“Buku ini adalah karya klasik DeYoung—sangat Alkitabiah.” John Piper, pendeta dan pengkhotbah, Bethlehem Baptist Church “Hati saya bersukacita ketika mendengar Kevin menyampaikan topik ini. Pesan yang dia berikan adalah sebuah seruan agar umat Allah terbangun. Pesannya sangat sesuai konteks, profetis, dan sangat dibutuhkan oleh zaman ini. Sebagai seorang teolog dan pemikir yang berkarunia, Kevin membahas banyak kerumitan dan keambiguan tentang kekudusan yang sejati. Sebagai seorang pendeta, dia menunjukkan gairah dan kepedulian yang tulus akan kondisi domba-dombanya. Sebagai sesama peziarah, dia mengkritik pikiran dan gaya hidup yang tidak menunjukkan identitas anak Allah di tengah dunia yang gelap ini. Sebagai seorang pelayan dan kekasih Kristus, dia menunjukkan visi keindahan dan kuasa dari kekudusan diri.” Nancy Leigh DeMoss, penulis, pengelola program radio Revive Our Hearts “Kekudusan dulunya adalah bagian terutama dari mengikuti Kristus. Bagi kebanyakan orang pada hari ini, kehidupan Kristen tidaklah lebih dari perayaan anugerah yang murahan dan kebebasan yang palsu, serta toleransi besar-besaran terhadap dosa. Dalam bukunya yang dikemas apik dan wajib dibaca, Kevin DeYoung mengarahkan kita kepada kebenaran yang tidak populer namun anehnya malah membebaskan— Allah itu kudus dan ingin agar kita menjadi kudus. Tanpa terdengar legalis, Kevin memberikan pandangan yang seimbang dan menantang mengenai Taurat dan anugerah. Kevin DeYoung adalah salah satu penulis favorit saya, dan buku ini menunjukkan alasan tersebut. Saya berulang kali mengatakan ‘Ya!’ ketika saya membalik halaman demi halaman buku ini. Saya yakin bahwa pengikut Kristus perlu untuk membaca, membahas, dan menghidupi pesan yang meninggikan Allah ini dalam The Hole in Our Holiness!” Randy Alcorn, pendiri dan direktur, Eternal Perspective Ministries; penulis, If God Is Good and Heaven
“Anugerah terlalu menakjubkan untuk membiarkan kita hidup dalam penindasan dosa. Dalam buku ini, Kevin DeYoung mengingatkan kita bahwa Injil adalah dasar dari pembenaran dan pengudusan. Pada saat yang sama, dia mengingatkan kita akan nasihat-nasihat dalam Alkitab yang mendorong kita untuk mengejar kekudusan sebagai buah dari penyatuan kita dengan Kristus oleh karena Roh Kudus. The Hole in Our Holiness adalah sebuah perenungan penting dalam topik yang kritis mengenai sukacita dan pergumulan kehidupan Kristen.” Michael Horton, Professor Teologi, Westminster Seminary California; penulis, The Christian Faith: A Systematic Theology for Pilgrims on the Way “Pembaca mungkin mengira bahwa buku ini berisi penghakiman, legalisme, dan kurang berempati. The Hole in Our Holiness tidaklah seperti itu. Kevin DeYoung memperjelas apa itu usaha untuk mengejar kekudusan yang dikuatkan oleh Roh dan dimotivasi oleh Injil. Tanpa bernada ‘berusahalah lebih keras’ dan ‘pasti suatu hari nanti segala sesuatu menjadi lebih baik,’ buku ini tidak hanya memberikan keinginan untuk menjadi kudus tetapi juga harapan bahwa kekudusan tersebut dapat dicapai.” Nancy Guthrie, penulis, Seeing Jesus in the Old Testament Bible study series “J. C. Ryle menulis tema kekudusan karena ‘kekudusan dan komitmen kepada Allah tidak dimiliki oleh orang Kristen modern di negara ini.’ Alasan itu pula yang membuat teman saya Kevin DeYoung menuliskan apa yang saya rasa merupakan dorongan untuk menaati perintah Allah ‘kuduslah kamu, sebab Aku kudus’ kepada generasi muda orang Kristen. Semoga The Hole in Our Holiness memberikan apa yang telah diberikan oleh kekudusan di zaman dulu: mempromosikan kekudusan yang berpusat kepada Injil bagi orang-orang Kristen dan gereja-gereja di seluruh dunia.” C. J. Mahaney, Sovereign Grace Ministries
L iteratur P erkantas J awa T imur
The Hole in Our Holiness (L u bang dalam Ke kudus an Ki t a) Mengisi Lubang di Antara Hasrat akan Injil dan Mengejar Kekudusan oleh Kevin De Young The Hole in Our Holiness: Filling the Gap between Gospel Passion and the Pursuit of Godliness Copyright Š 2012 by Kevin DeYoung Published by Crossway, a publishing ministry of Good News Publishers Wheaton, Illinois 60187, U.S.A. This edition published by arrangement with Crossway. All rights reserved. Alih Bahasa: Kharis Adirahsetio Editor: Milhan K. Santoso Penata Letak: Milhan K. Santoso Desain Sampul:Vici Arif Wicaksono Hak cipta terjemahan Indonesia: Literatur Perkantas Jawa Timur Tenggilis Mejoyo KA-10, Surabaya 60292 Telp. (031) 8413047, 8435582; Faks. (031) 8418639 E-mail: literatur.jatim@gmail.com www.literaturperkantas.com Literatur Perkantas Jatim adalah sebuah divisi pelayanan literatur di bawah naungan Persekutuan Kristen Antar Universitas (Perkantas) Jawa Timur. Perkantas Jawa Timur adalah sebuah kegerakan yang melayani siswa, mahasiswa, dan alumni di sekolah dan universitas di Jawa Timur. Perkantas Jatim adalah bagian dari Perkantas Indonesia. Perkantas sendiri adalah anggota dari pergerakan International Fellowship of Evangelical Students (IFES). Untuk informasi lebih lanjut mengenai kegiatan yang ada secara lokal maupun regional di Jawa Timur dapat menghubungi melalui e-mail: pktas.jatim@gmail.com, atau mengunjungi Website Perkantas Jatim di www.perkantasjatim.org
ISBN: 978-602-1302-14-9 Cetakan Pertama: Mei 2015
Hak cipta di tangan penerbit. Seluruh atau sebagian dari isi buku ini tidak boleh diperbanyak, disimpan dalam bentuk yang dapat dikutip, atau ditransmisi dalam bentuk apa pun seperti elektronik, mekanik, fotokopi, rekaman, dlsb. tanpa ijin dari penerbit.
Untuk para diaken dan pendeta di University Reformed Church, terima kasih atas kerja keras dan usaha mereka untuk mengejar kekudusan
DAFTAR ISI
1 Menyadari Adanya Lubang.................................................. 9 2 Alasan Penebusan.................................................................. 25 3 Pola Kekudusan...................................................................... 35 4 Rangsangan Peraturan.......................................................... 57 5 Sukacita Allah dan Kekudusan yang Mungkin untuk Dicapai......................................................................... 75 6 Dikuatkan oleh Roh, Dimotivasi Injil, Usaha berdasarkan Iman...................................................... 95 7 Menjadi Diri Anda yang Seharusnya................................. 111 8 Orang-Orang Kudus dan Imoralitas Seksual................... 129 9 Tinggal di Dalam-Nya dan Taat.......................................... 149 10 Agar Semua Orang dapat Melihat Kemajuan Anda....... 165 Pertanyaan Pengarah................................................................... 177
Bab Satu
MENYADARI ADANYA LUBANG
S
aya tidak pernah mengerti apa menariknya berkemah. Meskipun saya memiliki banyak teman dan sanak keluarga yang suka berkemah, saya tetap tidak bisa mengerti apa asyiknya berkemah. Saya mengerti sisi kebersamaan dari berkemah, namun haruskah kebersamaan itu berarti saling berbagi toilet? Saya cukup memahami sisi petualangan berkemah. Anda memanggul tas punggung lalu pergi menjelajahi alam ciptaan Tuhan. Keren. Namun rasanya naik van yang besarnya seperti bahtera Nuh lalu pergi ke tempat perkemahan yang dihuni banyak nyamuk di mana Anda harus mendirikan dapur darurat dan kamar tidur seadanya adalah sebuah kegiatan yang tidak masuk akal. Orang macam apa yang pergi berlibur hanya untuk mempersulit diri? Tiap tahun gereja saya mengadakan “Kamp Keluarga.� Tiap tahun pula isteri saya mengajak kami ikut dan kami pergi ke luar kota bersama untuk mengikuti kamp itu. Yang menarik dari kamp
10 | T h e H o l e i n O u r H o l i n e s s
keluarga seperti ini adalah anak-anak saya berlari-larian dan berkotor-kotoran ke sana ke mari mulai dari pagi hingga petang tanpa memedulikan orang tua mereka. Biarpun terdengar menyenangkan di mana saya tidak terganggu oleh anak-anak dan saya bisa memiliki waktu untuk bersama dengan teman-teman yang lain, akan tetapi bukankah seharusnya ada kegiatan yang lebih bersih dan lebih kering untuk anak-anak saya? Meskipun anak-anak merasa senang, cuacanya cerah, tidak ada yang terluka, dan hot dog ke-17 saya masih terasa seenak yang pertama, tetap saja saya kesulitan untuk membersihkan pasir dari buku-buku saya. Saya tahu ada begitu banyak penggila kemah di dunia ini. Saya tidak menyalahkan hobi Anda. Hanya saja saya memang tidak suka berkemah. Keluarga saya bukanlah tipe “suka keluar rumah.� Bukan karena kami membenci dunia luar. Kami cukup sering melihat dunia luar dari balik jendela dan pergi keluar rumah jika ingin berbelanja. Namun kami tidak pernah berkemah. Kami tidak punya tenda, mobil van, atau kendaraan kemah. Tidak ada yang suka pergi berburu. Tidak ada yang suka pergi memancing. Bahkan alat panggang kami ada di dalam rumah (saya serius, coba cari tahu di Google tentang Jenn-Air). Saya tidak mengerti apa-apa soal perkemahan. Dan saya tidak peduli. Berkemah adalah isu yang tidak ingin saya pikirkan dalam kehidupan saya. Berkemah mungkin terasa asyik bagi orang lain, namun saya tidak ingin membicarakan, memikirkan, atau melakukannya. Silakan nikmati minuman dingin dan kursi lipat Anda. Berkemah bukanlah kegiatan bagi saya dan saya akan baik-baik saja tanpa harus berkemah. KEKUDUSAN ADALAH PERGI BERKEMAH Dapatkah Anda melihat kekudusan sama seperti saya melihat
M e n ya da r i A da n ya L u ba n g
| 11
perkemahan? Keduanya adalah bukan untuk saya. Anda menghargai orang-orang yang membuat hidupnya lebih rumit dari yang seharusnya, akan tetapi kerumitan itu bukanlah untuk Anda. Anda tidak mengenal kekudusan. Kekudusan bukanlah topik yang suka Anda bicarakan. Kekudusan bukanlah pokok doa keluarga Anda atau tema gereja Anda. Jadi, sampai hari ini, kekudusan bukanlah cita-cita Anda. Mengejar kekudusan adalah sebuah cita-cita kesekian dalam hidup Anda yang sudah sedemikian rumit. Tentu saja Anda masih merasa ingin menjadi pribadi yang lebih baik dan menghindari dosa-dosa yang besar. Namun Anda merasa bahwa kekudusan tidak diperlukan karena Anda sudah diselamatkan oleh anugerah dan hidup Anda baikbaik saja tanpa perlu kekudusan. Ketidakpedulian itu adalah sebuah lubang. Khotbah yang mengajarkan soal kekudusan adalah sesuatu yang langka di kebanyakan gereja pada saat ini. Bukan karena kita menghindari topik dosa atau tidak mengajarkan perbuatan baik. Hanya saja khotbah-khotbah saat ini lebih terdengar seperti seminar motivasi untuk membuat diri kita menjadi lebih baik. Khotbahkhotbah itu lebih seperti pengajaran moral dan khotbah seperti itu tidak baik. Injil yang sekadar mengajarkan apa yang harus Anda lakukan dan bukannya apa yang telah Kristus lakukan bukanlah Injil yang sebenarnya. Saya tidak mengatakan bahwa menonton pertandingan sepak bola di TV setiap hari Minggu dan mengendarai mobil SUV adalah perbuatan yang salah. Saya sedang membicarakan kegagalan orang Kristen, khususnya generasi muda, dan lebih khusus lagi adalah mereka yang alergi dengan “agama� dan “legalisme.� Seharusnya kita menganggap serius salah satu tujuan utama dari penebusan dan bukti dari hidup kekal yang telah kita terima, yakni kekudusan hidup.
12 | T h e H o l e i n O u r H o l i n e s s
J. C. Ryle, Uskup Liverpool abad ke-19, dengan benar berkata: “Kita haruslah kudus, karena kekudusan adalah tujuan akhir dan tujuan utama dari kedatangan Kristus ke dunia.... Yesus adalah Juruselamat agung. Dia tidak hanya sekadar menanggung kesalahan dari orang berdosa, melainkan lebih dari itu—Dia mematahkan kuasa dosa (1 Ptr. 1:2; Rm. 8:29; Ef. 1:4; 2 Tim. 1:9; Ibr. 12:10).�1 Ketakutan saya adalah kita terlalu fokus merayakan dan menyadari dari apakah kita diselamatkan oleh Kristus, sehingga akhirnya kita jarang memikirkan dan memerhatikan alasan mengapa Kristus menyelamatkan kita. Bukankah seharusnya mereka yang bergairah akan Injil dan kemuliaan Allah adalah juga mereka yang begitu berdedikasi untuk mengejar kekudusan? Saya khawatir akan adanya sebuah kesalahan perhatian dan tidak ada seorang pun yang sepertinya peduli dengan kesalahan ini. KATA SIAPA? Bagaimana saya menyadari adanya sebuah lubang dalam kekudusan ini? Sebenarnya saya tidak menyadarinya. Siapakah yang sanggup mengevaluasi kondisi gereja injili atau gereja-gereja di seluruh dunia? Saya dapat memberikan statistik mengenai kegagalan penggembalaan atau bagan tentang sifat keduniawian orang-orang Kristen pada umumnya. Anda mungkin sudah pernah melihatnya dan tidak terlalu memerhatikan. Siapa pun dapat memberi komentar dengan menggunakan statistik. Tujuh puluh tiga persen peserta survei menyadari kesalahan itu. Saya tidak sedang membuat pembuktian bahwa orang Kristen memang mengabaikan kekudusan hidup. Saya juga bukan yang pertama menyadari bahwa ada sesuatu yang hilang dalam gereja pada J. C. Ryle, Holiness: Its Nature, Hindrances, Difficulties, and Roots (Moscow, ID: Charles Nolan, 2011), 49 (penekanan oleh saya).
1
M e n ya da r i A da n ya L u ba n g
| 13
zaman ini. Dalam bukunya, Rediscovering Holiness, J. I. Packer mengatakan bahwa orang Kristen pada zaman ini melihat kekudusan sebagai sesuatu yang sudah basi.2 Dia mencantumkan tiga bukti: (1) Kita tidak lagi mendengar khotbah dan buku yang membahas soal kekudusan. (2) Kita tidak menuntut kekudusan dari para pemimpin kita. (3) Kita tidak membahas pentingnya kekudusan diri dalam penginjilan yang kita lakukan. Saya setuju dengan pengamatan ini. Jika Anda tidak setuju, coba pikirkan tiga pertanyaan diagnostik yang didasari oleh tiga bagian Alkitab sebagai berikut: 1. Apakah Ketaatan Kita Diketahui Semua Orang? Paulus banyak memberikan penguatan kepada gereja-gereja dalam surat-suratnya. Biasanya dia memulai tulisannya dengan kalimat seperti, “Saya bersyukur atas keberadaan kalian. Kalian luar biasa. Saya terus mengingat kalian dan bersyukur kepada Allah atas keberadaan kalian.” Paulus adalah seorang bapa rohani yang berbahagia. Tetapi dia bukanlah tipe orang yang suka membagikan stiker mobil “Orang Kristen adalah orang-orang kehormatan di Sekolah Kerasulan untuk Mereka yang Dikaruniai.” Paulus tidak perlu melakukan itu. Orang-orang akan melihat perbedaan orang Kristen dengan sendirinya. Dalam surat Roma 16:19, Paulus mengatakan, “ketaatanmu telah terdengar oleh semua orang.” Biarpun memiliki reputasi yang terlihat hidup, namun bisa saja sesungguhnya mati (Why 3:1), hanya saja orang Kristen Roma punya pergumulannya sendiri yang sudah dikerjakan. Pujian di akhir surat Roma membuat kita bertanya: J. I. Packer, Rediscovering Holiness: Know the Fullness of Life with God (Ventura, CA: Regal, 2009), 31–32.
2
14 | T h e H o l e i n O u r H o l i n e s s
Apakah gereja kita dikenal karena ketaatannya? Apakah ketaatan itu yang dilihat oleh orang Kristen yang lain ketika mereka melihat gereja kita? Apakah ketaatan adalah karakter yang ingin Anda perlihatkan kepada orang lain? Mungkin bagi kita kata “kreatif ” atau “relevan” atau “agen perubahan” terdengar lebih keren daripada kata ketaatan. Soal ketaatan, saya merasa tertantang oleh kaum Puritan. Mungkin Anda mendengar kata “Puritan” dan membayangkan seorang anti pesta yang “selalu curiga bahwa orang lain sedang bersenang-senang di mana pun mereka berada.”3 Kaum Puritan sejati bukanlah orang-orang yang seperti itu. Mereka menikmati karunia Allah dan mengejar kekudusan sama seperti karunia-karunia yang lain. Itulah mengapa ada teolog yang menggambarkan Puritanisme sebagai gerakan kekudusan Reformed.4 Mereka adalah manusia biasa yang bisa salah namun mereka begitu mencintai Alkitab dan bergairah dalam mengejar Allah dan kekudusan. Spiritualitas Puritan tidak menekankan karunia rohani, pengalaman rohani, atau kemisteriusan spiritualitas. Spiritualitas Puritan adalah bertumbuh di dalam kekudusan. Spiritualitas Puritan adalah soal bagaimana orang Kristen dapat menjadi orang Kudus yang dikenal semua orang. Itulah mengapa mereka mendefinisikan teologi sebagai “doktrin hidup dalam hadirat Allah” (William Ames) atau “rahasia hidup yang diberkati selamanya” (William Perkins).5 Gairah dan isi doa mereka adalah soal kekudusan. Dapatkah kita dengan jujur menjawab apakah hidup Referensi kepada H. L. Mencken.
3
Richard Lovelace, “Afterword: The Puritans and Spiritual Renewal,” dalam The Devoted Life: An Invitation to the Puritan Classics, ed. Kelly M. Kapic dan Ronald C. Gleason (Downers Grove, IL: InterVarsity Press, 2004), 301.
4
Ibid.
5
M e n ya da r i A da n ya L u ba n g
| 15
dan gereja kita telah diwarnai oleh gairah yang sama? 2. Apakah Surga Merupakan Tempat yang Kudus? Dalam Wahyu 21 kita melihat sekilas gambaran mengenai surga dan bumi yang baru. Biarpun banyak orang Kristen yang penasaran dengan topik ini, sayangnya Alkitab tidak terlalu banyak memberikan informasi. Apa yang kita ketahui adalah apa yang memang cukup kita ketahui. Yerusalem Baru adalah tempat yang mulia di mana kota itu bersinar oleh karena kehadiran Allah. Yerusalem Baru adalah tempat yang aman di mana tidak ada penderitaan, tidak ada lautan kekacauan, dan tidak ada gerbang yang tertutup (karena musuh sudah tidak ada lagi). Dan yang paling penting bagi kita, Yerusalem Baru adalah tempat yang kudus di mana Sang Mempelai telah mempersiapkan tempat dan juga mengumpulkan kembali orang-orang kudus. Dalam gambaran umum mengenai surga, kasih Allah digambarkan sebagai penerimaan tidak bersyarat. Sebenarnya, kasih Allah adalah kasih yang kudus dan surga merupakan sebuah tempat yang kudus. Surga diperuntukkan bagi mereka yang menang, yakni mereka yang telah mengatasi pencobaan untuk meninggalkan Yesus Kristus dan iman mereka (Why.21:7; lihat juga Why.2-3). “Tetapi,� kata Wahyu 21:8, “orang-orang penakut, orang-orang yang tidak percaya, orang-orang keji, orangorang pembunuh, orang-orang sundal, tukang-tukang sihir, penyembah-penyembah berhala dan semua pendusta, mereka akan mendapat bagian mereka di dalam lautan yang menyalanyala oleh api dan belerang; inilah kematian yang kedua.� Apa pun klaim Anda, namun jika Anda menghina Kristus dengan memberikan diri kepada dosa, dengan terus-menerus dan tanpa merasa malu, maka surga bukanlah rumah Anda.
16 | T h e H o l e i n O u r H o l i n e s s
Tahukah Anda mengapa ada begitu banyak orang Kristen yang menghindari isu homoseksualitas? Tentu saja tekanan sosial memiliki peran yang besar. Namun faktor besar lain adalah karena kita tidak benar-benar memahami apa itu kekudusan surga. Jika surga adalah sebuah tempat di mana semua orang baik diterima, maka kalau begitu buat apa kita harus repot-repot membahas homoseksual? Banyak orang Kristen yang tidak tahu jika tukang sihir, pembunuh, penyembah berhala, dan orangorang yang mencintai dan melakukan kesesatan adalah mereka yang tidak akan masuk ke dalam surga (Why. 22:15). Mereka tidak memiliki keberanian (atau semangat) untuk mengatakan bahwa orang-orang dengan penyimpangan seksual adalah juga mereka yang tidak akan masuk ke dalam surga. Padahal inilah yang diajarkan oleh Wahyu 21-22. Bumi baru milik Allah begitu bersih dari segala noda dosa. Sulit untuk membayangkan bagaimana kita bisa mendiami surga tanpa memiliki kekudusan. J. C. Ryle mengingatkan kita, surga adalah sebuah tempat yang kudus. Pemilik surga adalah Allah yang kudus. Para malaikat adalah makhluk yang kudus. Para penghuni surga adalah orang-orang kudus. Kekudusan terpatri dalam setiap sudut surga. Tidak ada segala sesuatu yang tidak kudus yang dapat masuk ke dalam surga. (Why. 21:27; Ibr. 12:14). Bahkan jika Anda dapat masuk ke dalam surga tanpa kekudusan, apa yang dapat Anda lakukan? Sukacita apa yang akan Anda rasakan di sana? Laki-laki atau perempuan kudus manakah yang akan bersekutu dengan Anda di sana? Sukacita mereka bukanlah sukacita Anda. Sifat mereka bukanlah sifat Anda. Apa yang mereka kasihi bukanlah sesuatu yang Anda kasihi. Jika Anda membenci Allah yang kudus, lalu mengapa Anda ingin bersekutu dengan-Nya untuk selama-lamanya? Jika beribadah bukanlah
M e n ya da r i A da n ya L u ba n g
| 17
kerinduan Anda, lalu apa yang membuat Anda berpikir bahwa Anda akan menikmati ibadah di surga? Jika kenajisan adalah sukacita Anda, lalu apa yang akan membuat Anda bersukacita di surga, di mana segala sesuatunya tahir dan murni? Anda tidak akan bersukacita di surga jika Anda tidak kudus dalam kehidupan Anda.6 Seperti yang dikatakan oleh Spurgeon, “Lebih mudah seekor ikan hidup di atas pohon dari pada orang jahat masuk surga.”7 3. Apakah Kita adalah Orang Kristen yang Menjalankan Amanat Agung? Kuis singkat: simpulkan Amanat Agung Yesus dalam Matius 28. Jika Anda tidak tahu itu apa, silakan membacanya terlebih dahulu. Jika Anda tahu apa yang saya maksud, coba buatlah kesimpulan dalam dua kalimat. Jangan mengutip ayatnya; buatlah kesimpulan dengan kalimat Anda sendiri. Apa perintah Yesus dalam Amanat Agung? Anda mungkin berkata, “Yesus mengirim kita ke dunia untuk mengabarkan Injil.” Atau mungkin, “Yesus ingin kita mengabarkan Injil ke suku-suku bangsa.” Atau mungkin Anda bicara soal pemuridan. Semua kesimpulan di atas tidaklah salah. Tetapi apakah Anda bisa menangkap instruksi Yesus yang tepat? “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu” Mat. 28:19-20a). Kata “melakukan” Paragraf ini adalah ringkasan dari Ryle, Holiness, 53.
6
Kutipan ini berasal dari tafsiran Spurgeon mengenai Mazmur 1:5 dalam The Treasury of David, tautan ada di http://www.spurgeon.org/treasury/ps001. htm.
7
18 | T h e H o l e i n O u r H o l i n e s s
berarti “memerhatikan.” Itu artinya “menaati.” Kita tidak sedang meminta semua suku bangsa untuk memerhatikan perintah Yesus seperti layaknya memerhatikan lukisan Rembrandt. Kita harusnya mengajar suku-suku bangsa agar menaati perintah Yesus. Amanat Agung bicara soal kekudusan. Allah ingin agar dunia mengenal Yesus, percaya kepada-Nya, serta menaati-Nya. Kita tidak sedang mengerjakan Amanat Agung jika kita tidak saling membangun satu sama lain dalam ketaatan. Seberapa banyak dari kita yang merenungkan perihal kekudusan ketika sedang bermisi? Lebih mudah bagi kita untuk mendorong orang mengambil keputusan untuk percaya Yesus daripada membawa mereka dalam proses pemuridan bagi Kristus. Kita tidak sekadar berusaha untuk membuat orang hidup baik sama seperti Yesus. Amanat Agung tidak akan memiliki makna dan mencapai sasaran apa-apa jika sosok yang memerintahkannya bukanlah figur yang memiliki “otoritas atas surga dan bumi” (Mat. 28:18). Percaya kepada-Nya dan diampuni melalui pengorbananNya membuat kita sanggup untuk berjalan di jalan-Nya. Tidak ada buah yang baik tumbuh dari pohon yang buruk. Tuntutan Yesus tidak dapat dipisahkan dari pribadi dan karya-Nya. Kekudusan yang Dia tuntut adalah buah dari penebusan dan bukti dari kemuliaan-Nya.8 Jangan mengabaikan apa yang telah diabaikan oleh banyak gereja: Yesus meminta ketaatan dari para murid-Nya. Meneruskan perintah Yesus adalah inti dari Amanat Agung. MENGAPA BISA ADA LUBANG? Sampai di titik ini muncul pertanyaan “Mengapa?” Atau lebih tepatnya, “Di mana?” Di manakah lubang dalam kekudusan ini Kalimat ini adalah parafrase dari John Piper, What Jesus Demands from the World (Wheaton, IL: Crossway, 2006), 23.
8
M e n ya da r i A da n ya L u ba n g
| 19
berada? Jika misi Allah bagi dunia adalah menyelamatkan orang berdosa dan menguduskan mereka, jika Allah membenarkan yang bersalah oleh karena iman dan berjanji untuk menguduskan yang setia, jika Yang Kudus dari Israel bekerja untuk menguduskan umat-Nya, lalu mengapa tidak ada satu pun dari kita yang sepertinya merupakan bagian dari denominasi atau pelayanan atau komunitas yang menggambarkan diri sebagai bagian dari “gerakan kekudusan�? Ingat, nama kaum Puritan (pure [murni]-itan) bukan dipakai untuk mengacu kepada diri mereka sendiri. Musuh kaum Puritan menggunakan istilah itu karena mereka merasa orang-orang Puritan terlalu berfokus untuk menjadi murni. Mengejar kekudusan tidak menguasai dan menempati posisi utama di hati kita layaknya mereka. Kepedulian akan kekudusan tidak terlihat dalam kehidupan kita seperti yang seharusnya dalam halaman-halaman Alkitab. Mengapa bisa begitu? Dari manakah lubang itu berasal? Pertama, sering kali kekudusan disamakan dengan menghindari larangan yang tabu seperti minum alkohol, merokok, dan pergi ke klub malam. Kekudusan bukanlah menghindari daftar larangan. Generasi muda tidak suka dengan peraturanperaturan seperti itu. Bahkan mereka tidak setuju dengan beberapa peraturan yang ada (seperti menonton, berjoget di klub, berjudi). Beberapa peraturan yang lain sepertinya masih dapat mereka terima. Saya mengalaminya saat bertumbuh dewasa di mana kekudusan itu sama dengan menghindari alkohol, narkoba, dan seks. Bahkan jika saya ingin pun, saya tidak tahu harus mencari penjual narkoba di mana. Saya tidak suka bau bir. Dan juga tidak ada antrian cewek yang gatal untuk mendekati saya. Jadi saya merasa baik-baik saja. Ada ketakutan bahwa gairah akan kekudusan dapat mem-
20 | T h e H o l e i n O u r H o l i n e s s
buat Anda menjadi terlihat seperti orang primitif. Begitu Anda menyampaikan keberatan dengan kata-kata kotor atau film-film tertentu atau menyatakan kesederhanaan atau kemurnian seksual atau kontrol diri atau kekudusan, maka orang-orang akan melihat Anda sebagai seorang pemuja moralitas dari tahun 1950-an. Orang-orang Kristen takut jika teman mereka menyebut mereka sebagai legalis, anti-seks, berpikiran sempit, kuno, sok kudus dan yang paling buruk adalah fundamentalis. Alasan lain mengapa bisa ada lubang dalam gereja kita adalah karena ada orang yang belum diubahkan. Saya tidak ingin orang Kristen yang sejati mempertanyakan keselamatan mereka setelah membaca buku ini, tetapi saya ingin (dan berharap) bahwa orangorang Kristen yang belum serius akan mulai mengevaluasi iman mereka kepada Kristus. Alasan mengapa umat Allah tidak mengejar kekudusan adalah karena mereka belum lahir baru di dalam Roh Kudus. Beberapa pembuat survei dan para ahli menyalahkan sifat keduniawian gereja dan menyimpulkan bahwa lahir baru tidak ada kaitannya dengan cara seseorang hidup. Kita seharusnya mengambil kesimpulan yang berbeda, yakni bahwa ternyata banyak orang Kristen yang masih belum lahir baru.9 Seperti yang dikatakan A. W. Tozer, “Logika umum mengatakan bahwa segala sesuatu yang tidak mengubah seseorang maka tidak ada artinya bagi Allah, dan sering kali dapat kita lihat bahwa ada begitu banyak orang yang mengaku sudah bertobat tetapi tidak mengalami perubahan yang berarti dalam hidup mereka.�10 Budaya sok keren di masyarakat juga turut ambil bagian dalam masalah ini. Menjadi keren artinya adalah Anda menjadiLihat John Piper, Finally Alive (Fearn, Ross-shire, UK: Christian Focus, 2009).
9
A. W. Tozer, The Best of A. W. Tozer, Volume 1 (Grand Rapids, MI: Baker, 1978), 168.
10
M e n ya da r i A da n ya L u ba n g
| 21
kan diri Anda berbeda dengan orang lain. Itu artinya Anda berusaha menembus batas kewajaran melalui penggunaan bahasa, hiburan, alkohol, dan gaya mode terbaru. Tentunya kekudusan jauh melebihi dari semua yang di atas, hanya saja banyak orang Kristen yang berpikir bahwa kekudusan tidak ada kaitannya dengan semua yang di atas. Mereka menerima sukacita Kristen namun tidak melakukan nilai-nilai Kristen. Di kalangan orang Kristen yang lebih liberal, mengejar kekudusan bukanlah topik yang umum karena mengategorikan tindakan-tindakan tertentu sebagai “kefasikan� dirasa sangat menghakimi dan tidak toleran. Jika kita ingin menjadi “tanpa cacat atau kerut� (Ef. 5:27), maka kita harus mengerti sikap, tindakan, dan kebiasaan manakah yang benar dan manakah yang fasik. Pengkategorian ini mungkin akan membuat Anda berkonflik dengan kaum Pluralis. Ada konsep umum yang salah di kalangan Kristen konservatif di mana jika kita memang berpusat kepada Injil, maka kita sudah tidak perlu lagi bicara soal peraturan atau kewajiban atau moralitas. Kita tidak ingin menggabungkan konsep indikatif (apa yang telah Allah perbuat) dengan imperatif (apa yang harusnya kita perbuat) sehingga kita menjadi enggan untuk bertobat dari dosa. Kita takut dengan kosakata seperti kerajinan, usaha keras, dan kewajiban. Para pendeta bingung bagaimana cara mengkhotbahkan Injil dan memaksa para jemaat untuk membersihkan diri dari segala kenajisan tubuh dan roh (2 Kor. 7:1). Kita tahu bahwa legalisme (keselamatan oleh Taurat) dan antinomianisme (keselamatan tanpa perlu Taurat) adalah salah, namun bagi kita antinomianisme terasa jauh lebih menyenangkan. Apalagi setelah mendengar bahwa mengejar kekudusan memerlukan kerja keras, di mana kita lebih suka bermalas-malasan.
22 | T h e H o l e i n O u r H o l i n e s s
Kita menyukai dosa sehingga meninggalkan dosa terasa begitu menyakitkan. Segala sesuatu menjadi terlihat mudah jika dibandingkan dengan usaha untuk bertumbuh dalam kekudusan. Kita mencoba lalu gagal, mencoba lagi lalu gagal lagi, dan akhirnya kita menyerah. Lebih mudah bagi kita untuk menandatangani petisi kemanusiaan daripada mengasihi sesama seperti kita mengasihi diri kita sendiri. Lulus kuliah dan siap untuk mengubah dunia adalah sebuah persoalan tersendiri. Berdoa dengan tekun agar Allah mengubah Anda adalah persoalan yang jauh berbeda. Banyak orang Kristen yang menyerah ketika mengejar kekudusan. Saya sering mendengar orang-orang Kristen yang ragu jika mengejar kekudusan adalah sesuatu yang mungkin untuk dilakukan. Sebenarnya bukan karena proses mengejar kekudusan itu sulit. Lebih tepatnya adalah karena kita membayangkan Allah itu merupakan pribadi yang sulit. Jika segala kesalehan kita seperti kain kotor (Yes. 64:6), lalu buat apa susah-susah? Kita semua adalah pendosa yang tidak punya harapan. Kita tidak sanggup menyenangkan hati Allah. Tidak ada seorang pun yang benar-benar rendah hati, murni, dan taat. Mengejar kekudusan seolah dimaksudkan untuk membuat kita merasa bersalah. Akhirnya kita menyadari bahwa satu-satunya yang bisa kita lakukan adalah bergantung kepada Kristus. Oleh kebenaran Kristus kita menjadi dikasihi. Ketaatan diri yang sekadar berusaha menyenangkan Allah adalah sebuah kemustahilan. Mereka yang super-rohani tidaklah sedang berusaha “mengejar kekudusan.� Mereka merayakan kegagalan mereka sebagai sebuah kesempatan untuk menyatakan kebesaran anugerah Allah. ALLAH (MUNGKIN) MENCELA ANDA Saya memerhatikan bahwa semakin banyak orang Kristen pada
M e n ya da r i A da n ya L u ba n g
| 23
saat ini yang bersemangat untuk memikirkan cara-cara kreatif agar dapat berdialog dengan zaman. Tidak sulit untuk menemukan orang Kristen yang begitu bersemangat membangun gereja dan mengerjakan pekerjaan Kerajaan Allah. Anda juga dapat menjumpai banyak orang Kristen yang bergairah untuk belajar teologi. Ya dan Amin semuanya itu benar. Saya serius. Tidak perlu kita merusak apa yang sudah baik dan benar hanya karena ada sesuatu yang terasa kurang. Yesus memuji gereja-gereja dalam surat Wahyu jika mereka memang ditemukan setia dan mencela mereka jika mereka tidak setia. Saya tidak sedang ingin membuat seorang pun merasa bersalah hanya karena mereka suka mendengarkan Bach, hobi memancing ikan, atau membaca puisi. Ada begitu banyak hal-hal baik yang dapat menjadi panggilan Anda sebagai seorang Kristen. Yang menjadi maksud saya adalah bahwa kekudusan—menurut Alkitab—merupakan tujuan paling penting dari semua orang Kristen. Kita memerlukan orangorang Kristen di kampus-kampus, kota-kota, gereja-gereja, dan seminari-seminari yang berani mengatakan sama seperti yang Paulus katakan, “perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup” (Ef. 5:15). Dengan segala ciri-ciri kehidupan rohani yang sehat di gereja dan hati Anda, apakah mungkin Anda masih bisa mengabaikan keinginan untuk hidup kudus? Kapan terakhir kali kita membaca, “Tetapi percabulan dan rupa-rupa kecemaran atau keserakahan disebut saja pun jangan di antara kamu, sebagaimana sepatutnya bagi orang-orang kudus. Demikian juga perkataan yang kotor, yang kosong atau yang sembrono—karena hal-hal ini tidak pantas—tetapi sebaliknya ucapkanlah syukur” (Ef. 5:4), dan bahkan mewujudkannya baik dalam percakapan, film-film, video-video YouTube, televisi dan iklan yang kita tonton? Apa
24 | T h e H o l e i n O u r H o l i n e s s
artinya jangan ada di antara kita kecemaran, sebagaimana sepatutnya bagi orang-orang kudus (ay. 3)? Pasti artinya tidak sembarangan. Dalam budaya kita yang kecanduan seks, saya tidak kaget jika ada muncul kecemaran dalam teks dan tweet dan lelucon-lelucon kita. Bagaimana dengan baju, musik, cara bercakap dengan lawan jenis, dan cara kita membicarakan orang lain? Jika perang melawan kemiskinan memang penting untuk dilakukan, lalu bagaimana dengan perang melawan dosa? Sebenarnya, jika Anda membaca surat-surat bagi gereja Perjanjian Baru, maka Anda akan jarang mendapati perintah soal memedulikan orang lain, bahkan tidak ada perintah untuk merawat lingkungan. Justru ada begitu banyak ayat yang memerintahkan kita untuk menjadi kudus, sama seperti Allah adalah kudus. (mis. 1 Ptr. 1:13–16). Izinkan saya menekankan sekali lagi: Saya tidak bermaksud mengabaikan pemahaman Alkitab yang ditekankan oleh gereja-gereja dan orang-orang Kristen lain pada hari ini. Saya tahu buku ini akan menjadi lebih menarik untuk dibaca jika saya mengatakan banyak orang telah salah memahami Alkitab. Bukan itu. Langit tidak sedang runtuh dan langit tidak akan runtuh sebelum Yesus datang lagi. Kita tidak perlu bertingkah seolah segala sesuatunya sedang berjalan dengan salah hanya agar kita sadar bahwa segala sesuatunya memang salah. Ada sebuah lubang di antara gairah kita kepada Injil dengan gairah kita akan kekudusan. Lubang ini harus diperbaiki. Tidak perlu menjadi pietis, legalis, atau fundamentalis untuk mengejar kekudusan. Kekudusan adalah panggilan semua orang yang telah dipanggil oleh Allah yang kudus.
Crazy Busy (Super Sibuk) Sebuah Buku Pendek (Untungnya) tentang Sebuah Masalah yang (Sangat) Besar Kevin DeYoung “SAYA TERLALU SIBUK!”
Kita semua pernah mendengarnya. Kita semua pernah mengatakannya. Sudah terlalu sering kesibukan menjadi tuan atas kita. Hanya dengan melihat jadwal kita yang sangat padat menunjukkan bahwa sangatlah sulit mempertahankan keseimbangan yang baik antara tidak melakukan apa pun dan melakukan segala sesuatu. Itulah alasan Kevin DeYoung, penulis dan pendeta yang peraih penghargaan ini membahas masalah kesibukan secara terus terang dalam buku terbarunya Crazy Busy. Dia membahasnya bukan dengan nasihatnasihat manajemen waktu, tetapi melalui sarana-sarana alkitabiah sehingga dari situ kita bisa menghadapi inti masalahnya dan mencabut akar masalahnya. Crazy Busy amat sangat praktis dan luar biasa singkat, tapi buku ini bisa membantu Anda tidak lagi berkata “seperti biasa, sibuk.” Info lengkapnya kunjungi: www.literaturperkantas.com
Literatur Perkantas Jawa Timur Jl. Tenggilis Mejoyo KA-10, Surabaya 60292 Tlp. (031) 8435582, 8413047; Faks.(031) 8418639 E-mail: literatur.jatim@gmail.com, www.literaturperkantas.com
Called (Dipanggil) Krisis dan Janji dalam Mengikut Yesus pada Masa Kini Mark Labberton HIDUP SEBAGAI PARA PENGIKUT YESUS
Ini adalah panggilan yang paling mendesak bagi tiap umat Allah. Dan kritik yang paling mendakwa gereja saat ini bahwa kita telah gagal untuk melakukannya. Tetapi inilah janji yang dibentangkan kepada kita oleh Mark Labberton: menghidupi dan mempraktikkan siapa dan mengapa kita ada di dunia adalah panggilan Kristen kita di mana pun dan kapan pun kita berada. Apakah Anda akan menjawab panggilan ini? “Terlalu sering kita puas dengan sebuah ‘panggilan’ yang hanya menyucikan individualisme, mendayung dalam kedangkalan diri. Buku ini mengejar pertanyaan lebih dalam tentang pertumbuhan, pengorbanan, komunitas, dan transformasi yang merupakan jantung dari kehidupan Kristen.” ANDY CROUCH, penulis dari Culture Making Info lengkapnya kunjungi: www.literaturperkantas.com Literatur Perkantas Jawa Timur Jl. Tenggilis Mejoyo KA-10, Surabaya 60292 Tlp. (031) 8435582, 8413047; Faks.(031) 8418639 E-mail: literatur.jatim@gmail.com, www.literaturperkantas.com