Pujian untuk RADICAL “Dalam buku barunya yang memikat, Radical, David Platt memberikan gambaran yang kuat tentang gereja di Amerika hari-hari ini, yang dalam beberapa hal, bertentangan tajam dengan apa yang ditunjukkan kepada kita oleh Alkitab mengenai Pribadi dan maksud Yesus Kristus. David menantang umat Kristen untuk terjaga, menukarkan nilai-nilai palsu sebagai ganti nilai-nilai yang benar, dan merengkuh pemahaman bahwa masingmasing kita diberkati Allah demi satu tujuan global, yakni membuat kemuliaan Kristus dikenal oleh seluruh bangsa! Ini adalah buku wajib-baca bagi setiap orang percaya!” Wess Stafford, presiden dan CEO, Compassion Intl.
“Buku David Platt pada akhirnya akan membuat setiap orang yang sangat terfokus pada semua tantangan yang diberikannya tidak merasa puas, dan mereka akan diperhadapkan pada sebuah keputusan: Bagaimana iman yang sejati akan terwujud dalam hidup saya? Buku ini memiliki potensi untuk merevitalisasi gereja hari-hari ini untuk mempraktikkan sebuah gaya hidup yang radikal sekaligus alkitabiah yang akan mentransformasi masyarakat dan menjangkau dunia yang terhilang.” Jerry Rankin, presiden emiritus, International Mission Board “Gereja Yesus Kristus telah tergoda dengan cita-cita individualisme, materialisme, dan universalisme a la Barat. David Platt mengekspos semua citacita ini sebagai musuh dari kekristenan sejati. David Platt memberi sebuah jalan untuk lolos dari semua ini melalui iman radikal yang mengarah pada ketaatan radikal. Saya bukan orang yang sama setelah membacanya. Saya percaya hal yang sama akan terjadi kepada Anda.” Daniel L. Akin, presiden, Southeastern Baptist Theological Seminary “Melalui pendalaman yang solid atas Kitab Suci dan kesaksian memikat dari orang percaya yang menderita penganiayaan, kawan saya David Platt membuka tirai yang menyingkap banyak bahaya tersembunyi yang melemahkan gereja dalam budaya Barat. Radical adalah panggilan mendesak yang kita butuhkan untuk lebih peduli pada orang-orang yang secara rohani terhilang dan secara fisik melarat dari dunia ini.” Ed Stetzer, presiden, Life Way Research
“Adalah sesuatu yang hampir mustahil untuk mencegah pengaruh dari berhala-berhala budaya terhadap kita, entah kita menginginkannya atau tidak. Mata kita harus terbuka! Kita harus disadarkan! Dalam buku yang menantang sekaligus mendalam ini, David Platt menunjukkan kepada kita cara menjalani hidup bagi Seseorang dan sesuatu yang lebih agung.” Darrin Patrick, pendeta pendiri, The Journey, St. Louis “Terkadang orang akan memberi pujian pada sebuah buku dengan berkata, ‘Anda tidak akan ingin berhenti membacanya.’ Saya tidak dapat mengatakan hal semacam itu pada buku ini. Anda akan ingin berhenti membacanya, dalam banyak kesempatan. Jika Anda seperti saya, maka saat Anda membaca buku Radical David Platt, Anda akan mendapati diri tidak nyaman karena ditarget oleh Roh Kudus. Anda akan melihat betapa Anda melekat pada beragam cita-cita ideal duniawi. Tapi, di sini Anda akan menemukan sebuah Jalan lain. Jalan yang Anda ketahui sebagai benar, karena Anda telah mendengar Jalan ini sebelumnya dalam perkataan Tuhan Yesus, bahkan mungkin paling kuat Anda dengar dalam sebuah panggilan ‘Ikutlah Aku.” Russell D. Moore, presiden, Ethics & Religious Liberty Commission
“Kita telah menjadi generasi pemimpin muda yang bergerak dengan penuh semangat untuk menyerahkan semua nilai mapan yang diterima luas demi merengkuh suatu impian besar yang lebih memenuhkan, lebih menyala-nyala dalam belas kasih, dan lebih sepenuh hati, yaitu Amanat Agung. Saya belum pernah merasa begitu tertantang oleh seorang penulis lebih daripada saya tertantang oleh David Platt. Bacalah Radical, Anda pasti terberkati dan diubahkan.” Gregg Matte, pendeta senior, First Baptist Church of Houston
Radical internation.pages:Master 5-3/16 x 8
1/17/12
10:09 AM
Page iii
MENGIKUT YESUS TAK PEDULI BERAPA PUN HARGANYA
RADICAL
DAV I D PL AT T
L iteratur P erkantas J awa T imur
Radical Mengikut Yesus Tak Peduli Berapa pun Harganya oleh David Platt Copyright Š 2010 by David Platt All rights reserved. This translation published by arrangement with Multnomah Books, an imprint of the Crown Publishing Group, a division of Penguin Random House LLC Published in association withYates &Yates, LLP, attorneys and counselors, Orange, www.yates2.com Alih Bahasa: Paksi Ekanto Putra Editor: Milhan K. Santoso Penata Letak: Milhan K. Santoso Desain Sampul:Vici Arif Wicaksono Hak cipta terjemahan Indonesia: Literatur Perkantas Jawa Timur Tenggilis Mejoyo KA-10, Surabaya 60292 Telp. (031) 8413047, 8435582; Faks. (031) 8418639 E-mail: literatur.jatim@gmail.com www.literaturperkantas.com Literatur Perkantas Jatim adalah sebuah divisi pelayanan literatur di bawah naungan Persekutuan Kristen Antar Universitas (Perkantas) Jawa Timur. Perkantas Jawa Timur adalah sebuah kegerakan yang melayani siswa, mahasiswa, dan alumni di sekolah dan universitas di Jawa Timur. Perkantas Jatim adalah bagian dari Perkantas Indonesia. Perkantas sendiri adalah anggota dari pergerakan International Fellowship of Evangelical Students (IFES). Untuk informasi lebih lanjut mengenai kegiatan yang ada secara lokal maupun regional di Jawa Timur dapat menghubungi melalui e-mail: pktas.jatim@gmail.com, atau mengunjungi Website Perkantas Jatim di www.perkantasjatim.org
ISBN: 978-602-1302-32-3 Cetakan Pertama: Agustus 2016
Hak cipta di tangan penerbit. Seluruh atau sebagian dari isi buku ini tidak boleh diperbanyak, disimpan dalam bentuk yang dapat dikutip, atau ditransmisi dalam bentuk apa pun seperti elektronik, mekanik, fotokopi, rekaman, dlsb. tanpa izin dari penerbit.
Untuk Heather, pengantin dan sobatku yang cantik
SERI DAVID PLATT
Radical Mengikut Yesus Tak Peduli Berapa pun Harganya
Follow Me (Ikutlah Aku) Panggilan Untuk Mati. Panggilan Untuk Hidup. Info lengkapnya kunjungi: www.literaturperkantas.com
DA F TA R ISI 1. Kita Layak Meninggalkan Segala Sesuatu Bagi-Nya........ 9 2. Terlalu Lapar akan Firman............................................. 31 3. Berawal dari Akhir Keakuan Diri................................... 51 4. Tujuan Besar Allah......................................................... 69 5. Komunitas yang Bermultiplikasi.................................... 93 6. Seberapa Besarkah Cukup Itu?....................................... 115 7. Tidak Ada Rencana B..................................................... 149 8. Hidup ketika Mati adalah Keuntungan.......................... 169 9. Eksperimen Radikal....................................................... 189 Ucapan Terima Kasih...................................................... 222 Catatan-Catatan............................................................. 223
B A B S AT U
KITA LAYAK MENINGGALKAN SEGALA SESUATU BAGI-NYA Apa arti meninggalkan segala sesuatu secara radikal bagi Yesus
“Pendeta megachurch termuda di sepanjang sejarah.” Meski saya ingin membantah klaim itu, namun itulah label yang diberikan kepada saya ketika menjadi gembala di sebuah gereja besar yang sedang bertumbuh di bagian tenggara Amerika Serikat, Gereja Brook Hills di Birmingham, Alabama. Sejak hari pertama berada di sana, saya sudah terlibat dalam berbagai strategi untuk membuat gereja itu semakin besar dan semakin bagus. Para penulis yang sangat saya hormati pasti membuat pernyataan seperti ini, “Putuskan seberapa besar yang Anda inginkan dari gereja Anda, dan raihlah itu, entah itu sebesar lima, sepuluh, atau dua puluh ribu jemaat.” Segera saja, nama saya ada di sekitar daftar teratas para pendeta yang memimpin gereja-geraja dengan per-
10
RADICAL
tumbuhan paling cepat di Amerika Serikat. Tapi, saya dapati bahwa diri saya menjadi semakin gelisah. Karena satu alasan, teladan saya dalam pelayanan adalah Seseorang yang menghabiskan sebagian besar waktu pelayanan-Nya dengan dua belas orang saja. Seseorang yang, ketika Ia meninggalkan bumi ini, hanya punya 120 orang yang benar-benar berkeliling ke semua tempat dan melakukan apa yang Ia perintahkan. Ini lebih mirip dengan sebuah minichurch. Yesus Kristus, pendeta minichurch termuda di sepanjang sejarah. Jadi, bagaimana saya bisa mendamaikan fakta bahwa saya sekarang menggembalakan ribuan orang dengan fakta bahwa teladan terbesar saya dalam pelayanan justru terkenal dengan reputasi menjauhkan diri dari ribuan orang? Kapan pun kerumunan menjadi begitu besar, Ia akan mengatakan sesuatu seperti ini, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu.�1 Ini jelas bukan taktik paling mujarab untuk mempercepat pertumbuhan gereja. Saya hampir bisa membayangkan wajah para murid. “Oh, tidak. Jangan khotbah tentang minum darah-Ku itu lagi! Kita tidak akan pernah ada dalam daftar pergerakan dengan pertumbuhan paling cepat kalau Kau terus meminta mereka untuk memakan-Mu.� Di akhir dari khotbah itu, banyak orang dalam kerumunan telah pergi, dan hanya dua belas orang yang tetap tinggal bersama-Nya.2 Yesus tampak tidak tertarik untuk memasarkan diri-Nya kepada publik. Ajakan-Nya kepada para calon pengikut jelas mengandung harga yang lebih mahal daripada yang dapat diterima oleh kerumunan orang banyak itu, dan Yesus sepertinya tidak mempermasalahkan hal itu. Sebaliknya, Ia berfokus pada sedikit orang yang percaya kepada-Nya saat Ia mengucapkan hal-hal yang radikal. Dan melalui ketaatan radikal mereka kepada Yesus, Ia mengubah arus sejarah dengan arah yang baru. Segera saja, saya sadar bahwa saya berlawanan arah dengan budaya gereja Amerika di mana kesuksesan didefinisikan dengan jumlah jemaat yang lebih banyak, anggaran yang lebih besar, dan gedung yang lebih megah. Kini, saya diperhadapkan pada realitas yang mengejutkan: Yesus
KITA LAYAK MENINGGALK AN SEGALA SESUATU BAGI-NYA
11
ternyata mencemooh segala sesuatu yang menurut budaya gereja saya adalah hal-hal yang paling penting. Jadi, apa yang harus saya lakukan? Pada saat itu, saya dapati diri saya sedang berhadapan dengan dua pertanyaan besar. Pertanyaan pertama sederhana saja. Apakah saya akan tetap percaya kepada Yesus? Apakah saya akan tetap menggenggam Yesus bahkan jika Ia mengatakan hal-hal radikal yang membuat banyak orang menjauh? Pertanyaan kedua lebih menantang. Apakah saya akan tetap taat kepada Yesus? Bahkan sampai sekarang, ketakutan terbesar saya adalah saya akan mendengar perkataan Yesus tapi saya berpaling dan menjauh, sambil merasa cukup puas dengan ketaatan yang bukan ketaatan radikal kepada-Nya. Dengan kata lain, ketakutan terbesar saya adalah saya akan melakukan sesuatu yang sama persis dengan apa yang dilakukan oleh orang-orang dari abad pertama ketika mereka berjumpa dengan Yesus. Inilah alasan mengapa saya menulis buku ini. Saya sedang dalam perjalanan. Tapi, saya yakin bahwa ini bukan perjalanan yang hanya diperuntukkan bagi para pendeta. Saya yakin bahwa kedua pertanyaan ini bersifat kritis bagi jemaat yang lebih luas. Saya yakin bahwa kita sebagai para pengikut Kristus telah merengkuh beragam nilai dan gagasan yang bukan hanya tidak alkitabiah, melainkan sama sekali bertentangan dengan Injil yang kita tegaskan bahwa itu adalah yang kita percayai. Dan saya yakin bahwa kita punya pilihan. Anda dan saya dapat memilih untuk melanjutkan cara kita seperti biasa dalam menjalani kehidupan Kristen dan dalam kehidupan bergereja secara keseluruhan, yaitu menikmati kesuksesan yang berdasarkan pada banyak standar yang didefinisikan oleh dunia di sekitar kita. Atau, kita bisa memandang Yesus yang diberitakan oleh Alkitab dengan jujur, dan berani bertanya apa konsekuensinya jika kita benar-benar percaya kepada Yesus itu serta sungguh-sungguh taat kepada-Nya. Saya mengundang Anda untuk bergabung dalam perjalanan ini bersama saya. Saya tidak menyatakan bahwa saya memiliki semua jawaban bagi setiap pertanyaan Anda. Sebaliknya, saya justru memiliki lebih banyak pertanyaan daripada jawaban. Tapi, jika Yesus benar-benar seperti yang
RADICAL
12
Ia sendiri katakan, dan jika semua janji-Nya begitu memenuhkan seperti yang dinyatakan oleh Alkitab, berarti kita akan menemukan bahwa kepuasan hidup kita serta kesuksesan gereja tidak diperoleh dari apa yang dianggap dunia sebagai yang paling penting, melainkan dalam meninggalkan segala sesuatu secara radikal bagi Yesus.
GENANGAN AIR MATA Bayangkan kegelapan yang melanda saat orang-orang menutup jendela dari sebuah ruangan dengan pencahayaan remang-remang. Dua puluh pemimpin dari berbagai gereja yang berbeda di wilayah itu duduk melingkar di atas lantai dengan masing-masing Alkitab terbuka. Beberapa di antaranya meneteskan keringat di dahi setelah berjalan bermil-mil untuk sampai di sana. Beberapa yang lain terlihat lusuh karena debu setelah bersepeda dari berbagai penjuru desa tempat asal mereka pagi itu. Mereka berkumpul secara sembunyi-sembunyi. Mereka dengan sengaja datang ke tempat ini pada waktu-waktu yang berbeda di sepanjang pagi itu supaya tidak menarik perhatian pada pertemuan yang diadakan hari itu. Mereka tinggal di sebuah negara di Asia di mana mengadakan pertemuan semacam ini adalah sesuatu yang melanggar hukum. Jika tertangkap, mereka bisa kehilangan tanahnya, pekerjaannya, keluarganya, bahkan nyawanya. Saya mendengarkan saat mereka mulai berbagi cerita tentang apa yang sedang dikerjakan Allah bagi masing-masing gereja mereka. Seorang lelaki duduk di sudut ruangan. Ia memiliki raut muka yang kokoh, dan ia melayani sebagai kepala keamanan, begitulah mereka menyebutnya. Kapan pun sebuah ketukan terdengar di pintu atau terjadi suara ribut di luar jendela, maka semua orang di ruangan itu akan diam membeku dalam ketegangan, dan saudara terkasih ini pergi keluar untuk memastikan bahwa keadaan baik-baik saja. Saat ia berbicara, penampilannya yang garang segera saja memperlihatkan hati yang lembut. “Beberapa orang dalam gereja saya telah ditangkap oleh kultus,� katanya. Kultus yang ia maksud ini terkenal karena banyak menculik orang Kristen, membawa mereka ke tempat-tempat yang terisolasi, lalu
KITA LAYAK MENINGGALK AN SEGALA SESUATU BAGI-NYA
13
menyiksa mereka. Saudara dan saudari seiman yang lidahnya dipotong bukanlah sesuatu yang tidak lazim terjadi. Saat ia menceritakan bahaya yang sedang dihadapi oleh jemaat di gerejanya, air mata mulai menggenangi matanya. “Saya terluka,” katanya, “dan saya butuh kasih karunia Allah untuk memimpin gereja saya melewati semua aniaya ini.” Seorang perempuan di seberang ruangan mendapat giliran bicara berikutnya. “Beberapa jemaat di gereja saya baru-baru ini ditangkap oleh petugas pemerintah.” Ia melanjutkan, “Para petugas itu mengancam keluarga mereka. Para petugas itu berkata bahwa jika jemaat saya tidak berhenti berkumpul untuk mempelajari Alkitab, maka mereka akan kehilangan segala sesuatu yang mereka miliki.” Ia meminta bantuan doa, katanya, “Saya perlu tahu bagaimana harus memimpin gereja saya untuk mengikut Kristus, bahkan jika itu membuat mereka harus kehilangan segalanya.” Saat saya memandang ke sekeliling ruangan, saya melihat bahwa semua orang sedang menangis. Setiap pergumulan yang diungkapkan oleh saudara dan saudari seiman ini adalah sesuatu yang mereka pahami bersama. Mereka saling menatap satu sama lain dan berkata, “Kita perlu berdoa.” Mereka kemudian berlutut, dan dengan wajah tertelungkup di atas lantai, mereka mulai berseru kepada Allah. Doa-doa mereka tidak ditandai dengan semarak bahasa teologis, tapi lebih dipenuhi oleh pujipujian serta permohonan yang menghancurkan hati. “Ya, Allah, terima kasih karena Engkau berbelas kasihan pada kami.” “Ya, Allah, kami memerlukan-Mu.” “Yesus, kami berikan hidup kami kepada-Mu dan bagi-Mu.” “Yesus, kami percaya pada-Mu.” Mereka memperdengarkan tangisnya di hadapan Allah, sementara satu demi satu pemimpin itu berdoa. Setelah sekitar satu jam, ruangan itu perlahan hening, dan mereka bangun dari lantai. Merasa begitu kecil setelah terlibat dalam apa yang baru saja terjadi, saya melihat genangan air mata melingkar di seluruh ruangan. Beberapa hari sejak saat itu, Allah memberkati saya dengan banyak
14
RADICAL
kesempatan untuk berkumpul dengan kaum percaya di banyak gereja rumah bawah tanah di Asia. Lelaki dan perempuan di sana mempertaruhkan segalanya untuk mengikut Kristus. Lelaki seperti Jian, seorang dokter berdarah Asia. Ia meninggalkan karier sukses di klinik kesehatan dan kini mempertaruhkan nyawanya dan nyawa istri serta kedua anaknya demi memberi layanan kesehatan di banyak desa miskin, sementara melatih sebuah jaringan pemimpin gereja rumah di sana. Perempuan seperti Lin, yang mengajar di sebuah kampus universitas di mana mengabarkan Injil adalah sesuatu yang melanggar hukum. Ia mengadakan pertemuan rahasia dengan para mahasiswa untuk mempelajari klaim-klaim Kristus, meskipun dengan melakukannya ia bisa kehilangan penghidupannya. Para remaja seperti Shan dan Ling. Mereka diutus oleh gereja rumah di desa mereka untuk menempuh studi dan persiapan intensif demi memberitakan Injil ke berbagai bagian Asia di mana tidak ada gereja. Ling berkata kepada saya, “Saya sudah berkata kepada keluarga saya bahwa saya sepertinya tidak akan pernah kembali pulang. Saya akan pergi ke tempat-tempat yang keras untuk mengabarkan Injil, dan ada kemungkinan bahwa saya akan kehilangan nyawa juga dalam melakukannya.� Shan menambahkan, “Tapi, keluarga kami mengerti. Ibu dan ayah kami pernah dipenjara karena iman mereka, dan mereka mengajar kami bahwa Yesus layak atas segala pengabdian kami bagi-Nya.�
SEBUAH PEMANDANGAN YANG BERBEDA Tiga minggu setelah perjalanan ketiga saya ke berbagai gereja rumah bawah tanah di Asia, saya mengawali Minggu pertama sebagai pendeta sebuah gereja di Amerika. Pemandangannya sungguh jauh berbeda. Ruangan dengan pencahayaan remang-remang kini berganti dengan auditorium dengan pencahayaan teatrikal. Ketimbang menempuh perjalanan bermil-mil dengan berjalan kaki atau sepeda untuk berkumpul dan beribadah, kami tiba di gereja dengan mobil seharga miliaran rupiah.
KITA LAYAK MENINGGALK AN SEGALA SESUATU BAGI-NYA
15
Berdandan dengan pakaian yang indah, kami duduk di atas kursi empuk. Jujur saja, tidak banyak risiko untuk datang ke sana. Banyak orang datang karena ini adalah rutinitas normal mingguan mereka. Beberapa orang datang hanya untuk melihat pendeta baru yang memimpin gereja mereka. Tapi, tak seorang pun yang perlu mempertaruhkan nyawanya untuk datang ke sana. Pada sore harinya, kerumunan orang banyak memenuhi lahan parkir gedung gereja kami yang bernilai ratusan miliar rupiah kami. Kaum ibu, para ayah, dan anak-anak mereka berlompatan penuh sukaria dalam permainan yang ada. Beragam rencana dibahas dalam memanfaatkan lahan terbuka untuk membangun lapangan dan fasilitasi rekreasi megah demi mendukung lebih banyak acara seperti ini. Tolong, jangan salah-pahami pemandangan ini. Acara ini penuh dengan umat Kristen yang menyenangkan, penuh makna, dan percaya kepada Alkitab. Orang-orang ini ingin menyambut saya dan saling memberkati dalam kehadiran satu sama lain. Mereka adalah orang-orang seperti Anda dan saya, yang merindukan jalinan dalam komunitas, yang ingin terlibat penuh dalam gereja, dan yang percaya bahwa Allah itu penting bagi hidup mereka. Hanya, sebagai seorang pendeta baru yang sedang membandingkan gambaran yang ada di sekeliling saya pada hari itu dengan gambaran yang masih segar di ingatan tentang saudara dan saudari seiman di belahan bumi lain, tak terhindarkan bagi saya untuk berpikir bahwa entah bagaimana kita telah kehilangan sesuatu yang radikal atas iman kita dan menggantikannya dengan sesuatu yang lebih nyaman. Kita puas dengan kekristenan yang berkutat dengan melayani diri sendiri, padahal pesan utama kekristenan sesungguhnya adalah tentang meninggalkan diri sendiri.
MEMBUJUK ORANG UNTUK TIDAK MENGIKUT KRISTUS Di akhir Lukas 9, kita mendapati sebuah kisah tentang tiga orang yang mendekati Yesus dan ingin mengikuti Dia. Namun, sungguh mengejutkan, bahwa Yesuslah yang sepertinya berusaha untuk membujuk mereka
16
RADICAL
supaya tidak mengikuti-Nya. Orang pertama berkata, “Aku akan mengikut Engkau, ke mana saja Engkau pergi.” Yesus menjawab kepadanya, “Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya.”3 Dengan kata lain, Yesus memberitahu orang itu bahwa ia perlu mengantisipasi ketiadaan rumah dalam perjalanan mengikuti-Nya. Para pengikut Kristus tidak dijamin bahwa mereka bahkan akan dipenuhi kebutuhan pokok atau tempat perlindungannya. Orang kedua berkata kepada Yesus bahwa bapanya baru saja mati. Orang itu ingin kembali ke rumah terlebih dulu, menguburkan bapanya, lalu mengikut Yesus. Yesus menjawab, “Biarlah orang mati menguburkan orang mati; tetapi engkau, pergilah dan beritakanlah Kerajaan Allah di mana-mana.”4 Saya ingat momen ketika ayah saya meninggal dunia karena serangan jantung mendadak. Di tengah beban berat dari masa-masa yang mengikutinya dan keinginan terdalam dari hati saya untuk menghormati ayah dalam pemakamannya, saya tidak bisa bayangkan mendengar Yesus berkata: “Jangan pergi ke pemakaman ayahmu. Ada banyak hal lain yang lebih penting untuk dilakukan.” Orang ketiga mendekati Yesus dan berkata kepada-Nya bahwa ia ingin mengikuti-Nya. Tapi, sebelum ia melakukannya, ia ingin mengucapkan salam perpisahan terlebih dahulu dengan keluarganya. Yesus tidak mengizinkannya. Ia berkata kepada orang itu, “Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah.”5 Singkatnya, sebuah hubungan dengan Yesus mensyaratkan pengabdian yang total, superior, dan eksklusif terhadap bentuk hubungan lain. Tidak memiliki rumah. Membiarkan orang lain menguburkan bapa Anda. Bahkan tidak sempat mengucapkan salam perpisahan dengan keluarga. Apakah Anda masih terkejut bahwa dari semua yang kita lihat dari
KITA LAYAK MENINGGALK AN SEGALA SESUATU BAGI-NYA
17
Lukas 9, Yesus ternyata berhasil membujuk ketiga orang ini untuk tidak mengikuti-Nya? Pertama kalinya saya mendengar teks ini dikhotbahkan adalah dari mulut Dr. Jim Shaddix. Beliau adalah profesor pembimbing saya, dan saya pindah ke New Orleans secara khusus untuk belajar di bawah bimbingannya. Setelah tiba di sana, Dr. Shaddix mengundang saya untuk bepergian bersamanya ke sebuah acara di mana ia menjadi pembicara. Saya duduk di baris depan dari ratusan orang, dan saya mendengarkannya mengawali khotbah. “Malam ini tujuan saya adalah untuk membujuk Anda untuk tidak mengikuti Kristus.” Alis mata saya terangkat karena terkejut dan bingung. Apa yang ada di pikirannya? Apa pula yang ada di pikiran saya? Saya baru saja pindah ke New Orleans untuk belajar di bawah bimbingan seorang lelaki yang membujuk orang supaya tidak mengikut Yesus. Dr. Shaddix mengkhotbahkan tepat sebagaimana yang digambarkan oleh Lukas 9. Ia memberi peringatan kepada orang-orang yang ingin menjadi murid Yesus tentang harga dari mengikut Yesus. Di akhir khotbah, ia mengundang orang-orang yang ingin mengikut Kristus untuk maju ke depan. Betapa terkejut saya melihat banyak orang yang berdiri dari kursinya dan maju ke depan. Saya duduk di sana dan tercengang, lalu mulai berpikir, Jadi, ini hanya sebuah taktik berkhotbah, semacam teknik suci psikologi terbalik. Dan teknik ini berhasil. Beritahu mereka bahwa kau ingin membujuk mereka supaya tidak mengikuti Yesus, dan mereka justru akan menanggapi dengan berbondong-bondong mengikuti Yesus. Saya putuskan untuk mencoba teknik ini. Seminggu setelah itu, saya berkhotbah di depan sekumpulan anak muda. Mengutip sekelumit dari Dr. Shaddix, saya berdiri dengan bangga di depan para mahasiswa yang berkumpul malam itu dan berkata, “Tujuan saya malam ini adalah membujuk Anda supaya tidak mengikut Yesus.” Saya bisa melihat para panitia acara mengangkat alis mata dan bingung, tapi saya tahu apa yang saya lakukan. Lagipula, saya sudah belajar di seminari selama beberapa minggu dan saya sudah melihat hasil dari
18
RADICAL
taktik ini. Jadi, saya mengkhotbahkan pesan itu dan kemudian mengundang para mahasiswa yang ingin mengikut Kristus untuk maju ke depan. Saya sepertinya lebih berhasil mengkhotbahkan pesan itu daripada Dr. Shaddix. Katakan saja saya berdiri di depan panggung sendirian selama beberapa waktu sampai akhirnya ketua panitia memutuskan bahwa acara malam itu sudah selesai. Karena alasan tertentu, saya tidak pernah diundang lagi untuk berbicara di sana. Berkebalikan dengan apa yang saya pikirkan tentang Lukas 9, Yesus tidak menggunakan tipu muslihat untuk memperoleh lebih banyak pengikut. Ia hanya membuatnya sangat jelas sejak dari awal bahwa jika Anda mengikuti Dia, berarti Anda meninggalkan segala sesuatu yang lain. Kebutuhan Anda, keinginan Anda, bahkan keluarga Anda.
MENINGGALKAN SEGALA SESUATU SECARA RADIKAL Rangkaian peristiwa yang terjadi di Lukas 9 juga bukan kejadian yang terpisah dalam kehidupan Yesus di bumi. Pada kesempatan lain, ketika dikelilingi oleh kerumunan orang banyak yang ingin mengikuti-Nya, Yesus berpaling kepada mereka dan berkata, “Jikalau seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku.”6 Bayangkan Anda mendengar perkataan itu diucapkan oleh seorang guru Yahudi yang tidak jelas asalnya pada abad pertama. Ia pasti sudah kita tinggalkan sejak mengucapkan salam halo pertamanya. Tapi, Ia lalu melanjutkan: “Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak dapat menjadi murid-Ku.”7 Ini sesuatu yang berbeda. Ambillah sebuah alat penyiksa dan ikuti Aku. Ini sesuatu yang sangat aneh... dan agak menyeramkan. Seakan-akan hal ini belum cukup, Yesus mengakhiri permintaan-Nya yang sensitif bagi telinga pendengar dengan kesimpulan yang menghunjam hati. “Demikian pulalah tiap-tiap orang di antara kamu, yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, tidak dapat menjadi mu-
KITA LAYAK MENINGGALK AN SEGALA SESUATU BAGI-NYA
19
rid-Ku.”8 Serahkan segala sesuatu yang kau miliki, pikullah salib, dan bencilah keluargamu. Ini jelas pernyataan yang sangat berbeda dengan “Terimalah Yesus, percayalah kepada-Nya, akuilah dosamu, dan tirukan doa ini.” Tapi, ini tidak berhenti sampai di sini. Renungkan Markus 10, di mana seorang calon pengikut potensial tercatat di dalam Alkitab. Orang ini adalah seorang yang muda, kaya, cerdas, dan berpengaruh. Bisa dikatakan orang ini adalah prospek yang cerah. Tidak hanya itu, orang ini pun ingin dan siap untuk mengikut Yesus. Ia berlari menghampiri Yesus, berlutut pada kedua kaki, dan berkata, “Guru yang baik, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?”9 Jika kita ada dalam posisi Yesus, kita mungkin akan berpikir bahwa ini adalah kesempatan bagus. Sekadar berkata “Ucapkan doa ini, tanda tangani kartu keanggotaan ini, tundukkan kepala, dan tirukan doa saya,” dan orang ini pun bergabung. Pikirkan pula apa yang bisa dilakukan oleh orang ini dengan segala pengaruh dan prestise yang dimilikinya. Kita bisa langsung merekomendasikan posisi untuknya. Ia bisa mulai berbagi kesaksian, menandatangani banyak buku, dan menggalang dana untuk tujuan baik. Tak perlu pikir panjang, kita harus mendapatkan orang seperti ini. Sayangnya, Yesus tidak punya buku-buku petunjuk penginjilan pribadi seperti yang ada pada kita hari-hari ini, yang menjelaskan bagaimana caranya mengambil keuntungan dan menutup penjualan. Sebaliknya, Yesus mengucapkan satu hal kepadanya: “Pergilah, juallah apa yang kaumiliki dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku.”10 Apa yang ada di pikiran-Nya? Yesus telah melakukan kesalahan klasik yang membuat tangkapan besar lolos dari tangan. Ia mengungkapkan harga yang terlalu mahal untuk dibayar. Padahal, tindakan untuk meninggalkan segala sesuatu yang diminta Yesus dari orang muda yang kaya ini berada di inti ajakan Yesus di seluruh bagian Injil. Bahkan, ajakan-Nya yang sederhana kepada para
RADICAL
20
murid dalam Matius 4, “Ikutlah Aku,� mengandung implikasi radikal bagi kehidupan mereka. Yesus memanggil mereka untuk meninggalkan segala kenyamanan, yaitu segala sesuatu yang akrab (familiar) dan alami (natural) bagi mereka. Ia memanggil mereka untuk meninggalkan karier. Mereka mengarahkan ulang seluruh pekerjaan seumur hidupnya di sekeliling pemuridan Yesus. Rencana dan impian mereka kini tertelan di dalam-Nya. Yesus memanggil mereka untuk meninggalkan seluruh harta miliknya. “Tanggalkan jalamu dan daganganmu sebagai seorang nelayan sukses,� demikian Ia berkata. Yesus memanggil mereka untuk meninggalkan keluarga dan kawan. Ketika Yakobus dan Yohanes meninggalkan ayah mereka, kita melihat betapa perkataan Yesus dalam Lukas 14 menjadi hidup. Pada akhirnya, Yesus memanggil mereka untuk meninggalkan diri mereka sendiri. Mereka meninggalkan kepastian demi ketidakpastian, meninggalkan rasa aman demi ketidaknyamanan, meninggalkan pengakuan diri demi penyangkalan diri. Dalam sebuah dunia yang menghargai azas mempromosikan diri sendiri, mereka mengikuti Seorang Guru yang memerintahkan untuk menyalibkan diri sendiri. Dan sejarah pun mencatat hasilnya bagi kita. Hampir mereka semua kehilangan nyawa karena telah menanggapi ajakan ini.
BAGAIMANA DENGAN KITA? Mari kita tempatkan diri dalam posisi para pengikut di abad pertama yang rindu untuk mengikut Yesus. Bagaimana jika saya adalah seorang calon murid yang diminta untuk menanggalkan jala saya? Bagaimana jika Anda adalah seorang lelaki yang dilarang Yesus untuk mengucapkan salam perpisahan kepada keluarganya? Bagaimana jika kita diminta untuk membenci keluarga dan menyerahkan segala sesuatu yang kita miliki demi mengikut Yesus? Di sinilah kita berhadapan muka dengan muka dengan realitas yang berbahaya. Kita memang harus menyerahkan segala sesuatu yang kita miliki untuk mengikut Yesus. Kita memang harus mengasihi Yesus dengan
KITA LAYAK MENINGGALK AN SEGALA SESUATU BAGI-NYA
21
cara yang membuat segala bentuk hubungan kita yang paling dekat di dunia ini terlihat remeh. Sangat mungkin pula bahwa Ia akan meminta kita untuk menjual segala sesuatu yang kita miliki dan memberikannya kepada orang miskin. Tapi, kita tidak ingin memercayainya. Kita takut pada arti dari pernyataan ini terhadap hidup kita. Jadi, yang kita lakukan adalah merasionalisasi ayat-ayat ini. “Yesus tidak benar-benar bermaksud untuk melarang kita menguburkan ayah kita. Yesus tidak sungguh-sungguh melarang kita untuk mengucapkan salam perpisahan dengan keluarga kita. Yesus tidak secara harfiah meminta kita untuk menjual segala sesuatu yang kita miliki dan memberikannya kepada orang miskin. Yang Yesus maksudkan sebenarnya adalah....� Tepat di titik inilah kita perlu berhenti. Karena kita mulai mendefinisikan ulang kekristenan. Kita menyerah pada godaan yang berbahaya untuk mengambil Yesus yang diberitakan Alkitab dan memelintir-Nya menjadi versi Yesus yang lebih nyaman bagi kita. Yaitu, versi Yesus yang enak dan menyenangkan. Yesus yang tidak keberatan dengan materialisme. Yesus yang tidak pernah meminta kita untuk membagikan segala sesuatu yang kita miliki. Yesus yang tidak meminta kita untuk meninggalkan beragam bentuk hubungan terdekat kita sehingga Ia menjadi satu-satunya tujuan bagi seluruh kasih kita. Yesus yang merasa tidak masalah dengan pengabdian kita yang seadanya, yaitu pengabdian yang tidak mengganggu rasa nyaman kita, karena Ia mengasihi kita sebagaimana adanya kita. Yesus yang ingin kita menjaga keseimbangan dalam hidup, yang ingin kita terhindar dari berbagai bahaya sikap ekstrem, dan yang karena itu, adalah Yesus yang ingin kita terhindar dari bahaya dalam bentuk apa pun. Yesus yang membuat kita merasa nyaman dan makmur seiring kita menjalani kehidupan Kristen di tengah-tengah keinginan duniawi kita. Tapi, apakah Anda dan saya sadar apa yang sedang kita lakukan pada titik ini? Kita sedang membentuk Yesus dalam gambar kita sendiri. Ini adalah Yesus yang seiring waktu semakin mirip dengan kita, karena gambar inilah yang paling membuat kita merasa nyaman. Tapi, bahayanya
22
RADICAL
adalah bahwa ketika kita berkumpul di dalam gereja untuk memuji dan mengangkat tangan dalam penyembahan, kita tidak benar-benar beribadah kepada Yesus yang diberitakan Alkitab. Sebaliknya, kita bisa jadi sedang menyembah diri kita sendiri.
HARGA DARI KETIADAAN PEMURIDAN Dietrich Bonhoeffer adalah seorang teolog berkebangsaan Jerman. Ia bergulat untuk mengikut Kristus di tengah masa pemerintahan Nazi. Ia menggoreskan salah satu karya kekristenan terbesar pada abad ke-20. Di dalam buku ini, ia menulis bahwa panggilan pertama dari setiap pengalaman Kristen adalah “panggilan untuk menanggalkan segala kelekatan dunia ini.� Tema buku ini dapat diringkas dalam satu kalimat kuat: “Ketika Kristus memanggil seseorang, Ia memanggil orang itu untuk datang dan mati.�11 Bonhoeffer tepat dengan memberi judul bagi buku ini, The Cost of Discipleship. Berdasar pada apa yang kita dengar dari Yesus di dalam Injil, kita pasti setuju bahwa harga dari menjadi seorang murid sungguh mahal. Tapi, saya penasaran jangan-jangan harga dari tidak menjadi seorang murid justru lebih mahal. Harganya jelas lebih mahal bagi orang-orang yang tidak mengenal Kristus dan hidup di sebuah dunia di mana umat Kristennya mundur dari iman yang menyangkal diri serta puas dengan iman yang memanjakan diri sendiri. Sementara umat Kristen memilih untuk menghabiskan hidupnya dalam memenuhi segala keinginan duniawi ketimbang memberikan hidupnya demi mengabarkan kerajaan Allah, maka miliaran orang di dunia yang membutuhkan Injil akan tetap berada di sudut kegelapan. Beberapa bulan sebelum saya menjadi seorang pendeta, saya berdiri di puncak sebuah gunung yang terletak di jantung wilayah Hyderabad, India. Titik tertinggi di kota ini memiliki sebuah kuil yang didirikan bagi dewa-dewa Hindu. Saya bisa mencium aroma dupa yang dipersembahkan bagi dewa-dewa ukiran kayu di belakang saya. Saya melihat massa yang berkerumun sesak di depan saya. Di setiap arah saya memalingkan
KITA LAYAK MENINGGALK AN SEGALA SESUATU BAGI-NYA
23
muka, saya melihat pusat kota yang penuh dengan jutaan demi jutaan manusia. Lalu, sebuah kesadaran menumbuk saya. Bagian terbesar dari orangorang ini belum pernah mendengar berita Injil. Mereka mempersembahkan beragam korban religius di waktu pagi dan di waktu petang, karena tak ada seorang pun yang memberitahu mereka bahwa, di dalam Kristus, pengorbanan final telah dipersembahkan bagi mereka. Sebagai hasilnya, mereka hidup tanpa Kristus, dan jika tidak ada yang berubah, maka mereka pun akan mati tanpa Kristus. Saat saya berdiri di atas gunung itu, Allah menggenggam hati saya dan memenuhi pikiran saya dengan satu kata yang terus-menerus terngiang: “Bangunlah.� Bangunlah dan sadari bahwa ada begitu banyak hal yang jauh lebih penting dalam hidupmu daripada sekadar dunia olahraga dan mengumpulkan uang. Bangunlah dan sadari bahwa ada pertempuran sungguhan yang harus dimenangkan, pertempuran yang sangat berbeda daripada “pertempuran� pulasan dan tanpa makna yang kau geluti tiap hari. Bangunlah dan sadari betapa banyak tak terhitung jiwa manusia yang takdirnya saat ini sedang menuju sebuah kekekalan tanpa Kristus. Harga bagi kita yang tidak bersedia menjadi murid sungguh mahal bagi mereka yang hidup tanpa Kristus. Harganya juga mahal bagi orangorang yang miskin menurut dunia ini. Renungkan harga yang harus dibayar ketika umat Kristen mengabaikan perintah Yesus untuk menjual harta milik mereka dan memberikannya kepada orang miskin. Sebaliknya, mereka memilih untuk menghabiskan sumber dayanya pada kenyamanan yang lebih baik, rumah yang lebih besar, mobil yang lebih mewah, dan banyak hal lainnya. Renungkan harga yang harus dibayar ketika orang-orang Kristen ini berkumpul di gereja dan memilih untuk menghabiskan puluhan miliar untuk membangun gedung gereja yang lebih megah, kursi yang lebih empuk, dan banyak program lain yang tiada habisnya untuk mereka nikmati sendiri. Renungkan harga yang harus dibayar oleh jutaan orang kelaparan yang duduk di luar pintu gerbang kemakmuran umat Kristen kontemporer.
24
RADICAL
Saya ingat ketika sedang mempersiapkan perjalanan pertama saya ke Sudan pada tahun 2004. Negeri itu sedang berkecamuk perang, dan wilayah Darfur di bagian barat Sudan mulai mengisi daftar headline berita. Dua bulan sebelum kami pergi ke sana, saya menerima sebuah publikasi berita Kristen lewat surat. Di halaman depan tertulis dua headline dalam posisi saling bersebelahan. Saya tidak yakin apakah editor berita ini telah merencanakan dua berita utama ini untuk saling bersebelahan atau ia hanya melakukan kelalaian yang sangat besar. Di sebelah kiri tertulis headline sebagai berikut, “Gereja First Baptist Menahbiskan Gedung Baru Senilai 300 Miliar Rupiah.” Sebuah artikel panjang mengikuti berita itu. Isinya tentang perayaan dari rumah ibadah baru yang mahal dari gereja itu. Marmer yang elok, desain yang rumit, dan mozaik stained glass yang indah, semua digambarkan dengan detail yang menawan. Di sebelah kanan terdapat sebuah artikel yang lebih singkat. Judul beritanya adalah, “Bantuan Gereja Baptist Menolong Para Pengungsi Sudan.” Karena saya akan pergi ke Sudan, maka perhatian saya tertarik untuk membaca berita itu. Artikel itu menulis bahwa 350.000 pengungsi di bagian barat Sudan sedang sekarat karena kurang gizi dan mungkin tidak akan sanggup hidup melewati akhir tahun. Artikel itu dengan singkat menjelaskan kondisi buruk dan penderitaan mereka. Kalimat terakhir mengatakan bahwa Gereja Baptist telah mengirimkan bantuan dana untuk membantu meredakan penderitaan di Sudan. Saya terkesima sampai saya membaca jumlah yang diberikan. Sekarang, Anda tentu masih ingat berita apa yang tertulis di sebelah kiri: “Gereja First Baptist Menahbiskan Gedung Baru Senilai 300 Miliar Rupiah.” Lalu, di sebelah kanan artikel tertulis demikian, “Gereja Baptist telah menggalang dana sejumlah 65 juta rupiah untuk dikirimkan kepada para pengungsi di bagian barat Sudan.” Enam puluh lima juta Jumlah itu tidak cukup untuk menyewa pesawat menuju ke Sudan, apalagi membeli setetes air bagi masing-masing orang yang membutuhkannya di sana.
KITA LAYAK MENINGGALK AN SEGALA SESUATU BAGI-NYA
25
Tiga ratus miliar untuk sebuah gedung yang megah, dan enam puluh lima juta bagi ratusan ribu lelaki, perempuan, serta anak-anak yang kelaparan, di mana sebagian besar di antaranya sekarat karena imannya kepada Kristus. Di titik mana pertama kali kita melakukan kesalahan ini? Bagaimana kita bisa sampai di sebuah tempat di mana hal ini dapat ditoleransi? Ternyata, harga dari tidak bersedia menjadi murid sangat mahal. Harga dari umat percaya yang tidak serius menanggapi Yesus jauh lebih luas bagi mereka yang tidak mengenal Kristus dan menghancurkan mereka yang sedang kelaparan serta mengalami sengsara di seluruh dunia. Tapi, harga dari tidak bersedia menjadi murid ini tidak hanya dibayar oleh mereka. Harga ini pun kita yang turut menanggungnya.
SEBUAH PANGGILAN UNTUK MENGUMPULKAN HARTA Apakah Anda menangkap pesan dari apa yang dikatakan Yesus kepada orang muda yang kaya untuk meninggalkan hartanya dan memberikannya kepada orang miskin? Dengarkan lagi, khususnya pada bagian kedua dari ajakan Yesus: “Pergilah, juallah apa yang kaumiliki dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga.”12 Jika kita tidak cermat, kita dapat menyalahpahami pernyataan radikal Yesus dalam Injil ini dan mulai berpikir bahwa Yesus tidak menginginkan yang terbaik bagi kita. Padahal, Yesus menghendaki yang terbaik bagi kita. Yesus tidak berusaha melepaskan orang ini dari segala kesenangannya. Sebaliknya, Yesus menawarkan kepadanya kepuasan dari harta yang kekal di sorga. Yesus sedang berkata, “Adalah lebih baik, bukan hanya bagi orang miskin, tapi juga bagi kamu, jika kamu meninggalkan harta milik yang kepadanya kamu melekat selama ini.” Kita melihat hal yang sama terjadi juga di Matius 13. Di sini, Yesus berkata kepada para murid, “Hal Kerajaan Sorga itu seumpama harta yang terpendam di ladang, yang ditemukan orang, lalu dipendamkannya lagi. Oleh sebab sukacitanya pergilah ia menjual seluruh miliknya lalu
26
RADICAL
membeli ladang itu.”13 Saya senang dengan perumpamaan ini. Bayangkan Anda sedang berjalan-jalan di sebuah ladang dan tersandung pada sebuah harta terpendam yang lebih berharga daripada apa pun yang dapat Anda usahakan atau temukan seumur hidup Anda. Harta itu lebih berharga daripada segala sesuatu yang Anda miliki saat ini atau segala sesuatu yang akan Anda miliki di masa depan. Anda melihat sekeliling dan memeriksa bahwa tak seorang pun menyadari ada harta terpendam di tempat itu. Maka, Anda dengan cepat memendamnya dan berjalan pergi, berpura-pura tidak terjadi apa-apa. Anda lalu pergi ke kota dan menjual semua harta yang Anda miliki supaya memiliki cukup uang untuk membeli ladang itu. Dunia berpikir bahwa Anda sudah gila. “Apa yang kau pikirkan?” demikian kawan dan keluarga Anda berkata. Anda berkata kepada mereka, “Aku ingin membeli ladang yang ada di situ.” Mereka menatap Anda tak percaya. “Itu investasi yang bodoh,” kata mereka. “Mengapa kau melepaskan segala sesuatu yang kau miliki?” Anda menanggapi, “Firasatku berkata ini layak dilakukan,” dan Anda tersenyum-senyum sendiri sambil berjalan pergi. Anda tersenyum karena Anda tahu sesuatu. Anda tahu bahwa pada akhirnya Anda tidak benar-benar melepaskan segala sesuatu dengan percuma. Sebaliknya, Anda memperoleh sesuatu. Ya, Anda melepaskan segala sesuatu yang Anda miliki, tapi Anda juga memperoleh lebih daripada yang dapat Anda miliki dengan cara apa pun. Jadi, dengan penuh sukacita, dengan sukacita!, Anda menjual segala sesuatu yang Anda miliki, dan Anda meninggalkan semua itu. Mengapa? Karena Anda telah menemukan sesuatu yang baginya Anda layak kehilangan segala sesuatu yang lain. Ini adalah gambaran tentang Yesus di dalam Injil. Ia adalah sesuatu, Seseorang, yang bagi-Nya kita layak meninggalkan segala sesuatu. Jadi, jika kita berjalan menjauh dari Yesus yang dikabarkan oleh Alkitab, berarti kita menjauh dari harta yang kekal. Harga dari tidak bersedia menjadi
KITA LAYAK MENINGGALK AN SEGALA SESUATU BAGI-NYA
27
murid sungguh lebih mahal bagi kita daripada harga dari kesediaan menjadi murid. Karena ketika kita meninggalkan semua perhiasan remehtemeh dunia ini dan menanggapi undangan radikal Yesus, maka kita akan menemukan harta yang tak ternilai dari pengenalan serta pengalaman akan Dia.
APAKAH YESUS LAYAK UNTUK SEMUA ITU? Hal ini membawa kita pada pertanyaan krusial bagi setiap orang yang mengakui Yesus atau ingin mengikuti Yesus: Apakah kita benar-benar percaya bahwa kita layak untuk meninggalkan segala sesuatu bagi-Nya? Apakah Anda dan saya benar-benar percaya bahwa Yesus begitu baik, begitu memuaskan, dan begitu memenuhkan sehingga kita meninggalkan segala sesuatu yang kita miliki dan segala sesuatu yang kita punyai dan segala sesuatu yang menjadi arti diri kita demi menemukan kepenuhan di dalam-Nya? Apakah Anda dan saya cukup percaya kepada-Nya sehingga kita menaati dan mengikuti-Nya ke mana pun Ia memimpin kita, bahkan ketika orang banyak dalam budaya kita maupun mungkin gereja kita, berpaling ke arah yang berlawanan? Dalam buku ini, saya ingin menunjukkan kepada Anda, dengan niat baik, bahwa kita sesungguhnya telah berpaling menjauh dari Yesus. Dalam banyak bidang, kita dengan membabibuta dan tanpa hikmat telah merengkuh berbagai nilai serta gagasan yang lazim bagi budaya kita, padahal sebenarnya sama sekali bertentangan dengan Injil yang Yesus ajarkan. Di sini, kita berdiri di sebuah dunia yang didominasi oleh pementingan diri sendiri, keyakinan diri sendiri, dan kemampuan diri sendiri. Kita berdiri di tengah budaya yang semakin dicirikan oleh individualisme, materialisme, dan universalisme. Namun, saya ingin menunjukkan kepada Anda betapa kita perlu untuk menyimak kembali perkataan Yesus, mendengarkan-Nya, memercayai-Nya, dan menaati-Nya. Kita perlu kembali pada urgensi dari Injil yang alkitabiah. Karena, harga dari tidak melakukannya sangatlah mahal bagi hidup kita, keluarga kita, gereja kita, dan dunia di sekitar kita. Seperti yang sudah saya katakan sebelumnya, saya lebih banyak me-
28
RADICAL
miliki pertanyaan daripada jawaban. Setiap hari pula saya melihat semakin banyak putus-hubungan antara Kristus yang diberitakan oleh Kitab Suci dengan kekristenan yang menjadi ciri kehidupan saya dan kehidupan gereja yang dipercayakan Allah untuk saya gembalakan. Perjalanan saya masih jauh. Perjalanan kita masih jauh. Tapi, saya ingin mengenal-Nya. Saya ingin mengalami-Nya. Saya ingin menjadi bagian dari orang-orang yang bersukacita di dalam Dia seperti saudara dan saudari seiman di gereja bawah tanah di Asia yang tidak memiliki apa pun selain Dia. Dan saya ingin menjadi bagian dari orang-orang yang mempertaruhkan segala sesuatu demi Dia. Demi lebih dari satu miliar orang saat ini yang belum pernah mendengar berita Injil, saya ingin mempertaruhkan segalanya. Demi lebih dari dua puluh enam ribu anak yang akan mati pada hari ini karena kelaparan atau penyakit yang sebenarnya dapat dicegah, saya ingin mempertaruhkan segalanya. Demi gereja yang semakin tersisih dan tidak efektif di berbagai belahan dunia, saya ingin mempertaruhkan segalanya. Demi hidup saya sendiri, keluarga saya, dan orang-orang di sekitar saya, saya ingin mempertaruhkan segalanya. Dan saya tidak sendirian. Dalam ikatan keluarga iman di mana saya merasa terhormat untuk berada di dalamnya, turut bergabung dengan saya para dokter kaya yang menjual rumah-rumah mereka dan memberikannya kepada orang miskin atau pindah ke bangsa lain untuk melayani; para pemimpin bisnis sukses yang memobilisasi perusahaannya untuk menolong orang-orang yang terluka; para pasangan muda yang pindah rumah ke berbagai area miskin dan berbahaya di kota kami demi mengabarkan Injil; dan para lanjut usia, para ibu yang tinggal di rumah, para mahasiswa, dan para remaja yang mengarahkan ulang hidup mereka di sekitar tema besar meninggalkan segala sesuatu secara radikal bagi Yesus. Saya akan memperkenalkan mereka kepada Anda di sepanjang buku ini. Tidak ada apa pun yang istimewa tentang diri kami. Tapi, kami adalah bukti bahwa orang awam yang secara alami terhisap pada zona nyaman ternyata dapat diubahkan menjadi seorang beriman secara radikal dalam Juruselamat yang radikal. Mengapa tidak bergabung dengan kami?
KITA LAYAK MENINGGALK AN SEGALA SESUATU BAGI-NYA
29
Jika Anda memang serius untuk menempuh perjalanan ini, saya percaya ada dua prasyarat yang akan muncul. Hal ini mengingatkan kita untuk kembali pada dua pertanyaan besar yang saya ajukan pertama kali kepada diri sendiri ketika saya sadar bahwa saya adalah seorang pemimpin megachurch yang berusaha mengikuti seorang pemimpin minichurch. Pertama, sejak awal Anda perlu berkomitmen untuk percaya pada apa pun yang Yesus katakan. Sebagai seorang Kristen, adalah sebuah kesalahan yang sangat besar untuk datang kepada Yesus dan berkata, “Biarlah kudengar dulu perkataan-Mu, lalu aku akan putuskan apakah aku menyukainya atau tidak.” Jika Anda mendekati Yesus dengan cara ini, Anda tidak akan pernah mendengar apa yang sungguh-sungguh Ia katakan. Anda harus berkata ya pada setiap perkataan Yesus bahkan sebelum Anda mendengarnya. Lalu, kedua, Anda perlu berkomitmen untuk menaati apa yang telah Anda dengar. Injil tidak sekadar mendorong Anda untuk melakukan refleksi; Injil mendesak Anda untuk menanggapi. Dalam proses mendengarkan Yesus, Anda didorong untuk melihat dengan jujur kehidupan Anda, keluarga Anda, dan gereja Anda, kemudian tidak hanya bertanya, “Apa yang Ia katakan?” tapi juga bertanya, “Apa yang harus saya lakukan?” Dalam halaman demi halaman berikutnya, bersama-sama kita akan menjelajahi Injil yang alkitabiah di tengah-tengah asumsi budaya kita. Kita melakukannya dengan tujuan merengkuh Yesus sebagaimana adanya Dia, bukan sebagaimana adanya Dia menurut gambaran yang kita ciptakan. Kita akan melihat kebenaran inti dari Injil yang berpusat pada Allah dan betapa kita telah memanipulasinya menjadi pesan Injil yang berpusat pada manusia (sekaligus dengan hasil yang sangat tidak memuaskan). Kita akan melihat tujuan hidup kita yang melampaui batas negara dan budaya. Kita akan melihat kebutuhan besar kita akan hadiratNya demi menggenapkan tujuan itu di dalam kita. Kita akan mendapati bahwa makna diri kita ternyata ditemukan dalam komunitas dan makna hidup kita ditemukan dalam memberi diri bagi orang lain di dalam gereja, di antara jiwa-jiwa yang terhilang, serta di antara orang-orang miskin.
30
RADICAL
Kita akan mengevaluasi di mana rasa aman sejati dapat diperoleh di dunia ini. Pada akhirnya, kita akan bertekad untuk tidak menyia-nyiakan hidup bagi apa pun selain keputusan tanpa kompromi dan tanpa syarat untuk meninggalkan sesuatu demi Juruselamat yang penuh kasih serta karunia, yaitu Juruselamat yang mengundang kita untuk mengambil risiko radikal dan menjanjikan bagi kita upah yang radikal.
I Am N
(Aku adalah N) Kisah-Kisah Inspiratif dari Orang-Orang Kristen yang Berhadapan dengan Ekstremis Islam The Voice of the Martyrs APAKAH ANDA TELAH MENYADARI HARGA DARI MENGIKUT YESUS? Abdulmasi membunuh ratusan orang Kristen di Nigeria Utara tanpa penyesalan— hingga suatu hari ia memilih hidup baru dalam iman dan mengorbankan segalanya bagi Allah yang penuh kasih.
di dunia yang penuh kegelapan?
Bagaimana kita bisa digairahkan dalam Kristus dan belajar tentang kekayaan iman dari saudara-saudara kita yang penuh iman di seluruh dunia ini? Bagaimana kita dapat berdoa bagi mereka? Dan bagaimana kisahkisah ini terus mengajarkan pada kita tentang Allah yang terang-Nya selalu bersinar
I Am N mengingatkan kita bahwa setiap kita adalah "n" atau —نhuruf Arab ini digunakan oleh para Muslim radikal di Irak untuk mengidentifikasi para pengikut Yesus dari Nazaret . Di mana pun kita hidup, kita memiliki hubungan sepenanggungan yang erat dengan mereka yang dianiaya. Jadi mari bertemu keluarga me-reka. Bacalah kisah hidup mereka. Kiranya iman Anda semakin dalam dan kokoh kepada Tuhan yang memberi kita keberanian untuk bersinar di dunia yang gelap dan terluka ini. Info lengkapnya kunjungi: www.literaturperkantas.com Literatur Perkantas Jawa Timur Jl. Tenggilis Mejoyo KA-10, Surabaya 60292 Tlp. (031) 8435582, 8413047; Faks.(031) 8418639 E-mail: literatur.jatim@gmail.com, www.perkantasjatim.org
Great Commission, Great Compassion (Amanat Agung, Belas Kasih Agung) Mengikut Yesus dan Mengasihi Dunia Paul Borthwick KITA MENGIKUT YESUS KE SELURUH DUNIA. DAN KITA MENGIKUT TELADANNYA UNTUK SEMUA YANG KITA LAKUKAN. Pergi dan Lakukan. Yesus memerintahkannya dan dunia membutuhkannya. Perkataan dan perbuatan harus berdampingan. Satu tanpa yang lainnya tidaklah cukup. Paul Borthwick menunjukkan bagaimana pemberitaan dan demonstrasi Injil harus berdampingan. Allah memberi kita Amanat Agung, panggilan dalam Matius 28 untuk pergi ke mana pun Yesus mengutus kita, membuat murid, dan memberitakan kabar baik ke segala suku bangsa. Dan kita menjadi umat-Nya yang menyalurkan Belas Kasih Agung-Nya, visi Matius 25 adalah untuk memperlakukan orang lain seperti kita memperlakukan Yesus, melayani orang yang membutuhkan, dan hidup dengan adil. Brothwick menawarkan beragam cara praktis agar kita bisa menjalani kehidupan yang didasarkan pada Amanat Agung dan Belas Kasih Agung di setiap bidang kehidupan kita. Semua langkah kecil bisa menghasilkan perbedaan dalam misi Allah. Maukah Anda menjawab panggilan ini? Info lengkapnya kunjungi: www.literaturperkantas.com Literatur Perkantas Jawa Timur Jl. Tenggilis Mejoyo KA-10, Surabaya 60292 Tlp. (031) 8435582, 8413047; Faks.(031) 8418639 E-mail: literatur.jatim@gmail.com, www.perkantasjatim.org
Jika Anda Ingin Berjalan Di Atas Air, Keluarlah Dari Perahu John Ortberg Tinggal Satu Langkah Lagi Menuju Petualangan Terhebat Sepanjang Hidup Di lubuk hati yang terdalam, Anda memiliki iman dan kerinduan untuk mengikuti jejak Petrus: melintasi Laut Galilea yang diterpa badai, berjalan menuju Yesus. Bagaimana Tuhan memanggil Anda, sebagaimana Dia memanggil Petrus, "Datanglah"? John Ortberg mengundang Anda untuk merenungkan potensi dahsyat yang menantikan Anda di luar zona nyaman Anda. Yesus tengah menunggu untuk menjumpai Anda dengan cara-cara yang bakal mengubah Anda untuk selama-lamanya, memperdalam karakter, dan kepercayaan Anda kepada Allah. Pengalaman ini menggentarkan. Sekaligus membangkitkan gairah yang tak terlukiskan. Pengalaman yang hanya mungkin Anda alami bersama dengan Tuhan. Pilihan ada di tangan Anda. Apakah Anda ingin mengenal Dia seperti orangorang lain yang telah berjalan di atas air? Dalam prosesnya, Anda menyelaraskan diri dengan tujuan Allah bagi hidup Anda. Hanya ada satu syarat: Jika Anda Ingin Berjalan di Atas Air, Keluarlah dari Perahu. Info lengkapnya kunjungi: www.literaturperkantas.com Literatur Perkantas Jawa Timur Jl. Tenggilis Mejoyo KA-10, Surabaya 60292 Tlp. (031) 8435582, 8413047; Faks.(031) 8418639 E-mail: literatur.jatim@gmail.com, www.perkantasjatim.org