Liburan Vol 2 Thn II

Page 1


BIAYA: Rp 2.900.000/orang (minimal keberangkatan 4 peserta) TERMASUK

TIDAK TERMASUK

- Akomodasi seperti tertera atau setaraf

- Tiket pesawat

- Antar jemput di Kota Kinabalu

- Airport tax Jakarta dan KK

- Transportasi dengan perahu motor ke Tunku Abdul Rahman Marine Park

- Asuransi perjalanan

- Makan seperti di jadwal (B: Breakfast, L: Lunch, D: Dinner

- Pembuatan paspor

- PADI Instructor/Divemaster

- Porter di bandara dan hotel

- Program Diving seperti tertera di jadwal

- Makan/minum di luar yang tersebut di jadwal

- Diving equipment rental (tank, weight)

- Perlengkapan pribadi

- Tiket masuk P. Mamutik atau P. Sapi

- Dan lain-lain yang tidak tercantum dalam program



HITRAVELERS!

Traveling is Stressful teguh sudarisman

tas kamera, tidur dengan kaki ditekuk di kapal selama berjam-jam, atau terpaksa mengaduk-aduk tas koper untuk diperiksa di imigrasi, dan sebagainya -silakan tambah dengan cerita ngenes anda sendiri- diakui atau tidak memberi stres pada fisik, emosi, dan pikiran. Saat traveling, mungkin stres ini tidak begitu dirasakan. Setelah sampai rumah dan bersiap menghadapi kembali kehidupan nyata, barulah efeknya muncul. Akhirnya ya itu tadi, tepar alias terkapar. Sebagai majalah traveling,

editor-in-chief@pristamedia.com

S

ering dengar cerita tentang teman yang ‘tepar’ dua-tiga hari, setelah akhir pekan sebelumnya traveling ke Kiluan, atau ke Karimunjawa, atau ke tempat lain? Yes, memang benar, traveling is fun. Tapi sebenarnya ini hanya sebagian cerita. Bahu yang pegal membawa ransel atau

psychicmamaindigochild.blogspot.com

Di Candi Pringapus, Temanggung

LIBURAN tentu perlu memberikan tips-tips cara meminimalkan stres.

Mungkin dengan cara sharing, seperti di rubrik baru kami Weird Travel, pembaca

bisa ikut merasakan atau mengantisipasi. Syukursyukur kalau juga bisa ikut sharing di sini, supaya kita semua bisa mengambil pelajaran. Yang jelas, idiom lama seperti ‘expect the unexpected’, ‘go with the flow’, atau ‘enjoy aja lagi!’ mungkin terdengar klise. Tapi di lapangan saat traveling, this is true. Oh ya, LIBURAN juga punya tenaga tambahan baru, Ratih Anastasia Rinaldy. Selain menjadi Managing Director, ia juga membantu LIBURAN dan juga escape! Indonesia sebagai editor eksekutif. Mudahmudahan dengan tenaga baru ini, LIBURAN makin tepat waktu sampai ke tangan pembaca. Yuk, LIBURAN lagi!

suratcinta Perbanyak Lomba Foto

Surat Bulan Ini Pengirim akan mendapat 1 copy buku Lost in Japan.

Saya pernah melihat lomba foto di Facebook LIBURAN. Pesertanya banyak sekali dan foto mereka juga bagus-bagus. Bagaimana kalau LIBURAN sesering mungkin mengadakan lomba foto seperti itu, dengan tema-tema berbeda? Pasti menarik. [Sarah Aurellia – Jakarta]

Besar Ukuran LIBURAN Saya baru ngeh ada tabloid LIBURAN di pameran Deep Extreme di JCC. Ternyata isi­nya seru! Tapi size-nya gede juga ya? Mengapa tidak dibuat agak kecil seperti yang lain? Jadi gampang dibawa kemana-mana. [Yeni – Jakarta] LIBURAN memang didesain dengan ukuran besar karena awalnya merupakan free-mag. Sekarang LIBURAN sudah dijual di toko-toko buku, tapi kami tetap mempertahankan format besar itu supaya ‘eye catching’ dan juga karena orang umumnya membeli LIBURAN sebagai referensi, untuk disimpan di rumah.

Majalah escape! Indonesia, yang satu grup dengan LIBURAN, April lalu juga mengadakan Lomba Foto Lansekap Vertikal di Facebook ITHF. Tunggu saja info lomba foto selanjutnya di Fanpage Facebook LIBURAN.

Cara Mendapatkan Tiket Murah Mau tanya, bagaimana cara mendapat tiket murah ke luar negeri? Setiap saya cek di website maskapai penerbangan, pasti selalu mahal. Padahal saya ingin juga liburan ke luar negeri dengan biaya terjangkau. [Anggara Yudha – Jogja] Agar tak ketinggalan info tiket murah, coba berlangganan newsletter/SMS dari maskapai yang sering memberikan promo. Atau datang ke pameran-pameran wisata, yang sering memberikan diskon besar-besaran.Selamat berburu tiket murah.

Rubrik Budaya Daerah Saya tertarik sekali ketika pertama kali membaca LIBURAN. Foto-fotonya bagus dan rubriknya menarik. Saran saya, bagaimana kalau ditambah juga rubrik tentang acara budaya suatu daerah, agar pembaca yang mau berkunjung ke sana bisa merencakan agar pas dengan jadwal acara itu? [Irma Afifa – Surabaya] Jadwal acara budaya dan festival sudah kami sediakan di rubrik Dunia Liburan. Liputan event-nya ada di rubrik Fiesta! Terima kasih.

kalau cinta, kirimlah surat... Karena ada hadiahnya! Kirim ke editor@ pristamedia.com. Satu surat atau e-mail yang kami anggap bagus akan mendapat hadiah buku Lost in Japan! Foto cover: Courtesy of G.H. Universal Hotel

monthly travel magazine

Majalah LIBURAN

LIBURANmagazine

LIBURAN online: majalahliburan.com

PUBLISHER Panca R. Sarungu Managing Director - Executive Editor Anastasia Ratih P. Tyas TECHNICAL ADVISOR Riana Bismarak EDITOR-IN-Chief Teguh Sudarisman WRITER Viviana Asri ART DIRECTOR Iskandar GRAPHIC DESIGNER Didy Hardyansyah EXECUTIVE SECRETARY Intan Nuari HEAD OF SALES Intan Pulungan ACCOUNT MANAGER Johnny V Bussert JR. ACCOUNT MANAGER Akbar Riza Putra GROUP BD MANAGER Walid Salim SALES SUPPORT Githa Anasthasia, Yanti (Bali) FINANCE Reni Maya Tadung, Junita Embong Pasak IT MANAGER Windy Agustian HEAD OFFICE Ruko Permata Timur, Jl. Curug Raya No. 7E , Kalimalang - Jakarta 13450, [P] +62 21 8636 0376, 7090 8871, 9282 1263, 3403 8297 [F] +62 21 8690 5677 BALI OFFICE Jl. Banda No. 21, Denpasar - Bali 80113, [P] +62 361 225 530, +62 817 008 4119 EMAIL liburan@pristamedia.com PRINTER PT. Dharma Karsa Utama



DUNIALIBURAN

AirAsia Gandeng Expedia AirAsia pada 29 Maret lalu di Singapura menandatangani kerja sama dengan Expedia Inc., online travel agent terbesar di dunia. Kerja sama ini akan melahirkan perusahaan baru yang mempunyai hak distribusi eksklusif menjual secara online tiket dan paket-paket perjalanan AirAsia dan AirAsiaX. “AirAsia dan Expedia mempersembahkan revolusi baru di dunia online travel, dan kami sangat bersemangat menjadikan Expedia sebagai partner kami,” ujar Tony Fernandes, Group CEO AirAsia.

Asiana Promosikan Visit Korea

Asiana, maskapai Korea Selatan, mendukung promosi wisata Korea dengan mencantumkan logo Visit Korea 2010-2012 di lambung pesawat Boeing 777 maskapai itu. Pesawat-pesawat pembawa logo ini melayani rute Incheon-London, diikuti rute ke Chichago, Tokyo, dan Shanghai. Asiana juga terbang langsung dari Jeju ke beberapa kota China untuk menarik para turis negeri Tirai Bambu itu, agar target 10 juta wisatawan mancanegara ke Korea tahun ini tercapai.

Grand Opening The Papandayan Setelah direnovasi selama setahun, The Papandayan Hotel resmi beroperasi kembali. Hotel yang dulu bernama Hotel Papandayan ini diresmikan Surya Paloh pada 30 April lalu. Sejumlah undangan seperti mantan Wapres Jusuf Kalla hadir pada grand opening hotel yang telah berdiri sejak 1988 ini.

Sriwijaya Perbanyak ke Bengkulu Mulai 8 April, Sriwijaya Air menambah frekuensi penerbangan Jakarta-Bengkulu menjadi 2 kali sehari, sejalan dengan melonjaknya permintaan penumpang. “Rute yang telah dilayani sejak 2004 itu setiap bulan mempunyai load factor 93%,” ujar Agus Soedjono, Senior Manager Corporate Communications Sriwijaya Air. Diharapkan penambahan frekuensi ini memberikan kontribusi positif bagi perekonomian Bengkulu.

KU DE TA BEER GARDEN Juni nanti, KU DE TA akan membuka KU DE TA Beer Garden (KBG), yang berada di taman terbuka dengan lounge yang luas, dapur terbuka, dan bar yang melayani beragam bir, bourbon, dan koktail klasik. KBG juga menawarkan beragam gourmet burger dari daging sapi wagyu segar, kentang goreng, serta milkshake dengan es krim khusus KU DE TA.

Festival & Event Regalia - The Enchanted Forest 14 Mei 2011, Bali Theatre Pertunjukan dunia sekelas Cirque Du Soleil akan dipergelarkan perdana di Bali Theatre, Bali Marine & Safari Park, mengangkat kisah cinta manusia dan makhluk spiritual dengan setting Hutan Regalia yang sureal dan mistis. Sebanyak 52 pemain dan para musisi ternama dunia akan mendukung pertunjukan selama 70 menit ini. Info lengkap di www.rainingheart.com.

The 8th Jakarta Fashion & Food Festival 14-19 Mei 2011, Summarecon Kelapa Gading Jakarta Fashion and Food Festival (JFFF) kembali digelar, kali ini dengan tema Inculturation, melebur Indonesia ke dalam citarasa global. JFFF menghadirkan koleksi masterpiece para desainer top Indonesia dan juga merek-merek ready to wear. Food Festival akan menghadirkan Kampoeng Tempo Doeloe, dengan 50 stand makanan membawakan pesta makan ala era Old Time Batavia.

West Java Surf Competition 2011 13-18 Juni, Pantai Cimaja, Palabuhanratu Bersiaplah menyaksikan liukan para peselancar top di Pantai Cimaja. Kompetisi Surfing Premium Bintang 6 ini merupakan bagian dari Indonesian Surfing Championships (ISC) dan Asian Surfing Championship Tours, dan selenggarakan oleh Quiksilver bekerja sama dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Barat.

6

vol. 02 - th. II



TEMANJALAN

Kecil tapi Hebat! Tak mau repot membawa kamera DSLR yang berat saat traveling? Kamera-kamera mungil ini punya kemampuan tak kalah prima.

Canon PowerShot S95

Canon PowerShot A1200

Rp 3.485.000

Rp 1.150.000

Ini dia kamera mungil berkekuatan maksimal. Canon Powershot S95 mempunyai sensor 10MP, teknologi Hybrid IS, lensa 28-105mm, kontrol Manual, plus kemampuan hebat di kondisi minim cahaya. Dengan semua kemampuan ini, tak perlu lagi terbebani dengan kamera besar.

Satu lagi kamera ekonomis dari Canon, sangat cocok untuk traveler yang mengutamakan kepraktisan memotret. Didukung 2 batere AA, Canon PS A1200 sangat nyaman dengan grip lebar dan optical viewfinder, 12 MP sensor, 4x optical zoom, dan fitur Smart Auto yang memberikan 32 pilihan mode memotret. Tersedia dalam warna silver dan hitam.

Sony DSC-TX10 Rp 3.600.000 Cantik, stylish, dan juga serba bisa. TX10 tahan air sampai 5 meter, tahan debu, tahan jatuh dari ketinggian 1,5 meter, dan tahan beku hingga -10 oC. Prosesor Exmor-R CMOS 16,2 MP punya kemampuan video HD 1920x1080 60 fps dan suara stereo. Lensanya mulai 25-100mm, dengan layar sentuh 3 inchi. Tersedia dalam warna perak, hitam, hijau, dan pink.

Nikon Coolpix P7000 Rp 4.025.000 Coolpix P7000 10 MP ini dilengkapi 7x optical zoom, 28-200mm. Kamera ini juga mampu memotret format RAW, kontrol Manual, mempunyai fasilitas Zoom Memory dan Tone Level, yang memberikan kontrol lebih baik atas hasil pemotretan.

Panasonic Lumix DMC-LX5 Rp 5.280.000 Meneruskan sukses Lumix DMC-LX3, LX-5 hadir dengan sensor multi aspek yang bisa memotret dengan rasio gambar berbeda. Lensa Leica Vario-Summicron yang terang dan lebar (f/2.0, 24 mm) menjadikannya sangat cocok untuk memotret mulai dari arsitektur hingga kondisi minim cahaya. 8

vol. 02 - th. II

Olympus XZ-1 Rp 4.858.000 Hadir dengan resolusi 10 MP dan lensa Zuiko Digital F1.8-2.5, lensa paling cepat di kelas kamera poket dan sekelas dengan yang digunakan di kamera DSLR. Dilengkapi juga hot shoe untuk flash tambahan, yang mampu mengontrol flash lain tanpa kabel.



POSTCARD

Pamukkale, Deni zli, Turki Tempat ini bernam a Buyuk Tiyatro (G ra nd Theater), bera Pamukkale Trave da di sebelah rtines. Rasanya seperti ada di Ro ma, padahal di Tu rki! [Icha Bilal – Jaka rta Selatan]

EIFFEL, PARIS Menara u sudah di area cadero, tahu-tah Tro ta re ke terangn sih siu ma Keluar dari sta 7 petang, Paris rpun sudah jam bia , er ] mm rta su ka at dak, Ja Eiffel. Sa [Sri Hartini – Cilan benderang, tuh.

PAPANDAYAN, GARUT Di mana lagi pagi-pagi bisa berfoto dengan dikelilingi asap mengep ul dari kawah gunung berapi? [Irun Cantabile – Jakarta]

THAILAND JAMES BOND ISLAND, seluruh dunia gara-gara a itu, tapi terkenal ke say ng aka bel di il kec Pulaunya ting film James Bond. pernah jadi tempat syu a] [Nonita Anwar – Jakart

ION ORCHARD, SINGAPURA Setelah keluar-m asuk toko, kami selingi dulu deng an berfoto ria. Or Road memang pe chard nuh dengan spot -spot yang mena rik. [Fitriani Siregar (tengah) – Jakarta ]

10

vol. 02 - th. II

PHNOM PENH, CAMBODIA nya yang mengagumkan, salah satu Cambodia punya warisan budaya unik dan ah meg yang nya ktur bangunan Royal Palace di Phnom Penh. Stru g] aran Sem – dani War man Rach i menarik banyak wisatawan. [Dew



POSTCARD

VENEZIA, ITALIA Salah satu dari ba nyak kanal air di Venezia, yang me utama, Grand Ca ngarah ke kanal nal. [Alex Fernan dus – Jakarta Ba rat]

LANDIA POZNAN, PO orld Folk a di festival W rian Indonesi ta i ar di depan en e m os m Sebelu mpatkan berp se ya sa ia. n, tio ra znan, Poland Review Integ wn Square, Po To ld O l, ra ed n] Vintage Cath karta Selata Rachmat – Ja [Hadi Sadikin

ROTTERDAM, BELANDA bagai macam barang a pedagang menjual ber i, Di Blaak, Rotterdam, par kanan lokal seperti rot ga segar, bumbu, ma a] art mulai dari tanaman, bun Jak – ti wa ma g bekas. [Diana Rah sampai barang-baran

PANTAI SANDRANAN, YOGYAKARTA Daerah pantai selatan Wonosari, tak jauh dari Jogja, mempunyai pantai-pantai yang inda h, salah satunya Pantai Sandranan ini. [Daniel & Diar Rahm a – Jakarta]

GILI KONDO, LOMBOK TIMUR Siang yang panas enaknya berendam ramai-ramai di Gili Kondo yang sepi tak berpenghuni. [Erni (paling kanan) – Jakarta]

12

vol. 02 - th. II

PERTH, AUSTRALIA ak ang kalau ke Perth tid mendung, rasanya say n. Meski cuacanya agak rde Ga c ani Bot ng latar belaka berfoto-foto dengan arta Selatan] [Adiati Winarsih – Jak



BESTSHOTS

MENANTI MENTARI Hari baru pukul 5.37 pagi, yang ditunggu belum juga muncul. Tapi bias sinarnya cukup untuk menerangi laut, bebatuan, dan dermaga di Tanjung Lesung, Pandeglang. KAMERA: Nikon D700, LENSA: Nikkor 17-35mm at 19mm, KECEPATAN: 155s, DIAFRAGMA: f/22, ISO: 100. [Shirly Silviana – Jakarta]

TELL ME THE TRUTH Patung-patung dewi Hindu menghiasi Sanctuary of Truth, Pattaya, yang keseluruhan kontruksinya –termasuk pasaknya- memakai kayu. KAMERA: Nikon D40, LENSA: Nikon 55-200mm at 125 mm, KECEPATAN: 1/60s, DIAFRAGMA: f/5, ISO: 400 [Teguh Sudarisman – Jakarta]

PENARI PASAMBAHAN Wajah-wajah cantik tengah bersiap menarikan Tari Pasambahan, untuk menyambut para tamu yang datang ke Sumatera Barat. KAMERA: Nikon D200, LENSA: 18-70mm, KECEPATAN: 1/80s, DIAFRAGMA: f/7.1, ISO: 400 [Raiyani Muharramah – Bogor]

KEAJAIBAN SHUZHENG WATERFALLS Para turis berduyun-duyun untuk menikmati puluhan air terjun di Shuzheng, di Taman Nasional Jiuzhaigou, Propinsi Sichuan, RRC. KAMERA: Panasonic LX-5, KECEPATAN: 1/500s, DIAFRAGMA: f/3.5, ISO: 80 [Ricky Susanto – Jakarta] 14

vol. 02 - th. II



BARRY KUSUMA barrykusuma@gmail.com *) Fotografer profesional spesialis lansekap dan travel documentary, dengan klien perusahaanperusahaan besar. Hampir semua propinsi di Indonesia sudah dijelajahinya. Cek di www. alambudaya.blogspot.com

Mendarat di

Pink Beach

P

ulau Komodo merupakan salah satu pulau yang terletak di Nusa Tenggara Timur. Letaknya di sebelah barat Pulau Sumbawa, dipisahkan oleh Selat Sape. Pulau Komodo ini masuk dalam kawasan Taman Nasional Komodo yang dikelola langsung dan dilindungi oleh Pemerintah Pusat. Pulau Komodo dan beberapa pulau lain di sekitarnya dikenal sebagai habitat asli hewan komodo yang seing disebut-sebut sebagai dinasourus paling tua yang masih hidup di dunia. Komodo ini hanya satu-satunya hewan purba yang ada di dunia dan hanya terdapat di Indonesia. Para turis mencapai pulau ini melalui beberapa titik pendaratan. Yang paling populer adalah melalui Pink Beach, dengan pasirnya yang bersemu merah karena dipengaruhi warna bebatuan pembentuk pantainya. Karena lebih mendekati warna merah, penduduk lokal juga lebih sering menyebutnya sebagai Pantai Merah. 16

vol. 02 - th. II


ORGANIZED BY:

OFFICIAL BANK:

SUPPORTED BY:

SURABAYA MUNICIPALITY

TELCO PARTNER: PARTICIPATING AIRLINES:

IKLAN SITF 2011.indd 1

HOSTED BY:

OFFICIAL GDS:

OFFICIAL BROADBAND:

EAST JAVA GOVERMENT CULTURE AND TOURISM SERVICE

Co-ORGANIZED BY:

FOR MORE INFORMATION PLEASE CONTACT: Mr. Ari Darmawan (021) 92821263/ 0856 9559 3070 or ari@rajamice.com Trade Visitor entry with Business Card 5/7/11 1:27 PM


Nyoto Yuuuk!

Berkuah, segar, apalagi ditambah perasan jeruk nipis dan sambal. Nikmatnya sampai keringetan.

Hafida Meutia hafidameutia@yahoo.com

b

erbeda dengan masyarakat Barat yang menganggap sop, soto atau makanan berkuah sebagai makanan pembuka, orang Indonesia menjadikannya sebagai makanan utama, sebagai ‘lauk’ pendamping nasi. Seret rasanya makan tanpa kuah. Di Indonesia ada tak terhitung jenis soto, dengan berbagai macam bumbu, isian, bening atau bersantan. Penyebutan nama

soto pun beraneka ragam. Soto, tauto, sroto, coto. Soto-soto di bawah ini hanya sebagian kecil dari beragamnya jenis soto yang ada di Jakarta. Tapi saya yakinkan, keempat soto ini sangat direkomendasikan untuk dicoba. Dijamin anda akan kambali dan kembali lagi bersama keluarga atau teman. The journey of happy tummy begins now!

Soto Banjar Nyaman Ibu H. Amir

Soto Betawi h. husein

Jl. Pangeran Antasari 50 Cilandak, Jakarta Selatan (seberang Perumahan Executive Paradiso), Tel. 021-7654637, 021-94056115. Cabang: Jl. Tebet Barat Dalam 7A, Tel. 021-98857396. Jam buka: 07.00–21.30, Kapasitas: 36 orang Kebersihan: ***** Kenyamanan: ***** Pelayanan: ***** Kelezatan: *****

Jl. Padang Panjang No. 6C, Jakarta Selatan Jam buka: 07.00–17.00 (dalam prakteknya, soto sudah habis pukul 14.00), Jumat libur, Kapasitas: 30 orang Kebersihan: ***** Kenyamanan: ***** Pelayanan: ***** Kelezatan: *****

Awalnya sempat bingung kenapa soto banjar (18k) ini namanya ‘nyaman’. Nyaman kan identik dengan situasi, bukan dengan rasa? Ternyata, nyaman itu dalam bahasa Banjar ternyata artinya enak! Tampilan soto banjar seperti soto santan tapi tidak berminyak dan tidak berkesan machtig alias ‘nendang’ seperti lazim terlihat pada soto lain. Orang yang punya kolesterol tinggi pun bisa menyantap soto ini karena yang dipakai sebagai kuah adalah susu non-fat. Kuah sotonya gurih sekali dengan rasa menonjol dari bumbu rempah yang terdiri dari cengkeh, kayu manis, kapulaga, dan jahe. Rempah-rempah berbulir kasar yang biasanya nampak di dasar mangkuk pada soto soto lain, tidak begitu kentara di sini. Menurut Ibu Cendi pemilik Soto Nyaman, takaran dari semua rempah-rempah itu harus pas. “Kalau tidak, rasanya akan pahit.” Suwiran daging ayam kampung, plus potongan ayam bagian paha atau dada untuk versi ‘spesial’, seledri, sepotong telur rebus, perkedel goreng dan ketupat khas banjar yang putih dan lembut melengkapi kelezatan soto ini. Jangan lupa tambahkan sedikit sambal khas banjar yang super pedas untuk menambah kenikmatan menyantap soto. Warung ini juga menyediakan soto banjar versi lain yaitu bening dan santan. Menu lain yang juga bisa dicoba misalnya habang iwak haruan (30k) yaitu ikan gabus yang dimasak menggunakan bumbu habang asli banjar yang terbuat dari cabe keriting yang bijinya sudah dibuang yang diulek halus kemudian ditumis. Konon katanya, cabe keriting tanpa biji ini hanya ada di Banjarmasin. Warung yang sekarang ini, setelah sempat dua kali pindah, jauh lebih nyaman karena sudah ber-AC serta lebih luas. Yang masih mengganggu dari dulu adalah foto-foto orang terkenal yang dipajang di dinding warung.

Soto betawi (18k) yang berwarna kekuningan ini memang bikin nagih. Kuah sotonya sangat gurih, didapat bukan hanya dari racikan bawang putih, jahe, kunyit, kemiri, ketumbar, dan kayu manis yang pas, tapi juga dari penggunaan santan yang kental. Untuk isian, bisa pilih sendiri potongan daging, lidah sapi, iso, babat, atau paru yang sudah melalui proses perebusan cukup lama sebelum akhirnya digoreng. Hasilnya adalah daging yang empuk dan gurih. Di hari kerja, warung makan ini didominasi oleh pekerja kantoran. Di akhir pekan, banyak rombongan keluarga membawa minimal tiga anggota keluarganya. Pak Husein pemilik warung yang ramah dan senang bergurau ini masih ikut sibuk melayani para pembeli bersama para karyawannya yang sebagian sudah bergelar haji. Selain rasanya yang juara, dua kelebihan lain warung ini adalah pelayanan yang super cepat dan ramah dari semua pegawai berseragam merah termasuk Pak Husein sendiri.

soto kaki mencos

soto kudus asli

Alamat : Jl. Percetakan Negara No. 2D Mencos Paseban Salemba (dekat perlintasan kereta) Jam buka: 07.00–19.00, Kapasitas: 25 orang, Kebersihan: **** Kenyamanan: *** Pelayanan: ***** Kelezatan: *****

Alamat: Jl. Otista III, Jakarta Timur Jam buka: 10.00–20.00, Kapasitas: 25 orang Kebersihan: ***** Kenyamanan: ***** Pelayanan: ***** Kelezatan: *****

Warung soto ini amat sederhana, nyaris seperti warung nasi tegal yang ditutupi tirai bambu untuk mencegah cahaya matahari masuk menyengat konsumennya. Bangku plastik dan mejanya juga sangat sederhana. Letaknya dekat dengan perlintasan kereta lagi. Siapa nyana warung ini sudah berdiri sejak tahun 1960-an. Soto kaki (17k) di sini tampak sangat menggoda karena kuahnya yang kecoklatan dengan topping berupa emping, kerupuk merah, tomat, dan seledri. Cita rasa kuahnya sangat gurih karena berasal dari kaldu kaki yang direbus sangat lama. Lamanya perebusan juga membuat kaki sapi empuk dan bumbunya sangat meresap. Kalau mau makan siang di sini, bergegaslah, karena jam 1 siang pasti sudah habis. Di hari kerja, akan banyak lauk-pauk pelengkap soto, antara lain tempe, tahu dan perkedel. Juga ada sop iga sapi. Coba deh Soto Mencos ini tapi awas jangan sampai ketagihan, karena dijamin tingkat kolesterol akan langsung melonjak. 18

vol. 02 - th. II

Karena porsinya yang imut, saya berpendapat soto kudus adalah soto yang rendah hati. Bukan hanya mangkuknya yang khas, topping-nya pun demikian: irisan ayam kampung, tauge, dan bawang kucai ditambah taburan bawang putih goreng. Semuanya bisa menimbulkan nafsu makan seketika. Bawang putih ini haruslah digoreng dengan pas, tidak boleh gosong, agar aroma yang ditimbulkan bisa menambah nikmat soto. Di Jakarta kebanyakan penjual menggunakan daging ayam kampung sebagai bahan dagingnya. Tapi di sini menggunakan daging kerbau, dan tidak akan menemukan daging sapi. Konon kabarnya, saat Sunan Kudus menyebarkan agama Islam di Kudus, sebagian besar penduduk di sana memeluk agama Hindu. Karena sapi merupakan hewan suci dan tidak boleh dikonsumsi bagi pemeluk Hindu, Sunan Kudus menganjurkan supaya warga yang beragama Islam untuk tidak memotong daging sapi, dan menggantinya dengan kerbau. Kalau merasa kurang dengan porsi soto kudus yang kecil, jangan khawatir, di meja akan selalu tersedia beragam lauk sebagai pelengkap, seperti: sate kerang, telur puyuh, tempe bacem, ati ampela, usus, otak goreng, tahu tempe, dan perkedel. Untuk yang suka pedas bisa ditambahkan sambal kecap yang terdiri dari irisan rawit dan bawang putih.


dineout

Kemewahan

S

ungguh me­ nyenangkan jika ber­santap di chinese restaurant, kita tak hanya mencicipi menu-menunya yang lezat, namun juga bisa menikmati suasana restoran maupun pe­layanannya yang unik. Dan semuanya bisa didapatkan jika berkunjung ke Table8 di Hotel Mulia Jakarta. Keunikan desain interior resto yang sebelumnya ber­ nama Samudra Shark Fin ini di­buktikan dengan diraihnya peng­hargaan 2010 Hospitality Design Awards for Creative Achievement di New York. Sebuah penghargaan yang bukan main-main, karena resto ini bisa menyisihkan 361 karya interior desain lain dari banyak negara. Memasuki Table8, kita disambut dengan meja santap yang panjang dengan hiasan 24 pagoda mini bersemu biru dari koleksi Chino Series di sudut-sudutnya, yang menjadi ciri khas resto ini. Chino Series merupakan sebut­an untuk kriya yang memadukan nuansa China dengan unsur-unsur Barat. Bantal-bantal kecil dan kursi santapnya bergambar lukisan gaya China, namun semuanya sebenarnya diimpor dari Prancis. Chandelier yang meliuk-liuk di atasnya me­ nimbul­­kan siluet seperti naga, dan langit-langit resto yang tinggi dihiasi gambar dua wanita berwajah Barat yang mengenakan cheongsam. Bagi tamu yang me­ng­ inginkan privasi, misalnya untuk meeting, gathering, atau arisan, tersedia Mao Suite, yang bisa mengakomodasi 24 orang. Kapasitas kursi dan layout ruangan Mao Suite sengaja tidak dirubah agar kenyamanan tamu serta estetika ruangan yang furniturnya dibuat custommade ini tetap terjaga. Dari sini, di luar jendela, terlihat sebuah taman kecil dengan air mancur dan beberapa jenis burung beterbangan. Table8 menyajikan hidangan Sichuan yang agak pedas, dengan hidangan Canton yang relatif netral. Kelebihan Table8 ada pada menu-menu a la carte dan set menu, baik untuk makan siang maupun dinner. Yang menjadi favorit adalah Beggar’s Chicken, Buddha Jump Over the Wall (sup kental berisi

Table8

Temukan pengalaman menikmati chinese food dengan banyak kesan yang unik.

kerang dan shark fin), Seared Scallop Cake with Asparagus and Shimeji Mushroom, Prawns and Strawberry with Wasabi Mayonnaise, dan banyak lagi. Untuk penyuka dimsum, jangan lewatkan Steamed Bun with Crab Meat (Xiao Long Pao), dan pilihan lain seperti Steamed Rice Roll with Scallop and Vegetables, Baked Egg Tart, Steamed Dumpling Sichuan Style, dan banyak lagi. Untuk mengakomodasi para tamu yang menginginkan lunch dan dinner yang ringan, Table8 juga menyediakan menu buffet dengan banyak pilihan menu. Yang mungkin agak mengejutkan, ternyata harga menu buffet ini sangat bersahabat, mulai dari Rp 138.000++ per orang. Yang tak boleh ketinggalan, mampirlah ke Tea Corner yang menampilkan berbagai jenis green tea dan flower tea (hua cha), baik yang berbunga satu atau

dua. Pesanlah hua cha ini -yang menjadi salah satu signature drink Table8sebagai pengiring bersantap. Segerumbul teh akan ditaruh di dalam gelas tinggi, lalu sang Tea Master akan datang. Sambil membawa ketel berleher amat panjang dan berisi air panas, ia lalu akan melakukan gerakan seperti kungfu, dan dari leher ketel yang ia pegang di balik badannya tiba-tiba saja meluncur air yang langsung masuk ke gelas. Tapi ini baru separuh cerita. Setelah menunggu beberapa saat, warna air teh yang keemasan akan muncul, diiringi mekar­ nya dua kuntum bunga krisan dan satu kuntum melati di atas pemukaan air teh. Sungguh pengalaman bersantap yang mengesankan! Hotel Mulia Senayan Jl. Asia Afrika, Senayan Jakarta 10270 Tel. 021-5747777

vol. 02 - th. II

19


MADE INJAKARTA

Say It with Orchids made wahyuni made_wahyunie@yahoo.com

M

eski terletak di pinggir jalan raya, sepertinya kompleks berpagar kawat ini sepi saja. Apalagi, bagian dalam masih dipagari tembok bata merah dan gapura bali, sehingga tidak kelihatan aktivitas di kavling-kavling penjual anggrek. Padahal kalau sedang ada pameran anggrek, katanya tempat ini ramai sekali. Tapi saya masuk saja, karena Taman Anggrek Indonesia Permai (TAIP) ini satu-satunya tempat pengem­ bangan dan pem­budi­dayaan anggrek terpadu di Indonesia. Di kiri-kanan saya kini ada kavlingkavling kios

20

vol. 02 - th. II

Foto Teguh Sudarisman, Made Wahyuni Mencari Surga Anggrek tak usah jauh-jauh. Di Jakarta-lah tempatnya.

anggrek, dengan pemiliknya sedang menyiram dan memindah-mindahkan pot. Pandangan saya terantuk pada gedung Graha Puspa Pesona, yang ternyata bisa disewa untuk resepsi pernikahan, dan bisa menampung 1.200 orang. Di TAIP ini tak hanya ada 20 kios anggrek dan gedung resepsi ini saja. Di kompleks se­luas 4,5 hektar ini juga ada tempat parkir, musala, showroom penjualan bibit dan kelengkapan berkebun, gedung pengelola, green house untuk menumbuhkan bibit, ruang kursus -masyarakat umum boleh ikut- dan laboratorium. Di kios-kios inilah kita bisa menemukan berbagai jenis bunga anggrek yang indah, yang dijejer di mejameja dari papan. Keaneka­ ragaman warna bunganya ter­lihat mencolok dengan daun­nya yang tebal dan hijau serta akarnya yang bersulursulur. Ada anggrek yang wangi, ada juga yang tidak berbau. Ada Anggrek Bulan

yang berwarna putih, ada pula anggrek yang berwarna ungu dan juga kuning. Ada anggrek Kantong Semar, Anggrek Meksiko, Bulbophyllum, Phalaenopsis yang diletakkan di tempat teduh di kios, tapi ada juga yang diletakkan di bawah sinar matahari seperti Anggrek Macan yang setinggi 2 meter. Menurut Mas Eko, pen­ jaga salah satu kios, anggrekanggrek ini ada yang dari jenis lokal seperti anggrek jawa, sumatera, kalimantan, sulawesi, hingga anggrek papua. Tapi ada juga anggrek impor dan anggrek hibrid (hasil persilangan). Kita bisa membelinya untuk dipelihara di rumah. Harganya ber­ variasi mulai dari Rp 25.000 sampai Rp 300.000. Anggrek Macan yang tinggi tadi, ditawar­kan dengan harga Rp 10 juta! Ada juga kios lain yang meng­khususkan diri untuk pasar ekspor. Ada lho, kios yang setiap bulan bisa meng­ekspor 4.000 batang anggrek. Di kios nomor 11, Suharto Orchids, kita bisa me­­nemukan juga anggrekanggrek unik, seperti Anggrek Kantong Semar, Anggrek Pita dari Meksiko, dan puluhan anggrek lain yang unik-unik, hasil per­ silangan. Karena banyak­nya jenis anggrek silang baru, kadang mencari nama latin­ nya juga sulit. Anak dari Pak Suharto itu, meski sudah me­ngeluarkan 4 buku tentang anggrek, tak juga bisa me­ nemu­kan nama keluarga dari anggrek yang saya tanyakan! Kios My Orchids khusus men­jual bibit-bibit anggrek. Di sini dijual mulai dari bibit yang ada di dalam botol dengan harga Rp 75.000-125.000, sampai bibit yang di pot-pot kecil. Kios seluas 500 meter persegi

ini menjual hingga 20 ribu bibit anggrek, baik dari spesies asli maupun persilangan. Bibit-bibit itu didapatkan dari Malang, Bogor, Sukabumi, dan dari laboratorium TAIP. Untuk menyilangkan, cukup mudah. Mas Randy dari My Orchids menunjuk­ kan caranya. Benang sari dari bunga yang akan men­jadi induk persilangan di­ambil. Lalu benang sari dari anggrek lainnya diambil, dan dimasukkan ke bunga induk ini. Sekitar 2 minggu, ketika tepung sari sudah ter­bentuk, anggrek induk ini dibawa ke laboratorium untuk ditumbuhkan dan di­perbanyak menjadi bibit. Bibit inilah yang kemudian di­ letakkan di dalam botol-botol hingga bertunas. ”Tapi untuk melihat hasil per­silangan­ nya, kita mesti bersabar menunggu sampai 2 tahun, saat bunga itu mekar,” tutur Randy. Waduh, lama benar ya?

Dibanding bunga lain, anggrek memerlukan perawatan yang lebih khusus. Dari mulai media tanamnya yang khusus berupa lumut kering, arang, ataupun pakis –kadang mesti didatangkan dari Medan, bahkan diimpor dari Taiwan– hingga metode pe­nyiraman, pemupukan, dan pengaturan suhu dan kelembaban. Karena itu di TAIP juga ada kios-kios maupun showroom yang khusus menjual semua pernak-pernik pembudidayaan anggrek ini. Secara berkala, TAIP juga mengadakan acara yang berhubungan dengan anggrek, seperti pameran, demo budidaya anggrek, sampai seminar dan talkshow. Mengaku pecinta anggrek? Harus ke sini!

mal, klon dan botol saos Cikal-bakal TAIP ini sebenarnya sudah ada sejak 1974, yakni di lokasi yang kemudian menjadi... Mal Taman Anggrek. TAIP lalu pindah ke kompleks TMII dan diresmikan pada 20 April 1993. Meski satu kompleks dengan TMII, TAIP dikelola oleh yayasan yang berbeda, yakni Yayasan Harapan Kita. Di sini, selain warna-warni anggrek yang memanjakan mata, masih ada lagi hal yang lebih unik. Mintalah izin ke Kepala Lab, Budi Rustanto, untuk diantar melihat-lihat proses perbanyakan anggrek dengan teknik hibridisasi dan kultur jaringan - yang mirip proses kloning. Suasananya seperti masuk lab pertanian, dengan banyak sekali bibit anggrek hasil klon itu dijejer dan ditumpuk dalam rak-rak, semuanya ada di dalam, bukan labu erlenmeyer, tapi... dalam botol bekas saus kecap atau saus sambal! ”Misi kami melestarikan dan mengembangkan anggrek, dan juga menjaga agar biaya perbanyakan bibit itu tetap rendah. Jadi mengapa mesti pakai yang mahal, kalau yang murah saja tersedia melimpah?” jelas Pak Budi. Tentu saja, botol-botol itu sebelumnya sudah dibersihkan dan disterilisasi.

Taman Anggrek Indonesia Permai Jl. Raya TMII (samping Tamini Square) Pinang Ranti, Jakarta Timur 13560 Tel. 021-8404111, 8404141, Fax. 021-8404024



GH Universal

Bandung’s Timeless Elegance Teks & Foto Teguh Sudarisman

Sebuah hotel yang anggun, megah, dan menawarkan pemandangan menakjubkan seluruh penjuru Bandung.

22

vol. 02 - th. II


coverstory

P

ernah ke Bandung Atas dan menginap di Green Hill Cottage? Atau, pernahkah anda dari Bandung hendak ke Lembang, dan saat melewati se­buah jalan menikung dan menanjak, di sisi kanan melihat sebuah bangunan megah bak istana? Cottage itu sekarang sudah tidak ada lagi, karena telah dirubah oleh pemiliknya men­jadi sebuah hotel ber­ bintang lima, dengan nama G.H. Universal Hotel. G.H. ini tak lain merupakan singkatan dari Green Hill. Hotel inilah yang terlihat seperti istana megah tadi. Bergaya klasik Renaissance Italia, dan di­ran­cang oleh putri bungsu sang pemilik, di­perlukan waktu 4,5 tahun untuk menye­­lesai­kan pem­ bangunan hotel ini. Repetisi pada desain pintu dan jendela-jendelanya mem­buat arsitektur hotel ini me­­narik untuk dinikmati. Warna

catnya yang abu-abu me­­ ngesankan seperti belum di­cat, namun akan segera mem­­buat para tamu kagum begitu melihat detilnya dari dekat. Enam kubah besar yang ada di atap hotel, dihiasi dengan lukisan dan patungpatung cantik bergaya Italia, mem­buat hotel ini sangat ber­beda dengan hotel-hotel lain di Bandung. Kubah yang paling besar disebut Chapel of the Angels, menjadi tempat favorit untuk pemberkatan maupun wedding party, karena kapel dan terasnya mampu me­­nampung 75 tamu.Dari sini, kita bisa melihat pe­man­ dangan 360 derajat Bandung, dengan sisi selatan me­nawar­ kan pemandangan kota, dan sisi utara me­nawar­kan pemandangan pe­gunung­an. Resmi dibuka awal tahun 2009, hotel ini mempunyai 105 kamar tipe Superior, Deluxe, serta Suite mewah ter­masuk Governor Suite, Honeymoon Suite, dan Princess

Suite di sayap utara hotel. Sedang­kan Presidential Suite, King Suite, dan Queen Suite yang luas dan megah ada di sayap selatan hotel. Setiap kamar tipe Deluxe serta Suite dilengkapi dengan balkon. Sebagian kamar-kamar ini mempunyai pemandangan kota, pegunungan, dan sebagian lagi menghadap ke kolam renang. Restoran Courtyard of the Royale, serta Gym dan Spa yang menempati gedung tersendiri, juga menghadap kolam renang. Saat ini, hampir setiap hari hotel ini penuh oleh tamu. Saat weekdays, instansi pe­merintah maupun perusahaan-perusahaan besar me­ng­adakan pertemuanpertemuan bisnis. Sedangkan saat weekend, hotel ini kerap men­jadi venue untuk resepsi per­nikahan, dan juga tempat menginap favorit bagi keluarga-keluarga yang tengah berlibur di Bandung dan meng­inginkan suasana yang lebih sejuk dan relaks. Hall

of the Light, nama ballroom di G.H. Universal, mampu me­nampung 1.000 tamu untuk resepsi. Ballroom ini bisa dirubah menjadi 6 ruang rapat, plus 4 ruang rapat lain di rooftop. Direncanakan, nantinya hotel ini akan mempunyai 300 kamar, dan dilengkapi 5 restoran, kafe, serta rooftop bar. Fasilitas massage, sauna, whirlpool, fitness, dan coffee shop

hotel ini akan menempati gedung tersendiri yang terdiri dari dua lantai, sedangkan fasilitas parkirnya akan mampu menampung 800 kendaraan. G.H. Universal Hotel Jl. Setiabudhi 376 Bandung 40143 Tel: +62 22 2010388 Fax: +62 22 2014525, 2021691 E-mail: info@ghuniversalhotel.com www.ghuniversalhotel.com

Warna Prancis dan Italia di Sudut Parijs van Java GH Universal Hotel Bandung menghadirkan Belle Vue - 24 hours French & Italian Bistro, yang menyajikan berbagai sajian khas Prancis dan Italia dengan a la carte menu, yang resmi dibuka pada 16 Mei 2011. Bisa dikatakan, French and Italian Bistro di GH Universal Hotel merupakan bistro pertama di kota Bandung yang membuka layanan hingga 24 jam. Sambil menikmati sensasi kelezatan menu Prancis dan Italia di Belle Vue, anda dapat menyaksikan pemandangan cantik kota Bandung.

vol. 02 - th. II

23


check-in ini terletak di bangunan baru, namun kamar-kamar yang ada di bangunan lama masih mempertahankan ornamen-ornamen klasik yang sudah ada sejak tahun 1920-an. Misalnya lubang untuk memasukkan koran di pintu kamar Executive, masih tertulis dengan bahasa Belanda, ‘Brieven’. Sebanyak 25 kamar yang ada di bangunan lama, yang di­­bangun oleh Ir. Soekarno, masih te­rawat dengan baik dan kokoh.

Grand Preanger

aging gracefully Usianya sudah 114 tahun, namun tetap cantik dan menjadi pilihan utama untuk bisnis maupun leisure.

G

rand Preanger memang lebih dikenal sebagai hotel bisnis, dengan tamu-tamunya yang ber­asal dari kalangan pe­ me­rin­tah maupun swasta. Namun hotel ini juga sangat nyaman untuk liburan keluarga. Letak­nya yang di jantung kota Bandung, sangat dekat dengan Jl. Braga, membuatnya sangat cocok bagi tamu yang ingin meng­

eksplorasi kekayaan wisata sejarah, belanja, dan kuliner di kawasan yang sudah ter­ kenal sejak masa kolonial Belanda ini. Menyimak sejarah hotel bintang lima pertama di Jawa Barat ini sangatlah menarik. Bermula dari Hotel Preanger yang berdiri tahun 1897, hotel ini kemudian makin ber­­kembang. Tahun 1929, hotel ini dirombak dengan bantu­­­an arsitek terkenal

Prof. Schoemaker dibantu muridnya, Ir. Soekarno, se­hingga mempunyai gaya bangunan Indo-Europeeshen Architectuur Stijl , perpaduan unsur gaya Indonesia dan struktur Barat, yang sampai sekarang masih bisa dilihat Grand Preanger terdiri dari 107 kamar Superior, 25 Deluxe, 5 Grand Deluxe, 44 Executive, 5 Suite dan 1 Garuda Presidential Suite. Fasilitas standar yang ada di tiap kamar mencakup private bathroom, TV satelit, AC, sam­ bung­an telepon inter­nasional, mini bar, hingga akses internet langsung. Tiap kamar me­nawar­kan kenyamanan prima sambil tetap mem­per­ tahan­kan keindahan warisan gaya kolonial. Layanan spa, fitness center, restoran, lobby bar dan lounge melengkapi fasilitas hotel ini. Taman bermain dan kolam renangnya yang luas bak oasis di tengah kota Bandung yang sibuk. Sementara Preanger Restau­rant menyediakan menu-menu Indonesia namun dengan sentuhan citarasa Eropa racikan sous chef Pak Adang. Jangan lupa mencoba Rendang Puff dari bakery shop di Grand Preanger. Anti-Peluru, Berlapis Emas Sebagian kamar hotel

24

vol. 02 - th. II

Melongok ke Garuda Presidential Suite, yang men­­­­­jadi tempat favorit tamu-tamu super-penting, kita segera terkagum-kagum dengan luasnya yang 364 meter persegi. Living room-nya sangat lega, dengan kitchen dan ruang makan yang ter­ pisah, serta kamar utama dan kamar-kamar ajudan. Jacuzzi yang bisa me­nam­ pung beberapa orang ada di teras luar kamar, dengan pe­­ mandangan ke semua pen­juru kota Bandung. Namun yang paling unik adalah kamar man­di dan toiletnya, yang pe­ r­alatannya -mulai dari handel toilet, wastafel, hingga showerber­lapis­kan emas. Suite ini juga dilapisi kaca anti peluru, satu-satunya yang di­miliki hotel di Bandung. Tak heran jika suite ini men­jadi pilihan utama tamu-tamu ke­negaraan yang menginap di Bandung, dan sepadan dengan tarifnya yang Rp 10juta/malam. Grand Preanger Hotel Jl. Asia Afrika No. 81 Bandung 40111 Tel. 022-4231631 Fax. 022-4230034 E-mail: info@preanger.aerowisata.com www.aerowisatahotels.com



Gumilang Regency Hotel Kini Semakin Dekat

Nikmati layanan reservasi online secara real time dan update program-program menarik untuk para tamu dengan lebih cepat.

T

erletak di ke­ tinggian 2.700 kaki di atas per­­­muka­­ an laut dengan suhu udara antara 18-25 oC, Gumilang Regency Hotel memberikan pesona tak terlupakan. Udara pe­gu­ nungan yang sejuk serta lokasi yang strategis mem­ beri­kan akses mudah tanpa harus mengorbankan banyak waktu di perjalanan. Wisata alam di daerah Lembang dan sekitar­nya serta jajaran factory outlet di Jl. Dr. Setiabudhi dapat ditempuh hanya dalam waktu 15-20 menit saja. Sebagai hotel berbintang tiga, Gumilang Regency Hotel memiliki 104 kamar

dengan beragam tipe. Selain itu, fasilitas yang disediakan Gumilang Regency Hotel ter­bilang lengkap. Swimming pool, fitness center, spa, dan juga karaoke tersedia untuk me­manjakan tamu hotel. Untuk bersantap bersama keluarga, baik kudapan ringan maupun makanan Indonesia, Chinese ataupun Western, dapat dinikmati di Azalea Lounge dan Iris Resto. Tak ketinggalan juga ruang per­ temu­an serta Ballroom untuk mengakomodasi beragam acara. Kini, Gumilang Regency Hotel juga hadir lebih dekat dengan anda. Anda dapat mengunjungi website kami

di www.gumilangregency. com. Anda juga dapat melakukan reservasi se­ cara real time, bergabung dalam milis kami untuk men­dapatkan update terbaru ataupun bertanya secara langsung. Anda juga dapat ber­­­gabung dengan Facebook atau mengikuti kami di @ gumilangregency untuk program terbaru. Semuanya untuk memudahkan anda ber­ko­

mu­nikasi dengan Gumilang Regency Hotel! Untuk Gumilang Regency Hotel, setiap momen anda berharga. Karena itu kami juga selalu ber­kreasi untuk membuat moment-moment liburan

anda bersama keluarga tak terlupakan. Bergabunglah dengan Gumilang Regency Hotel untuk mengisi liburan keluarga dengan mengikuti “Amazing Quest with Us”. Pastinya seru untuk seluruh anggota keluarga!

Gumilang Regency Hotel Jl. Dr. Setiabudhi No. 323 - 325 Bandung 40154 West Java - Indonesia Tel: +62 22 2012618, Fax: +62 22 2012612 E-mail : info@gumilangregency.com



DIARYVESTA

amalla vesta SwankyTraveler@gmail.com Twitter: @SwankyTraveler

Wonderful Yogya – Solo with Friends

Foto Vesta, Noviadi, Pinasthia Bagaimana ya, kabar Yogyakarta setelah Merapi meletus? Berharap pariwisata dan kehidupan di sana sudah normal kembali, saya pun mengajak beberapa teman berkunjung ke Kota Gudeg ini, plus mampir ke Solo. 28

vol. 02 - th. II

B

anyak trip saya yang ‘dipicu’ oleh promo tiket. Begitu juga trip kali ini. Adanya paket wisata ke Yogya dengan hanya Rp 1.800.000/orang, sudah termasuk tiket pesawat Garuda pergi-pulang, dan menginap dua malam di Sheraton Hotel Yogya, siapa yang tak mau? Trip kali ini saya bersama suami dan 8 teman. Salah satunya teman kami Ibe yang terbang khusus dari Singapura ke Yogya. Kami memilih pesawat paling

pagi dari Jakarta ke Yogya. Di Bandara Adi Sucipto, kami dijemput oleh dua mobil yang kami sewa, dan langsung early check-in di Sheraton Hotel yang hanya 5 menit dari bandara. Setelah menaruh koper, kami pun memulai wisata di kota klasik ini. Tujuan pertama kami adalah Bale Raos – Royal Cuisine Restaurant yang berlokasi di sekitar dinding Kraton Yogya, tepatnya di Jl. Magangan Kulon No. 1. Konon menu di resto­ ran ini adalah masakan favorit Sultan Hamengku Buwono VII sampai Sultan Hamengku Buwono X. Pilihan saya siang itu

adalah Semur Piyik, hidangan unik dari burung merpati. Teman-teman saya ada yang memilih Bestik Jawa, Bebek Suwir-Suwir, dan Bestik Lidah. Dengan harga yang tidak ter­lalu mahal untuk ukuran orang Jakarta, dan rasa yang pas di lidah, Bale Raos bisa dijadikan salah satu alternatif kuliner jika sedang ke Yogya. Setelah makan, kami me­nuju Taman Sari yang juga masih berada di sekitar kompleks Kraton Yogyakarta. Taman Sari dibangun pada zaman Sultan Hamengku Buwono I, yaitu tahun 1758–1765. Untuk masuk ke sini kami membeli tiket masuk. Jangan

kaget, di tempat ini banyak pemandu wisata lokal yang tanpa diminta akan men­ dekati kita dan mulai men­ jelas­kan bangunan-bangunan yang ada di sini. Sebaiknya memang kita diantar oleh pemandu Taman Sari, supaya kita juga paham cerita di balik bangunan bersejarah ini. Kami diantar seorang bapak yg sudah cukup ber­ umur, dan diajak berkeliling melihat Kolam Pemandian Umbul Pasiraman atau Binangun, yakni kolam pe­ man­dian bagi sultan, para istri dan anak-anak beliau. Lalu ke Sumur Gumuling, bangunan berlantai dua dan hanya dapat dimasuki melalui terowongan bawah air. Tempat ini dikenal juga sebagai Masjid Bawah Tanah. Puas berkeliling dan ber­foto di kompleks Taman Sari yang cukup besar itu, kami berpamitan dengan sang pemandu, dan tak lupa me­ nye­lipkan tips untuk beliau. Tujuan berikutnya ada­ lah Candi Borobudur di Magelang, 1,5 jam dari kota


DIARYVESTA di­tutup untuk umum, dan pe­ ngunjung diharapkan segera menuruni tangga kembali ke area parkir. Malamnya, setelah mandi dan berganti baju di hotel, kami menuju restoran Gadjah Wong di Jl. Gejayan. Tempat ini menawarkan tiga atmosfer berbeda untuk para tamunya. Ada area gamelan (Kura-Kura area), area jazz (Bebek area), dan area latin (Gadjah area). Kami memilih duduk di teras luar Bebek area, dengan musik jazz me­ nemani makan malam kami. Menu yang dihidangkan be­ragam, mulai dari masakan Indonesia, India, Western, dan Italia. Saya memilih Orange Duck dan Hot Ginger Tea yang dihidangkan dengan gula jawa. Harga makanan di sini cukup mahal untuk ukuran Yogya, berkisar Rp 60.000100.000/porsi. Selesai makan, kami kembali ke hotel untuk beristirahat.

Yogya. Biaya masuknya Rp 25.000/orang untuk turis domestik. Dengan me­nam­ bah Rp 5.000/orang, kita bisa naik semacam kereta yang akan mengantar kita ber­keliling taman di seputar Candi Borobudur, sebelum akhir­nya berhenti di bawah tangga yang menuju ke candi. Candi Buddha yang memiliki 1.460 relief dan 504 stupa ini dibangun pada abad ke-9 oleh Raja Samarattungga dari Ke­ rajaan Mataram Kuno, se­orang keturunan Wangsa Syailendra. Kami menaiki tangga menuju stupa paling atas. Dari sana, kami bisa me­lihat pemandangan indah yang terpampang di depan mata. Tidak lupa, berfoto di seputar stupa-stupa ini men­ jadi agenda wajib. Cita-citanya kami se­ benar­nya ingin melihat sunset dari Borobudur. Tapi ternyata candi tutup jam 5. Tepat jam 5, pengeras suara mengeluarkan pengumuman bahwa candi akan segera

Pagi hari setelah sarapan di Sheraton, kami naik free shuttle ke Gramedia, kemudian naik becak ke Galeri Batik Jawa di Hotel Mustokoweni Jl. AM Sangaji. Ini salah satu toko batik favorit saya, karena mereka membuat batik tulis dari bahan pewarna indigo. Puas melihat dan belanja batik, rombongan teman saya men­­jemput untuk kemudian bersama-sama menuju Kaliurang. Hari ini kami akan me­ ngun­jungi Museum Ullen Sentalu yang berada di Jl. Boyong, di kawasanTaman Wisata Kaliurang, sekitar 1,5 jam dari kota Yogyakarta. Diresmikan 1 Maret 1997, Ullen Sentalu merupakan museum swasta yang di­ pra­karsai oleh keluarga Haryono dari Yogyakarta. Tiket masuk ke museum

ini Rp 25.000/orang dan akan mendapatkan tur berkelompok selama 55 menit di dalam area museum. Isi museum ini adalah benda-benda bersejarah seperti kain batik, lukisan, patung, foto, dan juga suratsurat. Pengunjung akan diajak me­masuki satu demi satu ruang­an yang ada di museum ini, dengan berbagai kisah serta benda bersejarah di dalam­­nya. Sayangnya kami tidak diizinkan berfoto di dalam museum, sehingga foto-foto dilakukan di area belakang dan depan museum saja. Museum ini seperti labirin, dan dari satu ruang ke ruang lainnya tidak saling ber­hubungan kecuali melalui jalan di luar ruangan. Di akhir tur, seluruh pengunjung akan disuguhi minuman spesial khas Jawa, yang konon dapat mem­berikan kesehatan dan awet muda. Di bagian belakang museum terdapat taman, toko suvenir, dan juga resto­ran bergaya kolonial, Beukenhof Restaurant. Saya bangga sekali dengan adanya museum ini, layaknya masuk museum di luar negeri, unik dan terawat. Apa karena ini milik swasta? Hehehe! Dari Kaliurang, kami ber­gerak turun dan langsung menuju kota Solo. Hore! Kami akan tur kuliner di Solo. Niatnya sih bisa me­ nyem­pat­kan waktu mampir juga ke Pasar Klewer untuk membeli batik. Tapi saat kami tiba, di Solo sedang hujan deras, dan Pasar Klewer sudah tutup, karena waktu kami sampai sudah pukul 16.30 sore. Akhirnya karena belum sempat makan siang, kami langsung menuju Bakso Kalilarangan, lanjut lagi makan di Kusuma Sari. Kedua tempat makan ini ada di jalan yang sama, yaitu Jl. Yos Sudarso.

Selesai makan, kami me­nuju ke rumah saudara teman saya Pinasthia. Di depan rumah tersebut, kami belanja batik di toko Ria Batik Jl. RM Said. Sementara teman-teman beristirahat, salat, dan mandi di rumah saudara Pinasthia, saya dan suami menyempatkan mampir ke rumah eyang kami di Penumping, sebelum bergabung kembali dengan teman-teman. Hari makin larut, kami pun memutuskan untuk makan Bakmi Jawa Ibu Pawiro di Jl. Gatot Subroto 247. Lalu sebagai penutup, Pinasthia membawa kami ke warung Wedangan Pak Wiryo di Jl. Perintis Kemerdekaan. Segala macam minuman jahe bisa kita pilih, mulai dari jahe susu sampai jahe cokelat. Nikmat dan super murah! Saya sampai bela-belain beli untuk dibawa ke hotel di Yogya.

Sudah hampir tengah malam ketika kami tiba kembali di Yogya, dan lang­ sung beristirahat di hotel. Hari ter­ akhir kami di Yogya, saya bangun agak siang dan bersantai me­nik­ mati sarapan di hotel, dengan pemandangan kolam renang yang cantik. Siang hari setelah check-out, kami menuju Kota Gede untuk makan di Omah Dhuwur. Menu makanan yang kami pilih adalah khas Indonesia, dengan minuman jawa yang segar. Dari sini, kami langsung Bandara Adi Sucipto untuk kemudian kem­bali ke Jakarta dengan Garuda Indonesia. Selesai sudah liburan kami di Yogya dan Solo. Belum sempat ke Prambanan, Candi Ratu Boko, dan belanja di Pasar Klewer Solo, sih. See you next time!

Tips Liburan di Yogya • Pilihan hotel di Yogya sangat beragam, mulai dari losmen sampai hotel bintang lima. Tarif menginap pun mulai dari Rp 200.000 sampai Rp 2 juta/malam • Banyak pilihan airlines yang terbang ke Yogyakarta dari Jakarta. Ada Garuda, AirAsia, Lion Air, Batavia Air • Jika ingin ke Candi Borobudur, pergilah pagi hari atau sore hari setelah jam 3. Karena pada saat tersebut terik matahari tidak terlalu menyengat • Sewa mobil lengkap dengan supir berkisar Rp 300.000500.000/hari. Atau jika memilih penginapan di tengah kota, bisa jalan-jalan dengan becak • Pilihan kuliner juga sangat beragam, mulai dari kaki lima sampai restoran semi fine dining. Nama-nama resto ini cukup terkenal di Yogya: Jejamuran (Sleman), Gudeg Yu Djum, Cak Koting, dan sebagainya • Jika ingin mengunjungi museum Ullen Sentalu, museum ini tutup di hari Senin. Hari lainnya buka sampai pukul 17.00. Jangan lupa sempatkan makan di Beukenhof Restaurant.

vol. 02 - th. II

29


beautifulbali

From Karma to Karma:

Kedamaian di Jimbaran

Teks & Foto Teguh Sudarisman Foto tambahan Dok. Karma Kandara

Dari resor pantai yang tersembunyi, pindah ke surga lain dikelilingi taman yang menenangkan.

H

ari ketiga adalah hari terakhir saya menginap di Karma Kandara. Dan kini saatnya men­­coba treatment di Karma Spa. Banyak pilihan menu spa yang bisa dicoba, mulai dari facial, pijat pe­nyem­ buh­­an, well-being massage, detoks, refleksiologi untuk ke­cantikan, sampai program yang me­madukan detoks, massage, yoga, dan diet khusus. Mulai dari pijat 60 menit dengan tarif Rp 650.000, sampai program reju­venasi 3 hari dengan tarif Rp 4,5 juta. Sambil menikmati welcome drink dan melihat-lihat buku menu spa, saya akhir­nya memilih Karma Well-Being Massage. Gabungan pijat ala Bali, Swedia, dan Thailand selama 60 menit ini seperti­

30

vol. 02 - th. II

nya akan cocok untuk saya yang terlalu sering bekerja mengetik di laptop. Begitu jendela kamar spa dibuka, keajaiban lain di resor ini juga seperti terbuka: spa di tepi jurang Samudera Indonesia! Angin laut sepoi-sepoi dan deru ombak samudera ber­simfoni sempurna dengan musik lembut yang me­ ng­­i­­ringi treatment spa ini. Di­tambah lagi, Warmini, sang terapis, sepertinya punya tangan yang sama dengan nama­­nya, hangat dan mem­ buat relaks. Too bad, mengapa saya me­milih spa di hari ter­­akhir, se­hingga tidak punya waktu untuk meng­ulanginya lagi? Damai Dikelilingi Taman Berbeda dengan Karma

Kandara yang cukup ‘jauh dari peradaban’, Karma Jimbaran ter­letak di daerah yang mudah di­jang­­kau, di pinggir Pantai Jimbaran, tak jauh dari warung-warung ikan bakar, spot favorit wisata kuliner pantai ini. Meski Karma Jimbaran tak memiliki pantai sendiri (dengan membayar Rp 100.000 kita bisa menyewa daybed di pinggir pantai dan bisa berleha-leha seharian), namun resor ini punya se­ suatu yang sangat saya sukai. Yakni, suasana yang teduh, hijau dan rimbun, dengan kontur tanah yang agak me­ naik di beberapa bagian. Ada 38 Luxury Pool Villa di sini, dengan 2, 3, hingga 4 kamar tidur. Sebagian vila mempunyai pemandangan ke arah bukit, dengan infinity swimming pool. Kebetulan vila 2 kamar yang saya tempati ber­ada di area yang datar, jadi kolam renang mungilnya tidak mempunyai pandangan lepas. Tapi saya sangat me­nyukai vila ini karena tempat­nya yang teduh oleh pohon-pohon kamboja, dan tanaman-tanaman hias

di pagar, serta setiap saat bisa men­dengar gemericik air, baik yang mencurah ke kolam renang maupun dari pancur­an kecil di samping living room. Cuaca agak kurang ber­ sahabat saat saya di sini, dan satu hari hanya saya habiskan di living room karena di luar hujan deras. Tapi bermalasmalasan di sini juga me­ nye­nang­kan, karena semua sudah tersedia: televisi, wi-fi, serta per­alatan masak yang lengkap. Antara kamar tidur dengan living room memang me­nem­pati bangunan yang ber­beda, dan living room-nya sendiri sangat lega, se­hingga saya lebih banyak meng­habis­ kan waktu di sini. Karma Lounge, resto Karma Jimbaran yang ber­ sisian dengan kolam renang utama, memang tak bisa di­ban­ding­kan dengan resto Di Mare di Karma Kandara. Namun dinner di sini lebih santai, ditambah lagi alunan merdu dan romantis dari pianis yang mengiringi para tamu ber­­santap malam. Beef Tenderloin dan Roasted Duck Leg hasil racikan Chef Miles Balfield menjadi hidang­an favorit. Chef dari Amerika Serikat ini kreatif me­madu­kan citarasa AsiaPasifik dan Timur Tengah. Se­bagai penutup, dua pilih­an yang sama-sama meng­goda­ nya adalah Karma Chocolate Fondue dan Ricotta Cheescake. Tentu saja, tak ada larang­an untuk hanya me­milih salah satunya. Breakfast akan paling me­ nyenangkan jika dilaku­kan setelah berenang di kolam samping lounge. Pilihan­nya memang tidak banyak, tapi yang paling di­reko­men­dasi­ kan ada­lah The European Platter, yang berisi aneka roti, croissant, butter, dan be­be­rapa jenis keju. Kalau tak biasa dengan keju, bisa juga me­

milih menu Scrambled Eggs on Whole Roasted Portobello Mushroom. Spa Lagi Dua kegiatan luar yang saya lakukan selama me­ ngi­nap di Karma Jimbaran hanya me­nikmati menu-menu seafood yang memang sangat yummy di Pantai Jimbaran, dan ber­sama beberapa teman yang kebetul­an sedang di Bali, ber­kunjung ke Rock Bar, yang tengah hip belakangan ini. Namun selebihnya saya habis­kan dengan bersantai di dalam vila dan mencoba spa (lagi). Seperti di Karma Kandara, spa di sini me­ nawar­­kan treatment yang hampir sama, namun dengan harga lebih ter­jang­kau. Salah satu perawatan favorit, ter­ utama bagi wanita yang punya problem kulit, adalah Oxygen Infusion Facial. Peralatan oksigen yang canggih di spa ini mem­buat pem­bersihan komedo men­jadi pengalaman tanpa rasa sakit sama sekali, se­suatu yang jarang dialami di spa lain. Saya memilih Fatigue Rescue, treatment khusus dengan black sesame & ginger healing balm, untuk meredakan stres dan rasa capai yang di­alami khusus­nya untuk orang yang sering traveling. Treatment pe­mijatan bahu, leher, dan kulit kepala selama 45 menit dengan tarif Rp 450.000 ini akhir­nya menjadi 60 menit karena nikmatnya. Begitu akhirnya saya check-out untuk kembali ke Jakarta, patung kepala Buddha di jalan utama di depan resor seolah menegur saya. You stay in heaven. Why leave? [Selesai] KARMA JIMBARAN Jl. Bukit Permai, Jimbaran, Bali 80362 Tel. 0361-708800, Fax. 0361-708801 E-mail: info@karmaresorts.com www.karmajimbaran.com



Let’sgo!

Semarang Seru! Foto Alexamzah, Teguh S., viviana asri intan pulungan* intanpulungan@yahoo.com *) Penulis mantan Head of Sales LIBURAN, sekarang lebih memilih menjadi freelancer.

B

eberapa waktu lalu, saya dan teman-teman media mendapat undangan ke Semarang dalam rangka grand launching Dafam Hotel & Resorts Semarang dan Hotel Marlin Pekalongan. Terus-terang saya senang se­kali, karena saya belum pernah ke Semarang. Apalagi Dafam Hotel dan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Semarang mem­ bawa kami mengunjungi ber­bagai obyek wisata unik di Semarang dan sekitarnya. Meski singkat, hanya sehari, siapa tahu bermanfaat jika anda ingin berlibur ke Semarang: Klenteng Sam Poo Kong Dari hotel hanya butuh waktu 10 menit untuk sampai ke klenteng di daerah Simongan ini. Klenteng atau Kuil Sam Poo Kong atau Gedong Batu adalah sebuah kuil yang konon dulu menjadi persinggahan Laksamana Cheng Ho, seorang pen­ jelajah Tiongkok yang ber­ agama Islam. Klenteng Sam Poo Kong terkenal hingga ke mancanegara, bahkan

32

vol. 02 - th. II

Jodoh yang masih jauh, kolam renang tertinggi di Asia, dan vila berusia 350 tahun.

telah ditetapkan oleh pe­me­ rintah RRC sebagai tujuan wisata bagi pelancong asal Tiongkok. Bangunan inti klenteng ini adalah sebuah gua batu. Gua ini dipercaya sebagai tempat awal mendarat dan markas Laksamana Cheng Ho beserta anak buahnya saat berkunjung ke Pulau Jawa. Di dalamnya terdapat patung yang dipercaya se­ bagai patung Sam Poo Tay Djien atau Laksamana Cheng Ho. Di lokasi ini juga bisa di­jumpai altar dan makam orang-orang kepercayaan Laksamana Cheng Ho, yang sering dikunjungi pengunjung untuk berziarah. Klenteng ini memberi inspirasi bagi berkembangnya berbagai legenda tentang Kota Semarang. Tiap tahun ber­tepatan tanggal 29 Lak Gwee penanggalan Tionghoa, di­adakan upacara ritual mem­ peringati hari ulang tahun Sam Poo Tay Djien. Diawali dengan pawai dari Klenteng Tay Kak Sie Gang Lombok menuju Klenteng Sam Poo Kong ini. Klenteng ini di­ buka untuk umum selama 24 jam penuh.

Pagoda Avalokitesvara Buddhagaya Watugong Pagoda Avalokitesvara terletah di daerah Watu Gong, arah ke Ungaran dari Semarang, tepat di depan Markas Kodam Diponegoro. Pagoda yang diresmikan tahun 2006 ini memiliki tinggi 45 meter dan juga tercatat se­bagai pagoda tertinggi di Indonesia. Pagoda ini memiliki tujuh tingkat yang makin ke atas makin kecil. Sayangnya, pagoda ini tidak mempunyai tangga sehingga tidak bisa dinaiki. Di tiap tingkat pagoda diletakkan patung Dewi Kwan Im yang dikenal sebagai Dewi Welas Asih. Karena itu banyak juga orang yang menyebut pagoda ini sebagai Pagoda Kwan Im. Di area belakang pagoda terdapat patung Sleeping Buddha yang cukup besar. Se­belum menapaki tangga me­nuju pagoda, kita juga bisa melihat patung Sidharta Gautama tengah duduk di bawah pohon bodhi. Tepat di dalam pagoda terdapat patung Bodhisattva Avalokitesvara. Di depan patung inilah biasanya pe­

ngunjung melakukan Tjiam Shi, sebuah ritual untuk me­­ngetahui nasib manusia. Caranya dengan meng­ goyang­kan beberapa batang bambu yang sudah diberi tanda hingga salah satunya jatuh. Anda bisa meminta petugas di sana untuk mem­ bacanya. Saya pun mencoba keberuntungan saya. Hasil­ nya? Tahun ini tidak bagus untuk jodoh saya. Wah, saya rada sedih juga, hahaha! Tapi ada juga teman saya yang sudah 4 kali mencoba ritual ini tapi tidak juga mendapat ramalan. Kasihan deh! Umbul Sidomukti Setelah menempuh per­ jalanan jauh, kami pun makan siang di Umbul Sidomukti, lesehan di saung ditemani nasi hangat, ikan bakar, tahu dan tempe, sayur asem, serta oseng-oseng kangkung yang sangat menggoda selera. Di­tambah lagi pemandangan di Umbul Sidomukti begitu mem­pesona sehingga me­ nam­bah nikmatnya makan siang. Objek wisata Umbul Sidomukti di Desa Sidomukti, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang ini di­

buka 2 Agustus 2007. Konsep wisata yang ditawar­kan adalah keindahan alam, kesegaran udara, dan keindahan langit desa. Suasana alam di sini memang membuat pe­ngun­ jung betah. Kita juga bisa me­nikmati kesegaran mata air di kolam renang alam Umbul Sidomukti, yang disebutsebut tertinggi se-Indonesia bah­kan di Asia. Bahkan, kita bisa melihat semburan air secara alami ke udara, se­tinggi 1,5 meter dari dasar kolam. Kolam ini tergolong unik karena terletak di lereng Gunung Ungaran, persis di tepi jurang dan lembah. Kalau suka tantangan, ter­dapat permainan flying fox yang dipasang di antara dua lembah. sepanjang 110 meter dan 60 meter, dengan ke­tinggian 70 meter. Ada juga marine bridge (jembatan tali) sepanjang 60 meter dan terombang-ambing di atas jurang. Wow, tentu pe­­ ngalaman sensasional, men­ debar­kan, dan meng­asyikkan. Tapi saya pass dulu untuk sport jantung ini. Fasilitas lain adalah camping ground di mana pengunjung dapat menikmati malam di alam bebas. Buat mereka yang ingin kenyaman­ an dalam berlibur tersedia juga vila-vila untuk menginap. Susan Spa & Resorts Perjalanan selanjutnya me­nuju salah satu obyek wisata yang menawarkan konsep modern, Susan Spa & Resort di daerah Bandungan, di ketinggian 1.100 meter di lereng Gunung Ungaran. Dengan pemandangan alam yang asri, resor yang di­ leng­kapi kolam renang air hangat ini benar-benar ingin memanjakan para tamunya. Di tambah lagi dengan pelayan­an spa yang terkenal, Spa on the Sky, dijamin mem­ buat kondisi tubuh para tamu


Let’sgo! masuk­kan Lawang Sewu se­bagai salah satu dari 102 bangunan bersejarah di Semarang yang patut dilindungi. Saat ini, bangunan ber­ usia 181 tahun itu kosong dan bereputasi buruk

men­jadi kembali segar. Spa on the Sky adalah pelayanan spa sambil me­nik­ mati pemandangan alam dari dalam kamar yang didesain cantik dengan jendela kaca. Selain itu, ada juga kapel mungil bernama La Kana Royal Wedding Venue yang di­guna­kan untuk acara per­ kawinan dan resepsi. Hari menjelang sore mem­­buat udara semakin dingin. Kami pun diundang pe­milik Susan Spa & Resorts Pak Freddy Sinatra untuk menikmati cemilan sore di Cinnamon Resto. Candi Gedong Songo Menjelang malam, kami ke Candi Gedong Songo. Letak­nya masih di daerah Bandungan juga. Candi pe­ ning­galan Hindu dari zaman Wangsa Syailendra abad ke-9 ini terletak di Desa Candi, di lereng Gunung Ungaran. Di kompleks candi terdapat 9 buah candi (gedong=bangunan, songo=9). Konon candi ini di­temukan kembali oleh Raffles tahun 1804. Candi ini terletak di ke­ tinggian sekitar 1.200 m di atas permukaan laut sehingga suhu udaranya cukup dingin. Lokasi 9 candi yang tersebar di lereng gunung ini memiliki pemandangan alam yang indah. Di sekitar lokasi juga ter­dapat hutan pinus yang tertata rapi serta mata air yang mengandung belerang. Baru saja sampai di Candi I, terasa kaki saya sudah mulai pegal. Padahal masih ada 8 candi lagi yang ter­ sebar di beberapa tempat. Me­­­nurut pemandu, kalau kita ingin keliling melihat candi dapat menyewa tukang

kuda dengan tarif hanya Rp 40.000. Awalnya, candi ini disebut Gedong Pitoe karena saat ditemukan Raffles hanya terdiri dari 7 candi. Namun kemudian ditemukan dua candi lagi walaupun dalam keadaan tidak utuh. Candicandi ini telah mengalami pemugaran beberapa kali. Mengenai kapan ber­diri­ nya Candi Gedong Songo tidak ada yang tahu pasti, namun berdasarkan artefakartefak yang ditemukan pada candi-candi itu diyakini bahwa candi dibangun sama dengan Candi Dieng di Wonosobo, yakni di abad VII-IX Masehi pada masa Dinasti Syailendra. Candi Gedong Songo tidak hanya wisata sejarah, namun juga menawarkan wisata keindahan alam dan juga wisata olah raga kaki, haha! Hills Joglo Villa Kami sampai di Hills Joglo Villa sudah malam se­ kitar pukul 20.00. Saya sedikit kecewa karena tidak dapat me­nyaksikan pemandangan di sana. Kami pun menyantap makan malam yang sederhana tapi nikmat, yakni ikan lele goreng, ayam goreng, sayur asem, tahu dan tempe bacem, serta karedok. Yang juga menambah nikmat adalah minuman wedang jahe yang hangat. Kekecewaan saya ter­ hapus juga waktu melihat rumah-rumah di Hills Joglo Villa. Yang menarik, semua rumah di sini dibangun se­ kitar 350 tahun lalu. Bahkan masih ada juga beberapa pe­rabotan tradisional yang umurnya mencapai 350

tahun! Uniknya, beberapa perabotan modern juga ada di sini, misalnya di tiap vila dilengkapi pemutar DVD dan TV satelit. Sebuah pembuat kopi dan minibar juga ter­ sedia. Beberapa kamar pun me­miliki fasilitas dapur. Para tamu juga dapat me­manfaatkan Wi-Fi gratis di area-area umum atau ber­olahraga di pusat ke­ bugar­an dan lapangan badminton. Joglo Hills Villa juga menyediakan layanan wisata dan kolam pancing kecil. Berdekatan dengan lokasi dapat ditemukan kolam renang yang lengkap dengan permainan papan luncurnya di The Fountain. Tersedia pula makanan Jawa, Cina, dan Barat di restoran galeri seni milik hotel, atau bisa bersantap dalam kamar atau di kebun. Lawang Sewu Ini adalah obyek wisata yang wajib dikunjungi kalau ke Semarang. Bangunan kuno dan megah berlantai dua ini setelah kemerdekaan dipakai sebagai kantor Jawatan Kereta Api Indonesia (DKARI) atau sekarang PT Kereta Api Indonesia. Selain itu pernah dipakai sebagai Kantor Badan Prasarana Komando Daerah Militer (Kodam IV/Diponegoro) dan Kantor Wilayah (Kanwil) Departemen Perhubungan Jawa Tengah. Di masa perjuangan gedung ini memiliki catatan sejarah tersendiri yaitu ke­ tika berlangsung peristiwa Per­tempuran Lima Hari di Semarang (14 Oktober - 19 Oktober 1945). Pemerintah Kota Semarang pun me­

se­­bagai bangunan angker dan seram. Namun se­sekali masih digunakan se­bagai tempat pameran, di antara­ nya Semarang Expo dan Tourism Expo. Pernah ada juga wacana yang ingin me­ ngubah­nya menjadi hotel.

belanja oleh-oleh khas semarang Jangan lupa juga belanja oleh-oleh khas Semarang. Setelah tanya sana-sini, saya mendapat rekomendasi untuk belanja di Toko Dyriana-Ho di Jl. Padanaran, yang hanya 5 menit dari Dafam Hotel. Toko kue Dyriana menjual oleh-oleh khas Semarang dan cara membungkusnya lebih rapi dari toko-toko kue lainnya. Ternyata pengemasan juga menjadi bagian penting dalam mempromosikan produk. Toko kue ini memiliki konsep fresh from oven, jadi kita juga bisa langsung ‘icip-icip’ di sana. Setelah sekitar 2 jam di sini, akhirnya saya memutuskan untuk membeli lumpia khas Semarang yang isinya rebung dan sayuran, lalu bandeng presto, moci wijen, dan tak ketinggalan wingko babat rasa kelapa dan nangka. Hmm… yummy!

dafam hotel & resorts semarang Baru dan Hangat Hotel dengan arsitektur gaya Victorian ini terletak di Jl. Imam Bonjol No. 188, hanya 7 menit dari Bandara Ahmad Yani dan Stasiun Kereta Api Tawang. Dafam Hotel memiliki 103 kamar terdiri dari 87 Deluxe, 10 Executive, 5 Suite dan 1 Royal Suite. Fasilitas lainnya adalah 6 ruang pertemuan dengan kapasitas mulai dari 20-500 orang, Charlotte Restaurant, Piccadilly Lounge & Bar, Business Centre, Media Centre, Fitness Centre, Drugstore, Driver Room, layanan travel agent 24 jam, butik, TV kabel, Wi-fi, dan juga Spa & Massage. Hotel berbintang tiga dengan fasilitas bintang empat ini sangat cocok untuk pebisnis dan keluarga yang mendambakan kenyamanan tinggal di suasana baru dan pelayanan yang hangat. Diresmikan 18 Maret 2011 lalu, Dafam Hotel adalah hotel pertama dari Dafam Hotel & Resorts. Targetnya, sampai tahun 2012 grup ini akan membuka 10 hotel dan meningkat menjadi 20 hotel sampai tahun 2015.

vol. 02 - th. II

33


Flores – Lombok from a Boat

Selama empat hari berlayar menikmati keindahan seutuhnya Komodo, Pink Beach, hingga sisa letusan Gunung Tambora. R. HERU HENDARTO heruhendarto@gmail.com *) Geologis dan travel writer yang sudah mengelilingi 25 provinsi di Indonesia. Berkantor di Buton, Sulawesi Tenggara.

S

udah lima belas menit saya ber­­ jalan me­ning­ gal­­­kan hotel, me­nyusuri jalan protokol kota kecil Labuan Bajo di Kabu­paten Manggarai Barat, Flores ini. Tak kurang dari 200 buah perahu bersandar di sekitar teluk pinggir jalan, mulai dari sampan, bagan pe­nang­kap ikan hingga yacht mewah. Melewati Kampung Air, saya disapa dengan ramah­nya oleh beberapa pen­duduk setempat. Ah, se­makin membuat saya berat hati meninggalkan kota mungil nan cantik ini. Namun hamparan bukitbukit gamping yang mencuat

34

vol. 02 - th. II

di atas air tenang membiru, seolah-olah memanggil saya, meng­goda untuk segera men­dekap lebih intim bumi Flores yang eksotis ini. Sebuah kapal kayu pe­num­pang tak bernama ber­bobot sekitar 6 ton sudah menunggu dari malam se­ belum­nya. Tak besar, tak kecil, membuat saya agak ragu dengan ke­tangguhannya nanti yang akan diuji ganas­ nya Laut Flores. Tapi segera saya buang jauh-jauh pikiran jelek itu, karena toh memang tipe kapal ini yang umum di­guna­kan untuk berlayar di daerah ini. Jika tak tangguh, ke­napa tetap dipakai? Sebuah keluarga Indonesia-Belanda dengan dua anak putrinya yang imut sudah duluan ber­ada di atas dek. Saya melambai­kan tangan dan datang hampir bersamaan dengan rom­

bongan 4 ibu yang salah satu­ nya membawa anak lelakinya. Ber­sama Aris, sang ketua rombongan, kami semua ber­ sepuluh, plus 4 orang awak kapal. Rombongan ibu-ibu itu ter­nyata baru saja melakukan Flores overland, membuat saya makin ngiler saja. “Next time lah,” ujar saya untuk me­ngobati kekecewaan ini karena waktu perjalanan saya yang terbatas. Sudah garing rasanya dan kapal belum berangkat-be­ rangkat juga, saya pun ber­kata kepada Hans, bule Belanda itu, “What are we waiting for?” semata-mata karena mereka tiba duluan dan saya tidak tahu apa saja persiapan yang mesti dilaku­kan pagi itu. Hans hanya meng­geleng, “No idea.” Tiba-tiba saja, deru sepeda motor terdengar dan merapat mem­bawa penumpang -yang ternyata

nakhoda kapal- yang me­ mang­ku sebuah karung besar berisi beras. Hans dan saya pun tertawa, “Well, definitely impossible to go for 4 days 3 nights without nasi for us ha?” Kapal pun perlahan me­ luncur di atas perairan yang tenang membiru. Angin se­perti­nya tampak sangat

ber­sahabat. Kami menikmati hamparan panorama lanskap Flores yang khas. Musim kering yang sudah berjalan 2 bulan mem­buat puncakpuncak bukit yang ada tampak gersang. Bahkan puncak bukit yang mencuat di sebelah kiri depan kami tampak berwarna hitam


Let’sgo! legam. Ya, karena keringnya bumi Flores ini, hutan sekitar pun jadi rawan terbakar. Asap tampak masih mengepul di puncak bukit dan batas daerah yang sudah termakan api hanya sekitar 500 meter dari kampung kecil di bawah­ nya! Persinggahan pertama kami, Pulau Kelor, berupa pulau mungil yang sangat apik. Sebuah bukit gamping be­r umput men­cuat di tengah air, dan hanya menyisakan sisi ber­pasir putih di bagian selatannya. Pasirnya sebenar­ nya cukup halus, dan sertamerta bergulir jatuh ketika di­pegang tangan. Mirip-mirip dengan karakter pasir di Tanjung Bira ataupun di Ujung Genteng. Hanya saja, di banyak tempat terhampar pula pecahan-pecahan karang putih seukuran jempol kaki yang membuat kami harus berhati-hati melangkah. Si kecil bule pun segera berteriak-teriak kegirangan sambil berlari ke arah pasir mengumpulkan kerangkerang yang berserak­an. Fatima, sang ibu yang asli Purwokerto, mengingatkan­ nya untuk berhati-hati se­mentara kakaknya yang ber­usia belasan tahun sudah terjun berenang ke sisi kapal. Aris dan Hans sudah duluan me­raih snorkel dan berenang men­jauhi kapal ke sisi timur pulau. Saya pun tergoda oleh jernihnya air dan liukan soft coral yang membayang di bawah. Segera saya dan peserta lain, Wita, terjun me­nyusul merasakan air yang ter­nyata terasa begitu dingin. Saya yang sebenarnya agak fobia dengan air, mulai menikmati indahnya pe­ man­dang­an bawah laut yang ter­saji di bawah kaki saya. Be­ragam ikan warna-warni berenang bolak-balik di antara beraneka-ragam koral. Satu ikan sempat saya kenali, ikan yang muncul sebagai sosok Nemo, bersembunyi di balik rumput laut besar. Namun sontak, saya yang ter­lena segera berenang mem­balik ke pesisir. Tibatiba di bawah saya, lereng pulau yang jernih penuh koral lalu berubah drastis men­ jadi biru gelap, pertanda air yang men­dalam. Saya pun menepi, sambil berpegangan di sepotong bambu yang me­ngapung. Ah, rupanya bukan sekedar bambu,

melainkan konstruksi rangka bambu sejenis bubu untuk memerangkap ikan. Seorang nelayan dengan kacamata renang buatan sendiri, hilir mudik mengejar dan meng­ arah­kan sekumpulan ikan untuk masuk ke bubu raksasa itu. Ikan yang masuk, tentu saja tak akan bisa keluar lagi. Wuih, tak terbayang ke­kuat­an penyelam itu karena be­renang biasa saja sudah sangat menguras tenaga, apalagi harus menyelam dan me­ ngejar gesit­nya gerakan ikan di bawah air. Makan siang pertama kami di atas kapal saya habis­ kan dengan lahap, apalagi lelah sehabis berenang serasa ter­obati dengan lezatnya ikan bakar dan pedasnya sambal tomat. Siang itu, kapal pun kembali me­luncur stabil ke arah barat, dan angin sepoisepoi menidurkan saya di dek depan. Sebelum mata se­penuh­nya tertutup, kami sempat berpapasan dengan kapal sejenis, Kapal Layar Motor (KLM) Angin Mamiri, yang mem­bawa rombongan bule yang asyik berjemur di haluan. Pulau Komodo Kapal mulai merapat di Loh Buaya, gerbang masuk ke Pulau Rinca. Jadi, komodo (Varanus komodoensis) tidak hanya terdapat di pulau Komodo, namun juga di pulau besar lain seperti Rinca, Padar dan pulau-pulau lain dalam areal Taman Nasional seluas 60.300 ha ini. Konon jumlah mereka saat ini tinggal 4.000 ekor saja. Belum sempat kaki me­ ng­injak jetty kayu, Aris sudah mem­peringatkan kami untuk berhati-hati. Komodo dapat saja sudah berada di ger­bang depan, sehingga se­belum­nya kami harus tetap berjalan ber­kelompok dan me­masang mata dengan sangat awas. Ih, kayaknya serem amat ya, belum apa-apa sudah bergidik seperti ini. Kira-kira berjalan 15 menit me­lewati lapangan rumput, tiba­ lah kami di kantor TNK. Disambut ramah pe­tugas, kami malah sibuk me­ng­ ambil kamera karena tampak beberapa komodo sedang ber­keliaran di sekitar kantor. Baru tahu juga kami, bahwa komodo adalah hewan yang sangat sabar. Layak­nya buaya, dia dapat ber­diam

diri berjam-jam lamanya sambil menunggu mangsa­ nya mendekat. Karena warna­nya yang abu-abu, cukup ter­samarlah tampilan komodo di alam Flores ini. Begitu mangsa mendekat, secepat kilat komodo akan meng­gigit dan mentransfer kuman penyakit berbahaya yang terdapat di dalam air liur­nya. Jika tidak mendapat pertolongan segera, binatang besar atau manusia akan lumpuh dalam hitungan hari, dan selanjutnya mati karena infeksi parah. Saat itulah komodo yang setia mem­buntuti mulai akan me­mangsa, menggigiti, men­copot bagian tubuh satu-persatu dan akhirnya me­nelan­nya. Ranger TNK kami selalu ber­jalan di depan dan mem­ bawa kayu panjang. Selain untuk memukul-mukul semak rumput untuk mengetahui komodo yang bersembunyi, kayu ini paling cocok di­ guna­kan untuk menghalau binatang lain seperti ular. Oh ya, kami diberitahu juga kalau komodo dewasa berat satu kuintal dapat berlari hingga 18 km/jam! Memang belum dapat menyamai kecepatan lari manusia rata-rata, namun jika kita dikejar komodo dan terjatuh, dapat diperkirakan apa yang terjadi selanjutnya. Belum lagi, ternyata komodo juga mampu berenang di laut. Cukup menyeramkan juga kedengarannya. Sebuah bangkai kerbau ter­geletak di sisi kiri track kami, sudah tak menyisakan daging sedikitpun. Seekor komodo masih memaksakan dirinya memakan kerbau itu, walau bagian yang masih sanggup dicopot adalah kaki. Walhasil, kaki itu pun masuk ke perutnya, dan saking pan­ jang­nya menyisakan ujung paha­nya yang muncul di luar mulut komodo. Begitu rakus­nya komodo satu ini! Di ujung jalur trekking, kami ber­diri di atas ketinggian dan me­ngagumi keindahan lanskap Flores yang benarbenar mempesona. Pulau Kalong Matahari sudah sangat condong ke barat ketika kami meninggalkan Loh Buaya. Dihibur oleh pemandangan sunset yang indah di tengah laut, tak lama kemudian kami merasakan gerak kapal

me­lambat, dan akhirnya ber­henti di sebuah pulau. Gelap­nya suasana membuat saya tak bisa berorientasi situasi sekitar. Yang sempat saya perhatikan, tampak be­berapa lampu lain yang me­nandakan ada beberapa kapal serupa yang berlabuh di sini. Jeims, kru kapal pun segera melemparkan jangkar. Bersamaan dengan itu, sebuah kapal lain pun ber­labuh dan melemparkan jangkar­nya di sisi belakang kapal kami. Bersiap-siap melahap makan malam, tiba-tiba be­berapa kru kapal kami dan kru kapal lain berteriak heboh. Ternyata, arus laut di se­kitar pulau ini sangat kuat se­hingga tak terasa kapal

kami berputar dan berjejeran dengan kapal lain. Saya pun lebih kaget lagi karena tiba-tiba muncul sebarisan pohon bakau di sebelah kiri. Mesin pun dihidupkan dan kapal berlayar menjauh untuk segera menemukan spot pe­lempar­an jangkar terbaik. Saya juga baru ngeh, ternyata pe­pohonan bakau itu menjadi tempat tinggal kalong. Tidak hanya ratusan, namun konon jumlah­nya ratusan ribu. Lelah melalui hari yang sangat menyenangkan tadi, kami pun terlelap dengan cepat. Saya setel alarm di waktu subuh agar dapat me­ nyaksi­kan rombongan kalong yang pulang ke sarang­nya setelah semalaman pergi berburu. Sebelum alarm vol. 02 - th. II

35


Let’sgo!

berbunyi, saya sudah ter­ bangun karena mendengar suara ciutan riuh-rendah yang ter­nyata berasal dari kalong itu. Saya pun terpana me­nyaksi­kan langit dipenuhi titik-titik hitam. Sayang sekali, saya tidak bisa mengabadikan momen langka itu karena langit masih dominan gelap. Loh Liang Tiga puluh menit berlalu ketika kami berlayar melewati kampung Naga di pulau Komodo, dan kami pun me­ rapat di perairan Loh Liang ber­sama tiga kapal lain. Tak bisa mendekat, kami pun di­jemput dengan fiberboat milik pengelola TNK dan di­bawa ke dermaga. Kantor di sini lebih mewah, tampak be­berapa bangunan bungalow dan hall yang terkelola dengan baik. Tak kalah ramahnya dengan petugas Rinca, kami pun disambut hangat dan dibawa untuk briefing singkat. “Bagaimana, mau pilih short, medium, long atau adventure trekking?” si petugas ‘menembak’ kami. Kami pun sepakat untuk meng­ ambil jalur medium, selain supaya lebih enjoy juga agar bisa meng­akomodir se­ luruh peserta sehingga tidak terpisah-pisah menjadi be­berapa rombongan. Cukup kecewa juga rasanya saat itu, karena kami tidak me­nemu­kan satu komodo pun! Alih-alih komodo, saya sen­diri malah menghabiskan memory card dengan memfoto ke­nampakan satwa liar lain seperti burung, rusa dan kerbau. Ternyata saat ini memang sedang musim kawin 36

vol. 02 - th. II

komodo, sehingga mereka lebih suka mengasingkan diri di tengah hutan. Yah, siapa juga sih yang kawin suka­ nya ramai-ramai? Tapi, soal makan bagaimana? Sebenar­ nya, setelah makan, seekor komodo dapat bertahan selama 1 bulan, sehingga urusan makan tidak menjadi masalah. Keindahan panorama teluk Loh Liang yang indah me­ng­obati kekecewaan kami. Matahari masih rendah di ufuk timur ketika kapal me­ neruskan perjalanannya.

Pink Beach Satu jam meninggalkan pulau Komodo, kami me­ nyaksi­kan sekumpulan kapal berlabuh di lepas pesisir pulau. Perairan sekitar tampak indah sekali, mirip dengan Pulau Kelor. Tampak soft dan hard coral membayang di bawah airnya yang biru ke­hijauan. Tampak beberapa pasang turis bule snorkeling di se­putar­an perahu sementara di kejauhan beberapa boat sedang menunggu tuannya yang sedang menyelam. Saya pun kembali menceburkan diri di pagi yang panas itu ke dalam dinginnya air. Me­­nyelam bebas hingga ke­ dalam­an 6 meter, saya tertarik dengan seekor bintang laut berwarna biru ngejreng. Kehabisan nafas, saya pun angkat bintang laut itu untuk lebih memperhatikan keunikannya. Tak dinyana, begitu di atas air, binatang unik ini me­ngeluarkan cairan dari pusatnya, mirip (maaf) air seni. Saya pun tertawa sambil mengembalikan

binatang ini kembali ke habitat­nya. Dua puluh menit meng­ apung, saya mulai lelah. Dengan izin nakhoda, saya me­minjam kano kayunya dan mulai mendayung ke pinggir pantai. Dulu, di masa kecil saya pernah beberapa kali men­dayung sampan di pinggir­an Sungai Kapuas, Pontianak. Dengan penuh semangat saya pun mulai men­dayung, dan dua menit berikut­nya kepercayaan diri saya pun luntur. Ombak laut yang cukup keras membuat limbung kano saya. Pindah posisi dari belakang ke depan tetap membuat jalan perahu meliuk-liuk. Akhirnya saya menyerah, saya pun terjun ke laut sambil mendorong kano dari dalam air. Akhirnya, 10 menit kemudian saya pun men­darat di Pink Beach. Tak asal diberi nama, pantai ini memang memiliki butir-butir pasir yang sebagian berwarna merah! Kiranya, warna itu ber­asal dari pecahan koral ber­warna merah yang ter­ dampar di pantai. Pulangnya, saya cukup memanggil kru kapal untuk berenang mem­ bawa kano dan saya kembali ke kapal. Gili Laba Hampir jam 2 siang, kapal berlabuh di sebuah teluk yang dinamai Gili Laba, perairan yang tak kalah cantik pula. Jenuh dengan snorkeling, saya, Hans dan Jeims trekking ke puncak bukit. Sedangkan yang lain lebih memilih beristirahat di dek kapal saja. Tubuh yang tambun, perut kembung dan kelelahan membuat saya tertinggal di belakang. Hans dan Jeims yang duluan tiba di puncak bukit di atas segera menyemangati saya untuk segera menyusul. Lima menit kemudian, saya pun tiba bergabung di puncak. Amazing, tak henti-hentinya saya berdecak kagum melihat panorama yang mungkin merupakan panorama terindah yang pernah saya saksikan seumur hidup. Sebuah teluk yang indah melingkar di kaki saya, seolah-olah membingkai kuning­nya perbukitan Flores yang memukau. Kapal kami tampak bersandar di bawah, mungil sekali, mengapung di atas air berwarna biru bergradasi hijau di tepian.

Saya pun mengabadikan ke­indah­an alam itu sambil se­sekali mengucap syukur kepada Tuhan yang telah mem­beri saya kesempatan emas ini, panorama yang tidak semua orang bisa saksikan. Selat Sape Memasuki selat ini saat senja, jantung saya (dan pe­numpang lain) berdebar tak keruan. Kapal semakin melaju karena selain meng­ guna­kan mesin, dibantu juga dengan angin timur yang kencang berhembus. Layar sudah tegak terpasang dan dihantam angin keras se­hingga miring ke kanan. Selat Sape, adalah selat yang di­takuti para pelayar. Selain ombaknya yang besar, di waktu-waktu tertentu di be­ be­rapa bagian selat ini ter­jadi pusaran air kuat yang dapat me­nelan kapal apapun. Sebab selat ini menjadi penghubung Laut Flores dan Laut Sawu yang terus bermuara ke Samudera Hindia. Arus Laut Flores dipaksa mengalir dan di­sedot dengan hebatnya oleh Samudera Hindia yang jauh lebih masif. Beberapa kali saya mendengar cerita kapal serupa kami, saking dahsyat­ nya ombak, beberapa tas milik turis terlempar hilang di laut. Untuk itu pula, awak kapal selalu mengingatkan pe­numpang agar mengikat tasnya saat melewati selat ini. Hingga pukul 8 malam saya tidak bisa memicingkan

mata. Samar-samar saya me­lihat julangan Gunung Sangeang dan berharap dapat segera tiba di pulau gunung api itu. Bukan apa-apa, jika kami sudah mencapai pulau itu, di­pasti­kan selanjutnya kon­disi ombak akan jauh lebih reda karena letaknya sudah terlindung oleh Pulau Sumbawa. Tak dinyana, lagi-lagi karena lelah jualah yang membuat saya tiba-tiba ter­lelap di tengah-tengah heboh­nya goyangan kapal. Pulau Satonda Hari ketiga. Terbangun pagi-pagi, saya sangat me­ nikmati perjalanan ini karena ombak mereda dan langit begitu cerahnya. Bahu saya di­colek Aris yang mem­beri­ tahu bahwa di kiri saya adalah puncak Gunung Tambora yang letusannya sangat me­ legenda itu. Tampak keropos di bagian puncak, kaldera yang ter­sisa memang ber­ ukur­an raksasa. Terbayang betapa dahsyatnya ledakan abad ke-19 itu, yang abunya me­nutupi sebagian Eropa dan mem­buat Napoleon kalah perang serta konon memicu di­temu­kan­nya sepeda sebagai alat transportasi. Setengah jam kemudian, kami berlabuh di perairan Pulau Satonda, sebuah pulau kecil nan sepi. Dua puluh menit menunggu, saya dan Aris yang sudah tak sabar me­nanti jemputan perahu petugas penjaga, segera men­cebur­kan diri berenang


Let’sgo! ke laut. Dengan sandal jepit yang saya pasangkan di kedua tangan, gerakan saya lebih cepat di air. Tas kamera saya titip­kan ke kru kapal yang datang dengan kano putihnya. Satonda adalah sisa gunung api yang sudah mati dan me­ ning­gal­kan kaldera yang diisi oleh air laut. Saat ini, jalur hubungan­nya dengan Laut Flores sudah putus sehingga danau ini praktis terisolasi. Saya pun tak berniat men­ceburkan diri di tengah danau sepi ini, melainkan hanya me­ngelilingi tepiannya saja. Di sebuah tempat, saya me­nemukan ribuan batu ter­­gantung di pepohonan pinggir danau. Ternyata, ber­ edar kepercayaan setempat bahwa dengan meng­gantung­ kan batu di sini, keinginan kita akan ter­kabul. Namun, jika sudah terkabul, harus kem­­bali dan melepas ikatan di batu tersebut. Konon, salah seorang pasangan Eropa yang sudah lama men­dambakan momongan, ter­kabul keinginannya se­telah berkunjung ke sini. Tentu saja, beberapa waktu ber­ ikut­­nya mereka kembali ke sini, melepas batu sambil me­ngada­kan acara syukuran, be­r upa makan-makan dengan

se­luruh penduduk desa se­ kitar Satonda. Pulau Moyo Matahari sedikit ter­ge­ lincir dari atas kepala begitu kami tiba di pulau yang indah ini. Keindahannya semakin ber­gaung karena Lady Diana dan Mick Jagger pernah menyempatkan diri berkunjung dan menikmati salah satu hideaway resort terbaik se-Asia-Pasifik di pulau ini. Kami pun mendarat di salah satu sisi pulau yang sepertinya jarang disinggahi manusia. Mencuci muka dan tangan dengan segarnya air tawar, membilas tumpukan air garam yang selama ini menempel di tubuh adalah aktivitas yang saya lakukan pertama kali. “Saya mau tunjukkan kolam tersembunyi di sini, jarang yang tahu,” kata Aris tiba-tiba. Kami pun menyusuri sungai yang berair jernih itu. Di beberapa tempat tampak ikan sebesar kepalan tangan berseliweran. Tentu saja kami mencoba menangkapnya, tetapi gerak mereka sungguh gesit. Tiga ratus meter trekking ke arah hulu menembus hutan, kami pun dihadang oleh tebing

sungai. Di sini, air mengalir menuruni tebing kapur setinggi 50 meter. Perlahan, kami pun menaiki tebing ini dengan ekstra hati-hati karena terpeleset sedikit saja tidak terbayang akibatnya. Sepuluh menit bergumul dengan tebing, kami pun tiba di puncak. Di sana, sudah menunggu sebuah kolam alami dengan airnya yang jernih. Memang, hampir tidak ada tanda-tanda bekas orang di situ. Tak ada jejak coretan, sampah rumah tangga ataupun jalan setapak di sekitarnya. Diameter kolamnya tak seberapa, paling sekitar 6 meter saja. Namun, saya bergidik ketika menerjunkan diri ke dalam. Sudah masuk menyelam sekitar 7 meter ke bawah namun saya belum bisa melihat dasarnya! Saya pun mandi dan berendam di dalam air. Rasanya seperti di bathtub saja. Setengah jam di sini, kami pun turun perlahan untuk meneruskan perjalanan. Pulau Medang Kami mendapat bonus di perjalanan ini. Sang nakhoda ada keperluan keluarga

sehingga harus kembali ke rumahnya sebentar di Pulau Medang. Pulau Medang adalah pulau kecil yang hampir semua penduduknya berasal dari Sulawesi, baik dari suku Bugis, Mandar ataupun Bajo. Mereka rukun hidup bersandingan di sini. Rumah-rumah mereka masih berbentuk asli, dengan karakter sambunglayang di bubungan depan sebagai penanda suku si pemilik rumah. Selain sebagai nelayan dan nakhoda kapal turis, mereka juga mencari pendapatan dengan mengembangkan rumput laut. Agar-agar adalah istilah lokal yang lebih populer, dan seumur-umur saya belum pernah menyaksikan hamparan rumput laut seluas ini. Layaknya berada di lahan persawahan, sejauh mata memandang saya hanya dapat melihat botol-botol kecil yang mengapung, sebagai tempat bergantungnya rumput laut. Mungkin bentangan budidaya rumput laut itu dapat mencapai panjang 4 km dan lebar 1 km. Dijamu dengan makan di rumah nakhoda, kami pun menikmati keramahan penduduk dan keceriaan anak Medang hingga lepas sore. Lewat magrib, kami pun kembali berlayar perlahan untuk beristirahat di Gili Bola, menghabiskan malam di sana.

Labuan Lombok Pukul 3 dini hari mesin kapal sudah menderu kencang, kapal pun bergerak. Ini adalah hari terakhir perjalanan kami, dan saya hanya menghabiskan waktu dengan duduk-duduk di dek sambil mengepak ulang backpack 35 liter saya. Sepanjang perjalanan, langit begitu cerah dan puncak Gunung Rinjani tampak membayang di kejauhan. Kembali lagi keinginan yang sudah lama terkubur, apa lagi kalau bukan ingin menaklukkan puncak itu. Namun, persiapan fisik harus saya lakukan, dan tentu saja tidak di waktu dekat ini. Kapal pun melambat, masuk ke sebuah teluk yang cukup indah. Labuan Lombok, sebuah teluk sekaligus pelabuhan yang terletak di sebelah utara pantai Kuta Lombok, menjadi akhir perjalanan yang sungguh berkesan ini. Tak hanya daratan Flores dan Lombok yang cantik, perairannya pun sangat menawan! Setelah memberi cinderamata ke Jeims dan pamitan dengan awak kapal yang ramah, kami pun sudah berada di dalam mobil menuju Mataram dan selanjutnya berpisah pulang ke rumah tujuan masing-masing membawa segudang kenangan manis dan setumpuk foto dalam memory card.

menuju labuan bajo Labuan Bajo dapat ditempuh dengan maskapai Batavia Air dan Trans Nusa dari Denpasar. Tersedia pula Merpati, namun jadwalnya kadang berubah. Jalur lain yang dapat ditempuh adalah melalui feri antar pulau di Lombok Timur. Dari Labuan Bajo, banyak paket wisata yang menawarkan sailing trip. Anda dapat mencari teman perjalanan sehingga biayanya dapat lebih murah. Rata-rata yang ditawarkan adalah dari Rp 1,6-3,3 juta per orang, tergantung fasilitas dan jumlah orang serta tipe kapal. Semakin banyak yang ikut, semakin murah pula lah harga yang ditawarkan. Trip serupa juga dapat dijalani dari arah sebaliknya. Di Denpasar atau di Lombok, banyak paket wisata serupa yang ditawarkan. Jalurnya secara umum sama, hanya masing-masing kapal punya tempat persinggahan khusus yang agak berbeda satu sama lain.

dimana menginap? Selama di Labuan Bajo, anda dapat menginap di berbagai resor mewah seperti Bintang Flores (+62-835-42000) atau hotel-hotel sepanjang jalan protokol dengan harga yang cukup bersahabat (Hotel Gardena +62-385-41258).

yang bisa dilakukan: Aktivitas laut seperti berenang, snorkeling, diving ataupun sekedar menikmati pantai pasir putih dapat dilakukan di sini. Trekking ringan di atas pulau-pulau gamping khas Flores dapat menghibur anda pula. Bagi yang suka fotografi, perjalanan ini adalah surganya hunting. Obyek mulai dari landscape, underwater, human interest hingga nature dan animal interest tersedia sepanjang perjalanan.

vol. 02 - th. II

37


B

aris-baris di puisi terkenal karya Lamartine ini mengungkapkan bagaimana cinta sang penyair kepada Istanbul. Sebagai kota yang pernah menjadi ibukota dari berbagai ibukota, Istanbul memang memiliki banyak keunikan. Istanbul – dulu disebut Konstantinopel– adalah satu-satunya kota di dunia yang berada di dua benua, Eropa dan Asia. Istanbul juga satu-satunya kota yang pernah menjadi ibukota dua kerajaan Kristen dan Islam. Sebagai bekas ibukota Kekaisaran Ottoman, Istanbul hingga kini masih menyisakan istanaistana megah di kawasan Sultanahmet, yang terawat dengan baik. Sultanahmet, jantung Kekaisaran Ottoman, mempunyai spot-spot wisata yang biasanya digambarkan secara detil di bagian ‘Places of Interest’ buku-buku panduan wisata. Misalnya saja Topkapi Palace, Aya Sofia, Sultan Ahmet Camii (The Blue Mosque), The Hippodrome, Kapali Carsi (Grand Bazaar), Yerebatan Sarnici, dan Museum of Islamic Art. Yuk, kita mengintip istana-istana para sultan, yang bisa dinikmati

38

vol. 02 - th. II

Mengintip Kemewahan Istana-istana di Istanbul

“Tuhan dan manusia, alam dan seni, berpadu bersama di tempat ini, menjadikan tempat ini sempurna dan sangat berharga untuk dilihat.”

saat mengunjungi kota dua benua ini. Topkapi Palace Salah satu tempat paling populer di Istanbul adalah Topkapi Palace, pusat simbolis dan politik Kekaisaran Ottoman dari abad ke-15 hingga ke-19. Istana ini berdiri di tepi laut, di pertemuan antara Golden Horn, Laut Marmara dan Selat Bosphorus. Istana ini merupakan jaringan bangunan yang mengelilingi beberapa taman dalam, ciri umum tradisi bangunan Islam. Begitu kompleksnya tiap bangunan sehingga perlu waktu berjam-jam untuk bisa mengeksplorasi seluruh kompleks istana ini. Topkapi Palace dibangun tahun 1466-1478, beberapa tahun sebelum Sultan Mehmed II wafat. Tidak seperti istana-istana di Eropa, arsitektur Topkapi didominasi karakter Timur Tengah. Bangunan yang paling awal adalah Cinili Mansion, istana kaca yang diselesaikan tahun 1472, lalu Bab-I Humayun, pintu gerbang utama yang menghadap area Sultanahmet, lalu benteng istana, yang selesai 1478. Awalnya ada 750 orang


penghuni istana ini selama di masa Sultan Ahmed II, namun kemudian membengkak menjadi 5.000 orang, dan membludak menjadi 10.000 orang saat diadakan festival. Bangunanbangunan perluasan lalu dibuat. Istana-istana untuk para harem (selir raja), selesai dibangun tahun 1595 di era Sultan Murad. Di sekeliling istana harem terdapat ruang sunat, apartemen untuk kepala kasim, dan apartemenapartemen sultan. Totalnya ada 400 ruangan. Setelah Kekaisaran Ottoman berakhir 1921, Topkapi Palace diubah menjadi museum. Beberapa keistimewaan museum ini adanya Spoonmaker’s Diamond (berlian terbesar keempat di dunia), Topkapi Dagger (belati hadiah dari Sultan Mahmut I), berbagai koleksi lukisan dan miniatur, serta Pavilion of the Holy Mantle, yang menyimpan jejak kaki, gigi, dan rambut Nabi Muhammad. Jam buka: Setiap hari, 09.00-17.00. Saat musim dingin tutup hari Selasa. Sultanahmet Fountains Terkenal sebagai Ahmet III Fountain, rumah air ini terletak di depan Bab-I Humayun, dan dipandang sebagai karya seni yang sangat artistik, dengan dekorasi rumit kaligrafi dari kayu, batu dan perunggu. Sangat berbeda dengan gaya pada masa itu yang lebih klasik dan sederhana. Dolmabahçe Palace Dibangun oleh arsitek Karabet Balya tahun 18431856 di masa pemerintahan Sultan Abdulmecit I, istana indah dengan banyak ornamen ini terletak sisi pantai Eropa dari Selat

Bosphorus. Istana 3 lantai ini di­buat dengan perencanaan simetris yang hebat, dan me­miliki 285 kamar serta 43 ruang pertemuan. Selain mem­punyai dermaga sendiri sepanjang 600 meter, istana juga dikelilingi taman yang luas dan terpelihara, dan punya satu gedung penyambut­an yang ditopang 56 tiang besar dan 750 lampu pe­nerangan yang berasal dari chandelier seberat 4,5 ton. Kemewahan istana tidak ada di istana-istana lainnya. Tembok dan langit-langitnya dihias emas dan karya seni Eropa dari masanya. Sutera kualitas terbaik, karpet wool, barang-barang kerajinan dari Asia Tenggara, dan kampu-lampu lilin dari kristal, menghiasi setiap ruang­an. Ruang mahkotanya unik, karena tinggi atapnya men­capai 36 meter. Di sayap timur istana ini terdapat Museum of Fine Arts. Jam buka: Setiap hari 09.00-16.00 kecuali Senin dan Kamis. Kontak (0212) 2369 600 untuk memesan tur dengan pemandu. Çiragan Palace Istana besar di sepanjang Bosphorus dan Golden Horn ini dibangun oleh arsitek Serkis Balyan tahun 1871 atas perintah Sultan Abdul Aziz, dengan biaya 4 juta koin emas. Kamar-kamarnya didekorasi dengan karpet langka, furnitur, emas, dan perak. Tembok-tembok kamar didekorasi dengan marmer berwarna. Sebuah ger­bang menghubungkan istana ini dengan Yildiz Palace –melalui sebuah jembatan– sehingga para harem bisa bolak-balik antara kedua istana ini tanpa di­ketahui. Istana ini pernah hangus oleh kebakaran besar tahun 1910, namun dibangun kem­bali dan sekarang

menjadi hotel mewah. Beylerbeyi Palace Beylerbeyi adalah lokasi di mana terletak tiang Asia dari Jembatan Bosphorus. Daerah ini merupakan daerah yang indah bahkan sejak era Byzantium, yang dialokasikan untuk kerajaan. Sultan Abdulaziz membangun istana ini pada tahun 18611865. Perpaduan motif Timur, Barat, dan Turki mem­buat suasananya mirip se­perti di Istana Dolmabahce. Inerior istana 3 lantai ini didekor dengan lampu-lampu gantung Bohemian, tegeltegel mahal, vas-vas keramik, serta furnitur berlapis perak dan karpet mewah. Sampai

se­karang semuanya masih terawat dengan baik. Jam buka: Setiap hari kecuali Senin dan Kamis. Yildiz Palace Istana yang berlokasi di bukit dengan pemandangan indah ini terdiri dari mansion-mansion, taman, dan danau-danau, yang di­kelilingi tembok tinggi. Tempat ini populer bagi masyaraat lokal saat liburan dan akhir pekan karena menawar­kan suasana hijau dan segar di pusat kota. Yildiz Palace menjadi pusat Kekaisaran Ottoman di masa pemerintahan Abdulhamid II dan

merupakan istana terbesar kedua di Istanbul. Bangunan utama di­bangun dengan gaya Ottoman lama dan paviliunpaviliun­­nya bertebaran se­keliling taman. Bangunan sisa yang terpenting adalah Sale Koske, dimana resepsi diadakan, dan juga tempat paling mewah di mana Sultan ting­gal. Yang satu jalur dengan Sale adalah Museum Negara Belediye Sehir Muzesi dan Yildiz Sarayi Theatre. Jam buka: Taman buka setiap hari 09.00-17.30; Sale Koske buka setiap hari 09.30-17.00, kecuali Senin dan Kamis; museum buka setiap hari 09.00-16.30 kecuali Senin. vol. 02 - th. II

39


COVERSTORY

Shenzhen vira tanka saphira.zoelfikar@gmail.com *) Liburan ke mana pun, ke dalam atau luar negeri, ke pantai, kota, wisata kuliner, sampai trip sejarah, akan Vira sambut dengan gembira. Ia freelance travel writer dan juga mengelola www.indohoy.com bersama temannya.

y

ang terlintas di benak ke­­­banyak­ an orang jika men­dengar kata Shenzhen mungkin ada­lah barang-barang branded versi KW alias palsu. Namun karena saya dan teman se­­ per­jalan­­an bukan pem­buru barang-barang itu, kunjung­ an dua hari se­­malam ke Shenzhen bulan Februari lalu kami isi dengan hal-hal lain: me­nikmati pertunjukan musikal ekstra­vaganza serta ter­­sesat di jalan-jalan kota untuk me­­nemu­kan hal-hal tak ter­duga. Memasuki Shenzhen Kunjungan ke Shenzhen ini ter­masuk dalam rangkaian per­­jalan­an ke beberapa kota se­kaligus. Kami memasuki 40

vol. 02 - th. II

Keaslian Si Kota ‘Palsu’

Mengelilingi kota dengan peta expired, terpesona pertunjukan spektakuler, hingga taman yang indah dan pernak-pernik porno. kota di Propinsi Guangdong ini dengan naik kereta dari Guangzhou. Ter­nyata Hotel City Inn Baoan yang sudah kami pesan terletak jauh se­kali dari Stasiun Kereta Luohu yang berada di tengah kota. Mencapai hotel dengan taksi tak semudah yang kami kira. Sang sopir tak tahu letak hotel itu walaupun sudah kami tunjuk­­­kan alamat­nya dalam tulis­­­an kanji yang kami print dari Internet. Walhasil, setelah ber­tanya ke beberapa orang di jalan, be­­berapa kali belok dan putar balik dengan penuh keraguan, satu jam kemudian barulah kami tiba di hotel itu. Phew! City Inn Baoan ini hotel bin­tang tiga. Hotelnya bersih dan para pe­gawainya selalu

ber­usaha mem­­bantu. Sayang­ nya mereka tak me­­ngerti hampir satu pun kata bahasa Inggris, se­dang­­kan kami belum sempat kursus Bahasa Kanton. Jadi, se­gala kosa kata bahasa Tarzan harus kami keluarkan untuk me­minta informasi tentang trans­por­ tasi ke tuju­an pertama kami di Shenzhen.

China Folk Culture Villages Theme park ini kami capai dengan mudah, cuma naik bus sekali dari seberang hotel. Letak­­nya bersebelahan dengan Windows of the World yang ter­­kenal dengan landmark dari ber­bagai belahan dunia dalam ukur­ an mini. Dari jalan terlihat

Menara Eiffel mini, yang pasti akan seru untuk sekedar foto-foto dan berandai-andai kita sedang keliling dunia. Namun karena waktu sempit, kami putus­kan untuk ke China Folk Culture Villages. Mungkin lain waktu kami akan keliling dunia sungguh­ an. Begitu masuk China Folk


paspor peta, tak sampai setengah jam dari Taman Lizhi kami tiba di Museum Shenzhen. Museum yang tumbuh semakin besar sejak tahun 1981 ini mem­ per­tunjuk­­kan berbagai aspek ke­hidupan negeri China dari masa purba hingga modern. Isinya terbagi atas lima bagi­an, di antaranya Jejak Leluhur, Permulaan Kota, dan Imigrasi Purba. Berbagai replika hewan nampak bagaikan hidup, saya pun sampai terkaget ketika tahutahu melihat macan sedang me­lotot. Benda-benda pe­­ ning­gal­an kuno pun banyak sekali, dari peralatan Neolitik hingga pakai­an tradisional.

Culture Villages, pagar naga me­nyambut kedatangan kami. Tak jauh di dalam, lapisan gapura yang berdiri kokoh mengingatkan saya pada suasana film kungfu yang sering kami tonton waktu kecil. Di taman besar ini terdapat berbagai wahana budaya khas semua daerah di China. Mulai dari jenisjenis rumah adat, pakai­­an tradisional, makanan, hingga tarian. Setelah capek mengitari taman dan berfoto-foto dengan salah satu pakaian tradisional sewa­­an, kami bergegas ke ampi­teater tempat pertunjukan Dancing with the Dragon and the Phoenix, yang diadakan se­tiap jam tujuh malam. Pertunjukan yang meng­ga­bung­­kan kemajuan tekno­logi, seni, dan budaya ini men­cerita­kan sejarah negeri China dan ber­macammacam budaya­nya, ter­­­masuk ke­percaya­an yang mereka anut. Narasi cerita ter­tera di sebuah layar besar, dalam bahasa China dan Inggris. Tata panggung, kostum, dan musik­nya me­ngagumkan, apalagi tata lampu dan laser yang sungguh ekstra­vaganza. Belum pernah saya me­lihat per­main­an laser se­­­megah dan sekompleks itu. Masih di­tambah lagi efek asap dan warna-warni lampu, serta aksi akrobatik lakon­nya. Ke­ takjub­­­an saya makin meluap dengan hadir­­nya gerombol­ an domba ber­larian di atas panggung saat menceritakan ke­hidupan rakyat China, lalu

pasuk­an berkuda berkejarkejar­an tepat di antara panggung dan pe­nonton, saat di bagian cerita perang negeri China. Semua kemegahan itu me­reka tampilkan dengan rapi dan sangat terlatih. Bayangkan saja, per­tunjukan sekompleks itu di­ada­kan setiap hari. Betapa se­rius­­nya mereka menggarap pari­ wisata! Peta Expired Di hari kedua, kami ber­ maksud untuk jalan-jalan ke pusat per­tokoan. Walau berbekal peta, kami masih harus banyak ber­tanya ke orang di jalan atau pe­tugas di stasiun Metro (kereta bawah tanah). Bagaimana tidak, se­ mua petunjuk arah di stasiun itu dalam tulisan kanji kecuali ‘toilet’ dan ‘exit’. Bahasa Tarzan kembali kami gunakan sambil menyodorkan peta kepada orang lokal untuk me­­ nunjuk­kan arah. Lucunya, pas kami ber­tanya ke orang yang bisa ber­bahasa Inggris paling ‘lumayan’, ia malah terbingung-bingung dengan peta itu karena me­­nurut­nya sudah tidak akurat. Oalah, memang tidak ada yang sem­purna. Ketika saya lihat, peta ini ke­luaran tahun 2007. Hmm, begitu pesatnyakah pem­bangun­­an di Shenzhen? Ya sudah, akhirnya kami window shopping di pertokoan se­putar stasiun Metro Laojie. Ter­­nyata di sini cukup me­ nye­nang­­kan karena dijual macam-macam pernak-

pernik, dari yang girly hingga patung-patung kecil tembaga para pen­dekar China. Bahkan untuk yang suka, pernakpernik porno pun ada! Taman Lizhi Kebutuhan penduduk akan area hijau nampaknya diperhati­kan sekali oleh pemerintah Shenzhen. Ini terbukti dengan jumlah taman kota yang me­lebihi 20 buah. Sebagai warga Jakarta yang sudah kenyang polusi, kesempatan menikmati taman yang segar ini tidak kami lewat­­kan. Jadi, siang hari itu kami isi dengan menikmati Lizhi Park. Untungnya, untuk mencari taman ini kami masih bisa meng­andalkan peta yang semi-akurat itu. Cukup naik Metro sampai ke stasiun Dajuyuan, lalu me­nye­berang lewat underpass, sampai­lah di taman. Di taman ini terdapat danau dan jembatan dengan gazebo di atas­nya. Sejumlah pengunjung me­ngitari danau dengan perahu motor yang melaju perlahan. Di se­bagian tepi danau tersusun be­batuan besar dan kecil yang nampak sangat alami, membuat kontras yang menarik dengan gedung-gedung pencakar langit di latar belakang. Nikmat sekali dudukduduk di sini, menikmati hembusan angin sepoisepoi, sambil me­ngamati bermacam-macam orang lalulalang di Sabtu yang cerah ini. Ada keluarga kecil ber­piknik dengan bayinya, orang-orang tua berjalan-jalan santai,

hingga anak-anak muda bersenda-gurau. Seluruh bagian taman tertata rapi dan bersih kecuali di sudut-sudut dekat WC umum yang agak (maaf) bau pesing. Museum Shenzhen Berjalan mengikuti arahan

Bagi saya pribadi, bukan cuma dioramanya yang menarik di museum ini, tapi juga lemari pe­nitipan barang yang memakai sistem barcode. Simpel, tapi ini hal baru bagi saya. Secara keseluruhan, Shen­ zhen bagi saya adalah kota yang nyaman karena kebersihan dan ke­modernan­nya. Hmm, ter­nyata kota ini tidak cuma me­nawar­kan barang palsu, tapi juga ber­bagai pengalaman yang me­narik.

vol. 02 - th. II

41


visitjordan.com

Antara Amman & Petra Satu kota di tengah padang pasir, satu lagi di dinding bukit-bukit. Keduanya sama-sama berdebu, tapi juga menakjubkan!

fabiola lawalata* flawalata@yahoo.com *) Mengaku tertarik pada dunia travel writing karena suka ikut suaminya yang suka traveling. Sekarang penulis tinggal di Boom, Belgia.

p

esawat Royal Jordanian Airlines yang kami tumpangi dengan mulus mendarat, dan kami pun sampai di bandara Nur Alia-Amman, Amman. Bandara tua yang kecil ini nampak tidak terlalu sibuk, sementara bandara yang baru sedang dalam tahap pembangunan. Udara saat ini sekitar 15 derajat celsius dan sangat segar. Maklum kami tiba di bulan Desember, musim dingin untuk Jordania, 42

vol. 02 - th. II

namun masa-masa yang tepat jika ingin traveling ke Timur Tengah. Kunjungan kami ke Jordania kali ini tak lain untuk mengunjungi Petra, salah satu dari 7 keajaiban dunia. Banyak jalan menuju Petra, yang sering dijuluki The Lost City. Bisa melalui Mesir ataupun melalui Amman, ibukota Jordania. Kami memilih melalui Amman, yang juga yang belum pernah kami singgahi. Di luar gerbang kedatang­ an terlihat loket informasi, jadi kami langsung menanya­ kan bagaimana cara menuju kota Amman. Ternyata, bandara ini menyediakan shuttle bus dari dan ke pusat kota, dengan biaya JD3/Rp 36.000 per orang. Bus ter­ sebut membawa kami sampai tiba di perhentian akhir yaitu terminal selatan Amman. Dengan pemandangan layaknya Timur Tengah, terlihat jelas angka curah hujan di sini sangat kecil.

Jalanan, tanaman, dan gedung ter­lihat berdebu. Sepanjang jalan menuju pusat kota, lalu lintas cukup sepi. Ternyata, hal itu karena hari ini ber­ tepat­an dengan Hari Raya Isra Miraj, di mana penduduk Jordania lebih memilih untuk tinggal di rumah dan me­ raya­kan hari raya bersama keluarga. Sesampai di hotel, mulai­ lah kami mengumpul­kan informasi bagaimana cara me­nuju Petra dari Amman. Hotel dan travel agent memang banyak menawarkan paket se­­hari ke Petra dengan biaya rata-rata JD50/Rp 600.000 per orang, belum termasuk tiket masuk Petra. Karena kami menyebut diri ‘traveler’ dan bukan turis, kami mulai mencari alternatif. Kami kemudian tahu, ada bus umum bernama Jett yang setiap hari membawa penumpang yang ingin mengunjungi Petra. Tiket yang ditawarkan cukup murah, per orang hanya

JD16/Rp 170.000 pergipulang. Dengan bus besar yang sangat nyaman, bus ini setiap hari berangkat jam 6 pagi dari Amman dan kembali jam 4 sore dari Petra. Saya diberitahu, kalau ingin naik bis ini, sebaiknya membeli tiket sehari sebelum­ nya di kantor pelayan­an Jett. Lokasinya di terminal Abdali di tengah kota Amman, dan semua supir taksi seperti­ nya tahu di mana kantor Jett ini. Dari pusat kota Amman kurang lebih bayar­nya JD0,50 saja (Jangan meng­guna­kan argo meter. Tawarlah sebelum naik taksi). Namun kami me­milih jalan kaki, karena selain udara yang men­du­ kung, banyak spot menarik yang bisa dilihat sepanjang jalan, seperti Amphitheather dan Citadel, spot yang wajib di­kun­jungi dan juga menjadi ikon kota Amman.

Harga tiket masuk Amphi­theater JD1/Rp 12.000 per orang, sudah ter­ masuk biaya mengunjungi museum rakyat yang ada di dalam amphitheater. Teater ini mengarah ke arah utara, untuk melindungi penonton dari cahaya matahari. Tempat duduk yang paling atas di­ panggil sebagai The Gods – mungkin dulu diperuntukkan bagi para dewa yang mau me­nonton. Dalam waktu beberapa jam saja, kami sudah men­ dapat kesimpulan bahwa penduduk negara ini cukup ramah dan bersahabat. Mereka sepertinya sudah biasa melihat pendatang yang ber­libur di negaranya. Seperti ketika kami bertanya kepada se­seorang di pinggir jalan tentang alamat yang mau kami tuju, meski orang itu tidak bisa berbahasa Inggris,


paspor

tapi karena niat dia untuk mem­bantu kami, diberhenti­ kan­nya sebuah mobil dan me­minta pengendaranya untuk membantu. Saya sangat ter­­sentuh melihat kejadian ini. Amman sendiri terdiri dari kota tua dan kota modern. Kota tua terletak di pusat kota (downtown), dan di­­sebut Balad. Sedangkan bagian modern Amman ter­ letak di sisi barat kota dan sering disebut West Amman. Konon, Amman adalah salah satu kota tertua di dunia yang di­tinggali manusia se­ cara terus-menerus. Di era se­belum Yunani, Amman di­­sebut Rabbath-Ammon. Semen­­tara di era Romawi, nama Amman saat itu adalah… Philadelphia! Konon nama ini mengacu

pada nama salah satu kaisar Romawi, Philadelphus. Tiket Mahal Akhirnya hari yang di­ tunggu pun tiba. Perjalanan dari kota Amman ke Petra dengan waktu tempuh selama 3,5 jam itu rasanya singkat untuk kami rasakan saking excited-nya saya ingin melihat Petra. Banyak pengunjung Petra yang memutuskan untuk tinggal lebih dari 1 hari di kota ini. Akomodasi, rumah makan, dan toko suvenir banyak tersedia. Tampaknya pemerintah Jordania memang sangat memperhatikan obyek wisata yang mereka miliki, mungkin karena pariwisata me­nyum­bang devisa terbesar untuk negara ini.

mengunjungi amman dan petra Visa: Bagi pemegang paspor RI, kunjungan ke Jordania bisa mengguna­ kan Visa on Arrival ataupun diurus sebelum keberangkatan di Kedutaan Jordania di Jakarta. Syarat-syaratnya bisa diakses di http://www.jordanembassy.or.id. Mata Uang: Mata uang Jordania : Jordanian Dinar (JD) 1 Jordanian Dinar = 1,41 dolar AS = Rp 12.245 Kode Telepon: +99 Menuju Jordania: Garuda Indonesia terbang dari Jakarta ke Dubai, dilanjutkan dengan naik Royal Jordanian Airlines atau Etihad menuju Amman. Bisa juga menggunakan Royal Jordanian Airlines yang memakai Jakarta – Bangkok – Amman.

Tiket masuk seharga JD50/Rp 600.000 per orang untuk kunjungan 1 hari rasa­ nya memang cukup merogoh kantong. Banyak pengunjung yang berdebat di depan loket tiket akibat harga tiket yang overpriced ini. Sebab harga tiket untuk warganegara Jordania sendiri cuma JD 1/ Rp 12.000. Harga terbaru ini saja se­telah mengalami ke­naikan 3 kali selama tahun 2010. Artinya, sebelum ini tiket­nya jauh lebih murah! Dengan tiket di tangan, kami mulai menyusuri area arkeologi ini. Kamera pun tiap menit melakukan tugas­ nya. Rasanya setiap belokan dan ujung jalan ingin saya abadi­kan. Adalah The Bab-assiq, jalan berliku penuh kerikil dengan dinding batu gunung merah setinggi 100 meter yang men­jadi jalur kami ber­­jalan sejauh 1 kilometer. Kalau tidak kuat jalan, kita bisa me­nyewa dokar, karena di sini kendaraan ber­ motor di­­larang masuk. Tapi berjalan-jalan di sini saja sudah me­nimbulkan perasaan kagum yang luar biasa akan tempat ini, karena formasi dan warna-warna be­batuan­ nya yang me­ngagum­kan. Hingga akhirnya, mata kami menangkap sesosok bangunan yang sering kami lihat di majalah-majalah traveling dan kartupos: The Treasury. Ah, akhirnya The Treasury –orang Arab me­ nyebut­­­­nya Al-Khazneh– ada di hadapan kami. Istana yang terpahat di dinding bukit ini berdiri kokoh, cantik, impresif, dan penuh misteri. Dengan lebar 30 meter dan tinggi 43 meter, kami jadi terasa kecil di hadap­­an ‘tampak depan’ istana berwarna terakota ini. Benar-benar keren! Pikiran pun melayang menuju

ribuan tahun yang lalu. Apa ya yang terjadi di sini saat itu? Tempat apakah ini sebenarnya? Bagai­­mana keadaan orang-orang di sini pada zaman itu? Pertanyaanpertanyaan ini selalu bermain di kepala ini. Tidak heran jika jutaan manusia di dunia menobatkan tempat ini sebagai salah satu dari 7 keajaiban dunia. Konon, The Treasury me­­­rupa­kan makam raja orang Nabatean, yang di­ bangun di abad pertama Masehi. Bangsa Nabatean di­­­pandang sebagai penduduk asli wilayah ini. Dulu, Petra sering diserang oleh Romawi, hingga akhirnya Petra bisa ditaklukkan pada tahun 100 M. Petra masih terus dihuni orang meski Romawi kemudian me­ min­­­dah­­­kan ibukotanya ke Konstantinopel di Turki. Di abad ke-12, para kesatria Perang Salib membangun benteng-benteng di Petra, namun tak lama kemudian di­ tinggal­kan kepada penduduk lokal, sampai akhirnya di tahun 1812, Petra ‘ditemukan kem­bali’ oleh penjelajah Swiss, Johann Ludwig Burckhardt. Petra bukan hanya bangun­­an The Treasury ini. Ada sekitar 500 makam dan bangunan lain yang bisa di­nikmati di taman arkeo­

logi seluas 26,4 hektar ini. Sebut saja Royal Tombs, Mausoleum of Sextus Floren­tinius, Amphitheater dengan daya tampung 8.000 orang, sampai The Monastery yang tak kalah spektakuler. Monastery ini harus di­ tempuh melalui 800 anak tangga sekali jalan, dengan medan yang penuh kerikil, pasir, dan menanjak. Pastikan me­­makai sepatu yang nyaman dan bekali diri dengan air putih, biskuit, dan tentu saja memoy card dan batere kamera yang masih penuh. Dibutuhkan waktu 4-5 hari kalau kita benar-benar ingin mengeksplorasi ke­ se­luruh­­an kompleks yang masuk dalam UNESCO World Heritage List ini. Waktu yang tepat untuk berkunjung adalah sebelum tengah hari, karena sinar matahari masih menyinari bangunan-bangunan di dinding bukit tanpa terhalang. Pastinya, ratusan turis lain juga belum tiba sehingga kita dengan leluasa bisa berfotofoto di depan The Treasury. Kalau pernah menonton film Indiana Jones and The Last Crusade yang dibintangi Harrison Ford, di sinilah tempat syutingnya. Tapi percayalah, menikmati Petra secara langsung jauh lebih menarik daripada menonton film itu!

Tempat Menginap: InterContinental Jordan ***** Islamic College Street, Second Circle, Amman, Tel: +96-2-6-4641361 Toledo Amman Hotel *** Jabal Al-Hussein, 37 Al Razi Street Tel: +96-2-6-4657777 Abdali Inn Hotel ** Suleiman Al Nabulsi Street, Abdali Area – tak jauh dari King Abdullah Mosque, di depan stasiun taksi lama Amman Jordan Tower Hotel * Hashmiyeh, Downtown Amman, dekat Roman Amphitheatre Makan di Mana? Banyak restoran ataupun rumah makan di Amman, harganya pun bervariasi. Harga-harga menu dipampang di depan restoran. Menu yang sering terlihat di buku menu adalah Mensaf, semacam semur daging diolah dengan saus yogurt, dan Makloubat yaitu ayam panggang yang sebelumnya telah direndam bumbu. Jangan lewatkan merasakan Baklava sebagai teman minum Arabic Coffee.

vol. 02 - th. II

43


travelgal

Traveling Solo: It’s Lots of Fun! yeyen nursjid Twitter: @YenCeu http://yenceu.multiply.com

B

egitu komentar beberapa teman cewek ketika tahu saya akan bepergian sendirian ke Phuket beberapa waktu lalu. Memang sih, seumur-umur saya belum pernah bepergian sendiri ke luar negeri. Selama ini saya selalu bersama kawan-kawan yang setipe. Lalu kenapa kemarin saya pergi sendirian? Ini tak lepas dari cerita 2 tahun lalu ketika di hari terakhir di Bangkok paspor saya dicuri orang. Mau tidak mau saya harus putar otak dan survive sendirian, karena teman-teman saya pulang duluan. Dan, voila! Saya beneran bisa enjoy tuh! Ketika kemarin saya memutuskan liburan 5 hari ke Phuket, memang sempat terbersit pemikiran, duh gimana biayanya ya? Beneran kepikiran bujet hotel dan long boat karena kalau sendirian berarti tidak ada sharing cost. Gawat juga nih kalau biaya bengkak. Namun ternyata kekhawatiran tadi tidak benar. Justru dalam perjalanan solo ini lebih banyak fun dan tanpa disangka saya mendapatkan kawan-kawan baru dari banyak negara, plus bonus

Bagi sebagian cewek, pergi sendirian ke luar negeri mungkin dianggap kurang fun. “Ngapain sendirian? Ntar nggak ada temannya kalau mau jalan-jalan!” cinlok (cinta lokasi) orang bule Jerman. Aha! Ketika sedang di pantai sendirian, saya sempat ajak ngobrol seorang cewe bule Prancis. Saya berenang dan dia menjagakan tas saya di pinggiran pantai. Bahkan kami janjian untuk ‘dugem’ rave party on beach malam harinya. Kami saling bertukar info tentang penginapan di kota lain, yang aman untuk wanita dan dekat dengan tempat jalan. Ketika di pulau Phi Phi, awalnya saya akan go show tinggal di hotel. Namun sesuai saran seorang teman di Jakarta, saya menemui kawannya seorang bule Jerman yang tinggal di dormitory. Tanpa disangka ternyata si bule ini sudah booking tempat tidur untuk saya! Antara senang karena punya kawan baru dan bisa tinggal bersama di dormitory (semacam asrama) dan bingung karena seumur-umur tidak pernah tidur di tempat tidur atas-bawah, hahaha! Tapi justru ini asyiknya karena ternyata dalam 1 kamar ada 26 tempat tidur, berarti ada 26 kawan baru lagi! Tinggal di dormitory

agar solo traveling nggak garing • Hindari membawa barang yang tidak perlu seperti laptop atau perangkat elektronik yang selain berat juga bisa mengundang maling. Kalau mau simpel, cukup bawa iPod atau MP3 player • Membawa pakaian juga seperlunya saja. Apalagi untuk cewek rasanya tidak mungkin tidak belanja di tempat plesiran • Siapkan dana cadangan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Jangan sampai ketika dalam keadaan darurat, kita tidak punya duit. Kalau perlu dana cadangan ini dipisahkan dalam dompet kecil atau amplop terpisah • Ambil inisiatif ngobrol dengan traveler lain. Mulailah dengan percakapan ringan. Ingat, mereka rata-rata juga pergi sendirian. Rugi banget jauh-jauh ke luar negeri tapi tidak mendapat teman baru • Atur jadwal seoptimal mungkin. Buat perencanaan tempat-tempat mana saja yang akan didatangi. Jangan lupa bawa peta yang bisa di-download dari internet atau ambil peta lokal di bandara, gratis! • Expect the unexpected. Dalam perjalanan kadang banyak hal di luar perencanaan. Jangan bete dulu. Enjoy saja. Kalau Plan A gagal, ganti ke Plan B, atau Plan C. Nikmati saja apa yang sedang terjadi. Justru dari situ kadang ada saja hal tak terduga yang bisa menjadi pengalaman luar biasa.

44

vol. 02 - th. II

selain jauh lebih hemat juga bisa sharing banyak hal, dari mulai cerita negara masing-masing, makan dan ngafe bareng, sampai jalan keliling pulau dan snorkeling bersama. Bahkan di hari keempat, saya berkenalan dengan se­orang bule Jerman di van yang akan membawa kami dari pelabuhan Phuket City ke Pantai Patong. Selama di perjalanan kami banyak bercerita tentang pengalaman di pulau, dan saya juga bercerita tentang pengalaman

mengelilingi Pantai Patong tahun lalu. Saya tanya apakah dia bisa mengendarai motor, ternyata bisa. Akhirnya di hari terakhir liburan itu kami menyewa motor di depan hotel. Selain biaya murah karena tidak perlu menyewa tuktuk, kami bisa have fun bersama menikmati pantaipantai cantik di Phuket. Intinya, tidak perlu

khawatir bepergian sendirian ke luar negeri, karena kita justru akan mendapatkan pengalaman lebih kaya dan berkenalan dengan kawankawan baru. Selamat bersolo traveling!

romantictravel BULAN MADU KE RAJA AMPAT T: Dear Bulanmadu.com, saya penasaran dengan tujuan Raja Ampat yang katanya sedang booming. Apakah destinasi ini juga bagus untuk berbulanmadu? Kapan waktu paling bagus ke Raja Ampat? [Dewita – Tangerang]

yopi rismayady GM Bulanmadu.com @yopirismayady @BulanmaduDotCom

J: Benar, Raja Ampat memang sedang menjadi tujuan bulanmadu favorit saat ini, khususnya bagi mereka yang ingin sesuatu yang berbeda, eksklusif, dan suka berpetualang. Waktu yang paling baik untuk ke Raja Ampat adalah Oktober-Desember. Saat itu untuk wilayah timur laut sedang teduh dan musim angin selatan sudah lewat. Waktu alternatif lain yang bagus adalah Maret hingga

pertengahan Juni. MEMBELI PAKET NONHONEYMOONERS T: Halo, apakah saya bisa membeli paket-paket Bulanmadu. com, meski saya bukan honeymooner? Saya mau membeli paket untuk hadiah pernikahan kakak saya. Mohon saran. [Aida S. – Jakarta] J: Tentu saja bisa sangat bisa, Mbak Aida. Sudah banyak yang membeli paket dari kami sebagai hadiah. Intinya produt kami tidak hanya untuk honeymooners namun untuk semua yang butuh paket romantis. Silakan lihatlihat berbagai paket yang ada di website kami www.bulanmadu. com.



marley gultom siantarjua@gmail.com *) Bekerja di sebuah bank swasta, menyukai wisata petualangan.

s

aya bergegas ke Terminal Lebak Bulus, Jakarta Selatan, untuk ber­temu dengan seorang teman pendaki , Asep Andriana. Jumat malam ini, kami akan bersama-sama pergi ke Garut, lalu men­ daki Gunung Cikuray esok hari­nya. Duh, semangat saya rasanya tak terbendung lagi untuk segera sampai ke kota sejuk itu, dan menapaki gunung yang puncaknya me­nyerupai kerucut raksasa. Betapa tidak. Baru kali inilah saya kesampaian pergi, setelah tiga kali sebelumnya gagal. Demam yang baru saja mereda beberapa hari ini, rasanya langsung hilang begitu saja. Gunung Cikuray berada di tengah-tengah Kabupaten Garut, Jawa Barat, masuk ke wilayah empat kecamatan:

46

vol. 02 - th. II

Menggapai puncak Cikuray Jalur pendakian yang terus menanjak dan terjal, turun diguyur hujan sampai lemas. Cilawu, Cigedug, Cikajang, dan Banjarwangi. Kawahnya memang tidak aktif lagi, namun Cikuray merupakan gunung tertinggi ke-4 di Jawa Barat dan paling tinggi di Kabupaten Garut. Berbagai sumber menyebutkan tinggi gunung ini berbeda-beda. Ada yang menyebut 2.821 mdpl (meter di atas per­ muka­­an laut), 2.818 mdpl, 2.816 mdpl, bahkan ada yang me­nyebut 2.831 mdpl. Yang pasti gunung ini masih alami dan jarang dijamah pendaki. Menurut legenda dan naskah-naskah kuno, gunung ini kerap disebut Gunung Srimanganti atau Srimanganten. Di abad ke-17, lereng gunung ini men­jadi mandala, yaitu pusat per­tapa­ an para pendeta dan kegiatan tulis-menulis. Bukti-bukti

ter­tulis pertapaan itu masih ter­simpan di cagar budaya Ciburuy di Kecamatan Cigedug. Di Garut, akhirnya ber­ kumpul juga 12 orang yang akan bersama-sama men­daki Cikuray. Yang dari Jakarta hanya saya dan Asep, lainnya dari Bekasi, Bandung, dan Cilegon. Hampir seluruh­nya sudah pernah mendaki be­ berapa gunung di Indonesia. Ini yang mem­buat saya senang dan tidak khawatir. Suasana unik saya temui di perbincangan dengan be­berapa teman yang fasih ber­bahasa Sunda. Saya hanya bisa mengangguk-angguk dan mem­balas dengan senyum karena memang tidak bisa ber­bahasa Sunda. Yang saya tahu hanya hatur nuhun (terima kasih), naon (apa), dan

mangga (mari). Yang lainnya, bingung, hahaha! Kami akhirnya bisa me­ rebah­kan diri berdesakan di sebuah penginap­an peng­ ganti, setelah penginap­­­­an yang kami pesan sebelumnya ternyata diguna­kan oleh sebuah instansi pemerintah. Ojek Trail Pagi hari, dengan me­ nyewa angkot, sang supir akhir­nya mengantar kami ke Desa Cilawu. Pemandang­an perkampungan khas Garut memanjakan mata se­lama perjalanan 12 km dari ter­ minal ke desa ini. Cilawu merupa­kan salah satu pintu masuk ke jalur pendakian Cikuray, selain dari Desa Cikajang, Desa Bayongbong, dan Desa Cigedug. Dari Cilawu, kami harus ke titik awal pen­dakian, yaitu pos stasiun relay TVRI dan televisi swasta, 15 km dari Cilawu, 2-3 jam berjalan kaki. Hari sudah pukul 9 pagi, dan saya bersama temanteman harus mengejar waktu untuk memulai mendaki. Me­nyewa ojek adalah pilihan tepat. Dengan tiap orang me­ rogoh Rp 30 ribu, kami pun me­­mulai petualangan ini. Awalnya kami melewati per­kampungan, lalu me­

nyu­suri hamparan kebun teh milik PTP Nusantara VIII Dayeuh Manggung. Se­telah ini, huff… ternyata sungguh asyik dan seru di­ bonceng ojek. Medannya mulai sulit begitu menuju ke pos stasiun pemancar. Butuh pe­­ngalam­an dan skill prima untuk mengendarai motor. Spesifikasi motor pun harus benar-benar teruji. Ojek yang saya tumpangi adalah model trail merek GLPro lama, dengan suara­yang bising me­ mekakkan telinga. “Ini sudah 20 tahunan saya pakai untuk mengantar-jemput pen­daki,” kata Kang Fauzan, sopir ojek saya. Hohoho… salut! Karena jalannya bebatuan cadas dan menanjak, tak pelak posisi duduk saya pun miring-miring akibat goncang­an motor yang sering ter­peleset melewati jalanan yang sangat sulit. Untung tas carrier saya diletakkan paling depan, jadi agak aman dan me­ngurangi beban di punggung. Ojek teman-teman pun beberapa kali harus ber­ henti akibat sulitnya medan yang ditempuh.Menjelang pukul 10, kami pun tiba di area pe­mancar stasiun TV. Menanjak Terus Rute jalur awal pendakian


ADVENTURE menyiapkan makan malam. Malam itu kami meringkuk dalam sleeping bag hangat di tenda masing-masing.

belumlah berat. Tanjakan terjal belum ditemui kecuali jalan setapak di tengah per­kebunan teh, pinggiran ladang, dan belum memasuki hutan. Namun tentu saja, di rute ini pun kami –terutama saya– sudah ngos-ngosan. Be­berapa kali saya berhenti untuk tarik nafas dan minum air putih menghilangkan haus. Setengah jam kemudian, kami tiba di perbatasan hutan dan berhenti karena ada be­berapa jalur yang mem­ bingung­­kan. Inilah unik­ nya gunung ini. Tidak ada pertanda semacam anak panah atau tanda lain ke jalur yang benar. Untung saja, salah satu teman kami yang di belakang tahu jalur yang benar. Tadi saya sempat melipir ke arah kanan, yang kalau diteruskan ter­nyata menuju ke jurang… Puncak terlihat masih sangat jauh. Beban di pung­ gung mulai berat, capek, dan lelah makin bertambah. Kondisi jalur yang sudah ter­ jal menghadang terus, dengan kemiringan 20-45 derajat, membuat otot kaki dan paha terasa berat. Be­berapa kali

saya harus meraih rantingranting atau ber­pegangan pada akar pohon yang kokoh sebagai bantu­an untuk melangkah. Rute yang saya lalui ini mirip dengan jalur treking Gunung Salak yang pernah saya daki pertengahan 2009 lalu. Vegetasi hutannya pun sangat mirip, hanya saja di Gunung Salak lebih rimbun. Tidak ada bekas jamah­an tangan-tangan manusia. Sejauh kaki me­ lang­kah, yang ada adalah rute menanjak terus, tak pernah ada dataran rata. Kiri-kanan jurang dan lembah. Kurang lebih satu sete­ ngah jam, kami sampai pada Pos 1. Kami ber­istirahat untuk makan siang dengan bekal yang sudah kami beli di kota Garut. Tapi ini tak lama, kami segera melanjutkan pen­daki­­an menuju Pos 2 agar tubuh tidak kedinginan oleh hawa hutan gunung sangat dingin. Kabut semakin tebal dan lembab. Vegetasi hutan semakin rapat, gelap. Untung­ nya jalur menuju Pos 2 ini masih diselingi jalur datar walau sebentar. Kebanyakan jalur­nya menanjak terjal,

dengan kemiringin tanah men­capai 50-60 derajat. Jarak antara dua pijakan kadang bisa sampai setinggi pinggang atau dada! Benar-benar jalur yang sangat menantang. Satu jam kemudian, baru kami sampai ke Pos 2. Ketinggian me­nunjukkan 2.271 mdpl. Kami pun beristirahat minum kopi dan teh hangat. Lumayan menghilangkan dahaga dan menambah energi. Suasana tambah berkabut dan hujan gerimis. Tubuh basah hingga meresap ke dalam. Badan semakin ke­ dingin­an sementara per­ jalanan sudah lebih dari se­­paruh. Pendakian pun di­­lanjut­­kan menuju Pos 3 atau yang sering disebut ‘puncak bayangan’. Kondisi trek masih terjal dan menanjak terus, di­ tambah tanjakannya bebatuan yang besar-besar serta tanah basah. Sesekali saya terpeleset dan teman lainnya terjatuh. Di puncak bayangan, kami hanya berhenti 10 menit, karena sudah terlihat jelas puncak utama Gunung Cikuray di kejauhan sana. Dengan semangat yang ter­sisa, seluruh tenaga di­kerahkan. Jalur sudah mulai terang, pepohonan sudah jarang, namun tanjakan masih terus berlanjut. Kurang lebih jam 5, atau 1 jam dari puncak bayang­an, kami tiba di pun­ cak. Raut-raut wajah teman saya penuh senyum bahagia. “Akhir­nya… kami gapai puncak kerucut Cikuray!” teriak beberapa teman. Ditemani gerimis dan se­dikit berkabut, kami men­ dirikan tenda, mengganti pakai­an yang basah kuyup dengan jaket atau sweater, dan

Sunrise di Puncak Subuh pukul 5, kami ber­gegas keluar dari tenda. Ternyata sudah cukup terang, dan udara di puncak sangat cerah. Sejauh mata memandang ke seluruh penjuru mata angin, peman­dangan yang indah mengagumkan terlihat jelas. Apalagi, tak satupun pohon besar kami temukan di puncak kerucut ini. Seluruh alam Kabupaten Garut dan Kabupaten Tasikmalaya dapat dipandang dari sini. Di kejauhan ke arah selatan, kita dapat melihat garis pantai Laut Selatan. Hohoho… saya beruntung sekali! Dari sini, kita juga bisa menikmati gunung-gunung lainnya, seperti Gunung Ciremai di Kuningan, Gunung Slamet yang samarsamar terlihat di kejauhan, Gunung Tampomas, Gunung Puntang, Gunung Papandayan, dan gununggunung kecil seperti Gunung Burangrang. Kawah-kawah gunung itu mengepulkan asap putih seperti lokomotif. Ditambah lagi, asap yang mengepul dari Kawah Kamojang yang menjadi sumber tenaga panas bumi. Ketika udara sangat cerah dan tidak musim hujan seperti sekarang, gumpalan awan putih berarak rapat, lalu menggelantung menutupi seluruh wilayah Kabupaten Garut. Amazing! Diguyur Hujan Setelah puas berfotofoto dengan latar belakang keindahan alam Garut, kami pun menyiapkan sarapan. Seperti biasanya, tidak

ada makanan yang tersisa, semuanya selalu habis. Rasa lapar pun terobati. Kenyaaangg! Kami bersantai dan berbagi cerita meski hanya sejenak, karena mentari yang mulai menaik membuat puncak terasa kian panas. Saat kami hendak berkemas, cuaca mulai berubah sedikit mendung sehingga kami pun bergegas merapikan barangbarang dan mulai turun. Jalur turun kami pilih sama dengan saat kami mendaki. Jalur lain lebih terjal apalagi saat hujan, jadi sangat berbahaya. Meski terasa sangat singkat saat turun, sekitar 3 jam, namun kami sangat kewalahan menahan kaki saat menapaki jalur turun yang curam. Lutut pun seolah disiksa hingga gemetaran. Sampai-sampai ada teman yang berulang kali terjatuh oleh licinnya jalur turun. Hahaha! Tiba di Pos 1, gerimis turun dan mulai deras saat mendekati perbatasan hutan. Kami cepat-cepat mengeluarkan rain coat, payung, ponco, dan pelindung tubuh. Kondisi jalan semakin licin. Hampir kami semua merasakah jatuh dan terperosok. Hingga ke lokasi pemancar, hujan tetap turun. Saya pun sempat down dan menyerah di saat-saat hujan turun ini. Beberapa kali saya ngesot jalan dengan langkah yang amat sangat pelan. Hingga sampai ke Desa Cilawu, kami tempuh dengan berjalan, karena ojek sangat susah dikontak saat hujan deras seperti ini. Akhirnya, dengan nafas hampir habis, kami tiba di Desa Cilawu pukul 6 sore menjelang magrib. Thank God! Sungguh petualangan pendakian yang berkesan!

tips mendaki cikuray • Kemas seluruh perlengkapan standar pendakian, termasuk harus memakai sepatu gunung. Bukan sandal gunung apalagi sepatu kets, mengingat medan sangat curam dan terjal • Bawa air secukupnya, minimal 3 liter per orang. Sepanjang pendakian sampai ke puncak, sangat sulit ditemukan mata air untuk minum • Berhati-hati memilih jalur saat mendaki. Kondisi hutan dan jalur yang jarang didaki membuat bingung. Jadi sebaiknya harus bersama rekan yang sudah pernah dan tahu rute pendakian • Pilihlah waktu mendaki lebih pagi, agar sesampai di atas masih sempat menikmati matahari terbenam, atau berangkat malam agar dapat menikmati matahari terbit di puncak • Bila ingin menikmati pendakian sempurna, pilihlah saat tidak musim hujan, misalnya April-Agustus. November-Desember umumnya musim kabut dan hujan. vol. 02 - th. II

47


events

3 Penghargaan untuk Emirates

Emirates SkyCargo, divisi kargo Emirates yang berbasis di Dubai, mendapatkan tiga penghargaan bergengsi dari industri kargo di London dan Toronto, tengah April lalu. Di UK Cargo Airline of the Year Awards, Emirates SkyCargo menerima dua penghargaan, yakni sebagai Maskapai Penerbangan Terbaik ke Timur Tengah (Best Airline to the Middle East) untuk ke-23 kalinya berturut-turut. Sedangkan Penghargaan Prestasi Sepanjang Masa (Lifetime Achievement) diberikan kepada Ram Menen, Senior Vice President Divisi Cargo Emirates.

Direktur Baru Abacus Indonesia Abacus International, penyedia jasa solusi travel terkemuka di Asia, 12 April lalu mengangkat Iswandi Said sebagai managing director Abacus Distribution Systems Indonesia. Iswandi sebelumnya telah bekerja 25 tahun dengan Garuda Indonesia. Terakhir ia menjabat sebagai Senior General Manager untuk operasional Timur Tengah dan Eropa. Abacus International sendiri, yang berpusat di Singapura, merupakan penyedia solusi travel bagi lebih dari 20.000 travel agent di 24 negara Asia Pasifik. Abacus dimiliki oleh konsorsium berbagai penerbangan terkemuka Asia, termasuk Garuda Indonesia, serta bekerja sama dengan Sabre, pemimpin dunia di bidang distribusi layanan elektronik untuk industri travel.

Di Kanada, Emirates SkyCargo juga dinobatkan sebagai Maskapai Penerbangan Timur Tengah Terbaik (Best Carrier Middle East) untuk kedua kalinya di acara tahunan Central Region Forwarders Choice Awards Gala ke-11.

The Royal 9 Shrines Blue Elephant Seiring perubahan nama Blue Erawan menjadi Blue Elephant kembali, resto ini menyajikan The Royal 9 Shrines, perayaan 9 hari dengan 9 Royal Menu Thailand, awal Maret lalu. Blue Elephant mengajak para tamu mencicipi santapan mewah yang umumnya hanya disajikan untuk kaum bangsawan Thailand saat merayakan sesuatu yang penting. Blue Elephant juga menampilkan 66 menu makanan baru, sehingga total menunya menjadi 124. Blue Elephant merupakan satu-satunya resto dengan chef yang mendapat sertifikat resmi dari Kerajaan Thailand. Chef ini, begitu juga bahan-bahan masakan dan bumbu-bumbu, didatangkan langsung dari Thailand. Blue Elephant telah memiliki 13 cabang di dunia seperti Belgia, London, Bangkok, Paris, Jerman, Lyon, Dubai, Beirut, Malta, Kuwait, Bahrain, Moscow dan Jakarta.

Accor Indonesia Piodalan dan Tanam 3.000 Pohon Mecaru di Aston Sebagai bentuk tanggung jawab untuk melestarikan at Grand Kuta lingkungan dan mendukung program Earth Guest Day 2011, Accor Indonesia mengumumkan penanaman 3.000 pohon di seluruh Indonesia, di Hari Bumi 22 April lalu. Sebagai bagian dari program itu, 170 karyawan grup Accor area Jakarta-Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi dan Bandung menanam lebih dari 200 pohon bakau di Pantai Indah Kapuk. Menurut Gerard Guillouet, Vice President Accor Indonesia, Malaysia and Singapura, dalam 5 tahun terakhir para karyawan Accor selalu merayakan Hari Bumi bersama-sama 500 juta penduduk bumi lainnya di seluruh dunia. Earth Guest Day at Accor itu dilaksanakan serentak untuk mendukung pembangunan, kesehatan, dan lingkungan daerah di 90 negara di mana grup Accor beroperasi.

Aston at Grand Kuta Hotel & Residence 8 April lalu mengadakan upacara Piodalan dan Mecaru. Piodalan adalah ritual Hindu berupa pemberian persembahan kepada Tuhan, agar segala sesuatu di bumi selalu diberkati keselamatan dan kemakmuran. Sedangkan Mecaru adalah upacara untuk menyeimbangkan antara manusia dan alam. Persembahan yang digunakan di kedua upacara disebut upakara (atau bebanten) yang terdiri dari buah-buahan, bunga, dupa, dan hewan yang dihias. Piodalan dan Mecaru ini merupakan yang kedua kali diadakan sejak hotel dibuka 1 Maret 2010. Upacara di depan hotel ini dipimpin wanita suci Ida Pedanda dan dihadiri seluruh karyawan hotel. Sepanjang upacara, nyanyian dan tarian terus berlangsung diiringi oleh gamelan.

Pemenang Liburan Impianku ITHF Selamat untuk 2 pemenang Liburan Impianku di acara Indonesia Travel & Holiday Fair (ITHF) 14-17 April 2011. Pemenang yang akan mendapatkan hadiah tas backpack dari AVTECH adalah:

Maya Puspitasari Jakarta 0858-8889xxxxx Ardini Maharani Bekasi 0856-10xxxxx Para pemenang dapat menghubungi Githa di nomor 021-86360376 setiap hari kerja. 48

vol. 02 - th. II


events

Deep and Extreme Indonesia 2011 Promosikan Wisata Kelautan dan Ecotourism Memasuki tahun ke-5 bagi pameran Deep Indonesia dan tahun ke-3 bagi Extreme Indonesia, event yang digelar bagi para pecinta diving dan extreme sports ini kembali digelar di JCC Senayan Jakarta, 31 Maret – 3 April 2011. Tak hanya diskon besar-besaran dari para penjual alat selam, extreme sport stuff, tapi juga diskon gila-gilaan dari para trip organizer. Mulai dari paket trip ke Bali, Komodo, Wakatobi, hingga Raja Ampat yang menjadi surga bagi para penyelam. Berbagai talskhow, baik yang menyangkut pemotretan bawah air, penulisan wisata adventure, hingga menjaga kecantikan kulit saat beraktivitas ekstrim juga digelar. Majalah LIBURAN sendiri, selain membuka stand, juga bekerja sama dengan Komunitas Penulis Pengelana dan perusahaan peralatan outdoor Avtech, mengadakan talkshow tentang cara menjadi Travel & Adventure Writer. Acara ini menghadirkan Teguh Sudarisman, Editor-inChief LIBURAN. DI talkshow ini LIBURAN juga membagikan banyak doorprize. Menurut Dharmawan Sutanto, Presiden Director PT Exhibition Network Indonesia selaku penyelenggara pameran, misi pameran tahun ini adalah untuk lebih mempromosikan sektor wisata di bidang kelautan dan ecotourism, yang semakin lama semakin memiliki banyak peminat.

9 Wonders di ITHF 2011 Diskon besar-besaran paket wisata dan pengunjung yang membludak sudah menjadi pemandangan biasa di setiap pameran wisata. Tapi, pemandangan yang tidak biasa terjadi di Indonesia Travel and Holiday Fair (ITHF) yang berlangsung 14-17 April lalu. Di ITHF ke-6 ini, RajaMICE.com selaku penyelenggara dan Bank BCA sebagai sponsor utama mengusung tema 9 Wonders. Semua harga, tema, peserta, besar diskon, memiliki unsur angka 9. Sebut saja paket berlibur ke Singapura, yang bernilai US$69 dan hanya tersedia 999 kursi. Atau US$999 untuk paket wisata 9 hari di Turki. Tawaran yang menggiurkan bagi mereka yang hobi traveling, bukan? ITHF 2011 yang bertempat di Ballroom Central Park Mall Jakarta ini juga menyediakan Community Corner, tempat berkumpulnya bermacam komunitas traveling. Majalah LIBURAN sendiri mengadakan acara talkshow, dengan doorprize serta kuesioner berhadiah bagi pengunjung yang mengikuti talskhow. Sedangkan majalah escape! Indonesia mengadakan Lomba Foto Lansekap Vertikal, yang diadakan secara online melalui posting di Fan Page ITHF di Facebook. Lomba yang diadakan hanya 6 hari itu diikuti 1.354 foto dan lebih dari 4.000 orang ‘Like’ Fan Page tersebut. Ke-14 foto yang menang di lomba ini dipajang di ITHF, dengan pemenang utamanya memperoleh hadiah berupa tiket dan akomodasi 3 hari 2 malam di Singapura.

vol. 02 - th. II

49


weirdtravel

Tragedi Stroller

Benda sepele tapi bisa membuat empat orang putus asa di bandara. very barus*

*) Very Barus adalah penulis buku Gak Narsis Gak Eksis, Miss Parnowati, dan De Jurnalis. Kini ia sibuk menulis skenario untuk sinetron dan juga tengah mempersiapkan buku keempat. Hobi travelingnya membuat ia punya banyak pengalaman lucu dan aneh, yang akan ia bagikan di rubrik tetapnya ini.

K

isah tragis ini sebenarnya tidak kami duga-duga. Tidak pernah terbersit sedikitpun kalau stroller alias kereta dorong bayi bisa menjadi sumber petaka di liburan pertama kami di Kuala Lumpur. Waktu itu saya bersama dua teman wanita mau liburan ke KL. Supaya tidak mengeluarkan biaya yang besar, sebelum berangkat kami menghubungi sahabat baik kami Faslin dan bercerita rencana kami yang ingin traveling ke negaranya. Eh, dengan senang hati dia menyambut rencana kami. Bahkan, saking senangnya, ia rela menjemput kami ke Low Cost Carrier Terminal KL. Padahal kalau dipikirpikir jarak rumahnya dengan bandara sangat jauh lho. Ia tinggal di daerah Kajang. Kalau kita di Jakarta, rumah­ nya seperti di Bogor gitu deh. Kami langsung tersenyum lebar karena berhasil meng­ hemat banyak biaya. Gimana nggak hemat, ongkos taksi untuk ke rumahnya tidak jadi dikeluarkan. Biaya pe­ nginapan juga free karena kami dapat menginap gratis di rumahnya. Thanks God! Eh, thanks Faslin! Singkat cerita, pesawat AirAsia kami akhirnya men­ darat di KL. Dari ke­jauh­an kami sudah melihat seseorang melambai-lambaikan tangan. Sempat bingung juga siapa yang melambai-lambaikan tangan itu? Apalagi kami tiba di KL sudah malam, kira-kira jam 9. Eh, ternyata Faslin sahabat kami yang baik

50

vol. 02 - th. II

hati itulah yang melambailambaikan tangan. Maklum, dia pakai jilbab warna gelap, jadi sosoknya terlihat agak aneh. Dua sahabat wanita saya langsung memeluk dan mencium Faslin. Karena saya cowok, saya hanya bersalaman. Alasannya bukan muhrim dan lagi peraturan di negaranya cukup strict untuk urusan peluk-memeluk. Kami mendorong troli berisi tas-tas kami yang lumayan besar-besar menuju tempat parkir. Faslin bilang, ia menjemput kami pakai mobil kakaknya, karena mobil­nya sedang di bengkel. Duh, dibela-belain banget ya! Ketika tas kami mau dimasukkan ke bagasi, ternyata di dalamnya ada beberapa kardus dan baby stroller. “Waduh, ternyata bagasinya penuh. Kita harus susun yang rapi biar tas-tas kamu bisa masuk,” kata Faslin. Kami keluarkan kardus-kardus dan stroller tadi. Eh, pas dikeluarkan dari bagasi, stroller itu nggak tahu kenapa tiba-tiba mengembang terbuka seolaholah siap dipakai. Padahal kami tidak bermaksud untuk membuka, apalagi me­makainya. Tapi kami tidak memikirkannya karena nanti toh bisa dilipat lagi. Yang terpenting sekarang bagaimana agar tas-tas kami bisa masuk bagasi. Akhirnya, dengan berbagai cara, tas-tas kami bisa duduk manis di dalam bagasi. Karduskardus akan kami pangku karena tidak berat. Giliran sekarang stroller yang akan dimasukkan ke bagasi. Faslin mencoba melipat stroller itu. Tapi, eh, dia nggak bisa. Stroller-nya tetap terbuka. Dicoba dilipat dari arah bawah, eh, sama saja. Kami sempat bengong. Kok sampai begitu sulit melipat stroller ini? Di mana salahnya? Apa

kereta bayi ini sudah rusak? Saya mencoba mem­ perhati­kan tombol-tombol di stroller itu, mungkin ada triknya. Hasilnya nihil. Tubuh saya sampai bersimbah keringat karena malam itu cuaca di KL memang cukup bikin keringatan. Tingkat emosi kami pun mulai tidak stabil dan makin lama makin mencapai ubun-ubun. “Aduh, gimana sih, stroller ini. Kok jadi bikin pusing?” ucap teman saya. “Iya ya, tadi langsung terbuka sendiri. Giliran dilipat malah nggak bisa,” timpal teman satunya lagi. Sebagai satu-satunya cowok di situ, saya terus mencoba melipat stroller

Tanel Teemusk

baroezy@yahoo.com http://baroezy.multiply.com

itu, dong (meski dalam hati rasanya pingin saya injakinjak saja agar bisa terlipat seketika!). Tapi stroller itu tidak terlipat juga. Tanpa terasa, lebih dari satu jam kami ‘dipermainkan’ stroller ini. Kami sempat putus asa, dan saya sempat terduduk bengong karena capek. Bahkan sempat timbul ide agar stroller itu ditinggal saja di bandara, esok harinya -kalau ingat- diambil lagi. Yang penting sekarang bagaimana caranya agar kami bisa angkat kaki dari bandara, karena malam semakin larut. Hingga akhirnya ide gemilang muncul. Tahu sendirilah, ide biasanya suka muncul saat kita

putus asa. Faslin menelpon kakaknya untuk menanyakan bagaimana cara melipat stroller itu! Beberapa kali menelpon, tidak diangkat juga. Maklum, ini sudah hampir jam 12 malam. Sampai pada telepon kesepuluh, barulah diangkat. Dengan suara serak, kakaknya pun memberi petunjuk Step by Step Cara Melipat Stroller yang Baik. Akhirnya… kami berhasil melipat stroller celaka itu dengan sempurna. Kami pun langsung tancap gas menuju rumah Faslin di Kajang. Sepanjang perjalanan, kami sudah kehabisan tenaga untuk bercakap-cakap lagi.


Dapatkan potongan harga

Rp 500.000

untuk voucher menginap di

Hotel Patra Bali 1N/2D

Dapatkan potongan harga

Rp 1.000.000

untuk voucher menginap di

pita maha resort Bali 1N/2D

Dapatkan potongan harga

Dapatkan potongan harga

untuk voucher menginap di

untuk voucher menginap di

Rp 500.000

tanjung lesung bay villas banten 1N/2D

Rp 1.000.000

hotel kalicaa tanjung lesung 1N/2D

Dapatkan potongan harga

Dapatkan potongan harga

untuk voucher menginap di

untuk voucher menginap di

hard rock kuta bali

the westin resort nusa dua bali

Rp 200.000

1 Night (Superior Room)

Rp 350.000

1 Night (Deluxe Garden View)

Dapatkan potongan harga

Rp 150.000

untuk voucher menginap di

hotel acacia jakarta 1 Night (Superior Room)

Dapatkan Potongan Harga

Rp 100.000

Gunting voucher ini, dan kirim ke PRISTA MEDIA, Ruko Permata Timur - Jl. Curug Raya No. 7E, Kalimalang, Jakarta Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi MARINI di nomor telepon 021-7090 8871 (* Syarat dan ketentuan berlaku)


READINGPOINTS HOTEL Acacia Hotel, Jakarta Arion Swiss-Belhotel Bandung Aston Marina, Jakarta Aston Rasuna, Jakarta Aston Braga, Bandung Aston Pasteur, Bandung Balista, Jakarta Ciputra Hotel Jakarta Grand Swiss-Belhotel Medan Gumilang Regency, Bandung Harmony Hotel, Bali Harrads Hotel, Bali Le Grandeur Hotel Mercure Convention Centre, Jakarta Palais Dago, Bandung Sparks Hotel, Jakarta AIRPORT LOUNGES JW Lounge Bandara Soekarno-Hatta JW Lounge Bandara Hang Nadin, Batam JW Lounge Bandara Ngurah Rai, Denpasar JW Lounge Bandara Polonia, Medan Ferry International Batam Center Point TRAVEL AGENT Air Asia Tour Anta Tour Bayu Buana Tour Jakarta BRL Express Tour Dwidaya Tour Jakarta Genta Tour Jakarta Hawai Tour Hira Tour Jakarta Kharisma Tour Mei Wisata Mutiara Holiday Perdana Express Prima Tour Smailing Tour Suhaica Wisata Tower Tour and Travel Trophy Tour STARBUCKS COFFEE Bali Discovery Mall Bandung Indah Plaza

Bandung Supermall Botany Square, Bogor Cambrigde City Square, Medan Cibubur Junction Cilandak Town Square, GF Citraland, UG Ciwalk, Bandung Debenhams Karawaci, LG Discovery Mall, Bali Dunia Fantasi Ancol Emporium Pluit, GF Formule 1 FX Lifestyle X’nter Galaxy, Surabaya Graha Niaga Sudirman Grand Indonesia 1, GF Grand Indonesia 2, GF Hard Rock Cafe, Bali Jakarta Stock Exchange 2nd Tower, GF Kamome Supermarket Melawai Kemang Square Kemang Village La Piazza Legian, Bali Mal Artha Gading, GF Mal Kelapa Gading, 1st fl Mall Puri Indah Mall Taman Anggrek, GF Margo City Depok Medan Cambridge City Metropolitan Mall Bekasi Nusa Dua, Bali Oakwood Residences, GF Pacific Place, 4th floor Pakuwon, Surabaya Paris Van Java, Bandung Pasaraya Grande, GF Plaza Ambarukmo, Yogyakarta, GF Plaza Indonesia, 1st floor Plaza Indonesia-EX, 2nd floor Plaza Kampung Kemang Plaza Semanggi, GF Plaza Senayan, GF Plaza Senayan, Kinokuniya 4th floor Pluit Junction, GF Pluit Village, 1st floor Pondok Indah Mal 2 Pondok Indah Mal, GF

Sampoerna Strategic Building Senayan City, 2nd floor Senayan City, GF Setiabudi, 1st floor Skyline Menara Cakrawala Summarecon Serpong Sun Plaza, Medan Surabaya Town Square Teras Kota, BSD, GF TIS Square Tebet Tunjungan Plaza 3, Surabaya Tunjungan Plaza 4, Surabaya Wisma BNI 46 Wisma GKBI Wisma Metropolitan Building, GF Wisma Mulia, Citywalk Building UG COFFEE BEAN & TEA LEAF Bandung Super Mall (BSM) Benton Junction, Tangerang Blok M Plaza Discovery Mall Bali Galaxy Mall 2, Surabaya Grand Indonesia Grand Indonesia 3A Kuta Square Shopping Complex, Bali Makassar Trans Square Makassar Trans Studio Mal Taman Anggrek Mall Kelapa Gading Mid Plaza Building 1 Pacific Place Pondok Indah Mal, Metro Plaza Indonesia Entertainment X’nter Plaza Indonesia Shopping Center Plaza Kemang 88 Plaza Senayan Mall Plaza Tunjungan III Shopping Center Pluit Junction Pondok Indah Mall 2 Royal Taruma Hospital Senayan City Serpong Mall Sudirman Plaza Tebet Indraya Square (TIS) Town Square Cilandak Trans TV Building

Wisma GKBI Wisma Mulia, Citywalk Building PLAZA INDONESIA & EX Bakerzin Beppu Menkan California Pizza Kitchen Chatter Box Chosptix Cinnamon & Coffee Courtyard Dairy Queen Cafe de Excelso Dome En Japanese Restaurant Fat Burger Fazio Fish N Co Gelare Gloria Jean’s Coffee Hard Rock Cafe Honeymoon Dessert Katsu Sei Kenny Rogers Roasters Krispy Kreme Kuppa Thai Resto La Moda Cafe Le Privee Cafe Lu Vaze Marmalade Pantry Miitem Pancious Papparazi Pattiserie Franc Penang Palace Pepper Lunch Pizza Boutique Pizza E Birra Red Tomato Saint Cinammon Sandwich Time Sausage World Secret Recipe Shabu Shabu House Soup Restaurant Spincity Bowling The Burger Spot Tony & Guy Trattoria Yakun Kaya Toast FX LIFESTYLE X’NTER

Alessi Kafe Amadeus Anantha Wellness Centre Bistro Deliferance Bloeming Blue Elephant Cafe Cartels Calli Delli Coffee & Cake Coffee World Cold Stone Cosi Cupcakes De Cruise Dome Farmers Market Foodism FX Music Indochine Jollytime Popcorn Kopi Luwak Mangkok Putih Minus 2 Mother’s Cook Only 1 Panini House Pizza Marzanno Plastic Culture PlayLand Red Duck Sega Fredo Societie Talisa Family Massage The Muffin House Zhuma PACIFIC PLACE Ajitei A Presto Bakerz In Bengawan Solo Coffee Cafe Bon Francais Cafe O La La Canton Bay Cinnzeo Coffee Club Coffee World Cosi Crystal Jade Fish N Co Gyu Kaku Haagen Dazs Hang Gang

Jazz Ice Cream Stage Kenko Fish Spa Kidzania Kopi Luwak Le Seminyak Little Black Cafe Magenta Kitchen Ootoya Pancious PanO Q Box Coffee Raffles Ramen 38 Secret Recipe Segafredo Sour Sally Spaghetti House Tator Coffee Ta Wan The Canteen The Muffin House Urban Kitchen Ya Kun Kaya Toast Y &Y KEMANG, BANGKA & CIPETE Bakoel Kafe BarCode, La Codefin Black Canyon Coffee, Cipete Raya BREWWW, Kemang Raya Cold Stone, La Codefin Jpc kemang The Secrets, Jl. Benda Tornado Coffee, Kemang Utara Vin +, Jln. Kemang Raya Vino Embassy, Kemang Raya Warung Kita, La Codefin Warung Pasta Warung Tekko BALI Baker’s Corner Blue Fin Flapjacks Nero Bali Resto Rama Restaurant Group Seafood House Stadium Cafe Bali Kuta Resort Harris Pop City Hotel

SUBSCRIBE PILIHAN BERLANGGANAN:

6 edisi

Rp 97.000 (Wilayah Jakarta)

12 edisi

Rp 194.000 (Wilayah Jakarta)

MULAI EDISI: ....................................... BERLANGGANAN MELALUI: ❑ FAX ❑ PAMERAN ..................

jabodetabek

gratis ong k kirimos

Untuk pengiriman di luar kota dikenakan biaya tambahan Rp 25.000/edisi

Harga langganan di atas sudah langsung men­dapat diskon 15% dari harga normal. Transfer biaya langganan ke: C/O PRISTA TEHNOLOGI INDONESIA - BCA CABANG KALIMALANG A/C NO: 230 311 3118

Nama Tanggal Lahir Jenis Kelamin Alamat

E-mail

Kirim atau fax bukti transfer beserta formulir berlangganan ke: langganan@pristamedia.com,

Pekerjaan

FAX: +62 21 8690 5677

No. Tlp/Hp

Info lebih lanjut hubungi: GITHA +62 857 1429 6216 / +62 21 8636 0376

Majalah dikirim ke alamat

PRISTA MEDIA - vol. RUKO 7E, Jl. Curug Raya Kalimalang, JAKARTA, Telp. +62 21 8636 0376, Fax. +62 21 8690 5677 02 -PERMATA th. II 52


bookworm Exquisite Indonesia: Kriya Nusantara Nan Elok Dekranas, Equinox, Rp 350.000

Batik: Fabled Cloth

Eloknya kerajinan (kriya) dari berbagai pelosok tanah air dikemas secara apik dalam buku setebal 248 halaman ini. Exquisite Indonesia menampilkan kriya dari Sumatra sampai Papua melalui pemaparan dan fotografi yang ‘berbicara’. Ragam kriya tersebut antara lain tekstil, tas, perhiasan, hiasan meja dan dinding, hingga kotak serbaguna. Pemetaan klasifikasi kriya pada akhir buku dapat digunakan sebagai panduan. Sebagai contoh, Jawa Tengah adalah daerah dengan variasi kriya terbanyak, yaitu serat alam, of Java tekstil, kulit, logam, keramik dan kayu.

Inger McCabe Elliott & Brian Brake, Periplus, US$29.95 Mungkin ini bisa di­pandang sebagai buku yang paling cantik me­ngenai batik. Ditulis oleh seorang master sejarah dari Harvard University, buku ini menampilkan foto-foto aneka motif dan warna batik yang semuanya spektakuler, hasil dari riset ke 30 museum dan me­nyam­ bangi koleksi-koleksi pribadi. Penulis juga menceritakan sejarah kota-kota batik di Jawa, dilengkapi foto-foto kuno yang tak kalah me­ngesan­kan. Bisa dibilang ini a must-have book kalau mau belajar mengenai batik dan Jawa.

novieta tourisia http://novietatourisia.multiply.com Twitter: @novietatourisia

widescreen The Mirror Never Lies SET Karya Film, 2011 Pakis (Gita Lovalista) adalah anak Suku Bajo yang tak berhenti menanti ayahnya yang telah sekian lama melaut tapi tak kunjung pulang ke rumah. Ia kerap menggunakan cermin yang dapat melihat bayangan keberadaan seseorang bila hilang di laut, sebuah ritual khas Bajo. Ibunya, Tayung (Atiqah Hasiholan) senantiasa marah dan menghindari percakapan tentang ayahnya. Masalah bertambah ketika Tudo (Reza Rahadian), peneliti lumba-lumba dari Jakarta tinggal di rumah mereka. Kisah The Mirror Never Lies berakar dari kehidupan Suku Bajo dan keindahan alam Wakatobi, Sulawesi Tenggara. Film yang merupakan kolaborasi Pemerintah Kabupaten Wakatobi, WWF Indonesia dan SET Karya Film ini turut mengedepankan serangkaian nilai kepedulian terhadap lingkungan hidup dan kearifan lokal.

nextedition

Saatnya berbagi ceria bersama keluarga di Bali Marine & Safari Park. Baca juga berbagai theme park unik lain di Asia! Fly Over Himalaya Datanglah ke Ladakh - Land of High Mountain Passes, dan temukan pengalaman sekali seumur hidup terbang di atas Himalaya. Welcome to Winter Sonata Seperti apa rasanya datang ke studio dan melihat syuting drama super-romantis Korea? Jangan Lewatkan: • Ketika Para Naga Berkumpul di Halong Bay • Nias Nan Menawan • Gowes to Halimun National Park

Libur T’lah Tiba!

vol. 02 - th. II

53


RESPONSIBLETRAVELER

Arti

Seribu Rupiah Endro Catur Nugroho

Teguh Sudarisman

endrocn@yahoo.com http://endrocn.wordpress.com

Menawar terlalu rendah, dianggap kejam. Tidak gigih menawar, akhirnya tertipu. Jadi?

p

eluh menganak­ sungai dari pang­kal kening saya. Udara panas Sumba membuat saya ingin segera menuntaskan urusan jual-beli dengan Mama Ita, pem­buat dan pedagang kain tenun ikat dari Kampung Bondo Kodi, Sumba Barat Daya. Namun perbedaan se­ puluh ribu rupiah membuat se­­­potong hinggi (kain laki-laki) ber­motif mamuli tak juga ber­­pindah tangan. Padahal, se­­­belum­nya saya berbisik kepada teman seperjalanan saya, “Tak perlu ditawar pun, ini murah sekali!” Tetap saja, saya ngotot ke­tika Mama Ita tak mau me­­­­nurunkan penawarannya. Sampai akhirnya ia menyerah dan bilang, “Boleh deh, buat lang­gan­an. Untuk beli buku se­ kolah anak saya,” sembari men­­­ ciumi beberapa lembar uang dua puluh ribuan dari saya. Saya terhenyak. Ingin rasa­­nya saya minta maaf

54

vol. 02 - th. II

karena tadi menawar gilagilaan. Tapi, di saat yang sama, gengsi telah me­nye­li­ muti diri. Rasa bersalah pun akhir­nya ‘memaksa’ saya untuk membeli selembar se­ len­­dang lagi, tanpa saya tawar se­­dikit pun. Bertransaksi dengan pe­­dagang selama perjalan­ an, terutama saat mem­beli suvenir dan oleh-oleh, mem­ buat saya sering dihadap­kan pada ketidak­tahuan yang ber­­buah pada kecurigaan, hingga tak jarang berujung pada penyesalan. Saya tidak tahu apakah har­ga yang ditawarkan masuk akal. Saya juga tidak tahu apakah harga itu telah me­­­­nutup modal yang di­ perlu­­­­kan untuk membuat­ nya. Ketidaktahuan itu juga yang sering berujung pada ke­­­curiga­­­an. Curiga kalaukalau harga yang ditawarkan ter­lalu tinggi, apalagi karena mereka tahu saya turis, yang me­nurut mereka lebih

banyak uangnya. Curiga ada persengkokolan dengan pe­­­dagang lain sehingga harga yang tinggi itu seolah harga yang wajar. Hingga akhir­­­nya –dari pengalaman juga– saya pernah menyesal karena sebenarnya harga yang di­tawarkan memang ter­lalu tinggi. Dan itu yang ke­mudi­ an membentuk mindset saya ten­­tang harga. Namun, yang paling di­se­ sali adalah situasi seperti yang saya alami dengan Mama Ita tadi: menawar ter­­­­lalu ren­dah hingga saya me­­­­nihil­­ kan tenaga dan waktu yang di­­­habis­­kan perempuan itu untuk selembar kain yang saya beli. Di Pulau Karimun Jawa, Jawa Tengah, saya berjingkrak girang karena menghemat seribu rupiah untuk seplastik penganan dari seorang pe­ rem­­­puan tua. Celakanya, telinga ini tak sengaja men­ dengar suara perempuan itu ber­­gumam dalam bahasa

Jawa, “Hari ini tidak bisa beli ati rempelo ayam untuk cucu saya.” Saya tersentak dan tak be­rani menoleh. Seribu perak yang saya hemat, seribu perak yang ber­­­hasil memuaskan ego, ternyata sama dengan hilang­ nya kesempatan membelikan lauk untuk seorang cucu ter­cinta, yang mungkin jauh lebih mem­butuh­kannya. Saya malu. Telanjur meng­ generalisir bahwa semua dagang­an –selama tidak ada label harga– bisa ditawar se­ rendah mungkin. Kalau mau mencari pem­­ bela­an diri, mungkin ini akibat trauma ketikasaya ‘di­tipu’ habis-habisan di Mumbai, India. Padahal teman saya, Sangeeta, sudah me­­ng­­­ingat­kan agar jangan percaya dengan harga yang di­­­tawarkan pedagang di Mumbai, apa lagi saya turis. “Ada baiknya kamu tanyatanya dulu ke beberapa orang lokal,” katanya. Saya me­mang sempat bertanyatanya ke beberapa pedagang –makan­an, minuman dan lain-lain– ketika menemukan kain sari yang saya cari. Tapi mungkin karena wajah saya yang beda dan tampilan saya yang turis banget, orang pun mungkin merasa perlu untuk menaikkan harga. Saya tak sepenuhnya me­­­­nyalah­kan pedagang di

tempat tujuan wisata, ter­ utama di tempat-tempat yang minim kunjungan wisata­wan. Hukum ekonomi bilang: biaya produksi yang tinggi, se­bisa mungkin di­tebus secepat­nya. Dan cara tercepat adalah menaikkan harga, walau resikonya pengunjung mungkin kapok datang. Kalau sudah begini, tawarmenawar jadi tak sesederhana kelihatan­­­nya bukan? Saya percaya, sebagai pe­­ngunjung, kita bukan ingin mendapat harga terendah, tapi harga terbaik, baik untuk pedagang dan juga kita se­ bagai pembeli. Sayangnya, kita lebih sering tidak tahu, se­­hingga secara tak sadar, harga terendah adalah harga ter­­baik. Tapi bayangkan jika ke­jadian saya dengan Mama Ita di Sumba atau nenek tua di Pulau Karimun Jawa itu ter­jadi pada anda. Bisa jadi pe­nyesalan berbuah rasa bersalah tak berkesudahan. Satu tips yang bisa saya bagi: cari tahu berapa harga se­buah barang dengan cara mengetahui –kalau perlu lihat dan pelajari sendiri– bagaimana barang itu dibuat dan di­produksi. Jika tak sem­pat, tanya­lah ke orang lokal yang tak mengambil keuntungan dari situasi itu. Dan yang paling penting, me­ na­warlah dengan hati, bukan emosi.



Peradaban Kuno Gunung Nemrut Ketika agama dan mitos berjalan beriringan Banyak wisatawan mengunjungi Adiyaman untuk melihat Gunung Nemrut yang mistis. Dibangun oleh Antiochus I, raja dari kebudayaan Commagene, warna-warna langitnya yang fantastis saat fajar dan senja membuat Adiyaman tempat yang memikat untuk dikunjungi. Siapa tahu, anda bahkan juga bisa mendapat berkah dari Sang Raja jika anda mengunjungi tempat ini.


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.