296

Page 1

MENTAWAINEWS

4

8

KEKURANGAN PANGAN ANCAMAN SERIUS BAGI MENTAWAI

SEKOLAH TINGGI MENTAWAI DIBUKA TAHUN DEPAN PENDIDIKAN

Tabloid Alternatif Dwimingguan

18

Puailiggoubat Untuk Kebangkitan Masyarakat Mentawai

15

N

o. -3 29 0 Ta Se h 6 pt un em XI be I r2 01 4 HARGA ECERAN RP 3000

MENTAWAINEWS

JADI ANGGOTA DPRD, DUA KADER AMAN DISUMPAH ADAT


Puailiggoubat NO. 296, 15 - 30 September 2014

Uggla Sirimanua siorak teteu samba tsunami ka Mentawai sipasigagalai lalep moi rakau loikna sigailaira tapoi buiktak ibara surat kaipa aibara loinak nenda sibara ka kepala desa - 3

Dari Redaksi

O

rang bijak mengatakan, seseorang yang menderita mampu bertahan hidup ketika ia masih memiliki harapan. Ya, harapanlah yang membuat kita semangat. Harapanlah yang membuat

Teteu igeu-geu Sumatra Barat, epat sirimanua mabesik samba maigi lalep makatai - 14

Suat alito, bensin matulut itatak ka Mentawai ibailiu tak malangen mugalai, besit sakinia bagei ibailiu tak bara puutungan sisilokra, sabagei tak moi rai kaeijananda kalulut tak bara nia bensin suat motrodda - 21

Harapan

kita mampu bernafas panjang di saat-saat kesulitan mendera. Kini banyak muncul pemimpinpemimpin yang menawarkan harapan dan membawa semangat perubahan. Mereka muncul di tengah apatisme masyarakat pada politik, rasa putus asa masyarakat

terhadap pemerintah. Mereka menjadi pemimpin yang dicintai rakyat, didukung dan dibela. Di masa depan, apakah kita akan menemukan pemimpinpemimpin seperti itu? Di saat kekuasaan pemilihan kembali berada di tangan wakil rakyat di

parlemen ? Apakah kita, rakyat Indonesia masih bisa hidup dengan harapan atau kembali menjadi manusiamanusia apatis?

berdasarkan SK Gubernur Provinsi Sumatera Barat. Perlu kami sampaikan beberapa kegiatan yang antara lain telah dilalukan oleh Sekretariat Bersama: 1. Mediasi permasalahan penetapan lokasi huntap di Dusun Surat Aban, Bupati Mentawai turun langsung sampai di Dusun Surat Aban. 2. Penyelesaian perselisihan lokasi huntap di Dusun Silabu Utara. 3. Penyelesaian penetapan 2 KK di Dusun Tunang Tuggut, Pasapuat. 4. Mendorong percepatan pencairan dana huntap di berbagai lokasi yang terkendala administrasi. 5. Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan

pem-bangunan hunian tetap untuk selan-jutnya disampaikan pada jajaran BNPB dan BPBD Provinsi Sumatera Barat guna penetapan kebijakan lebih lanjut. Atas kegiatan-kegiatan tersebut diatas yang telah dilakukan oleh Sekretariat Bersama, kami berpandangan bahwa pernyataan/tulisan tabloid Puailiggoubat dalam rubrik Suara Puailiggoubat tidak berdasar dan tidak sesuai dengan kenyataan yang ada. Demikian kami sampaikan atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih. Sekretariat Bersama Aristo Wiro Rantetana Sekretaris

Redaksi

Klarifikasi....

Kortanius Sabeleakek samba Yosef Sarogdok sibailiua anggota DPRD Mentawai sibara ka AMAN ratonek akek mugalai sia siripot siobat bagat sai Mentawai - 4

Ka rura ka mata sekolah tinggi muriok ka Mentawai, jurusan rabarakek ka sikolah nenda siripot pukaiyoat sibara ka pulaggajat bulek moi rapasikeli nia - 18

2

Surat Pembaca Kepada Yth; Redaktur Puailiggoubat Dengan hormat, Menanggapi Rubrik Suara

Puailiggoubat yang dimuat pada edisi No.295, 1 - 14 September 2014 halaman 16 dimuat sbb... .....Lalu soal percepatan hunian tetap......., terlebih setelah dibentuknya Sekretariat Bersama yang diketuai Bupati Mentawai Yudas Sabaggalet, yang terkesan setengah hati. Menanggapi pemberitaan tersebut perlu kiranya kami klarifikasi, bahwa peran dan dukungan Sekretariat Bersama yang saat ini dimaksudkan untuk memberikan dukungan pelaksanaan pembangunan hunian tetap tidakdilaksanakan dalam konteks setengah hati, bahwa kegiatan yang dilakukan oleh Sekretariat Bersama berada pada koridor sesuai fungsi dan tugas Sekretariat Bersama

COVER DEPAN: 1 FOTO: RUS 1 DESAIN: SYAFRIL TABLOID ALTERNATIF DWIMINGGUAN

Puailiggoubat Terbit setiap tanggal 1 dan 15

ISSN: 1412-9140 PENERBIT: Yayasan Citra Mandiri PEMIMPIN UMUM: Roberta Sarogdok PEMIMPIN USAHA: Pinda Tangkas Simanjuntak PEMIMPIN REDAKSI: Yuafriza DEWAN REDAKSI: Roberta Sarogdog Rus Akbar Saleleubaja Yuafriza REDAKTUR: Rus Akbar Syafril Adriansyah Gerson Merari Saleleubaja WARTAWAN DAERAH: Bambang Sagurung (Sikabaluan) Rapot Pardomuan (Sipora) Rinto Robertus (Saibi) Leo Marsen (Sikakap) Supri Lindra (Sikakap) Patrisius Sanene’ (Padang) Legend Satoinong (Siberut Selatan) Siprianus Sababalat (Siberut Selatan) DISTRIBUTOR DAERAH: Arsenius Samaloisa (Sioban) Vincensius Ndraha (Siberut Selatan) Bambang (Siberut Utara) Juanda (Siberut Barat) ALAMAT REDAKSI DAN USAHA: Jl. Kampung Nias 1 No. 21, Padang. Telp (0751) 7877373 - Fax. (0751) 35528 REKENING: Bank Nagari Cabang Pembantu Niaga, Padang No.2105.0210.0207-1 PENCETAK: Padang Graindo, Padang (Isi di luar Tanggung Jawab Percetakan) Wartawan Puailiggoubat selalu dilengkapi Kartu Pers dan (sesuai Kode Etik Jurnalistik) tidak dibenarkan menerima suap (‘amplop’) dari narasumber.

www.puailiggoubat.com

Guru PNS Sering Mangkir Kami masyarakat Dusun Bere, Desa Makalo, Kecamatan Pagai Selatan mengkritisi guru PNS, hari Rabu datang, Jumat pergi, atas nama masyarakat Dusun Bere menyampaikan kepada Kepala UPTD Pendidikan Pagai Selatan Kornelius Samaloisa (Dusun Bere) 082174332645

Mekarkan Desa di Siberut Tengah Masyarakat Dusun Simoilalak, Sirisurak, Sua, Totoet, Toroiji, Sibudda Oinan dan Kaleak, Desa Saibi Samukop, Kecamatan Siberut Tengah menunggu pemekaran desa, dimana tahapan-tahapan telah dilalui dengan penuh perjuangan, salah satunya jalan yang ditempuh adalah melalui politik, mulai Pemilu 2004-2009, 2009-2014,2014 sampai sekarang,namun pemekaran tersebut tidak terealisasi, tidak luput pemilu gubernur, bupati, Pilpres telah menjadi syarat untuk pemekaran tersebut, namun syarat tersebut hanya umpan pemenangan para elite politik untuk meraih kursi empuk, kemungkinan besar Pemilukada 2016 akan sepi, karena tidak ada artinya bagi kami. Binsar Saririkka (Kepala Dusun Simoilalak) +6281266070625

Jika Anda punya unek-unek, kritik, saran, pesan, atau pertanyaan untuk kemajuan Kepulauan Mentawai atau laporan kondisi di daerah Anda, silakan kirim melalui SMS ke Nomor HP 082 283 502 97. Pesan harus dilengkapi nama dan alamat lengkap. Kami harus memuat nomor HP lengkap pengirim sms sesuai Undang-Undang Pers dan anjuran Dewan Pers. Puailiggobat tidak akan memuat SMS tanpa identitas yang jelas.


3

Puailiggoubat NO. 296, 15 - 30 September 2014 FOTO:RUS/PUAILIGGOUBAT

PER CEP ATAN HUNT AP PERCEP CEPA HUNTAP

MASALAH KAYU SELESAI Masyarakat dibolehkan menyediakan kayu sendiri asal ada rekomendasi kepala desa soal asal usul kayu. Supri Lindra

ebanyak 20 sak semen milik Prianto, warga Desa Malakkopa , Kecamatan Pagai Selatan, Kabupaten Kepulauan Mentawai rusak akibat terlalu lama dibiarkan. Prianto adalah salah satu dari 2.702 KK penerima dana pembangunan huntap bagi korban gempa dan tsunami Mentawai empat tahun lalu. “Akibat keterlambatan kayu banyak sekali kerugian yang kami alami dalam pembuatan rumah huntap, mulai dari material fabrikan banyak yang keras akibat lambat digunakan, seperti semen dipesan 40 sak yang bisa digunakan sekarang hanya 20 sak, kalau masalah kayu ini tidak cepat terselesaikan kemungkinan huntap tidak akan selesai dengan waktu yang telah ditetapkan oleh pemerintah,” kata Prianto di hadapan sejumlah warga penerima huntap Pagai Utara Selatan saat mengadakan pertemuan dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumatra Barat di Sikakap, 3 September lalu. Keluh kesah itu disampaikan Prianto karena dana huntap sudah disetor ke rekening milik pokmas (kelompok masyarakat penerima bantuan) sejak Februari lalu. Namun dana belum bisa diambil karena terkendala sejumlah hal misal proses pembukaan lahan di lokasi pemukiman baru dan proses penyediaan kayu oleh pemilik Izin Pemanfaatan Kayu dari Primkop Kartika 032 Wirabaraja. Sementara Badan Nasional

S

Penanggulangan Bencana (BNPB) menargetkan Oktober depan, semua huntap sudah selesai. Guna mencari jalan keluar untuk percepatan huntap, BPBD menggelar pertemuan dengan sekitar 200 warga Pagai Utara dan Selatan serta Sikakap yang menerima bantuan. Pertemuan itu dihadiri Kepala Bidang Rehap Rekon Badan Penanggulangan Bencana Daerah ( BPBD ) Provinsi Sumatera Barat dan Pejabat Pembuat Komitmen Rehap Rekon ( PPK RR ) Kabupaten Kepulauan Mentawai Zulfiatno dan Kasi Rekonstruksi BPBD Sumbar Suryadi. Dalam pertemuan itu, Erdiman Saogo, koordinator warga penerima huntap dari Pagai Selatan mengatakan, warga di kecamatannya saat ini kesulitan melanjutkan pembangunan huntap lantaran tidak ada kayu yang disediakan Primkop padahal jauh hari, warga sudah menyediakan kayu sendiri dengan mengeluarkan uang pribadi untuk mengolah kayu diantara membayar upah potong dan gergaji dan membeli bahan bakar mesin gergaji. Hal yang sama dikatakan Elisa Saogo, koordinator masyarakat Keca-

HUNTAP - Kondisi huntap yang belum selesai dibangun di Kecamatan Pagai Selatan matan Pagai Utara. Ia mengatakan keharusan membeli kayu dari Primkop membuat masyarakat harus menunggu sementara mereka bisa menyediakan kayu sendiri. Menurut Elisa warga minta diizinkan menyediakan kayu sendiri tanpa menunggu kayu Primkop dan uang pembelian kayu sebesar Rp7,7 juta di rekening tiap anggota pokmas bisa dicairkan untuk membayar upah potong dan upah gergaji. “Kalau masalah pengadaan kayu tidak ada jalan keluar, kami atas nama warga Dusun Sebeuguggung Desa Betu Monga Kecamatan Pagai Utara yang mendapatkan bantuan huntap akan tarik diri dari penyelesaian pembuatan huntap, dan buku rekening huntap akan diserahkan kepada BPBD, dengan niat baik uang tersebut akan dikembalikan ke BNPB,” kata Elisa. Tindakan itu menurut Elisa karena masyarakat telah jenuh tinggal di huntara KM 14 Pagai Utara, “Saya adalah salah satu korban gempa bumi dan tsunami, bahkan tsunami telah merenggut anak saya, sudah 4 tahun berlalu kami teraniaya bahkan sekarang masih tinggal

di huntara,” katanya. Tarianus Saogo, warga Dusun Eruk Paraboat menambahkan, saat ini warga korban tsunami hidup dalam serba kesulitan, baik ekonomi maupun batin, sudah hampir 4 tahun setelah tsunami, huntap tak kunjung selesai. “ Harapan kami dari masyarakat supaya rumah huntap ini cepat selesai dan uang kayu di rekening penampung harus secepatnya dicairkan,” katanya berharap. Usai mendengar aspirasi warga, Zulfiatno mengatakan, sebenarnya uang kayu pokmas di rekening sudah bisa dicairkan sepanjang proses pencairan sesuai aturan. Sesuai hasil pertemuan yang sudah digelar BPBD Sumbar dengan BNPB, perwakilan Kementerian Kesejahteraan Rakyat dan Primkop Kartika 032 Wirabraja di Padang beberapa waktu lalu, masyarakat dibolehkan mengolah kayu sendiri namun ada persyaratannya. Persyaratannya adalah warga harus memiliki surat rekomendasi dari kepala desa yang menerangkan asal usul kayu tersebut, diambil dari ladang sendiri atau orang lain. “Ini menyangkut aturan

Bupati: Pembangunan Huntap Libatkan Masyarakat

B

upati Mentawai, Yudas Sabaggalet yang dikonfirmasi terkait perkembangan pembangunan huntap Mentawai mengatakan bahwa sebagai kepala daerah wewenangnya hanya sebatas kebijakannya saja. “Kita hanya dalam konteks soal kebijakannya saja. Untuk teknis di lapangan bisa tanya Dandim juga,” katanya Senin, 1 September pada Puailiggoubat. Lebih lanjut dikatakan Yudas, dalam proses pembangunan huntap Mentawai sudah ada para-

digma baru di tengah masyarakat dimana pembangunannya melibatkan langsung masyarakat setempat seperti pembangunYudas Sabaggalet an rumah. “Masalah air sedang dalam proses pembangunan, persoalan listrik kita ber-

harap penerangan tenaga surya,” jelasnya. Peran Sekretariat Bersama yang diketuainya selama ini hanya mengakomodir semua informasi yang ada di lapangan. ”Sekber sebenarnya mengakomodir informasi-informasi yang ada di bawah, karena untuk di tingkat masyarakat juga sudah dibentuk TPM yang didalamnya ada kepala desa, camat, kepala dusun. Sekber hanya membantu dan memfasilitasi dalam kontek evaluasi,” jelasnya. (bs)

hukum, kita tidak bisa sembarangan,” kata Zulfiatno. Lalu selain rekomendasi, warga juga harus melampirkan kwitansi upah gesek atau potong kayu, upah olah kayu, dan upah angkut. Surat rekomendasi tersebut lalu diserahkan ke PJOK Huntap masing-masing, jelas Zulfiatno. “Kalau surat ini sudah lengkap hari ini, dana kayu di rekening penampung akan dicairkan dalam hari ini juga, hal ini diambil dengan tujuan agar penyelesaian rumah hunian tetap korban gempa dan tsunami Mentawai cepat selesai dan masyarakat bisa hidup dengan aman dan tentram,” katanya. Dana pembangunan rumah yang dialokasikan pemerintah per orang adalah Rp68 juta. Sebanyak Rp7,7 juta diantaranya digunakan untuk membeli kayu dengan rincian Rp1,4 juta per kubik kayu. Sedang kayu yang dibutuhkan untuk tiap rumah berukuran 36 meter persegi 5,5 kubik. Sementara Komandan Kodim 0319 Mentawai, Letnan Kolonel Arh. Dedik Ermanto, dalam pertemuan itu mengatakan, urusan pembukaan dan pembersihan lahan (LC) sudah selesai dan saat ini persoalan adalah penyediaan kayu. Untuk itu ada beberapa opsi yang ditawarkan, pertama masyarakat mengelola kayu sendiri atau kedua masyarakat membeli kayu ke IPK dengan harga Rp1,4 juta per kubik. “Jika ada masyarakat yang punya persediaan kayu lebih kalau mau menjual ke IPK (Primkop) kita akan beli, namun tentu dengan aturan jual beli dan dilengkapi kwitansinya, hal ini demi masyarakat Mentawai,” kata Letkol Arh. Dedik. Ia menambahkan, pihaknya akan menerima apapun keputusan masyarakat dengan harapan huntap dapat selesai secepatnya dan masyarakat dapat hidup dengan layak. (o)


Puailiggoubat NO. 296, 15 - 30 September 2014

Bertarung dengan kondisi jalan yang buruk menuju lokasi huntap yang ada di Sipora Selatan.

Catatan Perjalanan

Menghadang Jalan Berlumpur ke Bosua FOTO:PATRIS/PUAILIGGOUBAT

Bambang Sagurung

atanglah ke huntap Bosua. Banyak persoalan yang perlu dilihat, masyarakat memerlukan peran media yang independen dan melihat fakta lapangan. Kami sangat berharap,” kata seseorang yang menghubungi Puailiggoubat, Jumat, 15 Agustus lalu. Saya mencoba mencari beberapa informasi tentang huntap di dua desa tersebut, termasuk informasi untuk menuju ke sana. lokasi huntap wilayah Kecamatan Sipora Selatan pasca tsunami Mentawai Oktober 2010 diantaranya Desa Bosua dan Desa Beriulou masih asing bagi saya, terlebih menuju daerah tersebut dengan jalur darat. Medan yang akan ditempuh belum pernah saya jajal. Akhirnya saya dan Patrisius Sanene, rekan kerja, berangkat Sabtu, 23 Agustus dengan membawa peralatan liputan di lapangan. Karena mengejar waktu, pukul 07.00 WIB, kami sudah berangkat. Sengaja berangkat pagi-pagi karena musim hujan di Tuapeijat sudah terjadi hampir seminggu yang membuat jalan menuju lokasi huntap licin dan berlumpur sebab saat itu baru pengerasan badan jalan yang sedan diperbaiki. Dari Tuapeijat, perjalanan masih lancar. Patris membawa sepeda motor dengan kecepatan 40 hingga 60 km/ jam. Kendati badan jalannya belum dirabat beton namun tahap pengerasan, sampai di Sioban perjalanan masih lancar. Jalan mulai rusak menjelang logpon bekas perusahaan kayu di Sipora. Tanjakan panjang dengan badan jalan yang berlumpur serta semak-semak di tengah badan jalan menjadi tantangan yang cukup menyesakkan dada . Patris mencoba mengendalikan motor, sementara saya mendorong dari belakang. ternyata diwilayah itu hujan turun tengah malam yang membuat badan jalan licin dan berlumpur. Setelah melewati tanjakan sekitar 50 meter, kembali dihadapkan pada turunan yang kondisinya lebih parah. Untuk turun, rem kaki dan rem tangan tak bisa dihandalkan karena ban roda sepeda motor terus meluncur. Satusatunya jalan, satu orang harus menahan dari belakang. Walau terseok-seok akhirnya berhasil menurun dengan selamat. Merasa capek, Patris memberikan kendali sepeda motor pada saya. Melihat badan jalan sedikit datar kami mencoba naik berdua walau harus berulang kali naik-turun. Tanjakan panjang dan tajam kembali meng-

4

“D

BERLUMPUR - Kondisi badan jalan yang berlumpur di daerah hunian tetap di dusun Bosua Kecamatan Sipora Selatan hadang. Kali ini tidak hanya lumpur bukit yang licin menghadang, namun batu-batu mirip tanah liat yang licin menjadi tantangan baru. Terlihat beberapa warga juga mendorong sepeda motor. Sepertinya sudah menjadi makanan harian bagi masyarakat yang pergi dari Bosua-Tuapeijat. Melihat medan yang semakin rumit, kami mencoba bertanya pada masyarakat apakah kondisi jalan yang seperti ini sampai di lokasi huntap atau tidak. “Habis tanjakan ini sudah turunan lagi. Sebentar lagi jalan sudah bagus,” kata salah seorang masyarakat

yang kami tanya. Lega rasanya mendengar penjelasannya. Dengan semangat baru saya dan Patris mencoba mendorong dan mengangkat motor bila terjebak dalam lumpur. Tapianehnya kondisi yang seperti itu seakan tak berujung. Saya menengok jam tangan, lama perjalanan sudah empat jam. Rasa putus asa mulai terasa. Kami mencoba istirahat sejenak dan membuat pertimbangan apakah terus maju dengan menggunakan sepeda motor atau berjalan kaki, yang jelas bukan balik kanan untuk mundur. Pilihannya kami tetap menggunakan

sepeda motor dengan gantian membawa. Saat sampai di huntap wilayah Bosua, hati kami menjadi lega karena perjuangan ternyata tak sia-sia, kami langsung mencari rumah informan yang direkomendasikan oleh penelepon sebelumnya untuk menggali informasi. Januarius Samaloisa sasaran pertama kami. Ternyata siang itu, dia lagi ada di kebun kelapa, kami pun mencoba mencarinya di kebun kelapanya yang ada di Dusun Sao. Tanya sana-sini akhirnya kami dapat bertemu dibawah batang kelapa yang ada di pesisir

Kontrak Fasilitator Huntap Diperpanjang SIKAKAP - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumatra Barat memperpanjang kontrak kerja 114 fasilitor yang telah berakhir Agustus lalu hingga tiga bulan ke depan yakni hingga akhir November. Perpanjangan kontrak itu karena masyarakat masih membutuhkan pendampingan selama pembangunan huntap. Hal itu dikatakan Kepala Bidang Rehap Rekon BPBD Provinsi Sumatera Barat dan Pejabat Pembuat Komitmen Rehap Rekon ( PPK RR ) Kabupaten Kepulauan Mentawai Zulfiatno, 3 September lalu. Fasilitator tersebut terbagi di empat kecamatan diantaranya,

kecamatan Sikakap dan Kecamatan Pagai utara 30 orang, Kecamatan Pagai Selatan 52 orang, dan Kecamatan Sipora Selatan 32 orang. Kasi Rekonstruksi BPBD Mentawai, Suryadi, mengatakan, target penyelesaian huntap hingga Oktober, mengingat hal itu dan adanya ketersediaan dana maka kontrak fasilitator diperpanjang. Menurut Suryadi, dalam kontrak yang baru fasilitator akan diberikan tambahan dana transportasi masing – masing Rp 500 ribu, sementara gaji fasilitator yang biasanya Rp 4 juta sekarang naik menjadi Rp 4,5 juta per bulan. Sementara Zulfiatno menambahkan perpanjangan kontrak fasilitator

berlaku buat yang mau mengikuti aturan yang telah disepakati bersama, bagi yang tidak patuh dengan aturan yang telah dibuat kemungkinan kontraknya tidak diperpanjang lagi dan diganti dengan orang lain dan surat menyurat diharapkan diserahkan kepada fasilitator yang baru. Gaji terakhir fasilitator akan dibayarkan bila seluruh pekerjaan telah selesai mulai dari pembuatan laporan dan mendapatkan surat rekomendasi selesai pekerjaan dari PJOK huntap di setiap kecamatan, kalau surat tersebut tidak ada maka gaji November tidak akan dicairkan, jelas Zulfiatno. (spr)

pantai, karena sibuk, Januar merekomendasikan kami menemui Faomasi Zai untuk konfirmasi awal. Saat ditemui di rumahnya, Zai panggilan Faomasi Zai sedang santai sambil minum kopi diteras rumahnya, dia menyambut kami dengan hangat setelah kami memperkenalkan diri dan maksud serta tujuan menemui dia. Dikatakan Zai, pembangunan tapak hunian tetapnya tidak dapat dilanjutkan karena diprotes oleh fasilitator dengan alasan tidak masuk dalam wilayah yang ditentukan saat pembagian lokasi pembangunan tapak. Selain itu, lokasi pembangunan tapak huntap milik Zai yang baru merupakan tempat pembangunan asrama SMPN Bosua. “Pada awal pemindahan bahan material hingga pengerjaan beberapa meter tapak tidak ada masalah, setelah beberapa hari kerja baru dipermasalahkan, katanya kepada Puailiggoubat, Sabtu, 23 Agustus lalu. Dijelaskan Zai, dirinya nekad memindahkan lokasi rumah karena lokasi tapaknya yang diberikan pertama rawan terhadap longsor. Jarak bagian belakang rumahnya dengan tebing bekas penggerukan landclearing hanya 5 meter, dan ketinggian tebing tersebut mencapai 10 meter. “Saya tidak mau mengorbankan keluarga saya setelah dievakuasi ke tempat yang dinilai aman oleh pemerintah, termasuk tidak menyia-nyiakan uang yang diberikan pemerintah kepada saya,” katanya. Lokasi pembangunan hunian tetap berdasarkan pantauan Puailiggoubat berada di kawasan rawan karena banyak lokasi yang longsor dan amblas saat hujan turun, beberapa tapak-tapak rumah yang sudah dibangun nyaris berada di pinggir jurang, tak ada pilihan, karena untuk menggeser ke depan tidak bisa karena harus disediakan ruang untuk pembangunan badan jalan. Berdasarkan data rehab rekon pascatsunami Mentawai, jumlah penerima huntap di Kecamatan Sipora Selatan untuk di Desa Bosua 27 Pokmas atau 363 KK, di Desa Beriulou 22 Pokmas atau 250 KK. Rinciannya yaitu di wilayah Desa Bosua yaitu Dusun Sao 8 Pokmas, Dusun Monganbosua 4 Pokmas, Dusun Katiet 4 Pokmas, Dusun Bosua Utara 5 Pokmas, Dusun Bosua Selatan 4 Pokmas dan Dusun Gobik 2 Pokmas. Sedangkan di Desa Beriulou yaitu Dusun Rogdang 3 pokmas, Dusun Rualeleu 3 pokmas, Dusun Bulakmonga 5 pokmas, Dusun Bere 5 pokmas dan Dusun Matalu 6 pokmas. (o)


MENTAWAINEWS Siberut Tengah Segera Miliki Tenaga Medis SAIBISAMUKOP--Penempatan tenaga medis di polindes dan poskesdes di Kecamatan Siberut Tengah Kabupaten Kepulauan Mentawai segera dilakukan September ini oleh Dinas Kesehatan melalui Puskesmas Saibi Samukop. Hal itu dikatakan Kepala Puskemas Saibi Samukop, Mariani Fransiska Samongilailai, Senin 1 September lalu. Polindes dan poskesdes yang akan diisi tenaga medisnya adalah di Cimpungan, Sirisurak, Simoilalak, Sua dan Totoet. “Kita sudah menyampaikan itu ke dinas dan pada September ini akan diisi, kita berharap ini dapat terealisasi,” ujarnya. Kalau sudah ada penempatan tenaga medis Pegawai Tidak Tetap (PTT), pegawai honor (PH) dan PNS. Mariani meminta petugas tersebut tetap di tempat. “Jika tidak di tempat, solusinya kita akan menahan gajinya,” tegasnya. Selain itu, Pustu Saliguma menunggu dulu bangunannya yang sedang dikerjakan sementara siap ditempatkan. Polindes dan poskesdes lainnya yang masih kosong belum bisa ditempatkan tenaga medisnya. “Tenaga medis kita khusus dipuskesmas ini masih kekurangan,”kata Mariani. Ada pun polindes danposkesdes yang masih kosong tenaga medisnya ada di Dusun Sibuddaoinan dan Dusun Guluguluk. (rr/r)

Perahu Puskemas Siberut Tengah Rusak, Pasien Rujukan Terancam SAIBI SAMUKOP-Perahu mesin (boat) Puskesmas Saibi Samukop Kecamatan Siberut Tengah yang biasa digunakan merujuk pasien parah ke Siberut Selatan atau kepentingan lain sudah rusak parah dan tidak bisa dipakai. Menurut operator puskemas, Agustinus Jhon, perahu puskesmas sudah rusak dan lapuk. “Sudah sebulan lamanya boat kita rusak, kita inginkan ganti tapi sampai sekarang belum bisa,” katanya di Puskesmas Saibi, Senin, 1September lalu. Lanjut, Agustinus, perahu sangat penting untuk keperluan puskesmas apalagi merujuk pasien parah ke Siberut Selatan. “Beberapa waktu lalu untuk mengantar pasien ke Siberut Selatan karena boat tidak bisa dipakai, terpaksa kita pinjam perahu orang, si pemilik perahu ini bilang ke kita ini bukan perahu puskesmas, kita tidak enak jadinya dibilang begitu, kalau bisa kita harus punya perahu lagi,” ujarnya. Sementara Kepala Puskemas Saibi Samukop, Mariani Fransiska Samongilailai mengatakan perahu yang rusak parah ini sudah disampaikan ke dinas berkali-kali agar diganti. “Sering kita sampaikan ke dinas soal perahu ini, namun responnya akan dialokasikan di dana perubahan nanti dan kita tunggu saja,” katanya. (rr/r)

Puailiggoubat

NO. 296, 15 - 30 September 2014

5

Jadi Anggota DPRD

Dua Kader AMAN Disumpah Adat Kedua kader AMAN ini berjanji akan memperjuangkan masyarakat adat di parlemen

Bambang Sagurung Patrisius Sanene’

uad, ikat kepala manikmanik yang dihiasi daun mumunen dipasangkan ke kepala dua anggota DPRD Mentawai yang baru saja dilantik, Kortanius Sabeleake’ dan Yosep Sarogdok. Lalu mereka diambil sumpah dan janji secara adat oleh Aliansi Masyarakat Adat Mentawai (AMAN), di rumah AMAN, 1 September lalu. Sumpah adat itu digelar hanya berselang 4 jam sesudah pelantikan sebagai anggota DPRD Mentawai. Kortanius dan Yosep merupakan kader AMAN yang berhasil duduk menjadi anggota DPRD Mentawai. Korta merupakan anggota komunitas Magosi dan Yosep anggota komunitas Rogdok. Pengambilan sumpah itu diawali ritual buluakenen (persembahan) roh leluhur dan penyerahan diri untuk selalu dijaga dan dituntun dalam melaksanakan tugas yang diamanatkan masyarakat adat. Badan Pelaksana Harian AMAN Mentawai, Rapot Pardomuan Simanjuntak mengatakan, pengambilan janji adat ini dilakukan agar kader AMAN yang terpilih menjadi anggota DPRD Mentawai tetap menjalankan dan menghargai nilai-nilai leluhur adat yang dijalankan selama ini. “Kita berharap mereka tidak lupa akan janji adat mereka sebagai pejuang aspirasi masyarakat dengan

L

FOTO:BAMBANG/PUAILIGGOUBAT

lankan fungsinya sebagai pembuat kebijakan, pengawas dan fungsi pengesah anggaran. “Kami berharap dari komunitas masyarakat adat agar temanteman di DPRD menjalankan tugasnya, juga dapat melayani rakyat Mentawai,” katanya. Usai pengambilan janji adat komunitas AMAN menggelar makan bersama dalam saDISUMPAH - Dua kader AMAN Kortanius Sabeleake (kanan) dan Yosep Sarogdok (tengah) tu lulak (tempat berjanji secara adat setelah mereka duduk di DPRD Mentawai makan bersama terbuat kayu berberpegang teguh pada leluhur adat,” “Tugas kita adalah menjaga dan bentuk sampan yang bisa digunakan katanya. membangun Mentawai, uang rakyat hingga 10 orang), namun karena lulak Sementara Kortanius, usai yang ada jika tidak digunakan dengan tak ada digantikan dengan daun acara mengatakan, dalam menja- baik maka akan menjadi malapetaka pisang yang melambangkan kebersalankan aspirasi masyarakat perlu bagi rakyat dan pejabat,” kata Korta. maan dan satu kesatuan. adanya dukungan dari masyarakat Ia juga siap menerima arahan dan Hidangan bersama yang disaitu sendiri. ”Kita tetap membutuh- kritikan dari masyarakat adat terkait jikan subbet berupa keladi yang kan dukungan dan suara-suara dari kinerja-kinerja DPRD khususnya ditumbuk halus dibentuk bulat dan masyarakat agar kebijakan-kebi- kedua kader AMAN. “Arahkan dilumuri kelapa yang sudah diparut jakan yang diambil dapat menyentuh kami, gugat kami bila ada kesalahan halus, serta hidangan daging babi yang langsung kebutuhan masyarakat,” dalam kinerja kami,” pesan Kor- telah direbus. katanya. ta disampaikan di hadapan komuAcara makan bersama juga dihaKorta juga mengatakan kalau nitas masyarakat adat yang hadir dari diri Bupati Mentawai Yudas Sabagnilai adat masih melekat di dalam berbagai daerah di Mentawai. galet, anggota DPRD terpilih seperti diri AMAN yang masuk di DPRD Sementara Yosep Sarogdok me- Ibrani Sababalat, Jakob Saguruk, Mentawai maka nilai adat itu masih ngatakan akan berkomitmen mem- Ketua KPU Mentawai Laurensius akan terjaga dan dijalankan dengan perjuangkan kebijakan terkait hak Sarogdok, Camat Siberut Barat baik. ”Kita akan berusaha memba- masyarakat adat Mentawai. “Kita Daya, Pir Paulus, serta pengurus wa nilai dan semangat AMAN ke akan berkomitmen perjuangkan hak AMAN Mentawai. DPRD Mentawai agar kebijakan masyarakat adat Mentawai di Untuk sementara kedua kader yang diambil itu memihak pada DPRD,” katanya. AMAN yang masuk di DPRD masyarakat Mentawai,” katanya. Sementara tokoh masyarakat Mentawai memegang posisi sebagai Korta menegaskan Mentawai serta komunitas adat di pulau Sibe- ketua DPRD sementara yaitu Yosep perlu dijaga, dilestarikan karena rut, Selester Saguruwjuw menyam- dan wakil ketua DPRD sementara Mentawai adalah warisan dari paikan pesan kepada kedua kader Kortanius Sabeleake. leluhur masyarakat adat Mentawai. AMAN tersebut agar dapat menja(r)

ADD Saibi Samukop Belum Cair SAIBI SAMUKOP - Hingga September ini ternyata anggaran Alokasi Dana Desa (ADD) Saibi Samukop, Kecamatan Siberut Tengah belum cair, hal itu dikatakan Pejabat Sementara Desa Saibi Samukop, Pincensius Satoko yang sudah bertugas namun belum dilantik. Ia mengatakan sampai kini ADD belum cair karena program belum ada dirancang. “Dalam proses pencairan tentu punya tahapan dan syarat yaitu kita sudah harus ada merancang program yang bisa dan disetujui

oleh BPD, setelah itu sudah ada berupa Dokumen Pelaksana Anggaran (DPA) baru diajukan permohonan tahap pertama, kalau untuk saat ini, itu yang belum kita jalankan,” katanya kepada Puailiggoubat di kantor desa, Rabu 10 September lalu. Penyebab belum adanya perancangan program ADD dan pencairannya untuk Desa Saibi Samukop adalah pengunduran diri kepala desa lama Masimo Satokonyo dan disibukkan penjaringan PjS kades, dampaknya peran-

cangan program ADD terlantar. Menurut Pincen, sebenarnya tergantung teknisnya misalnya saat itu bila dijalankan meski belum ada PjS kades, para kaur yang ada harus memasukkan data yang didapat dari dusun masing-masing yang kemudian dibahas bersama di forum Badan Permusyawaratan Desa. “Persyaratan ADD tahun ini kita belum tahu pasti, kalau memang misalnya tahap 1 bisa di tarik, tahap 2 bagaimana? Tapi kalau tahap 1 cair program sudah langsung dilaksanakan tidak mesti menunggu

tahap 2, sebab itu tergantung SpJ tahap 1,” kata Pincen. Pencairan ADD Desa Saibi Samukop menurut Pincen akan diusahakan semaksimal mungkin bisa cair tahun ini. Perkiraannya dana ADD tahun ini lebih kurang Rp1 miliar yang didalamnya ada dana pemberdayaan Rp400 juta. “Kalau sudah cair yang paling prioritas digunakan untuk infrastruktur desa karena banyak yang rusak, ini kepentingan umum yang setiap saat digunakan,” kata Pincen. (rr/r)


MENTAWAINEWS Akibat pemakaian kayu kualitas rendah Pemerintah Desa Saibi Samukop menegur dua kontraktor.

Puailiggoubat

NO. 296, 15 - 30 September 2014

Dua Kantraktor di Saibi Ditegur FOTO:SIPRI/PUAILIGGOUBAT

Rinto Robertus Sanene Supri Lindra

embangunan asrama pelajar dan ruang rawat inap di Puskesmas Saibi Samukop, Kecamatan Siberut Tengah diduga menggunakan kayu putih yang berkualitas rendah. Mengetahui hal tersebut, Pemerintah Desa Saibi Samukop menyurati kontraktor pelaksana pembangunan asrama pelajar senilai Rp1, 23 miliar itu yaitu CV. Peipei Mandiri dan kontraktor pelaksana pembangunan rawat inap puskesmas senilai Rp1,12 miliar oleh CV. Nadha Permata, pelaksana kerja kedua proyek tersebut dipegang oleh Syafrudin. Setelah melayangkan surat pada kedua kontraktor tersebut, pemerintah desa meninjau langsung ke lokasi proyek itu Kamis, 11 September lalu bersama Camat Siberut Tengah Jarson Sauddeinuk, Sekretaris Desa Tastian Salabi, Kaur Urusan Umum Adismanto Sagaragara. Di lokasi pembangunan kedua proyek itu saat pengecekan membuktikan kayu yang digunakan memakai kayu putih. Menurut Tastian Salabi, pemakaian kayu putih tidak boleh, seharusnya memakai kayu kelas satu yaitu kayu merah. Pemakaian kayu putih pada

6

P

JALAN P2D - Pembangunan jalan P2D di Dusun Puro, Siberut Selatan pembangunan asrama dan rawat inap ini diketahui berdasarkan laporan warga setempat hingga pemerintah desa melayangkan surat hingga sudah sampai pada kontraktor. “Solusinya kita menunggu dulu respon kontraktor terkait penggunaan kayu ini,” katanya kepada Puailiggoubat yang disaksikan pelaksana kerja, Syafrudin. Sementara Camat Siberut Tengah, Jarson Sauddeinuk juga menyesalkan pemakaian kayu putih. Awal proses

berjalannya proyek ini, kata Jarson, pihak kontraktor tidak ada melapor secara resmi ke kecamatan maupun di desa. “Seharusnya pihak kontraktor melapor secara resmi. Bagaimana kita melakukan pengawasan kalau tidak melapor,” ujarnya. Pelaksana Kerja Syafrudin mengatakan tidak tahu soal kayu putih ini, ia mengakui yang mengelolanya orang disini dan yang menyuruh mereka mengelola kayu itu juga tidak tahu.

“Soal surat dari pemerintah desa itu katanya sudah saya kirim ke pihak kontraktor atau pemenang tender,” katanya. Persoalan belum adanya laporan resmi kepada pemerintah desa dan kecamatan meski proyek sudah berjalan Syafrudin berinisiatif sendiri akan segera melapor. “Kita akan segera melapor pak,” katanya. Mengenai kayu kualitas rendah oleh kedua proyek tersebut, peme-

rintah desa,kecamatan dan pelaksana kerja menunggu respon pihak kontraktor yang tidak berada di tempat. Kontraktor Tak Melapor Sementara di Desa Taikako, Kecamatan Sikakap juga menyesalkan perilaku kontraktor proyek yang tak melapor, bila ada kehilangan barulah pihak konsultan proyek tersebut melaporkan ke pemerintah desa Kaur Pembangunan Desa Taikako, James mengatakan, tak satu pun konsultan proyek yang melaporkan dirinya ke pemerintah desa tentang keberadaannya, bila ada masalah atau ada barang yang hilang barulah konsultan proyek tersebut datang ke kantor desa untuk melaporkan masalah tersebut “Kalau proyeknya berjalan amanaman saja konsultan proyek tidak mau tahu dengan pemerintah desa, bukan uang yang diharapkan, kalau kita masuk ke rumah orang tentu harus mengetuk pintu dan mengucapkan salam kepada si pemilik rumah,” katanya, Senin, 8 September lalu. Menurut Kepala Bagian Hukum Kabupaten Kepulauan Mentawai, Serieli Bawamenewi, memang tidak ada aturan yang mewajibkan setiap konsultan proyek yang masuk ke satu wilayah harus melaporkan kepada kepala desa atau kepejabat desa lainnya. “Tapi karena kita orang timur sudah sewajarnya keberadaan kita diketahui oleh pejabat setempat,” katanya. (o)

PPTK P2D Mandiri Temukan Proyek Tak Sesuai Kontrak SIBERUT–Hasil monitoring Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan Program Pengembangan Prasarana Desa (PPTK P2D) Kecamatan Siberut Selatan masih menemukan kualitas jalan tidak sesuai dengan kontrak, hal itu dikatakan Ketua PPTK P2D Normawati Astuti pada Puailiggoubat, Sabtu, 6 September lalu. “Hasil monitoring kami di lapangan, kualitas jalan yang dibangun sekarang ini memang masih banyak jalan yang tidak sesuai kontrak, mulai ketebalan jalannya masih kurang, semen juga kurang , dan mengenai hal itu kita sudah tekankan sama ketua OMS dan harus diperbaiki lagi, dan kalaupun tidak juga dilaksanakan, nanti ditahap ketiga kita ada kebijakan di sana,” katanya. Norma meminta jalan yang rusak atau tidak sesuai, akan ada lagi penambahan volume jalan sesuai dengan hitungannya, kalau tidak, dana tahap terakhir tidak akan dicairkan. Terkait pengawasan di lapangan, kata Norma, sebelum mulai pekerjaan,

pihaknya sudah sampaikan kepada fasilitator desa dan fasilitator keca-

matan. “Fasilitator inilah yang mengawasi dan mengontrol pelaksanaan

pekerjaan di lapangan, tidak mungkinlah kami yang melakukan pengawas-

PPL Pertanian Sikakap Kewalahan Dampingi Kelompok Tani SIKAKAP - Banyaknya kelompok tani yang muncul bila ada bantuan sangat disesalkan petugas Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Kecamatan Sikakap, sebab hanya saat itu saja mereka membuat kelompok, setelah habis bantuan kelompok tani itu tidak aktif. Seperti yang dialami Felix, (PPL) Kecamatan Sikakap. Menurutnya kelompok tani yang muncul bila ada bantuan biasanya hanya bertahan satu kali panen saja, setelah tidak ada bantuan lagi kelompok tani tersebut hilang. “Kelompok tani seperti ini sangat susah melakukan pendampingan,” katanya Jumat, 5 September lalu. Gagalnya pendampingan disebabkan bantuan yang diberikan

Dinas Pertanian tidak pada tempatnya, kalau masalah lahan pertanian sawah sangat luas sekali, tapi sayang lahan tersebut sampai sekarang belum dimanfaatkan sesuai dengan apa yang diharapkan “Masyarakat bertani masih sistem tradisional dengan menggunakan air hujan, sementara irigasi belum berfungsi sebagaimana mestinya, masalah lain seperti susah mendapatkan bibit, dan pupuk,” katanya Lanjut Felix, selama ini bibit yang ada itu adalah bantuan dari Dinas Pertanian, kalau ada bantuan baru banyak masyarakat petani yang bercocok tanam, selanjutnya tidak ada lagi, di tambah lagi kantor UPTD Pertanian sejak 2008 lalu tidak ada lagi karena sudah rusak akibat di-

makan usia. “Akibatnya sekarang masyarakat susah sekali bagaimana mencari solusi bila ada masalah terhadap tanamannya,” katanya. Kalau ada kantor UPTD Pertani-an, lanjut Felix, warga tinggal mendatangi kantor saja dan da-pat bertemu langsung dengan PPL atau petugas lainnya yang selalu ada di kantor. Sehingga setiap masalah timbul akibat penyakit dapat teratasi cepat. “Harapan kita, Dinas Pertanian agar secepatnya membangun kembali kantor UPTD Pertanian di Kecamatan Sikakap, agar semangat masyarakat untuk bertani akan timbul kembali,” tuturnya. (spr/r)

an, sementara kami menyelesaikan administrasi di kantor,” katanya. Tahun ini Kecamatan Siberut Selatan mendapat P2D sebanyak 51 paket, sampai Oktober pekerjaan rata-rata sudah dikerjakan 70 persen, meski ada juga yang sudah 100 persen selesai. Selain itu, ada 8 jalur yang dialihkan, karena persoalan lokasi. Lokasi yang sudah ditentukan ternyata dilarang pemilik tanah, dan kontrak tentunya diubah lagi. “Kami dari pihak kecamatan akan mengubah Rencana Anggaran Biaya (RAB) yang lama dengan yang baru, dalam berita acara nanti itu kami bunyikan kalau ada pengalihan,” ujarnya. Jalan yang dialihkan itu ada satu paket di Desa Maileppet, dua paket di Desa Muntei, dan lima jalur di Desa Muara Siberut. “Lokasi yang sudah ditentukan untuk jalur evakuasi tidak dibolehkan oleh pemilik tanah, terpaksa dialihkan di tempat dimana masyarakat membutuhkan seperti jalan menuju tepi air, dan jalan persimpangan,” katanya. (ss/r)


7 Puailiggoubat

MENTAWAINEWS

NO. 296, 15 - 30 September 2014

Enam Jam Mendayung Sampan untuk Jual Peigu ke Sikakap SIKAKAP-Jam dinding menunjukkan pukul 04.00 WIB dini hari. Mawati (39) dan temannya Nelmi (35), warga Dusun Silaoinan, Desa Taikako, Kecamatan Sikakap sudah bangun dari tidurnya, lalu menuju sungai Silaoinan dan menaiki sampan sepanjang 4 meter yang sudah penuh dengan peigu atau nangka hutan yang dipanennya pada Selasa, 2 September lalu. Nangka tersebut hendak dijual ke Masabuk, Desa Sikakap. Dari Silaoinan, Mawati butuh 6 jam mendayung. Mawati dan temannya Nelmi menggunakan sampan sendiri-sendiri, dalam satu sampan, peigu yang bisa mereka bawa hanya 50 buah. “Kalau dibandingkan dengan jarak tempuh dari tempat saya ke Sikakap tidak seimbang dengan tenaga dan hasil yang didapatkan, bisa cepat sampai ke Desa Sikakap tapi harus menggunakan perahu mesin 15 PK, itu bisa menempuh waktu satu jam,” kata Mawati. Namun jika menggunakan mesin, ia mengaku tidak mendapat untung karena uang penjualan habis untuk menyewa mesin dan beli BBM. “Biar lambat asalkan uangnya bisa dinikmati,” ucapnya. Di Masabuk Sikakap, nangka hutan itu hanya dihargai Rp10 ribu untuk 4 buah atau satu buah Rp2.500, artinya Mawati hanya bisa mendapatkan Rp100 ribu untuk satu sampan nangka. “Tapi harus tetap dilakukan juga, kalau tidak nangka bisa membusuk dan batangnya bisa mati, walaupun sedikit uang yang didapakan bisa digunakan untuk membantu ekonomi rumah tangga, terutama sekali untuk biaya anak sekolah,” katanya. Nelmi juga bernasib sama dengan Mawati. muatan sampan yang dibawa tergantung besar kecilnya ukuran sampan, bahkan satu sampan itu isinya hanya 15 buah nangka. “Uang yang didapat tentu hanya Rp50 ribu saja, kalau seandainya harga nangka itu Rp10 ribu untuk tiga 3 buah, kalau kecil bisa empat sampai lima buah untuk harga Rp10 ribu,” ucapnya. Karena penampung tidak ada terpaksa nangka dijual juga, pembeli hanya warga dari Desa Sikakap saja sebab penampung hanya setiap hari Rabu saat kapal datang dari Padang. “Dari pada dibawa kembali pulang berapun harganya tetap dijual, kalau nasib mujur satu nangka besar bisa terjual Rp5 ribu, kadang memang tidak laku terpaksa dibawa pulang untuk dikonsumsi sendiri,” kata Nelmi. (spr/r)

PJOK Huntap Sipora Selatan Bantah Suruh Fasilitator Potong Dana Huntap FOTO:RUS/PUAILIGGOUBAT

Yang ada hanya biaya ATK jika pokmas minta tolong dibuatkan laporan. Supri Lindra

Z

uliasmi Zesra, Penanggung Jawab Operasional Ke-

giatan (PJOK) Huntap Kecamatan Sipora Selatan mengaku diperiksa Kejaksaan karena tuduhan menyuruh fasilitator memotong dana hunian tetap (huntap) korban gempa dan tsunami di Desa Bosua dan Desa Beriulou sebesar Rp700 ribu per kepala keluarga. Hal itu disampaikan Zuliasmi dalam rapat monitoring dan evaluasi pelaksanaan pembangunan huntap Kabupaten Kepulauan Mentawai, di gedung PNPM MPd Sikakap, Rabu, 3 September lalu. “Saya tidak pernah meme-

NANGKA HUTAN - Penjual nangka hutan di pasar Masabuk, Sikakap rintahkan fasilitator melakukan pemotongan dana huntap berapapun besarnya, kalau ada pemotongan yang dilakukan oleh fasilitator itu adalah inisiatif dari fasiliator itu sendiri, dana huntap mana boleh dipotong,” katanya. Dana yang diterima dari pokmas adalah uang pengganti

pembelian alat tulis dan menji-lid laporan jika pokmas me-minta dibuatkan laporan per-tanggung jawaban. “Akibat isu pemotongan dana huntap ini, saya sudah di periksa oleh pihak kejaksaan,” katanya di hadapan warga. Sementara salah seorang

fasilitator huntap Desa Beriulou, Erkanus, mengatakan jumlah rumah bantuan di Beriulou sebanyak 178 unit, tidak ada pomotongan dana huntap sama sekali, yang ada hanya dana pengganti pembuatan SPJ oleh pokmas kepada fasilitator, sebab banyak pokmas yang meminta fasili-

tator untuk membuatkan SPJ. “Besar dananya tidak ditetapkan, itu disesuaikan dengan berapa besar ATK yang digunakan,” katanya. Fasilitator lain, Porkas membenarkan pengakuan Erkanus. “Itu karena pokmas banyak minta tolong untuk membuatkan SPJ,” katanya. Kepala Bidang Rehap Rekon Badan Penanggulangan Bencana Daerah ( BPBD ) Provinsi Sumatera Barat sekaligus Pejabat Pembuat Komitmen Rehap Rekon Zulfiatno menegaskan, kalau memang yang dilakukan fasilitator selama ini telah sesuai aturan tidak perlu takut. “Kejaksaan, KPK dan wartawan adalah alat kontrol wajar saja mereka mengadakan pemeriksaan,” katanya. Selain Zulfiatno, rapat itu dihadiri Kepala Seksi Rekonstruksi BPBD Sumbar, Suryadi, PJOK Huntap Kecamatan Pagai Selatan Yandrizal, dan Zulisman, PJOK Huntap Kecamatan Pagai Utara. (r)

Aparat Desa, Dusun dan BPD Belum Terima Honor 9 Bulan SIKAKAP–Sudah Sembilan bulan lamanya kepala desa, kepala dusun dan staf desa serta Badan Permusyawaratan Desa Sikakap tidak menerima honor akibat Rencana Kerja Anggaran (RKA) tahun 2014 belum selesai dibuat kepala desa. Anggota BPD Desa Sikakap Aris Zai, pada Puailiggoubat mengatakan, sudah sembilan bulan mereka be-

lum menerima honor sama sekali sementara desa lain seperti Desa Taikako, dan Desa Matobe sejak Juli lalu telah menerima honor. “Honor yang diharapkan Rp500 ribu per bulan, tapi belum diterima sampai sekarang,” jelasnya, Senin, 8 September lalu. Hal senada disampaikan Nalfri, anggota BPD, akibat belum cairnya honor dan dana operasional BPD sejak

Januari sampai September, BPD Desa Sikakap tidak ada melakukan kegiatan sama sekali. “Kemana sangkut dana honor ini tidak tahu sampai sekarang,” katanya Kepala Dusun Sikakap Timur, Sairin, menambahkan, honor yang diharapkan setiap bulan Rp1.100.000, tapi sampai sekarang belum diterima juga. “Sementara dusun-dusun lain yang ada

di Desa Taikako, dan Desa Matobe honornya sudah dibayarkan,” ucapnya. Sekretaris Desa Sikakap Hermeliana Saragi, mengatakan kendala sebenarnya tidak ada, hanya belum sempat pergi Tuapeijat untuk mencairkan dana tersebut. “Memang dana untuk honor dusun, BPD, kepala desa dan staf desa sudah bisa dicairkan,” katanya.

Kepala Desa Sikakap Suharman menjelaskan selain belum sempat pergi ke Tuapeijat, sekarang ini dia sedang menyiapkan rencana kerja anggaran (RKA) 2014. “Kalau itu sudah selesai maka tinggal pergi ke Tuapeijat, untuk mencairkan dana honor dan dana kegiatan lainnya sakaligus, hal ini dilakukan untuk menghemat anggaran,” katanya. (spr/r)

BBM Langka, Penampung Pisang Kurangi Trip Angkut SIKAKAP - Susahnya mendapatkan BBM jenis premium di Desa Sikakap Kecamatan Sikakap membuat penampung pisang di Desa Sikakap dan Desa Matobe terpaksa mengurangi jadwal pengambilan pisang. Jika biasanya 10 trip sampai 15 trip setiap minggu sekarang hanya 5 trip setiap minggu. Termizi, penampung pisang Desa Sikakap mengatakan, akibat hanya dijatah 4 liter BBM per

kepala keluarga membuat operasional untuk menjemput pisang terpaksa dikurangi. “Biasanya untuk operasional sebanyak 10 trip sampai 15 trip itu membutuhkan bensin sebanyak 10 liter,” ujarnya Kamis, 4 September lalu, Termizi merupakan pengumpul pisang di Dusun Cimpungan, Dusun Mapinang, dan Dusun Makukuet. Untuk membawa pisang, ia menyewa mobil sebesar

Rp250 ribu - Rp 300 ribu per trip. Setidaknya 500 tandan pisang jenis pisang batu medan, pisang batu biasa, pisang raja dan pisang manis terkumpul setiap minggu Joar Sakerebau, penampung pisang dari Desa Matobe biasanya membawa pisang dari Desa Matobe ke Desa Sikakap setiap Rabu menggunakan becak motor sampai 15 trip. Namun keterbatasan BBM terutama

premium membuatnya hanya bisa membawa 1 trip pisang deng mobil atau perahu. Satu trip perahu isi 100 tandan pisang biayanya Rp 50 ribu saat harga premium murah, kalau mahal sewa perahu bisa Rp400 ribu. Jika menggunakan mobil pick up yang sanggup membawa 150-200 tandan pisang, biaya yang dikeluarkan Rp300 ribu per trip.” katanya

Pimpinan Agen Penyalur Minyak dan Solar (APMS) Pagai Utara Selatan Edwar Hutagalung, mengatakan pendistribusian BBM diserahkan sepenuhnya kepada pemerintah kecamatan. “Pihak APMS sekarang hanya mendistribusikan saja sesuai dengan data jumlah penduduk, kalau tidak ada halangan kapal minyak akan datang satu kali dalam seminggu,” katanya. (spr/r)


MENTAWAINEWS

Puailiggoubat

NO. 296, 15 - 30 September 2014

8

FOTO:BAMBANG/PUAILIGGOUBAT

Masyarakat Mentawai mulai meninggalkan sagu sebagai makanan pokok

Bambang Sagurung

earifan dan nilai-nilai lokal dalam pengelolaan sumber daya alam di Mentawai mulai terkikis karena berbagai faktor, baik faktor internal yaitu dari masyarakat lokal itu sendiri maupun faktor eksternal yaitu yang dipengaruhi oleh pendatang dan juga program pemerintah setempat. Hal ini disampaikan pemateri seminar Konsep Pengelolaan Sumber Daya Alam Masyarakat Adat Mentawai yang dilaksanakan Yayasan Citra mandiri Mentawai (YCMM) di Aula Bappeda Mentawai, Jumat, 5 September lalu. Tarida Hernawati, salah seorang pembicara mengatakan, orang Mentawai dulu sebenarnya sudah punya sistem pengelolaan alam dengan kearifan dan nilai-nilai yang dijaga dalam pengelolaan dan pemanfaatan hutan, termasuk dalam pembagian pengelolaan hutan antara sibakkat laggai (pemilik tanah) dan sitoi (pendatang). “Orang Mentawai punya sistem pengolahan alam dengan cara panungglu (membuka lahan) tanpa membakar dan menggundulkan hutan,” katanya. Orang Mentawai menurut Tarida, tidak mengenal pembedaan kedudukan dalam status sosial, hanya saja pembedaan status sosial terjadi dalam kepemilikan dan pemanfaatan wilayah atau tanah yang dikenal dengan konsep sibakkat polak atau sibakkat laggai dengan si toi. Konsep ini merupakan sebuah sistem kepemilikan, penguasaan, akses, kontrol terhadap wilayah atau tanah dan hutan serta sumber daya yang ada di dalamnya. Di Siberut, pemahaman terhadap konsep sibakkat laggai dan si toi berkaitan erat dengan konsep uma sebagai sebuah organisasi sosial, sedangkan bagi orang Mentawai yang ada di Sipora dan Sikakap menggunakan istilah suku sebagai konsep organisasi sosial. Menurut Tarida, dari riset yang dilakukan tim YCMM, tanah di Mentawai memiliki klasifikasi jenis kepemiliikannya yaitu polak teteu yaitu tanah yang ditemukan pertama kali oleh anggota uma tertentu sebelum anggota uma lainnya menemukannya. ”Polak teteu ini dapat menjadi bukti tentang sejarah asal-usul, persebaran, pertikaian dan perpecahan, seluruh keturunan uma atau anggota klan (suku) yang menemukan tanah ini berhak mengakses, memanfaatkan dan mendapat manfaat dari penggunaan atas tanah,” kata Ida. Lebih lanjut dijelaskan Tarida, penulis buku Uma, di Mentawai sistem pemanfaatan dan pengelolaan sumber

K

SEMINAR - Seminar PSDA yang diselenggarakan Yayasan Citra Mandiri Mentawai di aula Bappeda Mentawai

Kekurangan Pangan Ancaman Serius bagi Mentawai daya hutan bagi masayarakat Mentawai sudah memiliki konsep dan nilai kearifan lokal yang disebut Tinungglu, mone dan pumonean. Tinungglu merupakan perladangan baru yang dalam penentuannya melalui proses peninjauan dan pengamatan terhadap kawasan. ”Kawasan dataran rendah yang landai di sekitar hutan dan dilereng-lereng bukit dengan banyak anak sungai merupakan lokasi yang sangat ideal. Tanah yang subur itu adalah tanah yang tidak terlalu keras dan mengandung sedikit rawa,” jelasnya. Pumonean dapat diartikan sebagai ladang lama yang sudah tidak terlalu intensif dikelola. Pada pumonean ini biasanya ditanami tanaman tua seperti durian, pohon kayu, bambu, sagu, langsat, nangka, durian, juga termasuk tanaman yang komersial sekarang ini seperti pala, cengkeh, coklat, kelapa, gaharu. Sedangkan mone merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut ladang baru dan lama, dan bagi masyarakat Siberut, mone umumnya digunakan untuk menyebut tanaman yang bernilai tinggi dalam kehidupan sosial budaya masyarakat tradisional Mentawai. “Istilah mone digunakan sebagai

transaksi sosial seperti pembayaran mas kawin, denda adat dan pertukaran barang. Tanaman durian, sagu, langsat, kelapa paling umum diistilahkan dengan mone,” katanya. Menurutnya, hingga saat ini pola perladangan masyarakat masih sederhana dan semi tradisional-modern. Budaya menanam yang tinggi masih belum diimbangi dengan pengetahuan dan teknologi pertanian modern, sehingga pencurahan waktu dan tenaga belum bersinergi dengan hasil produksi yang maksimal. Pola pengolahan hasil tanaman pangan seperti pisang, keladi, sagu, umbi-umbian, palawija dan buahbuahan lokal sangat minim sehingga pasar di tingkat lokal terbatas. ”Hasil produksi tanaman hanya bisa dipasarkan di tingkat lokal dan kebutuhan sehari-hari,” katanya. Hal yang masih membanggakan dari berbagai jenis tanaman khususnya buah-buahan lokal adalah pemanfaatan hasil produksi sebagai mata rantai dalam sistem kekerabatan orang Mentawai, musim buah-buahan identik dengan musim silaturahmi dengan kerabat jauh maupun dekat. Sedangkan hasil produksi tanaman

komoditi komersil seperti coklat masih bersifat skala rumah tangga dan hasil pendapatannya hanya dapat digunakan untuk kebutuhan sehari-hari. “Teknologi pertanian yang modern dan ramah lingkungan menjadi sangat penting untuk dapat meningkatkan hasil produksi dan budaya pertanian orang Mentawai. Inovasi modern terhadap pengolahan hasil produksi komoditi tradisional dan dan komersil sangat penting untuk membuka pasar yang masih sangat terbatas,” kata Tarida. Sementara Direktur Perkumpulan Q-Bar Padang Mora Dingin menilik karateristik masyarakat adat Mentawai dalam pemilihan jenis komoditi dalam kajian sosiologi. Dalam paparannya komoditi lokal yang dimiliki masyarakat Mentawai diwariskan secara turun temurun untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. “Komoditi lokal itu tidak hanya sebagai pemenuhan kebutuhan, namun memiliki nilai-nilai sosial budaya dalam arti sebagai perekat hubungan dalam masyarakat dan bahkan komoditi lokal memiliki nilai religi,” katanya. Pergeseran nilai komoditi ini terjadi dengan masuknya komoditi-komoditi baru di Mentawai yang dibawa oleh

pendatang yang tentunya komoditi yang laku di pasaran seperti coklat, jagung, nilam, dan padi. ”Ini karena budaya orang Mentawai yang terbuka terhadap orang lain sehingga mudah mengadopsi yang datang,” jelasnya. Menurut Mora, yang harus dilakukan pemerintah fokus untuk mengembangkan komoditi lokal yang dimiliki masyarakat serta mencari pasaran yang dapat menampung dan meningkatkan ekonomi masyarakat, serta meningkatkan pengetahuan serta keterampilan masyarakat dalam mengolah berbagai komoditi lokal. “Saya sangat setuju apa yang dikatakan kepala Bappeda bahwa di Mentawai itu dilakukan keberagaman tanaman pangan agar menjaga ketahanan pangan di Mentawai,” jelasnya. Kepala Dinas Kehutanan Mentawai, Binsar Saleleubaja, mengharapkan agar di setiap daerah di Mentawai dicari potensi yang dapat mengangkat ekonomi masyarakat. ”Saya melihat masing-masing daerah itu punya potensi pertanian, perkebunan dan peternakan yang dapat dikembangkan untuk perekonomian masyarakat. Ini yang harus digali,” katanya. (r)


9 Puailiggoubat

MENTAWAINEWS

NO. 296, 15 - 30 September 2014

Danramil Sikakap Bagikan 500 Batang Bibit Sukun SIKAKAP - Danramil 0319 Mentawai Kecamatan Sikakap membagikan 500 bibit sukun umur 1 tahun ke korban gempa bumi dan tsunami Mentawai. Bibit sukun tersebut langsung diserahkan oleh Dandim 0319 Kabupaten Kepulauan Mentawai Letkol Arh. Dedik Ermanto, Rabu, 3 September lalu. Menurut Komandan Rayon Militer (Danramil) 0319 Kecamatan Sikakap Kapt Infanteri Hery Nuddin, bantuan bibit sukun ini diberikan ke masyarakat korban gempa bumi dan tsunami Mentawai, batang sukun sangat bagus sekali untuk mencegah longsor. “Untuk itu kepada yang mendapatkan bantuan bibit sukun hendaknya ditanam dekat lahan huntap yang kosong, agar tanah di sekitar huntap menjadi bagus,” katanya Hasian Sabelau, warga Desa Bulasat Kecamatan Pagai Selatan, mengatakan, bantuan bibit ini sudah banyak diberikan baik dari pemerintah maupun dari LSM. “Kendala sekarang setelah bibit diterima bingung mencari di mana lokasi penanamannya, hal ini disebabkan pembangunan hunian tetap (huntap) belum selesai sampai sekarang,” katanya. Akibatnya banyak bantuan bibit yang tidak bisa ditanam dengan layak, ditambah lagi jalur transportasi yang tidak bagus, sehingga masyarakat binggung hasil pertaniannya mau dijual kemana nanti. Sementara Komandan Distrik Militer (Kodim) 0319 Kabupaten Kepulauan Mentawai Letkol Arh. Dedik Ermanto mengatakan, pembukaan lahan sudah selesai tinggal masalah kayu lagi. “Harapan kita masalah ini dapat selesai secepatnya, sehingga masyarakat dapat hidup layak sesuai dengan apa yang kita harapkan,” katanya. (spr/r)

Jembatan Penghubung Sikakap dan Saumanganya Dibangun MATOBE-Jembatan di daerah Makukuet, Desa Matobe, Kecamatan Sikakap yang menghubungkan akses transportasi ke Desa Saumanganya, Kecamatan Pagai Utara mulai dibangun. Menurut Lapmi Sababalat (55), warga setempat mengatakan, pembangunan jembatan ini sudah tiga kali dilakukan, pertama tahun 2009 yang dibangun Dinas Pekerjaan Umum, pada tahun 2010 jembatan itu kembali dibangun Dinas PU dan ketiga kalinya dibangun pada 2012 lewat P2D. “Pertama rusak akibat penimbunan jalan, luapan sungai, sekarang dibangun oleh swadaya masyarakat dengan cara memberi bantalan kayu, pada 2014, jembatan ini kembali dibangun dengan memakai kerangka besi,” katanya, Kamis, 4 September lalu. Sementara menurut Pelaksana Kerja dari CV. Merpati, Rio, nilai kontrak jembatan ini sebesar Rp1,8 miliar. “Bahan jembatan kontruksinya baja, mulai kerja 4 Agustus 2014 selama 120 hari kerja, memakai Dana Alokasi Khusus (DAK), untuk semua material didatangkan dari Padang,” katanya. (leo/r)

Jembatan ke Desa Taikako Sudah Bisa Dilewati FOTO:SUPRI/PUAILIGGOUBAT

Untuk menyeberangi sungai Muara Taikako Sikakap harus naik sampan Supri Lindra

embatan dari Desa Sikakap menuju Desa Taikako Kecamatan Sikakap sudah bisa digunakan warga setelah dibuat jalan darurat menggunakan papan menuju badan jembatan. Jembatan yang dimulai pembangunannya 2012 lalu dan selesai 2013 ini pembangunannya terbengkalai. Fisik jembatan selesai, namun badan jalan menuju atas jembatan yang lebih tinggi terputus. Selama jembatan belum bisa digunakan, masyarakat terpaksa menggunakan rakit menyeberangi sungai Taikako. Namun pertengahan Agustus lalu, rakit penyeberangan rusak sehingga akses warga Desa Silabu dan Desa Betu Monga, Kecamatan Pagai Utara yang ingin pergi ke Desa Taikako, dan ke Desa Sikakap terputus. Warga yang membawa sepeda motor terpaksa harus naik perahu mesin untuk menye-

J

BELUM RAMPUNG - Jembatan di desa taikako yang belum selesai sejak tahun 2011 berangi sungai Muara Taikako dengan ongkos Rp20 ribu sekali penyeberangan. Rusman, warga Desa Taikako mengatakan udah hampir satu bulan rakit rusak, untuk menyeberang terpaksa harus mengunakan perahu mesin dengan biaya Rp20 ribu untuk satu kali jalan. “Ini sangat memberatkan bagi kami masyarakat, waktu rakit ada uang sewa rakit hanya Rp2

ribu sampai Rp5 ribu untuk satu kali jalan,” keluhnya, Selasa, 9 September lalu. Adnand, warga Desa Silabu, mengeluhkan terputusnya akses tersebut, biasanya satu minggu ia pergi ke Sikakap paling sedikit 5 kali, tapi sejak rakit putus terpaksa harus mengurangi jadwal ke Sikakap. “Sejak rakit rusak untuk ke Sikakap harus dikurangi, ini di lakukan

untuk mengurangi pengeluaran, kalau penting sekali baru pergi ke Desa Sikakap,” katanya Sementara Rinto Harahap, operator perahu mesin penyeberangan mengatakan, sebenarnya bagi warga yang memiliki kendaraan sepeda motor, tidak ditargetkan ongkosnya, berapa pun hongkos diberikan masyarakat selalu di terima. “Kalau ada masyarakat yang membayar Rp20 ribu, atau Rp10 tetap diterima juga uangnya, bah-

kan ada masyarakat yang tidak membayar,” ujarnya. Namun kini masyarakat tidak perlu lagi menggunakan perahu penyeberangan itu karena jembatan sudah bisa digunakan. Pengerjaan jembatan darurat menuju badan jembatan dikerjakan Rinto dan kawan-kawannya. Menurut Rinto, dananya berasal dari Dinas Pekerjaan Umum Mentawai. (r)

CDRM Dampingi 13 Kelompok Simpan Pinjam Korban Gempa dan Tsunami SIKAKAP - Center for Disaster Risk Management (CDRM) mendampingi 13 kelompok simpan pinjam korban gempa tsunami Mentawai 2010 di Kecamatan Pagai Utara dan Pagai Selatan. Dari 13 kelompok hanya 6 kelompok yang sekarang masih aktif. Menurut Field Coordinator CDRM Sikakap Fared Sirileleu, satu kelompok jumlahnya antara 15 sampai 20 orang, dana yang dipinjamkan akan digulirkan kepada anggota kelompok, besar

pinjaman disesuaikan dengan total dana simpanan anggota. “CDRM hanya melakukan pendampingan saja. Setiap anggota boleh meminjam setelah menjadi anggota kelompok selama 6 bulan, dan rutin membayar iuran pokok dan iuran anggota setiap bulan,” katanya Jumat, 5 September lalu. Kendala sekarang dari 13 kelompok yang didampingi hanya 6 kelompok yang sampai sekarang masih aktif, sisanya kredit

macet disebabkan karena anggota kelompok yang mendapatkan pinjaman belum dapat mengembalikan uang pinjamannya. “Kegiatan kelompok tersebut diantaranya berdagang, berternak dan berkebun,” tuturnya. Janjian, warga Dusun Muntei, Desa Betumonga, Kecamatan Pagai Utara mengatakan, pendampingan yang diberikan oleh LSM sangat baik sekali, tapi mungkin momennya belum tepat, sekarang ini masyarakat

lagi sibuk menyiapkan huntap. “Tapi ada juga anggota kelompok sadar dan mengembalikan pinjamannya setiap bulan, berkat pendampingan yang diberikan sekarang kelompok kami telah membuka usaha seperti ternak ayam, bebek, babi, bahkan ada yang buka usaha menjahit, mudah -mudahan ke depan usaha ini bisa membantu peningkatan ekonomi,” katanya. (spr/r)

Bidang Hukum Kabupaten Kepulauan Mentawai Sosialisasikan Perdes SIKAKAP-Kepala Bidang Hukum Kabupaten Kepulauan Mentawai menyosialisasikan Peraturan Desa (Perdes) kepada aparatur desa, Badan Permusyawa-ratan Desa (BPD), kepala dusun dan kepala desa di kantor PNPM Kecamatan Sikakap, Senin 8 September lalu. Dorhir Harnalia, staf camat mewakili camat Sikakap mengatakan, kegiatan sosialisasi ini diadakan langsung bagian hukum Kabupaten Kepulauan Mentawai.

Dengan adanya sosialisasi ini hendaknya kepala desa, staf desa, BPD dan kepala dusun tahu dengan tugas dan peranannya masing-masing. Terutama dalam mengelola Alokasi Dana Desa (ADD). “Ketidaktahuan mengelola ADD maka akan terjadi korupsi, kolusi dan nepotisme, kalau sudah terjadi penyelewengan dana kepala desa dan aparatur desa lainnya akan berurusan dengan hukum,” tegasnya

Kepala Bagian Peraturan Perundang-undangan Kabupaten Kepulauan Mentawai, Serieli Bawamenewi, menjelaskan, Perdes adalah peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh Badan Perwakilan Desa (BPD) bersama kepala desa. Peraturan kepala desa adalah peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh kepala desa yang bersifat mengatur dalam rangka melaksanakan peraturan desa. Penyusunan perdes itu me-

miliki beberapa teknik di antaranya rencana peraturan desa diprakarsai oleh pemerintah desa dan dapat berasal dari usulan inisiatif BPD, dibahas secara bersama oleh kepala desa dan BPD. “Rancangan peraturan desa yang telah disetujui bersama kepala desa dan BPD, dalam waktu paling lama 7 hari sudah harus disampaikan pimpinan BPD kepada kepala desa untuk ditetapkan menjadi Perdes,” ujarnya. (spr)


Puailiggoubat, NO. 296, 15 - 30 September 2014

terkandung dalam Kurikulum 2013 tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:

K

urikulum 2013 sering disebut juga dengan kurikulum berbasis karakter. Kurikulum ini merupakan kurikulum baru yang dikeluarkan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Kurikulum 2013 sendiri merupakan sebuah kurikulum yang mengutamakan pada pemahaman, skill, dan pendidikan berkarakter, dimana siswa dituntut untuk paham atas materi, aktif dalam proses berdiskusi dan presentasi serta memiliki sopan santun dan sikpa disiplin yang tinggi. Kurikulum ini secara resmi menggantikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang sudah diterapkan sejak 2006 lalu. Dalam Kurikulum 2013 tersebut, mata pelajaran wajib diikuti oleh seluruh peserta didik pada satu satuan pendidikan pada setiap satuan atau pun jenjang pendidikan. Sementara untuk mata pelajaran pilihan yang diikuti oleh peserta didik, dipilih sesuai dengan pilihan dari mereka. Kedua kelompok mata pelajaran bersangkutan (wajib dan pilihan) terutamanya dikembangkan dalam struktur kurikulum pendidikan tingkat menengah yakni SMA dan SMK. Sementara itu mengingat usia dan perkembangan psikologis dari peserta didik usia 7 – 15 tahun, maka mata pelajaran pilihan yang ada belum diberikan untuk peserta didik tingkat SD dan SMP. Beberapa aspek yang

1. Pengetahuan Untuk aspek pengetahuan pada Kurikulum 2013, masih serupa dengan aspek di kurikulum yang sebelumnya, yakni masih pada penekanan pada tingkat pemahaman siswa dalam hal pelajaran. Nilai dari aspek pengetahuan bisa diperolehjuga dari Ulangan Harian, Ujian Tengah/Akhir Semester, dan Ujian Kenaikan Kelas. Pada kurikulum 2013 tersebut, pengetahuan bukanlah aspek utama seperti pada kurikulum-kurikulum yang dilaksanakan sebelumnya.

2. Keterampilan Keterampilan meru-pakan aspek baru yang dima-sukkan dalam kurikulum di Indonesia. Keterampilan merupakan upaya penekanan pada bidang skill

atau kemampuan. Misalnya adalah kemampuan untuk mengemukakan opini pendapat, berdiksusi/bermusyawarah, membuat berkas laporan, serta melakukan presentasi. Aspek Keterampilansendiri merupakan salah satu aspek yang cukup penting karena jika hanya dengan pengetahuan, maka siswa tidak akan dapat menyalurkan pengetahuan yang dimiliki sehingga hanya menjadi teori semata. 3. Sikap Aspek sikap tersebut merupakan aspek tersulit untuk dilakukan penilaian. Sikap meliputi perangai sopan santun, adab dalam belajar, sosial, absensi,dan agama. Kesulitan penilaian dalam aspek ini banyak disebabkan karena guru tidak setiap saat mampu mengawasi siswa-siswinya. Sehingga penilaian yang dilakukan tidak begitu efektif. Sementara untuk buku Laporan Belajar atau Rapor pada Kurikulum 2013 tersebut ditulis berdasarkan pada interval serta dihapuskannya sistem ranking yang sebelumnya ada pada kurikulum. Hal ini dilakukan untuk meredam persaingan antar peserta didik. Upaya penilaian pada rapor di Kurikulum 2013 tersebut dibagi ke dalam 3 kolom yaitu Pengetahuan, Keterampilan, dan juga Sikap. Setiap kolom nilai tersebut (pengetahuan dan keterampilan) dibagi lagi menjadi 2 bagian kolom yaitu kolom angka dan juga kolom huruf, dimana setiap kolom diisi menggunakan sistem nilai interval.

10

K

urikulum 2013 sudah diimplementasikan pada tahun pelajaran 2013/ 2014 pada sekolah-sekolah tertentu (terbatas). Kurikulum 2013 diluncurkan secara resmi pada tanggal 15 Juli 2013. Sesuatu yang baru tentu mempunyai perbedaan dengan yang lama. Begitu pula kurikulum 2013 mempunyai perbedaan dengan KTSP. Berikut ini adalah perbedaan Kurikulum 2013 dengan KTSP. Walaupun kelihatannya terdapat perbedaan yang sangat jauh antara Kurikulum 2013 dan KTSP, namun sebenarnya terdapat kesamaan esensi Kurikulum 2013 dan KTSP. Misal pendekatan ilmiah (Saintific Approach) yang pada hakekatnya adalah pembelajaran berpusat pada siswa. Siswa mencari pengetahuan bukan menerima pengetahuan. Pendekatan ini mempunyai esensi yang sama dengan Pendekatan Keterampilan Proses (PKP). Masalah pendekatan sebenarnya bukan masalah kurikulum, tetapi masalah implementasi yang tidak jalan di kelas. Bisa jadi pendekatan ilmiah yang diperkenalkan di Kurikulum 2013 akan bernasib sama dengan pendekatanpendekatan kurikulum terdahulu bila guru tidak paham dan tidak bisa menerapkannya dalam pembelajaran di kelas. (int/o)

Kurikulum 2013

KTSP

SKL (Standar Kompetensi Lulusan) ditentukan terlebih dahulu, melalui Permendikbud No 54 Tahun 2013. Setelah itu baru ditentukan Standar Isi, yang bebentuk Kerangka Dasar Kurikulum, yang dituangkan dalam Permendikbud No 67, 68, 69, dan 70 Tahun 2013

Standar Isi ditentukan terlebih dahulu melaui Permendiknas No 22 Tahun 2006. Setelah itu ditentukan SKL (Standar Kompetensi Lulusan) melalui Permendiknas No 23 Tahun 2006

Aspek kompetensi lulusan ada keseimbangan soft skills dan hard skills yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan

Lebih menekankan pada aspek pengetahuan

Di jenjang SD Tematik Terpadu untuk kelas I-VI

Di jenjang SD Tematik Terpadu untuk kelas I-III

Jumlah jam pelajaran per minggu lebih banyak dan jumlah mata pelajaran lebih sedikit dibanding KTSP

Jumlah jam pelajaran lebih sedikit dan jumlah mata pelajaran lebih banyak dibanding Kurikulum 2013

Proses pembelajaran setiap tema di jenjang SD dan semua mata pelajaran di jenjang SMP/SMA/SMK dilakukan dengan pendekatan ilmiah (saintific approach), yaitu standar proses dalam pembelajaran terdiri dari Mengamati, Menanya, Mengolah, Menyajikan, Menyimpulkan, dan Mencipta.

Standar proses dalam pembelajaran terdiri dari Eksplorasi, Elaborasi, dan Konfirmasi

TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) bukan sebagai mata pelajaran, melainkan sebagai media pembelajaran

TIK sebagai mata pelajaran

Standar penilaian menggunakan penilaian otentik, yaitu mengukur semua kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan berdasarkan proses dan hasil.

Penilaiannya lebih dominan pada aspek pengetahuan

Pramuka menjadi ekstrakuler wajib

Pramuka bukan ekstrakurikuler wajib

Pemintan (Penjurusan) mulai kelas X untuk jenjang SMA/MA

Penjurusan mulai kelas XI

BK lebih menekankan mengembangkan potensi siswa

BK lebih pada menyelesaikan masalah siswa


Puailiggoubat, NO. 296, 15 - 30 September 2014

K

urikulum 2013 adalah upaya penyederhanaan dan tematik integratif. Kurikulum 2013 disiapkan untuk mencetak generasi yang siap di dalam menghadapi masa depan. Karena itu kurikulum disusun untuk mengantisipasi perkembangan masa depan. Titik beratnya bertujuan untuk mendorong peserta didik atau siswa, mampu lebih baik dalam melakukan observasi, bertanya, bernalar, dan mengkomunikasikan

(mempresentasikan) apa yang mereka peroleh atau mereka ketahui setelah menerima materi pembelajaran. Adapun obyek yang menjadi pembelajaran dalam penataan dan penyempurnaan Kurikulum 2013 menekankan pada fenomena alam, social, seni, dan budaya. Melalui pendekatan ini diharapkan siswa kita memiliki kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan jauh lebih baik. Mereka akan lebih kreatif, inovatif, dan lebih produktif sehingga nantinya mereka bisa sukses dalam menghadapi berbagai persoalan dan tantangan di zamannya, memasuki masa depan yang lebih baik. Karena Kurikulum 2013 masih bisa dibilang proyek baru, maka seluruh siswa di Indonesia harus menyesuaikan

diri dengan system pembelajaran yang baru. Untuk itu saya ingin memberikan tips menghadapi Kurikulum 2013 kepada siswa siswi di seluruh Indonesia dengan tujuan agar siswa/I dapat menjaga prestasi belajar meskipun dengan sistem yang berbeda. 1. Mulailah untuk mencari tahu sendiri Cari dan pelajari materi yang akan diajarkan oleh guru di berbagai media, karena pada kurikulum 2013 yang berperan aktif dalam proses pembelajaran adalah siswa itu sendiri, jika kita sudah menguasai materi yang akan di ajarkan maka selama proses pembelajaran kita kan akan mengalami kesulitan, bahkan kita bisa memberikan ilmu yang kita kuasai kepada temanteman sekelas kalian. 2. Aktif di kelas Bertanyalah jika ada yang ingin ditanyakan, biasakan untuk menanggapi apa yang dijelaskan oleh guru. Ini merupakan poin yang cukup penting karena siswa yang aktif di kelas

telah merealisasikan tujuan dari Kurikulum 2013 itu sendiri, 3. Perbanyak belajar kelompok di luar jam pelajaran Belajar kelompok atau berdiskusi dapat meningkatkan kekompakan, tetapi biasanya kendala dalam belajar kelompok adalah setiap siswa sulit menyampaikan ide dan pendapatnya dikarenakan dia malu, atau canggung sehingga siklus komunikasi dalam diskusi menjadi teganggu. Itulah yang melandasi pentingnya belajar kelompok di luar jam pelajaran, jika kekompakan sudah terbentuk siswa tidak akan ragu untuk menyampaikan idenya. 4. Untuk yang anti sosial, segera hilangkan kebiasaan anda Beranilah untuk berubah karena siswa yang anti sosial tidak akan cocok dengan sistem pembelajaran Kurikulum 2013. Siswa yang anti sosial, cenderung tidak bisa mengikuti sistem karena mereka menutup diri dari lingkungan sekitarnya yang mengakibatkan mereka tidak akan

11

betah dan melakukan pelanggaran tata tertib di sekolah. Ingat negara kita tidak akan merdeka jika kita tak punya keberanian untuk mengubah suatu kelemahan. 5. Berfikir kreatif dan selalu optimis. Tujuan lain dari Kurikulum 2013 untuk mendorong peserta didik atau siswa, mampu lebih baik dalam melakukan observasi, bertanya, bernalar dan mengkomunikasikan (mempresentasikan). Untuk memenuhi tujuan tersebut, kita memerlukan kreativitas. Berfikir kreatif didapat dari banyak membaca, mendengarkan dan melakukan sesuatu. Di Indonesia sudah terlalu banyak orang yang pintar, tapi masik kekurangan orangorang yang kreatif. Dan orang-orang kreatif itu adalah kita, generasi penerus. Nah, itu lah beberapa tips belajar Kurikulum 2013, semoga tips-tips tersebut dapat mengubah pandangan kalian, dan membuat kalian semakin termotivasi untuk berkarya dan berprestasi. (int/o) IKLAN


Sosok

Puailiggoubat NO. 296, 15 - 30 September 2014

12

MORA DINGIN:

Masyarakat Mentawai Sudah Punya Konsep Sendiri

M

asyarakat Mentawai dikenal sebagai masyarakat yang memiliki kearifan terhadap pengelolaan sumber daya alam. Kepercayaan asli arat sabulungan menjadikan hutan dan alam sebagai bagian kehidupan masyarakat Mentawai. Namun perubahan hidup menyebabkan masyarakat kepulauan tersebut mengubah cara pandangnya terhadap pengelolaan sumber daya alam karena sudah ada hal-hal lain yang harus mereka penuhi. Demikian dikatakan Mora Dingin, Direktur Perkumpulan Qbar. Mora Dingin yang menjadi salah satu narasumber dalam Seminar Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Keraifan Lokal Masyarakat Mentawai, 5 September lalu mengatakan, agar nilai-nilai lokal masyarakat terus bertahan, pemerintah harus mendukung dan memfasilitasi masyarakat dalam pengelolaan sumber daya misalnya dengan menyediakan pasar, dan memperlancar akses transportasi. Berikut wawancara Puailiggoubat dengan Mora Dingin, 8 September lalu di kantor Perkumpulan Qbar, di Padang. Seperti apa konsep pengelolaan sumber daya alam masyarakat Mentawai yang dulu dan perubahannya sekarang? Pengelolaan sumber daya alam bagi masyarakat Mentawai memang sudah punya konsep tersendiri dalam artian bahwa masyarakat Mentawai dalam mengelola sumber daya alam

menempatkan dan mengutamakan kearifan dan nilai-nilai lokal yang mereka miliki. Kita tahu selama ini dimana saat masyarakat mengelola hutan untuk lahan pertanian atau perladangan mereka selalu berorientasi pada nilai-nilai kearifan lokal yang tidak membabat begitu saja, namun ada hal-hal yang mereka harus lakukan dan jaga. Demikian juga misalnya untuk menanam dan mengolah sagu, mereka akan menanam sagu di daerah rawa-rawa yang memikirkan ketahanan pangan ke depan untuk keluarga atau kelompok mereka dan juga dalam melakukan pengelolaannya mereka memikirkan masa yang akan datang. Ada juga jenis-jenis tanaman yang ditanam untuk nilai sosial dan budaya masyarakat Mentawai. Tapi sekarang semua itu sudah memiliki dinamika dan perubahan tersendiri terkait dengan pengelolaan sumber daya alam. Dinamika dan perubahan itu tidak lepas dari berbagai faktor, misalnya faktor yang berkaitan dengan budaya masyarakat Mentawai itu sendiri yang mana orang Mentawai memiliki budaya yang lebih terbuka terhadap orang lain dan mudah berinteraksi dan mengadopsi nilai-nilai baru terhadap pengelolaan sumber daya alam sehingga dengan mudah mengalami asimilasi atau akulturasi budaya. Faktor lainnya yang mempengaruhi yaitu motif keuntungan atau ekonomi, karena hal ini menjadi alasan kuat bagi masyarakat kenapa terjadi pergeseran nilai pengelolaan sumber

daya alam. Hal ini terjadi karena pola pikir masyarakat tidak lagi hanya sebatas untuk memenuhi kebutuhan seharihari atau memenuhi kebutuhan primer tapi sudah sampai pada memenuhi kebutuhan yang akan datang atau kebutuhan sekunder, misalnya kebutuhan akan pendidikan, kebutuhan akan kesehatan. Kita tahu kalau dulunya masyarakat Mentawai itu banyak berobat pada sikerei atau dukun kampung namun sekarang sudah banyak berobat pada pengobatan medis. Ketika ini terjadi tentunya masyarakat membutuhkan biaya untuk berobat, biaya untuk pendidikan, dan bahkan ketika masyarakat membutuhkan barang-barang mewah misalnya alat-alat elektronik rumah tangga, sepeda motor, peralatan transportasi laut atau sungai, media telekomunikasi. Jadi dengan adanya perubahan hidup masyarakat Mentawai ini akan membuat masyarakat mengubah cara pandangnya terhadap pengelolaan sumber daya alam yang selama ini lebih berorientasi pada nilai-nilai dan budaya masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, namun sekarang tidak lagi karena sudah ada hal-hal lain yang harus mereka penuhi untuk kebutuhan yang akan datang dan kebutuhan lainnya. Semuanya itu terkait dengan faktor internal. Nah, ini juga tidak hanya pengaruh dari faktor internal atau dari masyarakat itu sendiri, namun ada faktor eksternal yang

membuat masyarakat Mentawai itu mengubah konsep pengelolaan sumber daya alamnya. Misalnya saja pendatang yang datang ke Mentawai dan berdomisili di Mentawai dan orang luar ini membawa nilainilai baru yang diperkenalkan kepada masyarakat asli. Nilai-nilai baru ini misalnya komoditi-komoditi baru yang dibawa di Mentawai dan diperkenalkan bagi masyarakat misalnya coklat, karet, jagung dan tanaman baru lainnya. Ketika ini diperkenalkan dan masyarakat menerima karena faktor keterbukaan dan rasa ingin tahu yang tinggi sehingga tanaman baru ini diadopsi dan dipraktekkan di lapangan. Selain dari faktor pendatang yang membawa nilai-nilai baru juga faktor pemerintah yang memperkenalkan dan mendukung program-program baru yang lebih pada komoditikomoditi komersil yang dapat dipasarkan. Dengan adanya dorongandorongan dan program pemerintah seperti penanaman coklat, jagung ataupun program sawah ikut mengubah pandangan masyarakat untuk beralih pada komoditi pasaran, apalagi program atau kegiatan yang dilaksanakan pemerintah itu sudah didukung oleh anggaran sehingga masyarakat tinggal menjalankan. Juga tidak lepas dari permintaan pasar sekarang sekarang ini yang mana permintaan pasar lebih pada produk-produk komersil yang memiliki pasaran cukup tinggi seperti coklat, karet, padi. Ini akan berbeda jika pasar meminta sagu, keladi, pisang dengan harga yang bagus. Hal lainnya juga yaitu pembangunan-pembangunan sarana yang dilakukan oleh pemerintah seperti transportasi, jalan, jaringan telekomunikasi ikut membuat masyarakat beralih dari komoditikomoditi lokal ke komoditi-komoditi baru karena semakin mudahnya akses membuat orang akan sermakin mudah untuk mobilisasi atau memasarkan hasil pertanian yang dimiliki masyarakat. Semuanya ini tentunya bermuara pada kebijakan pemerintah itu sendiri dalam merespon nilai-nilai tanaman lokal yang ada, maksudnya

BIODATA Nama: Mora Dingin Kelahiran: Botung, 11 April 1985 Alamat: Jalan Bambu No. 3 Ujung Gurun, Padang Jabatan: Direktur Perkumpulan QBAR kalau pemerintah mendukung nilainilai lokal dari komoditi lokal yang ada dengan mencarikan pasar dan harga yang bagus tentunya masyarakat tidak akan meninggalkan kearifan lokal yang ada. Ini akan dapat diantisipasi. Kalau ada misalnya kebijakan pemerintah menggalakkan menanam sagu, atau keladi, atau pisang dengan jaminan soal harga dan pasar tentunya masyarakat akan tertarik untuk mengembangkan komoditi lokal dengan nilai-nilai kearifan lokal maka pergeseran nilai kearifan itu tidak akan jadi apalagi didukung dengan sarana dan prasarana oleh pemerintah. Kalau dari segi pemilihan jenis komoditi, apakah orang Mentawai memiliki karakter tersendiri? Jadi bagi masyarakat Mentawai dulunya dalam menentukan jenis komoditi lokal itu ada, dalam artian masyarakat memilih jenis tanaman itu sesuai dengan kebutuhan masyarakat sehari-hari, misalnya saja seperti sagu, keladi, pisang oleh masyarakat melihat tanaman-tanaman ini dapat memenuhi dan membuat ketahanan pangan masyarakat itu terpenuhi. Namun karakteristik itu berubah tidak hanya dalam konteks memenuhi kebutuhan sehari-hari namun sudah sampai pada memenuhi kebutuhan di masa yang akan datang, faktor pasar, faktor akan kebutuhan barang-barang mewah. Pemerintah Mentawai saat ini sedang menggalakkan pembukaan 1.000 hektar sawah, apakah penyeragaman komoditi ini bisa

ke halaman 13


Sosok berdampak pada ketahanan pangan masyarakat Mentawai ke depan ? Sistem monokultur di Mentawai sangat berdampak terhadap ketahanan pangan bagi masyarakat dan ketahanan pangan masyarakat Mentawai itu akan mengkhawatirkan, karena kita melihat dari karakter masyarakat, topografi Mentawai. Penyeragaman satu jenis tanaman akan menciptakan ketergantungan, misalnya saja dengan program sawah di Mentawai akan dapat mengenyampingkan tanaman-tanaman lokal lainnya seperti sagu, keladi, pisang. Saya lebih setuju pada penganekaragaman pangan seperti yang disampaikan Kepala Bappeda Mentawai. Artinya masyarakat bisa menanam sagu, bisa menanam keladi, bisa menanam pisang, bisa menanam padi dan tanaman lainnya, namun bisa banyak jenis tanaman. Karena belajar dari daerah daratan kalau tidak makan nasi walau makan makanan lain tapi

Puailiggoubat NO. 296, 15 - 30 September 2014 rasanya seperti tidak makan, padahal sebenarnya kita bisa makan ubi, keladi atau makanan lainnya. Dengan berbagai jenis tanaman ketergantungan itu tidak akan terjadi, ketika sagu tidak ada maka masih ada keladi atau masih ada pisang atau masih ada beras atau jagung. Jadi ketergantungan pada satu jenis tanaman tidak akan terjadi. Kita lebih sepakat lagi bila pertanian yang dilakukan itu ala pertanian modern namun memakai nilai-nilai kearifan lokal masyarakat Mentawai itu sendiri. Hal menarik lainnya di Mentawai yaitu soal draf RTRW Mentawai yang masih menjadi pembahasan di legislative (DPRD), dimana 82 persen itu kawasan hutan dan 18 persen adalah APL, sementara masyarakat Mentawai hidup di sekitar dan di dalam kawasan hutan. Apa tanggapannya Anda?

Kalau kembali pada kearifan lokal masyarakat Mentawai sebenarnya dari segi pemanfaatan dan pengelolaan hutan masyarakat dari dulu sudah ada. Tidak terbantahkan kalau masyarakat Mentawai itu memiliki hubungan erat dengan hutan, karena disana mereka hidup, tinggal dan melakukan aktivitas. Bagaimanapun tidak dapat dipisahkan baik secara ekonomis, sosial, budaya dan kepercayaan masyarakat Mentawai itu sendiri. Pemerintah harus bisa juga mengakomodir keberadaan masyarakat baik yang ada di dalam maupun di luar kawasan hutan. Tidak semua kawasan hutan dijadikan sebagai tempat berladang bagi masyarakat, namun ada kearifankearifan tertentu yang dilakukan dalam pengelolaan hutan itu sendiri. Masyarakat Mentawai memiliki konsep tata ruang sendiri dalam pengelolaan kawasan hutan. Kalaupun ada ladang berpindah,

namun tetap ada nilai-nilai yang dipatuhi dan dijalankan. Bagi pemerintah, kawasan hutan itu adalah kawasan yang tidak boleh dijamah, diganggu gugat, sementara kalau kita lihat kawasan hutan yang ditetapkan itu masyarakat sudah duluan ada di sana. Maka tidak heran kalau ada desa di dalam hutan, yang semestinya hutan di dalam kawasan desa. Ini hanya soal duduk bersama antara pemerintah dengan masyarakat saja soal penetapan kawasan hutan. Selama ini pemerintah hanya sepihak dalam menentukan kawasan hutan tanpa melihat kondisi riil di lapangan. Juga setelah penunjukan kawasan hutan, pemerintah mengklaim itu milik negara dimana masyarakat tidak boleh melakukan aktifitas di sana. Penunjukan kawasan hutan sebenarnya untuk melindungi kawasan hutan itu sendiri dan tetap memberikan ruang bagi masyarakat untuk beraktivitas di dalamnya

13

dengan ketentuan-ketentuan yang disepakati bersama, terutama dengan kearifan lokal yang ada di daerah itu sendiri. Apa yang menjadi target dari pengelolaan sumber daya alam berbasis masyarakat? Salah satu target kita tentunya pada pemerintah bahwa sebenarnya di Mentawai itu dalam pemanfaatan sumber daya alam dan pengelolaannya tidak mesti mengadopsi dari luar, namun kearifan lokal dan nilai-nilai adat dan budaya itu sudah ada bagi masyarakat Mentawai. Pemerintah tinggal mendukung dan memfasilitasi masyarakat dalam pengelolaan sumber daya alam dengan nilai-nilai lokal dari segi aspek pasar, sarana dan prasana serta hal lainnya tanpa mengesampingkan nilai lokal yang sudah ada sejak dulu. (bs)

SISI LAIN

B

agi pria yang bernama lengkap Raden Rizki Mulyawan Kertanegara Hayang Denada Kusuma yang lebih akrab dipanggil Dik Doank, kesuksesan tidak bergantung pada nilai-nilai pendidikan formal. Menurutnya, pendidikan harus membuat seseorang berilmu yang dapat dimanfaatkan bagi diri sendiri dan orang lain. Orang yang berilmu harus mampu mendekatkannya dengan Tuhan sebagai sumber ilmu.

“Jadi kalau kita cerdas jangan sombong, namun hidup adalah proses, proses adalah perubahan dan perubahan tersebut menandakan sebuah kehidupan,” katanya saat memaparkan filosofis sekolah alam miliknya yang dinamakan Kandank Jurank Doank (KJD) di Jakarta, Selasa, 12 Agustus. Semula, sekolah alternatif yang dikelola Dik Doank pada tahun 1993 boleh dibilang tanpa nama. Ketika itu Dik masih tinggal di Blok K, Angkasa Pura, Kemayoran, Jakarta. ‘Sekolah’ yang dirintisnya hanya memanfaatkan empat pot besar sebagai tempat belajar. Menurut Dik Doank, pot besar tersebut semula ditanami pohon atas perintah Presiden Soeharto, namun tak tumbuh-tumbuh, sehingga terbengkalai. Cita-cita Dik Doank saat itu agar anak-anak miskin bisa belajar di sekolah yang

sebenarnya, yakni alam karena lewat alam anak-anak mampu mengenal diri dan potensinya. Bergaul dengan alam, seperti pohon melambai, angin mendesau, lumpur sawah memberikan pemahaman bahwa keindahan alam semata ciptaan Tuhan yang harus terus dijaga dan dilestarikan. Pada 1997, KJD pindah ke komplek Alvita, Sawah Baru, Ciputat, saat itu anak-anak yang belajar hanya berjumlah 25 orang. Hingga pada 2010 jumlah anak bertambah hingga 1.500 orang, berbagai fasilitas belajar lapangan didirikan, panggung, studio, ruang multimedia, kolam ikan, perpustakaan dan arena bermain. Materi belajar yang diterapkan di KJD sangat sederhana, tak ada silabus, apalagi kurikulum resmi. Bagi Dik Doank, prinsip yang ingin ia tanamkan adalah bagaimana warga belajarnya menguasainya sebanyak mungkin apa yang ia sebut kebisaankebisaan. Ia memandang belajar merupakan proses kreatif. Di KJD, orang-orang berbagai lapisan umur belajar berbagai hal, mulai dari menggambar, melukis, menari, teater, main musik, bernyanyi ataupun apa saja hal yang mereka suka. Melalui kegiatan-kegiatan kreatif ini diharapkan talenta anakanak dapat berkembang sepenuhnya,

terutama mengolah rasa sedari dini. Dik Doank menganggap, strategi ini untuk mendidik anak-anak agar tidak jadi seorang peragu. Lebih dari itu, gagasan besarnya adalah mencipta karena setiap menciptakan sesuatu selalu diawali dengan menggambar. Bangsa tanpa kebiasaan menggambar cenderung gagal menjadi bangsa pencipta, hanya menjadi bangsa penyontek Ia menilai, sistem pendidikan saat ini sangat mengkhawatirkan karena tidak mengajarkan anak-anak menjadi bangsa pencipta melainkan bangsa peniru dan penjiplak. Terbukti dengan sedikitnya proporsi kurikulum seni dibandingkan mata pelajaran lainnya. Padahal seni merupakan sumber inspirasi penciptaan dan juga media untuk mengolah rasa. Ia mencontohkan Ki Hajar Dewantara pendiri Taman Siswa dan Ir. Soekarno merupakan pemimpin yang berjiwa seni, yang satu mengibaratkan sekolah sebagai taman yang indah dan terbuka tanpa dibatasi sekat-sekat sehingga murid dapat berinteraksi langsung dengan alam. Dan yang satunya lagi sebagai seorang pemimpin yang mengangkat martabat bangsa yang baru merdeka melalui pembangunan yang indah dan megah. Baginya anak adalah amanah yang tidak semua orang mendapatkannya, “anak ibarat tunas, dia bisa kita beri apapun dan menjadi apapun tanpa harus memenjarakan keinginannya,” ujarnya.

Dari segi umur, Dik mengatakan tugas anak bermain sehingga kesempatan tersebut tidak boleh dicabut dengan cepat dan dijejali berbagai pelajaran. “Jika itu dilakukan kelak kamu akan temukan anakmu yang dewasa tapi kekanak-kanakan. Dunia ini bermain dan bermain, ketika ia mulai dari anak menjelang dewasa ia akan belajar baik di sekolah maupun tidak di sekolah, intinya belajar untuk mengasah, boleh di bawah pohon, dekat tempat sampah dan lain. Karena belajar tanpa ruang yang menyekat pikiran kita akan bebas, raga kita akan mampu menyentuh alam semesta, sehingga kita mampu bersahabat dan menjaga pertumbuhannya,” jelasnya. Dik menyebutkan negara ini kaya namun anak-anak sekolah harus bayar mahal yang membuat mereka tidak bisa sekolah. “Itu kan sama saja negara ini tengah menyiapkan virusnya sendiri. Kelak ini akan menggerogoti bangsa karena kebodohannya akan menimbulan pengangguran. Jadi ketika ada sekolah seperti ini maka orang-orang harus empati mampu berbagi rezeki yang pokok untuk menjadi kebutuhan pokok di sekolah itu,” tuturnya Menurutnya, spirit untuk menjalankan sekolah alam mesti ikhlas, karena dengan keikhlasan orang yang mengabdi akan bebas dalam arti positif. (gsn)


Puailiggoubat NO. 296, 15 - 30 September 2014

Empat orang menderita luka ringan dan sejumlah bangunan rusak. Rus Akbar

iga gempa beruntun terjadi di Tanah Datar, Agam, Pariaman, dan Padang Panjang, Provinsi Sumatera Barat, tadi malam. Kendati begitu, gempa tidak terlalu membahayakan warga. Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, sumber gempa berasal dari sesar Sumatra yang melintasi Danau Singkarak dengan daerah terdampak 5 kabupaten dan kota yaitu Tanah Datar, Solok, Bukittinggi, Padang Panjang, Padangpariaman. Akibat gempa tersebut sejumlah orang menderita luka dan sejumlah bangunan rusak. Sutopo mengatakan, berdasarkan data sementara yang dilakukan Tim Reaksi Cepat (TRC) BPBD, di Padang Panjang jumlah korban 2 luka ringan, Ulfaiza Sahra (2), Tarbaini (50). Sementara di Tanah Datar terdapat 2 luka ringan, Fauril Rozi (12), Ruli Afandi (18). Sementara kerugian materil yang terjadi, di Tanah Datar terdapat 35 rumah rusak ringan, 4 sarana pendidikan rusak ringan, 4 sarana ibadah rusak ringan. Di Padang Panjang, 3 sekolah rusak ringan, 2 rumah sakit rusak ringan, 1 puskesmas rusak sedang, 1 rumah rusak sedang, dan 4 rumah rusak ringan. Sutopo melalui pesan singkat

T

14

Gempa Beruntun Hantam Sumatera Barat kepada Puailiggoubat, 11 September, mengatakan upaya BPBD Kota Padang Panjang saat gempa dengan menurunkan TRC untuk pendataan, mengevakuasi pasien RSUD Padang Panjang 64 orang, mengevakuasi pasien RS Ibnu Sina 41 orang, melaksanakan patroli dan pemantauan pascagempa. Sementara Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Sumatra Barat, Ade Edwar mengatakan, pusat gempa terjadi di segmen Sumani arah Ombilin, atau bagian timur di seputar Danau Singkarak. Dia melanjutkan, gempa pertama terjadi pukul 00.46 WIB dengan kekuatan 5 SR, berlokasi 0.57 Lintang Selatan 100.53 Bujur Timur dengan kedalam 10 KM yang berpusat di darat, sejauh 14 kilometer barat daya Tanah Datar. “Gempa pertama dirasakan di Batusangkar, Padang Panjang, Sicincin, Bukittinggi, dan Padang, serta Agam,” katanya. Gempa kedua terjadi pukul 00:52 WIB, dengan kekuatan 4,2 SR, di kedalaman 10 KM. Lokasi gempa 0.49 Lintang Selatan, 100.5 Bujur Timur. Pusat gempa berada di darat, 8 kilometer tenggara Padang Panjang. “Gempa hanya dirasakan di Padang Panjang, dan Batusangkar Tanah Datar. Selang empat menit gempa darat kembali

terjadi, di 11 km barat daya Tanah Datar, Batusangkar, dengan kedalaman 10 kilometer dengan kekuatan 4,2 SR,” jelasnya. Meski beruntun, gempa tidak terlalu membahayakan, karena energinya sudah keluar pada tahun 2007. “Segmen ini siklusnya sekitar 70-80 tahun, karena energinya sudah keluar, maka itu tidak berbahaya, tapi tetap waspada,” katanya. Yang berbahaya, menurut Ade Edwar, ada dua segmen di Sumbar. Segmen pertama itu di Sumpur-Barumun Pasaman, ada dua segmen di lokasi tersebut. Gempa terjadi pada 150 tahun lalu, dengan kekuatan 7 SR, jalurnya itu adalah Jalan Bonjol sampai Rao. “Kalau sudah 7 SR gempa darat, ini sangat berbahaya, bisa jalan terkelupas dibuatnya,” tegasnya. Segmen berikutnya, adalah segmen Suliti-Muaro Labuh Solok Selatan. Jalurnya dari Lubuk Selasih, akan melintas ke Danau Diatas, siklus gempanya 70 tahunan. “Gempa terakhir pada tahun 1943 yang terkenal dengan gempa Muaro Labuh dengan kekuara 6,4 SR, pada tahun ini rumah warga rata-rata dari kayu sehingga tidak ada korban jiwa,” katanya. (o)

GEMPA 5 SR Waktu: Kamis, 11 September 2014 pukul 00.46 WIB Lokasi: 0.57 Lintang Selatan 100.53 Bujur Timur Kedalaman: 10 Kilometer Pusat: Daratan, 14 kilometer Barat Daya Tanah Datar.

GEMPA 4,2 SR Waktu: Kamis, 11 September 2014 pukul 00.50 WIB Lokasi: 0.57 Lintang Selatan 100.53 Bujur Timur Kedalaman: 10 Kilometer Pusat: Daratan, 14 kilometer Barat Daya Tanah Datar.

GEMPA 4,2 SR Waktu: Kamis, 11 September 2014 pukul 00.52 WIB Lokasi: 0.49 Lintang Selatan, 100.5 Bujur Timur Kedalaman: 10 Kilometer Pusat: Daratan , 8 kilometer tenggara Padangpanjang.

FOTO:RUS/PUAILIGGOUBAT

Pemerintah Tanah Datar Tetapkan Status Siaga Darurat PADANG-Pemerintah Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat menetapkan daerah Tanah Datar siaga darurat, ini terkait akan munculnya gempa-gempa susulan di daerah tersebut. “Kita hanya menetapkan status siaga darurat, sebab gempa ini pasti akan berulang-ulang, memang lokasi tanah datar ini merupakan jalur patahan Sumatera,” kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Tanah Datar, Abrar, Jumat 12 September. Menurutnya, status ini tidak sama dengan tanggap darurat, kalau tanggap darurat kondisinya sudah benar-benar darurat, dimana ada korban jiwa, pencarian korban, evakuasi warga, kondisi ekonomi lumpuh. Diatas dari tanggap darurat adalah masa pemulihan. “Kalau siaga darurat ini tidak seperti itu, ini hanya diminta waspada kepada masyarakat, kalau gempa keluar dari rumah, sementara saat ini kehidupan masyarakat Tanah Datar sudah berjalan normal,” tuturnya. Status ini akan ditarik, kalau kondisinya sudah normal, yang jelas tim dari BPBD tetap melakukan patroli dan siaga, kalau misalkan gempanya menyusul. “Yang penting kita tetap siaga bersama dengan masyarakat,” katanya. (r) KORBAN GEMPA - Walhidayat korban gempa dari Tanah Datar dirujuk ke RSUP M. Djamil Padang


15

Puailiggoubat

SEPUTARSUMBAR

NO. 295, 1 - 14 September 2014

Jika RUU Pilkada disahkan, pemilihan bupati Mentawai 2016 akan ditentukan oleh 20 anggota DPRD. Gerson Merari Saleleubaja Patrisius Sanene

Pro Kontra RUU Pilkada

Ada yang Menerima, Banyak Menolak FOTO:RUS/PUAILIGGOUBAT

encana sejumlah fraksi di DPR RI yang mengubah pemilihan kepala daerah (Pilkada) secara langsung oleh rakyat menjadi DPRD menuai beragam tanggapan, sebagian menolak sebagian setuju. Politisi Partai Nasional Demokrat (Nasdem) sekaligus anggota DPRD Mentawai periode 2014-2019, Nikanor Saguruk menilai perubahan undangundang tersebut merupakan kemunduran demokrasi dari semangat reformasi. Argumen yang diapungkan seperti biaya mahal dan rawan kecurangan menurut Nikanor tidak tepat karena masing-masing sistem juga berbeda, punya kelebihan dan kelemahan. Namun mekanisme pilkada oleh DPRD jelas membatasi hak demokrasi rakyat untuk menentukan kepala daerahnya. “Kalau besar biaya sama saja, maka perlu penyempurnaan untuk meminimalisir anggaran,” katanya saat dihubungi Puailiggoubat, Jumat, 12 September. Menurutnya, pilkada melalui DPRD yang diributkan lebih kepada persoalan pascapemilihan presiden. Ia berharap keputusan itu tidak dibuat terburu sebelum pemerintahan yang baru disahkan pada 20 Oktober nanti. “Alasannya sangat politis, namun kita lihat saja apa keputusannya nanti,” ujarnya. Sementara Kortanius Sabeleake’, anggota DPRD Mentawai dari partai Golkar menilai pemilihan melalui DPRD lebih tepat yakni bisa menghemat anggaran negara saat pemilihan. Lanjut dia, pemilihan oleh DPRD memperkecil

R

DIANCAM BOM Tim Gegana Polda Sumbar memeriksa mobil pegawai Pengadilan Negeri Padang setelah adanya ancaman bom beberapa waktu lalu

konflik di tingkat masyarakat ketika terjadi perbedaan pilihan. Korta beralasan DPRD merupakan respresentasi wakil rakyat yang akan menentukan kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah, apakah itu anggaran, peraturan dan lain sebagainya. “Yang menentukannya nanti adalah DPRD, bupati hanya mengajukan usulan kegiatan yang akan dilakukan,” katanya. Agar kepentingan rakyat terakomodir dalam setiap kebijakan yang diputuskan, ia meminta rakyat memilih wakil-wakilnya di DPRD yang peduli terhadap kepentingan mereka. “Jangan asal pilih wakilnya agar aspirasi rakyat terakomodir dengan baik,” jelasnya. Sementara sehari sebelumnya,

Pusat Studi Konstitusi (PUSaKO) Fakultas Hukum Universitas Andalas melalui siaran persnya menolak mekanisme pemilihan kepala daerah oleh DPRD yang saat ini tengah dirancang DPR Pusat. PUSaKO melalui penelitinya Charles Simabura menyampaikan tiga butir pernyataan sikap yakni mendesak pemerintah menarik kembali RUU Pilkada jika DPR masih bersikukuh untuk tetap mempertahankan sistem pemilihan kepada daerah melalui DPRD. Kedua meminta DPR menunda pembahasan RUU Pilkada sampai pemerintahan baru hasil pemlihan umum terbentuk. Dan mempertahankan sistem pilkada langsung sebagai

bentuk penghormatan atas demokrasi dan kedaulatan rakyat. Charles yang juga dosen Fakultas Hukum Universitas Andalas ini menilai pemilihan melalui DPRD menyebabkan kepala daerah akan tersandera dengan kepentingan pragmatis anggota dewan dan mengabaikan aspirasi rakyat. Akibatnya, rakyat dirugikan karena program pembangunan yang ada di daerah tidak lebih dari hasil kongkalikong antara kepada daerah dan DPRD. Menurut Charles, alasan partai politik pendukung RUU itu seperti penghematan biaya, rentan politik uang dan maraknya praktek politik dinasti hanya pembenaran mereduksi hak pilih rakyat. Apalagi pemilihan kepala daerah

oleh DPRD tidak menutup kemungkinan terjadinya politik transaksional yang lebih besar di tingkat elit. Kelemahan sistim pilkada langsung, menurut Charles perlu diperbaiki agar lebih baik. Salah satu caranya, dengan mendorong pilkada secara serentak yang direncanakan pada tahun 2015 sehingga hemat biaya. Ia berharap rakyat diberi ruang belajar demokrasi secara baik melalui pemilihan pemimpin secara langsung. Dan jangan sampai kepentingan politik sesaat sebagian partai politik di negeri ini mengebiri partispasi dan kedaulatan rakyat. Karena berdasarkan UUD 1945 Pasal 18 ayat (4) amandemen kedua, lanjut siaran pers itu, menyatakan penyelenggaraan pemerintahan daerah yakni gubernur, bupati dan walikota masing-masing sebagai kepala pemerintah daerah provinsi, kabupaten dan kota dipilih secara demokratis. Ketentuan pasal inilah yang kemudian diturunkan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang membuka ruang kepala daerah dipilih secara demokratis dalam arti langsung oleh rakyat. Penetapan RUU Pilkada ini menjadi penting bagi daerah. Mentawai misalnya akan menggelar pemilihan bupati 2016 mendatang. Jika RUU ini disahkan, maka pilkada dua tahun mendatang akan dilakukan oleh DPRD Mentawai. Tiap kali pilkada, Mentawai yang jumlah pemilihnya relatif lebih sedikit dibanding kabupaten dan kota lain di Sumbar membutuhkan dana yang tidak jauh berbeda dibanding daerah lain, Kota Padang misalnya. Bastian Sirirui, komisioner KPU Mentawai mengatakan, anggaran pilkada Mentawai 2011 lalu berkisar Rp6 miliar. “Dana itu kita dihemat, dan besarnya anggaran khusus di Mentawai punya alasan bahwa di Mentawai itu daerah yang secara geografisnya sangat sulit sehingga transportasi mahal, misalkan saja bahan bakar di Mentawai untuk transportasi di Mentawai sangat mahal,” kata Bastian,12 September lalu. (o)

Polda Sumbar Gagalkan Penyelundupan 45 Kilogram Ganja PADANG - Kepolisian Daerah Sumatera Barat berhasil menggagalkan penyeludupan ganja kering seberat 45 kg di daerah Lubuak Bangku, Kabupaten 50 Kota, Sumatera Barat, bersama tiga orang pelakunya dari Aceh. Menurut KA Subdit I Direktur Reserse Narkoba Polda Sumbar, AKBP Syafnil, ketiga pelaku merupakan kurir membawa ganja sebanyak 45 kg dari Aceh menuju Bukittinggi. “Pelaku merupakan kurir ganja, asal Lhoksmawe, Aceh,” ujarnya, Kamis 11 September lalu di Mapolda Sumbar, jalan Jenderal Sudirman, Padang. Lanjutnya, tiga orang tersangka

tersebut adalah, Ali Muktar/Ali (20), M. Nasir alias Ata (19), dan M. Abu Bakar.(25). Salah satu diantara pelaku berstatus sebagai pelajar SMA di Lhoksmawe, Aceh yang sehari-hari bekerja sebagai tukang panjat kelapa. “M. Nasir merupakan pelajar SMA, mereka mengaku mendapatkan upah sebesar Rp 12 juta, untuk mengantarkan 45 kg ganja dari Aceh ke Bukittinggi,” ujarnya. Penangkapan tersebut menindaklanjuti laporan masyarakat, yang mengatakan ada tiga orang membawa ganja dari Aceh, melalui Medan dan melewati Labuhan Batu dengan menaiki

bus umum. Menindaklanjuti laporan tersebut petugas melakukan pengintaian, dan pelaku bersama barang bukti berupa satu kardus besar, dan dua koper ukuran menengah berisi ganja kering. “Ketiga pelaku berhasil ditangkap setelah mobil yang ditumpangi dihentikan petugas, seusai makan di salah satu rumah makan, di Kawasan Lubuk Bangku, Kabupaten Limapuluh Kota,” tuturnya. Dalam penggeladahaan itu polisi berhasil mengamankan 45 ganja kering yang terbagi atas tiga tempat besar. Dua dalam koper dan satu dalam

kardus besar. Tersangka, M. Nasir mengaku, dirinya sudah dua kali mengantarkan paket ganja tersebut. Ganja tersebut diambilnya dari bosnya, kemudian akan diantarkan ke Bukittinggi. “Kami dapat upah Rp 300 ribu/kg,” ujarnya. Dia menambahkan, terpaksa menjadi kurir ganja karena tidak punya uang. Dirinya sehari-hari bekerja sebagai tukang panjat kelapa tidak cukup untuk membiayai dirinya. Sehingga dia memilih sebagai kurir ganja. “Saya masih sekolah kelas dua SMA di Lhoksmawe,” katanya. Sementara Ali Muktar merupakan

warga lhoksmawe, dan sehari-hari bekerja sebagai mekanik di kampungnya. Sementara tersangka ketiga adalah, M Abu Bakar, adalah seorang petani. “Ketiga pelaku memiliki tanggungjawab berbeda. Ali Muktar membawa 12 Kg, M. Nasir membawa 8 kg ganja, dan M. Abu Bakar membawa 25 kg ganja,” katanya. Pelaku terjerat UU No 35 tahun 2009 pasal 111 ayat 2 dan pasal 114 ayat 1 dengan hukuman minimal lima tahun penjara. (r)


Puailiggoubat NO. 296, 15 - 30 September 2014

8

Suara Puailiggoubat Polemik RUU Pilkada: Langsung atau Tidak Langsung

R

ancangan Undang-Undang Pemilihan Kepala Daerah (pilkada) kini memunculkan polemik di tengah masyarakat. RUU yang diusulkan pemerintah melalui Kementerian Dalam Negeri pada 2012 lalu sempat mangkrak dibahas karena hanya disetujui dua fraksi DPR yakni fraksi PPP dan Demokrat. Namun usai Pemilu Presiden lalu, tibatiba sejumlah partai yang lantang menolak kini menerima usulan itu diantaranya Partai Golkar dan PKS. Mengapa RUU Pilkada menjadi pro dan kontra ? Karena pemilihan kepala daerah akan dikembalikan ke sistem perwakilan melalui DPRD bukan lagi langsung oleh rakyat. Alasan pemerintah mengusulkan RUU ini karena pilkada langsung dianggap berbiaya tinggi, sarat politik uang dan berpotensi memunculkan konflik di tengah masyarakat. Apalagi menurut Kemendagri, sejak pilkada langsung, sudah lebih dari 300 kepala daerah yang dipenjara karena tersangkut kasus korupsi. Alasan inilah yang kemudian disetujui sejumlah fraksi di DPR untuk dibahas terutama fraksi yang tergabung dalam Koalisi Merah Putih. Lalu bagi yang kontra, mereka matimatian menolak kembalinya sistem pemilihan ke rezim orde baru itu. Bagi mereka hal itu sama dengan mengkhianati reformasi dan membajak demokrasi. Tak tanggung-tanggung, penolakan disampaikan Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (Apkasi) dan Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (Apeksi) diantaranya ada Walikota Bandung Ridwan Kamil, Walikota Bogor Bima Arya. Bahkan Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaya Purnama mengajukan surat pengunduran sebagai kader Partai Gerindra lantaran kecewa partainya ikut menyokong RUU Pilkada tersebut. Selain asosiasi kepala daerah, penolakan juga disampaikan koalisi masyarakat sipil seperti aktivis, mahasiswa dan sejumlah akademisi. Bagi mereka, pemilihan melalui DPRD akan menjadi bancakan uang para anggota dewan dan elit partai politik, hak suara rakyat akan dikebiri oleh elit partai tersebut. Menurut mereka, penghematan uang negara dalam pemilu dapat diatasi salah satunya dengan pemilu serentak. Selain itu, mereka juga mengatakan, korupsi bisa ditekan jika pengawasan dan penegakan hukum dijalankan sesuai aturan. Akan kemanakah “bola panas” ini menggelinding, apakah RUU ini akan disetujui ataukah akan ditolak ? Semua tergantung suara-suara wakil rakyat di Senayan. z

16

Harapan Baru Pola Rekrutmen CPNS di Mentawai M enyikapi pernyataan Kepala Badan Kepegawaian Daerah Mentawai Oreste Sakerebau melalui Puailiggoubat edisi 294 tentang sikap Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai dengan tidak mengajukan formasi kepada Kementerian Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi tentang lowongan CPNS tahun bakti 2014. Alasan kuat Pemda tidak membuka lowongan CPNS adalah kendala anggaran. Selain alasan anggaran, ada alasan lain menjadi “traumatis” bagi Pemda berdasarkan pengalaman sebelumnya. Hasil rekrutmen Pemda sesuai aturan yang berlaku yaitu jalur tes seleksi CPNS yang diberlakukan demi mengangkat abdi negara yang militan dan sesuai standar yang diharapkan mengalami persoalan. Persoalannya, sebagaimana yang dikeluhkan oleh Kepala Badan Kepegawaian Daerah Mentawai, tidak sedikit PNS yang secara seleksi dan penetapan para abdi negara tersebut di Mentawai meninggalkan tugas dan tanggung jawab dan lebih memilih “kembali pulang” ketimbang mengabdikan diri sebagai seorang abdi negara. Padahal menjadi Pegawai Negeri Sipil telah menjadi “idaman” banyak masyarakat beberapa tahun terakhir dengan pertimbangan pokok seperti jaminan tunjangan keluarga dan jaminan tunjangan pada masa tua (jaminan pensiun). Dengan pengalaman ini hendaknya menjadi pembelajaran bagi Pemda Mentawai sendiri dalam melakukan rekrutmen calon pamong di lingkungan Pemda Mentawai. Secara geografis, Kab. Kepulauan Mentawai adalah kepulauan yang berada pada wilayah terluar dari Kepulauan Sumatera. Secara kasat mata memang menjadi

oleh: Obedh A. Anas Saleleu, M.Pd.K

Lulusan Pascasarjana Universitas Kristen Indonesia

pertimbangan banyak kalangan terlebih bagi mereka yang tidak berasal dari Kepulauan Mentawai. Seharusnya para CPNS yang bukan berasal Mentawai hendaknya mempertimbangkan keadaan ini sebelum memutuskan untuk mencalonkan diri sebagai abdi negara.

ra berhak untuk mengabdikan dirinya di seluruh wilayah nusantara bebas tanpa membedakan golongan, suku, dan agama. Berkaitan dengan rekrutmen CPNS yang dilakukan oleh Pemda Mentawai, ada harapan baru dengan cara melakukan rekrutmen mengutamakan putra putri

Di lain pihak, Pemda Mentawai hendaknya juga secara cermat merekrut para PNS yang mengabdi di lingkungan kerja Pemda Mentawai agar tidak “kecolongan” akibatnya menjadi kerugian besar Mentawai itu sendiri. Sangat disayangkan memang sikap seperti ini yang tidak bertanggung jawab dan tidak mencerminkan integritas diri sebagai abdi negara. Tentu sebagai warga negara yang terpanggil memjadi abdi nega-

daerah. Kita juga menyadari, ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM) asli putra putri daerah Mentawai sejauh ini masih sangat terbatas dan butuh waktu beberapa tahun ke depan. Atas inisiatif pemerintah daerah khususnya dalam pemerintahan Bupati Yudas Sabaggalet dan Wakil Bupati Rijel Samaloisa sangat mengutamakan pada sektor pendidikan. Dengan membangun hubungan kerjasama beberapa universitas/PT ternama di

pulau Jawa dan Sumatera, Pemda bersedia menjamin biaya pendidikan hingga lulus. Beberapa jurusan menjadi fokus di antaranya bidang kesehatan, keguruan, teknik sipil/arsitektur, pelayaran, dan pertanian. Dengan upaya yang dilakukan Pemda Mentawai dapat menghasilkan sumber daya manusia (SDM) yang handal, kompeten dan bertanggung jawab. Harapan-harapan inilah ke depannya Mentawai memiliki para abdi negara asli putra putri daerah yang bekerja di lingkungan Kepegawaian Daerah Mentawai untuk mengelola kekayaan sumber daya alam Mentawai, membangun perekonomian yang lebih maju, membangun sistem birokrasi yang handal, dan membangun pendidikan yang lebih baik. Pun demikian tetap menjadi pertimbangan pemerintah daerah. Saat ini Pemda terus-menerus “memasok” mahasiswa di berbagai universitas/PT di pulau Jawa dan Sumatera guna memenuhi kebutuhan di semua lini. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan Pemda Mentawai adalah potensi pengangguran para intelektul dikarenakan sektor tidak mampu menampung para sarjana-sarjana yang telah lulus. Diperkirakan 2015-2020 mendatang, Mentawai akan dipenuhi para sarjana-sarjana asli putra putri daerah Mentawai. Pertanyaannya, apakah Pemda Mentawai siap membuka lapangan pekerjaan untuk mempekerjakan para sarjana-sarjana ini atau sebaliknya justru menghasilkan sarjanasarjana pengangguran. Tidak heran kalau kebanyakan putra putri daerah cenderung memilih berkarya di luar daripada kembali ke tempat asalnya. Alasan sederhana dan logis kuatir tidak mendapat kesempatan kerja. Kiranya hal ini menjadi perhatian Pemda Mentawai untuk mengambil kebijakan. z


Puailiggoubat NO. 296, 15 - 30 September 2014

D

esa Mara terletak di Kecamatan Sipora Selatan Kabupaten Kepulauan Mentawai. Desa ini terdiri dari enam dusun, Mara Barat, Mara Tengah, Mara Utara, Mara Timur, Monga Selatan dan Monga Utara. Berpenduduk 1.172 jiwa dengan 317 kepala keluarga, desa ini memiliki luas 642 hektar. Luas wilayah pemukiman 15 hektar sementara sisanya untuk perladangan masyarakat yakni kebun kelapa 15 ha, sawah 30 ha, kebun nilam 50 ha, kebun cengkeh 40 ha, kebun pala 5 ha, kebun pisang 15 ha, kebun kakao 5 ha, hutan belum diolah 400 ha dan sekitar 67 ha bekas olahan perusahan HPH pada 1999-2004 lalu yang kemudian dijadikan perkebunan oleh masyararakat. Desa Mara berbatasan langsung dengan Desa Nemnem Leleu di sebelah selatan, Desa Sioban di sebelah utara, Desa Beriulou

K

onon asal muasal nama Sioban di Sipora Selatan bermula saat Pajorot, anak dari Aman Tawoi dari pulau Siberut mengarungi lautan ,dan berjumpa sebuah pulau dinamakan pulau Sipora. Pajorot bermukim di pedalaman di hulu sungai dan menamakannya Sinabak (yang artinya anak sungai) dan ada nama lain seperti Manappou (artinya muara anak sungai). Pajorot mengelilingi pulau Sipora dan menemukan muara berbentuk teluk yang di sekitarnya banyak pohon mangrove dengan airnya tenang sehingga Pajorot merasa ingin menetap dan menama-

sebelah barat daya, Desa Betumonga sebelah barat dan sebelah timur berbatasan langsung dengan selat Mentawai. Meski berada di pesisir pantai, 85 persen masyarakatnya bermata pencarian di bidang pertanian. Siswa sebagai pegawai pemerintah dan swasta. Takelata (90), salah satu orang tua pertama membuka perkampungan Mara kepada Puailiggoubat, Kamis 28 Agustus lalu, menceritakan asal usul penduduk Desa Mara yang konon menurutnya dari perkampungan Sibagau yang terletak di perbukitan di hulu sungai Sibagau, sekitar 5 km dari Mara. Pada saat pendudukan kolonial Belanda dan Jepang di Mentawai, penduduk masih bermukim di perkampungan lama di Sibagau sedangkan Desa Mara yang saat saat itu merupakan kebun pisang (pumoneat bagok). Di perkebunan pisang ini ada lintasan jalan rodi sehingga serdadu Belanda dan masa

penjajahan Jepang dulu sering mengambil pisang yang masak jika mereka lewat. Karena pisang-pisang itu banyak dan matang di pohon, orang menyebutnya marak namun diucapkan mara, seperti kebiasaan pengucapan kosakata di Mentawai, jelas Takelata. JN. Sababalat, mantan kepala desa Mara mengatakan, pada 1954 perkebunan pisang ditempati masyarakat yang pindahan dari perkampungan Sibagau.Tahun 1963 peresmian kampung Mara dan peletakan batu untuk gereja Kristen P rotestan,dan sampai sekarang sudah menjadi desa di lingkungan kecamatan Sipora selatan. Desa ini memiliki sarana pendidikan berupa Paud dan TK ada 3 unit, SD 2 unit. Sementara SMP dan SMA berada di desa tetangga di Sioban. Saat ini sejumlah jalan dan jembatan sudah dibangun melalui dana PNPM MP. Sementara usulan ke

kannya Matoraimonga. Pajorot kembali ke Siberut mengajak istrinya pindah ke Matoraimonga di Sipora dan menetap di sana. Namun masih ada yang belum diketahui Pajorot dan anak-anaknya yang menempati seperti di Mara, Silakoinan, dan Saureinuk karena keturunan yang lain menempati tempat perkampungan baru, lalu hanya tinggal orang tua yang menetap dengan penuh uban. Pada saat itu untuk panggilan kepada seseorang melihat bentuk orang bukan dipanggil namanya karena pak tua yang penuh dengan uban maka melekatlah julukan bahwa Matorai Monga menjadi nama si ubat atau kai ubat. Jika ada kerabatnya yang

menjumpai si ubat dari Saureinuk, Silakoinan dan Mara Sibagau, berkunjung ke Matoraimonga, jika ada pendatang dari tanah tepi (Sumatra) maka si uabat disebut si ubanyang artinya sama lalu pada peta tertulis Sioban. Lama kelamaan dan melekatlah namanya hingga sekarang yaitu Sioban dan tempat dermaga yang dibangun pemerintah yang melekat namanya Sioban sampai sekarang. Saat ini penduduk Desa Sioban 561 kepala keluarga atau 2.116 jiwa dengan Dusun Paddarai, Sioban Dalam, Teitei Pabobokat, Malabbaet, Tetebukku, Takkuman dan Bagat Lelet. Desa Sioban berbatas dengan

17

Pemda Mentawai diantaranya pembangunan dan perbaikan jembatan gantung penghubung desa Nem-nem Leleu, Bosua dan Beriulou yang

lantainya sudah lapuk dan perlu diganti. Lalu ada gorong-gorong satu unit yang lantainya masih terbuat dari papan. (leo)

sebelah selatan Desa Mara, sebelah utara berbatasan dengan Saureinuk, sebelah barat Betumonga dan sebelah timur lautan selat Mentawai. Luas wilayah desa ini 12.000 ha. Sebagian besar mata pencarian masyarakat Sioban adalah bertani lalu beternak, pedagang, nelayan, buruh dan pegawai. Umumnya masyarakat berkebun nilam , cengkeh, coklat, pala, kelapa, pinang dan pisang,serta menangkap ikan. Desa Sioban yang merupakan pusat Kecamatan Sipora Selatan memiliki dermaga atau pelabuhan kapal dan menjadi pusat perdagangan masyarakat Sipora Selatan. Desa ini memiliki sarana pendidikan yang

lengkap yakni TK/PAUD sebanyak 4 unit, SD 2 unit dan SMP serta SMA masing-masing 1 unit. Desa ini terbentuk secara administratif pada 1954 dengan kepala desa pertama Natanael Satototake. Sejumlah sarana di desa dibangun melalui dana PNPM MP. embangunan yang ada dari dana PNPM MP diantaranya jalan rabbat beton, gorong-gorong dan jembatan perbatasan, penerangan PLN. Ada juga sarana air bersih yang sumbernya ada di Mara. Lalu juga sudah tersedia jalan-jalan evakuasi jika terjadi gempa dan tsunami. Sarana penerangan dari PLN juga sudah tersedia. (leo)


Puailiggoubat NO. 296, 15 - 30 September 2014

Jurusan disesuaikan dengan potensi daerah Gerson Merari Saleleubaja

P

emerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai akan mendirikan sebuah perguruan

tinggi negeri, direncanakan perkuliahan mahasiswa dimulai pada tahun 2015, hal tersebut disampaikan Bupati Kepulauan Mentawai Yudas Sabaggalet saat membuka acara Focus Grup Discusion (FGD) Kajian Persiapan Pembentukan Perguruan Tinggi Kabupaten Kepulauan Mentawai di Aula Bappeda Sumatera Barat, Padang, Kamis, 4 Juli. Yudas menuturkan, rencana tersebut merupakan cara meningkatkan kualitas sumber daya manusia di Mentawai. “Banyak tamatan SMA di Mentawai namun hanya sebagian kecil saja yang bisa melanjut ke universitas hal ini disebabkan mahalnya biaya yang dikeluarkan karena harus kuliah di luar Mentawai, sehingga diperlukan perguruan tinggi di Mentawai agar akses lebih mudah,” katanya di hadapan peserta FGD yang berasal dari LSM dan mahasiswa Mentawai, dosen dari beberapa perguruan tinggi di Padang serta tim ahli pengkaji perguruan tinggi Mentawai yang dipimpin Melinda Noer, dosen Pertanian Universitas Andalas, Padang. Ia menyebutkan, perguruan tinggi tersebut akan didirikan di Desa Saureinu, Sipora Utara karena warga setempat telah menghibahkan tanah pembangunan seluas 10 hektar. Sambil menunggu proses pembangunan dan perizinan lain, ia menyatakan siap memulai perkuliahan tahun depan. “Pada tahun 2015 kuliah kita mulai,

Sekolah Tinggi Mentawai Dibuka Tahun Depan sambil berjalan semua syarat sebuah perguruan tinggi kita lengkapi,” ujarnya. Menurut kajian akademik yang dilakukan tim dari Unand, Melinda Noer menyebutkan, sekolah tinggi yang akan dibuka di Mentawai berupa pariwisata, pertanian dan perikanan. Jurusan tersebut didasarkan pada potensi yang dimiliki Mentawai yakni kabupaten yang terdiri dari kepulauan yang memiliki potensi wisata dan perikanan yang sangat besar. Selain itu, Mentawai yang memiliki areal hutan seluas 85,06 persen dari luas keseluruhan daerah berpotensi pengembangan budidaya pertanian. Hal tersebut juga ditambah dengan sumber daya sosial kemasyarakatan yakni keunikan adat yang dimiliki dan budaya serta nilai kearifan lokal. “Usulan pemilihan ketiga jurusan tersebut disesuaikan kondisi Mentawai dan potensi yang dimilinya,” kata Melinda. Dari sisi kelembagaan, lanjut Melinda, pemerintah daerah mendukung penuh peningkatan sumberdaya manusia yang berkualitas dengan memberikan pendanaan pada pendirian perguruan tinggi yang diawali dengan kajian akademik. Melinda menyebutkan, tamatan SMA di daerah ini banyak namun yang melanjut ke perguruan tinggi sangat sedikit karena faktor biaya yang mahal karena harus melanjut ke luar Mentawai. Sementara di sisi lain, peluang pasar kerja yang besar dan kemajuan teknologi

FOTO:GERSON/PUAILIGGOUBAT

DISKUSI - Bupati Kepulauan Mentawai, Yudas Sabaggalet (dua dari kiri) memaparkan rencana pembangunan sekolah tinggi negeri Mentawai di Aula Bappedz, Sumbar menuntut sumberdaya manusia yang kompetitif yang mampu bersaing menghadapi pasar global. Keberadaan sekolah tinggi perikanan dan pertanian diharapkan mampu menghasilkan sumberdaya manusia yang mampu mengelola potensi kelautan berupa ikan dan budidaya laut lainnya. Dampak sosial yang diharapkan dari keberadaan sekolah tinggi ini, pendapatan masyarakat nelayan dan kemampuan mengelola potensi budidaya komoditi. “Diharapkan keberadaan sumber daya manusia yang berkualitas mampu

DAK Rp1,8 Miliar Bangun Fasilitas Sekolah Siberut Tengah SAIBISAMUKOP - Sebanyak Rp1.860.000.000 Dana Alokasi Khusus Dinas Pendidikan Kabupaten Kepulauan Mentawai dikucurkan membangun fasilitas belajar untuk 6 sekolah di Kecamatan Siberut Tengah tahun ini. Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Pendidikan Kecamatan Siberut Tengah, Jendam Purba mengatakan, dana tersebut akan digunakan membangun rumah dinas guru dan perpustakaan sekolah. “Para kepala sekolah penerima dana sedang membuat nota kesepahaman (MoU) dengan Dinas Pendidikan di Tuapeijat,” katanya saat dikonfirmasi Puailiggoubat, Senin, 1 September. Jendam merinci, sekolah yang

18

mendapat DAK sebanyak 5 SD dan 1 SMP, yakni SDN 10 Cimpungan mendapat dana Rp500 juta membangun rumah dinas guru , SDN 13 Cimpungan mendapat Rp660 juta untuk pembangunan perumahan dinas guru dan 1 unit perpustakaan. SDN 10 Saliguma, SDN 20 Simoilalak dan SDN 03 Sirisurak masing-masing mendapat Rp160 juta yang digunakan membangun 1 unit perpustakaan. Sementara SMPN 1 Siberut Tengah juga akan membangun 1 unit perpustakaan dengan dana Rp220 juta. Menurut Jendam, fasilitas pendidikan yang masih kurang di Siberut Tengah tersebar pada 7 SD, 1 SMP dan 1 SMA namun tahun ini baru 5 SD dan SMP yang dapat bantuan, sementara sisanya yakni SDN 16

Saliguma, SDN 01 Saibi Samukop dan SMAN 1 Siberut Tengah belum dapat. Meski tidak mendapat dana tahun ini, beberapa sekolah telah mendapat dana pada tahun lalu yakni SDN 16 Saliguma tahun 2013 telah dibangun ruang kelas baru yang sudah dipakai tahun ini. Sementara SDN 01 Saibi Samukop tidak memungkinkan pembangunan fasilitas baru karena lokasi sekolah sudah sempit. “Dan mudah-mudahan tahun depan SMAN 1 Siberut Tengah diprioritaskan mendapatkan dana yang ditujukan membangun rumah dinas guru,” jelasnya. Dana tersebut akan dikucurkan usai kepala sekolah dan dinas menandatangani MoU.\ (rr/g)

mengelola kekayaaan tersebut yang memacu peningkatan ekonomi warga

dengan berkembangnya usaha jasa pariwisata dan perdagangan,” jelasnya. (g)

PAUD TPA Aileleppet Saibi Belajar di Ruang Sempit SAIBI SAMUKOP - Fasilitas belajar Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Tempat Penitipan Anak (TPA) Ailelepepet di Desa Saibi Samukop Kecamatan Siberut Tengah memprihatinkan. Murid PAUD yang berjumlah 25 orang belajar dalam ruangan berukuran 5x6 meter. Pengelola PAUD TPA Aileleppet Saibi, Farida Satoko menuturkan, pendirian PAUD tersebut berawal dari program Badan Pemberdayaan Masyarakat Perempuan dan Keluarga Berencana (BPMPKB) Kabupaten Kepulauan Mentawai pada tahun 2012 yakni pembinaan kelompok kaum perempuan. “Dari program itu kita munculkan sekolah PAUD yang kita kelola sendiri, kegiatan belajar ini sudah diketahui Dinas Pendidikan Mentawai yang juga punya yang sama,” katanya kepada Puailiggoubat saat ditemui di Dusun Muara tempat PAUD tersebut belajar, Senin, 1 September. Pada awal berdiri, lanjut Farida, aktifitas belajar dilakukan di Balai Desa, memasuki tahun 2013 mereka mendapat dana bantuan dari pusat sebesar Rp45 juta khusus pembelian mainan anak, atas saran Kepala Unit Pelaksana Tekni Dinas Pendidikan Siberut Tengah dibagi. Sebagian dana dipergunakan untuk membuat gedung belajar sendiri yang berukuran 5X6 meter beratap seng dengan lantai kayu, sisanya membeli mebeler dan permainan. “Jujur saja tempat sekarang ini masih sangat sempit untuk bermain anak-anak dan kami butuh perluasan sedikit gedung PAUD ini, kami berharap ada perhatian dari dinas pendidikan,” tuturnya. Saat ini PAUD tersebut diajar 2 guru tanpa honor karena orang tua belum memiliki kesadaran memberikan sumbangan untuk pendukung kegiatan belajar. Meski begitu kegiatan belajar tetap berjalan dalam seminggu 3 hari dimulai Senin-Rabu yang dimulai pukul 09.00-10.30 WIB. Ia berharap Dinas Pendidikan Kabupaten Kepulauan Mentawai memberi honor kepada mereka. “Kemarin kita sudah coba ajukan proposal ke desa agar dianggarkan dalam ADD (Anggaran Dana Desa) tapi masih menunggu termasuk proposal dana BOS,” ujarnya. (rr/g)


19

Puailiggoubat

PENDIDIKAN

NO. 296, 15 - 30 September 2014

Guru tak bisa mengikuti pelatihan teknis implementasi Kurikulum 2013 karena dana sekolah terbatas

SMAN 1 Siberut Tengah Belum Terapkan Kurikulum 2013 FOTO:GERSON/PUAILIGGOUBAT

Rinto Robertus Sanene’

S

MAN 1 Siberut Tengah belum dapat menerapkan Kurikulum 2013 meski seluruh sekolah di

Indonesia diharuskan mengimplementasikan hal itu pada tahun pelajaran 2014/ 2015 yang dimulai Juli lalu. Kendalanya, buku kurikulum dan guru yang dilatih melaksanakan sistim pendidikan baru tersebut belum ada. Kepala SMAN 1 Siberut Tengah, Rafael Nyo Satoko mengatakan, guruguru tidak dapat mengikuti pelatihan penerapan kurikulum sesuai undangan Dinas Pendidikan Kabupaten Kepulauan Mentawai yang digelar di Padang karena dana sekolah tidak mencukupi biaya akomodasi dan transportasi guru selama di sana. “Undangan tersebut mengharuskan sekolah menanggung biaya keseluruhan yang dibutuhkan guru selama mengikuti pelatihan, saya tidak berani menyuruh mereka pergi, kita tidak mampu karena mesti membiayai operasional lain yang paling krusial,” katanya saat ditemui Puailiggoubat di ruang kerjanya , Jumat, 5 September. Rafael mengakui, tanggungjawab pelatihan kurikulum 2013 untuk guruguru menjadi beban sekolah dengan menggunakan dana sekolah berupa Bantuan Manajemen Mutu Daerah (BOMMDA) atau Bantuan Operasional Sekolah (BOS), namun kondisi sekolahnya sangat berbeda. Ia menuturkan, dana BOMMDA

PENERAPAN KURIKULUM 2013 - Siswa mengikuti prosaes belajar mengajar di SMAN 1 Siberut Selatan. Sejumlah SMA di Kabupaten Kepualauan Mentawai hingga kini belum menerapkan klurikulum 2013 akibat belum adanya buku pelajaran dan belum semua guru mendapat pelatihan kurikulum tersebut yang mereka terima dalam 1 semester sebanyak Rp67 juta, dana tersebut tersedot untuk membayar gaji guru yang semuanya masih pegawai honor berjumlah 15 orang. Menurut perhitungannya, dari gaji saja sekolah mesti mengeluarkan dana Rp48 juta dalam 1 semester, sisanya sekitar Rp15-20 juta dipakai membeli ATK sekolah.

Warga Belajar Keaksaraan Fungsional Saibi Dilatih Kerajinan SAIBISAMUKOP - Selain ditujukan memberantas buta huruf, warga belajar keaksaraan fungsional di Desa Saibi Kecamatan Siberut Tengah Kabupaten Kepulauan Mentawai dilatih membuat kerajinan. Penyelenggara Keaksaraan Fungsional Siberut Tengah, Farida Satoko mengatakan, pelatihan yang dipelajari warga belajar berupa kerajinan dari rotan. “Mereka sudah mampu membuat beberapa kerajinan tangan, selain itu sekitar 30 orang di Saibi juga sudah mampu membaca, menulis dan berhitung,” katanya, Rabu, 3 September. Sementara sejak program ini dimulai Badan Pemberdayaan Masyarakat Perempuan dan Keluarga Berencana (BPMPKB) Kabupaten Kepulauan Mentawai pada tahun 2012 hingga 2014 jumlah peserta di Kecamatan Siberut Tengah yang meliputi Sirisurak, Simoilalak dan Saliguma mencapai160 orang yang berusia antara 15-59 tahun. Kegiatan belajar dibagi 8 kelompok yang diajar 3 guru, 2 tutor dan 1 orang pengelenggara. Jadwal belajar, kata Farida, disesuaikan dengan kebutuhan warga belajar, “kapan mereka mau dan di mana mereka tentukan tempatnya kami siap laksanakan,” ujarnya. Pada tahun ini menurut Farida, Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai menargetkan peserta belajar sebanyak 1.000 orang dengan anggaran Rp1 miliar.(rr/g)

“Dari undangan dinas, guru yang diminta mengikuti pelatihan sebanyak 9 orang, jika dirinci rata-rata biaya mereka per orang Rp1 juta maka dana yang dibutuhkan Rp9 juta, terus dana ATK dan lainnya kita ambil dari mana,” tuturnya. Ia berandai kalau dana BOS masih ada sampai sekarang mungkin sekolah

masih mampu membiayai perjalanan pelatihan guru, namun dana tersebut hanya diberikan pada tahun 2013 sebesar Rp60 juta dan memasuki semester 1 dan 2 tahun ini, dana tersebut tidak diberikan lagi. “Selain guru, kami juga belum dapat buku pelajaran kurikulum 2013 itulah yang membuat sampai saat ini belum

menerapkannya,” jelasnya. Ia berharap dinas pendidikan memfasilitasi pendanaan guru-guru yang mengikuti pelatihan sehingga sasaran pelajaran dalam kurikulum baru tersebut tercapai. “Saaat ini kami hanya bisa merabaraba model kurikulum, bulan ini ada satu guru yang ikut atas biaya dan inisiatif sendiri,jika semua guru sudah dapat pelatihan,saya rasa kurikulum ini sangat mudah untuk diterapkan dengan dukungan bahan ajar yang memadai,” ujarnya. Di sisi lain, pelaksanaan kurikulum 2013 di tingkat SD dan SMP di daerah ini juga belum maksimal karena terkendala buku pelajaran yang belum ada. Kepala SDN 01 Saibi Samukop, Sion Sakeru menyebutkan, di SD lain kurikulum 2013 sudah dijalankan namun di sekolahnya belum maksimal. “Guru kita sudah ada yang ikut pelatihan namun belum ada buku pegangan di sekolah sampai saat ini,” katanya, Senin, 8 September. Kondisi tersebut dibenarkan Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD Pendidikan Kecamatan Siberut Tengah, Jendam Purba. Ia mengatakan, belum seluruh sekolah melaksanakan kurikulum tersebut karena belum seluruh guru mendapat pelatihan. “Guru-guru tiap sekolah belum ada yang mendapatkan pelatihan, langkah yang kita lakukan menunggu kepalakepala sekolah berkumpul dulu dan secepatnya mengadakan pelatihan di sini (UPTD pendidikan) agar proses pelaksanaan kurikulum ini berjalan lancar,” ujarnya. (g)

Asrama Pelajar Saibi Samukop Dibangun SAIBISAMUKOP - Pembangunan asrama pelajar di Desa Saibi Samukop Kecamatan Siberut Tengah telah dimulai 10 Agustus 2014, proyek itu dikerjakan CV Peipei Mandiri dengan nilai proyek Rp1,2 miliar . Pelaksana harian kerja pembangunan, Syafrudin mengatakan kemajuan pe-kerjaan sejak dimulai mencapai 22 persen, meliputi pemasangan tapak, slop tonggak sedang dicor dan sebagian tonggak sudah berdiri. Pekerjaan menurutnya tidak menghadapi kendala pelaksanaan termasuk ketersediaan material dan ditargetkan selesai awal Desember 2014. Sementara Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Pendidikan Kecamatan Siberut Tengah, Jendam Purba mengatakan, pemerintah telah menganggarkan dana Rp1.232.000.000 membangun asrama tersebut. “Namun saya juga tidak tahu

nama CV atau kontraktor pekerjaaan, yang saya tahu orang yang mengurus itu bernama Simon,” jelasnya. Jendam berharap, pembangunan asrama tersebut dapat meringankan beban orang tua terutama dari luar

Saibi dalam mencari dan membiayai penginapan anaknya seperti terjadi selama ini. Selain itu, ia berharap suasana belajar siswa lebih terkontrol dan tidak terlibat pergaulan bebas karena sudah diawasi.(rr/g)

Pengangkatan Guru Honor SMAN 1 Siberut Tengah Belum Jelas SAIBISAMUKOP - Pengangkatan guru honor SMAN 1 Siberut Tengah menjadi guru kontrak yang telah diajukan ke Dinas Pendidikan Kabupaten Kepulauan Mentawai belum jelas. Kepala SMAN 1 Siberut Tengah, Rafael Satoko mengatakan, sebanyak 10 guru honor dari sarjana kependidikan telah diajukan menjadi guru kontrak namun belum mendapat realisasi. “Sampai sekarang belum direspon dinas, memang ada informasi pengangkatan guru kontrak tapi kita belum tahu pasti informasinya, nanti akan kembali kita tanyakan ke dinas,” katanya, Jumat, 5 September. Ia menyebutkan, sejak sekolah tersebut berdiri tiga tahun lalu, tenaga pengajar didominasi guru honorer yang jumlahnya mencapai 15 orang. (rr/g)


PENDIDIKAN Usai Ditegur Bupati, SMAN 1 PUS Bersih BERKAT - Setelah ditegur Bupati Kepulauan Mentawai Yudas Sabaggalet dan Kepala Dinas Pendidikan Sermon Sakerebau pada 7 Agutus lalu, lingkungan SMAN 1 Pagai Utara Selatan langsung bersih dari rimbunnya rumput liar. Kala itu dengan nada menyindir, Yudas Sabaggalet menyampaikan kepada majelis guru bahwa dirinya siap menyediakan parang untuk membabat pekarangan sekolah. Ia juga meminta kepada sekolah untuk beternak sapi dan kambing untuk memakan rumput yang dibiarkan tumbuh subur. Wakil Kepala SMAN 1 PUS, Salvator Sakoikoi mengatakan, sejak mendapat sindiran tersebut, ia bersama 654 murid beserta 32 guru bergotong royong membersihkan lingkungan sekolah pada Jumat, 8 Agustus. Kegiatan bersih lingkungan itu dilakukan selama seminnggu dengan cara bergilir yang dikerjakan 3 lokal. “Semua selokan, semak sudah kami bersihkan,” katanya. Selain membabat rumput, lanjut Salvator, mereka juga menanam pohon cemara di sekitar sekolah untuk pohon pelindung. Debora Indah Tarihoran, siswa kelas X menyebutkan sebelum mereka bersihkan lingkungan sekolah sangat bersemak. “Saran saya kebersihan ini bukan karena ditegur tapi saya berharap kepada temanteman menjaga kebersihan dan nama sekolah kita sehingga kegiatan belajar lebih kondusif,” ujarnya.(leo/g)

Rp1,8 Miliar untuk Bangun SMPN 1 Siberut Utara SIKABALUAN - Pemerintah Kabupaten Kepuluan Mentawai mengalokasikan anggaran senilai Rp 1,8 Miliar dari APBD 2014 untuk membangun SMPN 1 Siberut Utara yang berlokasi antara Sikabaluan Monganpoula . Bupati Kepulauan Mentawai, Yudas Sabaggalet mengatakan, pembangunan SMPN 1 Siberut Utara tersebut menargetkan penyelesaian pembangunan ruang belajar, labor, pustaka dan fasilitas lainnya dengan perkiraan anggaran mencapai Rp3 Miliar. Namun terjadi perubahan yakni pembangunan secara bertahap. Pembangunan gedung relokasi ini dikerjakan CV.Indo Mentawai, Muktar Andrean, pimpinan CV itu berharap pelaksanaan pembangunan berjalan lancar sehingga target pekerjaan tercapai. “Mudah-mudahan tidak ada masalah,” katanya, Kamis, 11 Spetember lalu. Berdasarkan pantauan Puailiggoubat, pekerjaan baru memasuki pembuatan tapak pondasi. Sementara Kepala SMPN 1 Siberut Utara, Jumpang Sinurat menyebutkan pembangunan ini sangat dinantikan karena lokasi sekolah yang lam rawan banjir dan tsunami karena letaknya dekat dengan pantai. “Sebagian ruang belajar sudah rusak berat yang tak dapat digunakan,” ujarnya.(bs/g)

Puailiggoubat

NO. 296, 15 - 30 September 2014

20

SMK Pertama Mentawai Buka Empat Jurusan Tamatan sekolah ini diharapkan mampu mengelola potensi yang dimiliki daerah

FOTO:LEO/PUAILIGGOUBAT FOTO:SIPRIANUS/PUAILIGGOUBAT

Gerson Merari Saleleubaja

U

ntuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia di daerahnya, Pemerintah

Kabupaten Kepulauan Mentawai telah membuka SMK pada tahun ajaran 2014/2015 berlokasi di Desa Saureinuk Kecamatan Sipora Selatan. Bupati Kepulauan Mentawai, Yudas Sabaggalet mengatakan SMK yang dibuka tersebut memiliki empat jurusan yakni pariwisata, otomotif, pertanian dan perikanan. “Kita punya sumber daya alam yang besar namun masih kekurangan sumber daya manusia yang mengelola potensi tersebut sehingga diperlukan SMK yang diharapkan tamatannya sudah siap kerja,” katanya di Aula Bappeda Sumatra Barat, Kamis, 4 Juli. Saat ini, kata Yudas, SMK yang baru beroperasi memiliki 70 siswa yang diajar oleh beberapa guru honor dari tamatan UBH, IPB dan lain sebagainya. SMK tersebut belum memiliki gedung sendiri sehingga masih menumpang di SD Saureinuk. “Guru PNS baru 1 orang sekaligus menjadi kepala SMK, masih banyak kekurangan yang mesti

BERDOA - Siswa SMAN 1 Pagai Utara Selatan berdoa sebelum masuk lokal. Sekolah ini sempat ditegur Bupati Mentawai Yudas Sabaggalet akibat lingkungan sekolah yang bersemak dibenahi namun kita harus berani memulai, sambil berjalan kita lengkapi,” ujarnya. Selain di Saureinuk, Yudas menyebutkan pemerintah berenca-na membuka SMK di beberapa tempat salah satunya di pulau Siberut. Pembukaan SMK tersebut juga sejalan dengan pendirian sekolah tinggi negeri di Mentawai yang direncanakan memulai perkuliahan pada tahun 2015 yang memakai konsep akademi komunitas. “Tanah pembangunan SMK dan sekolah tinggi di Saureinuk seluas 10 hektar, tinggal pelaksanaan pembangunan,” jelasnya. Menurut keterangan Musliar Kasim pada Agustus lalu di Jakarta, pembangunan tersebut berawal dari pertemuannya dengan Wakil Bupati Kepulauan Mentawai, Rijel Sama-

loisa. Saat itu Wabup meminta pendirian sekolah baru di Mentawai sementara dirinya mengusulkan pembangunan SMK. Sebelum melakukan peletakan batu pertama tanda pembangunan SMK pada 7 September, Wakil Mentri Pendidikan dan Kebudayaan Bidang Pendidikan, Musliar Kasim mengatakan, pembangunan SMK di wilayah ini merupakan salah satu upaya pemerintah untuk menciptakan lulusan sekolah menengah yang memiliki keterampilan. Menurut Musliar, Kabupaten Kepulauan Mentawai telah memiliki SMA yang tersebar di pulau-pulau di wilayah itu, untuk menghasilkan lulusan terampil pembangunan sekolah menengah lebih difokuskan kepada SMK. Ia menghimbau kepada warga Mentawai mendorong anaknya

bersekolah “Apapun sukunya, di mana pun berada, anak Indonesia nantinya minimal harus lulusan sekolah menengah,” katanya di hadapan warga Saureinuk . Musliar, berterimakasih kepada masyarakat yang telah menghibahkan tanah 10 hektar untuk pembangunan SMK dan sekolah tinggi atau akademi komunitas yang juga akan dibangun di Mentawai tahun depan. Pemerintah, lanjutnya, siap menyediakan dana pembangunan untuk unit sekolah baru asal tanah pembangunan tersebut telah bersertifikat. Rencananya pembangunan SMK tersebut selesai akhir tahun ini yang menelan biaya Rp3miliar. “Kita tidak bisa membangun di tanah yang tidak jelas, akan jadi temuan,” jelasnya. (g)

Mulok Bumen Dapat Dikolaborasikan dalam Kurikulum 2013 SAIBI SAMUKOP - Penerapan Muatan Lokal Budaya Mentawai (Mulok-Bumen) dinilai akan lebih mendalam jika pelaksanaan Kurikulum 2013 di sekolah Kabupaten Kepulauan Mentawai sudah berjalan baik. Kepala sekolah SDN 01 Saibi Samukop, Sion Sakeru mengatakan, penerapan kurikulum 2013 di sekolah tidak mengganggu pelajaran Mulok Bumen. “Banyak ruang untuk memasukkan pelajaran budaya Mentawai, misalnya pada pelajaran IPS juga akan memasukkan unsur budaya, nah disitu Bumen bisa dipelajari,” katanya kepada Puailiggoubat, Senin, 8 September. Ia menyebutkan, di sekolahnya pelajaran Bumen sudah

dilaksanakan mulai kelas I-VI, alatalat bu-daya juga sudah dilengkapi. “Hanya buku materi untuk Bumen masih belum ada, contohnya saja sebutan mae (sebutan bapak atau ayah) dan lainnya,

anak-anak itu sudah tidak tahu lagi apa itu mae, seperti itulah yang mesti ada buku materinya yang harus di ajarkan ke anak-anak,” jelasnya. Kepala UPTD Pendidikan Sibe-

MINIM FASILITAS Murid Sekolah Uma Magosi, Siberut Selatan terpaksa menggunakan kursi panjang sebagai alas untuk menulis akibat minimnya fasilitas FOTO:GERSON/PUAILIGGOUBAT

rut Tengah, Jendam Purba membenarkan pelaksanaan Mulok Bumen masih terseok-seok akibat kekurangan buku referensi saat belajar. “Buku materi dan buku pegangan guru belum ada, dinas pendidikan dan bupati sering suarakan Bumen itu, yang jadi pertanyaan apa sumbangsih pemerintah sampai saat ini, kalau YCMM bisa terbitkan buku, namun tentunya masih ada keterbatasan,” ujarnya. Buku materi bumen yang dimaksud, lanjut Jendam, berupa terbitan yang telah tersusun sesuai kelas sekolah. Namun ia menjamin pelajaran Bumen tetap diajarkan pada kurikulum 2013, “pelajaran mulok bumen itu mandiri sendiri,jika di padukan kurikulum baru itu lebih bagus,” jelasnya. (rr/g)


Puailiggoubat NO. 296, 15 - 30 September 2014

Modal yang dikeluarkan tidak sesuai dengan keuntungan yang diterima, sebagian warga tak bisa bepergian karena bensin tidak ada

Siprianus Sababalat Leo Marsen

K

elangkaan yang disertai kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) di Kabupaten Kepu-

lauan Mentawai terutama jenis bensin dan solar menyebabkan usaha kecil skala rumah tangga berhenti. Mateus Tatebburuk (36), salah seorang warga Puro Kecamatan Siberut Selatan pemilik usaha pengetaman kayu terpaksa menutup sementara usahanya karena tidak mampu menanggung beban pembiayaan yang bengkak akibat mahalnya harga bensin. “Pekerjaan saya berhenti sementara karena bensin untuk genset susah didapat, kalau pun ada harganya sangat mahal,” katanya kepada Puailiggoubat, Rabu, 10 September. Saat harga bensin berkisar Rp12 ribu hingga Rp15 ribu per liter dari harga normal yang Rp7 ribu per liter, ia masih bertahan untuk beberapa bulan. Namun ketika harga bensin melonjak hingga Rp17 ribu hingga Rp20 ribu, usaha pun limbung. Ia menuturkan, upah mengetam sekaligus memprofil 1 kubik kayu sebanyak Rp500 ribu, sementara untuk mengetam kayu sebanyak itu dibutuhkan bensin sekitar 20 liter yang jika dikalikan dengan harga bensin Rp20 ribu per liter maka biaya khusus BBM saja mencapai Rp400 ribu. Pekerjaan tersebut memakan waktu 2 hari yang dibantu 1 orang asisten. Uang upah yang tersisa hanya Rp100 ribu. “Uang tersebut dibagi dua, masingmasing mendapat Rp50 ribu, jika dihitung dari beban pekerjaan dan hari maka kami hanya mendapat upah Rp25 ribu per hari, itu tidak menutupi kebutuhan pribadi belum termasuk keluarga,” jelasnya. Ia berharap pemerintah segera bertindak mengatasi kelangkaan dan kemahalan BBM agar usaha kecil yang lain tidak ikut tumbang. Lonjakan harga BBM juga dirasakan nelayan di Muara Siberut, Salatiel (39), salah seorang nelayan menyebutkan, harga ikan ikut naik ketika BBM naik. Kalau dulu ikan dijual Rp15 ribu per kantong plastik, tapi sekarang naik Rp20 ribu per kantong. Ongkos transportasi juga ikut terkerek akibat BBM, seperti ongkos ojek yang biasanya Rp25 ribu dari Maileppet-Muara Siberut yang berjarak

21

BBM Langka, Usaha Kecil Kelimpungan FOTO:GERSON/PUAILIGGOUBAT

keluar ancaman dari beberapa desa akan melakukan demonstrasi namun dapat diatasi dan menyerahkan penyelesaiannya di tangan Muspika Sipora Selatan. “Saya sudah sampaikan pada Camat Sipora Selatan, Pak Iram, beliau berjanji mengundang semua kepala desa untuk menertibkan BBM di kecamatan Sipora Selatan,” ujarnya menirukan kata camat. M.Kalis menduISI BBM - Seorang pengecer pertamax mengisi BBM sepeda motor di Tuapeijat. Langkanya ga, kelangkaan BBM BBM jenis premium membuat harga pertamax melambung di desanya tidak hanya disebabkan kuo7 kilometer naik menjadi Rp30 ribu. membeli di pangkalan dan terkadang ta kurang namun ada pihak yang Kecamatan Sipora Selatan, kelang- sebagian tidak dapat,” katanya kepada ‘bermain’. kaan BBM terjadi di seluruh desa yang Puailiggoubat, Jumat, 5 September. Akibat kelangkaan BBM, mobilitas meliputi Sioban, Bosua, Beriulou, Anehnya, lanjut Kalis, setelah 2-3 warga di Sipora Selatan terhenti, bahkan Saureinuk dan Mara. hari kembali ada yang mengecer BBM sebagian warga yang berasal dari Kepala Desa Sioban, M. Kalis dalam jeriken yang dibandrol Rp15 ribu kampung yang jauh tak bisa kembali ke mengatakan, penjualan BBM di desanya per liter. Alasannya klasik yakni bensin kampungnya saat datang ke Sioban. melalui 3 pangkalan yang beroperasi di yang dijual BBM industri, “Entah Seperti yang dialami Joko (43), daerahnya bertahan 4-5 jam dengan subsidi atau industri saya tidak tahu warga Desa Beriulou, ia terpaksa harga normal Rp8 ribu per liter, setelah karena tidak ada laporan resmi dari menginap 3 hari di Sioban karena tidak itu penyalur menyatakan habis. penyalur berapa BBM yang masuk,” memiliki bensin sepeda motor kembali “Karena warga khawatir tidak katanya. ke kampungnya. Ia baru kembali setelah mendapat BBM mereka berebutan M.Kalis menuturkan, sempat mendapat 2 liter bensin yang disedot

dari 4 unit sepeda motor milik keluarganya di Sioban. “Hanya bisa pulang tapi tidak dapat kembali ke Sioban lagi padahal saya sangat butuh BBM untuk mesin pemotong kayu untuk membangun huntap (hunian tetap),” ujarnya. Sementara di Sikakap, untuk mengatasi antrean pembelian BBM di pangkalan, Edu Hutagalung, agen BBM di daerah itu menyebutkan, sistem distribusi hanya melalui agen yang telah disepakati tiap desa dan kecamatan. Kuota BBM yang disalurkan disesuaikan dengan jumlah kepala keluarga di masing-masing desa atau dusun. Selain kuota, harga juga telah ditentukan sesuai jauhnya jarak seperti di Desa Bulasat, Pagai Selatan, harga jual bensin yang diperbolehkan Rp13 ribu per liter sementara di Dusun Mabulaubuggei, Saumanganya, Pagai Utara harga Rp11 ribu per liter. Desa terdekat seperti Sikakap Rp8 ribu per liter. “Harga sudah ditentukan bersama sesuai beban biaya transportasi masingmasing daerah, sistem ini lebih baik karena warga tidak ribut lagi seperti 2 bulan lalu, semua KK mendapat jatah 5 liter bensin dan minyak tanah, kalau solar bagi yang butuh saja karena tidak semua warga yang pakai, pendistrubisian dilakukan sebanyak 3 trip kapal sesuai kedatangannya dari Padang,” jelasnya, Kamis, 11 September.(g) FOTO:SIPRI/PUAILIGGOUBAT

Sulitnya Ekonomi di Paipajet MUARASIBERUT - Kebutuhan hidup yang bertambah sementara harga makin mahal yang tidak sebanding dengan pendapatan memaksa beberapa warga Dusun Paipajet Desa Simatalu Kecamatan Siberut Barat hijrah ke Desa Muara Siberut, Siberut Selatan untuk mencari pekerjan. “Sudah 1 bulan saya di Muara Siberut mengerjakan apa saja seperti membabat ladang orang untuk menghasilkan uang demi memenuhi kebutuhan keluarga,” kata Petrus Samangilailai (62), salah satu warga Paipaijet yang bekerja di Muara Siberut kepada Puailiggoubat, Rabu, 10 September. Ia menuturkan, dalam 1 hektar ladang yang dirambahnya, si pemilik mengupah Rp1,5 juta, pekerjaan itu sendiri dikerjakan 4 orang pekerja se-lama 3 minggu. “Hasilnya tentu kami bagi rata yang masing-masing menda-pat Rp300 ribu,” katanya. Hasil yang sedikit itu, kata Petrus diberikan sebagian kepada anak-anak mereka yang bersekolah

di Muara Si-berut. “Kalau dihitunghitung hasilnya minus, untung kami bawa makanan dari kampung seperti sagu dan keladi,” ujarnya. Kedatangan mereka ke Muara Siberut bukan karena mereka tidak memiliki ladang atau kebun kelapa sendiri di Paipajet namun harga beli hasil ladang mereka yang diberikan pedagang sangat sedikit yang menyebabkan keuangan keluarga tidak stabil. Di Paipajet, harga jual 1 butir kelapa hanya Rp1.000 dan manau 1 batang hanya Rp1.500, harga yang sedikit membuat modal yang dikeluarkan tidak tertutupi belum lagi kebutuhan sekolah anak yang mesti rutin dikirim. “Apalagi pengolahan kelapa dan manau tidak bisa dilakukan tiap hari, paling kalau kopra hanya per tiga bulan baru bisa dipanen lagi,” jelasnya. Teunappak Saurei (51), warga lain menceritakan, untuk sampai ke Muara Siberut tidaklah mudah. Bersama istrinya, mereka menempuh perjalanan selama 3 hari melewati hutan lebat. Ia mengaku tak sanggup membayar ong-

MENUMPANG - Petrus dan Teunappak, warga Paipaijet harus menumpang tinggal di pondok tempat mereka bekerja di Muara Siberut karena jarak yang cukup jauh kos speed boat yang mencapai Rp300 ribu per orang. Ia menyebutkan, kehidupan mereka di Paipajet sangat susah apalagi orang tua yang memiliki anak yang sekolah di tempat jauh. Kesulitan itu bertambah karena lapangan pekerjaan di kampungnya minim. “Biaya makan kami sehari-hari saja tidak cukup ,apalagi untuk biaya makan dan biaya sekolah anak-anak,

makanya kami datang di Muara Sibe-rut untuk mencari pekerjaan, karena di kampung kami tidak ada pekerjaan, kalaupun ada upahnya tidak sesuai dengan resiko pekerjaan,” katanya. Selama di Muara Siberut, baik Petrus dan Teunappak tinggal di pondok ladang orang tempat mereka bekerja. (ss/g)


22

Puailiggoubat

EKOKER

NO. 296, 16 - 30 September 2014

Sikakap ‘Banjir’ Cempedak dan Jengkol SIKAKAP - Memasuki September warga di Kecamatan Sikakap, Mentawai panen raya cempedak dan jengkol. Ratusan buah cempedak dari berbagai kampung di daerah itu memenuhi pelabuhan kapal Ambu-ambu untuk diangkut dan dijual ke Padang, Rabu, 10 September. Don Sabelau (41), warga Dusun Pasibuat, Taikako mengatakan, sejak pagi ia telah sampai ke Sikakap dengan menaiki sampan menempuh perjalanan selama 40 menit untuk menjual cempedak hutan dan jengkol kepada pedagang pengumpul yang menunggu di pelabuhan. Harga jual cukup murah, 3 buah cempedak berdiameter sekitar 14 centimeter dibeli Rp10 ribu sementara jengkol sekarung kapasitas 20 kilogram dibeli Rp25-30 ribu. Meski murah, Don mengaku senang karena hasil yang didapatnya cukup membantu memenuhi kebutuhan keluarga. “Cempedak bisa panen 16-24 kali dalam setahun, sekali panen mencapai 30-50 buah, menunggunya pun tidak lama, paling 2 minggu sekali sudah bisa dipanen,” katanya. Namun persoalan kapal yang hanya masuk sekali seminggu ke Sikakap setiap hari Rabu membuat panen warga sebagian membusuk. Biasanya jadwal kapal ke Sikakap 2 kali seminggu namun salah satu kapal yakni KMP. Gambolo sejak akhir Agustus naik dok untuk pemeliharaan rutin membuat distribusi terganggu. Ni Er (48), warga Hva, Sikakap, salah satu penampung pisang, petai, nangka dan jengkol yang menjual ke Padang menyebutkan, barang dagangannya berupa 80 karung jengkol tidak terangkut karena kapal Ambu-ambu berangkat sejam lebih cepat dari jadwal biasanya. “Biasanya kapal berangkat pukul 17.00 WIB namun pada 10 September kapal berangkat pukul 16.00 WIB, terpaksa saya mesti cari kapal kecil agar bisa mengangkut semua dagangan ke Padang agar tidak busuk,” katanya.(leo/g)

Bank Nagari Layani Warga Saibi Samukop SAIBISAMUKOP - Bank Nagari Kantor Cabang Siberut membuka pelayanan transaksi keuangan kepada warga Desa Saibi Samukop Kecamatan Siberut Tengah, Mentawai yang bertempat di kantor Desa Saibi Samukop. Pejabat Sementara Bidang Dana dan Umum Bank Nagari, Riyanto mengatakan pelayanan kepada warga Saibi mereka berikan seminggu sekali tiap hari Rabu. “Pelayanan ini telah kita lakukan sejak sebulan lalu, layanan yang diberikan berupa penyetoran, buka rekening tabungan dan transfer. Selain di Saibi kita juga melakukan layanan warga di Sikabaluan Siberut Utara tiap hari Selasa,” katanya kepada Puailiggoubat, Rabu, 10 September. Menurut Riyanto, pembukaan pelayanan ini sesuai anjuran Bupati Kepulauan Mentawai Yudas Sabaggalet karena besarnya animo warga dalam bertransaksi. Alfiandi (34), salah seorang warga mengaku senang layanan yang diberikan karena tidak perlu mengeluarkan uang transportasi ke Muara Siberut jika bertransaksi di bank. “Kita ikut berharap pelayanan bank nagari ini terus berlanjut untuk memudahkan kami,” katanya. (rr/g)

Warga Siberut Bersawah Lagi FOTO:SIPRIANUS/PUAILIGGOUBAT

Petani berharap Dinas Pertanian, Peternakan Perkebunan Kabupaten Kepulauan Mentawai memberikan penyuluhan Siprianus Sababalat Rinto Robertus Sanene’

ak patah semangat warga Dusun Puro, Muara Siberut, Siberut Selatan dan Desa Saibi Samukop, Siberut Tengah Kabupaten Kepulauan Mentawai kembali bersawah meski lahan persawahan mereka terserang hama yang mengakibatkan gagal panen. Pada Februari lalu, 100 hektar sawah warga Puro yang berlokasi di Majobulu dari program cetak sawah Dinas Pertanian Kabupaten Kepulauan Mentawai terserang hama yang mengakibatkan gagal panen. Hal ini sempat membuat semangat petani mengendur dan hampir meninggalkan sawah garapannya. Namun pada September ini, sebanyak 25 kepala keluarga bangkit kembali bersawah. Judas Samarurok (32), salah satu petani mengatakan, jumlah yang kembali bersawah berkurang 75 persen, dulu jumlah anggota kelompok sebanyak 100 kepala keluarga. “Kami memilih bersawah lagi karena kata orang yang berpe-

T

MEMILIH BIBIT - Judas Samarurok, warga Puro memilih bibit padi untuk ditanam ngalaman, sawah gagal diakibatkan tingkat keasaman tanah masih tinggi sehingga tanaman mati,” katanya kepada Puailiggoubat, Rabu, 10 September. Dari saran orang, lanjut Judas, sebanyak 25 kepala keluarga kembali bersawah sementara dari Dinas Pertanian Kabupaten Kepulauan Mentawai tidak ada yang datang memberikan pengarahan atau penyuluhan penyebab kematian tanaman. “Kami berusaha kembali siapa tahu saran orang tersebut memang betul, selain itu kami merasa sayang dengan tanah yang telah digarap

kemudian ditinggal,” ujarnya. Nahael Samarurok (29), petani lain menyebutkan, jika nanti tanaman padi mati maka tanah ini akan kami tanami dengan tanaman lain. Ia berharap, Dinas Pertanian memberikan penyuluhan kepada mereka untuk menemukan pemecahan persoalan yang mereka hadapi sebelumnya. Sementara di Desa Saibi Samukop, puluhan hektar tanaman padi milik warga yang diserang hama pada Juli lalu berhasil diselamatkan. Menurut Ketua Kelompok

Tani Persawahan Saibi Samukop, Ishak Salakkau, pemberantasan hama dilakukan dengan melakukan menyemprotkan pestisida secara serentak sehingga penyebaran penyakit berhasil diatasi. “Setelah disemprot dua minggu lalu, padi yang dulunya hampir mati karena daunnya sudah menguning kembali berdaun hijau, sudah tidak ada masalah,” katanya kepada Puailiggoubat, Kamis, 4 September. Warga yang dulunya cemas karena banyak tanamannya yang menguning kembali bersemangat mengolah sawah. (g)

Ketika Perempuan Jadi Tulang Punggung SAIBI SAMUKOP - Gerimis yang disertai terik mentari tak dihiraukan 4 perempuan yang bersemangat mengangkut karungkarung pasir yang berkapasitas sekitar 30-40 kilogram. Satu per satu karung tersebut dimasukkan ke dalam gerobak sorong, waktu menunjukkan pukul 13.30 WIB. Meski sibuk, keempat perempuan yang terdiri dari Elena Nyo Satoko (39), Lucia Sangaimang (37), Jusmiati Satoko (30) dan Martini Sangaimang (35) selalu sempat menanggapi sapaan warga yang lalu lalang di persimpangan jalan Koromimit Dusun Pangasaat, Saibi Samukop, Siberut Tengah tempat mereka mengangkut pasir. Kali ini ibu-ibu itu mendapat order mengangkut pasir untuk pembangunan asrama pelajar yang tengah dibangun di Saibi Samukop. Pasir itu diangkut dari

tepi sungai menuju lokasi pembangunan yang berjarak 300 meter. Elena Nyo Satoko menyebutkan, pesanan tersebut mereka terima pada Rabu, (10/9), tiap kubik pasir yang diangkut mereka diberi upah Rp50 ribu. “Berat, namun mesti dilakukan agar kebutuhan keluarga bisa dicukupi,” katanya kepada Puailiggoubat sambil menyeka peluh di dahi. Ia menuturkan tiap hari mereka mampu mengangkut pasir sebanyak 6 kubik, pekerjaan itu dimulai pukul 07.00 WIB dan baru pulang saat sore. “Sebenarnya pekerjaan ini layaknya dilakukan laki-laki, tapi karena penghasilan suami juga tidak mencukupi, kami harus bekerja,” tuturnya. Bagi Elena, pekerjaan seberat ini bukanlah hal yang baru, pada musim pembangunan di kampungnya ia turut bekerja.

AMBIL KARANG Seorang perempuan mengambil karang untuk dijual di Dusun Silabu, Kecamatan Pagai Utara FOTO:RUS/PUAILIGGOUBAT

“Kalau hasil yang kami dapat berlebih setelah memenuhi kebutuhan dapur, sisanya kami belikan baju buat diri sendiri dan anak, kalau berharap dari suami untuk beli baju itu tidak mungkin, hasilnya saja belum tentu mencukupi semua,” sambung Martini Sangaimang. Martini mengaku pekerjaan

ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan 3 orang anaknya, ia tidak perduli meski melakukan pekerjaan sekeras apapun. Selain ia dan ketiga kawannya, masih ada puluhan ibu sekampungnya yang berprofesi yang sama karena kehidupan susah menuntut kerja keras. (rr/g)


23

Puailiggoubat NO. 296, 15 - 30 September 2014

A

da seorang laki-laki Mentawai yang hendak pergi memancing. Ia berangkat dengan sampan menuju muara. Dalam perjalanan ia berjumpa dengan seekor monyet atau simakobu. “Hendak kemana engkau sahabat?” sapa si monyet. “Saya akan pergi memancing,” jawabnya. “Kalau begitu aku ikut,” kata si monyet. “Untuk apa kamu ikut, kamu kan tidak pandai memancing!” Jangan begitu, sahabat, walau tak pandai, tapi aku akan berusaha,” desak simakobu. Karena si monyet terus mendesak, akhirnya ia diizinkan ikut. Berdua mereka bersampan. Tak lama, mereka berjumpa dengan seekor siamang atau bilou. Siamang juga bertanya kemana mereka pergi dan dijawab hendak memancing. “Kalau begitu aku ikut!” kata siamang. “Untuk apa kamu ikut, menarik tali pancing saja kamu tak bisa?” kata orang itu. “Jangan begitu, monyet kau bolehkan ikut, kenapa aku tidak?” jawabnya. “Terserahlah, kalau ingin ikut, silakan!” Maka naiklah bilou itu ke atas sampan, lalu mereka melanjutkan perjalanan. Namun tak jauh berjalan, berjumpa pula mereka dengan dengan seekor joja atau lutung. Lutung itu juga minta ikut. Maka kesallah orang itu. “Buat apa kamu ikut, hanya akan menghabiskan ikan saja kalian ini!” “Jangan begitu saudara, kita kan bisa membagi tugas , yang satu memancing, yang satu lagi membersihkan ikan, dan yang lain memanggang ikan,” kata si joja. “Baiklah, kalau begitu,” kata orang itu. Maka melompatkah si joja ke atas sampan. Berempat mereka meneruskan perjalanan. Tak jauh, mereka berjumpa dengan seekor beruk atau bokkoi. Si beruk langsung menanyakan hendak kemana mereka dan dijawab orang itu. “Kalau begitu saya ikut juga,” katanya. “Ah, kalian ini tak pandai memancing, tapi ingin ikut semuanya, nanti kalian hanya akan menghabiskan makanan saja,” kesal orang itu. “Jangan berkata begitu kawanku, sekiranya mata pancingmu tersangkut di karang, maka akan kuselami nanti,” katanya. “Kalau begitu bolehlah,” jawab orang itu. Maka melompatlah bokkoi ke atas sampan, lalu mereka melanjutkan perjalanan. Tak berapa lama sampailah mereka di muara, dimana

Suara Daun Gerson Merari Saleleubaja

Agar Sumber Daya Manusia Meningkat

S

Si Beruk dan Si Bangau mereka kira banyak ikannya. Kemudian mereka ke pinggir dan mendirikan sebuah gubuk untuk beristirahat. Karena hari sudah sore untuk memancing, mereka memilih tidur dulu. Esoknya mereka memancing dan menjelang sore mereka dapat ikan yang banyak. Esoknya lagi ketika hendak pergi memancing mereka merundingkan siapa yang menjaga ikan tangkapan mereka di gubuk. “Lebih baik salah satu dari kita tinggal untuk mengeringkan ikanikan ini, dan ketika kita pulang semuanya sudah beres,” kata orang itu. “Baiklah, biar aku yang tinggal untuk mengeringkan ikan,” kata orang itu. “Baiklah, biar aku yang tinggal untuk mengeringkan ikan,” kata si joja. Teman-temannya berangkat memancing. Si joja mengeringkan ikan di atas selaian. Tengah hari, tiba-tiba datang seekor bangau yang besar. “Hai apa yang kamu kerjakan,” kata si bangau. “Saya sedang mengeringkan ikan,” jawab si joja. “Kalau begitu, berikan kepadaku!” “Tidak bisa, kalau kuberikan nanti teman-temanku marah,” jawab si joja. “Kalau kau tak mau akan kupatok ekormu,” kata si bangau. Maka ketakutanlah si joja hingga ia lari. Si bangau dengan senang memakan habis ikan-ikan

itu. Menjelang senja, yang lain datang ke gubuk dan terkejut melihat ikan-ikan mereka habis. Mereka memanggil si rupai, dan sirupai datang ketakutan. Ia mengatakan ikan-ikan itu habis dimakan bangau. “kamulah yang memakannya,” kata yang lain. “Tidak, bangau yang memakannya, jika aku tak mau memberikan, maka ia akan mematuk ekorku,” kata si joja. “Kalau begitu biar aku yang menjaganya,” kata si monyet. Besok yang lain pergi memancing dan si monyet tinggal di gubuk mengeringkan ikan tangkapan yang baru. Benar, menjelang siang datanglah si bangau. Kejadian terulang lagi, si monyet lari ketakutan dan bangau memakan semua ikan mereka. “Benar memang bangau itu yang memakan ikan,” katanya pada temantemannya. Esoknya, giliran siamang yang tinggal. Ketika si bangau datang ia tak mau memberikan ikan-ikan itu. Si bangau akhirnya mematuk ekornya hingga putus. Karena kesakitan, siamang lari ketakutan dan ikan-ikan itupun dimakan si bangau. Mendengar jeritan siamang mereka berlarian ke gubuk dan melihat ekor siamang telah putus dan ikannya habis. “Percuma saja kita memancing jika yang beruntung si bangau, besok saya yang menjaga ikan itu,” kata si beruk. Esok yang lain pergi memancing dan beruk menjaga ikan. Si beruk meraut rotan untuk membuat bebe-

rapa gelang. Si bangau muncul dan meminta agar diberikan ikan-ikan itu. “Tunggu sebentar sahabat, saya sedang membuat gelang, selesai ini akan saya berikan,” katanya. “Berhenti dulu buat gelang itu, berikanlah ikan itu supaya saya cepat pergi,” kata si bangau. “Sabar sedikit, gelang ini obat untuk kakiku yang sakit,” kata si beruk. “Itu obat kaki? Kalau begitu buatkan pula untukku,” kata bangau. “kalau begitu baiklah, biar ini untukmu dulu,” kata si beruk. Ia sudah membuat beberapa gelang dan dipasangkannya sebagai obat di kaki, sayap, dan paruh bangau dan dipasangnya kuat-kuat. “Nah, kawan, sekarang mari kita ke sungai mencuci paruh dan tangan agar bersih untuk makan ikan,” kata si beruk. Maka berdirilah si bangau, tapi ketika hendak melompat ia terjatuh. “Kuat-kuat renggutnya, kalau gelang itu putus berarti sakitmu sudah sembuh,” katanya. Direnggutnya kuat-kuat, tapi bangau itu malah terjatuh dan semakin terikat. Beruk kemudian mengambil sepotong kayu dan memukulnya, hingga bangau itu mati. Ketika teman-temannya pulang, mereka kagum kepada si beruk. (o/dimodifikasi dari Bruno spina, “Mitos dan Legenda Suku Mentawai”)

ekolah kejuruan (baca SMK) merupakan pendidikan yang masih langka di Mentawai, sehingga kita patut mengapresiasi pemerintahan Yudas Sabaggalet dan Rijel Samaloisa dengan segala usahanya mampu menghadirkan sekolah tersebut di daerah ini. Dengan pendidikan model baru ini, pemerintah paling tidak mulai mengakumulasi kelemahan sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki dan menggenjotnya agar mampu mengelola potensi alam yang berlimpah terutama pertanian, pariwisata dan perikanan. Namun satu hal yang perlu diperhatikan adalah persoalan rendahnya sumber daya manusia di daerah bukan hanya disebabkan karena sekolah yang kurang namun beberapa faktor juga turut menjadi sebab akibat. Akses pendidikan di Mentawai masih sangat mahal terutama SMP dan SMA meski seluruh sekolah negeri di daerah ini sudah gratis namun persoalan transportasi terutama di darat membuat warga kesulitan mencapai fasilitas tersebut karena harus mengeluarkan biaya transportasi yang tidak sedikit. Pemenuhan biaya sangat erat kaitannya dengan persoalan ekonomi masyarakat yang masih terpuruk. Kalau pun dapat diakses, kualitas sekolah belum sepenuhnya memadai seperti kekurangan guru yang menurut data dinas pendidikan sebanyak 500-orang. Keberadaan perpustakaan yang hampir merata di seluruh sekolah namun tidak disertai kecukupan buku referensi pembelajaran. Jadi, selain mendirikan SMK yang diharapkan mencetak tenaga yang terampil, pemerintah diharapkan proaktif melakukan pembenahan faktor lain yang mempermudah masyarakat mengakses pendidikan. z


Lingkungan

Sampah itu kini menjadi tas jinjing

S

ekilas bangunan yang meyerupai panggung sederhana tersebut tampak bak warung yang menjual berbagai merek minuman, sabun cuci serta kebutuhan rumah tangga lainnya bergantungan di terali. Ketika dicermati, ternyata itu bukanlah minuman kemasan namun berbagai macam bentuk tas yang disulam dari plastik bekas minuman. Tas tersebut merupakan hasil kerajinan kelompok perempuan dari Kampung Sagik yang sengaja dipasang di Balai Belajar Nagari Limau Purut, V Koto Timur, Padang Pariaman dalam Temu Lapangan Petani (Farmer Field Day/ FFD), Rabu, 10 September. Temu lapangan petani merupakan wadah diskusi dan berbagi pengalaman serta pemecahan persoalan petani yang dibina Field Bumi Ceria. Pertemuan kali ini mengangkat persoalan sampah yang saat ini menjadi

momok seluruh warga di Padangpariaman karena keberadaannya sulit diatasi. Pemandu Sekolah Lapangan (SL) Limau Purut, Syaiful Hendri mengatakan, mereka sengaja mengangkat isu sampah karena dari riset yang mereka lakukan sebanyak 12 kali pertemuan baik dalam diskusi maupun kunjungan lapangan, persoalan lingkungan yang krusial saat ini adalah sampah. “Data tersebut didapat dari riset lapangan dengan mendatangi dan bertanya di sekolah, pasar, perkantoran, puskemas, pedagang (warung) dan rumah tangga,” katanya di selasela acara yang dihadiri Wali Nagari Limau Purut, Afrizal, Camat V Koto, Maizal, dan perwakilan Kantor Lingkungan Hidup Padangpariaman, Zaelani. Lanjut dia, jika dulu sampah yang berhasil mereka tangani berupa sampah organik terutama dari ternak yang diubah menjadi kompos saat ini sampah nonorganik yang didominasi plastik bekas minuman dan makanan yang berasal dari berbagai sumber. Dari persoalan tersebut, ia dan kelompok petani terutama

Puailiggoubat NO. 296, 15 - 30 September 2014

perempuan telah berusaha mengubah sampah plastik menjadi barang kerajinan yang menarik dan bernilai ekonomis dalam bentuk tas dan lain sebagainya. “Nah melalui temu lapang ini kita berdiksusi tindak lanjut yang akan kita lakukan ke depan dengan berdiskudi dan bagi pengalaman antar petani dari nagari lain termasuk intansi pemerintah yang menjadi pembuat kebijakan seperti dinas pertanian, lingkungan hidup, kecamatan dan wali nagari,” ujarnya. Hal itu dibenarkan Nofensi, salah seorang anggota SL dari Kampung Sagik, ia menuturkan di kampungnya pengolahan sampah plastik telah mereka mulai setelah mendapat pelatihan dari Bumi Ceria pada Desember 2012. “Sebelum mendapat pelatihan banyak sampah yang berserakan terutama di sekitar warung karena kesadaran warga menjaga lingkungan yang masih kurang,” katanya. Dari pelatihan yang mereka dapat selama 5 hari, selanjutnya kelompok perempuan yang berjumlah 25 orang tersebut mulai menyulam berbagai macam plastik menjadi tas. Bahan mentah mereka dapat dari warungwarung dan sekolah di sekitar tempat tinggalnya. “Kami berkoordinasi dengan pemilik warung agar ia mengumpulkan sampah, tiap seminggu sampah tersebut kami jemput, kemudian dipilih mana yang jadi kompos dan barang kerajinan,” katanya. Setelah bahan baku terkumpul, kemudian mereka menentukan hari yang tepat untuk membuat kerajinan tersebut. Hasilnya, beberapa tas hasil

sulaman sampah plastik telah terjual dengan harga yang bervariasi sesuai bentuk dan motifnya. Menurut Nofensi, tas jinjing perempuan yang berukuran besar terjual Rp100 ribu dan kecil dijual Rp30 ribu. Modalnya tidak banyak, hanya Rp5 ribu yang digunakan membeli benang, kain serat, aksesoris ditambah ketekunan dan kreativitas. “Memang belum dijual secara besar karena belum ada ruang penampungan namun dengan mengubah plastik tersebut menjadi barang yang berguna lagi, lingkungan kami terbebas dari banjir,” jelasnya. Mendukung kata Nofensi, Ardianis (56), anggota SL lain dari Tanah Taban menyebutkan, pengolahan ini merupakan salah satu bentuk menjaga kebersihan lingkungan. Dengan begitu, plastik yang dulunya berserakan di bandar yang mengakibatkan banjir karena saluran air tersumbat kini sudah berkurang. Namun menurutnya, mereka masih perlu bantuan dari pemerintah untuk mengembangkan usaha kerajinan tas dari plastik bekas berupa mesin jahit dan bordir. “Kami perlu dukungan modal dari pemerintah untuk melengkapi peralaatan agar kegiatan daur ulang sampah berjalan terus,” katanya.

FOTO:GERSON/PUAILIGGOUBAT

24

Peta Rawan Bencana Selain membahas persoalan sampah, petani juga telah melakukan riset partisipatif terkait kerentanan daerahnya terhadap bencana yang berguna menghasilkan masyarakat tangguh bencana. “Peta ini sebagai gambaran lingkungan yang rawan bencana yang bisa menjadi tolak ukur masyarakat untuk bertindak baik dalam bentuk antisipasi maupun rehabilitasi,” kata Jasman Jamin, tokoh masyarakat setempat. Menurut Jasman, dari peta yang mereka buat telah ditentukan titik yang rawan bencana berupa tanah longsor, banjir dan kekeringan. Dari riset tersebut warga diajak untuk melakukan aksi dalam bentuk penanaman pohon di hutan yang gundul. “Kami sendiri sudah menanam beberapa pohon mahoni, bayur, aur di gunung yang rawan longsor, sekaligus mengajak warga tidak merusak lingkungan hutan dengan sembarangan,” ujarnya. Direspon Positif Wali Nagari Limau Purut, Afrizal mengapresiasi aksi yang dilakukan warganya, menurutnya aksi pengolahan sampah tersebut disebarkan kepada warga lain di luar kelompok agar semua turut menjaga kebersihan lingkungan. “Kami sendiri sudah bingung mencari tempat untuk pembuangan sampah, nah dengan kegiatan ini muncul harapan bagi kita semua,” katanya. Lanjutnya, lingkungan yang bersih membuat kelangsungan masa depan lebih baik karena terhindar dari bencana lingkungan. Sementara Camat V Koto, Maizal mendorong kelompok tani tersebut untuk terus melakukan aksinya. Pemerintah, katanya akan berusaha memberikan bantuan dan disalurkan dengan mekanisme kelompok.(g)


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.