Belajar Membaca Dan Menulis

Page 1


BELAJAR MEMBACA DAN MENULIS METHODE MONTESSORI Judul Asli: A Parent’s Guide To The Montessori Class Room Penulis: Aline D. Wolf Alihbahasa: Furqon Bunyamin Husein Editor: Narti


PENGANTAR PENERJEMAH Assalamu alaikum Wr.wb. Buku karya Montessori ini sangat perlu dan bermanfaat bagi orang tua dan guru yang mengkhususkan diri membimbing anak-anak dan peserta didik di tingkat Preschool maupun di bangku Sekolah Dasar kelas 1,2 dan 3.. Buku ini selain memberi teknik pengajaran sensorik juga memberi teknik pengajaran motorik kepada anak untuk mencapai

kesempurnan

keterampilan

yang

sangat

dibutuhkan

dalam

proses

pengembangan kemampuan membaca dan menulis. Buku ini dapat dipakai oleh para orang tua untuk membimbing putra-putri mereka yang menginjak usia antara 3-5 tahun. Buku ini mengajak anak didik bermain untuk belajar bukan belajar untuk bermain. Buku ini menyajikan teknik pengajaran secara kongkrit yang sangat berbeda dengan metode pengajaran konvensional yang selama ini terjadi dalam proses pendidikan di Indonesia. Pembaca dapat menggunakan strategi atau metodologi pembelajaran beberapa bidang studi seperti Belajar Membaca dan Menulis, Bahasa, Matematika, Seni

dan juga

Lifeskill. Buku yang sangat penting untuk orng tua, guru dan juga pemerhati pendidikan ini sarat dengan praktik pengajaran kongkrit

sehingga mudah dipahami oleh anak-anak dan

peserta didik. Semoga dengan buku ini menambah keterampilan guru dalam mengemban tugas sebagai pendidik dan juga memberi warna baru bagi siswa dalam menyerap pelajaran. Wassalamu alaikum Wr.Wb Penerjemah, Furqon Bunyamin Husein


UCAPAN TERIMA KASIH Selesainya penerjemahan dan penyusunan buku karya Aline D. Wolf ini tentu saja tidak lepas dari partisipasi anak-anak kami dan juga isteri. Maka kepada anak-anaku; Khansa Himatul Hana, Abdul Aziz Azzam Al-Jundi dan Dela Moris Lola Hamasee, abi ucapkan terima kasih – semoga dengan bantuan menulis ini, menjadi sumbangsih bagi masyarakat Indonesia umumnya dan anak-anak khusunya. Begitu juga kepada isteri tercinta, Ummi Hana yg selalu memberi support logistiknya. Semoga upaya yang telah diberikan menjadi amal mulia yang selanjutnya menjadi amal jariyah yang kelak dan terus mendatangkan kebaikan. Last but not least, saya ucapkan terima kasih juga kepada ibu Narti yang telah membantu mengedit naskah sehingga mengurangi kesalahan tulis yang terdapat dalam buku ini. Semoga bantuannya menjadi amal ibadah dan kebaikan. Amin


DAFTAR ISI Kata Pengantar Tujuan Pendidikan Montessori Situasi Dan Kondisi Ruang Belajar •

Bagaimana Anak Belajar

Peran Guru

Prilaku Anak

Mengapa Mencampur Usia

Suasana kelasa Yang Tidak Kompetitif

Mengakomodasi Abilitas yang Beragam

LifeSkill •

Bingkai Hias

Pelatihan Panca Indera Tujuan •

Pelatihan dengan Pink Tower

Pelatihan dengan Brown Stair

Pelatihan dengan Red Rod

Pelatihan dengan Color Tablet

Pelatihan dengan Gradasi Warna

Pelatihan dengan Tabung Temperatur

Seni Mendengar •

Pelatihan dengan Box Suara

Pelatihan dengan Bell

Seni Merasa


Pelatihan dengan Mencocokkan Sandpaper

Pelatihan dengan Potongan Bahan

Pelatihan Sensorik Untuk Menulis •

Pelatihan dengan Benda-benda Geometris

Pelatihan dengan Lemari Geometris

Pelatihan dengan Segi Tiga Konstruktif

Pelatihan dengan Blok Silinder

Belajar Menulis •

Mempelajari Bentuk hurup dengan Sandpaper

Mempelajari Suara Huruf dengan Sandpaper

Menyempurnakan Keterampilan Motorik dengan Metal Inset

Menulis

Dari Membaca Ke Menulis •

Pembentukan Kata

Alphabet Yg Dapat Dipindah-[indah (Moveable Alphabet)

Mencocokkan Kata Dengan Gambar

Kartu Perintah

Phonogram

Pengenalan Matematika Batang Biru dan merah •

Kotak Spindel

Angka dan Hitungan

Papan Seguin

Manik Emas dan Materi Pecahan •

Rantai Seribu

Permainan Bank

Materi Pecahan

Operasi Matematika •

Tangga Manik Ukuran Pendek

Kubus dan persegi


Perkalian

Pengurangan

Papan pembagi

Materi Pelatihan Selanjutnya

Geographi-Tata Bahasa-Tumbuhan-Sejarah •

Bermain dengan Teka-Teki Peta

Bermain dengan Tanah dan Air

Materi Grammar

Tumbuhan

Garis Waktu

Mengapa Belajar di usia Dini?

Aktifitas kelompok dan Seni Kreatifitas •

Berjalan Di atas Garis

Permainan Diam


PENGANTAR PENULIS Buku ini menjabarkan secara rinci program Montessori untuk anak berusia tiga sampai dengan enam tahun. Buku in disusun untuk memudahkan Anda, para orang tua untuk memahami tujuan jangka panjang pendidikan Montessori dan memberikan anda deskripsi mengenai bahan atau perlengkapan yang dibutuhkan anak-anak anda menjelang usia tiga tahun (Pra sekolah) Di masa datang, tidak menutup kemungkinan informasi ini menjadi begitu penting dan menarik para guru yang ingin mengetahui secara detail pengalaman belajar di masa kanak-kanak.. DR. Maria Montessori (1870-1952) seorang ahli fisika berkebangsaan itali yang merumuskan methode ini, memiliki keahlian khusus dalam mengobservasi dunia anak. Tulisan DR. Maria Montessori memberikan suatu manfaat besar baik orang tua maupun guru terhadap tumbuh kembang anak secara natural sejak lahir hingga dewasa. Materi kelas merupakan implementasi salah satu aspek philosophinya secara menyeluruh. Untuk melengkapi deskripsi materi dalam buku ini, disarankan kepada orang tua atau guru untuk membaca salah satu buku yang menjelaskan teopri Montessori tersebut. Salah satu yang berikut akan membantu: •

The Absorbment Mind by Maria Montessori

•

The Secret of Children by Maria Motessori

•

Maria Montessori, Her Life and Work by EM Standing


Maria Montessori, A Biiography, by Rota Kremer

TUJUAN PENDIDIKAN MONTESSORI DR. Montessori meyakini bahwa tak ada manusia yang terdidik dan berhasil dengaN baik hanya oleh orang lain. Manusia harus melakukan sendiri untuk keberhasilan itu atau tidak sama sekali. Manusia yang betul-betul teerdidik akan terus melankutkan suatu proses belajar lebih lama lagi dibandingkan dengan waktu yang telah dihabiskan disekolah. Hal ini disebabkan adanya motivasi dari dalam dirinya dan keingin-tahuan secara natural dAn tentu saja, karena cinta ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, Dr.Montessori menegaskan bahwa tujuan pendidikan di masa kanak – kanak hendaklah tidak menjejali anak dengan rangkaian bidang studi pra sekolah, namun akan lebih baik dengan mengkultivasi (menggali) keinginan atau hasrat belajar anak secara natuAl. Dalam sekolah Montessori, tujuan ini mengmbil dua pendekatan. Pertama, memberi kebebasan setiap anak mengekspresikan kegembiraan belajar melalui piluihannya sendiRi bukan dengan menciptakan suasana tertekan. Kedua, membantunya menyempurnakan perangkat dasar belajar sehingga dengan demikian pada kondisi belajar berikuTnya kecakapan anak meningkat. Materi Montessori memiliki dua tujuan. Tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang. BAGAIMANA ANAK BELAJAR Fungsi materi didasari oleh keunikan belajar seorang anak yang oleh MontessorI dilukiskan sebagai “The Absorbment Mind”. Dalam tulisannya dia membandingkan konsep pemikiran seorang anak dengan sebuah bunga karang. Konsep bunga tersebut adalah menyerap informasi dari lingkungan sekitarnya. Proses tersebut dapat dilihat lebih


kelas khususnya pada cara bagaimana seorang anak berusia dua tahun mempelajari bahasa ibu tanpa melalui instruksi formal, tanpa disadari dan tanpa upaya yang melelahkan sebagaimana orang tua merasakannya saat belajar suatu bahasa. Memperolah informasi semacam ini, merupakan cara yang alami dan menyenangkan seorang anak yang pada dasarnya senantiasa ingin mencurahkan seluruh perasaannya untuk mencermati lingkungan.

Karena anak memiliki kemampuan belajar dengan cara menyerap hingga pada usianyA tujuh tahun, Dr. Montessori menuturkan bahwa pengalamannya tersebut dapat diperkaya di kelas dengan materi yang mengandung informasi atau penjelasan tentang pendidikan yang paling mendasar. Lebih dari enampuluh tahun pengalaman telah membuktikan bahwa seorang anak dapat membaca, menulis dan menghitung melalui cara alami sebagaimana pada saat anak belajar berjalan dan bicara. Di kelas Montessori, alat peraga memiliki daya tarik yang sangat memikat sehingga mengundang anak untuk melakukan hal-hal tersebut dalam suatu masa yang kita kenal dengan “Period of Interest ” yang muncul dari dalam diri anak itu sendiri. Dr. Montessori menekankan bahwa “Hand is the Chief of

The Child”. Tangan

merupakan bagian yang teramat penting bagi seorang anak. Untuk belajar, harus ada konsentrasi. Cara terBaik berkonsntrasi seorang anak adalah dengan menetapkan perhatiannya pada beberapa tugas yang dilakukan. Seluruh alat peraga dI kelas Montessori menguatkan perhatian anak yang belum menetap itu dengan mengajaknya untuk menggunakan tangan pada saat belajar.

PENTINGNYA MASA ANAK-ANAK Dalam”The Absorbment Mind”, Dr. Montessori menulis, periode kehidupan yang tergenting bukanlah pada usia belajar di perguruan tinggi. Namun, periode terpenting itu


adalahperiode sejak lahir hingga usia enam tahun, karena pada periode inilah kecerdasan terbentuk. Bahkan bukan saja kecerdasan tetapi potensi fisiknya secara keselurUhan. Studi psikologi yang didsari pada penelitian yang cermat telah memperkuat teori Montessori tersebut. Setelah menganalisa studi seperti itu ribuan kali, Dr. Montessori dan Dr. Benjamin S. Bloom dari Universitas Chicago menulis dalam bukunya “Stability and Change in Human CharacteristiCs�, dari masa pembuahan data kehamilan hingga usia empat tahun, manusia mengembangkan 50% kecerdasan maturitas sedngkan dari usia empat hingga delapan tahun, manusia mengembangkan 30% yang lainnya. Hal ini menunjukkan adanya perkembangan yang sangat pesat pada masa anak-anak-yang sangat mungkin berpengaruh besar pada lingkungannya.

Seperti halnya Dr. Monteesori, Dr. Bloom meyakini bahwa lingkungan memiliki pengaruh yang kuat terhadap sifat tertentu selama masa pertumbuhan. Sebagai contoh, diet menahan lapar

tidak akan berpengaruh pada usia 18 tahun, namun sangAt

berpengaruh dan memperlambat pertumbuhan bayi yang baru berusia satu tahun-karena 80% pertumbuhan dan perkembangan mental seorang anak terbentuk sebelum usia delaPan tahun.

PERIODE SENSITIF Observasi Dr. Montesori lainnya yang telah diperkuat oleh riset modern adalah perlu adanya sensitive period untuk proses belajar di masa kanak-kanak. Periode ini merupaKAN saat ketertarikan yang kuat untuk mempelajari keterampilan dan karakter tertentu seperti naik-turun, meletakkan sesuatu dengan rapi, menghitung atau membaca. Pada periode sensitive ini anak lebih mudah mempelajari suatu keahlian tertentu dibanding pada saat lain dalam kehidupannya. PADA USIA BERAPA?


Walau usia masuk sekolah berbeda satu sama lain, seorang anak boleh memasuki kelaS Montessori pada usia dua setengah hingga empat tahun tergantung kapan anak tersebut memperoleh rasa senang terhadap situasi dan kondisi kelas. Dia mEmulai latihan paling mudah berdasarkan aktifitas yang paling disukainya. Peralatan yang digunakan pada usia tiga sampai empat tahun akan membantu perkembangan daya konsentrasi, kerjasam dan terbiasa bekerja yang dibutuhkan untuk peLAtihan yang nantinya diaplikasikan pada usia lima dan enam tahun. SeMua program pembelajaran disusun secara terencana dan terpadu. Oleh karena itu hasil yang optimal tidak bisa diperoleh dari seorang anAk pendiam apa lagi anak yang kehilangan seluruh masa kanak-kanak.

Orang tua seharusnya memahami bahwa sekolah Montessori ini bukan merupakan lembaga jasa baby sitter atau lembaga play group yang mempersiapakan anak menuju jenjang taman kanak-kanak. Namun lembaga ini lebih merupakan lingkungan belajar yang unik; yang didesain untuk menggali masa-masa sensitive seorang anak anTara tiga dan lima tahun-saat di mana anak-anak menyerap informasi dari lingkungannya. Seorang anak yang memperoleh basic skill dalam membaca dan menghitung dengan cara yang almi, akan memiliki kemudahan untuk memulai pendidikannya tanpa kerja yang membosankan, jenuh dan putus asa. Dengan memancing minat seorang anak di kelas Montessori, dia akan mendapatkan semangat belajar sebagai kunci baginya agar pandai dan terdidik. SITUASI DAN KONDISI KELAS Kelas Montessori adalah dunia anak yang lengkap dengan ukuran, tahapan dan minat dengan anak pada kisaran usian tiga dan enam tahun. Kelas ini didesain sehingga anakanak gembira dan nyaman dengan memberinya kebebasan dalam sebUah lingkungan yang dilengkapi bahan ajar yang menarik. Bahan-bahan ini disusun di rak rendah sehingga mudah dicapai oleh anak paling kecil sekalipun.


Meja dan kursi kelas hendaknya mudah diatur dan dipindah-pindah serta digerakkan untuk banyak kegiatan. Anak-anak juga bisa berkarya di atas tikar atau lapak keciL di lantai kelas. Materi kelas Montessori dapat dikategorikan ke dalam tiga bagian utama: Practical Life Exercise; aktifitas awal untuk usia tiga dan empat tahun. The Sensorial Material; materi yang bisa digunakan oleh anak semua usia. The Academy Material; Untuk menyiapkAn minat anak membaca, menghitung dan geographi.

PERAN GURU Di kelas Montessori, tidak ada muka kelas dan meja guru bukan sebagai titik perhatian suara. Hal ini disebabkab stimulasi belajar dimulai dari semua sudut kelas. Dr. Montessori selalu menekankan guru agar bisa berperan sebagai pengarah (director) dan sangat berbeda dengan model guru konvensional. Pertama, guru berfungsi sebagai pengamat terhadap minat anak dan tugas sehari-harinya diproses berdasar pengamatan bukan dari kurikulum yang ada. Guru harus memiliki kecakapan mendemonstrasikan penggunaan materi secara tepat sebagaimana yang menjadi pilihan anak.Guru selalu mengamati kemajuan setiap anak dan mencatat prestasinya. Guru harus memahami kesiapan seorang anak dan juga pandai mengalihkan perhatiannya dalam hal memilih materi yang jauh berada di luar kemampuannya. Di sisi lain, guru harus mampu mendorong dan memberi semANGat terhadap yang ragu-ragu. Bila anak melakukan kesalahan, sejauh dan sebisa mungkin guru menahan diri untuk melibatkan diri mengatasi secara langsung dan mendorongnya untuk menemukan kesalahannya melalui manipulasi self correcting. Proses ini mengikuti prinsip Montessori bahwa anak berkarya dan belajar melalui pengalaman. PRILAKU ANAK


Di kelas Montessori selalu terdengar aktifitas yang cukup membisingkan disebabkan penggunaan materi pelajaran yang terdapat di dalamnya melibatkan banyak gerakan seperti; berjalan, menyiram, berbicara dan lebih khusus terhadap penggunaan tangan oleh tiap anak. Disiplin anak hendaknya didapat melalui observasi kerja ril. Prilaku anak bisa dikatakan mendekati tingkat maturitas pada saat anak tersebut memiliki ketertarikan yang kuat terhadap aktivitas kelas. Bila anak menunjukkan prilaku tidak wajar, guru sebaiknya membantu dan memilihkan aktivitas yang mempu menyerap perhatiannya secara penuh. MENGAPA MENCAMPUR USIA? Bila alat peraga kelas kurang memancing minat dan respon belajar seorang anak, hendaknya alat tersebut disesuaikan dengan bentuk standard yang pernah dikembangkan oleh anak tersebut pada pengalaman sebelumnya. Pengalaman dengan alat peraga di kelas sangat bervariasi di mana pilihan yang paling memuaskan hanya didapat oleh anak itu sendiri. Kelas Montessori memberi banyak ragam materi kepada anak-anak sebagai pilihan. Anak dapat tumbuh dan berkembang bilamana minat dan keterTArikannya mengikuti tingkatan aktivitas dari yang mudah hingga yang lebih kompleks.

Dengan mencampur anak antara usia tiga sampai enam tahun dalam satu kelas secara bersama akan membuka kemungkinan bagi anak yang lebih muda untuk menirusementara anak yang lebih tua mendapat kesempatan memperkuat kembali ingatan dan pengetahuannya dengan membantu anak yang lebih muda. SUASANA KELAS YANG TIDAK KOMPETITIF Karena anak bekerja sendiri tanpa keterlibatan guru secara penuH, maka di kelas Montessori tidak terdapat suasana kompetitif antar anak didik. Setiap anak hanya berhubungan

dengan

pekerjaannya

sendiri

dan

prestasi

pencapaiannya

tidak

dikomparasikan dengan prestasi anak yang lain. Montessori menekankan agar kompetisi dalam pendidikan hendaknya diperkenalkan setelah anak memperoleh rasa percaya diri


dalam basic skill. Jangan biarkan anak menerima resiko kegagalan hingga dia memiliki kesempatan dan keberhasilan yang layak dan pantas.

MENGAKOMODASI ABILITAS YANG BERAGAM Penggunaan

materi

secara

individu

memberi

beragam

langkah

yang

dapat

mengakomodasi berbagai kemampuan di kelas. Bagi anak yang lamban, mungkin akan memakan waktu cukUp lama saat bekerja dengan menggunakan peralatan yang sama tanpa menghambat anggota kelas lainnya. Anak yang cukup pandai dan agresif di kelas yang sama boleh menggunakan peralatan lain dengan cara berpindah-pindah dari peralatan satu ke peralatan lain sehingga terhindar dari rasa bosan. Anak yang memiliki kemampuan tinggi selalu tertantang dengan aneka peralatan dan fungsinya. Fakta telah membuktikan bahwa anak prasekolah memiliki perkembangan maturitas dengan kecepatan berbeda. Begitu pula halnya dengan kesiapan subjek akademis. KareNa materi disajikan dengan apik dan menarik, ada anak-anak di kelas Montessori mulai membaca dan menghitung pada usia yang tidak seperti biasanya. Namun belajar pada usia dini bukan hal normal dan bukan pula menjadi tujuan Montessori. Keinginan beliau adalah

bahwa

pengalaman

belajar

hendaklah

berlangsung

secara

alami

dan

menyenangkan dengan waktu yang tepat terhadap perkembangan setiap anak. Kita tidak bias mencetak orang menjadi jenius. Kita hanya dapat memberikan sebuah kesempatan kepada anak dengan mengisi kemungkinan potensinya menjadi manusia merdeka, bebas dan seimbang.

PELATIHAN HIDUP SEHARI-HARI(Lifeskill) Dr.Montessori menulis dalam bukunya, “Anak bekerja agar menjadi apa YANG dia inginkan. Orang dewasa bekerja untuk kesempurnaan dirinya sendiri.� Perbedaan ini dapat di ilustrasikan dengan memperhatikan secara cermat terhadap dua orang yang sedang men-skop pasir di pantai pada siang hari. Salah satu adalah orang


dewasa yang sedang mengisi tong besar dengan pasir dan yang linnya adalah seorang anak kecil yang mengisi ember dengan pasir kemudian membuang dan mengisinya kembali. Bila pada kondisi tersebut, seseorang menawarkan bantuan, orang dewasa akan dengan senang hati melepas dan menyerahkan skop tersebut kepada orang yang memberi bantuan. Namun pada kondisi yang sama, anak kecil akan menolak bantuan dari orang lain. Dengan kuat anak tersebut memegang skopnya, karena pekerjaan yang sedang dia lakukan itu hanya selesai olehnya sendiri. Melalui pengulangan gerak ynang kontinyu, otot anak akan terlatih dan kuat serta dia akan memperoleh rasa percaya diri (SelfConfidence) pada skill tertentu. Jangan katakan sesuatu yang bernilai keharusan baginya men-skop pasir tersebut. Namun hendaknya dituntun dengan tujuan dan sifatnya yang mendalam. Dengan memanfaatkan kecenderungan sifat anak tersebut sebagai titik berangkat, Dr.Montessori menyusun beberapa latihan guna membantu anak memenuhi kebutuhan akan aktifitas yang berarti. Dalam pelatihan ini, Dr.Montessori menggunakan yang tentu sudah familiar seperti kancing, sikat, piring, pengupas sayur, kendi, air dan benda-benda lain yang telah anak KEnal di rumah. Untuk anak kecil, menjadi sesuatu yang special terhadap tugas atau aktivitas dimana justru orang dewasa menganggapnya biasa saja; seperti mencuci pring, mengupas sayur mayor dan menyemir sepatu. Tugas dan aktivitas tersebuT sangat menyenangkan mereka karena memungkinkan mereka meniru apa yang dilakukan orang dewasa. Peniruan merupakan salah satu dorongan kuat bagi anak untuk melakukan aktivitas. Beberapa alat dalam Pratical Life bisa menggunakan air; benda yang satu inI tentu saja disukai banyak anak kecil untuk bermain. Membawa air di ember lalu menuangkannya ke dalam kolam dan atau bak aakan membantu anak mengembangkan dan menyempurnakan ototnya. Saat anak-anak asyik beraktifitas seperti menggosok permukaan meja, mereka akan memperkuat rentang konsentrasi secara gradual. Dengan mengikuti pelatihan dan beraktifitas secara teratur dan kontinyu, anak dapat belajar baGaimana meningkatkan pengamatan terhadap sesuatu secara detail. Dengan menyelesaikan aktifitas dan


meletakkan semua barang sebelum memulai kegiatan lain, akan membentuk kebiasaAn dalam diri anak untuk bekerja dengan teratur dan rapi. Walau pelatihan practical life ini nampak sangat sederhana, sebenarnnya ini juga merupakan bagian penting dari program Montessori. TiaP tugas, membantu anak menyempurnakan ototnya, seingga kelak dia mampu bekerja dengan materi akademis yang lebih sulit. Tanpa konsentrasi, tak mungkin tercipta kondisi belajar yang baik. Dengan membantunya memperkuat dan memfokuskan perhatian pada aktifitas tertentu secara berangsur angsur (Gradual), anak anak akan siap dengan proses belajar tersebUt.

BINGKAI HIAS Bingkai hias merupakan bagian penting dari practical life. Masing masing bingkai memberi suatu keterampilan menghias dan biarkan anak dengan suatu kesempatan sehingga dapat melakukan latihan ini berulaang-ulang dan dengan begitu, keLak dia mampu menghias dirinya. Ada suatu bingkai yang berisi sebagai berikut: Kancing jas, kancing baju, resleting, ikat pinggang, renda, kancing cantel, dan busur. Dr. Montessori juga melihat pentingnya pita yang berbeda warna. Dengan demikian-bila nanti-guru memberi bantuan, hendaknya berkata “letakkan benda warna hitam di belakang benda berwarna pUtih� daripada mengatakan “letakkan ini di belakang itu�. Karena banyaknya pelatihan practical life ini dilakukan di rumah, maka hendaknya orang tua segera mendorong pada keterampilan itu saat anak-anak menunjukkan tanda-tanda minat untuk melakukan aktivitas. BiLa anak ingin mencuci piring atau menuang susu, memilih barang, menyemir sepatu, hendaknya orang tua menempuh prosedur yang sama dengan proses yang ditekankan dan dianjurkan di kelas sehingga kebiasaan bekerja dengan baik menjadi dunia anak kedua.


PELATIHAN PANCA INDERA Tujuan: Anak mengenal dunia sekelilingnya melalui pemanfaatan panca inderanya secara konstan. Untuk menguji coba sebuah objek, anak akan memperhatikan, memegangnya untuk merasakan bentuk dan bert, mengocoknya, mengikat dan bahkan menggigitnya. Menurut

Dr.

Montessori

anak-anak

telah

mengoptimalkan

selurUH

potensi

pengamatannya selama masa kanak-kanak. Hal ini merupakan saat yang tepat memberi mereka peralatan yang akan mempertajam indera dan abilitasnya untuk memahami kesan yang diterimanya melalaui indera tersebut. Materi sensorial di kelas Montessori akan membantu anak memahami detail-detail, dan memberinya pertama, sensasi yang teramat kontras, seperti merah dan biru. Kemudian tingkatkan warna yang beragam seperti banyaknya corak warna biru itu sendiri. Materi tersebut memberinya suatu pengertian apa yang dimaksud merah itu dan kemudian memberi pula kemampuan untuk memahami abstrakSi warna merah dan akhirnya pemahaman abstraksi itu sendiri. Tiap materi sensorial memisahkan suatu sifat yang jelas seperti warna, berat, bentuk, texture, tinggi rendah suara, bau dan lainnya. Peralatan ini menekankan pada sifat khusus tertentu dengan mengilimi nasi yang lain. Lalu, box suara dengan ukuran, bentuk, warnA dan tekstur yang sama. Perbedaan hanya terdapat pada suara yang teerdengar saat anak mengocoknya. Pentingnya mendidik panca indera dapat digambarkan melalui contoh dari orang dewasa. Mungkin saja bagi orang ddewasa atau anak anak mendapat banyak kesan namun tidak menjadi terhibur. Contoh, dua orang menghadiri konser pertunjukan bersama. Salah seorang mendapatkan rasa senang yang sangat dan yang lain, dengan pendengaran yang benar-benar sama, hanya merasakan rasa jenuh dan letih.


Pengaruh sensorial tidaklah cukup untuk mereka. Pikiran dan otak membutuhkan pendidikan dan latihan agar mampu membedakan dan menghargai. Seoarang anak bias saja diam tidak bergeming walau banyak pengaruh sensorial dalam kehidupan sehari-harinya. Ap yang dia butuhkan bukanlah banyaknya pengaruh aTau kesan namun sebaliknya dia membutuhkan kemampuan untuk memahami apa yang sedang dia rasakan. Materi sensorial dalam Montessori membantu anak membedakan, mengelompokkan dan menyatukan informasi terhadap apa yang telah diketahui. Dr. Montessori yakin bahwa proses ini merupakan pengetahuan mengenai kesadaran yang amat penting. Ha ini disebabkan karena keja yang terkait dengan pikiran yang terkonsentrasi pada pengaruh yang dipantulkan oleh panca indera. PELATIHAN DENGAN PINK TOWER Ukuran dan bentuk dalam tiga dimensi diperkenalkan kepada anakdengan menggunakan Pink Tower. Pink Tower merupakan rangkaian sepuluh kubus warna merah muda yang dikelompokkan dalam ukuran mulai dari 1 cm sampai 10 cm. SemUa balok memiliki warna, ukuran, bentuk dan tekstur yang sama. Untuk melakukan latihan, anak harus memahami gradasi ukuran dan bangunan tower yang diawali dengan kubus paling besar dan terakhir menempatkan kubus paling kecil pada bagian paling atas. Latihan tersebut merupakan latihan self correctin karena dengan kesalahan pasang salah satu balok tidak pada tempatnya, maka anak akan segera mengetahui kesalahan tersebut dengan ambruknya tower. PELATIHAN DENGAN BROWN STAIR Brown Stair memperkenalkan perbedaan ukuran dalam dua dimensi. Brown Stair merupakan sepuluh prisma dengan panjang yang sama; 20 cm. Namun tinggi dan lebar berlainan mulai dari 1-10 cm. Anak sekali lagi harus menempatkan gradasi yang paS membentuk bangunan dan susunan seperti tangga. Melalui latihan semacam ini, guru memperkenalkan konsep tebal-tipis dengan memakai kata tebal, lebih tebal, paling tebal dan tipis, lebih tipis, paling tipis- dengan menggunakan blok kayu sebagai contoh ril.


PELATIHAN DENGAN RED RODS Red Rod adalah batangan merah. Bisa membantu anak mengenal perbedaan ukuran dalam satu dimensi panjang. Anak menempatkan batang tersebut dengan urutan yang tepat, dari batang terkecil 10 cm sampai yang terpanjang 1 m. Pelatihan ini sama dEngan seblumnya bahwa kesalahan dalam susunan akan lebih mudah diketahui oleh anak secara jelas. Dalam latihan ini, guru bias memperkelnalkan anak dengan kata pendek, lebih pendek dan paling pendek. Kata penjang, lebih penjang dan paling panjang. Alat peraga ini memberi anak dasar-dasar sensorial atau penginderaan untuk belajar menghitung data memulai pelajaran matematika. Materi penciuman berisi dua set pundit kecil dengan tutup sehingga mudah dipindah-pindah. Pundi-pundi itu saMa dalam semua hal kecuali bau yang berada di dalamnya. Pundi satu mengandung kayu manis dan yang lain mengandung permen, kopi, cengkeh dll. Masing-masing pundit berisi bau tersendiri. Benda-benda tersebut ditutup dengan kain katun atau penutup berlubang sehingga anakanak dapat mencium bau tanpa melihat dan merasakan benda tersebut. Masing-masing pundit pada set pertama memiliki pasangan pada set kedua. Anak-anak menggabungkan pasangan tersebut dg mengajarkan anak-anak nama benda yang sedang dicium. Pada latihan yang sama, anak-anak mencium tetesan zat cair seperti parfum, fanila dan cuka. Banyak juga guru yang menindaklanjuti latihan ini dengan menyuruh anak-anak mencium bunga yang terdapat di halaman sekolah. Beberapa anak menggunakan blindfold atau penutup mata untuk mengindentifikasi bunga melalui arOma yang diciumnya. PELATIHAN DENGAN TINGKATAN WARNA Perkenalan pertama seorang anak terhadap warna adalah dengan sebuah peti atau kotak berisi enam lembaran. Dua lembar warna merah, dua lembar warna biru dan dua lembar warna kuning. Semua lembaran warna tersebut berukuran, bentuk dan tekstur yang sama.


Lembar itu hanya berbeda dalam warna yang kontras. Pada latihan ini, anak memasangkan lembar lembar tersebut dan mempelajari nama-nama warna yanG sesuai. Ini merupakan latihan yang mudah yang dipakai untuk anak yang paling kecil di kelas. Kesulitan pada latihan ini dapat ditingkatkan secara berangsur-angsur dengan menambAh pasangan warna. Terakhir, anak harus bias menyebut sebelas pasang warna yang berbeda.

GRADASI WARNA Untuk langkah selanjutnya, anak boleh menggunakan sebuah kotak berisi delapan corak berbeda dari elapan warna yang paling muda hingga paling tua. Untuk melakukan latihan ini, anak harus membedakan intensitas warna tersebuT dan menempatkan lembar warna secara teratur mulai dari warna yang paing muda hingga paling tua. Saat selesai latihAn, susunan lembar warna (yang telah dikerjakan oleh anak) tersebut akan memberi efek pelangi yang bagus dan menarik perhatian anak. Aktifitas ini dapat dibuat lebih menantang. Guru dapat memiliki lembar warna dan meminta anak menuju box atau peti dan membawa kembali lebar warna tersebut; warna lebih muda atau lebih tua sesuai dengan yang dipegang oleh guru. Tidak mudah meMang untuk melakukan hal ini namun tidak sedikit anak yang mampu melakukan latihan ini dengan tepat setelah anak beraktifitas dengan warna selama beberapa bulan. Mengajar anak memahami perbedaan warna yang kontras akan memberi sedikit persiapan memahami semua bentuk observasi atau pengamatan ilmiah, seni, apresiasi seni, dekorasi dan lain sebagainya. PELATIHAN DENGAN TABUNG TEMPERATUR Bahan-bahan untuk memahami temperature terdiri dari enam taBung metal berukuran kecil yang harus disiapkan oleh guru saat melakukan aktivitas. Guru mengisi dua tabung dengan air dingin, dua tabugn dengan air hangat dan dua tabung dengan air panas.


Tabung betulbetul sama dan mirip kemudian anak anak mencocokkan dengan merasAkan temperature dan menggolongkannya dari yang paling dingin hingga yang paling panas. Materi sensorial lainnya asalah sebuah box atau peti berisi tiga set balok kayu kecil. Setiap set berbeda dari dua set yang lain. Balok tersebut juga berbeda warna. Hal ini dapat mengeliminr perbedaan secara visual dan memberi kemampuan anak untuk mensortir balok tersebut dengan jalan menimbangnya di ujung jari. Pertama, anak mencampur dua set sekaligus dan memisaHkannya menjadi dua tumpukan yang sesuai dengan kata-kata ringan dan berat. Lalu menambah tingkat kesulitan dengan memisahkan ketiga set tersebut; ringan, sedang dan berat. Anak dapat memeriksa sendiri pelatihan tersebut dengan melepas kain penutup dan mencatatnya apakah seluruh balok pada tiap tumpukan berwarna sama tau tidak.

SENI MENDENGAR Seni mendengar merupakan upaya yang sangat beranfaat bagi suatu kehidupan. Banyak anak di dunia yang super bising ini membentuk kebiasaan menutup pendengarannya. Mereka tidak mau berusaha membedakan banyaknya suara yang menyerang pendengaran mereka itu dan menutup diri dari kegiatan mendengar. Kegiatan mendengar dengan penuh perhatian merupakan persiapan yang amat vital dalam sebuah proses membaCa. Dr. Montessori menyusun beberapa sensorial games untuk membantu anak berkonsentrasi pada suara tertentu. Pada suatu permainan, mata anak ditutup dan diminta untuk mengidentifikasi suara tersebut di dalam kelas seperti suara gaduh saat membuka jendela, menutup pintu, menutup buku atau suara saat menuang air. Pada permainan lain, anak berusaha mengidentifikasi suara teman sekelas tanpa melihAt siapa yang berbicara. PELATIHAN DENGAN BOX SUARA


Untuk membantu anak mengenal intensitas suara lebih jelas, Dr. Montessori satu set dengan enam box kayu berwarna coklat, berbentuk silinder dengan tutup warNa merah. Tiap box berisi sedikit garam, beras atau kacang buncis kering.Suara terdengar saat anak mengocok box tersebut dengan intensitas berubah-ubah; dari pelan hingga keras. Perangkat box ini sesuai dengan perangkat atau set kedua dengan tutu berwarna biru. Tiap box pada set pertama mempunyai pasangan pada set kedua yang mengeluarkan suara

sama.

Anak

berlatih

mencari

pasangan

dengan

mendengar

kemudian

mengelompokkan box tersebut dari suara paling keras hingga paling lembuT.

PELATIHAN DENGAN BELL Suara lain dan yang menarik anak adalah titi nada. Untuk mengisolasi ssifat ini, Dr Montessori mendesain satu set bel hitam dan putih yang sesuai dengan tut atau keyboard pada piano. Semua bell berbentuk sama kecuali titI nada yang terdengar saat anak memukulnya perlahan. Satu set bel berwarna coklat sesuai titinada hitam-putih. Pelatihan ini terdiri dari memasang dan mengelompoKan bel menurut skala regular dan skala nada stengah. Guru memulai pelatihan ini dengan mempersilakan anak menggunakan dua pasang bel dengan nada berbeda. Bila nak tersebut mampu memasang dengan baik, guru kemuDian meningkatkan jumlah psangan berangsur-angsur. Bila nampak perbedaan yang kontras; antara pasangan tersebut menurun, pelatihan hendaknya dibuat lebih menantang. Terkadang kita temukan anak tidak saja mempu membentuk titian nada dasar namun jugA melodi sederhana dengan menggunakan kira-kira sembilan atau sepuluh bel. Jenis mendengar seperti ini merupakan langkah persiapan yang tepat untuk meNgajar musik selanjutnya. SENI MERASA Anak senang menyentuh. Banyak dunia yang dipahami lewat tangannya saat mengamati semua yang ada di sekelilingnya. Dia dapat memanfaatkan rasa sentuhan tersebut padA sesuatu yang lebih berarti bila dia memakai kain penutup. Hal ini dapat mengeliminasi


pengenalan sebuah objek secara visual dan memancingnya untuk mengenal sesuatu melalui jari tangannya. MENCOCOKKAN PASANGAN SANDPAPER Pendidikan perasaan lebih jauh dilakukan dengan menggunaKan papan halus dan kasar yang memberikan perbedaan rasa antara sandpaper dan kayu halUs. Selanjutnya, anak menggunakan satu set sandpaper yang berisi delapan lembar sandpaper untuk dipasang dan di kelompokan dari yang paling kasar dampai yang paling halus. Aktifitas ini merupakan suatu persiaan untuk menggunakan sandpaper letter. Dijelaskan selanjutnya nanTi.

POTONGAN PERCA Pelatihan yang sama untuk mendidik perabaan adalah dengan menggunakan box atau pEti berisi pasangan bujur yang berbeda seperti wol, pelanel, sutra, katun, beludru, kanvas, renda, dll. Dalam pelatihan ini anak mencampur semua poTongan bahan atau bujur itu. Pakailah kain penutup mata lalu identifikasikan pasangan tersebut dengan jalan merasakan dan merabanya. Anak dapat memeriksA pelatihan itu sendiri dengan melepas penutup mata dan memeriksa apakah pasangan itu cocok. Saat melakukan hal ini, anak juga mempelajari nama-nama yang tepat untuk bahan tersebut. Pelatihan ini juga memberi suatu kesempatan kepada anak memPerluas kosa kata yang lebih jauh khususnya pada saat anak telah peka terhadap pengembangan bahasa. PERSIAPAN SENSORIAL UNTUK MENULIS Banyak latihan sendorial dengan sifatnya yang mendasar, menjadi suatu persiapan bagi anak untuk pengetahuan akademis. Sebagai contoh, anak yang telah belajar mendengar dengan baik akan mampu merasakan perbedaan suara huruf. Untuk kepentingan terhadap bahasa, materi geometris dapat membentuk konsentraSi anak pada bentuk huruf yang berbeda.


BENDA GEOMETRIS Karena bentuk merupakan karakter yang jelAs fari tiap huruf alphabet, Dr. Montessori mendesain beberapa pelatihan sensorial agar anak memahami sifat ini. Dr. Montessori memulai dengan bentuk geometris. Benda geometris nmerupakan suatu perangkat barang dengan warna, textue dan ukuran yang hamper sama namun berbeda bentuk satu sama lain. Perangkat itu termasuk kubus, lingkaran, kerucut, tabung, limas, prisma segi empat dan prisma segitiga. Anak-anak memakai bentuk ini dengan memegang, melihat dan bermain kelompok mencoba mengidentifikasi benda-benda tersebut memakai blindfold atau kain penutup mata. Mereka juga belajar merangkai dan mengaitkan benda - benda itu dengan bendabenda umum yang terdapat di sekelilingnnya sebagai contoh, lingkaran sama dengan bola, tabung sama dengan gelas, kerucut sama dengan es krim. Penambahan kosa kata merupakan hal penting dalam aktifitas ini. Anak-anak menyukai dunia luas. Pada saat yang sama mereka juga senang dengan kata-kata baru YANG menantang seperti tabung, limas dan segi empat. Bagi anak, mempelajari apa itu tabung atau lingkaran jauh lebih mudah pada saat memegang benda itu daripada mempelajarinYa dalam bentuk abstrak. Pada saat mereka mempelajari geometri di masa dating, anak-anak yang telah berada di kelas Montessori akan memiliki kosa kata penting berdasarkan gambaran kongkrit. LEMARI GEOMETRIS Geometric Cabinet atau lemari geometris menyajikan bidang geometris. Lemari ini berisi enam kotaK inset terbuat dari kayu yang mengganbarkan perbedaan type segitiga, perbedaan empat persegi, perbedaan segi banyak (polygon), perbedaan ukuran lingkaran, banyak sisi dan macam-macam bentuk kurva. Tiap inset memiliki kepalA kecil yang dengan itu anak-anak dapat memindahkan keluar masuk bingkai. Pertama kali anak-anak melakukan pelatihan ini, seperti mengerjakan puzzle.


Kemudian memasangkan inset kayu itu ke bentUk yang sama pada kartu cetakan. Perangkat kartu pertama mempunyai seMUa bentuk yang dicetak dengan warna biru. Perangkat kedua mempunyai yang digambar ulang dengan wara biru tebal. . Perangkat ketiga mampunyai bentuk yang digambar dengan sebuah pensil dengan warna biru tipis. Bila anak mencocokkan inset kayu ddengan tiga perangkat kartu ini, secara berangsurangsur akan terbentuk suatu transisi dari benda menjadi gambar yang dilakukan dengan pensil. Ini merupakan persiapan yang sederhana untuk mengenal perbedaan bentuk angka dan huruF sevara tertulis.

SEGITIGA KONSTRUKTIF Segitiga konstruktif merupakan segitiga datar warna terang yang di letakkan bersamaan seperti puzzle. Tiap segitiga memiliki satu sisi atau lebih di kelilingi garis hitam. Dengan menyesuaikan garis hitam, anak akan mampu membentuk banyak germetris berisi lurus. Bentuk yang sempurna menunjukkan bagaimana semua bentuk-bentuk ini merupakan kerangka dari sebuah bangun segitiga. SILINDER BLOK Persiapan tidak langsung untuk teknik gerak menulis dimulai saat anak menggunakan silinder blok (Blok timbang) blok ini terbuat dari kayu. Tiap blok berisi sepuluh inset bentuk timbangan yang dapat dipegang melalui kepala yang meletak dibagian atas. Timbangan atau silinder tersbut berbeda tinggi dan diameter. Untuk pelatihan ini, pertama anak bekerja dengan satu blok timbangan. Dia mengeluarkan semua timbangannya lalu mencampur dan meletakkannya kembali pada lubang yang tepat. Pada latihan ini juga terdapat Self-Correcting yang dapat menunjukkan kesalahan langkah anak. Karena tiap silinder atau timbangan hanya cocok pada satu lubang tertentu. Kemudian dia boleh bekerja dengan dua, tiga dan empat blok pada saat bersamaan.


Pada dasarnya, ini merupakan latihan sensorial untuk membedakan bentuk-bentuk. Namun latihan ini juga merupakan kerja otot yang cukup penting karena anak terbiasa memegang bagian atas timbangan tersebut dengan tiga jari, yang kelak dipakai untuk memegang pensil. Tiap kali anak melakukan latihan ini, dia akan mendapatkan penguasaan otot jari yang dipakainya untuk menulis.

MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN MOTORIK DAN SENSORIKL INTELEKTUAL

MENULIS

datu

SANDPAPER

batu MOTORIK

batu METAL INSET

Untuk bisa menulis, seorang anak msti mengembangkan dua aspek sekaligus. Pertama seorang anak harus mengingat bentuk dengan suara huruf yang tepat dan sesuai. Kedua, harus pula mengembangkan kemampuan motorik yang diperlukan untuk menguasai dan menulis secara terkontrol. Untuk lebih jelas menjabarkan peRbedaan kedua kemampuan ini, marilah kita perhatikan secara seksama apakah gerangan yang terjadi terhadap tulisan anak tersebut bila salah satu kemampuan yang dimilikinya tidak utuh dan tidak sempurna. Kita ambil contoh batu. Bagi anak yang telah memiliki keterampilan dan penguasaan motorik yang baik namun kurang dalam hal penguasaan intelektual terhadap suatu huruf, maka kata batu tersebut akan ditulisnya menjadi “datu�. (Karena penguasaan


intelektual yang kurang terhadap huruf, maka huruf

“b” tertulis menjadi “d” ,

penerjemah) Dan sebaliknya bila seorang anak telah menguasai semua huruf dengan sempurna, namun keterampilan motoriknya tidak atau kurang terlatih, maka kata “batu” tadi ditulisnya menjadi “

“ dengan posisi huruf tidak konstan dan tepat. Bagi anak tersebut,

upaya mendapatkan kedua aspek keahlian ini dengan cara bersamaan, kerap kali mengecilkan hati dan membuat mereka frustrasi. Belajar dan memahami bagaimana membuat huruf saja merupakan suatu pekerjaan atau aktifitas yang cukup berat bagi seorang anak, apalah lagi pada saat yang sama dia harus mempelajari bagaimana menggores sebuah pensil dengan baik dan benar. Materi atau modul yang disusun oleh Montessori ini, memberi suatu kesempatan yang sangat besar bagi anak didik untuk memahami bagaimana mempelajari dan menguasai bentuk atau suara huruf dengan baik. Oleh karena itu dalam pendidikan yang diselenggarakan beliau, peserta didik belajar menulis bukan dengan menulis, namun dengan melakukan sejumlah aktifitas yang mempersiapkannya baik secara langsung atau tidak sebagai fasilitas menulis.

MEMPELAJARI BENTUK HURUF DENGAN SANDPAPER Anak-anak mempelajari symbol atau lambang huruf dengan menggunakan sandpaer. Masing-masing huruf tersebut dicetak dengan sandpaper pada kertas khusus. Huruf hidup dengan kertas warna biru dan huruf konsonan dengan kertas warna merah. Guru memberi petunjuk kepada anak didik bagaimana meniru huruf tersebut dengan teknik dua jari mengikuti bentuk dan arah dimana symbol atau lambing huruf tersebut ditulis. Manfaat dan kegunaan bahan ini adalah dapat memberi anak tiga kesan sekaligus. Pertama, anak dapat melihat hurf yang diajarkan oleh guru. Kedua, dapat memegang atau merabanya dengan tangannya dan ketiga, anak dapat mendengar langsung suara huruf


tersebut saat guru memperkenalkannya. Huruf yang terbuat dari sandpaper ini jauh lebih baik daripada huruf yang terbuat dan ditulis menggunakan tinta. Karena sandpaper lebih membangkitkan selera anak untuk meniru huruf tersebut. Ini merupakan langkah penting untuk mengembangkan kemampuan menulis anak didik. MEMPELAJARI SUARA HURUF DENGAN SANDPAPER Dalam pendidikan Montessori, sebelum mempelajari alphabet secara berurutan, anakanak dibimbing untuk mempelajari suara fonetik terlebih dahulu. Hal ini disebabkan suara fonetik tersebut merupakan suara yang lebuh dulu didengar dalam setiap kata. Anak-anak mampu mendengar fonetik huruf “T” pada awal kata “Tali”, namun mereka tidak dapat mendengar ucapan kata “TE” tersebut. Oleh karena itu bila guru hendak memperkenalkan huruf “M”, sebaiknya guru membuat suara dengung daripada mengucap suara “EM”. Guru bisa memberi contoh bunyi symbol huruf tersebut dengan kata “ama” atau “Mata”. Saat pertama kali pengenalan huruf hidup atau vocal, hendaknya guru memberi lambing huruf tersebut sebagaimana yang terdapat pada awal kata “Apel, Ikan, Ular, Obeng, dan Ember. Pada saat mempelajari huruf hidup dan konsonan ini, anak didik akan mampu membuat tiga kata yang memiliki huruf vocal singkat.

MENYEMPURNAKAN KETERAMPILAN MOTORIK DENGAN METAL INSET Didalam pendidikan Montessori, seorang peserta didik belajar menguasai keterampilan motorik dan belajar menguasai memegang pensil dengan methode Filling in Outline, dimana dengan methode ini anak didik diajarkan mencontoh dan menjiplak bagan dan symbol huruf. Dengan methode ini pula anak diupayakan mampu beraktifitas maksimal dan terhindar dari rasa jenuh. Anak didik pun menyenangi aktifitas ini. Pada aktifitas tersebut anak menggunakan alat yang dikenal dengan Metal Inset. Metal inset ini


menyajikan berbagai bentuk geometri. Setelah memilih dan menjiplak gambar pada sebuah kertas, lalu anak didik tersebut memberi warna bagan itu dengan pensil warna kesukaannya. Pertama kali melakukan aktifitas ini, coretan anak kerap kali tidak teratur dan keluar melewati batas bagan. Namun lambat laun coretan itu akan lebih tepat dan akurat. Peningkatan keterampilan motorik ini, dapat dicatat dengan membandingkan ddesain atau pola yang dibuat oleh anak didik tersebut dari minggu ke minggu, dari bulan ke bulan, dan dari tahun ke tahun. Dan pada akhirnya ia akan mampu membuat ddesain atau pola yang lebih rumit ddengan meletakkan kertas berbayang diatas gambar atau bagan yang akan dicontoh. Beraktifitas dengan Metal Inset memberi kesempatan kepada anak untuk bereksperiment dengan beragam warna dan pola. Namun demikian, hal itu bukanlah kreatifitas seni. Krayon dan cat air tidak dipakai dalam kegiatan ini, karena yang menjadi tujuan adalah bagaimana menyempurnakan keterampilan motorik dan penguasaan peserta didik untuk memegang dan menggunakan pensl dengan baik. MENULIS Terkadang dalam beberapa tahun anak didik mengikuti pendidikan Montessori, keajaiban terjadi. Dalam waktu tidak begitu lama setelah beraktifitas dengan Metal Inset dari Sandpaper Letter peserta didik mampu menulis tanpa bantuan Metal Inset dan Sandpaper lagi. Bila menulis dimulai dengan cara spontan seperti ini, anak didik akan terhindar dari begitu banyaknya jam dan aktifitas yang menjemukan. Namun demikian, walupun anak didik tersebut telah mampu menulis, pengulangan masih perlu dilakukan untuk mengembangkan keterampilan tulisan. Kepada guru tidak menciptakan kondisi letih dan suasana yang menjemukan bagi peserta didik. DARI MEMBACA KE MENULIS Pembentukan Kata: Dr.Montessori selalu menekankan bahwa anak didik memiliki sensitifitas alamiah yang cukup tinggi terhadap pengembangan bahasa saat ia belajar bicara bahasa ibunya. Anak, pada usia tiga, empat dan lima tahun memiliki daya tarik dan minat yang unik terhadap


kata. Baik kata yang berbentuk tulisan maupun lisan. Daya tarik ini kerap mendorong anak tersebut mampu membaca dan menulis sebelum usia yang biasanya, secara tradisional diajarkan pada anak tersebut. Dalam modul Montessori, penyajian materi bahasa itu sendiri memungkinkan guru atau pendidik dapat mengambil kemudahan terhadap minat masing-masing anak didik. Perintah membaca dapat dimulai pada saat di mana anak didik menunjukkan tanda keetrtarikan menggunakan sandpaper. Dalam pendidikan yang menggunakan methode ini, sebelum anak didik belajar membaca, dia harus dibimbing menulis dengan menggunakan moveable alphabet. THE MOVEABLE ALPHABET Setelah anak didik mempelajari sandpaper Letter, ia akan mampu membuat kata dengan dengan menggunakan sandpaper tersebut dalam ukuran besar. Untuk mendukung aktifitas ini, hendaklah guru menyediakan sekantong mainan yang mewakili tiga kata yang mewakili tiga suara vocal singkat, seperti Ba-Bi-Bu-Be-Bo. Untk mainan dan aktifitas ini, pertama, anak didik mengambil objek seperti buku dan guru mengucapkannya sehingga anak tersebut dapat mendengar masing-masing suara B-U-K-U. Lalu anak tersebut memilih huruf yang mewakili suara huruf berikutnya. Seringkali anak didik menganggap dan mengira kalau susunan atau bangunan kalimat semacam itu sebagai suatu proses menulis. Pada tahap ini, sangat penting sekali bagi anak memakai Moveble Alphabet. Biasanya anak didik itu melanjutkan proses pembentukan kata dalam tenggang waktu yang cukup lama. Hendaknya kelas memberi beragam mainan kecil seperti; huruf dan gambar, dimana memungkinkan anak didik dapat menyusun nama benda yang diinginkan. Berangsur-angsur tingkat kesulitan itu meningkat dari dua suku kata seperti ba-ju, menjadi tiga suku kata seperti le-ma-ri dan seterusnya. MENCOCOKKAN KATA DENGAN GAMBAR Membaca dengan cara alami dapat melatih pembentukan kata. Setelah belajar membuat daftar kata selama beberapa hari atau minggu , anak didik akan mapu membaca daftar


kata yang telah disusunnya. Namun menucaokan kata-kata tersebut belumlah merupakan proses membaca sesungguhnya. Membaca adalah menungkapkan secara tidak langusng pemahaman makna kata yang diungkapkan orang lain. Kemampuan membaca ini dapat dicapai pada saat anak didik tersebut mencocokkan benda-benda dengan kartu dimana nama benda tersebut dicetak atau ditulis. Untuk menmpatkan kartu pada masing-masing benda tersebut dengan tepat, anak didik mesti membaca kata yang terdapat pada kartu. Kata-kata diperkenalkan kepada anak didik melalui set kartu berwarna merah dengan kata kerak tunggal yang tercetak pada masing-masing kartu.

KARTU PERINTAH Anak didik pasti menyenangi hal ini, karena dalam aktivitas ini ia harus melakukan gerak atau tindakan yang sesuai dengan kata-kata yang dibacanya pada kartu perintah itu. Tulis dan cetaklah kata-kata seperti; lari, lompat dan duduk pada permulaan set kartu itu. Lalu anak didik mengikuti kata perintah yang lebih panjang lagi seperti; “Taruh buku di atas meja!�. Guru kemudian menambah tingkat kesulitan kartu perintah sesuai dengan kemajuan dan prestasi anak. PHONOGRAM Dua alphabet yang dapat dipindah-pindah dengan warna berbeda, digunakan untuk membuat kata yang berisikan phonogram. Phonogram adalah gabungan spesifik dua huruf atau yang lebih menghasilkan suara tunggal dan berbeda dengan kombinasi umum suara huruf ini. Sebagai contoh OY dalam TOY,CH dalam CHIN dan TION dalam ACTION. Phonogram yang sedang dipelajari oleh anak, dibuat dengan satu warna yang berbeda dengan huruf yang lain. Sebagai contoh, saat empelajari SH, anak bisa membuat kata SHIP dan FISH. Seterusnya dan selamanya anak harus mewarnai SH dengan satu warna saja sementara sisa huruf lain dengan warna yang lain. Kemusian guru menggunakan dua warna untuk mencetak booklet phonogram untuk di baca anak-anak. Tiap booklet menyajikan satu phonogram tertentu dan memiliki huruf berbeda yang


dicetak pada tiap halaman. Sebagai contoh, booklet yang menyajikan phonogram OA mungkin saja menyajikan kata COAT dihalaman pertama. BOAT di halaman kedua dan ROAD di halaman ketiga dan seterusnya. Pada setiap ghalaman, phonogram OA ditekankan dengan warna berbeda dengan huruf yang lain. Anak mempelajari kata tidak beraturan secara perlahan dan berangsur angsur. Setelah itu ditambah dua kata dengan dua atau tiga suku kata melalui membaca. Latihan membaca dengan memberi banyak variasi lebih baik daripada pengulangan yang monoton. Di kelas Montessori juga tersedia buku-buku menarik yang menyajikan sejumlah besar kata foneti. Dengan memulai langkah membaca sendiri, anak akan termotivasi membaca halhal yang menarik hatinya. Dengan keterampilan fonetik ini, anak akan mendapatkan solusi terhadap problem yang terkait dengan kata. Jangan batasi anak dengan kata yang sudah dipelajari saja. Ada anak yang membaca pada usia 4, 5 dan 6 tahun. Sebenarnya, usia tidaklah sepenting masa-masa kesiapan anak. Bila mulai terlalu dini, anak akan merasa putus asa. Bila terpaksa menungu sampai melewati minat tersebut , anak akan kehilangan kesempatan emas-di mana pada saat itu semangat alamiah anak termotivasi. Kelas Montessori memberi sebuah kebebasan kepada anak-anak menetapkan minat dan keinginannya. Minat membaca anak tidak tahan terhadap sesuatu yang monoton. Namun hendaknya dikelola sedemikian rupa. Jangan tanyakan kepada anak,�Mengapa Dela berlari?�, yang mungkin saja anak tidak tertarik pada saat itu. Anak terdorong untuk memeriksa buku untuk jawaban itu; entah mengenai katak, rolet, bintang atau pemadam kebakaran sekalipun. PENGENALAN MATEMATIKA Seorang anak dapat mempelajari konsep dasar matematika dengan dua cara. Anak dapat mempelajari melalui benda kongkrit selama beberapa tahun –saat bermain alat peraga atau melalui mthode abstrak saat berada di sekolah dasar. DR. Montessori menjelaskan bahwa bila anak mampu menggunakan alat peraga matematika pada tahun pertama maka


anak tersebut dengan mudah dan senang mempelajari fakta dan keterampilan matematika. Di sisi lain, fata dan keterampilan ini memakan waktu cukup lama dan menjenuhkan bila disajikan secara abstrak. DR. Montessori mendesain materi kongkrit untuk menggambarkan semua bentuk penjumlahan setelah mengadakan pengamatan bahwa anak yang senang menghitung akan senang pula menyentuh dan memindahkan barang pada saat menjumlahkannya. Di lingkungan Montessori, anak tidak saja melihat symbol 1, 1000 dan atau ½ namun anak juga bias memegang setiap jumlah yang sesuai di tangannya. Kemudian dengan mengkombinasikan alat peraga, memisahkan, membagi, menghitung dan membandingkannya, anak bias mendemonstrasikan sendiri operasi dasar matematika. Aktifitas ini memberi kepuasan bahwa belajar melalui penemuan jauh lebih baik daripada melalui ucapan (yang bersifat abstrak.). Pada akhirnya anak dapat mengembangkan antusias dini dalam dunia bilangan. BATANG BIRU DAN MERAH Di kelas Montessori, perkenalan pertama seorang anak dengan bilangan dibuat dengan satu set batang biru dan merah yang mewakili bilangan 1 sampai 10. Guru membantu anak menghitung bagian batang merah dan biru bergantian dan meyusunnya dengan susunan seperti tangga. Anak menyebut batang terkecil dengan SATU, batang berikutnya DUA dan seterusnya. Batang nomor dua merupakan satu kumpulan namun sama dengan dua angka batang nomor SATU. Pada saat yang sama, anak belajar angka yang tepat dengan cara menjiplak menggunakan sandpaper. Guru membantunya menempatkan tiap nomer di sisi batang yang mewaikili jumlah. Bekerja dengan alat peraga memberi kesempatan kepada anak menemukan banyak fakta matematis. Sebagai contoh, bila anak menempatkan batang nomer 1 pada baris yang sama dengan batang nomer 2, akan sama panjang dengan batang nomer 3. Anak juga


akan mampu memahami dasar perkalian. Sebagai contoh, batang nomer 6 akan sama dengan tiga kali batang nomer 2. Anak juga dapat memahami batang tersebut dan mendemonstrasikan kombinasi beragam yang sama dengan batang nomer 10. Untuk batang nomer 10 ini, mereka dapat memahaminya dengan cara meletakkan batang nomer 1 di sisi batang nomer 9, batang nomer 2 di sisi batang nomer 8, batang nomer 7 di sisi batang nomer 3, batang nomer 6 di sisi batang nomer 4 dan batang nomer 5 diletakkan dua kali.

KOTAK SPINDEL Kotak sspindel memperlihatkan pelatihan yang sama-mengumpulkan angka dengan jumlah yang sama. Kali ini, angka-angka tersebut berda pada urutan yang tepat dan benar sedangkan jumlahnya terlepas. Kotak spindle mempunyai 10 ruang dengan label 0 sampai 9. Pada kotak terpisah terdapat 45 spindel. Anak belajar menempatkan satu spindle di ruang berlebel 1, dua spindle dengan label 2. Ruang pertama diberi label 0 dan inilah perkenalan pertama anak dengan symbol kosong. Biasanya muncul keinginan anak meletakkan sebuah spindle pada ruang ini namun anak harus memahami bahwa bilangan 0 sama dengan kosong. ANGKA DAN HITUNGAN Pada pelatihan ini, baik symbol dan jumlah berada terpisah dan keduanya ditempatkan tersusun rapi saat pelatihan berlangsung. Pertama, anak menyusun angka – angka dengan susunan ascending. Saat meletakkan angka kepingan merah dengan tepat yakni di bawah masing-maing angka maka tampaklah keeping tersebut dengan dua susun. Tiap bilangan atau angka ganjil hanya memiliki satu keping pada baris bagian bawah. Susunan ini akan secara otomatis menggambarkan bilangan negative dan bilangan positif. PAPAN SEGUIN


Untuk menguasai bilangan “belasan”, anak berlatih dengan papan seguin. Papan ini memiliki angka 10 yang dicetak sembilan kali dalam satu baris. Pada kartu terpisah dicetak angka 1 sampai 9. Anak membuat angka 11 dengan cara menyisipkan angka 1 di atas angka 0 pada angka 10 pertama. Hal ini menunjukkan kepada anak – secara kongkrit – bahwa angka 11 terbentuk dari 10 ditambah 1. Lalu dia membuat angka 12 dengan menyisipkan angka 2 di atas angka 0 pada angka 10 di baris kedua. Guru membantu dengan bilangan 11, 12, 13, 14 dan seterusnya. Papan seguin lain disiapkan untuk mempelajari angka 21 sampai dengan 99. Untuk membuat jumlah yang cocok pada latihan ini, anak menggunakan batang manik berwarna. Oleh karena itu, beraktifitas dengan papan seguin biasanya dimulai setelah anak diperkenalkan dengan Golden Bead, yang dijelaskan di hal 43. MANIK EMAS DAN MATERI PECAHAN Gambar ini menunjukkan bahwa Golden Bead yang sangat terkenal itu didesain oleh Montessori untuk mengilustrasikan sistem desimal. Manik tunggal di sebelah kanan mewakili sebuah satuan. Batang tersebut membentuk 10 satuan pada satu baris mewakili 10. Sepuluh batang puluhan diikat bersamaan untuk membentuk persegi mewakili 100 dan setumpuk empat persegi 10 ratus membentuk kubus di sebelah kiri mewakili 1000. Anak-anak telah mengenal istilah empat persegi dan kubus pada materi pelajaran geometris. Guru menjelaskan kepada anak-anak bahwa untuk menghitung sejumlah besar satuan itu cukup sulit dan banyak menghabiskan waktu (namun tidak demikian dengan Montessori.). Kapan saja anak-anak memiliki 10 satuan mereka dapat menukarnya dengan satu batang puluhan. Bila mereka memiliki 10 batang puluhan mereka dapat menukarnya dengan satu persegi empat yang bernilai 100. Bila memiliki 10 persegi empat sepuluh ratus, mereka dapat menukarnya dengan 1 kubus bernilai 1000. Gambar di atas menunjukkan kartu angka yang cocok dan tercetak dengan warna berbeda – untuk mengidentifikasi kolom-kolom dengan system decimal. Satuan dicetak dengan


warna hijau, puluhan dengan warna biru, ratusan dengan warna merah dan ribuan dengan warna hijau. (Warna hijau digunakan dua kali, untuk ribuan – karena – ribuan pada dasarnya merupakan satuan ribu yang diikuti dengan puluhan ribu dan seterusnya). Anak-anak diperkenalkan dengan system decimal melalui tiga latihan dasar. Pertama, mereka membuat jumlah dengan manik-manik. Guru memulainya dengan bilangan yang mudah. Sebagai contoh, mengatakan, “Bawakan saya tiga ratusan”. Lalu guru mengkombinasikan bilangan-bilangan tersebut dengan kolom yang berbeda. “Bawakan saya lima puluhan dan tujuh satuan”. Kemudian, anak dengan senang hati mengumpulkan atau menjumlahkan

bilangan besar seperti; delapan ribuan, empat

ratusan, tiga puluhan dan tujuh satuan. Pada latihan kedua, anak mencari beberapa kartu untuk mewakili bilangan yang guru berikan secara lisan. Seperti, delapan puluhan dan tiga satuan. Pada latihan akhir, mereka belajar mengkombinasikan bilangan yang terdapat pada kartu dengan jumlah manik yang sesuai. Dengan papan seguin, anak-anak belajar menerjemahkan bilangan – bilangan seperti 7 puluhan dan 1 satuan menjadi 71 (Tujuh puluh satu). Kartu bilangan dapat dikombinasikan dengan cara yang menarik. Bila angka 1 ditempatkan pada bilangan 10, akan terbaca 11 (sebelas). Bila angka 11 (sebelas) ditemaptkan pad bilangan 100 (seratus) akan terbaca 111 (seratus sebelas) dan bila 111 (seratus sebelas) ditempatkan pada bilangan 1000 (seribua) akan terbaca 1111 (seribu seratus sebelas). Jumlah keseluruhan digambarkan dengan benda yang terdapat pada gambar. RANTAI SERIBU Thousand Chain atau ratai seribu menunjukkan bagaimana kubus seribu nampak bila semua manik-manik diletakkan pada baris tunggal. Rantai itu sebenarnya terdiri dari 100 batang puluhan yang dugunakan untuk latihan menghitung puluhan sampai seribu. Bilangan 10, 20, 30 dan seterusnya sampai 990 dan 1000, ditulis pada kartu-kartu kecil dan ditempatkan secara teratur di sisi rantai.


PERMAINAN BANK Pelatihan apa saja yang melibatkan pertukaran Golden Beads atau imitasiya disebut permainan bank. Materi yang digunakan sebagai sumber permainan direferensikan sebagai bank. Anak menggunakan bank tersebut bila mereka ingin menukarkan satuan dengan

puluhan,

puluhan

dengan

ratusan,

ratusan

dengan

ribuan

atau

sebaliknya.Penambahan, pengurangan, perkalian dan pembagian bilangan 4. Bila anak ingin menambah, setiap anak meletakkan sejumlah manik-manik pada sebuah baki lalu memilih kartu yang mewakili jumlah tersebut. Lalu mengkombinasikan dua jumlah tersebut pada baki lebih besar dan memilih dua kartu besar yang mewakili total jumlah. Untuk pengurangan, guru menempatkan sejumlah manik-manik dengan kartu besar pada baki ukuran besar. Kemudian memberi anak – baki ukuran kecil – dengan bilangan yang tertulis pada kartu kecil. Anak mengambil jumlah mani-manik dari baki besar dan meletakkannya bersama kartu kecil. Sisa jumlah pada baki besar adalah merupakan jawaban. Melalui permainan ini, anak memperoleh kesan kongkrit bahwa pengurangan adalah pecahan dari sejumlah bilangan menjadi bilangan yang lebih kecil. Saat mempelajari pembagian, anak hendaknya dijelaskan bahwa pembagian adalah pekerjaan membagi sedangkan jawabannya adalah apa yang diterima oleh satu orang. Bila anak mempunyai soal 1294: , dia meminta 3 anak untuk memegang baki kosong sementara dia memegang benda yang mewakili jumlah 1294. Dia ingin membagi sama jumlah ini kepada 3 temannya itu. Dia mulai dengan satu kubus ribuan. Bila ternyata dia tidak sanggup membagi satu kubus tersebut, maka dia menukarnya di bank dengan 10 persegi-ratusan. Sepuluh (10) persegi ini ditambah 2 pada bilangan 1294, lalu membagi angka tersebut kepada 3 anak. Masing-masing anak menerima 4 persegi ratusan. Selanjutnya membagi 9 batang puluhan; masing-masing anak menerima satu (1); satu unit satuan yang tersisa tidak dapat dibagi. Jawabannya adalah apa yang diterima oleh satu orang yaitu 431 dengan sisa 1 (satu).


MATERI PECAHAN Terkadang anak bertanya apakah satuan yang tersisa itu dapat dibagi? Ini merupakan saat yang tepat untuk mengajar mereka tentang materi yang menggambarkan bagaimana satuan tersebut dapat dipecah. Siapkan sepuluh kepingan besar berwarna merah. Keping pertama dalam bentuk utuh dan penuh. Keping kedua dibagi menjadi dua bagian, ketiga menjadi tiga bagian (3/3 )dan seterusnya hingga 10/10. Masin-masing pecahan memiliki handle (pegangan) kecil sehingga dapat dipindah-pindah dan dimainkan dengan mudah. Materi ini dapat memperlihatkan kepada anak-anak secara kongkrit bahwa Âź lebih kecil dari ½. Bahwa 5/5 itu sama dengan 10/10. Bila anak mengambil keping yang dibagi menjadi dua (2) bagian dan memindahkan yang setengah, dia dapat memasukkan dua bidang Âź ke dalam bidang (ruang) keeping itu. Kini anak mengerti bahwa 2/4 sama dengan ½. Banyak lagi yang lain – yang dapat didemonstrasikan. Anak-anak senantiasa tertarik mempelajari bagaimana menulis pecahan dan mengerjakan penggabungan (penambahan) yang mudah. OPERASI MATEMATIKA Di kelas Montessori, anak-anak tidak akan pernah duduk menghapal penambahan dan pengurangan: Mereka tidak suka menghapal table perkalian. Namun mereka mempelajari fakta-fakta ini dengan melakukan operasi materi secara kongkrit. Bla anak-anak ingin melakukan hitungan, berikan anak tersebut selembar kertas berisi soal-soal sederhana. Mereka mengerjakan soal-soal tersebut dengan materi yang sesuai dan mencatat hasilnya. Operasi yang sama dapat dilakukan dengan beragam benda. Benda-benda tersebut dapat mempertahankan minat anak dan memberi mereka kesempatan mengulang yang diperlukan.Pada saat anak-anak melakukan penambahan dan perkalian untuk dihapal, mereka mendapatkan pemahaman ril tentang masing-masing operasi itu. Di kelas Montessori, terdapat banyak benda yang dapat digunakan untuk operasi penambahan, pengurangan, perkalian dan juga pembagian. TANGGA MANIK PENDEK


Tangga manik berukuran pendek mewakili jumlah 1 hingga 10 dengan warna yang familiar. Satu (1) manik merah mewakili angka 1. Dua manik hijau mewakili 2. Tiga (3) manik merah mewakili 3 dan seterusnya dengan 10 manik emas yang mewakili 10. Bila anak-anak ingin melakukan penjumlahan 3+5, mereka meletakkan 3 manik merah di samping 5 manik biru. Hitunglah jumlah keseluruhan manik tersebut dan catat hasilnya: 3+5=8.

KUBUS DAN PERSEGI Pada warna yang sama, ini digunakan untuk manik-manik menyusun persegi dan kubus yang bernomer 1 hingga 10. Sebagai contoh; enam kwadrat ( 6² ) ditunjukkan dengan 36 manik warna violet yang disatukan dalam sebuah persegi. 6³ ditunjukkan dengan 216 manik warna violet yang disatukan dalam sebuah kubus. Persegi enam ditunjukkan dengan sebuah rantai yang terdiri dari 36 batang yang berisi 6 manik-manik. Rantai itu digunakan untuk hitungan pangkat (dalam hal ini menghitung dengan enam-an) dan juga untuk mempelajari persegi dan kubus yang terdiri dari nomer 1 samapa 10. PERKALIAN Batang manik berwarna juga dipakai untuk perkalian. Bila anak-anak memiliki soal 6x4, mereka mengambil 6 batang warna kuning yang berisi 4 manik pada setiap batang tersebut dan menempatkannya di atas tatakan kecil. Lalau menghitung jumlah keseluruhan manik-manik tersebut dan mencatat hasilnya; 6x4 =24. Bekerja dengan alat peraga ini memberi anak pemahaman ril mengenai istilah perkalian. Dalam hal ini angka 4 ditulis 6 kali.

PENGURANGAN Anak-anak bisa menggunakan satuan manik-manik untuk pengurangan sederhana. Untuk mengerjakan soal 9-3, anak-anak meletakkan 9 satuan pada sebuah lapik atau alas kecil. Lalu pindahkan 3 dari satuan tersebut. Anak-anak kemudian menghitung satuan yang


tersisa dan mencatat hasilnya: 9-3 =6. Sering kali anak mempelajari pengurangan dengan cara pembalikan: 4+4 = 8 menjadi 8-4 =4. PAPAN PEMBAGI Sebuah papan persegi dengan pion hijau dan manik-manik dipakai untuk pembagian sederhana. Pion tersebut mewakili pembagi atau orang yang membagi sebuah jumlah. Untuk mengerjakan soal 20:4, dapat diselesaikan dengan meletakkan empat pion di atas papan. Kemudian anak mengambil dengan hati-hati dua puluh manik-manik dan membaginya satu persatu. Masing-masing pion mendapat lima manik. Dia mencatat bahwa 20:4=5, karena dalam pembaginan, jawabannya adalah apa yang di terima oleh satu orang.

MATERI-MATERI PELATIHAN Aktifitas yang sama untuk penambahan dan atau pengurangan senantiasa siap di sajikan untuk anak yang ingin menggunakan materi yang berbeda. Termasuk juga di sini adalah materi STRIP BOARDS, THE SNAKE GAMES, THE DOT GAME, dan THE STAMP GAME. Beragam papan juga tersedia untuk perkalian anak yang telah siap dan tertarik. Anak dapat mengerjakan penambahan yang mudah pada papan strip Boards yang memperlihatkan dan menonjolkan garis panjang yang dikelompokkan dengan warna merah dan biru mewakili jumlah atau angka satu sampai sembilan. Pada papan persegi ukuran besar, anak dapat mengisi jawaban untuk semua table perkalian dari 1x1 sampai 10x10. GEOGRAPHI, TATABAHASA, TUMBUHAN DAN SEJARAH Kelas Montessori banyak memberi kesempatan kepada anak-anak memperluas pengetahuannya selama beberapa tahun di saat mereka termotivasi oleh dorongan minatnya secara spontan. Peta teka-teki terbuat dari kayu ukuran besar merupakan


aktifitas yang paling di kenal di kelas. Anak-anak dapat meletakkan tiap leping tersebut ke tempatnya dengan handle kecil pada bagian atas permukaan keeping itu. Peta dunia yang pertama meiliki teka-teki yang terpisah untuk tiap benua. Setelah bekerja dengan peta dunia anak bisa melakukan salah satu dari enam teka-teki peta dunia, dimana tiap Negara digambarkan dengan kepingan teka-teki secara terpisah untuk masing-masing Negara.

BERMAIN DENGAN AIR DAN TANAH Anak membentuk tanah yang umum-pulau, semenanjung dan tanah genting-dengan tanah liat yang dipakai untuk membuat bunga dan mengumpulkannya di panci yang diberi warna biru. Lalu menuangkan air di sekitar pulau, pada semenanjung dengan tiga sisi, dan pada kedua bagian tanah genting. Di tiga panci yang lain, mereka membuat pulau yang mengitari sungai dan membatasi teluk dan selat. Boleh juga meletakkan miniature pohon atau rumah di daratan dan kapal di perairan. MATERI GRAMMAR Di kelas Montessori, anak diperkenalkan dengan tatabahasa melalui permainan yang menyajikan dan memperlihatkan mereka bahwa NOUN adalah nama benda atau barang, ADJECTIVE atau kata sifat kata yang menggambarkan dan menerangkan kata benda dan VERB adalah merupakan kata aksi. Pada langkah kedua, warna diperkenalkan untuk menunjukkan bermacam kaidah bahasa. NOUN atau kata benda tadi dicetak pada kartu hitam. Kartu biru dipakai untuk kata sifat dan artikel yang menerangkan kata benda. Kata kerja dicetak pada kartu warna merah. Keterangan kata kerja dicetak pada kartu warna orange. Guru dapat menggunakan katakata ini untuk menyusun beberapa latihan tatabahasa. Sebagai contoh, anak dapat menggabung kata sifat dengan kata benda seperti: rumput-hijau, anak kecil, air panas dan lainnya. Atau dapat menggabung kata kerja dengan keterangan kata kerja seperti: berjalan dengan cepat, menyanyi dengan merdu. Dapat juga mencocokkan kelompok kata benda


tunggal dan jamak seperti: topi-beberapa topi, buku-beberapa buku. Aktifitas lain adalah memasang kata benda masukkilin dan feminine seperti: raja-ratu, laki-perempuan dan bapak-ibu. Bekerja dengan materi grammer masih melibatkan baik fungsi tangan maupun tindakan interpretif.

TUMBUHAN Banyak kelas Montssori yang memiliki perangkat kartu yang meggambarkan alam yang cantik dan mengilustrasikannya dengan warna seperti keterangan bagian sebuah pohon, bagian daun dan bunga. Anak menyesuaikan ilustrasi ini dengan nama yang cocok. Bekerja dengan kartu ini membantu anak lebih memperhatikan karakter benda yang tumbuh di lingkungannya. Mereka sering menanam bunga, sayur mayut yang tumbuh di kelas atau sekolah mereka. Untuk latihan ini, mereka bisa meningkatkan pengetahuan tentang tumbuhan dengan membawa contoh yang di sesuaikan dengan ilustrasi gambar pada kartu. GARIS WAKTU Montessori memberikan presentasi kongkrit sejarah dengan membiarkan anak bekerja dengan Time Line. Time Line merupakan kertas panjang yang dapat digulung dan direntangkan sepanjang lantai di kelas. Garisnya ditandai batasan yang mewakili urutan periode sejarah. Untuk latihan ini, anak memilih gambar atau kartu yang mewakili sejarah dan meletakkannya berurutan. Sebagai pengantar ide sejarah, terkadang anak memulai dengan membuat Time Line kecil mengenai kehidupan pribadi yang dimulai dengan gambar bayi. Time Line dapat dibuat untuk tahapan sejarah tertentu seperti perkembangan system transportasi atau sejarah mengenai senjata. Time Line besar adalah sejarah dunia yang dimulai dengan masa Cambrian.


Kebanyakan materi grammer, sejarah dan ilmu pengetahuan di kelas Montessori tersebut dibuat oleh guru sendiri. Materi ini berbeda antara kelas yang satu dengan kelas yang lain dan merefleksikan tingkat dan minat seorang guru dalam berkarya. Namun secara umum mereka memperlihatkan bahwa teori Montessori dapat dipelajari dengan baik oleh semua anak bila disajikan dengan alat peraga yang menarik. Mereka terstimulasi oleh rasa ingin tahu secara nalurlah; materi-materi tersebutpun menyenangkan mereka untu sebuah permainan. Belajar melalui penemuan akan memberi sesuatu kepuasan kepada nak daripada pembelajaran konvusional secara oral. MENGAPA BELAJAR DI USIA DINI? Para orang tua terheran-heran mengapa Montessori memperkenalkan tata bahasa, geographi dan matematika kepada anak antara usia tiga dan enam tahun, alasannya adalah bahwa pada usia itulah banyak konsep yang sulit dapat diserap oleh anak dengan suasana yang sukaria. Apalagi konsep itu disajikan dalam bentuk kongkrit. Hambatanhambatan bisa jadi menyenangkan bila disajikan kepada anak usia dini tersebut di saat mereka asik bermain dengan alat peraga. Di kelas Montessori, satuan atau pecahan bukan sekedar angka di atas kertas. Namun merupakan sesuatu yang dapat dirasa dan dipegang oleh anak. Kata kerja bukanlah sekedar kata di atas kertas, namun merupakan sesuatu yang bisa mereka lakukan. Pada umumnya, anak bisa menyiramkan air ketanah atau membentuk persegi dengan lima baris yang masing-masing terdiri dari lima manik-manik. Bagi anak-anak, materi yang tersusun dalam bentuk konkrit terhadap satu konsep akan diambilnya sebagai batu loncatan untuk mengklarifikasi istilah-istilah abstrak yang ditemukannya pada situasi pembelajaran di masa dating. AKTIFITAS KELOMPOK DAN SENI KREAKTIFITAS Berjalan di atas garis Salah satu aktifitas kelompok di kelas Montessori adalah berjalan perlahan mengelilingi garis bulat yang dibuat di atas lantai. Latihan ini membantu dan mengembangkan control


dan keseimbangan, khususnya pada saat anak berjalan. Banyak cara untuk meningkatkan tingkat kesulitan untuk memacu anak menyempurnakan kontrol gerakan mereka saat berjalan. Untuk

tujuan

tersebut

anak-anak

dapat

dilatih

dengan

membawa

bendera,

menyeimbangkan keranjang diatas kepala, membawa gelas air tanpa menumpahkannya dan lain sebagainya.

PERMAINAN DIAM Aktifitas kelompok lain dikelas Montessori adalah permainan diam. Dr. Montessori membagi latihan ini untuk membantu anak-anak mengembangkan control diri. Guru memulai permainan dengan mengangkat kartu bertulisan “Diam�. Pada saat permainan dimulai, semua anak berusaha diam setenang mungkin. Mereka tak hanya menahan bicara namun juga menutup mata dan mencoba tetap diam sehingga tak terdengar suara bising sama sekali. Setelah anak diam dan tenang selama beberapa menit, guru membisikkan nama-nama murid satu persatu. Saat anak mendengar namanya dia berjingkat dengan sangat tenang mendekati guru. Aktifitas ini membantu anak mendengar dengan penuh perhatian dan bergerak tanpa suara di kelas. Perhatian di dalam permainan ini menjadikan anak awas terhadap suara yang tidak biasa mereka dengar di lingkungannya. Selama beberapa menit dalam sehari mereka menjadi sangat menyadari arti diam.


ABOUT THE TRANSLATOR Name Furqon Bunyamin Husein Address Jl. Bangka Buntu II RT012/05 Pela Mampang Jakarta 12720 Status Married with three children Place and Date of Birth Jakarta May 15, 1969 Contact Person 0882 1025 1030 / 0882 1002 4195 Philosophy There won’t be a world without teaching. Man couldn’t live without teaching. EDUCATIONAL BACKGROUND 1 Primary School, academic year 1980/1981 Jl. Bangka III Pela Mampang Jakarta Selatan 2 Junior High School, academic year 1983/1984 Jl. KH. Abdurrahim, Kuningan Barat-Jakarta Selatan 3 Senior High School, academic year 1986/1987 Jl. Cawang Bawah/71 Jakarta Timur OTHER TRAININGS 1 Modern English Course 1983 2 Jakarta College 1984 3 Lembaga Indonesia Amerika/LIA 1986 4 Indonesian-Australian Youth Exchange; The Culture & Education Department (Depdikbud) 1986 5 English Training For Primary School Nurul Fikri Kelapa Dua, Cimanggis Depok 1987 TEACHING EXPERIENCES 1 Modern English Course, Jl. Duren Tiga Jakarta selatan 1989 As a Tutor - responsibility in teaching the Elementary Level


2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

Language Education Center, Jl. Mampang Prapatan XI Jakarta Selatan 1994 As Tutor – Responsibility in teaching for the Elementary, Pre Interm, PI Primary School, Jl. Bangka II/24 Jakarta Selatan 1994 As Tutor. Responsibility in teaching for the Elementary School Integrated Primary School, Jl. Bangka II/24 Jakarta Selatan 1994 As Tutor. Responsibility in teaching for the Primary Strudent Junior High School, Jl. Bangka II/24 Jakarta Selatan 1994 As Tutor. Responsibility in teaching Senior High School Student Intercollege, Jl.Bangka IV Jakarta Selatan 1996 As A Chief Executive Officer. Responsibility in creating Curriculum Program 1996 In House Training for SEMPATI AIR’s children As Tutor. Responsibility in teaching for Pelita Harapan Student Wisma Business Indonesia, Jl. Slipi Jaya Jakarta Barat 1996 As Tutor. Responsibility in teaching Assurance Employee Language First, Jl. Bangka X Jakarta Selatan As Educational Program Manager. Responsibility in Curriculum Delmoris Learning Center, Jl. Bangka III/23 Jakarta Selatan 2002 As CEO. Responsibility in Curriculum In House Training, Jl. Tirtayasa Jakarta Selatan 2005 As Tutor. Responsibility in teaching Mentari School’s Students In House Training, Jl. Kemang III Jakarta Selatan 2006 As Tutor. Responsibility in teaching Al-Azhar’s School’s Students In House Training, Jl. Komplek DEPLU Jakarta Selatan 2006 As Tutor. Responsibility in teaching Al-Azhar’s School’s Students In House Training, Jl. Bulungan Jakarta Selatan 2006 As Tutor. Responsibility in teaching Journalist and Interior Design

JOURNALIST EXPERIENCES 15 Wisata Magazine, Jl. Siaga Pejaten Barat Jakarta Selatan 2002 As Journalist. Making report of The Japanese Cultural Festival 2003 16 Bando Magazine, Jl. Supomo Jakarta Selatan 2004 As Reporter. Responsibility in reporting Painting Festival for ANTV and BANDO YA AMPUN 17 Bahana Radio, Jl. Penggadegan Jakarta Selatan 2004 As Keynote Speaker. Theme: English For Children-Business or Education? PUBLISHING EXPERIENCE 18 Iqra Insan Press Publisher, Jl. Siaga I /1 Jakarta Selatan 2002-2005 As Operational Manager. Responsibility in translating and publishing books WRITING: • Pernikahan Lintas Agama bersama DR. Didin Hafidhuddin, Mukhsin Al-Attos dan Drs. Dicky Chandra, Sekjen Forum Arimatea, 2004 • Menerjemah Buku A Parent’s Guide To The Montessori Class Room, Aline D.Wolf 2004


• • •

Bayang-Bayang Gurita (Pengantar) Karya Jerry D.Gray, 2005 Aku Ingin Mati Syahid, Novel, 2006 Senator Dari Gang Potlot, 2009

AT THIS PRESENT • Mengelola MEDIA ONLINE / Radar Indonesia (www.radarindo.com) • Mengelola Organisasi Forum Peduli Masyarakat Jakarta (FPMJ)


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.