Pujian untuk TransfoRming Discipleship “Saya selalu menyukai karya Greg Ogden! Ia terus mengingatkan kita dengan konsisten untuk kembali pada inti pelayanan gerejawi—yaitu pemuridan. Dan di sini ia menyajikan sebuah bukti proses yang sungguh relasional, sangat alkitabiah, dan siap untuk dicapai bagi para pembuat murid yang serius.” Bill Donahue, Direktur Pelaksana Pelayanan Kelompok Kecil, Willow Creek Association. “Greg Ogden menyajikan sebuah model pemuridan yang benar-benar berjalan. Kami sendiri pun telah melihat dinamika perubahan hidup yang dihasilkan kelompok 3 orang. Dengan antusias saya merekomendasikan buku ini bagi Anda, yang mana Anda dapat menerapkan berbagai prinsip di dalamnya yang diperoleh dari berbagai pengalaman yang teruji. Transformasi menanti Anda!” Bob Logan, CoachNet International Ministries. “Greg Ogden menggunakan pengalaman pastoralnya yang luas serta interaksinya dengan banyak pendeta pada kelas-kelas teologi D.Min di Fuller Theological Seminary untuk memberikan kita prinsip-prinsip alkitabiah yang luas dan pemahaman pelayanan yang siap untuk diterapkan. Dia membangun dasar untuk model pemuridan yang berbuah. Topik ini sangatlah penting dan telah menyebar di berbagai gereja di Amerika Utara. Inilah jenis buku yang dapat membantu kita membuat perbedaan yang signifikan.” Eddie Gibbs, Donald A. MacGavran Profesor Pertumbuhan Gereja, Fuller Theological Seminary dan Penulis dari Church Next. “Manusia tak pernah berhenti bertumbuh. Jadi mengapa gereja masih lebih mementingkan kesuksesan lembaganya dibandingkan memperhatikan pertumbuhan para muridnya? Masukan yang mendalam dari Greg Ogden dapat membantu sebuah gereja merancang ulang evaluasinya untuk merayakan hidup-hidup yang diubahkan.” Reggie McNeal, Direktur Pengembangan Kepemimpinan, South Carolina Baptist Convention. “Greg Ogden telah menyediakan kita sebuah kurikulum yang komprehensif serta alkitabiah dalam bukunya Discipleship Essentials. Sedangkan dalam buku
ini, ia mengungkapkan tentang dasar dan visi. Berdasarkan teladan sebuah kelompok kecil yang kreatif dan inspiratif dengan 3 anggota dalam sebuah kelompok, Greg memberi sebuah sarana yang akan membimbing kita melatih para pemimpin, yang pada saatnya akan memperlengkapi gereja serta setiap pribadi untuk memiliki hidup pemuridan yang mengubahkan. Greg mencetak sebuah model penting yang bukan sekadar program namun merupakan relasi yang saling menumbuhkan secara sengaja, yang dikuatkan oleh Roh Kudus untuk dapat bertumbuh bersama menjadi serupa seperti Yesus.” Michael J. Wilkins, Dekan Fakultas, Talbot School of Theology, Biola University. “Greg Ogden memiliki hati untuk membuat murid. Dia menghidupinya. Dia membicarakannya. Dia menuliskannya. Buku ini merupakan buah pemikiran hati Greg dan saya juga percaya ini merupakam refleksi dari hati dan pikiran Yesus. Yesus ingin supaya gereja-Nya selalu membuat murid dalam dunia pasca kekristenan sekarang ini. Buku ini membuat para pemimpin pelayanan menyadari realitas yang terjadi saat ini—ini waktunya bagi seluruh gereja untuk berpikir serius bagaimana menghasilkan murid dengan cara Yesus. Buku ini akan membantu mengubah gereja kita menjadi selaras dengan visi dan pelayanan Yesus.” Gareth Icenogle, Pendeta Senior, First Presbiterian Church, Betlehem. “Sementara buku ini dikemas dengan wawasan alkitabiah yang mendalam, baik, serta bermanfaat, dua fitur unik yang sangat berhubungan dengan pemuridan di era postmodern ini ialah konsep tentang pemuridan melalui kelompok kecil (dengan 3 anggota) dan perubahan dari model pemuridan hierarkis dan otoritatif yang mendominasi model pemuridan di era modern, menjadi ‘pemuridan sebagai proses bersama antarteman yang saling menolong.’ Karya ini lebih alkitabiah dan menarik daripada apa pun yang pernah saya lihat hingga saat ini.” Robert Webber, Myers Profesor Pelayanan, Northern Baptist Theological Seminary. “Transforming Discipleship adalah sebuah panggilan untuk bertindak bagi seluruh pemimpin gereja yang berusaha untuk menghormati dan mewujudkan Amanat Agung.” Sue Mallory, penulis dari The Equipping Church: Serving Together To Transform Lives.
L i t e r at u r P e r k a n ta s J awa Ti mu r
TRA NSF O R M I N G D I S C I PL ESH IP (Pemu ri d an yan g M en g u ba h ka n )
Membuat Beberapa Murid yang Serupa Kristus Dalam Waktu Bersamaan oleh Greg Ogden Originally published by InterVarsity Press as Transforming Discipleship Copyright Š 2003 by Greg Ogden Translated and printed by permission of InterVarsity Press P.O. Box 1400, Downers Grove, IL 60515-1426, USA Alih Bahasa:Tim Literatur Perkantas Jatim Editor: Milhan K. Santoso, Bayu Pandu Purwadianto Penata Letak: Milhan K. Santoso Desain Sampul: Ronald Wahyudi Hak cipta terjemahan Indonesia: Literatur Perkantas Jawa Timur Tenggilis Mejoyo KA-10, Surabaya 60292 Telp. (031) 8413047, 8435582; Faks. (031) 8418639 E-mail: literatur.jatim@gmail.com www.perkantasjatim.org Literatur Perkantas Jatim adalah sebuah divisi pelayanan literatur di bawah naungan Persekutuan Kristen Antar Universitas (Perkantas) Jawa Timur. Perkantas Jawa Timur adalah sebuah kegerakan yang melayani siswa, mahasiswa, dan alumni di sekolah dan universitas di Jawa Timur. Perkantas Jatim adalah bagian dari Perkantas Indonesia. Perkantas sendiri adalah anggota dari perge-rakan International Fellowship of Evangelical Students (IFES). Untuk informasi lebih lanjut mengenai kegiatan yang ada secara lokal maupun regional di Jawa Timur dapat menghubungi melalui e-mail: pktas.jatim@gmail.com, atau mengunjungi Website Perkantas Jatim di www.perkantasjatim.org
Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT) ISBN: 978-602-1302-01-9 Cetakan Pertama: Februari 2014 Hak cipta di tangan penerbit. Seluruh atau sebagian dari isi buku ini tidak boleh diperbanyak, disimpan dalam bentuk yang dapat dikutip, atau ditransmisi dalam bentuk apa pun seperti elektronik, mekanik, fotokopi, rekaman, dlsb. tanpa ijin dari penerbit.
D a f ta r I s i Pendahuluan: Sebuah Kisah Transformasi...................................
7
BAGIAN 1: Defisit Dalam Pemuridan
Apa yang Salah dan Mengapa 1 Celah Dalam Pemuridan: Ke Mana Hilangnya Para Murid?......
21
2 Pemuridan Yang Tidak Sehat: Menuju Akar Masalah............
41
BAGIAN 2: Melakukan Pekerjaan Tuhan Dengan CARA TUHAN
Alkitab Sebagai Sebuah Buku Panduan 3 Mengapa Yesus Berinvestasi Pada Sedikit Orang...................
63
4 Model Pemberdayaan Yang Mempersiapkan Dari Yesus........
81
5 Model Pemberdayaan Dari Paulus: Pengasuhan Rohani.........
109
BAGIAN 3: Kelompok Pemuridan yang Bermultiplikasi dan Bereproduksi
Strategi Berbasis Gereja Untuk Membuat Murid 6 Investasi Hidup: Semuanya Adalah Mengenai Relasi..............
135
7 Multiplikasi: Dari Generasi Ke Generasi................................
153
8 Transformasi: Tiga Unsur yang Harus Ada.............................
173
9 Hal-Hal Praktis Dalam Membuat Murid..............................
199
Lampiran: Pertanyaan yang Sering Ditanyakan...........................
226
Catatan-Catatan........................................................................
231
P endahuluan Sebuah Kisah Transformasi
S
aya akui bahwa penemuan ini saya dapatkan lewat ketidaksengajaan, namun hal tersebut telah menjadi salah satu momen “aha� yang paling menakjubkan dalam pelayanan pastoral saya. Draft awal kurikulum pemuridan yang saya tulis sebelumnya, saya gunakan sebagai proyek akhir demi mendapatkan gelar doctor of ministry.1 Fokus proyek tersebut ialah untuk menerapkan kurikulum tersebut pada gereja lokal dan menilai keefektifannya. Sampai saat itu, pemuridan yang saya lakukan ialah melalui relasi perseorangan (satu dengan satu). Bukankah hubungan Paulus-Timotius merupakan teladan dari apa yang disebut pemuridan? Intinya kita menumbuhkan seorang murid yang akan memuridkan seorang murid, begitu seterusnya. Pembimbing saya menyarankan untuk menggunakan bermacammacam konteks di mana saya dapat menguji kurikulum tersebut dan mencatat dinamika yang terjadi dalam hubungan pemuridan itu. Salah satu cara yang saya pilih ialah dengan mengundang 2 orang lainnya bergabung bersama dalam perjalanan menuju kedewasaan dalam Kristus. Saya sama sekali tidak mengantisipasi potensi yang akan dikeluarkan yang sejak saat itu saya sebut sebagai triad (kelompok yang berjumlah 3 orang). Hal ini selamanya akan mengubah pema-
8 | T ransformi ng disci p lesh i p
haman saya tentang bagaimana cara yang Roh Kudus gunakan untuk mengubah seseorang menjadi serupa dengan Kristus. KISAH TRANSFORMASI ERIC Saya akan menceritakan sebuah kisah transformasi yang Eric alami untuk menggambarkan kekuatan dari sebuah kelompok triad. Eric merupakan satu dari dua orang yang saya rekrut pertama kali dalam petualangan ini. Dia mendekati saya dan menyatakan ketertarikannya pada hubungan pembimbingan pribadi ini. Keadaan rohaninya saat itu sedang mendua hati, yang mungkin tidak akan menjadikannya sebagai kandidat terbaik untuk sebuah investasi yang intensif. Dia baru lulus kuliah dua tahun sebelumnya. Perawakannya yang mirip seorang model dari buku katalog pakaian pria telah menjadikannya sumber kecemburuan bagi para teman-teman pria. Wajahnya yang tampan membuatnya tak kesulitan sama sekali untuk menarik perhatian para wanita. Ia pun telah menghasilkan uang lebih daripada yang ia bayangkan atau mimpikan sebelumnya. Masa depannya dengan perusahaannya yang baru juga sangat menjanjikan. Semua inilah daya tarik yang Eric miliki. Terlepas dari gambaran duniawi tersebut, Eric juga memiliki keinginan yang kuat untuk mengikut Kristus. Masalahnya, siapakah yang akan memenangkan peperangan dalam hidupnya–Yesus ataukah dunia. Saya katakan padanya bahwa saya telah menyusun sebuah kurikulum baru dan tak sabar untuk mengajak beberapa orang mencobanya. Saya yakinkan ia tahu, bahwa bergabung dengan relasi ini membutuhkan sebuah investasi yang sungguh-sungguh: Pembelajaran per topik dari Alkitab dan aplikasinya dalam hidup sehari-hari, penghafalan ayat serta interaksi yang terbuka dengan saya juga rekan lainnya. Standar yang tinggi telah ditetapkan, namun Eric berkata bahwa ia bersedia melakukannya. Sebuah restoran yang terletak di tengah-tengah antara tempat kerja kami menjadi tempat kami berkumpul. Karl, salah seorang admin dari sebuah perusahaan teknik juga ikut bergabung bersama kami berdua.
PENDAH U L UAN
| 9
Setelah makan siang, dengan Alkitab yang terbuka, kami pun mulai mempelajari bahan-bahan kurikulum tersebut di atas meja restoran itu. Setelah itu, kami pun mendiskusikan isinya. Yang membuat saya terkesan ialah aliran semangat yang ada dalam percakapan kami. Dengan ditambahkannya pihak ketiga dalam dialog satu dengan satu ternyata membuat percakapan kami lebih hidup. Walaupun hanya saya yang adalah pendeta di antara kami bertiga, saya tidak merasa harus menjadi fokus atau sumber utama mata air kebijaksanaan yang harus terus memancar. Relasi kami berkembang menjadi pemuridan antar teman dimana dengan jujur, kami masing-masing dapat membagikan pandangan kami tentang Firman Tuhan dan aplikasinya dalam hidup kami. Eric cukup terbuka tentang hatinya yang mendua. Daya tarik akan kenyamanan hidup dan hubungan dengan sejumlah wanita terasa begitu menggoda. Dia juga bercerita tentang kontak mata yang ia lakukan dengan pengendara wanita yang menarik ketika berkendara dalam kondisi macet di Los Angeles. Hal berikutnya yang ia tahu, mereka berdua telah menepi untuk saling bertukar nomor telepon. Dengan saksama, Karl dan saya mendengar ceritanya dengan iri, tanpa memiliki cerita lainnya yang sebanding untuk diceritakan. Kami pun sungguh memahami betapa menggiurkannya kekuatan seks bagi Eric. Hal itu telah membuat celah dalam hatinya. Walaupun demikian, Eiric tak dapat menjauh dari daya tarik magnetik yang Yesus Kristus miliki. Ada semacam kekuatan dalam pribadi Yesus dan petualangan hidup yang Ia sediakan bagi kita yang tak dapat menggoyahkannya. Dalam pelajaran kedua, kami menggali tentang standar yang Yesus tetapkan bagi semua yang ingin mengikut-Nya. Yesus berkata, “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku. Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan menyelamatkannya� (Luk. 9:23-24). Eric dihadapkan pada pilihan yang sama, yang Musa berikan pada bangsa Israel: “Ingatlah,
10 | T r a n s f o r m i n g d i s c i p l e s h i p
aku menghadapkan padamu hari ini kehidupan dan keberuntungan, kematian dan kecelakaan ‌ Pilihlah kehidupanâ€? (Ul. 30:15, 19). Tak lama setelah waktu kebersamaan kami, Eric menyatakan bahwa ia akan berhenti bekerja dan pergi untuk melihat dunia. Ia ingin mengambil bagian yang lebih baik di tahun ini untuk dengan bebas melakukan eksplorasi dunia ini. Dalam masa mudanya, di mana ia bebas dan tak terikat apa pun, ia rindu untuk melakukan hal-hal yang mungkin tak dapat dilakukannya ketika nantinya tanggung jawab lebih akan mulai membebaninya. Menurutnya, pekerjaan selalu dapat diperoleh ketika ia kembali, namun bagian ini hanya terjadi sekali dalam hidupnya. Keputusan ini dengan segera menimbulkan berbagai komentar yang jujur dari kami. Ini adalah salah satu bukti bahwa Eric sedang hanyut ke dalam kehidupan yang mencari kenikmatan pribadi. Sambil berusaha mencari cara untuk menegur sikap tak pedulinya itu, saya berkata, “Eric, paling tidak, ambillah waktu satu atau dua bulan untuk melayani dalam sebuah pelayanan misi, entah di mana. Ambillah waktu berhenti sementara waktu untuk ikut serta dalam pekerjaan Tuhan dan bergaullah dengan orang Kristen yang berkualitas, yang memberikan diri mereka sepenuhnya bagi kepentingan Injil.â€? Saya tidak dapat mengingat dengan pasti urutan peristiwa dan langkah-langkah perubahannya, namun sebelum saya menyadarinya, Eric telah memutuskan untuk melupakan rencana petualangannya. Dia bergabung dalam sebuah program misi musim panas bersama Campus Crusade For Christ di Hungaria dan Polandia. Hal itu terjadi sebelum keruntuhan komunis di Eropa Timur. Saya sering merenungkan tentang kekuatan untuk dapat mengatakan kebenaran atau memberikan tantangan dalam hidup. Jika kami tidak memiliki relasi yang teratur serta rasa percaya yang dibangun dalam beberapa bulan sebelumnya, saya ragu Eric bersedia untuk mendengarkan sebuah konfrontasi yang berpotensi untuk mengubah arah hidupnya. Ketika ia kembali dari petualangannya pada musim panas, ia adalah seorang yang diubahkan. Hati yang mendua telah menjadi tunggal
PENDAH U L UAN
| 11
berada di bawah ketuhanan Yesus. Eric bersaksi tentang bagaimana ia membagikan Injil di tepi pantai danau di Hungaria dan menyampaikan secara diam-diam di Polandia. Orang-orang sangat lapar akan kabar baik dan dia melihat sendiri bagaimana Yesus Kristus mengambil kendali dan mengubah banyak hidup, termasuk hidupnya sendiri. Setelah kembali, dengan segera Eric bergabung dengan staff Campus Crusade untuk membawa pebisnis masuk dalam negara-negara blok timur agar dapat membuka hati mereka pada pekerjaan Injil yang mengubah hidup di daerah-daerah yang tertutup. Pada saat yang sama, ia bertemu kembali dengan kekasih masa SMA-nya, yang juga merupakan seorang pengikut Kristus yang sungguh-sungguh. Nampaknya hanya masalah bulan sebelum mereka bertunangan dan Betsy siap bergabung bersama Eric menjadi staff di Campus Crusade. Kedua pribadi ini menerangi kami dengan pancaran sukacita dalam melayani Tuhan dan dengan kasih mereka satu sama lain. Saya merasa sangat terhormat ketika mereka meminta kebersediaan saya untuk menikahkan mereka di Portland, Oregon bersama-sama dengan pendeta Betsy. Beberapa minggu menjelang pernikahan, Eric mengalami sakit punggung yang mengerikan yang ia duga sebagai akibat kecelakaan motor yang barusan terjadi. Bahkan setelah melakukan terapi fisik, Eric tidak menunjukan perkembangan apa pun. Di hari Senin sebelum pesta pernikahan mereka di hari Sabtu, sebuah tumor ditemukan sedang menekan tulang belakangnya. Kanker testikular telah menyebar ke berbagai bagian tubuhnya. Perkiraan dokter tidaklah terlalu baik. Eric dianjurkan untuk dirawat di rumah sakit saat itu juga dan mulai menjalani sejumlah kemoterapi yang menyakitkan. Semangat Eric dan Betsy tak surut sedikit pun. Pernikahan akan tetap terlaksana, namun perlu dilakukan beberapa perubahan cepat berkaitan dengan tempatnya. Gereja tempat pernikahan diganti dengan kapel rumah sakit yang hanya dapat menampung kerumunan orang dengan berdiri. Suasananya terasa seperti film di TV yang dirancang untuk memanipulasi emosi kita. Namun ini merupakan
12 | T r a n s f o r m i n g d i s c i p l e s h i p
kisah nyata. Ranjang rumah sakit didorong memasuki kapel dengan posisi Eric yang miring hampir 90 derajat diatasnya. Selimut menutupinya sampai pinggang dengan tuxedo yang melekat pas pada tubuh bagian atasnya. Betsy, sang pengantin wanita, berdiri di samping ranjang dengan tangan kanan memegang tangan calon suaminya dan buket bunga di tangan satunya. Para tamu mengelilingi ranjang di kedua sisi. Biasanya banyak hal yang sangat dinantikan dalam pesta pernikahan. Namun udara yang dipenuhi berbagai emosi menyesakkan merupakan sesuatu yang jarang terjadi. 17 tahun setelah peristiwa tersebut, tak sulit bagi saya untuk mengingat betapa sesaknya tenggorokan saya dan betapa sulitnya berfokus pada catatan-catatan saya melalui mata saya yang kabur dan penuh air mata. Dalam bulan-bulan berikutnya, kemoterapi mulai menghancurkan pria tampan ini. Pada hari-harinya yang lebih baik, Eric masih mampu melakukan perjalanan. Masih jelas dalam ingatan saya ketika dia berjalan ke dalam gereja kami di California Selatan dengan topi rajutan menutupi kepalanya yang seperti bola billiard serta penampilannya yang sangat kurus. Namun demikian, semangatnya sama sekali tak padam. Dirinya memancarkan kehadiran Yesus Kristus. Saya tahu bahwa inilah pria yang menghidupi kata-kata Rasul Paulus, �Sebab itu kami tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibarui dari sehari ke sehari� (2 Kor. 4:16). Ketika harus kembali untuk memperoleh perawatan selanjutnya di rumah sakit, saya terbang ke Oregon untuk mengunjunginya. Ketika berjalan menuju ruangannya, saya berpapasan dengan beberapa sahabat SMA-nya. Para pria muda ini yang biasanya dapat membuat suasana lebih ramai, secara tidak biasanya cemberut. Mereka berkata pada saya, �Kau tahu apa yang Eric katakan? Dia bilang bahwa kanker adalah hal terbaik yang pernah terjadi padanya. Bisakah kau percaya?� Tentu saja Erik mungkin lebih memilih jika situasi sebaliknya yang terjadi, namun dia telah meletakkan seluruh pengharapannya pada Yesus Kris-
PENDAH U L UAN
| 13
tus sebagai Tuhan juga Kekasihnya ini tidak pernah meninggalkannya. Eric berkata dari hasil penemuannya, ”Tuhan membantu saya bertumbuh makin dekat dengan-Nya. Kanker telah membuat saya menyadari kepada siapa saya harus bergantung. Melalui berbagai pengalaman ini, saya melihat bahwa ketika saya sungguh-sungguh memanggil-Nya, Ia benar-benar menolong saya dengan cara-Nya. Hal ini bukan berarti Ia akan mengurangi rasa sakit atau menyembuhkan kanker saya dengan segera. Hal itu mungkin berarti entah saya mati, atau hidup ... Itu bukan masalah. Yang terpenting, saya tetap memandang pada-Nya. Suatu pagi, ketika Betsy sedang bersama saya, seorang dokter datang dan berkata, ’Saya ingin mengatakan pada Anda bahwa hasil X-rays tidak terlalu menggembirakan. Anda mungkin ingin mempertimbangkan melakukan hal lain dan menghentikan perawatan.’ Inilah saat pertama saya menyadari bahwa saya mungkin akan meninggal. Saya mungkin tidak akan bertahan melewatinya. ”Hal itu sungguh membuat saya berpikir kembali, ke mana saya sedang meletakkan iman saya. Apakah kepada para dokter dan pada obat-obatan, ataukah pada Tuhan? Jika saya menaruh iman saya pada Tuhan, saya memiliki jaminan bahwa ia akan membawa saya keluar dari keadaan saya saat ini... Hal itu mungkin bukan berarti bahwa Ia akan menyembuhkan kanker saya atau saya dapat bertahan hidup... namun bukan itu yang penting. Hal tersebut membuat pandangan saya kembali tertuju pada-Nya.” Tujuh bulan setalah pernikahannya dengan Betsy, Eric meninggal pada 25 April 1986 di umurnya yang kedua puluh lima tahun. Inilah pria yang dalam masa singkat hidupnya, berpindah dari mendua hati untuk mengikut Yesus Kristus, menuju kepercayaan dan kesetiaan sepenuh hati. PERJALANAN KITA MENUJU TRANSFORMASI Saya mengawali buku ini dengan menceritakan kisah Eric, karena buku
14 | T r a n s f o r m i n g d i s c i p l e s h i p
ini memang tentang inti perubahan yang terjadi padanya, tentang proses dan konteks untuk mengalami transformasi menuju keserupaan dengan Kristus. Apa yang saya temukan bersama Eric dan Karl telah membuka sebuah perjalanan penyelidikan bagi saya sampai mengetahui kondisi paling maksimal serta unsur-unsur yang diperlukan untuk menciptakan kondisi agar semakin serupa dengan gambaran Kristus. Sejak pengalaman pertama ini, telah berulang kali saya saksikan kekuatan dari kelompok triad ini. Kelompok pemuridan ini memungkinkan sebuah kondisi untuk membawa unsur-unsur yang diperlukan bagi terjadinya transformasi atau pertumbuhan menuju kedewasaan dalam Kristus. Apa saja yang telah saya amati dalam kondisi ini? • Pelipatgandaan atau reproduksi: memberdayakan orang-orang yang dimuridkan untuk memuridkan orang lain. • Relasi yang intim: mengembangkan rasa percaya yang mendalam sebagai benih bagi perubahan hidup. • Pertanggungjawaban: mengatakan kebenaran dengan kasih dalam hidup orang lain. • Kesesuaian dengan pesan Alkitab: membahas berbagai tema dalam Alkitab secara berurutan untuk memperoleh gambaran yang utuh tentang kehidupan orang percaya. • Disiplin Rohani: Mempraktikkan kebiasaan-kebiasaan yang membawa kita dalam keintiman dengan Tuhan dan pelayanan bagi sesama. Buku ini akan memperkenalkan Anda pada bagian terhilang dalam gudang persenjataan pemuridan yang akan memimpin kita pada berbagai pengalaman transformasi hidup seperti yang Eric miliki. Selama dua dekade ini, saya telah memiliki paling tidak satu kelompok triad dalam jadwal mingguan saya. Tidak ada sesuatu pun yang membuat saya lebih lengkap menjadi seorang pendeta, selain saat-saat saya membagikan hidup dengan dua orang murid lainnya yang se-
PENDAH U L UAN
| 15
dang menuju kedewasaan dalam Kristus. Kemudian, ketika melihat rekan-rekan ini dikuatkan untuk memuridkan orang lain sehingga terjadi multiplikasi beberapa generasi Kristen yang berakar kuat dan berbuah.... Hal ini luar biasa sekali ketika terjadi! Saya sangat bergairah dengan hasil penemuan yang terbentang di hadapan Anda ini. Di halaman-halaman berikutnya, Anda akan mempelajari sebuah pendekatan sederhana dalam memuridkan. Pendekatan ini didasarkan pada model alkitabiah yang Yesus dan Paulus gunakan dengan tujuan membuat pengikut-pengikutnya menjadi murid bertanggung jawab, berbuah, dan membuat murid. Dalam bab pertama dan kedua, kita akan meneliti betapa mendesaknya topik ini. Bill Hull pernah menuliskan secara profetik, “Krisis mendasar yang terjadi pada gereja ialah krisis produk.�2 Membuat murid, pemuridan, dan memuridkan merupakan topik hangat saat ini karena kita melihat adanya kebutuhan besar untuk bagian ini dalam gereja kita. Baru-baru ini, saya membantu mengajar sebuah kelas yang baru pertama kali dibuka dalam program doctor of ministry yang berjudul “Menumbuhkan Sebuah Jemaat Yang Memuridkan.� Biasanya untuk kelas-kelas yang baru dibutuhkan beberapa waktu untuk menarik perhatian, karena mahasiswa tidak ingin menjadi tikus percobaan dalam pengembangan mata kuliah baru. Mereka akan menunggu untuk mendengar pendapat temannya tentang bagaimana kelas tersebut berlangsung, namun tidak demikian yang terjadi dalam kelas ini. Kami memiliki kelas terbesar dengan jumlah murid terbanyak selama masa jabatan saya sebagai kepala program. Mengapa demikian? Ada bukti yang jelas tentang terjadinya defisit murid dalam gereja dan pelayanan kita. Kita semua memahami bahwa kebutuhan tersebut harus dipenuhi, namun kita tidak yakin bagaimana melakukannya. Bab pertama akan meneliti berbagai gejala dari defisit murid yang terjadi, sedangkan bab dua akan mencoba menggali akar penyebab munculnya gejala-gejala ini. Tujuan dari diskusi yang tidak menyenangkan ini bukanlah untuk membuka aib atau menghukum para pe-
16 | T r a n s f o r m i n g d i s c i p l e s h i p
mimpin Kristen. Siapa yang mau menyalahkan dirinya sendiri? Namun langkah pertama menuju pemulihan atas misi yang Yesus berikan bagi gereja, “pergi dan jadikan semua bangsa murid-Ku,� adalah dengan cara mengevaluasi tingkat kebutuhan tersebut. Penilaian yang tepat tentang jurang yang timbul antara apa yang Yesus maksudkan dengan apa yang kita terapkan saat ini, akan menentukan harga yang harus dikeluarkan untuk menyelesaikan misi tersebut. Bab pertama dan kedua akan memberikan sarana yang dibutuhkan untuk menilai berbagai gejala serta penyebab terjadinya defisit murid dalam gereja serta pelayanan kita. Dalam bab tiga sampai bab lima, kita akan menyelidiki berbagai pendekatan yang Yesus dan Paulus gunakan dalam memuridkan sebagai dasar bagi kita untuk membuat murid. Meskipun ada berbagai karya yang mudah dibaca dan berwawasan mengenai strategi yang Yesus dan Paulus gunakan untuk menghasilkan pertumbuhan bagi para pengikut-Nya, para pemimpin Kristen sepertinya tidak mempraktikkannya dalam ladang pelayanan mereka. Dalam semua pengajaran saya, entah melalui seminar maupun kelas, mengenai cara Yesus membuat murid, saya merasa bahwa hanya sedikit pendeta dan pemimpin Kristen yang berusaha meneladani apa yang Yesus serta Paulus lakukan. Jadi sangat berharga untuk sekali lagi bertanya, bagaimanakah transformasi dapat terjadi pada orang-orang yang melakukan perjalanan bersama Yesus dan Paulus dalam pelayanan mereka dari satu tempat ke tempat lainnya? Yesus mempertaruhkan masa depan pelayananNya dengan menginvestasikan hidup-Nya dalam diri beberapa orang saja. Apakah kita juga melakukan hal yang sama? Mengapa Yesus hanya memilih dua belas murid dan menghabiskan begitu banyak waktu dengan mereka? Jika ingin mengikuti teladan Yesus, akan seperti bentuknya? Mengapa kita dapat menyebutkan nama murid yang dilatih dan yang menjadi rekan dalam pelayanan Paulus? Apa yang dikatakan dari bagian tersebut mengenai bagaimana seharusnya kita melayani? Kapan kita dapat melihat hubungan yang jelas antara keteladanan yang diberikan Firman Tuhan dengan praktik pelayanan kita,
PENDAH U L UAN
| 17
dan membuat umat Tuhan memahaminya dengan cara yang dahsyat? Ketika teladan alkitabiah yang diberikan Yesus dan Paulus menyegarkan visi teologi kita, kita akan melihat bagaimana pentingnya membuat beberapa murid dalam suatu waktu tertentu dapat menjadi pendekatan yang utuh untuk dilakukan oleh gereja dan pelayanan kita. Bab enam sampai delapan akan menjelaskan tiga isu penting yang harus dipenuhi dalam strategi apa pun untuk membuat murid. Pertama, memuridkan merupakan investasi relasi. Hal ini merupakan perjalanan bersama dengan beberapa orang lainnya dalam sebuah relasi yang disengaja dari waktu ke waktu. Anda akan sering mendengarnya: Membuat murid bukanlah sebuah program tetapi sebuah relasi. Kedua, sudah semestinya kita mengaitkan membuat murid dengan proses multiplikasi. Namun ini adalah sebuah harapan yang selalu terlihat terlampau jauh daripada hasil nyatanya. Program pemuridan ditawarkan pada kita dengan harapan bahwa para murid akan bermultiplikasi beberapa generasi dari hidup ke hidup. Kenyataannya, kita jarang berhasil melewati generasi pertama. Kita belum membuat murid jika hanya membantu seseorang menjadi dewasa tanpa melihat mereka bermultiplikasi. Saya telah hidup dalam rasa frustasi karena tidak melihat mereka yang saya muridkan pergi dan memuridkan orang lain. Saya juga telah menyaksikan beberapa terobosan pemberdayaan yang luar biasa. Saya senang untuk membagikan penemuan ini dengan Anda. Hal ketiga, membuat murid merupakan sebuah proses transformasi. Saya akan memperkenalkan poin-poin kunci yang memungkinkan terjadinya transformasi hidup oleh Roh kudus, seperti yang terjadi dalam hidup Eric. Apakah yang membentuk hidup Eric sehingga ia ada dalam laboratorium transformasi Roh Kudus? Ketika kita membawa bersama hubungan yang terbuka serta kebenaran Firman Tuhan dalam janji pertanggungjawaban untuk perubahan hidup, maka kita telah melangkah masuk dalam tempat indah Roh Kudus yang memungkinkan terjadinya perubahan hidup. Ketiga unsur ini yaitu investasi relasi, multiplikasi, dan transfor-
18 | T r a n s f o r m i n g d i s c i p l e s h i p
masi akan muncul bersama dengan kuat dalam model kelompok triad yang berlipat ganda. Pada bab sembilan, kita akan melihat langkah-langkah yang diperlukan dalam strategi pemuridan gereja atau pelayanan. Kita akan mengajukan beberapa pertanyaan praktis: Seperti apakah model pemuridan yang berhasil? Siapakah yang harus kita ajak dalam proses pemuridan? Bagaimana kita memulainya? Bagaimana cara kita membangun jaringan para murid dari berbagai generasi? Bagaimana kita dapat mendorong motivasi bermultiplikasi dari generasi ke generasi? Beberapa dari antara Anda tidak perlu diyakinkan lagi tentang adanya defisit murid dalam gereja-gereja, ataukah bahwa Anda perlu melihat kembali visi Alkitab tentang bagaimana seorang murid dibentuk. Anda sedang mencari sebuah strategi praktis untuk mewujudkannya. Saya takkan tersinggung jika Anda melompati bagian pertama buku ini dan langsung menuju bagian akhir yang memang dirancang untuk membantu Anda dalam aplikasi praktis dari strategi membuat murid. Sejak menemukan kekuatan dalam kelompok kecil yang saya, Eric, dan Karl alami hampir dua dekade yang lalu, saya diberi hak istimewa untuk bertumbuh bersama banyak rekan lainnya dalam relasi yang mengubahkan dan mengamati pertumbuhan jaringan pemuridan yang terjadi antar generasi dalam dua gereja. Sampai saat ini, saya telah mendengar banyak kesaksian dari orang-orang di seberang Amerika Utara dan seluruh dunia, yang hidup dan pelayanannya diubahkan secara radikal karena memiliki kelompok triad yang bermultiplikasi. Yang menguatkan saya melewati sejumlah besar tantangan pemuridan yang dihadapi gereja adalah bahwa ada begitu banyak kebutuhan. Ketika kebutuhan mendesak akan membuat murid dapat didorong oleh visi dari pola alkitabiah yang diinvestasikan pada beberapa orang dalam suatu waktu tertentu dan kemudian diterjemahkan dalam sebuah strategi praktis, maka ada suatu harapan bahwa kita benar-benar dapat menyelesaikan misi yang Yesus berikan bagi setiap jemaat-Nya, “Karena itu pergilah dan jadikanlah semua bangsa murid-Ku� (Mat. 28:19).
B AGI A N S AT U
Defisit Dalam Pemur idan Apa yang Salah dan Mengapa
1 Celah Dalam P emuridan Ke Mana Hilangnya Para Murid?
J
ika ingin merancang sebuah strategi yang berhasil untuk pemuridan di gereja kita, maka pertama-tama kita wajib untuk melihat celah yang ada antara di mana posisi kita dan ke mana kita dipanggil untuk pergi. Pendekatan ini dilakukan Yesus ketika Ia menantang mereka yang ingin mengikut-Nya untuk terlebih dahulu menghitung besarnya harga yang harus dibayar. “Sebab siapakah di antara kamu yang kalau mau mendirikan sebuah menara, tidak duduk dahulu membuat anggaran biayanya, kalau-kalau cukup uangnya untuk menyelesaikan pekerjaan itu?� (Luk. 14:28). Max De Pree, yang telah memopulerkan hikmat alkitabiah ini sebagai prioritas utama bagi para pemimpin, menulis, “tanggung jawab pertama dari seorang pemimpin ialah menetapkan kondisi yang sebenarnya.�1 Mengapa penting untuk menetapkan kondisi yang sebenarnya? Jika ingin pergi ke suatu tempat, maka pertama-tama kita harus mengetahui di mana posisi kita dan ke mana kita akan pergi. Contohnya, jika kita sedang mencari sebuah toko tertentu di pusat perbelanjaan, maka hal pertama yang kita lakukan ialah mencari tempat yang menampilkan peta dari semua toko yang ada di pusat perbelanjaan tersebut. Mata kita dengan segera akan tertuju pada titik
22 | T r a n s f o r m i n g d i s c i p l e s h i p
merah dengan anak panah penunjuk yang bertuliskan, “Anda berada di sini!� Mengetahui posisi kita akan memudahkan kita menemukan lokasi tujuan kita dan bagaimana cara kita menuju ke sana. Dalam sisa bab ini, kita akan meneliti berbagai kekurangan yang harus diisi jika ingin membuat murid yang berinisiatif, berbuah, dan berkomitmen penuh kepada Kristus. Dalam bab berikutnya, gambaran realitas ini akan dilengkapi dengan melihat berbagai penyebab yang membawa kita berada di situasi tersebut. Hanya jika kita mengetahui gambaran serta akar masalahnya dengan jelas, maka kita dapat menemukan solusinya. Berbagai penjelasan di bab ini akan menuntun kita memahami celah yang ada antara posisi kita dan ke mana kita akan pergi. Dibutuhkan usaha yang keras serta keteguhan hati untuk bisa memberi sebuah analisa yang tepat tentang pelayanan kita. Program doctor of ministry yang saya pimpin, meminta semua calon mahasiswa untuk mengikuti sebuah tes yang mengukur kesehatan pribadi dan pelayanan mereka. Ketika program ini dijalankan, muncul keraguan dalam benak saya: bagaimana jika para pemimpin Kristen tidak ingin berkaca dan menilai hidup serta pelayanan mereka, dan lebih memilih kesan yang salah dan menyimpang namun lebih menyenangkan tentang diri mereka? Secara keseluruhan kami tertarik melihat meningkatnya jumlah pemimpin yang lebih memilih hidup dalam kenyataan dibandingkan fantasi belaka. Sambil membaca, berhentilah sejenak dan mintalah Roh Kudus membantu Anda untuk memperoleh kebenaran yang tentu saja akan memerdekakan Anda. KEADAAN PEMURIDAN SAAT INI: DI SINILAH ANDA BERADA! Jika ingin menyimpulkan kondisi pemuridan saat ini, maka satu kata yang saya gunakan yaitu “kedangkalan�. Tampaknya mereka yang mengakui Yesus sebagai Juruselamat tidak memahami konsekuensinya. Pernyataan bersama pada Eastbourne Consultation Discipleship dimulai
CELAH DALAM PEM U RIDAN
| 23
dengan pengakuan: “Ketika menghadapi milennium baru, kami mengakui bahwa pertumbuhan gereja saat ini sangatlah dangkal. Semangat kami untuk makin meluas tidak disertai dengan komitmen untuk bertumbuh makin mendalam.”2 Dalam hal ini John Stott berpendapat bahwa: “Dalam waktu yang lama, 25 tahun atau lebih, pertumbuhan gereja telah menjadi dominan. Saya sangat bersukacita dalam hal ini. Namun harus kita akui bahwa pertumbuhan ini terjadi tanpa adanya kedalaman. Saya percaya pada apa yang dikatakan Chuck Colson bahwa gereja semakin meluas 3000 mil, namun hanya satu inci kedalamannya. Banyak sekali yang masih bayi dalam Kristus.”3 Kedangkalan ini sangat mengejutkan ketika kita mengamati keganjilan antara jumlah orang yang mengakui imannya kepada Kristus dan kurangnya dampak moral serta rohani di zaman ini. Selama tahun 1990-an, seorang peneliti Kristen yang bernama George Barna menghitung jumlah mereka yang mengidentifikasi dirinya sebagai seorang Kristen yang telah lahir baru.4 Persentase orang dewasa pada dekade 1990-an yang sesuai dengan deskripsi ini berkisar antara 35% untuk yang terendah sampai 49% untuk yang tertinggi.5 Rekan Barna, dalam konteks budaya yang lebih luas lagi, George Gallup, bertanya apakah mereka menyebut diri mereka sebagai “pribadi yang telah lahir baru atau injili.” Pada periode yang sama, hasil yang mengherankan sekitar 35-49% juga mengiyakan6. Jumlah ini berteriak menuntut penjelasan. Bagaimana mungkin para pemimpin Kristen meratapi degradasi moral yang terjadi dalam masyarakat, padahal ada begitu banyak pribadi yang mengaku memiliki relasi mendalam dengan Yesus Kristus? Jika mereka ialah pengikut Yesus yang sejati, maka kita tidak akan menutup muka dengan rasa malu pada zaman yang telah berbalik dari Tuhan. Call Thomas, seorang Kristen yang bekerja sebagai kolumnis dan komentator sosial mengajak kita melihat kualitas pemuridan saat ini dan bukannya marah pada degradasi moral yang terjadi. Ia menulis “Dalam budaya kita, masalahnya… bukanlah para pendukung aborsi. Bukan para penerbit majalah porno, pengedar obat-obatan, atau para
24 | T r a n s f o r m i n g d i s c i p l e s h i p
penjahat. Masalah kita terletak pada umat Tuhan yang tidak disiplin, tidak dimuridkan, tidak taat, dan yang mengabaikan Firman Tuhan.”7 Seberapa parahkah masalah defisit pemuridan yang terjadi saat ini? Apa saja tanda-tanda kedangkalan yang kita temukan dalam gereja kita? Kita akan mampu mengukur defisit pemuridan yang terjadi, jika membandingkan standar-standar dari Alkitab mengenai pemuridan, dan realisasinya dalam gereja dan pelayanan kita. Apa saja celah yang kita temukan antara standar Alkitab dan realitas dalam komunitas Kristen kita? Dalam sisa bab ini, saya akan menjelaskan tujuh tanda dalam pemuridan. Pada akhir setiap bagian, Anda diberi kesempatan untuk mengidentifikasi celah antara standar Alkitab dan realitas dalam pelayanan Anda. STANDAR ALKITAB DAN REALITAS SAAT INI 1. Para pelayan yang proaktif. Alkitab menggambarkan gereja sebagai kumpulan pelayan yang proaktif; realitasnya, mayoritas anggota gereja merupakan para penerima yang pasif. Perjanjian Baru menggambarkan gereja sebagai tempat pelayanan bagi setiap anggota jemaatnya. “Keimaman dari semua orang percaya” bukan hanya sekadar slogan Reformasi. Inilah kondisi ideal yang radikal dalam Alkitab. Ketika menulis untuk jemaat yang tercerai-berai dan teraniaya, Petrus menunjuk pada kumpulan gereja ketika ia berkata “Kamu (jamak) adalah… imamat yang rajani” (1 Ptr. 2:9). Setiap orang percaya datang kepada Allah melalui Yesus kristus sebagai perantara dan setiap umat percaya dapat berperan sebagai imam bagi kepentingan seluruh anggota tubuh Kristus. Pelayan yang digambarkan Alkitab bukanlah pendeta yang digaji khusus untuk dikhususkan dari dan berada di atas umat percaya lainnya, namun orang percaya pada umumnya. Ketika menulis “Tetapi kepada tiap-tiap orang dikaruniakan penyataan Roh untuk kepentingan bersama” (1 Kor. 12:7), Rasul Paulus berpikir tentang orang-orang percaya biasa. Dengan
CELAH DALAM PEM U RIDAN
| 25
melepaskan sejenak gambaran gereja sebagai kesatuan tubuh Kristus, Paulus mengatakan bahwa setiap orang percaya diberi karunia oleh Roh Kudus untuk melayani. Karena itu, kedudukan semua orang percaya setara sebagai bagian tubuh Kristus yang berperan bagi kesehatan tubuh. Perjanjian Baru memberikan gambaran yang menghargai dan menilai setiap orang percaya berdasarkan kontribusi karunia mereka dalam membangun dan memperluas gereja. Akan tetapi, ketika kita melihat kembali standar Alkitab dari gereja abad pertama dengan realitas gereja saat ini, kita akan melihat kecilnya persentase orang yang melayani melampaui sekadar ibadah Minggu atau yang menjadikan pelayanan sebagai jalan hidupnya. Prinsip 80/20 terlihat mustahil untuk dilampaui. Jika kita membuat grafik dari pola persembahan, sebagai contoh, 20% dari anggota jemaat menyumbang 80% dari penerimaan. Dan jika kita mempelajari profil pelayanan, maka akan ditemukan hanya 20% pelayan tetap, sementara 80% lainnya menjadi penikmat dari hasil pelayanan mereka. Sebaliknya, hal ini berarti ada banyak sekali persentase penonton yang memenuhi bangku gereja. Sebagai pendeta, saya sangat menyadari bahwa kebanyakan orang yang hadir di ibadah bermental penilai. Jemaat merasa bahwa sudah tanggung jawabnya para pelayan di panggung untuk menyajikan ibadah yang menyentuh, bermakna, namun menghibur, sedangkan merupakan tugas mereka untuk menilai pelayanan tersebut ketika selesai. Bukankah aneh jika kita menilai penyembahan pada Allah yang hidup dengan komentar seperti ini: “Khotbah Anda bagus sekali hari ini Pak Pendeta,” ataukah “Saya sangat menikmati ibadah pagi ini.” Pada banyak minggu setelah menyelesaikan khotbah, saya akan menatap para pelayan paduan suara sambil berharap mereka akan mengangkat papan penilaian terhadap khotbah saya—9,9; 9,4; and sebagainya. Jika melayani adalah menjadi pelayan dengan karunia rohani kita, maka tugas melayani di depan umum adalah hal yang menakutkan. Kabar baiknya, Barna menemukan bahwa 85% orang percaya telah
26 | T r a n s f o r m i n g d i s c i p l e s h i p
mendengar tentang karunia-karunia rohani. Dari 85% tersebut, sebagian mengabaikan karunia rohani yang mereka miliki atau percaya bahwa Allah melewatkan mereka ketika membagikan karunia rohani pada umat-Nya. Seperempat di antaranya berpikir bahwa mereka memahami tentang karunia-karunia rohani mereka, padahal karunia-karunia rohani yang mereka katakan tak ada hubungannya sama sekali dengan apa yang Alkitab gambarkan. Ada yang berkata “Karunia saya ialah membuat kue”, “Saya memiliki karunia untuk banyak bicara”. Hanya seperempat lainnya yang memahami karunia rohaninya dan sesuai dengan landasan di dalam Alkitab”8 Berilah nilai pada pelayanan Anda, dari angka 1-5. 1 berarti menjadi penerima pasif dan 5 berarti menjadi pelayan yang proaktif. TANDA-TANDA DALAM PEMURIDAN
NILAI
CATATAN
Penerima pasif …. Pelayan yang proaktif
2. Sebuah cara yang disiplin. Kitab Suci menggambarkan pengikut Yesus sebagai mereka yang terlibat dalam cara hidup yang disiplin; realitasnya, adalah sangat kecil persentase dari orang percaya yang menginvestasikan hidupnya dalam praktik-praktik pertumbuhan rohani. Para atlet yang hebat dan berhasil terlihat tidak terlalu banyak berusaha. Apa yang tidak kita lihat ialah latihan berulangkali selama berjam-jam yang membuat ayunan stik golf Tiger Woods terlihat begitu mulus, juga tembakan Michael Jordan pada detik-detik terakhir terlihat biasa saja. Tak peduli seberapa alaminya bakat seseorang, para atlet yang hebat ialah mereka yang berlatih keras pada level yang lebih tinggi dibandingkan orang lain. Dalam Perjanjian Baru, kehidupan Kristen sering digambarkan seperti disiplin seorang atlet. Ketika Paulus membandingkan hidup kita dengan sebuah perlombaan, ia menulis, “tiap-tiap orang yang turut
CELAH DALAM PEM U RIDAN
| 27
mengambil bagian dalam pertandingan, menguasai dirinya dalam segala hal. Mereka berbuat demikian untuk memperoleh suatu mahkota yang fana; Tetapi kita untuk memperoleh suatu mahkota yang abadi” (1 Kor. 9:25). Dengan membandingkan kedua hal ini, Paulus telah menetapkan standar yang tinggi. Jika para atlet rela menempatkan diri mereka pada sejumlah aturan hidup yang keras hanya untuk mendapatkan “mahkota yang fana”, maka betapa lebih kerasnya lagi kita harus mendisiplinkan diri, karena tujuan kita ialah “suatu mahkota yang abadi”! Penulis Kitab Ibrani mendesak umat percaya untuk bertumbuh dari seorang bayi yang senang minum susu menjadi orang dewasa yang dapat makan makanan keras. Dengan menggunakan gambaran gelanggang olahraga dan pelatihan atletik, ia menulis, “tetapi makanan keras adalah untuk orang-orang dewasa, yang karena mempunyai panca indera yang terlatih untuk membedakan yang baik dari yang jahat” (Ibr. 5:14).9 Ada kesan yang jelas bahwa kehidupan Kristen menuntut disiplin rohani. Tak ada apa pun yang dapat dicapai tanpa latihan dan disiplin. Namun, ketika melihat gambaran gereja saat ini, kita akan melihat versi lain dari prinsip 80/20. Hasil studi menunjukkan dari enam orang dewasa yang ke gereja, hanya satu yang bergabung dalam kelompok atau relasi yang didesain untuk membantu mereka bertumbuh secara rohani. Dari 17% yang berkomitmen di gereja, sejauh ini hanya 69% yang hadir dalam pertemuan kelompok kecil untuk belajar Alkitab dan mengaplikasinya dalam kebenaran rohani dalam kehidupan sehari-hari. Untuk sarana pemuridan lainnya, tingkat kehadiran jemaat ialah: kelas minggu bagi orang dewasa (20%), pembimbingan pribadi (14%), kelas khusus pembelajaran iman (11%), dan pelatihan atau interaksi secara online yang diarahkan pada pemuridan (3%).10 Barna memberikan komentarnya yang tajam pada hasil penelitian ini, “Dalam masyarakat yang kompleks dan bergerak cepat seperti ini, hampir setiap menitnya kita harus membuat keputusan. Kalau tidak memiliki waktu terus-menerus dan perhatian yang terfokus
28 | T r a n s f o r m i n g d i s c i p l e s h i p
pada fondasi dasar iman mereka, maka sangat kecil kesempatan bagi orang Kristen untuk membuat keputusan yang merefleksikan prinsipprinsip Alkitab”. 11 Sepertinya tidak ada lagi tanda-tanda harapan ketika berbicara tentang disiplin pribadi yang menunjukan keteraturan hidup dengan Kristus. Menurut Barna, kurang dari 1 dari total 5 orang percaya dewasa yang memiliki tujuan yang terukur dan spesifik tentang pertumbuhan rohani mereka. Dalam survei internasional Barna, sejumlah wawancara dilakukan dengan ratusan orang termasuk para pendeta dan pemimpin gereja yang dengan rutin mengikuti ibadah dan berbagai program gereja. Dari survei tersebut, Barna menyimpulkan, “Tidak ada seorang dewasa pun yang berkata bahwa tujuan hidup mereka ialah menjadi pengikut Kristus yang berkomitmen atau untuk memuridkan seluruh dunia—atau bahkan hanya seluruh blok tempat tinggal mereka.”12 Ketika ditanya tentang apa yang ingin mereka capai dalam hidup, delapan dari sepuluh orang menjawab kesuksesan dalam keluarga, karier yang berkembang, dan kesuksesan finansial. Dallas Willard menyimpulkan bahwa, “kenyataanya saat ini adalah kurang adanya keinginan yang serius dan niat yang sungguh-sungguh untuk membawa umat Tuhan pada ketaatan dan kelimpahan melalui melalui latihan.”13 Berilah nilai pada pelayanan Anda, dari angka 1-5. 1 berarti tidak disiplin secara rohani dan 5 berarti memiliki disiplin secara rohani. TANDA-TANDA DALAM PEMURIDAN
NILAI
CATATAN
Tidak disiplin secara rohani …. Disiplin secara rohani
3. Pemuridan yang memengaruhi seluruh bagian hidup. Alkitab menggambarkan pemuridan sebagai sesuatu yang berdampak dalam seluruh aspek hidup kita; Realitasnya adalah banyak orang percaya telah mengecilkan iman sebatas sesuatu yang sifatnya pribadi.
CELAH DALAM PEM U RIDAN
| 29
Tema yang mendominasi pelayanan Yesus bagi orang banyak ialah pemberitaan kabar baik tentang kerajaan Allah. Kerajaan yang telah lama dinantikan di mana pemerintahan dan kekuasaan Allah akan terwujud dalam dunia. Kerajaan itu telah hadir dalam dunia yang gelap dalam pribadi seorang raja, Yesus Kristus. Janjinya adalah mereka yang “bertobat dan percaya” pada Injil (Mrk. 1:15), akan ditebus dari kegelapan pada kerajaan Anak Allah yang dikasihi-Nya (Kol. 1:13). Sebuah kekuasaan dan rezim yang baru telah dibangun dalam hati para pengikut Yesus. Kekuasaan ini memengaruhi siapa kita sesungguhnya juga apa pun yang kita lakukan dalam tiap aspek hidup kita. Tema dari kerajaan Allah adalah tak ada satu pun bagian diri kita yang tidak berada di bawah kuasa Yesus. Secara mendasar kita adalah warga kerajaan Allah, yang berarti bahwa Yesus adalah Tuhan dalam hati, keluarga, dan tempat kerja kita; sikap, pemikiran, dan keinginan kita; relasi dan keputusan moral kita; pandangan politik dan sosial kita. Dalam setiap bagian hidup kita, hubungan pribadi atau sosial kita, kita harus berusaha untuk memahami juga menghidupi pikiran dan kehendak Tuhan. Namun faktanya saat ini adalah kita menderita karena dualisme yang sama seperti yang terjadi saat Martin Luther memulai gerakan Reformasi hampir 500 tahun yang lalu. Ketika menulis bukunya Open Letter to the German Nobility, Luther berkata bahwa halangan pertama yang dipercaya bangsa Roma ialah pembedaan yang salah pada apa yang ia sebut “golongan rohani” dan “golongan sekuler.”14 Dalam zaman Luther, golongan rohani ialah yang berkaitan dengan gereja dan jabatan gerejawi, yang menganggap diri mereka lebih tinggi dari golongan sekuler yang berkaitan dengan pemerintahan dan kehidupan seharihari. Luther mencoba untuk menghancurkan tembok pemisah antara yang rohani dan sekuler dengan menyatakan bahwa dalam kerajaan Allah, semuanya adalah rohani. Garis pemisahnya bukanlah antara yang rohani dan sekuler tetapi antara kerajaan Allah dan kerajaan kegelapan. Kita masih menderita karena kepercayaan yang salah bahwa dunia rohani terdapat pada bagian yang suci dan pribadi. Hal-hal kudus di-
30 | T r a n s f o r m i n g d i s c i p l e s h i p
kaitkan dengan gereja, keluarga, dan komitmen pribadi kita. Agama merupakan masalah pribadi yang memiliki sedikit pengaruh pada bagian publik dari kehidupan–pekerjaan, politik, dan bidang-bidang besar lainnya dalam masyarakat seperti ekonomi, pendidikan dan media. Wakil presiden NBC yang baru menjadi Kristen ditanyai tentang dampak imannya yang baru ini pada standar moral program NBC. Terjatuh dalam konsep dualisme rohani-sekuler, ia berkata “Semuanya itu memberikan kedamaian pikiran dalam hidup saya. Namun, apakah hal tersebut akan memengaruhi program-program saya, tentu saja tidak. Hal itu membuat saya berpikir dengan lebih jelas, tetapi itu justru berarti saya akan berpikir lebih komersial daripada sebelumnya.“15 Terjadi keterputusan hubungan pada banyak orang Kristen ketika mulai melihat diri mereka sebagai wakil kerajaan Allah dengan kegiatan yang paling banyak menghabiskan waktu—pekerjaan kita. Tanpa sadar, banyak orang Kristen akan meletakkan topi kekristenan mereka dan mengenakan topi sekuler ketika masuk ke tempat kerja mereka. Hal ini diasumsikan bahwa kita bermain dengan peraturan yang berbeda, ketika kita bekerja sekuler melawan cara hidup kita di dunia rohani. Betapa berbedanya dari pesan yang Yesus beritakan! Berilah nilai pada pelayanan Anda, dari angka 1-5. 1 berarti memiliki iman yang tertutup dan 5 berarti memiliki pemuridan yang utuh. TANDA-TANDA DALAM PEMURIDAN
NILAI
CATATAN
Iman yang tertutup .... Pemuridan yang utuh
4. Kekuatan budaya tandingan. Alkitab menggambarkan komunitas Kristen sebagai suatu budaya tandingan; kenyataannya adalah kita melihat banyak orang Kristen yang gaya dan nilai hidupnya tidak jauh berbeda dengan orang-orang yang tidak mengenal Tuhan. John Stott menggambarkan gereja Tuhan sebagai komunitas “yang
CELAH DALAM PEM U RIDAN
| 31
radikal tanpa kompromi.” Ungkapan ini membantu kita memahami metafora yang digunakan Alkitab tentang gereja. Orang asing, pendatang, dan perantau merupakan gambaran hubungan orang percaya di dunia saat ini (1 Ptr. 2:11). Perasaan sentimen ini diungkapkan dalam lirik himne lama, “dunia ini bukanlah rumahku. Ku hanya sekadar lewat.” Gereja dalam gambaran Alkitab merupakan sebuah tubuh yang cara hidup komunitasnya membentuk alternatif budaya tandingan bagi nilai dalam masyarakat dominan. Rasul Petrus memberi kita ungkapan yang menggambarkan realitas saat ini ketika ia menulis pada jemaat yang tersebar di berbagai wilayah Yunani-Romawi. Walaupun umat Tuhan tidak memiliki tanah mereka sendiri, Petrus masih tetap menyebut mereka, “Kamulah … bangsa yang besar”(1 Ptr. 2:9). Dengan gambaran ini, Petrus ingin berkata, “Kamulah bangsa yang menerabas semua batasan geopolitik apa pun karena kamulah gereja tanpa batasan.” Menjadi kudus berarti menjadi orang yang dipanggil keluar, yang artinya terpisah atau berbeda. Satu ciri yang membedakan umat kerajaan Allah ialah hidupnya yang penuh belas kasihan dan pengabdian. Mengulang kembali Khotbah Yesus di Bukit (Mat. 5:16), Petrus berkata “Milikilah cara hidup yang baik ditengah-tengah bangsa bukan Yahudi, supaya apabila mereka memfitnah kamu sebagai orang durjana, mereka dapat melihatnya dari perbuatan-perbuatanmu yang baik dan memuliakan Allah pada hari Ia melawat mereka” (1 Ptr. 2:12). Orang-orang yang membenci gereja mungkin tak menyetujui apa yang Anda percayai, namun mereka tak dapat membantah cara hidup Anda. Jika benar, maka apa yang orang lihat dari gereja saat ini? Banyak pengamat berkata bahwa gereja jauh dari budaya tandingan, tak jauh berbeda dengan mereka yang tak percaya. Setelah meneliti sejumlah gaya dan nilai hidup, Barna menyimpulkan, “Faktanya, jumlah orang Kristen yang mengakui nilai-nilai ini hampir sama dengan jumlah orang bukan Kristen yang memegang pandangan yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa betapa tak berartinya kekristenan dalam diri
32 | T r a n s f o r m i n g d i s c i p l e s h i p
jutaan orang yang mengaku sebagai orang percaya.�16 Berdasarkan ukuran materi dan kesuksesan, sebagian orang Kristen bahkan tak pernah punya cukup uang untuk membeli kebutuhan atau keinginan mereka. Satu dari empat orang Kristen berpikir bahwa semakin banyak yang Anda miliki, maka semakin sukses hidup Anda. Gereja tidaklah kebal terhadap penyakit individualisme dan konsumerisme yang mendominasi masyarakat Amerika. Robert Bellah, seorang sosiolog, berusaha mencari karakteristik mendasar dari orang Amerika. Dalam studi monumentalnya Habits of the Heart, Bellah berkata bahwa yang membuat masyarakat Amerika berbeda yaitu pandangan mereka akan kebebasan. Masyarakat Amerika lebih menginginkan kebebasan dari daripada kebebasan untuk. Sebuah sikap yang berkata “Saya ingin melakukan apa yang saya inginkan ketika saya ingin melakukannya. Sebaiknya tak seorang pun berkata sebaliknya.� Menurut Bellah kualitas ini tak tepat dalam membangun hubungan jangka panjang (seperti pernikahan) atau komunitas yang dekat. Sejauh gereja telah direduksi menjadi kumpulan individu yang berbelanja seperti konsumen untuk memenuhi keperluan mereka, maka kita tak punya dasar untuk membangun komunitas sesuai pandangan Firman Tuhan. Bagaimana mungkin kita dapat membangun komunitas budaya tandingan dari komunitas yang begitu keropos? Berilai nilai pada pelayanan Anda, dari angka 1-5. 1 berarti menjadi serupa dengan dunia dan 5 berarti memiliki kekuatan budaya tandingan. TANDA-TANDA DALAM PEMURIDAN
NILAI
CATATAN
Menjadi serupa dengan dunia .... Kekuatan budaya tandingan
5. Organisme utama yang terpilih. Alkitab menggambarkan gereja sebagai sebuah organisme utama yang dipilih Allah sebagai tempat tinggal-Nya; Realitasnya, kita memandang gereja hanya sebagai sebuah
CELAH DALAM PEM U RIDAN
| 33
lembaga opsional yang tidak terlalu dibutuhkan untuk pemuridan. Gereja berperan sebagai pengganti kerajaan-Nya di dunia. Yesus melanjutkan inkarnasinya dengan berdiam dalam umat-Nya. Almarhum Ray Stedman dengan ringkas namun jelas menggambarkan hubungan Kristus dan gereja: “Kehidupan Yesus masih nyata dalam diri kita, namun saat ini bukan lagi melalui tubuh fisik yang terbatas pada satu tempat di bumi, namun melalui sebuah lembaga yang kompleks yang disebut gereja.”17 Rasul Paulus senang dan seringkali menggambarkan gereja sebagai tubuh Kristus. Ungkapan ini bukanlah sekadar gambaran kata-kata indah atau metafora. Paulus tidak mengatakan bahwa gereja seperti tubuh Kristus, namun secara literal, gereja adalah tubuh Kristus. Tempat di mana Kristus berdiam. Implikasinya, gereja bukanlah suatu pemikiran opsional bagi mereka yang mengakui Yesus sebagai Tuhan. Gereja merupakan pusat rencana penebusan Allah. Allah menyelamatkan umat-Nya masuk ke dalam sebuah komunitas baru yang merupakan barisan terdepan manusia baru. Dipanggil kepada Kristus adalah untuk berbagi beban dengan jemaat-Nya. Banyak orang saat ini senang berkata, “Yesus, ya; gereja, tidak.” Ini merupakan kesalahpahaman mendasar akan peran gereja dalam rencana besar Allah akan keselamatan. Untuk menjadi pengikut Kristus, kita harus memahami bahwa tidak ada yang namanya pemuridan tunggal. Namun, sikap opsional yang kita miliki terhadap gereja berpusat pada budaya individualistik dan sikap urusan masing-masing orang untuk memilih. Bagaimana bentuk ekspresi dari sikap opsional ini? Salah satu bentuk ekspresinya ialah merasa bukan suatu kebutuhan untuk terlibat dalam gereja. Suatu ketika, saya dan istri mengunjungi sebuah gereja terkenal di bagian selatan California di hari Minggu setelah Paskah. Khotbah tersebut ditujukan pada 21 ribu orang yang menyatakan diri mereka telah menerima Kristus selama ibadah Paskah. Pengkhotbah di pagi itu bertanya kepada jemaat, “Apakah perlu bagi kita untuk pergi ke gereja atau menjadi bagian dari gereja untuk menjadi seorang Kristen?”
34 | T r a n s f o r m i n g d i s c i p l e s h i p
Jawabannya? “Tidak, tidak perlu.” Mendengarnya, saya harus melakukan segala hal agar tidak meloncat berdiri dan berteriak “Ya, jika kamu adalah seorang Kristen, maka kamu mutlak perlu menjadi bagian dari gereja!” Namun bukan itu yang berlaku dalam masyarakat kita, bahkan dari mereka yang seharusnya bisa mengerti dengan lebih baik. Para pemimpin Kristen hidup dengan ketegangan untuk melayani jemaat dengan komitmen yang rendah. Bagaimana mungkin kita dapat memanggil orang untuk melakukan disiplin pemuridan jika sangat mudah bagi mereka untuk menyingkir? Jika tidak ada pemahaman perjanjian tentang hubungan seorang jemaat dan komunitasnya, bagaimana mereka bisa dibentuk menjadi murid yang serupa Kristus? Berilah nilai pada pelayanan Anda, dari angka 1-5. 1 berarti bergereja itu pilihan dan 5 berarti bergereja itu penting. TANDA-TANDA DALAM PEMURIDAN
NILAI
CATATAN
Bergereja itu pilihan .... Bergereja itu penting
6. Pribadi yang memahami Firman Tuhan. Alkitab menggambarkan orang percaya sebagai orang yang memahami Firman Tuhan yang hidupnya dibangun di atas kebenaran; Realitasnya, kebanyakan orang percaya ialah pribadi yang mengabaikan Firman Tuhan, yang hidupnya penuh kompromi. Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru ialah tempat penyataan diri Allah bagi manusia, yang tepercaya. Inilah pengakuan sejarah Kristen tentang keunikan Alkitab. Yesus Kristus adalah Firman yang menjadi daging, sedangkan Alkitab merupakan hembusan nafas Allah yang ditulis oleh para saksi terpercaya, yang menyaksikan sendiri hidup dan perbuatan Yesus dalam sejarah. Walaupun kebenaran mungkin dapat ditemukan di luar Alkitab, ujian terhadap apa yang benar didapat dari Firman Tuhan. Rasa percaya pada apa yang kita sebut Alkitab,
CELAH DALAM PEM U RIDAN
| 35
telah membuatnya menjadi pusat pengajaran kita, obyek dari bacaan disiplin rohani dan kebenaran yang dibahas dalam kelompok kecil. Kedua disiplin rohani yaitu doa dan membaca Alkitab telah menjadi kebiasaan yang harus mendominasi hidup orang percaya. Namun, terlepas dari keyakinan kita tentang keunikan buku ini, orang Kristen pada umumnya mengabaikan isinya dan memegang teguh keyakinan mereka yang berbeda dengan Alkitab. Pemisahan ini membuat Gallup menulis, “Masyarakat Amerika memuja Alkitab, namun sebagian besar tidak membacanya.”18 Menurut Gallup, 65% populasi orang dewasa setuju bahwa Alkitab “menjawab semua atau kebanyakan pertanyaan mendasar tentang hidup.”19 Survei yang dilakukan Barna menemukan bahwa 60% dari semua orang Amerika dewasa dan 85% yang menggambarkan diri mereka telah lahir baru menyetujui pernyataan ini: “Alkitab sangatlah akurat dalam segala hal yang diajarkannya.” Namun, terdapat pengabaian yang mengerikan atas buku yang kita jadikan acuan. Contohnya saja, 53% orang dewasa yang disurvei Barna percaya bahwa ungkapan “Tuhan membantu orang yang menolong diri mereka sendiri” adalah kebenaran alkitabiah. Tetapi yang lebih mengganggu dari mengetahui data faktual tersebut, ialah mengetahui bahwa orang percaya masih memegang berbagai keyakinan dasar yang bertentangan dengan Firman Tuhan. Dari semua masyarakat Amerika, 61% percaya bahwa Roh Kudus bukanlah pribadi yang hidup namun merupakan sebuah simbol kehadiran dan kekuatan Tuhan sedangkan 58% percaya bahwa Iblis atau Setan bukanlah makhluk hidup namun hanya simbol kejahatan. Mungkin, penemuan yang paling mengganggu ialah empat dari sepuluh orang yang akif dalam relasi pemuridan Kristen percaya bahwa tidak ada yang namanya kebenaran mutlak.20 Baru satu generasi yang lalu, 2 nabi Kristen, Francis Schaeffer dan Elton Trueblood, meramalkan bahwa satu generasi lagi dan kita akan kehilangan ingatan akan kekristenan dari budaya kita. Mereka berdua mengacu pada Amerika sebagai masyarakat “hasil cangkokan”.
36 | T r a n s f o r m i n g d i s c i p l e s h i p
Maksud mereka ialah budaya kita telah dipangkas dari akar kekristenan Yahudi dan sedang hidup dalam ingatan iman. Mereka memprediksi tinggal satu generasi lagi sebelum ingatan ini terhapus. Kitalah generasi tersebut. Para pengkhotbah dan pengajar Firman Tuhan tidak bisa lagi berpikir bahwa dengan menyebut tokoh-tokoh Alkitab seperti Daud dan Goliat, orang akan dengan segera mengingat kisah mereka. Tak ada anggapan yang dapat dibuat tentang apa yang mereka ketahui atau kepercayaan yang mereka pegang. Berilah nilai pada pelayanan Anda, dari angka 1-5. 1 berarti tidak memahami Firman Tuhan dan 5 berarti memahami Firman Tuhan TANDA-TANDA DALAM PEMURIDAN
NILAI
CATATAN
Tidak memahami Firman Tuhan .... Memahami Firman Tuhan
7. Orang-orang yang membagikan iman mereka. Alkitab menggambarkan semua orang percaya sebagai orang yang membagikan kisah imannya akan Kristus dengan orang lain; Realitasnya, kita merupakan orang-orang terintimidasi yang segan mengabarkan Injil secara pribadi. Kita adalah pencerita. Alkitab menceritakan sebuah kisah cinta Allah yang mengejar manusia yang suka melawan. Mereka yang ditangkap Yesus memiliki cerita untuk dibagikan tentang bagaimana Allah mengejar kita dan memeluk kita dalam dekapan-Nya yang penuh kasih. Dengan berbuat demikian, Allah membuat kita sebagai aktor dalam drama besar penebusan-Nya. Masing-masing kita memiliki peran tersendiri untuk dimainkan dalam panggung sejarah, dunia di mana Allahlah yang menulis ceritanya. Kisah-Nyalah yang membuat kita ada di sini. Seunik masing-masing kita, ada garis cerita yang telah tertulis tentang hidup kita masing-masing. “Kamu akan menjadi saksi-Ku,� kata Yesus (Kis. 1:8). Masing-masing kita memiliki cerita kita dan sebuah kisah untuk dibagikan, karena ketika membagikan cerita
CELAH DALAM PEM U RIDAN
| 37
kita dan kisah penebusan Yesus, yang lain akan menyadari bahwa mereka juga telah ditulis dalam drama penebusan Allah. Paulus tidak bisa lebih jelas lagi ketika berbicara tentang hak istimewa yang menjadi milik kita ketika menulis bahwa Injil “ialah kekuatan Allah yang menyelamatkan� (Rm. 1:16). Tuhan telah memercayakan pada kita kisah planet yang Ia datangi dan menceritakannya merupakan cara untuk meluluhkan hati manusia. Bagaimana kondisi kita dalam menyampaikan kisah ini? Gambaran yang tampak di permukaan terlihat sangat positif. Namun, akan bertambah kelabu jika kita mengamatinya dengan jelas. Dari semua orang yang mengaku telah lahir baru, 55% mengaku telah membagikan Injil pada seeorang dalam satu tahun terakhir dengan harapan melihat orang tersebut menjadi pengikut Kristus.21 Namun, ketika ditanya apakah mereka telah membangun relasi dengan tujuan membimbing orang tersebut mengenal Kristus, hanya satu dari sepuluh orang melakukannya. “Kurang dari satu dari total lima orang yang berkata mereka mengetahui seorang yang belum percaya dengan cukup baik, sehingga mereka dapat membagikan Injil dengan rasa percaya.�22 Cara lain yang menunjukkan bahwa kebutuhan ini telah didramatisasi ialah fakta bahwa dibutuhkan 100 anggota jemaat untuk memenangkan 1,67 jiwa bagi Kristus dalam setahun. Hal ini menunjukkan bahwa hanya sedikit persentase orang yang aktif mengabarkan Injil secara pribadi. Selama saya menjadi pendeta, tampaknya hanya sedikit persentase jemaat yang berani dan termotivasi untuk mengabarkan Injil bagi orang lain. Kontributor terbesar pada penghalang ini ialah rasa intimidasi yang muncul karena hidup di tengah-tengah budaya yang menjauhkan diri dari kebenaran yang sesungguhnya. Satu-satunya kebenaran yang mereka pegang adalah kebenaran pribadi. Setiap orang memiliki kebenarannya masing-masing, kebenaran yang satu tidak boleh mengganggu kebenaran yang lain. Hal ini memiliki dampak yang sama dengan meletakkan klaim semua kebenaran pada pesawat yang sama. Sejak yang menjadi allah di zaman ini ialah pilihan maksi-
38 | T r a n s f o r m i n g d i s c i p l e s h i p
mal kita, maka kepercayaan apa pun yang mengklaim dirinya sebagai kebenaran mutlak akan dimarahi. Dalam banyak kesempat-an, saya menahan diri saya agar tidak menyerang balik, “Maksud Anda, jika saya tidak menerima Kristus, maka saya sedang menuju ke neraka?” Setiap kali saya harus menelan dengan susah payah dan berkata dengan malas, “Yesus, ialah satu-satunya pribadi Allah telah menyatakan diri-Nya dan melalui Dialah, Allah telah menetapkan kita benar dihadapan-Nya.” Kelihatannya sangat tidak toleran dalam zaman di mana toleransi disamakan dengan kasih. Dalam atmosfer intimidasi ini, kita harus bertanya pada diri kita sendiri, apa yang harus kita tawarkan. Apakah kita sungguh percaya bahwa kita memiliki sesuatu yang sangat penting dan dapat memberi hidup, sehingga kita perlu membagikannya? Cara lain untuk memandangnya mungkin dengan bertanya, apakah kita ingin orang lain memiliki hubungan yang penuh dengan Tuhan sama seperti yang kita miliki? Bill Hybels, seorang pendeta senior di Gereja Willow Creek Community berkata bahwa para pencari iman, melihat ke dalam diri kita dan bertanya “Jika saya menjadi seorang Kristen, maka saya akan semakin bernilai atau semakin tidak bernilai?”23 Jadi, pertanyaan tersebut menjadi, apakah pengalaman kita akan kasih dan sukacita dalam Yesus Kristus berharga untuk disampaikan untuk orang lain? Bagi banyak orang, jawabannya adalah tidak. Berilah nilai pada pelayanan Anda, dari angka 1-5. 1 berarti tidak melakukan penginjilan pribadi dan 5 berarti membagikan iman kita. TANDA-TANDA DALAM PEMURIDAN
NILAI
CATATAN
Tidak melakukan penginjilan pribadi .... Membagikan iman kita
KEMUNGKINAN YANG MUSTAHIL: KE MANA KITA AKAN MELANGKAH? Inikah gambaran akurat tentang kondisi pemuridan saat ini? Terlalu
CELAH DALAM PEM U RIDAN
| 39
mengerikankah? Apakah realitas ini sesuai dengan keadaan Anda? Jika gambaran tentang jurang yang ada antara standar Firman Tuhan dan situasi pemuridan saat ini sangat tepat, maka ada banyak usaha besar yang harus dilakukan jika ingin celah ini tertutupi. Apakah tujuan yang ingin kita capai? Joel Barker membantu kita untuk memfokuskan tujuan kita pada apa yang ia sebut pertanyaan pengubah paradigma: “Apa hal yang mustahil untuk dilakukan dalam kesibukan Anda (baca: gereja atau pelayanan Anda), namun jika dilakukan, akan mengubahnya sepenuhnya?�24 Berikut ini pertanyaan pengubah paradigma yang saya pilih, yang menunjukkan kemungkinan yang mustahil: bagaimana menumbuhkan pengikut Kristus yang berinisiatif, berbuah, dan berkomitmen penuh? Pertanyaan strategis ini merupakan cara untuk mempertanyakan bagaimana kita dapat menyelesaikan misi gereja sesuai apa Yesus katakan. Yesus telah menyelamatkan gereja di setiap waktu dan tempat ketika ia menyatakan misi yang memberikan kita barisan perintah: “Karena itu, pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku� (Mat. 28:19). Siapakah yang disebuh sebagai murid Yesus selain mereka yang berinisiatif, berbuah, dan berkomitmen penuh pada-Nya? Yang terlihat tak mungkin tercapai ialah bahwa ada gereja-gereja yang dipenuhi para murid yang tak perlu didorong, dimotivasi, dan dibujuk. Tujuan saya lewat bab ini ialah untuk membawa fokus sebenarnya akan kemungkinan yang mustahil. Untuk hal inilah para pemimpin harus berbicara. John Kotter dalam Leading Change berkata bahwa alasan mendasar mengapa tidak terjadi perubahan ialah karena kita tak berpikir bahwa hal ini sangat mendesak.25 Kepemimpinan ialah tentang menanamkan urgensitas yang datang ketika kita melihat realitas dan memanggil umat Tuhan untuk meraih setiap kemungkinan dan mimpi yang Allah inginkan bagi kita. Hanya karena kita menilai dengan serius segala sesuatu yang ada, ada harapan kita bisa memahami tujuan semula hal tersebut dirancang. Ada harapan karena Yesus sebagai Tuhan atas gereja meminta mem-
40 | T r a n s f o r m i n g d i s c i p l e s h i p
pelai wanitanya agar tak bercacat dan tak bercela, karena melalui jemaat-Nyalah, hidupnya akan dimanifestasikan. Barna pernah menulis, “Kekristenan akan berdampak luar biasa dalam budaya kita jika orang Kristen dengan konsisten menghidupi iman mereka. Kebanyakan orang non-kristen tidak membaca Alkitab, jadi mereka hanya menghakimi kekristenan melalui cara hidup orang Kristen yang mereka lihat. Masalahnya adalah ada berjuta-juta orang Kristen yang tak hidup sebagaimana seharusnya—dan hal ini sebagian karena mereka tak tahu apa yang mereka percayai, akhirnya mereka tak dapat menerapkan nilainilai Firman Tuhan tersebut dalam hidup mereka.�26 Bagaimana kita dapat berada pada situasi ini? Merupakan satu hal untuk menggambarkan posisi kita sekarang. Hal lain lagi untuk menentukkan akar penyebab dari masalah-masalah yang ada. Dalam bab berikutnya, kita akan melengkapi gambaran tentang realitas, dengan cara mengetahui faktor-faktor yang menjauhkan kita untuk menjadi pengikut Kristus yang berinisiatif, berbuah, dan penuh komitmen sebagai misi utama gereja. Ketika kita memahami dan menghadapi berbagai penyebab keadaan pemuridan yang buruk, maka kita dapat mulai mengatasinya.
238 | T r a n s f o r m i n g d i s c i p l e s h i p
Bahan Kelompok Tumbuh Bersama
Pembinaan Dasar
Ketuhanan Kristus
Pembinaan Watak
KURIKULUM PEMURIDAN YANG TELAH DIGUNAKAN LEBIH DARI PULUHAN TAHUN UNTUK MEMBENTUK HIDUP BANYAK ORANG.
Bayi yang baru lahir membutuhkan makanan dan pertolongan orang lain untuk proses pertumbuhannya dan juga makanan yang disesuaikan dengan kebutuhan. Demikian juga dengan seseorang yang baru menerima Kristus. Ia membutuhkan makanan rohani yang cukup mendasar dan pertolongan orang lain untuk menuntun dalam proses pertumbuhan ke arah Kristus. Demi mencapai tujuan pembentukan seorang murid yang serupa Kristus, maka kurikulum pemuridan ini disusun. Bahan ini digunakan sebagai sarana untuk belajar bertumbuh dalam kelompok kecil karena diformulasikan dalam bentuk pertenyaan-pertanyaan diskusi untuk pendalaman Alkitab, ada proyek ketaatan bersama, serta berbagai referensi penunjang untuk semakin memperlengkapi anggota kelompok dalam memahami dan mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Info lengkapnya kunjungi: www.perkantasjatim.org Literatur Perkantas Jawa Timur Jl. Tenggilis Mejoyo KA-10, Surabaya 60292 Tlp. (031) 8435582, 8413047; Faks.(031) 8418639 E-mail: literatur.jatim@gmail.com, www.perkantasjatim.org
Gods at War (Ilah-Ilah Dalam Peperangan) Mengalahkan Berhala-Berhala Yang Ingin Merebut Hati Anda Kyle Idleman HATI ANDA ADALAH MEDAN PERANG.
Dalam Gods at War, Kyle Idleman menolong setiap orang percaya mengenali adanya ilah-ilah palsu yang sedang berperang dalam diri kita. Mereka berperang demi memperoleh kemuliaan dan kendali hidup kita. Banyak dari kita tidak dapat mengikuti Yesus sepenuhnya karena hati kita sebenarnya mengejar sesuatu atau seseorang, selain Tuhan. Di balik setiap dosa yang sedang Anda gumuli dan keputusasaan yang sedang Anda hadapi, sebenarnya ada sesosok allah palsu yang memenangkan peperangan dalam hati Anda. Dengan mengajukan pertanyaan penuh wawasan, Idleman mengungkapkan ilah palsu mana saja yang kita izinkan bertakhta di hati kita. Apa yang membuat Anda tergila-gila? Apa yang Anda khawatirkan? Pujian dari siapa yang Anda dambakan? Kita diciptakan untuk menjadi penyembah, tetapi seringkali kita lebih menjadi pemuja ilah uang, seks, cinta romantis, kesuksesan, dll. Semuanya itu menghalangi kita memiliki hubungan intim dengan Allah sebagaimana yang kita rindukan. Gods at War menunjukkan jalur yang jelas untuk menjauhkan kita dari kepedihan hati akibat penyembahan berhala abad ke-21 dan kembali kepada hati Allah—yang memampukan kita untuk menjadi pengikut Yesus yang berkomitmen dengan sepenuhnya. Info lengkapnya kunjungi: www.perkantasjatim.org Literatur Perkantas Jawa Timur Jl. Tenggilis Mejoyo KA-10, Surabaya 60292 Tlp. (031) 8435582, 8413047; Faks.(031) 8418639 E-mail: literatur.jatim@gmail.com, www.perkantasjatim.org
Healing Is A Choice (Pemulihan Adalah Sebuah Pilihan) 10 Pilihan yang Akan Mengubah Hidup Anda & 10 Kebohongan yang Dapat Menghambat Pemulihan Stephen Arterburn Apakah anda ingin mengalami pemulihan? Kuasa untuk memulihkan–secara fisik, mental, emosi, rohani–ada dalam tangan Tuhan. Tetapi pilihan untuk dipulihkan ada dalam tangan Anda. Setiap orang, dalam berbagai tingkatan, butuh pemulihan. Anda mungkin sudah berulang kali, selama bertahun-tahun berdoa untuk mendapatkan pemulihan. Mungkin Anda sudah begitu lama hidup dalam rasa sakit sehingga Anda sudah terbiasa dengan hidup seperti itu. Mungkin Anda mulai ragu apakah Allah bisa menghilangkan penderitaan ini. Stephen Arterburn menawarkan 10 pilihan penting untuk mendapatkan pemulihan. Mengambil semua pilihan ini berarti menolak kebohongan yang sering kita katakan pada diri kita sendiri. Semua pilihan ini bukanlah sarana untuk menghasilkan mujizat, tetapi berupa perjalanan yang Allah ingin Anda lakukan. Allah bisa dan akan berjalan bersama Anda. Tetapi Anda harus melangkah dulu dan memilih untuk melepaskan rasa sakit itu dan mengizinkan proses pemulihannya dimulai. Info lengkapnya kunjungi: www.perkantasjatim.org Literatur Perkantas Jawa Timur Jl. Tenggilis Mejoyo KA-10, Surabaya 60292 Tlp. (031) 8435582, 8413047; Faks.(031) 8418639 E-mail: literatur.jatim@gmail.com, www.perkantasjatim.org