Benteng Vredeburg, Yogyakarta 03 - 05 Juni 2016
SAKA 2016
1
“Kearifan lokal harus tetap dijaga, karena di dalamnya mengandung nilai-nilai universal.“ - Susilo Bambang Yudhoyono
2
SAKA 2016
03
17.00
Juni 2016
PEMBUKAAN
Dibuka oleh Dewan Kebudayaan Yogyakarta (Drs. A. Charris Zubair, M. A.
PERFORMANCE Riri Febi and Friend Gejog Lesung Half Eleven PM Deugalih
04
09.00 14.30
OPEN GATE BEDAH KARYA
Bersama Drs. Ahmad Muntaha, M. Si. (Direktor AKINDO)
Juni 2016 17.00 18.30
SCREENING MIX TAPE
Oleh Radio Lawas X Pangestuaji
05
Juni 2016
15.35 16.00 17.35 17.45
PERFORMANCE The New Light
AWARDING EVENING PENUTUPAN PERFORMANCE SWN Brassband
SAKA 2016
3
Pameran “SAKA�: Mengais Kearifan dari Belantara Keserakahan Manusia Oleh Drs. Wibowo, M. Sn. Dosen Pembimbing DKV IV
“
Kearifan lokal dipahami sebagai segala sesuatu yang didasari pengetahuan dan diakui akal serta dianggap baik oleh ketentuan adat dan agama.
P
�
erubahan iklim yang terjadi dewasa ini disinyalir diakibatkan oleh polah manusia sendiri di samping secara alamiah hal ini sebagai akibat semakin banyaknya manusia yang menumpang hidup di bumi ini. Manusia yang semakin banyak menimbulkan kebutuhan hidup yang semakin banyak pula. Kebutuhan akan air, udara dan sumber kehidupan lan dikonsumsi secara bersama. Belum lagi meningkatnya kualitas hidup manusia menimbulkan kebutuhan hidup semakin meningkat. Tidak cukup hanya pada kebutuhan primer bahkan kualitas hidup yang lebih nyaman dan mewah menjadi bagian dari kebutuhan hidup dewasa ini.
menempati daerah aliran sungai, dan sebagainya, menjadi contoh keserakahan manusia. Sebagai akibat semua ini maka banjir, longsor, menjadi berita yang sering kita lihat hampir setiap hari.
Berpacunya manusia memenuhi kebutuhan ini dapat mendorong pada perilaku manusia yang semakin rakus dalam mengelola alam. Sebagai contoh, kebutuhan manusia untuk mencukupi kemewahan hidup dilakukan dengan tanpa mempertimbangkan faktor keseimbangan alam. Kebutuhan hidup akan ditutup dengan komersialisasi sumber sumber daya alam. Mereklamasi pantai dan laut, telah membuka mata kita bersama, bahwa hal itu telah menghancurkan ekosistem alam laut yang ada disana. Menebangi hutan, menjadikan hutan lindung sebagai hutan produksi,
Reinforcement Kearifan Lokal Kearifan lokal dipahami sebagai segala sesuatu yang didasari pengetahuan dan diakui akal serta dianggap baik oleh ketentuan adat dan agama. Adat kebiasaan pada dasarnya teruji secara alamiah dan niscaya bernilai baik, karena kebiasaan tersebut merupakan tindakan sosial yang berulang-ulang dan mengalami penguatan (reinforcement). Jika suatu tindakan tidak dianggap baik oleh masyarakat maka ia tidak akan mengalami penguatan secara terus-menerus. Pergerakan secara alamiah terjadi secara sukarela karena diang-
Atas dasar permasalahan di atas menjadi urgen bagi semua pihak yang bergelut di bidang kajian keilmuan untuk mencoba ikut berperan dalam memikirkan penyelesaian masalah tersebut di atas. Salah satu tugas yang diemban para ilmuwan dan budayawan antara lain untuk mengeksplorasi dan mempelajari kearifan lokal masyarakat dan menjelaskan pandangan hidup mereka.
4
SAKA 2016
gap baik atau mengandung kebaikan. Secara filosofis, kearifan lokal dapat diartikan sebagai sistem pengetahuan masyarakat lokal/pribumi (indigenous knowledge systems) yang bersifat empirik dan pragmatis. Bersifat empirik karena hasil olahan masyarakat secara lokal berangkat dari fakta-fakta yang terjadi di sekeliling kehidupan mereka. Bertujuan pragmatis karena seluruh konsep yang terbangun sebagai hasil olah pikir dalam sistem pengetahuan itu bertujuan untuk pemecahan masalah sehari-hari (daily problem solving). Peran Desain Komunikasi Visual Desain Komunikasi Visual, sebagai bidang ilmu seni dan desain, memiliki peran besar sesuai bidangnya untuk pelestarian kearifan lokal masyarakat tersebut. Masyarakat luas, khususnya generasi muda sebagai penerus generasi, perlu mendapat informasi yang cukup mengenai itu. Komunitas DKV, baik jalur praktisi maupun perguruan tinggi dapat mengambil peran disini. Mulai riset, perencanaan, hingga eksekusinya. Situasi inilah yang menjadi alasan kuat mahasiswa Desain Komunikasi Visual FSR ISI Yogyakarta mengusung Kearifan Lokal sebagai tema Pameran mereka yang bertajuk �SAKA�, bertempat di Museum Benteng Vredeburg tanggal 3 – 5 Juni 2016. Pameran ini merupakan wujud pertanggungjawaban moral lembaga kepada masyarakat, mengenai hasil pendidikan yang diterima oleh mahasiswa.
Sebelumnya, mahasiswa melakukan riset di lapangan mengenai kearifan lokal yang ada di wilayah DIY. Setelah itu, mereka melakukan identifikasi dan analisis secara berkelompok. Analisis ini kemudian mereka jadikan dasar dan pedoman untuk menyusun perencanaan kreatif dan media. Setelah mendapat masukan dalam presentasi, hasil akhirnya adalah artwork, yang kemudian dieksekusi dalam berbagai media. Salah satu media wajibnya adalah media online. Ini pelajaran kedua. Karena akan ditonton oleh ribuan pasang mata di internet, mahasiswa akan berusaha keras mengerjakan karya sebaik-baiknya. Seperti apakah upaya terbaik mereka, kita buktikan nanti, tanggal 3-5 Juni 2016 di Benteng Vredeburg Selamat Berpameran !
SAKA 2016
Empati & Desain Oleh Putra Arkaning Bantala Ketua Pameran SAKA 2016 Kelas Reguler
“
Meskipun lahir dari masalah-masalah lokal, bentuk kebijaksanaan komunal ini harus memiliki nilai-nilai universal.
K
”
earifan lokal adalah pandangan sekaligus strategi dalam menjalani hidup, yang lahir dan terwujud dalam tindakan masyarakat lokal, sebagai solusi dari berbagai masalah dalam bermasyarakat. Meskipun lahir dari masalah-masalah lokal, bentuk kebijaksanaan komunal ini harus memiliki nilai-nilai universal. Sifatnya yang universal memunginkan kearifan lokal untuk mengakomodasi dan mengintegrasi berbagai macam budaya baru. Proses itulah yang akan memperkuat nilai-nilai dan identitas masyarakat pembentuknya. Pameran #DKVbertindak2016 bertajuk “Suara Kearifan Lokal” (SAKA), merupakan salah satu upaya untuk menggali kembali nilai-nilai lokal dan menginformasikannya dengan berbagai pendekatan kreatif dan inovatif. Dalam pameran karya kuliah Desain Komunikasi Visual #4, kami dituntut untuk menyuarakan nilai-nilai luhur yang mulai hilang ini, tanpa alih-alih komersial. Dewasa dengan dalam pengembangan suatu merek, kata “lokal” menjadi daya dongkrak yang hebat. Akibatnya banyak digunakan elemen visual yang “nglokal”, tanpa penjabaran maupun pendalaman mengenai makna dan nilai di dalamnya. Dengan pameran ini kami berusaha menginformasikan nilai-nilai tersebut dengan pendekatan visual yang segar dan dekat dengan anak muda, sebagai subyek pelestari. Empati dan Desain Suatu proses desain merupakan upaya untuk menjawab suatu masalah. Begitupula Desain Komunikasi Visual berusaha menjawab suatu permasalahan komunikasi dengan berbagai
5
konsep dan wujud visual. Empati merupakan proses yang pertama dan mendasar dalam desain setelah menemukan suatu masalah. Proses ini membentuk suatu hubungan yang intim pada Desainer dengan obyek desain dan masalahnya. Tanpa pemahaman yang mendasar dan meyeluruh mengenai mengenai obyek desain dan masalahnya, Desainer tidak akan mungkin membangun gagasan yang tepat untuk menjawab masalah komunikasi tersebut. Dari proses empati (dapat berupa wawancara, pengamatan langsung, kuisioner, dan studi pustaka) memunculkan berbagai insight, dan dikembangkan menjadi konsep perancangan. Kami sebagai mahasiswa desain ditantang untuk merangkum dan menterjemahkan berlembar-lembar penjabaran narasumber serta berbagai pustaka, kedalam beberapa kata singkat, untuk mendasari desain kami. Dari landasan tersebut barulah kami membangun struktur visual yang tepat untuk berkomunikasi dengan generasi kami, generasi muda, sebagai target utama kami. Dengan proses perancangan komunikasi visual yang sedemikian rupa, kami berharap dapat membangun ketertarikan dari generasi ini terhadap nilai-nilai lokal. Nilai-nilai ini menjadi lebih relevan untuk disampaikan untuk generasi kami, dimana generasi ini sedang terpapar berbagai obral ideologi dan sudut pandang baru, yang mungkin semu. Kearifan lokal merupakan sumber referensi untuk identitas kolektif yang kuat, dan identitas koletif yang kuat melahirkan komunitas yang hebat.
6
SAKA 2016
Kearifan Lokal dan Kita Oleh Fatia Nurilmi Magistra Ketua Pameran SAKA 2016 Kelas Non Reguler
“
Kedepannya, saya harap, dimulai dari anak muda, seluruh masyarakat Indonesia bisa tahu, paham, cinta, dan bangga akan budayanya sendiri.
J
ika ada hal yang kurang lebih saya tangkap sebagai bagian dari generasi muda Indonesia, hal itu adalah kebanggaan ketika diasosiasikan dengan hal-hal yang kebaratbaratan. Banyak anak muda yang bangga ketika mengopi gaya fashion Barat, mendengarkan lagu Barat, makan makanan Barat, dan lain sebagainya. Ada semacam rasa bangga ketika mengasosiasikan diri dengan budaya yang lain, meski sebenarnya, sebagai anak muda Indonesia, mereka sudah punya budaya sendiri. Kolonialisme, post-kolonialisme, globalisasi, kapitalisme, hingga neo-kapitalisme tidak dapat dihindari telah mempengaruhi kehidupan masyarakat Indonesia—atau setidaknya masyarakat dan lingkungan yang menjadi bagian dari hidup saya sehari-hari, yaitu masyarakat dan lingkungan di Daerah Istimewa Yogyakarta. Cafe-cafe ala Barat, beserta hotel, tempat berbelanja seperti supermarket, dan lain sebaginya, semuanya bermunculan di Yogyakarta, sehingga semakin lama, masyarakat dan lingkungan Yogya semakin generik atau tidak ada bedanya dengan kota-kota lain, tidak hanya di Indonesia, tapi bahkan di dunia. Kearifan lokal adalah salah satu elemen budaya yang amat penting. Setelah diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya dan menjadi bagian dari masyarakat, kearifan lokal adalah nilai yang perlu dijaga dan dilestarikan. Meski “dijaga” dan “dilestari-
”
kan” terdengar klise, namun hal ini adalah kewajiban seluruh elemen masyarakat untuk menyadari apa saja kearifan lokal yang ada dan menjadikannya bagian dari kehidupan sehari-hari, sehingga kearifan lokal itu tidak pernah hilang. Barangkali, anak-anak muda, berikut elemen masyarakat lainnya, merasa budaya Barat atau apa yang kebarat-baratan itu “keren”. Meski demikian, saya secara pribadi merasa bahwa budaya lokal yang kita miliki jauh lebih keren. Saya orang Jawa, dengan demikian saya mencintai dan bangga pada budaya Jawa, dan saya berharap lebih banyak orang yang akan menyadari betapa kerennya budaya sendiri, termasuk kearifan lokal di dalamnya. Pameran Saka atau Suara Kearifan Lokal 2016 ini adalah bagian dari harapan saya tersebut, yang tentunya tidak akan terealisasikan tanpa inisiatif luar biasa para dosen mata kuliah DKV IV, yaitu Pak Wibowo Tamsir, Pak Kadek Primayudi, Pak Sumbo Tinarbuko, dan Bu Hesti Rahayu. Pameran ini juga tidak akan pernah berjalan jika bukan kerja keras, dedikasi, waktu, dan cinta yang diberikan rekan-rekan mahasiswa Program Studi Desain Komunikasi Visual (DKV) ISi Yogyakarta. Ke depannya, saya harap, dimulai dari anak muda, seluruh masyarakat Indonesia bisa tahu, paham, cinta, dan bangga akan budayanya sendiri.
SAKA 2016
D
alam falsafah orang Jawa Peribahasa atau Paribasan adalah kalimat atau kelompok perkataan yang tetap susunannya, biasanya mengiaskan suatu maksud tertentu sebagai ajaran moral lewat proses peneladanan. Paribasan dalam percakapan masyarakat Jawa berfungsi sebagai pitutur atau nasehat, kalimat sindiran, atau cemoohan, juga kiasan perbandingan suatu objek terhadap fenomena dan teguran. Hal tersebut berfungsi untuk menjaga kerukunan antara sesama individu. Penggunaan Paribasan dalam percakapan bertujuan untuk menjaga kesantunan terhadap lawan
Habiburrahman
Danang Prasajatama
7
bicara, sehingga hubungan terhadap lawan bicara tetap terjalin dan akur. Dari hubungan individu dengan individu lain yang teratur kemudian terjalinlah sebuah hubungan harmonis yang berpengaruh terhadap tingkah laku baik. Dari tingkah laku yang baik kepada masyarakat lalu berpengaruh juga terhadap hubungan sosial, tatanan sosial, dan juga norma dalam masyarakat, hal itu juga dijelaskan Adi Triyono dalam buku Pusaran Bahasa dan Sastra Jawa, mengatakan bahwa peribahasa dapat dimanfaatkan sebagai salah satu penentu pola pembangunan nasional kita (1993: 148).
Diva Ayu A.
Fabianus Bagus Adi Chandra
Abi Septryawan
Instagram. @paribasanjawa Email. paribasanjawa@gmail.com
8
SAKA 2016
S
ebagai bentuk kesenian sekaligus media komunikasi tradisional, peninggalan nenek moyang berupa wayng memiliki berbagai macam jenis. Salah satunya adalah Wayang Gagrag (gaya) Yogyakarta. Wayang ini, selain memiliki morfologi dan teknik penggarapan yang khas, juga memiliki ciri lakon, wayang, catur, dan karawitan yang mengandung nilai-nilai filosofis. Antasena, sebagai contohnya, merupakan salah satu tokoh pewayangan yang dapat ditauladani anak muda dalam ranah kehidupan masa kini.
Ramdhani Kusumaningrum
Putra Arkaning Bantala
Lakon Antasena Ngraman memiliki makna kental akan kritik dalam pemerintahan dan peranan anak muda dalam “menentang� pemerintahan yang keluar jalurnya. Sikap acuh tak acuh anak muda ditunjukkan, namun juga selalu siap untuk bergerak meluruskan kembali otoritas.
Gintari Dian Ayuranti
Yoga Sasmita
Anisa Novia Andari
Instagram. @antasenamakarya Facebook. antasenamakarya Email. antasenamakarya@gmail.com
SAKA 2016
M
antra merupakan Singkatan dari Mangkat Teka Aksara yang berarti berangkat dari aksara. Segala sesuatunya berangkat dari Aksara sebagai simbol dari peradaban suatu Bangsa. Selain itu Aksara Jawa (HANACARAKA) disebutsebut merupakan suatu mantra yang digunakan oleh Ajisaka untuk mengenang kedua pengawalnya yang mati akibat kesalahpahaman yang terjadi.
Chatarina Hayu Primastiwi
Bustanul Choirie
9
Kemudian Kami mengangkat nilai-nilai filosofis yang ada dalam HANACARAKA yang bersinggunggan dengan sifat-sifat manusia. Mulai dari suku kata Ha hingga NGA. Dengan inilah kami akan memperkenalkan Nilai-nilai Filosofis Aksara Jawa sebagai sarana refleksi hakikat manusia yang belum banyak diketahui oleh orang.
Fatia Nurilmi Magistra
Ebyma Segia Bakti
Instagram. @aksara_jawa Facebook. Mantra
Vincensia Apriliani Nanda Jeharu
10
SAKA 2016
S
awah surjan merupakan salah satu bentuk kearifan lokal berbasis lingkungan yang ada di DIY. Selain, kearifan lokal di dalamnya, yaitu sistem pola tanamnya yang khas, dalam proses pengolahannya sawah surjan sarat makna filosofis terkait kesetaraan gender yang sudah ada sebelum 1950-an. Peran wanita Jawa mulai diakui tidak hanya sebatas ‘kanca wingking’ tetapi juga bisa berperan di bidang lain seperti ekonomi, agraris, sosial, politik atau sektor lain.
Demima Anindya P.
Felix Jyesta Elka
Dalam perancangan ini, Sawah Surjan disampaikan dengan kemasan yang berbeda dengan menyesuaikan behaviour anak muda Indonesia dengan kebiasaan dan kesukaannya nongkrong.
Luthfia Rahmi P.
Pranan S. Saputra
Vincensia Mishela Clara P.
Instagram. @kafe.surjan Twitter. @kafe_surjan Facebook. Kafe Surjan
SAKA 2016
P
ranata mangsa adalah suatu sistem penanggalan musim di tanah Jawa yang biasanya dijadikan pedoman oleh petani untuk kegiatan bercocok tanam. Kalender ini disusun berdasarkan pergerakan benda langit, curah hujan, perilaku hewan, dan musim tumbuhan. Pranata mangsa digunakan oleh petani untuk mnentukan waktu terbaik dalam
Indra Ardiansah
Lulu Fauzia Rahma
11
menanam padi, mengistirahatkan lahan sawah, dan memanen padi. Sistem dalam Pranata Mangsa sangat sarat akan nilai nilai kearifan yang mengajarkan kita untuk lebih peka dengan alam dan lebih menghargai alam, Sehingga keseimbangan antara alam dan manusia bisa terjaga dengan harmonis.
Singgih Widyatmoko
Dirra Wargyaningtyas
Sultan Rafi Dangkelana Umar
Instagram. @njiwanibumi Twitter. @njiwanibumi Facebook. Njiwani Bumi
12
SAKA 2016
K
eraton Yogyakarta yang menjadi pusat pemerintahan, dikelilingi oleh cepuri (benteng dalam yang langsung melingkupi keraton) dan baluwarti (benteng luar yang melingkupi keraton dan beberapa pemukiman di sekitarnya serta beberapa bangunan komponen kota). Selain menjadi pusat pemerintahan. Seiring perkembangan jaman, daya tarik Keraton mencakup wilayah jeron beteng.
Azhar Faturrohman
Candrani Yulis Rohmatulloh
Dahulu masyarakat yang tinggal di daerah Keraton adalah orang-orang yang memiliki peran khusus bagi kelangsungan kehidupan Keraton. Kampung-kampung dibagi berdasarkan nama tapak atau petilasan, nama abdi dalem, prajurit keraton, keahlian abdi dalem, dan bangsawan. Seperti pada wilayah barat kraton adalah tempat khusus bagi para pangeran, sedangkan pada wilayah timur adalah tempat khusus bagi para abdi.
Faruza Arkan
Vanya Nabiella Firdhausya
Iwan Suastika
Instagram. @kenalijeronbeteng Facebook. Kenali Jeron Beteng Email. kenalijeronbeteng@gmail.com
SAKA 2016
K
otagede adalah nama Kecamatan di Kota Yogyakarta, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, yang dulunya merupakan sebuah pusat pemerintahan dari Ibukota Kesultanan Mataram. Dulunya Kotagede merupakan pusat perdagangan dan industri pribumi yang memasok kebutuhan di daerah luas di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Sebelum akhirnya terpecah menjadi Kasunanan Surakarta dan Kesultanan Yogyakarta lewat Perjanjian Giyanti. Tidak terlepas dari sejarahnya, Kotagede dibangun dengan konsep tata kota Catur Gatra
Viki Restina Bella
Robby Fachri Maulana
13
Tunggal yang banyak ditemui di kota yang memiliki keraton dan sejarah berdirinya kerajaan jaman dahulu. Konsep ini hingga sekarang telah mengkonstruksi identitas dan karakter Kotagede sebagai warisan budaya. Toponim adalah salah satu ilmu penamaan sebuah tempat yang dikaitkan dengan hubungan khusus antara sejarah, cerita populer, manusia, alam, dan fenomena yang mempengaruhi sejarah terbentuknya sebuah nama. Salah satu wilayah yang mempertahankan kearifan lokal toponim di Yogyakarta ialah Kotagede.
Agung Budi Santoso
Maria Inarita Uthe
Instagram. @sahabatkotagede Youtube. Sahabat Kotagede Facebook. Sahabat Kotagede
14
SAKA 2016
B
regada adalah sebutan masyarakat terhadap Kesatuan Prajurit Keraton Ngayogyakarta. Prajurit Keraton biasanya mengawali iring-iringan di acara Grebeg yang diawali oleh barisan pertama, yaitu Bregada Prajurit Wirobraja atau biasa disebut Prajurit Lombok Abang. Selain menjadi Prajurit Ceremonial, Prajurit Keraton sendiri masih memegang teguh falsafah yang diberikan Sultan Hamengkubuwono I di kehidupannya. Banyak sekali nilai moral serta semangat yang bisa kita petik dari Prajurit
Raditya Wicaksono
Isai Pradata
Diorarute
Keraton yang bisa kita lakukan dan maknai di kehidupan sehari-hari.
Jonathanzky Aji S. T.
Geffir Al Ridha
Oktian Chandra E.
Instagram. @bregadaprajuritkeraton Email. bregadaprajuritkeraton@gmail.com
SAKA 2016
P
augeran Batik Parang merupakan projek kelompok Kitabatik. Sebuah projek yang bertjuan untuk menginformaskan data dan nilai yang terkandung di dalam motif batik parang. Sebagai warisan budaya, motif parang merupakan salah satu motif batik tertua yang menjadi pelopor serta memiliki nilai-nilai budaya yang terkandung didalamnya. Bagi masyarakat Jawa, batik sarat dengan filosofi dan kepercayaan yang dekat dengan kehidupan mereka seharihari. Batik merupakan doa serta harapan yang
Aditya Rifki Y.
Pangestu Aji
15
diciptakan leluhur serta dituÂŹlis dengan kesungguhan pembatik. Kata paugeran atau uger-uger berasal dari bahasa Jawa yang memiliki arti contoh yang baik. Jadi Paugeran Batik Parang memiliki makna “Suatu cara yang baik dalam menggunakan busana bermotif batik parangâ€?. Penggunaan motif parang memiliki manfaat berupa penerimaan sugeti yang diwariskan luhur kepada generasi selanjutnya.
Dyah Ayu Wulandari
Vino Satria Sanjaya
Brilliant Kurnia M.
Instagram. @paugeranbatikparang Email. kitabatikin@gmail.com www.paugeranbatikparang.com
16
SAKA 2016
S
eiring perkembangan zaman dan teknologi, kini pasar tradisional keberadaanya mulai tergeser oleh keberadaan pasar modern. Pasar Tradisional yang merupakan salah satu kearifan lokal yang harus terus dipertahankan agar tidak hilang budaya yang terkandung didalamnya. Pasar secara umum merupakan gambaran dan sebuah sistem yang kompleks, yang mencakup unsur-unsur penting dalam upaya pemenuhan kebutuhan manusia. Dengan peranan pasar yang kompleks tersebut, banyak sekali kearifan
Ogi Prasetya
Yoshida Elma Fauziah
Ghais Ramadhani
lokal didalamnya, tawar menawar, keramahan pedagang, kekeluargaan, dan masih banyak lagi. Disinilah pasar juga mampu berperan dalam penciptaan karakter bahkan pembentukan peradaban berdasarkan ide-ide yang tersebar didalamnya. Pasar Tradisional menjadi sebuah tempat yang bukan hanya untuk kepentingan jual beli saja, melainkan menjadi tempat dimana ada “kehidupan� didalamnya.
Pandu Budi
Puspita Dewi K. Fae
Sabdo Purnomo
Instagram. @pasarpunyacerita Facebook. pasarpunyacerita www. pasarpunyacerita.info
SAKA 2016
G
erobak sapi sebagai alat transportasi tradisional Yogyakarta memiliki kusir yang disbut “Bajingan”, yang berarti “Bagusing Jiwo Angen-angen Ajining Pangeran”. Julukan yang diberikan oleh Sunan Bonang ini berarti “Jiwa yang Baik yang dikehendaki oleh Tuhan”. Konsep ini tidak berhenti pada nama bajingan itu sendiri, melainkan melekat pada keseluruhan gerobak, sapi, dan kusir. Secara keseluruhan, bajingan berkonsep yang merucuk pada proses kehidupan manusia dengan lingkungan, Tuhan,
Zintha Defi
Septian Trirachmanto Mayang Masradianti
17
serta manusia itu sendiri, yang dapat bermanfaat bagi generasi muda dalam meningkatkan kepribadian dan nilai religi.
Sherlita Kurnia Putri
Muhammad Mahrozi
Instagram. @gesang2016 Facebook. Gesang 2016
Apriliani Wulanda
18
SAKA 2016
E
ndog abang adalah salah satu kebudayaan khas sekaten yang walau sarat makna, kerap dianak-tirikan. Endog abang bisa dijadikan sebagai representasi perilaku anak muda, terutama dalam menyerahkan diri kepada Tuhan dan merefleksikan diri sebagai sosok yang baik dan bahagia dalam fitrahnya.
Bayu Santosa
Khansa Dewi K.
Andika Wahyu
Instagram. @endogabang
Hana Elizabeth
Fauzy Ramadhan
SAKA 2016
M
anusia, terutama masyarakat Jawa, sangat kentara akan hubungannya antara Sang Pencipta dan sebuah peristiwa; lahir, nikah, mati. Masyarakat Jawa memaknai setiap peristiwa dalam hidup, salah satu bentuk pemaknaan terwujud dalam syukuran. Bancakan weton sendiri merupakan salah satu bentuk pemaknaan atas peristiwa mendasar dalam hidup, yakni kelahiran. Secara epistemologi, bancakan adalah upacara sekah makanan karena suatu hajar leluhur yaitu yang berkaitan dengan masalah
Arus Christoto
Clara Victoria Padmasari
Frida Rianti Debora Sibarani
19
pembagian terhadap kenikmatan, kekuasaan, dan kekayaan agar terhindar dari konflik yang disebabkan oleh pembagian yang tidak adil, sedangkan weton adalah gabungan siklus kalender matahari dengan sistem penanggalan Jawa yang terdiri dari lima hari dalam tiap siklus.
Nindya Kartika
Retnoningtyas Suci Cahyaningrum
Lingga Satya Pradhana
Instagram. @bancakanweton Tumblr. bancakanweton.tumblr.com Line. @ojb5288g
20
SAKA 2016
G
ejog Lesung sendiri merupakan tradisi yang timbul dari kultur pertanian dengan menggunakan media alu dan lesung. Alat yang dipergunakan untuk menumbuk padi-padi yang sudah di semai dengan tujuan untuk memisahkan beras dengan kulitnya.
der wanita dalam agama hindu) yang menjadi tempat ditumbuknya padi, perlambangan gender ini kemudian menyesuaikan dimana mereka yang melakukan Gejog Lesung kebanyakan adalah wanita, sedangkan para pria bertugas menyemai padi.
Alu adalah alat berbentuk sepeti lingga (perlambangan dari gender pria dalam agama hindu) dan Lesung merupakan kayu yang di bentuk seperti wadah atau perahu (perlambangan gen-
Andini Retno
Arief Wibisono
Serafica Renza
Instagram. @gejog_lesung
Yves Ilalang
Sherihan Wardhani
SAKA 2016
P
ek Bung merupakan kesenian tradisional kerakyatan yang berasal dari daerah Pandak Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Bentuk dari kesenian Pek Bung adalah pertunjukan musik yang dimainkan oleh satu Ansambel (gabungangabungan dari alat musik) yang diiringi oleh penyanyi.
21
kebersamaan, toleransi dan atmosfir positif di dalamnya. Campaign Gaung Semangat Pek Bung ini bertujuan untuk mengenalkan Pek Bung kalangan anak muda tentang keberadaan kesenian ini secara lebih luas serta memberikan informasi tentang nilai-nilai kearifan lokal yang ada di dalamnya.
Kesenian Pek Bung ini memiliki nilai-nilai yang merepresentasikan kearifan lokal masyarakat Bantul dimana Pek Bung memiliki nilai semangat
Gilang Chandra H.
Aryo Hidayat
Dany Rizki
Muhammad Kamaludin Sidiq
Instagram. @pek_bung
Yusuf Nugroho
26
SAKA 2016
Kepanitiaan Pameran SAKA 2016 Pelindung Drs. Hartono, M. Sn. Penanggung Jawab Dr. Sumbo Tinarbuko Drs. Wibowo, M. Sn.
Ketua 1 Arkaning Putra
Ketua 2 Fatia Nurilmi Magistra
Sekretaris 1 Jyesta Felix Elka
Sekretaris 2 Vinsensiana Aprillia Nanda J.
Bendahara 1 Sherlita Kurnia Putri
Bendahara 2 Khansa Dewi Karima
Sponsorship Fabianus Bagus C. (Koord.), Fauzy Ramadhan, Danang
Dokumentasi Pandu Budi (Koord.), Sultan Rafi, Indra Ardiansah, Gilang Chandra H.
Tim Kreatif Agung Budi Santosa (Koord.), Pranan S. Saputra, Sabdo Purnomo
Perlengkapan Septian Trirachmanto (Koord.), M. Kamal, M. Mahrozi, Yusuf Nugroho
Tim Display & Artistik Ghais Ramadhani (Koord.), Andika Wahyu, Singgih Widyatmoko, Ogi Prasetya, Retnoningtyas Suci, Nindya Kartika
Publikasi Chatarina Hayu (Koord.), Yoshida Elma F., Puspita Dewi Fae, Bayu Santosa, Lola Zieta
Konsumsi Serafica Renza A. (Koord.), Luthfia Rahmi, Demima Anindya P., Mayang Masradianti
Transportasi Buztanul Choirie (Koord.), Ebyma Segia B., Jonathan Aji, Yoga Sasmita
Acara Maria Inaratia Uthe (Koord.), Ramadhani Kusumaningrum, Gintari Dian
Keamanan Wulanda Apriliani (Koord.), Aryo Hidayat, Anisa Novia A., Robby Fachri
Pensil Kayu 2016 Š All Right Reserved.
SAKA 2016
Supported by.
GKI Gejayan
Gereja Kristen Indonesia Gejayan Yogyakarta Jl. Gejayan, Jembatan Merah, Prayan Kulon, Yogyakarta 55283
27
28
SAKA 2016
24
SAKA 2016
SPACE IKLAN AL FATH