Pujian untuk MEMPERKUAT JIWA KEPEMIMPINAN ANDA “Bagi kita para pemimpin, ada banyak buku yang baik untuk mengasah kemampuan kita. Tetapi terlalu sedikit yang menggali mengenai jiwa kita. Terlalu sedikit yang memberitahu kita tentang kebenaran sejati, melayani dengan kuat, memberi kita harapan dan keberanian dalam menghadapi panggilan kita yang sulit dan sepi dan membosankan. Terlalu sedikit yang mengajarkan kita bagaimana untuk mencari dan menemukan Allah dalam labirin tumpukan pekerjaan dan kritik yang gelap dan pengkhianatan yang menghancurkan hati. Buku ini mencakup semua hal itu dan bagus. Ruth Haley Barton telah berjalan dengan Musa, seorang pemimpin yang ‘pragmatis’ dan ‘visioner’ yang menemukan bahwa, tidak ada tempat yang layak untuk diinjak, kecuali kalau Allah pergi bersama dia. Wawasan yang Ruth bagikan paling tidak akan memperkuat jiwa kepemimpinan Anda. Bagi beberapa orang, ini mungkin akan membuat perbedaan ketika Anda menyelesaikan pertandingan Anda. “ Mark Buchanan, pendeta, Gereja New Life Community, Duncan “Suatu kelelahan, dunia yang sedang menunggu ini berteriak untuk hadirnya pemimpin yang telah dibentuk Allah, yang akan melayani daripada dilayani, yang akan mendapatkan kuasa dengan meletakkan kekuasaan, yang akan kehilangan nyawanya bagi orang lain. Dalam refleksi yang dituliskannya mengenai kehidupan Musa, Allah secara radikal layaknya seorang manusia dan teman kudus, Ruth Haley Barton telah memberi kita bukan hanya sebuah gambaran mengenai kepemimpinan yang berkorban dan menebus itu seperti apa, tetapi ia juga memberikan praktik untuk sampai ke sana. Ini adalah buku untuk dibaca baik sendiri dan bersama-sama. Ini akan mendorong dan memberdayakan kita untuk mencari Tuhan lebih dalam, untuk mendengarkan dan mewujudkan panggilan terdalam kita, untuk tetap setia dalam perjalanan kita yang sepi dan sendiri dalam komunitas, dan untuk mengasihi Allah secara jangka panjang. “ N. Gordon Cosby, pendiri, The Church of the Saviour, Washington DC
“Di dalam semangat yang sama dengan apa yang ditulis Henri Nouwen dalam The Return of the Prodigal Son, Ruth Haley Barton telah menangkap jiwa dari Musa dan telah mengungkapkan dirinya kepada kita sebagai seorang pencari kebenaran, kebijaksanaan, dan kerentanan.� Glandion W. Carney, pendeta, Christian Legal Society “Dalam sebuah pemandangan yang dipenuhi dengan buku-buku kepemimpinan yang hanya bermain-main di pinggiran dari apa yang sebenarnya penting, Ruth Haley Barton menawarkan kita sebuah panduan praktis yang menuju kepada inti dari kepemimpinan yang mengubahkan hidup: kerohanian yang otentik dan sehat. Memperkuat Jiwa Kepemimpinan Anda menelanjangi kebenaran kuno, bahwa kepemimpinan yang hebat lahir dari dalam lalu keluar dan menyediakan sebuah peta perjalanan yang membantu untuk memeriksa dan mencari transformasi Allah pada bagian besar yang tidak tersentuh di mana kepemimpinan sejati dihasilkan. Ini adalah sumber yang luar biasa bagi saya dan tim kepemimpinan saya sendiri. “ Gary Haugen, presiden, International Justice Mission
L iteratur P erkantas J awa T imur
Memper k ua t J i w a K e p e m i m p ina n Anda Mencari & Menemukan Allah di Tengah Tantangan Kepemimpinan oleh Ruth Haley Barton Originally published by InterVarsity Press as Strengthening the Soul of Your Leadership Copyright Š2008 by Ruth Haley Barton Translated and printed by permission of InterVarsity Press P.O. Box 1400, Downers Grove, IL 60515-1426, USA Alih Bahasa: Paksi Ekanto Putro Editor: Milhan K. Santoso Penata Letak: Milhan K. Santoso Desain Sampul:Vici Arif Wicaksono Hak cipta terjemahan Indonesia: Literatur Perkantas Jawa Timur Tenggilis Mejoyo KA-10, Surabaya 60292 Telp. (031) 8413047, 8435582; Faks. (031) 8418639 E-mail: literatur.jatim@gmail.com www.literaturperkantas.com Literatur Perkantas Jatim adalah sebuah divisi pelayanan literatur di bawah naungan Persekutuan Kristen Antar Universitas (Perkantas) Jawa Timur. Perkantas Jawa Timur adalah sebuah kegerakan yang melayani siswa, mahasiswa, dan alumni di sekolah dan universitas di Jawa Timur. Perkantas Jatim adalah bagian dari Perkantas Indonesia. Perkantas sendiri adalah anggota dari perge-rakan International Fellowship of Evangelical Students (IFES). Untuk informasi lebih lanjut mengenai kegiatan yang ada secara lokal maupun regional di Jawa Timur dapat menghubungi melalui e-mail: pktas.jatim@gmail.com, atau mengunjungi Website Perkantas Jatim di www.perkantasjatim.org
ISBN: 978-602-1302-15-6 Cetakan Pertama: Juni 2015
Hak cipta di tangan penerbit. Seluruh atau sebagian dari isi buku ini tidak boleh diperbanyak, disimpan dalam bentuk yang dapat dikutip, atau ditransmisi dalam bentuk apa pun seperti elektronik, mekanik, fotokopi, rekaman, dlsb. tanpa izin dari penerbit.
Untuk kedua orangtua saya, Rev. Dr. Charles William Haley dan JoAnn Neburka Haley di ulang tahun pernikahan mereka ke-50 7 Juni 2008 Dengan perkataan dan teladan, kalian mengajarku untuk tidak pernah berhenti mencari Allah di tengah tantangan pelayanan
SERI
Hasrat Kami: Kami rindu untuk melihat gereja menjadi komunitas transformasi rohani yang sejati. Misi Kami: Kami mencari cara untuk membentuk dan merawat jiwa-jiwa dari para pekerja gereja, pemimpin pelayanan, dan jemaat yang mereka layani.
Sumber-sumber yang dapat menolong Anda untuk mengalami transformasi rohani
Sacred Rhythms (Irama Kudus) Mengarahkan Hidup Kita Bagi Transformasi Rohani Memperkuat Jiwa Kepemimpinan Anda Mencari & Menemukan Allah di Tengah Tantangan Kepemimpinan
Info lengkapnya kunjungi: www.literaturperkantas.com
Daftar Isi Pada hari aku berseru, Engkaupun menjawab aku, Engkau menambahkan kekuatan dalam jiwaku.
Mazmur 138:3
Kata Pengantar oleh Leighton Ford..............................
8
Pendahuluan.........................................................
13
1 Ketika Para Pemimpin Kehilangan Jiwanya................
23
2 Sesuatu yang Tersembunyi di Bawah Permukaan..........
41
3 Ruang Perubahan Pribadi.....................................
55
4 Praktik Memberi Perhatian..................................
71
5 Teka-Teki Panggilan............................................
87
6 Membimbing Orang Lain Dalam Perjalanan Rohani.....
105
7 Hidup Dalam Batasan.........................................
123
8 Irama Rohani Dalam Kehidupan Seorang Pemimpin.....
141
9 Kepemimpinan Sebagai Sebuah Syafaat.....................
169
10 Kesepian Dalam Kepemimpinan............................
187
11 Dari Keterasingan Menuju Komunitas Kepemimpinan...
203
12 Menemukan Kehendak Allah Bersama-sama..............
229
13 Memvisikan Ulang Tanah Perjanjian........................
251
Ucapan Syukur......................................................
267
Catatan...............................................................
270
Kata Pengantar
I
tu adalah akhir musim gugur yang indah, waktu di mana saya selesai membaca karya Ruth Haley Barton, Memperkuat Jiwa Kepemimpinan Anda. Salah satu masa yang penuh dengan perenungan dan memori. Selain itu, sungguh tepat ketika saya selesai membacanya di Rock Hill, South Carolina, sebuah tempat di mana saya belajar banyak tentang hidup dan jiwa kepemimpinan. Berdekatan dengan Winthrop University, kami berkumpul bersama dengan para pria dan wanita, selama bertahun-tahun, sebagai bagian dari program pengembangan kepemimpinan. Kami mengajar tentang penginjilan, komunikasi, nilai-nilai kepemimpinan, dan praktik kepemimpinan. Namun, yang paling saya ingat adalah perjalanan dan perbincangan di seluruh kampus bersama para pemimpin muda yang sangat rindu membagikan impian dan tantangan batin mereka, yaitu jiwa dari kepemimpinan. Selama masamasa tersebut dan di tempat inilah, saya sendiri mengalami baik itu kepuasan besar maupun keputusasaan memedihkan. Semua ini pada akhirnya menuntun saya pada jalur di mana Allah memanggil saya untuk memulai pelayanan baru, yaitu pendampingan dan pembimbingan rohani bagi para pemimpin kerajaan sorga. Selain itu, sungguh tepat tempat di mana saya menuliskan kata pengantar ini: Oratory, pusat retret dan pelayanan di Rock Hill yang bagi saya telah menjadi tempat sakral dalam mendengar serta memperbarui jiwa saya sendiri. Bisa jadi inilah alasan mengapa saya begitu tergerak dengan ucap-
kata pengantar |
9
an syukur berlimpah pada hari ini atas apa yang telah ditulis oleh Ruth. Meskipun kami belum pernah bertemu, saya merasakan di dalam dirinya roh kekeluargaan dan bukunya bagi saya telah menjadi seorang kawan yang menemani di sepanjang perjalanan. Saya harap demikian juga buku ini bagi banyak pemimpin lainnya. Seperti seorang pendeta muda, yang di akhir salah satu retret kami berkata, “Saya sadar hari ini bahwa perkara terbaik yang dapat saya lakukan bagi jemaat yang saya layani adalah ketika saya mampu berkata, ‘Nyamanlah jiwaku.’� Bagi pendeta muda itu dan bagi banyak orang lain, saya ingin sekali merekomendasikan buku ini. Gaya Ruth begitu hangat dan mudah dipahami. Saya menyukai wawasannya terhadap kehidupan batin seorang pemimpin. Saya mengagumi cintanya pada puisi dan doa, yang ia bagikan dengan begitu limpahnya. Saya teramat bersyukur atas berbagai bentuk praktik yang sangat menolong saat ia menjelaskan dan merekomendasikannya. Tetapi, yang bahkan menarik saya lebih lagi adalah Ruth menulis dengan kesungguhan dan integritas yang bersumber dari pengalaman intimnya sendiri terhadap perjalanan batin dari seorang pemimpin. Musa adalah seorang pemimpin dalam Alkitab yang telah Ruth pilih sebagai teladan. Saya merenung di dalam diri, Seandainya Musa membaca buku ini, bagaimana ia akan bereaksi? Apakah ia akan bersyukur? Terkejut? Kaget? Bagaimana pun, saya pikir reaksi Musa ketika membaca beragam catatan mengenai kepemimpinannya ini, berulang dan berulang kali, ia akan berseru, Saya ingat itu! Saya mengenali diri saya tersebut! Saya melakukannya! Itulah tepat yang terjadi. Ruth memahami saya! Namun, lebih dari itu, Ruth, dalam kaitan antara Musa dan pengalamannya sendiri, berhasil menawan saya. Saya pikir, ia pun akan menawan banyak pembaca. Saya bacakan di sini beberapa hal yang menusuk sekaligus indah, yaitu pemikiran seperti:
10 | Memperkuat jiwa kepemimpinan anda
Anda dapat memperoleh seluruh dunia kepemimpinan tetapi kehilangan jiwa Anda sendiri, kehilangan koneksi Anda dengan tempat-tempat mendalam di mana Roh Allah bersaksi bersama dengan roh Anda. Saya lelah berupaya menolong orang lain menikmati Allah. Saya hanya ingin menikmati Allah. Bagaimana rasanya menemukan Allah, bukan kehilangan Dia, dalam konteks kepemimpinan? Dalam solitude, kita harus berhenti percaya pada pendapat kita sendiri. Allah tidak terburu-buru untuk membuat kita sampai ke Tanah Perjanjian. Seringkali, perasaan kita akan keterasingan meningkat seiring dengan kesuksesan kita.
Dan jiwa saya sendiri merespons sekaligus dengan “Aduh!” dan “Ya!” Tetapi, melalui sebagai besar pembacaan ini, saya merespons dengan “Terima kasih.” Karena saya diingatkan berulang-ulang kali di sini bahwa bukanlah Musa, melainkan Allah yang telah memanggil Musa. Allah itulah yang pada akhirnya membawa umat-Nya sampai di Tanah Perjanjian. Allah berada dalam jiwa kepemimpinan Musa dan Ia pun berada dalam jiwa Ruth dan jiwa saya. Ketika saya sampai di Rock Hill pagi dini hari tadi, saya merasa agak mengantuk setelah serentetan minggu yang padat. Saya terusmenerus menguap saat mengambil waktu untuk hening sejenak. Lalu, saya berjalan-jalan di luar dan duduk di atas bangku dekat labirin berkerikil untuk doa berjalan, menikmati hangatnya sinar mentari yang menembusi hawa sejuk. Saya membaca sebuah kisah tentang seorang murid yang bertanya kepada gurunya. Ia bertanya apakah ada cara yang dapat ia lakukan untuk membuat dirinya bertumbuh secara rohani.
kata pengantar |
11
Sang guru menjawab: “Hal sekecil apa pun yang dapat kau lakukan untuk membuat matahari bersinar di pagi hari.� Kebingungan, si murid mempertanyakan, lalu apa gunanya semua latihan rohani yang telah diajarkan oleh gurunya. Dan sang guru pun menjawab: “Untuk memastikan agar kau tidak tertidur ketika matahari mulai bersinar.�
Saya pikir itulah yang akan dikatakan Ruth mengenai buku ini. Saya tentu berpendapat demikian. Membaca buku ini tidak akan memperkuat jiwa kepemimpinan Anda. Hanya Allah yang dapat melakukannya. Tetapi buku ini tentu akan membantu Anda menjadi lebih penuh perhatian terhadap Allah yang adalah kekuatan bagi jiwa Anda, dan jantung dari kepemimpinan Anda. Leighton Ford Charlotte, North Carolina
Pendahuluan “Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?� M atius 16:26
14 | Memperkuat jiwa kepemimpinan anda
I
ni adalah buku tentang jiwa. Jiwa Anda, jiwa saya, dan jiwa kepemimpinan kita. Ketika saya merujuk kepada jiwa, saya tidak sedang berbicara tentang sesuatu yang kabur, tidak jelas dan tak berbentuk. Bukan. Yang sedang saya bicarakan adalah tentang bagian yang paling nyata dari diri Anda. Esensi sejati Anda yang dikenal oleh Allah sebelum Ia membawa Anda ke dalam bentuk fisik. Bagian yang akan terus hidup setelah tubuh Anda masuk ke liang kubur. Bagian ini adalah “Anda” yang akan terus hidup melampaui apapun peran yang sedang Anda jalankan, apa pun pekerjaan yang Anda lakukan, apa pun hubungan yang mendefinisikan kehidupan Anda, atau apa pun kemasyhuran serta kesuksesan yang Anda raih. Ini adalah bagian dari Anda yang merindukan Allah lebih dari pada yang Anda alami saat ini. Bahkan mungkin bagian tersebut pada saat ini dapat merasakan “kehilangan” Allah di tengah segala tantangan kehidupan dalam pelayanan. Yesus mengindikasikan bahwa memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan jiwa Anda adalah sesuatu yang mungkin terjadi. Jika Ia berbicara kepada kita, para pemimpin Kristen hari-hari ini, Ia bisa saja berkata bahwa memperoleh kesuksesan dalam dunia pelayanan dan kemudian kehilangan jiwa Anda di tengah segala kesuksesan pelayanan adalah sesuatu yang mungkin terjadi. Ia memperingatkan kita bahwa sangat mungkin di suatu waktu setelah lama mencari, Anda akan menemukan jiwa Anda hanya untuk kehilangan jiwa Anda lagi begitu saja. JikaYesus berbicara kepada kita hari-hari ini, Ia juga bisa menunjukkan bahwa saat para pemimpin kehilangan jiwanya, maka gereja dan organisasi yang mereka pimpin pun akan kehilangan jiwanya. “Jiwa menyelinap keluar dengan mudahnya dari sebuah gereja atau institusi,” demikian seruan dari Gordon Cosby, pendeta pendiri Church of the Saviour di Washington, D.C. “Anda bisa pergi ke salah satu dari tempat ini dan mendapati bahwa Roh Kudus telah pergi dan Shekinah telah lenyap.... Ketika sebuah gereja lokal kehilangan jiwanya, gereja itu mulai berstatus suam-suam kuku dan tidak sanggup memberi kehidupan. Orang-orang awam pada umumnya
Pendahuluan |
15
bahkan tidak tahu ketika gereja tersebut mulai kehilangan jiwanya. Perlu hikmat yang sangat mendalam untuk melihatnya, dan lalu setelah kita melihatnya, perlu sesuatu yang lebih mahal dari pada sekadar perkataan untuk memperoleh kembali jiwa itu.� Kehilangan jiwa Anda hampir mirip dengan kehilangan kartu kredit Anda. Anda berpikir bahwa kartu kredit itu masih berada di dalam dompet Anda, jadi Anda tidak begitu memedulikannya, sampai pada suatu hari Anda hendak mengambilnya tetapi tidak dapat menemukannya. Pada saat Anda menyadari bahwa kartu kredit itu hilang, Anda mulai berupaya keras untuk menemukannya. Anda berusaha mengingat kapan terakhir kali Anda menggunakannya atau setidak-tidaknya, kapan terakhir kali Anda masih memilikinya. Tak peduli apa yang sedang terjadi di dalam hidup Anda, Anda seketika itu juga berhenti dan mencarinya, apabila hal itu tidak dilakukan maka kerusakan yang lebih besar bisa saja terjadi. Oh, betapa kita merasakan kecemasan yang mendebarkan sama seperti ketika kita sadar bahwa kita telah kehilangan jiwa! Hal Terbaik yang Kita Bawa dalam Kepemimpinan Saya berada dalam peran kepemimpinan sepanjang hidup saya. Mulai dari melayani di posisi kepemimpinan yang rendah di gereja kecil, menjadi staf pastoral di gereja yang lebih besar, hingga tanggung jawab saya saat ini sebagai mitra pendiri dan presiden sebuah organisasi pelayanan nirlaba. Saya mengerti bagaimana rasanya melayani di bawah kepemimpinan orang lain dan saya mengerti bagaimana rasanya menjadi ujung dari tongkat komando yang memikul beban tanggung jawab dalam menanggung visi yang telah diberikan Allah. Di luar pengalaman saya sendiri, saya telah menghabiskan bertahun-tahun lamanya memberikan arahan rohani bagi para pribadi dan kumpulan pemimpin. Saya memberikannya dalam aktivitas retret dan berbagai bentuk lainnya, sambil mendengarkan jerit jiwa mereka yang mirip dengan jerit jiwa saya sendiri. Semua jeritan ini menyesakkan dada dan konsisten: pasti ada sesuatu yang lebih, dalam
16 | Memperkuat jiwa kepemimpinan anda
dunia kepemimpinan dari pada yang banyak kita alami selama ini. Ketika saya mencoba untuk mendengarkan kehidupan saya sendiri dan kehidupan orang lain, saya menjadi yakin bahwa ada sesuatu yang lebih, yang sedang kita cari yaitu transformasi jiwa di dalam hadirat Allah. Ini adalah sesuatu yang kita inginkan bagi diri sendiri dan bagi mereka yang sedang memimpin. Dan inilah inti utama dari buku ini. Buku ini adalah tentang hadirat Allah di tengah kepemimpinan seseorang. Ini adalah sebuah penjelajahan hubungan antara perjumpaan pribadi seseorang dengan Allah dalam solitude1 dan panggilan kepemimpinan di arena publik. Apa perbedaan yang dihasilkan dari praktik solitude dengan pencarian rohani bagi kehidupan seorang pemimpin, sesungguhnya? Apakah ini adalah sebuah kemewahan penuh pemanjaan diri yang hanya dapat dinikmati oleh mereka yang tidak terlalu sibuk atau tidak terlalu banyak dituntut? Apakah praktik solitude hanya relevan bagi segolongan kecil kaum mistik? Atau apakah hal ini lebih mendasar bagi kepemimpinan rohani seseorang dari pada jenis kepribadian tertentu misalnya? Buku ini bukan sebuah jawaban tentang kepemimpinan, karena jujur saja, saya memiliki lebih banyak pertanyaan dari pada jawaban hari-hari ini. Seperti seorang lelaki yang berkata, “Dulu, saya tidak punya anak, tetapi saya memiliki enam teori (tentang bagaimana menjadi orangtua). Kini, saya punya enam anak, tetapi tidak mempunyai teori!� Demikian pula, ketika saya bekerja di ladang orang lain (begitu istilahnya), saya memiliki banyak teori, dan jujur saja, banyak kritik. Kini, ketika saya Solitude adalah sebuah tempat dalam waktu yang dikhususkan oleh Allah dan bagi Allah saja. Sebuah waktu di mana kita mencabut dan menarik diri dari kebisingan interaksi dengan orang sekitar, tempat yang telah dikhususkan demi meluangkan waktu bagi Allah saja, sebuah tempat yang tidak disarati oleh pekerjaan, kebisingan, teknologi, hubungan, atau salah satu dari hal-hal yang menarik kita untuk kembali hidup seperti biasa. Solitude merupakan tempat di dalam diri kita di mana Roh Allah dan roh kita tinggal bersama-sama dalam persekutuan, dan kita sanggup memberikan diri yang sepenuhnya kepada Allah. (Untuk lebih lengkap lihat bab dua dalam Sacred Rhythms (Irama Kudus): Mengarahkan Hidup Kita Bagi Transformasi Rohani, oleh Literatur Perkantas Jatim, 2013.)
1
Pendahuluan |
17
memikul beban penuh tanggung jawab bagi sebuah organisasi selama beberapa tahun, saya memiliki lebih sedikit teori, lebih banyak pertanyaan, dan lebih banyak rasa hormat terhadap orang lain yang telah memimpin mereka kepada visi. Saya dapati bahwa menciptakan sesuatu dari ketiadaan jauh lebih sulit dari pada yang Anda pikir. Banyak hal yang tidak pernah Anda bayangkan dapat terjadi pada Anda. Garis menjadi semakin tipis, persoalan menjadi semakin abu-abu, orang-orang semakin sulit ditebak, kelemahan Anda menjadi semakin terlihat, semakin mendarah daging dan semakin jelas bagi orang lain dari yang pernah Anda ketahui. Meski demikian, saya mengetahui beberapa pertanyaan yang bermanfaat bagi para pemimpin yang ingin terus bertahan dalam jalur perjalanan rohani di tengah segala tantangan kepemimpinan. Saya tahu bagaimana rasanya berjalan menuju hadirat Allah dengan semua pertanyaan itu hari demi hari, sambil menanti Allah untuk melepaskan atau mengubahkan sesuatu di dalam diri saya sementara pada saat yang sama tetap harus menjadi pemimpin di arena publik. Saya tahu betapa penting memiliki panduan atau rekan rohani selama waktu-waktu itu ketika segala sesuatu dalam diri kita ingin langsung bangkit dan melakukan sesuatu—apa pun itu! —lebih dari sekadar bertahan dalam Hadirat itu. Dan saya telah menjalaninya. Saya mengambil jalur lembut nan mengubahkan jiwa itu dalam arena kepemimpinan dan mencari cara untuk memimpin dari tempat itu, beserta segala risiko yang menyertainya. Undangan bagi Para Pemimpin untuk Mengalami Transformasi Rohani Memperkuat jiwa kepemimpinan Anda adalah sebuah undangan untuk masuk semakin dalam pada proses transformasi rohani dan memilih untuk memimpin dari tempat itu. Ini adalah kesempatan untuk menempa koneksi antara jiwa kita dengan kepemimpinan kita bersama-sama, dan bukan mengalami keduanya sebagai arena terpisah dalam hidup kita. Transformasi rohani adalah proses dengan mana Kristus mem-
18 | Memperkuat jiwa kepemimpinan anda
bentuk di dalam diri kita demi kemuliaan Allah, demi keberlimpahan hidup kita sendiri, dan demi kepetingan orang lain. Metafora alkitabiah yang digunakan sebagai gambaran untuk proses transformasi memperlihatkan bahwa ini adalah proses organik yang melampaui perubahan perilaku semata demi menghasilkan perubahan mendalam dan fundamental pada inti terdalam kepribadian kita (pembentukan embrio dalam rahim ibu yang dirujuk oleh Gal. 4:19 dan metamorfosis atau transformasi ulat menjadi kupu-kupu yang disinggung dalam Rm. 12:2). Dalam proses transformasi, Roh Allah menggerakkan kita dari perilaku yang termotivasi oleh rasa takut dan mekanisme bertahan hidup menjadi kepercayaan serta penyerahan diri kepada Allah; dari pementingan diri dan menghisap segala sesuatu bagi diri sendiri kepada persembahan diri yang otentik menurut kehendak bebas; dari keputusasaan ego yang berupaya mengendalikan hasil dalam kehidupan kepada kesanggupan memberi diri dalam kehendak Allah, yang seringkali dianggap sebagai kebodohan oleh dunia. Perubahan jenis ini bukanlah sesuatu yang dapat kita hasilkan atau ciptakan bagi diri sendiri. Tetapi, ini adalah perubahan yang paling kita butuhkan. Ini adalah perubahan yang paling dibutuhkan oleh semua orang di sekitar kita. Supaya kita tidak tergoda untuk memandang hal ini sebagai proyek pengembangan diri yang megah atau sebuah kesempatan untuk mempromosikan aktivisme, adalah penting untuk memahami transformasi rohani sebagai proses yang penuh dengan misteri. Transformasi rohani adalah fenomena di luar jangkauan pencapaian kekuatan tunggal manusia. Transformasi rohani hanya dapat digenggam dan dialami oleh campur tangan ilahi. Allah adalah satu Pribadi yang menginisiasi dan memandu prosesnya. Allah adalah Pribadi yang membawakan hasil akhir yang baik melaluinya. Seorang pemimpin yang mengalami kepenuhan dalam jiwanya merendahkan hati karena menyadari hal ini. Ia pun lega karena tidak harus menanggung beban berat tanggung jawab untuk mengubah dirinya sendiri atau orang lain. Seorang pemimpin yang mengalami
Pendahuluan |
19
kepenuhan dalam jiwanya akan setia pada satu hal yang dapat ia kerjakan, yaitu menciptakan prasyarat yang mencetuskan perjumpaan dengan Allah di beragam tempat di mana transformasi rohani paling dibutuhkan. Untuk terus mencari Allah dalam tantangan kepemimpinan, tak peduli betapa pun sukarnya keadaan. Bahasa Jiwa Sebagai seorang pembimbing rohani, tujuan utama saya dalam buku ini adalah memandu Anda dalam perjumpaan dengan Allah di berbagai tempat di mana Anda paling membutuhkannya, dalam konteks kepemimpinan. Selain itu, Anda akan menemukan bagian praktik di akhir setiap bab yang dimaksudkan untuk memandu Anda dalam pengalaman bersama Allah. Semua praktik ini adalah praktik yang sama dengan praktik yang akan saya berikan kepada Anda, seandainya kita bersama-sama dalam pendampingan rohani atau retret. Semua praktik ini akan membantu Anda bergerak memasuki disiplin solitude dan persekutuan dengan Allah, yang pertama-tama mendorong Anda untuk menjadi tenang—ini bukanlah hal yang remeh!—dan memerhatikan aliran napas Anda. Ini adalah satu cara yang sangat sederhana untuk menenangkan kekacauan dalam jiwa Anda dan mendengarkan Roh Allah, yaitu Roh yang digambarkan oleh Kitab Suci sebagai angin, pneuma, napas Allah sendiri. Roh Allah lebih dekat dengan kita dari pada napas kita sendiri. Saat Anda menjadi lebih tenang dalam hadirat Allah, kesempatan untuk doa dan komunikasi yang jujur dengan Allah terbuka melalui penerapan meditasi dan doa yang dituliskan dalam bentuk yang puitis. Ini adalah bahasa jiwa yang dimaksudkan untuk menarik keluar jiwa Anda, membantu Anda mengatakan apa yang perlu Anda katakan kepada Allah, dan memantapkan Anda di tempat yang tepat untuk mendengarkan apa yang ingin Allah sampaikan kepada jiwa Anda. Banyak dari kita, para pemimpin, yang tidak terbiasa dengan bahasa jiwa dan beragam caranya yang teduh. Beberapa orang langsung menolaknya sebagai sesuatu yang terlalu “lembut� atau, entah
20 | Memperkuat jiwa kepemimpinan anda
bagaimana, secara fundamental bertentangan dengan kehidupan seorang pemimpin yang padat akan aktivitas. Padahal, kebenarannya adalah banyak di antara kita telah mencapai tempat di mana kita telah memperoleh banyak pengetahuan, banyak kiat praktis, dan meraih banyak hal pula, tetapi ternyata kita tahu bahwa ada sesuatu yang hilang. Kita dahaga untuk menemukan jalan kembali pada keintiman bersama Allah yang memberi makan bagi jiwa kita. Kita rindu menerima satu kata dari Allah yang diperkatakan pada hati kita secara pribadi, bukan sesuatu yang diberikan untuk konsumsi publik. Dibutuhkan praktik untuk menjadi terampil dalam percakapan menggunakan bahasa jiwa; bagian praktik dirancang untuk menolong Anda tepat melakukan hal ini, yaitu membantu Anda memasuki persekutuan yang dicari oleh jiwa Anda. Ketika Anda sampai di bagian praktik pada akhir bab, anggaplah itu seperti momen dalam kegiatan retret di mana Anda sudah menerima pengajaran dan kini siap untuk meluangkan waktu sendirian bersama Allah serta mempraktikkan beberapa hal. Itu adalah waktu di mana Anda berkata, “Tidak cukup sekadar berbicara tentang hal-hal ini. Kita perlu mempraktikkannya, kita perlu menemukan cara untuk masuk ke dalamnya.� Menemukan Diri Sendiri di dalam Cerita Saya mencoba mencermati secara mendalam kehidupan Musa sebagai sebuah jendela untuk melihat berbagai aspek berbeda dari kepemimpinan di mana kita dapat belajar mencari Allah dan mengizinkan Allah memperkuat kita dalam memberikan kepemimpinan rohani bagi orang lain. Saya tertarik dengan kisah Musa, karena saya mendapati kisah ini begitu lengkap dalam mengilustrasikan beragam aspek berbeda dari kepemimpinan. Kisah ini begitu jujur dalam berbicara tentang berbagai tantangan yang dialami oleh para pemimpin. Kisah Musa menunjukkan bahwa perjalanan dalam memperkuat jiwa kepemimpinan Anda bukan sekadar diperuntukkan bagi “pendeta yang kontemplatif � atau penulis mistik. Perjalan-
Pendahuluan |
21
an ini diperuntukkan bagi pemimpin yang memiliki pekerjaan untuk diselesaikan, tempat untuk dituju, dan orang untuk dipimpin. Ini adalah sebuah perjalanan bagi kita semua. Bahkan jauh lebih penting lagi, saya telah berinteraksi dengan kisah Musa, karena ini adalah kisah di mana saya mampu menemukan diri saya sendiri dalam sebuah cerita Alkitab. Saya menemukan diri saya sendiri di dalamnya ketika saya hampir menyerah dalam pelayanan dan kepemimpinan. Pada saat-saat gelap seperti itu, Musa mengajar saya bagaimana berdoa, bagaimana tetap setia, bagaimana menunggu, bagaimana memimpin, dan bagaimana merelakan sesuatu ketika tiba waktunya. Saya berpikir bahwa saya tidak akan dapat bertahan untuk melakukan apa yang saya lakukan saat ini, jika bukan karena kisah ini. Selain itu, ada juga beberapa tempat di mana perspektif Perjanjian Baru dan kehidupan Kristus diperlukan demi memberi gambaran yang lebih besar, itu adalah hal yang sangat penting bagi hidup untuk mengikut Kristus hingga sampai pada titik pengertian dan kemampuan maksimal kita, baik sebagai manusia maupun sebagai pemimpin. Dengan demikian, beberapa kali ketika saya merujuk pada pengajaran dan contoh dalam Perjanjian Baru yang saya anggap penting untuk dilakukan, saya berupaya mengintegrasikannya tanpa membuatnya terlalu mengganggu aliran interaksi kita dengan kisah Musa. * * * Saya sungguh hanya punya satu keinginan bagi buku ini. Yaitu, buku ini akan memimpin Anda ke dalam perjumpaan dengan Allah yang sanggup memperkuat jiwa kepemimpinan Anda di beragam tempat di mana Anda paling membutuhkannya. Sungguh, hal terbaik yang dapat kita bawa ke dalam kepemimpinan adalah diri sendiri yang bertransformasi. Saya berkomitmen dengan sungguh untuk menempuh perjalanan ini, meskipun seringkali kabur kelihatannya dan dalam perjalanan inilah Anda diundang untuk menempuhnya juga. Jadi, jika Anda
22 | Memperkuat jiwa kepemimpinan anda
mencari Allah dengan segenap hati Anda, dengan segenap jiwa Anda, dengan segenap akal budi Anda dan dengan segenap kekuatan Anda adalah perjalanan yang Anda rindukan... jika Anda bersedia membiarkan diri Anda ditransformasi oleh sesuatu yang berada dalam perjalanan Anda... jika Anda berminat menempa koneksi antara perjalanan transformasi pribadi Anda sendiri dengan kepemimpinan Anda... maka, mari kita tempuh jalur ini bersama-sama dan mari kita lihat ke mana Allah memimpin kita. Ya Allah maha benar penghalau segala dusta, maha karunia penyurut segala maaf, datanglah temukan kami sebab kami telah kehilangan diri dalam debur seret samaran dan gemertuk kata hampa Biarlah Roh-Mu berhembus penuh rahmat mencipta kembali dari kacaunya hidup kami Kami sungguh begitu ceroboh menjalani hari, memberi kasih, menggunakan karunia, memanfaatkan kesempatan.... Doa kami berubah,Ya Allah, bukan lagi keputusasaan atas diri melainkan demi kasih akan Engkau, dan demi jati diri yang kami rindu kenakan sebelum kami luruh. Biarlah rahmat-Mu berhembus dalam dan melalui kami saat ini.... Amin. Ted Loder, My Heart in My Mouth
1
Ketika Para Pemimpin Kehilangan Jiwanya
Bukan demikian hamba-Ku Musa, seorang yang setia dalam segenap rumah-Ku. Berhadap-hadapan Aku berbicara dengan dia, terus terang, bukan dengan teka-teki, dan ia memandang rupa TUHAN. Bilangan 12:7-8
24 | Memperkuat jiwa kepemimpinan anda
B
eberapa tahun lalu, di tengah musim padat pelayanan yang tidak seperti biasanya, saya membuat komentar pada seorang sahabat yang mengejutkan kami berdua. Sebelum saya menyensor pikiran saya, saya mendengar diri sendiri berkata, “Saya lelah untuk menolong orang lain menikmati Allah; saya hanya ingin menikmati Allah untuk diri saya sendiri.” Pernyataan ini mengejutkan sekaligus mencemaskan. Sebab, sebenarnya saya sedang mengatakan bahwa kepemimpinan saya, yang biasanya mengalir dari sesuatu yang terjadi dalam jiwa, pada saat itu ternyata terputus dari realitas Allah. Hal ini bukanlah pertama kali saya menyadarinya dan itu pun bukan terakhir kalinya. Tetapi itu pasti pembicaraan yang paling jelas artikulasinya! Saat sahabat saya dan saya duduk diam bersama, perkataan dari puisi yang ditulis oleh Ted Loder menghampiri saya. Itu adalah puisi yang sering kami gunakan di Transforming Center untuk membimbing orang masuk ke dalam momen kejujuran bersama Allah. Puisi itu berbunyi seperti ini: “Sang Kudus, ada sesuatu yang ingin kubicarakan dengan-Mu, tetapi ada begitu banyak pekerjaan yang harus kujalankan, tagihan yang harus kubayar, pertemuan yang harus kuhadiri, cucian yang harus kukerjakan... dan aku lupa apa yang ingin kukatakan kepada-Mu, aku pun lupa tentang apa atau mengapa. Ya Allah, mohon jangan lupakan aku, demiYesus Kristus.” Saat hamburan kata-kata itu mendaras dalam benak, saya sadar bahwa ada sesuatu yang ingin saya katakan kepada Allah, tetapi saya terlalu sibuk dan terlalu jauh dari jangkauan jiwa saya sendiri untuk mengatakannya. Yang ingin saya katakan kepada Allah sebenarnya adalah “Aku merindukan-Mu.” Kesadaran ini menghampiri dengan kekuatan begitu besar, sehingga rasanya seperti dihantam jatuh oleh gelombang berkekuatan besar terus menerus. Ada Sesuatu yang Sepertinya Tidak Benar Momen semacam ini bisa menghampiri kita semua. Momen di mana kepemimpinan kita terasa seperti sesuatu yang kita “kenakan.” Seperti sehelai pakaian yang dikeluarkan dari lemari demi sebuah ke-
Ketika Para Pemimpin Kehilangan Jiwanya |
25
pentingan khusus dan bukan seperti sesuatu yang mengalir dari arus batin mendalam yang dirawat dengan baik oleh sumber yang murni. Mungkin Anda pernah mengalami dinamika ini dengan cara Anda sendiri. Mungkin Anda sedang mempersiapkan diri untuk berkhotbah atau memimpin pemahaman Alkitab, kemudian ada endapan kesadaran bahwa Anda sedang bersiap untuk menyemprotkan segala nilai dan perilaku kepada orang lain yang Anda sendiri tidak hidupi. Mungkin Anda adalah seorang pemimpin pujian, lalu mendapati bahwa Anda semakin dan semakin sering berjuang keras untuk mempertontonkan emosi, karena sudah terlalu lama Anda tidak lagi mengalami keintiman sejati dengan Allah terakhir kali. Atau mungkin seseorang membutuhkan perhatian kasih kita dan Anda sadar bahwa Anda sesungguhnya tidak peduli. Anda mengerahkan energi besar untuk menempuh setiap gerak tindakan, tetapi Anda tahu bahwa hati Anda merasa hampa akan kasih yang sejati. Dalam bukunya, Leaving Church, mantan pendeta wilayah dan seorang peraih penghargaan pengkhotbah terbaik, Barbara Brown Taylor, menggambarkan bagaimana rasanya ketika jiwanya menyelinap keluar. Ia berkata: Banyak hal terjadi di dalam diri saya yang kelihatannya terlalu memalukan untuk dibicarakan dengan lantang. Terkapar oleh apa yang sedang terjadi di Kalvari Penuh Kasih Karunia, saya bahkan tidak memiliki energi untuk melakukan apa pun yang positif... Di balik gambaran bercahaya di Minggu pagi, saya melihat rapat komisi, rutinitas yang kaku, dan sekumpulan orang yang sangat sulit diajak bekerjasama, yaitu mereka yang menghisap sebagian besar waktu saya. Di balik kesan heroik dari diri saya, justru saya melihat perfeksionisme melelahkan, kejengkelan pada setiap orang yang tidak berjuang sekeras yang saya lakukan, dan dahaga besar akan pengakuan. Saya melihat beberapa wajah penuh pengampunan dari keluarga saya, yaitu orang-orang yang saya tinggalkan dari setiap masa liburan selama lima belas tahun terakhir, sementara saya pergi untuk memberi pelayanan bagi orang lain beserta keluarga mereka. Lebih dari semua itu, saya melihat bahwa keinginan saya untuk semakin mendekat pada Allah sekuat yang saya mampu ternyata berbalik arah.
26 | Memperkuat jiwa kepemimpinan anda
Saya terlalu memusatkan diri pada rasa sakit, sehingga berakhir dengan keletihan untuk mengasihi. Terdorong untuk hidup sebagai hamba, malah berakhir menjadi seorang pemberi jasa. Terdorong untuk hidup intim dengan Hadirat Ilahi, saya justru berakhir menjadi seorang asing.... Seperti burung pipit yang hinggap di ambang jendela saya, mematuk-matuk bayangan yang mereka lihat di kaca, saya pun tidak mampu menangkap hijau keindahan yang dirindukan oleh jiwa. Selama bertahun-tahun, saya percaya bahwa jika saya bertahan, kaca itu pada akhirnya akan menghilang. Kini, untuk pertama kalinya, saya penasaran jangan-jangan saya telah mengabdikan diri pada sebuah ilusi.
Terkadang, perasaan kita bahwa ada sesuatu yang tidak benar terasa lebih halus, seperti yang dialami oleh seorang pendeta yang mendatangi saya demi memperoleh bimbingan rohani. Dengan kesadaran diri tinggi, ia mengamati, “Saya dapati bahwa beragam konferensi (kepemimpinan) bisa saja menjadi bagian yang sangat menggairahkan. Tetapi ada sesuatu yang lebih kelam yang sebenarnya terjadi di balik itu. Terkadang, semua konferensi itu membuat saya merasa tersaingi terhadap gereja-gereja lain dengan semua hal yang mereka capai. Saya meninggalkan konferensi itu dengan perasaan tidak puas dengan diri saya sendiri. Saya tidak puas dengan staf saya, sumber daya saya, karunia saya, dan kemampuan saya. Ego saya mulai meninggi, saya akan melakukan banyak hal yang lebih besar dan lebih baik. Lalu saya pulang ke rumah dan membuat semua orang di rumah itu menjadi gila.Tiga bulan kemudian, catatan konferensi itu berada entah di bagian rak buku mana dan saya kembali menjalani hidup seperti biasa, tetapi dengan perasaan samar mengenai efektivitas diri saya sebagai seorang pemimpin, yang tak pernah merasa cukup yakin apakah saya mampu melakukannya dengan baik.� Pernyataan ini tidak bermaksud menjadi kritik bagi konferensi tertentu mana pun; justru pendeta muda itu dengan berani menyebutkan kehadiran Allah dan kehadiran orang lain yang sedang mengambil tempat di dalam jiwanya dalam konteks kepemimpinan. Ia ingin mendengar Allah di tempat itu. Ia sadar bahwa jika jiwanya hendak
Ketika Para Pemimpin Kehilangan Jiwanya |
27
menjadi tenang, ia tidak bisa membiarkan hidupnya dikendalikan dengan membabi buta oleh dinamika batin yang tak terperiksa. Bagaimana Keadaan Jiwa Anda? Ketika sekelompok pengikut Kristus baru di bawah kepemimpinan Wesley berkumpul dalam pertemuan kelompok kecil, pertanyaan pertama mereka pada satu sama lain adalah “Bagaimana keadaan jiwa Anda?� Ini adalah pertanyaan paling baik bagi kita sebagai pemimpin Kristen dalam terang peringatan Yesus dan dalam terang kesaksian kita mengenai apa yang sedang terjadi di dalam serta di sekitar kita. Jadi, bagaimana keadaan jiwa Anda? Beberapa dari kita sadar bahwa kita sedang kehilangan sebagian demi sebagian jiwa kita setiap hari dan kita takut setengah mati jangan-jangan kita akan terus mengalaminya sampai batas akhir. Beberapa orang lainnya masih dapat bertahan dengan cukup baik, tetapi tidak yakin berapa lama semua ini akan mampu bertahan. Kita semua pernah menyaksikan rekan dan kolega sepelayanan mengalami patah hati, kegagalan, dan pengkhianatan, sebegitu dalamnya sampai-sampai mereka meninggalkan pelayanan dan kini menjadi makelar perumahan. Kita yang sudah bergabung dalam pelayanan dengan kurun waktu yang sangat lama mengira bahwa kita akan bisa bebas dari hal yang semacam ini. Bahkan, banyak orang muda yang justru lebih paham hari-hari ini. Salah seorang pemimpin muda menulis, “Saya merasa panggilan Allah bergerak semakin dan semakin jelas dalam pelayanan khotbah dan kepemimpinan. Pada saat yang sama, saya dengan tajam mengamati apa yang dapat dilakukan sebuah pelayanan pada kehidupan rohani pribadi dari hampir setiap orang yang saya kenal sebagai staf atau pelayan kunci di dalam gereja. Saya semakin tak yakin tentang bagaimana seseorang seharusnya mengarahkan komitmen waktunya pada pelayanan dan pada perjalanan pribadinya menuju pertumbuhan serta keutuhan. Saya sering mendapati diri bertanya-tanya apakah benar bahwa keduanya bukan
28 | Memperkuat jiwa kepemimpinan anda
sesuatu yang saling terpisah.” Ini adalah pengakuan yang tidak membuat nyaman. Selain itu, memerhatikan pengakuan semacam ini membutuhkan keberanian tersendiri, karena kita tidak tahu di mana refleksi tentang kejujuran ini akan membawa kita. Namun, jika kita bersedia mendengarkan keresahan diri, maka hal ini dapat membawa kita pada beragam pertanyaan penting yang tersembunyi di balik permukaan kesibukan kristiani kita. “Bagaimana kepemimpinan rohani berbeda dengan model kepemimpinan lain?” demikian kita mungkin bertanya-tanya. “Lalu, bagaimana saya dapat diperkuat pada tingkat jiwa semacam itu untuk memberikan kepemimpinan sedemikian? Bagaimana saya memimpin lebih konsisten dari kedalaman jiwa, tempat di mana saya berjumpa secara pribadi dengan Allah, daripada memimpin dari kepala, dari aktivisme tak terkendali, atau dari dorongan diri untuk berfokus pada kinerja? Bagaimana rasanya menemukan Allah dalam konteks kepemimpinan saya dan bukannya kehilangan Allah dalam konteks kepemimpinan saya?” Tantangan Bagi Kepemimpinan Rohani Seorang pemimpin sepenuh jiwa memberi perhatian pada realitas batin semacam ini. Ia akan memerhatikan berbagai pertanyaan yang muncul dari realitas batin ini. Ia tidak akan mengabaikannya dan terus berlalu sambil menebak-nebak atau menghakimi dirinya sendiri dengan keras, sehingga justru memotong kemungkinan munculnya kesadaran yang lebih mendalam. Kepemimpinan rohani muncul dari kesediaan kita untuk terus terlibat dengan jiwa kita sendiri, sebuah ruang di mana Roh Allah bekerja dan mengaduk pertanyaan serta kerinduan terdalam untuk menarik kita semakin kuat dalam hubungan dengan-Nya. Terus terlibat dengan jiwa kita bukan sebuah tindakan narsistik memandangi diri kita sendiri sebagai pusatnya; sebaliknya perhatian penuh semacam ini menolong kita untuk tetap berada di jalur menjadi diri sendiri yang sejati di dalam Allah, yaitu diri yang mampu berkata “ya” pada panggilan Al-
Ketika Para Pemimpin Kehilangan Jiwanya |
29
lah atas hidup kita. Tetapi hal ini langusng membawa ke hadapan kita sebuah tantangan. Satu hal, jiwa adalah sesuatu yang lembut dan kepemimpinan dapat menjadi sesuatu yang sangat berbahaya. Sebagaimana dikatakan oleh Parker Palmer, “Jiwa bagaikan seekor binatang liar. Tangguh, ulet, banyak akal, dan cerdik. Jiwa tahu bagaimana harus bertahan hidup di situasi yang keras. Tetapi jiwa juga pemalu. Sama halnya dengan seekor binatang liar, ia mencari rasa aman di bawah semak belukar yang rimbun. Jika kita ingin melihat seekor binatang liar, kita tahu bahwa tindakan terakhir yang pernah kita lakukan adalah menerobos hutan, sambil berteriak-teriak supaya ia keluar.� Latar keadaan di mana banyak dari kita berupaya untuk menjalankan kepemimpinan adalah latar di mana semua orang berlari menerjang hutan bersama-sama, merusak dan terengah-engah, sambil menjaga diri tetap berada di permukaan intelektualitas serta ego walaupun segala sesuatu yang berhubungan dengan kepenuhan jiwa menghilang ke lapisan hutan paling dalam. Di samping itu, kita tahu bahwa pemimpin seringkali menjadi orang yang tertembak di hutan atau diusir dari pulau. Jiwa yang cerdik tahu lebih baik daripada itu dan ia tidak mau berlari keluar di tanah lapang luas sehingga menjadikan dirinya sasaran tembak! Di balik tantangan untuk membujuk jiwa supaya keluar dari tempat persembunyiannya di sebuah lingkungan berbahaya semacam itu, ada banyak tantangan lain yang muncul ketika jiwa memperlihatkan diri dan mulai mengendus-endus. Saat kita menjadi semakin memberi perhatian pada lingkungan melalui mata jiwa, kita dapat menyadari terjadinya ketegangan antara apa yang dibutuhkan oleh kehidupan rohani dengan apa yang (atau setidaknya kelihatan sebagai) sukses di tengah budaya dunia saat ini. Pada hari-hari baik, kita mungkin mengalami berbagai ketegangan ini sebagai ruang paradoks di mana solusi kreatif dapat ditemukan. Tetapi pada hari-hari lain, semua itu terasa seperti polaritas yang mustahil untuk dikelola. Hari-hari ini (dan mungkin setiap hari), ada ketegangan nyata
30 | Memperkuat jiwa kepemimpinan anda
antara apa yang dibutuhkan oleh jiwa manusia demi menjadikannya baik sepenuhnya dan dengan apa yang didorong, bahkan disyaratkan, oleh hidup kepemimpinan. Ada ketegangan antara menjadi dan melakukan, komunitas dan penyebab, berkata jujur dan menjaga segala sesuatu tetap berjalan. Ada ketegangan antara waktu yang diperlukan untuk mengasihi sesama manusia dan kebutuhan akan dinggap layak. Ada ketegangan antara kebutuhan akan pencapaian sasaran yang terukur dan kesukaran dalam mengukur sesuatu yang pada akhirnya tak terukur oleh siapa pun kecuali oleh Allah sendiri. Ada ketegangan antara kebutuhan akan hierarki organisasi, beserta segala dinamika kekuasaan yang diciptakannya, dan kesalingbergantungan serta mutualitas kehidupan dalam komunitas di mana kita, sebagai orang Kristen, dipanggil. Ada ketegangan antara mengetahui bagaimana “menjalankan sistem� dan masuk ke dalam hubungan penuh kepercayaan yang dicirikan oleh saling merasa percaya dan komitmen terhadap kebaikan satu sama lain. Ada ketegangan antara kebutuhan akan proses pemuridan yang mudah, yang melaluinya kita dapat secara efektif menggembalakan banyak orang dan hakikat dari proses transformasi rohani yang sabar, lambat, serta pada akhirnya pun misterius. Lalu ada tantangan dalam mengetahui bagaimana harus berbicara tentang segala hal ini dalam cara yang produktif di dalam ranah kekuasaan, tanpa menjadi terpolarisasi dalam hubungan dengan orang lain. Bukan Untuk Meredam Hati Kepemimpinan yang berfungsi secara kreatif dan rohani di tengah paradoks bukanlah untuk meredam hati. Adalah jauh lebih mudah untuk menyerah pada salah satu polaritas atau yang lainnya. Peter Senge menuliskannya dalam The Fifth Discipline, “Ketegangan emosional bisa selalu diredakan dengan menyesuaikan satu pola ketegangan kreatif yang sepenuhnya berada di bawah kendali kita setiap saat, yaitu visi. Perasaan yang tidak kita sukai pergi menjauh, karena ketegangan kreatif yang menjadi sumbernya telah diredam. Tujuan
Ketika Para Pemimpin Kehilangan Jiwanya |
31
kita, kini, jauh lebih dekat daripada realitas kita saat ini. Melarikan diri dari ketegangan emosional adalah mudah. Satu-satunya harga yang kita bayar adalah meninggalkan apa yang sungguh kita inginkan, yaitu visi kita.� Seorang pemimpin rohani tidak ingin sekadar meninggalkan ketegangan emosional; sebaliknya, ia memiliki stamina dan daya tahan untuk tetap berada di tempat terjadinya ketegangan kreatif itu sampai sebuah jalan ketiga terbuka. Jalan yang menghargai dua realitas tersebut. Godaan untuk berkompromi dengan nilai-nilai dasar kekristenan—kasih, komunitas, berkata benar, pengakuan, pendamaian, mendengarkan dengan tenang, dan menanti Allah untuk mencari hikmat—di hadapan kepentingan asas manfaat praktis adalah sangat besar. Dalam budaya kinerja tinggi (baik dalam budaya sekular maupun agamis), berpegang pada nilai rohani mendasar di hadapan tekanan untuk terus berkinerja, entah apakah kinerja diukur dengan angka, gedung baru, atau inovasi terbaru, hal ini terbukti menjadi salah satu tantangan terbesar kepemimpinan rohani. Ketika saya bertumbuh sebagai seorang anak pendeta, tanggung jawab ayah saya sebagai seorang pendeta dilakukan dengan beberapa cara yang lebih sederhana. Ia berkhotbah pada hari Minggu dan terkadang, pada hari Rabu sore. Ia mengunjungi jemaat yang sakit dan memberi bimbingan pada mereka yang membutuhkan perhatian pastoral. Ia duduk dengan penatua dan mereka membuat keputusan bersama terkait dengan aspek pelayanan serta urusan gereja. Hanya itu dan sudah cukup! Hari-hari ini, peran pastoral dan pelayanan jauh lebih rumit. Saat ini, sebagai tambahan pada semua tanggung jawab mendasar itu, banyak pendeta dituntut untuk berfungsi seperti CEO dari perusahaan besar. Mereka dituntut untuk menjadi pemikir dan perencana strategis. Mereka dituntut untuk menjadi manajer yang baik. Mereka dituntut untuk menyampaikan khotbah yang relevan untuk budaya masa kini dan menyumbangkan gagasan yang sesuai dengan kepakarannya serta inovatif terkait dengan proses produksi dan
32 | Memperkuat jiwa kepemimpinan anda
pemrograman. Mereka dituntut untuk memimpin penggalangan dana dan kampanye keuangan. Mereka dituntut untuk menjadi ahli dalam hubungan antar pribadi, sekaligus dalam menyerap perhatian orang banyak. Segala tuntutan semacam itu menghasilkan banyak ruang paradoks dalam merespons jiwa yang tangguh, banyak akal, cerdik, dan ulet, yang sebelumnya sudah begitu sulit untuk dibujuk supaya memperlihatkan diri! Satu-satunya cara untuk mulai menghadapi semua tantangan ini adalah dengan terus mengejar Allah tanpa henti melalui disiplin rohani. Hal ini membuat kita tetap berakar dalam hadirat Allah di pusat keberadaan kita. Solitude dan berdiam diri secara khusus memampukan kita untuk mengalami otentisitas di dalam serta mengundang Allah untuk menjumpai kita di situ. Dalam solitude, kita diselamatkan dari pergulatan manusia yang tak kenal lelah untuk menyelesaikan tantangan pelayanan melalui pencapaian intelektual dan kerja keras. Dengan demikian, kita dapat mengalami kehidupan di mana Roh membimbing kita menuju jalan yang benar, yaitu jalan yang ada di antara satu polaritas dengan polaritas lainnya. Dalam berdiam diri, kita menyerahkan kendali. Kita mengizinkan Allah untuk menjadi Allah dalam hidup kita, bukan sekadar menjadi sebuah pemikiran di benak kita atau sebuah ilustrasi dalam khotbah kita. Di tempat pencarian itu, kita mendengarkan suara lemah nan teguh dari Allah yang memberitahu kita siapa sesungguhnya diri kita dan apa yang sejati menurut sudut pandang rohani. Kemudian, kita tidak akan lagi begitu diperbudak oleh tuntutan dan harapan hidup kepemimpinan. Apa yang Saya Ketahui dengan Pasti Toko buku dijejali oleh beragam buku tentang kepemimpinan dan banyak dari buku itu mengandung pesan yang saling kontradiktif. Saya tidak yakin apakah ada orang yang memiliki perspektif komplit tentang hal ini, sungguh. Tetapi satu hal yang saya ketahui dengan pasti, yaitu setiap orang yang memandang kepada kita demi memperoleh makanan rohani pertama-tama perlu menjadi para pencari
Ketika Para Pemimpin Kehilangan Jiwanya |
33
Pertanyaan utamanya adalah, Apakah para pemimpin masa depan sungguh-sungguh lelaki dan perempuan saleh, orang-orang yang memiliki hasrat berapi-api untuk tinggal dalam hadirat Allah, mendengarkan suara Allah, memandang keindahan Allah, menjamah Firman Allah yang telah menjadi daging, dan mengecap sepenuhnya kebaikan Allah yang tanpa batas? Henri Nouwen, In the Name of Jesus
kerohanian.Yang mereka perlukan adalah supaya kita terus mencari roti hidup yang memberi makan bagi jiwa kita sendiri, sehingga kita dapat membimbing mereka menuju ke berbagai tempat di mana mereka dapat memperoleh makanan rohani mereka sendiri. Lalu lebih dari sekadar memberi mereka devosi masa lalu yang beku, apologetika yang kita muntahkan setiap hari, atau perenungan atas kehidupan rohani orang lain, kita justru akan memiliki roti hangat yang diambil langsung dari oven keintiman kita bersama Allah. Saya seringkali menerima surat elektronik dan pertanyaan tentang “pelatihan� yang saya terima dalam mempersiapkan diri untuk memberi kepemimpinan rohani lewat tulisan, pengajaran, kepemimpinan retret, dan pekerjaan di Transforming Center. Biasanya, hal yang menyusul kemudian adalah pertanyaan tentang pelatihan apa yang saya rekomendasikan bagi mereka, sebab mereka pun menempuh jalan yang sama. Pertanyaan ini selalu membuat saya berhenti sejenak. Karena yang menjadi fokus bukanlah pelatihan apa yang saya terima dalam mempersiapkan diri untuk sesuatu yang saya lakukan saat ini, meskipun memang saya memperoleh kesempatan istimewa untuk mengikuti beberapa pelatihan istimewa. Hal yang telah mempersiapkan kepemimpinan saya saat ini adalah jalan yang saya tempuh. Hal yang telah mempersiapkan saya adalah pencarian besar-besaran akan Allah yang bermula saat saya masih seorang pemimpin muda di awal
34 | Memperkuat jiwa kepemimpinan anda
usia tiga puluhan tahun, yaitu pencarian yang membuat saya memutuskan untuk menempuh jalan ini. Setiap langkah penuh risiko yang telah saya ambil bersama Allah, beserta kesediaan untuk menjauh dari zona nyaman, itulah yang telah mempersiapkan saya untuk melakukan apa yang saya lakukan hari-hari ini. Saat saya dalam pencarian, saya tidak memiliki bayangan atau maksud apa pun bahwa saya akan memimpin orang lain untuk menempuh perjalanan semacam ini. Sebaliknya, pada satu titik, pencarian rohani justru membuat saya berhenti dari pelayanan. Saya pun berpikir bahwa riwayat kepemimpinan saya sudah tamat. Tetapi saya sangat rindu akan Allah, sehingga tidak ada apa pun lagi yang penting selain hal itu. Pada akhirnya, Allah memanggil saya untuk kembali memasuki dunia pelayanan. Tetapi semua itu terjadi karena pencarian rohani intensif yang saya lakukan. Pencarian itulah yang mengatur segala sesuatunya, dan semua ini terjadi oleh kasih karunia Allah. Menengok kembali semua pengalaman di masa lalu mengingatkan saya setiap hari bahwa perkara paling penting yang dapat saya lakukan sebagai seorang pemimpin pada hari ini adalah untuk terus mencari Allah di kedalaman jiwa saya, berapa pun harganya. Seorang Pemimpin dengan Jiwa yang Kuat Ketika panggilan saya untuk memimpin menjadi semakin dalam dan keadaan menjadi semakin bergelombang, saya tertarik pada kisah Musa. Saya tertarik, karena kekuatan jiwa yang diperoleh Musa dengan susah payah, yaitu kekuatan yang ditempa dari perjumpaan pribadinya dengan Allah, telah memberinya kekuatan besar yang ia butuhkan selama masa kepemimpinannya yang panjang. Ia berhasil menjalani sampai garis akhir dalam hidup kepemimpinannya, bukan karena ia tahu bagaimana harus berpikir tentang kepemimpinan dan kemudian mengkonseptualisasikannya dengan cara yang cerdas. Ia sanggup bertahan sampai akhir karena ia mengizinkan seluruh tantangan dalam kepemimpinannya untuk mengkatalisasi dan menariknya ke tingkat kebergantungan kepada Allah, yang tidak akan ia alami seandainya bukan
Ketika Para Pemimpin Kehilangan Jiwanya |
35
karena ia sangat membutuhkan Allah. Ini adalah pengalaman paling mendalam yang ia alami dalam tantangan pelayanannya. Sebab secara harfiah, ia memang tidak punya tempat lain untuk berseru! Seluruh hidup Musa dapat dilihat melalui perjumpaan pribadinya dengan Allah dan bagaimana jiwanya diperkuat melalui semua perjumpaan ini. Ia tidak tampak memiliki strategi hebat apa pun untuk memimpin, kecuali bahwa ia mencari Allah dalam solitude, kemudian menerapkan apa yang Allah singkapkan kepadanya di sana. Dengan teratur, ia mencari Allah (atau Allah mencari dia), terjadi perjumpaan, dan kemudian Musa melakukan apa yang diperintahkan oleh Allah supaya ia lakukan. Bagi Musa, kepemimpinan adalah sesederhana itu! Pada hari ini, kita mungkin berkata bahwa pendekatan terhadap kepemimpinan semacam itu adalah terlalu menyederhanakan, mengingat segala kompleksitas dan tantangan unik dalam kehidupan budaya kita saat ini. Mungkin, saya, seperti halnya juga Anda, sudah terlalu sering mengitari rak buku kepemimpinan, sampaisampai kita tidak menerima jawaban sederhana bagi pertanyaan kompleks semacam itu. Meski demikian, saya juga percaya bahwa ada yang namanya kesederhanaan yang mengatasi kerumitan dan mungkin ini adalah salah satunya. Perjalanan Seorang Pemimpin dalam Solitude dan Berdiam Diri Disiplin solitude adalah disiplin kunci bagi semua orang yang mencari Allah. Ini adalah tempat utama di mana jiwa seorang pemimpin memperoleh kekuatan. Bagaimana pun perjalanan seorang pemimpin kepada solitude dan berdiam diri memunculkan berbagai tantangan khusus. Salah satu alasan mengapa solitude begitu menantang bagi para pemimpin karena aktivitas dan pengalaman terkait dengan kepemimpinan bisa begitu adiktif. Gagasan bahwa saya dapat melakukan sesuatu tentang masalah ini, masalah itu, atau masalah apa pun, memberi makan pada sesuatu di dalam kita yang
36 | Memperkuat jiwa kepemimpinan anda
sangat rakus. Itu adalah ego atau hakikat diri palsu, yang seiring waktu, mengidentifikasi diri dan menunjukkan diri dalam prestasi serta pencapaian eksternal, peran, jabatan, kekuasaan, maupun penghargaan. Peran kepemimpinan, pada hakikatnya, memberi banyak bahan makanan untuk dilahap oleh ego. Untuk undur diri, bahkan sejenak saja, dari arena di mana kita menerima identitas sedemikian limpah bisa menjadi sesuatu yang sukar, untuk tidak mengatakannya mustahil, tak peduli seberapa banyak persetujuan mental yang kita berikan pada gagasan ini. Banyak pemimpin yang jauh lebih baik ketika berkhotbah tentang disiplin solitude daripada mempraktikkannya dan saya pikir di sinilah inti masalahnya. Pemimpin itu sibuk, ya, memang benar. Solitude mensyaratkan supaya kita menarik diri dari semua tuntutan dalam kehidupan pelayanan kita. Hal ini tidak pernah mudah dan menimbulkan banyak masalah. Tetapi saya bertanya-tanya, janganjangan alasan sesungguhnya mengapa kita menolak untuk solitude atau berdiam diri justru lebih banyak berhubungan dengan kecemasan pribadi. Kecemasan yang muncul ketika kita menarik diri dari sesuatu yang kita biarkan mendefinisikan diri kita secara eksternal. Biasanya kita tidak akan mau melepaskannya, kecuali kita benarbenar dalam keadaan putus asa. Saat kita menjelajah kisah Musa, keputusasaan adalah faktor yang hampir selalu membuat seorang pemimpin bergerak lebih dari sekadar mencoba-coba untuk masuk dalam solitude dan berdiam diri serta berbagai jenis perjumpaan dengan Allah sebagaimana yang dialami oleh Musa. Jadi saya mendapati diri saya sendiri ingin belajar lebih banyak tentang apa yang terjadi kepada Musa di waktu ia sendirian bersama Allah dan bagaimana kepemimpinan Musa bertumbuh dari waktu-waktu itu. Saya cemburu dan ingin mengalami bahkan setitik Hadirat Allah yang menjaga Musa tetap jelas dalam panggilannya. Saya rindu menjadi setangguh Musa dalam berperang bersama Allah daripada menyerah (atau bahkan sekadar bermimpi untuk menyerah) ketika keadaan menjadi sulit. Saya telah meminta Allah
Ketika Para Pemimpin Kehilangan Jiwanya |
37
untuk memberi saya suatu jenis keberanian dan daya tahan yang memampukan Musa tetap setia di segenap masa kepemimpinannya yang panjang. Saya pun berseru dan meminta anugerah untuk hidup dalam keterbatasan serta ketidaksempurnaan saya, sebagaimana halnya Musa, sekaligus supaya tidak tergelincir oleh semuanya itu. Perjumpaan Musa dengan Allah dalam solitude jelas-jelas menjadi garis hidupnya, satu-satunya sarana baginya untuk tetap kuat. Ketika ia sampai di ujung waktu hidupnya, ia digambarkan sebagai nabi terbesar di Israel, yang Tuhan kenali secara pribadi muka dengan muka. Musa tidak meraih cita-citanya, sebagaimana ia memandangnya.Tetapi ia mengenal Allah dan Allah mengenalnya, yang bisa jadi adalah pencapaian terbesarnya lebih dari semua. Hari-hari ini, hanya inilah satu-satunya hal yang saya inginkan. • PRAKTIK • Seseorang berkata, “Anda bisa terkejut dengan apa yang ingin disampaikan oleh jiwa Anda kepada Allah.â€? Bagi kita yang menjalankan peran kepemimpinan, seringkali sukar menemukan ruang yang cukup sunyi dan cukup aman bagi jiwa kita untuk menjadi sejujur-jujurnya. Kita sering tidak mampu menyisihkan waktu untuk duduk dalam diam di bawah pohon kehidupan kita sendiri, lalu menunggu hingga binatang liar jiwa kita menampakkan diri. Berikut adalah sebuah ajakan untuk duduk dalam diam selama beberapa saat demi satu tujuan tunggal, yaitu membiarkan jiwa Anda mengatakan apa pun yang perlu ia sampaikan kepada Allah. Jangan berupaya memaksakan apa pun atau bersusah payah untuk membuat apa pun terjadi. Jiwa akan lari jika Anda melakukan upaya sedemikian. Duduk saja dalam diam di hadapan hadirat Allah, lalu lihatlah apa yang terjadi kemudian. Praktik ini bisa jadi mengambil banyak waktu. Tetapi, ketika jiwa Anda pada akhirnya mengatakan sesuatu yang ia rindu untuk katakan, Anda akan memahaminya. Jika Anda duduk dalam diam cukup lama,
38 | Memperkuat jiwa kepemimpinan anda
Anda juga mungkin terkejut dengan apa yang Allah ingin sampaikan pada jiwa Anda. * * * Engkau yang Kudus, ada sesuatu yang ingin Kukatakan kepada-Mu tetapi ada tugas yang harus kujalankan, tagihan yang harus kubayar, janji temu yang harus kutepati, rapat yang harus kuhadiri, kawan yang harus kuhibur, cucian yang harus kuselesaikan... dan aku lupa apa yang ingin kusampaikan kepada-Mu, dan aku sangat lupa apa yang ingin kulakukan, atau alasan mengapa aku melakukannya. Ya Allah, mohon, jangan lupakan daku, demiYesus Kristus.... Ya Bapa di dalam sorga, mungkin Kau sudah mendengar apa yang hendak kusampaikan kepada-Mu. Yang ingin kupinta adalah ampuni aku, sembuhkan aku, limpahkan keberanianku, kumohon. Perbarui hidupku dengan secuil kasih dan iman, dan keyakinan diri, dan visi tentang apa artinya menjalani hidup dengan menggenggam bahwa Engkau nyata, dan aku berharga, dan semua orang adalah saudara dan saudari. Yang hendak kupinta dengan tak sempurna adalah jangan menyerah atasku, jangan terlalu bersedih tentangku,
Ketika Para Pemimpin Kehilangan Jiwanya |
tetapi tertawalah bersamaku, dan teruslah berjuang untuk memperolehku, dan aku akan terus juga berjuang untuk mendapatkan-Mu. Ted Loder, Guerillas of Grace
39
The Hole in Our Holiness (Lubang dalam Kekudusan Kita) Mengisi Lubang di Antara Hasrat akan Injil dan Mengejar Kekudusan Kevin DeYoung “APA ARTINYA MENJADI KUDUS?” “MENGAPA KITA HARUS PEDULI?” “DAN BAGAIMANA CARA KITA BERUBAH?”
Lubang dalam kekudusan kita adalah sebuah penjelasan mengenai banyaknya umat Kristen yang tidak terlalu peduli tentang kekudusan saat ini. Atau paling tidak, mereka tidak memahami apa itu kekudusan secara utuh. Buku ini dihadirkan bagi mereka yang siap untuk mengejar kekudusan secara serius, siap untuk menjadi lebih serupa Yesus, siap untuk hidup dalam terang kasih karunia yang menghasilkan kesalehan. Ini adalah buku tentang kuasa Allah untuk membantu kita bertumbuh dalam kekudusan pribadi dan menikmati proses transformasi. “Buku ini adalah karya klasik DeYoung—sangat Alkitabiah.” —JOHN PIPER, pendeta dan pengkhotbah, Bethlehem Baptist Church Info lengkapnya kunjungi: www.literaturperkantas.com Literatur Perkantas Jawa Timur Jl. Tenggilis Mejoyo KA-10, Surabaya 60292 Tlp. (031) 8435582, 8413047; Faks.(031) 8418639 E-mail: literatur.jatim@gmail.com, www.literaturperkantas.com
Crazy Busy (Super Sibuk) Sebuah Buku Pendek (Untungnya) tentang Sebuah Masalah yang (Sangat) Besar Kevin DeYoung “SAYA TERLALU SIBUK!”
Kita semua pernah mendengarnya. Kita semua pernah mengatakannya. Sudah terlalu sering kesibukan menjadi tuan atas kita. Hanya dengan melihat jadwal kita yang sangat padat menunjukkan bahwa sangatlah sulit mempertahankan keseimbangan yang baik antara tidak melakukan apa pun dan melakukan segala sesuatu. Itulah alasan Kevin DeYoung, penulis dan pendeta yang peraih penghargaan ini membahas masalah kesibukan secara terus terang dalam buku terbarunya Crazy Busy. Dia membahasnya bukan dengan nasihatnasihat manajemen waktu, tetapi melalui sarana-sarana alkitabiah sehingga dari situ kita bisa menghadapi inti masalahnya dan mencabut akar masalahnya. Crazy Busy amat sangat praktis dan luar biasa singkat, tapi buku ini bisa membantu Anda tidak lagi berkata “seperti biasa, sibuk.” Info lengkapnya kunjungi: www.literaturperkantas.com
Literatur Perkantas Jawa Timur Jl. Tenggilis Mejoyo KA-10, Surabaya 60292 Tlp. (031) 8435582, 8413047; Faks.(031) 8418639 E-mail: literatur.jatim@gmail.com, www.literaturperkantas.com
Called (Dipanggil) Krisis dan Janji dalam Mengikut Yesus pada Masa Kini Mark Labberton HIDUP SEBAGAI PARA PENGIKUT YESUS
Ini adalah panggilan yang paling mendesak bagi tiap umat Allah. Dan kritik yang paling mendakwa gereja saat ini bahwa kita telah gagal untuk melakukannya. Tetapi inilah janji yang dibentangkan kepada kita oleh Mark Labberton: menghidupi dan mempraktikkan siapa dan mengapa kita ada di dunia adalah panggilan Kristen kita di mana pun dan kapan pun kita berada. Apakah Anda akan menjawab panggilan ini? “Terlalu sering kita puas dengan sebuah ‘panggilan’ yang hanya menyucikan individualisme, mendayung dalam kedangkalan diri. Buku ini mengejar pertanyaan lebih dalam tentang pertumbuhan, pengorbanan, komunitas, dan transformasi yang merupakan jantung dari kehidupan Kristen.” ANDY CROUCH, penulis dari Culture Making Info lengkapnya kunjungi: www.literaturperkantas.com Literatur Perkantas Jawa Timur Jl. Tenggilis Mejoyo KA-10, Surabaya 60292 Tlp. (031) 8435582, 8413047; Faks.(031) 8418639 E-mail: literatur.jatim@gmail.com, www.literaturperkantas.com