289 ok

Page 1

PEMILU

4

9

PENDIDIKAN

Tabloid Alternatif Dwimingguan

19

Puailiggoubat Untuk Kebangkitan Masyarakat Mentawai

1

No .2 - 1 Ta 4 hu 89 J n un X i 2 II 01

4

HARGA ECERAN RP 3000

MENTAWAI NEWS

DEMI UJIAN, 14 SISWA SD JALAN KAKI KE MUARA SIBERUT

LINTAS PARPOL UNGKAP BURUKNYA KINERJA KPUPANWASLU MENTAWAI

KAYU BELUM ADA, PEMBANGUNAN HUNTAP TERTUNDA


Puailiggoubat NO. 289, 1 - 14 Juni 2014

Uggla Kenanen prosentase silepak akek SMA ka Mentawai rura nenek itambah kek taitcok ka rura silelepak, tapoi kek tapakerek ia pasambat sikolah bagei ka Sumatera Barat bulat marepek peilek-3 Kenanen abelaat bulagat huntap sikarua katubudda siorak teteu samba tsunami ka Sikakap tapoi tak pei ara riu-riu akek mugalai kalulut tau anai loinak - 4 Singet akek bulagat desa tak raagai eijanan nia ibailiu kepala desa Monganpoula ipakatai masisegek akek pagalaijat bulagat ADD - 7 Kalulut reugak nia kudduat puujianan ibailiu satoga sikolah sibara ka pulaggajat simareu raolakek raoi maruei sangangoi bulek tak ikaddiu sia - 18 Satoga sikolah samba guru sibara ka rogdok muenung epat ngajam raialiakek kudduat ujian kalulut tai bara nia bensin ka Siberut Selatan - 19 Pukaiyoat koat Mentawai sirimanua sioakek lek isilok nia - 22 COVER DEPAN: 1 FOTO: SYAFRIL 1 DESAIN: SYAFRIL TABLOID ALTERNATIF DWIMINGGUAN

Puailiggoubat Terbit setiap tanggal 1 dan 15

ISSN: 1412-9140 PENERBIT: Yayasan Citra Mandiri PEMIMPIN UMUM: Roberta Sarogdok PEMIMPIN USAHA: Pinda Tangkas Simanjuntak PEMIMPIN REDAKSI: Yuafriza DEWAN REDAKSI: Roberta Sarogdog Rus Akbar Saleleubaja Yuafriza REDAKTUR: Rus Akbar Syafril Adriansyah Gerson Merari Saleleubaja WARTAWAN DAERAH: Bambang Sagurung (Sikabaluan) Rapot Pardomuan (Sipora) Rinto Robertus (Saibi) Leo Marsen (Sikakap) Supri Lindra (Sikakap) Patrisius Sanene’ (Padang) Legend Satoinong (Siberut Selatan) Siprianus Sababalat (Siberut Selatan) DISTRIBUTOR DAERAH: Arsenius Samaloisa (Sioban) Vincensius Ndraha (Siberut Selatan) Bambang (Siberut Utara) Juanda (Siberut Barat) ALAMAT REDAKSI DAN USAHA: Jl. Kampung Nias 1 No. 21, Padang. Telp (0751) 7877373 - Fax. (0751) 35528 REKENING: Bank Nagari Cabang Pembantu Niaga, Padang No.2105.0210.0207-1 PENCETAK: Padang Graindo, Padang (Isi di luar Tanggung Jawab Percetakan) Wartawan Puailiggoubat selalu dilengkapi Kartu Pers dan (sesuai Kode Etik Jurnalistik) tidak dibenarkan menerima suap (‘amplop’) dari narasumber.

www.puailiggoubat.com

Dari Redaksi

K

ampanye hitam (black campaign) sudah biasa terjadi saat Pemilu Presiden. Sejak Pilres 1999 hingga 2009, kampanye hitam berseliweran di masyarakat. Mulai dari selebaran gelap, poster, spanduk, video hingga melalui obrolan warung kopi. Jika dulu kampanye hitam

menyebar melalui bisik-bisik dan obrolan ringan, kini lebih terbuka dan telanjang. Media sosial dan internet menjadi media baru untuk menebar fitnah, kebencian, berita bohong demi menarik dukungan dan simpati rakyat. Kampanye hitam ini juga menjalar ke media arus utama (mainstream) dengan melakukan

2

Pilpres dan Kita framing (pembingkaian). Bagaimana realitas atau fakta direkonstruksi sedemikian rupa demi kepentingan pemilik media yang hari ini banyak dimiliki pemimpin partai politik. Kitalah sebagai pembaca, masyarakat yang sedang mencari pemimpin yang harus cerdas. Sebagai masyarakat

yang hidup di era banjir informasi ini, sudah seharusnyalah kita memilah informasi, melakukan cek silang atas informasi tersebut. Sudah saatnya kita sebagai penerima informasi bersikap skeptis. Redaksi


3

Puailiggoubat NO. 289, 1 - 14 Juni 2014

Meski persentase kelulusan siswa SMA di Mentawai naik tahun ini, namun jika dibanding 18 daerah lainnya masih terendah

HASIL UN MASIH RENDAH FOTO:SUPRI/PUAILIGGOUBAT

Persentase Kelulusan SMA/MA di Sumatera Barat Tahun 2014 Kabupaten/Kota

Tim Redaksi

imik tegang terlihat jelas di wajah siswa SMAN 1 Pagai Utara Selatan (PUS) yang menunggu pengumuman hasil penilaian Ujian Nasional (UN ) di sekolahnya sekitar pukul 16.00 WIB, Selasa, 20 Mei. Satu per satu siswa tersebut dipanggil guru untuk menerima hasil UN di dalam amplop. Selang 10 menit setelah beberapa siswa menerima hasil, mereka mulai histeris. Ada yang memekik gembira karena amplop yang dibuka menyatakan lulus ujian namun di sudut lain sayup-sayup terdengar tangisan karena gagal menyelesaikan UN tahun ini. Di sekolah itu, 21 siswanya tidak lulus. John Patrisius, salah satu peserta UN dari jurusan IPS yang lulus mengatakan, persiapan menjelang ujian tidak mencolok. “Sederhana saja yakni menggunakan waktu yang ada untuk belajar dengan tekun, dan mempersiapkan mental agar tidak gugup saat ujian,” katanya. Setelah lulus Jhon berencana melanjutkan ke Universitas Negeri Padang mengambil jurusan manajemen. Sementara Mega Sari, peserta lain jurusan IPA yang juga lulus menyebut-kan memilih meneruskan ke Universitas Terbuka karena tidak mau jauh dari orang tua. Kepala SMAN 1 PUS Rita Warti mengatakan, sebanyak 21 siswanya tidak lulus UN dari 203 jumlah peserta. Siswa yang tidak lulus terdiri dari jurusan IPS 10 siswa dari 79 siswa, dan jurusan IPA 11 siswa dari 124 siswa. Menurut Rita, prestasi kelulusan tahun ini menurun dibanding tahun lalu, karena tahun lalu semua siswa lulus. Ia mengatakan, kegagalan ini disebabkan ketidaksiapan siswa menghadapi ujian. “Bagi yang tidak lulus kita menyarankan mengikuti Paket C, sekolah juga tetap menerima jika ada yang mau mengulang,” katanya kepada Puailiggoubat, Selasa, 20 Mei. Berbeda dengan di SMAN 1 PUS, siswa SMAN 1 dan 2 Sipora tersenyum bahagia karena seluruh peserta UN di kedua sekolah ini dinyatakan lulus semua. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMAN 1 Sipora, Tarianus yang dikonfirmasi di hari yang sama menyebutkan, 109 siswa yang menjadi peserta UN lulus semua. Hal senada juga disampaikan Kepala SMAN 2 Sipora Bisronel, siswanya berjumlah

M

PENGUMUMAN UN - -Siswa SMAN 1 Pagai Utara Selatan melihat daftar nama kelulusan di tangan kepala sekolahnya Rita Warti, Selasa, 20 Mei 117 lulus semua. “Usaha kita selama ini untuk menggenjot prestasi anak-anak dengan memberi pelajaran tambahan dan sosialisasi kepada orang tua tidak siasia,” katanya. Di SMAN 1 Siberut Utara peserta UN sebanyak 105, jurusan IPS sebanyak 62 dan 43 peserta IPA, seluruhnya dinyatakan lulus. Sementara perolehan nilai pada masing-masing bidang studi tertingi pelajaran bahasa Indonesia diperoleh Dedi jurusan IPA yakni 8,80 dan nilai terendah 3,20 didapat Ibrahim jurusan IPS. Nilai tertinggi bahasa Inggris 6,20 dan terendah 4,20. Nilai matematika tertinggi 7,00 dan terendah 3,25. Sementara nilai pelajaran tertinggi

khusus jurusan IPS yakni ekonomi (7,25), sosiologi (5,60) dan geografi (7,00). Untuk jurusan IPA, nilai tertinggi pada pelajaran fisika (6,00), kimia (6,25) dan biologi (4,75). Kepala SMAN 1 Siberut Utara Paulus Sikaraja mengaku senang kelulusan siswanya 100 persen sama dengan tahun lalu. “Saya berharap prestasi ini terus berlanjut,” katanya, 26 Mei. UN tahun ini, siswa SMA di Kabupaten Kepulauan Mentawai yang tidak lulus sebanyak 27 atau 3,43 persen dari 788 peserta. Dari 8 SMA peserta UN yang digelar 14-16 April hanya 3 sekolah yang gagal meluluskan seluruh siswanya yakni SMAN 1 Pagai Utara Selatan (PUS), SMAN 1 Siberut Selatan dan SMAN 1 Siberut Tengah.

Padang Bukittinggi Padangpanjang Sawahlunto Kota Solok Payakumbuh Pariaman Agam Pasaman Limapuluh Kota Solok Padang Pariaman Pesisir Selatan Tanah Datar Sijunjung Kepulauan Mentawai Pasaman Barat Solok Selatan Dharmasraya

Berdasarkan Dinas PenHasil UN SMA Mentawai (2011-2014) didikan (Disdik) Kabupaten TAHUN TAK Kepulauan Mentawai pada PESERTA LULUS AJARAN LULUS Senin, 9 Mei 2014, siswa ter27 788 761 2013‐2014 banyak tidak lulus berasal 752 709 43 2012‐2013 dari SMAN 1 PUS yakni 695 649 46 sebanyak 21 siswa, disusul 2011‐2012 SMAN 1 Siberut Selatan dan 612 609 3 2010‐2011 SMAN 1 Siberut Tengah masing-masing 3 siswa. katan,” katanya ketika dihubungi Kepala Bidang SLTP dan SLTA Puailiggoubat lewat telepon usai Disdik Mentawai, Motisokhi Hura mengikuti pleno hasil UN di kantornya mengatakan, persentase kelulusan siswa di KM 4 Tuapeijat, Senin, 9 Mei. sebesar 96,57 atau naik sebesar 2,44 Moti menyebutkan, sebelumnya persen dibanding tahun lalu yang hanya jumlah peserta UN SMA di Mentawai 94,13 persen. yang terdaftar pada Oktober 2013 “Hasil UN anak-anak ini patut kita sebanyak 803 namun ketika divalidasi apresisasi mesti belum lulus seratus menyusut menjadi 788 siswa. persen, kelulusan tahun ini ada pening“Beberapa siswa ada yang pindah

Tarida: Persoalan Pendidikan Mentawai Kompleks

H

asil UN yang kecamatan hanya mediraih siswa miliki 1 SMA dan letakSMA di Kabupanya di pusat kecamatan ten Kepulauan Mentayang jauh dari rumah wai tahun ini masih siswa, itupun fasilitas kalah dengan 19 kota/ pendukung belum mekabupaten di Sumatera madai,” katanya ketika Barat namun Tarida ditanya Puailiggoubat, Hernawati, aktivis penKamis, 22 Mei. didikan yang menjadi Kondisi ini, lanjut Tarida Hernawati Tarida, membuat siswa Koordinator Program Pendidikan dan Kebudayaan berpisah dengan orang tua dan tingYayasan Citra Mandiri Mentawai gal di pondokan atau kos sekitar (YCMM) yang bergelut di daerah sekolah. “Kurangnya perhatian itu sejak 2001 menilai prestasi keluarga karena jarak yang jauh tersebut patut diapre-siasi. mempengaruhi karakter anak yang Menurut Tarida, persoalan memasuki usia puber,” ujarnya. pendidikan di Mentawai komSelain memikirkan pelajaran, pleks yang tak serta merta dikata Tarida, pikiran anak-anak bandingkan dengan SMA di Suterbebani kebutuhannya seperti matra daratan. makanan dan biaya hidup yang “Infrastruktur pendidikan di kadang tak dipenuhi keluarga Mentawai masih minim, satu karena distribusinya sulit.

Jumlah Tidak Lulus % Peserta Lulus 9109 9108 1 99,98 2372 2367 5 99,78 1478 1474 4 99,72 405 405 0 100 1319 1314 5 99,62 1922 1922 0 100 1542 1541 1 99,93 3990 3969 21 99,47 2346 2332 14 99,40 2180 2178 2 99,90 2553 2524 29 99,86 3872 3865 7 99,82 5245 5225 20 99,61 3132 3126 6 99,80 1454 1452 2 99,86 788 761 27 96,57 3495 3445 50 98,56 1259 1246 16 98,72 1425 1407 18 98,73

“Coba bayangkan anak-anak yang masih kecil atau duduk di kelas IV SD pisah dengan orang tua agar bisa melanjutkan pendidikan, mereka dipaksa mandiri oleh kondisi,” katanya. Tarida menyebutkan, persoalan ini mesti dijawab pemerintah, sekolah dan orang tua sendiri. Mentawai tidak kekurangan dana, mestinya pemerintah menyediakan sekolah yang lengkap dan gurunya. Pemerintah, lanjut Tarida, dituntut membuat asrama siswa yang layak baik dari segi bangunan dan memberi penanaman nilai moral. Penyebaran sekolah mesti merata agar akses pendidikan mudah. Sekolah, kata Tarida, penting menerapkan pendidikan karakter agar siswa mandiri. (g)

dan sebagian berhenti sekolah, data tersebut diajukan November 2013 yakni sebelum UN dilaksanakan, nah saat divalidasi lagi pada 2014 jumlahnya berkurang,” jelasnya. Moti mengatakan dengan perolehan hasil tahun ini pihaknya perlu bekerja keras untuk menggenjot peningkatan prestasi siswa. Moti mengaku, faktor penghambat laju percepatan kemajuan pendidikan di Mentawai berupa sarana dan prasarana yang masih kurang dan guru. “Jika dibandingkan dengan sekolah di tepi (Sumatra daratan) kita kalah baik guru maupun fasilitas, ini harus segera dibenahi,” ujarnya. Di Sumatera Barat, jumlah siswa SMA yang tidak lulus 228 dari 49.886 peserta. Hasil perhitungan Puailiggoubat menurut data jumlah kelulusan Dinas Pendidikan Sumbar khusus SMA, persentase kelulusan UN Mentawai 96,57 persen. (leo/bs/spr/g)


Puailiggoubat NO. 289, 1 - 14 Juni 2014

Meski dana tahap dua sudah cair namun korban bencana gempa dan tsunami di Sikakap belum bisa melanjutkan pembangunan rumah karena kayu belum tersedia

4

Kayu Belum Ada, Pembangunan Huntap Tertunda FOTO:SYAFRIL/PUAILIGGOUBAT

Hal yang sama juga dialami warga Primkopad tidak sangDusun Muntei Desa Betumongga, gup mengolah kayu maka Pokmas bersedia Kecamatan Pagai Utara. Dari 65 kepala turun tangan menye- keluarga yang mendapatkan dana huntap, baru 52 kepala keluarga yang diakan gergaji mesin . Sementara Sekre- kayunya sudah tersedia, sementara 13 Supri Lindra taris Pokmas Gaba- kepala keluarga lagi belum ada. Parmenas, ketua Pokmas Paabanan, gaba, Jet Artimeus ampir sebulan setelah pencairmengatakan uang pembelian kayu untuk (39), menambahkan, an dana pembangunan hunian 65 kepala keluarga itu sudah disetor ke kendala pembangunan tetap tahap kedua bagi korban huntap saat ini hanya Primkopad. “Total Rp91 juta dana kayu tsunami Mentawai di sejumlah dusun soal ketersediaan kayu yang sudah disetor,” kata Parmenas. Sementara Pudin, tukang teli (hidi Sikakap, pengerjaan rumah belum bisa saja, sementara dana dilanjutkan karena kayu olahan dari dan material lain tidak tung) kayu di tempat penggergajian atau sawmill Primkop Kartika Wirabraja, pemilik IPK belum ada. ada persoalan. Saat ini, tujuh kelompok masyara“Setiap hari ter- mengatakan sebenarnya kayu untuk 13 kat (pokmas) di Dusun Bulag Monga paksa ke Kilometer 6 kepala keluarga tersebut sudah ada, dan Rua Monga, Desa Taikako Kecatempat IPK mengolah hanya ukuran 9 x 12 meter dengan matan Sikakap menunggu kayu olahan BANGUN HUNTAP - Salah seorang warga mulai membangun huntap di Desa Malakkopa, kayu, tapi sampai di panjang 6 meter saja yang belum dari IPK Primkopad Korem 032 Pagai Selatan. sana tidak ada ke- ada. ”Kalau alat pemotong berjalan Wirabraja . pastian kapan akan dalam 2 hari saja kebutuhan kayu untuk dan seluruh anggota pokmas, ada 76 tersedianya kayu un-tuk warga Dusun 13 kepala keluarga yang belum dapat Jertinus (45), bendahara Pok- kapan adanya kayu. “Dalam waktu dekat ini kami akan kepala keluarga di dua dusun ini,” Bulag Monga dan Rua akan terpenuhi dengan segera,” jelasnya. mas Gaba-gaba Jet, mengatakan pengerJupri, pengawas PT Cimpako yang Monga,” katanya. jaan rumah anggotanya terpaksa berhenti mengadakan rapat dengan Penanggung katanya Sabtu, 24 Mei lalu. menjadi mitra Primkop Kartika WiraMenurut Jertinus, jika IPK Menurut Ketua Pokmas Bawakek sementara karena belum ada kepastian Jawab Operasional Kegiatan (PJOK) braja untuk mengolah kayu mengatakan, Patuat, Lastumius Samangilalai (60), kebutuhan kayu masyarakat untuk soal pengolahan kayu tidak ada masalah membangun satu unit rumah 5,5 kubik karena peralatan dan mesin cukup, yang dibeli seharga Rp1,4 juta per kubik. pihaknya menyediakan dua mesin SIKAKAP- Nurtina (27) ibu rumah harga cengkeh basah satu kaleng susu cengkehnya yang bersebelahan dengan Selain harga kayu, masyarakat juga chainsaw untuk percepatan huntap. tangga warga Pinatete, Desa Sikakap, instan Rp7 ribu,sementara yang keNurtina datang menolong. “Karena “PT Cimpako sekarang menunggu membayar Rp300 ribu untuk biaya Kecamatan Sikakap, Kabupaten Kering Rp140 ribu,” kata Nurtina kepatidak bisa membantu sendiri, Marjono angkut dengan mobil dan buruh. hasil keputusan nanti dari atas, kalau pulauan Mentawai terpaksa dirawat da Puailiggoubat, 26 Mei lalu. langsung lari memberitahukan kepada “Karena belum ada kayu, uang masalah mesin dirasa tidak ada masalah, di Puskemas Sikakap akibat terjatuh Ketika hampir sampai puncak, warga lainnya untuk menolong saya. tersebut terpaksa tidak kami berikan ke dalam satu hari bekerja untuk satu mesin dari pohon cengkeh Sabtu, 24 Mei latali yang mengikat pucuk cengkeh agar Warga datang dan menandu saya ke IPK, uang kayu akan diberikan apa bila akan menghasilkan 25 meter kubik kayu, lu. Dia terbaring lemah ditemani suamudah digapai buahnya putus, korban kampung,” ujarnya. kayu sudah sampai ke lokasi, dana 30 kalau dua mesin berjalan maka akan minya Kernius (39) dan dua anaknya yang berada di puncak terbawa oleh Sampai di rumah, warga membuat persen tahap kedua sekarang saya menghasilkan 50 meter kubik kayu dan orang tuanya. satu dahan yang terlepas. “Saya jatuh ramuan tradisional untuk Nurtina, simpan di rekening,” kata Lastuminus. dalam satu hari,” katanya (r) Menurut Nurtina, kejadian beradan tersangkut di ranting cengkeh, baru pada pukul 17 .00 WIB Nurtina wal Sabtu pagi sekitar pukul 09.00 tapi pegangan tidak kuat sehingga dibawa menggunakan boat ke PusWIB, ia pergi memetik cengkeh yang saya jatuh, terlentang dan terguling ke kesmas Sikakap. Siswa SMPN 2 Pagai Selatan Tewas berjarak 500 meter di kampungnya. jurang sekitar 5 meter dari pohon Sementara petugas medis PuskesTertimbun Batu Sampai di kebun, Nurtina langsung cengkeh,” katanya. mas Sikakap, Agustina mengatakan, memanjat pohon cengkeh yang ada Nurtina yang tidak sanggup berluka-luka pada tubuh Nurtina sudah BULASAT-Seorang siswa SMPN 2 Pagai Selatan tewas tertimbun buahnya. diri hanya bisa berteriak minta tolong. diobati. Namun untuk mengetahui batu saat mencangkul bahan material untuk pembanguan hunian “Harga saat ini cukup lumayan, Beruntung pada saat itu Marjono (23) kondisi dalam misal ada tulang yang tetap bagi korban tsunami Mentawai, Kamis 6 Mei lalu. sayang kalau tidak diambil apa lagi yang sedang membersihkan kebun patah, Nurtina harus dirontgen. Menurut informasi Efendi Sababalat (56), korban bernama “Puskemas Sikakap tidak memiFOTO:SYAFRIL/PUAILIGGOUBAT Kriswel Sagugurat (15) warga Dusun Bulasat KM 37. Kejadian itu liki alat itu dan dia harus dibawa ke bermula pada pukul 09.30 WIB sejumlah warga menambang RSUD Mentawai di Tuapeijat. Namaterial pembangunan huntap. mun pasien dan keluarga tidak mau, “Saat itu ada lima orang yang mencangkul bahan material entah apa sebabnya,” katanya. termasuk korban, lokasinya berjarak 50 meter di belakang rumah Suami korban, Kernius saat berkorban, saat mencangkul tiba-tiba bukit setinggi tujuh meter longsor kemas-kemas kembali ke Pinatete ke arah korban, ia saat itu tak sempat menghindari, batu besar langsung menimpa korban,” ujarnya pada Puailiggoubat, 21 Mei lalu. mengatakan meski pengobatannya Melihat kejadian itu, teman korban berteriak minta tolong, warga gratis di Tuapeijat, tapi biaya seharisetempat langsung berdatangan mencoba menyelamatkan korban. hari selama di Tuapeijat tidak ada. Sayang saat itu batu terlalu besar menimpa korban. “Ada 15 orang “Apalagi saya punya dua orang anakmenggulingkan batu yang menghimpit korban, ssetelah digulingkan anak masih kecil berumur sebulan, itu ternyata korban sudah tak bernyawa,” ujarnya. yang membuat saya tidak bisa, untuk Tak hanya korban jiwa, dua unit gerobak juga ringsek setelah di Puskemas sini saja selama empat tertimbun batu. “Warga langsung membawa korban ke rumah orang hari saya tidak punya biaya lagi,” tuanya Borli Saguguray (47), pada hari itu juga korban dikuburkan. ujarnya. Pada Selasa, 27 Mei lalu PELAYANAN PUSKESMAS - Salah seoarang pasien mendaftar untuk (leo/r) Nurtina, suaminya dan anak-anaknya mendapatkan pelayanan ksesehatan di Puskesmas Sikakap kembali ke Pinatete. (leo/r)

H

Seorang Ibu Jatuh Saat Memanjat Cengkeh


5 Puailiggoubat

MENTAWAINEWS

NO. 289, 1 - 14 Juni 2014

Kecamatan Pagai Utara Peroleh 51 Paket P2D SAUMANGANYA- Kecamatan Pagai Utara mendapatkan 51 paket program Pengembangan Prasarana Perdesaan (P2D) Mandiri tahun ini. Total anggaran diperoleh Rp2,5 miliar. Camat Pagai Utara, Germinus, mengatakan program P2D akan dimulai Juni ini. Program utama yang dilakukan adalah membangun jalan di wilayah Desa Saumanganya yang sudah rusak. “Program diprioritaskan di wilayah desa Saumanganya karen pusat Kecamatan, untuk anggaran perubahan nanti, kita arahkan untuk desa Silabu dan desa Betumonga,” katanya, Selasa 20 Mei lalu. Dana itu akan dipakai untuk pembangunan jalan rabat beton antara jembatan Saumanganya menuju Dusun Polaga, Desa Matobe sepanjang 700 meter ,kemudian jalan antara Dusun Manganjo ke Dusun Gulukguluk sepanjang 800 meter. Selain jalan, yang dilakukan adalah membangun drainase agar jalan tidak tergenang. “Untuk kedua jalan tersebut sudah ada drainase, tinggal lagi memberikan semen,” tambah Germinus. (leo/r)

Tiga Kegiatan PNPM di Pagai Utara Serap Dana Rp700 Juta SAUMANGANYA-Pengurus Unit Pelaksana Kegiatan (UPK) PNPM MP Kecamatan Pagai Utara mengusulkan tiga kegiatan tahun ini dengan total dana Rp700 juta. Ketua Unit Pelaksana Kegiatan (UPK) Raju Everlitan Tasirileleu mengatakan, ada tiga program yang diusulkan yaitu pembangunan jembatan kayu di Desa Silabu, Dusun Tumalei. Pembangunan PAUD semi permanen di Dusun Makaligri, Desa Betumonga. Lalu pelatihan bengkel sepeda motor bagi warga 18 dusun di Desa Saumanganya. “Setiap dusun mengusulkan satu orang jadi jumlahnya 18 orang. Seluruh item ini anggarannya diusulkan sebanyak Rp700 juta. Munculnya item ini adalah hasil Musyawarah Antar Desa (MAD) dua bulan lalu,” katanya Selasa 20 Mei lalu.(leo/r)

PAUD Mana Ka Sita Gelar Lomba Mewarnai SIKAKAP - Gugus Pendidikan Anak Usaha Dini (PAUD) Mana Ka Sita menggelar lomba mewarnai antar murid TK dan PAUD seKecamatan Sikakap Kabupaten Kepulauan Mentawai, Jumat, 23 Mei. Ketua Gugus Mana Ka Sita Kecamatan Sikakap, Nurbaiti mengatakan, peserta yang terlibat sebanyak 100 murid yang berasal dari 18 PAUD dan TK. Lanjut Nurbaiti, kegiatan ini terselenggara atas kerjasama orang tua, guru dan Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Pendidikan Sikakap. Nurbaiti menyebutkan, kegiatan ini bertujuan mengembangkan kreatifitas anak-anak supaya mandiri. Agar anak-anak semangat, setiap peserta diberikan kenang-kenangan berupa satu set pensil warna. Kepala UPTD Pendidikan Kecamatan Sikakap, Fransiskus Sakeletuk mengatakan, kegiatan ini sangat bermanfaat karena di level pendidikan anak pola yang mesti diterapkan belajar sambil bermain. “Kita dukung sesuai kemampuan kita, untuk memotivasi guru mengajar,” katanya. (spr/g)

Tiga Jembatan di Mentawai Rusak, Akses Warga Terhambat Tiga jembatan di dusun Bagat Sagaik Desa Sinakak, Pagai Selatan dan di Desa Sibudda Oinan, Desa Saibi Samukop, Kecamatan Siberut Tengah rusak parah

FOTO:PATRIS/PUAILIGGOUBAT

Supri Lindra Rinto Robertus Sanene’

J

embatan sepanjang 7 meter di Dusun Bagat Sagaik, Desa Sinaka, Keca-

matan Pagai Selatan putus, akibatnya warga Sinaka terpaksa menggunakan perahu mesin (boat) ke Sikakap. Menurut Hendramon, guru SDN 30 Sinaka, putusnya jembatan di Dusun Bagat Sagaik membuat akses tidak lancar, transportasi yang bisa digunakan sekarang hanya boat, dengan ongkos Rp 50 ribu per orang. “Kalau kita menggunakan boat dalam satu perahu berkapasitas 10 orang dengan waktu antara 3 sampai 4 jam sampai ke Dusun Mangakulu, Desa Sinaka,” katanya. Saat tsunami melanda Pagai Selatan, jembatan tersebut rusak dihantam gelombang, lalu masyarakat memperbaikinya dengan swadaya, tapi belakangan jembatan itu kembali rusak. ”Anak sekolah atau guru yang naik sepeda motor hanya bisa sampai ke jembatan yang rusak tersebut, kemudian dilanjutkan jalan kaki pergi ke sekolah selama 3 jam,” ujarnya. Transportasi laut juga terbatas

JEMBATAN - Salah satu jembatan di Desa Saureinu Sipora Selatan yang sudah tampak tua armadanya. Menurut Hendramon boat ke Sikakap hanya sekali seminggu, itu pun kalau ada BBM. “Kalau ada keperluan mendadak seperti mengantarkan siswa SD mengikuti ujian USBN SD di Desa Sikakap terpaksa harus mencarter boat dengan harga Rp 2 juta pulang pergi,” ujarnya. Begitu juga dengan kegiatankegiatan lainnya misalnya ada urusan ke UPTD Dinas Pendidikan, tidak bisa cepat karena harus menunggu sampai ada boat ke Sikakap. ”Kalau masyarakat mau memperbaiki jembatan tersebut kami dari guru- guru bersedia membantu, asalkan jembatan tersebut bisa secepatnya diperbaiki,

demi kelancaran perhubungan,” tambahnya. Sementara di Desa Saibi Samukop Siberut Tengah, dua jembatan juga rusak di Dusun Sibudda Oinan dan Dusun Kaleak. Kepala Dusun Sibudda Oinan Linus Sanenek mengatakan, jembatan di Sibudda Oinan merupakan jembatan kayu sepanjang 7,5 meter, dibangun pada 2009. Sementara jembatan di Kaleak yang merupakan penghubung ke Sibudda Oinan juga terbuat dari kayu sepanjang 10,5 meter, dibangun pada 2010. “Dua jembatan ini rusak termakan usia dan sudah putus, kita sudah buat jembatan darurat untuk Sibudda Oinan, kalau di Kaleak

sudah benar-benar terputus,” katanya pada Puailiggoubat di kantor Pemuda Masoggunei, Jumat 16 Mei lalu. Kini, pemerintah setempat tengah berupaya membangun jembatan itu untuk menghidupkan akses ekonomi masyarakat. “Untuk jembatan di Sibudda Oinan kami usulkan di Alokasi Dana Desa (ADD) tahun ini, dan jembatan Kaleak itu lewat P2D Mandiri, ada 2 sampai 3 paket, kalau jalan waktu kami bicarakan di kecamatan katanya masuk dalam dana pemeliharaan, tapi kita belum tahu kapan diperbaiki dan pembangunannya, kita sangat berharap cepat realisasinya,” ujar Linus. (r)

Api Lalap Rumah Warga Dusun Sabbiret PAGAISELATAN-Satu unit rumah panggung dari kayu milik Jelta Sakeru (39), warga Dusun Sabbiret, Desa Malakkopa, Kecamatan Pagai Selatan ludes terbakar pada pukul 20.30 WIB, Sabtu 10 Mei lalu. Menurut Jelta, kejadian ini berawal istrinya Jenni (31) memasak makan malam menggunakan kayu bakar pada pukul 17.00 WIB, selesai memasak perapian sudah dipadamkan. “Selesai makan malam pada pukul 19.00 WIB, istri dan dua orang anak saya pergi menonton tv ke rumah tetangga yang berjarak 100 meter, sementara saya pergi ke warung sambil me-

ngobrol dengan warga lainnya, jarak warung ke rumah saya itu ada 300 meter,” tuturnya, 21 Mei lalu kepada Puailiggoubat. Tak lama kemudian, Selsius yang baru saja pulang dari warung tersebut kembali lagi mengabarkan rumah Jelta terbakar. “Baru lima menit berlalu, Selsius kembali ke warung dan berteriak bahwa rumah saya sudah terbakar, dan kami semua di warung menuju rumah dan warga berusaha menyiram tapi tidak terselamatkan,” katanya. Saksi mata Febrianto Sababalat (33) mengatakan, kebakaran

itu terjadi pada pukul 21.30 WIB dan api baru bisa dipadamkan pukul 23.30 WIB. “Rumah dan isinya habis terbakar, pakaian tinggal di badan,” katanya. Pada saat kejadian, warga berusaha memadamkan api tapi air tidak cukup, air hanya bisa diambil dari rumah warga, sementara air sungai berjarak dua kilometer dari pemukiman. “Tak hanya itu kerangka bangunan huntap (hunian tetap) yang sedang dibangun juga ikut terbakar,” ujarnya. Setelah kebakaran, Jelta bersama keluarganya menginap di rumah saudaranya. Untuk meri-

ngankan beban korban, warga sekitar ikut menyumbang beras, pakaian ala kadarnya. Kepala Dusun Sabbiret, Pares Saleleubaja, mengatakan kerugian akibat kebakaran itu ditaksir Rp90 juta. Di dalam rumah tersebut ada chainsaw, genset, peralatan tukang, paralon, semen 20 zak, kerangka kayu huntap, termasuk uang Rp3 juta dan surat penting lainnya. “Pihak pemerintah setempat mengurus surat permohonan bantuan kepada Badan Penanggulangan Bencana Daerah Mentawai,” katanya. (leo/r)


MENTAWAINEWS Tak ada penerangan listrik dan layanan seluler, inilah kesan pertama menjejakkan kaki di Desa Bojakan yang termasuk daerah pedalaman Siberut Utara Kabupaten Kepulauan Mentawai

Puailiggoubat

Jarak Jauh dan Informasi Minim FOTO:BAMBANG/PUAILIGGOUBAT

TRANSPORTASI SUNGAI

edan yang berat tersebut tak menyurutkan semangat Arman, seorang guru honor di

Dusun Lubaga Desa Bojakan Kecamatan Siberut Utara yang telah mengajar di daerah itu selama 3 tahun. “Sejak tamat SMA 3 tahun silam karena tidak ada biaya untuk melanjutkan ke perguruan tinggi, saya memutuskan menjadi guru honor di SDN 15 Bojakan, kemudian saya ditempatkan di salah satu sekolah filial (kelas jauh) yang terletak di Dusun Lubaga,” katanya kepada Puailiggoubat, Rabu, 21 Mei. Laki-laki 25 tahun ini menyebutkan, awal mengajar di Lubaga terasa sulit karena akses yang sangat jauh dan susah. “Butuh dua belas jam perjalanan untuk

Transportasi sungai yang dipakai warga di Siberut Utara untuk menuju beberapa daerah yang belum memiliki jalan darat

ke sana, naik pompong, jalan kaki di perbukitan dan kembali naik pompong lagi,”jelasnya. Jauhnya jarak membuat Arman mesti berhitung untuk membawa bekal

selama perjalanan, bukan saja jumlahnya namun juga beratnya. “Karena medan yang dilalui jauh, beban yang hanya 5 kilogram terasa 50 kilogram, saya biasanya membawa beberapa pasang

Desa Muntei Bahas Usulan untuk ADD MUNTEI - Aparat Pemerintahan Desa Muntei menggelar rapat pembentukan Tim Pengelola Kegiatan (TPK) Alokasi Dana Desa tahun ini. Rapat digelar di Kantor Desa Muntei Kecamatan Siberut Selatan, 19 Mei lalu. Kepala Desa Tulut Ogok, Tasiripoula, mengatakan semua pengurusan baik itu pengurusan keuangan dan lain-lain harus diketahui bersama. “Alokasi Dana Desa (ADD) tahun ini sebanyak Rp741.250.000, yang akan akan cair Juli mendatang,” katanya di

6

Tantangan Guru di Pedalaman

Bambang Sagurung

M

NO. 289, 1 - 14 Juni 2014

kantor Desa Muntei, Senin 19 Mei. Teondorus Tatebburuk, Kepala Urusan Pembangunan Desa Muntei, mengatakan usulan dari masing-masing dusun akan dibahas bersama pemerintah desa dan Badan Permusyawaratan Desa untuk memutuskan lolos atau tidak usulan tersebut. “Namun sebelum diputuskan terlebih dahulu Tim Pelaksana Kegiatan (TPK) akan melakukan survei harga barang, supaya semua kegiatan baik fisik maupun pemberdayaan yang di-

7 Tahun Monganpoula Tak Dapat Pembangunan Jalan lingkar MONGAPOULA-Sudah tujuh tahun Desa Monganpoula, Kecamatan Siberut Utara tidak mendapat program P2D Mandiri untuk pembangunan jalan lingkar dusun dan desa. Hal ini dikatakan Sugeng, kepala Desa Monganpoula kepada Puailiggoubat, Jumat, 24 Mei lalu di rumahnya. “Selama tujuh tahun program P2D Mandiri untuk lingkar dusun dan desa tidak masuk, kecuali untuk Monganpoula-Sikabaluan dan Monganpoula-Sotboyak,” katanya. Sementara jalan lingkar dusun dan desa kondisinya tidak lagi bagus. “Rata-rata semuanya rusak berat karena diperparah banjir yang datang setiap musim hujan,” jelasnya. Lebih lanjut dikatakan Sugeng, usulan untuk perbaikan dan pembangunan jalan lingkar Desa Monganpoula yang terdiri dari tiga dusun, Dusun Monganpoula Barat, Monganpoula Selatan dan Monganpoula Timur diusulkan setiap tahunnya dalam Musrenbang tingkat kecamatan. “Tapi usulan tersebut tidak pernah terealisasi. Sementara desa kita merupakan desa yang dilalui menuju Desa Sotboyak dan Bojakan bila jalan sudah tersambung,” kata Sugeng yang menjabat kepala desa sejak 2011 lalu. (bs/r)

biayai oleh ADD bisa dihitung, mana tahu dari usulan tiap-tiap dusun ini anggarannya tidak cukup,” katanya. Sementara dari rapat tersebut, Dusun Salappa dan Bekkeiluk mengusulkan pengadaan bibit pisang medan dan pala, pengadaan tiga unit pom-pong untuk transportasi kepala dusun, rehab dua unit gorong-gorong, pembangunan satu unit gedung TK ukuran 6x10 dua lokal, rehap atap pustaka dan jembatan serta seragam petugas Linmas 3 pasang. Dusun Pariok mengusulkan, pengadaan bibit tanaman karet, coklat, pala, cengkeh, rambutan dan jeruk manis, pengadaan mesin sagu satu unit lengkap dengan parutannya. Dusun Puineng Buttet mengusulkan pengadaan bibit pala, satu unit mesin sagu. Dusun Muntei juga mengusulkan mesin sagu, pengadaan mesin jahit tiga unit, pengadaan MCK, dan baju Linmas 2 stel. Dusun Toktuk juga masih mengusulkan mesin sagu. Sementara Dusun Puro 2 mengusulkan pengadaan bibit pala, cengkeh, dan pisang medan dan karet, mesin sagu satu unit, rehap jalan 200 Meter dan rehab jembatan di Bat Bara. Kemudian diusulkan juga pengadaan satu unit laptop dan printer, satu unit motor, dan dua stel pakaian Linmas. Sementara usulan dari pemerintahan desa adalah baju olahraga dan baju batik 23 stel, tiga unit laptop, lemari dan meja rapat. (ss/r)

baju dan perlengkapan mengajar,” katanya. Menurut Arman, tak ada waktu berlibur dan pulang kampung ke Bojakan dari Lubaga. ”Kalau libur sekolah dan urusan penting baru diberi izin dari sekolah induk,” katanya. Karena pengabdian selama ini, Arman yang memasuki tahun ketiga di sekolah itu dipercaya menjadi guru kelas VI yang mengikuti ujian sekolah

kemarin. Dari enam lokal yang ada di Lubaga, semua guru yang mengajar guru honorer dan rata-rata dari Dusun Bojakan. “Sulit rasanya menempatkan PNS di Lubaga karena medan yang berat,” kata Kepala SDN 15 Bojakan Petrus Boy. Ia mengaku, untuk melakukan koordinasi atau monitoring ke Lubaga perlu perhitungan matang dan waktu tepat. “Bolak-balik tiap bulan itu rasanya susah. Kita ke sana saat ada hal penting yang mau dibicarakan dan disampaikan,” katanya. Di Filial Lubaga, guru honorer yang ditempatkan sebanyak lima orang. Untuk guru kelas VI dipegang Arman, guru kelas V Bartholomeus, guru kelas IV Anselmus Petla, guru kelas II dan III Jamet, sementara guru kelas I Inerius. Kepala UPTD Dinas Pendidikan Kecamatan Siberut Utara, Jop Sirirui mengatakan, tahun ajaran 2014/2015 Filial 15 Bojakan yang ada di Lubaga didefinitifkan. “Lubaga akan menjadi SDN 23 Bojakan. Sekarang yang diusahakan kepala sekolahnya, dan dalam satu tahun terakhir secara administrasi sebenarnya sudah dipisah dan masih dikoordinir oleh kepala sekolah induk. Untuk jumlah muridnya sekitar 90 orang,” katanya. (bs/g) FOTO:DOK/PUAILIGGOUBAT

PISANG - Pisang dari Mentawai saat dibongkar di Pelabuhan Muaro Padang

Warga Salappak Budidaya Pisang Medan SALAPPAK-Harganya yang mahal mendorong warga Dusun Salappa Desa Muntei Kecamatan Siberut Selatan Kabupaten Kepulauan Mentawai membudidayakan pisang medan dalam jumlah besar. Lukas Sabojiat, salah seorang warga mengatakan telah menanam pisang medan 700 batang. Bibit didapat dari kenalannya dan beberapa keluarganya di kampung. “Mudah-mudahan tumbuh dengan

baik karena harganya cukup mahal di sini,” katanya kepada Puailiggoubat, Senin, 26 Mei. Sementara Saut Pasaribu, salah satu pengumpul pisang di Muntei mengatakan, pisang medan dibelinya Rp40 ribu per tandan sedangkan pisang lokal hanya Rp14 ribu. Selain menjual pisang dalam bentuk tandan, sesama mereka juga memperjualbelikan bibit pisang yang dipatok Rp5 ribu per bibit.(ls/g)


7 Puailiggoubat

MENTAWAINEWS

NO. 289, 1 - 14 Juni 2014

Bendahara desa yang tidak diketahui keberadaannya membuat kepala desa kebingungan mempertanggungjawabkan ADD

Laporan Bermasalah, Monganpoula Terancam Tidak Terima ADD FOTO:SIPRIANUS/PUAILIGGOUBAT

Bambang Sagurung

epala Desa Monganpoula, Kecamatan Siberut Utara, Sugeng menilai penggunaan ADD (Alokasi Dana Desa) tidak sesuai dengan kesepakatan lembaga desa yang telah ditetapkan dalam forum sehingga banyak program dan penggunaan anggaran yang tidak sesuai dan tidak diketahui kepala desa dan lembaga desa yang ada. “Banyak anggaran dan program yang kita tidak tahu, karena apa yang kita tetapkan tidak sesuai dengan pelaksanaan di lapangan,” kata Sugeng kepada Puailiggoubat, Jumat, 23 Mei lalu. Dijelaskan Sugeng, anggaran ADD Desa Monganpoula tahun ini terancam tidak cair karena SPj anggaran tahap kedua tahun lalu belum selesai. “Bendahara desa kita tidak tahu keberadaannya, dan Spj-nya belum diselesaikan hingga sekarang,” katanya. Dikatakan Sugeng, ADD Mongapoula yang diketahuinya digunakan hanya untuk pembelian bibit karet sebanyak 80 ribu biji senilai Rp51 juta, pembangunan jalan rabat beton sepanjang 140 meter ditambah gorong-gorong tiga unit. “Selebihnya saya tidak tahu. Yang tahu bendahara dan sekretaris desa,” katanya.

K

RUSAK PARAH - Pengendara melintasi jalan menuju Rokdog yang sudah rusak parah Pembangunan jalan rabat beton sepanjang 100 meter di Mongapoula Selatan tidak terlaksana tanpa alasan yang jelas. “Memang tahun lalu ADD masih dalam tahap percobaan. Tapi kalau penggunaan anggaran itu tidak jelas pemerintah harus tegas. Jangan hanya menakut-nakuti,” tegasnya. Pemerintah desa bersama BPD telah tiga kali meminta bendahara mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran desa 2013, namun selalu diundur dan akhirnya bendahara keluar dari Mentawai hingga keberadaannya

Siswa Diwajibkan Pakai Nama Suku SIKABALUAN - Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Dinas Pendidikan Kecamatan Siberut Utara, Jop Sirirui mengeluarkan surat edaran bagi TK dan SD di wilayahnya mengeluarkan STTB (Surat Tanda Tamat Belajar) dengan menuliskan suku di belakang nama anak didik. ”Kita tidak mau ke depan itu ada generasi Mentawai yang menikah pada satu keturunan karena tidak tahu sukunya,” katanya pada Puailiggoubat, Kamis 22 Mei lalu di sela-sela acara lokakarya ranji suku Mentawai di aula Desa Sikabaluan Kecamatan Siberut Utara. Menurut Jop, banyak generasi Mentawai yang berada di perantauan maupun di Mentawai sendiri tidak mencantumkan suku di belakang anaknya. “Kita menyangka mereka bukan orang Mentawai, tapi setelah kita tanya-tanya ternyata mereka orang Mentawai hanya tidak menggunakan suku di belakang namanya,” jelasnya. Terkait dengan rencana ini, beberapa kepala sekolah SD di wilayah UPTD Dinas Pendidikan Kecamatan Siberut Utara sepakat dan berani untuk memulai langkah tersebut. “Belum 100 persen kepala sekolah berani mengambil langkah ini dengan alasan data akan terbentur di Puskom,” katanya. Dikatakan Jop, bila STTB yang dikeluarkan di tingkat dasar seperti SD tidak memiliki suku di belakang nama maka itu tidak akan dapat diubah karena untuk tingkat SMP, SMA dan seterusnya akan mengikuti data nama di STTB SD. “Kalau untuk akta, surat nikah masih bisa diperbaiki, tapi untuk STTB itu tidak bisa diubah,” katanya. (bs/r)

tidak diketahui hingga sekarang. Sekretaris Desa Monganpoula, Pardinan yang ditemui di rumahnya mengatakan pihak Inspektorat Kabupaten Mentawai sudah empat kali datang ke Monganpoula untuk melakukan pemeriksaan dan bendahara selalu tidak berada di tempat sehingga penggunaan ADD tahun 2013 khususnya tahap kedua sebanyak Rp279 juta tidak

jelas. “Saya tahu kalau bendahara sudah membelanjakan uang yang ada namun mempertanggungjawabkan itu tidak bisa karena nota pembeliannya tidak ada sama saya,” katanya. Diakui Pardinan, dirinya sedang berusaha membuat SPj dana tahap kedua agar dana tahun ini dapat cair dan program dapat berjalan dengan lancar. “Kita sudah coba membuatnya namun setelah kita hitung pengeluaran dengan anggaran yang diterima masih kurang Rp47 juta. Ini yang mau kita coba selesaikan ”

katanya. Lebih lanjut dikatakan Pardinan, tidak terlaksananya pembangunan jalan rabat beton di Monganpoula Selatan karena anggaran tidak cukup. “Karena anggaran tidak cukup terpaksa pembangunan jalannya tidak kita lanjutkan lagi,” katanya. Diakuinya, pada dana tahap pertama bendahara menggelapkan anggaran

Rp15 juta dan itu sudah dijadikan hutang. Dan pelaporannya dalam SPj tahap pertama sudah diakali sehingga dana tahap kedua dapat dicairkan. “Ada anggaran bantuan sosial yang belum jelas. Sisa anggaran dari honor BPD Januari-Februari sebesar Rp16 juta karena Januari-Februari terjadi kekosongan. Juga dana pembersihan jalan Monganpoula-Sikabaluan, Monganpoula-Sotboyak,” jelasnya. Erlius Sababalat, Ketua BPD Monganpoula mengatakan, dari kesepakatan desa dan lembaga desa yang ada terkait dengan program dengan pelaksanaan di lapangan banyak yang tidak sesuai. “Kepala desa dapat kita benarkan kalau mengatakan banyak program yang tidak jalan sesuai yang dirapatkan, karena adanya perubahan ini tidak kita sidangkan. Dan kita tahu adanya perubahan ketika kepala bagian pemberdayaan desa datang melakukan monitoring ke lokasi,” katanya. Dikatakannya, awal pemeriksaan Inspektorat sebelum meminta keterangan dari BPD, sisa anggaran Desa Monganpoula capai Rp100 juta, namun setelah keterangannya diminta ternyata ada pembelian yang tidak ada nota. “Ada sisa anggaran namun tidak sebesar temuan Inspektorat,” katanya. (r)

Tak Ada Uma SDN 01 Saibi Samukop Kesulitan Ajarkan Budaya Mentawai SAIBI SAMUKOP - Penerapan pelajaran budaya Mentawai di Sekolah Dasar Negeri 01 Saibi Samukop Kecamatan Siberut Tengah yang sudah berjalan masih mengalami beberapa kesulitan dalam pengajarannya pada siswa. Kepala SDN 01 Sion Sakeru mengatakan, pelajaran budaya Mentawai ini diajarkan sejak Januari lalu, kesulitannya tidak ada tempat semacam uma atau pondok promosi untuk tempat siswa belajar dan bersentuhan langsung dengan alat-alat budaya. “Di sekolah, kita memang sudah ada alat bumen (budaya Mentawai) seperti rourou (panah), sosoat (tombak) dan beberapa kerajinan tangan tapi pengajarannya hanya mengenalkan pada siswa, jika ada tempat itu kita langsung praktek agar anak cepat menangkapnya,” katanya saat ditemui di kantornya Selasa, 20 Mei lalu. Menurutnya, keberadaan uma tersebut sangat penting, pihak sekolah akan menjalin kerja sama untuk pembelajaran siswa di tempat tersebut. “Uma atau pondok itu belum ada di sini, siapa yang akan membangunnya

itu tergantung, bisa dari pemerintah setempat atau daerah, karena tempat itu pentingnya bukan hanya sekolah tapi juga untuk bersama,” kata Sion. Selain itu, Sion menilai, budaya Mentawai saat ini sudah terasa pudar dalam kehidupan sehari-hari, seperti berbahasa saja sesama orang mentawai

sudah lain bahasa yang diucapkan. “Padahal kita sesama orang Mentawai, percakapan yang dipakai bahasa daerah lain, kita bilang begitu bukan berarti tidak suka bahasa lain, ini yang harus dimunculkan di sekolah agar jati diri kita orang Mentawai tidak hilang,” ujarnya. (rr/r) FOTO:RUS/PUAILIGGOUBAT

UMA - Rumah tradisional Mentawai di Desa Maileppet Siberut Selatan


MENTAWAINEWS Pangkalan BBM di Pokai kesulitan mendistribusikan BBM secara merata karena terbatasnya pasokan Bambang Sagurung

Puailiggoubat

NO. 289, 1 - 14 Juni 2014

8

Warga Dusun Muara Tuntut Pendistribusian BBM Secara Merata FOTO:BAMBANG/PUAILIGGOUBAT

annya, karena per- mengingat jarak masyarakat dari arah mintaan itu tidak men- Sikabaluan datang ke Pokai cukup jauh. dapat respon sedikit Sebelum izinnya keluar, pangkalan PBR arga Dusun Muara Desa Sikapun. “Kita tidak tahu sudah mencoba menyuplai BBM baluan Kecamatan Siberut apakah tidak bertam- bersubsidi namun pedagang itu malah Utara Kabupaten Kepulauan bahnya kuota permin- menaikkan harga dan mencampurMentawai menuntut pendistribusian taan kita karena ber- adukan BBM bersubsidi dengan non Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis dasarkan data di Si- subsidi yang dibawa dari Padang. bensin (premium) dan minyak tanah berut Utara ada empat “Hal begini berimbas pada kita subsidi merata kepada masyarakat. Hal pangkalan, atau ada sebagai pemilik pangkalan dan itu tidak ini disampaikan dalam rapat bersama hal lain,” katanya. kita teruskan,” katanya. antara perwakilan masyarakat Dusun Untuk Siberut Pihak pangkalan PBR juga sudah Muara dengan Pemerintah Kecamatan, Utara, berdasarkan mencoba menyuplai pendistribusian Pemerintah Desa Sikabaluan dan pemilik keteranganya ada em- melalui pedagang di Sikabaluan dengan agen/pangkalan BBM di Pokai, Senin, pat pangkalan selain ketentuan yang dibuat, salah satu 26 Mei lalu. pangkalan PBR Po- diantaranya tidak menaikkan harga yang “Kami melihat selama ini untuk kai, yaitu pangkalan telah ditentukan, namun pada mendapatkan bensin dan minyak tanah Edrianto, Marno, dan kenyataannya banyak pedagang yang yang masing-masing 10 liter warga AKR. “Tapi kenapa mendapat suplai BBM bersubsidi mesti antrean, sementara oknum pedahanya di pangkalan menaikkan harga ketika terjadi gang dan masyarakat yang dekat dengan ANTRE BBM- Antrean pembe-lian BBM di pangkalan Pokai, Desa Sikabaluan Kecamatan Siberut kita yang terus terisi, kelangkaan BBM. pemilik pangkalan mendapatkan satu sehingga kita juga Dikatakan P. Siburian untuk miUtara hingga dua drum dan itu tidak perlu m e n d i s t r i b u s i k a n nyak tanah, setiap bulannya yang masuk antrean,” kata Indra Nusirman, warg bersama dan jumlahnya telah diten- masyarakat punya KK, dan apakah BBM ini kepada masyarakat yang ada ke pangkalan 10 ton, sementara bensin Muara. tukan. “Dalam memberikan laporan semua masyarakat memiliki kendaraan. di Kecamatan Siberut Utara dan Siberut bersubsidi setiap kapal BBM datang Menurutnya, di tengah kesulitan penggunaan anggaran kita tetap mencan- Ini yang menjadi pertimbangan kita,” Barat,” katanya. disuplai 14 ton. “Jadwal masuknya BBM bersubsidi seharusnya peme- tumkan harga BBM bersubsidi,” jelasnya. Diceritakan Siburian, sewaktu Elisa tidak menentu, kadang dua minggu sekali rintah tidak lagi menggunakan BBM katanya. Dikatakan Siburian, tidak bertam- Siriparang menjabat sebagai kepala dan kadang juga satu bulan sekali. Dan bersubsidi. “Sangat riskan rasanya bila P. Siburian, pemilik pangkalan bahnya kuota BBM bersubsidi di Dinas Perigdakop, pihaknya pernah di Sikabaluan tidak ada masuk BBM nelayan menggunakan pertamax, se- BBM Pokai Desa Sikabaluan Keca- pangkalannya sesuai dengan perminta- menfasilitasi seorang pedagang industri terkecuali di perusahaan kayu mentara pemerintah dalam melaksa- matan Siberut Utara menjelaskan, anya masih menjadi bahan pertanya- membuka pangkalan baru di Sikabaluan Tiniti,” jelasnya. (r) nakan programnya menggunakan BBM pihaknya telah berusaha berbagai cara bersubsidi,” katanya. agar adil dalam pendistribusian BBM. Sandra Oktavia, Camat Siberut “Kita mau pengambilan BBM Utara mengatakan, penggunaan BBM menggunakan KK, namun yang menjadi bersubsidi sesuai dengan kesepakatan pertanyaannya apakah sudah semua SIKAKAP– Kelangkaan Bahan operasional pertama, biayanyapun di Desa Sikakap ini, sebab selama ini Bakar Minyak (BBM) jenis solar di lebih kecil,” jelasnya. es untuk pengawetan ikan dibeDesa Sikakap Kecamatan Sikakap KaKalau biaya operasional tinggi li dari pedagang dengan harga Rp1.000 Terdakwa Pembawa Senjata Tajam Dituntut 2 bupaten Kepulauan Mentawai memtentu biaya akan tinggi, tapi jika ada per bungkus plastik 1 kilogram. buat pabrik es balok milik Unit subsidi dari pemerintah, es balok itu “Akibatnya biaya operasional Tahun Penjara Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) hanya dihargai Rp30 ribu per batang, menjadi tinggi, sebab sekali melaut Perikanan Pantai Sikakap terpaksa biaya operasional itu akan rendah saja untuk satu hari dibutuhkan es PADANG - Alexander alias King (21) warga Desa Tuapeijat, harus undur beroperasi. apabila menggunakan listrik PLN. sebanyak 10 sampai 15 bungkus,” Kecamatan Sipora Selatan yang menjadi terdakwa karena membawa “Awalnya direncanakan berope“Pastinya tahun ini pabrik es itu ujarnya. senjata tajam dituntut jaksa 2 tahun penjara di Pengadilan Negeri rasi pertengahan Mei ini lalu terpaksa akan tetap dijalankan tahun ini. Ini Lanjut Afdal kalau ada pabrik es Padang, Senin 19 Mei lalu. mundur sampai bahan bakar minyak dapat membantu para nelayan dalam balok tentu biaya operasional akan Menurut jaksa dari Kejaksaan Negeri Tuapeijat, Edmon Rizal, jenis solar lancar dan dapat izin dari hal pengawetan ikan,” kata Pajar. lebih ringan, dengan satu batang es perbuatan terdakwa membahayakan keselamatan orang lain, dimana Pertamina,” kata Kepala UPTD PeAfdal, nelayan Sikakap mengatabalok mungkin bisa untuk dua hari. terdakwa saat itu tidak menerima sepeda motornya ditahan polisi saat operasi lilin digelar pada Kamis, 2 Januari 2014 di dermaga rikanan Pantai Sikakap Pajar Piliang, kan, sudah sepantasnya pabrik es ada (spr/r) FOTO:SYAFRIL/PUAILIGGOUBAT Tuapeijat. di acara pembentukan pengurus HNSI Akibat perbuatan terdakwa tersebut, Edmon Rizal menjerat Kecamatan Sikakap, Selasa 20 Mei terdakwa dengan pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Darurat Nomor 12 lalu. tahun 1951 Tentang Senjata Tajam dan alternatif pasal 335 ayat (1) Lebih lanjut Pajar mengatakan, ke-1 KUHP. untuk operasional pertama dibutuhMenurut Edmon, Alexander mengendarai sepeda motornya di kan solar dua ton untuk dua mesin dermaga Tuapeijat dengan kecematan 50 km per jam, saat itu genset, dengan waktu 48 sampai 60 bandara dalam suasana ramai. Seorang anggota Polres Mentawai, jam, nantinya es balok yang dihasilHamidi Rasul lalu menegur terdakwa dan diminta menunjukkan kan sebanyak 300 batang, sementara kelengkapan surat-surat motornya, namun terdakwa tidak bisa voltase yang dibutuhkan untuk menunjukkan dengan alasan tinggal di rumah. menjalankan pabrik es balok sebesar “Karena tidak bisa menunjukkan surat-surat motor polisi 140 KVA. menahan motor terdakwa di pos operasi lilin dan petugas meminta Sebenarnya upaya lain sudah terdakwa untuk menjemputnya,” ujarnya. diusahakan dengan mengunakan listrik Beberapa waktu kemudian terdakwa berangkat ke rumahnya dengan seorang temannya bernama Hen, namun terdakwa tidak dari PLN namun dayanya tidak menmembawa surat-surat sepeda motor sebagaimana yang diminta cukupi. ”Biaya yang besar itu adalah petugas, ia justru membawa senjata tajam berupa golok ke pos waktu pertama beroperasinya mesin, TAK BERSOPERASI - Pabrik es di Sikakap yang tidak beroperasi kerena tidak polisi. (trs/r) tersdianya BBM operasional kedua tidak selama waktu

W

BBM Tidak Ada Pabrik Es Tidak Beroperasi


9

Puailiggoubat NO. 289, 1 - 14 Juni 2014

Pelapor dari lintas Parpol Mentawai Melki Sapolenggu menyatakan terdapat ketidakprofesionalan baik penyelenggaraan maupun pengawasan Pemilu 9 April 2014

Sidang DKPP

Lintas Parpol Ungkap Buruknya Kinerja KPU-Panwaslu Mentawai FOTO:SYAFRIL/PUAILIGGOUBAT

FOTO:SYAFRIL/PUAILIGGOUBAT

Syafril Adriansyah

ewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) menggelar sidang kode etik untuk lima komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan tiga orang Panitia Pengawas Pemilihan Umum (Panwaslu) Kabupaten Kepulauan Mentawai, di Kantor Badan Pengawas Pemilu Sumatera Barat, Rabu, 28 Mei lalu. Mereka adalah Ketua KPU Mentawai Andreas, dan empat anggotanya, yaitu Arif, Martina Seppungan, Manroppen dan Laurensius serta Ketua KPU Panwaslu Mentawai, Syamsir Ali bersama dua anggotanya yakni, Syamsul Hadi dan Sunarno. Sidang dipimpin oleh ketua majelis hakim Ana Erliana dari DKPP Pusat melalui telekonferensi, bersama Ketua Bawaslu Sumbar, Elly Yanti, perwakilan KPU Sumbar Nurhaida Yeti, dan Tim Pemeriksa Daerah (TPD), Adi Wibowo. Dari pihak pelapor, hadir 17 orang dari lintas Parpol Kabupaten Kepulauan Mentawai. Dalam sidang yang berlangsung hampir empat jam tersebut, salah seorang pelapor dari lintas Parpol Mentawai Melki Sapolenggu menyatakan terdapat ketidakprofesionalan baik penyelenggaraan maupun pengawasan Pemilu 9 April 2014. Melki menyebut adanya saksi dari partai politik di sejumlah TPS di Siberut Barat, Siberut Barat Daya dan Siberut Barat tidak menerima formulir C1 (perolehan suara) dari petugas KPPS. Selain itu, terdapat petugas KPPS meninggalkan TPS karena gaji belum dibayar. “Kami sudah meminta formulir C1 itu kepada petugas TPS namun tetap tidak diberikan,” kata kader partai Gerindra tersebut. Ia menambahkan, juga terdapat persoalan tercampurnya surat suara di TPS 1 Sipora Jaya dan TPS 3 Bukit Pamewa, Kecamatan Sipora Utara. DI TPS 1, ada pemilih yang ternyata tidak menemukan pilihannya dalam surat suara. Menurut pelapor, sudah ada 105 pemilih yang melakukan pencoblosan sehingga pelapor menuntut pemilihan ulang. Pihaknya juga melaporkan adanya petugas KPPS yang meninggalkan TPS karena gaji belum dibayar oleh KPU. Pelapor juga mengungkap Panwaslu

D

SIDANG - Salah seorang pelapor dari Lintas Parpol, BARANG BUKTI - Majelis hakim menunjukkan barang bukti berupa foto bimbingan teknis penyelenggaraan Melki Sapolenggu melaporkan buruknya kinerja KPU dan Panwaslu Mentawai dalam sidang DKPP pemilu yang deselenggarakan KPU Mentawai ke PPS Mentawai tidak menanggapi laporan adanya pembukaan kotak suara H-1 sebelum masa pemungutan suara di Siberut Barat Daya. Pelapor curiga adanya potensi kecurangan sehingga menghubungi ketua Panwaslu Mentawai, Syamsir Ali melalui telepon genggamnya. “Pak Syamsir mengatakan akan ditindaklanjuti oleh Panwas kecamatan. Namun setelah itu, beliau saya hubungi kembali namun tidak mengangkat HPnya. Akhirnya saya SMS beliau. Setelah berbicara kembali Pak Syamsir hanya malah menaggapi “Saya malas berdebat dengan Bapak,” jelas Melki mengulang ucapan Syamsir. Menanggapi hal tersebut, ketua Panwaslu Syamsir Ali mengaku sudah berkoordinasi dengan Panwas Kecamatan dan memastikan tidak ada kecurangan terkait hal itu. “Saya sudah mengatakan tidak ada persoalan, tapi Bapak ini tetap ngotot,” katanya. Parmenarson Sabolak, pelapor lainnya juga mengklaim KPU tidak melakukan bimbingan teknis tata cara pelaksanaan Pemilu Legislatif dari KPU kepada PPS hingga KPPS sehingga petugas di TPS tidak mengatahui apa yang harus dilakukan jika persoalan di hari pemungutan suara. Akibatnya, sebanyak 200 pemilih di Desa Saliguma, Kecamatan Siberut Tengah tidak bisa memberikan hak suaranya karena kekurangan surat suara. Penetapan hasil suara di tingkat TPS juga dilakukan

tanpa rapat pleno anggota KPPS. Pelapor juga mempersoalkan tanda tangan dari saksi partai politik pada saat rekapitulasi. Hal itu dipertegas Muslim, salah seorang saksi yang dihadirkan pelapor. Saksi di TPS dari Partai Gerindra tersebut menyaksikan adanya kekurangan surat suara di Dusun Tinambu, Saliguma, dan Siguluk-guluk, Siberut Tengah. “Kami sudah mempertanyakan ini kepada KPPS dan mengusulkan pemilihan ulang. Baru jam 10 malam KPPS Siguluk-guluk datang membawa tambahan 40 surat suara,” katanya. Dalam sidang itu Komisioner KPU Mentawai, Manroppen membantah tidak melakukan bimbingan teknis penyelenggaraan Pemilu baik ke PPK, PPS dan KPPS. “Kami melakukan bimbingan teknis kepada PPK, ini ada buktinya, dan itu dilakukan jauh-jauh hari sebelum masa pemungutan suara,” ujarnya. Kepada hakim, komisioner KPU menujukkan foto-foto pelaksanaan bimbingan teknis penyelenggaraan pemilu yang dicetak di kertas HVS yang juga disaksikan pihak pelpor. Akan tetapi hakim mempertanyakan waktu pelaksanaan bimbingan teknis tersebut, sebab tidak tercantum tanggal pelaksanaannya di spanduk. Dora, saksi lainnya dari Kecamatan Pagai Selatan menambahkan, dirinya melihat adanya kotak suara yang disimpan di rumah petugas TPS. Saat

ditanyakan, petugas TPS menolak untuk memberikan keterangan dan menunjukkan isi kotak tersebut kepada dirinya. “Ia hanya mengatakan itu kota DPD,” katanya. Selain itu, ia juga membeberkan untuk menandatangani formulir kosong saat rekap di kecamatan. ”Hasil rekap di TPS juga berbeda dengan hasil yang di tingkat kecamatan. Ada hasil suara yang bertambah seperti di TPS 21 Bulasat, Pagai Selatan,” katanya. Usulan Pemilihan Ulang Ketua Bawaslu Sumbar Ely Yanti juga mempertanyakan surat yang dikeluarkan salah satu KPPS tertanggal 16 April 2014 kepada PPK untuk mengusulkan pemilihan ulang di TPS 01, 02, dan 05 Sirilanggai, Siberut Utara. Selain itu, adanya surat kepu-tusan bersama antara KPU dan Pan-waslu Mentawai tertanggal 11 April 2014 terkait tidak dilangsungkannya pemilihan ulang akibat tercampurnya surat suara di TPS 1 Desa Sipora Jaya, Kecamatan Sipora Utara. Surat keputusan itu dibuat tanpa rapat pleno dan ditandatangani oleh Ketua KPU Mentawai. Menanggapi itu, Ketua KPU Mentawai Andres mengaku tidak mengetahui adanya surat yang dikeluarkan salah satu KPPS tertanggal 16 April 2014 untuk mengusulkan pemilihan ulang di TPS 01, 02, dan 05 Sirilanggai, Siberut Utara. “Kami tidak tahu ada usulan itu.

Dan baru tahu saat ini,” katanya kepada hakim diamini empat anggota KPU lainnya termasuk Panwaslu Mentawai Syamsir Ali beserta anggotanya. Ia menambahkan tidak digelarnya pemungutan ulang di TPS 1Sipora dan TPS 3 Bukit Pamewa, Kecamatan Sipora Utara karena tidak ada pihak yang mempersoalkan tercampurnya surat suara tersebut karena KPU langsung menggantinya. Dalam surat bersama KPU-Panwaslu juga dibunyikan jika pemungutan suara ulang dilakukan, akan menimbulkan pengerahan massa sehingga keamanan tidak terjamin. “Memang tidak ada pleno waktu membuatnya. Kami juga sudah berkoordinasi dengan KPU Provinsi dan tidak ada rekomendasi pemungutan suara ulang dari Panwaslu dan itu ada berita acaranya,” katanya. Ketua Panwaslu Mentawai, Syamsir Ali juga menegaskan tidak mengeluarkan rekomendasi pemungutan suara ulang akibat tidak adanya protes baik dari saksi maupun pemilih. “Ini sudah kami jelaskan secara tertulis kepada Bawaslu,” katanya. Tim Pemeriksa Daerah (TPD), Adi Wibowo menyebutkan nasib KPU dan Panwaslu Mentawi atas laporan para pelapor akan diputuskan pada awal Juni. “Tadi sudah didengarkan pokokpokok substansi yang dilaporkan dan putusannya kemungkinan seminggu lagi,” ujarnya. (p)


Puailiggoubat, NO. 289, 1 - 14 Juni 2014

K

ita punya hari khusus yang diperingati kaum remaja di seluruh dunia yaitu Hari Remaja (Youth Day), setiap tanggal 12 Agustus. Memang Hari Remaja ini belum popular atau belum banyak dikenal di Indonesia. Gagasan tentang pentingnya remaja memiliki satu hari khusus bermula dari Konferensi Dunia para menteri yang bertanggung jawab menangani masalah remaja yang diselenggarakan di Lisabon pada tanggal 8-12 Agustus tahun 1998. Para menteri ini mengusulkan agar hari terakhir konferensi diperingati sebagai Hari Remaja Sedunia. Akhirnya pada Desember 1999, Sidang Umum PBB mengeluarkan resolusi yang menetapkan bahwa tanggal 12 Agustus sebagai Hari Remaja dan perayaan pertama dimulai tahun 2000. Sidang Umum PBB juga merekomendasikan perlu adanya kegiatan pemberian informasi kepada masyarakat sehubungan dengan peringatan Hari Remaja untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dunia akan Program Aksi bagi Remaja mulai tahun 2000 dan seterusnya. Tema peringatan Hari Remaja Sedunia 2003 adalah Finding Decent and Productive Works for Young People Everywhere (Mendapatkan Pekerjaan yang Layak dan Produktif untuk Orang Muda di mana saja). Mengapa pekerja remaja yang menjadi tema tahun ini, karena ternyata di dunia ini - menurut PBB - ada sekitar 500 juta anak-anak dan remaja baik laki-laki maupun perempuan yang akan memasuki lapangan kerja pada dekade mendatang. Sementara itu lapangan kerja yang tersedia terbatas sehingga jutaan anak-anak dan remaja tidak dapat memasuki lapangan kerja karena keterbatasan pendidikan dan ketrampilannya. Dan biasanya anak dan remaja perempuan lebih banyak yang tersisihkan atau menjadi korban. Situasi dan kondisi remaja saat ini mencerminkan situasi dan kondisi bangsa di masa datang . Bagaimana suatu masyarakat berkembang tergantung pada seberapa jauh remaja dilibatkan dalam proses membangun dan mendesain masa depan. Tetapi dalam kenyataannya, banyak negara belum memberikan kesempatan pada remaja untuk terlibat dalam kehidupan bermasyarakat . Problem yang dihadapi remaja tidak hanya saat ini, tetapi juga saat yang akan datang, seperti terbatasnya sumber daya yang tersedia, ketidakadilan sosial, kondisi ekonomipolitik, diskriminasi jender, kehidupan yang tidak aman, tingginya angka pengangguran remaja, konflik dan konfrontasi. Selain masalah SARA, kualitas kesehatan, kelaparan, kekurangan gizi, perubahan peran

informasi kesehatan reproduksi dan seksualitas bisa berakibat remaja ingin mengambil jalan pintas, yaitu melibatkan diri dalam pelacuran remaja selain karena masalah ekonomi. Sudah waktunya bagi kita untuk belajar mengemukakan pendapat dan berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang menyangkut diri kita. Misalnya, kita harus bisa menuntut bahwa kita mempunyai hak untuk mendapatkan pendidikan maupun pekerjaan yang layak dan tidak diperlakukan sewenang-wenang. Karena negara mempunyai kewajiban untuk menyediakan pendidikan dan pekerjaan yang layak bagi warga negaranya.

Kita Punya Hari keluarga dan ketidakmerataan kesempatan untuk mendapatkan pendidikan, dan sebagainya. Satu generasi tanpa harapan untuk mendapatkan pendidikan dan pekerjaan yang layak akan merupakan suatu beban bagi masyarakat dan negara. Pendidikan dan pekerjaan yang tidak layak pada awal karier seorang remaja akan berdampak buruk pada masa depannya. Remaja yang terasing dari masyarakatnya, frustrasi karena kurangnya kesempatan kerja dan pendidikan, akan mudah jatuh ke dalam tindakan kriminal dan ilegal lainnya. Di dunia ini banyak ditemui remaja baik laki-laki dan perempuan yang kurang pendidikannya dan tidak mempunyai ketrampilan yang memadai untuk memasuki dunia kerja. Bahkan masih banyak ditemui remaja-remaja yang tidak punya kesempatan sekolah atau mendapatkan pendidikan. Menjadi tugas pemerintah dan masyarakat untuk menyediakan pendidikan yang layak bagi warga negaranya terutama remaja. Disamping itu juga perlu diperhatikan untuk memberikan kesempatan yang

sama bagi remaja perempuan dan lakilaki. Sementara itu, pelanggaran terhadap hak anak juga masih banyak terjadi di dunia utamanya yang dialami anak dan remaja di negara berkembang termasuk Indonesia. Misalnya kasus buruh anak, yang dipekerjakan di tempat yang berbahaya bagi keselamatan mereka, dengan upah yang tidak memadai, dengan jam kerja lebih panjang dari seharusnya, serta tanpa jaminan kesehatan dan kesejahteraan. Kasus lain seperti trafficking, pada kasus ini, anak dijual dan dijadikan pembantu rumah tangga, dilacurkan, dijadikan pengemis, pengedar narkotika atau dieksploitasi di tempat kerja berbahaya seperti jermal, tambang, perkebunan dan sebagainya. Saat ini bahkan dikenal modus baru seperti anak diadopsi secara palsu, direkrut untuk perang, serta kasus-kasus pedophilia. Hal yang lebih sering dialami anak dan remaja kita dari berbagai kalangan adalah terbatasnya (atau, lebih tepatnya, dibatasinya) akses terhadap informasi yang tepat. Terbatasnya

Dari Remaja untuk Remaja oleh Remaja Sebenarnya apa sih yang dimaksud dengan melibatkan remaja dalam suatu kegiatan atau kebijakan? Kita ambil contoh dalam masalah pendidikan seksual dan kesehatan reproduksi. Pada awalnya masyarakat banyak yang mempertanyakan mengapa remaja perlu diikutsertakan dalam mengurus masalah Kesehatan Reproduksi? Itu kan untuk mereka yang sudah berumah tangga, atau buat mereka yang memang sudah saatnya membina keluarga baru? Kehidupan berkeluarga yang bahagia itu justru harus mulai direncanakan sejak remaja, sejak seorang anak mendapat menstruasi atau mimpi basahnya. Kita berhak mendapat informasi yang benar mengenai kesehatan reproduksi dan seksualitas, justru supaya bisa melindungi diri dari semua perilaku yang tidak atau kurang baik. Untuk apa? Tentu saja supaya kita tetap sehat secara lahir, batin dan sosial sampai saatnya siap membina kehidupan berumah tangga. Sudah ada banyak kasus dan contoh dari kehidupan kita sehari-hari bagaimana seorang remaja kehilangan masa depannya hanya karena tidak mendapat informasi yang benar untuk melindungi diri sendiri dan untuk menjaga orang-orang di sekitarnya. Misalnya kasus-kasus kehamilan di luar nikah, aborsi, over dosis, HIV/ AIDS, pelecehan seksual dan masih banyak hal lainnya. IPPF (International Planned Parenthood Federation) dengan PKBI sebagai salah satu anggotanya, sadar betul adanya ancaman besar tehadap remaja, sehingga IPPF dan PKBI mulai menggagas program peduli remaja. Peduli remaja sebagai partner, pelaku dan target group dari semua kegiatan yang diselenggarakan. Sebagai mitra, IPPF sudah mengakui keberadaan remaja untuk duduk bersama para orang dewasa, berdebat, berbagi ide dan pengalaman, untuk kemudian menghasilkan suatu kebijakan yang

10

disebut Youth Manifesto. Keberadaan youth manifesto telah menjamin hak kita sebagai remaja di seluruh dunia untuk mendapat informasi dan layanan yang sesuai dengan kebutuhan kita. Youth manifesto adalah program atau kebijakan internasional yang dibuat dari, oleh dan untuk remaja. Ada dua hal yang mendasar bagi IPPF maupun PKBI terhadap eksistensi remaja dalam programnya, yaitu kerjasama remaja-dewasa agar remaja memperoleh informasi yang dibutuhkan; dan agar remaja bisa berpartisipasi secara aktif dalam lingkungan sosialnya. Keberadaan youth member dalam organisasi IPPF ada dalam setiap level strukturalnya. Sejak 1998, IPPF mewajibkan anggota Governing Council-nya terdiri atas 20% youth representatives (Governing Council adalah badan tertinggi IPPF tempat semua kebijakan IPPF dibahas untuk menentukan strategi dan pengambilan keputusan tertinggi). Coba bayangkan, kita-kita yang remaja ini, diikutsertakan di dalamnya! Ternyata suara kita juga ikut didengar. Enggak gampang lho, mendapat kepercayaan untuk bisa ikut menentukan kebijakan IPPF! Lalu bagaimana peran remaja dalam pelaksanaan program? PKBI sudah punya 26 youth center di seluruh Indonesia. Remajalah yang punya andil paling besar dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan di youth center. Sebut saja mulai dari identifikasi bentuk program, perencanaan kegiatan termasuk strategi untuk penjangkauan kelompok dampingan, sampai implementasi programnya, semua dikerjakan oleh remaja. Hebat, kan? Coba deh main ke youth center yang ada di kota kita, teman-teman pasti menjumpai orang-orang yang sebagian besar memang remaja seusia kita-kita. Itulah hebatnya remaja. Kalau kita memang bisa memanfaatkan kesempatan dan punya ruang yang cukup bebas untuk berkembang, jangan pernah menyia-nyiakannya. Tentu saja kita juga enggak bisa lepas sepenuhnya dari peran orangorang dewasa. Kegiatan teman-teman di youth center PKBI ini cukup membuktikan kalau kita mau, kita pasti bisa memberi yang terbaik. Nah, tanggal 12 Agustus nanti, kenapa enggak kita isi dengan sebuah perayaan kecil atas apa yang telah kita capai dan apa yang akan kita lakukan ke depan nanti. Kita mulai mengisi hidup kita dengan menjadi pribadi yang bermanfaat bagi diri sendiri dan bagi orang-orang di sekitar kita, apapun bentuknya. Have a very nice youth day Chatarina Wahyurini dan Yahya Ma'shum PKBI Pusat


Puailiggoubat, NO. 289, 1 - 14 Juni 2014

11

Generasi Muda Zaman Sekarang Rajin Menabung

S

alah besar kalau Anda berpikir generasi muda zaman sekarang memiliki gaya hidup boros dan hedonis. Kenyataannya, generasi milenium (rentang usia 18-33 tahun di 2014) justru lebih disiplin dalam mengatur arus keuangan mereka.

GE Capital Direct, penyedia tabungan online melakukan sebuah penelitian baru, yang membuktikan bahwa generasi milenium ternyata lebih disiplin menabung dibandingkan generasi X dan generasi baby boomer. Penelitian yang melibatkan 2000 penabung di Inggris, menemukan bahwa generasi muda di rentang usia 18-24 tahun menyimpan hampir sepertiga dari pendapatan per bulan mereka. Kemudian, generasi muda di rentang usia 25-34 tahun, setidaknya menyimpan seperlima gaji bulanan mereka. Sedangkan generasi X, generasi senior di rentang usia 45-54 tahun. Kondisi tersebut bisa terjadi karena anak-anak generasi milenium lebih memegang teguh prinsip You Only Live Once. Artinya, mereka merasa sangat lapar dengan pengetahuan, pengalaman dan petualangan dalam hidup yang hanya bisa mereka nikmati sekali seumur hidup. Dengan demikian, tak heran jika 13 persen dari mereka, menabung untuk mendapatkan pengalaman hidup yang berharga. Penelitian juga menyoroti kelompok generasi di usia 25-34 tahun, ternyata merasa khawatir tentang masa depan. Mereka bahkan berpikir kalau mereka tidak cukup menabung dibandingkan dengan seperempat kelompok silver savers (kelompok berusia 65 tahun ke atas). Alhasil, 42 persen dari kelompok usia 25-34 selalu menabung uangnya secara rutin. "Anak muda jaman sekarang bekerja sangat keras dan suka menabung rutin. Mereka menuai hasil dari kebiasaan menabung sejak dini," kata Sheragh Beirne, CMO dan MD Retail Banking di GE Capital Inggris. Berbeda dengan generasi lainnya, penelitian menunjukkan hampir sepertiga dari generasi baby boomers (berusia 55-64 tahun), mengaku tidak menabung sama sekali! (tribunnews/p)

P

rinsip menabung sesungguhnya sudah diajarkan oleh nenek moyang kita dalam bentuk lumbung padi. Mereka selalu menyisihkan hasil panen untuk disimpan di lumbung. Selain lumbung keluarga, terdapat pula lumbung komunal, alias milik desa, yang isinya disumbangkan secara sukarela oleh setiap keluarga yang memiliki lumbung. Kalau nenek moyang kita saja sudah mengenal prinsip menabung, dengan segala keterbatasan, kita sebagai manusia yang jauh lebih modern justru tidak mampu menjalankan prinsip tersebut dalam kehidupan kita. Apalagi ternyata menabung semakin penting dan perlu dijalankan. Langsung sisihkan. Kegagalan utama dalam menabung adalah berniat menabung uang yang menjadi sisa semata. Runyamnya, pada saat tidak ada sisa uang, maka Anda gagal menabung. Untuk mengatasi hal ini, sebaiknya sejak awal Anda sudah menyisihkan uang untuk ditabung. Misalnya, Anda memutuskan untuk menabung 10 persen dari gaji, sehingga, begitu gaji Anda

B

agimana cara menabung yang nyaman tanpa membebani pikiran? Mungkin agak sulit ya, apalagi bagi kita yang mempunyai banyak kebutuhan sekolah sedangkan uang saku pas-pasan. Tetapi tenang,itu tidak akan menjadi masalah apabila kita sungguhsungguh. 1.Niat Kamu harus niat dulu,cara untuk mendahuluinya ubah dirimu yang konsumtif/boros. 2. Klasifikasikan kebutuhankebutuhan kamu. Dalam tahap ini kamu harus mencoba mengklasifikasikan mana yang menjadi kebutuhan primer dan mana yang menjadi kebutuhan sekunder.Bagi pelajar,tentu keperluan sekolah yang utama. Misalnya,kamu diberi uang 5.000 sehari,cukup 3000 untuk jajan,2000 untuk keperluan sekolah.Lalu mana yang untuk

terima, langsung dipotong 10 persen untuk ditabung. Setelah itu, lupakan bahwa 10 persen gaji Anda sudah Anda tabung. Tentunya besaran jumlah gaji yang ditabung terserah pada kemampuan Anda, namun biasakan jumlah selalu tetap. Kalau setelah seluruh kebutuhan pengeluaran tertutupi, dan masih ada sisia, itu namanya bonus, yang juga harus ditabung. Kumpulkan kembalian. Sering menerima recehan saat parkir di mal atau

makan di restoran? Bawa kembali diri Anda ke dunia kanakkanak saat orang tua mengajarkan untuk nyelengi alias menabung di celengan. Artinya, masih sangat relevan bagi Anda untuk emiliki celengan khusus recehan dari

uang kembalian. Caranya simpel, setiap pulang dari bepergian, kosongkan kantong celana atau baju Anda. Uang receh yang Anda temukan segera dimasukkan ke celengan. Supaya seru, libatkan anggota keluarga, seperti anak Anda, dengan beberapa celengan yang memiliki beberapa tujuan. Misalnya celengan ‘buku untuk kakak’ atau ‘mainan untuk adik’ atau tujuan yang lebih besar seperti ‘sepeda untuk kakak. Alihkan sesuai kebutuhan. Cicilan kredit mobil atau kartu kredit Anda akhirnya lunas, dan sekarang ada dana “menganggur”? Nah, saat-saat seperti ini dibutuhkan komitmen kuat untuk tetap fokus pada kegiatan menabung. Anggap saja uang ini sebagai “uang hilang” yang tidak perlu Anda pikirkan lagi, sehingga langsung cemplungkan ke tabungan. Suatu waktu Anda akan

mengambil kredit untuk keperluan lain, Anda sudah punya sejumlah dana “kagetan” yang tinggal disesuaikan besarnya menurut kebutuhan baru tersebut. Uang “Paskah”. Adalah uang-uang yang ditemukan secara “untung-untungan” mirip telor paskah, alias uang yang Anda temukan tanpa sengaja di selipan kursi mobil, tersembunyi di dalam tas, sampai berada di dasar saku jas yang sudah lama tak pernah dipakai. Berlawanan dengan kebiasaan untuk langsung menghabiskannya semua, uang jenis ini sebaiknya Anda bagi dua, yaitu dimasukkan ke tabungan dan bersenangsenang alias menjadi bonus diri sendiri. (readersdigest/p)

ditabung? Memangnya keperluan sekolah setiap hari selalu ada? Tidak kan? Nah,usahakan sisa kebutuhan tersebut tiap minggunya kamu simpan dan jangan diingatingat lagi supaya kamu tidak tergoda untuk mengambilnya kembali. 3. Buat catatan akuntansi aktivitas uang kas kamu. "Sepertinya aku dari kemarin tidak jajan,lalu dimana uangku". Nah, jika kamu pernah berpikir demikian mulailah mencatat kebutuhanmu supaya kamu lebih mudah mengatur pengeluaran. 4. Buat Target Agar memacu semangat kamu dalam menabung,kamu harus membuat target sendiri. Misalnya,dalam satu bulan aku harus mengumpulkan berapa. 5.Ke bank Apabila tips ke empat sudah dilakukan,kamu boleh

merencanakan untuk menabung di bank. 6.Jangan pernah merasa tertekan saat menabung Sesekali kamu boleh memberi kebahagiaan untuk dirimu sendiri,misalkan beli baju,makan bersama teman-teman dan lain-

lain tapi jangan keseringan hanya sesekali. Sebenarnya menabung itu menyenangkan,namun jangan membanyangkan hal-hal yang berlebihan.Jalani dengan senang supaya kamu tetap nyaman.Semoga tips ini bermanfaat.


Sosok

K

epulauan Mentawai yang terletak di pesisir pantai barat Sumatra dan berhadapan langsung dengan Samudera Hindia menyimpan sejarah kegempaan yang panjang dan berulang. Sejarah mencatat gempa besar di Mentawai telah ada sejak 1797 di Selat Mentawai. Lalu 1833 di Pagai Selatan, 1861 di Siberut, 1908 di Selat Mentawai, terakhir 2010 di Pagai yang menimbulkan tsunami. Dengan sejarah periode gempa yang berulang, para ahli dan peneliti kegempaan mulai melakukan sejumlah penelitian di Mentawai salah satunya Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) bersama Earth Observatory of Singapore (EOS) memantau aktivitas pergerakan tanah di sekitar 50 titik di Mentawai. Pemantauan pergerakan tanah ini dilakukan dengan pemasangan alat GPS. Juniator Tulius, antropolog asal Saibi, Siberut Selatan ikut terlibat dalam penelitian ini. Doktor lulusan Universitas Leiden Belanda yang kini bekerja di EOS ini turun langsung ke lapangan, berinteraksi dengan masyarakat untuk memberi pemahaman dan menjembatani tentang pentingnya penelitian tersebut bagi Mentawai. Untuk itu Tulik (panggilan

Puailiggoubat NO. 289, 1 - 14 Juni 2014

akrabnya) mempelajari pengetahuan tentang kegempaan. Pemasangan GPS (Global Positioning System) ini untuk mengumpulkan data-data pergerakan tanah serta melihat sejarah pergerakannya. Dengan mengetahui sejarah pergerakannya bisa diprediksi karateristik gempa yang akan terjadi. Selain itu juga bisa melihat titik koordinat gempa-gempa yang terjadi sehingga bisa diketahui dampak terhadap pulau-pulau di sekitar lokasi gempa, dan efek tsunaminya terhadap gempa tersebut. Berikut wawancaranya dengan Puailiggoubat beberapa waktu lalu di Padang. Sebenarnya apa tujuan pemasangan GPS di Mentawai? Tujuannya untuk mengukur karateristik dari pergerakan lempeng bumi, jadi lempeng bumi itu sama dengan lapisan kulit bumi. Karena bumi ini mengalami perputaran, kulitnya juga mengalami gesekan. Contohnya, saat lempeng Indo Australia yang mendesak pergerakan lempeng Sunda, jadi desakan itu membuat karateristik pulau kita ini mengalami pergeseran ke arah Sumatra atau terjadi penurunan dan kenaikan. Makanya gempa bumi tahun 2005 di Nias menyebabkan Nias bagian utara mengalami kenaikan1,5 meter dan kemudian turun lagi 1,5

meter dan biasanya orang yang berlayar naik kapal akan kandas ketika melewati lokasi yang sebelumnya tidak kandas, ini disebabkan mereka tidak menyadari bahwa daerah itu sudah menjadi dangkal dan ada juga terjadi penurunan seperti abrasi pantai. Kita ambil contoh di Saibi 20 tahun yang lalu kuburan itu masih jauh dari bibir pantai, sekarang kita ingin mengetahui apa penyebabnya tinggal lima meter saja dari bibir pantai, berarti ada sekitar 15 meter kehilangan pulau kita. Dulu Pulau Saksak yang ada di tengah lautan, 30 tahun lalu masih ada pohon kayu sekarang sudah menjadi tempat pemancingan, kita tidak tahu itu, kita pikir itu abrasi pantai, hanya faktor pengikisan pantai, sehingga pantai kita habis. Tapi kita tidak sadar bahwa pulau kita mengalami penurunan, bagaimana kita mengetahui kemiringan atau pergeseran itu terjadi, salah satu alat yang dipakai itu adalah GPS. Ini dipakai untuk mengukur apa yang terjadi dengan pulau ini. Berapa Unit GPS dipasang? Global Positioning System (GPS) itu dipasang sepanjang pulau Sumatra dan pulau-pulau di pantai barat Sumatra seperti Mentawai. Di Mentawai alat dipasang di Pagai Utara, Pagai Selatan, Sipora dan Siberut. Tahun lalu kami instal 11 unit tambahannya termasuk yang sampai di Nias, Sumatera Utara. Di Pagai Utara, ada di Saumanganya dan Silabu kemudian di Pagai Selatan di Parak Batu dan Bulasat. Di Sipora ada di Pulau Panjang depan Tuapeijat, di Sioban yang baru diinstal ada di Mongan Bosua dekat Katiet, ada di Taraet dan satu lagi di Pukarayat. Di Siberut ada di Pulau Nyang-nyang, Taileleu, Sagulubbek, yang baru diinstal di depan Sarausau, Saliguma tepatnya di logpon perusahaan yang lama, lalu ada di Saibi, di Tamairang Sikabaluan, ada juga di Sotboyak, ada di Sirilianggai Kilometer 20 PT. SSS dan Kilometer 2 Tiniti serta Betaet, kalau yang di utara lagi pulau Bojo, Pulau Pini, pelabuhan Hiu, Telo, Pinu, Teluk Dalam,

semuanya lebih dari 50 instalasi. Bagaimana kerja GPS itu? Yang bulat itulah GPS-nya dan data kolektor itu disimpan dalam box itu. Kita juga punya solar panel untuk menghidupkan power system. Sistem seperti GPS itu punya tiga kaki yang posisinya permanen di tanah, kemudian alat-alat itu tersambung dengan data kolektor atau data pengumpul, jadi kalau alat yang tiga kaki itu bergerak pertanda dia punya koneksi dengan satelit di angkasa dan satelit itu mengukur secara akurat posisi alat itu, kalau alat itu nanti mengalami pergeseran per tahunnya 2 centimeter, 2,5 centimeter, 3 centimeter ke arah tertentu, dia akan menyampaikan atau merekam itu dengan data kolektor. Misalnya kalau alat itu diletakkan pada ketinggian tertentu, nmaka dalam kurun waktu satu tahun terjadi gempa dan juga pergeseran tanah, alat itu akan mencatatnya. Mulanya satu alat GPS diinstal dalam tanah dan tanah itu bergerak ke arah Sumatra, mungkin lebih mengarah Sibolga, setiap tahun melewati 2 centimeter, maka alat ini akan ikut terbawa. Kalau pulau itu mengalami kenaikan, maka GPS itu akan naik dan GPS itu akan mencatat berapa centimeter mengalami kenaikan atau mengalami penurunan berapa centimeter penurun itu. Jadi setiap tahun ada perbedaan, jika dalam per tahun mengalami kenaikan 2 centimeter maka dalam 10 tahun akan mengalami kenaikan 20 cm, kenaikan atau kadang turun atau tidak tentu tergantung pergerakan tanah. Bagaimana dampak pergeseran tanah di Mentawai? Ke depan yang kita harapkan adalah adanya data mengenai karateristik pergerakan daerah ini misalnya Pulau Siberut tiap tahun berputar dan mengalami penurunan dua centimeter saja, tapi kalau kita melihat dalam 100 tahun dan kalau kita percaya bahwa sirkulasi gempa adalah kurang lebih 50 atau 100, 150, 200, 300 tahun kejadian, berarti kalau kita hitung dengan 100 tahun, maka kita akan kehilangan 2 meter darat-an.

12

Secara geografis efeknya ke-pada bumi kalau turun sekitar 2 meter dalam 100 tahun ini dan permukaan laut mengalami dampak pemanasan global yang mencairkan es di kutub, otomatis dalam kalkulasi selama 100 tahun ada empat meter selisih penurunannya, maka tidak mengherankan Pulau Siberut misalnya bagian pantai timur mengalami pengikisan dan tidak lama lagi halaman rumah penduduk Saibi dulunya ada 200 meter, setelah 50 tahun 200 meter itu hilang, sebab tinggi permukaan tidak tinggi, dia landai. Dengan penelitian ini kita bisa mengukur kondisi tanah (daratan) Mentawai ke depan. Dari pergeseran tanah ini juga bisa dilihat lentingan gempa bumi berikutnya, kira-kira efek dari lentingan dari lempeng bumi ini apa dampaknya kepada pulau itu. Kalau pulau itu sudah terdesak dalam kurun 200 tahun, 300 tahun sama seperti ahli memperkirakan 400 tahun sejak kejadian gempa bumi terakhir gempa yang muncul akan mengembalikan tempat awalnya atau dia akan tetap begitu tapi dia didorong ke atas, atau tidak mendorong dia tetap disitu. Tapi kita bisa memprediksi lewat karakteristik pergerakan lempeng bumi tadi. Atau mungkin tidak kembali sama sekali, saya bukan ahli geologi tapi itu sesuai dengan artikel. Kapan pemasangan GPS ini dilakukan? Pemasangan ini dilakukan sejak 2001, yang dibangun di Saibi, tahun 2012 di Bulasat, proses intalasi pertama saya ikut, waktu itu saya masih di Padang. Apaklah GPS ini berperan mendeteksi gempa? Ia hanya mencatat gempa yang terjadi untuk memberikan karateristik pulau ini, jadi dia tidak mendeteksi gempa dan dia bukan Early Warning System (peringatan ke halaman 13


Sosok dini), yang dia lakukan adalah mencatat gempa yang terjadi misalnya tahun 2007, gempa yang terjadi di belakang Sipora itu berdampak apa kepada pulau di Sipora dan Mentawai lainnya, apakah pulau itu mengalami kenaikan atau penurunan atau kembali ke posisi sebelumnya. Jadi ini untuk mencatat karakteristik lempeng bumi yang ada di kepulauan Mentawai dan Sumatra, jadi dia bisa mengalami penurunan dan kenaikan. Ini merupakan pencatat sejarah, catatan yang dikumpulkan alat itu bisa dipakai untuk melihat sejarah pergerakannya. Dengan mengetahui sejarah pergerakannya kita bisa memprediksi kira-kira karateristik bagaimana nanti kalau terjadi gempa. Kita juga bisa melihat titik koordinat gempagempa yang terjadi sehingga kita tahu dampak terhadap pulau-pulau di sekitar lokasi gempa, dan kita juga tahu efek tsunaminya terhadap gempa tersebut. Apakah prediksi ahli tentang gempa 8,9 SR ini juga memakai data pergerakan tanah? Prediksi para ahli berbasis pada ilmu serta sejarah, sekarang kan mereka lihat gempa Mentawai yang ada di belakang Sipora pada 2007 atau gempa Siberut adalah perulangan gempa 1797, mereka melihat gempa 2010 di Pagai itu adalah gempa perulangan pada 1833. Dari catatan sejarah, dokumentasi atau arsip-arsip yang dicari di Belanda, di Siberut itu belum pernah gempa dalam 400 tahun terakhir ini, oleh para ahli gempa yang diasumsikan gempa yang terjadi terakhir pada Mentawai itu adalah 400 tahun silam yang diteliti dari kehidupan terumbu karang. Kalau ada gempa, terumbu akan hidup atau mati karena tempat dimana ia hidup mengalami kenaikan atau penurunan. Batu karang itu tidak bergerak tapi dasar permukaan laut itu mengalami kenaikan dan dia akan muncul di permukaan dan bagian atasnya tidak tertutup lagi oleh air laut karena permukaan tanah di dasar laut itu naik, maka bagian atas terumbu karang itu akan mati, tapi bagian bawahnya tetap hidup. Pada saat gempa berikutnya akan kembali ke dasar laut dan batu karang juga akan turun ke dalam laut dan permukaan batu karang yang terbuka tadi kembali akan tenggelam dan tertutup air dan mungkin mengalami pelebaran. Dari situlah diukur, dihitung dan dibelah karangnya. Berdasarkan penelitian radioaktif dalam laboratorium diketahui lapisan karang tertentu ternyata karang ini mengalami gangguan di

Puailiggoubat NO. 289, 1 - 14 Juni 2014

titik tertentu, kira-kira itu terjadi di tahun ini. Mungkin bisa saja mungkin posisi 30 centimenteri dari intinya ternyata karang tersebut diketahui mengalami gempa bumi, tapi bisa juga gangguan kehidupan, bisa juga air laut mengalami temperatur tinggi atau temperatur rendah dan itu mengganggu temperatur karang. Hasil pencatatan GPS itu akan diolah oleh lembaga mana? Data tersimpan di lokasi secara regular lalu kita berkunjung ke lokasi dan mengunduh (download) data tersebut, nanti data yang tersimpan disitu kita bawa ke kantor atau bisa bawa ke Singapura atau bisa juga di LIPI Jakarta atau ke Bandung dan untuk tahun-tahun yang akan datang kita download di Tuapeijat, dari Tuapeijat nanti kita olah atau langsung dikirim datanya ke LIPI dan ke EOS dan data itu nanti akan disosialisasikan ke masyarakat. Artinya data ini tidak secara otomatis dari GPS langsung tercatat di EOS dan LIPI ? Jadi belum langsung mengirim data dari alat GPS ini, teknologi ini mengalami proses pengembangan. Untuk saat ini belum sampai ke sana, jadi masih manual, teknologi juga mengalami masa perkembangan, mungkin ke depan bisa jadi teknologi dan mudah-mudahan ada ahli yang bisa mengolah data GPS pergerakan lempeng bumi itu, bisa memberi peringatan awal kepada masyarakat, kita belum mengarah ke sana, tapi bukan berarti kita tidak ke sana. Rata-rata posisi GPS ini di mana, di atas laut atau di atas tanah? Kita letakkan di daerah pegunungan posisi tanahnya juga relatif stabil, bukan di lumpur karena lumpur punya goncangan yang tinggi, bisa tertipu oleh itu, kita pikir pergerakan tanah rupanya dasar tanahnya yang tidak kuat, jadi dia diatas tanah yang keras ditanam pergerakannya lebih akurat. Seperti apa kerjasama EOS dengan LIPI ? EOS ini adalah institut penelitian yang dimiliki Universitas Nanyang Singapura, seperti lembaga riset yang ada di kampus-kampus dan proyeknya di Asia itu relatif luas dan bagiannya bermacam-macam, ada bagian vulkanologi, klimatologi, kegempaan, jadi semuanya ada di Asia. Jadi kadang ke Cina kerjasama dengan lembaga Cina, ke Myanmar, Nepal, Filipina. Di Indonesia lembaga penelitian itu ada di tangan LIPI dan aktivitas yang dilakukan oleh ahli dari

luar Indonesia harus lewat LIPI, dan LIPI menjadi pintu masuk untuk melakukan aktivitas itu di Indonesia dan LIPI tidak bisa bekerja sama dengan lembaga manapun sendiri langsung tanpa kerjasama dengan pemerintah daerah. Dalam hal ini ada MoU yang dibuat antara LIPI dengan Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai. Jadi MoU yang dibuat itu untuk mendapatkan akses melakukan aktivitas penelitian yang lebih dalam tentang kegempaan yang ada di Mentawai. Jadi kalau saya ke lapangan saya pakai dua bendera, saya orang EOS dan saya sekaligus adalah staf ahli yang diperuntukan menjalankan aktivitas di bawah bendera LIPI, maka kalau saya ke lapangan saya dapat surat tugas dari LIPI dan saya adalah staf ahli EOS yang memberikan expertis kepada Indonesia lewat lembaga LIPI untuk meneliti di Indonesia khususnya Mentawai. Untuk aktivitas saya di Mentawai, LIPI bertanggung jawab mengurus itu kepada Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai, jadi Kabupaten Kepulauan Mentawai ingin mengetahui apa aktivitas saya di Mentawai, saya melapor ke Pemkab Mentawai atau Pemkab Mentawai itu mempertanyakan aktivitas saya ke LIPI. Jadi LIPI berkewajiban memberikan laporan aktivitas saya di Mentawai. Bagaimana respon Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai tentang penelitian ini? Entah respon, atau mereka awam atau mereka serahkan sepenuhnya penelitian ini kepada LIPI, tapi Pemda Mentawai relatif senstivitif tentang aktivitas itu. Jadi kalau laporan yang saya lakukan di Mentawai kalau masuk dalam MoU, LIPI harus memberikan laporan ke Pemkab Mentawai bukan saya, kecuali LIPI menunjuk saya memberikan laporan itu. Pemerintah relatif akomodir dalam arti saya ke lapangan bawa surat tugas dan itu kurun waktunya tahunan nggak mungkin saya bolak-balik ke Mentawai selama dua hari, Jadi sifatnya laporan tahunan, jadi setiap kegiatan itu melibatkan masyarakat dan pemerintah setempat untuk mengetahui apa sebenarnya aktivitas itu, seperti mengajak kepala dusun ke lokasi, apa aktivitas yang dilakukan, sehingga masyarakat juga bisa belajar, ini aktivitasnya, ini alatnya dan

bagaimana bekerjanya dan saya punya kewajiban memberikan pemahaman yang luas. Jadi tidak hanya sekedar menduga-duga kalau masyarakat salah paham atau menduga, seringkali terjadi konflik di lapangan, apalagi kalau sudah memberikan informasi yang salah, misalnya ada lembaga lain yang tidak memahami memberikan informasi kepada masyarakat yang salah kemudian menganggap itu kebenaran dan ketika saya ke sana mereka akan menolak kami, mungkin mengusir kami, karena mereka tidak memahami apa sebenarnya substansi. Tapi kalau dijelaskan itu kepada masyarakat maka kalau ada orang luar memberikan informasi yang bertujuan mengadu domba maka masyarakat akan berpikir dan biasanya tiap tahun kita selalu ke lapangan dan membawa para ahli. Para ahli juga mendapatkan legalitas dari Menteri ESDM dan kepolisian kemudian lembaga penelitian dari LIPI baru boleh ke lapangan. Data dan alat yang dise-rahkan itu semu-anya hibah untuk pemerintah Indonesia dan aset bagi Pemda Mentawai, aset yang harus dijaga. Alat ini juga sering dirusak, di Betaet dulu pernah dibongkar dan diambil tapi tidak ada manfaatnya, kita perbaiki lagi, dua atau tiga kali perbaikan dan ada hilang, tapi setelah diberikan pemahaman akhirnya mereka mau menjaganya. Makanya saya bekerja di sana bertujuan untuk menjembatani aktivitas penelitian dengan masyarakat untuk memberikan informasi, makanya saya harus

13

belajar lagi pengetahuan tentang kegempaan ini, terlepas saya sebagai antropolog, ini merupakan dua bidang yang berbeda. Dimana kantor EOS di Mentawai? Kita sewa rumah di KM 3 milik satu PNS di Tuapeijat, tapi kantor itu belum beroperasi secara optimal karena masih tempat gudang penyimpanan barangbarang, misalkan kalau kita ke Tuapeijat kita titipkan di rumahnya, yang mengoperasikan di Tuapeijat belum ada, karena saya sendiri bolak-balik PadangSingapura-Mentawai. (rus akbar)

BIODATA Nama Juniator Tulius Kelahiran: Muara Siberut 24 Juni 1975 Pendidikan: Antropologi Universita Andalas (1995-1999) Master Tingkat Lanjut di Penelitian Sekolah studi Asia, Afrika dan Amerindian di Advanced Master Program di Universitas Leiden, Leiden Belanda (2002-2003), S3, Antropologi Universitas Leiden, Belanda (2012)


Puailiggoubat NO. 289, 1 - 14 Juni 2014

Pasokan BBM sempat tersendat selama empat hari, akibatnya harga BBM eceran melambung tinggi Syafril Adriansyah

erminal pengisian bahan bakar minyak (BBM) milik PT Pertamina di daerah Bungus Teluk Kabung, Kota Padang, terbakar pada Rabu (14/5) lalu sekitar pukul 23.00 WIB. Badan Penanggulangan Bencana Daerah dan Pemadam Kebakaran (BPBD) Kota Padang mencatat kerugian akibat peristiwa itu mencapai Rp 1 miliar. Menurut Kepala Bidang Pemadam Kebakaran BPBD-PK, Edi Asri di Padang, kebakaran menghanguskan satu ruangan rumah pompa untuk mengisi minyak dari depo pipa ke mobil dan kapal berukuran 35x5 meter. Diduga, api dipicu hubungan pendek arus listrik pada bagian dinamo pompa tersebut. Akibat kebakaran itu, api setinggi sekitar 30 meter membubung ke udara dan membuat panik warga sekitar. Sejumlah warga bahkan mengungsi karena cemas terjadi ledakan minyak. Dalam upaya pemadaman, BPBD-PK menerjunkan empat armada dan 25 personel untuk proses

14

Pertamina Terbakar, Pasokan BBM Tersendat FOTO:SYAFRIL/PUAILIGGOUBAT

T

LUKA BAKAR Sejumlah petugas pemadam kebakaran mengalami luka bakar saat berupaya memadamkan kebakaran Pertamina Bungus Teluk Kabung, Padang.

Armaini, petugas keamanan Pertamina Bungus Teluk Kabung menyebutkan kebakaran terjadi pada rumah pompa untuk memasok minyak dari tangki ke kapal dan mobi. “Ada empat unit amada pemadam yang

Pemprov Sumbar Sebar 46 Sarjana ke Pedesaan Tekan Pengangguran PADANG - Pemerintah Sumatera Barat menyebar 46 orang berpendidikan Sarjana Pemberdayaan Masyarakat Nagari ke 14 kabupaten dan kota untuk melakukan pendampingan kelompok usaha masyarakat sebagai upaya mengurangi jumlah pengangguran. Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno mengungkapkan, para SPMN tersebut diharapkan bisa menjadi inisiator, mediator, atau motivator bagi masyarakat di desa sehingga dapat menjadi dan menciptakan kesempatan kerja baru di tengah tengah masyarakat. Sasaran pendampingan adalah kelompok masyarakat yang mempunyai minat dan motivasi untuk membentuk usaha mandiri baik perseorangan maupun berkelompok. Mereka dikirim antara lain ke Solok, Solok Selatan, Pasaman, Lima Puluh Kota, Kepulauan Mentawai, Pesisir Selatan, dan Pasa,am Barat. “Program ini bertujuan mendayagunakan ilmu, pengetahuan, dan keterampilan yang dimiliki para sarjana untuk melaksanakan program pemberdayaan yang langsung menyentuh masyarakat,” ujarnya. Kepala Badan Pemberdaryaan Masyarakat Sumbar, Suhermanto Raza menyebutkan, para sarjana tersebut akan mengemban masa tugas selama tiga tahun. Mereka akan mendapatkan tunjangan hidup sebesar Rp1,4 juta per bulan per orang terhitung Mei hingga Desember 2014 yang dialokasikan dari APBD Provinsi sedangkan periode Januari-Desember 2016 akan ditanggung oleh APBD masihmasing daerah tempat mereka bertugas. Selain itu, mereka juga diberikan asuransi jiwa, asuransi kesehatan selama masa bakti bekerja. Ia menyebutkan para sarjana tersebut dituntut untuk dapat mengembangkan usaha di daerah tempat bertugas sehingga bisa menodorong masyarakat yang lain. “Minimal mereka bisa mengajak warga lain untuk memanfaatkan lahan yang ada gun pengembangan usaha sehingga bisa menopang perekonomian,” katanya. (prl)

dikerahkan dan di sini juga dilengkapi dengan racun api,” katanya. Menurutnya, api sudah berhasil dipadamkan sekitar pukul 00.00 WIB. Meski tidak ada korban jiwa dalam peristiwa itu, namun sejumlah petugas mengalami luka bakar saat proses pemadaman. Emi (44) salah seorang warga yang rumahnya hanya berjarak sekitar 100 meter dari Pertamina mengaku mendengar tiga kali suara ledakan saat

kebakaran mulai terjadi Rabu (14/5) pukul 22.30 WIB. Api membumbung tinggi hingga 30 meter. “Saya pikir kompor belakang rumah yang meledak. Waktu dilihat ke luar, api sudah sangat besar,” katanya. Kebakaran itu juga menngakibatkan warga yang berada di sekitar Pertamina menjadi panik dan memilih untuk mengungsi dengan meninggalkan rumah mereka dengan membawa perlengkepan seperlunya.

Pasokan BBM Tersendat Peristiwa kebakaran terebut sempat membuat pasokan BBM di sejumlah stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) di sejumlah daerah di Sumatera tersendat selama hampir empat hari. Akibatnya, antrean panjang kendaraan yang hendak mengisi BBM tidak bisa terelakkan. Beberapa SPBU juga kehabisa stok premium dan solar. Bahkan, harga premium eceran di kota Padang melonjak hingga Rp 9.000 per liter. Padahal harga BBM bersubsidi tersebut langsung melambung dari harga eceran tertinggi (HET) Rp 7.000 per Liter pada hari-hari biasanya. “Mau tidak mau harus dibeli, daripada berlama-lama antre di SPBU,” ujar Rahmadi, salah seorang warga pengguna kendaraan roda dua di kota Padang. Asisten Manager External Relation Regional I, Fitri Erika menyatakan, Pihak Pertamina tak menampik distribusi BBM ke sejumlah SPBU yang ada di wilayah Sumbar menjadi terganggu. “Kalau stok masih cukup. Sekarang premium tersedia 32.000 Kiloliter, Solar 14.800 Kiloliter, sedangkan minyak tanah 9.000 Kiloliter,” ujarnya. Selama empat hari tersebut, distribusi BBM untuk wilayah Sumbar, dibantu dari Sei Siak, Pekanbaru, Jambi, Bengkulu, serta Dumai. (prl)

80 Persen Korban Lakalantas Sumbar Usia Produktif PADANG - Kepolisian Daerah Sumatera Barat mencatat sebanyak 80 persen korban kecelakaan lalu lintas (lakalantas) di daerah itu rata-rata masih berusia produktif sehingga perlu mendapat perhatian serius. “Umumnya pelajar dan mahasiswa sehingga perlu dilakukan sosialisasi yang diharapkan mampu menekan jumlah korban,” ujar Direktur Lalu Lintas Polda Sumbar, Kombespol Agus Susanto di sela-sela sosialisasi “Komitmen Prime untuk Pelayanan Prima” di Hotel Pangeran Beach Padang, 19 Mei lalu. Berdasarkan data Polda Sumbar, tercatat 8.327 kasus kecelakaan terjadi di Sumbar selama periode 2011-2013. Dari kasus itu, 2.061 orang dinyatakan tewas, 4.139 orang luka berat, dan 9.367 luka ringan dengan kerugian mencapai Rp 25 miliar. Kasus kecalakaan tersebut terjadi melibatkan 33 pengendara berusia 1620- tahun, 3.271 orang berusia 21-30 tahun, 668 orang berumur 31-40 tahun,

dan 215 orang berusia 41-50 tahun, dan 460 berusia 50 tahun ke atas. Jenis kecelakaan yang terjadi adalah tabrakan depan 33 kasus, tabrakan samping (3.271 kasus), tabrakan beruntun (668 kasus), tabrakan belakang (215 kasus) dan kehilangan kendali (460 kasus). Modus kecelakaan yang terjadi adalah karena kecepatan tinggi sebanyak 977 kasus, mendahului tidak aman (467 kasus), tidak beri prioritas (648 kasus), pelanggaran rambu (62 kasus), tidak jaga jarak (272 kasus) dan tidak memberikan tanda (110 kasus) “Dari data yang ada, kesadaran lalu lintas memang masih cukup rendah,” ujar Ali. Hal senada juga disampaikan Kepala Cabang PT Jasa Raharja Sumbar, Muhammad Agus Hartadi. “Mayoritas mayoritas korban kecelakaan lalu lintas memang usia produktif sehingga perlu disosialisasikan untuk menekan jumlah korban.

Ia menilai, tingginya korban lakalantas dari kalangan pelajar dan mahasiswa membuktikan masih rendahnya kesadaran berlalu lintas sehingga perlu perhatian dari semua pihak terkait. Meski pihak kepolisian, Dinas Perhubungan dan Jasa Raharja kerap melakukan sosialisasi tertib berlalu lintas hingga ke tingkat sekolah, namun upaya itu belum cukup tanpa diikuti adanya kesadaran masyrakat akan pentingnya keamanan berkendara. Faktor utama lakalantas adalah kelalaian manusia seperti menerobos lampu lalu lintas atau menggunakan telepon saat berkendara,” katanya. Dia juga mengatakan, dalam kuartal pertama pihak Jasa Rahaja telah santunan korban laka lantas kepada keluarga mencapai Rp 10 miliar. Sumber santunan itu didapat dari pembayaran asuransi kendaraan dan tarif angkutan. “Klaimnya bisa dicairkan dalam sehari,” katanya. (prl)


15

Puailiggoubat

SEPUTARSUMBAR

NO. 289, 1 - 14 Juni 2014

Walhi menyebutkan penebangan liar yang terjadi di hulu Sungai Aie Amo dan Sungai Maloro itu telah berdampak pada pencemaran sungai sehingga tidak layak untuk dikonsumsi dan matinya ikan-ikan.

Walhi Sumbar Desak Polisi Usut Penebangan Liar di Sijunjung FOTO:WALHI SUMBAR

Syafril Adriansyah

ahana Lingkungan Hidup (Walhi) Sumatera Barat (Sumbar) meminta pihak Kepolisian Resor (Polres) Kabupaten Sijunjung untuk mengusut tuntas aktivitas dugaan penebangan liar di Nagari Aie Amo dan Nagari Malaro, Kecamatan Kamang Baru. Deputi Direktur Walhi Sumbar, Desriko Malayu Putra, mengungkapkan dugaan aktivitas penebangan liar ini sudah berlangsung sejak satu tahun terakhir. “Kami menerima laporan dari masyarakat setempat karena setelah mereka melaporkannya kepada polisi, belum memperoleh pelayanan hasil yang maksimal,” katanya di Padang, Rabu, 21 Mei lalu. Ia menyebutkan penebangan liar yang terjadi di hulu Sungai Aie Amo dan Sungai Maloro itu telah berdampak pada pencemaran sungai sehingga tidak layak

W

PENEBANGAN ILEGAL- Aktifitas Illegal Logging di Kecamatan Kamang Baru Kabupaten Sijunjung untuk dikonsumsi, matinya ikan-ikan. Selain itu, sekitar 5.000 hektar lahan sawah terancam tidak dapat dialiri.

Penebangan liar ini dipicu dengan banyaknya beroperasional sawmillsawmill di daerah tersebut.

Hujan Es Landa Agam, 77 Bangunan Rusak PADANG - Hujan es disertai angin kencang melanda Kecamatan Banuhampu, Kabupaten Agam, Sumatera Barat Rabu, 11 Mei lalu sekitar pukul 16.00 WIB. Akibatnya 77 unit bangunan berupa rumah, tempat usaha dan lainnya di Nagari Cingkariang, Padang Lua, Ladang Laweh dan Sungai Tanang rusak pada bagian atap. Bencana ini menyebabkan seorang warga bernama Azmi (45) warga Sungai Tanang, Nagari Sungai Tanang,

Kecamatan Banuhampu luka bakar karena korsleting listrik. Korban dirawat di Rumah Sakit Ahmad Muchtar Kota Bukittinggi. Kepala BPBD Agam, Bambang Warsito mengungkapkan peristiwa tersebut juga merusak 13,25 hektar lahan pertanian padi, sawi, kol dan tanaman lainnya sehingga gagal panen “Berdasarkan pendataan yang kami lakukan, kerugian mencapai Rp 1 miliar “ katanya. FOTO:RUS/PUAILIGGOUBAT

CENDERAMATA - Yoyo (dua dari kanan) durmmer Musikimia meyerahkan cenderamata berupa album dan penabuh drum kepada Gubernur Sumbar Irwan Prayitno (kanan). Musikimia konser penutupan Pekan Informasi Indonesia di GOR H Agus Salim Padang, 27 Mei 2014.

Pasca peristiwa itu, sejumlah warga yang rumahnya mengalami rusak berat terpaksa tinggal di rumah dengan memanfaatkan satu kamar yang atapnya dipasang terpal. Kasi Observasi dan Informasi, BMKG Padang, Budiman mengatakan penyebab hujan es itu akibat terjadi penumpukan uap air di awan cumulnimbus, itu awan menjulang tinggi. “Biasanya bagian atas awan itu menyimpan air dengan suhu mencapai minus 50 celcius, otomatis uap air tersebut menjadi es,” ujarnya. Kemudian awan besar itu dekat dengan permukaan tanah, jarak normal pemukaan tanah itu hanya 900 meter. “Diperkirakana awannya ini lebih rendah dari normal, akibat dekatnya dengan tanah terjadi dorongan uap air bagian bawa keatas, lalu butiran es yang diatas awan tersebut terdorong ke bawah, itulah yang menyebabkan hujan es,” katanya. Sebelum terjadi hujan es menurut Budi, siang hari ada panas yang begitu menyengat, itulah tanda-tandanya. “Lalu anggapan masyarakat soal angin puting beliung itu tidak benar, tapi itu angin dari awan itu menekan kuat ke bawaH, jadi bukan angin puting beliung,” ujarnya. (rus/prl)

“Kami menyayangkan sikap pemerintah daerah (Pemda) dan aparat penegak hukum yang tidak serius menanggapi laporan warga. Semestinya Pemda dan aparat Kepolisian berperan aktif dalam merespon kasus ini,” katanya. Ia menyebutkan, Nagari Aie Amo dan Nagari Maloro merupakan dua

daerah yang letaknya berdampingan dengan kawasan hutan lindung. Penebangan liar tersebut telah merambah hingga ke kawasan hutan lindung di nagari itu. “Ada sekitar 100 unit sawmill di daerah dan membutuhkan kayu dalam jumlah yang banyak setiap harinya. Darimana sumber kayu mereka dapatkan? tentu saja dari tempat yang terdekat. Untuk menindaklanjuti laporan warga tersebut, Walhi Sumbar akan berkoordinas dengan Dinas Kehutanan (Dishut) Provinsi Sumbar,” katanya. Arwin (28), salah seorang masyarakat Nagari Aie Amo menjelaskan warga terakhir kali melaporkan aktivitas dugaan penebangan liar tersebut pada 13 Mei 2013. Usai adanya laporan itu, tim gabungan dari TNI, Polri dan Satpol Pamong Praja (PP) mendatangi lokasi yang dilaporkan oleh warga, namun belum membuat jera para pelaku penebangan liar. “Keesokan harinya aktivitas penebangan tetap berlangsung, dua unit eskavator tetap beroperasi di lokasi,” katanya. Warga juga mendesak agar Pemda Sijunjung untuk menertibkan sawmillsawmill yang beroperasional di dua nagari tersebut dan segera melakukan reboisasi atas kerusakan hutan yang telah terjadi. (prl)

Bocah SD Tewas Tenggelam di Pantai Air Manis PADANG - Seorang bocah bernama Fares (11), warga Kelurahan Air Manis tewas tenggelam diduga terseret ombak saat mandi-mandi mengisi liburan di Pantai Air Manis, kawasan wisata batu Malin Kundang, Kecamatan Padang Selatan, kota Padang, 27 Mei lalu. Kepala Seksi Operasional Badan SAR Nasional kota Padang, Juanda Sodo mengungkapkan pelajar kelas VI SD tersebut diduga tenggelam karena tidak bisa berenang saat mandi bersama dua orang temannya sekitar pukul 15.00 WIB. “Mereka mandi agak ke tengah dengan satu ban. Tiba-tiba saja dia diseret gelombang sedangkan temannya tidak berani menyelamatkan,” katanya. Jasad bocah malang akhirnya ditemukan oleh keluarnya pada Pada Rabu (28/5) setelah sempat hilang selama 16 jam. Menurut Juanda, jasad siswa kelas VI SD ini ditemukan sekitar 100 meter dari lokasi tenggelamnya. “Keluarganya yang terus melakukan pencarian akhirnya menemukan korban terapung,” katanya. Dalam melakukan pencaraian, tim Badan SAR Nasional Kota Padang mengerahkan 17 persenel dibantu Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Padang dan masyarakat sekitar. Menurut Juanda, pencarian dilakukan mulai dari sekitar hilangnya korban dan menyusuri laut hingga dua mil dari bibir pantai. Kedalaman lokasi pencarian korban bervariasi mulai dari 1 3 tiga meter. “Sebelumnya pencarian sempat dihentikan karena cuaca kurang mendukung, namun korban bisa ditemukan segera,” kata Juanda. (prl)


Puailiggoubat NO. 289, 1 - 14 Juni 2014

8

Suara Puailiggoubat Teror UN dan Ketimpangan Pendidikan

U

jian Nasional SMP dan SMA atau Ujian Sekolah bagi SD diselenggarakan pemerintah (katanya) untuk mengukur mutu pendidikan di Indonesia. Penetapan standar nilai minimal kelulusan dipercaya salah satu jalan menuju kemajuan pendidikan. Namun bagaimana mungkin mutu dan standar itu bisa diukur jika pendidikan belum merata baik fasilitas maupun kompetensi para gurunya. Lihat saja Mentawai yang kualitas pendidikannya masih sangat jauh dibanding 18 kabupaten dan kota lain di Sumatra Barat apalagi dari ibukota negara, Jakarta. Sebagai daerah kepulauan dengan empat pulau besar, memajukan pendidikan di Mentawai perlu kerja keras. Saat ini, jumlah sekolah setingkat SD sudah hampir merata. Meski demikian, fasilitas sekolahnya jauh dari memadai. Banyak sekolah yang tidak punya ruangan cukup sehingga harus belajar disekat tripleks atau bahkan menyatu dengan ruang majelis guru. Belum lagi soal kekurangan guru, kualitas dan kompetensinya. Untuk SMP, terdapat 21 SMP negeri dan swasta yang sudah tersebar di semua kecamatan, sementara SMA ada 8 yang tersebar di 6 kecamatan. Di usia masih belia, anak-anak Mentawai harus berpisah dari bapak dan ibu demi melanjutkan sekolah ke SMP atau SMA. Bagi yang beruntung bisa tinggal di asrama, namun tak sedikit tinggal di pondok sederhana. Hidup dan makan seadanya, seperti keladi dan pisang. Tak ada buku kecuali jatah BOS. Bila malam hari belajar hanya pakai lilin atau lampu minyak. Saat Ujian Nasional atau Ujian Sekolah, beberapa siswa harus menempuh perjalanan panjang ke kecamatan lain karena sekolahnya belum bisa menyelenggarakan ujian sendiri. Ada yang pergi berjalan kaki , ada yang naik motor 60 kilometer menempuh jalan berlumpur. Sungguh perjuangan berat demi menempuh ujian tiga atau empat hari. Dengan kondisi Mentawai ini, memang sulit mengejar hasil UN yang bisa bersaing dengan 18 kabupaten dan kota lainnya. Hari ini, dunia pendidikan Mentawai masih berjibaku menghadapi tantangan geografis, keterbatasan infrastruktur, kualitas dan kompetensi guru serta sarana prasarana yang layak. z

16

Anomali Pusat Pemerintahan

K

abupaten Kepulauan Mentawai boleh berbangga dengan keberadaan ombak dan lokasi surfing. Dua aset tersebut bak manget bagi turis mancanegara untuk berkunjung hingga Mentawai terkenal sampai penjuru dunia. Terlebih ombak Mentawai disebut-sebut termasyur sejagad raya. Eksistensi ombak dan surfing menjelma euforia belaka, jika tak sebanding dengan kondisi kekinian pembangunan di daerah bekas kabupaten Padangpariaman tersebut. Lihatlah sejumlah infrastruktur di wilayah Kabupaten Mentawai, utamanya wilayah pusat pemerintahan (ibukota kabupaten). Pascadimekarkan, pembangunan di wilayah pusat pemerintahan seolah tanpa kemajuan, tak terkecuali jalan utama disepanjang Ibukota. Jalan tersebut entah kapan mulus, penuh lubang , hancur dan banyak kerusakan lainnya. Padahal intensitas transportasi didominasi kendaraan roda dua. Tak ada kendaraan berat, truk apalagi buldoser. Kondisinya setali tiga uang dengan jalan menuju wilayah Pantai Jati , SP 2, Mapadeggat, jalan Tuapeijat – Sioban dan sejumlah jalan lainnya. Menelisik jalan-jalan tersebut, ada banyak aktivitas dan pemukiman masyarakat di sana, terlebih menuju Jati. Pantai Jati dijadikan sentral rekreasi bagi warga, khususnya hari Minggu dan libur Nasional. Anakanak, muda-mudi hingga orangtua terpesona menikmati deraian ombak pantai, meski sampah di pantai

oleh: Berman T. Sibuea Pemerhati Kabupaten Kepulauan Mentawai masih memperihatinkan. Geliat transaksi juga kentara. Selain sentral rekreasi, wilayah Jati sebagai sentral bisnis perikanan maupun perdagangan. Ekspetasi masyarakat nyatanya tak sebanding dengan ketersediaan infratruktur oleh pemangku kebijakan. Selain jalan, upaya memperbaiki Pantai Jati dengan berbagai fasilitas, masih jauh dari angan. Belum lagi jika menyaksikan mobilisasi warga dari wilayah Sioban menuju Tuapeijat. Warga terpaksa bahu membahu dan kerja ekstra demi menyalamatkan kendaraan terbebas dari lumpur jalanan, terlebih saat hujan. Miris, jika masih ada jalan di sekitar pusat pemerintahan rusak dan berlubang. Fenomena jalan di wilayah pusat pemerintahan seolah mencerminkan Mentawai bukanlah daerah otonom dan terbebas dari “penjajah”. Bahkan, potret jalan di pusat pemerintahan dan sekitarnya mengindikasikan daerah itu belum layak disebut sentral pemerintahan. Silih berganti pemimpin/ pejabat hanya kiasan untuk memenuhi standar sistematika aturan dan prasyarat pemerintahan. Jika jalanan di pusat pemerintahan amburadul, bagaimana jalanan di wilayah pedalaman? Melihat usia Kabupaten Kepulauan Mentawai dewasa ini,

seharusnya terdapat perubahan signifikan. Tak ada lagi keluhan mengenai jalan berlubang terlebih di wilayah pusat pemerintahan. Tak ada lagi sepeda motor berlumpur saat tiba di pusat pemerintahan karena eksekutif dan legislatif setiap tahun menyetujui penggunaan anggaran miliaran rupiah untuk pembangunan maupun perbaikan insfratruktur. Eksekutif dan legislatif seolah menutup mata menyaksikan buruknya insfratruktur jalan di wilayah pusat pemerintahan. Ironisnya, mereka (eksekutif dan legislatif) kerap melintas di jalanan penuh lubang itu. Padahal, mereka selalu mendengungkan janji dan jargon politik jauh sebelum memegang kendali pemerintahan. Mereka juga menggunakan kata “berjuang” demi meningkatkan elektabilitas dan menduduki kursi singgah sana. Nyatanya, lima tahun menduduki kursi legislatif hanya menghasilkan stagnasi pembangunan di tengah buruknya fasilitas umum dan milyaran uang rakyat yang telah digelontorkan. Mereka (legislatif) juga gagal menjalankan fungsi pengawasan dan gagal melakukan “intervensi” kepada eksekutif untuk memperbaiki jalan . Terbukti masih banyak jalan berlubang dan derita masyarakat saat melintasi jalan utama di Ibukota Kabupaten. Kini, warga diperhadapkan pada gaung politik jelang pemilihan umum

9 April mendatang. Bagai sinetron, geliat para politisi kian kentara menyurakan kebenaran dan perjuangan. Intrik dan janji politik bergema terlebih bagi politisi incumben yang tak mau kehilangan kursi. Merekapun tak sungkan meneriakkan keberhasilan pembangunan diantara segudang kegagalan. Para politisi kembali berjanji memperjuangkan aspirasi rakyat. Begitupun politisi baru, yang mencoba mencari peruntungan demi raihan kursi. Seperti dagelan, para politisi baru berupaya menawarkan opsi baru dengan jargon lebih aspiratif dan akomodatif. Mereka lupa, desain politik yang diterapkan juga pernah diterapkan politisi yang masih duduk saat ini. Nyatanya tak sebanding dengan report dan value yang dihasilkan jelang berakhirnya pengabdian di DPRD hingga abai pada kerusakan jalan di pusat pemerintahan. Sebagai pemegang kedaulatan, rakyat pasti mengetahui siapa yang layak untuk memperjuangkan aspirasinya lima tahun mendatang. Tebaran janji politik harus dilihat secara jernih dan tidak terjebak pada pragmatisme politik dan berakibat menjerat rakyat. Jangan pilih politisi busuk dan ingkar janji dan menutup mata pada kerusakan jalan. Pilihlah wakil rakyat yang telah teruji dan memiliki nyali menjalankan fungsi legislasi. Terlepas dari kebutuhan lainnya, warga menginginkan akses jalan mulus dan infrastruktur memadai hingga mampu meningkatkan taraf ekonomi.


17

Puailiggoubat

PODIUM

NO. 289, 1 - 14 Juni 2014

Melaksanakan BUMDes, Melaksanakan Hak Konstitusional Rakyat Pedesaan

S

alah satu upaya untuk revitalisasi peranan Desa dalam sistim perekonomian adalah dimasukkannya Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) ke dalam materi muatan UU No.6 Tahun 2014 Tentang Desa. Hal ini menjadi dasar kearah pemikiran untuk memajukan Desa sebagai basis baru kekuatan ekonomi. Perkembangan otonomi daerah telah mengalami kemajuan signifikan terutama peningkatan standar ekonomi daerah yang mengarah ke modernisasi. Meminjam istilah Roscou Pound, Perkembangan tersebut memunculkan berbagai rekayasa sosial(social engineering). Menurut Roscou Pound, Hukum tidak boleh dibiarkan mengawang dalam konsep-konsep logis analitis ataupun tenggelam dalam ungkapan-ungkapan teknis yuridis yang terlampau eksklusif. Sebaliknya, hukum itu mesti didaratkan didunia nyata, yaitu dunia sosial yang penuh sesak dengan kebutuhan dan kepentingankepentingan yang saling berkaitan. Konsep otonomi daerah merupakan salah satu upaya untuk menata ulang sistem struktur dalam masyarakat terutama ketimpangan yang ada antara hubungan pemerintah pusat dengan daerah yang bersifat sentralistik. Sentralisasi kekuatan ekonomi pada kota-kota besar mengakibatkan terjadinya laju urbanisasi dan sekaligus menciptakan jurang yang besar antara kemajuan kota dan kemiskinan masyarakat pedesaan. Padahal secara de facto, desa sebagai poros utama pertanian adalah supporting pangan bagi masyarakat kota. Kepentingan-kepentingan tersebut harus ditata sedemikian rupa agar tercapai keseimbangan yang proporsional. Diundangkannya UU Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa menimbulkan harapan kepada kemajuan Desa untuk meningkatkan peranannya dalam sistim perekonomian. Undang-Undang ini menjadi tonggak revitalisasi eksistensi

Desa sebagai satu kekuatan ekonomi dalam aspek pertanian dan juga sebagai tonggak pergeseran konsentrasi kemajuan ekonomi dari Kota ke Desa. Bentuk Pertanggungjawaban Pengurus BUMDes BUMDes merupakan badan hukum publik. Keberadaannya lahir lewat peraturan perundang-undangan. Dengan begitu, dalam aspek pertanggungjawaban pengurusnya semestinya lebih mendekati pada sistem pertanggungjawaban direksi dalam suatu perseroan terbatas. H a n y a

saja, identitas dari BUMDes ini masih bias. Dalam penjelasan Pasal 87 ayat(1) UU Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Desa disebutkan�BUM Desa secara spesifik tidak dapat disamakan dengan badan hukum seperti perseroan terbatas, CV,atau koperasi. Oleh karena itu, BUM Des merupakan suatu badan usaha bercirikan Desa yang

oleh: Rinto W Samaloisa, SH Advokat dan Konsultan Hukum dalam pelaksanaan kegiatannya di samping untuk membantu penyelenggaraan Pemerintahan Desa, juga untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Desa. BUMDes juga dapat melaksanakan fungsi pelayanan jasa, perdagangan, dan pengembangan ekonomi lainnya. Jika dilihat dari karakteristik ini, sistem pertanggungjawaban pengurus BUMDes hampir menyerupai sistem pertanggungjawaban pengurus dalam suatu koperasi. Akan tetapi mekanismenya tetap memiliki karakteristik tersendiri yang tidak dapat dipersamakan dengan koperasi. Dilihat dari alurnya: PemDes, BPD dan Anggota bertindak

seolah-olah sebagai Dewan Komisaris yang melakukan fungsi pengawasan terhadap operasionalisasi BUMDes. Sebagai salah satu badan usaha, pada BUMDes ada Desa dan masya-rakat yang bertindak sebagai pemegang saham. Desa sebagai pemegang saham mayoritas. Dengan saham 51% tersebut desa memiliki hak kontrol dan hak suara

lebih besar dari pemegang saham lain yaitu masyarakat. Hal ini dimungkinkan supaya desa tetap memiliki kekuatan atau posisi dominan dalam mengarahkan usaha BUMDes sesuai dengan jiwa kegotongroyongan dan semangat kekeluargaan. Pertanggungjawaban pengurus BUMdes dilakukan dalam wadah rapat permusyawaratan yang dihadiri oleh Pemerintah Desa, BPD dan anggota. Keterangan mengenai siapa yang dimaksud anggota disini tidak jelas. Tetapi jika mengikuti ketentuan besaran kepemilikan saham atau andil dimana 49% saham atau andil dapat dipegang oleh masyarakat, maka kemungkinan besar anggota disini ditujukan kepada masyarakat yang mengambil saham atau andil pada BUMDes ini. Ketika BUMDes telah beroperasi dan mengalami kestabilan usaha maka bentuknya dapat mengalami perubahan dengan mengikuti bentuk-bentuk badan usaha yang berbadan hukum sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan. Hal ini pula yang membuat sifat atau natur dari BUMDes ini menjadi bias (banci) karena karakteristiknya mengikuti sifat dan karakteristik dari beberapa bentuk badan usaha yang berbadan hukum artinya bentuk BUMDes ini belum sempurna. De-regulasi Upaya untuk mencapai peningkatan kesejahteraan itu disambut oleh Pemerintah dengan melakukan pembenahan-pembenahan yang salah satunya adalah melakukan de-regulasi untuk menguatkan payung hukum dalam mencapai kemajuan dan peningkatan kualitas kehidupan masyarakat

khususnya masyarakat desa. Salah satu upaya de-regulasi tersebut adalah diundangkannya UU Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Desa sebagai upaya untuk menjemput bola. Diundangkannya UU ini semakin mengukuhkan kembali posisi BUMDes yang dalam peraturanperaturan perundang-undangan sebelumnya mengalami mati suri dan hampir dikatakan gagal. Tentunya dengan pengaturan yang baru ini, secara hukum BUMDes dapat memperlihatkan peranannya dalam mengupayakan peningkatan kesejahteraan masyarakat desa. BUMDes adalah jawaban di tengah timpangnya tingkat kesejahteraan masyarakat desa dan kota. Hukum benar-benar difungsikan untuk menjawab kegalauan ditengah ketimpangan-ketimpangan antara aturan dan kenyataan yang ada dimana hukum hidup untuk dirinya sendiri dan tidak menyentuh akar masalah yang dihadapi masyarakat. Hukum tidak lagi bisa diandalkan sebagai alat perubahan dan sebagai alat untuk mencapai keadilan substantif. Atas alasan tersebut, Satjipto Rahardjo membuat satu kritik terhadap hukum dengan satu kalimatnya yang menarik yaitu:�Pemikiran hukum perlu kembali pada filosofi dasarnya, yaitu hukum untuk manusia. Kondisi-kondisi dan peluang bisnis untuk mencapai industrialisasi di kawasan pedesaan ini menjadi peluang terbesar yang dapat diakomodasi oleh BUMDes. Sehingga dengan keberadaan BUMDes, semua potensi bisnis yang tidak tergarap yang berbasis industri pertanian dapat ditangkap dan dijadikan peluang bisnis oleh BUMDes. Kapasitasnya sebagai badan usaha yang dapat bergerak di segmen pertanian dimana mata pencaharian masyarakat desa adalah petani adalah satu modal besar yang akan menentukan arah perekonomian desa ke arah yang lebih baik. z


Puailiggoubat NO. 289, 1 - 14 Juni 2014

Sekolah yang jauh dari pusat kecamatan datang ke lokasi ujian sehari sebelum hari pelaksanaan

Tim Redaksi

18

Belum Seluruh SD Mentawai Ujian Sendiri FOTO:SUPRI/PUAILIGGOUBAT

ari 101 SD negeri ditambah 7 SD swasta yang mengikuti ujian sekolah secara nasional di Mentawai, 19-21 Mei lalu, hanya beberapa SD yang dapat melaksanakan ujian secara mandiri, selebihnya menumpang ke sekolah lain. Kepala Bidang Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan Kabupaten Kepulauan Mentawai, Dominikus Saleleubaja, mengatakan ada beberapa faktor penyebab sekolah tidak dapat melaksanakan ujian sendiri yakni jumlah peserta yang sedikit, kondisi geografis dan akreditasi sekolah. Domi menyebutkan, dasar penggabungan pelaksanaan ujian beberapa SD lebih kepada efektifitas dan efisiensi waktu dan anggaran. Kondisi geografis Mentawai menyebabkan dana yang mesti dikeluarkan saat distribusi soal dan penjemputan jawaban murid sangat besar. “Belum lagi keterbatasan personil yang mesti melakukan pengawasan saat ujian ketika lokasinya terpencar di beberapa tempat yang jauh, kurang efektif,” katanya saat dikonfirmasi Puailiggoubat lewat telepon, Jumat, 23 Mei. Ketika tidak seluruh SD dimonitoring, lanjut Dominikus, dikhawatirkan saat muncul persoalan dalam pelaksanaan ujian akan sulit mengatasinya seperti contoh soal kurang atau sebab lain. Menurut Dominikus, jumlah peserta US pada beberapa sekolah juga tidak signifikan karena kebanyakan sekolah hanya memiliki enam hingga 14 siswa pada satu SD. “Dengan biaya yang besar kita mesti mengantar hanya enam soal ujian, menurut saya itu kurang efisien,” tuturnya. Selain persoalan jarak, kata Dominikus, kebanyakan SD belum terakreditasi sehingga tidak diperbolehkan melaksanakan ujian mandiri. “Pada intinya semua satuan pendidikan diperbolehkan melakukan ujian namun

D

Suharda “Karena dana BOS belum cair, orang tua bersedia menalangi sewa mobil dengan mengumpulkan uang Rp180 ribu per siswa”

UJIAN SD - Siswa SD Pagai Utara Selatan mengerjakan soal ujian ada pertimbangan yang tidak bisa diabaikan,” jelasnya. Menurut data Disdik Kabupaten Kepulauan Mentawai peserta US sebanyak 1.805 siswa, peningkatan jumlah peserta tidak signifikan dengan peserta ujian tahun 2013 sebanyak 1.799 siswa. Di Kecamatan Siberut Selatan, jumlah SD peserta ujian sebanyak 9 satuan pendidikan dengan murid keseluruhan 192, laki-laki 108 dan perempuan 84. Masing-masing SD memiliki jumlah peserta bervariasi yakni SD 02 Matotonan (18) , SDN 06 dan 07 Madobag masing-masing 14 dan 34 siswa, SDN 09 Muara Siberut (21), SDN 12 Muntei (16), SDN 13 Muara Siberut (33), SDN 15 Simalepet (20), SD Santa Maria (30) orang dan SD Lentera Harapan (6). Kepala UPTD Pendidikan Kecamatan Siberut Selatan Hijon Tasirilotik mengatakan, pelaksanaan US dilakukan bersama di SDN 13 Muara Siberut. “Meski gabungan dari 9 SD, pelaksanaan ujian berjalan lancar karena

Dua SD Filial Siberut Utara Berstatus Negeri SIKABALUAN- Dua SD filial (kelas jauh) di Kecamatan Siberut Utara yakni SDN 23 Bojakan dan SDN 24 Sigapokna ditetapkan jadi SD definitif. SDN 23 Bojakan sebelumnya bagian dari SDN 15 Bojakan sementara SDN 24 Sigapokna sebelumnya menjadi bagian SDN Sigapokna yang terletak di Dusun Tinbiti Kecamatan Siberut Barat. Kepala UPTD Pendidikan Kecamatan Siberut Utara Jop Sirirui mengatakan, tahun lalu administrasi kedua SD ini sudah dipisah namun belum punya kepala sekolah. “Kita berharap tahun ajaran baru sudah memiliki kepala sekolah sendiri, seiring itu juga penambahan fasilitas sekolah yang masih kurang,” katanya pada Puailiggoubat, Jumat, 23 Mei. (bs)

jauh-jauh hari telah dipersiapkan,” katanya kepada Puailiggoubat, Senin, 19 Mei Hijon menyebutkan, soal ujian yang terdiri bahasa Indonesia, matematika dan IPA telah datang seminggu sebelum hari pelaksanaan dari Padang ke Siberut yang diamankan di Mapolsek Muara Siberut. “Soal itu diambil satu kali sehari sesuai bidang studi yang diujikan,” jelasnya. Ujian tahun ini, kata Hijon melibatkan 22 pengawas dari 9 SD ditambah 3 orang dari Dinas Pendidikan Mentawai dan 1 polisi . Pengawas tersebut dibagi tiap ruangan masing-masing 2 orang dan menggunakan 10 ruangan. Menurut Hijon, faktor kelulusan tidak sepenuhnya dari hasil US karena bobot nilai akan diambil dari semester 1-7 yang diberi nilai 70, sementara bobot nilai US sendiri hanya 30 persen. Siswa dinyatakan lulus jika mendapat nilai rata-rata minimal 5,5 dan nilai setiap bidang studi paling rendah 4,0. “Saya berharap semua murid bisa lulus,” katanya. Sementara di Kecamatan Pagai Utara peserta ujian sebanyak 10 SD dengan jumlah murid sebanyak 125. Pelaksanaan ujian di kecamatan itu diselenggarakan di SDN 18 Saumanganya. “Satu SD belum ikut ujian yakni SDN 37 yang baru dinegerikan bulan lalu karena belum memiliki murid kelas VI,” kata Kepala UPTD Pendidikan Kecamatan Pagai Utara, Agus Lamar, Selasa, 20 Mei. Untuk menjaga keamanan soal dan pelaksanaan US, Ketua Panitia US

Kecamatan Pagai Utara, Ilham menyebutkan, pihaknya melibatkan 2 polisi yang tinggal di Saumanganya selama 3 hari. Saat ujian, sebanyak 12 pengawas dilibatkan menjaga 7 ruangan ujian. Di Sikakap, Kepala UPTD di kecamatan tersebut Fransiskus Sakeletuk menyebutkan peserta sebanyak 12 satuan pendidikan termasuk Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Sikakap dengan jumlah murid sebanyak 215. Awalnya jumlah terdaftar 16, namun seorang peserta meninggal jauh sebelum ujian dilaksanakan. “Ujian dilakukan pada 2 SD yakni SDN 01 dan 15 Sikakap sementara MIS ujian sendiri,” ujarnya. Frans menyebutkan, sempat terjadi kekurangan lembar jawab sebanyak 10 namun segera diatasi dengan lembar jawaban cadangan. “Secara garis besar pelaksanaan ujian berjalan lancar, soal ujian telah masuk seminggu sebelum hari penyelenggaraan,” kata Kepala SD N 15 Sikakap, Anthoni Zalukhu. Di SDN 26 Taikako, untuk memperlancar perjalanan 21 murid menuju lokasi ujian di Sikakap, pihak sekolah dan orang tua sepakat menyewa 1 unit mobil pick up selama 3 hari. Kepala SDN 26 Taikako Suharda mengatakan, mobil tersebut sudah siap di depan rumah Jesnita, salah seorang guru tempat siswa menginap selama ujian. “Karena dana BOS belum cair, orang tua bersedia menalangi sewa mobil dengan mengumpulkan uang Rp180 ribu per siswa,” katanya. Kalau dana BOS sudah cair, lanjut Suharda, uang pinjaman tersebut akan

dikembalikan kepada orang tua murid. Selain menyediakan mobil, sekolah juga bersedia membiayai penginapan dan makan murid dengan anggaran 2 kali makan ditambah 1 kali sarapan selama 3 hari. “Karena siswa kita menginapnya di rumah Ibu Jesnita maka uang penginapan per hari Rp 10 ribu per siswa, lebih murah ketimbang di penginapan umum yakni Rp15 ribu per hari,” jelasnya. Sementara Anto (28), sopir pengangkut murid menyebutkan, biaya sewa mobil belum disepakati, namun baginya yang terpenting memperlancar proses ujian siswa dulu. “Kalau angkutan barang biasa 1 trip Rp200 ribu sampai ke toko di Taikako. Kendala hanya kelangkaan BBM di Sikakap,” ujarnya. Di Kecamatan Siberut Tengah ujian sebanyak 7 SD dengan murid 149 dipusatkan di SDN 01 Saibi Samukop. Ketua Panitia Ujian Sekolah yang juga Kepala SDN 01 Saibi Samukop, Sion Sakeru menuturkan, seluruh peserta berjumlah 151 siswa namun 2 orang tidak ikut ujian. “Salah satunya siswa kita, dia tidak mau sekolah lagi ketika kami tanyakan, sementara seorang lagi berasal dari Simatalu, ketika ia pulang kampung tak kembali lagi,” tuturnya. Sion tidak memasang target kelulusan muridnya, karena bagi dia nilai US tidak menjadi salah satu penentu lulus atau tidaknya siswa. Mereka dinyatakan lulus jika nilai semesternya juga mendukung. Sion berharap, ujian tahun depan sudah digelar di masing-masing sekolah agar tidak membebani anggaran sekolah termasuk murid yang mesti datang dari sekolah yang jauh ke lokasi penyelenggaraan. (ss/spr/leo/rr/g)


19

Puailiggoubat

PENDIDIKAN

NO. 289, 1 - 14 Juni 2014

Siswa dan guru dari Rogdok terpaksa jalan kaki ke pusat kecamatan karena tidak ada BBM untuk pompong. Sementara di Pagai Utara, siswa naik motor 60 km menempuh jalan berlumpur

Demi Ujian Sekolah

14 Siswa SD Jalan Kaki 4 Jam ke Muara Siberut FOTO:SIPRIANUS/PUAILIGGOUBAT

Tim Redaksi

P

eluh bercucuran di kening dan tangan Amir Sidik, sesekali tangan bocah berusia 14 tahun

yang duduk di kelas VI SDN 06 Madobag itu memijiti betisnya yang kecapaian sehabis menempuh perjalanan sejauh 15 kilometer dari Dusun Rogdok Desa Madobag ke Dusun Puro Desa Muara Siberut Kecamatan Siberut Selatan. Amir mengatakan, perjalanan sejauh itu mesti ia tempuh agar dapat mengikuti ujian sekolah (US) dasar tepat waktu yang penyelenggaraannya dipusatkan di SDN 13 Muara Siberut. “Capek sekali, perjalanan dari kampung ke sini (Puro) sekitar 4 jam dengan jalan kaki,” katanya dengan nafas yang belum beraturan saat ditanya Puailiggoubat, Minggu, 18 Mei. Amir menyebutkan, kedatangan mereka dipercepat sehari sebelum pelaksanaan US yang digelar pada1921 Mei agar tidak terlambat. Amir datang tidak sendirian, mereka berjumlah 14 orang yang terdiri laki-laki 10 dan empat orang perempuan yang turut didampingi guru mereka. Tiba di Puro mereka menginap di rumah salah satu gurunya yang berada di desa tersebut. “Tempat penginapan tidak masalah, kami kumpulkan Rp175 ribu per orang untuk makan,” ujarnya. Jauh dari orang tua saat mengikuti ujian kelulusan menurut anak-anak tersebut menjadi pemompa semangat untuk berhasil dalam ujian. “Saya berharap kelelahan kami berjalan 4 jam membawa hasil, kalau kami gagal, kami akan kecewa sekali karena sudah menempuh perjalanan yang jauh dan terpisah dari orang tua,” sambung Usman Laibi (15), kawan Amir. Saat mengikuti ujian pada hari pertama (19/5), Usman mengaku tak terlalu mengalami kesulitan saat menjawab soal ujian, semua yang diuji sudah dipelajari hanya terkadang ia lupa jawabannya. “Saya yakin akan lulus, kalau saya sudah lulus saya tetap akan melanjutkan ke sekolah berikutnya bila perlu sampai sarjana,” kata Usman optimis. Ia juga berusaha keras dalam ujian terlebih mereka sudah berkorban mengumpulkan uang sebesar Rp175 ribu agar ia bisa ikut ujian. “Saya kasihan sama bapak karena di kampung kami uang segitu sangat

UN - Pelaksanaan ujian sekolah di SD 13 Muara Siberut besar, uang tersebut didapat dari penjualan pinang sedikit ditambah dengan coklat,” tuturnya. Baik Amir dan Usman berharap setelah lulus nanti bisa melanjut ke SMP, namun semuanya mereka serahkan kepada kemampuan orang tua membiayai sekolah. Falentinus Salakkopak, guru pendamping siswa tersebut juga mengeluh kelelahan sehabis berjalan jauh dari Rogdok ke Muara Siberut. Menurut Falentinus, mereka terpaksa berjalan kaki karena bahan bakar minyak jenis bensin untuk mesin pompong tidak ada, karena Kabupaten

Kepulauan Mentawai dilanda krisis BBM sejak dua bulan lalu. “Kami sudah siapkan dua pompong dengan perkiraan bensin sebanyak 30 liter buat pulang pergi, tapi sayang bensin tidak ada yang jual termasuk di Muara Siberut,” katanya, Rabu, 21 Mei. Penjelasan Falentinus dibenarkan Kepala SDN 06 Madobak Fransiskus Sapojai, ia mengatakan dana yang disiapkan untuk transportasi Rp1 juta. “Kami sudah berusaha mendapatkan BBM namun tidak dapat sehingga saya dan murid-murid terpaksa berjalan kaki,” jelasnya. Rencananya, lanjut Fransiskus,

dana Rp1 juta tersebut akan dialihkan untuk biaya perpisahan sekolah. Terkait biaya makan yang mesti ditanggung murid, kata Fransiskus, sudah dibicarakan dengan orang tua siswa dan mereka tidak keberatan karena alokasi dana buat konsumsi tidak ada dalam dana sekolah. Fransiskus mengatakan, biaya yang ditanggung sekolah berupa pembuatan pas foto sebesar Rp334 ribu, trasportasi siswa Rp1 juta, biaya pendaftaran peserta ujian Rp110 ribu per siswa. Sementara dana pembuatan dan pengambilan ijazah belum diketahui besarannya.

Lokal 1 Miliar SDN 06 Madobak Terlantar ROGDOK - Kondisi 3 lokal baru milik SDN 06 Madobag yang berlokasi di Dusun Rogdok Desa Madobag Kecamatan Siberut Selatan Kabupaten Kepulauan Mentawai memprihatinkan karena kerangka bangunan yang terpasang belum diatap sehingga mulai lapuk. Lokal tersebut dibangun kontraktor dari CV.Wina Datuk Agustus 2013, dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Mentawai dicantumkam senilai Rp1.192.297.500. Pembangunan tersebut dihentikan sebab pada saat jatuh tempo pada November 2013 pekerjaan tersebut baru 30 persen. Kepala SDN 06 Madobak, Fransiskus Sapojai mengatakan, lokal yang mereka miliki saat ini hanya lima, agar bisa menampung semua siswa, dua ruangan disekat triplek menjadi empat

ruang kelas. “Kelas I dan II dijadikan satu ruangan kemudian kelas VI karena hanya 14 siswa disatukan dengan ruang majelis guru, sangat sempit dan kurang nyaman,” katanya kepada Puailiggoubat, Rabu, 21 Mei. Ia menyebutkan, tahun ajaran baru 2014/2015 sistem itu tidak bisa dipakai lagi karena jumlah murid makin bertambah. Contohnya, saat ini murid kelas V sebanyak 32 tidak akan muat jika ruangannya sempit. Fransiskus berharap, pemerintah segera menyelesaikan pembangunan lokal yang tak selesai agar siswa belajar dengan nyaman. Selain itu, sangat sayang jika kerangka bangunan yang terpasang dibiarkan terkena hujan karena saat ini hampir semua kayunya sudah lapuk. Rencananya, lanjut Fransiskus, lokal tersebut akan diatap oleh

masyarakat agar bisa dijadikan ruangan belajar namun karena ada informasi pembangunan dilanjutkan sehingga mereka menunda. “Kalau akan dilanjutkan sebaiknya kayu yang sudah terpasang dibongkar karena tidak bagus lagi,” ujarnya. Selain ruang belajar, rumah dinas yang juga belum siap 100 persen sudah dipakai oleh guruguru karena tidak ada alternatif lain. Kepala Bidang Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan Kabupaten Kepulauan Mentawai, Dominikus Saleleubaja mengatakan, tahun ini pembangunan lokal SDN 06 Madobak akan dilanjutkan. “Tinggal menunggu hari pelaksanaannya, yang pasti dilanjutkan tahun ini,” katanya. (ss/g)

“Namun pembiayaan ijazah tersebut menjadi tanggungjawab sekolah sesuai petunjuk teknis penggunaan dana Bantuan Operasional Skeolah (BOS),” katanya. Mesti menempuh perjalanan jauh, sebagai kepala sekolah, Fransiskus berharap semua muridnya lulus dalam ujian tersebut. Selain SD di Kecamatan Siberut Selatan perjalanan jauh yang berjarak 40 kilometer dari tempat pelaksanaan ujian juga dilakukan SDN 33 Betumonga Kecamatan Pagai Utara. “Dengan mengendarai 7 motor yang mengangkut 7 murid yang akan ujian kami ke Saumanganya sehari sebelum pelaksanaan (18 Mei),” kata Kepala SDN 33 Betumonga, Bilsan. Lucunya, meski mereka ujian di Saumanganya rute perjalanan yang memakan waktu 3 jam melewati jalan berlumpur ini ternyata melewati Kecamatan Sikakap. “Perjalanan kami sangat berat,” katanya. Nasib serupa juga dialami SDN 05 dan 27 Silabu, SDN 04 Betumonga yang menempuh perjalanan 60 kilometer. “Saya kasihan kepada anak-anak apalagi ketika hujan turun karena jalur yang dilewati rawan kecelakaan,” ujar Kepala UPTD Pendidikan Kecamatan Pagai Utara Agus Lamar. Melihat kondisi ini, Agus berniat mengusulkan pelaksanaan ujian dilakukan di dua titik, “Khusus daerah pantai barat Silabu bagusnya dilakukan di SDN 05 Silabu agar siswa tidak kecapaian menuju lokasi penyelenggaraan ujian,” katanya. Sementara di Kecamatan Siberut Utara, pemusatan tempat penyelenggaran ujian membuat anak-anak terpaksa mengeluarkan biaya hingga Rp250 ribu. Murid SDN 15 Bojakan sebanyak 20 siswa datang dari jauh mengandalkan jalur sungai ke lokasi ujian dipungut biaya Rp250 ribu per anak. Uang tersebut digunakan untuk biaya makan, transportasi dan keperluan lainnya. “Kekurangan dari biaya mengikuti ujian kita ambil dari dana Bosda,” kata Kepala SDN 15 Bojakan, Petrus Boy kepada Puailiggoubat, Rabu, 22 Mei lalu. Pembengkakan biaya, kata Petrus, disebabkan BBM yang mereka beli berupa pertamax seharga Rp16 ribu per liter karena bensin subsidi tidak ada. Sementara Martinus, salah satu orang tua murid mengaku tidak keberatan dengan biaya yang mereka keluarkan untuk memperlancar ujian. “Biaya itu tidak menjadi soal dan masih tergolong murah,” katanya.(ss/leo/bs/g)


PENDIDIKAN SMAN I PUS Butuh Rp 2 Miliar Bangun Pagar SIKAKAP - Kepala SMAN 1 Pagai Utara Rita Warti menilai, disiplin siswa sekolahnya masih rendah, terbukti seringnya siswa keluar masuk sekolah saat pelajaran tengah berlangsung dan terlambat masuk. Menurut Rita, salah satu penyebab hal terjadi karena sekolah belum memiliki pagar beton sehingga siswa bebas berkeliaran. Dengan murid 672 dan areal sekolah seluas 2 hektar, Rita mengaku tak bisa mengawasi setiap sudut sekolah. “Kebutuhan pagar untuk membantu mendisiplinkan siswa,” ujarnya 20 Mei lalu. Ia menyebutkan, sekolah membutuhkan dana Rp2 miliar untuk membangun pagar beton di areal seluas 2 hektar. Katanya, usulan tersebut sudah pernah disampaikan kepada komite sekolah, Dinas Pendidikan Kabupaten Kepulauan Mentawai termasuk Provinsi Sumatra Barat namun tidak direspon. Selain butuh pagar, sekolah ini masih kekurangan 7 ruang belajar, ruangan yang ada baru 19. Ruangan itu tidak dapat menampung semua siswa sehingga ruang laboratorium mereka jadikan kelas. “Agar siswa kebagian lokal belajar, satu ruangan diisi 38-40 siswa, padahal idealnya hanya 30 dalam satu lokal, akibatnya pelajaran siswa kurang maksimal,” katanya. Idealnya, lanjut Rita, ruang belajar berjumlah 24, kalau tahun lalu akibat kekurangan ruangan belajar siswa belajar dua shif. “Kalau tidak ada tambahan lokal, tahun ajaran baru digunakan sistem belajar dua shif,” katanya. (spr/g)

Polsek Muara Siberut Sosialisasikan UU Perlindungan Anak MUARASIBERUT - Mengantisipasi tindak kekerasan terhadap anak yang tengah marak di Indonesia, Kepolisian Sektor (Polsek) Muara Siberut Kecamatan Siberut Selatan Kabupaten Kepulauan Mentawai melakukan sosialisasi Undang-Undang Perlindungan Anak di setiap sekolah pada tiga kecamatan yakni Siberut Selatan, Siberut Tengah dan Siberut Barat Daya Kabupaten Kepulauan Mentawai. Kapolsek Muara Siberut, Iptu Ikhlas Razuki mengatakan, sosialisasi ini untuk mengingatkan guru-guru agar tidak bertindak sewenang-wenang kepada anak. “Sebelum ini terjadi sudah diantisipasi, dengan pengetahuan tersebut, guru-guru diharapkan aktif mencegah kekerasan yang terjadi terhadap anak di lingkungan tempat ia berada,” katanya saat ditemui Puailiggoubat di ruang kerjanya, Senin, 19 Mei. Selain menyosialisasikan UU Perindungan Anak, lanjut Ikhlas, timnya juga membahas mengenai pergaulan bebas di kalangan remaja yang makin marak saat ini. Di luar sekolah, Kapolsek menyatakan pihaknya aktif menjalin kerjasama dengan kepala dusun, tokoh masyarakat, kepala desa dan camat menangani persoalan di tengah masyarakat untuk disampaikan kepada polisi. (ss/g)

Puailiggoubat

NO. 289, 1 - 14 Juni 2014

20

Dana BOS 38 SD Mentawai Belum Cair Kepala sekolah kebingungan

FOTO:SUPRI/PUAILIGGOUBAT

Supri Lindra

estinya April lalu merupakan jadwal pencairan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) triwulan kedua dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, namun memasuki Mei ini sebanyak 38 SD di Kabupaten Kepulauan Mentawai belum mendapat dana operasional itu. Kepala UPTD Pendidikan Kecamatan Sikakap, Fransiskus Sakaletuk mengatakan, keterlambatan pencairan disebabkan Data Pokok Pendidikan (Dapodik) sekolah penerima dana belum lengkap. “Persoalan ini telah disampaikan Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Kepulauan Mentawai agar sekolah yang belum melengkapi Dapodik segera diperbaiki,” katanya saat ditemui Puailiggoubat, Senin, 19 Mei. Di Sikakap sesuai data yang dirilis Disdik Mentawai, kata Frans, sebanyak 6 SD yang belum menerima dana BOS dari Jakarta karena persoalan serupa.

M

JELANG UJIAN - Seorang guru mengarahkan murid dalam barisan sebelum mengikuti Ujian Sekolah Namun menurut Kepala SD N 26 Taikako Suharda, pihaknya telah melengkapi Dapodik yang kurang dan mestinya dana tersebut sudah dicairkan. Akibat keterlambatan tersebut, lanjut Suharda, pihaknya terpaksa meminjam uang orang tua murid sebesar Rp180 per anak yang digunakan untuk dana transportasi, konsumsi dan penginapan selama murid

mengikuti Ujian Sekolah (US) di Sikakap. “Kami janjikan jika dana BOS sudah cair, sekolah akan melunasi pinjaman tersebut, saya berharap pencairan segera dilakukan agar kegiatan lain tidak tersendat karena ketiadaan dana,” ujarnya. Kebingungan tersebut juga dialami Kepala sekolah SD N 15 Sikakap, Anthoni Zalukhu, menurutnya

SMA N 2 Sikakap Kekurangan Guru SIKAKAP-SMAN 2 Sikakap yang berlokasi di TransTaikako Desa Taikako Kecamatan Sikakap Kabupaten Kepulauan Mentawai baru memiliki 4 guru PNS yang mengajar bidang studi biologi, sejarah dan geografi ditambah seorang penanggungjawab sekolah. Penanggungjawab SMAN 2 Sikakap, HW Muda Taruna mengatakan, di luar ketiga

pelajaran terse-but gurunya diambil dari tenaga ho-nor sebanyak 7 orang ditambah petugas tata usaha sebanyak 3orang. “Gaji guru honor diambil dari dana Bantuan Operasional Mana-jemen Mutu Daerah (BOMMDA) yang masingmasing dibayar Rp25 ribu per jam,” katanya, Senin, 19 Mei. Meski sekolah sudah

merekrut guru honor, kata Muda Taruna, jumlah mereka belum mencukupi sehingga mesti mengajar dua bidang studi sekaligus. Guru PNS yang ada pun statusnya baru diperbantukan. “Kita berharap pada penerimaan PNS tahun ini, pemerintah menambah guru buat sekolah ini,” ujarnya. (spr/g) FOTO:SUPRI/PUAILIGGOUBAT

SALAMI SISWA Kepala SMAN 1 Pagai Utara Selatan, Rita Warti (kiri) menyalami siswanya yang lulus UN.

data telah dilengkapi sejak Februari 2014 namun dana tak juga cair. “Akibatnya kami berutang saat pelaksanaan US lalu, saya heran entah apa penyebabnya,” tuturnya. Sementara Kepala SDN 01 Sikakap Edita Simamora menyatakan tidak ada persolan pencairan dana BOS di sekolahnya. “Kami bahkan telah mencairkan dana triwulan kedua,” ujarnya. (g)

Guru Mulok Bumen Kekurangan Buku dan Alat Peraga Belajar PURO - Guru pelajaran muatan lokal budaya Mentawai (Mulok-Bumen) di SDN 09 Puro Desa Muara Siberut Kecamatan Siberut Selatan kekurangan buku dan alat peraga belajar Mariyo Yulianto, guru Mulok Bumen di SD 09 Puro mengatakan, semangat belajar dan pengetahuan siswa terhadap kebudayaan Mentawai makin bertambah namun perlu buku pelajaran lain untuk mendukung pengetahuan yang telah mereka miliki. “Memang ada buku pedoman yang diberikan Yayasan Citra Mandiri (YCM) Mentawai yang diterbitkan pada 2005, buku itu sama antara kelas IV dan V, bedanya hanya pada penerapan, saya berharap ada buku baru yang peruntukkan tiap kelas beda, “ katanya kepada Puailiggoubat, Selasa, 13 Mei. Selain kekurangan buku ajar, kata Mariyo, mereka juga belum memiliki alat peraga sehingga pelajaran yang diberikan praktis hanya teori. (ss/g)


Puailiggoubat NO. 289, 1 - 14 Juni 2014

Kenaikan upah kuli kopra tergantung hasil panen dan harga yang berlaku Siprianus Sababalat

inus Sakobou, salah seorang warga Dusun Puro Desa Muara Kecamatan Siberut Selatan Kabupaten Kepulauan Mentawai tak pernah membayangkan hidupnya akan berakhir menjadi kuli pengolah kopra. Namun himpitan hidup memaksa laki-laki 27 tahun ini mesti menjadi kuli kepada tuan-tuan sipemilik kelapa di daerahnya. Perjanjian kerja terutama sistim pengupahan sangat sederhana, tinggal menghitung berapa hasil kopra yang berhasil diolah kemudian dibagi dua dengan pemilik. Jangan berpikir ada asuransi keselamatan kerja yang diberikan majikan mesti kerja yang dilakukan cukup berisiko. Terpeleset sedikit saja, tubuh langsung berhamburan ke bawah yang berjarak antara 7-10 meter. “Namun saya dan dua rekan yang bekerja selalu hati-hati saat memanjat kelapa,” katanya santai saat ditanya Puailiggoubat, Senin, 19 Mei. Linus mengatakan, pekerjaan ini telah digelutinya sejak tahun 2008, pertama kali ia menjadi kuli kelapa di pulau Nyang-nyang Kecamatan Siberut Barat Daya. Saat itu harga kelapa sedang jatuh hanya Rp2 ribu per kilogram. Jatuhnya harga saat itu, kata Linus turut mempengaruhi pendapatan mereka karena meski kelapa yang diolah cukup banyak namun upah yang didapat tetap kecil. “Ketika itu saya yang dibantu dua kawan dapat mengolah kopra rata-rata 1 ton dalam seminggu, jika dikalikan

21

Menggantungkan Hidup pada Kopra FOTO:GERSON/PUAILIGGOUBAT

L

KOPRA Kopra sedang dijemur di Muara Siberut

dengan Rp2 ribu per kilogram maka uang yang dihasilkan Rp2 juta yang kemudian dibagi dua antara kami dengan pemilik kelapa,” ungkapnya. Dari hasil pembagian mereka yang mendapat Rp1 juta, lanjut Linus, dipotong lagi dengan modal kerja (ransum) mereka selama bekerja yang dikeluarkan oleh majikan. Rinciannya saat itu berupa makanan ditambah rokok Rp500 ribu, sisa dari itu kemudian dibagi 3 yang masing-masing mendapat sekitar Rp150 ribu.

Meski mengolah kopra sangat susah karena banyak proses dilalui yang menguras tenaga seperti memanjat puluhan batang kelapa kemudian isinya dicungkil kemudian disalai, Linus tak berani protes karena perjanjian sudah dikukuhkan mesti tidak dicantumkan di atas kertas. “Kita mesti patuh dan tunduk terhadap kesepakatan yang telah dibuat karena di luar itu kami masih bersyukur masih ada yang memakai jasa kami, di samping itu kita mesti jujur mengolah

kelapa mesti tidak diawasi majikan,” kata pria ini tenang. Kenaikan harga kopra pada Mei 2014 di Siberut Selatan, kata Linus, turut meningkatkan pendapatan mereka. Saat ini harga kopra berkisar Rp5-6 ribu per kilogram. “Namun terkadang kenaikan harga tidak disertai dengan hasil panen karena kelapa sering dipanjat sehingga tidak banyak,” katanya. Menurut Linus, pada bulan Mei ini hasil kopra hanya 700 kiloram per

minggu, jika dikalikan dengan harga saat ini maka uang yang dihasilkan Rp4,2 juta, setengah hasil penjualan tersebut menjadi upah mereka sama dengan pembagian dulu. Jika upah tersebut turut dibagi tiga lagi dipotong dengan ransum maka hasilnya juga tak seberapa, “pekerjaan ini kurang cocok bagi mereka yang berkeluarga karena tidak mencukupi,” katanya. Sementara Laban Siriparang, salah seorang pemilik kelapa mengatakan, harga saat ini (kopra) cukup baik, dengan begitu mereka membutuhkan kuli agar panen cepat dilakukan sehingga dapat dijual dengan harga yang bagus. Sistim pengupahan, kata Laban tidak berubah yakni bagi dua karena sistim ini sudah berlaku sejak lama dan lebih adil untuk kedua belah pihak. “Transportasi mengantar kuli ke kebun, kami yang tanggung hanya ransum makanan dan kebutuhan lain itu menjadi tanggungan pekerja, naik turunnya harga tidak mengubah sistim pengupahan,” katanya. Menurut Laban, hasil panen tergantung dari banyaknya buah kelapa, biasanya mereka memanen kelapa sekitar 3-4 bulan sekali, kurang dari itu kopra yang didapat sangat sedikit. “Pengolahan kelapa juga tergantung harga, jika harga bagus kadang 2 bulan pun sudah panen mesti hasilnya tidak banyak, harga komoditi ini memang sulit diprediksi karena terkadang anjlok,” ujarnya. (g) FOTO:SIPRI/PUAILIGGOUBAT

Harga Naik, Pembeli Pinang Perang Harga di Siberut MUARASIBERUT - Harga pinang kering yang terus naik di pasaran sejak April hingga Mei 2014 membuat pedagang dari Padang ramai-ramai ke Kecamatan Siberut Selatan Kabupaten Kepulauan Mentawai untuk memborong komoditi ini kepada petani, tak ketinggalan pinang milik pengumpul lokal pun di beli. Rudi Gunawan (32), salah satu pedagang dari Padang mengatakan, kedatangannya ke Siberut untuk membeli pinang baik dari petani maupun pengumpul lokal karena harga di Padang mencapai Rp9-10 ribu perkilogram. Kepada petani, Rudy mematok harga Rp6 ribu per kilogram, “harganya tidak sama dengan di Padang karena pinang gampang susut sehingga beratnya berkurang apalagi

yang tidak terlalu kering,” katanya saat ditanya Puailiggoubat, Kamis, 22 Mei. Selama di Siberut Selatan, Rudy berhasil mengumpulkan pinang warga dari Muara Siberut, Mailepet, Puro, Muntei dan daerah hulu seperti Rogdok dan Madobag. “Pinang paling banyak saya beli di Rogdok dan Madobag karena mereka mengumpulkan dulu baru dijual, kalau di pusat kecamatan berapa yang kering langsung jual,” ujarnya. Dari pengumpul lokal, Rudy menyebutkan tidak mendapat banyak karena mereka langsung jual di Padang. Selain mesti bersaing dengan pengumpul lokal, ia juga mesti bersaing dengan pedagang lain dari Padang. Banyaknya pedagang yang datang

membuat perang harga terjadi di daerah itu, pengumpul lokal kewalahan menghadapi gempuran pedagang dari Padang yang mematok harga lebih tinggi dari mereka. Selain itu, pedagang dari Padang langsung ke rumah-rumah warga mencari pinang. “Kami hanya mematok harga Rp4,5-5 ribu per kilogram sementara mereka memasang harga Rp6 ribu per kilogram, akibatnya pendapatan pinang berkurang karena warga memilih menjual kepada mereka,” kata Sudarto (35), seorang pengumpul lokal. Esmiati Saruruk (33), seorang warga menyebutkan lebih memilih menjual ke pedagang Padang ketimbang pengumpul lokal karena selain harganya lebih bagus, ia juga tak repot menjual pinangnya karena

BELI PINANG - Seorang pedagang membeli pinang warga di Puro Siberut Selatan pedagang langsung ke rumah. “Dapat 5 kilogram saja uangnya sudah Rp30 ribu karena harga pedagang Rp6 ribu per kilogram, kalau di sini hanya Rp4,5 ribu saja,”

ujarnya. Esmiati berharap harga pinang tetap jika perlu meningkat sehingga pendapatan mereka juga ikut bertambah. (ss/g)


22

Puailiggoubat

EKOKER

NO. 289, 1 - 14 Juni 2014

Nelayan Masabuk Segera Panen Kerapu SIKAKAP - Kelompok nelayan terpadu Karya BersamaTerpadu Masabuk Dusun Sikakap Barat Desa dan Kecamatan Sikakap Kabupaten Kepulauan Mentawai panen perdana kerapu hasil budidaya. Diperkirakan pada Agustus 2014. Sekretaris Kelompok Nelayan Karya Bersama, Afdal mengatakan, bibit ikan yang dipanen tiga bulan mendatang diperoleh dari Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Sumatera Barat, Desember tahun lalu. Bantuan yang diberikan kepada 16 anggota ketika itu berupa bibit kerapu sebanyak 2.500 ekor dengan panjang 7 centimeter, uang pakan Rp1,8 juta ditambah pelet 150 kilogram. Bantuan tersebut diberikan berdasarkan proposal yang mereka ajukan. “Setelah dipelihara kelompok dalam keramba apung selama 6 bulan, ikan yang hidup sebanyak 2.300 ekor dan saat ini memiliki berat rata-rata 500 gram,” katanya kepada Puailiggoubat, Sabtu, 17 Mei. Menurut Afdal, modal yang mereka keluarkan saat memelihara ikan hingga siap panen, untuk memenuhi pakan ikan yang sudah berumur 3 bulan sebesar Rp250 ribu yang diambil dari anggota iuran “Jika cuaca baik, anggota bisa menyediakan sendiri pakan ikan hasil tangkapan mereka namun jika purnama dan badai kami terpaksa membeli kepada nelayan lain dengan harga Rp10 ribu per kilogram ikan kecil-kecil,” katanya. Jika sudah panen nanti, kelompok nelayan tersebut berencana menyisihkan separuh uang hasil penjualan untuk membeli bibit baru. “Dengan begitu pendapatan nelayan berkelanjutan dan diharapkan makin sejahtera,” ujarnya. (spr/g)

Perburuan Burung Murai Marak di Salappa’ SALAPPA’ - Perburuan burung Murai marak terjadi di Dusun Salappa’, Desa Muntei, Kabupaten Kepulauan Mentawai. Kesulitan ekonomi membuat warga memilih menangkap dan menjual burung bersuara merdu ini karena harga jual yang cukup menggiurkan. Martinus (25), salah seorang warga mengatakan, penangkapan ini terpaksa mereka lakukan, walau pekerjaan itu cukup sulit namun sebanding dengan harga yang ditawarkan. “Hail penjualan cukup memenuhi kebutuhan keluarga karena satu ekor murai yang memiliki bulu yang bagus dibeli Rp300 ribu,” katanya kepada Puailiggoubat, Senin, 26 Mei. Ridwan Satoinong, pemburu lain menyebutkan, risiko menangkap burung cukup besar selain susah mendapatkannya juga kadang mati jika tidak dirawat degan baik. Harga tersebut dibenarkan Linus Salimu, pengumpul lokal di Salappak, “Kalau jumlah yang mereka jual banyak dan kualitas burung bagus saya mau beli Rp300 ribu per ekor, hasilnya cukup membantu ekonomi masyarakat di sini karena pekerjaan lain sangat susah,” katanya. Perburuan murai yang mereka lakukan cukup sederhana yakni memasang perangkap getah kemudian membunyikan suara melalui media hp yang menirukan suara burung untuk memancing buruan ke luar. (ls/g)

Potensi Kelautan Mentawai Belum Terolah FOTO:SUPRI/PUAILIGGOUBAT

Kekayaan perikanan dan wisata laut Mentawai lebih banyak dinikmati orang luar Supri Lindra

entawai merupakan daerah kepulauan yang memiliki kekayaan sumber daya kelautan yang besar baik perikanan maupun wisata lautnya, namun selama ini potensi tersebut belum terolah dengan baik sehingga tidak memberi efek besar peningkatan ekonomi di daerah itu. “Kalau ini dikelola dengan baik akan menjadi sumber ekonomi yang menjadi primadona dan sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) bagi Mentawai,” kata Kepala UPTD Perikanan Pantai Kecamatan Sikakap, Pajar Piliang saat menghadiri pemilihan Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI ) Kecamatan Sikakap Periode 20142019 di aula UPTD Perikanan, Selasa, 20 Mei. Selama ini, lanjut Pajar, kekayaan perikanan Mentawai lebih banyak dinikmati nelayan pukat cincin dari Sibolga dan Jakarta. Begitu juga dengan sektor wisata kepulauan yang dikelola kebanyakan orang asing. “Saya berharap keberadaan HSNI di daerah ini menggenjot

M

ARAHKAN ANGGOTA - Ketua HNSI Kabupaten Kepulauan Mentawai Junaidi (dua dari kanan) berdiskusi dengan para anggota nelayan di Sikakap. perekonomian nelayan karena hasil laut dikelola maksimal,” ujarnya. Dalam rapat pemilihan yang dihadiri Sekretaris Camat Sikakap Nijar Safran, Ketua HNSI Kabupaten Kepulauan Mentawai Junaidi, staf Dinas Perikanan Kabupaten Kepulauan Mentawai Saidinan Ali dan utusan nelayan dari tiga desa se-Kecamatan Sikakap terpilih Ardimata sebagai ketua HNSI Kecamatan Sikakap Ketua Panitia pemilihan pengurus Afdal menyebutkan, HNSI Kecamatan Sikakap sebagai wadah nelayan menyampaikan aspirasinya. “Dulu organisasi nelayan ada

tapi tak bertahan lama, hal ini disebabkan kurangnya dana apa bila diundang ke Tuapeijat misalnya, selain itu organisasi terdahulu muncul didorong karena adanya bantuan, kita berharap perilaku seperti ini diubah agar ekonomi nelayan membaik,” katanya. Sementara syarat menjadi ketua organisasi menurut Junaidi, Ketua HNSI Kabupaten Kepulauan Mentawai, harus memiliki waktu untuk mengurus HNSI, memiliki wawasan tentang nelayan, jaringan baik di tingkat nelayan maupun dalam pemerintah. “Kalau hal ini dipenuhi maka nelayan Sikakap akan maju, dan

sebaliknya akan hancur jika diurus pemimpin yang tidak cakap,” katanya. Ketua HSNI Sikakap Ardimarta mengatakan, jabatan adalah amanah dari masyarakat, setiap amanah akan dipertanggungjawabkan baik dunia maupun akhirat. Ia berharap kerjasama semua anggota agar program organisasi berjalan lancar sehingga semua yang dicita-citakan terwujud. Selain memilih ketua, juga dipilih wakil ketua Mardite, sekretaris Dedi Saputra, wakil sekretaris Manahan dan bendahara Aris yang langsung dikukuhkan Sekretaris Camat Sikakap Nijar Safran. ( spr/g)

BBM Langka, Warga Pagai Utara Selatan Pakai Pertamax SIKAKAP - Susahnya mendapat bahan bakar minyak (BBM) jenis premium memaksa warga Pagai Utara Selatan Kabupaten Kepulauan Mentawai memakai pertamax yang harganya 2 kali lipat lebih mahal. Harsono (34), salah seorang warga Desa Saumanganya Kecamatan Pagai Utara mengaku kelelahan mencari bensin sepeda motornya di Sikakap ketika hendak pulang kampung pukul 17.00 WIB. “Saya bolak balik mencari namun bensin subsidi tidak dapat, terpaksa saya membeli pertamax dengan harga Rp15 ribu per liter,” katanya, Rabu, 21 Mei. Menurut warga kelangkaan bensin yang terjadi sejak tiga bulan terakhir nyaris melumpuhkan jalur

transportasi mereka yang kebanyakan menggunakan perahu motor. Hal tersebut diakui Edi Susanto (30), warga Desa Mabulau Buggei Kecamatan Pagai Utara yang akan bertolak ke kampungnya, ia harus mengantre lama di pangkalan penjual BBM untuk mendapatkan minyak mesin boatnya. “Ramai dan lamanya minta ampun, karena terlalu lama saya terpaksa beli ke warga lain dengan harga miring yakni Rp10 ribu per liter padahal HET-nya Rp7 ribu per liter,” ujarnya. Selain membeli kebutuhannya sendiri, Edi juga mengangkut bensin sebanyak 400 liter untuk kebutuhan warga di kampungnya yang terpaksa dijual Rp12 ribu per liter.(leo/g)

FOTO:SIPRIANUS/PUAILIGGOUBAT

PULANG MELAUT - Nelayan pulang melaut tanpa hasil karena badai di Siberut Selatan


23

Puailiggoubat NO. 289, 1 - 14 Juni 2014

K

onon, sebelum orang Mentawai menyebar ke pulaupulau yang ada di Kepulauan Mentawai, hiduplah sepasang suami istri orang Mentawai di daerah Simatalu. Sang suami memiliki kesaktian luar biasa sehingga ditakuti orang-orang di sekitarnya. Ia digelari orang dengan nama “Si Bajak Sikelak Kulit”. Sesuai dengan namanya, ia memiliki kekebalan yang luar biasa. Apapun jenis senjata tidak mampu melukainya. Dengan kesaktian yang dimilikinya ternyata Sikelak Kulit menjadi angkuh, sombong dan jahat. Karena itu tak seorang pun berani menganggunya, sebab takut dibunuhnya. Semua keinginannya harus dituruti dan siapa yang membantah akan dianiayanya. Suatu hari, salah seorang tetangga Sikelak Kulit baru saja pulang berburu dan membawa rusa hasil buruannya. Ketika hendak naik ke gubuknya, ia dicegat Sikelak Kulit. “Hei kamu, serahkan hati hasil buruannmu itu, kalau tidak kubunuh kamu!” katanya. Dengan menyimpuh kepada Sikelak KUlit tetangga itu berkata. “Kalau hati buruan ini kuberikan kepadamu, lalu untuk anakku apa yang akan kuberikan lagi,” jawabnya gemetar. Karena tetangganya itu menentangnya, geramlah Sikelak Kulit. Tanpa pikir panjang ia dekati anak tetangganya itu dan ia remas kepalanya hingga pecah. Melihat anaknya dibunuh, tetangga itu menghunuskan pedangnya dan menebaskan ke leher Si Bajak Sikelak Kulit. Tapi yang terjadi, tak sedikit pun parang itu melukai kulit Sikelak Kulit. Dengan beringas dirampasnyalah hati rusa yang terletak di lulak, semacam talam terbuat dari kayu. Kemudian ia pergi meninggalkan keluarga yang meratapi kematian anaknya. Karena kebiasaan jahat suaminya, istri Sikelak Kulit merasa tidak tenang. Namun ia tidak berani pula menasehati suaminya, karena takut dimarahi. Demikianlah, setiap ada tetangga yang mendapatkan hasil buruan, hati binatang buruannya selalu dirampas oleh Sikelak Kulit, sehingga anak mereka tidak kebagian. Karena kejahatannya itu, semua orang di kampung sepakat untuk membunuh Sikelak Kulit. Tapi rencana itu tidak berhasil karena Sikelak Kulit tidak mempan oleh senjata apapun. Walaupun begitu, orang kampung tidak apath semangat. Mereka berusaha memata-matai kelemahan Sikelak Kulit. Suatu hari ketika Sikelak Kulit hendak pulang ke gubuknya, tiba-tiba ia mengerang kesakitan karena ada duri yang menusuk telapak kakinya. Kebetu-

Suara Daun Roberta Sarokdog

Demokratisasi Atau Tameng Belaka

M

Asal Usul Suku Saleleubaja lan ada seorang warga kampung yang lewat dan Sikelak Kulit memerintahnya agar mencukil dan mencabut duri tersebut. “Hei kamu sini, keluarkan duri ini dari kakiku, kalau tidak kubunuh kau!” hardiknya. Dengan gemetar orang itu melakukan apa yang diperintahkan. Setelah mengeluarkan duri ia pun bergegas pergi. Di tengah perjalanan orang itu berhenti dan tercenung sejenak. Dalam hatinya ia berkata,” Kalau duri bisa menusuk telapak kaki Sikelak Kulit, berarti ada bagian tubuhnya yang bisa terluka, yaitu telapak kakinya.” Sesampainya di gubunya, ia mengajak para lelaki berunding dan menjelaskan bagaimana cara menaklukkan Sikelak Kulit. Ia ceritakan bagaimana duri dapat melukai telapak kaki lelaki jahat itu. Setelah berunding cukup lama didapatkan cara membunuh Sikelak Kulit, yaitu dengan mencari gigi ular berbisa.

Kemudian mereka menangkap seekor ular yang sangat berbisa. Ular itu dibunuh dan giginya yang sangat berbisa diambil dan diamdiam diletakkan di orat atau tangga gubuk Si Bajak Sikelak Kulit. Sambil menunggu keluarnya Sikelak Kulit mereka sembunyi di semaksemak. Kebetulan, tak lama Sikelak Kulit keluar dari gubuknya. Saat menuruni tangga tiba-tiba ia menjerit kesakitan sambil memegang telapak kakinya. Ia berusaha mencabut gigi ular berbisa itu dari telapaknya. Namun, belum sempat ia mencabut benda itu, racun sudah menjalar di aliran darahnya. Sikelak Kulit dengan susah payah berusaha masuk ke gubuknya. Tak lama lelaki jahat itupun meninggal di gubuknya. Mendengar kabar Sikelak Kulit sudah mati berbondong-bondonglah orang menuju rumahnya untuk memastikan kebenaran kabar itu. Ternyata kabar itu benar adanya.

Dengan menimbang kesombongan dan keangkuhan Si Bajak Sikelak Kulit, maka diputuskan untuk mengu-burkannya di puncak gunung ( leleu) yang paling tinggi yang ada di daerah itu, terpisah jauh dari umum. Kebetulan gunung (leleu) yang dimaksud milik salah seorang montogat atau keturunan yang belum memiliki suku. Gunung tempat Sikelak Kulit dikubur akhirnya disebut Leleu Bajak Sikelak Kulit. Sedangkan Montogat pemilik gunung itu diberi nama Saleleu Bajak Sikelak Kulit. Nama ini sekarang dikenal sebagai salah satu suku di Mentawai, yaitu Saleleubajak. Sampai sekarang gunung tempat Si Bajak Sikelak Kulit dikuburkan masih ada di daerah Simatalu dan merupakan gunung tertinggi di daerah itu. (Dituliskan Gerson Merari Saleleubaja berdasarkan cerita suku)

asyarakat memiliki hak untuk menyatakan pendapat, hak politik, kebebasan yang terkontrol dan bermanfaat, hak berdaulat sebagaimana juga diamanatkan dalam peraturan perundangan yang berlaku. Di negara tercinta ini dalam menyatakan hak tersebut, dilakukan melalui lembaga politik (partai politik) dengan menampilkan/mengusung kadernya untuk meraup suara sebanyak-banyaknya dengan berbagai pola, dan bermacam program yang ditawarkan kepada konstituen. Sehingga duduklah penyampaian aspirasi itu di lembaga Dewan Perwakilan Rakyat yang terhormat. Ketika proses aspirasi untuk mendudukkan wakilnya dikesampingkan, selalu muncul praduga-praduga yang dianggap hasilnya inkonstitusional. Muncul asumsi-asumsi yang saling menuding dan menyalahkan. Bahkan ketidakpuasan atas hasil proses demokratisasi, muncul tuntutan, penolakan-penolakan, tidak legowo menerima hasil dari proses demokratisasi bahkan sampai pada proses hukum. Padahal yang melakukan secara langsung atau tidak langung adalah peserta pemilu, baik secara kelembagaan maupun perorangan atas pelanggaran pemilu adalah mereka sendiri. Selain itu pelaksana pemilu, juga memiliki kelemahan-kelemahan dalam menjalankan tugasnya. Namun suka tidak suka keterlibatan semua pihak sangat berperan penting, sukses tidak suksesnya pemilihan mulai dari pusat sampai daerah, mulai dari proses seleksi sampai pada tahapan pemilihan selesai. Secara perorangan juga muncul penyesalan, asumsi-asumsi, pesimistis terhadap pembawa aspirasi yang duduk di lembaga terhormat, tidak mampu menyeimbangkan, bekerjasama dengan eksekutor pembangunan dan mampu melakukan perubahan yang signifikan yang cenderung menjadi lawan dalam menjalankan amanah rakyat. Lalu demikian, apa proses ini adalah membangun aspirasi rakyat sebagai wujud dari pelaksanaan hak-hak rakyat ?Apakah karena jabatan atau kekuasaan semata ? Lalu siapakah yang mendorong dan menyampaikan aspirasi rakyat sampai terjawab ? Apakah nilai demokrasi yang damai seperti yang diharapkan dilanggar saja? Dalam kurun waktu yang tidak terlalu lama, pilpres akan digelar, Apakah hal serupa akan terjadi? Kita lihat saja nanti. Belajarlah dari kesalahan, dan jangan mempermasalahkan masalah yang ada, mari menjunjung tinggi nilai demokratisasi.z


Lingkungan

Puailiggoubat NO. 289, 1 - 14 Juni 2014

Biogas sumber energi terbarukan kaya manfaat

Gerson Merari Saleleubaja

I

novasi yang penuh kreativitas terhadap pemanfaatan biogas yang menjadi sumber energi

alternatif terbarukan dan ramah lingkungan yang kaya manfaat seakan tak berhenti. Kekurangan yang terjadi pada fasilitas biogas yang dibuat sebelumnya memotivasi pemilik fasilitas penghasil energi yang berasal dari kalangan petani di Kabupaten Padangpariaman termotivasi melakukan riset kecil atau lebih tepatnya berimprovisasi menemukan formula yang paling cocok dan memiliki daya tahan yang mumpuni. Teknologi ini pertama kali diperkenalkan Field Bumi Ceria (FBC), sebuah organisasi nirlaba pada 2010 kepada petani dampingan yang bertujuan menciptakan petani tangguh terhadap bencana dan perubahan iklim. Namun produk pertama yakni tungku pengganti kompor yang terbuat dari campuran semen dan pasir hanya bertahan paling lama dua minggu kemudian retak dan pecah. Akibatnya, mereka mesti membuat yang baru sehingga sangat tidak efisien dari segi waktu dan biaya karena tujuan dari kegiatan ini selain membuat energi terbarukan juga sebagai langkah penghematan untuk menciptakan petani tangguh di Padangpariaman. Berangkat dari sana, Novrianto, salah seorang petani jebolan sekolah lapang Field FBC mulai melakukan riset tungku biogas. Berbagai bahan ia coba, semen campuran pasir pecah, selanjutnya dari tanah juga tidak tahan. Terakhir ia mulai mencoba membuat campuran kompor yang terbuat dari semen kemudian dicampur gula atau air tebu secukupnya, ternyata kompor itu tahan sampai sekarang dalam kondisi apapun walau dibanting. “Ide ini muncul ketika saya membayangkan bangunan Belanda yang ada di sini berdiri kokoh dan susah runtuhnya meski ada gempa, dari sana saya berpikir pasti ada sesuatu yang membuatnya kuat, dan itu mesti ditemukan,” kata laki-laki berusia 53 tahun dari Jorong Sumur Karang Korong Talau Mundam Nagari Katapiang, Padangpariaman saat ditemui Puailiggoubat di kediamannya, Sabtu, 24 Mei. Pria yang akrab disapa Pak Tok ini mengatakan, membuat tungku temuannya ini tidaklah susah termasuk biayanya sangat murah. Agar menjadi ilmu yang bisa diterapkan kepada masyarakat lain, kepada Puailiggoubat Pak Tok membeberkannya. Untuk membuat 1 unit kompor biogas material yang perlu disiapkan yakni 2 kaleng yang mempunya diame-

Digester Biogas di Pariaman

Energi Alternatif

Kompor Biogas Hemat Buatan Pak Tok ter berbeda, 1 kaleng berkaspasitas 5 kilogram dan lainnya 1 kilogram. Kaleng ini berfungsi sebagai cetakan. Setelah itu sediakan semen sebanyak 2 kilogram yang dicampur diaduk dengan air secukupnya, setelah adukan merata, kemudian dimasukkan 2 ons gula pasir kemudian diaduk dengan rata pada campuran sebelumnya. “Kalau tidak ada gula, boleh menggunakan air perasan tebu yang berukuran 2-3 meter untuk menemukan komposisi yang tepat,” tuturnya. Pak Tok menegaskan, gula atau air tebu mesti ada karena inilah unsur utama yang membuat tungku atau kompor tidak retak ketika dipanaskan. Pencampuraan gula membuat adonan semen terasa lunak dan kenyal. Campuran semen dan gula yang telah masuk dalam cetakan kemudian dilubangi dengan diameter 2-3 centimeter di salah satu sisi ruang memasukkan pipa atau selang biogas. Setelah usai proses tinggal menunggu adonan semen mengering. “Saya sudah coba ketika tungku tersebut dibakar kemudian disiram air es tidak ada retakan, bahkan dibanting sekalipun. Dengan penggunaan bahan tersebut, biogas yang dialirkan dalam kompor tidak akan terbuang sia-sia karena tidak ada celah udara keluar,” kata anggota Persatuan Petani Pemandu dan Masyarakat Tangguh Bencana dan Perubahan Iklim (P3MTBPI) ini. Kemudian peralatan lain dipasang seperti sebuah kerucut yang dipasang disamping model segitiga yang berfungsi agar ruang udara lebih kuat, sehingga

modelnya mirip susunan kompor gas pabrikan. Dikatakan murah karena dengan modal sekitar Rp70 ribu-an kemudian ditambah 1,25 kilogram gula sudah dapat membuat tungku sebanyak 25 unit. Modal tersebut digunakan membeli 50 kilogram semen atau 1 zak seharga Rp60 ribu. Jika diurai lagi, 1 kilogram semen Rp1.200-an sementara 1 tungku butuh 2 kilogram semen sehingga modalnya hanya Rp2.400-an ditambah gula 2 ons. Pria yang termasuk petani pakar binaan Dinas Pertanian Sumatra Barat ini menjamin tungku biogas buatannya mampu bertahan hingga 50 tahun. Menurutnya hal tersebut bukan hal yang mustahil karena tungku tersebut telah melalui ujicoba yang cukup lama. “Tungku ini murah dan memiliki daya tahan yang tak perlu diragukan, ketika memasak dengan wadah berat tidak perlu ragu karena cukup tidak akan goyang dan pecah karena mampu menahan beban yang berat.” tuturnya. Meski tungku buatannya banyak digemari masyarakat, namun Pak Tok tidak pernah menjual kepada warga, “Inovasi ini saya sumbangkan kepada masyarakat yang butuh pengetahuan karena prihatin dengan kondisi kemiskinan yang dialami,” ujarnya. Bagi-bagi ilmu tersebut tidak hanya dilakukan Pak Tok di daerahnya namun sudah menjangkau Pesisir Selatan. Menurutnya, anggota P3MTBPI siap dipanggil untuk memperkenalkan teknologi ramah lingkungan kepada masyarakat.

Selain membeberkan cara pembuatan tungku, Pak Tok juga tidak keberatan mengulas teknik pembuatan biodigester atau bak pengolahan kotoran ternak menjadi gas metana yang membentuk biogas. “Ilmu menjadi cara mendidik petani tangguh dalam situasi bencana atau peribahan iklim, sehingga tetap bertahan dan keluar dari kemiskinan,” katanya sebelum memberi penjelasan. Caranya sederhana, katanya, sediakan lubang di tanah sepanjang 6-7 meter lebih panjang lebih bagus dengan lebar 80 centimeter, kedalaman berbeda yakni bagian depan 50 centimeter dan di belakang 40 sentimeter. Kemudian lubang tersebut dilapisi dengan plastik polyethylene (PE) sehingga menjadi ruang vakum udara. “Modelnya memanjang dan sedikit menungging,” katanya. Di bagian ujung depan tempat penyaluran gas dipasang tandon yang juga terbuat dari plastik PE yang tebal dan kedap udara yang menjadi tabung gas yang hasil permentasi dalam digester. Dari tabung tersebut dipasang pipa ukuran 0,5 inchi yang mengalirkan gas ke rumah atau ke kompor yang telah dipasang sebuah tabung kaleng atau plastik yang berisi air yang berfungsi menjaga tekanan gas. Tandon yang sudah terisi gas bisa dilepas seperti mengangkat tabung gas elpiji milik Pertamina sehingga bisa dipakai memasak dimanapun Proses awal memperoleh biogas butuh waktu beberapa waktu, caranya dengan memasukkan kotoran sapi

24

sebanyak seperempat dari jumlah yang bisa dimuat dalam biodigester. Kotoran tersebut boleh diaduk maupun tidak karena air yang ada bisa menghancurkan dengan rata kotoran tersebut dengan sendirinya. “Untuk menghasilkan gas butuh waktu 24 hari, kemudian setelah 28 hari gas yang ditampung dalam tandon tersebut sudah bisa digunakan untuk memasak, Modal membuat instalasi biodigester hingga saluran hanya Rp700 ribu,” jelasnya. Namun Pak Tok mengatakan, proses tersebut bisa dipercepat dengan cara memasukkan air yang diambil dari kubangan kerbau atau sapi sebanyak 1 gerobak. Hasilnya, hanya 4 hari biogas sudah keluar dan sekitar 8 hari sudah dapat digunakan untuk memasak. Jika sudah melewati proses tersebut, tiap hari bak diisi kotoran sapi secukupnya dan gas dipergunakan untuk seterusnya. “Kalau saya biasanya mengisi kotoran sapi sebanyak 12 kilogram tiap hari dan itu cukup dipakai memasak untuk 6 orang, kotoran sapi tersebut bisa diperoleh dari 2-3 ekor sapi,” katanya. Setelah beralih dari gas elpiji ke biogas, Pak Tok menyebutkan banyak manfaat yang dirasakannya. Pertama biaya lebih irit karena tidak perlu membeli tabung gas jika memasak, jika saat ini tabung gas ukuran 3 kilogram Rp14 ribu dan hanya dipakai sekitar 4 hari di rumahnya maka sebulan ia dapat menghemat minimal Rp100 ribu. “Jika pemerintah mengurangi subsidi tentu harganya elpiji makin mahal sehingga lebih efisien memakai biogas, kalau terjadi bencana yang membuat pasokan gas atau BBM sulit masuk maka kami tidak perlu khawatir karena sudah menghasilkan sendiri dari lingkungan yang kami miliki,” katanya. Selain mendapat manfaat langsung dari biogas, kata Pak Tok, efek rumah kaca yang membuat pemanasan global yang banyak disumbang gas methan bersumber dari kotoran ternak dapat ditekan. Juga limbah pengolahan biogas yang dikuras dari biodigester dimanfaatkan menjadi pupuk organik yang menyuburkan tanah dan tanaman. “Dengan adanya pupuk organik, petani tidak perlu pupuk kimia yang justru merusak struktur tanah dan kandungan yang ada di dalamnya, nah satu lagi langkah penghematan yang bisa kami terima,” paparnya. Karena petani butuh kotoran sapi, lanjut dia, ternak mereka tidak dilepas sembarangan sehingga perawatannya akan lebih terjamin dan tentu memiliki kesehatan bagus yang meningkatkan daya jualnya. Pak Tok mengaku, memandu petani mengembangkan teknologi murah ini mengalami sedikit tantangan terkait faktor perilaku yang maunya serba instan. Meski begitu pria kelahiran 28 November 1961 tidak menyerah melakukannya.***


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.