Unfinished (Belum Selesai) Mengisi Lubang di Dalam Injil Kita & Memenuhi Panggilan Kita di Dunia

Page 1

Pujian untuk UNFINISHED “Saya membeli sepuluh ribu eksemplar buku pertama dari Rich Stearns, The Hole in Our Gospel, karena saya ingin semua orang di gereja saya membacanya. Buku terbaru dari Rich, Unfinished, akan menantang segala sesuatu yang Anda pikir Anda mengerti tentang iman Kristen Anda. Unfinished adalah sebuah panggilan untuk menyelesaikan pekerjaan yang Kristus berikan pada gerejanya untuk dilakukan. Jika setiap orang Kristen membaca buku ini dan menanggapinya dengan serius, dunia ini tidak akan pernah sama lagi.” —Bill Hybels Pendeta Senior, Willow Creek Community Church “Saat-saat ketika saya sudah nyaman dengan iman saya, datanglah Rich Stearns, mengingatkan saya apa dan siapa yang paling Allah kasihi dan mengapa. Saat-saat ketika dunia saya sudah seperti yang saya idamkan, Rich mengingatkan saya bahwa dunia seperti ini bukanlah yang Tuhan inginkan. Banyak keluarga kelaparan, anak-anak kekurangan gizi. Saatsaat ketika saya berani berpikir bahwa pekerjaan saya sudah selesai, Rich mengingatkan saya bahwa kita baru saja mulai. Pertama, The Hole in Our Gospel, sekarang dalam Unfinished, Rich memberi saya semacam, tendangan yang ramah. Terima kasih, Rich. (Saya pikir).” —Max Lucado Pendeta dan penulis buku laris “Rich Stearns telah melakukannya lagi! Dalam bukunya yang menawan, menarik, dan menantang ini, ia memanggil kita kembali ke beberapa isuisu penting tentang apa artinya menjadi pengikut Kristus di dunia yang penuh dengan gangguan dan ilah-ilah palsu. Ini adalah sebuah buku untuk semua orang, tentang menemukan tempat dari panggilan kita dalam misi global Allah. Ini adalah buku tentang pemenuhan, petualangan, dan perubahan seumur hidup. Hal ini membuat saya lapar untuk lebih menggenapi kehidupan yang telah Allah sediakan bagi kita.” —Dr. Stephen Hayner Presiden, Columbia Theological Seminary


“Kisah Anda dapat menjadi bagian dari Narasi Besar. Rich Stearn mengerti kisahnya dan menghidupi kisahnya. Unfinished akan membawa Anda menuju babak terbaik dari hidup Anda.” —John Ortberg Pendeta senior, Menlo Park Presbyterian Church “Unfinished adalah sebuah buku yang menantang setiap orang Kristen untuk bergabung secara utuh bersama Yesus dalam membangun dunia baru, yang Ia sebut Kerajaan Allah. Masing-masing dari kita memiliki peran penting dalam misi ini, ketika kita menemukan tujuan kita dalam tujuan Allah. Saya menghargai semua orang yang mencari lebih dalam, pemuridan yang mengubah dunia.” —Jim Wallis Presiden dan CEO, Sojourners “Kehidupan Kristen adalah kehidupan yang memancarkan keluar apa yang ada dalam kehidupan Kristus, dan ketika kita menaati ini, ia memberi kita sesuatu yang bertujuan, bermakna, dan signifikan. Unfinished adalah sebuah buku untuk gereja zaman ini, peta jalan untuk kembali kepada Kebenaran.” —John Perkins Pendiri, John & Vera Mae Perkins Foundation “Rich telah menulis buku yang indah kembali. Ini adalah undangan dari seorang teman baik untuk duduk bersama di pinggir perapian dan sebuah pembicaraan yang jujur tentang kehidupan, semangat, tujuan, dan Yesus. Anda tidak akan mungkin bisa membaca buku ini dan iman Anda tidak membara ketika Anda mempertimbangkan sekali lagi bagaimana sebuah kehidupan yang dipenuhi dengan tujuan dalam mengikut Yesus bisa diwujudkan.” —Bob Goff Penulis buku laris dan pendiri Restore International


L iteratur P erkantas J awa T imur


Unfinished

(Belum Selesai) Mengisi Lubang di Dalam Injil Kita & Memenuhi Panggilan Kita di Dunia oleh Richard Stearns Originally published in English under the title: Unfinished: Believing Is Only The Beginning Copyright Š 2013 World Vision Published by Thomas Nelson, Inc., Nashville,TN 37214 All Right Reserved Under International Copyright Law Alih Bahasa: Paksi Ekanto Putro Editor: Milhan K. Santoso Penata Letak: Milhan K. Santoso Desain Sampul:Vici Arif Wicaksono Hak cipta terjemahan Indonesia: Literatur Perkantas Jawa Timur Tenggilis Mejoyo KA-10, Surabaya 60292 Telp. (031) 8413047, 8435582; Faks. (031) 8418639 E-mail: literatur.jatim@gmail.com www.perkantasjatim.org Literatur Perkantas Jatim adalah sebuah divisi pelayanan literatur di bawah naungan Persekutuan Kristen Antar Universitas (Perkantas) Jawa Timur. Perkantas Jawa Timur adalah sebuah kegerakan yang melayani siswa, mahasiswa, dan alumni di sekolah dan universitas di Jawa Timur. Perkantas Jatim adalah bagian dari Perkantas Indonesia. Perkantas sendiri adalah anggota dari pergerakan International Fellowship of Evangelical Students (IFES). Untuk informasi lebih lanjut mengenai kegiatan yang ada secara lokal maupun regional di Jawa Timur dapat menghubungi melalui e-mail: pktas.jatim@gmail.com, atau mengunjungi Website Perkantas Jatim di www.perkantasjatim.org

ISBN: 978-602-1302-03-3 Cetakan Pertama: Juni 2014 Atas permintaan penulis, seluruh royalti akan ditujukan untuk pelayanan World Vision bagi anak-anak yang MEMBUTUHKAN. Hak cipta di tangan penerbit. Seluruh atau sebagian dari isi buku ini tidak boleh diperbanyak, disimpan dalam bentuk yang dapat dikutip, atau ditransmisi dalam bentuk apa pun seperti elektronik, mekanik, fotokopi, rekaman, dlsb. tanpa izin dari penerbit.


Bagi para Finisher— ribuan kolega saya di World Vision yang bekerja dengan setia setiap hari: • supaya kasih Kristus dapat dilihat dan dirasakan oleh semua orang yang memiliki mata untuk melihat, juga • supaya kebenaran Injil dapat didengar oleh semua orang yang memiliki telinga untuk mendengar. Dan bagi semua orang yang telah memberi dengan penuh pengorbanan, mengasihi tanpa syarat, dan melayani Kristus dengan kerendahan hati.... Semua orang yang telah “meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki atau saudaranya perempuan, bapa atau ibunya, anak-anak atau ladangnya” demi Yesus.... Semua orang yang telah pergi ke tempat-tempat yang rusak dan ujung-ujung bumi yang keras demi mencari yang terhilang dan melayani “salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini”.... Merekalah yang menanti-nantikan sebuah hari di mana mereka akan mendengar perkataan yang telah dijanjikan ini: “Mari, hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan. Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku.” (Mat. 25:34-36)

Mereka, • yang telah mempersembahkan segenap hidup, • yang telah mengasihi apa yang Yesus kasihi, • yang telah menghargai apa yang Yesus hargai, dan • yang telah menaati apa yang Yesus ajarkan. Merekalah para Finisher.


Dan Injil Kerajaan ini akan diberitakan di seluruh dunia menjadi kesaksian bagi semua bangsa, sesudah itu barulah tiba kesudahannya.” —Matius 24:14

Demikianlah Yesus berkeliling ke semua kota dan desa; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Sorga serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan. Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala. Maka kata-Nya kepada murid-murid-Nya: “Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. —Matius 9:35-37

Tetapi bagaimana mereka dapat berseru kepada-Nya, jika mereka tidak percaya kepada Dia? Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika mereka tidak mendengar tentang Dia. Bagaimana mereka mendengar tentang Dia, jika tidak ada yang memberitakan-Nya? Dan bagaimana mereka dapat memberitakan-Nya, jika mereka tidak diutus? Seperti ada tertulis: “Betapa indahnya kedatangan mereka yang membawa kabar baik!” —Roma 10:14-15

Maka kata Yesus sekali lagi: “Damai sejahtera bagi kamu! Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu.” —Yohanes 20:21


DAFTAR Isi

Ucapan Terima Kasih ................................................................... 9 Pendahuluan ............................................................................... 13 1. Arti Hidup dan Perkara Penting Lainnya ....................... 21 2. Narasi Besar Allah........................................................... 41 3. Mengapa Yesus Pergi?..................................................... 59 4. Kerajaan Magis, Kerajaan Tragis, dan Kerajaan Allah.... 71 5. Misi Allah........................................................................ 87 6. Undangan Allah.............................................................. 101 7. RSVP............................................................................... 119 8. Super Deal....................................................................... 131 9. Kita Diciptakan untuk Perkara yang Lebih Besar........... 143 10. GPS Rohani Allah........................................................... 159 11. Dipanggil Demi Sebuah Tujuan...................................... 171 12. Domino Rohani............................................................... 189 13. Menara Jaga Kerajaan Allah............................................ 209 14. Gerbang-Gerbang Neraka............................................... 233 15. Petualangan Hebat dari Allah bagi Hidup Anda............. 253 Akhir Kata......................................................................................... 275 Catatan-Catatan................................................................................ 279



UCAPAN TERIMA KASIH

Saya merasa perlu mengawali dengan menyatakan sebuah pengakuan yang jujur. Saya bukan seorang teolog. Meskipun saya telah menjadi pengikut Yesus Kristus selama lebih dari tiga puluh lima tahun, saya tidak memiliki latar belakang pendidikan formal di bidang teologi. Jadi, saya seperti sedang berkata, “Anda tanggung sendiri risiko membaca buku ini.â€? Saya berutang banyak pada serangkaian daftar panjang para pendeta dan teolog yang telah menginspirasi saya melalui buku dan khotbah mereka. Banyak dari mereka sungguhsungguh menyelam di kedalaman lautan Allah, sementara saya bagai mendayung sampan di tepian pantai saja. Namun saya terdorong dengan kenyataan bahwa kebenaran Allah cukup sederhana untuk direngkuh bahkan oleh seorang anak sekaligus cukup mendalam untuk menantang pikiran yang paling brilian. Setiap buku sebenarnya adalah sebuah karya simponi besar para seniman dan bukan sekadar karya seorang konduktor yang membawa semua seniman itu ke dalam sekumpulan halaman. Pertamatama, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada semua orang yang kisahnya muncul di banyak halaman buku ini, karena telah menginspirasi saya dengan hidup dan teladan mereka. Ada lebih banyak lagi orang yang hidup dan teladannya direfleksikan dalam buku ini secara tidak langsung. Termasuk di dalamnya adalah para kolega saya di World Vision Amerika Serikat dan di seluruh dunia, para pendeta dan penulis buku yang telah membentuk pemikiran saya, dan kawan-kawan yang telah menempuh perjalanan bersama saya. Mereka semua menggaungkan beragam gagasan yang dapat ditemukan di halaman buku ini. Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada istri saya, ReneĂŠ, yang lebih dari siapa pun dalam hidup saya, telah menjadi jangkar rohani bagi saya. Iman, integritas, dan komitmennya kepada Kristus tidak saja telah menuntun saya kepada iman di saat masih muda, melainkan juga telah menopang iman saya sejak saat itu.


10

UNFINISHED

Wawasan rohaninya dapat ditemukan di setiap halaman buku ini. Saya bersyukur juga atas kelima anak kami, Sarah, Andy, Hannah, Pete, dan Grace. Beberapa dari mereka muncul di dalam buku ini. Menyaksikan mereka bertumbuh dari iman masa kanak-kanak menuju kedewasaan sebagai para pengikut Kristus telah memberi saya dorongan semangat yang besar. Setelah bertahun-tahun mengajar mereka segala sesuatu tentang iman, kini saya mendapati bahwa seringkali sayalah yang belajar banyak dari mereka. Secara khusus, saya berterima kasih kepada ribuan orang yang telah membaca buku pertama saya, The Hole in Our Gospel. Mereka telah mendorong saya dengan berbagi tentang bagaimana Allah memakai buku itu untuk memandu beberapa keputusan penting dalam hidup mereka. Kesaksian mereka telah menunjukkan kepada saya apa yang dapat terjadi ketika umat Allah mengikatkan diri pada kerajaan Allah. Tanpa dorongan dari mereka, buku ini tidak akan ada. Saya juga harus mengucapkan terima kasih kepada banyak penolong dan pemberi semangat di World Vision yang telah mendukung saya untuk menulis: Rob Moll, yang telah memberikan banyak wawasan berharga; Brian Sytsma, tangan kanan saya yang tak tergantikan dan pendukung utama saya; Milana McLead, yang telah berjalan bersama saya dari awal sampai akhir; dan Shelley Liester serta Cheryl Plantenberg, yang telah mendukung dan menjaga jadwal saya, sehingga saya dapat berfokus untuk menulis buku ini. Semua orang lain di World Vision yang telah membantu saya dengan cara unik mereka, termasuk Kari Costanza, Jon Warren, Jane Sutton-Redner, Phil Manzano, Tom Costanza, Heidi Isaza, Laura Reinhardt, Nathalie Moberg, Elizabeth Hendley, Beth Dotson Brown, David Shaw, Andrea Peer, Abby Stalsbroten, dan Keelyn Roman. Saya juga ingin berterima kasih kepada dewan direksi yang penuh kasih, yang telah memberi saya periode sabat lagi, karena mereka meyakini nilai penting pesan ini, dan kepada tim kepemimpinan senior saya, yang telah memimpin organisasi dengan kompetensi tinggi di masa-masa ketidakhadiran saya. Kawan-kawan saya, Leighton Ford dan Dr. Steve Hayner yang cukup bermurah hati dengan memberikan waktu mereka untuk membaca manuskrip ini demi ketepatan secara teologi dan memberikan


Uc a pa n Te r i m a K a si h

11

banyak saran bagus yang telah meningkatkan mutu karya saya. Saya bertanggung jawab penuh atas segala kesalahan yang terdapat dalam buku ini. Agen saya, Lee Hough, juga memberikan wawasan berharga, sebagaimana juga Matt Baugher, penerbit saya di Thomas Nelson. Terima kasih pada semua anggota tim Thomas Nelson: Julie Allen; Paula Major; dan Kate Etue, copy editor saya yang tekun. Akhirnya, saya berterima kasih kepada Allah, yang masih memakai “apa yang bodoh bagi dunia” demi mewujudkan rancangan agungNya. Perkataan bijaksana bunda Teresa sungguh tepat bagi saya dan bagi Anda juga: “Saya adalah sebatang pensil kecil di tangan Allah, yang menuliskan secarik surat cinta bagi dunia.” Doa saya adalah Ia pun memakai Anda untuk menuliskan surat cinta berikutnya.



PENDAHULUAN

Selama beberapa tahun ini, saya memiliki kesempatan untuk bertemu dan berbicara secara pribadi dengan ribuan orang dalam pelayanan bagi kelompok orang paling miskin di dunia. Banyak dari mereka datang kepada saya dan sedikit bercerita tentang kehidupan mereka sendiri. Mereka berbagi tentang betapa mereka telah mencari cara untuk mewujudkan iman ke dalam tindakan. Ada benang merah yang jelas terlihat dari keinginan mereka, yaitu kerinduan akan tujuan dan makna yang lebih mendasar dalam menempuh perjalanan bersama Tuhan. Mereka ingin menemukan satu hal itu. Satu hal yang menjadi panggilan Allah bagi mereka. Mereka rindu merasakan bahwa mereka sedang melakukan sesuatu yang penting bagi Allah dan bahwa hidup mereka sungguh berarti. Banyak dari mereka berkata kepada saya bahwa mereka merasa tidak lengkap, seolah-olah ada sesuatu dalam hidup mereka yang terasa belum selesai. Mereka berasal dari kalangan anak muda dan orang tua, lelaki dan perempuan, kaya dan miskin. Mereka berasal dari latar belakang pengacara, agen perumahan, ibu rumah tangga, mahasiswa, akuntan, insinyur, resepsionis, dan CEO. Mereka semua ingin mengalami kepuasan dari mengetahui bahwa hidup mereka sungguh-sungguh memiliki arti. Mereka ingin mengalami kepuasan dari benar-benar memahami bahwa mereka sedang menjalani hidup dengan iman seutuhnya, bukan sekadar iman yang mereka praktikkan pada hari Minggu. Namun, jika ada apa pun yang saya pelajari tentang tujuan, makna, dan arti hidup selama bertahun-tahun ini, sebagai seorang Kristen, yaitu saya telah belajar bahwa satu hal tersebut tidak ditemukan dalam pekerjaan dalam bentuk apa pun. Bahkan, tidak pula dalam pekerjaan seperti pekerjaan saya. Satu hal itu tidak ditemukan dalam hubungan manusia dalam bentuk apa pun, tak peduli sepenting apa pun kelihatannya hubungan itu. Satu hal tersebut tidak ditemukan dalam raihan prestasi seperti apa pun, tak peduli sebesar apa pun prestasi itu. Makna, tujuan, dan arti hidup hanya dapat ditemukan


14

UNFINISHED

dari menyelaraskan hidup kita dengan tujuan Allah, dalam hidup yang sepenuhnya mengikuti Yesus Kristus. Kalimat ini layak untuk saya ulangi: Makna, tujuan, dan arti hidup hanya dapat ditemukan dari menyelaraskan hidup kita dengan tujuan Allah, dalam hidup yang sepenuhnya mengikuti Yesus Kristus. Dengan kata lain, bukanlah pekerjaan kita yang memberi tujuan bagi hidup kita. Bukan pula pasangan, keluarga, pendidikan, keterampilan, uang, atau prestasi kita. Sebaliknya, tujuan hidup kitalah yang memberi makna pada segala sesuatu yang lain. Dan, kita hanya dapat menemukan tujuan itu di dalam Kristus. Yesus berkata, “Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan” (Yoh. 10:10). Jadi, mengapa begitu banyak orang Kristen yang tampaknya kurang merasakan kelimpahan itu dalam hidup mereka? Mereka pergi ke gereja, membaca Alkitab, dan berdoa. Tetapi, mereka masih merasa bahwa ada sesuatu yang hilang. Ada sebuah ungkapan “Orang itu menatap lekat-lekat sebatang pohon dan melewatkan seluruh hutan.” Ungkapan ini digunakan untuk menggambarkan seseorang yang begitu terhisap dengan banyak perkara yang terjadi tepat di depannya, sampai-sampai ia kehilangan orientasi pada gambaran besarnya. Saya percaya bahwa inilah yang terjadi pada banyak orang Kristen di abad ke-21. Kita begitu terhisap pada banyaknya “pohon” dalam kehidupan sehari-hari, sehingga kita kehilangan orientasi akan kisah agung yang di dalamnya hidup kita berada. Kita bertumbuh, pergi ke sekolah, memulai karir, menikah, memiliki anak-anak, dan bergulat dengan tantangan hidup seharihari. Semua ini adalah beragam pohon kehidupan yang paling menyibukkan jam-jam terjaga kita. Kehidupan gerejawi kita pun tidak jauh berbeda. Kita pergi ke gereja setiap minggu, menyanyikan beberapa bait lagu pujian, dan mendengarkan khotbah. Bahkan, mungkin kita juga berdoa setiap sebelum makan, membaca Alkitab setiap hari, dan bergabung dengan kelompok kecil pemahaman Alkitab. Tetapi, semua itu bisa saja sekadar menambahkan beberapa pohon lagi ke dalam kehidupan yang sudah kusut dengan banyaknya pohon yang memenuhi hidup kita. Syukurlah, sebagai umat Kristen, kita punya jalan keluar dari dilema ini. Jika Allah adalah Penulis kisah agung yang di dalamnya kisah kita berada, jika Ia adalah Pencipta hutan yang di dalamnya


Pe n da h u lua n

15

kita berjalan, berarti kita dapat menemukan makna dan tujuan terdalam hidup kita hanya ketika kita menemukan peran unik yang Ia rancang untuk kita jalankan dalam tujuan besar-Nya. Bukankah masuk akal jika Sang Penulis kisah agung, yaitu Sang Penulis yang menciptakan semua karakter di dalam kisah-Nya, pasti memiliki satu peran spesifik untuk dijalankan oleh setiap karakter ciptaan-Nya itu? Implikasi dari pemahaman ini sungguh besar. Allah menciptakan Anda secara sengaja untuk menjalankan sebuah peran yang sangat spesifik dalam menyingkapkan kisah agung-Nya. Allah tidak menciptakan karakter tambahan sekadar untuk berdiri di pinggir lapangan dan menyaksikan bagaimana kisah ini berjalan; Ia menciptakan semua pemain supaya mereka berada di tengah panggung. Dan, Anda akan merasa benar-benar lengkap hanya ketika Anda menemukan peran yang dirancang khusus bagi Anda itu. Jadi, kisah agung seperti apakah yang akan disingkapkan di mana kita menjalankan peran di dalamnya? Bagaimana kita menemukan peran itu? Maria dan Yusuf menjalankan peran mereka. Begitu juga dengan Petrus, Paulus, Lukas, dan Yohanes. Tapi kini, duaribu tahun setelah kebangkitan Kristus, kita tampaknya telah kehilangan alur cerita. Di manakah posisi kita saat ini dalam narasi besar itu? Dan apa yang seharusnya kita perbuat? Sebagaimana yang diungkapkan melalui judul dari buku ini, masih ada pekerjaan yang belum selesai bagi para pengikut Kristus di dunia: “Dan Injil Kerajaan ini akan diberitakan di seluruh dunia menjadi kesaksian bagi semua bangsa, sesudah itu barulah tiba kesudahannya.� (Mat. 24:14) Pernyataan Yesus yang terus terang dalam Matius 24 ini membentangkan sebuah premis sederhana: setelah “Injil Kerajaan� diberitakan ke semua suku bangsa, maka barulah tiba kesudahannya. Janji Yesus mengenai kesudahan dunia bukanlah sesuatu yang mengerikan. Yesus memikat gereja-Nya dengan pengharapan akan upah yang besar. Ia merujuk pada janji agung-Nya, yaitu mendamaikan segala sesuatu di dalam diri-Nya, meluruskan segala kesalahan, menghapus setiap tetes air mata, membangkitkan orang yang sudah mati un-


16

UNFINISHED

tuk memperoleh hidup yang kekal, menghakimi orang yang jahat, memulihkan kondisi ciptaan, dan menegakkan kerajaan terang-Nya untuk selama-lamanya. Ia berjanji untuk memegang semua simpul yang tak terpahami dalam kisah agung ini dan menjadikannya kesimpulan mengagumkan yang dapat dimengerti. Tetapi, sebelum semua ini terjadi, Yesus memanggil para pengikut-Nya untuk menyelesaikan sebuah tugas penting yang Ia berikan kepada mereka sebelum naik ke sorga. Tugas yang diberikan Yesus kepada para murid tepat sebelum kenaikan-Nya ke sorga dicatat di beberapa ayat kunci Perjanjian Baru. Penugasan ini lebih dikenal sebagai Amanat Agung. Amanat Agung memiliki visi yang sangat revolusioner. Amanat Agung mencakup tindakan untuk pergi ke seluruh penjuru dunia demi menegakkan dan membangun sebuah jenis tatanan dunia yang berbeda. Sebuah tatanan dunia yang acap disebut Yesus sebagai kerajaan Allah. Ini adalah seruan lantang untuk mengikut Yesus dan bergabung bersama-Nya dalam sebuah misi mendamaikan umat manusia dengan tujuan Allah. Pada intinya, ini bukanlah sebuah panggilan untuk sekadar memercayai serangkaian perkara yang benar; sebaliknya, ini adalah sebuah panggilan untuk bergabung dengan Allah dalam rancangan-Nya membangun sebuah kerajaan yang baru. Yaitu, sebuah kerajaan yang akan menjadi berkat bagi banyak suku bangsa. Sebuah kerajaan yang tidak berdasar pada tanah, politik, kekuatan, maupun kekuasaan. Melainkan, sebuah kerajaan yang berdasar pada kebenaran, kasih, pengampunan, dan belas kasih Allah. Sebuah kerajaan di dalam banyak kerajaan yang sudah ada. Ini bukanlah panggilan untuk menyerah dan berhenti berjuang menyelamatkan dunia sambil menggenggam erat “tiket menuju sorga� di tangan kita, kemudian kembali ke gereja. Justru, ini adalah sebuah panggilan untuk merebut, mereformasi, dan memulihkan dunia bagi Kristus. Ini adalah sebuah panggilan untuk mengobarkan revolusi yang tujuannya tidak kurang dari menggulingkan sistem dunia yang sudah mapan. Dan, sebelum Yesus meninggalkan bumi untuk naik ke sorga, Ia menugaskan gereja-Nya untuk memimpin revolusi ini. Ia berjanji bahwa gerbang-gerbang neraka tidak akan sanggup bertahan menghadapinya. Bukanlah sebuah pernyataan yang berlebihan untuk berkata bahwa satu-satunya alasan mengapa gereja eksis adalah demi menun-


Pe n da h u lua n

17

aikan tugas ini; karena, setelah amanat ini diselesaikan, maka gereja akan dilebur menjadi kerajaan kekal Allah. Setelah revolusi dimenangkan, para pejuang revolusioner tidak lagi dibutuhkan. Inilah rangkaian perintah yang Yesus berikan pada para murid-Nya. Inilah tujuan tunggal yang Ia berikan untuk mereka wujudkan. Ia berkata kepada mereka bahwa Ia akan kembali setelah semua tugas ini diselesaikan. Setelah mengatakan semuanya ini, Yesus naik ke sorga. Semangat para murid pun berkobar. Tak ada satu pun yang sanggup menghalangi mereka. Injil membawa implikasi yang sudah mereka pahami sebelumnya. Dalam tiga ratus tahun, revolusi Injil telah menaklukkan Kerajaan Romawi dan mengubah dunia yang kita kenal saat ini. Gaya hidup radikal mereka ditandai dengan sensitivitas terhadap apa yang bernilai penting serta tujuan ilahi. Tak ada perkara apa pun lainnya yang lebih penting, dan tak ada harga yang terlalu mahal untuk dibayar. Banyak murid perdana Yesus yang mati sebagai martir demi tujuan ini. Murid-murid yang lain pun bangkit untuk mengangkat panji Kristus dan merintis jalan di depan. Namun, dua ribu tahun setelah pergerakan Kristen mula-mula, khususnya di belahan bumi sebelah Utara, umat Allah telah kehilangan semangat ini. Kita telah kehilangan perasaan bahwa ada sebuah alur cerita dan kisah agung yang sedang berjalan—yaitu, bahtera peradaban sejarah. Dalam kondisi makmur, nyaman, dan teralihkan perhatiannya, umat Kristen hari-hari ini tampaknya sudah kehilangan api untuk mengubah dunia. Karya kerajaan Allah terbengkalai begitu saja tak terselesaikan. Umat Allah tampaknya sudah kehilangan makna tujuan hidup di tengah-tengah dunia. Ada sesuatu yang sangat menggelisahkan tentang hal ini. Satu-satunya Anak Allah telah turun ke dunia dalam wujud daging dan telah hidup di tengah-tengah manusia. Ia telah mati supaya kita memperoleh pengampunan dan pendamaian dengan Allah. Ia menugaskan kita untuk membawa kabar baik yang sama kepada segala suku bangsa di seluruh dunia, namun kita gagal menunaikan tugas dari-Nya. Apa yang sebenarnya telah terjadi dengan revolusi ini? Saya percaya ada hubungan langsung antara karya kerajaan Allah yang tak terselesaikan dengan perasaan bahwa ada sesuatu yang tak lengkap dalam iman Kristen kita. Karena, memang ada hubungan antara kisah kita dengan kisah Allah. Jika kita secara pribadi tidak


18

UNFINISHED

terlibat dalam misi besar Allah di dunia, maka kita telah kehilangan satu-satunya hal yang menjadi alasan mengapa Ia menciptakan kita. Kita seperti burung yang diciptakan untuk terbang, tetapi lebih memilih untuk hidup di dalam sebuah sangkar. Kita bagaikan ikan yang diciptakan untuk berenang, namun justru menggelepar-gelepar di tepian pantai. Hal ini sungguh masuk akal ketika Anda merenungkannya. Jika sang Pencipta alam semesta menciptakan kita untuk menjalankan sebuah peran kunci dalam drama besar-Nya, tetapi kita gagal menemukan tempat kita di dalam kisah itu, maka tentu saja kita akan merasa bahwa ada sesuatu yang hilang. Tetapi, tentu saja hal ini tidak perlu terus terjadi. Allah menciptakan masing-masing kita secara unik dan Ia menciptakan kita untuk sebuah tujuan tertentu. Buku ini adalah sebuah undangan untuk menemukan hidup yang dimaksudkan oleh Allah untuk Anda jalani. Ini bukanlah tentang kegagalan dan rasa bersalah. Lebih dari itu, ini adalah tentang kesempatan dan sukacita, karena Allah tidak memaksa kita. Sebaliknya, Ia mengundang kita. Ia menawarkan makna, kepenuhan, dan arti hidup bagi kita, tetapi Ia pun memberi kita pilihan untuk menolak apa yang Ia tawarkan, dan sayangnya, banyak orang memilih untuk menolak. Sederhananya, pesan dari buku ini adalah: • Allah mengundang Anda untuk bergabung bersama-Nya dalam mengubah dunia. • Allah memiliki impian bagi dunia ini, yaitu yang Yesus sebut dengan kerajaan Allah. • Allah menciptakan Anda untuk menjalankan peran penting dalam visi kerajaan-Nya. • Anda tidak akan pernah menemukan makna terdalam hidup Anda, kecuali Anda menemukan tempat khusus Anda dalam kerajaan Allah.

Dengar baik-baik beberapa pernyataan berikut ini: Anda tidak perlu pergi ke Kongo atau Uzbekistan untuk mengubah dunia. Anda tidak perlu menjadi orang brilian untuk mengubah dunia. Atau orang kaya atau orang berpengaruh atau tokoh besar dalam iman. Tetapi, Anda harus berkata ya pada undangan Allah. Anda harus selalu bersedia dan mau dipakai oleh Allah. Anda mungkin harus membayar harga dalam mengikut Yesus, karena mengubah dunia dan mengi-


Pe n da h u lua n

19

kut Yesus tidaklah mudah, dan juga tidak murah. Akan ada beberapa pengorbanan yang harus Anda buat. Akan selalu ada pengorbanan. Iman Kristen kita bukanlah sekadar sebuah jalan untuk memperoleh pengampunan atas dosa demi memasuki hidup yang kekal, meskipun memang demikian. Iman Kristen kita bukanlah sekadar sebuah sistem keyakinan yang tepat mengenai kebenaran puncak dan tatanan segala sesuatu, meskipun memang demikian. Iman Kristen kita pun bukanlah sekadar sebuah cara untuk menemukan penghiburan di dalam Allah di masa-masa sarat pergumulan hidup atau serangkaian kode perilaku yang dapat membantu kita tentang bagaimana menjalani kehidupan yang baik dan produktif, meskipun memang demikian juga. Secara fundamental, iman Kristen adalah sebuah panggilan untuk meninggalkan segala sesuatu di belakang demi mengikuti Tuhan dan Juruselamat kita Yesus Kristus, lalu bergabung demi menunaikan amanat agung Kristus bagi dunia. Ini adalah sebuah panggilan untuk meninggalkan segala sesuatu yang lain dan mengikut Yesus. Hanya setelah itu, kita akan menjadi orang-orang yang lengkap. Orang-orang yang hidup menurut tujuan terdalam Allah bagi hidup kita. Di beberapa bab berikutnya, saya akan meminta Anda untuk berjalan bersama saya dalam menempuh sebuah perjalanan untuk menyingkap visi Allah bagi dunia kita dan panggilanNya bagi hidup Anda. Saya akan meminta Anda untuk mengikuti saya dalam menjawab beberapa pertanyaan paling penting dalam hidup: Mengapa kita ada di sini, apa tujuan kita, dan apa yang sedang Allah kerjakan di dunia? Lalu, kita akan melihat pada arti mendasar tentang hidup, kematian, dan kebangkitan Kristus di dalam kisah agung Allah yang sangat luas. Kita akan melihatnya dari kitab Kejadian sampai dengan kitab Wahyu. Kita akan berupaya memahami mengapa Yesus tampak terobsesi dengan kedatangan kerajaan Allah dan berupaya menjawab pertanyaan membingungkan tentang mengapa Yesus pergi begitu mendadak, yaitu lima puluh hari setelah kebangkitan-Nya. Kemudian, kita akan menjelajah implikasi dari misi mengagumkan yang telah Ia impartasikan kepada mereka yang Ia tinggalkan. Di sepanjang perjalanan, kita akan menemukan apa arti semua ini bagi orang yang hidup pada hari-hari ini, sebagai para pengikut Kristus di abad keduapuluh. Di manakah kita cocok dalam kisah agung Allah


20

UNFINISHED

ini, bagaimana kita dapat menemukan peran yang telah Allah rancang bagi kita, dan apa implikasi hal ini bagi hidup kita, cara pandang kita terhadap dunia, karir kita, serta keluarga kita? Saya mengundang Anda untuk menyimak kembali kebenaran yang mendebarkan, misi yang mendesak, dan makna pribadi yang mendalam dari iman Kristen kita, pada saat kita mengikuti Dia yang telah mati supaya kita memperoleh hidup, dan memperolehnya dalam segala kelimpahan. Kita dapat menemukan kembali panggilan agung bagi hidup kita ini dan menyalakan kembali api revolusi. Gereja di abad ke-21 ini sudah memiliki segala sesuatu yang diperlukan. Gereja sudah memiliki sumber daya, pengetahuan, dana, mandat, dan kuasa Roh Kudus Allah. Yang menjadi kekurangan kita adalah kemauan. Sekaranglah waktunya untuk menyelesaikan pekerjaan.

—Richard Stearns Bellevue, Washington Juni 2012


1

... A rti Hidup dan Perkara Penting Lainnya Pada tingkat terdalam, setiap bentuk budaya manusia bersifat religius— dalam arti bahwa para pendukungnya percaya pada semacam realitas puncak, dan apa yang menurut mereka dituntut oleh realitas puncak itu dari mereka.1 —ROSS DOUTHAT

Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan. —Yohanes 10:10

Kristuslah Batu Karangku, di atas Dia ‘ku teguh; landasan lain hancur luluh. —Edward Mote

Beberapa tahun lalu, sebuah kata baru memasuki kamus kita. Kata ini menunjukkan kecenderungan manusia untuk membengkokkan kebenaran demi tujuan mengakomodasi keinginan kita. Pada tahun 2006, Merriam-Webster memilih kata truthiness sebagai “Word of the Year.” Kata ini dipopulerkan oleh Stephen Colbert di sebuah acara satir politik larut malam yang diasuhnya. Ia mencetuskan istilah ini untuk menggambarkan bagaimana para politisi dapat membengkokkan kebenaran demi menyokong tindakan politis mereka. Demikian adalah definisi Webster tentang kata ini: truthiness, n. sifat atau ciri yang gemar merujuk pada sekumpulan konsep atau fakta yang diingini supaya menjadi kenyataan, lebih daripada


22

UNFINISHED

sekumpulan konsep atau fakta yang sudah diketahui sebagai nyata.2

Pada saat mengumumkan bahwa kata truthiness adalah kata yang terpilih sebagai “Word of the Year,” mengalahkan kandidat kata lainnya seperti google dan terrorism, maka John Morse, Presiden MerriamWebster memberi komentar, “Kita berada pada titik di mana hal-hal yang membentuk kebenaran adalah pertanyaan yang ada di dalam benak banyak orang, dan kebenaran telah menjadi perkara terbuka yang dapat diartikan oleh siapa pun. ‘Truthiness’ adalah sebuah cara jenaka bagi kita untuk memikirkan perkara yang sangat penting.”3 Apakah Kebenaran Itu?

Dua ribu tahun sebelum Stephen Colbert, Pontius Pilatus mengajukan sebuah pertanyaan yang mungkin adalah pertanyaan paling penting kepada Yesus: “Apakah kebenaran itu?” Pada waktu itu, Yesus dibawa ke hadapan Pilatus, seorang gubernur Romawi, karena ia memiliki otoritas untuk memerintahkan eksekusi atas Yesus. Pilatus tidak tahu apa yang harus dilakukan atas Yesus yang saat itu menjadi bola panas politis di Israel. Akhirnya, ia mengadakan percakapan dengan Yesus. Ia bertanya, menurut Yesus, raja macam apakah diriNya itu. Lagipula, pastilah berbahaya, bahkan mungkin agak sinting, bagi seseorang untuk menyebut dirinya sendiri seorang raja tepat di depan mata Caesar, apalagi bagi seseorang yang sedang berdiri terbelenggu di depan seorang gubernur Romawi. Yesus berkata kepada Pilatus: “Engkau mengatakan, bahwa Aku adalah raja. Untuk itulah Aku lahir dan untuk itulah Aku datang ke dalam dunia ini, supaya Aku memberi kesaksian tentang kebenaran; setiap orang yang berasal dari kebenaran mendengarkan suara-Ku.” Pernyataan ini mendorong Pilatus, seorang politisi yang kemungkinan berwatak sinis, untuk mengajukan sebuah pertanyaan abadi, “Apakah kebenaran itu?”4 Umat manusia pada hari-hari ini masih mengajukan pertanyaan yang sama. Lebih banyak lagi orang yang mengajukan pertanyaan sebelum munculnya pertanyaan tersebut, yaitu, “Apakah kebenaran ada?” Ini bukanlah sebuah buku filsafat. Jadi, saya tidak akan berjerih lelah mengemukakan argumen filosofis panjang lebar demi


A rti H i du p da n P e r k a r a P e n t i ng L a i n n ya

23

menjawab pertanyaan itu dengan lengkap. Sebaliknya, saya hanya meminta akal sehat Anda. Tentu saja, kebenaran itu ada. Bagaimana Anda dapat membuat pernyataan bahwa “Kebenaran itu tidak ada,� lalu berkata dengan tegas bahwa pernyataan Anda ini benar? Jelaslah sangat mustahil bagi kita untuk menjalani hidup, kecuali kita membuat asumsi tentang apa yang benar dan apa yang salah, apa yang tepat dan apa yang keliru. Sebagian besar kita menjalani hidup dengan berdasarkan pada pemahaman bahwa beberapa hal adalah benar dan baik, serta bahwa beberapa hal lainnya adalah salah dan keliru. Mengapa persoalan tentang kebenaran mendasar ini begitu penting? Karena, kebenaran membawa implikasinya sendiri. Sebagai contoh, jika Anda percaya bahwa hidup manusia hanya sedikit nilainya, maka Anda mungkin akan menjadi seorang pembunuh. Mengapa tidak? Tetapi, jika Anda percaya bahwa hidup manusia begitu berharga, Anda mungkin justru memilih untuk menjadi seorang dokter. Setiap pilihan yang Anda buat pasti berdasar pada kebenaran mendasar yang telah Anda akui. Segala sesuatu yang ada di dalam buku ini, bahkan segala sesuatu yang ada di hampir setiap buku yang pernah ditulis, dengan satu atau lain cara terkait dengan pertanyaan puncak tentang kebenaran dan makna hidup. Para penulis entah berbicara secara langsung tentang makna hidup, atau mereka mendasarkan tulisan mereka di atas asumsi tentang makna itu. Tentu saja, setiap pemimpin agama di dunia merepresentasikan pemahamannya tentang makna sejati hidup kepada para pengikutnya. Tetapi, makna hidup bukanlah sebuah pertanyaan bagi para pemimpin agama saja. Semua pembawa acara talk show, komentator politik, jurnalis, guru sekolah, pelawak, selebriti, politisi, seorang ibu, seorang ayah, dan seorang pramusaji di dunia ini menyaksikan, dalam definisi tertentu yaitu definisi mereka sendiri, tentang makna sejati hidup manusia. Nyatanya, saya akan menunjukkan bahwa setiap orang yang pernah hidup telah diperhadapkan dengan pertanyaan “Apa artinya semua ini?� semacam ini. Dan, dengan cara unik, mereka telah menjawab pertanyaan itu. Kita semua membangun hidup di atas asumsi mendasar tentang kebenaran dan realitas. Dan semua asumsi itu sangat penting artinya. Jika kita membangun di atas fondasi yang rapuh, maka bangunan kita tidak akan bertahan. Yesus memperingatkan hal ini di dalam Matius 7:


24

UNFINISHED

“Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu. Tetapi setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, sehingga rubuhlah rumah itu dan hebatlah kerusakannya.� (Mat. 7:24-27)

Membangun hidup di atas dasar yang salah membawa akibat buruk. Itu akan mendatangkan malapetaka. Itulah alasan mengapa bab pertama ini sangat penting. Bab ini akan menjadi dasar dalam memahami di mana tempat kita dalam keseluruhan rencana Allah. Jadi, sebelum kita melompat ke dalam diskusi yang lebih spesifik tentang cara pandang Kristen terhadap dunia dan relevansinya di dunia kita pada hari-hari ini, pertama-tama kita perlu berbicara tentang pertanyaan akan makna hidup yang digumuli oleh semua orang. Kita percaya bahwa beberapa hal seperti kebebasan, kebajikan, cinta kasih, keadilan, dan martabat hidup manusia adalah hal-hal yang baik dan benar. Bukankah kita juga menghargai kejujuran dan perkataan yang benar dalam karakter seseorang? Kita menjalin persahabatan dengan orang lain karena kita percaya bahwa ada kebaikan di dalam persahabatan. Kita bekerja untuk mencari nafkah karena kita menilai bahwa mencuri adalah perbuatan yang salah. Kita berkorban demi anak-anak kita karena itu adalah hal yang benar untuk dilakukan. Seluruh sistem hukum kita didasarkan pada pengetahuan bahwa beberapa hal bersifat benar dan tepat, sedangkan beberapa hal lainnya adalah salah dan tidak tepat. Berapa banyak drama kejahatan dalam sidang peradilan yang menghabiskan banyak waktu hanya untuk menentukan kebenaran yang akan memutuskan apakah seseorang bersalah atau tidak? Orang yang berkata bahwa kebenaran itu tidak ada sebenarnya sedang bercanda belaka; padahal, mereka pun sesungguhnya menjalani hidup berdasarkan pada apa yang mereka percayai sebagai kebenaran. Kebenaran itu ada, terlepas dari kenyataan bahwa ada sesuatu yang mungkin benar menurut Anda tetapi tidak benar menurut saya. Alasan semacam itu akurat ketika kita menjelaskan mengapa kita menyukai


A rti H i du p da n P e r k a r a P e n t i ng L a i n n ya

25

makanan yang berbeda atau jenis musik yang berlainan. Tetapi, hal itu tentu tidak tepat ketika kita terapkan pada persoalan yang lebih pokok. Hukum gravitasi bukan saja benar bagi saya, tetapi juga bagi Anda. Apalagi, ketika kita berbicara tentang Allah. Anda tidak bisa mengatakan bahwa Allah itu ada bagi saya tetapi tidak ada bagi Anda. Hanya ada satu kebenaran. Allah itu sungguh-sungguh ada bagi kita berdua atau sama sekali tidak ada bagi kita berdua. Tidak mungkin kedua pernyataan itu sama benar. Masalah yang sangat menjengkelkan dari kebenaran adalah kebenaran itu benar. Itulah masalahnya. Dan, segala sesuatu yang benar memberi batasan pada diri kita dengan cara-cara yang tidak selalu kita sukai. Kebenaran itu keras kepala. Kebenaran membawa implikasi. Hukum gravitasi dengan tegas menyatakan kepada kita bahwa kita tidak bisa begitu saja melompat dari atas gedung bertingkat sepuluh tanpa konsekuensi serius apa pun. Kebenaran moral memerintahkan kita untuk mengendalikan perilaku kita. Siapa yang ingin melakukan hal semacam itu? Umat manusia kelihatannya tidak menyukai apa pun yang berfungsi untuk memaksakan batasan terhadap perilakunya. Bukankah ini yang menjadi masalah bagi Adam dan Hawa terkait buah dari pohon di taman Eden itu? Pontius Pilatus menancapkan pertanyaan kuncinya: “Apakah kebenaran itu?� Kebenaran terbuka untuk diartikan oleh siapa pun pada dua ribu tahun yang lalu, dan kini kebenaran pun masih terbuka untuk diartikan oleh siapapun pada hari ini. Dan, ya, ini adalah perkara yang sangat penting. Fiksi Sains

Salah satu kebiasaan buruk tapi menyenangkan yang saya miliki adalah mengoleksi banyak buku komik dari tahun 1950-an dan 1960-an. Saya terkadang menjelajah eBay untuk melihat-lihat dan mencari cara supaya dapat membeli kembali komik istimewa yang pernah saya miliki lima puluh tahun lalu, jauh sebelum ibu saya yang baik membuang semuanya. Ibu saya tidak menyadari bahwa jika saja ia menyimpan koleksi komik itu, maka saya akan bisa membiayai seluruh ongkos kuliah semua anak saya dengan hanya menjuali komik itu seharga seratusan juta rupiah. Beberapa komik yang paling saya gemari adalah


26

UNFINISHED

koleksi bergenre fiksi sains dan pahlawan super. Koleksi itu memiliki judul seperti Journey into Mystery, Tales to Astonish, dan Mystery in Space. Komik yang paling imajinatif dapat memindahkan pembaca dalam sekejap dari dunianya yang nyaman ke dalam sebuah realitas baru, di mana seringkali terdapat beragam makhluk asing, aktivitas penjelajahan waktu, maupun segala jenis peristiwa supranatural. Sejenak pada saat ini, saya ingin mengombinasikan buku komik dengan teologi. Saya melakukannya dengan tujuan untuk mengundang Anda mengikuti perjalanan singkat dalam imajinasi bersama saya. Ini adalah perjalanan yang saya harap dapat membuat Anda melihat hidup dari perspektif yang berbeda. Saya ingin Anda dalam waktu yang singkat saja mengimajinasikan betapa janggal rasanya jika Anda pergi tidur malam ini di rumah, tetapi tiba-tiba terbangun esok paginya di sebuah planet yang sama sekali berbeda, di sebuah sudut jagad raya yang sama sekali berbeda, tanpa tahu bagaimana Anda bisa sampai ke sana. Saya sangat ingin Anda secara mental menempatkan diri di sana. Anda mulai merasakan emosi Anda. Anda mulai mendengar pikiran Anda sendiri saling berlomba menyeruak keluar. Bayangkan Anda mendapati diri sendiri berada di sebuah ruangan tertutup dengan hanya satu jendela. Di luar jendela itu, Anda melihat bentang alam yang sungguh asing, jenis arsitektur yang sangat ganjil, dan sekumpulan makhluk asing bukan manusia yang bergerak kesana kemari. Anda melihat adanya keteraturan dan tujuan tertentu dari pergerakan penghuni planet itu, tetapi siapa mereka dan di mana Anda kini berada adalah misteri yang mengherankan. Denyut jantung Anda semakin cepat, panik mulai muncul, dan pikiran Anda berpacu dengan kencang untuk memahami misteri yang mengejutkan ini. Di mana aku berada, bagaimana aku bisa sampai ke tempat ini, dan apa yang akan terjadi pada diriku sekarang? Dapatkah Anda membayangkan betapa sangat syok dan bingungnya diri Anda? Jika hal ini benar-benar terjadi pada diri Anda atau saya, kita bisa menjadi gila. Ribuan pertanyaan akan melintas di benak kita ketika kita berupaya memecahkan teka-teki ini. Nyatanya, pada saat seperti itu, memecahkan misteri yang membingungkan itu akan menjadi satu-satunya prioritas paling penting dalam hidup Anda. Apakah Anda sulit membayangkan situasi hipotetis semacam ini?


A rti H i du p da n P e r k a r a P e n t i ng L a i n n ya

27

Yah, saya punya kejutan buat Anda: kejadian yang persis sama sesungguhnya sedang terjadi pada diri Anda... dan pada semua orang yang hidup. Pada suatu waktu selama ratusan tahun yang lalu, kita dilahirkan di planet ketiga sistem tata surya dalam bentang galaksi Bimasakti, di sebuah jagad raya yang tak terperikan luasnya. Renungkan hal ini: pada suatu hari, kita semua terbangun di Planet Bumi tanpa tahu sedikit pun tentang bagaimana kita bisa sampai ke sini. Kita terbangun di sebuah lingkungan budaya tertentu, pada satu waktu tertentu, di antara kelompok manusia tertentu yang sudah ada sebelum kita tiba. Kita terbangun di tengah sebuah kisah yang sedang berjalan. Kisah itu telah dimulai lama sebelum kita ada dan akan terus berlanjut lama setelah kita tiada. Tentu saja, karena kita datang ke dunia sebagai bayi, maka situasi ini tidak begitu mengejutkan atau mendadak sebagaimana halnya jika kita tiba-tiba muncul di bumi sebagai orang yang sudah dewasa. Meski demikian, misteri yang menyelimuti sama-sama mendalam dan setiap orang harus dapat memahami misteri ini dengan berbagai cara yang mungkin. Setiap orang harus berusaha membuat segala sesuatunya dapat dimengerti. Misteri ini, misteri kita ini, mencetuskan beberapa pertanyaan fundamental. Dari mana kita berasal? Bagaimana kita bisa sampai di tempat ini? Mengapa kita ada di sini? Siapa yang membuat semua ini—jagad raya ini, bumi ini, dan segala keindahan serta kerumitan yang kita saksikan di dunia sekeliling kita ini? Bagaimana bisa ada makhluk yang hidup di tengah-tengah semua ini? Siapa yang memberi kita kemampuan untuk berpikir dan menalar? Bagaimana kita bisa memiliki kemampuan untuk menghasilkan seni dan musik, tawa dan cinta, serta menara pencakar langit dan iPad? Apa artinya sih semua itu? Apakah kebenaran itu? Ini adalah beberapa pertanyaan mendalam yang ada di dasar eksistensi kita. Saya ingin menegaskan kepada Anda bahwa hidup kita adalah bagian dari sebuah kisah yang jauh lebih besar. Kisah ini dimulai dari kekekalan dan akan terus berlanjut sampai tak berhingga di masa depan dalam kekekalan. Kecuali kita memahami bagaimana kisah kita terhubung dengan kisah yang jauh lebih besar ini, kita akan menjalani hidup tanpa perasaan akan tujuan dan makna hidup sejati. Kita akan menjalani hidup seperti sebuah kapal tanpa kemudi. Semua pertanyaan mendasar ini—tentang Mengapa dan Bagaima-


28

UNFINISHED

na dan Siapa—adalah pertanyaan yang lazim muncul di benak semua manusia di seluruh peradaban. Setiap manusia yang telah lahir terbangun dan mendapati diri berada di tengah misteri yang sama. Tak peduli apakah itu adalah Pontius Pilatus, Albert Einstein, Martin Luther King Jr., atau Lady Gaga; mereka semua juga telah mendarat di tengahtengah misteri pada tempat ini. Bahkan, seperti halnya Anda, mereka juga bergumul untuk membuat segala sesuatunya dapat dipahami. Jadi, bagaimana kita dapat memahami misteri terbesar hidup ini? Secara esensial, hanya ada tiga pilihan yang dapat seseorang ambil. Pilihan itu adalah: Pilihan #1: Memercayai Tidak Ada Kisah Apa pun Yang terutama harus kamu ketahui ialah, bahwa pada hari-hari zaman akhir akan tampil pengejek-pengejek dengan ejekan-ejekannya, yaitu orang-orang yang hidup menuruti hawa nafsunya. Kata mereka: “Di manakah janji tentang kedatangan-Nya itu? Sebab sejak bapa-bapa leluhur kita meninggal, segala sesuatu tetap seperti semula, pada waktu dunia diciptakan.” (2 Ptr. 3:3-4)

Kita bisa memilih untuk percaya bahwa tidak ada kisah atau misteri apa pun yang harus kita pahami dan bahwa segala sesuatu yang kita lihat serta alami bersifat acak dan tak bermakna sama sekali. Kebenaran itu tidak ada. Kita hanyalah spesies tak berarti yang hidup di atas sebuah planet tak berarti yang terombang-ambing di tengah jagad raya yang tak berarti. Dengan demikian, tidak ada Allah dan tidak ada tujuan sejati yang mengarahkan hidup kita. Ketika saya kuliah, ada sebuah stiker bemper mobil populer yang meringkas hal ini dengan tepat—“Hidup membosankan, lalu kau mati” (“Life sucks, and then you die”). Slogan yang cukup mulia untuk dihidupi. Namun saya pikir ringkasan terbaik yang pernah saya baca tentang cara pandang terhadap dunia semacam ini berasal dari sebuah nasihat seorang kolumnis bernama “Coquette.” Ia menulis di surat kabar online The Daily. Seorang pembaca menulis kepadanya dan mengajukan pertanyaan tentang arti hidup. Berikut ini adalah bagaimana Coquette menanggapinya:


A rti H i du p da n P e r k a r a P e n t i ng L a i n n ya

29

Salam, Coquette: Bagaimana saya bisa menerima kenyataan bahwa saya tidak akan pernah menjadi hebat atau menonjol? Saya selalu berpikir bahwa saya punya bakat, dan mungkin saya juga tidak terlalu buruk, tetapi masih ada banyak orang yang jauh lebih baik daripada saya. Saya tidak bisa berhenti memikirkan hal ini dan ini membuat saya merasa sangat cemas. Coquette: Habisi ego Anda, karena tidak ada apa pun yang Anda lakukan akan benar-benar memiliki arti. Tetapi ini wajar. Bukan hanya Anda seorang yang mengalaminya. Kita semua mengalaminya. Dibutuhkan 100.000 tahun bagi spesies kita untuk mulai membungkuk dan berjerih lelah demi meraih dominasi sementara di atas tempat bulat biru pucat ini. Tetapi tidak ada apa pun yang kita raih, yang akan sedemikian penting artinya ketika Anda sadar bahwa hanya dibutuhkan sebuah asteroid berukuran sebesar Mall of America untuk memutarbalikkan umat manusia menjadi lapisan tipis fosil berikutnya. Kebesaran tidak punya arti apa-apa. Kebesaran hanyalah sebuah luapan tekanan yang muncul di permukaan gelembung air liur usaha manusia. Pada skala waktu geologis, dampak kita di atas planet ini hanyalah sepanjang sendawa kecil. Kita adalah 7 milyar bintik kecil daging yang bisa bicara dan terperangkap di sebuah bola lumpur besar yang menggelinding cepat di ruang angkasa dalam jagad raya sangat luas tanpa alasan khusus apa pun. Tidak ada beda antara seorang raja dengan seorang pengemis, kawan. Kita semua adalah produk gado-gado dari sup primordial, dan pengejaran akan kebesaran adalah sebuah tugas orang bodoh belaka. Sebaliknya, kejarlah kebahagiaan. Temukan kedamaian dalam ketidakberartian Anda, dan lepaskan saja kecemasan itu. Belajarlah menikmati kebenaran bahwa total keseluruhan prestasi umat manusia tidak akan menambahkan apa pun dalam gambaran besarnya. Jadi, nikmati saja bakat apa pun yang Anda miliki. Gunakan semua bakat itu untuk membuat diri Anda dan diri orang lain bahagia, kemudian singkirkan keinginan apa pun untuk menjadi hebat atau menonjol.

—Coquette (penekanan oleh saya)5

Sebuh filosofi hebat yang penuh inspirasi untuk dihidupi—“Kita adalah 7 milyar bintik kecil daging yang bisa bicara dan terperangkap di sebuah bola lumpur besar yang menggelinding cepat di ruang angkasa dalam jagad raya sangat luas tanpa alasan khusus apapun.� Yah,


30

UNFINISHED

itu sungguh pernyataan yang membuat saya ingin melompat keluar dari tempat tidur setiap pagi dan menyambut hari dengan penuh sukacita! Semua orang yang percaya pada Pilihan #1, yaitu bahwa tidak ada kisah besar macam apa pun, seringkali hanya melantur kesana kemari dalam hidup, melakukan apa pun yang rasanya enak, sampai waktu hidup berhenti. Mereka memiliki mentalitas “marilah kita makan dan minum, sebab besok kita mati.” Namun, karena kita tidak hidup dalam ruang hampa, maka pasti ada implikasi atas Pilihan #1. Cara pandang seseorang terhadap kebenaran selalu membawa konsekuensi. Apa yang terjadi ketika tindakan dan keputusan Anda bertentangan dengan tindakan dan keputusan saya? Karena kita berdua sekadar ”bintik kecil daging yang bisa bicara” dan berputar sebagai “produk gadogado dari sup primordial,” berarti tidak ada perkara yang sungguhsungguh benar atau salah. Jadi, satu-satunya mekanisme untuk menyelesaikan perselisihan di antara kita adalah dengan menggunakan kekerasan dan kekuasaan; yang kuat adalah yang menang. Jika Anda sungguh percaya bahwa nilai umat manusia tidak lebih dari bintik kecil daging semata, maka mengambil nyawa seorang manusia berarti seperti memetik sebuah jamur atau memencet seekor semut. Sebuah “bintik kecil daging” dapat membentuk aliansi dengan “bintik kecil daging” lainnya demi meraih tujuan, yaitu menaklukkan “bintik kecil daging” lain yang memiliki tujuan berbeda. Kelompok yang memiliki kekuatan lebih besar adalah pemenangnya; benar atau salah tidak akan menjadi butir perhatian dalam pembahasan apa pun. Pilihan #1 mengarah pada gambaran sebuah dunia tanpa kebenaran dan dunia tanpa kebenaran mengarah pada kekacauan total. Jadi, apa konsekuensi dari semua ini? Orang hanya perlu melihat ke belakang dalam sejarah peradaban dunia yang penuh dengan darah dan kebrutalan untuk menemukan jawabannya. Cara pandang terhadap dunia seperti yang dimiliki Coquette adalah esensi dari cara pandang dunia seorang ateis. Hidup tidak memiliki arti dan tidak ada tujuan besar bagi hidup manusia. Kebanyakan ateis tidak akan mengakui filosofi ini segamblang Coquette, karena terlalu mengejutkan untuk menyatakannya secara terang-terangan. Kebanyakan orang yang dapat berpikir lurus pun akan berkata bahwa mereka pasti sudah gila. Terus terang, saya berpikir bahwa kebanyakan ateis tidak


A rti H i du p da n P e r k a r a P e n t i ng L a i n n ya

31

pernah menjalani hidup mereka berdasarkan pada kesimpulan tak terhindarkan dari sistem kepercayaan mereka sendiri. Seorang manusia tidak dapat sungguh-sungguh hidup sesuai dengan pandangan dunianya bahwa “hidup tidak memiliki makna apa pun� tanpa terlebih dahulu mengganti asumsi mereka tentang makna. Tanpa asumsi itu, tak seorang manusia pun dapat berfungsi seutuhnya. Perhatikan bahwa bahkan Coquette pun merekomendasikan pengejaran akan kebahagiaan diri sendiri dan kebahagiaan orang lain sebagai sebuah solusi (lihat tulisan bercetak miring di bagian sebelumnya). Coquette secara esensial menciptakan maknanya sendiri, karena ia percaya bahwa tidak ada makna. Dari sini, kita berlanjut pada pilihan berikut yang tersedia dalam berurusan dengan misteri besar eksistensi kita. Pilihan #2: Ciptakan Kisah Anda Sendiri Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya. Mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng. (2 Tim. 4:3-4)

Para ateis sejati, yaitu mereka yang percaya bahwa tidak ada kisah macam apa pun sama sekali, adalah jenis yang jarang ada. Yang lebih umum adalah jenis orang yang mengarang sendiri kisah mereka dan kemudian menghidupinya. Mereka menciptakan gambaran realitas yang masuk akal bagi benak mereka; mereka mengembangkan sistem nilai yang cocok dengan pandangan mereka, dan kemudian menghidupi realitas buatan mereka sendiri itu. Mereka memutuskan untuk tidak berpikir banyak tentang misteri yang jauh lebih besar, dan seringkali tidak peduli persisnya pada bagaimana atau mengapa mereka bisa sampai di planet biru ini. Mereka menciptakan kisah mereka sendiri tentang apa yang penting dan apa yang dapat memberi makna bagi hidup mereka. Donald Miller, dalam bukunya Blue Like Jazz, berkata bahwa ia menyadari pada suatu hari saat masih muda betapa egois dirinya; bahwa hidupnya bagaikan sebuah film di mana ia menjadi bintang utama di setiap adegan dan semua orang lain hanyalah figuran dalam


32

UNFINISHED

filmnya itu. Hidup adalah sebuah kisah tentang saya, karena saya ada di setiap adegan. Nyatanya, sayalah satu-satunya tokoh utama di setiap adegan. Saya ada di mana pun saya melangkah. Jika seseorang berjalan memasuki ruang adegan saya, maka hal itu akan membuat saya frustrasi, karena mereka merusak tema besar film itu, yaitu kesenangan dan kemuliaan saya.6

Allah memakai pewahyuan ini untuk memimpin Miller di jalan pengertian yang penuh kerendahan hati bahwa “mati bagi diri sendiri” berarti menempatkan kepentingan orang lain di atas kepentingan dirinya sendiri. Banyak orang dalam kategori ini tidak terlihat egois atau mementingkan diri sendiri. Mereka bisa sangat menyenangkan dan bahkan mengagumkan serta menginspirasi. Pada intinya, pandangan mereka cukup praktis: “Saya berada di sini. Saya punya hidup untuk dijalani. Jadi, saya akan membuat beberapa keputusan mendasar tentang apa yang saya percayai, bagaimana saya akan hidup, dan nilai-nilai apa yang akan membimbing saya dengan baik dalam menjalani hidup.” Ini adalah jenis orang yang berpikir “apa yang benar menurut Anda belum tentu benar menurut saya.” Mereka merancang sendiri kebenaran mereka, tetapi tidak memaksa atau berharap supaya orang lain menghidupinya juga. Mereka seringkali mengawali kalimat dengan “Saya pikir bahwa....” atau “Saya percaya bahwa....” Mereka akan mengisi titik-titik itu dengan racikan nilai buatan mereka sendiri. Berikut ini adalah beberapa “kebenaran” buatan yang mendasari pandangan dunia orang-orang semacam ini: • Anda dapat melakukan apa pun yang Anda inginkan sepanjang hal itu tidak menyakiti orang lain. • Orang yang mati dengan membawa harta milik paling banyak adalah pemenangnya. • Menang bukanlah segala-galanya; menang adalah satu-satunya. • Kita semua dapat menemukan Allah di dalam batin kita sendiri. • Ini adalah dunia yang saling memangsa dan hanya yang kuat yang dapat bertahan. • Saya pikir semua agama hanyalah jalan yang berbeda-beda, tetapi menuju kebenaran yang sama.


A rti H i du p da n P e r k a r a P e n t i ng L a i n n ya

33

• Setiap orang harus memperoleh kesempatan yang sama untuk mengejar impiannya.

Perhatikan bahwa beberapa “kebenaran” di atas cukup menarik, sementara beberapa yang lain mengerikan. Kesamaan di antara semuanya adalah semua “kebenaran” itu adalah buatan sendiri dan bersifat arbitrer atau menurut kesepakatan. Kepercayaan akan “kebenaran” itu bisa benar, tetapi juga bisa salah. Semuanya itu dibuat untuk menciptakan makna bagi manusia yang tidak percaya bahwa kebenaran absolut itu ada. Di sinilah tempat di mana Word of the Year tahun 2006 kita, truthiness, menjelaskannya dengan tepat. truthiness, n. sifat atau ciri yang gemar merujuk pada sekumpulan konsep atau fakta yang diingini supaya menjadi kenyataan, lebih daripada sekumpulan konsep atau fakta yang sudah diketahui sebagai nyata.7

Untuk memecahkan misteri besar dalam hidup, banyak orang telah memilih untuk mengarang sendiri kisah mereka demi menciptakan makna dan tujuan bagi hidup mereka yang merindukannya. Saya percaya hal ini juga berbicara tentang sesuatu yang lahiriah di dalam diri kita. Sesuatu yang lahiriah ini mendorong kita untuk mencari kebenaran dan makna. Fakta bahwa secara universal kita merindukannya, menunjukkan kepada saya bahwa pasti ada kebenaran dan makna yang sanggup memuaskan kerinduan itu, sebagaimana halnya ada makanan yang dapat memuaskan pengalaman kita akan rasa lapar. Jadi, seperti apakah orang-orang yang telah memilih untuk membuat sendiri kisah mereka tentang kebenaran? Sebenarnya, pendekatan “ciptakan kisah Anda sendiri” dalam menanggapi misteri besar kehidupan seperti ini dapat menghasilkan baik manusia monster maupun seorang santo. Mereka bisa saja seorang pengedar obat bius atau pelaku perdagangan manusia, semudah berubah menjadi seorang ibu rumah tangga atau guru sekolah. Mereka bisa saja seorang bintang ternama NBA atau CEO perusahaan Fortune 500. Biasanya, mereka memiliki kesamaan dalam memahami tujuan umat manusia secara universal, yaitu kebahagiaan. Hanya saja, beberapa orang mengejarnya dengan menempuh kekerasan dan kejahatan, sedangkan yang lain meraihnya melalui kerja keras dan pendidikan. Beberapa orang bahkan meraihnya dengan membantu sesama mereka dan mempraktik-


34

UNFINISHED

kan kemurahan hati. Orang dapat menjalani seluruh usia hidup mereka untuk mengejar kebahagiaan dan kepuasan tanpa cemas bahwa ada kebenaran yang lebih mendalam atau kisah yang lebih besar yang kepadanya mereka harus terhubung. Mereka adalah bintang dalam filmnya sendiri, mereka menulis kisahnya sendiri, dan mereka membuat aturannya sendiri. Selama tujuh puluh atau delapan puluh tahun mereka bergerak dari satu peristiwa ke peristiwa lain, seperti bola di mesin pinball. Mereka memantul dari sisi yang satu, menyalakan lampu, dan membuat bel berbunyi nyaring di sepanjang jalan yang mereka lalui. Mereka sibuk mengumpulkan poin dan bonus, sampai akhirnya bola itu turun ke dasar lubang. Lalu, semua suara berhenti terdengar dan lampu pun berkejap padam. Game Over! Berikutnya, ada pilihan ketiga. Pilihan #3: Menjadi Bagian dari Kisah Allah Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam namaNya. (Yoh. 1:12)

Jika Anda membaca sebuah novel misteri, ada satu hal yang Anda tahu pasti: seseorang telah menulis kisah itu; ada penulis bagi kisah itu. Penulis itu menciptakan latarnya (tempat di mana segala sesuatu terjadi), alur kisahnya, dan semua tokoh yang ada di dalamnya. Penulis itu memberi watak dan kepribadian unik bagi setiap tokoh. Ia memberi masing-masing mereka sebuah peran untuk dijalankan di dalam keseluruhan kisah. Dan mungkin aspek paling penting dalam metafora ini, setiap tokoh dirancang untuk menjalankan sebuah peran kunci. Izinkan saya membuatnya lebih jelas lagi. Jika Allah adalah Sang Penulis dari kisah besar ini dan Anda adalah salah satu tokoh dalam kisah-Nya, berarti masuk akal bahwa Sang Penulis menciptakan Anda untuk menjalankan sebuah peran kunci di dalam kisah-Nya. Ini adalah tema yang akan saya kembangkan secara lebih lengkap di setiap bab berikutnya. Anda mungkin sudah menonton trilogi film The Lord of the Rings. Saya juga berharap Anda sudah membaca bukunya. J. R. R. Tolkien,


A rti H i du p da n P e r k a r a P e n t i ng L a i n n ya

35

penulis serial buku ini, menciptakan sebuah dunia yang mengagumkan bernama Middle Earth. Ini adalah tempat yang luar biasa dan penuh dengan petualangan, naga, orc, dan hobbit. Kisah ini berkisar tentang kebaikan melawan kejahatan, tentang para raja dan penyihir, tentang sihir dan dunia magis. Para tokoh di dalam buku ini—Frodo, Arwen, Gandalf, Sam, dan banyak lagi lainnya—ditempatkan di tengah-tengah sebuah kisah besar yang terjadi di sekitar mereka. Kisah ini merentang di sepanjang ribuan tahun. Tolkien telah menciptakan setiap tokoh untuk menjalankan perannya di dalam kisah epik besar ini. Dan, ketika kita membaca tentang mereka, kita menyadari bahwa masing-masing dari mereka bergumul untuk memahami kisah ini dan berusaha mengerti bagaimana seharusnya menjalankan peran mereka. Mereka tidak dapat melihat jalannya keseluruhan kisah besar ini dari sudut pandang si penulis; mereka hanya dapat melihat bagian terbatas yang ada di hadapannya, dengan sesekali meraba-raba narasi yang lebih besar. Tetapi, setiap mereka harus memasang utuh kepingan teka-teki dari peran yang harus dijalankan, berdasar pada informasi yang mereka miliki. Jika demikian, bukankah masuk akal bahwa kisah kita juga memiliki seorang Penulis? Sang Penulis yang menciptakan dunia dan jagad raya di mana kita dilahirkan? Penulis yang memberikan visi atas alur ekspansif dan narasi kisah yang membentang selama hitungan eon waktu? Penulis yang memulai kisah ini dan juga yang akan membawanya kepada akhir? Bukankah masuk akal juga bahwa Penulis/Pencipta yang sama ini telah memberikan hidup bagi setiap dan semua tokoh di dalam kisah-Nya? Bagi Anda dan saya? Dan, bahwa Ia menciptakan masing-masing kita dengan karunia, talenta, serta kepribadian unik? Bahwa ia menempatkan kita di dalam kisah-Nya tepat menurut ruang dan waktu? Saya ingin berterus terang kepada Anda dengan menyatakan bahwa semua ini membutuhkan sebuah lompatan iman yang signifikan. Para filsuf telah berdebat mengenai eksistensi Allah selama lebih dari ratusan tahun dan saya tidak akan mengakhiri debat itu di sini. Tetapi sekali lagi, saya hanya ingin meminta akal sehat Anda—sesuatu yang tidak selalu dimiliki para filsuf dalam jumlah berlimpah. Tidakkah lebih masuk akal untuk percaya bahwa kisah kita memiliki seorang Penulis daripada percaya bahwa segala sesuatu yang kita lihat dan


36

UNFINISHED

alami tidak punya arti maupun tujuan? Waktu kuliah, saya mengambil jurusan neurobiologi dan perilaku binatang. Saya bergairah dalam meneliti baik kerumitan otak manusia maupun varietas dan diversitas mengagumkan dalam kerajaan binatang serta tumbuhan. Pada satu titik dalam hidup saya saat itu, saya adalah seorang ateis... mungkin seorang agnostik. Saya tidak percaya kepada Allah, dan saya juga tidak berpikir bahwa seseorang dapat membuktikan eksistensi Allah. Jadi, saya membuat Pilihan #2. Saya memutuskan untuk menciptakan aturan saya sendiri. Tetapi ada sesuatu yang terus menerus mendesak di dalam diri saya bahwa alam yang sedang saya pelajari begitu dipadati dengan keindahan, kompleksitas, dan keajaiban yang begitu hebat. Begitu hebatnya sampaisampai tak terhindarkan lagi saya berspekulasi tentang bagaimana sesuatu yang sangat menakjubkan seperti itu bisa menjadi makhluk yang hidup. Apakah masuk akal untuk berpikir bahwa semua ini muncul karena kecelakaan natural? Bahwa lukisan yang paling indah yang pernah saya lihat tidak dilukis oleh seorang pelukis? Saya dapat mendeskripsikan kepada Anda setiap langkah detail dalam siklus hidup kupu-kupu monarch. Saya juga dapat menjelaskan fakta mengagumkan bahwa lebih dari 100 juta monarch secara misterius bermigrasi ribuan kilometer setiap tahunnya dan menemukan jalan ke hutan pinus yang sama di MichoacĂĄn, Mexico.8 Mereka memiliki berat sepersekian ons, tetapi mereka memiliki kemampuan navigasi dan terbang beberapa ribu kilometer ke dataran kecil yang sama setiap tahun. Saya dapat menjelaskan semua ini. Tetapi, saya sama sekali tidak tahu sedikit pun cara untuk menjelaskan mengapa dan bagaimana hal semacam itu bisa ada, seperti misalnya mengapa dan bagaimana kupu-kupu ada. Jika Anda pernah menonton acara TV seperti Planet Earth atau The Frozen Planet dari BBC Natural History Unit, Anda tidak dapat berlalu begitu saja tanpa terkesima serta terheran pada keterampilan seni dan keajaiban yang menakjubkan di dunia kita. Apakah masuk akal bahwa jutaan tumbuhan dan binatang yang kita lihat pada hari ini; musik dan seni mengagumkan yang manusia hasilkan; peradaban hebat dari bangsa-bangsa seperti Mesir, Roma, Eropa Barat, Cina, dan Jepang; beragam teknologi yang mencetuskan kemunculan televisi, telepon seluler, komputer, dan pesawat luar ang-


A rti H i du p da n P e r k a r a P e n t i ng L a i n n ya

37

kasa; dan, kota-kota luar biasa seperti New York, Paris, Rio de Janeiro, serta Tokyo bisa muncul begitu saja? Dan, bahkan jika Anda dapat melahap semuanya itu, bagaimana Anda dapat percaya bahwa jagad raya yang tak terukur luasnya dengan miliaran galaksi, di mana kita mengapung bagai noda debu, bisa muncul begitu saja dari ketiadaan? Saya tahu bahwa argumen kecil ini tidak akan mampu meyakinkan para akademisi yang sedang bertarung habis-habisan di universitas di seluruh dunia. Tetapi, biasanya argumen semacam ini masuk akal bagi orang-orang awam yang juga dapat menyaksikan betapa indahnya jagad raya kita, dan kemudian mencapai kesimpulan yang serupa—yaitu, bahwa ada seorang Pelukis di balik ini semua; pasti ada seorang Penulis di balik semuanya. Karena apa yang dapat mereka ketahui tentang Allah nyata bagi mereka, sebab Allah telah menyatakannya kepada mereka. Sebab apa yang tidak nampak dari pada-Nya, yaitu kekuatan-Nya yang kekal dan keilahian-Nya, dapat nampak kepada pikiran dari karya-Nya sejak dunia diciptakan, sehingga mereka tidak dapat berdalih. (Rm. 1:19-20)

Membutuhkan iman yang jauh lebih besar untuk percaya pada apa yang Coquette katakan—bahwa tidak ada Pencipta dan bahwa kita hanyalah sekumpulan kimiawi karbon yang terapung-apung di semesta tanpa makna—daripada secara sederhana percaya bahwa “pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi” (Kej. 1:1). Telah dikatakan kepada kita di dalam Alkitab bahwa titik puncak dari penciptaan Allah, tokoh utama dalam kisah Allah, adalah lelaki dan perempuan, yaitu umat manusia. Nyatanya, Alkitab berkata kepada kita bahwa Allah menciptakan umat manusia menurut gambar dan rupa-Nya dengan segala kemampuan untuk berpikir dan menalar, untuk menciptakan musik, seni, dan keindahan, serta hakikat rohani yang membuat mereka berbeda dari segala sesuatu yang lain dalam penciptaan (Kej. 1:27). Kita, dalam arti yang sebenarnya, adalah anak-anak Allah. Kita mengawali bab ini dengan pertanyaan provokatif dari Pilatus: Apakah kebenaran itu? Kini, saatnya untuk mendengarkan lagi pernyataan kokoh dari Yesus yang memprovokasi pertanyaan Pilatus: “Untuk itulah Aku lahir dan untuk itulah Aku datang ke dalam dunia ini, supaya Aku memberi kesaksian tentang kebenaran; setiap


38

UNFINISHED

orang yang berasal dari kebenaran mendengarkan suara-Ku.” Kisah besar Allah mencapai klimaksnya dalam kehidupan, kematian, serta kebangkitan Yesus. Ia adalah kebenaran; Ia adalah keseluruhan kisah itu. Yesus berkata, “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku” (Yoh. 14:6). Kebenaran Itu Penting Tragedi manusia modern bukanlah ia semakin dan semakin sedikit tahu tentang makna hidupnya sendiri, melainkan bahwa ia semakin dan semakin sedikit peduli tentang makna itu.9 —Vaclav Havel

Sebagaimana yang Yesus katakan, kita semua punya pilihan untuk membangun di atas dasar pasir atau membangun di atas dasar batu kebenaran Allah. Tetapi, Yesus tidak berkata bahwa hanya dengan percaya pada perkara-perkara yang benar akan membentuk dasar batu yang kokoh. Ia berkata bahwa kita harus percaya pada perkataan-Nya dan melakukannya. “Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu.” (Mat. 7:24-25, penekanan oleh saya)

Kebenaran yang diabaikan bukanlah dasar yang lebih baik bagi hidup kita daripada hidup tanpa kebenaran sama sekali. Yesus memproklamasikan bahwa kebenaran membawa implikasi untuk dilakukan. Kebenaran menjadi dasar bagi cara pandang kita terhadap dunia, dan cara pandang kita terhadap dunia menjadi landasan bagi tindakan serta perilaku kita. Kita sebaiknya berdiri di atas dasar batu, karena kita hidup di sebuah dunia di mana hujan deras mendera, banjir menyerang, dan angin meniup kita dengan kencang. Ini adalah sebuah dunia yang tak henti-hentinya menyerang seluruh indera dan melawan sistem nilai yang kita pegang. Ini adalah sebuah dunia yang dipenuhi dengan beragam godaan; uang, seks, kekuasaan, popularitas, dan kenikmatan duniawi. Ini adalah sebuah dunia yang dicirikan


A rti H i du p da n P e r k a r a P e n t i ng L a i n n ya

39

dengan kejahatan, kekerasan, rasisme, kemiskinan, ketidakadilan, ketidakmerataan, dan dusta. Kita hidup di sebuah dunia yang secara konstan menantang pemahaman kita tentang kebenaran dan menuntut supaya kita membuat pilihan demi pilihan. Dan, semua pilihan itu penting artinya. Ini adalah sebuah dunia di mana setiap kita terjaga. Ini adalah sebuah dunia di mana setiap kita mencari makna dan tujuan. Ini adalah sebuah dunia di mana kita, sebagai umat Kristen, diperintahkan untuk menang dalam nama Kristus, dipersenjatai dengan kebenaran Kristus, dan digerakkan oleh kasih Kristus.



2

... Narasi Besar Allah Bahkan jika hanya ada satu teori tunggal yang mungkin dalam menjelaskan alam semesta, teori itu hanya serangkaian aturan dan persamaan. Bagaimana sesuatu yang menghembuskan api ke dalam persamaan dan menjadikannya jagad raya itu dapat dijelaskan?1 —Stephen Hawking, Astrofisikawan

Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi. —Kejadian 1:1

Piring Terbang

Saat saya bangun dan pergi ke sudut kamar pagi ini untuk mulai menulis, saya berkata kepada istri bahwa hari ini saya akan berupaya menjelaskan makna hidup serta rencana besar Allah bagi alam semesta. Saya pikir hal itu membuat istri saya tertawa kecil. Ia memberi nasihat supaya saya tetap mempertahankan tulisan ini praktis dan mudah dipahami. Ia juga menambahkan agar saya memberi beberapa cerita. Nasihat yang bagus. Satu-satunya alasan mengapa saya ingin berbicara tentang berbagai konsep besar ini, karena saya yakin bahwa persoalan sangat nyata dan praktis yang kita hadapi dalam hidup harus dimengerti terkait dalam hubungannya dengan persoalan yang lebih luas, yaitu makna dan tatanan dunia. Seperti yang telah saya katakan dalam bab sebelumnya, pilihan yang kita buat terhadap kenyataan hidup adalah penting. Kebenaran itu penting. Keyakinan itu penting. Meyakini bahwa Yesus adalah Anak Allah itu penting. Apa yang Yesus ajarkan kepada kita mengenai kebenaran adalah sangat penting. Kebenaran benar-benar membawa implikasi yang luas.


42

UNFINISHED

Ketika saya duduk di bangku sekolah menengah, saya mengalami perselisihan berkelanjutan dengan guru bahasa Inggris saya. Jujur saja, saya memang agak bengal saat itu. Saya sering membuat hidupnya susah dengan kenakalan dan protes saya di dalam kelasnya. Saya selalu bertentangan dengan guru itu. Tahun itu, kami harus menulis sebuah karya penelitian umum. Ia memberitahu bahwa kami dapat memilih topik apa pun yang ingin kami tulis. Banyak murid lain memilih untuk menulis tentang berbagai karya klasik seperti Moby Dick atau Crime and Punishment. Tapi, tentu saja, saya harus bertentangan dengan guru itu. Jadi, ketika saya mengadakan pertemuan untuk mendapat persetujuan atas topik saya, saya mengingatkan guru itu bahwa ia sudah bilang supaya kami menulis topik apa pun. Pada saat itu, saya mengutarakan bahwa saya ingin menulis tentang piring terbang. Saya bisa berkata bahwa ia agak kesal dengan topik ini, tapi yang ia katakan hanya, “Stearns, kau harus mengerjakannya dengan baik.� Selama beberapa bulan berikutnya, saya membaca segala sesuatu yang bisa saya dapatkan tentang UFO (Unidentified Flying Object). Saya mengulas catatan surat kabar tentang penampakan UFO dan mengadakan wawancara dengan beberapa orang yang mengklaim pernah melihat UFO. Bahkan, saya menulis surat kepada pemerintah Amerika Serikat untuk mendapatkan laporan resmi tentang Project Blue Book, sebuah studi selama tujuh belas tahun oleh Angkatan Udara Amerika Serikat di mana lebih dari dua belas penampakan UFO diinvestigasi untuk menentukan apakah UFO mengancam keselamatan nasional. Saya benar-benar mendalami topik yang saya tulis. Semakin saya membaca dan mempelajarinya, semakin saya penasaran apakah kehidupan ekstraterestrial benar-benar ada. Saya bahkan masih ingat pergi keluar rumah di suatu malam untuk memandangi langit selama berjam-jam, sambil berharap mungkin saya akan melihat sendiri satu saja UFO. Karena, kalau memang UFO itu benar-benar ada, itu akan mengubah segalanya. Itu akan mengubah segala sesuatu tentang cara kita memandang dunia, karena itu berarti bahwa kita bukan satusatunya makhluk yang ada di sini dan bahwa peristiwa yang benarbenar besar sedang berlangsung. Jadi, mengapa saya bercerita banyak kepada Anda tentang semuanya ini? Bersabarlah. Sekitar lima tahun kemudian, saya mengerjakan proyek penelitian yang berbeda. Saya sedang berpacaran dengan seorang perempuan


Na r a si Be sa r A l l a h

43

muda. Namanya ReneĂŠ. Saya sangat mencintainya. Satu-satunya batu sandungan adalah ia seorang Kristen yang taat dan saya seorang ateis. Baginya, kebenaran sangat penting. Begitu penting, sampai-sampai ia tidak mau menikahi seseorang yang tidak memiliki pandangan yang sama tentang kebenaran. Baginya, kebenaran bahwa Allah telah mengutus Anak-Nya, Yesus, untuk mengajar kita, mengampuni kita, dan memberi kita hidup yang baru mengubahkan segala aspek di dalam hidupnya. Termasuk, betapa tidak beruntungnya saya, pilihannya tentang siapa yang akan ia nikahi. Kebenaran membawa konsekuensi dan implikasi yang sangat nyata dan serius terhadap hidupnya. Begini, pada awalnya saya sama sekali tidak memahami hal ini. Saya adalah salah satu jenis orang yang berpendapat bahwa “apa yang benar bagi Anda belum tentu benar bagi saya.â€? Mengapa sih kita tidak bisa puas dengan hal itu? Tetapi, tentu saja saya tidak bisa percaya kepada Yesus hanya karena Ia adalah Orang yang baik dan Ia membuat saya merasa nyaman. Sebagai seorang muda dengan ijazah kuliah di bidang neurobiologi, saya butuh bukti bahwa kekristenan sungguh-sungguh nyata, karena bagi saya kelihatannya Yesus tidak meminta orang untuk percaya kepada-Nya; Yesus meminta orang untuk membangun seluruh kehidupan mereka di sekitar PribadiNya. Lagipula, Ia sudah mengklaim diri-Nya sebagai Allah. Dan, jika saya mendapati bahwa Ia sungguh-sungguh Allah, maka hal itu akan mengubah segalanya. Setelah mengetahui hal itu, saya tidak bisa bangun di pagi hari, menggosok gigi, lalu pergi ke kampus begitu saja, seakan-akan tidak pernah terjadi apa-apa. Jadi, terdorong oleh cinta saya pada seorang gadis yang akan saya nikahi suatu hari nanti, saya putuskan untuk melakukan penelitian atas klaim-klaim yang dikemukakan kekristenan. Saya membaca lima puluh atau enam puluh buku selama enam bulan berikutnya. Saya berupaya mempelajari sebanyak yang saya bisa. Saya membaca segala sesuatu dari studi perbandingan agama dan filsafat, sampai arkeologi, sains, iman, apologetika, serta sejarah. Pikiran saya berpacu pada saat saya mempertimbangkan, mungkin pertama kalinya dalam hidup saya, pertanyaan fundamental dalam hidup manusia. Dari mana kita berasal? Bagaimana kita bisa sampai di sini? Apakah Allah itu ada? Apa yang terjadi ketika kita mati? Bagaimana kita harus menjalani hidup? Apa artinya semua ini? Karena ini bukan se-


44

UNFINISHED

buah buku apologetika, maka saya tidak akan berusaha meringkas segala sesuatu yang telah saya pelajari. Tetapi, saya akan berbagi dengan Anda kesimpulannya. Saya menjadi percaya bahwa penjelasan yang paling masuk akal bagi alam semesta bahwa Allah itu nyata dan Ia telah menciptakan segala sesuatu yang kita lihat; bahwa ada Seorang Pelukis di balik lukisan yang luar biasa ini, ada Seorang Penulis di balik kisah menakjubkan ini. Saya juga percaya bahwa Yesus dari Nazaret adalah benar-benar Allah yang berinkarnasi—bahwa Allah telah mengambil rupa seorang manusia demi membuka jalan hubungan yang baru dan lebih mendalam dengan kita. Saya mendasarkan keyakinan saya baik di atas bukti historis kebangkitan maupun lingkaran kebenaran inheren yang saya temukan di dalam Kitab Suci. Semua terasa benar dan semua terasa tepat. Kitab Suci memiliki kedalaman dan kekokohan di dalam dirinya sendiri, sebuah konsistensi yang sanggup berbicara bagi dirinya sendiri. Ini adalah jenis kedalaman dan kekokohan yang Thomas Jefferson tuliskan di dalam Deklarasi Kemerdekaan bangsa Amerika, di mana “kami memegang kebenaran ini yang terbukti dalam dirinya sendiri.” Kebenaran dari pengajaran Yesus yang dengan satu atau lain cara “terbukti dalam dirinya sendiri.” Bukti bagi kebenaran historis kebangkitan Yesus tidak dapat dipatahkan. Bukti itu sama nyatanya dengan kebenaran historis bahwa Julius Caesar pernah menjadi kaisar atas Roma. Jadi, pada suatu hari di West Philadelphia saya berlutut di hadapan Allah, sambil berkata, “Ya! Ya, aku adalah anak-Mu. Ya, aku ingin mengenal-Mu dan belajar menjadi murid-Mu, dan ya, aku ingin menjalani hidup setiap hari bersama-Mu, ya!” Saya pun mengerti bahwa hidup saya tidak akan pernah menjadi sama lagi, karena Yesus telah mengubahkan segalanya. Oke, jadi sekarang, di mana letak piring terbangnya? Pada bulanbulan pertama setelah saya menyerahkan hidup saya pada kebenaran pesan Yesus, tak terhindarkan lagi saya berbicara kepada banyak orang tentang apa yang telah saya temukan. Saya begitu gembira dan begitu bergairah untuk berbagi apa yang telah saya temukan dengan semua orang yang belum menemukannya. Rasanya seolah-olah saya telah menemukan obat kanker dan berkewajiban untuk memberitahukannya kepada semua orang tentang berita luar biasa itu. Tak tertahankan lagi, saya harus memberitakannya.


Na r a si Be sa r A l l a h

45

Pada suatu malam, saya mengalami perdebatan panjang dengan seorang kawan yang tidak memahami mengapa saya begitu bergairah tentang semua ini. Ia juga salah satu dari jenis orang yang berpendapat bahwa “apa yang benar bagi Anda belum tentu benar bagi saya.” Jadi, saya menceritakan kepadanya contoh ini. Saya berusaha membuatnya mengerti. Saya berkata, “Aku ingin kau membayangkan bahwa malam ini saat kau pulang ke rumah, sebuah UFO sungguhan terlihat di langit di atas kepalamu. Kau terkejut dan takut. UFO itu mendarat di jalan di depan mobilmu. Kau menghentikan mobilmu, gemetar di hadapan penampakan yang mengherankan dan tak terpahami ini. Lalu, sesosok makhluk ekstraterestrial keluar dan berjalan menghampiri mobilmu. Ia berkomunikasi denganmu. Ia berkata dari mana asalnya dan mengapa ia datang. Ia memberitahumu untuk mengomunikasikan informasi yang sama kepada manusia lain dan berkata kepadamu bahwa pada suatu hari nanti ia akan datang kembali. Kemudian, ia kembali ke pesawatnya, naik, dan menghilang ditelan gelap malam.” Saya bertanya kepada kawan saya apa yang akan ia lakukan jika peristiwa itu benar-benar terjadi kepadanya. Saya berkata bahwa peristiwa itu mungkin akan menjadi momentum paling menentukan dalam hidupnya dan ia akan menghabiskan seluruh sisa hidupnya memberitahu semua orang apa yang telah ia lihat dan dengar, entah orang lain percaya atau tidak. “Jadi,” saya berkata kepadanya, “sekarang kamu pasti mengerti apa yang kurasakan tentang Yesus Kristus.” Seorang manusia yang telah mengalami perjumpaan dengan sesosok makhluk ekstraterestrial seperti yang telah saya ceritakan akan menjadi manusia yang diubahkan. Ia tidak bisa lagi bangun tidur, menggosok gigi, lalu pergi bekerja seperti orang lain. Ia tidak bisa lagi duduk-duduk di sebuah kantor atau ruangan kelas sepanjang hari seakan-akan tidak pernah terjadi apa-apa. Perjumpaan itu pasti mengubahkan segalanya. Perjumpaan itu akan mengubah pemahamannya tentang realitas, cara pandangnya terhadap dunia, terhadap makna hidup, tujuan hidup, dan misi hidupnya. Jadi, jika sebuah penampakan UFO membawa implikasi yang demikian mendalam terhadap hidup seorang manusia, lalu bagaimana dengan kemunculan sang Pencipta jagad raya dalam wujud manusia di dalam ruang dan waktu? Bagaimana jika manusia-Allah ini menga-


46

UNFINISHED

jarkan kebenaran yang kokoh, menjalani hidup yang patut dicontoh, dan benar-benar bangkit dari kematian? Mungkinkah hal itu tidak akan membawa implikasi dalam kehidupan yang kita ketahui? Tidak, tentu saja setelah berjumpa dengan Yesus maka Anda tidak bisa kembali pada hidup lama Anda. Itu bukan sebuah pilihan. Perjumpaan itu akan mengubahkan segala sesuatu dalam hidup Anda. Rasul Paulus juga telah mengalami perjumpaan supranatural dengan Yesus di jalan menuju Damaskus. Perjumpaan itu tidak hanya mengubah Paulus; Paulus yang telah diubahkan kemudian mengubah dunia. Perjumpaannya dengan Yesus menghasilkan efek yang dahsyat. Ngomong-omong, saya mendapatkan nilai A untuk karya penelitian saya. Dan saya pikir tidak ada orang yang lebih terkejut ketika saya menjadi seorang penulis selain guru bahasa Inggris sekolah menengah saya. Temuilah Penulis Anda Singkatnya, dulu saya selalu percaya bahwa dunia mengandung sulap: kini, saya pikir dunia melibatkan seorang pesulap.... Dulu saya selalu merasa bahwa hidup bagai sebuah cerita: dan, jika ada cerita berarti ada penceritanya.2 —G. K. Chesterton

Dalam bab 1, saya menjelaskan tiga pilihan berbeda yang dibuat orang ketika berhadapan dengan misteri luar biasa akan eksistensi dasar kita: percaya bahwa tidak ada kisah apa pun, membuat kisah sendiri, atau menjadi bagian dari kisah Allah. Jika Anda telah memilih pilihan pertama atau kedua, maka seluruh bagian berikutnya dari buku ini tidak akan relevan bagi Anda. Jadi, saya asumsikan saja Anda percaya bahwa Allah adalah Penulis dari kisah besar ini. Berarti, kini pertanyaannya menjadi, bagaimana saya bisa tahu lebih banyak tentang kisah yang sedang ditulis oleh sang Penulis? Di sini, saya harus mengambil sebuah lompatan praktis. Saya akan memfokuskan bab ini pada narasi dari iman dan kisah Kristen. Ini bukan sebuah buku tentang perbandingan agama. Bukan pula sebuah buku yang berupaya untuk membuktikan eksistensi Allah. Ada begitu banyak buku bagus tentang beragam topik semacam ini yang bisa Anda baca. Sebaliknya, saya akan berasumsi Anda adalah seseorang yang sudah mengakui bahwa dasar narasi Kristen adalah


Na r a si Be sa r A l l a h

47

benar, tetapi ingin memahami implikasinya bagi hidup Anda secara lebih mendalam. Jika Anda belum mengakui narasi Kristen sebagai kebenaran, tentu saja Anda masih bisa terus membaca buku ini, bahkan mungkin belajar beberapa hal baru tentang cara pandang Kristen terhadap dunia yang sebelumnya tidak Anda ketahui. Jadi, bagaimana kita dapat mulai menempatkan pikiran kita di sekitar kisah Allah? Mungkin Anda pernah mendengar ungkapan “Kita tidak tahu apa yang tidak kita ketahui.” Saya sering menggunakannya menurut konteks dunia bisnis selama bertahun-tahun. Secara esensial, ungkapan ini berarti bahwa ketika kita menghadapi tantangan besar yang tidak dapat dipahami oleh nalar kita, pengetahuan kita tidak cukup untuk mampu menghargai apa yang tidak kita ketahui itu. Ini adalah sebuah ungkapan yang dengan rendah hati mengakui kebodohan di hadapan sesuatu yang sangat besar dan sangat kompleks. Demikianlah saya merasa tentang Allah. Allah yang menciptakan seluruh alam semesta adalah Allah yang sangat besar, sangat berkuasa, dan sangat jauh melampaui kemampuan saya untuk memahaminya, sampai-sampai saya tidak tahu apa yang tidak saya ketahui tentang Allah. Saya tidak sanggup memahami jalan-jalan Allah lebih baik daripada anjing saya, Sophie, memahami cara-cara saya. Allah sendiri menyatakan hal ini dengan tepat melalui nabi Yesaya: “Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku,” demikianlah firman TUHAN. “Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu.” (Yes. 55:8-9)

Kebenarannya adalah satu-satunya cara kita dapat dengan sungguh mengetahui apa pun tentang Allah adalah dari segala hal yang Ia pilih untuk diungkapkan kepada kita dengan satu atau lain cara. Kita dapat merenungkan segala sesuatu tentang Allah dengan mengamati apa yang telah Ia ciptakan. Ketika kita melihat dunia di sekitar kita, kita melihat keluasan, kompleksitas, kekuatan, keteraturan, keindahan, kreativitas, ketepatan, dan kemuliaan. Dan, semua ini mengatakan sesuatu tentang sang Pencipta. Tentu saja, kita juga dapat memahami Allah dengan cara spiritual, yaitu dengan berdoa dan me-


48

UNFINISHED

renungkan Firman-Nya serta meminta penyertaan-Nya setiap hari. Namun, cara yang paling spesifik di mana kita dapat belajar tentang Allah adalah dari satu hal yang telah Ia pilih untuk singkapkan secara langsung kepada kita, yaitu melalui kisah dalam Kitab Suci. Seluruh enam puluh enam kitab, dari Kejadian sampai Wahyu, diberikan kepada kita oleh Allah sebagai catatan bagaimana Allah berurusan dengan manusia. Tanpa Alkitab, kita hanya akan memahami sangat sedikit tentang karakter, motif tindakan, atau rencana Allah. Karena alasan itulah maka Allah telah menuliskan kitab-kitab itu bagi kita. Ada sebuah “rahasia kecil.� Hanya sedikit orang Kristen yang telah selesai membaca Alkitab dari awal sampai akhir. Sebuah sumber mengklaim bahwa kurang dari 10 persen orang yang mengaku Kristen telah selesai membaca seluruh Alkitab. Banyak orang yang memiliki tekad kuat dan niat tulus untuk selesai membaca Alkitab, ternyata hanya berputar-putar di sekeliling kabut kebingungan dalam Kitab Imamat. Lebih banyak lagi yang telah selesai membaca Perjanjian Baru saja, mungkin dengan alasan ketepatan alur kisahnya, gaya bahasanya yang mudah dipahami, dan kemunculan dramatis dari tokoh utamanya, Yesus. Sebagian besar dari kita memperlakukan Perjanjian Lama seperti halnya kita memperlakukan makan malam. Mazmur untuk menu pertolongan, sedikit kisah tentang Daud dan Musa, dan mungkin satu porsi Ester atau Nehemia setelahnya. Hasilnya adalah kebanyakan orang Kristen tidak memiliki pengertian kuat tentang alur kisah secara utuh dari penciptaan merentang sampai kepada perwujudan wahyu Allah. Tetapi, di sinilah letak masalahnya: kita tidak dapat benar-benar memahami misi Yesus kecuali kita memahami bahwa Ia adalah penggenapan dari seluruh bagian kisah Perjanjian Lama. Dan, jika kita tidak dapat memahami misi Yesus, maka kita tidak akan dapar memahami misi yang Ia berikan untuk kita genapi. Kita harus mengetahui kisah besarnya untuk dapat mengerti di mana kisah pribadi kita berada. Sebentar lagi, saya akan berusaha meringkas alur besar dari kisah agung Allah dalam cara yang sederhana. Tetapi, sebelum saya melakukannya, adalah penting untuk menetapkan beberapa poin kunci. Pertama, kita akan selalu tergoda untuk mengajukan pertanyaan “Mengapa Allah memilih untuk melakukannya dengan cara


49

Na r a si Be sa r A l l a h

itu?” Sebagai contoh, kita mungkin bertanya, mengapa Ia menciptakan alam semesta ini begitu luas? Kita mungkin bertanya mengapa Ia membuat langit berwarna biru atau rumput berwarna hijau. Kita juga mungkin bertanya mengapa Allah mengizinkan adanya kejahatan, mengapa Ia memberi kita kehendak bebas, mengapa Ia memilih untuk menyingkapkan diri-Nya secara perlahan dalam waktu ribuan tahun dan bukannya sekaligus pada sekali waktu. Kita selalu ingin tahu mengapa Ia memilih melakukan sesuatu dengan cara tertentu. Ada jumlah naskah tak terbatas yang bisa Allah tulis. Tetapi, untuk alasan yang hanya diketahui oleh Allah saja, Ia menuliskan satu naskah saja. Dan, di sinilah arti pentingnya: tak peduli naskah mana yang Ia pilih untuk tulis, kita pasti akan selalu bertanya-tanya mengapa Ia tidak memilih untuk menulis naskah yang berbeda, naskah yang mungkin dapat membuat segala sesuatu lebih terlihat masuk akal bagi kita. Satu-satunya jawaban nyata karena Ia adalah Allah, dan kita bukan. Kita lebih banyak bertingkah laku seperti anak-anak yang terus-menerus bertanya kepada orangtuanya, “Mengapa?” Dan, terkadang para orangtua hanya memberi jawaban, “Karena aku berkata begitu.” Jadi, ketika Anda membaca lebih banyak lagi tentang narasi besar Allah, kurangilah fokus pada pertanyaan “mengapa” dan tambahkan fokus pada pertanyaan “bagaimana,” maksudnya bagaimana Anda bisa masuk secara tepat ke dalam kisah menakjubkan dari kasih Allah itu. Berikut ini adalah upaya saya untuk meringkas alur kisah dari enam puluh enam kitab dalam Kitab Suci. Jelaslah bahwa paparan saya ini tidak sanggup meliputi semuanya, tetapi saya berharap bahwa hal ini dapat membantu Anda melihat benang merah yang jelas dari kasih Allah yang luar biasa bagi kita dan menolong Anda mendapatkan rasa ke mana kisah ini akan berlanjut berikutnya. Kisah Kasih

Kisah di sepanjang Kitab Suci adalah kisah tentang sebuah kasih seorang Bapa kepada anak-anak-Nya. Ini adalah sebuah kisah tentang seorang Bapa yang dengan setia merangkul anak-anak yang menolak-Nya. Ini adalah sebuah kisah tentang seorang Bapa yang penuh kasih dan tidak pernah menyerah untuk menyatakan kasih-Nya.


50

UNFINISHED

Pada mulanya Allah menciptakan alam semesta dan segala sesuatu yang ada di dalamnya. Ia bersukacita atas segala sesuatu yang diciptakan-Nya. Ia menciptakan Adam dan Hawa, lelaki dan perempuan, menurut gambar-Nya, dengan pikiran, tubuh, dan roh untuk menikmati kebahagiaan dalam hubungan, sebagaimana seorang bapa menikmati hubungan dengan anak-anak-Nya. Allah hadir di tengah-tengah mereka di tempat istimewa yang telah Ia ciptakan bagi mereka, taman Eden. Ia memiliki harapan bahwa mereka akan beranak cucu dan menikmati warisan agung yang telah Ia berikan. Ia ingin supaya anak-anak-Nya bekerja sebagai mitra-Nya dalam mengatur dan mengelola kerajaan yang telah Ia ciptakan. Ia ingin mereka mengelola bisnis keluarga. Ia memberi mereka tugas dan menjelaskan kepada mereka jenis hubungan yang Ia harapkan, yaitu hubungan yang dipandu oleh rasa hormat serta ketaatan sebagaimana layak diterima oleh seorang bapa dari anak-anaknya. Namun, ketika anak-anak manusia tergoda untuk tidak taat kepada Allah karena dusta si jahat, yaitu sesosok malaikat yang telah jatuh dan yang kepahitannya mendorongnya untuk merusak segala sesuatu yang Bapa kasihi, maka manusia tersesat jalan dan mengambil pilihan yang buruk. Sebuah pilihan untuk melakukan segala sesuatu menurut caranya sendiri. Sebuah pilihan yang tidak menghormati Allah. Mereka tidak puas dengan cara Allah dan menginginkan lebih dan lebih banyak lagi kuasa. Mereka melanggar hubungan iman yang suci dengan Bapa yang penuh kasih. Pilihan ini menghancurkan hati Allah, karena tindakan mereka akan mengarah pada konsekuensi yang mengerikan. Secara tragis, manusia akan memahami hal ini ketika mereka hidup terpisah dari Allah. Manusia mulai melihat implikasi dari perilaku yang mengingini hidup bebas menurut kehendak sendiri. Akibat dari pilihan mereka begitu menakutkan. Hubungan mereka dengan Bapa rusak, hubungan mereka dengan sesamanya rusak, dan hubungan mereka dengan anak-anaknya juga rusak. Hasrat mementingkan diri sendiri, ketamakan, perselisihan, dan bahkan pembunuhan serta kematian meliputi keluarga besar manusia. Mereka memang mendapatkan apa yang mereka inginkan, yaitu kesempatan untuk melakukan segala sesuatu menurut caranya sendiri. Tetapi, segala sesuatu yang telah Allah ciptakan jatuh dalam kerusakan bersa-


Na r a si Be sa r A l l a h

51

ma dengan mereka. Tetapi, Allah tetap mengasihi mereka sebagaimana seorang Bapa selalu mengasihi anak-anak-Nya. Hati Allah hancur. Tahun demi tahun berlalu. Mengesampingkan ketidaktaatan dan kejahatan yang menyebar luas, Allah menawarkan kepada anak-anakNya kesempatan berlimpah untuk kembali kepada-Nya dan hidup di bawah otoritas kasih-Nya sekali lagi. Ia memanggil seorang manusia, namanya Abraham. Kepadanya, Allah berjanji bahwa ia akan menjadi bapa dari sebuah bangsa yang baru, yaitu Israel, sebuah bangsa yang menjadi umat kesayangan Allah sendiri. Sebuah bangsa yang dipisahkan dari kejahatan dan pemberontakan yang telah merenggut umat manusia bagaikan virus. Ia pun berjanji kepada Abraham bahwa bangsa yang baru ini pada suatu hari akan menjadi berkat bagi semua anak Allah di seluruh suku bangsa. Israel dapat memulihkan kembali kebajikan kerajaan Allah dan hidup sebagai sebuah bangsa yang menjadi anak Allah, berada di bawah otoritas sang Raja yaitu Bapa sendiri, sebagaimana dulu Adam dan Hawa. Tetapi Israel memberontak. Mereka pun tersesat dan mengambil pilihan buruk untuk melakukan segala sesuatu menurut caranya sendiri, sebuah pilihan untuk tidak taat kepada Allah. Cicit dari Abraham, Yusuf, dijual dalam perbudakan ke Mesir oleh para saudaranya sendiri. Lalu, Israel menghabiskan empat ratus tahun sebagai budak bagi bangsa Mesir. Israel harus menunggu untuk dapat memenuhi kerinduan hati Allah bagi mereka. Maka, Allah mendengar tangisan mereka dan Ia mengutus seorang manusia, Musa, untuk membebaskan umatNya dari perbudakan yang membelenggu mereka. Musa bertindak sebagai wakil bangsa Israel dan memimpin mereka melalui Laut Merah hingga selamat. Namun, mereka masih ragu, tidak taat, dan penuh gerutu. Melihat kebingungan umat-Nya dan mengetahui bahwa bangsa Israel pasti membutuhkan sebuah dasar konstitusi serta hukum untuk membimbing mereka dalam perilaku yang benar, maka Allah memberi mereka Hukum Taurat di atas Gunung Sinai. Jika mereka akan menjadi warga kerajaan Allah, mereka harus memahami kebenaran Allah dan keadilan Allah. Ia mengajari mereka apa yang benar dan apa yang salah. Ia mengajari mereka apa yang baik dan apa yang tepat. Secara simbolis melalui pengorbanan darah lembu sapi dan domba, Ia mengajar mereka bahwa dosa mereka membawa konsekuensi tertentu. Me-


52

UNFINISHED

laluinya, Ia menunjukkan kepada mereka apa artinya semua korban itu. Kejahatan yang sudah mendarah daging membutuhkan korban darah dan daging untuk menebusnya. Hal ini mengingatkan mereka bahwa supaya hubungan dipulihkan maka dosa mereka harus dibereskan. Dosa membawa konsekuensi. Kemudian, Musa memimpin mereka melewati padang gurun selama empat puluh tahun untuk mengajar mereka lagi bagaimana hidup percaya, taat, dan bersandar kepada Allah. Ia memimpin mereka hingga ke tepian tanah perjanjian, di mana mereka dapat hidup secara aman dan makmur dalam hubungan dengan Allah, Bapa mereka. Tetapi, bahkan setelah segala sesuatu yang terjadi ini, Israel berpaling dari kasih Allah, sebagaimana Adam dan Hawa sebelum mereka. Dengan demikian, Israel memilih untuk tidak taat kepada Allah dan hidup menurut keinginan-Nya sendiri. Lalu, bangsa Israel meminta seorang raja supaya mereka menjadi sama seperti semua bangsa lain. Allah pun memberi mereka seorang raja. Pertama, Saul dan kemudian, Daud, anak Isai. Daud adalah raja terbesar dalam sejarah bangsa Israel. Tetapi selama beratus-ratus tahun, sebagian besar raja justru memimpin mereka menjauh dari Allah. Israel pun ditaklukkan oleh banyak suku bangsa lain. Sekali lagi, Allah hancur hati menyaksikan jalan-jalan mereka yang bebal. Sepanjang banyak tahun berikutnya, Allah mengutus kepada mereka banyak nabi untuk memperingatkan dan mengoreksi mereka, tetapi mereka tidak mau mendengarkan para nabi itu. Israel dan para rajanya telah gagal untuk menaklukkan diri di bawah otoritas Allah dan menjadi bangsa kesayangan Allah yang akan memulihkan tatanan Allah serta menjadi berkat bagi semua suku bangsa di seluruh dunia. Jadi, Allah berdiam diri selama hampir lima ratus tahun. Ia mengambil cara yang berbeda. Cara yang akan Ia singkapkan tepat pada waktunya. Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN. (Yes. 55:8)

Allah memecah keheningan diam diri-Nya dengan tangisan seorang bayi, yang dilahirkan di sebuah palungan di kota Betlehem, di sudut paling kecil Kekaisaran Romawi. Sebuah kekaisaran yang merepre-


Na r a si Be sa r A l l a h

53

sentasikan peraturan umat manusia yang paling korup di seluruh bumi, dengan hawa nafsunya akan kekuasaan, kekerasan, ketamakan, serta penindasan. Allah telah memutuskan inilah waktu yang tepat. Waktu untuk mengadakan sebuah revolusi, sebuah revolusi untuk menggulingkan semua kerajaan murtad yang berisi penuh pementingan diri sendiri dan keserakahan manusia, untuk sekali dan selamanya. Waktunya telah tiba untuk menyingkapkan nilai sorgawi Allah, keadilan Allah, dan jalan-jalan Allah. Waktunya telah tiba untuk menegakkan pemerintahan Allah, membangun kerajaan Allah, dan menempatkan lagi mahkota kepada Allah sebagai Raja. Waktunya telah tiba bagi datangnya misi penyelamatan untuk semua anak Allah di seluruh bumi. Kisah di sepanjang Kitab Suci adalah kisah tentang sebuah kasih seorang Bapa kepada anak-anak-Nya. Ini adalah sebuah kisah tentang seorang Bapa yang dengan setia merangkul anak-anak yang menolakNya. Ini adalah sebuah kisah tentang seorang Bapa yang penuh kasih dan tidak pernah menyerah untuk menyatakan kasih-Nya. Sebagai wujud puncak dari karya kasih, maka Anak Allah sendiri, Yesus, Ialah yang akan memimpin proses penyelamatan ini. Sepenuhnya Allah dan sepenuhnya manusia. Allah menjadi manusia dalam daging. Misi ini terlalu penting untuk dipercayakan kepada orang lain, terlalu vital untuk diserahkan kepada orang lain. Terlahir oleh Roh Kudus, bayi di dalam palungan itu akan menyelamatkan semua anak Allah. Yesus akan menggenapi rencana Allah bagi bangsa Israel, yaitu bahwa mereka akan menjadi berkat bagi suku-suku bangsa. “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.� (Yoh. 3:16)

Yesus sendiri yang akan memimpin revolusi ini. Tetapi, ini bukan jenis revolusi yang memperebutkan tanah, kekuasaan, atau kendali; ini adalah sebuah revolusi kasih, ketaatan, kedamaian, dan hubungan yang dipulihkan. Yesus mencontohkan sebuah cara baru yang berbeda dalam menjalani hidup dan mengasihi. Yesus berbicara tentang sebuah kerajaan baru di mana kebijaksanaan konvensional akan


54

UNFINISHED

ditunggangbalikkan. Penanda dari kerajaan Allah adalah kasih dan pengampunan, pengorbanan dan pelayanan, keadilan dan kejujuran. Kasih adalah mata uang kerajaan Allah, dan semua orang mengasihi sesamanya manusia sebagaimana Allah mengasihi mereka. Orang yang miskin diangkat, orang yang sakit disembuhkan, dan orang yang lemah dikuatkan. Ini adalah sebuah visi yang berbeda tentang masyarakat yang diperintah oleh nilai-nilai Allah. Dan, semua orang, bukan hanya bangsa Israel, diundang untuk menjadi warga negara dalam kerajaan itu. Kerajaan Allah datanglah; kehendak-Nya jadilah, di bumi seperti di sorga. Para nabi telah memberitakan kabar baik, yaitu kabar bahwa seorang Raja baru akan tumbuh dari tunggul Isai, dari garis keturunan Daud. Dialah yang akan duduk di atas tahta Israel dan menjadi berkat bagi semua suku bangsa. Allah sendiri yang akan melakukannya. Ia mengutus Anak-Nya dalam wujud manusia dan memimpin kita keluar dari kegelapan kita sendiri. Ini adalah sebuah kesempatan berharga untuk menapaki permulaan yang baru. Yesus hidup di bumi, mengajar, dan menimbulkan keheranan dengan berbicara tentang kebenaran, menunjukkan belas kasih, serta menyatakan banyak tanda mukjizat. Ia mengelilingi diri-Nya dengan para murid, yaitu para prajurit dalam revolusi ini. Mereka adalah dua belas orang yang akan memimpin pasukan. Selama tiga tahun, Yesus mencurahkan hidup-Nya bagi mereka dan mengajari mereka cara hidup dalam kerajaan baru itu. Mereka berjumlah dua belas. Mereka mewakili dua belas suku Israel. Yesus mempersiapkan mereka untuk memproklamasikan kerajaan baru-Nya setelah Ia membayar upah dosa dan kejahatan, bahkan setelah Ia naik untuk meninggalkan mereka. Yesus mendemonstrasikan banyak tanda dalam kerajaan baru Allah, yaitu memberi makan yang lapar, menyembuhkan yang sakit, berbelas kasih pada yang miskin, mengusir segala roh jahat, dan menunjukkan kasih tanpa syarat kepada semua orang yang Ia jumpai. Tidak pernah ada seorang pun yang pernah hidup atau berkata-kata seperti Orang ini. Ia pun mempersiapkan keduabelas murid untuk melanjutkan karya-Nya setelah Ia naik dan meninggalkan mereka. Namun, umat manusia begitu mendarah daging dalam pemberontakannya, sampai-sampai Anak Alah sendiri mereka tolak. Israel menolak-Nya. Dunia pun menolak-Nya. Si jahat dari taman Eden


Na r a si Be sa r A l l a h

55

sekali lagi berupaya untuk menggagalkan kebaikan Allah. Tetapi Allah tahu bahwa hal ini akan terjadi; Ia tahu bahwa bahkan Anak-Nya sendiri pun akan manusia tolak. Tetapi Ia telah memutuskan sejak lama bahwa Ia akan memulihkan hubungan dengan anak-anak-Nya dengan harga yang sangat mahal, yaitu dengan mengambil alih sendiri hukuman atas pemberontakan manusia, karena Ia tak sanggup melihat mereka dihukum begitu keras. Keadilan Allah itu murni dan keadilan itu mensyaratkan supaya kejahatan umat manusia dibayar lunas harganya. Seperti salah satu anak domba yang dikorbankan di pelataran bait Allah bagi dosa orang Israel, Yesus pun akan membayar harga yang mengerikan atas dosa umat manusia. Ia akan menjadi Anak Domba Allah yang dikorbankan sekali dan selamanya untuk membayar lunas dosa semua anak Allah. Jadi, Yesus menundukkan diri kepada mereka yang menginginkan nyawa-Nya. Para pemimpin bangsa Israel menuntut kematianNya dan Ia memberikannya. Orang-orang itu tidak mengerti, tetapi itu memang satu-satunya cara untuk menghapuskan pelanggaran mengerikan dari semua anak Allah, untuk membayar harga yang sangat mahal, dan untuk memulihkan hubungan mereka dengan Bapa yang selalu mengasihi mereka. Bahkan, salah satu dari keduabelas murid mengkhianati Dia. Lalu, para murid menyaksikan dengan ngeri ketika Ia ditangkap, dipukuli, diajukan ke hadapan mahkamah agama, dipakukan ke salib, dan dibunuh dengan brutal. Dan, saat Ia menyerahkan Roh-Nya, para murid pun menyerahkan harapan mereka. Revolusi sudah tamat. Semuanya hilang lenyap. Kisah di sepanjang Kitab Suci adalah kisah tentang sebuah kasih seorang Bapa kepada anak-anak-Nya. Ini adalah sebuah kisah tentang seorang Bapa yang dengan setia merangkul anak-anak yang menolakNya. Ini adalah sebuah kisah tentang seorang Bapa yang penuh kasih dan tidak pernah menyerah untuk menyatakan kasih-Nya. Namun Allah... Allah belum selesai. Alur kisah mulai mengambil belokan dramatis. Kabar baik dari Allah meledak dalam segala kepenuhannya. Setelah tiga hari berada di kubur yang dingin, napas hidup mengalir kembali melalui tubuh Yesus. Hukuman telah dibayar, keadilan telah dipuaskan, dan kematian telah dikalahkan. Yesus bangkit. Kisah ini tidak berhenti di sini, dan revolusi tidak ber-


56

UNFINISHED

akhir. Bahkan, revolusi baru saja dimulai. Ia mengumpulkan para murid yang keheranan. Ia menjelaskan semua peristiwa hebat yang telah terjadi. Ia pun menunjukkan bagaimana segala sesuatu yang telah terjadi sudah terlebih dahulu dinubuatkan oleh para nabi. Kabar baik dari Allah adalah mereka kini dapat memproklamasikan dan membangun kerajaan Allah “di bumi seperti di sorga.� Mereka harus pergi ke seluruh penjuru dunia untuk menegakkan peraturan Allah dengan memberitakan kabar baik tentang rahmat pengampunan Allah. Mereka harus mengundang semua orang untuk masuk ke dalam cara baru dalam menjalani hidup. Sebuah Israel baru, yang digenapkan di dalam Pribadi Yesus, kini menjadi berkat bagi semua suku bangsa. Sebuah revolusi untuk menggulingkan semua kerajaan dunia dan menyebarkan kerajaan baru Allah telah diluncurkan—dan mereka akan turut serta dalam pergerakan ini. Sebuah kerajaan baru anak-anak Allah kini ditegakkan. Sebuah kerajaan yang mendemonstrasikan cara baru dalam menjalani hidup, sebuah masyarakat baru di bawah kehendak Allah. Yesus menyebutnya sebagai gereja. Kesebelas murid begitu bergairah karena mendapati bahwa Yesus memimpin mereka lagi. Sekarang, segala sesuatunya pasti bisa diraih. Tetapi mereka tidak sepenuhnya memahami apa yang direncanakan Allah. Hanya empat puluh hari setelah bangkit dari kematian, Yesus meninggalkan mereka lagi. Tetapi sebelum Ia naik ke sorga dan meninggalkan mereka, Ia memberi tugas kepada mereka. Ia memerintahkan mereka untuk membangun kerajaan baru Allah sampai ke seluruh sudut bumi, memproklamasikan kabar baik tentang rahmat pengampunan Allah, mendemonstrasikan kasih Allah melalui hidup dan perkataan serta perbuatan mereka, sekaligus menjadikan seluruh suku bangsa murid-Nya dengan mengajarkan kepada mereka segala sesuatu yang telah Ia perintahkan kepada para murid-Nya. Ia meminta mereka untuk mengundang semua orang supaya menerima kabar baik-Nya dan masuk ke dalam kerajaan-Nya. Ia berkata kepada mereka bahwa Ia akan selalu menyertai mereka, karena Ia akan mengutus Roh-Nya bagi mereka. Roh itu akan menghibur, menolong, dan membimbing mereka. Ia juga berkata bahwa Ia akan kembali setelah semua tugas diselesaikan. Setelah itu,.... Yesus pun meninggalkan mereka. Untuk pertama kalinya sejak peristiwa di taman Eden, bayang-


Na r a si Be sa r A l l a h

57

bayang kegelapan dari dosa dan pelanggaran telah disingkirkan, dan cerahnya mentari kasih karunia serta rahmat pengampunan Allah kembali bersinar. Dosa dan pelanggaran kita telah diampuni, telah dihapuskan. Campur tangan Allah telah menyingkirkan satu hal yang telah memisahkan kita dari Bapa. Kemerdekaan kita telah didapatkan kembali, keselamatan kita telah dijamin. Kita, sebagai anak-anak Allah, kini bisa pergi ke seluruh pelosok dunia dengan bebas dan tanpa rasa bersalah demi memproklamasikan kabar baik pengampunan Allah, mendemonstrasikan kasih Allah pada semua orang, dan mengundang semua anak Allah untuk pulang ke dalam pelukan hangat Bapa sorgawi. Kerajaan Allah datanglah; kehendak Allah jadilah, di bumi seperti di sorga. Dua ribu tahun kemudian, kita adalah anak-anak-Nya dari generasi ini; kita adalah gereja-Nya. Tetapi tugas yang Ia berikan masih belum tuntas terselesaikan. Sekarang, tibalah giliran kita... waktu kita untuk memimpin revolusi Allah.


Follow Me (Ikutlah Aku) Panggilan untuk MATI. Panggilan untuk HIDUP. David Platt - Apakah mungkin orang berkata bahwa ia percaya kepada Yesus, tetapi tidak sungguhsungguh lahir baru? - Apakah mungkin orang mengklaim bahwa ia menerima Kristus di dalam hati, namun tidak benar-benar hidup sebagai seorang Kristen? Tidak hanya hal itu mungkin. Menurut David Platt, hal itu bahkan sangat sering terjadi. Penulis best-seller dari Radical ini yakin bahwa banyak orang di gereja kita pada masa kini disesatkan dalam pengertian mereka tentang apa arti sesungguhnya menjadi seorang pengikut Kristus. Budaya sekuler telah menghisap habis darah kekristenan dan menggantikannya dengan versi Injil yang kerdil sehingga begitu cocok dengan selera manusia zaman konsumerisme ini, sampaisampai Injil tidak terlihat begitu nyata lagi seperti apa yang dikehendaki Yesus. “Ikutlah Aku,� demikian panggilan Yesus. Dua kata sederhana yang mengubah segalanya. Anda tidak akan pernah bosan lagi. Anda akan selalu memiliki tujuan hidup. Anda tidak akan pernah kekurangan sukacita. Tetapi Anda harus membayar harga. Panggilan ini bukan sebuah undangan yang ringan dan nyaman. Ini adalah panggilan untuk kehilangan hidup Anda.? Info lengkapnya kunjungi: www.perkantasjatim.org Literatur Perkantas Jawa Timur Jl. Tenggilis Mejoyo KA-10, Surabaya 60292 Tlp. (031) 8435582, 8413047; Faks.(031) 8418639 E-mail: literatur.jatim@gmail.com, www.perkantasjatim.org


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.