28 minute read
FOOD INFO
Pelumas Food Grade untuk Mesin & Peralatan Industri Pangan
Keamanan pangan menjadi faktor penting dalam perdagangan global saat ini. Industri pangan perlu terus memantau perkembangan isu keamanan pangan terbaru. Upaya menjamin keamanan pangan ini perlu ditingkatkan utamanya pada proses produksi. Praktik yang higienis pada mesin dan peralatan pengolahan pangan perlu dilakukan untuk memfasilitasi pencegahan dan pembersihan kontaminan dari produk.
Advertisement
Kontaminan yang paling umum ditemui pada produk pangan adalah mikrobiologi, yaitu bakteri, kapang, dan khamir. Selain itu, kontaminan fisik (seperti serpihan benda asing, atau bahkan komponen peralatan) dan kontaminan kimia (seperti alergen, residu deterjen, disinfektan, dan minyak pelumas) juga sering terjadi.
Meski tidak terlihat, minyak pelumas memiliki peran yang penting dalam proses produksi pengolahan pangan. Pelumas membantu performa dan mempertahankan mesin dan peralatan pengolahan pangan tidak cepat aus. Karena ada kemungkinan kontak antara pelumas dan pangan yang diolah, maka pemilihan dan penggunaan pelumas pun tidak bisa dilakukan dengan sembarangan. Perlu diingat bahwa selama proses produksi, selalu ada kemungkinan kontak pelumas dengan bahan pangan.
Karena pelumas bukanlah bagian
Resa Rosiyadi, Product Manager Dowsil - Molykote (Lubricants) PT Eonchemicals Putra
dari ingridien suatu produk pangan, maka kontak yang tidak sengaja dapat menyebabkan kontaminasi pangan. “Karena pentingnya faktor keamanan di industri pangan, maka perlu memastikan penggunaan pelumas yang food grade. United States Department of Agriculture (USDA) memiliki kategori pelumas food grade yang dapat digunakan seperti H1, H2, dan H3,” ujar Product Manager Dowsil - Molykote (Lubricants) PT Eonchemicals Putra, Resa Rosiyadi dalam kesempatan wawancara FoodReview Indonesia secara daring beberapa waktu lalu.
Lebih lanjut Resa menjelaskan bahwa pada kategori H1 adalah jenis pelumas yang digunakan dalam proses pengolahan pangan di mana ada
Fatkhur Rozaq, Product Manager Cleaner & Vehicle PT Eonchemicals Putra
kemungkinan bahan pangan terpapar secara tidak sengaja atau insidentil. “Jika terjadi kontaminasi, maka ambang batas yang diperbolehkan pada bahan atau produk pangan tersebut adalah <10 ppm atau 0,001 persen,” imbuh Resa. Untuk memutuskan penggunaan pelumas pada mesin dan peralatan industri pangan, perlu beberapa pertimbangan yang harus dilakukan. Paling penting adalah melakukan verifikasi pada spesifikasi pelumas yang akan digunakan. Hal ini dapat dilakukan dengan melihatnya pada website NSF (https://www.nsf. org/).
“Tidak kalah penting, perlu diperhatikan pula persyaratan lain seperti sertifikasi halal dan kosher, terutama jika di wilayah tersebut mensyaratkan hal itu,” kata Resa. Selain itu, perlu juga memahami sisi teknis yang diperlukan pada mesin dan peralatan yang akan menggunakan pelumas. Setiap mesin dan peralatan tentu memiliki kebutuhan yang berbeda dan dapat mempengaruhi pemilihan pelumas yang digunakan.
Dukungan clean in place
Untuk memastikan keamanan pangan, maka masih ada hal lain yang perlu dilakukan seperti memastikan kondisi proses produksi yang higienis. Untuk mencapai hal tersebut ada beberapa cara yang dapat dilakukan seperti melakukan proses clean in place (CIP). CIP adalah program pembersihan permukaan interior peralatan dan jalur produksi tanpa membongkar instalasi sistem yang terpasang dari kotoran sisa proses produksi. Dalam kesempatan yang sama, Product Manager Cleaner & Vehicle PT Eonchemicals Putra, Fatkhur Rozaq menuturkan bahwa ada banyak keuntungan mengaplikasikan CIP pada industri termasuk industri pangan. “CIP ini sangat membantu dalam proses pembersihan mesin dan alatalat yang sulit dijangkau, sehingga dengan menggunakan CIP proses pembersihan dapat berlangsung lebih efektif,” ungkapnya. Dalam mendesain CIP, ada beberapa hal yang juga perlu dipertimbangkan yakni (1) CIP hanya digunakan untuk peralatan yang bisa dibersihkan dengan sistem CIP, (2) sirkuit pembersihan tangki dipisah dengan sirkuit pipa, (3) jalur pipa yang panjang dimungkinkan untuk pembersihan parsial (sirkuit pendek), (4) pipa besar dan kecil tidak boleh dibersihkan secara bersamaan, dan (5) pastikan sistem pembersihan beraliran turbulen. Fri-35
Potensi Ekspor Singkong Beku
Singkong merupakan pangan lokal alternatif yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan. Merujuk data Trademap, pada tahun 2020, Indonesia telah mengekspor produk singkong beku (HS 071410) sebanyak 16.529 ton dengan nilai mencapai USD 9,7 juta atau mengalami peningkatan dari tahun 2019 sebesar 4.829 ton dengan nilai USD 4,1 juta. Hal ini tidak lain karena minat negara Eropa dan Amerika terhadap singkong.
“Singkong telah merambah pasar dunia. Produk olahan dari singkong juga banyak digemari sebagai penganan dan camilan premium,” ujar Plt. Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (IKMA) Kementerian Perindustrian, Reni Yanita dalam Siaran Pers Kemenperin di Jakarta, 22 Oktober lalu. Untuk dapat terus memenuhi pasar global ini, diperlukan standar produk yang berkualitas, praktis, higienis, dan tentunya aman untuk dikonsumsi. Salah satu caranya adalah dengan menerapkan sertifikasi Hazard Analysis Critical Control Points (HACCP). HACCP merupakan suatu pedoman atau prosedur yang mengatur perusahaan atau produsen untuk memproduksi produk pangan agar aman, bermutu dan layak dikonsumsi. Dengan memiliki sertifikat HACCP, produsen dapat memberikan jaminan kepada konsumen terkait kualitas produk yang dihasilkan dan akan
meningkatkan rasa percaya diri dalam pengembangan akses pasar, terutama menembus pasar global. Terkait dengan singkong beku, Reni memberikan contoh salah satu IKM pangan yang berhasil melakukan ekspor singkong beku. IKM ini merupakan binaan Ditjen IKMA yang menjadi peserta Indonesia Food Innovation (IFI) tahun 2021 dan mendapatkan fasilitasi sertifikasi HACCP. “CV Nusantara Jaya Food merupakan IKM pangan dengan produk unggulan singkong beku dan telah berhasil berinovasi dengan implementasi teknologi untuk mengoptimalisasi kesegaran singkong dan memperpanjang umur simpannya sehingga dapat memenuhi standar mutu negara tujuan ekspor. Keunggulan singkong beku yang dihasilkan memiliki warna putih, tekstur lembut, dan ukuran seragam,” imbuh Reni. IKM ini memiliki kapasitas produksi singkong beku sebesar 30 ton per bulan dengan jumlah ekspor mencapai 27 ton per bulan, meningkat 100% dibandingkan sebelum menerapkan HACCP. Dengan capaian ini, Kemenperin memberikan apresiasi yang tinggi terutama dalam mengangkat produk lokal hingga bisa dikenal di pasar internasional. Ditjen IKMA Kemenperin akan terus mendukung serta mengapresiasi IKM pangan yang mau terus berinovasi dan mengangkat produk pangan lokal baik di pasar domestik maupun pasar internasional.
Fri-35
Industri Pangan Halal Global Terus Berkembang
Industri pangan halal diproyeksikan akan terus mengalami peningkatan sejalan dengan cita-cita Indonesia sebagai pusat produsen halal dunia. Ekonomi syariah dan industri halal saat ini telah menjadi sumber pertumbuhan ekonomi baru. Beberapa negara, termasuk negara berpenduduk mayoritas non-muslim, telah menjadikan ekonomi syariah sebagai salah satu motor penggerak ekonomi. State of Global Islamic Economic Report mengungkapkan, dalam tiga tahun terakhir posisi Indonesia terus meningkat menjadi posisi empat pada tahun 2020 dan masuk Top 10 di seluruh sektor. Untuk mencapai hal tersebut, salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan sertifikasi halal. “Sertifikasi halal mutlak diperlukan untuk menjadikan Indonesia sebagai pusat produsen halal dunia karena memegang peran penting dalam keberhasilan ekspor produk. Seperti yang sudah diketahui, beberapa negara mewajibkan produk halal masuk ke negaranya yang ditandai dengan bukti fisik berupa sertifikat halal, terutama negara dengan penduduk mayoritas muslim,” ungkap Direktur Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah Bank Indonesia, Prijono dalam webinar yang diselenggarakan oleh Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPPOM MUI) dan Bank Indonesia pada 22 Oktober 2021 lalu secara daring.
Sertifikasi halal juga diperlukan untuk meningkatkan daya saing produk di pasar global. Per September 2021, data Lembaga Pengkajian Pangan, Obatobatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) menyebutkan bahwa terdapat 310.589 produk halal dengan 8.823 ketetapan halal dari 6.338 perusahaan beredar di Indonesia. Direktur Eksekutif LPPOM MUI, Ir. Muti Arintawati, M.Si., menyampaikan bahwa pihaknya turut mengamati dan merasakan perubahan tersebut. Seperti kita ketahui, LPPOM MUI merupakan pelopor sertifikasi halal di Indonesia sejak tahun 1989. “Jika dulu sertifikat halal hanya dipersyaratkan oleh negara berpenduduk mayoritas muslim, saat ini bahkan untuk keperluan pengembangan industri produk halal dan pariwisata, negara-negara bukan muslim turut menjadi pasar produk halal yang potensial,” katanya. Persyaratan sertifikat halal, lanjut Muti, yang diterima untuk menjadi tiket masuk suatu negara juga semakin berkembang. Sertifikat halal tidak cukup diterbitkan oleh suatu Lembaga Islam, Lembaga Sertifikasi Halal (LSH) tersebut harus memenuhi berbagai persyaratan akreditasi yang cukup rigid. LPPOM MUI menjadi LSH pertama yang telah terakreditasi SNI ISO/IEC 17065:2012 dari Komite Akreditasi Nasional (KAN), serta telah diakui oleh lembaga sertifikasi halal luar negeri, Emirates Authority for Standardization and Metrology (ESMA) pada standar UAE 2055:2-2016. Standar sertifikasi dan Sistem Jaminan Halal (SJH) yang dirancang serta diimplementasikan oleh LPH LPPOM MUI telah pula diakui bahkan juga diadopsi oleh lembagalembaga sertifikasi halal luar negeri, yang kini mencapai 44 lembaga dari 26 negara. Fri-35
Info & Pemesanan langganan@foodreview.co.id (0251) 8372333, 8322732
Pemenuhan Persyaratan Label Produk Pangan yang Dijual Secara Online terhadap Peraturan Label Pangan
Karakteristik Fisikokimia dan Sensori Mayonnaise pada Berbagai Komposisi Asam Lemak dari Penggunaan Minyak Nabati Berbeda
Karakteristik Pati Sagu (Metroxylon sp.) Hasil Modifikasi Ikat Silang
Rp. 75.000
Jurnal Mutu Pangan (Indonesian Journal of Food Quality)
INFO GAPMMI
Yunawati Gandasasmita, dari GAPMMI menyampaikan paparan mengenai Opportunities and Challenges for Food Business In COVID-19 Era
• Dalam rangka memperingati World
Food Day 2021, Perhimpunan
Penggiat Pangan Fungsional dan Nutrasetikal Indonesia (P3FNI) menyelenggarakan International
Virtual Seminar yang difokuskan pada riset dan pengembangan, aspek teknis, serta regulasi produk pangan fungsional dan nutraseutikal yang berkelanjutan. Di dalam seminar tersebut turut digelar diskusi panel yang membahasregulasi pangan fungsional dan nutraseutikal pada 16 Oktober 2021. Hadir sebagai pembicara dari kalangan pemerintah (BPOM RI, BSN), asosiasi industri (GAPMMI, APSKI), perwakilan industri (SOHO) serta akademisi dari dalam dan luar negeri. Kegiatan ini merupakan peluang untuk dapat berdialog dengan regulator terkait permasalahan dan tantangan yang dihadapi Industri dalam mengembangkan produk pangan fungsional dan nutraseutikal. Di samping itu, kegiatan ini juga menjembatani dengan pembicara dari negara-negara lain untuk berbagi informasi dalam hal regulasi pangan fungsional dan nutraseutikal. Yunawati Gandasasmita sebagai narasumber dari GAPMMI diminta menyampaikan paparan mengenai
Influence of Health Benefit Claims
Regulation for Industry in Developing
Functional Food Products. • Program studi Food Business
Technology Universitas Prasetiya
Mulya kembali melaksanakan Webinar
Captivating Live as Food Innovators and Entrepreneurs (CLAVE 3.0) pada 16 Oktober 2021, suatu kompetisi food business prototype/plan untuk siswa/i SMA dan sederajat). Tema yang diangkat tahun ini adalah
“Probiotics for Health Improvement”. Yunawati Gandasasmita sebagai narasumber dari GAPMMI diminta menyampaikan paparan mengenai
Opportunities and Challenges for Food
Business In COVID-19 Era. Fri-31
3M™ Petrifilm™ Plate Reader Advanced Akurasi dalam Pengujian Keamanan Pangan
Pengujian mikrobiologi menjadi perhatian laboratorium keamanan pangan. Laboratorium keamanan pangan ditantang setiap hari untuk segera memenuhi tujuan pengujian. Menghitung koloni mikroba secara manual, mungkin sulit untuk membedakannya dari partikel makanan. Ketika hasil direkam atau ditranskripsi secara manual, ada risiko hasil salah pencatatan atau disalin. Namun, risiko tersebut dapat dikurangi melalui penggunaan teknologi, dan tentunya membantu mengurangi keterlambatan pengiriman makanan ke pasar untuk konsumen. 3M™ Petrifilm™ Plate Reader Advanced (3M PPRA)dapat membantu meningkatkan produktivitas laboratorium dan dapat mendukung peningkatan keberkelanjutan dengan membebaskan teknisi untuk melakukan lebih banyak tugas lainnya.
Sebuah studi yang dilakukan 3M membandingkan hasil perolehan 3M Petrifilm Plates dan perhitungan manual. Hasilnya, mayoritas teknisi membutuhkan 30 hingga 45 menit untuk menghitung tumpukan 25 plates 3M Petrifilm Aerobic Count Plate yang berisi rata-rata 225 koloni per piring. Sebagai perbandingan, 3M PPRA menghitung jumlah yang sama hanya dalam 2 hingga 4 menit.
Lebih lanjut terkait 3M PPRA, silakan simak video di bawah ini.
Meningkatkan Kualitas Protein Nabati
Protein memiliki berbagai manfaat bagi tubuh manusia. Karena itu, di Indonesia, pemenuhan kualitas dan kuantitas akan protein ini telah diatur dalam Angka Kecukupan Gizi (AKG). Rata-rata angka kecukupan protein bagi masyarakat Indonesia adalah 57 gram per orang per hari. Data dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (2015-2020) menunjukkan bahwa sebesar 67% masyarakat Indonesia banyak mengonsumsi protein nabati dan konsumsi protein hewani berkisar di angka 33%.
“Jika dibandingkan nilai gizinya, protein nabati ini (terutama lokal seperti tempe, kacang hijau, kacang, dan kedelai) nilai gizinya tidak jauh berbeda dengan hewani (daging sapi),” tutur Guru Besar Ilmu dan Teknologi Pangan, Prof. Dr. Made Astawan dalam Webinar on Future Protein Food – Market Trends, Innovation & Growth Opportunities with Soy yang diselenggarakan oleh GAPMMI
& US SOY pada 19 Oktober 2021 lalu. Made juga mengatakan bahwa meski konsumsi saat ini banyak didominasi oleh protein nabati, tetapi tidak dapat dimungkiri bahwa kualitas protein hewani memiliki proporsi asam amino yang lebih tinggi dibandingkan dengan protein nabati. “Untuk meningkatkan kualitas protein nabati, dapat pula melakukan komplementasi atau menggabungkan dua bahan yang keduanya nanti dapat saling melengkapi satu sama lain,” imbuh Made. Sebagai contoh, mengonsumsi nasi dan tempe akan meningkatkan komplementasi asam amino yang dapat membantu kebutuhan asam amino esensial. Contoh lain dari komplementasi protein ini adalah kelompok legumes yang memiliki asam amino isoleusin dan lisin tetapi kurang pada metionin dan tripsin. Sedangkan pada kelompok cereals memiliki metionin dan tripsin tetapi kurang pada isoleusin dan lisin.
Sehingga, ketika kedua kelompok jenis pangan ini digabungkan akan memiliki komplementasi protein yang saling melengkapi. Selain melalui komplementasi, cara lain untuk meningkatkan kualitas protein adalah dengan suplementasi seperti penanmbahan L-lysine pada beras.
Namun, proses ini tentu memiliki biaya yang tinggi. Contoh lain suplementasi adalah penambahan L-methionine pada sari kedelai yang dapat meningkatkan nilai gizi dari produk tersebut.
Memahami konsumen
Dalam kesempatan yang sama, Adjunct Professor National University of Singapore, Dr. ONG Mei Horng menyampaikan bahwa potensi protein utamanya nabati sangat besar untuk dikembangkan, termasuk di Indonesia. Jika belajar dari pasar-pasar yang telah sukses sebelumnya, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan jika ingin mengembangkan produk berbasis nabati.
“Memahami konsumen menjadi kunci penting untuk memasuki pasar. Sebagai contoh, sari kedelai dahulu dikenalkan hanya sebagai minuman fungsional, yang dapat memberikan manfaat untuk kesehatan. Namun, seiring berkembangnya pengetahuan dan gaya hidup konsumen, kini sari kedelai bahkan memiliki dampak sosial yang besar terutama terkait keberlanjutan,” ungkapnya. Menurutnya, sari kedelai di Indonesia masih menempati posisi di tingkat fungsional dan emosional. Sedangkan, negara lain seperti Thailand, telah menempati posisi yang dapat mengubah hidup dan memberikan dampak sosial. Fri-35
Kemenperin Buka Kembali Kompetisi IFI 2021
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) melalui Direktorat Jenderal Industri Kecil Menengah dan Aneka (Ditjen IKMA) kembali menyelenggarakan Kompetisi Indonesia Food Innovation (IFI) 2021 guna menumbuhkan dan mengembangkan wirausaha pemula potensial Industri Kecil dan Menengah (IKM) khususnya sektor pangan yang inovatif, kreatif dan produktif sehingga dapat bersaing di pasar global.
“Setelah sukses dengan penyelenggaraannya tahun lalu, kami percaya melalui program pembinaan dan pendampingan yang diselenggarakan IFI 2020, IKM pangan siap untuk meningkatkan skala bisnisnya menuju IKM modern yang marketable, profitable dan sustainable.” tutur Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita dalam Siaran Pers Kemenperin pada Kamis, 28 Oktober 2021 lalu.
IKM pangan memainkan peran penting sebagai komponen pemberdayaan masyarakat di Indonesia. Populasi IKM pangan diperkirakan mencapai sekitar 1,68 juta unit usaha atau 38,27% dari total unit usaha IKM secara keseluruhan. "Di samping itu, IKM makanan dan minuman mampu menyerap sekitar 3,89 juta tenaga kerja atau sebesar 37,52 % dari total tenaga kerja IKM sehingga menjadikannya sebagai industri padat karya," ucap Plt. Direktur Jenderal Industri Menengah dan Aneka Kemenperin, Reni Yanita.
IFI 2021 bertujuan memacu IKM pangan untuk meningkatkan nilai inovasi dan pemanfaatan penggunaan bahan baku lokal yang cukup banyak dan beragam, guna menghadapi persaingan industri global serta membaca tren dan kebutuhan pasar dalam negeri maupun kancah global.
Program IFI pada tahun 2021 ini merupakan pelaksanaan kali ke-2, tema yang diusung kompetisi IFI 2021 adalah “Promoting Sustainable Supply Chain and Added Value through Innovation to Serve the Dynamic Markets” yaitu pengembangan kapasitas bisnis untuk pelaku industri pangan yang
memberikan solusi ratai pasok dan added value kepada komoditas bahan pangan Indonesia melalui inovasi yang berkelanjutan untuk memenuhi perubahan pasar yang dinamis.
Pendaftar calon peserta IFI 2021 melalui website ifi.kemenperin.go.id mencapai 1.638 IKM yang selanjutnya dikurasi untuk menentukan 40 IKM terpilih yang terdiri dari 9 IKM kategori intermediate product dan 31 IKM kategori end product. Sebanyak 40 IKM terpilih tersebut telah mengikuti rangkaian kegiatan food camp yang dilaksanakan mulai tanggal 14 April-25 Mei 2021.Peserta yang lolos kurasi dari program IFI mendapatkan banyak manfaat berupa pembinaan dari Ditjen IKMA dalam bentuk program Food Camp yang berisikan coaching dan mentoring oleh pakar profesional yang melibatkan akademisi, praktisi dan industri pangan untuk meningkatkan kapabilitas dari segi aspek teknis maupun bisnis menuju IKM pangan modern.
Reni menambahkan, “Program Food Camp IFI merupakan kegiatan mentoring yang interaktif, guna penajaman ide bisnis IKM pangan yang dituangkan pada dua tema yaitu food business creation dan food business process improvement.”
Pada tema food business creation, peserta akan diberi materi mengenai industri dan ekosistem bisnis pangan, teknologi dan inovasi pangan, pengembangan produk pangan baru, serta strategi bisnis pangan. Sedangkan, pada tema food business process Improvement, peserta akan diberikan materi mengenai manajemen keuangan, pemasaran, branding, operasi dan kualitas, serta materi mengenai peraturan keamanan pangan.
“Seperti tahun sebelumnya, terdapat dua kategori peserta yang dapat mengikuti kompetisi IFI 2021 yaitu IKM Pangan penghasil produk antara (intermediate product) sebagai bagian rantai suplai industri pangan dan IKM pangan yang menghasilkan produk olahan pangan untuk kebutuhan konsumen akhir (end product), yang berkesempatan memenangkan hadiah berupa piala, piagam dan uang pembinaan dengan besaran Rp 40 juta untuk juara I, Rp 25 juta untuk juara II dan Rp 15 juta untuk juara III pada masing-masing kategori.” ungkap Reni.
Selain itu, pemenang dari kompetisi ini akan diprioritaskan untuk mengikuti program akselerasi lanjutan pengembangan bisnis melalui coaching dan mentoring eksklusif scaling up usaha dan memperoleh fasilitasi sertifikasi Hazard Analitical Critical Control Point (HACCP) dan investor macth making ataupun fasilitasi membership e-commerce global serta berbagai macam kegiatan pameran. “Ditjen IKMA mengajak IKM di seluruh Indonesia untuk berpartisipasi dan ikut serta dalam program IFI di tahun mendatang. Diharapkan IKM pangan memiliki kesiapan dan strategi yang tepat dalam meningkatkan kualitas, membangun branding, melakukan adaptasi, memperkuat inovasi, serta mampu dalam membaca tren dan kebutuhan pasar yang selalu berubah.” pungkas Reni. Fri-35
Tren Sertifikasi Keberlanjutan
Keberlanjutan akhir-akhir ini menjadi poin penting dalam setiap aspek kehidupan. Mulai dari produksi, konsumsi, hingga gaya hidup tidak terlepas dari tren keberlanjutan. Keberlanjutan pada akhirnya memiliki makna yang meluas mencakup bagaimana mulanya, ketersediaannya, serta kuantitas dan kualitasnya untuk masa yang akan datang. Merebaknya kepentingan tersebut pada akhirnya memunculkan kebutuhan yang lebih besar seperti sertifikasi keberlanjutan. Terminologi sertifikasi keberlanjutan juga berkembang sedemikian rupa, ada yang menyebutnya tata kelola lingkungan global (global environmental governance), kemitraan sertifikasi global (global certifying partnership), inisiatif tata kelola perusahaan (corporate governance initiatives), regulasi keberlanjutan (sustainability regulation), dan lain sebagainya. “Sertifikasi keberlanjutan ini mempromosikan produksi komoditas pertanian yang berkelanjutan dan secara bersamaan melayani kepentingan bisnis dan pembangunan,” kata Profesor Ekonomi Pertanian Universitas Lampung, Prof. Bustanul Arifin dalam Seminar International ICAPHP 3 yang diselenggarakan oleh Balai Besar Litbang
Pascapanen Pertanian secara hibrida di Bogor, 12-13 Oktober 2021 lalu. Lebih lanjut, Bustanul juga menuturkan bahwa tren ini menyebabkan perubahan pada rantai pasok global yang memengaruhi potensi ekspor pada ekonomi negara berkembang termasuk pada kesejahteraan petaninya. Di Indonesia, tantangan keberlanjutan ini dapat dilihat dari beberapa komoditas kopi dan sawit. Indonesia adalah produsen ke-4 setelah Brazil, Vietnam, dan Kolombia. Tetapi untuk jenis Robusta, Indonesia menempati posisi kedua setelah Vietnam.
“Mayoritas produksi kopi di Indonesia masih dimiliki oleh petani kecil,” tambah Bustanul. Sertifikasi keberlanjutan dalam kopi telah berkembang pesat dalam beberapa dekade terakhir, mengikuti fluktuasi harga global, sebagai respons dari tren yang berkembang dari tata kelola lingkungan global dalam perdagangan komoditas pertanian. Standar dan sertifikasi berkelanjutan saat ini ada beberapa jenis seperti Rainforest Alliance (RA), UTZ, dan Common Code of Coffee Community (4C). Semua jenis ini memiliki prioritas pada berbagai aspek produksi kopi yang berkelanjutan dan umumnya berfokus pada berbagai tipe produsen.
Penelitian dan pengembangan pascapanen
Keberlanjutan kopi adalah salah satu contoh. Ke depan, masih banyak komoditas pascapanen lain yang juga memerlukan penanganan yang tepat untuk menghasilkan kualitas yang baik. Apalagi saat kondisi pandemi seperti saat ini. Dunia sangat rentan akan kondisi kerawanan pangan, untuk itu dibutuhkan dukungan penelitian dan pengembangan di bidang pascapanen. Balai Besar Litbang Pascapanen Pertanian secara hibrida menyelenggarakan The 3rd International Conference on Agricultural Postharvest Handling and Processing (ICAPHP) yang merupakan salah satu wadah untuk sosialisasi dan jejaring kolaboratif.
Acara diikuti oleh lima negara yaitu Jepang, Italia, Perancis, Australia dan Indonesia. Acara dihadiri oleh tujuh invited speaker dari lintas negara. Naskah paper yang terkumpul sebanyak 122 dan terseleksi sebanyak 93 naskah yang akan dipresentasikan secara langsung. Acara terbagi menjadi dua sesi yaitu sesi pertama yang terselenggara pada hari pertama berupa acara seremonial dan parallel session untuk invited speaker. Pada hari kedua akan diisi dengan acara pemaparan dari para presenter makalah yang terseleksi sebanyak 93 presenter.
Acara ini juga diiringi dengan peluncuran 10 produk unggulan dari Balai Besar Litbang Pascapanen Pertanian. Produk-produk pertanian yang diluncurkan di antaranya: nano waxing produk buah segar, pupuk nano biosilika, node biosilika, biopellet, yoghurt kambing, nasi instan, mie nusantara, tepung telur, tepung pre- gel, dan gelatin halal. Fri-35
YOURS, MINE AND OURS
Let’s be honest, no one likes a onetier cake. It’s lacks depth, volume and it’s difficult to share. That’s why bakers decorate two, three, even five tier-cakes. Your cake should make a statement.
But that means every cake’s tier depends on the one beneath it. We proved that recently, when we stacked two of our mixing portfolios to develop a new solution for a specialty chemical client.
A Prior Relationship
The company in Western Europe recently asked our Finland team, part of the Uutechnic brand, to design efficient mixer specifications for their new tank system. We’ve partnered with this customer for over two decades, improving their mixing processes globally, and they’ve also used Lightnin mixers for several years in the Americas. In January, SPX FLOW acquired Uutechnic, and now the customer wanted a tiered cake.
Getting it Right
The company sent our Uutechnic team the specs for the tank system. They outlined the size of the tank, which would be used to mix ground calcium carbonate, the particle size distribution (PSD) and the viscosity of the slurry. Because Uutechnic is now part of SPX FLOW, we had the opportunity to leverage the expertise of our Innovation Center in Rochester, N.Y. There, we tested the suggested mixing process using actual material received from the customer.
The initial agitator sizing was based on the received product data. In the lab testing, however, we found the product was not moving over the whole tank height.
In fact, the upper part of the tank was not moving at all if the agitator rotational speed was not increased significantly above the intended speed. We attributed this behavior to the product being much more viscous than the information we originally received.
Based on the findings, the product could be mixed by increasing the rotational speed (rpm) of the original design, but increasing rpm is not an efficient way to mix a very viscous product.
Further lab tests proved the whole tank could be mixed with less power input by increasing the impeller diameters. So that’s what we designed.
Icing on the Cake
After this discovery, we recommended the agitator with larger impellers. It would create a stronger flow field with each agitator revolution instead of increasing the shaft’s rotational speed.
They accepted our recommendations, and we’ve begun manufacturing this specialty mixer. This innovative solution also became an opportunity for our teams to leverage our collaborative skills. By combining Uutechnic and Lightnin, our distribution networks are even wider, our expert insights are even broader, and our strategic engineering practices are even sharper. We’re better together.
Now, who wants cake?
Gear Agitator Type by UUTECHNIC - SPXFLOW
The most robust drive unit is a special agitator gear tailored to handle the torque and bending moments of the agitator without any additional bearings. Agitator gears are suitable for motor power up to 1 MW and shaft diameter up to 500 mm.
The Author: Jouni Laine, Sales Director for the Uutechnic and Jamix
Source: https://www.spxflow.com/blog/yours-mine-and-ours/
Authorized Distributor
Rukan Kirana Boutique Office. Blok F3 no 12, Boulevard Raya No 1. Kelapa Gading. Jakarta Utara - Indonesia, 14240 Telephone: +6221 4585 8833 Fax: +6221 4587 8338 Email: info@arasains.co.id
Perkembangan Regulasi Ekspor Produk Pangan ke China
Praktik ekspor sangatlah kompleks. Ada banyak hal yang perlu dipenuhi sebelum berhasil melakukan ekspor. Salah satunya terkait dengan regulasi. Sehubungan adanya notifikasi World Trade Organization (WTO) tentang Decree of General Administration of Customs of the People’s Republic of China (GACC) No. 248 on12 April 2021, ada kewajiban pelaku usaha yang akan ekspor ke China untuk mendaftarkan sarana produksinya ke otoritas kompeten di China. Maka dari itu kementerian/lembaga bersama asosiasi terkait sedang melakukan pembahasan untuk menyikapi implementasi peraturan ini.
1. Overseas Facilities Registration
Regulation - Decree 248
• GACC Decree 248 (D248) akan mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2022. • Mewajibkan semua produsen pangan, pengolah, dan fasilitas penyimpanan dari produk pangan yang diekspor ke China untuk didaftarkan. • Ruang lingkup produknya mencakup semua produk pangan kecuali bahan tambahan pangan. • Tergantung pada kategori produk, produsen pangan harus mendaftar GACC baik: a)Melalui otoritas yang berwenang dari negara pengekspor: daging dan produk daging, selubung sosis, produk akuatik, produk susu, produk sarang burung, produk lebah, telur dan produk telur, minyak dan lemak nabati, biji minyak, produk gandum isi, bijibijian yang dapat dimakan, produk industri biji-bijian giling dan malt, segar dan sayuran kering, kacang kering, bumbu, kacang-kacangan dan biji-bijian, buah-buahan kering, kopi dan biji kakao yang tidak dipanggang, pangan untuk tujuan diet khusus, dan pangan untuk kesehatan. (sebelumnya hanya
fasilitas luar negeri produk daging dan produk daging, produk susu, produk pangan laut, dan sarang burung walet yang wajib registrasi ke GACC via Competent Authority) b)Secara langsung dan/atau melalui agen swasta: selain jenis yang disebutan di atas. • GACC melakukan evaluasi dokumen, inspeksi secara remote, dan/atau inspeksi on-site. • Masa berlaku registrasi berlaku selama 5 tahun (sebelumnya 4 tahun berdasarkan Decree 145) • Pelabelan produk mencantumkan nomor registrasi dari GACC atau nomor registrasi yang disetujui oleh otoritas kompeten negara pengekspor pada kemasan dalam dan luar.
2. Administrative Measures on Import and Export Food Safety - Decree 249
• GACC Decree 249 merupakan tindak lanjut dari Decree 248 yang juga akan mulai berlaku pada 1 Januari 2022. • Setelah implementasi, akan menggantikan beberapa peraturan yang dikeluarkan oleh Administration of Quality Supervision, Inspection and
Quarantine (AQSIQ) sebelumnya, termasuk keputusan AQSIQ 144 (yang mengatur impor dan ekspor daging, susu, dan produk air serta madu). • Tindakan administratif mencakup berbagai persyaratan termasuk evaluasi dan tinjauan sistem manajemen keamanan pangan; pendaftaran fasilitas di luar negeri; tata cara pengisian dokumen
oleh importir, eksportir, dan agen komersial; karantina dan pemeriksaan; pelabelan produk; dan peringatan risiko keamanan pangan. • Dibandingkan dengan langkahlangkah yang saat ini berlaku, Decree 249 menyajikan perubahan besar berikut: a)Menekankan bahwa produsen dan operator bertanggung jawab atas keamanan produk pangan yang mereka produksi dan tangani; b)Memperkenalkan konsep penilaian kesesuaian, yang meliputi evaluasi sistem manajemen keamanan pangan, pendaftaran fasilitas ekspor pangan luar negeri, dan pemenuhan syarat administratif yang diperlukan oleh importir dan eksportir; c)Mengharuskan importir pangan untuk membuat sistem untuk meninjau pemasok mereka, termasuk eksportir luar negeri dan fasilitas produksi; d)Menjelaskan prosedur pemeriksaan on-site yang dapat dilakukan oleh
GACC; dan, e)Menetapkan langkah-langkah pengendalian potensial dalam menanggapi insiden terkait pangan di luar negeri yang dapat berdampak pada keamanan pangan di China. • Pasal 4 Keputusan 249: produsen dan operator bertanggung jawab atas keamanan impor dan ekspor pangan yang mereka produksi dan tangani.
Lebih lengkap terkait hal ini dapat disimak pada tautan berikut: https://bit.ly/211025GACCupdate.
BLOCKCHAIN
UNTUK INDUSTRI PANGAN PASCAPANDEMI
Oleh Yandra Arkeman & Hendri Wijaya Departemen Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian IPB University
Kita semua patut bersyukur karena pandemi COVID-19 akan segera berlalu dan kita harus bersiap-siap untuk kembali secara bertahap melaksanakan berbagai aktivitas secara normal. Demikian juga dengan industri pangan yang selama ini tertekan di era pandemi. Industri pangan diperkirakan akan mulai dapat perlahan naik seiring dengan peningkatan aktivitas masyarakat.
Berakhirnya pandemi, bukan berarti berhentinya digitalisasi. Justru sebaliknya, kondisi pasca pandemi saat ini akan semakin mendorong kebutuhan digitalisasi industri pangan, di mana efisiensi dan efektivitas produksi menjadi kata kunci daya saing industri. Kebiasaan menjaga jarak dan larangan berkerumun akan “memaksa” industri untuk beroperasi dengan lebih sedikit manusia dan lebih banyak mesin-mesin otomatis berbasis teknologi digital. Selain itu, masyarakat yang baru bangkit dari keterpurukan ekonomi, tentu membutuhkan produk pangan dengan harga yang lebih rendah tanpa mengabaikan standar kualitas dan keamanan pangan. Produk harus dibuat sesuai dengan protokol kesehatan yang ketat sehingga bebas dari virus corona dan virus-virus lain yang berbahaya.
Salah satu teknologi digital yang penggunaannya akan meningkat di era pascapandemi ini adalah blockchain. Teknologi blockchain diperlukan untuk mendigitalisasi industri pangan secara terintegrasi antar pelaku bisnis dari pemasok, pabrik, distributor, ritel hingga ke konsumen. Blockchain akan mencatat setiap transaksi yang ada pada setiap pelaku dan catatan transaksi ini secara otomatis akan terbagi ke semua pelaku lainnya yang ada di dalam sistem. Blockchain akan meniadakan apa yang disebut dengan bullwhip effect di mana tingkat penyediaan dan kebutuhan tidak seimbang sehingga bisa menyebabkan over maupun under stock, sehingga sistem produksi dan rantai pasok akan lebih efisien.
Blockchain juga meningkatkan transparasi transaksi antar pelaku,
sehingga akan terbangun kepercayaan antar pelaku yang pada akhirnya akan dapat menjaga kontinuitas bisnis. Jadi, blockchain akan memastikan tidak ada kecurangan dalam semua transaksi di sepanjang rantai pasok. Artinya, blockchain bisa memastikan semua pasokan akan sampai di tangan konsumen dalam jumlah dan mutu yang telah ditentukan. Jika ada kecurangan, akan terlihat jelas. Perubahan pencatatan tidak mungkin dilakukan karena blockchain memiliki sistem penyimpanan data yang irreversible (kekal) dengan menggunakan teknologi cryptography.
Smart factory
Kendati demikian, blockchain tidak bisa berjalan sendiri. Blockchain yang berfungsi sebagai tulang punggung industri pangan modern harus ditunjang oleh berbagai teknologi digital maju lainnya untuk mewujudkan sistem pabrikasi cerdas (smart factory). Salah satu aspek penting dalam sistem pabrikasi cerdas di bidang pangan adalah sequencing proses bisnis. Perusahaan sudah harus secara cerdas memprakirakan dan memastikan tingkat permintaan (demand). Pola permintaan pasti berbeda pada saat sebelum pandemi, selama pandemi, dan pada saat pascapandemi seperti sekarang ini. Diperlukan pendekatan yang lebih responsif dan adaptif untuk membaca pasar agar bisa lebih kompetitif.
Analisa big data yang merupakan pengolahan kumpulan data yang disimpan secara terstruktur maupun tidak terstruktur, baik yang didapat secara konvensional maupun digital, merupakan suatu aspek digitalisasi
industri yang sangat penting. Kemampuan analisa big data yang tinggi akan memudahkan industri untuk dapat membaca pola perilaku pasar dan konsumen yang selanjutnya bisa diterjemahkan ke dalam bentuk rencana produksi maupun strategi pemasaran di masa depan. Adanya tarikan pasar (market pull) menyebabkan industri harus mengerahkan seluruh sumber dayanya (seperti bahan baku, mesin dan tenaga kerja) untuk memastikan agar produksi dapat berjalan pada tingkat yang sesuai dengan permintaan konsumen. Proses produksi menjadi kata kunci pada fase ini yaitu fase setelah penentuan permintaan. Teknologi digital seperti simulasi cerdas, autonomous robots, Intelligent Enterprises Resource Planning (I-ERP) dan Internet of Things (IoT) akan sangat diperlukan. Simulasi yang cerdas merupakan teknologi digital yang sangat diperlukan. Simulasi masih diperlukan karena merupakan alat yang efisien untuk dapat menganalisis dampak pengambilan keputusan dari struktur dan perilaku produksi yang semakin kompleks. Pemanfaatan perangkat lunak simulasi digunakan baik untuk optimalisasi tingkat produksi
secara real time, proses produksi virtual sebelum menjadi produk aktual, aliran operasi produksi dan tata letak fasilitas produksi. Beberapa contoh perangkat lunak simulasi terdapat di pasaran dengan berbagai merek. Autonomous robots digunakan untuk melakukan proses produksi secara
Dynamic Mixer
Continuous Inline Mixers for Liquid homogeneous Mixtures, Emulsions and Dispersions. Advantages of Dynamic Mixers: • Very good self-cleaning during CIPcleaning • No pressure loss and No blockage entwining (clog) free • Very homogenous mixing result • Variable mixing energy through speed change via frequency converter
Homogenizer
High Shear Mixing for Emulsifying and Dispersing. Advantages of Homogenizers: • Very good self-cleaning during CIPcleaning • Efficient introduction of mixing energy • Modular design of homogenizer • Execution with double jacket and further connections possible
Authorized Distributor
Rukan Kirana Boutique Office. Blok F3 Visit Our Website no 12, Boulevard Raya No 1. Kelapa
Gading. Jakarta Utara - Indonesia, 14240
Telephone: +6221 4585 8833
Fax: +6221 4587 8338
Email: info@arasains.co.id
otomatis tanpa keletihan dengan presisi yang tinggi. Termasuk sensor cerdas yang dapat digunakan untuk mendeteksi ketidaksesuaian produksi, keoptimalan produksi. Artificial Intelligence menjadi tulang punggung pada autonomous robots. Contoh implementasi adalah sensor kualitas bahan baku susu yang dapat mendeteksi derajat keasaman maupun kandungan mikrobiologi, sensor suhu yang dapat mendeteksi derajat kepanasan proses pengemasan (packaging) produk susu kemasan minipack sehingga tidak menyebabkan kerusakan kemasan.
Penggunaan I-ERP dan IoT
I-ERP membuka barrier komunikasi antarmanajemen, bagian/divisi baik vertikal maupun horizontal sehingga akan meniadakan ketidakpresisian kebutuhan sumber daya, hasil produk, dengan pemasaran produk. Karena sifat permintaan produk yang dipercaya akan semakin responsif di era pascapandemi ini, maka perusahaan membutuhkan sarana informasi yang cepat serta tepat dan I-ERP merupakan jawabannya. Komputer, jaringan dan perangkat lunak cerdas berbasis artificial intelligence adalah unsur pembangun I-ERP. Perangkat lunak I-ERP baik yang berlisensi maupun open source menjadi semakin dibutuhkan dan meningkat penggunaanya.
IoT digunakan untuk menghubungkan antara subjek pengendali proses dengan objek. IoT memungkinkan pengendalian produksi dilakukan dari jarak jauh. IoT akan mampu mendeteksi bentukbentuk penyimpangan proses produksi dari bahan baku hingga produk jadi, termasuk juga mendeteksi fasilitas mesin dan peralatan serta lingkungan kerja yang kurang nyaman bagi pekerja sehingga akan meningkatkan kesehatan dan keselamatan pekerja. Contoh penerapan IoT adalah pendeteksian kinerja mesin pendingin (refigerator) es krim yang terdapat di berbagai pasar. Pengaktifan dust collection pada industri tepung pada saat kandungan debu melewati batas normal.
Produk yang telah diproduksi perlu didistribusikan ke konsumen. Analisa big data menjadi penting dalam mengalokasikan produk secara presisi yaitu sesuai jenis. jumlah, waktu dan tempat atau daerah pasar. Moda angkutan tentu menjadi kunci dalam distribusi logistik, sehingga diperlukan moda transportasi 4.0 yang dilengkapi dengan jejak transportasi yang tertelusur, komunikasi yang terintegrasi, pemilihan rute, dan tempat/wadah transportasi yang dapat menjaga kualitas produk. Contoh lain dari logistik cerdas adalah pengunaan kode Quick Response (QR) dan pengunanaan Radio Frequency Identification (RFID).
Jadi, blockchain dan berbagai teknologi digital maju lainnya harus dapat dimanfaatkan dengan sebaikbaiknya untuk mewujudkan industri pangan yang cerdas, adaptif dan tangguh di era pascapandemi sekarang ini. Jika di era pascapandemi ini kita tidak bisa mengadopsi dan menghasilkan inovasi teknologi digital maju seperti blockchain dan artificial intelligence dengan baik, maka industri pangan kita akan semakin ketinggalan dari negara-negara lain.