di Indonesia, El Manik tetap mengakui bahwa ada saja pandangan lain. “Banyaknya film-film Islami di Tanah Air merupakan kabar gembira, tentu saja dengan variasi-variasi sinema yang beragam, ada yang serius mengangkat tema-tema agama, ada yang sifatnya situasi komedi, malah kadang ada juga yang lebay. Kita harus terima bahwa tidak semua orang suka.” Efek dari sinema-sinema seperti ini juga bagi El Manik sangat positif. Meski tak
58
berdampak langsung, tapi kini masyarakat sudah terbiasa dengan simbol-simbol dan nilai Islam. Ketika era 70-an masih sedikit wanita Muslim yang berjilbab, tapi kini dengan bantuan media massa dan teknologi, jilbab sudah menjadi tren. “Meski masih ada kekuarangan satu-dua, ya namanya juga belajar.” Inilah yang El Manik maksudkan sebagai “angin segar”, yakni ketika dakwah Islam tidak lagi kaku dan lebih modern. Misalnya, TBNH The Series, banyak orang yang suka dan ada juga yang tidak. El Manik menilai sinetron ini mengajarkan kepada kita agar tidak sombong dan angkuh. “Kita lihat Haji Muhidin, semua orang nggak suka sama dia, sudah haji dua kali tetapi sombong. Kalau kita tidak mau dibenci orang seperti Haji Muhidin, ya jangan sombong.” Karakter-karakter dalam sinetron ini memang sengaja dibuat untuk menjadi pelajaran bagi penonton. Sehingga, saat kita menonton sinetron sebisa mungkin harus mengambil hikmah dan pelajaran. Jangan hanya jadi hiburan semata. Robby (Andi Arsyil Rahman) Ajak Masyarakat Kritis Siapa tidak kenal Andi Arsyil? Aktor ini melejit lewat film Ketika Cinta Bertasbih dan serial sinetron dengan judul sama. Melihat fenomena sinema religi di Tanah Air, Andi mengaku bahwa ini adalah pertanda baik, terutama untuk umat Islam itu sendiri. “Jangankan penonton yang dapat mengambil pelajaran dan hikmah, justru dari film-film religi yang saya mainkan saya merasa lebih dekat dengan Islam,” paparnya. Di mata Andi, sinema religi di Indonesia sangat banyak memberi manfaat dan ruang dakwah yang baru. Meski demikian, Andi tidak menutup mata bahwa ada saja sinema religi yang mungkin
Percikan Iman No. 07-08 Th. XIV Ramadhan-Syawal 1434 H
berlebihan. “Saya kurang tahu tepatnya seperti apa, karena jujur saja saya jarang menonton sinetron religi, kecuali sinetronsinetron yang saya lakoni.” Dia mengaku bahwa selama ini sinema religi yang dilakoninya sangat bagus dan memiliki pesan moral yang tinggi. Sinetron lain yang juga pernah dia lakoni adalah Dari Sujud ke Sujud. Andi menilai, dalam beberapa sinetron itu, termasuk TBNH The Series, memiliki cerita yang kuat. Tidak hanya aspek cerita, makna yang terkandung dalam sinetron-sinetron ini juga sangat dalam. Andi mengajak kepada khalayak agar tidak berpikir sempit dalam menyikapi fenomena sinema religi. “Kita harus melihat isu ini secara holistik. Bila hanya melihat kekurangan tentu akan sangat mudah, lagipula bukankah manusia itu tempatnya lupa dan salah?” Bagian tersulit adalah ketika kita harus bijaksana dalam memandang satu persoalan. Misalnya dalam persoalan agama, tidak sedikit orang yang keliru dalam memahami ayat-ayat Ilahi. “Katakanlah saya paham ilmu agama, saya tahu persoalan yang dibahas dalam Al-Qur’an, tapi bila dikelola dengan cara pandang yang salah maka akan keliru hasilnya.” Andi kembali menegaskan bahwa tokoh-tokoh yang ada di film-film religi bisa jadi ada di sekitar kita, baik itu tokoh protagonis maupun antagonis. “Bila kita menemukan karakter yang buruk di sinetron ini lantas apakah ajaran Islam-nya yang salah? Kan, tidak seperti itu. Islam mengajarkan kebaikan dan rasul pun senantiasa mencontohkan kebaikan pula,” jelas Andi. Adapun tokoh-tokoh antagonis seperti Haji Muhidin adalah contoh dari masyarakat kita yang memiliki pola pikir dan cara pandang keliru dalam memahami ilmu agama.
Di sinilah peran kita selaku masyarakat untuk berpikir kritis dan bijaksana dalam mengambil tiap pelajaran dari tontonan. “Bukankah setiap kita shalat, kita selalu memohon kepada Allah agar senantiasa ditunjukkan ke jalan yang lurus? Karena, kita memang kerap melakukan kesalahan dan lalai,” tutur Andi. Dia berpesan kepada para pemirsa dan pembaca agar senantiasa melihat segala sesuatu secara menyeluruh dan tidak setengahsetengah, apalagi dengan perasaan curiga berlebihan. Bila kita ingin mencari kesalahan dalam sinetron religi, tentu akan sangat mudah, yang lebih baik adalah bagaimana kita menyikapinya dan belajar sesuatu yang baik dari sinema seperti ini. Rumana (Citra Kirana) - Ambil yang Baiknya Melihat fenomena sinema religi di Tanah Air, Citra Kirana mengaku selalu ada dua pendapat. “Ya, saya juga sadar. Ada masyarakat yang suka, nggak sedikit juga yang memandang sebelah mata sinema religi,” ungkapnya. Apalagi, memang ada beberapa masyarakat yang tidak terlalu suka dengan sinetron yang bernuansa religi. Alasannya beragam, tapi yang paling umum adalah kebanyakan dari mereka menganggap sinetron religi terlalu banyak memuat hiburan belaka. Sehingga, esensi dari nilai-nilai agama kerap terabaikan. Citra sendiri menilai hal itu sah-sah saja. Karena, pandangan setiap orang terhadap satu isu bisa beragam. “Yang terpenting sekarang kita harus bijaksana saja menyikapi beragam suguhan televisi. Kita ambil yang baiknya dari sinetron religi, yang tidak baik ya tidak usah ditiru,” pesannya. Masyarakat kini sudah cerdas, lanjut Citra. Mereka sudah bisa menilai mana yang baik dan tidak
untuk konsumsi keluarga mereka. Baginya, yang terpenting adalah hikmah yang bisa kita ambil dari setiap tayangan televisi. Serial ini sendiri, kata Citra, membawa banyak hikmah dan pelajar bila kita mau jeli. “Kan, ada cerita-cerita yang terinspirasi dari kejadian sehari-hari juga, sehingga kita bisa ambil pelajaran.” Tak hanya untuk untuk penonton, tetapi hikmah dan pelajaran itu juga banyak yang diambil oleh para pemain saat syuting. Citra mengaku banyak mendapat pelajaran dari TBNH The Series. “Kru dan pemain juga sama-sama belajar. Terutama buat aku, jadi lebi banyak belajar Islam dan lebih menjaga diri saat di luar syuting,” paparnya. Dia bahkan bercerita bahwa kelak mungkin akan mulai berkerudung. Bila masih ada kurang dalam perilaku baik saat syuting, maupun di luar syuting, Citra memohon maaf kepada para pembaca. “Saya masih belajar dan saya banyak belajar dari Rumana. Dia yang selama ini memberi aku semangat untuk terus belajar dan memperbaiki diri.” Aki Daud (Winky Harun) - Banyak Berbenah Bermain sinema religi tentu punya keunikan tersendiri. Bagi Winky Harun hal itu sangat terasa. Dia mengaku harus lebih berhati-hati dalam memerankan tokoh-tokoh dalam sinema religi. Berbeda dengan peran dari film-film yang lebih umum, memerankan tokoh dalam sinema Islami menuntut pengetahuan pemain tentang Islam. “Selain mempelajari cerita dan tokoh yang diperankan, saya juga harus mengupgrade pengetahuan keislaman saya,” tutur Winky. Meski beberapa film umum sama-sama menuntut pengetahuan yang luas, tapi sinema religi tidak bisa disamakan.
Winky menilai, pengetahuan keagamaan yang dia dapat selama ini sangat berdampak pada dirinya. Dia menyatakan bahwa sinema religi punya misi cultural education. Karena itu, harus sangat berhatihati melakukannya. Tujuannya adalah agar masyarakat bisa banyak belajar dari realitas seharihari tanpa merasa digurui. “Di sinilah kekuatan cerita bermain, termasuk kepiawaan para pemeran.” Aki Daud adalah mertua Haji Muhidin. Mempunyai menantu seperti ini repotnya bukan main. “Jangankan orang lain atau penonton yang kesel, saya juga suka kesel sama Haji Muhidin!” Dia mengaku, menjadi “orang lain” saat syuting butuh kerja keras dan manajemen emosi yang baik. Terang saja, salah menempatkan diri bisa kacau. “Kadang saya suka kesel beneran sama perilaku mantu yang satu ini. Dipikir-pikir, ini orang udah belagu nyebelin lagi,” kata Winky sambil tertawa. Setiap kejadian yang dilalui ketika syuting selalu Winky ambil hikmahnya. Karena itu, sinetron religi bagi Winky ibarat ajang untuk berbenah diri. “Jujur saya jadi banyak introspeksi setiap kali melihat ulang adegan-adegan saat syuting. Bukan evaluasi performa, tapi lebih ke evaluasi diri sendiri.” Ramadhan di Mata Pemain Menjalani puasa saat syuting tentu merupakan tantangan tersendiri bagi para pemain. Selain mereka harus menjalani kewajiban ibadah puasa, mereka juga dituntut untuk selalu tampil prima. Bagaimana kiat-kiat dan pengalaman para pemain TBNH The Series selama puasa? Latief mengaku bahwa dirinya harus selalu siap bila ada jadwal syuting meski saat puasa sekalipun. “Yang terpenting adalah persiapan fisik. Insya Allah fisik ini sudah saya persiapkan jauh-
Percikan Iman No. 07-08 Th. XIV Juli-Agustus 2013 M
59
jauh hari sebelum Ramadhan,” tutur Latief. Baginya, urusan kesehatan adalah segala-galanya. Karena itu, meski sibuk syuting, dia masih sempat menjaga pola makan yang sehat selama bulanbulan sebelumnya. “Kalau badan kita tidak sehat, jangankan bulan puasa, bulan-bulan biasa pun pasti akan mudah memble.” Hal senada juga dilontarkan oleh El Manik. Saat puasa tiba, hal terpenting yang perlu dipersiapakan adalah fisik yang prima. “Karena aktivitas syuting sangat melelahkan dan kalian bisa lihat sendiri baru selesai malam.” Ketika itu sudah pukul sebelas malam dan para pemain masih harus mengambil beberapa take adegan lagi. Di bulan puasa, El Manik mengaku bahwa para kru dan pemain sudah terbiasa sahur dan buku di lokasi syuting. “Ya, mau bagaimana lagi? Jadwalnya memang padat kalau lagi puasa, jadi tak sempat pulang dulu,” imbuhnya. “Pada hari-hari biasa saja kita bisa syuting untuk tiga atau empat episode. Selama Ramadhan akan lebih padat lagi,” tambah Winky. Alasannya karena para pemain dan kru harus mengejar “setoran” sebelum libur Idul Fitri.
60
Meski sibuk selama puasa, tetapi bukan berarti melalaikan ibadah wajib. Citra mengaku justru sangat menikmati syuting selama bulan Ramadhan. “Ya, jadi kan nggak kerasa puasanya, soalnya dari pagi sampai sore aktivitasnya banyak, itung-itung ngabuburit,” kata gadis asal Cimahi ini sambil melontar senyum. Citra berharap dapat menjalani bulan Ramadhan tahun ini dengan maksimal. Dia juga berusaha agar selalu menjaga ibadahnya selama puasa, terutama shalat dan tilawah Al-Qur’an. “Harapannya sih bisa dapat Lailatul Qadar, semua orang kan pasti ingin mendapatkan malam seribu bulan, ya pastinya aku juga selalu berharap,” paparnya. Selama puasa, sebenarnya Citra ingin fokus ibadah dan belajar agama lebih dalam lagi. Tetapi, kewajiban syuting juga tidak bisa ditinggalkan. “Kita kerja, kan sebagai ibadah juga. Jadi, pahala dari syuting juga berlipat ganda,” tandasnya sembari tertawa kecil. Memang bila dimaknai sebagai ibadah, kegiatan apa pun akan terasa begitu ringan dan bermakna. Tidak cuma berbagi pengalaman dan harapan, mereka juga berbagi kiat dan tips
Percikan Iman No. 07-08 Th. XIV Ramadhan-Syawal 1434 H
selama bulan Ramadhan. Andi menjelaskan, hal terpenting dalam menghadapi bulan Ramadhan adalah membiasakan diri dengan puasa. “Berbekal pengalaman bermain di beberapa sinetron sebelumnya, saya mulai terbiasa,” tutur penulis sekaligus motivator muda ini. Berikutnya adalah manajemen emosi dan lisan. Bagi Andi, goal utama dari bulan Ramadhan adalah kemampuan menahan hawa nafsu dan tutur kata. “Daripada bercanda nggak jelas, lebih baik diisi dengan baca Al-Qur’an,” imbuhnya. Lebih lanjut, Andi menjelaskan bahwa puasa yang berhasil adalah yang mampu melahirkan pribadipribadi tangguh di bulan-bulan setelahnya. “Bila ternyata secara spiritual dan mental kita sama saja, itu berarti hasil latihan selama Ramadhan sia-sia belaka.” Andi secara pribadi tidak menargetkan seuatu yang terlalu muluk untuk Ramadhan kali ini. Baginya, bisa menjalani setiap ibadah wajib Ramadhan secara maksimal dan berusaha menjadikan Ramadhan sekarang lebih baik dari tahun sebelumnya sudah cukup. “Aku, sih harapannya Ramadhan kali ini menjadi semacam wahana introspeksi diri, apa saja yang masih kurang dan perlu dibenahi secepatnya,” tutup Andi. Iqbal
foto: dok.mapi/sly
#tekatekimuasir 1
2
3
4
5
7
6
8
10
9
11
13
14
12
15
16
17
18
19
20
21
23
22
24
25
27
28
32
33 36
29
30
26
31
34
31
35
37 38
MENDATAR 1. setelah Sabtu 5. nama lain Palestina 7. keyakinan 8. shalat sunah rakaat ganjil 11.takdir 13. harus dilakukan saat berbuat dosa 15. singgasana tuhan 17. seluncur (bhs. Inggris) 18. pertengahan 20. kata keterangan (tempat) 21. Al-Qur’an terjemah kontemporer 22. setelah ‘alif 27. yang harus dilakukan ketika diuji 28 herba (bhs. inggris) 31. yang disembah 32. knockout 33. tersesat 36. puasa 37. dewan penasihat 38. berilmu 39. baik untuk bayi
39
MENURUN 2. salah satu mazhab 3. ada 4. tidak boleh tidak 5. subhanallahu wa ta’ala 6. nama Surah Al-Qur’an ke-65 7. ‘alaihis salam 9. radiallahu anhu 10. rimba 12. krim (bhs. inggris) 14. merenungkan makna 15. alam yang dilalui manusia sebelum dan sesudah hidup di alam dunia 16. nama lain Madinah 17. ajaran/panduan 18. huruf hijaiyah 19. kasihan 23. kumpulan nada 24 tempat tertinggi (nama Surah dalam Al-Qur’an) 25. lulusan 26. khitan 29. jenis burung 30. bersifat ras 34. rumah sangat sederhana 35 event organizer
Kirim jawabannya via email atau pos ke redaksi_mapi@ yahoo.co.id atau Jl. Biduri No. 9 Buah Batu Bandung 40265 dan dapatkan satu buah Al-Qur’an Al-Muasir gratis bagi pengirim yang beruntung plus hadiah menarik dari Melsa. Pemenang akan diumumkan di MaPI edisi September 2013.
Percikan Iman No. 07-08 Th. XIV Juli-Agustus 2013 M
61
#tahukahanda
KALKULASI IBADAH
RAMADHAN
Sedekah. Kita sama-sama tahu bahwa konsep sedekah dalam Islam senantiasa tumbuh dan bercabang. Merujuk pada Al-Baqarah (2) ayat 261, Allah senantiasa melipatgandakan sedekah jariah setiap Muslim. Bayangkan saja, setiap derma diumpamakan sebagai seseorang yang tengah menanam benih. Tumbuh menjadi tujuh cabang, tiap cabang terdapat seratus tunas baru. Secara matematis, kita bisa mendapat 700 kebaikan dalam setiap sedekah. Tentu jumlah ini akan berlipat lagi selama Ramadhan. Bukankah di bulan penuh berkah ini, Allah tengah “obral” pahala? 700 kebaikan itu bisa berlipat menjadi 70 kali
62
selama Ramadhan. Misalnya, kita bersedekah untuk pembangunan masjid sebsar Rp2,5 juta. Maka, perhitungannya adalah 2,5 juta X 700 x 70 setara dengan Rp122 miliar! Biaya yang cukup untuk membangun sebuah pesantren. Tak cuma itu, sedekah selama Ramadhan adalah yang paling utama. Rasulullah pernah ditanya, “Kapankan sedekah paling utama?” Beliau bersabda, “Sedekah paling baik ialah pada bulan Ramadhan” (H.R. Tirmidzi). Tilawah. Rasulullah Saw. pernah bersabda, setiap huruf yang kita baca dalam Al-Qur’an sama dengan sepuluh kebaikan. “Aku tidak mengatakan ‘Alif Laam Miin’ adalah satu huruf, akan tetapi
Percikan Iman No. 07-08 Th. XIV Ramadhan-Syawal 1434 H
Alif satu huruf, Lam satu huruf, dan Mim satu huruf” (H.R. Tirmidzi). Bila kita optimal ibadah selama Ramadhan, bukan tidak mungkin kita bisa raih pahala maksimal. Kita asumsikan satu juz berjumlah 34.233 huruf. Maka, selama Ramadhan kita akan mendapat kalkulasi sebagai berikut; 34.233 X 10 X 70 (potensi maksimal) = 23.963.100 kebaikan! Sungguh luar biasa. Masihkah kita hendak melewati hari-hari Ramadhan tanpa tilawah? Bagaimana dengan Lailatul Qadar, malam yang lebih baik dari seribu bulan. Bila kita hitung, Lailatul Qadar setara dengan 354.000 malam. Bila kita membaca satu juz di malam ini, akan muncul kalkulasi pahala;
foto: tenorama.com
34.233 X 10 X 70 X 354.000 = 8.482.937.400.000 kebaikan! Itu bila kita baca satu juz dalam satu hari. Konon, para ulama mampu khatam Al-Qur’an dalam sehari. Shalat. Salah satu keistimewaan bulan ini adalah perhitungan ibadah sunnah yang diganjar wajib. Artinya, bila kita rajin shalat Rawatib, Dhuha, Tahiyatul Masjid, dan Shalat Malam maka berbahagialah selama Ramadhan. Karena, ibadah-ibadah itu akan dihitung sebagai amalan shalat wajib. Sedangkan, untuk ibadah wajib berlaku perhitungan berlipat, termasuk untuk urusan shalat. Memperbanyak shalat sunnah dan berjamaah di masjid mempunyai keutamaan tersendiri selama Ramadhan. Bila selain bulan Ramadhan saja kita mendapat 27 derajat kebaikan lebih banyak jika shalat berjamaah di masjid. Tentu saja, jumlah itu akan berlipat selama puasa. Apalagi bila kita shalat di Masjid Nabawi, yang pahalanya lebih baik dari seribu masjid. Bahkan, Rasulullah melanjutkan, “shalat di Masjidil Haram lebih utama daripada 100.000 shalat di masjid lainnya” (H.R. Ahmad). Bisa dibayangkan bila kita shalat berjamaah selama Ramadhan di Tanah Suci. 27 X 70 X 100.000, begitulah kira-kira kalkulasinya. Belum lagi dengan keutamaan-keutamaan shalat berjamaah lainnya. Masih berpikir untuk shalat munfarid? I’tikaf. Banyak amalan dan kebiasaan yang Rasulullah contohkan agar kita menggapai keberkahan Ramadhan. Di antaranya adalah “menghidupkan” malam-malam dan
“mengencangkan ikat pinggang” saat memasuki sepuluh hari terakhir untuk beri’tikaf. Aisyah berkata, “Rasulullah selalu i’tikaf pada sepuluh malam terakhir hingga beliau wafat, kemudian istri-istri beliau i’tikaf setelahnya” (H.R. Bukhari dan Muslim). Fenomena i’tikaf sebenarnya lumrah juga dilakukan di bulan lain, tapi khusus bulan Ramadhan, ibadah yang satu ini semakin banyak dilakukan oleh masyarakat kita. Selain mengikuti sunnah Rasulullah, i’tikaf pun membuka ruang bagi kita untuk mendulang pahala. Kita tidak pergi i’tikaf sekadar pindah tidur, bukan? Tentu selama i’tikaf kita akan memperbanyak ibadah, mulai dari shalat, tilawah Al-Qur’an, zikir, hingga menimba ilmu agama. Kita sudah sama-sama mengetahui berlipatgandanya ibadah-ibadah; shalat dan tilawah. Nah, selama i’tikaf kita akan dipermudah untuk melakukannya. Beragam aktivitas ibadah (yang berlipat pahala) dalam satu aktivitas ibadah; i’tikaf. Sungguh, kegiatan yang tak cuma efektif, tapi juga banyak mendatangkan keberkahan. Umrah. “Umrah pada bulan Ramadhan menyerupai haji” (HR. Bukhari dan Muslim). Dalam riwayat lain, “seperti haji bersamaku.” Tentu saja ini merupakan kabar gembira bagi umat. Mengingat batas kuota haji yang tiap tahun kian sedikit. Minimalnya, bila kita tak sempat berhaji, kita pernah berumrah. Sedangkan, umrah saat ketika Ramadhan merupakan umrah terbaik. Hal ini sangat wajar, mengingat pengorbanan yang kita keluarkan tak sedikit untuk
melakukan ibadah yang satu ini. Mulai dari segi materi, fisik, hingga waktu, ditambah dalam kondisi puasa Ramadhan. Tak cuma keutamaan umrah itu sendiri yang bernilai tinggi, dengan umrah selama Ramadhan memungkinkan kita untuk shalat di Masjid Nabawi dan Masjidil Haram. Anda sudah bisa bayangkan berapa pahala yang akan diperoleh, bukan? Sungguh sebuah kesempatan yang sayang bila dilewatkan. Puasa. Semua amal ibadah selama bulan Ramadhan akan berlipat ganda, bukankah Rasulullah pernah bersabda bahwa amal ibadah anak Adam akan dilipatgandakan, kecuali puasa. Lho? Pahala puasa hanya Allah yang tahu. Inilah uniknya ibadah shaum selama Ramadhan, kita berlomba-lomba meraih “obral” pahala, tetapi kita tak pernah tahu berapa banyak pahala yang diraih dari puasa. Puas, mempunyai nilai ibadah vertikal yang sangat tinggi. Bahkan, orang lain tak akan pernah tahu bila kita tidak berpuasa. Akan tetapi, bila kita lakukan dengan iman dan sungguh-sungguh hasilnya pasti akan “manis”. Sebagaimana sabda Rasul, “Barang siapa berpuasa Ramadhan dengan keimanan dan mengharap pahala (keridhoan) Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang terdahulu (HR. Bukhari).” Bagi kita, yang senantiasa berbuat dosa, tentu puasa adalah solusi.” Iqbal
POIN PERUBAHAN Kalkulasi pahala ibadah Ramadhan memang tidak harus dipahami sebagaimana ilmu eksak. Kalkulasi tersebut hanya untuk memotivasi kita agar lebih giat beribadah.
Percikan Iman No. 07-08 Th. XIV Juli-Agustus 2013 M
63
#tahukahanda
KURMA
KAYA KHASIAT Ramadhan dan musim haji biasanya identik dengan kurma. Pohon ini sudah ditanam sejak delapan ribu tahun di Babilonia. Hingga kini, buah kurma tetap menjadi primadona di negara Timur Tengah. Irak, pada 1950an merupakan produsen kurma terbesar di dunia, mencapai 600 ribu ton per tahun ketika itu, disusul Saudi Arabia di angka 500 ribu. Konon pohon kurma mampu bertahan hingga 100 tahun, bahkan lebih dan masih berbuah. Allah secara khusus menyebut kurma beberapa kali dalam AlQur’an. Misalnya, “Di dalamnya, ada buah-buahan dan pohon kurma yang mempunyai kelopak mayang” (Q.S. Ar-Rahman [55]: 11).” Juga disebut dalam surat-surat lain, seperti Yaasiin (34,67), Maryam (23, 25-26), ‘Abasa (29), dan banyak lagi. Hal itu menunjukkan kurma memang punya nilai tersendiri. Baik untuk umat Islam, maupun umat-umat terdahulu di jazirah Arab dan sekitarnya. Rasul sendiri
64
banyak menyebutkan kurma dalam sabda-sabdanya. “Barang siapa dari kalian yang mampu berlindung diri dari api neraka walaupun hanya dengan sebutir kurma, maka lakukanlah” (H.R. Muslim, Bukhari, dan Tirmidzi). Maksud hadis itu adalah Rasulullah pernah mencontohkan bersedekah menggunakan buah kurma. Malah, ketika itu di Arab kurma dipercaya mampu menangkal beragam penyakit termasuk sihir. Dari sekian banyak keutamaan kurma yang paling mencolok adalah khasiatnya secara medis. Ilmu pengetahuan, teknologi, dan kedokteran dewasa ini telah banyak mengupas ragam manfaat kurma. Dari segi gizi saja kurma telah banyak mengandung karbohidrat dan protein. Merujuk pada data Lembaga Riset Pangan Amerika, USDA Nutrien Data Laboratry (2001), dalam 100 gram kurma mengandung 74,97 gram karbohidrat, angka ini mencukupi 53% kecukupan gizi (AKG) tubuh. Belum lagi energi, protein, asam
Percikan Iman No. 07-08 Th. XIV Ramadhan-Syawal 1434 H
folat, vitamin A dan K, soduim, kalsium, magnesium, dan besi. Semua kandungan ini sangat vital dan diperlukan oleh tubuh manusia. Menurut catatan USDA, 5 butir (45gram) kurma kering (tamr) mengandung sekitar 115 kalori, 80%-nya karbohidrat. Itulah kenapa kita mudah kenyang meski cuma ngemil kurma, ternyata energi yang dihasilkan tak kalah dengan sepiring nasi. Masih menurut USDA, kurma memiliki kandungan serat yang cukup tinggi, yakni 6,7 gram per 100 gram. Jangan salah, angka itu sudah mencukupi 18% AKG tubuh untuk serat. Serat ini mampu menyerap low density lippoprotein (LDL) atau biasa kita kenal sebagai Kolesterol Jahat. Kadar LDL yang tinggi akan menyumbat pembuluh darah dan menyebabkan penyempitan. Semakin tinggi kadar LDL dalam tubuh kita, maka risiko serangan jantung dan stroke pun makin tinggi. Serat dalam kurma membantu mengurangai kolesterol ini dengan
foto: blog.oregonlive.com
“mengikatnya� lalu membuangnya lewat pencernaan. Kandungan serat ini juga membantu melindungi dinding usus dengan mengurangi paparan bahan kimia penyebab kanker usus besar. Karena itu, ada juga ahli yang menyebut kurma sebagai laxative food (makanan laktatif) alias makanan yang memperlancar buang air besar dan mencegah konstipasi. Kurma juga dikenal sebagai sumber vitamin A bagi masyarakat Timur Tengah. Kita tahu bahwa vitamin A mengandung banyak anti-oksidan dan sangat bagi untuk kesehatan mata. Mengonsumsi vitamin A secar rutin juga membantu mencegah kanker paru-paru dan rongga mulut, serta membantu kulit tetap sehat dan segar. Kalium dalam kurma juga penting guna melindungi tubuh dari penyakin jantung koroner. Belum lagi kalsium dan magnesium yang baik untuk pembentukan tulang, gigi, dan pertumbuhan. Ternyata, bila dikaji, manfaat kurma banyak sekali. Bahkan, Allah menyeru kepada Maryam untuk makan kurma. “Goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu. Lalu, makan, minum, dan bersenang hatilah...� Penggalan Surah Maryam (19) ayat 25-26 ini menceritakan bahwa Allah mengutus Jibril untuk memberi makan Maryam melalui pohon kurma. Ibnu Katsir memberi catatan dalam tafsirnya bahwa tidak ada makanan yang lebih baik bagi perempuan nifas kecuali kurma kering dan kurma basah. Ternyata, hal ini senada dengan penelitian ilmiah dewasa ini. Bahwa, dalam kurma terdapat
kandungan kalsium, zat besi, asam folat, fosfor, kalium, dan magnesium. Semua zat ini sangat baik untuk ibu hamil atau pasca melahirkan. Pasalnya, dalam kondisi nifas, perempuan butuh banyak asupan gizi. Kini, kurma tak hanya dikonsumsi orang-orang Arab saja. Produksinya sudah mendunia, bahkan negara-negara seperti India, Tunisia, Spanyol, Jamaika, hingga kota California disebutsebut sebagai produsen kurma
modern. Meski di Indonesia agak sulit menanam kurma, tetapi dengan teknologi rumah kaca hal ini sangat mungkin dilakukan. Bahkan, Indonesia menjadi destinasi ekspor kurma yang potensial. Bulan Ramadhan seperti sekarang, rasanya kurang afdhal tanpa kurma. Banyak cara menikmati kurma, mulai dari langsung lep ada juga yang diolah menjadi menu lain sesuai selera. Selamat menyantap kurma. Iqbal
Percikan Iman No. 07-08 Th. XIV Juli-Agustus 2013 M
65
#dapuranisa
ANEKA OLAHAN KURMA Bahan Bolu Gulung Kurma
Sudah tidak diragukan lagi bahwa kurma mengandung segudang manfaat bagi kesehatan. Juga sudah tidak perlu diperdebatkan lagi keutaamaan berbuka atau takjil dengan kurma. Meski demikian, ibu yang bijak harus menghadirkan kurma dalam berbagai bentuk dan olahan agar anggota keluarga tidak bosan dengan menu takjil kurma yang begitubegitu saja. Ya, kurma dapat diolah menjadi berbagai jenis hidangan yang dijamin dapat menggugah selera makan seluruh anggota keluarga. Kalau semua anggota keluarga dapat melahap kurma yang ibu hidangkan, bukankah itu berarti menunjang pemenuhan nutrisi untuk kesehatan mereka sebagai bekal melaksanakan shaum sehari berikutnya? Nah, berikut resep kurma yang tim Dapur Anisa rangkum sebagai referensi ibu dalam mengolah kurma. Selamat mencoba!
66
Percikan Iman No. 07-08 Th. XIV Ramadhan-Syawal 1434 H
Bahan: • Tepung terigu protein sedang 50 gram • Tepung maizena 15 gram • Telur ayam 3 butir • SP 1/2 sendok teh • Gula pasir 100 gram • Susu cair 60 ml • Pandan pasta 1/2 sendok teh • Selai nanas 150 gram • Kurma 100 gram, buang bijinya, pipihkan Cara membuat: • Campur terigu dengan maizena, ayak dan sisihkan. • Kocok telur, gula pasir dan SP hingga mengembang. • Masukkan campuran terigu, aduk perlahan hingga rata. Tuangkan susu cair sedikit demi sedikit, aduk rata. • Tambahkan pandan pasta, aduk rata. • Tuang adonan ke dalam loyang persegi yang dialas kertas roti dan bersemir margarin. Kukus hingga matang. Angkat, keluarkan dari cetakan. • Olesi permukaan bolu dengan selai nanas hingga rata, letakkan kurma secara acak. Gulung hingga padat. • Potong dan hias sesuai selera, sajikan.
Pie Kurma Puding Juice Roti Kurma Kurma Kulit pie: • 250 gr tepung terigu • 1/2 sdt garam • 125 gr mentega • 3 sdm air es Isi: • 250 gr kurma Cara membuat: • Tuang semua bahan ke dalam wadah. Aduk-aduk dan uleni hingga kalis. Saat adonan sudah kalis, pipihkan adonan dengan menggunakan roller untuk kemudian dimasukkan ke dalam loyang. Bentuk adonan sesuai loyang kemudian masukan kurma ke dalam adonan yang telah siap, ratakan dan tutup kembali permukaan kurma dengan adonan. Panggang hingga matang. • Anda bisa menyajikan pie kurma ini dengan bahan pendamping lain, seperti krim ataupun es krim. Pie kurma siap disajikan untuk menu berbuka ataupun dessert setelah makan besar.
Bahan-bahan: • 7 lembar roti tawar, potong kotak kecil. • 300 ml susu cair. • 3 butir telur, kocok. • 60 gr gula pasir. • 100 gr keju cheddar, potong dadu. • 6 buah kurma, potong kotak kecil. Cara membuat: • Campurkan susu, telur, dan gula pasir, aduk hingga rata. • Lalu, campurkan ke dalam roti tawar, biarkan sejenak. • Masukkan keju yang sudah dipotong dadu kecil. • Siapkan pinggan tahan panas yang telah diolesi margarin, masukkan adonan roti ke dalamnya. • Masukkan ke dalam oven. Saat setengah matang, taburi atasnya dengan kurma. • Masukkan kembali kedalam oven, masak hingga matang.
Bahan: • 5 biji kurma • 5 sdm markisa • 1 iris jeruk nipis • 5 biji es batu • air secukupnya Cara Membuat: • Pilih buah kurma yang bagus dan buang bijinya. • Semua bahan-bahan di atas dicampur jadi satu. • Blender sampai halus dan kental. • Setelah itu, jus kurma dituangkan di gelas. • Jus kurma siap disantap. • Pie Kurma
Percikan Iman No. 07-08 Th. XIV Juli-Agustus 2013 M
67
Roti Goreng Isi Kurma
Bahan: • 1.600 gr tepung terigu protein tinggi • 28 gr ragi instan • 300 gr gula pasir • 80 gr susu bubuk • 2 sendok teh baking powder • 4 butir telur • 4 kuning telur • 700 ml air es • 300 gr margarin • 4 sendok teh garam • minyak untuk menggoreng Bahan Isi: • 1.200 ml susu cair • 120 gram maizena dilarutkan dengan 200 ml air • 260 gram gula pasir • 200 gram cokelat masak pekat, dipotong-potong • 200 gram keju cheddar parut • 200 gram stroberi segar, dipotong-potong kecil • 4 tetes pewarna merah cabai Cara membuat: • Isi, masak susu cair dengan gula pasir sampai gula larut dan mendidih. Masukkan larutan maizena. Aduk rata. Bagi menjadi 3 bagian. Satu bagian ditambahkan cokelat masak pekat. Aduk hingga cokelat larut. Satu bagian tambahkan keju. Satu bagian tambahkan stroberi dan pewarna merah. Aduk rata. Masukkan masing-masing ke dalam plastik segitiga. Sisihkan. • Campur tepung terigu, ragi instan, gula pasir, susu bubuk, dan baking powder. Aduk rata.
68
• Tambahkan telur dan air es sedikit-sedikit sambil diuleni sampai kalis. Masukkan margarin. Uleni sampai elastis. Diamkan 30 menit. • Timbang masing-masing 15 gram. Bulatkan. Diamkan 10 menit. • Ambil adonan. Pipihkan. Bulatkan. Letakkan di loyang yang ditabur tepung terigu. Diamkan 20 menit. • Goreng dengan minyak yang telah dipanaskan dengan api kecil sampai matang dan kecokelatan. Angkat. Sisihkan. • Ambil satu buah roti. Tusuk bagian pinggir roti dengan sumpit. Semprotkan dengan isi cokelat. Lanjutkan roti dengan masing-masing isi yang lainnya.
Percikan Iman No. 07-08 Th. XIV Ramadhan-Syawal 1434 H
Es Tape dan Kurma Bahan: • Tape ketan hitam 100 gr • Tape ketan hijau 100 gr • Kurma 100 gram, buang bijinya, iris panjang • Nata de coco 150 gr • Sirup stroberi susu 100 ml • Susu kental manis putih 150 ml • Es serut secukupnya Cara Membuat: • Tuang susu kental manis putih dalam gelas saji, tambahkan tape ketan hijau di atasnya. • Masukkan nata de coco, tape ketan hitam, dan kurma. • Tambahkan es serut. Tuang sirup stroberi susu di atasnya. • Sajikan segera.
Cake Kurma Kacang Cokelat
Bahan Cake • 6 kuning telur • 250 gr gula halus • 100 gr mentega tawar • 1/2 sendok sendok teh garam halus • 5 putih telur, kocok sampai putih • 100 gram tepung terigu • 200 gram kacang mete, cincang halus (50 gram untuk campuran, 150 gram untuk taburan) • 100 gram kurma, cincang halus • 100 gram cooking chocolate (cokelat masak), cincang kasar • Krim Cokelat (kocok sampai lembut) • 200 gr margarin • 200 gr gula halus • 2 sendok makan pasta/cokelat bubuk Untuk hiasan • Meises • kacang mete Cara membuat: • Kocok gula, kuning telur, mentega tawar, dan garam sampai lembut dan putih. Masukkan tepung, aduk rata, masukkan kacang mete 50 gr, kurma, dan cokelat masak yang sudah dicincang kasar, aduk perlahan. Masukkan putih telur, aduk rata • Tuang ke dalam loyang sesuai
foto: berbagai sumber
selera/persegi ukuran 20 x 10 x 8 cm yang sudah dioles margarin dan ditaburi tepung. Panggang dalam oven selama 30 menit dengan panas 180oC atau sampai matang. Setelah matang dinginkan. • Olesi seluruh cake dengan krim, beri pinggirnya kacang mete dan taburi meises bagian atasnya.
Cookies Kurma Bahan A • 150 gr butter • 120 gr gula pasir • 30 gr kuning telur • 1 gr garam • 1 gr Vanila
Bahan B • 150 gr tepung kunci (tepung khusus kue kering, wafer, biskuit) • 20 gr susu bubuk • 30 gr maizena • 7 gr baking powder Bahan C • 75 gr almond cincang • 100 gr kurma Cara Membuat: • Kocok bahan A hingga lembut dengan mikser kecepatan sedang. Setelah itu bahan B dicampur dan saring, tuangkan ke bahan A, aduk rata, campur dengan bahan C. • Timbang, pipihkan adonan setebal 15 mm, cetak bulat diameter 4 cm. Letakkan ke loyang beralaskan kertas roti (parchment paper). Panggang dengan oven 1700C selama 15 menit.
Percikan Iman No. 07-08 Th. XIV Juli-Agustus 2013 M
69
70
Percikan Iman No. 07-08 Th. XIV Ramadhan-Syawal 1434 H
foto: famouswonders.com
#resensisitus
BELAJAR BAHASA ARAB ONLINE Oleh Yudha Yudhanto Alhamdulillah, bulan Ramadhan tiba, bulan penuh rahmat. Saat tepat meng-upgrade diri dengan lebih giat mempelajari Islam, tentunya dengan penerapan ilmu dan amal. Sobat semua, Al-Qur’an yang berbahasa Arab adalah wahyu Allah. Pengetahuan tentang prinsipprinsip dan dasar-dasar Islam ini tidak akan tercapai dengan baik kecuali jika Al-Qur’an itu dipahami dengan bahasanya sendiri. Tidak perlu diragukan lagi, memang sepantasnya seorang Muslim mencintai bahasa Arab dan berusaha menguasainya. Allah Swt. telah menjadikan bahasa Arab sebagai bahasa Al-Qur'an karena bahasa Arab adalah bahasa yang terbaik yang pernah ada. Ibnu Katsir menerangkan dalam tafsirnya bahwa Al-Qur’an
foto: famouswonders.com
diturunkan dalam bahasa Arab karena bahasa Arab adalah bahasa yang paling fasih, jelas, luas dan maknanya lebih mengena, lagi cocok untuk jiwa manusia. Berikut ini adalah keuntungan dan kebaikan ketika belajar bahasa Arab: • Bahasa Arab merupakan bagian dari agama ini. Ibadahibadah, baik shalat, doa, membaca Al-Qur’an serta banyak sekali syiar Islam akan terpenuhi dan sempurna dengan mempelajari bahasa Arab. • Memahami bahasa Arab menjadikan kita selamat dari syubhat-syubhat dan bidah. Imam Syafi’i berkata, “Tak seorang pun akan mengetahui jelasnya ilmu-
ilmu dalam Al-Qur’an selama orang itu tidak mengetahui luasnya bahasa Arab, luasnya cakupannya, luasnya masalah dan tingkatannya. Barang siapa memahaminya, maka dia akan selamat dari terkena syubhat seperti yang terjadi pada orang-orang yang tidak memahaminya.” • Paham bahasa Arab adalah salah satu dari sebab-sebab kemudahan. • Bahasa Arab merupakan syiar Islam, bagian dari Islam dan bahasa Arab merupakan syiar yang paling besar yang dengannya menunjukkan kelebihan mereka. • Kuatnya bahasa Arab merupakan salah satu sebab kemuliaan Islam dan kaum Muslim.
Percikan Iman No. 07-08 Th. XIV Juli-Agustus 2013 M
71
• Bahasa Arab merupakan sarana terkuat untuk mewujudkan persatuan atau hubungan di antara umat Muslim. Pengajaran bahasa Arab merupakan sarana terpenting guna mewujudkan peradaban Islam dan dengan bahasa akan mengangkat peradaban pemilik bahasa tersebut. Kecanggihan iptek saat ini mampu menghadirkan guru melalui media apa pun. Salah satunya melalui internet. Dibutuhkan semangat proaktif
72
Percikan Iman No. 07-08 Th. XIV Ramadhan-Syawal 1434 H
dan istiqamah sehingga akan memudahkan belajar bahasa Arab via online maupun offline. Contoh situs dan programnya adalah sebagai berikut: 1. Badar Online (www. badaronline.com) Dibuat oleh “Tim Badar Online” dengan semangat untuk memberikan kontribusi positif kepada umat dalam upaya pembelajaran bahasa Arab yang sangat agung dan indah melalui dunia maya dengan metode belajar yang mudah dan sistematis. 2. Arabindo (www.arabindo. co.nr) Program "Arabindo" dirancang sebagai program belajar mandiri yang mudah dipelajari oleh orang yang paling awam dalam bahasa Arab sekalipun. Dengan modal rajin membaca Al-Qur’an, sangat besar peluang untuk bisa berbahasa Arab, yang merupakan bahasa Al-Qur’an al-Karim, bahasa al-Hadits asy-Syarif, dan bahasa persatuan umat Islam sedunia. Selain web juga mempunyai alamt socio di facebook.com/myarabindo 3. Kamus bahasa Arab (kamus.
javakedaton.com) Situs ini mempunyai fitur yang unik, yakni Sms Arabic, Kamus Arab Indonesia, Terjemahan, dan pencarian tulisan Arab. 4. Aldakwah (pba.aldakwah.org) Program bahasa Arab disajikan adalah untuk mencapai sasaran kemampuan membaca, memahami bacaan, berbicara, penguasaan nahwu dan sharaf serta kosa kota. Program ini dibagi menjadi beberapa mustawa (tingkatan), yaitu tingkat mubtadi' (dasar), mutawassit (menengah), dan mutaqaddim (lanjutan). Setiap tingkatan dibagi lagi menjadi beberapa pelajaran. 5. Arabuna (www.arabuna.com) Sebuah web yang menawarkan Software Belajar Bahasa Arab dari nol merupakan sebuah aplikasi interaktif yang didesain untuk memberikan kemudahan dan pengalaman yang “berbeda� dalam pembelajaran bahasa Arab. Silakan coba di http://arabuna.com/files/demo-fliparabuna/demo-flip-arabuna.swf Selain belajar melalui situs online, jangan lupa untuk menggunakan Kamus Arab Indonesia yang bisa didapatkan secara online di software-islam.percikaniman. org, beberapa di antaranya adalah sebagai berikut: 1. Kamus Bahasa Arab v.2 2. Kamus Bahasa Arab v.3 3. Al-Mufid 4. Al-Munawir (pdf) 5. Kamus Indonesia Arab (java mobile 320x240) Demikian. Semoga bermanfaat dan meningkatkan kualitas diri di bulan Ramadhan ini.
Percikan Iman No. 07-08 Th. XIV Juli-Agustus 2013 M
73
#refleksilebaran “Dengan masuknya era globalisasi internasional, tidak ada alasan untuk berbeda dalam menentukan 1 Ramadhan atau 1 Syawal. Oleh karena itu, apabila kita mendengar bahwa di Timur Tengah hari ini Lebaran, kita pun harus Lebaran karena shaum pada Hari Raya hukumnya haram.” KALAU HARI RAYA BERBEDADemikian pernyataan seorang tokoh yang selalu berhari raya Dr. Saiful Islam Mubarak dengan mengikuti jadwal di Timur Tengah. Dengan masuknya era globalisasi internasional, tidak ada alasan untukJika berbeda dalam 1 Syawal di Makkah dan menentukan 1 Ramadhan atau 1 Syawal. Karena itu, apabila kita mendengar bahwa dihari Timur di Jakarta jatuh pada yang Tengah hari ini lebaran, kita pun harus lebaran karena shaum padasama, hari raya hukumnya haram. umpamanya hari Sabtu, apakah awal hari SabtudidiTimur Jakarta Demikian pernyataan seorang tokoh yang selalu berhari raya dengan mengikuti jadwal jatuh pada saat yang sama dengan Tengah. awal hari Sabtu di Makkah? Apakah shalathari Ied diSabtu, Jakarta dapat Jika 1 Syawal di Mekah dan di Jakarta jatuh pada hari yang sama, umpamanya berlangsung pada saat shalat Ied apakah awal hari Sabtu di Jakarta jatuh pada saat yang sama dengan awal hari Sabtu di Mekah? di Makkah? Apakah teknologi Apakah shalat Ied di Jakarta dapat berlangsung pada saat shalat Iedmampu di Mekah? Apakah teknologi mempertemukan waktu mampu mempertemukan waktu pagi di Jakarta dengan waktu pagi di Meksiko? pagi di Jakarta dengan waktu pagi di Meksiko?
َ ََوجع لْناَال لَّْي لَوالنَّهارَء اي ت ْي ِن َ َفمح ْوناَء ايةَال لَّْي ِلَوجع لْنا ِ ء ايةَالنَّها ِرَم ْب َ َص رًةَلِت ْبت غُوا ُ َ َض ًًل َِم ْنَربِّ ُك ْمَولِت ْع ل ُم وا ْ ف ِ َالسنِينَوال َ َْح ساب ِّ عد د ِ ص لْناهَُت ْف ًَ ص يًل َّ وُك َّلَش ْي ٍءَف
Dan Kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda, lalu Kami hapuskan tandamalam malam “Kami jadikan dandan siang sebagai dua tanda Kami. Kami jadikan tanda siang itu terang agar kamu mencari kurnia dari Tuhanmu dan kebesaran supaya kamu Kami hapuskan tanda malam mengetahui bilangan tahun-tahun dan perhitungan. Dan segala sesuatu telah Kami terangkan dan Kami jadikan tanda siang itu dengan jelas. (Q.S. Al Isrâ’, 17: 12)
KALAU HARI RAYA
BERBEDA
terang benderang agar kamu dapat mencari karunia dari Tuhanmu dan Allah telah menetapkan perjalanan matahari dan bulan dengan teratur. Pada saat kita sedang mengetahui bilangan tahun dan sibuk bekerja tengah hari di salah satu kota di Indonesia, saudara kita di Meksiko boleh jadi perhitungan waktu. Segala sesuatu sedang tidur nyenyak di tengah malam. Sewaktu kita sudah memasuki hari Jumat dijelas.” telahkegiatan Kami terangkan dengan Dr. Saiful Islam Mubarak Indonesia, saudara kita diOleh sana masih malaksanakan tugas hari Kamis. (Q.S.Ketika Al-Isrā’ kita [17]: melakukan 12)
74
shalat subuh di sini, boleh jadi mereka sedang shalat maghrib di sana. Dengan pengaturan perjalanan matahari yang tetap ini, ibadah shalat tidak pernah berhenti. Bacaan Al Qur’an tidak pernah putus karena sewaktu kita baru menyelesaikan shalat di satu tempat, saudara kita di tempat lain baru memulai. Demikianlah selamanya. Ketika kita di salah satu belahan bumi ini sudah memasuki hari Raya, saudara kita di belahan bumi lainnya masih Ramadhan atau sebaliknya. Kecanggihan teknologi dan arus globalisasi internasional, kendatipun mampu mempertemukan penduduk sebelah1434 Barat dengan penduduk sebelah Timur baik suar foto:secara 2.bp.blogspot.com Percikan Iman No. 07-08 Th. XIV Ramadhan-Syawal H maupun secara penampilan, ilmu tersebut tidak mampu mempertemukan waktu Barat dan Timur. Kita ambil contoh perbedaan waktu dan hari pada tabel berikut ini:
Allah telah menetapkan perjalanan matahari dan bulan dengan teratur. Pada saat kita sedang sibuk bekerja tengah hari di salah satu kota di Indonesia, saudara kita di Meksiko boleh jadi sedang tidur nyenyak di tengah malam. Sewaktu kita sudah memasuki kegiatan hari Jumat di Indonesia, saudara kita di sana masih malaksanakan tugas hari Kamis. Ketika kita melakukan shalat Subuh di sini, boleh jadi mereka sedang shalat Maghrib di sana. Dengan pengaturan perjalanan matahari yang tetap ini, ibadah shalat tidak pernah berhenti. Bacaan Al-Qur’an tidak pernah putus karena sewaktu kita baru menyelesaikan shalat di satu tempat, saudara kita di tempat lain baru memulai. Demikianlah selamanya. Ketika kita di salah satu belahan bumi ini sudah memasuki Hari Raya, saudara kita di belahan bumi lainnya masih Ramadhan, atau sebaliknya. Kecanggihan teknologi dan arus globalisasi internasional, kendati pun mampu mempertemukan penduduk sebelah Barat dengan penduduk sebelah Timur baik secara suar maupun secara penampilan, ilmu tersebut tidak mampu mempertemukan waktu Barat dan Timur. Kita ambil contoh perbedaan waktu dan hari pada tabel berikut ini: Kota
Hari
Tanggal
Pukul
Nuku’alofa
Ahad
20 Mei 2007
22.00
Jeddah
Ahad
20 Mei 2007
12.00
Honolulu
Sabtu
19 Mei 2007
23.00
Jakarta
Sabtu
20 Mei 2007
16.00
Waktu Nuku’alofa (Tonga) 10 jam lebih dulu dari Jeddah, sementara Honolulu (Amerika
Serikat) 13 jam lebih lambat dari Jeddah. Jika Jeddah menjadi pusat informasi tentang mulai shaum dan Hari Raya, sewaktu pusat tersebut menyampaikan informasi (tentang hilal) pada hari Sabtu pukul 19.00 dan menetapkan permulaan shaum pada hari Ahad, informasi tersebut dapat diterima oleh masyarakat Nuku’alofa pada hari Ahad pukul 05.00. tentu mereka baru dapat memulai shaum pada hari Senin, sedangkan masyarakat Honolulu dapat menerima informasi pada hari Sabtu pukul 04.00. Mereka dapat memulai shaum pada hari yang sama, yaitu pada hari Ahad. Walaupun pelaksanaannya berlangsung pada hari yang sama, kenyataannya berbeda. Mereka makan sahur pada saat masyarakat di Jeddah mungkin sedang berbuka karena perbedaan waktu sangat berjauhan, yaitu 13 jam. Demikian pula halnya dengan shalat Idul Fitri atau Idul Adha. Jika di Makkah sedang berlangsung shalat Idul Fitri pada hari Jumat pukul 06.30, masyarakat di Honolulu masih melaksanakan ibadah shaum hari Kamis. Sementara, masyarakat Nuku’alofa sudah memasuki Jumat sore pukul 16.30. Jika kaum Muslim di seluruh dunia dipaksa untuk berhari raya pada hari yang sama, Muslim Nuku’alofa akan melakukan shalat Ied 10 jam sebelum Jeddah dan Muslim Honolulu akan melakukan shalat Ied 13 jam sesudah shalat Ied di Jeddah. Kalau begitu, kota manakah yang patut menjadi pusat informasi? Apakah mungkin menjadikan Nuku’alofa sebagai pusat informasi tentang awal Ramadhan dan 1 Syawal? Jika ada yang menjawab, “Mungkin,” bagaimana dengan penetapan 9 dan 10 Zulhijjah yang berkaitan
dengan penentuan hari wukuf dan hari raya Idul Adha? Memerhatikan perbedaan waktu yang sangat berjauhan dalam tabel tadi, maka dapat dipastikan bahwa pelaksanaan shalat Idul Fitri atau permulaan shaum tidak dapat dipaksakan untuk berlangsung pada hari yang sama. Dengan demikian, upaya untuk penyamaan waktu shaum di seluruh dunia merupakan sesuatu yang sangat jauh dari yang diharapkan. Jika permulaan shaum terjadi pada hari yang berbeda antara satu negara dan negara lainnya, maka berakhirnya pun akan berbeda pula. Jika berakhir dipaksakan pada hari yang sama, maka jumlah hari akan mengalami perbedaan. Sekiranya perbedaan terjadi antara 29 hari dengan 30 hari, maka perbedaan tersebut dapat diterima. Namun, bila perbedaan tersebut terjadi pada 28 dan 29 hari tentu hal ini tidak boleh terjadi. Karena, jumlah hari dalam satu bulan hijriah tidak kurang dari 29 hari. Dengan demikian, maka setiap negara Muslim membentuk lembaga peneropong hilal untuk bekerja di negara masing-masing. Tentu jika menghasilkan yang sama, maka praktiknya akan berbeda. Sebab, jika hilal terlihat di Honolulu pada hari Senin 24/6/2013 pukul 17.45, maka di Nuku’alofa hari sudah berganti, yaitu hari Selasa 25/6/2013 pukul 18.45. Sekiranya di tiga kota yang tercantum tadi terlihat hilal masing-masing pada hari yang sama, maka permulaan shaum terjadi pada hari yang tidak berbarengan. Karena, jika di Honolulu baru hari pertama maka di Nuku’alofa sudah hari kedua. Wallahu a’lam.
Percikan Iman No. 07-08 Th. XIV Juli-Agustus 2013 M
75
#refleksilebaran
LEBARAN, MENGAPA HARUS BAJU BARU?
Lebaran sudah hampir tiba. Sudah bisa dipastikan kaum Muslim bersiap-siap menyambut hari kemenangan itu. Mulai dari menyiapkan kue-kue untuk menjamu tamu, memperbagus rumah, sampai mempersiapkan baju baru untuk keluarga. Ya, memang itu kenyataannya. Menjelang hari raya Idul Fitri, biasanya kita disibukkan dengan hal-hal yang bukan bersifat ruhiah, tetapi lebih ke persiapan duniawi. Di ujung bulan Ramadhan, perhatian kita bukan lagi pada berlomba-lomba memperbagus ibadah karena Ramadhan sudah akan berakhir, tetapi malah
76
Percikan Iman No. 07-08 Th. XIV Ramadhan-Syawal 1434 H
foto: fancyhomedesign.net
POIN PERUBAHAN
berlomba memperbagus tampilan agar tidak “malu-maluin” saat ada saudara yang bersilaturahmi ke rumah, atau saat kita bersilaturahmi ke rumah saudara. Apakah salah? Salah, jika kita lebih memilih membeli baju baru dibandingkan tarawih. Salah, jika kita memboroskan THR yang tidak seberapa, bahkan ada yang berani berutang, demi tampil lebih bergengsi. Salah, jika tujuan kita melakukan itu sekadar untuk membangga-banggakan “capaian dan prestasi” kita. “Mengenakan baju baru saat Lebaran hukumnya wajib!” Acungkan tangan jika Anda setuju. Sebagaimana tradisi yang diajarkan orangtua kita, dan akan kita ajarkan juga kepada anak-anak kita, mengenakan baju baru saat Lebaran adalah keharusan. Tidak bisa tidak. Ya, itulah budaya di negara ini. Dari mana contohnya? Tidak ada. Semua sebatas tradisi. Rasanya kurang afdol kalau merayakan hari raya tanpa baju baru. Maka, tak heran jika makna Lebaran pun menjadi melenceng. Diakui atau tidak, Lebaran sudah menjadi ajang pamer kemewahan. Herannya, sebagian besar di antara kita memaklumi hal itu. Alasannya, kan cuma setahun sekali, tidak ada salahnya. Dalihnya, bukankan Lebaran artinya kembali bersih, kembali pada kesucian, jadi tidak ada salahnya kalau saat Lebaran kita memulainya dengan baju baru yang pastinya bersih dan suci. Hmmm, berarti secara tidak langsung, orang yang tidak mengenakan baju baru saat Lebaran tidak suci atau tidak bersih?
Bukan bermaksud mendebat orangtua yang membelikan baju baru untuk anak-anaknya saat Lebaran. Hanya saja, dikhawatirkan tradisi ini akan terus menempel pada anak-anak kita sebagaimana kita tidak bisa melepaskan diri dari tradisi yang sudah ditanamkan kuat oleh orangtua kita dahulu. Mari kita mulai mengubah paradigma. Jangan sampai, anak-anak kita kelak mengulangi apa yang telah mendarah daging dalam diri kita. Mari, mulai untuk berubah demi masa depan kita dan anak-anak kita agar menjadi lebih baik. Mulailah perubahan dari diri kita. Perlihatkan teladan kepada anak-anak kita. Mulailah dari halhal yang sederhana. Pertama, tanamkan kepada anak-anak kita pemahaman makna Idul Fitri yang sebenarnya. Jadikan itu sebagai bekal agar mereka tidak merasa rendah diri atau malu saat kawan-kawannya mengolokolok karena mereka tidak memakai baju baru. Mulai Idul Fitri sekarang, kita coba untuk tidak membeli baju baru dan “hanya” mengenakan baju yang masih bersih dan rapi sebagai permulaan untuk memberikan pengertian kepada anak-anak kita. Kedua, kita mungkin bisa memahami kondisi orangtua kita dahulu. Pendapatan mereka mungkin pas-pasan sehingga hanya mampu membelikan anakanaknya baju baru setahun sekali, yaitu saat lebaran saja. Insya Allah, saat ini kondisi keuangan kita lebih baik. Sehingga, bukan tidak mungkin Anda bisa membelikan baju baru untuk mereka dua bulan
Jadikanlah Lebaran sebagai permulaan tekad dan upaya kita memperbaiki akhlak untuk menghadapi 11 bulan yang akan datang. Jangan mengedepankan simbol-simbol lahiriah sebagai tujuan, yang pada akhirnya malah membawa pada kesombongan.
atau tiga bulan sekali. Maksudnya, jangan Anda membiasakan membelikan baju baru pada anak dalam perayaan tertentu saja. Jangan baru membelikan mereka baju baru saat ada keluarga yang menikah, misalnya. Akan tetapi, jadikan itu sebagai rutinitas sehingga saat ada acara atau perayaan apa pun baju yang hendak dikenakan sudah tersedia. Ketiga, bulan Ramadhan adalah bulan penuh berkah dan ampunan. Setiap pahala akan dilipatgandakan. Sehingga, kalau memang pada bulan-bulan lain kita “lupa” melakukan sedekah, pada bulan inilah saat yang tepat untuk memulainya. Ajak anak-anak kita saat melakukan sedekah. Beri pengertian kepada mereka bahwa masih banyak orang yang lebih tidak beruntung dan memerlukan uluran tangan kita. Berikan pengertian bahwa bersedekah jauh lebih bermakna dibandingkan membeli baju buat Lebaran. Lebaran memiliki makna yang sangat dalam. Pada hari itu, umat Muslim merayakan kemenangan karena telah mampu melewati sebulan penuh berpuasa dan melawan hawa nafsu. Jadikanlah Lebaran sebagai permulaan tekad dan upaya kita memperbaiki akhlak untuk menghadapi 11 bulan yang akan datang. Jangan mengedepankan simbol-simbol lahiriah sebagai tujuan, yang pada akhirnya malah membawa pada kesombongan. Dini, dari berbagai sumber.
Percikan Iman No. 07-08 Th. XIV Juli-Agustus 2013 M
77
#refleksilebaran
MINTA MAAF SEPERTI
ABU BAKAR Sebulan lamanya kita berjihad melawan hawa nafsu. Selepas perjuangan berat, kita akhiri dengan “merayakan” Hari Kemenangan: Idul Fitri. Salah satu cara yang paling umum adalah dengan saling memaafkan sesama Muslim. Kegiatan halalbihalal merupakan hal yang biasa dilakukan pasca Ramadhan. Akan tetapi, apakah kita benar-benar memaafkan? Ataukah, sekadar formalitas. Banyak yang bilang bahwa memaafkan adalah perkara paling sulit. Semua orang sudah tahu itu, termasuk keutamaan dari memaafkan orang lain. Akan tetapi, kali ini penulis ingin menyoroti hal lain: meminta maaf. Ternyata, meminta maaf pun—bagi sebagian orang sama sulitnya. Akan tetapi, bagi Abu Bakar, meminta maaf adalah perkara serius dan harus dilakukan sungguh-sungguh. Dikisahkan oleh Rabi‘ah bin Ka’ab bin Malik Al-Aslami, bahwa ada dua bidang tanah yang bersebelahan, sebidang tanah milik Abu Bakar dan sebelahnya milik Rabi‘ah. Tanah itu merupakan kebun kurma yang subur. Alkisah, terdapat satu pohon kurma yang tumbuh di perbatasan antara kedua tanah tersebut dan menjadi perselisihan antara Abu Bakar dan dan Rabi‘ah. “Pohon ini milikku, karena berada di atas tanahku,” kata Rabi‘ah. “Tidak,” kata Abu Bakar, “Dia milikku karena berada di atas tanahku.” Keduanya berdebat karena tidak ada yang mau mengalah. Tanpa sengaja, Abu Bakar
78
mengucapkan kata kasar dengan suara keras. Sadar bahwa dirinya telah berlebihan, Abu Bakar menyesal kemudian minta maaf sembari berkata, “Rabi‘ah ucapkanlah kalimat serupa (kata-kata kasar dengan suara keras) agar menjadi balasan yang setimpal bagiku!” Tentu Rabi‘ah menolak. Dia berkata, “Tidak, demi Allah, aku tidak akan mengatakan kepadamu kecuali perkataan yang baik.” Abu Bakar kecewa dan meminta Rabi‘ah kembali untuk mengatakan hal serupa. Abu Bakar mengira bahwa kata-kata kasarnya harus dibalas dengan sesuatu yang setimpal pula. Merasa tidak enak dengan ulahnya sendiri, Abu Bakar segera menemui Rasulullah untuk meminta tolong dan pendapat. Mereka berdua pun menghadap Rasulullah hari itu juga. Beliau bertanya, “Wahai
Percikan Iman No. 07-08 Th. XIV Ramadhan-Syawal 1434 H
Rabi‘ah, ada masalah apa antara engkau dengan Abu Bakar?” Rabi’ah kemudian menceritakan perkara yang menimpa mereka. “Wahai Rasulullah, tadi terjadi begini dan begitu. Lalu, Abu Bakar mengatakan kepadaku sepatah kalimat yang dia sendiri tidak menyukainya. Maka, dia menyuruhku untuk mengucapkan kalimat yang sama kepadanya agar menjadi balasan yang setimpal terhadapnya. Tapi, aku tidak mau,” ungkap Rabi‘ah. Mendengar penjelasan Rabi‘ah, Rasulullah tersenyum dan bersabda, “Ya, sudah tepat apa yang engkau lakukan. Jangan membalasnya dengan ucapan serupa. Tapi, katakanlah, ‘Semoga Allah mengampuninu, wahai Abu Bakar.’” Kemudian Rabi‘ah pun mengatakan hal serupa, “Semoga Allah mengampunimu, wahai Abu Bakar.” Mendengar nasihat Rasulullah dan perkataan Rabi‘ah,
foto: jessgibbsphotography.com
tangis Abu Bakar pecah, dia bergegas merangkul Rabi‘ah dan kembali meminta maaf. (Disarikan dari Hadis Riwayat Ahmad). Uniknya, sengketa pohon kurma sama sekali sudah mereka lupakan. Abu Bakar dan Rabi‘ah merupakan pribadi yang patut kita contoh. Bagaimana tidak, seorang Abu Bakar yang begitu terkenal dengan keluhuran imannya tak segan untuk minta maaf tatkala berbuat lalim. Bahkan, dia melakukannya dengan segera tanpa perlu menunggu momen Idul Fitri. Tak cuma itu, Abu Bakar malah meminta Rabi‘ah untuk membalasnya dengan perlakuan setimpal. Sikap yang ditunjukkan oleh Rabi‘ah pun tak kalah mulia. Dia tidak ingin membalas saudaranya dengan perkataan kasar, meskipun disuruh oleh Abu Bakar. Dia tidak ingin melukai perasaan Abu Bakar, meskipun dia dilukai oleh perkataan kasar.
Nasihat yang diajarkan oleh Rasulullah juga sama-sama mengandung budi pekerti yang luhung. Alih-alih membalas perkataan kasar yang setimpal, kita malah dianjurkan untuk mendoakan mereka. Sungguh luar biasa. Kita melihat bagaimana Islam mendidik umatnya untuk senantiasa rukun dan saling memaafkan. Inilah sepenggal kisah tentang bagaimana permohonan maaf dilayangkan begitu sungguhsungguh. Juga, tentang seorang yang begitu berlapang dada memaafkan orang lain. Melalui momen Ramadhan dan Lebaran ini, marilah kita sungguhsungguh ketika minta maaf, termasuk bersedia memaafkan orang lain. Sebagaimanya disunggung dalam Al-Baqarah (2) ayat 237 bahwa sifat pemaaf mendatangkan ketakwaan. Lalu, diperkuat dengan firman Allah
POIN PERUBAHAN Sifat pemaaf mendatangkan ketakwaan.
dalam Ali ‘Imran (3) ayat 133134, “Bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan dapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang bertakwa, yaitu orang yang berinfak, baik pada waktu lapang maupun sempit, serta orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan kesalahan orang lain. Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan.” Iqbal
#tadabur
MENUJU MASYARAKAT
SADAR ZAKAT Wawancara dengan Prof. Dr. Didin Hafidhuddin (Ketua BAZNAS)
Selaku ajaran yang rahmatan lil ‘alamin, Islam tidak cuma mengurus ibadah yang sifatnya personal saja. Banyak dari ibadahibadah dalam Islam yang bersifat sosial, misalnya zakat. Berbeda dengan ibadah seperti shalat, puasa, dan naik haji yang bersifat individu dan vertikal, zakat punya corak sosial yang tinggi. Bahkan, dalam konsep ideal, bila zakat ditinggalkan maka pembangunan suatu negeri akan terpancang. Akan tetapi, bukan berarti ibadah lain tak punya dimensi sosial, tentu saja punya, namun porsi zakat tetap paling besar. Berbicara zakat di Indonesia, kita akan terperanjat dengan potensi yang luar biasa. Merujuk hasil riset Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS), potensi zakat nasional mencapai angka Rp217 triliun, mengingat kita adalah negeri dengan populasi Muslim terbesar di dunia. Ketua BAZNAS, Prof. Dr. Didin Hafidhuddin mengakui bahwa potensi besar itu belum terserap secara maksimal. “Tahun 2011 saja kita hanya
80
Percikan Iman No. 07-08 Th. XIV Ramadhan-Syawal 1434 H
menyerap 0,8% dari potensi, yakni Rp1,73 triliun,” paparnya saat MaPI temui di kantor BAZNAS di Jakarta beberapa waktu lalu. Meski minim, Didin tetap optimis. Baginya, kesadaran berzakat di Indonesia sudah baik dan memiliki kurva naik setiap tahunnya. Hal itu terbukti akhir 2012 lalu, dana zakat yang terkumpul mencapai Rp2,73 triliun, atau satu persen dari potensi dan naik satu triliun dari tahun sebelumnya. “Kita bisa melihat, angka itu setiap tahunnya meningkat. Bukan tidak mungkin tahun ini (2013) kita bisa menembus angka tiga triliun!” Bahkan, Didin percaya bila dana zakat dikelola secara profesional dan baik pasti akan berdampak signifikan pada pembangunan. “Sebenarnya, angka-angka itu adalah zakat yang terhimpun dan terdata oleh BAZNAS,” tambah Didin. Kita tahu bahwa pengelolaan zakat di Indonesia masih tersebar dan belum terpusat seperi di Malaysia. Hal ini memungkinkan tataran masjid dan majelis taklim sekalipun mengelola
foto: wallpaper4me.com
dana zakat, yang barangkali tidak terdata oleh BAZNAS. “Saya yakin jumlah dana zakat di Indonesia lebih dari tiga triliun yang semua tersebar di pelosok Nusantara,” pungkas Didin. Selain dari data dan angka yang fantastis, kesadaran masyarakat terhadap zakat juga sudah mulai terbentuk. Berbeda dengan Malaysia yang memiliki pengelolaan zakat terpusat dan diatur sepenuhnya oleh negara. Budaya zakat di Indonesia terbentuk dari kesadaran masyarakat, pemerintah hanya fasilitator semata. “Jika di Malaysia itu polanya dari ‘atas’ ke ‘bawah’ tapi di Indonesia sebaliknya, masyarakatlah yang punya andil besar, semangat masyarakat akan zakat yang tinggi ini kemudian mendorong pemerintah.” Melihat situasi inilah, pemerintah kemudian meningkatkan kapasitasnya melalui UndangUndang No.23/2011 tentang Pengelolaan Zakat (UUPZ) yang dilimpahkan ke BAZNAS. Salah satu agenda nasional dari pemerintah adalah memberantas kemiskinan. Kita tidak bisa menutup mata bahwa Indonesia memiliki jumlah penduduk miskin yang besar, sekitar 29,13 juta (data Maret 2012). Zakat dalam Islam punya fungsi memberantas kemiskinan, bukan? Itu artinya, bila pengelolaan zakat baik, maka sektor yang satu ini bisa diatasi. Kolaborasi pemerintah dengan lembaga amil sangat diperlukan. Malah, lanjut Didin, dana zakat kini telah mulai diberdayakan untuk fasilitas-fasilitas publik. “Mulai dari pembangunan rumah sakit gratis, sekolah, sarana ibadah, hingga infrastruktur lainnya di sektor riil, misalnya saja dana zakat digunakan untuk membangun sarana air bersih di desa terpencil.” Melalui konsep pemberdayaan ini, diharapkan dana zakat dapat
terdistribusi dan termanfaatkan secara maksimal. Sehingga, tak cuma jadi dana konsumtif belaka. Harapannya, zakat dan pembangunan akan terus bersinergi mewujudkan masyarakat yang lebih sejahtera. Karena zakat bukan filantropi semata, tetapi di dalamnya tekandung nilai-nilai ibadah (sebagai kewajiban) dan hak-hak orang lain (delapan penerima zakat). Sehingga, sangat tidak mungkin bila zakat dipisahkan dari pembangunan. Sangat jauh berbeda dengan sifat filantropi yang sesaat dan konsumtif. Pengelolaan zakat bak kepingan puzzle. Masing-masing dari kita memegang satu keping. Semua harus terlibat, agar mendapat “gambar” yang sempurna. Zakat Fitrah Tentu kata ini sudah tidak asing bagi kita. Terutama, saat Ramadhan seperti sekarang. Semua Muslim diwajibkan menunaikan zakat fitrah. Karena itulah sebagian ulama menyebutkan zakat ini sebagai zakat nufus atau zakat jiwa. Lantaran bentuk perhitungan zakat ini menggunakan hitungan per orang (jiwa), bukan harta. Hal ini berdasarkan perkataan Ibnu Umar r.a., “Diwajibkan zakat fitrah oleh Rasulullah pada bulan Ramadhan kepada seluruh Muslim, baik orang merdeka ataupun budak, baik laki-laki maupun perempuan, yaitu satu sha’ kurma.” (H.R Bukhari dan Muslim) Sebagaimana waktunya, kadar zakat fitrah punya perhitungan tersendiri. Kadar zakat ini adalah satu sha’. Para ulama sepakat bahwa satu sha’ setara dengan 3,5 liter atau 2,7 kilogram makanan pokok, baik itu tepung, gandum, kurma, maupun beras. Bisa juga dikonversi dengan uang yang memiliki nilai sama. Biasanya, pelaksanaan zakat fitrah dilakukan
dalam skala lokal di masjid-masjid atau lembaga amil zakat kecil. Distribusinya pun dilakukan di lokasi setempat. Karena memang fungsi zakat fitrah adalah untuk memberi makan fakir miskin, sehingga tidak ada yang kelaparan saat “hari kemenangan” tiba. Meski dikelola secara independen oleh DKM Masjid atau majelis taklim, tetap saja perlu dilakukan secara profesional dan transparan. Hal ini maksudkan untuk menghindari penyelewengan dana umat. Didin menegaskan, pengelolaan zakat yang terbuka dan laporan keuangan yang baik bisa menjadi modal kepercayaan publik. Dengan begitu, masyarakat yang ingin berzakat melalui lembaga amil lokal lebih tenang. “Tentu kita tidak ingin ada lembaga amil yang abal-abal, hanya muncul ketika Ramadhan tiba,” ungkap Didin. Penataan adalah konsekuensi bila kita ingin maju. Melalui momentum Ramadhan dan zakat fitrah, Didin berharap kesadaran masayakarat akan zakat semakin meningkat. Mulai dari mental sadar zakat, lembaga amil yang profesional dan amanah, hingga sistem pemerintahan yang lebih baik. Semua demi kesejahteraan bersama. Iqbal
POIN PERUBAHAN Zakat punya corak sosial yang tinggi. Bahkan, dalam konsep ideal, bila zakat ditinggalkan maka pembangunan suatu negeri akan terpancang.
Percikan Iman No. 07-08 Th. XIV Juli-Agustus 2013 M
81
#resensibuku
ABDULLAH BIN MAS‘UD BETISNYA LEBIH BERAT DARI GUNUNG UHUD
Kisah Sang Penggembala Kambing Seorang anak kecil siang itu tengah menggembalakan sekawanan kambing milik Uqbah bin Mu‘aith. Saat sedang menjalankan tugasnya, tiba-tiba ia melihat dari kejauhan dua orang lelaki datang menuju ke arahnya. Keduanya kelihatan sangat letih dan kehausan. Begitu tiba di dekatnya dan setelah memberi salam, salah seorang kemudian
82
bertanya apakah ia mempunyai susu untuk menghilangkan dahaga mereka. “Maaf aku hanyalah seorang penggembala. Kambing-kambing ini bukan milikku sehingga aku tak bisa memberi kalian minum…,” dengan tegas remaja itu menjawab. “Apakah kamu punya kambing betina tua yang tidak lagi dikawini oleh salah seekor jantan?” tanya
Percikan Iman No. 07-08 Th. XIV Ramadhan-Syawal 1434 H
salah seorang lagi di antara mereka. “Ada,” jawab remaja itu sambil bergegas mengambil kambing yang dimaksud dan bergegas memberikannya kepada lelaki yang bertanya tadi. Ajaib. Seketika kantung susu kambing yang tadinya kempis itu mendadak penuh setelah orang itu mengusapnya. Temannya bergegas mengambil batu cembung untuk menampung susu yang dihasilkan kambing muda tersebut. Mereka bertiga kemudian meminum susu tersebut hingga kenyang. Setelah itu, lelaki itu kembali mengusap kantung susu kambing itu sehingga menjadi kempis seperti semula. Itulah awal pertemuan Abdullah bin Mas‘ud, remaja pengembala dengan dua manusia mulia, Rasulullah Saw. dan Abu Bakar Ash-Shiddiq. Pertemuan yang sangat membekas di hati Abdullah bin Mas‘ud. “Ajarkan aku keajaiban yang pernah engkau tunjukkan,” pinta
foto: desert-track.com
Abdullah bin Mas‘ud kala menemui Rasulullah usai peristiwa yang sangat membekas di hatinya itu. Peristiwa menakjubkan yang kemudian membuatnya mencari tahu siapa dua orang tersebut. Setelah mengetahuinya, Abdullah memutuskan untuk ikut bersama manusia mulia tersebut. Berkah Pengajaran Rasulullah Sejak saat itu, Abdullah bin Mas‘ud senantiasa mengikuti Rasulullah Saw. Dari Rasulullah ia belajar banyak hal. Tak heran jika kemudian Abdullah bin Mas‘ud tumbuh menjadi pemuda yang cerdas sesuai dengan perkataan Rasulullah bahwasanya ia nanti akan menjadi pemuda yang terpelajar. Tentang kecerdasannya maka Rasulullah berkata, “Pelajarilah Al-Qur’an dari empat orang, Abdullah (maksudnya bin Mas’ud), Salim (budak Abu Hudzaifah), Muadz bin Jabal, dan Ubay bin Ka‘ab” (H.R Tirmidzi). Abdullah sendiri meriwayatkan setidaknya mencapai 848 hadis. Abdullah bin Mas‘ud masuk Islam sebelum masuknya Rasulullah ke Darul Arqam. Ia juga mengikuti semua peperangan yang diikuti Rasulullah. Ia juga ikut bersama rombongan kaum Muslim berhijrah ke Habasyah sebanyak dua kali. Bahkan, dalam Perang Badar, ia juga menjadi salah seorang yang berhasil membunuh sang durjana, Abu Jahal. Suatu hari, Abdullah bin Mas‘ud bermaksud mengambil sebatang ranting pohon untuk dijadikan siwak. Ketika berada di atas, tiba-tiba angin berembus sangat kencang sehingga tersingkaplah bagian bawah pakaiannya. Saat itu, terlihat kedua telapak kaki dan betisnya yang kecil. Para sahabat yang melihatnya seketika tertawa melihatnya. “Apa yang sedang kalian tertawakan?” tanya Rasulullah
yang melihat sahabatnya sedang menertawakan sesuatu. “Kedua betis Abdullah bin Mas‘ud yang kecil, wahai Nabiyullah,” jawab sahabat. ”Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh kedua betisnya itu di mizan nanti lebih berat timbangannya daripada Gunung Uhud.” ucap Rasulullah Saw. membungkam tawa mereka. (H.R. Ahmad) Abdullah bin Mas‘ud yang berasal dari keluarga miskin memang berperawakan kurus lagi kecil. Sebelumnya, ia sempat merasa rendah diri karenanya. Namun, perkataan Rasulullah itu membuatnya kembali percaya diri. Apalagi, Rasulullah senantiasa menekankan bahwasanya yang dilihat oleh Allah nantinya bukanlah fisik, kekayaan, maupun kedudukan. Namun, hanyalah ketakwaan yang dapat mengantar seseorang menuju jannah-Nya. Keberaniannya Ketika sedang bersama Rasulullah dan para sahabat, ada yang berkata bahwa seandainya ada di antara mereka yang berani untuk memperdengarkan bacaan Al-Qur’an di hadapan kaum Quraisy dengan suara yang lantang. Mendengar hal itu, Abdullah bin Mas‘ud segera menyatakan kesediaannya. Namun para sahabat mencegahnya. Mereka khawatir karena hal itu akan membuat marah kaum Quraisy. Akibatnya, Abdullah bin Mas‘ud akan dianiaya, apalagi tidak mempunyai kaum kerabat yang dapat membelanya sekiranya hal itu terjadi. Abdullah bin Mas‘ud tetap bersikeras. Ia pun berangkat menuju balai pertemuan, tempat berkumpulnya kaum Quraisy Makkah waktu itu. “Bismillahirrahmaanirrahim,” Abdullah naik di tempat yang tinggi dan dengan suara yang
keras dan lantang membaca Surah Ar-Rahman. Kaum kafir Quraisy yang sedang berkumpul merasa terkejut. Mulanya, mereka tak tahu apa yang dibaca oleh Abdullah bin Mas‘ud. Ketika menyadarinya bahwa apa yang dibaca itu sama dengan yang sering dibaca oleh Rasulullah, mereka pun menjadi marah. Seketika mereka bangkit dan memukuli Abdullah bin Mas‘ud yang masih meneruskan bacaannya. Dengan babak belur, Abdullah bin Mas‘ud kembali ke tempatnya semula. “Inilah yang kami khawatirkan akan menimpamu,” ucap para sahabat menyayangkan keberanian Abdullah bin Mas‘ud. “Sesungguhnya aku tidaklah takut. Kalau kalian mau, aku masih bersedia melakukan hal yang sama hari ini dan seterusnya,” tantangnya kembali. Atas keberaniannya itu, Allah tidaklah menyia-nyiakan pengorbanannya. Abdullah bin Mas‘ud dikaruniai kemampuan membaca Al-Qur’an sebagaimana diturunkannya. Ia juga mampu memahami kandungan arti dan maksud dari suatu ayat. Oleh karena itu, Rasulullah memberikan pujiannya. “Barang siapa yang ingin membaca Al-Qur’an sebagaimana ketika Al-Qur’an itu diturunkan, maka bacalah sebagaimana cara membaca Ibnu Ummi Ibdin (Abdullah bin Mas‘ud)” (H.R. Ahmad). Rasulullah juga sangat suka mendengarkan bacaan Abdullah bin Mas‘ud. Beliau pernah meminta Abdullah membacakan Al-Qur’an untuknya. Mulanya, Abdullah menolak karena sungkan. Bukankah Al-Qur’an diturunkan kepada Rasulullah? Namun, karena Rasulullah mengatakan ingin mendengarkan Al-Qur’an dari orang lain, maka Abdullah pun menyanggupinya.
Percikan Iman No. 07-08 Th. XIV Juli-Agustus 2013 M
83
Abdullah pun membacakan penggalan Surah An-Nisa ayat 4142. Abdullah tak lagi meneruskan bacaannya ketika Rasulullah mengatakan cukup dan di wajahnya meleleh air matanya. Bertemu Sekawanan Jin Satu lagi kisah menarik dari Abdullah bin Mas‘ud. Suatu ketika, Rasulullah mengajak para sahabatnya untuk bersama-sama menemui sekelompok jin yang telah beriman kepada beliau. Sekelompok jin tersebut meminta Rasulullah membacakan Al-Qur’an kepada mereka. Ternyata, hanya Abdullah bin Mas‘ud yang mengikuti ajakan beliau. Mereka berdua kemudian berangkat menuju tempat yang tinggi yang ada di daerah Makkah. Setelah tiba, Rasulullah segera membuat garis dan meminta Abdullah untuk tidak keluar dari batas garis tersebut. Setelah itu, Rasulullah meninggalkan Abdullah yang kemudian membaca Al-Qur’an sembari menunggu kedatangan Rasulullah. Saat itulah ia merasa dikerumuni oleh makhluk yang berjumlah sangat banyak. Mereka menghalanginya sehingga tidak dapat melihat keberadaan Rasulullah dan mendengar suaranya. Akhirnya, setelah beberapa lama, sebagian besar makhluk itu pun pergi secara berkelompok laksana awan. Sebagian yang lain tetap tinggal hingga fajar mulai terlihat. Rupanya mereka adalah sekelompok jin. Mereka mendatangi tempat itu untuk belajar langsung kepada Rasulullah. Ketika semua telah pergi, maka Rasulullah kembali mendatangi Abdullah dan menanyakan apakah ia sempat tertidur selama menunggu tadi. “Tidak,” jawab Ibnu Mas‘ud “Sesungguhnya berkali-kali saya ingin meminta bantuan
84
kepada orang-orang, tapi saya mendengarmu memberikan isyarat dengan suara tongkat kepada jin-jin itu agar mereka duduk.” “Bila engkau keluar dari garis itu, aku tidak bisa menjamin engkau selamat dari sambaran sebagian mereka.” Nabi Muhammad Saw. memberi tahu Ibnu Mas‘ud. Akhir Hayatnya Di masa Khalifah Umar bin Khattab, Abdullah bin Mas‘ud diangkat menjadi hakim dan pengurus kas negara di Kufah. Abdullah bin Mas‘ud adalah simbol bagi ketakwaan, kehati-hatian, dan kesucian diri. Suatu hari, Abdullah bin Mas‘ud berkunjung ke Madinah. Sesampainya di sana, Abdullah bin Mas‘ud jatuh sakit dan setelah beberapa lama meninggal dunia. Ia pun dimakamkan di Baqi pada tahun 32 H. Salah satu sahabat yang ikut mensalatkan jenazahnya ialah Utsman bin Affan r.a. *** Demikian satu dari kisah dalam buku ini. Selain kisah Abdullah bin Mas‘ud tersebut, masih banyak kisah Abdullah-Abdullah lain yang sangat menginspirasi. Abdullah merupakan nama yang paling dicintai Allah. Dalam nama tersebut sesungguhnya terdapat kalimat tauhid, yaitu mengesakan Allah. Hal ini menunjukkan bahwa pemilik nama ini hanya mengakui bahwa Allah-lah yang menjadi satusatunya sembahannya. Karena keutamaan nama inilah, tidak heran jika di kalangan para sahabat Nabi Muhammad Saw. terdapat sekitar 300 orang yang bernama Abdullah. Bukan hanya nama mereka yang begitu mulia karena menggambarkan penghambaan kepada Sang Pencipta-nya, para Abdullah di sekitar Rasulullah juga memiliki beragam kisah yang
Percikan Iman No. 07-08 Th. XIV Ramadhan-Syawal 1434 H
begitu menginspirasi. Ada Abdullah yang sangat kuat beribadah, ada Abdullah yang meski tunanetra tapi mati syahid, ada Abdullah yang dijuluki sebagai bapak para dermawan, ada Abdullah yang merupakan pemuka Yahudi yang kemudian masuk Islam, ada Abdullah yang pakaiannya diganti dengan pakaian surga, ada Abdullah yang merupakan saudara sesusuan Rasulullah, dan ada pula Abdullah yang disebut-sebut sebagai manusia terbaik setelah Rasulullah Saw. Siapa saja mereka? Simak kisah selengkapnya di buku ini dan mungkin Anda akan terinspirasi untuk menamai anak Anda Abdullah.
Judul: PARA ABDULLAH DI SEKITAR RASULULLAH Penulis: HAERIAH SYAMSUDDIN ISBN: 978-979-3838-60-1 Ukuran: 13 x 20 cm Halaman: x + 126 Terbit: Juni 2013 M/Sya’ban 1434 H Penerbit: Khazanah Intelektual
#karikatur
kapan ya umat islam bisa tenang beribadah saat ramadhan dan lebaran? Percikan Iman No. 07-08 Th. XIV Juli-Agustus 2013 M
85
#meskisatukata
MENGGELIKAN
Idul Fitri datang lagi tahun ini. Hari raya ini dianggap sebagai titik balik umat Islam untuk kembali pada fitrah kesuciannya. Seyogianya, setelah sebulan penuh menempa diri dengan berbagai amal ibadah, kita memulai lagi lembaran baru “buku” catatan amal kita dengan kesucian. Tidak salah kiranya kalau banyak umat Islam demikian mengagungkan hari fitri ini. Namun, cara kita merayakannya sungguh menggelikan! Sungguh menggelikan bagaimana kita merasa cukup memerhatikan orangtua di kampung hanya dengan berkunjung saat Idul Fitri. “Demi mencari penghidupan yang lebih baik” merupakan alasan utama kita meninggalkan orangtua di kampung. Saat mudik Lebaran, kita membawakan beragam buah tangan untuk orangtua kita, dari makanan hingga pakaian. Kepada orangtua yang telah lama ditinggalkan, kita sibuk bercerita tentang ramainya kota. Kepada orangtua, kita bertanya bagaimana kabar sawah dan ternak sejak kita tinggalkan setahun lalu. Dijawab oleh orangtua kita bahwa baru minggu lalu mereka panen dan dua ekor kambing betina sekarang tengah bunting. Semua cerita
86
diselingi gelak tawa. Semua bahagia. Namun, kehangatan perhatian untuk orangtua itu hanya berlangsung sehari. Ya, hanya saat Idul Fitri! Sugguh menggelikan bagaimana kita merasa cukup dermawan dengan hanya menyantuni fakir miskin di hari Fitri. Zakat fitrah tentu kita keluarkan sebagai sebuah kewajiban untuk membantu fakir miskin. Selain menyerahkan beras sebagai paket zakat fitrah, kita tidak lupa melengkapinya dengan bahan pokok lainnya, semisal gula, minyak, tepung, dan terkadang mi instan yang sudah kadung dianggap sebagai bahan pokok oleh masyarakat kita. Kepada keponakan, kita tidak lupa membagikan uang jajan Hari Raya. Tidak tanggung, jumlahnya kadang di atas Rp50.000, bahkan untuk yang masih batita sekali pun. Tidak mengapa, namanya juga Lebaran. Namun, kedermawanan itu hanya berlangsung sehari. Ya, hanya saat Idul Fitri! Sungguh menggelikan bagaimana kita merasa sudah menjalin ikatan silaturahmi yang erat hanya dengan berkirim kartu ucapan elektronik. Kecanggihan gadget komunikasi yang kita
Percikan Iman No. 07-08 Th. XIV Ramadhan-Syawal 1434 H
miliki saat ini memungkinkan kita mengirim kartu ucapan elektronik atau mengirim pesan “Selamat Idul Fitri” dengan cara yang mudah dan cepat. Dengan sekali tekan, kita bisa mengirimkan kartu ucapan elektronik atau pesan “Selamat Idul Fitri” ke banyak orang dengan cara broadcast atau send to all. Ya, ke semua orang, bahkan mereka yang sudah jarang kita kontak dengan berbagai alasan, semisal orang yang dianggap tidak terlalu penting atau teman lama yang sudah kita lupa kenal dari mana. Namun, hangat ucapan selamat itu hanya berlangsung sehari. Ya, hanya saat Idul Fitri! Sungguh menggelikan bagaimana kita merasa cukup berjiwa besar dengan meminta dan memberikan maaf saat Idul Fitri. Tanpa segan kita meminta maaf, bahkan kepada suadara-saudara jauh yang jarang atau tidak pernah kita temui selama setahun ini. Tanpa segan pula kita memberi maaf kepada banyak orang yang datang ke rumah, bahkan kepada tetangga yang baru kita kenal sebulan ini yang kita hanya sempat bertegur sapa satu atau dua kali saja. Kepada orang-orang yang pernah berselisih paham, kita juga merasa memiliki tanggung jawab moral untuk meminta dan memberikan maaf. Toh, ini adalah Idul Fitri yang tidak baik bila diisi oleh amarah dan dendam. Namun, lapang dada itu hanya berlangsung sehari. Ya, hanya saat Idul Fitri! Menggelikan memang jika Idul Fitri diisi oleh hal-hal artifisial yang hanya akan berlangsung selama sehari saja. Kalau kita menginginkan agar tetap suci tidak hanya di hari Fitri, lantas mengapa kita mengunjungi orangtua, gemar berderma, menjalin silaturahmi, saling memaafkan hanya saat Idul Fitri? Sungguh sangat menggelikan! Muslik
foto: indervilla.com
Keluarga Besar Percikan Iman & Khazanah Intelektual Mengucapkan
“Selamat Idul Fitri 1434 H�
foto: hdwallpapers.com
Percikan Iman No. 07-08 Th. XIV Juli-Agustus 2013 M
87
88
Percikan Iman No. 07-08 Th. XIV Ramadhan-Syawal 1434 H
Percikan Iman No. 07-08 Th. XIV Juli-Agustus 2013 M
89
90
Percikan Iman No. 07-08 Th. XIV Ramadhan-Syawal 1434 H