TEORI PERANCANGAN DAN ARSITEKTUR KOTA NAMA: RAHMADITA (052001600001) DOSEN: DR. IR. NURHIKMAH BUDI HARTANTI, MT
JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS TRISAKTI 2019
SOAL UAS 2018/2019 Identifikasi permasalahan pada kawasan yg menjadi studi kasus tugas kelompok masing2 berdasarkan SALAH SATU kriteria rancang kota (Shirvani, 1985), yaitu: Access, Compatibility, Views, Identity, Sense atau Livability. Plih satu kriteria yg menurut anda terdapat masalah atau di kawasan tsb belum optimal. Buatlah analisis serta sketsa konsep (skematik) mengenai: Elemen apa yang perlu dirancang/ditata kembali untuk mengatasi permasalahan tsb.
Analisa dan Identifikasi Masalah Livability
PERENCANAAN KAWASAN DI KELURAHAN GROGOL Bagian Ketujuh Belas Kecamatan Grogol Petamburan Pasal 217 Tujuan penataan ruang Kecamatan Grogol Petamburan untuk: terwujudnya pusat kegiatan sekunder stasiun terpadu dan titik perpindahan beberapa moda transportasi konsep TOD pada Kawasan Grogol; terwujudnya pengembangan Kawasan Tanjung Duren sebagai pusat perdagangan dan jasa skala kota; terwujudnya pengembangan prasarana pengendalian daya rusak air; terwujudnya pengembangan taman kota/lingkungan dan jalur hijau sebagai prasarana resapan air, pengendali polusi udara, sosial, dan estetika kota; terwujudnya pengembangan kawasan pusat bisnis dan niaga; terwujudnya pengembangan kawasan permukiman berwawasan lingkungan melalui perbaikan dan/atau peremajaan lingkungan dilengkapi prasarana yang terintegrasi dengan angkutan umum massal; terwujudnya pengembangan pusat perkantoran dan jasa melalui penerapan konsep superblok didukung prasarana yang terintegrasi dengan angkutan umum massal; dan terwujudnya pembangunan rumah susun umum dilengkapi prasarana yang terintegrasi dengan angkutan umum massal. SUMBER: PERDA NO. 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN PERATURAN ZONASI
Pasal 220 (2) Rencana prasarana transportasi darat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, berfungsi untuk melancarkan arus transportasi dan mengatasi kemacetan lalu lintas dilakukan: peningkatan jalan arteri primer di Kelurahan Grogol, Tomang, Tanjung Duren Selatan, Jelambar, Wijaya Kusuma, dan Kelurahan Tanjung Duren Utara; peningkatan jalan arteri sekunder di Kelurahan Tanjung Duren Selatan, Tomang, Wijaya Kusuma, Jelambar Baru, dan Kelurahan Grogol; pengembangan prasarana parkir di Kelurahan Grogol, Tanjung Duren Utara, Tanjung Duren Selatan, Jelambar, Jelambar Baru, dan Kelurahan Wijaya Kusuma; dan pengembangan jalur pedestrian dan jalur sepeda di Kelurahan Jelambar Baru, Grogol, Tomang, Tanjung Duren Selatan, dan Kelurahan Wijaya Kusuma,. Sumber :Kriteria pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di sepanjang jalan arteri primer antar kota
Sumber:http://www.compagniedupaysage. com/projects/honfleur-normandy-outlet/
SUMBER: PERDA NO. 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN PERATURAN ZONASI
Sumber:https://www.flickr.com/photos/leidorf /656996329/in/photostream
Sumber :https://patthomson.net/2016/11/10/whatsa-phd-contribution/
Sumber :https://worldlandscapearchitect.com/publicrealm-scheme-underway-in-watford/#.XPz_4fZuLRN
Sumber :http://nacto.org/publication/urban-streetdesign-guide/street-design-elements/sidewalks/
PETA KAWASAN KELURAHAN GROGOL
KELURAHAN GROGOL
KECAMATANÂ GROGOL PETAMBURAN
PROVINSI KHUSUS IBU KOTA JAKARTA
KRITERIA LIVABILIT KAWASAN KELURAHAN GROGOL Sebagai kawasan yang berkembang di Jakarta tepatnya di Jakarta Barat, Kecamatan Grogol Petamburan, Kelurahan Grogol dengan padatnya pertumbuhan masyarakat ataupun komunitas pada kawasan tersebut. Kawasan ini memerlukan perencanaan yang komperhensif untuk membuat kawasan yang nyaman dan baik bagi seluru pengguna nya. Maka dari itu menganalisis suatu keadaan di wilayah tempat perencanaan sebagai salah satu hal yang diharuskan. Karena proses perencanaan merupakan salah satu peranan penting dalam sebuah pembangunan. Salah satu dari perencanaan tersebut yaitu dengan mengidentifikasi wilayah survey dengan teori- teori yang sudah ada, yang salah satunya adalah teori (Shirvani,1985) dimana teori tersebut menjelaskan tentang kriteria tak terukur suatu wilayah. Shirvani menyebutkan teori tidak terukur tersebut ada 6 macam, yaitu : Accessibility, View, Compatibility, Identity, Sense, dan Livability. Dengan mengidentifikasi dengan kriteria-kriteria tersebut akan memudahkan untuk memperbaiki masalah-masalah perencanaan yang ada. salah satunya penrencanaan pada Livability.
Livability Kriteria ini terkait erat dengan aspek kenyamanan dari tempat atau bangunan yang direncanakan, kaitannya dengan pola skala. Kriteria ini menyangut kenyamanan penglihatan, hubungan dengan lingkungan hidup dan hal-hal lain untuk mendukung kenyamanan dari lingkungan binaan yang direncanakan. Contoh komponen-komponen yang mungkin perlu diperhatiakan dalam kriteria ini adalah: jalan yang cukup lebarnya, drainase yang baik, penghijauan yang dalam hal ini adalah pertimbangan antara hijau dan non hijau. Semua contoh-contoh komponen tersebut sangat mendukung dalam menciptakan keamanan dan ke dinamisan lingkungan binaan yang direncanakan.
EXISTING PADA TAPAK penghijauan yang dalam hal ini adalah pertimbangan antara hijau dan non hijau. Permasalahan : Pada kawasan Kelurahan Grogol sesuai peta zonasi dimana sudah di atur di lahan/area hijau dapat dibangun pada perancanaan nya memang sudah memenuhi standar namun pada perawatannya, masih banyak yang terlantarkan dan tidak di lakukannya perwatan
KRITERIA LIVABILITY KAWASAN KELURAHAN GROGOL Livability EXISITING PADA TAPAK drainase, Permasalahan : drainase yang ada pada kawasan Kelurahan Grogol di alirkan pasa kali Grogol, dan Sungai Ciliwung, dan untuk penampungan air pada kawasan tersebut di alirkan pada Waduk grogol. damun karna dimensi banjir yang besar dan aliran sungai/kali tersumbat oleh sampah yang menjadikan kawsan ini sering sekali terkena banjir
Livability EXISITING PADA TAPAK Jalan yang cukup lebar
Permasalahan: Perencanaan Jalan Utama pada kawasan Grogor terdapat pada Jl. Dr. Nurdin Raya, Jl. Dr. Susilo I, Jl. Makaliwe Raya, Jl. Kyai Tapa, Jl. Semeru Tanggul.
Sumber :Kriteria pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di sepanjang jalan arteri primer antar kota
Namun ada kendala yang terdapat di kawasan tersebut dimana di kawasan tersebut masih ada yang melkukan parkir liar dan pedagan kaki lima yang berjualan di sepajang jalan Susilo I, dengan adanya permasalahan ini banyak pengendaraan lain merasa terusik, begitu pula dengan yang terjadi jalur busway dimana jalur tersebut di gunakan oleh pengendara lainnnya padahal hal ini dapat terjadi kecekalakaan
DATA FISIK KAWASAN Elemen livability merupakan salah satu dari kehidupan penduduk yang tinggal didalamnya ( Live ) , maka dlam hal ini diperlukan data statistik mengenai penduduk mengenai jenis gender, usia, tingkat pendidikan, status keluarga. dan agama. Untuk Kelurahan Grogol sendiri, kelurahan ini memiliki jumlah penduduk 19.707 jiwa.
PRESENTASE UMUR 65> 6.5%
PRESENTASE GENDER
PRESENTASE AGAMA
0-5 6.7% Hindu 0%
5-15 13.9%
Budha Khonghuchu 0% 6.6%
Khatolik 12.4%
45-65 22.9%
Wanita 49.2%
Pria 50.8%
Kristen 13.1%
15-25 15.4%
Islam 67.9%
25-45 34.7%
PRESENTASE UMUR
STATISTIKA STATUS KAWIN 10,000
Strata I 15.2%
Strata II 1%
Bekum Sekolah 13.7%
7,500 Akademi Strata Muda Diploma 3.9% 0.4%
Belum Tamat SD 9%
5,000 Tamat SD 8.4%
2,500
0
Belum Kawin
Kawin
Cerai Hidup
Cerai Mati
SLTA 36.6%
SLTP 11.8%
DATA FISIK KAWASAN Elemen livability merupakan salah satu dari ruang hidup untuk berinteraksi sosial (Space ), dengan hal itu elemen ini tidak bisa jauh dari ketersediaan dan kualitas fasilitas dan prasarana umum yang membuat dibutuhkannya data mengenai ketersediaan dan kualitas fasilitas dan prasarana umum.
SARANA KESAHATAN
SARANA UMUM
Puskesmas
PRESENTASE LAHAN YANG DIGUNAKAN
Pasar
Posyandu Kios Toko Klinik
Pertokoan 7.8%
Industri Rumah
Dokter
Apotek
Unit Koperasi
Sarana Umum 14.2%
Bidan Mall Sinse
RPTRA
Rumah Sakit Khusus 0
25
50
75
100
0
20
40
60
80
Industri 0.1%
SARANA IBADAH
SARANA PENDIDIKAN
Masjid
SD
Musolah SMP
Majelis Taklim
Perumahan 77.9% SMA
Gereja
SMK
Madrasah
0
2.5
5
7.5
10
0
2
4
6
8
Analisa dan Solusi Livability Konsep
Penyerapan/ pengurangan panas
kualitas udara yang baik
Interaksi sosial
LIVABILITY CONCEPT
Pengurangan stress
Penahan bising
Aktivitas Olaraga
Kualitas penyerapan air
LAND USED
ANALISA KAWASAN DI KELURAHAN GROGOL LEGENDA Pertokaan dengan pendestrian di sepanjang jalan Zona K1*
sebagai taman kota dengan aktifitas olaraga
Fungsi taman kota dan hutan kota dapat sebagai penyimpanan air
Tempat Perencanan sutet Zona H5*
Zona H2. H4*
Sebagai jalur kerta KRL, Railink
Sabagai waduk dan pengaliran air agar tidak terjadi banjir
Zona H6*
Zona B1*
Digunakan sebagai Hutan kota Zona H2, H4*
Perancangan bagian atau kawasan yang telah di rancanakan telah di atur dan di sesuaikan oleh peraturan yang diatur baik pada PERMEN (Peranturan Menteri), PERDA DKI JAKARTA (Peraturan Daerah Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta). dimana Kawasan tersebut di bangun dalam zona nya masing-masing. pengutaran zonasi di buat sebagai bentuk agara kawasan tersebut dapat tercana dengan baik dan kawasan tersebut dapat memenuhi aspek kota yang dimana penguna dapat menikmatinya.
*penjalasan Zonasi di halaman berikutnya
LAND USED
ANALISA KAWASAN DI KELURAHAN GROGOL
PERDA DKI NO. 7 TAHUN 2010 PARAGRAF 2 PERSYARATAN PERUNTUKAN DAN INTENSITAS BANGUNAN GEDUNG
HAL HAL YANG DI ATUR MENGENAI SKALA MIKRO ADALAH:
Pasal 19 Persyaratan peruntukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 huruf a merupakan persyaratan peruntukan lokasi bangunan yang ditetapkan sesuai dengan RTRW, RDTR, peraturan zonasi, dan/atau panduan rancang kota. Pasal 20 Setiap orang yang akan mendirikan bangunan gedung, fungsinya harus sesuai dengan peruntukan yang ditetapkan dalam rencana kota. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR 06/PRT/M/2007 TANGGAL 16 MARET 2007 TENTANG RTBL (RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN) Struktur Peruntukan Lahan merupakan komponen rancang kawasan yang berperan penting dalam alokasi penggunaan dan penguasaan lahan/tata guna lahan yang telah ditetapkan dalam suatu kawasan perencanaan tertentu berdasarkan ketentuan dalam rencana tata ruang wilayah. Â KOMPONEN PENATAAN DI BAGI MENJADI 2: 1.SKALA MAKRO 2.SKALA MIKRO Yaitu rencan alokasi penggunaan dan Peruntukan Lahan Mikro, Yaitu pemanfaatan lahan pada suatu peruntukan lahan yang ditetapkan wilayah tertentu yang juga disebut pada skala ruangan yang lebih dengan tata guna lahan. Peruntukan rinci (termasuk secara vertikal) ini bersifat mutlak karna telah di atur berdasarkan prinsip keragaman pada ketentuan dalam rencana tata yang seimbang dan saling ruang wilayah. menentukan.
kawasan zona H2, H4, H5, H6 Tempat bermain lingkungan, Taman rekreasi, Lapangan Olaraga, Teater Terbuka, Pakir Sepedah, Parkir Kendaraan, Kolam, Hutan Kota, Taman Kota kawasan zona R3, R4 Rumah Kecil, dan Rumah Sedang kawasan zona S1, S3, S5 sebagai sarana pendidikan, ibadah, rekreasi dan olaraga
Bagian paling inti disebut RBD (Retail Business District). Merupakan daerahpaling dekat dengan pusat kota. Di daerah ini terdapat toko, hotel, restoran, gedung, bioskop dan sebagainya. Bagian di luarnya disebut sebagai WBD (Wholesale Business District) yang ditempati oleh bangunan yang diperuntukkan kegiatan ekonomi dalam jumlah yang lebih besar antara lain seperti pasar, pergudangan dan gedung penyimpan barang supaya tahan lebih lama.
Peruntukan lantai dasar, lantai atas, maupun lantai basement, Peruntukan lahan tertentu, misalnya berkaitan dengan konteks lahan perkotaan-perdesaan, konteks bentang alam/lingkungan konservasli, atau pun konteks tematikal pengaturan pada spot ruang bertema tertentu. Dalam Interaksi berbagai pihak seperti perancang/penata kota, pihak pemilk lahan, atau pun pihak pemakai/pengguna/masyarakat untuk melahirkan suatu lingkungan denag ruang-ruang yang berkarakter tertentu sesuai dengan konsep struktur perancangan kawasan. Penetapan ini tidak berarti memperbaiki alokasi tata bangunan lahan pada aturan rencana tata ruang wilayah yang ada, namun berupa tata guna yang diterapkan dengan skala keruangan yang lebth rinci, misalnya secara vertial per lantal. Teori Konsentris Kota dianggap sebagai suatu obyek studi dimana di dalamnya terdapat masyarakat manusia yang sangat komplek, telah mengalami proses interrelasi antarmanusia dan antara manusia dengan lingkungannya. Hasil dari hubungan itu mengakibatkan terciptanya pola keteraturan dari penggunaan lahan. E.W. Burgess (1925) Zona 1: Daerah Pusat Bisnis Zona ini terdiri dari 2 bagian, yaitu:
ANALISA KAWASAN DI KELURAHAN GROGOL
BUILDING FORM AND MASSING (BENTUK DAN MASSA BANGUNAN)
Didalam kawasan Kelurahan grogol yang dapat di rubah untuk menjadi kawasan yang lebih baik yaitu
Menara Sutet Perumahan Taman Pasar
Pertokan Pertokan
Pertokan
Pertokan Hutan kota
Hutan kota
Pertokoan yang ada pada existing terhat kurang terawat padahal pertokaan tersebut di lewati oleh inner ring road yang ada baik keseliling pada bagian jalan tersebut di rawat baik penghijauannya dan bangunan sekitranya. bukan hanya ada di kawasan dekat dengan inner ring road, namun pada bagian kawasan lainnya juga di buat pertokoan dengan gaya vintage atapun industrial. gaya ini diminati di setiap kalangan umur dan kawasan ini dekat dengan Universitas Trisakti dan tempat pendidikan lainnya dimana aktitas ekonomi miningkat jika membangun pertokoan dan aktivitas. Pasar yang yang ada di kawasan ini dapat di lakukan perbaikan atau pembaruan namun tetap memberikan kesan dulu Perumah di kawasan tersebut tetap di pertahankan dan tidak mengubah bentuknya. Menara sutet yang ada di pinggiran sungai ciliwung juga tidak dapat dirubah atau dipindahkan
ANALISA KAWASAN DI KELURAHAN GROGOL
BUILDING FORM AND MASSING (BENTUK DAN MASSA BANGUNAN)
Komonen penataan menurut PERMEN PU 06 TAHUN 2007 Tentang RTBL/ Bagian III (Rencana Umum dan Panduan Rancangan) / Bagian C (Tata Bangunan)/ Bagian iii ( Komponen Penataan/ Butir ke-4: Â Pengaturan Ketinggian dan Elevasi Lantai Bangunan, yaitu perencanaan pengaturan ketinggian dan elevasi bangunan baik pada skala bangunan tunggal maupun kelompok bangunan pada lingkungan yang lebih makro (blok/kawasan). Pengaturan ini terdiri atas: ketinggian Bangunan; Komposisi Garis Langit Bangunan; Ketinggian Lantai Bangunan.n. Komonen penataan menurut PERMEN PU 06 TAHUN 2007 Tentang RTBL/ Bagian III (Rencana Umum dan Panduan Rancangan) / Bagian C (Tata Bangunan)/ Bagian iii ( Komponen Penataan/ Butir ke-1: Pengaturan Blok Lingkungan: yaitu perencanaan pembagian lahan dalam kawasan menjadi blok dan jalan, dimana blok terdiri atas petak lahan/kaveling dengan konfigurasi tertentu. Pengaturan ini terdiri atas: Bentuk dan Ukuran Blok; Pengelompokan dan Konfigurasi Blok; Ruang terbuka dan tata hijau. Pengaturan Kaveling/Petak Lahan, yaitu perencanaan pembagian lahan dalam blok menjadi sejumlah kaveling/petak lahan dengan ukuran, bentuk, pengelompokan dan konfigurasi tertentu. Pengaturan ini terdiri atas: Bulding form and massing membahas mengenai bagaimana bentuk dan massa- massa bangunan yang ada dapat membentuk suatu kota serta bagaimana hubungan antar massa (banyak bangunan) yang ada. Â Bentuk dan massa bangunan meliputi: Ketinggian bangunan Kepejalan bangunan Koefisien lantai bangunan Garis sempadan bangunan.
Langgam Skala Material Tekstur Warna
Komonen penataan menurut PERMEN PU 06 TAHUN 2007 Tentang RTBL/ Bagian III (Rencana Umum dan Panduan Rancangan) / Bagian C (Tata Bangunan)/ Bagian iii ( Komponen Penataan/ Butir ke-3: Pengaturan Bangunan, yaitu perencanaan pengaturan massa bangunan dalam blok/kaveling. Pengaturan ini terdiri atas: Pengelompokan Bangunan; Letak dan Orientasi Bangunan; Sosok Massa Bangunan; Ekspresi Arsitektur Bangunan.
Bentuk dan Ukuran Kaveling; Pengelompokan dan Konfigurasi Kaveling; Ruang terbuka dan tata hijau. Pengaturan Bangunan, yaitu perencanaan pengaturan massa bangunan dalam blok/kaveling. Pengaturan ini terdiri atas: Pengelompokan Bangunan; Letak dan Orientasi Bangunan; Sosok Massa Bangunan; Ekspresi Arsitektur Bangunan.
ANALISA KAWASAN DI KELURAHAN GROGOL PERATURAN RTBL PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR 06/PRT/M/2007 TANGGAL 16 MARET 2007 Sistem jaringan jalan dan pergerakan, yaitu rancangan system pergerakan yang terkait, antara jenis-jenis hirarki / kelas jalan yang, terbar pada kawasan perencanaan (jalan arteri, kolektor dan lingkungan lokal) dan jenis pergerakan yang melaluinya, baik masuk dan keluar kawasan, atau masuk dan keluar kaveling. Sistem sirkulasi kendaraan umum, yaitu system arus pergerakan kendaraan umum formal, yang di petakan pada hirarki/kelas jalan yang ada pada kawasan perencanaan, Sistem sirkulasi kendaraan pribadi, yaitu renvana system arus pergerakan bagi kendaraan pribadi sesuai dengan hirarki/kelas jalan pada kawasan perencanaan, Sistem sirkulasi kendaraan umum informasi setembat, yaitu rancangan system arus pergerakan bagi kendaraan umum dari sector informal, seperti ojek, becak, andong, dan sejenisnya, yang ditetapkan pada hirarki/kelas jalan yang ada pada kawasan perencanaan. Sistem pergerakan transit, yaitu rancangan sistem perpindahan arus pergerakan dari dua atau lebih moda transportasi yang berbeda, yang dipetakan pada hirarki/
Sistem parkir, yaitu rancangan sistem gerakan arus masuk dan keluar kaveling atau grup kaveling untuk parkir kendaraan di dalam internal kaveling. Sistem perencanaan rancangan sistem arus pergerakan dari kendaraan servis (seperti pengangkut sampah, pengangkut barang, dan kendaraan pemadam kebakaran) dari suatu kaveling atau blok lingkungan tertentu, yang dipetakan pada hirarki/kelas jalan yang ada pada kawasan perencanaan. Sistem sirkulasi (termasuk penyandang cacat dan lanjut usia) yaitu rancangan sistem arus pejalan kaki dan pemakai sepeda, yang khusus disediakan pada kawasan perencanaan. Sistem jaringan jalur penghubung terpadu (pedestrian linkage), yaitu rancangan sistem jaringan berbagai jalur penghubung yang memungkinkan menembus beberapa bangunan atau pun beberapa kaveling tertentu dan dimanfaatkan bagi kepentingan jalur publik. Jalur penghubung terpadu ini dibutuhkan terutama pada daerah dengan intensitas kegiatan tinggi dan beragam, seperti pada area komersial lingkungan permukiman atau area fungsi campuran (mixedused). Jalur penghubung terpadu harus dapat memberikan kemudahan
SIRKULASI DAN PARKIR Dijadikan sirkulasi utama jalan dimana sikulasi utama itu di gunakan sebagai sirkulasi manusia (pendestrian), sirkulasi jalan (kendaraan bergerak, Penghubung jalan).
pembuatan parkir di sisi ruas jalan untuk mencegahnya parkir sebarangan yang merugikan pengguna lainnya
Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 5 Tahun 2012 Tentang Perparkiran/ Pasal 31: Penyelenggara parkir dilarang menyediakan fasilitas parkir sebagai berikut: sepanjang 6 m (enam meter) sebelum dan sesudah tempat penyeberangan pejalan kaki atau tempat penyeberangan sepeda yang telah ditentukan; sepanjang 25 m (dua puluh lima meter) sebelum dan sesudah tikungan tajam dengan radius kurang dari 500 (lima ratus) meter; sepanjang 50 m (lima puluh meter) sebelum dan sesudah jembatan; sepanjang 100 m (seratus meter) sebelum dan sesudah perlintasan sebidang; sepanjang 25 m (dua puluh lima meter) sebelum dan sesudah persimpangan; sepanjang 6 m (enam meter) sebelum dan sesudah akses bangunan gedung; dan sepanjang 6 m (enam meter) sebelum dan sesudah hidran pemadam kebakaran atau sumber air sejenis.
OPEN SPACE Ruang terbuka (Open Space) merupakan ruang terbuka yang selalu terletak di luar massa bangunan yang dapat dimanfaatkan dan dipergunakan oleh setiap orang serta memberikan kesempatan untuk melakukan bermacam-macam kegiatan. Yang dimaksud dengan ruang terbuka antara lain jalan, pedestrian, taman lingkungan, plaza, lapangan olahraga, taman kota dan taman rekreasi (Hakim, 2003 : 50).
ANALISA KAWASAN DI KELURAHAN GROGOL
Ruang terbuka ditinjau dari kegiatanya, menurut kegiatannya ruang terbuka terbagi atas dua jenis ruang terbuka, yaitu ruang terbuka pasif dan ruang terbuka pasif (Hakim, 2003 : 51) : Ruang terbuka aktif, adalah rang terbuka yang mempunyai unsur-unsur kegiatan didalamnya misalkan, bermain, olahraga, jala-jalan. Ruang terbuka ini dapat berupa plaza, lapangan olahraga, tempat bermain anak dan remaja, penghijauan tepi sungai sebagai tempat rekreasi. Ruang terbuka pasif, adalah ruang terbuka yang didalamnya tidak mengandung unsur-unsur kegiatan manusia misalkan, penghijauan tepian jalur jalan, penghijauan tepian rel kereta api, penghijauan tepian bantaran sungai, ataupun penghijauan daerah yang bersifat alamiah. Ruang terbuka ini lebih berfungsi sebagai keindahan visual dan fungsi ekologis belaka
Penataan taman, dimana fungsi taman pada kawasan ini tidak terawat dengan baik, akan lebih baik taman tersebut menjadi hutan kota. Hutan kotabermanfaat untuk mengurangi degradasi lingkungankota yang diakibatkan oleh ekses negatif pembangunan, dan Hutan kota dapat di isi dengan aktivitas dan interaksi sosial.
PERMEN PU No. 3/PRT/M/2014 Perencanaan prasarana dan sarana jaringan pejalan kaki dilakukan dengan memperhatikan: fungsi dan manfaat prasarana dan sarana jaringan pejalan kaki; prinsip perencanaan prasarana dan sarana jaringan pejalan kaki; kriteria prasarana dan sarana jaringan pejalan kaki; teknik perencanaan prasarana dan sarana jaringan pejalan kaki; dan ruang jalur pejalan kaki. Persyaratan yang diberikan berdasarkan keselamatan dan kenyamanan bagi pejalan kaki dengan ketentuan sebagai berikut : Kebebasan vertikal antara jembatan dan jalan raya 5.0 meter. Tinggi maksimum anak tangga 0.15 meter. Lebar anak tangga 0.30 meter. Panjang jalur turun minimum 1.50 meter. Lebar landasan, tangga dan jalur berjalan minimal 2.00 meter. Kelandaian maksimum 10 %. Dasar penetapan tersebut diatas adalah asumsi kecepatan berjalan kaki sebagai berikut : Pada jalan datar 1.50 meter/detik Pada kemiringan 1.10 meter/detik •Pada tangga 0.20 meter/detik secara vertical
Pada Kawasan waduk tidak di buat hutan hutan kota tapu di buatnya taman karna pertibangan lingkungan sekitarnya dimana lingkungan di sekitar waduk adalah rumah tinggal,
PERMEN PU No.5/PRT/M/2008 TENTANG PEDOMAN PENYEDIAAN DAN PEMANFAATAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KAWASAN PERKOTAAN. Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Ruang terbuka hijau adalah area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam.
Menurut Permendagri Nomor 1 Tahun 2007, jenis Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan terdiri dari Taman kota, Lapangan upacara, Taman wisata alam, Parkir terbuka, Taman rekreasi, Lahan pertanian Taman lingkungan perumahan perkotaan, dan permukiman, Jalur dibawah tegangan Taman lingkungan perkantoran tinggi (SUTT dan SUTET), dan gedung komersial, Taman Sempadan (sungai, pantai, hutan raya, bangunan, situ dan rawa), Hutan kota, Jalur pengaman (jalan, Hutan lindung, median jalan, rel kereta Bentang alam (seperti gunung, api, pipa gas dan bukit, lereng dan lembah), pedestrian), Cagar alam, Kawasan dan jalur hijau, Kebun raya, Daerah penyangga (buffer Kebun binatang, zone) lapangan udara, dan Pemakaman umum, Taman atap (garden roof). Lapangan olahraga,
ANALISA KAWASAN DI KELURAHAN GROGOL
ACTIVITY SUPPORT Pada kawasan grorgol lebih banyak menggunakan Ruang terbuka aktif, dimana ruang terbuka mempunyai unsur-unsur kegiatan didalamnya misalkan, bermain, olahraga, jalajalan. .
ACTIVITY SUPPORT Pendukung kegiatan (Activity Support) adalah meliputi seluruh pengguanaan dan aktifitas yang membantu memperkuat ruang-ruang umum kota, karena aktifitas dan fisik ruang selalu saling melengkapi satu sama lain. Bentuk, lokasi, dan karakteristik suatu areal tertentu akan menarik fungsi, penggunaan dan aktifitas spesifik (Hamid Shirvani, 1985) Adapun bentuk dari pendukung kegiatan yaitu kegiatan penunjang yang menghubungkan dua atau lebih pusat-pusat kegiatan umum yang ada di kota, antara lain berupa ruang terbuka atau bangunan yang diperuntukan bagi kepentingan umum. Ruang terbuka, bentuk fisiknya dapat berupa taman rekreasi, taman kota, plaza-plaza, taman budaya, kawasan pedagang kaki lima, jalur pedestrian, kumpulan pedagang penjual barang-barang seni lainnya.
Ruang terbuka yang terdapat pada kawasan ini dapat berupa plaza, lapangan olahraga, tempat bermain anak dan remaja, penghijauan tepi sungai sebagai tempat rekreasi. dan Dapat dimanfaatkan dan dipergunakan oleh setiap orang (warga).
Fungsi utama dari pendukung kegiatan dalah menghubungkan dua atau lebih pusat-pusat kegiatan umum dan menggerakkan fungsi kegiatan utama kota menjadi lebih hidup, menerus, dan damai. Disamping itu untuk memperkuat ruang-ruang umum kota saling melengkapi satu sama lainnya (Hamid Shirvani, 1985)
SIGNAGE
SIGNAGE Lynch, (1975: 6-8) dalam bukunya “The Image of The City” sebuah citra memerlukan: Identitas pada sebuah obyek atau sesuatu yang berbeda dengan yang lain. Struktur atau pola saling hubung antaran obyek dan pengamat. Obyek tersebut mempunyai makna bagi pengamatnya Citra/kesan/wajah pada sebuah kota merupakan kesan yang diberikan oleh orang banyak bukan individual. Citra kota lebih ditekankan pada lingkungan fisik atau sebagai kualitas sebuah obyek fisik (seperti warna, struktur yang kuat, dll), sehingga akan menimbulkan bentuk yang berbeda,bagus dan menarik perhatian. Landmark adalah elemen fisik suatu kota sebagai referensi kota dimana pengamat tidak dapat masuk kedalamnya, tetapi penanda bersifat eksternal terhadap pengamat. Biasanya dikenali melalui bentuk fisik dominan dalam suatu kawasan kota seperti bangunan, monumen, toko, atau gunung. Landmark sudah dikenali dalam jarak tertentu secara radial dalam kawasan kota dan dapat dilihat dari berbagai sudut kota; tetapi ada beberapa landmark yang hanya dikenali oleh kawasan tertentu pada jarak yang relatif dekat. Landmark bisa terletak di dalam kota atau diluar kawasan kota (bedakan antara gunung dan monumen).
Pasal 74b PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN PERATURAN ZONASI “terwujudnya Kawasan Cikini sebagai pusat kegiatan tersier yang berfungsi untuk pusat perdagangan dan jasa serta pusat wisata budaya sejarah skala kota yang terintegrasi dengan angkutan massal”
pada kawasan ini yang menjadi landmark waduk grogol dimana waduk itu tepat di kawasan yang cukup memiliki dan dapat mudah di kenali oleh orang sekitar karna letaknya di dekat jalan raya tol inner ring road dan kawasan perumahan sekitarnya. Landmark dari kawasan ini salah satu yaitu masjid Al - Muchlishin dimana letaknya cukup mudah terliat karna letaknya di perempatan jalan. dan masjid ini juga mesjid pertama yang dibangun di kawasan ini.
PENDESTRIAN PERMEN PU NO.3/PRT/M/2014 Perencanaan prasarana dan sarana jaringan pejalan kaki dilakukan dengan memperhatikan: Fungsi dan manfaat prasarana dan sarana jaringan pejalan kaki; Prinsip perencanaan prasarana dan sarana jaringan pejalan kaki; Kriteria prasarana dan sarana jaringan pejalan kaki; Teknik perencanaan prasarana dan sarana jaringan pejalan kaki; dan Ruang jalur pejalan kaki.
Persyaratan yang diberikan berdasarkan keselamatan dan kenyamanan bagi pejalan kaki dengan ketentuan sebagai berikut : Kebebasan vertikal antara jembatan dan jalan raya 5.0 meter. Tinggi maksimum anak tangga 0.15 meter. Lebar anak tangga 0.30 meter. Panjang jalur turun minimum 1.50 meter. Lebar landasan, tangga dan jalur berjalan minimal 2.00 meter. Kelandaian maksimum 10%. Dasar penetapan tersebut diatas adalah asumsi kecepatan berjalan kaki sebagai berikut : Pada jalan datar 1.50 meter/detik Pada kemiringan 1.10 meter/detik Pada tangga 0.20 meter/detik secara vertical
ANALISA KAWASAN DI KELURAHAN GROGOL Dengan adanya mecitakan
pendestrian
dapan
Pejalan kaki yang aman dan leluasa dari kendaraan. Menyenangkan, dengan rute yang mudah dan jelas yang disesuaikan dengan hambatan kepadatan pejalan kaki. Mudah, menuju segala arah tanpa hambatan yang disebabkan gangguan naik-turun, ruang yang sempit, dan penyerobotan fungsi lain. dan mempunyai nilai estetika dan daya tarik, dengan penyediaan sarana dan prasarana jalan seperti: taman, bangku, tempat sampah dan lainnya.
ANALISA KAWASAN DI KELURAHAN GROGOL PRESERVASI (PRESERVATION) Preservasi (Preservation) Upaya yang harus dilakukan untuk menjaga situs sejarah, selama secara ekonomi penting dan signifikan budaya. Struktur dan tempat-tempat penting sejarah harus memiliki kehidupan yang lebih panjang (Shirvani, 1985).
PERDA NO. 9 TAHUN 1999 Tentang Pelestarian dan Pemanfaatan Lingkungan dan Cagar Budaya, bangunan cagar budaya dari segi arsitektur maupun sejarahnya dibagi dalam 3 (tiga) golongan, yaitu :
Pada kawasan ini tidak terdapat yang dapat di pertahankan dari segi kawasan dan bangunan cagar budaya nya karna hampir seluru bangunan disini adalah bangunan baru atau tempat tinggal hunian baru
Pemugaran Bangunan Cagar Budaya Golongan A Pemugaran Bangunan Cagar Budaya Golongan B Pemugaran Bangunan Cagar Budaya Golongan C Bangunan Cagar Budaya Golongan A Bangunan dilarang dibongkar dan atau diubah. Apabila kondisi fisik bangunan buruk, roboh, terbakar atau tidak layak tegak dapat dilakukan pembongkaran untuk dibangun kembali sama seperti semula sesuai dengan aslinya. Pemeliharaan dan perawatan bangunan harus menggunakan bahan yang sama / sejenis atau memiliki karakter yang sama, dengan mempertahankan detail ornamen bangunan yang telah ada. Dalam upaya revitalisasi dimungkinkan adanya penyesuaian / perubahan fungsi sesuai rencana kota yang berlaku tanpa mengubah bentuk bangunan aslinya. Di dalam persil atau lahan bangunan cagar budaya dimungkinkan adanya bangunan tambahan yang menjadi satu kesatuan yang utuh dengan bangunan utama.
Preservasi harus diarahkan pada perlindungan permukiman yang ada dan urban space, hal ini untuk mempertahankan kegiatan yang berlangsung di tempat itu. (Sumber: Hamid Shirvani, Perancangan Kota, Urban Desain)
Bangunan Cagar Budaya Golongan B Bangunan dilarang dibongkar secara sengaja, dan apabila kondisi fisik bangunan buruk, roboh, terbakar atau tidak layak tegak dapat dilakukan pembongkaran untuk dibangun kembali sama seperti semula sesuai dengan aslinya Pemeliharan dan perawatan bangunan harus dilakukan tanpa mengubah pola tampak depan, atap, dan warna, serta dengan mempertahankan detail dan ornamen bangunan yang penting. Dalam upaya rehabilitasi dan revitalisasi dimungkinkan adanya perubahan tata ruang dalam asalkan tidak mengubah struktur utama bangunan Di dalam persil atau lahan bangunan cagar budaya dimungkinkan adanya bangunan tambahan yang menjadi satu kesatuan yang utuh dengan bangunan utama
Bangunan Cagar Budaya Golongan C Perubahan bangunan dapat dilakukan dengan tetap mempertahankan pola tampak muka, arsitektur utama dan bentuk atap bangunan Detail ornamen dan bahan bangunan disesuaikan dengan arsitektur bangunan disekitarnya dalam keserasian lingkungan Penambahan Bangunan di dalam perpetakan atau persil hanya dapat dilakukan di belakang bangunan cagar budaya yang harus sesuai dengan arsitektur bangunan cagar budaya dalam keserasian lingkungan Fungsi bangunan dapat diubah sesuai dengan rencana kota
Preservasi dalam perancangan kota adalah perlindungan terhadap lingkungan tempat tinggal (permukiman) dan urban places (alun-alun, plasa, area perbelanjaan) yang ada dan mempunyai ciri khas, seperti halnya perlindungan terhadap bangunan bersejarah. Manfaat dari adanya preservasi antara lain: Peningkatan nilai lahan. Peningkatan nilai lingkungan. Menghindarkan dari pengalihan bentuk dan fungsi karena aspek komersial.
Menjaga identitas kawasan perkotaan. Peningkatan pendapatan dari pajak dan retribusi.
KESIMPULAN KONSEP KAWASAN
KESIMPULAN Kelurahan Grogol sedikit memiliki lahan kosong namun sedikit memeliki prasarana umumnya. Di kawasan ini lahan di dominasi lahan perumahan dan pertokoan, sehingga fasilitas publik seperti taman dan hutan kota masihlah kurang dimana 2 elemen tersebut sangat di butuhkan. meskipun ada, masih tidak berjalan dengan seharusnya, hanya beberapa saja yang datang ke taman untuk rentang umur tertentu, dan kurang peminat orang untuk datang ketaman di karekan masih kurang terawatnya taman ini. kualitas jalan utama bisa dibilang keseluruhan sudah membaik namun ada beberapa bagian jalan yang tidak cukup nyaman karena jalan yang luas diambil untuk parkir mobil akibat pertokoan yang meanfaatkan lahannya sepenuhnya untuk bangunan. beberapa jalan terlihat sempit akibat ruas jalan diambil untuk parkir. Diperlukan konsep yang matang untuk mensiasati agar jalan tidak terlihat sempit dan nyaman. maka dari itu, saya merencanakan untuk mengisi kekosongan tanah kosong tersebut dengan tamat sebagai fungsi penghijauan kawasan dengan metode hutan kota dan taman kota dimana Funsi dari hutan kota ini sebagai media serapan air atau simpanan air taman ini dapat dinikmati untuk setiap orang yang ada didalamnya dan meracang beberapa jalan untuk di sediakan parkir.
DAFTAR PUSTAKA https://laud8.wordpress.com/2015/10/06/lonsdale-street-redesign-and-upgrade/ https://www.architecturaldigest.com/story/-restoration-hardware-rh-opens-new-york-meatpacking-store-pastis https://mydesignagenda.com/winners-winners-architizer-awards-2018/ https://worldlandscapearchitect.com/topotek-1s-winning-design-of-the-bremen-waterfront-stadtstrecke/#.XQIMf_ZuLRM https://architecture-designs.com/anerkennung-bbz-landschaftsarchitekten/ http://www.adaptivecircularcities.com/designing-green-and-blue-infrastructure-to-support-healthy-urban-living/ http://www.landezine.com/index.php/2014/03/mid-main-park-hapa-collaborative/mid-main-park-by-hapa-collaborative-19/ https://worldlandscapearchitect.com/public-realm-scheme-underway-in-watford/#.XQINL_ZuLRM https://www.flickr.com/photos/leidorf/656996329/in/photostream https://arsadvent.wordpress.com/sirkulasi-dan-perparkiran/ https://slideplayer.info/slide/11845362/