Movements That Change The World - Gerakan yang Mengubah Dunia

Page 1


Pujian untuk Movements that change the world

“Saya suka buku ini! Begitu sering sebuah buku muncul dan menyalakan api yang telah berkobar di dalam hati saya bertahun-tahun lalu saat saya masih muda dan seorang pengubah dunia yang berapi-api. Saya menyukai buku semacam ini. Saya masih seorang pria yang fanatik, berfokus tinggi, dinamis, dan apostolik. Saya sudah tua sekarang, tetapi lebih bersemangat dari sebelumnya. Jika Anda sedang mencari sebuah buku cerdas dan menggairahkan untuk menggerakkan Anda dalam memimpikan impian-impian besar tentang bagaimana sebuah gerakan dapat bermula dari hidup Anda dan sebuah buku yang memberi Anda peralatan praktis untuk membantu mewujudkan semua impian itu, maka bacalah Movements That Change the World!” Floyd McClung, penulis buku You See Bones, I See an Army: Changing the Way We Do Church “Hanya ada sedikit orang yang benar-benar mempelajari, membedah, dan memahami gerakan pelipatgandaan jemaat pada inti terdalamnya. Kawan saya, Steve Addison, telah menyelesaikan pekerjaan rumahnya. Saya telah menantikan karya ini cukup lama dan saya senang memberitahu Anda bahwa ini ternyata lebih baik daripada yang pernah saya harapkan. Steve telah menempatkan hasil penelitiannya selama bertahun-tahun dan menggabungkan sejumlah besar pengalaman, pengetahuan, serta risetnya ke dalam sebuah buku yang mudah dibaca.” Neil Cole, pendiri Church Multiplication Associates dan penulis buku Organic Church “Saya harus membaca buku ini sampai selesai dalam sekali baca, karena buku ini mengikat saya dari awal sampai akhir. Ini akan menjadi sebuah kontribusi berharga bagi pemahaman kita yang terus bertumbuh tentang gerakan penanaman jemaat dan sejarah, ruang lingkup, serta hakikatnya. Saya akan merekomendasikan buku ini kepada semua orang yang saya kenal.” David Garrison, International Mission Board, Southern Baptist Convention


“Dalam buku ini, Steve Addison menunjukkan hasrat Allah sejak era Allah sampai saat ini. Ia melontarkan sebuah visi masa depan yang menawan dengan melacak setiap pelajaran penuh hikmat yang Allah tunjukkan lewat berbagai gerakan. Steve menjamah setiap hati kita dan semakin banyak orang yang lapar demi melihat Allah melakukan sesuatu yang besar. Hati Anda akan diadukaduk sementara membaca Movements That Change the World. Jika Anda seperti saya, Anda akan didesak untuk berhenti sejenak dan berdoa, ‘Tuhan, lakukanlah lagi, demi komunitas dan negeri kami, demi setiap lelaki, perempuan, serta anak-anak!’” Ed Stetzer, penulis buku Planting Missional Churches “Sebuah buku penting di masa kita. Diteliti dengan baik, ditulis dengan baik, dan dipertimbangkan dengan baik. Steve mengidentifikasi kualitas-kualitas penting yang telah mendefinisikan berbagai gerakan Roh Kudus di sepanjang zaman. Semua kisah yang ia ceritakan, baik secara alkitabiah, historis, kontemporer, dan personal, memberi kita harapan akan gerakan-gerakan Allah yang segar dalam zaman kita.” Robert E. Logan, CoachNet International Ministries “’Adaptif, inovatif, dan memikat.’ Semua istilah itu mencirikan gerakan-gerakan yang Steve Addison gambarkan dan sarankan dalam bukunya. Kata-kata itu juga melukiskan buku ini. Ambillah dan ia tidak akan melepaskan Anda. Saya tidak dapat meletakkan buku ini sampai ia selesai menata ulang pikiran saya. Ini adalah sebuah buku pegangan!” Ralph Moore, penulis buku How to Multiply Your Church “Steve telah menggoda saya dengan berbagai kisah dari buku ini selama bertahun-tahun. Ia banyak berbicara kepada saya tentang isi buku ini dalam banyak kesempatan. Seluruh bab adalah hasil saringan dari bertahun-tahun pengalaman serta pemikiran, dan produk akhirnya tidak mengecewakan. Para praktisi dan pemikir yang memiliki hati misi pasti ingin membaca dan membaca lagi buku ini.” Martin Robinson, direktur Together in Mission, Inggris


L i t er at u r P er k a n ta s J awa Ti mu r

L i t e r at u r P e r k a n ta s J awa ti mu r


Mo ve me nt s T ha t C ha ng e T he Worl d

(Ge ra ka n-G erak an yan g M en g u ba h D u n i a ) Lima Kunci untuk Menyebarkan Injil Hingga Ujung Bumi oleh Steve Addison Originally published by InterVarsity Press as Movements That Change The World Copyright Š 2011 by Steve Addison Translated and printed by permission of InterVarsity Press P.O. Box 1400, Downers Grove, IL 60515-1426, USA Alih Bahasa: Paksi Ekanto Putro Editor: Milhan K. Santoso Penata Letak: Milhan K. Santoso Desain Sampul:Vici Arif Wicaksono Hak cipta terjemahan Indonesia: Literatur Perkantas Jawa Timur Tenggilis Mejoyo KA-10, Surabaya 60292 Telp. (031) 8413047, 8435582; Faks. (031) 8418639 E-mail: literatur.jatim@gmail.com www.perkantasjatim.org Literatur Perkantas Jatim adalah sebuah divisi pelayanan literatur di bawah naungan Persekutuan Kristen Antar Universitas (Perkantas) Jawa Timur. Perkantas Jawa Timur adalah sebuah kegerakan yang melayani siswa, mahasiswa, dan alumni di sekolah dan universitas di Jawa Timur. Perkantas Jatim adalah bagian dari Perkantas Indonesia. Perkantas sendiri adalah anggota dari perge-rakan International Fellowship of Evangelical Students (IFES). Untuk informasi lebih lanjut mengenai kegiatan yang ada secara lokal maupun regional di Jawa Timur dapat menghubungi melalui e-mail: pktas.jatim@gmail.com, atau mengunjungi Website Perkantas Jatim di www.perkantasjatim.org

Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT) ISBN: 978-602-1302-07-1 Cetakan Pertama: Agustus 2014 Hak cipta di tangan penerbit. Seluruh atau sebagian dari isi buku ini tidak boleh diperbanyak, disimpan dalam bentuk yang dapat dikutip, atau ditransmisi dalam bentuk apa pun seperti elektronik, mekanik, fotokopi, rekaman, dlsb. tanpa ijin dari penerbit.


Untuk Michelle


Orang-orang yang mengacaukan seluruh dunia K ISA H R ASU L 17:6


Daftar Isi

Kata Pengantar oleh Alan Hirsch dan Bob Roberts Jr................ 9 Ucapan Terima Kasih................................................................ 13 Patrick....................................................................................... 15 Pendahuluan: Mengapa Gerakan Penting.................................... 27 1 Iman Putih Murni................................................................ 39 2 Komitmen Pada Satu Tujuan................................................ 61 3 Hubungan Yang Menular..................................................... 81 4 Mobilisasi Yang Cepat.......................................................... 97 5 Metode Yang Adaptif............................................................ 117 Kesimpulan: Masa Depan Sudah Ada Di Sini............................. 137 Lampiran 1: Presentasi Injil....................................................... 147 Lampiran 2: Pemahaman Alkitab Penemuan............................. 151 Daftar Bacaan Yang Disarankan Mengenai Tema Gerakan......... 154 Catatan-Catatan........................................................................ 157



K ATA PENGANTAR

S

teve dan saya sudah kenal sejak lama. Kami mengambil kelas yang sama di seminari. Dalam waktu singkat, menjadi jelas bahwa kami pun berbagi hasrat yang sama mengenai tema gerakan dan relevansinya bagi misi hari-hari ini. Selama bertahun-tahun kami berbincang, kami berbagi banyak gagasan yang kami pikir penting untuk diungkapkan kembali pada masa kini, jika kita ingin membalik penurunan gereja di penghujung abad ke-21. Hasilnya adalah salah satu persahabatan teologis paling subur yang pernah saya miliki. Kami kerap beradu argumen, seringkali saling sepakat, dan memurnikan pemikiran kami setiap waktu. Tetapi, jelas bahwa kami saling memperkaya pandangan masing-masing pihak tentang topik penting selama dua puluh tahun terakhir ini. Persahabatan dengan Steve telah menjadi sebuah hubungan mentor yang memperkaya hidup saya, yang untuknya saya sangat berterima kasih. Pengaruhnya dapat ditemukan di sepanjang tulisan saya mengenai topik ini. Steve membawa kasih yang besar bagi Allah dan umat-Nya dalam karya tulisnya ini. Dalam Movements that Change the World, Anda akan menemukan gambaran yang terikat erat dengan dinamika gerakan misi dan bagaimana cara memulai, mempertahankan, serta memperluasnya. Di balik penggambaran yang tanpa beban dan nonteknis dari setiap contoh sejarah serta kesaksian tanpa henti dalam buku ini, berdasarkan pada riset seumur hidup yang membawa wawasan berbeda dalam teologi, sejarah gereja, sosiologi, kajian bisnis, misiologi, kajian kepemimpinan, spiritualitas, dan segala sesuatu di


10 | M o v e m e n t s T h at C h a n g e t h e W o r l d

antaranya. Buku ini adalah sebuah kerja keras dan kasih yang telah dipersiapkan selama beberapa dekade pelayanan. Diajar oleh bermacam pelajaran sejarah, dinyalakan oleh visi misioner tentang apa yang akan terjadi pada dunia di masa depan, dan dipandu oleh komitmen mendalam terhadap kekristenan ortodoks dan historis, buku ini harus dibaca oleh semua orang yang ingin menemukan kembali apa artinya bagi kekristenan untuk menjadi sebuah pergerakan misi kembali di dunia Barat. Alan Hirsch


K ATA PENGANTAR

S

aya memiliki kesempatan istimewa bertemu dengan Steve untuk pertama kalinya pada tahun 2008 di sebuah pertemuan global kecil, pertemuan yang dihadiri oleh beberapa pendeta berpengaruh yang telah menanam gereja dan telah mengembangkan gereja di luar gerejanya yang sudah ada. Saya mengikuti blog dan tulisan Steve selama bertahun-tahun, jadi saya senang dengan kenyataan bahwa ia mengumpulkan seluruh wawasannya ke dalam sebuah buku. Mengkaji gerakan penanaman jemaat (church planting movement) adalah pekerjaan yang menantang karena berkaitan dengan segala sejarah, fakta, dan konteksnya―ini bukan sebuah pekerjaan yang mudah, dan bahkan terkadang bukan sebuah pekerjaan yang mudah untuk dibaca! Di titik inilah Steve muncul. Steve sudah menyelesaikan pekerjaan rumahnya dan ia memiliki segala kualifikasi akademis yang dibutuhkan dalam mengidentifikasi lima karakteristik inti dari sebuah gerakan penanaman jemaat, bahkan mungkin gerakan apa pun lainnya. Kabar baiknya adalah ia mengerjakan semua ini dengan cara yang memampukan kita semua, bukan hanya para pakar akademis, untuk memahaminya. Selain itu, “sikap sehari-hari kita sebagai muridlah� yang akan membuat semuanya ini terwujud. Setelah itu, ia memberi kita banyak contoh baik secara historis maupun secara kontemporer untuk mengilustrasikan bagaimana cara kerjanya. Karakter dan pengalaman sang penulis buku memiliki pengaruh besar pada seberapa besar Anda dapat memercayai apa yang ia tulis. Itu


12 | M o v e m e n t s T h at C h a n g e t h e W o r l d

adalah satu lagi poin di mana Steve benar-benar menonjol. Ia menghidupi hal ini. Ia telah menanam banyak gereja, dan terlibat serta dikenal sebagai salah satu pemimpin global ternama dalam melatih para penanam jemaat. Ia juga seorang murid dan periset gerakan dan penanaman jemaat. Saya tidak hanya merekomendasikan buku ini, tetapi juga akan mewajibkannya bagi semua pribadi, mahasiswa, dan masyarakat untuk membacanya. Terima kasih, Steve, untuk hadiah yang hebat bagi tubuh Kristus! Bob Roberts Jr.


UCAPAN TERIM A K ASIH

A

dalah dua puluh tahun yang lalu di mana saya mulai terpesona dengan berbagai gerakan dan mendapati bahwa panggilan saya adalah membangkitkan gerakan penanaman jemaat. Adalah sebuah perjalanan yang panjang dan berat untuk sampai di tempat di mana saya siap untuk menulis buku ini. Sulit, tetapi menyenangkan. Allah itu setia, dan di sepanjang jalan, Ia membawa begitu banyak orang ke dalam hidup saya. Mereka telah menolong saya dalam menempuh perjalanan ini. Kepada Peter Costello, Bill Hallam, Pete Fitzgerald, Nigel Barr, Rod Denton, Terry Walling, Rick Paynter, Bob Logan, Sam Metcalf, Andrew Herbert, Alan Hirsch, Craig Winkler, dan Buck Rogers, terima kasih. Terima kasih juga kepada Patrick Innes dan Rod Smith yang bersama saya menjalani masa-masa kelam tahun 2007. Saya berterima kasih pula kepada Val Gresham, pelatih menulis sekaligus editor saya; kepada David Phillips, yang melihat potensi dalam proyek ini; dan, kepada Alister Cameron, pakar penulisan blog saya. Akhirnya, saya ingin berterima kasih kepada IVP atas kesempatan untuk membuat buku ini tersedia bagi pembaca yang lebih luas. Ayah, terima kasih atas teladan kepemimpinan Kristen darimu, dan terlebih lagi, atas komitmenmu kepada Ibu sampai akhir waktu. Michelle, kau adalah satu-satunya cintaku. Kau teguh berdiri di sampingku dan tidak pernah berhenti memercayai panggilan Allah bagi hidupku. Terima kasih.



PATRICK Saya, Patrick, seorang pendosa, seorang tidak terpelajar, warga negara Irlandia, menyatakan diri untuk menjadi seorang uskup. Dengan sungguh-sungguh, saya percaya bahwa apa adanya saya saat ini telah saya terima dari Allah. Jadi, saya hidup di antara orang-orang barbar, seorang asing dan terpisah dari kasih Allah. Ia adalah saksi bahwa memang benar demikian. Patrick, dalam sebuah surat kepada Coroticus

K

etika Alarik dan para pasukan Visigoth berbaris untuk merampas serta menjarah Roma pada tahun 410 M, seakan-akan dunia sudah berakhir pada saat itu.1 Sudah lebih dari delapan ratus tahun sejak musuh terakhir menerobos barisan pertahanan Roma, Kota Abadi, jantung dan jiwa dari kekaisaran terbesar dalam sejarah. Penjarahan atas Roma menggaungkan sebuah gelombang kejutan ke seluruh penjuru Kerajaan. Namun, berita ini luput dari sebagian besar wilayah pinggiran Kerajaan, kecuali mungkin para perompak Irlandia yang selama bertahun-tahun mengambil keuntungan dari ditarik mundurnya angkatan laut Roma untuk menyerang pesisir barat Britania. Patrick berusia enambelas tahun ketika para perompak Irlandia menyerbu desanya di Britania Roma.2 Sebelum hari itu datang, ia menjalani hidup yang penuh dengan kemewahan. Ia dilahirkan di tengahtengah keluarga aristokrat pemilik tanah. Kakeknya adalah seorang pendeta dan ayahnya adalah seorang hakim sekaligus pemimpin gereja.


16 | M o v e m e n t s T h at C h a n g e t h e W o r l d

Kehidupan seorang hakim di kekaisaran Romawi adalah sebuah kehidupan terhormat dan sarat dengan hak istimewa. Jabatan ini bersifat diwariskan; pada satu hari kelak, Patrick akan memerintah sebagai salah satu bangsawan Roma di Britania. Tetapi, para perompak menangkapnya, beserta semua pelayan dari rumah ayahnya. Kemudian, mereka melintasi seberang lautan ke tanah para penyembah berhala di Irlandia. Di sana, mereka menjualnya sebagai budak. Itu terjadi pada tahun 405 M. Selama enam tahun berikutnya, Patrick menjalani hidup yang sepi dan berat sebagai seorang budak. Ia bekerja sebagai seorang gembala ternak. Keadaan terisolasi, kelaparan, dan hawa dingin membawa kesengsaraan baginya, dan kesengsaraan mengajarkan kerendahan hati padanya. Allah bekerja dengan kuat dalam penderitaan Patrick untuk membangun pribadinya dari dalam keluar. Allah membebaskan Patrick dari kebergantungannya pada kekayaan dan posisinya di masyarakat. Allah menyelamatkan Patrick dari dirinya sendiri dan membuat hatinya tertawan oleh kasih Kristus. Menurut Patrick, sebelum ia ditangkap dan dijadikan budak, ia tidak percaya pada Allah yang hidup. Tetapi sebagai seorang budak, Patrick mulai melihat tangan Allah dalam segala masalah yang dialaminya. Allah menerobos benteng pertahanannya, dan Patrick berhadapan dengan ketidakpercayaan serta keangkuhannya sendiri. Kemudian, ia menggambarkan bagaimana ia berpaling kepada Allah. Ia menyadari betapa Allah menjaganya setiap waktu. Ia semakin sadar pada perlindungan Allah bagi dirinya, dan ia mendapati bahwa Allah mengasihinya sebagaimana seorang bapa mengasihi anaknya. Secara lahiriah, tidak ada apa pun yang berubah dalam diri Patrick; ia masih berada di tanah asing yang keras, tetapi ia melihat hidup dengan cara yang sepenuhnya berbeda. Tanah di mana ia ditawan telah menjadi tanah di mana ia memperoleh kemerdekaannya di dalam Allah. Seorang budak manusia telah berubah menjadi seorang anak Allah. Kasih akan Allah dan takut kepada-Nya bertumbuh di dalam diri Patrick. Ia belajar berdoa terus-menerus saat bekerja. Pada waktu


PATR I C K

| 17

malam, ia tetap tinggal di hutan dan di gunung untuk berdoa. Ia bangun pagi-pagi sebelum matahari terbit untuk berdoa di tengah hawa dingin menusuk pada musim salju Irlandia. Baginya, ini bukan sebuah beban, melainkan kesenangan; Roh Allah membakar di dalam dirinya. Pada suatu malam, Allah berbicara kepadanya melalui mimpi. Allah menyingkapkan kepadanya bahwa ada sebuah kapal yang menunggu untuk membawanya pulang. Hanya ada satu masalah―ada jarak yang membentang antara dirinya dengan kapal itu berada sejauh tiga ratus kilometer pada wilayah yang penuh bahaya. Patrick melarikan diri dan memulai sebuah perjalanan panjang menuju rumah sebagai seorang budak pelarian. Rinciannya tidak lengkap, tetapi pada akhirnya ia berhasil sampai ke kapal itu. Ia berhasil kembali pada keluarganya dan berlanjut menjalani hidup yang pernah ia miliki di Britania. Mungkin ia sedang menantikan waktu di mana ia akan mewarisi jabatan ayahnya beserta segala hak istimewa yang menyertai posisi itu. Tetapi Allah, yang adalah inisiator kisah ini, memiliki rencana berbeda untuk Patrick. Pada suatu malam, Patrick terjaga. Ia mendengar banyak suara dari orang-orang yang pernah ia kenal di Irlandia . Mereka berseru, “Kami mohon, datang dan berjalanlah kembali bersama-sama dengan kami!� Tangisan mereka menusuk hatinya. Allah sedang memanggilnya untuk kembali. Maka, ia pun kembali. Pada waktu itu, ia mengesampingkan keterbatasan pendidikan dan pengalamannya, ia ditahbiskan sebagai seorang pendeta serta uskup. Tak lama berselang, Patrick berhadapan dengan otoritas pemimpin gerejanya, tetapi ia percaya bahwa Allahlah yang menunjuknya, seorang pendosa tak terpelajar, untuk menjadi uskup misionaris bagi Irlandia. Ketika Patrick kembali ke Irlandia, pada waktu itu sudah empat ratus tahun sejak Kristus memerintahkan para murid-Nya untuk pergi ke seluruh suku bangsa dan menjadikan mereka murid-Nya, namun Injil sebagian besar hanya berada di dalam tembok-tembok perbatasan Kekaisaran Romawi.3 Allah mengambil inisiatif untuk mentransformasi


18 | M o v e m e n t s T h at C h a n g e t h e W o r l d

seorang remaja dengan suatu iman warisan menjadi seorang rasul yang diperlengkapi dengan Roh demi memberitakan Injil sampai ke seluruh ujung bumi. Seorang budak gembala telah menjadi budak Kristus dan rasul bagi Irlandia. Semua masalah yang dihadapi Patrick ternyata mempersiapkan dirinya bagi misi ini. Melalui semua masalah itu, ia berubah menjadi seorang abdi Kristus dan injil. Hatinya rindu menjangkau “kaum barbar� di luar tembok-tembok perbatasan peradaban Romawi. Kurangnya pelatihan penginjilan formal justru membuatnya semakin terbuka pada metode yang baru dan efektif. Sebaliknya, gereja Kekaisaran Romawi tidak tertarik untuk membawa Injil keluar dari perbatasan dunia beradab Yunani Romawi. Bangsa Romawi menganggap semua suku yang berada di luar Kekaisaran, seperti suku Celt, Goth, dan Hun, sebagai suku barbar. Dunia keagamaan suku Celt Irlandia dihuni oleh belantara luas banyaknya dewa, dewi, dan roh-roh penguasa langit, bumi, serta air; bangsa Celt juga percaya pada kekuatan magis nenek moyang dan binatang.4 Bagi gereja dalam wilayah Kekaisaran Romawi, orang-orang barbar penyembah berhala ini berada di luar perhatian misi Allah. Meski demikian, Patrick melihat kebutuhan dan kesempatan untuk menjangkau orang-orang barbar Irlandia ini. Ia berkelana ke seluruh Irlandia hingga di tempat-tempat terpencil dan berbahaya. Ia berkhotbah, membaptis para petobat baru, dan menobatkan pendeta untuk bertugas di banyak gereja baru. Dari kaum bangsawan sampai para budak, orang-orang Irlandia siap untuk mendengar dan menaati Injil. Ribuan orang di antara mereka merespons khotbah Patrick. Mereka berpaling dari semua berhala untuk melayani Allah yang hidup. Banyak dari para petobat baru menjawab tantangan Patrick untuk bergabung dengan kelompok misionarisnya. Dengan mantap, Injil mengerahkan kuasanya ke seluruh suku di Irlandia. Patrick merengkuh budaya Celtic terbaik dan menebusnya untuk melayani Injil. Ia menentang semua aspek budaya Irlandia yang tidak se-


PATR I C K

| 19

suai dengan Injil. Ia mengakhiri perdagangan budak. Selain itu, di bawah pengaruh Injil, pembunuhan dan perang suku semakin mereda. Sebagai ganti bagi bentuk masyarakat pencinta perang, Patrick memberikan sebuah alternatif kehidupan. Ia menunjukkan kepada orang Irlandia adalah mungkin untuk menjadi pemberani, yang menantikan setiap hari di bawah ancaman pembunuhan, pengkhianatan, dan perbudakan, namun tetap menjadi seorang pencinta damai tanpa rasa takut akan kematian, sebab kita sudah memiliki janji dari Allah mahakuasa.5 Patrick menghadapi penentangan keras. Ia harus berhadapan dengan kekuatan magis kaum Druid (kelompok kasta imam kuat dalam masyarakat Celtic). Ia pun harus berhadapan dengan aksi kekerasan para pemimpin suku lokal. Pada satu waktu, para petobat Kristen baru diserang oleh perompak Britania pesisir barat dari tanah kelahiran Patrick. Para lelaki dibantai dan perempuan serta anak-anak diculik, beberapa dari mereka bahkan masih mengenakan jubah baptisnya. Hal yang sama menyusahkannya dengan itu adalah perlawanan dari para pemimpin gereja lainnya. Tulisan-tulisan Patrick begitu jelas, sehingga banyak kaum gereja berpengaruh menyatakan ketidaksepakatan dengannya, meskipun ia berperan penting dalam pertobatan banyak orang Irlandia.6 Kritikus Patrick yang paling gigih adalah para uskup dari Britania. Karena tidak berminat untuk memberitakan Injil pada orang-orang Irlandia, mereka mungkin pada awalnya masih bisa memberi toleransi atas penunjukkan seorang rohaniwan baru yang sangat tidak terpelajar. Tetapi, ketika iman Kristen menyebar ke seluruh Irlandia, maka beberapa pemimpin gereja mulai mempertanyakan apakah Patrick adalah orang yang tepat untuk memimpin pelayanan yang sukses dan secara potensial menguntungkan itu.7 Patrick begitu sadar bahwa otoritasnya untuk mengkhotbahkan Injil berasal dari Allah. Tetapi, ia juga dengan pedih paham akan keterbatasan dan banyaknya kritik yang diarahkan kepadanya. Ia merasa malu oleh kekurangannya dalam pelatihan teologis formal dan kualitas bahasa Latin yang payah. Tulisan-tulisannya tidak menunjukkan pendidikan seorang


20 | M o v e m e n t s T h at C h a n g e t h e W o r l d

cendekiawan, melainkan hati seorang manusia yang terdorong oleh kasih Kristus, yang dipimpin serta dibimbing oleh Kitab Suci.8 Patrick memberi orang Irlandia sebuah hadiah, dan hadiah itu adalah kekristenan non-Roma. Sejak pertobatan Kaisar Konstantin pada tahun 312 M, Kekristenan kerap diidentifikasi erat dengan budaya dan kekuasaan Roma. Namun, Patrick membebaskan Irlandia tanpa dukungan kekuatan imperial. Sebaliknya, ia menghidupi dan mengomunikasikan Injil dengan berbagai cara yang bergaung dan terhubung erat dengan harapan serta kebutuhan orang Irlandia. Ia mengajar orang Irlandia bahwa mereka dapat menjadi pengikut Kristus tanpa harus menjadi seperti orang Roma. Patrick membuat struktur gereja yang mendukung pelayanan misinya. Gereja dalam Kekaisaran Romawi berpusat di sekitar kota-kota di mana uskup lokal menjadi penguasa tertinggi. Orang Irlandia adalah orang-orang pedesaan dan kesukuan. Berbeda dengan bangsa Romawi yang beradab, mereka tidak memiliki kota-kota mapan, jalan raya, mata uang, hukum tertulis, birokrasi pemerintahan, atau sistem perpajakan. Masyarakat Irlandia terdesentralisasi dan terorganisasi di sekitar banyak suku yang dipimpin oleh “raja-raja� lokal.9 Jadi, Patrick pun mendesentralisasi gereja. Sistem Roma berdasar pada uskup dan keuskupan. Kehidupan gereja Celtic berkeliling di sekitar biara, yang dipimpin oleh seorang kepala biara. Para kepala biara memilih para uskup, dan dengan demikian uskup bergantung pada kepala biara. Kelompok misionaris keliling Patrick dengan teguh mengikuti teladan Yesus dan Paulus, tetapi para pemimpin gereja Roma tidak menyetujuinya. Patrick menanggapi para kritikusnya melalui tulisan-tulisannya dengan cara terbaik yang ia mampu dan dengan keterampilan literaturnya yang terbatas, tetapi ia tidak membiarkan mereka menghentikannya. Tidak hanya pelayanannya yang dipertaruhkan, tetapi juga gerakan misinya yang akan diluncurkan ke seluruh Britania dan Eropa. Gerakan misi Celtic bukan sebuah operasi yang dikontrol secara


PATR I C K

| 21

terpusat atau terorganisasi secara kaku. Di bawah pengaruh Patrick, gelombang demi gelombang pemuda Irlandia membanjir masuk ke dalam kehidupan biara. Sebagian besar biara didirikan di banyak tempat terpencil di mana para pendirinya menarik diri dari dunia, justru mereka dikejar oleh sekerumunan para pemuda yang ingin mengikuti teladan mereka.10 Para pendiri biara merespons panggilan Kristus dan mengumpulkan para pekerja di sekitar mereka. Setiap pendiri biara mengembangkan Aturan Biaranya sendiri bagi para pengikutnya.11 Semua biara itu menjadi tempat devosi dan pelatihan rohani, sekaligus pusat-pusat pengutusan misi. Gereja Irlandia mengambil karakter dari gerakan misi. Selama berabad-abad, Irlandia menjadi sebuah basis dari mana kekristenan menyebar luas ke seluruh Kepulauan Britania dan ke banyak bagian barat serta utara Eropa ketika para biarawan mengikuti panggilan untuk “melakukan ziarah bagi Kristus.�12 Para pengikut Patrick berbagi kesukaan mereka pada literatur klasik dan beragam puisi pagan, tetapi Kitab Suci memiliki tempat pertama di dalam hati serta pikiran mereka.13 Mereka membacanya dengan gairah lebih daripada minat akademis. Meski sedikit dari mereka yang kemudian menjadi teolog besar, mereka lebih dikenal karena otoritas rohani dan semangat misinya. Para pemuda yang dulu pernah bertekad untuk memberikan hidup mereka dalam peperangan antara satu klan dengan yang lain, kini menyerahkan hidup mereka untuk menanam Injil ke mana pun Kristus memimpin mereka. Di bawah kepala biara, setiap benteng misi membuat keputusan untuk beradaptasi dengan kebutuhan serta kesempatan yang diberikan masingmasing wilayah lokal di hadapan mereka. Mereka merekrut banyak misionaris baru dari orang-orang lokal dan mengutus mereka untuk mendirikan biara-biara baru.14 Hal ini menjadikan kehidupan biara Celtic sangat luwes, adaptif, dan transplantatif, segala sesuatu yang bukan menjadi ciri khas gereja Kekaisaran Romawi. Karena Irlandia masih belum memiliki kota-kota mapan, maka biarabiara yang berkembang dengan cepat menjadi pusat-pusat populasi awal


22 | M o v e m e n t s T h at C h a n g e t h e W o r l d

pada saat itu. Biara menjadi saluran kemakmuran, seni, dan pelatihan, seperti yang belum pernah terjadi sebelumnya.15 Sebuah budaya Kristen Celtic yang baru telah terbentuk. Selama beratus-ratus tahun, misionaris dan kaum cendekia berasal dari Irlandia, sementara para murid dari banyak tempat datang ke Irlandia dan kemudian terinspirasi untuk menjadi misionaris. Para biarawan yang misioner ini mendirikan banyak biara di seluruh Eropa, yang kemudian pada satu hari menjadi kota-kota besar.16 Pencapaian pribadi Patrick memang impresif. Tetapi, gerakan misi ini, yang terinpirasi olehnya, adalah warisan yang jauh lebih besar. Gerakan misi Celtic kemudian berlanjut dibentuk oleh seorang biarawan Irlandia, Columba (521-597), yang kakeknya dibaptis oleh Patrick. Berbagi komitmen yang sama dengan Patrick terhadap Injil, kasih akan Kristus, dan semangat misi, Columba beserta dua belas kawannya meninggalkan Irlandia untuk pergi ke pulau Iona di daerah lepas pantai Skotlandia. Di sana, Columba mendirikan sebuah basis misionaris untuk aktivitas penginjilan bagi orang-orang Scot dan Pict yang masih menyembah berhala. Selama berabad-abad, Iona menjadi pusat pelatihan dan pengutusan misionaris serta pendirian banyak pusat pengutusan lain di seluruh Irlandia, Skotlandia, serta Inggris utara. Ketika banyak biara bermultiplikasi ke seluruh Irlandia, Britania, dan benua Eropa, jiwa-jiwa baru dimenangkan dan banyak misionaris pergi untuk “melakukan ziarah bagi Kristus� ke mana pun mereka merasakan pimpinan-Nya. Biara-biara ini menjadi pusat dinamika dari devosi rohani, pembelajaran, industri, dan penginjilan di dunia yang kacau-balau. Peran apa yang diambil oleh gereja Roma dalam kisah ini? Roma adalah pusat kekuatan sipil dan gereja. Gereja Roma memiliki sejarah khas ketika ditarik mundur pada sejarah para rasul. Gereja Roma telah membangun sistem organisasi efisien di seluruh kekaisaran, mereka pun memiliki uang dan pengaruh besar. Namun, anehnya gereja Roma absen dari baris depan ekspansi misi. Saat Kekaisaran dan peradaban Romawi runtuh, bukanlah gereja Roma, melainkan gereja dari orang Celtic barbar yang telah memimpin jalan


PATR I C K

| 23

dalam perjuangan misi serta transformasi budaya. Gereja Celtic memiliki kesederhanaan yang alkitabiah dan devosi kepada Kristus. Mereka membentuk setiap struktur dan metode gereja supaya cocok dengan kebutuhan budaya dan misi mereka. Roma memiliki segala sumber daya, tetapi para pengikut Patrick adalah yang empunya semangat Injil. Patrick meninggal pada tahun 461. Saat belahan barat Kekaisaran Romawi runtuh dan masa kegelapan menyebar ke sebagian besar Eropa, terang Injil terus bersinar dengan cemerlang dari tanah Irlandia yang terpencil. Selama lima ratus tahun berikutnya, para pemuda Irlandia dan semua muridnya bertebaran ke seluruh Eropa. Mereka memenangkan banyak jiwa baru, membuat murid, dan melipatgandakan benteng-benteng misi. Ke mana pun mereka pergi, mereka membawa serta segala buku dan kecintaan mereka untuk belajar. Mereka merevitalisasi budaya Eropa dan mungkin juga telah menyelamatkan peradaban Barat dari menyusulnya kejatuhan Kekaisaran Romawi. Karakteristik Sebuah Gerakan Misi

Allah adalah pihak yang mengambil inisiatif. Allah memilih orang yang tak akan pernah dipilih manusia, jauh dari pusat kekuasaan gerejawi. Kemudian, Ia bekerja untuk membangun orang itu dari dalam keluar. Ia mengilhamkan banyak wawasan inovatif terkait dengan misi-Nya dan bagaimana misi itu harus dijalankan. Kebenaran dan praktik alkitabiah ditemukan kembali. Sebuah kelompok yang terdiri dari berbagai macam orang terus bertumbuh. Ini adalah sekumpulan orang yang memiliki iman sepenuh hati dan semangat misi. Ini adalah sekelompok orang yang tidak mengenal batasan. Mengesampingkan adanya penentangan dari berbagai pusat kekuasaan di dalam masyarakat dan gereja mapan yang sudah ada, Injil terus menyebar sampai ke banyak ladang yang tidak terjangkau sebelumnya. Gereja mapan yang sudah ada pun kemudian diperbarui, dan masyarakat diubahkan. Pada akhirnya, setiap gerakan mengalami kemerosotan; gerakan berhenti menghargai harta yang tersimpan di dunia yang akan datang, dan


24 | M o v e m e n t s T h at C h a n g e t h e W o r l d

justru mulai percaya pada harta yang telah ditemukannya di dunia saat ini. Sementara itu, Allah terus berkelana, mencari seorang anak gembala lainnya yang kesepian, meringkuk kedinginan, kelaparan, dan jauh dari rumah. Pola siklus hidup yang terdiri dari kelahiran baru, pertumbuhan, kedewasaan, dan kemerosotan adalah sebuah tema sejarah yang terus berulang. Buku ini membahas tentang karakteristik gerakan misi dalam ekspresinya yang paling dinamis. Dari kisah Patrick, kita dapat mengidentifikasi lima karakteristik kunci dari gerakan yang mengubahkan dunia. Iman putih murni. Banyak gerakan dimulai oleh sejumlah individu seperti Patrick. Hidup mereka mengalami kekusutan dan kemudian, diarahkan kembali oleh campur tangan Allah. Teladan mereka mengilhami orang lain, dan gerakan pun mulai menyebar, diberi energi oleh iman putih murni. Kisah gerakan misi besar ini dimulai dengan seorang remaja yang hancur, kesepian, dan kalah. Ia kehilangan rumah, keluarga, dan posisinya di tengah-tengah masyarakat. Ia sudah kehilangan segala sesuatu, tetapi menemukan kasih Allah di dalam Kristus sekaligus sebuah panggilan untuk mengkhotbahkan Injil. Gerakan yang mengubah dunia mungkin pada akhirnya memiliki bermacam sumber daya, pusat pembelajaran, dan kekuasaan, tetapi gerakan-gerakan itu tidak dimulai dengan segala hal ini. Gerakan misi dimulai oleh lelaki dan perempuan yang mengalami perjumpaan dengan Allah yang hidup, kemudian menyerah pada ketaatan penuh kasih terhadap panggilan-Nya. Komitmen pada satu tujuan. Bagi Patrick dan para pengikutnya, tidak ada yang lebih penting daripada iman di dalam Kristus dan tujuan-Nya. Mereka mengharapkan komitmen tingkat tinggi dari diri mereka sendiri dan dari sesama manusia. Mereka menarik kaum muda Irlandia yang dengan sukarela mengabdikan hidup mereka demi menyebarkan injil. Iman “alam baka� mereka secara paradoks memampukan mereka menjadi sekumpulan orang tanpa rasa takut dan tanpa


PATR I C K

| 25

kompromi yang menjadi agen transformasi di dunia ini. Sebuah gerakan muncul ketika sekelompok orang berkomitmen pada satu tujuan. Orang-orang yang mengubah dunia menjalani hidup mereka selaras dengan keyakinan terdalam yang mereka pegang. Sebuah gerakan berhenti eksis ketika tak seorang pun peduli lagi pada hal itu. Hubungan yang menular. Patrick tidak sekadar memenangkan jiwa dari para individu yang terisolasi. Strateginya adalah menjangkau seluruh anggota klan dengan Injil. Patrick menyingkirkan semua halangan yang tak perlu demi penyebaran Injil dan pertumbuhan gerakan itu. Kitab Suci adalah otoritas tertinggi, namun para biarawan tetap mencintai literatur klasik dan beraneka ragam puisi pagan. Gerakan misinya tertanam di tanah budaya yang ada, namun secara radikal tetap berbeda dari budaya itu. Ketika gerakan berkembang dengan cepat, itu semua terjadi karena adanya jaringan hubungan yang sudah ada sebelumnya. Jaringan hubungan adalah sarana yang dengan mana sebuah gerakan berkembang meluas. Jaringan hubungan pun menyediakan bahan dasar yang memberi kekuatan pada sebuah gerakan. Mobilisasi cepat. Patrick menumbuhkan para pemimpin dari orang-orang yang telah ia jangkau. Para misionarisnya juga melakukan tindakan yang sama. Ada persediaan yang terus berlanjut bagi pekerja misi yang bergerak keluar dari Irlandia selama berabad-abad. Mereka memenangkan banyak jiwa dan merekrut para pekerja misi baru ke mana pun mereka pergi. Tak ada satu pun dari misi ini yang direncanakan, didanai, atau dikendalikan secara terpusat. Ada pengharapan bahwa Roh yang sama, yang telah mengilhami Patrick juga akan mengilhami semua orang lain yang mengikuti teladannya. Para pekerja misi ini tidak dikenal karena bahasa Latin yang fasih atau kecerdasan teologi abstraknya. Mereka dikenal karena semangat misi dan pengabdiannya kepada Kristus. Gerakan misi menyebar karena perjuangan orang-orang biasa. Penyebaran cepat Injil membutuhkan perjuangan kaum nonprofesional


26 | M o v e m e n t s T h at C h a n g e t h e W o r l d

yang tidak bergantung pada pendanaan eksternal dan tidak dikendalikan secara ketat. Para petobat baru langsung mulai berbagi iman mereka dan membuat murid baru. Para pemimpin memberi model pelayanan yang efektif; mereka merekrut dan mengirimkan para pekerja misi, mereka melatih para pekerja itu untuk segera bekerja. Metode adaptif. Patrick merancang struktur gereja Celtic untuk tujuan menyebarkan Injil. Amanat misi ada di ujung tombak kehidupan gereja. Berkebalikan dengan gereja Roma yang bersifat statis, kaku, dan terikat pada pusat, sistem kebiaraan Celtic jauh lebih adaptif, luwes, dan lincah berpindah dalam transisi kepemimpinan. Sementara jantung Injil tetap sama, Patrick mengomunikasikan Injil dengan banyak cara yang merangkul budaya terbaik Celtic. Ia memastikan bahwa orang Irlandia dapat mengikuti Kristus tanpa harus menjadi seperti orang Romawi. Bentuk-bentuk luar berubah demi mencocokkan diri dengan konteks dan demi melayani kebutuhan gerakan yang terus meluas, sementara Injil yang tidak berubah tetap ada di pusat gerakan. Gerakan-gerakan yang paling efektif dipersiapkan untuk mengubah segala sesuatu mengenai dirinya sendiri, kecuali keyakinan intinya. Tanpa dibebani oleh tradisi, gerakan pun merasa bebas untuk bereksperimen dengan berbagai bentuk dan strategi baru. Gerakan mengejar misinya dengan segala metode yang efektif, luwes, dan dapat direproduksi, yang pada akhirnya hidup lebih lestari, bahkan melampaui pengaruh generasi pertama para pemimpinnya. Kapan pun dan di mana pun kita menemukan gerakan misi yang dinamis, kita akan menemukan setiap karakteristik ini dalam berbagai macam bentuk. Sebelum kita berlanjut untuk melihat masing-masing karakteristik secara lebih mendalam, pertama-tama kita perlu memahami apa yang dimaksud dengan gerakan dan mengapa gerakan itu penting.


PENDAHULUAN Mengapa Gerakan Penting

Izinkan saya memberitahu Anda mengapa gerakan penting bagi saya. Saya berpaling dari iman saya pada akhir usia remaja dan awal usia dua puluhan. Tidak butuh waktu lama bagi hidup saya untuk menjadi kusut. Saya tidak senang hidup dengan Allah, dan saya juga tidak senang hidup tanpa Allah. Saya pikir menjalani hidup sebagai seorang Kristen adalah suatu hal yang mustahil. Lalu, datanglah seorang lelaki dari Australia bernama Bill Hallam. Ia mengenal Kristus di sebuah jalur hippie antara Amsterdam dan New Delhi melalui sebuah pelayanan bernama Dilaram, yang didirikan oleh Floyd serta Sally McClung.1 Saya terkesan dengan Bill. Ada banyak waktu di mana saya ingin melemparnya keluar dari rumah saya karena semua perkataan keras yang ia ucapkan. Tetapi saya tahu bahwa ia mengasihi saya, dan saya tahu bahwa Kristus telah mengubah hidupnya. Saya berharap hidup saya juga dapat berubah. Saya berhenti berlari menjauh dari Allah. Enam bulan kemudian, saya menabung cukup uang untuk bepergian dari Australia menuju Belanda demi bergabung dengan Dilaram. Itu terjadi pada akhir tahun 1970-an. Saya berakhir di Amsterdam di atas sebuah “Bahtera (Ark).� Itu adalah tempat bagi komunitas pemuridan Dilaram. Lokasinya ada di atas dua rumah terapung besar di sebuah kanal di be-


28 | M o v e m e n t s T h at C h a n g e t h e W o r l d

lakang stasiun kereta api pusat kota. Di tempat itu, saya belajar mengalami kasih Allah dalam doa dan penyembahan. Saya belajar bagaimana mengomunikasikan Injil kepada para pengelana di seluruh dunia. Saya melihat banyak hidup yang sudah hancur dipulihkan kembali oleh kuasa Firman dan Roh dalam konteks sebuah komunitas pemuridan. Di sana ada Jean Claude, seorang desertir dari Pasukan Luar Negeri Perancis yang menjadi seorang beriman. Saya ada di sana ketika petugas Interpol datang untuk menangkapnya. Saya berbagi kamar dengan dua mantan anggota Pasukan Republikan Irlandia, keduaduanya orang Kristen baru. Kemudian, salah satu di antara kedua orang itu menyerahkan diri dan masuk penjara. Saya ingat tentang Dave, seorang lelaki Skotlandia dengan tinggi hampir dua meter dan “pencandu kemarahan,� ia pernah mengayunkan sebuah palu godam di depan wajah saya dan mengancam akan membunuh saya. Ada juga banyak orang yang memiliki latar belakang homoseksual, prostitusi, terikat dengan agama Timur, dan obat-obatan terlarang. Setiap tahun, sekitar empat puluh orang dari mereka memutuskan menjadi seorang beriman dan memulai perjalanan sebagai seorang murid. Pada saat itu saya tidak tahu bahwa Dilaram adalah sebuah gerakan. Semua diawali ketika Allah memanggil Floyd dan Sally McClung. Floyd pada saat itu berada di India bersama Youth With A Mission (YWAM) ketika ia berpapasan dengan seorang pengemis jalanan. Lalu, ia menyadari bahwa pengemis itu adalah seorang pemuda Barat yang telah jatuh ke dalam bermacam-macam masalah. Ada ribuan kaum hippie di jalanan antara London dengan New Delhi. Banyak di antara mereka yang mencari kebenaran, tetapi justru pada akhirnya memperoleh disentri, hepatitis, dan bahkan menjadi pencandu obat-obatan terlarang. Floyd dan Sally pertama kali mendirikan Rumah Dilaram di Kabul, Afghanistan. Mereka mengambil para hippie yang sakit keras dan ketergantungan pada obat terlarang, kemudian merawat dan berbincang dengan mereka tentang Yesus. Mereka melihat banyak di antara


P ENDAH U L UAN

| 29

para hippie itu yang memilih untuk lebih mengenal Yesus. Segera saja, Rumah-rumah Dilaram didirikan pula di London, Amsterdam, Kathmandu, dan New Delhi. Banyak pekerja misi untuk rumahrumah ini yang menjadi orang percaya melalui Dilaram. Saya tidak pernah melupakan semua pelajaran yang telah saya pelajari selama saya bersama Dilaram: saya menemukan kasih Allah, panggilan pemuridan, kuasa Injil untuk mengubahkan hidup, karya Roh Kudus, pentingnya berdoa, pentingnya komunitas Kristen, dan hati Allah bagi suku-suku bangsa. Semua pelajaran ini menjadi bagian dari saya dan membimbing saya sejak saat itu. Saya pun tidak lupa bahwa di sana saya bertemu dengan Michelle, seorang perempuan Australia yang kemudian saya nikahi, di Amsterdam. Allah menggunakan gerakan misi seperti Dilaram untuk membentuk ulang seorang manusia dan membuat sejarah. Karena itulah gerakan misi penting artinya bagi saya. Yang ingin saya lakukan adalah membantu Anda memahami dinamika dari gerakan misi dengan berbagi kisah dan merefleksikan semua pelajaran yang dapat mereka ajarkan kepada kita. Saya ingin membantu Anda bersentuhan dengan setiap impian yang Allah telah berikan kepada Anda demi membuat perbedaan dalam hidup banyak orang terhilang di dunia yang rusak ini. Saya percaya Allah dapat menggunakan semua kisah dari sejarah, dari masa kontemporer kita, dan dari seluruh dunia untuk memberi semangat bagi hati kita, memperkuat ketetapan hati kita, dan mengajarkan tentang bagaimana Allah bekerja melalui umat-Nya. Jika Anda ingin menjadi murid Yesus dan jika Anda ingin membuat murid bagi Yesus, maka buku ini adalah untuk Anda. Gerakan Yang Mengubah Dunia

Sebelum kita melanjutkan, kita harus mengklarifikasi apa yang dimaksud dengan gerakan. Dalam pengertian umum, gerakan adalah sebuah kelompok informal yang terdiri dari orang-orang dan organisasi yang


30 | M o v e m e n t s T h at C h a n g e t h e W o r l d

mengejar satu tujuan bersama. Mereka adalah orang-orang yang memiliki agenda perubahan. Gerakan tidak memiliki anggota, tetapi gerakan memiliki partisipan. Setiap tujuan gerakan dapat menggunakan organisasi sebagai perpanjangan tangan, tetapi organisasi bukanlah totalitas dari gerakan. Sebuah gerakan bisa saja memiliki beberapa tokoh pemimpin, tetapi tak seorang pun atau sebuah kelompok mana pun yang mengendalikan sebuah gerakan. Gerakan dibuat oleh sekelompok orang yang berkomitmen pada satu tujuan bersama. Pikirkan sebuah gerakan lingkungan. Di mana markas pusatnya? Di mana organisasi atau pemimpin yang mengendalikan gerakan ini? Kenyataannya, gerakan lingkungan tersusun dari berlimpahnya para tokoh pemimpin, organisasi, dan partisipan yang saling terkoneksi. Mereka mungkin tidak selalu sepakat dengan hakikat terperinci dari tujuan dan metodenya, tetapi mereka berbagi satu tujuan bersama. Entah untuk tujuan baik atau jahat, gerakan menciptakan sejarah. Begitu sering sejarah menjadi hasil dari peperangan antara gerakan yang saling berlomba dalam mengemukakan visi tentang bagaimana dunia seharusnya. Gerakan keagamaan, budaya, dan politik membentuk abad ke-20. Banyak perang diatasnamakan demi nasionalisme, komunisme, dan fundamentalisme Islam. Gerakan perjuangan hak sipil, hak feminisme, hak lingkungan hidup, dan hak para gay mengisi agenda sosial pada hari-hari itu. Rahasia umum tentang gerakan seperti ini contohnya adalah gerakan Pentakosta, yang secara umum diartikan sebagai gerakan paling besar dan paling luas di abad ke-20. Gerakan dicirikan dengan ketidakpuasan, visi, dan aksi. Ketidakpuasan mencairkan masyarakat dari kebekuan komitmen mereka pada bagaimana segala sesuatu berlangsung nyaman pada saat ini. Gerakan muncul ketika orang-orang merasakan bahwa ada sesuatu yang perlu diubah. Jika ruang hampa yang diciptakan oleh ketidakpuasan itu diisi dengan sebuah visi tentang masa depan yang berbeda dan dengan aksi untuk membawa perubahan, maka sebuah gerakan pun terlahir.


P ENDAH U L UAN

| 31

Gerakan mengubah manusia, dan manusia yang sudah diubahkan pada gilirannya mengubah dunia. Apa yang Yesus Awali

Yesus adalah misionaris pertama. Ia tidak mendirikan sebuah organisasi, ia tidak menulis sebuah buku, dan ia juga tidak mencetuskan kampanye untuk memperoleh kursi pemerintahan. Apa yang Yesus lakukan adalah mendirikan sebuah gerakan misi yang pada suatu hari membentang ke seluruh dunia. Yesus mengawali kehidupan dan pelayanan-Nya jauh dari pusat kekuasaan. Ia adalah seorang anak tukang kayu dengan bekal pendidikan dasar. Ia tidak secara formal dilatih untuk menjadi seorang rabi. Ia tidak memiliki status sosial maupun kekayaan. Yang paling penting bagi Yesus adalah hubungan dengan Bapa-Nya. Ia menghabiskan banyak waktu untuk berdoa. Seluruh Kitab Suci Ibrani meresap ke dalam hidup dan pengajaran-Nya. Ia menang dalam pertempuranNya melawan Setan dengan menundukkan diri-Nya kepada Bapa sebagaimana layaknya seorang Anak yang taat. Yesus berkeliling dari kota ke kota sambil mendemonstrasikan belas kasih serta kuasa Allah saat Ia menyembuhkan orang yang sakit dan mengusir segala iblis. Ia mencari orang yang merespons pesanNya: para nelayan, pemungut cukai, petani, pelacur, tentara, pengemis, dan pendosa berat. Misi-Nya adalah mencari dan menyelamatkan semua orang dengan memberikan hidup-Nya sendiri sebagai tebusan bagi mereka. Yesus memotong jalur kaum pemimpin agama serta komunitas, dan memanggil rakyat jelata untuk bergabung dengan kelompok misi-Nya. Ia memanggil mereka untuk bergabung bersama-Nya, dan Ia berjanji bahwa Ia akan mengajar mereka bagaimana caranya menjala manusia. Ia mengajar mereka ketika bersama-sama mereka mengadakan perjalanan dengan berjalan kaki dan di atas perahu, di mana Ia melayani ribuan orang sekaligus melayani satu demi satu pribadi.


32 | M o v e m e n t s T h at C h a n g e t h e W o r l d

Yesus berbicara kepada banyak orang secara terbuka. Ia menceritakan beragam kisah kepada berbagai kelompok orang pada saat makan. Ia pun berbicara kepada banyak individu secara terpisah. Ia berkomunikasi dengan kuasa dan kesederhanaan, sambil memercayai Bapa atas hasil akhirnya. Ketika para murid Yesus sudah belajar cukup banyak untuk dianggap berbahaya, Ia justru mengutus mereka dengan kantong kosong untuk berkhotbah, menyembuhkan orang sakit, dan mengusir setan. Yesus menghadapi semua penentang-Nya tanpa rasa takut dan Ia tidak pernah mundur. Ia memanggil semua pendengar-Nya untuk berpaling dari dosa dan berbalik kepada Allah demi memperoleh belas kasih serta rahmat pengampunan. Ia menetapkan hati untuk berangkat menuju Yerusalem dan mati dengan cara kematian seorang kriminal yang memalukan. Ia memercayakan seluruh hidup-Nya dan buah dari segala pelayanan-Nya kepada Allah. Allah Bapa membangkitkan Yesus dari kematian. Dengan demikian, Ia mengalahkan dosa, maut, dan Setan. Tepat ketika para murid Yesus berpikir bahwa segala sesuatunya sudah tamat dan sudah waktunya menyerah, Yesus justru memerintahkan mereka untuk pergi dan menjadikan semua bangsa murid-Nya. Ia tidak memberi mereka sumber daya atau sebuah rencana. Ia hanya memerintahkan mereka untuk pergi dan berjanji bahwa Ia akan selalu menyertai mereka melalui Roh Kudus. Demikianlah kisahnya bagaimana misi Yesus menjadi sebuah gerakan misi. Gereja yang Yesus dirikan adalah sebuah gereja misioner. Eksistensi dan aktivitasnya adalah sebuah ekspresi dari panggilan misinya.2 Setiap jemaatnya tanpa rasa takut bertekad untuk memenangkan jiwa orang lain supaya mereka memiliki iman di dalam Yesus sebagai sang Mesias yang disalibkan dan dibangkitkan. Ladang misi mereka dimulai di rumah-rumah di Yerusalem dan Yudea, kemudian meluas sampai ke seluruh ujung bumi. Tujuan dan maksud pekerjaan misinya


P ENDAH U L UAN

| 33

adalah membuat murid serta menciptakan komunitas murid, yaitu semua orang yang berpaling dari segala jalan hidup yang lama, kemudian menempatkan kepercayaan mereka kepada Yesus dan menaati ajaran-Nya.3 Tidak ada landasan lain bagi misi kita selain kabar baik bahwa Kristus telah disalibkan karena segala dosa kita. Paulus berkata bahwa berita salib adalah sebuah kebodohan bagi umat manusia. Berita salib memang adalah sebuah kebodohan bagi Paulus, sampai ia sendiri berjumpa dengan Yesus dalam perjalanannya menuju ke Damaskus. Misi kita adalah memproklamirkan kabar baik tentang Yesus melalui perkataan dan perbuatan dengan kuasa Roh Kudus. Perjanjian Baru adalah sebuah dokumen misi.4 Injil menceritakan kisah tentang bagaimana Yesus memulai pelayanan dan pegajaran-Nya, sedangkan Kisah Para Rasul adalah tentang apa yang Yesus terus lakukan melalui Roh Kudus (lihat Kis. 1:1). Dalam Kisah Para Rasul, banyak orang yang bertobat dan berkumpul di banyak gereja baru. Semua surat dalam Perjanjian Baru ditulis oleh para misionaris yang peduli dengan pertumbuhan rohani dari para pengikut Yesus dalam komunitas dan dalam misi. Seandainya gereja mula-mula bukan sebuah gereja misi, yaitu gereja yang mengabarkan Injil Yesus dan membuat murid, maka tidak akan ada gereja apa pun yang berdiri pada saat ini. Dalam bahasa Inggris, istilah mission, missionary, dan missional berasal dari bahasa Latin missio. Artinya, “tindakan mengutus.” Missio ekuivalen artinya dengan kata dalam Perjanjian Baru bahasa Yunani yaitu apostle, yang berasal dari kata apostolos. Artinya, “orang yang diutus.” Yesus berkata kepada para murid-Nya, “’Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu.’ Dan sesudah berkata demikian, Ia mengembusi mereka dan berkata: ‘Terimalah Roh Kudus.’” (Yoh. 20:21-22, cetak miring dari saya). Alan Hirsch mengingatkan kita bahwa “misi Allah mengalir secara langsung kepada setiap orang percaya dan setiap komunitas iman yang taat kepada Yesus.”5 Gereja, menurut esensinya yang paling mendasar,


34 | M o v e m e n t s T h at C h a n g e t h e W o r l d

adalah sebuah gerakan misi dengan sebuah mandat untuk melanjutkan pelayanan Yesus dalam kuasa Roh Kudus, yaitu untuk memberitakan kabar baik Yesus Kristus ke seluruh dunia. Hari-hari ini, tampaknya muncul kebingungan terkait dengan beberapa istilah, yaitu kata misionaris (missionary) dan misional (missional) ketika digunakan sebagai kata-kata dalam menggambarkan gereja. Kedua kata itu memiliki makna identik. Keduanya mengacu pada makna diutus oleh Allah kepada dunia. Sayangnya, ketika kita mendengar kata misionaris, kita cenderung berpikir tentang misi lintas budaya atau misi ke seberang lautan. Sementara, ketika kita mendengar kata misional, maka kita lebih berfokus pada misi di banyak negara dunia-pertama dan dalam konteks pascamodern. Padahal, misi Allah tidak mengenal batasan budaya atau geografis semacam itu. Hanya ada satu amanat misioner/misional. Hanya ada satu gereja yang misioner/misional. Dan, hanya ada satu gerakan misioner/misional yang Yesus dirikan. Misi memiliki realitas rangkap tiga.6 Pertama, ada sebuah pesan: misi mengasumsikan adanya sebuah pandangan jelas mengenai kebenaran terkait dengan hakikat Allah dan hakikat keselamatan jiwa manusia. Kedua, misi melibatkan komunikasi antara kebenaran dengan cara hidup yang baru. Ketiga, tujuan dari misi adalah pertobatan. Semua orang menerima pesan, terintegrasi ke dalam komunitas iman, dan mulai mempraktikkan sebuah cara baru dalam menjalani hidup, yaitu hidup yang berkomitmen untuk mengikuti Yesus serta berbagi kebenaran tentang Yesus kepada orang lain. Sebagai sebuah gerakan misi, pusat pesan kita adalah Yesus Kristus, Anak Allah, yang telah disalibkan bagi seluruh dosa kita dan yang menjadi satu-satunya sumber keselamatan bagi dunia yang terhilang. Kedua, sebagai sebuah gerakan misi, kita memiliki satu agenda perubahan. Yesus memanggil semua orang yang mengikuti-Nya untuk menjalani hidup baru dengan taat pada kehendak-Nya. Ketiga, misi mencakup adanya pertobatan individu dan bergabung-


P ENDAH U L UAN

| 35

nya mereka dengan tubuh Kristus, yaitu gereja atau persekutuan umat Allah. Tidak ada misi tanpa gereja, dan tidak ada pemuridan tanpa komunitas iman. Jika ini adalah arti dari menjadi umat Allah yang misioner, lalu apa yang dilakukan olah para “misionaris�? Misiolog Eckhard Schnabel menjelaskan: Para misionaris membangun kontak dengan orang-orang non-Kristen. Mereka memproklamirkan kabar bahwa Yesus adalah sang Mesias dan Juruselamat (pekerjaan pemberitaan injil, khotbah, pengajaran, dan perintah), mereka memimpin orang untuk beriman kepada Yesus Kristus (pertobatan, pembaptisan), dan mereka memasukkan semua jiwa baru ini ke dalam komunitas lokal para pengikut Yesus (Perjamuan Suci Tuhan, transformasi perilaku sosial dan moral, belas kasih).7

Kita memiliki pesan salib. Kita memiliki hidup baru dalam Kristus. Kita memiliki amanat untuk membuat murid dan melipatgandakan gereja, di manapun kita berada. Kita semua adalah seorang misionaris. Mengapa Tidak Semua dari Kita Memiliki Sikap yang Sama

Saya sempat mengalami gangguan dalam tahun pertama kuliah teologi saya. Saya mendapati bahwa sejarah gereja bukan sekadar sebuah sejarah ide dan peristiwa; sejarah gereja juga merupakan sejarah gerakan. Gereja di sepanjang sejarah berada dalam kondisi yang terusmenerus bergolak dan berubah, merosot dan bangkit kembali. Kekristenan adalah sebuah gerakan yang mencetuskan banyak gerakan lainnya, seperti monastisisme, injili, dan Pentakosta, sekadar sedikit contoh. Semua gerakan ini dapat menemukan ekspresi dalam organisasi gerakan seperti misalnya agensi misi dan berbagai denominasi. Gerakan adalah salah satu cara penting di mana Allah membawa pembaruan dan perluasan gereja dalam menjalankan misinya. Setiap gerakan baru memberikan sebuah kontribusi unik bagi kerajaan Allah, yaitu “landasan karisma� atau karunia pelayanannya.8 Monasti-


36 | M o v e m e n t s T h at C h a n g e t h e W o r l d

sisme meneladankan pengabdian mendalam kepada Kristus di tengah sistem filsafat nominalisme yang berkembang di dalam gereja. Persembahan kaum Fransiskan kepada gereja dan dunia adalah hati Allah bagi kaum miskin. Kaum Reformasi menjunjung tinggi otoritas Kitab Suci dan memulihkan kebenaran mengenai keselamatan jiwa manusia oleh kasih karunia lewat iman. Kaum Anabaptis menekankan pentingnya pemuridan dan gereja pengikut Kristus. Kaum Moravian menjadi inspirasi bagi golongan misionaris Protestan mula-mula. Kaum Metodis dan Bala Keselamatan mengombinasikan semangat penginjilan dan kekudusan dengan hati bagi kaum miskin. Kaum Pentakosta menemukan kembali kuasa dahsyat dari Roh Kudus. Di mana kita akan berada pada saat ini seandainya tidak ada pengaruh dari semua gerakan itu? Apa yang tersisa bagi kita pada hari ini seandainya setiap kontribusi mereka dihapuskan dari jejak sejarah? Semua gerakan itu memiliki keterbatasan, namun Allah bekerja juga melalui mereka. Allah memperbaharui gereja-Nya supaya memiliki ketaatan kepada Kristus dan tujuan-Nya. Seorang sejarahwan gereja yang terkemuka, Kenneth Scott Latourette berpendapat bahwa salah satu indikasi vitalitas iman Kristen adalah terjadinya kemunculan dari gerakan-gerakan baru semacam ini. Berbagai periode di mana terjadi gairah dan ekspansi iman Kristen paling besar adalah periode-periode di mana banyak gerakan baru bermunculan.9 Gerakan Kristen bagaikan sebuah taman. Sebuah taman yang sehat adalah sebuah ekosistem yang beraneka ragam; banyak tumbuhan baru yang selalu muncul di berbagai tempat, tanaman lain mulai bersemi, dan banyak juga yang mati serta membusuk. Taman itu terus hidup dalam sebuah kondisi pembaruan berkelanjutan. Adalah melalui kelahiran dan pertumbuhan gerakan baru dari gereja dan misi di mana Allah memperbarui gerakan Kristen di sepanjang zaman. Dalam pembaruan dan ekspansi gereja, terobosan selalu terjadi di tepian luar kekuasaan gerejawi, tidak pernah terjadi di pusat kekuasaan


P ENDAH U L UAN

| 37

itu.10 Dalam setiap generasi, di sebuah tempat yang samar-samar, Allah sedang memulai sesuatu yang baru. Di situlah kita perlu berada. Apakah Buku Ini Untuk Anda?

Jika Anda adalah seorang pengikut Yesus, Anda tidak harus memulai sebuah gerakan misi baru. Anda sudah menjadi salah satu gerakan itu. Buku ini adalah tentang bagaimana membantu Anda memahami apa artinya hal ini dan bagaimana berpartisipasi dalam apa yang sudah Allah mulai kerjakan. Ketika saya menulis buku ini, ada beberapa orang yang berada di benak saya. Saya teringat pada Mark dan Fiona. Mereka telah menyaksikan delapan belas orang mengenal Kristus selama setahun lalu dan sedang bertanya-tanya apakah semua orang ini adalah awal dari sebuah gereja baru. Saya teringat pada Oscar, seorang pendeta di Kenya. Ia telah melayani di sebuah gereja yang dulunya berukuran selusin orang, kemudian kini berkembang menjadi ribuan jiwa. Bahkan yang lebih penting, para pemimpin di gerejanya yang telah ia tumbuhkan kini sedang menumbuhkan banyak gereja di wilayah pinggiran kota dan di berbagai tempat kumuh Nairobi. Dan, itu baru permulaannya saja. Saya teringat pada Pauline di Cina, seorang perempuan muda berusia dua puluhan tahun yang memenangkan banyak kawannya bagi Kristus dan membaptis mereka secara sembunyi-sembunyi di sebuah bak mandi. Ia memiliki sebuah visi untuk melipatgandakan banyak persekutan rumah kecil di kotanya. Saya teringat pada Wayne dan timnya. Mereka pergi dari pintu ke pintu setiap minggu, mengelilingi komunitasnya yang melarat, merawat orang yang sakit, berdoa bagi orang yang membutuhkan, menolong orang dengan berbagai cara praktis, dan berbagi kabar baik Yesus Kristus. Wayne sedang berpikir tentang apa yang dibutuhkan untuk menjangkau kota ini bagi Yesus dan mengutus timnya ke kota-kota lain. Saya teringat pada Tim, seorang pendeta di sebuah gereja besar di


38 | M o v e m e n t s T h at C h a n g e t h e W o r l d

New York. Ia memiliki sebuah visi untuk melihat kotanya ditransformasi oleh Injil. Tim menumbuhkan banyak pemimpin dan mengutus mereka untuk menanam gereja. Ia bersedia bermitra dengan siapa pun yang dapat ditemukannya dan yang bersedia untuk menumbuhkan gereja yang berpusat pada Injil. Ia memiliki hati bagi banyak kota di seluruh dunia. Saya teringat pada Gary. Ia menjalankan bisnisnya sendiri dan dalam waktu luangnya, ia memiliki pelayanan bagi murid-murid sekolah menengah atas. Empat puluh dari murid itu telah datang kepada Kristus. Gary tidak dapat mengerti mengapa para pemimpin gereja lokalnya tidak menyetujui pekerjaan Allah ini. Ia bertanya-tanya apa yang harus ia kerjakan selanjutnya. Saya menulis bagi banyak orang seperti ini. Mereka, dan banyak orang lain seperti mereka, telah menjadi guru bagi saya. Saat saya mendengarkan kisah mereka dan berbagai kisah tak terhitung lainnya di sepanjang usia saya, mereka semua telah menjadi banyak saksi bagaikan awan bagi saya dalam menunjukkan Allah yang disingkapkan melalui Yesus dan misi-Nya dalam dunia. Tidak ada formula apa pun. Tidak ada sepuluh cara mudah apa pun. Kita adalah para pekerja di ladang tuaian milik Allah. Kita sepenuhnya bergantung pada Allah bagi keselamatan kita dan bagi segala hasil pelayanan kita. Tidak ada yang dapat menjelaskan penyebaran gerakan Kristen di sepanjang sejarah selain kuasa Allah yang sungguh nyata telah hadir dalam pemberitaan injil Yesus Kristus yang telah tersalib dan bangkit.11 Yang mengikuti selanjutnya adalah berbagai kisah dan pelajaran dari zaman kita dan dari mereka yang telah mendahului kita. Mereka menanam dan mereka menyiram, tetapi Allah yang memberi pertumbuhan.


Im an Putih Murni Kira-kira jam tiga pagi ketika kami sedang berdoa, kuasa Allah meliputi kami dengan hebat. Sedemikian rupanya sehingga banyak dari kami yang menangis karena sukacita yang melampaui segala akal dan banyak lagi yang rebah ke tanah. Ketika kami mulai terjaga dari rasa kagum dan ketakjuban di hadirat kemuliaan-Nya, kami memecah keheningan dengan satu suara, “Kami memujiMu, ya Allah; kami mengakui-Mu sebagai Tuhan kami.� John Wesley

S

eorang bocah berusia enam belas tahun ditangkap oleh para perompak dan dijual di pasar budak. Putus asa oleh kesepian, rasa lapar, dan hawa dingin, ia menjerit demi pembebasan; dan Allah menjawabnya. Selanjutnya, ia menjadi pelopor dari salah satu gerakan misi terbesar yang pernah disaksikan oleh dunia. Seorang biarawan Augustinian tak dikenal merasakan kepedihan dalam memahami apa artinya dibenarkan oleh Allah melalui iman. Pergumulannya yang kuat menjadi katalis bagi Reformasi Protestan. Seorang pendeta muda kembali dari sebuah ladang misi. Ada kegagalan di matanya dan rasa hampa akan pengalaman kasih Allah yang penuh penerimaan. Hatinya “secara aneh dihangatkan� oleh kasih karunia Allah, dan salah satu gerakan kebangunan paling penting pun terjadi dalam sejarah modern. Gerakan itu menggoncang Britania dan menyebar ke seluruh dunia.


40 | M o v e m e n t s T h at C h a n g e t h e W o r l d

Patrick dari Irlandia, Martin Luther, dan John Wesley, kita mengenang mereka sebagai para figur historis besar melalui siapa Allah memperbarui gereja dan mentransformasi dunia. Kita menghormati mereka sebagai para pahlawan iman. Kita lupa bahwa mereka memulai sebagai orang-orang yang menjerit di hadapan Allah demi sebuah perjumpaan yang sanggup mengubahkan hidup mereka. Melalui perjumpaan pribadi mereka dengan Allah, para pemimpin transformasional ini memperbarui gereja dan membentuk dunia di mana kita tinggal. Selama bertahun-tahun, saya mengajar topik tentang penanaman jemaat bagi Bala Keselamatan di Sydney. Saya menikmati pergi ke sana setiap tahun bukan hanya karena interaksi dengan para mahasiswa, tetapi juga karena lokasinya. Pusat pertemuan itu berada di atas sebuah bukit di atas pantai Sydney bagian utara di mana saya dapat memandang Samudera Pasifik dari sana. Sydney memiliki salah satu kawasan real estate paling mahal di Australia. Dan, setiap tahun salah satu petugas di sana mengingatkan saya bahwa Bala Keselamatan dulu memiliki tanah sejauh mata memandang di sana. Pada tahun 1900, Miss Elizabeth Jenkins mewariskan ratusan hektar tanah pertanian miliknya bagi Bala Keselamatan. Pada saat ini, tanah itu pasti berharga triliunan rupiah. Masalahnya adalah banyak dari tanah itu dibagi beberapa bagian dan dijual selama bertahun-tahun untuk proyek perumahan atau diserahkan kepada pemerintah demi kepentingan komunitas. Setiap tahun saya diberitahu, “Bayangkan apa yang dapat kita lakukan seandainya saja kita masih memiliki properti itu pada saat ini.� Perangkap sudah siap. Kami melangkah ke sesi berikutnya. Kemudian, saya pun mengingatkan mereka bahwa pada satu waktu di masa lalu, Bala Keselamatan hanya terdiri dari William dan Catherine Booth yang duduk-duduk di meja dapur rumah mereka, tanpa sumber daya lain kecuali panggilan Allah. Sejarah gereja tidak ditulis oleh para individu dan institusi yang


Iman Pu tih Murni

| 41

memiliki banyak dana dan banyak sumber daya. Sejarah ditulis oleh setiap lelaki dan perempuan beriman yang telah berjumpa dengan Allah yang hidup. Tanpa iman, mustahil seseorang berkenan di hadapan Allah. Saya menerima pelajaran ini dengan cara yang sukar dalam proses penanaman jemaat kami yang pertama. Pada paruh tahun kedua, gereja mengalami konflik berat. Saya penasaran bagaimana kami akan dapat bertahan. Sejak peluncuran perdana gereja baru itu, kami setiap hari menambahkan satu keluarga baru setiap minggu, dan pada saat itu jumlah kami lebih dari duaratus orang. Secara alami, sebagaimana pertumbuhan sama dengan keberhasilan, saya pikir saya sudah menjadi penanam jemaat paling hebat di dunia. Lalu, sebuah perselisihan di gereja meledak, dan dunia saya pun runtuh. Saya ingin maju berperang atau lari, tetapi Allah hanya meminta saya untuk berdiri. Segera sesudah itu, saya mendengar John Wimber dari Vineyard Movement berkata, “Yesus ingin gereja-Nya kembali.� Saya sadar inilah persoalan pokok saya. Yesus menginginkan gereja-Nya kembali dan Ia ingin saya untuk kembali. Saya mulai mencari Allah tidak seperti sebelumnya. Saya bangun pagi-pagi, pergi ke garasi, menyalakan tungku pemanas kayu kecil, berdoa, dan membaca Kitab Suci. Ini bukan disiplin rutin harian; ini adalah cermin keputusasaan. Pada satu pagi ketika berada di garasi sendirian, saya mengalami perasaan kuat bahwa Allah sedang berkata, “Ini bukan sekadar tentang satu gereja baru; ini tentang sebuah generasi gereja yang sepenuhnya baru.� Sejak saat itu, panggilan saya adalah mengobarkan gerakan penanaman jemaat di seluruh Australia dan seterusnya. Butuh waktu beberapa bulan lagi sebelum kedamaian dipulihkan di gereja kami. Beberapa orang pergi meninggalkan gereja. Sebagian besar tetap tinggal. Berkat Allah tercurah kembali, tetapi saya tidak pernah menjadi orang yang sama lagi. Perjumpaan mendalam dengan Allah adalah katalis penting dalam


42 | M o v e m e n t s T h at C h a n g e t h e W o r l d

formasi gerakan pembaruan dan ekspansi iman Kristen. Banyak faktor sosial dan politis memengaruhi Reformasi Protestan, tetapi pengakuan iman dan pengalaman rohani yang berpusat pada Yesus adalah katalis utama dalam perubahan. Beragam pengalaman yang dapat dipercaya terkait dengan Allah akan berjalan harmonis dengan Firman-Nya dan hal itu harus menemukan ekspresi melalui tindakan. Sebuah iman putih murni terkait dengan Roh Kudus, Firman, dan dunia. Iman putih murni bertujuan untuk menghasilkan hati yang benar, pikiran yang benar, dan tindakan yang benar. Iman putih murni memanggil terjadinya pentahbisan hati, pikiran, dan tangan.1 Perjumpaan segar dengan Allah melalui Firman dan Roh-Nya akan menyediakan otoritas kuat yang memberi energi bagi sebuah gerakan misi untuk pergi dan mengubah dunia. Gerakan Misi Protestan Mula-mula

Aku hanya memiliki satu hasrat, ialah Dia, ialah hanya Dia. Count Nikolaus von Zinzendorf

Pada penghujung abad ke-17, Protestanisme di Eropa memasuki sebuah zaman es keagamaan, beku oleh ortodoksi tanpa gairah. Sejak kematian Martin Luther, 150 tahun telah berlalu, dan masih tidak ada tanda-tanda gerakan misi signifikan yang muncul dari era Reformasi. Selama berabad-abad, ordo-ordo agama seperti ordo Benediktin, ordo Karmel, ordo Augustin, ordo Fransiskan, dan ordo Dominikan, menjadi sumber air kehidupan bagi pembaruan dan ekspansi iman Katolik. Di setiap wilayah yang mereka kendalikan, kaum Reformis meniadakan semua ordo ini tanpa menciptakan sebuah wadah fungsional yang setara. Protestanisme kehilangan sebuah mekanisme misi bagi dunia sampai dua orang Moravia, yang seorang tukang tembikar dan yang seorang lagi tukang kayu, memutuskan bahwa sudah saatnya untuk bertindak.


Iman Pu tih Murni

| 43

Ketika Leonard Dober dan David Nitschmann membawa Injil ke wilayah Hindia Barat pada tahun 1732, William Carey, “bapak misi Protestan,� belum lahir. Hudson Taylor, pelopor misi, belum datang ke Cina sampai 150 tahun berikutnya. Dober dan Nitschmann adalah dua misionaris pertama yang diutus oleh Persaudaraan Moravia; dalam dua puluh tahun, para misionaris Moravia sudah ada di Arctic di antara suku bangsa Eskimo, di Afrika bagian selatan, di tengah-tengah suku Indian di Amerika Utara, di Suriname, Ceylon, India, dan di Persia. Persaudaraan Moravia berasal dari beberapa wilayah Ceko di Moravia dan Bohemia di Eropa tengah. Jejak mereka bisa dilacak kembali pada seorang reformis Ceko, yaitu Jan Hus. Ia telah dikutuk sebagai bidah, diekskomunikasi, dan sebagai hukumannya kemudian dibakar oleh Gereja Katolik Roma pada tahun 1415. Hus mengilhami kelahiran gereja Protestan pertama yang memisahkan diri dengan Roma, seratus tahun sebelum Martin Luther. Ketika gelombang Reformasi datang, kaum Moravia menjalin ikatan dengan kaum Reformis, termasuk Luther dan Calvin. Pada tahun 1620-an, kaum Moravia kehilangan perlindungan dari bangsawan lokal dan menderita penganiayaan berat dari Gereja Katolik. Banyak dari gereja mereka ditutup, dan mereka diburu serta dipenjarakan. Beberapa orang dari mereka disiksa dan dieksekusi, sementara yang lainnya dipaksa bersembunyi atau melarikan diri ke tanah pengasingan. Selama seratus tahun berikutnya, Persaudaraan Moravia bertahan hidup sebagai sebuah gereja bawah tanah, sekumpulan orang yang tidak pernah Anda harapkan akan meluncurkan sebuah gerakan misi. Keadaan menyedihkan dari kaum Moravia menarik perhatian seorang bangsawan muda Austria, Count Nikolaus von Zinzendorf. Sebagai seorang remaja, Zinzendorf telah mengabdikan hidupnya bagi Kristus dan penyebaran Injil ke seluruh dunia. Pada tahun 1722, ia membuka tanahnya di wilayah Saxony sebagai tempat perlindungan bagi kaum Moravia yang mengalami penganiayaan. Dengan bantu-


44 | M o v e m e n t s T h at C h a n g e t h e W o r l d

annya, kaum Moravia membangun sebuah desa dan menyebutnya Herrnhut, yang artinya “Tuhan menjagai.” Zinzendorf mendirikan beberapa proyek untuk melayani komunitas ini, termasuk sebuah toko buku, sebuah rumah obat, sebuah sekolah, dan sebuah balai percetakan untuk menghasilkan edisi Alkitab serta literatur lain yang berharga murah. Pada tahun 1727, serangkaian gelombang pengungsi berdatangan. Beberapa di antara mereka memiliki latar belakang Lutheran, Reformed, Anabaptis, dan bahkan Katolik. Setiap orang memiliki impian akan terjadinya restorasi gereja; namun pada kenyataannya, semua itu terbukti memiliki cerita berbeda. Begitu berat bagi setiap lelaki dan perempuan yang telah menderita karena pengakuan iman mereka untuk mengorbankan keyakinan itu demi terciptanya hidup penuh harmoni. Semua itu mengarah pada terbentuknya beberapa golongan, dan hal ini berujung pada perselisihan penuh kepahitan serta hubungan yang retak. Zinzendorf berada di bawah tekanan dari otoritas lokal untuk menutup “ranjang panas para bidah” ini. Ia bisa saja mengandalkan kekuasaannya sebagai seorang tuan tanah feodal untuk mengusir semua golongan yang bersengketa keluar dari tempat itu. Sebaliknya, Zinzendorf terjun ke lapangan untuk memulihkan perdamaian. Ia dan seluruh keluarganya pindah dari rumah besar hunian mereka dan tinggal di desa itu. Ia mengabdikan seluruh waktu, energi, dan kekayaannya untuk melayani semua orang. Ia menghabiskan berjamjam dan berhari-hari dalam pertemuan panjang dengan para individu serta kelompok demi memulihkan harmoni. Ia membuka Kitab Suci dan membantu komunitas itu untuk memahami pikiran Allah. Zinzendorf memperkenalkan suatu struktur ke dalam komunitas. Ia menunjuk para pemimpin berdasar pada kematangan karakter dan rohani. Ia merancang empat puluh dua butir anggaran dasar sebagai basis kehidupan komunitas. Ia membagi komunitas itu menjadi “kelompok-kelompok.” Setiap kelompok terdiri dari dua atau tiga orang


Iman Pu tih Murni

| 45

yang berjenis kelamin sama dan bertemu untuk membuka hati mereka serta saling mendorong, mengoreksi, dan mendoakan satu sama lain. Semua orang diperdamaikan ketika mereka saling mengaku dosa. Mereka membuat komitmen baru untuk hidup bersama dalam kasih. Siang dan malam, Herrnhut pun menjadi sebuah pusat doa dan ibadah. Pada musim panas tahun 1727, ada semacam “harapan yang kudus dan menular� di Herrnhut. Sesuatu yang menakjubkan akan segera terjadi. Pada tanggal 13 Agustus, kaum Moravia mengalami apa yang hanya dapat digambarkan sebagai sebuah pencurahan Pentakosta dari Roh Kudus. Saat mereka merayakan Perjamuan Kudus, Roh mengalir di tengah-tengah mereka; hati mereka dikobarkan oleh api dengan iman dan kasih yang baru kepada sang Juruselamat serta dengan kasih yang menyala terhadap satu sama lain. Mereka saling berpelukan dalam tangis. Allah menghembuskan kehidupan baru ke dalam gerakan mereka selama berabad-abad. Banyak manifestasi kuasa Roh Kudus terus terjadi, termasuk kesembuhan ilahi. Semua orang bertemu dalam kelompok kecil untuk mengaku dosa dan saling mendoakan supaya mereka dapat menerima kesembuhan. Golongan-golongan yang bersengketa pun lenyap. Menara doa siang dan malam pun diadakan. Doa diserukan sepanjang waktu, tujuh hari seminggu, dan terus berlanjut tanpa henti selama seratus tahun lamanya. Pembaruan rohani ini disalurkan ke dalam sebuah misi. Empat tahun kemudian, Zinzendorf sedang mengunjungi istana raja Denmark. Di sana, ia bertemu dengan Anthony Ulrich, seorang budak Afrika dari Hindia Barat. Ulrich beriman kepada Kristus dan berjumpa dengan dua orang Moravia di tempat itu. Ia mencurahkan isi hatinya kepada Zinzendorf saat menceritakan kondisi menyedihkan para budak di pulau Saint Thomas di wilayah Denmark. Ia bercerita tentang saudari dan saudaranya serta kerinduan mereka untuk mendengarkan Injil. Zinzendorf begitu tersentuh dan bersemangat dengan tantangan misi itu.


46 | M o v e m e n t s T h at C h a n g e t h e W o r l d

Pada tahun berikutnya, Leonard Dober, si tukang tembikar, dan David Nitschmann, si tukang kayu, menjadi misionaris Moravia pertama. Zinzendorf menghabiskan sepanjang malam untuk berdoa bagi mereka sebelum kedua orang itu berangkat. Zinzendorf bangun pagi-pagi dan mengantar mereka dengan kereta kuda sejauh yang ia mampu. Sebelum berpisah, mereka berlutut di pinggir jalan untuk menerima berkat darinya. Keduanya membawa buntalan di punggung dan melangkah dengan hanya uang tiga puluh shilling di saku mereka. Zinzendorf tidak memiliki instruksi lain bagi mereka kecuali “lakukan segala sesuatunya dalam Roh Yesus Kristus.� Dober dan Nitschmann memiliki pemahaman yang terbatas tentang kehidupan di Hindia Barat. Mereka tidak memiliki lembaga misi yang dapat mendukung mereka. Mereka tidak memiliki teladan dari tokoh sebelumnya untuk diikuti. Ketika mereka melangkah ke arah pelabuhan itu, mereka tidak memiliki gagasan sedikit pun bahwa mereka sedang membuka jalan bagi kelahiran gerakan misi Protestan. Kedua orang muda ini menjadi para pendiri gerakan Kristen di antara para budak di Hindia Barat. Lima puluh tahun berikutnya, ketika misionaris Kristen lain datang, para Moravia ini sudah membaptis 13.000 petobat baru dan menanam gereja di banyak pulau, seperti Saint Thomas, Saint Croix, Jamaika, Antigua, Barbados, dan Saint Kitts. Kaum Moravia adalah orang-orang Protestan pertama yang memandang misi bagi dunia sebagai tanggung jawab seluruh warga gereja.2 Di bawah bimbingan Zinzendorf, kaum Moravia menjadi gerakan misi yang intensif dan sangat lincah. Dalam rentang dua dekade, kaum Moravia telah mengutus lebih banyak misionaris daripada yang telah diutus oleh gereja Protestasn di dua ratus tahun sebelumnya. Penyebaran yang begitu cepat dari begitu banyak misionaris muda di seluruh dunia sungguh mengagumkan. Secara relatif, penjangkauan jiwa menjadi mungkin karena tidak dirumitkan oleh pelatihan, pendanaan, atau struktur.3 Semua misio-


Iman Pu tih Murni

| 47

naris ini adalah orang-orang awam, sebagian besar petani dan pedagang. Mereka dilatih sebagai penginjil, bukan teolog akademisi. Mereka memiliki cukup uang untuk sampai ke pelabuhan. Selanjutnya, para misionaris harus berjuang untuk membuka jalan sampai ke seberang lautan. Di ladang misi, mereka menerima pekerjaan apapun yang dapat menyediakan cukup makanan dan pakaian. Mereka tidak memiliki pendidikan teologis formal. Mereka menerima pelatihan dalam bahasa asing dan pelayanan lintas budaya yang kurang dari memadai. Sekali mereka berlayar, mereka tidak memiliki dukungan finansial dan tidak memiliki organisasi apa pun yang dapat membantu mereka; tidak ada jaminan perawatan kesehatan, hanya kemungkinan besar bahwa mereka tidak akan pernah melihat tanah kelahiran mereka lagi. Selama lebih dari 150 tahun, 2.158 orang Moravia menjadi sukarelawan dalam misi penjangkauan jiwa di banyak wilayah yang paling terpencil, tidak diinginkan, dan diabaikan. Ini adalah sesuatu yang baru dalam ekspansi kekristenan, di mana seluruh bagian dari sebuah komunitas Kristen, baik semua orang yang sudah berkeluarga maupun yang masih lajang, mengabdikan diri demi misi dunia.4 Dampak dari kaum Moravia tidak berakhir dengan prestasi mereka sendiri. Mereka secara mendalam memengaruhi William Carey, yang kemudian dikenal sebagai “bapak misi Protestan,� dan John Wesley, pendiri dari pergerakan Metodis. Kaum Moravia mempersiapkan jalan bagi ekspansi misi Protestan besar pada abad ke-19. Zinzendorf tidak ingin mendirikan sebuah gereja Moravia independen. Tujuannya adalah mempromosikan kesatuan seluruh umat Kristen. Zinzendorf memandang pergerakan Moravia sebagai sebuah komunitas misioner, yaitu sebuah gereja di dalam gereja, dan semua orang Moravia adalah “tentara sang Domba Allah.�5 Kekristenan bermula pada abad ke-19 sebagai sebuah iman bangsa Eropa yang secara menonjol terikat oleh tradisionalisme. Pada penghujung abad ke-19, kekristenan sedang mengarah untuk menjadi sebuah gerakan global. Zinzendorf menggambarkan semua anggota gerakan Moravia se-


48 | M o v e m e n t s T h at C h a n g e t h e W o r l d

bagai “orang-orang sang Juruselamat yang penuh sukacita.” Ratapan bersama dari gerakan misi Moravia adalah: “Semoga sang Domba yang telah disembelih menerima imbalan atas segala penderitaanNya.” Sukacita terbesar kaum Moravia hanyalah dalam sang Domba yang dapat menjelaskan kebebasan yang mereka miliki untuk mengorbankan segala sesuatu demi memikul kuasa dan persekutuan dengan Kristus yang tersalib ke seluruh dunia.6 Ketika Roh Datang Bersama Dengan Kuasa

Kerajaan sorga menjadi milik orang-orang keras yang ingin menguasainya. Tetapi, kekerasan ini tidak diterima oleh Allah kecuali orang yang melakukannya mempersiapkan dirinya sendiri untuk menghadapi kejutan balasan. Siapa pun yang bergulat dengan Allah dalam doa menempatkan seluruh hidupnya dalam pertaruhan. Jacques Ellul

Dalam sejarah gereja, adalah pengalaman rohani yang telah memberi kelahiran bagi gerakan pembaruan dan ekspansi. 9 April 2006 menandai seratus tahun telah merentang sejak gerakan kebangunan Jalan Azusa yang melontarkan ajaran Pentakosta ke panggung dunia. William Seymour, seorang berusia tiga puluh empat tahun dan putra keturunan budak, memimpin gerakan kebangunan ini. Ajaran Pentakosta mula-mula menekankan pada “baptisan Roh Kudus,” yang terlihat dari berbicara dalam bahasa lidah dan restorasi gereja sejati sebelum Yesus datang kedua kalinya. Seluruh pertemuan penuh emosi yang diadakan pada hari itu berlangsung sepanjang siang dan malam. Tidak ada koordinasi terpusat dalam pertemuanpertemuan itu, dan Seymour pun jarang memberi khotbah. Ia mengajar orang untuk berseru kepada Allah demi penyucian, baptisan Roh Kudus, dan kesembuhan ilahi.7 Dengan segera, para misionaris menyebar keluar dari Jalan Azusa ke seluruh dunia. Dalam waktu dua tahun, mereka telah membawa


Iman Pu tih Murni

| 49

ajaran Pentakosta ke seluruh bagian di Asia, Amerika Selatan, Timur Tengah, dan Afrika. Mereka adalah orang-orang miskin, tidak terlatih, dan tidak dipersiapkan sebelumnya untuk misi. Banyak dari mereka yang mati di ladang misi. Meski demikian, pengorbanan mereka mendapatkan buahnya; gerakan Pentakosta/kharismatik menjadi ekspresi kekristenan yang paling cepat bertumbuh dan paling tersebar secara global ke seluruh dunia. Beberapa peneliti memproyeksikan bahwa, dengan tingkat pertumbuhan seperti ini, maka akan ada satu miliar umat Pentakosta pada tahun 2025, sebagian besar di antaranya adalah orang-orang Asia, Afrika, dan Amerika Latin.8 Pentakostalisme mungkin adalah gerakan agama, budaya, dan politis, yang paling cepat berkembang yang pernah ada. Komunisme, fasisme, dan Islam militan telah membentuk abad terakhir ini, tetapi tidak ada satu pun yang menyamai dampak dari Pentakostalisme. Kaum Pentakosta seringkali diidentifikasi sebagai para individu terkemuka yang kerap tampil di program televisi religius di Amerika Serikat. Padahal, kenyataannya mayoritas luas kaum Pentakosta hidup di belahan bumi Selatan, atau di banyak negara berkembang. Wilayah Afrika, Asia, dan Amerika Selatan di mana Pentakostalisme berkembang dengan cepat juga memiliki populasi muda yang berkembang paling pesat. Jika ada yang namanya kaum Pentakosta “kebanyakan,� itu dapat digambarkan sebagai seorang perempuan miskin yang hidup di sebuah desa di Nigeria atau di sebuah desa gubuk di Brazil.9 Orang-orang semacam ini adalah wajah-wajah baru dalam kekristenan, sekaligus masa depannya. Iman Pentakosta memiliki pengaruh yang mengakar di banyak negara berkembang. Sebuah volume tebal yang terus berkembang mengenai riset sosiologis dari Venezuela, sampai Jamaika, sampai Ghana, menunjukkan betapa kekristenan injili sedang mengubah kehidupan rakyat miskin, baik secara rohani, moral, maupun material. Pentakostalisme secara khusus terbukti lebih potensial daripada seluruh program pemerintah dan pergerakan sosial dalam meningkatkan mutu


50 | M o v e m e n t s T h at C h a n g e t h e W o r l d

hidup rakyat miskin dan termarjinalisasi.10 Pentakostalisme mengingatkan kita bahwa untuk mengubah dunia, pertama-tama kita terlebih dulu harus diubahkan. Semangat rohani meluncurkan ekspansi globalnya yang menggetarkan, sehingga apa yang dulu dimulai sebagai sebuah pertemuan kebangunan rohani kini telah menjadi sebuah gerakan misi global. Ada dua sarana di mana Allah menumbuhkan iman putih murni itu dalam kita: krisis dan proses. Pada waktu krisis, kita belajar menyerah pada belas kasih Allah. Kemudian, praktik disiplin rohani menjadi proses yang memperdalam hidup kita di dalam Allah. Krisis: Hidup yang Diserahkan

Truk itu sampai di rumah yang sedang kami renovasi. Adukan beton sedang dituangkan. Kami hanya memiliki waktu dua puluh menit untuk mengosongkan muatan dari truk. Setelah batas waktu itu, sopir akan meminta bayaran untuk setiap menit yang harus ia tunggu. Tiga tukang kayu dan kulinya mempersiapkan peralatan. Masing-masing mereka membawa sebuah kereta sorong. Saya adalah si kuli itu. Kecepatannya sungguh gila-gilaan. Kereta sorong berbaris, menunggu untuk diisi. Adukan beton sangat berat dan tidak stabil. Saya menuruni jalur halaman parkir dengan muatan yang berat. Saya berlari di samping rumah, melalui jalan berlumpur ke belakang di mana kami sedang meletakkan fondasi untuk perluasan rumah. Saya menguatkan diri untuk tantangan terakhir, berjuang menurunkan kereta sorong saya di atas papan licin dan di bawah rumah demi menurunkan muatan berat itu. Tepat sebelum saya turun, saya mendengar suara si mandor yang menggelegar: “Awas! Kita tidak punya kuli yang bagus di sini.� Menahan emosi sendiri, saya berhasil menuruni papan itu. Saya mengosongkan muatan kereta sorong dan berlari di samping rumah untuk mengisi muatan berikutnya. Saya merasa gagal total. “Kita tidak punya kuli yang bagus di sini.� Perintisan jemaat awal pun ti-


Iman Pu tih Murni

| 51

dak berjalan sebagaimana yang saya harapkan. Secara pribadi, kami mengalami dua krisis keuangan setiap minggu. Kami memiliki dua anak kecil dan yang ketiga sedang berada di dalam perut istri. Ada ketegangan yang terlihat di dalam pernikahan kami, dan saya hampir tidak dapat bertahan. Tetapi, saya berada tepat di pusat kehendak dan tujuan Allah. Saya tidak memiliki tempat lain untuk berpaling. Pada waktu saya berhasil naik ke truk, saya sudah bertekad di dalam hati bahwa saya tidak akan mundur. Saya akan terus menempuh perjalanan ini. Saya akan menyerahkan hidup dan masa depan saya kepada Allah. Saya akan memercayakan hasil pelayanan saya kepada-Nya. Titik ini menjadi titik pertama dalam setengah lusin kesempatan selama delapan belas bulan berikutnya yang datang sebagai hasil dari penyerahan saya. Saya pikir sekali saja sudah cukup. Allah ternyata memiliki rencana lain. Di sepanjang Kitab Suci, ketika Allah mengambil inisiatif untuk memanggil seseorang masuk ke dalam pelayanan-Nya, seringkali hal ini terjadi melalui sebuah perjumpaan yang penuh kuasa. Baptisan Yesus dan pengalaman padang gurun; transformasi para murid di hari Pentakosta; dan perjumpaan Paulus dengan Kristus dalam perjalanan menuju Damsyik. Semua ini adalah pengalaman “krisis.� Allah campur tangan di tengah-tengah kehancuran, dan Ia mencari sebuah respons. Pola ini berlanjut terus di sepanjang sejarah gerakan Kristen. Pengalaman penyerahan diri yang mendalam mendahului pewahyuan dari tujuan Allah dan pencurahan kuasa untuk mewujudkan kehendak-Nya. Pada titik penyerahan diri, kita mematahkan kebergantungan pada segala sesuatu yang lain, kecuali pada hadirat dan kuasa Allah. Yang kita bawa adalah hati yang hancur dan kebutuhan terdalam kita. Adalah Allah yang mengambil inisiatif, dan adalah kasih karunia Allah yang sanggup mengubahkan. Berbagai pengalaman tentang krisis, penyerahan diri, dan kekuat-


52 | M o v e m e n t s T h at C h a n g e t h e W o r l d

an yang dicurahkan ada di segala kisah setiap gerakan misi. Semua itu menjamah kehidupan para pelopor dan memampukan orang biasa untuk melakukan banyak perkara luar biasa. Saat orang belajar untuk berjalan menuju salib dan berjumpa dengan Allah di sana, mereka melihat kuasa kebangkitan dan kedatangan Roh Kudus. Semua realitas itu adalah landasan di atas mana mereka melakukan tugas pelayanan. Proses: Hidup yang Didisiplinkan

Dimensi lain dari mengembangkan iman putih murni adalah proses, hidup yang didisiplinkan. Disiplin rohani bisa bervariasi dari satu gerakan ke gerakan lainnya, tetapi semua itu adalah aktivitas yang memperdalam hubungan kita dengan Allah. Setiap gerakan yang dinamis menemukan campuran disiplin rohani yang khas. Pengikut Kristus mula-mula bertemu secara teratur untuk membaca Kitab Suci dan mendengarkan pengajaran para rasul. Mereka bertemu untuk berdoa dan berbagi Perjamuan Kudus bersama; mereka juga saling mengaku dosa satu sama lain. Disiplin rohani terintegrasi ke dalam irama kehidupan mereka. Gerakan monastik mempraktikkan lectio divina, atau refleksi doa terhadap Kitab Suci. Di jantung ordo Yesuit adalah Latihan Rohani Ignatius Loyola, yaitu tiga puluh hari meditasi doa terhadap kehidupan, pelayanan, dan kematian Yesus. Kaum Moravia dan Metodis memiliki kelas dan kelompok khusus, yaitu kelompok akuntabilitas yang saling mendoakan dan mengaku dosa. Setiap anggota Student Volunteer Movement menghargai waktu “berjaga di pagi hari,� sebuah waktu untuk belajar Alkitab dan doa devosi setiap hari. Kaum injili dikenal karena khotbah dan pengajaran eksposisinya terhadap Kitab Suci. Kaum Pentakosta menjunjung tinggi praktik mengalami Allah dalam sebuah ibadah bersama. Tidak ada gerakan yang dapat bertahan hanya dengan menghadapi pengalaman krisis belaka. Disiplin rohani mempersiapkan jalan bagi, dan mendukung, pengalaman yang mengubahkan hidup.


Iman Pu tih Murni

| 53

Semua perintis gerakan besar belajar untuk menyerah kepada Allah di waktu krisis sekaligus mencari belas kasih-Nya melalui praktik disiplin rohani. Rahasia mereka adalah sukacita yang mereka alami ketika mendapati bahwa Kristus saja cukup bagi mereka. Setiap lelaki dan perempuan seperti ini, bagi mereka dunia ini tidak layak (Ibr. 11:38). Mereka menaklukkan bangsa-bangsa, memberi makan orang miskin, menyeberangi lautan, mendaki barisan pegunungan, bertahan menghadapi penganiayaan, penjara, dan bahkan maut. Semua itu demi Injil. Persekutuan mereka adalah bersama dengan Yesus dalam seluruh penderitaan dan sukacita-Nya. Mereka menampilkan iman putih murni. Yesus dan Iman Putih Murni

Ketika sidang itu melihat keberanian Petrus dan Yohanes dan mengetahui, bahwa keduanya orang biasa yang tidak terpelajar, heranlah mereka; dan mereka mengenal keduanya sebagai pengikut Yesus. Kisah Para Rasul 4:13

Pada awal kelahiran gerakan Kristen, kita tidak mendapati pendirinya berada di bait suci di Yerusalem sambil membuat para cendekiawan terkesan oleh kecerdasan dan kesalehannya. Kita tidak menemukannya di pusat kerumunan para pendukung yang terpesona oleh kuasanya untuk menyembuhkan orang sakit dan mengusir setan. Ia tidak mengecam para raja dan pemerintah. Pada awal kelahiran gerakan Kristen, kita mendapati Yesus sendirian di padang gurun. Ia merasa lapar, haus, dan letih setelah sebuah pertempuran dengan Setan. Yesus, Anak yang taat, sedang menanti dalam hadirat Bapa. Hina, bergantung, hancur, dan membutuhkan, setiap dukungan telah diambil dari-Nya. Setiap penghiburan telah lenyap. Yang ada hanya harga dari ketaatan, kondisi ditinggalkan sendirian, dan sebuah kemungkinan mengerikan tentang salib. Setiap godaan adalah sebuah serangan terha-


54 | M o v e m e n t s T h at C h a n g e t h e W o r l d

dap status-Nya sebagai sang Anak. Setiap godaan mencari cara supaya Yesus membuktikan identitas-Nya melalui kuasa mukjizat, bukannya rasa bergantung, ketaatan, dan penderitaan. Yesus menang dan kembali dengan penuh kemenangan atas iblis. Tetapi, pertempuran dengan Setan terus berlanjut di sepanjang pelayanan publiknya sampai kekalahan pamungkas iblis di atas kayu salib. Di tempat yang tanduslah identitas dan panggilan Yesus diuji. Ia menolak untuk mengambil alih kuasa atas takdir hidup di tanganNya sendiri. Ia lebih memilih jalan ketaatan dan menang atas si penggoda, dan dengan demikian memimpin jalan bagi semua orang yang mau mengikuti-Nya. Inilah batu fondasi gerakan Kristen: hati Yesus diserahkan kepada Bapa. Yesus puas dengan kasih dan tujuan Allah bagi-Nya. Segala sesuatu yang lain Ia abaikan. Berulang-ulang, Yesus menarik diri untuk sendirian saja dengan Bapa di dalam doa. Di waktu subuh, di atas gunung, di padang gurun, dan terkadang di sepanjang malam. Ia berdoa ketika berada di bawah tekanan besar. Ia berdoa ketika ada keputusan penting yang harus Ia buat. Ia berdoa ketika menghadapi jalan salib. Ia bahkan berdoa ketika berada di atas kayu salib. Kasih Allah begitu nyata bagi Yesus, begitu mendesak, sehingga ketika Ia berpaling kepada Allah di dalam doa, maka seruan yang secara alami meluncur dari bibir-Nya adalah Abba, sebuah kata dalam bahasa Aram yang berarti bapa. Tidak ada orang Yahudi lain yang pernah berkata tentang Allah sebagai Abba. Tetapi, Yesus selalu berbicara tentang Allah dengan cara ini, dan Ia mengajar para murid-Nya untuk melakukan hal yang sama.11 Yesus mengajar para pengikut-Nya untuk mengharapkan tingkat keintiman yang sama dengan Bapa dan kuasa yang sama untuk menjadi saksi-Nya hingga ke ujung bumi. Sebelum mereka dapat mengalami kuasa Allah, mereka harus mengalami kebergantungan total kepada-Nya. Ketika Yesus memanggil Simon, Andreas, Yakobus, dan Yohanes, mereka semua berada di sebuah posisi ketidakberdayaan.


Iman Pu tih Murni

| 55

Mereka menjala ikan sepanjang malam dan tidak menangkap apa pun. Oleh perintah Yesus, mereka menebarkan jala sekali lagi dan dengan susah payah menarik jala yang sarat dengan tangkapan ikan. Sebagai hasilnya, Petrus diliputi hadirat Allah di dalam Yesus. Ia tersungkur di depan kaki Yesus dan mengakui ketidaklayakan serta dosanya. Ia meninggalkan perahu dan rekan kerjanya, kemudian langsung mengikuti Yesus tanpa syarat. Reaksinya mengingatkan kita pada para nabi dalam Perjanjian Lama yang telah menerima panggilan ketika diliputi hadirat Allah.12 Para pemimpin agama melihat keberanian para murid mula-mula, dan mereka heran, karena Petrus dan Yohanes sebenarnya adalah “orang biasa yang tidak terpelajar.� Apa yang membedakan Petrus dan Yohanes? Mereka adalah para pengikut Yesus (Kis. 4:13). Transformasi para murid dari sekelompok pecundang yang putus asa dan tercerai berai menjadi para pemimpin gerakan misi yang dinamis diperoleh melalui pengalaman bersama akan bangkitnya Anak Allah dan pencurahan Roh Kudus-Nya. Ekspansi kekristenan mula-mula jauh lebih dari sebuah fenomena sosial atau upaya manusia belaka. Adalah Tuhan sendiri yang “menambah jumlah� para pengikut pada jemaat ketika Injil diberitakan (Kis. 2:47). Rasul Paulus adalah seorang lelaki yang terpelajar, cerdas, dan penuh tekad. Ia membanggakan silsilah dan prestasi keagamaannya, tetapi semua atribut ini tidak memiliki arti apa pun baginya dibandingkan dengan kuasa dari pengenalan akan Kristus. Perjumpaannya dengan Yesus di jalan menuju Damsyik adalah sebuah pelepasan atas segala kemampuan dan reputasinya, sekaligus penyerahan dirinya kepada Kristus yang telah bangkit. Paulus memberitahu jemaat di Korintus bahwa segala persoalan yang ia alami telah mendorongnya jauh melampaui batas daya tahannya. Namun, di tengah segala keputusasaan, ia mengalami penghiburan Allah dan kuasa-Nya (2 Kor. 1:311). Semua kesukaran Paulus mengajarkan kepadanya bahwa harta mulia dari Injil tersimpan dalam sebuah bejana tanah liat yang rapuh;


56 | M o v e m e n t s T h at C h a n g e t h e W o r l d

kebenaran ini menegaskan bahwa kuasa Injil berasal dari Allah saja, dan bukannya dari orang yang memberitakannya (2 Kor. 4:7-12). Anda dapat mengelola sebuah institusi dengan segala sistem komando dan kendali, tetapi Yesus mendirikan sebuah gerakan, bukan sebuah institusi. Ia membawa para pengikut-Nya ke dalam pengalaman yang sama yang Ia miliki dengan Allah Bapa dan Allah Roh Kudus; kemudian, Ia mengutus mereka ke seluruh ujung bumi tanpa membawa apa pun selain pesan keselamatan dan realitas kuasa Allah. Sebuah iman yang bersemangat ada di jantung setiap gerakan misi yang dinamis. Justru, ini adalah sumber daya terbesarnya. Pada saat ini, di mana kekristenan berkembang dengan cepat di negara berkembang, hal ini seringkali menjadi satu-satunya sumber daya yang ada. Kekristenan Merambah Belahan Dunia Selatan

Ketika saya bepergian, saya mengamati sebuah pola. Sebuah fenomena historis janggal tentang Allah yang “bergerak� secara geografis dari Timur Tengah, ke Eropa, ke Amerika Utara, sampai ke negara berkembang. Inilah teori saya: Allah pergi ke mana pun Ia dikehendaki untuk ada. Philip Yancey

Selama lima ratus tahun terakhir, kisah kekristenan terjalin erat dengan Eropa dan budaya terkait benua Eropa. Sejarawan Philip Jenkins mencatat bagaimana sejak permulaan abad ke-20 pusat gravitasi dalam dunia Kristen telah bergeser ke arah selatan, yaitu ke Afrika, Asia, dan Amerika Latin.13 Ini adalah wilayah di mana komunitas Kristen yang paling besar dan paling berkembang pesat di atas planet ini dapat ditemukan. Beberapa wilayah ini juga menjadi wilayah dengan pertumbuhan populasi paling cepat. Jika kecenderungan ini terus berlanjut, maka pada tahun 2050, hanya sekitar seperlima dari sejumlah tiga miliar umat Kristen yang akan berasal dari kaum kulit putih non-Hispanik. Sementara kekristenan di belahan bumi Utara berada dalam kemerosotan, sebuah era baru kekristenan belahan bumi Se-


Iman Pu tih Murni

| 57

latan telah terbit. Pada tahun 1900, negara jajahan di Afrika memiliki populasi 108 juta orang. Di antaranya, yaitu sejumlah 8,7 juta orang atau 9 persen populasi, adalah orang Kristen. Mayoritas orang Kristen itu adalah Koptik dan Ortodoks Etiopia. Mereka kalah jumlah oleh 34,5 juta Muslim. Rasionya adalah 4:1. Pada tahun 1962, setelah Afrika menyingkirkan aturan kolonial, ada sekitar 145 juta Muslim dan 60 juta orang Kristen. Rasionya adalah 5:2. Pada tahun 1985, sebuah ekspansi besar iman Kristen terjadi di tengah-tengah pesimisme dan kekacauan Afrika pasca kemerdekaan. Gereja yang ada di sana seringkali menjadi satu-satunya struktur yang tetap bertahan hidup setelah kehancuran banyak lembaga negara. Irosnisnya, Orang Kristen Afrika yang bertobat paling banyak berasal dari kalangan miskin dan termarjinalkan. Di sana terdapat lebih dari 16.500 orang percaya baru setiap hari dan pertambahan sebanyak 6 juta orang setiap tahunnya. Pada tahun 2000, ada 360 juta orang Kristen di Afrika. David Barrett memperkirakan bahwa pada tahun 2000 nanti, 40,6 persen orang Afrika adalah Muslim dan 45 persen adalah orang Kristen. Dari tahun 1900 sampai dengan tahun 2000, rasio Muslim dibandingkan dengan Kristen bergeser dari 4:1 menjadi kurang dari 1:1. Jika kecenderungan ini terus berlanjut, maka pada tahun 2025 di Afrika akan ada 633 juta orang Kristen, menjadikan Afrika sebagai benua dengan jumlah umat Kristen terbesar setelah Amerika Selatan (lihat tabel 1 pada halaman 58). Umat Kristen di belahan bumi Selatan, baik mereka adalah Katolik, injili, atau Pentakosta, jauh lebih konservatif dalam keyakinan dan pengajaran moral dibandingkan dengan umat Kristen di belahan bumi Utara yang lebih makmur. Umat Kristen di Selatan memiliki pandangan supranatural terhadap dunia dan lebih berminat pada keselamatan jiwa manusia pribadi daripada pada politik radikal. Mereka memandang Alkitab secara serius. Mereka lebih percaya bahwa apa yang mereka baca di dalam Injil sedang terjadi di tengah-tengah mereka. Mereka percaya bahwa dunia para rasul adalah sebuah realitas


58 | M o v e m e n t s T h at C h a n g e t h e W o r l d

Tabel 1. Muslim dan Kristen Africa (dalam jutaan). David B. Barrett, George T. Kurian, dan Todd M. Johnson, World Christian Encyclopedia: A Comparative Survey of Churches and Religions in the Modern World, 2nd ed. (New York: Oxford University Press, 2001), hal. 13-18; dan Lamin Sanneh, Whose Religion Is Christianity? The Gospel Beyond the West (Grand Rapids: Eerdmans, 2003), hal. 14-15.

nyata. Jenkins mengamati, “Jika ada satu bidang iman dan praktik yang membedakan umat Kristen di belahan bumi Utara dengan umat Kristen di belahan bumi Selatan, itu adalah perkara kekuatan rohani dan segala efeknya terhadap kehidupan sehari-hari manusia.�15 Dua tahun lalu, saya berada di rumah dan sedang mengerjakan sebuah artikel tentang penyebaran luar biasa iman Kristen di negara berkembang ketika seseorang membunyikan bel pintu. Saya merasa agak terganggu dengan interupsi itu, tetapi dengan enggan saya membuka pintu. Dua orang China rupanya ingin bercerita kepada saya mengenai Yesus. Ketika kami berbicara, saya dapati bahwa mereka adalah para misionaris yang ke Australia dari negara Komunis China. Setelah itu, saya kembali menulis artikel saya dengan kesaksian hidup bahwa sebuah era telah terbit dalam misi dunia. Lima puluh tahun lalu, gereja muda di China terhuyung-huyung goyah akibat pengu-


Iman Pu tih Murni

| 59

siran para misionaris Barat dan penganiayaan yang dilakukan pasca pengambilalihan Komunis. Kini, dua orang Kristen China yang teguh berdiri di depan pintu rumah saya. Hari-hari ini, umat Kristen di China, Korea, India, Brazil, Nigeria, dan banyak negara lain menjadi kekuatan besar dalam misi dunia. Seorang penulis berkebangsaan Inggris, Martin Robinson, berbicara tentang para pendiri gereja dari negara berkembang yang telah ia jumpai di Barat.16 Mereka berasal dari Haiti, Brazil, Etiopia, Kolombia, Meksiko, Nigeria, Republik Dominika, dan masih banyak lagi. Mereka kerap kali bekerja, mengirimkan uang pada keluarga besar di tanah asal, dan menanam jemaat pada waktu yang sama. Mereka adalah ahli mesin, pengemudi taksi, dan pekerja pabrik. Kerja keras, iman, komitmen, dan kegembiraan mereka benar-benar mewabah. Pusat gravitasi iman Kristen telah bergeser ke selatan. Sekali lagi, pembaruan dan ekspansi gereja datang dari tepiannya yang paling luar. Jalur Lintasan Pusat Kekristenan Global Secara Statistik, 33 M - 2100 M. Todd M. Johnson dan Sun Young Chung, “Tracking Global Christianity’s Statistical Center of Gravity, a.d. 33–a.d. 2100,” International Review of Mission 93 (April 2004): 166-81. Digunakan dengan izin.


60 | M o v e m e n t s T h at C h a n g e t h e W o r l d

Allah memilih apa yang lemah dan bodoh bagi dunia untuk membuat malu orang-orang yang kuat dan berhikmat (1 Kor. 1:27). Iman benar-benar sanggup memindahkan gunung. Iman putih murni adalah bahan bakar di mana gerakan misi bergerak. Tidak ada apa pun yang terjadi tanpa adanya kebergantungan penuh pada Allah. Tidak ada apa pun yang dapat mengarahkan kita pada kebergantungan yang sehat pada kuasa Allah lebih dari berhadapan muka dengan muka dalam kerinduan kita kepada-Nya sebagai kebutuhan terdalam kita. Yesus adalah Rasul dan Perintis jalan bagi iman kita. Ia memimpin jalan kita untuk menyerah pada kehendak Allah dan kuasa Roh Kudus. Iman putih murni adalah sebuah faktor penting di mana pun kita melihat kemajuan pesat dalam penyebaran iman Kristen. Kisah tentang kaum Moravia dan Pentakosta mengilustrasikan dampak dari iman semacam ini. Berbagai gerakan besar iman Kristen hanya dapat menyebar luas lewat hadirat dan kuasa Allah di tengah-tengah umat yang taat pada Firman-Nya, dipimpin oleh Roh-Nya, dan terlibat penuh dengan misi-Nya. Ini adalah ladang tuaian milik-Nya. Kita bukanlah penonton pasif, melainkan partisipan aktif dalam apa yang sedang Allah kerjakan. Kita menanam dan kita menyirami, tetapi adalah Allah yang memberi pertumbuhan.



Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.