THE GOOD AND THE BEAUTIFUL COMMUNITY - Komunitas yang Baik dan Indah

Page 1


L iteratur P erkantas J awa T imur


T h e Go o d a nd Be a ut i f ul C o mmunit y (Komun i tas yan g Bai k d an I n da h )

Mengikuti Roh Kudus, Menunjukkan Anugerah, Memperlihatkan Kasih oleh James Bryan Smith Originally published by InterVarsity Press as The Good and Beautiful Community Copyright Š 2010 by James Bryan Smith Translated and printed by permission of InterVarsity Press P.O. Box 1400, Downers Grove, IL 60515-1426, USA Alih Bahasa: Kharis Adirahsetio Editor: Milhan K. Santoso Penata Letak: Milhan K. Santoso Desain Sampul:Vici Arif Wicaksono Hak cipta terjemahan Indonesia: Literatur Perkantas Jawa Timur Tenggilis Mejoyo KA-10, Surabaya 60292 Telp. (031) 8413047, 8435582; Faks. (031) 8418639 E-mail: literatur.jatim@gmail.com www.perkantasjatim.org Literatur Perkantas Jatim adalah sebuah divisi pelayanan literatur di bawah naungan Persekutuan Kristen Antar Universitas (Perkantas) Jawa Timur. Perkantas Jawa Timur adalah sebuah kegerakan yang melayani siswa, mahasiswa, dan alumni di sekolah dan universitas di Jawa Timur. Perkantas Jatim adalah bagian dari Perkantas Indonesia. Perkantas sendiri adalah anggota dari perge-rakan International Fellowship of Evangelical Students (IFES). Untuk informasi lebih lanjut mengenai kegiatan yang ada secara lokal maupun regional di Jawa Timur dapat menghubungi melalui e-mail: pktas.jatim@gmail.com, atau mengunjungi Website Perkantas Jatim di www.perkantasjatim.org

ISBN: 978-602-1302-10-1 Cetakan Pertama: Desember 2014

Hak cipta di tangan penerbit. Seluruh atau sebagian dari isi buku ini tidak boleh diperbanyak, disimpan dalam bentuk yang dapat dikutip, atau ditransmisi dalam bentuk apa pun seperti elektronik, mekanik, fotokopi, rekaman, dlsb. tanpa izin dari penerbit.


Untuk komunitas saya yang baik dan indah: Meghan Smith, Matt Johnson, Catherine Johnson, Janeen Sehl, Patrick Sehl, Laura Fox, C. J. Fox, Jimmy Taylor dan Andrew Tash

Terima kasih karena telah mendukungku, dalam roh dan jiwa 1 SAMUEL 14:7


The Good and Beautiful God (Allah yang Baik dan Indah) Jatuh Cinta Dengan Allah yang Diwahyukan oleh Yesus The Good and Beautiful Life (Kehidupan yang Baik dan Indah) Hidup dalam Karakter Kristus The Good and Beautiful Community (Komunitas yang Baik dan Indah) Mengikuti Roh Kudus, Menunjukkan Anugerah, Memperlihatkan Kasih Info lengkapnya kunjungi: www.perkantasjatim.org


DAFTAR ISI Pendahuluan.........................................................

6

Bagaimana Membaca Buku ini Secara Maksimal...............

19

1 Komunitas yang Unik.........................................

21

Latihan Jiwa: Dua ke Empat

2 Komunitas yang Penuh Harapan.............................

43

Latihan Jiwa: Mengabarkan Injil

3 Komunitas yang Melayani....................................

65

Latihan Jiwa: Menghargai Harta Kita

4 Komunitas yang Berpusat kepada Kristus..................

83

Latihan Jiwa: Mengasihi Mereka yang Berbeda dengan Kita

5 Komunitas yang Mendamaikan..............................

107

Latihan Jiwa: Mengalami Rekonsiliasi

6 Komunitas yang Saling Mendukung.........................

129

Latihan Jiwa: Menemukan Seorang Teman yang Dapat Diajak Terbuka

7 Komunitas yang Murah Hati.................................

151

Latihan Jiwa: Mengelola Apa yang Kita Miliki

8 Komunitas yang Beribadah...................................

175

Latihan Jiwa: Beribadah

9 Membuat Rancangan Latihan-Jiwa Pribadi................

195

Lampiran: Panduan untuk Diskusi Kelompok Kecil..........

209

Catatan...............................................................

236

Ucapan Terima Kasih...............................................

242


PENDAHULUAN

S

eri Pemuridan ditulis dengan tujuan untuk menolong banyak orang menjadi serupa dengan Kristus. Seri ini dibuat dengan rumusan bahwa transformasi diri membutuhkan perubahan konsep, latihan rohani, dukungan komunitas, dan pertolongan Roh Kudus. Saya percaya bahwa perubahan yang sejati bersifat holistik di mana banyak aspek dari kehidupan manusia yang dilibatkan. Lima tahun mengerjakan kurikulum ini telah membuat saya mengerti aspek yang berpengaruh kepada diri kita dan bagaimana perubahan itu bisa terjadi. Saya menemukan bahwa ketika banyak orang mengerjakan ketiga aspek di atas (serta dengan pertolongan Roh Kudus), maka perubahan memang bisa terjadi dan pasti terjadi. Setiap pribadi yang mengikuti kurikulum ini telah mengalami perubahan yang besar. Baik teman dan pasangan mereka telah melihat perubahan ini dan menjadi tertarik untuk ikut terlibat dalam kurikulum Seri Pemuridan.

BUKU PERTAMA DAN KEDUA

Ketiga buku dari Seri Pemuridan ditulis dengan sebuah logika progresif. Buku pertama, Allah yang Baik dan Indah, membahas tentang “Konsep Allah,� yakni konsep kita mengenai siapa itu Allah. Tujuan buku ini adalah menyelaraskan pemahaman kita dengan apa yang diajarkan oleh Yesus supaya kita tidak mengalami kesalahan yang akan merusak


PENDAHULUAN

| 7

hubungan kita dengan Allah. Sekali kita telah “jatuh cinta dengan Allah yang diwahyukan oleh Yesus,� maka kita telah siap untuk melihat ke dalam cermin dan menyadari siapa diri kita yang sebenarnya. Inilah tujuan dari buku kedua, Kehidupan yang Baik dan Indah, yang lebih banyak membahas mengenai karakter dan kebaikan diri. Buku kedua ditulis berdasarkan alur Khotbah di Bukit, yang mengupas topik mengenai pergumulan manusia, seperti misalnya kemarahan, hawa nafsu, kebohongan, kekuatiran dan keinginan untuk menghakimi orang lain. Tiap bab dari kedua buku ini mengikuti sebuah pola yang sama. Melalui kesaksian kisah nyata, para pembaca diajak untuk mengevaluasi konsep-konsep yang bisa menghancurkan hidup mereka, lalu konsep-konsep tersebut diperbandingkan dengan apa yang telah diajarkan oleh Yesus dan Alkitab. Ada latihan rohani yang disertakan dalam tiap bab yang berfungsi untuk menolong pembaca mengaplikasikan apa yang telah diajarkan oleh Yesus. Anda dapat membaca kedua buku itu tanpa harus mengerjakan latihannya. Tetapi Anda juga dapat membaca buku itu dan berlatih agar dapat mengalami dampaknya. Cara terbaik untuk membaca Seri Pemuridan adalah dengan membacanya, lalu mengerjakan latihan rohani dengan sungguh-sungguh, serta mendiskusikan pengalaman Anda dan apa yang telah Anda pelajari di dalam kelompok dengan anggota yang juga bersama-sama ingin mengalami perubahan yang sejati. Cara ini adalah cara yang terbaik. HATI, ANUGERAH DAN AKSI

Selain rumusan transformasi (perubahan konsep, latihan, komunitas dan Roh Kudus), Seri Pemuridan juga mengajarkan prinsip dasar dari aspek formasi spiritualitas Kristen. Prinsip-prinsip dasar ini berperan penting dalam dua buku pertama, namun perannya menjadi jauh lebih penting dalam begitu ketiga. Prinsip pertama adalah mengasihi Allah (buku pertama), lalu memperbaiki gambar diri (buku kedua dan yang terakhir adalah bagaimana kita menjalani hidup (buku ketiga). Dalam buku Komunitas yang Baik dan Indah kita akan belajar bagian kedua dari Hukum Terutama: kasihilah sesamamu seperti mengasihi dirimu sendiri. Ketika kita mempelajari prinsip-prinsip ini, kita cenderung untuk lupa dengan tujuan utama kita (memperbaiki hati) dan malah terjebak


8 | The good and beautiful COMMUNITY

dengan penekanan yang salah (aktivitas itu sendiri). Paulus menyampaikan peringatan ini ketika dia menulis surat kepada jemaat Korintus, “Dan sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikitpun tidak ada faedahnya bagiku” (1 Kor. 13:3). Kita dapat melayani dengan memberikan yang terbaik atau menjadi martir, namun jika kita tidak melakukannya atas dasar kasih, maka semua itu tidak akan ada artinya. Ketika kita menegakkan keadilan sosial, menyatakan belas kasihan atau melayani orang lain, kita bisa cenderung untuk malah tersedot dengan tindakan yang kita lakukan. Dalam dunia yang semakin narsis ini, melayani orang lain adalah tindakan yang langka dan mencengangkan. Banyak orang dalam dunia ini yang membangun kepompong bagi diri mereka sendiri dan memisahkan diri dari orang lain. Ketika kita melihat ada orang yang mengorbankan waktu dan uang bagi orang lain, tindakan tersebut terasa begitu menakjubkan. Padahal tidak ada yang salah dengan tindakan itu. Kita tidak boleh menyembunyikan terang kita di bawah gantang. Kita juga harus berhati-hati. Perbuatan baik kita memang dapat berubah menjadi kesombongan (telah kita bahas dalam buku kedua). Pekerjaan baik kita malah dapat memuliakan diri kita sendiri ketimbang memuliakan Bapa kita yang ada di sorga. Prinsip yang sama juga dapat terjadi pada kekudusan diri kita. Kita dapat dengan mudah terjebak untuk membanggakan hubungan kita dengan Allah dan sesama melalui doa dan pembacaan Alkitab. Yesus mengeritik orang Farisi, bukan karena mereka rajin berdoa, berpuasa dan memberi sedekah, melainkan karena mereka “ingin dilihat orang lain” (Mat. 6:5). Frasa favorit saya adalah, “Permasalahan utama adalah permasalahan hati.” Selain peringatan di atas, saya ingin menjelaskan bahwa biarpun hati memang menjadi permasalahan, namun masalah hati ini bukan permasalahan yang paling utama. Kegagalan kita sebagai orang Kristen terletak pada kurangnya perbuatan baik kita. Banyak orang—termasuk saya dulunya—berpikir bahwa kita diselamatkan hanya dengan iman saja dan bukan oleh perbuatan kita, seolah apa yang kita perbuat menjadi tidak lagi penting. Banyak orang suka mengutip Efesus 2:8-9.


PENDAHULUAN

| 9

Biarpun perbuatan baik kita memang tidaklah—dan tidaklah dapat— menyelamatkan kita, namun kita diciptakan untuk berbuat baik. Mari kita membaca Efesus 2:10. Mari kita melihat ketiga ayat ini secara keseluruhan: Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri. Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya. (Ef. 2:8-10)

Jika kita membaca ketiga ayat ini secara terus-menerus, maka kita akan mendapatkan sebuah keseimbangan: Anugerah (apa yang Allah berikan dalam kehidupan kita) didapatkan melalui iman (percaya), dan akhirnya kita masuk ke dalam sebuah hubungan kasih. Kita tahu bahwa Allah mengasihi kita, dan kita juga mengasihi Allah (1 Yoh. 4:10). Hubungan ini bukanlah tujuan akhir, tetapi merupakan sebuah permulaan dari kehidupan yang baru. Kasih dapat dan harus melingkupi kita dari ujung kepala hingga ujung kaki, serta diekspresikan kepada sesama. Kita diciptakan untuk suatu tujuan. Kita tidak sekadar hidup untuk mati lalu masuk sorga, melainkan kita diciptakan untuk “melakukan pekerjaan baik.” Iman dan perbuatan tidaklah bertentangan; iman haruslah ditunjukkan melalui perbuatan, dan perbuatan secara alami terlihat dari iman kita.Yakobus menyatakan prinsip ini: Apakah gunanya, saudara-saudaraku, jika seorang mengatakan, bahwa ia mempunyai iman, padahal ia tidak mempunyai perbuatan? Dapatkah iman itu menyelamatkan dia? Jika seorang saudara atau saudari tidak mempunyai pakaian dan kekurangan makanan sehari-hari, dan seorang dari antara kamu berkata: “Selamat jalan, kenakanlah kain panas dan makanlah sampai kenyang!”, tetapi ia tidak memberikan kepadanya apa yang perlu bagi tubuhnya, apakah gunanya itu? Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati. (Yak. 2:14-17)

Iman seperti apakah yang dimaksud oleh Yakobus?


10 | The good and beautiful COMMUNITY

KEKUDUSAN DIRI DAN AKSI SOSIAL

Ada dua jenis iman: iman yang mati dan iman yang hidup. Iman yang mati termasuk dalam kekudusan diri atau ortodoksi doktrin. Iman ini adalah iman yang ditujukan kepada simbol agama atau dogma. Sayangnya iman ini mati. Iman ini tidak melahirkan kehidupan. Sama seperti Laut Mati, tidak ada kehidupan yang muncul, tidak ada kehidupan di dalamnya. Iman yang hidup adalah iman yang bertumbuh melalui kasih. Menurut Paulus, iman dalam kasih adalah aspek yang paling penting: “Sebab bagi orang-orang yang ada di dalam Kristus Yesus hal bersunat atau tidak bersunat tidak mempunyai sesuatu arti, hanya iman yang bekerja oleh kasih� (Gal. 5:6). Iman yang hidup adalah rasa percaya dan kebergantungan kepada Allah yang dinyatakan dalam tindakan kasih kepada sesama. Sejauh ini saya mencoba untuk menghindari dua kesalahan paling umum: (1) berfokus kepada tindakan itu sendiri dan (2) berfokus kepada iman dalam diri sendiri. Kesalahan pertama umum terjadi ketika aksi sosial menjadi tujuan yang paling utama. Kesalahan kedua umum terjadi di dalam diri mereka yang tergila-gila dengan iman pribadi dan kekudusan diri. Sering kali saya memerhatikan bahwa kedua aspek ini begitu terpisah. Orang-orang yang begitu menekankan aksi sosial terkadang tidak mengindahkan kekudusan diri; orang-orang yang begitu menekankan kekudusan diri terkadang gagal untuk melaksanakan kebaikan sosial secara konsisten dan rutin. Dalam buku ini, saya ingin menggabungkan kedua aspek ini dalam perjalanan menjadi murid Yesus. Aksi sosial tanpa kekudusan diri dapat menjadi tindakan pembenaran diri dan ketidakpekaan, serta berujung pada kekeringan. Kekudusan diri tanpa aksi sosial juga dapat menjadi tindakan pembenaran diri dan ketidakpekaan, dan sama-sama berujung pada kekeringan. Kedua masalah ini identik. Keduanya berfokus kepada tindakan (aksi sosial atau doa) sebagai cara untuk menyenangkan Allah dan manusia. Keduanya kehilangan kepekaan kepada orang lain (pemaksaan kepada mereka yang belum siap melakukannya; kehilangan kepekaan kepada kebutuhan orang lain). Keduanya berujung pada kekeringan karena keduanya dimotivasi oleh kedagingan, bukan oleh Roh Kudus. Tujuan buku ini adalah menggabungkan kedua aspek antara kontem-


PENDAHULUAN

| 11

plasi dan aksi, kekudusan dan belas kasihan, devosi diri dan pelayanan sosial. Penggabungan ini tidaklah umum terjadi dalam sejarah gerakangerakan yang ada dalam kekristenan. Santo Francis menghabiskan waktu berjam-jam dalam kontemplasi, tetapi dia juga melayani orang miskin, mereka yang sakit dan terbuang. John Wesley mengatakan kepada jemaat Metodis bahwa “kekudusan diri dan belas kasihan” adalah dua sisi dari satu koin yang sama. Para pengikut Metodis mula-mula dikenal sebagai orang-orang yang memiliki kekudusan diri dan jiwa sosial. Wesley tidak membiarkan kedua aspek ini berjalan dengan tidak seimbang. AKTIVIS SOSIAL SEJATI

Saya dan Dallas Willard suatu ketika berdiskusi mengenai keadilan sosial dan pelayanan komunitas. Dallas bertanya, “Jim, apa itu aktivis sosial yang sejati?” Saya berpikir tentang Bunda Teresa yang telah melayani orangorang di Kalkuta, atau mungkin Martin Luther King Jr., yang telah melawan ketidakadilan dengan caranya sendiri. Dengan tidak terlalu yakin saya menjawab, “saya tidak tahu, siapa ya?” Jawaban Dallas mengejutkan: “Aktivis sosial yang sejati adalah mereka yang hidup sebagai murid Yesus dalam hubungan mereka dengan sesama sehari-hari.” Dallas mengatakan bahwa menjadi aktivis sosial bukanlah soal tindakan melainkan sebuah gaya hidup. Dia mengatakan bahwa kita cenderung untuk menekankan aksi—melayani, memprotes, menolak ketidakadilan—padahal penekanan yang utama terletak pada hati atau karakter kita. Dr. Willard menjelaskan bahwa tiap hubungan dan tiap tindakan akan dipengaruhi oleh identitas kita sebagai muridYesus. Hubungan dan tindakan kita tidak dipengaruhi oleh apa yang kita perbuat, melainkan oleh hidup kita yang telah menjadi perwujudan kebaikan itu sendiri. Karakter Kristus yang telah meresap dalam diri kita akan muncul dalam tiap hubungan dan tindakan. Ketika seorang murid Yesus mengatakan kebenaran, maka kebenaran itu akan memengaruhi seluruh sudut kantor tempat dia bekerja. Seorang murid Yesus yang tidak dikuasai oleh rasa takut akan memberikan sebuah perbedaan baik di rumah maupun dalam komunitas tempat dia berada. Saya menyukai cara Dallas menjabarkan hubungan tindakan dan hati, dari apa yang ada di luar kepada yang ada di dalam. Banyak orang terlalu sering melakukan aksi sosial


12 | The good and beautiful COMMUNITY

sebagai sebuah pelayanan paruh waktu, seperti misalnya memasak sup di dapur umum, atau perjalanan misi jangka pendek. Sayangnya mereka sudah merasa puas dengan apa yang telah mereka lakukan. Biarpun pelayanan itu adalah tindakan yang baik, namun jika tidak didasari oleh karakter Kristus maka semua itu hanyalah kebaikan yang sementara. MuridYesus bukanlah pekerja kebaikan paruh-waktu. Murid Yesus hidup dalam hubungan yang konsisten dengan Kerajaan Allah dan Kristus tinggal berdiam di dalam diri mereka. Mereka tidak kadang-kadang saja jujur, kadang-kadang saja rela berkorban atau kadang-kadang saja mengampuni. Ada begitu banyak kesempatan bagi kita untuk membawa pengaruh kepada dunia. Buku ini bertujuan untuk mengevaluasi cara kita berelasi dengan orang lain dan apa arti hidup di dunia ini bagi mereka yang ada dalam Kristus. PRIBADI YANG DIDIAMI OLEH KRISTUS

Dalam dua buku pertama dari Seri Pemuridan, konsep utama bagi seorang murid Yesus terletak pada identitas dan lokasi diri. Sebagai seorang pengikut Kristus, kita adalah pribadi yang didiami oleh Kristus. Identitas ini tidak boleh berubah, apa pun yang kita lakukan. Identitas kita haruslah menentukan tindakan kita, namun sayangnya kita hidup dalam dunia yang terbalik: tindakan menentukan identitas kita. Untungnya kita bukan berasal dari dunia ini. Dunia ini bukanlah rumah kita. Kita mengarahkan hati dan pikiran kita kepada yang di atas (Kol. 3:1-2). Saya takjub dengan sebuah frasa yang indah mengenai identitas kita yang sejati. Frasa ini berasal dari Eugene Peterson. Dia mengatakan bahwa kita adalah sebuah “kisah anugerah yang menakjubkan, dan tidak-ada-duanya.� Sebagai seorang pribadi yang didiami dan dinikmati oleh Kristus, serta sebagai sebuah kisah anugerah yang menakjubkan, saya dikuduskan, ditentukan bagi Allah, dikhususkan dan dikuatkan oleh kuasa yang sama yang telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati (Rm. 6:3-4). Saya kudus dan disanggupkan, saya dapat melakukan segala sesuatu dalam Kristus yang memampukan saya (Flp. 4:13). Kesadaran ini harus dimiliki oleh mereka yang berjuang untuk menjadi murid Yesus dalam dunia yang telah menolak kehadiran dan pengajaran-Nya. Ada kabar baik lainnya. Biarpun saya hidup dalam dunia yang rusak


PENDAHULUAN

| 13

dan bengkok, namun saya juga hidup dalam kuasa, perlindungan dan penyediaan Kerajaan Allah. Kerajaan Allah selalu hadir dan selalu ada. Apa hubungannya dengan cara kita hidup di dalam komunitas? Apa hubungannya dengan kemampuan kita untuk mengasihi, mengampuni dan melayani orang lain? Semuanya berhubungan. Kita hanya dapat mengasihi, mengampuni, melayani, memberkati, memberi, menguatkan, menyatukan dan bersabar karena kita tahu siapa diri kita dan di manakah kita berada. Kita dapat melakukan semua ini karena Yesus Sang Mesias sudah melakukannya terlebih dahulu. Kita dikuatkan bukan hanya melalui contoh yang Dia berikan namun juga oleh kekuatan dan kuasa dari-Nya. Kita melakukan apa yang Yesus lakukan karena kita belajar bersama dengan Dia agar kita dapat menjadi serupa seperti Dia—semua oleh kekuatan yang Dia berikan. Ayat-ayat berikut ini hanyalah sebagian kecil (nanti Anda akan melihat lebih banyak lagi dalam buku ini) dari ayat-ayat dalam Perjanjian Baru yang menggambarkan bagaimana Kristus-dalam-diri-kita akan mengubah dunia ini: Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu. (Ef. 4:32) Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian. (Kol. 3:13) Sebab itu terimalah satu akan yang lain, sama seperti Kristus juga telah menerima kita, untuk kemuliaan Allah. (Rm. 15:7) Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya (Ef. 5:25; cetak miring ditambahkan dalam semua ayat ini)

Yesus adalah teladan dan perwujudan dari belas kasihan. Saya dapat hidup, mengasihi, melayani dan menerima orang lain karena Yesus telah terlebih dahulu melakukan semuanya itu bagi saya. Saya mem-


14 | The good and beautiful COMMUNITY

berikan apa yang saya punya, bukan apa yang saya tidak punya. Pemahaman ini penting dalam pembahasan mengenai formasi spiritualitas dan pelayanan sosial. Dalam pemahaman inilah kekudusan dan aksi sosial bersatu. Kesadaran akan Kristus dalamku harus dikembangkan melalui solitude, lectio divina, doa, latihan memperlambat tempo aktivitas dan lain sebagainya. Kesadaran akan Kristus dalam diri harusnya mendorong kita untuk mengasihi sesama, menerima mereka dan mengorbankan diri kita bagi mereka. Saya harap kesadaran ini menjadi semakin jelas sebagaimana Anda membaca dan berlatih sepanjang buku ini. Jika tidak, maka pelayanan kita hanya akan berfokus kepada diri dan malah menjadi keegoisan. Kita mengasihi, melayani, mengampuni dan peduli kepada orang lain karena Allah telah terlebih dulu mengasihi, melayani, mengampuni dan peduli kepada kita. Hidup dalam hubungan dengan Allah akan secara otomatis nampak dan berdampak kepada semua orang yang kita temui. Seorang penulis dan pembicara, Tony Campolo, berbagi dengan saya mengenai alasannya melayani orang-orang miskin. Dia berkata kepada saya bahwa tiap hari dia menyediakan waktu untuk “mengarahkan pikiran� kepada Yesus, agar dia sadar bahwa Yesus tinggal dalam dirinya, dan benarlah bahwa Yesus memang berdiam dalam dirinya (Gal. 2:20; Kol. 1:27). Kesadaran akan hubungan saya dengan Yesus, yang tinggal dan bekerja dalam diri saya, adalah alasan yang mendorong saya untuk peduli kepada mereka yang membutuhkan. Saya melihat Yesus dalam diri mereka. Jika saya tidak menyadarinya, maka kepedulian saya kepada mereka tidak akan memiliki makna. Kepedulian saya hanya menjadi rasa kasihan, dan tidak ada seorang pun yang suka dikasihani. Saya melihat Kristus dalam diri mereka, dan saya mengasihi mereka. Itulah alasan mengapa saya melakukan apa yang saya lakukan.

Tony memberikan kepada kita sebuah gambaran yang brilian tentang hubungan antara kekudusan diri dengan aksi sosial. Gambaran ini memberikan kita alasan yang tepat mengapa kita berbelas kasihan dan peringatan sebelum kita melayani orang lain dengan alasan yang salah.


PENDAHULUAN

HIDUP DI ANTARA SESAMA

| 15

Sehari-hari saya bangun lalu menyapa istri dan anak, membantu putri saya bersiap ke sekolah, lalu memesan sarapan di McDonald (oke, saya memang bukan ayah sempurna yang bisa membuat sarapan. Istri saya berangkat kerja sebelum matahari terbit, jadi jangan menghakimi saya terlalu keras), kemudian saya berlalu lintas, menyapa orang tua lainnya yang mengantar anak mereka sekolah, menyapa rekan kerja, mengajar mahasiswa di kelas, bertemu teman waktu makan siang, bertemu dengan rekan dan atasan, mengawasi pekerjaan asisten, berolahraga dengan lima puluh orang lainnya di gym, pulang, lalu makan malam dengan keluarga atau teman, membantu anak mengerjakan pekerjaan rumah, menulis, mencium istri dan anak, dan akhirnya tidur. Saya bangun dan mengulang kegiatan yang kurang lebih sama. Itu artinya, sehari-hari saya akan bertemu dengan ratusan pribadi lainnya, baik yang erat, atau yang sekadar basa-basi saja. Isteri dan anak yang memiliki hubungan paling dalam dengan saya dinamakan keluarga.Wanita yang menerima uang saya di kasir McDonald memang tidak mengenal saya, begitu juga saya tidak kenal dengan dia, namun kami melakukan interaksi. Pribadi saya dan pribadinya berinteraksi secara singkat. Begitu juga dengan mereka yang lain—rekan, mahasiswa, orang-orang berkeringat di gym dan pengendara mobil. Saya mungkin tidak begitu mengenal mereka, namun saya hidup di sekitar mereka. Sebagai seorang muridYesus, muncul sebuah pertanyaan, “bagaimana saya—sebagai seorang yang didiami oleh Kristus dan tinggal dalam Kerajaan Allah—dapat hidup di antara mereka?” Keluarga adalah lingkaran terkecil di mana kita hidup sebagai murid Yesus. Keluarga juga biasanya merupakan lingkaran tersulit untuk hidup sebagai murid Yesus. Kesulitan ini muncul karena tingkat kedalaman relasi dan dampak yang diberikan dalam keluarga. Keluarga merupakan arena utama bagi kita untuk menghidupi prinsip Kerajaan Allah. Bagi kebanyakan orang, tempat kerja merupakan arena kedua untuk menghidupi prinsip Kerajaan Allah. Rata-rata orang menghabiskan 7.6 jam sehari di tempat kerja, yang merupakan porsi terbesar dari waktu yang terpakai dalam sehari. Itu artinya, kita akan memiliki banyak kesempatan untuk melatih diri sebagai murid Yesus di tempat kerja kita.


16 | The good and beautiful COMMUNITY

Tempat yang memakan porsi waktu kita selanjutnya adalah klub atau organisasi, di mana kita banyak menghabiskan waktu untuk berinteraksi dengan orang lain (gereja, kelas aerobik). Kita tidak dapat menghindari pertemuan dengan manusia lain—seperti di mall, pasar, bioskop, kantor pos dan kantor pembuatan Surat Izin Mengemudi (tempat ini menguji kesabaran!). Di tempat-tempat ini kita harus berinteraksi dengan orang lain sehingga sikap yang akan kita tunjukkan harus diperhatikan. KONFLIK ATAU HUBUNGAN

Biarpun mereka berbeda dengan kita, namun kita semua memiliki kesamaan: mereka adalah pribadi yang berinteraksi dengan saya. Terkadang kita berbenturan (konflik) dan terkadang kita berinteraksi dengan baik (“Nama saya Rodney, dan saya akan melayani Anda. Ada minuman yang ingin Anda pesan, pak?”). Terkadang interaksi itu hancur (“Saya tidak ingin berteman dengan kamu lagi”) dan terkadang interaksi itu bertumbuh (“Aku sayang kamu”). Interaksi antar pribadi menjadi aspek yang penting dalam kehidupan manusia. Interaksi itu dapat merusak atau membangun; interaksi itu dapat merugikan atau memberkati kita. Kesuksesan dalam relasi sangat bergantung kepada kondisi di dalam diri kita. Itulah mengapa topik relasi dibahas dalam buku ketiga dan bukan dalam buku pertama. Jika kita telah berelasi dengan Allah yang diwahyukan oleh Yesus, maka hidup kita mulai mengalami perubahan menuju kebaikan (Allah yang Baik dan Indah). Jika kita sanggup mengatasi keinginan untuk berbohong, marah atau kuatir, maka kita akan menemukan bahwa relasi kita dengan orang lain menjadi lebih baik (Kehidupan yang Baik dan Indah). Begitu juga sebaliknya. Jika kita masih dikuasai oleh kemarahan, maka kita akan kesulitan untuk dapat mengasihi, mengampuni dan melayani orang lain. Bukan berarti bahwa jika Anda belum menguasai kedua buku sebelumnya, maka Anda tidak akan sanggup untuk membaca yang ketiga. Terkadang kita belajar bagaimana cara mengasihi dengan cara mengasihi, bagaimana cara mengampuni dengan cara mengampuni dan bagaimana cara melayani dengan cara melayani. Saya hanya menjabarkan kebenaran yang disampaikan oleh Yesus: Dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka. Dapatkah orang memetik buah anggur dari semak duri atau buah ara dari rumput duri? (Mat. 7:16-20).


PENDAHULUAN

| 17

Interaksi kita dengan orang lain menjadi arena di mana relasi kita dengan Allah dinyatakan. Kebanyakan dari kita memerlukan pertolongan soal ini. Saya sendiri sadar bahwa saya memerlukan pertolongan. Itulah alasannya saya menulis buku ini—saya memerlukan pertolongan. Anda tidak sedang membaca tulisan seorang yang ahli dalam bidang relasi manusia. Anda sedang membaca jurnal seorang pemula yang ingin membagikan pergumulan dan pemahamannya mengenai cara hidup sebagai seorang murid Yesus dalam interaksi hubungan antar sesama. Untungnya, saya dikelilingi banyak orangorang hebat yang telah mengajarkan saya soal ini. Buku ini—sama seperti kedua buku sebelumnya—dilahirkan dalam komunitas, di mana pengalaman-peng-alaman banyak orang telah menjadi guru yang tidak ternilai harganya. Saya perlu diingatkan lagi bahwa sebagai seorang murid Yesus, diri saya ini unik. Unik, di mata dunia yang hidup tidak sesuai dengan apa yang telah diajarkan oleh Yesus. Hidup saya berakar dalam Kerajaan Allah yang kekal dan teguh; akar kehidupan saya ada di masa depan, aman dan terlindungi. Akar ini memberi saya kekuatan untuk hidup tidak egois, menghargai keberbedaan, mengampuni biarpun sulit, mendorong diri saya lebih tinggi, memiliki hati yang mau memberi, merindukan rumah Tuhan dan menyaksikan kehidupan baru di tengah duniayang sedang sekarat. Saya perlu diingatkan lagi dan saya memerlukan sebuah komunitas yang dapat menolong saya untuk dapat mengingat identitas dan lokasi tempat saya berada, serta apa artinya menjadi murid Kristus dalam kehidupan sehari-hari. Buku ini menawarkan cara untuk menjadi berkat bagi dunia di sekitar kita. Agar kita dapat menjadi berkat, kita harus mengevaluasi alasan mengapa kita tidak menjadi berkat, atau alasan mengapa kita kesulitan untuk memiliki relasi yang sehat dengan orang-orang yang kita temui setiap hari. Dalam kedua buku pertama, kegagalan dalam relasi terjadi karena adanya konsep-konsep yang salah. Sama seperti kedua buku yang pertama, solusi dari permasalahan ini adalah mengoreksi konsep yang salah dengan apa yang telah diajarkan oleh Yesus (dalam Alkitab) serta melakukan latihan yang dapat melatih diri kita untuk dapat semakin memahami konsep yang benar.


18 | The good and beautiful COMMUNITY

PENGAKUAN SEORANG PERENUNG INTROVERT

Saya berharap buku ini dapat memberikan kontribusi yang seimbang atas formasi spiritualitas personal dan komunitas. Sebagai seorang introvert dan perenung, sebenarnya saya tidak wajib untuk menulis buku mengenai pelayanan dan komunitas. Biarpun sulit bagi saya, namun akhirnya saya dapat bertumbuh oleh bimbingan Roh Kudus selama bertahun-tahun. Teman dan rekan saya, Matt Johnson—yang jago dalam hal komunitas dan pelayanan—berkata kepada saya, “Jim, saya rasa kamu adalah orang yang paling tepat untuk menulis buku ini. Kamu bukan orang yang ahli, tapi mau belajar. Kamu tahu betapa sulit untuk terlibat di dalam komunitas dan melakukan pelayanan, sementara beberapa dari kami tidak merasakan pergumulan tersebut karena hal itu mudah saja bagi kami. Juga, kamu telah mengambil langkahlangkah kecil selama beberapa tahun ini, sehingga pengalamanmu pasti lebih berguna bagi kebanyakan orang, karena selama ini kebanyakan orang yang menulis tentang pergumulan sosial adalah mereka yang justru tidak mengalami pergumulan itu sendiri.” Kalimat Matt adalah cara yang sopan untuk mengatakan, “Kekuranganmu bukanlah hal yang buruk!” Namun saya akan menerima itu sebagai sebuah persetujuan untuk menulis buku ini. Dalam buku ini Anda tidak akan menemukan seorang kudus yang memberi Anda perintah. Malah, dalam buku ini Anda akan menemukan pergumulan-pergumulan seseorang yang berjalan dengan tertatih-tatih. Baik kegagalan maupun kesuksesan saya ditulis dalam buku ini sebagai sebuah dorongan penguatan dalam usaha kita untuk dapat mengasihi sesama. Guru kita yang paling utama adalah Roh Kudus, yang saya percaya akan menuntun kita semua kepada kebenaran, mengoreksi kita dan memberikan kita kekuatan dan semangat sebagaimana kita berlari dalam lomba yang ada di hadapan kita (Ibr. 12:1-2). Semoga berkat dari Allah Bapa, Putra dan Roh Kudus menyertai Anda sebagaimana Anda berjuang untuk menghidupi kehidupan yang baik dan indah itu di dalam komunitas yang baik dan indah pula.


BAGAIMANA MEMBACA BUKU INI SECARA MAKSIMAL

B

uku ini dimaksudkan untuk digunakan dalam konteks komunitas seperti misalnya kelompok kecil, kelas sekolah minggu, atau mungkin sekelompok teman yang berkumpul di rumah atau kedai kopi. Membaca buku ini bersama-sama dengan yang lain akan semakin memperbesar dampak yang dihasilkannya. Jika Anda membaca buku ini sendirian, maka bacalah hingga nomor empat saja. Bagaimana pun cara Anda membaca buku ini, saya yakin Allah dapat dan akan mengerjakan kebaikan dalam kehidupan Anda. 1. Persiapkan diri. Gunakanlah jurnal atau buku catatan. Anda dapat menggunakan jurnal itu untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam tiap bab serta mencatat refleksi dari latihan pengalaman rohani pada tiap bagian akhir. 2. Baca. Bacalah tiap bab secara saksama. Cobalah untuk tidak terburu-buru dan janganlah menunda pembacaan. Cobalah membaca di awal-awal minggu supaya Anda dapat mencerna setiap materi yang ada. 3. Lakukan. Kerjakanlah latihan-latihan mingguan yang ada. Dengan melakukan latihan yang tersedia pada tiap bab yang baru Anda baca maka ide yang Anda pelajari akan semakin melekat dan jiwa Anda akan semakin dibentuk dan dipulihkan. Beberapa latihan mungkin


20 | The good and beautiful COMMUNITY

akan memakan waktu lebih banyak daripada latihan yang lain. Sediakanlah waktu untuk mengerjakan latihan pribadi sebelum melakukan pertemuan kelompok. Anda tidak hanya membutuhkan waktu untuk mengerjakan latihan tetapi juga untuk menuliskan refleksi Anda pribadi. 4. Refleksikan. Ambil waktu untuk menuliskan refleksi Anda. Jawablah pertanyaan yang diajukan pada bagian akhir tiap bab ke dalam jurnal Anda. Refleksi ini akan menolong Anda untuk memperjelas pikiran Anda dan mengkristalisasi apa yang diajarkan Allah kepada Anda. Hal ini juga akan mempersiapkan Anda kepada bagian yang selanjutnya. 5. Berinteraksilah. Persiapkan diri Anda untuk mendengar dan berbagi dalam kelompok. Di sinilah Anda akan mendapatkan kesempatan untuk mendengar dan belajar dari pengalaman dan pemahaman orang lain. Jika semua peserta telah menulis jurnal sebelum pertemuan, maka diskusi dalam kelompok akan jauh lebih efektif. Semua peserta akan membagikan pemikiran mereka yang telah terfokus sehingga waktu kelompok menjadi lebih efisien. Penting untuk diingat bahwa kita harus mendengarkan dua kali lebih banyak daripada berbicara! Persiapkan diri untuk berbagi supaya anggota kelompok yang lain dapat belajar dari ide dan pengalaman Anda. 6. Berikan semangat. Berinteraksilah dengan yang lain—di luar waktu pertemuan kelompok. Salah satu berkat yang diberikan oleh teknologi adalah kemudahan dalam melakukan interaksi. Suatu ide yang bagus untuk mengirimkan surat elektronik yang menguatkan kepada yang lainnya sebelum dan sesudah pertemuan. Biarkan mereka mengetahui bahwa Anda sedang memikirkan mereka, dan bertanyalah apa yang dapat Anda doakan bagi mereka. Hal ini akan memperkuat hubungan dan memperdalam pengalaman rohani Anda. Membangun relasi yang kuat adalah faktor kunci agar pengalaman rohani Anda menjadi sukses.


satu Komunitas yang Unik

K

etika saya masih kecil, keluarga saya adalah anggota gereja Metodis yang dingin, kaku dan tertib. Pendeta seniornya telah melayani selama dua puluh lima tahun, dan gereja ini lama-kelamaan mulai mencerminkan kepribadiannya. Beliau adalah seorang akademisi dengan kemampuan retorika yang kuat dan selera humor yang kering. Beliau sangat menyukai segala sesuatu yang elegan dan tertata. Selama bertahun-tahun saya bertanya-tanya mengapa ada sebuah telepon berwarna hijau zaitun di sebelah kursi kayu besar tempat di mana sang pendeta duduk setiap kali kebaktian. Suatu ketika ada seorang anak yang menangis ketika ibadah doa sedang berlangsung, lalu saya melihat sang pendeta mengangkat telepon tersebut. Dalam hitungan detik seorang penerima tamu datang dan mengarahkan si anak dan orang tuanya untuk berjalan keluar dari ruang ibadah. Saya belajar sesuatu: anak-anak boleh terlihat tapi tidak boleh terdengar. Kejadian ini memberi kesan mendalam bagi saya. Konsep yang tertanam dalam pikiran saya adalah gereja merupakan sebuah tempat yang penuh dengan kesunyian.Tidak ada seorang pun yang boleh bicara satu sama lain ketika ibadah sedang berlangsung. Saya ingat dulu saya sering “ditegur�. Para jemaat saling berinteraksi setelah ibadah selesai, yakni ketika acara ramah tamah. Orang tua saya hadir dalam ibadah


22 | The good and beautiful COMMUNITY

untuk menyanyikan himne, mendengarkan paduan suara dan khotbah. Ketika kecil, saya tidak memedulikan semua itu. Saya tidak menyukai himne. Saya tidak mengerti isi Alkitab, apalagi mengerti isi khotbah. Bangku gereja terasa tidak nyaman, semua orang harus duduk mematung, semua itu terasa tidak nyaman bagi anak-anak. Satu-satunya yang paling saya sukai adalah ketika diadakan Perjamuan Kudus (empat kali setahun), karena saya bisa ikut makan makanan ringan, yakni secuil roti dan segelas kecil anggur. Kami semakin jarang ke gereja ketika saya semakin bertambah besar (saya bersyukur sekali), dan akhirnya kami sudah tidak lagi ke gereja, kecuali pada saat Natal dan Paskah. Itupun karena ibu saya memaksa pergi. Secara tidak sadar saya telah merumuskan sebuah teologi, yakni apa yang saya pahami mengenai Allah dan sesama. Pengalaman-pengalaman masa kecil telah membentuk konsep saya mengenai Allah. Allah hadir di tengah-tengah jemaat-Nya yang rapi dan tertib, berwajah muram dan sedih. Saya tidak sabar pulang ke rumah, melepas dasi dan lari ke lapangan untuk bermain baseball bersama teman-teman. Minggu berikutnya saya berdoa (ironi sekali) agar ada urusan mendadak supaya kami tidak perlu pergi ke gereja. Bagi pikiran saya yang masih muda, menghabiskan waktu bersama jemaat Allah adalah pengalaman mengerikan. Biarpun saya masih terlalu muda untuk menyadarinya, namun saya Bagaimana pengalaman masa kecil Anda membentuk pandangan melihat bahwa tidak ada sesuatu yang Anda mengenai komunitas? spesial terjadi di antara jemaat yang sedang beribadah. Jemaat gereja hanya orang-orang biasa yang melaksanakan tugas keagamaan mereka selama satu jam dalam satu minggu. Lalu, saya berusia delapan belas tahun, dan segala sesuatu berubah. Jiwa saya haus dan mulai mencari makna hidup yang akhirnya saya temukan dalam Yesus. Dia menemukan saya dan mulai mengubah hidup saya. Dalam beberapa bulan saya mulai membaca Alkitab setiap hari, berdoa dan berteman dengan dua teman Kristen lainnya. Ketika saya pergi kuliah, saya tahu bahwa saya akan kesulitan untuk mempertahankan iman, lalu saya berdoa agar diberi pertolongan oleh Allah, dan doa tersebut dijawab pada minggu pertama saya berada di


Komunitas yang Unik

| 23

kampus. Seorang pria yang menjadi tim lawan olahraga melihat kalung “ichtous� saya, lalu bertanya apakah saya seorang Kristen dan akhirnya mengajak saya ikut persekutuan. Hari itu adalah Rabu sore yang tidak akan pernah saya lupakan. Saya berjalan masuk ke dalam sebuah ruangan di salah satu asrama dan melihat hal-hal yang asing. Pertama, ruangan itu dipenuhi oleh orang banyak. Anggota persekutuan pemuda di gereja saya jumlahnya kecil. Kedua, mereka semua terlihat senang bisa ada di sana. Saya tidak pernah melihat ada orang yang senang pergi ke gereja. (Bukankah kumpulan orang ini adalah gereja?) Ketiga, kumpulan itu terdiri dari orang yang berbeda-beda. Ada orang-orang yang kekar dan culun; pria dan wanita, hitam dan putih; ada gadis-gadis cantik dan pria-pria tampan, namun ada juga yang tidak cantik dan tidak tampan. Gereja tempat saya bertumbuh hanya terdiri dari orang kulit putih, kelas menengah yang berusia antara empat puluh hingga enam puluh tahun. Terakhir, yang paling mencengangkan dari kumpulan orang-orang ini adalah adanya orang-orang dengan kekurangan fisik yang duduk di kursi roda, serta beberapa dari mereka terlihat seperti cacat mental. Ada apa ini? Tanya saya kepada diri sendiri. Beberapa menit kemudian seseorang berdiri dan menyambut kami, ruangan itu terasa begitu hangat dan bersahabat. Saya merasa ada suatu kebaikan dalam atmosfer ruangan itu. Seorang pria dan wanita muda mengajak kami bernyanyi dengan berbekal gitar dan suara mereka. Pemandangan ini tidak pernah saya lihat sebelumnya: lima puluh orang berdesakan dalam sebuah ruangan bernyanyi dengan suara keras dan penuh sukacita, beberapa dari mereka mengangkat tangan, seperti orang yang sedang memakai narkoba. Beberapa lagi melompat-lompat, bertepuk tangan, dan semua orang di ruangan itu (kecuali saya) terlihat khusyuk. Setelah dua puluh menit berlalu, seorang kakak tingkat membawakan renungan dari Alkitab. Dia sangat terbuka soal kehidupan dan pergumulannya sendiri, dan dia sangat berbakat sebagai seorang pengajar. Dia menjelaskan Alkitab secara gamblang dan menolong saya untuk mengaitkannya dengan kehidupan saya pribadi, dengan hal-hal penting, yakni hal-hal yang sulit saya pahami. Setelah itu saya berterima kasih kepada pria yang telah mengajak


24 | The good and beautiful COMMUNITY

saya datang ke sana. Dia bertanya apakah saya akan datang kembali, dan saya mengiyakan tanpa ragu. Saya tidak memahaminya pada saat itu, tetapi di kemudian hari saya menyadari bahwa saya telah menyaksikan sebuah tujuan dari diciptakannya diri saya ini: Saya diciptakan untuk sebuah komunitas yang baik dan indah. Komunitas itu tidak sempurna (mereka bukan penyanyi profesional, suaranya biasa saja). Saya juga tidak begitu ingin berteman baik dengan semua orang di sana (orang di sebelah saya harus mandi). Kesempurnaan, elegansi, talenta dan penampilan tidak menjadi daya tarik saya untuk datang, melainkan persekutuan, kebersamaan dan kesatuan dalam keberagamannya yang membuat saya tertarik. Orang-orang ini sangat unik. Dan saya suka. KONSEP YANG SALAH: ORANG KRISTEN TIDAKLAH BERBEDA

Semua konsep yang salah adalah setengah benar. Menurut survei dan polling yang saya lihat, orang Kristen bersikap sama seperti orang bukan Kristen, setidaknya di Amerika Serikat ini. Angka perceraian orang Kristen dan non-Kristen hampir sama. Jumlah remaja yang terlibat seks bebas cukup berbeda di antara orang Kristen dan non-Kristen, biarpun hanya selisih lima persen. Jadi iya, dalam beberapa aspek, sikap mereka yang mengaku Kristen dan non-Kristen tidak jauh berbeda. Bahkan jika Anda mengambil contoh dari pemimpin Kristen terkenal, maka Anda semakin melihat bahwa orang Kristen tidak lebih baik, justru terlihat lebih buruk. Saya ingin membahas topik ini lebih lanjut. Jika seorang CEO atau akuntan tertangkap basah dalam perselingkuhan, maka kisah mereka kemungkinan tidak akan menjadi berita heboh. Namun jika ada pendeta yang tertangkap basah selingkuh atau korupsi, maka segalanya akan menjadi heboh. Semua orang akan bertanya-tanya. Mereka tidak seharusnya berbuat dosa. Dengan kata lain, kita menuntut mereka untuk berbeda. Kenapa? Karena mereka mengklaim diri mereka berbeda, dan mereka memang ingin terlihat berbeda. Kadang kala mereka memang berbeda. Di kota tempat saya tinggal, ada tiga rumah sakit. Ketiganya dibangun dan diasuh oleh yayasan Kristen. Tidak peduli apa pun agama Anda, jika Anda memerlukan


Komunitas yang Unik

| 25

transplantasi ginjal, maka rumah sakit St. Francis, St. Joseph atau Wesley siap menolong Anda. Rumah sakit itu memiliki dapur umum, penampungan tunawisma, tim SAR dan tempat perlindungan untuk korban kekerasan rumah tangga. Hampir semua pelayanan dikerjakan oleh orang Kristen. Bertahun-tahun, orang Kristen telah melayani mereka yang membutuhkan. Konsep yang melatarbelakangi yayasan ini adalah: Orang Kristen tidak selalu berbeda, tetapi seharusnya mereka memang berbeda, dan memang kadang-kadang berbeda. Dalam bab ini Anda akan melihat kisah orang Kristen—baik individu maupun kelompok—yang memang memiliki keunikan. Pada bab kedua kita akan melihat dari manakah datangnya keunikan ini dan bagaimana mengarahkan pikiran dan hati kita untuk menjadi orang-orang yang berbeda dengan dunia ini—secara positif. Anda dapat menyebut kami aneh. KONSEP YANG BENAR: ORANG KRISTEN ITU UNIK

Saya pertama kali mempelajari keunikan umat Allah dari sebuah ayat dalam Alkitab King James: “But ye are a chosen generation, a royal priesthood, an holy nation, a peculiar people; that ye should shew forth the praises of him who hath called you out of darkness into his marvellous light” [LAI: Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib] (1 Ptr. 2:9). Saya suka dengan kata peculiar. Kamus mengartikan kata ini sebagai “berbeda,” “aneh,” “ganjil,” dan “janggal.” Dengan kata lain, peculiar artinya berbeda/unik. Orang Kristen memiliki keunikan yang berbeda dengan orang-orang lain pada umumnya. Namun apakah muridYesus memang berbeda? Saya percaya jawabannya iya, atau setidaknya seharusnya memang iya. Sebagai contoh, jika saya (oleh pertolongan Roh Kudus) bisa menyampaikan sebuah kejujuran, maka saya akan Apa yang Anda pikirkan dianggap aneh. Jika saya belajar untuk mem- ketika mendengar kata perlambat tempo aktivitas saya, atau hidup tan- “peculiar”? pa dikuasai kemarahan dan berdoa bagi orang-


26 | The good and beautiful COMMUNITY

orang yang memusuhi saya, maka saya akan terlihat sangat aneh, karena dunia ini tidak seperti itu. Hanya orang-orang yang hidup dalam Kerajaan Allah saja yang bersikap demikian. Jumlah mereka tidak banyak. Di sisi lain, ada orang non-Kristen dapat menyampaikan kejujuran, hidup tanpa kemarahan dan mengasihi musuh mereka. Murid Kristus memang tidak memiliki hak eksklusif atas kebaikan-kebaikan yang unik ini. Perbedaannya terletak pada bagaimana dan alasan apa yang mendorong kita untuk hidup dalam keunikan tersebut. Kita melakukannya karena kita adalah murid Yesus, yakni teladan kita, dan kita dibimbing oleh Roh Kudus, yang adalah kekuatan dan penghiburan kita. Kita hidup dalam Kerajaan Allah yang teguh dan selalu menyediakan kebutuhan kita. Kita memiliki semuanya itu. DI MANA LETAK KEUNIKAN ORANG KRISTEN?

Dalam sebuah dokumen Kristen mula-mula yang dikenal sebagai Surat kepada Diognetus (120-200 SM), penulis memberi respons atas propaganda yang dilancarkan oleh kerajaan Roma saat itu. Banyak orang menebar isu miring mengenai orang Kristen. Mereka dianggap sebagai komunitas rahasia berbahaya dengan praktik-praktik aneh. Banyak orang menyampaikan hal yang negatif mengenai orang Kristen, seperti misalnya mereka adalah kanibal (karena dalam Perjamuan Kudus mereka “makan tubuh dan minum darah Kristus”). Surat ini dipercaya telah ditulis oleh seseorang bernama Athenagoras. Dalam salah satu bagian, penulis menggambarkan perbedaan orang Kristen dengan orang-orang lainnya. Perbedaan antara orang Kristen dengan manusia lainnya tidak terletak pada nasionalitas, bahasa atau budaya. Orang Kristen tidak tinggal di kota mereka sendiri, bicara dalam dialek khusus, atau menjalankan gaya hidup yang eksentrik… Mereka menjalani hidup di kota manapun—baik Yunani maupun asing—di manapun mereka berada. Mereka memakai baju yang sama dengan orang lain, makan makanan yang sama, dan melakukan hal-hal yang sama. Biarpun begitu, komunitas orang Kristen memang menunjukkan suatu keunikan yang kentara, bahkan mencengangkan. Sebagai contoh, biarpun mereka adalah penghuni rumah sendiri di negara sendiri, sikap mereka terlihat seperti seorang tamu… Biarpun nasib


Komunitas yang Unik

| 27

telah menempatkan mereka di sini dalam tubuh daging manusia, namun mereka tidak hidup dalam kedagingan; hari-hari mereka lalui di bumi, namun mereka adalah penghuni sorga. Mereka mematuhi hukum yang berlaku, namun dalam kehidupan pribadi, mereka hidup melampaui hukum. Mereka menunjukkan kasih kepada semua orang—biarpun semua orang menganiaya mereka. Mereka disalahmengerti dan dianiaya; namun sekalipun sekarat mereka semakin dekat menuju kehidupan. Mereka miskin, namun kaya; kekurangan, namun berkelimpahan… Mereka membalas kutuk dengan berkat, dan aniaya dengan kesopanan. Atas kebaikan yang mereka lakukan, mereka dihukum seperti pendosa.

Kutipan ini menarik bagi saya. Athenagoras mengatakan bahwa orang Kristen sama dengan orang lain, sekaligus juga apa yang menjadi keunikan mereka. Dalam penampilan luar, mereka tidak jauh berbeda dengan orang-orang dalam kerajaan Roma. Mereka tinggal di rumah, mengenakan paApakah gereja pada hari kaian yang sama dan makan makanan yang ini sama seperti gereja yang digambarkan oleh sama seperti orang-orang Roma. Mereka Athenagoras? Kenapa tidak? mematuhi hukum yang berlaku—tidak ada orang yang menuduh mereka sebagai pencuri, penghindar pajak atau menyakiti orang lain. Athenagoras mengatakan bahwa, “kami sama seperti kamu.” Namun kita berbeda. Orang Kristen memang mematuhi hukum dunia, akan tetapi mereka juga hidup dalam hukum yang lebih tinggi (Mat. 5:21-22). Mereka adalah penduduk Roma, tetapi dunia bukan rumah mereka; kependudukan mereka adalah sorga (Kol. 3:1-2; Flp. 3:20). Mereka mengalami penderitaan dan bahkan memberkati orang yang menganiaya mereka, sama seperti apa yang telah Guru mereka ajarkan dan alami. Bagian favorit saya dari kutipan Athenagoras ini adalah, “Atas kebaikan yang mereka lakukan…” Bagian ini mudah terlewatkan: atas kebaikan yang mereka lakukan. Perbuatan baik bukan sesuatu yang kecil, khususnya dalam dunia yang penuh dengan kejahatan. Saya rasa kita bisa menyimpulkan bahwa kebaikan mereka malah membawa mereka dalam masalah. Adalah sikap yang unik untuk melakukan kebaikan tanpa alasan jelas. Orang-orang lain malah akan curiga terhadap mereka.


28 | The good and beautiful COMMUNITY

Biarpun dihakimi dan dianiaya, kekristenan tidak hanya bertahan, tetapi malah berkembang. Menurut sejarawan sekuler, Rodney Stark, kekristenan telah berkembang pesat, dengan angka pertumbuhan empat puluh persen tiap dekade. Bagan 1.1 memberi ilustrasi dari pertumbuhan ini: Tahun 40 SM 100 SM 200 SM 250 SM 300 SM 350 SM

Jumlah 1,000 7,530 217,195 1,171,356 6,299,832 33,882,008

Persentase dalam Populasi 0.0017 0.0126 0.36 1.9 10.5 56.5

Bagan 1.1 Pertumbuhan Jumlah Persentase Orang Kristen dalam Populasi Dunia Apa yang menyebabkan terjadinya pertumbuhan yang pesat, mengingat bahwa menjadi pengikut Kristus akan mengancam keselamatan jiwa mereka pada saat itu? Saya banyak mendengar penjelasan atas pertanyaan ini, tetapi jawaban yang paling menarik bagi saya adalah karena kehidupan kristiani begitu banyak memperlihatkan kemenangan sehingga banyak orang menjadi tertarik. Jawaban yang sama juga terjadi pada hari ini. Beberapa tahun lalu saya merekrut seorang wanita muda untuk bermain dalam tim tenis kami di Friends University. Ayahnya berkata kepada saya melalui telepon, “Bukankah kampusmu adalah tempat yang memukuli kepala orang dengan Alkitab? Kami tidak membesarkan putri kami untuk menjadi orang yang religius, jadi kami agak kuatir dengan hal ini.� Saya mengatakan bahwa kami tidak memukuli siapa pun—atau kami bersikap seperti Quaker. Tetapi saya mengatakan kepada bapak itu bahwa ada orang-orang Kristen luar biasa yang harus dikenal oleh putrinya. Dia tidak keberatan. Bapak tersebut hanya ingin agar putrinya memiliki kebebasan untuk memilih, dan saya yakinkan bahwa putrinya akan


Komunitas yang Unik

| 29

mendapatkan kebebasan tersebut. Beberapa bulan setelah itu, wanita itu melihat kehidupan dinamis yang ditunjukkan oleh banyak mahasiswa dalam kampus kami yang merupakan muridYesus namun tidak pernah memaksakan apa pun kepadanya. Saya tidak pernah bercakap-cakap dengannya mengenai Allah,Yesus atau Alkitab, namun dia datang persekutan di kampus kami. Dia pulang ke rumah saat liburan Natal, lalu ketika kembali dia berkata, “Saya ingin sampaikan bahwa saya telah menerima Yesus dalam kehidupan saya ketika saya berlibur di rumah.” Dengan penuh sukacita saya bertanya kepadanya, “Apa yang membuatmu seperti ini?” Dia berkata, “Setelah melihat kalian semua yang penuh dengan kedamaian dan sukacita dan kasih, saya juga ingin memiliki apa yang kalian miliki.” Dua ribu tahun berlalu tanpa banyak perubahan. ALLAH YANG UNIK

Mengapa orang Kristen itu unik (atau seharusnya unik)? Karena Allah sendiri adalah unik. Allah yang kita kasihi dan layani itu sangat jauh berbeda dengan allah-allah lain yang diciptakan oleh manusia. Ketika orangYunani dan Roma menciptakan panteon dewa dan dewi mereka, dewa-dewi itu terlihat persis dengan manusia—begitu juga dengan sifat mereka. Dewa-dewi ini berdusta, berbuat curang dan membunuh. Mereka berzinah dan menyerang satu sama lain dengan kemarahan dan keiri-hatian. Kisah dewa-dewi ini menarik untuk dibaca karena penuh dengan intrik. Allah yang diwahyukan oleh Yesus ini unik. Allah sangat mengasihi manusia sehingga Dia mau menjadi sama dengan ciptaan-Nya sendiri bahkan mati bagi mereka. Allah mengampuni mereka yang tidak layak untuk diampuni. Allah bermurah hati dan tidak ingin membalas dendam. Jika Allah menunjukkan kemurkaan-Nya, justru karena Dia itu baik dan mengasihi, sebab dosa dapat menghancurkan anak-anak-Nya. Allah tidak mungkin adalah allah buatan. Tidak ada yang seperti Allah dalam kisah agama manapun. Di semua agama lain, tidak ada Allah yang seperti diwahyukan sendiri oleh Yesus. Jalan Allah bukan jalan kita, dan pikiran Allah bukanlah pikiran kita (Yes. 55:8). Allah bekerja dengan cara yang berbeda. Dia seperti bapa


30 | The good and beautiful COMMUNITY

yang diperlakukan tidak adil oleh anak yang tidak tahu diri, namun masih mau menerima anak itu (Luk. 15:11-32). Para pendengar Yesus akan merasa aneh ketika mendengar khotbah-Nya. Allah itu seperti seorang majikan yang membayar upah penuh kepada mereka yang bekerja hanya satu jam (Mat. 20:1-16). Yesus mengejutkan para pendengar dengan konsep-Nya. “Allah apa ini?” gumam para pendengar saat itu. Yesus mewahyukan Allah yang lain dengan apa yang pernah ada dalam dunia ini. Allah ini memang sungguh-sungguh unik. Jadi wajar jika umat Allah juga unik. Salah satu ayat kesukaan saya dalam Alkitab terdapat dalam 1 Yohanes. Ayat ini menunjukkan asal muasal keunikan Kristen: Saudara-saudaraku yang kekasih, marilah kita saling mengasihi, sebab kasih itu berasal dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah. Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih. Dalam hal inilah kasih Allah dinyatakan di tengah-tengah kita, yaitu bahwa Allah telah mengutus Anak-Nya yang tunggal ke dalam dunia, supaya kita hidup oleh-Nya. Inilah kasih itu: Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita. Saudara-saudaraku yang kekasih, jikalau Allah sedemikian mengasihi kita, maka haruslah kita juga saling mengasihi. Tidak ada seorang pun yang pernah melihat Allah. Jika kita saling mengasihi, Allah tetap di dalam kita, dan kasih-Nya sempurna di dalam kita.

Intinya sederhana sekali: sebagaimana adanya Allah, begitu pula umatNya. Jika kita tidak mengasihi, maka kita tidak akan mengenal Allah. Itu karena “kasih Allah telah dinyatakan kepada kita” dalam pribadiYesus “agar kita mendapatkan hidup melalui-Nya.” Kita unik karena Yesus hidup di dalam diri dan bekerja melalui kita (Gal. 2:20). Perhatikan bagaimana Yohanes mengatakan bahwa Allah telah mengasihi kita bahkan sebelum kita mengasihi Allah. Allah telah mengasihi orang-orang yang tidak mengasihi dan melayani-Nya.Yohanes berkata bahwa kasih inilah yang harus kita berikan kepada satu sama lain. Yohanes menyimpulkan inti maksudnya pada bagian akhir: ketika kita mengasihi, Allah tinggal dalam kita, dan kasih-Nya menyempurnakan


Komunitas yang Unik

| 31

kita. Allah yang unik menjadikan kita sebagai umat-Nya yang unik, yakni umat yang mengasihi sesama, bahkan ketika kita dimusuhi. Sejarah Kristen dipenuhi dengan orang-orang unik. Para martir menyanyikan himne ketika sedang menghadapi hukuman mati. St. Francis meninggalkan kekayaannya dan pergi meninggalkan kotanya hanya dengan sehelai jubah pengemis, serta menciumi penderita lepra. Sungguh aneh. Catherine dari Genoa (1447-1510) dan suaminya yang kaya raya pergi meninggalkan kehidupan mereka yang terasa kosong, pindah ke rumah sederhana, dan memberi diri mereka untuk melayani orang-orang sakit dan menderita. Dia menghabiskan beberapa jam sehari untuk berdoa, di mana dia selalu merasakan api yang membakar dari kehadiran Allah dalam hatinya, lalu dia menghabiskan waktu untuk merawat mereka yang membutuhkan, sambil hidup dalam ritme seimbang antara kontemplasi dan aksi. Sungguh tidak lazim. William Graham pergi meninggalkan seminari dan melayani sebuah gereja kecil di Chicago. Dia tidak menyelesaikan pendidikan seminarinya karena dia ingin cepat-cepat mengabarkan Injil. Dia bergabung dengan Youth for Christ agar bisa melayani orang-orang muda. Dia berkhotbah tentang moralitas, kedamaian dan keadilan, dan dia banyak membawa orang kepada Kristus—ratusan bahkan ribuan orang. Kita lebih mengenal dia sebagai “Billy,� dan dunia ini melihat dia sebagai sebuah fenomena yang aneh. Gereja tempat saudari saya suatu ketika melayani penguburan sorang muda yang terang-terangan hidup dalam homoseksualitas. Gereja itu dikritik habis-habisan oleh gereja lain karena mereka merasa bahwa “Allah membenci orang homo.� Hujan turun di pagi itu saat penguburan. Orang-orang dari gereja saudari saya terkejut dengan kemarahan yang ditunjukkan oleh mereka yang mengaku sebagai murid Kristus. Biarpun mereka dihina-hina, namun mereka tetap memberkati orang-orang itu. Mereka membeli cokelat panas dan menawarkan orang-orang itu untuk meminumnya. Sungguh mencengangkan. Quaker yang hidup di Amerika pada abad kedelapan belas tidak suka dengan perbudakan. Mereka mengadakan pertemuan di New Jersey, di bawah bimbingan Roh Kudus dan seorang pria bernama John Woolman. Mereka berdoa berjam-jam tanpa suara. Lalu memutuskan un-


32 | The good and beautiful COMMUNITY

tuk membebaskan seluruh budak mereka. Tidak hanya itu. Mereka juga membayar seluruh hutang kepada budak-budak mereka. Ide ini terlalu radikal sehingga beberapa orang takut mereka bangkrut. Secara mengejutkan, mereka tidak mengalami kebangkrutan. Tindakan mereka begitu berlawanan dengan budaya saat itu, sehingga hampir tidak ada yang percaya dengan keputusan mereka. Ini gila. Shane Claiborne—dengan sengaja—hidup di antara orang miskin di kota Philadelphia serta menghabiskan waktu untuk menolong orang-orang itu Sosok siapakah yang menurut Anda “unik” dalam kehidupan meningkatkan kualitas hidup mereka. Anda atau dalam sejarah gereja? Dia mengasihi mereka, yang telah dilupakan oleh dunia. Wanita yang saya ceritakan sebelumnya yang telah memberi hidup bagi Kristus setelah menyaksikan kehidupan mahasiswa lain di kampusnya pada saat ini hidup dalam komunitas di tengah-tengah kawasan miskin bersama suaminya beserta dengan dua pasangan yang lain. Mereka menyediakan waktu dan tenaga mereka untuk menolong orang lain. Orang-orang yang tinggal di sekitar mereka merasa bahwa mereka ini aneh, namun orang-orang itu menyukai keberadaan mereka. Mereka mengadakan pesta kebun yang memberikan harapan dan sukacita kepada orang-orang yang mengalami kesulitan. Bukankah ini unik? Anda dapat mengatakan bahwa mereka gila. Namun jika Anda berkata demikian, maka komentar Anda adalah sebuah pujian. Mereka gila jika dilihat dari kacamata dunia. Tentu tidak semua orang Kristen bersikap seperti ini, biarpun menurut saya seharusnya orang Kristen memang seperti itu. Profesor Cornel West dengan tepat mengatakan, “Akan selalu ada orang Kristen yang memberi diri kepada ketamakan, kepada ketakutan, kepada kefanatikan. Akan selalu ada orang Kristen yang tidak memberi diri kepada ketamakan, kepada ketakutan, dan kepada kefanatikan.” Tidak semua orang Kristen unik, namun seharusnya semua orang Kristen tidak memberi diri kepada ketidakadilan, ketamakan, materialisme dan rasisme. Terlalu sering kita tanpa sadar hidup dalam semua ini. Saya sadar bahwa saya memang pernah seperti itu. Mudah bagi kita


Komunitas yang Unik

| 33

untuk terjebak dalam budaya tempat kita tinggal, yakni budaya yang penuh dengan kebencian dan kekerasan agar manusia bisa berkuasa, yakni budaya yang memperlakukan orang lain sebagai barang untuk tujuan pribadi, yakni budaya yang menyukai imoralitas. Dr. West kembali mengatakan: “Dibutuhkan keberanian untuk mempertanyakan—mengapa saya suka dengan ketidakadilan? Butuh keberanian untuk memangkas akarnya Renungkan kata-kata A. W. Tozer dan keluar dari zona nyaman. Butuh bahwa kita, “terlalu nyaman hidup di keberanian untuk bangun, terjaga dan dunia.” Apa maksudnya? menolak untuk menikmati ketidaktahuan. Dibutuhkan keberanian untuk menghancurkan kenyamanan dan keengganan untuk maju.” Saya setuju. Perlu keberanian untuk hidup sama seperti Allah kita yang unik, untuk mengasihi dan mengampuni mereka yang tidak patut dikasihi dan diampuni. Satu-satunya cara agar kita dapat menemukan keberanian ini adalah ketika kita menyadari bahwa kita merupakan komunitas yang berasal dari dunia lain. Komunitas ini akan dibahas dalam bab kedua. PERCAYA KEPADA BIMBINGAN ROH KUDUS

Ada satu kisah ilustrasi kesukaan saya yang menggambarkan prinsip penting yang akan dibahas berulang kali dalam buku ini. Kisah itu adalah kisah mengenai pemimpin Quaker, yakni George Fox dan William Penn. George Fox (1624-1691) adalah pendiri Quaker, yakni sebuah gerakan Kristen abad ketujuh belas di Inggris. Dua kontribusi penting dari Quaker adalah pasifisme (penolakan terhadap kekerasan) dan kesetaraan (penghapusan pembedaan kelas). William Penn (1644-1718) tumbuh besar di kalangan borjuis dan dididik dengan pendidikan terbaik. Pada usia dua puluh tiga, Penn menjadi seorang Quaker, dan semuanya berubah sejak saat itu. Pada zaman itu, orang borjuis akan mengenakan pedang, bukan sebagai alat untuk membunuh, melainkan sebagai simbol kalangan atas. Setelah menjadi seorang Quaker, Penn bergumul apakah dia harus mengenakan pedang atau tidak. Pedang merupakan simbol kekerasan dan pembedaan kelas— dua aspek yang justru dikritik oleh Quaker.


34 | The good and beautiful COMMUNITY

Penn pergi bertanya kepada Fox, mentornya, untuk mencari jawaban atas pergumulannya. “Bolehkah saya terus mengenakan pedang itu?” tanya Penn kepada Fox. Saya kira Fox akan berkata, “Tidak, kamu tidak boleh memakainya lagi. Gunakan pedang itu sebagai alat bajak sawah dan jangan mengenakan pedang itu lagi.” Sebaliknya, George Fox memberi jawaban yang menjadi dasar bagi saya untuk menjalani kehidupan kristiani. Fox berkata, “Kenakanlah pedang itu selama kamu bisa, William, kenakan selama kamu bisa.” Fox memberi sebuah prinsip penting dalam kehidupan kristiani. Ketika bicara soal sikap dan perilaku, kita harus menghindari peraturan dan hukum, dan sebaliknya percaya sepenuhnya kepada Roh Kudus. Fox tidak berkata, “Jangan pakai itu,” atau, “kamu boleh memakainya.” Jika Fox berkata seperti itu, maka Penn akan kehilangan kesempatan untuk mendengar Roh Kudus, dan Penn akan mengenakan sebuah standar yang kaku, yang kelak justru akan menimbulkan masalah lainnya. BUKAN SOAL LEGALISME ATAU KEBOLEHAN

Dalam sebuah buku yang berbicara tentang cara hidup, selalu ada bahaya kecenderungan legalisme. Dalam buku ini kita akan mempelajari gaya hidup dan sikap yang ditunjukkan oleh beberapa pria dan wanita, bahwa gaya hidup mereka memang mengesankan dan menguatkan. Kita akan melihat contoh dari orang-orang dan gereja yang memiliki kemurahan hati luar biasa, pengampunan yang menakjubkan dan kesaksian yang menginspirasi. Teladan mereka dimaksudkan untuk memberi semangat, namun kita harus berhati-hati agar sikap mereka bukanlah sebuah keharusan untuk menjadi murid Yesus. Sebagai contoh, saya menyebut nama Matt dan Catherine, yang kini tinggal bersama dua pasangan lain di sebuah rumah yang besar. Kesederhanaan dan kasih mereka kepada sesama sangat mengesankan. Namun jika saya menyimpulkan bahwa orang Kristen sejati harus melakukan sikap yang sama dengan mereka, maka saya telah melakukan kesalahan. Ada sebuah kecenderungan untuk menjadikan gaya hidup seorang individu yang dibimbing oleh Roh Kudus sebagai sebuah peraturan bersama. Saya akan menjalankan “Prinsip Fox” dalam buku ini. Ketika kita membahas sebuah topik mengenai penggunaan kekayaan, penggunaan


Komunitas yang Unik

| 35

waktu atau latihan rohani apa yang dapat meningkatkan atau malah menghambat hubungan kita dengan Allah, maka kita harus mengingat perkataan George Fox. Sebagai contoh, beberapa dari Anda yang memiliki berkat finansial mungkin akan bertanya, bolehkah saya mengendarai mobil ini dan tinggal di rumah seperti ini? Anda tidak boleh langsung menjawab, “tidak ada seorang Kristen yang boleh tinggal dalam rumah seharga $100,000 atau mengendarai mobil seharga $20,000.” Seharusnya kita berkata, “Tinggallah dan berkendaralah selama Anda masih merasa nyaman, setidaknya selama diri Anda tidak merasakan kegelisahan.” Beberapa dari kita akan merasa bahwa jawaban ini bisa digunakan untuk beralasan. Ada peraturan yang tidak akan bisa dilanggar tanpa ada konsekuensi (misalnya Sepuluh Hukum Taurat). Saya tidak akan pernah mengatakan kepada seseorang yang berselingkuh, “Teruskan perselingkuhan Anda selama Anda masih merasa nyaman.” Namun ketika kita bicara soal apa yang kita makan, minum, pakai, atau kendarai, maka kita harus berpikir dengan jernih dan dengan telinga yang mau mendengar bisikan Roh Kudus. Kerajaan Allah bukan peraturan, namun soal kebaikan dan kepastian dan sukacita yang kita temukan ketika kita mengizinkan Roh Kudus memimpin kita. Saya ingin bersikap sama seperti George Fox dan rasul Paulus. Saya ingin agar Anda mengambil kesimpulan sendiri, dengan bimbingan Roh Kudus, dan jangan menjadikan bimbingan Roh Kudus sebagai Taurat yang harus ditaati oleh semua orang, atau menghakimi orang lain yang tidak melakukan apa yang Anda lakukan. Haruskah orang Kristen mengenakan perhiasan? Menonton televisi? Pergi ke bioskop? Bermain olahraga di hari Minggu? Ada orang-orang Kristen sejati yang akan menjawab tidak, dan juga ada orang Kristen sejati yang akan menjawab iya. Biarpun tidak ada jawaban yang pasti, bukan berarti kita tidak boleh meminta nasihat. Menurut saya, proses bertanya dan mendengarkan Roh Kudus dalam kehidupan sehari-hari itu penting dan justru memberi semangat. Kita menginginkan jawaban yang hitam putih, namun terkadang motivasi kita adalah karena kita malas dan tidak mau menerima tantangan untuk mencari tahu. Anda mungkin sudah menebak-nebak bahwa William Penn tidak


36 | The good and beautiful COMMUNITY

lagi mengenakan pedang, namun proses ini tidak berjalan secepat itu. Begitu konsep dan sikap kita berubah, maka aspek lain dalam hidup akan ikut berubah, namun tidak dalam semalam. Saya kira Penn muda belajar pelajaran yang penting dari Fox, yakni pelajaran yang akan terus dia laksanakan sepanjang hidupnya. Hidupnya sungguh luar biasa. Penn pergi ke Amerika dan mendirikan komunitas Quaker, lalu memimpin gerakan penghapusan perbudakan di sana. William Penn adalah seorang pribadi yang luar biasa—baik sebagai seorang Kristen (dia menulis buku No Cross, No Crown yang sangat inspiratif) maupun sebagai seorang negawaran. Salah satu cara menghindari legalisme adalah melalui latihan-jiwa. Latihan-latihan ini bukan peraturan yang mengikat, namun juga tidak boleh diabaikan jika kita ingin bertumbuh dengan Allah maupun sesama. Latihan-latihan itu akan menguatkan dan menyadarkan kita akan pertolongan Roh Kudus tanpa harus menjadi sebuah resep yang hasilnya malah mudah ditebak.


latihan - jiwa

DUA KE EMPAT

Ada dua poin penting dalam bab ini.Yang pertama adalah bahwa orang Kristen itu unik. Yang kedua adalah bahwa keunikan mereka berasal dari Allah yang unik. Sebagaimana kita menghabiskan waktu dengan Allah yang unik, maka kita juga akan menjadi semakin unik. Namun keunikan ini tidak akan muncul jika kita diam saja tanpa berusaha. Saya ingin Anda melakukan dua latihan di bawah ini dalam minggu ini: (1) habiskan waktu bersama dengan Allah dan (2) lakukanlah perbuatan yang unik. Ingatlah bahwa keunikan bukan sesuatu yang buruk, melainkan hanya ketidaklaziman yang berseberangan dengan budaya yang tiap hari kita lihat. Pada minggu ini saya ingin agar Anda mengombinasikan antara kontemplasi dan aksi, antara kekudusan diri dengan keadilan sosial. Kita harus menjaga keseimbangan antara waktu bersama Allah dan sesama. Untuk menjaga keseimbangan, saya ingin agar Anda melakukan dua latihan: habiskan dua jam dengan berfokus kepada Allah dan lakukan empat kebaikan yang unik. Saya menyebut latihan ini sebagai “dua ke empat�: dua jam bersama Allah dan empat kebaikan kepada sesama. Saya akan memberi penjelasan mengenai bagaimana cara Anda menghabiskan waktu dua jam bersama Allah, kemudian apa yang dapat Anda lakukan untuk menolong sesama. DUA JAM BERSAMA ALLAH

Beberapa dari Anda mungkin akan terintimidasi karena harus menghabiskan waktu dua jam bersama Allah, sementara yang lain akan ber-


38 | The good and beautiful COMMUNITY

tanya-tanya, oh, hanya dua jam saja? Setelah interaksi dengan banyak orang dan merenung, saya kira dua jam adalah waktu yang pas. Dua jam tidak terlalu banyak atau terlalu sedikit. Tentu saja dua jam ini hanyalah sebuah petunjuk, dan bukan sebuah peraturan. Dua jam adalah sebuah arahan, dan tidak dimaksudkan agar Anda merasa bangga karena dapat mencapai dua jam atau merasa bersalah karena Anda tidak sanggup. Izinkan saya menjelaskan mengapa waktu dua jam ini adalah waktu yang pas, dan izinkan saya memberikan arahan mengenai cara Anda menghabiskan waktu dua jam bersama Allah. BAGAIMANA MUNGKIN SAYA BISA MENCAPAI WAKTU DUA JAM?

Pertama-tama, dua jam tidak harus dikerjakan sekaligus. Anda dapat mengambil waktu tiga puluh menit sebanyak empat kali sesi (beberapa orang mengambil waktu lima belas menit sebanyak delapan kali sesi. Beberapa yang lain mengambil waktu satu jam sebanyak dua sesi). Yang kedua, persekutuan (pergi ke gereja) dapat dihitung sebagai waktu dalam dua jam ini, jika Anda pergi ke gereja untuk bertemu dengan Allah. Terkadang kita pergi beribadah sambil memikirkan halhal selain Allah. Berikut adalah beberapa tips: • Datang lebih awal. • Ambil waktu untuk memfokuskan diri kepada Allah sebelum ibadah dimulai. • Ingatkan diri Anda terus-menerus bahwa fokus Anda adalah Allah. • Jika Anda kehilangan konsentrasi, pikirkan Allah kembali. • Anda dapat pergi ke gereja lalu menjadwalkan kuota waktu Anda yang lain untuk berfokus kepada Allah. APA YANG DAPAT ANDA LAKUKAN UNTUK MENGHABISKAN WAKTU DENGAN ALLAH

Latihan terakhir dalam buku kedua dari Seri Pemuridan, Kehidupan yang Baik dan Indah, adalah soal menghabiskan satu hari dalam devosi, dengan menggunakan konsep Madame Guyon. Dengan meminjam prinsip-prinsipnya, saya menuliskan pedoman di bawah ini agar Anda me-


LATIHAN-JIWA

| 39

miliki gambaran untuk menghabiskan waktu bersama dengan Allah. Langkah-langkah di bawah ini bukan peraturan yang kaku. 1. Carilah tempat yang sepi untuk berdiam diri. Tempat ini adalah tempat di mana Anda merasa nyaman dan bebas dari gangguan. 2. Tariklah nafas. Anda perlu waktu untuk berkonsentrasi. Salah satu hal yang suka saya lakukan adalah bernafas dan memerhatikan ritme nafas saya. Bernafas teratur menolong saya untuk menenangkan diri dan berkonsentrasi. Terkadang saya menghitung jumlah nafas dan pada hitungan keempat puluh saya bukan hanya rileks tetapi sudah sangat berkonsentrasi. 3. Panjatkan doa. Saya suka memanjatkan doa Bapa kami atau doksologi. Anda harus ingat bahwa Anda sedang berada di hadapan Allah. 4. Naikkan pujian. Saya suka dengan frasa bahwa Allah bertakhta di atas pujian umat-Nya. Tulislah berkat-berkat yang sudah Anda terima (Anda mungkin sudah pernah menuliskannya dalam latihan di buku Allah yang Baik dan Indah). Ucaplah syukur kepada Allah. Akan ada semangat baru yang muncul dalam diri Anda. 5. Bacalah sambil merenungkannya. Anda dapat membuka Alkitab dan membaca dari ayat-ayat yang pendek. Saya sarankan agar Anda membaca tidak lebih dari empat hingga lima ayat. Mazmur dan kitab Injil adalah bacaan yang bagus. Beberapa orang lain menggunakan bacaan rohani. Saya sendiri membaca The Imitation of Christ. 6. Merenung. Habiskan waktu untuk merenungkan apa yang telah Anda baca. Apa yang Anda dapat? Apa yang ingin disampaikan oleh Allah melalui ayat yang Anda baca? 7. Bertanya dan mendengar. Jangan takut untuk bertanya kepada Allah secara langsung. Tanyakan isi hati Anda kepada Allah. Namun tentu Anda tidak akan mendengar jawaban-Nya langsung. Belajar peka terhadap suara Allah yang lembut. Kepekaan ini memerlukan waktu dan latihan.Terkadang Allah menjawab dengan suara yang lembut, terkadang pula Allah menjawab melalui pikiran Anda. Kunci yang penting adalah membiarkan hati Anda terbuka bagi Allah. Biarkan Allah mengetahui apa yang Anda rasakan. Bacaan Mazmur sangat tepat untuk bagian ini karena pemazmur tidak ragu-ragu untuk menyampaikan kemarahan, pujian atau ucapan syukurnya kepada Allah.


40 | The good and beautiful COMMUNITY

8. Jurnal. Sangat menolong apabila Anda menuliskan pikiran dan perasaan yang muncul ketika Anda menghabiskan waktu bersama Allah. Tuliskan pikiran atau pertanyaan Anda dalam jurnal. Tulisan Anda akan mengkristalisasi apa yang telah Anda pelajari dan kelak di tahuntahun selanjutnya Anda dapat membacanya kembali. Saya harap Anda sudah mendapat gambaran mengenai apa yang harus Anda lakukan. Delapan langkah ini dapat dikerjakan dalam waktu dua puluh hingga tiga puluh menit, atau jika Anda melakukannya dengan santai, maka Anda dapat menghabiskan waktu empat puluh lima hingga satu jam. EMPAT KEBAIKAN YANG UNIK

Beberapa tahun yang lalu saya terlibat dalam pelatihan di mana kami harus melakukan satu kebaikan yang tidak egois dan spontan setiap hari, selama tiga puluh hari berturut-turut. Saya menikmati latihan itu. Latihan itu membuat saya memikirkan kebaikan yang dapat saya lakukan bagi orang lain, dan memberikan saya semangat untuk benarbenar melakukannya. Saya melakukan banyak hal kecil bagi orang lain (mengembalikan nampan seseorang di kantin) dan hal besar (membantu teman pindah rumah). Latihan ini juga membuat saya menjadi kreatif karena—percaya atau tidak—melakukan satu kebaikan yang tidak egois dan spontan setiap hari lebih sulit dari yang Anda bayangkan. Untungnya, orang yang membuat latihan ini mengatakan bahwa kami memang akan mengalami kesulitan, jadi kami tidak terlalu terkejut ketika mengalaminya. Satu hal yang tidak saya sukai dari latihan ini adalah spontanitas. Saya menyadari bahwa saya memaksakan kebaikan kepada orang lain di mana kebaikan itu tidak diperlukan. Saya juga menyadari bahwa saya terkadang berpura-pura baik. (Apakah melambaikan tangan kepada orang asing termasuk kebaikan?). Ketimbang melakukannya setiap hari, saya menantang diri saya sendiri untuk melakukan empat kebaikan yang tidak egois dan spontan setiap minggu saja. Tantangan ini menolong saya karena terkadang memang tidak ada kebaikan yang dapat kita lakukan, sedangkan setiap tiga atau empat hari memang ada kesempatan yang bisa muncul.


LATIHAN-JIWA

| 41

Pelajaran selanjutnya yang saya temukan adalah bahwa ternyata saya masih bisa menunjukkan keserupaan dengan dunia. Sebagai contoh, jika saya membeli barang yang tidak saya perlukan, maka saya menunjukkan bahwa saya sedang memberi diri kepada ketamakan, materialisme dan kemewahan dunia ini. Jika saya memperlakukan orang lain secara adil, maka saya sedang menunjukkan bahwa dunia ini bukanlah rumah saya. Saya adalah milik Kerajaan Allah. Jika saya memutuskan untuk memperlambat tempo aktivitas dan menghindari keterburu-buruan, maka saya sedang menunjukkan bahwa saya tidak memberi diri kepada budaya kepanikan di sekitar saya. Ketika saya melakukan eksperimen seperti di atas, ternyata latihan ini menjadi lebih menarik. Saya dengan sengaja melakukan hal-hal yang mungkin tidak akan saya lakukan, dan saya melakukan semua hal itu dengan sikap bahwa saya bukanlah berasal dari dunia ini. Kebaikan dan kemurahan hati adalah sikap yang paling unik. Jadi saya ingin agar Anda berkonsentasi untuk merencanakan empat kebaikan yang tidak egois, atau empat kebaikan yang unik atau empat sikap yang tidak memberi diri kepada dunia. Berikut ini adalah beberapa contoh: 1. Pinjamlah kunci mobil seseorang dan bawalah mobil itu ke tempat cuci atau cucilah dengan tangan Anda sendiri. 2. Sapulah pekarangan atau trotoar tetangga Anda. 3. Terlibatlah dalam percakapan, ajaklah orang lain untuk membicarakan kehidupan mereka. (Mendengarkan adalah karunia yang luar biasa.) 4. Bersihkanlah rumah atau apartemen tanpa diminta (jika Anda tinggal dengan orang lain; jika tidak, lakukanlah ini untuk diri Anda sendiri). 5. Bayarlah untuk mobil yang ada di belakang antrian Anda. 6. Belanjalah di tempat di kota Anda yang Anda tahu sedang kesulitan secara ekonomi. 7. Izinkan orang lain mendahului Anda dalam antrian. 8. Sapalah orang lain dengan, “Hai, bagaimana kabarmu?� lalu tunggulah jawaban mereka—jangan terus berjalan.


www.renovare.org

Sekitar dua puluh tahun yang lalu, Richard J. Foster, teman dan mentor saya, berkata, “Jim, saya akan memulai sebuah pelayanan. Sudah waktunya tembok pemisah antar denominasi dirobohkan. Gereja harus melakukan tugas utamanya dengan lebih baik—pemuridan. Orang-orang harus dapat mempraktikkan disiplin rohani tidak hanya seorang diri, namun secara berkelompok. Kita harus menolong gereja modern pada saat ini untuk dapat belajar dari gereja mulamula. Saya ingin kamu menolong saya mendesain dan memimpin pelayanan ini.” Saya menjawab iya. Satu bulan kemudian kami bertemu kembali untuk makan siang dan Richard berkata bahwa dia sudah menemukan sebuah nama untuk pelayanan ini: RENOVARÉ (ren-o-var-ay), sebuah kata Latin yang berarti “memperbarui.” Saya tahu kami akan mengalami kesulitan: tidak ada satu pun yang dapat melafalkannya, dan tidak ada satu pun yang tahu artinya. Namun kata ini terdengar keren, karena menggambarkan suatu usaha perubahan yang tidak berani dilakukan oleh banyak orang. Yang saya sukai dari RENOVARÉ adalah pelayanan ini merupakan pendamping gereja, memberikan pengajaran tanpa seolah telah melakukan tugas utama gereja: yakni pemuridan. Sayangnya banyak orang memisahkan kata murid (disciple) dengan disiplin. Banyak orang yang lupa bahwa pengikut Kristus adalah murid karena mereka melakukan disiplin-disiplin rohani yang diajarkan oleh Yesus. Praktik doa, kebaikan, mengabarkan Injil, pelayanan, persekutuan, dan berbagi karunia itulah yang membuat kehidupan seorang murid menjadi dinamis serta memperkaya pengalaman rohani mereka. RENOVARÉ bertujuan untuk menolong orang-orang serta gereja agar menemukan kembali hal-hal ini supaya kita dapat menjadi semakin serupa dengan Yesus. Saya telah melayani bersama dengan RENOVARÉ selama beberapa tahun ini (beberapa menjadi partner saya dalam menulis seri buku ini) karena mereka menyadari bahwa menjadi pengikut Kristus tidak dibatasi oleh denominasi dan program gereja. Mengikuti Yesus memberikan kita kemampuan untuk menemukan Allah dalam setiap aspek kehidupan kita sehari-hari. Anda mungkin tidak langsung menyadarinya, namun buku yang Anda baca menggambarkan sebagian besar dari apa yang dikerjakan oleh RENOVARÉ— buku ini memiliki DNA yang sama dengan RENOVARÉ. Jadi saya harap Anda tidak berhenti sampai pada buku ini saja.


Transforming Discipleship (Pemuridan yang Mengubahkan) Membuat Beberapa Murid yang Serupa Kristus Dalam Waktu Bersamaan Greg Ogden MENGAPA BANYAK ORANG KRISTEN TIDAK SEPERTI KRISTUS?

Banyak jemaat gereja mengeluhkan bahwa gereja mereka tidak memiliki rancangan jangka panjang untuk pemuridan dan pertumbuhan rohani mereka. Di sisi lain, banyak pemimpin gereja meratapi kurangnya sumber daya untuk mempercepat pertumbuh gereja dan sedikit pelayan yang mau melayani dalam program-program gereja. Akar masalah dari kurangnya pertumbuhan gereja sangat mungkin tidak disebabkan oleh kurangnya kepedulian terhadap jemaat tetapi mungkin lebih disebabkan karena tidak efektif memuridkan jemaat yang sudah dimiliki dan membentuk mereka menjadi pengikut Kristus yang berkomitmen. Dalam Transforming Discipleship, Greg Ogden memperkenalkan visinya tentang pemuridan, ia menekankan bahwa solusi tidak akan didapat melalui program yang berskala besar dan menguras banyak sumber daya. Sebaliknya, ia menunjukkan kebutuhan gereja akan pemuridan dan menghidupkan kembali metode Yesus dalam membawa perubahan hidup, dengan berinvestasi hanya pada beberapa orang pada waktu bersamaan. Dan menunjukkan bagaimana pemuridan dapat mereplikasi dirinya sendiri dengan dampak yang berkelanjutan dari generasi ke generasi. Info lengkapnya kunjungi: www.perkantasjatim.org Literatur Perkantas Jawa Timur Jl. Tenggilis Mejoyo KA-10, Surabaya 60292 Tlp. (031) 8435582, 8413047; Faks.(031) 8418639 E-mail: literatur.jatim@gmail.com, www.perkantasjatim.org


Sacred Rhythms (Irama Kudus) Mengarahkan Hidup Kita Bagi Transformasi Rohani Ruth Haley Barton Apakah Anda merindukan suatu kedalaman dan perubahan mendasar dalam kehidupan Anda dengan Tuhan? Apakah Anda juga merindukan suatu relasi yang begitu intim bersama Tuhan? Disiplin rohani adalah sebuah aktifitas yang membuka diri kita bagi transformasi kasih Allah dan perubahan yang hanya dapat diberikan oleh Allah dalam hidup kita. Buku ini akan membawa Anda lebih dalam untuk memahami tujuh kunci disiplin rohani yang disertai dengan ide-ide praktis untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Setiap bab mencakup latihan-latihan untuk menolong Anda memulai praktik-praktik disiplin rohani tersebut baik secara individu maupun di dalam kelompok. Pada bab terakhir, semua bentuk disiplin rohani ditempatkan di dalam sebuah cara yang akan membantu Anda untuk mengarahkan hidup Anda bagi transformasi rohani. Sebuah pilihan untuk membangun irama kudus bagi hidup Anda adalah pilihan paling penting yang dapat Anda buat bagi hidup Anda pribadi. Winner of a 2006 Logos Book Award! Info lengkapnya kunjungi: www.perkantasjatim.org Literatur Perkantas Jawa Timur Jl. Tenggilis Mejoyo KA-10, Surabaya 60292 Tlp. (031) 8435582, 8413047; Faks.(031) 8418639 E-mail: literatur.jatim@gmail.com, www.perkantasjatim.org


Christ The Controversialist (Kristus Sang Kontroversialis) Meneladani Pelayanan dan Pengajaran Yesus yang Radikal John Stott Kita sering membayangkan Yesus sebagai pembuat damai, yang begitu sabar dan lembut dalam menghadapi ajaran atau praktik ibadah yang salah. Ternyata Injil tidak mengatakan seperti itu. Yesus berkonflik keras. Dia menentang banyak hal. Dia berdebat dengan berbagai kelompok pemuka agama. Kontroversi apa saja yang Dia buat? • Dia berargumen bahwa kita akan mengalami karya Allah yang sangat berkuasa secara supranatural baik di dunia maupun akhirat. • Dia tidak setuju bahwa tradisi manusia seharusnya tidak menggantikan Alkitab, fondasi dasar kita. • Dia berargumen bahwa Alkitab bukanlah tujuan akhir bagi dirinya sendiri, tetapi ada tujuan yang melampaui itu. • Dia menekankan bahwa Allah menerima kita berdasarkan apa yang kita terima dari Dia, bukan karena apa yang kita lakukan bagi-Nya. John stott dengan berani menegaskan berbagai kontroversi yang dimunculkan Yesus untuk memperjelas inti dari iman Kristen. Teks klasik yang ditulis oleh John Stott ini begitu kontroversi saat pertama kali diterbitkan, bahkan tidak kalah kontroversinya pada masa kini. Namun yang terpenting adalah maukah Anda mengikut dengan sungguh Kristus yang radikal dan kontroversial? Info lengkapnya kunjungi: www.perkantasjatim.org Literatur Perkantas Jawa Timur Jl. Tenggilis Mejoyo KA-10, Surabaya 60292 Tlp. (031) 8435582, 8413047; Faks.(031) 8418639 E-mail: literatur.jatim@gmail.com, www.perkantasjatim.org



Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.