BUKU MENTOR KARISMA ITB Oleh : Badan Koordinasi Mentoring Dan Forum Mentor
Badan Koordinasi Mentoring Departemen Tiga Pembinaan Adik KARISMA ITB Periode 34 2014/2015
Pengantar
Alhamdulillahirrabil ‗alamin, berkat rahmat Allah SWT , kami Tim BKM 34 beserta para forum BKM yang terdiri dari mentor-mentor karisma dapat menyelesaikan penyusunan buku ini. Terima kasih kepada mentor-mentor yang tergabung dalam forum BKM atas kerja sama dan kerja kerasnya dalam penyusunan buku ini, juga kepada pihak-pihak lain yang ikut membantu dalam penyusunan buku ini ,semoga ALLAH SWT membalas dengan kebaikan yang berlipat ganda. Adapun sumber kurikulum yang menjadi acuan pembutan buku ini adalah point KPR (konsep Pembinaan Remaja ) dalam GBPK Karisma 34. Dan pengembangan materi terdapat dari berbagai sumber rujukan . Dalam penyusunan buku ini kami akui masih banyak kekurangan sehingga kami membutuhkan kritikan dan masukan yang membangun demi kelancaran mentoring kedepanya. Semoga buku ini dapat bermanfaat dan membantu mentor-mentor KARISMA dalam menjalankan tugasnya membina adik, aamiin ya Rabbal ‗alamin
Bandung , Februari 2015
Tim Penyusun
SOP Mentoring 1. Durasi mentoring 1 jam 2. Format Mentoring: a. Tilawah Al-Quran b. Materi mentoring c. Diskusi d. Penutupan 3. Pengecekan Amalan Yaumiyah 4. Tanya Kabar adik (akademik,organisasi,keluarga dan lain sebagainya) 5. Mentoring tidak harus duduk melingkar, disesuaikan dengan kenyamanan mentor dan mentee
Sop Mentor 1. 2. 3. 4. 5.
Harus menguasasi materi Tepat waktu Mengikuti SOP mentoring Dekat dengan adik Berinteraksi dengan adik, di luar mentoring resmi Karisma guna lebih dekat dengan adik 6. Konfrimasi kehadiran H-2, dan berupaya mencari mentor pengganti. Jika tiga kali tidak hadir tanpa konfrimasi, maka mentor akan diganti dengan yang lain 7. Mentor harus kenal ortu 8. Minimal satu kali mengikuti sekolah mentor 9. Menjaga amalan yaumiyah 10. Memngisi absensi adik mentoring SOP adik
1. 2. 3. 4.
Disiplin Mengikuti mentoring dengan baik Konfrimasi kehadiran Mengisi buku pegangan adik Karisma (Bunga Desa)
Keterangan : Sop ini merupakan standar minimal yang harus ada dalam kegiatan mentoring
Silabus Mentoring Karisma Jenjang SMP
Materi Mentoring untuk SMP (Awal) Pertemuan
Materi
1 2
Perkenalan Ma‘rifatullah (1)
3 4 5
Ma‘rifatullah (2) Tajwid Nataijul ibadah wa halawwatul ibadah
6 7 8 9
Adab Wudlu dan Shalat Matinul Khuluq (berakhlak baik) Birrul Walidain Amanah dan jujur
10 11
Urgensi Mentoring (Urgensi tarbiyah) Ma‘rifatul Insan (1)
12
Ma‘rifatul Insan (2) dan ma‘rifatul Nafs
Parameter yang Terjawab
1.Adik memahami ke-Esa-an Allah 2.Adik mengetahui urgensi tauhid dalam islam Adik mengetahui fase kehidupan manusia Tajwid 1.Adik mengetahui fungsi dari ibadah 2.adik mengetahui macam-macam ibadah wajib Adik mengetahui tata cara wudlu dan shalat Adik terbiasa menerapkan 5S Adik terbiasa berbakti kepada orangtua Adik terdidik untuk selalu berkata jujur dan dapat dipercaya Adik memahami urgensi mentoring 1.Adik dapat mengetahui kelebihan dan kelemahan yang dimiliki 2.Adik dapat mengenali minat dan bakat yang dimiliki 1.Adik memiliki keinginan untuk mengenali identitas dirinya 2.Adik mengenali kemampuan dirinya
Aspek Pembinaan Aqidah
Ibadah
Akhlak
Dakwah Potensi
Kejiwaan
Materi Mentoring untuk SMP (Lanjutan) Perte muan 1 2 3 4 5 6 7 8
Materi
Parameter yang Terjawab
Ma‘rifatullah Ma‘rifatur rasul Keutamaan al-quran sebagai pedoman hidup Cinta kepada Khaliq(pencipta) dan Makhluk Tajwid Macam Ibadah sunnah dan adab bersuci
Adik mengetahui hakikat penciptaan manusia Adik memahami finalitas kenabian Muhammad saw Adik mengetahui keunggulan Al-quran sebagai pedoman hidup muslim Adik memahami perbedaan antara cinta kepada Allah dengan cinta yang lain Tajwid 1.Adik mengetahui macam-macam ibadah sunah 2.Adik memahami tata cara bersuci Adik menerapkan tata cara shalat dan wudlu sesuai sunah Adik terdidik untuk menghormati orang yang lebih tua
9 10 11
Adab Wudlu dan Shalat Adab bergaul dengan orang yang lebih tua Adab bergaul dengan lawan jenis Bina al-izzah (membangun harga diri) Ma‘rifatul insan
12
Melejitkan potensi dengan iman
Adik mengetahui adab pergaulan dengan lawan jenis Adik terdidik untuk bersikap rendah hati dalam bergaul 1.Adik dapat mengembangkan potensi positif yang dimiliki 2.Adik mampu mengapresiasi keahlian diri sendiri dan orang lain 3.Adik terdorong untuk prestatif dengan memaksimalkan potensi yang dimiliki 1.Mengetahui dan menerima kemampuan diri 2.Mampu mengenali keinginan dan perasaannya 3.Adik meninggalkan reaksi dan cara penyesuaian kekanakkanakan
Aspek Pembinaan Aqidah
Aqidan dan Dakwah Aqidah Ibadah
Akhlak
Potensi
Kejiwaan
Materi Mentoring untuk SMP (Aktivis) Pertemuan
Materi
Parameter yang Terjawab
1
Ma‘rifatullah
2
Ta‘riful Quran
3 4
Tajwid Nataijul ibadah wa halawwatul ibadah (1)
5
Nataijul ibadah wa halawwatul ibadah (2)
6
Adab bergaul dengan orang yang lebih tua Adab bergaul dengan lawan jenis
1.Adik mengetahui penerapan tauhid dalam kehidupan sehari-hari 2.Adik memahami hakikat penciptaan manusia dan mengetahui kedudukan manusia terhadap makhluk lainnya Adik memahami keunggulan al-quran sebagai pedoman hidup dan berusaha mengamalkannya Tajwid 1.Adik memahami fungsi ibadah 2.Adik menerapkan tata cara shalat dan wudlu sesuai sunah 1.Adik membiasakan diri melakukan ibadah sunah 2.Adik mampu mengajak teman untuk beribadah wajib dan sunah Adik mampu menunjukkan perilaku hormat pada orang yang lebih tua Adik mampu menerapkan adab pergaulan dengan lawan jenis Adik mengetahui penerapan perilaku control diri , prasangka baik dan persaudaraan (ukhuwah) dalam bergaul Mampu menjadikan Rasulullah sebagai teladan Adik mengenal Ghazwul fikri dan bahaya yang mengancam kaum muslim
7 8
Husnudzan dan sabar dalam bergaul
9 10
Rasul teladanku Ghazwul fikri
Aspek Pembinaan Aqidah
Ibadah
Akhlak
Dakwah
11
Ma‘rifatul insan
12
Melejitkan potensi dengan iman
1.Adik mampu menunjukkan potensi yang dimiliki kepada orang lain 2.Adik terdorong untuk selalu prestatif dengan memaksimalkan potensi dan kelebihan yang dimiliki serta meminimalkan kekurangan 1.Mengetahui kemampuan self-awareness 2.Memperoleh kebebasan dalam mengambil keputusan sendiri 3.Mengetahui kemampuan untuk menjadi pribadi yang mandiri 4.Mampu menunjukkan sikap tanggung jawab
Potensi
Kejiwaan
Silabus Mentoring Jenjang SMA Pertemuan No ke 1 1 2 2 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 8 8 9 9 10 10 11 11
Poin Tauhid dan Aqidah Aqidah 2 Alquran dan tajwid 1 Tajwid 2 Fungsi ibadah, ibadah wajib dan sunnah Tata cara sholat dan wudhu Budi pekerti luhur Urgensi syahadat dan mentoring Tes Bakat (MBTI Test dll) komunikasi dan adab kepada sesama Kejiwaan remaja
SMA Lanjutan No Pertemuan Poin Urgensi, Prinsip dan macam-macam 1 1 Tauhid 2 3 4 5 6 7
Tambahan
Hub dengan GBPK 1.1,1.2 1.3 1.4, 1.5 1.5 2.1, 2.2 2.3 3.1,3.2,3.3,3.4 5.1,5.2 6.1,6.2,6.4,6.5 6.3 7.1,7.2,7.3,7.4
Hub dengan GBPK Tambahan Adik sudah diberi tambahan Amal Yaumiah
2 Macam-macam syirik dan akibatnya Sirah Nabi Part 1 Kelahiran-Diangkat Jadi 3 Nabi Diberi PR membaca Sirah Nabi Sirah Nabi Part 2 Diangkat Jadi Nabi4 Hijrah 5 Sirah Nabi Part 3 Hijrah - Fathul Mekkah Sirah Nabi Part 4 fathul Mekah - Wafat 6 Nabi Kebebasan emosional, dan tips" problem 7 solving
1.1,1.2, 1.3,1.4,2.1,2.2,2.3
5.1, 3.1,3.2, 3.3,3.4,3.5, 1.3, 7.1,
8 9 10 11
8 Mengelola Perasaan dan hawa nafsu 9 Filtrasi sekolah dan cita cita 10 Kepemimpinan 11 Organisasi dan Event organizing
No Pertemuan 1 1 2 2 3 3 4 5 6 7
4 5 6 7
8 9 10 11
8 9 10 11
SMA Aktivis Poin Diskusi : Aqidah di masyarakat Diskusi : Visi dan Misi hidup Perilaku Kompetitif dan kerja keras Semangat menumbuhkan Ilmu pengetahuan, dan Sikap Kritis Organisasi dan Event organizing Ghazwul Fikri Dakwah fardiyah Diskusi : Kotribusi ke Masyarakat dan berbagi manajemen Konflik Diskusi : Kejiwaan Proyek Pengaryaan Sederhana
7.2 Pengetahuan dan pengalaman spesifik
Tambahan
7.4,7.5 7.3 4.1,
Hubungan dengan GBPK 1.1,1.2 6.3 3.1, 3.2,3.3,3,5 4.1 5.1 2.3
PR Proyek Pengaryaan sederhana PR Proyek Pengaryaan sederhana PR Proyek Pengaryaan sederhana
7.3 7.5 7.1,7.2,7.4 6.1,6.2,6.4, 7.3,7.6.7.7
Daftar ISI
Petunjuk Penggunaan Buku Mentor ................................................................................................. 4 SMP BINA AWAL ................................................................................................................................. 5 Urgensi Mentoring (Tarbiyah) .................................................................................................................... 5 Ma'rifatullah ............................................................................................................................................... 6 Materi Ilmu Tajwid ..................................................................................................................................... 9 Macam-macam ibadah .............................................................................................................................. 12 Wudhu dan Sholat ..................................................................................................................................... 14 Birrul Walidain ......................................................................................................................................... 16 Materi 5S (Senyum , Sapa, Salam, Sopan & Santun) ................................................................................ 20 Materi Amanah dan Jujur.......................................................................................................................... 22 Ma‘rifatul Insan ........................................................................................................................................ 24
SMP BINA LANJUTAN ..................................................................................................................... 26 Ma'rifatullah ............................................................................................................................................. 26 Ma‘rifaturrasuul ........................................................................................................................................ 29 Keutamaan Al-quran Sebagai Pedoman Hidup ......................................................................................... 31 Cinta kepada Khaliq(pencipta) dan Makhluk ............................................................................................ 36 - Manajemen Cinta ............................................................................................................................ 36 - Pembagian Cinta ............................................................................................................................. 36 - Tanda-tanda Cinta........................................................................................................................... 36 - Kisah-kisah Cinta ........................................................................................................................... 36 - Hadits tentang Cinta ....................................................................................................................... 36 http://materitarbiyah.wordpress.com/2008/02/01/manajemen-cinta/ ................................................. 39 Materi Ilmu Tajwid ................................................................................................................................... 41 Wudhu dan Sholat ..................................................................................................................................... 44 Da‘wah Fardhiyah .................................................................................................................................... 46 Materi Adab Terhadap Orang Tua (Birrul Walidain) ................................................................................ 48 Adab bergaul dengan lawan jenis ............................................................................................................. 54 Husnudzan dan sabar dalam bergaul ......................................................................................................... 57
2 Ma‘rifatul Insan ........................................................................................................................................ 60
SMP BINA AKTIVIS .......................................................................................................................... 62 Ma'rifatullah ............................................................................................................................................. 62 Ta‘riful Qur‘an ......................................................................................................................................... 65 Ilmu Tajwid .............................................................................................................................................. 67 NATAJIUL IBADAH WA HALAWATUL IBADAH ............................................................................. 69 Adab Bergaul dengan Orang yang Lebih Tua ........................................................................................... 74 Adab bergaul dengan lawan jenis ............................................................................................................. 76 Husnudzan dan sabar dalam bergaul ......................................................................................................... 79 Rasul Teladanku ....................................................................................................................................... 82 GHAZWUL FIKRI ................................................................................................................................... 87 Ma‘rifatul Ihsan ........................................................................................................................................ 89
SMA BINA AWAL .............................................................................................................................. 92 Aqidah ...................................................................................................................................................... 92 Materi Ilmu Tajwid ................................................................................................................................... 95 Ibadah ....................................................................................................................................................... 98 NATAJIUL IBADAH WA HALAWATUL IBADAH ............................................................................. 99 Tata Cara Wudhu dan Sholat .................................................................................................................. 103 Budi Pekerti Luhur ................................................................................................................................. 106 Komunikasi dan Adab Terhadap Sesama ................................................................................................ 108
SMA BINA LANJUTAN .................................................................................................................. 111 Aqidah .................................................................................................................................................... 111 Syirik ...................................................................................................................................................... 114 SIRAH NABI DARI KELAHIRAN NABI SAMPAI SEBELUM DIANGKAT MENJADI NABI ....... 118 Sirah Nabi Part 2 Diangkat Jadi Nabi-Hijrah .......................................................................................... 121 Fathu Makkah: Pelajaran dari Penaklukan Kota Mekkah ....................................................................... 126 Wafatnya Rasulullaah ............................................................................................................................. 131 Kebebasan Emosional dan Tips Problem Solving ................................................................................... 134 Mengelola Perasaan dan Hawa Nafsu ..................................................................................................... 137
SMA BINA AKTIVIS ....................................................................................................................... 140 Aqidah .................................................................................................................................................... 140 VISI DAN MISI HIDUP ........................................................................................................................ 143 Kompetitif dan bekerja keras .................................................................................................................. 145 Buku Mentor Karisma 34
3 Semangat menumbuhkan ilmu pengetahuan dan sikap kritis .................................................................. 147 Organisasi dan Event Organizing............................................................................................................ 152 GHAZWUL FIKRI ................................................................................................................................. 154 Da‘wah Fardhiyah .................................................................................................................................. 156 Komunikasi dan Adab Terhadap Sesama ................................................................................................ 158
Buku Mentor Karisma 34
4
Petunjuk Penggunaan Buku Mentor 1. Sebelum membaca buku mentor pastikan sudah melihat SOP Mentoring 2. Pelajari terlebih dahulu KPR 34 ( Konsep Pembinaan Remaja Karisma 34) dalam GBPK 3. Lihat silabus mentoring terlabih dahulu di halaman awal, guna mengetahui indikator yang ingin dicapai. 4. Jika ada materi yang seharusnya dalam silabus ada tetapi di buku mentor tidak ada, dipersilahkan untuk mencari referensi sendiri. 5. Jika dalam materi mentoring terdapat alokasi waktu 2 x pertemuan, maka materi itu sebaiknya dilakukan tidak dalam satu kali pertemuan, hingga adik benar-benar paham. 6. Mentoring tidak hanya terpaku pada buku mentor, sebaiknya mentor mencari bahan referensi lain yang menunjang kegiatan mentoring. 7. Mentoring tidak hanya serius sesuai buku mentor, tetapi mentor dituntut untuk dapat menyampaikan mentoring dengan gaya,bahasa atau hal yang menarik mentee. 8. Dalam mentoring sebaiknya jangan membaca buku mentor, sehingga sebelum mentoring, mentor harus paham materi terlebih dahulu. 9. Buku mentor ini hanya sarana untuk membantu mentor dan mengarahkan sesuai dengan GBPK Karisma 34, selebihnya mentor dapat mengembangkan sendiri. 10. Pastikan materi yang disampaikan sesuai jenjangnya.
Buku Mentor Karisma 34
5
SMP BINA AWAL Urgensi Mentoring (Tarbiyah) TUJUAN • Adik memahami Urgensi Mentoring (Tarbiyah) METODE PENDEKATAN • Ceramah dan Diskusi Sampaikan walau satu ayat…
PENGERTIAN TARBIYAH Ada beberapa kata dalam bahasa arab yang searti dan senada dengan kata tarbiyah yaitu : ziyadah (penambahan), nas‘ah (pertumbuhan), taghdiyyah (pemberian gizi), ri‘ayah (pemeliharaan) dan muhafazhah (penjagaan). Atau bila dilihat dari kaidah ilmu nahwu berasal dari kata raba-yarbu (tumbuh berkembang), rabiya-yarba (tumbuh secara alami) dan rabba-yarubbu (memperbaiki, meningkatkan). Pendidikan Islam mengarahkan kehidupan seorang muslim berkembang dan terus semakin matang. Sikap, perilaku, dan gaya hidupnya bersifat spesifik islami yang berinteraksi secara posiif, baik internal maupun eksternal. Sehingga ia dapat memancarkan arus Islam si tengah-tengah lingkungannya. Ia menjadi manusia yang tangguh yang tidak mudah diombangambingkan oleh berbagai arus kehidupan yang melandanya. Tegasnya ia menjadi muslim yang muttaqin.
Pentingnya Tarbiyah Tarbiyah sangat penting sebagai imunitas dalam menghadapi serangan musuh, selain sebagai sarana penguat aqidah. Karena Tarbiyah adalah sebuah sarana untuk membentuk pribadi dambaan ummat hingga mampu membentuk komunitas Islami menuju terwujudnya kembali sebuah peradaban ideal. Tarbiyah yang merupakan sebuah kemestian, keharusan bagi pada da‘I Islam memiliki karakteristik tersendiri yang menjadikannya ‗begitu indah‘. Rabbaniyah, sebagaimana karakter Islam itu sendiri, Tarbiyah pun bersumber dan bertujuan hanya kepada Allah. Lalu tadaruj atau bertahap. Dakwah adalah sebuah proses dan tahapan, sehingga Tarbiyah pun dilakukan dan berjalan secara bertahap, step by step, sehingga tidak memberatkan dan memaksakan meski juga tidak ringan. Selain itu dalam Tarbiyah juga berlaku tawazun alias seimbang . Artinya menempatkan segala sesuatu pada haknya. Dan juga syaamil atau universal, menyentuh seluruh lini dan sisi kehidupan. Karena Tarbiyah sebagai pondasi dakwah Islam yang rahmatan lil ‗alamiin –‗memanusiakan‘ manusia. Terakhir dalam tarbiyah tidak mengenal kata cukup atau berhenti, ia berkesinambungan (istimror) sepanjang hidup. Atau yang disebut life education alias Tarbiyah madal hayah.
Buku Mentor Karisma 34
6
Ma'rifatullah Alokasi waktu : 2 X pertemuan ―Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka, ‗Siapakah yang menjadikan langit dan bumi dan menundukkan matahari dan bulan?‘ Tentu mereka akan menjawab, ‗Allah‘. Maka betapakah mereka dapat dipalingkan dari jalan yang benar‖ (QS Al-Ankabut: 61). Pada sebuah pertandingan bola voli antar-RT memperingati hari proklamasi di bilangan Mampang Jaksel, seorang penonton, sebut saja Nico, merasa jengkel melihat ulah seorang bapak setengah baya yang menyandera bola voli dengan cara mendudukinya. Karuan beberapa jenak pertandingan sempat terhenti. Bola voli itu disandera akibat smash salah seorang pemain di seberang net tepat mengenai tubuh bapak yang dikenal bernama Haji Mugni. Panitia hanya diam saja. Melihat pemandangan itu, Nico yang baru sebulan tinggal di sebuah rumah kontrakan dekat lapangan bola voli, langsung mendekati Haji Mugni yang belum dikenalnya. Nico mengumpat kesal sembari merebut bola voli yang diduduki Haji Mugni, lalu melemparkannya ke tengah lapangan. Pertandingan voli dilanjutkan kembali. Haji Mugni diam saja. Panitia salut dengan keberanian Nico. Setelah kejadian itu, salah seorang panitia membisikkan sesuatu ke telinga Nico. Aneh. Wajah Nico langsung pucat. Selidik punya selidik, rupanya panitia itu baru saja memberi tahu bahwa orang yang bernama Haji Mugni itu adalah seorang jawara yang disegani. Begitulah Nico, lantaran belum mengenal (ma‘rifah) Haji Mugni ia berani menentang Haji Mugni. Tapi setelah diperkenalkan oleh seseorang, siapa sesungguhnya Haji Mugni, muncullah rasa takutnya. Sama halnya dengan seorang anak balita yang ―berani‖ menyentuh api atau memegang kabel listrik bertegangan tinggi. Tindakan itu sama sekali bukan tindakan berani, tapi sekali lagi karena faktor ketidaktahuan. Dalam Islam, orang-orang yang ―berani‖ melanggar ketentuan Allah, apakah itu shalat, puasa, atau zakat, dalam beberapa kasus hal itu disebabkan lantaran mereka belum ma‘rifah kepada Allah dalam arti sesungguhnya. Ini mirip dengan kisah orang-orang kafir Quraisy pada masa Rasulullah Saw. yang apabila ditanyakan kepada mereka siapa yang menurunkan hujan dari langit dan yang menumbuhkan pepohonan dari bumi, mereka akan menjawab Allah. Tapi, bila mereka diperintahkan untuk meng-Esa-kan Allah dan menjauhi penyembahan berhala, mereka akan mengatakan bahwa penyembahan berhala yang mereka lakukan adalah warisan budaya leluhur yang harus dijaga dan dilestarikan. Dalam Islam, mengenal Allah (ma‘rifatullah) adalah persoalan penting dan wajib, karena hal ini menyangkut aqidah. ―Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada ilah melainkan Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi dosa orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat tempat tinggalmu‖ (QS Muhammad: 19). Dalam ayat ini, Allah Swt. menggunakan fi‘il amr (kata kerja perintah) yang berarti wajib setiap Muslim untuk ma‘rifah kepada Allah. Kenal bukan hanya sekedar tahu. Kita tahu Bush Presiden Amerika Serikat, tapi kita baru kenal Bush setelah membaca dan melihat sepak terjangnya yang angkuh, arogan, hobi berperang, dan menindas umat Islam lewat televisi dan media cetak. Dari informasi-informasi tersebut, akhirnya kita menyimpulkan bahwa kezaliman Bush harus segera dihentikan. Inilah konsep ma‘rifah yang sebenarnya. Ma‘rifah adalah sebuah proses perpikir yang menghasilkan tindakan, baik berupa pernyataan maupun sikap. Imam Ghazali menyatakan bahwa ma‘rifah adalah sebuah tingkatan kecerdasan, yaitu mengumpulkan dua atau lebih informasi untuk menghasilkan sebuah kesimpulan. Dan dari kesimpulan itulah muncul tindakan Buku Mentor Karisma 34
7 atau sikap. Bukan ma‘rifah namanya bila apa yang diketahuinya tidak menghasilkan tindakan. Seseorang yang mengaku mengenal Allah, tapi tidak menghasilkan ketundukkan, ketaatan, loyalitas, dan penghambaan kepada Allah, sesungguhnya dia berlum ma‘rifah kepada Allah. Seseorang yang sedang jatuh cinta akan selalu memikirkan kecantikan, kebaikan, kelembutan, dan keramahan kekasihnya. Memikirkan hal-hal semacam itu sudah cukup membahagiakan hatinya. Selain itu, ia pun akan selalu menjaga jangan sampai kekasihnya benci dan menjauhi dirinya. Oleh karenanya, ia akan selalu tampil baik, sopan, ramah, murah hati, dan lembut di depan kekasihnya. Kalaupun ia memiliki sifat buruk, maka di hadapan kekasihnya ia akan berusaha sekuat tenaga untuk menghilangkan sifat-sufat buruk tersebut. Orang yang tengah jatuh cinta, biasanya selalu berusaha untuk menyelami sifat dan hobi sang kekasih dan sedapat mungkin berusaha untuk mendekatkan diri dengan sifat dan hobi kekasihnya itu, meskipun sebenarnya sifat dan hobinya berbeda. Seperti itulah seharusnya orang yang mengaku ma‘rifah kepada Allah. Mari kita resapi sebuah teladan tentang ma‘rifatullah seorang anak manusia. Ketika menuruni sebuah lembah, Umar bin Khaththab yang ditemani salah seorang sahabatnya bertemu dengan seorang anak yang tengah menggembalakan ratusan ekor kambing milik tuannya. Umar ingin menguji ma‘rifatullah anak tersebut dengan medesaknya agar mau menjual seekor saja dari kambing gembalaannya. ―Juallah kepadaku salah seekor kambing yang engkau gembalakan itu,‖ pinta Umar. ―Aku tidak berhak menjualnya, karena kambing-kambing itu milik tuanku,‖ jawab si penggembala. ―Katakan saja pada tuanmu bahwa salah seekor kambing hilang diterkam srigala,‖ uji Umar. Dengan tegas si penggembala berkata, ―Aku bisa saja mengatakan salah seekor kambing milik tuanku hilang atau mati diterkam srigala. Mungkin ia akan mempercayai alasanku, tapi bagaimana dengan Allah? Bukankah Allah Maha Melihat dan Maha Mengetahui?‖ Mendengar jawaban itu, Umar menangis terharu. Lalu beliau membebaskan penggembala itu dengan cara menebusnya. Perhatikanlah! Orang yang ma‘rifah kepada Allah meyakini bahwa setiap gerak langkahnya, ucapannya, dan getaran hatinya selalu diawasi oleh Allah, karena Allah Maha Melihat dan Maha Mengawasi. Semut hitam yang berjalan di atas batu hitam di malam kelam tak luput dari pengawasan-Nya. Sehelai daun kering yang jatuh dari pohonnya di tengah hutan belantara tak lepas dari perhitungan-Nya. Sebutir debu yang diterbangkan angin di tengah padang pasir yang luas ada dalam kuasa-Nya. Deburan ombak di tengah samudera ada dalam genggaman-Nya. ―Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa. Kemudian Dia bersemayam di atas Arsy. Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan segala apa yang keluar daripadanya, dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepadannya. Dan Dia besamamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa kamu kerjakan‖ (QS Al-Hadid: 4). Dengan keyakinan seperti ini, mereka tidak berani melanggar perintah dan larangan Allah. Mereka tidak berani memakan harta yang bukan miliknya, mereka tidak berani berdusta, dan mereka tidak berani melangkah di luar garis yang telah ditetapkan oleh Allah. Setiap pelanggaran akan ada dosa, dan setiap dosa akan berujung pada siksa api neraka. Ma‘rifatullah akan melahirkan rasa takut pada siksa Allah. Renungkanlah! Orang yang mengenal Allah dengan pengenalan yang mendalam, yakin bahwa Allah Maha Pengasih dan Penyayang. Betapa banyak nikmat yang telah Allah berikan kepada manusia, tapi sering tidak disadari oleh manusia. Kita sering memuji-muji indahnya pemandangan alam yang terhampar di depan mata, tapi kita jarang memuji Pemberi mata kita. Kita sering kagum mendengar suara gemercik air mengalir dari bebatuan, tapi jarang sekali kita mengagumi kepada Pencipta telinga kita. Kita sering merasakan nikmatnya aneka makanan yang disajikan, tapi kita lupa pada Pemberi lidah. Apa yang akan kita rasakan seandainya Allah me-nonfungsi-kan mata kita? Bagaimana sekiranya Allah mencabut pendengaran kita? Dan apa yang kita rasakan bila Allah menghilangkan daya kecap lidah kita?
Buku Mentor Karisma 34
8 Semua itu mudah bagi Allah. Dan kita dapat menanyakan hal itu kepada orang-orang yang telah kehilangan nikmat-nikmat tersebut. Ma‘rifatullah semestinya melahirkan rasa cinta dan ketergantungan kepada Allah. Ma‘rifatullah seharusnya memunculkan berbagai macam harapan, kiranya Allah mempertahankan dan menambah semua nikmat dan karunia yang telah Ia berikan. Ma‘rifah kepada Allah dapat kita lakukan dengan cara memikirkan dan menganilisis semua ciptaan Allah di jagat raya ini. Rasulullah Saw. bersabda, ―Tafakkaruu fi khalqillaah, walaa tafakkaruu fi dzatillaah.‖ Pikirkanlah ciptaan-ciptaan Allah, dan jangan pikirkan tentang Dzat Allah. Al-Qur`an banyak mendorong kita untuk mendayagunakan potensi akal kita untuk mengenal Allah. ―Kami telah memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Qur`an itu adalah benar. Dan apakah Rabbmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu?‖ (QS Fushshilat: 53). Sementara itu, kebodohan (jahl), kesombongan (takabbur), penyimpangan, dan kezaliman adalah penyakit-penyakit yang dapat menghambat seseorang untuk ma‘rifah kepada Allah. Jauhilah sifat-sifat tersebut. Semoga Allah menjernihkan hati dan pikiran kita dan menjauhkan diri kita dari penyakitpenyakit yang dapat menghambat proses ma‘rifah kita kepada Allah. Wallahu a‘lam bishshawab. Sumber : A green version of http://commons.wikimedia.or...Image via WikipediaOleh Syamsu Hilal
Buku Mentor Karisma 34
9
Materi Ilmu Tajwid Sub :
Pengertian Tajwid Hukum nun mati dan tanwin
Tujuan : mengenalkan kepada adik hukum bacaan nun mati dan tanwin. Tajwid Dalam membaca Al-Quran agar dapat mempelajari, membaca dan memahami isi dan makna dari tiap ayat Al-Quran yang kita baca, tentunya kita perlu mengenal, mempelajari ilmu tajwid yakni tandatanda baca dalam tiap huruf ayat Al-Quran. Guna tajwid ialah sebagai alat untuk mempermudah, mengetahui panjang pendek, melafazkan dan hukum dalam mem baca Al-Q uran. Tajwīd ( دٕٚ )تجsecara harfiah mengandung arti melakukan sesuatu dengan elok dan indah atau bagus dan membaguskan, tajwid berasal dari kata ” Jawwada ” ( ّٕ جد- ّٕ جدٚ- دٕٚ )تجdalam bahasa Arab. Dalam ilmu Qiraah, tajwid berarti mengeluarkan huruf dari tempatnya dengan memberikan sifat-sifat yang dimilikinya. Jadi ilmu tajwid adalah suatu ilmu yang mempelajari bagaimana cara melafazkan atau mengucapkan huruf-huruf yang terdapat dalam kitab suci Al-Quran maupun Hadist dan lainnya. Mengenal, mempelajari dan mengamalkan ilmu tajwid berserta pemahaman akan ilmu tajwid itu sendiri merupakan hukum wajib suatu ilmu yang harus dipelajari, untuk menghindari kesalahan dalam membaca ayat suci Al-Quran dan melafazkannya dengan baik dan benar sehingga tiap ayat-ayat yang dilantunkan terdengar indah dan sempurna. A. Macam-macam Hukum nun mati dan tanwin Perbedaan Nun sukun atau Tanwin adalah sama dalam lafadz tetapi lain dalam tulisan. Adapun hukum Nun sukun atau Tanwin dibagi menjadi 6 macam, antara lain: 1. Idghom Idghom
: memasukkan
Bighunnah : dengan mendengung Artinya: apabila ada Nun sukun atau Tanwin bertemu dengan salah satu huruf hijaiyyah yang berjumlah 4 huruf, antara lain:ٞ ٚ َ ْatau biasa di singkat dengan bunyi ُّْٛ ْٕ َ٠ Contoh: ْ ٞ) ْ ُيَُٛم٠ ْٓ َِ ( ْ-
ْ ْ) ُْ َذ ُو٠ْ ْ (فٍََ ْٓ َّْ ِِص-
ًٕب١ْ (فَ ْزحًب ُِ ِج
ْ ٚ) ُْ ِٙ ِ َسائَّٚ ْٓ ِِ ( ْ-
– َ)
Idghom Bilaghunnah
Buku Mentor Karisma 34
10 Idghom
: memasukkan
Bilaghunnah : dengan tanpa mendengung Artinya: apabila ada Nun sukun atau Tanwin bertemu dengan salah satu huruf hijaiyyah yang berjumlah 2 huruf, antara lain: يdan س Contoh: ٌُ ١ْ ْ ٌس َس ِحُٛ( َغف
ْ )ي ه َ ْٔ ْ ( ِِ ْٓ ٌَ ُذ-
– )س
2. Idzhar Idzhar berarti: jelas atau terang Artinya: apabila ada Nun sukun atau Tanwin bertemu dengan salah satu huruf hijaiyyah yang berjumlah 6 huruf, antara lain: أ ح خ ع ؽ ﻫ Contoh: ا اَ َح ٌذًٛ ُ( ُوف
– )ا
ٍُْ ١َظ ِ كػ ٍ ٍُ)ع – ٍِ ( ُخ
ُ ١–ْ ( ِِ ْٓ َح ْ )ح ْش ُْ َش ُو١ْ ْ ًِب َغَٛ(ل
-)ؽ
ْ َّ–ْ ( َِ ْٓ َخف ْ )خ ذ ْ (ﻫ َب َسْٙٔ َ–ْ (ٌَ ُى ُُ ْاال
3. Iqlab Iqlab berarti: Artinya: apabila ada Nun sukun atau Tanwin bertemu dengan satu huruf dari huruf hijaiyyah yaitu: ة Contoh: ْ )ة ًَ –ْ ( َِ ْٓ ثَ ِخ
َْٓ١َا ٌْ ثَٛ ( َػ
– )ة
4. Ikhfa‘ Ikhfa‘ berarti: samar-samar Artinya: apabila ada Nun sukun atau Tanwin bertemu dengan salah satu huruf hijaiyyah yang berjumlah 15 huruf, antara lain: دسطدرصطشظضطظفقن Contoh: ْ )د َبِٙ–ْ ( ِِ ْٓ رَحْ ز
( َِب ًء صَ َجب جًب
– )س
ْ )ط ُْ َٕب ُو١ْ –ْ (اَ ْٔ َج
Buku Mentor Karisma 34
11 )ص – ٍِ (َِ َْٛ٠ئِ ٍز ُصسْ لًب
)ر ْ –ْ ( َِ ْٓ َراٌَّ ِز ْٞ
صب ٌِ ِحَْٓ١ (لًَِ ْٛب َ
( َػ َزا ةٌ َض ِذ ٌْ ٠ذ
)ظ –
)ظ ْ –ْ (ػ َْٓ ظُِ ُْٛٙس ِ٘ ُْ ْ –ْ )ن
( َِ ْٓ َوب َْ َ٠شْ جُ ْٛا
Buku Mentor Karisma 34
)ق –
(س ْصلًب لَب ٌُ ْٛا ِ
)ش –
)ط ْ –ْ ( ََِ ٚب ِ ْٕ َ٠ط ُ ك
)د –
(لِ ْٕ ٌَ ٛ اْ دَأٍِ َ١خ
)ط ْ –ْ (اِ َّْ ْا ِال ْٔ َسب َْ )ض – )ف –
ضب ِح َىخٌ ( ُِ ْس ِف َش حٌ َ ( ُػ ّْ ٌ ٟفَُْ ُٙ
12
Macam-macam ibadah Tujuan: untuk mengenalkan bagian dari ibadah wajib Praktek ibadah sangatlah beragam, tergantung dari sudut mana kita meninjaunya. 1.
Dilihat dari segi umum dan khusus, maka ibadah dibagi dua macam: a) Ibadah Khoshoh adalah ibadah yang ketentuannya telah ditetapkan dalam nash (dalil/dasar hukum) yang jelas, yaitu sholat, zakat, puasa, dan haji; b) Ibadah Ammah adalah semua perilaku baik yang dilakukan semata-mata karena Allah SWT seperti bekerja, makan, minum, dan tidur sebab semua itu untuk menjaga kelangsungan hidup dan kesehatan jasmani supaya dapat mengabdi kepada-Nya.
2.
3.
4.
Ditinjau dari kepentingan perseorangan atau masyarakat, ibadah ada dua macam: a)
ibadah wajib (fardhu) seperti sholat dan puasa;
b)
ibadah ijtima‘i, seperti zakat dan haji.
Dilihat dari cara pelaksanaannya, ibadah dibagi menjadi tiga: a)
ibadah jasmaniyah dan ruhiyah (sholat dan puasa)
b)
ibadah ruhiyah dan amaliyah (zakat)
c)
ibadah jasmaniyah, ruhiyah, dan amaliyah (pergi haji)
Ditinjau dari segi bentuk dan sifatnya, ibadah dibagi menjadi: a) ibadah yang berupa pekerjaan tertentu dengan perkataan dan perbuatan, seperti sholat, zakat, puasa, dan haji; b)
ibadah yang berupa ucapan, seperti membaca Al-Qur‘an, berdoa, dan berdzikir;
c) ibadah yang berupa perbuatan yang tidak ditentukan bentuknya, seperti membela diri, menolong orang lain, mengurus jenazah, dan jihad; d)
ibadah yang berupa menahan diri, seperti ihrom, berpuasa, dan i‘tikaf (duduk di masjid); dan
e) ibadah yang sifatnya menggugurkan hak, seperti membebaskan utang, atau membebaskan utang orang lain. Apapun macam ibadah yang akan kita lakukan, yang pasti selalu menghadapi godaan baik yang berasal dari hawa nafsu kita sendiri maupun dari setan baik dari golongan jin dan manusia, antara lain:
Buku Mentor Karisma 34
13  
perasaan malas yang luar biasa, entah karena ingin menyelesaikan pekerjaan dengan segera, atau karena kelelahan. terhalang pekerjaan yang menumpuk. Dalam hal ini ada memang oknum yang menghalanghalangi kita beribadah. Misalnya dengan mendesak agar tugas itu harus kita selesaikan secepatnya. Sehingga kita abaikan sholat Dhuhur atau Ashar. Orang yang menghalangi orang lain beribadah mendapat mendapat siksaan dunia akhirat. Dan siapakah yang lebih aniaya (selain) dari orang- orangyang menghalangi menyebut nama Allah dalam masjid-masjid dan berusaha untuk merobohkannya? Mereka itu tidak sepatutnya masukke dalamnya (masjid Allah), kecuali dengan rasa takut. Mereka di dunia mendpaat kehinaan dan di akhirat mendapat azab yang besar. (QS. 2/Al-Baqoroh: 114)
Buku Mentor Karisma 34
14
Wudhu dan Sholat A. Wudhu Wudhu menurut bahasa artinya bersih dan indah, sedang menurut syara‘ artinya membersihkan anggota wudhu untuk menghilangkan hadas kecil. Air yang digunakan untuk wudhu mestilah air yang suci dan menyucikan. Orang yang melaksanakan solat , wajib lebih dahulu berwudhu, karena wudhu adalah menjadi syarat syahnya solat. Dalil yang memerintahkan untuk berwudhu Qs Al-Maidah;6 ِْٓ ١َ ْاٌ َى ْؼجٌَِٝأَسْ ُجٍَ ُى ُْ إَٚ ُْ س ُىٚ ِ ا ثِ ُش ُءُٛا ِْ َسحَٚ ك ِ ِ ْاٌ َّ َشافٌََِٝ ُى ُْ إ٠ ِذ٠ْ َأَٚ ُْ َ٘ ُىُٛجُٚ اٍُٛ اٌصَّال ِح فَب ْغ ِسٌَِٝا إِ َرا لُ ّْزُ ُْ إَُِٕٛ َٓ آ٠َب اٌَّ ِزُّٙ٠ََب أ٠ ―Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki,‖ Fardu Wudhu ada enam: a. Niat Hendaknya berniat (menyengaja) menghilangkan hadast atau menyengaja berwudhu ketika membasuh muka. b. Membasuh wajah Membasuh seluruh muka (mulai dari tumbuhnya rambut kepala bagian atas hingga bawah dagu, dan telinga kanan hingga telinga kiri) c. Membasuh kedua tangan sampai siku-siku d. Mengusap sebagian rambut atau kulit kepala. e. Membasuh kedua kaki sampai mata kaki f. Tertib. Syarat-syarat wudhu: a. b. c. d. e. f.
Islam Tamyiz, yakin dapat membedakan baik buruknya sesuatu pekerjaan. Tidak berhadas besar. Dengan air suci lagi menyucikan Tidak ada sesuatu yang menghalangi air, sampai ke anggota wudhu. Misalnya getah, cat, dan sebagainya. Mengetahui yang mana yang wajib (fardhu) dan mana yang sunah.
Sunah-sunah wudhu: a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. k.
Bersiwak Membaca basmallah, ketika hendak berwudhu. Membasuh kedua telapak tangan. Berkumur-kumur Membasuh libang hidung sebelum berniat. Menyapu seluruh rambut kepala dengan air Mendahulukan anggota yang kanan daripada yang kiri Menyapu kedua telinga luar dan dalam Menigakalikan membasuh. Menyela-nyela jari-jari tangan dan kaki. Membaca doa setelah wudhu. Buku Mentor Karisma 34
15 Yang membatalkan wudhu: a. Keluar sesuatu dari qubul dan dubur. b. Hilang akal sebab gila, pingsan, mabuk dan tidur nyenyak. c. Bersentuhan antara kulit laki-laki dan perempuan yang sama-sama dewasa, keduanya bukan muhrim dengan tidak ada penghalang antara kedua kulit tersebut. d. Memegang atau menyentuh kemaluan (qubul dan dubur) dengan telapak tangan atau dengan bagian dalam jari-jari yang tidak memakai tutup. B. Sholat Untuk mewujudkan shalat yang diridhai Allah SWT. Hendaklah dipenuhi adab-adab dalam shalat itu. Adab-adab dalam shalat dibagi dua: Pertama: Adab-adab Umum, yaitu ―segala adab yang mesti dilaksanakan diseluruh shalat, tidak ditentukan dengan sesuatu rukun, atau perbuatan‖ Kedua: Adab-adab khusus, yaitu ―segala adab yang ditentukan dengan sesuatu rukun, baik perbuatan ataupun bacaan‖ Adab-adab Khash (khusus) dibagi kepad Dua, yaitu: 1. Adab khash yang dhahir, dikerjakan oleh anggota-anggota lahir dibawah perintah anggota bathin. Adab bertakbiratul Ikhram, Hendaklah kita angkat kedua belah tangan kita kedaun telinga kita, bertentangan tangan-tangan itu dengan bahu, dengan menghadapkan anak-anak jari kedua tangan kekiblat serta mengembangkan keduanya. Sesudah itu, Ucapkanlah takbiratul Ikhram, Yaitu ― اﷲ ا ﮐجشAllah Maha Besar‖. 2. Adab khash bathin, dikerjakan oleh anggota bathin, lahir bekasannya pada anggota lahir. Dan Janganlah kita melafadhkan, lafadh niat sebelum bertakbir itu, Kerena Nabi SAW, Khulafaur Rasyidin, Para sahabat tidak melafadhkan dan tidak pula menyuruh melafadhkan Shalat ialah berharap diri kepada Allah sebagai ibadah, dengan penuh kekhusyuan dan keikhlasan di dalam beberapa perkataan dan perbuatan, yang mulia dengan takbir dan diakhiri dengan salam serta menurut syarat-syarat yang telah ditentukan syara. Dalil yang mewajibkan tentang solat banyak sekali, baik dalam Al-Qur‘an maupun dalam hadist Nabi Muhammad saw. Ssalah satu dalilnya Qs Al-baqarah ayat 43 yang artinya: ―dan laksanakan shalat, tunaikan zakat, dan rukulah beserta orang yang ruku‖ Perintah shalat ini hendaklah ditanamkan kedalam hati dan jiwa anak-anak dengan cara pendidikan yang cermat, dan dilakukan sejak kecil. 1. Syarat-syarat wajib shalat a. Beragama Islam b. Sudah baligh c. Berakal d. Suci dari haid dan nifas e. Telah mendengarajakan dakwah islam 2. Syarat-syarat sah shalat a. Suci dari dua hadist (kecil dan besar) b. Suci seluruh anggota badan, pakaian dan tempat najis c. Menutup aurat. d. Masuk waktu yang telah ditentukan untuk masing-masing shalat. e. Menghadap kiblat f. Mengetahui mana yang fardhu dan mana yang sunah g. Menjauhi perkara-perkara yang membatalkan shalat
Buku Mentor Karisma 34
16
Birrul Walidain A. Pengertian Birrul Walidain ْش ُكوا ِب ِو شَ يْئًا َو ِِب ْل َو ِ َاِل ْي ِن ا ْح َس ًانا ِ ْ ُ اَّلل َوال ت َ َوا ْع ُبدُ وا ه ِ Artinya : ―Sembahlah Allah dan jangan kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua Ibu Bapak.‖ (An Nisa‘: 36). Birrul Walidain terdiri dari kata birru dan walidain. Birru atau al-birru berarti kebajikan dan al-walidain artinya kedua orang tua atau ibu bapak. Birrul walidain berarti berbuat baik kepada kedua orang tua. Dari ayat diatas secara jelas Allah SWT telah memerintahkan kepada kita untuk beruat baik kepada kedua orang tua. Kenapa kita harus berbuat baik kepada orang tua? Karena oleh mereka kita dilahirkan,karena oleh mereka kita didik yang awalnya tidak dapat melakukan apapun, kita belum bisa berjalan,kita belum bisa berbicara ,kita belum bisa makan sendiri , kita belum bisa mandi sendiri kedua orang tualah yang tanpa letih membimbing kita sehingga kita secerdas ini. Sekarang kita bisa seperti ini adalah hasil kerja keras orang tua yang memberikan pendidikan yang terbaik kepada kita. Kita disekolahkan disekolah yang baik, dibimbing untuk dapat bergaul dengan orang-orang baik, diberi kecukupan dari segi materi itu semua hasil kerja keras orang tua kita. Orang tua melakukan itu semua hanya ingin kita menjadi anak yang sholeh, yang taat kepada orang tua sehingga dapat membahagiakannya. Apakah selama ini kalian merasa sudah membahagiakan orang tua????? B. Bentuk-bentuk birrul walidain QS Al Israa‟ 17:23. Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia. a. Ketika Orang Tua Masih Hidup a) Mentaati semua perintah orang tua selagi perintah itu bukan menjerumuskan kita kepada kemaksiatan. ―Kalau mereka berupaya mengajakmu berbuat kemusyrikan yang jelasjelas tidak ada pengetahuanmu tentang hal itu, jangan turuti; namun perlakukanlah keduanya secara baik di dunia ini.‖ (Luqmaan : 15) b) Hendaknya kita bersikap rendah hati dan berbicara lemah lembut kepada orang tua. c) Mendoakanya dan meminta pengampunan untuknya, doa untuk orang tua : ِ ص ِغْي َرا َّ اَلل ُّه َّم ا ْغ ِف ْرلِ ْي َولِ َوالِ َد َ ي َو ْار َح ْم ُه َما َك َم َاربََّيان ْي Artinya : ―Wahai Tuhanku, ampunilah aku dan Ibu Bapakku, sayangilah mereka seperti mereka menyayangiku diwaktu kecil‖
Buku Mentor Karisma 34
17 d) Membantu dengan harta jika sudah memilii penghasilan sendiri. e) Meminta ijin dan restu jika kita akan melakukan sesuatu, seperti jika kita akan melakukan ujian hendaknya kita meminta doa terlebih dahulu kepada kedua orang tua kita. Atau ketika hendak pergi kesekolah biasakan untuk mencium tangan orang tua. Rosulullah saw pernah berkata dalam sebuah hadits (Keridhoan Allah berada pada keridhoan orangtua dan kemarahan Allah berada pada kemarahan orangtua) f) Bermusyawarahlah dengan kedua orang tua dalam kegiatanmu, jika berselisih paham berikan alasan tetap dengan bahasa yang santun. b. Ketika Orang Tua sudah meninggal a) Menshalatkannya ketika ia meninggal b) Mendoaknya agar diampuni dosa-dosanya, karena salah satu amalan yang tiada putus meski seseorang telah meninggal adalah doa anak sholeh yang selalu mendoakan kedua orang tuanya. c) Mengerjakan wasiat yang diperintahkan oleh orang tua, selagi wasiat itu baik. d) Membayar hutang-hutang nya. e) Menyambung tali silahturahmi kepada teman-teman orang tua kita. Seperti dalam hadits Rosulullah dari sahabat Abdullah bin Umar Radhiyallahu ‗anhuma. artinya sebagai berikut : ―Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‗alaihi wa sallam bersabda, ―Sesungguhnya termasuk kebaikan seseorang adalah menyambung tali silaturrahmi kepada teman-teman bapaknya sesudah bapaknya meninggal ‖. C. Keutamaan Birrul Walidain a. Berbuat baik kepada kedua orang tua merupakan salah satu amalan yang paling utama selain sholat dan jihad dijalan Allah. b. Ridho Allah bergantung ridho orang tuannya. c. Berbuat baik kepada kedua orang tua merupakan salah satu sebab-sebab diampuni dosa-dosanya, seperti dijelaskan dalam firman Allah : “Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya….”, hingga akhir ayat berikutnya : “Mereka itulah orang-orang yang kami terima dari mereka amal yang baik yang telah mereka kerjakan dan kami ampuni kesalahan-kesalahan mereka, bersama penghuni-penghuni surga. Sebagai janji yang benar yang telah dijanjikan kepada mereka.” (QS. Al Ahqaf 15-16) d. Taat kepada kedua orang tua merupakan salah satu jalan menuju surga seperti dalam hadist ―Orang tua adalah „pintu pertengahan‟ menuju Surga. Bila engkau mau, silakan engkau pelihara. Bila tidak mau, silakan untuk tidak memperdulikannya.‖ (Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi) e. Berbakti kepada kedua orang tua merupakan salah satu bentuk jihad , Abdullah bin Amru bin Ash meriwayatkan bahwa ada seorang lelaki meminta ijin berjihad kepada Rasulullah Shallallahu‟alaihi Wasallam. Beliau bertanya, ―Apakah kedua orang tuamu masih hidup?‖ Lelaki itu menjawab, ―Masih.‖ Beliau bersabda, ―Kalau begitu, berjihadlah dengan berbuat baik terhadap keduanya.‖ (Riwayat Al-Bukhari dan Muslim) D. Akibat Bagi yang Tidak Berbakti Kepada Orang Tua Tersebutlah seorang ahli ibadah pada masa Muhammad Rosululloh SAW. Hari-hari digunakan untuk berdzikir dan mengerjakan sholat tahajjud. Ia pun senang bersedekah dan mengerjakan kebaikan-kebaikan. Orang-orang memanggil Alqomah. Ia tinggal di sebuah rumah bersama istri yang dicintainya. Sementara ibu Alqomah yang sudah tua tinggal sendiri di desa.
Buku Mentor Karisma 34
18 SUATU ketika Alqomah jatuh sakit. Makin lama sakitnya makin para. Hingga ia pun tidak bisa berbuat apa-apa melainkan hanya berbaring di atas tempat tidur. Istrinya yang merasa bahwa Alqomah sedang mengalami naza’ atau sakaratulmaut mengutus seseorang untuk melaporkan keadaan ini kepada Rasululloh SAW. Setelah mendengar cerita itu, Rasullullah mengutus tiga orang sahabat yaitu Bilal, Amar dan Suhaib untuk menengok Alqomah. Beliau berpesan agar mereka mengajarkan kalimat talqin pada Alqomah. Sesampainya di rumah Alqomah, ketiganya langsung menemui Alqomah yang sedang mengalami sakaratulmaut. Mereka lalu menuntunnya agar melafatkan kalimat Laa ilaaha illallah. Tetapi apa yang terjadi ? Mulut Alqomah tidak terbuka sedikitpun. Berkali-kali ketiga pemudah itu mengajarkan, berkali-kali pula mulut Alqomah seperti terkunci. Ketiganya heran. Padahal Alqomah adalah orang yang ahli ibadah, tapi kenapa tidak bisa membaca kalimat sesederhana itu. Dengan menyimpan rasa tidak percaya ketiganya pulang menghadap Rasullulah. Mereka langsung menceritakan kejadian itu. Rasullulah bertanya. ‘’Apakah orang tua Alqomah masih hidup?’’ ‘’Wahai Rasullullah…Alqomah mempunyai seorang ibu yang tua’’ ‘’Kalau begitu pergilah kalian menemui Ibunda Alqomah. Jika ia masih kuat untuk berjalan, mintalah ia agar datang kemari. Tapi jika tidak, biar aku saja yang kesana’’ Maka pergilah Bilal, Amar dan Suhaib ke rumah Ibunda Alqomah. Sesampainya disana mereka langsung mengutarakan maksud kedatangan mereka. Tanpa berpikir panjang Ibunda Alqomah bergegas memenuhi panggilan Rosululloh walaupun berjalan tertatih-tatih menggunakan tongkat. Sesampainya di rumah Rosululoh, Ibunda Alqomah diberitahu mengenai keadaan anaknya. Namun ia nampak biasa saja mendengar berita itu seolah tidak mau tahu tentang apa yang sedang dialami oleh Alqomah. Hal ini membuat Rosululloh ingin mengetahui apa sebenarnya yang terjadi antara ibu dan anak tersebut. “Wahai Ibunda Alqomah….Aku ingin bertanya kepadamu dan jawablah pertanyaanku dengan jujur. Bagaimana penyaksian Ibu terhadap putra Ibu yang bernama Alqomah….?” Ibunda Alqomah diam sejenak, lalu berkata…. “Alqomah adalah seorang anak laki-laki yang ahli sholat, ahli puasa dan ahli shodaqoh…Akan tetapi….” Ibu Alqomah tidak meneruskan kalimatnya. Matanya berkaca-kaca seolah memendam suatu beban perasaan yang sangat berat. “Akan tetapi apa…Ibu…?” tanya Rosululloh. “Aku sangat marah kepadanya…” Ibu Alqomah tidak dapat membendung air matanya. Ia menangis terisak-isak dihadapan Rosululloh. “Apa masalahnya….Ibu….?” “Semenjak Alqomah menikah dengan perempuan yang dicintainya… ia mulai melupakan aku…. meremehkan aku…. ia lebih mementingkan kepentingan istrinya daripada aku. Ia lebih mendengar kata-kata istrinya daripada nasehatku. Padahal akukan ibunya… aku sangat sakit hati, karena Alqomah tidak pernah sedikitpun menyadari kesalahannya lalu minta maaf kepadaku… yaaahh…. sampai sekarang aku tidak ridho kepadanya…” Rosululloh telah menemukan jawaban atas keadaan yang dialami Alqomah. Kemarahan ibunyalah yang menyebabkan Alqomah mengalami beratnya sakaratulmaut, karena lisannya tidak mampu melafadzkan kalimat “Laa ilaaha illalloh…” “Wahai Bilal…” panggil Rosululloh. “Cari dan kumpulkan kayu bakar yang banyak” Ibunda Alqomah merasakan sesuatu yang janggal dari ucapan Rosululloh. Buku Mentor Karisma 34
19 “Untuk apakah kayu bakar itu, wahai Rosululloh…apa yang akan kau perbuat terhadap Alqomah?” “Membakarnya” jawab Rosululloh singkat. “Apa?! Wahai Rosululloh…betapapun marahnya aku kepada Alqomah, mana mungkin aku sampai hati kalau ia dibakar api…mohon jangan lakukan itu…” “Tahukah Ibu…Adzab Alloh lebih mengerikan dan lebih kekal. Kalau memang Ibu ingin Alloh mengampuni dosa Alqomah, maka Ibu harus mau memaafkan semua kesalahan Alqomah terhadap Ibu lalu Ibu meridhoinya…Sebab semua ibadah yang telah dikerjakan Alqomah, seperti, sholat, berpuasa dan bersedekah, semua itu tidak ada artinya bagi Alqomah selama Ibu masih memendam amarah terhadapnya..” Walau bagaimanapun, orang tua tetaplah orang tua yang tidak mungkin tega melihat anaknya menderita. Ibunda Alqomah pun tidak rela kalau anaknya mendapat adzab dari Alloh. “Baiklah wahai Rosululloh, aku bersaksi kepada Alloh dan para malaikatNya. Aku juga bersaksi dihadapan orang-orang iman yang hadir disini nahwa sekarang juga aku memaafkan semua kesalahan yang pernah dilakukan oleh Alqomah terhadapku…dan aku meridhoinya…” “Bilal…!” “Ya, Rasululloh…” “Pergilah ke rumah Alqomah. Lihatlah, apakah ia sudah bisa mengucapkan kalimat Laa ilaaha illalloh….aku kuwatir jangan-jangan pernyataan Ibunda Alqomah tadi tidak berasal dari dalam hatinya melainkan hanyalah sungkan kepadaku” Berangkatlah Bilal menuju rumah Alqomah. Begitu sampai didepan rumah ia menjumpai telah banyak orang-orang berdatangan. Tiba-tiba Bilal mendengar suara Alqomah dengan Faseh dan jelas melafadzkan kalimat Laa ilaaha illalloh… Sampai didalam rumah Bilal menjumpai Alqomah telah menghembuskan nafasnya yang terakhir. Lalu Bilal berkata…. “Wahai orang-orang yang hadir disini. Ketahuilah bahwa amarah ibunya telah menghalanghalangi Alqomah untuk membaca kalimat talkin. Dan sekarang berkat ridho ibunya ia bisa mengucapkan kalimat itu…” Tak lama kemudian Rosululloh beserta orang-orang iman datang berta’ziyah. Mereka lalu memandikan, mengkafani dan mensholati jenazah Alqomah. Kemudian diantar beriringan oleh Rosululloh dan orang-orang iman menuju tempat pemakaman. Pemakaman Alqomah pun selesai dilaksanakan. Sementara para pengantar masih berada ditempat pemakaman, Rosululloh bersabda…. “Wahai orang-orang iman, muhajir dan anshor……Siapa saja yang mengutamakan kepentingan istrinya hingga melalaikan ibunya, maka ia akan mendapatkan laknat Alloh, laknat para Malaikat dan laknat semua para manusia. Alloh tidak menerima amal ibadahnya, baik yang wajib maupun yang sunnah, kecuali jika ia bertaubat dan berbuat baik serta mencari ridho ibunya. Sebab ridho Alloh beserta ridhonya ibu dan murka Alloh beserta murkanya ibu”. Sharing : 1. Ceritakan pengalaman adik-adik yang membuat orang tua merasa senang? 2. Apa saja kah hal-hal yang biasa adik-adik lakukan untuk berbakti kepada kedua orang tua? 3. Hikmah atau pelajaran apa yang bisa diambil dari cerita al qomah tersebut.....
Buku Mentor Karisma 34
20
Materi 5S (Senyum , Sapa, Salam, Sopan & Santun) TUJUAN • Peserta mengetahui pengertian dari 5S • Peserta dapat mengaplikasikan 5S dalam kehidupan sehari-hari METODE PENDEKATAN • Ceramah dan diskusi BAHASAN 5 (Lima) S K.H. Abdullah Gymnastiar Suatu saat, adzan Maghrib tiba. Kami bersegera shalat di sebuah mesjid yang dikenal dengan tempat mangkalnya aktivis Islam yang mempunyai kesungguhan dalam beribadah. Di sana tampak beberapa pemuda yang berpakaian ―khas Islam‖ sedang menantikan waktu shalat. Kemudian, adzan berkumandang dan qamat pun segera diperdengarkan sesudah shalat sunat. Hal yang menarik adalah begitu sungguh-sungguhnya keinginan imam muda untuk merapikan shaf. Tanda hitam di dahinya, bekas tanda sujud, membuat kami segan. Namun, tatkala upaya merapikan shaf dikatakan dengan kata-kata yang agak ketus tanpa senyuman, ―Shaf, shaf, rapikan shafnya!‖, suasana shalat tiba-tiba menjadi tegang karena suara lantang dan keras itu. Karuan saja, pada waktu shalat menjadi sulit khusyu, betapa pun bacan sang imam begitu bagus karena terbayang teguran yang keras tadi. Seusai shalat, beberapa jemaah shalat tadi tidak kuasa menahan lisan untuk saling bertukar ketegangan yang akhirnya disimpulkan, mereka enggan untuk shalat di tempat itu lagi. Pada saat yang lain, sewaktu kami berjalan-jalan di Perth, sebuah negara bagian di Australia, tibalah kami di sebuah taman. Sungguh mengherankan, karena hampir setiap hari berjumpa dengan penduduk asli, mereka tersenyum dengan sangat ramah dan menyapa ―Good Morning!‖ atau sapa dengan tradisinya. Yang semuanya itu dilakukan dengan wajah cerah dan kesopanan. Kami berupaya menjawab sebisanya untuk menutupi kekagetan dan kekaguman. Ini negara yang sering kita sebut negara kaum kafir. Dua keadaan ini disampaikan tidak untuk meremehkan siapapun tetapi untuk mengevaluasi kita, ternyata luasnya ilmu, kekuatan ibadah, tingginya kedudukan, tidak ada artinya jikalau kita kehilangan perilaku standar yang dicontohkan Rasulullah SAW, sehingga mudah sekali merontokan kewibawaan dakwah itu sendiri. Ada beberapa hal yang dapat kita lakukan dengan berinteraksi dengan sesama ini, bagaimana kalau kita menyebutnya dengan 5 (lima) S : Senyum, salam, sapa, sopan, dan santun. Kita harus meneliti relung hati kita jikalau kita tersenyum dengan wajah jernih kita rasanya ikut terimbas bahagia. Kata-kata yang disampaikan dengan senyuman yang tulus, rasanya lebih enak didengar daripada dengan wajah bengis dan ketus. Senyuman menambah manisnya wajah walaupun berkulit sangat gelap dan tua keriput. Yang menjadi pertanyaan, apakah kita termasuk orang yang senang tersenyum untuk orang lain? Mengapa kita berat untuk tersenyum, bahkan dengan orang yang terdekat sekalipun. Padahal Rasulullah yang mulia tidaklah berjumpa dengan orang lain kecuali dalam keadaan wajah yang jernih dan senyum yang tulus. Mengapa kita begitu enggan tersenyum? Kepada orang tua, guru, dan orang-orang yang berada di sekitar kita? S yang kedua adalah salam. Ketika orang mengucapkan salam kepada kita dengan keikhlasan, rasanya suasana menjadi cair, tiba-tiba kita merasa bersaudara. Kita dengan terburu-buru ingin menjawabnya, di situ ada nuansa tersendiri. Pertanyaannya, mengapa kita begitu enggan untuk lebih dulu mengucapkan salam? Padahal tidak ada resiko apapun. Kita tahu di zaman Rasulullah ada seorang sahabat yang pergi ke pasar, khusus untuk menebarkan salam. Negara kita mayoritas umat Islam, tetapi mengapa kita untuk mendahului mengucapkan salam begitu enggan? Adakah yang salah dalam diri kita? S ketiga adalah sapa. Mari kita teliti diri kita kalau kita disapa dengan ramah oleh orang lain rasanya suasana jadi akrab dan hangat. Tetapi kalau kita lihat di mesjid, meski duduk seorang jamaah di sebelah kita, toh nyaris kita jarang menyapanya, padahal sama-sama muslim, sama-sama shalat, satu shaf, Buku Mentor Karisma 34
21 bahkan berdampingan. Mengapa kita enggan menyapa? Mengapa harus ketus dan keras? Tidakkah kita bisa menyapa getaran kemuliaan yang hadir bersamaan dengan sapaan kita? S keempat, sopan. Kita selalu terpana dengan orang yang sopan ketika duduk, ketika lewat di depan orang tua. Kita pun menghormatinya. Pertanyaannya, apakah kita termasuk orang yang sopan ketika duduk, berbicara, dan berinteraksi dengan orang-orang yang lebih tua? Sering kita tidak mengukur tingkat kesopanan kita, bahkan kita sering mengorbankannya hanya karena pegal kaki, dengan bersolonjor misalnya. Lalu, kita relakan orang yang di depan kita teremehkan. Patut kiranya kita bertanya pada diri kita, apakah kita orang yang memiliki etika kesopanan atau tidak. S kelima, santun. Kita pun berdecak kagum melihat orang yang mendahulukan kepentingan orang lain di angkutan umum, di jalanan, atau sedang dalam antrean, demi kebaikan orang lain. Memang orang mengalah memberikan haknya untuk kepentingan orang lain, untuk kebaikan. Ini adalah sebuah pesan tersendiri. Pertanyaannya adalah, sampai sejauh mana kesantunan yang kita miliki? Sejauh mana hak kita telah dinikmati oleh orang lain dan untuk itu kita turut berbahagia? Sejauh mana kelapangdadaan diri kita, sifat pemaaf ataupun kesungguhan kita untuk membalas kebaikan orang yang kurang baik? Saudara-saudaraku, Islam sudah banyak disampaikan oleh aneka teori dan dalil. Begitu agung dan indah. Yang dibutuhkan sekarang adalah, mana pribadi-pribadi yang indah dan agung itu? Yuk, kita jadikan diri kita sebagai bukti keindahan Islam, walau secara sederhana. Amboi, alangkah indahnya wajah yang jernih, ceria, senyum yang tulus dan ikhlas, membahagiakan siapapun. Betapa nyamannya suasana saat salam hangat ditebar, saling mendo‘akan, menyapa dengan ramah, lembut, dan penuh perhatian. Alangkah agungnya pribadi kita, jika penampilan kita selalu sopan dengan siapapun dan dalam kondisi bagaimana pun. Betapa nikmatnya dipandang, jika pribadi kita santun, mau mendahulukan orang lain, rela mengalah dan memberikan haknya, lapang dada,, pemaaf yang tulus, dan ingin membalas keburukan dengan kebaikan serta kemuliaan. Saudaraku, Insya Allah. Andai diri kita sudah berjuang untuk berperilaku lima S ini, semoga kita termasuk dalam golongan mujahidin dan mujahidah yang akan mengobarkan kemuliaan Islam sebagaimana dicita-citakan Rasulullah SAW, Innama buitsu liutammima makarimal akhlak, ―Sesungguhnya aku diutus ke bumi ini untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak.***
Buku Mentor Karisma 34
22
Materi Amanah dan Jujur Tujuan : 1. Adik mampu menerapkan sikap amanah dan jujur dalam kehidupan sehari-hari Amanah dan Jujur dalam Islam Amanah dan Jujur merupakan sikap terpuji yang dianjurkan oleh agama, ia selalu bersanding dengan kebenaran yang harus dikawal dan ditegakkan, bahkan Allah SWT menyebut diri-Nya dengan AlHaq yang artinya Mahabenar. Begitu juga para nabi dan Rasul-Nya selalu mempunyai sifat AshShidq yang berarti jujur. Jujur mempunyai banyak manfaat dan khasiat bagi pelakunya baik di dunia maupun di akhirat. Setidaknya ada enam manfaat bagi orang yang jujur dalam perkataan maupun perbuatannya. Rasulullah juga memiliki sikap amanah, yang berarti dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Kejujuran dan sikap amanah membedakan muslim yang beriman dan muslim yang munafik. Dari Abu Hurairah, bahwa Nabi SAW bersabda, "Tanda-tanda orang munafik ada tiga: jika berbicara ia berbohong, jika berjanji ia mengingkari, dan jika diberi amanah ia berkhianat" (H.R. Bukhari no.33) Manfaat Sikap Amanah dan Jujur Pertama, perasaan enak dan hati tenang, jujur akan membuat pelakunya menjadi tenang karena ia tidak takut akan diketahui kebohongannya. Rasulullah Salallahu ‗Alahi Wassalam bersabda, ‖Tinggalkanlah apa yang meragukanmu menuju perkara yang tidak meragukanmu, sesungguhnya jujur adalah ketenangan sedangkan dusta adalah keraguan.‖ (HR Turmudzi dari riwayat Hasan bin Ali). Kedua, mendapatkan keberkahan dalam usahanya. Rasulullah SAW bersabda, ‖Dua orang yang berjual beli mempunyai pilihan (untuk melanjutkan transaksi ataupun membatalkannya) selama mereka belum berpisah. Jika keduanya jujur dan menjelaskan barangnya maka akan diberkahi jual beli mereka, dan jika mereka merahasiakan dan berdusta maka dihilangkan keberkahan jual beli mereka.‖ (HR Bukhari) Ketiga, mendapat pahala seperti pahala orang syahid di jalan Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda, ‖Barang siapa meminta mati syahid dengan jujur, maka Allah akan mengantarkannya ke dalam golongan orang-orang syahid, walaupun ia mati di atas kasurnya.‖ (HR Muslim) . Keempat, selamat dari bahaya. Orang yang jujur walaupun pertama-tama ia merasa berat akan tetapi pada akhirnya ia akan selamat dari berbagai bahaya. Rasulullah SAW telah bersabda, ‖Berperangailah selalu dengan kejujuran! Jika engkau melihatnya jujur itu mencelakakan maka pada hakikatnya ia merupakan keselamatan.‖ (HR Ibnu Abi Ad-Dunya dari riwayat Manshur bin Mu‘tamir). Kelima, dijamin masuk surga, sebagaimana sabda Rasulullah Muhammad SAW, ‖Berikanlah kepadaku enam perkara niscaya aku akan jamin engkau masuk surga: jujurlah jika engkau bicara, tepatilah jika engkau berjanji, tunaikanlah jika engkau diberi amanat, jagalah kemaluanmu, tundukkan pandanganmu, dan jagalah tanganmu.‖ (HR Ahmad dari riwayat ‗Ubadah bin Ash-Shamit). Keenam, dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya. Rasulullah SAW bersabda, ‖Jika engkau ingin dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya, maka tunaikanlah jika engkau diberi amanah, jujurlah jika engkau bicara, dan berbuat baiklah terhadap orang sekelilingmu.‖ (HR Ath-Thabrani). Demikianlah, jujur penting sekali, terutama di masa ketika segala aspek kehidupan dipenuhi kepalsuan dan dusta. Di manapun berada, Buku Mentor Karisma 34
23 kejujuran harus di atas segalanya. Jujur adalah simbol profesionalisme kerja dan inti dari kebaikan hati nurani seseorang. Jujur dalam Kehidupan Sehari-Hari Dalam kehidupan sehari-hari kejujuran bisa kita terapkan pada banyak hal. Misalnya, sebagai pelajar, kita harus jujur ketika menghadapi ujian. Jika guru kita meminta kita mengerjakan ujian sendirian, maka kita tidak boleh berlaku curang dengan mencontek atau bekerjasama dengan teman kita. Atau ketika membayar uang jajan di kantin yang tidak ditunggui pedagangnya, uang yang kita bayarkan harus tetap sesuai harganya. Kita juga harus berkata jujur ketika kita terlambat datang ke sekolah dan ditanya alasannya oleh guru. Sikap jujur juga disenangi orang lain. Jika kita punya teman yang pembohong rasanya tidak enak bukan? Berteman dengan orang yang suka berbohong membuat kita susah percaya padanya, dan juga membuat kita selalu berprasangka buruk kepada teman kita. Begitu juga sebaliknya, teman–teman kita pasti lebih senang berteman dengan orang yang jujur. Maka jadilah orang yang jujur dan bisa dipercaya orang lain. Dengan begitu kita memberi teman kita rasa aman untuk ada di dekat kita dan membuat teman kita percaya pada kita. Sebagai muslim kita harus mencontoh dan mencontohkan yang baik. Rasulullah adalha orang yang begitu jujur, sehingga sebelum diangkat menjadi Rasul tidak ada yang meragukan perkataannya. Kejujuran Rasulullah inilah salah satu alasan Abu Bakar dan Khadijah tidak ragu untuk beriman kepada Allah dan memeluk Islam. Bahkan ketika telah menjadi Rasul pun, orang-orang kafir masih mempercayai beliau dalam hal perniagaan. Tugas kita sekarang adalah mencontoh teladan Rasulullah dan mencontohkannya pada teman-teman kita di sekolah. Jujur bukan hanya berarti berkata yang benar. Tapi juga melakukan sesuatu yang benar dan sesuai perkataan. Bersikaplah jujur secara keseluruhan.
Buku Mentor Karisma 34
24
Ma’rifatul Insan Alokasi waktu : 2 x pertemuan Sasaran : 1. Adik dapat mengembangkan potensi positif yang dimiliki 2. Adik mampu mengapresiasi keahlian diri sendiri dan orang lain 3. Adik terdorong untuk prestatif dengan memaksimalkan potensi yang dimiliki BEKAL KITA SUNGGUH LUAR BIASA Manusia dimuliakan oleh Allah SWT atas segala ciptaan-Nya karena diberikan tiga hal : ditiupkan ruh (Q.S. 32: 9), diberikan kelebihan potensi yang tidak diberikan kepada makhluk yang lain (Q.S. 17: 70), ditundukkannya alam semesta padanya (Q.S. 2: 29). Meskipun memang manusia bukan makhluk sempurna. Tapi itu tidak bisa dijadikan alasan untuk menyerah pada keadaan. Kita tidak diciptakan untuk bisa hidup dalam air, namun dengan akal yang Allah berikan, kita bisa menciptakan kapal laut dan kapal selam untuk mengarungi perairan yang luas dan dalam. Kita tidak dikaruniai sayap untuk bisa terbang sebagaimana burung, namun dengan akal yang Allah berikan, kita bisa menciptakan berbagai macam peralatan yang memungkinkan kita untuk terbang di angkasa, bahkan ke luar angkasa. Allah benar-benar telah memberikan anugerah yang besar kepada kita, manusia. Subhanallah, Maha Suci Allah. Salah satu anugerah terbesar yang Allah SWT berikan kepada kita adalah diciptakan-Nya kita menjadi manusia (QS. At Tiin (95) : 4). Sebagai makhluk yang dimuliakan Allah, manusia diciptakan secara sempurna. Potensi-potensi yang dimilkikinya dapat membawa kemuliaan dan keutamaan serta dapat menjalankan amanah. Terkadang anugerah sebagai manusia inilah yang sering kali dilupakan. Kita sibuk memikirkan dan menghitung kelebihan orang lain. Kita merasa menjadi orang yang tidak beruntung. Sering kali kita menghitung kekurangan dan ketidakberuntungan kita dibandingkan dengan orang lain. Padahal setiap insan memiliki kelebihan dan kekurangan. Tidak ada satu manusia pun yang sama karakternya, walau pun mereka kembar identik. Oleh karena itu, masing-masing kita pada dasarnya memiliki kelebihan yang tidak dimiliki orang lain, tinggal bagaimana kita menggalinya dan mengasahnya. Maka dari itu, mulailah untuk fokus terhadap apa yang sudah Allaah beri, bukan terus-terusan iri terhadap apa-apa yang tidak kita miliki. Jangan terus-menerus membandingkan diri sendiri dengan para ahli. Temukan potensi positif yang dimiliki, dan kembangkan itu dengan cara kita masing-masing. Penggalian minat, bakat, keterampilan dan kecenderungan perlu diasah sedini mungkin, yakinlah bahwa Allah telah menciptakan kita di dunia dengan spesialis dan bawaan yang hanya dimiliki oleh kita saja. Allah tidak membuat kopiannya lagi. Masing-masing kita adalah ciptaan yang berkategori ―Master Piece‖, tidak ada yang sama. Jika kita tidak mengenali dan mengasah potensi diri kita, sama saja kita tidak bersyukur atas karunia-Nya. Allah berfirman: “Katakanlah : tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya masing-masing. Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya.” (QS. Al Israa‟ (17) : 84). Seorang muslim harus menyadari posisinya di sisi Allah dan bagaimana kita memaksimalkan apa yang Allah berikan pada diri kita dalam rangka memaksimalkan ibadah kita kepada-Nya sebagai tanda syukur. Sekali lagi, ingatlah bahwa Allaah telah menganugerahi kita dengan akal dan potensi kebaikan. Sayyid Quthb berkata : Islam datang untuk menghapus kejahiliahan dan membangun kehidupan bercorak islami. Seandainya saja muslim benar-benar memahami ini, maka seluruh umat islam Buku Mentor Karisma 34
25 akan bersungguh-sungguh dalam hidupnya, mengerjakan apa yang bisa dia kerjakan, mengerahkan seluruh yang bisa dia upayakan. Karena meski sekarang masih belum sehebat tokoh-tokoh inspiratif atau orang-orang hebat lainnya, yakinlah bahwa bahkan setetes airpun sanggup membelah batu yang keras jika tetesan itu jatuh terus-menerus tak putus asa. 
Mari Mengapresiasi
Karena kita semua rasanya sepakat bahwa beda orang beda potensinya, maka betapa indahnya jika kita tidak lagi meremehkan hal-hal kecil yang orang lain lakukan. Karena apa yang terlihat remeh itu belum tentu bisa kita lakukan seperti orang lain melakukannya, begitu pula sebaliknya. Belajar mengapresiasi diri bisa dilakukan dengan cara melakukan pujian bagi diri terhadap berbagai hal positif yang telah ada pada diri (tidak berlebihan, memuji apa adanya), melakukan afirmasi positif terhadap diri atas berbagai hal baik yang telah kita lakukan (misalnya, mengatakan pada diri sendiri bahwa apa yang telah kita kerjakan merupakan hal yang baik sekali sekaligus memotivasi diri untuk melakukan pekerjaan yang lebih baik lagi), memberi reward pada diri sendiri atas sebuah pencapaian (misal, membeli beberapa buku bacaan favorit jika indeks prestasi kuliah meningkat), dan lain sebagainya. Mengapa penting untuk mengapresiasi? Jika kamu berpikir, "kenapa orang lain telah melakukan pencapaian luar biasa A-Z, sementara aku masih berada di titik ini?" percayalah, kekecewaan terhadap diri sendiri merupakan hal yang sia-sia. lakukanlah tindakan nyata untuk meng-upgrade perkembangan diri kita daripada meratapi kemajuan orang lain dan meremehkan kemajuan diri sendiri. Entah di mulai sejak kapan kebiasaan ini. Saat berhasil melakukan sesuatu dan mendapatkan hasil yang memuaskan, saya terbiasa untuk memberikan semacam reward kepada diri sendiri dalam bentuk membeli suatu barang yang dinginkan atau pergi ke suatu tempat yang bisa membuat saya sangat senang. Itu semua saya lakukan tanpa lupa bersyukur atas apa yang telah dilalui/diperoleh tentunya. Saya percaya bahwa setiap usaha/perjuangan yang telah dilakukan pantas diapresiasi oleh diri sendiri untuk memacu kemampuan diri ini lebih dari yang telah diperoleh. Kebanyakan kita lebih sering mengapresiasi apa yang diperoleh orang lain ketimbang diri kita sendiri, kepuasan yang tercipta dari apa yang kita dapatkan seolah bayaran yang pas. Bagi saya kepuasan haruslah dirayakan, walaupun hanyalah sebatas dengan ucapan, “Congratulation, Dev. ..� dan saya percaya bahwa kalimat itu semua dapat membuat saya makin berani untuk menghadapi sesuatu yang lebih besar dan rumit ke depannya. 1 Maka, mari mengapresiasi diri dan orang lain di sekitar kita. Agar potensi terbaiknya muncul, tidak patah semangat duluan di tengah jalan. Tapi sebagai pihak yang diberikan apresiasi juga harus selalu ingat untuk jangan tertipu oleh penilaian manusia. Keterangan : 1
disadur dari https://kolektormimpi.wordpress.com/tag/apresiasi-diri-sendiri/
Referensi Materi : https://kolektormimpi.wordpress.com/tag/apresiasi-diri-sendiri/ http://materitarbiyah.wordpress.com/2008/03/15/mengembangkan-potensi-diri/ http://menaraislam.com/content/view/145/27/ http://yangberkerudungawan.blogspot.com/2014/03/apresiasi-diri.html
Buku Mentor Karisma 34
26
SMP BINA LANJUTAN Ma'rifatullah ―Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka, ‗Siapakah yang menjadikan langit dan bumi dan menundukkan matahari dan bulan?‘ Tentu mereka akan menjawab, ‗Allah‘. Maka betapakah mereka dapat dipalingkan dari jalan yang benar‖ (QS Al-Ankabut: 61). Pada sebuah pertandingan bola voli antar-RT memperingati hari proklamasi di bilangan Mampang Jaksel, seorang penonton, sebut saja Nico, merasa jengkel melihat ulah seorang bapak setengah baya yang menyandera bola voli dengan cara mendudukinya. Karuan beberapa jenak pertandingan sempat terhenti. Bola voli itu disandera akibat smash salah seorang pemain di seberang net tepat mengenai tubuh bapak yang dikenal bernama Haji Mugni. Panitia hanya diam saja. Melihat pemandangan itu, Nico yang baru sebulan tinggal di sebuah rumah kontrakan dekat lapangan bola voli, langsung mendekati Haji Mugni yang belum dikenalnya. Nico mengumpat kesal sembari merebut bola voli yang diduduki Haji Mugni, lalu melemparkannya ke tengah lapangan. Pertandingan voli dilanjutkan kembali. Haji Mugni diam saja. Panitia salut dengan keberanian Nico. Setelah kejadian itu, salah seorang panitia membisikkan sesuatu ke telinga Nico. Aneh. Wajah Nico langsung pucat. Selidik punya selidik, rupanya panitia itu baru saja memberi tahu bahwa orang yang bernama Haji Mugni itu adalah seorang jawara yang disegani. Begitulah Nico, lantaran belum mengenal (ma‘rifah) Haji Mugni ia berani menentang Haji Mugni. Tapi setelah diperkenalkan oleh seseorang, siapa sesungguhnya Haji Mugni, muncullah rasa takutnya. Sama halnya dengan seorang anak balita yang ―berani‖ menyentuh api atau memegang kabel listrik bertegangan tinggi. Tindakan itu sama sekali bukan tindakan berani, tapi sekali lagi karena faktor ketidaktahuan. Dalam Islam, orang-orang yang ―berani‖ melanggar ketentuan Allah, apakah itu shalat, puasa, atau zakat, dalam beberapa kasus hal itu disebabkan lantaran mereka belum ma‘rifah kepada Allah dalam arti sesungguhnya. Ini mirip dengan kisah orang-orang kafir Quraisy pada masa Rasulullah Saw. yang apabila ditanyakan kepada mereka siapa yang menurunkan hujan dari langit dan yang menumbuhkan pepohonan dari bumi, mereka akan menjawab Allah. Tapi, bila mereka diperintahkan untuk meng-Esa-kan Allah dan menjauhi penyembahan berhala, mereka akan mengatakan bahwa penyembahan berhala yang mereka lakukan adalah warisan budaya leluhur yang harus dijaga dan dilestarikan. Dalam Islam, mengenal Allah (ma‘rifatullah) adalah persoalan penting dan wajib, karena hal ini menyangkut aqidah. ―Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada ilah melainkan Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi dosa orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat tempat tinggalmu‖ (QS Muhammad: 19). Dalam ayat ini, Allah Swt. menggunakan fi‘il amr (kata kerja perintah) yang berarti wajib setiap Muslim untuk ma‘rifah kepada Allah. Kenal bukan hanya sekedar tahu. Kita tahu Bush Presiden Amerika Serikat, tapi kita baru kenal Bush setelah membaca dan melihat sepak terjangnya yang angkuh, arogan, hobi berperang, dan menindas umat Islam lewat televisi dan media cetak. Dari informasi-informasi tersebut, akhirnya kita menyimpulkan bahwa kezaliman Bush harus segera dihentikan. Inilah konsep ma‘rifah yang sebenarnya. Ma‘rifah adalah sebuah proses perpikir yang menghasilkan tindakan, baik berupa pernyataan maupun sikap. Buku Mentor Karisma 34
27 Imam Ghazali menyatakan bahwa ma‘rifah adalah sebuah tingkatan kecerdasan, yaitu mengumpulkan dua atau lebih informasi untuk menghasilkan sebuah kesimpulan. Dan dari kesimpulan itulah muncul tindakan atau sikap. Bukan ma‘rifah namanya bila apa yang diketahuinya tidak menghasilkan tindakan. Seseorang yang mengaku mengenal Allah, tapi tidak menghasilkan ketundukkan, ketaatan, loyalitas, dan penghambaan kepada Allah, sesungguhnya dia berlum ma‘rifah kepada Allah. Seseorang yang sedang jatuh cinta akan selalu memikirkan kecantikan, kebaikan, kelembutan, dan keramahan kekasihnya. Memikirkan hal-hal semacam itu sudah cukup membahagiakan hatinya. Selain itu, ia pun akan selalu menjaga jangan sampai kekasihnya benci dan menjauhi dirinya. Oleh karenanya, ia akan selalu tampil baik, sopan, ramah, murah hati, dan lembut di depan kekasihnya. Kalaupun ia memiliki sifat buruk, maka di hadapan kekasihnya ia akan berusaha sekuat tenaga untuk menghilangkan sifat-sufat buruk tersebut. Orang yang tengah jatuh cinta, biasanya selalu berusaha untuk menyelami sifat dan hobi sang kekasih dan sedapat mungkin berusaha untuk mendekatkan diri dengan sifat dan hobi kekasihnya itu, meskipun sebenarnya sifat dan hobinya berbeda. Seperti itulah seharusnya orang yang mengaku ma‘rifah kepada Allah. Mari kita resapi sebuah teladan tentang ma‘rifatullah seorang anak manusia. Ketika menuruni sebuah lembah, Umar bin Khaththab yang ditemani salah seorang sahabatnya bertemu dengan seorang anak yang tengah menggembalakan ratusan ekor kambing milik tuannya. Umar ingin menguji ma‘rifatullah anak tersebut dengan medesaknya agar mau menjual seekor saja dari kambing gembalaannya. ―Juallah kepadaku salah seekor kambing yang engkau gembalakan itu,‖ pinta Umar. ―Aku tidak berhak menjualnya, karena kambing-kambing itu milik tuanku,‖ jawab si penggembala. ―Katakan saja pada tuanmu bahwa salah seekor kambing hilang diterkam srigala,‖ uji Umar. Dengan tegas si penggembala berkata, ―Aku bisa saja mengatakan salah seekor kambing milik tuanku hilang atau mati diterkam srigala. Mungkin ia akan mempercayai alasanku, tapi bagaimana dengan Allah? Bukankah Allah Maha Melihat dan Maha Mengetahui?‖ Mendengar jawaban itu, Umar menangis terharu. Lalu beliau membebaskan penggembala itu dengan cara menebusnya. Perhatikanlah! Orang yang ma‘rifah kepada Allah meyakini bahwa setiap gerak langkahnya, ucapannya, dan getaran hatinya selalu diawasi oleh Allah, karena Allah Maha Melihat dan Maha Mengawasi. Semut hitam yang berjalan di atas batu hitam di malam kelam tak luput dari pengawasan-Nya. Sehelai daun kering yang jatuh dari pohonnya di tengah hutan belantara tak lepas dari perhitungan-Nya. Sebutir debu yang diterbangkan angin di tengah padang pasir yang luas ada dalam kuasa-Nya. Deburan ombak di tengah samudera ada dalam genggaman-Nya. ―Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa. Kemudian Dia bersemayam di atas Arsy. Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan segala apa yang keluar daripadanya, dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepadannya. Dan Dia besamamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa kamu kerjakan‖ (QS Al-Hadid: 4). Dengan keyakinan seperti ini, mereka tidak berani melanggar perintah dan larangan Allah. Mereka tidak berani memakan harta yang bukan miliknya, mereka tidak berani berdusta, dan mereka tidak berani melangkah di luar garis yang telah ditetapkan oleh Allah. Setiap pelanggaran akan ada dosa, dan setiap dosa akan berujung pada siksa api neraka. Ma‘rifatullah akan melahirkan rasa takut pada siksa Allah. Renungkanlah! Orang yang mengenal Allah dengan pengenalan yang mendalam, yakin bahwa Allah Maha Pengasih dan Penyayang. Betapa banyak nikmat yang telah Allah berikan kepada manusia, tapi sering tidak disadari oleh manusia. Kita sering memuji-muji indahnya pemandangan alam yang terhampar di depan mata, tapi kita jarang memuji Pemberi mata kita. Kita sering kagum mendengar suara gemercik air mengalir dari bebatuan, tapi jarang sekali kita mengagumi kepada Pencipta telinga kita. Kita sering merasakan nikmatnya aneka makanan yang disajikan, tapi kita lupa pada Pemberi lidah.
Buku Mentor Karisma 34
28 Apa yang akan kita rasakan seandainya Allah me-nonfungsi-kan mata kita? Bagaimana sekiranya Allah mencabut pendengaran kita? Dan apa yang kita rasakan bila Allah menghilangkan daya kecap lidah kita? Semua itu mudah bagi Allah. Dan kita dapat menanyakan hal itu kepada orang-orang yang telah kehilangan nikmat-nikmat tersebut. Ma‘rifatullah semestinya melahirkan rasa cinta dan ketergantungan kepada Allah. Ma‘rifatullah seharusnya memunculkan berbagai macam harapan, kiranya Allah mempertahankan dan menambah semua nikmat dan karunia yang telah Ia berikan. Ma‘rifah kepada Allah dapat kita lakukan dengan cara memikirkan dan menganilisis semua ciptaan Allah di jagat raya ini. Rasulullah Saw. bersabda, ―Tafakkaruu fi khalqillaah, walaa tafakkaruu fi dzatillaah.‖ Pikirkanlah ciptaan-ciptaan Allah, dan jangan pikirkan tentang Dzat Allah. Al-Qur`an banyak mendorong kita untuk mendayagunakan potensi akal kita untuk mengenal Allah. ―Kami telah memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Qur`an itu adalah benar. Dan apakah Rabbmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu?‖ (QS Fushshilat: 53). Sementara itu, kebodohan (jahl), kesombongan (takabbur), penyimpangan, dan kezaliman adalah penyakit-penyakit yang dapat menghambat seseorang untuk ma‘rifah kepada Allah. Jauhilah sifat-sifat tersebut. Semoga Allah menjernihkan hati dan pikiran kita dan menjauhkan diri kita dari penyakitpenyakit yang dapat menghambat proses ma‘rifah kita kepada Allah. Wallahu a‘lam bishshawab. Sumber : A green version of http://commons.wikimedia.or...Image via WikipediaOleh Syamsu Hilal
Buku Mentor Karisma 34
29
Ma’rifaturrasuul
RINCIAN BAHASAN Makna Risalah dan Rasul Risalah : sesuatu yang diwahyukan Allah SWT berupa prinsip hidup, moral, ibadah, aqidah untuk mengatur kehidupan manusia agar terwujud kebahagiaan di dunia dan akhirat. Rasul: Seorang laki-laki (QS. 21:7) yang diberi wahyu oleh Allah SWT yang berkewajiban untuk melaksanakannya dan diperintahkan untuk menyampaikannya kepada manusia. Pentingnya Iman kepada Rasul Iman kepada Rasul adalah salah satu rukun iman. Seseorang tidak dianggap muslim dan mukmin kecuali ia beriman bahwa Allah mengutus para rasul yang menyampaikan hakikat yang sebearnya dari agama Islam, yaitu tauhidullah. Juga tidak diangggap beriman atau muslim kecuali ia beriman kepada seluruh rasul, dan tidak membedakan antara satu dengan yang lainnya (QS. 2:285) Tugas Para Rasul 1. Menyampaikan (tabligh) (QS.5:67, 33:39). Yang disampaikan mereka berupa : a. Ma'rifatullah (QS.6:102) (Mengenal hakikat Allah) b. Tauhidullah (QS. 21:25) (Mengesakan Allah) c. Basyir wa Nazhir (QS. 6:48) (Menberi kabar gembira dan peringatan) 2. Mendidik dan membimbing (QS.62:2) Memperbaiki jiwa dan membersihkan serta meluruskan dari hawa nafsu dan sifat-sifat tercela (QS.62:2) Sifat-Sifat Para Rasul 1. Mereka adalah manusia (QS.17:93-94, 18:110) Mereka memerlukan makan, minum (QS.25:20), beristri (QS.13:38), ditimpa sakit (QS.2:83-84) 2. Ma'shum (terjaga dari kesalahan) (QS.3:161, 53:1-4) Semua Rasul adalah ma'shum, tidak pernah salah dalam menyampaikan risalah dari Allah. Yang dimaksud ma'shum di sini adalah mereka tidak pernah meninggalkan kewajiban, tidak mengerjakan hal-hal yang haram, dan tidak berbuat sesuatu yang tidak sesuai dengan ajaran Islam (QS.3:161, 53:1-4) 3. Sebagai suri tauladan (QS.33:21, 6:89-90) - Teladan dalam kesabaran dan menanggung penderitaan dalam memperjuangkan Islam (QS. 6:34) - Teladan dalam ketabahan memegang prinsip - Teladan dalam saling mencintai dan persaudaraan muslim (QS. 59:9) - Teladan dalam setiap akhlak mulia (QS. 33:21, 68:4) REFERENSI Kelompok Studi Al-Ummah, Aqidah Seorang Muslim, hal. 60-71 Al-asyqor, Dr. Umar Sulaiman. Para Rasul dan risalahnya. Pustaka Mantiq GAMES A. Judul : Games Ilmu B. Skema/gambar :
Buku Mentor Karisma 34
30
C. Media dan Bahan : 1. Sebuah naskah pembahasan 2. Serangkaian petunjuk 3. Tiga lembar kerta bujungsangkar per orang atau kelompok 4. Sebuah gunting atau cutter D. Langkah-langkah : Instruksi Peserta diminta membuat sejumlah lubang (minimal 6) yang berjarak sama antara satu lubang dengan lubang lainnya, juga jarak setiap lubang dari titik pusatnya. Tahap 1 Mentor memberikan instruksi di atas tanpa memberikan keterangan tambahan Tahap 2 Mentor memberikan instruksi dan keterangan tambahan secara lisan sbb: 1. Lipat kertas 2x sehingga membentuk bujursangkar 2. Lipat bagian kertas yang ujungnya bersatu sehingga menutupi 2/3 bagiannya 3. Lipat juga 1/3 bagiannya 4. Lipat lagi kertas dengan bagian yang sama sampa salign menutupi 5. Lubangi bagian yang ujungnya bersatu menggunakan gunting atau cutter 6. Lihat, apakah lubang-lubang sesuai instruksi E. Hikmah 1. Pentingnya Rasul sebagai penyampai dan penjelas risalah Islam sekaligus mencontohkan bagaimana Islam diterapkan dalam keseharian 2. Rasul sebagai utusan Allah harus kita kenal dan kita taati agar segala aspek khidupan kita menjadi ibadah.
Buku Mentor Karisma 34
31
Keutamaan Al-quran Sebagai Pedoman Hidup TUJUAN • Adik mengetahui keunggulan Al-quran sebagai pedoman hidup muslim METODE PENDEKATAN • Ceramah dan Diskusi BAHASAN : ―Dan sesungguhnya al-Qur‘an ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam . dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin, ke dalam hatimu agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yangmemberi peringatan,‖ (QS. 26:192-194) Atas kehendak Allah, Al Qur‘an diturunkan dari Lauhul Mafuzh di bawab oleh Ar Ruh Al-Amin (ada yang mengartikan Jibril), kedalam hati manusia(Muhammad), agar supaya beliau dapat memberi peringatan kepada manusia. Hati yang dimaksud disini adalah qalbu yang ghaib, karena Al Qur‘anpunghaib pula. Tidak mungkin tulisan di atas kertas itu dapat masuk ke dalam hati seseorang. Al Qur‘an tidak dapat dibuat oleh manusia maupun jin. Kemudian mungkin akan bertanya lagi mengapa harus Allah? Karena Dialah yang menciptakan manusia, bumi dan segala isinya serta seluruh makhluk hidup di dunia ini. ―Dan tidaklah Aku ciptakan seluruh jin dan seluruh manusia melainkan untuk beribadah kepadaKu ―. (QS : Adz Dzariyat [51] :56). Demikian pula firman Allah Ta‘ala, ―Dan tidaklah Kami ciptakan langit dan bumi serta apa yang berada di antara keduanya kecuali dengan Haq ― (QS : Al Hijr [39] :85). Demikian juga dalam firman Allah Ta‘ala: ―Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu‖. (QS : Ath Tholaaq [65] :12). Kembali pada persahabatan kita dengan Al Quran, bahwa ketika kita berinteraksi dengan Al Qur an entah itu membaca, memahami maknanya, atau menghafalnya maka kita gunakan seluruh potensi dari tubuh ini. Mata kita gunakan untuk melihat, mulut komat-kamit membaca atau mengejanya, tangan kita pakai untuk memegangnya, otak berkonsentrasi, telinga mendengar, kaki ditata untuk duduk nyaman, suara, pernafasan, semuanya kita berdayakan. Subhanallah karena apa? Karena kelak kita akan dihisab, ketika tubuh dan seluruh anggotanya kita gunakan untuk berinteraksi dengan Al Quran, maka Allahpun ikut bangga dan senang. Namun sebaliknya jika tubuh dan seluruh anggotanya lebih banyak untuk bermaksiyat maka rugilah kita. Firman Allah dalam QS Yaa Siiiiiin 65 : ―Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan.‖ Mengapa harus menjadi sahabat Al Qur an?
Buku Mentor Karisma 34
32 Ya karena kita adalah muslim, dan sepantasnyalah menjadikan apa-apa yang baik menjadi sahabatnya. Sahabat diartikan yang selalu menyatu, satu irama, satu tujuan. Sehingga ketika yang kita jadikan sahabat baik dalam hal ini Al Qur an maka pastilah kita menjadi baik. Oleh karena itu Al Qur an selain menjadi hukum Islam yang pertama dialah pedoman hidup juga bagi ummat Islam. Maka tak heran jika generasi sahabat yaitu salafushalih adalah generasi terbaik sepanjang masa di dunia. Mengapa demikian yak arena mereka para sahabat menjadikan Al Qur an sebagai sahabat. Mereka adalah generasi pertama umat ini yang telah mendapat rekomendasi dari Allah dan RasulNya, telah mendapatkan keredhaan dari Allah Azza Wajalla. Karena mereka orang-orang yang langsung menerima dan mempelajari agama dari Rasulullah SAW. Amalan dan Akidah mereka telah disaksikan Rasulullah. Firman Allah At Taubah 100 :‖Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama(masuk Islam) dari golongan muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah. Dan Allah menyediakan bagi mereka surgesurga yang mengalir sungai-sungai didalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar.‖ Juga Rasulullah bersabda, ―Sebaik-baik manusia adalah generasiku kemudian setelahnya, kemudian setelahnya‖ (Muttafaq ‗Alaih). Begitulah Allah menjadikan generasi sahabat mulia karena mereka bersahabat dengan Al Qur an. Oleh karena itu ketika kita sering berinteraksi dengan Al Qur an maka akan mulia. Karena satu-satunya kitab yang Allah muliakan adalah Al Qur an. Mendekat dengan Al Qur an maka Allah akan mudahkan apa saja di dunia dan akhirat.Sebagaimana kita harus dekat dengan Al Qur an maka adalah kewajiban seorang muslim/ah terhadap Al Qur an adalah 1. At Tilawatu :Membacanya Tentu dengan bacaan yang benar, karena hukum membaca Al Qur an sesuai dengan kaidah ilmu tajwid adalah fardhu ‗ain. Namun hukum mempelajari ilmu tajwid adalah fardhu kifayah. Lantas bagaimana agar bisa membaca dengan benar? Maka jawabnya harus belajar pada seorang guru dengan proses talaqqi. Talaqqi adalah belajar membaca Al Quran secara langsung dibimbing oleh seorang guru Al Qur an. Dalam talaqqi seseorang akan mendapatkan pengarahan yang enar setiap kali salah membaca. Bacaan Al Qur an bukan berdasarkan ijtihad tetapi riwayat, sehingga harus melalui proses talaqqi kepada seorang guru dan tidak dapat dipelajari sendiri. Sabda Rasulullah saw,―Orang yang mahir dalam Al Qur‘an bersama duta-duta mulia lagi suci. Dan siapa yang membaca Al Qur‘an dengan terbata-bata dan mengalami kesulitan maka baginya dua pahala.‖ (HR. Muslim dan Ahmad) Sabda Rasulullah saw,―Orang yang membaca satu huruf dari Kitabullah maka baginya satu kebaikan dan setiap kebaikan setara dengan sepuluh kali lipatnya. Aku tidak mengatakan alif laam miim satu huruf akan tetapi alif satu huruf, laam satu huruf dan miim satu huruf.‖ (HR. Tirmidzi) 2. Al Hifdzu : Menghafalnya Al Qur an selain dibaca dan direnungkan juga perlu untuk dihafal. Dipindahkan dari tulisan kedalam dada, karena hal ini merupakan ciri khas orang-orang yang diberi ilmu, juga sebagai tolok ukur keimanan hati seseorang. Allah SWT berfirman : ―Sebenarnya Al Qur an adalah ayat-ayat yang jelas didalam dada-dada orang yang diberi ilmu, dan tidaklah mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang yang dzalim‖ (QS 29:49), Juga sabda Rasulullah ― Sesungguhnya orang yang di dalam dadanya tidak terdapat ayat dari Al Qur an, bagaikan rumah yang tidak berpenghuni.‖(HR At Tirmidzi)
Buku Mentor Karisma 34
33 3. Al Fahmu : Memahami Isinya Untuk dapat memahami isi Al Qur an haruslah menguasai bahasa arab. Karena jika hanya membaca terjemahnya saja belum cukup untuk bisa memahami isinya. Al qur an diturunkan dengan bahasa arab yang sangat tinggi sastranya. Oleh karena itu sebagai muslim yang baik butuh belajar bahasa Arab. Oleh karena itu, menurut kaidah hukum Islam, mengerti akan ilmu Nahwu bagi mereka yang ingin memahami Al Qur an hukumnya fardhu ‗ain. 4. Al ‗Amalu : Mengamalkan Sebagai seorang muslim, tentu urusan mengamalkan isi Al-Quran sudah menjadi harga mati. Sebab Al-Quran bukan sekedar kitab untuk dibaca saja, tetapi lebih dari itu, Al-Quran adalah petunjuk hidup. Allah SWT berfirman: ―Dan demikianlah Kami menurunkan Al-Qur‘an dalam bahasa Arab, dan Kami telah menerangkan dengan berulang kali, di dalamnya sebahagian dari ancaman, agar mereka bertakwa atau Al-Qur‘an itu menimbulkan pengajaran bagi mereka―.(QS. Thaha: 113) ―Demikianlah Kami wahyukan kepadamu Al-Qur‘an dalam bahasa Arab, supaya kamu memberi peringatan kepada ummul Qura dan penduduk sekelilingnya serta memberi peringatan tentang hari berkumpul yang tidak ada keraguan padanya. Segolongan masuk surga, dan segolongan masuk Jahannam―.(QS. As-Syura: 7) Namun kita juga perlu tahu bahwa isi Al-Quran itu sangat luas, mencakup wilayah yang menjadi pokok agama, tetapi juga ada wilayah yang bersifat anjuran. Kalau kita pinjam istilah para ahli fiqih, ada wajib dan ada sunnah. Ada haram dan ada makruh.Jadi yang harus dijalankan terutama pada bagian yang paling esensial, seperti urusan dasar aqidah dan syariah.Jadi kami batasi dulu saja, bahwa mengamalkan isi Al-Quranadalah sesuatu yang mutlak wajibdijalankan, terutamapada wilayah yang paling esensial, yaitu aqidah dan syariah. Di tataran aqidah, rasanya sedikit sekali wilayah perbedaan pendapatnya. Beda dengan tataran syariah yang agak lebih beragam teknis pelaksanaannya. Dan masalah itu nanti akan dibahas pada bab fiqih. Tentu saja isi Al-Quran bukan hanya aqidah dan syariah saja, tapi mencakup semua ajaran Allah SWT. Namun karena jumlah ayat Al-Quran sangat terbatas, yaitu berkisar hanya 6000-an ayat lebih saja, maka tentu saja detail-detail isi dan teknisnya nanti dijelaskan lewat hadits-hadits nabawi. Boleh dibilang yang ada di dalam Al-Quran baru sebatas prinsip-prinsip dasarnya. 5. Ad Da‘watu : Mendakwahkan, mengajak orang untuk mengikuti Al Qur an. Intinya kita tidak boleh sholeh sendirian. Sabda Rasulullah ―Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari Al Qur an dan mengajarkannya‖ (HR Bukhori) Diantara keutamaan-keutamaan lainnya yang disebutkan oleh asy Syeikh al Imam Abul Fadhl Abdurrahman bin Ahmad bin al Hasan ar Roziy al Muqri‘ didalam kitabnya ―Fadho‘ilul Qur‘an‖ adalah :
Buku Mentor Karisma 34
34 1. Keutamaan Al Qur‘an dibandingkan perkataan-perkataan lainnya: Sabda Rasulullah saw,‖Keutamaan firman Allah azza wa jalla dibandingkan seluruh perkataan bagaikan keutamaan Allah dengan selain-Nya (makhluk-Nya.‖ (HR. Ad Darimi) 2. Al Qur‘an lebih dicintai Allah swt daripada langit dan bumi serta yang ada didalamnya. Sabda Rasulullah saw,‖Al Qur‘an lebih dicintai Allah daripada langit dan bumi serta yang ada didalamnya.‖ (HR. Ad Darimi) 3. Al Qur‘an adalah cahaya ditengah kegelapan Sabda Rasulullah saw,‖Aku wasiatkan kepada kalian agar bertakwa kepada Allah dan Al Qur‘an sesungguhnya ia adalah cahaya kegelapan, petunjuk di siang hari maka bacalah dengan sungguhsungguh.‖ (HR. Baihaqi) 4. Ahlul Qur‘an adalah keluarga Allah swt Sabda Rasulullah saw,‖Sesungguhnya Allah mempunyai keluarga dari kalangan manusia.‘ Beliau saw ditanya,‘Siapa mereka wahai Rasulullah.‘ Beliau saw menjawab,‘mereka adalah Ahlul Qur‘an, mereka adalah keluarga Allah dan orang-orang khusus-Nya.‖ (HR. Ahmad dan Ibnu Majah) 5. Mereka adalah sebaik-baik umat. Sabda Rasulullah saw,‖Sebaik-baik kalian adalah yang belajar Al Qur‘an dan mengajarkannya.‖ (HR. Bukhori, Abu Daud dan tirmidzi) 6. Mereka diberikan apa-apa yang diberikan kepada para nabi kecuali wahyu ―Pada hari kiamat didatangkan para pembawa Al Qur‘an lalu Allah azza jalla berkata,‘kalianlah wadah perkaan-Ku (Al Qur‘an) maka aku berikan kepada kalian apa-apa yang Aku berikan kepada para nabi kecuali wahyu.‖ …… (Fadhoilul Qur‘an hal 9 – 11) Tambahan : Keutamaan membaca Al-Qur‘an Para fuqoha telah bersepakat bahwa membaca Al Qur‘an lebih utama daripada dzikir-dzikir maupun wirid-wirid lain yang dikhususkan pada suatu masa atau tempat tertentu, sebagaimana ditunjukkan oleh al qur‘an maupun sunnah. Diantaranya firman Allah swt : ًشا١ُ ُْ أَجْ شًا َو ِجٌَٙ َّْ َد أ ِ َْ اٌصَّب ٌِ َحبٍَُّٛ َ ْؼ٠ َٓ٠َٓ اٌَّ ِز١ِٕ ِِ ُجَ ِّط ُش ْاٌ ُّ ْؤ٠َٚ َُ َٛ أَ ْلَٟ ِ٘ ٟ ٌٍَِّ ِزٞ ِذْٙ ٠ِ َِْإ َّْ َ٘ َزا ْاٌمُشْ آ Artinya : ―Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang mu‘min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.‖ (QS. Al Isra : 9) َٓ إَالَّ َخ َسبسًا١ِّ ٌِ ُذ اٌظَّب٠َ ِض٠ َالَٚ َٓ١ِٕ ِِ َسحْ َّخ ٌ ٌِّ ٍْ ُّ ْؤَٚ ِضفَبءَٛ ُ٘ آْ َِب ِ َُْٕٔ ِّض ُي َِِٓ ا ٌْمُشَٚ Artinya : ―Dan kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orangorang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.‖ (QS. Al Isra : 82) ََُْٚزَفَ َّىش٠ ُْ ٍَُّٙبط ٌَ َؼ َ ٍْ ِرَٚ ﷲ َ ََبضؼًب ُِّز ِ َّ َ ِخ١ص ِّذػًب ِِّ ْٓ َخ ْط ِ زَُٗ خ٠ْ َ َججَ ًٍ ٌَّ َشأٍَْٝ أَٔ َض ٌَْٕب َ٘ َزا ا ٌْمُشْ آَْ َػٌَٛ ِ ٌٍَِّٕ َبُٙه ْاْلَ ِْضَب ُي َٔضْ ِشث
Buku Mentor Karisma 34
35 Artinya : ―Kalau sekiranya kami turunkan Al-Quran ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada Allah. dan perumpamaanperumpamaan itu kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir.‖ (QS. Al Hasyr : 21) Adapun diantara dalil-dalil dari hadits-hadits Rasulullah saw : Sabda Rasulullah saw,―Orang yang mahir dalam Al Qur‘an bersama duta-duta mulia lagi suci. Dan siapa yang membaca Al Qur‘an dengan terbata-bata dan mengalami kesulitan maka baginya dua pahala.‖ (HR. Muslim dan Ahmad) Sabda Rasulullah saw,―Orang yang membaca satu huruf dari Kitabullah maka baginya satu kebaikan dan setiap kebaikan setara dengan sepuluh kali lipatnya. Aku tidak mengatakan alif laam miim satu huruf akan tetapi alih satu huruf, laam satu huruf dan miim satu huruf.‖ (HR. Tirmidzi) Sabda Rasulullah saw,―Dikatakan kepada para pembawa al Qur‘an : baca dan naiklah serta tartilkan sebagaimana engkau telah mentartilkannya di dunia. Sesungguhnya kedudukanmu adalah pada akhir ayat yang engkau baca.‖ (HR. Ahmad) Namun para ulama berbeda pandapat tentang perbedaan keutamaan diantara ayat-ayat Al Qur‘an : Jumhur ulama berpendapat bahwa sebagian surat dan ayat didalam Al Qur‘an lebih utama dari sebagian yang lain berdasarkan nash-nash yang ada, diantaranya sabda Rasulullah saw,‖Tidakkah kamu melihat ayat-ayat yang diturunkan pada waktu malam hari dan tidak satupun seperti ayat-ayat itu? Qul A‘udzu birobbil falaq dan Qul A‘udzu birobbin naas.‖ (HR. Muslim) Sabdanya saw, ‖Sesungguhnya satu surat didalam Al Qur‘an yang terdapat didalamnya 30 ayat dapat memberikan syafaat bagi sseseorang sehingga dia diampuni (dosa-dosanya), yaitu surat Tabarokalladzi biyadihil mulk‘ (Al Mulk).‖ (HR. Tirmidzi dan Ahmad) Sementara Malik, Abul Hasan al Asy‘ariy, Ibnu Hibban, Yahya bin Yahya dan al Qodhi Abu Bakar al Baqilani berpendapat bahwa tidak ada didalam Al Qur‘an satu (ayat atau surat) yang lebih utama dari yang lainnya karena seluruhnya adalah perkataan Allah swt lalu bagaimana sebagiannya lebih utama dari sebagian yang lainnya? Bagaimana bisa sebagiannya lebih mulia dari sebagian lainnya? Dan agar tidak membuat bingung adanya yang dilebihkan berarti mengurangi kelebihan yang lainnya, untuk itu Imam Malik memakruhkan mengulang-ulang bacaan suatu surat sementara tidak pada surat yang lainnya. (al Mausu‘ah al Fiqhiyah juz II hal 11634) Banyak sekali kitab-kitab yang mengulas tentang keutamaan membaca Al Qur‘an ini dikarenakan banyaknya dalil-dalil yang menunjukkan hal tersebut baik dalil-dalil yang bersumber dari Kitabullah maupun hadits-hadits Nabi saw. http://www.eramuslim.com/ustadz…/keutamaan-membaca-al-qur-an.htm jalandakwahbersama.wordpress.com
Buku Mentor Karisma 34
36
Cinta kepada Khaliq(pencipta) dan Makhluk ُ١ثسُ ﷲ اٌشحّٓ اٌشح Materi : Cinta - Memahami makna cinta yang sesuai syariat Islam Tujuan - Menjalankan makna cinta sesuai dengan syariat Islam Materi Pokok
- Manajemen Cinta - Pembagian Cinta - Tanda-tanda Cinta - Kisah-kisah Cinta - Hadits tentang Cinta
Managemen Bila kita berbicara masalah cinta, tidak akan habis waktu untuk membahasnya. Sayangnya bahasan cinta tidak jauh seputar masalah antar makhluk. Padahal bahasan cinta itu begitu cinta luas, segala hubungan baik sesama makhluk maupun dengan sang pencipta dan juga segala kegiatan yang kita lakukan. Cinta memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Fenomena yang terjadi sehari-hari mengungkapkan bahwa cinta dapat menjadi motivator aktivitas yang kita jalankan. Namun perlu juga kita sadari bahwa cinta dapat juga merusak aktivitas kita. Oleh karena itu disadari atau tidak, cinta mempengaruhi kehidupan seseorang, baik cinta kepada Allah maupun bukan kepada Allah. Cinta bukan kepada Allah sering membawa kepada cinta buta yang tak terkendali sedangkan cinta kepada Allah akan membawa kepada ketenangan dan kedamaian. Cinta kepada makhluk membawa ketidakpastian, penasaran dan kesenangan semu. Cinta kepada Allah akan membawa keyakinan dan keabadian. Cinta yang bukan karena Allah biasanya didasari oleh syahwat dan cinta kepada Allah didasari oleh iman. Syahwat akan mengendalikan diri kita dan bahkan bila kita memperturutkan syahwat dapat membahayakan kita. Oleh karena itu kita perlu mengetahui bagaimana mengelola cinta agar bahagia dunia dan akhirat. Cinta erat kaitannya dengan amal/aktivitas. Amal tanpa cinta akan merusak amal yang dikerjakan, karena hanya akan menghasilkan rutinitas dan penghayatan yang semu. Namun sebaliknya apabila amal berdasarkan cinta akan menghasilkan amal saleh yang dihayati dengan mendalam. Ibadah kepada Allah perlu didasari kecintaan. Dengan adanya cinta kepada Allah maka kita akan rela dan ikhlas melaksanakan semua perintahnya bahkan rela berkorban jiwa dan harta.
Buku Mentor Karisma 34
37
Pembagian cinta
1. Sesuai syariat Cinta seorang mu‘min lahir dari ketulusan imannya kepada Allah SWT. Cinta kepada Allah dan Rasul-Nya mesti diiringi nilai Islam yang benar. Kesalahan dalam mencintai Rasul akan membawa kepada taqlid yang membabi buta dan menimbulkan figuritas yang berlebihan bahkan cenderung menjadi tuhan baru. Cinta berdasarkan syariat akan kekal, tidak saja terjadi di dunia tetapi akan berlanjut sampai di akhirat. Kasih sayang sebagai wujud dari cinta akan menghaluskan akhlaq dan melembutkan jiwa. Cinta yang sesuai syariah akan mengarahkan manusia untuk menyayangi yang lemah dan melindungi yang tua, mengajak kepada kebaikan dan menguatkan iman. 2. Tidak sesuai syariat Cinta yang tidak sesuai dengan syariat berdasarkan atas keinginan syahwat. Cinta tanpa iman hanya memenuhi tuntutan syahwat semata (hawa nafsu). Cinta seperti ini tidak kekal dan biasanya bersifat materi. Cinta seperti ini hanya akan menyengsarakan manusia karena akan menggelincirkan manusia pada kehinaan dan penyesalan. Namun satu hal perlu yang kita perhatikan adalah kecintaan pada syahwat (QS. Ali Imran (3) : 14) seperti wanita, anak, harta benda, binatang, ladang dan lain-lain dibenarkan keberadaannya oleh Allah karena kecintaan ini merupakan tabiat manusia. Oleh karena itulah agar cinta ini dapat membawa kita pada ketenangan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat yang perlu dilakukan ialah mengarahkan bahwa cinta ini perlu dikendalikan oleh syariat bukan dibunuh/dihilangkan. Dengan panduan syariat kecintaan yang bersifat syahwati akan menuntun pada kebahagiaan yang hakiki sedangkan tanpa syariat kecintaan syahwati ini akan membawa kesesatan dan kesengsaraan.
Tanda – 1. Banyak mengingat yang dicintainya, (QS. Al Anfal (8) : 2) tanda cinta 2. Kagum Kagum muncul karena adanya suatu kelebihan yang dilihatnya, apakah bersikap subjektif atau objektif. Kagum diawalai dengan mengenali sesuatu yang lebih dibandingkan dengan yang lain. (QS. Al Hasyr (59) : 24) 3. Ridha Cinta menimbulkan keridhaan kepada yang dicintai apapun yang diperintahkan atau dilarang ia rela melakukannya. (QS. At Taubah (9) : 62) 4. Tadhhiyah (siap berkorban) Cinta akan membuat kesiapan untuk berkorban demi kepentingan yang dicintainya. Ia akan membela habis-habisan sebagai wujud dari cintanya. (QS. Al Baqarah (2) : 207) 5. Takut Ketakutan yang muncul dari cinta adalah dalam bentuk harap dan cemas berharap agar yang dicintainya ridho dan cemas bila yang dicintainya tidak ridho kepadanya. (QS. Al Buku Mentor Karisma 34
38
Anbiya (21) : 90) 6. Berharap Cinta menumbuhkan harapan kepada yang dicintainya. (QS. Al Ahzab (33) : 80) 7. Taat Bukti dari cinta adalah mentaati kepada yang dicintainya. (QS. An Nisaa (4) : 80) Setelah memahami tanda-tanda cinta tersebut, diharapkan kita dapat membuat porsi-porsi yang tepat dalam mengelola cinta. Cinta yang menempati urutan pertama dan utama adalah cinta kepada Allah, dengan mencintai Allah kita akan mendapat berkah dan rahmat dari Allah karena Dialah penguasa sejati kita, pencipta kita. Setelah itu mencintai apa yang dicintai Allah yaitu Rasulullah SAW sebagai utusannya dan penerus risalah terakhir kepada manusia, terutama sesama muslim karena Allah telah mempersaudarakan umat muslim dimanapun mereka berada.
Kisah-kisah cinta
1. Seorang sahabat bernama Jabir secara fisik kata orang ia tidak ganteng dan secara ekonomi ia miskin. Ketika Rasul SAW menawarkannya untuk menikah, dia menyatakan kesediaan meskipun semula dia tidak yakin akan adanya orang tua yang akan menikahkan putrinya kepadanya. Dan ternyata Rasul SAW mempertemukan dirinya dengan seorang wanita yang tak hanya sholehah, tapi juga cantik dan keturunan bangsawan. Tapi beberapa hari sesudah pernikahan, bahkan kata orang suasananya masih suasana pengantin baru, ketika datang panggilan jihad, maka tak segan-segan dia mendaftarkan diri kepada Rasul SAW untuk menjadi pasukan perang, lalu ia betul-betul berangkat ke medan jihad hingga syahid. 2. Kisah kaum Anshor menyambut muhajirin Ketika Rasulullah telah berhijrah, beliau mempersaudarakan antara kaum Muhajiri dan kaum Anshor, di rumah Anas bin Malik. Mereka saling memberikan hak waris setelah kematiannya, sedangkan kaum kerabatnya tidak menerima hak waris tersebut, hal ini berlaku sampai turun surat Al Anfal ayat 75. Selain itu Rasulullah SAW juga mempersaudarakan Abdur Rahman bin Auf dan Sa‘ad bin Ar-Rabi. Sa‘ad bin Ar-Rabi berkata kepada Abdur Rahman : ―Aku termasuk orang Anshor yang mempunyai banyak harta. Harta itu akan kubagi dua, setengah untuk anda dan setengah untuk aku, aku mempunyai dua orang isteri, lihatlah mana yang anda pandang paling menarik. Sebutkan namanya, dia akan segera aku cerai. Setelah habis masa iddahnya Anda kupersilahkan menikahinya. Abdur Rahman menjawab: ―Semoga Allah memberkahi keluarga dan kekayaan Anda. Tunjukkan saja kepadaku, dimanakah pasar kota kalian?. Kaum Anshor berkata kepada Nabi SAW, ―Bagikanlah pohon kurma di antara kami dan ikhwan kami‖. Beliau berkata, ―Tidak‖. Kaum Muhajirin berkata, ―Kalian memenuhi kebutuhan kami dan kami ikut bekerja bersama kalian dalam mengurus buah itu‖, kaum Anshor berkata, ―Kami dengar dan taat‖. Hal ini menunjukkan kepada kita bahwa kaum Anshor sangat ramah terhadap saudara
Buku Mentor Karisma 34
39
mereka, kaum Muhajirin. Sangat tampak sikap rela berkorban, mengutamakan orang lain dan cinta kasih kaum Anshor. Sedangkan kaum Muhajirin sangat menghargai keikhlasan budi kaum Anshor. Mereka tidak menggunakan hal itu segai kesempatan untuk kepentingan yang bukan pada tempatnya. Mereka hanya mau menerima bantuan dari kaum Anshor sesuai dengan jerih payah yang mereka curahkan di dalam suatu pekerjaan. Sungguh persaudaraan itu merupakan suatu kebijakan yang unik dan tepat, serta dapat menyelesaikan berbagai persoalan yang dihadapi oleh kaum muslimin.
Hadist tentang cinta
1. ―Sesungguhnya diantara hamba-hamba Allah itu ada beberapa orang yang bukan golongan nabi dan syuhada, namun para nabi dan syuhada menginginkan keadaan seperti mereka, karena kedudukannya di sisi Allah. Sahabat bertanya, ―Ya Rasulullah tolong beritahu kami siapa mereka?‖ Rasulullah SAW menjawab : ―mereka adalah satu kaum yang cinta mencintai dengan ruh Allah tanpa ada hubungan sanak saudara, kerabat diantara mereka serta tidak adak hubunga harta benda yang terdapat pada mereka. Maka demi Allah wajah-wajah mereka sungguh bercahaya, sedang mereka tidak takut apa-apa dikala orang lain takut dan mereka tidak berduka cita dikala orang lain berduka cita‖. (HR. Abu Daud) 2. ―Sesungguhnya seorang muslim apabila bertemu dengan saudaranya yang muslim, lalu ia memegang tangannnya (berjabatan tangan) gugurlah dosa-dosa keduanya sebagaimana gugurnya daun dari pohon kering jika ditiup angin kencang. Sungguh diampuni dosa mereka berdua, meski sebanyak buih dilaut‖. (HR. Tabrani) 3. ―Sesungguhnya Allah SWT pada hari kiamat berfirman: ―Dimanakah orang yang cinta mencintai karena keagungan-Ku? Pada hari ini Aku akan menaungi dihari yang tiada naungan melainkan naungan-Ku‖. (HR. Muslim) 4. ―Allah SWT berfirman: ―Pasti akan mendapat cinta-Ku orang-orang yang cintamencintai karena Aku, saling kunjung mengunjungi karena Aku dan saling memberi karena Aku‖. (Hadits Qudsi) 5. ―Bahwa seseorang mengunjungi saudaranya di desa lain, lalu Allah mengutus malaikat untuk membuntutinya. Tatkala malaikat menemaninya, ia berkata: ―Kau mau kemana?‖ Ia menjawab: ―Aku ingin mengunjungi saudaraku di desa ini. ―Lalu malaikat bertanya: ―Apakah kamu akan memberikan sesuatu kepada saudaramu?‖ Ia menjawab: ―Tidak ada, melainkan hanya aku mencintainya karena Allah SWT‖. Malaikat berkata: ―Sesungguhnya aku diutus Allah kepadamu, bahwa Allah mencintaimu sebagaimana kamu mencintai orang tersebut karena-Nya‖. (HR. Muslim) 6. ―Tiga perkara, barangsiapa memilikinya memilikinya, ia dapat merasakan manisnya iman, yaitu cinta kepada Allah dan Rasul melebihi cintanya kepada selain keduanya, cinta kepada seseorang kepada Allah dan membenci kekafiran sebagaimana ia tidak mau dicampakkan ke dalam api neraka‖. (HR. Bukharim Muslim)
Sumber
http://materitarbiyah.wordpress.com/2008/02/01/manajemen-cinta/
Buku Mentor Karisma 34
40
Referensi
1. Riyadhu Asholihin, Imam Nawawi 2. Shiroh Nabawiyah, Syaikh Syaffiyyur Rahman Al Mubarakfury 3. Manajemen Cinta, Abdullah Nashih Ulwan 4. Materi Tutoring, FK UPN ―Veteran‖ Jakarta 5. Materi Tutoring Agama Islam, SMUN 1 Bogor 6. Materi Khutbah Jum‘at, Khairu Ummah 7. Taman Orang-orang Jatuh Cinta dan Memendam Rindu, Ibnu Qoyyim al Jauziyah
Buku Mentor Karisma 34
41
Materi Ilmu Tajwid
Sub :
Pengertian Tajwid Hukum nun mati dan tanwin
Tujuan : mengenalkan kepada adik hukum bacaan nun mati dan tanwin. Tajwid Dalam membaca Al-Quran agar dapat mempelajari, membaca dan memahami isi dan makna dari tiap ayat Al-Quran yang kita baca, tentunya kita perlu mengenal, mempelajari ilmu tajwid yakni tandatanda baca dalam tiap huruf ayat Al-Quran. Guna tajwid ialah sebagai alat untuk mempermudah, mengetahui panjang pendek, melafazkan dan hukum dalam membaca Al-Quran. Tajwīd ( ٕٚ )تجsecara harfiah mengandung arti melakukan sesuatu dengan elok dan indah atau bagus dan membaguskan, tajwid berasal dari kata ” Jawwada ” ( ّٕ ج- ّٕ جٚ- ٕٚ )تجdalam bahasa Arab. Dalam ilmu Qiraah, tajwid berarti mengeluarkan huruf dari tempatnya dengan memberikan sifat-sifat yang dimilikinya. Jadi ilmu tajwid adalah suatu ilmu yang mempelajari bagaimana cara melafazkan atau mengucapkan huruf-huruf yang terdapat dalam kitab suci Al-Quran maupun Hadist dan lainnya. Mengenal, mempelajari dan mengamalkan ilmu tajwid berserta pemahaman akan ilmu tajwid itu sendiri merupakan hukum wajib suatu ilmu yang harus dipelajari, untuk menghindari kesalahan dalam membaca ayat suci Al-Quran dan melafazkannya dengan baik dan benar sehingga tiap ayat-ayat yang dilantunkan terdengar indah dan sempurna. B. Macam-macam Hukum nun mati dan tanwin Perbedaan Nun sukun atau Tanwin adalah sama dalam lafadz tetapi lain dalam tulisan. Adapun hukum Nun sukun atau Tanwin dibagi menjadi 6 macam, antara lain: 5. Idghom Idghom
: memasukkan
Bighunnah : dengan mendengung Artinya: apabila ada Nun sukun atau Tanwin bertemu dengan salah satu huruf hijaiyyah yang berjumlah 4 huruf, antara lain:ٞ ٚ َ ْatau biasa di singkat dengan bunyi ُّْٛ ْٕ َ٠ Contoh: ْ ٞ) ْ ُيَُٛم٠ ْٓ َِ ( ْ-
ْ ْ) ُْ َذ ُو٠ْ ْ (فٍََ ْٓ َّْ ِِص-
ًٕب١ْ (فَ ْزحًب ُِ ِج
ْ ٚ) ُْ ِٙ َسا ِئَّٚ ْٓ ِِ ( ْ-
– َ)
Idghom Bilaghunnah Buku Mentor Karisma 34
42 Idghom
: memasukkan
Bilaghunnah : dengan tanpa mendengung Artinya: apabila ada Nun sukun atau Tanwin bertemu dengan salah satu huruf hijaiyyah yang berjumlah 2 huruf, antara lain: يdan س Contoh: ْ )ي ه َ ْٔ ْ ( ِِ ْٓ ٌَ ُذ-
ٌُ ١ْ ْ ٌس َس ِحُٛ( َغف
– )س
6. Idzhar Idzhar berarti: jelas atau terang Artinya: apabila ada Nun sukun atau Tanwin bertemu dengan salah satu huruf hijaiyyah yang berjumlah 6 huruf, antara lain: أ ح خ ع ؽ ﻫ Contoh: ا اَ َح ٌذًٛ ُ)ا – ( ُوف ٍُْ ١َظ ِ كػ ٍ ٍُ)ع – ٍِ ( ُخ
ُ ١–ْ ( ِِ ْٓ َح ْ )ح ْش ُْ َش ُو١ْ ْ ًِب َغَٛ (ل-)ؽ
ْ َّ–ْ ( َِ ْٓ َخف ْ )خ ذ ْ (ﻫ َب َسْٙٔ َ–ْ (ٌَ ُى ُُ ْاال
7. Iqlab Iqlab berarti: Artinya: apabila ada Nun sukun atau Tanwin bertemu dengan satu huruf dari huruf hijaiyyah yaitu: ة Contoh: ْ )ة ًَ –ْ ( َِ ْٓ ثَ ِخ
َْٓ١َا ٌْ ثَٛ )ة – ( َػ
8. Ikhfa‘ Ikhfa‘ berarti: samar-samar Artinya: apabila ada Nun sukun atau Tanwin bertemu dengan salah satu huruf hijaiyyah yang berjumlah 15 huruf, antara lain: دسطدرصطشظضطظفقن Contoh: ْ )د َبٙ–ْ ( ِِ ْٓ رَحْ ِز
)س – ( َِب ًء صَ َجب جًب
ٌ َٛ ْٕ ِ)د – (ل َ ٍخ١ِٔاْ دَا
ْ )ر ْٞ –ْ ( َِ ْٓ َراٌَّ ِز
ْ )ط ُْ َٕب ُو١ْ –ْ (اَ ْٔ َج ْ َِئِ ٍز ُصسْ لًبَٛ٠( ٍِ – )ص
Buku Mentor Karisma 34
43 صب ٌِ ِحَْٓ١ )ظ – (لًَِ ْٛب َ
Buku Mentor Karisma 34
)ش ٌ –ِ _ ( َػ َزا ةٌ َض ِذ ٌْ ٠ذ
)ط ْ –ْ (اِ َّْ ْا ِال ْٔ َسب َْ
)ظ ْ –ْ (ػ َْٓ ظُِ ُْٛٙس ِ٘ ُْ
)ط ْ –ْ ( ََِ ٚب ِ ْٕ َ٠ط ُ ك
ضب ِح َىخ ٌ )ض – ( ُِ ْسفِ َش حٌ َ
)ن ْ –ْ ( َِ ْٓ َوب َْ َ٠شْ جُ ْٛا
(س ْصلًب لَب ٌُ ْٛا )ق – ِ
)ف – ( ُػ ّْ ٌ ٟفَُْ ُٙ
44
Wudhu dan Sholat A. Wudhu Wudhu menurut bahasa artinya bersih dan indah, sedang menurut syara‘ artinya membersihkan anggota wudhu untuk menghilangkan hadas kecil. Air yang digunakan untuk wudhu mestilah air yang suci dan menyucikan. Orang yang melaksanakan solat , wajib lebih dahulu berwudhu, karena wudhu adalah menjadi syarat syahnya solat. Dalil yang memerintahkan untuk berwudhu Qs Al-Maidah;6 ِْٓ ١َ ْاٌ َى ْؼجٌَِٝأَسْ ُجٍَ ُى ُْ إَٚ ُْ س ُىٚ ِ ا ثِ ُش ُءُٛا ِْ َسحَٚ ك ِ ِ ْاٌ َّ َشافٌََِٝ ُى ُْ إ٠ ِذ٠ْ َأَٚ ُْ َ٘ ُىُٛجُٚ اٍُٛ اٌصَّال ِح فَب ْغ ِسٌَِٝا إِ َرا لُ ّْزُ ُْ إَُِٕٛ َٓ آ٠َب اٌَّ ِزُّٙ٠ََب أ٠ ―Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki,‖ Fardu Wudhu ada enam: a. Niat Hendaknya berniat (menyengaja) menghilangkan hadast atau menyengaja berwudhu ketika membasuh muka. b. Membasuh wajah Membasuh seluruh muka (mulai dari tumbuhnya rambut kepala bagian atas hingga bawah dagu, dan telinga kanan hingga telinga kiri) c. Membasuh kedua tangan sampai siku-siku d. Mengusap sebagian rambut atau kulit kepala. e. Membasuh kedua kaki sampai mata kaki f. Tertib. Syarat-syarat wudhu: a. b. c. d. e. f.
Islam Tamyiz, yakin dapat membedakan baik buruknya sesuatu pekerjaan. Tidak berhadas besar. Dengan air suci lagi menyucikan Tidak ada sesuatu yang menghalangi air, sampai ke anggota wudhu. Misalnya getah, cat, dan sebagainya. Mengetahui yang mana yang wajib (fardhu) dan mana yang sunah.
Sunah-sunah wudhu: l. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
Bersiwak Membaca basmallah, ketika hendak berwudhu. Membasuh kedua telapak tangan. Berkumur-kumur Membasuh libang hidung sebelum berniat. Menyapu seluruh rambut kepala dengan air Mendahulukan anggota yang kanan daripada yang kiri Menyapu kedua telinga luar dan dalam Menigakalikan membasuh. Menyela-nyela jari-jari tangan dan kaki. Membaca doa setelah wudhu. Buku Mentor Karisma 34
45 Yang membatalkan wudhu: 1. Keluar sesuatu dari qubul dan dubur. 2. Hilang akal sebab gila, pingsan, mabuk dan tidur nyenyak. 3. Bersentuhan antara kulit laki-laki dan perempuan yang sama-sama dewasa, keduanya bukan muhrim dengan tidak ada penghalang antara kedua kulit tersebut. 4. Memegang atau menyentuh kemaluan (qubul dan dubur) dengan telapak tangan atau dengan bagian dalam jari-jari yang tidak memakai tutup. C. Sholat Untuk mewujudkan shalat yang diridhai Allah SWT. Hendaklah dipenuhi adab-adab dalam shalat itu. Adab-adab dalam shalat dibagi dua: Pertama: Adab-adab Umum, yaitu ―segala adab yang mesti dilaksanakan diseluruh shalat, tidak ditentukan dengan sesuatu rukun, atau perbuatan‖ Kedua: Adab-adab khusus, yaitu ―segala adab yang ditentukan dengan sesuatu rukun, baik perbuatan ataupun bacaan‖ Adab-adab Khash (khusus) dibagi kepad Dua, yaitu: 1. Adab khash yang dhahir, dikerjakan oleh anggota-anggota lahir dibawah perintah anggota bathin. Adab bertakbiratul Ikhram, Hendaklah kita angkat kedua belah tangan kita kedaun telinga kita, bertentangan tangan-tangan itu dengan bahu, dengan menghadapkan anak-anak jari kedua tangan kekiblat serta mengembangkan keduanya. Sesudah itu, Ucapkanlah takbiratul Ikhram, Yaitu ― اﷲ ا ﮐجشAllah Maha Besar‖. 2. Adab khash bathin, dikerjakan oleh anggota bathin, lahir bekasannya pada anggota lahir. Dan Janganlah kita melafadhkan, lafadh niat sebelum bertakbir itu, Kerena Nabi SAW, Khulafaur Rasyidin, Para sahabat tidak melafadhkan dan tidak pula menyuruh melafadhkan Shalat ialah berharap diri kepada Allah sebagai ibadah, dengan penuh kekhusyuan dan keikhlasan di dalam beberapa perkataan dan perbuatan, yang mulia dengan takbir dan diakhiri dengan salam serta menurut syarat-syarat yang telah ditentukan syara. Dalil yang mewajibkan tentang solat banyak sekali, baik dalam Al-Qur‘an maupun dalam hadist Nabi Muhammad saw. Ssalah satu dalilnya Qs Al-baqarah ayat 43 yang artinya: ―dan laksanakan shalat, tunaikan zakat, dan rukulah beserta orang yang ruku‖ Perintah shalat ini hendaklah ditanamkan kedalam hati dan jiwa anak-anak dengan cara pendidikan yang cermat, dan dilakukan sejak kecil. 3. Syarat-syarat wajib shalat f. Beragama Islam g. Sudah baligh h. Berakal i. Suci dari haid dan nifas j. Telah mendengarajakan dakwah islam 4. Syarat-syarat sah shalat h. Suci dari dua hadist (kecil dan besar) i. Suci seluruh anggota badan, pakaian dan tempat najis j. Menutup aurat. k. Masuk waktu yang telah ditentukan untuk masing-masing shalat. l. Menghadap kiblat m. Mengetahui mana yang fardhu dan mana yang sunah n. Menjauhi perkara-perkara yang membatalkan shalat
Buku Mentor Karisma 34
46
Da’wah Fardhiyah Parameter ketercapaian: adik menjadi inspirasi orang disekitarnya untuk rajin beribadah. Da‘wah adalah kegiatan menyeru manusia kepada Allah agar manusia dapat meninggalkan thaghut. Da‘wah fardhiyah maksudnya adalah da‘wah individu atau secara perorangan. .
Qur‘an surah Ali Imran ayat 104 dan ayat 110: . َْ ٍُِْٛٙه ُ٘ ُُ ا ٌْ ُّ ْف َ ِْ ٌَئُٚأَٚ َْ َػ ِٓ ا ٌْ ُّ ْٕ َى ِشْٛ َْٕٙ َ٠َٚ ف ِ ُْْٚ َْ ثِب ٌْ َّ ْؼشَُٚأْ ُِش٠َٚ ِْش١ اٌ َخٌَِْٝ َْ اَٛ ْذ ُػ٠ ُ ٌْز ُى ِٓ ِِ ْٕ ُى ُْ ا ُ َِّخَٚ Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebaikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itu lah orang-orang yang beruntung (Ali Imran :104) ْ ُش أ ُ ُِّ ٍخ أ ُ ْخ ِش َج١ْ ُو ْٕزُ ُْ َخ َ ْ َْ ِثُِِٕٛ ْرُأٚ ْ َْ َػ ِٓ ا ٌْ ُّ ْٕ َى ِشَْٕٛٙ َرَٚ ف ُْ ُْٕٙ ِِ ُْ ٌَُٙ ْشًا١بة ٌَ َىبَْ َخ َ َْ اَ ََِٓ اَ ْ٘ ًُ ا ٌْ ِىزٌََٛٚ ِبلل ِ ُْْٚ َْ ِثب ٌْ َّ ْؼشُٚبط رَأ ْ ُِش ِ ٌٍَِّٕ ذ ُ َْ ْٛاَ ْوضَ ُشُ٘ ُْ ا ٌْفَب ِسمَٚ َْ ُِِْٕٛ ا ٌْ ُّ ْؤ Kamu umat islam adalah umat terbaik yang di lahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh berbuat yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Diantara mereka ada yang beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang-orang pasik.(QS. Ali Imran : 110) Dalam ayat 104 di atas, Allah menganjurkan kepada orang-orang islam, hendaklah diantara mereka ada orang-orang yang aktif berdakwah di jalan Allah, yaitu memberikan penjelasan-pnjelasan tentang ajaran-ajaran agama yang harus di laksanakan dan di berikan penerangan tentang larangan-larangan Allah bagi orang-orang islam. Tumbuhnya amar makruf nahi mungkar di kalangan umat islam akan menjamin kebahagiaan hidup mereka baik di dunia maupun di akhirat. Sedangkan ayat 110, Allah menegaskan bahwa umat islam adalah memang diciptakan untuk menjadi umat teladan bagi umat-umat yang lain karena mereka membawa misi dakwah, yaitu mengajak kepada perbuatan-perbuatan yang baik dan benar, serta mencegah segala perbuatan yang keji dan mungkar. Hadist tentang perintah melakukan amal ma‘ruf nahi mugkar ٍْ َيٍْ َ ػَا ِنَٗ ُْ ً٘ َكاٌَ نَُّ ِيٍَ ألَ ْج ِر ِيث ُم أ ُ ُج ْٕ ِر َي: سهَّ َى قَا َل َ َٔ ِّ ْٛ َصهَٗ هللاُ َػه َ ِس ْٕ َل هللا ُ أٌََّ َر: ُُّْ هللاُ َػَٙ ض ِ َرةَ َرْٚ ُْ َرَٙٔػٍَْ أَ ِب ئاْٛ ش َ ص َذنِكَ ِيٍْ آثَا ِي ِٓ ْى َ ص َذنِكَ ِيٍْ ُ ُج ْٕ ِر ِْ ْى ُ َُ ُْقٚ ِّ ِيٍَ ْ ِْل ْث ِى ِيث ُم آثَ ِاو َيٍْ تَبَ َؼّ ُ ََلْٛ َض ََلنَتَ َكاٌَ َػه َ َٗئا َٔ َيٍْ َ ػَا ِنْٛ ش ُ َُ ُْقٚ تَبَ َؼُّ ََل ((رِٔ يسهى Dari Abu Hurairah ra, ia berkata: sesungguhnya Rasulullah saw bersabda: “siapa saja yang mengajak kepada kepada kebenaran, maka ia memperoleh pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya tanpa dikurangi sedikitpun. Dan siapa saja yang mengajak kepada kesesatan, maka ia mendapat dosa seperti dosa orang yang mengerjakan tanpa dikurangi sedikitpun” (HR Muslim) Bentuk da‘wah fardhiyah dapat bermacam-macam, contohnya: 1. Melakukan ibadah secara sungguh-sungguh sehingga menjadi contoh bagi lingkungan sekitar. 2. Mengajak orang-orang disekitar agar dapat melakukan hal-hal yang baik 3. Melarang teman agar tidak melakukan ha-hal yang dilarang.
Buku Mentor Karisma 34
47
ِ هللا َع ْن ُو قَا َل َ َِس ْع ُت قَا َل َر ُس ْو َل هللا عَلَ ْي ِو ُ هللا َص هَّل ُ ِض َ ِ َع ْن اَ ِ ِْب َس ِع ْي ِد الْخ ُْد ِر ِ ّي َر َم ْن َرأَى ِمنْ ُ ُْك ُمنْ َك ًرا فَلْ ُيغ ِ ّ َِْي ُه ِب َي ِد ِه فَا ْن ل َ ْم ي َْس تَ ِط ْع فَ ِب ِل َسا ِه ِو فَا ْن ل َ ْم ي َْس تَ ِط ْع: َو َس ه ََّل ي َ ُق ْو ُل ِ ِ (فَ ِبقَلْ ِب ِو َو َذ ِ َِل أَضْ َع ُف ْ إااليْ َم ِان (روه املسَّل
.4
Dari Abu Sa’id Al Khudri ra, ia berkata saya telah mendengar Rasulullah saw berabda: Barang siapa diantara kalian yang melihat kemungkaran maka ubahlahkemungkaran tersebut dengan tangannya jika tidak mampu maka dengan lisanni, jika tidak mampu maka dengan hatinya, dan itulah selemah selamahnya iman. (HR.muslim).
5. Mengatakan hal-hal yang benar walaupun itu pahit. Dalam da‘wah fardhiyah, kita memiliki adab-adab yang harus diperhatikan. 1. Menyampaikan apa yang telah kita ketahui, jangan sampai menyampaikan hal yang tidak diketahui. 2. Kita harus menyampaikan dengan bahasa yang lazim digunakan oleh objek yang dida‘wahi. 3. Kita harus menyampaikan dengan kata-kata dan sikap yang baik. 4. Kita harus menyampaikan dengan hikmah dan pelajaran yang baik . ٍَٚ ِ َهِ ِّ َْٔ َُٕ أَ ْػهَ ُى بِا ْن ًُ ْٓتٛس ِب ُ ْ َ ٍَْض َّم ػ َ ًٍَْ سٍُ إٌَِّ َربَّكَ ُْ َٕ أَ ْػهَ ُى ِب َ أَ ْحَٙ ِْ ِٙسَُ ِت َٔ َجا ِ ْنُٓ ْى بِانَّت َ م َربِّكَ ِبا ْن ِح ْك ًَ ِت َٔ ْن ًَ ْٕ ِػظَ ِت ْن َحٛ َ َٗع إِن ِ س ِب “Serulah (manusia) ke jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhan-mu, Dialah Yang Mahatahu tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah Yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”(QS an-Nahl [16]: 125).
Buku Mentor Karisma 34
48
Materi Adab Terhadap Orang Tua (Birrul Walidain) Tujuan : 1. 2. 3. 4.
Adik berperilaku baik terhadap orang tua Adik mengetahui keutamaan dan kewajiban berperilaku baik terhadap orang tua Adik mendapat contoh kisah Rasul dan sahabat dalam menghadapi orang tua Adik mengetahui cara berbakti kepada orang tua
Birrul Walidain Pentingnya Birrul Walidain Islam menjadikan berbakti kepada kedua orang tua sebagai sebuah kewajiban yang sangat besar. Rasulullah shallallahu ‗alaihi wa sallam bersabda ketika ditanya tentang amal-amal saleh yang paling tinggi dan mulia, ―Shalat tepat pada waktunya, berbuat baik kepada kedua orang tua, jihad di jalan Allah.‖ (HR. Bukhari dan Muslim) Suatu ketika Ibnu Umar radhiyallahu ‗anhuma bertanya kepada seseorang,―Apakah engkau takut masuk neraka dan ingin masuk ke dalam surga?‖ Orang itu menjawab, ―Ya.‖ Ibnu Umar berkata, ―Berbaktilah kepada ibumu. Demi Allah, jika engkau melembutkan kata-kata untuknya, memberinya makan, niscaya engkau akan masuk surga selama engkau menjauhi dosa-dosa besar.‖ (HR. Bukhari) ―Orang tua adalah pintu surga yang paling tengah. Jika engkau ingin maka sia-siakanlah pintu itu atau jagalah ia.‖ (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah) Ternyata berbakti kepada kedua orang tua sangat diperhatikan dalam Islam. Bahkan berbakti kepada orang tua lebih tinggi derajatnya dari berjihad di jalan Allah. Tanpa kita sadari, ada pintu surga yang begitu dekat dengan kehidupan kita sehari-hari, yaitu orang tua kita. Kita sering lupa bahwa berbuat baik kepada ibu dan bapak kita bukan sekedar tanda terimakasih kita karena mereka telah merawat kita sejak kecil, tapi juga tanda ketaatan kita kepada Allah. Keutamaan Birrul Walidain Berbakti kepada kedua orang tua membuahkan banyak keutamaan. Berikut ini beberapa faedah berbakti kepada kedua orang tua: 1. Dikabulkannya doa 2. Sebab dihapuskannya dosa besar. Seorang laki-laki mendatangi Nabi shallallahu ‗alaih wa sallam lalu berkata,―Wahai Rasulullah, aku telah melakukan dosa besar. Apakah ada taubat untukku?‖ Nabi bertanya, ―Apakah engkau memiliki seorang ibu?‖ Laki-laki itu menjawab, ―Tidak.‖ Nabi bertanya lagi, ―Apakah engkau memiliki seorang bibi?‖ Ia menjawab, ―Ya. ― Nabi bersabda, ―Berbaktilah kepadanya.‖(HR. Ibnu Hibban) 3. Berbakti kepada kedua orang tua merupakan penyebab keberkahan dan bertambahnya rezeki. Rasulullah shallallahu ‗alaihi wa sallam bersabda, ―Barangsiapa yang ingin dipanjangkan umurnya dan ditambahkan rezekinya, hendaklah ia berbakti kepada kedua orang tuanya dan hendaklah ia menyambung silaturahmi.‖(HR. Ahmad) Buku Mentor Karisma 34
49 4. Barangsiapa yang berbakti kepada bapak ibunya maka anak-anaknya akan berbakti kepadanya, dan barangsiapa yang durhaka kepada keduanya maka anak-anaknya pun akan durhaka pula kepadanya. Tsabit Al-Banany mengatakan, ―Aku melihat seseorang memukul bapaknya di suatu tempat. Maka dikatakan kepadanya, ‗Apa-apaan ini?‘ Sang ayah berkata, ‗Biarkanlah dia. Sesungguhnya dulu aku memukul ayahku pada bagian ini maka aku diuji Allah dengan anakku sendiri, ia memukulku pada bagian ini. Berbaktilah kalian kepada orang tua kalian, niscaya anakanak kalian akan berbakt kepada kalian.‘‖ 5. Ridha Allah terletak pada ridha kedua orang tua, murka Allah pada murka orang tua. 6. Diterimanya amal. Sesorang yang berbakti kepada kedua orang tua maka amalnya akan diterima. Diterimanya amal akan mendatangkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Ibnu Umar radhiyallahu ‗anhuma mengatakan, ―Kalau aku tahu bahwasanya aku punya shalat yang diterima, pasti aku bersandar kepada hal itu. Barangsiapa yang berbakti kepada kedua orang tuanya, sesungguhnya Allah menerima amalnya.‖ Hak-Hak Yang Wajib Dilaksanakan Semasa Orang Tua Masih Hidup 1.
Mentaati
Mereka
Selama
Tidak
Mendurhakai
Allah
Mentaati kedua orang tua hukumnya wajib atas setiap Muslim. Tidak diperbolehkan sedikit pun mendurhakai mereka berdua kecuali jika mereka menyuruh untuk menyekutukan Allah atau mendurhakai-Nya. Allah subhanahu wa ta‘ala berfirman (yang artinya): ―Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya…‖ [QS.Lukman: 15] Adapun jika bukan dalam perkara yang mendurhakai Allah, wajib mentaati kedua orang tua selamanya dan ini termasuk hal yang paling diwajibkan. Oleh karena itu, seorang Muslim tidak boleh mendurhakai apa saja yang diperintahkan oleh kedua orang tua. 2. Berbakti dan Merendahkan Diri Dihadapan Kedua Orang Tua Allah subhanahu wa ta‘ala berfirman (yang artinya): ―Kami perintahkan kepada manusia suapaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya..‖ [QS.Al Ahqaf: 15] ―Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu bapak..‖ [QS.An Nisaa‘:36] Perintah berbuat baik ini lebih ditegaskan jika usia kedua orang tua semakin tua dan lanjut hingga kondisi mereka melemah dan sangat membutuhkan bantuan dan perhatian dari anaknya. Allah subhanahu wa ta‘ala berfirman (yang artinya): ―Dan Rabbmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat bik pada ibu bapakmu dengan sebaikbaiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya ‗ah‘ dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kasih saying dan ucapkanlah: ―Wahai, Rabbku, kasihilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.‖ [QS.Al Israa‘: 23-24] Di dalam sebuah hadits, Rasulullah shalallahu ‗alaihi wasallam bersabda: ―Sungguh merugi, sungguh merugi, dan sungguh merugi orang yang mendapatkan kedua orang tuanya yang sudah renta atau salah seorang dari mereka kemudian hal itu tidak dapat memasukkannya ke dalam Surga.‖ Buku Mentor Karisma 34
50 Di antara bakti terhadap kedua orang tua adalah menjauhkan ucapan dan perbuatan yang dapat menyakiti kedua orang tua, walaupun dengan isyarat atau dengan ucapan ‗ah‘. Termasuk berbakti kepada keduanya ialah senantiasa membuat mereka ridha dengan melakukan apa yang mereka inginkan, selama hal itu tidak mendurhakai Allah ta‘ala, sebagaimana yang telah disebutkan. 3. Merendahkan Diri Dihadapan Mereka
Tidak boleh mengeraskan suara melebihi suara kedua orang tua atau di hadapan mereka berdua. Tidak boleh juga berjalan di depan mereka, masuk dan keluar mendahului mereka, atau mendahului urusan mereka berdua. Rendahkanlah diri di hadapan mereka berdua dengan cara mendahulukan segala urusan mereka, membentangkan dipan untuk mereka, mempersilahkan mereka duduk ditempat yang empuk, menyodorkan bantal, jangan mendahului makan dan minum, dan lain sebagainya. Berbicara lembut juga penting. ―…Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ‗ah‘ dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.‖ [QS.AlIsraa‘: 23] 4. Menyediakan Makanan Untuk Mereka
Menyediakan makanan juga termasuk bakti kepada kedua orang tua, terutama jika ia memberi mereka makan dari hasil jerih payah sendiri. Jadi, sepantasnya disediakan untuk mereka makanan dan minuman terbaik dan lebih mendahulukan mereka berdua daripada dirinya, anaknya, dan istrinya. 5. Meminta Izin Kepada Mereka Sebelum Berjihad dan Pergi Untuk Urusan Lainnya Izin kepada orang tua diperlukan untuk jihad yang belum ditentukan. Seorang laki-laki datang menghadap Rasulullah shalallahu ‗alaihi wasallam dan bertanya: ―Ya Rasulullah, apakah aku boleh ikut berjihad?‖ Beliau balik bertanya: ―Apakah kamu masih mempunyai kedua orang tua?‖ Laki-laki itu menjawab: ―Masih.‖ Beliau bersabda: ―Berjihadlah (dengan cara berbakti) kepada keduanya.‖ [3] Seorang laki-laki mendatangi Rasulullah shalallahu ‗alaihi wasallam dan berkata: ―Aku datang membai‘atmu untuk hijrah dan aku tinggalkan kedua orang tuaku menangisi (kepergianku).‖ Maka Nabi shalallahu ‗alaihi wasallam bersabda: ―Pulanglah dan buatlah mereka tertawa sebagaimana kamu telah membuat mereka menangis.‖ [4] Seorang laki-laki hijrah dari negeri Yaman lalu Nabi shalallahu ‗alaihi wasallam bertanya kepadanya: ―Apakah kamu masih mempunyai kerabat di Yaman?‖ Laki-laki itu menjawab: ―Masih, yaitu kedua orang tuaku.‖ Beliau kembali bertanya: ―Apakah mereka berdua mengizinkanmu?‖ laki-laki itu menjawab: ―Tidak.‖ Lantas Nabi shalallahu ‗alaihi wasallam bersabda: ―Kembalilah kamu kepada mereka dan mintalah izin dari mereka. Jika mereka mengizinkan, maka kamu boleh ikut berjihad, namun jika tidak, maka berbaktilah kepada keduanya.‖ [5] Seorang laki-laki berkata kepada beliau: ―Aku membai‘at Anda untuk berhijrah dan berjihad semata-mata hanya mengharapkan pahala dari Allah ta‘ala. Beliau bersabda kepada laki-laki tersebut: ―Apakah salah satu kedua orangtuamu masih hidup?‖ laki-laki itu menjawab: ―Masih, bahkan keduanya masih hidup.‖ Beliau kembali bersabda: ―Apakah kamu ingin mendapatkan pahala dari Allah subhanahu wa ta‘ala?‖
Buku Mentor Karisma 34
51 Lelaki itu menjawab: ―Ya‖. Kemudian Nabi shalallahu ‗alaihi wasallam bersabda: ―Kembalilah kamu kepada kedua orang tuamu dan berbaktilah kepada keduanya.‖ [6] 9. Memenuhi Sumpah Kedua Orang Tua
Apabila kedua orang tua bersumpah kepada anaknya untuk suatu perkara tertentu yang didalamnya tidak terdapat perbuatan maksiat, maka wajib bagi seorang anak untuk memenuhi sumpah keduanya karena itu termasuk hak mereka. 10.
Tidak
Mencela
Orang
Tua
Atau
Tidak
Menyebabkan
Mereka
Dicela
Orang
Lain
Mencela orang tua dan menyebabkan mereka dicela orang lain termasuk salah satu dosa besar. Rasulullah shalallahu ‗alaihi wasallam bersabda: ―Termasuk dosa besar adalah seseorang mencela orang tuanya.‖ Para Sahabat bertanya: ―Ya Rasulullah, apa ada orang yang mencela orang tuanya?‖ Beliau menjawab: ―Ada. Ia mencela ayah orang lain kemudian orang itu membalas mencela orang tuanya. Ia mencela ibu orang lain lalu orang itu membalas mencela ibunya.‖ [8] Perbuatan ini merupakan perbuatan dosa yang paling buruk. Orang-orang sering bergurau dan bercanda dengan melakukan yang sangat tercela ini. Biasanya perbuatan ini muncul dari orang-orang rendahan dan hina. Perbuatan seperti ini termasuk dosa besar sebagaimana yang telah disebutkan. 11. Mendahulukan Berbakti Kepada Ibu Daripada Ayah
Seorang laki-laki pernah bertanya kepada Rasulullah shalallahu ‗alaihi wasallam: ―Siapa yang paling berhak mendapatkan perlakuan baik dariku?‖ Beliau menjawab: ―Ibumu.‖ Laki-laki itu bertanya lagi: ―Kemudian siapa lagi?‖ Beliau kembali menjawab: ―Ibumu.‖ Laki-laki itu kembali bertanya: ―Kemudian siapa lagi? Beliau menjawab: ―Ibumu.‖ ―Lalu siapa lagi?‖ tanyanya. ―Ayahmu.‖ Jawab beliau. [9] Hadits diatas tidak bermaksud lebih mentaati ibu daripada ayah. Sebab, mentaati ayah lebih di dahulukan jika keduanya menyuruh pada waktu yang sama dan dibolehkan dalam syariat. Alasannya, ibu sendiri diwajibkan untuk taat kepada suaminya, yaitu ayah anaknya. Hanya saja, jika salah seorang mereka menyuruh berbuat taat dan yang lain menyuruh berbuat maksiat, maka wajib untuk mentaati yang pertama. Maksud lebih mendahulukan berbuat baik kepada ibu yaitu lebih bersikap lemah lembut, lebih berprilaku baik dan memberikan sikap yang lebih halus daripada ayah. Hal ini apabila keduanya berada di atas kebenaran.
Hak-Hak Orang Tua Setelah Mereka Meninggal Dunia 1. Menshalati Keduanya Maksud menshalati disini adalah mendoakan keduanya. Yakni, setelah mereka meninggal dunia, karena ini termasuk bakti kepada mereka. Oleh karena itu, seorang anak hendaknya lebih sering mendoakan kedua orang tuanya setelah mereka meninggal daripada ketika masih hidup. Apabila anak itu mendoakan keduanya, niscaya mereka berdua akan semakin bertambah, berdasarkan sabda Rasulullah shalallahu
Buku Mentor Karisma 34
52 ‗alaihi wasallam: ―Apabila manusia sudah meninggal, maka terputuslah amalannya kecuali tiga hal: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shalih yang mendoakan dirinya.‖ [10] 2. Beristighfar Untuk Mereka Berdua Orang tua adalah yang paling utama bagi seorang Muslim untuk didoakan agar Allah mengampuni mereka karena kebaikan mereka yang besar. Allah subhanahu wa ta‘ala menceritakan kisah Nabi Ibrahim ‗alaihissalam dalam al Qur‘an (yang artinya): ―Ya Rabb kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapakku…‖ [QS.Ibrahim: 41] 3. Menunaikan Janji Kedua Orang Tua Hendaknya seseorang menunaikan wasiat orang tua dan melanjutkan secara berkesinambungan amalanamalan kebaikan yang dahulu pernah dilakukan keduanya. Sebab, pahala akan terus mengalir kepada mereka berdua apabila amalan kebaikan yang dulu pernah dilakukan dilanjutkan oleh anak mereka. 4. Memuliakan Teman Kedua Orang Tua Memuliakan teman kedua orang tua juga termasuk berbuat baik kepada orang tua, sebagaimana yang telah disebutkan. Ibnu ‗Umar radhiyallahu ‗anhu pernah berpapasan dengan seorang Arab badui di jalan menuju Mekkah. Kemudian Ibnu ‗Umar mengucapkan salam kepadanya dan mempersilahkan naik ke atas keledai yang ia tunggangi. Selanjutnya, ia juga memberikan sorbannya yang ia pakai. Ibnu Dinar berkata: ―Semoga Allah memuliakanmu. Mereka itu orang Arab badui dan mereka sudah terbiasa berjalan.‖ Ibnu ‗Umar berkata: ―Sungguh, dulu ayahnya teman ‗Umar bin al Khaththab dan aku pernah mendengar Rasulullah shalallahu ‗alaihi wasallam bersabda: ―Sesungguhnya bakti anak yang terbaik adalah seorang anak yang menyambung tali persahabatan dengan keluarga teman ayahnya setelah ayahnya tersebut meninggal.‖ [11] 5. Menyambung Tali Silaturrahim Dengan Kerabat Ibu dan Ayah Hendaknya seseorang menyambung tali silaturrahim dengan semua kerabat yang silsilah keturunannya bersambung dengan ayah dan ibu, seperti paman dari pihak ayah dan ibu, bibi dari pihak ayah dan ibu, kakek, nenek, dan anak mereka semua. Bagi yang melakukannya, berarti ia telah menyambung tali silturrahim kedua orang tuanya dan telah berbakti kepada mereka. Hal ini berdasarkan hadits yang telah disebutkan dan sabda beliau shalallahu ‗alaihi wasallam: ―Barangsiapa ingin menyambung tali silaturrahim ayahnya yang ada dikuburannya, maka sambunglah tali silaturrahim dengan saudara-saudara ayahnya setelah ia meninggal.‖ [12] Demikianlah akhir dari adab berbakti kepada orang tua yang telah dimudahkan Allah kepadaku untuk menuliskannya, yang seluruhnya berjumlah enam belas adab. Walhamdulillahi Rabbil ‗aalamiin [13] Note : [1] HR.Bukhari (4340, 7145, 7257) dan Muslim (1840) dari ‗Ali radhiyallahu ‗anhu [2] HR.Muslim (2551) dari Abu Hurairah radhiyallahu ‗anhu [3] HR.Al Bukhari (3004,5972) dan Muslim (2549) dari Ibnu ‗Amr radhiyallahu ‗anhu [4] HR.Abu Dawud (2528), an Nasa‘I (VII/1430, Ibnu Majah (2782), dari Ibnu ‗Amr. Lihat kitabShahiih Abi Dawud (2205)
Buku Mentor Karisma 34
53 [5] HR.Ahmad (III/76), Abu Dawud (2530), al Hakim (II/103, 103) dan ia menshahihkannya serta disetujui oleh adz Dzahabi dari Abu Sa‘id radhiyallahu ‗anhu. Lihat kitab Shahiih Abi Dawud(2207). [6] HR.Muslim (2549) dari Ibnu ‗Amr radhiyallahu ‗anhu [7] HR.Ahmad (II/204), Abu Dawud (3530), dan Ibnu Majah (2292) dari Ibnu ‗Amr radhiyallahu ‗anhu. Hadits ini tertera dalam kitab Shahiihul Jaami‘ (1486) [8] HR.Al Bukhari (5973) dan Muslim (90) dari Ibnu ‗Amr radhiyallahu ‗anhu. [9] HR.Al Bukhari (5971) dan Muslim (2548) dari Abu Hurairah radhiyallahu ‗anhu [10] HR. Muslim (1631) dari Abu Hurairah radhiyallahu ‗anhu [11] HR. Muslim (2552) dari Abu Hurairah radhiyallahu ‗anhu [12] HR.Ibnu Hibban (433) dari Ibnu ‗Umar radhiyallahu ‗anhu. Hadits ini tertera dalam kitabShahiihul Jaami‘ (5990) [13] Referensi tambahan : Shahiih Muslim (IV/1974) dan halaman setelahnya, Fa-thul Baari(X/414) dan halaman setelahnya. Al Ihsaan bi Tartiibi Ibni Hibban (I/315) dan halaman setelahnya, al Aadaab karya al Baihaqi (hal.5) dan halaman setelahnya, al Aadaab asy Syar‘iyyahkarya Ibnu Muflih (I/433) dan halaman setelahnya, Ihya ‗Uluumuddin karya al Ghazali (II/216) dan halaman setelahnya, Birrul Waalidain karya ath Thurthusi, dan lain-lain. Sumber: Diketik ulang dari buku ―Ensiklopedi Adab Islam Menurut al Qur‘an dan as Sunnah – Syaikh ‗Abdul ‗Aziz bin Fathi as Sayyid Nada‖, Pustaka Imam asy Syafi‘I Hal.171-179.
Buku Mentor Karisma 34
54
Adab bergaul dengan lawan jenis Tujuan : -
Memberikan pemahaman kenapa dalam bergaul dengan lawan jenis harus ada adab-nya Memberikan pemahaman adab-adab bergaul dengan lawan jenis
Materi : Kenapa sih gaul gaul aja mesti ada aturannya? Ayo… temen-temen mikir gitu ga? Ketika temen-temen menginjak usia balig, sudah menjadi hal yang normal ketika ada ketertarikan dengan lawan jenis, namun islam tidak mengizinkan interaksi berlebihan itu kecuali setelah menikah karenanya kita harus menjaga. . Namun kalau kita tidak bisa memenej perasaan tersebut,maka akan menjadi mala petaka yang amat besar,baik untuk diri sendiri ataupun untuk orang yang kita sukai. Sudah Allah tunjukkan dalam sebuah hadist Rasulullahshallallahu „alaihi wa sallam, ْ ََ ُذ ِصَٔبَ٘ب ا ٌْج١ٌْ اَٚ َُ َاٌٍِّ َسبُْ ِصَٔبُٖ ا ٌْ َىالَٚ ع ُ ص ِّذ ُ اال ْس ِز َّب ق َ ُ٠َٚ ََّّٕٝ ََز٠َٚ َْٜٛ َٙ٠ ُا ٌْمَ ٍْتَٚ اٌشِّجْ ًُ ِصَٔبَ٘ب ا ٌْ ُخطَبَٚ ُطص ِ َبْ ِصَٔبُ٘ َّب ِ ٔاْلُ ُرَٚ َبْ ِصَٔبُ٘ َّب إٌَّظَ ُش ِ ٕ١ْ فَب ٌْ َؼ ُٗ ُُ َى ِّزث٠َٚ ه ا ٌْفَشْ ُط َ ٌِ َر ‖Zina kedua mata adalah dengan melihat. Zina kedua telinga dengan mendengar. Zina lisan adalah dengan berbicara. Zina tangan adalah dengan meraba (menyentuh). Zina kaki adalah dengan melangkah. Zina hati adalah dengan menginginkan dan berangan-angan. Lalu kemaluanlah yang nanti akan membenarkan atau mengingkari yang demikian.‖ (HR. Muslim) Adab pergaulan dalam Islam : 1. Pergaulan hendaknya diniatkan untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah ―Hai sekalian manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kalian dari laki-laki dan perempuan dan Kami jadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kalian saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah adalah yang paling taqwa di antara kalian. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.‖ (QS. Al Hujurat 49:13) 2. Hendaknya ikhwan menahan sebagian pandangannya dan demikian juga dengan akhwat. Hendaklah menundukkan pandangan dari apa yang diharamkan oleh Allah SWT. Karena pandangan dapat membangkitkan nafsu birahi dan merangsang pelakunya untuk terjerumus ke dalam dosa dan ma‘shiat. Oleh karena itu Al-Qur‘an memberikan peringatan keras terhadap pandangan liar. ―Katakanlah kepada orang-orang Mu‘min : ―Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; dan demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.‖ (QS. An Nur [24]:30) Sabda Rasulullah saw : ―Pandangan itu merupakan salah satu anak panah iblis‖Dua mata itu berzina dan zinanya mata ialah melihat‖ (HR. Bukhari) Salah satu keringanan Islam adalah Dia membolehkan melihat yang sifatnya mendadak pada bahagian yang seharusnya tidak boleh.
Buku Mentor Karisma 34
55 ―Dari Jarir bin Abdullah, ia berkata: Saya bertanya kepada Rasulullah saw. tentang melihat dengan mendadak. Maka jawab Nabi: Palingkanlah pandanganmu itu!‖ (HR. Muslim) ―Hai Ali! Jangan sampai pandangan yang satu mengikuti pandangan lainnya. Kamu hanya boleh pada pandangan pertama, adapun yang berikutnya tidak boleh.‖ (HR. Ahmad, Abu Daud dan Tirmidzi) Perempuan melihat laki-laki tidak pada auratnya, hukumnya mubah, selama tidak diikuti dengan syahwat atau tidak dikuatirkan akan menimbulkan fitnah. Sebagian ulama yang extrimis menganggap, bahwa perempuan sama sekali tidak boleh melihat anggota laki-laki yang manapun. Mereka membawa dalil hadis yang diriwayatkan oleh Nabhan bekas hamba Ummu Salamah, bahwa Rasulullah saw. pernah berkata kepada Ummu Salamah dan Maimunah yang waktu itu Ibnu Ummi Maktum masuk ke rumahnya. Nabi bersabda : pakailah tabir. Kemudian kedua isteri Nabi itu berkata: ―Dia (Ibnu Ummi Maktum) itu buta!‖ Maka jawab Nabi: ―Apakah kalau dia buta, kamu juga buta? Bukankah kamu berdua melihatnya?‖ Tetapi dari kalangan ahli tahqiq (orang-orang yang ahli dalam penyelidikannya terhadap suatu hadits/pendapat) mengatakan: Hadis ini tidak sah menurut ahli-ahli Hadis, karena Nabhan yang meriwayatkan Hadis ini salah seorang yang omongannya tidak dapat diterima.Kalau ditakdirkan hadis ini sahih, adalah suatu sikap kerasnya Nabi kepada isteri-isterinya karena kemuliaan mereka, sebagaimana beliau bersikap keras dalam persoalan hijab. 3. Ikhwan tidak memegang akhwat dan demikian sebaliknya Rasulullah saw. pernah bersabda sbb: ―Sungguh kepala salah seorang diantara kamu ditusuk dengan jarum dari besi, lebih baik daripada dia menyentuh seorang perempuan yang tidak halal baginya.‖ (Riwayat Thabarani, baihaqi dan rawirawinya thabarani adalah kepercayaan) Jauhi saja perempuan/laki-laki yang tidak menjaga adab ini. 4. Ikhwan dan akhwat harus menjaga jarak; sebaiknya sebatas dimana mereka tidak mencium wewangian dari lawan jenisnya ―Siapa saja perempuan yang memakai wangi-wangian kemudian melewati suatu kaum supaya mereka itu mencium baunya, maka perempuan tersebut dianggap berzina; dan tiap-tiap mata ada zinanya.‖ (Riwayat Nasa‘i, Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban) 5. Tidak “berdua-duaan” baik dalam zhahir maupun batin.(tidak berkhalwat) Sebaiknya jika hendak melakukan pertemuan yang cukup lama, ikhwan membawa teman ikhwannya dan akhwat pun membawa teman akhwatnya. Teman disini ditujukan agar dapat mengingatkan jika berinteraksi melewati batas. ―Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka jangan sekali-kali dia bersendirian dengan seorang perempuan yang tidak bersama mahramnya, karena yang ketiganya ialah saitan.‖ (Riwayat Ahmad) 6. Menjaga Aurat Jagalah aurat kita dari pandangan laki-laki atau perempuan yang bukan mahram, yang tidak termasuk mahram seperti teman sekolah, teman bermain, teman pena bahkan teman dekat pun kalau dia bukan mahram kita, maka kita wajib menutup aurat kita dengan sempurna. Maksud sempurna di sini yaitu kita menggunakan jilbab yang menjulur ke seluruh tubuh kita dan menutupi dada. Kain yang dimaksud pun adalah kain yang disyariatkan, misal kainnya tidak boleh tipis, tidak boleh sempit, dan tidak membentuk
Buku Mentor Karisma 34
56 lekuk tubuh kita. Adapun yang bukan termasuk aurat dari seorang wanita adalah kedua telapak tangan dan muka atau wajah. Nah kalo untuk laki-laki auratnya dari pusar hingga ke lutut, jadi hilangin yah gayagaya celana yang rombeng-rombeng di lututnya atau kebiasaan pakai boxer sampai keluar-keluar rumahnya. Nabi shallallahu ‗alaihi wa sallam bersabda, ُْطَب١ْ َب اٌ َّطَٙذ ا ْسزَ ْط َشف ِ ْ َسحٌ فَئِ َرا َخ َش َجَْٛاٌ َّشْ أَحُ ػ ―Wanita itu adalah aurat. Jika dia keluar maka setan akan memperindahnya di mata laki-laki.‖ (HR. Tirmidzi,shahih) Referensi : Buku mentoring SMA ALFA CENTAURI dari Yusuf Qardhawi, Halal dan Haram dalam Islam http://remajaislam.com/67-adab-bergaul-dengan-lawan-jenis
Buku Mentor Karisma 34
57
Husnudzan dan sabar dalam bergaul Tujuan : -
Mengetahui makna sikap husnudzan dan sabar Memahami pentingnya bersikap husnudzon dan sabar sebagai akhlak dalam bergaul
Materi : 1. Apa itu husnudzon? Husnuzon adalah berbaik sangka. Ini adalah perbuatan yang dituntut dalam Islam kerana perbuatan ini dapat mengelak dari menuduh orang lain berbuat keburukan, yang secara tidak langsung, jika tidak punyai bukti yang kukuh menjadikan kita pemfitnah, dan ada tuntunannya loh…. ―Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena pendengaran, penglihatan dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya.‖ [al Isra', 17:36] 2. Kenapa kita harus berHusnudzon? Sebagai manusia memang wajar kita tidak bisa langsung mengetahui segala sesuatu, apa lagi yang ada di hati saudara kita, itu memang keterbatasan kita sebagai manusia. Contohnya, terkadang ketika saudara kita bersikap tidak seperti biasanya ke kita, maka apa yang muncul di benak kita? Misal dia mungkin udah berubah tidak mau berteman lagi, dia sudah tidak suka dengan kita dan banyak hal negatif lainnya mulai bertebaran di benak kita. Lantas bagaimana seharusnya sikap seorang muslim dalam merespon keterbatasannya tersebut? Temen- temen berfikir negatif hingga akhirnya kita mengeluarkan statement yang buruk terhadap saudara kita, dengan sebelumnya bahkan kita belum mencari kejelasan merupakan hal yang di larang Allah swt dan di bencinya. Sebagaimana firman Allah swt. ―Mengapa di waktu kamu mendengar berita bohong itu orang-orang mukminin dan mukminat tidak berprasangka baik terhadap diri mereka sendiri…‖ (TQS. An-Nur:12) Temen-temen saudara seiman itu satu tubuh loh… seperti tubuh kita sendiri, jadi berprasangka baiklah pada saudara kita Allah swt., berfirman: ―Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, karena sesungguhnya sebagian dari prasangka itu adalah dosa.‖ (TQS. Al-Hujurat:12) Ibnu Abbas berkatata tentang tafsir ayat ini,‖Allah melarang kaum mukmin berprasangka buruk kepada mukmin yang lain.‖ Dari Abu Hurairah ra., sesungguhnya Rasulullah saw., bersabda: ―Hati-hati dan jagalah diri kalian dari prasangka buruk, karena berprasangka buruk adalah perkataan paling dusta.‖ (Mutafaq‘alaih) Buruk sangka terhadap seorang mukmin yang kelihatannya shalih tidak diperbolehkan. Bahkan disunahkan kita berbaik sangka kepadanya. 3. Cerita Hikmah
Buku Mentor Karisma 34
58 Suatu hari imam syafi‘I yang saat itu terkisahkan masih muda sedang berjalan melewati seorang lelaki dengan seorang perempuan bercadar sedang bercanda berdua, munculah dalam benak imam syafi‘I ―masyaallah, lelaki itu telah berbuat maksiat di tempat umum‖. Tidak jauh dari tempat itu yang dekat dengan laut ada sebuah kapal yang tenggelam dan 7 orang di kapal itu membutuhkan pertolongan, di sekitar situ hanya ada imam syafi‘I dan lelaki tadi. Keduanya pun segera menolong ke 7 orang itu, ternyata lelaki itu berhasil menyelamatkan 6 orang sedangkan imam syafi‘I satupun tidak berhasil, satu orang itu tidak terselamatkan. Kejadian itu membuat imam syafi‘I merenung ―mengapa lelaki yang bermaksiat itu justru berhasil menyelamatkan banyak nyawa sedangkan saya tidak?‖ ketika imam syafi‘I menanyakan siapakah wanita yang bersama lelaki tadi, ternyata beliau adalah ibunda lelaki itu….. masyaallah (dengar di seminar peggy melati sukma) 4. Bagaimana agar tidak berhusnudzon dengan saudara kita? Nah teman-teman dari kisah di atas hikmah besarnya kita haruslah bertabayun atau menanyakan kebenarannya pada saudara kita, jadi jangan terus saja hati kita terkotori dengan prasangka itu. 5. Apa itu sabar? Istilah sabar dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia diartikan dengan ―tahan menderita sesuatu (tidak lekas marah, tidak lekas patah hati, tidak lekas putus asa, dsb). Istilah sabar juga dapat diartikan dengan ―menahan diri terhadap apa yang dibencinya, atau menahan sesuatu yang dibencinya dengan ridha dan rela‖. Intinya dapat diambil suatu kesimpulan bahwa pengertian sabar adalah tahan terhadap segala sesuatu, baik dalam bentuk penderitaan, maupun dalam bentuk prilaku. 6. Kisah Kita punya banyak kisah hikmah tentang kesabaran, Nabi Ayub as salah satu contoh nabi yang di kenal dengan kesabarannya, nabi ayub as adalah putra ‗Ish bin Ishaq bin Ibrahim as. Beliau adalah seorang Nabi yang kaya raya, banyak mempunyai binatang ternak, putra yang banyak, baik laki-laki maupun perempuan. Beliau orang yang berbuat baik kepada fakir miskin, membantu anak-anak yatim piatu, memuliakan tamu dan sebagainya dengan kualitas ibadah yang luar biasa. Namun Nabi Ayub kemudia menerima cobaan dari Allah swt berupa penyakit yang membuat berbagai macam kenikmatan itu satu satu lenyap dan ia pun di jauhi karena penyakitnya yang mengeluarkan bau busuk bahkan membuatnya harus tinggal di gua, namun ia tetap bersabar dan tidak pernah mengeluh, hal itu pun bukan ia rasakan seminggu 2 munggu teman-teman, namun bertahun-tahun tetapi kualitas ibadahnyapun tidak berkurang. Subhanallah bahkan Allahpun membanggakan kesabarannya di hadapan para mahluknya, terutama setan yang menantang untuk menguji kesabaran nabi Ayub as sebelumnya. Atau juga kisah nabi kita tercinta Rasulullah Muhammad SAW, dimana kisahnya dengan seorang yahudi yang ketika setiap rasul akan ke mesjid, ia menaruh kotoran di depan rumah rasul atau di jalan yang akan rasul lewati sehingga rasul harus kembali dan membersihkannya dahulu. Namun rasul tetap bersabar, hingga suatu hari ketika rasul akan ke mesjid tidak ada yang menaruh kotoran, rasul malah mencari ―dimana yahudi yang biasa ada di sini?‖ (kan kalau kita mah Alhamdulillah banget yah, lancar nih jalan), dimana ternyata yahudi itu sakit, rasul pun menjenguknya hingga membuat yahudi itu terharu dah kelak memeluk islam. Subhanallah. 7. Sabar dalam bergaul Dari kisah di atas dapat kita ambil hikmah ketika kita bergaul atau berteman pun kawan-kawan kadang teman kita bersikap menyebalkan, atau bahkan ketika kita beritau namun tidak nurut juga (ngeyel amat yah…hihi) namun sebagai seorang muslim bersabarlah.. kenapa? Karena kebaikan insyaallah akan Buku Mentor Karisma 34
59 sampai dengan cara yang lembut, ketika kita tetap bisa mengajaknya dengan lembut dan tetap bersabar insyaallah pelan-pelan akan banyak saudara kita yang semakin baik.
Referensi: http://nocompromisegirl.wordpress.com/2010/08/06/husnudzan-prasangka-baik-tiada-henti-hingga-ragaini-benar-benar-telah-mati/ http://ihinsolihin.wordpress.com/2012/08/10/bersangka-baik-husnuzon-vs-bersangka-buruk-suuzon/ buku kisah para nabi
Buku Mentor Karisma 34
60
Ma’rifatul Insan Sasaran : 4. Adik dapat mengembangkan potensi positif yang dimiliki 5. Adik mampu mengapresiasi keahlian diri sendiri dan orang lain 6. Adik terdorong untuk prestatif dengan memaksimalkan potensi yang dimiliki BEKAL KITA SUNGGUH LUAR BIASA Manusia dimuliakan oleh Allah SWT atas segala ciptaan-Nya karena diberikan tiga hal : ditiupkan ruh (Q.S. 32: 9), diberikan kelebihan potensi yang tidak diberikan kepada makhluk yang lain (Q.S. 17: 70), ditundukkannya alam semesta padanya (Q.S. 2: 29). Meskipun memang manusia bukan makhluk sempurna. Tapi itu tidak bisa dijadikan alasan untuk menyerah pada keadaan. Kita tidak diciptakan untuk bisa hidup dalam air, namun dengan akal yang Allah berikan, kita bisa menciptakan kapal laut dan kapal selam untuk mengarungi perairan yang luas dan dalam. Kita tidak dikaruniai sayap untuk bisa terbang sebagaimana burung, namun dengan akal yang Allah berikan, kita bisa menciptakan berbagai macam peralatan yang memungkinkan kita untuk terbang di angkasa, bahkan ke luar angkasa. Allah benar-benar telah memberikan anugerah yang besar kepada kita, manusia. Subhanallah, Maha Suci Allah. Salah satu anugerah terbesar yang Allah SWT berikan kepada kita adalah diciptakan-Nya kita menjadi manusia (QS. At Tiin (95) : 4). Sebagai makhluk yang dimuliakan Allah, manusia diciptakan secara sempurna. Potensi-potensi yang dimilkikinya dapat membawa kemuliaan dan keutamaan serta dapat menjalankan amanah. Terkadang anugerah sebagai manusia inilah yang sering kali dilupakan. Kita sibuk memikirkan dan menghitung kelebihan orang lain. Kita merasa menjadi orang yang tidak beruntung. Sering kali kita menghitung kekurangan dan ketidakberuntungan kita dibandingkan dengan orang lain. Padahal setiap insan memiliki kelebihan dan kekurangan. Tidak ada satu manusia pun yang sama karakternya, walau pun mereka kembar identik. Oleh karena itu, masing-masing kita pada dasarnya memiliki kelebihan yang tidak dimiliki orang lain, tinggal bagaimana kita menggalinya dan mengasahnya. Maka dari itu, mulailah untuk fokus terhadap apa yang sudah Allaah beri, bukan terus-terusan iri terhadap apa-apa yang tidak kita miliki. Jangan terus-menerus membandingkan diri sendiri dengan para ahli. Temukan potensi positif yang dimiliki, dan kembangkan itu dengan cara kita masing-masing. Penggalian minat, bakat, keterampilan dan kecenderungan perlu diasah sedini mungkin, yakinlah bahwa Allah telah menciptakan kita di dunia dengan spesialis dan bawaan yang hanya dimiliki oleh kita saja. Allah tidak membuat kopiannya lagi. Masing-masing kita adalah ciptaan yang berkategori ―Master Piece‖, tidak ada yang sama. Jika kita tidak mengenali dan mengasah potensi diri kita, sama saja kita tidak bersyukur atas karunia-Nya. Allah berfirman: “Katakanlah : tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya masing-masing. Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya.” (QS. Al Israa‟ (17) : 84). Seorang muslim harus menyadari posisinya di sisi Allah dan bagaimana kita memaksimalkan apa yang Allah berikan pada diri kita dalam rangka memaksimalkan ibadah kita kepada-Nya sebagai tanda syukur. Sekali lagi, ingatlah bahwa Allaah telah menganugerahi kita dengan akal dan potensi kebaikan. Sayyid Quthb berkata : Islam datang untuk menghapus kejahiliahan dan membangun kehidupan bercorak islami. Seandainya saja muslim benar-benar memahami ini, maka seluruh umat islam Buku Mentor Karisma 34
61 akan bersungguh-sungguh dalam hidupnya, mengerjakan apa yang bisa dia kerjakan, mengerahkan seluruh yang bisa dia upayakan. Karena meski sekarang masih belum sehebat tokoh-tokoh inspiratif atau orang-orang hebat lainnya, yakinlah bahwa bahkan setetes airpun sanggup membelah batu yang keras jika tetesan itu jatuh terus-menerus tak putus asa. 
Mari Mengapresiasi
Karena kita semua rasanya sepakat bahwa beda orang beda potensinya, maka betapa indahnya jika kita tidak lagi meremehkan hal-hal kecil yang orang lain lakukan. Karena apa yang terlihat remeh itu belum tentu bisa kita lakukan seperti orang lain melakukannya, begitu pula sebaliknya. Belajar mengapresiasi diri bisa dilakukan dengan cara melakukan pujian bagi diri terhadap berbagai hal positif yang telah ada pada diri (tidak berlebihan, memuji apa adanya), melakukan afirmasi positif terhadap diri atas berbagai hal baik yang telah kita lakukan (misalnya, mengatakan pada diri sendiri bahwa apa yang telah kita kerjakan merupakan hal yang baik sekali sekaligus memotivasi diri untuk melakukan pekerjaan yang lebih baik lagi), memberi reward pada diri sendiri atas sebuah pencapaian (misal, membeli beberapa buku bacaan favorit jika indeks prestasi kuliah meningkat), dan lain sebagainya. Mengapa penting untuk mengapresiasi? Jika kamu berpikir, "kenapa orang lain telah melakukan pencapaian luar biasa A-Z, sementara aku masih berada di titik ini?" percayalah, kekecewaan terhadap diri sendiri merupakan hal yang sia-sia. lakukanlah tindakan nyata untuk meng-upgrade perkembangan diri kita daripada meratapi kemajuan orang lain dan meremehkan kemajuan diri sendiri. Entah di mulai sejak kapan kebiasaan ini. Saat berhasil melakukan sesuatu dan mendapatkan hasil yang memuaskan, saya terbiasa untuk memberikan semacam reward kepada diri sendiri dalam bentuk membeli suatu barang yang dinginkan atau pergi ke suatu tempat yang bisa membuat saya sangat senang. Itu semua saya lakukan tanpa lupa bersyukur atas apa yang telah dilalui/diperoleh tentunya. Saya percaya bahwa setiap usaha/perjuangan yang telah dilakukan pantas diapresiasi oleh diri sendiri untuk memacu kemampuan diri ini lebih dari yang telah diperoleh. Kebanyakan kita lebih sering mengapresiasi apa yang diperoleh orang lain ketimbang diri kita sendiri, kepuasan yang tercipta dari apa yang kita dapatkan seolah bayaran yang pas. Bagi saya kepuasan haruslah dirayakan, walaupun hanyalah sebatas dengan ucapan, “Congratulation, Dev. ..� dan saya percaya bahwa kalimat itu semua dapat membuat saya makin berani untuk menghadapi sesuatu yang lebih besar dan rumit ke depannya. 1 Maka, mari mengapresiasi diri dan orang lain di sekitar kita. Agar potensi terbaiknya muncul, tidak patah semangat duluan di tengah jalan. Tapi sebagai pihak yang diberikan apresiasi juga harus selalu ingat untuk jangan tertipu oleh penilaian manusia. Keterangan : 1
disadur dari https://kolektormimpi.wordpress.com/tag/apresiasi-diri-sendiri/
Referensi Materi : https://kolektormimpi.wordpress.com/tag/apresiasi-diri-sendiri/ http://materitarbiyah.wordpress.com/2008/03/15/mengembangkan-potensi-diri/ http://menaraislam.com/content/view/145/27/ http://yangberkerudungawan.blogspot.com/2014/03/apresiasi-diri.html
Buku Mentor Karisma 34
62
SMP BINA AKTIVIS Ma'rifatullah ―Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka, ‗Siapakah yang menjadikan langit dan bumi dan menundukkan matahari dan bulan?‘ Tentu mereka akan menjawab, ‗Allah‘. Maka betapakah mereka dapat dipalingkan dari jalan yang benar‖ (QS Al-Ankabut: 61). Pada sebuah pertandingan bola voli antar-RT memperingati hari proklamasi di bilangan Mampang Jaksel, seorang penonton, sebut saja Nico, merasa jengkel melihat ulah seorang bapak setengah baya yang menyandera bola voli dengan cara mendudukinya. Karuan beberapa jenak pertandingan sempat terhenti. Bola voli itu disandera akibat smash salah seorang pemain di seberang net tepat mengenai tubuh bapak yang dikenal bernama Haji Mugni. Panitia hanya diam saja. Melihat pemandangan itu, Nico yang baru sebulan tinggal di sebuah rumah kontrakan dekat lapangan bola voli, langsung mendekati Haji Mugni yang belum dikenalnya. Nico mengumpat kesal sembari merebut bola voli yang diduduki Haji Mugni, lalu melemparkannya ke tengah lapangan. Pertandingan voli dilanjutkan kembali. Haji Mugni diam saja. Panitia salut dengan keberanian Nico. Setelah kejadian itu, salah seorang panitia membisikkan sesuatu ke telinga Nico. Aneh. Wajah Nico langsung pucat. Selidik punya selidik, rupanya panitia itu baru saja memberi tahu bahwa orang yang bernama Haji Mugni itu adalah seorang jawara yang disegani. Begitulah Nico, lantaran belum mengenal (ma‘rifah) Haji Mugni ia berani menentang Haji Mugni. Tapi setelah diperkenalkan oleh seseorang, siapa sesungguhnya Haji Mugni, muncullah rasa takutnya. Sama halnya dengan seorang anak balita yang ―berani‖ menyentuh api atau memegang kabel listrik bertegangan tinggi. Tindakan itu sama sekali bukan tindakan berani, tapi sekali lagi karena faktor ketidaktahuan. Dalam Islam, orang-orang yang ―berani‖ melanggar ketentuan Allah, apakah itu shalat, puasa, atau zakat, dalam beberapa kasus hal itu disebabkan lantaran mereka belum ma‘rifah kepada Allah dalam arti sesungguhnya. Ini mirip dengan kisah orang-orang kafir Quraisy pada masa Rasulullah Saw. yang apabila ditanyakan kepada mereka siapa yang menurunkan hujan dari langit dan yang menumbuhkan pepohonan dari bumi, mereka akan menjawab Allah. Tapi, bila mereka diperintahkan untuk meng-Esa-kan Allah dan menjauhi penyembahan berhala, mereka akan mengatakan bahwa penyembahan berhala yang mereka lakukan adalah warisan budaya leluhur yang harus dijaga dan dilestarikan. Dalam Islam, mengenal Allah (ma‘rifatullah) adalah persoalan penting dan wajib, karena hal ini menyangkut aqidah. ―Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada ilah melainkan Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi dosa orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat tempat tinggalmu‖ (QS Muhammad: 19). Dalam ayat ini, Allah Swt. menggunakan fi‘il amr (kata kerja perintah) yang berarti wajib setiap Muslim untuk ma‘rifah kepada Allah. Kenal bukan hanya sekedar tahu. Kita tahu Bush Presiden Amerika Serikat, tapi kita baru kenal Bush setelah membaca dan melihat sepak terjangnya yang angkuh, arogan, hobi berperang, dan menindas umat Islam lewat televisi dan media cetak. Dari informasi-informasi tersebut, akhirnya kita menyimpulkan bahwa kezaliman Bush harus segera dihentikan. Inilah konsep ma‘rifah yang sebenarnya. Ma‘rifah adalah sebuah proses perpikir yang menghasilkan tindakan, baik berupa pernyataan maupun sikap. Buku Mentor Karisma 34
63 Imam Ghazali menyatakan bahwa ma‘rifah adalah sebuah tingkatan kecerdasan, yaitu mengumpulkan dua atau lebih informasi untuk menghasilkan sebuah kesimpulan. Dan dari kesimpulan itulah muncul tindakan atau sikap. Bukan ma‘rifah namanya bila apa yang diketahuinya tidak menghasilkan tindakan. Seseorang yang mengaku mengenal Allah, tapi tidak menghasilkan ketundukkan, ketaatan, loyalitas, dan penghambaan kepada Allah, sesungguhnya dia berlum ma‘rifah kepada Allah. Seseorang yang sedang jatuh cinta akan selalu memikirkan kecantikan, kebaikan, kelembutan, dan keramahan kekasihnya. Memikirkan hal-hal semacam itu sudah cukup membahagiakan hatinya. Selain itu, ia pun akan selalu menjaga jangan sampai kekasihnya benci dan menjauhi dirinya. Oleh karenanya, ia akan selalu tampil baik, sopan, ramah, murah hati, dan lembut di depan kekasihnya. Kalaupun ia memiliki sifat buruk, maka di hadapan kekasihnya ia akan berusaha sekuat tenaga untuk menghilangkan sifat-sufat buruk tersebut. Orang yang tengah jatuh cinta, biasanya selalu berusaha untuk menyelami sifat dan hobi sang kekasih dan sedapat mungkin berusaha untuk mendekatkan diri dengan sifat dan hobi kekasihnya itu, meskipun sebenarnya sifat dan hobinya berbeda. Seperti itulah seharusnya orang yang mengaku ma‘rifah kepada Allah. Mari kita resapi sebuah teladan tentang ma‘rifatullah seorang anak manusia. Ketika menuruni sebuah lembah, Umar bin Khaththab yang ditemani salah seorang sahabatnya bertemu dengan seorang anak yang tengah menggembalakan ratusan ekor kambing milik tuannya. Umar ingin menguji ma‘rifatullah anak tersebut dengan medesaknya agar mau menjual seekor saja dari kambing gembalaannya. ―Juallah kepadaku salah seekor kambing yang engkau gembalakan itu,‖ pinta Umar. ―Aku tidak berhak menjualnya, karena kambing-kambing itu milik tuanku,‖ jawab si penggembala. ―Katakan saja pada tuanmu bahwa salah seekor kambing hilang diterkam srigala,‖ uji Umar. Dengan tegas si penggembala berkata, ―Aku bisa saja mengatakan salah seekor kambing milik tuanku hilang atau mati diterkam srigala. Mungkin ia akan mempercayai alasanku, tapi bagaimana dengan Allah? Bukankah Allah Maha Melihat dan Maha Mengetahui?‖ Mendengar jawaban itu, Umar menangis terharu. Lalu beliau membebaskan penggembala itu dengan cara menebusnya. Perhatikanlah! Orang yang ma‘rifah kepada Allah meyakini bahwa setiap gerak langkahnya, ucapannya, dan getaran hatinya selalu diawasi oleh Allah, karena Allah Maha Melihat dan Maha Mengawasi. Semut hitam yang berjalan di atas batu hitam di malam kelam tak luput dari pengawasan-Nya. Sehelai daun kering yang jatuh dari pohonnya di tengah hutan belantara tak lepas dari perhitungan-Nya. Sebutir debu yang diterbangkan angin di tengah padang pasir yang luas ada dalam kuasa-Nya. Deburan ombak di tengah samudera ada dalam genggaman-Nya. ―Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa. Kemudian Dia bersemayam di atas Arsy. Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan segala apa yang keluar daripadanya, dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepadannya. Dan Dia besamamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa kamu kerjakan‖ (QS Al-Hadid: 4). Dengan keyakinan seperti ini, mereka tidak berani melanggar perintah dan larangan Allah. Mereka tidak berani memakan harta yang bukan miliknya, mereka tidak berani berdusta, dan mereka tidak berani melangkah di luar garis yang telah ditetapkan oleh Allah. Setiap pelanggaran akan ada dosa, dan setiap dosa akan berujung pada siksa api neraka. Ma‘rifatullah akan melahirkan rasa takut pada siksa Allah. Renungkanlah! Orang yang mengenal Allah dengan pengenalan yang mendalam, yakin bahwa Allah Maha Pengasih dan Penyayang. Betapa banyak nikmat yang telah Allah berikan kepada manusia, tapi sering tidak disadari oleh manusia. Kita sering memuji-muji indahnya pemandangan alam yang terhampar di depan mata, tapi kita jarang memuji Pemberi mata kita. Kita sering kagum mendengar suara gemercik air mengalir dari bebatuan, tapi jarang sekali kita mengagumi kepada Pencipta telinga kita. Kita sering merasakan nikmatnya aneka makanan yang disajikan, tapi kita lupa pada Pemberi lidah.
Buku Mentor Karisma 34
64 Apa yang akan kita rasakan seandainya Allah me-nonfungsi-kan mata kita? Bagaimana sekiranya Allah mencabut pendengaran kita? Dan apa yang kita rasakan bila Allah menghilangkan daya kecap lidah kita? Semua itu mudah bagi Allah. Dan kita dapat menanyakan hal itu kepada orang-orang yang telah kehilangan nikmat-nikmat tersebut. Ma‘rifatullah semestinya melahirkan rasa cinta dan ketergantungan kepada Allah. Ma‘rifatullah seharusnya memunculkan berbagai macam harapan, kiranya Allah mempertahankan dan menambah semua nikmat dan karunia yang telah Ia berikan. Ma‘rifah kepada Allah dapat kita lakukan dengan cara memikirkan dan menganilisis semua ciptaan Allah di jagat raya ini. Rasulullah Saw. bersabda, ―Tafakkaruu fi khalqillaah, walaa tafakkaruu fi dzatillaah.‖ Pikirkanlah ciptaan-ciptaan Allah, dan jangan pikirkan tentang Dzat Allah. Al-Qur`an banyak mendorong kita untuk mendayagunakan potensi akal kita untuk mengenal Allah. ―Kami telah memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Qur`an itu adalah benar. Dan apakah Rabbmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu?‖ (QS Fushshilat: 53). Sementara itu, kebodohan (jahl), kesombongan (takabbur), penyimpangan, dan kezaliman adalah penyakit-penyakit yang dapat menghambat seseorang untuk ma‘rifah kepada Allah. Jauhilah sifat-sifat tersebut. Semoga Allah menjernihkan hati dan pikiran kita dan menjauhkan diri kita dari penyakitpenyakit yang dapat menghambat proses ma‘rifah kita kepada Allah. Wallahu a‘lam bishshawab. Sumber : A green version of http://commons.wikimedia.or...Image via WikipediaOleh Syamsu Hilal
Buku Mentor Karisma 34
65
Ta’riful Qur’an Parameter: Adik memahami keunggulan al-quran sebagai pedoman hidup dan berusaha mengamalkannya Sahabat-sahabat, bayangkan sahabat berkelana, berjalan jauh, menuju suatu tempat yang ingin dijadikan tempat tinggal. Pasti sahabat membutuhkan banyak hal: perlengkapan, bekal, pendamping perjalanan dll. Tapi sebaik-baik perlengkapan, sebaik-baik bekal dan sebaik-baik pendamping akan tidak berguna jika sahabat-sahabat tidak memiliki pedoman untuk perjalanan. Bisa jadi sahabat sudah jalan beribu-ribu kilometer, tapi jika arahnya salah, sahabat tidak akan mencapai tujuan. Seperti itulah hidup, dan seperti itulah AlQur‘an. Bagaimanapun cara kita menjalani hidup ini, jika arah kita salah, kita tidak akan mencapai tujuan kita yaitu syurga Allah. Sahabat, AlQur‘an harus kita jadikan sebagai pedoman, sebagaimana seorang musafir zaman dulu menjadikan bintang-bintang di malam hari yang gelap sebagai pedoman perjalanan Sahabat, taukah apa yang dikatakan kekasih kita Rasulullah SAW tentang orang yang membaca AlQur‘an? Berikut adalah hadits-hadits tentang keutamaan membaca AlQur‘an. 1. Dari Abu Umamah ra. dia berkata: Aku mendengar Rasulullah saw bersabda, "Bacalah Al Qur'an sesungguhnya ia akan datang di hari Kiamat menjadi syafaat (penolong) bagi pembacanya." (Riwayat Muslim) 2. Dari Nawwas bin Sam'an ra. telah berkata: Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda, "Di hari Akhirat kelak akan didatangkan Al Qur'an dan orang yang membaca dan mengamalkannya, didahului dengan surat Al Baqarah dan Surah Ali 'Imran, kedua-duanya menjadi hujjah (pembela) orang yang membaca dan mengamalkannya." (Riwayat Muslim) 3. Dari Usman bin 'Affan ra. telah berkata: Rasulullah saw. bersabda, "Sebaik-baik manusia di antara kamu adalah orang yang mempelajari Al Qur'an dan mengajarkannya." (Riwayat Bukhari) 4. Dari Aisyah ra. telah berkata: Rasulullah saw. bersabda, "Orang yang membaca Al Qur'an dengan terbata-bata karena susah, akan mendapat dua pahala." (Riwayat Bukhari & Muslim) 5. Dari Abu Musa Al Asy'ari ra. telah berkata: Rasulullah saw.bersabda, "Perumpamaan orang mukmin yang membaca Al Qur'an seperti buah Utrujjah (sejenis limau), baunya harum dan rasanya sedap. Dan perumpamaan orang mukmin yang tidak membaca Al Qur'an seperti buah kurma, tidak ada baunya tapi rasanya manis. Dan perumpamaan orang munafik yang membaca Al Qur'an seperti Raihanah (jenis tumbuhan), baunya wangi tapi rasanya pahit. Dan perumpamaan orang munafik yang tidak membaca Al Qur'an seperti buah hanzhal (seperti buah pare), tidak berbau dan rasanya pahit. (Riwayat Bukhari & Muslim) 6. Dari Umar bin al Khatthab ra. bahwa Nabi Muhammad saw. bersabda, "Sesungguhnya Allah mengangkat (martabat) sebagian orang dan merendahkan sebagian lainnya dengan sebab Al Qur'an." (Riwayat Muslim) 7. Dari Ibnu Umar ra. dari Nabi Muhammad saw. telah bersabda, "Tidak boleh iri kecuali pada dua perkara: Laki-laki yang dianugerahi (kefahaman yang sahih tentang) Al Qur'an sedang dia membaca dan mengamalkannya siang dan malam, dan laki-laki yang dianugerahi harta sedang dia menginfakkannya siang dan malam." (Riwayat Bukhari & Muslim) 8. Dari Barra' bin 'Azib ra. telah berkata: Seorang laki-laki membaca surat Al Kahfi dan di sisinya ada seekor kuda yang diikat dengan dua tali panjang, tiba-tiba ada awan melindunginya dan semakin mendekat dan kudanya menjauhinya. Pagi-paginya laki-laki itu mendatangi Nabi Muhammad saw. dan menceritakan peristiwa tersebut, maka beliau bersabda, "Itu adalah ketenangan yang turun karena Al Qur'an." (Riwayat Bukhari & Muslim)
Buku Mentor Karisma 34
66 9. Dari Ibnu 'Abbas ra. beliau berkata: Rasulullah saw. bersabda, "Sesungguhnya orang yang tidak ada dalam dirinya sesuatu pun dari Al Qur'an laksana sebuah rumah yang runtuh." (Riwayat Tirmizi, beliau berkata: Hadits ini hasan sahih) 10. Dari Abdullah bin 'Amru bin Al 'Ash ra. dari Nabi Muhammad saw. beliau bersabda, "Akan dikatakan kepada orang yang membaca Al Qur'an: Baca, tingkatkan dan perindah bacaanmu sebagaimana kamu memperindah urusan di dunia, sesungguhnya kedudukanmu pada akhir ayat yang engkau baca."(Riwayat Abu Daud dan Tirmizi, beliau berkata: Hadits ini hasan sahih) 11. Dari 'Uqbah Bin 'Amir ra. berkata; Rasulullah saw. keluar dan kami berada di beranda masjid. Beliau bersabda: "Siapakah di antara kalian yang tiap hari ingin pergi ke Buthan atau 'Aqiq dan kembali dengan membawa dua ekor unta yang gemuk sedang dia tidak melakukan dosa dan tidak memutuskan hubungan silaturahmi?" Kami menjawab, "Kami ingin ya Rasulullah" Lantas beliau bersabda, "Mengapa tidak pergi saja ke masjid; belajar atau membaca dua ayat Al Qur'an akan lebih baik baginya dari dua ekor unta, dan tiga ayat lebih baik dari tiga ekor unta, dan empat ayat lebih baik dari empat ekor unta, demikianlah seterusnya mengikuti hitungan unta."(Riwayat Muslim) 12. Dari Ibnu Mas'ud ra. bahawasanya Nabi Muhammad saw. bersabda, "Yang paling layak mengimami kaum dalam shalat adalah mereka yang paling fasih membaca Al Qur'an.(Riwayat Muslim) 13. Dari Jabir bin Abdullah ra. bahawasnya; Ketika Nabi Muhammad saw. mengumpulkan dua mayat laki-laki diantara korban perang Uhud kemudian beliau bersabda, "Siapa diantara keduanya yang lebih banyak menghafal Al Qur'an?" dan ketika ditunjuk salah satunya beliau mendahulukannya untuk dimasukkan kedalam liang lahad.(Riwayat Bukhari, Tirmizi, Nasa'i & Ibnu Majah) 14. Dari Imran bin Hushoin bahawa beliau melewati seseorang yang sedang membaca Al Qur'an kemudian dia berdoa kepada Allah lalu ia kembali membaca, lantas dia berkata aku pernah mendengar Rasulullah saw. bersabda, "Barangsiapa yang membaca Al Qur'an maka berdoalah kepada Allah dengan Al Qur'an karena sesungguhnya akan datang beberapa kaum yang membaca Al Qur'an dan orang-orang berdo'a dengannya."(Riwayat Tirmizi, beliau berkata : Hadits ini hasan) 15. Dari Ibnu Mas'ud ra. ia berkata: Barangsiapa membaca satu huruf dari Al Qur'an maka baginya satu kebaikan, dan satu kebaikan sama dengan sepuluh pahala, aku tidak bermaksud 'Alif, Laam, Miim' satu huruf, melainkan Alif satu huruf, Laam satu huruf dan Miim satu huruf. (Riwayat Ad Darami dan Tirmizi, beliau berkata hadits ini hasan sahih Semoga kita bisa menjadi AlQur‘an sebagai pedoman hidup kita agar mendapatkan ridhaNya dan ditemukan di syurgaNya.
Buku Mentor Karisma 34
67
Ilmu Tajwid Tujuan : mengenalkan kepada adik hukum bacaan nun mati dan tanwin. Tajwid Dalam membaca Al-Quran agar dapat mempelajari, membaca dan memahami isi dan makna dari tiap ayat Al-Quran yang kita baca, tentunya kita perlu mengenal, mempelajari ilmu tajwid yakni tandatanda baca dalam tiap huruf ayat Al-Quran. Guna tajwid ialah sebagai alat untuk mempermudah, mengetahui panjang pendek, melafazkan dan hukum dalam membaca Al-Quran. Tajwīd ( ٕٚ )تجsecara harfiah mengandung arti melakukan sesuatu dengan elok dan indah atau bagus dan membaguskan, tajwid berasal dari kata ” Jawwada ” ( ّٕ ج- ّٕ جٚ- ٕٚ )تجdalam bahasa Arab. Dalam ilmu Qiraah, tajwid berarti mengeluarkan huruf dari tempatnya dengan memberikan sifat-sifat yang dimilikinya. Jadi ilmu tajwid adalah suatu ilmu yang mempelajari bagaimana cara melafazkan atau mengucapkan huruf-huruf yang terdapat dalam kitab suci Al-Quran maupun Hadist dan lainnya. Mengenal, mempelajari dan mengamalkan ilmu tajwid berserta pemahaman akan ilmu tajwid itu sendiri merupakan hukum wajib suatu ilmu yang harus dipelajari, untuk menghindari kesalahan dalam membaca ayat suci Al-Quran dan melafazkannya dengan baik dan benar sehingga tiap ayat-ayat yang dilantunkan terdengar indah dan sempurna. C. Macam-macam Hukum nun mati dan tanwin Perbedaan Nun sukun atau Tanwin adalah sama dalam lafadz tetapi lain dalam tulisan. Adapun hukum Nun sukun atau Tanwin dibagi menjadi 6 macam, antara lain: 9. Idghom Idghom
: memasukkan
Bighunnah : dengan mendengung Artinya: apabila ada Nun sukun atau Tanwin bertemu dengan salah satu huruf hijaiyyah yang berjumlah 4 huruf, antara lain:ٞ ٚ َ ْatau biasa di singkat dengan bunyi ُّْٛ ْٕ َ٠ Contoh: ْ ٞ) ْ ُيَُٛم٠ ْٓ َِ ( ْ-
ْ ْ) ُْ َذ ُو٠ْ ْ (فٍََ ْٓ َّْ ِِص-
ًٕب١ْ (فَ ْزحًب ُِ ِج
ْ ٚ) ُْ ِٙ َسا ِئَّٚ ْٓ ِِ ( ْ-
Idghom
– َ)
Idghom Bilaghunnah : memasukkan
Bilaghunnah : dengan tanpa mendengung Artinya: apabila ada Nun sukun atau Tanwin bertemu dengan salah satu huruf hijaiyyah yang berjumlah 2 huruf, antara lain: يdan س Buku Mentor Karisma 34
68 Contoh: ْ )ي ه َ ْٔ ْ ( ِِ ْٓ ٌَ ُذ-
ٌُ ١ْ ْ ٌس َس ِحُٛ( َغف
– )س
10. Idzhar Idzhar berarti: jelas atau terang Artinya: apabila ada Nun sukun atau Tanwin bertemu dengan salah satu huruf hijaiyyah yang berjumlah 6 huruf, antara lain: أ ح خ ع ؽ ﻫ Contoh: ا اَ َح ٌذًٛ ُ)ا – ( ُوف ٍُْ ١َظ ِ كػ ٍ ٍُ)ع – ٍِ ( ُخ
ُ ١–ْ ( ِِ ْٓ َح ْ )ح ْش ُْ َش ُو١ْ ْ ًِب َغَٛ (ل-)ؽ
ْ َّ–ْ ( َِ ْٓ َخف ْ )خ ذ ْ (ﻫ َب َسْٙٔ َ–ْ (ٌَ ُى ُُ ْاال
11. Iqlab Iqlab berarti: Artinya: apabila ada Nun sukun atau Tanwin bertemu dengan satu huruf dari huruf hijaiyyah yaitu: ة Contoh: ْ )ة ًَ –ْ ( َِ ْٓ ثَ ِخ
َْٓ١َا ٌْ ثَٛ )ة – ( َػ
12. Ikhfa‘ Ikhfa‘ berarti: samar-samar Artinya: apabila ada Nun sukun atau Tanwin bertemu dengan salah satu huruf hijaiyyah yang berjumlah 15 huruf, antara lain: دسطدرصطشظضطظفقن Contoh: ْ )ط ُْ َٕب ُو١ْ –ْ (اَ ْٔ َج
ْ )د َبٙ–ْ ( ِِ ْٓ رَحْ ِز
)س – ( َِب ًء صَ َجب جًب
ٌ َٛ ْٕ ِ)د – (ل َ ٍخ١ِٔاْ دَا
ْ )ر ْٞ –ْ ( َِ ْٓ َراٌَّ ِز
ْ َِئِ ٍز ُصسْ لًبَٛ٠( ٍِ – )ص
ْ )ط َْ –ْ (اِ َّْ ْا ِال ْٔ َسب
ٌذ٠ْ )ش – ( َػ َزا ةٌ َض ِذ
َْٓ١صب ٌِ ِح َ ْ ًِبَٛ)ظ – (ل
ٌ ضب ِح َىخ َ ٌ)ض – ( ُِ ْس ِف َش ح
ْ )ط ُ َ ْٕ ِط٠ َِبَٚ ( ْ– ك
ْ )ظ ُْ ِ٘ ْ ِسُُٛٙ–ْ (ػ َْٓ ظ
ُْ َُٙ فٌٟ ّْ )ف – ( ُػ
ْ اٌُٛ (س ْصلًب لَب – )ق ِ
ْ )ن ْ اَُٛشْ ج٠ َْ –ْ ( َِ ْٓ َوب
Buku Mentor Karisma 34
69
NATAJIUL IBADAH WA HALAWATUL IBADAH Alokasi waktu : 2 X Pertemuan
Dari Abu Hurairah bahwa Nabi bersabda, “Maukah kalian aku tunjukkan amalan yang Allah gunakan untuk menghapus kesalahan dan mengangkat derajat?” Para sahabat menjawab, “Tentu, Ya Rasulullah.” Beliau menjawab, “Menyempurnakan wudhu di hari yang sangat dingin, memperbanyak langkah ke masjid, dan menunggu shalat sesudah mengerjakan. Itulah ribath (berjaga-jaga) di jalan Allah. Itulah ribath di jalan Allah. Itulah Ribath dijalan Allah.” (HR Muslim) WUDHU Pensyariatan wudhu didasarkan pada banyak dalil, diantaranya adalah firman Allah dalam Qur‘an surat Al-Maidah : 6 yang artinya : “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki….” Selain itu juga sunah Rasulullah yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah bahwa beliau bersabda : “Allah tidak akan menerima shalat salah seorang dari kamu yang berhadast hingga ia berwudhu.” (HR Asy-Syaikhani) Syarat-syarat Sah Wudhu : 1. Niat 2. At-Tasmiyah (menyebut nama Allah) 3. Al-Muwaalaah (berturut-turut/bersambung) Rukun Wudhu Sahabat mentoring, wudhu memiliki beberapa rukun yang merupakan unsur utamanya. Bila salah satu rukunnya tak terwujud, ia tak terwujud dan tak dianggap sah oleh agama.
Adapun mengenai rukun-rukun wudhu, berikut ini rinciannya : 1. Niat 2. Membasuh muka (wajah) 3. Membasuh dua tangan sampai ke siku 4. Membasuh sebahagian kepala 5. Membasuh dua kaki sampai dua mata kaki 6. Tertib Sunah Wudhu Niih, selain wudhu ada juga sunnah-sunnah wudhu yang dianjurkan bagi kita umat islam, seperti yang telah Rasulullah ajarkan kepada umat islam. Sunnah sendiri ialah dikerjakan mendapat pahala, jika tidak pun tidak apa-apa. Namun apakah setelah mengetahuinya sahabat sekalian akankah meninggalkan sunnah ? Tentu tidak ya, karena dalam berwudhu Allah menggugurkan dosa kita. Berikut ini merupakan sunnah-sunnah wudhu : Buku Mentor Karisma 34
70
1. Membaca basmallah sebelum mengerjakannya 2. Memakai siwak 3. Membasuh kedua telapak tangan diawal wudhu 4. Berkumur 5. Menghisap dan mengeluarkan air melalui hidung 6. Menyela-nyela jenggot 7. Menyela jari-jemari 8. Membasuh sebanyak tiga kali 9. Memulai dengan tangan dan kaki kanan 10. Mengusapkan tangan yang telah dibasahi air ke anggota tubuh 11. Mengusap kedua telinga 12. Membasuh muka dan kaki melebihi ukuran yang semestinya 13. Berdoa sesudahnya 14. Shalat sunnah dua rakaat sesudah berwudhu Perkara-perkara yang Membatalkan Wudhu a. Segala sesuatu yang keluar dari qubul dan dubur : air kencing, kentut b. Tidur lelap yang menghilangkan kesadaran dalam posisi tidak tegak c. Hilangnya kesadaran akal karena mabuk atau sakit d. Menyentuh kemaluan tanpa penghalang Perkara-perkara yang tidak Membatalkan Wudhu a. Keluarnya darah dari jalan yang tidak biasa b. Muntah c. Makan daging unta d. Keraguan seseorang tentang hadast Perkara-perkara yang Diwajibkan Berwudhu a. Seluruh jenis shalat, baik shalat fardhu maupun shalat sunnah b. Tawaf di Baitullah c. Menyentuh mushaf Al-Quran Perkara-perkara yang disunnahkan Berwudhu Wudhu disunnahkan dalam kondisi-kondisi berikut : a. Saat berdzikir b. Menjelang tidur c. Ketika orang yang sedang junub makan, minum, atau mengulangi persetubuhan d. Sebelum mandi, baik mandi wajib maupun mandi sunnah e. Sesudah makan sesuatu yang terkena api f. Memperbarui wudhu setiap kali akan shalat SHALAT “Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasannya kamu berdiri (shalat) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari orang-orang yang bersama kamu, dan Allah menetapkan ukuran malam dan siang. Allah mengetahui bahwa kamu sekali-kali tidak dapat menentukan batas-batas waktu-waktu itu, maka dia memberi keringanan kepadamu karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari AlQuran. Dia mengetahui bahwa akan ada diantara kamu orang-orang yang sakit dan orangBuku Mentor Karisma 34
71
orang yang berjalan di muka bumi mencari sebahagian karunia Allah; dan orang-orang yang lain lagi berperang di jalan Allah, maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al-Quran dan dirikanlah shalat, tunaikan zakat, dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya, dan mohonlah ampun kepada Allah; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi maha Penyayang.” (Q.S. Al-Muzammil: 1-9) Sahabat mentoring, setelah kita bersama-sama mengetahui mengenai tata cara berwudhu dengan baik, pada kali ini kita akan membahas mengenai shalat. Shalat ialah ibadah yang berisikan perkataan dan perbuatan tertentu yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam. Shalat dalam islam memiliki kedudukan yang tidak dapat ditandingi kedudukan ibadah apapun. Shalat adalah tiang agama dan agama hanya bisa berdiri tegak hanya dengannya. Rasulullah bersabda: “Poros segala sesuatu adalah Islam, tiangnya adalah shalat dan puncak tertingginya adalah jihad di jalan Allah.” (H.R. Tirmidzi). Shalat juga merupakan ibadah pertama yang diwajibkan Allah. Meninggalkan shalat karena mengingkarinya adalah kekafiran dan murtad dari agama Islam menurut ijmak umat Islam. Adapun orang yang meninggalkannya karena malas atau lantaran sibuk dengan sesuatu yang tidak dianggap uzur oleh agama, tetapi masih mengimani dan meyakini kewajibannya, maka beberapa hadist telah secara terang menyatakan kekafiarannya bahkan keluar dari Islam. Untuk mengetahui bagaimana Rasulullah SAW shalat, kita harus mengacu kepada AlQuran dan As-Sunnah. Agar lebih mudah dalam mengikuti gerakan shalat Rasul, kita dapat menggunakan pendapat para ulama yang telah lama melakukan riset terhadap Al-Quran dan AsSunnah. Pembahasan berikut akan selalu mengacu pada pendapat para ulama. Siapa yang Wajib Mengerjakan Shalat ? Shalat wajib dikerjakan oleh seorang muslim yang mempunyai akal dan telah balig. Hal ini didasarkan pada hadist yang diriwayatkan dari Aisyah bahwa Nabi bersabda, “Pena pencatat amal tidak digunakan mencatat amal tiga jenis manusia, orang yang tidur hingga ia terbangun, anak-anak hingga ia balig, dan orang gila hingga ia sembuh.” (H.R. Ahmad) Waktu Shalat Shalat memiliki waktu yang telah ditentukan dan harus dikerjakan pada waktunya. Shalat Waktu Shalat Shalat Subuh Diawali dari munculnya fajar shaddiq, yakni cahaya putih yang (2 rakaat) melintang di ufuk timur. Waktu subuh berakhir ketika terbitnya matahari. Shalat Dzuhur Diawa jika matahari telah tergelincir (condong) kea rah barat, (4 rakaat) dan berakhir ketika masuk waktu Ashar.
Buku Mentor Karisma 34
72
Shalat Ashar (4 rakaat)
Diawali jika panjang bayang-bayang benda melebihi panjang benda itu sendiri. Khusus untuk madzhab Imam Hanafi, waktu Ashar dimulai jika panjang baying-bayang benda dua kali melebihi panjang benda itu sendiri. Waktu Ashar berakhir dengan terbenamnya matahari. Shalat Maghrib Diawali dengan terbenamnya matahari, dan berakhir dengan (3 rakaat) masuknya waktu Isya. Shalat Isya Diawali dengan hilangnya cahaya merah (syafaq) di langit barat, (4 rakaat) dan berakhir hingga terbitnya fajar shaddiq keesokan harinya.
Syarat Shalat a. Syarat Wajib Shalat 1. Islam Setiap orang yang beragama Islam diwajibkan untuk shalat tetapi bagi non-muslim tidak diwajibkan shalat. 2. Baligh/Mencapai Usia Dewasa Bagi perempuan dikatakan baligh apabila telah keluar darah haid. Sementara bagi lakilaki ketika berusia 15 tahun atau telah keluar sperma. 3. Berakal Bagi yang tidak berakal sehat tidak diwajibkan untuk shalat. 4. Tidak dalam keadaan haid dan nifas (khusus perempuan) 5. Telah sampai dakwah tentang shalat kepadanya. b. Syarat Sah Shalat Syarat-syarat sah shalat adalah perkara-perkara yang dilakukan sebelum shalat. Orang yang hendak mengajarkan shalat wajib melakukannya, dan bila ia meninggalkan satu saja darinya, shalatnya batal. Rinciannya adalah sebagai berikut : 1. Mengetahui tibanya waktu shalat Keyakinan saja sudah cukup. Karena itu, orang yang telah meyakini tibanya waktu shalat diizinkan mengerjakannya. (Q.S. An-Nisa:103) 2. Suci dari hadist kecil dan hadast besar (Q.S. Al-Maidah: 6) 3. Badan, pakaian, dan tempat shalat harus suci dari najis yang terlihat Poin ini jika orang yang shalat mampu mewujudkannya, namun bila ia tidak mampu menghilangkan najis, ia boleh mengerjakan shalat menurut kondisi apa adanya dan tidak wajib mengulang shalatnya. Orang yang mengerjakan shalat membawa najis, tapi ia tidak mengetahuinya atau lupa, kemudian ia mengetahuinya ditengah-tengah shalatnya dia wajib menghilangkannya lalu meneruskan shalatnya sesuai dengan jumlah rakaat yang sudah dikerjakannya. Dia tidak perlu mengulanginya. 4. Menutup aurat  Batas aurat seorang laki-laki Aurat yang wajib ditutup seorang laki-laki adalah qubul (kemaluan) dan dubur. Sedangkan menutup paha, pusar dan lutut adalah sesuatu yang dipersilahkan oleh para ulama karena perbedaan riwayat. Sebagian ulama menganggapnya aurat, sebagian yang lain menganggapnya bukan aurat. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Buku Mentor Karisma 34
73
mengatakan: “Hendaklah tidak ada perselisihan tentang wajibnya menutup paha pada shalat.” Pendapat yang dikatakan ini adalah pendapat yang paling kuat.
Batas aurat seorang perempuan Selain wajah dan telapak tangan, seluruh bagian tubuh perempuan adalah aurat yang wajib ditutupi di dalam shalat (Q.S. An-Nur: 31) Pakaian yang wajib dikenakan dan pakaian yang menutup aurat. Pakaian yang tipis yang memperlihatkan warna kulit tidak boleh digunakan di dalam shalat. Shalat boleh dikerjakan dengan memakai satu pakaian, namun menjaganya dengan dua atau lebih pakaian adalah sesuatu yang disunnahkan. Demikian pula menghias pakaian yang dikenakan bila memang dimungkinkan. 5. Menghadap kiblat (Q.S. Al-Baqarah: 144) Rukun Shalat 1. Berdiri (bagi yang mampu) 2. Takbiratul ihram 3. Membaca surat Al-Fatihah pada tiap rakaat 4. Ruku‘ dan tuma‘ninah 5. Iktidal setelah ruku‘ dan tuma‘ninah 6. Sujud dua kali dengan tuma‘ninah 7. Duduk anatara dua sujud dengan dengan tuma‘ninah 8. Duduk dan membaca tasyahud akhir 9. Membaca shalawat nabi pada tasyahud akhir 10. Membaca salam yang pertama 11. Tertib (melakukan rukun secara berurutan) Sunnah Shalat 1. Mengangkat kedua tangan pada saat takbiratul ikhram 2. Meletakkan tangan kanan diatas tangan kiri 3. Membaca doa iftitah 4. Membaca ta‘awudz dan basmallah 5. Membaca Amin (baik imam maupun makmum, baik sendirian maupun secara berjamaah) 6. Membaca surat atau ayat Al-Quran setelah membaca Al-Fatihah 7. Memanjangkan rakaat pertama shalat subuh 8. Membaca doa qunut Hal-hal yang Membatalkan Shalat 1. Kehilangan syarat sah shalat seperti murtad, gila, shalat belum waktunya, dan lain-lain 2. Meninggalkan salah satu rukun shalat 3. Berbicara di luar shalat 4. Bergerak di luar gerakan sendiri 5. Makan dan minum 6. Mendahului imam 7. Terdapatnya air bagi yang tayamum.
Buku Mentor Karisma 34
74
Adab Bergaul dengan Orang yang Lebih Tua Indikator
: Adik terdidik menghormati orang yang lebih tua
Islam mengajarkan kita untuk menghormati orang yang lebih dewasa,orang-orang alim dan orang-orang yang utama dalam ahlaqnya. Seperti dalam hadist : Bukanlah termasuk umatku mereka yang tidak menghargai (memuliakan) yang lebih dewasa, dan tidak menyayangi yang lebih kecil. (HR Ahmad dan Thabrani) Disekitar kita orang dewasa terdiri dari berbagai kalangan, mulai dari saudara yang lebih tua, kakak kelas, Guru, tetangga dan orang-orang yang mengkin kita tidak kenal. Kepada mereka ahlak yang baik harus kita berikan karena meski jabatan, pekerjaan,ilmu kita melebihinya tapi mereka lebih lama hidup dan tinggal di dunia sehingga berbagai pengalaman hidup yang mungkin kita belum tahu mereka sudah mengetahuinya. Untuk itu menghormati orang yang lebih tua sangat penting untuk kita perhatikan. Adapun adab terhadap orang yang lebih tua diantaranya: -
Tidak meninggikan suara Berbicara ketika mereka sudah selesai berbicara (tidak memotong) Mendahulukan kepentingan mereka Ihsan dalam perdebatan Bersilahturahmi/mengunjunggi orang yang lebih tua
Bahkan dalam sebuah hadist Rosulullah SAW sengaja pergi ketempat yang sangat jauh untuk mengunjungi orang yang lebih tua dan mempunyai kelebihan, beliau sangat menghormat mereka, sematamata karena mengharapkan keagungan Allah. Sabda beliau : “sesungguhnya termasuk kalangan Allah SWT adalah memuliakan orang-orang dewasa muslim,menjunjung Al-Quran tanpa meninggalkan dan menjauh dari bacaannya dan mengerjakan apaapa yang dikandungnya, dan memulikan pemimpin yang adil.” ( HR Abu Daud,hadist Hasan) Dalam soal menghormati orang yang lebih dewasa diperaktekan juga oleh Abdullah bin Umar dalam sebuah riwayat diceritakan bahwa ia menghadiri majelis Rosulullah, di dalamnya terdapat Abu Bakr dan Umar. Rosulullah mengajukan suatu persoalan yang Abu umar mengetahui jawabanya, akan tetapi ia tidak berbicara karena menghormati Abu Bakr dan Umar. Abddullah bin Umar berkata, Rosulullah Bersabda : ― beritahukan kepadaku sebuah pohon yang dimisalkan sebagai muslim, mendatangkan setiap saat makanan atas izin Allah dan tidak berguguran daunya.” Dalam hatinya Abdullah bin Umar menjawab : ”pohon kurma”. Tetapi enggan untuk mengatakan, mengingat di sana ada Abu Bakr dan Umar. Maka ketika mereka berdua (Abu Bakr dan Umar ) tidak dapat menjawab, Nabipun berkata : yang dimaksud adalah pohon Kurma. Maka ketika aku keluar bersama ayahku aku berkata : “ wahai ayah, sebenarnya dalam hati aku menjawab,”pohon kurma”.Ayahnya bertanya ,”mengapa kamu tidak mengatakannya?”. Dia menjawab ,” tidak ada yang menghalangiku untuk berbicara, kecuali ketika aku melihatmu bersama Abu Bakr ada di di situ, itulah yang menyebabkan aku enggan. (HR syaikon) Salah satu dari orang yang lebih tua yang biasa kita berinteraksi denganya adalah Guru. Menghormati guru merupakan keharusan kita mengingat kita sangat menginginkan ilmu yang berkah darinya.
Buku Mentor Karisma 34
75 Islam telah menempatkan kedudukan manusia didalam masyarakat sesuai keduduanya, seperti dalam surat Az-zumar :9 Allah berfirman: ―apakah sama orang-orang yang berilmu dengan orang yang tak berilmu?, sesungguhnya hanya Ulil Albab (yang beriman dan berfikir) yang dapat menerima pelajaran” Salah satu nasehat Imam Al-ghazali tentang adab menghormati guru adalah dengan tidak menanyakan masalah yang sulit dan belum diajarkan oleh guru. Seperti dalam nasihat Nabi Khidir : “ janganlah engkau bertanya kepadaku tentang sesuatu sehingga aku terpaksa menceritakan kepadamu hakikat sesuatu itu”. Setelah menjelaskan materi-materi diatas, diskusilah dengan para mentee “ bagaimana jika kamu memiliki perbedaan pendapat dengan orang yang lebih tua?” (pastikan semua mentee dapat aktif berpendapat) Setelah diskusi selesai buatlah kesimpulan, dan baru jelaskan materi dibawah ini: Ihsan dalam perdebatan Ketika kita memiliki perbedaan pendapat dengan orang yang lebih tua maka kita boleh membantah tetapi denga cara yang baik, seperti dalam surat An-nahl:125 . Bagaimana caranya?? Kita bisa menggunakan kata-kata seperti ―dapatkah anda mendengar usulan saya?‖ apa tanggapan anda?‖ sehingga perdebatan atau perbedaan itu dapat didiskusikan atau dimusyawaraka. Mari kita belajar dari Nabi: Suatu hari Utbah Bin Rabi‘ah mendatangi Nabi, ketika itu beliau masih tinggal di Mekah saat kaum muslimin menerima berbagai siksaan yang berat. Utbah datang untuk membujuk beliau dengan menawarkan harta supaya beliau meninggalkan dakwahnya. Juga menawarkan kedudukannya, serta tabib pribadi jika beliau mengidap penyakit jiwa, semua itu agar beliau meninggalkan dakwahnya. Menghadapi ini bagaimana Nabi mendebatnya? Bagaimana Nabi berdialog denganya? Beliau berkata kepadanya ― aku akan mendengarkan apa yang kau katakan, wahai Abu Al Walid.‖ Ketika ia selesai berbicara, Nabi pun angkat bicara,‖ apakah engkau selesai bicara wahai Abu Walid?‖ Sebagian orang yang paham agama ketika terjebak dalam perdebatan, menjadi kehilangan kendali. Semoga kita bisa belajar dari Nabi berbuat ihsanlah sampai masalah dialog.
Daftar Pustaka Khalid, Amru. (2006). Semulia Akhlak Nabi. Solo: Aqwam Media Profetika Al Ghazali. (2005). Wahai Anakku Inilah Nasihat Berharga Untukmu. Bandung: IBS Ali Hasyimi, M. (2006). Apakah Anda berkepribadian Muslim. Depok: Gema Insani
Buku Mentor Karisma 34
76
Adab bergaul dengan lawan jenis Tujuan : -
Memberikan pemahaman kenapa dalam bergaul dengan lawan jenis harus ada adab-nya Memberikan pemahaman adab-adab bergaul dengan lawan jenis
Materi : Kenapa sih gaul gaul aja mesti ada aturannya? Ayo… temen-temen mikir gitu ga? Ketika temen-temen menginjak usia balig, sudah menjadi hal yang normal ketika ada ketertarikan dengan lawan jenis, namun islam tidak mengizinkan interaksi berlebihan itu kecuali setelah menikah karenanya kita harus menjaga. . Namun kalau kita tidak bisa memenej perasaan tersebut,maka akan menjadi mala petaka yang amat besar,baik untuk diri sendiri ataupun untuk orang yang kita sukai. Sudah Allah tunjukkan dalam sebuah hadist Rasulullahshallallahu „alaihi wa sallam, ْ ََ ُذ ِصَٔبَ٘ب ْاٌج١ٌ ْاَٚ َُ َاٌٍِّ َسبُْ ِصَٔبُٖ ْاٌ َىالَٚ ع ُ ص ِّذ ُ اال ْسزِ َّب ق َ ُ٠َٚ ََّّٕٝ ََز٠َٚ َْٜٛ َٙ٠ ُ ْاٌمَ ٍْتَٚ اٌشِّجْ ًُ ِصَٔبَ٘ب ْاٌ ُخطَبَٚ ُطص ِ َبْ ِصَٔبُ٘ َّب ِ ٔاْلُ ُرَٚ َبْ ِصَٔبُ٘ َّب إٌَّظَ ُش ِ ٕ١ْ فَ ْبٌ َؼ ُُُٗ َى ِّزث٠َٚ ه ْاٌفَشْ ُط َ ٌَِر ‖Zina kedua mata adalah dengan melihat. Zina kedua telinga dengan mendengar. Zina lisan adalah dengan berbicara. Zina tangan adalah dengan meraba (menyentuh). Zina kaki adalah dengan melangkah. Zina hati adalah dengan menginginkan dan berangan-angan. Lalu kemaluanlah yang nanti akan membenarkan atau mengingkari yang demikian.‖ (HR. Muslim) Adab pergaulan dalam Islam : 1. Pergaulan hendaknya diniatkan untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah ―Hai sekalian manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kalian dari laki-laki dan perempuan dan Kami jadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kalian saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah adalah yang paling taqwa di antara kalian. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.‖ (QS. Al Hujurat 49:13) 2. Hendaknya ikhwan menahan sebagian pandangannya dan demikian juga dengan akhwat. Hendaklah menundukkan pandangan dari apa yang diharamkan oleh Allah SWT. Karena pandangan dapat membangkitkan nafsu birahi dan merangsang pelakunya untuk terjerumus ke dalam dosa dan ma‘shiat. Oleh karena itu Al-Qur‘an memberikan peringatan keras terhadap pandangan liar. ―Katakanlah kepada orang-orang Mu‘min : ―Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; dan demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.‖ (QS. An Nur [24]:30) Sabda Rasulullah saw : ―Pandangan itu merupakan salah satu anak panah iblis‖Dua mata itu berzina dan zinanya mata ialah melihat‖ (HR. Bukhari) Salah satu keringanan Islam adalah Dia membolehkan melihat yang sifatnya mendadak pada bahagian yang seharusnya tidak boleh. ―Dari Jarir bin Abdullah, ia berkata: Saya bertanya kepada Rasulullah saw. tentang melihat dengan mendadak. Maka jawab Nabi: Palingkanlah pandanganmu itu!‖ (HR. Muslim)
Buku Mentor Karisma 34
77 ―Hai Ali! Jangan sampai pandangan yang satu mengikuti pandangan lainnya. Kamu hanya boleh pada pandangan pertama, adapun yang berikutnya tidak boleh.‖ (HR. Ahmad, Abu Daud dan Tirmidzi) Perempuan melihat laki-laki tidak pada auratnya, hukumnya mubah, selama tidak diikuti dengan syahwat atau tidak dikuatirkan akan menimbulkan fitnah. Sebagian ulama yang extrimis menganggap, bahwa perempuan sama sekali tidak boleh melihat anggota laki-laki yang manapun. Mereka membawa dalil hadis yang diriwayatkan oleh Nabhan bekas hamba Ummu Salamah, bahwa Rasulullah saw. pernah berkata kepada Ummu Salamah dan Maimunah yang waktu itu Ibnu Ummi Maktum masuk ke rumahnya. Nabi bersabda : pakailah tabir. Kemudian kedua isteri Nabi itu berkata: ―Dia (Ibnu Ummi Maktum) itu buta!‖ Maka jawab Nabi: ―Apakah kalau dia buta, kamu juga buta? Bukankah kamu berdua melihatnya?‖ Tetapi dari kalangan ahli tahqiq (orang-orang yang ahli dalam penyelidikannya terhadap suatu hadits/pendapat) mengatakan: Hadis ini tidak sah menurut ahli-ahli Hadis, karena Nabhan yang meriwayatkan Hadis ini salah seorang yang omongannya tidak dapat diterima.Kalau ditakdirkan hadis ini sahih, adalah suatu sikap kerasnya Nabi kepada isteri-isterinya karena kemuliaan mereka, sebagaimana beliau bersikap keras dalam persoalan hijab. 3. Ikhwan tidak memegang akhwat dan demikian sebaliknya Rasulullah saw. pernah bersabda sbb: ―Sungguh kepala salah seorang diantara kamu ditusuk dengan jarum dari besi, lebih baik daripada dia menyentuh seorang perempuan yang tidak halal baginya.‖ (Riwayat Thabarani, baihaqi dan rawirawinya thabarani adalah kepercayaan) Jauhi saja perempuan/laki-laki yang tidak menjaga adab ini. 4. Ikhwan dan akhwat harus menjaga jarak; sebaiknya sebatas dimana mereka tidak mencium wewangian dari lawan jenisnya ―Siapa saja perempuan yang memakai wangi-wangian kemudian melewati suatu kaum supaya mereka itu mencium baunya, maka perempuan tersebut dianggap berzina; dan tiap-tiap mata ada zinanya.‖ (Riwayat Nasa‘i, Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban) 5. Tidak “berdua-duaan” baik dalam zhahir maupun batin.(tidak berkhalwat) Sebaiknya jika hendak melakukan pertemuan yang cukup lama, ikhwan membawa teman ikhwannya dan akhwat pun membawa teman akhwatnya. Teman disini ditujukan agar dapat mengingatkan jika berinteraksi melewati batas. ―Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka jangan sekali-kali dia bersendirian dengan seorang perempuan yang tidak bersama mahramnya, karena yang ketiganya ialah saitan.‖ (Riwayat Ahmad) 6. Menjaga Aurat Jagalah aurat kita dari pandangan laki-laki atau perempuan yang bukan mahram, yang tidak termasuk mahram seperti teman sekolah, teman bermain, teman pena bahkan teman dekat pun kalau dia bukan mahram kita, maka kita wajib menutup aurat kita dengan sempurna. Maksud sempurna di sini yaitu kita menggunakan jilbab yang menjulur ke seluruh tubuh kita dan menutupi dada. Kain yang dimaksud pun adalah kain yang disyariatkan, misal kainnya tidak boleh tipis, tidak boleh sempit, dan tidak membentuk lekuk tubuh kita. Adapun yang bukan termasuk aurat dari seorang wanita adalah kedua telapak tangan dan muka atau wajah. Nah kalo untuk laki-laki auratnya dari pusar hingga ke lutut, jadi hilangin yah gaya-
Buku Mentor Karisma 34
78 gaya celana yang rombeng-rombeng di lututnya atau kebiasaan pakai boxer sampai keluar-keluar rumahnya. Nabi shallallahu ‗alaihi wa sallam bersabda, ُْطَب١ْ َب اٌ َّطَٙذ ا ْسزَ ْط َشف ِ ْ َسحٌ فَئِ َرا َخ َش َجَْٛاٌ َّشْ أَحُ ػ ―Wanita itu adalah aurat. Jika dia keluar maka setan akan memperindahnya di mata laki-laki.‖ (HR. Tirmidzi,shahih) Referensi : Buku mentoring SMA ALFA CENTAURI dari Yusuf Qardhawi, Halal dan Haram dalam Islam http://remajaislam.com/67-adab-bergaul-dengan-lawan-jenis
Buku Mentor Karisma 34
79
Husnudzan dan sabar dalam bergaul Tujuan : -
Mengetahui makna sikap husnudzan dan sabar Memahami pentingnya bersikap husnudzon dan sabar sebagai akhlak dalam bergaul
Materi : 1. Apa itu husnudzon? Husnuzon adalah berbaik sangka. Ini adalah perbuatan yang dituntut dalam Islam kerana perbuatan ini dapat mengelak dari menuduh orang lain berbuat keburukan, yang secara tidak langsung, jika tidak punyai bukti yang kukuh menjadikan kita pemfitnah, dan ada tuntunannya loh…. ―Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena pendengaran, penglihatan dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya.‖ [al Isra', 17:36] 2. Kenapa kita harus berHusnudzon? Sebagai manusia memang wajar kita tidak bisa langsung mengetahui segala sesuatu, apa lagi yang ada di hati saudara kita, itu memang keterbatasan kita sebagai manusia. Contohnya, terkadang ketika saudara kita bersikap tidak seperti biasanya ke kita, maka apa yang muncul di benak kita? Misal dia mungkin udah berubah tidak mau berteman lagi, dia sudah tidak suka dengan kita dan banyak hal negatif lainnya mulai bertebaran di benak kita. Lantas bagaimana seharusnya sikap seorang muslim dalam merespon keterbatasannya tersebut? Temen- temen berfikir negatif hingga akhirnya kita mengeluarkan statement yang buruk terhadap saudara kita, dengan sebelumnya bahkan kita belum mencari kejelasan merupakan hal yang di larang Allah swt dan di bencinya. Sebagaimana firman Allah swt. ―Mengapa di waktu kamu mendengar berita bohong itu orang-orang mukminin dan mukminat tidak berprasangka baik terhadap diri mereka sendiri…‖ (TQS. An-Nur:12) Temen-temen saudara seiman itu satu tubuh loh… seperti tubuh kita sendiri, jadi berprasangka baiklah pada saudara kita Allah swt., berfirman: ―Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, karena sesungguhnya sebagian dari prasangka itu adalah dosa.‖ (TQS. Al-Hujurat:12) Ibnu Abbas berkatata tentang tafsir ayat ini,‖Allah melarang kaum mukmin berprasangka buruk kepada mukmin yang lain.‖ Dari Abu Hurairah ra., sesungguhnya Rasulullah saw., bersabda: ―Hati-hati dan jagalah diri kalian dari prasangka buruk, karena berprasangka buruk adalah perkataan paling dusta.‖ (Mutafaq‘alaih) Buruk sangka terhadap seorang mukmin yang kelihatannya shalih tidak diperbolehkan. Bahkan disunahkan kita berbaik sangka kepadanya. 3. Cerita Hikmah
Buku Mentor Karisma 34
80 Suatu hari imam syafi‘I yang saat itu terkisahkan masih muda sedang berjalan melewati seorang lelaki dengan seorang perempuan bercadar sedang bercanda berdua, munculah dalam benak imam syafi‘I ―masyaallah, lelaki itu telah berbuat maksiat di tempat umum‖. Tidak jauh dari tempat itu yang dekat dengan laut ada sebuah kapal yang tenggelam dan 7 orang di kapal itu membutuhkan pertolongan, di sekitar situ hanya ada imam syafi‘I dan lelaki tadi. Keduanya pun segera menolong ke 7 orang itu, ternyata lelaki itu berhasil menyelamatkan 6 orang sedangkan imam syafi‘I satupun tidak berhasil, satu orang itu tidak terselamatkan. Kejadian itu membuat imam syafi‘I merenung ―mengapa lelaki yang bermaksiat itu justru berhasil menyelamatkan banyak nyawa sedangkan saya tidak?‖ ketika imam syafi‘I menanyakan siapakah wanita yang bersama lelaki tadi, ternyata beliau adalah ibunda lelaki itu….. masyaallah (dengar di seminar peggy melati sukma) 4. Bagaimana agar tidak berhusnudzon dengan saudara kita? Nah teman-teman dari kisah di atas hikmah besarnya kita haruslah bertabayun atau menanyakan kebenarannya pada saudara kita, jadi jangan terus saja hati kita terkotori dengan prasangka itu. 5. Apa itu sabar? Istilah sabar dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia diartikan dengan ―tahan menderita sesuatu (tidak lekas marah, tidak lekas patah hati, tidak lekas putus asa, dsb). Istilah sabar juga dapat diartikan dengan ―menahan diri terhadap apa yang dibencinya, atau menahan sesuatu yang dibencinya dengan ridha dan rela‖. Intinya dapat diambil suatu kesimpulan bahwa pengertian sabar adalah tahan terhadap segala sesuatu, baik dalam bentuk penderitaan, maupun dalam bentuk prilaku. 6. Kisah Kita punya banyak kisah hikmah tentang kesabaran, Nabi Ayub as salah satu contoh nabi yang di kenal dengan kesabarannya, nabi ayub as adalah putra ‗Ish bin Ishaq bin Ibrahim as. Beliau adalah seorang Nabi yang kaya raya, banyak mempunyai binatang ternak, putra yang banyak, baik laki-laki maupun perempuan. Beliau orang yang berbuat baik kepada fakir miskin, membantu anak-anak yatim piatu, memuliakan tamu dan sebagainya dengan kualitas ibadah yang luar biasa. Namun Nabi Ayub kemudia menerima cobaan dari Allah swt berupa penyakit yang membuat berbagai macam kenikmatan itu satu satu lenyap dan ia pun di jauhi karena penyakitnya yang mengeluarkan bau busuk bahkan membuatnya harus tinggal di gua, namun ia tetap bersabar dan tidak pernah mengeluh, hal itu pun bukan ia rasakan seminggu 2 munggu teman-teman, namun bertahun-tahun tetapi kualitas ibadahnyapun tidak berkurang. Subhanallah bahkan Allahpun membanggakan kesabarannya di hadapan para mahluknya, terutama setan yang menantang untuk menguji kesabaran nabi Ayub as sebelumnya. Atau juga kisah nabi kita tercinta Rasulullah Muhammad SAW, dimana kisahnya dengan seorang yahudi yang ketika setiap rasul akan ke mesjid, ia menaruh kotoran di depan rumah rasul atau di jalan yang akan rasul lewati sehingga rasul harus kembali dan membersihkannya dahulu. Namun rasul tetap bersabar, hingga suatu hari ketika rasul akan ke mesjid tidak ada yang menaruh kotoran, rasul malah mencari ―dimana yahudi yang biasa ada di sini?‖ (kan kalau kita mah Alhamdulillah banget yah, lancar nih jalan), dimana ternyata yahudi itu sakit, rasul pun menjenguknya hingga membuat yahudi itu terharu dah kelak memeluk islam. Subhanallah. 7. Sabar dalam bergaul Dari kisah di atas dapat kita ambil hikmah ketika kita bergaul atau berteman pun kawan-kawan kadang teman kita bersikap menyebalkan, atau bahkan ketika kita beritau namun tidak nurut juga (ngeyel amat yah…hihi) namun sebagai seorang muslim bersabarlah.. kenapa? Karena kebaikan insyaallah akan Buku Mentor Karisma 34
81 sampai dengan cara yang lembut, ketika kita tetap bisa mengajaknya dengan lembut dan tetap bersabar insyaallah pelan-pelan akan banyak saudara kita yang semakin baik.
Referensi: http://nocompromisegirl.wordpress.com/2010/08/06/husnudzan-prasangka-baik-tiada-henti-hingga-ragaini-benar-benar-telah-mati/ http://ihinsolihin.wordpress.com/2012/08/10/bersangka-baik-husnuzon-vs-bersangka-buruk-suuzon/ buku kisah para nabi
Buku Mentor Karisma 34
82
Rasul Teladanku Tujuan: Menjadikan Rasulullah SAW sebagai teladan Sosok Rasulullah saw begitu berharga di hati para sahabat termasuk khalifah Umar bin Khathab yang mengalami kesedihan yang mendalam ketika mendengar kabar tersebut. Hingga membuat beliau mengatakan bahwa Rasulullah saw tidak meninggal, Rasulullah hanya pergi menghadap tuhannya dan akan kembali lagi, hal ini membuat khalifah Abu Bakar Ash-Shidik mengadakan pertemuan untuk mengabarkan bahwa Rasulullah saw telah berpulang keharibaan Allah swt. Sekarang yang menjadi pertanyaan yang besar bagi kita yang menjadi umat Rasulullah adalah apakah kita sudah menjadikan sosok rasulullah saw sebagai suri tauladan di dalam hidup kita ? Saudaraku, sebaik-baik orang yang ada di muka bumi ini tidak akan kita temukan sosok yang memiliki suri tauladan yang baik yang dapat kita bandingkan dengan rasulullah saw, apa lagi dijadikan sebagai idola dalam kehidupan kita. Di dalam diri rasulullah saw, terdapat sifat-sifat yang baik yang patut kita ambil dan diterapkan dalam kehidupan kita sehari-hari. Sesuatu yang keluar dari perkataan maupun perbuatan beliau adalah sesuatu yang sudah dibenarkan oleh allah swt. Lalu apakah kita masih ragu lagi dalam menjalankan apa yang diperintahkan beliau ??. Era globalisasi yang semakin menjadi-jadi melanda dunia harus kita akui bahwa telah merubah pemikiran orang-orang muslim yang semkain hari semakin bergeser dari ajaran yang diperintahkan oleh Allah swt dan Rasulullah saw, padahal apa yang telah diperintahkan oleh Allah dan Rasulullah saw adalah sesuatu yang baik dan dapat menjadi sebuah jaminan keselamatan di hari akhir nanti. Ikhwatifillah, betapa indahnya islam bila berhiaskan iman. Betapa indahnya iman bila berhiaskan taqwa, betapa indahnya taqwa bila berhiaskan amal, dan betapa indahnya amal bila berhiaskan kasih sayang. (Raja‘ Bin Haiwah). Mari kita lebih memperbanyak sholawat kita kepada Rasulullah saw, belajar mengenai kepribadian dan kehidupan rasulullah dan kita hiasi hidup kita dengan perbuatan-perbuatan yang telah dicontohkan beliau , sehingga kita senantiasa selalu menjadikan beliau sebagai suri tauladan dalam kehidupan kita. Ayooooo kita bangkitkan lagi semangat ukhuwa dan semangat membesarkan nama beliau dan ajaranajaran yang telah beliau ajarkan seperti yang dilakukan para sahabat dan umat terdahulu, sehingga walaupun kita tidak pernah bertemu dengan beliau, tetapi yakinlah semoga kita termasuk orang-orang yang dirindukan Rasulullah saw pada hari akhir nanti. Seperti yang diriwayatkan bahwa suatu ketika para sahabat bertanya kepada rasulullah ―wahai rasul siapakah yang ekngkau rindukan pada hari akhir nanti?‖ tahukah kalian apa yang dikatakan rasulullah saat itu kepada sahabta-sahabtnya, beliau mengatakan ―ikhwan-ikhwan ku‖ ketika itu para sahabat berfikir bahwa mereka yang dimaksud oleh rasulullah maka mereka berkata ―apakah itu kami ya rasul‖ lalu rasul kembali menjawab ―tidak, sesungguhnya yang paling aku rindukan disaat hari akhir nanti adalah umat-umatku yang tidak pernah bertemu denganku‖ mendengar hal itu para sahabat kembali mengatakan bahwa ―bagaimana engkau bisa mengenali mereka, padahal mereka orang yang hidup ribuan tahun sesudah engkau?‖ lalu nabi pun kembali menjawab ―bukankah diantara kuda-kuda yang hitam terdapat kudah yang putih, begitulah aku akan mengenali mereka, sungguh aku akan mengenali mereka dari pancaran cahaya yang keluar dari wajah mereka karena meski mereka tidak pernah berjumpa denganku, mereka senantiasa bershalawat kepadaku karena bershalawat kepadaku merupakan bukti cinta mereka kepadaku‖ Cara Meneladani Rasûlullâh saw Buku Mentor Karisma 34
83 Seseorang yang mempunyai idola tentu saja prilakunya tidak jauh dari sosok yang diidolakan. Berusaha menyukai hal-hal yang disukai idola, mengoleksi atribut-atribut yang ada hubungannya dengan idola, bahkan berusaha mati-matian berpola hidup seperti sang idola. Begitu pula ketika kita mengaku mengidolakan Rasûlullâh. Konsekuensinya tentu saja kita harus menghidupkan sunnah-sunnahnya baik berupa perbuatan, perkataan maupun penetapan beliau. Jangan mengaku mengidolakan Rasûlullâh jika membaca al-Qur‘an saja jarang-jarang. Sholat wajib masih sering bolong. Bermuka manis terhadap sesama terasa sulit. Pelit untuk bersedekah. Gemar berbohong. Gunjing sana-sini. Jam karet dan ingkar janji jadi kebiasaan. Semua hal tersebut tentu saja kontradiksi dari apa yang telah dicontohkan oleh Rasûlullâh. ًُْْ َْ ُو ْٕزُ ُْ إِ ْْ لُّٛ ﷲَ رُ ِحجِٟٔ ُُْٛحْ ِج ْج ُى ُُ فَبرَّ ِجؼ٠ َُ ْغفِشْ ﷲ٠َٚ ُْ ْ ثَ ُى ُْ ٌَ ُىُٛٔﷲ ُ ُرَٚ ْ ٌسُٛ ٌُ َغف١ْ َس ِح ―31. Katakanlah: Jika kamu (benar-benar) mencintai Allâh, maka ikutilah (sunnah/petunjuk)ku, niscaya Allâh mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu, Allâh Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.‖ (QS. Ali ‗Imran [3]: 31). Imam at-Thabarî, ketika menafsirkan ayat ini berkata, ―Ayat yang mulia ini merupakan hakim (pemutus perkara) bagi setiap orang yang mengaku mencintai Allâh, akan tetapi dia tidak mengikuti jalan (sunnah) Rasûlullâh shallallâhu ‗alaihi wa sallam, maka dia adalah orang yang berdusta dalam pengakuan tersebut dalam masalah ini, sampai dia mau mengikuti syariat dan agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad dalam semua ucapan, perbuatan dan keadaannya. Berakhlaklah seperti al-Qur‘an, karena ‗Aisyah radhiyallâhu ‗anha. ketika ditanya bagaimanakah akhlak nabi, beliau menjawab Sungguh akhlak Rasûlullâh shallallâhu ‗alaihi wa sallam adalah al-Qur‘an. Barang siapa mengamalkan al-Qur‘an dan sunnah, maka sungguh ia telah meneladani Rasûlullâh dengan sebenar-benarnya.
Meneladani Kepemimpinan Rasûlullâh Urusan kepemimpinan dalam Islam merupakan salah satu kewajiban agama diantara kewajiban lainnya, sebab agama tidak mungkin tegak tanpa pemimpin. Hal ini erat kaitannya dengan fitrah manusia, dimana setiap manusia itu dilahirkan untuk menjadi seorang pemimpin. Seperti sabda Rasulullah, ―setiap kamu adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawabannya‖ (HR. Bukhari dan Muslim). Hanya tingkatan pemimpin itu yang berbeda, ada yang memimpin dalam lingkup kecil seperti lingkup keluarga, sampai lingkup yang paling besar seperti menjadi pemimpin suatu negara. Namun di level mana pun seorang pemimpin pasti ingin menjadi pemimpin yang sukses dan ditaati. Pemimpin yang sukses adalah pemimpin yang mampu membawa perubahan yang lebih baik pada yang dipimpinnya. Kepemimpinan sesungguhnya tidak ditentukan oleh pangkat ataupun jabatan seseorang. Kepemimpinan adalah sesuatu yang muncul dari dalam dan merupakan buah dari keputusan seseorang untuk mau menjadi pemimpin, baik bagi diri sendiri, keluarga, lingkungan sekitanya, maupun lingkungan masyarakat luas/negara. Kepemimpinan adalah sebuah keputusan dan lebih merupakan hasil proses dari perubahan karakter atau transformasi internal dalam diri seseorang. Kepemimpinan bukanlah jabatan atau gelar, melainkan sebuah kelahiran dari proses panjang dalam diri seseorang. Ketika seseorang menemukan visi dan misi hidupnya, ketika terjadi perdamaian dalam diri (inner peace) dan membentuk bangunan karakter yang kokoh, ketika setiap ucapan dan tindakannya mulai memberikan pengaruh pada lingkungannya, dan ketika keberadaannya mendorong perubahan dalam organisasinya, maka pada saat itulah seseorang lahir menjadi pemimpin sejati. Pemimpin sejati bukan sekedar gelar atau jabatan yang diberikan dari luar melainkan sesuatu yang tumbuh dan berkembang dari dalam diri seseorang. Kepemimpinan merupakan salah satu topik yang selalu menarik untuk dikaji dan diteliti, karena paling banyak diamati sekaligus fenomena yang paling sedikit dipahami. Fenomena kepemimpinan di negara
Buku Mentor Karisma 34
84 Indonesia juga telah membuktikan bagaimana kepemimpinan telah berpengaruh sangat besar terhadap kehidupan berpolitik dan bernegara. Dalam kehidupan apapun, kepemimpinan berpengaruh sangat kuat terhadap jalannya organisasi dan kelangsungan hidupnya. Sebaliknya, jika pemimpin tidak pernah menggunakan nilai-nilai prophetic intellegencedalam kepemimpinannya maka jangan pernah berharap roda organisasi akan berjalan dengan baik maka kalau sudah meninggalkan prinsip-prinsip yang telah ditanamkan Rasul tentunya suatu organisasi akan tenggelam dan selanjutnya tinggal menunggu saat-saat kematiannya. Kepemimpinan sebagai salah satu penentu arah dan tujuan organisasi harus mampu melakukan perubahan-perubahan konstruktif. Pemimpin yang tidak dapat mengantisipasi dunia yang sedang berubah ini, atau setidaknya tidak memberikan respon, besar kemungkinan akan memasukkan organisasinya dalam situasi stagnasi dan akhirnya mengalami keruntuhan. Ada dua hal penting dalam prinsip-prinsip kepemimpinan: Bertaqwa kepada Allâh Kepemimpinan yang dilandasi dengan taqwa akan melahirkan suatu sistem masyarakat yang tidak mengenal diskriminasi di antara mereka sebab pemimpin dalam menjalankan tugas kepemimpinannya lebih merupakan pengabdian kepada masyarakat sekaligus dalam rangka beribadah kepada Allâh SWT. Menjadikan pemimpin sebagai amanah Dalam Islam, sesungguhnya pemimpin itu adalah amanah dari Allâh SWT, sehingga tidak saja harus dipertanggungjawabkan di dunia akan tetapi juga harus dipertanggungjawabkan di akhirat Banyak di antara kita yang tidak menyadari, bahwa seorang pemimpin sejati seringkali tidak diketahui keberadaannya oleh mereka yang dipimpin. Bahkan ketika misi dan tugas terselesaikan, maka seluruh anggota tim akan mengatakan bahwa merekalah yang melakukan sendiri. Pemimpin sejati adalah seorang pemberi semangat (encourager), motivator, inspirator dan maximizer. Konsep pemikiran seperti ini adalah sesuatu yang baru dan mungkin tidak bisa diterima oleh para pemimpin konvensional yang justru mengharapkan penghormatan dan pujian (honor and praise) dari mereka yang dipimpin. Semakin dipuji semakin tinggi hati dan lupa dirilah seorang pemimpin itu. Justru pemimpin sejati mesti harus menerapkan pola kepemimpinan yang didasarkan pada kerendahan hati (humble). Nabi Muhammad SAW adalah pemimpin yang sangat berhasil. Beliau berhasil merubah masyarakat Arab yang awalnya berperilaku jahiliyah menjadi masyarakat madani yang berperadaban tinggi dan mulia. Sejak kecil beliau telah memiliki kepribadian yang mulia. Dalam hal memimpin selalu berpedoman pada aturan, dalam hal ini adalah wahyu Allâh. Dalam hal yang bersifat ijtihadiyah beliau selalu bermusyawarah dengan para sahabat. Sebagai seorang pemimpin, beliau selalu bersama umatnya dan merasakan apa yang dirasakan oleh umatnya. Dalam memimpin, beliau tidak hanya membimbing dan mengarahkan dari balik meja, tetapi beliau terjun langsung ke lapangan. Beliau sangat konsisten dengan apa yang disampaikan. Beliau sangat baik hati, lemah lembut, sederhana, jujur, amanah dan bersahaja. Hal terpenting saat mengingat Nabi Muhammad shallallâhu ‗alaihi wa sallam adalah menjadikannya sebagai suri teladan, mencintainya, dan mengikutinya. Berkaitan dengan mengikuti Rasûlullâh shallallâhu ‗alaihi wa sallam ini ada 3 prinsip yang penting untuk diperhatikan :
Buku Mentor Karisma 34
85 Pertama, makna mengikuti Rasul adalah mengikuti syariat yang dibawa oleh Rasûlullâh shallallâhu ‗alaihi wa sallam. Allâh SWT berfirman: ―Apa saja yang dibawa Rasul kepada kalian, terimalah; Apa saja yang dilarangnya atas kalian, tinggalkanlah; dan bertaqwalah kalian kepada Allâh. Sesungguhnya Allâh sangat keras hukuman-Nya‖ (QS. al-Hasyr [59]: 7). ―Tidaklah patut bagi laki-laki mukmin maupun bagi perempuan mukmin, jika Allâh dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Siapa saja yang mendurhakai Allâh dan Rasul-Nya maka sesungguhnya dia telah sesat secara nyata‖ (Q.S. al-Ahzab [33]: 36). Bahkan kesediaan mengikuti ketetapan dan keputusan hukum Rasûlullâh shallallâhu ‗alaihi wa sallam merupakan cerminan dari keimanan. Tidak ada keimanan tanpa ketaatan pada syariat Islam (QS. al-Nisa‘ [4]: 65). Kedua, syariat Islam diturunkan oleh Zat Yang Maha Tahu tentang seluruh manusia dengan segala aspek kemanusiaannya. Perbedaan suku, bangsa, bahasa, tempat, dan waktu hidup bukanlah pembatas ataupun penghalang bagi penerapan syariat islam secara totalitas. Kewajiban penerapan syariat Islam secara totalitas tetap dapat dilaksanakan sepanjang masa. Karenanya mengikuti Rasûlullâh shallallâhu ‗alaihi wa sallammerupakan perkara yang tetap relevan sekalipun pada zaman modern sekarang ini. Kemajuan sains dan teknologi bukanlah masalah dalam penerapan syariat Islam karena IPTEK hanya mengubah sarana hidup, namun tidak mengubah metode hidup dan kehidupan. Ketiga, mengikuti Rasûlullâh Saw adalah sesuai dengan fitrah manusia. Karena Islam yang dibawanya sesuai dengan fitrah manusia. Setiap ajaran Islam berupa aqidah, ibadah, mu‘amalah, dalam bidang sosial, politik, ekonomi, dan budaya pasti sesuai dengan fitrah manusia, sebab Islam berasal dari Allâh SWT, lalu diperuntukkan bagi manusia yang juga diciptakan oleh Allâh SWT. Bukan hanya itu, mengikuti Rasûlullâh adalah kebaikan, perolehan kasih sayang, dan limpahan ampunan. Allâh SWT berfirman: Katakanlah, ‖Jika kalian (benar-benar) mencintai Allâh, ikutilah aku, niscaya Allâh mencintai kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian, Allâh Maha Pengampun lagi Maha Penyayang‖ (QS. Ali‘Imran [3]: 31). Oleh karena itu dari ketiga prinsip tersebut jelas Allâh SWT memerintahkan kita untuk meneladani Rasul dalam setiap aspek kehidupan. Allâh SWT memerintahkan kita untuk menjalankan Islam secara kaffah. Karenanya di bulan Rabi‘ul Awwal ini tidak cukup hanya ingat akan kelahiran Nabi Muhammad SAW saja, melainkan bagaimana kaum muslim secara kolektif melahirkan umat Islam yang satu diikat oleh akidah yang satu, dihukumi oleh aturan yang satu, dan dipimpin oleh pemimpin yang satu. Dan kita senantiasa dituntut untuk menjadikan risalah Islam yang dibawa Rasûlullâh shallallâhu ‗alaihi wa sallam sebagai panduan hidup kita. Kita tidak boleh untuk menjadikan selain Islam sebagai solusi atau jalan keluar dari permasalahan yang kita hadapi, sebab ini terkait dengan masalah keimanan. Keimanan kita diukur dari keikhlasan kita untuk menjadikan Islam sebagai tolok ukur atas setiap masalah yang dihadapi. Maka sebagai bukti atas keimanan kita, sudah sepatutnya kita sebagai umat Islam bergerak mewarnai kehidupan ini dengan warna Islam serta memberikan solusi terhadap berbagai masalah dengan solusi Islam dan menjadikan Rasûlullâh sebagai proyek percontohan dalam setiap aspek kehidupan sehingga peringatan maulid bukan hanya sekedar simbol yang senantiasa diperingati, tetapi yang lebih penting adalah bagaimana mengaplikasikan perbuatan dan perkataan serta semangat perjuangan dalam kehidupan nyata umat Islam termasuk dalam sistem pemerintahan.
Buku Mentor Karisma 34
86 Daftar Pustaka Ali, Mukti. 1990. Memahami Beberapa Aspek Ajaran Islam. Bandung: Mizan. al-Khatib, Al-Syaikh Abdul Hamid. Al-Anwar al-Saniyyah „ala al-Dlurar al-Baghiyyah. Jeddah: AlHaramain. Antonio, Muhammad Syafii. 2007. Muhammad SAW: Super Leader and Super Manager.Jakarrta: Tazkia Multimedia & ProLM Centre. As-Salasuh, Ali. Imamah dan Khalifah, pen. Asmuni Silalahi Zamaksyari. Jakarta: Gema Insani Press. at-Thabarî. Abu Ja'far Muhammad. ed. Barth dan Noldeke. Tarikh'l-Rusul Wa'l-Muluk. Leiden: Brill. Haekal, Muhammad Husain. Sejarah Hidup Muhammad. Jakarta: Pustaka Jaya. Hawwa, Sa‘id. 1995. Al-Asas fi al-Sunnah wa Fiqhiha, al-Sirah al-Nabawiyyah, Juz 3. Kairo: Dar alSalam. Ibnu-Dihyah, Imam Majd al-Din. 1995. Nihayat al-Suul fi Khasha‟ishi al-Rasul. Qatar: Idarah al-Syu‘un al-Islamiyyah. Kailani, Muhammad Sayyid. t.t. „Ain al-Yaqin fi al-Sirati Sayyidi al-Mursalin. Jakarta: Dinamika Berkah Utama. Nawawi, Hadari. Kepemimpinan Menurut Islam. Yogyakarta; Gajah Mada University Press. Salim, Abdullah Najib. 1994. Mawaqif Insaniyyah fi al-Sirah al-Nabawiyyah. Beirut: Dar Ibnu Hazm. Yammarino, Francis J. 1995. An Examination Linkages Between Personal Characteristics and Dimension of Transformasional Leadership. State University of New York at Binghamton.
Buku Mentor Karisma 34
87
GHAZWUL FIKRI Materi : Ghazwul Fikri Tujuan
- Memahami makna ghazwul fikri - Memahami hal – hal yang dapat menjerumuskan kepada ghazwul fikri - Terhindar dari ghazwul fikri
Materi Pokok
Pengertian ghazwul fikri
Pengertian ghazwul fikri Pentingnya memahami ghazwul fikri Sasaran ghazwul fikri Metoda – metoda ghazwul fikri Sarana ghazwul fikri Akibat ghazwul fikri
Pengertian ghazwul fikr dapat dilihat dari segi bahasa dan segi istilah. Ghazwul secara bahasa artinya serangan, serbuan, invasi, sedangkan fikr adalah pemikiran. Sedangkan secara istilah ghazwul fikr artinya penyerangan dengan berbagai cara terhadp pemikiran umat Islam guna merubah apa yang ada di dalamnya sehingga tidak lagi bisa mengeluarkan darinya hal-hal yang benar karena telah tercampur aduk dengan hal-hal yang tidak islami.
Pentingnya memahami ghazwul fikri
Sasaran ghazwul fikri
Metod a metoda ghazwul fikri
Mengenal musuh Islam. Mengenal sarana-sarana yang dapat memukul Islam Mengenal keadaan alam Islam Menghindari keraguan dalam Islam. Menjadikan dakwah kepada Allah dengan melihat ayat-ayat-Nya. Menjauhkan umat Islam dari diennya. Berusaha memasukkan orang yang kosong keislamannya kedalam agama kafir. Memadamkan cahaya Allah.
Membatasi supaya Islam tidak tersebar luas. Tasykik (Pendangkalan/peragu-raguan), yaitu gerakan yang berupaya menciptakan keragu-raguan dan pendangkalan kaum muslimin terhadap agamanya. b. Pencemaran/pelecehan, yaitu upaya orang kafir untuk menghilangkan kebanggan kaum muslimin terhadap Islam dan menggambarkan Islam secara buruk. c. Tadhlil (penyesatan), yaitu upaya orang kafir untuk menyesatkan umat a.
Buku Mentor Karisma 34
88 Islam dengan cara halus sampai kasar. d. Taghrib (westernisasi), yaitu gerakan yang sasarannya untuk mengeliminasi Islam, mendorong kaum muslimin untuk menerima seluruh pemikiran dan perilaku barat. Menyerang Islam dari dalam a. Penyebaran sekularisme, yaitu usaha memecahkan antara agama dengan kehidupan bermasyarakat dan bernegara. b. Penyebaran nasionalisme, yang dapat membunuh ruh ukhuwah islamiyah. c. Pengrusakan ahlak umat Islam terutama generasi mudanya.
Sarana ghazwul fikri
Akibat ghazwul fikri
Sumber
Ghazwul fikr dapat menyebar melalui berbagai sarana, yang dikenal dengan 3F dan 5S, dimana 3F itu terdiri dari Food (makanan), Fun (Hiburan(, Fashion (Cara berpakaian). Sedangkan 5S terdiri dari Song (lagu), Sex, Sport (olahraga), Shopping (berbelanja/konsumerisme), dan science (ilmu pengetahuan). 1. 2. 3. 4.
Umat Islam menyimpang dari Al Qur’an dan As Sunnah. umat Islam menjadi minder dan rendah diri umat Islam menjadi ikut-ikutan terhadap budaya orang kafir umat Islam menjadi tepecah belah.
Disampaikan dalam Mabit KAPMI Kota Serang Sabtu, 12 Mei 2012 Oleh : Heri Wahidin heriwahidin@yahoo.com Dengan editan seperlunya.
Buku Mentor Karisma 34
89
Ma’rifatul Ihsan Sasaran : 1. Adik dapat mengembangkan potensi positif yang dimiliki 2. Adik mampu mengapresiasi keahlian diri sendiri dan orang lain 3. Adik terdorong untuk prestatif dengan memaksimalkan potensi yang dimiliki BEKAL KITA SUNGGUH LUAR BIASA Manusia dimuliakan oleh Allah SWT atas segala ciptaan-Nya karena diberikan tiga hal : ditiupkan ruh (Q.S. 32: 9), diberikan kelebihan potensi yang tidak diberikan kepada makhluk yang lain (Q.S. 17: 70), ditundukkannya alam semesta padanya (Q.S. 2: 29). Meskipun memang manusia bukan makhluk sempurna. Tapi itu tidak bisa dijadikan alasan untuk menyerah pada keadaan. Kita tidak diciptakan untuk bisa hidup dalam air, namun dengan akal yang Allah berikan, kita bisa menciptakan kapal laut dan kapal selam untuk mengarungi perairan yang luas dan dalam. Kita tidak dikaruniai sayap untuk bisa terbang sebagaimana burung, namun dengan akal yang Allah berikan, kita bisa menciptakan berbagai macam peralatan yang memungkinkan kita untuk terbang di angkasa, bahkan ke luar angkasa. Allah benar-benar telah memberikan anugerah yang besar kepada kita, manusia. Subhanallah, Maha Suci Allah. Salah satu anugerah terbesar yang Allah SWT berikan kepada kita adalah diciptakan-Nya kita menjadi manusia (QS. At Tiin (95) : 4). Sebagai makhluk yang dimuliakan Allah, manusia diciptakan secara sempurna. Potensi-potensi yang dimilkikinya dapat membawa kemuliaan dan keutamaan serta dapat menjalankan amanah. Terkadang anugerah sebagai manusia inilah yang sering kali dilupakan. Kita sibuk memikirkan dan menghitung kelebihan orang lain. Kita merasa menjadi orang yang tidak beruntung. Sering kali kita menghitung kekurangan dan ketidakberuntungan kita dibandingkan dengan orang lain. Padahal setiap insan memiliki kelebihan dan kekurangan. Tidak ada satu manusia pun yang sama karakternya, walau pun mereka kembar identik. Oleh karena itu, masing-masing kita pada dasarnya memiliki kelebihan yang tidak dimiliki orang lain, tinggal bagaimana kita menggalinya dan mengasahnya. Maka dari itu, mulailah untuk fokus terhadap apa yang sudah Allaah beri, bukan terus-terusan iri terhadap apa-apa yang tidak kita miliki. Jangan terus-menerus membandingkan diri sendiri dengan para ahli. Temukan potensi positif yang dimiliki, dan kembangkan itu dengan cara kita masing-masing. Penggalian minat, bakat, keterampilan dan kecenderungan perlu diasah sedini mungkin, yakinlah bahwa Allah telah menciptakan kita di dunia dengan spesialis dan bawaan yang hanya dimiliki oleh kita saja. Allah tidak membuat kopiannya lagi. Masing-masing kita adalah ciptaan yang berkategori ―Master Piece‖, tidak ada yang sama. Jika kita tidak mengenali dan mengasah potensi diri kita, sama saja kita tidak bersyukur atas karunia-Nya. Allah berfirman: “Katakanlah : tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya masing-masing. Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya.” (QS. Al Israa‟ (17) : 84). Seorang muslim harus menyadari posisinya di sisi Allah dan bagaimana kita memaksimalkan apa yang Allah berikan pada diri kita dalam rangka memaksimalkan ibadah kita kepada-Nya sebagai tanda syukur. Sekali lagi, ingatlah bahwa Allaah telah menganugerahi kita dengan akal dan potensi kebaikan. Sayyid Quthb berkata : Islam datang untuk menghapus kejahiliahan dan membangun kehidupan bercorak islami. Seandainya saja muslim benar-benar memahami ini, maka seluruh umat islam Buku Mentor Karisma 34
90 akan bersungguh-sungguh dalam hidupnya, mengerjakan apa yang bisa dia kerjakan, mengerahkan seluruh yang bisa dia upayakan. Karena meski sekarang masih belum sehebat tokoh-tokoh inspiratif atau orang-orang hebat lainnya, yakinlah bahwa bahkan setetes airpun sanggup membelah batu yang keras jika tetesan itu jatuh terus-menerus tak putus asa. 
Mari Mengapresiasi
Karena kita semua rasanya sepakat bahwa beda orang beda potensinya, maka betapa indahnya jika kita tidak lagi meremehkan hal-hal kecil yang orang lain lakukan. Karena apa yang terlihat remeh itu belum tentu bisa kita lakukan seperti orang lain melakukannya, begitu pula sebaliknya. Belajar mengapresiasi diri bisa dilakukan dengan cara melakukan pujian bagi diri terhadap berbagai hal positif yang telah ada pada diri (tidak berlebihan, memuji apa adanya), melakukan afirmasi positif terhadap diri atas berbagai hal baik yang telah kita lakukan (misalnya, mengatakan pada diri sendiri bahwa apa yang telah kita kerjakan merupakan hal yang baik sekali sekaligus memotivasi diri untuk melakukan pekerjaan yang lebih baik lagi), memberi reward pada diri sendiri atas sebuah pencapaian (misal, membeli beberapa buku bacaan favorit jika indeks prestasi kuliah meningkat), dan lain sebagainya. Mengapa penting untuk mengapresiasi? Jika kamu berpikir, "kenapa orang lain telah melakukan pencapaian luar biasa A-Z, sementara aku masih berada di titik ini?" percayalah, kekecewaan terhadap diri sendiri merupakan hal yang sia-sia. lakukanlah tindakan nyata untuk meng-upgrade perkembangan diri kita daripada meratapi kemajuan orang lain dan meremehkan kemajuan diri sendiri. Entah di mulai sejak kapan kebiasaan ini. Saat berhasil melakukan sesuatu dan mendapatkan hasil yang memuaskan, saya terbiasa untuk memberikan semacam reward kepada diri sendiri dalam bentuk membeli suatu barang yang dinginkan atau pergi ke suatu tempat yang bisa membuat saya sangat senang. Itu semua saya lakukan tanpa lupa bersyukur atas apa yang telah dilalui/diperoleh tentunya. Saya percaya bahwa setiap usaha/perjuangan yang telah dilakukan pantas diapresiasi oleh diri sendiri untuk memacu kemampuan diri ini lebih dari yang telah diperoleh. Kebanyakan kita lebih sering mengapresiasi apa yang diperoleh orang lain ketimbang diri kita sendiri, kepuasan yang tercipta dari apa yang kita dapatkan seolah bayaran yang pas. Bagi saya kepuasan haruslah dirayakan, walaupun hanyalah sebatas dengan ucapan, “Congratulation, Dev. ..� dan saya percaya bahwa kalimat itu semua dapat membuat saya makin berani untuk menghadapi sesuatu yang lebih besar dan rumit ke depannya. 1 Maka, mari mengapresiasi diri dan orang lain di sekitar kita. Agar potensi terbaiknya muncul, tidak patah semangat duluan di tengah jalan. Tapi sebagai pihak yang diberikan apresiasi juga harus selalu ingat untuk jangan tertipu oleh penilaian manusia. Keterangan : 1
disadur dari https://kolektormimpi.wordpress.com/tag/apresiasi-diri-sendiri/
Referensi Materi : https://kolektormimpi.wordpress.com/tag/apresiasi-diri-sendiri/ http://materitarbiyah.wordpress.com/2008/03/15/mengembangkan-potensi-diri/ http://menaraislam.com/content/view/145/27/ http://yangberkerudungawan.blogspot.com/2014/03/apresiasi-diri.html
Buku Mentor Karisma 34
91
Buku Mentor Karisma 34
92
SMA BINA AWAL Aqidah Indikator : - Adik meyakini keesaan Allah - Adik mengetahui prinsip aqidah - Adik mengetahui metode peningkatan aqidah - Adik sadar bahwa Al-Qur‘an adalah petunjuk hidup manusia - Tajwid Alokasi waktun: 2 x pertemuan A. Makna aqidah dan urgensinya sebagai landasan agama Makna aqidah secara Bahasa Aqidah berasal dari kata ‗Aqd yang berarti pengikatan. Aqidah adalah apa yang diyakini oleh seseorang. Jika dikatakan, ―Dia mempunyai aqidah yang benar,‖ berarti aqidahnya bebas dari keraguan. Aqidah merupakan perbuatan hati, yaitu kepercayaan hati dan pembenarannya kepada sesuatu. Makna aqidah secara syar‘i Aqidah adalah iman kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para Rasul-Nya, Hari akhir, dan qadar yang baik atau pun buruk. Hal ini disebut juga sebagai rukun iman. Syariat terbagi menjadi dua, yaitu I‘tiqadiyah dan amaliyah. I‘tiqadiyah adalah hal-hal yang tidak berhubungan dengan tata cara amal. Misalnya, I‘tiqad (kepercayaan) terhadap rububiyah Allah dan kewajiban beribadah kepada-Nya, juga ber-I‘tiqad terhadap rukun-rukun iman yang lain. Hal ini disebut ashliyah (pokok agama). Amaliyah adalah segala apa yang berhubungan dengan tata cara amal. Misalnya sholat, zakat, puasa, dan seluruh hukum-hukum amaliyah. Bagian ini disebut far‘iyah (cabang agama) karena ia dibangun di atas I‘tiqadiyah. Benar dan rusaknya amaliyah tergantung dari benar dan rusaknya I‘tiqadiyah. Maka aqidah yang benar adalah fondasi bagi bangunan agama serta merupakan syarat sahnya amal. Dalil: a. Q.S. Al-Ikhlash: 1-4 b. Q.S. Az-Zumar: 2-3 c. Q.S. Al-A‘raf: 59, 65, 73, 85 B. Manhaj Al-Qur‘an dalam menetapkan wujud dan keesaan Al-Khaliq Manhaj Al-Qur‘an dalam menetapkan wujud Al-Khaliq serta keesaan-Nya adalah manhaj yang sejalan dengan fitrah yang lurus dan akal yang sehat. Yaitu dengan mengemukakan bukti-bukti yang benar, yang membuat akal mau menerima dan musuh pun menyerah. Di antara dalil-dalilnya adalah sebagai berikut: 1. Sudah menjadi kepastian bahwa setiap yang baru tentu ada yang mengadakan Q.S. Ath-Thur: 35 Q.S. Luqman: 11 Q.S. An-Nahl: 17 2. Teraturnya semua urusan dan kerapiannya Q.S. Al-Mu‘minun: 91 3. Tunduknya makhluk-makhluk untuk melaksanakan tugasnya sendiri-sendiri dan mematuhi peran yang diberikan-Nya Q.S. Thaha: 49-50
Buku Mentor Karisma 34
93 C. Prinsip Aqidah Makna dari prinsip aqidah tertuang dalam kalimat syahadatain. Jika kita memahami lebih mengenai untaian kata syahadat maka akan kita dapatkan makna yang luar biasa yang perlu kita resapi. a. Makna syahadatain o Makna syahadat la ilahaillallah Adalah meyakini dan mengikrarkan bahwa tidak ada yang berhak disembah dan menerima ibadah kecuali Allah, menaati hal tersebut dan mengamalkannya. La ilaha menafikan hak penyembahan dari selain Allah, siapapun orangnya. Illallah adalah penetapan hak Allah semata untuk disembah. Makna kalimat ini secara global adalah, ―Tidak ada sesembahan yang hak selain Allah‖. o Makna syahadat annamuhammadarrasulullah Adalah mengakui secara lahir dan batin bahwa beliau adalah hamba Allah dan RasulNya yang diutus kepada manusia secara keseluruhan; serta mengamalkan konsekuensinya, menaati perintahnya, membenarkan ucapannya, menjauhi larangannya, dan tidak menyembah Allah kecuali dengan apa yang disyariatkan. b. Rukun syahadatain o Rukun syahadat la ilahaillallah a. An-Nafyu atau peniadaan. La ilaha membatalkan syirik dengan segala bentuknya dan mewajibkan kekafiran terhadap segala apa yang disembah selain Allah b. Al-Itsbat atau penetapan. Illallah menetapkan bahwa tidak ada yang berhak disembah selain Allah dan mewajibkan pengamatan sesuai dengan konsekuensinya. o Rukun syahadat muhammadarrasulullah a. Al-Abdu atau hamba yang menyembah. Rasulullah adalah manusia yang diciptakan dari bahan yang sama dengan manusia lainnya, Demikian pula berlaku atas beliau apa yang berlaku atas orang lain c. Syarat-syarat syahadatain o Syarat la ilahaillallah Terdapat tujuh syarat yang tanpanya maka tidak akan bermanfaat bagi yang mengucapkannya. Tujuh syarat itu adalah: 1. ‗Ilmu (mengetahui), yang menafikan jahl (kebodohan) 2. Yaqin (yakin), yang menafikan syak (keraguan) 3. Qabul (menerima), yang menafikan radd (penolakan) 4. Inqiyad (Patuh), yang menafikan tark (meninggalkan) 5. Ikhlash, yang menafikan syirik 6. Shidq (Jujur), yang menafikan kadzib (dusta) 7. Mahabbah (kecintaan), yang menafikan baghdha‘ (kebencian) o Syarat muhammadarrasulullah 1. Mengakui kerasulannya dan menyakininya dalam hati 2. Mengucapkan dan mengikrarkan dengan lisan 3. Mengikutinya dengan mengamalkan ajaran kebenaran yang telah dibawanya serta meninggalkan kebatilan yang telah dicegahnya 4. Membenarkan segala apa yang dikabarkan dari hal-hal yang gaib, baik yang sudah lewat maupun yang akan datang 5. Mencintainya melebihi cintanya kepada dirinya sendiri, harta, anak, orang tua, serta seluruh umat manusia 6. Mendahulukan sabdanya atas segala pendapat dan ucapan orang lain serta mengamalkan sunnahnya d. Konsekuensi syahadatain o Konsekuensi La ilahaillallah
Buku Mentor Karisma 34
94 Yaitu meninggalkan ibadah kepada selain Allah dari segala macam yang dipertuhankan sebagai keharusan dari peniadaan kalimat La ilahaillallah. Dan beribadah kepada Allah semata tanpa syirik sedikitpun, sebagai keharusan dari penetapan kalimat Illallah. o Konsekuensi muhammadarrasulullah Yaitu menaatinya, membenarkannya, meninggalkan apa yang dilarangnya, mencukupkan diri dengan mengamalkan sunnahnya, dan meninggalkan yang lain dari perkara-perkara bid‘ah dan hal-hal baru, serta mendahulukan sabdanya di atas semua pendapat manusia. e. Pembatal syahadatain 1. Syirik dalam beribadah kepada Allah 2. Orang yang menjadikan perantara-perantara antara dirinya dan Allah 3. Orang yang tidak mau mengafirkan orang orang musyrik dan orang yang masih ragu terhadap kekufuran mereka atau membenarkan madzhab mereka 4. Orang yang meyakini bahwa selain petunjuk Nabi lebih sempurna dari petunjuk beliau, atau hukum yang lain yang lebih baik dari hokum beliau. 5. Membenci ajaran yang dibawa oleh Rasulullah walaupun ia juga mengamalkannya 6. Menghina sesuatu dari agama Rasul, pahala, atau siksanya 7. Melakukan atau meridhoi sihir 8. Mendukung kaum musyrikin dan menolong mereka dalam memusuhi umat islam 9. Meyakini bahwa sebagian manusia ada yang boleh keluar dari syariat Nabi Muhammad 10. Berpaling dari agama Allah, tidak mempelajarinya, dan tidak pula mengamalkan.
Buku Mentor Karisma 34
95
Materi Ilmu Tajwid Sub :
Pengertian Tajwid Hukum nun mati dan tanwin
Tujuan : mengenalkan kepada adik hukum bacaan nun mati dan tanwin. Tajwid Dalam membaca Al-Quran agar dapat mempelajari, membaca dan memahami isi dan makna dari tiap ayat Al-Quran yang kita baca, tentunya kita perlu mengenal, mempelajari ilmu tajwid yakni tandatanda baca dalam tiap huruf ayat Al-Quran. Guna tajwid ialah sebagai alat untuk mempermudah, mengetahui panjang pendek, melafazkan dan hukum dalam membaca Al-Quran. Tajwīd ( ٕٚ )تجsecara harfiah mengandung arti melakukan sesuatu dengan elok dan indah atau bagus dan membaguskan, tajwid berasal dari kata ” Jawwada ” ( ّٕ ج- ّٕ جٚ- ٕٚ )تجdalam bahasa Arab. Dalam ilmu Qiraah, tajwid berarti mengeluarkan huruf dari tempatnya dengan memberikan sifat-sifat yang dimilikinya. Jadi ilmu tajwid adalah suatu ilmu yang mempelajari bagaimana cara melafazkan atau mengucapkan huruf-huruf yang terdapat dalam kitab suci Al-Quran maupun Hadist dan lainnya. Mengenal, mempelajari dan mengamalkan ilmu tajwid berserta pemahaman akan ilmu tajwid itu sendiri merupakan hukum wajib suatu ilmu yang harus dipelajari, untuk menghindari kesalahan dalam membaca ayat suci Al-Quran dan melafazkannya dengan baik dan benar sehingga tiap ayat-ayat yang dilantunkan terdengar indah dan sempurna. D. Macam-macam Hukum nun mati dan tanwin Perbedaan Nun sukun atau Tanwin adalah sama dalam lafadz tetapi lain dalam tulisan. Adapun hukum Nun sukun atau Tanwin dibagi menjadi 6 macam, antara lain: 13. Idghom Idghom
: memasukkan
Bighunnah : dengan mendengung Artinya: apabila ada Nun sukun atau Tanwin bertemu dengan salah satu huruf hijaiyyah yang berjumlah 4 huruf, antara lain:ٞ ٚ َ ْatau biasa di singkat dengan bunyi ُّْٛ ْٕ َ٠ Contoh: ْ ٞ) ْ ُيَُٛم٠ ْٓ َِ ( ْ-
ْ ْ) ُْ َذ ُو٠ْ ْ (فٍََ ْٓ َّْ ِِص-
ًٕب١ْ ِ(فَ ْزحًب ُِج
ْ ٚ) ُْ ِٙ ِ َسائَّٚ ْٓ ِِ ( ْ-
Idghom
– َ)
Idghom Bilaghunnah : memasukkan
Buku Mentor Karisma 34
96 Bilaghunnah : dengan tanpa mendengung Artinya: apabila ada Nun sukun atau Tanwin bertemu dengan salah satu huruf hijaiyyah yang berjumlah 2 huruf, antara lain: يdan س Contoh: ْ )ي ه َ ْٔ ْ ( ِِ ْٓ ٌَ ُذ-
ٌُ ١ْ ْ ٌس َس ِحُٛ( َغف
– )س
14. Idzhar Idzhar berarti: jelas atau terang Artinya: apabila ada Nun sukun atau Tanwin bertemu dengan salah satu huruf hijaiyyah yang berjumlah 6 huruf, antara lain: أ ح خ ع ؽ ﻫ Contoh: ا اَ َح ٌذًٛ ُ)ا – ( ُوف ٍُْ ١َظ ِ كػ ٍ ٍُ)ع – ٍِ ( ُخ
ُ ١–ْ ( ِِ ْٓ َح ْ )ح ْش ُْ َش ُو١ْ ْ ًِب َغَٛ (ل-)ؽ
ْ َّ–ْ ( َِ ْٓ َخف ْ )خ ذ ْ (ﻫ َب َسْٙٔ َ–ْ (ٌَ ُى ُُ ْاال
15. Iqlab Iqlab berarti: Artinya: apabila ada Nun sukun atau Tanwin bertemu dengan satu huruf dari huruf hijaiyyah yaitu: ة Contoh: ْ )ة ًَ –ْ ( َِ ْٓ ثَ ِخ
َْٓ١َا ٌْ ثَٛ )ة – ( َػ
16. Ikhfa‘ Ikhfa‘ berarti: samar-samar Artinya: apabila ada Nun sukun atau Tanwin bertemu dengan salah satu huruf hijaiyyah yang berjumlah 15 huruf, antara lain: دسطدرصطشظضطظفقن Contoh: ْ )ط ُْ َٕب ُو١ْ –ْ (اَ ْٔ َج
ْ )د َبِٙ–ْ ( ِِ ْٓ رَحْ ز
)س – ( َِب ًء صَ َجب جًب
ٌ َٛ ْٕ )د – ( ِل َ ٍخ١ِٔ اْ دَا
ْ )ر ْٞ –ْ ( َِ ْٓ َراٌَّ ِز
ْ َِ ِئ ٍز ُصسْ لًبَٛ٠( ٍِ – )ص
ْ )ط َْ –ْ (اِ َّْ ْا ِال ْٔ َسب
ٌذ٠ْ )ش – ( َػ َزا ةٌ َض ِذ
َْٓ١صب ٌِ ِح َ ْ ًِبَٛ)ظ – (ل
Buku Mentor Karisma 34
97
Buku Mentor Karisma 34
)ظ ْ –ْ (ػ َْٓ ظُِ ُْٛٙس ِ٘ ُْ
)ط ْ –ْ ( ََِ ٚب ِ ْٕ َ٠ط ُ ك
ضب ِح َىخ ٌ )ض – ( ُِ ْسفِ َش حٌ َ
)ن ْ –ْ ( َِ ْٓ َوب َْ َ٠شْ جُ ْٛا
(س ْصلًب لَب ٌُ ْٛا )ق – ِ
)ف – ( ُػ ّْ ٌ ٟفَُْ ُٙ
98
Ibadah Indikator
:
- Adik Memahami fungsi ibadah. - Adik Mengetahui jenis ibadah wajib dan sunah. Kategori : SMA Tingkat : Bina Awal Ibadah secara Bahasa berarti merendahkan diri dan tunduk. Di dalam syara‘, definisi yang paling lengkap dari ibadah adalah sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhoi Allah, baik berupa ucapan maupun perbuatan, yang lahir ataupun yang batin. Berdasarkan Q.S. Adz-Dzariyat: 56-58 Allah memberitahukan bahwa hikmah penciptaan jin dan manusia adalah agar mereka melaksanakan ibadah kepada Allah. Dan Allah Maha Kaya, tidak membutuhkan ibadah mereka, akan tetapi merekalah yang membutuhkan-Nya; karena ketergantungannya pada Allah, maka mereka menyembah-Nya sesuai dengan aturan syariat-Nya. Siapa yang menolak beribadah kepada Allah, ia adalah orang yang sombong. Siapa yang menyembah-Nya, tetapi dengan selain apa yang disyariatkan-Nya maka ia adalah pelaku bid‘ah. Siapa yang hanya menyembah Allah dengan syariat-Nya, maka dia adalah mukmin yang mengesakan Allah. Ibadah itu banyak macamnya. Ia mencakup semua jenis ketaatan yang tampak pada lisan, anggota badan, dan yang lahir dari hati, seperti zikir, tasbih, tahlil, membaca Al-qur‘an, sholat zakat, puasa, haji, jihad, amar ma‘ruf nahi mungkar, berbuat baik kepada kerabat, anak yatim, orang miskin, dan musafir. Begitu pula cinta kepada Allah dan Rasul-Nya, takut kepada Allah, tobat, ikhlas kepada-Nya, sabar terhadap hukum-Nya, ridha dengan Qadha‘-Nya, tawakkal, serta mengharap nikmat-Nya dan takut akan siksa-Nya. Ibadah mencakup seluruh tingkah laku seorang mukmin jika diniatkan untuk mendekatkan diri kepada Allah atau apa yang dapat membantu melakukan hal itu. Bahkan kebiasaan (yang mubah) pun bernilai ibadah jika diniatkan sebagai bekal untuk taat kepada Allah. Misalnya, tidur, makan, minum, jual-beli, bekerja mencari nafkah, nikah, dsb. Berbagai kebiasaan trsebut akan bernilai ibadah yang berhak mendapatkan pahala. Karenanya, tidaklah ibadah itu terbatas hanya pada syi‘ar-syi‘ar yang biasa dikenal. Sumber: Dr. Shalih bin Fauzan Al-Fauzan, 2014, ―Kitab Tauhid‖, Jakarta Timur, Ummul Qura.
Buku Mentor Karisma 34
99
NATAJIUL IBADAH WA HALAWATUL IBADAH Dari Abu Hurairah bahwa Nabi bersabda, “Maukah kalian aku tunjukkan amalan yang Allah gunakan untuk menghapus kesalahan dan mengangkat derajat?” Para sahabat menjawab, “Tentu, Ya Rasulullah.” Beliau menjawab, “Menyempurnakan wudhu di hari yang sangat dingin, memperbanyak langkah ke masjid, dan menunggu shalat sesudah mengerjakan. Itulah ribath (berjaga-jaga) di jalan Allah. Itulah ribath di jalan Allah. Itulah Ribath dijalan Allah.” (HR Muslim) WUDHU Pensyariatan wudhu didasarkan pada banyak dalil, diantaranya adalah firman Allah dalam Qur‘an surat Al-Maidah : 6 yang artinya : “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki….” Selain itu juga sunah Rasulullah yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah bahwa beliau bersabda : “Allah tidak akan menerima shalat salah seorang dari kamu yang berhadast hingga ia berwudhu.” (HR Asy-Syaikhani) Syarat-syarat Sah Wudhu : 4. Niat 5. At-Tasmiyah (menyebut nama Allah) 6. Al-Muwaalaah (berturut-turut/bersambung) Rukun Wudhu Sahabat mentoring, wudhu memiliki beberapa rukun yang merupakan unsur utamanya. Bila salah satu rukunnya tak terwujud, ia tak terwujud dan tak dianggap sah oleh agama. Adapun mengenai rukun-rukun wudhu, berikut ini rinciannya : 7. Niat 8. Membasuh muka (wajah) 9. Membasuh dua tangan sampai ke siku 10. Membasuh sebahagian kepala 11. Membasuh dua kaki sampai dua mata kaki 12. Tertib Sunah Wudhu Niih, selain wudhu ada juga sunnah-sunnah wudhu yang dianjurkan bagi kita umat islam, seperti yang telah Rasulullah ajarkan kepada umat islam. Sunnah sendiri ialah dikerjakan mendapat pahala, jika tidak pun tidak apa-apa. Namun apakah setelah mengetahuinya sahabat sekalian akankah meninggalkan sunnah ? Tentu tidak ya, karena dalam berwudhu Allah menggugurkan dosa kita. Berikut ini merupakan sunnah-sunnah wudhu : 15. Membaca basmallah sebelum mengerjakannya 16. Memakai siwak 17. Membasuh kedua telapak tangan diawal wudhu 18. Berkumur 19. Menghisap dan mengeluarkan air melalui hidung 20. Menyela-nyela jenggot 21. Menyela jari-jemari 22. Membasuh sebanyak tiga kali 23. Memulai dengan tangan dan kaki kanan 24. Mengusapkan tangan yang telah dibasahi air ke anggota tubuh
Buku Mentor Karisma 34
100 25. 26. 27. 28.
Mengusap kedua telinga Membasuh muka dan kaki melebihi ukuran yang semestinya Berdoa sesudahnya Shalat sunnah dua rakaat sesudah berwudhu
Perkara-perkara yang Membatalkan Wudhu e. Segala sesuatu yang keluar dari qubul dan dubur : air kencing, kentut f. Tidur lelap yang menghilangkan kesadaran dalam posisi tidak tegak g. Hilangnya kesadaran akal karena mabuk atau sakit h. Menyentuh kemaluan tanpa penghalang Perkara-perkara yang tidak Membatalkan Wudhu e. Keluarnya darah dari jalan yang tidak biasa f. Muntah g. Makan daging unta h. Keraguan seseorang tentang hadast Perkara-perkara yang Diwajibkan Berwudhu d. Seluruh jenis shalat, baik shalat fardhu maupun shalat sunnah e. Tawaf di Baitullah f. Menyentuh mushaf Al-Quran Perkara-perkara yang disunnahkan Berwudhu Wudhu disunnahkan dalam kondisi-kondisi berikut : g. Saat berdzikir h. Menjelang tidur i. Ketika orang yang sedang junub makan, minum, atau mengulangi persetubuhan j. Sebelum mandi, baik mandi wajib maupun mandi sunnah k. Sesudah makan sesuatu yang terkena api l. Memperbarui wudhu setiap kali akan shalat SHALAT “Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasannya kamu berdiri (shalat) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari orang-orang yang bersama kamu, dan Allah menetapkan ukuran malam dan siang. Allah mengetahui bahwa kamu sekalikali tidak dapat menentukan batas-batas waktu-waktu itu, maka dia memberi keringanan kepadamu karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al-Quran. Dia mengetahui bahwa akan ada diantara kamu orang-orang yang sakit dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebahagian karunia Allah; dan orang-orang yang lain lagi berperang di jalan Allah, maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al-Quran dan dirikanlah shalat, tunaikan zakat, dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya, dan mohonlah ampun kepada Allah; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi maha Penyayang.� (Q.S. Al-Muzammil: 1-9) Sahabat mentoring, setelah kita bersama-sama mengetahui mengenai tata cara berwudhu dengan baik, pada kali ini kita akan membahas mengenai shalat. Shalat ialah ibadah yang berisikan perkataan dan perbuatan tertentu yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam. Shalat dalam islam memiliki kedudukan yang tidak dapat ditandingi kedudukan ibadah apapun. Shalat adalah tiang agama dan agama hanya bisa berdiri tegak hanya dengannya. Rasulullah bersabda:
Buku Mentor Karisma 34
101 “Poros segala sesuatu adalah Islam, tiangnya adalah shalat dan puncak tertingginya adalah jihad di jalan Allah.” (H.R. Tirmidzi). Shalat juga merupakan ibadah pertama yang diwajibkan Allah. Meninggalkan shalat karena mengingkarinya adalah kekafiran dan murtad dari agama Islam menurut ijmak umat Islam. Adapun orang yang meninggalkannya karena malas atau lantaran sibuk dengan sesuatu yang tidak dianggap uzur oleh agama, tetapi masih mengimani dan meyakini kewajibannya, maka beberapa hadist telah secara terang menyatakan kekafiarannya bahkan keluar dari Islam. Untuk mengetahui bagaimana Rasulullah SAW shalat, kita harus mengacu kepada Al-Quran dan As-Sunnah. Agar lebih mudah dalam mengikuti gerakan shalat Rasul, kita dapat menggunakan pendapat para ulama yang telah lama melakukan riset terhadap Al-Quran dan As-Sunnah. Pembahasan berikut akan selalu mengacu pada pendapat para ulama. Siapa yang Wajib Mengerjakan Shalat ? Shalat wajib dikerjakan oleh seorang muslim yang mempunyai akal dan telah balig. Hal ini didasarkan pada hadist yang diriwayatkan dari Aisyah bahwa Nabi bersabda, “Pena pencatat amal tidak digunakan mencatat amal tiga jenis manusia, orang yang tidur hingga ia terbangun, anak-anak hingga ia balig, dan orang gila hingga ia sembuh.” (H.R. Ahmad) Waktu Shalat Shalat memiliki waktu yang telah ditentukan dan harus dikerjakan pada waktunya. Shalat Shalat Subuh (2 rakaat)
Waktu Shalat Diawali dari munculnya fajar shaddiq, yakni cahaya putih yang melintang di ufuk timur. Waktu subuh berakhir ketika terbitnya matahari.
Shalat Dzuhur (4 rakaat)
Diawa jika matahari telah tergelincir (condong) kea rah barat, dan berakhir ketika masuk waktu Ashar.
Shalat Ashar (4 rakaat)
Diawali jika panjang bayang-bayang benda melebihi panjang benda itu sendiri. Khusus untuk madzhab Imam Hanafi, waktu Ashar dimulai jika panjang baying-bayang benda dua kali melebihi panjang benda itu sendiri. Waktu Ashar berakhir dengan terbenamnya matahari.
Shalat Maghrib (3 rakaat)
Diawali dengan terbenamnya matahari, dan berakhir dengan masuknya waktu Isya.
Shalat Isya (4 rakaat)
Diawali dengan hilangnya cahaya merah (syafaq) di langit barat, dan berakhir hingga terbitnya fajar shaddiq keesokan harinya.
Syarat Shalat c. Syarat Wajib Shalat 6. Islam Setiap orang yang beragama Islam diwajibkan untuk shalat tetapi bagi non-muslim tidak diwajibkan shalat. 7. Baligh/Mencapai Usia Dewasa Bagi perempuan dikatakan baligh apabila telah keluar darah haid. Sementara bagi laki-laki ketika berusia 15 tahun atau telah keluar sperma. 8. Berakal Bagi yang tidak berakal sehat tidak diwajibkan untuk shalat. Buku Mentor Karisma 34
102 9. Tidak dalam keadaan haid dan nifas (khusus perempuan) 10. Telah sampai dakwah tentang shalat kepadanya. d. Syarat Sah Shalat Syarat-syarat sah shalat adalah perkara-perkara yang dilakukan sebelum shalat. Orang yang hendak mengajarkan shalat wajib melakukannya, dan bila ia meninggalkan satu saja darinya, shalatnya batal. Rinciannya adalah sebagai berikut : 6. Mengetahui tibanya waktu shalat Keyakinan saja sudah cukup. Karena itu, orang yang telah meyakini tibanya waktu shalat diizinkan mengerjakannya. (Q.S. An-Nisa:103) 7. Suci dari hadist kecil dan hadast besar (Q.S. Al-Maidah: 6) 8. Badan, pakaian, dan tempat shalat harus suci dari najis yang terlihat Poin ini jika orang yang shalat mampu mewujudkannya, namun bila ia tidak mampu menghilangkan najis, ia boleh mengerjakan shalat menurut kondisi apa adanya dan tidak wajib mengulang shalatnya. Orang yang mengerjakan shalat membawa najis, tapi ia tidak mengetahuinya atau lupa, kemudian ia mengetahuinya ditengah-tengah shalatnya dia wajib menghilangkannya lalu meneruskan shalatnya sesuai dengan jumlah rakaat yang sudah dikerjakannya. Dia tidak perlu mengulanginya. 9. Menutup aurat Batas aurat seorang laki-laki Aurat yang wajib ditutup seorang laki-laki adalah qubul (kemaluan) dan dubur. Sedangkan menutup paha, pusar dan lutut adalah sesuatu yang dipersilahkan oleh para ulama karena perbedaan riwayat. Sebagian ulama menganggapnya aurat, sebagian yang lain menganggapnya bukan aurat. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan: “Hendaklah tidak ada perselisihan tentang wajibnya menutup paha pada shalat.” Pendapat yang dikatakan ini adalah pendapat yang paling kuat.
Batas aurat seorang perempuan Selain wajah dan telapak tangan, seluruh bagian tubuh perempuan adalah aurat yang wajib ditutupi di dalam shalat (Q.S. An-Nur: 31) Pakaian yang wajib dikenakan dan pakaian yang menutup aurat. Pakaian yang tipis yang memperlihatkan warna kulit tidak boleh digunakan di dalam shalat. Shalat boleh dikerjakan dengan memakai satu pakaian, namun menjaganya dengan dua atau lebih pakaian adalah sesuatu yang disunnahkan. Demikian pula menghias pakaian yang dikenakan bila memang dimungkinkan. 10. Menghadap kiblat (Q.S. Al-Baqarah: 144) Rukun Shalat 12. Berdiri (bagi yang mampu) 13. Takbiratul ihram 14. Membaca surat Al-Fatihah pada tiap rakaat 15. Ruku‘ dan tuma‘ninah 16. Iktidal setelah ruku‘ dan tuma‘ninah 17. Sujud dua kali dengan tuma‘ninah 18. Duduk anatara dua sujud dengan dengan tuma‘ninah 19. Duduk dan membaca tasyahud akhir 20. Membaca shalawat nabi pada tasyahud akhir 21. Membaca salam yang pertama 22. Tertib (melakukan rukun secara berurutan) Sunnah Shalat 9. Mengangkat kedua tangan pada saat takbiratul ikhram Buku Mentor Karisma 34
103 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.
Meletakkan tangan kanan diatas tangan kiri Membaca doa iftitah Membaca ta‘awudz dan basmallah Membaca Amin (baik imam maupun makmum, baik sendirian maupun secara berjamaah) Membaca surat atau ayat Al-Quran setelah membaca Al-Fatihah Memanjangkan rakaat pertama shalat subuh Membaca doa qunut Hal-hal yang Membatalkan Shalat Kehilangan syarat sah shalat seperti murtad, gila, shalat belum waktunya, dan lain-lain Meninggalkan salah satu rukun shalat Berbicara di luar shalat Bergerak di luar gerakan sendiri Makan dan minum Mendahului imam Terdapatnya air bagi yang tayamum.
Tata Cara Wudhu dan Sholat
D. Wudhu Wudhu menurut bahasa artinya bersih dan indah, sedang menurut syara‘ artinya membersihkan anggota wudhu untuk menghilangkan hadas kecil. Air yang digunakan untuk wudhu mestilah air yang suci dan menyucikan. Orang yang melaksanakan solat , wajib lebih dahulu berwudhu, karena wudhu adalah menjadi syarat syahnya solat. Dalil yang memerintahkan untuk berwudhu Qs Al-Maidah;6 ِْٓ ١َ ا ٌْ َى ْؼجٌَِٝأَسْ ُجٍَ ُى ُْ إَٚ ُْ س ُىٚ ِ ا ثِ ُش ُءُٛا ِْ َسحَٚ ك ِ ِ ا ٌْ َّ َشافٌََِٝ ُى ُْ إ٠ ِذ٠ْ َأَٚ ُْ َ٘ ُىُٛجُٚ اٍُٛ اٌصَّال ِح فَب ْغ ِسٌَِٝا إِ َرا لُ ّْزُ ُْ إَُِٕٛ َٓ آ٠َب اٌَّ ِزُّٙ٠ََب أ٠ ―Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki,‖ Fardu Wudhu ada enam: g. Niat Hendaknya berniat (menyengaja) menghilangkan hadast atau menyengaja berwudhu ketika membasuh muka. h. Membasuh wajah Membasuh seluruh muka (mulai dari tumbuhnya rambut kepala bagian atas hingga bawah dagu, dan telinga kanan hingga telinga kiri) i. Membasuh kedua tangan sampai siku-siku j. Mengusap sebagian rambut atau kulit kepala. k. Membasuh kedua kaki sampai mata kaki l. Tertib. Syarat-syarat wudhu: g. Islam h. Tamyiz, yakin dapat membedakan baik buruknya sesuatu pekerjaan. i. Tidak berhadas besar. Buku Mentor Karisma 34
104 j. Dengan air suci lagi menyucikan k. Tidak ada sesuatu yang menghalangi air, sampai ke anggota wudhu. Misalnya getah, cat, dan sebagainya. l. Mengetahui yang mana yang wajib (fardhu) dan mana yang sunah. Sunah-sunah wudhu: m. n. o. p. q. r. s. t. u. v. w.
Bersiwak Membaca basmallah, ketika hendak berwudhu. Membasuh kedua telapak tangan. Berkumur-kumur Membasuh libang hidung sebelum berniat. Menyapu seluruh rambut kepala dengan air Mendahulukan anggota yang kanan daripada yang kiri Menyapu kedua telinga luar dan dalam Menigakalikan membasuh. Menyela-nyela jari-jari tangan dan kaki. Membaca doa setelah wudhu.
Yang membatalkan wudhu: e. Keluar sesuatu dari qubul dan dubur. f. Hilang akal sebab gila, pingsan, mabuk dan tidur nyenyak. g. Bersentuhan antara kulit laki-laki dan perempuan yang sama-sama dewasa, keduanya bukan muhrim dengan tidak ada penghalang antara kedua kulit tersebut. h. Memegang atau menyentuh kemaluan (qubul dan dubur) dengan telapak tangan atau dengan bagian dalam jari-jari yang tidak memakai tutup. E. Sholat Untuk mewujudkan shalat yang diridhai Allah SWT. Hendaklah dipenuhi adab-adab dalam shalat itu. Adab-adab dalam shalat dibagi dua: Pertama: Adab-adab Umum, yaitu ―segala adab yang mesti dilaksanakan diseluruh shalat, tidak ditentukan dengan sesuatu rukun, atau perbuatan‖ Kedua: Adab-adab khusus, yaitu ―segala adab yang ditentukan dengan sesuatu rukun, baik perbuatan ataupun bacaan‖ Adab-adab Khash (khusus) dibagi kepad Dua, yaitu: 1. Adab khash yang dhahir, dikerjakan oleh anggota-anggota lahir dibawah perintah anggota bathin. Adab bertakbiratul Ikhram, Hendaklah kita angkat kedua belah tangan kita kedaun telinga kita, bertentangan tangan-tangan itu dengan bahu, dengan menghadapkan anak-anak jari kedua tangan kekiblat serta mengembangkan keduanya. Sesudah itu, Ucapkanlah takbiratul Ikhram, Yaitu ― اﷲ ا ﮐجشAllah Maha Besar‖. 2. Adab khash bathin, dikerjakan oleh anggota bathin, lahir bekasannya pada anggota lahir. Dan Janganlah kita melafadhkan, lafadh niat sebelum bertakbir itu, Kerena Nabi SAW, Khulafaur Rasyidin, Para sahabat tidak melafadhkan dan tidak pula menyuruh melafadhkan Shalat ialah berharap diri kepada Allah sebagai ibadah, dengan penuh kekhusyuan dan keikhlasan di dalam beberapa perkataan dan perbuatan, yang mulia dengan takbir dan diakhiri dengan salam serta menurut syarat-syarat yang telah ditentukan syara. Dalil yang mewajibkan tentang solat banyak sekali, baik dalam Al-Qur‘an maupun dalam hadist Nabi Muhammad saw. Ssalah satu dalilnya Qs Al-baqarah ayat 43 yang artinya: ―dan laksanakan shalat, tunaikan zakat, dan rukulah beserta orang yang ruku‖ Buku Mentor Karisma 34
105 Perintah shalat ini hendaklah ditanamkan kedalam hati dan jiwa anak-anak dengan cara pendidikan yang cermat, dan dilakukan sejak kecil. 5. Syarat-syarat wajib shalat k. Beragama Islam l. Sudah baligh m. Berakal n. Suci dari haid dan nifas o. Telah mendengarajakan dakwah islam 6. Syarat-syarat sah shalat o. Suci dari dua hadist (kecil dan besar) p. Suci seluruh anggota badan, pakaian dan tempat najis q. Menutup aurat. r. Masuk waktu yang telah ditentukan untuk masing-masing shalat. s. Menghadap kiblat t. Mengetahui mana yang fardhu dan mana yang sunah u. Menjauhi perkara-perkara yang membatalkan shalat
Buku Mentor Karisma 34
106
Budi Pekerti Luhur Indikator teman sebaya Katagori
: Adik terdidik untuk bersikap rendah hati dalam bergaul di sosial kemasyarakatan dan : SMA
Tingkat : Bina Awal
Muslim yang benar selalu menampilkan budi pekerti yang baik,perangai yang lembut, perkataan yang halus dan ramah. Nabi SAW, manusia yang harus dijadikan panutan atau idola kaum muslimin, telah banyak mencontohkan perbuatan-perbuatan mulia di atas untuk menuntun umatnya. Rosulullah selalu menjauhi perbuatan atau ucapan yang kotor. Abdullah bin Amru bin Ash RA meriwayatkan bahwa Nabi SAW bersabda : ―Sesungguhnya yang termasuk insan pilihan di antara kamu sekalian adalah yang terbaik ahlaknya.” ( HR Muttfaq Ilaih) “sesungguhnya yang aku cinta di antara kalian dan paling dekat kedudukanya denganku di hari kiamat adalah yang paling baik ahlaknya. Dan yang paling aku benci dan jauh dariku di hari kiamat adalah yang banyak bicara dan berlagak sombong serta bertele-tele dalam berbicara”. Bertanya para sahabat :” ya Rosulullah, kami tahu apa yang dinamakan “atstsartsaarun wal mutasyaddiqun (banyak bicara dan bertele-tele ), lalu apakah arti al mutfaihiqun‟?” Rosulullah menjawab “Al mutakabirun (sombong). (HR Tirmizi) Untuk menghindari sifat sombong maka kita harus tawadu (rendah hati). Karena setiap mukmin hendaknya selalu rendah hati, tunduk kepada perintah Allah. Maka derajatnya akan diangkat Allah dan ditempatkan di sisi Nya. Tawadhu‘ mempunyai dua makna : pertama, menerima kebenaran yang datangnya dari siapa saja. Sebagian manusia tidak menerima kebenran kecuali datangnya dari orang yang lebih senior. Tapi, jika kebenaran itu dari orang yang lebih rendah kedudukannya , ia tidak menerima sama sekali. Yang dinamakan tawadhu‘ tidaklah begitu. Ia akan menerima kebenaran yang datangnya dari siapapun, baik orang miskin ataupun kaya; terhormat ataupun sederhana; kuat maupun lemah; dari temanya sendiri maupun musuhnya. Kedua, mampu menjalin interaksi dengan semua manusia. Sikap penuh kasih sayang dan kelembutan, baik itu pada pembantu maupun tuaanya, orang yang terhormat maupun sederhana, orang besar maupun hina.sedangkan secara umum tawadhu‘ dapat dartikan :‖merendahkan diri di hadapan Allah‖ Rosulullah menjelaskan: “tidaklah seorang merendahkn diri di hadapan Allah, kecuali Allah akan mengangkat derajatnya.” (HR Muslim) “sesungguhnya Allah telah mewahyukan kepadaku agar kalian bersikap tawadu, sehingga setiap kamu tidak angkuh terhadap yang lain, dan tidak saling menindas.” (HR Muslim) Selama hidupnya, Rosulullah SAW selalu bersikap rendah hati, kasih sayang, lemah lembut dan penuh toleransi. Sekalipun terhadap anak-anak kecil. Sifat kenabian dan kedudukan tinggi tidak menghalanginya berbuat baik dan berahklak mulia yang khusus diberikan Allah. Beliau selalu memberi salam kepada Anak-anak, bermuka manis kepada mereka, dan meluangkan waktu sekedar untuk menyenangkan mereka. Buku Mentor Karisma 34
107 Jadi keutamaan dari bersikap tawadhu‘ (rendah hati) adalah Allah akan meninggikan derajat kita. Nabi bersabda : “Barang siapa yang bersikap tawadhu‟ karena Allah satu derajat saja, pasti Allah mengangkatnya satu derajat, sampai ia mencapai ketinggian derajat yang paling tinggi. Dan barang siapa yang bersikap sombong kepada Allah satu derajat saja pasti Allah merendahkan satu derajat sampai ia mencapai kerendahan derajat serendah-rendahnya. (HR Ahmad). Renungkanlah bersama mentee tentang hadist Rosulullah berikut : ―Tidak masuk surga , orang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan walaupun seberat dzarrah (biji sawi)‖ Sekarang bertanyalah kepada diri sendiri. Apakah dalam hati kita masih menyimpan kesombongan meski sebesar atom?. Pada hari kiamat kita datang dengan sholat,puasa,zakat,haji dan amal shalih lainnya. Tetapi bila dalam dada kita terdapat secuil kesombongan , maka kita tidak akan masuk surga. Yuk intropeksi diri dan mulai berubah kelebih baik. Contoh aplikatif : Tawadhu adalah akhlak Rosulullah : Para sahabat berkata : jika Rosulullah berjabat tangan beliau tidak akan menarik tanganya sampai orang yang menyalaminya menarik tangganya sendiri; dan jika berjabat tangan, beliau menjabatnya dengan tangannya secara keseluruhan. Ia tidak akan memalingkan wajahnya darimu sampai kamu memalingkan wajahmu. Ia akan duduk di suatu majelis sampai berakhir majelis itu. Ia selalu riang gembira dan engkau tidak akan menjumpainya kecuali dalam keadaan tersenyum. Contohkan kepada mentee bagaimana cara menyapa dan mengucapkan salam serta berjabat dengan sesama. Lalu mintalah adik memperaktekan sesuai dengan yang dicontohkan oleh Nabi. Daftar Pustaka : Khalid, Amru. (2006). Semulia Akhlak Nabi. Solo: Aqwam Media Profetika Ali Hasyimi, M. (2006). Apakah Anda berkepribadian Muslim. Depok: Gema Insani
Buku Mentor Karisma 34
108
Komunikasi dan Adab Terhadap Sesama Indikator
: Memiliki kemampuan bergaul dan bersosialisasi dengan baik
Katagori Tingkat
: SMA : Bina Awal
Hubungan komunikasi yang kompleks adalah ketika kita berkomunikasi dengan masyarakat yang ada di sekitar kita, dengan komunikasi yang baik kita dapat bersosialisasi dengan mudah. Untuk itu pola komunikasi yang baik harus kita lakukan. Masyarakat di sekitar kita memiliki karakteristik yang beragam. Mereka berlatar belakang keluarga, pendidikan dan pengalaman yang beragam. Agar hubungan komunikasi dengan masyarakat dapat terjalin dengan harminis, maka kita dituntut untuk memahami karaktersitik dan ilmu pengetahuan yang luas. Disamping itu kita menjalin hubungan komunikasi yang baik, dituntut memberikan kontribusi terhadap sesama. Misalkan kita harus peka terhadap masyarakat di sekitar kita, barangkali ada yang membutuhkan bantuan kita. Menjaga silahturahmi dianatara sesama manusia di dalam keluarga dan masyarakat dengan cara saling nasihat menasihati, tolong menolong di jalan yang baik, menyuruh berbuat ma‘ruf dan mencegah perbuatan mungkar. Seperti dalam QS Attaubah :71 ― dan orang-orang yang beriman, laki-laki atau perempuan, sebagian mereka adalah penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh kepada yang ma‘ruf, mencegah dari yang mungkar, mendirikan sholat, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan Rosulnya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah. Sesungguhnya Allah maha perkasa lagi maha bijaksana. Allah menjanjikan kepada orangorang mukmin lelaki dan perempuan. Akan mendapat surga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai, kekal mereka didalamnya, dan mendapat tempat-tempay yang bagus surga ‗and. Dan keridhoan Allah adalah lebih besar; itu adalah keberuntungan yang besar.” Bentuk dari meningkatkan komunikasi dan sosialisasi dengan sesama kita dapat lakukan dengan: #minta setiap mentee untuk membacakan ayatnya 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
Ukhuwah ( persaudaraan) ,QS Al-hujarat:10 Silahturahmi ,QS Al-Imran : 103 Ta‘awun (tolong menolong) QS Al-Maidah :2 Afwun (saling memaafkan) QS An-nur 22 Rauf (Ramah) QS Al-fath :29 Sabar (menahan diri) QS Ali Imran : 15-17 Tasamun (toleran) QS Al-Kafirun: 1-5 Musawah (persamaan) QS Al-Hujurat : 9 Adil QS AL –Maidah :8 Kreatif QS Al-Kahfi :17 Dinamis QS Al-Insyiroh :7-8
Dalam pola komunikasi dengan sesasama adab berbicara juga harus diperhatikan, karena perkataan yang kita ucapkan haruslah sesuai jangan sampai melukai hati orang lain, oleh karena perkataan yang kita ucapkan haruslah seperti yang Al-Quran ajarkan yaitu: 1. Qaulan Sadida QS An-nisa:9 dan QS al-Azhab :70 Yaitu perkataan yang lemah lembut,jelas,jujur,tepat, baik dan adil.seperti saat seseorang memberi wasiat. Buku Mentor Karisma 34
109 2. Qoulan maâ€&#x;rufa QS An-nisa :5 ,Al-Baqoroh: 235, dan Al-anfal : 32 Mengandung arti perkataan yang baik (sopan,halus,indah,benar,penuh penghargaan, menyenangkan , serta sesuai dengan kaidah hukum dan logika) dalam pengertian diatas tampak bahwa perkataan yang baik adalah bahasa yang digunakan yaitu bahasa yang dapat dipahami oleh orang yang diajak bicara dan diucapkan dengan pengungkapan yang sesuai dengan norma. Seperti yang disukai perempuan dan anak-anak. 3. Qoulan Baligho QS An-Nisa :63 Yaitu ucapan yang benar dari segi kata. Apabila dilihat dari segi sasaran atau ranah yang disentuhnya dapat diartikan sebagai ucapan yang efektif. Seperti saat Nabi memebri nasihat. 4. Qoulan masyura QS Al-Isra :28 Adalah ucapan yang membuat orang lain merasa mudah, bernada lunak,indah, menyenangkan,halus,lemah lembut dan bagus. Serta memberikan optimisme bagi orang yang diajak bicara. Seperti ketika memberi janji yang menyenangkan. 5. Qoulan layyina QS Thaha:44 Adalah ucapan yang baik yang dilakukan dengan lemah lembut sehingga dapat menyentuh hati hat orang yang diajak bicara. Seperti nabi Musa mendakwahi Firaun. 6. Qoulan Karima QS Al-Isra :23 Adalah ucapan yang lembut berisi permuliaan,penghargaan,pengagungan,dan penghormatan kepada orang yang diajak berbicara. Seperti seorang budak menghadapi majikannya. Mintalah adik untuk mendiskusikan kasus berikut (sebutkan apa saja tindakan komunikasi yang menyimpang dan bagaimana seharusnya) YOGYAKARTA, KOMPAS.com — Mahasiswi S-2 UGM, Florence, yang sedang menjadi buah bibir di media sosial akhirnya buka mulut. Melalui surat elektronik yang disampaikan kepada Tribun Jogja, ia mengungkapkan penyesalan dan meminta maaf kepada publik. "Saya beserta keluarga dan teman-teman yang bersangkutan meminta maaf yang sebesar-besarnya kepada segenap warga Yogyakarta atas kata-kata di Path saya. Saya merasa sangat menyesal dan berjanji tidak akan mengulangi perbuatan saya," tulisnya dalam surat elektronik tersebut. Selanjutnya, pemilik nama lengkap Florence Sihombing ini juga mengungkapkan permintaan maaf kepada pihak civitas akademika UGM. "Saya juga meminta maaf kepada pihak UGM, khususnya Fakultas Hukum, dosen-dosen, dan segenap akademisi FH UGM, meski saya tidak pernah membawa-bawa nama UGM. Saya tidak tahu siapa-siapa saja oknum tidak bertanggung jawab yang telah mendramatisir dan menyebarluaskan status Path saya, identitas, dan kontak saya dan teman-teman saya," ujarnya lagi. Sebelumnya diberitakan, Florence terkena bully di media sosial setelah tulisan status di akun Path miliknya bernada menghina warga Yogyakarta. Status tulisan di Path tersebut berawal dari peristiwa di stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU). Pada Rabu (27/8/2014), Florence hendak mengisi bahan bakar minyak (BBM) motornya, Honda Scoopy, di SPBU Lempuyangan. Saat itu, antrean kendaraan, terutama motor, cukup panjang. Panjangnya antrean kendaraan yang mengular membuat Florence memilih menuju antrean mobil. Deretan mobil ini sedang mengantre mengisi pertamax. Namun, petugas SPBU kemudian menolak menuangkan BBM nonsubsidi itu ke tangki motor Florence.
Buku Mentor Karisma 34
110 "Saat itu, ratusan pengendara motor yang mengantre menyoraki tingkah Florence," kata Hendra Krisdianto, fotografer Tribun Jogja, yang saat itu berada di SPBU. Petugas SPBU lantas meminta Florence untuk ikut mengantre dengan kendaraan sejenis bersama pengedara motor lainnya. Setelah
kejadian
itu,
muncullah
tulisan
status
Florence
yang
bernada
kasar.
"Jogja miskin, tolol, dan tak berbudaya. Teman-teman Jakarta-Bandung jangan mau tinggal Jogja," tulis Florence di akun Path miliknya. Ia
bahkan
menyebut
tindakan
petugas
SPBU
itu
sebagai
sebuah
bentuk
diskriminasi.
"Orang Jogja B******. Kakak mau beli Pertamax 95 mentang-mentang pake motor harus antri di jalur mobil terus enggak dilayani. Malah disuruh antri di jalur motor yang stuck panjangnya gak ketulungan. Diskriminasi. Emangnya aku gak bisa bayar apa. Huh. KZL," tulis Florence menjawab pertanyaan pemilik akun Rachel. Daftar pustaka : Sauri,sofyan. 2006. Pendidikan Berbahasa santun. Bandung: Ganesindo Sauri,sofyan. 2006. Membangun Komunikasi dalam Keluarga. Bandung: Ganesindo Asifa Farid, 2014 . Hina Warga Yogya di Media Sosial, Florence Minta Maaf .Tersedia [Online] http://regional.kompas.com/read/2014/08/28/22070701/Hina.Warga.Yogya.di.Media.Sosial.Florence .Minta.Maaf diakses 17 september 2014
Buku Mentor Karisma 34
111
SMA BINA LANJUTAN Aqidah Indikator : - Adik meyakini keesaan Allah - Adik mengetahui prinsip aqidah - Adik mengetahui metode peningkatan aqidah - Adik sadar bahwa Al-Qur‘an adalah petunjuk hidup manusia - Tajwid Alokasi waktun: 2 x pertemuan A. Makna aqidah dan urgensinya sebagai landasan agama Makna aqidah secara Bahasa Aqidah berasal dari kata ‗Aqd yang berarti pengikatan. Aqidah adalah apa yang diyakini oleh seseorang. Jika dikatakan, ―Dia mempunyai aqidah yang benar,‖ berarti aqidahnya bebas dari keraguan. Aqidah merupakan perbuatan hati, yaitu kepercayaan hati dan pembenarannya kepada sesuatu. Makna aqidah secara syar‘i Aqidah adalah iman kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para Rasul-Nya, Hari akhir, dan qadar yang baik atau pun buruk. Hal ini disebut juga sebagai rukun iman. Syariat terbagi menjadi dua, yaitu I‘tiqadiyah dan amaliyah. I‘tiqadiyah adalah hal-hal yang tidak berhubungan dengan tata cara amal. Misalnya, I‘tiqad (kepercayaan) terhadap rububiyah Allah dan kewajiban beribadah kepada-Nya, juga ber-I‘tiqad terhadap rukun-rukun iman yang lain. Hal ini disebut ashliyah (pokok agama). Amaliyah adalah segala apa yang berhubungan dengan tata cara amal. Misalnya sholat, zakat, puasa, dan seluruh hukum-hukum amaliyah. Bagian ini disebut far‘iyah (cabang agama) karena ia dibangun di atas I‘tiqadiyah. Benar dan rusaknya amaliyah tergantung dari benar dan rusaknya I‘tiqadiyah. Maka aqidah yang benar adalah fondasi bagi bangunan agama serta merupakan syarat sahnya amal. Dalil: d. Q.S. Al-Ikhlash: 1-4 e. Q.S. Az-Zumar: 2-3 f. Q.S. Al-A‘raf: 59, 65, 73, 85 B. Manhaj Al-Qur‘an dalam menetapkan wujud dan keesaan Al-Khaliq Manhaj Al-Qur‘an dalam menetapkan wujud Al-Khaliq serta keesaan-Nya adalah manhaj yang sejalan dengan fitrah yang lurus dan akal yang sehat. Yaitu dengan mengemukakan bukti-bukti yang benar, yang membuat akal mau menerima dan musuh pun menyerah. Di antara dalil-dalilnya adalah sebagai berikut: 1. Sudah menjadi kepastian bahwa setiap yang baru tentu ada yang mengadakan Q.S. Ath-Thur: 35 Q.S. Luqman: 11 Q.S. An-Nahl: 17 2. Teraturnya semua urusan dan kerapiannya Q.S. Al-Mu‘minun: 91 3. Tunduknya makhluk-makhluk untuk melaksanakan tugasnya sendiri-sendiri dan mematuhi peran yang diberikan-Nya Q.S. Thaha: 49-50
Buku Mentor Karisma 34
112 C. Prinsip Aqidah Makna dari prinsip aqidah tertuang dalam kalimat syahadatain. Jika kita memahami lebih mengenai untaian kata syahadat maka akan kita dapatkan makna yang luar biasa yang perlu kita resapi. Makna syahadatain o Makna syahadat la ilahaillallah Adalah meyakini dan mengikrarkan bahwa tidak ada yang berhak disembah dan menerima ibadah kecuali Allah, menaati hal tersebut dan mengamalkannya. La ilaha menafikan hak penyembahan dari selain Allah, siapapun orangnya. Illallah adalah penetapan hak Allah semata untuk disembah. Makna kalimat ini secara global adalah, ―Tidak ada sesembahan yang hak selain Allah‖. o Makna syahadat annamuhammadarrasulullah Adalah mengakui secara lahir dan batin bahwa beliau adalah hamba Allah dan RasulNya yang diutus kepada manusia secara keseluruhan; serta mengamalkan konsekuensinya, menaati perintahnya, membenarkan ucapannya, menjauhi larangannya, dan tidak menyembah Allah kecuali dengan apa yang disyariatkan. Rukun syahadatain o Rukun syahadat la ilahaillallah c. An-Nafyu atau peniadaan. La ilaha membatalkan syirik dengan segala bentuknya dan mewajibkan kekafiran terhadap segala apa yang disembah selain Allah d. Al-Itsbat atau penetapan. Illallah menetapkan bahwa tidak ada yang berhak disembah selain Allah dan mewajibkan pengamatan sesuai dengan konsekuensinya. o Rukun syahadat muhammadarrasulullah b. Al-Abdu atau hamba yang menyembah. Rasulullah adalah manusia yang diciptakan dari bahan yang sama dengan manusia lainnya, Demikian pula berlaku atas beliau apa yang berlaku atas orang lain Syarat-syarat syahadatain o Syarat la ilahaillallah Terdapat tujuh syarat yang tanpanya maka tidak akan bermanfaat bagi yang mengucapkannya. Tujuh syarat itu adalah: 1. ‗Ilmu (mengetahui), yang menafikan jahl (kebodohan) 2. Yaqin (yakin), yang menafikan syak (keraguan) 3. Qabul (menerima), yang menafikan radd (penolakan) 4. Inqiyad (Patuh), yang menafikan tark (meninggalkan) 5. Ikhlash, yang menafikan syirik 6. Shidq (Jujur), yang menafikan kadzib (dusta) 7. Mahabbah (kecintaan), yang menafikan baghdha‘ (kebencian) o Syarat muhammadarrasulullah 1. Mengakui kerasulannya dan menyakininya dalam hati 2. Mengucapkan dan mengikrarkan dengan lisan 3. Mengikutinya dengan mengamalkan ajaran kebenaran yang telah dibawanya serta meninggalkan kebatilan yang telah dicegahnya 4. Membenarkan segala apa yang dikabarkan dari hal-hal yang gaib, baik yang sudah lewat maupun yang akan datang 5. Mencintainya melebihi cintanya kepada dirinya sendiri, harta, anak, orang tua, serta seluruh umat manusia 6. Mendahulukan sabdanya atas segala pendapat dan ucapan orang lain serta mengamalkan sunnahnya Konsekuensi syahadatain o Konsekuensi La ilahaillallah
Buku Mentor Karisma 34
113 Yaitu meninggalkan ibadah kepada selain Allah dari segala macam yang dipertuhankan sebagai keharusan dari peniadaan kalimat La ilahaillallah. Dan beribadah kepada Allah semata tanpa syirik sedikitpun, sebagai keharusan dari penetapan kalimat Illallah. o Konsekuensi muhammadarrasulullah Yaitu menaatinya, membenarkannya, meninggalkan apa yang dilarangnya, mencukupkan diri dengan mengamalkan sunnahnya, dan meninggalkan yang lain dari perkara-perkara bid‘ah dan hal-hal baru, serta mendahulukan sabdanya di atas semua pendapat manusia. Pembatal syahadatain 1. Syirik dalam beribadah kepada Allah 2. Orang yang menjadikan perantara-perantara antara dirinya dan Allah 3. Orang yang tidak mau mengafirkan orang orang musyrik dan orang yang masih ragu terhadap kekufuran mereka atau membenarkan madzhab mereka 4. Orang yang meyakini bahwa selain petunjuk Nabi lebih sempurna dari petunjuk beliau, atau hukum yang lain yang lebih baik dari hokum beliau. 5. Membenci ajaran yang dibawa oleh Rasulullah walaupun ia juga mengamalkannya 6. Menghina sesuatu dari agama Rasul, pahala, atau siksanya 7. Melakukan atau meridhoi sihir 8. Mendukung kaum musyrikin dan menolong mereka dalam memusuhi umat islam 9. Meyakini bahwa sebagian manusia ada yang boleh keluar dari syariat Nabi Muhammad 10. Berpaling dari agama Allah, tidak mempelajarinya, dan tidak pula mengamalkan.
Buku Mentor Karisma 34
114
Syirik Penyimpangan dalam Kehidupan Manusia Pada mulanya, manusia telah bertauhid. Suatu fritrah yang Allah karuniakan untuk umat manusia sebagai makhluk ciptaan Allah Ta‘ala sebagaimana Dia berfirman: “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah, (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah.” (Ar - Rum: 30) Lalu dari sabda Rasulullah: “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah (suci). Kemudian kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasranim atau Majusi” (HR Bukhari Muslim) Jadi, kesyrikanlah adalah faktor luar yang masuk ke dalam fitrah manusia. Kesyirikan dan penyimpangan akidah pertama terjadi pada kaum Nuh. Mereka menyembah patung - patung. Kemudian muncul Amru bin Luhay Al-Khuza‘i. Dialah orang yang mengubah agama Ibrahim dan membawa patung - patung ke tanah Arab, khususnya tanah Hijaz, hingga patung - patung itu disembah selain sekitarnya. Kemudian Allah mengutus Nabi-Nya, Muhammad penutup para nabi, untuk menyeru umat manusia kepada tauhid dan mengikuti ajaran Nabi Ibrahim. Beliau berjuang di jalan Allah dengan sungguh - sungguh hingga akidah tauhid dan millah Ibrahim kembali dianut. Beliau hancurkan patung - patung dan dengannya Allah menyempurnakan agama dan menyempurnakan nikmat-Nya bagi seluruh alam. Selanjutnya, generasi pertama umat ini yang hidup di masa keemasan berjalan miniti jalan hidup beliau. Sampai ketika kebodohan merebak pada generasi terakhir dan ajaran agama lain mencemari. Akhirnya, kesyirikan kembali menimpa mayoritas umat ini karena ulah para penyeru kesesatan serta akibat dibangunnya kuburan para wali dan orang - orang saleh sebagai bentuh pengagungan dan kecintaan kepada mereka. Syirik, Definisi dan Macamnya Definisi Syirik Syirik adalah menyamakan selain Allah dengan Allah dalam hal yang seharusnya ditujukan khusus untuk Allah, seperti berdoa meminta kepada selain Allah di samping berdoa memohon kepada Allah. Atau, memalingkan suatu ibadah tertentu seperti dzabh (penyembelihan kurban), bernadzar, berdoa dan lain sebagainya kepada selain Allah. Barangsiapa yang beribadah kepada selain Allah berarti ia telah meletakkan ibadah tidak pada tempatnya dan memberikannya kepada yang tidak berhak menerimanya. Allah Ta‘ala berfirman: “Sesungguhnya mepersekutukan (Allah) adalah benar - benar kezaliman yang besar.” (Luqman: 13) Allah tidak akan mengampuni orang - orang musyrik yang mati di atas kesyirikannya. Allah Ta‘ala berfirman: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni dosa yang selain dari (syirik) itu bagi siapa saja yang Dia kehendaki.” (An-Nisa‘: 48) Selain itu, surga juga diharamkan atas orang musyrik. Allah Ta‘ala berfirman: Buku Mentor Karisma 34
115
“Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka. Tidaklah ada bagi orang - orang zalim itu seorang penolong pun.” (Al - Maidah: 72) Kesyirikan akan meghapus seluruh amal kebajikan. Allah Ta‘ala berfirman: “Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerajakan.” (Al - An‘am: 88) “Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi - nabi) yang sebelummu, Jika kamu mempersekutukan (Allah), niscaya hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang - orang yang merugi.” (Az - Zumar: 65) Jadi, syirik adalah dosa yang paling besar. Nabi Muhammad saw bersabda, “Maukah kalian kuberitahu mengenai dosa yang paling besar?‟ Para sahabat menjawab, „Ya, wahai Rasulullah.‟ Beliau bersabda „ (yaitu) menyekutukan Allah dan durhaka kepada kedua orang tua.” (HR Bukhari dan Muslim) Syirik adalah sebuah kekurangan dan aib yang telah Allah sucikan dari diri-Nya. Karenanya, barangsiapa yang menyekutukan Allah berarti ia telah menetapkan sesuatu yang telah Dia sucikan darji diri-Nya. Dan ini adalah puncak pembangkangan, kesombongan, dan permusuhan kepada Allah. Macam - Macam Syirik Syirik ada dua macam yaitu syirik besar dan syirik kecil 1. Syirik Besar Syirik Besar dapat mengeluarkan pelakunya dari Islam dan menempatkannya kekal di dalam neraka bila hingga meninggal, dia belum bertobat. Definisi syirik besar ialah memalingkan suatu ibadah untuk selain Allah. Seperti berdoa memohon kepada selain kepada Allah, ber taqarrub dengan menymbelih kurban dan bernadzar untuk selain kepada Allah, baik itu untuk kuburan, jin, ataupun setan. Juga termasuk syirik besar adalah takut kepada orang yang telah mati, jin, atau setan, kalau kalau mereka semuaakan membahayakannya atau membuatnya sakit. Begitu juga mengharap selain kepada Allah, seperti memenuhi segala kebutuhan dan menghilangkan segala kesusahan. Allah Ta‘ala berfirman: “Dan mereka menyembah selain daripada Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemudaratan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan, dan mereka berakata, „Mereka itu adalah pemberi syafa‟at kepada kami di sisi Allah.‟ Katakanlah, „Apakah kamu mengabarkan kepada Allah apa yang tidak diketahui-Nya baik di langit dan tidak (pula) di bumi?‟ Mahasuci Allah dan Mahatinggi dari apa yang mereka mempersekutukan (itu).” (Yunus: 18) Syirik besar ada empat macam: a. Syirkud Da‟wah (syirik doa). Berdoa memohon kepada selain Allah di samping memohon kepada Allah. Allah Ta‘ala berfirman: “Maka apabila mereka naik kapal mereka berdoa kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya. Maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai ke darat, tiba tiba mereka (kembali) mempersekutukan (Allah)” (Al - Ankabut: 65) Buku Mentor Karisma 34
116
b. Syirkun Niyyah wal Iradah wal Qashd (syirik niat), yaitu mempersekutukan dan meniatkan suatu ibadah kepada selain Allah. Allah Ta‘ala berfirman: “Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang - orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia sialah apa yang telah mereka kerjakan” (Hud: 15 - 16) c. Syirkuth Tha‟ah (syirik ketaatan), yaitu menaati selain kepada Allah dan bermaksiat kepada - Nya. Allah Ta‘ala berfirman: “Mereka menjadikan orang - orang alimnya dan rahib - rahib mereka sebagai Tuhan selain Allah dan (juga mereka mempertuhankan) Al-Masih putra Maryam, padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak diibadahi) selain Dia. Mahasuci Allah dari apa yang mereka persekutukan.” (Taubah: 31) d. Syirkul Mahabbah (syirik kecintaan), menyamakan kecintaan kepada selain Allah dengan kecintaan kepada-Nya. Allah berfirman: “Dan di antara manusia ada orang - orang yang menyembah tandingan - tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang - orang yang beriman lebih cinta kepada Allah. Dan seandainya orang - orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal).” (Al - Baqarah: 165) 2. Syirik Kecil Syirik kecil tidak sampai mengeluarkan pelakunya dari Islam tapi dapat mengurangi (nilai) tauhid dan dapat menjadi perantara kepada syirik besar. Syirik kecil terbagi menjadi dua: a. Syirik Dzahir (syirik yang nampak), berupa perkataan dan perbuatan. Contoh perkataan, seperti bersumpah dengan nama selain Allah. Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa bersumpah dengan nama selain Allah, sungguh ia telah berbuat kekufuran atau kesyirikan.” (HR Trimidzi) Adapun contoh perbuatan ialah, seperti mengenakan kalung atau benang untuk mengusir atau menangkal bala‘, memakai jimat karena khawatir terkena penyakit, dan perbuatan lainnya. Contoh perbuatan ini dapat menjadi syirik besar ketika pelaku mempercayai benda benda tersebut dapat menolak dan mengusir bala‘. Dari hal ini bisa kita lihat bahwa antara syirik kecil dan syirik besar itu begitu dekat, benarlah jika dikatakan syirik kecil bisa membawa kita menuju syirik besar. b.
Syirik Khafiy (tidak nampak). Yaitu kesyirikan yang terdapat pada keinginan dan niat, seperti riya‘ (ingin dilihat orang) dan sum‘ah (ingin didengar orang). Sebagaimana seseorang yang mengamalkan suatau amalan yang (mestinya) untuk mendekatkan diri kepada Allah tetapi ia malah menginginkannya agar mendapat pujian dari manusia. Misalnya memperbagus shalat atau bersedekah agar dipuji manusia, atau dengan melafadzkan zikir
Buku Mentor Karisma 34
117 dan membagus - baguskan suaranya dalam membaca Al - Qur‘an agar didengar orang kemudian mereka memuji dan menyanjungnya. Apabila riya‘ bercampur dengan suatu amalan, maka ia akan menjadikannya batal, tertolak. Karenanya dalam beramal seseorang harus ikhlas. Allah Ta‘ala berfirman: “Katakanlah, „Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku bahwa sesungguhnya Tuhanmu adalah Tuhan yang Esa. Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal saleh dan janganlah mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Rabb-nya.” (Al - Kahfi: 110) Termasuk dalam kategori syirik khafiy ialah beramal untuk meraih keinginan duniawi. Seperti seorang yang berhaji atau berjihad agar memperoleh keuntungan harta. Nabi Muhammad bersabda, “Celakalah hamba dinar, celakalah hamba dirham, celakalah hamba khamishah, dan celakalah hamba khamilah, bila diberi ia senang dan jika tidak ia akan marah” (HR. Bukhari) Sumber Dr. Shalihah Bin Fauzan Al - Fauzan. 2014. Kitab Tauhid (Aqidatut Tauhid Kitabut Tauhid Lis-Shaff AlAwwal-Ats-Tsalis-Al-Aly). Jakarta: Ummul Qura
Buku Mentor Karisma 34
118
SIRAH NABI DARI KELAHIRAN NABI SAMPAI SEBELUM DIANGKAT MENJADI NABI Nabi Muhammad saw adalah nabi pembawa risalah Islam, rasul terakhir penutup rangkaian nabinabi dan rasul-rasul Allah swt di muka bumi. Ia adalah salah seorang dari dari yang tertinggi di antara 5 Rasul yang termasuk dalam golongan ulul azmi atau mereka yang mempunyai keteguhan hati (QS. AlAhqaaf : 35) ―Muhammad‖ dalam bahasa Arab berarti “dia yang terpuji”. Nabi Muhammad adalah anggota Bani Hasyim, sebuah kabilah yang paling mulia dalam suku Quraisy yang mendominasi masyarakat Arab. Ayahnya bernama Abdullah Muttalib, seorang kepala suku Quraisy yang besar pengaruhnya. Ibunya bernama Aminah binti Wahab dari Bani Zuhrah. Baik dari garis ayah maupun garis ibu, silsilah Nabi Muhammad saw sampai kepada Nabi Ibrahim as. dan Nabi Ismail as. Tahun kelahiran Nabi Muhammad saw dikenal dengan nama Tahun Gajah, karena pada tahun itu terjadi peristiwa besar, yaitu datangnya pasukan gajah menyerbu Mekkah dengan tujuan menghancurkan Ka‘bah. Pasukan ini dipimpin oleh Abrahah, gubernur Kerajaan Habsyi di Yaman. Abrahah ingin mengambil alih kota Mekkah dan Ka‘bahnya sebagai pusat perekonomian dan peribadatan bangsa Arab. Ini sejalan dengan keinginan Kaisar Negus dari Ethiopia untuk menguasai seluruh tanah Arab, yang bersama-sama dengan Kaisar Byzantium menghadapi musuh dari Timur, yaitu Persia (Irak). Dalam penyerangan Ka‘bah itu, tentara Abrahah hancur karena terserang penyakit mematikan yang dibawa oleh burung Ababil, yang melempari para tentara gajah. Abrahah sendiri lari kembali ke Yaman dan tak lama kemudian meninggal dunia. Peristiwa ini dikisahkan dalam Al-Qur'an surat Al-Fiil : 1-5 (Abu Bakar Siraj al-Din, 2007) Ketika Nabi Muhammad dalam kandungan ibunya, Abdullah (ayahnya) meninggal dalam perjalanan ke Yastrib. Ayahnya meninggalkan harta warisan berupa lima ekor unta, sekawanan biri-biri dan seorang budak perempuan bernama Ummu Aiman yang kemudian mengasuh Nabi Muhammad saw setelah Nabi lahir. Beberapa bulan kemudian, Aminah melahirkan bayi yang diberi nama Muhammad. Nabi Muhammad saw lahir pada malam menjelang dini hari Senin, 12 Rabiul Awal Tahun Gajah (20 April 570 M). Nama Muhammad diberikan oleh kakeknya, Abdul Muttalib. Nama itu sedikit ganjil di kalangan orang-orang Quraisy, karenanya mereka berkata kepada Abdul Muttalib, “Sungguh di luar kebiasaan, keluarga Tuan begitu besar, tetapi tidak satu pun yang bernama demikian.” Abdul Muttalib menjawab : “Saya mengerti. Dia memang berbeda dari yang lain. Dengan nama ini saya ingin agar seluruh dunia memujinya”. Nabi disusui ibunya hanya selama 3 hari. sesudah itu dua wanita lain mendapat kehormatan menjadi ibu susunya yaitu Suwaibah dan Halimah binti Abu Du‘aib as Sa‘diyah. Suwaibah adalah wanita budak Abu Lahab. Ia menyusui Nabi selama empat bulan, dan menjadi sasaran pujian Nabi dan istrinya yang shaleh, Khadijah sepanjang hidupnya. Setelah diangkat sebagai Nabi, Nabi berniat membelinya. Beliau mengirim seseorang menghaadap Abu Lahab untuk mengadakan transaksi, namun Abu Lahab menolak menjualnya, bagaimanapun Suwaibah menerima bantuan dari Nabi sepanjang hidupnya. Sekembalinya Nabi dari perang Khaibar, berita kematian Suwaibah sampai kepada beliau. Tanda kesedihan terlihat di wajahnya. Beliau mencari putra Suwaibah, dengan maksud memberi bantuan. Tapi beliau diberi tahu bahwa anak Suwaibah sudah meninggal lebih dahulu. Sudah menjadi satu kebiasaan di Mekkah, bahwa anak yang baru lahir diasuh dan disusui oleh wanita dewasa dengan maksud agar ia bisa tumbuh dalam pergaulan masyarakat yang baik dan udara yang lebih bersih. Saat Muhammad lahir, ibu-ibu dari desa Sa‘ad datang ke Mekkah menghubungi keluarga-keluarga yang ingin menyusui anaknya. Desa Sa‘ad terletak + 60 km dari Mekkah, dekat kota Ta‘if, suatu wilayah pegunungan yang sangat baik udaranya. Di antara ibu-ibu tersebut terdapat seorang wanita bernama Halimah binti Abu Du‘aib as Sa‘diyah. Keluarga Halimah tergolong miskin, karena itu ia sempat merasa ragu untuk mengasuh Nabi Muhammad karena keluarga Aminah sendiri juga tidak terlalu Buku Mentor Karisma 34
119 kaya. Akan tetapi entah mengapa Muhammad yang masih bayi sangat menawan hati Halimah, sehingga akhirnya Halimah pun mengambil Muhammad sebagai anak asuhnya. Jadilah Halimah sebagai ibu susunya Muhammad yang kedua. Ternyata kehadiran Muhammad membawa berkah bagi keluarga Halimah. Dikisahkan bahwa kambing peliharaan Haris, suami Halimah, menjadi gemuk dan menghasilkan susu lebih banyak dari biasanya. Rumput tempat menggembala kambing juga tumbuh subur. Kehidupan keluarga Halimah yang semula suram berubah menjadi bahagia dan penuh kedamaian. Mereka yakin bahwa bayi dari Mekkah yang diasuh itulah yang membawa berkah bagi kehidupan mereka. Sejak kecil Muhammad telah memperlihatkan keistimewaan yang sangat luar biasa. Usia 5 bulan, Nabi sudah pandai berjalan, dan di usia 9 bulan ia sudah bisa berbicara. Pada usia 2 tahun, nabi sudah bisa dilepas bersama anak-anak Halimah yang lain untuk menggembala kambing. Saat itulah ia berhenti menyusu dan karenanya harus dikembalikan lagi pada ibunya. Dengan berat hati Halimah terpaksa mengembalikan anak asuhnya yang telah membawa berkah itu, sementara Aminah sangat senang melihat anaknya kembali dalam keadaan sehat dan segar. Namun tak lama setelah itu, Muhammad kembali diasuh oleh Halimah karena adanya wabah penyakit kolera di kota Mekkah waktu itu. Dalam masa asuhannya kali ini, Halimah dan anak-anaknya sering menemukan keajaiban di sekitar diri Muhammad. Anak-anak Halimah sering mendengar suara yang memberi salam kepada Muhammad: “Assalamu „Alaika ya Muhammad”, padahal mereka tidak melihat ada orang disana. Dalam kesempatan lain, Dimrah, anak Halimah, berlari-lari sambil menangis dan mengadukan bahwa ada dua orang bertubuh besar-besar dan berpakaian putih menangkap Muhammad. Halimah bergegas menyusul Muhammad. Saat ditanyai, Muhammad menjawab : “Ada 2 malaikat turun dari langit. Mereka memberikan salam kepadaku, membaringkanku, membuka bajuku, membelah dadaku, membasuhnya dengan air yang mereka bawa, lalu menutup kembali dadaku tanpa aku merasa sakit.” Halimah sangat gembira mendengar keajaiban pada diri Nabi Muhammad saw, namun karena kondisi ekonomi keluarganya yang semakin melemah, ia terpaksa mengembalikan Nabi kepada Aminah, yang saat itu berusia 4 tahun. Pada saat Nabi Muhammad berusia 6 tahun, ibunya Aminah binti Wahab mengajaknya ke Yatsrib (Madinah) untuk mengunjungi keluarganya dan mengunjungi makam ayahnya bersama Ummu Aiman (budak suruhan perempuan keluarganya). Namun dalam perjalanan pulang, ibunya jatuh sakit. Setelah beberapa hari, Aminah meninggal dunia di Abwa‘ (tidak jauh dari Yatsrib), dan dikuburkan disana. Muhammad dibawa pulang ke Mekkah oleh Umm Aiman dengan perasaan yang sangat sedih. Maka jadilah Muhammad sebagai seorang anak yatim piatu. Setelah ibunya meninggal, Nabi dijaga oleh kakeknya, ‗Abdul Muttalib. Kegembiraannya bersama datuk baginda tidak bertahan lama. Ketika baginda berusia lapan tahun, datuk baginda pula meninggal dunia. Kematian Abdul Mutallib menjadi satu kehilangan besar buat Bani Hasyim. Dia mempunyai keteguhan hati, berwibawa, pandangan yang bernas, terhormat dan berpengaruh dikalangan orang Arab. Dia selalu menyediakan makanan dan minuman kepada para tetamu yang berziarah dan membantu penduduk Makkah yang dalam kesusahan. Setelah kakeknya meninggal, Abu Tholib mengambil alih tugas bapanya untuk menjaga anak saudaranya Muhammad. Walaupun Abu Tholib kurang mampu berbanding saudaranya yang lain, namun dia mempunyai perasaan yang paling halus dan terhormat di kalangan orang-orang Quraisy. Abu Tholib menyayangi Muhammad seperti dia menyayangi anak-anaknya sendiri. Dia juga tertarik dengan budi pekerti Muhammad yang mulia. Selama masa remaja dan dewasanya, tanda-tanda kekuatan, keberanian, ketegaran dan keperkasaannya terlihat di dahi putra Quraisy yang istimewa ini. Ketika berusia 15 tahun, beliau ikut serta dalam perang Fujjar. Tugasnya menangkis panah yang diarahkan kepada paman-pamannya. Keikutsertaan dalam perang di usia muda ini menjelaskan keberanian Nabi yang tiada bandingan. Maka, kita pun mengerti mengapa Ali, orang terberani di antara yang paling berani, berkata : “Kapan saja kami (laskar
Buku Mentor Karisma 34
120 muslim) menghadapi perlawanan sengit di medan pertempuran, kami berlindung pada Rasulullah, sementara tak seorang pun yang lebih dekat dengan musuh ketimbang beliau sendiri.” (Djabbar, 1992) Setelah hari itu, kaum Quraisy dan sekutunya sering keluar dari wilayah Haram dan bertempur melawan musuhnya. Nabi juga ikut serta bersama para pamannya selama beberapa hari. kejadian ini berlangsung selama 4 tahun. Perang berakhir dengan membayar uang darah kepada suku Hawazan yang lebih banyak kehilangan nyawa ketimbang Quraisy. Nabi Muhammad saw ikut untuk pertama kali dalam kafilah dagang ke Syiria (Syam) dalam usia baru 12 tahun. Kafilah itu dipimpin oleh Abu Tholib. Dalam perjalanan ini, di Basroh sebelah selatan Syiria, ia bertemu dengan pendeta Kristen bernama Buhairoh. Pendeta itu melihat tanda-tanda kenabian pada Muhammad sesuai dengan petunjuk cerita-cerita Kristen. Sebagian sumber menceritakan bahwa pendeta itu menasehati Abu Tholib agar jangan terlalu jauh memasuki daerah Syiria. Sebab dikhawatirkan orang-orang Yahudi yang mengetahui tanda-tanda itu akan berbuat jahat terhadapnya. Abu Tholib mengikut nasihat rahib tersebut dan dia tidaak banyak membawa harta dari perjalanan tersebut. Dia pulang segera ke Makkah dan mengasuh anak-anaknya yang ramai. Muhammad juga telah menjadi sebahagian dari keluarganya. Baginda juga diberi tugas sebagai pengembala kambing. Baginda mengembala kambing keluarganya dan kambing penduduk Makkah. Baginda selalu berfikir dan merenung tentang kejadian alam semasa menjalankan tugasnya. Oleh sebab itu baginda jauh dari segala pemikiran manusia nafsu manusia duniawi. Baginda terhindar daripada perbuatan yang sia-sia, sesuai dengan gelaran yang diberikan iaitu ―Al-Amin‖. Pada usia 25 tahun, Nabi Muhammad saw berangkat ke Syiria membawa barang dagangan saudagar wanita kaya raya yang telah lama menjanda, yaitu Khadijah. Dalam perdagangan ini, Muhammad memperoleh laba yang besar. Khadijah akhirnya melamar Muhammad. Lamaran itu diterima dan perkawinan segera dilaksanakan. Ketika itu Muhammad berusia 25 tahun, sedangkan Khadijah berusia 40 tahun. Dalam perkembangan selanjutnya, Khadijah adalah wanita pertama yang masuk Islam dan banyak membantu Nabi dalam perjuangan menyebarkan Islam. Pada perkawinan yang bahagia dan saling mencintai itu, beliau dikaruniai enam orang anak yakni Qasim, Abdullah, Zainab, Ruqayah, Ummu Kulsum, dan Fatimah. Kedua puteranya meninggal waktu kecil. Nabi Muhammad saw tidak kawin lagi sampai Khadijah meninggal ketika berusia 50 tahun. Peristiwa penting yang memperlihatkan kebijaksanaan Muhammad terjadi pada saat usianya 35 tahun. Waktu itu bangunan Ka‘bah rusak berat. Perbaikan Ka‘bah dilakukan secara gotong royong. Para penduduk Mekkah membantu pekerjaan itu dengan sukarela. Tetapi pada saat terakhir, ketika pekerjaan tinggal mengangkat dan meletakkan Hajar Aswad di tempatnya semula, timbul perselisihan. Setiap suku merasa berhak dan terhormat melakukan tugas terakhir itu. Perselisihan semakin memuncak, namun akhirnya para pemimpin Quraisy sepakat bahwa orang yang pertama masuk ke Ka‘bah melalui pintu Shafa akan dijadikan hakim untuk memutuskan perkara ini. Ternyata orang pertama yang masuk itu adalah Muhammad. Ia pun dipercaya menjadi hakim. Ia lantas membentangkan kain dan meletakkan Hajar Aswad di tengah-tengah, lalu meminta seluruh kepala suku memegang tepi kain itu dan mengangkatnya bersama-sama. Setelah sampai pada ketinggian tertentu, Muhammad meletakkan batu itu pada tempatnya semula. Dengan demikian, perselisihan dapat diselesaikan dengan bijaksana, dan semua kepala suku merasa puas dengan cara penyelesaian seperti itu
Buku Mentor Karisma 34
121
Sirah Nabi Part 2 Diangkat Jadi Nabi-Hijrah Tujuan : Mengambil hikmah yang terdapat pada sirah nabawiyah Menjelang usianya yang keempat puluh, beliau terbiasa memisahkan diri dari keramaian masyarakat, pergi ke gua Hira, beberapa kilo meter di utara Mekkah. Disana Muhammad bertafakkur. Ketika itu, baginda berada di Gua Hira‘ dan sentiasa merenung dalam kesunyian, memikirkan nasib umat manusia pada zaman itu. Sampai pada tanggal 17 Ramadhan tahun 611 M, Malaikat Jibril muncul di hadapan beliau, menyampaikan wahyu yang pertama yakni surah Al-Alaq ayat 1-5. Rasulullah pulang dengan penuh rasa gementar lalu diselimuti oleh Khadijah yang cuba menenangkan baginda. Apabila semangat baginda mulai pulih, diceritakan kepada Khadijah tentang kejadian yang telah berlaku. Dengan turunnya wahyu pertama ini, berarti Muhammad telah dipilih Allah sebagai Nabi. Dalam wahyu pertama ini, dia belum diperintahkan untuk menyeru manusia kepada suatu agama. Bayang-bayang yang membingungkan telah sirna dan bendera kebenaran kini telah berkibar. Muhammad saw, sekarang telah mengetahui dengan seyakin-yakinnya bahwa beliau telah menjadi Nabi dan Rasul. Beliau juga mengetahui bahwa dirinya sebagai penerima wahyu yang datang kepadanya untuk disampaikan kepada umatnya. Namun rasa takut dalam jiwa beliau, yang timbul dari hubungan manusia dan malaikat yang telah meninggalkan kesan yang amat berat, seolah-olah membuat beliau berusaha mengatasi suatu pekerjaan yang sangat sukar dan meletihkan. Itu tidak mengherankan, karena dalam waktu yang lama semenjak turunnya wahyu yang pertama, beliau merasakan sesuatu yang berat. Sejak turunnya wahyu pertama, Allah swt berkenan menangguhkan wahyu berikutnya agar selama menunggu datangnya wahyu itu menjadi sebab bagi beliau untuk memiliki kemantapan dan kemampuan menerima wahyu-wahyu berikutnya. Kemudian Allah swt berfirman dalam Q.S. al-Mudatstsir ayat 1-5 sebagai berikut: Artinya:”Hai orang yang berkemul (berselimut), Bangunlah, lalu berilah peringatan! Dan Tuhanmu agungkanlah! Dan pakaianmu bersihkanlah, Dan perbuatan dosa tinggalkanlah” (Departemen Agama, 2007: 575).
Perintah yang berturut-turut sangat jelas bahwa itu merupakan pemberitahuan kepada Rasulullah saw, bahwa semenjak turunnya wahyu, beliau telah memikul risalah yang diterimanya dan beliau harus bersusah payah menyampaikan wahyu kepada umatnya. Sebab wahyu tersebut adalah sumber risalahnya dan bantuan bagi kegiatan dakwahnya. Wahyu merupakan ilham yang merasuk ke dalam hati atas kehendak Allah swt, dalam bentuk yang sejelasjelasnya, tidak mengandung hal-hal yang meragukan, bertingkattingkat dan sebagian mudah dari pada yang lain. Adakalanya kedatangan Jibril as, didahului dengan suara semacam bunyi keliningan. Kejadian inilah yang sangat berat di rasakan oleh Rasulullah saw, sehingga dahi beliau bercucuran keringat walau dalam keadaan udara sangat dingin. Rasulullah bersabda: Artinya:”Ruhul Qudus (Malaikat Jibril as) menyampaikan wahyu kepadaku, bahwa seseorang tidak akan mati sebelum diberikan rizkinya. Oleh karena itu, hendaklah kalian bertaqwa kepada Allah dan mohonlah hal-hal yang baik” (HR. Ibnu Qayyim). Turunnya Malaikat dalam penampilan seperti yang diriwayatkan di atas, dimaksud untuk menghapuskan keragu-raguan bahwa wahyu itu adalah ma‟ani (kalimat-kalimat atau pengertianpengertian) yang datang dari Allah swt, yang disampaikan kepada Muhammad saw. Dengan demikian maka wahyu bukanlah hasil rekayasa seorang penyembah Allah swt, bukan pula buatan seorang Buku Mentor Karisma 34
122 profesor yang pandai menggemukakan dalil-dalil dan mahir dalam berdebat, melainkan wahyu itu merupakan firman Allah swt Dzat Yang Maha Esa, Maha Besar lagi Maha Tinggi (Al-Ghazali,2008: 174178). Mengenai hal ini Allah berfirman dalam surat an-Najm ayat 1-12: Artinya:”Demi bintang ketika terbenam. Kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak pula keliru. Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya). Yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat. Yang mempunyai akal yang cerdas; dan (Jibril itu) menampakkan diri dengan rupa yang asli. Sedang dia berada di ufuk yang Tinggi. Kemudian dia mendekat, lalu bertambah dekat lagi. Maka jadilah dia dekat (pada Muhammad sejarak) dua ujung busur panah atau lebih dekat (lagi). Lalu dia menyampaikan kepada hambaNya (Muhammad) apa yang Telah Allah wahyukan. Hatinya tidak mendustakan apa yang Telah dilihatnya. Maka apakah kaum (musyrik Mekah) hendak membantahnya tentang apa yang Telah dilihatnya?(Departemen Agama, 2007: 526).
Kemudian Nabi Muhammad saw, mulai mengajak berbicara orang banyak mengenai Islam dan mengajak mereka supaya bersedia memeluk agama Islam yang dibawanya. Surat-surat al-Qur‘an yang merupakan mukjizat Nabi Muhammad saw menerangkan tentang soal akidah (keyakinan) dan amal perbuatan yang diwajibkan Allah swt kepada para hamba-Nya yang telah diwasiatkan oleh Rasul-Nya supaya dilaksanakan dan dikembangkan. Setelah wahyu pertama itu datang, Jibril tidak muncul lagi untuk beberapa lama, sementara Nabi Muhammad saw menantikannya dan selalu datang ke gua Hira. Dalam keadaan menanti itulah turun wahyu yang membawa perintah kepadanya. Wahyu itu adalah surah Al-Muddatstsir : 1-7. Dengan turun perintah itu, mulailah Rasulullah berdakwah. Pertama-tama beliau melakukan secara diam-diam di keluarga dan kalangan rekan-rekannya. Karena itulah,orang yang pertama kali menerima dakwahnya adalah keluarga dan sahabat dekatnya. Mula-mula istrinya Khadijah, kemudian saudara sepupunya Ali bin Abi Thalib yang berumur 10 tahun. Kemudian Abu Bakar, sahabat karibnya sejak kanak-kanak. Lalu Zaid, bekas budak yang telah menjadi anak angkatnya. Serta Ummu Aiman, pengasuh Nabi. Sebagai seorang pedagang yang sangat berpengaruh, Abu Bakar berhasil mengislamkan beberapa orang teman dekatnya seperti Usman bin Affan, Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin ‗Auf, Sa‘ad bin Abi Waqqash, dan Thalhah bin Ubaidillah. Mereka dibawa Abu Bakar langsung kepada Nabi dan masuk Islam di hadapan Nabi sendiri. Dengan dakwah secara diam-diam ini, belasan orang telah masuk Islam di hadapan Nabi sendiri. Setelah beberapa lama dakwah tersebut dilaksanakan secara individual, turunlah perintah agar Nabi berdakwah secara terbuka. Mula-mula ia mengundang dan menyeru kerabat karibnya dari Bani Muthalib. Ia mengatakan kepada mereka, “Saya tidak melihat seorangpun di kalangan Arab yang dapat membawa sesuatu ke tengah-tengah mereka lebih baik, dari apa yang saya bawa kepada kalian. Ku bawakan kepadamu dunia dan akhirat yang terbaik. Tuhan memerintahkan saya mengajak kalian semua. Siapakah di antara kalian yang mau mendukung saya Dalam hal ini ?” Mereka semua menolak kecuali Ali. Langkah dakwah seterusnya yang diambil Muhammad adalah menyeru masyarakat umum. Nabi mulai menyeru segenap lapisan masyarakat kepada Islam dengan terang-terangan, baik golongan bangsawan maupun hamba sahaya. Mula-mula ia menyeru penduduk Mekkah, kemudian penduduk negeri lain. Di samping itu, ia juga menyeru orang yang datang ke Mekkah. Kegiatan dakwah dijalankannya tanpa mengenal lelah. Dengan usahanya yang gigih, hasil yang diharapkan mulai terlihat. Jumlah pengikut Nabi makin hari makin bertambah. Mereka terdiri dari kaum wanita, budak pekerja dan orang-orang tak punya. Meski terdiri dari orang-orang yang lemah, namun semangat mereka sungguh membaja. Buku Mentor Karisma 34
123 Setelah dakwah terang-terangan itu dilakukan, pemimpin Quraisy mulai berusaha menghalangi dakwah Rasul. Semakin bertambahnya jumlah pengikut Nabi, semakin keras tantangan yang dilancarkan kaum Quraisy. Menurut Ahmad Syalabi, ada lima factor yang mendorong orang Quraisy menentang seruan Islam yaitu : 1. Mereka tidak dapat membedakan antara kenabian dan kekuasaan. Mereka mengira bahwa tunduk kepada seruan Muhammad berarti tunduk kepada kepemimpinan Bani Abdul Muthalib. 2. Nabi Muhammad saw menyerukan persamaan hak antara bangsawan dan hamba sahaya. Hal ini tidak disetujui oleh kelas bangsawan Quraisy. 3. Para pemimpin Quraisy tidak dapat menerima ajaran tentang kebangkitan kembali dan pembalasan di akhirat. 4. Taklid kepada nenek moyang adalah kebiasaan yang berurat dan berakar pada bangsa Arab. 5. Pemahat dan penjual patung memandang Islam sebagai penghalang rezeki. Banyak cara yang ditempuh para pemimpin Quraisyuntuk mencegah dakwah Nabi Muhammad saw. Pertama-tama mereka mengira bahwa kekuatan Nabi terletak pada perlindungan dan pembelaan Abu Thalib yang amat disegani. Karena itu, mereka menyusun siasat bagaimana melepaskan hubungan Nabi dengan Abu Thalib sambil mengancam dengan mengatakan : “Kami minta anda memilih satu di antara dua yaitu memerintahkan Muhammad berhenti dari dakwahnya atau anda menyerahkannya kepada kami. Dengan demikian, anda akan terhindar dari kesulitan yang tidak diinginkan”. Nampaknya Abu Thalib cukup terpengaruh dengan ancaman tersebut sehingga ia mengharapkan Muhammad menghentikan dakwahnya. Namun Nabi menolak, dengan mengatakan : “Demi Allah saya tidak akan berhenti memperjuangkan amanat Allah ini, walaupun seluruh anggota keluarga dan sanak saudara akan mengucilkan saya”. Abu Thalib sangat terharu mendengar jawaban kemenakannya itu, kemudian berkata : “Teruskanlah, demi Allah aku akan terus membelamu”. Merasa gagal dengan cara ini, kaum Quraisy kemudian mengutus Walid bin Mughirah dengan membawa Umarah ibn Walid, seorang pemuda yang gagah dan tampan, untuk dipertukarkan dengan Nabi Muhammad saw. Walid bin Mughirah berkata kepada Abu Thalib : “Ambillah dia menjadi anak saudara, tetapi serahkan Muhammad kepada kami untuk kami bunuh‖. Usul ini langsung di tolak keras oleh Abu Thalib. Untuk kali berikutnya mereka langsung kepada Nabi Muhammad saw. mereka mengutus Utbah ibn Rabiah, seorang ahli retorika untuk membujuk Nabi. Mereka menawarkan tahta, wanita dan harta asal Nabi bersedia menghentikan dakwahnya. Semua tawaran itu ditolak Muhammad dengan mengatakan : “Demi Allah swt, biarpun matahari di tangan kananku, dan bulan di tangan kiriku, aku tidak akan berhenti melakukan ini, hingga agama ini menang atau aku binasa karenanya”. Setelah cara diplomatik dan bujuk rayu yang dilakukan kaum Quraisy gagal, tindakan kekerasan fisik yang sebelumnya dilakukan, kini semakin ditingkatkan. Tindakan kekerasan itu lebih intensif dilaksanakan setelah mereka mengetahui bahwa di lingkungan rumah tangga mereka sendiri sudah adaa yang masuk Islam. Budakbudak itu disiksa tuannya dengan sangat kejam. Para pemimpin Quraisy juga mengharuskan setiap keluarga untuk menyiksa anggota keluarganya yang masuk Islam sampai kembali murtad. Rasulullah amat sedih melihat tingkah laku manusia ketika itu terutama kaum Quraisy kerana baginda tahu akan akibat yang akan diterima oleh mereka nanti. Kesedihan itu makin bertambah apabila isteri kesayangannya wafat pada tahun sepuluh kenabiaannya. Isteri bagindalah yang tidak pernah jemu membantu menyebarkan Islam dan mengorbankan jiwa serta hartanya untuk Islam. Dia juga tidak jemu menghiburkan Rasulullah di saat baginda dirundung kesedihan. Pada tahun itu juga paman Nabi, Abu Talib yang mengasuhnya sejak kecil juga meninggal dunia. Maka bertambahlah kesedihan yang dirasai oleh Rasulullah kerana kehilangan orang-orang yang amat disayangi oleh baginda. Tahun kesepuluh dinamai tahun dukacita oleh Nabi karena dalam tahun itu Nabi kehilangan isteri dan paman beliau. Sesudah istri dan paman Nabi meninggal dunia, mulailah orang-orang quraisy mengganggu beliau, suatu ketika saat nabi sedang shalat, kaum quraisy menaburkan pasir dan kotoran-kotoran binatang namun beliau mendapatkan pembelaan dari abu bakar, abu bakar melepaskan beliau dari gangguan kaum quraisy.
Buku Mentor Karisma 34
124
Tatkala Rasulullah melihat penghinaan quraisy, beliau memutuskan untuk berhijrah ke thaif dalam tahun kesepuluh bersama Zaid bin Haritsah. Nabi menuju qaum tsaqief dan meminta kepada qaum tsaqief untuk membantu memerangi qaum quraisy. Permintaan Nabi ini di tolak mentah-mentah oleh qaum tsaqief, bahkan qaum tsaqief memrintahkan orang-orang jahat dan para hamba-hamba mereka untuk mengusir Nabi dengan melempari Nabi dengan batu, sehingga mengalirlah darah dari urat urat kaki beliau. Zaid bin Haritsah berusaha untuk melindungi Nabi dari serangan qaum tsaqief hingga beberapa batu mengenai dan melukai kepala Zaid, melihat perlakuan qaum tsaqief yang seperti itu Nabi memutuskan untuk kembali ke Makkah setelah sebulan bermukim di Thaif. Untuk menghibur dan memuliakan Nabi yang sedang ditimpa duka, Allah swt mengisra dan memi‘rajkan beliau pada tahun kesebelas kenabian. Isra‘ adalah perjalanan Nabi pada waktu malam, dari Masjidil-Haram ke Masjidil-Aqsha. Dan Mi‘raj adalah diangkatnya Nabi ke Sidratul Muntaha untuk diberikan perintah menunaikan shalat yang lima waktu. Pada pagi hari di malam Isra‘ tersebut malaikat jibril mengajarkan shalat dan waktu-waktunya kepada Nabi. Berita tentang isra mi‘raj ini menggemparkan masyarakat Mekkah. Bagi orang kafir ini merupakan propaganda untuk mendustakan Nabi. Sedangkan bagi orang yang beriman, ini merupakan ujian keimanan. Setelah 10 tahun lamanya Nabi berdakwah secara sembunyi-sembunyi dan halus, melihat perlakuan qaum quraisy yang dengan keras melawan dakwah Nabi, panas hati qaum quraisy terhadap Nabi, dan mereka dengan gencar menghalangi penyiaran agama islam. Keluarlah Nabi pada tahun kesebelas kenabian ke kabilah-kabilah di pasar-pasar mereka, Nabi mengajak mereka ke dalam keislaman, ada yang menolak dengan baik ada pula beberapa kabilah menolak dengan tidak baik. Diantara yang menolak dengan tidak baik adalah bani hanifah golongan MusailamatulKadz-dzab. Dalam tahun yang kesebelas, datanglah 6 orang dari negeri yastrib(qabilah khazraj) ke makkah untuk haji. Nabi mengajak mereka masuk ke dalam agama islam dan membantu menyiarkannya, lalu mereka beriman kepada beliau, membenarkan beliau dan mereka berkata diantara sendiri: ―Demi Allah, sesungguhnya beliau adalah Nabi yang orang-orang Yahudi janjikan kepada kita, janganlah mereka mendahului kita kepada beriman kepadanya‖. Tatkala mereka kembali ke Yastrib mereka memberitahukan tentang hal-hal yang di terangkan oleh Rasulullah dan mereka mengajak qaum mereka untuk memeluk islam. Lalu tersiarlah nama Rasulullah di Yastrib, inilah yang menandakan awal mula islam masuk ke negeri yastrib. Dalam tahun yang keduabelas datanglah 12 orang dari Madinah (10 orang dari bani Aus dan 2 orang dari bani khazraj). Mereka berkumpul bersama Rasulullah dekat aqabah yang pertama dan berjanji untuk menyiarkan islam dengan beberapa syarat, yaitu: mereka tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun, tidak mencuri, tidak berzina, tidak membunuh anak-anak mereka, tidak berbohong, tidak durhaka dalam kebaikan, maka jika sempurnakan bagi mereka adalah jannah dan jika mereka berbuat sesuatu dari itu maka urusannya kembali kepada Allah. Tatkala Nabi mengutuskan bersama mereka agar tiap rumah terdapat agama islam. Dalam tahun ketigabelas datang 73 orang laki-laki dan 2 perempuan kepada Nabi sebagai utusan. Mereka bermubaya‘ah di aqabah yang kedua dan mereka kembali ke madinah. Sejak saat itu Islam tersiar secara pesat di madinah. Tatkala qaum Quraisy mengetahui islam telah tersebar di madinah mereka mulai memperkuat gangguan mereka terhadap kaum muslimin di makkah, lalu Nabi memerintahkan untuk berhijrah ke madinah untuk bertemu dengan saudara-saudara mereka yakni qaum Anshar. Kaum muslimin keluar dari makkah dengan sembunyi, karena takut quraisy menghalangi hijrah mereka. Sebagian kaum muslimin masih bertahan di makkah termasuk Abu Bakar dan Rasulullah. Kaum Quraisy berazam akan membunuh Nabi karena islam telah tersebar ke madinah dan kaum muslimin sebagian telah hijrah ke madinah, lalu Allah memerintahkan Nabi untuk berhijrah ke madinah.
Buku Mentor Karisma 34
125 Rasulullah dan Abu Bakar mengambil keputusan akan berhijraj dan kedua-duanya menyiapkan 2 kendaraan dan Nabi keluar dari rumah beliau saat rumah beliau di kepung oleh orang qaum quraisy yang hendak membunuh nabi, tetapi atas izin Allah Nabi keluar dengan selamat tanpa di ketahui oleh orangorang yang mengepung rumah Nabi. Sampailah beliau dan Abu Bakar sampai di gua hira‘ dan bersembunyi di dalamnya. Waktu pagi-pagi qaum Quraisy mencari keduanya hingga ke gua hira‘ akan tetapi dengan perlindungan Allah mereka tidak melihat Nabi (karena di pintu masuk gua terdapat sarang laba-laba yang membuat qaum Quraisy berfikir bahwa gua tersebut sudah lama tidak di masuki). Abu Bakar sempat melihat qaum Quraisy yang mencari Nabi dan ia menangis lalu Nabi bersabda: ―Janganlah engkau berduka cita karena Allah bersama kita‖. Maka Allah tutup penglihatan qaum quraisy dan mereka kembali dengan tangan hampa. Setelah tiga malam bersembunyi di gua hira‘ keluarlah Nabi dan Abu Bakar dari gua hira‘, keluarga Abu Bakar datang dengan membawa makanan dan membawa informasi tentang qaum Quraisy. Kemudian keduanya melanjutkan perjalanan bersama penunjuk jalan. Di tengah perjalanan Suraqah, dia pernah mendengar hadiah yang di tawarkan qaum quraisy bagi yang mengetahui keberadaan Nabi. Ia mendekati Nabi sampai sangat dekat kepada Nabi namun kudanya tergelincir dan terjatuhlah suraqah. Namun ia bangkit dan mencoba mendekati Nabi, Nabi mengucapkan sesuatu dan terbenamlah kaki kuda yang di tunggangi suraqah ke dalam tanah dan suraqah terjatuh. Suraqah mencoba membangunkan kudanya, tetapi kakinya tidak mau keluar. Suraqah menyadari hal yang ia perbuat ternyata sia-sia dan membahayakan dirinya kemudian ia memanggil nabi dan Abu Bakar untuk meminta keamanan dari keduanya, Nabi memberi keamanan itu lau suraqah kembali ke makkah dengan tangan kosong. Pada 2 rabi‘ul awwal bersamaan dengan 30 september 622 masehi, Nabi dan Abu Bakar sampai di Quba‘ dengan aman dan bermalam selama 22 malam bersama sahabat-sahabat muhajirin dan anshar. Selama beliau berada di Quba‘ beliau mendirikan masjid Quba‘, yang dimana masjid Quba‘ dibangun dengan tujuan berbakti. Keluarlah Rasulullah dari Quba‘ menuju Madinah dan ketika beliau keluar, beliau di kelilingi oleh qaum anshar dan qaum muhajirin, kemudian masuklah ke dalam waktu jum‘ah dan beliau berkhutbah untuk pertama kalinya. Beliau di terima oleh kaum Anshar dengan sebaik-baiknya dan merupakan penerimaan yang besar. Qaum Anshar sangat senang jika ada orang-orang yang berhijrah ke tempat mereka, mereka sangat menghormati tamu mereka. Rasulullah menempati rumah abi ayyub alanshari dan mengadakan persaudaraan antara qaum Anshar dan qaum Muhajirin. Tatkala Rasulullah telah menetap di madinah beliau mengutus orang untuk mencari ahli keluarganya yang tertinggal di makkah. Lalu mereka datang bersama Abdullah bin Abu Bakar, orang-orang musyrik makkah menghalangi mereka yang hendak berhijrah karena mereka mengetahui bahwa yang akan hijrah adalah orang-orang yang lemah dan mereka tidak segan segan untuk melukai orang-orang yang ingin berhijrah. Maka Rasulullah mendo‘akan orang-orang yang lemah tersebut dan inilah awal mula adanya qunut. Banyak dari qaum muhajirin yang perlu beradaptasi dengan hawa madinah, sehingga banyak yang terkena penyakit demam, lalu Nabi berdo‘a agar memindahkan hawa panas yang sedang melanda madinah ke tempat lain dan Allah mengabulkan do‘a Nabi tersebut. Daftar Pustaka Djabbar, Umar Abdul. 1992. Sejarah Nabi Muhammad. TokoKitab Ahmad Nabhan : Surabaya.
Buku Mentor Karisma 34
126
Fathu Makkah: Pelajaran dari Penaklukan Kota Mekkah Episode berikutnya dalam sejarah kemenangan kaum muslimin di bawah bimbingan kenabian yang terjadi di bulan Ramadhan adalah Fathu Makkah (penaklukan kota Mekkah). Peristiwa ini terjadi pada tahun delapan Hijriyah. Dengan peristiwa ini, Allah menyelamatkan kota Makkah dari belenggu kesyirikan dan kedhaliman, menjadi kota bernafaskan Islam, dengan ruh tauhid dan sunnah. Dengan peristiwa ini, Allah mengubah kota Makkah yang dulunya menjadi lambang kesombongan dan keangkuhan menjadi kota yang merupakan lambang keimanan dan kepasrahan kepada Allah ta‘ala. Sebab Terjadinya Fathu Makkah Diawali dari perjanjian damai antara kaum muslimin Madinah dengan orang musyrikin Quraisy yang ditandatangani pada nota kesepakatan Shulh Hudaibiyah pada tahun 6 Hijriyah. Termasuk diantara nota perjanjian adalah siapa saja diizinkan untuk bergabung dengan salah satu kubu, baik kubu Nabi shallallahu „alahi wa sallam dan kaum muslimin Madinah atau kubu orang kafir Quraisy Makkah. Maka, bergabunglah suku Khuza‘ah di kubu Nabi shallallahu „alahi wa sallam dan suku Bakr bergabung di kubu orang kafir Quraisy. Padahal, dulu di zaman Jahiliyah, terjadi pertumpahan darah antara dua suku ini dan saling bermusuhan. Dengan adanya perjanjian Hudaibiyah, masing-masing suku melakukan gencatan senjata. Namun, secara licik, Bani Bakr menggunakan kesempatan ini melakukan balas dendam kepada suku Khuza‘ah. Bani Bakr melakukan serangan mendadak di malam hari pada Bani Khuza‘ah ketika mereka sedang di mata air mereka. Secara diam-diam, orang kafir Quraisy mengirimkan bantuan personil dan senjata pada Bani Bakr. Akhirnya, datanglah beberapa orang diantara suku Khuza‘ah menghadap Nabi shallallahu „alahi wa sallam di Madinah. Mereka mengabarkan tentang pengkhianatan yang dilakukan oleh orang kafir Quraisy dan Bani Bakr. Karena merasa bahwa dirinya telah melanggar perjanjian, orang kafir Quraisy pun mengutus Abu Sufyan ke Madinah untuk memperbarui isi perjanjian. Sesampainya di Madinah, dia memberikan penjelasan panjang lebar kepada Nabi shallallahu „alahi wa sallam, namun beliau tidak menanggapinya dan tidak memperdulikannya. Akhirnya Abu Sufyan menemui Abu Bakar dan Umar radliallahu ‗anhuma agar mereka memberikan bantuan untuk membujuk Nabi shallallahu „alahi wa sallam. Namun usahanya ini gagal. Terakhir kalinya, dia menemui Ali bin Abi Thalib radhiyallahu „anhu agar memberikan pertolongan kepadanya di hadapan Nabi shallallahu „alahi wa sallam. Untuk kesekian kalinya, Ali pun menolak permintaan Abu Sufyan. Dunia terasa sempit bagi Abu Sufyan, dia pun terus memelas agar diberi solusi. Kemudian, Ali memberikan saran, ―Demi Allah, aku tidak mengetahui sedikit pun solusi yang bermanfaat bagimu. Akan tetapi, bukankah Engkau seorang pemimpin Bani Kinanah? Maka, bangkitlah dan mintalah sendiri perlindungan kepada orang-orang. Kemudian, kembalilah ke daerahmu.‖ Abu Sufyan berkata, ―Apakah menurutmu ini akan bermanfaat bagiku?‖ Ali menjawab, ―Demi Allah, aku sendiri tidak yakin, tetapi aku tidak memiliki solusi lain bagimu.‖ Abu Sufyan kemudian berdiri di masjid dan berkata, ―Wahai manusia, aku telah diberi perlindungan oleh orang-orang!‖ Lalu dia naik ontanya dan beranjak pergi. Dengan adanya pengkhianatan ini, Nabi shallallahu „alahi wa sallam memerintahkan para shahabat untuk menyiapkan senjata dan perlengkapan perang. Beliau mengajak semua shahabat untuk menyerang Makkah. Beliau barsabda, “Ya Allah, buatlah Quraisy tidak melihat dan tidak mendengar kabar hingga aku tiba di sana secara tiba-tiba.” Dalam kisah ini ada pelajaran penting yang bisa dipetik, bahwa kaum muslimin dibolehkan untuk membatalkan perjanjian damai dengan orang kafir. Namun pembatalan perjanjian damai ini harus dilakukan seimbang. Artinya tidak boleh sepihak, tetapi masing-masing pihak tahu sama tahu. Allah berfirman, َّ َّْ ِا ٍء إَٛ َسٍَٝ ُْ َػِٙ ١ْ ٌََِبَٔخً فَب ْٔ ِج ْز إ١ْ ٍَ ِخَٛإِ َِّب رَخَبفَ َّٓ ِِ ْٓ لَٚ َٓ١ِٕ ِ ُِحتُّ ْاٌخَبئ٠ ﷲَ َال
Buku Mentor Karisma 34
127 “Jika kamu khawatir akan (terjadinya) pengkhianatan dari suatu golongan, maka kembalikanlah perjanjian itu kepada mereka dengan sama-sama tahu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berkhianat.” (Qs. Al Anfal: 58) Kisah Hatib bin Abi Balta‟ah radhiyallahu „anhu Untuk menjaga misi kerahasiaan ini, Rasulullah mengutus satuan pasukan sebanyak 80 orang menuju perkampungan antara Dzu Khasyab dan Dzul Marwah pada awal bulan Ramadhan. Hal ini beliau lakukan agar ada anggapan bahwa beliau hendak menuju ke tempat tersebut. Sementara itu, ada seorang shahabat Muhajirin, Hatib bin Abi Balta‘ah menulis surat untuk dikirimkan ke orang Quraisy. Isi suratnya mengabarkan akan keberangkatan Nabi shallallahu „alahi wa sallam menuju Makkah untuk melakukan serangan mendadak. Surat ini beliau titipkan kepada seorang wanita dengan upah tertentu dan langsung disimpan di gelungannya. Namun, Allah Dzat Yang Maha Melihat mewahyukan kepada NabiNya tentang apa yang dilakukan Hatib. Beliau-pun mengutus Ali dan Al Miqdad untuk mengejar wanita yang membawa surat tersebut. Setelah Ali berhasil menyusul wanita tersebut, beliau langsung meminta suratnya. Namun, wanita itu berbohong dan mengatakan bahwa dirinya tidak membawa surat apapun. Ali memeriksa hewan tunggangannya, namun tidak mendapatkan apa yang dicari. Ali radhiyallahu „anhuberkata, ―Aku bersumpah demi Allah, Rasulullah shallallahu „alahi wa sallam tidak bohong. Demi Allah, engkau keluarkan surat itu atau kami akan menelanjangimu.‖ Setelah tahu kesungguhan Ali radhiyallahu „anhu, wanita itupun menyerahkan suratnya kepada Ali bin Abi Thalib. Sesampainya di Madinah, Ali langsung menyerahkan surat tersebut kepada Nabi shallallahu „alahi wa sallam. Dalam surat tersebut tertulis nama Hatib bin Abi Balta‘ah. Dengan bijak Nabi shallallahu „alahi wa sallam menanyakan alasan Hatib. Hatib bin Abi Balta‘ah pun menjawab: ―Jangan terburu menuduhku wahai Rasulullah. Demi Allah, aku orang yang beriman kepada Allah dan RasulNya. Aku tidak murtad dan tidak mengubah agamaku. Dulu aku adalah anak angkat di tengah Quraisy. Aku bukanlah apa-apa bagi mereka. Di sana aku memiliki istri dan anak. Sementara tidak ada kerabatku yang bisa melindungi mereka. Sementara orang-orang yang bersama Anda memiliki kerabat yang bisa melindungi mereka. Oleh karena itu, aku ingin ada orang yang bisa melindungi kerabatku di sana.‖ Dengan serta merta Umar bin Al Khattab menawarkan diri, ―Wahai Rasulullah, biarkan aku memenggal lehernya, karena dia telah mengkhianati Allah dan RasulNya serta bersikap munafik.‖ Rasulullah shallallahu „alahi wa sallam dengan bijak menjawab, “Sesungguhnya Hatib pernah ikut perang Badar… (Allah berfirman tentang pasukan Badar): Berbuatlah sesuka kalian, karena kalian telah Saya ampuni.” Umar pun kemudian menangis, sambil mengatakan, ―Allah dan rasulNya lebih mengetahui.‖ Demikianlah maksud hati Hatib. Beliau berharap dengan membocorkan rahasia tersebut bisa menarik simpati orang Quraisy terhadap dirinya, sehingga mereka merasa berhutang budi terhadap Hatib. Dengan keadaan ini, beliau berharap orang Quraisy mau melindungi anak dan istrinya di Makkah. Meskipun demikian, perbuatan ini dianggap sebagai bentuk penghianatan dan dianggap sebagai bentuk loyal terhadap orang kafir karena dunia. Tentang kisah shahabat Hatib radhiyallahu „anhu ini diabadikan oleh Allah dalam firmanNya, ِّ ا ثِ َّب َجب َء ُو ُْ َِِٓ ْاٌ َحُٚل َ ْذ َوفَشَٚ َّد ِحَٛ َّ ٌ ُْ ثِ ْبِٙ ١ْ ٌََِْ إَُٛب َء رُ ٍْم١ٌِ َْٚ ُو ُْ أَّٚ َػ ُذَٚ ِّٞٚ ا َػ ُذٚا َال رَزَّ ِخ ُزَُِٕٛ ََٓ آ٠َب اٌَّ ِزُّٙ٠ََب أ٠ إُِِٛ َّب ُو ُْ أَ ْْ رُ ْؤ٠ِإَٚ َيَُْٛ اٌ َّشسُٛ ُْخ ِشج٠ ك َِِّثبلل “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menjadikan musuhKu dan musuhmu sebagai teman setia yang kamu sampaikan kepada mereka (berita-berita Muhammad), karena rasa kasih sayang, padahal sesungguhnya mereka telah ingkar kepada kebenaran yang datang kepadamu, mereka mengusir Rasul dan (mengusir) kamu karena kamu beriman kepada Allah….” (Qs. Al Mumtahanah: 1) Satu pelajaran penting yang bisa kita ambil dari kisah Hatib bin Abi Balta‘ah radhiyallahu „anhu adalah bahwa sesungguhnya orang yang memberikan loyalitas terhadap orang kafir sampai menyebabkan ancaman bahaya terhadap Islam, pelakunya tidaklah divonis kafir, selama loyalitas ini tidak menyebabkan Buku Mentor Karisma 34
128 kecintaan karena agamanya. Pada ayat di atas, Allah menyebut orang yang melakukan tindakan semacam ini dengan panggilan, “Hai orang-orang yang beriman……” Ini menunjukkan bahwa status mereka belum kafir. Pasukan Islam Bergerak Menuju Makkah Kemudian, beliau keluar Madinah bersama sepuluh ribu shahabat yang siap perang. Beliau memberi Abdullah bin Umi Maktum tugas untuk menggantikan posisi beliau di Madinah. Di tengah jalan, beliau bertemu dengan Abbas, paman beliau bersama keluarganya, yang bertujuan untuk berhijrah dan masuk Islam. Kemudian, di suatu tempat yang disebut Abwa‘, beliau berjumpa dengan sepupunya, Ibnul Harits dan Abdullah bin Abi Umayah. Ketika masih kafir, dua orang ini termasuk diantara orang yang permusuhannya sangat keras terhadap Nabi shallallahu „alahi wa sallam. Dengan kelembutannya, Nabi shallallahu „alahi wa sallam menerima taubat mereka dan masuk Islam. Nabi shallallahu „alahi wa sallam bersabda tentang Ibnul Harits radhiyallahu „anhu, ―Saya berharap dia bisa menjadi pengganti Hamzah -radhiyallahu „anhu-―. Setelah beliau sampai di suatu tempat yang bernama Marra Dhahraan, dekat dengan Makkah, beliau memerintahkan pasukan untuk membuat obor sejumlah pasukan. Beliau juga mengangkat Umar radhiyallahu „anhu sebagai penjaga. Malam itu, Abbas berangkat menuju Makkah dengan menaiki bighal (peranakan kuda dan keledai) milik Nabi shallallahu „alahi wa sallam. Beliau mencari penduduk Makkah agar mereka keluar menemui Nabi shallallahu „alahi wa sallam dan meminta jaminan keamanan, sehingga tidak terjadi peperangan di negeri Makkah. Tiba-tiba Abbas mendengar suara Abu Sufyan dan Budail bin Zarqa‘ yang sedang berbincang-bincang tentang api unggun yang besar tersebut. ―Ada apa dengan dirimu, wahai Abbas?‖ tanya Abu Sufyan ―Itu Rasulullah shallallahu „alahi wa sallam di tengah-tengah orang. Demi Allah, amat buruklah orangorang Quraisy. Demi Allah, jika beliau mengalahkanmu, beliau akan memenggal lehermu. Naiklah ke atas punggung bighal ini, agar aku dapat membawamu ke hadapan Nabishallallahu „alahi wa sallam, lalu meminta jaminan keamanan kepada beliau!‖ jawab Abbas. Maka, Abu Sufyan pun naik di belakangku. Kami pun menuju tempat Nabi shallallahu „alahi wa sallam. Ketika melewati obornya Umar bin Khattab, dia pun melihat Abu Sufyan. Dia berkata, ―Wahai Abu Sufyan, musuh Allah, segala puji bagi Allah yang telah menundukkan dirimu tanpa suatu perjanjian-pun. Karena khawatir, Abbas mempercepat langkah bighalnya agar dapat mendahului Umar. Mereka pun langsung masuk ke tempat Rasulullah shallallahu „alahi wa sallam. Setelah itu, barulah Umar masuk sambil berkata, ―Wahai Rasulullah, ini Abu Sufyan. Biarkan aku memenggal lehernya.‖ Abbas pun mengatakan, ―Wahai Rasulullah, aku telah melindunginya.‖ Rasulullah shallallahu „alahi wa sallam bersabda, ―Kembalilah ke kemahmu wahai Abbas! Besok pagi, datanglah ke sini!‖ Esok harinya, Abbas bersama Abu Sufyan menemui Nabi shallallahu „alahi wa sallam. Beliau bersabda,‖Celaka wahai Abu Sufyan, bukankah sudah tiba saatnya bagimu untuk mengetahui bahwa tiada ilah (sesembahan) yang berhak disembah selain Allah?‖ Abu Sufyan mengatakan, ―Demi ayah dan ibuku sebagai jaminanmu. Jauh-jauh hari aku sudah menduga, andaikan ada sesembahan selain Allah, tentu aku tidak membutuhkan sesuatu apa pun setelah ini.‖ Nabi shallallahu „alahi wa sallam bersabda,‖Celaka kamu wahai Abu Sufyan, bukankah sudah saatnya kamu mengakui bahwa aku adalah utusan Allah?‖ Abu Sufyan menjawab,‖Demi ayah dan ibuku sebagai jaminanmu, kalau mengenai masalah ini, di dalam hatiku masih ada sesuatu yang mengganjal hingga saat ini.‖ Abbas menyela, ―Celaka kau! Masuklah Islam! Bersaksilah laa ilaaha illa Allah, Muhammadur Rasulullah sebelum beliau memenggal lehermu!‖ Akhirnya Abu Sufyan-pun masuk Islam dan memberikan kesaksian yang benar. Tanggal 17 Ramadhan 8 H, Rasulullah shallallahu „alahi wa sallam meninggalkan Marra Dzahran menuju Makkah. Sebelum berangkat, beliau memerintahkan Abbas untuk mengajak Abu Sufyan menuju Buku Mentor Karisma 34
129 jalan tembus melewati gunung, berdiam di sana hingga semua pasukan Allah lewat di sana. Dengan begitu, Abu Sufyan bisa melihat semua pasukan kaum muslimin. Maka Abbas dan Abu Sufyan melewati beberapa kabilah yang ikut gabung bersama pasukan kaum muslimin. Masing-masing kabilah membawa bendera. Setiap kali melewati satu kabilah, Abu Sufyan selalu bertanya kepada Abbas, ―Kabilah apa ini?‖ dan setiap kali dijawab oleh Abbas, Abu Sufyan senantiasa berkomentar, ―Aku tidak ada urusan dengan bani Fulan.‖ Setelah agak jauh dari pasukan, Abu Sufyan melihat segerombolan pasukan besar. Dia lantas bertanya, ―Subhanallah, wahai Abbas, siapakah mereka ini?‖ Abbas menjawab: ―Itu adalah Rasulullah bersama muhajirin dan anshar.‖ Abu Sufyan bergumam, ―Tidak seorang-pun yang sanggup dan kuat menghadapi mereka.‖ Abbas berkata: ―Wahai Abu Sufyan, itu adalah Nubuwah.‖ Bendera Anshar dipegang oleh Sa‘ad bin Ubadah radhiyallahu „anhu. Ketika melewati tempat Abbas dan Abu Sufyan, Sa‘ad berkata, ―Hari ini adalah hari pembantaian. Hari dihalalkannya tanah al haram. Hari ini Allah menghinakan Quraisy.‖ Ketika ketemu Nabi shallallahu „alahi wa sallam, perkataan Sa‘ad ini disampaikan kepada Nabi shallallahu „alahi wa sallam. Beliau pun menjawab, ―Sa‘ad keliru, justru hari ini adalah hari diagungkannya Ka‘bah dan dimuliakannya Quraisy oleh Allah.‖ Kemudian, Nabi shallallahu „alahi wa sallam memerintahkan agar bendera di tangan Sa‘d diambil dan diserahkan kepada anaknya, Qois. Akan tetapi, ternyata bendera itu tetap di tangan Sa‘d. Ada yang mengatakan bendera tersebut diserahkan ke Zubair dan ditancapkan di daerah Hajun. Rasulullah shallallahu „alahi wa sallam melanjutkan perjalanan hingga memasuki Dzi Thuwa. Di sana Nabi shallallahu „alahi wa sallammenundukkan kepalanya hingga ujung jenggot beliau yang mulia hampir menyentuh pelana. Hal ini sebagai bentuk tawadlu‘ beliau kepada Sang Pengatur alam semesta. Di sini pula, beliau membagi pasukan. Khalid bin Walid ditempatkan di sayap kanan untuk memasuki Makkah dari dataran rendah dan menunggu kedatangan Nabi shallallahu „alahi wa sallam di Shafa. Sementara Zubair bin Awwam memimpin pasukan sayap kiri, membawa bendera Nabi shallallahu „alahi wa sallam dan memasuki Makkah melalui dataran tingginya. Beliau perintahkan agar menancapkan bendera di daerah Hajun dan tidak meninggalkan tempat tersebut hingga beliau datang. Kemudian, Nabi shallallahu „alahi wa sallam memasuki kota Makkah dengan tetap menundukkan kepala sambil membaca firman Allah: ًٕب١ه فَ ْزحًب ُِ ِج َ ٌَ ِإَّٔب فَزَحْ َٕب “Sesungguhnya kami memberikan kepadamu kemenangan yang nyata.” (Qs. Al Fath: 1) Beliau mengumumkan kepada penduduk Makkah, ―Siapa yang masuk masjid maka dia aman, siapa yang masuk rumah Abu Sufyan maka dia aman, siapa yang masuk rumahnya dan menutup pintunya maka dia aman.‖ Beliau terus berjalan hingga sampai di Masjidil Haram. Beliau thawaf dengan menunggang onta sambil membawa busur yang beliau gunakan untuk menggulingkan berhala-berhala di sekeliling Ka‘bah yang beliau lewati. Saat itu, beliau membaca firman Allah: ُّ َجب َء ا ٌْ َح لًبُٛ٘بط ًَ َوبَْ َص َ َ٘ َصَٚ ك ِ َبط ًُ ِإ َّْ ا ٌْج ِ َك ا ٌْج “Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap”. Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap.” (Qs. Al-Isra': 81) ُّ َجب َء ْاٌ َح ُذ١ ُِؼ٠ َِبَٚ ًُ بط ُ ُ ْج ِذ٠ َِبَٚ ك ِ َا ْاٌج “Kebenaran telah datang dan yang batil itu tidak akan memulai dan tidak (pula) akan mengulangi.” (Qs. Saba': 49) Kemudian, Nabi shallallahu „alahi wa sallam memasuki Ka‘bah. Beliau melihat ada gambar Ibrahim bersama Ismail yang sedang berbagi anak panah ramalan. Beliau bersabda, ―Semoga Allah membinasakan mereka. Demi Allah, sekali-pun Ibrahim tidak pernah mengundi dengan anak panah ini.‖ Kemudian, beliau perintahkan untuk menghapus semua gambar yang ada di dalam Ka‘bah. Kemudian, beliau shalat. Seusai shalat beliau mengitari dinding bagian dalam Ka‘bah dan bertakbir di bagian pojokBuku Mentor Karisma 34
130 pojok Ka‘bah. Sementara orang-orang Quraisy berkerumun di dalam masjid, menunggu keputusan beliau shallallahu „alahi wa sallam. Dengan memegangi pinggiran pintu Ka‘bah, beliau bersabda: ُ ٍْ ُّ ٌ ٌَٗ ُ ا،ٌٗ ه ―ٖحْ َذٚ اْلحضاة ََ َ٘ضٚ ََٖٔص َش َػ ْجذٚ َٖ ْػذَٚ ق َ ص َذ َ ٠ح َّذٖ ال ضشٚ ال إٌِٗ إِالَّ ﷲ َ َ ،ٌش٠ ٍء لذَْٟ َو ًِّ ضٍٝ ػٛ٘ٚ ٌٗ اٌحّ ُذٚ ه “Wahai orang Quraisy, sesungguhnya Allah telah menghilangkan kesombongan jahiliyah dan pengagungan terhadap nenek moyang. Manusia dari Adam dan Adam dari tanah.” َّ َّْ ِﷲ أَ ْرمَب ُو ُْ إ ٌش١ ٌُ خ َِج١ٍِﷲَ َػ ِ َّ ا إِ َّْ أَ ْو َش َِ ُى ُْ ِػ ْٕ َذُٛلَجَبئِ ًَ ٌِزَ َؼب َسفَٚ ثًبُٛ َج َؼ ٍَْٕب ُو ُْ ُضؼَٚ َٝأُ ْٔضَٚ َب إٌَّبطُ إَِّٔب َخٍَ ْمَٕب ُو ُْ ِِ ْٓ َر َو ٍشُّٙ٠ََب أ٠ “Wahai orang Quraisy, apa yang kalian bayangankan tentang apa yang akan aku lakukan terhadap kalian?” Merekapun menjawab, ―Yang baik-baik, sebagai saudara yang mulia, anak dari saudara yang mulia.‖ Beliau bersabda, ―Aku sampaikan kepada kalian sebagaimana perkataan Yusuf kepada saudaranya: ‗Pada hari ini tidak ada cercaan atas kalian. Allah mengampuni kalian. Dia Maha penyayang.‘ Pergilah kalian! Sesungguhnya kalian telah bebas!‖ Pada hari kedua, Nabi shallallahu „alahi wa sallam berkhutbah di hadapan manusia. Setelah membaca tahmid beliau bersabda, ―Sesungguhnya Allah telah mengharamkan Makkah. Maka tidak halal bagi orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir untuk menumpahkan darah dan mematahkan batang pohon di sana. Jika ada orang yang beralasan dengan perang yang dilakukan Nabi shallallahu „alahi wa sallam, maka jawablah: ―Sesungguhnya Allah mengizinkan RasulNya shallallahu „alahi wa sallam dan tidak mengizinkan kalian. Allah hanya mengizinkan untukku beberapa saat di siang hari. Hari ini Keharaman Makkah telah kembali sebagaimana keharamannya sebelumnya. Maka hendaknya orang yang hadir menyampaikan kepada yang tidak hadir.‖ Nabi shallallahu „alahi wa sallam diizinkan Allah untuk berperang di Makkah hanya pada hari penaklukan kota Makkah dari sejak terbit matahari hingga ashar. Beliau tinggal di Makkah selama sembilan hari dengan selalu mengqashar shalat dan tidak berpuasa Ramadhan di sisa hari bulan Ramadhan. Sejak saat itulah, Makkah menjadi negeri Islam, sehingga tidak ada lagi hijrah dari Makkah menuju Madinah. Demikianlah kemenangan yang sangat nyata bagi kaum muslimin. Telah sempurna pertolongan Allah. Suku-suku arab berbondong-bondong masuk Islam. Demikianlah karunia besar yang Allah berikan.
Buku Mentor Karisma 34
131
Wafatnya Rasulullaah Minggu, 4 Rabi‟ul Awwal 11 H (Seminggu sebelum wafat) Nabi Muhammad Saw. baru saja kembali dari ziarah maqam para shahabat (baqi‟), ketika Malaikat Jibril menemui Beliau dan mengajukan dua pilihan. ApakahRasulullah menginginkan dunia dan segala isinya, atau bertemu Allah Swt? Dan Rasulullah Saw memilih opsi kedua. Setibanya di rumah, Aisyah ra. menyambut Rasulullah seraya berkata; “Wahai Rasul, kepalaku pusing”. Rasulullah-pun tersenyum, “Demi Allah wahai istriku, kepalaku juga pusing sekali”. Lalu Rasulullah bertanya kepada Aisyah sambil bersendagurau, “Apa yang menjadi beban pikiranmu, bila engkau meninggal duluan sebelum aku?” Sambil bersenda mesra Aisyah menjawab, “Demi Allah, jika demikian wahai Muhammad, Engkau tinggal menjumpai istri-istrimu yang lain”. Rasulullah tersenyum mendengar jawaban Aisyah, dan Beliau tidur pada malam itu dalam keadaan sakit. Inilah permulaan sakit Rasulullah yang menyebabkan wafatnya beliau. Rabu, 7 Rabi‟ul Awwal 11 H (Lima hari sebelum wafat) Seperti biasa Nabi Muhammad Saw. mengunjungi istri-istrinya secara adil. Dan setibanya di rumah Maimunah ra, sakit Beliau tiba-tiba bertambah parah. Lalu Rasulullah memanggil istri-istrinya untuk berkumpul, lalu meminta izin agar bisa dirawat di rumah Aisyah ra. Keadaan Rasulullah semakin parah, beliau terpaksa dipapah oleh Fadhil bin ‗Abbas dan Ali bin Abi Thalib menuju ke rumah Aisyah, sedang kedua kaki Beliau sudah tidak bisa menapak tanah. Kamis, 8 Rabi‟ul Awwal 11 H (Empat hari sebelum wafat) Rasulullah meminta dibawakan untuknya tujuh bejana berisi air dari tujuh sumur yang berbeda. Dalam posisi duduk, Rasulullah dimandikan dengan air tersebut. Karena merasa pusingnya agak berkurang, Rasulullah keluar dan berkhutbah di hadapan ummatnya. Dan pada hari itu juga, Rasulullah masih sempat shalat magrib berjamaah bersama para shahabat. Itu merupakan khutbah terakhir Rasulullah, dan shalat terakhir beliau bersama para sahabat dan pengikutnya. Minggu, 11 Rabi‟ul Awwal 11 H (Satu hari menjelang wafat) Nabi Muhammad Saw. membebaskan semua hamba sahayanya, dan menghibahkan seluruh peralatan perangnya kepada kaum muslimin. Tidak ada yang tersisa dari harta Beliau kecuali disedekahkan semuanya. Senin pagi, 12 Rabi‟ul Awwal 11 H (Hari wafatnya Rasulullah) Ketika kaum muslimin sedang menunaikan sholat shubuh berjama‘ah, dan Abu Bakar r.a bertindak sebagai imam. Rasulullah membuka pintu rumahnya yang bersebelahan dengan jama‘ah
Buku Mentor Karisma 34
132 shalat. Rasulullah tersenyum menyaksikan para shahabatnya mendirikan shalat. Beliau teringat perjuangan menyebarkan Islam yang telah beliau tempuh bersama para shahabatnya itu selama 23 tahun. Abu Bakar dan sebahagian jamaah sadar kalau Rasulullah sedang memperhatikan mereka di depan pintu rumahnya. Nyaris saja Abu Bakar melangkah mundur sebagai isyarat agar Rasulullah mengimami mereka, namun Rasulullah berkata, “Lanjutkan shalat kalian..” Rasulullah tersenyum dan menutup kembali pintu rumahnya. Itu adalah kali terakhir para shahabat melihat Rasulullah sebelum beliau wafat. Dan juga kali terakhir Rasulullah melihat para shahabat, dan saat itu mereka dalam keadaan sedang shalat. Senin, waktu dhuha, 12 Rabi‟ul Awwal 11 H (Hari wafatnya Rasulullah) Fathimah ra., putri Rasulullah Saw mendatangi beliau, dan duduk di sebelah kanan Rasulullah. “Selamat datang wahai putriku” Sapa Rasulullah. Lalu beliau membisikkan sesuatu kepada Fathimah, seketika Fatimah menangis.Rasulullah membisikkan untuk kedua kalinya, dan seketika itu pula Fatimah tertawa. “Apa yang dikatakan Rasulullah Saw kepadamu?” Tanya Aisyah ra. “Pertama, Rasulullah membisikkan kepadaku; ‗Bahwa Malaikat Jibril biasanya menemuinya sekali dalam setahun untuk membacakan ayat-ayat Al-Qur‘an. Namun, tahun ini Jibril dua kali menemuinya. Ini mungkin pertanda ajalnya sudah dekat‘. Makanya aku menangis”. Jawab Fatimah Ra. Lalu Fatimah melanjutkan, “Yang kedua, Rasulullah menanyakan, ‗Apa kamu bersedia menjadi yang pertama dari keluargaku yang akan melanjutkan perjuanganku? Atau bersediakah engkau menjadi ‗Ibu bagi orang-orang yang beriman(ummahatulmukminin)?‘ Dan aku tertawa haru mendengar pertanyaan itu”, tuntas Fatimah ra. Ini adalah dialog terakhir antara Rasulullah dengan putri tercintanya Fatimah Ra. Senin, detik-detik wafatnya Rasulullah, 12 Rabi‟ul Awwal 11 H Di detik-detik terakhir, datang Abdurrahman bin Abubakar (Abang dari Aisyah ra) dan ia membawa siwak (kayu yang biasa digunakan untuk membersihkan gigi). Aisyah melihat Rasulullah memperhatikan siwak tersebut, dan lewat isyarat istrinya tahu Beliau seperti ingin bersiwak saat itu. LaluRasulullah duduk bersandar pada Abdurrahman. Aisyah ra. langsung tanggap dan meminta siwak dari Abdurrahman agar Rasulullah bisa bersiwak, dan bersiwak adalah pekerjaan Rasulullah yang terakhir sebelum menemui ajal. Setelah selesai bersiwak, Rasulullah memandang ke atas, dan bibir beliau berkomat-kamit pelan hingga Aisyah ra mendekatkan wajahnya dan mendengar Rasulullah berdo‘a; ك١ُ اٌشفٌٍٙ أ..ٍٝك اْلػ١ ثبٌشفٟٕاٌحمٚ ّٟٕاسحٚ ٌُٟ اغفشٌٍٙ أ،ٓ١اٌصبٌحٚ ذاءٙاٌطٚ ٓ١م٠اٌصذٚ ٓ١١ُ ِٓ إٌجٙ١ٍٓ أٔؼّذ ػ٠ِغ اٌز ..ٍٝك اْلػ١ُ اٌشفٌٍٙ أ..ٍٝك اْلػ١ُ اٌشفٌٍٙ أ..ٍٝاْلػ Artinya: ―Sebagaimana orang-orang yang telah Engkau beri nikmat dari golongan para Nabi, orang-orang yang jujur, para syuhada dan para shalihin. Wahai Allah, ampunilah dosaku, sayangilah aku, dan pertemukan aku dengan-Mu (Kekasihku Yang Maha Tinggi). Wahai Allah, Kekasihku Yang Maha Tinggi.. Wahai Allah, Kekasihku Yang Maha Tinggi.. Wahai Allah, Kekasihku Yang Maha Tinggi..[2]
Buku Mentor Karisma 34
133 Setelah membaca kalimat di atas, Nabi Muhammad Rasulullah membasuh wajahnya dengan air yang tersedia di sisi beliau, dan kembali melafadhkan ; ..ٍٝك اْلػ١ُ اٌشفٌٍٙ أ..ٍٝك اْلػ١ُ اٌشفٌٍٙ أ..ٍٝك اْلػ١ُ اٌشفٌٍٙ أ..د ٌسىشادٌٍّٛ ْإ Artinya: “Sesungguhnya kematian itu akan menghadapi „sakaratulmaut‟, Wahai Allah, Kekasihku Yang Maha Tinggi.. Wahai Allah, Kekasihku Yang Maha Tinggi.. Wahai Allah, Kekasihku Yang Maha Tinggi..” Lalu Rasulullah-pun menghembuskan nafas terakhirnya.. setelah menyampaikan pesan terakhir Beliau kepada ummatnya; نصَلة.. نصَلة.. نصَلة.. ًاَكى يهكت ٔياٚأ (Dirikanlah shalat, shalat, shalat! Dan bebaskan budak-budakmu..!) *** Anas bin Malik mengisahkan, “Tiada hari yang paling indah dan cerah selain hari kedatangan Nabi Muhammad Saw. ke Madinah. Dan tiada hari yang lebih mendung dan muram daripada hari ketika Rasulullah Saw. wafat di Madinah”. [1] Disadur dari Reality Show „Khawatir Syabab‟, tayang di TV Saudiarabia. [2] Lihat : Hadits Shahih Bukhari, Kitab 60. Doa, Bab 3368 Doa Nabi SAW, Nomor 5872.
Buku Mentor Karisma 34
134
Kebebasan Emosional dan Tips Problem Solving Indikator dari GBPK
Materi
1. Memperoleh kebebasan emosional dalam mengambil keputusannya sendiri 2. Memiliki kemampuan untuk menyeleksi sekolah dan memiliki pengetahuan yang spesifik tentang cita-cita yang dimiliki 3. Mencari pengalaman yang sejalan dengan cita-citanya di masa depan GBPK 34 – Konsep Pembinaan SMA Lanjutan 1. Memperoleh kebebasan emosional dalam mengambil keputusannya sendiri - Pengertian Emosi Emosi adalah suatu keadaan yang bergejolak pada diri individu yang berperan sebagai inner adjustment (penyesuaian diri dari dalam) terhadap lingkungan untuk mencapai kesejahteraan dan keselamatan individu. (Crow & Crow) Dalam kehidupan sehari-hari manusia pasti melibatkan emosi. Namun tidak semua emosi ini bersifat negative, ada banyak sekali emosi positif seperti senang, bahagia, kagum, penuh pengharapan dan sebagainya. - Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi a. Kematangan, Semakin bertambah usia maka semakin matang diri kita dalam mengelola emosi terutama jika dihadapkan pada beberapa kondisi. b. Belajar, “pengalaman merupakan guru yang paling berharga� kalimat itu menekankan bahwa setiap diri akan mendapatkan pembelajaran dari apa-apa yang dialaminya. c. Lingkungan / Kebudayaan, kondisi sekitar dan lingkungan yang mendukung perkembangan emosi ini. 2. Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal. (QS. 8:2)
-
Kondisi Emosional Remaja Kenapa banyak orang tua yang belum dapat menyerahkan pilihan sepenuhnya dari remaja dalam mengambil keputusan? Mungkin krena ada beberapa karakteristik remaja yang dirasa belum matang untuk mengambil Buku Mentor Karisma 34
135 keputusan,diantaranya : a. Remaja masih sering labil, menentukan pilihan hanya berdasarkan emosi sesaat. Jika ada yang lebih menarik menurut dirinya, dengan mudah pilihan itu akan berubah. Contohnya, kalau mau milih jurusan atau cita-cita saja, cita-cita selama SMP sampai SMA pasti banyak yang berubah-ubah. Baru aja bilang pengen jadi dokter, taunya besok sudah berubah lagi. b. Sering ikut-ikutan. Kedekatan remaja kepada teman sebayanya memang merupakan suatu hal yang lumrah, namun dampak negative nya remaja cenderung mencari teman dan ikut-ikutan saja. Contohnya, mau ikut bimble hanya karna temantemannya juga ikut bimbel. Mau daftar kuliah ke universitas A karna banyak orang yang ingin daftar ke universitas A, dsb. c. Jarang berfikir panjang alias ceroboh. Remaja biasanya jarang berpikir panjang, dan kurang memperhatikan dampak negative dan positif dari apa yang dilakukannya. 1. Memiliki kemampuan untuk menyeleksi sekolah dan memiliki pengetahuan yang spesifik tentang cita-cita yang dimiliki Di atas merupakan karakteristik remaja pada umumnya, namun bukan berarti semua remaja dibiarkan berada pada kondisi seperti itu. Karena pada dasarnya remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa. Sehingga remaja perlu diarahkan untuk mulai berfikiran dewasa terutama bagi sahabat remaja yang sudah berada di bangku SMA. Mereka harus mulai mampu menentukan citacita dan impian mereka secara spesifik. Pada tahap ini, sahabat remaja harus mulai mencari berbagai informasi mengenai impiannya. Jika sahabat remaja ingin mengambil keputusan dengan lebih matang lagi, sahabat harus mampu melakukan 3 karakteristik yang berlawanan dengan poin sebelumnya. Hal itu antara lain : a. Luruskan niat, dan mulai menentukan pilihan secara bijak. b. Harus memiliki pendirian yang teguh dan konsistensi (istiqomah) dalam meraih cita-cita / menentukan pilihan. c. Berfikir secara matang dengan mempertimbangkan dampak positif dan negative dari pilihan yang akan diambil.
Buku Mentor Karisma 34
136 2. Mencari pengalaman yang sejalan dengan cita-citanya di masa depan Ada beberapa tips jitu meraih cita-cita yang dikutip dari buku Being Strategic karangan Andersen. http://ruangpsikologi.com/dunia-kerja/apa-puncita-citamu-berpikir-strategis-adalah-senjatauntuk-meraihnya/ Contoh Kisah/ Simulasi
a. Sediakan kertas HVS dan bagikan kepada adik satu per satu b. Minta adik memejamkan mata sejenak sambil mengatur nafas dalam keadaan relax c. Intruksikan beberapa poin berikut, sambil diberi jeda adik untuk berfikir : 1) Mata pelajaran apa yang paling kamu suka 2) Hal apa yang bikin kamu betah berlama-lama melakukan hal tersebut 3) Pekerjaan apa yang menurut kamu berkaitan dengan hal yang membuat kamu merasa nyaman dan senang melakukannya 4) Tentukan satu pekerjaan yang ingin kamu capai dan pekerjaan itu membuat kamu senang dan ingin berlama-lama melakukannya di masa mendatang. d. Minta adik untuk membuka mata dan menggambarkan pekerjaan apa yang ingin dia lakukan (cita-cita, kelak dia ingin menjadi apa) e. Setelah selesai menggambar, minta adik menuliskan tangga pencapaian (tahapan-tahapan yang harus dia lalui untuk mencapai cita-cita tersebut)
Buku Mentor Karisma 34
137
Mengelola Perasaan dan Hawa Nafsu
Indikator dari GBPK
1. Memiliki kemampuan untuk mengelola perasaan dan mengendalikan dorongan hati 2. Kebutuhannya terhadap teman sebaya berkurang
Materi
1. Cara Adik mengontrol dan mengelola perasaan/Hawa Nafsu - Dalam Al-Qur’an disebutkan bahwa nafsu manusia ada 2 macam, nafsu dalam kebaikan dan nafsu dalam keburukan. Nafsu dalam kebaikan atau yang disebut dengan Nafsul Muthmainnah, ialah nafsu yang mengarahkan manusia dalam kebaikan dimana dia bergerakmengikuti kehendaknya dalam mendekatkan diri kepada Rabb nya. Adapun nafsu kepada keburukan atau yang sering disebut dengan Nafsul Lawwamah, ialah nafsu yang mengarahkan manusia kepada keburukan dan kedurhakaan. -
Salah satu jenis Nafsu Lawwamah ialah “Marah”, jika orang yang marah tidak segera dikendalikan maka ia akan membawa keburukan bagi dirinya sendiri juga orang lain yang ada di sekitarnya. Sehingga dalam hadits Rasulullah SAW disebutkan bahwa orang yang paling kuat itu bukannlah seorang pegulat yang memenangkan beberapa kali pertandingan namun orang yang ia mampu mengendalikan dirinya ketika ia marah. Nafsu sendiri berarti dorongan, yang mana mengendalikan hawa nafsu itu sendiri merupakan hal yang paling sulit karena dia harus mampu melawan dirinya sendiri.
ِ َّ ُ ال رس س َ ََو َع ْنهُ ق ُ َ َ َ ق:ال َ ول اَلله صلى اهلل عليه وسلم ( لَْي َّ َالص َر َع ِة إِنَّ َما ا َّ َا ك نَ ْف َسهُ ِع ْن َد ُّ ِلش ِدي ُد ب ُ ِلش ِدي ُد اَلَّ ِذي يَ ْمل ِض ب ) ُمتَّ َف ٌق َعلَْي ِه َ َاَلْغ
Dari dia Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Orang kuat itu bukanlah orang yang menang bergulat tetapi orang kuat ialah orang yang dapat menahan dirinya ketika marah." Muttafaq Alaihi (Bulghul Marom No 1510)
-
Doa agar dijauhkan dari Hawa Nafsu yang jelek.
ٍ ََِو َعن قُطْبةَ بْ ِن مال ول اَللَّ ِه صلى ُ َكا َن َر ُس:ال َ َك رضي اهلل عنه ق َ ْ َ َ Buku Mentor Karisma 34
138
ِ ( اَللَّ ُه َّم جن ِّْبنِي منْ َكر:ول ات اَْْلَ ْخ ََل ِق َو ْاْلَ ْع َم ِال ُ اهلل عليه وسلم يَ ُق َ ُ َ ْحاكِ ُم َواللَّ ْف ِظ لَه ُّ َو ْاْل َْه َو ِاء َو ْاْلَ ْد َو ِاء ) أَ ْخ َر َجهُ اَلت ِّْرِم ِذ َ ي َو َ ص َّح َحهُ اَل Dari Quthbah Ibnu Malik Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Ya Allah jauhkanlah diriku dari kejelekan akhlak perbuatan hawa nafsu dan penyakit." Riwayat Tirmidzi. Hadits shahih menurut Hakim dan lafadz ini menurut riwayatnya (Bulghul Marom No 1526)
- Tips Mengendalikan Hawa Nafsu - Nafsu itu bukan untuk ditahan namun dikendalikan Secara Psikologis, dorongan negative yang ada dalam diri seseorang itu merupakan hal yang fitrah dan harus dikeluarkan. Jika tidak, dorongan itu akan membentuk gumpalan negative pada diri seseorang yang lama-kelamaan akan membesar dan terus membesar sehinggasuatu saat nanti memungkinkan untuk meledak. - Alihkan Nafsu buruk itu kepada Hal yang lebih positif Ketika hawa nafsu itu ditahan/ditekan maka akan timbul perasaan tidak nyaman pada diri seseorang. Bahkan jika dibiarkan bias timbul yang namanya “dendam” dalam diri seseorang. Maka dari itu nafsu sebaiknya disalurkan kepada kebaikan/hal yang lebih positif lagi. Misalnya, sebagaimana yang diperintahkan oleh Rasulullah SAW,kalau kita sedang marah dalam keadaan berdiri maka duduklah, jika duduk juga masih marah maka berbaringlah, jika sudah berbaring masih marah juga, maka berwudhu lah, jika telah berwudhu masih juga maka shalat lah. Hal tersebut merupakan sebaik-baiknya cara melampiaskan nafsu dalam diri manusia. - Perbanyaklah amal shalih (fastabiqul khairat) Berbuat amal kebaikan akan melatih kita untuk mengendalikan hawa nafsu, karena dengan beramal shalih kita dapat belajar menjauhkan diri dari sifat buruk kita. - Hindari hal-hal yang merusak amal Rasulullah SAW merupakan hamba Allah yang di ma’shum (terjaga dari perbuatan buruk dan munkar). Walau begitu, bukan berarti Rasul tidak pernah melakukan kesalahan, karena dalam beberapa keterangan Rasulullah pernah mendapat teguran langsung dari Allah sebagaimana yang tercantum dalam surat “Abasa”. Namun Rasul tidak pernah menyengajakan diri melakukan kesalahan. Bahkan alangkah baiknya jika kita menjaga diri dari perbuatan yang merusak amal. Beberapa perbuatan yang merusak amal diantaranya : - Hasud (Iri Dengki)
ول اَللَّ ِه صلى اهلل ُ ال َر ُس َ َ ق:ال َ َََ َع ْن أَبِي ُه َريْ َرةَ رضي اهلل عنه ق Buku Mentor Karisma 34
139
ِ َعليه وسلم ( إِيَّا ُكم والْحس َد فَِإ َّن اَلْحس َد يأْ ُكل اَلْحسن ات َك َما ََ ُ َ ََ ََ َْ ب ) أَ ْخ َر َجهُ أَبُو َد ُاو َد َ َّار اَل ُ تَأْ ُك ُل اَلن َ َْحط Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Jauhilah sifat hasad karena hasad itu memakan (pahala) kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar." Riwayat Abu Dawud (Bulghul Marom No 1508)
-
Riya
ٍ ِود ب ِن لَب ِ ول اَللَّ ِه ُ ال َر ُس َ َ ق:ال َ َيد رضي اهلل عنه ق ْ َو َع ْن َم ْح ُم اف َعلَْي ُك ْم ُ َخ َ صلى اهلل عليه وسلم ( إِ َّن أَ ْخ َو َ ف َما أ ٍ ِ ِّ َا س ٍن ْ لش ْر ُك اَْْل ْ َصغَ ُر اَ ِّلريَاءُ ) أَ ْخ َر َجهُ أ َ َح َم ُد ب َسنَد َح
Dari Mahmud Ibnu Labid Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Sesungguhnya hal yang paling aku takuti menimpamu ialah syirik kecil: yaitu riya." Riwayat Ahmad dengan sanad hasan. (Bulghulmarom No 1513)
-
Ghibah, dsb.
2. Kebutuhannya terhadap teman sebaya berkurang Remaja sangat senang sekali berkelompok. Bahkan dalam kesehariannya kadang remaja lebih dekat dengan teman sebayanya disbanding dengan kedua orang tuanya. Hal tersebut bukanlah kebiasaan yang baik, sebagaimana tahapan yang sedang dilaluinya remaja berada pada tahapan pencarian jati diri, sehingga jika remaja salah bergaul maka dia akan sangat mudah sekali terbawa arus. Sehingga pada tahapan ini, remaja harus diarahkan agar tidak terlalu bergantung pada teman sebayanya. Remaja harus mulai diarahkan untuk mampu membedakan mana hal yang baik dan mana hal yang buruk. Mana hal yang boleh dilakukan dan mana hal yang tidak boleh. Sehingga dia mampu bertopang pada dirinya sendiri dan tidak bergantung pada orang lain lagi. Contoh Kisah/ Simulasi
1. Nafsu itu bukan untuk ditahan namun dikendalikan Simulasi : Balon udara/plastic berisi udara yang ditekan lama kelamaan akan membentuk benjolan besar dan meletus. Begitulah perumpamaan hawa nafsu kita.
Buku Mentor Karisma 34
140
SMA BINA AKTIVIS Aqidah A. Makna aqidah dan urgensinya sebagai landasan agama Makna aqidah secara Bahasa Aqidah berasal dari kata ‗Aqd yang berarti pengikatan. Aqidah adalah apa yang diyakini oleh seseorang. Jika dikatakan, ―Dia mempunyai aqidah yang benar,‖ berarti aqidahnya bebas dari keraguan. Aqidah merupakan perbuatan hati, yaitu kepercayaan hati dan pembenarannya kepada sesuatu. Makna aqidah secara syar‘i Aqidah adalah iman kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para Rasul-Nya, Hari akhir, dan qadar yang baik atau pun buruk. Hal ini disebut juga sebagai rukun iman. Syariat terbagi menjadi dua, yaitu I‘tiqadiyah dan amaliyah. I‘tiqadiyah adalah hal-hal yang tidak berhubungan dengan tata cara amal. Misalnya, I‘tiqad (kepercayaan) terhadap rububiyah Allah dan kewajiban beribadah kepada-Nya, juga ber-I‘tiqad terhadap rukun-rukun iman yang lain. Hal ini disebut ashliyah (pokok agama). Amaliyah adalah segala apa yang berhubungan dengan tata cara amal. Misalnya sholat, zakat, puasa, dan seluruh hukum-hukum amaliyah. Bagian ini disebut far‘iyah (cabang agama) karena ia dibangun di atas I‘tiqadiyah. Benar dan rusaknya amaliyah tergantung dari benar dan rusaknya I‘tiqadiyah. Maka aqidah yang benar adalah fondasi bagi bangunan agama serta merupakan syarat sahnya amal. Dalil: g. Q.S. Al-Ikhlash: 1-4 h. Q.S. Az-Zumar: 2-3 i. Q.S. Al-A‘raf: 59, 65, 73, 85 B. Manhaj Al-Qur‘an dalam menetapkan wujud dan keesaan Al-Khaliq Manhaj Al-Qur‘an dalam menetapkan wujud Al-Khaliq serta keesaan-Nya adalah manhaj yang sejalan dengan fitrah yang lurus dan akal yang sehat. Yaitu dengan mengemukakan bukti-bukti yang benar, yang membuat akal mau menerima dan musuh pun menyerah. Di antara dalil-dalilnya adalah sebagai berikut: 4. Sudah menjadi kepastian bahwa setiap yang baru tentu ada yang mengadakan Q.S. Ath-Thur: 35 Q.S. Luqman: 11 Q.S. An-Nahl: 17 5. Teraturnya semua urusan dan kerapiannya Q.S. Al-Mu‘minun: 91 6. Tunduknya makhluk-makhluk untuk melaksanakan tugasnya sendiri-sendiri dan mematuhi peran yang diberikan-Nya Q.S. Thaha: 49-50 C. Prinsip Aqidah Makna dari prinsip aqidah tertuang dalam kalimat syahadatain. Jika kita memahami lebih mengenai untaian kata syahadat maka akan kita dapatkan makna yang luar biasa yang perlu kita resapi. a. Makna syahadatain o Makna syahadat la ilahaillallah
Buku Mentor Karisma 34
141 Adalah meyakini dan mengikrarkan bahwa tidak ada yang berhak disembah dan menerima ibadah kecuali Allah, menaati hal tersebut dan mengamalkannya. La ilaha menafikan hak penyembahan dari selain Allah, siapapun orangnya. Illallah adalah penetapan hak Allah semata untuk disembah. Makna kalimat ini secara global adalah, ―Tidak ada sesembahan yang hak selain Allah‖. o Makna syahadat annamuhammadarrasulullah Adalah mengakui secara lahir dan batin bahwa beliau adalah hamba Allah dan RasulNya yang diutus kepada manusia secara keseluruhan; serta mengamalkan konsekuensinya, menaati perintahnya, membenarkan ucapannya, menjauhi larangannya, dan tidak menyembah Allah kecuali dengan apa yang disyariatkan. b. Rukun syahadatain o Rukun syahadat la ilahaillallah 1. An-Nafyu atau peniadaan. La ilaha membatalkan syirik dengan segala bentuknya dan mewajibkan kekafiran terhadap segala apa yang disembah selain Allah 2. Al-Itsbat atau penetapan. Illallah menetapkan bahwa tidak ada yang berhak disembah selain Allah dan mewajibkan pengamatan sesuai dengan konsekuensinya. o Rukun syahadat muhammadarrasulullah Al-Abdu atau hamba yang menyembah. Rasulullah adalah manusia yang diciptakan dari bahan yang sama dengan manusia lainnya, Demikian pula berlaku atas beliau apa yang berlaku atas orang lain c. Syarat-syarat syahadatain o Syarat la ilahaillallah Terdapat tujuh syarat yang tanpanya maka tidak akan bermanfaat bagi yang mengucapkannya. Tujuh syarat itu adalah: 1. ‗Ilmu (mengetahui), yang menafikan jahl (kebodohan) 2. Yaqin (yakin), yang menafikan syak (keraguan) 3. Qabul (menerima), yang menafikan radd (penolakan) 4. Inqiyad (Patuh), yang menafikan tark (meninggalkan) 5. Ikhlash, yang menafikan syirik 6. Shidq (Jujur), yang menafikan kadzib (dusta) 7. Mahabbah (kecintaan), yang menafikan baghdha‘ (kebencian) o Syarat muhammadarrasulullah 1. Mengakui kerasulannya dan menyakininya dalam hati 2. Mengucapkan dan mengikrarkan dengan lisan 3. Mengikutinya dengan mengamalkan ajaran kebenaran yang telah dibawanya serta meninggalkan kebatilan yang telah dicegahnya 4. Membenarkan segala apa yang dikabarkan dari hal-hal yang gaib, baik yang sudah lewat maupun yang akan datang 5. Mencintainya melebihi cintanya kepada dirinya sendiri, harta, anak, orang tua, serta seluruh umat manusia 6. Mendahulukan sabdanya atas segala pendapat dan ucapan orang lain serta mengamalkan sunnahnya D. Konsekuensi syahadatain o Konsekuensi La ilahaillallah Yaitu meninggalkan ibadah kepada selain Allah dari segala macam yang dipertuhankan sebagai keharusan dari peniadaan kalimat La ilahaillallah. Dan beribadah kepada Allah semata tanpa syirik sedikitpun, sebagai keharusan dari penetapan kalimat Illallah. o Konsekuensi muhammadarrasulullah Buku Mentor Karisma 34
142 Yaitu menaatinya, membenarkannya, meninggalkan apa yang dilarangnya, mencukupkan diri dengan mengamalkan sunnahnya, dan meninggalkan yang lain dari perkara-perkara bid‘ah dan hal-hal baru, serta mendahulukan sabdanya di atas semua pendapat manusia. E. Pembatal syahadatain a. Syirik dalam beribadah kepada Allah b. Orang yang menjadikan perantara-perantara antara dirinya dan Allah c. Orang yang tidak mau mengafirkan orang orang musyrik dan orang yang masih ragu terhadap kekufuran mereka atau membenarkan madzhab mereka d. Orang yang meyakini bahwa selain petunjuk Nabi lebih sempurna dari petunjuk beliau, atau hukum yang lain yang lebih baik dari hokum beliau. e. Membenci ajaran yang dibawa oleh Rasulullah walaupun ia juga mengamalkannya f. Menghina sesuatu dari agama Rasul, pahala, atau siksanya g. Melakukan atau meridhoi sihir h. Mendukung kaum musyrikin dan menolong mereka dalam memusuhi umat islam i. Meyakini bahwa sebagian manusia ada yang boleh keluar dari syariat Nabi Muhammad j. Berpaling dari agama Allah, tidak mempelajarinya, dan tidak pula mengamalkan.
Untuk bina aktivis ini lebih mendiskusikan tentang Aqidah di Masyarakat
Buku Mentor Karisma 34
143
VISI DAN MISI HIDUP (Pertemuan ke-2, SMA Aktivis) ْ ِ ْ َْ ثِ ْبٌ َّ ْؼشَْٕٛٙ َرَٚ َِٓ َْ ْاٌ ُّٕ َىش ػُِِٕٛ ُِْ رؤَٚ بلل ْ اط ٌٍِٓ أُ ْخ ِش َج ُْ ُ َش ُوٕز١ْ ذ ِ ٍخ أُ َخ ِ ّ ِث ِ َُْٚف رَأ ُِشُٚ ِ “Kalian adalah umat terbaik yang dikeluarkan kepada manusia. Kalian menyuruh yang m'aruf dan mencegah kemungkaran. Dan kalian beriman kepada Allah.” (QS. Ali Imran: 110)
Demikian firman Allah, yang seharusnya diusahakan oleh ummat Islam perwujudannya, yakni menjadi ummat terbaik, ummat terunggul. Berkemampuan melakukan amar ma‟ruf nahi munkar. Tapi, faktanya sekarang ini masih jauh dari harapan. Tanpa menutup mata terhadap gejala kebangkitan di sana-sini yang mulai nampak, secara umum nasib ummat Islam tidak menggembirakan. Ummat dan negeri-negeri Islam, sama sekali tidak berdaya menyelesaikan problemanya sendiri. Kaum muslimin –apapun motifnya- kenyataannya harus minta tolong orang lain untuk mengurus dan menyelesaikan rumah tangganya sendiri. Mengapa itu dapat terjadi? Padahal Rasulullah saw jauh-jauh sudah menandaskan, ”Islam adalah tinggi, dan tidak ada yang lebih tinggi dari Islam.” Atau justru gambaran yang diberikan Rasulullah saw, akan datangnya suatu masa di mana ummat Islam laksana makanan yang dijadikan rebutan orang-orang kelaparan, sudah terbukti? Wallahu A‟lam. Tapi jika benar, gejala penyebab yang telah melanda ummat yaitu, cinta dunia dan takut mati. Kenyataan lain, ummat selama ini merindukan pemimpin yang besar dan tangguh. Lihatlah, betapa ummat menyambut antusias tatkala ada kabar bahwa ada orang ―besar‖ masuk Islam. Saat hal itu terdengar, kontan ummat Islam melupakan dosa-dosa orang itu kepada ummat Islam sebelumnya. Berubah menjadi harapan, bahwa ia mau dijadikan panutan dan harapan perbaikan. Haruskah munculnya pribadi-pribadi besar itu ditunggu saja. Tidak mungkinkah ia ditumbuhkan dari kalangan ummat Islam itu sendiri. Mengapa tidak? Ummat Islam pernah melahirkan orang-orang sekaliber Abu Bakar Ash Shiddiq, Umar bin Khathab, Ali r.a., Shalahudin Al Ayyubi, Imam Syafi‘i, AlBiruni, Hasan Al-Banna dll. Di Indonesia pun pernah muncul sosok-sosok pribadi yang mengagumkan. Baik kawan maupun lawan segan padanya. Tengoklah kebesaran pribadi Wali Songo, Hasyim Asy‘ari, atau Hamka, dan ribuan pribadi lain yang tak mungkin disebut di sini. Mengapa sejarah telah memunculkan mereka? Sementara kini ummat setengah mati merindukan orang-orang macam itu. Yang jelas, mereka tidak muncul begitu saja. Dengan kata lain, potensi dan proses perjalanan hidup telah menempa mereka. Jadi, keduanya –potensi dan pengembangan- diperlukan untuk membentuk „sosok pribadi tangguh‟. Pepatah mengatakan, seorang pemimpin memang tidak bisa dibuat, apalagi dikarbit. Tapi, ia mesti muncul dari proses yang panjang, melalui latihan-latihan dan penempaan diri, dalam arena kehidupan. Harapan akan tinggal harapan, jika tidak ada upaya melakukan langkah nyata, membentuk sebuah sistem yang kondusif dan usaha yang terus menerus demi lahirnya sosok-sosok pemimpin ummat di masa datang. Visi dan Misi Hidup Demi Terlaksananya Nilai Islam Yang pertama dan yang paling utama yang harus kita lakukan adalah tanamkan dalam hati yang terdalam bahwa kita terlahir dan hidup di dunia ini adalah untuk mengabdi kepada Allah SWT, yaitu untuk meraih ridha-Nya. "Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.‖ (QS AdzDzariyat : 56) Dengan predikat hamba Allah inilah kita senantiasa wajib tunduk, patuh, taat, setia dan bertanggung jawab dalam pelaksaan perintah-Nya. Sebagaimana ikrar kita yang selalu kita lafadzkan dalam sehari Buku Mentor Karisma 34
144 semalam minimal lima kali, yaitu "Inna shalaati wanusukii wa mahyaayaa wa mamatii lillahi rabbil'alamiin", menjadi pengingat dan penguat diri kita atas keberadaan kita di dunia. Niat hidup di dunia memang akan menjadi tujuan hidup dan seterusnya akan menjadi nilai visi dan misi hidup kita. Bagi setiap insan muslim ridha Allah adalah menjadi tujuan utama serta harus dimaksimalkan, sedangkan syahwat dan hawa nafsu tentu saja harus dikendalikan. Kehancuran kaum Ad, kaum Tsamud, kaum Luth, kaum Nuh, kaum Fir'aun cukuplah menjadi bukti bagi kita, bahwa niat dan perilaku yang membangkang dari ketaatan dan kepatuhan kepada Allah SWT, bukan saja tidak dapat meraih ridha-Nya, melainkan mengakibatkan murka serta turun adzab-Nya, serta mengakibatkan kita mendapatkan kehinaan yang amat sangat di dunia maupun di akhirat.
Buku Mentor Karisma 34
145
Kompetitif dan bekerja keras Indikator
: Adik dapat berperilaku kompetitif dalam kebaikan dan kerja keras
Kategori
: SMA Aktivis
Perintah untuk berusaha dalam rangka berlomba-lomba dalam kebaikan Allah mengajarkan agar muslim memiliki jiwa kompetitif, hal ini tercermin dari firmanNya tentang berlomba-lomba dalam kebaikan. ―Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu‖ QS Al-Maidah : 48 Dalam firmanNya tersebut, Allah menyuruh manusia untuk berlomba-lomba dalam kebaikan dalam rangka menguji manusia terhadap pemberian Allah. Maka, berlomba-lomba dalam kebaikan disini juga termasuk berlomba-lomba dalam kepatuhan akan hukum Allah. Muslim yang taat akan menggunakan hukum Allah dalam menghadapi setiap ujian yang Allah berikan karena ia tahu hanya kepada Allah lah tempatnya kembali. Berusaha sesuai dengan kemampuan ―Katakanlah: 'Hai kaumku, bekerjalah sesuai dengan keadaanmu, sesungguhnya aku akan bekerja (pula), maka kelak kamu akan mengetahui‖ QS Al-Zumar: 39 Allah pun menerangkan bahwa dalam berusaha, setiap muslim hendaklah menyesuaikan dengan keadaan dan kemampuannya. Hal ini dikarenakan Allah sudah tahu bahwa manusia merupakan makhluk yang memiliki banyak keterbatasan dan tidak dapat menguasai segala hal secara sempurna. Maka, dalam berusaha pun tiap manusia harus memaksimalkan kemampuannya. Jika seseorang hendak memaksimalkan kemampuannya, ia harus mengenali dirinya sendiri. Seperti yang dikatakan oleh sun tzu dalam art of war ―Ia yang mengenal pihak lain (musuh) dan mengenal dirinya sendiri, tidak akan dikalahkan dalam seratus pertempuran. Ia yang tidak mengenal pihak lain (musuh) tetapi mengenal dirinya sendiri memiliki suatu peluang yang seimbang untuk menang atau kalah. Ia yang tidak mengenal pihak lain (musuh) dan dirinya sendiri cenderung kalah dalam setiap pertempuran.” Untuk menjadi pemenang sebenarnya dalam tiap pertempuran, setiap manusia haruslah mengetahui kemampuannya. Karean pada hakikatnya, di dunia ini manusia tidak lah melawan siapa-siapa melainkan dirinya dan nafsunya. Manusia yang dapat mengenali dirinya sendiri akan mampu mengendalikan nafsunya dan ketika itulah ia dapat mengalahkan musuh terbesarnya. Dan untuk menyempurnakan pertempurannya, ia juga harus mencoba untuk mengenali lingkungannya. Sehingga ia dapat menyusun strategi yang tepat dalam pertempurannya. “Bagi setiap orang yang beramal terdapat sebuah pintu khusus di surga yang dia akan dipanggil melalui pintu tersebut karena amal yang telah dilakukannya.” (HR. Ahmad dan Ibnu Abi Syaibah dengan sanad sahih, demikian kata Al-Hafizh dalam Fath Al-Bari, 7/30).
Buku Mentor Karisma 34
146 Dalam hadits tersebut juga Allah melalui Rasulnya telah menerangkan bahwa pintu setiap orang akan memasuki surga dengan pintu yang berbeda. Pintu tersebut tergantung kepada amalamal yang dilakukan. Berusaha Dengan Ikhlas ―Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.‖ QS At-Taubah : 105 Berlomba-lomba dalam kebaikan pun hendaknya diarahkan tulus untuk Allah. Sehingga yang menilai cukuplah Allah, Rasul, dan orang-orang mukmin sehingga tidak pe rlu mengambil pusing perkataan orang-orang lain. Rasul pun ketika berdakwah selalu menghadapkan wajahnya dengan tulus kepada Allah dan niatnya murni karena Allah sehinggu beliau tidak ambil pusing soal kecaman-kecaman dan ejekan dari kaum musyrik. Teruslah berbuat sesuai dengan ketentuannya dan biarlah Allah yang memberi ganjaran atas usaha kaum muslim.
Buku Mentor Karisma 34
147
Semangat menumbuhkan ilmu pengetahuan dan sikap kritis Kategori : Adik SMA Aktivis Indikator : Adik dapat bersikap semangat menumbuh- kembangkan ilmu pengetahuan dan kerja keras sebagai implementasi dari masa kejayaan Islam Adik dapat Menunjukkan sikap kritis dan demokratis sebagai implementasi dari pemahaman Q.S. Ali Imran (3) : 190-191 Secara terminologis (asal kata), Kritis berasal dari bahasa Yunani κριτικός(kritikos) yang berarti penilaian atau kearifan. Manusia yang kritis adalah manusia yang mengolah informasi yang didapatnya dengan arif dan bijaksana. Arif dan bijaksana sendiri dicapai ketika manusia tidak hanya menggunakan pengetahuan duniawinya saja (akal) tapi juga menggunakan pengetahuan yang berasal dari Tuhannya. Berpikir kritis menurut Mustaji adalah ―berpikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan pembuatan keputusan tentang apa yang harus dipercayai atau dilakukan.” Berpikir kritis merupakan salah satu sikap yang Allah tanamkan kepada setiap muslim. Sesuai dengan firmanNya, ― Sesungguhnya dalam Penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.‖ QS Ali Imran: 190. Lewat firmanNya, Allah mengajarkan pada muslim bahwa setiap ciptaan Allah, baik makhluk maupun peristiwa, terdapat tanda-tanda kebesaranNya. Tanda-tanda tersebut tidak akan dapat dilihat kecuali oleh muslim yang menggunakan akalnya untuk berpikir. Allah juga mengajarkan muslim agar tidak serta merta menjalani kehidupannya hanya sebatas rutinitas, tanpa memaknai hikmah yang sebenarnya Allah berikan di setiap kejadian hidupnya. Lalu, apa fungsi sebenarnya dari berpikir kritis? Coba sahabat ingat-ingat, ketika gurumu mengajarkan rumus-rumus trigonometri yang penuh dengan hantu sin cos dan tan. Perhatikan alurnya yang biasanya : 1. Guru menjelaskan rumus 2. Guru memberi contoh soal dan mengerjakannya 3. Guru memberi soal untuk dikerjakan muridnya 4. sahabat dan teman-temanmu mengerjakan soalnya berdasarkan rumus dan contoh yang diberikan oleh gurumu 5. sahabat menghafal rumus dan cara menggunakannya nya tanpa tahu bahwa trigonometri bukanlah sekadar menghafal rumus sin cos dan tan Pernahkan sahabat berpikir, untuk apa saya mempelajari rumus matematika, fisika, dan seterusnya jika nanti pun saya bercita-cita menjadi ibu rumah tangga/bekerja dibidang sosial? Toh setelah ujian saya akan lupa pada rumusnya. Jika pernah, berarti selama ini sahabat belum mengaplikasikan berpikir kritis dalam belajar. Karena jika kita jeli, dalam tiap rumus yang diajarkan oleh guru kita, ada pola pikir yang sebenarnya akan dibentuk. Dan pola tersebut hanya akan terbentuk jika kita kritis ketika mempelajarinya. Seorang ahli mengemukakan bahwa berpikir kritis bertujuan untuk menguji suatu pendapat atau ide. Maka dengan bersikap kritis, informasi yang masuk akan diolah secara adil. Adil maksudnya ketika membandingkan pendapat atau ide tersebut dari kedua sis sehingga dapat timbul kesimpulan yang memuaskan. Berpikir kritis dapat dilalui dengan tahapan sebagai berikut : 1. membanding dan membedakan, 2. membuat kategori 3. meneliti bagian-bagian kecil dan keseluruhan, 4. menerangkan sebab, 5. membuat sekuen / urutan, Buku Mentor Karisma 34
148 6. menentukan sumber yang dipercayai, dan 7. membuat ramalan. Kejayaan islam dahulu pun diraih salah satunya karena sikap kritis muslim saat itu. Dengan sikap kritis, muslim dapat mengolah informasi yang salah dan benar sehingga mereka dapat fokus pada tujuan muslim saat itu : kejayaan islam. Dengan sikap kritis, muslim mejadi bijaksana karena memandang suatu informasi tidak hanya dari sudut akal, tetapi juga sudut Agama. Maka, kejayaan islam akan kembali didapat jika muslim mengedepankan sikap berpikir kritis dan tetap menggunakan kacamata Allah dalam mengolah ilmu dan informasi yang didapatkan.
Buku Mentor Karisma 34
149 LAMPIRAN Kisah Salman Al-Farisy Nama Salman di kenal oleh umat Islam tatkala terjadinya perang Khandaq di tahun ke 5 setelah Hijrahnya Rasulullah beserta umat Islam lainnya ke Madinah. Perang Khandaq adalah perang umat Islam melawan pasukan sekutu yang terdiri dari Bangsa Quraisy, Yahudi, dan Gatafan. Perang Khandaq disebut juga Perang Ahzab, yang artinya Perang Gabungan. Muaranya adalah ketidakpuasan beberapa orang Yahudi dari Bani Nadir dan Bani Wa‘il, akan keputusan Rasulullah yang menempatkan mereka di luar Madinah. Dari Bani Nadir adalah Abdullah bin Sallam bin Abi Huqaiq; Huyayy bin Akhtab; dan Kinanah ar-Rabi bin Abi Huqaiq. Sedangkan dari Bani Wa‘il adalah Humazah bin Qais dan Abu Ammar. Kekuatan pasukan kafir Quraisy pada saat itu berjumlah dua pulu emapt ribu pasukan yang di pimpin langsung oleh Abu Sufyan dan Uyainah bin Ishaq bergerak benuju Madinah. Mereka bertekad untuk mengepung dan menghantam kota itu dengan serangan mematikan, agar lepas dari Rasulullah dan Agamanya. Umat Islam dan Rasulullah panik mendengar penyerbuan yang akan di lakukan oleh orang-orang kafir tersebut, kaum muslimin kemudian menyadari bahwa mereka dalam keadaan bahaya. Maka Rasulullah dengan cepat mengumpulkan para sahabatnya untuk memusyawarahkan kejadian tersebut. Dalam kesimpulannya umat Islam menyepakati untuk berperang dan bertahan di kota Madinah. Tetapi bagaimana caranya untuk bertahan? Saat itu tampil seorang laki-laki yang berperawakan tinggi dengan rambut lebat. Dia diketahui seorang yang sangat dicintai dan dihormati oleh Rasulullah, dialah Salman Al-Farisi. Salman sudah mengenal situasi, kondisi, serta letak geografis kota Madinah. Dia pernah memandang kota Madinah dari puncak bukit yang tinggi. Dari sanalah dia tahu bahwa kota Madinah di kelilingi oleh bukit-bukit dan ada celah yang cukup lebar dan memanjang. Di negara asalnya Persia, Salman cukup banyak memahami berbagai taktik dan strategi, taktik, siasat dan tipuan-tipuan dalam peperangan. Dengan bekal itulah Salman menghadap Rasulullah untuk menghaturkan strategi yang jitu bagi kaum muslim dalam melawan pasukan kafir. Gagasan tersebut adalah menggali sebuah parit yang menutup seluruh bagian-bagian yang terbuka di sekeliling kota Madinah. Akhirnya gagasan itu diterima oleh Rasulullah beserta kaum muslimin. Kemudian, Rasulullah beserta kaum muslimin keluar dari kota Madinah dan berkemah di salah satu tempat di bukit gunung Sala‘ sehingga membelakangi kota Madinah, kemudian mereka mulai melakukan penggalian parit untuk memisahkan antara mereka dan musuh. Saat itu umat Islam berjumlah 3 ribu orang. Nabi mulai membuat peta penggalian; dimulai dari Ajam Syaikhain (benteng yang dekat dengan kota Madinah yang diberi nama Syaikhain) yang terletak di ujung Bani Haritsah; dan memanjang hingga mencapai garis di Al-Madzadz ,dan kemudian lebarnya 40 hasta pada setiap 10 lubang. Selama membangun parit dalam waktu 6 hari, pertahanan kota di bagian lain diperkuat. Wanita dan anak-anak dipindahkan ke rumah yang kokoh dan dijaga ketat. Bongkahan batu-batu diletakkan di samping parit untuk melempari pasukan lawan. Sementara sisi kota yang tidak dibuat parit, diserahkan pengamanannya pada Bani Quraizah. Penerapan strategi ini sangat tepat sebab pasukan lawan tidak mengetahui pertahanan menggunakan parit. Sebelumnya, mereka biasa berperang dengan teknik maju-mundur; menyerang, dan lari. Terbukti strategi ini cukup bisa membendung para sekutu. Selama satu bulan penuh, tidak ada kontak langsung antara kedua pihak kecuali saling lempar panah.
Buku Mentor Karisma 34
150 Akan tetapi, di waktu penggalian parit berlangsung, tiba-tiba palu terhalang oleh sebongkah batu besar yang sangat sulit untuk gali. Walaupun Salman sangat kekar dia tetap tidak mampu menghancurkan batu tersebut. Kejadian tersebut dilaporkan kepada Rasulullah. Tatkala mendengar cerita dari Salman, Rasulullah menghampiri batu tersebut dengan memegang palu, Nabi pun menghancurkan batu itu dengan tangannya sendiri. Maka batu tersebut berkeping-keping hancur. Kemudian para sahabat kembali menggali yang telah di tentukan oleh Rasulullah. Salman merupakan sahabat yang pertama kali menemukan strategi perang dengan menggunakan parit, dalam dunia peperangan bangsa Arab belum pernah terjadi sebelumnya dengan metode atau strategi menggunakan parit, melainkan strategi bangsa Arab sebelumnya menggunakan strategi maju mundur. Islamnya Salman Al-Farisi merupakan hasil dari pencarian dari sebuah kebenaran yang diyakininya, sehingga dia menemukan suatu agama. Yaitu agama Islam. Sebuah perjalanan yang sampai kepada Allah serta melakukan hukum-Nya dalam kehidupannya. Pengembaraan Salman Al-Farisi merupakan sebuah pencarian akan kebenaran yang hampir tidak semua orang lain melakukannya. Suatu kesetiaan tanpa batas terhadap fitrah insaniah yang suci. Itu semua yang mendorong Salman Al-Farisi untuk meninggalkan kedua orang tuanya yang kaya raya, menuju masa depan yang belum menentu. Namun, mata hatinya yang tajam sangat kritis terhadap manusia, agama, paham, dan kehidupan. Selalu kokoh dalam ketetapannya mengambil kebenaran hakiki dengan pengorbanan hingga Salman AlFarisi di jual sebagai budak. Pengorbanannya kemudian diganjar oleh yang Maha Kuasa, yaitu dipertemukannya dengan rasul pilihan-Nya. Salman Al-Farisi juga di anugerahkan usia panjang hingga dia bisa menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri bendera Allah berkibar megah di setiap tempat di seluruh penjuru dunia yang penuh hidayah, kemakmuran, dan keadilan. Keislaman manusia seperti Salman Al-Farisi merupakan kebanggaan tersendiri bagi kaum muslimin. Keislaman Salman Al-Farisi adalah keislaman secara kaffah. Dia tidak peduli terhadap kenikmatan duniawi dan selalu menjauhkan diri dari hal-hal yang menyebabkan keimanannya luntur. Salma adalah pribadi yang paling mirip dengan Khalifah Umar bin Khathab. Hikmah : 1. Salman Bersikap kritis dan tetap tenang ketika menghadapi situasi yang membuat umat Islam terjepit. Buah sikapnya tersebut adalah idenya untuk membuat parit untuk melindungi mereka dan menghambat kaum kafir untuk menyerang mereka 2. Muslimnya Salman adalah karena sikap kritisnya terhadap keadaan manusia saat itu. Salman juga tidak tunduk pada doktrin yang ada di sekitarnya, tetapi mengkritisi setiap pemikiran yang ada sampai akhirnya Salman menemukan Islam sebagai satu-satunya cahaya kebenaran ―Orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbarig dan mereka memikirkan tentang penciptaan Langit dan Bumi (seraya berkata) : ― Ya Rabb kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.‖ QS Ali Imran :191 Daftar Pustaka http://sahronifajrin.blogspot.com/2013/05/kisah-inspiratif-salman-al-farisi.html http://www.academia.edu/4584585/berfikir_kritis
Buku Mentor Karisma 34
151
Buku Mentor Karisma 34
152
Organisasi dan Event Organizing Indikator - Adik Memahami esensi kepemimpinan - Adik dapat berkontribusi dalam sebuah event Dari Abdullah bin Umar ra, Rasulullah SAW bersabda. ―Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan dimintai pertanggung jawaban dari apa yang dipimpinnya. Seorang Imam (pimpinan) adalah pemimpin dan ia akan dimintai pertanggung jawaban dari apa yang dipimpinnya. Seorang laki-laki adalah pemimpin di keluarganya dan ia akan dimintai pertanggung jawaban atas apa yang dipimpinnya. Seorang wanita adalah pemimpin di rumah suaminya, dan ia akan dimintai pertanggung jawaban atas apa yang dipimpinnya. Seorang khadim (pembantu) adalah pemimpin pada harta tuannya (majikannya), dan ia bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya.‖ (HR. Bukhari, Muslim, Turmudzi, Abu Daud & Ahmad bin Hambal) Terdapat beberapa hikmah yang dapat kita petik dari hadits ini. Diantara hikmah-hikmah tersebut adalah sebagai berikut: 1. Hakekat kepemimpinan dalam Islam. Seorang pemimpin dalam Islam, bukanlah sekedar seseorang yang diangkat untuk menempati jabatan kepemimpinan tertentu, seperti jabatan presiden misalnya. Namun pemimpin adalah seseorang yang mendapatkan suatu amamat yang harus dikerjakan dan dilaksanakannya, kendatipun kecilnya amanat tersebut. Karena apa yang diamanatkan kepada dirinya, kelak semuanya akan dimintai pertanggun jawabannya oleh Allah SWT tanpa terkecuali. 2. Manhaj (metode) Rasulullah SAW dalam membina para sahabatnya. Beliau senantiasa menanamkan rasa ―kepemimpinan‖, pada hati setiap sahabatnya. Contohnya adalah dalam hadits ini, dimana beliau menanamkan rasa ―kepemimpinan‖ sahabat, kendatipun sahabat tersebut hanya sebagai seorang khadim (pelayan), atau hanya sebagai seorang suami dan juga bahkan jika ia hanya sebagai seorang istri di rumah suaminya. Pada hakekatnya, semua orang adalah pemimpin. 3. Persamaan tanggung jawab insan di hadapan Allah SWT. Karena semua manusia akan kembali kepada Allah SWT, kendatipun tingginya kedudukan yang dimilikinya di dunia ini. Seorang khadim, belum tentu ia lebih hina di akhirat dibandingkan dengan majikannya. Seorang istri yang hanya sebagai ibu rumah tangga, bisa jadi ia lebih mulia dibandingkan dengan seorang presiden yang memimpin sebuah negara. Namun mereka semua memiliki satu kesamaan, yaitu pertanggung jawaban yang sama atas amanat yang Allah berikannya pada mereka. Inilah bukti keadilan Islam. 4. Dalam hadits ini, Rasulullah SAW mendahulukan menyebut ―Imam‖, kemudian mengakhirkan menyebut ―Khadim‖. Hikmah dari mengawalkan imam dan mengakhirkan khadim adalah karena kecendrungan manusia yang sering silau dengan jabatan. Manusia berlomba-lomba mencari jabatan yang paling tinggi di kehidupan dunia ini, karena dipandang sebagai satu kemuliaan. Padahal semakin tinggi jabatan seseorang, maka semakin besar tanggung jawab yang akan dipikulnya di akhirat kelak. Dalam sebuah hadits umpamanya, Rasulullah SAW mengatakan :
Buku Mentor Karisma 34
153
Rasulullah SAW bersabda, ―Tidaklah seorang hamba yang Allah berikan amanat kepadanya berupa rakyat yang dipimpinnya kemudian ia meninggal dunai dan pada saat ia meninggal ia berbuat kecurangan terhadap rakyatnya, maka Allah akan haramkan baginya surga (HR. Muslim) 5. Setiap muslim harus berhati hati terhadap profesi apapun yang diembannya; apakah sebagai karyawan, pedagang, buruh pabrik, ibu rumah tangga, pembantu, tukang kebun, supir taksi, pengurus masjid, marbot masjid, bendahara yayasan, anggota dewan, pejabat, kepala sekolah dan lain sebagainya. Karena pada hakekatnya ia sedang memimpin pada ―amanahnya‖ tersebut. Jika tidak berhati-hati, maka ia akan mendapatkan azab, karena lalai dalam menjalankan amanahnya.
a. b. c. d. e.
Pengertian kepemimpinan dalam berorganisasi Anderson (1988), ―leadership means using power to influence the thoughts and actions of others in such a way that achieve high performance‖. Anderson (1988), "kepemimpinan berarti menggunakan kekuatan untuk mempengaruhi pikiran dan tindakan orang lain sedemikian rupa yang mencapai kinerja tinggi". Komponen penting dalam sebuah kepemimpinan Pemimpin, yaitu orang yang mampu menggerakkan pengikut untuk mencapai tujuan organisasi. Pemimpin harus mempunyai visi, spirit, karakter, integritas, dan kapabilitas yang tinggi. Kemampuan menggerakkan. Yaitu bagaimana pemimpin menggerakkan pengikutnya untuk mencapai tujuan organisasi Pengikut. yaitu orang-orang yang berada dibawah otoritas atau jabatan seorang pemimpin. Tujuan yang baik, yaitu apa yang ingin dicapai oleh organisasi tersebut. Organisasi, yaitu wadah atau tempat kepemimpinan berada.
Buku Mentor Karisma 34
154
GHAZWUL FIKRI Materi : Ghazwul Fikri Tujuan
- Memahami makna ghazwul fikri - Memahami hal – hal yang dapat menjerumuskan kepada ghazwul fikri - Terhindar dari ghazwul fikri
Materi Pokok
Pengertian ghazwul fikri
Pengertian ghazwul fikri Pentingnya memahami ghazwul fikri Sasaran ghazwul fikri Metoda – metoda ghazwul fikri Sarana ghazwul fikri Akibat ghazwul fikri
Pengertian ghazwul fikr dapat dilihat dari segi bahasa dan segi istilah. Ghazwul secara bahasa artinya serangan, serbuan, invasi, sedangkan fikr adalah pemikiran. Sedangkan secara istilah ghazwul fikr artinya penyerangan dengan berbagai cara terhadp pemikiran umat Islam guna merubah apa yang ada di dalamnya sehingga tidak lagi bisa mengeluarkan darinya hal-hal yang benar karena telah tercampur aduk dengan hal-hal yang tidak islami.
Pentingnya memahami ghazwul fikri
Sasaran ghazwul fikri
Metod a metoda ghazwul fikri
Mengenal musuh Islam. Mengenal sarana-sarana yang dapat memukul Islam Mengenal keadaan alam Islam Menghindari keraguan dalam Islam. Menjadikan dakwah kepada Allah dengan melihat ayat-ayat-Nya. Menjauhkan umat Islam dari diennya. Berusaha memasukkan orang yang kosong keislamannya kedalam agama kafir. Memadamkan cahaya Allah.
Membatasi supaya Islam tidak tersebar luas. Tasykik (Pendangkalan/peragu-raguan), yaitu gerakan yang berupaya menciptakan keragu-raguan dan pendangkalan kaum muslimin terhadap agamanya. f. Pencemaran/pelecehan, yaitu upaya orang kafir untuk menghilangkan kebanggan kaum muslimin terhadap Islam dan menggambarkan Islam secara buruk. g. Tadhlil (penyesatan), yaitu upaya orang kafir untuk menyesatkan umat e.
Buku Mentor Karisma 34
155 Islam dengan cara halus sampai kasar. h. Taghrib (westernisasi), yaitu gerakan yang sasarannya untuk mengeliminasi Islam, mendorong kaum muslimin untuk menerima seluruh pemikiran dan perilaku barat. Menyerang Islam dari dalam d. Penyebaran sekularisme, yaitu usaha memecahkan antara agama dengan kehidupan bermasyarakat dan bernegara. e. Penyebaran nasionalisme, yang dapat membunuh ruh ukhuwah islamiyah. f. Pengrusakan ahlak umat Islam terutama generasi mudanya.
Sarana ghazwul fikri
Akibat ghazwul fikri
Sumber
Ghazwul fikr dapat menyebar melalui berbagai sarana, yang dikenal dengan 3F dan 5S, dimana 3F itu terdiri dari Food (makanan), Fun (Hiburan(, Fashion (Cara berpakaian). Sedangkan 5S terdiri dari Song (lagu), Sex, Sport (olahraga), Shopping (berbelanja/konsumerisme), dan science (ilmu pengetahuan). 5. 6. 7. 8.
Umat Islam menyimpang dari Al Qur’an dan As Sunnah. umat Islam menjadi minder dan rendah diri umat Islam menjadi ikut-ikutan terhadap budaya orang kafir umat Islam menjadi tepecah belah.
Disampaikan dalam Mabit KAPMI Kota Serang Sabtu, 12 Mei 2012 Oleh : Heri Wahidin heriwahidin@yahoo.com Dengan editan seperlunya.
Buku Mentor Karisma 34
156
Da’wah Fardhiyah Parameter ketercapaian: adik menjadi inspirasi orang disekitarnya untuk rajin beribadah. Da‘wah adalah kegiatan menyeru manusia kepada Allah agar manusia dapat meninggalkan thaghut. Da‘wah fardhiyah maksudnya adalah da‘wah individu atau secara perorangan. .
Qur‘an surah Ali Imran ayat 104 dan ayat 110: . َْ ٍُِْٛٙه ُ٘ ُُ ْاٌ ُّ ْف َ ِْ ٌَئُٚأَٚ ْ َْ ػ َِٓ ْاٌ ُّ ْٕ َى ِشَْٕٛٙ َ٠َٚ ف ِ ُْْٚ َْ ثِ ْبٌ َّ ْؼشَُٚأْ ُِش٠َٚ ِْش١ اٌ َخٌَِْٝ َْ اَٛ ْذ ُػ٠ ُ ٌْز ُى ِٓ ِِ ْٕ ُى ُْ اُ َِّخَٚ Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebaikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itu lah orang-orang yang beruntung (Ali Imran :104) ْ ُش أُ ُِّ ٍخ أُ ْخ ِش َج١ْ ُو ْٕزُ ُْ َخ َْ ُِِْٕٛ ُ ُْ ا ٌْ ُّ ْؤْٕٙ ِِ ُْ ٌَُٙ شًا١ْ َبة ٌَ َىبَْ َخ َ ْ اَ ََِٓ اَ ْ٘ ًُ ْاٌ ِىزٌََٛٚ بلل ِ َ ْ َْ ِثُِِٕٛ ْرُأٚ ْ َْ ػ َِٓ ْاٌ ُّ ْٕ َى ِشَْٕٛٙ َرَٚ ف ِ ُْْٚ َْ ِث ْبٌ َّ ْؼشُٚبط رَأْ ُِش ِ ٌٍَِّٕ ذ َْ ُْٛبسم ِ َاَ ْوضَ ُشُ٘ ُْ ْاٌفَٚ Kamu umat islam adalah umat terbaik yang di lahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh berbuat yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Diantara mereka ada yang beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang-orang pasik.(QS. Ali Imran : 110) Dalam ayat 104 di atas, Allah menganjurkan kepada orang-orang islam, hendaklah diantara mereka ada orang-orang yang aktif berdakwah di jalan Allah, yaitu memberikan penjelasan-pnjelasan tentang ajaran-ajaran agama yang harus di laksanakan dan di berikan penerangan tentang laranganlarangan Allah bagi orang-orang islam. Tumbuhnya amar makruf nahi mungkar di kalangan umat islam akan menjamin kebahagiaan hidup mereka baik di dunia maupun di akhirat. Sedangkan ayat 110, Allah menegaskan bahwa umat islam adalah memang diciptakan untuk menjadi umat teladan bagi umat-umat yang lain karena mereka membawa misi dakwah, yaitu mengajak kepada perbuatan-perbuatan yang baik dan benar, serta mencegah segala perbuatan yang keji dan mungkar. Hadist tentang perintah melakukan amal ma‘ruf nahi mugkar َيٍْ َ ػَا ِنَٗ ُْ ً٘ َكاٌَ نَّ ُ ِيٍَ ألَ ْج ِر ِيث ُم أُ ُج ْٕ ِر َيٍْ تَبَ َؼُّ ََل: سهَّ َى قَا َل ُ أٌََّ َر: ُُّْ هللاُ َػٙ َ َٔ ِّ ْٛ َصهَٗ هللاُ َػه َ ِس ْٕ َل هللا ِ ْ َرةَ َرٚ ُْ َرَِٙٔػٍَْ أَب َ ض (ئا (رِٔ يسهىْٛ ش َ ص َذ ِن َك ِيٍْ آثَا ِي ِٓ ْى َ ص َذ ِن َك ِيٍْ ُ ُج ْٕ ِر ِْ ْى ُ َُ ُْقٚ ِّ ِيٍَ ْ ِْل ْث ِى ِيث ُم آثَ ِاو َيٍْ تَبَ َؼُّ ََلْٛ َض ََلنَتَ َكاٌَ َػه ُ َُ ُْقٚ َ َٗئا َٔ َيٍْ َ ػَا ِنْٛ ش Dari Abu Hurairah ra, ia berkata: sesungguhnya Rasulullah saw bersabda: “siapa saja yang mengajak kepada kepada kebenaran, maka ia memperoleh pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya tanpa dikurangi sedikitpun. Dan siapa saja yang mengajak kepada kesesatan, maka ia mendapat dosa seperti dosa orang yang mengerjakan tanpa dikurangi sedikitpun” (HR Muslim) Bentuk da‘wah fardhiyah dapat bermacam-macam, contohnya: 6. Melakukan ibadah secara sungguh-sungguh sehingga menjadi contoh bagi lingkungan sekitar. 7. Mengajak orang-orang disekitar agar dapat melakukan hal-hal yang baik 8. Melarang teman agar tidak melakukan ha-hal yang dilarang. ِِ ِ َِِّٛ ْرُِ بََُٛٛ َيٍْ َرأَٖ ِي ُْ ُك ْى ُي ُْ َك ًر ََ ْه: َقُ ْٕ ُلٚ سهَّ َى ُ س ًِ ْؼتُ قَا َل َر ِّ ِ ْن ُخ ْ ِرْٛ س ِؼ َ َٔ ِّ ْٛ َصهَّٗ هللاُ َػه َ ِس ْٕ َل هللا َ هللاُ َػ ُُّْ قَا َلَٙ ض َ ْٙ ِ ػٍَْ َب.9 ِ ٘ َر َ َ (اٌ (رِٔ نًسهى ْ ست َِط ْغ ََبِقَ ْهبِ ِّ َٔذنِ َك أ ْ َٚ ساَِ ِّ ََإٌِْ نَ ْى ْ َٚ ََإٌِْ نَ ْى َ ِست َِط ْغ ََبِه ِ ًَ ْٚ ض َؼفُ ْْل Dari Abu Sa‟id Al Khudri ra, ia berkata saya telah mendengar Rasulullah saw berabda: Barang siapa diantara kalian yang melihat kemungkaran maka ubahlahkemungkaran tersebut dengan tangannya jika tidak mampu maka dengan lisanni, jika tidak mampu maka dengan hatinya, dan itulah selemah selamahnya iman. (HR.muslim). 10. Mengatakan hal-hal yang benar walaupun itu pahit.
Buku Mentor Karisma 34
157 Dalam da‘wah fardhiyah, kita memiliki adab-adab yang harus diperhatikan. 5. Menyampaikan apa yang telah kita ketahui, jangan sampai menyampaikan hal yang tidak diketahui. 6. Kita harus menyampaikan dengan bahasa yang lazim digunakan oleh objek yang dida‘wahi. 7. Kita harus menyampaikan dengan kata-kata dan sikap yang baik. 8. Kita harus menyampaikan dengan hikmah dan pelajaran yang baik هِ ِّ َٔ ُْ َٕ أ َ ْػهَ ُىٛس ِب ُ ْ َ ٍَْض َّم ػ َ ًٍَْ سٍُ إٌَِّ َربَّ َك ُْ َٕ أ َ ْػهَ ُى ِب َ أَ ْحٙ َ ِم َربِّ َك ِبا ْن ِح ْك ًَ ِت َٔ ْن ًَ ْٕ ِػظَ ِت نْ َحٛس ِب َ َٗع إِن َ ِْ ِٙسَُ ِت َٔ َجا ِ ْن ُٓ ْى ِبانَّت . ٍَٚ ِ َِبا ْن ًُ ْٓت “Serulah (manusia) ke jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhan-mu, Dialah Yang Mahatahu tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah Yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”(QS an-Nahl [16]: 125).
Buku Mentor Karisma 34
158
Komunikasi dan Adab Terhadap Sesama Indikator
: Memiliki kemampuan bergaul dan bersosialisasi dengan baik
Mentor lebih menekankan bagaiman berkomunikasi yang baik ketika adik menjadi agen dakwah Hubungan komunikasi yang kompleks adalah ketika kita berkomunikasi dengan masyarakat yang ada di sekitar kita, dengan komunikasi yang baik kita dapat bersosialisasi dengan mudah. Untuk itu pola komunikasi yang baik harus kita lakukan. Masyarakat di sekitar kita memiliki karakteristik yang beragam. Mereka berlatar belakang keluarga, pendidikan dan pengalaman yang beragam. Agar hubungan komunikasi dengan masyarakat dapat terjalin dengan harminis, maka kita dituntut untuk memahami karaktersitik dan ilmu pengetahuan yang luas. Disamping itu kita menjalin hubungan komunikasi yang baik, dituntut memberikan kontribusi terhadap sesama. Misalkan kita harus peka terhadap masyarakat di sekitar kita, barangkali ada yang membutuhkan bantuan kita. Menjaga silahturahmi dianatara sesama manusia di dalam keluarga dan masyarakat dengan cara saling nasihat menasihati, tolong menolong di jalan yang baik, menyuruh berbuat ma‘ruf dan mencegah perbuatan mungkar. Seperti dalam QS At-taubah :71 ― dan orang-orang yang beriman, laki-laki atau perempuan, sebagian mereka adalah penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh kepada yang ma‘ruf, mencegah dari yang mungkar, mendirikan sholat, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan Rosulnya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah. Sesungguhnya Allah maha perkasa lagi maha bijaksana. Allah menjanjikan kepada orang-orang mukmin lelaki dan perempuan. Akan mendapat surga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai, kekal mereka didalamnya, dan mendapat tempat-tempay yang bagus surga ‗and. Dan keridhoan Allah adalah lebih besar; itu adalah keberuntungan yang besar.” Bentuk dari meningkatkan komunikasi dan sosialisasi dengan sesama kita dapat lakukan dengan: #minta setiap mentee untuk membacakan ayatnya D. E. F. G. H. I. J. K. L. M. N.
Ukhuwah ( persaudaraan) ,QS Al-hujarat:10 Silahturahmi ,QS Al-Imran : 103 Ta‘awun (tolong menolong) QS Al-Maidah :2 Afwun (saling memaafkan) QS An-nur 22 Rauf (Ramah) QS Al-fath :29 Sabar (menahan diri) QS Ali Imran : 15-17 Tasamun (toleran) QS Al-Kafirun: 1-5 Musawah (persamaan) QS Al-Hujurat : 9 Adil QS AL –Maidah :8 Kreatif QS Al-Kahfi :17 Dinamis QS Al-Insyiroh :7-8
Dalam pola komunikasi dengan sesasama adab berbicara juga harus diperhatikan, karena perkataan yang kita ucapkan haruslah sesuai jangan sampai melukai hati orang lain, oleh karena perkataan yang kita ucapkan haruslah seperti yang Al-Quran ajarkan yaitu: Buku Mentor Karisma 34
159
7. Qaulan Sadida QS An-nisa:9 dan QS al-Azhab :70 Yaitu perkataan yang lemah lembut,jelas,jujur,tepat, baik dan adil.seperti saat seseorang memberi wasiat. 8. Qoulan maâ€&#x;rufa QS An-nisa :5 ,Al-Baqoroh: 235, dan Al-anfal : 32 Mengandung arti perkataan yang baik (sopan,halus,indah,benar,penuh penghargaan, menyenangkan , serta sesuai dengan kaidah hukum dan logika) dalam pengertian diatas tampak bahwa perkataan yang baik adalah bahasa yang digunakan yaitu bahasa yang dapat dipahami oleh orang yang diajak bicara dan diucapkan dengan pengungkapan yang sesuai dengan norma. Seperti yang disukai perempuan dan anak-anak. 9. Qoulan Baligho QS An-Nisa :63 Yaitu ucapan yang benar dari segi kata. Apabila dilihat dari segi sasaran atau ranah yang disentuhnya dapat diartikan sebagai ucapan yang efektif. Seperti saat Nabi memebri nasihat. 10. Qoulan masyura QS Al-Isra :28 Adalah ucapan yang membuat orang lain merasa mudah, bernada lunak,indah, menyenangkan,halus,lemah lembut dan bagus. Serta memberikan optimisme bagi orang yang diajak bicara. Seperti ketika memberi janji yang menyenangkan. 11. Qoulan layyina QS Thaha:44 Adalah ucapan yang baik yang dilakukan dengan lemah lembut sehingga dapat menyentuh hati hat orang yang diajak bicara. Seperti nabi Musa mendakwahi Firaun. 12. Qoulan Karima QS Al-Isra :23 Adalah ucapan yang lembut berisi permuliaan,penghargaan,pengagungan,dan penghormatan kepada orang yang diajak berbicara. Seperti seorang budak menghadapi majikannya. Daftar pustaka : Sauri,sofyan. 2006. Pendidikan Berbahasa santun. Bandung: Ganesindo Sauri,sofyan. 2006. Membangun Komunikasi dalam Keluarga. Bandung: Ganesindo
Buku Mentor Karisma 34
160
Buku Mentor Karisma 34
161
Buku Mentor Karisma 34