p u ji a n u n t u k lov e do es “Kalau buku ini tidak membuat jantung Anda berdetak lebih kencang, segera pesan penerbangan berikutnya ke Mayo Clinic!” Bill Hybels, Pendeta Senior, Willow Creek Community Church
“Bob Goff adalah sebuah tsunami kasih karunia, sebuah badai cinta. Ia tidak hanya berbicara tentang perubahan. Ia sendiri adalah perubahan itu, seperti yang dikisahkannya dalam Love Does dengan begitu hidup. Tapi, Love Does tidak membuat Anda merasa ingin menyanjung pengarangnya. Sebaliknya, buku ini membangkitkan perasaan dalam diri Anda bahwa Anda pun memiliki peran besar dalam kisah penyingkapan Allah, yaitu penyelamatan dan pemulihan.” Louie Giglio, Passion Conferences/Passion City Church
“Sebuah kisah yang menarik dan menggugah yang berakhir dengan tantangan dan tonjokan praktis: ‘cinta bertindak,’ dan Allah bisa memakai Anda untuk mewujudkannya!” Denny Rydberg, Presiden, Young Life
“Dalam suatu waktu, orang seperti Bob Goff muncul dan mengingatkan kita bahwa ada hal-hal yang lebih penting daripada hal lainnya. Love Does menghasilkan efek ‘bintang utara’ yang akan mendorong Anda untuk memfokuskan ulang kehidupan serta energi pada sesuatu yang paling penting. Buku ini tidak hanya meminta Anda untuk merespons dengan potensi yang diberikan Allah bagi Anda, buku ini juga meminta Anda menjadi bagian dari apa yang bisa Allah kerjakan melampaui potensi Anda.” Reggie Joiner, Pendiri dan CEO Orange
“Bob Goff adalah seorang luar biasa yang hidupnya memberi gambaran bahwa meskipun kita tidak bisa melakukan segala sesuatu, tetapi kita bisa melakukan sesuatu. Ia adalah inspirasi bagi semua orang yang ingin berjuang menaklukkan segala tantangan yang dihadapi masyarakat kita saat ini.” Nicky Gumbel, Vikaris Holy Trinity Brompton, London dan perintis Alpha Course
“Ini mungkin kelihatan seperti sebuah buku. Padahal, bukan. Ini adalah undangan memasuki petualangan paling hebat yang akan pernah Anda ketahui, yaitu hidup seperti yang dirancang oleh Allah. Berpegangan kuat-kuat!” Michael Hyatt, Penulis dari Platform: Get Noticed in a Noisy World
“Kami sangat suka buku ini. Khususnya, bagian tentang Pulau Tom Sawyer. Yang sangat keren bagaimana Bob membawa hal-hal dari kehidupan nyata, lalu membandingkannya dengan apa yang dilakukan oleh Allah dan Yesus.” Livi, Jonah, dan Ben Goodgame berusia 11, 8, dan 4 tahun
“Saya suka buku ini!! Bacalah buku ini hanya jika Anda berani terilhami untuk lebih banyak bersenang-senang, berpetualang, dan menjalani hidup sampai sepenuh-penuhnya potensi Anda!! Love Does menyampaikan banyak hal dengan banyak cara. Sebagian memoir, sebagian panggilan untuk beraksi, sepenuhnya perjalanan rohani, dan ditulis dengan sangat piawai sampai-sampai Anda tidak akan bisa berhenti membacanya.” Darla K. Anderson, Produser Senior Pixar, Animation Studios
“Love Does, sebuah judul buku sekaligus manifesto pribadi yang digabung menjadi satu. Bob Goff hanya ‘does love (melakukan cinta),’ dan dengan itu ia membebaskan orang lain untuk menemukan diri sendiri, memungut keberanian, meninggalkan jejak, dan mengalami petualangan. Seperti semua buku bagus, Love Does seperti sebuah percakapan dengan pengarangnya. Percakapan sungguhan tentang segala hal yang penting. Buku Goff menyelam ke dalam dunia beserta segala kekacauannya, di mana sentimentalitas dan ucapan-ucapan kasar tidak ditahan-tahan. Halaman-halaman dalam Love Does akan terus melekat bersama Anda lama setelah Anda membaca halaman terakhir.” David Batstone, Presiden, Not For Sale
“Saya akan curi hidup Bob kalau saya bisa. Cintanya yang ngotot pada mereka yang tidak mengenal cinta, keberaniannya untuk meregangkan hikmat sampai batas maksimal, dan keyakinannya yang mewabah tentang apa yang mungkin menjadikannya orang yang saya impikan. Love Does adalah kado yang indah sekaligus berbahaya bagi semua pemimpi, orangorang yang merasa tidak cocok dengan lingkungannya, dan para pengubah dunia beserta lelucon janggal mereka.” Mike Foster, People of the Second Chance
L O V E D O E S ( C INTA B E R TIN D AK ) Temukan Kehidupan Luar Biasa yang Tersembunyi dalam Dunia yang Biasa
BOB GOFF
L iteratur P erkantas J awa T imur
Love Does (Cinta Bertindak) Temukan Kehidupan Luar Biasa yang Tersembunyi dalam Dunia yang Biasa oleh Bob Goff Originally published in English under the title Love Does Copyright Š 2012 by Bob Goff Published by Thomas Nelson, Inc., Nashville,TN 37214 All Right Reserved Under International Copyright Law Alih Bahasa: Paksi Ekanto Putro Editor: Milhan K. Santoso Penata Letak: Milhan K. Santoso Desain Sampul:Vici Arif Wicaksono Hak cipta terjemahan Indonesia: Literatur Perkantas Jawa Timur Tenggilis Mejoyo KA-10, Surabaya 60292 Telp. (031) 8413047, 8435582; Faks. (031) 8418639 E-mail: literatur.jatim@gmail.com www.literaturperkantas.com Literatur Perkantas Jatim adalah sebuah divisi pelayanan literatur di bawah naungan Persekutuan Kristen Antar Universitas (Perkantas) Jawa Timur. Perkantas Jawa Timur adalah sebuah kegerakan yang melayani siswa, mahasiswa, dan alumni di sekolah dan universitas di Jawa Timur. Perkantas Jatim adalah bagian dari Perkantas Indonesia. Perkantas sendiri adalah anggota dari pergerakan International Fellowship of Evangelical Students (IFES). Untuk informasi lebih lanjut mengenai kegiatan yang ada secara lokal maupun regional di Jawa Timur dapat menghubungi melalui e-mail: pktas.jatim@gmail.com, atau mengunjungi Website Perkantas Jatim di www.perkantasjatim.org
ISBN: 978-602-1302-18-7 Cetakan Pertama: Oktober 2015
Hak cipta di tangan penerbit. Seluruh atau sebagian dari isi buku ini tidak boleh diperbanyak, disimpan dalam bentuk yang dapat dikutip, atau ditransmisi dalam bentuk apa pun seperti elektronik, mekanik, fotokopi, rekaman, dlsb. tanpa izin dari penerbit.
Buku ini dipersembahkan untuk Si Cantik Maria, Lindsey, Richard, dan Adam beserta sekelompok kawan yang telah mengubah cara pandang saya pada Yesus
DAF TA R ISI Kata Pengantar oleh Donald Miller •
9
Pendahuluan: Cinta Bertindak •
13
1. Aku Bersamamu •
17
2. Tembakan Sniper •
25
3. Ryan Jatuh Cinta •
32
4. Rentangan Tangan •
41
5. Kaca Spion •
47
6. “Pergi dan Beli Buku-bukumu!” •
54
•
63
8. Kue Pernikahan •
71
9. Bilang Saja Ya •
76
10. Wawancara •
84
11. Ada Banyak Tempat •
93
7. Si Cantik Maria
12. Wah, Pukulan yang Hebat! • 101 13. Lebih Besar Lebih Baik • 106 14. Diet Cara Baru • 111 15. Kata yang Tidak Boleh Digunakan • 116 16. Berburu Beruang Grizzly • 120
17. Ekonomi Toko Ujung Jalan • 126 18. Menumpang
• 130
19. Jipologi • 137 20. Petualangan Usia Sepuluh Tahun • 145 21. Alat Bantu Dengar • 154
22. Sang Dalang • 163 23. Sobat, Selamat Datang di Rumah • 169 24. Potong Jubahnya • 178 25. Allah Itu Baik • 183
26. Keluar dari Penjara • 192 27. Cerita • 203 28. Terlibat Penuh dalam Permainan • 209 29. Menghafalkan Yesus • 217
30. Telapak Tangan Tengadah • 223 31. John Dua Ambin • 227 Epilog • 238
Ucapan Terima Kasih • 241
K ata Pen g a n ta r oleh Donald Miller
B
ob Goff memiliki dampak besar pada hidup saya daripada siapa pun yang pernah saya kenal. Sementara Anda membaca kisah-kisah dalam buku ini tentang petualangan besar dan kecil, bukanlah kisah tentang beruang atau dukun atau dinamit yang benar-benar menancap di hati saya, meskipun saya akui petualangan Bob memang mengesankan. Alasan mengapa Bob memiliki dampak pada hidup saya adalah karena ia mengasihi saya. Bob Goff mengasihi orang lain secara alami. Dan, yang saya maksud secara alami adalah seperti alam itu sendiri. Seperti air terjun, atau angin, atau ombak di lautan. Ia mengasihi dengan entengnya, seakan-akan setiap tahun energi cinta berkumpul dalam bentuk bola salju di atas gunung, lalu meleleh dan menghunjam deras kepadanya dalam putaran tak terhentikan. Tidak ada penjelasan bahwa seseorang yang bisa mencintai seperti ini terpisah dari Allah. Saya pikir Bob Goff mengenal Allah, dan saya pikir cinta Allah mengalir melaluinya. Saya tidak sendirian merasakan hal ini. Ada banyak orang di seluruh dunia yang sudah mengalami cinta yang sama. Apa pendapat Anda tentang seseorang yang naik pesawat dan terbang ke belahan bumi yang berbeda untuk menghadiri pernikahan seorang kenalan baru? Apa pendapat Anda tentang seseorang yang berkantor di Pulau Tom Sawyer di Disneyland karena pengacara-pengacara yang pemarah tidak akan berteriak-teriak kepadanya di sana, dan selain itu, apa pendapat Anda
10
love d o e s
tentang seorang pengacara yang kartu namanya bertuliskan Penolong? Apa pendapat Anda tentang seseorang yang bekerja selama dua tahun untuk membebaskan seorang anak dari sebuah penjara di Uganda, hanya kerana saya pernah bertemu dengan anak itu dan saya meminta pengacara itu untuk melakukannya? Bagaimana Anda menjelaskan fakta bahwa orang yang sama itu bersusah-payah, masih mengenakan baju tidurnya, untuk pergi ke kebun setiap pagi demi memetik setangkai bunga mawar bagi istrinya yang sedang tidur? Lalu, ada seorang perempuan tua yang berlari ke jeep yang dikendarainya, menghempaskan tubuhnya ke badan jalan, tetapi yang baginya ia masih mengirimkan bunga-bunga indah. Ada pula para diplomat dari Washington, kenalan-kenalan barunya, yang setiap minggu ia kirimi pizza. Ada petugas kehakiman dari Uganda yang ia bawa berkeliling ke Disneyland. Juga, ada perkemahan para pengungsi di luar Gulu di mana ia menggali sumur-sumur di sana dan ke mana ia mengirimkan berkilogram-kilogram pakaian. Saya tidak tahu bagaimana harus menjelaskan cinta dari seorang Bob, kecuali bahwa cinta itu membawa kehancuran total yang menggembirakan. Sekali Anda mengenalnya, Anda tidak bisa lagi menjalani hidup dengan cara yang sama. Ia akan merusak impian hidup Anda dan membantu Anda menemukan impian yang sejati. Ia akan merusak pernikahan Anda yang payah dan membantu Anda menciptakan kisah cinta yang sejati. Mengenal Bob berarti meluluh-lantakkan gedung megah yang Anda bangun dengan indah seumur hidup, sementara sebagai seorang kawan, ia menemani saat Anda mulai membangun kembali. Bob naik pesawat dan mendatangi saya pada masa-masa kesukaran, menelepon tepat pada waktu saya membutuhkan, menyampaikan sepatah kebenaran ketika saya dibombardir oleh dusta, memberi saya keluarga, memberi saya tempat berlindung, memberi saya visi tentang apa yang bisa terjadi dalam kehidupan seseorang ketika mereka menyerahkan hidupnya. Buku ini akan membuat beberapa orang gelisah. Kita tidak senang memberi tangan dan kaki kita untuk mengasihi. Ketika cinta menjadi teori, semuanya aman, bebas dari risiko. Tapi, cinta yang ada di dalam kepala tidak akan mengubah apa pun. Bob percaya bahwa cinta itu
KATA P E N GA NTA R
11
terlalu indah untuk dikunci di dalam otak seperti seorang tahanan. Semua orang yang saya perkenalkan kepada Bob, dan ada banyak dari mereka, kesulitan untuk menyusun kata-kata tentang apa yang berbeda mengenainya. Tetapi judul buku ini mengatakan segalanya. Di tempat di mana Anda dan saya menginginkan cinta dan merasakan cinta dan mengucapkan cinta, Bob mengingatkan bahwa cinta bertindak. Cinta menulis sepucuk surat dan naik ke pesawat untuk terbang. Cinta memesan pizza dan melompat ke dalam danau. Cinta memeluk, mendoakan, menangis, dan bernyanyi. Sebagian besar dari apa yang kita ketahui dan percayai tentang cinta bukanlah cinta sejati ketika Anda mengenal orang yang cintanya bertindak ini. Betapa kehormatan besar untuk memperkenalkan Anda pada sahabat saya, Bob Goff. Salam, Donald Miller
pendahuluan ......................................................................
C i nta Ber t i n d a k Dulu saya pikir saya perlu kantor untuk menjadi seorang pengacara, tapi sekarang saya tahu saya perlu pulau.
S
aya coba sebisanya untuk membayangkan Pulau Tom Sawyer di Disneyland. Ada meja piknik di ujung dermaga tepat di seberang kapal perompak. Saya pikir kebanyakan orang menganggap tempat ini hanya sebagai bagian dari properti, karena di sana ada sepasang tong kayu bertuliskan “bubuk mesiu� dan pernak-pernik bajak laut bergantungan di atas pagar kapal. Tapi bagi saya semua itu bukan sekadar bagian properti; itu adalah kantor saya. Sejauh ini, saya belum pernah melihat seorang-pun duduk di meja di dermaga itu. Saya pun belum pernah melihat bajak laut sungguhan di atas kapal itu. Saya rasa itulah yang membuatnya menjadi meja saya, dermaga saya, dan kapal bajak laut saya. Pengacara memang memutuskan banyak perkara seperti itu. Saya bersedia berbagi meja dan kapal perompak itu, tapi jujur saja, saya hanya ingin membaginya dengan orang-orang yang bisa bermimpi. Kita semua ingin punya tempat di mana kita bisa bermimpi dan melarikan diri dari segala sesuatu yang
14
love d o e s
membelenggu imajinasi serta kreativitas. Pulau Tom Sawyer adalah tempat di mana saya berkonspirasi dengan orang lain, di mana kegembiraan besar meluap, dan lelucon ganjil mengalir deras. Rujukan untuk banyak kisah yang akan Anda temukan di dalam buku ini adalah dermaga di Pulau Tom Sawyer itu. Yang paling saya sukai tentang Pulau Tom Sawyer adalah bahwa pulau itu milik saya. Saya pintar berbagi pulau itu dengan anak-anak dan pengunjung lain. Tapi pulau itu tetap milik saya. Ada yang berbeda ketika Anda merasa memiliki sesuatu. Anda bukan lagi seorang pengamat atau pelanggan biasa. Anda adalah pemiliknya. Iman juga paling baik dipandang dengan cara demikian. Iman menjadi hidup ketika kita memilikinya. Saya punya tiket sepanjang musim ke Disneyland dan saya bisa naik kereta ke sana kapan pun saya mau. Kalau saya ingin membawa kawan, saya punya sebuah sepeda motor klasik dengan sespan, Harley-Davidson Springer Softail yang saya simpan di garasi untuk acara khusus. Itu adalah jenis sepeda motor yang bisa Anda lihat gambarnya di bawah kata “janggal� di ensiklopedia. Sepeda motor itu keren. Warnanya biru dan bunyinya bising. Saya senang mengendarainya, karena saya sangat fokus saat berkendara dari rumah ke pulau itu. Saya juga senang membawa serta kawan dalam perjalanan ke sana. Saat saya berpapasan dengan orang, mereka tersenyum, karena mereka belum pernah melihat sespan sebelumnya. Tapi saya bisa bilang kalau mereka pasti berharap bisa menaikinya. Lelucon ganjil memang seperti itu. Ia perlu dialami sepenuhnya untuk bisa dikenali sepenuhnya. Ganjil artinya tidak peduli apakah Anda pengendara atau penumpangnya; yang penting adalah Anda pergi ke sana. Berikut adalah kebenaran aneh yang saya dapati. Hampir semua orang tahu tentang Pulau Tom Sawyer di Disneyland, tapi kebanyakan orang tidak pergi ke sana. Mungkin karena pulau itu dikelilingi oleh air dan Anda harus mendayung rakit untuk sampai ke sana. Padahal, itu tidak sulit. Banyak orang sebenarnya ingin pergi ke sana. Beberapa orang bahkan sudah berencana untuk pergi ke sana. Tapi kebanyakan orang lupa atau tidak menengoknya. Bagi banyak orang, pergi ke pulau itu adalah salah satu hal dalam liburan yang bisa ditunda. Saya pikir Pulau
c i nta b e r t i n da k
15
Tom Sawyer seperti hidup kebanyakan orang; orang tidak pernah menyeberang untuk mengunjunginya. Menjalani hidup sepenuh-penuhnya yang sarat dengan keganjilan dan segala sesuatu yang dilakukan untuk mengasihi adalah bagian dari rencana kebanyakan orang, tetapi kemudian mereka lupa. Impian mereka menjadi salah satu “lain kali saja kita ke sana” yang bisa ditunda. Sedihnya, bagi banyak orang, tidak ada “lain kali,” karena melewatkan kesempatan untuk menyeberang dan melihat-lihat adalah akumulasi dari sikap memandang kehidupan, bukan sekadar akibat dari satu keputusan tunggal. Mereka perlu mengubah sikap, bukan memperbanyak kesempatan. Tidak ada tiket khusus untuk berkunjung ke Pulau Tom Sawyer. Tidak peduli apakah Anda tinggi atau pendek, tua atau muda, religius atau tidak. Tidak ada batasan khusus di Pulau Tom Sawyer; pulau itu bisa menjadi apa pun yang Anda inginkan. Anda bisa melakukan banyak hal di sana. Kebanyakan yang bisa Anda lakukan adalah berlarian, melompat-lompat, dan menggunakan kreativitas serta imajinasi Anda. Itu adalah tempat di mana Anda bisa melakukan apa pun. Dengan demikian, itu adalah tempat yang mencerminkan hidup, setidak-tidaknya dalam kesempatan tak terbatas yang bisa Anda lakukan terhadapnya. Di kantor saya di Pulau Tom Sawyer, saya punya tempat bertengger di ketinggian. Di sana, saya bisa melihat bagaimana orang menjalani hidup. Pulau Tom Sawyer bukan sebuah wahana. Pulau itu bukan semata penghias Disneyland atau pemicu adrenalin. Pulau itu juga bukan tempat yang Anda kunjungi supaya merasa terhibur. Pulau itu punya segala potensi yang Anda bawa kepadanya, tak lebih dan tak kurang. Untuk mengetahui tentangnya, yang harus Anda lakukan hanyalah datang ke sana. Anda tidak perlu rencana; Anda hanya perlu hadir di sana. Jauh di dalam diri kita, saya percaya ada kerinduan pada sebuah tempat seperti Pulau Tom Sawyer. Sebuah tempat di mana beragam imajinasi, lelucon ganjil, dan keajaiban begitu mudah dijumpai, bukannya dibayangkan saja atau ditunda sampai “lain kali.” Ini agak berat untuk direnungkan di pulau saya, tapi saya sering terpikir tentang sesuatu yang saya sebut sebagai dusta terbesar sepanjang zaman. Dusta itu bisa diring-
16
love d o e s
kas dalam dua kata: orang lain. Di Pulau Tom Sawyer, saya merenungkan Allah, yang tidak memilih orang lain untuk mengekspresikan kehadiran kreatif-Nya kepada dunia. Ia tidak memilih bintang rock atau anak paling populer di sekolah untuk melakukannya. Yang Ia pilih adalah Anda dan saya. Kita adalah wahana, metode, objek, dan sarana-Nya. Allah bisa memakai siapa pun. Itu benar. Kalau Anda hebat dalam mencabik senar Fender atau memenangkan penghargaan “Tokoh Tahun Ini,� bukan berarti Allah tidak akan memakai Anda. Hanya saja, itu bukan berarti bahwa Allah akan lebih memakai Anda. Kini Anda sadar, Allah memilih orang biasa seperti kita untuk melakukannya. Saat saya duduk di pulau itu, jelaslah bagi saya bahwa kita perlu berhenti membuat rencana dan, sebagai gantinya, mulai mewujudkan rencana itu untuk membawa perbedaan. Sudah waktunya kita menapaki bagian “perbuatan� dalam topik iman. Karena, cinta tidak pernah tinggal diam. Pada akhirnya, cinta tidak terus berpikir atau membuat rencana. Pendek kata: cinta bertindak.
bab 1 ......................................................................
A k u Bers a m a m u Dulu saya ingin memperbaiki orang, tapi sekarang saya hanya ingin hadir bersama mereka.
S
aat saya duduk di bangku SMA, saya kenal dengan seorang lelaki bernama Randy. Randy punya tiga hal yang tidak saya punyai: sepeda motor Triumph, jenggot, dan seorang pacar. Sungguh tidak adil. Saya menginginkan ketiganya. Saya menggali informasi dan mendapati bahwa Randy bahkan tidak pergi ke sana untuk sekolah; ia hanya nongkrong di sana. Saya tahu tentang orang-orang seperti dia dan saya pikir saya harus menjaga jarak darinya. Jadi, itulah yang saya lakukan. Belakangan, saya dengar bahwa Randy ternyata seorang Kristen dan bekerja dengan organisasi yang bernama Young Life. Saya tidak tahu banyak tentang organisasi semacam itu, tapi kabar itu membuat saya paham mengapa ia punya jenggot dan mengapa tidak masalah baginya untuk sekadar nongkrong di sekolah. Saya kira itulah alasannya. Randy tidak pernah menawari saya naik motornya, tapi ia berusaha melibatkan saya dalam perbincangan tentang Yesus. Saya menjaga jarak terhadapnya, tapi hal itu tampak tidak menghentikan minatnya untuk mencari tahu siapa saya
18
love d o e s
dan apa yang saya sukai. Saya kira ia melakukan itu karena ia tidak kenal dengan orang seusianya. Maka, jadilah kami berteman. Saya adalah murid yang payah. Seharusnya saya bisa saja mengambil ujian untuk memperoleh ijazah yang setara dengan diploma SMA. Tapi, saya tidak mengerti bagaimana harus mendaftar untuk ikut ujian itu, yang mana hal tersebut menjadi indikator yang sangat baik mengenai alasan mengapa saya harus tetap bersekolah. Jadi, rencana saya adalah saya akan pindah ke Yosemite dan menghabiskan sepanjang hidup mendaki bukit-bukit granit raksasa di sana. Dengan tinggi badan 193 sentimeter dan berat 110 kilogram, saya tidak punya potongan seorang pendaki gunung. Saya heran bagaimana saya bisa berpikir ada jiwa pendaki gunung di dalam diri saya? Ketika Anda duduk di bangku SMA, Anda tidak repot berpikir tentang apa yang tidak bisa Anda lakukan. Bagi kebanyakan orang, kesadaran itu tumbuh belakangan. Bagi sedikit yang lain, kesadaran itu tak pernah tumbuh sama sekali. Di awal tahun pertama SMA, saya memutuskan sudah waktunya meninggalkan sekolah dan pindah ke Yosemite. Saya membawa jaket bulu hangat, dua bandana merah, sepasang sepatu mendaki, uang tujuh puluh lima dolar, dan VW Bug. Apa lagi yang saya butuhkan? Saya akan mencari kerja di Yosemite dan menghabiskan waktu senggang di gunung. Demi sopan santun, saya mampir ke rumah Randy pagi-pagi di hari Minggu. Saya ke rumahnya untuk mengucapkan selamat tinggal dan memberitahu tentang kepergian saya. Saya mengetuk pintu dan, dua menit kemudian, Randy menjawab. Ia terhuyung-huyung dan acakacakan. Saya jelas-jelas membangunkannya. Dengan singkat, saya beritahu dia rencana saya. Sementara, Randy berdiri dengan sabar di muka pintu berusaha sebisanya menahan ekspresi kebingungan. “Kau segera berangkat?” ia bertanya setelah saya selesai. “Yah, sekarang juga,” saya berkata sambil menegakkan badan dan membusungkan dada untuk menunjukkan bahwa saya bersungguhsungguh. “Begini, Randy, ini waktunya bagiku untuk pergi dari sini. Aku mampir untuk mengucapkan terima kasih karena sudah bergaul
A k u B e r s a ma m u
19
denganku dan menjadi sahabatku.” Randy menunjukkan wajah yang bersungguh-sungguh dan prihatin, tapi tidak berkata sepatah pun. “Oh, ya,” sela saya, “maukah kau menyampaikan salamku pada pacarmu juga, nanti, saat kau bertemu dengannya?” Sekali lagi, tidak ada kata meluncur dari mulut Randy. Matanya terlihat menerawang jauh, seakan-akan sedang melihat tembus ke dalam diri saya. Kemudian, ia menyeletuk. “Hei, Bob, maukah kau menunggu sebentar di sini sementara aku membereskan sesuatu?” “Tidak masalah, Randy.” Saya tidak punya apa-apa kecuali waktu; apa lagi yang merepotkan saya? Randy masuk ke dalam rumah selama beberapa menit sementara saya berdiri dengan kikuk di serambi dengan kedua tangan di saku celana. Saat ia kembali di pintu, tas punggung berselempang tunggal sudah bergantung di pundaknya dan sleeping bag di tangannya yang lain. Ia kelihatan fokus dan tegas. Yang ia katakan hanya: “Bob, aku ikut bersamamu.” Sesuatu dalam kata-katanya menembus hati saya. Ia tidak memberi ceramah bahwa saya sedang menghancurkan masa depan atau menyianyiakan kesempatan dengan meninggalkan bangku sekolah. Ia tidak mengata-ngatai saya orang bodoh atau bahwa gagasan saya akan layu sebelum berkembang. Ia tidak berkata saya akan gagal secepat saya memulai. Ia berketetapan hati, tanpa ragu, dan tidak punya agenda lain yang lebih penting. Ia sepenuhnya bersama saya. Meskipun sikapnya terkesan baik, cukup janggal bagi saya untuk berpikir bahwa ia mau ikut. “Hm, tentu, kurasa bisa,” saya berkata setengah hati. “Apa kau yakin?” “Yah, Bob, aku ikut. Kalau kau tidak keberatan, bagaimana kalau aku ikut denganmu?” Randy berdiri dengan tatapan mata penuh tekad. “Jadi, biar ku ulangi lagi. Kau ingin berkendara ke Yosemite denganku, sekarang juga?” “Yap, kau benar. Aku bisa pulang sendiri setelah kau sampai di sana dan menetap.”
20
love d o e s
Saya tidak yakin mengapa saya menerima tawaran baik Randy. Saya rasa karena Ia benar-benar membuat saya terkejut. Tak seorang pun pernah menunjukkan minat terhadap saya dengan cara seperti itu sebelumnya. “Tentu...,� saya geragapan saat kami berdiri dengan canggung di serambi rumahnya. “Eh, kurasa kita harus berangkat sekarang.� Dan, dengan itu, Randy menutup pintu rumah mungilnya lalu kami berjalan bersisian ke VW Bug saya. Ia menjatuhkan tubuhnya ke kursi penumpang dan melemparkan bawaannya di atas barang bawaan saya di kursi belakang. Kami sampai di Yosemite menjelang malam, dan jelas kami tidak punya tempat untuk menginap. Kami punya sepasang sleeping bag, tidak punya tenda, dan sangat sedikit uang. Jadi, kami pergi ke area persewaan kemah dan menyelinap di salah satu tenda lewat belakang. Kami tidur menghadap ke arah belakang supaya bisa lari jika sewaktu-waktu ada penyewa tenda masuk dan bermalam di situ. Untungnya tak seorang pun datang, dan esok harinya kami terbangun di pagi yang dingin namun cerah di Lembah Yosemite. Di sebelah utara, El Capitan terlihat tegak menjulang setinggi sembilan ratus meter bagai tentara granit raksasa. Half Dome mendominasi bentang wilayah di timur. Inilah kawankawan saya; inilah katedral saya. Saya ada di ruang tamu seluas lembah di rumah baru saya. Sekarang, waktunya mencari pekerjaan dan tempat tinggal. Saya memutar tubuh di dalam sleeping bag, berpikir betapa asyiknya Randy ada bersama saya. Saya agak gugup sekaligus kegirangan dengan kebebasan yang baru saya rasakan. Sekarang saya adalah seorang pria dewasa. Saya meraba-raba dagu untuk mencari tanda-tanda adanya janggut. Masih belum ada, tapi saya tetap bercukur, untuk berjaga-jaga. Randy dan saya meregangkan badan dari rasa kaku karena tidur di tenda dan pergi ke kantin perusahaan Camp Curry. Saya pikir bisa mendapat kerja sebagai pembuat panekuk di pagi hari, sehingga bisa menghabiskan sisa hari untuk mendaki bukit. Setelah selesai membuat lamaran kerja di depan sang manajer, saya menyerahkan berkas itu kepadanya. Ia langsung mengembalikan berkas itu kepada saya, dan dengan kejam menggelengkan kepala. Tidak. Ia bahkan tidak berpura-pura
A k u B e r s a ma m u
21
tertarik. Tapi, diam-diam saya bersyukur setidak-tidaknya ia menghibur saya dengan membiarkan saya tetap melamar. Tidak masalah. Tanpa rasa gentar, saya pergi ke salah satu toko busana untuk pendaki yang lokasinya menghadap ke lembah. Saya bilang saya akan melakukan apa pun yang mereka butuhkan. Saya yakin kekurangan saya dalam pengalaman bisa diimbangi oleh usia saya yang masih muda dan mudah diajar. Mereka berkata tidak punya pekerjaan bagi saya. Mereka bilang pekerjaan memang sulit sekaligus hampir mustahil diperoleh di daerah itu. Saya keluar dari toko dengan perasaan kecil hati. Saya melihat Randy sedang bersandar pada VW saya. Ketimbang menegaskan perasaan itu atau berkata “Sudah kubilang,” Randy mengisi jiwa saya dengan kebenaran dan perspektif baru. “Bob, kau bisa melakukannya kalau kau mau. Kau punya semua yang kau butuhkan untuk berhasil. Orang-orang ini tidak tahu apa yang baru saja mereka lewatkan. Ayo kita coba di tempat lain.” Lalu, sama seperti yang ia katakan tempo hari di serambi rumah, Randy mengulangi lagi perkataannya: “Apa pun yang kau putuskan, Bob, aku bersamamu.” Kata-katanya memberi saya penghiburan besar. Saya melamar hampir di semua perusahaan yang ada di lembah itu, dan selalu ditolak. Tidak ada pekerjaan bagi saya di sana dan tidak ada harapan akan ada pekerjaan bagi saya dalam waktu dekat. Sore hampir tiba saat matahari mulai tenggelam di perbukitan. Suasana sore itu memperlihatkan matahari yang terbenam dengan beranekaragam warna mencolok yang akan membuat kanvas seorang pelukis kelihatan terlalu ambisius. Tapi saya masih berbesar hati: petang ini begitu nyata, aku benar-benar ada di Yosemite, kawanku ada bersamaku, dan aku masih punya kesempatan mewujudkan impianku. Randy dan saya kembali ke area perkemahan. Kami menyelinap di tenda yang sama yang diam-diam kami inapi malam sebelumnya. Saya tidak tidur. Saya sibuk membuat daftar sangat pendek tentang pilihan yang ada pada saya. Tidak ada pekerjaan, tidak punya uang, drop out dari sekolah, Randy mengorok dengan pulas, dan saya perlu ke kamar mandi. Daftar itu sudah mencakup semua masalah saya dari yang paling kecil
22
love d o e s
sampai yang paling besar waktu itu. Keesokan hari, pagi datang dengan kegetiran yang semakin memompa kegelisahan saya. Randy memutar tubuh mendekati saya dalam sleeping bag, agak terbatuk-batuk, dan berkata dengan suara yang hampir kegirangan, “Ayo pergi mendaki bukit!” Kami pun mendatangi salah satu kaki bukit monolit dan berjuang mendaki selama dua jam, sambil saling melontarkan omongan jorok tentang siapa pendaki yang lebih baik. Pada tengah hari, kami kembali ke lembah untuk melihat apakah ada perusahaan yang secara ajaib memutuskan dalam semalam untuk mengembangkan sayapnya. Rasanya seolah-olah para pemilik toko bertemu diam-diam di tempat rahasia ketika sadar bahwa saya sudah tiba di lembah, lalu berkonspirasi untuk menghancurkan impian saya. Batubatu yang sama yang harus saya daki kini mulai tampak bagai barisan barikade. Saya melamar kerja di beberapa toko kecil yang belum saya datangi kemarin. Apa saya perlu menyia-nyiakan tenaga untuk memberitahu Anda apa yang terjadi selanjutnya? Randy dan saya duduk di bemper depan VW Bug saya. Kami bersandar di kap depan yang tipis dan agak berkarat serta mulai melengkung oleh berat tubuh kami. Matahari mulai merendah di balik lembah, dan bukit granit yang saya anggap sebagai tetangga kini memperlihatkan bayangan panjang nan gelap di tanah, dengan masing-masing bayangan menunjuk ke arah jalan keluar dari tempat itu. Saya hanya punya beberapa dolar tersisa setelah membeli bensin, dan Randy menawarkan untuk membayar makan malam kami. Ketika kembali ke mobil setelah makan malam, saya menatap mata Randy dan berkata, “Kau tahu, Randy, kau sangat baik mau menemaniku dan melakukan semua ini, tapi kelihatannya aku gagal. Ku pikir aku akan pulang dan menyelesaikan sekolah.” Sejenak jeda, Randy kemudian mengatakan lagi apa yang menjadi penghiburan bagi saya di sepanjang perjalanan itu: “Yah, apa pun yang kau putuskan, asal kau tahu, aku bersamamu, Bob.” Randy ada bersama saya, dan saya bisa katakan bahwa sebagaimana ia hadir secara fisik, ia pun hadir “bersama saya” dalam roh. Ia berkomitmen kepada saya dan ia percaya kepada saya. Saya bukan sebuah proyek;
A k u B e r s a ma m u
23
saya adalah kawan baginya. Saya bertanya-tanya bagaimana jika semua orang Kristen berlaku seperti ini. Saya pikir tidak, karena kebanyakan orang Kristen yang saya jumpai sampai saat itu begitu penakut dan memiliki lebih banyak pendapat tentang apa atau siapa musuh mereka daripada untuk siapa mereka hidup. Tanpa banyak berkata-kata, Randy dan saya bertukar pandang dalam keheningan dan menganggukkan kepala, yang artinya kami sudah bertekad bulat. Tanpa sepatah kata pun, saya melompat ke kursi pengemudi, Randy melompat ke kursi penumpang, dan kami mengikuti jalan yang ditunjukkan bayangan panjang nan gelap di hari sebelumnya. Saya pulang. Kami tidak banyak berbicara ketika meninggalkan Lembah Yosemite. Kami pun tidak banyak berbicara tentang perjalanan pulang. Impian saya baru saja musnah dan Randy cukup sensitif untuk paham bahwa saya perlu ruang untuk berpikir. Kami berkendara selama lima atau enam jam yang sunyi. Sesekali, Randy memeriksa keadaan saya dengan suaranya yang mantap dan lembut. “Hei, bagaimana keadaanmu, Bob?� Kami melewati bagian jalan yang sudah akrab, lalu masuk ke halaman parkir rumah Randy. Ada mobil lain di sebelah mobil Randy. Kelihatannya mobil pacar Randy. Ia memang sering berkunjung. Kami berjalan ke depan pintu dan Randy membukanya. Saya berjalan di belakang Randy meski tanpa diundang masuk, tapi tetap merasa disambut hangat. Di lantai, saya lihat setumpuk piring dan kertas pembungkus, mesin pembuat kopi dan beberapa gelas. Di atas sofa ada mesin microwave yang terbungkus di dalam kotak. Awalnya, saya tidak mengerti. Apakah Randy baru saja mengadakan pesta ulang tahun? Atau, apakah ini ulang tahun pacarnya? Sebuah microwave adalah hadiah yang aneh untuk merayakan hari lahir seseorang. Saya tahu Randy tidak sedang berkemas untuk pindah rumah, karena kalau itu yang terjadi maka seharusnya ada banyak kardus pembungkus di mana-mana. Tak lama berselang, dari sudut rumah, seorang perempuan keluar dan merangkulkan sepasang tangannya memeluk Randy. “Selamat datang, sayang.� Dan, semuanya mulai jelas. Perut saya merasa mual dan tenggorokan saya tercekat. Saya sadar
24
love d o e s
semua yang tergeletak di atas lantai ini ternyata kado pernikahan. Randy dan pacarnya baru saja menikah. Ketika saya mengetuk pintu rumah Randy pada Minggu pagi itu, Randy tidak melihat seorang anak SMA yang telah mengganggu bulan madu pernikahannya. Ia melihat seorang anak yang membutuhkan pertolongan. Ketimbang menghabiskan masamasa manis pernikahannya dengan pasangan, ia menghabiskannya bersama saya, menyelinap diam-diam di sebuah tenda. Mengapa? Karena Randy mengasihi saya. Ia melihat kebutuhan saya dan melakukan sesuatu tentangnya. Ia tidak sekadar berkata ia ada bagi saya atau bersama saya. Ia benar-benar hadir bersama saya. Apa yang saya pelajari dari Randy mengubah selamanya pandangan saya tentang apa arti memiliki persahabatan dengan Yesus. Saya belajar bahwa iman bukanlah tentang mengetahui segala sesuatu yang benar atau menaati daftar aturan tertentu. Iman lebih dari itu. Iman lebih mahal dari itu, karena iman meminta kita hadir bagi seseorang dan membuat pengorbanan baginya. Mungkin itu alasan mengapa Yesus dipanggil Imanuel, “Allah menyertai kita.� Saya pikir itulah yang ada di benak Allah, yaitu supaya Yesus hadir dan hadir bersama kita. Ini pula yang ada di benak Allah ketika kita berbicara tentang hadir bersama orang lain. Dunia bisa membuat Anda berpikir bahwa cinta kasih bisa diambil sekenanya di pasar obral atau terbungkus di sepucuk kartu buatan Hallmark. Tapi cinta yang Allah ciptakan dan tunjukkan adalah cinta yang mahal, karena cinta semacam itu adalah cinta yang melibatkan pengorbanan dan kehadiran. Itu adalah cinta yang bekerja lebih seperti bahasa isyarat ketimbang bahasa verbal. Yang saya pelajari dari Randy tentang cinta yang Yesus tawarkan adalah bahwa cinta lebih terkait dengan kehadiran daripada dengan penyelesaian sebuah proyek. Ini bukanlah cinta yang hanya memikirkan berbagai perkara baik. Ini bukan cinta yang hanya sepakat dengan perkara baik. Bahkan, ini bukan cinta yang hanya berbicara tentang perkara baik. Pelajaran yang saya petik dari Randy menghunjamkan kebenaran sederhana yang terus terjalin dalam anyaman permadani setiap kisah agung, yaitu bahwa: Cinta bertindak.
Jesus Christ, Disciplemaker
(Yesus Kristus, Sang Pembuat Murid) Prinsip-Prinsip Kunci Pemuridan Yesus Bill Hull Ketika Yesus memanggil murid-muridNya, dia merangkul para nelayan dan pemungut cukai, lalu mengubah mereka menjadi orang-orang paling berpengaruh di dunia ini yang pernah ada sepanjang masa. Dapatkan pemimpin gereja zaman sekarang memberdayakan orang-orang awam untuk memenuhi potensi mereka sebagai hamba Allah yang sangat efektif bagi Kerajaan-Nya? Buku pegangan standar dalam pemuridan selama lebih dari tiga puluh tahun, Jesus Christ, Disciplemaker menguraikan metode bagaimana Yesus melatih dua belas murid-Nya dan menyajikan pola yang alkitabiah dari strategi Yesus dalam menjangkau mereka yang terhilang. Edisi yang sudah diperbarui ini berisikan berbagai wawasan baru dari penulis selama lebih dari dua puluh tahun menolong gereja dalam membuat murid dari jemaat-jemaat awam menjadi pemimpin-pemimpin gereja. “Buku ini layak untuk mendapatkan perhatian oleh siapa saja yang serius tentang pemuridan Kristen.� —Robert Coleman, Gordon-Conwell Theological Seminary Info lengkapnya kunjungi: www.literaturperkantas.com Literatur Perkantas Jawa Timur Jl. Tenggilis Mejoyo KA-10, Surabaya 60292 Tlp. (031) 8435582, 8413047; Faks.(031) 8418639 E-mail: literatur.jatim@gmail.com, www.perkantasjatim.org
Memperkuat Jiwa Kepemimpinan Anda Mencari & Menemukan Allah di Tengah Tantangan Kepemimpinan
Ruth Haley Barton “Saya terlalu lelah untuk menolong orang lain menikmati Allah” “Aku hanya ingin menikmati Tuhan untuk diriku sendiri.” Dengan pengakuan yang memilukan ini, Ruth Haley Barton mengajak kita untuk secara jujur mengamati apa yang akan terjadi ketika seorang pemimpin kehilangan jiwanya. Ia menggabungkan uraian dan contoh-contoh kepemimpinan masa kini dengan hikmat dari perjalanan hidup kepemimpinan Musa, sehingga Memperkuat Jiwa Kepemimpinan Anda mampu memberikan panduan bagi kita untuk topik-topik seperti, • merespons dinamika dari panggilan Allah • menghadapi kesepian dalam kepemimpinan • memimpin dari keadalam diri Anda yang sejati • menemukan kehendak Tuhan bersama Setiap bab terdapat praktik rohani untuk memastikan jiwa Anda mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan. Melatih dan merawat vitalitas hubungan yang segar dengan Tuhan adalah pilihan terbaik yang dapat Anda lakukan bagi diri Anda sendiri dan orang-orang yang Anda pimpin. Info lengkapnya kunjungi: www.literaturperkantas.com Literatur Perkantas Jawa Timur Jl. Tenggilis Mejoyo KA-10, Surabaya 60292 Tlp. (031) 8435582, 8413047; Faks.(031) 8418639 E-mail: literatur.jatim@gmail.com, www.perkantasjatim.org
Organic Discipleship (Pemuridan Organik)
Membimbing Orang Lain Menuju Kedewasaan & Kepemimpinan Rohani Dennis McCallum & Jessica Lowery “Menyuarakan Kebenaran dalam Kasih” Ketika Yesus pergi, Ia berkata kepada para pengikut-Nya “Jadikan semua bangsa murid-Ku.” Namun apa artinya pemuridan pada zaman ini? Dennis McCallum dan Jessica Lowery telah berhasil melaksanakan pemuridan dalam Xenos Christian Fellowship yang inovatif selama beberapa dekade. Buku ini menunjukkan mengapa penyaluran pengetahuan tentang pengalaman rohani dan karya Roh Kudus secara relasional dapat membuahkan hasil yang jauh lebih efektif daripada pendekatan-pendekatan lain dalam membangun tubuh Kristus. Mereka menjawab pertanyaan-pertanyaan umum mengenai pemuridan seperti: Bagaimana saya memilih orang yang tepat untuk dimuridkan? Bagaimana saya dapat membangun persahabatan yang cukup kuat untuk berdampak secara nyata? Tujuan-tujuan seperti apa yang harus dicapai oleh pengikut Kristus dalam gereja masa kini? Memberi teladan itu penting, tetapi mengapa banyak teladan yang tidak efektif? Info lengkapnya kunjungi: www.literaturperkantas.com Literatur Perkantas Jawa Timur Jl. Tenggilis Mejoyo KA-10, Surabaya 60292 Tlp. (031) 8435582, 8413047; Faks.(031) 8418639 E-mail: literatur.jatim@gmail.com, www.perkantasjatim.org