244

Page 1

MENTAWAI NEWS

RP 60 MILIAR UNTUK PEMBANGUNAN SEKOLAH

HENRI SARAGIH: SAWIT TIDAK BAIK BUAT MENTAWAI

6

MENTAWAI NEWS

8

MENTAWAI NEWS

Tabloid Alternatif Dwimingguan

Puailiggoubat Untuk Kebangkitan Masyarakat Mentawai

20 15

No .2 44 -3 Tah 1 u J n ul X i2 01 2

HARGA ECERAN RP 3000

17 PERDA AKAN DIKELUARKAN TAHUN INI


Puailiggoubat NO. 244, 15 - 31 Juli 2012

Uggla Pamarentah rasetujui bulagat Rp 1,1 Triliun pasambaat bulagat Rp 486 Miliar. Iginia bulagat Rp 280 miliar rakelola BPBD Sumbar pasibangun kudduat sipulelek (huntap) samba Rp 206 miliar masigalai akek BPBD Mentawai masipaeruk perekonomian masyarakat - 3 Iginia 17 Rancangan Peraturan Daerah (Ranperda) masibahas samba ralelek akek Peraturan Daerah ( perda) Mentawai ka rura kineneiget kabagat Ranperda Pajak Daerah samba RTTW – 6

Dari Re daksi

2

Pelatihan Jurnalis Puailiggoubat dan Kunjungan Wakil Bupati

Pembaca yang budiman, Selama tiga hari 16-18 Juli 2012, sembilan jurnalis Puailiggoubat mendapat pelatihan jurnalistik di Balai Pengkajian Nilai Sejarah Tradisional (BPNST) Sumatera Barat Padang. Pelatihan ini diselenggarakan bekerjasama dengan Sekolah Jurnalistik Independen (SEJI) Padang yang berada dalam naungan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Padang. Pelatihan tersebut untuk meningkatkan kapasitas jurnalis Puailiggoubat sehingga bisa menghadirkan tulisan yang lebih baik dan berkualitas. Materi diberikan Syofiardi Bachyul JB (wartawan The Jakarta Post dan Majelis Etik AJI Padang), Hendra Makmur (wartawan Media Indonesia sekaligus Ketua AJI Kota Padang), Iggoy El Fitra (fotografer kantor berita Antara Sumbar) dan ramono Aryo

(Koordinator Liputan Radio Classy FM). Menjelang terbit Puailiggoubat, Wakil Bupati Rijel Samaloisa menyempatkan diri mengunjungi Redaksi Puailiggoubat, disambut Pemimpim Umum Puailiggoubat, Roberta Sarokdog, Pemimpin Redaksi, Yuafriza dan jajaran redaksi lainnya. Ia menyampaikan agar media bersinergi dengan pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai, serta memberikan informasi kepada masyarakat terutama soal rehab rekon Mentawai. Salam

Ka Siberut Selatan masiadu akek ka Ketua DPRD Sumatera Barat, Yultekhnil sioi ka Desa Maileppet , kecamatan siberut selatan kabagat kunjungan kerja, 13 Juli silelepak – 7 Dinas Pendidikan Kabupaten Kepulauan Mentawai masianggar akek dana Rp 60 miliar legei pasibara akek gedung samba fasilitas sekolah anggaran ka rura 2012 ka bagat program peningkatan mutu disamping anggaran DAK iginia Rp 9 Miliar – 20 COVER DEPAN: 1 FOTO:RAPOT/PUAILIGGOUBAT 1 DESAIN: SYAFRIL TABLOID ALTERNATIF DWIMINGGUAN

Puailiggoubat Terbit setiap tanggal 1 dan 15

ISSN: 1412-9140 PENERBIT: Yayasan Citra Mandiri PEMIMPIN UMUM/USAHA: Roberta Sarogdog PEMIMPIN REDAKSI: Yuafriza DEWAN REDAKSI: Roberta Sarogdog Rus Akbar Saleleubaja REDAKTUR: Rus Akbar Joni Aswira Putra Syafril WARTAWAN DAERAH: Gerson Merari Saleleubaja (Muara Siberut) Bambang Sagurung (Sikabaluan) Rapot Pardomuan (Sipora) Irman Jhon (Sikakap) Rinto Robertus (Saibi) Ferdinan Salamanang (Sikakap) Patrisius Sanene’ (Padang) Daud Siribere (Siberut Barat) Legend Satoinong (Siberut Selatan)

Tegur Kadinkes Boat Dinas Kesehatan Mentawai tidak pernah diurus, kalau pasang naik, body dan mesinnya terendam, Mohon Bupati menegur kepala dinas agar perawatannya diperhatikan, dan digunakan untuk layanan kepada masyarakat Mentawai. 085375908405

Perhatikan Pengambilan Pasir Pak kadis kelautan dan perikanan, tolong hentikan pengambilan pasir di pantai mapaddegat oleh masyarakat., agar abrasi pantai bisa diminimalisir. 085271946408

Pengadaan Mebel Pak Kadis Pendidikan Mentawai, Sekolah SMA N 2 Sipora yang baru dibangun tidak ada meja dan bangku, Mohon

pengadaan mebelernya dipercepat karena sangat kasihan murid kelas 1 masuk siang. 085271946408

HET BBM Masih Tinggi Pak bupati, sekarang kami gelisah karena harga BBM yang semakin tinggi dan langka di Mentawai. Tolong segera tertibkan karena kami tidak sanggup membeli BBM di luar harga eceran tertinggi yang sudah dtetapkan pemda. 085375908405

Janji Palsu Saya sangat prihatin dengan konisi Mentawai sekarang, Janji Yudas dan Rijel jauh dari apa yang diharapkan. Harga BBM 3 kali lipat dari HET, lalu siapa yang bermain dengan ini, Pengawas yang di SK kan Bupati itu pun tidak bekerja maksimal. 082171445575

Tarif Iklan Puailiggoubat

DISTRIBUTOR DAERAH: Arsenius Samaloisa (Sioban) Gerson (Siberut Selatan) Bambang (Siberut Utara) Juanda (Siberut Barat) ALAMAT REDAKSI DAN USAHA: Jl. Kampung Nias 1 No. 21, Padang. Telp (0751) 7877373 - Fax. (0751) 35528 REKENING: Bank Nagari Cabang Pembantu Niaga, Padang No.2105.0210.0207-1 PENCETAK: PT Riau Graindo, Pekanbaru (Isi di luar Tanggung Jawab Percetakan). Wartawan Puailiggoubat selalu dilengkapi Kartu Pers dan (sesuai Kode Etik Jurnalistik) tidak dibenarkan menerima suap (‘amplop’) dari narasumber.

www.puailiggoubat.com

CATATAN: Biaya Iklan sudah termasuk PPn 10 persen sesuai UndangUndang Nomor 42 Tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa.


3

Puailiggoubat

Puailiggoubat

NO. 244, 15 - 31 Juli 2012

NO. 229, 15 - 31 Desember 2011

7

MENUNGGU HUNTAP, BERTAHAN DI PENGUNGSIAN Masing-masing KK akan menerima Rp68 Juta untuk membangun rumah 36 meter persegi. Pola penyaluran dana dilakukan bertahap. FOTO:RAPOT/PUAILIGGOUBAT

Rus Akbar

P

enantian 2.072 kepala keluarga korban gempa dan tsunami Mentawai 2010 segera

berakhir. Pemerintah telah menyetujui alokasi anggaran Rp1,1 Triliun dengan dana awal yang akan dikucurkan Rp486 Miliar. Sebanyak Rp280 Miliar akan dikelola BPBD Sumbar untuk pembangunan hunian tetap (huntap) dan Rp206 Miliar dikelola BPBD Mentawai untuk perbaikan ekonomi masyarakat. Bupati Mentawai Yudas Sabaggalet telah mengeluarkan Surat Keputusan tentang Kebutuhan Areal Hunian Tetap, Lahan Usaha, Fasilitas Umum, Fasilitas Sosial, Prasarana Jalan dan Kawasan Peruntukan Lainnya Bagi Korban Gempa dan Tsunami Mentawai 2010, 12 Juni 2012. Dalam SK tersebut ditetapkan luas areal hunian tetap termasuk fasilitas pendukungnya 10.112 Hektar di Pulau Sipora, Pulau Pagai Utara dan Pagai Selatan. Di masing-masing lokasi relokasi, akan dibangun fasilitas pasar, jalan lingkar, fasilitas kesehatan dan fasilitas pendidikan. Sementara tiap keluarga akan mendapat sekitar 3 Hektar lahan. Di Pulau Sipora, luas lahan untuk relokasi 1.978 Hektar dengan rincian Dusun Bere, Mabukkumonga dan Matalu direlokasi ke KM 2 BeriulouSigitci. Dusun Masokut Rualeleu, Masokut Rogdangoinan direlokasi di KM 4 Masokut-Sigitci. Sedang warga Dusun Sao, Katiet, Gobik, Bosua Utara, Bosua Selatan, Mongan Bosua direklokasi ke Blok Bukit Sipagukguk. Di Pagai Utara, luas lahan untuk relokasi luasnya 2.822 Hektar dengan rincian, Dusun Ruamonga dan Bulakmonga direlokasi ke KM 7 Jl. Poros Pagai Utara. Warga Dusun Muntei dan Baru-Baru dipindahkan ke KM Jl. Poros Pagai Utara, sementara warga Dusun Sabaegunggung dipindahkan ke Km 14 Jl. Poros Pagai Utara. Untuk warga Dusun Gogoa dan Tumalei akan dipindah ke belakang perkampungan Tumalei, warga Dusun Maguiruk dipindah ke belakang perkampungan lama. Sementara warga Silabu Utara dan Selatan, dipindah ke KM 17 Jl. Poros Pagain Utara, warga

HUNTARA - Huntara di Km 6 Dusun Mapinang, Pasapuat dan Mabulaubuggei dipindah ke belakang perkampungan lama. Di Pagai Selatan, hunian tetap disediakan 5.312 Hektar dengan rincian warga Dusun Muntei pindah ke KM 34, Simpang KM 35-Sabiret. Warga Dusun Muntei Kecil pindah ke KM 5, simpang KM 27, Muntei. Warga Muntei besar pindah ke KM 6, simpang KM 27 Muntei. Selain itu, warga Dusun Eruparaboat pindah ke KM 1-3, Simpang KM 37 Muntei. Warga Dusun Muntei pidah ke Purourogat pindah ke KM 1-3, Simpang KM 37 Muntei. Warga Dusun Asahan pindah ke KM 3, Simpang KM 37 Muntei. Warga Dusun Maurau pindah ke KM 38 Poros Jl. Pagai Selatan. Warga Dusun Lagigi pindah ke KM 39, 5 Poros Jalan Pagai Selatan, warga Dusun Bake pindah ke KM 40, 5 Poros Jalan Pagai Selatan. Warga Dusun Bulasat pindah ke KM 42, Poros Jl. Pagai Selatan. Warga Dusun Tapak, pindah ke KM 43-44 Poros Jl. Pagai Selatan. Warga Dusun Kinumbuk pindah ke KM 45 Jalan Pagai Selatan. Warga Dusun Limu pindah ke KM 61 Poros Jalan Pagai Selatan. Warga Dusun Mapinang pindah ke KM 65,5 Poros Jl. Pagai Selatan. Warga Maonai pindah ke belakang kampung lama Maonai. Warga Dusun Lakkau pindah ke Leleu Tengan Joja, Logpond Lakkau. Warga Dusun Limosua pindah ke Leleu Tengan Joja, Logpond Lakkau dan Dusun Surat Aban pindah ke Leleu

Tunang, belakang kampung lama. Menurut Wakil Bupati Mentawai Rijel Samaloisa, pencairan dana huntap segera setelah keluar SK Bupati tentang Pokmas serta terbentuknya fasilitator dan pokmas di tingkat masyarakat. Sementara Kepala Seksi Rehab Rekon Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumatra Barat, Suryadi mengatakan, dana huntap untuk masingmasing kepala keluarga dialokasikan Rp68 Juta. Dana tersebut diperuntukkan membangun rumah 36 meter persegi. “Sistem penyaluran dengan pokmas 100 persen. Artinya sebanyak itu dana akan diterima tiap keluarga melalui pokmas. Penyaluran melalui pokmas

dilakukan beberapa tahap, kata Suryadi kepada Puailiggoubat melalui pesan singkat, 17 Juli 2012. Untuk memenuhi kebutuhan material bangunan saat dimulainya pembangunan huntap, menurut Rijel, akan ada mobilisasi material dari Padang ke Mentawai. “Kita akan gunakan semua sumber daya, kapal pemda bila perlu dengan kapal TNI, agar kebutuhan material tercukupi dan masyarakat tidak susah mendapatkannya,” kata Rijel. Selain itu, Rijel mengimbau pedagang material tidak menimbun dan menaikkan harga diluar kewajaran. “Untuk kebutuhan kayu, kita tunggu SK Menhut, selain itu kita akan berkoordinasi dengan semua muspida untuk membantu kelancaran ini, sebab ini soal kemanusiaan, sudah terlalu lama korban gempa ini belum dapat kepastian tempat tinggal,” kata Rijel. 7.000 Hektar Untuk Pengganti Hutan Produksi Sementara itu, Menteri Kehutanan telah menyetujui alih fungsi lahan hutan produksi menjadi pemukiman dengan

KETERANGAN Kawasan Hutan Produksi yang Diusulkan Perubahan Peruntukannya (HP menjadi APL) seluas 10.235 Ha Usulan Area Pengganti untuk Tukar Menukar Kawasan Areal Penggunaan Lain (APL) menjadi Hutan Produksi (HP) seluas sekitar 5.985 Ha Usulan Areal Pengganti untuk Tukar Menukar Kawasan Hutan Produksi yang Dapat Dikonservasi (HPK) Menjadi Hutan Produksi (HP) Seluas sekitar 4072 Ha Areal yang Dimohon Untuk Pembangunan Jalan Poros Penghubung Bekas Jalan HPH sepanjang 42 Km FUNGSI KAWASAN HUTAN Jalan

Kawasan Suaka Alam

Sungai dan Anak Sungai

Hutan Lindung

Kontur Interval 25 Meter

Hutan Produksi Hutan Produksi Konservasi Areal penggunaan lain

syarat ada lahan pengganti. Menurut Rijel, lahan pengganti yang disediakan sekitar 7.000 hektar yang berada di Pagai Utara, Pagai Selatan dan Sipora. Lahan pengganti itu, kata Rijel, bisa berapa peladangan masyarakat namun bisa juga tidak. “Soal penggantian tanaman masyarakat yang akan dijadikan hutan produksi, memang belum kita bahas, karena kita fokus mengurus percepatan huntap, kalau mengikuti proses semua, bisa-bisa butuh lima tahun menyelesaikan huntap, kami minta masyarakat rela dulu, ini soal kemanusiaan,” kata Rijel. Sementara Plt. Kepala Dinas Kehutanan Kabupaten Kepulauan Mentawai, Novriadi yang dihubungi Puailiggoubat melalui telepon Jumat 13 Juli, membenarkan areal pembangunan hunian tetap sudah ditetapkan oleh pemerintah di daerah yang terkena bencana. Dia memastikan, meski warga dipindahkan ke pemukiman baru, ladang dan tanah mereka pada perkampungan lama masih menjadi milik mereka. (o)


SAJIANUTAMA Warga Maonai yang tinggal di kawasan suaka alam harus pindah ke lokasi yang sudah ditetapkan pemerintah.

Puailiggoubat

NO. 244, 15 - 31 Juli 2012

4

MEREKA DIHARUSKAN PINDAH FOTO:RAPOT/PUAILIGGOUBAT

Gerson Merari Saleleubaja

S

ebanyak 36 kepala keluarga di Dusun Maonai, Desa Bulasat, Kecamatan Pagai Selatan yang

diklaim tinggal di kawasan Suaka Alam terpaksa harus pindah bersamaan dengan proses pembangunan hunian tetap korban gempa dan tsunami Mentawai, yang kini sedang dalam proses pembentukan kelompok masyarakat (pokmas). Pemukiman baru warga Maonai yang berjarak 2 Kilometer dari kampung lama yang terkena tsunami, dibangun atas bantuan Lumbung Derma yang merupakan gabungan NGO. Kini, kawasan ini harus dikosongkan karena surat dari Menteri Kehutanan RI yang menyatakan kawasan itu Hutan Suaka Alam sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan Republik Indonesia Nomor:422/kpts-ii/1999 tertanggal 15 Juni 1999 seluas 4.000 Hektar. Wakil Bupati Mentawai Rijel Samaloisa mengatakan, mau tidak mau masyarakat Maonai yang tinggal di pemukiman baru memang harus pindah. “Saya mohon pengertiannya, ini soal aturan UU yang stratanya paling tinggi, kita tidak bisa berbuat apa-apa, terpaksa kita mengikutinya,” kata Rijel kepada Puailiggoubat, 17 Juli 2012. Plt Kepala Dinas Kehutanan Kabupaten Kepulauan Mentawai, Novriadi, SP yang dihubungi Puailiggoubat

PENGHUNI HUNTARA - Keseharian Penghuni Huntara Km 4-rapot melalui telepon, Jumat 13 Juli, menegaskan areal Hutan Suaka Alam yang berada di Dusun Maonai memang tidak boleh dijadikan pemukiman oleh masyarakat. Ia mengatakan, lokasi hunian mandiri di Maonai maupun sekitarnya yang masuk dalam areal tidak diberi ijin untuk mendirikan hunian tetap di tempat itu. “Mereka harus pindah di areal relokasi yang ditetapkan oleh pemerintah sehingga tidak merusak kawasan hutan,” ujarnya. Novriadi menyanggah pendapat yang menyebutkan kawasan Hutan FOTO:RAPOT/PUAILIGGOUBAT

BERMAIN - Penghuni Huntara Km 4 bermain voli

Suaka Alam tersebut dulunya merupakan lokasi eksploitasi perusahaan pemegang Izin Pemanfaatan Kayu (IPK). “Itu tidak benar, operasi IPK tidak dilakukan di areal itu, namun di luarnya,” kata Novriadi kepada Puailiggoubat melalui telepon, 10 Juli lalu. Menurutnya, kawasan yang dikelola perusahaan pemegang IPK berada di sebelah timur kawasan hutan suaka alam yang merupakan hutan produksi, yang meliputi daerah Sinakak dan sebelah barat yang merupakan areal penggunaan lain yang meliputi daerah Surat Aban, Limu, Limok Sua, Maurau, Mapinang dan Maonai. Hutan Suaka Alam sendiri terletak di daerah punggung bukit dan itu tidak boleh diganggu. “Kondisinya masih baik kok,” jelasnya. Proses pengalihfungsian sebagian areal hutan suaka alam menjadi pemukiman masyarakat sangat sulit karena harus melalui persetujuan DPR RI. “Yang jelas saat ini, izin tak bisa diberikan karena sudah ada aturannya,” katanya. Sementara itu berdasarkan rekomendasi Tim Terpadu Tukar Menukar Kawasan Hutan untuk Korban Gempa dan Tsunami Mentawai, yang dibentuk melalui SK Menteri Kehutanan, penduduk Maonai harus dikeluarkan dari kawasan Suaka Alam dan segera merehabilitasi kawasan itu. Berdasarkan Surat Keputusan Bupati Mentawai tentang Kebutuhan Areal Hunian Tetap dan Fasilitas Umum, Fasilitas Sosial, Prasarana Jalan, dan Kawasan Peruntukan Lainnya untuk korban gempa dan tsunami Mentawai, warga Maonai akan dipin-

dahkan tidak jauh dari kampung lama yakni di belakangnya. “Jadi kita tidak akan menyuruh mereka pindah jauh-jauh, hanya dekatdekat situ, tapi memang harus keluar dari kawasan Suaka Alam, mohon pengertiannya,” kata Rijel. Tim juga merekomendasikan pertama, Pemerintah Mentawai mengurus izin pemanfaatan kayu dalam rangka pembukaan lahan, sesuai peraturan perundang-undangan. Kedua, memproses izin pinjam pakai kawasan hutan dalam rangka kegiatan pembukaan jalan yang berada di luar areal yang direkomendasikan. Ketiga, melakukan sosialisasi kepada masyarakat terkait rencana lokasi huntap dan melakukan pembe-

basan lahan pengganti yang dikuasai masyarakat. Pemindahan 36 KK warga Maonai ke lokasi yang sudah ditetapkan pemerintah tentu akan membutuhkan waktu, sebab warga tersebut telah terlanjur membangun pemukiman semi permanen berukuran 5 x 6 meter persegi. Selain itu warga juga telah bertanam di sekitar pemukiman mereka seperti bertanam pisang, ubi ataupun tanaman muda lainnya. Seperti dikatakan Efendi Sababalat, salah seorang warga Maonai. “Kami sudah berladang di sini, bahkan pisangnya sudah berbuah dan sempat juga kami jual, berat rasanya untuk pindah,” kata Efendi. (o)

Rekomendasi Tim Terpadu Tukar Menukar Kawasan Hutan untuk Korban Gempa dan Tsunami Mentawai diantaranya: 1. Kawasan hutan yang dapat dipertimbangkan untuk relokasi korban bencana gempa dan tsunami adalah: · Alternatif I: seluas 2 Hektar/KK diberikan bagi relokasi korban bencana dengan mempertimbangkan kebutuhan pola permukiman berdasarkan Keputusan Menteri Transmigrasi Nomor Kep. 124/MEN/1990 tanggal 7 November 1990. Luasnya 5.875 Ha. · Alternatif II : seluas 3 Hektar/KK berdasarkan permohonan Bupati Mentawai sesuai surat Nomor 522.1/328/BKM/XII/2011 tanggal 27 Desember 2011, surat Bupati Kepulauan Mentawai Nomor 522.1/190/BKM/V-2012 tanggal 29 Mei 2012 dan SK Bupati Kepualauan Mentawai Nomor 188.45-196 tahun 2012, tanggal 12 Juni 2012 dengan keseluruhan luas 6.975 Hektar.. 2. Calon lahan pengganti yang diusulkan berdsarkan kajian: · Alternatif 1 seluas 5.875 Hektar yang terletak Pulau Pagai Utara dan Pulau Sipora (2 Ha/KK). · Alternatif II seluas 7.015 Ha yang terletak di Pulau Pagai Utara dan Sipora (3 Ha/KK).


5

Puailiggoubat NO. 244, 15 - 31 Juli 2012

Meski belum direstui, Dinas Pendidikan Cabang Siberut Utara dan Selatan bertekad menerapkan Mulok Bumen tahun ajaran ini. Bambang Sagurung Patrisius Sanene’

Semiloka Mulok Bumen

MENEMBUS TEMBOK BIROKRASI DEMI BUDAYA MENTAWAI FOTO:BAMBANG/PUAILIGGOUBAT

ampir satu dekade perjuangan itu selalu disuarakan, Penerapan Muatan Lokal Budaya Mentawai (Mulok-Bumen) di tahun ajaran 2012/2013 ini seolah tak bisa ditawar lagi. Pasalnya, semakin lama cita-cita ini terendap dan belum terwujud, selama itu pula banyak pihak yang gelisah. Mereka khawatir, kalau-kalau anak cucunya kelak bakal tak mengenali budaya nenek moyangnya lagi jika kurikulum Bumen ini tak segera diterapkan. “Melihat kenyataan ini kita rasanya ingin menangis. Mentawai seakan tak berbudaya,” kata Camat Siberut Barat Daya, Pir Paulus saat membuka acara seminar dan lokakarya penerapan Muatan Lokal Budaya Mentawai, Selasa, 10 Juli, di aula Paroki Muara Siberut, Siberut Selatan. Camat dari Siberut Selatan Lumban Raja kurang lebih berpendapat serupa. Melihat begitu besarnya harapan masyarakat, camat se-Pulau Siberut, katanya, tidak akan keberatan membantu anggaran pelaksanaan evaluasi jika itu yang menjadi alasan penerapan MulokBumen sulit direalisasikan di Mentawai. “Sesuai dengan kemampuan anggaran yang mereka miliki. Penerapan kurikulum muatan lokal ini harapan kita bersama. Pihak kecamatan yang ada di pulau Siberut siap membantu anggaran sesuai dengan kemampuan kita,” kata Lumban di sela-sela acara itu. Acara semiloka yang digagas Cabang Dinas Pendidikan Siberut Selatan dan Siberut Utara bersama Yayasan Citra Mandiri Mentawai (YCM-Mentawai) dan Perkumpulan Siberut Hijau (Pashi) ini, boleh dibilang telah mengerucut ke soal teknis pengimplementasian. Selama tiga hari dari Selasa hingga Kamis, agenda kegiatan terfokus pada penyusunan silabus, dan Pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang disesuaikan dengan kurikulum KTSP. Perwakilan guru dari 44 SD negeri dan swasta di wilayah Cabang Dinas Pendidikan Siberut Selatan dan Siberut Utara diutus menjadi peserta. Selama tiga hari mereka peras otak melewati serangkaian diskusi, merumuskan, menginventarisir keragaman budaya Mentawai hingga mempresentasikannya. Perumusan silabus dan RPP ini dipandu oleh akademisi pasca sarjana Universitas Negeri Padang (UNP) dan fasilitator dari YCM Mentawai. Memang belum semua sekolah

H

SEMILOKA - Semiloka budaya Mentawai di Siberut Selatan

dasar di Kabupaten Kepulauan Mentawai berani menerapkan Bumen ke dalam muatan lokalnya pada tahun ajaran baru ini. Maklum, hingga saat ini gonjangganjing kebijakan di lingkungan dinas pendidikan Kepulauan Mentawai masih menyelip ketidakpastian. Cabang Dinas Pendidikan Kecamatan Sipora dan Sikakap belum memutuskan apakah membuat kebijakan sendiri atau menunggu kebijakan dari Dinas Pendidikan Mentawai. Namun, bagi cabang dinas pendidikan Siberut Selatan dan Siberut Utara komitmen sudah tak bisa dibendung. Tahun ini Mulok Bemen harus diimplementasikan di seluruh sekolah dasar baik negeri maupun swasta di dua wilayah itu. “Guru tidak perlu cemas lagi menuliskan muatan lokal budaya Mentawai. Jangan lagi menuliskan pertanian yang pada kenyataannya tidak juga dilaksanakan,” kata Lucianus Saleilei, Kepala Cabang Dinas Pendidikan Kecamatan Siberut Selatan menyeru seluruh guru yang hadir. Lucianus mengatakan, dirinya akan menerbitkan Surat Edaran bagi seluruh Kepala Sekolah di wilayah kerjanya bahwa tahun ajaran 2012/ 2013dalam ijazah siswa sudah tertulis Mulok Bumen. Karena itu, penyediaan bahan ajar dan evaluasi pelaksanaan akan menjadi fokus perhatian. “Untuk pelaksanaan dan penerapan kurikulum ini kita minta restu pada bupati, karena kepala dinas tidak merespon,” kata Lucianus. Lucianus menyayangkan, alasan yang diutarakan Dinas Pendidikan Mentawai selama ini sehingga enggan

merespon tidaklah logis. Kurikulum budaya Mentawai belum bisa diterapkan karena kurangnya sumberdaya manusia. Bagi Lucianus, alasan ini sama sekali tidak berdasar. “Di dalam UUD 1945 secara jelas mengatakan bahwa untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Ini yang menjadi salah satu dasar kita. Tapi dinas tidak sadar akan hal ini, kita yang sadar,” ujarnya. Padahal, menurutnya, penerapan Mulok Bumen merupakan wujud kepedulian untuk tetap melestarikan budaya Mentawai hingga generasi ke depan. Untuk keberlanjutan Mulok Bumen tersebut, ia akan Lucianus terus mengevaluasi dan melakukan lokakarya dengan mendatangkan pelaku budaya. “Karena beberapa dusun dan desa identitas budaya Mentawai seperti Uma sudah jarang ditemukan dan tinggal sejarah,” Kata Lucianus Sementara Kepala Cabang Dinas Pendidikan Kecamatan Siberut Utara Jop Sirirui mengatakan, rencana penerapannya sudah berlarut-larut. Ia menilai, Dinas Pendidikan Mentawai tidak menunjukkan dukungannya. “Kita itu sudah capek menunggu. Sementara semua bahan dan hal yang diperlukan untuk penerapan ini sudah ada dan lengkap,” katanya. Camat Siberut Barat Daya, Pir Paulus, bahkan dalam sambutannya spontan mendesak kurikulum muatan lokal budaya Mentawai dilaksanakan tahun ini tanpa menunggu lagi respon dari Dinas Pendidikan. “Kita sudah menunggu terlalu lama. Orang di pendidikan saja sudah ada yang meninggal namun tidak ada penerapan juga. Pertukaran orang-orang di Dinas

Pendidikan saja sudah tidak satu atau dua orang, namun sudah berkali-kali,” katanya. Belum Direstui Inisiatif kedua cabang dinas ini belum sepenuhnya mendapat dukungan dari pemerintah Kepulauan Mentawai. Lucianus kepada Puailiggoubat di sela-sela acara, mengatakan, tak ada satu pun utusan dari Dinas Pendidikan Mentawai menghadiri acara selama berlangsung. “Dari Pemkab

sendiri tidak ada yang hadir, Dinas Pendidikan juga tak ada utusan. Ini menandakan bahwa Dinas Pendidikan Mentawai tak ada keseriusan mendukung Mulok. Dari dulu sampai sekarang kepala dinas yang men-jabat selalu begitu. Kok malah kami yang dari cabang yang lebih antusias,” ujarnya. Menanggapi itu, Wakil Bupati Mentawai Rijel Samaloisa mengatakan, ketidakmauan pemerintah saja mendukung mulok, kalau ada kemauan pasti sudah ada yang diutus untuk mengikuti kegiatan itu. “Kita ingin tak hanya budaya Mentawai saja yang menjadi mulok tapi budaya lain juga kita harus pelajari,” ujar Rijel saat dihubungiPuailiggoubat, Rabu, 11 Juli. Syaiful Janah, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Kepulauan Mentawai yang dihubungi melalui telepon, Rabu, 11 Juli lalu menanggapi ketidakhadirannya karena tidak tahu dan belum menerima proposal seminar dan lokakarya tersebut. “Saya tidak tahu kegiatan itu dan saya belum menerima proposal tentang kegiatan itu,” katanya lewat telpon. Tak hanya itu, Syaiful juga menganggap cabang dinas pendidikan mengadakan kegiatan Semiloka tak melakukan koordinasi. “Cabang yang mengadakan kegiatan itu tidak berkoordinasi dengan saya dan saya juga tak menerima surat undangan di meja saya. Kita berharap kita bergotong royong dan saya juga ingin mulok itu diterapkan. Inisiatif itu bagus tapi tapi harus ada birokrasi,” ujarnya. Sementara Ketua DPRD Mentawai Hendri Dori Satoko menyambut

baik penerapan kurikulum muatan lokal Budaya Mentawai. Ia berpandangan, sudah saatnya nilai budaya Mentawai diajarkan ke seluruh siswa SD sehingga generasi Mentawai tidak kehilangan jati diri. “Semua pihak juga harus mendukung termasuk Kepala Dinas Pendidikan selaku otoritas pendidikan di Mentawai mestinya mendukung,” katanya saat dihubungi Puailiggoubat, Rabu, 11 Juli 2012. Dukungan LSM Dukungan juga mengalir dari lembaga swadaya masyarakat. Yayasan Citra Mandiri Mentawai (YCM Mentawai) pada acara itu menyumbang 50 judul buku berjudul Uma sebagai bahan ajar. Buku Uma terbitan YCM Mentawai ini berisi tentang budaya Mentawai dan kumpulan cerita takyat. Pada kesempatan itu dilakukan penyerahan secara simbolis oleh Direktur YCMM Roberta Sarokdog kepada perwakilan sekolah. Sumbangan buku juga datang dari Perkumpulan Siberut Hijau (Pasih). LSM satu ini menyumbang buku-buku mengenai pendidikan konservasi. Rosmini Sirisagu, salah satu peserta guru dari SDN 03 Desa Sotboyak, Kecamatan Siberut Utara sepertinya tak sabar ingin mengajari murid-muridnya. Ia pun menghimbau rekan-rekannya sesama guru utnuk mendukung Mulok dan mempromosikannya keluar daerah. “Jangan hanya budaya lain yang kita pelajari tapi juga harus menerapkan muatan lokal budaya Mentawai yang sejatinya adalah budaya kita sendiri,”katanya. Setidaknya, kekhawatiran yang sempat muncul dari sejumlah peserta terkait kekurangan materi bahan ajar sudah terjawab lewat bantuan buku ini. Meski begitu, Lucianus tetap menghimbau para guru memanfaatkan lingkungan, tokoh adat, dan tokoh masyarakat untuk menambah wawasan materi yang diajarkan. “Kalau arsitektur uma tidak ada lagi, maka manfaatkan media yang ada,” ujarnya. Ia juga menegaskan, dalam penerapannya nanti evaluasi akan dilakukan bersama-sama. Baik tokoh adat atau pun tokoh masyarakat diminta memberikan masukan dan penilaian. “Jangan takut dengan kendala tanpa memulainya sehingga kita tidak akan pernah berbuat. Dari evaluasi itu nantinya kita akan lihat apa yang perlu diperbaharui,” katanya.(jap)


Puailiggoubat NO. 229, 15 - 31 Desember 2011

Dibagi Rata, Raskin Bukan Hanya untuk Warga Miskin MUNTEI - Beras miskin (raskin) yang pembagiannya diperuntukkan warga miskin, juga dibagikan ke warga mampu dengan alasan pemerataan. Hal itu terjadi di Desa Muntei, Kecamatan Siberut Selatan, akhir Juni lalu. Kepala Desa Muntei Kevamatan Siberut Selatan, Tulut Ogok, mengatakan, pembagian raskin di desanya dilakukan merata. Raskin yang diterima pada Mei dan akhir Juni sebanyak 20,4 ton dibagi rata kepada 778 kepala keluarga. Dalam satu kali distribusi, raskin diterima sebanyak 10,5 ton. Menurut Tulut Ogok, tiap keluarga mendapat jatah 15 Kilogram raskin. Ja-tah beras ini berkurang lantaran semua keluarga di Muntei mendapat jatah. “Meski data dari Dinas Sosial Mentawai, keluarga miskin yang ada di Muntei 340 keluarga, tapi kenyataan di lapangan pembagian raskin diberikan ke semua kk, mau kaya atau miskin,” katanya. Sementara, Ongkos transportasi raskin khusus di Desa Muntei yang ditanggung pemerintah sebanyak Rp250 per kilo, alamatnya dari pelabuhan hingga kantor desa. Untuk honor, kepala desa dan kepala dusun menerima Rp300 Ribu per triwulan. (gsn)

Pesparawi Nasional, Kontingen Mentawai Raih Perak PADANG - Kontingen Sumatera Barat yang diwakili Mentawai menyabet tiga medali perak dan dua perunggu pada Pesta Paduan Suara Gerejawi (Pesparawi) Nasional ke-10, di Kendari, Sulawesi Tenggara, 3-9 Juli lalu. Sandang Simanjuntak, salah seorang official dari Mentawai mengatakan, Mentawai hanya mengikuti 5 kategori lomba yakni solo putri remaja, solo putra remaja, vocal grup remaja, paduan suara kelas dewasa dan music etnik dari 10 kategori yang ada. “Karena keterbatasan sumber daya manusia yang ada, kita hanya mampu ikut lima kategori saja,” katanya. Meski hanya dapat perak, ia mengaku sangat bangga karena dengan persiapan yang terbatas baik dari peserta, pelatih dan keterlambatan dana, Mentawai masih bisa mengukir prestasi dalam perlombaan skala nasional. Sandang menceritakan, sambutan penonton sangat antusias terutama pada saat lomba musik etnik, peserta berpakaian adat Mentawai yang diiringi dengan alat musik daerah seperti gajeuma dan lolokkiu dengan lagu berjudul Toggaijat Nuntut Baga Menurut Sandang, kelemahan dari Mentawai terletak pada persiapan. Walau persiapan kurang matang dan sumber daya manusia yang terbatas, jumlah pa-nitia Pesparawi dari Mentawai yang ber-anggaran Rp1 Miliar justru tak kurang, yakni 40 panitia dari Kabupaten Menta-wai dan 20 panitia dari Provinsi Sumbar, jika digabung jumlahnya 60 orang. Untuk peserta sendiri jumlahnya sama yakni 60 orang. (gsn)

6

17 Perda Akan Dikeluarkan Tahun Ini FOTO:RAPOT/PUAILIGGOUBAT

Kerja ini termasuk berat karena semua ranperda harus disahkan paling lambat 31 Desember 2012. Rapot Pardomuan Simanjuntak

ebanyak 17 rancangan peraturan daerah (ranperda) akan dibahas dan ditetapkan menjadi peraturan daerah (perda) Mentawai tahun ini. Di antaranya Ranperda Pajak Daerah, dan RTRW. Kesepakatan untuk pembahasan perda ini ditandatangani dalam Program Legislasi Daerah (Prolegda) antara Bupati Mentawai Yudas Sabaggalet dengan Ketua DPRD Mentawai Hendri Dori, di ruang sidang DPRD Mentawai, 25 Juni lalu. Ketua Badan Legislasi DPRD Mentawai, Yan Winnen Sipayung, mengatakan Prolegda harus ditetapkan setiap tahun karena akan menjadi dasar pembahasan dan penetapan perda yang mengacu kepada UndangUndang Nomor 12 tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan serta Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 53 tahun 2011 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah. Ranperda yang akan dibahas tahun ini, kata Yan, antara lain

S

TANDATANGAN - Bupati Kepulauan Mentawai Yudas Sabaggalet (tengah) menendatangani kesepakatan Prolegda di ruang sidang DPRD 25 Juni 2012 Ranperda Pajak DaePengelolaan dana rah, RTRW (Rencana Hibah dan Bantuan Tata Ruang Wilayah), Sosial serta Hari Jadi RPJMD (Rencana Kabupaten. Pembangunan Jangka Prolegda ini, Menengah Daerah), lanjut Yan, adalah IMB (Izin Mendiriikatan bagi legislatif kan Bangunan), Izin dan eksekutif yang Gangguan, Kepariberisi kesepakatanwisataan, Retribusi kesepakatan. Di Penyeberangan di samping itu, prolegAtas Air, Retribusi da merupakan acuan Pelayanan Kesehabagi SKPD untuk Yudas Sabaggalet tan, Retribusi Pelamelakukan kegiatan. yanan Administrasi Kependudukan, Ia menambahkan, ranperda yang Retribusi Penjualan Produksi Daerah, ada di luar yang sudah ditetapkan Retribusi Pelayanan Pasar, Laporan dalam Prolegda tidak akan dibahas Pertanggungjawaban Kepala Daerah, tahun ini. “Jadi ini bukan soal kita APBD perubahan 2012, APBD 2013, tidak mau membahas ranperda yang

diaju-kan eksekutif sesuai isu yang berkembang, tapi memang karena ada aturan tentang produk hukum daerah yang seperti ini,” kata Yan. Diakuinya, membahas dan mengesahkan 17 perda hingga 31 Desember 2012 merupakan kerja berat. Sementara Bupati Mentawai Yudas Sabaggalet mengatakan, Pendapatan Asli Daerah (PAD) beberapa diantaranya akan hilang karena produk hukum yang ada harus menyesuaikan dengan aturan yang baru yakni UU nomor 28 tahun 2009. “Ranperda RTRW sangat penting untuk segera ditetapkan, demikian juga kepariwisataan karena banyak potensi yang belum tergali dengan maksimal,” kata Yudas. (o)

Laut Jadi Tempat Sampah

KLH Mentawai Luncurkan Program SIKAKAP - Sampah rumah tangga menjadi persoalan yang cukup pelik di Kabupaten Mentawai, terutama karena tidak adanya Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPA). Laut menjadi tercemar karena masyarakat cenderung membuang sampah ke sungai yang berhulu ke laut. “Ini menjadi persoalan di hampir semua kecamatan yang saya datangi, laut menjadi tong sampah, laut menjadi tercemar,” kata Kepala Kantor Lingkungan Hidup, Mentawai, Sri Haryanto, di Sikakap, Kabupaten Mentawai, 20 Juni lalu. Untuk mengatasi pembuangan sampah yang merusak lingkungan,

Kantor Lingkungan Hidup Mentawai telah merancang sejumlah program yang ramah lingkungan.” Salah satu program yang sudah kami lakukan adalah memberi pela-tihan daur ulang sampah kepada kelompok masyarakat,” kata Sri Haryanto. Program lain yang tengah dirancang adalah sekolah adiwiyata, yaitu sekolah yang sadar lingkungan, dengan cara membagikan tempat sampah ke sekolah-sekolah di Mentawai. “Targetnya cukup jelas yaitu menanamkam kesadaran lingkungan yang asri dan lestari kepada generasi Mentawai sejak dini,” katanya. (bs)

FOTO:FERDINAN/PUAILIGGOUBAT

PELATIHAN - Pelatihan daur ulang sampah oleh Kantor Lingkungan Hidup Mentawai kepada ibu-ibu di Sikakap


7

Puailiggoubat

MENTAWAINEWS

NO. 244, 15 - 31 Juli 2012

Penempatan Ruas P2D Main Tunjuk SIBERUTTENGAH - Penentuan lokasi ruas jalan Program Pengembangan Prasarana Desa (P2D) Mandiri di Siberut Tengah, Kabupaten Mentawai, yang akan dikerjakan Organisasi Masyarakat Setempat (OMS) dilakukan dengan penunjukan langsung tanpa melalui undian. Ketentuan itu membuat sejumlah OMS keberatan karena proyek yang dikerjakan jauh dari lokasi asal OMS. “Seharusnya yang lebih tepat serta tidak memihak itu, penentuan lokasi menggunakan sistem undian, jadi tidak ada OMS yang diuntungkan maupun dirugikan,” kata Ketua OMS Pemuda Masoggunei, Afri Yunus, 3 Juli lalu. Menurut Ketua OMS Panarengan, Elieser Sanakkat, penunjukan langsung lokasi itu telah mengabaikan prosedur, sebab biasanya dari tahun-tahun sebelumnya, penentuan lokasi dilakukan menggunakan sistem undian. Panitia Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) Siberut Tengah, Jamaludin mengatakan, sistem penunjukan langsung itu dilakukan agar proyek OMS satu dalam pengerjaan. “Jadi kita acak atau baur OMS dari dusun lain, kita tempatkan pekerjaannya di dusun yang berbeda, supaya kita satu dalam pembangunan yang baik dan tidak ada kepentingan-kepentingan tertentu di dalamnya,” kata Jamaludin. Diakui Jamaludin, awalnya penentuan lokasi akan dilakukan dengan undian, namun seperti kebiasaan yang lalu, kepala dusun hanya mengawasi pekerjaan di dusunnya. “Jadi dengan sistem baur ini semua sama-sama mengawasi,” katanya menambahkan. Lagipula menurutnya, sistem baur ini diberlakukan berdasarkan pedoman denah lokasi petunjuk teknis dari kabupaten. “Jadi saat penempatan ruas itu kami acak-acak juga dan cabut dimana ruasnya ditempatkan,” kata Jamaludin. Sementara itu, pengangkutan material pasir untuk proyek juga terkendala karena jalan yang berbukit dan jauh. Akibatnya penyelesaian proyek terlambat dari kontrak yang disepakati. Afri Yunus Sageileppak mengatakan, akibat jauhnya lokasi pengambilan pasir menuju lokasi proyek, upah angkut menjadi tinggi. (rr)

Kunker DPRD Sumbar,

Warga Maileppet Curhat Warga Siberut Selatan mengadu kepada Ketua DPRD Sumatra Barat, Yultekhnil, yang berkunjung ke Desa Maileppet, Kecamatan Siberut Selatan, dalam rangka kunjungan kerja, 13 Juli lalu.

Patrisius Sanene’ Bambang Sagurung

B

erbagai persoalan dibahas, mulai dari infrastruktur yang minim, kurangnya

perhatian pemerintah untuk sektor pertanian hingga mahalnya harga bahan bakar minyak (BBM). Yustinus Daspon, warga Dusun Batjoja, Desa Maileppet, meminta pemerintah lebih memperhatikan soal infrastruktur di Mentawai. “Perhatikanlah jalan kami pak dan tolong dibangun karena sampai saat ini belum selesai-selesai masih banyak yang berlubang, begitu juga dengan jembatan, agar dibangun yang permanen, yang kayu itu dibuang sajalah,” kata Daspon. Ia juga mengeluhkan kurangnya perhatian pemerintah terhadap sektor pertanian. “Kami juga sangat kecewa dengan Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) yang ada di sini tidak memberikan solusi terkait

FOTO:PATRIS/PUAILIGGOUBAT

menyampaikan ke Dinas Pertanian Mentawai, bisa diteruskan ke Dinas Pertanian Sumbar. “Program pertanian ada anggarannya di provinsi, kenapa tidak mengusulkan, bantu masyarakat kita untuk menyampaikannya ke Dinas Pertanian, bukan solusi menyuruh membuat proposal, “ kritik Yultekhnil. Terkait fasilitas sekolah, Yultekhnil berjanji akan menindaklanjuti. “Untuk kelanjutan pembangunan sekolah dan CURHAT - Warga Siberut Selatan sedang menyampaikan keluhan kepada ketua rumah-rumah dinas, saya DPRD Sumbar, Yulteknil bertanggung jawab, yang tanaman coklat kami yang selama ini listrik, pihak PLN Siberut meminta penting sesuaikan saja harga-harga terkena penyakit, namun selama ini kami membayar sekitar Rp20-30 materialnya karena harga material di ketika kami minta solusinya malah Juta dan kami tidak sanggup mem- Padang tentunya berbeda dengan PPL menyuruh kami membuat pro- bayarnya untuk itu kami mohon Mentawai, kemudian penerangan, posal, untuk itu kami mohon untuk bantuannya pak,” kata Yubob. bodoh PLN kalau tidak melayani sungguh-sungguh membantu kami,” Kepala SDN 15 Maileppet pelanggan, penerangan kita akan kata Daspon. Edward Hutahuruk, meminta pem- bantu,” katanya Yultekhnil. Sementara Kepala SMAN Sibe- bangunan rumah dinas bagi guru-guru Sementara soal kelangkaan BBM, rut Selatan Yubob salim, meminta yang mengajar di SDN 15. menurut Yultekhnil harus ada penamkelanjutan pembangunan kantor, Warga juga meminta pemerintah bahan pasokan dari Pertamina. . ruang kelas SMAN 1 yang belum mengawasi harga BBM karena saat “Mesti ada penambahan pasokan dan selesai. Ia juga meminta pembangunan ini selain kesulitan mendapat BBM, ini diusulkan oleh bupati ke Pertamina sekolah filial di Saibi Samukop yang harganya juga diatas Harga Eceran berdasarkan data yang ada. Kalau selama ini masih menumpang di Tertinggi (HET). pasokan ini cukup maka BBM yang sekolah lain, kemudian penerangan di Menjawab keluhan dan aspirasi tidak bersubsidi itu akan hilang Sekolah baru yang berada di Desa warga, Yultekhnil mengatakan, sendiri,” katanya. Maileppet segera dipasang. mestinya DPRD dan bupati MentaYultekhnil berjanji akan menindak“ Kami kesulitan dengan listrik wai mendengar segala aspirasi dan lanjuti aspirasi masyarakat untuk karena selama ini untuk memberi keluhan masyarakat. anggaran pembangunan tahun depan, materi bahan ajar pendidikan komSoal pertanian misalnya, mesti- sebab tahun ini anggaran difokuskan puter tidak bisa karena belum ada nya petugas pertanian lapangan untuk pemulihan bencana gempa dan lampu, karena untuk mendapatkan menerima aspirasi masyarakat, tsunami di Mentawai. (o)

Dilepas ke Hutan, Bokkoi Mati Digigit Anjing PADANG - Tiga dari empat ekor primata endemik Mentawai jenis Bokkoi (Macaca pagensis), yang dilepas petugas Taman Nasional Siberut, Juni lalu, ditemukan mati digigit anjing oleh warga Dusun Sirisurak, Desa Saibisamukop, Siberut Tengah, pertengahan Juli lalu. Keempat bokkoi tersebut dilepas setelah menjalani masa rehabilitasi bersama puluhan ekor siamang (Symphalangus syndactylus) dan Ungko (Hylobates agilis) di Pulau Marak, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat. “Saya menyaksikan, tiga dari empat bokkoi itu mati digigit anjing, lalu dagingnya dimakan warga, saya mengenali bokkoi itu karena

kebetulan ketiganya adalah peliharaan saya yang disita TNS,” kata Mijan Sagaileppak, warga Sirisurak, kepada Puailiggoubat, 6 Juli lalu. Ia mengungkapkan kekecewaan terhadap TNS lantaran melepas bokkoi tidak jauh dari pemukiman warga di Tetei Gisirit. Sementara Kepala Balai Taman Nasional Siberut, Jusman, mengatakan belum mendapat laporan soal kematian bokkoi dari anggotanya yang ada di lapangan. “Saya belum dapat laporannya, jadi belum bisa saya pastikan kebenarannya” jelasnya. Namun dari segi prosedur, Jusman mengatakan pelepasan Bokkoi telah benar, karena dokter hewan telah memastikan bahwa kondisi hewan tersebut

baik. “Jika kematian disebabkan karena digigit anjing karena pelepasan bokkoi tersebut dekat dengan kampung, itu relatif,

karena kampung masyarakat sendiri berada dalam kawasan Taman Nasional, namun saya konfirmasikan hal ini dulu,” katanya. (rr/gsn) FOTO:INT

Bokkoi/ILUSTRASI


MENTAWAINEWS BKSDA Sita 30 Ekor Murai Batu dari Siberut MUARA SIBERUT - Sedikitnya 30 ekor burung murai batu (Copychus Malabaricus) berhasil disita Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Barat di Pelabuhan Muaro Padang pada Rabu, 7 Juli lalu. Wakil Komandan Satuan Tugas BKSDA Sumbar, Zulmi mengatakan, awal penangkapan bermula dari laporan Taman Nasional Siberut (TNS) tentang dugaan penyelundupan burung murai sekitar 300 ekor menuju Padang dengan menggunakan KM Sumber Rezeki Baru. ‘’Sebelumnya kita dapat laporan dari kawan-kawan di Siberut ada 300 ekor tapi yang berhasil kita tangkap ketika melakukan pemeriksaan di kapal hanya 30 ekor ditemukan dan pemiliknya kita duga adalah salah satu oknum polisi dari Sektor Muarasiberut,’’ jelas Zulmi,(9/7) Setelah disita, 30 ekor burung tersebut kini dilepas di taman Universitas Bung Hatta. Meski beberapakali mengungkap penyelundupan murai batu dari Mentawai, BKSDA hingga kini masih belum memberikan saksi pidana, “Hanya surat peringatan tertulis saja yang selama ini kita berikan dengan tidak melakukan lagi, namun jika kita menemukan lagi tentunya kita akan tindak tegas,” Jelas Zulmi kepada Puailiggoubat. Zulmi juga menjelaskan terkait hukum yang akan diberikan kepada pelaku penyeludupan akan di kenakan pasal Pasal 40 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistimnya yang diantaranya berisi; (1) Barang siapa dengan sengaja melakukan pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) dan Pasal 33 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah). (2) Barang siapa dengan sengaja melakukan pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) dan ayat (2) serta Pasal 33 ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah). (3) Barang siapa karena kelalaiannya melakukan pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) dan Pasal 33 ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah). (4) Barang siapa karena kelalaiannya melakukan pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) dan ayat (2) serta Pasal 33 ayat (3) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak Rp.50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah). (5) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) adalah kejahatan dan tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) adalah pelanggaran. (trs)

Puailiggoubat

NO. 244, 15 - 31 Juli 2012

8

Henri Saragih: Sawit Tidak Baik Buat Mentawai FOTO:RAHMADI/YCMM

Jika ditanam dalam skala luas, sawit bisa merusak alam Gerson Merari Saleleubaja

R

encana membuka perkebunan sawit di Kabupaten Mentawai dinilai

Ketua Umum Serikat Pekerja Indonesia, Henri Saragih, kebijakan yang keliru dan tidak tepat. “Sawit jika ditanam dalam skala luas akan merusak alam, apalagi di Mentawai yang hanya merupakan daerah kepulauan, di daratan luas sekalipun itu merupakan masalah,” ujar Henri Saragih yang juga menjabat Koordinator Umum Gerakan Petani International (La Via Campesina) Senin 8 Juli, di Kantor SPI Sumbar. Lanjutnya, kalau pun ditanam dalam skala kecil, haruslah itu menjadi milik orang Mentawai bukan dimiliki oleh perusahaan-perusahaan. Pemerintah di Mentawai harusnya memikirkan bagaimana daerahnya yang berbentuk kepulauan berdaualat dalam hal pangan. “Jika kapal tidak masuk, sayur, buah-buahan dan beras tetap ada, tidak tergantung dari daerah luar,

KETUM SPI - Henry Saragih, Ketua Umum Serikat Pekerja Indonesia namun kenyataannya sekarang tidak, minyak goreng dan beras saja didatangkan dari tempat lain, itu tidak bagus” katanya. Mengingat daerah Mentawai merupakan daerah bencana, menurut Henri, pemerintah harus berpikir bagaimana masyarakat tidak bermukim dekat laut, daerah pesisir pantai ditanami dengan bakau untuk mengurangi risiko bencana nanti. Orang Mentawai harus jadi orang sadar terhadap lingkungan, karena bisa saja pulau pertama yang nantinya akan tenggelam terkait krisis pemanasan global. Menurutnya, kemung-

kinan orang Mentawai dulu sudah berpikir jauh dengan risiko industrialisasi daerah yakni jika daerahnya di industrialisasi pulaunya bisa tenggelam. “Harus ada gerakan di tingkat lokal tapi berpikiran global, menyelamatkan Mentawai sekaligus dunia,” katanya. Ia juga mengatakan, sawit itu tidak mensejaterahkan petani yang bekerja di kebun sawit, mereka terlilit utang dari perusahaan, yang dikayakan itu hanya pemilik kebun sawit tersebut. Fakta dekat ini di Pasaman, meski pemerintah menyatakan ini

bisa meningkatkan pendapatan daerah tapi itu pemerintah bukan rakyat. “Mereka menjerit di lapangan tapi siapa yang mau mendengar, uang yang diterima oleh perusahaan ya milik mereka dan mereka bawa keluar, ada yang dari Singapura, Malaysia dan sebagian kecil pengusaha Indonesia,” ujarnya. Pengusaha kebun sawit masih mengincar dari Pagai Utara, Selatan dan Sikakap untuk mengolah lahan di daerah tersebut, berdasarkan data dari sosialisai PT. Swasti Siddi Amagra yang dicantumkan dalam SK Bupati Mentawai, ada 20 ribu hektar rencana perkebunan sawit. Seperti berita Puailiggoubat sebelumnya pada 12 Juni lalu, beberapa investor sawit masuk mengadakan sosialisasi rencana membuka kebun sawit di Pagai Selatan. Kepala Dusun Aban Baga, Desa Sinaka, Kecamatan Pagai Selatan, Darmantius S, mengaku resah dengan perilaku para investor yang kini mangkal di Sikakap. (o)

Mohon Keringanan Hukuman, Suwardi Menangis PADANG - Suwradi, terdakwa kasus korupsi Dana Alokasi Khusus (DAK) 2009 Mentawai, menangis terisak meminta keringanan hukuman dari majelis hakim dalam sidang pledoi (pembelaan) di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Padang, 3 Juli lalu. Suwardi yang merupakan mantan Kepala Seksi Sarana dan Prasarana TK/SD pada Dinas Pen-

didikan (Disdik) Mentawai dituntut jaksa hukuman pidana 6,5 tahun penjara dan denda Rp300 Juta. “Saya punya lima orang anak, istri saya juga tidak bekerja, saya mohon pak hakim memberikan hukuman yang seringan-ringannya,” kata Suwardi bermohon kepada majelis hakim yang dipimpin Jon Effreddi, dengan anggota Zalekha dan Pery Desmarera. FOTO:PATRIS/PUAILIGGOUBAT Suwardi yang terlibat kasus korupsi DAK 2009 dan dana pendamping di Dinas Pendidikan Mentawai 2009, diduga telah merugikan negara senilai Rp567 Juta DISIDANG - -Terdakwa Suwardi di bangku pesakitan dengan mopengadilan Tipikor dus meng-

ambil alih pengadaan mebeler di 41 SD di Kabupaten Mentawai pada 2009 lalu. Pledoi terdakwa Suwardi yang disampaikan melalui pengacaranya Zahirudin, Khairus, dan AM Mendrofa, meminta mantan kepala Disdik Mentawai 2009 yang dijabat oleh Tarminta Sakerebau bertanggung jawab atas perkara tersebut. Menurut Zahirudin, keterlibatan Tarminta dalam hal perkara tersebut adalah memerintahkan pengambilan pengadaan mebeler. Sementara Tarminta yang dihubungi Puailiggoubat Kamis, 5 Juli enggan membenarkan dirinya yang memerintahkan pengambilan pengadaan mebeler tersebut. “Kita lihat saja proses hukum yang sudah berjalan sekarang dan ini sudah proses hukum yang benar, dan kita doakan Suwardi semoga mendapat proses hukum yang benar,” katanya lewat telepon seluler. Tindakan Suwardi mengambil alih pembangunan dan pengadaan mebeler tersebut, telah melanggar

Permendiknas Nomor 3 Tahun 2009 dan Keppres Nomor 80 Tahun 2003, yang seharusnya dilakukan secara swakelola oleh pihak sekolah yang mendapat DAK, namun Suwardi ambil alih pengadaan mebeler tersebut. Dia meminta setiap kepala sekolah menyetorkan uang kepadanya untuk pengadaan mebeler di sekolah tersebut senilai Rp2,6 Miliar, dana yang telah disetor dari 41 Kepala Sekoalah tersebut diserahkan Suwardi kepada 10 rekanan sekitar Rp 2 miliar. Akibatnya, terdapat selisih uang yang diterima Suwardi dengan yang diberikan kepada rekanan sekitar Rp 567 Juta yang diduga sebagai kerugian negara dalam perkara tersebut. Kerugian negara itu juga dipertegas dengan hasil audit pada JanuariFebruari lalu dari Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Sumbar dan perbuatan terdakwa dengan mengambil alih pekerjaan pengadaan meubiler melanggar Pasal 2 Ayat (1) jo Pasal 18 Ayat (1) huruf b, Ayat (2) dan Ayat (3) UU Tipikor. (trs)


9

Puailiggoubat

MENTAWAINEWS

NO. 244, 15 - 31 Juli 2012

Kepala Desa Taikako Baru Dilantik MUARA TAIKAKO - Sejak tahun 2009 Kepala Desa Taikako Marluster Sababalat tak kunjung menjadi kepala desa definitif, baru Kamis (5/7/2012) kepala desa tersebut baru dilantik Wakil Bupati Rijel Samaloisa, padahal masa jabatannya akan berakhir enam bulan kedepan. Pelantikan Kepala Desa tersebut atas Surat Keputusan (SK) Bupati Kepulauan Mentawai dengan Nomor 188.45-189 tentang Pengangkatan Penjabat Kepala Desa Taikako Kecamatan Sikakap. Rijel Samaloisa mengingatkan jabatan kepala desa hanya sementara karena intinya, Kades yang di lantik sekarang punya tugas mempersiapkan pemilihan kepala desa definitif. “Karena waktu yang sangat pendek, saya berharap target kita untuk melakukan pemilihan kepala desa kedepan dapat terlaksana dengan persiapan matang yang akan di rancang oleh kepala desa terlantik ini,” ujar Rijel. Ia juga menghimbau kepada seluruh masyarakat untuk berpartisipasi dalam membantu kegiatan yang menyangkut pembangunan di desa. “Pejabat itu, apapun posisinya bukan manusia yang serba tahu, jadi perlu bantuan dari pihak lain termasuk masyarakat. Jangan sampai terjadi penyelesaian setiap masalah harus melibatkan kami di kabupaten. Jalinlah komunikasi sehingga apapun yang di lakukan menyangkut pembangunan di desa murni hasil dari musyawarah,” harapnya. Pelantikan Kades baru tersebut dihadiri oleh Dandim Kabupaten Kepulauan Mentawai Letkol Yosafat, Danlanal Mentawai I.M. Simanjuntak, anggota DPRD Mentawai Richard Saleleubaja dan Hendri Nasrani serta pihak Kecamatan Sikakap.(fs/r)

P2D Mandiri di Saibi Masih Tahap Pembuatan Badan Jalan SAIB I - Sejak Juni sampai Juli, organisasi masyarakat setempat (OMS) P2D Mandiri di Desa Saibi Samukop Kecamatan Siberut Tengah masih tahap pembersihan dan pembuatan badan jalan serta sebagian sudah mulai mengumpulkan atau mengangkut material ke lokasi. “Pembersihan badan jalan hampir selasai, saat ini sedang menunggu anggaran dan semen serta material saja,” kata Afri yunus Ketua OMS Pemuda Masoggunei (3/7/2012). Untuk sementara sambil menunggu kebutuhan pekerjaan P2D, masing-masing OMS memperbaiki badan jalan yang kurang lurus. Masing-masing OMS dapat jatah panjang jalan P2D 150 meter dan lebar 2 meter. Untuk tahun ini paket P2D Mandiri di Siberut Tengah ada111 Paket P2D Mandiri, Desa Saibi Samukop 57 Paket dan Desa Saliguma serta Cimpungan 54 Paket. Camat Siberut Tengah, Jarson Sauddeinuk,mengatakan keberadaan program P2D Mandiri merupakan salah satu program pembangunan yang sangat dibutuhkan sekali oleh masyarakat. ”Kita harus menyadari bahwa konsep P2D ini dari kita tentunya untuk kita juga,” ungkapnya.(rr/rus)

Sidang Mantan Bupati Mentawai

Pembela: Pembagian Upah Pungut PSDH Sudah Sesuai Aturan FOTO:GERSON/PUAILIGGOUBAT

Dana bagi hasil PSDH yang telah masuk ke kas daerah tidak lagi harus tunduk kepada surat imbauan Menteri Kehutanan Rus Akbar

idang lanjutan mantan Bupati Mentawai, Edison Saleleubaja dan Mantan Kepala Dinas Kehutanan Mentawai, Samuel Panggabean dengan agenda pembelaan dari tuntutan Jaksa di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Padang, (16/7/2012) Penasihat Hukum (PH)-nya, John Kalangit menegaskan kedua terdakwa tidak melakukan kesalahan atas pembagian dana insentif yang berasal dari dana upah pungut PSDH Mentawai tahun 2005. “Usulan anggaran telah dimasukkan dalam RAPBD tahun 2006. Namun karena kesalahan adminitrasi alokasi dana insentif kemudian dimasukkan dalam APBD Perubahan. APBD P ini telah dibahas dan disetujui oleh DPRD Kab. Mentawai dan telah dievaluasi oleh Gubernur Sumbar,” jelas John di depan persidangan yang dipimpin Jon Effreddi didampingi Zalekha dan Perry Desamrera. John menjelaskan pembagian dana insentif telah sesuai aturan yang berlaku saat itu. Yakni sesuai Perda Mentawai nomor 5 tahun 2005

S

SIDANG - Mantan Bupati Mentawai Edison Saleleubaja menjalani persidangan di Pengadiladan Tindak Pidana Korupsi Padang. tentang Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah tahun 2005. Bahkan dana insentif upah pungut telah dibahas dalam RAPBD Kabupaten Kepulauan Mentawai tahun 2005. Terkait Surat Imbauan Menteri Kehutanan tentang penggunaan dana PSDH yang dianjurkan digunakan untuk pengembangan kehutanan, itu hanya sekedar imbauan saja. John menegaskan dana bagi hasil PSDH yang telah masuk ke kas daerah tidak lagi harus tunduk kepada surat imbauan tersebut. “Namun diatur dalam SK Mendagri dan Peraturan Menteri Keuangan No 2 tahun 1992. Dengan demikian dapat dikatakan pengalokasian dan pembagian dana insentif upah

pungut sama sekali tidak bertentangan dengan UU yang ada,” katanya. Bahkan, di akhir pembelaannya, terdakwa Samuel menjelaskan di tahun 2005 tersebut, Departemen Kehutanan RI dan Dinas Kehutanan Provinsi Sumbar, juga membagikan upah pungut tersebut. “Yang menerima dana insentif tersebut sebanyak 111 pejabat di lingkungan Dishut Mentawai beserta instansi terkait. Jadi mengapa kami saja yang kena? Seharusnya kami tidak bersalah,” kata Samuel tegas. Sebelumnya, kedua terdakwa dituntut masing-masing enam tahun penjara oleh Jaksa Penuntut Umum (JPU) Edmon Rizal, Atmariadi dan Elan karena telah merugikan negara

Rp1,38 miliar. Keduanya juga dituntut membayar denda masing-masing sebesar Rp300 juta subsider 6 bulan kurungan dan membayar uang pengganti dengan nilai berbeda. Edison dituntut membayar uang pengganti Rp66 juta dan Samuel Rp48 juta. Uang pengganti yang dikenakan terdakwa tersebut, merupakan uang pengganti yang dibebankan sesuai dengan besarnya anggaran yang diduga telah dikorupsi terdakwa. Jaksa Penuntut Umum (JPU) menyatakan kedua terdakwa bersalah melakukan korupsi secara bersamasama dan diancam dalam Pasal 2 Ayat (1) jo Pasal 18 Ayat (1) huruf a dan b, Ayat (2) jo Pasal 55 Ayat (1) ke-1 UU Tipikor. (r)

Perahu Penumpang Kapal Pasapuat Terbalik PASAPUAT-Perahu mesin penyedia pengantar penumpang KM. Nade di Teluk Pasapuat Desa Saumanganya Kecamatan Pagai Utara, terbalik saat merapat ke lambung kiri kapal Nade Minggu (15/7/2012). Akibatnya puluhan calon penumpang yang akan berangkat dari Sikakap ke Tuapeijat terjun bebas di laut, selain itu barang milik penumpang ikut tenggelam. Indra (32) korban perahu terbalik mengatakan akibat insiden tersebut hape dan dompet basah. “Nggak tahu apa masih bisa di pakai atau tidak,” katanya. Tak hanya orang dewasa ada anak berusia dua tahun yang ikut di dalam perahu nyari tenggelam ber-

sama orang tuanya. Beruntung cepat diselamatkan oleh bapaknya bersama kesigapan anak buah kapal yang langsung terjun menolong penumpang, sehingga tidak sampai ada korban jiwa. Kecelakan di laut tersebut membuat masyarakat mendesak pemerintah segera membangun pelabuhan di daerah tersebut. Anggota DPRD Mentawai Bingeas Saogo, yang ikut menumpang kapal Nade itu mengaku prihatin, dan masalah pembangunan pelabuhan ini sudah ada rencana pembangunan dari provinsi sejak bulan April lalu, namun sampai bulan Juli belum ada nampak kegiatan kecuali survei. “Seharusnya pelaksanaannya pada bulan April tahun ini. Tapi hingga

sekarang belum juga mereka kerjakan. Kami akan agendakan untuk mempertanyakan hal tersebut kepada Dinas Perhubungan Provin-

si Sumbar. Kita sama-sama berharap, agar pembangunan dermaga bisa dipercepat agar kejadian ini tidak lagi terulang,” terangnya. (fs/r) FOTO:FERDINAN/PUAILIGGOUBAT

NYARIS TENGGELAM - Puluhan penumpang nyaris tenggelam saat boat terbalik di Pasapuat


Puailiggoubat NO. 244, 15 - 31 Juli 2012

10

TIGA TAHUN MENGAJARKAN

MULOK BUMEN M

eski belum ada buku pegangan dan materi rinci, ternyata pelajaran muatan lokal budaya Mentawai (mulok bumen) sudah diajarkan di SD Fransiskus Sikabaluan, Desa Sikabaluan, Kecamatan Siberut Utara sejak tiga tahun lalu. Yustinus Tapai, salah seorang guru yang mengajarkan mulok bumen ini, mengakui sulitnya mengajarkan materi pelajaran ini kepada murid lantaran tidak lengkapnya materi dan jam pelajaran yang minim. Namun diakui Yustinus, bumen sangat menggugah rasa ingin tahu murid SD Fransiskus akan budaya dan asal usul Mentawai. Meski pelajaran ini belum diakui secara resmi masuk ke dalam kurikulum SD di Mentawai, namun Yustinus bangga telah menerapkan di sekolahnya. Kendati selama melakoni tugas tersebut lebih banyak kendala yang dihadapi, namun dengan niat agar budaya Mentawai tetap ada, dikenal dan dipertahankan oleh generasi Mentawai ke depan membuatnya terus berjuang. Simak petikan wawancara Puailiggoubat dengan Yustinus berikut ini.

Mengajarkan budaya Mentawai dalam mata pelajaran muatan lokal di SD Fransiskus, bagaimana respon siswa anda? Pada dasarnya anak itu merespon dengan baik muatan lokal budaya Mentawai ini seperti bidang studi lainnya. Kita tidak tahu apakah ini karena rasa ingin tahu, atau karena itu memang pelajaran yang harus diterima atau karena itu adalah pada dasarnya bagian dari diri mereka sendiri, dimana budaya itu adalah jati diri, pandangan hidup dan juga rasa memiliki. Tapi bisa kita bilang rasa ingin tahu karena siswa itu aktif memberikan pertanyaan dari setiap materi-materi yang kita berikan. Kalau berbicara tentang asal-usul suku di Mentawai maka akan timbul pertanyaan suku mereka itu darimana. Kalau berbicara tentang uma, maka mereka akan bertanya apa-apa saja yang ada di uma, aktifitasnya. Kalau

berbicara tentang roh-roh dan adat istiadat maka mereka akan bertanya roh apa saja yang ada dan dalam bentuk apa roh itu. Juga kalau kita lihat dari segi daya tangkap anak terhada bumen ini cepat, karena dari hasil ulangan yang kita laksanakan, nilai yang mereka peroleh rata-rata diatas tujuh. Namun sayangnya materi yang kita pedomani sebagai pegangan guru itu terlalu singkat. Bisa dikatakan itu bukan buku pegangan guru, namun lebih kepada panduan untuk judul-judul materi, itu diolah dan dijabarkan oleh kita agar siswa itu paham akan pokok bahasan yang akan kita bahas. Untuk mensiasati minimnya bahan ajaran

itu, apa yang anda lakukan? Kalau hanya berpedoman dari bahan materi karangan Pastor Bernad Lie, Pr bersama Bapak Karyadi dan Bapak Oreste, kita akui memang akan banyak kesulitan yang dihadapi. Beruntung karena kita berasal dari Desa Simatalu dan berada di lingkungan yang cukup kental budayanya, sehingga pengalamanpengalaman, pengetahuan yang kita dapat selama di kampung dan juga mengetahuinya dari orangtua dulu yang menjadi materi tambahan untuk kita sampaikan pada anak didik kita. Misalnya seperti pada materi asal usul suku di Mentawai karena mendengar cerita pada orang tua dulu tentang asal usul dan penyebarannya di Mentawai, kita sampaikan itu. Misalnya punen-punen atau lia yang ada dan proses pelaksanaannya di uma, karena kita pernah mengikuti dan mengalami serta mendapat pengetahuan dari orangtua, itu yang kita sampaikan sebagai tambahan. Mengajarkan budaya Mentawai ini bagi anak didik haruslah orang Mentawai yang paham dan mengerti betul akan budaya Mentawai itu sendiri. Boleh dari orang luar Mentawai namun dia sudah paham dan mengerti akan budaya Mentawai, karena ini soal generasi Mentawai ke depan. Lalu, bagaimana kendala yang dihadapi selama ini?

YUSTINUS TAPAI

“

Siswa aktif memberikan pertanyaan dari setiap materi-materi yang kita berikan. Kalau berbicara tentang asal-usul suku di Mentawai maka akan timbul pertanyaan suku mereka itu dari mana. Kalau berbicara tentang uma, maka mereka akan bertanya apa-apa saja yang ada di uma, aktifitasnya. Kalau berbicara tentang roh-roh dan adat istiadat maka mereka akan bertanya roh apa saja yang ada dan dalam bentuk apa roh itu.

�

Berbicara tentang kendala memang banyak. Salah satunya yaitu tidak adanya media atau alat peraga di sekolah maupun di lingkungan masyarakat. Namun dari kendala yang ada itu, kita harus mencari jalan keluarnya agar anak didik bisa mengerti dan paham apa yang kita sampaikan karena kalau hanya berbicara sebagai teori sulit untuk dimengerti. Pernah anak menanyakan, apa itu tundukat dan apa saja

fungsinya. Untuk menjelaskan tundukat itu sulit, kita hanya bisa menggambarkan kalau tundukat itu dari kayu ini, ukurannya ini, cara memukulnya ini. Kebetulan di Sikabaluan ada orangtua yang meninggal dan sikebbukat yang masih bisa memainkan tundukat ini memainkannya dan dilihat oleh anak-

Ke halaman 11


11

Puailiggoubat

SOSOK

NO. 244, 15 - 31 Juli 2012

anak. Dari situ kita lebih memperjelas lagi tundukat itu untuk apa-apa saja karena sudah mereka lihat. Namun sayangnya di Sikabaluan, tundukat yang dimainkan yaitu tundukat ketika ada orang berduka atau meninggal saja, namun tundukat yang dibunyikan ketika mendapat buruan tidak ada. Tapi paling tidak anak-anak tahu tundukat itu seperti apa. Kendala lainnya apa saja? Kendala lainnya yaitu budaya Mentawai seakan sudah asing bagi anak, ini disebabkan karena orangtua juga mulai tidak mengenal budaya Mentawai. Artinya kita mengajarkan budaya Mentawai ini betul-betul dari dasar yaitu memperkenalkan. Jika ada anak didik yang sudah mendapat pengetahuan budaya Mentawai dari orangtua atau lingkungannya, kita tinggal menambahkan saja. Kurangnya jam pelajaran jugakendala karena hanya satu jam dalam seminggu, sehingga ketika kita misalnya mencoba untuk melihat atau praktek untuk materi kerajinan dalam budaya Mentawai, waktu sudah habis saja. Kemudian mengenai alat peraga, kita dari pihak sekolah mencoba untuk mulai membuatnya atau mengadakannya. Misalnya seperti sekarang ini di sekolah sudah ada gajeumak. Namun seperti koraibit belum ada karena di Sikabaluan ini, belum ada saya lihat yang koraibit asli

Mentawai. Lalu bagaimana dengan perbedaan budaya antar daerah di Mentawai? Hal ini juga menarik. Seperti di dalam buku pegangan yang kita punya di sekolah dimana ada sedikit perbedaan tentang bangunan katsaila. Dimana pengarang hanya mengatakan bahwa bangunan katsaila itu dari bambu, sementara kalau kita di Sikabaluan atau di bagian Simatalu, katsaila itu untuk lia atau punen itu dari pucuk enau sementara untuk sikerei itu dari bambu. Disini sebenarnya letak peran guru bidang studi, dimana ketika guru bidang studinya tidak paham dan mengerti, maka dia akan mengikuti saja sehingga anak akan bingung. Namun kalau kita paham, ini akan memperkaya anak itu sendiri, dimana kita akan menjelaskan kalau bagian daerah ini seperti bangunan katsailanya begini dan didaerah satunya lagi bangunan katsailanya seperti ini. Bagaimana mengenai bahasa dalam materi? Bahasa dalam bahan materi yang kita punya, ada yang sama dan ada juga yang berbeda. Disini kita akan menggunakan bahasa umum dan nantinya kita juga akan menyampaikan dalam bahasa di daerah itu sendiri untuk lebih

memperjelas lagi. Penguasaan akan materi yang diajarkan sangat diperlukan, termasuk juga bahanbahan materi yang kita punya itu harus banyak dan beragam dari berbagai sumber sehingga kita tinggal mencocokkannya saja. Kita juga berharap ke depan guru itu memiliki buku pegangan seperti halnya buku bidang studi lainnya dan juga buku pegangan bagi anak didik. Ke depan ini, sekolah-sekolah negeri yang ada di pulau Siberut akan menerapkan muatan lokal bumen. Bagaimana tanggapan anda? Kalau ini terlaksana dengan baik, merupakan suatu langkah atau gebrakan yang sangat menggembirakan terutama kita orang Mentawai. Kalau kita lihat selama ini hanya beberapa sekolah yang mengajarkan muatan lokal budaya Mentawai, bahkan di sekolah-sekolah negeri tidak ada, sementara sekolahnya, anak-anaknya dan gurunya dari Mentawai. Dengan penerapan bumen ini di seluruh SD, akan memperlihatkan kalau sekolah kita itu ada di Mentawai yang memiliki budaya yang khas dan tidak dimiliki dan ditemukan di daerah manapun. Kita berharap nantinya ini disambut baik oleh orang Mentawai dan orang yang peduli Mentawai dan memberikan contoh bagi sekolahsekolah lainnya yang ada di Mentawai. (Bambang Sagurung)

NAMA : YUSTINUS TAPAI TEMPAT / TANGGAL LAHIR: SIMATALU KULUMEN, 19 OKTOBER 1967 PEKERJAAN: GURU BIDANG STUDI BUMEN DAN KELAS VI ALAMAT : SIKABALUAN, KECAMATAN SUBERUT UTARA


Puailiggoubat NO. 244, 15 - 31 Juli 2012

12


Puailiggoubat NO. 244, 15 - 31 Juli 2012

13

Redaksi menerima tulisan berupa artikel untuk dimuat di kolom Masoppit. Kirimkan karya kamu ke redaksi Puailiggoubat Jalan Kampung Nias I No. 21 Padang atau melalui email rus.akbar08@gmail.com atau syafriladriansyah@gmail.com. Sertakan identitas lengkap beserta foto terbaru. Setiap karya yang dimuat akan diberikan royaliti.


Puailiggoubat NO. 244, 15 - 31 Juli 2012

S

ejak Januari hingga Juli 2012, ada 12 titik api yang dicatat stasiun bumi satelit National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) Kementerian Kehutanan RI. Titik panas yang terpantau satelit ini berada di Pagai Selatan, Pagai Utara, Siberut Barat Daya, Siberut Tengah, Siberut Utara sampai Siberut Barat. Kebakaran pertama terjadi pada 3 Januari 2012, di wilayah Desa Sinakak, Kecamatan Pagai Selatan. Satelit kembali memantau kebakaran di Desa Silabu, Kecamatan Pagai Utara, pada 11 Februari 2012. Tiga hari berikutnya, hutan yang masuk zona kawasan Balai Taman Nasional Siberut (BTNS) terbakar, titik pertama terpantau di Sagulubek, Kecamatan Siberut Barat Daya. Dan titik kedua masih di kawasan BTNS di sekitar Dusun Sirisurak, Desa Saibi Samukop, Kecamatan Siberut Tengah, satelit ini terpantau 14 Februari 2012, pada pukul 14.31 WIB. Kemudian pada 2 Maret 2012, kebakaran teridentifikasi lagi di tiga titik, Siberut Hulu Desa Muntei, Kecamatan Siberut Selatan, di kawasan hutan Desa Cimpungan, Kecamatan Siberut Tengah, dan titik api ketiga di Sigapokna Kecamatan Siberut Barat. Masih dibulan yang sama, kawasan Balai Taman Nasional kembali terbakar, titik api yang terpantau satelit milik Amerika ini terletak di Sipokak, Desa Simatalu Kecamatan Siberut Barat. Lalu, kawasan wilayah Desa Malancan juga terbakar pada 4 April. Pada 5 Mei, api kembali membakar kawasan hutan Simalegi Tengah Kecamatan Siberut Barat, pada 29 Juni kawasan hutan Malancan kembali terbakar. Pada bulan Juli

tepatnya tanggal 11 wilayah Makalo, Kecamatan Pagai Selatan terbakar. Kebakaran hutan yang terjadi ini terutama di wilayah Taman Nasional Siberut diduga akibat ulah manusia dengan membuka lahan pertaniannya dengan cara membakar. Mengantisipasi meluasnya kebakaran, BTNS terus meningkatkan pengawasan di wilayah yang masuk kawasan Taman Nasional Serut. Sesuai Undang-undang No. 5 Tahun 1990, konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya dilakukan dengan kegiatan: (1) perlindungan sistem penyangga kehidupan; (2) pengawetan keanekaragaman spesies tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya; dan (3) pemanfaatan secara lestari sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya. Perlindungan terhadap kawasan hutan diarahkan untuk mempertahankan eksistensi kawasan TNS dan keanekaragaman hayatinya serta menjaga agar peranan hutan sebagai sistem penyangga kehidupan dapat terus berlangsung. Perlindungan hutan meliputi pengamanan hutan, pengamanan tumbuhan dan satwa liar, pengelolaan tenaga dan sarana perlindungan hutan dan penyidikan. Perlindungan hutan diselenggarakan dengan tujuan untuk menjaga hutan, kawasan hutan dan lingkungannya, agar fungsi lindung, fungsi konservasi dan fungsi produksi dapat tercapai secara optimal dan lestari. Perlindungan hutan ini merupakan usaha untuk : mencegah dan membatasi kerusakan hutan, kawasan hutan dan hasil hutan yang disebabkan oleh perbuatan manusia, ternak, kebakaran, bencana alam, hama serta penyakit. Mempertahankan dan menjaga hak-hak negara, masyarakat dan perorangan atas hutan, kawasan hutan, hasil hutan, investasi serta perangkat yang berhubungan dengan pengelolaan

hutan. Penanggulangan kebakaran hutan meliputi pengembangan sistem penanggulangan kebakaran, deteksi dan evaluasi kebakaran, pencegahan dan pemadaman kebakaran, dan dampak kebakaran. Upaya perlindungan di TNS dilakukan dengan melalui kegiatankegiatan : Operasi Pengamanan Hutan meliputi Operasi Pengamanan Fungsional di Dalam dan Sekitar Kawasan Taman Nasional (TN) Siberut, Operasi Pengamanan Gabungan di Dalam dan Sekitar Kawasan TN Siberut, operasi Pengamanan Intelijen serta Patroli dan Pengawasan Kawasan. Selain itu, BTNS juga terus melakukan penguatan kapasitas kelembagaan perlindungan hutan dengan cara menyelenggarakan pelatihan dan pembentukan Unit Pamhut Swakarsa dan tak kalah pentingnya untuk menjaga hutan yaitu pengendalian kebakaran hutan. Potensi dan kekayaan alam yang terdapat di dalam kawasan maupun luar kawasan Taman Nasional Siberut sangat bervariasi. Terdapat 7 tipe ekosistem di Pulau Siberut dengan berbagai jenis flora dan fauna yang hidup didalamnya, tipe ekosistem di Siberut, yaitu : Hutan Primer Ipterocarpaceae Berada di daerah yang memiliki ketinggian dan berbukit-bukit. Kanopi hutan umumnya sekitar 40-50 m dengan tinngi pohon 50 m masih banyak ditemukan. Jenis pohon dominan adalah Dipterocarpus, Shorea, Vatica dan Hopea. Juga ditemukan jenis lain seperti Palaquium (Sapotaceae) dan Hydnocarpus. Pada tipe hutan ini LIPI (1995) berhasil mencatat sebanyak 81 species dan 59 genus. Hutan Primer Campuran Dijumpai pada lereng-lereng dan bukit-bukit lebih rendah dibawah hutan primer dipterocarpaceae. Banyak species pohon terwakili tapi tidak ada yang dominan. Famili yang umum dijumpai adalah Euphorbiaceae,

14

ILUSTRASI/INT

Myristicaceae, Dilleniaceae, Dipterocarpaceae dan Fabaceae. Hutan Dipterocarpaceae Regenerasi Bekas Tebangan Merupakan hutan bekas tebangan dari beberapa perusahaan kayu yang pernah beroperasi di Siberut. Wilayahnya mencakup bagian Utara, Selatan dan Timur Siberut. Beberapa daerah didominasi oleh tumbuhan pioner seperti Macaranga, Trema dan Neolamarkis. Hutan Rawa Air Tawar Tipe hutan ini, flora pohonnya terbatas dan khusus, sering didominasi oleh Terminalia phellocarpa. Banyak terdapat dilembah-lembah dan disekitar aliran sungai. Lahan basah dan paling luas adalah pada desa/ dusun yang berada di pantai timur. Flora tanah didominasi oleh palem, bulu rotan, pandan dan aroid. Hutan Mangrove Dijumpai sepanjang garis pantai dan pulau-pulau di pantai timur. Daerah yang memiliki hutan mangrove terluas seperti Teluk Katurai (Siberut Barat Daya), Saliguma (Siberut Tengah), Cimpungan (Siberut Tengah), Pokai (Siberut Utara). Secara umum Rhizophora adalah genus utama dan tersebar luas pada kelompokkelompok mangrove di Pulau Siberut. Hasil penelitian yang pernah

dilakukan oleh Taman Nasional Siberut (2001) berhasil mencatat sebanyak 23 species mangrove, 14 species merupakan jenis khas mangrove dan 9 jenis merupakan kelompok non khas mangrove. Hutan Rawa Sagu Terdapat dua species sagu di Siberut yaitu Metroxylon sagu dan M. rumphii. Sagu di Siberut mempunyai laju pertumbuhan yang luar biasa, mencapai 12 meter dalam 8 tahun dan tumbuh mencapai 18 meter, lebih tinggi dari kebanyakan daerah-daerah lain. Hutan Pantai Dijumpai sepanjang pantai barat pulau Siberut. Species yang umum dijumpai adalah Casuarina equsetifolia, Baringtonia sp, Hibiscus tiliaceus dan Pandanus sp. Berdasarkan pengukuran planimetris dan peta hasil interpretasi citra satelit (LIPI, 1995) tutupan hutan di Siberut yaitu : hutan primer 76 perse, hutan sekunder yang telah dieksploitasi 6,5 persen, hutan rawa 5 persen, belukar di daerah dataran 5,97 persen sisanya 4,53 persen merupakan lahan pertanian. Kalau kawasan ini terbakar tentu tidak akan lagi menemukan spesies ini yang menjadi ciri khas hutan di Mentawai. (*)


Puailiggoubat NO. 244, 15 - 31 Juli 2012

15

Petani se-Dunia Serukan Pembaruan Agraria Muslim Kasim : Sumbar Penghasil Produksi Coklat Terbaik di Indonesia

FOTO:RAHMADI/YCMM

Pertemuan petani sedunia di Bukittinggi menjadi ajang bertukar pengalaman antar mereka. Rus Akbar

PADANG - Kebutuhan perkiraan bahan coklat dunia masih kurang 450.000 ton, sementara untuk tingkat Asia sekitar 130.000 ton per tahun. Karena itu kesempatan para petani coklat kita amat menjanjikan bagi kesejahteraannya di masa-masa mendatang. Diketahui bahwa coklat merupakan makan favorit masyarakat eropah sebagai cemilan yang sehat dan enak. Ini disampaikan Wakil Gubernur Muslim Kasim, pada acara kunjungan perusahaan ADM Cocoa Pte.Ltd bersama Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia di Gubernuran, Senin, 16 Juli 2012. Kunjungan dan rencana kerjasama ADM Cocoa. Pte.Ltd ke Padang dalam rangka menindaklanjuti keinginan bagaimana potensi coklat daerah ini mampu mendunia, dengan kualitas yang terbaik dan menjadi idola semua orang. Saat ini pihak ADM Cocoa berminat melakukan pelatihan fermentasi coklat yang baik kepada masyarakat petani coklat di Sumatera Barat, selain itu juga ingin menjadi pengumpul coklat untuk memenuhi kebutuhan bahan coklat di Singapura. Keinginan itu akan diwujudkan dengan menanam investasi untuk pendirian gudang hasil coklat di Sumatera Barat dan melakukan pembina dan pelatihan tani coklat di daerah ini. “Kita juga sedang mendorong pertumbuhan lahan coklat Sumatera Barat yang saat ini telah mencapai 117.000 Ha menjadi 200.000 Ha, sehingga nantinya kita mampu menjadi produksi coklat terbesar di Indonesia bahagian barat Indonesia yang telah di canangkan Wapres Jusuf Kalla tahun 2007 lalu,” kata Muslim Kasim. Ng Liok Kieng, salah pimpinan rombongan ADM Cocoa, mengatakan dari pengamatan selama ini produksi coklat dari Sumatera ini tergolong amat baik, namun juga diketahui produksi coklat oleh petani kurang maksimal karena tidak melakukan fermentasi. “Padahal jika petani mampu menjalankan sistem fermentasi coklat, maka kesejahteraan masyarakat tentu akan lebih untung dengan harga yang tinggi. Kami datang ingin berinvestasi ke Sumbar dengan target akan melakukan pembinaan dan pelatihan petani coklat agar mampu menghasilkan produksi coklat yang baik dan enak,” katanya. (o)

P

embaruan agraria merupakan solusi untuk mewujudkan kedaulatan pangan. Reforma

agraria juga dinilai akan meningkatkan produksi pangan dan kesejahteraan petani. Demikian sebagian rekomendasi yang dihasilkan Lokakarya Agraria Internasional yang digelar lebih 100 petani dari 40 negara di Bukittinggi Selasa-Jumat (10-13 Juli). Ketua Umum Serikat Petani Indonesia (SPI) Henry Saragih dan Koordinator Umum Gerakan Petani Internasional (La Via Campesina) mengatakan, pembaruan agraria perlu dilakukan untuk menata kembali struktur ketimpangan penguasaan agraria tersebut. “Pendistribusian tanah pada petani, khusus peruntukkannya bagi pembangunan pertanian pangan, merupakan syarat utama dalam pembangunan kedaulatan pangan dengan basis keadilan rakyat,” katanya, Sabtu, 14 Juli lalu. Ia juga mengatakan, lahan pertanian milik petani di seluruh dunia terus berkurang dari tahun ke tahun, termasuk di Indonesia. “Penguasaan tanah di tingkat rumah tangga petani di

PETANI - Para petani dari 40 Negara saat di kabupaten Limapuluh Kota, Sumatera Barat Indonesia rata- rata hanya 0,3 hektar. Hal ini sangat berpengaruh terhadap kurangnya produksi pangan dan tingkat kesejahteraan petani,” kata pimpinan 200 juta petani dari 170 negara tersebut. Ketua Bidang Kajian Strategis Nasional SPI Achmad Yakub menambahkan, pembaruan agraria untuk merupakan solusi bagi krisis ekonomi yang terjadi di Eropa dan Amerika serta krisis harga dan pangan yang terus berlangsung di dunia internasional. “Melalui deklarasi kedaulatan pangan, kita tidak hanya ingin mewujudkan kedaulatan pangan, tapi ingin membangun perdaban dunia yang baru,” ujarnya. Para pemimpin dunia termasuk Pemerintah Indonesia diimbau tidak

Gubernur Launching Pasar Murah BUMN Peduli PADANG - Sebanyak 35 BUMN di Sumatra Barat menggelar pasar murah menjelang puasa di 83 titik lokasi di 19 kabupaten kota, dengan menyebar 30.000 paket. Paket yang seharga Rp100.000 dijual hanya dengan Rp30.000 saja. Total dana yang dikucurkan melalui program BUMN Peduli Rp3 Miliar. “Bantuan paket murah ini menampakkan kepedulian yang sangat luar bisa dari BUMN, apalagi umat muslim akan memasuki bulan suci Ramadhan yang kebutuhannya melebih harihari biasa,” kata Gubernur Sumatra Barat Irwan Prayitno, saat meluncurkan program BUMN Peduli, di Kantor Gubernur Sumatra Barat, 16 Juli lalu. Irwan menilai program sangat tepat karena harga kebutuhan pokok biasanya akan naik saat menjelang masuk puasa dan hari raya. “Kegiatan pasar murah sudah sering dilakukan, ini adalah bentuk kepedulian pemerintah daerah bersama BUMN dalam membantu masyakat miskin, sehinga mereka dapat memenuhi kebutuhan pokoknya,” katanya. (o)

lagi mengikuti jejak pembangunan di Eropa dan Amerika. “Petani menginginkan pembangunan yang menjunjung nilai kemanusian, lingkungan hidup serta memiliki solidaritas.” Dunia internasional, saat ini dihancurkan dengan sistem ekonomi yang saling mematikan. “Ekspor CPO dari perusahaan Indonesia telah mematikan petani kelapa di India. Sebaliknya, impor produk pertanian dari Thailand juga mematikan petani Indonesia,” kata Yakub. Dalam lokakarya selama tiga hari di Bukittinggi, para petani dari seluruh dunia saling bertukar pengalaman tentang proses pembaruan agraria, cara meraih keberhasilan bahkan kesalahan-kesalahan, agar tak mengulanginya lagi di masa depan. “Banyak dari kaum muda yang ingin bekerja di pertanian yang tak punya akses terhadap lahan harus pergi ke kota. Perempuan di pedesaan yang punya hak atas tanah harus pergi ke luar negeri untuk menjadi buruh migran,” ujar Yen-Ling Tsai dari Taiwan Rural Front. Sementara, di Indonesia, kaum muda dan perempuan ini seringkali harus melawan perusahaan raksasa dalam mempertahankan lahan dan wilayah mereka. Dalam sepuluh perusahaan teratas yang berinvestasi untuk perampasan tanah, tiga di antaranya mengambil lokasi di Indonesia: Indah Kiat Pulp & Paper (2,3 juta hektar), Tata Power (2 juta hektar), dan Sinar Mas Grup (1,6 juta hektar). Sementara banyak perusahaan lain berlomba-lomba mencaplok lahan di negeri ini. Keresahan menge-

nai perampasan lahan, sulitnya investasi di pedesaan, serta mempertahankan hak atas tanah dan wilayah petani dan masyarakat adat juga sampai ke masyarakat internasional. Setidaknya saat ini ada dua inisiatif di level tersebut, yang pertama adalah Panduan Sukarela mengenai Pengaturan Hak Guna Lahan, Perikanan dan Kehutanan di Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO), serta pengakuan hak asasi petani di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Dikonfirmasi mengenai hal ini, Paolo Groppo dari Divisi Pembangunan Pedesaan FAO yang juga hadir dalam acara ini menyatakan,”Inisiatif dari bawah sangat penting, dan FAO terus memfasilitasi hal tersebut seperti yang dilakukan pada kasus Panduan Sukarela mengenai Pengaturan Hak Guna Lahan, Perikanan dan Kehutanan.” Dia melanjutkan, pembaruan agraria sejati yang digagas La Via Campesina dan berbagai gerakan di seluruh dunia adalah bagian dari proses demokratisasi rakyat. Setelah menggelar lokakarya, para petani akan mengikuti Seminar Reforma Agraria Abad 21 yang digelar di Balai Sidang Bung Hatta, Bukittinggi pada Sabtu, 14 Juli dan ditutup pada Minggu, 15 Juli dengan perayaan peringatan hari lahir SPI ke-14 di Jorong Sibaladuang, Nagari Sungai Kamuyang, Kecamatan Luhak, Kabupaten Limapuluh Kota. Utusan Khusus Presiden Bidang Penanggulangan Kemiskinan HS Dillon, Gubernur Irwan Prayitno dan Bupati Limapuluh Kota Alis Marajo dijadwalkan menghadiri acara tersebut. (rus)


Puailiggoubat NO. 244, 15 - 31 Juli 2012

8

Suara Puailiggoubat Menunggu Realisasi Huntap

S

ebentar lagi pembangunan hunian bagi korban gempa dan tsunami Mentawai akan dimulai. Pemerintah telah mengalokasikan dana Rp280 Miliar atau masing-masing Rp68 Juta untuk 2.072 KK. Dana rehab rekon untuk pembangunan rumah warga akan disalurkan melalui sistem pokmas (kelompok masyarakat), artinya masyarakat akan mengelola uang bantaunnya sendiri dengan didampingi fasilitator yang telah ditunjuk. Kondisi ini tentu sesuai dengan keinginan warga korban gempa dan tsunami Mentawai yang memang menginginkan pola pengelolaan dana bantuan gempa menggunakan pokmas, bukan pihak ketiga atau kontraktor. Namun ada hal-hal yang harus diwaspadai dengan besarnya dana pembangunan rumah bagi warga tersebut. Hal pertama adalah rawannya pungutan-pungutan saat pencairan dana huntap, atau aka nada pemotongan dana masyarakat. Hal lain yang juga harus diwaspadai adalah ketersediaan material disaat pencairan dana dimulai. Pada saat itu, ada kemungkinan harga material akan melambung tinggi seperti semen, seng yang harus didatangkan dari Padang. Ketersediaan kayu juga harus menjadi perhatian pemerintah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat saat membangun pemukiman nanti. Bisa dibayangkan, jika ada 2.072 rumah yang akan dibangun serentak, berapa kayu dibutuhkan untuk kudakuda atap, tiang maupun kusen jendela dan pintu. Jangan pula, masyarakat yang mengambil kayu di ladangnya atau tanah ulayatnya, ditangkap. Semua harus ada aturan mainnya. Masyarakat korban gempa dan tsunami Mentawai yang akan menerima bantuan tentu harus menggunakan dana tersebut sesuai peruntukannya. Jangan sampai uang habis, rumah terbengkalai. (*)

16

Tradisi Lisan Mentawai T

ulisan ini menjelaskan tentang tradisi lisan yang berkembang dan menjadi bagian kehidupan dari masyarakat Mentawai. Lewat tulisan ini, saya ingin membeberkan beberapa jenis tradisi lisan yang dimiliki oleh masyarakat Mentawai dan posisinya dalam kehidupan sosial budaya mereka sehari-hari. Dalam kesempatan ini, saya juga ingin berbagi kepada masyarakat Mentawai tentang apa yang telah saya pelajari dari orangorang tua yang tinggal di pedalaman dan dipemukiman baru. Merupakan sebuah kesempatan besar bahwa saya diberi kesembatan untuk meneliti tradisi yang unik ini. Selama hampir satu dekade (sejak 2003-sampai sekarang) saya telah mengkaji tradisi lisan Mentawai dalam sebuah proyek penelitian doctoral yang saya beri judul Family Stories: Oral tradition, memories of the past, and contemporary conflicts over land in Mentawai – Indonesia. Penelitian ini saya lakukan pada Universitas Leiden di Belanda. Dalam kurun waktu yang relatif lama itu, saya dapat memahami lebih dalam sebagian kecil dari kebudayaan Mentawai yang sangat majemuk tersebut. Hasil penelitian ini ialah sebuah desertasi dan akan diterbikan menjadi sebuah buku. Klasifikasi Tradisi Lisan Mentawai Jenis-jenis tradisi lisan Mentawai sangat beragam dan dapat dikategorikan ke dalam beberapa kelompok. Secara umum, tradisi lisan Mentawai disebut titiboat yang berasal dari kata dasarnya tiboi berarti ‘tutur’ dan bermakna ‘cerita’. Akan tetapi tradisi lisan Mentawai sangat bervariasi. Ada cerita yang mengisahkan tentang asal usul alam semesta, awal mula kehidupan binatang dan timbuh-tumbuhan baik di darat maupun di laut serta kejadiankejadian alam yang sulit dipahami oleh manusia. Hal-hal tersebut dikategorikan sebagai kisah pumumuan yang berasal dari kata mumu, yang berarti ‘matang’ atau ‘dewasa’, yang juga bermakna ‘tua’. Cerita-cerita yang masuk dalam kelompok pumumuan ini kerap kali menceritakan asal usul sesuatu termasuk asal usul orang pertama di

Juniator Tulius, S.Sos, MA Antropolog Mentawai dan Kandidat Doktor Universitas Leiden Belanda Mentawai. Contoh dari cerita-cerita yang terkategori ke dalam pumumuan ini dapat dibaca dalam buku dan artikel ilmiah yang ditulis oleh peneliti sebelumnya seperti Morris (1900), Hansen (1915), Kruyt (1923), Loeb (1929), Sihombing (1979), Spina (1981) dan Schefold (1988). Salah satu contohnya ialah cerita tentang asal usul orang Mentawai yang pertama atau cerita tentang asal usul gempa bumi yang

dapat dibaca dalam buku Mitos dan Legenda Suku Mentawai yang ditulis oleh Bruno Spina (1981). Akan tetapi, dalam kategori pumumuan ini tidak termasuk ceritacerita tentang asal kelompok-kelompok kekerabatan yang disebut uma atau sekarang lebih cenderung disebut

suku (seperti ‘marga’ pada masyarakat Batak atau kin group [clan] dalam kajian antropologis dari masyarakat Mentawai. Saya membahas hal ini nantinya pada bagian akhir ulasan tentang jenis-jenis tradisi lisan Mentawai ini. Berikutnya ialah cerita-cerita yang dapat dikategorikan sebagai pungunguan yang berkata dasar ngungu, yang

berarti ‘mulut’ dan bermakna ‘kisah lisan’. Cerita-cerita yang termasuk ke dalam kelompok ini ialah kisah-kisah keberanian dari seseorang yang melegenda (legends), kisah tentang binatang (fables), dan dongengdongeng yang mendidik dan menghibur (fairytales). Pada tahun 1914, Karl Siman-

juntak, seorang Batak yang bertugas sebagai guru Protestan di Pagai, mengumpulkan beberapa dongeng dan kisah keberanian yang dituturkan oleh orang-orang Mentawai yang bermukim di Pagai. Simanjuntak memberi judul kumpulan cerita itu dengan nama Pungunguanda Sakalagat yang membuat beberapa legenda. Kumpulan dari cerita itu tidak kita jumpai di Indonesia, tapi terdapat dalam koleksi kepustakaan di Jerman. Saat berkunjung ke Jerman, Eporus Panulis Saguntung meluangkan waktu untuk menyalin kumpulan cerita itu dan menjadi koleksi yang penting bagi tradisi lisan Mentawai. Selain kisah keberanian atau kepahlawanan, cerita tentang monyet, biawak, kura-kura, dan rusa seringkali menjadi bagian dari pungunguan ini. Tujuan dari cerita-cerita ini untuk memberikan pengetahuan dan pendidikan kepada generasi muda dengan menarik makna dari cerita-cerita kehidupan dari binatang tertentu atau dari kisah keberanian yang diceritakan dalam pungunguan tersebut. Misalnya, kisah tentang sibatebate (biawak) dan sitoulutoulu (kura-kura) yang menggambarkan tentang dua ekor binatang yang memiliki dua karakteristik yang saling bertolak belakang, dimana karakteristik itu juga ditemukan dalam kepribadian manusia. Dalam cerita itu, seekor kura-kura yang cerdik membodohi biawak yang lugu. Kisah seperti dapat dibaca dalam buku Bruno Spina (1981). Kategori lain dari tradisi lisan Mentawai ialah patura atau dengan dialek setempat disebut pasailukat. Patura berarti ‘tebak-menebak’ atau ‘tanyajawab’ yang juga dapat berarti quiz. Sementara itu, pasailukat kerab kali juga berarti ‘gosip’ atau ‘gunjingan’, membicarakan seseorang tanpa sepengetahuannya. Akan tetapi, pasailukat disini lebih dimaksudkan kepada hal ‘teka-teki’ (puzzel). Salah satu contoh dari patura atau pasailukat, saya ambil dari buku Morris (1900), itco le koat; nangka’ ienung: (jalannya kencang kalau melihat Ke halaman 17


17

Puailiggoubat

PODIUM

NO. 244, 15- 31 Juli 2012

lautan) (jawabnya: silugai koat [kurakura laut]). Teka-teki seperti ini jumlahnya banyak sekali dan tidak tersimpan secara tertulis akan tetapi sering dipakai dalam perkumpulan sosial seperti membersihkan jalan umum dan bila seseorang mulai beranjak pulang, dia akan diteriaki dengan sebuah patura atau pasailukat seperti contoh di atas. Orang yang diteriaki dengan sebuah patura atau pasailukat akan merasa dirinya dan akhirnya tidak jadi pulang duluan. Berikutnya ialah kategori sukat atau bujai, berarti kumpulan dari kata-kata doa atau mantra. Biasanya kategori atau kelompok tradisi lisan ini sering diucapkan oleh rimata atau ‘penatua pesta adat’ dan kerei atau ‘penatua ritual’. Dalam bukunya, Schefold (1988) menulis puluhan doa dan mantra yang sering didoakan oleh seorang rimata dan kerei. Bahasa yang dipakai biasanya bukanlah bahasa yang mudah dipahami karena kata-kata yang dipakai tidak mengandung makna harafiah tetapi makna yang terselubung. Tidak kalah penting dalam tradisi lisan Mentawai ialah nyanyian yang terbagi menjadi dua bagian: urai simata’ atau leleiyo atau sering juga disebut uraisilainge, yakni sekelompok nyanyian yang berisi ungkapan perasaan seseorang. Kemudian ada uraibuluat atau uraikerei, nyanyian yang sering dinyanyikan oleh seorang kerei pada saat melangsungkan sebuah ritual misalnya ritual penobatan seorang kerei baru atau nyanyian penyembuhan. Kategori terakhir yang ingin saya tuliskan disini ialah cerita-cerita tentang pembentukan dan penyebaran dari kelompok-kelompok kekerabatan yang disebut gobbui atau tiboi yang masih terbagi-bagi ke dalam bagian yang lebih kecil seperi gobbuiteteu atau tiboi tubu (cerita asal usul kekerabatan uma atau suku), gobbui porak atau tiboi mone (cerita tentang tanah leluhur) dan beberapa contoh lainnya. Cerita-cerita ini sangat terkait satu dengan yang lain. Kelompok tradisi lisan Mentawai ini disebut sebagai cerita uma atau suku atau sering juga sebut cerita keluarga (familystory). Isi dari cerita keluarga ini melukiskan penyebaran awal dari kelompok-kelompok kekerabatan yang bermula dari daerah asal sampai kelompok-kelompok kekerabatan itu terpecah dan bermukim di wilayah dimana mereka berada sekarang. Misalnya, cerita tentang sakkoko (babi periharaan) yang menjadi kisah awal perpecahan dari uma Samongilailai dan beberapa kelompok kekerabatan yang lain yang mana kelompok kekerabatan ini juga membagi leluhur yang sama saat mereka masih di daerah asal dan sebelum mereka menyebar ke beberapa wilayah di Mentawai. Kejadian itu sudah terjadi puluhan generasi sebelumnya, saat Samongilailai masih bermukim di daerah asal mereka di Simatalu. Dalam kisah sakkoko, Samongilailai berseteru dengan salah

satu kelompok kekerabatan yang juga hidup di lembah Simatalu. Saya sebut kelompok lain itu uma A (untuk menjaga kerahasiaannya). Perseteruan dikedua kelompok itu karena persoalan babi yang menjadi belis perkawinan. Babi yang dibayarkan oleh uma A kepada Samongilailai ditarik kembali dengan cara memanah babi itu dan memakan dagingnya. Samongilailai tidak menerima kejadian itu dan meminta babi pengganti. Akan tetapi uma A menolaknya. Samongilailai tidak ada pilihan lain. Leluhur dari Samogilailai mengunjungi rumah uma A dan membu-

nuh salah seorang dan melukai beberapa dari anggota keluarga uma A. Sejak kejadian itu, Samongilailai mulai mengembara dan mencari tempat lain untuk menghidari pengejaran anggota keluarga uma A yang hendak membalas kematian saudara mereka. Dalam pengembaraan itu, Samongilailai berpindah dari satu tempat ke tempat lain dan mereka mendapat beberapa bidang tanah. Ada tanah yang ditemukan karena belum ada yang menguasainya dan ada juga tanah yang diperoleh sebagai pembayaran kesalahan sosial yang dilakukan oleh kelompok kekerabatan lain kepada Samongilailai. Selama hidup dibeberapa tempat baru itu, beberapa kelompok kekerabatan baru muncul dari keluarga Samongilailai, seperti Salamao, Sakoddobat, dan beberapa kelompok lainnya. Kisah sepenggal ini disebut kisah

keluarga. Kisah seperti ini hanya dapat diperoleh dengan berbicara dengan orang-orang tua. Generasi muda pada saat ini mengetahui sepenggal dari cerita seperti ini. Kisah seperti ini mempunyai hubungan yang erat dengan kisah-kisah yang dituturkan tidak saja oleh Samongilailai tetapi juga oleh Salamao, Sakoddobat dan beberapa kelompok lainnya. Bila cerita-cerita dari kelompok itu digabungkan membentuk sebuah ikatan cerita kekerabatan yang saling terkait. Cerita itu akhirn y a mem-

bentuk sebuah identitas yang mencakup seluruh kekerabatan yang muncul dari perpecahan awal itu. Kesatuan itu diikat oleh leluhur yang sama, tanah asal usul yang sama dan kisah penyebaran yang sama, tetapi tidak selalu menyangkut hak kepemilikan tanah yang ditemukan oleh kelompok-kelompok kekerabatan itu selama masa penyebaran terjadi. Artinya, bila Salamao menemukan tanah di Taileleu di Pulau Siberut, Samongilailai yang sudah berdiam di

Sioban di Pulau Sipora, tidak selalu memiliki hak atas tanah Salamao, tetapi Samongilailai dapat saja menggunakan tanah tersebut karena melihat Salamao masih kerabat mereka. Akan tetapi, kedua kelompok kekerabatan ini sama-sama memiliki hak yang kuat atas tanah leluhur mereka di lembah Simatalu. Semua informasi seperti itu termuat dalam kisah keluarga milik kelompok-kelompok kekerabatan tersebut. Makna dan fungsi tradisi lisan Mentawai Pada masa sekarang, hampir semua tradisi dapat dicatat dan direkam baik oleh orang Mentawai sendiri maupun orang luar. Akan tetapi, masih sedikit generasi muda Mentawai yang tertarik mendokumentasikan nilai-nilai budaya mereka. Barangkali, keterbatasan cara mengumpulkan cerita dapat saja menjadi salah satu kendala. Dalam tradisi lisan, banyak hal yang dapat dipelajari

karena kebudayaan Mentawai sesungguhnya adalah berdasar pada tradisi tutur. Bila seseorang diberi pelajaran untuk menjadi kerei baru misalnya, kepadanya akan disampaikan mantra dan doa lewat lagu-lagu dan itu disampaikan secara lisan. Tidak ada satu buku yang merangkum semua kebudayaan Mentawai. Kebudayaan Mentawai hidup dan berkembang melalui penuturan dan

perlakuan budaya. Artinya budaya itu hidup dan berkembang karena generasi sebelumnya menunjukkan cara-cara bagaimana kehidupan berlangsung sebagaimana mestinya dan hal itu diwujudkan dalam bentuk tindakan, dimana tindakan itu disesuaikan dengan petunjuk-pentujuk yang disampaikan dari generasi ke generasi melalui tuturan kata-kata. Tradisi lisan juga berfungsi sebagai media yang dapat menguatkan kepemilikan sebuah kelompok kekerabatan terhadap sebidang tanah yang telah lama dimiliki oleh leluhur dari kekerabatan itu. Lewat cerita, generasi sekarang dapat mengetahui kalau mereka memiliki sebidang tanah yang teletak di sebuah wilayah jauh dari pemukiman mereka pada saat ini. Cerita keluarga ini mengarahkan mereka kepada tanah tersebut dan memberi pembenaran kepada kepemilikan mereka pada tanah leluhur tersebut. Tentu saja hal tersebut perlu dikuatkan oleh dukungan dari kelompok kekerabatan yang lain yang membenarkan adanya kepemilikan tanah dari kelompok kekerabatan tersebut atas sebidang tanah yang mereka percayai sebagai milik leluhur mereka. Selain mempertegas kepemilikan tanah, tradisi lisan juga menjadi sumber informasi dan pengetahuan tentang nilainilai kebudayaan yang berhubungan ritual yang tidak dapat kita pahami secara harafiah. Banyak rahasia ritual terbalut kedalam bahasa ritual yang dapat dipahami kalau kita mendalami bahasa itu sendiri dan dijelaskan oleh penatua-penatua adat (rimata) dan ritual (kerei). Tradisi lisan di Mentawai juga mempertegas dan memperjelas hubungan kekerabatan yang kompleks di antara kelompok-kelompok kekerabatan yang pada saat ini hidup di tempat-tempat yang terpisah dan memakai nama-nama kekerabatan yang berbeda-beda pula. Dengan tradisi lisan, kita juga dapat mengerti perasaan seseorang bila seseorang itu mengartikulasikan perasaannya dalam lagu dengan ekspresi kata-kata tertentu. Kesimpulan Apa yang dapat saya simpulkan dalam diskusi tradisi lisan Mentawai ini ialah bahwa tradisi lisan Mentawai, seperti cerita tentang kekerabatan, menjadi salah satu identitas kekerabatan bagi masyarakat Mentawai. Tradisi lisan Mentawai menjadi sumber pengetahuan budaya yang sangat kaya bagi generasi muda. Keanekaragaman jenis tradisi lisan Mentawai mencerminkan kekayaan kebudayaan Mentawai yang tidak terdokumentasi dan bertahannya kebudayaan ini dari generasi ke generasi membuktikan ketahanan kebudayaan Mentawai untuk tetap eksis dalam perkembangan zaman. Generasi muda Mentawai dengan berbagai cara tetap mempertahankan dan bahkan mengembangkan kebudayan mereka.***


Puailiggoubat NO. 244, 15 - 31 Juli 2012

Diknas Akan Lakukan Pemerataan Guru TUAPEIJAT - Dinas Pendidikan Mentawai akan melakukan pemerataan guru di sekolah-sekolah karena ada indikasi banyak guru yang bertumpuk di sejumlah sekolah yang berlokasi di kecamatan. Sekretaris Dinas Pendidikan Mentawai, Besli mengatakan, dinas akan meminta data setiap bidang terkait rasio guru yang ada dan berapa yang ideal agar dilakukan pemerataan. “Kita telah programkan untuk pemerataan guru tahun ini” katanya kepada Puailiggoubat, 11 Juli lalu. Pemerataan itu juga menindaklanjuti surat Gubernur Sumbar Irwan Prayitno, terkait pemerataan guru. Contoh menumpuknya jumlah guru di SMAN 2 Sipora. Menurut Kepala SMAN 2 Sipora, Sakaria Zendrato, jumlah guru yang mengajar di sekolah ini cukup signifikan dan berlebih yakni 45 orang PNS dan dua orang guru tidak tetap atau honor. Dari 47 orang tenaga pengajar itu, guru bidang studi matematika berjumlah 6 orang, guru bahasa Inggris, kimia, biologi dan ekonomi masing-masing 4 orang. Sementara Guru bidang studi fisika, penjas, TIK dan bahasa Asing dalam hal ini bahasa Jerman masing-masing hanya 1 orang. Akibat guru yang berlebih ini, jam mengajar juga tidak mencukupi sebagaimana standar kompetensi. Sakaria menyesalkan mengapa jumlah guru di sekolah ini sampai berlebih, karena ia menduga di sekolah lainnya pasti masih kurang dan sebenarnya bisa dialihkan ke sekolah lain. Namun penambahan guru yang pindah dari sekolah lain ke sekolah yang ia pimpin terus saja mengalir. “Sebagai pihak sekolah, kami hanya menerima saja” katanya. (rpt)

18

Tidak Ada Mebeler, Lokal Baru Belum Bisa Dipakai Pembangunan ruang kelas yang direncanakan enam ruang, baru selesai empat ruangan.

FOTO:RAPOT/PUAILIGGOUBAT

SMAN 2 SIPORA Suasana di SMA N 2 Sipora

Rapot Pardomuan Simanjuntak

uruknya fasilitas belajar di sekolah-sekolah di Mentawai disebabkan sedikitnya pencapaian fisik proyek yang telah dianggarkan pemerintah. Pada tahun anggaran 2011 ini misalnya, Dinas Pendidikan Kabupaten Mentawai menganggarkan Rp 36.8 Miliar untuk belanja modal gedung dan bangunan. Anggaran ini dialokasikan untuk pembangunan Ruang Kelas Belajar (RKB), kantor, laboratorium, mobeler dan lainnya. Namun dari total alokasi anggaran itu, yang direalisasikan hanya Rp 4.48 Miliar atau 12,20 persen saja. Salah satu proyek yang dikerjakan itu adalah pembangunan RKB sebanyak enam lokal di SMA Negeri 2 Sipora. Pembangunan RKB ini dilaksanakan oleh rekanan CV Tidar Saiyo (TS) dengan nomor kontrak 425/08/SPPK-RKB/SMA-SP/ DISDIK-KKM/VII-2011 tanggal 20 Juli 2011, dengan nilai kontrak sebesar Rp 810.110.000. Waktu pelaksanaan sesuai kontrak selama 90 hari kalender dari tanggal 20 Juli hingga 17 Oktober 2011. Proyek ini telah menerima teguran pertama tanggal 30 September 2011 karena volume pekerjaan hanya mencapai 75,63

B

persen di minggu ke 11. Pelaksanaan pekerjaan pun diaddendum selama 20 hari kalender setelah rekanan mengajukan permohonan 3 Oktober 2011 sehingga pelaksanaan pekerjaan diperpanjang hingga 6 November 2011. Pembangunan RKB di sekolah ini adalah salah satu proyek yang menurut Laporan Hasil Pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan (LHP BPK) mengalami keterlambatan pencapaian volume pekerjaan. Proyek ini akhirnya selesai dikerjakan rekanan. Enam RKB yang terpisah menjadi dua bagian, masing-masing 3 RKB berdiri bersebelahan dengan ruang laboratorium IPA sekolah itu. Pantauan Puailiggoubat Selasa, 10 Juli lalu, bangunan yang berukuran 8 x 9 Meter masing-masing RKB, berlantai keramik putih, loteng triplek dengan teras 2 Meter, pintu dan jendela serta saluran air sekeliling bangunan telah selesai dikerjakan, namun plesteran semen antara teras dengan saluran air terlihat retak-retak FOTO:RAPOT/PUAILIGGOUBAT

BELAJAR - Suasana belajar di SD Filial Masokut

dan baru diperbaiki sebagian. Kepala SMAN 2 Sipora, Sakaria Zendrato di ruang kerjanya, Selasa, 10 Juli lalu mengatakan, RKB itu telah selesai dikerjakan, akan tetapi belum diserahterimakan. Walau begitu, ia telah diberikan kunci oleh Awaluddin, pimpinan CV TS untuk kemudian ditarik kembali karena belum Finishing Hand Over (FHO). Dua RKB terbuka dan diisi oleh pihak sekolah dengan mobiler yang dipadu-padakan karena pembangunan RKB ini tidak disertai dengan pengadaan mebelernya. Keterlambatan pencapaian volume pekerjaan beberapa proyek pembangunan sekolah ini menjadi catatan bagi BPK. Sekretaris Dinas Pendidikan Mentawai, Besli yang ditemui di ruang kerjanya, Rabu, 11 Juli lalu, menjelaskan bahwa keterlambatan pencapaian volume pekerjaan ini disebabkan petunjuk teknis pelaksanaan DAK terlambat dikeluarkan sehingga waktu yang diberikan kepada rekanan mempengaruhi. “Petunjuk teknis pelaksanaan DAK terlambat keluar dan disamakan seluruh Indonesia walau Mentawai adalah daerah kepulauan,” jelasnya. Sementara itu, Awaluddin pimpinan CV TS mengatakan, keterlambatan pencapaian volume pekerjaan ini disebabkan cuaca yang sering hujan, sehingga pihaknya tidak dapat bekerja. “Karena hujan, kami tak bisa melaksanakan pekerjaan rabat,” katanya. Ia juga mengatakan bahwa waktu pelaksanaan pekerjaan terlalu sempit, hanya 90 hari kalender. “Waktu yang diberikan terlalu sempit,

harusnya 120 hari,” katanya. Pembangunan 6 RKB di SMA 2 Sipora lengkap dengan saluran air sekelilingnya tidak cukup 90 hari. Namun walau begitu, ia telah menyelesaikan pekerjaan itu dan masa pemeliharaan hingga 7 Mei 2012 telah berakhir. Tertanggal 8 Juni 2012, ia telah mengajukan permohonan untuk FHO. Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan, Irdelius mengatakan, pembangunan RKB SMA 2 Sipora adalah salah satu proyek yang selesai dikerjakan rekanan dan tidak diputus kontrak.Namun setelah di addendum selama 20 hari masih ada keterlambatan 5 hari dan untuk itu pihaknya telah mengenakan denda kepada rekanan dan telah disetor ke kas daerah. Hingga awal tahun ajaran baru tahun ini, 4 RKB dari 6 RKB yang dibangun di SMA 2 Sipora belum bisa dimanfaatkan karena belum FHO dan juga ketidakadaan mebeler. Menurut Sakaria, saat ini terdapat 17 rombongan belajar (rombel) di sekolah itu. RKB yang tersedia hanya 15 dan itupun setelah adanya pembangunan enam RKB tahun lalu. Sebelumnya RKB yang tersedia hanyalah sembilan ditambah satu ruang labor. Dengan adanya RKB yang baru itu, tetap saja dilakukan dua shif belajar yakni pagi dan siang. “Mobeler yang bisa dipakai hanya sekitar 80 persen untuk 10 RKB, lainnya tidak ada,” katanya. Dikatakan Sakaria, jumlah murid yang mendaftar di sekolah ini tiap tahun grafiknya meningkat. Untuk tahun ini saja ada 152 orang siswa yang diterima. Sementara jumlah seluruh siswa sekolah ini adalah 397 orang. (o)


19

Puailiggoubat

PENDIDIKAN

NO. 244, 15 - 31 Juli 2012

Empat Siswa SD Sikakap Ikut Olimpiade Sains SIKAKAP - Empat siswa sekolah dasar dari Kecamatan Sikakap mengikuti Olimpiade Sains tingkat Kabupaten Mentawai. di ambil dua dari SDN No. 15 Sikakap dan SDN No.01 Sikakap. Hasurungan Tambunan, Penilik Sekolah Dinas Cabang Pendidikan Pagai Utara Selatan mengatakan, kegiatan tersebut adalah program dinas di Kabupaten. “Kami hanya mengutus setelah berkoordinasi dengan sekolah yang anak muridnya akan dikirim,” kata Hasurungan. Sementara Kepala SDN 15 Sikakap, Agus Lamar, merasa bangga salah seorang muridnya terpilih mewakili Pagai Utara mengikuti Olimpiade Sains. Selatan. “Mudah-mudahan ini langkah awal yang baik dan sekaligus jadi bahan motivasi bagi murid dan sekolah yang lain. Kedepan saya hanya mengusulkan agar anak yang akan di kirim tidak asal tunjuk, tetapi hasil dari seleksi di wilayah masing-masing sehingga murid yang diutus betul-betul mereka yang siap tempur,” katanya. (fs)

Gedung SMAN 1 Siberut Selatan Tak Sanggup Tampung Siswa Baru MUARA SIBERUT - Kepala SMAN 1 Siberut Selatan Yubob Salim bingung mensiasati lokal untuk siswa baru, proyek pembangunan ruang baru tahun 2011 juta tak selesai. “Tahun ini kita menerima 256 siswa baru, siswa itu dibagi ke 10 ruang belajar, sementara yang tersedia hanya sembilan ruangan,” katanya pada Puailiggoubat, Jumat , 12 Juli 2012. Untuk mensiasatinya salah satu ruang majelis guru dipakai untuk tempat belajar. Ditambah lagi saat ini proses belajar mengajar dilakukan di dua lokasi gedung baru itu ada di Desa Maileppet dan gedung lama di Muara Siberut. Saat ini kelas satu ada 256 orang membutuhkan 10 ruangan, kelas dua 154 orang ada tujuh kelas dan kelas tiga ada sebanyak 175 orang sebanyak enam kelas. “Kondisi saat ini sekolah mengambil kebijakan, untuk kelas satu dan tiga masuk pada pagi hari dan kelas dua masuk siang hari,” terang Yubob. Menyinggung persoalan kelanjutan pembangunan pada 2011 tidak ada titik kejelasannya. Semua pembangunan yang ada tak kunjung rampung dan malah membuat sekolah membenahi bangunan yang tak selesai dikerjakan. Seperti halnya pembangunan WC dikatakan rampung oleh pemborong, sementara WC itu dibangun tanpa bak air dan sumur. “Terpaksa kita yang buat sumur dan beli ember untuk mengganti bak air,” keluhnya. Sementara untuk pustaka, bangunannya juga dikerjakan asal-asalan, sehingga lantai keramik harus dibongkar karena pemasangan yang tidak rata. “Katanya pembangunannya akan dilanjutkan Agustus mendatang. Namun sampai saat ini belum ada material mereka yang masuk. material yang ada sekarang ini hanya material milik sekolah,” katanya.(bs)

Sulitnya Membangun Sekolah Pembangunan gedung SMAN 1 Siberut Selatan yang telah dimulai sejak tahun 2009 tidak kunjung selesai, sementara dana sudah dikucurkan milyaran. Alasannya kerja kontraktor tidak beres.

FOTO:PATRIS/PUAILIGGOUBAT

BELUM RAMPUNG Bangunan SMAN 1 Siberut Selatan yang belum rampung di lokasi baru Maileppet

Gerson Merari Saleleubaja

arapan siswa SMAN I Siberut Selatan mendapat gedung sekolah baru masih jauh. Gedung sekolah yang mulai dibangun sejak 2009 lalu, masih terbengkalai hingga kini. Sementara dana yang dikeluarkan dari APBD Mentawai sudah miliaran. Pembangunan gedung sekolah dimulai tahun 2008, di areal tanah seluas dua hektar. Lahan ini hibah dari suku Samaileppet yang berlokasi di Desa Maileppet karena di areal gedung lama yang terletak di Desa Muarasiberut tak layak lagi. Tapi sayang, delapan ruang belajar yang ditargetkan sudah bisa dipakai pada tahun berikutnya ternyata hanya siap empat ruangan tanpa lantai, dinding belum diplester dengan baik begitu juga mebeler, tidak disediakan. Empat ruang kelas lainnya, masih berbentuk kerangka tanpa atap. Karena pengaruh cuaca, kerangka tersebut membusuk. Hingga tahun 2009, gedung yang terlantar itu kemudian ditutupi rumput dari bawah hingga atap. Tiga lokal yang belum diatap bertambah rusak, kuda-kuda bangunan yang

H

terbuat dari batang durian telah lapuk dan membusuk karena tak tahan cuaca. Keterbatasan gedung membuat 700 siswa terpaksa belajar dua shift, pagi dan siang. Shift pagi belajar di gedung lama yang rusak, sementara siangnya menumpang di SDN 13 Muarasiberut. Pembangunan yang terlantar itu kemudian dilanjutkan dengan dana sebesar Rp1.002.039.700 bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Kepulauan Mentawai (APBD). Kali ini delapan lokal yang belum jadi beserta mebeler didalamnya diselesaikan. Namun gedung belum bisa dipakai buat belajar karena status penyerahan secara sah dari Dinas Pendidikan Mentawai dengan pihak sekolah belum jelas. Melihat kondisi jumlah murid FOTO:BAMBANG/PUAILIGGOUBAT

BANGUNAN - Kondisi bangunan lama SMAN 1 Siberut Selatan

yang banyak, ruang belajar yang kurang dan fasilitas pendukung lainnya belum ada, pemerintah kembali menganggarkan dana pembangunan buat SMAN I Siberut Selatan sebesar Rp2.560.051.000 pada 2011. Anggaran itu untuk penambahan enam lokal belajar, satu ruangan Laboratorium IPA, satu gedung khusus kantor guru dan MCK. Namun lagi-lagi pembangunan tidak selesai 100 persen, dari empat item yang mau dikerjakan hanya ruang labor yang selesai. Kepala SMAN I Siberut Selatan, Yubob Salim mengatakan, enam lokal tambahan yang dibangun tak ada yang siap. Tiga lokal sudah tegak dengan dinding dan atapnya namun temboknya masih kasar karena belum diplester, tiga lokal lainnya masih berupa pondasi, begitu juga dengan kantor guru yang belum terlantai seluruhnya walau sudah berdiri. “ Lokal tambahan yang dibangun belum bisa digunakan,” jelas Yubob kepada Puailiggoubat melalui telepon, 4 Juli lalu. Katanya, lokal yang bisa digunakan saat ini hanya 15 ruangan dari 20 rombel yang dimiliki oleh sekolah ini, yakni delapan ruangan di gedung baru Maileppet dan delapan lokal di gedung lama Muarasiberut, lima lokal rusak berat. Untuk kebutuhan lokal sendiri pada tahun 2012, sebanyak 24 rombel. Jika dihitung semuanya, sekolah masih kekurangan sembilan lokal belajar. “Dua shift belajar menjadi alternatif agar proses belajar mengajar bisa lancar, kalau tidak, sebagian murid tak kebagian belajar,” jelasnya. Karena lokal yang terbatas sementara jumlah murid yang makin bertambah, pihak sekolah memu-

tuskan memohon kepada Dinas Pendidikan Mentawai tahun 2011, untuk memakai bangunan sekolah yang di Maileppet. Namun hal itu tak bisa direalisasikan dengan alasan masih terjadi proses pembangunan yang berdampak terjadinya proses belajar mengajar nanti. Baru tahun 2012, sekolah diizinkan memakai gedung sekolah dengan status pinjaman. Untuk menyiasati kekurangan lokal, kata Yubob, rencananya pada tahun ajaran baru, ruang labor yang telah siap dibangun akan dialihfungsikan jadi kelas belajar. “Saat ini sudah terdaftar 250 orang siswa, jumlah ini masih ada kemungkinan bertambah, mungkin mereka terlambat datang mendaftar karena jarak yang jauh atau persoalan lain, tetap kita beri toleransi karena jika tidak diterima, ke mana lagi mereka akan sekolah,” ujarnya. Sementara Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Kepulauan Mentawai, Syaiful Jannah mengatakan, tersendatnya pembangunan gedung sekolah karena kontraktor banyak yang tak menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan kontrak yang ditentukan. “Alasannya, faktor cuaca mengganggu pengangkutan material dari Padang ke Mentawai, sehingga batas waktu tak terpenuhi,” katanya. Sanksi yang diberikan dinas, kata Syaiful, berupa pemutusan kontrak dan penyitaan jaminan kontraktor sekaligus pengusulan blacklist perusahaan tersebut. Meski tersendat, Syaiful mengatakan pembangunan yang belum selesai akan dilanjutkan pada 2012 sekaligus penambahan 3 lokal tambahan. “Saat ini tengah proses lelang tender,” katanya. (o)


PENDIDIKAN Kalah Peringkat, Menang Kualitas SIKABALUAN--Sekolah Dasar (SD) St. Fransiskus Sikabaluan, Kecamatan Siberut Utara yang berada dibawah naungan Yayasan Prayoga Padang, sejak tiga tahun terakhir tidak lagi berada diposisi peringkat atas tertinggi nilai rata-rata tingkat Kecamatan Siberut Utara. “Memang dalam tiga tahun terakhir ini kita tidak lagi berada diposisi atas ditingkat Kecamatan Siberut Utara. Tidak sama dengan tahun-tahun sebelumnya dimana tingkat kelulusan dan juga nilai tertinggi berada ditangan siswa kita,” kata Yustinus Tapai, guru SD Fransiskus, kepada Puailiggoubat, 8 Juli 2012. Kendati hal ini menjadi pukulan bagi keluarga besar SD Fransiskus Sikabaluan, namun yang menjadi kebanggaan dimana setiap siswa yang masuk ke jenjang berikutnya, SMP selalu menguasai peringkat sepuluh besar. “Hanya ini yang menjadi kebanggaan kita. Dimana anak yang tidak punya peringkat sepuluh besar selama di SD, ketika masuk SMP berada diperingkat sepuluh besar,” katanya. Hal ini diakui Kepala SMPN 1 Siberut Utara, Heri Kurnianto. Dimana dalam setiap lokal rata-rata dikuasai siswa yang berasal dari SD Fransiskus. “Ada memang dari sekolah lain, namun tidak begitu, paling anaknya yang rajin belajar dan selalu diperhatikan juga,” katanya. Hal ini dapat dilihat ketika siswa baru masuk di SMPN 1 Siberut Utara, pihak sekolah mengkhususkan satu lokal bagi yang nilai rata-ratanya tinggi saat ujian akhir sekolah. Namun ketika dalam satu semester berjalan baru terlihat mana yang bisa bertahan diatas nilai ratarata yang tinggi mana yang tidak. “Biasanya dari kelas satu mau naik kelas dua ini banyak terlihat perubahan. Kadang orang yang punya nilai rata-rata tinggi saat ujian akhir sekolah, ketika semester pertama berjalan malah tidak punya rangking,” jelasnya. Lebih lanjut dikatakan Heri, ketika nantinya naik di kelas II, tidak banyak perubahan yang terjadi seperti halnya di kelas I. “Kita memang menerapkan hal ini. Karena penyerapan siswa itu berbeda-beda terhadap pelajaran yang diberikan. Makanya ketika waktu dikelas I kita khususkan yang memiliki nilai ratarata tinggi, semecam kelas unggul. Dalam waktu kenaikan kelas II baru akan terlihat lagi,” tambahnya. Kepala Cabang Dinas Pendidikan Kecamatan Siberut Utara, Jop Sirirui mengakui akan kemerosotan prestasi yang terjadi di SD Fransiskus Sikabaluan. “Kita tidak tahu entah apa yang salah. Nantinya kita akan koordinasi juga dengan kepala sekolah terkait dengan hal ini,” katanya. (bs).

Puailiggoubat

NO. 244, 15 - 31 Juli 2012

20

Rp60 Miliar untuk Pembangunan Sekolah Harus diantisipasi agar pengerjaan proyek tidak terlambat penyelesaiannya

FOTO:BAMBANG/PUAILIGGOUBAT

Bambang Sagurung

inas Pendidikan Kabupaten Kepulauan Mentawai menganggarkan Rp60 Miliar lebih untuk pembangunan gedung dan fasilitas sekolah tahun anggaran 2012 dalam program peningkatan mutu disamping anggaran DAK sebesar Rp 9 Miliar. Demikian dikatakan Sekretaris Dinas Pendidikan Mentawai, Besli, 11 Juli lalu. Dia merinci, dari total anggaran yang tersedia difokuskan ke pembangunan Ruang Kelas Belajar (RKB), mobeler dan pustaka. Berdasarkan data yang dimiliki Besli untuk penerima DAK tingkat SD, kecamatan Sikakap adalah SDN 32 Matobe , SDN 07 Matobe , SDN 02 Taikako, dan SDN 01 Sikakap. Di Pagai Utara SDN 05 Silabu , SD Filial 27 Silabu , SD Filial10 Saumaganyak dan SDN 27 Silabu. Di Pagai Selatan SD Filial 03 Taikako, SD Filial 06/34, SDN 25 Malakkopa, SDN 28 Makalo, SDN 16 Makalo, SDN 06 Sinaka, SDN 30 Sinaka dan SDN 29 Sinaka. Di Siberut Selatan SDN 13 Muara Siberut, SD filial 07 Madobag dan SD filial 17 Muntei. Di Siberut Barat SDN 11 Simalegi, SDN 18 Simalegi, SDN 02 Sigapokna, SDN 09 Sigapokna dan SDN 16 Sigapokna serta SDN 10 Cimpungan. Namun ia tidak merinci alokasi anggaran dari sumber dana DAU.

BUKU BARU

D

Membeli buku baru untuk tahun ajaran baru di Siberut

Sementara itu untuk tingkat SMP dan SMA, Motisoki Hura, Kabid Pendidikan SMP dan SMA Dinas Pendidikan Mentawai mengatakan, pembangunan RKB dan mobiler akan dialokasikan ke beberapa sekolah di Mentawai. Khusus Mobiler telah dianggarkan tahun 2012 untuk SMAN 1 PUS 3 paket, SMAN 2 Sikakap 6 paket, SMAN 1 Sipora 7 paket, SMAN 2 Sipora 6 paket, SMPN Siberut Tengah 3 paket dan SMPN 2 Sipora 12 paket. Untuk pembangunan RKB yaitu SMPN 2 Siberut Selatan 3 unit, SMPN Siberut Barat 3 unit, lanjutan pembangunan SMPN Pagai Utara dan lanjutan pembangunan SMPN Malakkopa, Pembangunan Unit Sekolah Baru (USB) SMAN Siberut Tengah lengkap dengan kantor, lanjutan SMAN 2 Sikakap serta lanjutan SMAN Siberut Selatan. Namun menurut Motisoki akan FOTO:BAMBANG/PUAILIGGOUBAT

BERMAIN - Dua murid SDN 06 Malancan bermain voli sebelum jam masuk sekolah

ada beberapa perubahan pada APBD perubahan yang akan dibahas beberapa waktu kedepan. Lima Proyek Terlambat Sementara, setidaknya ada lima proyek pembangunan gedung SMA tahun anggaran 2011 yang ditemukan BPK sesuai LHP mengalami keterlambatan pencapaian volume pekerjaan. Kelima proyek itu adalah Pembangunan Ruang Kelas Baru (RKB) SMA 1 Sipora oleh CV Sakti Karya (CV SK) sesuai kontrak nomor 425/ 07/SPPK-RKB/SMA-SP/DISDIKKKM/VII-2011 tanggal 25 Juli 2011 dengan nilai kontrak Rp661.900.000, Pembangunan RKB SMA 2 Sipora oleh CV Tidar Saiyo (CV TS) sesuai kontrak nomor Nomor 425/08/SPPKRKB/SMA-SP/DISDIK-KKM/VII2011 tanggal 20 Juli 2011 dengan nilai kontrak Rp810.110.000. Lalu pembangunan RKB SMA 1 PUS oleh CV Bujai Mentawai (BM) sesuai Kontrak Nomor 425/10/SPPKRKB/SMA-PUS/DISDIK-KKM/ VII-2011 tanggal 25 Juli 2011 dengan nilai kontrak Rp396.117.000, Pembangunan RKB SMA 1 Siberut Selatan oleh CV Dharma Bangun Persada (DBP) sesuai kontrak nomor 425/06/ SPPK-RKB/SMA-SBS/DISDIKKKM/VII-2011 tanggal 25 Juli 2011 dengan nilai kontrak Rp764.127.000 dan Pembangunan kantor SMA 1 Siberut Selatan oleh CV DBP dengan kontrak nomor Nomor 425/05/SPPKGTR/SMA-SBS/DISDIKKKM/VII2011 tanggal 25 Juli 2011 dengan nilai kontrak Rp607.533.000,Total anggaran kelima proyek ini sesuai kontrak adalah Rp

3.239.787.000. Walau Dinas Pendidikan telah menganggarkan sebesar Rp 36 Miliar lebih untuk pembangunan gedung sekolah serta lainnya, namun yang direalisasikan hanya Rp 4,4 Miliar. Sekretaris Dinas Pendidikan Mentawai, Besli mengatakan, keterlambatan pencapaian volume pekerjaan ini disebabkan oleh terlambatnya petunjuk teknis pelaksanaan DAK dari pusat dikeluarkan. Ia juga mengatakan bahwa petunjuk itu berlaku untuk seluruh Indonesia termasuk Mentawai yang kondisi geografisnya adalah kepulauan. Untuk pembangunan dari DAU alasannya karena kondisi geografis dan cuaca. Meski terlambat namun beberapa proyek itu berhasil diselesaikan oleh rekanan setelah di addendum diantaranya pembangunan RKB SMA 1 dan SMA 2 Sipora, akan tetapi pembangunan RKB SMA 1 PUS dan RKB SMA 1 Siberut Selatan serta Kantor SMA 1 Siberut Selatan diputus kontrak. Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) Irdelius, mengatakan keterlambatan pencapaian volume pekerjaan disebabkan manejemen perusahaan yang tidak konsisten dengan skedul kerja serta rekanan tidak memiliki dana. “Manejemen perusahaan yang tidak konsisten dengan jadwal kerja serta mereka tidak punya dana,” katanya. Dalam proses tender, pihaknya hanya memeriksa kelengkapan dokumen dan tidak sampai melihat lebih jauh terkait kebenaran berkas apalagi terkait modal. (o)


21

Puailiggoubat

EKOKER

NO. 244, 15 - 31 Juli 2012

Biaya yang dikeluarkan menjadi mahal terutama jika siswa baru harus tinggal terpisah dari orangtuanya. Bambang Sagurung

Mahalnya Biaya Pendidikan di Mentawai Rp100 Ribu per pasang, buku tulis Rp15 Ribu hingga Rp25 Ribu per pak, pena dan perlengkapan lainnya. Juga biaya uang asrama atau kos yang ratarata setiap bulannya Rp60-100 Ribu per bulan. Belum lagi untuk membeli perlengkapan dapur, perlengkapan lainnya dan persiapan makanan. “Rata-rata untuk uang anak itu kita persiapkan masuk sekolah Rp1 Juta. Ini kalau kita daerah yang dekat, termasuk persediaan makan mereka satu atau dua bulan kedepan,” kata Martinus, warga Dusun Bojakan Desa Bojakan Keca-matan Siberut Utara. Lain lagi Pardisen, warga Dusun Betaet Kecamatan Siberut Barat. Untuk mendaftarkan anaknya yang masuk sekolah mesti mempersiapkan biaya lebih dari Rp2 Juta. “Untuk ongkos boat kita biayanya Rp150 Ribu per orang. Belum lagi perlengkapan dan belanja anak,” katanya. Sementara itu, banyaknya siswa yang mendaftar sekolah tidak didukung ketersediaan fasilitas sekolah yang memadai. Di SMAN 1 Siberut Utara misalnya, siswa yang mendaftar 156 orang, sedang ruang kelas tidak memadai. Kepala SMAN 1 Siberut Utara,

Ramido Hutajulu memberlakukan proses belajar mengajar dua shift, untuk kelas I sebanyak enam lokal, kelas II berjumlah empat lokal serta kelas III berjumlah lima lokal. “Kita hanya punya 12 ruang, yang mana satu sudah digunakan untuk kantor dan satu lagi untuk pustaka,” jelasnya. Kekurangan ruang belajar juga dialami SMPN 1 Siberut Utara. Siswa baru yang masuk 157 orang sementara ruang belajar yang utuh dan layak pakai hanya empat lokal. “Idealnya satu kelas itu isinya 20-30 orang siswa. Lebih dari itu sudah tidak terkontrol lagi. Namun melihat kenyataan di lapangan kita harus berbuat bagaimana,” katanya. Lebih lanjut dikatakan Heri, pemerintah membuka sekolah SMP Satu atap di SDN 07 Sirilogui Kecamatan Siberut Utara dan SMP Satu Atap di SDN 16 Sigapokna Kecamatan Siberut Barat serta adanya SMPN 1 Siberut Barat, tidak membatasi jumlah siswa yang masuk ke SMPN 1 Siberut Utara. “Untuk SMP Satu Atap, dibangun untuk membantu masyarakat, namun kalau untuk peningkatan pendidikan harusnya dilihat dulu,” katanya. Selain itu, orangtua siswa juga sekarang sudah mengutamakan mutu pendidikan bagi anak. “Orangtua akan melihat kalau proses belajar mengajar selama ini di sekitar mereka tidak berjalan dengan baik maka mereka akan mencari sekolah yang lebih baik. Orangtua sudah memikirkan kualitas pendidikan bagi anaknya,” tambahnya. (o)

untuk sekolah menengah rata-rata antara Rp 370 Ribu dan tingkat sekolah menengah atas sebesar Rp 1,3 Juta.

daftar sumbangan yang sanggup dibayar oleh orang tua murid jika kelak anaknya diterima disekolah tersebut. Begitu juga dengan sebagian besar sekolah lainnya yang masih menahan ijazah lulusan sekolah karena tidak mampu membayar pungutan sekolah yang tinggi. Selain itu, pasal 198 dan pasal 181 PP No. 17 Tahun 2010 tentang Tata Kelola Pendidikan telah melarang guru, kepala sekolah, dan komite sekolah untuk menjual buku pelajaran, bahan ajar, pakaian seragam, atau bahan pakaian seragam di sekolah. Oleh karena itu, segala pungutan berkaitan pasal ini dilarang oleh pihak sekolah ataupun komite sekolah. Namun demikian dalam prakteknya sering terjadi. (*)

FOTO:BAMBANG/PUAILIGGOUBAT

ahun ajaran baru selalu menjadi saat-saat menguras kantong bagi para orangtua, terutama di Mentawai. Biaya sekolah harus dipersiapkan jauh-jauh hari. Apalagi jika sekolah melakukan pungutan untuk siswa baru, padahal Kepala Dinas Pendidikan Mentawai Syaiful Jannah telah mengeluarkan edaran, yang melarang adanya pungutan dalam bentuk apapun. Seperti halnya di SMAN 1 Siberut Utara, saat siswa baru mendaftar untuk masuk mereka harus membayar Rp175 Ribu untuk baju olahraga, topi dan atribut sekolah lainnya. “Untung saja kita bawa uang saat mendaftarkan anakanak dari Desa Bojakan. Karena tidak ada pemberitahuan sebelumnya bahwa ada membayar baju olahraga dan atribut lainnya,” kata Sudirman Amon Kepala Desa Bojakan. Kepala SMAN 1 Siberut Utara, Ramido Hutajulu, mengatakan kalau pembayaran yang dilakukan pada siswa baru tersebut untuk pembayaran uang baju olahraga, topi, dasi dan lokasi sekolah. “Itu untuk pembayaran baju olahraga dan perlengkapan lainnya,” katanya. Sementara di SMPN 1 Siberut Utara tidak ada pungutan apapun. Siswa baru hanya diminta menyerahkan fotocopy SKHU, pas photo, dan mengisi formulir yang disediakan oleh panitia. “Untuk baju olahraga dan atribut lainnya disediakan oleh sekolah. Karena kalau pemerintah mencanangkan wajib

T

MENDAFTAR - -penerimaan siswa baru di SMPN 1 Siberut Utara belajar itu artinya ada dana untuk pendidikan,” kata Heri Kurnianto, Kepala SMPN 1 Siberut Utara pada Puailiggoubat, Jumat, 6 Juli 2012. Di MTsS (Madrasah Tsanawiyah Swasta) Terpadu Al-Mutahdin Desa Sikabaluan Kecamatan Siberut Utara, berdasarkan pengumuman Nomor: 049/ MTS/YAPISMEN/VI/2012 tentang penerimaan siswa baru, selain menyerahkan fotocopy STTB SD, SKHU dan pas photo juga membayar perlengkapan baju olahraga dan pakaian muslim untuk laki-laki Rp180 Ribu per stel dan untuk perempuan Rp220 Ribu per stel ditambah jilbab. Kendati pembayaran tidak begitu

banyak di sekolah, namun biaya yang dikeluarkan untuk masuk tahun ajaran baru cukup besar terlebih siswa yang mau masuk SMP dan SMA. Biaya yang dikeluarkan di antaranya membeli seragam sekolah untuk SMP rata-rata per stelnya Rp80 Ribu hingga Rp100 Ribu, untuk SMA rata-rata Rp100 Ribu hingga Rp110 Ribu per stelnya. Masingmasing anak minimal menyediakan baju seragam untuk putih-abu abu, atau putih-biru dan baju seragam pramuka. Ini belum termasuk biaya yang dikeluarkan orangtua untuk membeli perlengkapan sekolah seperti tas yang rata-rata Rp50 Ribu hingga Rp75 Ribu per buah, sepatu Rp75 Ribu hingga

Pendaftaran Siswa Baru Sarat Pelanggaran PADANG - Proses Penerimaan Siswa Baru tahun ajaran 2012/ 2013 banyak pelanggaran. Hal ini terungkap berdasarkan pemantauan dan pengaduan yang masuk pada posko bersama antara Ombudsman RI di tujuh provinsi dengan kelompok masyarakat sipil di 21 kabupaten/kota. Berdasarkan rilis yang dikeluarkan Indonesian Corruption Watch (ICW), data di posko bersama ini ditemukan 112 kasus di 108 sekolah di berbagai jenjang. Di antara kasus tersebut, kasus yang banyak terjadi adalah pungutan pada saat PSB (60 kasus), kekacauan proses PSB (18 kasus), pungutan daftar ulang (10 kasus), pungutan sekolah (10 kasus), penahanan ijazah (8 ka-sus), jual beli bangku (3 kasus) dan intervensi proses PSB (1 kasus). Dari telaahan lebih atas

kasus pungutan diketahui bahwa rata-rata pungutan menurut jenjang pendidikan masing-masing sebesar Rp 1,3 Juta untuk tingkat SD/MI, Rp 2 Juta untuk SMP/MTs dan Rp 2,4 Juta untuk tingkat SMA/SMK/ MA. Rata-rata pungutan PSB sekolah negeri lebih besar dibanding sekolah swasta. Pungutan PSB di SDN/MIN sebesar Rp 900 Ribu sementara ada SDS/ MIS Rp 280 Ribu, SMPN/MTsN Rp 1,3 Juta sementara SMPS/MTs Rp 295 Ribu, SMAN/SMKN/MAN Rp 2,8 Juta sementara SMAS/SMKN/ MA Rp 770 Ribu. Pungutan yang diberlakukan pihak sekolah antara lain untuk keperluan seragam, operasional, bangunan, buku, dana koordinasi, internet, koperasi, amal jariyah, formulir pendaftaran, perpisahan guru, praktek, spp, administrasi rapor, ekstrakurikuler, sumbangan

pengembangan institusi, uang pankal dan pungutan lainnya. Selain pungutan, masyarakat juga menyampaikan keluhan terhadap proses penerimaan siswa baru yang tidak tersosialisasi dengan baik. Mereka mengeluhkan kurangnya informasi tentang persyaratan dan jangka waktu pelaksanaan PSB. Selain itu, mereka juga mengeluhkan mengenai PSB Online yang tidak transparan, proses seleksi diskriminatif, adanya titipan anak pejabat. Selain kasus diatas, posko bersama ORI dengan masyarakat sipil juga menemukan adanya pungutan daftar ulang ditingkat SMP/MTs dan SMA/SMK/MA dan penahanan ijazah karena belum melunasi pungutan sekolah. Berdasarkan data posko diketahui bahwa rata-rata uang daftar ulang

Pelanggaran Aturan Pungutan dalam PSB dilarang apalagi bagi sekolah yang menerima dana BOS. Berdasarkan pasal 52 H PP No. 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan yang berbunyi “pungutan sekolah tidak dikaitkan dengan persyaratan akademik untuk penerimaan peserta didik, penilaian hasil belajar peserta didik, dan/atau kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan” Artinya, pungutan sekolah tidak boleh dilakukan pada saat penerimaan siswa baru, syarat kelulusan terutama dikaitkan dengan pengambilan ijazah peserta didik. Tapi sebagian besar sekolah melanggar dengan menyodorkan


EKOKER TNS Semai 12 Ribu Bibit Manau untuk Saibi Samukop SAIBI - Sebanyak 12 ribu bibit manau dipersiapkan Taman Nasional Siberut untuk warga Desa Saibi Samukop Kecamatan Siberut Tengah. Firdaus dari TN. Siberut mengatakan, bibit manau ini masih berupa biji dan disemaikan terlebih dahulu. Setelah tumbuh, katanya, baru dibagikan kepada warga. “12 ribu bibit ini berupa biji kita buat tempat penyemaiannya dan kalau sudah tumbuh dimasukan kepolibek dan baru dibagikan,”katanya padaPuailiggoubat, Kamis, 12 Juli. Frdaus melanjutkan, bibit sebenarnya dibeli dari warga setempat. Lalu pihak TN. Siberut hanya membibitkannya hingga tumbuh. Setelah tumbuh,lanjut Firdaus, pembagiannya diserahkan kembali ke desa. “Kita serahkan lagi ke desa karena pihak desalah yang lebih tahu berapa banyak warganya membutuhkan bibit,” katanya. (rr)

Camat Sikakap Janji Bantu Mesin Jahit untuk Ibu PKK SIKAKAP - Camat Sikakap, Kabupaten Mentawai Heppy Nurdiana berjanji akan memprioritaskan pemberian bantuan mesin jahit untuk ibu-ibu PKK di daerahnya. “Melalui PKK, kegiatan ini akan menjadi salah satu prioritas karena dapat membantu sumber ekonomi keluarga,” kata Heppy, Rabu, 20 Juni lalu. Heppy berjanji segera berkoordinasi dengan beberapa dinas termasuk salah satunya Dinas Perindustrian dan Perdagangan untuk mengusulkan permohonan mesin jahit tersebut. “Nah untuk itu, saya berharap kepada ibu-ibu untuk serius dalam kegiatan ini. Kalau dapat, sebelum saya menghadap dinas, ada buah tangan ibu-ibu yang saya bawa sebagai bukti,” kata Heppy lagi. Bentuk dukungan camat lainnya adalah menjadikan rumah dinas camat sebagai sekretariat PKK sekaligus sanggar kerja. “Saya kan ada rumah sendiri, dari pada nggak terpakai, kita mamfaatkan saja” demikian alas an Bu Camat. (fs)

Puailiggoubat

NO. 244, 15 - 31 Juli 2012

22

Usaha Perabot dari Akar Kayu Berawal dari coba-coba, usaha perabot Untarias kini berkembang Bambang Sagurung

walnya Untarias, 45 tahun, warga Dusun Pokai Desa Sikabaluan, Kabupaten Mentawai berniat mengolah akar kayu menjadi kursi dan meja untuk sekedar koleksi pribadi. Namun, siapa sangka karya buatannya ternyata menarik minat banyak orang. Aktivitas di sela-sela bertani ini mendatangkan rejeki baru. “Mungkin karena banyak yang lihat selama proses pembuatannya lalu tertarik. Akhirnya mereka datang untuk membelinya,” kata Untarias menceritakan awal mula kegiatan sampingannya tersebut pada Puailiggoubat, Sabtu, 7 Juli. Untarias mengaku, inspirasi membuat perabot dari akar kayu muncul ketika melihat saudaranya yang berdomisili di Siberut Selatan. Saudaranya menerangkan, usaha semacam ini banyak yang beli karena bentuknya yang unik dan alami. Dia pun disarankan membuka usaha serupa. Untaris tak begitu yakin. Ia malah berpikir mengolah akar kayu ini cukup untuk kebutuhan perabot rumahnya saja. “Ternyata saya keliru. Kini pesanan dari masyarakat untuk kursi maupun meja dari akar kian berdatangan walau tak terlalu ramai.Kadang yang kita buat itu kita kirim ke Siberut juga untuk dijual disana karena pesanan banyak datang dari Siberut,” ujarnya. Sekarang hasil buatannya ini mulai dibeli oleh masyarakat yang ada di Sikabaluan dari kalangan pedagang dan

A

FOTO:BAMBANG/PUAILIGGOUBAT

terdiri satu meja dan tiga kursi bisa menghabiskan waktu tiga hingga empat hari dengan harga Rp450 ribu hingga Rp1 juta. Itu tergantung ukuran,” katanya. Ya n d r i , K a p t e n KM. Simasin pada hari itu terlihat membeli satu set meja beserta kursi untuk dibawa ke Padang. Ia mengaku tertarik karena bentuknya yang alami ditambah lagi perabot diperindah dengan polesan pengkilap sehingga mengundang daya PERABOT AKAR - usaha perabot meja dari akar kayu warga Pokai Desa Sikabaluan pikat. PNS. ”Untuk di luar Sikabaluan ini yang membeli pertama itu kapten kapal Simasin untuk dibawa di rumahnya di Padang,” katanya. Harga jualnya saat itu untuk satu meja dan tiga kursi Rp450 ribu. Sejak para pemesan mulai berdatangan, semangat Untarias terpacu. Kedua anaknya yang sudah berkeluarga juga ikut membantu. Kendati tak menjadi usaha utama, namun penghasilan dari usaha ini dapat meringankan biaya rumah tangga. “Memang tidak rutin setiap minggunya, namun yang pesan selalu ada. Usaha ini bisa dikatakan kerja di waktu senggang saja,” kata Budi anak dari Untaris. Budi mengatakan, akar kayu yang mereka ambil untuk diolah menjadi kaki kursi dan kaki meja ini, berasal dari kayu keras yang terdapat ditepi sungai. Kayu-kayu di tepi sungai tersebut, katanya, punya akar yang kuat dan bercabang-cabang. “Untuk mengambilnya memang susah karena akarnya yang berca-

bang-cabang menjalar ke mana-mana. Ini yang harus kita ambil untuk bahan perabot. Banyaknya ya di bagian hutan tepi sungai,” ujarnya. Sebelumnya, perabot buatannya belum dianggap menarik. Pasalnya, model meja dan kursi yang dihasilkan masih kelihatan monoton. Pada bagian kakinya dari olahan akar kayu yang dipungut di tepi sungai, lalu bagian alas meja dan kursi terbuat dari papan biasa yang dibentuk model bulatan maupun petak. “Ternyata itu tidak terlihat bagus. Banyak yang menyarankan lebih baik alasnya dari batang kayu itu langsung, tinggal dipotong sesuai ukuran lalu dibersihkan. Keindahan bentuknya menjadi alami,” tambahnya. Ia melanjutkan, setelah dibentuk sesuai permintaan dan dibersihkan, kulit-kulit kayu yang masih menempel dikupas dan dihaluskan dengan amplas. Selanjutnya dicat pernis, skarlak dan pengkilap kayu lainnya. “Untuk membuat satu set yang

“Ini sekaligus promosi kita kepada teman-teman di Padang. Kalau mereka nantinya mau tinggal kita pesan di Pokai,” katanya. Untarias mengatakan, usaha meja dan kursi dari akar ini baru digeluti selama empat bulan. Ia pun tak mengira aktivitas ini layak dibisniskan.Kendati tidak begitu ramai pembeli, namun dalam satu atau dua minggu ada permintaan. Baik hanya untuk memesan meja saja, atau kursi maupun untuk satu set sekaligus yang terdiri dari satu meja dan tiga kursi Ia juga mengaku, Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil menengah pernah menawarkan bantuan kredit usaha guna meningkatkan usaha yang sedang digelutinya ini, namun hal itu ditolak. “Saya belum mau karena saya akan tertekan pengembalian bantuan tersebut. Biarlah saya berusaha seperti ini saja dulu tanpa harus memikirkan pengembalian tiap bulannya,” kata Untarias. (jap)

Mengolah Sampah Bernilai Ekonomis SIKAKAP - Dinas Lingkungan Hidup Kepulauan Mentawai kembali menggalakkan pelatihan daur ulang sampah bagi ibu-ibu sebagai bagian dari upaya mengatasi pencemaran serta menumbuhkan roda perekonomian. Bekerja sama dengan Dalang Collection dari Pekan Baru, pelatihan daur ulang sampah dilaksanakan di Aula Gereja Kristen Protestan Mentawai Jemaat Sikakap, Selasa hingga Rabu, 19 - 20 Juni lalu. Acara yang dibuka oleh Camat Sikakap, Heppy Nurdiana SE, bertujuan untuk mengatasi masalah sampah, umumnya sampah rumah tangga, menjadi barang –barang kerajinan yang bernilai ekonomis. Linda, staf Kantor Lingkungan Hidup yang menjadi panitia program

mengatakan, bahwa Kecamatan Sikakap merupakan kecamatan keenam tempat dilaksanakan program pelatihan. Kegiatan ini sudah di mulai pada maret 2011. Tahun lalu di lakukan di Tuapeijat Kecamatan Sipora Utara, Sioban Kecamatan Sipora Selatan, dan Muara Siberut Kecamatan Siberut Selatan. “Setelah ibu-ibu merasakan manfaat dan keuntungan ekonomis dari kegiatan dari daur ulang sampah ini, ibu-ibu di Tuapeijat datang di Kantor kami untuk diajari hal yang sama. Kata mereka sih, peserta awal yang ikut pelatihan ini tidak mau berbagi ilmu. Akhirnya kami memfasilitasi mereka walaupun tidak ada programnya. Konsekensinya, kami

harus merogoh kantong kami untuk membelikan mereka nasi bungkus” katanya. Kepala Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sri Haryanto mengatakan,, inti dari kegiatan ini adalah merubah image masyarakat terhadap sampah. Selama ini dianggap kumuh dan bermasalah ternyata bisa menjadi sumber ekonomi produktif rumah tangga. Menurutnya, setiap hari satu keluarga bisa memproduksi sampah rumah tangga hingga 5 kilogramnya, baik organik dan anorganik. Sekitar 70 persen di antaranya bisa didaur ulang. Sampah plastik disulap menjadi kerajinan kreatif, sementara limbah rumah tangga lain dijadikan

pupuk termasuk di antaranya kertas pembungkus makanan. “Nah berangkat dari situ, apalagi hampir di setiap pemukiman warga belum ada tempat pembuangan akhir, kenapa tidak kita manfaatkan saja? Persoalan bisa teratasi, dapat uang lagi” ujar Sri. Seluruh peserta dari berbagai desa di Kecamatan Sikakap menyambut baik kegiatan ini. Ria Gea dari Desa Sikakap terlihat sangat antusias mengikutinya. “Saya senang dengan kegiatan ini. Memang baru bagi saya, tetapi langsung tertarik dengan apa yang di hasilkan. Semoga Kecamatan atau yang lainnya bikin program yang sama agar persoalan sampah dapat teratasi,” katanya. (fs)


23

Puailiggoubat NO. 244, 15 - 31 Juli 2012

FOTO:BAMBANG/PUAILIGGOUBAT

B

unyi tuddukat yang dimainkan Kornelius Taleku Sikaraja, 70 tahun, terdengar menyayat hati dan membuat merinding orang mendengarnya. Bagi warga Desa Sikabaluan, Kecamatan Siberut Utara, suara tuddukat yang dimainkan Taleku merupakan kabar duka yang mengabarkan adanya kematian. Hanya itu pesan yang dimengerti masyarakat saat ini mendengar suara tuddukat. Saat ini tidak banyak lagi yang mengerti dan bisa memainkan tuddukat di Sikabaluan. “Memang tidak banyak lagi yang tahu memainkan dan mengartikan bunyi atau pesan yang dihasilkan dari tunddukat yang dimainkan. Ini akan punah kalau tidak ada yang belajar,” kata Taleku dengan risau pada Puailiggoubat, Minggu, 8 Juli. Di Sikabaluan, khususnya di Dusun Nangnang dari 600-an jiwa penduduk, hanya tinggal dua orang lagi yang bisa dan tahu memainkan serta mengartikan bunyi yang dimainkan dari tuddukat tersebut. “Sementara kami yang bisa ini sudah tua. Dari orang muda tidak ada lagi,” tambahnya. Lebih lanjut dikatakan Taleku, dimasa anak-anak dulu orangtua mengajarkan bagaimana memainkan tuddukat. Namun yang dimainkan saat belajar ini bukan tuddukat yang ukuran sebenarnya. “Kadang saat istirahat menyagu dengan orangtua, kita diajarkan caracara memainkan dengan menggunakan kulit batang sagu atau bambu kecil,” kisahnya. Demikian juga halnya dengan Tunduken, Sikebbukat Uma di suku Samanjolang. Ia mengaku kendati tahu, namun tidak semahir Taleku. “Sama kita dulu karena selalu ikut orangtua kemana mereka pergi, diselasela aktifitas kadang mereka mutitiboan (bercerita), juga kadang mengajarkan cara memainkan tuddukat serta artinya, yang nakalnya kami dulu karena sudah sedikit tahu, mencandai perempuan dengan memainkan itu,” tambahnya. Orang Sikabaluan yang mengartikan bahwa tuddukat dimainkan ketika ada orang meninggal, tidaklah bisa dibenarkan penuh karena selain untuk orang meninggal, juga pada

sekadar becanda Alkisah ada orang gila yang mengira dirinya adalah jagung sehingga dia sangat takut terhadap ayam karena takut dimakan. Setiap melihat ayam, dia pasti lari terbirit-birit. Akhirnya, orang gila ini dimasukkan ke rumah sakit

Suara Daun Roberta Sarogdog

Mulok Budaya Mentawai

S

Mengabarkan Kematian dengan Tuddukat jaman dulu tuddukat dibunyikan atau dimainkan ketika ada hasil buruan. Pada jaman dulunya di Mentawai, tuddukat merupakan salah satu alat komunikasi tradisional. Tuddukat ini bentuknya mirip seperti kentongan besar terbuat dari jenis kayu khusus, biasanya kayu yang dipakai yaitu Kulip atau Babaet (Nephelium sp). Pesan yang disampaikan melalui bunyi tuddukat yang dimainkan tersebut tentang. Pemukul tuddukat disebut tetektek dari kayu Alolosit. Tuddukat terdiri dari tiga buah yang sama bentuk namun beda ukuran, ukuran besar disebut ina, yang ukuran menengah disebut sileleita dan yang ukuran kecil disebut toga. Tuddukat ini jika dibunyikan akan menghasilkan kata sandi yang bisa diterjemahkan sehingga menjadi sebuah kalimat yang mengandung arti atau pesan. ina mengandung bunyi atau vocal i dan u, sileleite mengandung bunyi e dan o, sementara toga mengandung bunyi a. Pada zaman dulu, setiap uma mesti memiliki tuddukat untuk

memberikan pesan bagi orang lain baik untuk pesan duka maupun pesan kegembiraan. Tuddukat juga merupakan lambang kebanggaan dan kesakralan dalam uma. “Untuk membuat tuddukat dan memasukkannya dalam uma ada pantangan dan lia yang harus dilakukan. Pantangannya seperti tidak boleh makan yang asam-asam, tidak boleh berhubungan intim,” kata Petrus Geyak salah seorang tokoh adat. Untuk bunyi tuddukat jika mendapat hasil buruan seperti rusa, babi hutan, monyet disebut bak-bak. Jika dalam berburu yang didapat monyet jantan maka akan disebut urei joja, atau urei simakobu, urei lobakette (Bokkoi). Untuk rusa jantan akan disebut aman sibeutubu. Untuk babi jantan disebut aman sibebeugi, babi hutan betina disebut inan sibebeugi, anak babi hutan disebut togat sibebeugi. Sedangkan bunyi suara tuddukat yang memberitakan tentang orang meninggal disebut loiba. Loiba tidak hanya sekedar memberitakan tentang adanya orang yang meninggal, tetapi

juga dapat memberitakan tentang identitas orang yang meninggal seperti usia, jenis kelamin, riwayat hidup dan juga aktifitas sehari-hari. Kini salah satu media komunikasi di Mentawai ini tak lagi bisa menjadi kebanggaan. Salah satu faktor yang membuatnya hilang ketika masuknya agama di Mentawai “Peralatan-peralatan budaya yang ada dikumpulkan dan dibakar. Disitu bisa dikatakan sebagai awal mulanya budaya hilang,” kata Petrus Geyak. Dengan masuknya agama, bunyi tuddukat semakin jarang terdengar. Ketika ada orang meninggal, yang dibunyikan untuk menyampaikan pesan hanya lonceng gereja. Kinipun, fungsi komunikasi sudah dipermudah dengan telepon selular. Jika sanak kerabat meninggal atau mengadakan pesta dan menyembelih babi, cukup mengirim pesan pendek melalui ponsel. Tuddukat yang memegang peran penting sebagai alat komunikasi di Mentawai zaman dulu kini semakin sayup terdengar. (Bambang Sagurung)

Orang Gila, Jagung dan Ayam jiwa. Tiga tahun pun berlalu. Akhirnya dia dipanggil oleh sang dokter. “Sekarang kamu sudah tahu siapa kamu ini ?” kata dokter. “Sudah dokter,” sahut si orang gila

“Jadi, kamu siapa?” “Saya orang, Dokter.” “Benar?” “Iya dokter, saya orang, bukan jagung.” “Jadi kamu tidak takut lagi sama ayam kan?” “Enggak dokter, enggak takut

lagi..” “Tapi dokter,” sela si orang gila,” saya ada satu pertanyaan..” “Apa itu?” “Ayam-ayam itu….. tahu nggak kalau saya sudah berubah jadi orang?”

eminar dan Lokakarya Penerapan Kurikulum Muatan Lokal Budaya Mentawai yang baru saja dilaksanakan di Muara Siberut, 10-12 Juli 2012, merupakan terobosan baru dalam dunia pendidikan di Kabupaten Kepulauan Mentawai, bahwa instansi pendidikan di tingkat lokal mampu berdedikasi dan berkontribusi terhadap upaya peningkatan mutu pendidikan di Kabupaten Mentawai tercinta. Salah satunya melalui mata pelajaran muatan lokal Budaya Mentawai. Karena hal ini sesuai dengan cita-cita otonomi pendidikan, yang tidak berarti menciutkan substansi pendidikan menjadi substansi lokal dan sempit, serta orientasi pendidikan yang bersifat primordial yang dapat memicu tumbuhnya sentimen kedaerahan yang berlebihan. Otonomi pendidikan dapat diartikan sebagai pelimpahan kekuasaan dan wewenang yang lebih luas kepada daerah untuk membuat perencanaan dan mengambil keputusan sendiri dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi di bidang pendidikan, namun harus tetap mengacu pada tujuan pendidikan nasional. Berdasarkan pengertian tersebut, otonomi pendidikan akan mendorong terciptanya kemandirian dan rasa percaya yang tinggi pemerintah daerah untuk menciptakan model pendidikan yang sesuai dengan karakteristik daerahnya. Yang pada gilirannya akan berlomba-lomba meningkatnya kualitas serta mutu untuk meningkatkan pelayanan pendidikan bagi masyarakat Mentawai. Persaingan yang sehat dan kerjasama yang baik antar daerah tentunya akan terus tumbuh dalam suasana keterbukaan, komunikasi antar daerah yang dijiwai oleh semangat persatuan dan kesatuan dalam rangka mewujudkan pembangunan nasional yang bercirikan keragaman daerah. Oleh sebab itu harapan kita kedepan, kegiatan ini mendapat dukungan penuh dari semua elemen pemerintahan di Kabupaten Kepulauan Mentawai, termasuk dari seluruh elemen masyarakat dan lembaga-lembaga non pemerintah, tokoh agama serta pemuka masyarakat yang ada di Mentawai. Yayasan Citra Mandiri Mentawai, sebagai lembaga non pemerintah yang salah satu fokus advokasinya adalah pendidikan dan budaya sangat mendukung kegiatan ini. Ke depan, masih akan sangat banyak pekerjaan-pekerjaan yang harus dilakukan dalam rangka penyempurnaan kurikulum muatan lokal budaya Mentawai, agar dapat menjadi salah satu upaya membentuk karakter pendidikan yang berbudaya dan budaya yang berpendidikan di Mentawai. Semoga pula inisiatif , dapat memotivasi daerah-daerah lain di Mentawai, seperti di Sipora dan Pagai Utara Selatan. Yang tentunya memiliki kekhasan daerah sendiri namun tetap dalam rangkaian kebhinekaan budaya di Mentawai. Ini bukan soal siapa yang memulai dan siapa yang melakukan, namun lebih dari itu ini adalah demi generasi mentawai kedepan agar tidak kehilangan identitas diri dan kesempatan untuk memahami budayanya secara utuh. Kami berharap, inisiatif-inisiatif seperti ini dapat terus dikembangkan, dan tidak berhenti pada acara semiloka di wilayah Siberut saja, tetapi pemkab juga sudah harus berinisiatif untuk memikirkan penerapan muatan lokal di sekolah-sekolah di Mentawai seperti daerah-daerah-daerah lain di Indonesia yang sudah menjalankan dan memasukkan mata pelajaran mulok di dalam rapor sekolahnya. ***


Puailiggoubat NO. 244, 15 - 31 Juli 2012

24


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.