Called (Dipanggil) Krisis dan Janji dalam Mengikut Yesus pada Masa Kini

Page 1


L iteratur P erkantas J awa T imur


Called

( Di pan g g i l ) Krisis dan Janji dalam Mengikut Yesus pada Masa Kini oleh Mark Labberton Originally published by InterVarsity Press as Called Copyright Š2014 by Mark Labberton Translated and printed by permission of InterVarsity Press P.O. Box 1400, Downers Grove, IL 60515-1426, USA Alih Bahasa: Paksi Ekanto Putro Editor: Milhan K. Santoso Penata Letak: Milhan K. Santoso Desain Sampul:Vici Arif Wicaksono Hak cipta terjemahan Indonesia: Literatur Perkantas Jawa Timur Tenggilis Mejoyo KA-10, Surabaya 60292 Telp. (031) 8413047, 8435582; Faks. (031) 8418639 E-mail: literatur.jatim@gmail.com www.perkantasjatim.org Literatur Perkantas Jatim adalah sebuah divisi pelayanan literatur di bawah naungan Persekutuan Kristen Antar Universitas (Perkantas) Jawa Timur. Perkantas Jawa Timur adalah sebuah kegerakan yang melayani siswa, mahasiswa, dan alumni di sekolah dan universitas di Jawa Timur. Perkantas Jatim adalah bagian dari Perkantas Indonesia. Perkantas sendiri adalah anggota dari perge-rakan International Fellowship of Evangelical Students (IFES). Untuk informasi lebih lanjut mengenai kegiatan yang ada secara lokal maupun regional di Jawa Timur dapat menghubungi melalui e-mail: pktas.jatim@gmail.com, atau mengunjungi Website Perkantas Jatim di www.perkantasjatim.org

ISBN: 978-602-1302-13-2 Cetakan Pertama: April 2015

Hak cipta di tangan penerbit. Seluruh atau sebagian dari isi buku ini tidak boleh diperbanyak, disimpan dalam bentuk yang dapat dikutip, atau ditransmisi dalam bentuk apa pun seperti elektronik, mekanik, fotokopi, rekaman, dlsb. tanpa ijin dari penerbit.


DAFTAR ISI Prolog.............................................................................................. Kehidupan Berkelimpahan

5

1 Dipanggil untuk Bertumbuh................................................

11

2 Gereja yang Terhilang di Tengah Dunia yang Terhilang.........................................................................

27

3 Panggilan Utama.....................................................................

45

4 Menempatkan Ulang.............................................................. Ke Mana Kita Dipanggil?

55

5 Mengarahkan Ulang............................................................... Bagaimana Kita Dipanggil?

73

6 Memfokuskan Ulang.............................................................. Kepada Siapa dan Kepada Apa Kita Dipanggil?

87

7 Jalan Orang-Orang yang Dikasihi Allah.............................

107

8 Jalan Hikmat............................................................................

127

9 Jalan Penderitaan....................................................................

137

10 Jadi, Allah Memanggil Saya untuk Melakukan Apa?........

149

Epilog............................................................................................... Perkara yang Utama—Garam dan Terang

175

Ucapan Terima Kasih...................................................................

188

Catatan............................................................................................

190



Prolog

KEHIDUPAN BERKELIMPAHAN

K

etika saya mempertimbangkan kemungkinan untuk merengkuh iman Kristen sebagai seorang mahasiswa muda, yang paling saya takutkan adalah iman itu akan membuat hidup saya menjadi semakin kecil, bukannya semakin besar. Kasih yang semakin berkurang, sukacita yang semakin berkurang, kreativitas yang semakin berkurang, keajaiban yang semakin berkurang, dan keterlibatan dengan dunia yang semakin berkurang. Saya sudah berjumpa dengan cukup banyak orang Kristen yang menjadi bukti nyata dari hal ini. Jadi, ketika saya pada akhirnya beriman kepada Kristus sebagai seorang mahasiwa, itu karena saya telah mendapati bahwa Yesus justru menyelamatkan orang dari kekerdilan yang pernah saya takuti. Saya melihat bahwa esensi dari kerajaan Allah adalah sebuah kehidupan yang lebih besar daripada jenis kehidupan yang dapat saya temukan di luar daripada itu.


6 | CALLED

Saya paham bahwa saat ini kita menjalani hidup pada masa di mana banyak orang menolak Injil karena menganggapnya terlalu kecil dan terlalu picik bagi tantangan yang kita hadapi. Saya sangat memahami betapa kehidupan Kristen tampak terlalu sempit untuk memiliki relevansi apa pun dengan dunia nyata beserta segala kompleksitasnya yang penuh kekacauan. Saya pun memahami betapa terpisahnya kehidupan Kristen dengan apa yang terlihat sebagai sebuah kelimpahan, kemerdekaan, dan sukacita. Sebagai seorang asisten peneliti dari seorang pendeta Anglikan dan penulis, John Stott, di tahun-tahun awal saya sebagai seorang percaya, saya telah menyaksikan kesetiaan John secara publik dan secara pribadi, baik sebagai seorang pembicara yang sangat terkemuka maupun sebagai seorang gembala rohani di balik layar bagi banyak orang lainnya. Apa yang telah saya lihat menjadi landasan bagi keyakinan saya tentang kelimpahan hidup sebagai seorang pengikut Yesus. Pada sebuah perjalanan ke India dan Bangladesh inilah, di sebuah sudut bangunan yang gelap dan bobrok dengan perapian luar ruangan di sana sini, belanga yang berjelaga, dan dikelilingi sederetan perumahan dari rumah sederhana yang dimiliki segelintir orang, di situlah saya mendengar seorang pemimpin Kristen global mengkotbahkan salah satu khotbahnya yang paling tidak terlupakan. Saya melihat bahwa kehidupan berkelimpahan yang saya harap-harapkan—di mana sang pembicara dan mereka yang menjadi pendengarnya berbagi—ternyata tampak secara nyata di dalam kehidupan mereka secara mendalam. Di kedalaman batin, mereka tidak dibatasi oleh apa pun; mereka tidak lagi terlihat kecil dan berkekurangan. Seorang kawan meminta John melakukan sesuatu. Ia adalah seorang pendeta yang melayani di Myanmar. Ia menyatakan per-


Prolog

| 7

mintaan yang lembut dan akrab: John, katanya, saya saat ini sedang melayani begitu jauh jaraknya dengan ibu saya yang sedang sekarat di Madras. Anda mungkin bisa bertemu dengannya lebih cepat daripada saya. Ia miskin, kesehatannya sedang merosot, dan giginya tanggal satu demi satu. Bersediakah Anda melakukan kunjungan pastoral baginya di lain waktu ketika Anda berada di India? Jadi, kami pun berangkat dengan informasi tentang lokasi yang tidak memadai, untuk menemui ibu dari kawan John yang sudah tua itu. Setelah berjam-jam mencari, bergerak meraba-raba melewati berbagai jalan yang penuh dengan gubuk dan pondok reyot yang sangat berbeda dari konstruksi kokoh yang baru saja kami tinggalkan tiga jam sebelumnya, kami pun sampai di depan pintu rumah ibu tua itu. Akhirnya, ia muncul dari ruang yang suram. Rapuh, tetapi berseri-seri penuh air mata sukacita. Oleh paksaannya, ia berlutut di depan kaki John dan mencium kedua kaki itu. Lalu, mereka berbincang sebentar melalui perantaraan seorang penerjemah. Di akhir kunjungan, ia meminta John untuk berbicara dan menaikan doa berkat baginya. Sebuah karpet kecil secara terhormat ditempatkan bagi John di tengah-tengah mereka di atas lantai tanah liat. Tanpa apa pun yang menyerupai mimbar, di mana John biasanya berkhotbah, ia pun mengkhotbahkan Yohanes 3:16. Itu adalah momen di mana John Stott berada pada kepenuhan puncaknya. Dipenuhi oleh kasih pada Yesus dan rekan pendetanya, John berbicara kepada ibu yang tetap beriman secara setia meskipun di tengah segala kemiskinannya itu, bukan sebagai seorang asing melainkan sebagai milik Allah sendiri. Ibu yang telah memberikan warisan hidup yang begitu melimpah bagi anaknya tersebut, menerima berkat dari ucapan syukur anaknya ketika John bersyafaat. Per-


8 | CALLED

kataan John sederhana dan jelas. Nada suaranya penuh belas kasih dan berwibawa. Kekuatan intelektual dan keterampilan verbalnya sepenuhnya menyatu. Jaminannya pun begitu pribadi dan lembut. Ia sepenuhnya hadir bagi sang ibu dan kebaikan Allah. Itu adalah khotbah paling hebat di sepanjang hidupnya dan khotbah itu telah membentuk pandangan saya tentang mengikut Yesus sejak saat itu. Adegan itu adalah sebuah momen yang kaya dengan anugerah Allah. Seorang pendeta di Myanmar, seorang janda di India, seorang pengkhotbah Inggris yang terkemuka, dan seorang murid magangnya dari Amerika. Kami begitu terhubung di dalam sebuah keluarga Kristus, oleh Kristus, dan di dalam Kristus, hingga sebuah transendensi yang melampaui kami semua serta seluruh keterbatasan kondisi kami mulai mengambil alih, dan memenuhi kami. Pengalaman itu menjelaskan tentang kehidupan berkelimpahan bagi saya dalam beragam istilah yang membentuk hati dan pikiran. Ini adalah sebuah kehidupan yang kemudian saya pahami secara konsisten terdapat pada banyak lelaki dan perempuan lain yang saya kenal ketika mengikuti panggilan untuk menjalani hidup setiap harinya sebagai para pengikut Yesus, apa pun jenis perjalanan hidup atau di mana pun tempat mereka di bumi ini. Inilah kabar baiknya; karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga karunia-Nya di dalam pemberian Anak Allah yang tunggal sanggup menata ulang dan memperbesar hati serta kehidupan kita. Beberapa waktu setelahnya, kehidupan John menjadi salah satu faktor yang kemudian membantu saya melihat jangkauan kosmik dan global dari Injil. Beribu-ribu orang telah mendengar John di atas mimbar besar memproklamirkan, “Allah kita


Prolog

| 9

adalah Allah yang global.� Tetapi saya sendiri mendengar hal itu di apartemen kecilnya di London, dalam perkataannya, doanya, dan berbagai suratnya. Meskipun Allah jelas memberikan beragam karunia untuk menopang pelayanan, namun pengaruh yang lebih kuat berasal dari karakter, yaitu buah-buah Roh Allah. Kharisma, pribadi yang menyenangkan namun sederhana, popularitas, pesona, dan kecakapan bisa saja memiliki arti penting. Tetapi, kesaksian yang lebih kuat berasal dari sebuah karakter yang dibentuk oleh kasih Yesus yang secara konsisten ditunjukkan dalam tindakan sehari-hari. Saya menyaksikannya pada hari itu dalam khotbah John dan dalam iman seorang janda bungkuk. Kerajaan Allah selalu bersifat intim, tetapi tidak pernah kecil. Inilah sesuatu yang telah menarik dan terus menarik banyak orang kepada Yesus. Bagaimana pun, segala sesuatunya berpangkal pada respons kita terhadap dua kata yang diucapkan Yesus: “Ikutlah Aku.� Ini adalah panggilan utama dari Allah yang menciptakan dan mendefinisikan gereja. Kita memikul kesaksian sejati atas kasih Allah ketika kita mendemonstrasikan kehidupan yang mengikut Yesus. Tetapi terlalu sering kita gagal menunjukkannya. Pemberian yang seharusnya kita berikan entah tidak tersedia atau tidak diterima. Padahal, dunia membutuhkan gereja yang sepenuhnya menghidupi panggilan ini. Segera. Kita tidak akan memecahkan krisis dari dalam gereja dengan memperlengkapinya melalui berbagai teknik terkini untuk menyelesaikan ketidakharmonisan antar denominasi, turunnya kehadiran jemaat pada aliran gereja tertentu, kemerosotan fisik serta finansial, dan berbagai kecenderungan mengkhawatirkan lainnya. Hal itu seperti menawarkan pelajaran berenang di sebuah kolam renang yang kosong. Kita pun tidak akan menyelesaikan krisis ini dengan pembaruan pribadi saja, yaitu dengan


10 | C A L L E D

mengajukan pertanyaan, “Apakah panggilan Allah bagi hidup saya?� Pertanyaan itu penuh kesungguhan, tetapi individualistis, seringkali mengabaikan panggilan bersama bagi seluruh umat Allah. Tetapi kita dapat memusatkan ulang hidup kita pada Yesus Kristus, yang memanggil kita untuk “hidup secara berbeda.� Apa pun konteks, pekerjaan, dan hubungan kita, ada perkara utama yang kita geluti setiap hari: yaitu, mengikut Yesus. Hidup kita terbuka setiap hari di antara keindahan dan kengerian serta segala sesuatu di tengah-tengahnya. Kesempatan kita terbuka luas, demikian juga dengan komitmen kita. Rentang pengalaman manusiawi kita demikian jauh di luar kendali kita. Artinya, beberapa orang memiliki kesempatan istimewa sementara jauh lebih banyak orang lainnya menjadi sasaran dari kemiskinan, kekerasan, dan ketidakadilan. Kehidupan yang elok. Kehidupan yang penuh derita. Semua jenis kehidupan dapat dirembesi oleh kehadiran Allah; semua jenis kehidupan penting artinya bagi Allah. Yaitu Allah yang disingkapkan oleh Alkitab, Firman yang menjadi daging di dalam Yesus Kristus. Allah telah datang di tengah-tengah kita di dalam Yesus Kristus untuk mengasihi dan menyembuhkan kita. Komunitas umat Allah, yaitu gereja, dimaksudkan untuk menjadi sebuah agen dan bukti dari transendensi itu. Ini adalah krisis dan janji dalam mengikut Yesus pada masa kini.


1 DIPANGGIL UNTUK BERTUMBUH

D

alam sebuah penerbangan panjang, saya baru saja selesai mendengarkan musik favorit saya, ciptaan John Coltrane. Saya kemudian melihat karya musik yang akhir-akhir ini saya unduh, tetapi belum pernah saya dengarkan sebelumnya. Itu adalah rekaman Four Seasons karya Vivaldi yang dimainkan oleh Joshua Bell dan Academy of St. Martin in the Fields. Karya itu, intensitas dan semangatnya, telah menjadi begitu penting bagi saya selama bertahun-tahun. Saya tidak tahu bahwa rekaman ini mencakup sebuah ringkasan video pendek dari Bell dan seluruh orkestra pada saat mereka berlatih untuk sesi rekaman. Saat itu, mereka memainkan gubahan yang sangat dramatis. Ketika saya membuka file, videonya langsung memutar. Saking terkejutnya, saya langsung terserap dan tersentuh sepenuhnya dengan apa yang saya lihat serta dengar sampaisampai rasanya seperti saya masuk ke dalam keadaan trans. Ke-


12 | C A L L E D

tika semuanya selesai, saya tersengal-sengal. Saya ingin bertanya kepada kru pesawat apakah saya bisa menggunakan mikrofon supaya saya dapat memberitahu semua orang bahwa hidup saya baru saja diubahkan. Dalam waktu tiga menit yang singkat itu, saya menyaksikan dan mendengar sendiri apa arti dari pertumbuhan manusia. Di dalam video itu, semua musisi, dengan pakaian santai yang mencerminkan latar belakang individual dan kepribadian masing-masing, menambahkan sesuatu pada instrumen serta peran khusus mereka pada seluruh simfoni secara keseluruhan. Setiap orang memiliki arti penting. Pada momen itu, setiap orang melakukan sesuatu yang hanya dapat dilakukan oleh dirinya sendiri dan mereka melakukannya dengan luar biasa baik. Bell, salah satu pemain biola terbaik dunia, menjadi konduktor bagi keseluruhan orkestra, sementara ia pun dengan brilian memainkan peran indahnya dalam karya Vivaldi itu. Pertumbuhan manusia terlihat indah baik dalam setiap bagian maupun keseluruhannya, dalam setiap individu maupun seluruh komunitas. Saya baru saja menonton karya singkat ini lagi, sebagaimana acap kali saya lakukan sejak momen istimewa dalam penerbangan itu. Setiap kali saya menontonnya, saya terpesona dengan keajaiban dari imajinasi manusia yang menciptakan karya itu; keahlian artistik, karunia, emosi, dan disiplin yang membuat segala sesuatunya menjadi mungkin; komunitas beserta segala keanekaragamannya, yang memberi ruang bagi setiap orang untuk menjadi sangat penting dan dibutuhkan; selain itu, kecerdasan dan kepemimpinan Bell saat ia berperan sebagai seorang konduktor dan pemain. Ini adalah sebuah ekspresi dari pertumbuhan manusia yang selalu terkait dengan yang satu dan yang banyak. Selalu terkait


D i pa n g g i l u n t u k B e r t u m b u h

| 13

dengan realisasi dan ekspresi dari sesuatu yang memberi hidup dan kreatif, sesuatu yang unik dan yang umum, sesuatu yang menggairahkan dan yang bermakna. Berbagai bentuk dari pertumbuhan manusia dapat ditemukan di sepanjang budaya dan masa. Bentuk-bentuk itu formal dan informal, publik dan privat, biasa dan luar biasa. Pertumbuhan ini terjadi di rumah, dalam keluarga, lapangan atletik, dalam pertemuan bisnis, di ruang kelas, di lingkungan perawatan, di tengah segala sukacita sekaligus di tengah segala derita, dalam konteks kemiskinan sekaligus dalam konteks kemakmuran, dalam bahasa apa pun dengan perantara apa pun dan di konteks apa pun di mana pertumbuhan itu terjadi. Allah yang diperkenalkan dalam Kitab Suci dan berinkarnasi dalam Yesus Kristus menghendaki umat yang bertumbuh dalam sebuah dunia yang bertumbuh. Ini adalah maksud dan komitmen Allah. Selain itu, Allah juga menciptakan manusia untuk bertumbuh dengan berkolaborasi dengan-Nya dalam menghasilkan upaya itu. Sedihnya, narasi Alkitab juga bercerita tentang bagaimana keinginan ilahi Allah ditumbangkan oleh manusia yang telah Allah ciptakan sebagai mitra untuk mencerminkan citra Allah dan mengelola ciptaan-Nya. Bahkan lebih lagi, Alkitab menceritakan kepada kita sebuah kisah panjang tentang bagaimana Allah tanpa kenal lelah mengejar kita dalam kesetiaan dan kasih. Allah berbagi dengan kita sebuah persekutuan, yang bersumber dari persekutuan dalam Bapa, Anak, dan Roh, yaitu sebuah persekutuan yang meluap-luap. Persekutuan inilah yang menjadi pengharapan serta keselamatan kita. Anda dan saya harus menjadi bukti nyata dari maksud Allah serta pengejaran Allah terhadap dunia pada masa kini. Anda dan saya. Bersama-sama. Gereja-Nya. Inilah panggilan kita se-


14 | C A L L E D

bagai para pengikut Yesus. Kita harus memenuhi panggilan bagi semua umat manusia, dan dengan demikian menunjuk pada tujuan sejati dari kehidupan manusia. Firman yang telah menjadi daging di dalam Yesus Kristus semestinya dapat memancar keluar melalui kita. Kita dimaksudkan untuk menjadi bukti utama dari kasih, anugerah, dan kebenaran yang terus bertumbuh dalam Yesus Kristus oleh Roh Kudus. Inilah alasan mengapa Yesus berkata bahwa para murid-Nya adalah garam bagi bumi dan terang bagi dunia. Kesaksian yang unik dan berkuasa dari Perjanjian Baru berpusat pada kehidupan, kematian, serta kebangkitan Yesus Kristus, juga pada anugerah Roh Kudus. Saat Anak Allah kembali kepada Bapa, Ia menyerahkan pelayanan yang tak terselubung dari kerajaan Allah kepada umat Allah (Mat. 28; Yoh. 21). Meskipun kerajaan Allah adalah karya Allah oleh Roh-Nya, namun kita bukanlah boneka manekin rohani belaka, yaitu sebuah wujud tanpa kehidupan. Kita dimaksudkan untuk menjadi agen-agen yang aktif, penuh keinginan kuat, dan menghasilkan buah bagi kerajaan. Roh Allah memampukan kita untuk hidup baik sebagai diri sendiri (dalam kejujuran dan kerendahan hati) maupun melampaui diri sendiri (dalam kasih dan pengorbanan). Semuanya ini jauh dari sesuatu yang sekadar biasa-biasa saja di dunia ini. Inilah alasan mengapa pewahyuan diperlukan dan tindakan hidup kita terhadap pewahyuan itu menjadi bagian dari tujuan Allah.

Sebuah Panggilan Alkitabiah

Panggilan adalah sebuah kata yang terkait dengan banyak hal. Jadi, mari melihatnya dengan jelas mengenai apa artinya dalam konteks ini.


D i pa n g g i l u n t u k B e r t u m b u h

| 15

Inti dari panggilan Allah adalah ini: yaitu, supaya kita menerima dan menghidupi kasih Allah bagi kita serta bagi dunia. Inilah makna dari dua hukum terbesar, yaitu bahwa kita diciptakan untuk mengasihi Tuhan Allah kita dengan segenap keberadaan kita dan mengasihi sesama manusia seperti diri kita sendiri. Alkitab secara umum dan Yesus secara khusus, menyingkapkan apa arti dari kehidupan yang semacam ini. Panggilan kita adalah persekutuan yang penuh kasih dengan Allah dan dunia yang Allah ciptakan. Hal ini meliputi identitas, komunitas, dan aktivitas kita. Siapa kita? Kita adalah umat pilihan Allah, anggota dari sebuah komunitas yang dikhususkan demi menggenapi tujuan Allah: Berfirmanlah TUHAN kepada Abram: “Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu; Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat. Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orangorang yang mengutuk engkau, dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat.� (Kej. 12:1-3)

Kita adalah umat yang hidup dalam kelimpahan kasih dan anugerah Allah, yang dicurahkan di dalam Yesus Kristus: Aku berdoa supaya Ia, menurut kekayaan kemuliaan-Nya, menguatkan dan meneguhkan kamu oleh Roh-Nya di dalam batinmu, sehingga oleh imanmu Kristus diam di dalam hatimu dan kamu berakar serta berdasar di dalam kasih. Aku berdoa, supaya kamu bersama-sama dengan segala orang kudus dapat memahami, betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus, dan dapat mengenal kasih itu, sekalipun ia melampaui segala pengetahuan. Aku berdoa, supaya kamu dipenuhi di dalam se-


16 | C A L L E D

luruh kepenuhan Allah. (Ef. 3:16-19)

Mengapa kita ada di sini? Kita ada di sini untuk mengasihi Allah dan mengasihi sesama manusia: “Guru, hukum manakah yang terutama dalam hukum Taurat?” Jawab Yesus kepadanya: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.” (Mat. 22:36-40)

Kita ada di sini untuk hidup dalam dunia sebagai agen-agen kasih Allah dalam Yesus Kristus: “Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang. Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi. Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu. Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di surga.” (Mat. 5:13-16)

Panggilan Allah mencakup berbagai tujuan yang mendasar bagi kehidupan kita dan juga panduan bagi pekerjaan serta aktivitas kehidupan kita yang nyata. Panggilan ini bukan sekadar sebuah kategori bagi mereka yang mengejar suatu bentuk tertentu dari pelayanan gerejawi yang kelihatan; panggilan ini adalah tentang keinginan Allah bagi seluruh hidup kita sebagai duta kera-


D i pa n g g i l u n t u k B e r t u m b u h

| 17

jaan Allah. Ini adalah panggilan utama kita. Panggilan utama ini berlaku bagi kita semua yang terarahkan secara alami dan yang sekunder adalah panggilan Allah bagi kita masing-masing secara khusus.

Yang Terutama Bukanlah Semak Duri yang Terbakar

Hanya sekali panggilan Allah yang berasal dari semak duri yang terbakar. Hanya sekali Allah berbicara, bahkan kepada Yesaya, “...di atas takhta yang tinggi dan menjulang...� (Yes. 6:1). Panggilan utama Allah bagi kita adalah untuk menjadi milik dari dan hidup bagi kemajuan perkembangan tujuan Allah di dunia. Pada saat yang sama, Allah juga bisa memanggil dengan beragam cara yang memberikan arah dalam kaitan dengan berbagai hal, seperti pekerjaan, karunia, relasi, dan lain sebagainya. Jadi panggilan Allah mencakup tujuan yang mendasar bagi kehidupan kita dan terkadang memberikan panduan bagi pekerjaan dan aktivitas nyata kita. Sebagai hasilnya, manusia banyak mengajukan pertanyaan tentang bagaimana hidup mereka terhubung dengan dunia. Apa arti hidup kita di dunia ini? Apa yang harus kita lakukan dalam keberadaan sebagai manusia? Mengapa kita ada di sini? Apakah ada alasan mengapa kita hidup, dan jika memang ada, maka bagaimana kita tahu apakah alasan itu? Pertanyaan-pertanyaan semacam ini dapat mengemuka karena keindahan dan kesukaan, tetapi juga karena beragam fakta menakutkan yang mengelilingi kehidupan kita sendiri maupun dunia di sekitar kita. Kita melihat ke sekeliling dengan keraguan, penderitaan, dan kesengsaraan. Ini semua adalah pertanyaan manusia yang diajukan di sepanjang sejarah peradaban oleh mereka yang ada di dalam ge-


18 | C A L L E D

reja maupun mereka yang ada di luar gereja. Hari-hari ini, dalam sebuah dunia yang luar biasa kompleks dan beragam, narasi alkitabiah paling pokok yang mencakup penciptaan, kejatuhan manusia ke dalam dosa, penebusan, dan penggenapan nubuatan seringkali ditolak serta disangkal. Bagi mereka, masalah kelihatan terlalu banyak tetapi bukti terlalu sedikit. Pandangan sekuler tampaknya yang paling dapat diandalkan: bahwa manusia ada di bumi ini untuk dirinya sendiri. Apakah kita sendirian di bumi ini? Tidak ada Tuhan, hanya kita? Apakah kita sekadar menghadapi sebuah jagat raya yang kosong, menjalani sebuah eksistensi biokimiawi, mengalami apa yang kita sebut sebagai derita dan sukacita, lalu mati? Apakah kita melihat pada sebuah dunia yang memiliki keindahan alami memesona dan memikirkannya sebagai sekadar material tanpa makna yang lebih agung? Apakah kita melihat pada miliaran manusia yang setiap hari menanggung penderitaan di tangan para penindas dan tirani, kemudian menganggapnya hanya sebagai sebuah fenomena dari konseksuensi atau utilitas sosial? Apakah kita mendapati perbuatan nyata dari kasih yang mengorbankan diri sendiri sebagai sebuah bukti dari kemajuan sosial evolusioner dan instingtif belaka? Lalu, kita juga bertanya, “Apakah ada harapan?� Apakah ada alasan untuk berpikir bahwa lintasan perjalanan penderitaan dan ketidakadilan manusia atau persoalan sosial dapat sungguh-sungguh dihentikan, bahkan dibalikkan arahnya? Apakah ada harapan bahwa dunia yang penuh dengan kemiskinan, kekerasan, dan ketidakadilan akan dapat berubah? Apakah ada harapan bahwa masalah hidup pribadi kita sendiri dapat benarbenar memberi jalan bagi sebuah bentuk kehidupan baru, bahwa kemerosotan kita dapat diputarbalikkan arahnya?


D i pa n g g i l u n t u k B e r t u m b u h

| 19

Semua pertanyaan itu mungkin saja terdengar filosofis, tetapi semua itu bersifat pribadi dan praktis. Dalam dunia nyata dan tindakan nyata, umat Allah diutus sebagai respons Allah yang menenteramkan bagi semua pertanyaan itu. Tetapi, hal itu hanya dapat menjadi nyata jika kita hidup dengan tulus dan sungguhsungguh di hadapan Allah dan sesama kita.

Mengapa Panggilan Itu Penting

Jika narasi Kitab Suci berperan menyampaikan sesuatu kepada kita, ini menggarisbawahi bahwa Allah bukanlah sesosok dewa dengan ide dan bentuk, melainkan sebagai Allah yang penuh kasih dan relasional. Titik berat dari pengejaran penuh kesetiaan dari Allah pencipta, Allah Israel, Allah seluruh dunia disampaikan melalui kisah di mana Allah berbicara, berjanji, mengejar, memanggil, melibatkan diri, menyingkapkan, menopang, menghibur, dan menebus. Semua ini adalah cerita tentang kasih karunia yang didemonstrasikan dan kebenaran yang dipraktikkan. Maka semua kata kerja di atas seharusnya menjadi petunjuk bagi kita terkait dengan arti dari panggilan. Hukum pertama dan kedua yang diajarkan oleh Yesus, yaitu mengasihi Allah dan mengasihi sesama manusia, adalah panggilan kita. Keduanya memberi kita panduan tentang aturan yang Allah inginkan mengenai bagaimana menjalani hidup ini. Kita menemukan hidup dengan melepaskan hidup dalam dua cara khusus ini. Kita melepaskan hidup, sekaligus memperolehnya juga, melalui tindakan menyerahkannya dalam penyembahan dan kasih. Umat Allah, dengan kuasa Roh Kudus, dimaksudkan untuk menjadi harapan bagi dunia, teladan bagi seluruh umat manusia, dan kesaksian apologetik, yaitu pertanggungjawaban hidup


20 | C A L L E D

atas iman, bahwa Allah itu hadir. Sekaligus bahwa tujuan Allah yang penuh kasih akan terwujud sepenuhnya. Ini adalah visi dan maksud Allah sebagaimana Yesus menggambarkannya. Berikut adalah krisis yang terjadi: kita telah diciptakan dan ditebus demi menggenapi panggilan ini, tetapi panggilan ini meleset dari genggaman kita. Para pengikut Yesus menjalani hidup dengan seluruh tekanan dan ambiguitas sebagaimana yang dialami juga oleh orang lain. Kita melihat sama jelasnya dengan orang lain di mana seringkali kasih begitu sering terlihat nyata dalam kehidupan banyak kawan atau kolega yang bukanlah orang percaya dibandingkan dengan mereka yang bergereja. Kita berkata bahwa kita mengikut Yesus, tetapi yang sesungguhnya kita perlihatkan adalah gedung ibadah, berbagai program, musik, kelas-kelas pengajaran, proyek berdana besar, dan permohonan dana. Panggilan kita telah berkerak dan terkubur di bawah tebalnya lapisan yang tidak memberikan suatu bukti hidup dengan signifikan. Beragam cuplikan video kemanusiaan yang menyebar luas di sosial media tampaknya lebih berhasil menyentuh sisi kemanusiaan dan kerinduan kita lebih dari yang dapat dilakukan oleh ibadah di gereja. Saya merasa terjebak dalam pusaran ini. Godaan di dalam gereja adalah keinginan untuk membawa lebih banyak badut dan mengundang lebih banyak pemeriah suasana, padahal solusi nyatanya adalah apa yang Alkitab deklarasikan sebagai panggilan kita: yaitu, menghidupi kasih sejati yang tampil di hadapan kebutuhan nyata seluruh umat manusia.

Membuat Sebuah Perbedaan

Pada satu waktu, saya terlibat dalam sebuah proses panjang untuk memperoleh kejelasan dari IRS tentang aspek teknis dan


D i pa n g g i l u n t u k B e r t u m b u h

| 21

rumit tertentu mengenai beban pajak saya (IRS atau Internal Revenue Service adalah sebuah biro khusus dalam Departemen Keuangan Pemerintah Amerika Serikat yang berwenang menjalankan dan mengawasi sistem perpajakan di Amerika). Setelah beberapa bulan menjalani korespondensi dan konsultasi hukum, akhirnya harinya pun tiba di mana kami mulai berbicara secara langsung. Mereka yang mengenal IRS memberitahu bahwa hal semacam ini akan menghabiskan waktu berbulan-bulan, bahkan mungkin lebih, untuk diselesaikan. Saya datang ke kantor IRS di Oakland. Saya menunggu. Dan, saya menunggu. Akhirnya saya diantar melewati banyak ruang bersekat ke salah satu ruang di mana saya bertemu dengan seorang wanita. Ia adalah agen yang akan membantu saya. Sendirian di dalam kantor IRS yang besar, tanpa harapan. Yap, saya pikir ini cukup menggambarkan kondisi di sana. Agen yang ada di tempat itu mendengarkan kasus saya, lalu mengambil semua surat yang diperlukan, kemudian meminta izin untuk berkonsultasi dengan seseorang yang lain. Saya menunggu selama 10 menit. 15 menit. 20 menit. 30... 40... 45 menit. Tak seorang pun masuk ke ruangan itu. Sejauh yang bisa saya katakan, agen itu tampaknya sudah menghilang. Tidak ada tanda-tanda kehidupan. Hanya sebuah ruang kotak yang kosong. Tiba-tiba, agen itu kembali. Ia menyerahkan kepada saya selembar surat dan berkata dengan ringan, “Ini, sudah selesai. Semuanya sudah diurus.� Jujur saja, saya tidak tahu apa yang ia maksudkan. Saya beranggapan ia berkata bahwa ia sudah membereskan tahap pertama. Padahal, yang ia maksudkan adalah seluruh proses itu sudah dibereskan. Ia menyerahkan surat itu dan menunjukkan


22 | C A L L E D

sembilan tanda tangan yang telah ia dapatkan dari semua tingkat manajeman IRS yang membuat masalah saya kini selesai. Masalah itu diselesaikan bagi saya. Di tempat itu, di tengah rapatnya sekat anonimitas dan ketidakberdayaan birokratik, saya menemukan seseorang yang menjadi pembela saya. Seseorang yang mendengar permohonan saya. Seseorang yang mengambil inisiatif untuk melakukan sesuatu atas nama saya, sesuatu yang tidak pernah dapat saya lakukan sendiri. Agen itu menemui saya pada saat saya merasa terisolasi dan takut, kemudian mengeluarkan saya dari ruangan dengan sebuah penyelesaian, padahal yang dapat saya harapkan hanyalah sebuah penundaan. Bagi saya, ini menjadi sebuah perumpamaan mengenai apa makna dari tubuh Kristus bagi dunia. Kita seharusnya menjadi orang-orang yang, di tengah luasnya jagat raya dan segala ketidakberdayaan manusia, tampil sebagai para pembela yang mewakili serta mewujudkan kehadiran Allah, yang adalah harapan bagi dunia. Tentu saja, kita bisa memilih untuk menjadi sekelompok birokrat. Muncul dan membagikan kertas, berdiri di bawah bayang-bayang, melakukan sedikit aksi, memiliki pengharapan yang rendah, menghabiskan waktu, memastikan bahwa kita dibayar dengan layak, mengurus kepentingan diri sendiri, dan mendemonstrasikan bentuk tetapi tanpa kehidupan. Dalam beberapa sistem, bahkan semua ini sudah terlampau banyak dari yang mungkin dapat dilakukan. Di kantor IRS di Oakland, di sana pun ada sistem, tetapi ada seseorang di dalam sistem itu yang siap untuk menjadi seorang pembela. Saya tidak tahu apa alasannya, tetapi agen itu melakukannya. Dan hal itu mengubah segalanya bagi saya.


D i pa n g g i l u n t u k B e r t u m b u h

| 23

Tidak setiap hari dalam pekerjaan kita dapat terlibat untuk membuat sebuah perbedaan praktis atau menghasilkan pemecahan masalah seperti yang telah saya alami. Demikian pula, tidak kita semua kita diminta untuk menjadi seorang Joshua Bell dan bermain di St. Martin in the Fields. Tetapi kita diciptakan untuk memiliki sebuah peran penting dalam komunitas umat Allah, yaitu umat yang menemukan kehidupan dengan menghidupi panggilan untuk mengasihi dan mengikuti Yesus Kristus serta mengasihi sesamanya manusia seperti dirinya sendiri. Sebagaimana permainan Bell begitu memikat dan kuat, demikian pula kasih yang kita temukan saat kita mengikuti Yesus. Begitu menghidupkan. Ini adalah janji penuh kemenangan dari panggilan kita, baik bagi kita maupun bagi dunia: kita akan memperoleh hidup yang berkelimpahan. Menurut terminologi Yesus, itu artinya kita menjadi orang-orang yang hidup dalam persekutuan yang mendalam dan penuh kasih dengan Allah semesta alam. Pada titik itu, kehidupan dicurahkan dalam kasih, sehingga sebuah dunia yang rusak dapat bersemi kembali. Sebaliknya, gereja justru melakukan tarian polka di tengah dunia yang sedang berjoget hip hop. Mungkin terlihat menarik karena kuno, tetapi jelas tidak nyambung. Kalangan remaja dan pemuda berkelana dalam pengabaian. Mereka memikul persoalan nyata mengenai masalah hidup, relasi, pekerjaan, dan seksualitas, dan ironisnya menemukan tempat atau komunitas lain yang bisa mereka sebut sebagai rumah. Orang-orang lain yang mengalami penderitaan, yaitu mereka yang bingung menghadapi masalah dalam pekerjaan, cemas tentang keadaan anak-anaknya, atau mendapati dunianya sebagai sebuah beban yang sangat berat, mereka berkelana mencari pertolongan, tetapi mereka tidak


24 | C A L L E D

dapat memercayai bahwa gereja adalah sebuah tempat di mana mereka bisa mengarahkan pandangan. Orang-orang dari segala usia yang capek dengan retorika, skeptis dengan bermacam formula, dan skeptis dengan kepastian, kerinduan akan persekutuan dan pengharapan sejati adalah bahan bagi sebuah kehidupan yang bertumbuh. Injil dan gereja tidaklah sama. Tetapi, bagi kebanyakan orang, keduanya tidak dapat dibedakan. Ketika umat Allah gagal menghidupi panggilannya, gereja menguburkan Injil. Itulah tempat di mana kita berada saat ini. Itulah krisis yang harus kita hadapi.

Praktik Mendengar dan menghidupi panggillan Allah secara khas terus berkembang seiring waktu dalam komunitas. Dengan dasar ini di benak kita, maka setiap bab akan mencakup beberapa cara untuk memupuk kehidupan dan praktik semacam itu. Semua hal ini diberikan tanpa maksud apa pun untuk mengimplikasikan bahwa sebuah panggilan bersifat otomatis, seragam, atau dipaksakan. Proses itu seringkali lebih memiliki nuansa khusus dan tak terduga. Tetapi sama halnya dengan disiplin rohani, Allah menghormati setiap usaha kita dan seluruh praktik ini diharapkan menjadi undangan untuk membawa kita secara sadar mencari, merefleksikan, memahami, dan mempraktikkan panggilan Allah, baik secara individual maupun bersama orang-orang lain. Di bidang mana Anda mengalami momen pertumbuhan? Musik? Seni? Relasi dengan orang lain? Atletik? Pendidikan? Pilihlah sebuah medium kreatif untuk membantu Anda merefleksikan momen pertumbuhan.


D i pa n g g i l u n t u k B e r t u m b u h

| 25

• Buatlah sebuah “karya seni pertumbuhan manusia” menggunakan foto-foto, potongan gambar, kata-kata, atau medium yang lain. Temukan foto-foto yang mengingatkan Anda tentang konteksnya, dan bukannya diri Anda sendiri di saat membutuhkan pertumbuhan. • Susunlah sebuah “daftar lagu pertumbuhan manusia.” Lagulagu mana yang membantu Anda mengalami momen pertumbuhan dan lagu-lagu mana yang mengingatkan Anda tentang perjalanan panjang untuk menjawab panggilan hidup Anda? Musik global atau kontrakultural apa yang dapat mengingatkan Anda tentang berbagai area lain di dunia yang sedang merindukan terjadinya pertumbuhan? • Tulislah sebuah daftar dari berbagai bidang dalam kehidupan Anda yang bertumbuh dan beberapa bidang lain yang tidak bertumbuh. Untuk tambahan praktik secara individu dan bersama, silahkan kunjungi fuller.edu/called. Di sana, Anda akan menemukan panduan studi enam sesi, berbagai sumber video, serta berbagai sumber gerejawi.


Crazy Busy (Super Sibuk) Sebuah Buku Pendek (Untungnya) tentang Sebuah Masalah yang (Sangat) Besar Kevin DeYoung “SAYA TERLALU SIBUK!”

Kita semua pernah mendengarnya. Kita semua pernah mengatakannya. Sudah terlalu sering kesibukan menjadi tuan atas kita. Hanya dengan melihat jadwal kita yang sangat padat menunjukkan bahwa sangatlah sulit mempertahankan keseimbangan yang baik antara tidak melakukan apa pun dan melakukan segala sesuatu. Itulah alasan Kevin DeYoung, penulis dan pendeta yang peraih penghargaan ini membahas masalah kesibukan secara terus terang dalam buku terbarunya Crazy Busy. Dia membahasnya bukan dengan nasihatnasihat manajemen waktu, tetapi melalui sarana-sarana alkitabiah sehingga dari situ kita bisa menghadapi inti masalahnya dan mencabut akar masalahnya. Crazy Busy amat sangat praktis dan luar biasa singkat, tapi buku ini bisa membantu Anda tidak lagi berkata “seperti biasa, sibuk.” Info lengkapnya kunjungi: www.literaturperkantas.com

Literatur Perkantas Jawa Timur Jl. Tenggilis Mejoyo KA-10, Surabaya 60292 Tlp. (031) 8435582, 8413047; Faks.(031) 8418639 E-mail: literatur.jatim@gmail.com, www.literaturperkantas.com



Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.