PUJIAN UNTUK GREAT COMMISSION, GREAT COMPASSION “Great Commission, Great Compassion adalah detak jantung Allah, ditulis oleh Paul Borthwick, hamba-Nya yang bersemangat, tentang bagaimana seharusnya inti Injil itu – tujuan, urgensi, praktik, dan pemberitaan dari Amanat Agung. Buku yang sangat dibutuhkan, yang membimbing kita kembali untuk menunjukkan kasih kepada dunia – unsur dan gaya hidup dasar yang dibutuhkan untuk mendorong kita memenuhi tujuan utama dari Sang Tuan. Buku ini menunjukkan cara terbaik untuk menggunakan semua yang kita miliki (intelektualitas, pikiran, kekuatan, jiwa, talenta dan karunia) untuk memperluas kerajaan Allah di dunia. Buku ini bisa memperbaiki dan mengubah banyak kesalahpahaman kita tentang harta milik, intelektualitas, dan energi. Gereja harus diingatkan bahwa langkah paling awal – dan yang paling akhir – dalam menggenapkan Amanat Agung dari Allah dalam segala tingkatannya untuk mewujudkan Injil adalah teladan Yesus sendiri yang terbaik dalam melakukan dan mengajar. Itu adalah cara tegas dan pasti untuk menikmati kedamaian sejati bagi semua orang. Saya akan menggunakan segala kesempatan untuk memastikan agar semua pemuda, terutama mahasiswa, anak muda dan pembinanya, dan setiap orang yang memuridkan bisa mendapatkan buku ini. Buku ini punya potensi kemampuan dan kekuatan untuk mengubah segala ambisi yang tidak benar ke dalam agenda misi Allah. Saya menrekomendasi buku ini bagi semua orang yang bersemangat dan berhasrat untuk menggenapkan Amanat Agung dengan Belas Kasih agung.” —Bala Usman, direktur nasional, Nigeria Fellowship of Evangelical Students (NIFES) “Buku ini tidak bicara tentang tren terbaru tapi Paul membagikan intiinti kekristenan yang telah dia ajarkan dan hidupi selama empat puluh tahun! Selama itu dia belajar bagaimana menyampaikannya dalam cara yang mudah tapi sulit untuk diabaikan. Semua kisahnya begitu menarik sehingga Anda tidak sadar dia sedang mempengaruhi pikiran Anda! Allah telah menggunakan Paul untuk membentuk banyak pandangan saya tentang misi. Dia menggunakan Paul untuk membentuk pandangan saya tentang bagaimana menjadi orang Kristen.” —Dave Swaim, pendeta, Highrock Network of Churches
“Great Commission, Great Compassion memberikan gambaran besar yang indah tenteng dua dimensi dari Injil. Tapi lebih dari itu, buku ini memberitahu kita cara menghidupi keseharian kita dalam dunia modern yang kompleks ini dalam ketaatan pada panggilan ini. Buku ini juga menjelaskannya secara mendalam, tapi pada saat yang sama juga secara sederhana dan praktis sehingga Anda tidak bisa menyelesaikan sebuah bab tanpa Anda merasa tahu sekarang bagaimana melakukan sesuatu yang bernilai – hari ini! Ini bukan sekadar buku yang baik bagi tim misi, ini sangat berguna untuk dibaca oleh setiap orang percaya yang ingin semakin taat pada Allah dan jalan-jalan-Nya.” —Jane Overstreet, CEO, Development Associates International “Sederhananya, Borthwick membuat Amanat Agung menjadi praktis, mudah dan bisa dipahami. Dia menantang kita untuk melihat bagaimana semua pilihan sehari-hari kita bisa membantu kita mengasihi dunia ini. Didasarkan pada perenungan Alkitab, kisah pengalamannya di seluruh dunia, Borthwick menunjukkan cara-cara yang sederhana, bisa dipraktikkan dalam keseharian sehingga kita bisa menghidupi perintah Yesus untuk mengasihi dunia-Nya.” —Nikki Toyama-Szeto, direktur, The IJM Institute for Biblical Justice “Great Commission, Great Compassion adalah buku yang bersemangat, berprinsip dan sangat praktis. Undangan dari buku ini sangat membawa harapan. Kemungkinan akan adanya pengaruh yang nyata tersedia bagi kita semua. Paul menulis apa yang sudah dia hidupi, diambil dari perjalan hidup yang telah membawanya mengelilingi dunia. Saya sangat merekomendasikan buku ini.” —Stephan Bauman, presiden dan CEO, World Relief “Bersama ratusan langkah praktis lanjutan, beragam kisah yang memberi pemahaman, belasan pandangan yang mendasar dan satu undangan strategis, buku ini meringkas tujuh hari seminar ke dalam bentuk yang bisa Anda baca, nikmati dan terapkan di setiap tempat dan segala waktu.” —Gregory L. Jao, wakil presiden, InterVarsity Christian Fellowship/ USA
L iteratur P erkantas J awa T imur
G reat Co m m i s s i on, G re a t C ompa s s ion (Am a na t A g u n g , Bel as K as i h A g u n g ) Mengikut Yesus dan Mengasihi Dunia oleh Paul Borthwick Originally published by InterVarsity Press as Great Commission, Great Compassion by Paul Borthwick Copyright Š 2015 by Paul Borthwick Translated and printed by permission of InterVarsity Press P.O. Box 1400, Downers Grove, IL 60515-1426, USA Alih Bahasa:Tim Literatur Perkantas Jatim Editor: Milhan K. Santoso Penata Letak: Milhan K. Santoso Desain Sampul:Vici Arif Wicaksono Hak cipta terjemahan Indonesia: Literatur Perkantas Jawa Timur Tenggilis Mejoyo KA-10, Surabaya 60292 Telp. (031) 8413047, 8435582; Faks. (031) 8418639 E-mail: literatur.jatim@gmail.com www.literaturperkantas.com Literatur Perkantas Jatim adalah sebuah divisi pelayanan literatur di bawah naungan Persekutuan Kristen Antar Universitas (Perkantas) Jawa Timur. Perkantas Jawa Timur adalah sebuah kegerakan yang melayani siswa, mahasiswa, dan alumni di sekolah dan universitas di Jawa Timur. Perkantas Jatim adalah bagian dari Perkantas Indonesia. Perkantas sendiri adalah anggota dari pergerakan International Fellowship of Evangelical Students (IFES). Untuk informasi lebih lanjut mengenai kegiatan yang ada secara lokal maupun regional di Jawa Timur dapat menghubungi melalui e-mail: pktas.jatim@gmail.com, atau mengunjungi Website Perkantas Jatim di www.perkantasjatim.org
ISBN: 978-602-1302-33-0 Cetakan Pertama: Agustus 2016
Hak cipta di tangan penerbit. Seluruh atau sebagian dari isi buku ini tidak boleh diperbanyak, disimpan dalam bentuk yang dapat dikutip, atau ditransmisi dalam bentuk apa pun seperti elektronik, mekanik, fotokopi, rekaman, dlsb. tanpa izin dari penerbit.
Sejauh mana saya telah berhasil mewujudkan gaya hidup Amanat Agung, Belas Kasih Agung terkait secara langsung dengan rekan seperjalanan saya yang luar biasa dalam perjalanan iman ini, istri saya, Christie. Hatinya yang mengasihi, pikirannya yang bijak, dan daya tahannya yang kuat telah membentuk hidup saya dan seluruh tulisan yang ada dalam buku ini. Saya dengan bersukacita mendedikasikan buku ini untuk dia.
DAFTAR ISI Prakata oleh Christopher J. H. Wright............................ 9 Pendahuluan: Pilihan........................................................ 11 BAGIAN SATU: LANDASAN ALKITAB........................... 19 1. Bagaimana Seharusnya Kita Hidup?............................ 21 2. Amanat dan Konteks.................................................. 27 Menjalankan Semua Perintah Terakhir Yesus 3. Lima Amanat Agung, Satu per Satu............................ 35 4. Amanat Agung............................................................ 45 Tiga Hal yang Perlu Diperhatikan 5. Belas Kasih Agung...................................................... 55 Melayani yang Tersisihkan 6. Belas Kasih Agung...................................................... 69 Delapan Hal yang Perlu Diperhatikan BAGIAN DUA: GAYA HIDUP YANG DIAMANATKAN... 79 7. Memilih...................................................................... 81 Terlibat dalam Misi Kerajaan melalui Pilihan-Pilihan Pribadi Kita 8. Belajar......................................................................... 91 Mengembangkan Sikap yang Mau Terus Belajar dan Menemukan Sesuatu
9. Melihat....................................................................... 103 Membuka Mata Kita dan Merespons Berbagai Kebutuhan dan Kesempatan 10. Berdoa........................................................................ 115 Ingatlah Kita Punya Jalan Masuk ke Takhta Allah Maha Kuasa 11. Menyambut dan Merayakan....................................... 131 Mencari Cara Menyambut Orang Asing 12. Menyederhanakan Diri dan Memberi......................... 149 Prioritaskan Gaya Hidup Murah Hati 13. Bersatu........................................................................ 165 Menemukan Orang dengan Pemikiran Sama dan Membela Orang Lain 14. Pergi........................................................................... 179 Melayani Lintas Budaya dan Meninggalkan Zona Nyaman Kita
Epilog: Menjadi Saksi bagi Semua Indra......................... 193 Ucapan Terima Kasih........................................................ 205 Lampiran: Seratus Ide untuk Amanat Agung dan Belas Kasih Agung...................................................... 207 Catatan-Catatan................................................................ 214
PRAKATA Christopher J. H. Wright
“
Allah ini memikirkan segalanya.” Dia adalah seorang pemuda India, dia sedang menceritakan kisahnya pada saya setelah saya mengajar Etika Perjanjian Lama di sebuah seminari di Andhra Pradesh. Dia berasal dari kaum Dalit (terpinggirkan), mengalami kemiskinan dan ketidakadilan. Dia berhasil masuk universitas, di sana dia menemukan sebuah Alkitab dalam bahasa Telugu di tempat tidurnya (diletakkan di sana oleh mahasiswa Kristen dari Perkantas India). Dia membukanya secara acak dan membaca kisah tentang Nabot. “Ini kisah saya,” katanya, “pencuri tanah, pengadilan yang salah, membunuh kaum sendiri.” Kemudian di pasal selanjutnya dia membaca tentang seorang Allah yang tidak pernah didengarnya, yang mengutus seorang nabi (Elia) untuk mengutuk para penindas – raja dan ratunya! Dia tidak memercayainya. “Saya tidak pernah tahu ada Allah seperti ini.” Maka dia mulai membaca Alkitab dari awal. Dan ketika dia membaca tentang semua aturan hukum dalam Kitab Keluaran, Imamat dan Ulangan, dia sangat terkesan dan terkagum-kagum. “Allah ini memikirkan segalanya!” Allah ini menuntut praktik. Dia tidak membiarkan orang Israel hanya memiliki prinsip-prinsip yang mengawang-awang – meskipun luar biasa (“kasihilah sesamamu manusia ... kasihilah orang yang tidak kamu kenal ... lakukan keadilan”) – Dia menjabarkannya dalam cara yang detail, praktis, sistemis, mendarat, dan tepat secara budaya. Allah memberikan kita sebuah model praktis bagaimana mewujudkan ke-
10
G R EAT COM M ISSION, G R EAT COM PASSION
adilan dan belas kasih, dalam orang-orang yang diciptakannya sebagai sarana untuk menjalankan misi-Nya sendiri, memberkati segala bangsa di bumi dan pada akhirnya memulihkan seluruh ciptaan yang telah rusak ini. Dan Yesus tidak hanya mendukung model Alkitab ini, Dia mewujudkannya lebih jauh bersama pengajaran-Nya sendiri, sering kali bahkan lebih radikal, lebih menuntut, lebih melawan budaya dan lebih subversif. Kemudian Dia membentuknya menjadi “Amanat Agung”: ... “ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu” (sepenuhnya menuruti Kitab Ulangan). Tapi saya hanyalah seorang pengajar Alkitab, berusaha membantu orang melihat bahwa mereka butuh seluruh kisah Alkitab bagi pemahaman dan praktik misi mereka. Saya kesulitan ketika orang bertanya pada saya, “Jadi apa yang harus saya lakukan? Nasihat praktis apa yang bisa Anda berikan pada saya dan gereja saya agar memiliki misi yang betulbetul holistik dan terintegrasi sehingga mencakup perkataan dan perbuatan, penginjilan, kegiatan sosial, kepedulian terhadap lingkungan, dan segala hal lainnya?” Sekarang saya tidak perlu merasa sulit lagi. Saya hanya perlu merekomendasikan (atau memberikan) buku Paul Borthwick, karena buku ini dirancang untuk menjawab pertanyaanpertanyaan seperti itu dan melakukannya dengan sangat baik. Terus, bagaimana dengan orang India itu? Para mahasiswa dari Perkantas India datang ke ruangannya dan membawa dia beriman kepada Yesus. Dia baru saja sampai pada Kitab Yesaya. Pernah dengar kisah yang mirip?
PENDAHULUAN Pilihan
S
aya sedang mengajar kelas Alkitab orang dewasa di mana saya menjelaskan keterlibatan global dari gereja kami. Saya menghabiskan empat puluh lima menit menggambarkan respons murah hati dan terencana gereja kami terhadap Amanat Agung. Saat mengajar saya melihat seorang pemuda duduk pinggiran terlihat bingung. Saya tahu dia baru percaya, baru berkomitmen mengikut Yesus beberapa bulan sebelumnya. Setelah kelas itu saya mendekati dia dan melakukan apa yang para misionaris sebut sebagai “terjemahan terbalik.” Bukannya meninjau ulang apa yang telah saya katakan, saya ingin tahu apa yang telah dia dengar. Karena saya telah banyak sekali menggunakan istilah “Amanat Agung” (Great Commission) tanpa menjelaskan artinya, maka saya bertanya, “Menurut Anda apa itu Amanat Agung?” Raut wajahnya yang kosong menunjukkan dia tidak tahu. Tapi dia memberi jawaban: “Saya rasa itu sekitar 30 persen.” Sekarang raut muka saya yang kosong. “Saya tidak paham,” jawab saya. “Saya berasal dari dunia sales. Sepuluh persen adalah komisi yang baik. Dua puluh persen adalah komisi yang lebih baik lagi. Maka saya menebak tiga puluh persen bisa dianggap sebagai komisi yang agung.” Kami tertawa saat saya menjelaskan istilah itu, tapi saya belajar dari kejadian ini. Tidak setiap orang tahu apa itu Amanat Agung dari Yesus.
12
G R EAT COM M ISSION, G R EAT COM PASSION
Amanat Agung yang paling umum diketahui itu ditemukan dalam Matius 28:18-20, di sana Yesus berkata: “Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.� Tapi Amanat Agung tidak hanya itu. Lebih dari itu. Dua ribu tahun yang lalu, Yesus ada di dunia dan memanggil sekelompok orang yang kita sebut para murid untuk mengikuti Dia (Mat. 4:19). Melalui panggilan itu, Dia juga meminta komitmen agar mereka berjalan bersama Dia dan belajar dari Dia (Mat. 11:28-30). Yesus memberikan panggilan yang sama dan meminta komitmen yang sama pada hari ini. Singkatnya, Dia memanggil kita untuk mengikuti Dia dan hidup sebagai murid-Nya. Jerry White menjelaskan komitmen seumur hidup dan terus menerus yang diminta pada kita seperti ini: “Kita berkomitmen dan menyerahkan hasilnya pada Allah. Ini seperti menandatangani cek kosong dan mengizinkan Allah mengisi jumlahnya. Ini bisa menjadi petualangan yang menakutkan. Tapi Allah tidak pernah menuntut melampaui dari apa yang bisa kita berikan.�1 Meskipun kita sudah membuat komitmen seumur hidup itu, namun keputusan untuk hidup sebagai pengikut Kristus mengonfrontasi kita dalam beragam cara setiap hari. Apakah saya melihat apa yang saya miliki sebagai pemberian yang Allah percayakan pada saya, atau hak milik saya yang digunakan untuk tujuan egois saya, sehingga Allah hanya dapat sisanya? Apakah saya mendengar Allah melalui mempelajari Alkitab, persekutuan, dan berdoa, atau saya disibukkan sejak awal hari dengan segala kegiatan saya sendiri? Apakah saya lebih peduli terhadap teman-teman yang saya kenal hanya melalui internet, di Twitter atau Facebook, atau media sosial lainnya, atau saya memedulikan dan menjangkau orang-orang yang ada di hadapan saya? Apakah saya berbicara dan hidup sebagai pengikut Yesus, atau hanya ikut arus saja? Setiap hari kita membuat pilihan. Apakah kita melihat ke dalam dan berfokus pada hidup yang Yesus berikan hanya ketika mengun-
PE N DAH U LUAN
13
tungkan hidup kita saja? Atau apakah kita memiliki gaya hidup yang menunjukkan bahwa kita melihat dan berelasi dengan dunia sekitar kita melalui kasih Yesus bagi manusia dan dunia?
PILIHAN Dalam salah satu kelas yang saya ajar di Gordon College, kami berfokus pada masalah global yang dihadapi oleh gereja di seluruh dunia. Kami membahas topik-topik yang terkait dengan kelaparan, kemiskinan, penyakit, anak-anak jalanan dan banyak hal lainnya – dan kami bergumul dengan responsorang Kristen terhadap semua masalah tersebut. Pada satu titik di awal kuliah itu, saya bertanya pada para mahasiswa, “Apa ekspresi terbesar dari kekayaan kita di Amerika Utara, atau bahkan di Dunia Barat?” (secara khusus saya merujuk pada Amerika Utara, Eropa atau Australia karena para murid saya berasal dari keluarga menengah ke atas di wilayah itu) Jawaban mereka beragam: • Memakai uang secara bebas untuk membeli mainan, makanan siap saji dan barang lain yang tidak penting. • Kartu kredit dan ketersediaan kredit. • Ukuran rumah, kendaraan, jalan atau kamar mandi kita. • Akses yang luar biasa terhadap komunikasi dan teknologi. • Mobilitas – jalan raya, transportasi udara, dll.
Tapi sesudah itu saya memberikan jawaban saya (yang akan saya munculkan di ujian akhir): kaya akan pilihan! Saya mengatakan pada mereka bahwa kaya akan pilihan mengekspresikan kekayaan kita lebih dari hal lainnya. Seorang yang miskin secara ekonomi hanya memiliki sedikit pilihan, mungkin tidak ada. Baju apa yang akan dipakai hari ini? Saya hanya punya satu jadi itu yang saya pakai. Mau ke universitas apa atau mau jurusan apa? Ini bahkan sudah tidak saya pikirkan. Apa yang dimakan saat makan pagi, siang atau malam? Apa pun yang bisa saya temukan! Harus tinggal di mana? Tempat mana pun yang bisa menaungi saya dari cuaca sudah cukup. Kemiskinan ekonomi dan kondisi-kondisi yang menyertainya telah merebut segala pilihan dari tangan orang miskin. Keluhan utama orang miskin adalah mereka tidak punya pilihan.
14
G R EAT COM M ISSION, G R EAT COM PASSION
Mereka sering kali tidak bisa memutuskan harus tinggal di mana, harus makan apa, harus memakai apa, atau liburan ke mana. Tidak seperti kita yang berada di wilayah yang kaya, orang termiskin di dunia tidak pernah berpikir, Apa rencana saya untuk minggu atau bulan ini? Tujuan mereka adalah bisa bertahan hidup di hari itu atau minggu itu. Kontras dengan itu, lihat gaya hidup orang Amerika yang digambarkan oleh sebuah tulisan mengenai pilihan yang muncul di majalah USA Today di tahun 2004 (saya yakin pilihannya sudah lebih banyak dari saat itu): • Es krim Dreyer menawarkan 34 rasa di tahun 1977, hari ini mereka menjual 250 rasa. • Arby’s, ketika didirikan pada tahun 1964 menawarkan satu sandwich (namanya Roast Beef ), sekarang menawarkan lebih dari 30 macam, sebagian besar bahkan bukan daging panggang. • Ketika Whole Foods dibuka tahun 1974, dia menjual dua jenis sayur, sekarang menjual 40 jenis. Dia menyimpan 15 jenis jamur, kebanyakan tidak dijual di Amerika lima tahun yang lalu. • Frito-Lay dimulai dengan dua jenis keripik-keripik jagung Frito dan keripik kentang Lay. Sekarang memiliki 60 jenis, dan ada 24 jenis keripik kentang Lay. • Tropicana bahkan menjual jus jeruk dengan tiga jenis konsentrat jus yang berbeda.2
Selain angka-angka yang luar biasa itu, website Starbucks menulis, “Apa Anda tahu ada lebih dari 87.000 kombinasi minuman di Starbucks? Cobalah sirup dalam latte pagi Anda, atau kedelai dalam mocha Anda? Tetesan karamel di atas cappuccino Anda? Kemungkinannya sangat banyak.... Temukan favorit Anda.”3 Pelanggan bisa memilih lima jenis susu – murni, tanpa lemak, setengah, organik dan kedelai. Kita bisa memilih ukuran, pakai toping atau tidak, tiga jenis pemanis buatan, dan bahkan panas yang ekstra (180 derajat, dibanding 150 sampai 170). Dalam gaya hidup saya di kelas menengah Amerika, saya menghadapi ratusan bahkan ribuan pilihan setiap hari. Meskipun saya memutuskan untuk mengabaikan gaya hidup saya yang nyaman dan pindah ke jalanan bersama orang termiskin di beberapa kota besar seperti Kal-
PE N DAH U LUAN
15
kutta, India, dan kemudian terkena hepatitis dan mati tidak lama kemudian di jalanan itu, saya memilih untuk berada di sana. Orang yang mati di samping saya tidak punya pilihan. Intinya, buku ini bicara tentang pilihan. Apakah saya memilih untuk hidup sebagai pengikut Yesus penuh waktu, 24/7, dan bersemangat – dengan gaya hidup yang menyatakan komitmen melalui perkataan dan kepedulian saya terhadap orang lain? Atau saya melihat Alkitab sebagai penghibur pribadi, hanya berdoa bagi teman-teman saya dan kebutuhan serta keinginan pribadi, dan secara sadar (atau tidak sadar) melihat iman Kristen sebagai cara membuat Allah berpihak pada saya? Di dalam dunia di mana buku-buku Kristen dengan judul seperti Becoming a Better You dan Your Best Life Now terjual lebih banyak dari judul seperti Take Up Your Cross Daily and Follow Me atau The Cost of Discipleship, pilihan yang ada sangat sulit. Kembali ke kelas saya di Gordon College: seperti yang saya katakan sebelumnya, pertanyaan tentang “kekayaan terbesar” dengan jawaban “kaya akan pilihan” muncul di ujian akhir. Bagian kedua dari pertanyaan tersebut berbunyi seperti ini: “Melihat kekayaan ini, keputusan saleh apa yang dihadapi setiap pengikut Kristus? Jawaban: Apa yang akan saya lakukan dengan semua pilihan saya? Kita mungkin tidak memilih jalanan di Kalkutta, tapi kita bisa. Dalam bagian selanjutnya, kita akan menyelidiki Alkitab dan membahas masalah gaya hidup yang sedang berlangsung yang akan memperhadapkan kita dengan pilihan. Sebagian dari pilihan ini bisa berupa pilihan melawan budaya. Sebagian lainnya bisa berupa pilihan lintas budaya. Banyak pilihan akan menantang dan sebagian lagi menuntut harga yang mahal. Maka saya mengajukan pertanyaan ini kepada Anda: Apa yang akan Anda lakukan dengan semua pilihan Anda?
MENGAPA BUKU INI MUNCUL Saat saya menua, saya memerhatikan kemampuan kita dalam komunitas Kristen untuk bergerak dari satu sisi ke sisi lain dalam suatu pendulum. Selama saya hidup, saya pernah berada dalam beberapa sisi dari pendulum itu:
16
G R EAT COM M ISSION, G R EAT COM PASSION
• Ketertarikan yang berlebihan tentang kiamat (akhir zaman ketika Yesus datang kembali) vs terlalu sibuk hidup di dalam dan memengaruhi dunia tempat kita hidup sekarang. • Mengawali pemberitaan Injil dengan, “Jika Anda mati hari ini, apakah Anda yakin masuk sorga?” vs “Apakah Anda merasakan kepuasan hidup?” • Mendukung tanda ajaib dari bahasa lidah vs melawan semua orang yang melakukannya. • Mengkotbahkan kebergantungan total pada kedaulatan Allah vs memanggil para pengikut Kristus untuk bertindak secara bertanggung jawab.
Di sepanjang waktu, pendulum antara memberitakan Injil dan keprihatinan pada kebutuhan manusia mengayun lebar. Ini memiliki beragam istilah – “penginjilan vs tanggung jawab sosial,” atau “Injil dalam perkataan vs Injil dalam tindakan,” atau “menyampaikan pembenaran vs mengusahakan keadilan.” Setiap kita hidup dalam konteks yang berbeda, maka sisi pendulum yang kita unggulkan tergantung pada konteks kita. Tempat saya hidup di Amerika bagian tenggara, pengaruh politik memengaruhi keseharian kita, sehingga orang Kristen takut pada pemberitaan Injil secara verbal. Kita lebih suka mengutip kata-kata yang dikaitkan dengan Francis dari Asisi, “Beritakan Injil sepanjang waktu, jika perlu, pakailah kata-kata.” Di komunitas yang lain, orang-orang lebih memilih memberitakan Injil tapi sepertinya memilih menyerahkan pelayanan kemanusiaan pada organisasi lain atau pada pemerintah – atau mereka melihat kemiskinan dan penderitaan manusia sebagai tanda akhir zaman. Sebuah gereja yang saya kenal di Nigeria memiliki rencana agresif untuk perintisan gereja dan “membuat sebanyak mungkin orang ke sorga,” tapi perhatian sosialnya sangat terpinggirkan, dan itu tidak terlihat dalam pernyataan tujuan dari gereja tersebut. Untungnya, gerakan pendulum ini pada intinya memanggil komunitas Kristen untuk menemukan keseimbangan – menyadari bahwa jawaban Kristen bukanlah di titik kiri atau kanan tapi di titik tengah, bukan ini atau itu tapi ini dan itu. Femi Adeleye, seorang pemimpin Afrika yang terkenal di Nigeria tapi memiliki pelayanan yang mendunia, pernah mengatakan bahwa dikotomi penginjilan-tanggung jawab sosial adalah “perdebatan lama yang perlu dikubur.”3 John Stott menggunakan
PE N DAH U LUAN
17
ilustrasi bahwa paduan yang alkitabiah dari penginjilan dan tanggung jawab sosial seperti dua bagian gunting: jika satu bagian tidak ada, gunting itu tidak bisa berfungsi sebagai gunting.4 York Moore dari Perkantas Amerika mempromosikan apa yang dia sebut sebagai “penginjilan keadilan” – memberitakan pembenaran melalui Kristus sambil menarik para mahasiswa kepada Yesus dengan mendorong mereka terlibat dalam menolak ketidakadilan seperti perdagangan manusia.5 Melalui buku ini saya berharap bisa menyadarkan kita pada keseimbangan Alkitab. Bagian pertama meletakkan dasar dengan membahas perintah-perintah yang ada dalam Amanat Agung Yesus – pergilah, ajarlah, baptislah, jadikan murid, menjadi saksi. Sesudah itu kita akan melihat Belas Kasih Agung, mempelajari ajaran Alkitab tentang orang miskin, yang terpinggirkan, dan yang terluka di dunia ini, dan apa yang Allah ingin kita lakukan. Bagian dua masuk pada tema tentang pilihan – berbagai pilihan gaya hidup secara praktis yang bisa kita ambil, yang bisa membantu kita bergerak ke arah “gaya hidup Amanat Agung, Belas Kasih Agung.” Saya menggunakan istilah “bergerak ke arah” karena pemikiran mengenai penjangkauan global atau menanggapi kebutuhan manusia sangatlah besar. Saya berharap ide-ide di bagian dua bisa membantu kita bergerak ke arah gaya hidup yang lebih sejalan dengan rancangan Yesus bagi kita dalam mewujudkan Injil baik melalui perkataan dan perbuatan. Terakhir, buku ini diakhiri dengan sebuah panggilan penutup untuk menghidupi kehidupan Kristen nyata yang menyentuh semua indra manusia: pendengaran, penglihatan, perasa, peraba, dan penciuman. Saya mengundang Anda untuk memilih hidup yang berkomitmen ini, untuk menggenapkan Amanat Agung dan menghidupi Belas Kasih Agung. Mari kita mulai!
BAGIAN SATU SATU BAGIAN
LANDASAN ALKITAB
D I
i Gordon College, salah satu kelas saya mengenai Landasan Alkitab n one of Sejarah my Gordon College courses, Biblical and Historical Foundan bagi Misi Global, saya memulai semester itu dengan kuis yangfor tujuannya memberi Iinformasi. Sebagian with besaran mahasiswa dations Global Mission, start the semester informamemilih kelasMost ini sebagai mata tidak wajib. memilihtional quiz. students in pelajaran this course take it as Sebagian an elective. Some nya sebagai daria sebuah konferensi Kristen Passion choose it to kelanjutan follow up on Christian conference suchseperti as Passion or 1 atau Urbana, mereka ditantang untuk berpikir secara1 global. Others Urbana, wheretempat they have been challenged to think globally. Sebagianit because lainnya memilihnya karena merekahas tentang misi choose their thinking aboutpemikiran global missions been stimdunia telah distimulasi oleh perjalanan misi jangka pendek atau pada ulated by a short-term mission trip or a summer read of a book by 2 2 Sebamusim panas bukunya John (I Piper atau DaviditPlatt. Still others think) choose because it’s John Piper or membaca David Platt. gian mahasiswa (menurut saya) memilih kelas ini karena dilakukan once per week and they’ve heard that I’m an easy grader. sekali seminggu dan mereka saya tidak nilai. All of the students professmendengar to be Christians, andpelit many have grown Semua mahasiswa mengaku Kristen, dan banyak yang dibesarkan up in Christian homes, attending Christian churches and youth dalam keluarga Kristen, beribadah di gereja dan terlibat dalam pelayanan groups. More than 80 percent of these students have been on some anak muda. Lebih dari 80 persen dari mahasiswa ini pernah melakukan sort of crosscultural service trip—either while in college or in a church sejenis pelayanan lintas budaya – apakah itu di kuliah atau di pemuda youth group as a high school or middle school student. gereja ketika masih SMP atau SMA. Why is this significant? Because when I ask on the introductory Mengapa ini penting? Karena ketika saya memberi kuis awal pada quiz for them to reference or quote or summarize any of the five Great mereka untuk memberi rujukan atau kutipan atau ringkasan tentang Commission statements of Jesus, less than 20 percent have an answer. lima pernyataan Amanat Agung Yesus, kurang dari 20 persen yang bisa In other words, they have attended mission conferences, they grew up menjawab. Dengan kata lain, mereka pernah mengikuti konferensi involved in church and they have served crosscultural misi, dibesarkan danlife terlibat dalam gereja sertaonpernah melayanimission dalam misi lintas budaya, tapi memiliki pengetahuan yang sangat sedikit ten-
20
G R EAT COM M ISSION, G R EAT COM PASSION
tang dasar Alkitab yang spesifik terkait “alasan� dari penjangkauan dan misi lintas budaya tersebut. Saya tidak hanya bicara tentang mahasiswa Gordon College. Mereka tidak sendirian. Meskipun banyak orang Kristen memiliki keinginan kuat untuk melayani, namun mereka seringkali memiliki pemahaman yang lemah tentang landasan Alkitab dari pelayanan mereka atau bagaimana pelayanan tersebut terkait dengan perintah dan janji Yesus. Semua ini merupakan pendahuluan dari bagian pertama buku ini. Di bagian ini kita akan membahas tentang landasan Alkitab dari usaha kita menjangkau dunia untuk menaati amanat Yesus dan menanggapi kebutuhan dunia dengan tindakan belas kasih.
-1-
BAGAIMANA SEHARUSNYA KITA HIDUP?
P
ada tahun 1970 seorang pemimpin Kristen bernama Francis Schaeffer memberikan kuliah, menulis sebuah buku dan akhirnya menghasilkan sebuah seri film yang diberi judul Bagaimana Seharusnya Kita Hidup?1 Judul ini merupakan pertanyaan yang terus diajukan sepanjang zaman. Banyak orang Kristen menjawabnya secara alkitabiah dengan mengutip ringkasan pendek yang diberikan nabi Mikha. Saat Tuhan mengingatkan umat-Nya tentang keselamatan yang Dia berikan pada mereka dan memanggil mereka untuk bertobat, Mikha bertanya: Dengan apakah aku akan pergi menghadap TUHAN dan tunduk menyembah kepada Allah yang di tempat tinggi? Akan pergikah aku menghadap Dia dengan korban bakaran, dengan anak lembu berumur setahun? Berkenankah TUHAN kepada ribuan domba jantan, kepada puluhan ribu curahan minyak? Akan kupersembahkankah anak sulungku karena pelanggaranku dan buah kandunganku karena dosaku sendiri? (Mi. 6:6-7)
Dengan kata lain, bagaimana saya bisa menemukan pengampunan dan menunjukkan melalui hidup saya bahwa saya telah bertobat pada Tuhan? Kesimpulan Mikha merangkum pemahamannya akan jalan Allah: “Hai manusia, telah diberitahukan kepadamu apa yang baik. Dan apakah yang dituntut TUHAN dari padamu: selain berlaku adil, men-
22
G R EAT COM M ISSION, G R EAT COM PASSION
cintai kesetiaan, dan hidup dengan rendah hati di hadapan Allahmu?” (Mi. 6:8). Bagaimana seharusnya kita hidup? Hidup yang dicirikan oleh keadilan dan belas kasih dan dibangun di atas hidup rendah hati bersama Allah. Perkataan Mikha menggemakan pernyataan Musa berabad-abad sebelumnya ketika dia memanggil orang Israel untuk menjalani hidup yang menyenangkan Allah: “Maka sekarang, hai orang Israel, apakah yang dimintakan dari padamu oleh TUHAN, Allahmu, selain dari takut akan TUHAN, Allahmu, hidup menurut segala jalan yang ditunjukkan-Nya, mengasihi Dia, beribadah kepada TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu, berpegang pada perintah dan ketetapan TUHAN yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, supaya baik keadaanmu.” (Ul. 10:12-13). Mikha memulai dengan panggilan untuk melakukan keadilan dan belas kasih dalam relasi manusia tapi menemukannya dalam hidup atau relasi yang rendah hati bersama Allah. Musa memulai dengan penekanan yang kuat pada relasi vertikal yang sepenuh hati bersama Allah (takut akan Dia, menaati Dia, mengasihi Dia, melayani Dia), tapi kita tahu dari pembacaan Perjanjian Lama bahwa “pelaksanaan perintah dan ketetapan Allah” dilalukan dalam relasi horizontal manusia.2 Menaati semua ini jelas demi kebaikan semua orang.
MENGASIHI ALLAH DAN SESAMA DALAM PERJANJIAN BARU Menanggapi pertanyaan “bagaimana seharusnya kita hidup? yang diajukan oleh orang beragama, Yesus mengilustrasikan secara jelas bahwa relasi dengan Allah selalu diwujudkan dalam sebuah kehidupan yang berbelaskasihan. Pada suatu kali berdirilah seorang ahli Taurat untuk mencobai Yesus, katanya: “Guru, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?” Jawab Yesus kepadanya: “Apa yang tertulis dalam hukum Taurat? Apa yang kaubaca di sana?” Jawab orang itu: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia
BAGAI MANA SE HAR USNYA KITA H I DU P?
23
seperti dirimu sendiri.” Kata Yesus kepadanya: “Jawabmu itu benar; perbuatlah demikian, maka engkau akan hidup.” (Luk. 10:25-28)
Dia sangat tahu tentang Taurat dan ahli dalam menjalankan secara teknis ajaran agama, maka dia meminta penjelasan, sepertinya untuk menunjukkan bahwa dirinya benar di hadapan Yesus dan orang-orang yang mendengarkan. Tetapi untuk membenarkan dirinya orang itu berkata kepada Yesus: “Dan siapakah sesamaku manusia?” Jawab Yesus: “Adalah seorang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho; ia jatuh ke tangan penyamun-penyamun yang bukan saja merampoknya habis-habisan, tetapi yang juga memukulnya dan yang sesudah itu pergi meninggalkannya setengah mati. Kebetulan ada seorang imam turun melalui jalan itu; ia melihat orang itu, tetapi ia melewatinya dari seberang jalan. Demikian juga seorang Lewi datang ke tempat itu; ketika ia melihat orang itu, ia melewatinya dari seberang jalan. Lalu datang seorang Samaria, yang sedang dalam perjalanan, ke tempat itu; dan ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ia pergi kepadanya lalu membalut luka-lukanya, sesudah ia menyiraminya dengan minyak dan anggur. Kemudian ia menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri lalu membawanya ke tempat penginapan dan merawatnya. Keesokan harinya ia menyerahkan dua dinar kepada pemilik penginapan itu, katanya: Rawatlah dia dan jika kaubelanjakan lebih dari ini, aku akan menggantinya, waktu aku kembali. Siapakah di antara ketiga orang ini, menurut pendapatmu, adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ke tangan penyamun itu?” Jawab orang itu: “Orang yang telah menunjukkan belas kasihan kepadanya.” Kata Yesus kepadanya: “Pergilah, dan perbuatlah demikian!” (Luk. 10:29-37)
Orang-orang yang beragama “melewatinya dari seberang jalan.” Mungkin mereka terlambat ibadah di bait Allah, atau mereka tidak mau tercemar karena menyentuh orang asing yang hampir mati. Selain itu, siapa tahu orang itu hampir mati karena layak mendapatkan-
24
G R EAT COM M ISSION, G R EAT COM PASSION
nya? Atau dia berpura-pura sehingga ketika orang yang berbelaskasihan datang menolongnya, teman-temannya bisa merampok orang yang menolongnya itu. Kita tidak tahu mengapa mereka tidak berhenti, tapi orang yang berbelaskasihan berhenti. Dia membalut orang tersebut dan membawanya ke penginapan. Dia bisa dikatakan meninggalkan kartu kreditnya dan berkata pada pemilik penginapan, “tagihkan semua biayanya pada saya.” Yesus berkata inilah artinya mengasihi sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Dan, yang mengejutkan para ahli taurat Yahudi, Yesus mengatakan orang yang berbelaskasihanan itu sebagai orang Samaria. Orang beragama ini bahkan tidak bisa mengatakan “orang Samaria.” Dia hanya berkata “Orang yang telah menunjukkan belas kasihan kepadanya.” Bagi orang Yahudi abad pertama, orang Samaria adalah orang buangan, secara agama tidak diterima dan bukan bagian dari ras pilihan.3 Namun orang inilah yang menunjukkan belas kasihan. Yesus berkata “Pergilah, dan perbuatlah demikian!” (Luk. 10:37). Tanggapan Yesus – dua amanat besar dan perumpamaan – mengilustrasikan bahwa hidup yang menyenangkan Allah dibangun di atas relasi pribadi bersama Allah yang mengalir keluar kepada orang lain. Yakobus mengungkapkan konsep ini ketika dia menjelaskan keseimbangan antara iman dan perbuatan: Apakah gunanya, saudara-saudaraku, jika seorang mengatakan, bahwa ia mempunyai iman, padahal ia tidak mempunyai perbuatan? Dapatkah iman itu menyelamatkan dia? Jika seorang saudara atau saudari tidak mempunyai pakaian dan kekurangan makanan sehari-hari, dan seorang dari antara kamu berkata: “Selamat jalan, kenakanlah kain panas dan makanlah sampai kenyang!”, tetapi ia tidak memberikan kepadanya apa yang perlu bagi tubuhnya, apakah gunanya itu? Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati. Tetapi mungkin ada orang berkata: “Padamu ada iman dan padaku ada perbuatan”, aku akan menjawab dia: “Tunjukkanlah kepadaku imanmu itu tanpa perbuatan, dan aku akan menunjukkan kepadamu imanku dari perbuatan-perbuatanku.” Engkau percaya, bahwa hanya ada satu Allah saja? Itu baik! Tetapi setan-setanpun juga percaya akan hal itu dan mereka gemetar.
BAGAI MANA SE HAR USNYA KITA H I DU P?
25
Hai manusia yang bebal, maukah engkau mengakui sekarang, bahwa iman tanpa perbuatan adalah iman yang kosong? Bukankah Abraham, bapa kita, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, ketika ia mempersembahkan Ishak, anaknya, di atas mezbah? Kamu lihat, bahwa iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna. Dengan jalan demikian genaplah nas yang mengatakan: “Lalu percayalah Abraham kepada Allah, maka Allah memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.” Karena itu Abraham disebut: “Sahabat Allah.” Jadi kamu lihat, bahwa manusia dibenarkan karena perbuatanperbuatannya dan bukan hanya karena iman. Dan bukankah demikian juga Rahab, pelacur itu, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, ketika ia menyembunyikan orang-orang yang disuruh itu di dalam rumahnya, lalu menolong mereka lolos melalui jalan yang lain? Sebab seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian jugalah iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati. (Yak. 2:14-26)
Rasul Yohanes mengungkapkannya dengan cara lain: Barangsiapa berkata, bahwa ia berada di dalam terang, tetapi ia membenci saudaranya, ia berada di dalam kegelapan sampai sekarang. Barangsiapa mengasihi saudaranya, ia tetap berada di dalam terang, dan di dalam dia tidak ada penyesatan. Tetapi barangsiapa membenci saudaranya, ia berada di dalam kegelapan dan hidup di dalam kegelapan. Ia tidak tahu ke mana ia pergi, karena kegelapan itu telah membutakan matanya. (1 Yoh. 2:9-11)
Belas kasih dan keadilan, iman dan perbuatan, kasih kepada Allah dan kasih kepada manusia. Semua pasangan tersebut tidak terpisahkan. Dan, seperti yang akan kita lihat dalam bab berikutnya, kita dipanggil kepada hidup yang menyatakan Yesus Kristus secara verbal dan menunjukkan kabar baik dari Injil melalui tindakan nyata.
KEADILAN, KEDAMAIAN, KEBENARAN, KEBEBASAN Pada malam Natal 2014, Dr. David Epstein, seorang pendeta di Calvary Baptist Church di Kota New York, bicara tentang kisah Natal di tengah ketegangan ras yang kuat yang memecah belah kota pada waktu
26
G R EAT COM M ISSION, G R EAT COM PASSION
itu. Kota dan bangsa itu sedang berada dalam ketegangan ras akibat konflik karena orang kulit hitam dibunuh oleh polisi kulit putih, diikuti oleh pembunuhan dua polisi Kota New York (Spanyol dan Asia) tepat sebelum Natal. Dr. Epstein membangun pemikirannya dari salah satu slogan para pengunjuk rasa “tidak ada kedamaian tanpa keadilan.� Dia setuju: Memang tidak akan ada kedamaian tanpa keadilan. Tapi tidak akan ada kedamaian dan keadilan tanpa kebenaran dan kemurahan, karena kebenaran memerdekakan kita, dan hanya orang merdeka yang bisa membawa kedamaian dan keadilan, dan hanya orang yang murah hati yang bisa membawa rekonsiliasi. Dan tidak ada kebenaran dan kemurahan tanpa pemujaan pada Dia yang adalah sumber segala kedamaian, keadilan, kebenaran dan kemurahan.4
Membela keadilan dan kedamaian dan rekonsiliasi berasal dari relasi yang hidup dan penting bersama Allah melalui Yesus. Pengikut Yesus – murid – terlibat dalam semua permasalahan dunia di masanya karena dia melihat dunia itu melalui kemurahan dan kebenaran yang ditemukan dalam Yesus Kristus. Kemurahan untuk melayani orangorang yang butuh pertolongan terkait erat dengan keinginan untuk menyatakan Yesus sebagai kebenaran melalui tindakan dan memberitakan Dia melalui perkataan. Praktik dan pemberitaan adalah dua tangan dari Injil. Orang Kristen terkadang berusaha hidup dengan gaya hidup satu tangan, tapi gaya hidup Kristen yang lengkap membutuhkan sepasang tangan. Dalam beberapa bab berikutnya, kita akan menemukan tanggapan Alkitab terhadap pertanyaan, bagaimana seharusnya kita hidup? Melalui pembahasan tentang perintah-perintah terakhir Yesus pada kita dan mempelajari pengajaran Alkitab tentang hidup berbelaskasihan, kita akan memiliki landasan Alkitab bagi gaya hidup yang mencerminkan Amanat Agung dan Belas Kasih Agung.
I Am N
(Aku adalah N) Kisah-Kisah Inspiratif dari Orang-Orang Kristen yang Berhadapan dengan Ekstremis Islam The Voice of the Martyrs APAKAH ANDA TELAH MENYADARI HARGA DARI MENGIKUT YESUS? Abdulmasi membunuh ratusan orang Kristen di Nigeria Utara tanpa penyesalan— hingga suatu hari ia memilih hidup baru dalam iman dan mengorbankan segalanya bagi Allah yang penuh kasih.
di dunia yang penuh kegelapan?
Bagaimana kita bisa digairahkan dalam Kristus dan belajar tentang kekayaan iman dari saudara-saudara kita yang penuh iman di seluruh dunia ini? Bagaimana kita dapat berdoa bagi mereka? Dan bagaimana kisahkisah ini terus mengajarkan pada kita tentang Allah yang terang-Nya selalu bersinar
I Am N mengingatkan kita bahwa setiap kita adalah "n" atau —نhuruf Arab ini digunakan oleh para Muslim radikal di Irak untuk mengidentifikasi para pengikut Yesus dari Nazaret . Di mana pun kita hidup, kita memiliki hubungan sepenanggungan yang erat dengan mereka yang dianiaya. Jadi mari bertemu keluarga me-reka. Bacalah kisah hidup mereka. Kiranya iman Anda semakin dalam dan kokoh kepada Tuhan yang memberi kita keberanian untuk bersinar di dunia yang gelap dan terluka ini. Info lengkapnya kunjungi: www.literaturperkantas.com Literatur Perkantas Jawa Timur Jl. Tenggilis Mejoyo KA-10, Surabaya 60292 Tlp. (031) 8435582, 8413047; Faks.(031) 8418639 E-mail: literatur.jatim@gmail.com, www.perkantasjatim.org
Radical Mengikut Yesus Tak Peduli Berapa pun Harganya David Platt SEBERAPA BESARKAH YESUS BERARTI BAGI ANDA? Terlalu mudah bagi Orang Kristen masa kini untuk melupakan apa yang telah Yesus katakan tentang bagaimana para pengikut-Nya harus hidup, tentang gaya hidup seperti apa yang patut mereka jalani. Kata Yesus, para pengikut-Nya akan meninggalkan rasa aman, uang, kenyamanan, bahkan keluarga mereka sendiri demi Dia. Mereka akan meninggalkan segala sesuatu demi injil. Mereka akan memikul salibnya tiap-tiap hari....
Tapi, siapa yang Anda kenal telah menjalani hidup seperti ini? Bagaimana dengan Anda sendiri?
Dalam buku Radical, David Platt menantang Anda untuk dengan hati terbuka merenungkan betapa kita telah memanipulasi Injil supaya cocok dengan gambaran budaya kita sendiri. Ia menunjukkan apa yang sebenarnya dikatakan Yesus tentang menjadi murid-Nya, lalu ia mengajak Anda untuk percaya dan taat pada apa yang telah Anda dengar. Ia pun membagikan kisah dramatis tentang apa yang terjadi ketika sebuah gereja perkotaan yang “sukses� memutuskan untuk serius dengan Injil menurut versi Yesus. Info lengkapnya kunjungi: www.literaturperkantas.com Literatur Perkantas Jawa Timur Jl. Tenggilis Mejoyo KA-10, Surabaya 60292 Tlp. (031) 8435582, 8413047; Faks.(031) 8418639 E-mail: literatur.jatim@gmail.com, www.perkantasjatim.org